9 STEI Indonesia
2. BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Review Hasil Penelitian Terdahulu
Dalam melakukan penelitian skripsi ini, penulis bukanlah yang pertama
yang membahas mengenai pengaruh persepsi kemudahan, persepsi manfaat dan
persepsi risiko terhadap system pembayaran gopay dalam transaksi Gojek. Ada
beberapa referensi penelitian yang ditemukan antara lain :
Penelitian pertama dilakukan oleh Priyono (2017) berdasarkan hasil
analisis menunjukkan bahwa persepsi manfaat dan persepsi kemudahan
berpengaruh positif terhadap niat penggunaan. Sedangkan persepsi risiko dan
kepercayaan berpengaruh negative terhadap niat penggunaan.
Penelitian kedua yang dilakukan Khakim (2016) berdasarkan hasil dari
penelitian ini menunjukkan persepsi kemudahan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap penggunaan Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK).
Persepsi kemanfaatan berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap
penggunaan Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK). Kelompok referensi
berpengaruh positif dan signifikan terhadap penggunaan Alat Pembayaran
Menggunakan Kartu (APMK).
Diptha (2017) Berdasarkan hasil analisis menunjukan bahwa Persepsi
kemudahan, manfaat, risiko, kepercayaan, dan kualitas produk berpengaruh positif
dan signifikan terhadap tingkat kepuasan menggunakan kartu FLAZZ BCA.
Penelitian yang dilakukan oleh Raza et al. (2017) berdasarkan hasil
analisis menunjukan bahwa, resistensi secara signifikan dan negatif terkait dengan
kemudahan penggunaan yang dirasakan sementara itu, persepsi manfaat
berpengaruh positif signifikan terhadap persepsi kemudahan penggunaan,dan
persepsi risiko yang dirasakan dan kompatibilitas memiliki hubungan positif yang
signifikan terhadap persepsi kemudahan penggunaan dan manfaat yang dirasakan,
variabel kesadaran berpengaruh positif signifikan terhadap persepsi kemudahan
penggunaan, dan persepsi kemudahan berpengaruh positif signifikan terhadap
persepsi kegunaan dan sikap.
10
STEI Indonesia
Penelitian yang dilakukan oleh Karim (2018) berdasarkan hasil penelitian
menunjukkan bahwa Kegunaan dan Kemudahan Penggunaan secara signifikan
mempengaruhi penerimaan teknologi Gopay. Sedangkan variabel ketiga
Pengalaman tidak. Pengujian lebih lanjut menemukan bahwa penerimaan
teknologi Gopay secara positif mempengaruhi intensitas penggunaan layanan
Gojek.
Penelitian yang dilakukan Lin Liu (2017) berdasarkan hasil penelitian
menunjukkan bahwa variabel niat penerimaan pengguna relatif terkait dengan
risiko yang dirasakan, dirasakan kegunaan, dan emosi positif, multigroup
menemukan bahwa baik emosi positif dan risiko yang dirasakan memiliki
signifikan positif dan dampak negatif pada niat penerimaan pada tahap
pengenalan pasar daripada pertumbuhan pasar, persepsi manfaat yang dirasakan
sangat mengurangi persepsi pengguna tentang risiko.
Bayu Pratama dan Suputra (2019) berdasarkan hasil analisis ditemukan
bahwa persepsi manfaat, persepsi kemudahan penggunaan, dan tingkat
kepercayaan berpengaruh positif dan signifikan pada minat mahasiswa untuk
menggunakan uang elektronik.
Xiaobei Liang, et al (2018) hasil penelitian ini memberikan bukti empiris
untuk hubungan antara risiko yang dirasakan, kepercayaan dan niat pelanggan
untuk digunakan. Teori ini keduanya memiliki implikasi teoritis dan praktis yang
signifikan. Ini menerapkan teori risiko yang dirasakan dan kepercayaan dalam
situasi Chinses. Dalam praktek, platform ridesharing perlu lebih memperhatikan
keamanan pelanggan.
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Definisi Persepsi
Persepsi menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah tanggapan
(penerimaan) langsung dari sesuatu. Seperti tindakan menyusun, mengenali, dan
menafsirkan informasi sensoris guna memberikan pemahaman tentang
lingkungan. Dalam arti lain persepsi merupakan cara atau bagaimana seseorang
melihat sesuatu menurut pandangannya sendiri, sedangkan dalam arti luas adalah
tentang bagaimana seseorang memandang atau menilai menurut cara pandang atau
11
STEI Indonesia
penglihatannya sendiri. Dalam (Jalahuddin, 2010:51), menyatakan bahwa persepsi
merupakan aktivitas intergrated dalam diri individu, maka apa yang ada dalam
diri individu akan ikut aktif dalam persepsi. Maka persepsi adalah dimana konsep
pemrosesan informasi yang terkait dengan konsep ekspektasi suatu individu yang
berdasarkan pada pengetahuan yang dimiliki sebelumnya karena perasaan,
kemampuan berfikir, pengalaman-pengalaman individu yang tidak sama, maka
hasil persepsi mungkin berbeda antara individu satu dengan individu yang lain.
Menurut Robbins dan Timoty, (2003:97) mengemukakan bahwa persepsi
adalah proses di mana individu mengatur dan menginterpretasikan kesan-kesan
sensoris mereka guna memberikan arti bagi lingkungan mereka. Namun, apa yang
diterima seseorang pada dasarnya bisa berbeda dari realitas objektif. Oleh karena
itu, setiap individu mempunyai insentif yang berbeda meskipun objeknya sama,
cara pandang seperti ini lebih penting daripada situasi itu sendiri.
Menurut Slameto (2010:102) yang mendefinisikan bahwa persepsi
merupakan kesan yang diperoleh individu melalui panca indera kemudian di
analisa (di organisir), diinterpretasikan dan kemudian dievalusi sehingga tersebut
memperoleh makna. Ketika individu mendapatkan kesan yang bermanfaat maka
ia akan selalu diingat dan disampaikan pada orang lain. Tetapi, tergantung dari
masing-masing individu pada kemampuan dan keadaan. Dengan demikian
persepsi merupakan proses perlakuan individu yaitu pemberian tanggapan, arti,
gambaran, atau penginterpretasikan terhadap apa yang dilihat, didengar atau
dirasakan oleh indranya dalam bentuk sikap, pendapat, dan tingkah laku atau
disebut sebagai perilaku individu.
Sedangkan dalam penelitian lain menurut Luthans dalam Thoha (2010:
143), menjelaskan bahwa persepsi itu lebih kompleks dibandingkan dengan
penginderaan, karena persepsi meliputi proses yang rumit diawali dengan proses
seleksi, penyusunan, dan penafsiran. Adapun Thoha (2010: 145), juga
menerangkan beberapa subproses dalam persepsi dengan istilah yang berbeda,
yaitu stimulus atau situasi yang hadir, registrasi, interpretasi dan umpan balik
(feedback). Walaupun persepsi selalu berpangkal pada kehadiran stimulus, namun
persepsi tergantung pula pada individu yang memberikan persepsi (Martini, 2011:
427).
