Pembina & Penanggung Jawab: Kepala Balai Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih
Pimpinan Redaksi: Ir. Suprihatna
Pengarah/Editor: Manerep Siregar, S.P., M.Si.
Staff Redaksi: Lidia Tesa Vitasari Seputro, S.Si., Rini Purwanti, S.Si.,
Veve Ivana Pramesti, S.Hut., Muhibuddin Danan Jaya, A.Md
Layout : Lidia Tesa Vitasari Seputro, S.Si
Desain Cover : Muhibbuddin Danan Jaya, A.Md
Sumber Gambar : Dokumentasi BBTNTC
Buletin Tritonis (Tanggap, Realistis, Informatif
dan inspiratif)
Merupakan media informasi dan komunikasi kon-servasi untuk menyebarluaskan informasi kon-servasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya secara umum, pengelolaan-pengelolaan sum-berdaya alam hayati dan ekosistemnya serta pengembangan kawasan konservasi Taman Na-
Alamat Redaksi Balai Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih Jln. Essau Sesa-Sowi Gunung Manokwari-Papua Barat Telp : (0986)212303 Fax : (0986)214719 E-mail : [email protected] Website: telukcenderawasih-nationalpark.org
B u l e t i n t r i t o n i s , e d i s i I I A g u s t u s 2 0 1 3
B a l a i B e s a r T a m a n N a s i o n a l
T e l u k C e n d e r a w a s i h
S e k a p u r S i r i h Seiring upaya peningkatan pengelolaan kawasan konservasi
menggunakan pola pengelolaan berbasis resort, menggugah
pihak Balai Besar TNTC untuk turut melaksanakannya.
Kegiatan Inhouse Training Resort Base Management diusung
sebagai salah satu liputan dalam edisi II ini. Dengan tema
utama Keanekaragaman Hayati Dalam Kawasan TNTC,
berbagai artikel mengenai flora dan fauna dalam kawasan
mencoba dikupas dalam masing-masing artikel. Ketimun laut,
terumbu karang, lumba-lumba, serta kima melengkapi isi bul-
letin ini.
Penyusunan Buletin Tritonis edisi II ini menjadi salah satu
bentuk penyebaran informasi kepada publik mengenai be-
berapa kegiatan yang dilaksanakan pihak Balai Besar TNTC
serta mengupas beberapa potensi yang terdapat dalam kawa-
san yang ditetapkan sebagai kawasan konservasi ini.
Semoga tulisan/artikel pada edisi II bulan Agustus ini dapat
bermanfaat dan menambah pengetahuan pembaca. Akhirnya
segenap Tim Redaksi Buletin Tritonis mengucapkan selamat
Liputan
Inhouse Training Resort Base Mana-
gement di BBTNTC
Inhouse Training Pengelolaan Data-
base dan Penyusunan Laporan
3
Serba-serbi Kisah Penyu dan Kepiting
37
Berita Gambar 20 Kabar Kawasan Speed Gorano Riwayatmu Kini 30
Biodiversity Sang Penerbang yang Mulai Menying-
kir 35
D a f t a r I s i
S U S U N A N R E D A K S I
Kemitraan Sinergitas Pengembangan Pariwisata
Alam Taman Nasional Teluk
Cenderawasih
32
Artikel
Keanekaragaman Hayati Fauna
Penghuni Ujung Timur Indonesia
Mengenal Si Ketimun Laut
Penetapan Spesies Prioritas Kawa-
san TNTC Sebagai Upaya Men-
dukung IKU Ditjen PHKA
Sekilas Tentang Terumbu Karang di
Kawasan TNTC
Lumba-Lumba, Spesies Prioritas di
Taman Nasional Teluk
Cenderawasih
Pemberdayaan Masyarakat Akudio-
mi Melalui Program Ekowisata Hiu
Paus (Whale Shark) (Bagian II. Pem-
belajaran Dari Filipina)
Raksasa Lembut Penyelamat Lau-
tan yang Terancam Punah
Pola Mobilitas Whale Shark Sebagai
Salah Satu Konsep Konservasi Bio-
diversitas Lintas Negara
Jangan Biarkan Karangku Memutih
dan Hancur
09
Kegiatan Inhouse Training RBM di BBTNTC yang
dilaksanakan selama tiga hari di kantor BBTNTC
dan diikuti sebanyak 25 pegawai dari Bidang
Pengelolaan Wilayah Taman Nasional maupun
Seksi Pengelolaan Wialayah Taman Nasional
lingkup BBTNTC ini dilaksanakan dengan metode
ceramah, diskusi dan praktek. Kegiatan In House
Training RBM dibuka secara resmi oleh Bapak
Kepala Balai Besar TNTC, Ir. Ben G Saroy, M.Si. Da-
lam sambutannya beliau menekankan bahwa RBM
sebenarnya secara praktek sudah lama dilakukan
namun sekarang lebih disempurnakan pelaksanaan
kegiatannya dengan sistem informasi manajemen.
Lebih lanjut Kepala BBTNTC menyampaikan bahwa
RBM membutuhkan data yang asli/faktual tentang
persoalan kawasan konservasi sehingga dapat
mendukung administrasi yang baik. Harapannya
dari sistem ini dapat memunculkan potensi Balai
Besar TNTC di tingkat nasional. Kegiatan SIM-RBM
merupakan kegiatan yang telah dilaksanaan oleh
beberapa UPT Taman Nasional di Indonesia, se-
S aat ini di Balai Besar Taman Nasional Teluk
Cenderawasih (BBTNTC) belum dibentuk
resort-resort pengelolaan sehingga
pelaksanaan tugas-tugas pengelolaan di lapangan
terkait dengan bidang perlindungan/pengamanan,
pelestarian/pengawetan dan pemanfaatan yang
lestari atau yang biasa disebut dengan 3P belum
dapat berjalan optimal. Adanya resort pengelolaan
di kawasan taman nasional dapat mengoptimalkan
pelaksanaan tugas-tugas pengelolaan di lapangan
sehingga inilah yang merupakan cikal bakal atau
lebih dikenal sebagai sistem Pengelolaan Berbasis
Resort. Sebelum berjalannya resort pengelolaan di
BBTNTC perlu adanya pemahaman dan kesamaan
pandangan mengenai pengelolaan berbasis resort
ini sehingga dalam pelaksanaannya dapat berjalan
efektif dan optimal. Mengacu pada kondisi di atas,
Balai Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih
menyelenggarakan kegiatan Inhouse Training
Resort Base Management pada tanggal 10–12 Juni
2013.
P a g e 3 E d i s i I I A g u s t u s 2 0 1 3
I n h o u s e T r a i n i n g R e s o r t B a s e
M a n a g e m e n t d i B B T N T C
L I P U T A N
Sebuah awal perubahan ke arah yang lebih baik
dalam pengelolaan kawasan konservasi… . Hermadi, S.Pi., MT., M.Sc*)
Taman Nasional Gunung Gede Pangrango yaitu
Bapak Ardi Andono. Beliau telah lama berpe-
ngalaman mengelola kawasan berbasis resort di TN
Gunung Gede Pangrango. Selanjutnya beliau
menyampaikan bahwa sebenarnya tally sheet dari
KKBHL tidak terlalu dipakai di kawasannya karena
BBTNGGP telah mengembangkan sendiri tallysheet
berbasiskan web. Selanjutnya beliau menyam-
paikan bahwa pengelolaan berbasis resort telah
ada di TNGGP sejak tahun 1997-an. Namun pada
saat itu tidak menggunakan istilah RBM, sehingga
bisa dikatakan RBM merupakan produk lama
dengan kemasan baru. Lebih lanjut beliau menyam-
paikan bahwa RBM telah berkembang namun be-
lum optimal dalam pelaksanaannya. Solusi yang be-
liau sampaikan adalah perlu upaya untuk mening-
katkan kualitas SDM tentang pengelolaan berbasis
resort. Dalam penerapan RBM di TNGGP perlu
adanya tahapan, yang pertama pra-kondisi dan beri-
kutnya adalah tahap implementasi. Dalam tahap
pra-kondisi, bisa dimulai dengan pembentukan Tim
Kerja RBM tingkat UPT. Kemudian menyusun
rencana pengelolaan berbasis resort minimal sela-
ma 1 tahun serta membangun sistim informasi.
Materi di lanjutkan dari BBKSDA NTT yaitu
saudara Juna Mardani dan saudara Isai Yusidarta
yang berbagi pengalaman pengelolaan kawasan
berbasis resort di wilayah kerja KSDA NTT. Mereka
menyampaikan materi tentang bagaimana mengel-
ola informasi di lapangan ke dalam tally sheet. Da-
lam slide presentasi tersebut diperlihatkan bebera-
pa tally sheet yang digunakan BBKSDA NTT. Mereka
berkesimpulan bahwa tally sheet adalah salah satu
metoda untuk memperoleh data yang berbentuk
daftar yang berisi pernyataan dan pertanyaan yang
ingin diselidiki dengan memberi tanda/keterangan
sederhana. Alat ini berupa lembar pencatatan data
secara mudah dan sederhana, sehingga
menghindari kesalahan-kesalahan yang mungkin
terjadi dalam pengumpulan data. Sedangkan tujuan
dari tally sheet itu sendiri adalah menyusun data
secara sistematis, sehingga data itu dapat di-
pergunakan dengan mudah, memisahkan antara
opini dan fakta, dan memudahkan proses pengum-
dangkan untuk UPT BBTNTC baru pertama kali di-
laksanakan. Pada kesempatan yang sama Bapak
Kepala Balai Basar memberikan arahannya kepada
semua peserta agar mengikuti kegiatan ini dengan
baik karena akan berdampak positif baik bagi
pribadi maupun bagi organisasi BBTNTC.
Selanjutnya kegiatan dilanjutkan pemaparan
tentang filosofi RBM yang di sampaikan oleh Kepala
BBKSDA Papua, Ir. MG Nababan. Dalam
presentasinya beliau menegaskan pentingnya
kinerja seorang staf di lapangan. Dari pengalaman
di TN Karimun Jawa, Bapak Ir. MG Nababan
mengharapkan hal ini dapat menginspirasi rekan-
rekan di BBTNTC untuk dapat menerapkan konsep
RBM di kawasan ini.
Materi selanjutnya disampaikan oleh Kepala
Bidang Teknis Konservasi BBTNTC, Bapak Ir.
Suprihatna tentang „Motivasi dan Etos Kerja‟. Beliau
menyampaikan definisi motivasi yaitu „alasan‟ dari
dalam untuk melakukan kegiatan. Seseorang
dikatakan memiliki motivasi tinggi jika orang
tersebut memiliki alasan yang sangat kuat untuk
mencapai apa yang diinginkannya dengan
mengerjakan pekerjaannya yang sekarang.
Sedangkan „etos‟ berasal dari bahasa Yunani; akar
katanya adalah ethikos, yang berarti moral atau
menunjukkan karakter moral. Dalam bahasa Yunani
kuno dan modern, etos punya arti sebagai
keberadaan diri, jiwa, dan pikiran yang membentuk
seseorang. Sehingga etos kerja dapat diartikan
moral atau karakter moral atau keberadaan diri,
jiwa, dan pikiran seseorang dalam melakukan suatu
pekerjaan. Selanjutnya beliau menyampaikan hal-
hal yang dapat mengganggu kelangsungan
organisasi salah satunya adalah penyalahgunaan
wewenang. Penyalahgunaan wewenang
mengindikasikan bahwa organisasi sudah tidak
sehat lagi. Beliau berkesimpulan motivasi dan etos
kerja yang tinggi dapat menunjang organisasi dan
sebaliknya.
Pelaksanaan kegiatan ini di isi oleh pemaparan
pengalaman dari berbagai narasumber. Salah
satunya pemateri dari Kepala Seksi P3 Balai Besar
LIPUTAN….
P a g e 4 B u l e t i n t r i t o n i s
LIPUTAN….
P a g e 5
menjadi mendukung dan intensif.
Menjelang siang, kegiatan ini dilengkapi dengan
rumusan hasil kegiatan In House Training RBM. Inti
dari rumusan ini adalah unsur pimpinan BBTNTC
dan segenap staff BBTNTC berkomitmen untuk
mendukung dan membantu terlaksananya
pengelolaan TNTC berbasis resort sesuai dengan
tugas pokok dan fungsinya. Sedangkan sapras dan
pendukungnya hanya merupakan faktor penunjang
keberhasilan RBM. Kesuksesan RBM itu sendiri
terletak pada sumber daya manusianya yang mau
dan mampu membangun sistem informasi pada
tingkat lapangan/resort. Kemudian acara ini ditutup
secara resmi oleh Kepala BBTNTC. Dalam pesannya
beliau menyampaikan pembentukan resort sedang
dalam proses dan diharapkan personil yang ada di
l a p a n g a n b e r s u n g g u h - s u n g g u h u n t u k
melaksanakan konsep RBM ini karena BBTNTC
diberi batas waktu hingga Agustus atau September
tahun ini untuk segera menerapkan RBM.
− ☼ −
pulan data terutama untuk mengetahui bagaimana
sesuatu masalah sering terjadi. Setiap kawasan
memiliki karakternya masing-masing sehingga tally
sheet yang dibutuhkan juga berbeda sesuai dengan
tujuan yang telah dirumuskan terlebih dahulu oleh
semua pihak.
Sementara itu wakil dari Direktorat KKBHL yaitu
Bapak Achmad Munawir berkesempatan menyam-
paikan materi „Pengelolaan TN yang efektif melalui
RBM. Dalam pengantarnya beliau menggambarkan
kondisi pengelolaan kawasan konservasi saat ini
yaitu perencanaan kawasan konservasi cenderung
top-down belum mengakomodasi pendekatan
bottom-up. Begitu juga dengan fenomena masih
banyaknya petugas tidak hadir di lapangan yang
menyebabkan kawasan seperti „tidak bertuan‟. Pa-
da beberapa pengelola kawasan kegiatan hanya
berorientasi pada output proyek, sehingga ketika
selesai kegiatan, selesai pula tanggungjawab. Be-
liau juga menyoroti masalah integrasi dengan
sektor/pihak lain yang masih lemah sehingga
kelembagaan pengelola kawasan belum berjalan
efektif. Di tingkat tapak, belum optimalnya sistem
informasi yang mantap sehingga pada tingkat balai,
perencanaan dan kebijakan belum didasarkan
atas data yang lengkap, akurat, dan times series.
Sehingga dibutuhkan suatu sistem yang mampu
mendekatkan fungsi-fungsi pengelolaan ke tingkat
tapak. Salah satu solusi yaitu melalui Sistem
Pengelolaan Berbasis Resort (Resort Based Mana-
gement/RBM). RBM itu sendiri merupakan sistem
pengelolaan yang menjadikan resort sebagai unit
pengelolaan terkecil dan ujung tombak di tingkat
lapangan atau dengan kata lain sistem yang
dibangun untuk meningkatkan kehadiran staf di
lapangan dan penguasaan staf terhadap potensi,
masalah, tantangan, dan solusi. Pada kesempatan
yang sama, beliau juga menyajikan gambaran be-
berapa kawasan konservasi yang telah menerapkan
RBM dengan berbagai tingkatan. Sayangnya kawa-
san TNTC masih kurang mendukung pada tahap pra
-kondisi dan kurang intensif pada tahap implemen-
tasi. Sehingga semua peserta sepakat untuk mem-
bantu BBTNTC dalam meningkatkan status „kurang‟
E d i s i I I A g u s t u s 2 0 1 3
*)PEH Pertama pada BBTNTC
I n h o u s e T r a i n i n g P e n g e l o l a a n
D a t a b a s e K a w a s a n d a n
P e n y u s u n a n L a p o r a n
L I P U T A N
P a g e 6 B u l e t i n t r i t o n i s
Batabase yang selalu terbarui dan terkelola dengan
baik, menjadi awal pengelolaan yang terarah… . Veve Ivana Pramesti,S.Hut*)
Nasional Teluk Cenderawasih yang merupakan sa-
lah satu unit pelaksana teknis Kementerian Kehu-
tanan, maka di selenggarakanlah In House Training
Pengelolaan Data Base Kawasan dan Penyusunan
Laporan. Kegiatan ini diselenggarakan dengan
tujuan agar pegawai Balai Besar Taman Nasional
Teluk Cenderawasih mampu mengembangkan
keahliannya dalam menghimpun, mengolah dan
menyajikan data serta informasi potensi Taman na-
sional secara baik dan akurat.
