BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Distocia adalah suatu keadaan persalinan yang sulit (abnormal) yang timbul
akibat beberapa kondisi, yang berhubungan dengan 5 faktor persalinan sebagai
berikut: Persalinan disfungsional akibat kontraksi uterus yang tidak efektif atau
akibat upaya mengedan ibu (kekuatan/power),perubahan struktur pelvis ( jalan
lahir ), sebab pada janin meliputi kelainan persentasi/kelainan psisi,bayi besar,dan
jumlah bayi, posisi ibu selama pesalinan dan melahirkan, respons psikologis ibu
terhadap pesalinan yang berhubungan dengan pegalaman, persiapan, budaya, serta
system pendukung.
Pada distocia bahu akan terjadi putaran paksi luar yang menyebabkan kepala
berada pada sumbu normal dengan tulang belakang bahu pada umumnya akan berada
pada sumbu miring (oblique) di bawah ramus pubis. Dorongan pada saat ibu mengeran
akan menyebabkan bahu depan (anterior) berada di bawah pubis, bila bahu gagal untuk
mengadakan putaran menyesuaikan dengan sumbu miring dan tepat berada pada posisi
anteroposterior, pada bayi yang besar akan terjadi benturan bahu depan terhadap simfisis
sehingga bahu tidak bisa lahir mengikuti kepala.
1
B. RUMUSAN MASALAH
a. Apa itu Distocia ?
b. Apa Etiologi dari Distocia ?
c. Bagaimana Patofisiologi dari Distocia ?
d. Bagaimana Klasifikasi dari Distocia ?
e. Bagaimana Manifestasi Klinis dari Distocia ?
f. Apa itu Manajemen Terapeutik Distocia ?
g. Apa Prognosis dari Distocia ?
h. Apa Komplikasi dari Distocia ?
i. Bagaimana Pemeriksaan Diagnostik pada Distocia ?
j. Bagaimana Penatalakasaan pada Distocia ?
k. Bagaimana Pencegahan dan Pengobatan pada Distocia ?
l. Bagiamana Asuhan Kepwerawatan Distocia ?
C. TUJUAN
a. Mengetahui apa itu Distocia !
b. Mengetahui apa Etiologi dari Distocia !
c. Patofisiologi dari Distocia
d. Klasifikasi dari Distocia
e. Manifestasi Klinis dari Distocia
f. Manajemen Terapeutik Distocia
g. Prognosis dari Distocia
h. Komplikasi dari Distocia
i. Pemeriksaan Diagnostik pada Distocia
j. Penatalakasaan pada Distocia
k. Pencegahan dan Pengobatan pada Distocia
l. Asuhan Kepwerawatan Distocia
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Distosia adalah persalinan yang panjang, sulit atau abnormal yang timbul akibat
berbagai kondisi yang berhubugan dengan lima faktor persalinan. (Bobak, 2004 : 784).
Distosia adalah kesulitan dalamnya persalinan.(Rustam Mukhtar, 1994).
Distosia di definisikan sebagai persalinan yang panjang sulit,atau abnormal, yang
timbul akibat berbagai kondisi yang berhubungan dengan 5 faktor persalinan sebagai
berikut: Persalinan disfungsional akibat kontraksi uterus yang tidak efektif atau akibat
upaya mengedan ibu (kekuatan/power),perubahan struktur pelvis ( jalan lahir ), sebab
pada janin meliputi kelainan persentasi/kelainan psisi,bayi besar,dan jumlah bayi, posisi
ibu selama pesalinan dan melahirkan, respons psikologis ibu terhadap pesalinan yang
berhubungan dengan pegalaman, persiapan, budaya, serta system pendukung.
B. ETIOLOGI
Distosia dapat di sebabkan oleh :
1. Kelainan tenaga/power
2. Kelainan jalan lahir/passage
3. Kelainan letak dan bentuk janin/passage
C. PATOFISIOLOGI
Setelah kelahiran kepala, akan terjadi putaran paksi luar yang menyebabkan
kepala berada pada sumbu normal dengan tulang belakang bahu pada umumnya akan
berada pada sumbu miring (oblique) di bawah ramus pubis. Dorongan pada saat ibu
mengeran akan menyebabkan bahu depan (anterior) berada di bawah pubis, bila bahu
gagal untuk mengadakan putaran menyesuaikan dengan sumbu miring dan tepat berada
3
pada posisi anteroposterior, pada bayi yang besar akan terjadi benturan bahu depan
terhadap simfisis sehingga bahu tidak bisa lahir mengikuti kepala.
4
Distosia Persalinan
Nyeri selama proses persalinan
Kelainan jalan lahir
Kelainan letak dan jalan lahir
Kelainan tenaga/power
Kegagalan bahu melipat kedalam panggul
Panggul sempit segmen depan
Kelelahan fisik
Ubun-ubun sulit memutar kedepan
Risiko tinggi cidera janin
hipermetabolisme
Tekanan kepala pada serviks
Penekanan bahu pada panggul menuju vagina
Resiko tinggi kekurangan cairan
Gangguan rasa nyaman
D. KLASIFIKASI DISTOSIA
1. Persalinan Disfungsional ( Distosia karena kalainan kekuatan)
Persalinan disfungsional adalah kontraksi uterus abnormal yang menghambat
kemajuan dilatasi serviks normal, kemajuan pendataran/effacement ( kekuatan primer),
dan atau kemajuan penurunan ( kekuatan skunder ). Gilbert (2007) menyatakan beberapa
faktor yang di curigai dapat meningkat kan resiko terjadinya destosia uterus sebagai
berikut :
Bentuk tubuh (berat badan berlebihan,pendek).
Kondisi uterus yang tidak normal (malformasi kongenital, distensi yang
berlebihan, kehamilan ganda, atau hidramnion).
Kelainan bentuk dan posisi janin.
Disproporsi cephalopelvic (CPD).
Overstimulasi oxytocin.
Kelelahan dehidrasi dan ketidak seimbangan elektrolit, dan kecemasan.
Pemebrian analgesik dan anastetik yang tidak semestinya.
Kontraksi uterus abnormal terdiri dari disfungsi kontraksi uterus primer (hipotonik)
dan disfungsi kontraksi uterus sekunder (hipertonik).