12
STEI Indonesia
A. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi
Menurut Thoha (2010, 149), terdapat berbagai macam faktor-faktor
perhatian yang berasal dari dalam maupun dari luar yang dapat mempengaruhi
proses persepsi. Adapun faktor dari dalam terdiri dari :
1. Proses belajar (learning), Persepsi dibentuk dari proses pemhaman atau
belajar.
2. Motivasi, kebutuhan seseorang yang relevan dengan apa yang dilihatnya
akan mendapat perhatian lebih besar.
3. Kepribadian, masing-masing orang yang berbeda akan berakibat tentang
apa yang diperhatikan dalam suatu situasi.
Faktor dari luar terdiri dari :
1. Intensitas, semakin besar intensitas stimulus dari luar, maka semakin besar
pula hal itu dapat dipahami.
2. Ukuran, semakin besar ukuran suatu objek untuk bisa diketahui atau
dipahami.
3. Keberlawanan atau Kontras, Stimulus luar yang penampilannya
berlawanan dengan latar belakangnya akan menarik banyak perhatian.
4. Pengulangan, stimulus dari luar yang diulang akan memberikan perhatian
lebih besar dibandingkan yang sekali dilihat. Seperti yang dikatakan
Clifford Morgan, pengulangan akan menambah kepekaan atau
kewaspadaan kita terhadap stimulus.
5. Gerakan, bahwa rang akan memberikan banyak perhatian terhadap obyek
yang bergerak dalam pandangannya dibandingkan obyek yang diam.
6. Baru dan Familier, bahwa baik situasi eksternal yang baru maupun yang
sudah dikenal dapat digunakan sebagai penarik perhatian.
2.2.2. Sistem Pembayaran
Sistem pembayaran berkembang seiring dengan perkembangan zaman.
Dahulu sistem pembayaran dikenal dengan sistem barter yaitu pertukaran antar
barang sesuai dengan kebutuhan dari pelaku barter itu sendiri. Kemudian sistem
13
STEI Indonesia
tersebut berkembang ketika mulai dikenal adanya satuan tertentu yang memiliki
nilai pembayaran yang dikenal dengan sebtan uang. Hingga saat ini uang masih
menjadi salah satu alat pembayaran utama yang berlaku di masyarakat.
Selanjutnya sistem pembayaran terus berkembang dari sistem pembayaran tunai
(cash based) ke sistem pembayaran non tunai (non-cash). Selain itu dikenal juga
alat pembayaran paperless seperti transfer dana elektronik dan alat pembayaran
memakai kartu (card based) seperti kartu kredit, kartu debit, dan kartu prabayar.
Menurut Peraturan Bank Indonesia nomor 23 / 1 / PBI / 2016 Pasal 1 ayat
6 Sistem pembayaran adalah sistem yang mencakup seperangkat aturan, lembaga
dan mekanisme yang digunakan untuk melaksanakan pemindahan dana guna
memenuhi suatu kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi. Media yang
digunakan untuk pemindahan nilai uang tersebut sangat beragam, mulai dari
penggunaan alat pembayaran yang sederhana sampai pada penggunaan sistem
yang kompleks dan melibatkan berbagai lembaga lainnya.
Sistem pembayaran menurut Pohan (2011: 70) yaitu suatu sistem yang
melakukan pengaturan kontrak, fasilitas pengoprasian dan mekanisme teknis yang
digunakan untuk penyampaian, pengesahan, dan penerimaan intruksi pembayaran,
serta memenuhi kewajiban pembayaran yang dikumpulkan melalui pertukaran
“nilai” antar perorangan, bank dan lembaga lainnya baik domestik maupun
antarnegara (cross border).
Dengan demikian, sistem pembayaran merupakan salah satu komponen
yang terintegrasi dari fungsi bank sentral lainnya yaitu moneter dan perbankan.
Keberadaan sistem pembayaran yang menjamin aliran dana yang efisien, aman,
handal dan berisiko rendah dapat mempermudah para pelaku ekonomi untuk
melakukan akses terhadap berbagai keperluan pembayaran. Sebaliknya jika sistem
pembayaran mengalami gangguan, maka yang terkena dampaknya adalah sistem
keuangan secara menyeluruh. Selain itu, keberadaan sistem pembayaran yang
efisien dan aman juga merupakan salah satu prasyarat khususnya bagi kelancaran
perdagangan baik di dalam negeri maupun antarnegara serta bagi perekonomian
pada umumnya (Mulyati, 2011:37).
Dalam peraturan Bank Indonesia nomor 18 / 40 / PBI / 2016 Pasal 1 Ayat
7 tentang penyelenggaraan pemrosesan transaksi pembayaran menjelaskan bahwa
14
STEI Indonesia
dompet elektronik (Electronic Wallet) yang selanjutnya disebut dompet elektronik
adalah layanan elektronik untuk menyimpan data instrumen pembayaran antara
lain alat pembayaran dengan menggunakan kartu atau uang elektronik, yang dapat
juga menampung dana, untuk melakukan pembayaran. (Bank Indonesia, 2016)
menjelaskan perbedaan dompet elektronik dalam PBI ini dengan uang elektronik
yang telah diatur dalam ketentuan eksisting. Beberapa manfaat atau kelebihan dari
penggunaan dompet elektronik dibandingkan dengan uang tunai maupun alat
pembayaran non tunai lainnya, antara lain: lebih cepat dan nyaman dibandingkan
dengan uang tunai, khususnya untuk transaksi yang bernilai kecil (micro
payment), disebabkan pengguna tidak perlu menyediakan uang pas untuk suatu
transaksi atau harus menyimpan uang kembalian dalam (Hidayati et al., 2011).
Menurut (Akbar, 2018) Berikut merupakan perbedaan antara e-money dan e-
wallet adalah.
E-money adalah uang elektronik yang berbentuk kartu (chip based) yang
dikeluarkan oleh berbagai bank dan lembaga fintech dengan saldo maksimal Rp. 1
juta. Contohnya seperti FlazzBCA, E-money Mandiri, tap cash BNI, JakCard
Bank DKI, Brizzi BRI, Mega Cash, dll. E-money dilengkapi dengan fitur kemanan
sehingga, apabila terjadi kehilangan maka isi saldo bias dibekukan dan bisa
dengan mudah digunakan oleh orang lain. E-money berbasis kartu yang relatif
umum digunakan untuk transaksi nontunai sehari-hari oleh masyarakat. Mulai dari
transaksi di gerbang tol, pembayaran tiket transportasi public seperti Transjakarta
dan Commuterline Jabodetabek.