Dalam pelaksanaan kegiatan ini dilakukan
dengan tiga metode yaitu ceramah, diskusi dan
praktek. Sedangkan materi-materi kelas dan prak-
tek yang disampaikan dalam kegiatan ini adalah
materi penyusunan laporan yang baik, sharing pe-
ngalaman tim resort base management Taman Na-
sional Ujung Kulon dan aplikasi sistem informasi
manajemen resort based management.
K etersediaan data base kawasan dan
keapikan serta keakuratan pelaporan aktivi-
tas kegiatan yang berhubungan dengan ka-
wasan konservasi merupakan salah satu unsur
yang penting bagi manajemen suatu konservasi. Da-
lam konteks ini dianggap unsur yang penting karena
menyangkut perananya sebagai dasar dalam
pengambilan kebijakan pengelolaan suatu kawasan
konservasi ataupun sebagai sumber informasi ter-
lengkap dan terbaru ke publik maupun ke atasan
langsungnya akan suatu kondisi kawasan konserva-
si. Mengingat begitu penting perananya, sudah se-
layaknya menjadi suatu keharusan bagi Balai Besar
Taman Nasional Teluk Cenderawasih sebagai
pengelola kawasan konservasi untuk memiliki data-
base kawasan yang berkualitas.
Guna mendukung tupoksi pengelolaan kawasan
konservasi yang di emban oleh Balai Besar Taman
LIPUTAN….
E d i s i I I A g u s t u s 2 0 1 3 P a g e 7
umum wilayah (untuk kegiatan di lapangan) yang
memuat letak geografis, potensi sosial ekonomi dan
budaya, kondisi biofisik kawasan, jenis tumbuhan
yang dominan dan jenis satwa yang ada, metode
pelaksanaan kegiatan, hasil dan pembahasan. Da-
lam penyajian hasil haruslah memahami tentang
suatu jenis atau kondisi habitat yang sedang diteliti
dan dalam pembahasan harus ada data series pem-
bandingnya. Setelah hasil dan pembahasan diikuti
oleh penutup, daftar pustaka dan lampiran.
Sharing Pengalaman Tim Resort Base Management
Sebelum melangkah ke materi dan praktek apli-
kasi sistem informasi manajemen resort based
management, terlebih dahulu dilakukan sharing
pengalaman tim resort base management Taman
Nasional Ujung Kulon (TNUK) dengan peserta in
house training pengelolaan data base kawasan dan
penyusunan laporan. Dalam sharing ini dikemukan
bahwa di Taman Nasional Ujung Kulon mulai di ben-
tuk tim kerja RBM mulai tahun 2012. Pada tahun
2012 TNUK memiliki 13 resort dengan pembagian
grid wilayah survei resort seluas 1 km2 guna mem-
permudah petugas menentukan lokasi kegiatan.
Sistem kerja tim resort base management adalah
dengan membentuk flying tim yang bertujuan untuk
menjemput permasalahan yang ada di lapangan
dan melakukan pendampingan serta fasilitasi
implementasi resort base management di tingkat
resort. Tim ini terdiri dari para petugas-petugas yang
antusias dan semangat untuk mengawal
pelaksanaan resort base management di TNUK.
Disamping itu, juga dilakukan pertemuan dua
mingguan tim resort base management balai sejak
bulan Juni 2012 untuk melakukan percepatan
implementasi resort base management. Pada resort
di TNUK telah dilengkapi dengan sarpras kantor re-
sort, netbook, GPS, kamera dan personal use untuk
petugas resort. Di tahun 2013 ini direncanakan re-
sort yang jumlahnya 13 akan ditambah 2 resort lagi
menjadi 15 resort.
Penyusunan Laporan yang Baik
Dalam pemaparan materi penyusunan laporan
yang baik yang disampaikan oleh Kepala Balai Be-
sar Taman Nasional Teluk Cenderawasih, dijelaskan
bahwa laporan merupakan pelaporan segala sesu-
atu tentang keadaan sesuai tanggung jawab yang
didasarkan pada informasi fakta dan data yang ada
di lapangan.Tujuan pembuatan laporan adalah se-
bagai berikut:
Mengatasi suatu masalah;
Mengetahui perkembangan kondisi atau alat
pengukur kemajuan;
Alat pengawasan/perbaikan kedepan;
Alat penemuan metode-metode yang baru.
Laporan yang baik haruslah sistematis dan
sesuai dengan metode yang disepakati secara
umum dan disertai peta sesuai standar. Bahasa da-
lam laporan juga harus sesuai dengan kelompok
pembaca yang mengaksesnya, apakah kelompok
orang tua, anak sekolah ataupun mahasiswa. Isi
dan substansi laporan hendaknya memuat cover,
lembar pengesahan, tim penyusun,kata pengantar,
daftar isi, daftar gambar, daftar tabel, daftar lam-
piran, latar belakang, maksud dan tujuan, kondisi
Suasana saat penyampaian materi Penyusunan
Laporan yang Baik
P a g e 8
LIPUTAN….
B u l e t i n t r i t o n i s
Aplikasi Sistem Informasi Mana-
jemen Resort Base Manage-
ment (RBM)
Materi dan praktek aplikasi
sistem informasi manajemen
RBM disampaikan oleh pengajar
dari Taman Nasional Ujung Ku-
lon, yaitu Firmanto Noviar Su-
wanda, S.Hut. Pada sesi ini pe-
serta dilatih menginstal dan
mengoperasikan SIM RBM.
Sebelum mengoperasikan SIM
RBM, peserta disegarkan kem-
bali tentang isian dalam register
maupun tally sheet RBM yang
telah diambil dari lapangan.
Selanjutnya peserta dilatih
menginput data register, foto,
video dan koordinat pengambi-
lan data ke dalam aplikasi RBM.
Selama proses penginputan
banyak peserta yang mengalami
kesulitan, termasuk penulis
sendiri. Akan tetapi berkat
ketelatenan pengajar akhirnya
peserta menjadi lebih paham dan terampil dalam
mengoperasikan aplikasi sistem informasi mana-
jemen RBM.
Semoga dengan terasahnya kemampuan peser-
ta in house training dalam mengambil, mengolah,
menginput dan menyajikan data kawasan konserva-
si dapat mengoptimalkan pengelolaan dan sistem
data base di Taman Nasional Teluk Cenderawasih
sehingga dapat menyajikan informasi yang terpe-
rinci dan ter-update kepada pengguna data kawa-
san Taman Nasional Teluk Cenderawasih.
− ☼ −
*)Calon Penyuluh Kehutanan pada BBTNTC
Suasana saat Praktik Istalasi Aplikasi SIM RBM
E d i s i I I A g u s t u s 2 0 1 3 P a g e 9
A R T I K E L
termasuk memprihatinkan dan
terancam punah, hal ini diakibat
kegiatan perburuan yang tidak
terkendali yang terjadi selama ini.
Keanekaragaman hayati di
wilayah perairan di Pulau Papua
juga sangat kaya, dimana sudah
ditemukan lebih dari 150 jenis
ikan karang serta 2.250 jenis
ikan laut. Dari data yang
diperoleh ini sangat kami yakini
masih belum lengkap dan
diperkirakan akan ditemukan lagi
spesies baru, mengingat masih
banyak daerah yang belum
dilakukan ekplorasi secara
optimal.
Sedangkan potensi Fauna
yang berada di wilayah provinsi
Papua Barat hingga tahun 2011
yang terekam dalam laporan
statistik Balai Besar Konservasi
Sumber Daya Alam Papua Barat
tercatat lebih dari 120 jenis
burung. Diperkirakan dari burung
tersebut, banyak diantaranya
berupa jenis-jenis khas yang
terbatas pada pegunungan yang
tinggi. Fauna burung ini
termasukdiantarannya 23 jenis
merpati, 20 jenis kakatua dan
nuri, 18 jenis burung penghisap
madu (honeyeater) dan 8 jenis
burung dewata. Diantara jenis-
jenis burung dewata termasuk
Burung Terompet(Rhonygammus
keraudrenii keraudrenii). Burung
Dewata (Diphyllodes magnificus
magnificus), yang mempunyai
subjenis yang khas Papua Barat,
Burung Dewata (Seleucides
melanoleucamelanoleuca), dan
Burung Dewata Kecil (Paradiseae
minor minor). Sedangkan
mamalia dapat dijumpai dalam
kawasan Papua Barat antara lain
4 jenisTikus, 3 Bandikut, 3
Kuskus, 2 Oposum, Oposum
Layang danKuskus Ekor Kait
Dataran Rendah, serta Walabi
Hutan dan 2 jenis Kangguru
Pohon.
Kekayaan Alam Teluk
Cenderwasih
Penetapan kawasan Teluk
Cenderawasih sebagai taman
nasional tidak terlepas dari
potensi serta kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya. Terlebih
lagi secara geografis kawasan
Teluk Cenderawasih sebagai
daerah pertemuan dua lempeng,
yaitu lempeng benua Australia
dan lempeng Samudra Pasifik
maka besar kemungkinannya
potesi keragaman flora dan fauna
yang terkandung di dalamnya
sangat tinggi baik kekayaan yang
terdapat di hutan dataran rendah,
dipesisir pantai maupun didalam
lautan.
Dari hasil survei The Nature
Conservation (TNC), World Wide
Fund for Nature (WWF)-
Indonesia, Conservation nternatio
nal Indonesia (CI- Indonesia) dan
TNTC bulan Februari 2006
Setidaknya tercatat ± 460 jenis
karang, yang terdiri dari 67 genus
dan sub genus, 260 jenis karang
Scleractinia yang tersebar pada
tepi pulau yang berada di dalam
kawasan TNTC. Potensi Ikan yang
terkandung dalam TNTC juga
cukup tinggi, sebagaimana hasil
survey Balai Besar TNTC,
ondisi geografis di pulau
Papua terkenal dengan
keunikannya berupa
bentangan alam yang
terdiri dari lembah dan gunung.
Kondisi bentangan alam ini
menciptakan hutan pegunungan
yang cukup rapat dan tidak
mudah untuk di masuki, sehingga
masih banyak terdapat daerah
yang terisolir dan belum pernah di
jamah oleh manusia. Kondisi
bentang alam di Papua ini
menyimpan beragam kekayaan
alam yang sangat lengkap dan
bahkan beberapa spesies yang
berada di dalamnya merupakan
spesies endemik asli Papua.
Keanekaragaman Hayati Fauna
yang terkadung di Tanah Papua
Berdasarkan hasil penelitain
Conservation International (CI)
dalam anonim (2012) di dalam
Pulau Papua tercatat terdapat
lebih dari 600 jenis burung,
termasuk 25 jenis burung
cenderawasih, tiga jenis kasuari
dan kira-kira dua lusin beo,
merpati, burung pemangsa dan
raja udang. Sedangkan jenis
mamalia yang terdapat di Tanah
papua yaitu Codot, kangguru
pohon, possum dan tikus. Ada
pula hewan amfibi yang
mencakup lebih dari 150 jenis
katak, yang sebagian besar masih
belum dikenal. Sedangkan reptilia
terdiri dari dua jenis buaya, 61
jenis ular, 141 jenis kadal dan 11
jenis biawak. Namun
disayangkan, keberadaan hewan
Mamalia di Pulau Papua
Saatnya Kita Tentukan Langkah Nyata…. Muhibbuddin Danan Jaya*)
KEANEKARAGAMAN HAYATI FAUNA PENGHUNI
UJUNG TIMUR INDONESIA
P a g e 1 0
ARTIKEL….
B u l e t i n t r i t o n i s
(Eretmocheyles imbricata).
Perairan Kawasan TNTC juga
menjadi daerah jelajah Paus
Sperma atau yang lebih dikenal
sebagai paus kepala kotak
(Physeter macrocephalus) serta
mejadi daerah jelajah dan jalur
pergerakan beberapa jenis penyu.
Bahkan didalam kawasan TNTC
ini terdapat pulau yang menjadi
salah satu tempat peneluran
penyu Hijau (Chelonia mydas).
Saat kita berlayar di dalam
kawasan TNTC, sering dijumpai
lumba-lumba (Delphinidae sp)
yang biasa ditemui dalam
kelompok besar sedang bermain
di lautan setiap pagi atau sore
hari. Di dalam kawasan TNTC
semenjak tahun 2009 sering
dijumpa Hiu paus (Rhincodon
typus) ataulebih dikenal oleh
masyarakat sebagai ikan Gorano
Babintang, karena motif yang ada
di dalam tubuh ikan Hiu ini
seperti bintang-bintang. Dengan
adanya keberadaan Ikan Hiu
Paus ini, semakin lengkap
keanekaragaman fauna yang
dapat kita jumpia didalam
kawasan TNTC.
Benteng Terakhir Menjaga
Kelayaan Potensi Alam yang ada
Hutan di pulau Papua
merupakan pertahanan akhir
sebagai penyedia pasokan O2
bagi kehidupan yang ada diatas
bumi ini. Terumbu karang di
wilayah Papua juga termasuk
kedalam wilayah coral triagle di
dunia ini, karena kekayaan jenis
karang yang terdapat di
dalamnya. Mempertahankan
hutan dan kelestarian terumbu
karang yang ada di tanah Papua
ini, maka kita mempertahankan
kehidupan serta kekayaan alam
yang ada di muka bumi ini.
Keberadaan Hutan yang
menjadi tempat tubuh dan
berlindung serta penyedia
makanan berbagaimacam jenis
satwa, serta menciptakan iklim
mikro yang nyaman untuk
ditinggali.Sedangkan keberadaan
terumbu karang di pesisir pantai
menjadi tempat mencari makan,
berlindung serta memijah
berbagai jenis ikan yang ada di
dalam lautan.
Kekayaan alam ini harus kita
jaga untuk mempertahankan
keanekaragaman hayati yang
dimiliki oleh Tanah Papua ini. Jika
bukan Kita, siapa lagi yang akan
menjaganya?.
− ☼ −
Universitas Negeri Papua dan CI-
Indonesia tahun 2008, dalam
kawasan TNTC terdapat
sedikitnya 836 jenis ikan yang
terdiri dari jenis ikan muara, ikan
mangrove, ikan karang dan ikan
pelagis serta 201 spesies
moluska. Untuk keragaman flora-
fauna daratan terdapat 17 jenis
vegetasi mangrove, 9 jenis
vegetasi hutan pantai, 35 jenis
vegetasi hutan daratan, 7 jenis
lamun, 184 jenis burung, 14 jenis
mamalia dan 17 jenis reptilia
antara lain Penyu, Biawak dan
Ular.