1. Disfungsi Hipotonik
HIS bersifat bisa dalam arti bahwa fundus berkontraksi lebih kuat dan lebih
dahulu dari pada bagian lain, kelainannya terletak dalam hal bahwa kontraksi uterus
lebih aman, singkat, dan jarang dari pada biasa. Keadaan umum penderita biasanya
baik dan rasa nyeri tidak seberapa.Selama ketuban masih utuh tidak banyak bahaya
baik bagi ibu atau pun janin. Apabila HIS terlampau kuat maka akan terjadi disfungsi
hipertonik.
5
2. Disfungsi Hipertonik
Ibu yang mengalami kesakitan/nyeri dan frekuensi kontraksi tidak efektif
menyebabkan dilatasi servikal atau peningkatan effacement. Kontraksi ini
biasa terjadi pada tahap laten, yaitu dilatasi servikal kurag dari 4 cm dan tidak
atau pemerikaan sinar X yang di ikuti dengan augmentasi disfungsional dengan
oksitosin. Kekuatan sekunder atau upaya mengejan dapat menjadi lebih berat akibat
penggunaan analgesik dalam jumlah besar, pemberian anastesi, ibu keletihan, hidrasi
yang tidak adekuat dan posisi ibu.
2. Distosia karena kelainan struktur pelvis
Jenis-jenis panggul:
a) Panggul ginekoid
Pintu atas panggul bundar dengan diameter transversa yang lebih panjang
sedikit daripada diameter anteroposterior dan dangan panggul tengah dan pintu
bawah panggul yang cukup luas.
b) Panggul Antropoid
Diameter anteroposterior yang lebih panjang dari diameter transversa
dengan arkus pubis menyempit sedikit.
c) Panggul Android
Pintu atas panggul yang berbentuk sebagai segitiga yang berhubungan
dengan penyempitan kedepan, dengan spina iskiadika menonjol kedalam dan
arkus pubis menyempit.
d) Panggul platypelloid
Diameter anteroposterior yang jelas lebih pendek dari pada diameter
transversa pada pintu atas panggul dengan arkus pubis yang luas.
Distosi pelvis dapat terjadi bila ada kontraktor diameter pelvis yang
mengurangi kapasitas tulang panggul termasuk pelvis inlet ( pintu atas panggul)
6
pelvis bagian tengah, pelvis outlet ( pintu bawah panggul), atau kombinasi dari
ketiganya.
Disproporsi pelvis merupakan penyebab umum dari distosia. Kontraktor
pelvis mungkin di sebabkan oleh ketidak normalan kongenita, malnutrisi
maternal, neoplasma atau kelainan tulang belakang. Ketidak matangan ukuran
pembentukan pelvis pada beberapa ibu muda dapat menyebabkan distosia pelvis.
a. Kesempitan pada pintu atas panggul
Kontraktur pintu atas panggul terdiagnosis jika diagonal konjugata kurang
dari 11,5 cm. insiden pada bentuk wajah dan bahu meningkat. Karena bentuk
interfere dengan engagement dan bayi turun, sehingga beresiko terhadap prolapse
tali pusat.
b. Kesempitan Panggul Tengah
Pada panggul tengah yang sempit, lebih sering di temukan posisi
oksipitalis posterior persisten atau posisi kepala dalam posisi lintang
tetap.Kesempitan pintu bawah panggul Agar kepala janin dapat lahir,di perlukan
ruangan yang lebih besar pada bagian belakang pintu bawah panggul. Dengan
distansi tuberum bersama dengan diameter sagitalis posterior kurang dari 15 cm,
timbul kemacetan pada kelahiran janin ukuran normal.
Penanganan
Hal yang perlu di perhatiikan adalah bagaiman kemajuan pembukaan
serviks apakah gangguan pembukaan seperti: pemanjangan fase laten;
pemanjangan fase aktif; sekunder arrest ,bagaiman kemajuan penurunan bagian
terbawah janin ( belakang kepala) apakah ada tanda-tanda klinis dari ibu atau
janin yang menunjukkan adanya bahaya bagi ibu atau anak ( seperti :gawat janin,
rupture uteri).
Apabila ada salah satu gangguan diatas, maka menandakan bahwa
persalinan pervaginam tidak mungkin dan harus di laksanakan seksio sesaria. Bila
7
ada kemajuan pembukaan serta penurunan kepala berjalan lancar, maka
persalinan pervaginam bisa di laksanakan.
3. Distosia Karena Kelainan Letak dan Bentuk Janin
a) Kelaianan letak, persentasi atu posisi
Posisi oksipitalis posterior persisten
Pada persalinan persentasi belakang kepala, kepala janin turun melalui
pintu atas panggul dengan sutura sagittalis melintang atau miring sehingga ubun-
ubun keeecil dapat berada di kiri melintang, kanan melintang, kiri depan ,kanan
depan, kiri belakang, atau kanan belakang. Namun keadaan ini pada ummunnya
tidak akan terjadi kesulitan perputarannya kedepan, yaitu bila keadaan kepala
janin dalam keadaan fleksi dan panggul mempunyai bentuk serta ukuran normal.
Penyebab terjadinya posisi oksipitalis posterior persisten ialah usaha penyesuaian
kepala terhadap bentuk dan ukuran panggul.
Mekanisme Persalinan
Bila hubungan antara panggul dan kepala janin cukup longgar, persalinan
pada posisi oksipitalis posterior persisten dapat berlangsung secara spontan,
tetapi pada umumnya lebih lama. Kepala janin akan lahir dalam keadaan muka di
bawah simfisis dengan mekanisme sebagai berikut : setelah kepala mencapai
dasar panggul dan ubun-ubun besar berada di bawah simfisis, dengan ubun-ubun
besar tersebut sebagai hipomoklion, oksipitalis akan lahir melalui perineum di
ikuti bagian kepala yang lain.
Prognosis
Persalinan pada umumnya berlangsung lebih lama kemungkinan
kerusakan jalan janin lebih besar, kematian perinatal lebih tinggi di bandingkan
dengan keadaa ubun-ubun kecil berada di depan.