Sedangkan e-wallet adalah uang elektronik yang berbasis elektronik
(server based) dengan saldo maksimal bisa mencapai Rp.10 juta, contohnya T-
cash Telkomsel, XL tunai, OVO, Gopay, Link-Aja, Dana, dsb. E-wallet
jangkauan penggunaan lebih dominan untuk keperluan belanja secara offline
mauppun online, hingga pembelian pulsa. Namun kelebhan E-wallet dilengkapi
fasilitas transaksi, antara lain: token listrik, tagihan BPJS, tagihan TV berbayar,
dsb. E-wallet juga memungkinkan penggunanya melakukan pencairan saldo
hingga berbagai uang dalam bentuk saldo.
Sedangkan Uang elektronik merupakan pembayaran non tunai yang nilai
uangnya disimpan secara di dalam media server ataupun chip dan dipindahkan
15
STEI Indonesia
untuk kepentingan pembayaran. Sedangkan dompet elektronik merupakan layanan
elektronik untuk menyimpan data instrument pembayaran antara lain alat
pembayaran dengan menggunakan kartu atau uang elektronik yang dapat
menampung dana untuk melakukan pembayaran. Batas maksimum dana yang
dapat ditampung dalam dompet elektronik adalah sampai dengan Rp. 10.000.000
dan akan diatur dalam surat edaran Bank Indonesia. Menurut Bank Indonesia No.
11/12/PBI/2009 tentang uang elektronik, yang dimaksud dengan uang elektronik
adalah alat pembayaran yang memenuhi unsur-unsur sebagai berikut:
1. Diterbitkan atas dasar uang yang disetor terlebih dahulu oleh pemegang
kepada penerbit.
2. Nilai uang disimpan secara elektronik dalam suatu media seperti server
atau chip.
3. Digunakan sebagai alat pembayaran kepada pedagang yang bukan
merupakan penerbit uang elektronik tersebut, dan
4. Nilai uang elektronik yang disetor oleh pemegang dan dikelola oleh
penerbit bukan merupakan simpanan sebagaimana dimaksud dalam
undang-undang yang mengatur mengenai perbankan.
Jadi e-wallet atau dompet elektronik pada dasarnya merupakan bagian dari
e-money juga yang termasuk kategori data disimpan di dalam server (server
based). Dompet elektronik merupakan layanan elektronik untuk menyimpan data
instrumen pembayaran antara lain alat pembayaran dengan menggunakan kartu
atau uang elektronik, yang dapat juga menampung dana untuk melakukan
pembayaran.
2.2.3. Sistem Informasi Akuntansi
Adanya perkembangan teknologi informasi sangat mendukung
terbentuknya sistem akuntansi yang ideal untuk melakukan inovasi – inovasi baru
untuk memudahkan perusahaan mendapatkan informasi. Hal ini memberikan
dorongan pada perusahaan untuk melakukan inovasi baru dalam proses produksi,
penjualan dan pemasaran, maka dari itu setiap perusahaan perlu menerapkan
strategi teknologi yang paling sesuai dengan visi, misi, kondisi perusahaan.
16
STEI Indonesia
Pada era globalisasi seperti saat ini pemrosesan data secara manual sudah
tidak relevan dan akurat lagi bagi perusahaan, karena sudah tidak mampu
menetralisir kesalahan – kesalahan yang terjadi di dalam perusahaan. Akibatnya
informasi yang dihasilkan tidak akurat lagi untuk dijadikan pengambilan
keputusan. Salah satu pengembangan teknologi informasi yang sering digunakan
oleh perusahaan untuk melakukan kegiatan operasionalnya saat ini adalah sistem
informasi. Sistem informasi akuntansi yang menjadi suatu bagian yang snagat
penting dalam sistem informasi yang dapat menerima data mentah keuangan dan
memprosesnya menjadi suatu informasi untukkepentingan baik untuk kepentingan
luar dan dalam suatu organisasi. Sistem informasi akuntansi merupakan aktivitas
pendukung yang penting dalam menjalankan aktivitas utama agar lebih efektif dan
efisien.
Sistem informasi akuntansi tidak hanya mengolah data keuangan saja, data
non keuangan juga diikutsertakan karena pengambilan keputusan tidak hanya
informasi keuangan saja yang diperlukan, informasi non keuangan tentang suatu
kondisi dan keadaan juga dapat dipergunakan sebagai pertimbangan dalam
pengambilan keputusan menyediakan laporan keuangan yang relevan dan reliabel
yang dapat digunakan sebagai informasi serta dasar untuk pengambilan keputusan
adalah upaya peningkatan kinerja individual dalam sudut pandang akuntansi
(Putra, 2016). Sistem informasi akuntansi dirancang oleh suatu suatu perusahaan
untuk memenuhi fungsinya guna menghasilkan informasi akuntansi yang relevan,
tepat waktu dan dapat dipercaya.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa sistem informasi
akuntansi diartikan sebagai komponen perusahaan yang mendukung kegiatan
operasional harian perusahaan dengan mengumpulkan, mengklasifikasikan,
mengolah, menganalisis, dan mengkomunikasikan data transaksi yang terjadi
menjadi informasi keuangan yang berguna bagi pihak intern maupun ekstern
perusahaan.
Menurut Farida (2016) menyatakan bahwa sebuah sistem informasi
akuntansi tahap pertama yang harus dilakukan adalah memahami aktivitas bisnis
yang akan dilaksanakan oleh aktivitas bisnis tersebut. Kegiatan yang harus
dilakukan oleh sebuah perusahaan dagang mencakup empat siklus transaksi yaitu :
17
STEI Indonesia
1. Siklus pendapatan, yaitu mencakup transaksi penjualan barang dan jasa
kepada pelanggan dan penerimaan kas dari hasil penjualan tersebut.
2. Siklus pengeluaran, yang mencakup transaksi pembelian barang dan jasa
dan pengeluaran kas untuk pembayaran pembelian barang dan jasa
tersebut untuk pembayaran berbagai macam biaya, seperti biaya sewa,
biaya gaji dan sebagainya.
3. Siklus sumber daya manusia, yaitu mencakup seluruh transaksi yang
berhubungan dengan seleksi, pengangkatan, pelatihan, penempatan, dan
pembayaran gaji karyawan.
4. Siklus keuangan, yang mencakup seluruh transaksi yang berhubungan
dengan investasi modal dalam perusahaan, peminjaman uang, pembayaran
dividen dan bunga dan pelunasan pinjaman.
5. Siklus buku besar dan pelaporan, yang mencakup seluruh aktivitas yang
berhubungan dengan penyusunan laporan keuangan dan laporan
manajerial lainnya, baik untuk transaksi rutin dan non rutin, maupun
transaksi penyesuaian
2.2.4. Gaya Hidup Masyarakat Jakarta Menggunakan Gopay
Gaya Hidup atau lifestyle merupakan bentuk dari kebutuhan sekunder
manusia yang bisa berubah bergantung zaman atau keinginan seseorang untuk
mengubah gaya hidupnya. Gaya hidup menjadi upaya untuk membuat dirinya
menjadi eksis dengan cara tertentu dan berbeda dari kelompok lain. Seperti, pada
kasus yang terjadi ketika orang ingin makan, bepergian, mengirim barang ataupun
berbelanja selalu memakai aplikasi Gojek misalnya, karena dinilai lebih cepat,
mudah dan murah. Dalam Yu (23:2011) mendefinisikan bahwa E-lifestyle
dinyatakan sebagai salah satu pola dimana orang hidup dan menghabiskan waktu
dan uangnya melalui internet dan perangkat elektronik, dan e-lifestyle
mencerminkan serangkaian perilaku terhadap kegiatan (e-activity), ketertarikan
(e-interest), opini (e-opinion), dan nilai (e-value).
