-1-
SALINAN
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
NOMOR 26017/B.B1.3/HK/2018
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS PENUGASAN GURU SEBAGAI KEPALA SEKOLAH
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
DIREKTUR JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN,
Menimbang : .bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 23 Peraturan
Menteri Pendidikan Nomor 6 Tahun 2018 tentang Penugasan
Guru Sebagai Kepala Sekolah, perlu menetapkan Peraturan
Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan tentang
Petunjuk Teknis Penugasan Guru Sebagai Kepala Sekolah;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4301);
2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4586);
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 157, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4586) sebagaimana
telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua
atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang
Guru (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 194, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4941) sebagaimana telah diubah dengan
n ,Senayan
JAKARTA 10270 Telepon 57901004, Fax 57900980
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL
GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN Jalan Jenderal Sudirman, Gedung D Lantai 11, Senayan, Jakarta 10270
Telepon: (021) 57955141
Laman: www.kemdikbud.go.id
https://ainamulyana.blogspot.com/
-2-
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2017 tentang
Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun
2008 tentang Guru (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2017 Nomor 107, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 6058);
5. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun
2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah;
6. Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 1
Tahun 2013 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan
Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 tentang Penilaian
Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2013 Nomor 33);
7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 6
Tahun 2018 tentang Penugasan Guru Sebagai Kepala
Sekolah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018
Nomor 486);
MEMUTUSKAN:
Menetapkan: PERATURAN DIREKTUR JENDERAL GURU DAN TENAGA
KEPENDIDIKAN TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENUGASAN
GURU SEBAGAI KEPALA SEKOLAH.
Pasal 1
Dalam Peraturan Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan ini yang
dimaksud dengan:
1. Kepala Sekolah adalah guru yang diberi tugas untuk memimpin dan
mengelola satuan pendidikan yang meliputi taman kanak-kanak (TK),
taman kanak-kanak luar biasa (TKLB), sekolah dasar (SD), sekolah dasar
luar biasa (SDLB), sekolah menengah pertama (SMP), sekolah menengah
pertama luar biasa (SMPLB), sekolah menengah atas (SMA), sekolah
menengah kejuruan (SMK), sekolah menengah atas luar biasa (SMALB),
atau Sekolah Indonesia di Luar Negeri.
2. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, serta menilai dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
3. Kepala Sekolah Mentor adalah kepala sekolah yang satuan pendidikannya
dijadikan tempat untuk melaksanakan pendidikan dan pelatihan calon
kepala sekolah pada tahap on the job learning.
4. Kompetensi adalah pengetahuan, sikap dan keterampilan yang melekat
pada dimensi kompetensi kepribadian, manajerial, kewirausahaan,
supervisi, dan sosial.
https://ainamulyana.blogspot.com/
-3-
5. Pendidikan dan Pelatihan Calon Kepala Sekolah yang selanjutnya disingkat
Diklat Calon Kepsek adalah penyiapan kompetensi calon Kepala Sekolah
untuk memantapkan wawasan, pengetahuan, sikap, nilai, dan
keterampilan dalam memimpin sekolah.
6. Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan yang selanjutnya disingkat PKB
adalah program dan kegiatan peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan
sikap profesional Kepala Sekolah yang dilaksanakan berjenjang, bertahap,
dan berkesinambungan terutama untuk peningkatan manajemen,
pengembangan kewirausahaan, dan supervisi kepada guru dan tenaga
kependidikan.
7. Dinas Provinsi adalah dinas yang bertanggungjawab di bidang pendidikan
di wilayah provinsi.
8. Dinas Kabupaten/Kota adalah dinas yang bertanggungjawab di bidang
pendidikan di daerah kabupaten/kota.
9. Sekolah Indonesia di Luar Negeri yang selanjutnya disebut SILN adalah
satuan pendidikan pada jalur formal yang diselenggarakan di luar negeri.
10. Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah yang
selanjutnya disingkat LPPKS adalah unit pelaksana teknis di lingkungan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di bidang pengembangan dan
pemberdayaan kepala sekolah yang berada di bawah dan
bertanggungjawab kepada Direktur Jenderal Guru dan Tenaga
Kependidikan.
11. Lembaga Penyelenggara Pendidikan dan Pelatihan yang selanjutnya
disingkat LPD adalah lembaga yang bekerjasama dengan LPPKS yang
menyelenggarakan Diklat Calon Kepsek dan pendidikan dan pelatihan
penguatan Kompetensi kepala sekolah.
12. Direktorat Jenderal adalah direktorat jenderal yang bertanggung jawab
dalam pembinaan Guru dan tenaga kependidikan di lingkungan
Kementerian.
13. Kementerian adalah kementerian yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah.
https://ainamulyana.blogspot.com/
-4-
Pasal 2
Petunjuk teknis penugasan Guru sebagai Kepala Sekolah merupakan pedoman
bagi Pemerintah, Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya,
penyelenggara satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat, Guru,
Kepala Sekolah, pengawas sekolah, dan tenaga kependidikan lainnya, serta
pihak lainnya yang terkait dan berkepentingan dalam pelaksanaan penugasan
Guru sebagai Kepala Sekolah.
Pasal 3
(1) Ruang lingkup Peraturan Direktur Jenderal ini meliputi:
a. proyeksi kebutuhan Kepala Sekolah;
b. pengusulan dan seleksi bakal calon Kepala Sekolah;
c. pendidikan dan pelatihan calon Kepala Sekolah;
d. pengangkatan dan pemberhentian Kepala Sekolah; dan
e. penguatan Kepala Sekolah.
(2) Uraian petunjuk teknis mengenai ruang lingkup sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dicantumkan masing-masing dalam lampiran I, lampiran II,
Lampiran III, Lampiran IV, dan Lampiran V yang merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dalam Peraturan Direktur Jenderal ini.
Pasal 4
Peraturan Direktur Jenderal ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 5 November 2018
DIREKTUR JENDERAL,
TTD
SUPRIANO
NIP. 196208161991031001
Salinan sesuai dengan aslinya
Kepala Bagian Hukum, Tata Laksana, dan Kepegawaian,
Sekretariat Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
TTD
Temu Ismail
NIP. 197003072002121001
https://ainamulyana.blogspot.com/
SALINAN
LAMPIRAN I
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL GURU DAN TENAGA
KEPENDIDIKAN
NOMOR 26017/B.B1.3/HK/2018
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS PENUGASAN GURU SEBAGAI
KEPALA SEKOLAH
PROYEKSI KEBUTUHAN KEPALA SEKOLAH
A. Tujuan
Petunjuk teknis ini bertujuan untuk memandu unsur Dinas Provinsi, Dinas
Kabupaten/Kota, dan penyelenggara pendidikan yang diselenggarakan
oleh masyarakat dalam menyusun proyeksi kebutuhan Kepala Sekolah.
B. Mekanisme Penyusunan Proyeksi Kebutuhan Kepala Sekolah
Dinas Provinsi, Dinas Kabupaten/Kota dalam melakukan penyusunan
proyeksi kebutuhan Kepala Sekolah berdasarkan:
1. Jumlah sekolah yang ada yang mencakup rencana penambahan
sekolah untuk lima tahun ke depan, sekolah yang akan digabung
(merger), dan sekolah yang akan ditutup;
2. Ketersediaan formasi Kepala Sekolah yang ditentukan oleh banyaknya
satuan pendidikan yang belum memiliki Kepala Sekolah definitif;
3. Jumlah Kepala Sekolah yang tersedia dengan memperhitungkan
beberapa hal sebagai berikut.
a. Jumlah Kepala Sekolah yang akan pensiun;
b. Jumlah Kepala Sekolah yang diangkat pada jabatan lain;
c. Jumlah Kepala Sekolah yang mengundurkan diri;
d. Jumlah Kepala Sekolah yang tidak mampu secara jasmani
dan/atau rohani sehingga tidak dapat menjalankan
kewajibannya;
e. Jumlah Kepala Sekolah yang dikenakan sanksi hukum
berdasarkan putusan pengadilan yang telah memiliki kekuatan
hukum tetap;
https://ainamulyana.blogspot.com/
-2-
f. Jumlah Kepala Sekolah yang memiliki hasil penilaian prestasi
kerja tidak mencapai dengan sebutan paling rendah "Baik";
g. Jumlah Kepala Sekolah yang melaksanakan tugas belajar enam
bulan berturut-turut atau lebih;
h. Jumlah Kepala Sekolah yang menjadi anggota partai politik;
i. Jumlah Kepala Sekolah yang meninggal dunia; dan
j. Jumlah Kepala Sekolah yang sudah habis masa periodisasinya
sebagai Kepala Sekolah.
Proyeksi kebutuhan Kepala Sekolah dibuat untuk lima tahun ke depan
setelah tahun berjalan dan diperinci per 1 (satu) tahun. Sebagai contoh:
pada tahun 2018 dibuat proyeksi kebutuhan Kepala Sekolah untuk tahun
2019 s/d tahun 2023. Pada tahun 2023 dibuat proyeksi kebutuhan Kepala
Sekolah untuk tahun 2024 s/d 2028. Setiap tahun terhadap proyeksi
tersebut dilakukan evaluasi atau peninjauan kembali.
1. Jumlah Sekolah Berdasarkan Jenis atau Jenjang Sekolah
Unsur Dinas Provinsi, Dinas Kabupaten/Kota dalam menyusun
proyeksi kebutuhan Kepala Sekolah harus memiliki data yang akurat
tentang jumlah sekolah berdasarkan jenis atau jenjang sekolah di
provinsi, kabupaten/kota pada tahun berjalan (n) sebagaimana pada
Tabel 2.a
Tabel 2.a JUMLAH SEKOLAH BERDASARKAN JENIS
ATAU JENJANG SEKOLAH NAMA PENYELENGGARA PENDIDIKAN *)
TAHUN ..........
No Jenjang Sekolah Jumlah
1 TK
2 TKLB
3 SD
4 SDLB
5 SMP
6 SMPLB
7 SMA
8 SMALB
9 SMK
10 SMKLB
Total
Keterangan:
*) Ganti sesuai dengan nama penyelenggara pendidikan oleh pemerintah atau
masyarakat
https://ainamulyana.blogspot.com/
-3-
2. Proyeksi Penambahan dan Pengurangan Sekolah
Unsur Dinas Provinsi, Dinas Kabupaten/Kota dalam penyusunan
proyeksi kebutuhan Kepala Sekolah harus memiliki data yang akurat
tentang rencana penambahan sekolah baru dalam kurun waktu lima
tahun mendatang. Data ini akan menentukan jumlah sekolah dan
proyeksi jumlah kebutuhan pengangkatan Kepala Sekolah untuk lima
tahun mendatang. Pertambahan jumlah Kepala Sekolah sama dengan
jumlah sekolah tahun berjalan (n) ditambah dengan rencana
penambahan sekolah baru lima tahun mendatang. Selain adanya
penambahan sekolah, dimungkinkan juga ada sekolah yang digabung
(merger) atau berhenti beroperasi, ini berarti berpengaruh pada
berkurangnya jumlah Kepala Sekolah yang diperlukan. (Lihat Tabel
2.b)
Tabel 2.b
JUMLAH PENAMBAHAN DAN PENGURANGAN SEKOLAH MENURUT JENIS ATAU JENJANG SEKOLAH
NAMA PENYELENGGARA PENDIDIKAN *) TAHUN ..........
No Jenjang Sekolah Jumlah (∑ 𝑛1 𝑠. 𝑑. 𝑛5)
1. TK
2. TKLB
3. SD
4. SDLB
5. SMP
6. SMPLB
7. SMA
8. SMALB
9. SMK
10. SMKLB
Total Keterangan:
*) Ganti sesuai dengan nama penyelenggara pendidikan oleh Pemerintah atau
Masyarakat
3. Proyeksi Pemberhentian Kepala Sekolah
Proyeksi atau asumsi atas pemberhentian Kepala Sekolah dapat
disebabkan oleh hal-hal berikut:
a. Mengundurkan Diri (X1)
Jumlah Kepala Sekolah yang berhenti atas permohonan sendiri
dalam kurun waktu lima tahun terakhir dapat dijadikan sebagai
data dasar untuk memprediksi banyaknya Kepala Sekolah yang
https://ainamulyana.blogspot.com/
-4-
berhenti atas permohonan sendiri untuk kurun waktu lima tahun
yang akan datang. Kasus Kepala Sekolah berhenti atas
permohonan sendiri sangat sedikit, oleh karena itu diasumsikan
sekitar ≤1% dari jumlah Kepala Sekolah yang ada. (Lihat Tabel
2.c.1)
Tabel 2.c.1 JUMLAH KEPALA SEKOLAH
YANG MENGUNDURKAN DIRI MENURUT JENIS ATAU JENJANG SEKOLAH NAMA PENYELENGGARAN PENDIDIKAN *)
TAHUN ..........
No Jenjang Sekolah Σ Kepala Sekolah
yang Mengundurkan Diri 5 Tahun Terakhir
Asumsi
(1%)
1 TK
2 TKLB
3 SD
4 SDLB
5 SMP
6 SMPLB
7 SMA
8 SMALB
9 SMK
10 SMKLB
Total Keterangan:
*) Ganti sesuai dengan nama penyelenggara pendidikan oleh Pemerintah atau
Masyarakat
b. Mencapai Batas Usia Pensiun (X2)
Data Kepala Sekolah yang telah mencapai usia 55 s/d 59 tahun
diperlukan untuk mengetahui jumlah Kepala Sekolah yang akan
diberhentikan dari penugasan karena mencapai batas usia
pensiun pada tahun (n+l) s/d tahun (n+5). (Lihat Tabel 2.c.2)
https://ainamulyana.blogspot.com/
-5-
Tabel 2.c.2 JUMLAH KEPALA SEKOLAH
YANG AKAN MEMASUKI BATAS USIA PENSIUN NAMA PENYELENGGARAN PENDIDIKAN *)
TAHUN ..........
No KEPALA SEKOLAH
USIA KEPALA SEKOLAH TOTAL 55
Th 56 Th
57 Th
58 Th
59 Th
1 TK 2 TKLB 3 SD 4 SDLB 5 SMP 6 SMPLB 7 SMA 8 SMALB 9 SMK 10 SMKLB Jumlah
Keterangan:
*) Ganti sesuai dengan nama penyelenggara pendidikan oleh Pemerintah atau
Masyarakat
c. Diangkat pada Jabatan Lain (X3)
Seorang Kepala Sekolah dapat diangkat menjadi pengawas
sekolah atau jabatan lain. Data tentang jumlah Kepala Sekolah
yang diangkat dalam jabatan lain dalam kurun waktu 5 (lima)
tahun terakhir, dapat digunakan untuk memprediksi jumlah
Kepala Sekolah yang akan diangkat pada kurun waktu 5 (lima)
tahun yang akan datang. (Lihat Tabel 2.c.3)
https://ainamulyana.blogspot.com/
-6-
Tabel 2.c.3 JUMLAH KEPALA SEKOLAH
YANG DIANGKAT PADA JABATAN LAIN MENURUT JENIS ATAU JENJANG SEKOLAH NAMA PENYELENGGARAN PENDIDIKAN *)
TAHUN ..........
No Jenjang Sekolah Σ Kepala Sekolah yang
Diangkat Pada Jabatan Lain
5 Tahun Terakhir
1 TK
2 TKLB
3 SD
4 SDLB
5 SMP
6 SMPLB
7 SMA
8 SMALB
9 SMK
10 SMKLB
Total Keterangan:
*) Ganti sesuai dengan nama penyelenggara pendidikan oleh pemerintah atau
masyarakat
d. Tidak Mampu Secara Jasmani dan/atau Rohani Sehingga Tidak
Dapat Menjalankan Kewajibannya (X4)
Kepala sekolah yang diberhentikan karena kondisi ini
diasumsikan ≤1% dari jumlah Kepala Sekolah yang ada. (Lihat
Tabel 2.c.4).
https://ainamulyana.blogspot.com/
-7-
Tabel 2.c.4 JUMLAH KEPALA SEKOLAH
YANG TIDAK MAMPU SECARA JASMANI DAN/ATAU ROHANI SEHINGGA TIDAK DAPAT MENJALANKAN KEWAJIBANNYA
NAMA PENYELENGGARA PENDIDIKAN *) TAHUN ..........
No Jenjang Sekolah
Σ Kepala Sekolah yang Tidak Mampu Secara Jasmani dan/atau Rohani 5 Tahun
Terakhir
Asumsi (1%)
1 TK
2 TKLB
3 SD
4 SDLB
5 SMP
6 SMPLB
7 SMA
8 SMALB
9 SMK
10 SMKLB
Total Keterangan:
*) Ganti sesuai dengan nama penyelenggara pendidikan oleh pemerintah atau
masyarakat
e. Dikenakan Sanksi Hukum Berdasarkan Putusan Pengadilan
yang Telah Memiliki Kekuatan Hukum Tetap (X5)
Kepala sekolah yang diberhentikan karena mendapat hukuman
disiplin angkanya diasumsikan sekitar ≤1 % dari jumlah Kepala
Sekolah yang ada. (Lihat Tabel 2.c.5)
https://ainamulyana.blogspot.com/
-8-
Tabel 2.c.5 JUMLAH KEPALA SEKOLAH YANG DIKENAKAN SANKSI HUKUM BERDASARKAN PUTUSAN PENGADILAN YANG TELAH MEMILIKI
KEKUATAN HUKUM TETAP MENURUT JENIS ATAU JENJANG SEKOLAH
NAMA PENYELENGGARA PENDIDIKAN *) TAHUN ..........
No Jenjang Sekolah
Σ Kepala Sekolah yang Dikenakan Sanksi Hukum Berdasarkan
Putusan Pengadilan Yang Telah Memiliki Kekuatan Hukum
Tetap 5 Tahun Terakhir
Asumsi (1%)
1 TK
2 TKLB
3 SD
4 SDLB
5 SMP
6 SMPLB
7 SMA
8 SMALB
9 SMK
10 SMKLB
Total Keterangan:
*) Ganti sesuai dengan nama penyelenggara pendidikan oleh pemerintah atau
masyarakat
f. Hasil Penilaian Prestasi Kerja Tidak Mencapai dengan Sebutan
Paling Rendah "Baik" (X6)
Penilaian prestasi kerja Kepala Sekolah dilakukan scara berkala
setiap tahun yang meliputi Sasaran Kerja Pegawai (SKP) dan
perilaku, serta kehadiran yang dilakukan oleh atasan langsung.
Hasil penilaian prestasi kerja digunakan untuk menentukan
apakah seorang Kepala Sekolah layak atau tidak untuk
diperpanjang masa penugasannya. Kepala sekolah yang
diberhentikan karena tidak memiliki penilaian kinerja paling
rendah “Baik” diasumsikan ≤1% dari jumlah Kepala Sekolah yang
ada. (Lihat Tabel 2.c.6)
-9-
Tabel 2.c.6
JUMLAH KEPALA SEKOLAH YANG HASIL PENILAIAN PRESTASI KERJA TIDAK MENCAPAI
DENGAN SEBUTAN PALING RENDAH "BAIK" MENURUT JENIS ATAU JENJANG SEKOLAH
NAMA PENYELENGGARA PENDIDIKAN *) TAHUN ..........
No Jenjang Sekolah
Σ Kepala Sekolah yang Hasil Penilaian Prestasi Kerja Tidak Mencapai
dengan Sebutan Paling Rendah "Baik"
5 Tahun Terakhir
Asumsi (1%)
1 TK
2 TKLB
3 SD
4 SDLB
5 SMP
6 SMPLB
7 SMA
8 SMALB
9 SMK
10 SMKLB
Total Keterangan:
*) Ganti sesuai dengan nama penyelenggara pendidikan oleh pemerintah atau
masyarakat
g. Tugas Belajar (X7)
Kepala sekolah yang mendapat tugas belajar selama kurang dari
6 bulan dapat menunjuk pelaksana harian untuk menggantikan
secara sementara. Namun bila tugas belajarnya lebih dari 6
bulan, maka seorang Kepala Sekolah harus diberhentikan dan
digantikan oleh Kepala Sekolah baru. Apabila telah
menyelesaikan tugas belajar dapat diangkat kembali dengan
syarat apabila masih tersedia formasi Kepala Sekolah yang
sesuai. Kepala sekolah yang diberhentikan karena melaksanakan
tugas belajar diasumsikan ≤1% dari jumlah Kepala Sekolah yang
ada. (Lihat Tabel 2.c.7).
-10-
Tabel 2.c.7 JUMLAH KEPALA SEKOLAH YANG TUGAS BELAJAR
MENURUTJENIS ATAU JENJANG SEKOLAH NAMA PENYELENGGARA PENDIDIKAN *)
TAHUN ..........
No Jenjang Sekolah
Σ Kepala Sekolah yang Tugas Belajar 5 Tahun Terakhir
Asumsi (1%)
1 TK
2 TKLB
3 SD
4 SDLB
5 SMP
6 SMPLB
7 SMA
8 SMALB
9 SMK
10 SMKLB
Total Keterangan:
*) Ganti sesuai dengan nama penyelenggara pendidikan oleh pemerintah atau
masyarakat
h. Menjadi Anggota Partai Politik (X8)
Dinas Provisi, Dinas Kabupaten/kota dalam menyusun proyeksi
kebutuhan Kepala Sekolah juga harus memperhitungkan jumlah
Kepala sekolah yang menjadi anggota partai politik. Perhitungan
jumlah Kepala Sekolah yang berhenti karena menjadi anggota
partai politik sebagaimana pada tabel 2.c.8.
-11-
Tabel 2.c.8 JUMLAH KEPALA SEKOLAH
YANG BERHENTI KARENA MENJADI ANGGOTA PARTAI POLITIK MENURUT JENIS ATAU JENJANG SEKOLAH
NAMA PENYELENGGARA PENDIDIKAN *) TAHUN ..........
No Jenjang Sekolah
Σ Kepala Sekolah yang Berhenti Karena
Menjadi Anggota Partai Politik 5 Tahun Terakhir
1 TK
2 TKLB
3 SD
4 SDLB
5 SMP
6 SMPLB
7 SMA
8 SMALB
9 SMK
10 SMKLB
Total Keterangan:
*) Ganti sesuai dengan nama penyelenggara pendidikan oleh pemerintah atau
masyarakat
i. Menduduki Jabatan Negara (X9)
Dinas Provisi, Dinas Kabupaten/kota dalam menyusun proyeksi
kebutuhan Kepala Sekolah juga harus memperhitungkan jumlah
Kepala sekolah yang menduduki jabatan negara. Perhitungan
jumlah Kepala Sekolah yang berhenti karena menduduki jabatan
negara sebagaimana pada tabel 2.c.9.
-12-
Tabel 2.c.9 JUMLAH KEPALA SEKOLAH
YANG BERHENTI KARENA MENDUDUKI JABATAN NEGARA MENURUT JENIS ATAU JENJANG SEKOLAH
NAMA PENYELENGGARA PENDIDIKAN *) TAHUN ..........
No Jenjang Sekolah
Σ Kepala Sekolah yang Berhenti Karena Menduduki
Jabatan Negara 5 Tahun Terakhir
1 TK
2 TKLB
3 SD
4 SDLB
5 SMP
6 SMPLB
7 SMA
8 SMALB
9 SMK
10 SMKLB
Total Keterangan:
*) Ganti sesuai dengan nama penyelenggara pendidikan oleh pemerintah atau
masyarakat
-13-
j. Meninggal Dunia (X10)
Dinas Provinsi, Dinas Kabupaten/Kota dapat menggunakan jumlah
Kepala sekolah yang meninggal dalam kurun waktu lima (5) tahun
terakhir untuk memprediksi angka kematian Kepala Sekolah dalam
kurun waktu lima tahun yang akan datang. Jika data tersebut belum
ada, dapat diganti dengan angka prediksi kematian Kepala Sekolah
diperkirakan sekitar ≤1% dari jumlah Kepala Sekolah yang ada. (Lihat
Tabel 2.c.10)
Tabel 2.c.10
JUMLAH KEPALA SEKOLAH YANG BERHENTI KARENA MENINGGAL DUNIA MENURUT JENIS ATAU JENJANG SEKOLAH
NAMA PENYELENGGARA PENDIDIKAN *) TAHUN ..........
