Transcript

5/17/2018 Amphetamine Type Stimulant (ATS) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/amphetamine-type-stimulant-ats 1/5

 

LAPORAN KEMAJUAN

PENELITIAN STANDARISASI FORMULIR PENCATATAN DAN

PELAPORAN PENYALAHGUNAAN AMPHETAMINE TYPE STIMULANT(ATS) DI INSTANSI KESEHATAN

PendahuluanAmphetamine Type Stimulant (ATS) merupakan kelompok yang secara

kimia terkait dengan obat sintesis . Dua sub kelompok utama ATS adalah:1. Amphetamines (amphetamine dan methamphetamine) dan2. Bahan sejenis Ecstasy (‘ecstasy’, MDMA, MDA, MDE)

Istilah ecstasy sering digunakan untuk mengacu ATS dan bahkan obatsintesis lainnya yang dijual dalam bentuk tablet . Dalam laporan ke UnitedNation on Drugs and Crime (UNODC), banyak negara mengacu ATS,amphethamine atau amphetamine lainnya, tanpa kejelasan yang tepatmengenai istilah ATS dimaksud. Bahkan sering istilah yang spesifikamphetamine digunakan untuk mengacu methamphetamine, atau kategori

ATS yang lebih luas.Terutama untuk tablet-tablet yang dijual sebagai ecstasy, situasi diperumit

oleh komposisi yang kompleks, banyak pemalsuan atau memalsu produkyang tersedia, dan faktanya bahwa sering tidak ada perbedaan antara

produk-produk dengan bahan aktif yang berbeda.ATS telah lama disalahgunakan untuk menstimulasi efek sangat gembira

(euforia). Di Asia timur, kelompok pekerja yang paling sering memakai ATS

antara lain pengemudi truk, bus dan taksi, para pekerja pabrik, para pekerjakonstruksi, dan nelayan, untuk memperpanjang periode daya tahan dan‘wakefulness’.

ATS dapat disalahgunakan dengan berbagai cara. Cara yang palingsering diambil dengan oral, atau menyuntik untuk memberi pengaruh lebih

keras dan cepat. Dalam dekade terakhir, penggunaan bentuk kristalmethamphetamine telah menyebar dengan cepat di Asia. Efek obat jangkapendek kelompok ATS adalah serupa. Dosis rendah ATS secara khas dapatmenghasilkan kesiap siagaan, vitalitas giat dan perasaan kepercayaan diriyang tinggi. Tetapi pada peningkatan dosis efek awal sering berganti dengan

pernyataan ‘yang dikemudikan' bercampur dengan persaan depresi,kegelisahan, dan euforia. Dosis lebih tinggi menghasilkan siklus aktivitas yangtidak produktif disertai kelelahan dan tidur lama, maupun diikuti depresi dankegelisahan yang berlanjut. Kematian diakibatkan oleh penggunaan ATSpernah terjadi sebagai konsekwensi pembuluh darah meretak di otak, gagal jantung, dan demam sangat tinggi.

Dari semua negara-negara di Asia yang melaporkan kecenderungan

penyalahgunaan amphetamine tahun 2001, lebih dari 70% terletak di timurdan bagian tenggara asia. Tingkatan tertinggi penyalahgunaan amphetaminedi dunia diketahui terjadi subregion-subregion..Amphetamines (tidak termasuk ecstasy) terhitung rata-rata sekitar 10%membutuhkan perawatan di tingkatan global. Proporsi kebutuhan perawatan

yang paling tinggi untuk penyalahgunaan ATS ditemukan di asia ( 18%), diaustralia ( 14%), Eropa ( 11%), africa ( 8%), dan america ( 5%). Di sejumlahnegara-negara di timur dan bagian tenggara asia, terutama sekali thailand,

5/17/2018 Amphetamine Type Stimulant (ATS) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/amphetamine-type-stimulant-ats 2/5

Philippina, dan jepang, amphetamine (khususnya methamphetamine)merupakan masalah utama dan bermain serupa candu di Eropa atau kokain

di Amerika.Penyalahgunaan amphetamines diperkirakan mempengaruhi 34 juta

orang, atau 8% populasi global berumur 15 tahun keatas, selama periode2000-2001,dimana diperkirakan bahwa 8 juta orang memakai ecstasy.

Penyalahgunaan ATS pada tingkat yang lebih tinggi dibandingpenyalahgunaan candu (15 juta orang, atau 0,3%) atau kokain (14 jutaorang, atau 0,3%), meskipun kurang dari kanabis( 163 juta orang-orang, atau3,9%) selama periode 2000-2001 periode. Sedangkan di Eropaamphetamine merupakan ATS pilihan , di Asia tenggara dan Amerika utaraadalah methamphetamine, yang mana lebih kuat dan membawa resiko

kesehatan.Walaupun Indonesia mempunyai suatu otoritas nasional yaitu Badan

Narkotika Nasional (BNN), saat ini belum dipusatkan sistem atau jaringanuntuk mengumpulkan informasi penyalahgunaan ATS. Untuk itu dilakukanpenelitian untuk pengembangan strategi sistem pengumpulan data nasional.

