5/25/2018 2. Aplikasi Pestisida Nabati Pada Pertanaman Jagung
http:///reader/full/2-aplikasi-pestisida-nabati-pada-pertanaman-jagung-562012e6a984
Jurnal Agrisistem, Juni 2008, Vol. 4 No. 1 ISSN 1858-4330
11
APLIKASI PESTISIDA NABATI PADA PERTANAMAN JAGUNG
APPLICATION OF BIO-PESTICIDE AT CORN
Hasanuddin
1
, Faisal Hamzah
2
, dan Dahlan
2
1) Alumni Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Gowa2) Dosen Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Gowa
ABSTRAK
Penelitian bertujuan untuk mendapatkan dosis yang tepat dalam pengendalian hama
tanaman jagung. Pestisida ini merupakan hasil fermentasi dari bahan dasar babandotan
32,5 %, umbi gadung 25 %, serei 22,5 %, lengkuas 20 %, EM-4 150 ml, molases 150 ml
dan air 4 liter. Penelitian dilaksanakan dari Maret sampai Juni 2006. Penelitian terdiri dari
lima perlakuan yang disusun menurut Rancangan Acak Kelompok (RAK), yaitu: P0 =
tanpa perlakuan P1 = 25 cc L-1
air, P2 = 50 cc L-1
air, P3 = 75 cc L-1
air, P4 = 100 cc L-1
air, dan masing-masing perlakuan diulang sebanyak empat kali. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa penggunaan dosis 100 cc L-1 air menekan intensitas serangan dan
populasi belalang. Sedangkan untuk menekan populasi ulat penggulung dan ulat tongkol,
lebih efektif dengan menggunakan dosis 25 cc L-1
air pestisida nabati tersebut.
Kata kunci: pestisida nabati, jagung
ABSTRACT
Research aim is to get verify the dosage of bio-pesticide to controll maize pest. This
pesticide is a result from fermentation of materials including : babandotan 32,5 %, taro
corm 25 %, lemongrass 22,5 %, yellow ginger 20 %, EM-4 150 ml, molases 150 ml and 4
litre of water. The research was executed from March until June 2006. Research consisted
by five treatment arranged according to randomized block design. The treatment are asfollows : P0 = without treatment, P1 = 25 cc L
-1water, P2 = 50 cc L
-1water, P3 = 75 cc
L-1water, and P4 = 100 cc L-1water. Result of research indicated that application of bio-
pesticide 100 cc L-1
water tend to decrease the incidence of grasshopper. While to
suppressed the population of caterpillar of winder and cob caterpillar, can be proposed of
using bio-pesticide 25 cc L-1
water.
Kata kunci: bio-pesticide, corn
PENDAHULUAN
Jagung merupakan komoditas yang
peranannya semakin penting dalamberbagai kebutuhan baik sebagai pakan
ternak maupun sebagai bahan industri
makanan. Besarnya kebutuhan bahan
tersebut, sektor pertanian mempunyai
tugas berat, karena dituntut untuk
meningkatkan produksi. Namun masalah
yang dihadapi petani dalam menangani
produksi pertanian khususnya tanaman
jagung, yaitu sulitnya mencapai hasil yang
maksimal tanpa penggunaan pestisida.
Dilain pihak penggunaan pestisida sintetis
yang kurang bijaksana dapat menim-
bulkan dampak yang merugikan, baik
terhadap manusia maupun hewan dan
lingkungan. Beberapa hasil penelitian
menunjukan bahwa terdapat banyak
dampak negatif dari penggunaan pestisida
sintetis diantaranya kasus keracunan pada
manusia, ternak peliharaan, polusi
5/25/2018 2. Aplikasi Pestisida Nabati Pada Pertanaman Jagung
http:///reader/full/2-aplikasi-pestisida-nabati-pada-pertanaman-jagung-562012e6a984
Jurnal Agrisistem, Juni 2008, Vol. 4 No. 1 ISSN 1858-4330
12
lingkungan dan hama menjadi resisten
(Kardinan, 2002).