No Jenjang Sekolah
Σ Kepala Sekolah yang Berhenti
Karena Meninggal Dunia 5 Tahun
Terakhir
Asumsi (1%)
1 TK
2 TKLB
3 SD
4 SDLB
5 SMP
6 SMPLB
7 SMA
8 SMALB
9 SMK
10 SMKLB
Total Keterangan:
*) Ganti sesuai dengan nama penyelenggara pendidikan oleh pemerintah atau
masyarakat
k. Periodisasi Penugasan Kepala Sekolah (X11)
Dinas Provinsi, Dinas Kabupaten/Kota melakukan pendataan masa
penugasan Kepala Sekolah yang digunakan untuk mengetahui jumlah
Kepala Sekolah yang akan diberhentikan karena masa penugasannya
sudah mencapai batas maksimal penugasan sebagai Kepala Sekolah,
yaitu dapat diperpanjang penugasannya paling banyak 3 (tiga) kali
masa periode atau paling lama 12 (dua belas) tahun setelah masa
penugasan pertama.
Penugasan Kepala Sekolah periode pertama pada satuan administrasi
pangkal yang sama paling sedikit 2 (dua) tahun dan paling lama 2
-14-
(dua) masa periode atau 8 (delapan) tahun. Penugasan Kepala Sekolah
berdasarkan hasil penilaian prestasi kerja setiap tahun dengan
sebutan paling rendah "Baik", jika penilaian prestasi kerja tidak
mencapai dengan sebutan paling rendah "Baik", Kepala Sekolah yang
bersangkutan tidak dapat diperpanjang masa tugasnya sebagai Kepala
Sekolah. Kepala Sekolah yang tidak diperpanjang masa tugasnya
dapat ditugaskan kembali sebagai Guru.
Kepala Sekolah dapat diperpanjang penugasannya untuk periode
keempat setelah melalui uji Kompetensi. Pelaksanaan uji Kompetensi
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Data tentang jumlah Kepala Sekolah yang tidak dapat ditugaskan
kembali pada penugasan periode ketiga diasumsikan 2% dari jumlah
Kepala Sekolah pada periode kedua. Data tentang jumlah Kepala
Sekolah yang tidak dapat ditugaskan kembali pada penugasan periode
keempat diasumsikan sekitar 80% dari jumlah Kepala Sekolah pada
periode ketiga. (Lihat Tabel 2.c.11).
-15-
Tabel 2.c.11 JUMLAH KEPALA SEKOLAH
YANG TIDAK BISA DIPERPANJANG MASA TUGASNYA BERDASARKAN PERIODISASI PENUGASAN KEPALA SEKOLAH
Nama Penyelenggara Pendidikan *) TAHUN ..........
No Kepala Sekolah
AKHIR MASA TUGAS (n) TOTAL (Pbl
1+Pbl 2)
Periode 3 Periode 4
Jumlah 1
2% Pbl 1
Jumlah 2
80% Pbl 2
1 TKLB
2 TKLB
3 SD
4 SDLB
5 SMP
6 SMPLB
7 SMA
8 SMALB
9 SMK
10 SMKLB
Jumlah Keterangan:
*) Ganti sesuai dengan nama penyelenggara pendidikan oleh pemerintah atau
masyarakat
Pbl = pembulatan naik
Proyeksi data tentang jumlah Kepala Sekolah yang berhenti
dikelompokkan menurut alasan pemberhentian penugasan sebagai
Kepala Sekolah dalam lima tahun terakhir. Data tersebut dapat
digunakan untuk memproyeksikan penambahan jumlah kebutuhan
pengangkatan Kepala Sekolah untuk tahun (n+l) s/d (n+5). Proyeksi
tersebut diklasifikasikan menurut jenis atau jenjang sekolah, sehingga
diperoleh data penambahan jumlah untuk jenis atau jenjangnya.
4. Proyeksi Kebutuhan Kepala Sekolah (PKKS)
Berdasarkan hasil penghitungan dan data-data yang dihasilkan pada
langkah 1 sampai dengan 3, dapat dihitung proyeksi kebutuhan
Kepala Sekolah per jenjang sekolah untuk 5 (lima) tahun ke depan
berdasarkan jenis atau jenjang sekolah untuk tahun (n+l) s/d (n+5)
dengan rumus sebagai berikut.
-16-
Tabel 2.d
Rumus PKKS
Keterangan: PKKS = Proyeksi Kebutuhan Kepala Sekolah
∑ 𝑆𝑏𝑖
5
𝑖=1
= Jumlah sekolah baru pada tahun (n + 1) s/d (n + 5)
∑ 𝑋𝑖
11
𝑖=1
= Faktor pengurang jumlah Kepala Sekolah yang ada
∑ 𝑋𝑖
11
𝑖=1
= X1 + X2 + X3 + X4 + X5 + X6 + X7 + X8 + X9 + X10 + X11
n = Tahun berjalan
C. Penyajian Data Dasar Proyeksi Kebutuhan Kepala Sekolah
Penyajian data yang diperlukan untuk menghitung proyeksi kebutuhan
Kepala Sekolah dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Jumlah Sekolah Menurut Jenis atau Jenjang Sekolah
Jumlah sekolah berdasarkan jenis atau jenjang sekolah di provinsi/
kabupaten/kota tertentu pada tahun n dituangkan pada tabel 3.a di
bawah ini.
Tabel 3.a
JUMLAH SEKOLAH MENURUT
JENIS ATAU JENJANG SEKOLAH
Nama Penyelenggara Pendidikan *)
TAHUN ..........
No Jenjang Sekolah Jumlah
1 TK
2 TKLB
3 SD
4 SDLB
5 SMP
6 SMPLB
7 SMA
8 SMALB
9 SMK
10 SMKLB
Total Keterangan:
*) Ganti sesuai dengan nama penyelenggara pendidikan oleh pemerintah atau
masyarakat
𝑃𝐾𝐾𝑆 = ∑ 𝑆𝑏𝑖 + ∑ 𝑋𝑖
11
𝑖=1
5
𝑖=1
-17-
2. Penambahan dan Pengurangan Sekolah
Jumlah sekolah yang dibangun tahun ini dan yang akan dibangun
selama 5 (lima) tahun yang akan datang (n+l) s/d (n+5) dan
kemungkinan adanya sekolah yang digabung (merger) atau berhenti
beroperasi menurut jenis atau jenjangnya pada tahun n dan 5 (lima)
tahun yang akan datang dituangkan pada tabel 3.b di bawah ini.
Tabel 3.b
JUMLAH PENAMBAHAN DAN PENGURANGAN SEKOLAH
MENURUT JENIS ATAU JENJANG
Nama Penyelenggara Pendidikan *)
TAHUN ..........
No Jenis/
Jenjang Sekolah
Tahun (n+l)
Tahun (n+2)
Tahun (n+3)
Tahun ('1+4)
Tahun (n+5)
Jml
+ - Jml + - Jml + - Jml + - Jml + - Jml 1 TK 2 TKLB 3 SD 4 SDLB 5 SMP 6 SMPLB 7 SMA 3 SMALB 9 SMK 10 SMKLB
Total Keterangan:
n+1 = satu tahun setelah tahun n
n+2 = dua tahun setelah tahun n, dst..
*) Ganti sesuai dengan nama penyelenggara pendidikan oleh pemerintah atau
.masyarakat
3. Data Dasar Proyeksi Pemberhentian Kepala Sekolah
Dasar proyeksi pemberhentian Kepala Sekolah adalah jumlah Kepala
Sekolah dengan kondisi sebagai berikut.
a. Mengundurkan diri (tabel 2.c.1);
b. Mencapai batas usia pensiun (tabel 2.c.2);
c. Diangkat pada jabatan lain (tabel 2.c.3);
d. Tidak mampu secara jasmani dan/atau rohani sehingga tidak
dapat menjalankan kewajibannya (tabel 2.c.4);
e. Dikenakan sanksi hukum berdasarkan putusan pengadilan yang
telah memiliki kekuatan hukum tetap (tabel 2.c.5);
f. Hasil penilaian prestasi kerja tidak mencapai dengan sebutan
paling rendah "Baik" (tabel 2.c.6);
g. Tugas belajar enam bulan berturut-turut atau lebih (tabel 2.c.7);
-18-
h. Menjadi anggota partai politik (tabel 2.c.8);
i. Menduduki jabatan negara (tabel 2.c.9);
j. Meninggal dunia dan/atau (tabel 2.c. IO);
k. Periodisasi penugasan Kepala Sekolah (tabel 2.c.11).
4. Menghitung Proyeksi Kebutuhan Kepala Sekolah
Menghitung kebutuhan Kepala Sekolah menurut jenis atau jenjang
sekolah untuk lima tahun ke depan berdasarkan formula yang telah
dikemukakan di atas. (Lihat Tabel 3.c)
Tabel 3.c
PROYEKSI KEBUTUHAN KEPALA SEKOLAH
TAHUN (n+1) sd (n+5)
Nama Penyelenggara Pendidikan *)
TAHUN ..........
No Kepala Sekolah
𝑆𝑏 (i=1-5)
Xi (i = 1, 2, 3,
...,11) Jumlah
∑ 𝑆𝑏1-5 X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11
Prd n+3
Prd n+4
1 TK 2 TKLB 3 SD 4 SDLB 5 SMP 6 SMPLB 7 SMA 8 SMALB 9 SMK 10 SMKLB
Total Keterangan:
*) Ganti sesuai dengan nama penyelenggara pendidikan oleh pemerintah atau masyarakat
Mengacu pada Permendikbud Nomor 6 Tahun 2018 tentang
Penugasan Guru Sebagai Kepala Sekolah Bab III Pasal 4 ayat (1),
penyusunan proyeksi kebutuhan Kepala Sekolah diperinci per 1 (satu)
tahun. Berdasarkan hasil penghitungan rekap pada tabel 3.c
kemudian dicari proyeksi kebutuhan Kepala Sekolah per tahun dengan
rumus sebagai berikut.
-19-
Pengurangan selain BUP (PBUP) = ∑ 𝑇𝑎𝑏𝑒𝑙 3. 𝑐 − ∑ 𝑋2
Keterangan : Pengurang selain BUP (PBUP) = faktor pengurang proyeksi kebutuhan Kepala
Sekolah selain Batas Usia Pensiun (BI-JP); ∑ 𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 3. 𝑑 = Jumlah total tabel 3.c; ∑ 𝑋2 = Jumlah Kepala Sekolah BUP
Untuk mencari pengurang selain BUP per tahun dengan rumus:
PBPU/ th = Pengurang selain BUP per tahun
Untuk mencari proyeksi kebutuhan Kepala Sekolah per tahun dengan
rumus:
PKKS n = Proyeksi Kebutuhan Kepala Sekolah tahun n X2 n = Jumlah BUP tahun n
DIREKTUR JENDERAL,
TTD
SUPRIANO
NIP. 196208161991031001
Salinan sesuai dengan aslinya
Kepala Bagian Hukum, Tata Laksana, dan Kepegawaian,
Sekretariat Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
TTD
Temu Ismail
NIP. 197003072002121001
PPBU / th = PBUP / 5
PKKS n1 = X2n1 / th
-1-
SALINAN
LAMPIRAN II
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL GURU DAN
TENAGA KEPENDIDIKAN
NOMOR 26017/B.B1.3/HK/2018
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS PENUGASAN GURU
SEBAGAI KEPALA SEKOLAH
PENGUSULAN DAN SELEKSI BAKAL CALON KEPALA SEKOLAH
A. Proses Pengusulan
Proses pengusulan ini dilakukan berdasarkan hasil penghitungan proyeksi
kebutuhan 5 tahunan yang dilakukan oleh Dinas Provinsi, Dinas
Kabupaten/Kota, dan penyelenggara satuan pendidikan yang
diselenggarakan oleh masyarakat sebagaimana yang telah dijelaskan dalam
Lampiran I.
Selanjutnya Kepala Sekolah dapat mengusulkan Guru pada satuan
pendidikannya untuk menjadi Bakal Calon Kepala Sekolah (BCKS) kepada
Kepala Dinas Provinsi, Dinas Kabupaten/Kota sesuai dengan
kewenangannya, atau dapat diusulkan secara langsung oleh Guru dari
sekolah di bawah binaan pemerintah daerah yang memenuhi persyaratan
untuk mengikuti seleksi BCKS kepada Kepala Dinas Provinsi atau Dinas
Kabupaten/Kota melalui panitia pengusulan BCKS setelah mendapat
rekomendasi dari Kepala Sekolah satuan administrasi pangkal. Sedangkan
untuk penyampaian BCKS yang diselenggarakan oleh masyarakat
dilakukan oleh pimpinan penyelenggara satuan pendidikan yang
diselenggarakan oleh masyarakat kepada Kepala Dinas Provinsi atau Dinas
Kabupaten/Kota sesuai dengan kewenangannya.
Adapun uraian tahapan pengusulan BCKS sebagai berikut.
-2-
Alur Proses Pengusulan Peserta PPCKS
Selanjutnya untuk memeriksa kelengkapan berkas menggunakan form
check list sebagai berikut.
1. Pengumuman BCKS
Pengumuman formasi Kepala Sekolah dilakukan oleh Dinas Provinsi,
Dinas Kabupaten/Kota, atau penyelenggara satuan pendidikan yang
diselenggarakan oleh masyarakat. Pengumuman formasi Kepala
Sekolah sekurangnya berisi tentang:
a. jumlah formasi Kepala Sekolah di setiap jenjang pendidikan;
b. syarat-syarat administratif calon Kepala Sekolah;
c. syarat tambahan lain yang ditetapkan oleh Dinas Provinsi, Dinas
Kabupaten/Kota, atau pimpinan penyelenggara satuan
pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat sesuai
kewenangannya;
d. batas waktu akhir pengumpulan persyaratan; dan
Kepala Dinas Pendidikan
Kepala Sekolah Guru Pengawas Sekolah
Pengumuman
Kebutuhan
Pengumuman
kepada Guru
Identifikasi
Guru potensial
• membuat surat lamaran
• melengkapi
persyaratan dan
rekomendasi
memberikan
rekomendasi memberikan
rekomendasi
membuat surat
pengusulan
mendistribusikan
Instrumen AKPK
kepada calon
peserta
menerima
usulan
pendistribusian
instrumen AKPK
seleksi
administrasi
melengkapi
instrumen APKP
dengan memberi
respon
-3-
e. prosedur pendaftaran yang diatur oleh penyelenggara
pendidikan.
Pengumuman dapat dilakukan melalui surat edaran, nota dinas atau
laman (website) Dinas Provinsi atau Dinas Kabupaten/Kota yang
diinformasikan ke seluruh satuan pendidikan.
2. Identifikasi BCKS
Identifikasi bagi BCKS dilakukan dengan memperhatikan persyaratan
sebagai berikut.
a. Syarat BCKS
1) memiliki kualifikasi akademik paling rendah sarjana (S-1)
atau diploma empat (D-IV) dari perguruan tinggi dan program
studi yang terakreditasi paling rendah B dibuktikan sertifikat
akreditasi perguruan tinggi dari BAN-PT;
2) memiliki sertifikat pendidik;
3) bagi Guru PNS memiliki pangkat paling rendah Penata,
golongan ruang III/C;
4) pengalaman mengajar paling sedikit 6 (enam) tahun menurut
jenis dan jenjang sekolah masing-masing, kecuali di
TK/TKLB memiliki pengalaman mengajar paling sedikit 3
(tiga) tahun di TK/TKLB;
5) memiliki hasil penilaian prestasi kerja Guru dengan sebutan
paling rendah "Baik" selama 2 (dua) tahun terakhir;
6) memiliki pengalaman manajerial dengan tugas yang relevan
dengan fungsi sekolah paling sedikit 2 (dua) tahun, seperti:
a) Jenjang pendidikan TK/TKLB
(1) Koordinator PKB
(2) Pengurus IGTK
(3) Pengelola Pojok Baca
(4) Pengalaman manajerial lain yang relevan
b) Jenjang pendidikan SD/SDLB
(1) Kordinator PKB
(2) Pengurus Kelompok Kerja Guru/KKG Gugus
(3) Kepala Perpustakaan
(4) Pengalaman manajerial lain yang relevan
-4-
c) Jenjang pendidikan SMP/SMPLB
(1) Wakil Kepala Sekolah
(2) Koordinator PKB
(3) Ketua MGMP/MGBK/MGTIK Tingkat
Kabupaten/Kota atau Pokja
(4) Kepala Perpustakaan/Kepala Laboratorium
(5) Pengalaman manajerial lain yang relevan
d) Jenjang pendidikan SMA/SMALB/SMK/SMKLB
(1) Wakil Kepala Sekolah
(2) Koordinator PKB
(3) Ketua MGMP/MGBK/MGTIK Tingkat Provinsi/
Kabupaten/Kota
(4) Kepala Perpustakaan/Kepala Laboratorium
(5) Pengalaman manajerial lain yang relevan
e) Jenjang pendidikan SMK/SMKLB
(1) Wakil Kepala Sekolah
(2) Koordinator PKB
(3) Ketua MGMP/MGBK/MGTIK Tingkat
Provinsi/Kabupaten/ Kota
(4) Ketua Program / Kompetensi Keahlian
(5) Kepala Perpustakaan/Kepala Laboratorium/
Kepala Bengkel
(6) Ketua Lembaga Setifikasi Profesi (LSP)
(7) Ketua Bursa Kerja Khusus (BKK)
(8) Ketua Pokja PSG
(9) Pengalaman manajerial lain yang relevan
f) Pendidikan SLB
(1) Wakil Kepala Sekolah
(2) Koordinator Penilaian Kinerja Guru (PKG)
(3) Ketua Program Kebutuhan Khusus
(4) Ketua MGMP/MGBK/MGTIK
(5) Kepala Perpustakaan/Kepala Laboratorium
(6) Pengalaman manajerial lain yang relevan
7) sehat jasmani, rohani, dan bebas NAPZA berdasarkan surat
keterangan dari rumah sakit Pemerintah;
-5-
8) tidak pernah dikenakan hukuman disiplin sedang dan/atau
berat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
9) tidak sedang menjadi tersangka atau tidak pernah menjadi
terpidana; dan
10) berusia paling tinggi 56 (lima puluh enam) tahun pada waktu
pengangkatan pertama sebagai Kepala Sekolah.
b. Syarat BCKS di SILN selain memenuhi syarat sebagaimana
dimaksud di atas harus memenuhi persyaratan khusus sebagai
berikut:
1) berstatus sebagai PNS, dibuktikan dengan SK PNS dan SK
kenaikan pangkat terakhir;
2) memiliki pengalaman paling sedikit 4 (empat) tahun
berturut-turut sebagai Kepala Sekolah, dibuktikan dengan
fotokopi SK pengangkatan Kepala Sekolah dan surat
pernyataan dari Dinas Provinsi atau Dinas Kabupaten/Kota
setempat;
3) pada saat ingin diangkat sebagai kepala SILN sedang
menjabat Kepala Sekolah pada satuan pendidikan yang
diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah atau penyelenggara
satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat,
dibuktikan dengan SK pengangkatan Kepala Sekolah;
4) menguasai bahasa Inggris dan/atau bahasa negara tempat
yang bersangkutan akan bertugas, baik lisan maupun
tulisan dibuktikan dengan fotokopi sertifikat TOEFL/bentuk
tes sejenis untuk bahasa selain bahasa Inggris, serta
wawancara;
5) memiliki wawasan dan mampu mempromosikan seni dan
budaya Indonesia; dan
6) Mengikuti seleksi Bakal Calon Kepala SILN yang dilakukan
oleh lembaga yang diberi wewenang oleh Direktur Jenderal.
c. Syarat BCKS Daerah Khusus
Dalam hal Guru akan diusulkan menjadi BCKS di daerah khusus
harus memenuhi semua persyaratan pada huruf a, kecuali untuk
-6-
persyaratan sebagaimana dimaksud pada huruf a angka 3) dan
angka 4) dengan ketentuan sebagai berikut:
1) memiliki pangkat paling rendah Penata Muda Tingkat l,
golongan ruang III/b, dibuktikan dengan fotokopi SK
pangkat terakhir;
2) memiliki pengalaman mengajar paling sedikit 3 tahun
dibuktikan dengan SK mengajar dan surat pernyataan dari
Kepala Sekolah;
Apabila persyaratan angka 1) dan angka 2) di atas masih belum
terpenuhi oleh BCKS di daerah khusus, pemerintah daerah dapat
meminta persetujuan dari Direktur Jenderal.
3. Penyiapan berkas BCKS
Berkas usulan BCKS disiapkan oleh Guru yang mendaftar sebagai
BCKS dengan rincian sebagai berikut.
a. fotokopi ijazah kualifikasi akademik;
b. fotokopi sertifikat pendidik;
c. fotokopi surat keputusan pangkat dan jabatan terakhir bagi Guru
yang diangkat oleh pemerintah daerah;
d. fotokopi surat keputusan pengangkatan atau perjanjian kerja bagi
Guru bukan Pegawai Negeri Sipil pada satuan pendidikan yang
diselenggarakan oleh masyarakat;
e. surat keterangan pengalaman mengajar yang dikeluarkan oleh
satuan pendidikan;
f. fotokopi hasil penilaian prestasi kerja pegawai dalam 2 (dua)
tahun terakhir;
g. fotokopi surat keputusan atau surat keterangan terkait
pengalaman manajerial dengan tugas yang relevan dengan fungsi
sekolah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf f;
h. surat keterangan sehat jasmani, rohani, dan bebas NAPZA yang
dikeluarkan oleh rumah sakit Pemerintah;
i. surat keterangan tidak pernah dikenakan hukuman disiplin
sedang dan/atau berat sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan; dan
j. Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK) dari kepolisian
setempat.
-7-
4. Pengusulan dan Penyampaian BCKS
a. Pengusulan dilakukan oleh Kepala Sekolah dan/atau Guru
bersangkutan.
b. Guru yang diusulkan menjadi BCKS harus mendapatkan surat
rekomendasi dari Kepala Sekolah selaku atasan langsung.
c. Pengajuan berkas usulan Guru dari sekolah di bawah binaan
pemerintah daerah ditujukan kepada Dinas Provinsi atau Dinas
Kabupaten/Kota, dan usulan Guru dari sekolah yang
diselenggarakan oleh masyarakat kepada pimpinan
penyelenggara satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh
masyarakat.
B. Seleksi Administrasi
Seleksi administrasi merupakan proses pemeriksaan dan penilaian
dokumen terhadap syarat-syarat yang telah dikumpulkan oleh BCKS yang
telah diusulkan/didaftarkan sebagai BCKS.
Seleksi administrasi dilakukan melalui penilaian kelengkapan
administrasi/dokumen Guru sebagai BCKS, sebagai bukti bahwa BCKS
bersangkutan telah memenuhi persyaratan yang telah ditentukan.
Seleksi administrasi bagi BCKS pada:
1. satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah
dilakukan oleh Dinas Provinsi, Dinas Kabupaten/Kota sesuai dengan
kewenangannya; atau
2. satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat dilakukan
oleh pimpinan penyelenggara satuan pendidikan yang diselenggarakan
oleh masyarakat dan hasil seleksi administrasi tersebut dilaporkan
kepada Dinas Provinsi, Dinas Kabupaten/Kota sesuai dengan
kewenangannya.