Dalam penelitian Wijaya (2018) mengatakan bahwa Gaya hidup adalah
fungsi motivasi kosumen (khalayak) dan pengalaman sebelumnya, kelas sosial,
demografi. Gaya hidup merupakan ciri sebuah era modern zaman now. Pada era
18
STEI Indonesia
masyarakat modern, gaya hidup mempengaruhi cara seseorang untuk
menampilkan dirinya di hadapan lingkungan sosialnya. David Chaney (2011:40)
juga mendefinisikan bahwa gaya hidup membantu memahami apa yang orang
lakukan, mengapa mereka melakukannya dan apakah yang mereka lakukan
bermakna bagi dirinya ataupun orang lain.
Berdasarkan studi McKinsey, fenomena pergeseran gaya hidup masyarakat
modern dapat dilihat dari persentase penggunaan layanan yang berbasis digital
banking yang mencapai 40% untuk saat ini. Banyak hal yang membuat
perkembangan Fintech mampu mempengaruhi gaya hidup masyarakat dunia.
Alasan-alasan tersebut membuat bidang aplikasi Gojek terus tumbuh menjadi
sebuah kebutuhan baru bagi masyarakat. Adrian (2016) menuturkan bahwa yang
akan menjadi konsumer Gojek usianya di kalangan 25 tahun ke atas, berbeda
dengan generasi sebelumnya yang masih suka datang ke bank. Lima tahun ke
depan akan terjadi perubahan bagaimana kita bertransaksi.
Pengguna Gojek di Jakarta rata-rata berada di usia 15 tahun sampai 25
tahun dimana anak sekolah, mahasiswa maupun yang sudah bekerja lebih sering
menggunakan aplikasi Gojek untuk transportasi sehari-hari. Surono, (2017)
mengatakan bahwa sejauh ini jumlah pengguna Gojek lebih banyak di kalangan
perempuan mencapai 69% sedangkan laki-laki mencapai 31% berada di usia
produktif yaitu 20 tahun dan 30 tahun dengan mayoritas tingkat pendidikan S1,
dimana para pengguna merasa aman dan nyaman ketika menggunakan
transportasi berbasis aplikasi, antara lain karena mengetahui identitas pengemudi
dan rute yang terlacak.
2.2.5. Persepsi Kemudahan (Perceived Ease of Use)
Menurut Davis dalam Wibowo (2012:55) persepsi tentang kemudahan
penggunaan sebuah teknologi didefinisikan sebagai suatu ukuran dimana seorang
percaya, bahwa sistem informasi dapat dengan mudah dipahami dan digunakan.
Intensitas dan interaksi antara pengguna dengan system juga dapat menunjukkan
kemudahan. Berdasarkan definisinya maka diketahui bahwa persepsi kemudahan
penggunaan (perceived ease of use) merupakan suatu kepercayaan tentang proses
pengambilan keputusan. Dimana seseorang percaya bahwa sistem informasi
19
STEI Indonesia
tersebut mudah untuk digunakan maka orang tersebut akan menggunakannya
begitupun sebaliknya.
Dalam Harlan (2014: 39) kemudahan diartikan sebagai kepercayaan
individu dimana jika mereka menggunakan teknologi tertentu maka akan bebas
dari upaya. Seperti yang kita ketahui bahwa di era serba modern seperti saat ini,
peran teknologi informasi dalam kehidupan sehari-hari tentunya sangat
berpengaruh. Hal ini tidak terlepas dari aktivitas kita yang kerap kali ditunjang
dengan teknologi yang mampu menjawab tuntutan pekerjaan yang lebih cepat,
mudah, mudah dan menghemat waktu.
Menurut Amijaya (2010:49) mengatakan bahwa kemudahan akan
berdampak pada perilaku, yaitu semakin tinggi persepsi seseorang tentang
kemudahan menggunakan sistem maka semakin tinggi tingkat pemanfaatan
teknologi informasi. Persepsi kemudahan menunjukkan seberapa jauh seorang
pengguna teknologi aplikasi online berpandangan bahwa teknologi tersebut tidak
banyak memerlukan upaya yang rumit. Dengan demikian, masyarakat lebih
banyak menggunakan aplikasi online karena lebih fleksibel dan efisiensi waktu
karena mudah dijangkau dan banyak berkaitan dengan transportasi seperti
busway, KRL, dan Gojek.
Persepsi pengguna terhadap kemudahan dalam menggunakan teknologi
dipengaruhi beberapa faktor :
1. Faktor pertama berfokus pada teknologi itu sendiri, contohnya pengalaman
pengguna terhadap penggunaan teknologi yang sejenis.
2. Faktor kedua adalah reputasi akan teknologi itu sendiri, contohnya
pengalaman reputasi yang baik yang didengar oleh pengguna akan mendorong
keyakinan pengguna terhadap kemudahan penggunaan teknologi tersebut.
3. Faktor ketiga yang mempengaruhi persepsi pengguna terhadap kemudahan
menggunakan teknologi adalah tersedianya mekanisme pendukung yang
handal.
Kemudahan diartikan sebagai kepercayaan individu dimana mereka
menggunakan sistem tertentu yang akan bebas dari upaya (Mathieson, 1991). Jadi
jika seseorang percaya bahwa suatu teknologi itu mudah digunakan maka orang
tersebut akan menggunakannya. Sehingga variabel persepsi kemudahan
20
STEI Indonesia
menunjukkan bahwa suatu sistem dibuat dengan tujuan memberi kemudahan bagi
penggunannya. Suatu sistem yang sering digunakan akan lebih dikenal, dan lebih
mudah digunakan oleh pengguna. Kemudahan penggunaan akan mengurangi
usaha para nasabah dalam mempelajari asal usul dari perilaku berinteraksi.
Penelitian yang dilakukan Thakur dan Mala (2012) dalam Adiutama dan
Santika (2015) menemukan bahwa persepsi kemudahan penggunaan memiliki
positif dan signifikan dalam niat menggunakan system teknologi informasi yang
lebih besar daripada kegunaan yang dirasakan. Hal ini sejalan dengan penelitian
yang ada, menunjukkan bahwa persepsi kemudahan penggunaan, kegunaan yang
dirasakan, dan tingkat pendidikan dapat meningkatkan niat berbelanja kembali
(Adiutama dan Santika, 2015). Dalam penelitian (Gefen et al., 2011) beragumen
jika pengembang website berupaya agar website yang dikelolanya menjadi lebih
mudah digunakan dengan navigasi yang lebih mudah dipahami pengguna, maka
dapat diartikan bahwa pengelola website mempunyai komitmen untuk menjaga
hubungan dengan pelanggan.
Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa Kemudahan
didefinisikan sebagai suatu keyakinan dimana seseorang berpikir bahwa
penggunaan sistem pembayaran Gopay dapat dengan mudah untuk dipahami,
dipelajari dan digunanakan. Jadi dengan menggunakan sistem pembayaran
elektronik seperti Gopay pelaku percaya dan bebas dari usaha. Hal ini
menunjukan bahwa sistem pembayaran elektronik memberikan kemudahan bagi
pemakai dibandingkan dengan pemakai yang tidak menggunakan system
pembayaran elektronik bahkan akan berlanjut untuk menggunakannya di masa
yang akan datang untuk memperlancar kegiatan bisnis.
2.2.6. Persepsi Manfaat (Perceived Usefulness)
Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, persepsi diartikan sebagai proses
seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca indranya, sedangkan
kemanfaatan diartikan sebagai hal yang bermanfaat atau berguna, sehingga dapat
ditarik untuk mengetahui beberapa hal bermanfaat dan berguna. Perceived ease of
use, didefinisikan sebagai sejauh mana seorang percaya bahwa menggunakan
suatu teknologi akan bebas dari usaha.
21
STEI Indonesia
Menurut Jogiyanto (2014: 30) Persepsi Manfaat dapat mempengaruhi
sikap seseorang terhadap penggunaan teknologi karna sebuah system yang mudah
digunakan tidak membutuhkan waktu yang lama untuk dipelajari sehingga
seseorang memiliki kesempatan untuk mengerjakan sesuatu yang lain. Majalah
terkenal The Economist (2015) menyebutkan bahwa kemajuan teknologi dalam
jasa keuangan ini berpotensi mendemokratisasikan keuangan. Paling tidak,
sejumlah teknologi yang bersamaan dengan perangkat akses yang berada di
telapak tangan konsumen. Inovasi teknologi dalam layanan keuangan berkembang
dengan pesat dan cara-cara baru serta memanfaatkan model-model bisnis yang
berbeda.
Kadek (2018) menyatakan bahwa persepsi manfaat menjadi tindakan
alasan berikutnya kebutuhan dasar seperti teori motivasi kebtuhan Maslow, yaitu
Kebutuhan manusia diatur menurut sebuah hierarki, dar yang paling mendesak
sampai paling tidak mendesak (kebutuhan psikologikal, keamanan, social, harga
diri dan pengaktualisasian diri). Jadi ketika suatu kebutuhan yang mendesak sudah
terpuaskan, maka kebutuhan tersebut berhenti menjadi motivator dan orang
tersebut kemudian akan mencoba untuk memuaskan kebutuhan yang paling
penting.
Sebelum mengambil keputusan seseorang memiliki banyak pertimbangan,
salah satunya adalah mempertimbangkan manfaat dari suatu produk atau layanan
akan diambil atau digunakan, seseorang akan menggunakan produk atau layanan
tersebut yang dapat memberikan keuntungan dan manfaat untuk mendukung
kinerja pekerjaan mereka menjadi lebih efektif dan juga dalam hal-hal lain
(Langelo, 2013).
Menurut Davis (2010) persepsi manfaat didefinisikan sebagai sejauh mana
seseorang meyakini bahwa penggunaan system informasi tertentu akan
meningkatkan kinerjannya. Dalam meningkatkan kinerja seseorang melakukan
hasil kerja yang baik secara kualitas maupun kuantitas yang dicapai oleh
seseorang dalam melaksanakan tugas sesuai tanggung jawab yang diberikan.
Didalam buku yang berbeda dalam Wibowo (2010:10-20) menjelaskan bahwa
persepsi manfaat merupakan persepsi terhadap kemanfaatan yang didefinisikan
sebagai suatu ukuran yang mana penggunaan suatu teknologi dipercaya akan
22
STEI Indonesia
mendatangkan manfaat bagi orang yang menggunakannya. Dari definisi diatas
diketahui bahwa kegunaan persepsi manfaat yaitu suatu kepercayaan tentang
proses pengambilan keputusan. Dimana jika seseorang merasa percaya bahwa
sistem informasi berguna maka dia akan menggunakannya. Sebaliknya jika
seseorang merasa percaya bahwa sebuah sistem informasi kurang berguna maka
dia tidak akan menggunakannya.
Konsumen sudah tidak lagi menerima uang kembalian dalam bentuk
barang akibat pedagang tidak mempunyai uang kembalian bernilai kecil. Dalam
mengembangkan kinerja pekerjaan kemanfaatan dengan estimasi dua faktor
dibagi menjadi dua kategori lagi yaitu kemanfaatan dan efektifitas, dengan
dimensi masing yang dikelompokkan sebagai berikut:
1. kemanfaatan meliputi dimensi: (1) menjadikan pekerjaan lebih mudah (makes
job easier), (2) bermanfaat (usefull), (3) menambah produktifitas (increase
productivity,
2. efektifitas meliputi dimensi: (1) mempertinggi efektifitas (enchange
effectiveness), (2) mengembangkan kinerja pekerjaan (improve job
performance).
Jadi di dalam hipotesis ini persepsi manfaat dalam Gopay adalah
pandangan pelaku usaha mengenai manfaat yang diperolehnya dalam
menggunakan sistem pembayaran Gopay. Konsep ini juga berkaitan dengan
produktivitas, kinerja tugas atau efektivitas, pentingnya bagi tugas, dan
kebermanfaatan secara keseluruhan. Sebagaimana seseorang yang menggunakan
layanan Gopay apabila teknologi tersebut memberikan pengaruh positif terhadap
bisnisnya dan dapat meningkatkan kinerja.
2.2.7. Persepsi Risiko
Risiko adalah bahaya, akibat atau konsekuensi yang dapat terjadi akibat
sebuah proses yang sedang berlangsung atau kejadian yang akan datang. Persepsi
konsumen yang dihadapkan dengan konsekuensi yang tidak terduga dan tidak
pasti, beberapa diantaranya cenderung tidak menyenangkan. Ketidakpastian
lingkungan berasal dari jaringan komunikasi teknologi yang berada di luar kendali
23
STEI Indonesia
pengguna. Bahkan, operator teknologi informasi pun sulit untuk mengendalikan
(Priyono, 2017). Faktor lain yang bisa mempengaruhi minat seseorang adalah
terkait penggunaan dompet elektronik yang bisa saja diakibatkan oleh human
eror, kegagalan system atau tindakan peretas yang berakibat merugikan
penggunanya.
Secara sederhana persepsi risiko disebut suatu bidang ilmu yang
membahas tentang bagaimana suatu organisasi menerapkan ukuran dalam
memetakan berbagai permasalahan yang ada dengan menempatkan berbagai
pendekatan secara komprehensif dan sistematis (Fahmi, 2012: 56). Dimana
persepsi risiko yang sistematis dalam memahami, mengevaluasi dan menangani
risiko tersebut untuk memaksimalkan peluang tujuan yang dicapai dan
memastikan organisasi, individu dan masyarakat berkelanjutan.
