BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1. Teori Umum
2.1.1 Studi Kelayakan
Menurut Umar (2007, p8), studi kelayakan bisnis merupakan
penelitian terhadap rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis layak
atau tidak layak bisnis dibangun, tetapi juga saat dioperasikan secara
rutin dalam rangka pencapaian keuntungan yang maksimal untuk waktu
yang tidak ditentukan, misalnya rencana peluncuran produk baru.
Menurut Kasmir dan Jakfar (2008, p6), studi kelayakan bisnis adalah
suatu kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang suatu usaha
atau bisnis yang akan dijalankan, dalam rangka menentukan layak atau
tidak usaha tersebut dijalankan. Layak disini diartikan juga akan
memberikan keuntungan tidak hanya bagi perusahaan yang
menjalankannya, tetapi juga bagi investor, kreditor, pemerintah dan
masyarakat luas.
Menurut Subagyo (2007, p6), studi kelayakan bisnis adalah studi
kelayakan yang dilakukan untuk menilai kelayakan dalam
pengembangan usaha.
Menurut Al Fatta (2007, p75-p77) proposal proyek harus dievaluasi
kelayakannya dari beberapa segi kelayakan, di antaranya:
10
2.1.1.1 Kelayakan Teknis
2 prinsip yang termasuk kelayakan teknis adalah efektifas dan
ketercukupan (adequacy). Efektif berarti proyek dapat mencapai
tujuan yang diharapkan. Langkah praktis untuk memprediksi
kelayakan teknis adalah dengan cara melihat apakah proyek ini secara
teknis dapat dilaksanakan ditempat lain atau tidak dengan
mempertimbangkan faktor-faktor lain disekitar tempat tersebut yang
ikut biasanya ikut mempengaruhi kelayakan suatu proyek.
Ketercukupan (adequacy) yang dimaksud adalah keadaan
dimana kemungkinan proyek untuk tidak dapat mencukupi hal-hal
yang tidak menjadi tujuan atau tidak cukup untuk mengatasi
permasalahan.
2.1.1.2. Kelayakan Operasional
Kelayakan operasional adalah indikator untuk mengukur
apakah suatu solusi yang ditawarkan akan berjalan dengan baik
dalam organisasi. Untuk disebut layak secara operasional, usulan
kebutuhan sistem harus benar-benar bisa menyelesaikan masalah
yang ada di sisi pemesan sistem informasi. Di samping itu, informasi
benar dibutuhkan oleh pengguna tepat pada saat pengguna
menginginkannya.
2.1.1.3 Kelayakan Ekonomi
Implementaasi sistim informasi adalah sebuah investasi,
sehingga jika manfaat yang diharapkan lebih kecil dari sumber-
sumber daya yang dikeluarkan, maka bisa dikatakan implementasi itu
kurang layak atau kurang bernilai. Oleh karena itu, sangat diperlukan
untuk perhitungan kelayakan ekonomi terlebih dahulu. Kelayakan
ekonomi adalah ukuran efektifitas biaya sebuah proyek atau
solusinya. Kelayakan ekonomi berhubungan dengan Return on
Investment atau berapa lama atau berapa lama biaya investasi dapat
kembali.
2.1.2. Enterprise Resource Planning (ERP)
Menurut Turban et al (2007, p248), ERP adalah sebuah
aplikasi berbasis komputer yang mengintegrasikan antara rencan,
manajemen dan penggunaan sumber daya didalam perusahaan yang
memiliki tujuan utama yaitu mengintegrasikan semua area fungsional
perusahaan. Tujuan utama ERP adalah mengintegrasikan semua
departemen dan arus informasi fungsional di seluruh perusahaan
kedalam semua sistim komputer yang dapat melayani semua
kebutuhan perusahaan.
Menurut O’Brien (2006, p230), ERP (Perencanaan Sumber
Daya Perusahaan) adalah sebuah software lintas fungsi terpadu yang
merekayasa ulang proses manufaktur, distribusi, keuangan, sumber
daya manusia, dan proses bisnis dasar lainnya dari suatu perusahaan
untuk memperbaiki efisiensi, kelincahan, dan profitabilitasnya. ERP
memberikan perusahan tampilan real time, terintegrasi atas proses
bisnis intinya yang disatukan oleh software aplikasi ERP dan
database umumnya yang dipelihara oleh DBMS (Database
Management System).