Penanganan
8
Pada persalinan ini sebaiknya di lakukan pengawasan yang seksama,
tindakan untuk mempercepat jalannya persalinan dilakukan apabila kala II terlalu
lama atau ada tanda-tanda bahaya terhadap janin. Pada persalinan letak belakang
kepala akan ;ebih mudaha pabila letak ubun-ubun lebih kecil berada di depan,
maka harus di usahakan agar ubun-ubun kecil dapat di putar kedepan. Perputaran
kepala dapat di lakukan dengan tangan penolong yang di masukkan kedalam
vagina atau dengan cunam.
o Persentasi puncak kepala
Kondisi ini keadaan kepala dalam keadaan defleksi. Berdasarkan derajat
defleksinya maka dpat terjadi persentasi puncak kepala, persentasi dahi atau
persentasi muka. Persentasi puncak kepala ( persentasi sinsiput ) terjadi apa bila
derajat defleksinya ringan sehingga ubun-ubun besar berada di bawah. Keadaan
ini merupakan kedudukan sementara yang kemudian berubah menjadi persentasi
belakang kepala.
Mekanisme persalinan
Penanganan nya hampir sama dengan posisi oksipitalis posterior persisten.
Perbedaanya ialah pada persentasi puncak kepala tidak terjadi fleksi kepala yang
maksimal.
Persentasi muka
Persentasi muka terjadi bila derajat defleksi kepala maksimal sehingga
muka bagian terendah. Kondisi ini dapat terjadi pada panggul sempit atau janin
besar. Multiparitas dan perut gantung juga merupakan faktor yang menyebabkan
persentasi muka.
Mekanisme Persalian
Kepala turun melalui pintu atas panggul dengan sirrkumferensia trakelo-
parietalis dan dengan dagu melintang atu miring. Setelah muka mecapai dasar
panggul terjadi putaran paksi dalam, sehingga dagu memutar kedepan dan berada
di bawah arkus pubis. Denagn daerah submentum sebagai hipomoklion, kepala
9
lahir dengan kepala fleksi, sehingga dahi ubun-ubun besar dan bagian belakang
kepala melewati perineum. Setelah kepala lahir terjadi putaran paksi luar dan
badan janin lahir seperti pada persentasi belakang kepala. Apabila dagu berada di
belakang, pada waktu putaran dalam dagu harus melewati jarak yang lebih jauh
supaya dapat berada di depan. Apabila dagu tidak dapat berputar kedepan ( posisi
mento posterior persisten ) dan janin tidak dapat lahir spontan, kondisi ini harus
segera di lakukan tindakan untuk menolong persalinan.
Penanganan
Bila selama pengamatan kala II terjadi posisi mento posterior persisten,
maka di usahakan untuk memutar dagu ke depan dengan satu tangan di masukkan
ke vagina. Jika usaha ini tidak berhasil maka di lakukan secsio sesaria.
Persentasi dahi
Persentasi dahi adalah bila derajat defleksi kepalanya lebih berat, sehingga
dahi merupakan bagian yang paling rendah. Kondisi ini merupakan kedudukan
yang bersifat sementara yang kemudian berubah menjadi persentasi muka atu
persentasi belakang kepala. Penyebab terjadinya kondisi ini sama dengan
persentasi muka.
Mekanisme persalinan
Kepala masuk melalui pintu atas pangguk dengan sirkumferensia
maksilloparietalis serta sutura frontalis melintang atu miring. Setelah terjadi
moulage, dan ukuran terbesar kepala telah melalui pintu atas panggul, panggul
memutar kedepan. Sesudah dagu berada di depan, denagn fosa kanina sebagai
hipomoklion, terjadi fleksi hingga ubun-ubun besar dan belakang kepala lahir
melewati perineum. Kemudian terjadi defleksi, sehingga mulut dan dagu lahir di
bawah simfisis yang menghalangi persentasi dahi untuk berubah menjadi
persentasi muka, biasanya karena moulage dan kaput suksedaneum yang besar
pada dahi waktu kepala memasuki panggul, sehingga sulit terjadi penambahan
defleksi. Persalinan membutuhkan waktu yang lama dan jarang berlangsung
10
spontan, sedangkan persalinan pervaginanm berakibat perlukaan luas pada
perineum dan jalan lahirnya.
Prognosis
Janin yang kecil masih mungkin lahir spontan, tetapi janin dengan berat
dan besar normal tidak dapat lahir spontan pervaginam.
Penanganan
Persentasi dahi dengan ukuran panggul dan janin yang normal, tidak akan
dapat lahir spontan melalui vagina sehingga harus di lahirkan dengan secsio
sesaria. Bila persalinan mengalami kemajuan dan ada harapan persentasi dahi
dapat berubah menjadi persentasi belakang kepala tidak perlu di lakukan tindakan.
Jika pada akhir kala I kepala belum masuk kedalam rongga panggul, dapat di
usahakan mengubah persentasi dengan perasat thorn. Tapi jika tidak berhasil maka
lakukan secsio sesaria. Meskipun kepala sudah masuk ke rongga panggul, tetapi
bila kala II tidak mengalami kemajuan, juga di lakukan secsio sesaria. Bayi yang
lahir dalam persentasi dahi menunjukkan kaput suksedeneum yang besar pada dahi
yang di sertai moulage kepala yang hebat.
Letak Sungsang
Letak sungsang merupakan keadaan di mana janin terletak memanjang
dengan kepala di fondus uteri dan bokong berada di bawah cavum uteri. Beberapa
jenis letak sungsang yakni :
- Persentasi bokong
Pada persentasi bokong, akibat ekstensi kedua sendi lutut, kedua kaki
terangkat ke atas sehingga ujungnya terdapat setinggi bahu atau kepala
janin.Sehingga pada pemeriksaan dalam hanya dapat di raba bokong.
- Persentasi bokong kaki sempurna
Disamping bokong dapat diraba kedua kaki.
- Persentasi bokong kaki tidak sempurna
11
Hanya terdapat satu kaki di samping bokong sedangkan kaki yang lain
terangkat ke atas.
- Persentasi kaki
Pada persentasi kaki bagian paling rendah adalah satu atau dua kaki.
Etiologi
Faktor-faktor yang memegang peranan terjadinya letak sungsang adalah
multiparitas, hamil kembar,hidramnion, hidrosefalus, plasenta previa dan panggul
sempit, kelainan uterus dan kelainan bentuk uterus. Plasenta yang terletak di
daerah kornu fondus uteri dapat pula menyebabkan letak sungsang karena plasenta
mengurangi luas ruangan di daerah fundus.