Kotler dan Keller (2010:42) menyatakan jika produk dengan risiko tinggi
memiliki keterbatasan tentang sejauh mana loyalitas pembeli akan berlanjut.
Maka secara garis besar dapat disimpulkan bahwa risiko adalah suatu faktor yang
harus dipertimbangkan bagi konsumen jika ingin menggunakan sesuatu yang akan
mengakibatkan kerugian, karna risiko selalu dihubungkan dengan kemungkinan
terjadinya sesuatu yang merugikan dan tidak diduga atau tidak diinginkan.
Menurut Singleton (2018:65) menjelaskan bahwa jenis risiko lainnya yang
berhubungan dengan ketersediaan sistem atau kerusakan, hingga kegagalan sistem
adalah paling umum atas timbulnya masalah. Sehingga meskipun sistem
pembayaran Gopay banyak memberikan manfaat dan kepraktisan, masyarakat
masih cenderung bersikap skeptis terkait penggunaan aplikasi pembayaran digital.
Persepsi risiko merupakan penaksiran subyektif mengenai probabilitas tipe yang
menspesifikkan kecelakaan yang terjadi dan bagaimana kekhawatiran atau tidak
nyaman akan konsekuensi yang terjadi.
Persepsi risiko mencangkup evaluasi kemungkinan atas konsekuensi dari
akibat yang negatif, tiap orang mempertimbangkan sebelum memutuskan untuk
menggunakan payment, karena cenderung menghindari aplikasi yang rentan
dengan penipuan maupun tingkat keamanan yang rendah, sehingga hal tersebut
mampu mempengaruhi minat seseorang untuk menggunakan sistem pembayaran
Gopay. Risiko yang perlu dihadapi yaitu masih kurang pahamnya pengguna
24
STEI Indonesia
dalam menggunakan dompet digital seperti pengguna yang tidak menyadari jika
sudah menggunakan 2 kali dalam satu transaksi yang sama sehingga nilai uang
elektronik berkurang lebih besar dari nilai transaksi.
Semakin tinggi tingkat risiko yang dirasakan oleh individu maka semakin
rendah tingkat kepercayaan individu. Sebaliknya semakin rendah tingkat risiko
yang di rasakan oleh individu maka semakin tinggi tingkat kepercayaan individu.
Beberapa indikator yang digunakan untuk mengukur persepsi risiko menurut
Pavlou (2011:77) dalam Rahayu (2018) sebagai berikut:
1. Berupa adanya risiko tertentu
2. Mengalami kerugian
3. Memikiran bahwa berisiko
Berdasarkan definisi yang telah dijelaskan di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa terdapat kemungkinan terjadinya risiko yang akan mengalami kerugian
bila saldo Gopay berkurang karna adanya ketidakpastian atas terjadinya suatu
peristiwa, dimana ketidakpastian itu merupakan kondisi yang menyebabkan
tumbuhnya risiko baik dari berbagai aktivitas maupun ketika menggunakan
layanan dompet elektronik.
A. Karakteristik Risiko
Menurut Djojosoedarso (2010: 20), karakteristik risiko merupakan
ketidakpastian atas terjadinya suatu peristiwa dan merupakan ketidakpastian yang
apabila terjadi akan menimbulkan kerugian. Menurut Djojosoedarso (2010:22)
risiko mempunyai karakteristik, antara lain :
1. Berupa kerugian atas harta milik, kekayaan atau penghasilan. Misalnya
diakibatkan oleh kebakaran, pencurian, pengangguran dan sebagainya.
2. Berupa penderitaan seseorang, misalnya sakit atau cacat karena
kecelakaan.
3. Berupa tanggung jawab hukum, misalnya risiko dari perbuatan atau
peristiwa yang merugikan oranglain.
4. Berupa kegiatan karena perubahan keadaan pasar, misalnya terjadi
perubahan harga, perubahan selera konsumen dan sebagainya.
25
STEI Indonesia
2.2.8. Minat Menggunakan Gopay
Minat adalah suatu keinginan seseorang untuk melakukan suatu perilaku
tertentu. Seseorang akan melakukan suatu perilaku jika memiliki keinginan atau
minat untuk melakukannya (Jogiyanto, 2014:116). Ketika seseorang menilai
bahwa seseuatu akan memiliki manfaat, maka akan menjadi berminat, lalu hal
tersebut akan mendatangkan kepuasan. Maka minat memiliki hubungan dengan
nilai-nilai yang membuat seseorang mempunyai pilihan dalam hidupnya.
Gopay adalah dompet elektronik untuk menyimpan saldo atau Gojek
Credit yang dapat digunakan untuk membayar transaksi-transaksi yang berkaitan
dengan layanan di dalam aplikasi Gojek. Cara mengisi ulang saldo Gopay dapat
melalui pengemudi gojek, mini market atau melalui bank. Merujuk pada Theory
Acceptance Model yang dirancang untuk memprediksi penerimaan atau
penggunaan teknologi oleh pengguna, maka dalam penelitian ini ingin melihat ada
atau tidaknya perbedaan penggunaan Gopay di Cempaka Putih. Penggunaan
Gopay disini adalah kondisi dimana pengguna sudah benar-benar menggunakan
Gopay.
Dalam Maghfira (2018) menyatakan bahwa penggunaan Gopay sendiri
sudah termasuk dalam konteks sistem informasi dimana disebutkan penggunaan
sesungguhnya, dalam bentuk pengukuran terhadap frekuensi durasi waktu
teknologi. Penggunaan sesungguhnya diukur sebagai jumlah waktu yang
digunakan untuk berinteraksi dengan suatu teknologi dan besarnya frekuensi.
Bahkan seseorang yang sudah menggunakan sistem akan merasa puas jika
meyakini bahwa sistem tersebut mudah digunakan dan meningkatkan
produktifitasnya.
Selain itu banyak fitur-fitur yang ada di dalam Gopay, antara lain yaitu:
1. Bayar: Fitur ini merupakan penggabungan dari fitur Scan QR dan Transfer
di versi terdahulu. Fitur ini berguna untuk melakukan transfer saldo gopay
ke sesama pengguna aplikasi gojek, dan melakukan pembayaran di Rekan
Usaha gopay atau di toko online dengan memindai kode QR, atau dengan
menunjukkan Kode gopay pada tampilan scan (khusus untuk pembayaran
di Alfamart).
26
STEI Indonesia
2. Promo: Fitur ini berguna untuk melihat informasi tentang promo gopay
yang sedang berlangsung.
3. Isi Saldo: Fitur ini digunakan untuk mengisi saldo gopay dengan BCA
OneKlik dan melihat cara isi saldo gopay melalui ATM, Internet Banking,
Mobile Banking, Driver, Alfa Group, dan Pegadaian
4. Mission: Fitur ini digunakan untuk melihat misi-misi yang bisa Anda
lakukan untuk mendapatkan hadiah.