2.1.3. Open Source
Indrayanto et al. (2007, p1) memberikan penjelasan mengenai
OSS (Open Source Software) sebagai perangkat lunak yang
dikembangkan dengan source code yang terbuka. OSS identik dengan
Free Software.
Definisi open source harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Pendistribusian ulang secara bebas
2. Source code dari perangkat lunak harus disertakan atau
disimpan di tempat yang dapat diakses setiap orang,
misalnya melalui jaringan internet dimana setiap orang
dapat mengunduh program tanpa dikenakan biaya.
3. Hasil modifikasi source code atau turunan dari program
yang menggunakan lisensi open source, dapat
didistribusikan menggunakan lisensi yang sama seperti
program asalnya.
4. Lisensi pada open source tidak boleh menciptakan
diskriminasi terhadap pihak lain baik secara individu atau
kelompok.
5. Tidak boleh membatasi seseorang terhadap pemanfaatan
open source dalam suatu bidang tertentu.
6. Hak-hak yang dicantumkan pada program tersebut harus
dapat diterapkan pada semua yang menerima tanpa perlu
dikeluarkannya lisensi tambahan oleh pihak-pihak
tersebut.
7. Lisensi tersebut tidak diperbolehkan bersifat spesifik
terhadap suatu produk. Hak-hak yang tercantum pada
suatu program tidak boleh tergantung pada apakah
program tersebut merupakan bagian dari satu distribusi
perangkat lunak tertentu atau tidak. Sekalipun program
diambil dari distribusi tersebut dan digunakan atau
didistribusikan selaras dengan lisensi program itu, semua
pihak yang menerima harus memiliki hak yang sama
seperti pada pendistribusian perangkat lunak asalnya.
Dalam hal ini, yang perlu diperhatikan adalah bahwa
definisi free disini bukan berarti gratis, namun berarti bebas.
Definisi bebas ini dijabarkan ke dalam lima aktivitas, yaitu:
1. Kebebasan untuk mengedarkan program.
2. Kebebasan menjalankan program untuk keperluan apapun.
3. Kebebasan untuk mengakses source code program,
sehingga dapat mengetahui cara kerja program.
4. Kebebasan untuk memperbaiki program.
5. Kebebasan untuk memperdagangkan (menjual) program
baik secara langsung maupun tidak langsung.
2.2. Teori Khusus
2.2.1. Cost Benefit Analysis
Menurut Remenyi (2009, p232), Cost Benefit Analysis
didefinisikan sebagai sebuah proses membandingkan berbagai
macam biaya terkait dengan investasi untuk manfaat dan keuntungan
yang dikembalikan. Cost Benefit Analysis dilaksanakan untuk
mendemonstrasikan apakah sebuah investasi akan mengembalikan
keuntungan yang sesuai dalam rangka mempertimbangkan apakah
investasi tersebut tepat untuk digunakan.
Menurut Al Fatta (2007, p77) Cost Benefit Analysis atau
Analisis Biaya dan Manfaat tujuannya untuk memberikan gambaran
kepada pengguna apakah manfaat yang diperoleh dari sistem baru
“lebih besar” dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan. Pada
analisis biaya dan manfaat, terdapat beberapa metode kuantitatif yang
digunakan untuk menentukan standar kelayakan proyek.
2.2.1.1. Payback Period
Menurut Keown (2008, p57), Payback Period (periode
pengembalian) merupakan banyaknya tahun yang dibutuhkan untuk
mengembalikan pengeluaran kas yang pertama dari proyek
penganggaran modal. Kriteria ini digunakan untuk mengukur
seberapa cepat suatu proyek akan mengembalikan biaya investasi
awalnya sehubungan dengan arus kas bebas yang mengukur waktu
yang sebenarnya dari suatu manfaat dan bukan keuntungan akuntansi.