3. SILN dilaksanakan oleh Kementerian bersama kementerian yang
menangani urusan pemerintahan di bidang luar negeri.
BCKS yang dinyatakan lulus seleksi administrasi adalah Guru yang dapat
menunjukkan bukti dokumen sebagai berikut.
1) BCKS
BCKS dinyatakan lulus seleksi administrasi apabila dokumen
persyaratan berikut dinyatakan sah oleh Dinas Provinsi, Dinas
-8-
Keabupaten/Kota, atau penyelenggara satuan pendidikan yang
diselenggarakan oleh masyarakat. Dokumen tersebut meliputi:
a. fotokopi ijazah kualifikasi akademik;
b. fotokopi sertifikat pendidik;
c. fotokopi surat keputusan pangkat dan jabatan terakhir bagi Guru
yang diangkat oleh pemerintah daerah;
d. fotokopi surat keputusan pengangkatan atau perjanjian kerja bagi
Guru bukan Pegawai Negeri Sipil pada satuan pendidikan yang
diselenggarakan oleh masyarakat;
e. surat keterangan pengalaman mengajar yang dikeluarkan oleh
satuan pendidikan;
f. fotokopi hasil penilaian prestasi kerja pegawai dalam 2 (dua)
tahun terakhir;
g. fotokopi surat keputusan atau surat keterangan terkait
pengalaman manajerial dengan tugas yang relevan dengan fungsi
sekolah;
h. surat keterangan sehat jasmani, rohani, dan bebas NAPZA yang
dikeluarkan oleh rumah sakit Pemerintah;
i. surat keterangan dari Kepala Sekolah tidak pernah dikenakan
hukuman disiplin sedang dan/atau berat sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
j. surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK) dari Kepolisian.
2) Bakal Calon Kepala SILN
Bakal Calon Kepala Sekolah di SILN, selain dapat menunjukkan bukti
dokumen pada angka 1) di atas, juga harus menunjukkan bukti
tambahan sebagai berikut:
a. fotokopi SK PNS;
b. fotokopi SK pengangkatan sebagai Kepala Sekolah; dan
c. fotokopi sertifikat TOEFL/sertifikat sejenis untuk bahasa selain
bahasa Inggris.
3) Dinas Provinsi atau Dinas Kabupaten/Kota sesuai kewenangannya
dapat menambah persyaratan lainnya sesuai kebijakan daerah,
sebagai contoh:
a. daftar riwayat hidup;
b. pas foto terbaru dengan ukuran tertentu;
-9-
c. fotokopi SK CPNS yang telah dilegalisasi sekolah;
d. fotokopi SK PNS yang telah dilegalisasi sekolah;
e. fotokopi bukti kepemilikan NUPTK;
f. rekomendasi Kepala Sekolah bagi PNS Guru pada sekolah yang
diselenggarakan oleh pemerintah daerah dan rekomendasi dari
pimpinan penyelenggara satuan pendidikan yang diselenggarakan
oleh masyarakat bagi Guru bukan PNS dari satuan pendidikan
yang diselenggarakan oleh masyarakat;
g. fotokopi Sertifikat Kejuaraan Guru Berprestasi (bagi yang
memiliki) atau Prestasi Iainnya yang telah dilegalisasi sekolah;
dan
h. bukti prestasi lainnya yang telah dilegalisasi Kepala Sekolah.
-10-
KOP DINAS PENDIDIKAN / PPoM .........................
VERIFIKASI BERKAS PERSYARATAN ADMINISTRASI
SELEKSI BAKAL CALON KEPALA SEKOLAH
NAMA GURU
UNIT KERJA
PROV/KAB/KOTA
NO JENIS BERKAS KETERSEDIAAN
KETERANGAN ADA TIDAK
1 Fotokopi ijazah pendidikan tertinggi yang telah
dilegalisasi pihak berwenang
2 Fotokopi sertifikat pendidik yang telah
dilegalisasi sekolah
3 Fotokopi SK pangkat terakhir yang telah
dilegalisasi sekolah
4 Fotokopi surat keputusan pengangkatan atau
perjanjian kerja bagi Guru bukan Pegawai
Negeri Sipil pada satuan pendidikan yang
diselenggarakan oleh masyarakat;
5 Surat Pernyataan dari Kepala Sekolah
pengalaman mengajar lebih dari 6 (enam)
tahun/3 tahun bagi TK/TKLB/daerah khusus
6 Fotokopi hasil penilaian prestasi kerja pegawai
2 tahun terakhir
8
Fotokopi surat keputusan atau surat
keterangan terkait pengalaman manajerial
dengan tugas yang relevan dengan fungsi
sekolah
9 Surat keterangan sehat jasmani dan rohani,
dari dokter rumah sakit pemerintah
10 Surat keterangan bebas NAPZA yang
dikeluarkan rumah sakit Pemerintah
11 Surat keterangan dari Kepala Sekolah tidak
pernah dikenakan hukuman disiplin sedang
-11-
NO JENIS BERKAS KETERSEDIAAN
KETERANGAN ADA TIDAK
dan/atau berat sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
12 Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK)
dari Kepolisian
Mengetahui,
Kepala Dinas Pendidikan ...............................
Prov: Kab / Kota Verifikator
...................................... ................................
NIP. NIP
-12-
Pada saat proses pendaftaran BCKS sangat dimungkinkan jumlah pendaftar
melebihi jumlah kuota yang telah ditetapkan. Untuk itu diperlukan langkah
penyusunan peringkat hasil seleksi administrasi BCKS agar terseleksi secara
obyektif dan akuntabel, dengan cara melakukan skoring terhadap syarat
administrasi yang telah dikumpulkan.
-13-
Berikut contoh tabel penskoran berkas pada seleksi administrasi.
KOP DINAS PENDIDIKAN......
PENSKORAN BERKAS ADMINISTRASI
SELEKSI BAKAL CALON KEPALA SEKOLAH
NAMA GURU: ...........................................
UNIT KERJA : ...........................................
KAB/KOTA : ...........................................
NO JENIS BERKAS
KETERSEDIAAN
SKOR KETERANGAN ADA TIDAK
1 Ijazah pendidikan
tertinggi
SI = 100, S2 = 150, S3=
200
2 Sertifikat Pendidik 100
3 Gol/Pangkat
terakhir
III/c= 100, III/d = 150
IV/a = 200, IV/b= 250
IV/c = 300, IV/d= 350
IV/e = 400
4 Pengalaman
mengajar
6-10 th = 100
11 - 15 th = 150
16 - 20 th = 200
21 - 25 th = 250
> 25 th = 300
5
Penilaian prestasi
kerja pegawai dua
tahun terakhir
Rata-rata BAIK = 100
Rata-rata AMAT BAIK =150
7
Pengalaman
manajerial sebagai
Wakil Kepala
Sekolah, Kepala
Laboratorium, Kepala
Perpustakan , Kepala
Wakil Kepala Sekolah =150
Ka. Lab Ka. Perpus dan
Ka. Bengkel Ka. Jur, Ketua
MGMP/KKG dan
Pengalaman manajerial
lain yang relevan = 100
-14-
NO JENIS BERKAS
KETERSEDIAAN
SKOR KETERANGAN ADA TIDAK
Bengkel, Kepala
Jurusan , Ketua
MGMP/KKG dan
Pengalaman
manajerial lain yang
relevan
8 Usia berdasar KTP
52 - 56 Th = 100,
47 - 51 th = 125,
42-46 th = 150,
37-41 th = 200,
< 37 th = 250
9
Kejuaraan Guru
Berprestasi (bagi
yang memiliki) atau
Prestasi lainnya yang
telah dilegalisasi
sekolah
Prestasi Kejuaraan Guru
Berprestasi Kab/Kota =
100, Prov = 200, Nas = 300,
Prestasi Lainnya Kab/Kota
= 50, Prov = 100 Nas = 150
SKORE MAKSIMUM 2150
SKORE MINIMUM 800
PEROLEHAN SKORE
C. Seleksi Subtansi
Peserta seleksi substansi adalah BCKS yang sudah lulus seleksi
administrasi. Tes substansi dilaksanakan oleh LPPKS.
1. Konsep Seleksi Subtansi BCKS
a. Pengertian Seleksi Substansi BCKS
Seleksi substansi BCKS merupakan Tes Potensi Kepemimpinan
(TPK). TPK dalam konteks ini menggunakan model Penilaian
Potensi Kepemimpinan (PPK) yang telah dikembangkan oleh
Direktorat Jenderal. PPK adalah suatu sistem untuk menilai
-15-
kemampuan, kekuatan, kesanggupan, dan/atau daya
kepemimpinan yang dimiliki oleh BCKS yang memungkinkan
dapat dikembangkan. Dalam PPK ini BCKS diminta merespon
kasus-kasus kepemimpinan secara bertingkat, dari yang segera
harus diatasi, hingga tindakan yang akan dilakukan untuk jangka
panjang. Prinsip-prinsip PPK adalah keadilan, menyeluruh,
terbuka, valid, realiabel, dan dapat memilah.
b. Instrumen Penilaian Potensi Kepemimpinan (PPK)
Instrumen PPK merupakan alat untuk menjaring data dan
informasi tentang potensi kepemimpinan BCKS. Ruang lingkup
materi instrumen PPK adalah kepemimpinan pendidikan di
sekolah. Instrumen PPK terdiri atas tiga instrumen yaitu:
1) Instrumen 1
Instrumen 1 terdiri dari dua bagian:
a) Instrumen Respon Situasional l.a (Instrumen l.a)
Instrumen l.a adalah instrumen yang digunakan untuk
menilai kemampuan asesi dalam menemukan dan
menyelesaikan masalah mendesak yang harus segera
ditangani secara spesifik, aplikatif dan taktis.
b) Instrumen Respon Situasional 1.b (Instrumen 1.b)
Instrumen 1.b adalah instrumen untuk menilai
kemampuan berpikir kritis terhadap penyelesaian
masalah yang sifatnya situasional (mendesak) dan
harus ada tindakan taktis (cepat dan tepat) yang segera
dilakukan. Instrumen ini menyajikan contoh tindakan
Kepala Sekolah. Contoh ini dicantumkan dengan tujuan
untuk mengukur daya kritis BCKS dalam memandang
suatu penyelesaian permasalahan.
2) Instrumen Respon Kreativitas dan Pemecahan Masalah
(Instrumen 2)
Instrumen 2 adalah instrumen yang digunakan untuk
menilai kemampuan asesi dalam menyelesaikan masalah
secara kreatif.
-16-
3) Instrumen Respon Wawasan Kepemimpinan dan
Pengambilan Keputusan Berdasarkan Bukti-Bukti
(Instrumen 3)
Instrumen 3 adalah instrumen untuk memperoleh gambaran
mengenai wawasan kepemimpinan maupun kemampuan
yang dimiliki asesi dalam mengambil keputusan berbasis
pada bukti-bukti dalam memperbaiki kondisi sekolah yang
bermasalah dengan menggunakan sebuah rencana tindak
yang spesifik, detail dan sistematis. Instrumen 3 digunakan
untuk menilai kualitas keputusan jangka panjang.
c. Penilaian Potensi Kepemimpinan
Penilaian potensi kepemimpinan merupakan suatu proses untuk
mengungkap potensi kepemimpinan BCKS dengan menggunakan
seperangkat instrumen berbentuk deskriptif kualitatif. Penilaian
dilakukan dengan dua metode yaitu penilaian respon tertulis dan
wawancara. Penilaian respon tertulis dilakukan dengan
menggunakan instrumen PPK, sedangkan wawancara adalah
konfirmasi atas respon yang kurang memuaskan dalam penilaian
tertulis. Hasil penilaian potensi merupakan proses pengambilan
kesimpulan dan keputusan tentang kecenderungan potensi
kepemimpinan asesi yang dilakukan berdasarkan penilaian
respon tertulis dan wawancara. Penilaian potensi kepemimpinan
terdiri dari tiga kategori yaitu sangat memuaskan, memuaskan,
dan kurang memuaskan.
Instrumen PPK ini menilai kemampuan BCKS dalam pengambilan
keputusan dan berpikir pada berbagai tingkatan dan merupakan
satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Kepala Sekolah
sebagai pemimpin tertinggi di sekolah harus mampu melakukan
analisis, mengambil keputusan yang taktis, berpikir kritis,
kreatif, detail, dan sistematis serta mampu menyusun strategi.
Dengan demikian BCKS dinyatakan layak apabila semua kasus
terespon dengan memuaskan dan apabila ada salah satu kasus
-17-
yang tidak bisa terespon dengan memuaskan maka dinyatakan
belum layak.
2. Pelaksanaan Seleksi Substansi BCKS
a. Penyelenggara
Penyelenggara seleksi substansi BCKS adalah LPPKS atau LPD.
b. Asesor
Asesor dalam seleksi substansi BCKS adalah widyaiswara
LPPKS/LPMP/PPPPTK/LPPTK KPTK, dosen, pengawas sekolah,
dan praktisi pendidikan yang memiliki STTPP asesor PPK.
c. Peserta
Peserta seleksi substansi BCKS adalah BCKS yang telah lulus
seleksi administratif.
d. Waktu
Seleksi substansi BCKS dilaksanakan selama 25 JP, dengan
struktur program sebagai berikut:
No. Kegiatan Jumlah JP
1 Pembukaan 1
2 Orientasi kegiatan 1
3 Seleksi tertulis 5
4 Penilaian tertulis 5
5 Wawancara 6
6 Penilaian akhir potensi kepemimpinan
3
7 Sidang Asesor 1
8 Pelaporan 1
9 Evaluasi penyelenggaraan 1
10 Penutupan 1
Total 25
LPPKS dan LPD menjadwalkan kegiatan disesuaikan dengan
kondisi dan kebutuhan daerah sehingga kegiatan seleksi
substansi BCKS dapat diselenggarakan selama 3 (tiga) atau 4
(empat) hari dengan jumlah jam pelajaran pada struktur program
yang sama yaitu 25 JP. Struktur program tersebut dapat
dijadwalkan sebagai berikut:
-18-
Jadwal Pelaksanaan Seleksi Substansi BCKS
No Waktu Kegiatan
Hari 1
1 08.00 - 09.00 Pembukaan
2 09.00 - 10.00 Orientasi kegiatan
3 10.00 - 10.15 Istirahat
4 10.15 - 11.15 Seleksi tertulis
5 11.15 - 12.15 Seleksi tertulis
6 12.15 - 13.15 Ishoma
7 13.15 - 14.15 Seleksi tertulis
8 14.15 - 15.15 Seleksi tenulis
9 15.15 - 15.30 Istirahat
10 15.30 - 16.30 Seleksi tertulis
11 16.30 - 17.30 Penilaian tertulis
12 17.30 - 18.30 Penilaian tertulis
13 18.30 - 19.30 Istirahat
14 19.30 - 20.30 Penilaian tertulis
15 20.30 - 21.30 Penilaian tertulis
Hari 2
1 08.00 - 09.00 Penilaian tertulis
2 09.00 - 10.00 Wawancara
3 10.00 - 10.15 Istirahat
4 10.15 - 11 15 Wawancara
5 11.15 - 12.15 Wawancara
6 12.15 - 13.15 Istirahat
7 13.15 - 14.15 Wawancara
8 14.15 - 15.15 Wawancara
9 15.15 - 15.30 Istirahat
10 15.30 - 16.30 Wawancara
11 16.30 - 17.30 Penilaian potensi
12 17.30 - 18.30 Istirahat
13 18.30 - 19.30 Penilaian potensi
14 19.30 - 20.30 Penilaian potensi
15 20.30 - 21.30 Sidang asesor
Hari 3
1 08.00 - 09.00 Pelaporan
2 09.00 - 10.00 Evaluasi Penyelenggaraan
3 10.00 - 10.15 Penutup
-19-
Jadwal Pelaksanaan Seleksi Substansi
No Waktu Kegiatan
Hari 1
1 14.00 - 15.00 Pembukaan
2 15.00 - 16.00 Overview seleksi substansi
Hari 2
1 08.00 - 09.00 Seleksi tertulis
2 09.00 - 10.00 Seleksi tertulis
3 10.00 - 10.15 istirahat
4 10.15 - 11.15 Seleksi tertulis
5 11.15 - 12.15 Seleksi tertulis
6 12.15 - 13.15 istirahat
7 13.15 - 14.15 Seleksi tertulis
8 14.15 - 15.15 Penilaian Tertulis
9 15.15 - 15.30 istirahat
10 15.30 - 16.30 Penilaian Tertulis
11 16.30 - 17.30 Penilaian Tertulis
12 17.30 - 18.30 istirahat
13 18.30 - 19.30 Penilaian Tertulis
14 19.30 - 20.30 Penilaian Tertulis
Hari 3
1. 08.00 - 09.00 Wawancara
2. 09.00 - 10.00 Wawancara
3. 10.00 - 10.15 istirahat
4. 10.15 - 11.15 Wawancara
5. 11.15 - 12.15 Wawancara
6. 12.15 - 13.15 istirahat
7. 13.15 - 14.15 Wawancara
8. 14.15 - 15.15 Wawancara
9. 15.15 - 15.30 istirahat
10. 15.30 - 16.30 Penilaian potensi
11. 16.30 - 17.30 Penilaian potensi
12. 17.30 - 18.30 Penilaian potensi
13. 18.30 - 19.30 Sidang Asesor
Hari 4
1. 08.00 - 09.00 Pelaporan
2. 09.00 - 10.00 Evaluasi Penyelengara
3. 10.00 - 10.15 Istirahat
4. 10.15 - 11.15 Penutupan
Adapun tanggal pelaksanaan ditentukan oleh LPPKS setelah
berkoordinasi dengan Dinas Provinsi, Dinas Kabupaten/Kota,
atau penyelenggara satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh
masyarakat.
-20-
e. Tempat
Tempat pelaksanaan seleksi substansi ditentukan oleh LPPKS
setelah berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan Provinsi, Dinas
Kabupaten/Kota atau penyelenggara satuan pendidikan yang
diselenggarakan oleh masyarakat.
f. Tata Laksana
1) Persiapan
Kegiatan persiapan meliputi hal-hal berikut ini.
a) Dinas Provinsi atau Dinas Kabupaten/Kota atau
penyelenggara satuan pendidikan yang diselenggarakan
oleh masyarakat menyiapkan peserta seleksi substansi
BCKS.
b) Tenaga administrasi (berasal dari Dinas Provinsi, Dinas
Kabupaten/Kota, atau penyelenggara satuan
pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat)
menyiapkan buku panduan, biodata asesor dan peserta,
daftar hadir asesor dan panitia, form evaluasi
penyelenggaraan seleksi substansi, ATK, peralatan, dan
sarana pendukung lainnya.
c) Tenaga administrasi melakukan penataan ruang ujian
sesuai dengan petunjuk Ketua Tim Asesor.
d) Ketua dan Tim Asesor mempelajari data asesi seleksi
substansi BCKS yang terdiri atas jumlah asesi dan unit
kerjanya.
e) Ketua dan Tim Asesor memeriksa dan menyiapkan
instrumen PPK sesuai dengan data asesi
f) Ketua, Tim Asesor, dan Tenaga Administrasi melakukan
koordinasi dengan unsur-unsur yang terlibat dalam
pelaksanaan seleksi substansi BCKS, terutama yang
terkait dengan pembagian tugas, sebelum kegiatan
dilaksanakan.
-21-
2) Prosedur Pelaksanaan
Prosedur pelaksanaan seleksi subtansi BCKS dapat dilihat
dalam gambar berikut.
Prosedur Seleksi Substansi BCKS
Penjelasan prosedur pelaksanaan seleksi substansi BCKS
adalah sebagai berikut:
a) Tata Tertib
Tata tertib seleksi substansi BCKS disampaikan
sebelum pelaksanaan penulisan respon oleh salah satu
asesor.
-22-
b) Penulisan Respon
Penulisan respon meliputi 4 instrumen (instrumen l a,
instrumen l b, instrumen 2, dan instrumen 3) yang
masing-masing terdiri dari 4 tahap (distribusi,
penjelasan, penulisan, dan pengumpulan). Alokasi
waktu penulisan respon tertulis diatur sebagai berikut:
Jenis Instrumen dan Alokasi Waktu
No. Instrumen Alokasi Waktu
A B c
1 . Instrumen
1 a
15
menit 15 menit 5 menit
2. Instrumen
1 b
15
menit 20 menit 5 menit
3. Instrumen 2
20 menit
40 menit 5 menit
4. Instrumen 3
30 menit
80 menit 5 menit
Keterangan: A = distribusi instrumen dan penjelasannya. B = penulisan respon dan pengawasan.
C = pengumpulan hasil penulisan respon.
c) Penilaian Respon Tulis
Tahap penilaian respon tertulis dilakukan oleh tim
asesor dengan cara menganalisis respon asesi
berdasarkan pada rubrik umum dan khusus yang telah
disediakan. Penilaian respon asesi dilakukan oleh dua
orang asesor guna mendapatkan hasil yang objektif,
pengecualian apabila asesor berjumlah ganjil maka
ketua tim asesor dapat melakukan penilaian tanpa
harus berpasangan dengan asesor lain
d) Moderasi Pasangan
Moderasi pasangan adalah suatu proses untuk
mencapai kesepakatan antara dua asesor bilamana
terjadi perbedaan penilaian terhadap hasil penilaian
respon tertulis asesi.
e) Input Data dalam Software/Lembar Umpan Balik
Input data adalah proses memasukkan hasil penilaian
respon tertulis setelah moderasi 1 dalam software
komputer/lembar umpan balik yang telah disediakan.
-23-
Input data dilakukan secara lengkap sehingga respon
asesi terekam dalam database.
f) Rapat pra-wawancara
Rapat pra-wawancara dilakukan oleh masing-masing
pasangan asesor dengan cara melaporkan hasil
penilaian respon tertulis dalam tim sebelum tahap
wawancara dimulai dan dipimpin oleh ketua tim asesor.
Semua asesor wajib mengikuti tahap ini.
g) Wawancara
Wawancara dilakukan dengan cara mengklarifikasi
respon tertulis asesi yang berkategori "Kurang
Memuaskan"
h) Hasil Penilaian Potensi
Hasil penilaian potensi merupakan proses pengambilan
kesimpulan dan keputusan tentang kecenderungan
potensi kepemimpinan asesi yang dilakukan
berdasarkan penilaian respon tertulis dan wawancara.
i) Sidang Asesor
Sidang asesor adalah tahap pra pelaporan kegiatan
seleksi substansi BCKS. Tahap pra pelaporan dilakukan
dengan cara menyampaikan secara lisan hasil penilaian
potensi masing-masing pasangan asesor. Sidang
dipimpin oleh ketua tim asesor.
j) Pelaporan
Pelaporan adalah tahap melaporkan hasil seleksi
substansi BCKS oleh ketua tim asesor kepada Dinas
Provinsi, Dinas Kabupaten/Kota atau penyelenggara
satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh
masyarakat dan LPPKS. Pelaporan hasil seleksi
substansi bersifat final dan tidak bisa diganggugugat.
k) Tindak lanjut
Hasil seleksi substansi BCKS didokumentasikan oleh
LPPKS sebagai database dan keperluan Diklat Calon
Kepsek, untuk selanjutnya dilaporkan kepada
Direktorat Jenderal.
-24-
3) Ketentuan Asesor Seleksi Substansi BCKS
a) Memenuhi persyaratan sebagai berikut:
(1) lulus Diklat Asesor Penilaian Potensi
Kepemimpinan (PPK) yang dibuktikan dengan
STTPP yang dikeluarkan oleh LPPKS
(2) aktif sebagai widyaiswara, pengawas sekolah;
dosen, atau praktisi pendidikan yang dibuktikan
dengan surat tugas dari pimpinan.