Tujuan  Umum :Diperolehnya standar formulir pencatatan dan pelaporan penyalahgunaanATS untuk memenuhi kebutuhan informasi nasional dan internasional.Khusus :1. Mengetahui sistem pencatatan dan pelaporan narkoba disektor kesehatan

2. Mengetahui variabel pencatatan dan pelaporan narkoba3. Merekomendasikan sistem pencatatan dan pelaporan narkoba termasuk

ATS di sektor kesehatan4. Merekomendasikan formulir standar untuk pencatatan dan pelaporan

narkoba termasuk ATS

Metodologi Desain penelitian : Deskriptif resrospektif

Jenis penelitian : survaiSampel  : Institusi kesehatan (Rumah Sakit Umum, Rumah Sakit Jiwa,Rumah Sakit Swasta, Puskemas, Klinik, Dokter praktek, Dinas KesehatanKota dan Dinas Kesehatan Propinsi)Lokasi sampel : Medan (Propinsi Sumut), Pekanbaru (Propinsi Riau),

Samarinda (Propinsi Kaltim), Jakarta (Propinsi DKI Jakarta), Bandung(Propinsi Jabar), Surabaya (Propinsi Jatim) , dan Denpasar (Propinsi Bali)Cara pengambilan sampel : purposifCara pengumpulan data :

1. Round table disscusion untuk memperoleh gambaran sistem informasinarkoba termasuk yang sekarang ada dan formulir pencatatan danpelaporan yang digunakan (data kualitatif)

2. Form isian untuk petugas pencatatan dan pelaporan di instansi kesehatan(data kuantitatif)

3. Lokakarya untuk membuat rekomendasi sistem dan standarisasi formulirpencatatan dan pelaporan

Hasil : 

5/17/2018 Amphetamine Type Stimulant (ATS) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/amphetamine-type-stimulant-ats 3/5

1. Sebagai data dasar untuk mengetahui formulir yang digunakan baikditingkat nasional dan internasional, telah dilakukan penelusuran melalui

pustaka dan internet maupun kunjungan. Hasil penelusuran pustaka telahdiperoleh formulir pencatatan dan pelaporan berkaitan dengan yangdilakukan oleh Ditjen Yanmedik Depkes, Pusdatin Depkes, Badan POM,Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta, Rumah Sakit Ketergantungan

Obat Jakarta, Rumah Sakit Mitra Keluarga Jatinegara Jakarta, PuskesmasKampung Bali Jakarta, Sanatorium Dharmawangsa, WHO, dan UNODC.Formulir yang ada tersebut menunjukkan keragaman variabel.

2. Formulir yang terkumpul melalui pertemuan konsinyasi di Bogor yangmelibatkan seluruh peneliti, telah dilakukan kajian dan pengembangandraft formulir pencatatan dan pelaporan yang baru yang dapat

memberikan informasi sesuai kebutuhan nasional dan internasionalterutama yang terkait dengan ATS dan Zat adiktif baru. Draft Formulir baruyang dikembangkan meliputi formulir pencatatan kasus narkoba, danformulir rekap pelaporan untuk digunakan di RSU, RS swasta, RS Jiwa,Puskesmas, dan Klinik.

3. Draft formulir pencatatan dan pelaporan yang dikembangkan, digunakan

sebagai bahan untuk Round Table Disscusion (RTD). Dalam RTD telahdiperoleh masukan mengenai variabel-variabel dalam draft formulirpencatatan dan pelaporan yang harus dikurangi maupun dikembangkan,dan gambaran kualifikasi petugas yang akan melakukan pencatatan danpelaporan narkoba maupun unit utama sebagai pintuk masuk utama gunamenangkap kasus narkoba yaitu Instalasi Gawat Darurat (IGD).

Disamping itu diperoleh gambaran sistem informasi yang ada yangmencakup frekwensi pelaporan, dan instansi pengiriman laporan.

4. Dari hasil RTD telah dikembangkan melalui pertemuan konsinyasi diBogor untuk mengembangkan form isian terstruktur bagi petugaskesehatan pencatatan dan pelaporan yang akan digunakan untukmendapatkan data kuantitatif dengan survai ke instansi kesehatan dipropinsi/kota terpilih. Disamping itu juga telah dikembangkan matriksuntuk penggalian mendalam (indepht) guna mengetahui sistem maupun

 jaringan pencatatan dan pelaopran yang saat ini dilakukan dipropinsi/kota terpilih, formulir yang digunakan, dan karakteristik petugaspencatatan dan pelaporan.