Contoh yang dikemukakan menurut Al Fatta (2007, p78) adalah
sebagai berikut:
Tabel 2. 1. Perhitungan Payback Period dalam rupiah
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa proyek mampu
membayar kembali investasi karena keuntungan bersih (kumulatif)
pada tahun ke-3 telah mencapai nilai (positif) 7.000.000. Dengan
demikian waktu pelunasan investasi tercapai pada tahun ke-3
Deskripsi Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3
Biaya Investasi 40.000.000
Biaya Operasional 10.000.000 10.000.000 10.000.000
Total Biaya 50.000.000 10.000.000 10.000.000
Pendapatan 20.000.000 34.000.000 23.000.000
Keuntungan Bersih (30.000.000) 24.000.000 13.000.000
Keuntungan Bersih
(Kumulatif)
(30.000.000) (6.000.000) 7.000.000
Tepatnya, jangka waktu pelunasan adalah: 2 + (13.000.000 –
7.000.000) / (13.000.000) = 2.46 tahun = (2 tahun + 5.5 bulan).
2.2.1.2. Net Present Value (NPV)
Nilai saat ini dari arus kas masuk dibandingkan dengan nilai
saat ini dari arus kas keluar pada suatu proyek. Selisih antara kedua
arus kas tersebut dikenal dengan istilah penghitungan metode Net
Present Value, yang dimana nantinya akan digunakan untuk
menentukan apakah proyek dan pengajuan investasi tertentu dapat
diterima atau tidak. (Noreen et al, 2010, p536).
Langkah-langkah dalam penerapan metode NPV yaitu
hitungan nilai sekarang dari setiap arus kas, baik arus kas masuk
maupun arus kas keluar, dengan faktor diskon sebesar biaya modal
proyek.
Gambar 2. 1. Rumus NPV
Lebih lanjut dijelaskan oleh Noreen et al. (2010, p537), ada
tiga tipe kondisi untuk Net Present Value yaitu jika hasilnya:
Tabel 2. 2. Perhitungan NPV
t – arus waktu kas
i – suku bunga diskonto yang digunakan
Menurut Moyer et al. (2008, p339) dan didukung oleh
Subagyo (2007, p212), terdapat kelebihan dan kelemahan dari NPV
yaitu sebagai berikut:
Kelebihan NPV
a. Memperhitungkan nilai waktu dari uang atau arus kas.
b. Menyediakan kriteria pengembalian investasi yang objektif untuk
tujuan pengambilan keputusan apakah akan diterima atau ditolak
nantinya.
c. Pendekatan konseptual yang paling mendekati keadaan
perhitungan sebenarnya yang terjadi.
d. Memperhitungkan nilai uang karena faktor waktu sehingga lebih
realistis terhadap perubahan harga.
e. Memperhitungkan arus kas selama usia ekonomis proyek.
Bila Berarti Maka
NPV>0 Investasi yang dilakukan
memberikan manfaat bagi
perusahaan
Proyek bisa dijalankan
NPV<0 Investai yang dilakukan akan
memberikan kerugian bagi
perusahan
Proyek ditolak
NPV=0 Investasi yang dilakukan tidak
mengakibatkan perusahaan
untung atau rugi
Proyek dilaksanakan atau tidak,
tidak berpengaruh pada
keuangan perusahaan.
f. Memperhitungkan adanya nilai sisa proyek.
Kelemahan NPV
a. Lebih sulit dalam penggunaanya, karena nilai pengembalian
adalah dalam kisaran mata uang tertentu, bukan berdasarkan %
(persentase).
b. Lebih sulit dalam penggunaan perhitungan.
c. Derajat kelayakan selain dipengaruhi arus kas juga oleh faktor
usia ekonomis proyek.
2.2.1.3. Return On Investment (ROI)
Menurut Schniederjans et al. (2010, p129-p130). Return On
Investment (ROI) atau Rate of Return adalah perhitungan yang
didasarkan pada perbandingan estimasi keuntungan yang didapatkan
dengan estimasi biaya dari investasi yang dilakukan. Keuntungan
yang diperoleh atau yang hilang dapat diidentifikasikan sebagai
bunga, laba, pendapatan bersih atau rugi. Biaya yang dikeluarkan
untuk investasi dapat berupa harta atau modal. Dalam penulisannya
ROI menggunakan presentase bukan nilai desimal. Hasil akhir dari
ROI adalah suatu keputusan yang jika tingkat pengembalian dari
investasi lebih besar daripada opportunity cost (biaya tak terduga /
biaya yang nilainya bertambah karena risiko atas investasi yang
dilakukan) maka investasi tersebut sebanding dengan biaya yang
dikeluarkan dan layak untuk dipertimbangkan.