5. Minta: Fitur ini digunakan untuk menampilkan kode QR gopay akun Anda
untuk menerima transfer dari akun gopay lainnya melalui fitur Scan QR.
6. Riwayat: Fitur ini digunakan untuk melihat riwayat transaksi penggunaan
saldo gopay.
7. Tarik: Anda bisa menggunakan fitur ini untuk melakukan tarik tunai
dengan mengirimkan saldo gopay ke rekening akun bank yang telah
terdaftar di akun gopay Anda.
8. Voucher: Anda bisa menggunakan fitur ini untuk menukar kode voucher
yang dimiliki (jika ada). Pastikan Anda memasukkan kode voucher dengan
benar dan voucher masih berlaku.
9. Bills: Fitur ini digunakan untuk menggunakan layanan GO-BILLS.
10. Pulsa: Fitur ini digunakan untuk menggunakan layanan GO-PULSA.
11. Pengaturan: Fitur ini digunakan untuk melihat status upgrade gopay,
mendaftarkan akun bank untuk fitur ‘Tarik’, mengatur PIN gopay Anda,
serta informasi ketentuan layanan gopay.
12. Bantuan: Anda bisa menggunakan fitur ini untuk melihat berbagai
informasi
A. Keuntungan Menggunakan Gopay
Gopay juga memiliki sejumlah fitur umum dan juga keuntungan yang
dapat dinikmati oleh para penggunanya, antara lain adalah sebagai berikut:
1. Layanan Transaksi Beragam
Dapat melakukan berbagai macam transaksi pembayaran untuk semua
layanan yang tersedia di dalam aplikasi Gojek.
2. Transaksi 24 Jam
27
STEI Indonesia
Pengguna juga dapat melakukan transaksi pembayaran dengan
menggunakan Gopay kapan saja dan dimana saja selama 24 jam penuh.
3. Menawarkan berbagai promo menarik
Pengguna dapat menikmati berbagai macam promo khusus dan menarik
dari Gojek di setiap kali melakukan transaksi dengan menggunakan
Gopay. Promosi seperti cashback atau diskon menjadi salah satu hal yang
menarik pengguna untuk menggunakan layanan tersebut.
Penawaran pada program seperti Pay Day dari Gopay dapat dirasakan oleh
para pengguna dompet digital. Adapula yang memberikan poin imbalan
serta tambahan produk gratis, seperti T-Cash. Hal itu dapat membantu
meningkatkan arus kas Anda secara marginal.
4. Kemanan Terjamin
Keamanan dalam menggunakan Gopay ini sangatlah terjamin, karena
Gopay menggunakan system yang sangat mutakhir sehingga setiap
transaksi pembayaran saldo dan informasi data diri pengguna akan lebih
aman.
5. Go Points
Terakhir adalah layanan Go Points. Pengguna dapat mengumpulkan token
di setiap kali melakukan transaksi menggunakan Gopay. Token tersebut
nantinya dapat kalian tukar dengan Go Points dan dapatkan juga beragam
voucher menarik dari Gopay.
B. Kelemahan Menggunakan Gopay
1. Layanannya Masih Terbatas
Meskipun menawarkan banyak kemudahan namun layanan Gopay ini
masih terbatas. Gopay ini hanya bisa digunakan untuk merchant yang
sudah bekerja sama dengan penerbit Gopay itu sendiri.
2. Tidak Menawarkan Timbal Balik
Gopay tidak sama dengan rekening bank yang mana jika semakin banyak
uang kita yang didepositkan maka tidak ada bunga sama sekali.
Keunggulannya Gopay tidak membebani biaya administrasi yang mampu
28
STEI Indonesia
mengurangi saldo dompet kita. Ini artinya uang kita di Gopay tidak akan
berkembang.
3. Cenderung lebih boros
Dengan menggunakan metode cashless, tentu Anda tidak menggunakan
uang dalam bentuk fisik. Hal ini lama kelamaan dapat mengubah
kebiasaan belanja Anda. Ketika membayar dengan uang tunai, anda
tentunya mengeluarkan sejumlah uang secara fisik secara sadar.
Sedangkan ketika anda menggunakan metode cashless, walau Anda tahu
sudah mengeluarkan uang, tetapi transaksi tersebut tidak terjadi secara
fisik. Hal ini mengakibatkan berkurangnya kesadaran sehingga akan
muncul kecenderungan untuk terus menghabiskan uang dan akhirnya
berujung pada pemborosan.
4. Sulit untuk mengecek saldo
Sulitnya mengecek saldo menjadi kekurangan menggunakan gopay .
Sehingga saat melakukan pembayaran bias jadi konsumen tidak
mengetahui saldonya habis. Seperti, saat membayar di gerbang tol,
pengendara terpaksa meminta bantuan petugas karena tak mengetahui jika
saldonya habis. Akibatnya, terjadi hambatan saat transaksi.
5. Terbatasnya merchant yang bekerja sama dengan penerbit
Belum banyaknya merchant yang menyediakan fasilitas uang elektronik di
Indonesia. Ini membuat seseorang yang memiliki uang elektronik menjadi
tidak maksimal menggunakan kartunya. Bahkan untuk beberapa merchant,
misalnya perusahaan taksi yang sudah menggunakan uang elektronik,
terkadang supirnya menyembunyikan alat ini. Alasannya, mereka tidak
bisa mendapat uang lebih. Berbeda jika dibayar tunai, ada kelebihan uang
yang bisa mereka terima.
2.3. Pengembangan Hipotesis
2.3.1. Pengaruh Persepsi Kemudahan (Perceived Ease of use) Terhadap
Penggunaan Gopay
TAM adalah suatu model penerimaan sistem informasi yang akan
digunakan oleh pemakai (user) (Jogiyanto, 2014:135). Dimana model TAM ini
29
STEI Indonesia
sering digunakan oleh pengguna untuk sistem tersebut. TAM dibagi menjadi dua
faktor dalam pemakaian sistem informasi ditentukan oleh Perceived of
Usefullness dan Perceived ease of Use. Ease of use adalah suatu keyakinan
pengguna teknologi tertentu bahwa pengguna menggunakan system teknologi
tersebut akan merasakan atau mendapatkan kemudahan untuk tidak mengeluarkan
tenaga lebih dalam melakukan pekerjaan atau yang lainnya.
Menurut Jogiyanto (2014: 115) Kemudahan didefinisikan sebagai sejauh
mana seorang percaya bahwa menggunakan suatu teknologi akan bebas dari
usaha. Kemudahan penggunaan yang sendiri seperti mudah dipelajari, mudah
dipahami, simple dan mudah pengoprasiannya (Jogiyanto, 2014: 129). Dengan
demikian, semakin mudah system penggunaan gopay maka tidak akan
mempersulit seseorang untuk menggunakan gopay.
