ANALISA HASIL MONEV
IURAN HASIL KEHUTANAN PSDH DAN DR
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Provisi sumber daya hutan (PSDH) dan dana reboisasi (DR) merupakan penerimaan
negara bukan pajak yang berasal dari sektor Kehutanan. DR dipergunakan untuk
pembangunan kehutanan yang terkait dengan kegiatan reboisasi hutan dan
rehabilitasi lahan serta kegiatan lain yang mendukung kelestarian hutan. Sedangkan
PSDH dipergunakan untuk pembangunan nasional dan pembangunan daerah.
Penerimaan PSDH-DR hasil hutan berasal dari baik kayu dan non kayu, tetapi
sebagian besar berasal dari kayu.
Nilai PSDH-DR tergantung pada tingkat produksi dan tarif untuk setiap jenis kayu.
Semakin tinggi produksi hasil hutan semakin tinggi PSDH-DR yang dapat dipungut.
Selama ini penerimaan negara dari PSDH-DR belum optimal karena banyaknya
hasil hutan yang diproduksi secara ilegal. Hal ini antara lain disebabkan sistem
pemantauan produksi dan peredaran kayu tidak efektif mengatasi kayu ilegal. Krisis
sosial ekonomi yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir ini juga menyebabkan
maraknya peredaran kayu ilegal sehingga penerimaan PSDH-DR tidak optimal,
(Triyono Puspitojati, 2000).
Sejak krisis multi dimensional menggoncangkan perekonomian Indonesia, sektor
kehutanan terus diharapkan menjadi sektor unggulan yang sangat berpotensi untuk
mendukung dan membangun kembali perekonomian negara. Hal ini karena antara
lain: (1) dengan depresiasi rupiah terhadap dolar, produk kehutanan yang
berorientasi ekspor justru bisa mendapatkan devisa yang lebihbesar, dan (2) biaya
investasi yang relatif murah dan berjangka panjang serta didukung oleh
ketersediaan sumberdaya bahan baku dan tenaga kerja. Mengingat pentingnya
sektor kehutanan dalam memberikan kontribusi penerimaan negara sekaligus
penyerapan tenaga kerja, terutama dalam masa krisis seperti ini, maka prioritas
MONEV PSDH - DR 1
penerimaan negara dari sektor kehutanan perlu terus digalakkan. Sebagai
gambaran keragaman sektor kehutanan dalam perekonomian Indonesia, bisa dilihat
dari perkembangan PDB selama masa 1995-1998. Kontribusi sektor kehutanan
terhadap PDB negara relatif stabil, walaupun dalam masa krisis (Ginoga, Lugina dan
Erwidodo, 2001).
Dalam pengumpulan DR dan PSDH ini dilakukan oleh pihak yang berwenang
dengan menggunakanan Dokumen produksi atau Laporan Hasil Produksi tetapi
biasanya pihak berwenang melakukan cross check dengan dokumen laporan hasil
cruising (LHC) dan Surat keterangan Sahnya Kayu Bulat (SKSKB). Dokumen LHC
adalah dokumen rencana produksi yang diperoleh dari kegiatan survei potensi
tegakan. LHC antara lain memuat informasi tentang nama pohon, diameter, tinggi
dan volume pohon yang direncanakan untuk ditebang.
1.2. Maksud dan Tujuan Kajian
Kegiatan Analisa Hasil Monev Iuran Hasil Kehutanan PSDH dan DR dimaksdukan
untuk Membuat laporan tentang kegiatan monev Iuran Hasil Kehutanan PSDH dan
DR sehingga BPPHP XVII Jayapura mengetahui kondisi riil hasil PSDH dan DR.
Adapun tujuan Kegiatan Analisa Hasil Monev Iuran Hasil Kehutanan PSDH dan DR
di wilayah kerja BPPHP XVII Jayapura adalah :
1. Mengetahui potensi dan perkembangan dana PSDH dan DR setiap tahun
2. Mengetahui rencana dan realisasi pemungutan PSDH, DR (dalam rupiah)
dan DR (dalam US$) setiap tahun.
