PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR
TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL JAGUNG (Zea may L.)
(SKRIPSI)
ADITYA PRABOWO
NPM: 14110001
SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN (STIPER)
DHARMA WACANA METRO
2018
PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR
TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL JAGUNG (Zea mays L.)
(Skripsi)
Sebagai Syarat Untuk Mencapai Gelar
SARJANA PERTANIAN
Pada
Program Studi Agroteknologi
Oleh :
Aditya Prabowo
NPM : 14110001
SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN (STIPER)
DHARMA WACANA METRO
2018
PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR
TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL JAGUNG (Zea mays L.)
Oleh :
ADITYA PRABOWO
ABSTRAK
Jagung termasuk bahan pangan penting setelah padi dan gandum. Seiring
pertambahan penduduk, permintaan jagung semakin lama semakin meningkat
karena perkembangan industri yang semakin banyak membutuhkan bahan baku
jagung sehingga produksi jagung harus terus ditingkatkan. Salah satu upaya
peningkatan produksi jagung dilakukan dengan memberikan pupuk organik cair.
Dengan demikian, dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh berbagai
konsentrasi pupuk organik cair terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung
(Zea mays, L.).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh berbagai konsentrasi pupuk
organik cair terhadap pertumbuhan dan hasil jagung (Zea mays L.) Pelaksanaan
penelitian dilakukan di Kebun Percobaan (KP) Taman Bogo, Kelurahan Taman
Bogo Kecamatan Purbolinggo Lampung Timur dengan jenis tanah masam Ultisol
pada ketinggian tempat 300 m dpl. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober
2017 sampai dengan bulan Februari 2018. Rancangan penelitian menggunakan
Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) yang terdiri dari 6 perlakuan (K)
yaitu (k0) tanpa pupuk organik cair jamus, (k1) 1 ml/l pupuk organik cair jamus,
(k2) 2 ml/l pupuk organik cair jamus, (k3) 3 ml/l pupuk organik cair jamus, (k4) 4
ml/l pupuk organik cair jamus, (k5) 5 ml/l pupuk organik cair jamus.
Hasil penelitian, menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik cair dengan
berbagai konsentrasi memberikan pengaruh tidak berbeda terhadap pertumbuhan
dan hasil tanaman jagung
Judul Proposal : PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI
PUPUK ORGANIK CAIR TERHADAP
PERTUMBUHAN DAN HASIL JAGUNG (Zea
mays L)
Nama Mahasiwa : Aditya Prabowo
No. Pokok Mahasiswa : 14110001
Jurusan : Agroteknologi
Program studi : Agroteknologi
MENYETUJUI :
1. Komisi Pembimbing
PEMBIMBING I, PEMBIMBING II,
Ir. Rakhmiati, MTA Ir. Yatmin, MTA
NIP.196304081 98903 2001 NIP.19302161990031003
2. Ketua Jurusan Agroteknologi
Priyadi M.Si.
NIDN. 0214108803
MENGESAHKAN
1. Tim penguji
Ketua : Ir. Rakhmiati, MTA (...........................)
Penguji utama: Dr. Ir. Etik Puji Handayani. M.Si (...........................)
Anggota : Ir. Yatmin, MTA (...........................)
2. Ketua sekolah tinggi ilmu pertanian dharma wacana
Ir. Rakhmiati, MTA
NIP.196304081 98903 2001
Tanggal lulus ujian : 08 - nopember - 2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis di lahirkan di Desa Tanjung Inten Kecamatan
Purbolinggo pada tanggal 29 Oktober tahun 1996. Penulis
merupakan putra pertama dari dua bersaudara pasangan bapak
Hendro Purwoko dan Ibu Tiwi Lestari.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar pada tahun 2008 di SDN 3 Taman Fajar
kecamatan Purbolinggo, Kabupaten Lampung Timur, Selanjutnya meneruskan
pendidikan di SMP Negeri 1 Purbolinggo dan lulus pada tahun 2011, kemudian
melanjutkan Sekolah Menengah Atas di SMK Negeri 1 Waybungur, Kabupaten
Lampung Timur dan lulus pada tahun 2014.
Pada tahun 2014 penulis terdaftar sebagai mahasiswa pada Sekolah Tinggi Ilmu
Pertanian (STIPER) Dharma Wacana Metro dengan program studi Agroteknologi.
PERSEMBAHAN
Ku persembahkan karya kecilku ini untuk kedua Orang Tua Ku tercinta,
Adik Ku Terkasih dan Teman-Temanku Serta Orang yang selalu bertanya
kapan Kelulusan Ku.
MOTTO
Jangan mengeluh
Jika ingin menggapai cita – cita gapailah
Jika kau tak suka sesuatu, ubahlah !
Jika tak bisa
Maka ubahlah cara pandangmu tentangnya.
( maya angelau )
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan berkah dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul Pengaruh Berbagai Konsentrasi Pupuk Organik Cair (POC)
Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Jagung (Zea mays L)
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya
kepada :
1. Ibu Ir. Rakhmiati, M.T.A. sebagai Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian
(STIPER) Dharma Wacana Metro, dan selaku dosen pembimbing I atas
bimbingan, nasehat dan dukungannya dalam mengerjakan Skripsi.
2. Bapak Ir. Yatmin, MTA selaku dosen pembimbing II atas bimbingan, nasehat
dan dukungannya dalam mengerjakan Skripsi.
3. Ibu Dr. Ir. Etik Puji Handayani, M. Si sebagai dosen penguji atas saran-saranya
yang bermanfaat dalam penyusunan dan perbaikan Skripsi ini.
4. Bapak dan Ibu dosen STIPER Dharma Wacana Metro yang selalu memberikan
dukungan dan ilmu yang telah diberikan.
5. Pimpinan dan seluruh staf BALITAN KP. Taman Bogo yang telah membantu
support dan pengalamannya dilahan percobaan dalam menyelesaikan penelitian
ini.
6. Keluarga, terutama ibu, ayah, karena mereka yang selalu ada untuk memberi
semangat dan do’a.
7. Semua pihak yang telah berperan selama penelitian berlangsung.
Penulis menyadari dalam pembuatan Skripsi ini masih banyak kekurangan, kritik
dan saran yang membangun penulis harapkan demi kesempurnaan dan manfaat
Skripsi ini bagi kita semua.
Metro, Januari 2018
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ................................................................................................ iii
KATA PENGANTAR ............................................................................... ix
DAFTAR ISI ............................................................................................. xi
DAFTAR TABEL .................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xvi
I. PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1 Latar Belakang dan Masalah .................................................... 1
1.2 Tujuan Penelitian...................................................................... 3
1.3 Dasar Pengajuan Hipotesis ....................................................... 3
1.4 Hipotesis ................................................................................... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 6
2.1 Botani Tanaman Jagung ........................................................... 6
2.2 Syarat Tumbuh ......................................................................... 8
2.3 Fase Pertumbuhan Jagung ........................................................ 9
2.4 Pupuk organik..................................................... ..................... 13
2.5 Manfaat Pupuk Organik Cair ................................................... 14
III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN ...................................... 16
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian .................................................. 16
3.2 Alat dan Bahan Penelitian ........................................................ 16
3.3 Metode Penelitian ..................................................................... 17
3.4 Pelaksanaan Penelitian ............................................................. 17
3.5 Persiapan Lahan .................................................................. 17
3.6 Penanaman .......................................................................... 18
3.7 Pemeliharaan tanaman ........................................................ 18
3.8 Panen ................................................................................... 20
3.5 Peubah Yang Diamati .................................................................. 20
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 22
4.1 Hasil Penelitian ........................................................................ 22
4.1.1 Tinggi Tanaman ........................................................... 22
4.1.2 Jumlah Daun ................................................................. 24
4.1.3 Bobot Berangkasan Kering .......................................... 25
4.1.4 Bobot 1000 Butir .......................................................... 26
4.1.5 Bobot Tongkol Tampa Klobot ..................................... 27
4.1.6 Panjang Tongkol ........................................................... 27
4.1.7 Bobot Pipilan Kering Per Petak .................................... 28
4.2 Pembahasan ............................................................................. 29
V. KESIMPULAN ................................................................................ 31
5.1 Kesimpulan .............................................................................. 31
5.2 Saran ........................................................................................ 31
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Tinggi tanaman jagung yang diberi pupuk organik cair dengan
konsentrasi yang berbeda umur 95 hst. ............................................... 23
2. Jumlah daun tanaman jagung yang diberi pupuk organik cair
dengan konsentrasi yang berbeda umur 95 hst. .................................. 25
3. Bobot berangkasan kering yang diberi pupuk organik cair dengan
konsentrasi yang berbeda. ................................................................... 26
4. Bobot 1000 butir jagung akibat pupuk organik cair dengan
konsentrasi yang berbeda. ................................................................... 27
5. Bobot jagung pertanaman tampa klobot akibat pupuk organik cair
dengan konsentrasi yang berbeda........................................................ 27
6. Bobot panjang tongkol tampa klobot yang diberi pupuk organik
cair dengan konsentrasi yang berbeda................................................. 28
7. Hasil bobot biji kering per petak yang diberi pupuk organik cair
dengan konsentrasi yang berbeda........................................................ 29
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Tata letak percobaan ........................................................................... 36
2. Tata Letak Tanaman Dalam Plot......................................................... 37
3. Contoh tata letak tanaman dalan satu ulangan .................................... 38
4. Deskripsi jagung varietas sukma raga ................................................. 39
5. Tinggi Tanaman Jagung Umur 30 hst yang diberi pupuk organik
cair, berbagai konsentrasi .................................................................... 40
6. Tinggi Tanaman Jagung Umur 45 hst yang diberi pupuk organik
cair, berbagai konsentrasi .................................................................... 40
7. Tinggi Tanaman Jagung Umur 65 hst yang diberi pupuk organik
cair, berbagai konsentrasi .................................................................... 40
8. Tinggi Tanaman Jagung Umur 95 hst yang diberi pupuk organik
cair, berbagai konsentrasi .................................................................... 41
9. Analisis ragam tinggi tanaman jagung umur 95 hst yang diberi
pupuk organik cair, berbagai konsentrasi............................................ 41
10. Jumlah daun Tanaman Jagung Umur 30 hst yang diberi pupuk
organik cair, berbagai konsentrasi....................................................... 42
11. Jumlah daun Tanaman Jagung Umur 45 hst yang diberi pupuk
organik cair, berbagai konsentrasi....................................................... 42
12. Jumlah daun Tanaman Jagung Umur 65 hst yang diberi pupuk
organik cair, berbagai konsentrasi....................................................... 42
13. Jumlah daun Tanaman Jagung Umur 95 hst yang diberi pupuk
organik cair, berbagai konsentrasi....................................................... 43
14. Analisis ragam jumlah daun Tanaman Jagung Umur 95 hst yang
diberi pupuk organik cair, berbagai konsentrasi ................................. 43
15. Bobot brangkasan kering tanaman jagung yang diberi pupuk
organik cair, berbagai konsentrasi....................................................... 44
16. Analisis ragam bobot brangkasan kering tanaman jagung yang
diberi pupuk organik cair, berbagai konsentrasi ................................. 44
17. Data bobot 1000 butir tanaman jagung yang diberi pupuk organik
cair, berbagai konsentrasi .................................................................... 45
18. Analisis ragam bobot 1000 butir tanaman jagung yang diberi
pupuk organik cair, berbagai konsentrasi............................................ 45
19. Berat tongkol tampa klobot tanaman jagung yang diberi pupuk
organik cair, berbagai konsentrasi....................................................... 46
20. Analisis ragam berat tongkol tampa klobot tanaman jagung yang
diberi pupuk organik cair, berbagai konsentrasi ................................. 46
21. Panjang tongkol tampa klobot tanaman jagung yang diberi pupuk
organik cair, berbagai konsentrasi....................................................... 47
22. Analisis ragam panjang tongkol tampa klobot tanaman jagung
yang diberi pupuk organik cair, berbagai konsentrasi ........................ 47
23. Hasil bobot biji kering per petak tanaman jagung yang diberi
pupuk organik cair, berbagai konsentrasi............................................ 48
24. Analisis ragam hasil bobot biji kering per petak tanaman jagung
yang diberi pupuk organik cair, berbagai konsentrasi ........................ 48
25. Tabel Rekapitulasi Uji BNT Semua Variabel Pengamatan ................ 49
26. Asumsi Hasil Per Hektar ..................................................................... 50
27. Jadwal kegiatan penelitian ................................................................. 51
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang dan Masalah
Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan terpenting setelah padi dan
gandum. Jagung tidak hanya sebagai bahan pangan, tetapi juga sebagai pakan
ternak dan bahan baku industri. Permintaan jagung semakin meningkat dengan
pertambahan jumlah pendududuk dan industri yang memerlukan bahan baku
jagung. Usaha meningkatkan produksi pertanian tidak terlepas dari peranan pupuk
sebagai bahan penyubur. Usaha penggunaan pupuk ini perlu ditingkatkan, karena
salah satu faktor yang membatasi produksi tanaman adalah kurangnya unsur hara
dalam tanah dan pupuk dapat digunakan untuk mencapai keseimbangan hara serta
keperluan pertumbuhan tanaman. Pupuk buatan saat ini masih menjadi alternatif
utama untuk mengatasi kekurangan unsur hara dalam tanah.
