1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia sebagai makhluk sosial senantiasa membutuhkan orang lain.
Meskipun hidup berkecukupan, kecerdasan yang cukup dan kekuatan fisik yang
cukup, ia akan selalu membutuhkan lingkungan dimana dia bisa berbagi, saling
memberi support dan bergotong royong. Manusia tidak hanya membutuhkan
agama, ilmu pengetahuan, atau hiburanatau kesenian, tetapi juga kebersamaan.
Semuanya diperlukan. Karena dengan agama hidup lebih terarah, dengan
pengetahuan hidup akan lebih mudah, dengan seni hidup lebih indah dan dengan
kebersamaan hidup akan lebih berfaidah.
Dalam definisi singkat, teamwork merupakan serangkaian nilai, sikap dan
perilaku dalam sebuah tim. Sehingga tidak selalu terdiri dari sekumpulan orang
dengan gaya, sikap, maupun cara kerja yang sama. Perbedaan antar tim justru
merupakan potensi yang akan membuat sebuah tim menjadi kreatif dan inovatif.
Untuk mencapai kerjasama tim yang baik perlu ditumbuhkan sikap positif di
antara anggota tim. Antara lain kebiasaan untuk saling mendengarkan sehingga
tercipta komunikasi yang baik, memberikan dukungan kepada anggota tim yang
membutuhkan, dan apresisasi terhadap kontribusi dan pencapaian yang diperoleh
dari setiap anggota tim.
Sebuah teamwork akan menjadi penentu mulus tidaknya perjalanan
organisasi. Sebab itu sangat diperlukan adanya kerjasama yang baik dalam
2
melaksanakan tanggung jawab dalam keorganisasian. Makalah ini akan
membahas definisi teamwork, manfaat dan fungsi teamwork, jenis teamwork,
perbedaan tim kerja dan kelompok kerja, peranan tim kerja, tahap perkembangan
teamwork, dan dimensi dalam tim kerja.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi teamwork ?
2. Apa saja jenis teamwork ?
3. Apa perbedaan tim kerja dan kelompok kerja ?
4. Apa saja peranan tim kerja ?
5. Bagaimana tahap perkembangan teamwork ?
6. Apa saja dimensi dalam tim kerja ?
C. Tujuan
1. Mengetahui definisi teamwork.
2. Mengetahui jenis teamwork.
3. Mengetahui perbedaan tim kerja dan kelompok kerja.
4. Mengetahui peranan tim kerja.
5. Mengetahui tahap perkembangan teamwork.
6. Mengetahui dimensi dalam tim kerja.
3
BAB II
ISI
A. Definisi Teamwork
Teamwork bisa diartikan kerja tim atau kerjasama, team work atau kerja
sama tim merupakan bentuk kerja kelompok dengan keterampilan yang saling
melengkapi serta berkomitmen untuk mencapai target yang sudah disepakati
sebelumnya untuk mencapai tujuan bersama secara efektif dan efisien. Harus
disadari bahwa teamwork merupakan peleburan berbagai pribadi yang menjadi
satu pribadi untuk mencapai tujuan bersama. Tujuan tersebut bukanlah tujuan
pribadi, bukan tujuan ketua tim, bukan pula tujuan dari pribadi yang paling
populer di tim.
Dalam sebuah tim yang dibutuhkan adalah kemauan untuk saling
bergandeng-tangan menyelesaikan pekerjaan. Bisa jadi satu orang tidak
menyelesaikan pekerjaan atau tidak ahli dalam pekerjaan A, namun dapat
dikerjakan oleh anggota tim lainnya. Inilah yang dimaksudkan dengan kerja tim,
beban dibagi untuk satu tujuan bersama.
Saling mengerti dan mendukung satu sama lain merupakan kunci
kesuksesan dari teamwork. Jangan pernah mengabaikan pengertian dan dukungan
ini. Meskipun terjadi perselisihan antar pribadi, namun dalam tim harus segera
menyingkirkannya terlebih dahulu. Bila tidak kehidupan dalam tim jelas akan
terganggu, bahkan dalam satu tim bisa jadi berasal dari latar belakang divisi yang
4
berbeda yang terkadang menyimpan pula perselisihan. Oleh karena itu, penting
untuk menyadari bahwa kebersamaan sebagai anggota tim di atas segalanya.
Keakraban tim yang sukses biasanya ditandai dengan sikap akrab satu sama
lain, setia kawan, dan merasa senasib sepenanggungan. Para anggota tim saling
menyukai dan berusaha keras untuk mengembangankan dan memelihara
hubungan interpersonal. Hubungan interpersonal menjadi sangat penting
karena hal ini akan merupakan dasar terciptanya keterbukaan dan komunikasi
langsung serta dukungan antara sesama anggota team.
Teamwork merupakan sarana yang sangat baik dalam menggabungkan
berbagai talenta dan dapat memberikan solusi inovatif suatu pendekatan yang
mapan, selain itu ketrampilan dan pengetahuan yang beranekaragam yang
dimiliki oleh anggota kelompok juga merupakan nilai tambah yang membuat
teamwork lebih menguntungkan jika dibandingkan seorang individu yang brilian
sekalipun.
Teamwork dapat didefinisikan sebagai kumpulan individu yang
bekerjasama untuk mencapai suatu tujuan. Kumpulan individu-individu tersebut
memiliki aturan dan mekanisme kerja yang jelas serta saling tergantung antara
satu dengan yang lain. Oleh karena itu sekumpulan orang yang bekerja dalam
satu ruangan, bahkan didalam satu proyek, belum tentu merupakan sebuah
teamwork. Terlebih lagi jika kelompok tersebut dikelola secara otoriter, timbul
faksi-faksi di dalamnya, dan minimnya interaksi antar anggota kelompok.