5. Form isian dan matriks indepht saat ini sedang digunakan di propinsi/kotaterpilih untuk mendapatkan data kualitatif dan kuantitatif. Data ini nantinya

akan digunakan untuk membuat rekomendasi formulir pencatatan danpelaporan, maupun sistem pencatatan dan pelaporan narkoba termasukATS dan Zat adiktif baru

6. Hasil Pengumpulan data di 6 propinsi, dapat dirangkum sebagai berikut :

I. Gambaran sistem pencatatan dan pelaporan 1. Sistem pelaporan rutin :- Sistem Informasi Rumah Sakit (RL)

- Sistem Informasi Puskesmas2. Sistem pelaporan proyek :

- Laporan individu Kasus Penyalahgunaan NAPZA (Ditjen POM)- Laporan individu Kasus NAPZA Pusdatin- Laporan Rekapitulasi penyalahgunaan NAPZA BNN- Sistem Informasi Keracunan

5/17/2018 Amphetamine Type Stimulant (ATS) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/amphetamine-type-stimulant-ats 4/5

Alur pelaporan sangat bervariasi dari yang berjenjang sampai denganyang langsung.

II. ATS terungkap pada sistem pencatatan dan pelaporan proyek 

III. Variabel-variabel yang dikumpulkan sebagian dapat diperoleh dari 

Rekam medik standar dan sebagian yang lain harus diperoleh melalui wawancara (anamnesis) tambahan dengan pasien.Gambaran variasi variabel antara yang ada, yang dilaporkan dan 

yang dikehendaki UNODC, sebagai berikut : 

12. Sumber zat12. PekerjOrtu

11. Umur mulai11. Umur mulai

10. Cara guna10. Cara guna

9. Nama zat9. Nama zat

8. Kematian8. Kematian8. Kematian

7. Kasus L/B7. Kasus L/B7. Kasus L/B

6 . Alamat6 . Alamat6. Alamat

5. Status kwn5. Status kwn5. Status kwn

4. Pekerjaan4. Pekerjaan4 . Pekerjaan

3. Pendidikan3. Pendidikan3 . Pendidikan

2. Sex2. Sex2. Sex

1. Umur1. Umur1. Umur

VARIABEL YGDIMINTA

UNODC

VARIABEL YGDILAPORKAN

VARIABELYANG ADA

 

7. Berdasarkan hasil lapangan dapat direkomendasikan sebagai berikutA. Survailance kasus medis NAPZA berbasis sistem informasi Rumah

Sakit (cakupannya berskala nasional, bersifat rutin dan cost effective) :1. Form laporan tahunan morbiditas rawat jalan, rawat inap dan IGD (RL)

dari 4 kelompok penyakit menjadi t lebih rinci untuk NAPZA sampai

kategori tiga karakter (F10 – F19)2. Form laporan survailence triwulan rawat jalan dan rawat inap (RL) juga

ditambahkan untuk NAPZA

B. Survailance kasus medis NAPZA berbasis registry (sistem informasi

informasi Rumah Sakit hanya meliputi 7 variabel) :1. Membentuk tim pengembangan registry kasus medis NAPZA tingkat

Pusat (Badan Litbangkes/Pusdatin/Universitas/Badan POM/BNN)2. Mengembangkan pedoman baku registry kasus medis NAPZA untuk

menjawab kebutuhan ‘stake -holders’ baik domestik maupun global3. Mengembangkan Pilot Project untuk registry kasus medis NAPZA

sebagai dasar untuk mengembangkan registry skala nasional4. Mengembangkan registry kasus medis NAPZA yang reprensentativ

untuk skala nasional

5/17/2018 Amphetamine Type Stimulant (ATS) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/amphetamine-type-stimulant-ats 5/5

 C. Survailance penyalahguna NAPZA berbasis survai berkala :

1. Mengembangkan survai berkala kasus NAPZA anak sekolah2. Mengembangkan survai berkala dokter/psikolog praktek penanganan

kasus NAPZA

D. Alur informasi kasus medis NAPZA1. Alur pengiriman data individu registry kasus medis NAPZA sesuai

dengan sistem yang berlaku di setiap daerah sementara menunggupengembangan registry skala nasional

2. Alur pelaporan rutin (RL) RS sesuai petunjuk dari Ditjen Yanmedik3. Data makro terdapat dalam profil kesehatan yang diterbitkan oleh

Pusdatin sedangkan data mikro terdapat di masing-masing institusiyang berwenang (Ditjen Yanmedik)

4. Untuk memudahkan kompilasi data, alur pelopran dapat dikembangkansebagai berikut :

PESANTREN

POLRES

PUSKESMAS PRAKTEK

SWASTA

PANTI RSU/RSS

/RSJ

LPDATA BASE

KOTA/KAB

DATA BASE

PROVINSI

DATA BASEPUSAT

BNK

BNP

BNN

SISTEM PENCATATAN DAN PELAPORAN NAPZA

 

Jakarta, 1 Desember 2003Yang melaporkan

Ondri Dwi Sampurno


Recommended