Mekanisme Persalinan
Bokong masuk kedalam rongga panggul dengan garis pangkal paha
melintang atau miring. Setelah menyentuh dasar panggul terjadi putaran paksi
dalam, sehingga di pintu bawah panggul garis panggul paha menempati diameter
ante posterior dan trokanter depan berada di bawah simfisis. Kemudian terjadi
fleksi lateral pada badan janin, sehingga trokanter belakang melewati perineum
dan lahirlah seluruh bokong di ikuti oleh kedua kaki. Setelah bokong lahir terjadi
putaran paksi luar dengan parut janin berbeda di posterior yang me mungkin bahu
melewati pintu atas panggul dengan garis terbesar bahu melintang atau miring.
Terjadi putaran paksi dalam pada bahu, sehingga bahu depan berada di bawah
simfisis dan bahu belakang melewati perineum. Pada saat tersebut kepala masuk
kedalam rongga panggul dengan sutura sagitalis melintang atau miering.Di dalam
rongga panggul terjadi putaran paksi dalam kepala sehingga muka memutar ke
posterior dan oksiput kearah simfisis. Dengan suboksiput sebagai hipomoklion,
maka dagu,mulut,hidung,dahi, dan seluruh kepala lahir berturut-turut melewati
perineum.
Prognosis
12
Angka kematian bayi pada persalinan letak sungsang lebih tinggi bila di
bandingkan dengan letak kepala.Adanya kesempitan panggul sudah harus di duga
pada waktu pemeriksaan antenatal khususnya pada seorang primigravida dengan
letak sungsang.Untuk itu harus di lakukan pemeriksaan panggul atau MRI.
Multiparitas dengan riwayat obstetrik yang baik, tidak selalu menjamin persalinan
dalam letak sungsang akan berlangsung lancar, sebab janin yang besar dapat
menyabab kan disproporsi meskipun ukuran panggul normal.
Penanganan
a. Dalam kehamilan
Mengingat bahaya sebaiknya persalinan dalam letak sungsang di
hindarkan. Untuk itu sewaktu pemeriksaan antenatal letak sungsang terutama
pada primigravida hendaknya di lakukan versi luar menjadi persentasi
kepala.Versi luar ini sebaiknya di lakukan kehamilan antara 34 dan 38 minggu.
Kalau pada sebelum minggu ke 34 kemungkinan besarjanin masih dapat
memutar sendiri, sedangkan setelah minggu ke 38 versi luar akan sulit berhasil di
karenakan janin sudah besar dan jumlah air ketuban relative telah berkurang.
Sebelum melakukan versi luar, diagnosis letak janin harus pasti dan denyut
jantung janin harus dalam ke adaan baik. Kontraindikasi untuk versi luar adalah:
- Panggul sempit
Sebenarnya tidak ada gunanya melakukan versi luar karena jika berhasil perlu
jga di lakukan secsio sesaria. Jika kesempatan panggul hanya ringan maka versi
luar harus di usahakan karena jika berhasil akan memungkinkan dilakukan partus
percobaan.
- Perdarahan antepartum
Tidak boleh di lakukan karena akan menambah perdarahan akibat lepasnya
plasenta.
- Hipertensi
Usaha versi luar akan dapat menyebabkan solusio plasenta.
- Hamil kembar
13
Pada hamil kembar janin yang lain dapat menghalangi versi luar, yang lebih
berbahayajika janin terletak dalam satu kantong amnion, keungkinan tali pusat
kedua janin akan saling melilit.
- Plasenta previa.
b. Dalam persalinan
Letak sunsang tanpa disproporsi cepalopelvic dapat di ambil sikap
menunggu sambil mengawai kemajuan persalinan, sampai umbilikus di
lahirkan.Ekstraksi pada kaki atau bokong hanya di lakukan apabila dalam kala II
terdapat tanda-tanda bahaya bagi bagi ibu atau bahaya bagi ibu atau janin atau
apabila kala II berlangsung lama maka secsio sesaria perlu di lakukan.
c. Letak lintang
Letak lintang adalah suatu keadaan di mana janin melintang di dalam
uterus dengan kepala pada sisi yang satu sedangkan bokong berada pada sisi yang
lain. Pada umumnya bokong berada sedikit lebih tinggi daripada kepala janin,
sedangkan bahu berada pada pintu atas panggul. Punggung janin berada di depan,
di belakang, di atas, atau di bawah.
Etiologi
Penyebab penting letak lintang ialah multi paritas di sertai dinding uterus
dan perut yang lembek.keadaan lain yang dapat menghalangi turunnya kepala ke
dalam rongga panggul seperti misalnya panggul sempit, tumor di daerah panggul,
plasenta previa, kehamilan premature, hidramnion dan kehamilan kembar,
kelainan bentuk Rahim seperti uterus arkuatus/uterus subseptus.
Mekanisme persalinan
Pada letak lintang dengan ukuran panggul normal dan janin cukup bulan,
tidak dapat terjadi persalinan spontan. Bila persalinan di biarkan tanpa
pertolongan, akan menyebabkan kematian janin dan ruptura uteri dan keadaan ini
14
dapat membahayakan ibu akibat perdarahan dan infeksi dan seringkali berakibat
kepada kematian.
Apabila janinnya kecil,sudah mati dan lembek persalinan dapt berangsung
spontan. Janin lahir dalam keadaan terlipat melalui jalan lahir ( Konduplikasio
korpore) atau lahir dengan evolusio spontanea menurut cara Denman DAN
Douglas. Pada cara Denman bahu tertahan pada simfisis dan dengan fleksi kuat di
bagian bawah tulang belakang, badan bagian bawah, bokong dan kaki turun di
rongga panggul dan lahir, kemudian di susul badan bagian atas dan kepala. Pada
cara Douglas bahu masuk kedalam rongga panggul, kemudian di lewati oleh
bokong dan kaki sehingga bahu, bokng dan kaki lahir, selanjutnay di susul oleh
lahirnya kepala. Dua cara tersebut merupakan variasi suatu mekanisme lahirnya
janin dalam letak lintang, akibat fleksi lateral yang maksimal dari tubuh janin.
Prognosis
Persalinan letak lintang memberikan prognosis yang jelek, bak terhadap
ibu maupun janinnya.
