9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pemasaran
Pemasaran adalah induk dari teori-teori tentang ritel sebagai channel
distribution yang nantinya akan berhubungan dengan store atmosphere.
Pemasaran yang baik dapat mendukung kesuksesan suatu perusahaan. Konsep
pemasaran digunakan dalam kegiatan pertukaran atau perdagangan. Pemasaran
merupakan salah satu aktivitas yang dapat menentukan keberhasilan pencapaian
tujuan perusahaan. Tujuan aktivitas pemasaran adalah untuk meningkatkan
penjualan yang dapat menghasilkan laba dengan cara memuaskan kebutuhan dan
keinginan konsumen.
Pengertian Pemasaran menurut Kotler dan Keller dalam bukunya
Manajemen Pemasaran (2007; 10) bahwa:
“Pemasaran adalah proses sosial yang dengan proses itu individu dan
kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan
dengan menciptakan, menawarkan dan secara bebas
mempertukarkan produk dan jasa yang bernilai dengan pihak lain”.
Menurut Stanton, Etzel dan Walker yang diterjemahkan oleh Saladin
dalam bukunya Manajemen Pemasaran Analisis, Perencanaan, Pelaksanaan
dan pengendalian (2004;2):
“Pemasaran adalah suatu sistem total dari kegiatan bisnis yang
dirancang untuk mendistribusikan barang-barang yang dapat
memuaskan keinginan dan mencapai sasaran dan tujuan organisasi”
Dari dua pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pemasaran itu
mencerminkan suatu pertukaran yang diwujudkan dalam bentuk barang dan jasa
di pasar melalui aliran barang dan jasa tersebut untuk didistribusikan kepada
konsumen dalam rangka pemenuhan kebutuhannya.
10
2.2 Manajemen Pemasaran
Manajemen pemasaran merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang
pelaksanaan dari pemasaran. Dengan ilmu manajemen pemasaran, perusahaan
dapat menentukan pasar mana yang dituju dan membina hubungan yang baik
dengan pasar sasaran tersebut.
Pengertian manajemen pemasaran menurut Shultz yang dikutip oleh Alma
(2004:130), yaitu :
“Manajemen Pemasaran adalah merencanakan, pengarahan, dan
pengawasan seluruh kegiatan pemasaran perusahaan ataupun bagian
dari perusahaan”.
Sedangkan menurut Kotler dan Amstrong yang dialihbahasakan oleh
Sindoro dalam bukunya “Dasar-Dasar Pemasaran” (2007;16), mendefinisikan
manajemen pemasaran sebagai berikut :
“Manajemen Pemasaran merupakan analisis, perencanaan,
implementasi, dan pengendalian program yang dirancang untuk
menciptakan, membangun dan mempertahankan pertukaran yang
menguntungkan dengan pembeli sasaran demi mencapai tujuan
organisasi”.
Dari pengertian di atas, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa
manajemen pemasaran adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang bagaimana
suatu organisasi memilih pasar sasaran yang sesuai dan menjalin hubungan yang
baik dengan pasar sasaran tersebut.
2.2.1 Bauran Pemasaran
Dalam pemasaran terdapat strategi yang disebut bauran pemasaran
(Marketing Mix) yang mempunyai peranan penting dalam mempengaruhi
konsumen untuk membeli produk atau jasa yang ditawarkan perusahaan ke pasar.
Setelah perusahaan menentukan strategi pemasaran kompetitifnya secara tepat,
maka perusahaan sudah siap merencanakan rincian dari bauran pemasaran.
11
Elemen-elemen bauran pemasaran (marketing mix) terdiri dari semua
variabel yang dapat dikontrol perusahaan dalam komunikasinya dengan konsumen
dan akan dipakai untuk memuaskan konsumen sasaran.
Kotler mendefinisikan Bauran Pemasaran (2007:23) sebagai berikut:
“Bauran pemasaran (marketing mix) adalah seperangkat alat
pemasaran yang digunakan perusahaan untuk terus-menerus
mencapai tujuan pemasarannya di pasar sasaran.”
Buchari Alma mendefiniskan Bauran Pemasaran (2004:205) sebagai
berikut
“Marketing mix merupakan strategi mencampur kegiatan-kegiatan
marketing, agar dicari kombinasi maksimal sehingga mendatangkan
hasil paling memuaskan.”
Dari beberapa definisi yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan bauran
pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran yang dilakukan dengan mencampur
kegiatan-kegiatan marketing, agar dapat dicari kombinasi maksimal untuk
mencapai tujuan pemasaran di pasar sasaran sehingga dapat mendatangkan hasil
yang memuaskan.
Pemasaran modern, karena di dalam bauran pemasaran itu terdapat
variable-variabel yang dapat dikendalikan oleh perusahaan untuk mempengaruhi
permintaan produknya.
Variabel-variabel dalam bauran pemasaran adalah sebagai berikut:
1. Produk (Product)
Produk berarti kombinasi barang dan jasa yang ditawarkan oleh perusahaan
kepada pasar sasaran.
2. Harga (Price)
Harga adalah jumlah uang (kemungkinan ditambah beberapabarang) yang
dibutuhkan untuk memperoleh beberapa kombinasi sebuah produk pelayanan
yang menyertainya.
12
3. Tempat (Place)
Meliputi aktivitas perusahaan agar produk yang dihasilkan dapat diperoleh dan
tersedia bagi konsumen sasarannya dimanapun dan kapanpun konsumen
berada.