Sehubungan dengan hal tersebut, besar
kecilnya kerusakan tanaman akibat
serangan hama tanaman jagung, selain
ditentukan oleh tinggi rendahnya populasi
serangga hama di pertanaman juga
ditentukan oleh faktor makanan yang
tersedia serta faktor lingkungan.
Era globalisasi atau pasar bebas menuntut
produsen mampu menghasilkan mutu
produk pertanian yang aman serta bebas
dari bahan kimia beracun agar produk
tersebut mampu bersaing di pasaran.
Untuk mencapai hal tersebut diharapkan
petani mengarah pada pertanian organikkhususnya dalam mengendalikan orga-
nisme pengganggu tanaman (OPT).
Pestisida nabati merupakan salah satu
alternatif yang dapat digunakan untuk
mengendalikan organisme pengganggu
tanaman, karena pestisida ini mudah
terurai dan tidak merusak lingkungan.
Usaha penggunaan bahan nabati dapat
dimulai dari bahan tumbuhan yang kita
kenal mengandung bahan beracun,
misalnya mengandung rasa gatal, pahit,bau spesifik tidak disukai hewan. Usaha
pengendalian dengan bahan-bahan nabati
seperti ini aman terhadap lingkungan
karena bahan-bahan tersebut tidak bersifat
asing bagi lingkungan dan cepat terurai
menjadi bahan yang tidak berbahaya.
Akhir-akhir ini disadari, bahwa pemakaian
pestisida sintetis ibarat pisau bermata dua
dibalik manfaatnya yang besar bagi
peningkatan produksi pertanian tersem-
bunyi bahaya yang mengerikan. Menurut
WHO (World Health Organization) paling
tidak 2.000 orang pertahun mati
diakibatkan keracunan pestisida, sekitar
5.000-10.000 orang pertahun yang
mengalami dampak yang sangat fatal,
seperti kanker, kemandulan, dan penyakit
lever (Novizan, 2002).
Sejalan dengan perkembangan teknologi
sekarang, pertanian dan tuntutan
konsumen maka dalam praktek akhir ini
penulis mencoba mengkaji pengaruh
pestisida nabati terhadap pengendalianhama pada tanaman jagung. Penelitian
bertujuan untuk mengkaji dosis yang
paling tepat mengendalikan hama pada
tanaman jagung. Mengkaji jenis-jenis
hama pada tanaman jagung yang efektif
dikendalikan dengan pestisida nabati.
BAHAN DAN METODE
Penelitian dilaksanakan dari bulan Maret
sampai Juni 2006, di Kebun Percobaan
Balai Besar Diklat Mekanisasi PertanianBatangkaluku, Kelurahan Tamarunang,
Kecamatan Somba Opu, Kabupaten
Gowa.
Metode Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan menurut
Rancangan Acak Kelompok (Hanafiah,
2003) dengan 5 perlakuan dan 4 ulangan,
sehingga terdapat 20 petak percobaan, tiap
petak terdapat 40 rumpun tanaman, jadi
jumlah seluruhnya 800 rumpun tanaman.
Adapun perlakuan pestisida nabati sebagai
berikut :
P0 = Kontrol
P1 = Dosis 25 cc L-1
air
P2 = Dosis 50 cc L-1
air
P3 = Dosis 75 cc L-1air
P4 = Dosis 100 cc L-1
air.
Parameter yang diamati dalam penelitian
ini adalah :
1.
Intensitas serangan hama secaraumum.
2. Populasi hama yang ditemukan.3. Luas serangan hama.Kegiatan operasional yang dilakukan
adalah sebagai berikut :
a. Pengolahan tanah dilakukan 2 minggusebelum tanam, tanah dicangkul
sampai gembur dan dibuat bedengan
5/25/2018 2. Aplikasi Pestisida Nabati Pada Pertanaman Jagung
http:///reader/full/2-aplikasi-pestisida-nabati-pada-pertanaman-jagung-562012e6a984
Jurnal Agrisistem, Juni 2008, Vol. 4 No. 1 ISSN 1858-4330
13
ukuran 3 x 3 meter dengan jarak
tanam 70 x 40 cm tiap bedengan diberi
bokashi sebagai pupuk dasar 9 kg.