Penanganan
Apabila pada pemeriksaan antenatal di temukan letak lintang, sebaiknya di
usahakan mengubah menjadi persentasi kepala dengan versi luar.Ibu di haruskan
masuk rumah sakit lebih dini pada permulaan persalinan, sehingga bila terjadi
perubahan letak, segera dapat di tentukan diagnosis dan penanganan nya.Pada
permulaan persalinan masih dapat di usahakan mengubah letak lintang asalkan
pembukaan masih kurang dari 4 cm dan ketuban belum pecah.Pada seorang
primigravida bila versi luar tidak berhasil, sebaiknya segera di lakukan secsio
sesaria.Persalinan letak lintang pada multipara bergantung kepada riwayat
obstetric wanita yang bersangkutan baik, dapat di tunggu dan di awasi sampai
pembukaan serviks lengkap untuk kemudian melakukan versi ekstraksi.Selama
menunggu harus di usahakan ketuban tetap utuh, apabila ketuban pecah sebelum
pembukaan lengkap dan tedapat prolapsus funikuli, harus segera di lakukan secsio
sesaria. Jika ketuban pecah, tetapi tidak ada prolapsus funikuli, maka bergantung
15
kepada tekanan, dapat di tunggu sampai pembukaan lengka, kemudian di lakukan
versi ekstraksi/secsio sesaria.
a. Pesentasi ganda
b. Persalinan ganda
Keadaan dimana kepala janin di dalam rongga panggul dijumpai tangan,
lengan/kaki, atau keadaan dimana disamping bongkong janin di jumpai tangan.
Etiologi
Presentasi ganda terjadi karena pintu atas panggul tidak tertutup sempurna
oleh kepala atau bokong, misalnya pada seorang multipara dengan perut gantung,
pada kesempitan panggul dan janin yang kecil.
Penanganan
Pada presentasi ganda umumnya tidak ada indikasi untuk mengambil
tindakan, karena pada panggul dengan ukuran normal, persalinan dapat spontan
per vagina.Akan tetapi apabila lengan seluruhnya menumbung duisamping
kepala, sehingga menghalangi turunnya kepala dapat dilakukan reposisi
lengan.Tangan penolong dimasukkan kedalam vagina dan mendorong lengan
janin keatas melewati kepalanya, kemudian kepala didorong kedalam ronggga
panggul dengan tekanan dari luar.
Apabila pada presentasi ganda ditemukan prolaksus funikuli, maka
penanganan bergantung pada kondisi janin dan pembukaan seviks. Bila janin
dalam keadaan baik danpembukaan belum lengkap sebaiknya dilakukan secsio
sesaria,sedangkan biola pembukaan lengkap, panggul mempunyai ukuran normal
pada multipara, dapat dipertimbangkan melahirkan janin per vagina. Bila janin
sudah meninggal, diusahakan unntuk persalinan spontan, sedangkan tindakan
untuk mempercepat persalinan hanya dilakukan atas indikasi ibu.
d. Pertumbuhan janin yang berlebihan.
Yang dimaksud bayi besar ialah bila berat badan lebih dari 4000
gram.Kepala dan bahu tidak mampu menyesuaikan ke pelvis, selain itu distensi
16
uterus oleh janin yang besar mengurangi kekuatan kontraksi selama persalinan
dan kelahirannya.Pada panggul normal, janin dengan berat badan 4000-5000
gram pada umumnya tidak mengalami kesulitan dalam melahirkannya.
Etiologi
Janin besar dipengaruhi oleh faktor keturunan.Selain itu janin besar
dijumpai pada wanita hamil dengan DM. Postaturitas dan grandemultipara.
Prognosis
Pada panggul nornal, janin dengan berat badan kurang dari 4000 gram
pada umumnya umumnya tidaik menimbulkan kesukaran persalinan.Kesukaran
terjadi karena kepala yang besar atau kepala yang lebih keras (pada post
maturitas) tidak dapat memasuki pintu ataspanggul, atau katrena bahu yang lebar
sulit melewati rongga panggul.Menarik kepala kebawah terlalu kuat dalam
pertolongan melahirkan bahu yang sulit dapat berakibatkan pelukaan nervus
barchialis dan muskulus sternocleidomastoideus.
Penanganan
Apabila kepala sudah lahir sedangkan bahu sulit dilahirkan, hendaknya
dilakukan episiostomi mediolateral yang cukup luas, hidung, mulut janin
dibersihkan, kemudian kepala ditarik curam kebawahsecara hati-hati dengan
kekuatan teratur. Bila tidak berhasil, tubuh janin di putar dalam rongga panggul,
sehingga bahu belakang menjadi bahu depan dan lahir dibawah simififis.
Tindakan yang bisa dilakukan untuk membantu mencegah distocia bahu
adalah membantu memutar kepala janin dan mendorong kebawah.
(camune&brucher,2007; Lanni&seeds,2007; simpson,2008)
Metode yang digunakan untuk distocia bahu:
17
a. Menurut McRobet’s meneuver adalah ibu mengklasifikasikan pahanya lebih
tinggi dari perutnya, dimana dapat mengangkat lengkung pelvic dimana
metode ini memiliki efek yang sama dengan jongkok dan menambah upaya
dalam menekan kebawah.
b. Metode suprapubic pressure dilakukan oleeh yang membantu persalinan,
suprapubic pressure dilakukan untuk mendorong bagian anterior bahu janin
kearah bawahuntuk memindahkan janin dari atas kesimifisis pubis ibu. Pada
keadaan dimana janin telah mati sebelum bahu dilahirkan, dapat dilakukan
kleidotoma pada satu atau kedua klavikula mengurangi kemungkinan
perlukaan jalan lahir.
o Hidrosefalus
Hidrosefalus adalah keadaan dimana terjadi penimbunan cairan
serebrospinal dalm ventrikel otak, sehingga kepala menjadi besar sehingga terjadi
pelebaran sutura-sutura dan ubun-ubun.Hdirosefalus akan menyebab kan
disproporsi sefalopelvic.
Prognosis
Hidrosefalus dapat mengakibatkan ruptura uteri. Rupture uteri pada
hidrosefalus dapat terjadi sebelum pembukaan servik menjadi lengkap. Pada
kasus hidrosefalus ini, kepala janin harus dikecilkan pada pemulaan persalinan.
Pada pembukaan 3 cm cairan serebrospinal dikeluarkan dengan fungsi pada
kepala dengan menggunakan jarum spinal. Bila janin dalam letak sungsang,
pengeluaran cairan dari kepala dilakukan dengan fungsi atau perforasi melalui
foramen oksipitalis magnum atau sutura temporalis. Selain itu,
ventrikulosentensis transabdominal dengan jarum spinal juga dianjurkan.
