71
3. Masukkan alasan setiap pasangan departemen pada peta keterkaitan yang
didasarkan pada informasi karyawan dan pihak manajemen atau
pengetahuan tentang keterkaitan antar kegiatan.
4. Catat derajat kedekatan setiap pasangan pada peta keterkaitan sesuai
dengan alasan yang di masukkan.
5. Evaluasi peta keterkaitan kreativitas dengan meminta pertimbangan orang
lain yang tahu tentang keterkaitan antar departemen.
Gambar 3.15. menunjukkan peta hubungan/keterkaitan aktivitas untuk
enam departemen.
Gambar 3.15. Peta Keterkaitan Aktivitas
72
Pada peta keterkaitan aktivitas terdapat sejumlah belah ketupat, dengan
masing-masing belah ketupat meniinjukan hubungan keterkaitan antara dua
departemen. Bagian atas dari masing-masing belah ketupat diberi simbol yang
menunjukkan derajat keterkaitan dari dua departemen. Sedang bagian bawah
merupakan alasan yang dipakai untuk mengukur derajat keterkaitan tersebut. Seperti
misalnya pada belah ketupat paling atas merupakan keterkaitan antara
Departemen 1 (penerimaan dan pengiriman) dengan departemen 2 (Gudang
material dan alat). Kedua departemen tersebut mempunyai derajat keterkaitan
A (mutlak didekatkan) karena alasan 1 (urutan aliran kerja), 2 (derajat hubungan
kertas kerja) dan 3 (kemudahan pengawasan).
Peta aktivitas yang telah dibuat kemudian digunakan sebagai dasar dalam
pembuatan activity relationship diagram (ARD) yaitu untuk menentukan letak
masing-masing aktivitas/departemen. Dalam memudahkan untuk membuat
diagram keterkaitan aktivitas (ARD) perlu dibuat lembar kerja yang ditunjukkan
pada tabel 3.2.
73
Tabel 3.2. Lembar kerja diagram keterkaitan aktiuitas
LEMBAR KERJA DIAGRAM KETERKAITAN AKTIVITAS Aktivitas Derajat Keterkaitan
A E I O U X 1. Penerimaan dan pengiriman 2 - 4 6 3,5 - 2. Gudang material dan alat 1,4 - - 3,6 5 - 3. Perawatan - 4 - 2,6 1,5 - 4. Produksi 2 3 1,5 - - 6 5. Ruang ganti pakaian - - 4 - 1,2,3 6 6. Kantor - - - 1,2,3 - 4,5
Tabel lembar kerja di atas menunjukkan bahwa departemen 1 (penerimaan
dan pengiriman) mempunyai derajat keterkaitan A (mutlak perlu) dengan
departemen 2 (gudang material dan alat). Selanjutnya departemen 1
mempunyai derajat keterkaitan I (penting) dengan departemen 4 (produksi),
mempunyai derajat keterkaitan O (cukup perlu) dengan departemen 6
(kantor) dan mempunyai derajat keterkaitan U (tidak penting) dengan
departemen 3 (perawatan) dan 5 (ruang ganti pakaian).
Dengan data yang telah disusun secara lebih sistematik dalam lembar
kerja akan lebih memudahkan dalam pembuatan diagram keterkaitan. Ada dua
cara yang dapat digunakan untuk membuat diagram yaitu dengan membuat
template block diagram dan dengan menggunakan kombinasi-kombinasi
garis dan pemakaian kode warna yang telah distandarkan untuk setiap
hubungan akt.ivitas yang ada. Pada template diagram blok menjelaskan aktivitas
yang bersangkutan dihubungkan dengan aktivitas yang lainnya. Semua derajat
keterkaitan dimasukkan dalam diagram blok aktivitas kecuali derajat keterkaitan
U karena tidak memberi pengaruh apa-apa terhadap aktivitas yang lainnya.
74
Begitu pula untuk kode angka yang menjelaskan alasan dipakai sebagai dasar
memberi ukuran derajat keterkaitan aktivitas tidak dimasukkan dalam diagram.
Gambar 3.20. merupakan suatu contoh dari template diagram aktivitas sebagai
dasar pembuatan diagram keterkaitan aktivitas.
Dari hasil yang diperoleh template diagram aktivitas, kemudian disusun
ulang dengan melihat derajat keterkaitan aktivitas yang ditunjukkan oleh simbol-
simbol dan angka-angka yang merupakan pasangan departemen yang terdapat
pada template diagram aktivitas. Hasil penyusunan ulang berdasar derajat
keterkaitan aktivitas tersebut merupakan diagram keterkaitan aktivitas (ARD),
yang ditunjukkan seperti pada gambar 3.16. Pada gambar ini sudah disesuaikan
dengan besaran masing-masing departemen.
Gambar 3.16. Template Diagram Aktivitas
75
Gambar 3.17. Tata Letak Akhir
3.4. Perancangan Tata Letak
3.4.1. Pengertian dan Tujuan Tata Letak
Seperti disebut dimuka, definisi tata letak secara umum ditinjau dari sudut
pandang produksi adalah susunan fasilitas-fasilitas produksi untuk memperoleh
efisiensi pada suatu produksi (Hari Purnomo, 2004, p117). Perancangan tata letak
meliputi pengaturan tata letak fasilitas-fasilitas operasi dengan memanfaatkan area
yang tersedia untuk penempatan mesin-mesin, bahan-bahan, perlengkapan untuk
operasi, personalia, dan semua peralatan serta fasilitas yang digunakan dalam
proses produksi. Perancangan tata letak juga harus menjamin kelancaran aliran
76
bahan-bahan, penyimpanan bahan, baik bahan baku, bahan setengah jadi maupun
produk-produk jadi.
