DINAS PEKERJAAN UMUM – KABUPATEN PRINGSEWUPENYUSUNAN RENCANA PENATAAN JARINGAN DISTRIBUSI AIR MINUM KEC. PRINGSEWU
V. RENCANA PENATAAN JARINGAN DISTRIBUSI AIR MINUM
5.1. PENDUDUK
Berdasarkan perkembangan jumlah penduduk kepadatan penduduk
kecamatan Pringsewu pada tahun 2013 adalah 1.491 jiwa/km2, dimana artinya
setiap 1 kilometer persegi wilayah di kecamatan Pringsewu rata rata dihuni oleh
sekitar 1.491 jiwa penduduk. Diantara 11 pekon dan 4 kelurahan yang terdapat
dikecamatan Pringsewu, kelurahan Pringsewu Selatan mempunyai jumlah
penduduk yang paling banyak dibandingkan yang lainnya. Dengan penduduk
laki-laki berjumlah 4.961 orang dan penduduk perempuan berjumlah 4.817
orang sehingga jumlah keseluruhan penduduk pekon Pringsewu Selatan pada
tahun 2013 adalah sebesar 9.778 orang.
Hal ini juga berarti 13 persen penduduk di kecamatan Pringsewu berada
di kelurahan Pringsewu Selatan. Kemudian yang mempunyai penduduk paling
sedikit adalah pekon Bumi Ayu, dimana penduduknya hanya terdiri dari 861
penduduk laki-laki dan 845 penduduk perempuan sehingga total penduduknya
hanya 1.706 orang. Dan wilayah yang mempunyai kepadatan tertinggi adalah
kelurahan Pringsewu Selatan dengan 4.889 jiwa penduduk per 1 kilometer
persegi. Dan kepadatan penduduk paling rendah adalah pekon Bumiayu
dengan 315 jiwa/km2. Lebih jelasnya mengenai jumlah penduduk Kecamatan
Pringsewu secara lengkap dapat dilihat pada tabel 5.1.
Tabel 5.1. Jumlah Penduduk Kecamatan Pringsewu Per-Desa/Pekon
Desa/ Pekon Laki-Laki Perempuan JumlahMargakarya 1.743 1.854 3.597Waluyojati 2.208 2.154 4.362Pajaresuk 3.690 3.614 7.304
LAPORAN AKHIR 5. 1CV YARA PASHMA
DINAS PEKERJAAN UMUM – KABUPATEN PRINGSEWUPENYUSUNAN RENCANA PENATAAN JARINGAN DISTRIBUSI AIR MINUM KEC. PRINGSEWU
Desa/ Pekon Laki-Laki Perempuan JumlahSidoharjo 3.484 3.525 7.009Podomoro 2.755 2.527 5.282Bumiarum 1.752 1.597 3.349Fajaragung 1.313 1.239 2.552Rejosari 1.764 1.734 3.498Pringsewu Utara 4.752 4.688 9.440Pringsewu Selatan 4.961 4.817 9.778Pringsewu Barat 3.962 3.795 7.757Pringsewu Timur 3.824 3.866 7.690Bumiayu 861 845 1.706Fajaragung Barat 1.057 1.050 2.107Podosari 2.035 1.996 4.031Kecamatan Pringsewu 40.161 39.301 79.462
Sumber : Statistik Kecamatan Pringsewu 2014
5.2. PROYEKSI JUMLAH PENDUDUK
Pertumbuhan jumlah penduduk merupakan faktor utama dalam
kepentingan penataan jaringan distribusi air minum. Kebutuhan akan air minum
akan semakin meningkat sesuai dengan peningkatan jumlah penduduk. Untuk
itu dalam pelaksanaan penataan jaringan distribusi air minum diperlukan
proyeksi penduduk dari daerah perencanaan tersebut.
Proyeksi pertumbuhan penduduk pada prinsipnya adalah suatu usaha
perkiraan yang didasarkan pada trend/ kecendrungan yang dihasilkan dari
sejumlah data yang ada pada tahun-tahun sebelumnya.