Gambar 2. 2. Rumus ROI
Menurut Al Fatta (2007, p78) Return on Investment (ROI)
adalah besarnya keuntungan yang bisa diperoleh (dalam %) selama
periode waktu yang telah ditentukan untuk menjalankan proyek. Jika
nilai ROI bernilai positif maka ROI akan dianggap layak, jika
bernilai negatif maka akan dianggap tidak layak.
2.2.1.4. Profitability Index
Menurut Moyer et al. (2008, p330) Profitability Index (PI)
dapat diinterpretasikan sebagai pengembalian (return) atas present
value untuk setiap uang yang telah dikeluarkan pada investasi awal,
sedangkan sebagai perbandingannya NPV melakukan pendekatan
dengan mengukur jumlah pengembalian (return) untuk semua uang
yang telah dikeluarkan.
Gambar 2. 3. Rumus Profitability Index
Adapun aturan untuk PI adalah sebagai berikut:
1. Proyek dinilai layak atau dipertimbangkan untuk disetujui jika PI
> 1.
2. Proyek dinilai tidak layak atau dipertimbangkan untuk tidak
disetujui jika PI < 1
2.2.1.5. B/C Ratio
Menurut Phillips & Zúñiga (2008, p59), B/C Ratio adalah
metode yang membandingkan manfaat (benefit) dari satu
perencanaan proyek dengan biaya yang dikeluarkannya. B/C Ratio
dikenal juga dengan istilah BCR dimana penghitungan dari BCR
adalah benefit/cost.
Gambar 2. 4. Rumus B/C Ratio
Contohnya dalam penghitungan sederhana sebagai berikut:
Manfaat yang sudah dihitung nilainya adalah Rp. 20,000,000
sedangkan biaya yang dikeluarkan adalah Rp. 4.000,000.
BCR = 20,000,000/4,000,000 = 5
Dari hasil diatas maka dapat disimpulkan bahwa BCR
memiliki rasio 5:1 yang berarti setiap biaya Rp. 1,- yang dikeluarkan
untuk proyek akan mengembalikan manfaat sebanyak Rp. 5,-
terhadap perusahaan.
2.2.2. Fit/Gap Analysis
Menurut Hoffman dan Bateson (2006, p334), Gap Analysis adalah
suatu alat yang digunakan untuk mengetahui mengenai kondisi aktual yang
sedang berjalan disuatu perusahaan, untuk kemudian dibandingkan dengan
sumber daya perusahaan tersebut. Hal tersebut dilakukan agar dapat
mengetahui apakah perusahaan tersebut sudah memanfaatkan sumber daya
yang dimilikinya secara optimal. Laporan fit/gap menggambarkan perbedaan
antara kinerja perusahaan dengan kinerja optimal.
Fit/Gap analysis digunakan untuk mengevaluasi setiap area
fungsional alam sebuah proyek bisnis atau proses bisnis untuk mencapai
tujuan tertentu. Hal yang dimaksud adalah mengidentifikasi komponen atau
data penting dari sistem apakah fit (sesuai) atau gap (ketidaksesuaian)
terhadap perusahaan sehingga perlu suatu solusi alternatif. Teknik ini
mengacu pada beberapa tujuan, namun pada akhirnya semua terfokus pada
penentuan untuk mencapai jalan terbaik dalam sebuah organisasi. Langkah
dalam metode Fit / Gap analysis ada 3 yaitu:
2.2.2.1. Ranking Requirement
Persyaratan diidentifikasi berdasarkan skala prioritasnya. Hal
ini memungkinkan tim proyek dan sponsor untuk memastikan bahwa
semua proses bisnis yang penting dapat dipenuhi selama
implementasi sistem yang baru. Selain itu tim proyek dapat fokus
pada bidang-bidang penting untuk organisasi dan juga menyoroti di
mana fungsi baru tersebut dapat menjadi nilai tambah bagi
perusahaan, meningkatkan proses bisnis, mewujudkan efisiensi dan
meningkatkan hasil pelaporan.