Tata letak fasilitas yang dirancang dengan baik pada umumnya akan
memberi kontribusi yang positif dalam optimalisasi proses operasi perusahaan dan
pada akhirnya akan menjaga kelangsungan hidup perusahaan serta ke-berhasilan
perusahaan. Perancangan sistem fasilitas, perancangan tata letak, dan perancangan
material handling pada dasarnya mempunyai kaitan yang tidak dapat terpisahkan.
Yang sering terjadi adalah bahwa perancangan tata letak dan material handling
dilakukan terlebih dahulu, sedang perancangan sistem fasilitas menyesuaikan
dengan tata letak yang telah dirancang. Untuk itu perancangan tata letak diusahakan
sefleksibel mungkin, karena dengan adanya perubahan permintaan, penemuan
produk baru, proses baru, metoda kerja baru dan sebagainya, perusahaan terpaksa
harus melakukan perancangan tata letak ulang. Untuk itu perancangan tata letak
harus melihat jauh ke depan agar perubahan-perubahan tata letak dapat
diminimalkan, karena biaya yang digunakan dalam proses perancangan ini relatif
cukup besar. Pada dasarnya tujuan utama perancangan tata letak ini adalah optimasi
pengaturan fasilitas-fasilitas operasi sehingga nilai yang diciptakan oleh sistem
produksi akan maksimal. Adapun secara rinci beberapa tujuan perancangan tata
letak fasilitas di antaranya adalah sebagai berikut.
1. Memanfaatkan area yang ada. Perancangan tata letak yang optimal akan
memberikan solusi dalam penghematan penggunaan area (space) yang ada, baik
area untuk produksi, gudang, service dan untuk departemen lainnya.
77
2. Pendayagunaan pemakaian mesin, tenaga kerja, dan fasilitas produksi lebih
besar. Pengaturan yang tepat akan dapat mengurangi investasi di dalam
peralatan dan perlengkapan produksi. Peralatan-peralatan dan perlengkapan
dalam proses produksi dapat dipergunakan di dalam tingkat efisiensi yang
cukup tinggi. Begitu juga tenaga kerja dan fasilitas produksi lainnya akan dapat
lebih berdaya guna.
3. Meminimumkan material handling. Selama proses produksi /operasi
perusahaan akan selalu terjadi aktivitas perpindahan baik itu bahan baku, tenaga
kerja, mesin ataupun peralatan produksi lainnya. Proses perpindahan ini
memerlukan biaya yang relatif cukup besar. Dengan demikian, perancangan tata
letak yang baik harus mampu meminimalkan aktivitas-aktivitas pemindahan
bahan. Tata letak sebaiknya dirancang sedemikian rupa sehingga
memungkinkan jarak angkut dari masing-masing fasilitas dapat diminimalisir.
4. Mengurangi waktu tunggu dan mengurangi kemacetan dan kesimpangsiuran.
Waktu tunggu dalam proses produksi (production delays) yang berlebihan akan
dapat dikurangi dengan pengaturan tata letak yang terkoordinasi dengan baik.
Banyaknya perpotongan dari suatu lintasan produksi seringkali menyebabkan
terjadinya kemacetan-kemacetan.
5. Memberikan jaminan keamanan, keselamatan, dan kenyamanan bagi tenaga
kerja. Para tenaga kerja tentu saja menginginkan bekerja dalam lingkungan
yang aman, nyaman dan menyenangkan. Hal-hal yang dianggap membahayakan
bagi kesehatan dan keselamatan kerja harus dihindari.
78
6. Mempersingkat proses manufaktur. Dengan memperpendek jarak antara operasi
satu dengan operasi berikutnya, maka waktu yang diperlukan dari bahan baku
untuk berpindah dari satu stasiun kerja satu ke stasiun kerja lainnya dapat
dipersingkat pula. Dengan demikian total waktu produksi juga dapat
dipersingkat.
7. Mengurangi persediaan setengah jadi. Persediaan barang setengah jadi (work in
process inventory) terjadi karena belum selesainya proses produksi dari produk
yang bersangkutan. Persediaan barang setengah jadi yang tinggi tidak
menguntungkan perusahaan karena dana yang tertanam tersebut sangat besar.
Perancangan tata letak yang baik hendaknya memperhatikan keseimbangan
lintasan (line balancing), karena menumpuknya barang setengah jadi salah
satunya disebabkan oleh tidak seimbangnya lintasan produksi.
8. Mempermudah aktivitas supervisi. Penempatan ruangan supervisor yang tepat
akan memberikan keleluasaan bagi supervisor untuk mengawasi aktivitas yang
sedang berlangsung di area kerja.
3.4.2. Tahapan Dalam Perencanaan Tata Letak
Tahapan-tahapan proses perancangan tata letak dapat dijabarkan mengikuti
urutan kegiatan yang dikembangkan oleh Richard Muther, yaitu melalui pendekatan
yang dikenal sebagai Systematic Layout Planning (SLP). Berikut ini akan dibahas
langkah-langkah dasar dari SLP. Secara sistematis prosedur pelaksanaan SLP dapat
digambarkan sebagai berikut.