Agar data menentukan kebutuhan air minum pada masa mendatang
perlu terlebih dahulu diperhatikan keadaan pertumbuhan penduduk yang ada
pada saat ini dan proyeksi jumlah penduduk di masa mendatang. Hasil analisa
ini selanjutnya digunakan sebagai dasar perhitungan penataan jaringan
distribusi air minum. Proyeksi jumlah penduduk dilakukan dengan
menggunakan metode yaitu :
1. Metode Aritmatika
2. Metode Geometri
LAPORAN AKHIR 5. 2CV YARA PASHMA
DINAS PEKERJAAN UMUM – KABUPATEN PRINGSEWUPENYUSUNAN RENCANA PENATAAN JARINGAN DISTRIBUSI AIR MINUM KEC. PRINGSEWU
3. Metode Least Square
5.2.1. Metoda Aritmatika
Metoda ini didasarkan pada angka kenaikan penduduk rata-rata setiap
tahun. Metoda ini digunakan jika data berkala menunjukkan jumlah
penambahan yang relatif sama setiap tahunnya. Metoda ini juga merupakan
metoda proyeksi dengan regresi sederhana. Persamaan umumnya adalah :
Y = a + bx
Dimana :
Y = nilai variabel berdasarkan garis regresi, populasi ke - n
x = Bilangan independen, bilangan yang dihitung dari tahun awal
a = konstanta
a=(ΣYi ) (Xi2 ) − (Σ Xi ) (Σ XiYi )
n (Σ Xi2) − (Σ Xi )2
b = koefesien arah garis (gradien) regresi linier
b=n (Σ XiYi ) − (Σ Xi) (ΣYi )n (Σ Xi2 ) − (ΣXi )2
5.2.2. Metode Geometri
Metoda ini didasarkan pada rasio pertambahan penduduk rata-rata
tahunan. Sering digunakan untuk memperkirakan data yang perkembangannya
melaju sangat cepat. Persamaan umumnya adalah:
Y=a . Xb
LAPORAN AKHIR 5. 3CV YARA PASHMA
DINAS PEKERJAAN UMUM – KABUPATEN PRINGSEWUPENYUSUNAN RENCANA PENATAAN JARINGAN DISTRIBUSI AIR MINUM KEC. PRINGSEWU
Persamaan diatas dapat dikembalikan kepada model linier dengan mengambil
logaritma napirnya (Ln), dimana :
Ln Y = Ln a + b x Ln X
Persamaan tersebut linier dalam Ln X dan Ln Y.
a=∑ Ln(Yi )−b×∑ Ln(Xi )n
b=n×∑ (Ln(Xi )×Ln (Yi ))−∑Ln (Xi )×∑ Ln(Yi )
n×∑ Ln(Xi2 )−∑ ln(X )2
Dimana :
Y = Nilai variabel Y berdasarkan garis regresi, populasi ke - n
X = Bilangan independen, bilangan yang dihitung dari tahun awal
a = konstanta
b = koefesien arah garis (gradien) regresi linier
5.2.3. Metode Least Square
Salah satu metode peramalan dengan garis regresi sederhana adalah
dengan menggunakan metode Least Square. Persamaan yang digunakan
dalam metode Least Square ini adalah :
Ŷ = a + bx
Keterangan :
Ŷ = Nilai variabel berdasarkan garis regresi
x = variabel independen x
a = konstanta
b = koefisien arah regresi linear
adapun persamaan a dan b adalah :
LAPORAN AKHIR 5. 4CV YARA PASHMA
DINAS PEKERJAAN UMUM – KABUPATEN PRINGSEWUPENYUSUNAN RENCANA PENATAAN JARINGAN DISTRIBUSI AIR MINUM KEC. PRINGSEWU
Bila koefisien b telah dihitung terlebih dahulu maka koefisien a dapat ditentukan
dengan persamaan lain : a = Y – Bx
Dimana Y dan X masing-masing adalah rata-rata untuk variabel Y dan X.
5.2.4. Pemilihan Metode Proyeksi
Pemilihan metoda dilakukan dengan menghitung standar deviasi
(simpangan baku) dan nilai koefisien korelasi.
Persamaan Standar Deviasi :
S=√ n(∑ xi2)−(∑ xi)
2
n(n−1)
Persamaan Koefisien Korelasi :
r=±√1−∑ ( y i− y' )2
∑ ( yi− y )2
dimana :
xI = P – P’
yI = P = Jumlah penduduk awal
y = Pr = Jumlah penduduk rata-rata
y’ = P’ = Jumlah penduduk yang akan dicari
Pemilihan metoda proyeksi yang paling tepat jika :
Harga “S“ yang paling kecil.
Harga “r” yang paling mendekati 1 atau –1.
LAPORAN AKHIR 5. 5CV YARA PASHMA
DINAS PEKERJAAN UMUM – KABUPATEN PRINGSEWUPENYUSUNAN RENCANA PENATAAN JARINGAN DISTRIBUSI AIR MINUM KEC. PRINGSEWU
Fungsi S dan r dalam statistik :
Harga “S” menunjukkan besarnya penyimpangan data dari nilai rata –
rata
Harga “r” nilai yang menunjukkan hubungan antara dua parameter.
Berdasarkan metode proyeksi penduduk diatas, maka didapatkan proyeksi
penduduk Kecamatan Pringsewu yang dapat dilihat pada tabel 5.2.