Indonesia berpotensi besar dalam memproduksi jagung karena banyak lahan yang
sesuai untuk budidaya jagung, salah satunya di Provinsi Lampung. Namun
demikian, produksi jagung di Provinsi Lampung hampir setiap tahun mengalami
penurunan. Produksi Jagung di Provinsi Lampung pada tahun 2011 sebanyak
1.817.906 ton, tahun 2012 1.760.275 ton, tahun 2013 1.760.278 ton, tahun 2014
1.719.386 ton, dan pada tahun 2015 1.502.800 ton. Penurunan produksi jagung
disebabkan karena penanamanya pada tanah ultisol yang bersifat Masa (Badan
Pusat Statistik ,2016).
Tanah Ultisol merupakan tanah yang memiliki masalah keasaman tanah, bahan
organik rendah dan nutrisi makro rendah dan memiliki ketersediaan P sangat
rendah (Fitriatin dkk. 2014). Mulyani dkk (2010), menyatakan bahwa kapasitas
tukar kation (KTK), kejenuhan basa (KB) dan C-organik rendah, kandungan
aluminium (kejenuhan Al) tinggi, fiksasi P tinggi, kandungan besi dan mangan
mendekati batas meracuni tanaman, dan peka terhadap erosi. Sehingga perlu di
carikan alternatif pupuk yang pada saat pengaplikasianya di berikan ke tanaman
langsung untuk menggantikan unsur hara yang seharusnya di serap tanaman di
tanah, salah satu pilihanya adalah memberikan pupuk organik cair.
Pupuk organik cair adalah pupuk yang berasal dari larutan berbagai pembusukan
bahan bahan organik yang berasal dari sisa sisa tanaman, kotoran manusia, dan
hewan, yang dinilai memiliki kandungan unsur hara yang baik. Menurut
Simanungkalit, dkk. (2006) pemberian pupuk organik ke dalam tanah
meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi pertanian, mengurangi pencemaran
lingkungan, mencegah degradasi lahan, dan meningkatkan kualitas lahan secara
berkelanjutan.
Dengan demikian pemberian pupuk organik cair dengan konsentrasi tertentu
sangat berperan penting dalam pertumbuhan dan hasil jagung. Pupuk organik cair
juga kaya akan unsur hara makro dan mikro yang sangat di butuhkan bagi
tanaman. Tetapi penggunaan pupuk organik cair harus di ikuti oleh pemberian
pupuk anorganik terutama pada tanaman jagung. pemberian pupuk organik cair
dan anorganik secara bersama dapat meningkatkan produksi jika diaplikasikan
pada konsentrasi dan dosis yang sesuai, karena pupuk organik cair memiliki unsur
hara yang lengkap yaitu Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K), Tembaga (Cu),
seng (Zn), besi (Fe), Mangan (Mn), Boron (B), Molibdenum (Mo), Cobalt (Co).
Dari uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian untuk mengetahui
pengaruh berbagai konsentrasi pupuk organik cair pada tanaman jagung (Zea
mays L.)
1.2 Tujuan penelitan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh berbagai konsentrasi pupuk
organik cair terhadap pertumbuhan dan hasil jagung (Zea mays L.)
1.3 Dasar Pengajuan Hipotesis
Produsi jagung dapat ditingkatkan dengan banyak cara, salah satunya dengan
penggunaan pupuk. Penggunaan pupuk anorganik secara terus menerus dapat
menyebabkan degradasi lahan. Oleh sebab itu, penggunaan pupuk anorganik
harus diimbangi dengan pupuk organik. Penggunaan pupuk organik dapat
menyuplai hara makro dan mikro, meningkatkan kandungan bahan organik tanah,
memperbaiki berbagai sifat fisik tanah seperti permeabilitas tanah, porositas
tanah, struktur tanah, dan daya ikat tanah. Pupuk organik cair merupakan salah
satu komponen penting dalam pertanian organik.
Pupuk organik cair merupakan larutan dari hasil pembusukan bahan – bahan
organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan dan manusia yang
kandungan unsur haranya lebih dari satu unsur (Hadisuwito, 2007). Pupuk organik
cair mengandung banyak unsur hara makro, mikro, hormon, dan asam amino yang
dibutuhkan tanaman. Selain itu didalam pupuk organik cair terdapat
mikroorganisme yang akan memperbaiki kesuburan tanah sehingga dapat
menunjang pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Menurut Parnata (2004)
menyatakan bahwa pupuk organik cair memiliki kandungan bahan kimia yang
sedikit yaitu maksimal 5% dan mengandung unsur hara yang jarang terdapat
dalam pupuk organik padat.
Pemberian pupuk organik cair harus memperhatikan konsentrasi atau dosis yang
diaplikasikan terhadap tanaman. Penelitian Hanolo (1997) menunjukkan bahwa
pemberian pupuk organik cair melalui daun memberikan pertumbuhan dan hasil
pada tanaman jagung yang lebih baik dibandingkan dengan pemberian melalui
tanah. Keuntungan penggunaan pupuk organik cair antara lain, respon tanaman
lebih cepat karena langsung dimanfaatkan oleh tanaman, dan tidak menimbulkan
kerusakan jika aplikasinya dilakukan secara benar. Kandungan unsur hara pada
pupuk organik cair identik dengan kandungan unsur hara pada pupuk majemuk,
tetapi sifat fisik dan kimia tanah tidak dijadikan sebagai faktor utama.
Hasil penelitian Bastiana. dkk, (2013) menunjukan bahwa pemberian pupuk
organik cair Chi-Farm konsentrasi 5 ml/l air memberikan hasil bobot tongkol
jagung berkelobot per petak yaitu sebesar 6.63 kg (17,68 ton/ha) lebih tinggi, bila
dibandingkan dengan tanpa pupuk organik cair. Sedangkan hasil penelitian
Hadriman. dkk, (2013) pemberian pupuk organik cair plus (Bintang Kuda Laut)
dengan konsentrasi 9 ml/liter air berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman dan
umur berbunga per plot. Sedangkan hasil penelitian Syofia dkk, (2014)
menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik cair Santamicro dengan
konsentrasi 3 ml/liter air memberikan hasil lebih tinggi terhadap panjang tongkol,
diameter tongkol, berat tongkol per tanaman, dan berat tongkol jagung manis per
plot pada varietas jambore, dan varietas bonanza.
1.4 Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu :
Pemberian konsentrasi pupuk organik cair yang berbeda akan memberikan
perbedaan terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung.
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Botani Tanaman Jagung
Jagung merupakan jenis tanaman menyerbuk silang atau cross polination. Hal
tersebut disebabkan karena tanaman jagung memiliki bunga jantan dan bunga
betina yang letaknya terpisah. Klasifikasi dari tanaman jagung adalah sebagai
berikut :
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Class : Monocotyledoneae
Ordo : Graminales
Family : Graminaceae
Genus : Zea
Species : Zea mays L.
Menurut Purwono dan Hartono (2005), jagung merupakan tanaman yang memiliki
perakaran serabut. Tiga jenis perakaran pada tanaman jagung yaitu akar seminal,
akar adventif, dan akar udara. Akar seminal berasal dari radikula dan embrio,
akar adventif tumbuh dari ruas terbawah yaitu berkisar 4 cm di bawah permukaan
tanah, sedangkan akar udara tumbuh dari dua atau lebih dari ruas terbawah di atas
7
permukaan tanah. Akar udara atau akar penyangga memiliki fungsi sebagai
penyangga tanaman agar tetap tegak serta membantu dalam penyerapan air dan
unsur hara. Faktor yang mempengaruhi perkembangan akar jagung yaitu varietas,
kesuburan tanah, dan keadaan air tanah. Batang tanaman jagung berbentuk
silinder dan tidak bercabang. Pada buku ruas akan muncul tunas yang berkembang
menjadi tongkol. Tinggi tanaman jagung bergantung dengan varietas, umumnya
berkisar 100 cm sampai 300 cm.
Daun jagung memanjang dan keluar dari buku-buku batang. Jumlah daun terdiri
dari 8 helai sampai 48 helai tergantung varietasnya. Antara kelopak dan helaian
terdapat lidah daun yang disebut ligula, fungsi ligula adalah mencegah air masuk
ke dalam kelopak daun dan batang.
Tanaman ini berumah satu, dengan bunga jantan tumbuh di ujung (tassel) pada
batang utama (poros) dan bunga betina tumbuh terpisah sebagai perbungaan
samping (tongkol) yang berkembang pada ketiak daun. Pada tahap awal, kedua
bunga memiliki primordia bunga biseksual. Selama proses perkembangan,
primordia stamen pada axillary bunga tidak berkembang dan menjadi bunga
betina. Demikian pula halnya primordia ginaecium pada apikal bunga, tidak
berkembang dan menjadi bunga jantan (Palliwal, 2000 dalam Subekti dkk, 2008).
Tanaman jagung mempunyai satu atau dua tongkol, tergantung varietas.