Berdasarkan laporan Statistik
Balai Besar Taman Nasional Teluk
Cenderawasih tahun 2012, di
dalam kawasan TNTC terdapat
beberapa satwa yang dilindungi
oleh undang undang di negara
keatuan Republik Indonesia,
antara lain: 4 jenis Mamalia laut,
21 jenis Aves, 5 reptil, 10 jenis
Molusca, satu jenis Crustaceae,
dan satu jenis Colenterates serta
dua jenis Penyu, yaitu Penyu hijau
(Chelonia mydas)dan Penyu sisik
*) Penyuluh Kehutanan Pelaksana Pada BBTNTC
Sumber bacaan:
Laporan Statistik Balai Besar KSDA Papua Barat 2011
Laporan Statistik Balai Besar TNTC 2012
Anonim, 2012, Buku Ekologi Papua Versi Indonesia Diluncurkan,http://goo.gl/CKKNBdiakses 18 Juni 2013.http://
www.conservation.org/global/indonesia/fmg/articles/pages/Buku-Ekologi-Papua Diluncurkan.aspx 2012 Juni 05,
diakses tanggal 18 Juni 2013
E d i s i I I A g u s t u s 2 0 1 3
A R T I K E L
P a g e 1 1
sehingga perlu menggunakan mikroskop. Diantara
empat famili teripang, hanya famili Holothuriidae
yang dapat dimakan dan bernilai ekonomis.
Teripang memiliki tubuh yang lunak dan elastis
dengan bentuk bervariasi, seperti membulat,
silindris, segi empat, atau bulat memanjang seperti
ular. Mulut terletak di ujung anterior, sedang anus
diujung posterior. Panjang tubuh bervariasi menurut
jenis dan umur, berkisar antara 3 cm sampai 150
cm, misalnya jenis Holothuria atra dapat mencapai
panjang 60 cm dan berat 2 kg, jenis Actinopyga
mauritidna mencapai panjang 30 cm dengan berat
2,8 kg, jenis Thelenota ananas mencapai panjang
100 cm dan berat 6 kg, sedangkan teripang putih
atau teripang pasir (Holothuria scarba) panjangnya
antara 25-35 cm dengan berat antara 0,25-0,35 kg.
Bentuk tubuh teripang merupakan ciri
taksonomiknya pada tingkat Bangsa (ordo) dan
suku (family), khususnya untuk Suku-suku dari
Bangsa Aspidochirotida .
Gerakan teripang sangat lambat sehingga
T aman Nasional Teluk Cenderawasih memiliki
keanekaragaman flora dan fauna yang tinggi.
Salah satu fauna yang bisa ditemukan di
dalam kawasan Taman Nasional Teluk
Cenderawasih adalah teripang atau dalam bahasa
Inggris disebut Sea Cucumber (ketimun laut). Dari
hasil inventarisasi teripang di perairan Kampung
Isenebuai pada bulan Juli 2012 diketemukan 10
jenis spesies Teripang (BPTN Wil. III, 2012). Tubuh
teripang lunak, berdaging dan bentuknya silindris
memanjang seperti buah ketimun. Itulah sebabnya
hewan ini dinamakan ketimun laut.
Teripang adalah salah satu anggota hewan
berkulit duri (Enchinodermata) namun demikian
tidak semua jenis teripang mempunyai duri pada
kulitnya. Ada beberapa jenis teripang yang tidak
berduri. Duri-duri pada teripang tersebut
sebenarnya merupakan rangka atau skelet yang
tersusun dari zat kapur dan terdapat di dalam
kulitnya. Rangka dari zat kapur itu tidak dapat
dilihat dengan mata biasa karena sangat kecil
M e n g e n a l S i K e t i m u n L a u t
Astekita Ardiaristo,
S.Hut.,M.Sc*) Timun mas laut dari Teluk Cenderawasih
P a g e 1 2 B u l e t i n t r i t o n i s
bagian tubuh teripang dan fungsinya adalah
sebagai berikut :
Tentakel : berfungsi sebagai alat gerak ,merasa,
memeriksa dan alat penagkap mangsa.
Stomach/perut : sebagai alat pencernaan.
Gonad : kelenjar kelamin yang berfungsi sebagai
penghasil hormon kelamin.
Saluran kelamin : Berfungsi sebagai saluran
menuju gonad.
Madreporit : Lempeng tali lapisan pada ujung
saluran air.
Esofagus : saluran di belakang rongga mulut
berfungsi menghubungkan rngga mulut dan
lambung.
Dorsal mesentery : berfungsi sebagai
pembungkus usus dan menggantungnya ke
dinding tubuh pinggang.
Anus : mengeluarkan sisa metabolisme pada
teripang.
Cloaca : sebagai alat pencernaan.
Intestin : sebagai alat pencernaan yang letaknya
di antara pilorus hingga usus.
Daftar Pustaka
BPTN Wil. III. 2012. Laporan Inventarisasi Teripang
di BPTN Wilayah III Ransiki. (tidak
dipublikasikan). Manokwari
Darsono, Prapto. 1998. Pengenalan Secara Umum
Tentang Teripang (Holothlrians). Jurnal Oseana
Volume XXIII, Nomor 1. LIPI; Jakarta
Satrio, Argo. 2010. Laporan Klasifikasi dan Struktur
anatomi Molusca. (Diakses dari http://
asatrio.blogspot.com/2009/11/laporan-
prakikum-biologi-klasifikasi.html pada tanggal
27-Juni-2013)
Widodo, Ahmad, 2012, Budidaya Teripang. Pustaka
Baru Press; Yogyakarta
− ☼ −
hampir seluruh hidupnya berada di dasar laut.
Teripang bergerak dengan kaki tabung (podia) yaitu
bagian dari sistem saluran air ambulakral yang
bekerja secara hidrolik. Fungsi utama sistem
saluran air adalah mengatur tekanan hidrolik ini
sehingga kaki tabung dapat bekerja/digerakkan.
Pusat sistem saluran air tersebut adalah saluran
cincin (water ring canal) yang terletak di sekeliling
faring. Saluran cincin bercabang ke lima saluran
radial, yang masing-masing dihubungkan dengan
kaki tabung melalui cabang-cabang saluran lateral.
Fungsi utama kaki tabung adalah sebagai organ
pergerakan, namun sebagian termodifikasi sebagai
organ peraba. Kaki tabung yang berfungsi sebagai
alat gerak beradadisisi ventral tubuh dan disebut
'pedisel'. Kaki tabung untuk peraba berada disisi
dorsal tubuh dan disebut 'papila'. Beberapa jenis
teripang, dari Bangsa Apodida, kaki tabungnya
tereduksi atau hilang sama sekali. Pergerakkan
teripang dari bangsa ini dilakukan dengan kontraksi
peristaltik tubuh, yang dibantu oleh sifat kulitnya
yang Iengket.
Di daerah sekeliling mulut, kaki tabung
termodifikasi menjadi tentakel yang berfungsi untuk
mengumpulkan makanan. Pada kelompok teripang
dikenal dua cara makan yaitu menangkap
plankton dengan tentakel (pada Dendrochirotida)
dan dengan menelan pasir kemudian mengambil
detritus yang terkandung (pada Aspidochirotida).
Pasir tersebut kemudian akan dikeluarkan
kembali melalui anus.
Bagian-bagian tubuh teripang termasuk organ
dalamnya tidak begitu rumit. Secara garis besar,
ARTIKEL….
*)Penyuluh Kehutanan Pertama Pada BBTNTC
E d i s i I I A g u s t u s 2 0 1 3 P a g e 1 3
A R T I K E L
2014, maka perlu dilakukan pemantauan perkem-
bangan populasinya.
Status keberadaan kelima jenis biota prioritas
kawasan TNTC cukup penting dan terancam punah
di dunia. Kelima jenis yang menjadi prioritas kawa-
san TNTC tersebut telah tercantum dalam CITES
(2013), suatu perjanjian negara-negara dalam
mengatur perdagangan flora fauna yang terancam
punah di dunia sebagai spesies yang dilindungi.
Selain itu, beberapa waktu lalu tepatnya tanggal 20
Mei 2013, Kementerian Kelautan dan Perikanan
telah menetapkan Hiu Paus (Rhyncodon typus) se-
bagai jenis ikan yang dilindungi. Hal tersebut tercan-
tum dalam Keputusan Menteri Kelautan dan Peri-
kanan Nomor 18/Kepmen-KP/2013 tentang
Penetapan Status Perlindungan Penuh Ikan Hiu
Paus (Rhyncodon typus). Selain itu Lembaga Ilmu
Pengetahuan (LIPI) juga telah memberikan rek-
omendasi perlindungan penuh ikan Hiu Paus
(Rhincodon typus) melalui surat Nomor. 2425/
IPH.1/KS.02/X/2012 tanggal 12 Oktober 2012,
perihal Perlindungan Ikan Hiu Paus.
Hingga saat ini upaya yang mendukung pening-
kataan populasi spesies prioritas terancam punah
sebesar 3% sesuai IKU Direktorat Jenderal PHKA
adalah dengan dilaksanakannya jumlah kegiatan
inventarisasi dan identifikasi maupun monitoring
spesies prioritas pada Taman Nasional Teluk
Cenderawsih telah dilaksanakan. Namun belum
banyak kegiatan yang menunjukkan komitmen Balai
Besar TNTC untuk meningkatkan populasi sebanyak
3%. Namun, kegiatan yang ada masih lebih kepada
inventarisasi dan identifikasi spesies dan dilakukan
di lokasi yang berbeda sehingga belum bisa secara
berkelanjutan melihat grafik perkembangan spesies
P eningkatan populasi spesies prioritas teran-
cam punah sebesar 3% merupakan salah
satu Indikator Kinerja Utama (IKU) Direktorat
Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam
(PHKA) tahun 2010-2014. Dalam rangka pen-
capaian IKU tersebut, Direktorat Jenderal PHKA
menetapkan 14 (empat belas) spesies prioritas ter-
ancam punah. Hal tersebut tertuang dalam Surat
Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan
dan Konservasi Alam Nomor: 132/IV-KKH/2011
tanggal 8 Juli 2011, yaitu: Harimau sumatera
(Panthera trigis sumatrae), Gajah sumatera
(Elephas maximus sumatranus), Orang utan Kali-
mantan (Pongo pygmaeus pygmaeus), Badak jawa
(Rhinoceros sondaicus), Maleo (Macrocephalon
maleo), Bekantan (Nasalis lavartus), Owa jawa
(Hylobates moloch), Elang jawa (Spizaetus bartelsi),
Babirusa (Babyrousa babyrousa), Anoa (Bubalus
quarlesi dan Bubalus depressicornis), Jalak bali
(Leucopsar rothschildi), Komodo (Varanus komo-
doensis), Banteng (Bos javanicusa), dan Kakatua
kecil jambul kuning (Cacatua sulphurea).
Sementara itu, Balai Besar Taman Nasional Te-
luk Cenderawasih menetapkan dari 5 (lima) biota
prioritas kawasan TNTC yaitu hiu paus (Rhyncodon
typus), duyung (Dugong dugon), Kima (Tridacna
gigas, Tridacna maxima, Hippopus hippopus, Tridac-
na squamosa), Penyu (Chelonia mydas , Eretmo-
chelys imbricata), lumba-lumba. Meskipun kelima
biota prioritas kawasan TNTC belum menjadi salah
satu spesies terancam punah yang tercantum da-
lam IKU Direktorat Jenderal PHKA, namun karena
kelima jenis tersebut telah menjadi spesies prioritas
dalam pengelolaan Taman Nasional Teluk
Cenderawasih sesuai Rencana Strategis Balai Besar
Taman Nasional Teluk Cenderawasih Tahun 2010-
P e n e t a p a n S p e s i e s P r i o r i t a s
K a w a s a n T N T C S e b a g a i U p a y a
M e n d u k u n g I K U D i t j e n P H K A
Widia Nur Ulfah, S.Pi*) Biota prioritas yang harus kita jaga
P a g e 1 4
ARTIKEL… .
B u l e t i n t r i t o n i s
dimaksud . Selain itu bisa juga disebabkan spesies prioritas kawasan TNTC yang seluruhnya merupakan
biota perairan myang memiliki ruaya yang luas sehingga sulit dimonitor. Belum adanya upaya penangkaran
spesies prioritas yang ada di kawasan TNTC juga menjadi penyebab tidak bisa dilaksanakannya pening-
katan spesies prioritas seperti tercantum dalam IKU Direktorat Jenderal PHKA.
Beberapa kegiatan pendukung IKU Direktorat Jenderal PHKA yang dilakukan di TNTC diantaranya ada-
lah pada tahun 2011 telah terlaksananya kegiatan Inventarisasi dan Identifikasi Jenis Kima di Pulau Auri,
Pulau Wairundi dan Pulau Nutabari serta Survei Habitat dan Populasi Hiu Paus di Bidang PTN Wilayah I
Nabire. Kemudian tahun 2012 telah dilaksanakan kegiatan Inventarisasi Populasi Dugong dugon di Sobey,
Inventarisasi Habitat Penyu di Pulau Anggromeos dan Wairundi, Monitoring Populasi Whale Shark di Kwa-
tisore. Sedangkan pada tahun 2013 ini beberapa kegiatan yang mendukung peningkatan spesies teran-
cam punah prioritas kawasan diantaranya Inventarisasi Habitat Whale Shark, Inventarisasi Jenis dan Seba-
ran Lumba-lumba, Inventarisasi Populasi Dugong, Inventarisasi Jenis dan Populasi Penyu, Monitoring Jenis
dan Populasi Kima serta Pembuatan Demplot Penetasan Penyu. Diharapkan dari data kegiatan-kegiatan
tersebut dapat menjadi dasar kegiatan yang mendukung peningkatan populasi spesies terancam punah
dan atau prioritas di wilayah Balai Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih guna peningkatan populasi
spesies terancam punah kawasan pada tahun-tahun selanjutnya.
Daftar Pustaka
http://www.cites.org [27 Juni 2013, 10.00 WIT]
Kementerian Kehutanan. 2012. Statistik Kehutanan Indonesia Tahun 2011. Kementerian Kehutanan. Ja-
karta
Prabowo. 2013. KKP Tetapkan Hiu Paus (Rhincodon typus) Sebagai Ikan yang Dilindungi [http://
kkji.kp3k.kkp.go.id/index.php/en/beritabaru/153-kkp-tetapkan-hiu-pausrhincodon-typus-sebagai-
ikan-yang-dilindungi diakses tanggal 28 Juni 2013, 11.50 WIT]
− ☼ −
*)PEH Pertama pada BBTNTC
E d i s i I I A g u s t u s 2 0 1 3 P a g e 1 5
A R T I K E L
terumbu karang dangkal (Shallow Water Reef).
Terdapat ± 460 jenis karang, yang terdiri dari 67
genus dan sub genus 260 jenis karang Scleractinia
yang tersebar pada tepi pulau, baik pulau besar
maupun kecil (Survei The National Conservation,
Conservation International, dan TNTC 2006).
Ekosistem terumbu karang di kawasan TNTC
pada umumnya tersebar dalam 2 zona, yaitu zona
rataan terumbu karang (Reef Flat) dan zona lereng
terumbu karang (Reef Slope). Zona rataan Reef Flat
berada dekat garis pantai (daerah intertidal) hanya
didominasi oleh substrat pasir dan lamun, dengan
beberapa jenis karang dari marga Porites, Acropora,
Poccilopora, dan Favites. Zona rataan terumbu
karang pada beberapa pulau memiliki beberapa ciri
khas antara lain dijumpai adanyanya koloni blue
coral (Heliopora coenelea), karang lunak (soft coral)
dari jenis Sacroplyton sp,. Jenis kerang hitam
Gorginians (Anthipathes sp.). Sedangkan reef slope
di kawasan TNTC, yaitu reef slope yang landai dan
reef slope yang berbentuk tubir (drop off). Jenis-
jenis karang yang dapat dijumpai pada zona reef
slope antara lain Leptoseris spp., Montipora spp.,
Oxypora spp., Pacyseris spp., dan Hicedium
clepantatus serta H. poritestrus.
Potensi karang Taman Nasional Teluk Cen-
derawasih tercatat 150 jenis dari 15 famili, dan ter-
sebar di tepian 18 pulau besar dan kecil.