79
1. Data masukan dariaktivitas
4. Diagram hubunganaktivitas dan/atau
aliran
8. Pembuatanalternatif tata letak
7.a. Modifikasi 7.a. Batasan Praktis
6. Diagram hubunganruangan
9. Evaluasi
5.a. Ruangan yangtersedia
5.a. Kebutuhanruangan
3. Hubungan aktivitas2. Aliran material
Gambar 3.18 Langkah-langkah dasar SLP (Tompkins J., A., et al)
Pada dasarnya, langkah-langkah dalam perancanaan tata letak seperti
tersebut di atas dapat dikategorikan ke dalam tiga tahapan, yaitu tahap analisis yaitu
mulai dari analisis aliran material, analisis aktivitas, diagram hubungan aktivitas
(relations diagram), pertimbangan keperluan ruangan, dan ruangan yang tersedia.
Tahap yang kedua adalah tahap penelitian (research), mulai dari perencanaan
diagram hubungan ruangan sampai dengan perancangan alternatif tata letak.
Sedangkan tahap terakhir adalah proses seleksi dengan jalan mengevaluasi
alternatif tata letak yang telah dirancang.
80
3.4.2.1.Data Masukan
Langkah awal dalam perancangan tata letak adalah dengan melakukan
pengumpulan data awal. Terdapat tiga sumber data di dalam perencanaan tata letak,
yaitu data rancangan produk, rancangan proses, dan rancangan jadwal produksi.
A. Data yang berkaitan dengan rancangan produk sangat berpengaruh terhadap tata
letak yang akan dibuat. Pada dasarnya rancangan produk terkait erat dengan
proses pengerjaan produk tersebut serta urutan perakitan. Dengan demikian
proses rancangan produk secara tidak langsung berpengaruh terhadap
perancangan tata letak, karena perancangan tata letak dipengaruhi juga oleh
langkah-langkah proses pengerjaan produk atau urutan operasi perakitan yang
telah dirancang. Dengan demikian data yang berkaitan dengan rancangan
produk yang dibuat seperti gambar kerja, peta perakitan, daftar komponen, bills
of material, bahkan prototype dari produk yang akan dibuat sangat diperlukan.
B. Data masukan yang kedua bersumber pada rancangan proses. Selain rancangan
produk, data mengenai proses yang menggambarkan tahapan-tahapan
pembuatan komponen, peralatan dan mesin-mesin yang dibutuhkan untuk
melakukan proses produksi, serta waktu yang dibutuhkan dalam melakukan
proses produksi sangat dibutuhkan dalam perancangan tata letak ini. Data di
atas biasanya disimpulkan dalam bentuk peta proses operasi. Dari peta proses
operasi dapat dilihat dan dianalisis aliran material dari satu proses ke proses
yang lain. Dalam hal ini peta proses operasi merupakan dasar utama dalam
perancangan tata letak fasilitas.
81
C. Rancangan jadwal produksi merupakan salah satu sumber data masukan yang
digunakan dalam perencanaan tata letak. Data masukan yang berasal dari
rancangan jadwal produksi memberi penjabaran tentang di mana dan seberapa
besar serta kapan suatu produk akan dibuat yang didasarkan atas ramalan
permintaan. Rancangan jadwal memberi pengaruh sangat besar dalam hal
pemilihan jenis dan jumlah mesin-mesin yang diperlukan, jumlah karyawan dan
shift, kebutuhan ruangan, peralatan, peralatan material handling, kebutuhan
personal, dan sebagainya. Dengan demikian rancangan jadwal memberi
pengaruh yang sangat besar dalam peoses perencanaan tata letak.
3.4.2.2.Analisis Aliran Material
Analisis aliran material merupakan analisis pengukuran kuantitatif untuk
setiap gerakan perpindahan material di antara departemen-departemen atau
aktivitas-aktivitas operasional. Analisis aliran material ini sangat penting untuk
dilakukan, karena seperti disebutkan di muka bahwa salah satu tujuan dari
perencanaan tata letak adalah untuk memperlancar aliran kerja proses produksi,
mulai dari bahan baku sampai menjadi produk akhir. Dalam penentuan pola aliran
material ini terdapat beberapa faktor yang perlu untuk dilakukan analisis yang
mendalam antara lain faktor transportasi, jumlah komponen produk yang dibuat,
jumlah dan macam operasi pembuatan setiap komponen, urutan operasi perakitan,
besar dan bentuk ruang yang tersedia, jenis pola aliran yang ingin diterapkan sesuai
dcngan bcntuk ruang yang tersedia, dan scbagainya. Dalam menganalisis aliran
material ini sering digunakan peta-peta atau diagram-diagram sebagai berikut.
82
• Peta aliran proses.
• Diagram alir.
• Peta proses produk banyak.
• Peta Dari-Ke.
• Peta hubungan aktivitas.
• Peta perakitan, dan sebagainya.
3.4.2.3. Analisis Hubungan Aktivitas
Dalam perancangan tata letak, analisis aliran material lebih cenderung
untuk mendapatkan atau mengetahui biaya dari pemindahan material, jadi
dalam hal ini lebih bersifat kuantitatif. Sedang analisis yang lebih bersifat
kualitatif dalam perancangan tata letak dapat digunakan apa yang dinamakan
activity relationship chart (ARC).
Gambar 3.19. Contoh ARC
83
3.4.2.4. Diagram Hubungan Aktivitas
Dalam perancangan tata letak fasilitas, derajat hubungan antar
departemen dapat dipandang dari dua aspek, baik aspek kualitatif maupun aspek
kuantitatif. Perancangan tata letak fasilitas yang bersifat kualitatif akan lebih
dominan dalam menganalisis derajat hubungan aktivitas dan biasanya
ditunjukkan oleh peta hubungan aktivitas. Namun adakalanya analisis dalam
perancangan tata letak fasilitas lebih dominan dalam menganalisis aliran
material, sehingga yang dibuat adalah suatu flow diagram atau diagram alir.