Beberapa isu di dalam tim :
5
1. Adanya tugas (task) dan masalah-masalah yang berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan. Hal ini seringkali merupakan topik utama yang menjadi perhatian team.
2. Proses yang terjadi di dalam teamwork itu sendiri, misalnya bagaimana
mekanisme kerja atau aturan main sebuah team sebagai suatu unit kerja dari
perusahaan, proses interaksi di dalam team, dan lain-lain
Keuntungan pengambilan keputusan dalam tim :
1. Keputusan yang dibuat secara bersama-sama akan meningkatkan motivasi
team dalam pelaksanaanya.
2. Keputusan bersama akan lebih mudah dipahami oleh team dibandingkan jika
hanya mengandalkan keputusan dari satu orang saja
B. Manfaat dan Fungsi Teamwork
Bekerja dalam bentuk tim memiliki fungsi yaitu antara lain dapat merubah
sikap , perilaku dan nilai-nilai pribadi serta dapat turut serta dalam
mendisiplinkan anggota tim. Selain itu, bekerja dalam tim dapat dimanfaatkan
untuk pengambilan keputusan , merundingkan dan bernegoisasi.
1. Manfaat Bekerja Dalam Tim
a) Bagi Organisasi Tim
(1) Meningkatkan produktivitas kerja.
(2) Meningkatkan kualitas kerja.
(3) Meningkatkan mentalitas kerja.
(4) Meningkatkan kemajuan organisasi.
6
b) Bagi Anggota Tim
(1) Tanggung jawab atas pekerjaan ditanggung bersama.
(2) Sebagai media aktualisasi diri.
(3) Stres atau beban kerja berkurang.
2. Tujuan Bekerja Dalam Tim
a) Kesatuan Tujuan
Setiap anggota tim memiliki kesamaan visi,misi dan program kerja.
b) Efisiensi
Setiap anggota tim menyelesaikan tugas atau pekerjaan secara
cepat,cermat dan tepat tanpa pemborosan dan kecerobohan.
c) Efektif
Setiap anggota tim memiliki tujuan yang jelas, memiliki keterampilan
yang memadai, memiliki komitmen, saling percaya, memiliki komunikasi
yang baik, memiliki kemampuan bernegoisasi, dan memiliki kemampuan
yang tepat.
C. Jenis Teamwork
Menurut Daft (2000) jenis teamwork terdiri dari enam jenis, yaitu:
1. Tim Formal
Tim formal adalah sebuah tim yang dibentuk oleh organisasi sebagai
bagian dari struktur organisasi formal.
7
2. Tim Vertikal
Tim vertikal adalah sebuah tim formal yang terdiri dari seorang
manajer dan beberapa orang bawahannya dalam rantai komando organisasi
formal.
3. Tim Horizontal
Tim horizontal adalah sebuah tim formal yang terdiri dari beberapa
karyawan dari tingkat hirarki yang hampir sama tetapi berasal dari area
keahlian yang berbeda.
4. Tim dengan Tugas Khusus
Tim dengan tugas khusus adalah sebuah tim yang dibentuk di luar
organisasi formal untuk menangani sebuah proyek dengan kepentingan atau
kreativitas khusus.
5. Tim Mandiri
Tim Mandiri adalah sebuah tim yang terdiri dari lima hingga dua
puluh orang pekerja dengan beragam keterampilan yang menjalani rotasi
pekerjaan untuk menghasilkan sebuah produk atau jasa secara lengkap, dan
pelaksanaannya diawasi oleh seorang annggota terpilih.
6. Tim Pemecahan Masalah
Tim pemecahan masalah biasanya terdiri dari lima hingga dua belas
karyawan yang dibayar perjam dari departemen yang sama, dimana mereka
bertemu untuk mendiskusikan cara memperbaiki kualitas, efisiensi, dan
lingkungan kerja.
8
Sedangkan menurut Hariandja (2006) ada tiga tipe tim, yaitu:
1. Problem Solving Team
Sebuah tim yang dibentuk untuk mengatasi berbagai masalah yang
muncul dalam upaya memperbaiki produktivitas. Pada dasarnya, kegiatan tim
ini adalah mengidentifikasikan berbagai masalah, mendiskusikan bagaimana
memecahkan masalah tersebut dan melakukan tindakan untuk memperbaiki.
Anggota tim biasanya berasal dari satu departemen yang beranggotidakan
kurang lebih sepuluh orang yang melakukan pertemuan rutin setiap minggu.
2. Self Managed Team
Sebuah tim yang dimaksudkan untuk memperbaiki produktivitas
dengan memberikan kewenangan pada kelompok untuk mengatur kerja
mereka misalnya menjadwal kerja, menentukan metode kerja, mengawasi
anggota, memberi reward dan hukuman bagi anggota dan merekrut anggota.
Keanggotaan ini biasanya berasal dari satu departemen yang melakukan tugas
yang sama.
3. Cross Functional Team
Sebuah tim yang ditujukan untuk menyelesaikan tugas khusus,
misalnya pengembangan produk baru atau perencanaan dan perubahan sistem
kompensasi. Anggota tim ini berasal dari berbagai departemen yang memiliki
keahlian dan orientasi yang berbeda dan bekerjasama untuk mencapai suatu
tujuan.
9
Menurut Robbins (2008), tim dapat diklasifikasikan berdasar tujuannya.