b. Penanaman, sebelum melakukanpenanam terlebih dahulu dibuat lubangtanam dengan cara ditugal jarak tanam
70 x 40 cm dan tiap tugalan diisi 2 biji
benih jagung.
c. Volume pembuatan pestisida nabatisebanyak dua kali.
d. Aplikasi pestisida nabati, dimulai padaumur 2 minggu setelah tanam dan
pengaplikasian selanjutnya dengan
interval 3 hari.
e. Pengamatan mingguan dilakukandengan menghitung intensitas se-
rangan hama, luas serangan ulattongkol dan melihat jenis hama yang
muncul serta jenis musuh alami yang
ada pada tanaman jagung.
f. Pemeliharaan tanaman, meliputi pe-nyulaman dengan mengganti tanaman
yang mati dan penyiangan dilakukan 3
kali, yaitu pada umur 2 minggu setelah
tanam, penyiangan kedua dilakukan
pada umur 4 minggu setelah tanam
dan penyiangan ketiga dilakukan 6
minggu setelah tanam.
Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara
observasi, yaitu mengadakan pengamatan
langsung di lapangan tentang keadaan
serangan hama pada tanaman jagung.
Analisis Data
Untuk melihat pengaruh perlakuan, maka
dilakukan uji F (analisis varians),
sedangkan untuk melihat perbedaan rata-
rata antara perlakuan, yaitu dengan
menggunakan uji beda nyata jarak
berganda duncan (BNJBD).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Intensitas serangan hama
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan
bahwa penyemprotan pestisida pada
minggu ke-3 memberikan pengaruh yang
berbeda tidak nyata, sedangkan pada
minggu ke-4 sampai 8 memberikan
pengaruh yang nyata. Hasil analisis uji
Duncan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil rata-rata intensitas serangan hama pada umur 4 8 minggu setelah tanam.
Rata-rata intensitas serangan hama (%)Perlakuan
4 5 6 7 8
P4 10,84 a 11,13 a 14,72 a 14,33 a 23,44 a
P3 11,67 a 15,72 a 20,51 ab 21,08 b 28,92 ab
P2 18,97 b 23,96 b 24,16 b 25,64 bc 33,94 b
P1 21,65 b 28,13 bc 26,96 bc 28,83 cd 35,55 b
P0 24,28 b 34,35 c 32,04 c 32,37 d 36,50 b
Keterangan : Nilai rata-rata yang diikuti oleh huruf yang tidak sama menunjukkan
berbeda nyata pada taraf uji duncan 0,05 dan 0,01.
Populasi Hama
a. BelalangHasil analisis sidik ragam menunjukkan
bahwa penyemprotan pestisida pada
minggu ke-3 memberikan pengaruh yang
berbeda tidak nyata, sedangkan pada
minggu ke-4 sampai 8 memberikan
pengaruh yang nyata. Hasil analisis uji
Duncan dapat dilihat pada Tabel 2.
5/25/2018 2. Aplikasi Pestisida Nabati Pada Pertanaman Jagung
http:///reader/full/2-aplikasi-pestisida-nabati-pada-pertanaman-jagung-562012e6a984
Jurnal Agrisistem, Juni 2008, Vol. 4 No. 1 ISSN 1858-4330
14
Belalang merupakan hama utama tanaman
jagung, baik nimfa maupun dewasa
memakan daun dalam hal tertentu dapat
menyebabkan gundulnya daun jagung,
rata-rata populasi belalang yang terdapatpada tanaman jagung dengan perlakuan
100 cc L-1
air (P4), 75 cc L-1
air (P3), 50
cc L-1
air (P2), 25 cc L-1
air (P1) dan
kontrol (P0) dapat dilihat pada lampiran
13 sampai 24, analisis sidik ragamnya
menunjukkan bahwa penyemprotan
pestisida nabati pada minggu ke-3
berpengaruh tidak nyata pada taraf 0,05
dan 0,01. Namun minggu ke 4, 5 dan ke-8
berpengaruh nyata pada taraf 0,05.
Sedangkan minggu ke-6 dan ke-7berpengaruh sangat nyata pada taraf 0,01.