Persentase penutupan karang berbeda pada setiap
T aman Nasional Teluk Cendrawasih (TNTC)
merupakan perwakilan ekosistem berbagai
macam keanekaragaman hayati di Papua
dan merupakan taman nasional perairan laut ter-
luas di Indonesia. Kawasan TNTC memiliki luas
1.453.500 hektar berdasarkan SK Menhut Nomor
8009/Menhut-II/2002, terluas di Indonesia. Terdiri
dari daratan dan pesisir pantai (0,9%), daratan pu-
lau-pulau (3,8%), terumbu karang (5,5%), dan
perairan lautan (89,8%). Wilayahnya sebagian besar
perairan, terbagi 6 zona, yakni zona inti, zona perlin-
dungan bahari, zona pariwisata, zona umum dan zo-
na khusus. TNTC terbagi dalam 5 tipe ekosistem,
antara lain ekosistem hutan tropis daratan/pulau,
ekosistem hutan pantai, ekosistem hutan ma-
ngrove, ekosistem padang lamun, dan ekosistem
terumbu karang. Posisi TNTC yang terletak di tepi
samudra Pasifik dan merupakan daerah pertemuan
antara lempeng Benua Australia dan lempeng Sa-
mudra Pasifik yang secara Geografis terletak pada
koordinat 134° 06‟ - 135° 10’ BT dan 01° 43’ - 03°
22‟ LS, menyebabkan kawasan konservasi ini kaya
akan potensi sumber daya alam khususnya sumber
daya alam peraian (BBTNTC, 2009).
Topografi kawasan TNTC di bawah laut memiliki
4 bentuk pertumbuhan utama terumbu karang,
yaitu terumbu karang tepi pantai (Frigging Reef),
terumbu karang potongan (Patch Reef), terumbu
karang penghalang (Barier Reef), tridacna atol, dan
S e k i l a s T e n t a n g T e r u m b u
k a r a n g d i K a w a s a n T N T C
Eric Rosady, A.Md*)
Potensi Teluk Cenderawasih yang besar
manfaatnya….
P a g e 1 6
alam hayati, TNTC tidak terlepas dari bidikan
masyarakat untuk mengambil dan memperoleh
manfaat ekonomi dari keberadaan kekayaan yang
ada didalamnya. Menurut peraturan, sebenarnya
pengambilan dan pemanfaatan sumber daya alam
di dalam kawasan TNTC sepanjang sesuai dengan
peraturan dan pembagian zonasi kawasan. Namun
yang terjadi adalah kegiatan ilegal seperti ilegal
fishing yang dapat mengancam kelestarian sumber
daya keanekaragaman hayati dalam kawasan, apa-
lagi beberapa pelaku menggunakan teknik dan
peralatan yang merusak lingkungan.
Nelayan di dalam kawasan terutama nelayan
dari luar biasa memakai bahan peledak (bom) dan
masyarakat setempat menggunakan bahan
beracun tradisional seperti tuba dalam menangkap
ikan. Penggunaan bahan peledak dan bahan
beracun dapat memusnahkan organisme dan
merusak lingkungan. Penggunaan bahan peledak
dalam penangkapan ikan menimbulkan efek negatif
yang sangat besar. Selain rusaknya terumbu karang
yang ada di sekitar lokasi peledakan, hal itu juga
dapat menyebabkan kematian organisme lain yang
bukan merupakan target. Kegiatan lain yang juga
mengancam antara lain, penggunaan kompresor,
pengumpulan hasil laut yang tidak memenuhi
standar aturan yang berlaku, melanggar zona yang
sebenarnya terlarang melakukan kegiatan pe-
nangkapan, pengoperasian alat tangkap di luar
standar, tidak ada izin penangkapan, dan duplikasi
izin penangkapan.
Daftar Pustaka: [BBTNTC] Balai Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih, Pemda Kab Nabire, Pemda Kab. Teluk Wondama, WWF, Yalhimo. 2009. Buku Data dan Analisa Zonasi Kawasan Taman Nasional Teluk Cenderawasih. Manokwari: Balai Besar TNTC. [BBTNTC]. 2009. Rencana Pengelolaan Taman Nasional Teluk Cendrawasih (2010-2029). Manokwari: Balai Besar TNTC. http://coremap.or.id http://bacalah-saja.blogspot.com/2010/ http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/01/taman-nasional-
laut-teluk-cenderawasih-tntc/
lokasi, hal ini dipengaruhi oleh tingkat interaksi
masyarakat dalam pemanfaatan SDA. Berdasarkan
pengamatan yang dilakukan oleh TNTC bersama
WWF hingga tahun 2008, diketahui bahwa
persentase penutupan karang hidup pada beberapa
stasiun pengamatan rata-rata berkisar 26,45%
hingga 78%. Tempat dengan persentase penutupan
karang hidup tinggi seperti di Selat Numamuram
78%, Pasir Panjang (bagian belakang) 54%, dan
Pulau Kabuai 53%.
Luas penutupan karang hidup berpengaruh
terhadap nilai serapan karbon dunia. Dalam
menghitung nilai serapan karbon, menurut Odum
dan Odum (1955) dalam Nybakken, (1988), mem-
perkirakan produktivitas primer terumbu karang
1500-3500 gr C/m2/tahun. Adapun secara
ekonomi nilai 1 ton karbon menurut ITTO & Frim
(1994) dalam Kim (2001), adalah sebesar US$10,
sedangkan menurut Soemarwoto (2001), nilai 1 ton
karbon berkisar antara US$ 1- US$28. Diasumsikan
harga US$ 10 per ton dan nilai produktivitas primer
terumbu karang sebesar 2500 gr/m2/tahun. Ber-
dasarkan hal tersebut di atas, dengan memper-
hatikan luas penutupan terumbu karang di dalam
kawasan TNTC kurang lebih 80.000 ha, maka :
80.000 ha x 10.000 m2/ha x 2500 gr/m2/tahun x
1/1.000.000 ton/gr = 2.000.000 ton/tahun
Nilai karbon US$ 10 per ton (asumsi US$ 1 = Rp
10.000)
Berdasarkan perhitungan tersebut maka nilai se-
rapan karbon TNTC senilai :
2.000.000 x 10 x 10.000 = Rp 200.000.000.000
per tahun
Hasil perhitungan memperlihatkan bahwa TNTC
memberikan nilai manfaat yang tinggi bagi masyara-
kat di tingkat lokal maupun global. Masyarakat di
sekitar kawasan TNTC masih menggantungkan
hidupnya di sektor perikanan. Nilai serapan karbon
memiliki sumbangsih sebesar 30,06%, nilai ini ber-
dasarkan persepsi masyarakat dunia. Namun,
sebagai kawasan yang kaya akan sumber daya
ARTIKEL… .
*)Calon Polisi Kehutanan pada SPTN Wil V Rumberpon
B u l e t i n t r i t o n i s
E d i s i I I A g u s t u s 2 0 1 3 P a g e 1 7
bagai salah satu daya tarik wisata andalan selain
whale shark / Hiu Paus di TN Teluk Cenderawasih.
Distribusi/Sebaran lumba-lumba di TN. Teluk
Cenderawasih
Hewan yang termasuk dalam ordo Cetacea ini
tersebar luas di seluruh dunia dan distribusinya ber-
gantung pada migrasi musiman yang dilakukan.
Rute migrasi yang ditempuh akan mudah diprediksi
dan akan melintas dalam kelompok dan jumlah
yang sama dari tahun ke tahun. Seringkali rute
migrasi yang dilalui oleh hewan ini berdekatan
dengan daratan sehingga dapat dilakukan penga-
matan dan estimasi jumlah kelompok yang ber-
migrasi. Berikut merupakan peta perjumpaan lumba
–lumba di kawasan Taman Nasional Teluk
Cenderawasih selama tahun 2012 ;
Sampai dengan saat ini, belum ada penelitian
lebih lanjut baik inventarisasi maupun identifikasi
mengenai ordo Cetacea khususnya untuk jenis lum-
ba–lumba di kawasan Taman Nasional Teluk
Cenderawasih, sehingga informasi mengenai hewan
ini masing sangat minim. Selama ini yang dilakukan
adalah sebatas mencatat perjumpaan lumba – lum-
ba secara insidentil dan tidak secara time series,
baik jumlah individu, titik koordinat perjumpaan dan
arah migrasi. Sedangkan untuk identifikasi jenis
lumba-lumba secara spesifik masih sulit untuk di-
lakukan karena hanya melakukan pengamatan
singkat secara visual dari atas kapal. Berdasarkan
peta sebaran tersebut dapat diketahui bahwa
jumlah perjumpaan terbanyak dari spesies lumba-
lumba terjadi di sekitar perairan Windesi, Pulau
Roswar dan sekitar Tanjung Mangguar. Lumba-
lumba yang dijumpai sering kali berkelompok
S alah satu rencana strategis Kementerian
Kehutanan adalah meningkatkan populasi
spesies terancam punah yang ditetapkan
berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Perlin-
dungan Hutan dan Konservasi Alam Nomor SK.
132/IV-KKH/2011 tentang Penetapan Empat Belas
Spesies Terancam Punah yang dijadikan Spesies
Prioritas Utama untuk Peningkatan Populasi 3% pa-
da tahun 2010-2014. Peningkatan spesies prioritas
utama dan monitoring populasinya dilakukan pada
wilayah UPT Taman Nasional dan KSDA.
Sedangkan, upaya peningkatan populasi spesies
terancam punah lainnya tetap dilaksanakan sesuai
kapasitas dan skala prioritas yang ditetapkan oleh
masing-masing UPT lainnya. Oleh karena itu, untuk
mendukung rencana strategis Kementerian
Kehutanan dan memperhatikan hasil Rumusan
Rapat Koordinasi Konservasi Keanekaragaman
Hayati (Rakor KKH) di Bandung pada tanggal 19-21
Juni 2011 maka Balai Besar Taman Nasional Teluk
Cenderawasih menetapkan 5 (lima) Spesies fauna
sebagai prioritas dalam pengelolaannya. Adapun
kelima spesies tersebut adalah: 1) Jenis Penyu
(Penyu belimbing, penyu hijau, penyu sisik dan
penyu lekang); 2) Duyung (Dugong dugon); 3)Lumba
-lumba (semua jenis dari famili Dolphinidae); 4)
Kima (Tridacna spp.) 5) Hiu Paus (Ryncodon typus).
Lumba-lumba merupakan salah satu mamalia
laut yang kerap kali di jumpai di perairan Taman Na-
sional Teluk Cenderawasih. Hewan ini pun bahkan
dijadikan sebagai salah satu fauna yang diletakkan
dalam logo Taman Nasional Teluk Cenderawasih
bersama hewan lainnya yaitu kima (Tridacna spp.).
Keberadaan populasinya yang masih cukup banyak
dan mudah dijumpai menjadikan spesies ini se-
L u m b a - L u m b a , S p e s i e s
P r i o r i t a s d i T a m a n N a s i o n a l
T e l u k C e n d e r a w a s i h
A R T I K E L
Si Penolong Manusia dari Tanah Papua…. Esie Mega Wangi, S.Si*)
ARTIKEL… .
P a g e 1 8 B u l e t i n t r i t o n i s
nangkapan berlebih atas sumberdaya perairan. Na-
mun dengan masih banyak ditemukannya spesies
ini melakukan migrasi di kawasan Taman Nasional
Teluk Cenderawasih yang menandakan bahwa
produktivitas perairan Teluk Cenderawasih yang
masih tinggi. Berdasarkan hasil wawancara
mengenai Sosial Ekonomi (Sosek) masyarakat ne-
layan di 18 (delapan belas) kampung yang berada
di TNTC bulan Februari 2013 yang lalu, lumba-
lumba bukanlah jenis ikan tangkapan yang biasa
mereka konsumsi atau perjual belikan. Rata-rata
para nelayan akan membiarkan mereka melintas
dalam jumlah kawanan yang cukup banyak dan
tidak menangkapnya.
Melalui anggaran DIPA Balai Besar Taman Na-
sional Teluk Cenderawasih Tahun 2013, rencana-
nya akan dilakukan program kegiatan identifikasi
dan inventarisasi populasi lumba-lumba di Taman
Nasional Teluk Cenderawasih. Kegiatan ini merupa-
dengan jumlah berkisar antara 11-26 individu. Un-
tuk menentukan jumlah mamalia laut dengan tepat
sangatlah sulit, karena hewan tersebut menghabis-
kan lebih banyak waktu hidupnya di dalam air, se-
hingga diperlukan metode estimasi yang tepat un-
tuk melakukan perhitungan jumlah mamalia laut
tersebut (Hammond et al, 2002). Setidaknya ada
beberapa poin penting dalam melakukan penga-
matan atau identifikasi cetacean diantaranya dititik
beratkan pada: 1.) ukuran tubuh; 2.) bentuk, warna,
posisi dan tinggi sirip dorsal (dorsal fin); 3.) bentuk
tubuh dan bentuk kepala; 4.) warna dan tanda pada
tubuh; 5.) bentuk dan tanda pada ekor (fluk); 6.)
tingkah laku pada permukaan air; 7.) Habitat; dan
8.) geografis lokasi.
Lumba-lumba merupakan biota yang sangat
rentan terhadap berbagai dampak lingkungan se-
perti kerusakan habitat, gangguan suara bawah per-
mukaan, jaring perangkap, polusi laut dan pe-
Peta Sebaran Perjumpaan Lumba-lumba di Taman Nasional Teluk Cenderawasih
Tahun 2012 (WWF-TNTC)
P a g e 1 9 E d i s i I I A g u s t u s 2 0 1 3
ARTIKEL… .
kan salah satu upaya konservasi dari Balai Besar
Taman Nasional Teluk Cenderawasih terhadap jenis
lumba-lumba di Taman Nasional Teluk
Cenderawasih. Melaui kegiatan ini diharapkan
didapatkan data dan informasi mengenai berapa
banyak populasi serta jenis lumba-lumba apa saja
yang mempunyai habitat atau rute migrasi yang
melewati perairan Taman Nasional Teluk
Cenderawasih serta yang terpenting adalah
melindungi keberadaan dari spesies eksotis ter-
sebut dari ancaman kepunahan.
Daftar Pustaka:
Anshori, Fajar, 2006, Skripsi Inventarisasi dan In-
dentifikasi Cetavea di Taman Nasional Ko-
modo.
Laporan Kegiatan Pendampingan Pengambilan Da-
ta Sosek di 18 kampung TNTC, 2013
Laporan Perjumpaan Lumba-Lumba di TNTC, WWF-
TNTC-2012
− ☼ −
*)Calon PEH pada BBTNTC
B E R I T A G A M B A R
P a g e 2 0 B u l e t i n t r i t o n i s
1 & 2 Pembukaan Sinergitas Pengembangan Pariwisata Alam Taman Nasional Teluk Cenderawasih di Nabire Oleh Sekretaris Daerah Kabupaten Nabire; 3 & 4 Penyambutan Kepala Bagian Tata Usaha Balai Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih; 5 & 6 Praktek Lapang Kegiatan In House Training Resort Based Management; 7 & 8 Pembinaan DUPAK POLHUT dan PEH di Bidang PTN Wilayah III Ransiki; 9 & 10 Angota SPORC Sedang Melakukan Patroli Rutin di Pegunungan Arfak Distrik Tanah Rubuh Manokwari; 11 & 12 Evakuasi Speed Boat Gorano yang mengalami kebocoran.