(3) memiliki kualifikasi pendidikan minimal S2
(4) sehat jasmani dan rohani;
(5) memiliki integritas yang tinggi;
(6) memiliki kredibilitas yang tinggi; dan
(7) memiliki komitmen tinggi.
b) Tugas dan Tanggung Jawab
(1) Bersama ketua Asesor menyiapkan perangkat
penilaian meliputi instrumen dan rubrik
(2) Bersama ketua Asesor memastikan perangkat
penilaian benar
(3) Bersama ketua memastikan jumlah perangkat
penilaian mencukupi
(4) Melaksanakan kegiatan seleksi substansi
(5) Menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan seleksi
substansi BCKS
(6) Mendistribusikan hasil penulisan respon per
instrumen PPK
(7) Melakukan penilaian berdasarkan rubrik
(8) Melakukan moderasi hasil penilaian
(9) Melakukan wawancara
(10) Menetapkan kategori hasil PPK
(11) Melaporkan hasil pelaksanaan seleksi substansi
BCKS secara tertulis kepada penyelenggara dalam
bentuk softcopy dan/atau hardcopy.
c) Kode Etik
Kode etik dirumuskan sebagai rambu-rambu perilaku
yang harus dipatuhi oleh asesor saat menjalankan
tugas.
-25-
(1) Memiliki rasa nasionalisme dan berjiwa Pancasila;
(2) Jujur dan memiliki kredibilitas dałam
melaksanakan seleksi substansi BCKS;
(3) Objektif dan tidak memihak (tidak didasari
kepentingan sesaat);
(4) Menolak segala bentuk penyelewengan dan
penyalahgunaan wewenang dan gratifikasi;
(5) Memiliki komitmen yang tinggi untuk memajukan
pendidikan di Indonesia melalui peningkatan
kualitas Kepala Sekolah;
(6) Menjaga kerahasiaan instrumen, proses, maupun
hasil penilaian dari pihak yang tidak berhak dan
tidak berkepentingan.
3. Tanggung Jawab Lembaga Terkait
a. Direktorat Jenderal
1) Menyediakan database BCKS yang bersumber dari Data
Pokok Pendidikan (Dapodik)
2) Menerima laporan hasil pelaksanaan seleksi substansi BCKS
dari LPPKS
3) Menyediakan sistem informasi manajemen pengelolaan
tenaga kependidikan yang terintergrasi dengan basis data
seleksi BCKS
b. LPPKS
1) Menerima usulan BCKS dari Dinas Provinsi atau Dinas
Kabupaten/Kota
2) Menentukan ketua dan tim asesor
3) Menyiapkan instrumen PPK
4) Melaksanakan seleksi substansi BCKS
5) Menyampaikan hasil seleksi substansi BCKS kepada Dinas
Provinsi, Dinas Kabupaten/Kota, atau penyelenggara satuan
pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat
6) Mengelola database seleksi substansi BCKS
7) Bertanggungjawab terhadap hasil seleksi substansi BCKS
-26-
c. Dinas Provinsi, Dinas Kabupaten/Kota, atau Penyelenggara
Satuan Pendidikan yang diselenggarakan oleh Masyarakat
1) Mengusulkan BCKS yang telah memenuhi ketentuan
persyaratan administrasi untuk mengikuti proses seleksi
substansi, sesuai petunjuk pelaksanaan yang dikeluarkan
oleh LPPKS.
2) Menganggarkan biaya proses pelaksanaan seleksi substansi
BCKS
DIREKTUR JENDERAL,
TTD
SUPRIANO
NIP. 196208161991031001
Salinan sesuai dengan aslinya
Kepala Bagian Hukum, Tata Laksana, dan Kepegawaian,
Sekretariat Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
TTD
Temu Ismail
NIP. 197003072002121001
-1-
SALINAN
LAMPIRAN III
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL GURU DAN
TENAGA KEPENDIDIKAN
NOMOR 26017/B.B1.3/HK/2018
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS PENUGASAN GURU
SEBAGAI KEPALA SEKOLAH
PENDIDIKAN DAN PELATIHAN CALON KEPALA SEKOLAH
A. Tujuan Diklat Calon Kepsek
Diklat Calon Kepsek merupakan kegiatan pemberian pengalaman
pembelajaran teori maupun praktik yang bertujuan untuk
menumbuhkembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan pada
dimensi-dimensi Kompetensi kepribadian, manajerial, kewirausahaan,
supervisi, dan sosial.
B. Mekanisme Diklat Calon Kepsek
1. Penyelenggaraan Diklat Calon Kepsek
a. Model dan Tahapan Diklat Calon Kepsek
Diklat Calon Kepsek dilaksanakan dalam kegiatan tatap muka
dan praktik pengalaman lapangan yang terbagi dalam 3 tahap,
yaitu ln-Service Learning 1 (IN-1), On-the-Job Learning (OJL), dan
In-Service Learning 2 (IN-2). Model ini dirancang untuk
memberikan pengalaman belajar terpadu antara aspek
pengetahuan dan pengalaman empirik sesuai dengan
karakteristik peserta Diklat Calon Kepsek sebagai pembelajar
orang dewasa.
IN-1 adalah pembelajaran melalui kegiatan tatap muka. OJL
adalah pembelajaran di tempat kerja dalam situasi pekerjaan
yang nyata. Sedangkan IN-2 adalah kegiatan tatap muka untuk
melaporkan, mempresentasikan, dan merefleksikan hasil OJL.
-2-
Diklat Calon Kepsek In-l merupakan pembelajaran melalui
kegiatan tatap muka antara peserta Diklat Calon Kepsek dengan
pengajar. Kegiatan ini diselenggarakan dalam durasi minimal 70
(tujuh puluh) jam pelajaran @ 45 menit. Materi Diklat Calon
Kepsek mencakup materi umum, materi pokok/inti dan materi
penunjang. Pada akhir kegiatan In-1 peserta menyusun rencana
tindak lanjut yang akan diimplementasikan pada saat OJL.
OJL adalah pembelajaran di tempat kerja dalam situasi pekerjaan
yang nyata. Tahap ini merupakan pelaksanaan rencana tindak
lanjut yang telah disusun pada saat IN-1. OJL dilaksanakan
melalui berbagai kegiatan nyata di 2 (dua) tempat, yaitu sekolah
sendiri dan sekolah lain yang akreditasinya lebih tinggi atau sama
selama 3 (tiga) bulan atau setara dengan 200 jam pelajaran,
dengan ketentuan sebagai berikut:
1) kegiatan OJL di sekolah tempat calon Kepala Sekolah
bertugas dilakukan selama 150 (seratus lima puluh) jam
pelajaran.
2) kegiatan OJL di sekolah lain dilakukan minimal 50 (lima
puluh) jam pelajaran.
3) apabila di daerah calon Kepala Sekolah tidak terdapat
sekolah lain yang akreditasinya lebih tinggi atau sama, maka
kegiatan OJL dapat dilakukan di sekolah yang
direkomendasikan oleh Dinas Provinsi atau Dinas
Kabupaten/Kota setempat.
4) peserta Diklat Calon Kepsek harus tetap melaksanakan
tugas sebagai Guru selama melaksanakan kegiatan OJL.
5) peserta Diklat Calon Kepsek mengimplementasikan materi-
materi pelatihan yang diperoleh dalam kegiatan IN-1 pada
kegiatan OJL yang dituangkan dalam rencana tindak lanjut
(RTL).
6) peserta diharuskan mengumpulkan sejumlah tagihan pada
akhir kegiatan OJL.
Diklat Calon Kepsek IN-2 adalah kegiatan tatap muka untuk
melaporkan, mempresentasikan, dan merefleksikan hasil OJL
yang dilaksanakan dalam durasi 30 (tiga puluh) jam pelajaran @
-3-
45 menit. Pada kegiatan ini dilakukan penilaian terhadap
portofolio dan presentasi hasil OJL.
Portofolio adalah sejumlah tagihan terhadap pelaksanaan OJL
yang dikumpulkan oleh Calon Kepala Sekolah dalam satu folder.
Penilaian juga dilakukan melalui presentasi hasil OJL dan refleksi
terhadap pelaksanaan kegiatan tersebut dalam konteks
peningkatan Kompetensi calon Kepala Sekolah.
b. Prosedur Pelaksanaaan Diklat Calon Kepsek
Pelaksanaan Diklat Calon Kepsek meliputi 3 (tiga) tahapan yakni
IN-1, OJL, dan IN-2. Alur kegiatan Diklat Calon Kepsek disajikan
dalam skema sebagai berikut.
Gambar 1
Diagram Prosedur Pelaksanaan Diklat Calon Kepsek
c. Penyelenggara
Penyelenggara Diklat Calon Kepsek adalah LPPKS. LPPKS dapat
bekerja sama dengan lembaga lain yang menyelenggarakan
pendidikan dan pelatihan yang telah harus mendapat
persetujuan dari Direktur Jenderal Guru dan Tenaga
Kependidikan.
-4-
d. Unsur yang terlibat dalam Diklat Calon Kepala Sekolah
Unsur yang terlibat dalam Diklat Calon Kepsek adalah
narasumber, pengajar diklat, koordinator pengajar diklat, dan
peserta diklat.
1) Narasumber/Penceramah
Narasumber/penceramah adalah pejabat berwenang yang
terkait dengan kegiatan penyelenggaraan Diklat Calon
Kepsek.
2) Pengajar Diklat
Pengajar Diklat Calon Kepsek adalah widyaiswara, pengawas
sekolah, dan dosen yang memiliki Sertifikat sebagai pengajar
Diklat Calon Kepsek. Pengajar Diklat Calon Kepsek bertugas
memfasilitasi pelaksanaan IN-1, pendampingan pada OJL,
dan IN-2 dalam satu paket diklat. Setiap kelas difasilitasi
oleh dua orang pengajar diklat.
3) Koordinator Pengajar Diklat
Koordinator Pengajar Diklat adalah pengajar yang ditunjuk
oleh LPPKS atau LPD untuk memimpin pengajar diklat
selama kegiatan IN-1, OJL, dan IN-2. Koordinator Pengajar
Diklat ditetapkan sebelum pelaksanaan kegiatan IN-1.
4) Peserta
Peserta Diklat Calon Kepsek adalah calon Kepala Sekolah
yang telah dinyatakan lolos seleksi administrasi dan seleksi
substansi. Peserta dalam setiap kelas maksimum 24 orang.
e. Fasilitas Diklat Calon Kepsek
Fasilitas Diklat Calon Kepsek terdiri dari fasilitas latihan
kepemimpinan (IN-1), fasilitas ruang belajar, dan fasilitas OJL.
1) Fasilitas latihan kepemimpinan
Fasilitas latihan kepemimpinan pada pelaksanaan IN-I
antara lain:
-5-
a) aula/auditorium
b) media pembelajaran, yaitu LCD projector, laptop,
whiteboard, flipchart, papan flanel dan media
pembelajaran lainnya
c) halaman untuk kegiatan out door
d) peralatan dinamika kelompok
e) sound system
2) Fasilitas ruang belajar
Fasilitas ruang belajar dalam pelaksanaan IN-1 dan IN-2
antara lain:
a) ruang belajar yang memadai untuk 24 orang,
b) media pembelajaran, yaitu LCD projector, laptop,
whiteboard, flipchart, papan flanel dan media
pembelajaran lainnya,
c) peralatan pendukung, antara lain sound system,
jaringan akses internet.
3) Fasilitas OJL
a) Sesuai dengan fasilitas yang dimiliki sekolah yang
menjadi tempat pelaksanaan OJL.
b) Pada saat pendampingan OJL dibutuhkan fasilitas
antara lain aula/ruang kelas, LCD projector, sound
system.
f. Sumber Pembiayaan
Sumber dana Diklat Calon Kepsek berasal dari APBN/APBD
dan/atau sumber lain yang sah dan tidak mengikat.
2. Penyusunan Program Diklat Calon Kepsek
a. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Sebelum pelaksanaan Diklat Calon Kepsek, LPPKS
menyelenggarakan kegiatan penyusunan program diklat.
Kegiatan ini dilaksanakan dalam bentuk lokakarya selama 3 (tiga)
hari yang setara dengan 30 JP. Kegiatan penyusunan program
-6-
diklat dilakukan dengan melibatkan Dinas Provinsi, Dinas
Kabupaten/Kota, atau penyelenggara satuan pendidikan yang
diselenggarakan oleh masyarakat, LPD, dan Pengajar Diklat.
b. Unsur yang Terlibat
Unsur yang terlibat dałam kegiatan penyusunan program diklat
calon Kepala Sekolah adalah:
1) Dinas Provinsi, Dinas Kabupaten/Kota, yakni pejabat
struktural yang berwenang (jika kegiatan diklat melibatkan
sekolah yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah);
2) Penyelenggara satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh
masyarakat (jika kegiatan melibatkan satuan pendidikan
yang diselenggarakan oleh masyarakat);
3) LPPKS dan/atau LPD;
4) Pengajar Diklat Calon Kepsek; dan
5) Panitia
c. Hasil dan Tindak Lanjut Penyusunan Program Diklat Calon
Kepsek
1) Hasil kegiatan lokakarya Penyusunan Program Diklat calon
Kepala Sekolah antara lain:
a) Panduan Pelaksanaan Diklat Calon Kepsek
Penyusunan Panduan Diklat Calon Kepsek, meliputi
kegiatan In-Service Learning 1, On-the-Job Learning; dan
In-Service Learning 2.
b) Soal pre test dan post-test
Penyusunan pre dan post test meliputi keseluruhan
materi diklat dengan tujuan untuk meningkatkan
Kompetensi pengetahuan Kepala Sekolah.
c) Reviu perangkat pembelajaran (bahan ajar, bahan
tayang, RBPMD/RP) yang sifatnya hanya sinkronisasi
agar tidak terjadi ketidakkonsistenan perangkat
pembelajaran tersebut.
-7-
2) Setelah selesai melaksanakan kegiatan penyusunan
program Diklat Calon Kepsek, unsur yang terlibat segera
mengimplementasikan hasil kegiatan yang telah disusun.
d. Alur Kegiatan
Alur kegiatan penyusunan program Diklat Calon Kepsek sebagai
berikut:
Gambar 2.
Alur kegiatan lokakarya penyusunan program Diklat Calon Kepsek
e. Pendanaan
Kegiatan Penyusunan Program Diklat Calon Kepsek ini dapat
bersumber dari APBN, APBD, atau dari sumber lainnya yang sah
dan tidak mengikat.
3. Diklat Calon Kepsek In-Service Learning 1
a. Waktu Dan Tempat Pelaksanaan
Diklat Calon Kepsek In-Service Learning 1 dilaksanakan dalam
durasi minimal 70 (tujuh puluh) jam pelajaran @ 45 menit setara
minimal 7 hari kerja. Waktu dan tempat pelaksanaan Diklat
Calon Kepsek In-Service Learning 1 ditetapkan oleh LPPKS atau
LPD berdasarkan kesepakatan dengan Dinas Provinsi, Dinas
Kabupaten/Kota, atau penyelenggara satuan pendidikan yang
diselenggarakan oleh masyarakat.
❖ Pembukaan
❖ Orientasi program
❖ Kerja kelompok
❖ Kerja kelompok ❖ Presentasi hasil
❖ Revisi & finalisasi ❖ Evaluasi kegiatan ❖ penutupan
-8-
b. Unsur yang Terlibat
Unsur yang terlibat dalam kegiatan Diklat Calon Kepsek In-
Service Learning 1 adalah:
1) Dinas Provinsi atau Dinas Kabupaten/Kota, yakni pejabat
struktural yang berwenang (jika kegiatan diklat melibatkan
sekolah yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah);
2) Penyelenggara satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh
masyarakat (jika kegiatan melibatkan satuan pendidikan
yang diselenggarakan oleh masyarakat);
3) LPPKS dan/atau LPD;
4) Pengajar Diklat Calon Kepsek;
5) Petugas Supervisi yang ditunjuk LPPKS;
6) Panitia;
7) Pendamping SIM Diklat.
c. Rambu-Rambu Pelaksanaan Diklat Calon Kepsek In-Service
Learning 1
1) Diklat Calon Kepsek In-Service Learning 1 merupakan
kegiatan pembelajaran dalam bentuk tatap muka antara
peserta diklat dengan pengajar/narasumber
2) Pembelajaran dilakukan dengan menggunakan bahan
pembelajaran yang telah ditetapkan oleh Direktorat
Jenderal.
3) Materi Diklat Calon Kepsek mencakup materi umum, materi
pokok/inti, dan materi penunjang.
4) Materi umum meliputi kebijakan-kebijakan terkait dengan
penugasan Guru sebagai Kepala Sekolah baik oleh
Pemerintah (Kementerian), pemerintah
provinsi/kabupaten/kota/penyelenggara pendidikan oleh
masyarakat
5) Materi pokok/inti mencakup: latihan kepemimpinan;
pengembangan keterampilan manajerial; dan supervisi
Guru dan tenaga kependidikan
6) Materi penunjang meliputi evaluasi terhadap pengajar dan
evaluasi penyelenggaraan oleh LPPKS dan/atau LPD.
-9-
7) Latihan kepemimpinan mencakup pengembangan
Kompetensi kepribadian, sosial, dan kewirausahaan calon
Kepala Sekolah melalui kegiatan: dinamika kelompok,
kepemimpinan (spiritual, kewirausahaan, pembelajaran),
dan rencana tindak lanjut.
8) Pengembangan keterampilan manajerial mencakup
pengelolaan sumber daya dan pengelolaan administrasi
sekolah:
a) materi pengelolaan sumber daya mencakup:
(1) pengelolaan peserta didik;
(2) pengelolaan pendidik dan tenaga kependidikan;
(3) pengelolaan ketatausahaan sekolah;
(4) pemanfaatan TIK dalam pembelajaran; dan
(5) pengelolaan sarana dan prasarana.
b) Pengelolaan administrasi sekolah mencakup:
(1) penyusunan Rencana Kerja Sekolah (RKS);
(2) pengelolaan kurikulum;
(3) pengelolaan keuangan sekolah; dan
(4) monitoring dan evaluasi.
9) Supervisi Guru dan tenaga kependidikan meliputi
perencanaan, pelaksanaan, dan tindak lanjut supervisi.
10) Diklat Calon Kepsek menggunakan pendekatan experiential
learning. Metode yang digunakan antara lain curah
pendapat, studi kasus, diskusi kelompok, simulasi, praktik,
penugasan individual dan kelompok, bermain peran, dan
refleksi diri.
11) Pembelajaran Diklat Calon Kepsek dilakukan secara team
teaching yaitu terdiri dari dua orang pengajar diklat untuk
setiap kelas.
12) Panduan Diklat Calon Kepsek In-Service Learning 1
ditetapkan dan dikeluarkan oleh LPPKS dan/atau LPD.
13) Pada akhir Diklat Calon Kepsek In-Service Learning 1 peserta
menyusun rencana tindak lanjut (RTL) yang akan
diimplementasikan pada saat On-the-Job Learning.
-10-
Penyusunan RTL meliputi Rencana Tindak Kepemimpinan
(RTK), supervisi Guru dan tendik, pengembangan perangkat
pembelajaran, kajian 9 aspek manajerial, dan peningkatan
Kompetensi di sekolah magang ke-2 berdasarkan hasil
Analisis Kebutuhan Peningkatan Keprofesian (AKPK).
14) Diklat Calon Kepsek In-Service Learning 1 diawali dengan
pembukaan dan diakhiri dengan pelepasan peserta diklat
untuk melaksanakan On-the-Job Learning.
15) Sebelum pelepasan peserta untuk On-the-Job Learning,
penyelenggara Diklat Calon Kepsek harus membagikan
surat tugas untuk melaksanakan On-the-Job Learning yang
ditetapkan dan dikeluarkan oleh Dinas Provinsi, Dinas
Kabupaten/Kota, atau penyelenggara satuan pendidikan
yang diselenggarakan oleh masyarakat. Dalam surat tugas
tersebut dijelaskan tentang jadwal pelaksanaan On-the-Job
Learning, dan tempat pelaksanaan On-the-Job Learning.
16) Penilaian dilakukan oleh pengajar Diklat Calon Kepsek
dengan menggunakan instrumen penilaian yang telah
ditetapkan
17) Untuk kepentingan pengembangan sistem kediklatan dan
untuk memastikan LPD menyelenggarakan diklat sesuai
dengan standar (petunjuk teknis yang berlaku), LPPKS
melakukan supervisi penyelenggaraan diklat yang
dilaksanakan oleh LPD.
d. Struktur Program Diklat Calon Kepsek In-Service Learning 1
Struktur program Diklat Calon Kepsek dan alokasi waktu
pembelajaran adalah sebagai berikut.
-11-
Tabel 1.
Struktur Program Diklat Calon Kepala Sekolah In-Service Learning
No Mata Diklat Jumlah
(JP)
A.
UMUM
1. Kebijakan Kementerian 2
2. Kebijakan Pemerintah Daerah 2
B.
POKOK/INTI
1. Latihan Kepemimpinan
1.1 Dinamika Kelompok
1.2 Kepemimpinan
I .2.1 Kepemimpinan Spiritual
1.2.2 Kepemimpinan pembelajaran
1.2.3 Kepemimpinan Kewirausahaan
1.3 Rencana Tindak Lanjut
10
20
2. Manajerial
2.1 Pengelolaan Sumber Daya Sekolah
2.1.1 Pengelolaan Peserta Didik
2.1.2 Pengelolaan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan
2.1.3 Pengelolaan Ketatausahaan Sekolah
2.1.4 Pemanfaatan TIK dalam Peningkatan
Kualitas Pembelajaran
2.1.5 Pengelolaan Sarana dan Prasarana
Sekolah
2.2 Pengelolaan Administrasi Sekolah
2.2.1 Penyusunan Rencana Kerja Sekolah
2.2.2 Pengelolaan Kurikulum
2.2.3 Pengelolaan Keuangan Sekolah
2.3 Monitoring evaluasi
10
13
3. Supervisi Guru dan Tendik
c.