Terdapat empat bentuk umum dari tim yang biasa kita temukan sehari-hari yaitu :
1. Tim Problem Solving
Gambar 1. Tim Problem Solving versi Robbins
Kata tim mulai populer sejak 1980-an. Bentuk tim awalnya serupa satu
sama lain. Mereka umumnya terdiri atas empat hingga dua belas pekerja yang
dibayar per jam dari departemen yang sama dan saling bertemu beberapa jam
setiap minggu untuk membahas peningkatan kualitas, efisiensi, dan
lingkungan kerja. Tim seperti ini disebut Tim Problem Solving. Dalam tim
jenis ini, para anggota saling berbagi gagasan dan menawarkan saran seputar
proses dan metode kerja seperti apa yang perlu dilakukan agar produktivitas
dapat ditingkatkan.
Tim ini jarang diberikan otoritas secara unilateral (sendiri) untuk
menerapkan saran mereka ke dalam tindakan. Satu hal yang dikenal sebagai
bentuk tim problem solving adalah lingkaran kualitas. Tim problem solving
merupakan tim kerja yang terdiri atas gabungan delapan hingga sepuluh
pekerja dan supervisor. Mereka saling berbagi gagasan wilayah kewenangan
dan bertemu secara teratur untuk mendiskusikan masalah kualitas pekerjaan
mereka, menyelidiki sebab masalah, dan merekomendasikan penyelesaian.
10
2. Tim Self-Managed Work
Gambar 2. Tim Self-Managed Work versi Robbins
Tim Problem-Solving sudah ada di jalur yang benar, tetetapi mereka
tidak beranjak jauh dalam hal pelibatan pekerja dalam proses pembuatan
keputusan (apalagi implementasi) yang berhubungan dengan suatu pekerjaan.
Kekurangan ini mendorong eksperimen dari tim yang benar-benar otonom
yang tidak hanya bercorak problem-solving melainkan juga menerapkan
penyelesaian dan punya kewenangan penuh atas hasilnya.
Tim Self-Managed Work umumnya terdiri atas sepuluh hingga lima
belas orang yang mengambil alih tanggung jawab dari para supervisor.
Tanggung jawab ini termasuk kendali menyeluruh atas kecelakaan kerja,
penentuan penilaian pekerjaan, pemecahan masalah organisasi, dan pilihan
prosedur-prosedur pemeriksaan yang dilakukan secara kolektif. Tim ini
bahkan memilih sendiri anggotanya. Robbins mencontohkan Xerox, General
Motors, Coors Brewing, PepsiCO, Hewlett-Packard, Honeywell, M&M/Mars,
dan Aetna Life sebagai contoh sejumlah nama perusahaan populer yang telah
11
mengimplementasikan konsep tim self-managed work. Perkiraan
menyebutkan sekitar 30% pekerja Amerika Serikat menggunakan bentuk tim,
dan diantara firma-firma besar, jumlah tersebut mendekati angka 50%.
3. Tim Cross-Functional,
Gambar 3. Tim Cross-Functional versi Robbins
Menurut Robbins, Custom Research, Inc, firma riset pemasaran di
Minneapolis, Amerika Serikat secara historis telah mengorganisir departemen
yang bersifat fungsional, tetetapi manajemen senior menyimpulkan bahwa
departemen tersebut tidak mampu memenuhi kebutuhan yang berubah dari
klien firma. Akibat dari hal tersebut, firma ini menggagas dibentuknya satu
tim lintas departemen yang bertujuan meningkatkan komunikasi dan
penelusuran catatan kerja, yang akan membawa pada peningkatan
produktivitas dan kepuasan klien. Organisasi ini mencerminkan Tim Cross-
Functional. Tim ini terdiri atas pekerja dari tingkat hirarki yang serupa tetetapi
beda wilayah pekerjaannya. Mereka bergabung bersama guna menyelesaikan
suatu pekerjaan.
Robbins menyebutkan, banyak organisasi sudah menggunakan tim
cross-functional seperti ini semisal IBM membentuk gugus tugas tahun 1960-
12
an yang terdiri atas pekerja lintas departemen dalam perusahaan guna
mengembangkan Sistem 360 yang terbukti sukses. Gugus tugas tiada lain
melainkan tim cross-functional yang sifatnya temporer. Namun, Robbins
mencatat bahwa ledakan penggunaan tim cross-functional kemudian juga
terjadi di tahun 1980-an yang dilakukan oleh Toyota, Honda, Nissan, BMW,
General Motors, Ford, dan DaimlerChrysler.
Sebagai contoh, masih menurut Robbins, antara tahun 1999 hingga
Juni 2000 manajemen senior IBM menarik 21 pekerja dari sekitar 100 ribu
staf teknologi informasinya guna meminta saran bagaimana perusahaan bisa
cepat menyelesaikan proyek dan memasarkan produk secara cepat ke pasar.
Ke-21 anggota dipilih karena mereka punya karakteristik yang serupa dimana
mereka pernah berhasil memimpin proyek-proyek berjangka cepat. “Speed
Team”, demikian julukan tim tersebut, bekerja selama 8 bulan saling berbagi
informasi, menguji perbedaan antara proyek-proyek berjangka cepat dan
lambat, dan mereka mampu melahirkan rekomendasi-rekomendasi seputar
bagaimana IBM bisa mempercepat produksinya.
4. Tim Virtual
Gambar 4. Tim Virtual versi Robbins
13
Tim yang telah dibahas melakukan pertemuan face-to-face. Tim
Virtual menggunakan teknologi komputer guna menghubungkan orang-
orang yang terpisah secara fisik guna mencapai sasaran bersama. Teknik
tersebut memungkinkan orang saling bekerjasama lewat metode online,
kendati mereka dipisahkan yuridiksi negara bahkan benua.
Tim Virtual dapat melakukan lebih banyak hal daripada tim lainnya
terutama dalam hal berbagi informasi, pembuatan keputusan, dan
perampungan pekerjaan. Mereka terdiri atas para anggota dari organisasi
yang sama ataupun hubungan anggota organ dengan para pekerja dari
organisasi lain semisal supplier ataupun partner perusahaan.