3. Mengetahui manfaat PSDH dan DR bagi Propinsi Papua
4. Mengetahui hambatan dalam pemungutan PSDH dan DR
1.3. Sasaran Kajian
Sasaran Kegiatan Analisa Hasil Monev Iuran Hasil Kehutanan PSDH dan DR di
wilayah kerja BPPHP XVII Jayapura adalah :
MONEV PSDH - DR 2
1. Semua IUPHHK dan IUPHHTI di wilayah kerja BPPHP XVII Jayapura
2. Semua Kabupaten / Kota di wilayah kerja BPPHP XVII Jayapura
1.4. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Kegiatan Analisa Hasil Monev Iuran Hasil Kehutanan PSDH dan DR
di wilayah kerja BPPHP XVII Jayapura adalah penyelenggaraan monitoring dan
evaluasi semua kegiatan yang berkaitan dengan pemungutan PSDH dan DR mulai
dari aktivitas kajian terhadap hasil Laporan Hasil Cruising (LHC) dan dibandingkan
dengan Laporan Hasil Produksi (LHP) perusahaan dan menghitung produksi riil
perusahaan.
MONEV PSDH - DR 3
BAB 2. SEKILAS TENTANG BPPHP XVII JAYAPURA
2.1. Organisasi dan Tata Laksana
2.1.1 Tugas Pokok dan Fungsi
Balai Pemantauan Pemanfaatan Hutan Produksi XVII Papua adalah unit pelaksana
teknis di bidang pemantauan pemanfaatan hutan produksi yang berada di bawah
dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan, yang
mempunyai tugas melaksanakan sertifikasi tenaga teknis bidang bina produksi
kehutanan, penilaian sarana dan metode pemanfaatan hutan produksi serta
pengembangan informasi, pemantauan dan evaluasi pelaksanaan pemanfaatan
hutan produksi lestari.
Balai Pemantauan Pemanfaatan Hutan Produksi menyelenggarakan fungsi:
a. Penyusunan rencana, program dan evaluasi pelaksanaan tugas pokok;
b. penilaian kinerja dan pengembangan profesi tenaga teknis bidang bina
produksi kehutanan;
c. Penyiapan tenaga teknis bidang bina produksi kehutanan dan penyiapan
rekomendasi pemberian ijin operasional teknis fungsional;
d. Pemberian perpanjangan atau usulan pencabutan ijin operasional teknis
fungsional;
e. Penilaian sarana dan pengembangan metode pemanfaatan hutan produksi
yang digunakan oleh tenaga teknis bidang bina produksi kehutanan;
f. Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan rencana kerja usaha pemanfaatan
hutan produksi jangka panjang, rencana pemenuhan bahan baku industri,
industri primer kapasitas di atas 6000 M3/tahun dan dokumen peredaran hasil
hutan;
g. Pelaksanaan pengembangan informasi pemanfaatan hutan produksi lestari;
h. Pelaksanaan tata usaha dan rumah tangga.
2.1.2 Jumlah Pegawai BP2HP XVII Jayapura
MONEV PSDH - DR 4
Potensi sumberdaya manusia merupakan salah satu unsur penting dalam
pelaksanaan pemantauan kegiatan pengelolaan kawasan hutan. Dengan jumlah dan
kualifikasi tenaga yang cukup diharapkan mampu meningkatkan kinerja BP2HP XVII
jayapuran dalam menjalankan tugas-tugas pokok dan fungsinya. Sampai dengan
bulan Juli tahun 2009, jumlah pegawai sebanyak 38 orang dengan wilayah kerja
yang sangat luas dengan tingkat aksesibilitas yang relatif rendah dan sulit.
Berdasarkan jabatan, jumlah tenaga non struktural dan fungsional yang terbanyak
yaitu 31 orang (82%), terdiri atas non struktural sebanyak 16 orang (42%) dan
tenaga fungsional 15 orang (40%), sedang sisanya berada pada level jabatan
eselon III dan IV berjumlah 4 orang dan upah/harian sebanyak 3 orang (Gambar-1).
Dominasi kedua jenis jabatan ini berkaitan dengan tugas dan fungsi pokok BP2HP
yang mengutamakan fungsionalisasi dalam pemantauan dan pengendalian hasil
hutan di wilayah kerja.
13
16 15
3
0
5
10
15
20
(Ora
ng
)
Gambar-1. Perkembangan Pegawai Berdasarkan Jabatan S/D Juli 2009
ESELON III
ESELON IV
NON STRUKTURAL
FUNGSIONAL
UPAH/HARIAN
Selain ketersediaan jumlah tenaga kerja, maka faktor lain yang sangat penting
dalam mempermudah kinerja pelaksanaan tugas pokok dan fungsi BP2HP adalah
adalah tingkat pendidikan. Berdasarkan jumlah pegawai sampai dengan data bulan
Juli 2009, pegawai dengan tingkat pendidikan terbanyak adalah SLTA yaitu
sebanyak 20 orang (53%) dan S1 berjumlah 15 orang (40%), sedangkan untuk level
MONEV PSDH - DR 5
pendidikan S2 sebanyak 1 orang dan Sarjana Muda (SM) sebanyak 2 orang
(Gambar-2) .