PENUNJANG
1. Orientasi Program 1
2. Pre-test dan Post-test 2
3. Evaluasi 1
Jumlah 70 JP
-12-
e. Deskripsi Mata Diklat
No Mata Diklat Tujuan Instrumen/Materi Diklat
Umum
1 Kebijakan
Kementerian
Memahami arah
Kebijakan berkaitan
dengan program
penyiapan,
pengembangan, dan
pemberdayaan Kepala
Sekolah
Kebijakan tentang penugasan
Guru sebagai Kepala Sekolah
berdasarkan Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 6 Tahun 2018
2 Kebijakan
Pemerintah
Daerah
Memahami arah
Kebijakan berkaitan
dengan program
penyiapan calon
Kepala Sekolah di
Provinsi/Kabupaten/
Kota/Penyelenggara
satuan pendidikan yang
diselenggarakan oleh
masyarakat
Kebijakan Dinas Provinsi,
Dinas Kabupaten/Kota, atau
penyelenggara satuan
pendidikan yang
diselenggarakan oleh
masyarakat tentang
penyiapan calon Kepala
Sekolah
Pokok/Inti
1 Latihan
Kepemimpin-an
Meningkatkan jiwa
kepemimpinan,
mengubah pola pikir,
sikap, perilaku, dan
tindakan calon Kepala
Sekolah. calon Kepala
Sekolah meningkatkan
jiwa kepemimpinan
berbasis AKPK sekaligus
meningkatkan kinerja
sekolah berdasarkan
hasil analisis EDS/
Rapor mutu yang
mengintegrasikan nilai-
nilai karakter
1.1 Dinamika Kelompok
1.2 Kepemimpinan
1.2.1 Kepimpinan Spiritual
1.2.2 Kepemimpinan
Pembelajaran
1.2.3 Kepemimpinan
Kewirausahaan
1.3 Rencana Tindak Lanjut
2 Manajerial Memfasilitasi calon
Kepala Sekolah untuk
memahami Standar
Nasional Pendidikan
2.1 Pengolaan Sumber Daya
2.1.1 Pengelolaan Peserta Didik
2.1.2 Pengelolaan Pendidik dan
Tenaga Kependidikan
-13-
No Mata Diklat Tujuan Instrumen/Materi Diklat
yang terimplementasi
dalam pengelolaan
peserta didik,
pengelolaan pendidik
dan tenaga
kependidikan,
pengelolaan
ketatausahaan,
pemanfaatan TIK,
pengelolaan sarana dan
prasarana, pengelolaan
kurikulum, penyusunan
RKS, pengelolaan
keuangan sekolah, dan
monitoring dan evaluasi
2.1.3 Pengelolaan
Ketatausahaan Sekolah
2.1.4 Pemanfaatan TIK dalam
Pembelajaran
2.1.5 Pengelolaan Sarana dan
Prasarana
2.2 Pengelolaan Administrasi
2.2.1 Penyusunan Rencana
Kerja Sekolah
2.2.2 Pengelolaan Kurikulum
2.2.3 Pengelolaan Keuangan
Sekolah
2.3 Monitoring dan Evaluasi
3 Supervisi Guru
dan Tendik
Memfasilitasi calon
Kepala Sekolah untuk
memahami konsep
dasar dan pelaksanaan
Supervisi Guru dan
Tendik
Supervisi Guru dan Tendik
Penunjang
1 Orientasi
Program
Memahami struktur
program, strategi
pembelajaran, model
pelatihan, penilaian, dan
kelulusan.
1.1 Struktur Program
1.2 Strategi Pembelajaran
1.3 Model Pelatihan
1.4 Penilaian
1.5 Kelulusan
2 Pretest-Postest Mengetahui pencapaian
peningkatan
Kompetensi
calon Kepala Sekolah
Tes pengetahuan tentang
keseluruhan mata diklat yang
meliputi pencapaian lima
dimensi Kompetensi Kepala
Sekolah
3 Evaluasi Mengetahui kualitas
program dan layanan
diklat in-service
learning 1
Instrumen Evaluasi
Penyelenggaraan dan Evaluasi
Narasumber/Pengajar
-14-
Strategi Pelaksanaan In-Service Learning I
Gambar 3.
Langkah-langkah Diklat Calon Kepsek In-Service Learning 1
Komponen dan Alur Kegiatan
Komponen kegiatan:
(1) Langkah I
Meliputi: registrasi peserta, pengisian biodata, dan
pemberian ATK.
(2) Langkah II
Meliputi: pembukaan, penyampaian kebijakan Pemerintah
(Kemendikbud) dan kebijakan pemerintah daerah, orientasi
program guna penyampaian informasi teknis kegiatan dan
informasi yang terkait dengan tujuan dan hasil yang
diharapkan dari kegiatan Diklat Calon Kepsek.
(3) Langkah III
Meliputi: pelaksanaan pembelajaran Diklat Calon Kepsek In-
Service Learning 1 sesuai dengan struktur program dan
KEGIATAN
AWAL
LANGKAH I
REGISTRASI
KEGIATAN
LANGKAH I LANGKAH III
PELAKSANAAN
DIKLAT
❖ Registrasi
❖ Mengisi
biodata
❖ Pemberian
ATK
LANGKAH IV
EVALUASI
DIKLAT
LANGKAH V
PELEPASAN
❖ Pembukaan
❖ Kebijakan
Kemendikbud
dan
Pemerintah
daerah
❖ Orientasi
Program
❖ Pelepasan
oleh Kepala
LPPKS/LPD
❖ Penyelesaian
administrasi
Evaluasi
penyelenggaraan
dan Fasilitator/
narasumber
❖ Peserta
mengikuti
diklat
❖ Penyusunan
RTL
evaluasi
narasumber/pengajar
-15-
penyusunan Rencana Tindak Lanjut (RTL) yang akan
dilaksanakan pada tahap On-the-Job Learning.
(4) Langkah IV
Meliputi : pengisian evaluasi oleh peserta yang mencakup
evaluasi terhadap narasumber/pengajar dan evaluasi
terhadap penyelenggaraan diklat.
(5) Langkah V
Acara terakhir adalah pelepasan, penyampaian informasi
teknis kegiatan dan informasi terkait dengan Diklat Calon
Kepsek On-the-Job Learning, dan penyelesaian administrasi.
4. Diklat Calon Kepsek On-The-Job Learning (OJL)
a. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Diklat Calon Kepsek On-the-Job Learning (OJL) dilaksanakan
dalam durasi minimal 200 JP, setara dengan 3 (tiga) bulan.
Pelaksanaan kegiatan OJL di sekolah magang ke-1 (sekolah
sendiri) dan di sekolah magang ke-2 (sekolah lain) dengan
waktu dan tempat yang ditentukan oleh Dinas Provinsi, Dinas
Kabupaten/Kota, atau penyelenggara satuan pendidikan yang
diselenggarakan oleh masyarakat.
b. Unsur yang Tertibat
Unsur yang terlibat dalam Diklat Calon Kepsek OJL adalah:
1) Dinas Provinsi atau Dinas Kabupaten/Kota, yakni pejabat
struktural yang berwenang (jika kegiatan diklat melibatkan
sekolah yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah);
2) Penyelenggara satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh
masyarakat (jika kegiatan melibatkan satuan pendidikan
yang diselenggarakan oleh masyarakat);
3) LPPKS dan/atau LPD;
4) Pengajar Diklat Calon Kepsek;
5) Petugas Supervisi; dan
6) Panitia
c. Rambu-Rambu Pelaksanaan Diklat Calon Kepsek On-the-Job
Learning
-16-
1) OJL merupakan pembelajaran di tempat kerja dalam situasi
pekerjaan nyata yang dilakukan di 2 (dua) sekolah, yakni
magang ke-1 di sekolah sendiri dan magang ke-2 di sekolah
lain. Pelaksanaan OJL dilaksanakan dengan durasi waktu
200 JP sesuai dengan RTL yang disusun oleh peserta dengan
persetujuan pengajar diklat dengan rincian OJL magang ke-
1 di sekolah sendiri setara dengan 150 JP dan pelaksanaan
OJL magang ke2 di sekolah lain setara dengan 50 JP. Selama
pelaksanaan OJL LPD melaksanakan program
pendampingan 2 sampai 3 kali. Panduan pendampingan
OJL ditetapkan dan dikeluarkan oleh LPPKS atau LPD.
Pengaturan jadwal pendampingan disepakati dengan Dinas
Provinsi, Dinas Kabupaten/Kota, atau penyelenggara satuan
pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat dan
disesuaikan dengan durasi waktu OJL.
2) Kegiatan OJL terdiri dari: pelaksanaan rencana tindak
kepemimpinan, pelaksanaan supervisi Guru dan tendik,
penyusunan perangkat pembelajaran (silabus, RPP, bahan
ajar dan penilaian), pelaksanaan kajian 9 aspek manajerial,
pelaksanaan peningkatan Kompetensi berdasarkan hasil
AKPK yang lemah, dan penyusunan laporan OJL serta
materi presentasi hasil OJL.
3) Rencana tindak kepemimpinan adalah upaya untuk
meningkatkan Kompetensi calon Kepala Sekolah dan kinerja
sekolah, merujuk pada hasil AKPK individu khusus pada
indikator Kompetensi kepribadian, sosial, dan
kewirausahaan yang dipadukan dengan hasil Evaluasi Diri
Sekolah (EDS) atau rapor mutu sekolah di sekolah magang
ke-1 di sekolah sendiri mencakup standar isi, standar
proses, dan standar penilaian untuk mencapai SKL (pilih
salah satu) dalam upaya peningkatan kualitas kinerja.
4) Supervisi Guru dan Tendik dilakukan untuk menerapkan
keterampilan konseptual, teknikal, dan interpersonal dalam
melaksanakan supervisi Guru dan tendik di sekolah magang
ke-1 di sekolah sendiri.
-17-
5) Penyusunan perangkat pembelajaran dilakukan untuk satu
Kompetensi dasar atau satu subtema pada satu mata
pelajaran yang diampu oleh peserta diklat.
6) Kajian 9 aspek manajerial untuk mempersiapkan calon
Kepala Sekolah memahami berbagai kegiatan
pengelolaan/manajerial di sekolah magang ke-1 dan sekolah
magang ke-2. Pengkajian minimal mencakup aspek kondisi
ideal, kondisi nyata yang terjadi di sekolah, kemudian
menemukan kesenjangan dan mencari alternatif solusi
pemecahannya.
7) Upaya peningkatan Kompetensi berbasis AKPK di sekolah
magang ke-2 adalah kegiatan calon Kepala Sekolah untuk
meningkatkan Kompetensinya berdasarkan kebutuhan
individu dengan belajar dari Kepala Sekolah Mentor di
sekolah magang ke-2.
8) Penyusunan laporan hasil OJL dilengkapi lampiran
pendukung yang autentik dan bahan presentasi.
9) Pelaksanaan OJL menggunakan pendekatan experiential
learning, yaitu model pembelajaran yang diharapkan dapat
menciptakan proses belajar yang lebih bermakna, di mana
peserta mengalami sendiri apa yang mereka pelajari.
10) Jumlah pengajar diklat yang dilibatkan dalam
pendampingan OJL dengan menganut azas proporsionalitas
(satu orang pengajar untuk maksimal 12 peserta).
11) Pengajar diklat yang bertugas saat pendampingan OJL
adalah pengajar yang bertugas pada Diklat Calon Kepsek In-
Service Learning 1. Apabila pengajar diklat tersebut
berhalangan, maka dapat digantikan dengan pengajar diklat
lain.
12) Setiap kegiatan pendampingan pengajar wajib memberikan
penilaian sikap dan progres/kemajuan dengan
menggunakan bukti sesuai lembar isian pendampingan,
OJL dan lembar monitoring evaluasi OJL.
-18-
13) Pada akhir kegiatan OJL, Kepala Sekolah Mentor
memberikan penilaian sikap dan keterampilan kepada
peserta diklat yang melaksanakan OJL di sekolahnya. Hasil
penilaian disampaikan dalam amplop tertutup dan
diserahkan kepada LPPKS atau LPD pada saat Diklat Calon
Kepsek In-Service Learning 2.
14) Dalam hal diklat yang diselenggarakan oleh LPD
pelaksanaannya disupervisi oleh LPPKS untuk kepentingan
pengembangan sistem kediklatan dan memastikan LPD
menyelenggarakan diklat sesuai standar.
d. Struktur Program Diklat Calon Kepsek On-the Job Learning
No. Kegiatan dan Jenis Tagihan pada
OJL
Alokasi waktu (JP)
Sekolah
Sendiri
Sekolah
Lain Jumlah
1 Rencana Tindak Kepemimpinan 40 - 40
2 Supervisi Guru dan tendik 20 - 20
3 Penyusunan perangkat Pembelajaran 40 - 40
4 Kajian Manajerial
4.1 Pernyusunan Rencana Kerja
Sekolah 8 4 12
4.2 Pengelolaan Kurikulum 8 4 12
4.3 Pengelolaan Pendidik dan
tenaga kependidikan 4 2 6
4.4 Pengelolaan Sarana dan
Prasarana Sekolah 4 2 6
4.5 Pengelolaan peserta didik 4 2 6
4.6 Pengelolaan Keuangan Sekolah 4 2 6
4.7 Pengelolaan Ketatausahaan
Sekolah 4 2 6
4.8 Pemanfaatan TIK dalam
Peningkatan Kualitas
Pembelajaran
2 1 3
4.9 Monitoring Evaluasi 2 1 3
5 Upaya peningkatan Kompetensi di
sekolah magang berdasarkan
hasil AKPK
- 20 20
6 Penyusunan Laporan OJL 10 10 20
-19-
No. Kegiatan dan Jenis Tagihan pada
OJL
Alokasi waktu (JP)
Sekolah
Sendiri
Sekolah
Lain Jumlah
Jumlah 150 50 200*)
*) Alokasi waktu kegiatan OJL selama 200 JP sudah termasuk di dalamnya
20 JP untuk kegiatan pendampingan yang dilakukan sebanyak 2 kali.
Adapun struktur program pendampingan OJL diuraikan pada
tabel berikut ini:
No. Uraian Kegiatan Alokasi Waktu
A. Pendampingan ke-l
1. Overview dari pengajar
2. Keterlaksanaan RTL
3. Pembimbingan
4. Pemberian umpan balik
5. Refleksi
1 JP
2 JP
5 JP
2 JP
1 JP
Subtotal 10 JP
B. Pendampingan ke-2
1. Overview dari pengajar
2. Keterlaksanaan RTL
3. Pembimbingan finalisasi
laporan OJL dan penyusunan
bahan tayang untuk tahap In-
Service
Learning 2
4. Pemberian umpan balik
5. Refleksi
1 JP
2 JP
5 JP
2 JP
1 JP
Subtotal 10 JP
Jumlah Keseluruhan 20 JP
5. Diklat Calon Kepsek In-Service Learning 2
a. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Diklat Calon Kepsek In-Service Learning 2 dilaksanakan dalam
durasi minimal 30 (tiga puluh) jam pelajaran @ 45 menit.
-20-
Kegiatan ini dilaksanakan selama tiga hari kerja. Waktu dan
tempat pelaksanaan kegiatan Diklat Calon Kepsek In-Service
Learning 2 ditetapkan oleh LPPKS atau LPD berdasarkan
kesepakatan dengan Dinas Provinsi, Dinas Kabupaten/Kota,
atau penyelenggara satuan pendidikan yang diselenggarakan
oleh masyarakat.
b. Unsur yang Terlibat
Unsur yang terlibat dalam kegiatan Diklat Calon Kepsek In-
Service Learning 2 adalah:
1) Dinas Provinsi atau Dinas Kabupaten/Kota, yakni pejabat
struktural yang berwenang (jika kegiatan diklat melibatkan
sekolah yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah);
2) Penyelenggara satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh
masyarakat (jika kegiatan melibatkan satuan pendidikan
yang diselenggarakan oleh masyarakat);
3) LPPKS dan/atau LPD
4) Pengajar Diklat Calon Kepsek
5) Petugas Supervisi
6) Panitia
7) Pendamping SIM Diklat.
c. Rambu-Rambu Pelaksanaan Diklat Calon Kepsek In-Service
Learning 2
1) Diklat Calon Kepsek In-Service Learning 2 merupakan
kegiatan dalam bentuk tatap muka antara peserta diklat
dengan pengajar, sesuai dengan surat tugas yang
dikeluarkan oleh LPPKS dan/atau LPD.
2) Pelaksanaan Diklat Calon Kepsek In-Service Learning 2
dilakukan untuk menilai sikap peserta calon Kepala
Sekolah, portofolio laporan OJL, dan presentasi hasil OJL
3) Pada kegiatan awal, peserta melakukan registrasi,
menyerahkan laporan OJL dan bahan presentasi dalam
bentuk hardcover (cetak yang telah dijilid) dan soft file serta
lembar hasil penilaian sikap dan keterlaksanaan program
OJL oleh Kepala Sekolah Mentor 1 dan Kepala Sekolah
-21-
Mentor 2.
4) Penilaian laporan OJL dilakukan oleh pengajar diklat
melalui pemeriksaan secara komprehensif portofolio laporan
hasil OJL dalam bentuk hardcover dan soft file. Penilaian
laporan OJL dilakukan di ruang yang telah ditetapkan.
5) Pengajar diklat melakukan penilaian portofolio laporan OJL
secara silang. Artinya pengajar yang menilai adalah pengajar
di kelas tersebut tetapi bukan pembimbing pada saat OJL.
6) Penilaian presentasi dilakukan melalui penyajian lisan
dengan menggunakan program aplikasi power point dan
tanya jawab tentang materi yang dipresentasikan selama 30
menit. Penilaian presentasi dilakukan secara silang yaitu
oleh pengajar yang bukan membimbing peserta pada saat
OJL.
7) Penilaian sikap dilakukan dengan cara mengamati perilaku
calon Kepala Sekolah selama mengikuti Diklat Calon Kepsek
In-service learning 2.
8) Pengajar yang bertugas pada Diklat Calon Kepsek In-Service
learning 2 adalah pengajar yang bertugas juga pada In-
Service Learning 1 dan Pendampingan OJL. Jika pengajar
tersebut berhalangan, maka dapat digantikan oleh pengajar
lain.
9) Pengajar diklat dan peserta bersama-sama melakukan
refleksi atas pencapaian peningkatan pengetahuan dan
pengalaman selama mengikuti diklat.
10) Peserta diklat mengisi lembar evaluasi tentang
penyelenggaraan diklat, evaluasi program untuk
mengetahui kualitas program dan layanan Diklat Calon
Kepsek ln-Service Learning 2.
11) Panduan Diklat Calon Kepsek In-Service Learning 2
ditetapkan dan dikeluarkan oleh LPPKS atau LPD.
Pengaturan jadwal disepakati dengan Dinas Provinsi, Dinas
Kabupaten/Kota, atau penyelenggara satuan pendidikan
yang diselenggarakan oleh masyarakat.
-22-
12) Jumlah pengajar yang dilibatkan pada Diklat Calon Kepsek
In-Service Learning 2 dengan menganut azas
proporsionalitas.
13) Diklat Calon Kepsek In-Service Learning 2 diakhiri dengan
penutupan. Panitia Diklat Calon Kepsek baik yang
diselenggarakan oleh LPPKS atau LPD harus menyampaikan
laporan penyelenggaraan Diklat Calon Kepsek secara
komprehensif mencakup In-Service Learning 1, On-the-Job
Learning dan In-Service Learning 2 kepada Kepala LPPKS.
Laporan panitia tanpa disertai dengan pengumuman hasil
kelulusan peserta karena kelulusan peserta diklat sebagai
bagian dari hasil diklat akan disampaikan secara tertulis
sebagai laporan LPPKS atau LPD kepada Dinas Provinsi,
Dinas Kabupaten/Kota, atau penyelenggara satuan
pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat.
Pengumuman hasil kelulusan akan dilakukan oleh Dinas
Provinsi, Dinas Kabupaten/Kota, atau penyelenggara satuan
pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat.
14) Dalam hal diklat yang diselenggarakan oleh LPD:
a) pelaksanaannya disupervisi oleh LPPKS untuk
kepentingan pengembangan sistem kediklatan dan
memastikan penyelenggaraan diklat sesuai standar.
b) setelah selesai melaksanakan Diklat Calon Kepsek In-
Service Learning 2, LPD wajib melaporkan hasil
penyelenggaraan diklat yang disertai dengan nilai
Diklat Calon Kepsek secara lengkap. Laporan
disampaikan kepada Kepala LPPKS untuk pengusulan
penerbitan STTPP.
d. Struktur Program Diklat Calon Kepsek In-Service Learning 2
No Mata Diklat Jumlah Jam
1 Penjelasan kriteria kelulusan 1 JP
2 Penilaian Laporan OJL 15 JP
3 Presentasi hasil OJL 11 JP
4 Refleksi Pelatihan 2 JP
5 Evaluasi 1 JP
Jumlah 30 JP
-23-
e. Deskripsi Struktur Program Diklat Calon Kepsek In-Service
Learning 2
No Kegiatan Tujuan Instrumen
1
Penjelasan
kriteria kelulusan
Memberikan
informasi tentang
indikator kelulusan Diklat
Calon Kepsek
Lembar penilaian
presentasi dan Lembar penilaian laporan OJL
2
Penilaian
laporan
OJI
Untuk mengetahui kualitas laporan OJL
peserta Diklat Calon
Kepsek
Lembar penilaian laporan
OJL
3 Presentasi
hasil OJL
Untuk mengetahui
ketercapaian hasil
pelaksanaan OJL
Bahan presentasi
Laporan OJL
Lembar penilaian
4 Refleksi
Pelatihan
Untuk mengetahui
kelebihan dan
kekurangan
pelaksanaan kegiatan
Diklat Calon Kepsek
Lembar refleksi diklat dan
penyampaian secara lisan
5 Evaluasi
Mengetahui kualitas
program dan layanan
diklat In-Service Learning 2 calon
Kepsek
Instrumen evaluasi
program dan evaluasi
layanan diklat ln-2
6 Penutupan
Memberi informasi
bahwa
pelaksanaan Diklat Calon
Kepsek telah
berakhir
Acara seremonial yang
berisikan sambutan dan laporan
f. Strategi Pelaksanaan Diklat Calon Kepala Sekolah In-Service
Learning 2
Langkah I Langkah II Langkah III
❖ Penutupan oleh kepala
penyelenggara
❖ Penyelesaian administrasi
-24-
Kegiatan dalam setiap langkah pada diagram di atas dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1) Langkah I Kegiatan awal
Peserta melakukan registrasi, mengisi biodata,
mengumpulkan laporan OJL, compact disk berisi laporan
OJL dan bahan presentasi, penilaian mentor 1 dan 2.
Selanjutnya pengajar memberikan informasi tentang kriteria
kelulusan kepada peserta.
2) Langkah II Kegiatan Inti
Pada kegiatan inti berisi:
a) penilaian laporan OJL dan presentasi hasil OJL; dan
b) penilaian sikap dengan cara pengamatan yang
dilakukan oleh pengajar.
3) Langkah III Refleksi dan Evaluasi
Refleksi dilakukan oleh peserta untuk mengetahui
pencapaian peningkatan pengetahuan dan pengalamannya
selama mengikuti diklat. Evaluasi diklat dilaksanakan
secara menyeluruh, mulai dari proses pengelolaan diklat,
evaluasi terhadap narasumber/pengajar, evaluasi terhadap
program diklat sampai pada evaluasi terhadap
penyelenggaraan Diklat Calon Kepsek.
4) Langkah IV Kegiatan akhir
Penutupan Diklat Calon Kepsek dilaksanakan setelah semua
program diklat selesai dilakukan. Peserta yang dinyatakan
lulus akan diusulkan untuk mendapatkan STTPP dari
LPPKS.
6. Penilaian Diklat Calon Kepsek
Penilaian yang dilakukan terhadap peserta mencakup aspek
pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Penilaian dilaksanakan secara
berkesinambungan pada setiap tahapan diklat, yakni In-Service
Learning I (In-1), On-the-Job Learning (OJL) dan In-Service Learning 2
(In-2).
-25-
a. Penilaian pada Diklat Calon Kepsek In-Service Learning 1 (In-1)
Penilaian pada Diklat Calon Kepsek In-1 meliputi penilaian sikap,
keterampilan, dan pengetahuan.
1) Penilaian Sikap
Penilaian sikap dilakukan oleh pengajar diklat melalui
observasi/pengamatan terhadap tumbuhnya nilai-nilai
karakter selama proses pembelajaran untuk setiap mata
diklat. Penilaian sikap memiliki bobot 30%.
2) Penilaian Keterampilan
Penilaian keterampilan merupakan penilaian kemampuan
peserta dalam menyelesaikan lembar kerja (LK) pada setiap
mata diklat. Penilaian keterampilan memiliki bobot 40%.
3) Penilaian Pengetahuan
Penilaian pengetahuan merupakan penilaian hasil perolehan
nilai post test. Penilaian pengetahuan memiliki bobot 30%.