Menurut penelitian Maghfira (2018), Sitinjak (2019), Pratama (2019),
Rahayu (2018), dan Genady (2018) menunjukkan bahwa persepsi kemudahan
mempengaruhi secara positif dan signifikan terhadap penggunaan sistem
pembayaran Gopay. Berdasarkan penjelasan di atas dan hasil penelitian
sebelumnya, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:
H1: Persepsi Kemudahan (Perceived Ease of Use) berpengaruh positif
terhadap penggunaan sistem pembayaran gopay.
2.3.2. Pengaruh Persepsi Manfaat Terhadap Penggunaan Sistem
Pembayaran Gopay
Persepsi Manfaat (Perceived Usefulness) didefinisikan sejauh mana
seseorang percaya, bahwa dalam penggunaan teknologi akan meningkatkan
kinerja pekerjaan Menurut Budiman (2019) menjelaskan mengenai persepsi
manfaat bahwa dengan menggunakan Gopay konsumen akan lebih merasakan
manfaat yang besar ketika biaya yang mereka keluarkan lebih kecil dari pada
manfaat yang mereka peroleh. Pendapat tersebut didukung oleh penelitian
Pratama (2019) yang menyatakan bahwa persepsi manfaat berpengaruh positif
terhadap penggunaan Gopay.
Menurut Adiyanti (2015) dalam Rahayu (2018) mengatakan bahwa
manfaat produk yang baru banyak akan meningkatkan minat pengguna dalam
bertransaksi menggunakan gopay, ketika produk baru tersebut sangat bermanfaat
30
STEI Indonesia
dalam penggunaanya, maka akan banyak pula pengguna yang semakin tertarik
dalam menggunakan produk baru tersebut. Sehingga manfaat yang diterima oleh
pengguna Gopay diharapkan dapat meningkatkan sistem pembayaran Gopay di
masyarakat atau pengguna Gopay.
Persepsi manfaat dipengaruhi oleh pengaruh social dari lingkungan sekitar,
seperti yang diketahui orang hanya akan melihat sesuatu yang bermanfaat apabila
orang tersebut mengetahui lingkungan terdekatnya juga menggunakan (Gu et al.,
2010). Penelitian tersebut menjelaskan bahwa persepsi manfaat dapat membuat
orang akan menggunakan kembali produk teknologi informasi tersebut. Dalam
ketentuan Bank Indonesia tentang gambaran umum perkembangan pembayaran
non tunai dalam perekonomian Indonesia menerangkan bahwa persepsi manfaat
adalah kemudahan dan kenyamanan, lebih aman dan pengeluaran menjadi lebih
terkendali. Alasan lainnya yaitu jika masyarakat senang dengan produk baru yang
sedang trend serta banyak memberikan manfaat.
Seseorang yang menggunakan produk atau layanan dapat memperoleh
manfaat untuk meningkatkan kinerja pekerjaan mereka menjadi lebih efektif dan
juga dalam hal-hal lain. Semakin tinggi tingkat manfaat yang diterima oleh
pengguna Gopay maka semakin tinggi pula tingkat penggunaan sistem
pembayaran Gopay tersebut. Manfaat yang diperoleh dari Gopay dengan
penawaran transaksi online akan menimbulkan persepsi positif dan negative bagi
pengguna aplikasi Gojek.
Hal ini didukung oleh penelitian Rahayu (2018), Maghfira (2018), dan
Karim (2018) yang menunjukkan bahwa persepsi manfaat berpengaruh signifikan
terhadap penggunaan sistem pembayaran Gopay dan menjadi faktor yang
dipertimbangkan pada pelanggan untuk menggunakan Gopay. Berdasarkan
penjelasan di atas dan hasil penelitian sebelumnya, maka hipotesis dalam
penelitian ini adalah:
H2 : Persepsi Manfaat (Perceived Usefullnes) berpengaruh positif
terhadap penggunaan sistem pembayaran Gopay.
31
STEI Indonesia
2.3.3. Pengaruh Persepsi risiko Terhadap Penggunaan Sistem Pembayaran
Gopay
Persepsi risiko merupakan suatu persepsi tentang ketidakpastian dan
konsekuensi-konsekuensi yang tidak diinginkan dari menggunakan produk atau
layanan. Saat ini terdapat dua ketidakpastian yang muncul dalam teknologi baru:
ketidakpastian lingkungan (environmental uncertainty) dan ketidakpastian
perilaku (behavioural uncertainty) (Pavlou, 2011). Ketidakpastian yang dialami
konsumen bisa terjadi ketika suatu layanan atau produk yang menghadirkan
teknologi tidak menyenangkan. Beberapa konsumen juga memiliki pandangan
tersendiri terhadap sesuatu yang masih tergolong baru. Namun disisi lain
pengguna juga memikirkan mengenai kelemahan e-wallet seperti sistem yang
kurang mendukung atau ketika kita sedang di kota kecil tidak menemukan gerai
dengan mesin pemindai untuk menggunakan e-wallet. Potensi kehilangan maupun
penurunan kemampuan finansial baik yang diakibatkan oleh penyelahgunaan,
penipuan maupun forcemajeur dari kegiatan FinTech. Mengingat berbagai risiko
yang harus dihadapi tersebut maka untuk meminimalisasi risiko, penyelenggaraan
e-money merupakan aspek penting yang harus diatur dalam mewujudkan kerangka
hukum yang kuat serta mampu memberikan jaminan perlindungan terhadap
konsumen dan merchant.
Menururt (Frederich, 2011:77) mengatakan bahwa meskipun e-money
memberikan kemudahan dan menjadi lebih efisien daripada system pembayaran
dengan menggunakan kertas, beberapa faktor yang tidak mendukung hilangnya
system pembayaran dengan kertas. Pertama sangat mahal jika menggunakan
komputer, kartu pembaca dan jaringan telekomunikasi yang diperlukan untuk
membuat uang elektronik menjadi bentuk pembayaran yang dominan. Kedua, alat
pembayaran elektronik mendorong peningkatan kemanan dan pertimbangan
pribadi. Kita sering mendengar dari berita-berita media yang menunjukkan
penelusup masuk mengaskses basis data komputer untuk mengambil informasi
yang tersimpan. Oleh karena itu konsumen khawatir akan kehilangan uang yang
secara mendadak.
Hasil wawancara juga mempertimbangkan keamanan sebagai salah satu
alasan mengapa mereka menggunakan e-wallet. Variabel ini diteliti sebagai salah
32
STEI Indonesia
satu faktor yang mempengaruhi sikap konsumen penggunaan e-wallet (Miliani
dan purwanegara 2013). Penelitian lain juga menunjukan bahwa hasil dari
variabel risiko berpengaruh negatif terhadap penggunaan ATM (Astuti dan Sakti,
2017). Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa persepsi
berpengaruh negatif terhadap minat individu dalam penggunaan sistem
pembayaran Gopay. Diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Rahayu (2018),
Priyono (2017), Miliani dan Purwanegara (2013).
H3: Persepsi risiko berpengaruh negatif terhadap sistem penggunaan
pembayaran gopay
2.4. Kerangka Konseptual
Gambar 2.1. Kerangka Konseptual