P a g e 2 1 E d i s i I I A g u s t u s 2 0 1 3
B E R I T A G A M B A R
P a g e 2 2 B u l e t i n t r i t o n i s
A R T I K E L
tras. Hiu Paus di Kwatisore memang bermunculan
sepanjang tahun tanpa mengenal musim, karena
berlimpahnya pakan (ikan puri) di bagan-bagan
yang tersebar di Perairan Kwatisore, tetapi di Don-
sol Hiu Paus muncul berdasarkan musim. Bagan-
bagan yang mengambil banyak ikan puri, menjadi
daya tarik utama bagi Hiu Paus. Spesies ini akan
mengitari bagan pada pagi hari, dengan harapan
para nelayan bagan melemparkan ikan-ikan puri
kepada mereka. Fenomena seperti ini juga di-
manfaatkan oleh para operator wisata. Mereka
membawa para wisatawan ke bagan untuk melihat
Hiu Paus yang berenang mengitari bagan. Para ne-
layan bagan melemparkan ikan puri untuk disantap
Hiu Paus dan memancing spesies ini muncul ke per-
mukaan. Wisatawan mulai menikmati kemunculan
Hiu Paus tersebut dengan cara bersnorkel dan me-
nyelam. Sebagian dari mereka ada juga yang hanya
menikmati kemunculan Hiu Paus dengan cara
mengambil gambar dari atas bagan. Untuk atraksi
ini, para nelayan bagan akan mendapat bayaran
dengan jumlah yang telah disepakati antara pe-
bagan dengan operator wisata.
Berbeda dengan di Kwatisore, di Filipina
kemunculan Hiu Paus sangat tergantung musim.
Tidak seperti di Indonesia, Hiu Paus di Filipina me-
manfaatkan plankton untuk pakannya. Dari fenome-
na ini maka terlihat jelas, kemunculan Hiu Paus di
Filipina tidak semudah kemunculan Hiu Paus di
Kwatisore. Namun demikian karena di Filipina tidak
ditemui bagan yang menyediakan tangkapan ikan
puri bagi pakan Hiu Paus, maka Hiu Paus di Filipina
masih murni perilakunya (tidak mendapat perla-
kukan pemberian pakan/mencari pakan sendiri).
P ada ulasan artikel terdahulu penulis me-
maparkan sekilas mengenai pengelolaan
Ekowisata Hiu Paus di Donsol, Filipina yang
mereka sebut Tripartite Ecotourism Development.
Pengelolaan Ekowisata Hiu Paus secara kolaboratif
tersebut merupakan hasil kerjasama antara WWF
Filipina, Departemen Pariwisata dan Pemerintah
Daerah Donsol. Upaya pemberdayaan yang di-
lakukan tidak hanya mengangkat masyarakat lokal
yang memiliki perahu untuk disewakan, atau pun
BIOs yang menjual jasa panduannya, tetapi juga
menggerakkan sektor-sektor bisnis lain, seperti;
restoran, hotel, travel agent, resort, transportasi,
bahkan usaha toko souvenir dan rental masker/
snorkel pun ikut terangkat secara ekonomi. Hal ter-
sebut menjadikan ekonomi lokal semakin
menggeliat, bahkan berkontribusi pada perekonomi-
an nasional Filipina.
Padahal sebelum tercipta success story seperti
tersebut diatas, dulu di Filipina marak perburuan
Hiu Paus. Dimulai pada pertengahan tahun 1990-
an permintaan daging dan sirip Hiu Paus meningkat
di pasar internasional. Dari tahun 1990-1997, seki-
tar 450 – 799 Hiu Paus dieksploitasi dari 4 tempat
pengambilan utama di Laut Bohol, yang diperuntuk-
kan bagi pemenuhan pasar Taiwan. 5 provinsi di Fi-
lipina berlomba-lomba ikut ambil bagian dalam per-
buruan tersebut. Namun akhirnya pada tahun 1998
dibuatlah area perlindungan Hiu Paus (Whale Shark
Sanctuary). Berawal dari area perlindungan Hiu
Paus inilah suatu program penelitian dan ekowisata
Hiu Paus berkelanjutan dimulai, tepatnya di Donsol.
Jika kita perbandingkan antara Donsol dan Kwa-
tisore, ada perbedaan mendasar yang sangat kon-
P e m b e r d a y a a n M a s y a r a k a t
A k u d i o m i M e l a l u i P r o g r a m
E k o w i s a t a H i u P a u s ( W h a l e S h a r k )
( B a g i a n I I . P e m b e l a j a r a n d a r i
F i l i p i n a )
Siapkah kita belajar dari Negara
Tetangga? Erwin K. Nanjaya, S.Hut*)
P a g e 2 3 E d i s i I I A g u s t u s 2 0 1 3
ARTIKEL… .
yang dapat memberdayakan masyarakat, tentunya
masih sangat diperlukan kerja keras dan kerjasama
dari para pihak yang memiliki kepentingan di kawa-
san. Kolaborasi dan sinergis seperti yang dipraktek-
kan Filipina selayaknya bisa menjadi acuan kita.
Daftar Pustaka
David, N. D., 2012. Donsol Whale Shark Research
and Ecotourism Sustainability Program. WWF
Filipina.
Saroy, B. G., 2013. Pengembangan Pariwisata di
Taman Nasional Teluk Cenderawasih.
“Presentasi Workshop Ekowisata Hiu Paus”
− ☼ −
Oleh karena itu pengembangan ekowisata Hiu Paus
merupakan salah satu opsi menarik bagi pem-
bangunan ekowisata, khususnya di Donsol.
Selama ini yang mendapat keuntungan finansial
dari atraksi Hiu Paus di Kwatisore ialah para opera-
tor wisata, sedangkan masyarakat sebagai pemilik
hak ulayat sementara ini belum merasakan
manfaat finansial. Sebenarnya banyak celah yang
bisa dijadikan sumber pendapatan bagi masyarakat
dari kegiatan wisata (belum ekowisata) Hiu paus di
Kwatisore. Jika mencontoh model di Filipina yang
mengharuskan setiap kapal turis/liveaboard sing-
gah di kampung, kemudian trip para turis selanjut-
nya diharuskan dengan menggunakan perahu
masyarakat yang disewakan, tentunya akan menda-
tang pendapatan bagi pemilik perahu. Selain itu
masyarakat juga dipersiapkan untuk dapat meneri-
ma wisatawan yang datang ke kampung dengan
cara menyiapkan upacara adat, menu khas setem-
pat dan keunikan seni-budaya yang dapat diper-
tontonkan sehingga mendatangkan penghasilan
bagi mereka. Penjualan souvenir akan menambah
pundi-pundi rupiah masyarakat. Namun yang ter-
penting dari semua itu, masyarakat harus dilatih
agar dapat memandu wisatawan untuk menikmati
atraksi Hiu Paus yang menjadi tujuan utama
wisatawan datang ke Kwatisore. Kemampuan me-
nyelam dan berbahasa Inggris dari para pemandu
akan sangat dibutuhkan bagi terselenggaranya sua-
tu trip yang mengesankan.
Sebenarnya pilihan kita antara ekowisata dan
wisata. Pasar ekowisata tersedia, begitu pun
dengan pasar wisata. Di Filipina para masyarakat
yang memberi pakan Hiu paus, mendapat hujatan
dari turis yang melihat. Namun sebaliknya di tempat
kita, ketika bagan akan dikeluarkan dari kawasan,
seorang koresponden dari TV Jerman ikut meng-
ingatkan jika ketiadaan bagan di kawasan akan
menjadikan Hiu Paus juga turut menjauh dan pada
akhirnya tidak ditemui lagi. Bagi kita sebagai
pengelola kawasan konservasi, sangatlah jelas bah-
wa pembagunan pariwisata telah bergeser paradig-
manya dari wisata rekreasi menjadi wisata “ back to
nature”. Untuk mewujudkan Ekowisata Hiu Paus
*) Penyuluh Kehutanan Pertama
pada BPTN Wilayah I Nabire
P a g e 2 4 B u l e t i n t r i t o n i s
A R T I K E L
terumbu karang yang telah hancur. Jadi dengan
sendirinya akan memperbaiki ekosistem dan mem-
percantik kondisi dasar laut. Sama seperti halnya
terumbu karang dan bunga karang lainnya, Kima
dapat menjadi ‘rumah’ bagi ikan.
Dengan masa pertumbuhan Kima sangat lam-
ban, belum lagi untuk dapat hidup sejak dari sel te-
lur hingga memiliki cangkang (Kima muda), Kima
sangat rentan terhadap predator. Dari jutaan sel te-
lur yang dihasilkan Kima dewasa, yang dapat hidup
hingga memiliki cangkang hanya puluhan ekor saja.
Sebagian besar sel telur tersebut menjadi santapan
ikan. Setelah memiliki cangkang, Kima masih men-
jadi makanan empuk bagi kepiting, ikan karang dan
gurita. Selain itu, sel telur Kima yang jumlahnya
jutaan ekor sekali bertelur, menjadi ‘santapan lezat’
bagi ikan, sehingga Kima juga diberi label sebagai
‘pabrik makanan gratis’ di lautan. Kelebihan
lainnya, daging Kima dikenal berprotein tinggi, se-
hingga menjadi menu khusus dan mahal pada
restoran terkenal di dunia. Warna daging Kima
hidup pun sangat mempesona, sehingga menjadi
buruan untuk menghuni aquarium pribadi para pe-
sohor dan menjadi koleksi andalan pada wahana di
jaringan usaha Underwater Seaworld. Namun kare-
na kelebihannya itu, Kima pun diburu dan dieks-
ploitasi berlebihan. Akibatnya, Kima diambang ke-
punahan, bahkan disebagian besar negara berlaut
hangat begitupun di Indonesia, beberapa spesies
Kima terutama Tridacna gigas dan T. derasa, telah
menghilang dari lautan.
Untuk menyelamatkan Kima dari kepunahan
telah banyak dilakukan dengan sistem hatchery
(penangkaran di bak khusus). Cara lain yang paling
tepat adalah dengan mengumpulkan, lalu menge-
lompokkan kembali Kima-Kima tersebut berdasar-
J enis moluska yang dijumpai dalam kawasan
tercatat sejumlah ± 201 jenis (WWF, 1997 ;
BBTNTC, 1998). Kelompok Gastropoda yang
sering dijumpai, Jenis moluska antara lain keong
cowries (Cypraea spp.), keong strombidae (Lambis
spp.), keong kerucut (Conus spp.), triton terompet
(Charonia tritonis), dan kelompok katup ganda yang
berasal dari famili Tridacnidae. Dari jenisnya di
dunia, Kima (Tridacnidae) memiliki sembilan spe-
sies, yaitu Tridacna Gigas, T. Derasa, T. Squamosa,
T. Maxima, T. Crocea, T. Tevoroa, T. Rosewate,
Hippopus hippopus dan Hippopus Porcellanus. Spe-
sies ini dibedakan berdasarkan cangkangnya; ber-
sisik, lunak, tebal, tipis, besar, dan kecil.
Kima raksasa (Tridacna / Giant Clam) adalah
kerang terbesar (kerang raksasa) dari seluruh jenis
kerang-kerangan. Biota laut ini hidup dikawasan
terumbu karang dan pasir di laut hangat, hingga
kedalaman 20 meter. Ukuran besarnya dapat men-
capai 1,5 meter dengan berat sekitar 250 kg. Na-
mun untuk mencapai ukuran tersebut, Kima me-
merlukan masa pertumbuhan hingga ratusan tahun.
Fungsi Kima pada kehidupan ekosistem dilautan
sangat luar biasa, yang pada akhirnya untuk
kepentingan kehidupan di muka bumi. Dengan sis-
tem filter yang dimilikinya, maka setiap ekor Kima
mampu membersihkan puluhan ton air laut setiap
hari. Dari hasil pembersihannya tersebut kemudian
menjadi penolong untuk pertumbuhan dan
pewarnaan terumbu karang, ikan dan aneka biota
laut lainnya. Sebagian besar Kima, utamanya jenis
Kima sisik, dapat hidup dengan baik pada terumbu
karang yang sudah mati atau hancur, maka Kima
tidak hanya dapat menjadi penyejuk mata karena
aneka warna yang dipertontonkannya, tetapi juga
menjadi rehabilator bagi kawasan yang memiliki
R a k s a s a L e m b u t P e n y e l a m a t
L a u t a n y a n g t e r a n c a m P u n a h
Ukuran, keindahan warna dan kandungan
kimianya membuatnya terancam... Fauzi D. Anggraini, S.Si*)
P a g e 2 5 E d i s i I I A g u s t u s 2 0 1 3
ARTIKEL… .
biota laut, nantinya akan tercipta kawa-
san ekosistem biota laut yang terpadu.
Kima dan kerang-kerangan lainnya,
tumbuhan laut, terumbu karang, aneka
bintang laut, teripang, ikan hias, ka-
rang/batu hias, dan lobster, berkem-
bang biak secara alami didalamnya,
jadi dengan sendirinya tempat ini akan
menjadi laboratorium alam di bawah
laut sebagai pusat konservasi dan re-
habilitasi aneka biota laut, obyek
wisata selam, sekaligus sebagai tempat
pendidikan dan penelitian. Sebagai la-
boratorium alam bawah laut di laut le-
pas, maka secara ekonomi akan mem-
berikan dampak positif bagi masyarakat setempat,
utamanya dalam mendorong peningkatan pendapa-
tan akan berpengaruh baik pada perputaran
ekonomi masyarakat secara makro. Dampak ini
sekaligus menjadi bukti akan terciptanya kondisi
saling mendukung antara alam dan kehidupan
manusia, dimana akan memberikan kesadaran be-
tapa pentingnya menjaga dan memelihara alam,
khususnya laut beserta biotanya.
Daftar Pustaka: Balai Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih,
Pemda Kab Nabire, Pemda Kab. Teluk Wondama,
WWF, Yalhimo. 2009. Buku Data dan Analisa Zonasi Kawasan Taman Nasional Teluk Cenderawasih. Manokwari: Balai Besar TNTC.
http://www.lenterapapuabarat.com http://www.konservasi-laut.net http://www.indonesiamedia.com/ http://gis.wwf.or.id/wwf/index.php/taman-nasional-
teluk-cendrawasih/
− ☼ −
kan jenisnya di kawasan habitat asli Kima. Sebab
dengan mengumpulkan Kima-Kima tersebut, ketika
terjadi pemijahan maka Kima yang dapat selamat
dari predator diharapkan akan lebih banyak,
dibandingkan jika dibiarkan bertebaran dan
melakukan pemijahan sendiri-sendiri. Selain itu,
keselamatan Kima dari eksploitas manusia akan
lebih terjamin. Pengumpulan aneka spesies Kima,
mulai dari ukuran 20 cm hingga Kima raksasa yang
berukuran minimal 100 cm, serta aneka jenis biota
laut lainnya dilakukan dengan mengambil potensi
alam tersebut dari berbagai rab di pulau-pulau.
Pada konservasi aneka biota laut, utamanya Ki-
ma dilakukan dengan menyelam dan
mengangkutnya, kemudian menempatkan dan
menata serta memelihara secara alami pada kawa-
san Tubir (tebing laut) dan reef sepanjang enam
kilometer. Untuk menentukan lokasi konservasi,
sebelumnya harus dilakukan survei dan
penyelaman untuk mencari kawasan yang da-
hulunya menjadi habitat asli aneka biota laut yang
memiliki Reef dekat daratan (sekitar 10 menit dari
bibir pantai) yang dahulunya menjadi habitat asli Ki-
ma. Selain itu, di kawasan ini masih memiliki beba-
tuan yang relatif masih terjaga dan masyarakatnya
masih dapat diajak untuk turut berperan dalam
menjaga dan melestarikan alam, khususnya laut.