Tongkol jagung diselimuti oleh daun kelobot. Tongkol jagung yang terletak pada
bagian atas umumnya lebih dahulu terbentuk dan lebih besar dibanding yang
terletakpada bagian bawah. Setiap tongkol terdiri atas 10-16 baris biji yang
jumlahnya selalu genap. Biji jagung disebut kariopsis, dinding ovari atau perikarp
8
menyatu dengan kulit biji atau testa, membentuk dinding buah (Subekti dkk.,
2008).
2.2 Syarat Tumbuh Jagung
2.2.1. Iklim
Tanaman jagung menghendaki daerah yang beriklim sedang hingga subtropik atau
tropis yang basah dan di daerah yang terletak antara 0-500 LU hingga 0-400 LS.
Tanaman jagung juga menghendaki penyinaran matahari yang penuh. Suhu
optimum yang dikehendaki adalah 21-340% C. Curah hujan yang ideal untuk
tanaman jagung adalah 85-200 mm/bulan dan harus merata. Pertumbuhan
tanaman jagung sangat membutuhkan sinar matahari. Tanaman jagung yang
ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat dan memberikan hasil biji yang
kurang baik bahkan tidak dapat membentuk buah ( Tim Karya Tani Mandiri,
2010).
2.2.2. Tanah
Tanaman jagung menghendaki tanah yang gembur, subur, berdrainase yang baik,
pH tanah 5,6-7,0. Jenis tanah yang dapat toleran ditanami jagung antara lain
Andosol, Latosol dengan syarat pH-nya harus memadai untuk tanaman tersebut.
Tanah-tanah yang bertekstur berat, jika akan ditanami jagung maka perlu
dilakukan pengolahan tanah yang baik. Namun, apabila kondisi tanahnya gembur,
dalam budidaya jagung tanah tidak perlu diolah sistem TOT (Rukmana, 1997).
9
Tanaman jagung ditanam di Indonesia mulai dari dataran rendah sampai di daerah
pegunungan yang memiliki ketinggian antara 1000-1800 m dpl. Sedangkan daerah
yang optimum untuk pertumbuhan jagung adalah antara 0-600 mdpl (Tim Karya
Tani Mandiri, 2010).
2.3 Fase Pertumbuhan Jagung
Jagung memiliki kebutuhan nutrisi yang berbeda-beda pada setiap fase
pertumbuhan. Berikut adalah fase pertumbuhan tanaman jagung menurut
McWilliams dkk, (1999) :
1. Fase perkecambahan
Perkecambahan benih jagung terjadi ketika radikula muncul dari kulit benih.
Perkecambahan dimulai ketika terjadi penyerapan air oleh benih melalui proses
imbibisi. Proses ini menjadikan benih membengkak diikuti oleh peningkatan
aktivitas enzim dan respirasi. Awal perkecambahan, koleoriza memanjang
menembus pericarp kemudian radikula menembus koleoriza. Setelah radikula
muncul, empat akar seminal lateral juga muncul. Pada waktu yang bersamaan,
plumula tertutup oleh koleoptil. Koleoptil terdorong ke atas oleh pemanjangan
mesokotil, yang mendorong koleoptil ke permukaan tanah. Mesokotil berperan
peting dalam pemunculan kecambah di permukaan tanah. Ketika ujung koleoptil
muncul keluar permukaan tanah, pemanjangan mesokotil terhenti dan plumula
muncul dari koleoptil dan menembus permukaan tanah. Umumnya kecambah
jagung akan muncul di permukaan tanah pada 4-5 hari setelah tanam. Pada
kondisi yang dingin dan kering, pemunculan kecambah dapat berlangsung hingga
dua minggu setelah tanam atau bahkan lebih.
10
2. Fase V3-V5 (jumlah daun yang terbuka sempurna 3-5)
Fase ini berlangsung pada saat tanaman berumur 10-18 hari setelah berkecambah.
Pada fase ini, akar seminal sudah mulai berhenti tumbuh, akar nodul sudah mulai
aktif, dan titik tumbuh berada di bawah permukaan tanah. Suhu tanah sangat
berpengaruh terhadap tanaman. Suhu rendah akan menghambat keluarnya daun,
meningkatkan jumlah daun, dan menunda terbentuknya bunga jantan.
3. Fase V6-V10 (jumlah daun terbuka sempurna 6-10)
Fase ini berlangsung pada saat tanaman berumur 18-35 hari setelah berkecambah.
Titik tumbuh sudah berada di atas permukaan tanah, perkembangan dan
penyebaran akar sangat cepat, dan pemanjangan batang berlangsung dengan cepat.
Pada fase ini bakal bunga jantan dan perkembangan tongkol dimulai. Tanaman
mulai menyerap hara dalam jumlah banyak sehingga diperlukan pemupukan
untuk memenuhi kebutuhan hara tanaman.
4. Fase V11-Vn (jumlah daun terbuka sempurna 11-daun terakhir 15-18)
Fase ini berlangsung saat tanaman berumur 33-50 hari setelah berkecambah.
Tanaman tumbuh dengan cepat disertai dengan akumulasi bahan kering yang
cepat pula. Air dan hara dalam jumlah cukup sangat dibutuhkan tanaman pada
fase ini. Tanaman yang kekeringan dan kekurangan hara akan memiliki jumlah
biji yang sedikit karena ukuran tongkol yang kecil. Kekeringan pada fase ini
berakibat pada terlambatnya kemunculan bunga betina.
5. Fase VT (tasseling atau berbunga jantan)
Fase tasseling biasanya berlangsung pada 45-52 hari setelah tanam dan ditandai
adanya cabang terakhir dari bunga jantan sebelum kemunculan bunga betina.
11
Tahap VT dimulai 2-3 hari sebelum rambut tongkol muncul dan tinggi tanaman
sudah hampir mencapai tinggi maksimum serta mulai menyebarkan serbuk sari.
Pada fase ini biomasa bagian vegetatif sudah maksimum, yaitu sekitar 50% dari
total bobot kering tanaman. Penyerapan N, P, dan K oleh tanaman masing-masing
60-70, 50, dan 80-90%.
6. Fase R1 (silking)
Tahap silking diawali oleh munculnya rambut dari dalam tongkol yang tertutup
kelobot, biasanya mulai 2-3 hari setelah tasseling. Penyerbukan terjadi ketika
serbuk sari yang dilepas bunga jantan jatuh dan menyentuh permukaan rambut
tongol yang masih segar. Serbuk sari membutuhkan waktu hingga 24 jam untuk
mencapai sel telur. Rambut tongkol muncul dan siap diserbuki selama 2-3 hari.
Rambut tongkol tumbuh memanjang 2,5-3,8cm/hari dan akan terus memanjang
hingga diserbuki. Bakal biji hasil pembuahan tumbuh dalam satu struktur tongkol
dengan dilindungi oleh tiga bagian penting yaitu glume, lemma, dan palea serta
memiliki warna putih di luar biji. Bagian dalam biji berwarna bening dan
mengandung sedikit cairan. Pada tahap ini, apabila biji dibelah belum terlihat
struktur embrio di dalamnya. Serapan N dan P sangat cepat sementara K sudah
hampir lengkap.
7. Fase R2 (Blister)
Blister muncul sekitar 10 – 14 hari setelah silking. Pada fase ini, rambut tongkol
sudah mulai kering dan berwarna gelap. Ukuran tongkol, kelobot, dan janggel
hampir sempurna. Biji sudah mulai tampak dan berwarna putih melepuh. Pati
12
mulai diakumulasi ke endosperm, kadar air biji sekitar 85% dan akan terus
menurun hingga panen.
8. Fase R3 (masak susu)
Terjadi 18-22 hari setelah silking. Pengisian biji yang semula dalam bentuk cairan
bening menjadi berwarna putih seperti susu. Akumulasi pati pada setiap biji
berlangsung dengan cepat dan warna biji sudah mulai terlihat seperti pada
deskripsi varietasnya. Setiap sel yang berada pada endosperm sudah berbentuk
lengkap. Kekeringan pada fase R1 hingga R3 dapat menurunkan ukuran dan
jumlah biji yang terbentuk. Kadar air biji dapat mencapai 80%.
9. Fase R4 (dough)
Fase R4 mulai terjadi 24-28 hari setelah silking. Bagian dalam biji seperti pasta
(belum mengeras). Separuh dari akumulasi bahan kering biji sudah terbentuk, dan
kadar air biji menurun menjadi sekitar 70%. Cekaman kekeringan pada fase ini
berpengaruh terhadap bobot biji.
10. Fase R5 (pengerasan biji)
Fase R5 akan terbentuk 35-42 hari setelah silking. Seluruh biji sudah terbentuk
sempurna dengan kadar air biji 55%, embrio sudah masak, dan akumulasi bahan
kering biji akan segera terhenti.
11. Fase R6 (masak fisiologis)
Tanaman jagung memasuki tahap masak fisiologis 55-65 hari setelah silking. Pada
tahap ini, biji-biji pada tongkol telah mencapai bobot kering maksimum. Lapisan
pati yang keras pada biji telah berkembang dengan sempurna dan telah terbentuk
13
pula lapisan absisi berwarna coklat atau kehitaman. Pembentukan lapisan hitam
(black layer) berlangsung secara bertahap, dimulai dari biji pada bagian pangkal
tongkol menuju ke bagian ujung tongkol. Pada varietas hibrida, tanaman yang
mempunyai sifat tetap hijau (stay green) yang tinggi, kelobot dan daun bagian
atas masih berwarna hijau meskipun telah memasuki tahap masak fisiologis. Pada
tahap ini kadar air biji berkisar 30-35% dengan total bobot kering dan penyerapan
NPK oleh tanaman mencapai masing-masing 100%.
2.4 Pupuk Organik
Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari alam, yang berupa sisa-sisa
organisme hidup baik sisa tanaman maupun sisa hewan. Pupuk organik
mengandung unsur-unsur hara baik makro maupun mikro yang dibutuhkan oleh
tumbuhan, supaya dapat tumbuh dengan subur. Jenis pupuk organik padat adalah
pupuk kandang, pupuk hijau, kompos dan pupuk guano (Winarni, 2013) Pupuk
organik ada dua jenias yaitu pupuk organik padat dan pupuk organik cair.
Pupuk organik padat adalah pupuk alam yang dibuat tanpa melalui proses industri.
Pupuk ini bersifat organik karena terdiri dari senyawa – senyawa organik seperti
lignin, selulosa, hemiselulosa, dan juga protein. Pupuk organik padat merupakan
pupuk organik yang berbentuk padat dan lazim digunakan oleh para petani. Cara
pengaplikasiannya adalah dengan ditaburkan atau dibenamkan ke dalam tanah
(Hasibuan, 2010). Keuntungan penggunaan pupuk orgaik padat adalah dapat
meningkatkan kandungan bahan organik di dalam tanah, memperbaiki struktur
tanah, meningkatkan kemampuan tanah menyimpan air, meningkatkan aktivitas
14
kehidupan biologi tanah, meningkatkan kapastitas tukat kation tanah dan
meningkatkan ketersediaan hara didalam tanah (Novizan, 2000).