4. Promosi (Promotion)
Promosi merupakan usaha dalam bidang informasi, himbauan dan komunikasi
yang ketiganya saling berhubungan.
Menurut Yazid dalam bukunya Pemasaran Jasa Konsep dan
Implementasi (2001;20) dengan sejumlah penyesuaian, empat elemen bauran
pemasaran juga penting dalam pemasaran jasa. Akan tetapi dalam pemasaran jasa
ada elemen-elemen lain yang dapat dikontrol dan dikoordinasikan untuk
keperluan komunikasi dan memuaskan jasa, elemen tersebut adalah:
1. Orang (People/Participants) adalah semua pelaku yang memainkan
sebagian penyajian jasa dan karenanya mempengaruhi persepsi pembeli
yang termasuk dalam elemen ini adalah personel perusahaan, konsumen
dan konsumen lain dalam lingkungan jasa.
2. Bukti Fisik (Physical Evidence) adalah lingkungan fisik dimana jasa
disampaikan dimana perusahaan dan konsumennya berinteraksi dan setiap
komponen tangible yang memfasilitasi penampilan dan komunikasi jasa
tersebut. Karena jasa itu intangible sehingga sulit untuk dievaluasi
kualitasnya, maka bukti fisik memberikan tanda-tanda misalnya kualitas
jasa. Bukti fisik jasa mencakup semua hal yang tangible berkenaan dengan
sesuatu jasa seperti brosur, kartu bisnis, format laporan, peralatan dan
gudang.
3. Proses (Process) adalah suatu prosedur aktual, mekanisme dan lairan
aktivitas dimana jasa disampaikan yang merupakan system penyajian atau
operasi jasa. Obyektif utama dari pemasaran mengidentifikasi kebutuhan
dan keinginan pasar. Oleh karena itu jasa harus didesain untuk memenuhi
13
kebutuhan tersebut. Desain jasa mencakup sejak dari desain poses jasa
sampai dengan bagaimana jasa disampaikan.
Dengan demikian 4P’s yang pada mulanya menjadi bauran pemasaran
barang, perlu diperluas lagi menjadi 7P’s jika ingin digunakan dalam pemasaran
jasa. Adapun 7P’s tersebut adalah Produk (product), Harga (Price),
Distribusi/tempat (Place), Promosi (Promotion), Orang (People/Participants),
Bukti Fisik (Physical Evidence), dan Proses (Process).
2.3 Jasa
2.3.1 Pengertian Jasa
Banyak ahli pemasaran yang mengemukakan definisi jasa, dimana masing-
masing mengemukakannya dengan berdasar kepada sudut pandangnya masing-
masing. Beberapa definisi jasa yang dikemukakan oleh ahli pemasaran tersebut
adalah sebagai berikut:
Defini jasa menurut Lovelock dan Wright (2007:5) adalah:
“Jasa adalah tindakan atau kinerja yang ditawarkan suatu pihak
kepada pihak lainnya. Walupun prosesnya mungkin terkait
denganproduk fisik, kinerjanya pada dasarnya tidak nyata dan
biasanya tidak menghasilkan kepemilikan atas faktor-faktor
produksi”
Sedangkan menurut Buchari Alma (2005;243) yang dikutip William J.
Stanton definisi jasa adalah :
“Services are those seperately indentifiable, essensialy intangible
activities that provide want-satisfaction, and that are not necessarily tied
to the sale of a product to another service. To produce a service may not
require the use of tangible goods. However, when such is required there
is no transfer to the title (permanent ownership) or these tangible
goods”.
14
Dapat disimpulkan pada dasarnya jasa tidak berwujud, tidak menghasilkan
kepemilikan, dapat memberikan kepuasan, dan untuk menghasilkan jasa mungkin
berkaitan atau mungkin tidak berkaitan dengan produk fisik.
2.3.2 Karakteristik Jasa
Sifat-sifat khusus jasa yang menyatakan “diberikan oleh suatu pihak
kepada pihak lain yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan
terjadinya perpindahan kepemilikan” perlu diperhatikan dan dipertimbangkan
dalam merancang program pemasaran.
Menurut Kotler yang dialih bahasakan oleh Hurriyati (2005;28) dalam
bukunya yang berjudul Bauran Pemasaran dan Loyalitas Konsumen, jasa
memiliki empat ciri utama yang sangat mempengaruhi rancangan program
pemasaran, yaitu sebagai berikut:
a. Tidak Berwujud (Intangibility))
Hal ini menyebabkan konsumen tidak dapat melihat, mencium, meraba,
mendengar dan merasakan hasilnya sebelum mereka membelinya. Untuk
mengurangi ketidakpastian, konsumen akan mencari informasi tentang
jasa tersebut, seperti lokasi perusahaan, para penyedia dan penyalur jasa,
peralatan dan alat komunikasi yang digunakan serta harga produk jasa
tersebut.
b. Tidak Terpisahkan (Inseparability)
Jasa tidak dapat terpisahkan dari sumbernya, yaitu perusahaan jasa yang
menghasilkannya. Jasa produksi dan dikonsumsi pada saat bersamaan. Jika
konsumen membeli suatu jasa maka ia akan berhadapan langsung dengan
sumber atau penyedia jasa tersebut, sehingga penjualan jasa lebih
diutamakan untuk penjualan langsung dengan skala operasi terbatas.