Dengan adanya taman laut sebagai pusat kon-
servasi dan rehabilitasi Kima dan aneka spesies
*)Tenaga Kontrak (Sekretaris) pada BBTNTC
P a g e 2 6 B u l e t i n t r i t o n i s
A R T I K E L
kesadaran dan kesefahaman dari pengelola kon-
servasi atau institusi konservasi (Pemerintah atau
NGOs) dari negara-negara yang peduli terhadap
spesies tersebut. Kesadaran dan kesefahaman ter-
sebut sangat dibutuhkan untuk menjaga dan me-
lestarikan spesies yang menjadi ikon di kawasan.
Jangan sampai Hiu Paus di Indonesia (TNTC) dilin-
dungi, namun ketika Hiu Paus tersebut bergerak
keluar kawasan konservasi (TNTC), pihak yang tid-
ak bertanggung jawab memburunya untuk kepent-
ingan komersil. Sebenarnya bukan hanya perburuan
yang menjadi ancaman bagi Hiu Paus ketika keluar
kawasan, tetapi juga baling-baling kapal, atau
bahkan kapal itu sendiri dapat menjadi ancaman.
Alat pancing nelayan juga berkontribusi ancaman
yang tidak jarang intensitasnya.
Secara alamiah Hiu Paus bergerak dari suatu
tempat ke tempatnya disinyalir untuk mencari pa-
kan. Di Kwatisore ketersediaan pakan bagi Hiu Paus
masih cukup melimpah, walaupun berdasarkan
informasi dari para nelayan pakan bagi species ini
sudah mulai berkurang. Hiu Paus berdatangan dan
menetap berlama-lama di Kwatisore dan sekitarnya
tidak lain karena melimpahnya ikan puri. Di sisi lain
para pebagan juga memanfaatkan ikan puri terse-
but untuk tujuan komersil. Oleh karena itu diper-
lukan suatu kajian mengenai eksistensi bagan di
kawasan yang meliputi pengaturan jarak bagan,
jumlah bagan, bahkan jika diperlukan moratorium
beberapa saat untuk memberi kesempatan kepada
ikan puri berkembang biak. Kajian tersebut
mengarah pada bahasan mengenai bagan tersebut
merupakan “ simbiosis” atau “ persaingan” bagi Hiu
Paus.
Upaya menjaga dan melestarikan Hiu Paus di
TNTC tidak berhenti sampai disitu, diperlukan
K eanekaragaman hayati sebagai suatu kon-
sep universal dalam perspektif konservasi
telah menjadi salah satu tujuan utama da-
lam Millenium Development Goals (MGDs) dan
menjadi fondasi bagi beberapa point MDGs lainnya.
Konsep konservasi biodiversity tidak mengenal ba-
tas-batas adminstrasi negara. Makhluk hidup seper-
ti burung tidak mengenal teori negara seperti yang
dikenal manusia. Sebagai contoh, burung Blackbur-
nian webler dan Scarlet tanager di benua Amerika
(Amerika Utara) akan bermigrasi ke hutan-hutan
tropis selama musim dingin. Hutan-hutan tropis
tersebut tentunya tidak berada di bunua Amerika,
tetapi di negara seperti Brasil, Venezuela Peru dan
5 negara lainnya yang dibentengi oleh hutan tropis
tersebut.
Di Taman Nasional Teluk Cenderawasih juga
terdapat hewan yang memiliki mobilitas yang jau-
hnya hingga ribuan kilometer. Seperti halnya kedua
burung tersebut diatas, Hiu Paus (Whale Shark)
juga bermigrasi sangat jauh hingga lintas negara.
Dari pantauan satelit, Hiu Paus yang di Tagging di
Nabire terdeteksi pergerakannya hingga ke Perairan
Filipina, kemudian kembali lagi ke Nabire (di Kwa-
tisore). Dari rentang waktu 15 November 2011 – 7
Maret 2013, Hiu Paus yang di Tangging bergerak
dari Perairan Kwatisore, Napan Yaur, hampir se-
luruh kawasan Teluk Cenderawasih, Perairan
Yapen, Perairan Biak kemudian terus menjauh
menuju Samudera Pasifik hingga Perairan Filipina
dan akhirnya kembali lagi ke Perairan Kwatisore.
Informasi mobilitas seperti ini akan sangat berguna
bagi suatu negara yang sedang giat melakukan kon-
servasi suatu species. Namun karena mobilitas dari
species tersebut terpantau memiliki “ home range”
yang sangat luas/jauh, maka diperlukan suatu
Conservation Knows No Boundaries… . Erwin Kusumah Nanjaya, S.Hut*)
P o l a M o b i l i t a s W h a l e S h a r k
S e b a g a i S a l a h S a t u K o n s e p
K o n s e r v a s i B i o d i v e r s i t a s L i n t a s
N e g a r a
P a g e 2 7 E d i s i I I A g u s t u s 2 0 1 3
ARTIKEL… .
Daftar Pustaka
Stewart, B. S., 2012. Scientific Research for Conser-
vation and Ecotourism Management of Whale
Shark. “Presentasi Lokakarya Pemantauan &
Pengelolaan Hiu Paus”. Nabire.
Utama, I. M. S., dkk., 2011. Konservasi Keane-
karagaman Hayati dengan Kearifan Lokal.
Kerjasama USAID-Texas A&M Univ., Univ. Uda-
yana. Denpasar.
− ☼ −
kesadaran dan tanggung jawab bersama dari para
pihak. Pembangunan yang lestari memerlukan
keanekaragaman budaya dan keanekaragaman
hayati sebagai komponen yang sama penting dan
utama. Oleh karena itu melindungi keane-
karagaman hayati harus seiring dengan menghargai
dan mengakui hak dan peran serta masyarakat lo-
kal sebagai agen utama yang menjaga dan mem-
bentuk keanekaragaman hayati.
*)Penyuluh Kehutanan Pertama
pada BPTN Wilayah I Nabire
P a g e 2 8 B u l e t i n t r i t o n i s
A R T I K E L
laut yang menggantungkan hidupnya pada terumbu
karang sebagai tempat berlindung dari predator
maupun tempat mereka mencari makan. Oleh kare-
na itu, terumbu karang sangat berperan penting
bagi kelangsungan kehidupan biota laut. Meskipun
demikian banyak masyarakat yang belum mengerti
mengenai pentingnya terumbu karang bagi ke-
hidupan, padahal mereka merasakan secara lang-
sung dan nyata dalam kehidupan sehari-hari,
bahkan banyak nelayan menggantungkan hidupnya
pada terumbu karang. Mereka tidak perlu meman-
cing ikan terlalu jauh karena banyak ikan yang
hidup di sekitar terumbu karang. Terumbu karang
yang sehat menghasilkan 3-10 ton ikan per kilome-
ter persegi per tahun.
Keindahan terumbu karang juga sangat potensi-
al untuk dijadikan wisata bahari. Masyarakat di
sekitar terumbu karang dapat memanfaatkan hal ini
dengan mendirikan pusat-pusat penyelaman,
restoran maupun penginapan. Dengan
menyediakan jasa sarana dan prasarana
S iapa bilang wisata bahari di Papua yang
terindah hanya ada di Raja Ampat? mungkin
bagi sebagian orang akan mengatakan ya,
akan tetapi bagi para penjelajah wisata bahari akan
merasa kurang lengkap jika ke Papua belum
berkunjung ke Taman Nasional teluk Cenderawasih.
Bagi wisatawan mancanegara, Taman Nasional Te-
luk Cenderawasih sudah tidak asing lagi di benak
mereka apalagi kalau bukan karena keindahan
dunia bawah laut dan biota laut yang beraneka
ragam. Taman Nasional Teluk Cenderawasih meru-
pakan taman nasional laut terluas di Indonesia
dengan luas wilayah 1.453.500 Ha yang terdapat di
dua provinsi yaitu Papua dan Papua Barat. Dengan
luasnya kawasan perairan yang mencapai ± 89%
banyak terdapat berbagai jenis terumbu karang
yang merupakan tempat hidup berbagai jenis biota
laut mulai dari ikan, udang, siput, penyu, dan lain-
lain.
Terumbu karang merupakan rumah/tempat
hidup bagi sebagian biota laut, banyak binatang
J a n g a n B i a r k a n K a r a n g k u
M e m u t i h d a n H a n c u r
Bangsa yang bermartabat adalah bangsa yang
melestarikan alamnya…. Wahyu Alit Santoso*)
P a g e 2 9 E d i s i I I A g u s t u s 2 0 1 3
ARTIKEL… .
mengandung bahan kimia.
5. Terumbu karang merupakan tujuan wisata yang
sangat diminati. lalu lintas kapal di perairan,
membuang jangkar pada pesisir pantai secara
tidak sengaja akan merusak terumbu karang
yang berada di bawahnya.
6. Penambangan pasir atau bebatuan di laut dan
pembangunan pemukiman di pesisir turut
merusak kehidupan terumbu karang. Limbah
dan polusi dari aktifitas masyarakat di pesisir
secara tidak langsung berimbas pada kehidupan
terumbu karang. Selain itu, sangat banyak yang
mengambilan karang untuk bahan bangunan
dan hiasan akuarium.
7. dan yang lebih parahnya lagi masih banyak yang
menangkap ikan di laut dengan menggunakan
bom dan racun sianida. Ini sangat mematikan
terumbu karang dan ekosistem yang ada.
8. Selain karena kegiatan manusia, kerusakan
terumbu karang juga berasal dari sesama
mahluk hidup di laut. Siput drupella salah satu
predator bagi terumbu karang.
Oleh karena itu sebelum terlambat marilah kita
menjaga dan menyadari akan pentingnya terumbu
karang bagi kehidupan kita, jangan samapai terum-
bu karang ini memutih dan hancur karena ulah ta-
ngan-tangan yang tidak bertanggung jawab dan
hanya mementingkan diri sendiri. Sekali lagi saya
menghimbau marilah kita menjaga terumbu karang
sebelum semuanya hanya tinggal kenangan dan
cerita untuk anak cucu kita.
Daftar Pustaka
Anonim. 2009. Rencana Pengelolaan Taman
Nasional Teluk Cenderawasih, Departemen
Kehutanan, BBTNTC Manokwari.
Juliana, W. 2013. Penyebab Rusaknya Terumbu Ka-
rang di Perairan Indonesia. (http://goo.gl/
h3prj diakses tanggal 19 Juni 2013).
− ☼ −
pariwisata, tingkat kesejahteraan masyarakat
sekitar kawasan akan bertambah. Lihat saja di
daearh Raja Ampat, daerah tersebut begitu terkenal
dan dikunjungi para wisatawan karena terumbu ka-
rangnya yang indah.
Namun yang menjadi keprihatinan penulis,
terdapat berapa terumbu karang didalam kawsan
TNTC mengalami kerusakan. Rusaknya terumbu ka-
rang dalam kawasan TNTC dikarenakan kurangnya
pedulianya masyarakat akan pentingnya terumbu
karang bagi kehidupan manusia, padahal dari tahun
ke tahun kerusakan terubu karang di Indonesia se-
makin meningkat hingga mencapai 30% lebih, tidak
menutup kemungkinan hal ini akan terus ber-
tambah jika masyarakat belum juga sadar akan hal
ini. Kerusakan terumbu karang banyak disebabkan
oleh tangan-tangan manusia diantaranya adalah :
1. Terumbu karang yang hidup di dasar laut meru-
pakan sebuah pemandangan yang cukup indah.
Banyak wisatawan melakukan penyelaman ha-
nya untuk melihatnya. Sayangnya, tidak sedikit
dari mereka menyentuh dan menginjak terumbu
karang saat berenang menikmati karang,
bahkan ada yang membawa pulang terumbu ka-
rang hidup sebagai sovenir. . Padahal, satu sen-
tuhan saja dapat membunuh terumbu karang.
2. Membuang sampah ke laut dan pantai yang
dapat mencemari air laut. Banyak masyarakat
yang membuang samapah anorganik ke laut dan
pantai yg tidak mereka sadari bahwa hal ini
akan membunuh ekosistem terumbu karang.
3. Mungkin tidak banyak yang sadar, penggunaan
pupuk dan pestisida buatan pada lahan per-
tanian turut merusak terumbu karang di lautan.
Karena meskipun jarak pertanian dan bibir pan-
tai sangat jauh, residu kimia dari pupuk dan pes-
tisida buatan pada akhirnya akan terbuang ke
laut melalui air hujan yang jatuh di lahan per-
tanian.
4. Boros menggunakan air, karena semakin banyak
air yang digunakan semakin banyak pula limbah
air yang dihasilkan dan akhirnya mengalir ke
laut. Limbah air tersebut biasanya sudah *)Polhut Pelaksana Pada SPTN III Aisandami
P a g e 3 0 B u l e t i n t r i t o n i s
K A B A R K A W A S A N
mengarahkan speed menuju daratan terdekat
sebagai upaya penyelamatan awal. Speed dibawa
menuju pantai di pesisir Kampung Angresi
Manokwari. Masing-masing penumpang langsung
menggunakan pelampung yang tersedia di dalam
speed sebagai upaya antisipasi jika speed tenggelam
saat perjalanan menuju daratan. Dibantu oleh
ombak air pasang turun air laut, speed terdorong
menuju daratan sehingga bisa bersandar di atas
bebatuan dan pasir di Pantai Angrresi.
Penyebab masuknya air laut kedalam Speed
Speed Gorano merupakan speed pengadaan
Kementerian Kehutanan yang langsung dikirim dari
pusat. Speed ini langsung dikirim dari Jakarta
dengan dikendarai melalui lautan Nusantara dari
pantai Ancol Jakarta menuju Manokwari. Setelah
berlayar melalui lautan Nusantara selama 6 hari,
akhirnya speed merapat di dermaga depan markas
komando SPORC Brigadir Kasuari Manokwari.
Sesampainya di Manokwari, diketahui sirip salah
satu mesin megalami patah saat perjalanan, serta
bagian dudukan mesin goyang sehingga saat speed
digunakan untuk mengarungi lautan, bagian mesin
akan goyang. Mengingat kondisi ini, speed masuk
dalam bengkel perbaikan untuk memperbaiki
dudukan mesin. Dan setelah kondisi speed dirasa
Air masuk.....air masuk......”itulah teriakan di pagi hari
yang memecah keheningan”.
Tanggal 17 Juni 2013 Pukul 08.43 WIT kondisi
lautan di Manokwari cukup tenang, dimana Speed
Gorano keluar dari dermaga masyarakat di Sowi IV
untuk melakukan perjalanan menuju Wasior. Saat
speed mulai meninggalkan dermaga, rombongan
pegawai Balai Besar Taman Nasional Teluk
Cendewawasih yang menaiki Speed Gorano
sebanyak 10 orang ini sudah merasakan jalannya
speed tidak seimbang, dimana badan speed agak
condong ke kiri. Dan perjalanan belum genap 10
menit, ada salah satu penumpang yang melihat ada
genangan air di bagian depan speed, tepatnya di
depan bawah kendali kemudi. Pada awalnya
dianggap genangan air yang berasal dari kamar
mandi speed akibat keran air kamar mandi lupa
dimatikan, mengingat speed milik Balai Besar Taman
Nasional Teluk Cenderawasih sebelumnya memiliki
kamar mandi yang terletak di bagian depan kemudi.
Namun setelah disadari posisi kamar mandi Speed
Gorano berada di bagian belakang, baru diketahui
speed mengalami kebocoran sehingga air masuk
kedalam lambung speed.
Menyadari ada yang tidak beres pada speed,
Jurumudi, Bapak Yahuda J.J. Satia langsung
Akhir Sebuah Perjalanan…. Muhibbuddin Danan Jaya *)
S P E E D G O R A N O , R I W A Y A T M U K I N I
P a g e 3 1 E d i s i I I A g u s t u s 2 0 1 3
KABAR KAWASAN… .
speed untuk diamankan di kantor Balai Besar
Taman Nasional Teluk Cenderawasih. Sedangkan
mesin dan peralatan navigasi serta kelengkapan
lainnya masih bisa dimanfaatkan dan saat ini masih
tersimpan di kantor Balai Besar Taman nasional
Teluk Cnederawasih.