Tabel 5.2. Proyeksi Penduduk Kelurahan/ Desa Kecamatan Pringsewu 2014-2025
DesaJumlah Penduduk
2014 2017 2019 2021 2023 2025 2027 2030Margakarya 3597 3731 3824 3918 4015 4115 4217 4374Waluyojati 4362 4525 4637 4752 4869 4990 5113 5304Pajaresuk 7304 7577 7764 7957 8153 8355 8562 8882Sidoharjo 7009 7271 7451 7635 7824 8018 8216 8523Podomoro 5282 5479 5615 5754 5896 6042 6192 6423Bumiarum 3349 3474 3560 3648 3739 3831 3926 4073Fajaragung 2552 2647 2713 2780 2849 2919 2992 3103Rejosari 3498 3629 3718 3811 3905 4001 4101 4254
Pringsewu Utara 9440 9793 100351028
3 105381079
9 11066 11479
Pringsewu Selatan 9778 10143 103941065
2 109151118
5 11462 11890Pringsewu Barat 7757 8047 8246 8450 8659 8874 9093 9433Pringsewu Timur 7690 7977 8175 8377 8584 8797 9015 9351Bumiayu 1706 1770 1814 1858 1904 1952 2000 2075Fajaragung Barat 2107 2186 2240 2295 2352 2410 2470 2562Podosari 4031 4182 4338 4500 4668 4783 4902 5085Bulokarto (Kec. Gading Rejo) 3242 3363 3489 3619 3754 3847 3942 4090
JUMLAH 82704 82430 845238667
0 888729107
2 93326 96812Sumber : Hasil Analisa Konsultan, 2015
5.3. PROYEKSI KEBUTUHAN AIR MINUM
Perhitungan kebutuhan air minum didasarkan pada jumlah penduduk,
jumlah dan jenis kegiatan perkotaan yang memerlukan air, dan standar
LAPORAN AKHIR 5. 6CV YARA PASHMA
DINAS PEKERJAAN UMUM – KABUPATEN PRINGSEWUPENYUSUNAN RENCANA PENATAAN JARINGAN DISTRIBUSI AIR MINUM KEC. PRINGSEWU
pemakaian air. Kebutuhan air terdiri dari domestik dan non domestik.
Kebutuhan domestik adalah kebutuhan yang berdasarkan jumlah penduduk dan
pemakaian air per orang. Kebutuhan non domestik adalah kebutuhan air untuk
kegiatan penunjang kota, yang terdiri dari kegiatan komersial yang berupa
industri, perkantoran, dan lain-lain, maupun kegiatan sosial seperti sekolah,
rumah sakit dan tempat ibadah.
Sebagai referensi, tingkat konsumsi air dapat diperbandingkan dengan
standar kebutuhan air minum yang berlaku sebagai berikut :
Domestik perkotaan : 120 – 150 ltr/org/hr (Permen PU No. 18/2007)
Domestik perdesaan : Minimal 60 ltr/org/hr (Permen PU No. 18/2007)
Non-Domestik : Tambahan 15 % x kebutuhan domestik (Permen PU No.
18/2007)
Berikut besar proyeksi kebutuhan air minum Kecamatan Pringsewu
sampai tahun 2030 dapat dilihat pada tabel 5.3 dan grafik kebutuhan air
Kecamatan Pringsewu dapat dilihat pada gambar 5.1.
LAPORAN AKHIR 5. 7CV YARA PASHMA
DINAS PEKERJAAN UMUM – KABUPATEN PRINGSEWUPENYUSUNAN RENCANA PENATAAN JARINGAN DISTRIBUSI AIR MINUM KEC. PRINGSEWU
Tabel 5.3. Proyeksi Kebutuhan Air Minum Kecamatan Pringsewu Sampai 2030
A 2014 2017 2019 2021 2023 2025 2027 20301 Jumlah Penduduk jiwa 82704 82430 84523 86670 88872 91072 93326 968122 Tingkat Pelayanan % 9.22% 18.35% 23.81% 28.99% 33.90% 38.57% 42.99% 46.61%3 Penduduk Terlayani jiwa 7625 15125 20125 25125 30125 35125 40125 451254 Jumlah Penduduk Per SR Jiwa 5 5 5 5 5 5 5 5
B KEBUTUHAN DOMESTIK1 Jumlah SR Aktif unit 1525 3025 4025 5025 6025 7025 8025 90252 Pemakaian Per Orang lt/ hari 90 90 90 90 90 120 120 1203 Kebutuhan Air SR lt/det 7.94 15.76 20.96 26.17 31.38 48.78 55.73 62.674 Jumlah HU unit 5 5 5 5 5 5 5 55 Kebutuhan Air HU lt/det 0.09 0.09 0.09 0.09 0.09 0.09 0.09 0.096 Kebutuhan Domestik lt/det 8.03 15.84 21.05 26.26 31.47 48.87 55.82 62.76