Untuk mengatasi masalah ini, perusahaan dapat menggunakan strategi-
strategi, seperti bekerja dalam kelompok yang besar, bekerja lebih cepat,
serta melatih pemberi jasa supaya mereka mampu membina kepercayaan
konsumen.
c. Bervariasi (Variability)
15
Karena jasa adalah performance, diproduksi berlandaskan orang-orang,
tidak ada dua layanan jasa yang akan sama persis. Dengan demikian
konsumen dihadapkan pada ketidakpastian dan tentunya berkeinginan
menurunkan kadar resiko tersebut. Yang mereka lakukan biasanya mencari
saran dari orang lain, atau memilih jasa dengan jaminan yang memadai.
Bagi perusahaan cara terbaik untuk menurunkan ketidaksamaan ini adalah
dengan mencari dan melatih pekerja secara efektif.
d. Mudah Musnah (Perishability)
Jasa tidak dapat disimpan atau mudah musnah sehingga tidak dapat dijual
pada masa yang akan datang. Keadaan mudah musnah ini bukanlah suatu
masalah jika permintaannya stabil, karena mudah untuk melakukan
persiapan pelayanan sebelumnya. Jika permintaan berfluktuasi, maka
perusahaan akan menghadapi masalah yang sulit dalam melakukan
persiapan pelayanannya. Untuk itu perlu dilakukan perencanaan produk,
penetapan harga, serta program promosi yang tepat untuk mengatasi
ketidaksesuaian antara permintaan dan penawaran jasa.
2.3.3 Macam-Macam Jasa
Industri jasa sangat beragam, sehingga tidak mudah untuk menyamakan
cara pemasarannya. Klasifikasi jasa dapat membantu memahami batasan-batasan
dari industri jasa dan memanfaatkan pengalaman industri jasa dan memanfaatkan
pengalaman industri jasa lainnya yang mempunyai masalah dan karakteristik yang
sama untuk diterapkan pada suatu bisnis jasa.
Menurut Converse yang dikutip oleh Alma (2004;246) macam-macam
jasa dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1. Jasa Tertentu (Personalized Service)
Jasa ini sangat bersifat personal, yang tidak dapat dipisahkan dari orang
yang menghasilkan jasa tersebut. Oleh sebab itu pelayanannya haruslah
langsung ditangani sendiri oleh produsennya. Pemakaian perantara dalam
16
hal ini tidak praktis. Saluran distribusinya sangat pendek, karena penjualan
langsung adalah yang paling tepat.
2. Jasa Keuangan (Financial Services)
Terdiri dari:
a. Bank (Banking Services)
b. Asuransi (Insurances Services)
c. Lembaga Penanaman Modal (Investment Securities)
3. Keperluan Umum dan Jasa Transportasi (Public Utility and
Transportation Services)
Perusahaan public utlity mempunyai monopoli secara alamiah, misalnya
perusahaan listrik dan air minum.
Para pemakainya terdiri dari:
a. Konsumen Lokal (Domestic Costumers)
b. Perkantoran dan Perdagangan (Commercial and Office)
c. Industri (Industrial Users)
d. Kota Praja, Pemda (Municipalities)
4. Hiburan (Entertainment)
Orang yang memnpunyai usaha ini bisa memperoleh pendapatan yang
besar karena mereka bisa mempengaruhi masyarakat, melalui advertising.
Yang termasuk dalam kelompok ini adalah usaha-usaha dibidang olahraga,
bioskop, gedung-gedung pertunjukkan dan usaha liburan lainnya. Metode
marketing yang dipakainya ialah sistem penyaluran langganan dimana
karcis dijual diloket-loket. Walaupun ada karcis yang dijual melalui
perantara-perantara, tetapi ini hanya dalam keadaan yang luar biasa.
5. Jasa Hotel (Hotel Services)
Hotel bukan merupakan suatu objek pariwisata melainkan merupakan
salah satu sarana dalam bidang kepariwisataan. Maka dalam hal ini perlu
mengadakan kegiatan bersama tempat-tempat rekreasi, hiburan, travel
biro, agar dapat menjadi daya tarik dari daerah yang bersangkutan.
17
2.4 Jasa Pendidikan Tinggi
2.4.1 Pengertian Jasa Pendidikan
Berdasarkan Ensiklopedia Indonesia yang dikutip oleh Ihsan (2003:7),
pendidikan dapat diartikan sebagai proses dimana seseorang mengembangkan
kemampuan sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya di masyarakat dimana
dia hidup, proses sosial dimana ia dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang
terpilih dan terkontrol (khususnya dari sekolah), sehingga ia dapat memperoleh
atau mengalami perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individu yang
optimum.
Pendidikan tidak hanya dipandang sebagai usaha pemberian informasi dan
pembentukan keterampilan saja, namun diperluas sehingga mencakup usaha untuk
mewujudkan keinginan, kebutuhan, dan keinginan individu sehingga tercapai pola
hidup pribadi dan sosial yang memuaskan. Pendidikan bukan semata-mata sebagai
sarana untuk persiapan kehidupan yang akan datang, tetapi kehidupan anak
sekarang yang sedang mengalami perkembangan menuju tingkat kedewasaannya.