Penilaian pada Diklat Calon Kepsek IN-1 diformulasikan
sebagai berikut:
Nilai IN-1 = 30% NS + 40% NK + 30% NP
Keterangan:
NS = Nilai Sikap
NK = Nilai Keterampilan
NP = Nilai Pengetahuan
b. Penilaian pada Diklat Calon Kepsek On-the-Job Learning (OJL)
Penilaian pada Diklat Calon Kepsek OJL meliputi penilaian sikap
dan keterampilan peserta diklat yang dilakukan oleh Pengajar
diklat dan Kepala Sekolah Mentor 1 dan Kepala Sekolah Mentor
2.
1) Pengajar Diklat
a) Penilaian Sikap
Penilaian sikap dilakukan oleh pengajar diklat melalui
observasi/pengamatan kepada peserta diklat terhadap
tumbuhnya nilai-nilai karakter selama pelaksanaan
pendampingan/ pembimbingan OJL. Penilaian sikap
-26-
diambil dari nilai rata-rata pendampingan/
pembimbingan ke-1 dan ke-2.
b) Penilaian Keterampilan
Penilaian keterampilan merupakan penilaian
kemampuan peserta dalam menyelesaikan tugas OJL
sesuai dengan target yang telah ditetapkan dan
melaporkan progres/kemajuan kepada pengajar diklat
pada saat kegiatan pendampingan ke-2.
2) Kepala Sekolah Mentor
a) Penilaian Sikap
Penilaian sikap dilakukan oleh Kepala Sekolah Mentor
1 dan Kepala Sekolah Mentor 2 melalui
observasi/pengamatan kepada peserta diklat terhadap
tumbuhnya nilai-nilai karakter selama pelaksanaan
magang (OJL). Penilaian sikap pada Diklat Calon
Kepsek OJL yang dilakukan oleh Kepala Sekolah
Mentor merupakan rata-rata dari nilai Kepala Sekolah
Mentor 1 dan Kepala Sekolah Mentor 2.
b) Penilaian Keterampilan
Penilaian keterampilan dilakukan oleh Kepala Sekolah
Mentor 1 dan Kepala Sekolah Mentor 2 terhadap
merupakan penilaian kemampuan peserta dalam
melaksanakan keseluruhan program OJL yang
ditugaskan. Penilaian keterampilan yang dilakukan
oleh Kepala Sekolah Mentor merupakan nilai rata-rata
dari penilaian Kepala Sekolah Mentor 1 dan Kepala
Sekolah Mentor 2.
Penilaian Diklat Calon Kepsek OJL merupakan nilai rata-
rata penilaian sikap dan keterampilan yang dilakukan oleh
Pengajar diklat dan Kepala Sekolah Mentor. Penilaian OJL
dapat diformulasikan sebagai berikut:
Nilai OJL = 50% NS (dari PD dan KSM) + 50% NK (dari PD dan KSM)
Keterangan:
NS = Nilai Sikap
-27-
NK = Nilai Keterampilan
PD = Pengajar Diklat
KSM = Kepala Sekolah Mentor
c. Penilaian pada Diklat Calon Kepsek In-Service Learning 2 (IN-2)
Penilaian pada Diklat Calon Kepsek IN-2 meliputi penilaian sikap
dan keterampilan.
1) Penilaian Sikap
Penilaian sikap dilakukan oleh pengajar diklat melalui
observasi/pengamatan kepada peserta terhadap tumbuhnya
nilai-nilai karakter selama presentasi laporan OJL. Penilaian
sikap memiliki bobot 30%.
2) Penilaian Keterampilan
Penilaian keterampilan diambil dari hasil penilaian portofolio
(bobot 40%) dan presentasi laporan OJL (bobot 30%).
Sehingga penilaian keterampilan memiliki bobot 70%.
Penilaian Diklat Calon Kepsek IN-2 diformulasikan sebagai
berikut:
Nilai IN-2 = 30% NS + 70% NK
Keterangan:
NS = Nilai Sikap
NK = Nilai Keterampilan
d. Penilaian Akhir Diklat Calon Kepsek
Penilaian akhir Diklat Calon Kepsek merupakan rekapitulasi
penilaian dari keseluruhan tahapan diklat (IN-1, OJL, dan IN-2)
dengan pembobotan pada masing-masing tahapan. Diklat Calon
Kepsek IN-1 memiliki bobot 50%, Diklat OJL memiliki bobot 15%,
dan Diklat Calon Kepsek IN-2 memiliki bobot 35%.
-28-
Penilaian akhir Diklat Calon Kepsek diformulasikan sebagai
berikut:
NA = 50% In-1 + 15% OJL + 35% IN-2
Keterangan:
NA = Nilai Akhir Diklat Calon Kepsek
IN-1 = Nilai Diklat Calon Kepsek IN-1
OJL = Nilai Diklat Calon Kepsek OJL
IN-2 = Nilai Diklat Calon Kepsek IN-2
e. Kriteria Kelulusan
Peserta dinyatakan lulus dalam Diklat Calon Kepsek apabila
memiliki nilai > 71,00 dengan predikat “Memuaskan”. Adapun
peserta yang tidak memperoleh nilai dibawah 71 dinyatakan
“Kurang Memuaskan” (tidak lulus).
Pengambilan keputusan akhir untuk menentukan kriteria
kelulusan peserta Diklat Calon Kepsek digunakan kriteria
penilaian sebagai berikut:
Angka Predikat Keterangan
86,00 – 100 Sangat Memuaskan Lulus
71,00 - 85,99 Memuaskan Lulus
< 70,99 Kurang Memuaskan Tidak Lulus
7. Pemerolehan dan Penyerahan Surat Tanda Tamat Pendidikan dan
Pelatihan (STTPP) Calon Kepala Sekolah
a. Pemerolehan STTPP Calon Kepala Sekolah
1) Bakal calon Kepala Sekolah yang dinyatakan lulus Diklat
Calon Kepsek diberi Surat Tanda Tamat Pendidikan dan
Pelatihan (STTPP) Calon Kepala Sekolah yang
ditandatangani oleh Direktur Jenderal Guru dan Tenaga
Kependidikan. Sedangkan bagi bakal calon Kepala Sekolah
yang dinyatakan tidak lulus diberi kesempatan untuk
mengikuti kembali Diklat Calon Kepsek paling banyak 2
(dua) kali. STTPP Calon Kepala Sekolah tersebut merupakan
salah satu syarat untuk diangkat sebagai Kepala Sekolah.
-29-
2) STTPP Calon Kepala Sekolah diterbitkan oleh LPPKS/LPD.
Proses penerbitan STTPP Calon Kepala Sekolah
dilaksanakan paling lambat 30 hari sejak diklat selesai.
3) Sertifikat Kepala Sekolah yang telah diterbitkan oleh
Kementerian melalui LPPKS sebelum Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 6 Tahun 2018 tentang
Penugasan Guru Sebagai Kepala Sekolah diundangkan,
tetap berlaku.
4) Apabila karena satu dan lain hal, terdapat calon Kepala
Sekolah yang akan diangkat sebelum diterbitkannya STTPP
Calon Kepala Sekolah, yang bersangkutan diberikan Surat
Keterangan kelulusan dari LPPKS/LPD sebagai pengganti
STTPP Calon Kepala Sekolah sampai diterbitkannya STTPP
tersebut.
b. Penyerahan STTPP Calon Kepala Sekolah
1) Setelah STTPP Calon Kepala Sekolah diterbitkan,
LPPKS/LPD segera menyerahkan STTPP tersebut kepada
Dinas Provinsi atau Dinas Kabupaten/Kota selambat-
lambatnya 7 (tujuh) hari sejak diterbitkannya STTPP.
2) Dinas Provinsi atau Dinas Kabupaten/Kota sesuai dengan
kewenangannya menyerahkan STTPP Calon Kepala Sekolah
kepada masing-masing calon Kepala Sekolah selambat-
lambatnya 7 hari setelah STTPP Calon Kepala Sekolah
diterima.
8. Supervisi penyelenggaraan Diklat
LPPKS dalam melaksanakan Pendidikan dan Pelatihan dapat bekerja
sama dengan LPD. Penyelenggaraan diklat yang dilaksanakan LPD
wajib disupervisi oleh LPPKS. Kegiatan supervisi ini dilakukan oleh
pengajar diklat yang bertugas pada pelaksanaan Diklat Calon Kepsek.
Petugas supervisi adalah widyaiswara LPPKS atau pengajar diklat
yang telah mendapatkan sertifikat Diklat Penjaminan Mutu PPCKS
yang ditugaskan oleh Kepala LPPKS.
Dengan demikian, pengajar diklat yang melaksanakan supervisi
memiliki tugas sebagai pengajar diklat dan petugas supervisi.
-30-
Petugas supervisi wajib datang satu hari sebelum pelaksanaan
kegiatan (H-1) dan pulang pada satu hari setelah kegiatan selesai
(H+1) untuk memastikan pelaksanaan diklat berjalan dengan lancar.
Petugas supervisi menggunakan instrumen standar yang diterbitkan
oleh LPPKS yang terdiri dari:
a. instrumen supervisi Diklat Calon Kepsek In-Service Learning 1
Instrumen ini memuat indikator-indikator kepatuhan pada aspek
administrasi panitia, adminisrasi pengajar diklat, kurikulum
diklat, kegiatan umum dan penunjang, dan kegiatan inti.
b. instrumen supervisi Diklat Calon Kepsek On-the-Job Learning
c. instrumen ini memuat indikator-indikator kepatuhan pada aspek
waktu dan tempat, administrasi, pendampingan, dan penilaian.
d. instrumen supervisi Diklat Calon Kepsek In-Service Learning 2
Instrumen ini memuat indikator-indikator kepatuhan pada aspek
administrasi, waktu dan tempat, pelaksanaan dan penilaian, dan
penutupan.
Masing-masing instrumen memiliki indikator kepatuhan yang harus
dipenuhi oleh LPD.
a. Tahap Persiapan
Langkah-langkah yang harus dilakukan oleh petugas supervisi
pada tahap persiapan adalah sebagai berikut:
1) mencermati Petunjuk Teknis Penugasan Guru sebagai
Kepala Sekolah yang memuat standar pelaksanaan In-
Service Learning 1, On-the-Job Learning, dan In-Service
Learning 2;
2) mencermati hasil supervisi pelaksanaan diklat sebelumnya
(jika sebelumnya sudah dilakukan supervisi);
3) berkomunikasi dengan LPD tentang tugas yang akan
dilaksanakan terkait peran, waktu kedatangan, dan
indikator kepatuhan yang tertuang dalam instrumen
supervisi, maupun hal lain yang diperlukan;
4) mengirimkan surat tugas dan instrumen supervisi melalui
pos dan/atau email kepada LPD.
-31-
b. Tahap Pelaksanaan
Satu hari sebelum pelaksanaan kegiatan (H-1), petugas supervisi
hendaknya menghubungi penanggung jawab (Penjab) kegiatan
untuk:
1) memastikan diterimanya instrumen supervisi yang telah
dikirim;
2) menanyakan apakah ada hal-hal yang belum dipahami atau
perlu didiskusikan dari instrumen supervisi tersebut;
3) menyampaikan tahapan kegiatan supervisi yang akan
dilakukan pada PPCKS;
4) memohon ijin untuk mengambil gambar, video atau
rekaman lain untuk kebutuhan supervisi;
5) mengajukan ijin untuk menunjukkan hal-hal yang mungkin
perlu diperbaiki dalam proses diklat;
6) memohon ijin untuk menghubungi panitia dan/atau
pengajar diklat.
7) membawa instrumen pre test dalam bentuk bahan tayang
(soft file) dan instrumen post test dalam bentuk hard file.
Setelah menghubungi penanggung jawab, petugas supervisi
menghubungi panitia dan/atau pengajar diklat. Ada empat hal
yang harus disampaikan yaitu:
1) menyampaikan tujuan kedatangan;
2) menyampaikan indikator yang menjadi fokus pengamatan
petugas supervisi;
3) memohon ijin kepada pengajar diklat untuk mengamati
langsung di dalam kelas maupun di luar kelas selama
pelaksanaan kegiatan;
4) memohon waktu pengajar diklat untuk bertemu/berkumpul
setelah berakhirnya sesi setiap hari.
Pada saat pelaksanaan diklat (Hari H), petugas supervisi
melakukan kegiatan-kegiatan antara lain:
1) menghadiri acara pembukaan;
2) mengamati proses diklat dari awal sampai akhir kegiatan
berakhir;
3) mengumpulkan bukti-bukti supervisi;
-32-
4) mengisi instrumen supervisi PPCKS (secara manual dan
online di laman qa.lppks.org);
5) menganalisis hasil supervisi;
6) memberikan saran/usulan perbaikan untuk peningkatan
kualitas diklat jika menemui hal-hal yang belum sesuai
standar;
7) bertemu dengan pengajar diklat setelah berakhirnya sesi
setiap hari, khususnya untuk mendiskusikan hal-hal yang
perlu ditingkatkan pada hari berikutnya.
Saat kegiatan berakhir, petugas supervisi harus melakukan
kegiatan-kegiatan berikut:
1) menyampaikan laporan supervisi diklat secara lisan
dan/atau tulisan kepada Penjab PPCKS, panitia, dan
pengajar diklat dengan santun dan berniat membantu untuk
meningkatkan kualitas pelaksanaan diklat PPCKS;
2) menyusun laporan supervisi setelah kegiatan berakhir,
paling lambat H+3 setelah kegiatan diklat berakhir dan
mengirim laporan tersebut melalui email [email protected]
dan/atau laman qa.lppks.org.
-33-
c. Tahap Pengolahan dan Analisis Hasil Supervisi
Petugas supervisi melaporkan hasil supervisi kepada LPPKS
melalui email [email protected] dan/atau laman qa.lppks.org.
Kemudian LPPKS melalui seksi peningkatan kompetensi merekap
hasil supervisi, mengolah, dan menganalisis data.
DIREKTUR JENDERAL,
TTD
SUPRIANO
NIP. 196208161991031001
Salinan sesuai dengan aslinya
Kepala Bagian Hukum, Tata Laksana, dan Kepegawaian, Sekretariat Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
TTD
Temu Ismail
NIP. 197003072002121001
-1-
SALINAN
LAMPIRAN IV
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL GURU DAN
TENAGA KEPENDIDIKAN
NOMOR 26017/B.B1.3/HK/2018
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS PENUGASAN GURU
SEBAGAI KEPALA SEKOLAH
PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA SEKOLAH
A. Tujuan
Pengangkatan dan pemberhentian Kepala Sekolah dilakukan agar
pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan di sekolah dapat berjalan
secara terarah untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
B. Mekanisme Pengangkatan Kepala Sekolah
1. Pemilihan Calon Kepala Sekolah
Pemilihan calon Kepala Sekolah yang diselenggarakan oleh
Pemerintah Daerah dilakukan oleh tim pertimbangan pengangkatan
Kepala Sekolah.
Pemilihan calon Kepala Sekolah yang diselenggarakan oleh
masyarakat dilakukan oleh majelis pertimbangan pada penyelenggara
satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat.
Tim pertimbangan/majelis pertimbangan pengangkatan Kepala
Sekolah mempunyai tugas:
a. melakukan pendataan Guru yang memiliki STTPP calon Kepala
Sekolah.
b. melakukan verifikasi data Guru yang memiliki STTPP calon
Kepala Sekolah.
c. memberikan rekomendasi calon Kepala Sekolah dari Guru yang
memiliki STTPP calon Kepala Sekolah.
d. menyampaikan hasil rekomendasi calon Kepala Sekolah kepada
pejabat pembina kepegawaian atau pimpinan penyelenggara
satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat.
-2-
2. Pengusulan dan Penetapan Kepala Sekolah
a. Kepala Sekolah pada satuan pendidikan yang diselenggarakan
oleh pemerintah daerah
Ketua tim pertimbangan pengangkatan Kepala Sekolah
mengusulkan calon Kepala Sekolah terpilih yang telah
mendapatkan rekomendasi kepada PPK. PPK memilih dan
menetapkan Kepala Sekolah yang diusulkan. Selanjutnya PPK
menerbitkan keputusan penetapan Kepala Sekolah tersebut
sebagai Kepala Sekolah pada satuan pendidikan yang
diselenggarakan oleh pemerintah daerah.
b. Kepala Sekolah pada satuan pendidikan yang diselenggarakan
oleh masyarakat
Majelis Pertimbangan Pengangkatan Kepala Sekolah
menyampaikan rekomendasi dan pertimbangan calon Kepala
Sekolah yang diselenggarakan oleh masyarakat kepada
pimpinan penyelenggara satuan pendidikan. Ketua
penyelenggara satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh
masyarakat memilih dan menetapkan Kepala Sekolah yang
diusulkan. Selanjutnya pimpinan penyelenggara satuan
pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat menerbitkan
keputusan penetapan sebagai Kepala Sekolah pada satuan
pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat.
c. Kepala Sekolah pada SILN
1) Kementerian melalui Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar
Negeri (PKLN) mengumumkan lowongan formasi Kepala
Sekolah SILN
2) Kementerian bersama kementerian yang menangani urusan
pemerintahan di bidang luar negeri melakukan seleksi para
calon Kepala Sekolah.
3) Kementerian melalui Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar
Negeri (PKLN) mengusulkan pengangkatan dan penempatan
Kepala Sekolah berdasarkan hasil seleksi bersama.
-3-
4) Kementerian yang menangani urusan pemerintahan di
bidang luar negeri mengangkat dan menempatkan Kepala
SILN atas usul dari Kementerian.
C. Penilaian Prestasi Kerja
Penilaian Prestasi Kerja Kepala Sekolah adalah suatu proses penilaian yang
dilakukan secara sistematis oleh pejabat penilai terhadap sasaran kerja
dan perilaku kerja serta kehadiran Kepala Sekolah.
Sasaran kerja Kepala Sekolah meliputi rencana kerja dan target yang akan
dicapai oleh seorang Kepala Sekolah yang di dalamnya termasuk rencana
PKB.
Perilaku kerja Kepala Sekolah meliputi aspek orientasi pelayanan,
integritas, komitmen, disiplin, kerjasama dan kepemimpinan.
Kehadiran Kepala Sekolah ditunjukkan dengan laporan kehadiran, baik
yang didasarkan pada daftar hadir secara tertulis maupun secara
elektronik, yang menunjukkan keaktifan Kepala Sekolah yang
bersangkutan.
1. Tujuan Penilaian Prestasi Kerja Kepala Sekolah
Penilaian prestasi kerja Kepala Sekolah bertujuan untuk menjamin
objektifitas pembinaan Kepala Sekolah yang didasarkan atas
prestasi kerja dan sistem karir yang dititik beratkan pada prestasi
kerja.
Prestasi kerja Kepala Sekolah merupakan hasil kerja yang dicapai
oleh Kepala Sekolah sesuai dengan SKP dan Perilaku Kerja Kepala
Sekolah.
Hasil penilaian ini dapat digunakan sebagai umpan balik
melakukan refleksi kinerja, untuk kepentingan pemberian
imbalan, promosi, maupun sanksi bagi Kepala Sekolah yang
bersangkutan.
2. Prinsip Penilaian Prestasi Kerja Kepala Sekolah
Penilaian prestasi kerja Kepala Sekolah dilaksanakan berdasarkan
prinsip-prinsip berikut.
a. Objektif
Penilaian terhadap pencapaian prestasi kerja sesuai dengan
keadaan yang sebenarnya tanpa dipengaruhi oleh pandangan
atau penilaian subjektif pribadi dari pejabat penilai.
-4-
b. Terukur
Penilaian prestasi kerja yang dapat diukur secara kuantitatif dan
kualitatif.
c. Akuntabel
Seluruh hasil penilaian prestasi kerja harus dapat
dipertanggungjawabkan kepada pejabat yang berwenang.
d. Partisipatif
Penilai dengan Kepala Sekolah terlibat secara aktif dalam seluruh
proses penilaian prestasi kerja.
e. Transparan
Seluruh proses dan hasil penilaian pretasi kerja bersifat terbuka
dan tidak bersifat rahasia.
3. Penilaian
a. Penilaian prestasi kerja Kepala Sekolah dilaksanakan satu tahun
sekali (penilaian tahunan) sesuai dengan Tahun Anggaran.
b. Penilaian dilaksanakan setiap tahun dimulai pada akhir tahun
pertama sampai dengan akhir tahun ke empat masa tugasnya
sebagai Kepala Sekolah.
c. Hasil penilaian setiap tahun digunakan sebagai dasar untuk
menentukan penugasan seorang Kepala Sekolah dapat
diperpanjang atau dihentikan.
d. Penilaian prestasi kerja Kepala Sekolah yang baru menduduki
jabatan sebagai Kepala Sekolah dihitung pada tahun kedua.
e. Jika hasil penilaian prestasi kerja Kepala Sekolah setiap tahun
memperoleh hasil penilaian dengan sebutan minimal "Baik" maka
dapat diperpanjang masa penugasannya pada tahun berikutnya.
Kepala sekolah yang hasil penilaiannya tidak mencapai sebutan
minimal "Baik" tidak dapat diperpanjang masa tugasnya, dan
Kepala Sekolah yang bersangkutan dapat ditugaskan kembali
menjadi Guru.
f. Kepala sekolah yang telah menyelesaikan masa tugas selama tiga
periode dan memiliki hasil penilaian prestasi kerja dengan
sebutan minimal “Baik”, dapat kembali ditugaskan untuk periode
keempat setelah melalui uji Kompetensi dan dinyatakan lulus.
-5-
4. Prosedur Umum Penilaian
a. Penilaian dilaksanakan dengan menggunakan instrumen
penilaian yang telah ditetapkan.
b. Penilaian dilaksanakan berdasarkan bukti-bukti yang
diidentifikasi oleh penilai. Bukti-bukti yang dimaksud dapat
berupa:
1) bukti yang teramati (tangible evidences) seperti: dokumen-
dokumen tertulis, kondisi sarana/prasarana (hardware
dan/atau software) dan lingkungan sekolah, foto, gambar,
slides, video, produk-produk siswa.
2) bukti yang tak-teramati (intangible evidences) seperti sikap
dan perilaku Kepala Sekolah, budaya dan iklim sekolah.
5. Komponen penilaian prestasi kerja
Komponen-komponen penilaian prestasi kerja Kepala Sekolah
diidentifikasi berdasarkan sasaran kerja dan perilaku kerja serta
kehadiran Kepala Sekolah yang merupakan penjabaran dari tugas
pokok Kepala Sekolah, PKB dan tugas tambahan di luar tugas pokok.
Terdapat lima komponen yang dinilai dalam penilaian prestasi kerja
Kepala Sekolah.
a. Hasil pelaksanaan tugas manajerial, dengan indikator kinerja:
1) merencanakan program sekolah
2) mengelola Standar Nasional Pendidikan (SNP)
3) melaksanakan Pengawasan dan Evaluasi;
4) melaksanakan Kepemimpinan Sekolah
5) mengelola Sistem Informasi dan Manajemen
b. Hasil pengembangan kewirausahaan, dengan indikator kinerja:
1) merencanakan pengembangan kewirausahaan
2) melaksanakan pengembangan kewirausahaan
3) melaksanakan Evaluasi Program Pengembangan
Kewirausahaan
c. Hasil pelaksanaan supervisi kepada Guru dan tenaga
kependidikan, dengan indikator kinerja:
1) merencanakan Program Supervisi Guru dan Tenaga
Kependidikan
2) melaksanakan Program Supervisi Guru
3) melaksanakan Program Supervisi Tenaga Kependidikan
-6-
4) melaksanakan Evaluasi Pelaksanaan dan Hasil Program
Supervisi Guru dan Tenaga Kependidikan (termasuk
didalamnya rencana tindak lanjut)
d. Hasil pelaksanaan PKB, dengan indikator kinerja :
1) mengikuti diklat fungsional dan/atau diklat teknis:
2) melaksanakan pengembangan diri
3) melaksanakan publikasi ilmiah
4) membuat Karya Innovatif
e. Tugas tambahan di luar tugas pokok Kepala Sekolah, dengan
indikator kinerja:
1) melaksanakan tugas pembelajaran
2) melaksanakan promosi budaya Indonesia bagi kepala SILN
6. Kriteria Penilaian
Kriteria untuk masing-masing komponen sebagaimana dimaksud di
atas akan diatur dalam pedoman pelaksanaan penilaian.