Pupuk organik cair Jamus merupakan pupuk organik yang di produksi oleh
CV.Mahkota Prima Andalan yang telah melalui uji mutu di balai penelitian tanah
Bogor, pupuk organik cair tersebut memiliki kandungan pH, H20-total 5,7 -, C
organik-total 8,34 %, N-total 4,62 %, P2O5-total 4,93 %, K2O-total 3,32 %, Fe-
total 223 %, Mn-total 1200 ppm, Cu-total 1055 ppm, Zn-total 586 ppm, B-total
912 ppm, Pb-total Td ppm, Cd-total Td ppm, Co-total 7,5 ppm, As-total 0,02 ppm,
Mo-total 8,1 ppm, Hg-total 0,01 ppm, La-total 0,0 ppm, Ce-total 0,0 ppm. Sumber
: Laboraturium Tanah, Tanaman, Pupuk, Air, Badan Penelitian Dan
Pengembangan Pertanian Bogor 2018.
2.5 Manfaat Pupuk Organik Cair Dan Cara Pemberianya.
Unsur hara yang terkandung dalam pupuk organik cair Jamus yang di produksi
oleh CV. Mahkota Prima Andalan, sebagai yang tertera di tabel 1 di atas yaitu
fungsi Nitrogen (N) berperan penting pada pertumbuhan vegetatif tanaman yang
meliputi pertumbuhan akar, batang, dan daun. Fosfor (P) berperan penting pada
pembentukan bunga dan bulir pada malai serta memperbaiki kualitas batang dan
biji. Sedangkan Kalium (K) berperan sebagai aktivator berbagai enzin dalam
proses metabolisme. Tembaga (Cu), seng (Zn), besi (Fe) dan mangan (Mn)
merupakan beberapa contoh unsur hara mikro yang esensial bagi tanaman karena
walaupun diperlukan dalam jumlah relatif sedikit tetapi sangat besar peranannya
dalam metabolisme di dalam tanaman (Cottenie, 1983, Harmsen,1977), Boron (B)
memiliki kaitan erat dengan proses pembentukan. Molibdenum (Mo) bertugas
15
sebagai pembawa elektron untuk mengubah nitrat menjadi enzim. Cobalt (Co)
untuk fiksasi nitrogen dalam penyerapan unsur N, sedangkan Arsenic (As)
Mercuri (Hg) Lanthanum (La) Cerium (Ce) Timbal (Pb) merupakan jenis logam
berat yang paling sering ditemukan sebagai kontaminan pada lingkungan.
Kadmium (Cd) merupakan kontaminan dengan toksisitas yang sangat tinggi bagi
tumbuhan. Akumulasi logam Pb dan Cd dalam tubuh tumbuhan dapat
menyebabkan beberapa gangguan, yaitu gangguan pertumbuhan seperti
terhambatnya pertumbuhan akar dan tunas, kerusakan jaringan seperti rusaknya
dinding sel, serta gangguan fisiologi seperti terganggunya proses fotosintesis dan
pemblokiran transpor unsur hara.
Manfaat dari pupuk organik cair ini adalah dapat menyediakan unsur hara yang
dibutuhkan oleh tanaman, penggunaannya juga dapat memperbaiki struktur tanah
dan dapat menekan bakteri yang merugikan dalam tanah.
Penggunaan pupuk organik cair secara terus-menerus terhadap tanah dapat
memperbaiki kualitas tanah baik secara fisik, biologi maupun kimia, selain itu
tidak meninggalkan residu dalam tanaman sehingga aman bila dikonsumsi
manusia (Purwendro, 2006). Menurut Murbandono, (1990) pupuk organik cair
sangat baik untuk tanaman karena terdapat unsur hara mikro dan makro yang
lengkap dan lebih mudah diserap tanaman.
Pemberian pupuk organik cair harus memperhatikan konsentrasi atau dosis yang
diaplikasikan terhadap tanaman. Dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa
pemberian pupuk organik cair melalui daun memberikan pertumbuhan dan hasil
tanaman yang lebih baik daripada pemberian melalui tanah (Hanolo 1997).
16
III. BAHAN DAN METODE
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan (KP) Taman Bogo, Kelurahan
Taman Bogo Kecamatan Purbolinggo Lampung Timur dengan jenis tanah masam
Ultisol dengan ketinggian tempat 300 mdpl. Penelitian dilaksanakan pada bulan
Oktober 2017 sampai dengan bulan Februari 2018.
3.2. Alat dan Bahan Penelitian
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah traktor quick G1000 Boxer, tangki
sprayer kapasitas 16 liter, tangki sprayer kapasitas 2 liter, tugal, cangkul, golok,
gergaji, pisau, ember, gunting, sendok makan, timbangan digital, timbangan
gantung, kantung plastik ukuran 1kg, karung, gelas ukur, tali rafia, bambu, paku,
martil, gelas ukur, handphone, alat-alat tulis, moisture meter dan meteran.
Bahan yang digunakan antara lain benih jagung varietas Sukma Raga, herbisida
kontak berbahan aktif Parakuat Diklorida 200 g/l, pupuk organik (kandang),
pupuk anorganik (urea & phonska) dan pupuk organik cair Jamus.
17
3.3 Metodologi Penelitian
Penelitian ini disusun dalam Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) yang
terdiri dari 6 perlakuan (K) yaitu :
(k0) = Tanpa pupuk organik cair.
(k1) = 1 ml/l pupuk organik cair.
(k2) = 2 ml/l pupuk organik cair.
(k3) = 3 ml/l pupuk organik cair.
(k4) = 4 ml/l pupuk organik cair.
(k5) = 5 ml/l pupuk organik cair.
Setiap perlakuan diulang sebanyak 4 kali sehingga diperoleh 24 satuan percobaan.
Data yang di peroleh dianalisis ragam yang sebelumnya kesamaan ragam data
diuji dengan uji Bartlett dan ketidak aditifan data diuji dengan uji Tuckey.
Apabila terdapat perbedaan dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT)
pada taraf nyata 5%.
3.4. Pelaksanaan Penelitian
3.4.1. Persiapan Lahan
Lahan tanam yang digunakan untuk percobaan diolah menggunakan traktor quick
G1000 Boxer dengan kedalaman olah tanah kurang lebih 20 cm. Tanah diolah
hingga menjadi gembur, diratakan dan dibersihkan dari gulma serta sisa-sisa
tanaman. Selanjutnya dibuat plot percobaan dengan ukuran 3,75 m × 10 m
sebanyak 24 petak.
18
3.4.2. Penanaman
Penanaman dilakukan dengan cara menugal sedalam 3 cm dengan jarak tanaman
100 cm × 25 cm sehingga populasi tanaman jagung 140 tanaman perplot, dengan
benih yang digunakan berjumlah 1 benih per lubang tanaman.
3.4.3. Pemeliharaan Tanaman
Pemeliharan tanaman jagung meliputi beberapa kegiatan yaitu:
1. Penyulaman
Penyulaman dilakukan setelah tanaman berumur 1 minggu setelah tanam, yang
disulam adalah Tanaman yang tidak tumbuh atau yang tumbuhnya tidak
maksimal. Penyulaman dilakukan dengan tanaman yang sudah disiapkan
sebelumnya.
2. Penyiraman
Penyiraman tidak dilakukan karena saat penelitian masih banyak terjadi hujan.
3. Pemupukan
1. Pemberian pupuk kandang sapi diberikan pada saat tanam, dengan cara
diberikan menutupi lubang tanam pada tanaman jagung, dengan dosis 2,5
ton/ha (8,8 kg perplot).
2. Pemberian pupuk anorganik (urea & phonska) dilakukan pada saat
tanaman berimur 7 hst, dengan di berikan dekat tanaman jagung dengan
jarak 10 cm. Dosis urea yang di gunakan 200 kg/ha (700 gr/plot/tanaman),
phonska 200 kg/ha (700 gr/plot/tanaman).
3. Pemberian Pupuk organik cair dilakukan dua kali yaitu dengan cara
penyemprotan pada umur 30 dan 45 hst, dengan konsentrasi pupuk organik
19
cair ( k1 = 1 ml/l, k2 = 2ml/l, k3 = 3 ml/l, k4 = 4 ml/l, k5 = 5 ml/l setiap
kali aplikasi ) Ukuran petak 3,50 m x 10 m dengan menggunakan volume
semprot 1,4L/petak ini setara dengan volume semprot 400 L/ha.
4. Teknik penyemprotan pupuk organik cair yaitu dengan menyemprotkan ke
tanaman jagung secara merata ke petak percobaan dengan konsentrasi
yang sesuai dan untuk baris tanaman pembatas empat baris antar petak
tidak dilakukan penyemprotan, waktu penyemprotan dilakukan sore hari
(pukul 16.00 wib).
4. Penyiangan
Penyiangan pertama dilakukan saat tanaman berumur 2 minggu setelah tanam
dan penyiangan ke 2 dilakukan saat tanaman berumur 45 hst, pada penyiangan
ke 1 dan ke 2 dilakukan dengan menggunakan cangkul, penyiangan ke 3
dilakukan ketika umur 55 hst, dan penyiangan ke 4 di lakukan ketika umur
tanaman 85 hst mengunakaan tangki sprayer kapasitas 16 liter dengan herbisida
racun kontak dengan bahan aktif parakuat diklorida. Dengan dosis 100 ml/15
liter air, bertujuan untuk membrantas rumput-rumput dari pertanaman jagung,.
5. Pembumbunan
Pembumbunan dilakukan saat tanaman berumur 45 hst, sekaligus penyiangan
ke 2, dengan cara mengumpulkan tanah disekitar barisan tanaman
menggunakan cangkul, bertujuan untuk menutupi bagian disekitar perakaran
agar batang tanaman menjadi kokoh, dan mengurangi gulma.
20
3.4.5. Panen
Panen jagung dilakukan pada umur 110 hari setelah tanam, dengan ciri-ciri
kelobot dan daun telah menguning. Pemanenan dilakukan secara manual yaitu
dengan cara mengupas kulit jagung kemudian dipetik mengunakan tangan.
3.5. Peubah yang diamati
Pengamatan dilakukan disetiap tanaman sampel. Setiap petak percobaan dipilih 10
tanaman untuk dijadikan tanaman sampel. Data yang diperoleh kemudian dirata-
rata, peubah yang diamati meliputi:
1. Tinggi tanaman (cm)
Tinggi tanaman diukur dari pangkal batang hingga ujung daun tertinggi
tanaman menggunakan meteran (cm). Pengukuran dimulai saat tanaman
berumur 30 hari setelah tanam (hst), 45 hst, 65 hst dan 95 hst.
2. Jumlah daun (helai)
Jumlah daun dihitung pada daun yang sudah membuka sempurna.
Penghitungan dimulai saat tanaman berumur 30 hari setelah tanam (hst), 45
hst, 65 hst dan 95 hst.
3. Bobot brangkasan kering (gram)
Brangkasan kering diambil bersamaan dengan panen dengan cara mencabut 3
tanaman dalam satu plot percobaan. Kemudian dijemur sampai berat kering
konstan sehingga diperoleh bobot kering tanaman.
21
4. Bobot 1000 butir
Bobot 1000 butir diambil secara acak pada tanaman sample ketika jagung
sudah dipipil, kemudian dijemur di panas matahari, sampai kadar air 16 %,
yang diukur dengan menggunakan alat moisture meter.
5. Bobot tongkol tanpa klobot (gram)
Diambil ketika jagung sudah dipanen tanpa klobot dan ditimbang dengan
satuan gram.