Untuk melihat beda nyata antara
perlakuan, maka dilakukan uji lanjutan
Duncan, sebagaimana disajikan pada
Tabel 2 berikut :
Tabel 2. Rata-rata populasi belalang pada tanaman jagung dengan perlakuan penggunaan
pestisida nabati umur 4 minggu setelah tanam.
Rata-rata populasi (ekor)Perlakuan4 5 6 7 8
P4 1,26 a 1,25 a 1,05 a 1,09 a 1,18 a
P3 1,49 ab 2,25 ab 1,09 a 1,22 a 1,18 a
P2 1,54 ab 2,75 ab 1,31 a 1,96 ab 1,77 ab
P1 1,09 b 3,00 ab 2,20 b 1,69 b 2,03 ab
P0 2,22 b 4,00 b 2,37 b 1,97 c 2,37 b
Keterangan : Nilai rata-rata yang diikuti oleh huruf yang tidak sama menunjukkan
berbeda nyata pada taraf uji duncan 0,05 dan 0,01.
Berdasarkan Tabel 2. menunjukkan rata-
rata populasi belalang pada perlakuan,terendah pada perlakuan 100 cc L
-1 air
(P4), 75 cc L-1
air (P3), 50 cc L-1
air (P2)
dan 25 cc L-1air (P1) selanjutnya disusul
kontrol (P0). Dari hasil pengujian tersebut
menunjukkan bahwa 100 cc L-1
air (P4)
berpengaruh tidak nyata dengan 75 cc L-1
air (P3), 50 cc L-1
air (P2) dan 25 cc L-1
air (P1) Selanjutnya kontrol (P0)
berpengaruh tidak nyata pula dengan 25
cc L-1
air (P1), 50 cc L-1
air (P2) tetapi
berpengaruh sangat nyata 75 cc L-1
air
(P3) dan 100 cc L-1air (P4).
b. Ulat penggulungHama ini merupakan hama utama
tanaman jagung dengan cara menggulung
daun kemudian memakan pada lapisan
daun, hama ini mulai menyerang tanamanpada umur 4 minggu setelah tanam rata-
rata populasi ulat penggulung yang
terdapat pada perlakuan 100 cc L-1 air
(P4), 75 cc L-1
air (P3), 50 cc L-1
air (P2),
25 cc L-1
air (P1) dan kontrol (P0) dapat
dilihat pada lampiran 25 sampai 32.
Analisa sidik ragamnya menunjukkan
bahwa penyemprotan pestisida nabati
minggu ke 5 tidak berpengaruh nyata pada
taraf uji 0,05 dan 0,01. Namun minggu
ke-6, 7 dan 8 berpengaruh sangat nyata
pada taraf 0,01. Untuk melihat beda nyata
antara perlakuan, maka dilakukan uji
lanjut duncan, dan hasilnya disajikan pada
Tabel 3 berikut :
5/25/2018 2. Aplikasi Pestisida Nabati Pada Pertanaman Jagung
http:///reader/full/2-aplikasi-pestisida-nabati-pada-pertanaman-jagung-562012e6a984
Jurnal Agrisistem, Juni 2008, Vol. 4 No. 1 ISSN 1858-4330
15
Tabel 3. Rata-Rata populasi ulat penggulung daun pada tanaman jagung dengan perlakuan
penggunaan pestisida nabati umur 6 minggu setelah tanam.
Rata-rata populasi ulat penggulung (ekor)Perlakuan
6 7 8
P4 0,70 a 0,70 a 0,70 a
P3 0,83 a 0,70 a 0,83 a
P2 0,83 a 0,83 a 0,83 a
P1 0,96 a 1,18 b 0,83 a
P0 1,44 b 1,72 c 1,40 b
c. Luas serangan ulat tongkolHasil pengamatan perlakuan pestisida
nabati terhadap luas serangan ulat tongkol
menunjukkan bahwa perlakuan pestisidanabati berpengaruh nyata terhadap luas
serangan ulat tongkol. Untuk melihat beda
nyata antara perlakuan, maka dilakukan
uji duncan dan hasilnya disajikan pada
Tabel 4.
Tabel 4. Rata-rata luas serangan ulat tongkol pada akhir penelitian dengan perlakuan
pestisida nabati.