C KEBUTUHAN NON DOMESTIK15 % Dari Kebutuhan Domestik lt/det 1.20 2.38 3.16 3.94 4.72 7.33 8.37 9.41Total Kebutuhan Non Domestik lt/det 1.20 2.38 3.16 3.94 4.72 7.33 8.37 9.41
D KEBUTUHAN TOTAL AIR lt/det 9.23 18.22 24.21 30.20 36.19 56.20 64.19 72.17
E KEHILANGAN AIR% Kehilangan Air % 44.50 40.50 36.50 32.50 28.50 24.50 20.50 16.50Jumlah Kehilangan Air lt/det 4.11 7.38 8.84 9.81 10.31 13.77 13.16 11.91
F KEBUTUHAN AIR RATA RATA (D+E) lt/det 13.34 25.60 33.04 40.01 46.50 69.97 77.35 84.08
G KEBUTUHAN AIR MAKSIMUMFaktor Koefisien 1.15 1.15 1.15 1.15 1.15 1.15 1.15 1.15Kebutuhan Air lt/det 15.34 29.44 38.00 46.01 53.48 80.47 88.95 96.70
H KEBUTUHAN JAM PUNCAKFaktor Koefisien 1.7 1.7 1.7 1.7 1.7 1.7 1.7 1.7Kebutuhan Air lt/det 22.68 43.51 56.17 68.02 79.05 118.95 131.49 142.94
lt/ det 86.15 85.86496 88.04513 90.28131 92.57497 126.4884 129.6192 134.4612
VOLNo. URAIANKEPENDUDUKAN
KEBUTUHAN AIR RATA RATA PENDUDUK KECAMATAN
TAHUN
Sumber : Hasil Analisa Konsultan, 2015
LAPORAN AKHIR 5. 8CV YARA PASHMA
DINAS PEKERJAAN UMUM – KABUPATEN PRINGSEWUPENYUSUNAN RENCANA PENATAAN JARINGAN DISTRIBUSI AIR MINUM KEC. PRINGSEWU
Gambar 5.1 Grafik Kebutuhan Air Kecamatan Pringsewu
5.4. Kondisi Teknis Eksisting
Pelayanan penyediaan air bersih kota Pringsewu dikelola oleh PDAM.
PDAM kota Pringsewu pada mulanya merupakan bagian dari PDAM Way
Agung Kabupaten Tanggamus atau sejak berdirinya Kabupaten Tanggamus
pada tahun 1997. Artinya bahwa secara teknis penyediaan air bersih di kota ini
sudah ada sejak lama yaitu tahun 1997. Namun hingga akhir pada tahun 2009
Pringsewu resmi berpisah dari kabupaten induknya Tanggamus, yang otomatis
PDAM di kedua wilayah inipun berpisah. Pemisahan aset PDAM sendiri terjadi
pada bulan Agustus 2010.
Periode Agustus 2010 hingga Juli 2011 terjadi kekosongan pengelolaan
SPAM di Kabupaten Pringsewu atau dengan kata lain PDAM berhenti
beroperasi. Baru pada tanggal 25 Juli 2011 turunlah Peraturan Bupati
Kabupaten Pringsewu Nomor 19 Tahun 2011, tentang Pembentukan
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Way Sekampung. Pada pertengahan
bulan Oktober 2011, PDAM Way Sekampung mulai kembali beroperasi, setelah
mendapat bantuan daya listrik dan pompa sentri yang dibangun di IPA Bumi
Arum dari Pemerintah Pusat melalui Satuan Kerja Pengembangan Kinerja
Pengelolaan Air Minum (PKPAM) Propinsi Lampung.
LAPORAN AKHIR 5. 9CV YARA PASHMA
DINAS PEKERJAAN UMUM – KABUPATEN PRINGSEWUPENYUSUNAN RENCANA PENATAAN JARINGAN DISTRIBUSI AIR MINUM KEC. PRINGSEWU
5.4.1. JARINGAN PERPIPAAN (JP)
Daerah pelayanan air bersih dengan sistem perpipaan saat ini hanya
melayani sebagian wilayah perkotaan Pringsewu, yaitu pekon Sidoharjo, pekon
Podomoro, pekon Margakaya, pekon podosari, pekon Bumi Arum, Kelurahan
Pringsewu Timur, Kelurahan Pringsewu Barat, Kelurahan Pringsewu Selatan
dan Kelurahan Pringsewu Utara.
Jumlah pelanggan air bersih perkotaan Pringsewu ada sebanyak 1.364
unit sambungan yang berarti cakupan pelayanannya sebesar ± 4 % dari jumlah
penduduk yang ada di wilayah ini. Sedangkan volume jaringan pipa yang ada di
wilayah perkotaan Pringsewu ada sebanyak ±162 km, artinya bahwa masih
sangat jauh cakupan layanan yang ada dibandingkan besaran volume pipa
yang tertanam. Hal ini menjadi tugas PDAM dalam mengejar jumlah
sambungan, guna menambah besaran cakupan layanannya.