Kelainan bentuk janin yang lain
a) Janin kembar melekat ( double master )
Torakopagus ( pelekatan pada dada ) merupakan janin kembar melekat yang
paling sering menimbulkan kesukaran persalinan.
18
b) Janin dengan perut besar
Pebesaran perut yang menyebabkan distocia, akibat dari asistes atau tumor
hati, limpa, ginjal dan ovarium jarang sekali di jumpai.
o Prolaksus funikuli
Keadaan dimana tali pusat berada disampingatau melewati bagian terendah
janin di dalalm jalan lahir setelah ketuban pecah.Pada presentasi kepala, prolaksus
funikuli sangat berbahaya bagi janin, karena setiap saat tali pusat dapat terjepit
antara bagian terendah janin dengan jalan lahir dengan akibat gangguan
oksigenasi.
Prolaksus funikuli dan turunnya tali pusat disebabkan oleh gangguan adaptasi
bagian bawah janin terhadap panggul, sehingga pintu atas panggul tidak tertutup
oleh bagian bawah janin.
Penanganan
Pada polaraksus funikuli janin menghadapi bahaya hipoksia, karean tali
pusat akan terjepit antara bagian terendah janin dan jalan lahir. Apabila tali pusat
masih berdenyut tapi pembukaan belum lengkap tindakkan yang harus dilakukan
adalah reposisi tali pusat atau seksio sesaria.
4. Distosia karena kelainan posisi ibu
Posisi dapat menimbulkan dampak positif dan negative pada persalinan,
dimana efek gravitasi dan bagian tubuh memiliki hubungan yang penting untuk
kemajuan proses persalinan. Misalnya posisi tangan dan lutut, posisi oksiput posterior
lebih efektif dari pada posisi lintang. Posisi duduk dan jongkok membantu
mendorong janin turun dan memperpendek proses kala II (terry et al, 2006 ). Posisi
recumbent dan litotomy bisa membantu pergerakkan janin kearah bawah. Apabila
distosia karena kelainan posisi ibu ini terjadi, tindakan yang harus segera dilakukan
pada proses persalinan adalah seksio sesaria atau vakum.
5. Distosia karena respon psikologis
19
Stress yang diakibatkan oleh hormone dan neurotransmitter ( seperti
catecholamines ) dapat menyebabkan distosia. Sumber stress pada setiap wanita
bervariasi, tetapi nyeri dan tidak adanya dukungan dari seseorang merupakan factor
penyebab stress.
Cemas yang berlebihan dapat menghambat di latas servik secara normal,
persalinan berlangsung lama, dan nyeri meningkat. Cemas juga menyebabkan
peningkatan level stress yang berkaitan dengan hormon ( seperti : β endorphin,
andrenokortikotropik, kortisol, dan epinephire). Hormone ini dapat menyebabkan
distosia karena penurunan kontraksi uterus.
6. Pola persalinan tidak normal
Pola persalinan yang tidak normal di indentifikasi dan di klasifikasi oleh
riedman ( 1989 ) berdasarkan sifat dilasi servikal dan penurunan janin.
Persalinan normal.
a) Dilasi ( pembukaan ) berlanjut
- Fase laten : <4 cm dan low slope
- Fase aktif: > 5cm dan high slope
- Fase deselarasi: ≥ 9cm
b) penurunan: aktif pada dilasi ≥ 9cm.
Persalinan tidak normal
Pola Nulliparas Multiparas
Fase laten prologed < 20 jam >14 jam
Fase dilatasi aktif
protracted
<1.2cm/jam <1.5cm/jam
Secondary arrest: no
change
≥ 2 Jam ≥ 2 jam
Protracted descent <1cm/jam <2cm/jam
Arrest descent ≥1 jam ≥1/2 jam
20
Persalinan preciptous >5cm/hari 10cm/hari
Failure of descent Tidak ada perubahan selama fase deselarisasi dan kala II
7. Distosia karena kalainan traktus genetalis
a) Vulva
kelainan pada vulva yang menyebabkan disticia adalah edema, stonosis, dan
tumar. Edema biasanya timbul sebagai gejala preeklampsia dan terkadang karena
gangguan gizi.Pada persalinan jika inu dibiarkan mengejan terus maka dapat juga
mengakibatkan edema.Stenosis pada vulpa terjadi akibat perlukaan dan peradangan yang
menyebabkan ulkus dan sembuh dengan perut-perut yang menimbulkan kesulitan.Tumor
dalam peoplasma tarang ditemukan.Yang sering ditemukan kondilomata akuminata, kista
atau abses glandula bartholin.
b). Vagina
Yang di temukan pada vagina adalah septum vagina, dimana septum ini
memisahkan vagina secara lengkap atau tidak lengkap dalam bagian kanan dan bagian
kiri. Septum lengkap biasanya tidak menimbulkan distosia karena bagian vagina yang
satu cukup lebar,baik untuk koitus maupun untuk yang lainnya janin. Septum tidak
lengkap kadang-kadang menahan stenosis vagina yang kaku dalam kehamilan merupakan
halangan untuk lahirnya bayi.perlu di pertimbangkan seksio sesaria.tumor vagina dapat
menjadi rintangan pada lahirnya janin per vaginam.
c). servik uteri
konglutinasio orivisii extemi merupakan keadaan dimana pada kala I servik uteri
menipis akan tetapi pembukaan tidak terjadi, sehingga merupakan lembaran kertas di
bawah kepala janin. Karsinoma servisis uteri, merupakan keadaan yang menyebabkan
distosia.
d). Uterus
21
mioma uteri merupakan tumor pada uteri yang dapat menyebabkan distosia
apabila mioma uteri menghalangi lahirnya janin pervaginam, adanya kelainan letak janin
yang berhubungan dengan mioma uteri, dan inersia uteri yang berhubungan dengan
mioma uteri.
e). Varium
distosia karena tumor ovarium terjadi apabila menghalangi lahirnya janin
pervaginam. Diman tumor ini terletak pada cavum douglas. Membiar kan persalinan
berlangsung lama mengandung bahaya pecahnya tumor atau rupture uteri atau infeksi
intrapartum.