Dalam Systematic Layout Planning (SLP) kedua aspek tersebut menjadi
pertimbangan, dengan mengkombinasikan antara derajat hubungan aktivitas dan
aliran material. Kombinasi dari kedua aspek tersebut dibuat dalam suatu diagram
yang dinamakan relationship diagram atau diagram hubungan aktivitas. Contoh
dari diagram hubungan aktivitas digambarkan sebagai berikut.
Gambar 3.20. Activity Relationship Diagram
84
3.4.2.5. Diagram Hubungan Ruangan
Langkah selanjutnya dalam aktivitas SLP ini adalah pembuatan
diagram hubungan ruangan. Dalam proses pembuatan diagram hubungan
ruangan ini yang perlu dilakukan adalah mengevaluasi luas area yang
dibutuhkan untuk semua aktivitas perusahaan dan area yang tersedia. Rancangan
tata letak fasilitas kerja, idealnya dibuat terlebih dahulu, sedangkan bangunan
pabrik didirikan sesuai dengan rancangan tata letak fasilitas yang telah dibuat. Na-
mun dalam beberapa kasus, sering terjadi proses perancangan tata letak
pabrik dilakukan setelah bangunan pabrik berdiri. Hal ini bisa terjadi pada
proyek perancangan tata letak ulang, atau disebabkan karena dana yang ter-
batas untuk pendirian bangunan pabrik baru, atau terbentur masalah waktu.
Gambar 3.21. Diagram Hubungan Ruangan
85
Diagram hubungan ruangan dapat dibuat setelah dilakukan analisis
terhadap luasan yang dibutuhkan dan dikombinasikan dengan Activity
Relationship Diagram.
Luas Area yang Dibutuhkan
Tiga hal yang dapat dijadikan dasar untuk menentukan luas area yang
dibutuhkan, yaitu penentuan tingkat produksi (production rate), peralatan yang
dibutuhkan untuk proses produksi, dan karvawan yang diperlukan. Selain
digunakan untuk mengestimasi kebutuhan ruangan, tingkat produksi digunakan
sebagai panduan dalam proses pemilihan tipe tata letak, apakah menggunakan
product layout atau process layout. Penentuan tingkat produksi untuk tiap-tiap
tahap proses, memberi gambaran berapa jumlah mesin dan peralatan yang
dibutuhkan.
Kebutuhan operator yang akan menangani peralatan dan mesin-mesin
tergantung dari jumlah peralatan dan mesin serta standard penanganan mesin itu
sendiri apakah harus ditangani satu orang atau lebih. Dalam beberapa kasus
jumlah karyawan ditentukan oleh adanya keberadaan pekerja kontrak dan
kebutuhan akan pekerjaan. Jika peralatan atau mesin yang digunakan bersifat
otomatis, bisa terjadi satu orang operator menangani sejumlah mesin-mesin.
Untuk keperluan ini seorang analis tata letak sangat membutuhkan peranan
dari para analis penjadwalan atau para analis di bidang metode kerja.
Terdapat beberapa metode yang sering dipergunakan dalam pcncntuan
kcbutuhan luas ruangan.
86
1. Metode Fasilitas Industri. Metode Fasilitas Industri adalah metode penentuan
kebutuhan ruangan berdasar fasilitas produksi dan fasilitas pendukung proses
produksi yang dipergunakan. Dalam metode ini kebutuhan ruangan didasarkan
atas jumlah dan jenis peralatan dan mesin yang dipergunakan dalam proses
produksi. Luas ruangan (lantai) dihitung dari ukuran masing-masing jenis mesin
atau peralatan yang dipergunakan dikalikan dengan jumlah masing-masing jenis
peralatan tersebut ditambah dengan kelonggaran yang dipergunakan untuk
operator dan gang (aisle).
2. Metode Template. Metode template adalah penentuan kebutuhan ruangan yang
didasarkan atas template atau model yang dibuat. Metode ini akan memberi
gambaran yang nyata akan bentuk dan seluruh kebutuhan ruangan. Dengan
skala tertentu template atau model yang ditempatkan pada block layout dapat
digunakan untuk memperoleh estimasi seluruh kebutuhan ruangan.
3. Metode Standar Industri. Standar industri dibuat atas penelitian-penelitian
yang dilakukan terhadap industri-industri yang dinilai telah melakukan
perancangan tata letak secara keseluruhan, khususnya dalam penentuan
kebutuhan ruangan.
Dalam menentukan kebutuhan ruangan, fasilitas-fasilitas yang perlu
dipertimbangkan adalah sebagai berikut (Francis R., L. et al.).
1. Gudang bahan baku.
2. Gudang bahan setengah jadi.
3. Gudang barang jadi.
87
4. Gang.
5. Pengiriman dan penerimaan.
6. Tempat peralatan material handling.
7. Ruang perkakas dan rak perkakas.
8. Perbaikan.
9. Pengepakan.
10. Pengawasan.
11. Inspeksi & pengendalian kualitas.
12. Pelayanan kesehatan.
13. Pelayanan makanan.
14. Kamar mandi/toilet.
15. Kantor.
16. Parkir tamu dan tenaga kerja.
17. Parkir penerimaan & pengiriman.
18. Tempat penyimpanan lainnya.
3.4.2.6. Rancangan Altematif Tata Letak
Diagram hubungan ruangan merupakan dasar dalam pembuatan rancangan
alternatif tata letak dengan mempertimbangkan modifikasi dan batasan praktis.