Terdapat tiga faktor utama yang membedakan tim virtual dengan tim
lain yang face-to-face, yaitu :
a) Ketiadaan komunikasi lisan-fisik;
b) Terbatasnya konteks sosial, dan
c) Kemampuan mengatasi masalah waktu dan hambatan tempat.
Dalam komunikasi face-to-face, orang menggunakan paraverbal
seperti nada suara, intonasi, dan volume suara serta nonverbal seperti gerak
mata, roman muka, gerak tangan, dan bahasa tubuh lainnya. Keduanya
semakin menjelaskan komunikasi, tetetapi kini hal-hal tersebut nihil di
dalam tim virtual. Tim virtual menderita kekurangan laporan sosial yang
manusiawi akibat interaksi langsung yang kecil diantara para anggotanya.
Robbins mencontohkan, perusahaan seperti Hewlett-Packard, Boeing,
Ford, VeriFone, dan Royal Dutch/Shell menjadi pengguna utama tim virtual
14
ini. VeriFone, contoh Robbins lebih lanjut, adalah perusahaan perakit mesin
pembaca informasi kartu kredit, di mana penggunaan Tim Virtual dalam
perusahaan ini memungkinkan 3000 karyawannya yang berlokasi di seluruh
penjuru dunia, untuk kerja bersama mendesain proyek, merencanakan
pemasaran, dan membuat presentasi penjualan. Lebih jauh, wakil presiden
VeriFone menyatidakan “Kami tidak memindahkan orang. Jika seseorang
nikmat tinggal di Colorado dan bisa melakukan pekerjaan dari sana, kenapa
kami harus mengintimidasinya?”.
D. Perbedaan Tim Kerja dan Kelompok Kerja
Kelompok dengan tim dalam dunia masyarakat dianggap sebagai hal yang
sama bahkan sulit untuk dibedakan, seseorang dapat dikatidakan sebagai
kelompok apabila antara dua orang atau lebih saling berinteraksi dengan tidak
kolektif serta tidak menghasilkan energi yang positif.
Jadi, sebenarnya kelompok dan tim bukanlah hal yang sama. Apabila
kelompok didefinisikan sebagai dua individu atau lebih yang berinteraksi dan
tergantung yang berkumpul untuk mencapai tujuan tertentu, maka kelompok
kerja adalah kelompok yang berinteraksi terutama untuk berbagi informasi dan
membuat berbagai keputusan untuk membantu setiap anggota bekerja
didalam area tanggung jawabnya.
Kelompok kerja tidak mempunyai kebutuhan atau kesempatan untuk
terlibat dalam kerja kolektif yang membutuhkan usaha yang sama. Kinerja
mereka hanya merupakan gabungan akhir dari kontribusi individual setiap
15
anggota kelompok. Tidak ada sinergi positif yang bisa menciptidakan seluruh
tingkat kinerja yang lebih tinggi daripada jumlah masukan.
Sedangkan tim kerja menghasilkan sinergi positif melalui usaha yang
terkoordinasi. Usaha individual mereka menghasilkan satu tingkat kinerja yang
lebih tinggi daripada jumlah masukan individual. Definisi ini membantu
menjelaskan mengapa ada begitu banyak organisasi yang akhir-akhir ini
menyusun ulang proses kerja seputar tim. Manejemen mencari sinergi positif
yang memungkinkan organisasi mereka untuk meningkatkan kinerja.
Penggunaan tim secara ekstensif (luas) menghasilkan potensi bagi sebuah
organisasi untuk membuahkan banyak hasil yang lebih besar tanpa peningkatan
masukan. Namun, perhatikan apa yang kita sebut ‘potensi’. Tidak ada yang
dengan sendirinya membuat berbagi tim yang memastikan pencapaian sinergi
positif.. Hanya semata-mata menyebut sebuah kelompok sebagai tim tidak
otomatis meningkatkan kinerjanya. Tim yang efektif memiliki berbagai
karakteristik umum. Apabila ingin mendapatkan peningkatkan kinerja organisasi
dengan menggunakan tim, menejemen harus memastikan bahwa tim-timnya
memiliki karakteristik-karakteristik.
16
Perbedaan antara kelompok kerja dengan tim kerja dapat digambarkan
dengan skema berikut :
Gambar 5. Perbedaan Kelompok Kerja dan Tim Kerja
Sementara itu, penulis lain seperti Laurie J. Mullins membedakan
kelompok dan tim berdasarkan enam variabel yaitu : Ukuran, Seleksi,
Kepemimpinan, Persepsi, Gaya, dan Semangat. Penjelasan perbedaan secara
lengkap terdapat dalam tabel berikut :
Tabel 1. Variabel Perbedaan Kelompok dengan Tim
Variabel Tim KelompokUkuran Terbatas Medium dan besarSeleksi Krusial ImaterialKepemimpinan Berbagi atau dirotasi Solo
PersepsiPemahaman pengetahuan saling melengkapi Fokus pada pemimpin
Gaya Peran koordinasi yang Konvergensi,konformisme
Skema 1
17
tersebar
Semangat Interaksi dinamisKebersamaan mengalahkan musuh
E. Peranan Tim Kerja
Peranan tim secara umum yaitu menggunakan kemampuan dan keahlian
unik mereka yang bebas dari berbagai pembelajaran akademis (misalnya
kemampuan mengkoordinasi, kreatifitas, komunikatif). Sembilan peran tim
yang harus dipenuhi yaitu:
1. Pencipta-pembaharu (creator-inovator)
Orang yang mempunyai imajinatif tinggi baik dalam memprakarsai
gagasan atau konsep, dengan ciri tidak tergantung, suka bekerja sendiri,
cara dan gaya kerja tersendiri, pengaturan waktu menurut selera mereka
sendiri.