Perlakuan Luas Serangan %
P4
P3
P2
P1
P0
1,17 a
1,13 a
1,34 a
1,55 a
3,54 b
Keterangan : Nilai rata-rata yang diikuti huruf tidak sama berbeda nyata pada taraf uji
duncan 0,05 dan 0,01.
Berdasarkan Tabel 4 menunjukan bahwa
luas serangan ulat tongkol terendah
terdapat pada perlakuan 100 cc L-1 air
(P4), 75 cc L-1
air (P3), 50 cc L-1
air (P2)
dan 25 cc L-1
air (P1) kemudian disusul
kontrol (P0). Dari hasil uji beda nyata
antara perlakuan tersebut memperlihatkan
bahwa 100 cc L-1
air (P4), 75 cc L-1
air
(P3), 50 cc L-1
air (P2) dan 25 cc L-1
air(P1) berpengaruh tidak nyata, tetapi
berpengaruh sangat nyata terhadap kontrol
(P0).
Populasi musuh alami
a. Laba-labaHasil pengamatan pengaruh perlakuan
pestisida nabati terhadap laba-laba
memberikan pengaruh yang tidak nyata
pada taraf uji 0,05 dan 0,01.
b.CoccilellaHasil pengamatan pengaruh perlakuan
pestisida nabati terhadap Coccilella
berpengaruh nyata pada taraf uji 0,05 dan
0,01. Untuk melihat perbedaan antara
perlakuan, maka dilakukan uji lanjutan
duncan, seperti disajikan pada Tabel 5.
5/25/2018 2. Aplikasi Pestisida Nabati Pada Pertanaman Jagung
http:///reader/full/2-aplikasi-pestisida-nabati-pada-pertanaman-jagung-562012e6a984
Jurnal Agrisistem, Juni 2008, Vol. 4 No. 1 ISSN 1858-4330
16
Tabel 5. Hasil rata-rata populasi musuh alami pada perlakuan pestisida nabati terhadap
hama tanaman jagung.
Perlakuan Rata-Rata Populasi Coccilella (ekor)
P4
P3
P2
P1
P0
1,50 a
2,75 ab
3,75 b
4,00 b
6,25 c
Keterangan : Nilai rata-rata yang diikuti huruf tidak sama beda nyata pada taraf uji duncan
0,05 dan 0,01.
Berdasarkan Tabel 5, dapat ditunjukkan
bahwa perlakuan pestisida nabati 100 cc
L-1
air (P4) terdapat rata-rata populasi
coccinella 1,5 ekor tidak beda nyatadengan 75 cc L
-1 air (P3) yang
menghasilkan rata-rata populasi coccinella
2,75 ekor sedangakan 50 cc L-1
air (P2)
rata-rata populasi 7,5 ekor coccinella tidak
beda nyata dengan 75 cc L-1
air (P3) tatapi
beda nyata dengan 100 cc L-1
air (P4)
selanjutnya 25 cc L-1
air (P1) diperoleh
populasi 4 ekor tidak beda nyata dengan
50 cc L-1
air (P2) tetapi beda nyata
dengan kontrol (P0) yang menghasilkan
rata-rata populasi coccinella 6,25 ekor.
Pembahasan
Intensitas serangan
Serangan hama tanaman jagung
berdasarkan hasil analisa sidik ragam pada
lampiran 1 sampai 12 menunjukkan
bahwa perlakuan pestisida nabati terhadap
intensitas serangan pada minggu ke 3
tidak berpengaruh nyata terhadap
intensitas serangan hama, tetapi minggu
berikutnya berpengaruh nyata, hal ini
disebabkan karena pestisida nabati bersifatmengusir dan mengurangi nafsu makan
hama sehingga membutuhkan proses yang
lambat, hal tersebut sejalan dengan
pernyataan Winarno (2005) bahwa
pestisida nabati babadotan mempunyai
aroma menyengat dan rasanya pahit yang
mampu mengusir hama, keistimewaan
lain yang dikandungnya adalah adanya zat
aktif saponin takcer merusak sistem syaraf
hama, efeknya nafsu makan hama hilang
sehingga pelan-pelan intensitas serangan
dan jumlah populasi hama berkurang.Pernyataan tersebut terbukti dalam kajian
yang dilaksanakan di Kelurahan
Tamarunang Kecamatan Somba Opu
Kebaupaten Gowa Sulawesi Selatan,
dikaji pengaruh pestisida nabati terhadap
intensitas serangan hama, ternyata
penyemprotan pertama tidak berpengaruh
nyata terhadap intensitas serangan tetapi
penyemprotan selanjutnya minggu ke 4, 5,
6, 7 dan ke 8 berpengaruh sangat nyata.
Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan
pestisida nabati untuk mengendalikanhama sebaiknya dilakukan penyemprotan
lebih awal. Bila dilihat pengaruh nyata
perlakuan 100 cc L-1
air (P4), 75 cc L-1
air
(P3), 50 cc L-1
air (P2), 25 cc L-1
air (P1)
dan kontrol (P0) pada Tabel 8 sampai 12
secara umum pengaruh penyemprotan
pestisida nabati dengan dosis 100 cc L-1
air (P4) menghasilkan intensitas serangan
hama terendah tidak beda nyata dengan 75
cc L-1air (P3) selanjutnya disusul 50 cc L-
1air (P2) tidak beda nyata dengan 25 cc L
-
1 air (P1), tetapi berbeda nyata dengan
kontrol (P0). Melihat perlakuan tersebut
menunjukkan bahwa sebaiknya dosis yang
digunakan untuk mengurangi intensitas
serangan hama pada tanaman jagung
adalah dosis 75 100 cc L-1air.
Penurunan intensitas serangan dan
populasi hama pada tanaman jagung
5/25/2018 2. Aplikasi Pestisida Nabati Pada Pertanaman Jagung
http:///reader/full/2-aplikasi-pestisida-nabati-pada-pertanaman-jagung-562012e6a984
Jurnal Agrisistem, Juni 2008, Vol. 4 No. 1 ISSN 1858-4330
17
merupakan pengaruh dari penyemprotan
pestisida nabati dengan demikian pada
akhirnya akan meningkatkan kualitas
produksi jagung, untuk perlakuan kontrol
(P0) dan perlakuan dosis lebih rendahyaitu 25 cc L
-1air (P1), 50 cc L
-1air (P2)
dan 75 cc L-1
air (P3) menunjukkan
semakin rendah dosis yang digunakan
dalam penyemprotan, intensitas serangan
hama maupun populasi hama semakin
tinggi. Pestisida nabati umumnya
memiliki toksisitas rendah dibanding
dengan pestisida sintetik dan bersifat
revelen serta memiliki anti fidan
mencegah serangga memakan tanaman
yang telah disemprot terutama disebabkan
rasanya yang pahit.
a. Pengaruh perlakuan pestisidanabati terhadap hama tanaman
jagung.
Hasil penelitian secara keseluruhan
menunjukkan bahwa perlakuan penyem-
protan pestisida nabati dengan dosis yang
berbeda, interval penyemprotan 3 hari
sekali secara umum berpengaruh sangat
nyata terhadap hama tanaman jagung,
berdasarkan uji duncan pada taraf 0,05dan 0,01 menunjukkan bahwa perlakuan
pestisida nabati 100 cc L-1
air (P4)
diperoleh populasi hama belalang
terendah kemudian disusul 75 cc L-1 air
(P3) dan 50 cc L-1
air (P2), sedangkan
populasi hama tertinggi terdapat pada
kontrol (P0) tidak berbeda nyata dengan
25 cc L-1
air (P1).
Hal ini menandakan bahwa penyemprotan
pestisida nabati dengan konsentrasi 100 cc
L
-1
air cenderung lebih baik dari padadosis 75 cc L-1
air (P3). Namun bila
dilihat dari hasil uji duncan dosis 75 cc L-1
air (P3) sudah berpengaruh sangat nyata
terhadap hama belalang dengan demikian
dapat direkomondasikan bahwa untuk
mengendalikan hama belalang cukup
menggunakan dosis 75-100 cc L-1
air.
Pernyataan ini sejalan dengan pernyataan
Winarno (2005) bahwa untuk mengatasi
organisme penganggu tanaman sebaiknya
dosis ditingkatkan.