E. MANIFESTASI KLINIS
a. ibu :
- Gelisah
- Letih
- Suhu tubuh meningkat
- Nadi dan pernafasan cepat
- Edem pada vulva dan servik
- Bisa jadi ketuban berbau
b. janin
- DJJ cepat dan tidak teratur
F. MANAJEMEN TERAPEUTIKI
Penanganan Umum
- Nilai dengan segera keadaan umum ibu dan janin
- Lakukan penilaian kondisi janin : DJJ
- Kolaborasi dalam pemberian :
Infuse RL dan larutan NaCL isotonic (IV)
Berikan analgesi a berupa tramadol/ peptidin 25 mg (IM) atau morvin 10 mg (IM)
22
- Perbaiki keadaan umum
Dukungan emosional dan perubahan posisi
Berikan cairan
Penanganan khusus
1. Kelainan His
TD di ukur tiap 4 jam
DJJ tiap ½ jam pada kala I dan tinggkatan pada kala II
Pemeriksaan dalam
2. Kelainan janin
Pemeriksaan dalam
Pemeriksaan luar
MRI
Jika sampai kala II tidak ada kemajuan dapat dilakukan seksiosesaria baik primer
pada awal persalinan maupun skunder pada akhir persalinan.
3. Kelainan jalan lahir
Kalau kongjunata vera <8 ( pada VTterba promontorium ) persalinan dengan SC.
G. PROGNOSIS
e. Kompresi tali pusat
f. Kerusakan pleksus brakhialis
g. Erb-duchene palsy
h. Paralisis klumpke
i. Patah tulang
j. Fraktur klavikula
k. Feaktur humerus
l. Asfiksia janin
m. Kematian bayi
H. KOMPLIKASI
Komplikasi Maternal:
23
Perdarahan pasca persalinan
Fistula Rectovaginal
Simfisiolisis atau diathesis, denagn atau pun tanpa “ transient femoral
neuropathy”
Robekan perineum derajat IIIatau IV
Rupture uteri
Komplikasi Fetal:
Brachial plexus palsy
Fraktura clavicle
Kematian janin
Hipoksia janin, dengan atau tanpa kerusakan neurologis permanen
Fraktura humerus
Prediksi dan pencegahan Distosia bahu.
Meskipun ada sejumlah faktor resiko yang sudah di ketahui, prediksi secara
individual sejumlah Distosia bahu terjadi adalah suatu hal yang tidak mungkin.
Faktor resiko
Kelainan bentuk panggul, diabetes gastasional, kehamilan postmature, riwayat
persalinan dengan distosia bahu dan ibu yang pendek.
1. Maternal
Kelainan anatomi panggul
Diabetes gestational
Kehamilan postmature
Riwayat distosia bahu
Tubuh ibu pendek
2. Fetal
Dugaan macrosomia
3. Masalah persalinan
Assited vaginal delivery (forceps atau vacuum)
24
“protracted active phase” pada kala I persalinan
“protracted” pada kala II persalinan
Distosia bahu sering terjadi pada persalinan dengan tindakan cunam tengah atau
pada gangguan persalinan kala I dan atau kala II yang memanjang. Ginsbergdan
Moisidis (2001) : Distosia bahu yang berulang terjadi pada 17% pasien.
Rekomendasi dari American college of Obstetricians and Gynecologist (2002)
untuk penatalaksanaan pasien dengan riwayat Distosia bahu pada persalinan yang
lalu:
1. Perlu di lakukan evaluasi cermat tehadap perkiraan berat janin, usia
kehamilan, intoleransi glukosa maternal dan tingkatan cedera janin apda
kehamilan sebelumnya.
2. Keuntungan dan kerugian di lakukannya tindakan SC harus di bahas secara
baik dengan pasien dan keluarganya.
American College of Obstetricians and Gynecologist (2002): penelitian yang di
lakukan dengan metode evidence based menyimpulkan bahwa:
1. Sebagai besar kasus distosia bahu tidak dapat di ramalkan atau di cegah.
2. Tindakan SC yang di lakukan pada semua pasien yang di duga mengandung janin
makrosomia adalah yang bersikap yang berlebihan, kecuali bila sudah di duga
adalah kehamilan yang melebihi 5000 gram atau dugaan berat badan janin yang di
kandung oleh penderita diabetes lebih dari 4500 gram.
I. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Palpasi dan Balotmen : leopold I : teraba kepala (balotement) di fundus uteri
2. Vaginal Toucher : teraba bokong yang luank dan irregular
3. X-ray : Dapat membedakan dengan persentasi kepala dan pemeriksaan ini penting
untuk menentukan jenis persentasi sungsang dan jumlah kehamilan serta adanya
kelainan kongenital lain.
4. Ultrasonografi : pemeriksaan USG yang di lakukan oleh operator berpengalaman
dapat menentukan:
1. Persentasi janin
25
2. Ukuran
3. Jumlah kehamilan
4. Lokasi plasenta
5. Jumlah cairan amnion
6. Malformasi jaringan lunak atau tulang janin
J. PENATALAKSANAAN
Piñatalaksanaan Umum
a. Bebaskan setiap kompresi tali pusat
b. Perbaiki aliran darah uteroplasenter
c. Menilai apakah persalinan dapat berlangsung normal atau kelahiran segera
merupakan indikasi. Rencana kelahiran (pervaginam atau perabdominam) di dasrkan
pada faktor faktor etiologi, kondisi janin, riwayat obstetric pasien dan jalannya
persalinan.
Penatalaksanaan Khusus
a. Posisikan ibu dalam keadaan miring sebagai usaha untuk membebaskan kompresi
aortokaval dan memperbaiki aliran darah balik, curah jantung dan aliran darah
uteroplasenter. Perubahan dalam posisi juga dapat membebaskan kompresi tali pusat.
b. Oksigen di berikan melalui masker muka 6 liter permenit sebagai usaha untuk
meningkatkan pergantian oksigen fotomaternal.
c. Oksigen di hentikan, karena kontraksi uterus akan mengganggu curahan darah ke
ruang intervilli
d. Hipotensi di koreksi dengan infus intravena dekstrose 5 % dalam larutan laktat.