1
15
2
20
0
5
10
15
20
(ora
ng
)
Gambar-2. Perkembangan Pegawai Berdasarkan Pendidikan S/D Juli 2009
S2
S1
SM
SLTA
Distribusi pendidikan pegawai yang dominan pada level SLTA perlu semakin
ditingkatkan ke jenjang yang lebih tinggi (SM dan S1) agar memiliki pengetahuan
dan pengalaman yang layak agar dapat melaksanakan tugas dan fungsinya secara
optimal guna mendukung tugas pokok dan fungsi BP2HP dalam mendukung dan
menunjang pencapaian pelaksanaan PHPAL dimasa mendatang.
2.2. Visi dan Misi
A. Visi
”Terwujudnya profesionalisme tenaga teknis kehutanan dalam rangka
terselenggaranya pemantauan pemanfaatan hutan produksi untuk menjamin
kelestarian hutan dan peningkatan kemakmuran rakyat di Provinsi Papua”
B. Misi
(1) Meningkatkan profesionalisme tenaga teknis bidang bina produksi kehutanan;
(2) Mendorong peningkatan sarana dan pengembangan metode pemanfaatan
hutan produksi;
(3) Membina pengembangan industri primer hasil hutan;
MONEV PSDH - DR 6
(4) Memantapkan sistem peredaran hasil hutan dalam rangka peningkatan
penerimaan negara;
(5) Mengembangkan sistem informasi pemanfaatan hutan produksi lestari;
(6) Meningkatkan kapasitas kelembagaan BP2HP Wilayah XVII yang profesional
dan akuntabel.
2.3. Rencana Strategi
Sesuai dengan visi dan misi, maka disusun rencana strategi yang akan memberikan
arah dan tujuan, sasaran, strategi dan program kebijakan oleh Balai Pemantauan
Pemanfaatan Hutan Produksi (BP2HP) Wilayah XVII Jayapura sebagai berikut:
2.3.1. Tujuan
(1) Tujuan dari misi 1 : “Meningkatkan profesionalisme tenaga teknis bidang bina
produksi kehutanan”, adalah untuk :
a. Menyiapkan rencana pemenuhan tenaga teknis bidang bina produksi
kehutanan.
b. Menyiapkan rencana penilaian kinerja tenaga teknis bidang bina
produksi kehutanan.
(2) Tujuan dari misi 2 : “Mendorong peningkatan sarana dan pengembangan
metode pemanfaatan hutan produksi”, adalah untuk : Mendorong
terwujudnya peningkatan sarana dan pengembangan metode pemanfaatan
hutan produksi oleh pemegang ijin/unit manajemen.
(3) Tujuan dari misi 3 : “Membina pengembangan industri primer hasil hutan”,
adalah untuk: Mewujudkan industri primer hasil hutan yang tertib, efesien dan
berbahan baku legal.
(4) Tujuan dari misi 4 : “Memantapkan sistem peredaran hasil hutan dalam
rangka peningkatan penerimaan negara”, adalah untuk: Mewujudkan sistem
pemantauan peredaran hasil hutan yang tertib dan optimalisasi PNBP.
(5) Tujuan dari misi 5 : “Mengembangkan sistem informasi pemanfaatan hutan
produksi lestari”, adalah untuk: Mewujudkan sistem informasi pemanfaatan
hutan produksi yang uptodate, online dan valid.
MONEV PSDH - DR 7
(6) Tujuan dari misi 6 : “Meningkatkan kapasitas kelembagaan BP2HP Wilayah
XVII yang profesional dan akuntabel”, adalah untuk: Mewujudkan
kelembagaan BP2HP Wilayah XVII yang kredibel, profesional dan akuntabel
dalam mendukung pengelolaan hutan produksi secara lestari.
2.3.2. Sasaran
Dalam rangka mencapai tujuan yang ingin dicapai, maka ditetapkan sasaran yang
akan dicapai sebagai berikut:
(1) Tersosialisasinya peraturan-peraturan bidang bina produksi kehutanan;
(2) Tercapainya standar kebutuhan tenaga teknis bidang bina produksi
kehutanan;
(3) Terwujudnya pengelolaan hutan produksi secara lestari oleh pemegang
IUPHHK;
(4) Terwujudnya industri primer hasil hutan yang tertib dan legal bahan baku;
(5) Terwujudnya tertib peredaran hasil hutan dan optimalisasi penerimaan
negara bukan pajak;
(6) Terlaksananya penguatan kapasitas kelembagaan BP2HP Wilayah XVII;
(7) Terwujudnya tata hukum struktur kelembagaan dan tata hubungan kerja
dalam mendorong penyelenggaraan PHPL.