Terdapat ciri-ciri atau unsur umum dalam pendidikan menurut Ihsan
(2003:6):
a. Pendidikan mengandung tujuan yang ingin dicapai, yaitu individu
yang kemampuan-kemampuan dirinya berkembang sehingga
bermanfaat untuk kepentingan hidupnya sebagai seorang individu,
warga negara atau warga masyarakat.
b. Untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan perlu melakukan usaha-
usaha yang disengaja dan berencana dalam memilih isi (materi),
strategi kegiatan dan teknik penilaian yang sesuai.
c. Kegiatan tersebut dapat diberikan dalam lingkungan keluarga, sekolah
dan masyarakat, pendidikan formal dan pendidikan non formal.
2.4.2 Jasa Pendidikan Tinggi
Menurut Lupioyadi dan Hamdani (2006;148) ditinjau dari sudut lembaga
pendidikan tinggi, karakteristik penting yang terdapat di dalamnya antara lain
bahwa:
18
1. Perguruan tinggi termasuk ke dalam jasa murni (pure services) dimana
pemberian jasa yang dilakukan didukung alat kerja tau sarana
pendukung semata, seperti ruangan kelas, kursi, meja, dan buku-buku.
2. Jasa yang diberikan membutuhkan kehadiran pengguna jasa
(mahasiswa), yang dalam hal ini pelanggan mendatangi lembaga
pendidikan tersebut untuk mendapatkan jasa yang diinginkan (meski
dalam perkembangannya ada juga yang menawarkan program kuliah
jarak jauh (distance learning), universitas terbuka, dll).
3. Penerima jasa adalah orang, jadi merupakan pemberian jasa yang
berbasis orang. Atau dalam jasa biasanya disebut dengan kontak tinggi
(high contact system) yaitu hubungan pemberian jasa dan pelanggan
tinggi. Pelanggan dan penyedia jasa terus berinteraksi selama proses
pemberian jasa berlangsung. Dengan kata lain, untuk menerima jasa,
pelanggan harus menjadi bagian dari sistem jasa tersebut.
4. Hubungan dengan pelanggan adalah hubungan keanggotaan (member
relationship) di mana pelanggan telah menjadi anggota lembaga
pendidikan tersebut. Sistem pemberian jasanya secara terus menerus
dan teratur sesuai dengan kurikulum yang telah ditetapkan.
2.4.3 Peserta Didik
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia no. 20 Thun 2003,
setiap peserta didik pada setiap tahun pendidikan berhak:
a. Mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya dan
diajarkan oleh pendidik yang seagama.
b. Mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan
kemampuannya.
c. Mendapatkan beawiswa bagi yang berprestasi yang orang tuanya tidak
mampu membiayai pendidikan.
d. Mendapatkan biaya pendidikan bagi mereka yang orang tuanya tidak
mampu membiayai pendidikan.
19
e. Pindah ke program pendidikan pada jalur dan satuan pendidikan yang
setara.
f. Menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar
masing-masing dan tidak menyimpang dari ketentuan dan batas waktu
yang ditetapkan.
2.4.4 Strategi Produk Jasa Pendidikan Tinggi
Menurut Lambat Lupioyadi dan A. Hamdani (2006;149), analisis terhadap
jasa pendidikan dapat dilakukan berdasarkan pada tingkatan produk, yaitu:
1. Penawaran Inti (Core Offer)
Pemasar harus memahami program apa yang diinginkan dan bermanfaat
dari sudut pandang pelanggan. Selain itu, pemasar juga harus dapat
menjelaskan program manfaat yang dapat memenuhi keinginan dan
kepuasan pelanggan.
2. Kepuasan Nyata (Tangible Offer)
Kepuasan yang dapat digambarkan berdasarkan empat karakteristik
sebagai berikut:
a. Fasilitas (feature), komponen individual dari penawaran dari
penawaran yang mudah ditambahkan atau dikurangi tanpa mengubah
kualitas dan model jasa. Fitur juga merupakan alat untuk
membedakan program lembaga pendidikan yang satu dengan yang
lain.
b. Kualitas (quality), mewakili tingkat penerimaan kinerja jasa.
Kualitas jasa sangat penting karena sangat bervariasi, tergantung
keahlian penyedia jasa. Contoh : arsitektur gedung, halaman kampus,
dan lingkungannya akan mendukung fungsi pendidikan dari suatu
universitas.
c. Merek (branding), program dan jasa dari suatu lembaga pendidikan
dapat diberikan suatu merek, seperti diberikan nama, simbol, dan
desain atau beberapa kombinasi yang dapat membedakan mereka
dari penawaran pesaing lainnya penawaran pesaing lainnya
20
3. Penambahan Lainnya (Augmented Offer)
Untuk menarik lebih banyak konsumen, suatu penawaran jasa dapat
ditambahkan atau diperbesar. Persaingan baru bukanlah apa yang
ditawarkan lembaga pendidikan di dalam kelas tetapi pada apa yang mereka
tawarkan pada standar penawaran dari segi pengemasan, layanan,
periklanan, pembiayaan, pengaturan penyampaian jasa sehingga dapat
memberikan nilai bagi konsumen. Contoh : penawaran untuk keanggotaan di
organisasi alumni. Jika lembaga ingin bertahan di pasar, maka akan
menghadapi pilihan strategi yang lebih jauh diantaranya :
Strategi berkelanjutan (Continuation Strategy), dalam hal ini perguruan
tinggi memutuskan melanjutkan strategi pemasaran yang lalu. Dengan
kata lain, melakukan segmen pasar, saluran distribusi, harga dan promosi
yang sama. Hal demikian bisa mengakibatkan konsumen menyusut.