Sedangkan sumber air baku yang dimanfaatkan PDAM adalah sungai
Way Sekampung dengan kapasitas produksi sebesar 75 lpd. Artinya bahwa
masih banyak kapasitas yang belum dioptimalkan untuk melayani kebutuhan air
bersih masyarakat. Daerah pelayanan PDAM Pringgsewu dan jumlah SR dapat
dilihat pada tabel 5.4
Tabel 5.4. Jumlah penduduk dan SR Eksisiting Daerah Pelayanan Pringsewu 2014
Kelurahan/ Pekon Penduduk
SR Penduduk Terlayani
Tingkat Pelayanan
Pringsewu Barat 7757 130 650 8.38%Bumiarum 3349 209 1045 31.20%Bumiayu 1706 0 0 0.00%Pajaresuk 7304 0 0 0.00%Rejosari 3498 170 850 24.30%Podosari 4031 29 145 3.60%Podomoro 5282 142 710 13.44%Pringsewu Utara 9440 144 720 7.63%Pringsewu Selatan 9778 294 1470 15.03%
LAPORAN AKHIR 5. 10CV YARA PASHMA
DINAS PEKERJAAN UMUM – KABUPATEN PRINGSEWUPENYUSUNAN RENCANA PENATAAN JARINGAN DISTRIBUSI AIR MINUM KEC. PRINGSEWU
Kelurahan/ Pekon Penduduk
SR Penduduk Terlayani
Tingkat Pelayanan
Waluyojati 4362 0 0 0.00%Fajaragung 2552 0 0 0.00%Fajaragung Barat 2107 0 0 0.00%Pringsewu Timur 7690 210 1050 13.65%Margakarya 3597 2 10 0.28%Sidoharjo 7009 74 370 5.28%Bulokarto (Kec Gading Rejo) 3242 121 605 18.66%
Jumlah 82704 1525 7625 9.22%Sumber : PDAM Pringsewu, 2014
5.4.2. BUKAN JARINGAN PERPIPAAN (BJP)
Untuk penyediaan air bersih yang bukan jaringan perpipaan di wilayah
perkotaan Pringsewu, menggunakan atau memanfaatkan sumur-sumur
dangkal. Baik dengan cara menggali sumur atau membuat pengeboran air
tanah dangkal dan menggunakan pompa air untuk pemanfaatan airnya.
Secara volume kuantitas air tanah dangkal di wilayah ini banyak
dipengaruhi oleh iklim. Saat iklim kemarau, banyak sumur-sumur dangkal yang
ada mengalami penurunan kapasitas. Sehingga menurut kami, ini merupakan
peluang bagi PDAM untuk menambah jumlah sambungan baru. Dan secara
kualitas air tanah dangkalnya kurang baik dan banyak mengadung unsure
kapur dan mineral logam, hal ini hampir rata-rata kondisi air tanah dangkal
sama disemua tempat di Propinsi Lampung. Sehingga banyak masyarakat
perkotaan membeli air kemasan sebagai sumber air minumnya. Sedangkan air
sumur dangkal hanya digunakan untuk kebutuhan mandi, cuci dan kakus
(MCK).
5.5. RENCANA PENATAAN JARINGAN DISTRIBUSI AIRRencana penataan jaringan distribusi air pada kecamatan pringsewu
didasari pada kehilangan air yang cukup tinggi, yang diduga adanya kebocoran
pipa maupun adanya air yang tidak berekening. Dalam pelaksanaan
pengendalian kebocoran secara aktif kebocoran yang tidak terlaporkan dan
LAPORAN AKHIR 5. 11CV YARA PASHMA
DINAS PEKERJAAN UMUM – KABUPATEN PRINGSEWUPENYUSUNAN RENCANA PENATAAN JARINGAN DISTRIBUSI AIR MINUM KEC. PRINGSEWU
kebocoran halus (rembes) pada sambungan atau retak-retak yang sangat kecil
ditanggulangi dengan penggantian pipa dan pembentukan “district metered
area” (DMA)
5.5.1. Pembangunan DMA (District Metering Area)
Pembangunan DMA adalah untuk membagi wilayah pelayanan menjadi
zone hidrolik yang lebih kecil, dengan tujuan untuk;
a) mempercepat waktu tanggap dan mempercepat untuk
menemukan dan memperbaiki kebocoran/kerusakan pipa
transmisi/distribusi.
b) membagi jaringan distribusi kebeberapa DMA , sehingga aliran ke
wilayah tersebut bisa dipantau secara berkala, untuk
memperkirakan besarnya dan menemukan kebocoran halus
(rembes) ”back-ground leakage”
c) untuk mengelola tekanan pada setiap DMA, sehingga jaringan
dioperasikan pada tingkat tekanan yang optimum.
Merencanakan DMA, idealnya didahului dengan pemodelan hidraulika,
juga memahami operasi jaringan distribusi yang merupakan faktor penting.
Karena itu merencanakan DMA sangat spesifik, dan DMA satu sistem
penyediaan air minum berbeda dengan sistem penyediaan air minum yang lain.