2.3.3. Strategi
a. Kebijakan
Dalam rangka mewujudkan Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran yang ingin dicapai oleh
BP2HP Wilayah XVII maka ditetapkan kebijakan-kebijakan yang mengacu pada
kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan Direktorat Jenderal Bina Produks
Kehutanan sebagai berikut :
(1) Pelayanan prima satu pintu;
(2) Peningkatan kemampuan SDM BP2HP dan mitra;
(3) Meningkatkan pembinaan pengelolaan hutan produks lestari oleh unit
manajemen;
(4) Mendorong pengembangan produk industri hasil hutan;
(5) Menerapkan pengembangan PUHH berbasis teknologi informasi;
MONEV PSDH - DR 8
(6) Mendorong berkembangnya kemampuan kelembagaan dan kualitas
pengelolaan hutan produksi lestari.
b. Program
Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2004 -2009 telah
ditetapkan Program Pembangunan dan terkait langsung dengan pembangunan
pembinaan produksi kehutanan dalam 5 tahun kedepan yaitu :
(1) Program Pemantapan Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Hutan;
(2) Program Penyelenggaraan Pimpinaan Kenegaraan dan Kepemerintahan
c. Fokus Kegiatan dan Kegiatan
(1) Fokus Kegiatan
Dari sasaran-sasaran strategis tersebut yang akan dicapai, selanjutnya dituangkan
kedalam beberapa fokus kegiatan yaitu :
a. Pengelolaan kawasan yang tidak dibebani hak;
b. Pengelolaan pemanfaatan hutan produksi alam;
c. Pengelolaan pemanfaatan hutan tanaman;
d. Pengembangan industri dan pemasaran hasil hutan
e. Penertiban peredaran hasil hutan;
f. Penunjang fokus kegiatan
(2) Kegiatan
Dari beberapa fokus kegiatan tersebut dirinci menjadi beberapa kegiatan yang akan
dilaksanakan BP2HP Wilayah XVII sebagai berikut :
a. Pengelolaan kawasan yang tidak dibebani hak;
Pengawasan dan pengamanan areal eks HPH/HTI;
b. Pengelolaan pemanfaatan hutan produksi alam;
Penilaian kinerja usaha pemanfaatan hutan alam
c. Pengelolaan pemanfaatan hutan tanaman;
Penilaian kinerja usaha pemanfaatan hutan alam
d. Pengembangan industri dan pemasaran hasil hutan
MONEV PSDH - DR 9
Pembinaan dan pengendalian bahan baku dan produk industri hasil hutan
e. Penertiban peredaran hasil hutan;
Pengembangan sertifikasi dan pengujian hasil hutan
Optimalisasi penerimaan bukan pajak
Pengendalian peredaran hasil hutan dan penertiban hasil hutan ilegal
Pengembangan sistem informasi manajemen pengujian dan penatausahaan
hasil hutan
BAB 3. METODOLOGI PELAKSANAAN KAJIAN
3.1. Kerangka Pendekatan Kajian
MONEV PSDH - DR 10
Kajian terhadap Kegiatan Analisa Hasil Monev Iuran Hasil Kehutanan PSDH dan DR
di wilayah kerja BPPHP XVII Jayapura bertujuan untuk meningkatkan akuntabilitas
pengelolaan hutan agar tercipta kondisi hutan yang lestari baik ekologi, ekonomi dan
budaya masyarakat setempat. Banyak pihak beranggapan bahwa kegiatan
pemungutan PSDH dan DR hanyalah kegiatan menerima laporan setelah semua
kegiatan produksi selesai, padahal kegiatan pemungutan PSDH dan DR dimulai dari
kalkulasi potensi hutan, monitoring rencana cruising, mencermati Laporan Hasil
Cruising (LHC) dan membandingkan dengan Laporan Hasil Produksi IUPHHK.