Tabel 2. 3. Ranking Requirement dalam Analisa Fit/Gap
Rank Keterangan
H High / Mission Critical Requirements Merupakan
persyaratan yang sangat krusial bagi sebuah proses bisnis di
perusahaan, tanpa hal ini, maka perusahaan tidak dapat
menjalankan fungsinya, termasuk juga pelaporan internal dan
eksternal yang penting.
M Medium / Value Added Requirements Persyaratan yang jika
dapat ditemukan dan diketahui, dapat meningkatkan proses di
perusahaan tersebut. Persyaratan tersebut terkadang dilihat
dari proses bisnis yang sekarang berjalan, namun tidak
termasuk dalam hal yang krusial bagi perusahaan
L Low / Desirable Requirements Merupakan persyaratan yang
sepertinya baik jika dimiliki, tapi jika ditelusuri lebih jauh,
ternyata hanya menambah hal yang tidak signifikan bagi
proses bisnis perusahaan, hal ini sering ditemui di sekitar
tempat kerja atau saat proses bisnis mulai berubah.
2.2.2.2. Degree of Fit
Merupakan langkah dimana ditentukan seberapa besar tingkat
fit (kesesuaian) antara kebutuhan pelanggan dengan akomodasi yang
ditawarkan pada aplikasi yang dianalisis.
Tabel 2. 4. Degree of Fit
2.2.2.3. Gap Resolution
Ketika terjadi gap maka tim yang menangani proyek tersebut
akan memberikan alternatif dan rekomendasi solusi untuk
menyelesaikan gap, namun hal yang perlu diingat adalah, jika
Kode Keterangan
F Fit : Software memiliki fungsi yang dapat memenuhi kebutuhan
yang diajukan perusahaan.
G Gap : Software sama sekali tidak memiliki fungsi yang dapat
memenuhi kebutuhan yang diajukan perusahaan, sehingga perlu
diambil langkah berupa permberian atau pembuatan komentar,
saran alternatif, serta rekomendasi dan kemungkinan besar akan
mengarah pada pengajuan untuk kustomisasi software.
P Partial Fit : Software memiliki fungsi yang dapat memenuhi
kebutuhan perusahaan namun tidak begitu signifikan sesuai yang
diharapkan, tapi dengan tambahan atau sedikit kustomisasi maka
software dipastikan dapat mengakomodasi secara penuh
kebutuhan tersebut.
semakin banyak kustomisasi yang mengakibatkan perubahan pada
aplikasi, maka biaya implementasi akan semakin besar dan akan
memberikan dampak negatif terhadap software tersebut terutama
untuk update ke versi yang lebih baru. Adapun langkah yang
dilakukan untuk menyelesaikan Gap Resolution :
a. Package Work Around
Tim akan mengidentifikasi cara alternatif dari vendor
untuk mencapai persyaratan yang dibutuhkan saat pembelian
software.
b. Make The Business Fit The Package
Jika langkah yang sebelumnya tidak berhasil, maka
tim akan merekomendasikan perubahan potensial, dimana
proses bisnis akan disesuaikan dengan software.
c. Customization as a Last Resort
Langkah terakhir harus dipertanyakan adalah apakah
kustomisasi memang benar-benar diperlukan, jika jawabannya
iya, maka lebih baik membangun fungsi baru secara eksternal
atas software tersebut dan antarmuka yang baru (sebagai baut)
dibandingkan memodifikasi software itu secara keseluruhan.
2.2.3. Compiere
Berdasarkan http://www.compiere.com/, Compiere adalah software
dengan lisensi open source untuk ERP dan customer relationship
management (CRM) . Compiere menyediakan solusi untuk perusahaan,
instansi pemerintah, dan organisasi nirlaba baik untuk barang maupun jasa
dengan keunggulan yaitu kemudahan, fleksibilitas, serta biaya perolehan
rendah namun memiliki fungsionalitas yang beragam untuk pengelolaan
keuangan, distribusi, penjualan, dan pemrosesan layanan.