Umumnya dimulai dari pipa induk dan maju kearah pipa lain yang lebih kecil.
Tujuannya adalah memisahkan sedapat mungkin suatu DMA dari pipa induk,
jadi memperbaiki pengendalian tanpa dampak yang berarti pada sistem secara
keseluruhan (misal pada pemadaman kebakaran dlsbnya). Manfaat yang dapat
diperoleh dengan pembentukan DMA antara lain:
a) Untuk prioritasisasi kegiatan deteksi kebocoran
b) Pengaturan tekanan yang ideal
c) Pengendalian air tak berekening melalui DMA sekaligus berguna
untuk perbaikan kualitas air dan pelayanan
DMA dipilih di wilayah-wilayah pelayanan yang mempunyai atau
LAPORAN AKHIR 5. 12CV YARA PASHMA
DINAS PEKERJAAN UMUM – KABUPATEN PRINGSEWUPENYUSUNAN RENCANA PENATAAN JARINGAN DISTRIBUSI AIR MINUM KEC. PRINGSEWU
dicurigai kehilangan air yang tinggi, dimana diharapkan terget penurunan yang
tinggi. Wilayah geografis DMA sebaiknya tidak terlalu luas sehingga
memudahkan pemantauan. Jumlah sambungan ideal antara 500 – 3.000.
semakin kecil ukuran DMA, semakin mahal biayanya karena semakin banyak
meter dan valve yang harus dipasang. Tetapi keuntungannya, semakin mudah
untuk mendeteksi dan memperbaiki kebocoran di area yang lebih kecil.
Pembuatan DMA menyebabkan lebih banyak ujung pipa mati, akibat
ditutup dengan valve atau diputus pipanya. Biasanya akan menurunkan kualitas
air karena terjadi endapan, terutama di awal-awal operasional DMA. Keluhan
pelanggan pun dapat meningkat. Hal ini dapat diatasi dengan lebih sering
melakukan pengglontoran/pengurasan (flushing) jaringan distribusi.
Pengoperasian atau pengamatan pola aliran dan tekanan dalam
DMA memerlukan tekanan tertentu. Dalam merencanakan DMA sebaiknya
mempertimbangkan dan memahami tekanan dalam jaringan distribusi.
Tekanan yang semula terlalu rendah dalam tahap awal pengoperasian
mungkin akan mengakibatkan tekanan lebih rendah lagi, apabila dibuat DMA.
Namun dengan perbaikan-perbaikan kebocoran pipa,tekanan akan
meningkat.
Tekanan yang terlalu tinggi atau terlalu rendah seringkali menimbulkan
keluhan pada pelanggan. Idealnya, perencanaan DMA menggunakan
pemodelan jaringan distribusi melalui komputer, namun tidak semua pengelola
penyedia air minum memiliki sarana ini. Sebagai pemutus hubungan antara
satu jaringan DMA dengan jaringan di sebelahnya, penggunaan valve lebih
dianjurkan daripada pemutusan pipa, supaya lebih mudah dilakukan perubahan
bila dalam perkembangannya batasan DMA harus disesuaikan.
Batas DMA tidak perlu terlalu kaku, sehingga pada suatu saat diperlukan
perubahan, mudah untuk disesuaikan. Jumlah meter induk DMA yang
digunakan dibatasi seminimal mungkin, direncanakan setiap DMA
menggunakan hanya 1 (satu) meter induk. Semakin banyak meter induk yang
LAPORAN AKHIR 5. 13CV YARA PASHMA
DINAS PEKERJAAN UMUM – KABUPATEN PRINGSEWUPENYUSUNAN RENCANA PENATAAN JARINGAN DISTRIBUSI AIR MINUM KEC. PRINGSEWU
digunakan, semakin rumit operasi DMA. Meter pelanggan besar, misalnya
untuk pelanggan industri atau niaga besar harus diperlakukan sebagai ekspor
air dari jaringan DMA. Berdasarkan kriteria dan penjelasan tersebut diatas,
maka jumlah DMA per zona serta pengembangan sambungan rumah (SR)
berdasarkan proyeksi jumlah penduduk sampai dengan tahun 2025 setiap zona
bisa dilihat pada tabel 5.5. Terlampir pada gambar 5.2. s/d 5.6 untuk lokasi-
lokasi District Metered Area (DMA) untuk setiap Zona di Area Pelayanan PDAM
Way Sekampung Kecamatan Pringsewu.
LAPORAN AKHIR 5. 14CV YARA PASHMA
DINAS PEKERJAAN UMUM – KABUPATEN PRINGSEWUPENYUSUNAN RENCANA PENATAAN JARINGAN DISTRIBUSI AIR MINUM KEC. PRINGSEWU
Tabel 5.5. Proyeksi Kebutuhan Air Bersih Berdasarkan Jumlah Penduduk Per Zona Kecamatan Pringsewu.