6. Panjang tongkol (cm)
Panjang tongkol diukur setelah tongkol buah dikupas dari klobotnya mulai dari
pakal tongkol sampai ujung tongkol dengan mengunakan mistar dalam satuan
sentimeter (cm), yang dilakukan setelah panen.
7. Bobot pipilan kering per petak (kg)
Dihitung dengan cara menimbang biji jagung yang telah dipipil, kemudian
dijemur dipanas matahari, sampai kadar air 16%.
8. Asumsi hasil per hektar (Ton)
Hasil per hektar dihitung dengan cara mengkonversi hasil perpetak panen ke
hektar dengan rumus:
Hasil per hektar = 10.000 𝑚2
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑃𝑒𝑡𝑎𝑘 𝑃𝑎𝑛𝑒𝑛 x Hasil per Petak Panen
Data hasil per hektar tidak dianalisis, disajikan hanya sebagai data pendukung.
22
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Tinggi Tanaman.
Hasil analisis ragam menunjukkan pemberian pupuk organik cair dengan
konsentrasi yang berbeda berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman jagung
(Lampiran 5).
Tabel 1. Tinggi tanaman jagung yang diberi pupuk organik cair dengan
konsentrasi yang berbeda umur 95 hst.
Konsentrasi pupuk organik cair Tinggi
Tanaman 95 hst
--- cm ---
Tanpa pupuk organik cair. 264,22
1 ml/l pupuk organik cair. 262,42
2 ml/l pupuk organik cair. 261,07
3 ml/l pupuk organik cair. 267,32
4 ml/l pupuk organik cair. 268,17
5 ml/l pupuk organik cair. 262,67
Dari Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik cair dengan
konsentrasi 4 ml/l cenderung meningkatkan tinggi tanaman dibandingkan tanpa
pemberian pupuk organik cair, dengan peningkatan 1,49 %
23
Gambar 1. Kurva perkembangan tinggi tanaman umur 30-95 hst.
Gambar 1 menunjukkan perkembangan tinggi tanaman jagung yang diberi pupuk
organik cair dengan berbagai konsentrasi, tidak memberikan perbedaan yang
nyata, namun pemberian pupuk organik cair dengan konsentrasi 4 ml/l lebih tinggi
dari konsentrasi lainya.
0
50
100
150
200
250
300
30 45 65 95
Tin
ggi
Tan
aman
(cm
)
Umur Tanaman (hst)
k0
k1
k2
k3
k4
k5
24
4.1.2. Jumlah Daun.
Hasil analisis ragam menunjukkan pemberian pupuk organik cair dengan
konsentrasi yang berbeda berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun pada
jagung (Lampiran 7).
Tabel 2. Jumlah daun tanaman jagung yang diberi pupuk organik cair dengan
konsentrasi yang berbeda umur 95 hst.
Perlakuan Jumlah daun 95 hst
--- helai ---
Tanpa pupuk organik cair. 14,75
1 ml/l pupuk organik cair. 14,80
2 ml/l pupuk organik cair. 14,70
3 ml/l pupuk organik cair. 14,50
4 ml/l pupuk organik cair. 14,92
5 ml/l pupuk organik cair. 14,67
Dari Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik cair dengan
konsentrasi 4 ml/l cenderung meningkatkan jumlah daun dibandingkan tanpa
pemberian pupuk organik cair.
Gambar 2. Kurva perkembangan jumlah daun tanaman umur 30-95 hst.
0
2
4
6
8
10
12
14
16
30 45 65 95
Jum
lah D
aun (
hel
ai)
Umur Tanaman (hst)
k0k1k2k3k4k5
25
Gambar 2 menunjukkan perkembangan jumlah daun tanaman jagung yang diberi
pupuk organik cair dengan berbagai konsentrasi, tidak mengalami perbedaan yang
nyata namun pada semua konsentrasi hanya 4ml/l pupuk organik cair yang
terbanyak.
4.1.3 Bobot Berangkasan Kering.
Hasil analisis ragam menunjukkan pemberian pupuk organik cair dengan
konsentrasi yang berbeda berpengaruh tidak nyata terhadap bobot brangkasan
kering pada jagung (Lampiran 9).
Tabel 3. Bobot berangkasan kering yang diberi pupuk organik cair dengan
konsentrasi yang berbeda.
Perlakuan Bobot brangkasan
kering tanaman
--- gram ---
Tanpa pupuk organik cair. 97,91
1 ml/l pupuk organik cair. 91,17
2 ml/l pupuk organik cair. 97,42
3 ml/l pupuk organik cair. 91,83
4 ml/l pupuk organik cair. 122,00
5 ml/l pupuk organik cair. 102,67
Dari Tabel 3 di atas menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik cair dengan
konsentrasi 4 ml/l cenderung meningkatkan bobot berangkasan kering
dibandingkan tanpa pemberian pupuk organik cair, dengan peningkatan 24,60 %.
4.1.4 Bobot 1000 Butir.
Hasil analisis ragam menunjukkan pemberian pupuk organik cair dengan
konsentrasi yang berbeda berpengaruh tidak nyata terhadap bobot 1000 butir
jagung (Lampiran 11).
26
Tabel 4. Bobot 1000 butir jagung akibat pupuk organik cair dengan konsentrasi
yang berbeda.
Perlakuan Bobot 1000 butir
--- gram ---
Tanpa pupuk organik cair. 279,07
1 ml/l pupuk organik cair. 282,52
2 ml/l pupuk organik cair. 260,42
3 ml/l pupuk organik cair. 291,57
4 ml/l pupuk organik cair. 302,80
5 ml/l pupuk organik cair. 280,52
Dari Tabel 4 di atas menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik cair dengan
konsentrasi 4 ml/l cenderung meningkatkan bobot 1000 butir dibandingkan tanpa
pemberian pupuk organik cair, dengan peningkatan 8,50 %.
4.1.5 Bobot Tongkol Tanpa Klobot.
Hasil analisis ragam menunjukkan pengaruh pemberian pupuk organik cair
dengan konsentrasi yang berbeda berpengaruh tidak nyata terhadap bobot tongkol
tampa klobot (Lampiran 13).
Tabel 5. Bobot tongkol tampa klobot akibat pupuk organik cair dengan
konsentrasi yang berbeda.
Perlakuan
Bobot Jagung
Pertanaman Tampa
Klobot
--- gram ---
Tanpa pupuk organik cair. 141,54
1 ml/l pupuk organik cair. 165,75
2 ml/l pupuk organik cair. 138,66
3 ml/l pupuk organik cair. 163,24
4 ml/l pupuk organik cair. 182,63
5 ml/l pupuk organik cair. 139,88
Dari Tabel 5 di atas menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik cair dengan
konsentrasi 4 ml/l cenderung meningkatkan bobot tongkol tampa klobot
dibandingkan tanpa pemberian pupuk organik cair, dengan peningkatan 29,00 %.
27
4.1.6. Panjang Tongkol.
Hasil analisis ragam menunjukkan pemberian pupuk organik cair dengan
konsentrasi yang berbeda berpengaruh tidak nyata terhadap panjang tongkol
tampa klobot (Lampiran 15).
Tabel 6. Panjang tongkol tampa klobot yang diberi pupuk organik cair dengan
konsentrasi yang berbeda.
Perlakuan Panjang Tongkol
Tampa Klobot
--- cm ---
Tanpa pupuk organik cair. 16,32
1 ml/l pupuk organik cair. 17,58
2 ml/l pupuk organik cair. 16,74
3 ml/l pupuk organik cair. 17,46
4 ml/l pupuk organik cair. 18,40
5 ml/l pupuk organik cair. 15,91
Dari Tabel 6 di atas menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik cair dengan
konsentrasi 4 ml/l cenderung meningkatkan panjang tongkol dibandingkan tanpa
pemberian pupuk organik cair, dengan peningkatan 12,70 %.
4.1.7. Bobot Pipilan Kering Per Petak.
Hasil analisis ragam menunjukan pemberian pupuk organik cair dengan
konsentrasi yang berbeda berpengaruh tidak nyata terhadap bobot pipilan kering
per petak (Lampiran 16).
Data asumsi per hektar dapat dilihat pada Lampiran 20, disajikan sebagai data
pendukung.
28
Tabel 7. Hasil bobot pipilan kering per petak yang diberi pupuk organik cair
dengan konsentrasi yang berbeda.
Perlakuan Panjang Tongkol
Tampa Klobot
--- kg ---
Tanpa pupuk organik cair. 7,60
1 ml/l pupuk organik cair. 8,23
2 ml/l pupuk organik cair. 7,71
3 ml/l pupuk organik cair. 8,04
4 ml/l pupuk organik cair. 8,97
5 ml/l pupuk organik cair. 7,49
Dari Tabel 7 di atas menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik cair dengan
konsentrasi 4 ml/l cenderung meningkatkan bobot pipilan kering dibandingkan
tanpa pemberian pupuk organik cair, dengan peningkatan 18,00 %.
Pembahasan
Hasil penelitian menujukkan bahwa pemberian pupuk organik cair dengan
berbagai konsentrasi berpengaruh tidak nyata terhadap pertumbuhan dan hasil
tanaman jagung (Zea mays L), yang terlihat pada peubah tinggi tanaman, jumlah
daun, bobot berangkasan kering, bobot 1000 butir, bobot tongkol, dan panjang
tongkol serta hasil bobot biji kering per petak. Hal ini diduga karena konsentrasi
pupuk organik cair yang di berikan ke tanaman terlalu sedikit atau interval
penyemprotanya kurang sehingga tanaman tidak mendapatkan unsur hara yang
cukup karena tanah yang di gunakan pada saat penanaman adalah tanah ultisol
menyebabkan petumbuhan dan hasil tanaman jagung tidak berbeda. Berbeda
dengan penelitian Mahdiannoor (2016) bahwa pemberian pupuk organik cair
dengan konsentrasi (8 ml/l) memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi
tanaman pada umur 28 dan 35 HST, berat tongkol, panjang tongkol dengan klobot
29
dan panjang tongkol tanpa klobot, tetapi berpengaruh terhadap tinggi tanaman dan
jumlah daun.
Berbagai hasil penelitian menunjukan bahwa pemberian pupuk organik cair tidak
memberikan perbedaan, dibandingkan dengan tanpa perlakuan pupuk organik
cair, hal ini diduga karena tanaman sudah mendapatkan pupuk anorganik yang
cukup untuk pertumbuhan tanaman dengan dosis pemupukan urea 200 kg/ha-1,
phonska 200 kg/ha-1, (dikonversikan dalam petak urea 700 gr/petak, phonska 700
gr/petak) pada umur 7 hst. Sehingga kandungan unsur hara pada tanah penelitian
sudah mencukupi untuk kebutuhan pertumbuhan dan hasil jagung. Menurut
rekomendasi Balitan, (2017) dosis pemupukan untuk jagung adalah urea 200
kg/ha-1, phonska 200 kg/ha-1. Selain itu, diduga tidak semua dari unsur hara pupuk
organik cair diserap oleh tanaman, karena pada saat pengaplikasian pupuk organik
cair dilakukan pada sore hari sehingga stomata pada tanaman jagung sudah
menutup.