Untuk membuat rancangan tata letak dapat dibuat suatu Block layout yang
merupakan diagram blok dengan skala tertentu dan merupakan representasi
bangunan. Block Layout menggambarkan batasan-batasan ruang dengan adanya
dinding-dinding yang memisahkan antara blok satu dengan blok lainnya. Berikut ini
88
contoh suatu Block Layout yang didasarkan atas diagram hubungan ruangan yang
telah dibuat sebelumnya :
Gambar 3.22. Block layout
Langkah selanjutnya adalah perancangan detail layout berdasarkan block
layout yang telah dibuat. Analisis yang digunakan untuk merancang detail layout
pada dasarnya mengikuti langkah-langkah seperti halnya pada proses perancangan
tata letak secara rnenyeluruh atau overall layout. Perbedaannya adalah bahwa detail
layout digunakan sebagai pengatur mesin atau fasilitas kerja yang ditempatkan pada
blok-blok yang ada, dan di dalam detail layout ini kita sangat berkepentingan untuk
mengetahui hubungan di antara stasiun kerja yang terdapat pada blok tersebut.
Sedangkan perancangan overall layout adalah pengaturan suatu blok terhadap blok
lainnya dan dari overall layout dapat tergambarkan aliran material antara
blok/departemen satu dengan lainnya. Yang perlu diperhatikan dalam proses
perancangan tata letak ini, baik detail layout maupun overall layout adalah bahwa
rancangan harus bersifat fleksibel untuk mengakomodasi perubahan yang nantinya
89
bisa terjadi baik pada rancangan produk, rancangan proses maupun rancangan
jadwal.
Pada dasarnya detail layout dirancang dengan tidak meninggalkan konsep
material handling. Aktivitas yang menyangkut pemilihan metode dan peralatan
yang digunakan dalam penanganan material, merupakan suatu aktivitas yang tidak
terpisahkan dengan aktivitas perancangan tata letak. Atau dengan kata lain bahwa
aktivitas dalam penanganan material merupakan bagian integral dari perancangan
tata letak, dan semua itu dilakukan agar proses perancangan dapat berlangsung
secara efisien.
Terdapat tiga metode yang digunakan untuk merepresentasikan tata letak
yang dirancang, yaitu:
1. gambar atau sketsa,
2. model dua dimensi (template), dan
3. model tiga dimensi.
Metode gambar atau sketsa merupakan metode yang cukup menguntungkan
karena mudah dan murah untuk dibuat. Untuk mempermudah pembuatannya biasa
digunakan kertas grafik berskala dan penggunaan warna-warna untuk menunjukkan
fasilitas-fasilitas yang berbeda. Hanya saja metode gambar sekarang ini dianggap
kurang eflsien. Kekurangan dari metode ini adalah bahwa gambar atau sketsa tata
letak tidak dapat memberikan gambaran yang lebih jelas dan detail. Di samping itu
tata letak yang telah dibuat terdahulu akan sulit dibuat penyesuaian dan
perubahannya, kalau pun dapat akan membutuhkan waktu dan biaya lebih banyak.
90
Dengan demikian kemungkinan untuk mendapatkan alternatif-alternatif tata letak
menjadi berkurang.
Untuk mendapatkan alternatif-alternatif tata letak yang lebih banyak,
dewasa ini sering digunakan model dua dimensi atau biasa disebut template.
Template merupakan representasi dalam bentuk dua dimensi dari suatu objek fisik
yang berupa mesin, peralatan material handling, manusia dan fasilitas kerja lain,
yang dibuat untuk keperluan perancangan tata letak. Biasanya terbuat dari bahan
kertas tebal atau bahan lain yang mudah untuk ditempelkan pada kertas
grafik/skala. Dibandingkan dengan gambar/sketsa, template mempunyai sifat yang
fleksibel sehingga akan memberikan kemudahan di dalam melakukan perubahan-
perubahan tata letak yang direncanakan. Fleksibilitas template ini akan memberikan
banyak alternatif-alternatif tata letak yang dirancang.
Dewasa ini terdapat beberapa perusahaan yang bergerak di bidang tata letak
pabrik memproduksi bermacam-macam bentuk template untuk memudahkan para
perancang tata letak pabrik. ASME sendiri telah membuat standard dari bermacam-
macam template sebagai pedoman bagi perusahaan-perusahaan atau pemasok-
pemasok template, dan bagi perancang tata letak pabrik.
Selain model dua dimensi (template), terdapat model yang dirasa lebih baik
dalam merepresentasikan suatu objek fisik yang digunakan dalam perancangan tata
letak, yaitu model tiga dimensi. Model dengan tiga dimensi akan memudahkan kita
untuk mengamati dan menganalisis tata letak yang dirancang. Dibandingkan dengan
gambar, model baik dua dimensi maupun tiga dimensi membutuhkan biaya yang
91
lebih besar, namun mempunyai manfaat yang lebih besar pula, karena bisa
digunakan untuk bermacam-macam proyek perancangan tata letak yang lain lagi.
3.4.2.7. Evaluasi dan Tindak Lanjut
Alternatif-alternatif tata letak yang telah dibuat, dipilih alternatif
perancangan yang terbaik sesuai dengan tujuan organisasi. Ada beberapa kriteria
yang dapat digunakan untuk mengevaluasi alternatif tata letak, di mana sebagian
kriteria tidak dapat dianalisis secara kuantitatif. Berikut ini adalah teknik-teknik
untuk mengevaluasi perancangan tata letak.