A B C D A B C D A B C D A B C DA KEPENDUDUKAN1 Jumlah Penduduk jiwa 27645 18799 21731 14529 29749 20230 23385 15635 31624 21505 24859 16620 33617 22860 26426 176682 Tingkat Pelayanan/ Area Proyeksi % 9.73% 7.82% 8.28% 11.46% 22% 26% 24% 35% 30% 39% 35% 51% 38% 50% 45% 66%3 Penduduk Terlayani jiwa 2690 1470 1800 1665 6440 5220 5550 5415 9565 8345 8675 8540 12690 11470 11800 116654 Jumlah Penduduk Per SR Jiwa 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
B KEBUTUHAN DOMESTIK1 Jumlah SR/ Area Proyeksi unit 538 294 360 333 1288 1044 1110 1083 1913 1669 1735 1708 2538 2294 2360 23332 Pemakaian Per Orang lt/ hari 90 90 90 90 90 90 90 90 120 120 120 120 120 120 120 1203 Kebutuhan Air SR Domestik lt/ det 2.80 1.53 1.88 1.73 6.71 5.44 5.78 5.64 13.28 11.59 12.05 11.86 17.63 15.93 16.39 16.20
C KEBUTUHAN NON DOMESTIK15 % Dari Kebutuhan Domestik lt/ det 0.42 0.23 0.28 0.26 1.01 0.82 0.87 0.85 1.99 1.74 1.81 1.78 2.64 2.39 2.46 2.43
D KEBUTUHAN TOTAL AIR lt/det 3.22 1.76 2.16 1.99 7.71 6.25 6.65 6.49 15.28 13.33 13.86 13.64 20.27 18.32 18.85 18.63
E JUMLAH DMA unit 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
URAIAN VOLNo.2020ZONA
2025ZONAZONA
2014 2030TAHUN
ZONA
Sumber : Hasil Analisa KonsultanKeterangan:
Zona A : Kel. Pringsewu Barat, Kel Bumiarum, Kel Bumiayu, Kel. Pajaresuk, Kel. Rejosari, Kel. PodosariZona B : Kel. Pringsewu Selatan, Kel. Waluyojati, Kel. Fajaragung, Kel. Fajaragung BaratZona C : Kel. Pringsewu Utara, Kel. Podomoro, Kel. SidoharjoZona D : Kel. Pringsewu Timur, Kel. Margakarya, Kel. Bulokerto (Kec. Gadingrejo pelayanan Pringsewu)
LAPORAN AKHIR 5. 15CV YARA PASHMA
DINAS PEKERJAAN UMUM – KABUPATEN PRINGSEWUPENYUSUNAN RENCANA PENATAAN JARINGAN DISTRIBUSI AIR MINUM KEC. PRINGSEWU
Gambar 5.2. Rencana Penataan Jaringan Distribusi air Minum dengan Sistem DMA
LAPORAN AKHIR 5. 16CV YARA PASHMA
DINAS PEKERJAAN UMUM – KABUPATEN PRINGSEWUPENYUSUNAN RENCANA PENATAAN JARINGAN DISTRIBUSI AIR MINUM KEC. PRINGSEWU
Gambar 5.3. District Metering Area ZONA A
LAPORAN AKHIR 5. 17CV YARA PASHMA
DINAS PEKERJAAN UMUM – KABUPATEN PRINGSEWUPENYUSUNAN RENCANA PENATAAN JARINGAN DISTRIBUSI AIR MINUM KEC. PRINGSEWU
Gambar 5.4. District Metering Area ZONA B
LAPORAN AKHIR 5. 18CV YARA PASHMA
DINAS PEKERJAAN UMUM – KABUPATEN PRINGSEWUPENYUSUNAN RENCANA PENATAAN JARINGAN DISTRIBUSI AIR MINUM KEC. PRINGSEWU
Gambar 5.5. District Metering Area ZONA C
LAPORAN AKHIR 5. 19CV YARA PASHMA
DINAS PEKERJAAN UMUM – KABUPATEN PRINGSEWUPENYUSUNAN RENCANA PENATAAN JARINGAN DISTRIBUSI AIR MINUM KEC. PRINGSEWU
Gambar 5.6. District Metering Area ZONA D
LAPORAN AKHIR 5. 20CV YARA PASHMA
DINAS PEKERJAAN UMUM – KABUPATEN PRINGSEWUPENYUSUNAN RENCANA PENATAAN JARINGAN DISTRIBUSI AIR MINUM KEC. PRINGSEWU
5.5.2. Manajemen District Metering AreaSetelah DMA terbentuk valve-valve sudah terpasang untuk
membatasi/mengisolasi jaringan, meter induk sudah terpasang untuk mengukur
aliran pasokan ke DMA, bukan berarti pekerjaan selesai. Justru yang paling
penting adalah mengoperasikan DMA. Ketika DMA sudah teruji, kegiatan
lanjutan adalah mengelola, mengoperasikan dan memeliharanya. Sebaiknya
dibuat SOP (standard operating procedures) untuk mengelola, mengoperasikan
dan memelihara DMA, disesuaikan dengan kebijakan perusahaan.
