P08
PENENTUAN TITIK AKHIR TITRASI ASAM BASA SECARA POTENSIOMETRIK
I. Tujuan Percobaan
1. Mengetahui teknik penentuan titik akhir pada titrasi potensiometrik
2. Membandingkan hasil titik akhir pada titrasi potensiometrik dengan titik akhir
yang ditetapkan dengan indikator warna
II. Teori Dasar
Potensiometri adalah metode pengukuran perbedaan potensial antara
elektrode indikator dengan elektrode pembanding sesuai dengan konsentrasi
analit dalam larutan yang diukur. Titrasi potensiometri adalah titrasi dimana
potensial larutan diukur sebagai fungsi dari volume titran. Untuk titrasi asam basa,
digunakan elektrode indikator berupa elektrode kaca, sebagai elektrode
pembanding digunakan elektrode kalomel/ elektrode Ag-AgCl.
Penetapan titik akhir titrasi secara potensiometrik dapat digunakan untuk
mengatasi masalah-masalah apabila larutan encer/ larutan berwarna, indikator zat
warna tidak memberikan hasil yang memuaskan. Prinsipnya: kedalam larutan uji
dicelupkan sepasang elektroda yaitu elektroda indikator yang sensitif terhadap
analit dan elektroda pembanding yang potensialnya tidak dipengaruhi oleh
spesies dalam larutan. Dengan demikian akan terbentuk sel galvanik dan
perbedaan potensial dari kedua elektroda tersebut dapat diukur dengan pH meter
yang digunakan untuk memantau jalannya reaksi selama titrasi.
Titrasi potensiometri biasanya digunakan direct reading pH meter karena dapat
mencatat pH atau mV terus menerus selama titrasi. Elektroda indikator harus
cocok untuk jenis titrasi yang dilakukan, misalnya elektroda gelas utuk titrasi asam
basa, dan elektroda platina untuk titrasi redoks. Potensial yang sebenarnya dari
referensi elektroda tidak perlu diketahui asal harganya konstan selama titrasi,
karena yang diukur adalah perbedaan potensialnya dengan elektroda indikator
(potensial larutannya). Persamaan elektroda dicelupkan ke dalam titrat, lalu
perbedaan potensialnya diukur titran kemudian ditambahkan ke dalam titrat yang
terus menerus dengan pengadukan oleh stirer magnetik, dan harga mV atau pH
dicatat setiap penambahan titran. Mendekati titik ekivalen makan penambahan
titran harus makin kecil (misalnya: volume 1 ml hingga dibatasi setiap volume 0,1
ml), agar dapat diketahui dari semakin besarnya perbedan mV atau pH per unit
volume titran yang ditambahkan. Setiap penambahan titran, potensial/ pH larutan
dicatat, tercapainya titik akhir titrasi ditandai dengan lonjakan potensial/ pH.
III. Alat & Bahan
A. Alat
pH-meter, Metrohm model 620
elektrode gelas-kalomel
B. Bahan
a. Titran: larutan NaOH 0,1 N LV (telah dibakukan)
b. Titrat: 10 mL sampel HCl 0,1 N dimasukkan ke dalam beaker glass 600
mL. Diencerkan dengan air bebas CO2 sampai ± 300 mL.
c. Indikator: fenolftalein (alkalimetri)
IV. Skema Kerja
Siapkan pH meter dengan pasangan elektroda gelas kalomel
Isi wadah beaker glass 600 mL dengan 10 mL sampel HCl 0,1 N yang telah
dibakukan. Encerkan dengan air bebas CO2 sampai ± 300 mL. Tambahkan 2
tetes indikator fenolftalein (PP)
Isi buret dengan NaOH 0,1 N yang telah dibakukan. Titrasi sampel dengan
penambahan volume titran dan pencatatan pH dan mV secara bertahap
sampai terlihat loncatan potensial atau pH, tambahkan minimal 3 titik lagi.
Baca volume titran pada saat perubahan warna indikator
Buat kurva titrasi dan tentukan titik akhir dari kurva tersebut
Hitung titik akhir titrasi berdasarkan data dengan menggunakan rumus
Bandingkan hasil-hasil yang diperoleh dan buat kesimpulan