1. Perbandingan Untung Rugi. Dalam teknik ini disusun daftar keuntungan dan
kerugian masing-masing alternatif yang ditawarkan. Alternatif yang dinilai
mempunyai keuntungan yang relatif besar dipilih sebagai alternatif perancangan
tata letak yang diusulkan. Cara ini merupakan cara yang sederhana dan paling
mudah dilakukan, namun dinilai kurang akurat.
2. Peringkat. Pada umumnya perancangan tata letak mempunyai faktor-faktor
yang dinilai penting. Faktor-faktor tersebut antara lain tingkat fleksibilitas
rancangan, tingkat penggunaan ruangan, aliran material, proses penanganan
material, faktor keamanan dan lain-lain. Teknik dengan prosedur peringkat
adalah dengan memilih faktor-faktor yang dinilai penting, kemudian dibuat
daftar peringkat dari masing-masing alternatif untuk masing-masing faktor.
Dengan mengkombinasikan peringkat alternatif perancangan untuk semua
faktor akan diketahui skor untuk masing-masing alternatif. Alternatif
perancangan dengan jumlah skor tertinggi akan dipilih sebagai perancangan tata
92
letak yang akan dibuat. Sebagai contoh untuk faktor penanganan material
alternatif A mempunyai peringkat 2, untuk faktor tingkat fleksibilitas
menempati peringkat 1, untuk faktor tingkat penggunaan ruang menempati
peringkat 5 dan seterusnya. Dari daftar peringkat tersebut dapat diketahui
berapa skor untuk alternatif A, B, C dan alternatif-alternatif lainnya.
3. Analisis Faktor. Cara ini hampir sama dengan metode peringkat yaitu dengan
menentukan faktor-faktor yang dianggap penting dalam perancangan tata
letak, kemudian dilakukan pemberian bobot untuk tiap-tiap faktor. Faktor
yang dianggap paling penting diberi bobot terbesar. Bobot juga diberikan
untuk peringkat alternatif masing-masing faktor. Sebagai contoh faktor ting-
kat fleksibilitas rancangan dinilai sebagai faktor terpenting, maka bobot
dari faktor tersebut adalah yang paling besar. Alternatif perancangan yang
menempati peringkat pertama pada faktor tersebut diberi bobot terbesar.
Hasil kali bobot faktor dan bobot peringkat merupakan skor dari alternatif
perancangan. Alternatif perancangan dengan skor tertinggi akan dipilih
sebagai alternatif perancangan tata letak terbaik.
4. Perbandingan biaya. Salah satu cara untuk mengevaluasi dan menentukan
alternatif perancangan tata letak terbaik adalah dengan mengidentifikasikan
biaya-biaya untuk masing-masing alternatif perancangan. Biaya yang
diidentifikasi antara lain biaya investasi, operasi dan pemeliharaan.
Alternatif perancangan dengan biaya terkecil akan dipilih sebagai alternatif
perancangan yang diusulkan.
93
Dengan menganggap rancangan tata letak telah diterima oleh para
pengambil keputusan pada suatu organisasi, langkah selanjutnya adalah
melakukan instalasi. Ketika dilakukan instalasi tata letak, perlu melakukan
perencanaan terlebih dahulu dengan menjadwal semua aktivitas-aktivitas yang
ada. Setelah tata letak dibangun harus di cek secara periodik untuk melihat
apakah tata letak masih layak atau tidak.
3.5. Tata Letak Dengan Bantuan Komputer
3.5.1. Pendahuluan
Secara tradisional, pengembangan dan evaluasi tata letak pabrik
diselesaikan oleh para perancang dengan menggunakan teknik-teknik grafik
dan manipulasi template. Dewasa ini sering diaplikasikan teknik analitik
dengan bantuan komputer dalam pengembangan tata letak. Penggunaan
komputer dalam menyelesaikan masalah tata letak mempunyai beberapa
keuntungan dibandingkan pendekatan manual tradisional. Pertama, dengan
komputer perhitungan dapat dilakukan lebih cepat dibandingkan prosedur
manual. Kedua, komputer mampu untuk menyelesaikan masalah yang kompleks.
Ketiga pada proses perancangan menggunakan komputer lebih ekonomis
dibandingkan perancangan dengan manual oleh manusia.
Tata letak berbantuan komputer mempertimbangkan aliran antar
depart.emen. Aliran antar departemen dapat secara kuantitatif dicatat dalam
sebuah From to Chart, atau secara kualitatif dicatat di dalam sebuah
Relationship Chart. Tata letak berbantuan komputer yang dikenal antara lain CRAFT
94
(Computerized Relative Allocation of Facilities Techniques), COFAD
(Computerized Facilities Design), PLANET (Plant Layout Analysis and
Evaluation Technique), CORELAP (Computerrzed Retationship Layout
Technique), ALDEP (Automated Layout Design Program), BLOCPLAN.
Paket program diatas dibedakan menjadi 2 bagian berdasarkan aliran
inputnya, yaitu aliran input kualitatif dan aliran input kuantitatif. CRAFT dan
COFAD membutuhkan flow (aliran) input secara kuantitatif. CORELAP, ALDEP
dan BLOCPLAN memerlukan aliran input kualitatif. Sedangkan PLANET
menerima kedua aliran input, baik kualitatif atau kuantitatif. Mengingat
keterbatasan software yang beredar di kalangan masyarakat, maka untuk
sementara ini akan disajikan bagaimana menjalankan software CRAFT dan
BLOCPLAN.