Kegiatan awal District Metering Area meliputi :
1) Mengatur prosedur pencatatan
2) Mengatur prosedur pemantauan dan pengumpulan data
3) Memberikan informasi kepada semua pihak yang terlibat tentang perubahan
katup
4) Menentukan urutan dan prioritas kegiatan melokalisir kebocoran
5) Memonitor keluhan pelanggan, khususnya pada saat tekanan rendah atau
tidak air.
Gambar. Skematik District Metering Area
LAPORAN AKHIR 5. 21CV YARA PASHMA
DINAS PEKERJAAN UMUM – KABUPATEN PRINGSEWUPENYUSUNAN RENCANA PENATAAN JARINGAN DISTRIBUSI AIR MINUM KEC. PRINGSEWU
Operasional pada DMA diuraikan dibawah ini, meliputi:
1) Monitoring aliran dan tekanan secara teratur.
Monitoring dan pencatatan aliran pada meter induk DMA secara teratur
sangat penting sebagai dasar pengelolaan pasokan dan pengendalian
kebocoran. Pola aliran harian yang tidak terlalu berbeda menjadi indikator
tingginya kebocoran di DMA tersebut. Demikian juga pola variasi tekanan
harian dapat menjadi petunjuk.
2) Deteksi kebocoran secara aktif (active leakage control).
Deteksi kebocoran secara aktif (active leakage control) terutama pada
malam hari harus dilakukan secara periodik. Di wilayah yang relatif tidak
terlalu besar, tentu akan lebih mudah mendengarkan suara kebocoran atau
melihat kebocoran- kebocoran yang muncul ke permukaan hanya pada
malam hari saat tekanan tinggi. Temuan harus segera ditindaklanjuti.
3) Penghitungan volume kebocoran.
Penghitungan volume kebocoran dapat dilakukan dengan menghitung aliran
minimum malam dengan konsumsi minimum malam. Caranya, pada saat
konsumsi paling rendah, biasanya sekitar tengah malam, dapat
diketahui dari pola harian aliran dan tekanan, dilakukan pencatatan meter
induk dan meter pelanggan yang ada di DMA. Meter pelanggan yang
dibaca tidak perlu seluruhnya, tetapi minimum 10% dari total jumlah
pelanggan. Pembacaan meter dilakukan dua kali pada malam yang sama,
yaitu sekali pada awal jam minimum (misalnya pukul 24.00) dan diulang
pada akhir jam minimum (misalnya pukul 04.00). Demikian juga meter induk
DMA dibaca pada jam-jam yang sama. Dengan perhitungan matematis
akan didapatkan aliran minimum malam (dari bacaan meter induk) dan
konsumsi malam (dari bacaan meter pelanggan) secara total. Selisih antara
aliran minimum malam dan konsumsi malam adalah kebocoran atau nett
night flow. Saat melaksanakan pembacaan, biasanya memerlukan
persiapan, terutama pemberitahuan kepada para pelanggan yang akan
menjadi sampel pembacaam meter supaya dapat membaca meter
LAPORAN AKHIR 5. 22CV YARA PASHMA
DINAS PEKERJAAN UMUM – KABUPATEN PRINGSEWUPENYUSUNAN RENCANA PENATAAN JARINGAN DISTRIBUSI AIR MINUM KEC. PRINGSEWU
pelanggan pada jam-jam tersebut. Pembacaan meter pelanggan dapat
dilakukan oleh para pembaca meter.
4) Penghitungan konsumsi (aliran malam minimum)
Penghitungan konsumsi sebagai dasar pengelolaan pasokan dan
tekanan. Pengukuran terhadap pola aliran dan pola konsumsi harian akan
menjadi dasar perencanaan pasokan di wilayah DMA, sehingga sesuai
kebutuhan. Pasokan yang berlebihan dapat meningkatkan tekanan yang
menyebabkan tambahan kebocoran.
5) Pengendalian tekanan.
Dengan area yang terbatas, tekanan lebih mudah dikendalikan. Dari pola
harian tekanan dapat diketahui kapan tekanan rendah dan tinggi sehingga
dapat dilakukan penyesuaian. Untuk kepentingan ini, setiap DMA dilengkapi
dengan PRV (pressure reducing valve) “double pilot”, untuk mengatur jam
kerja PRV, sehingga penurunan tekanan bisa dilakukan tanpa mengganggu
pelayanan kepada pelanggan.
6) Pengujian-pengujian.
Pengujian lain seperti step testing sangat penting dilakukan, terutama untuk
melokalisir kebocoran.
LAPORAN AKHIR 5. 23CV YARA PASHMA