7. Pelaksanaan Penilaian
Penilai Kepala Sekolah adalah atasan langsung yaitu Kepala Dinas
Pendidikan Provinsi, Kabupaten/Kota sesuai kewenangannya.
Secara teknis, kepala Dinas Provinsi atau Dinas Kabupaten/Kota
dapat meminta bantuan kepada pengawas sekolah atau tim penilai
kinerja Kepala Sekolah yang di dalamnya terdiri dari para pengawas
sekolah. Pengawas sekolah atau tim penilai kinerja Kepala Sekolah
melaksanakan penilaian kinerja Kepala Sekolah di sekolah yang
ditunjuk oleh Kepala Dinas. Penilaian dapat dilakukan melalui moda
luar jaringan (luring) dan/atau dalam jaringan (daring).
Apabila penilaian dilakukan oleh pengawas atau tim penilai kinerja
Kepala Sekolah, hasil penilaian dan pertimbangannya disampaikan
kepada Kepala Dinas untuk mendapatkan penetapan.
Penilaian kinerja Kepala Sekolah dilaksanakan pada bulan Januari
sampai dengan Desember pada tahun anggaran berjalan.
Penghimpun fakta kinerja Kepala Sekolah dilaksanakan di satuan
pendidikan tempat tugas Kepala Sekolah yang bersangkutan.
Pelaksanaan penilaian kinerja Kepala Sekolah melalui langkah-
langkah sebagai berikut:
-7-
a. Penghimpunan data dan fakta kinerja Kepala Sekolah secara
manual dengan menggunakan Formulir PKKS (print out
instrumen PKKS)
b. Penginputan data kinerja secara luring dan daring
D. Uji Kompetensi Kepala Sekolah
1. Sasaran
Sasaran uji kompetensi Kepala Sekolah adalah Kepala Sekolah yang
akan menyelesaikan periode ketiga atau masa kerja 12 (dua belas)
tahun sebagai Kepala Sekolah dan akan ditugaskan kembali menjadi
Kepala Sekolah pada periode keempat.
2. Persyaratan
Persyaratan yang harus dipenuhi oleh Kepala Sekolah tersebut adalah
sebagai berikut:
a. memiliki hasil penilaian prestasi kerja minimal baik pada tahun
sebelumnya;
b. memperoleh surat tugas untuk mengikuti Uji Kompetensi dari
Dinas Pendidikan sesuai dengan kewenangannya; dan
c. memiliki surat keterangan sehat dari dokter pemerintah.
3. Pelaksanaan
a. Waktu Pelaksanaan Uji Kompetensi
Uji Kompetensi dilaksanakan 4 (empat) kali dalam satu tahun
yaitu pada bulan Februari, Mei, Agustus, dan November.
Kepala Sekolah hanya dapat mengikuti uji Kompetensi 1 (satu)
kali dalam satu tahun terakhir masa tugas periode ketiga dan
paling cepat 6 (enam) bulan sebelum menyelesaikan masa
kerjanya.
b. Tempat Pelaksaan Uji Kompetensi
TUK (Tempat Uji Kompetensi) ditetapkan oleh Ditjen GTK.
c. Metode Uji Kompetensi
Uji Kompetensi dilaksanakan dengan cara:
a) dalam jaringan (daring); atau
b) luar jaringan (luring) bagi daerah yang tidak dapat
mengakses internet.
-8-
d. Materi Uji Kompetensi
Materi uji Kompetensi berupa instrumen dan/atau dokumen
yang dapat menunjukkan Kepala Sekolah masih memiliki
keinginan dan kompetensi yang diperlukan, untuk melanjutkan
masa tugas ke periode keempat.
e. Pembiayaan Uji Kompetensi
Pemerintah yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN), Pemerintah Daerah yang bersumber dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), dan/atau
sumber dana lainnya yang sah dan tidak mengikat.
f. Pelaksana Uji Kompetensi
Pelaksana uji kompetensi adalah LPPKS yang ditunjuk oleh
Direktorat Jenderal.
4. Tanggung jawab lembaga terkait
a. Direktorat Jenderal:
1) menyiapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria
pelaksanaan uji Kompetensi;
2) merencanakan kegiatan pelaksanaan uji Kompetensi;
3) mengembangkan kisi-kisi dan instrumen uji Kompetensi
secara daring;
4) mengkoordinasikan pelaksanaan uji Kompetensi dengan
LPPKS;
5) menyiapkan dan menghimpun data peserta uji Kompetensi;
6) mengembangkan sistem dan aplikasi uji Kompetensi secara
daring;
7) Melakukan digitalisasi soal uji Kompetensi;
8) melakukan sosialisasi sistem uji Kompetensi secara daring
kepada LPPKS;
9) melakukan sosialisasi rancangan mekanisme pelaksanaan
uji Kompetensi kepada Dinas Pendidikan
Provinsi/Kabupaten/Kota;
10) mengkoordinasikan seluruh instansi terkait dalam
penyelenggaraan uji Kompetensi mulai dari persiapan,
pelaksanaan, dan pengolahan hasil;
11) melakukan pengawasan pelaksanaan uji Kompetensi;
-9-
12) melaksanakan monitoring dan evaluasi pelaksanaan uji
Kompetensi; dan
13) membuat laporan penyelenggaraan uji Kompetensi kepada
Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan.
b. LPPKS:
1) mengkoordinasikan persiapan data peserta uji Kompetensi;
2) mengkoordinasikan persiapan Tempat Uji Kompetensi (TUK)
Kepala Sekolah;
3) menerbitkan Surat Keputusan tentang Koordinator
Kabupaten/Kota/Provinsi, Administrator uji Kompetensi
secara daring, Panitia uji Kompetensi, dan pengawas ruang,
koordinator lokasi dan operator TUK;
4) melaksanakan uji Kompetensi;
5) menganalisis hasil uji Kompetensi;
6) menyampaikan hasil uji Kompetensi kepada Dinas
Pendidikan Provinsi/Kabupaten/Kota;
7) memantau dan mengevaluasi persiapan dan pelaksanaan
Uji Kompetensi; dan
8) membuat laporan penyelenggaraan Uji Kompetensi kepada
Direktorat Jenderal.
c. Dinas Pendidikan Provinsi atau Dinas Kabupaten/Kota
1) Melakukan sosialisasi program uji Kompetensi kepada para
Kepala Sekolah di wilayah masing-masing;
2) Membentuk kepanitiaan uji Kompetensi tingkat
provinsi/kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya;
3) Memverifikasi data Kepala Sekolah yang akan mengikuti uji
Kompetensi;
4) Menetapkan lokasi pelaksanaan uji Kompetensi;
5) Menyediakan perlengkapan Uji Kompetensi secara luring
yang diperlukan.
6) Menginformasikan jadwal pelaksanaan Uji Kompetensi
secara daring atau luring kepada peserta;
7) Menerbitkan Keputusan Kepala Dinas Pendidikan
Provinsi/Kabupaten/Kota tentang administrator/teknisi,
-10-
pengawas ruang, koordinator lokasi, dan panitia uji
Kompetensi;
8) Memfasilitasi koordinator Provinsi/Kabupaten/Kota dan
koordinator lokasi dalam melaksanakan tugasnya masing-
masing;
9) Memusnahkan naskah soal yang sudah diujikan sesuai
dengan ketentuan pemusnahan dokumen negara; dan
10) Memantau pelaksanaan uji Kompetensi.
E. Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan.
PKB merupakan keharusan bagi Kepala Sekolah dalam rangka menunjang
pelaksanaan tugas. Kepala Sekolah membuat perencanaan dan
melaksanakan kegiatan PKB sesuai dengan ketentuan. PKB adalah
program dan kegiatan yang dirancang untuk meningkatkan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap profesional Kepala Sekolah yang dilaksanakan
secara berjenjang, bertahap, dan berkesinambungan dalam rangka
meningkatkan manajemen dan kepemimpinan sekolah. PKB dilaksanakan
melalui kegiatan pengembangan diri (PD), publikasi ilmiah (PI), dan/atau
karya inovatif (Kl).
PKB Kepala Sekolah bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap,
keterampilan pada dimensi Kompetensi manajerial, kewirausahaan, dan
supervisi Guru dan tenaga kependidikan dalam rangka meningkatkan
kualitas pembelajaran peserta didik, pengelolaan administrasi sekolah dan
pengembangan jejaring.
Unsur-unsur PKB Kepala Sekolah meliputi: (1) pengembangan diri (PD), (2)
publikasi ilmiah (PI), dan/atau (3) menghasilkan karya inovatif (Kl).
Ketentuan ini menjelaskan bahwa pengembangan diri tidak hanya
dilaksanakan melalui pendidikan dan pelatihan saja, tetapi juga melalui
kegiatan-kegiatan Iain seperti kegiatan Kelompok Kerja Kepala Sekolah,
pelatihan dalam sekolah (In-House Training), seminar, lokakarya,
konferensi, bimbingan teknis, magang, dan/atau kursus yang sesuai
dengan tugas pokok Kepala Sekolah dan tujuan pengembangan diri.
Kegiatan Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif dilakukan oleh Kepala
Sekolah dalam bentuk Penelitian Tindakan Sekolah (PTS), Pengalaman
Terbaik (Best Practices), menulis buku, artikel ilmiah, membuat atau
mengembangkan alat pendidikan, dan sebagainya.
-11-
Kegiatan PKB dalam rangka pengembangan diri merupakan sebuah siklus
yang diawali dari hasil penilaian prestasi kerja Kepala Sekolah. Dari hasil
penilaian prestasi kerja Kepala Sekolah, dapat diketahui kekuatan dan
kelemahan Kepala Sekolah. Secara umum siklus PKB Kepala Sekolah
terdiri dari tahapan-tahapan: (1) penyusunan rencana, (2) pelaksanaan, (3)
evaluasi hasil, (4) implementasi hasil, dan (5) evaluasi dampak PKB yang
menjadi bagian dari penilaian prestasi kerja Kepala Sekolah secara
keseluruhan.
F. Pembinaan Karir Kepala Sekolah
Upaya pembinaan dan pengembangan karir Kepala Sekolah meliputi
penugasan, kenaikan pangkat, dan promosi, serta harus sejalan dengan
jenjang jabatan fungsional Guru. Kenaikan pangkat dilakukan melalui 2
(dua) jalur: (1) kenaikan pangkat melalui pengumpulan angka kredit, (2)
kenaikan pangkat karena prestasi kerja atau dedikasi luar biasa.
Kepala sekolah yang memenuhi persyaratan dan memiliki prestasi kerja
minimal “Baik” dapat dipromosikan menjadi pengawas sekolah.
G. Pemberhentian
Kepala Sekolah dapat diberhentikan dari penugasan karena:
1. mengundurkan diri;
2. mencapai batas usia pensiun Guru;
3. diangkat pada jabatan Iain;
4. tidak mampu secara jasmani dan/atau rohani sehingga tidak dapat
menjalankan kewajibannya;
5. dikenakan sanksi hukum berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memiliki kekuatan hukum tetap;
6. hasil penilaian prestasi kerja kurang dari sebutan "Baik";
7. tugas belajar 6 (enam) bulan berturut-turut atau lebih;
8. menjadi anggota partai politik;
9. menduduki jabatan negara;
10. meninggal dunia; dan/atau
11. berakhirnya periodisasi penugasan Kepala Sekolah.
Secara administratif, usulan pemberhentian Kepala Sekolah pegawai negeri
sipil disampaikan oleh kepala Dinas Provinsi atau Dinas Kabupaten/Kota
kepada pejabat pembina kepegawaian. Sedangkan usulan pemberhentian
Kepala Sekolah bukan pegawai negeri sipil yang bertugas pada satuan
-12-
pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat ditetapkan oleh
pemimpin penyelenggara satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh
masyarakat dan dilaporkan kepada kepala Dinas Provinsi atau Dinas
Kabupaten/Kota sesuai dengan kewenangannya.
Kepala Sekolah yang diangkat kembali menjadi Guru wajib mengikuti
program orientasi apabila pemberhentiannya sebagai Kepala Sekolah
disebabkan oleh:
1. hasil penilaian prestasi kerja tidak mencapai dengan sebutan paling
rendah “Baik”;
2. tugas belajar 6 (enam) bulan berturut-turut atau lebih; atau
3. menduduki jabatan negara;
Program orientasi tersebut bertujuan untuk memastikan kesiapan Kepala
Sekolah untuk ditugaskan kembali menjadi Guru secara profesional.
Program orientasi tersebut dilakukan oleh Dinas Provinsi atau Dinas
Kabupaten/Kota sesuai dengan kewenangannya dengan ketentuan sebagai
berikut:
1. bagi Kepala Sekolah yang diberhentikan karena tugas belajar 6 (enam)
bulan berturut-turut atau lebih dan kembali menjadi Guru, maka
yang bersangkutan harus mengikuti pembinaan oleh pengawas
sekolah dan/atau Kepala Sekolah yang dilakukan selama 3 (tiga)
bulan pertama bertugas sebagai Guru yang dibuktikan dengan
menunjukkan jurnal harian.
-13-
JURNAL HARIAN PEMBINAAN KEPALA SEKOLAH YANG KEMBALI
MENJADI GURU
NO. HARI/
TANGGAL KEGIATAN MATERI KETERANGAN
TANDA
TANGAN
PEMBINA
Pengawas Sekolah, Kepala Sekolah, Guru yang dibina,
nama jelas nama jelas nama jelas
-14-
2. bagi Kepala Sekolah yang diberhentikan karena hasil penilaian
prestasi kerja tidak mencapai dengan sebutan paling rendah “Baik”
atau menduduki jabatan negara, maka yang bersangkutan harus
mengikuti:
a. pembinaan oleh pengawas sekolah dan/atau Kepala Sekolah
yang dilakukan selama 3 (tiga) bulan pertama bertugas sebagai
Guru yang dibuktikan dengan menunjukkan jurnal harian; dan
b. mengikuti kegiatan penyegaran 4 (empat) dimensi Kompetensi
sebagai Guru melalui kegiatan KKG/MGMP yang dilaksanakan
selama 1 (satu) semester yang dibuktikan dengan
sertifikat/berita acara/surat keterangan dan daftar hadir.
Bagi Kepala Sekolah yang diberhentikan sebagaimana dimaksud pada
angka 1 dan angka 2 yang telah menunjukkan bukti pelaksanaan program
orientasi sebagaimana dimaksud pada angka 1 dan angka 2 huruf a dan
huruf b, dapat diangkat kembali menjadi Guru dan berkewajiban
melaksanakan tugas sebagai Guru serta memperoleh hak Guru sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
DIREKTUR JENDERAL,
TTD
SUPRIANO
NIP. 196208161991031001
Salinan sesuai dengan aslinya
Kepala Bagian Hukum, Tata Laksana, dan Kepegawaian,
Sekretariat Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
TTD
Temu Ismail
NIP. 197003072002121001
-1-
SALINAN
LAMPIRAN V
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL GURU DAN
TENAGA KEPENDIDIKAN
NOMOR 26017/B.B1.3/HK/2018
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS PENUGASAN GURU SEBAGAI
KEPALA SEKOLAH
PENGUATAN KEPALA SEKOLAH
A. Tujuan
Penguatan Kepala Sekolah adalah pendidikan dan pelatihan (diklat) yang
bertujuan untuk memperkuat Kompetensi Kepala Sekolah yang belum
pernah mendapatkan Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Pelatihan
(STTPP) Kepala Sekolah. Kepala sekolah yang dapat mengikuti penguatan
Kepala Sekolah adalah Kepala TK/TKLB, SD/SDLB, SMP/SMPLB,
SMA/SMALB, dan SMK/SMKLB yang telah diangkat sebelum
diundangkannya Permendikbud No 6 tahun 2018 tertanggal 9 April 2018.
Hal ini dibuktikan dengan foto copy SK Kepala Sekolah yang dilegalisir oleh
Kepala Dinas provinsi, Dinas Kabupaten/Kota, atau Pejabat yang
berwenang dan bagi Kepala Sekolah pada satuan pendidikan yang
diselenggarakan oleh masyarakat dilegalisasi oleh penyelenggara satuan
pendidikan oleh masyarakat.
B. Mekanisme
Diklat penguatan Kepala Sekolah merupakan kegiatan tatap muka. Model
ini dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang terpadu antara
aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap dengan pengalaman empirik
sesuai dengan karakteristik peserta diklat.
Kegiatan ini diselenggarakan dalam durasi 71 (tujuh puluh satu) jam
dengan @45 menit tiap jam pelajaran.
-2-
1. Struktur program diklat penguatan Kepala Sekolah adalah sebagai
berikut:
NO MATA DIKLAT *JUMLAH JP
A
UMUM
1 Kebijakan Kementerian 3
2 Kebijakan Pemerintah Daerah 1
B INTI
1 Manajerial
1 .1
Teknis Analisis Manajemen, RKS dan
Keuangan 12
1.1.1 . Teknis Analisis Manajemen
1.1.2. Pengembangan RKS dan Pelaporan
1.1.3. Pengelolaan Keuangan
1.2 Pengelolaan Sumber Dana 13
1.2.1.Pengelolaan Kurikulum
1.2.1.Pengeloıaan PTK
1.2.3.Pengelolaan Peserta Didik
1.2.4.Pengelolaan Sarana Prasarana
2 Supervisi Guru dan Tendik 15
2.1 Supervisi dan PK Guru
2.2 Supervisi dan PK Tendik
2.3 Rencana PKB
3 Kepemimpinan dan Kewirausahaan 12
3.1 Kepemimpinan Perubahan
3.2 Pengembangan Kewirausahaan
4 Pengembangan sekolah berdasarkan 8 SNP 9
c PENUNJANG
1 Pre Test dan Post Test 2
2 Literasi Digital 2
3 Orientasi Program 1
4 Evaluasi 1
Jumlah JP 71
-3-
Pada akhir kegiatan peserta diklat menyusun rencana pengembangan
sekolah berdasarkan hasil analisis capaian 8 Standar Nasional
Pendidikan (SNP) yang dapat diimplementasikan di sekolah.
2. Deskripsi Mata Diklat Penguatan Kepala Sekolah
NO MATA DIKLAT TUJUAN INSTRUMENT
MATERI DIKLAT URAIAN
UMUM
1 Kebijakan
Kementerian
Pendidikan dan
Kebudayaan
1. Memahami arah
kebijakan berkaitan
dengan program
pengembangan dan
pemberdayaan
Kepala Sekolah
1. Peraturan
Pemerintah No.19
tahun 2017 pasal
19 ayat 1 butir b,
Pasal 54 ayat 1.
2. Permendiknas No
13 tahun 2007
tentang
Kompetensi kepala
Sekolah dan
3. Permendikbud
Nomor 6 tahun
2018 tentang
penugasan Guru
sebagai Kepala
Sekolah.
2 Kebijakan
Pemerintah
Daerah
Memahami arah
kebijakan berkaitan
dengan program
penguatan Kepala
Sekolah di Provinsi/
Kab/Kota
Kebijakan Pemerintah
Daerah tentang
Program Penguatan
Kepala Sekolah
INTI
1 Manajerial
Teknis Analisis
Manajemen,
RKS dan
Keuangan
1. Untuk
meningkatkan
Kompetensi Kepala
Sekolah dalam
melakukan teknis
analisis/Evaluasi
Diri sekolah untuk
menentukan
rekomendasi
1. Teknis analisis
manajemen dan
Evaluasi Diri
Sekolah (EDS)
2. Pengembangan
program dan
kegiatan
berdasarkan
rekomendasi 8 SNP
1. Melakukan
kajian terhadap
hasil evaluasi
diri sekolah atau
analisis SWOT
2. Menyusun rekap
rekomendasi,
menentukan
skala prioritas,
-4-
NO MATA DIKLAT TUJUAN INSTRUMENT
MATERI DIKLAT URAIAN
2. Meningkatkan
Kompetensi Kepala
Sekolah
mengembangkan
program dan
kegiatan
berdasarkan
rekomendasi 8 SNP
(RKS)
3. Meningkatkan
Kompetensi Kepala
Sekolah dałam
penerapan prinsip
pengelolaan
keuangan
3. Pengelolaan
Keuangan sekolah
meyusun
program dan
kegiatan
3. Menyusun RKAS
berdasarkan
rekomendasi
EDS
Pengelolaan
Sumber Daya
1. Meningkatkan
Kompetensi Kepala
Sekolah dalam
melakukan
pengelolaan
kurikulum
2. Meningkatkan
Kompetensi Kepala
Sekolah dalam
melakukan
pengelolaan
pendidik dan tenaga
kependidikan
3. Meningkatkan
Kompetensi Kepala
Sekolah dalam
melakukan
pengelolaan sarana
dan prasarana
4. Meningkatkan
Kompetensi Kepala
Sekolah dalam
melakukan
pengelolaan peserta
didik
1. Pengelolaan
Kurikulum
2. Pengelolaan
Pendidik dan Tenaga
Kependidikan
3. Pengelolaan Sarana
dan Prasarana
4. Pengelolaan Peserta
Didik
1. Mengkaji
kurikulum
sekolah
Dokumen 1, 2,
dan 3
2. Kualifikasi dan
Kompetensi
tenaga
kependidikan
(Ka
perpustakaan,
Ka
Laboratorium,
Ka TAS)
3. Pengadaan,
inventarisasi,
pemetaan,
penggunaan,
pemeliharaan
dan
penghapusan
4. Perencanaan,
penempatan
dan
pengembangan
kapasitas
peserta didik
-5-
NO MATA DIKLAT TUJUAN INSTRUMENT
MATERI DIKLAT URAIAN
2. Supervisi Guru
dan Tendik
1. Meningkatkan
Kompetensi Kepala
Sekolah dalam
melaksanakan
supervisi akademik
2. Meningkatkan
Kompetensi Kepala
Sekolah dalam
melaksanakan
Penilaian Kinerja
Guru (PKG)
3. Meningkatkan
Kompetensi Kepala
Sekolah dalam
melaksanakan
supervisi tendik
4. Meningkatkan
Kompetensi Kepala
Sekolah dalam
melaksanakan
penilaian kinerja
tendik
5. Meningkatkan
Kompetensi Kepala
Sekolah dalam
perencanaan PKB
1. Supervisi dan PK
Guru
2. Supervisi dan PK
Tendik
3. Rencana PKB
1. Konsep, prinsip,
teknik, dan
langkah-langkah
supervisi
akademik
2. Konsep PKG,
pemahaman
instrumen,
pelaksanaan
PKG dan
menghitung
angka kredit
tahunan
3. Konsep penilaian
kinerja tendik,
pemahaman
instrumen,
pelaksanaan
penilaian kinerja
tendik
4. Konsep ruang
lingkup, prinsip,
mekanisme dan
perencanaan
kebutuhan PKB
3. Kepemimpinan
dan
Kewirausahaan
1. Untuk
meningkatkan
kemampuan
memimpin sekolah
dengan
mengembangkan
Kompetensi
kepribadian dan
sosial Kepala
Sekolah.