3.5.2. CRAFT
(Computerized Relative Allocation of Facilities Technique)
Teknik CRAFT sejak tahun 1983 bertujuan untuk meminimumkan biaya
perpindahan material, di mana biaya perpindahan material didefinisikan sebagai
aliran produk, jarak dan biaya unit pengangkutan. CRAFT awalnya di-
presentasikan oleh Armour dan Bufa. CRAFT merupakan contoh program tipe
teknik HEURISTIK yang berdasarkan pada interpretasi "Quadratic Assignment" dari
program proses layout, yaitu mempunyai kriteria dasar yang digunakan
meminimumkan biaya perpindahan material, di mana biaya ini digambarkan
sebagai fungsi linier dari jarak perpindahan.
95
CRAFT memerlukan input yang berupa biaya perpindahan material. Input
biaya perpindahan berupa biaya per satuan perpindahan per satuan jarak (ongkos
material handling per satuan jarak/OMH per satuan jarak). Asumsi-asumsi
biaya perpindahan material adalah sebagai berikut.
1. Biaya perpindahan tidak tergantung (bebas) terhadap utilisasi peralatan.
2. Biaya perpindahan adalah linier terhadap panjang perpindahan.
Dalam banyak situasi kedua asumsi di atas tidak dapat dipakai. CRAFT
merupakan sebuah program perbaikan, program ini mencari perancangan
optimum dengan melakukan perbaikan tata letak secara bertahap. CRAFT
mengevaluasi tata letak dengan cara mempertukarkan lokasi departemen.
Perubahan antar departemen diharapkan dapat mengurangi biaya
perpindahan material. Selanjutnya CRAFT membuat pertimbangan pertukaran
departemen untuk tata letak yang baru, dan ini dilakukan secara berulang-ulang
sampai menghasilkan tata letak yang terbaik dengan mempertimbangkan
biaya perpindahan material.
Input yang diperlukan untuk algoritma CRAFT antara lain (Francis R.,
L., and White J., A. )
1. tata letak awal,
2. data aliran (frekuensi perpindahan),
3. data biaya (OMH per satuan jarak), dan
4. jumlah departemen yang tidak berubah (fixed).
96
CRAFT untuk selanjutnya mempertimbangkan perubahan antara
dcpartemen-departemen yang luasnya sama atau mempunyai sebuah batas dekat
untuk mengurangi biaya transportasi. Tipe pertukaran dapat terjadi seperti
berikut (FYancis R., L., and White J., A.,).
1. Pair-Wise Interchanges.
2. Three-Way Interchanges.
3. Pair Wise Allowed by Three Way Interchanges.
4. The best of Pair Wise or Three Way Interchanges.
Kita perlu berhati-hati dalam penggunaan metode CRAFT, terutama
penggunaan-penggunaan departemen Dummy pada software CRAFT. Sebab
CRAFT membangun sebuah tata letak akhir dengan perbaikan bagian dari tata
letak awal melalui beberapa iterasi sampai pada layout terakhir, dan tata letak
akhir ini diperoleh tergantung pada tata letak awal.
Departermen Dummy adalah departemen yang tidak mempunyai aliran
terhadap departemen lain tetapi meliputi sebuah area spesifik. Departemen
Dummy antara lain dapat digunakan untuk hal-hal sebagai berikut.
1. Mengisi bangunan yang bersifat umum atau tidak beraturan.
2. Menggambarkan area yang tetap di dalam fasilitas di mana departemen
tidak dapat dialokasikan, yaitu tangga elevator, ruang istirahat, tempat alat-
alat service, dan lain-lain.
3. Menyatakan ruang ekstra dalam fasilitas.
4. Membantu dalam mengevaluasi lokasi Gang dalam tata letak.
97
Ketika departemen dummy digunakan untuk menyatakan sebuah departemen
tidak berubah-ubah posisinya maka lokasi departemen harus dibuat tetap.
Keuntungan lain, CRAFT mengizinkan pengguna untuk menetapkan lokasi
beberapa departemen (dummy atau departemen lainnya. CRAFT mampu untuk
menyesuaikan departemen nonrectangular (tidak berbentuk kotak) atau
departemen yang tidak beraturan ditempatkan di mana pun yang diinginkan.
3.5.3. Contoh Pemakaian CRAFT dengan Perhitungan Manual
3.5.3.1. Input
Seperti dikemukakan di muka bahwa algoritma CRAFT memerlukan
input yang berupa tata letak awal, data aliran (frekuensi perpindahan), data biaya
(OMH per satuan jarak), dan jumlah departemen yang tidak berubah (fixed).
Tata letak awal dapat berupa tata letak yang sudah ada, ataupun tata letak
awal dari hasil rancangan baru. Di dalam tata letak awal perlu adanya data
jumlah departemen luas area masing-masing departemen. Contoh tata letak
awal ditunjukkan oleh gambar 3.23. berikut ini.
98
Gambar 3.23. Tata Letak Awal
Format input dari peta ditunjukkan oleh suatu matrik berisi huruf-huruf
atau angka-angka yang menggambarkan macam-macam departemen. Gambar 3.28.
adalah salah satu matrik dengan ukuran setiap elemen sama dengan 100 m2. Setiap
baris dan kolom = 10 m. Di sini diberikan 8 baris dan 12 kolom maka luasnya
dapat dihitung 80 m x 120 m.