2. Penjelajah-promotor (Explorer-promoter)
Orang dalam kelompok ini senang mengambil gagasan baru dan
memperjuangkan kasus, menemukan sumberdaya untuk mempromosikan
gagasannya. Kelemahan orang dalam kelompok ini: tidak selalu sabar
dalam mengendalikan ketrampilan untuk memastikan gagasan
ditindaklanjuti secara rinci.
3. Penilai-pengembang (assessor-developer)
Individu dalam kelompok ini mempunyai ketrampilan analisis yang
kuat, paling baik jika mereka diberi kesempatan untuk mengevaluasi dan
menganalisis sebelum diambil suatu keputusan.
18
4. Pendorong-pengorganisasi (Thruster-organizer)
Individu dalam kelompok ini suka menyusun prosedur operasi untuk
mengubah gagasan menjadi kenyataan dan menyelesaikan urusan, mereka
menentukan tujuan, menegakan rencana, mengorganisasi orang, dan
menegakan sistem untuk menjamin dipatuhinya batas waktu (deadlines).
5. Penyimpul-penghasil (Concluder-producer)
Individu dalam kelompok ini peduli akan hasil, peran mereka
memfokuskan pada diataatinya batas waktu dan memastikan bahwa semua
komitmen ditindak lanjuti. Mereka bangga akan hasil keluaran secara
teratur dan sesuai standar.
6. Pengawas-pemeriksa (controller-Inspector)
Individu dalam kelompok ini sangat mempedulikan penegakan dan
mempedulikan penegakan dan memperkuat aturan dan prosedur. Mereka
menguji rincian dan memastikan agar menghindari ketidaktepatan, mereka
mengecek semua fakta dan angka, mereka menginginkan semua hal
lengkap dan sempurna.
7. Pemerkuat-penasehat (upholder-maintainer)
Pemerkuat-pemelihara penting, karena memberi kemamntapan Tim.
mereka akan membela dan bertempur demi tim melawan orang luar.
8. Pelapor-penasehat (reporter-adviser)
Individu dalam kelompok ini mendengarkan dengan baik, dan
cenderung tdak menekankan titik pandangnya kepada orang lain. Mereka
cenderung mendapatkan informasi sebelum mengambil keputusan.
19
9. Penaut (linker)
Peran ini tumpang tindih dengan yang lain, peran ini dapat dimainkan
oleh peran-peran sebelumnya. Penaut mencoba memahami semua
pandangan, mereka sebagai koordinator dan integrator, mereka tidak
menyukai ekstriman, mereka mencoba membina kerja sama di antara
semua anggota tim, mereka memadukan sumbangan anggota tim dan
aktivitas meskipun mungkin ada perbedaan.
F. Tahap Perkembangan Teamwork
Ada empat tahap perkembangan tim, yaitu :
1. Undevelopment
Tahap undevelopment ini adalah tahap yang paling sering dijumpai
pada suatu organisasi. Salah satu ciri dari tahap ini adalah :
a) Terlihat sekelompok orang mengerjakan suatu tugas tetetapi mereka tidak
bersepakat tentang bagaimana seharusnya mereka bekerja. Contohnya
antara lain dalam rapat atau pertemuan lebih sering terjadi antrian lontaran
gagasan dan bukan diskusi. Gagasan yang sebenarnya bersifat
membangun, tidak mereka utarakan. Mereka tidakut jika ‘gagasan itu’
akan mengganggu keseimbangan organisasi.
b) Tidak melibatkan perasaan individu karena dianggap tidak pada
tempatnya untuk membicarakan perasaan orang lain secara terbuka.
Contohnya yaitu setiap orang sibuk dengan tugasnya masing-masing dan
20
atasan yang membuat hampir semua keputusan. Sehingga roda organisasi
menggelinding sesuai aturan dan prosedur dari atasannya. Perlu diketahui
disini bahwa banyak tim yang tidak efektif menunjukkan ciri-ciri di atas,
dan biasanya terjadi jika atasan memiliki kearifan, energi dan waktu untuk
membuat semua keputusan. Ini bukan kerjasama kelompok yang benar,
karena dengan cara ini kekuatan yang ada didalam tim tidak dimanfaatkan
sehingga lebih terpusat pada pemimpinnya.
2. Experimenting
Tahap ini dimulai ketika tim secara bersungguh-sungguh mulai
meninjau ulang metode operasional yang berlaku selama ini. Pada tahap
Experimenting, tim berkemauan untuk melakukan eksperimen dan uji coba.
Mereka berani menghadapi berbagai kemungkinan dengan memasuki daerah
yang belum dikenal.
Pada tahap perkembangan ini, bahwa berbagai masalah dihadapi dan
dibahas secara lebih terbuka serta mempertimbangkan berbagai kemungkinan
yang lebih luas sebelum membuat suatu keputusan. Contohnya yaitu, suatu
permasalahan pribadi dibicarakan secara terbuka, perasaan individu
dipertimbangkan dan diselesaikan sampai tuntas.
Pada tahap ini walaupun tim telah menjadi lebih terbuka dan
mempunyai potensi untuk menjadi lebih efektif, masih kurang untuk disebut
sebagai tim yang efektif yang menghasilkan keuntungan.