Menurut Lia, A. (2017), ukuran pembukaan porous stomata paling lebar
ditemukan pada daun yang di ambil kisaran pukul 08.45 WIB yaitu sebesar 3,33
μm -3,37 μm. Ukuran stomata paling kecil terdapat pada pukul 12.45 yaitu dengan
ukuran 1,04 μm -1,25 μm.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian konsentrasi pupuk organik cair,
walaupun secara statistik tidak nyata ada kecenderungan pemberian pupuk
organik cair dengan konsistrasi 4 ml/l lebih tinggi dibandingkan tanpa pemberian
pupuk organik cair. Yang dapat dilihat peningkatanya pada tinggi tanaman dengan
peningkatan 1,4 %, jumlah daun 1,1 %, bobot brangkasan kering 24,6 %, bobot
30
1000 butir 8,5 %, bobot tongkol 29 %, dan panjang tongkol 12,7 %, serta hasil
bobot biji kering per petak 18 %. Hal ini terjadi karena kebutuhan tanaman
tersebut sudah terpenuhi dengan konsentrasi 4 ml/l air. Menurut lingga, (1999)
bila pemberian pupuk organik cair dengan konsentrasi rendah akan kurang efektif
dan sebaliknya jika diberikan dengan konsentrasi tinggi akan meningkatkan suplai
unsur hara pada tanaman, karena mengandung unsur hara yang lengkap terdiri
atas unsur makro dan unsur mikro yang cepat larut sehingga cepat diserap
tanaman.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa pemberian pupuk organik cair
berbagai konsentrasi tidak memberikan pengaruh yang berbeda terhadap
pertumbuhan dan hasil jagung.
5.2 Saran
Dari hasil penelitian disarankan untuk diuji kembali pada konsentrasi 4 ml/l karena
walaupun dia tidak berbeda nyata tetapi ada kecenderungan bahwa konsentrasi
tersebut lebih baik dibandingkan tanpa pemupukan pada semua peubah yang di amati.
DAFTAR PUSTAKA
Aisyah D, Suyono, Tien Kurniatin, Siti Mariam, Benny Joy, Maya Damayanti, T.
Syammusa, Nenny Nurlaeni, Anny Yuniarti, Emaa Trinurani dan Y. Machfud.
2006. Kesuburan Tanah dan Pemupukan. Rr Print. Bandung.
Arief bastiana, Umi Trisnaningsih., dan Siti Wahyuni. 2013. Pengaruh konsentrasi
pupuk organik cair terhadap Pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis
(Zea mays var.saccharata sturt.) Kultivar bonanza f1. April 2013.
Badan Pusat Statistik. 2016. Produksi Jagung Menurut Provinsi (ton), 1993- 2015.
http://www.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/868. Diakses pada 06 April
2017 pukul 06.00 WIB.
Cooke, G. W. 1985. Fertilizing for maximum yield. Granada Publishing LMT. Lon-
don.
Dauphin, F. 1985. Nutrient requirement of high yielding maize. In Pottasium in the
Agricultural Systems of the Humid Tropics. Proceeding of the 19th Colluqium
of the International Potash Institute. Bangkok. p. 265-275
Fitriatin, B. N., A. Yuniarti., T. Turmuktini., dan F. K. Ruswandi. 2014. The Effect of
Phosphate Solubilizing Microbe Producing Growth Regulators on Soil
Phosphate, Growth and Yield of Maize and Fertilizer Efficiency on Ultisol.
Eurasian J. of Soil Sci. Indonesia. Hal:101-107.
Hadisuwito, S. 2007.Membuat Pupuk Kompos Cair. Agromedia Pustaka. Jakarta. 50
Hal.
Hanolo. 1997. Penerapan Pertanian Organik. Jakarta.
Hadriman Khair, M.Syufrin Pasaribu dan Ebdi Suprapto April 2013 Volume 18
Respon Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Jagung (Zea mays L.) Terhadap
Pemberian Pupuk Kandang Ayam Dan Pupuk Organik Cair Plus.
Hasibuan, B.E., 2010. Pupuk dan Pemupukan. Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara. Medan.
Lia Asriyani 2017. Identifikasi penentuan waktu optimal pembukaan stomata alang-
alang ( Imperata cilindrica L ).
Lingga, P. 1999. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta 163 hal.
Mahdiannoor, Nurul Istiqomah, dan Syarifuddin 2016. Aplikasi Pupuk Organik Cair
Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Jagung Manis. Februari 2016.
McWilliams, D.A., D.R. Berglund, and G.J. Enders. 1999. Crown Growth and
Management Quicq Guide. North Dakota State University. Fargo North
Dakota.
Mulyani, A., A. Rachman., dan A. Dairah. 2010. Penyebaran Lahan Masam, Potensi
dan Ketersediaannya Untuk Pengembangan Pertanian. dalam Prosiding
Simposium Nasional Pendayagunaan Tanah Masam. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Bogor. Hal: 23-34
Murbandono. 1990. Membuat kompos dan pupuk organik cair. Penebar swadaya
jakarta
Parnata, A.S. 2004. Pupuk Organik Cair : Aplikasi dan Manfaatnya. Agromedia
Pustaka. Bandung. 121 Hal
Purwono dan H. Purnamawati. 2008. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul.
Penebar Swadaya. Jakarta. 138 hlm.
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian. 2014. Buku Analisis Hasil Survei
Penggunaan Jagung. PUSDATIN. Jakarta. 78 hlm.
Rukmana, 1997. Usaha Tani Jagung. Kanisius. Yogyakarta
Simanungkalit, R.D.M., Suryadikarta, Saraswati, Setyorini, dan Hartatik. 2006.
Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Balai Besar Litbang Sumber Daya Lahan
Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor. 283 hlm.
Subekti, N. A., Syafruddin, R. Efendi, dan S. Sunarti. 2008. Morfologi Tanaman dan
Fase Tanaman Jagung. Balai Penelitian Tanaman Serealia. Maros. 28 hlm.
Susilowati, Aris.(2013).Pengaruh Pemberian Pupuk Kotoran ayam dan Pupuk
Kotoran Kambing Terhadap Produktifitas Tanaman Cabai Merah Keriting
(Capsicumannum L). Skripsi. Surakarta : FKIP UM Surakarta.
Syofia, I., A. Munar, dan M. Sofyan. 2014 Pengaruh Pupuk Organik Cair Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Dua Varietas Tanaman Jagung Manis (Zea mays
saccharata Sturt). FAPERTA Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
Jurnal Agrium 18 (3) : 208-218.
Tim Karya Tani Mandiri, 2010). Syarat tumbuh tanaman jagung 2010.
Winarni Endah, Rita Dwi Ratnani dan Indah Riwayanti.(2013). Pengaruh Jenis Pupuk
Organik Terhadap Pertumbuhan Tanaman Kopi. Momentum Jurnal volume 9
nomor 1 hal 35-39.
36
Lampiran 1. Tata Letak Percobaan
k1 k5
k0 k3
k4 k0
k2 k1
k5 k4
k3 k2
Keterangan :
U1,U2,U3,U4 = Ulangan Satu, Ulangan Dua, Ulang Tiga,Ulangan Empat
k0 = konsentrasi 0 ml/l pupuk organik cair (jamus).
k1 = konsentrasi 1 ml/l pupuk organik cair (jamus).
k2 = konsentrasi 2 ml/l pupuk organik cair (jamus).
k3 = konsentrasi 3 ml/l pupuk organik cair (jamus).
k4 = konsentrasi 4 ml/l pupuk organik cair (jamus).
k5 = konsentrasi 5 ml/l pupuk organik cair (jamus).
Ukuran petak 3,75m x 10m
jarak tanaman 100 cm × 25 cm
k2 k4
k1 k0
k5 k3
k0 k2
k3 k1
k4 k5
U
U I U II
U III U IV
37
U
10 m
Lampiran 2. Tata Letak Tanaman Dalam Plot
Keterangan :
X = Tanaman sampel
O = Tanaman brangkasan kering
• Satu petak percobaan berukuran 10 m x 3,50 m = 35 m2
• Jarak antar barisan tanaman jagung = 100 cm
• Jarak dalam barisan tanaman jagung = 25 cm
• Luas petak panen yaitu 10 m x 2,5 m = 25 m2
• Jumlah tanaman petak panen 100 tanaman
• Jumlah tanaman perpetak 140 tanaman
X X X X X X X X X X
X X X X X X X X X X
X X X X X X X X X X
X X X X X X X X X X
X X X X X O X X X X
X X X X X X X X X X
X X X X X X X X X X
X X X X X X X X X X
X X X X X X X X X X
X X X X X X O X X X
X X O X X X X X X X
X X X X X X X X X X
X X X X X X X X X X
X X X X X X X X X X
3,5
0 m
100 Cm
25 cm
2,5 m
Lampiran 3. Contoh tata letak tanaman dalan satu ulangan ( ulangan I )
x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x
x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x
x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x
x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x
x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x
x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x
x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x
x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x
x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x
x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x
k1 k0 k4 k2 k5 k3
Batas antar
perlakuan
Batas
antar perlakuan
Batas
antar perlakuan
Batas
antar perlakuan
Batas
antar perlakuan
39
Lampiran 4. Deskripsi jagung varietas sukma raga.
No Urayan Keterangan
1. Tanggal dilepas : 14 Februari 2003
2.
Asal :
Bahan introduksi AMATL (Asian Mildew Acid
Tolerance Late), asal CIMMYT Thailand dengan
Introgressi bahan lokal yang diperbaiki sifat
ketahanan terhadap penyakit bulai. Populasi
awalnya diseleksi pada tanah kering masam
Sitiung Sumbar, dan tanah sulfat masam di
Barambai (Kalsel). Hasil kombinasi diuji pada
berbagai lingkungan asam dan normal.
3. Umur :
50% kerluar rambut : + 58 hari Masak fisiologis :
+ 105 - 110 hari
4. Batang : Tegap Warna batang
5. Warna batang : Hijau
6. Tinggi tanaman : + 195 cm (180 - 220 cm)
7. Daun : Panjang dan lebar
8. Warna daun : Hijau muda
9. Keragaman tanaman : Agak seragam
10. Perakaran : Dalam, kuat dan baik
11. Kerebahan : Agak tahan
12. Malai : Semi kompak
13. Warna rambut : Coklat keunguan
14. Tongkol : Panjang silindris
15. Tinggi letak tongkol : + 195 cm (90-100 cm)
16. Kelobot : Tertutup baik (85%)
17. Tipe biji : Semi mutiara (semi flint)
18. Warna biji : Kuning tua
19. Baris biji : Lurus dan rapat
20. Jumlah baris/tongkol : 12 - 16 baris
21. Bobot 1000 biji : + 270 g
22. Rata-rata hasil : 6,0 t/ha pipilan kering
23. Potensi hasil : 8,50 t/ha pipilan kering
24.
Ketahanan :
Cukup tahan terhadap penyakit bulai (P. maydis),
penyakit bercak daun (H. maydis), dan penyakit
karat daun (Puccinia sp.)
25. Daerah sebaran :
Dataran rendah sampai 800 m dpl, adaptif tanah-
tanah masam
26.