99
Gambar 3.24. Matriks Elemen
Input lain yang diperlukan CRAFT adalah data aliran, biaya, dan juga jarak
perpindahan. Peta dari-ke (from to chart untuk data aliran menunjukkan jumlah
perpindahan yang dibuat perperiode waktu di antara kombinasi dari departemen.
Sedang peta dari-ke untuk data biaya (cost matrix) perpindahan atau material
handling cost menunjukkan biaya yang diperlukan untuk memindahkan 1 satuan
jarak antara kombinasi departemen. Jika proses penanganan material dilakukan
dengan menggunakan peralatan yang bervariasi, elemen cost yang diperlukan
tidak harus sama. Sebagai contoh material handling antara departemen A dan D
yang diangkut oleh fork lift, mempunyai elemen biaya yang berbeda antara
departemen A dan B yang diangkut oleh hand truck. Oleh karenanya data biaya
100
dinyatakan sebagai biaya per satuan jarak, untuk keperluan ini satuan jarak
disamakan sebagai skala tata letak. Jika skala tata letak individual
mempunyai luasan 100 m2 maka elemen biaya pada from to chart dinyatakan
sebagai biaya tiap 10 m pengangkutan. Jika conveyor digunakan, maka biaya di-
pertimbangkan secara proporsional terhadap panjang conveyor dan bukan sebagai
fungsi linear dari aliran. Konsekuensinya, jika conveyor dipasang pada
departemen A dan departemen C, aliran antara departemen tersebut dijadikan satu
kesatuan dan elemen biaya untuk material handling antara departemen tersebut
menjadi biaya persatuan waktu persatuan panjang dari conveyor.
Penggunaan CRAFT dapat dikemukakan sebagai berikut. Dari tata letak
awal seperti ditunjukkan pada gambar 3.24. di atas, dan data aliran biaya (gambar
3.25.), CRAFT menghitung total biaya material handling untuk tata letak awal
dengan terlebih dahulu menghitung jarak di antara pusat departemen. Lokasi pusat
departemen ditandai dengan suatu titik seperti ditunjukkan pada Gambar 3.26.
Gambar 3.25. From To Chart untuk data aliran
101
Gambar 3.26. Lokasi titik pusat tata letak
Lokasi sentral:
(Xa , Ya) = (20, 60) (Xc, Yc) = (20, 20)
(Xb, Yb) = (80, 65) (Xd , Yd) = (80, 25)
Dari koordinat lokasi titik pusat (centroid) masing-masing departemen
dihitung jarak rectilinear. Sebagai contoh, jarak rectilinear di antara koordinat
lokasi titik pusat (centroid) untuk departemen A dan B :
|Xa – Xb| + |Ya – Yb| = |120-80| + |60-651| = 65
Hasil matrik jarak ada pada gambar 3.27.a., dan total biaya untuk tata letak
awal sebesar 5085 (gambar 3.27.b.). Matrik pada gambar 3.27.b. ini diperoleh dari
hasil perkalian antar elemen dari matrik biaya per satuan jarak (gambar 3.25.)
dengan matrik jarak (gambar 3.27.a).
102
Gambar 3.27.a. Data Aliran Awal
Gambar 3.27.b. Total Biaya
Seperti telah disampaikan sebelumnya bahwa CRAFT mengaplikasikan
Pairwise Exchange Heuristic, yaitu melaksanakan pergantian sentral lokasi dari
departemen-departemen yang mana keduanya mempunyai luasan yang sama
atau mempunyai batasan yang dekat. Kemudian dilakukan perhitungan total
biaya, sampai diperoleh total biaya paling kecil.
Perubahan yang pertama dengan melakukan pertukaran departemen C dan
D dengan pertimbangan batasan yang dekat. Karena luasan departemen C dan
D tidak sama, maka luasan departemen D tidak berbentuk kotak, seperti
103
ditunjukkan pada gambar 3.28. Perubahan letak departemen antara departemen C dan
D akan mengubah koordinat sentral masing-masing departemen C dan D. Untuk
departemen D, karena bentuknya bukan persegi, dihitung dengan menggunakan titik
berat dengan formula sebagai berikut.
LMTB =
Dimana :
M = Momen
L = Luas
TBX = 564000
240080160020Li
XiLiLxMx
=×+×
==∑∑
TBY = 174000
240015160020Li
YiLiLyMy
=×+×
==∑∑
Jadi, koordinat sentral tiap-tiap departemen adalah , untuk departemen A (Xa
Ya) = (20 , 60), departemen B (Xb , Yb) = (80 , 65), departemen C (Xc Yc) = (80 , 40)
dan departemen D (Xd , Yd) = (56, 17).
104
Gambar 3.28. Tata letak dengan perubahan departemen C dan D
Perubahan jarak setelah dilakukan pertukaran C dan D seperti terlihat pada
gambar 3.29.
Gambar 3.29. Data aliran setelah perubahan departemen C dan D
Perhitungan total biaya setelah dilakukan pertukaran departemen C dan
departemen D ditunjukkan oleh gambar 3.30. Hasil total biaya sebesar 5217,
105
yang berarti ada kenaikan biaya darl 5085 menjadi 5217. Perubahan yang
dilakukan ternyala lidak menguntungkan.
Gambar 3.30. Matrik Total Biaya setelah terjadi perubahan
departemen C dan D
Karena perubahan departemen C dan D tidak menguntungkan, maka dari
tata letak awal dicoba lagi perbaikan dengan melakukan perubahan
departemen A dan C. Perubahan tata letak departemen A dan C menghasilkan
tata letak seperti pada gambar 3.31.
Gambar 3.31. Tata Letak setelah perubahan departemen A dan C