3. Consolidating
21
Setelah berhasil menyelesaikan masalah antar pribadi di tahap 2, tim
mulai memiliki kepercayaan diri, keterbukaan dan dipercaya untuk mencoba
cara kerjanya. Biasanya tim akan memilih cara kerja yang lebih sistematik
atau bermetode. Aturan dan cara kerja yang kaku diubah dengan aturan baru
yang disepakati bersama, dimana setiap anggota memiliki peran agar tujuan
dapat dicapai. Walau hubungan antar pribadi telah mejadi lebih erat, mereka
sadar akan pentingnya aturan-aturan dasar dan cara kerja yang akan dipakai
oleh tim.
Bukti nyata dari tahap ini adalah cara untuk mencapai suatu keputusan,
yaitu adanya kejelasan tujuan dari aktivitas atau tugas, adanya penetapan
sasaran, pengumpulan informasi yang dibutuhkan, adanya kemauan
memikirkan kemungkinan yang ada pada tim, adanya perencanaan rinci
mengenai apa yang harus dilakukan, kemauan meninjau kembali hasil kerja
dan menggunakannya sebagai dasar untuk memperbaiki cara kerja di masa
yang akan datang. Hubungan antar pribadi yang lebih baik pada tahap 2 ini
tetap dipertahankan, tetetapi mereka membangun aturan dasar dan cara kerja
yang akan dipakai oleh tim.
4. Mature
Setelah mengetahui penjelasan dari tahap 3, maka tersusunlah dasar
bagi terbentuknya suatu tim yang matang. Keterbukaan, kepedulian dan
peningkatan hubungan pribadi pada tahap 2 serta pendekatan yang sistematik
dari tahap 3 merupakan modal dasar bagi terbentuknya tim yang benar-benar
matang.
22
Fleksibilitas menjadi hal yang utama, karena setiap kebutuhan
memiliki prosedur kerja yang berbeda. Seseorang tidak lagi khawatir untuk
mempertahankan posisi mereka. Tim mengenali tipe kepemimpinan yang
dibutuhkan saling percaya, jujur, terbuka dan pemimpin mengenali kebutuhan
untuk melibatkan anggotanya.
Saling percaya, keterbukaan, kejujuran, kerja sama dan konfrontasi
maupun review berkala terhadap hasil kerja, menjadi gaya hidup tim. Tim
akan selalu bersedia untuk membantu tim lain yang mengalami kesulitan
maupun yang belum sampai ke tahap mereka. Tetetapi lebih dari itu, tim ini
adalah tempat yang menyenangkan dan membawa hasil.
G. Dimensi Dalam Tim Kerja
Michael West memaparkan, ada dua dimensi dari fungsi tim, yaitu tugas
yang harus diemban oleh tim dan faktor-faktor sosial yang mempengaruhi
bagaimana para anggotanya merasakan tim sebagai sebuah unit sosial. Tugas
yang harus diemban tim yaitu menjalankan seluruh program pelayanan yang
sesuai dengan aturan organisasi yang baik, di mana dalam setiap tugas kerja
selalu ada tujuan, strategi, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi. Semua akan
efektif jika dikerjakan dalam sebuah tim kerja. Tetetapi tim kerja merupakan satu
unit sosial yang mempengaruhi kerja tim. Dengan perkataan lain, di dalam tim
terdapat interaksi sosial yang unik dan kompak.
Tim terdiri atas kumpulan individu yang memiliki perbedaan emosi, sosial,
dan berbagai kebutuhan manusia, yang membuat tim secara keseluruhan dapat
23
membantu atau bahkan membuat frustrasi. Hal ini disebabkan tim bukan saja
berkumpul dan menjalankan tugas organisasi, tetetapi ada yang penting dan perlu
mendapatkan perhatian, yakni relasi sosial dalam kebersamaan mereka sebagai
sebuah tim kerja. Relasi antarpribadi yang akrab dan terbuka untuk bekerja
dengan satu hati, satu pikiran dan satu kehendak, akan menolong tim kerja
berjalan dengan efektif. Empat dimensi tim yang efektif :
Personal
(Who I Am)
Strategic Process
(What We Need To Do) (How We Are Going To Do It)
Relational
(How I Relate To Others)
Gambar 6. Empat dimensi yang efektif
1. Dimensi Personal
a. Tim yg efektif memiliki komitmen yg dalam satu dengan yang lain.
b. Segenap tim saling menularkan anthusiasme.
c. Setiap orang rindu memberi kontribusi demi mencapai tujuan bersama.
2. Dimensi Relational
a. Tim yang efektif berkomunikasi secara terbuka dan jujur.
24
b. Mereka berkolaborasi dengan kesediaan untuk saling melengkapi demi
mencapai tujuan bersama.
c. Mereka memanage konfliks secara bijak.
3. Dimensi Strategis
a. Tim yang efektif fokus kepada visi yg menjadi pendorong untuk terus maju
bersama.
b. Mereka menyepakati dan mengikuti sasaran yang jelas.
4. Dimensi Proses
a. Tim yang efektif sangat terbuka terhadap perubahan.
b. Mereka memiliki kesadaran yang kuat akan keterkaitan segenap anggota
tim.
25
BAB III
ANALISIS KASUS
A. Studi Kasus
Teamwork Perawat Rumah Sakit Umum Daerah X
RSUD X merupakan salah satu rumah sakit umum yang berada di daerah
X. Dengan Visi menjadi Rumah Sakit Umum yang diminati oleh masyarakat,
RSUD X selalu berusaha untuk berbenah diri agar dapat bertahan di tengah
persaingan pertumbuhan rumah sakit di daerah tersebut. Berbagai cara telah
dilakukan oleh RSUD X untuk dapat mencapai visi yang telah ditetapkan, mulai
dari melengkapi sarana yang diperlukan dalam proses pelayanan kepada pasien,
mengganti alat lama dengan alat baru dan juga memberi kemudahan kepada
pasien dalam memenuhi persyaratan administrasi.
Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa usaha yang telah dilakukan
oleh pihak RSUD X belum menunjukkan hasil yang maksimal. Munculnya
keluhan masyarakat mengenai pelayanan yang diberikan pihak RSUD X dan
jumlah pasien yang belum menunjukkan peningkatan adalah bukti yang
mengindikasikan bahwa pihak RSUD X belum mampu untuk mewujudkan visi
tersebut.
26
Berdasarkan wawancara awal diperoleh informasi mengenai ketidakpuasan
pasien terhadap kualitas pelayan yang diberikan oleh RSUD X khususnya pada
bagian keperawatan. Menurut Nursalam (2002), perawat merupakan profesi yang
berperan penting di rumah sakit dalam penyelenggaraan upaya peningkatan
kualitas pelayanan kesehatan. Salah satu faktor yang mendukung keyakinan ini
adalah kenyataan yang dilihat di unit pelayanan kesehatan seperti di rumah sakit,
bahwa tenaga keperawatan bertugas selama 24 jam harus berada di sisi pasien.
Oleh sebab itu pelayanan keperawatan dalam upaya pelayanan kesehatan di
rumah sakit merupakan faktor penentu citra dan kualitas rumah sakit.
Perawat adalah tumpuan semua kegiatan yang ada dan salah satu sumber
keberhasilan atau kegagalan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Dalam
menyelenggarakan tugas keperawatan secara bersama para perawat dituntut
untuk saling bekerjasama dan saling mendukung antara yang satu dengan yang
lain. Kinerja tim perawat yang efektif akan berbuah pada pencapaian kualitas
pelayanan yang maksimal.
Kinerja tim perawat yang efektif ini belum dapat diwujudkan oleh perawat
di RSUD X. Melalui survei kepada beberapa perawat di RSUD X diperoleh data
yang menunjukkan bahwa perawat kurang merasakan adanya kerjasama dan
komunikasi yang baik, kurang memiliki rasa saling percaya dan saling
mendukung, kurang mengetahui visi dan misi organisasi dan merasakan
teamwork yang kurang efektif di RSUD X. Hasil wawancara dengan beberapa
perawat, staf, pegawai dan pasien di RSUD X memberikan informasi yang
mengungkapkan bahwa sarana dan prasarana bukanlah masalah yang
27
menyebabkan kurang maksimalnya pelayanan yang diberikan oleh pihak RSUD
X.
Sikap tidak peduli dan saling menyalahkan antar perawat, kurang adanya
keinginan dan kesadaran untuk menyelesaikan konflik, kurang adanya kesadaran
para perawat akan pentingnya kerjasama dan komunikasi sehingga sering
menimbulkan konflik serta hubungan antar perawat yang dirasakan kurang
harmonis yang menghambat terjalinnya kerjasama merupakan indikator masalah
yang sebenarnya dihadapi oleh pihak RSUD X.
B. Analisis
Dari studi kasus tersebut dapat dilihat adanya masalah teamwork di rumah
sakit X, khususnya teamwork perawat. Permasalahan yang terjadi di antaranya
nampak dari sikap tidak peduli dan saling menyalahkan antar perawat, kurang
adanya keinginan dan kesadaran untuk menyelesaikan konflik, kurang adanya
kesadaran para perawat akan pentingnya kerjasama dan komunikasi. Hal ini
sering menimbulkan konflik dan mengakibatkan hubungan antar perawat kurang
harmonis.
Hal ini juga berdampak pada pelayanan pasien sehingga muncul
ketidakpuasan pasien terhadap kualitas pelayan yang diberikan oleh RSUD X
karena perawat merupakan sumber daya rumah sakit yang paling sering
berinterkasi dengan pasien. Dan dalam melaksanakan tugasnya perlu adanya
kerja sama antar tim agar dapat memberikan pelayanan maksimal kepada pasien.
28
DepKes RI (2000) mengemukakan bahwa sumber daya manusia yang
terlibat secara langsung dalam pemberian pelayanan kepada pasien rumah sakit,
sekitar 40% adalah tenaga perawat dan bidan. Meskipun rumah sakit telah
berupaya memperbaiki sarana dan prasarana yang ada dengan sebaik mungkin,
namun jika sumber daya yang memberikan pelayanan bermasalah, juga akan
berdampak pada pelayanan yang diberikan. Perawat adalah salah satu pemegang
peran utama dalam penentuan keberhasilan rumah sakit. Keberhasilan pelayanan
rumah sakit akan ditentukan oleh kualitas pelayanan perawat yang merupakan
faktor penentu keberhasilan akhir dari pelayanan yang diterima oleh pasien.
Keperawatan merupakan bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan,
sehingga kepentingan pelayanan keperawatan mempunyai arti penting bagi klien
(pasien) khususnya dalam proses penyembuhan maupun rehabilitasi di rumah
sakit (Depkes RI, 2008).
Permasalahan teamwork yang terjadi di antara perawat di rumah sakit X
dapat mengakibatkan tidak tercapainya tujuan rumah sakit tersebut. Karena
teamwork dalam organisasi merupakan sarana untuk dapat mencapai target dan
tujuan organisasi (West, 1994). Selain itu produktivitas dan efektivitas rumah
sakit juga akan menurun, karena menurut Siagian (2004) dalam menjalankan
roda organisasi, penekanan diletidakkan pada pendekatan teamwork yang
ternyata merupakan senjata yang ampuh dalam upaya meningkatkan
produktivitas dan efektivitas organisasi.