Pemulia :
Firdaus Kasim, M. Yasin HG., M. Basir, Wasmo
Wakman, Syafruddin, A. Muliadi, Nurtitayani,
dan Adri
Sumber : ( http://pangan.litbang.pertanian.go.id )
40
Lampiran 5. Data tinggi Tanaman Jagung Umur 30 hst yang diberi pupuk organik
cair, berbagai konsentrasi.
Perlakuan Ulangan
Jumlah Rata-Rata I II III IV
K0 63,80 60,00 60,00 72,70 256,50 64,12
K1 77,90 72,10 72,10 68,30 290,40 72,60
K2 68,30 69,30 69,30 77,60 284,50 71,12
K3 70,80 67,80 67,80 69,80 276,20 69,05
K4 66,20 79,80 79,80 79,90 305,70 76,42
K5 69,20 70,60 70,60 70,60 281,00 70,25
Jumlah 416,20 419,60 419,60 438,90 1694,30 423,57
rata-rata 69,37 69,93 69,93 73,15 282,38 70,60
Lampiran 6. Data tinggi Tanaman Jagung Umur 45 hst yang diberi pupuk organik
cair, berbagai konsentrasi.
Perlakuan Ulangan
Jumlah Rata-Rata I II III IV
K0 150,80 153,40 190,20 164,70 659,10 164,77
K1 190,00 159,70 166,20 157,00 672,90 168,22
K2 153,70 148,70 173,50 178,70 654,60 163,65
K3 173,10 174,80 196,60 151,90 696,40 174,10
K4 163,20 172,80 185,70 162,90 684,60 171,15
K5 161,10 172,90 166,70 192,10 692,80 173,20
Jumlah 991,90 982,30 1078,90 1007,30 4060,40 1015,10
rata-rata 165,32 163,72 179,82 167,88 676,73 169,18
Lampiran 7. Data tinggi Tanaman Jagung Umur 65 hst yang diberi pupuk organik
cair, berbagai konsentrasi.
Perlakuan Ulangan
Jumlah Rata-Rata I II III IV
K0 249,70 212,40 253,90 241,20 957,20 239,30
K1 256,20 219,30 247,30 245,90 968,70 242,17
K2 247,70 235,00 258,60 244,20 985,50 246,37
K3 240,60 231,70 275,80 252,20 1000,30 250,07
K4 246,20 259,80 277,80 231,10 1014,90 253,72
K5 229,80 206,00 276,30 253,90 966,00 241,50
Jumlah 1470,20 1364,20 1589,70 1468,50 5892,60 1473,15
rata-rata 245,03 227,37 264,95 244,75 982,10 245,52
41
Lampiran 8. Data tinggi Tanaman Jagung Umur 95 hst yang diberi pupuk organik
cair, berbagai konsentrasi.
Perlakuan Ulangan
Jumlah Rata-Rata I II III IV
-------- cm --------
K0 263,60 255,10 274,30 263,90 1056,90 264,22
K1 274,00 248,70 258,50 268,50 1049,70 262,42
K2 264,00 245,50 269,40 265,40 1044,30 261,07
K3 260,30 258,00 290,70 260,30 1069,30 267,32
K4 256,00 278,30 293,20 245,20 1072,70 268,17
K5 251,90 233,60 294,50 270,70 1050,70 262,67
Jumlah 1569,80 1519,20 1680,60 1574,00 6343,60
rata-rata 261,63 253,20 280,10 262,33 264,32
Keterangan :
(k0) = 0 ml/l pupuk organik cair.
(k1) = 1 ml/l pupuk organik cair.
(k2) = 2 ml/l pupuk organik cair.
(k3) = 3 ml/l pupuk organik cair.
(k4) = 4 ml/l pupuk organik cair.
(k5) = 5 ml/l pupuk organik cair.
Lampiran 9. Analisis ragam tinggi tanaman jagung umur 95 hst yang diberi pupuk
organik cair, berbagai konsentrasi.
SK DB JK KT F-hitung F-tabel
Kelompok 3 2302,50000 767,5000 4,1528* 3,29
Perlakuan 5 162,50000 32,5000 0,1758tn 2,90
Galat 15 2772,25000 184,8167
Non-aditif 1 15,19616 15,1962 0,0772tn 4,60
Sisa 14 2757,05384 196,9324
Total 23 5237,25000 KK = 5,14%
Uji homogenitas: X2-hitung = 5,3213 < X2-tabel = 11,1 (Data Homogen)
Keterangan : tn = Tidak berbeda nyata pada taraf 5%
* = Berbeda nyata pada taraf 5%
KK = Koefesien keragaman
42
Lampiran 10. Data jumlah daun Tanaman Jagung Umur 30 hst yang diberi pupuk
organik cair, berbagai konsentrasi.
Perlakuan Ulangan
Jumlah Rata-Rata I II III IV
K0 7,40 7,10 7,10 8,30 29,90 7,47
K1 8,90 8,30 8,30 7,90 33,40 8,35
K2 8,10 8,10 8,10 8,80 33,10 8,27
K3 8,30 7,90 7,90 8,10 32,20 8,05
K4 8,20 8,60 8,60 8,70 34,10 8,52
K5 8,30 8,20 8,20 8,30 33,00 8,25
Jumlah 49,20 48,20 48,20 50,10 195,70 48,92
rata-rata 8,20 8,03 8,03 8,35 32,61 8,15
Lampiran 11. Data jumlah daun Tanaman Jagung Umur 45 hst yang diberi pupuk
organik cair, berbagai konsentrasi.
Perlakuan Ulangan
Jumlah Rata-Rata I II III IV
K0 11,40 12,20 13,0 12,60 49,20 12,30
K1 13,50 12,70 12,70 12,00 50,90 12,72
K2 12,60 12,50 12,50 13,60 51,20 12,80
K3 12,60 13,40 13,00 13,00 52,00 13,00
K4 13,00 14,00 13,20 12,80 53,00 13,25
K5 12,50 13,20 13,50 12,70 51,90 12,97
Jumlah 75,60 78,00 77,90 76,70 308,20 77,05
rata-rata 12,60 13,00 12,98 12,78 51,37 12,84
Lampiran 12. Data jumlah daun Tanaman Jagung Umur 65 hst yang diberi pupuk
organik cair, berbagai konsentrasi.
Perlakuan Ulangan
Jumlah Rata-Rata I II III IV
K0 13,90 13,80 13,40 12,90 54,00 13,50
K1 14,50 14,10 13,80 13,30 55,70 13,92
K2 14,40 13,30 13,20 13,80 54,70 13,67
K3 12,70 13,50 13,90 13,30 53,40 13,35
K4 14,20 14,50 14,30 13,60 56,60 14,15
K5 13,40 13,40 13,60 14,10 54,50 13,62
Jumlah 83,10 82,60 82,20 81,00 328,90 82,22
rata-rata 13,85 13,76 13,70 13,50 54,81 13,70
43
Lampiran 13. Data jumlah daun Tanaman Jagung Umur 95 hst yang diberi pupuk
organik cair, berbagai konsentrasi.
Perlakuan Ulangan
Jumlah Rata-Rata I II III IV
-------- helai --------
K0 15,00 14,90 15,20 13,90 59,00 14,75
K1 15,50 15,00 14,40 14,30 59,20 14,80
K2 15,40 14,30 14,40 14,70 58,80 14,70
K3 13,70 14,60 15,40 14,30 58,00 14,50
K4 15,20 15,50 15,30 13,70 59,70 14,92
K5 14,50 14,40 14,80 15,00 58,70 14,67
Jumlah 89,30 88,70 89,50 85,90 353,40
rata-rata 14,88 14,78 14,92 14,32 14,72
Keterangan :
(k0) = 0 ml/l pupuk organik cair.
(k1) = 1 ml/l pupuk organik cair.
(k2) = 2 ml/l pupuk organik cair.
(k3) = 3 ml/l pupuk organik cair.
(k4) = 4 ml/l pupuk organik cair.
(k5) = 5 ml/l pupuk organik cair.
Lampiran 14. Analisis ragam jumlah daun Tanaman Jagung Umur 95 hst yang
diberi pupuk organik cair, berbagai konsentrasi.
SK DB JK KT F-hitung F-tabel
Kelompok 3 1,391439 0,4638 1,3710tn 3,29
Perlakuan 5 0,398926 0,0798 0,2358th 2,90
Galat 15 5,074381 0,3383
Non-aditif 1 0,81512 0,8151 2,6793tn 4,60
Sisa 14 4,25926 0,3042
Total 23 6,86475 KK = 3,95 %
Uji homogenitas: X2-hitung = 3,0791 < X2-tabel = 11,1 (Data Homogen)
Keterangan : tn = Tidak berbeda nyata pada taraf 5%
* = Berbeda nyata pada taraf 5%
KK = Koefesien keragaman
44
Lampiran 15. Data bobot brangkasan kering tanaman jagung yang diberi pupuk
organik cair, berbagai konsentrasi.
Perlakuan Ulangan
Jumlah Rata-Rata I II III IV
-------- gram --------
K0 108,33 95,33 95,33 92,67 391,67 97,91
K1 99,00 88,67 103,66 73,33 364,67 91,17
K2 90,67 95,67 111,33 92,00 389,67 97,42
K3 76,67 101,00 85,67 104,00 367,33 91,83
K4 106,33 151,00 127,00 103,67 488,00 122,00
K5 90,00 90,00 135,00 95,67 410,66 102,67
Jumlah 571,00 621,67 658,00 561,33 2412,00
rata-rata 95,17 103,61 109,67 93,55 100,50
Keterangan :
(k0) = 0 ml/l pupuk organik cair.
(k1) = 1 ml/l pupuk organik cair.
(k2) = 2 ml/l pupuk organik cair.
(k3) = 3 ml/l pupuk organik cair.
(k4) = 4 ml/l pupuk organik cair.
(k5) = 5 ml/l pupuk organik cair.
Lampiran 16. Analisis ragam bobot brangkasan kering tanaman jagung yang
diberi pupuk organik cair, berbagai konsentrasi.
SK DB JK KT F-hitung F-tabel
Kelompok 3 1021,979187 340,6597 1,5468tn 3,29
Perlakuan 5 2581,406250 516,2813 2,3442tn 2,90
Galat 15 3303,505127 220,2337
Non-aditif 1 361,81030 361,8103 1,7219tn 4,60
Sisa 14 2941,69483 210,1211
Total 23 6906,89056 KK = 14,77 %
Uji homogenitas: X2-hitung = 4,8619 < X2-tabel = 11,1 (Data Homogen)
Keterangan : tn = Tidak berbeda nyata pada taraf 5%
* = Berbeda nyata pada taraf 5%
KK = Koefesien keragaman
45
Lampiran 17. Data bobot 1000 butir tanaman jagung yang diberi pupuk organik
cair, berbagai konsentrasi.
Perlakuan Ulangan
Jumlah Rata-Rata I II III IV
-------- gram --------
K0 315,40 247,00 294,40 259,50 1116,30 279,07
K1 333,20 258,20 259,50 279,20 1130,10 282,52
K2 299,10 233,20 268,70 240,70 1041,70 260,42
K3 292,80 282,80 297,70 293,00 1166,30 291,57
K4 268,60 325,40 357,10 260,10 1211,20 302,80
K5 251,70 281,20 309,30 279,90 1122,10 280,52
Jumlah 1760,80 1627,80 1786,70 1612,40 6787,70
rata-rata 293,47 271,30 297,78 268,73 282,82
Keterangan :
(k0) = 0 ml/l pupuk organik cair.