Transfusi darah dapat di indikasikan pada syok hemoragik.
e. Pemeriksaan pervaginam menyingkirkan prolapse tali pusat dan menentukan perjalan
persalinan.
f. Pengisapan meconium dari jlan nafas bayi baru lahir mengurangi resiko aspirasi
mekoneoum. Segera setelah kepala bayi lahir, hidung dan mulut di bersihkan dari
mekoneum dengan kateter pengisap. Segera setelah kelahiran, pita suara harus di lihat
26
dengan laringoskopi langsung sebagai usaha untuk menyingkirkan mekoneum dengan
pipa endotrakeal.
K. PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN
Penanganan Umum
1. Nilai dengan segera keadaan umum ibu dan janin.
2. Lakukan penilaian kondisi janin :DJJ
3. Kolaborasi dalam pemberian : infus RL dan NaCL isotonic (IV), berikan analgesic
berupa tramandol/ peptidin 25 mg (IM) atau morvin 10 mg (IM)
4. Perbaiki keadaan umum : dukungan emosional dan perubahan posis, berikan cairan
Penanganan Khusus
1. Kelainan HIS : TD di ukur tiap 4 jam, DJJ tiap ½ jam pada kala I dan tingkatan pada
kala II.
Pemeriksaan dalam : infus RL 5% dan larutan NaCL isotonic (IV), berikan analgetik
seperti petidin, morfin, pemberian oksitosin untuk memerbaiki HIS.
2. Kelainan Janin
Pemeriksaan dalam, pemeriksaan luar, MRI.Jika sampai kala II tidak ada kemajuan
dapat di lakukan secsio sesaria baik primer pada awal persalinan maupun sekunder
pada akhir persalinan.
3. Kelainan Jalan Lahir
Kalau konjungata vera kurang dari 8 (pada VT teba promontorium ) persalinan
dengan SC.
L. ASUHAN KEPERAWATAN DISTOCIA PERSALINAN
PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
2. Riwayat Kesehatan
a. RKD
27
Yang perlu di kaji pada klien, biasanya klien pernah mengalami distosia sebelumnya,
biasanya ada penyulit persalinan sebelumnya seperti hipertensi, anemia, panggul
sempit, biasanya ada riwayat DM,biasanya ada riwayat kembar dll.
b. RKS
Biasanya dalam kehamilan sekarang ada kelainan seperti : kelainan letak janin
( lintang, sungsang dll.
c. RKK
Apakah dalam keluarga ada yng menderita penyakit kelainan darah, DM, eklamsi dan
pre eklamsi.
3. Pemeriksaan Fisik
Kepala, rambut tidak rontok, kulit kepala bersih tidak ada ketombe
Mata: biasanya konjungtiva anemis,
Thorak : inpeksi pernafasan : Frekuensi, kedalam, jenis pernafasan , biasanya ada
bagian paru yang tertinggal saat pernafasan.
Abdomen : kaji HIS ( kekuatan , frekuensi, lama ) biasanya his kurang semenjak awal
persalinan atau menurun saat persalinan, biasanya posisi, letak, persentasi, dan sikap
anak normal atau tidak,raba fundus keras atau lembek, biasanya anak kembar/tidak,
lakukan perabaan pada simpisis biasanya blas penuh/tidak untukmengetahui adanya
distensi usus dan kandung kemih.
Vulva dan Vagina : lakukan VT : biasanya ketuban sudah pecah atau belum, edem
pada vulva / servik biasanya teraba promantorium, ada/tidaknya kemajuan
persalinan,biasanya teraba jaringan plasenta untuk mengidentifikasi adanya plasenta
previa.
Panggul : lakukan pemeriksaan panggul luar, biasanya ada kelainan bentuk panggul
dan kelainan tulang belakang.
DIAGNOSA
1. Resiko tinggi kekurangan cairan
2. Gangguan rasa nyaman
3. Resiko tinggi cedera janin
28
INTERVENSI
Diagnosa
Keperawatan
Intervensi Tujuan dan Kriteria
Hasil
Rasional
1. Resiko tinggi
kekurangan
cairan
Pemberian cairan IV
sesuai program
Pengobatan
Rehidrasi cairan
pasien tercapai dalam
proses persalinan
Cairan IV
menggantikan cairan
yang hilang dalam
tubuh
2. Gangguan rasa
nyaman
Pimpinan pasien
dalam teknik bernafas
dalam latihan
relaksasi
Pengurangan rasa
nyeri yang di alami
selama proses
persalinan
Rasional : mengurangi
rasa tidak nyaman
3. Resiko tinggi
cedera janin
Melakukan manuver
leopold untuk
menentukan posis
janin dan persentasi
Cedara pada janin
dapat di hindari
Berbaring transfersal
atau persentasi
bokong memerlukan
kelahiran sesarea.
Abnormalitas lain
seperti persentasi
wajah, dagu, dan
posterior juga dapat
memerlukan
intervensi khusus
untuk mencegah
persalinan yang lama.
EVALUASI
29
1. Dx : resiko tinggi kekurangan cairan
Dehidrasi cairan pasien tercapai dalam proses persalinan
2. Dx : gangguan rasa nyaman
Pengurangan rasa nyeri yang di alami selama proses persalinan
3. Dx : Resiko tinggi cedera janin
Cedera pada janin dapat dihindari
30
BAB III
PENITUP
A. KESIMPULAN
Distocia adalah kesulitan pada saat melahirkan (abnormal) yang biasanya ini
disebabkan oleh kelianan pada janin, seta bias juga disebabkan berbagai factor yang
timbul akibat berbagai kondisi yang berhubungan dengan 5 faktor persalinan sebagai
berikut: Persalinan disfungsional akibat kontraksi uterus yang tidak efektif atau akibat
upaya mengedan ibu (kekuatan/power),perubahan struktur pelvis ( jalan lahir ), sebab
pada janin meliputi kelainan persentasi/kelainan psisi,bayi besar,dan jumlah bayi,
posisi ibu selama pesalinan dan melahirkan, respons psikologis ibu terhadap
pesalinan yang berhubungan dengan pegalaman, persiapan, budaya, serta system
pendukung.
B. SARAN
Saran dari kelompok kami adalah, bagi teman-teman mahasiswa yang sudah
mengetahui tentang distocia ini, hendaknya kalian membagikan ilmu yang telah
kalian miliki kepada masyarakan di lingkungan sekita.
Berikan gambaran atau pemahaman kepada masyrakan apa itu distocia, bagaimana
penanganan terhadap distocia, apa bahaya dari distocia tersebut.
31