Strategi konsentrasi (Consentration Strategy), mengkonsentrasikan
sumber daya yang ada hanya pada pasar yang paling potensial.
Strategi pemotongan (Harvesting strategy), mengurangi biaya-biaya
yang tidak begitu perlu untuk meningkatkan pemasukan atau arus kas
positif (mengurangi yang negatif).
2.5 Store Atmosphere
Store atmosphere merupakan salah satu unsur dari bauran pemasaran yang
juga harus diperhatikan oleh suatu jasa pendidikan. Dengan adanya store
atmosphere yang baik, pelajar atau mahasiswa dapat lebih semangat dalam
belajar.
2.5.1 Pengertian Store Atmosphere
Pengertian store atmosphere menurut Berman dan Evan dalam bukunya
“Retail Management” (2007:454) adalah :
“Atmosphere refers to the store’s physical characteristics that project an
image and draw customer”.
21
Pengertian store atmosphere menurut Utami dalam bukunya “Manajemen
Ritel ” (2006:238) mengatakan bahwa :
“Store Atmosphere adalah desain lingkungan melalui komunikasi
visual, pencahayaan, warna, musik, dan wangi-wangian untuk
merancang respon emosional dan persepsi pelanggan dan untuk
mempengaruhi pelanggan dalam membeli barang”.
Pengertian store atmosphere menurut Lamb et al (2001;105):
“Suasana (atmosphere) yaitu kesan keseluruhan yang disampaikan
oleh tata letak fisik toko, dekorasi, dan lingkungan sekitarnya.”
Dari pengertian di atas, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa store
atmosphere adalah suatu karakteristik fisik dan sangat penting bagi setiap bisnis
ritel hal ini berperan sebagai penciptaan suasana yang nyaman dan membuat
konsumen secara tidak langsung melakukan pembelian.
2.5.2 Elemen-Elemen Store Atmosphere
Store Atmosphere memiliki elemen-elemen yang semuanya berpengaruh
terhadap suasana toko yang ingin diciptakan. Elemen-elemen store atmosphere
terdiri dari exterior, general interior, store layout, dan interior displays.
Gambar 2.2
Elemen-elemen store atmosphere
Sumber : Berman dan Evans dalam bukunya Retail Management (2007:545)
store atmosphere
created by the retail
Exterior
Interior displays
General interior
Store layout
22
Menurut Berman dan Evan dalam bukunya “Retail Management
(strategic approach)” (2007:545) membagi elemen-elemen store atmosphere ke
dalam empat elemen, yaitu :
1. Exterior
Exterior sebuah toko mempunyai pengaruh yang kuat terhadap image toko
dan harus direncanakan secara matang. Konsumen terkadang menilai sebuah
toko dari bagian depannya. Bagian depan sebuah toko merupakan keseluruhan
physical exterior dari sebuah toko. Yang termasuk dalam exterior adalah pintu
masuk, etalase, teras, papan nama toko, dan konstruksi material lainnya.
Yang termasuk exterior toko adalah pintu masuk toko. Pintu masuk toko
harus memperhatikan tiga hal utama yaitu :
a) Yang pertama adalah jumlah pintu masuk yang dibutuhkan. Banyak toko
kecil yang hanya mempunyai satu pintu masuk. Sebuah departement store
mungkin bisa memiliki pintu masuk antara empat sampai delapan buah
atau lebih.
b) Hal yang kedua adalah tipe dari pintu masuk yang dipilih, apakah yang
dapat secara otomatis membuka sendiri atau yang bersifat manual.
c) Hal yang terakhir adalah jalan masuknya. Jalan yang lebar dan lapang
dapat menciptakan atmosphere yang berbeda dibanding dengan jalan yang
kecil dan sempit.
Etalase toko juga memiliki arti yang penting bagi exterior toko. Etalase
toko memiliki dua tujuan utama yaitu :
a) Sebagai identifikasi dari sebuah toko.
b) Sebagai alat untuk menarik orang agar masuk kedalam toko.
Dalam beberapa kasus, tercapainya tujuan store atmosphere adalah melalui
penataan yang unik dan menarik perhatian. Serta kelengkapan-kelengkapan
yang dapat menarik perhatian karena keunikannya.
Lingkungan di sekitar toko juga perlu diperhatikan. Lingkungan luar toko
dapat berpengaruh terhadap citra mengenai harga produk, level, serta
pelayanan toko dan sebagainya. Fasilitas parkir juga berpengaruh terhadap
23
atmosfir toko. Pembeli potensial mungkin tidak akan mau memasuki toko
apabila harus bersusah payah memarkirkan mobilnya. Store atmosphere dapat
berkurang kenyamanannya apabila tempat parkir sempit serta antrian
masuknya padat.
2. General Interior
Menurut Berman dan Evan (2007;548-550), yang dimaksud dengan
general interior adalah sebagai berikut:
Saat konsumen berada dalam sebuah toko, maka banyak elemen-elemen yang
mempengaruhi persepsi mereka. Lampu yang terang, suara dan aroma yang dapat
mempengaruhi perasaan konsumen serta perlengkapan toko seperti rak, etalase
yang dapat direncanakan berdasarkan kegunaan dan estetikannya.
Konsumen juga dipengaruhi oleh temperatur udara di dalam toko. Kurang
sejuknya udara dapat mempercepat keberadaan konsumen didalam toko. Yang
perlu diperhatikan adalah bagaimana perawatannya agar dapat selalu terlihat
bersih. Tidak peduli bagaimana mahalnya interior sebuah toko, tetapi apabila
terlihat kotor maka akan menimbulkan kesan jelek.