Teamwork sangat penting dalam organisasi karena akan menghasilkan
kinerja yang lebih besar dibandingkan dengan pekerjaan yang dilakukan secara
29
individual. Hal ini sesuai dengan pendapat Stephen P. Robbins (2003) yang
menyatidakan bahwa tim adalah suatu kelompok dimana individu menghasilkan
suatu tingkat kinerja yang lebih besar daripada jumlah masukan individu
tersebut. Suatu tim kerja membangkitkan sinergi positif lewat upaya yang
terkoordinasi. Pelaksanaan teamwork secara efektif akan berdampak pada
kesuksesan tim dalam mencapai tujuan yang diinginkan.
Perawat rumah sakit X seharusnya memiliki pemahaman yang sama
mengenai karakteristik utama yang menyebabkan teamwork menjadi efektif
sehingga mampu mencapai tujuan organisasi. Perawat seharusnya mengerti
dengan baik tujuan tim dan hanya dapat dicapai dengan baik pula dengan
dukungan bersama. Oleh sebab itu dibutuhkan rasa saling ketergantungan, rasa
saling memiliki tim dalam melaksanakan tugas.
Tercapainya teamwork yang efektif akan memberikan manfaat yang besar,
baik untuk individu maupun organisasi. Manfaat bagi individu diantaranya
adalah pekerjaan menjadi lebih bervariasi dan memiliki kesempatan untuk
mempelajari keahlian baru. Sedangkan bagi organisasi adalah bisa meningkatkan
komitmen terhadap keputusan yang telah disepakati, meningkatkan produktifitas
dan efektivitas organisasi.
Jika perawat di rumah sakit X mampu menciptidakan teamwork yang
efektif, maka akan bisa meningkatkan kepuasan pasien terhadap pelayanan yang
diberikan rumah sakit sehingga jumlah pasien juga akan meningkat. Selain itu,
visi rumah sakit untuk menjadi Rumah Sakit Umum yang diminati oleh
masyarakat akan dapat diwujudkan.
30
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Fungsi dari tim yaitu dapat merubah sikap, perilaku, dan nilai pribadi
serta dapat turut serta dalam mendisiplinkan anggota tim. Sedangkan manfaat
bekerja dalam tim yaitu untuk pengambilan keputusan, merundingkan, dan
bernegosiasi. Tujuan bekerja dalam tim agar anggota memiliki visi dan misi yang
sama dalam menyelesaikan tugas atau pekerjaan secara efesiensi dan efektif.
Perbedaan antara kelompok dan tim kerja yaitu kelompok tidak menghasilkan
sinergy positif yang bisa menciptidakan seluruh tingkat kinerja yang lebih tinggi
dari jumlah masukan sedangkan tim kerja menghasilkan sinergy positif melalui
usaha yang terkoordinasi dalam menghasil satu tingkat kinerja yang lebih tinggi
daripada jumlah masukan individual.
Tim yang efektif memiliki berbagai karaketiristik umum. Apabila
peningkatan kinerja organisasi dengan menggunakan tim, manajemen harus
memastikan bahwa tim-timnya memiliki karakteristik-karakteristik. Dalam Tim
kerja harus mempunyai Sembilan peranan yaitu
1. Pencipta-pembaharu
2. Penjelajah-Promotor
31
3. Penilai-Pengembang
4. Pendorong-Pengorganisasi
5. Penyimpul-penghasil
6. Pengawas-Pemeriksa
7. Pemerkuat-Penasehat
8. Pelapor-Penasehat
9. Penaut
Michael West memaparkan, ada dua dimensi dari fungsi tim, yaitu tugas
yang harus diemban oleh tim dan faktor-faktor sosial yang mempengaruhi
bagaimana para anggotanya merasakan tim sebagai sebuah unit sosial.
B. Saran
1. Meskipun teamwork menjadi penentu mulus tidaknya perjalanan organisasi,
namun masih diperlukan adanya kerjasama yang baik dalam melaksanakan
tanggung jawab dalam keorganisasian.
2. Teamwork tidak selalu terdiri dari sekumpulan orang dengan gaya, sikap,
maupun cara kerja yang sama. Perbedaan antar tim justru merupakan potensi
yang akan membuat sebuah tim menjadi kreatif dan inovatif. Oleh karena itu,
perbedaan cara kerja dalam tiap anggota tim harus ditanggapi dengan positif.
32
DAFTAR PUSTAKA
Robbins, Stephen P (2008), Organizational Behavior, Concept, and Application, 12th
Edition, Prentice Hall, USA.
https://docs.google.com/viewer?
a=v&q=cache:MM3WCldmKyUJ:kk.mercubuana.ac.id/files/31010-6-
450265706268.doc+peranan+tim+kerja+sebagai+pencipta+atau+pembaharu&
hl=id&gl=id&pid=bl&srcid=ADGEESiXWvPX3BNVtWeRATufx-
eMsegP0G4CN6MClElfqiMrVCIbiG-
5TCbD0oX0aRSfQWuGAU5KglpF2b7bhhufn_qmNt5CQRSnusvXMRiPUd
8yPZ8QJlqRXCkvNHkkOsfSZIyZOA5a&sig=AHIEtbRPCp-
B0QdKJQyqn0VwgpZXoEvKVQ [Diakses 10 April 2012]
http://kulpulan-materi.blogspot.com/2013/01/tahap-tahap-perkembangan-
kelompok.html [Diakses 10 April 2013]
http://managementfile.com/journal.php?id=211&sub=journal&page=strategic
[Diakses 10 April 2013]
http://ririndwi19.blogspot.com/2011/12/manfaat-dan-tujuan-bekerja-dalam-tim.html
[Diakses 10 April 2013]
http://setabasri01.blogspot.com/2011/01/kelompok-dan-tim-dalam-organisasi.html
[Diakses 10 April 2013]
33
http://www.leadership-park.com/new/more-about-u/tahap-tahap-perkembangan-
tim.html [Diakses 10 April 2013]