(k1) = 1 ml/l pupuk organik cair.
(k2) = 2 ml/l pupuk organik cair.
(k3) = 3 ml/l pupuk organik cair.
(k4) = 4 ml/l pupuk organik cair.
(k5) = 5 ml/l pupuk organik cair.
Lampiran 18. Analisis ragam bobot 1000 butir tanaman jagung yang diberi pupuk
organik cair, berbagai konsentrasi.
SK DB JK KT F-hitung F-tabel
Kelompok 3 4009,958252 336,6528 1,4763tn 3,29
Perlakuan 5 3986,750000 797,3500 0,8806tn 2,90
Galat 15 13581,541992 905,4361
Non-aditif 1 253,93825 253,9383 0,2667tn 4,60
Sisa 14 13327,60374 951,9717
Total 23 21578,25024 KK = 10,64 %
Uji homogenitas: X2-hitung = 7,5224 < X2-tabel = 11,1 (Data Homogen)
Keterangan : tn = Tidak berbeda nyata pada taraf 5%
* = Berbeda nyata pada taraf 5%
KK = Koefesien keragaman
46
Lampiran 19. Berat tongkol tampa klobot tanaman jagung yang diberi pupuk
organik cair, berbagai konsentrasi.
Perlakuan Ulangan
Jumlah Rata-Rata I II III IV
-------- gram --------
K0 158,25 107,04 162,66 138,21 566,16 141,54
K1 236,01 134,02 138,70 154,27 663,00 165,75
K2 136,82 127,77 166,30 123,77 554,66 138,66
K3 183,42 167,64 154,60 147,30 652,96 163,24
K4 160,02 213,22 213,82 143,48 730,54 182,63
K5 99,77 156,75 169,15 133,87 559,54 139,88
Jumlah 974,29 906,44 1005,23 840,90 3726,86
rata-rata 162,38 151,07 167,54 140,15 155,28
Keterangan :
(k0) = 0 ml/l pupuk organik cair.
(k1) = 1 ml/l pupuk organik cair.
(k2) = 2 ml/l pupuk organik cair.
(k3) = 3 ml/l pupuk organik cair.
(k4) = 4 ml/l pupuk organik cair.
(k5) = 5 ml/l pupuk organik cair.
Lampiran 20. Analisis ragam berat tongkol tampa klobot tanaman jagung yang
diberi pupuk organik cair, berbagai konsentrasi.
SK DB JK KT F-hitung F-tabel
Kelompok 3 2683,791748 894,5972 0,9159tn 3,29
Perlakuan 5 6492,437500 1298,4875 1,3294tn 2,90
Galat 15 14651,333008 976,7555
Non-aditif 1 58,84082 58,8408 0,0565tn 4,60
Sisa 14 14592,49219 1042,3209
Total 23 23827,56226 KK = 20,13 %
Uji homogenitas: X2-hitung = 4,1735 < X2-tabel = 11,1 (Data Homogen)
Keterangan : tn = Tidak berbeda nyata pada taraf 5%
* = Berbeda nyata pada taraf 5%
KK = Koefesien keragaman
47
Lampiran 21. Panjang tongkol tampa klobot tanaman jagung yang diberi pupuk
organik cair, berbagai konsentrasi.
Perlakuan Ulangan
Jumlah Rata-Rata I II III IV
-------- cm --------
K0 15,90 15,00 17,70 16,70 65,30 16,32
K1 18,85 16,55 17,30 17,61 70,31 17,58
K2 16,60 16,50 18,25 15,60 66,95 16,74
K3 18,95 17,70 17,00 16,20 69,85 17,46
K4 17,30 19,95 19,25 17,10 73,60 18,40
K5 14,80 16,35 17,50 15,00 63,65 15,91
Jumlah 102,40 102,05 107,00 98,21 409,66
rata-rata 17,07 17,01 17,83 16,37 17,07
Keterangan :
(k0) = 0 ml/l pupuk organik cair.
(k1) = 1 ml/l pupuk organik cair.
(k2) = 2 ml/l pupuk organik cair.
(k3) = 3 ml/l pupuk organik cair.
(k4) = 4 ml/l pupuk organik cair.
(k5) = 5 ml/l pupuk organik cair.
Lampiran 22. Analisis ragam panjang tongkol tampa klobot tanaman jagung yang
diberi pupuk organik cair, berbagai konsentrasi.
SK DB JK KT F-hitung F-tabel
Kelompok 3 6,472819 2,1576 1,7225tn 3,29
Perlakuan 5 16,742676 3,3485 2,6732tn 2,90
Galat 15 18,789389 1,2526
Non-aditif 1 0,40198 0,4020 0,3061tn 4,60
Sisa 14 18,38741 1,3134
Total 23 42,00488 KK = 6,56 %
Uji homogenitas: X2-hitung = 0,4555 < X2-tabel = 11,1 (Data Homogen)
Keterangan : tn = Tidak berbeda nyata pada taraf 5%
* = Berbeda nyata pada taraf 5%
KK = Koefesien keragaman
48
Lampiran 23. Bobot pipilan kering per petak tanaman jagung yang diberi pupuk
organik cair, berbagai konsentrasi.
Perlakuan Ulangan
Jumlah Rata-Rata I II III IV
-------- kg --------
K0 7,68 6,07 9,03 7,60 30,38 7,68
K1 10,55 6,33 7,87 8,17 32,92 10,55
K2 7,61 6,15 9,10 7,98 30,84 7,61
K3 6,07 8,64 8,23 9,22 32,18 6,07
K4 10,73 9,23 7,49 8,44 35,89 10,73
K5 5,45 6,38 9,51 8,62 29,96 5,45
Jumlah 48,09 42,81 51,23 50,03 192,16
rata-rata 7,68 6,07 9,03 7,60 7,68
Keterangan :
(k0) = 0 ml/l pupuk organik cair.
(k1) = 1 ml/l pupuk organik cair.
(k2) = 2 ml/l pupuk organik cair.
(k3) = 3 ml/l pupuk organik cair.
(k4) = 4 ml/l pupuk organik cair.
(k5) = 5 ml/l pupuk organik cair.
Lampiran 24. Analisis ragam bobot pipilan kering per petak tanaman jagung yang
diberi pupuk organik cair, berbagai konsentrasi.
SK DB JK KT F-hitung F-tabel
Kelompok 3 6,932780 2,3109 1,0476 tn 3,29
Perlakuan 5 6,033081 1,2066 0,5070 tn 2,90
Galat 15 33,090412 2,2060
Non-aditif 1 7,27055 7,2705 3,9422 tn 4,60
Sisa 14 25,81986 1,8443
Total 23 46,05627 KK = 18,55 %
Uji homogenitas: X2-hitung = 0,9650 < X2-tabel = 11,1 (Data Homogen)
Keterangan : tn = Tidak berbeda nyata pada taraf 5%
* = Berbeda nyata pada taraf 5%
KK = Koefesien keragaman
49
Lampiran 25. Tabel Rekapitulasi Uji BNT Semua Variabel Pengamatan
Perlakuan Variabel
Tinggi
tanaman (cm)
Jumlah daun
(helai)
Bobot
brangkasan
kering (gram)
Bobot 1000
butir ( gram )
Bobot
tongkol tanpa
klobot (gram)
Panjang
tongkol tanpa
klobot ( cm )
Bobot biji
kering per
petak ( kg )
F-tabel
Analisis
ragam
0,1758 tn 0,2358 tn 2,3442 tn 0,8806 tn 1,3294 tn 2,6732 tn 0,5809 tn 2,90
k0 264,22 14,75 97,92 279,07 141,54 16,32 7,87
k1 262,42 14,80 91,17 282,52 165,75 17,58 9,66
k2 261,07 14,70 97,42 260,42 138,66 16,74 8,20
k3 267,32 14,50 91,83 291,57 163,24 17,46 8,49
k4 268,17 14,92 122,00 302,80 182,63 18,40 9,90
k5 262,67 14,67 102,67 280,52 139,88 15,91 8,10
BNT 5% 20.4851 0.8764 22.3620 45.3417 47.0935 1.6865 3.4021
Keterangan :
(k0) = 0 ml/l pupuk organik cair. tn = Tidak berbeda nyata pada taraf 5%
(k1) = 1 ml/l pupuk organik cair. * = Berbeda nyata pada taraf 5%
(k2) = 2 ml/l pupuk organik cair. Angka – angka yang di ikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%
(k3) = 3 ml/l pupuk organik cair.
(k4) = 4 ml/l pupuk organik cair.
(k5) = 5 ml/l pupuk organik cair.
50
Lampiran 26. Data Asumsi Hasil per Hektar (data pendukung)
Perlakuan Ulangan
Jumlah Rata-
Rata I II III IV
-------- ton --------
K0 3,072 2,428 3,612 3,040 1,2152 3,036
K1 4,220 2,532 3,148 3,268 1,3168 3,292
K2 3,044 2,460 3,640 3,192 1,2336 3,084
K3 2,428 3,456 3,292 3,688 1,2872 3,216
K4 4,292 3,692 2,996 3,376 1,4356 3,588
K5 2,180 2,552 3,804 3,448 1,1984 2,996
Jumlah 19,236 17,124 20,492 20,012 76,864
rata-rata 3,204 2,856 3,416 3,336 3,204
Keterangan :
(k0) = 0 ml/l pupuk organik cair.
(k1) = 1 ml/l pupuk organik cair.
(k2) = 2 ml/l pupuk organik cair.
(k3) = 3 ml/l pupuk organik cair.
(k4) = 4 ml/l pupuk organik cair.
(k5) = 5 ml/l pupuk organik cair.
50
Jadwal Kegiatan Penelitian
No Kegiatan Oktober 2017
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 12 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
1 Pengolahan lahan
2 Penanaman
3 Penyiangan pertama
No Kegiatan November 2017
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 12 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
4 Pemasangan ajir sampel
5 Pemupukan Pertama
6 Pengamatan Pertama
7 Pengamatan kedua 8 Pemupukan kedua 9 Pembumbunan
10 Penyiangan kedua
No Kegiatan Desember 2017
50
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
11 Penyemprotan Herbisida
12 Pengamatan Ketiga
No Kegiatan Januari 2017
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
13 Penyemprotan Herbisida
14 Pengamatan Keempat
No Kegiatan Januari 2018 – Februari 2018
24 25 26 27 28 29 30 31 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
15 Panen
16 Penimbangan Berangkasan Basah
17 Penimbangan Berangkasan Kering
54
Gambar 5. Menutup lubang tanam menggunakan pupuk kandang.
Gambar 6. Penyemprotan pupuk organik cair jamus 30 hst
55
Gambar 7. Pengamatan tinggi tanaman dan jumlah daun 30 hst
Gambar 8. Pengamatan tinggi tanaman dan jumlah daun 45 hst
56
Gambar 9. Penyemprotan herbisida 55 hst
Gambar 10. Pengamatan tinggi tanaman dan jumlah daun 65 hst