Belajar dari pengalaman ini, keselamatan dan
keamanan transportasi, terutama transportasi laut
harus menjadi prioritas utama karena kondisi laut
sangat fluktuatif dimana sering dialami dalam
melakukan perjalanan sering bertemu dengan
kondisi laut yang tidak bersahabat, gelombang
tinggi dan ombak besar. Perjalanan di laut
mengutamakan aspek keselamatan. Dengan
kejadian pecahnya Speed Gorano ini bisa menjadi
pembelajaran akan pentingnya ketersediaan sarana
transportasi laut yang nyaman dan aman, sehingga
pegawai dalam melaksanakan dan mengemban
tugas negara menjaga kelestarian Taman Nasional
Teluk Cederawasih ini lebih tenang dan optimal.
Keselamatan penumpang serta kenyamanan
merupakan prioritas utama dalam melakukan
perjalanan laut.
− ☼ −
normal, baru dapat digunakan untuk melakukan
aktifitas di lapangan lagi. Dan tercatat sudah lebih
dari lima kali digunakan untuk mengarungi lautan di
dalam kawasan Teluk Cenderawasih Speed Gorano
tidak mengalami kendala yang berarti, kecuali
mengalami permasalahan kecil pada bagian mesin.
Perjalanan ke Wasior kali ini sedianya merupakan
perjalanan untuk melakukan servis ringan terhadap
mesin Speed Gorano sekaligus ada pelatihan bagi
teknisi speed yang diadakan oleh WWF Teluk
Cenderawasih. Namun karena ada kendala pecah
body, maka perjalanan tertahan di Pantai Angresi.
Setelah speed bersandar dan terduduk di atas
batuan pesisir pantai, baru dapat diketahui
penyebab masuknya air kedalam lambung speed.
Terjadi pecah memanjang dibagian depan bagian
bawah sebelah kiri sepanjang 50-an centimeter
pada Speed Gorano sehingga air cukup cepat
masuk kedalam lambung speed.
Evakuasi Body Speed
Untuk menghidarkan kerusakan body speed yang
lebih parah lagi akibat hempasan air laut dan
kerasnya ombak di Pantai Angresi, maka
diputuskan untuk menarik speed kearah daratan,
sehingga terbebas dari pengaruh pasang surut air
laut. Pada awalnya dilakukan upaya menarik body
speed menggunakan tenaga manusia. Body Speed
Gorano Bintang ditarik oleh 20 an orang dewasa,
namun usaha ini dirasa tidak memberikan efek
yang berarti. Speed tidak bisa bergerak secara
signifikan. Speed mau bergerak pada saat
mendapat bantuan dorongan ombak air laut Speed
Gorano baru bisa geser sedikit demi sedikit.
Bertepatan di sekitar tempat pendaratan speed
terdapat aktifitas penambangan pasir pantai yang
menggunakanalat berat (eksavator), maka kami
meminta bantuan kepada operator eksavator untuk
membantu memindahkan speed menuju daratan.
Proses evakuasi Speed menggunakan eksavator
tidak kurang dari 3 jam ini akhirnya dapat menarik
speed menuju daratan yang terbebas dari pengaruh
pasang surut air laut.
Setelah body speed berada di daratan, mesin dan
beberapa peralatan navigasi dilepas dari body
*)Penyuluh Kehutanan Pelaksana pada BBTNTC
P a g e 3 2 B u l e t i n t r i t o n i s
K E M I T R A A N
wisatawan mancanegara maupun nusantara se-
hingga perlu dilakukan pengembangan pariwisata
alam di kawasan TN Teluk Cenderawasih. Berdasar-
kan data Balai Besar TN Teluk Cenderawasih, kun-
jungan wisata ke kawasan ini meningkat tajam dari
tahun 2010 hingga 2012 sehingga diperlukan
pengembangan pariwisata yan dilakukan dalam
wujud pengelolaan secara terpadu bersama
pemerintah (pusat dan daerah), swasta, LSM dan
masyarakat lokal.
Dari data kunjungan wisatawan Balai Besar TN
Teluk Cenderawasih, kunjungan wisata tahun 2011-
2012 di dominasi oleh wisatawan mancanegara.
Akan tetapi dalam pengelolaan wisata, TN Teluk
Cenderawasih juga mengalami kendala, dian-
taranya program pengembangan wisata alam di ka-
wasan TN Teluk Cenderawasih yan belum sinegis
dengan para pihak terkait, SDM pariwisata masaih
terbatas, sarana prasarana wisata masih terbatas,
jaringan komunikai dalam kawasan terbatas, pem-
berdayaan masyarakat dalam kawasan masih
lemah, pengembangan potensi, promosi dan
pencitraan TN Teluk Cenderawasih masih lemah
dan belum adanya pemegang IPPA di kawasan TN
Teluk Cenderawasih.
Dalam kebijakan dan program pengembangan
pariwisata alam di TN Teluk Cenderawasih mengacu
pada visi dan misi Balai Besar TN Teluk
Cenderawasih. Strategi pengembangan yang di-
lakukan oleh TN Teluk Cenderawasih antaranya
pemantapan perencanaan ruang dan pengelolaan
pengunjung, pengembangan produk paraiwisata
alam, peningkatan kemitraan pengembangan pari-
wisata alam, peningkatan program kesadaran kon-
servasi dan pemantapan kelembagaan. Sedangkan
program pengembangan pariwisata alam yang akan
dan sedang diterapkan antara lain pengelolaan
ODTW, peningkatan promosi dan publikasi, pening-
K awasan Taman Nas iona l T e luk
Cenderawasih mempunyai potensi pari-
wisata alam yang sangat tinggi untuk dikem-
bangkan sebagai obyek dan daya tarik wisata alam.
Kegiatan wisata yang dapat dikembangkan di kawa-
san Taman Nasional Teluk Cenderawasih antara
lain adalah wisata bahari berupa diving (menyelam),
snorkling, fotografi bawah air, wisata pantai, wisata
whale shark dan fishing (memancing). Selain itu
penduduk asli dengan sejarah, budaya adat-
istiadatnya dan tradisi yang masih kuat merupakan
aset pariwisata yang dapat dikembangkan.
Guna sinkronisasi kebijakan dan program dari
para pihak yang berkepentingan di kawasan Taman
Nasional Teluk Cenderawasih khususnya dalam
pengembanan pariwisata alam maka dilakukan
Sinergisitas Pengembangan Pariwisata Wisata
Alam Taman Nasional Teluk Cenderawasih di Nabi-
re. Kegiatan ini merupakan langkah pendekatan da-
lam membangun persamaan presepsi bersama
dengan para pemangku kepentingan dalam kawa-
san sehingga dapat menemukan kesatuan pan-
dangan dan kebijakan dalam pengelolaan pari-
wisata alam di kawasan Taman Nasional Teluk Cen-
derawasih. Kegiatan ini dihadiri oleh peserta dari
berbagai elemen, baik pegawai pemerintahan, pers,
masyarakat, tokoh adat maupun tokoh pemuda di
kawasan Taman Nasional Teluk Cenderawasih. Da-
lam kegiatan ini dipaparkan empat materi, dimana
setiap akhir sesi materi diakhiri dengan diskusi ber-
sama peserta sinergitas.
Kebijakan Dan Strategi Pengembangan Pariwisata
Alam Di Kawasa Taman Nasional Teluk
Cenderawasih
Materi ini disampaikan oleh Kepala Balai Besar
Taman Nasional Teluk. Dalam materi ini memuat
tentang Taman Nasional Teluk Cenderawasih yang
menjadi salah satu daerah tujuan wisata baik oleh
Sebuah langkah menyamakan tujuan Veve Ivana Pramesti, S.Hut*)
S i n e r g i t a s P e n g e m b a n g a n
P a r i w i s a t a A l a m T a m a n
n a s i o n a l T e l u k C e n d e r a w a s i h
P a g e 3 3 E d i s i I I A g u s t u s 2 0 1 3
KEMITRAAN… . ambil diantaranya adalah penyusunan rencana in-
duk dan rencana detail pembangunan DPD dan
KSPD, regulasi pembangunan DPD dan KSPD di-
lakukan melalui monitoring dan pengawasan,
mengembangkan daya tarik wisata baru di DP yang
belum berkembang, memperkuat upaya penge-
lolaan potensi kepariwisataan dan lingkungan da-
lam mendukung upaya perintisan.
Kebijakan Pembangunan Pemerintah Kabupaten
Nabire Dalam Pengembangan Pariwisata
Pada sesi selanjutnya, dipaparkan materi ke-
bijakan pembangunan Pemerintah Kabupaten Nabi-
re dalam pengembangan pariwisata yang disam-
paikan oleh Kepala Bidang Pengendalian dan
Pelaporan BAPPEDA Kabupaten Nabire. Dalam
pemaparan materinya dijelaskan guna mewujudkan
visi Kabupaten Nabire, PEMDA Nabire menetapkan
prioritas kebijakan, yaitu Peningkatan aksesibilitas
daerah, pengembangan, pembinaan dan pemben-
tukan sumber daya manusia (SDM) Nabire yang kre-
atif, sehat, produktif dan inovatif, Pemberdayaan
potensi sumber daya alam, Pengembangan kapasi-
tas dan kapabilitas kelembagaan serta Peningkatan
komunikasi sosial antar segenap komponen
masyarakat dan aparat.
Sedangkan bidang pembangunan daerah Kabu-
paten Nabire dititik beratkan pada Bidang Sosial
Budaya dan Kehidupan Beragama, Bidang Ekonomi,
Bidang Sarana dan Prasarana, Bidang Hukum dan
Aparatur, Bidang Pengembangan Wilayah dan Tata
Ruang dan Bidang Sumber Daya Alam dan Ling-
kungan Hidup yang berkaitan erat dengan pari-
wisata alam dan konservasi. Dari bidang sumber
daya alam dan lingkungan hidup ini dilakukan pro-
gram penguatan budaya lokal dan destinasi wila-
yah. Program ini dijalankan oleh Disbudpora Kabu-
paten Nabire. Perwujudan dari program ini adalah
kegiatan pengembangan kawasan pariwisata,
pengembangan kemitraan dan pengembangan
pemasaran pariwisata.
Peranan Kali Lemon Dive Resort Dalam Mendukung
Pengembangan Pariwisata Alam Di Kawasan Ta-
man Nasional Teluk Cenderawasih
Kali Lemon Dive Resort memiliki beberapa pro-
gram wisata, diantaranya adalah Diving/snorkling
katan sarana dan prasarana wisata, peningkatan
SDM, penyusunan rencana pengembangan pari-
wisata alam secara teradu dan pengelolaan secara
kolaboratif.
Kebijakan Dan Strategi Dinas Kebudayaan Pemuda
Olahraga Dan Pariwisata Dalam Mendukung
Pengembangan Pariwisata Di TN Teluk
Cenderawasih
Keberadaan pariwisata memiliki peran dalam
meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah,
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, membu-
ka lapangan kerja, melestarikan alam, lingkungan
dan sumber daya, mengangkat citra daerah dan
memperkuat kearifan lokal. Untuk mewujudkan
peranan dari bidang pariwisata, Kabupaten Nabire
melakukan beberapa upaya yaitu pembangunan De-
wan Pariwisata Daerah (DPD), pembangunan daya
tarik wisata, pembangunan aksesibilitas pariwisata,
pembangunan prasarana dan fasilitas, pem-
berdayaan masyarakat, pengembangan promosi
wisata, mendorong tumbuh dan berkembangnya in-
dustri pariwisata, pengembangan pemasaran
wisata dan penguatan kelembagaan.
Dari masing-masing upaya tersebut, diambil
langkah kebijakan dan strateginya. Seperti upaya
pembangunan DPD, Pemerintah Kabupaten Nabire
menetapkan kebijakan pembuatan RIPDA, penetap-
an perda dan keputusan Bupati dan perintisan
pengembangan daya tarik wisata. Strategi yang di-
lakukan untuk memuluskan kebijakan yang telah di-
Berkelanjutan di kawasan TN Teluk
Cenderawasih dalam wilayah Kabupaten Teluk
Wondama Provinsi Papua Barat;
4. Pengembangan dan peningkatan kapasitas sum-
ber daya manusia dalam mendukung pem-
bangunan berkelanjutan di dalam dan di sekitar
kawasan TN Teluk Cenderawasih dalam wilayah
Kabupaten Teluk Wondama Provinsi Papua Bar-
at;
5. Pengembangan kerjasama para pihak dalam
penggalangan sumber daya (manusia, sarana
prasarana dan pendanaan) untuk mendukung
efektifitas pengelolaan TN Teluk Cenderawasih
di wilayah Kabupaten Nabire Provinsi Papua.
Disampaikan pula bahwa potensi yang ada di Ta-
man Nasional Teluk Cenderawasih lebih baik dari
Australia, India, Philipina (Hiu Paus muncul karena
keberadaan bagan). Di samping itu TN Teluk
Cenderawasih juga memiliki potensi jenis ikan men-
capai lebih dari 900 spesies, endemisitasnya lebih
tinggi dari Raja Ampat, memiliki terumbu Karang
lebih dari 500 karang, terdapat 22 lokasi
penyelaman, memiliki budaya lebih beragam, ada-
nya live a board yang berkunjung, telah dikenal di
mancanegara dan telah terdokumentasi serta ter-
publikasi cukup baik. Oleh karenanya pengelola-
annya hendaknya berkolaborasi demi mendukung
kelestarian kawasan. Dalam kolaborasi ini dibutuh-
kan kerjasama antar Pemerintah (Nabire-Wondama-
Manokwari), pelaku kepariwisataan (tour operator,
hotel, lokal komunitas, gereja) dan pengamanan,
dibutuhkan penguatan kapasitas Pemerintah
(regulasi, aturan main, peraturan), dibutuhkan pe-
nguatan kapasitas masyarakat lokal (inisiatif lokal
dari kampung-kampung), dibutuhkan pendidikan
untuk masyarakat dan anak-anak (integrasi pen-
didikan lingkungan hidup) dan dibutuhkan lebih dari
sekadar komitmen, tapi juga kerja keras dan berge-
rak secara bersama.
− ☼ −
dengan Whale Shark/Hiu Paus, Night bagan tour
( fishing process), House of reef diving, Paradise
bird watching, Village tour, Papua cultural dan sport
fishing (C&R). Banyak media dan turis mancanegara
yang berkunjung ke Kali Lemon Dive Resort. Be-
berapa media yang pernah berkunjung diantaranya
Trans 7, kompas TV, Trans TV, MNC TV dan CTV Ja-
pan. Selain bergerak dalam bidang wisata, Kali
Lemon Resort juga melakukan upaya konservasi
dan pemberdayaan masyarakat melalui kemitraan
dengan WWF, pembinaan kader konservasi kam-
pung Kwatisore, kemitraan dengan balai TN Teluk
Cenderawasih, pembinaan bagan dan pendele-
gasian kursus-kursus maupun pembinaan kader
konservasi.
Selain upaya konservasi dan pemberdayaan
masyarakat, adanya Kali Lemon Dive Resort juga
berfungsi sebagai pencipta lapangan tenaga kerja,
memperkenal kan wilayah TN Teluk Cenderawasih
sebagai daerah wisata yang patut dikunjungi, mem-
bantu mencari potensi-potensi yang masih
tersembunyi, turut dalam pelestarian ekosistem,
dan sebagai wadah pendukung pariwisata dan kon-
servasi.