Yang membedakan Compiere dengan sistem tradisional ERP lainnya,
adalah Compiere terkenal dengan:
a. Multi-organization untuk cabang yang berbeda, entitas hukum,
dan struktur laporan dan dimensional.
b. Multi-currency untuk transaksi atau laporan dalam mata uang
luar negeri.
c. Multi-accounting untuk laporan hukum mengunakan prinsip
akuntansi yang berbeda.
d. Multi-language untuk dokumen user interface.
e. Multi-tax mendukung sistem pajak yang berbeda (Sales, VAT,
dan kombinasi).
Kelebihan Compiere antara lain:
a. Dalam kepemilikannya karena tidak memerlukan investasi yang
harus dibayar terlebih dahulu.
b. Mudah dalam implementasikan karena dapat digunakan di
berbagai hardware, platforms, sistem operasi, database, dan
browsers.
c. Mudah untuk adaptasi dan peng-editan/kustomisasi karena
menggunakan model aplikasi revolusioner yang dapat
mempercepat dan menyederhanakan pengembangan atau
kustomisasi.
2.2.3.1. Modul Compiere
Berdasarkan http://www.compiere.com/products/capabilities/,
modul yang dimiliki Compiere dapat dibagi menjadi 3 bagian besar
antara lain, yakni:
1. Performance Management
a. Standard Reports, melaporkan dan mengelola kinerja dari
perusahaan menggunakan laporan standard dan reporting
tools yang terintegrasi
b. Management Dashboards, role-based dashboards yang
memungkinkan melakukan drill-down untuk memonitor dan
menganalisis jalannya perusahaan dengan lebih efektif.
c. Business View Layer, pengaksesan data bisnis yang lebih
aman karena melalui skema pelaporan yang lebih optimal.
2. Multisite ERP
a. Manufacturing, mengendalikan pekerjaan manufaktur dengan
material planning, penjadwalan produksi dan kemampuan
shop floor execution.
b. Warehouse Management, meningkatkan produktivitas gudang
dengan mengotomatisasi inbound dan outbound logistic.
c. Purchasing, mengotomatisasi langkah-langkah dari
pengadaan barang hingga pembayaran.
d. Materials Management, mengelola penerimaan atas
persediaan barang, pengiriman, pergerakan dan jumlah baik di
gudang, suppliers dan pelanggan.
e. Order Management, membuat quotes, book orders, mengelola
bahan baku, generate invoices, dan mengelola uang.
f. Global Financial Management, satu sistem yang
mengotomatisasi proses bisnis dan mengelola catatan
keuangan di perusahaan.
3. Customer Relationship Management (CRM)
a. Sales, pengawasan terhadap pelanggan, dikarenakan terdapat
solusi customer relationship management.
b. E-Commerce, membuat dan menjalankan web penjualan yang
aman.
c. Service, mengelola seluruh layanan terhdap pengiriman dari
awal hingga akhir.
d. Customer History, menampilkan pelanggan dengan tampilan
interaksi 360 derajat.
2.2.4. Finance
Menurut Khan dan Jain (2007, p1.3) keuangan/finance dapat
didefinisikan sebagai seni dan ilmu mengelola uang. Bidang utama keuangan
adalah: (1) layanan keuangan dan (2) Manajerial perusahaan / keuangan
perusahaan / Financial Management. Layanan keuangan berkaitan dengan
desain dan pemberian jasa berupa saran dan produk keuangan untuk
individu, bisnis dan pemerintahan dalam bidang perbankan dan lembaga
terkait, perencanaan keuangan pribadi, investasi, real estate, asuransi dan
sebagainya, sedangkan financial management lebih ke arah tugas dan
tanggung jawab manajer keuangan dalam perusahaan.
Menurut Aditya (2011, http://www.entrepreneurmuda.com/index.)