3. Store Layout
Menurut Berman dan Evan (2007; 552-552), store layout meliputi:
Perencanaan store layout meliputi penataan penempatan ruang untuk mengisi ruas
lantai yang tersedia, mengklasifikasikan produk yang akan ditawarkan,
pengaturan lalu lintas di dalam toko.
Pembagian ruangan toko meliputi ruangan-ruangan sebagai berikut:
a) Selling space atau ruang penjualan, yang merupakan tempat produk-
produk dipajang serta merupakan tempat interaksi antara pembeli dan
penjual.
b) Merchandise space atau ruang merchandise, yang merupakan ruang untuk
produk-produk dengan kategori nondisplayed items.
c) Personel space atau ruang karyawan, yang merupakan ruang yang khusus
untuk karyawan.
24
d) Customer space atau ruang untuk konsumen, yang meliputi kursi, rest
room, restoran dan lainnya.
Mengatur lalu lintas didalam toko dilakukan dengan menggunakan dua
pola yaitu straight (gridiron) teffic flow dan curving (free-flowing) treffic flow.
Masing-masing pola memiliki kelebihan sendiri, yaitu:
Pola straight (gridiron) treffic flow memiliki kelebihan sebagai berikut:
a) Dapat menciptakan atmosfir yang efisien.
b) Menciptakan ruang yang lebih banyak untuk memajang produk.
c) Menghemat waktu belanja.
d) Mempermudah mengontrol barang, dan dapat menerapkan self service.
Pola curving (free-flowing) treffic flow memiliki kelebihan sebagai
berikut:
a) Dapat menciptakan atmosfir yang lebih bersahabat.
b) Mengurangi rasa terburu-buru konsumen.
c) Konsumen dapat berjalan-jalan keliling toko dengan pola yang berbeda-
beda.
d) Merangsang pembelian yang tidak direncanakan.
Hal terakhir yang menyangkut store layout adalah menyusun produk-
produk yang ditawarkan sesuai dengan karakteristik produk..
Menurut Hendri Ma’ruf (2005; 208) ada empat macam layout, yaitu:
a) Tata letak lurus (gridiron layout / grid layout)
Pola lurus sering dipakai gerai seperti minimarket, supermarket, dan
hypermarket. Pola lurus menguntungkan dalam kesan efisien, lebih banyak
barang yang dipamerkan, mempermudah konsumen untuk menghemat waktu
belanja, dan kontrol lebih mudah.
b) Tata letak bebas (free flow layout)
Pola arus bebas untuk gerai besar seperti departement store, tata letak ini
disebut juga sebagai tata letak lengkung (curving layout) karena polanya
berbelok atau melengkung dengan potongan berupa gang yang memungkinkan
pengunjung gerai bebas berbelok.
25
c) Tata letak butik (boutique layout)
Tata letak butik merupakan versi yang sama dengan tata letak arus bebas,
kecuali bahwa bagian-bagian atau masing-masing departemen diatur seolah-
olah toko specialty yang berdiri sendiri.
d) Tata letak arus berpenuntun (guidded shopper flows)
Tata letak arus berpenuntun terbilang tata letak yang sedikit dianut. Tata letak
ini membuat pelanggan dapat ”digiring” melalui jalan yang diciptakan
sehingga salah satu kelemahannya adalah kelelahan sebagian pelanggan.
4. interior (point-of-purchased) Displays
Menurut Berman dan Evan (2007; 555-557) jenis dari interior displays
adalah sebagai berikut:
a) Assortment displays
Merupakan bentuk interior displays yang digunakan untuk berbagai macam
produk yang berbeda dan dapat mempengaruhi konsumen untuk merasakan,
melihat, dan mencoba produk.
b) Theme-setting displays
Merupakan bentuk interior displays yang menggunakan tema-tema tertentu.
Theme setting displays digunakan dengan tujuan untuk membangkitkan
suasana/nuansa tertentu.
c) Ensemble displays
Merupakan bentuk interior display yang digunakan untuk satu set produk yang
merupakan gabungan dari berbagai macam produk.
d) Rack displays
Merupakan bentuk interior displays yang memiliki fungsi utama sebagai
tempat/gantungan untuk produk yang ditawarkan.
e) Cut case
Merupakan interior displays yang murah karena hanya menggunakan kertas
biasa. Biasanya digunakan di supermarket atau oleh toko yang sedang
menyelenggarakan diskon.
Menurut Hendri Ma’ruf (2005; 213) penyajian merchandise / teknik
display dapat mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
26
a) Open display, yaitu penataan yang dimaksudkan untuk menciptakan
kedekatan antara konsumen dan merchandise.
b) Assortment display, yaitu menyediakan berbagai macam merchandise.
c) Ensemble displays, yaitu menyajikan secara lengkap produk-produk yang
saling berkaitan dan saling mendukung.
d) Theme-setting display, yaitu memperagakan poduk yang dikaitkan dengan
tema-tema yang sedang berlangsung dan diciptakan untuk
memproyeksikan suasana terkait baik secara lokal, nasional, bahkan
secara Internasional.
e) Styling display, ini berkaitan dengan segmen pasar tertentu yang menjadi
target peritel. Display dibuat sesuai segmen tersebut dan dimanfaatkan
oleh peritel pakaian, gerai olahraga, dll.