2. Untuk
meningkatkan
Kompetensi Kepala
Sekolah dalam
mengembangkan
sekolah
Kepemimpinan
Perubahan
Pengembangan
Kewirausahaan:
Identifikasi Potensi
Kemitraan
-6-
NO MATA DIKLAT TUJUAN INSTRUMENT
MATERI DIKLAT URAIAN
4 Pengembangan
Sekolah
(berdasarkan 8
SNP)
Meningkatkan
kemampuan Kepala
Sekolah dalam
menyusun program
pengembangan sekolah
Rencana Tindak Lanjut
Pengembangan Sekolah
Identifikasi
permasalahan 8
SNP, penyusunan
rencana
pengembangan
sekolah,
pelaksanaan dan
pelaporan
pengembangan
sekolah
PENUNJANG
1 Pre Test dan Post
Test
Mengetahui
pencapaian
peningkatan
Kompetensi Kepala
Sekolah
Instrumen Pre Test
Instrumen Post Test
2 Literasi Digital Meningkatkan
pemahaman dan
keterampilan peserta
tentang literasi digital
bagi Kepala Sekolah
Pengertian literasi
digital,
karakteristik
sekolah dengan
literasi digital,
tindakan Kepala
Sekolah dalam
pengembangan
literasi di ital
3 Orientasi
Program
Memahami struktur
program, strategi
pembelajaran, model
pelatihan, penilaian
dan kelulusan dalam
diklat penguatan
Kepala Sekolah
4 Evaluasi Mengetahui kualitas
penyelenggaraan
pelatihan dan
3. Penceramah Diklat dan Pengajar Diklat Penguatan Kepala Sekolah
Diklat penguatan KS diselenggarakan oleh LPPKS dan/atau LPD yang
telah ditetapkan oleh Direktur Jenderal Guru dan Tenaga
Kependidikan. Adapun Penceramah Diklat dan pengajar yang terlibat
pada diklat penguatan Kepala Sekolah adalah sebagai berikut:
-7-
a. Penceramah Diklat
1) Pejabat struktural di lingkungan Kementerian.
2) Pejabat di lingkungan Pemerintah Provinsi,
Kabupaten/Kota, Penyelenggara satuan pendidikan yang
diselenggarakan oleh masyarakat.
b. Pengajar
Pengajar Diklat Penguatan Kepala Sekolah adalah unsur
Direktorat Jenderal, Kementerian, widyaiswara, dan dosen yang
ditugaskan Direktorat Jenderal, yang telah mengikuti TOT
Diklat Penguatan Kepala Sekolah, dan dinyatakan Iulus
(dibuktikan dengan sertifikat pengajar diklat penguatan
sekolah) yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal, terdiri atas:
1) Widyaiswara adalah widyaiswara LPPKS, Pusat
Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan (P4TK), Lembaga Pengembangan
Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Kelautan, Perikanan, dan Teknologi Komunikasi (LP3TK
KPTK), Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP), dan
Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Daerah
(BPSDMD), dengan persyaratan:
a) pengalaman minimal 3 (tiga) tahun menjadi
widyaiswara,
b) memiliki kualifikasi akademik minimal S2 (diutamakan
dari bidang ilmu keguruan/ pendidikan),
c) diutamakan pernah menjadi Guru atau Kepala Sekolah,
dan atau pengawas sekolah sebelum menjabat sebagai
Widyaiswara,
2) Pengawas Sekolah dengan persyaratan:
a) pengalaman minimal 3 (tiga) tahun menjadi pengawas
sekolah,
b) pernah menjabat sebagai Kepala Sekolah minimal 1
periode (4 tahun),
c) kualifikasi pendidikan minimal S2,
-8-
d) diutamakan memiliki sertifikat Master Trainer Diklat
Calon Kepsek oleh LPPKS
e) diutamakan pernah menjuarai Kepala Sekolah atau
pengawas sekolah berprestasi (tingkat provinsi atau
nasional)
f) diutamakan pernah menjuarai lomba best practice
tingkat nasional
3) Dosen dengan persyaratan:
Kualifikasi pendidikan minimal S2 dengan latar belakang
ilmu keguruan dan ilmu pendidikan.
4) Pengembang bahan ajar penguatan Kepala Sekolah
Pengembang bahan ajar penguatan Kepala Sekolah secara
otomatis memiliki hak yang sama untuk menjadi pengajar
diklat penguatan Kepala Sekolah.
4. Strategi Pelaksanaan dan Alur kegiatan
Kegiatan selama Diklat Penguatan Kepala Sekolah berlangsung
melalui tahap-tahap sebagai berikut:
-9-
5. Rambu-Rambu Pelaksanaan Diklat
a. Peserta Diklat Penguatan Kepala Sekolah wajib menggunakan
bahan pembelajaran yang disiapkan oleh Direktorat Jenderal.
b. Pembelajaran Pengembangan Sekolah menggunakan bahan
penunjang video profil sekolah dalam pemenuhan 8 SNP untuk
jenjang TK/ SD/SMP/SMA dan SMK yang disiapkan oleh
Direktorat Jenderal sebagai referensi dalam materi penyusunan
rencana pengembangan sekolah.
c. Diklat Penguatan Kepala Sekolah menggunakan pendekatan
andragogi dan kontekstual dengan metode: problem-solving,
diskusi, presentasi, dan lain-lain yang sesuai dengan
permasalahan di sekolah peserta diklat.
d. Diklat Penguatan Kepala Sekolah dilaksanakan dengan tahapan
kegiatan awal, inti dan akhir.
e. Penilaian terhadap peserta diklat dilakukan oleh pengajar dengan
menggunakan instrumen penilaian yang telah ditetapkan oleh
Direktorat Jenderal;
f. Peserta dinyatakan LULUS jika memperoleh nilai minimal 71;
g. Peserta yang dinyatakan TIDAK LULUS diberi kesempatan
mengikuti kembali diklat penguatan Kepala Sekolah paling
banyak dua kali;
h. Panduan Diklat Penguatan Kepala Sekolah ditetapkan dan
dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal. Pengaturan jadwal
disepakati dengan Dinas Provinsi, Dinas Kabupaten/Kota, atau
Penyelenggara satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh
masyarakat;
i. Pada akhir kegiatan Diklat Penguatan Kepala Sekolah peserta
menyusun rencana pengembangan sekolah berdasarkan 8 SNP
yang rendah dan harus dilaksanakan di sekolah masing-masing
setelah diklat selesai diselenggarakan;
j. Pendampingan pelaksanaan program pengembangan sekolah
diserahkan kepada Dinas provinsi, Dinas Kabupaten/Kota, atau
Penyelenggara satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh
masyarakat;
k. Peserta wajib mengumpulkan laporan pelaksanaan program
pengembangan sekolah paling lama 4 (empat) minggu ke Dinas
-10-
provinsi, Dinas Kabupaten/Kota, atau Penyelenggara satuan
pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat.
6. Jadwal Kegiatan
Contoh: Jadwal Diklat Penguatan Kepala Sekolah
No Waktu Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari
Ke-1 Ke-2 Ke-3 Ke-4 Ke-5 Ke-6 Ke-7
1 07.30- 08.15 C E I K M O
2 08.15- 09.00 C F I K M O
3 09.00- 09.45 C F I K N O
09.45-10.00 İSTİRAHAT
4 10.00- 10.45 A D G J K N O
5 10.45- 11.30 A D G J L N O
6 11.30- 12.15 A D G J L N O
12.15- 13.15 ISHOMA
7 13.15- 14.00 B D G J L N P
8 14.00- 14.45 R D G K M N S
9 14.45- 15.30 P D G K M O
15.30- 16.00 ISTIRAHAT
10 16.00- 16.45 Q E H K M O
11 16.45- 17.30 Q E H K M O
8 11 11 11 11 11 8
Keterangan
A. Kebijakan Kementerian (3 JP)
B. Kebijakan Pemerintah Daerah (1 JP)
C. Teknik Analisis Manajemen (3 JP)
D. Pengembangan RKS dan Pelaporan (6 JP)
E. Pengelolaan Keuangan (3 JP)
F. Pengelolaan Kurikulum (2 JP)
G. Pengeıoıaan PTK (6 J?)
H. Pengelolaan Peserta Didik (2 JP)
I. Pengelolaan Sarana Prasarana (3 JP)
J. Supervisi dan PK Guru (4 JP)
K. Supervisi dan PK Tendik (8 JP)
L. Rencana PKB (3 JP)
M. Kepemimpinan Perubahan (6 JP)
N. Pengembangan Kewirausahaan (6 JP)
O. Pengembangan sekolah berdasarkan 8 SNP (9 JP)
P. Pre dan Post Test (2 JP)
Q. Literasi Digital (2 JP)
R. Orientasi Program (1 JP)
S. Evaluasi (1 JP)
7. Penilaian
Penilaian di dalam diklat penguatan Kepala Sekolah terdiri atas
penilaian peserta diklat, penyelenggaraan kegiatan, dan pengajar.
a. Penilaian Peserta Diklat
-11-
Penilaian peserta diklat penguatan Kepala Sekolah adalah proses
pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan
pencapaian hasil belajar peserta diklat. Penilaian peserta diklat
mencakup pengetahuan, sikap dan keterampilan.
1) Penilaian Pengetahuan
Penilaian pengetahuan dalam juknis ini adalah proses
pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur
proses dan hasil pencapaian Kompetensi peserta diklat yang
berupa kombinasi penguasaan proses kognitif (kecakapan
berpikir) mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis,
mengevaluasi, dan mengkreasi dengan pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural, maupun metakognitif. Penilaian
aspek pengetahuan dilakukan melalui Post Test dengan
bobot 30%.
2) Penilaian Sikap
Penilaian sikap dilakukan oleh pengajar melalui pengamatan
implementasi nilai-nilai karakter selama proses
pembelajaran untuk setiap mata diklat. Penilaian sikap
memiliki bobot 30%. Penilaian sikap disesuaikan dengan
karakteristik materi diklat.
No Mata Diklat Nilai Karakter yang diamati
1 Teknis Analisis Manajemen
KEMANDIRIAN: a. Kreatif b. Teguh Prinsip
INTEGRITAS: a. Disiplin b. Tanggung jawab menyelesaikan tugas
GOTONG ROYONG: a. Kerjasama b. Aktif diskusi
2 Pengembangan RKS dan Pelaporan
GOTONG ROYONG: a. Kerjasama b. Aktif diskusi
INTEGRITAS: a. Disiplin b. Tanggung jawab menyelesaikan tugas
3 Pengelolaan Keuangan
RELIGIUSITAS: a. Peduli b. Percaya Diri
INTEGRITAS: a. Jujur b. Tanggung jawab
4 Pengelolaan Kurikulum
INTEGRITAS: a. Disiplin b. Tanggung jawab menyelesaikan tugas
KEMANDIRIAN: a. Kreatif b. Teguh Prinsip
-12-
No Mata Diklat Nilai Karakter yang diamati
5 Pengelolaan Peserta Didik
INTEGRITAS: a. Disiplin b. Tanggung jawab menyelesaikan tugas
GOTONG ROYONG: a. Kerjasama b. Aktif diskusi
6 Pengelolaan PTK
INTEGRITAS: a. Disiplin b. Tanggung jawab menyelesaikan tugas
GOTONG ROYONG: a. Kerjasama b. Aktif diskusi
7 Pengelolaan Sarana Prasarana
NASIONALISME: Taat Azas (peraturan)
INTEGRITAS: a. Disiplin b. Tanggung jawab menyelesaikan tugas
KEMANDIRIAN: a. Kreatif b. Teguh Prinsip
8 Supervisi dan PK Tendik
NASIONALISME: Taat Azas (peraturan)
KEMANDIRIAN: a. Kreatif b. Teguh Prinsip
9 Supervisi dan PK Guru
NASIONALISME: Taat Azas (peraturan)
KEMANDIRIAN: a. Kreatif b. Teguh Prinsip
10 Rencana PKB INTEGRITAS: a. Disiplin b. Tanggung jawab menyelesaikan tugas
GOTONG ROYONG: a. Kerjasama b. Aktif diskusi
11 Pengembangan Kewirausahaan
INTEGRITAS: a. Disiplin b. Tanggung jawab menyelesaikan tugas
KEMANDIRIAN: a. Kreatif b. Teguh Prinsip
12 Kepemimpinan Perubahan
INTEGRITAS: a. Disiplin b. Tanggung jawab menyelesaikan tugas
GOTONG ROYONG: a. Kerjasama b. Aktif diskusi
KEMANDIRIAN: a. Kreatif b. Teguh Prinsip
13 Pengembangan sekolah berdasarkan 8 SNP
NASIONALISME: Taat Azas (peraturan)
INTEGRITAS: a. Disiplin b. Tanggung jawab menyelesaikan tugas
KEMANDIRIAN: a. Kreatif b. Teguh Prinsip
-13-
3) Penilaian Keterampilan
Penilaian keterampilan dilakukan dengan mencermati
kemampuan peserta dalam menyelesaikan lembar kerja (LK)
pada setiap mata diklat. Penilaian keterampilan memiliki
bobot 40% dengan rincian distribusi jumlah LK pada setiap
mata diklat sebagai berikut:
No. Mata Diklat Penilaian
Keterampilan
1 Teknis Analisis Manajemen 2 LK
2 Pengembangan RKS dan Pelaporan 3 LK
3 Pengelolaan Keuangan 3 LK
4 Pengelolaan Kurikulum 2 LK
5 Pengelolaan Peserta Didik 2 LK
6 Pengelolaan PTK 5 LK
7 Pengelolaan Sarana Prasarana 1 LK
8 Supervisi dan PK Tendik 6 LK
9 Supervisi dan PK Guru 4 LK
10 Rencana PKB 2 LK
11 Pengembangan Kewirausahaan 3 LK
12 Kepemimpinan Perubahan 4 LK
13 Pengembangan sekolah berdasarkan 8 SNP 3 LK
4) Pengolahan Penilaian Hasil Akhir
Nilai akhir Diklat Penguatan Kepala Sekolah diperoleh dari
nilai sikap 30%, nilai keterampilan 40%, dan nilai
pengetahuan 30%.
NA = (0,3 x nilai sikap) + (0,4 x nilai ketrampilan) + (0,3 x
nilai pengatahuan)
5) Kriteria Kelulusan
ANGKA HURUF KETERANGAN KRITERIA
86 -100 A Sangat Memuaskan Lulus
71 - <86 B Memuaskan Lulus
<71 C Kurang Memuaskan Tidak Lulus
-14-
6) Alur Penilaian Peserta Diklat
NO PELAKSANAAN KEGIATAN BORANG
(CATATAN MUTU)
1 Admin
Mulai Format terstandar
Penilaian Diklat Pembagian Format
Diklat
2 Pengajar
Mengisi Format
Penilaian
Menyerahkan Format
Diklat yang telah diisi
3 Admin
Pengisian Format
Penilaian Diklat
Software
Pengimputan Nilai
Diklat.
Format Rekap Hasil
Nilai Diklat
Selesai
b. Evaluasi Penyelenggaraan Kegiatan, meliputi:
1) Program Kegiatan
a) Kejelasan tujuan kegiatan;
b) Relevansi kegiatan dengan kebutuhan peserta;
c) Sistematika penyajian materi;
d) Kelayakan alokasi waktu per sesi;
e) Nilai tambah dari materi sajian;
f) Ketercapaian tujuan kegiatan
2) Layanan Diklat
a) Fasilitas Pembelajaran
(1) Kondisi fasilitas ruang belajar,
(2) Perbandingan luas ruang belajar dengan jumlah
peserta,
(3) Ketersediaan alat tulis kelas, dan
(4) Ketersedian alat tulis untuk peserta,
(5) Kualitas bahan ajar.
b) Akomodasi
(1) Perlengkapan kamar (meja, kursi, almari, dll),
(2) Penerangan kamar,
(3) Kebersihan kamar,
(4) Perlengkapan kamar kecil (kamar mandi dan wc),
(5) Kebersihan kamar kecil,
-15-
(6) Ketersediaan air bersih di kamar kecil,
(7) Penerangan kamar kecil.
c) Konsumsi
(1) Kualitas menu makanan utama,
(2) Variasi menu makanan utama,
(3) Jumlah makanan utama,
(4) Kebersihan makanan utama,
(5) Kebersihan alat makan,
(6) Kebersihan ruang makan,
(7) Pelayanan petugas,
(8) Variasi kudapan,
(9) Jumlah kudapan,
(10) Pelayanan kudapan
(11) Variasi minuman,
(12) Jumlah minuman,
(13) Kebersihan alat minum, dan
(14) Kebersihan minuman.
3) Evaluasi Pengajar Diklat, meliputi:
a) Penguasaan materi;
b) Sistematika penyajian;
c) Kemampuan menyajikan;
d) Relevansi materi dengan tujuan;
e) Penggunaan metode dan media pembelajaran;
f) Penggunaan bahasa;
g) Nada dan suara;
h) Cara dan ketepatan menjawab pertanyaan peserta;
i) Kemampuan memotivasi peserta;
j) Gaya, sikap, dan perilaku;
k) Kerapian dalam berbusana/penampilan;
l) Ketepatan waktu, kehadiran dan penyajian materi;
m) Kerja sama antar pengajar
8. Pelaporan Diklat
Pada akhir pelaksanaan kegiatan diklat penguatan Kepala
Sekolah, panitia diwajibkan membuat laporan tertulis dan
https://ainamulyana.blogspot.com/
-16-
menyampaikannya kepada penanggung jawab kegiatan maksimal
2 (dua) hari setelah kegiatan berakhir.
9. Penerbitan STTPP
Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Pelatihan (STTPP) diterbitkan
oleh LPPKS/LPD bagi peserta yang menyelesaikan kegiatan dan
dinyatakan lulus yang ditandatangani oleh Direktur Jenderal Guru
dan Tenaga Kependidikan.
C. Supervisi Penyelenggaraan Diklat Penguatan Kepala Sekolah
LPPKS dalam hal melaksanakan Pendidikan dan Pelatihan Penguatan
Kepala Sekolah dapat bekerjasama dengan lembaga lain yang
menyelenggarakan diklat. Kerjasama dengan lembaga lain harus mendapat
persetujuan dari Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan.
LPPKS melakukan supervisi terhadap penyelenggaraan diklat yang
dilaksanakan oleh lembaga lain. Kegiatan supervisi ini dilakukan oleh
pengajar yang bertugas pada pelaksanaan diklat penguatan Kepala
Sekolah, yang selanjutnya disebut sebagai petugas supervisi.
Petugas supervisi pada Pendidikan dan Pelatihan Penguatan Kepala
Sekolah, menjalankan tugas selama 7 hari (jika peserta menginap) atau 8
hari (jika peserta tidak menginap). Petugas supervisi menggunakan
instrumen standar yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal untuk
mengumpulkan data selama pelaksanaan diklat tersebut. Instrumen ini
memuat indikator-indikator kepatuhan pada aspek administrasi panitia,
adminisrasi pengajar diklat, kurikulum diklat, kegiatan umum dan
penunjang, dan kegiatan inti. Indikator kepatuhan tersebut harus dipenuhi
oleh lembaga penyelenggara (terlampir).
Adapun rincian tugas petugas supervisi dalam Pendidikan dan Pelatihan
Penguatan Kepala Sekolah mulai dari persiapan sampai pada pemanfaatan
hasil supervisi adalah sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan
Langkah-langkah yang harus dilakukan oleh petugas supervisi pada
tahap persiapan adalah:
a. mencermati Juknis Diklat Penguatan Kepala Sekolah;
b. mencermati hasil supervisi pelaksanaan diklat sebelumnya (jika
sebelumnya sudah dilakukan supervisi);
https://ainamulyana.blogspot.com/
-17-
c. berkomunikasi dengan lembaga penyelenggara diklat tentang
tugas yang akan dilaksanakan terkait peran, waktu kedatangan,
dan indikator kepatuhan yang tertuang dalam instrumen
supervisi, maupun hal lain yang diperlukan;
d. mengirimkan surat tugas dan indikator kepatuhan, via pos
dan/atau email, kepada lembaga penyelenggara diklat.
2. Tahap Pelaksanaan
Satu hari sebelum pelaksanaan kegiatan (H-1), petugas supervisi
hendaknya menghubungi Penanggung jawab (Penjab) kegiatan untuk:
a. memastikan diterimanya indikator kepatuhan/ instrumen
supervisi yang telah dikirim;
b. menanyakan apakah ada hal-hal yang belum dipahami atau
perlu didiskusikan dari indikator/ instrumen tersebut;
c. menyampaikan tahapan kegiatan supervisi yang akan dilakukan
pada Diklat Calon Kepala Sekolah;
d. memohon izin kepada Penjab Diklat Calon Kepala Sekolah,
pengajar diklat maupun peserta untuk mengambil gambar, video
atau rekaman lain untuk kebutuhan supervisi;
e. mengajukan izin untuk menunjukkan hal-hal yang mungkin
perlu diperbaiki dalam proses seleksi akademik atau diklat;
f. memohon izin untuk menghubungi panitia dan/atau pengajar
diklat.
Setelah menghubungi Penanggungjawab, petugas supervisi
menghubungi panitia dan/atau pengajar diklat. Ada empat hal yang
perlu disampaikan yaitu:
a. menyampaikan tujuan kedatangan;
b. menyampaikan indikator yang menjadi fokus pengamatan
petugas supervisi;
c. memohon ijin kepada pengajar diklat untuk mengamati langsung
di dalam kelas maupun di luar kelas selama pelaksanaan
kegiatan;
d. memohon waktu pengajar diklat untuk bertemu/berkumpul
setelah selesai sesi setiap hari.
Pada saat pelaksanaan diklat (Hari H), petugas supervisi melakukan
kegiatan-kegiatan:
a. menghadiri acara pembukaan;
https://ainamulyana.blogspot.com/
-18-
b. mengamati proses diklat dari awal sampai kegiatan berakhir;
c. mengumpulkan bukti-bukti supervisi;
d. menganalisis hasil supervisi;
e. memberikan saran/ usulan perbaikan untuk peningkatan
kualitas diklat jika menemui hal-hal yang belum sesuai standar;
f. bertemu dengan pengajar diklat setelah selesai sesi setiap hari,
khususnya untuk mendiskusikan hal-hal yang perlu
ditingkatkan di hari berikutnya.
Saat kegiatan berakhir, petugas supervisi harus melakukan kegiatan-
kegiatan berikut:
a. menyampaikan laporan supervisi diklat secara lisan dan/atau
tulisan kepada Penjab PPCKS, panitia, dan pengajar diklat
dengan santun dengan niat membantu untuk meningkatkan
kualitas pelaksanaan diklat PPCKS.
b. menyusun laporan supervisi setelah kegiatan berakhir, paling
lambat H+3 setelah kegiatan diklat berakhir dan mengirim
laporan tersebut melalui email [email protected] atau laman
qa.lppks.org.
3. Tahap Pengolahan dan Analisis Hasil Supervisi
Petugas supervisi melaporkan hasil supervisi melalui email
[email protected] atau laman qa.lppks.org. LPPKS melalui Seksi
Peningkatan Kompetensi yang akan merekap hasil supervisi,
mengolah dan menganalisis data.
https://ainamulyana.blogspot.com/
-19-
4. Pemanfaatan Hasil Supervisi
Hasil analisis data akan digunakan untuk mengetahui tingkat
kepatuhan lembaga-lembaga yang bekerjasama dengan LPPKS melalui
persetujuan dari Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
dalam satu tahun anggaran. Sehingga diperoleh gambaran tentang
rapor kepatuhan dari tiap lembaga yang akan dijadikan dasar dalam
pembinaan secara berkelanjutan, maupun keberlangsungan
kerjasama dengan lembaga tersebut.
DIREKTUR JENDERAL,
TTD
SUPRIANO
NIP. 196208161991031001
Salinan sesuai dengan aslinya
Kepala Bagian Hukum, Tata Laksana, dan Kepegawaian,
Sekretariat Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
TTD
Temu Ismail
NIP. 197003072002121001
https://ainamulyana.blogspot.com/