Sedangkan untuk mengendalikan ulat
penggulung dan luas serangan ulat
tongkol, berdasarkan hasil uji Duncan
perlakuan pestisida nabati 100 cc L-1
air
(P4), 75 cc L-1
air (P3), 50 cc L-1
air (P2)
tidak berbeda nyata dengan 25 cc L-1
air
(P1) tetapi berbeda sangat nyata dengan
kontrol (P0). Hal tersebut menandakan
bahwa untuk mengendalikan ulat
penggulung dan luas serangan ulat
tongkol pada tanaman jagung cukup
menggunakan dosis yang lebih rendah
yaitu 25 cc L
-1
air.Penurunan populasi belalang, serangan
ulat tongkol dan populasi ulat penggulung
pada tanaman jagung merupakan
pengaruh penyemprotan pestisida nabati
dimana kandungan zat aktif saponin
tacker merusak sistem syaraf hama
melalui oral maupun kulit hama sehingga
dapat mematikan dan melumpuhkan
hama. Hal ini dibuktikan dalam
pelaksanaan kajian pengaruh pestisida
nabati dimana tanpa perlakuan (P0)
diperoleh populasi ulat penggulung lebih
tinggi dari pada 25 cc L-1
air (P1), 50 cc L-
1air (P2), 75 cc L
-1air (P3) dan 100 cc L
-1
air (P4). Dengan demikian sejalan
Kardinan (2002), bahwa pestisida nabati
bersifat pukul dan lari yaitu apabila
diaplikasikan akan membunuh hama pada
waktu itu dan setelah hamanya terbunuh
maka residunya akan cepat menghilang di
alam.
b.
Musuh alamiPengaruh perlakuan pestisida nabati
terhadap musuh alami berdasarkan hasil
analisa sidik ragam menunjukkan bahwa
penyemprotan pestisida nabati
berpengaruh tidak nyata terhadap laba-
laba dan berpengaruh sangat nyata pada
Coccinella. Hal ini disebabkan karena
adanya sistem kerja pestisida nabati dapat
5/25/2018 2. Aplikasi Pestisida Nabati Pada Pertanaman Jagung
http:///reader/full/2-aplikasi-pestisida-nabati-pada-pertanaman-jagung-562012e6a984
Jurnal Agrisistem, Juni 2008, Vol. 4 No. 1 ISSN 1858-4330
18
masuk melalui oral maupun kulit hama
yang dapat menyebabkan hama dan
musuh alami mati. Tetapi meskipun
demikian karena pestisida nabati bersifat
rivelen yaitu menolak kehadiran seranggadan memiliki toksisitas rendah terhadap
mamalia sehingga relatif lebih aman
terhadap manusia dan hewan ternak
sehingga dapat dikatakan sebagai pestisida
ramah lingkungan. Pestisida nabati lebih
cepat terurai oleh komponen-komponen
alam, sehingga tidak akan menyebabkan
pencemaran terhadap tanah dan air, namun
meskipun ramah lingkungan tidak berarti
pestisida alami tidak berpengaruh
terhadap musuh alami namun umumnya
pengaruhnya lebih kecil bila dibandingkandengan pestisida sintetik.
KESIMPULAN
1. Untuk mengendalikan hama belalangsebaiknya menggunakan dosis 100 cc
L-1
air (P4), sedangkan untuk
mengendalikan ulat penggulung dan
ulat tongkol cukup dengan dosis 25 cc
L-1
air (P1).
2. Hama yang efektif dikendalikandengan menggunakan pestisida nabatiadalah hama ulat penggulung dan ulat
tongkol dengan konsentrasi 25 cc L-1
air.
DAFTAR PUSTAKA
Hanafiah, K.A., 2003. Rancangan
Percobaan.Universitas Sriwijaya,
Palembang.
Kardinan, A., 2002. Pestisida Nabati
Ramuan dan Aplikasi. Penebar
Swadaya, Jakarta.
Novizan, 2002. Membuat dan Meman-
faatkan Pestisida Ramah Ling-
kungan. Agromedia Pusat,
Jakarta.
Winarno, 2005. Babandotan. Trubus edisi
2005