f) Coordinated display, yaitu suatu display yang melengkapi item utama
yang didisplay dengan item-item terkait sehingga membentuk suatu
rangkaian yang lengkap dan utuh. Contohnya: suatu merek jeans tertentu
yang didisplay secara lengkap (kemeja, celana) beserta aksesorisnya.
g) Category display, yang didominasi kategori produk, yaitu display yang
menyangkut segala ukuran, warna, atau jenis gunanya untuk memberi
kesan peritel yang bersangkutan memiliki keragaman dan kedalaman
kategori produk yang dijualnya.
h) Power aisles, yaitu sedikit item tetapi dalam volume yang besar
ditempatkan di suatu gang untuk memberi kesan bahwa harga item itu
rendah.
i) Name or brand, yaitu display yang menawarkan koleksi produk merek
tertentu atau merek private.
j) Case display, semacam rak barang, tapi untuk jenis seperti CD musik,
buku, barang-barang yang besar.
k) Cut case, yaitu kotak atau dus tempat barang yang dipotong sebagiannya
dan disajikan sebagai display.
l) Other teqnique, seperti penempatan produk pada posisi yang favorit, yaitu
display diujung jalan, posisi sebaras tinggi mata, dan konter kasir.
27
2.6 Motivasi
2.6.1 Pengertian Motivasi
Motivasi merupakan proses internal yang mengaktifkan, memandu,
dan memelihara perilaku seseorang secara terus menerus. Motivasi belajar adalah
penting. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa apabila anak tidak memiliki
motivasi belajar, maka tidak akan terjadi kegiatan belajar pada diri anak tersebut
Menurut Wayne F. Cascio seperti dikutip oleh Hasibuan (2007:96),
mendefinisikan motivasi sebagai berikut :
“Motivasi adalah suatu kekuatan yang dihasilkan dari keinginan
seseorang untuk memuaskan kebutuhannya”.
Kemudian Hasibuan (2007;95) memberikan definisi motivasi sebagai
berikut :
“Motivasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan
kegairahan kerja seseorang, agar mereka mau bekerja sama, bekerja
efektif, dan terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk
mencapai kepuasan”.
Menurut Berelson Steiner yang dikutip oleh Kartono (2008:107) dalam
bukunya “Pemimpin dan Kepemimpinan”, menyatakan bahwa:
“Motif adalah satu keadaan batiniah yang memberikan energi kepada
aktivitas-aktivitas atau menggerakannya, karena itu menjadi motivasi
mengarahkan atau menyalurkan tingkah laku pada satu tujuan”.
Sedangkan pengertian Motivasi menurut Rivai (2008:455) :
“Motivasi adalah serangkaian sikap dan nilai-nilai yang
mempengaruhi untuk mencapai hasil yang spesifik sesuai dengan
tujuan individu”.
28
Dari definisi-definisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli di atas dapat
ditarik kesimpulan bahwa motivasi adalah dorongan atau proses mempengaruhi
karyawan untuk kemudian diarahkan pada suatu tujuan yang diinginkan sehingga
dapat tercapai secara maksimal.
2.6.2 Motivasi Belajar
Menurut Slavin dalam Catharina (2006:156) motivasi merupakan proses
internal yang mengaktifkan, memandu, dan memelihara perilaku seseorang secara
terus menerus . Motivasi belajar adalah penting. Secara sederhana dapat dikatakan
bahwa apabila anak tidak memiliki motivasi belajar, maka tidsak akan terjadi
kegiatan belajar pada diri anak tersebut. Berikut teori-teori tentang motivasi
belajar.
Menurut Mulyadi (2001:87) yang dimaksud motivasi belajar adalah:
“membangkitkan dan memberikan arah dorongan yang
menyebabkan individu melakukan perbuatan belajar”.
Sedangkan menurut Tadjab (2004:102) :
“motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri
siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan
kegiatan belajar itu demi mencapai suatu tujuan.
Menurut Sadirman (2008:75) :
“motivasi belajar adalah merupakan faktor psikis yang bersifat non
intelektual, peranan yang luas adalah dalam hal menimbulkan gairah,
merasa senang dan semangat untuk belajar, siswa yang memeliki
motivasi kuat, akan mempunyai banyak energi unuk melakukan
kegiatan belajar”
Dari pendapat ahli diatas bahwa yang dimaksud dengan motivasi belajar
adalah motivasi yang mampu memberikan dorongan kepada siswa untuk belajar
dan melangsungkan pelajaran dengan memberikan arah atau tujuan yang telah
ditentukan.
29
2.6.3 Jenis-Jenis Motivasi Belajar
Jenis-jenis motivasi menurut Ishak (2008:6) dibagi menjadi dua macam
yaitu:
1. Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri
individu sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar. Yang
termasuk dalam motivasi intrinsik adalah perasaan menyenangi materi
tersebut untuk dirinya.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Thorburgh (Prayitno,2003,10):
“motivasi intrinsik adalah keinginan bertindak yang disebabkan oleh
faktor pendorong diri dalam diri individu tanpa dipengaruhi oleh
lingkungan”.