Keuangan adalah sebuah lingkup yang mempelajari cara seseorang, bisnis,
dan organisasi mengatur, mengalokasikan, dan menggunakan sumber daya
keuangan dari waktu ke waktu dengan memperhatikan resiko-resiko dalam
proyek mereka. Istilah keuangan dapat diasosiasikan sebagai berikut:
a. Studi tentang uang dan asset lain
b. Manajemen dan kendali asset-aset tersebut
c. Pemrofilan dan pengaturan resiko proyek
d. Pengetahuan untuk mengatur uang
· Aktivitas pembiayaan merupakan penerapan dari sekumpulan teknik
dari individu dan organisasi untuk mengatur uang mereka, khususnya
memisahkan antara pemasukan dan pengeluaran serta resiko dari investasi
mereka.
Keuangan digunakan oleh perseorangan, pemerintahan, korporasi
keuangan, dan semua jenis oraganisasi termasuk sekolah dan organisasi non-
profit. Secara umum tujuan dari masing-masing aktivitas tersebut dicapai
melalui penggunaan instrumen keuangan yang sesuai, serta dipertimbangkan
dengan pengaturan institusional mereka.
Keuangan merupakan salah satu aspek penting dalam manajemen
bisnis. Tanpa perencanaan keuangan yang layak, sebuah perusahaan baru
kemungkinan besar tidak sukses. Mengatur uang, aset cair sangat penting
untuk menjamin kelangsungan hidup individu dan organisasi.
2.2.4.1. Management
Menurut Ricky W. Griffin management adalah sebuah
proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan
pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran secara efektif dan
efisien.
Menurut Mary Parker Follet definisi management adalah
sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini
berarti bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan mengarahkan
orang lain untuk mencapai tujuan organisasi.
Menurut James A.F.Stoner management adalah suatu proses
perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian
upaya anggota organisasi dan menggunakan semua sumber daya
organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
2.2.4.2. Financial Management
Menurut Stoltz (2007, p8) Financial Management pada
dasarnya adalah prinsip dimana Return on Investment harus lebih
tinggi dibandingkan modal yang dikeluarkan. Sedangkan menurut
Shim dan Siegel (2008, p1) Financial Management adalah proses
perencanaan keputusan untuk memaksimalkan kekayaan dari pemilik
perusahaan. Financial management biasanya dikepalai oleh financial
manager / manajer keuangan yang memiliki peran utama dalam
manajemen kas, akuisisi dana, dan dalam semua aspek meningkatkan
dan mengalokasikan semua modal keuangan, dengan
mempertimbangkan keseimbangan antara risiko dan pengembalian
atas keuntungan. Selain itu manajer keuangan perlu akuntansi dan
informasi keuangan untuk melaksanakan tanggung jawab mereka.
Menurut Depdiknas (2000) Manajemen Keuangan
merupakan tindakan pengurusan/ketatausahaan keuangan yang
meliputi pencatatan, perencanaan, pelaksanaan, pertanggungjawaban
dan pelaporan. Manajemen Keuangan adalah aktivitas pemilik dan
manajemen perusahaan untuk memperoleh sumber modal yang
semurah-murahnya dan menggunakannya secara efektif, efisien, dan
seproduktif mungkin untuk menghasilkan laba. Aktivitas itu meliputi
aktifitas pembiayaan (financing activity), aktiva investasi (investment
activity), aktivitas bisnis (business activity).
2.2.4.3. Financial Accounting
Menurut Warren (2004, p15), Financial Accounting adalah
bagian dari akuntansi yang berkaitan dengan pencatatan dan
pelaporan data serta kegiatan perusahaan. Laporan yang dihasilkan
akan dipergunakan sebagai informasi bagi para stakeholders (
pemilik, manajer) sampai dengan external agents yang memerlukan
seperti kreditor, lembaga pemerintahan sampai dengan masyarakat .
Adapun prinsip utama yang dipergunakan dalam akuntansi keuangan
adalah Aset = Liabilitas + Equity.
Menurut Williams (2002, p8), Financial Accounting
menyediakan informasi tentang sumber daya keuangan, obligasi, dan
kegiatan-kegiatan didalam suatu perusahaan yang diperuntukkan
terutama untuk para investor maupun kreditor sebagai pengambil
keputusan secara eksternal.