Peranan WWF Indonesia Dalam Mendukung
Pengembangan Wisata Alam Di Kawasan Taman
Nasional Teluk Cenderawasih
Selanjutnya materi terakhir ini di sampaikan
oleh Project Leader WWF-TNTC. Pada materi ini di-
jelaskan bahwa ruang lingkup kerjasama WWF
dengan Balai Besar TN Teluk Cenderawasih dian-
taranya adalah sebagai berikut:
1. Peningkatan kesadartahuan dan partisipasi
masyarakat dan para pihak melalui kegiatan
penyuluhan, sosialisasi dan pengembangan pen-
didikan lingkungan di dalam dan di sekitar kawa-
san TN Teluk Cenderawasih dalam wilayah Kabu-
paten Teluk Wondama Provinsi Papua Barat;
2. Pengawasan dan Perlindungan Kawasan TN Te-
luk Cenderawasih dalam wilayah Kabupaten Te-
luk Wondama Provinsi Papua Barat;
3. Pengembangan dan Pengelolaan Pariwisata
Alam Berbasis Masyarakat dan Jasa Lingkungan
KEMITRAAN… .
P a g e 3 4 B u l e t i n t r i t o n i s
*)Calon Penyuluh Kehutanan Pada BBTNTC
B I O D I V E R S I T Y
P a g e 3 5 B u l e t i n t r i t o n i s
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Columbiformes
Family : Columbidae
Genus : Caloenas
Spesies : Caloenas nicobarica,
memiliki ukuran tubuh berkisar antara 32-25cm
dengan berat antara 460-525 g (jantan dan 490-
600 g (betina). Kekhasan yang dimiliki oleh burung
ini adalah bulu-bulu leher yang tebal dan lebih pan-
jang dan ekor yang pendek dan berwarna putih,
warna yang sangat kontras sekali berbeda dengan
bulu tubuhnya. Paruh yang berwarna hitam dengan
sera yang besar, serta kaki keungu-unguan dengan
cakar kuning atau kekuning-kuningan membuatnya
tampak sangat gagah.
Nama yang diberikan kepada jenis burung ini
turut mengabadikan nama tempat ia ditemukan
yaitu Kepulauan Andaman dan Nicobar. Junai Mas
atau juga dikenal dengan Nicobar Pigeon dikategori-
kan nyaris terancam keberadaannya mengingat
jumlahnya yang menurun di seluruh area perseba-
rannya. Penurunnya populasi ini disebabkan oleh
penangkapan untuk dikonsumsi dan untuk binatang
peliharaan serta kerusakan habitat dan predasi
oleh mamalia. Area persebaran burung ini antara
lain: Pulau Andaman dan Nicobar, Kepulauan Mer-
gui (Myeik Kyunzu), Myanmar, pulau-pulau di barat
daya semenanjung Thailand, pulau-pulau di sekelil-
ing semenanjung Malaysia, pulau-pulau di selatan
Kamboja dan Vietnam, pulau-pulau di sekeliling
Sumatera, Wallacea dan Papua (Irian Jaya), Timor-
Leste, Filipina, Papua Nugini, Kepulauan Solomon
dan Palau.
Jenis burung ini sangar menyukai pulau-pulau
kecil yang tidak banyak gangguan dan terpencil dan
jarang dijumpai dalam koloni yang besar. Buah-
P apua, sebuah wilayah yang sangat terkenal
dengan tingginya keanekaragaman flora dan
fauna. Tak hanya satu flora maupun fauna
yang menjadi spesies endemic di pulau ini. Sebuah
pulau utama yang dikelilingi oleh pulau-pulau kecil,
dengan medan yang cukup berliku, mulai dari
lebatnya hutan, curamnya tebing-tebing, tingginya
gunung serta perairan yang juga menjadi aset uta-
ma sebuah pulau/kepulauan, Tanah Papua.
Burung Cendrawasih, adalah jenis yang paling
tersohor dari daerah ini. Keindahan warna bulu ser-
ta penampilannya menjadikannya sebuah buruan
yang menjanjikan. Tak hanya jenis burung ini saja
yang ada di Tanah Papua, Junai Mas atau yang
memiliki nama latin Caloenas nicobarica juga terke-
nal terdapat di sana. Namanya terkadang membuat
kita tertipu alan warna bulu burung yang satu ini.
Bukan warna emas, kuning atau yang semacamnya
yang dia miliki, melainkan warna bulu yang gelap
dengan perubahan warna kehijau-hijauan atau biru-
lah yang dia miliki.
Burung yang memiliki taksonomi
Kingdom : Animalia
S a n g P e n e r b a n g y a n g M u l a i
M e n y i n g k i r
Pulau terpencil yang menjadi rumahnya pun
kini menjadi ancaman bagi hidupnya… . Lidia Tesa Vitasari S, S.Si*)
BIODIVERSITY….
*)Calon PEH Pada BBTNTC
P a g e 3 6 B u l e t i n t r i t o n i s
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari pihak
yang melakukan penelitian terkait burung ini di Pu-
lau Kumbur sekitar tahun 1989, sarang Junai Mas
sangat padat di pulau ini. Namun demikian,
kegiatan survey populasi yang dilakukan di tahun
2013 ini di Pulau Kumbur tidak dapat menemukan
burung ini. Tingginya gangguan manusia di dalam
pulau yang termasuk dalam zona inti kawasan TNTC
ini dimungkinkan menjadi salah satu penyebab
menurunnya populasi Junai Mas serta perginya
Junai Mas dari Pulau Kumbur karena mungkin
mereka melihat pulau tersebut sudah tidak sesuai
lagi untuk dijadikan habitat persarangan. Zona inti
yang seharusnya menjadi daerah yang sangat dilin-
dungi dari gangguan manusia, saat ini telah men-
galami kerusakan akibat ulah manusia. Perlin-
dungan yang seharusnya kita lakukan untuk menja-
ga keutuhan ekosistem, pada akhirnya tidak dapat
terwujud dan berakibat pada hilangnya spesies
yang dilindungi.
Pustaka Acuan
Del Hoyo, J., Elliot, A., & Sargatal, J. (eds.). 1997.
Handbook of the Birds of the World, Vol. 4.
Sandgrouse to cuckoos (hlm:179). Barcelona:
Lynx Edicions.
Beehler, Bruce M., Pratt, Thane K., Zimmerman,
Dale A. 2001. Burung-Burung di Kawasan
Papua. Puslitbang Biologi – LIPI. Bogor.
Birdlife International. 2000. Threatened Birds Of
The World. (http://www.birdlife.org/datazone/
speciesfactsheet.php?id=2604, diakses tang-
gal 21 Juni 2013).
Departemen Kehutanan. 2009. Rencana Pengel-
olaan Taman Nasional (RPTN) Teluk
Cenderawasih. Departemen Kehutanan.
Manokwari.
Ngamel, Markus Decky. 1998. Studi Habitat dan
Populasi Burung Mas (Caloenas nicobarica) di
Pulau Nutabari Pada Kawasan Taman Nasion-
al Laut Teluk Cenderawasih. Fakultas Per-
tanian Universitas Cenderawasih. Manokwari.
− ☼ −
buahan dan biji-bijian menjadi makanannya. Burung
ini memiliki otot dinding tembolok yang tebal
dengan pelat yang keras sehingga memungkinkann-
ya untukmenggerus biji yang berukuran besar.
Mereka makan di permukaan tanah, biasanya
sendirian atau berpasang-pasangan, aktif pada saat
subuh dan menjelang malam (petang). Junai Mas
bersarang di pulau-pulau kecil, mengembara ke
pulau-pulau yang lebih besar dan pesisir daratan
utama yang berhutan untuk mencari makan.
Junai Mas memiliki kebiasaan breeding secara
berkoloni di ketinggian 0-2 m di atas tanah (pada
koloni yang tidak terganggu) hingga 12 m di bawah
kanopi (pada lokasi yang terganggu). Sarang terbuat
dari tumpukan ranting-ranting kecil yang tidak tera-
tur. Burung ini memiliki perbedaan waktu breeding
pada masing-masing wilayah, sebagaimana yang
tercatat dalam buku Handbook of the Birds of the
World:
Kepulauan Bismarck : Bulan Juni
Andaman dan Nicobar : Januari – Maret
P. Palawan : Bulan November
Pulau Sekitar Papua : Oktober – Maret
Sumbawa : Bulan Mei
Kepulauan Lingga (sekitar Sumatera) : perten-
gahan Maret
Betina menghasilkan satu butir telur berwarna
putih, anakan menetas dalam kondisi tanpa bulu,
yang kemudian mulai tumbuh dalam waktu sampai
satu bulan.
Taman Nasional Teluk Cenderawasih (TNTC)
yang merupakan sebuah kawasan konservasi
perairan memiliki beberapa pulau yang menjadi
habitat Junai Mas. Menurut Rencana Pengelolaan
Taman Nasional Teluk Cenderawasih periode 2010-
2029, disebutkan bahwa burung Junai Mas
(Caloenas nicobarica), dara laut (Ducula sp.), camar
laut (Sterna sp.) memiliki daerah sarang di Pulau
Kumbur, Pulau Kuwom dan Pulau Matas. Berdasar-
kan hasil Skripsi tahun 1997, jenis ini juga dijumpai
di Pulau Nutabari. Dalam skripsi tersebut disam-
paikan jumlah sarang yang dijumpai sebanyak 108
buah pada 55 pohon inang yang menyebar pada
bagian tajuk, batang dan akar.
P a g e 3 7 E d i s i I I A g u s t u s 2 0 1 3
S E R B A - S E R B I
elang serta tikus juga dapat
dijumpai di pulau ini. Kuatnya
arus yang menghatam pulau ini
mengakibatkan abrasi yang
cukup luas sehingga daratan pu-
lau ini semakin berkurang dan se-
makin lama akan mengubahnya
menjadi pulau pasir yang akan
tenggelam saat pasang dan mun-
cul saat surut. Arus juga memba-
wa banyak sampah ke pulau yang
masuk dalam zona inti Taman Na-
sional Teluk Cenderawasih ini.
Usai melakukan pengamatan
terhadap kondisi Pulau Matas, ka-
mi menemukan 2 sarang telur
penyu sisik. Di dalam sarang itu
ditemukan masing-masing 187
butir dan 167 butir telur penyu.
Dari semua telur itu, didapati 20
butir telur yang rusak. Telur yang
masih baik kami masukkan da-
lam ember dan kami relokasikan
ke Yende.
Dari kejadian ini, ada hal yang
ingin saya sampaikan mengenai
Upeti dan Jasa yang dilakukan Si
Penyu (Si Pen) dan Si Kepiting (Si
Kep). Penyu yang akan bertelur
bergerak ke tepian pantai ber-
pasir dan akan mulai membuat
lubang setelah mendapatkan lo-
kasi yang sesuai dan terhindar
dari dampak air pasang. Dari
sekian banyak telur yang dilepas-
kan ke dalam sarang, ada satu
butir telur yang benuknya ber-
beda karena berbentuk agak lon-
jong. Telur inilah yang menjadi
Upeti untuk Si Kep. Bagaimana
cara mereka berkomunikasi sam-
pai terjadi proses saling memban-
tu dalam hal Upeti dan Jasa??
Ternyata alam telah mengatur
semuanya. Jadi, ketika Si Pen me-
nutup sarangnya dan kembali ke
laut, ternyata Si Kep mulai
mengawasi sarang itu. Sarang
sedalam kira-kira 50-60 cm itu di-
gali oleh Si Kep selama beberapa
lama sampai ia menjumpai telur
yang menjadi Upeti untuknya dan
ia meninggalkan telur yang
lainnya. Saat telur lain yang
masih tersisa dalam sarang mulai
menetas, anak penyu, tukik, pun
mulai berusaha keluar dari sa-
rang dan bernafas dari lubang
yang merupakan hasil galian Si
Kep. Dan dengan nalurinya serta
kepekaannya terhadap cahaya,
tukik-tukik itu pun mulai bergerak
ke arah laut. Begitulah cerita
bagaimana jasa Si Kep dalam
membuat ventilasi udara dan
jalan bagi tukik-tukik menuju ke
kehidupan baru mereka dibalas
oleh Upeti Si Pen.
Begitulah kisah bagaimana Si
Pen dan Si Kep mampu hidup
berdampingan dengan saling
menghargai dan saling memberi
yang terbaik melalui Upeti dan
Jasa. Sebagai manusia, makhluk
ciptaan yang paling mulia, su-
dahkah kita memberikan Upeti
P enyu merupakan reptil
yang hidup di laut yang
keberadaannya telah lama
terancam, baik dari alam maupun
aktivitas manusia. Secara inter-
nasional, penyu masuk dalam red
list di IUCN dan Appendix I CITES
yang menyatakan bahwa
keberadaannya di alam telah ter-
ancam punah, sehingga segala
bentuk pemanfaatan dan
peredarannya harus mendapat
perhatian secara serius. Se-
dangkan kepiting yang dimaksud
disini adalah jenis kepiting yang
hidup di tepian pantai berpasir
putih. Kepiting ini berwarna putih
bening dan suka menggali lubang
pada pasir. Jenis kepiting ini tidak
dikonsumsi manusia.
Pulau Matas merupakan salah
satu pulau di Kepulauan Auri yang
masuk wilayah kerja SPTN IV
Roon, BPTN II Wasior, BBTNTC.
Daratan pulau ini ditumbuhi be-
berapa jenis pohon antara lain:
cemara pantai, ketapang, pandan
pantai serta rumput-rumputan.
Satwa seperti burung junai emas,
K i s a h P e n y u d a n K e p i t i n g
Kita berhak memanfaatkan tetapi jangan
melupakan kewajiban menjaga kelestariannya… Frans Kusi Sineri, S.E*)
S E R B A - SERBI….
untuk alam yang telah memberikan Jasanya lewat
sumber daya alam serta oksigen yang kita hirup
hingga saat ini??
Mengutip dari kitab suci, “Bawalah kepada
Kaisar apa yang menjadi hak Kaisar dan kepada
Allah apa yang menjadi hak Allah,” maka disamping
kita memanfaatkan apa yang alam berikan, kita ju-
ga memiliki kewajiban untuk menjaga agar alam
tetap lestari supaya kehidupan kita selalu diberkati
dalam kelimpahan dari hari ke hari.
− ☼ −
P a g e 3 8 B u l e t i n t r i t o n i s
*)Kepala Seksi PTN Wilayah VI Windesi
P a g e 3 9 E d i s i I I A g u s t u s 2 0 1 3
P i m p i n a n d a n s e g e n a p s t a f f r e d a k s i
B u l e t i n T r i t o n i s
B a l a i B e s a r T a m a n N a s i o n a l T e l u k
C e n d e r a w a s i h m e n g u c a p k a n :
U C A P A N
In memorian Alm. Korneles Edward Sawaki
Engkau adalah seorang rimbawan sejati yang dengan segenap jiwa raga mencurahkan tenaga
dan pikiran untuk menjaga keamanan kawasan Teluk Cenderawasih. Selamat jalan Bapak,
semoga amal ibadahmu diterima di sisi Tuhan YME dan keluarga yang ditinggalkan diberi
ketabahan.
Jasa dan karya mu akan selalu terlukis di hati kami.
Selamat Jalan dan Selamat Datang
Selamat jalan Bapak Muhamad Wahyudi, SP., M.Sc untuk melanjutkan tugas sebagai Kepala
Bidang PTN Wilayah I Mataso pada Balai Besar Taman Nasional Betung Kerihun.
Selamat datang dan selamat bergabung Bapak Heru Rudiharto, S.Si, MP selaku
Kepala Bagian Tata Usaha di keluarga besar Balai Besar Taman Nasional Teluk
Cenderawasih. Semoga dapat terus menyumbangkan karyanya dimasa yang akan
datang.