Menurut Sadirman (2008:90) ada beberapa indikator motivasi intrinsik,
diantaranya adalah:
a. Tekun dalam menghadapi tugas
b. Ulet dalam menghadapi kesulitan dan tidak lekas putus asa, dan tidak
cepat puas dengan prestasi yang diperolehnya.
c. Menunjukkan minat terhadap suatu masalah pelajaran.
d. Dapat mempertahankan pendapatnya.
e. Tidak mudah melepaskan hal yang sudah diyakini.
f. Senang mencari dan memecahkan masalah.
2. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik diartikan sebagai motif-motif yang aktif dan berfungsinya
karena adanya perangsang dari luar.
Menurut Prayitno (2003: 14) :
“motivasi ekstrinsik sebagai tujuan utama individu untuk melakukan
kegiatan yang terletak diluar aktivitas itu sendiri”.
Menurut pandangan lain, Winkel (1984: 27) motivasi ekstrinsik merupakan
bentuk motivasi yang didalamnya terdapat aktivitas belajar dan diteruskan
berdasarkan suatu dorongan yang tidak secara mutlak berkaitan dengan
aktivitas belajar yang dilakukan.
30
2.6.4 Beberapa Teori Motivasi
Proses motivasi diarahkan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Tujuan yang diinginkan direalisasikan dipandang sebagai kekuatan (power) yang
menarik individu. Tercapainya tujuan yang diinginkan sekaligus dapat
mengurangi kebutuhan yang belum terpenuhi. Beberapa teori tentang motivasi
diantaranya, yaitu:
Teori kebutuhan Maslow (2005: 252) yang menyatakan bahwa motivasi
adalah suatu fungsi dari lima kebutuhan dasar yaitu fisiologis, keamanan, cinta,
penghargaan, dan aktualisasi diri.
1. Fisiologis
Kebutuhan yang paling dasar. Berisi memiliki cukup makanan, udara,
dan air untuk bertahan hidup.
2. Keamanan
Terdiri dari kebutuhan untuk aman dari ancaman fisik maupun
spikologis.
3. Cinta
Keinginan untuk dicintai dan mencintai. Terdiri dari kebutuhan akan
kasih sayang dan memiliki.
4. Pengahargaan
Kebutuhan akan reputasi, prestise, dan pengakuan dari orang lain. Juga
berisi kebutuhan untuk kepercayaan diri dan kekuatan
5. Aktualisasi Diri
Keinginan untuk pemenuhan diri untuk menjadi yang terbaik dari apa
yang mampu dilakukan.
Teori kebutuhan McClelland (2005: 255) yang dinyatakan dalam teorinya
bahwa kebutuhan terbagi atas kebutuhan akan prestasi, kebutuhan berafiliasi, dan
kebutuhan terhadap kekuasaan.
1. Kebutuhan Prestasi
Yaitu keinginan untuk memenuhi sesuatu yang sulit.
31
2. Kebutuhan Afiliasi
Keinginan untuk meluangkan waktu dalam aktivitas dan hubungan
sosial
3. Kebutuhan Akan Kekuasaan
Keinginan seorang individu untuk mempengaruhi, membimbing,
mengajar, atau mendorong orang lain untuk berprestasi.
2.6.5 Strategi Motivasi Belajar
Strategi motivasi belajar menurut Sutikno (2009:74) adalah sebagai
berikut :
1. Menjelaskan tujuan belajar kepada siswanya
2. Memberikan hadiah kepada siswa yang berprestasi
3. Saingan atau menciptakan kompetensi berprestasi diantara siswanya
4. Memberikan pujian kepada siswa berprestasi
5. Memberikan hukuman kepada siswa yang melanggar agar dapat
merubah pola pikir siswa tersebut
6. Membangkitkan dorongan kepada siswa untuk belajar
7. Memberikan angka, angka merupakan symbol prestasi yang diperoleh
siswa
8. Pada saat memberikan materi pelajaran diusahakan menyelipkan
dengan humor atau cerita-cerita lucu
9. Membantu kesulitan belajar siswa secara individual maupun kelompok
10. Menggunakan metode yang bervariasi dan menggunakan media yang
baik dan sesuai tujuan pembelajaran.
2.7 Pengaruh Store Atmosphere Terhadap Motivasi Belajar
Store atmosphere yang disesuaikan dengan karakteristik pribadi seseorang
akan menciptkan respon yang berbeda-beda. Store atmosphere selain dapat
mempengaruhi perilaku seseorang juga dapat mempengaruhi respon psikologis.
Lingkungan memiliki pengaruh dalam proses pembelajaran. Lingkungan dalam
32
arti sempit mencakup segala material dan stimulus di dalam dan di luar individu
(Dalyono,2009:129).
Lingkungan belajar merupakan kondisi dan segala fasilitas yang
digunakan untuk kegiatan sehari-hari. Menurut Muhammad Saroni (2006:82)
mengemukakan :
“lingkungan belajar adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan
tempat proses pembelajaran dilaksanakan. Lingkungan ini mencakup
dua hal utama yaitu lingkungan fisik dan lingkungan social, kedua
aspek lingkungan tersebut haruslah saling mendukung, sehingga
siswa merasa krasan di sekolah dan mau mengikuti proses
pembelajaran secara sadar dan bukan tekanan ataupun
keterpaksaan”.
Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa store atmosphere dalam hal
ini adalah lingkungan fisik belajar khususnya di Universitas Widyatama
berhubungan langsung dengan proses pembelajaran sehingga mahasiswa merasa
termotivasi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa store atmosphere yang
dilaksanakan dengan baik akan memberikan pengaruh positif terhadap motivasi
belajar.