Petugas pemungutan pajak dalam melaksanakan tugas ini memiliki filosofi
mendasar bahwa kegiatan hilir tidak akan terlaksana jika kegiatan di hulu tidak
berjalan dengan baik. Untuk itu dalam menjalankan kegiatan hilir berupa
pemungutan PSDH dan DR tim teknis selalu berkoordinasi dengan tim teknis ada
bagian hulu terutama dengan Dinas Kehutanan Kabupaten, Propinsi dan pemegang
izin IUPHHK.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P. 18/Menhut-II/2007 tentang
Petunjuk Teknis Tata Cara Pengenaan, Pemungutan, dan Pembayaran Provisi
Sumber Daya Hutan (PSDH), dan Dana Reboisasi (DR) pasal 3 bahwa Hasil hutan
yang dikenakan PSDH meliputi ;
a. Hasil hutan kayu pada hutan alam dan atau hutan tanaman yang berasal dari
hutan negara
b. Hasil hutan kayu atau bukan kayu yang telah ada dan tumbuh secara alami
walaupun areal tersebut telah dibebani alas titel yang mengalami perubahan
peruntukan menjadi bukan kawasan hutan negara
c. Hasil hutan bukan kayu pada hutan alam dan atau hutan tanaman yang
berasal dari hutan negara
d. Hasil hutan kayu dari hutan tanaman pada Hutan Tanaman Rakyat atau Hutan
Tanaman Hasil Rehabilitasi pada Hutan Produksi
e. Hasil hutan kayu yang berasal dari penjualan tegakan
f. Hasil hutan kayu yang berasal dari pemanfaatan kayu pada hutan
kemasyarakatan
Dan pada pasal 4 disebutkan bahwa Dana Reboisasi (DR) dikenakan pada :
MONEV PSDH - DR 11
a. Pemegang izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan alam.
b. Pemegang izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan tanaman
yang memanfaatkan kayu dari pembersihan (land clearing) areal hutan alam.
c. Pemilik hasil hutan kayu yang telah ada dan tumbuh secara alami walaupun
areal tersebut telah dibebani alas titel yang mengalami perubahan peruntukan
menjadi bukan kawasan hutan negara.
d. Pemenang lelang kayu sitaan.
e. Pembeli hasil hutan kayu dari penjualan tegakan.
f. Pemegang izin hak pengelolaan hutan desa.
g. Pemegang izin lainnya yang sah, yaitu:
Izin pemanfaatan kayu bagi pemanfaatan kawasan hutan yang diubah
statusnya menjadi bukan kawasan hutan;
Izin pemanfaatan kayu pada izin pemanfaatan kawasan hutan alam;
Izin pemanfaatan kayu pada hutan kemasyarakatan.
Efektivitas dari kegiatan pemantauan oleh BP2HP yang merupakan kepanjangan
dari Pemerintah (Departemen Kehutanan) sebagai pemegang status kepemilikan
lahan pada kawasan hutan negara dengan status kawasan hutan alan produksi,
menjadi semakin penting dalam upaya melindungi dan melestarikan kawasan hutan
dalam jangka panjang. Upaya perlindungan dan pelestarian kawasan hutan salah
satunya adalah dengan cara untuk melakukan Kegiatan Analisa Hasil Monev Iuran
Hasil Kehutanan PSDH dan DR di wilayah kerja BPPHP XVII Jayapura. Melalui
kajian ini diharapkan terdapat kesesuaian data antara pengusahaan hutan alam
produksi dengan data pada BPPHP XVII Jayapura dan sesuai dengan peraturan
perundangan sehingga daya dukung kawasan hutan dapat berkelanjutan baik dari
segi fungsi ekologis, ekonomi dan sosial – budaya masyarakat sekitar hutan.
3.2. Pengumpulan Data
Sebagai rujukan utama dalam pelaksana an kegiatan pemungutan pajak pada
BPPHP XVII Jayapura, merujuk pada Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.
18/Menhut-II/2007 tentang Petunjuk Teknis Tata Cara Pengenaan, Pemungutan,
dan Pembayaran Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH), dan Dana Reboisasi (DR).
MONEV PSDH - DR 12
Pada Paraturan Menteri Kehutanan ini dalam pasal 6 disebutkan tentang tata cara
pengenaan Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH) berdasarkan atas hasil hutan, hasil
hutan bukan kayu dan hutan tanaman didasarkan pada LHP serta Pengenaan
PSDH atas hasil hutan kayu dari hasil penjualan tegakan didasarkan pada LHP.
Sedangkan mengenai besarnya PSDH dihitung berdasarkan : (a) tarif dikalikan
harga patokan dikalikan jumlah satuan/Volume hasil hutan kayu dari LHP dan (b)
tarif dikalikan harga patokan dikalikan jumlah satuan/Volume/berat hasil hutan bukan
kayu dari LHP.
Pada pasal 10 tentang Dana Reboisasi, disebutkan pengenaan DR atas atas hasil
hutan pada hutan alam didasarkan pada LHP dan pengenaan DR atas hasil hutan
kayu dari hasil penjualan tegakan didasarkan pada LHP.
Dengan demikian LHP adalah alat utama dalam bekerja bagi pemungut pajak.
Tetapi pejabat teknis pemungut pajak tentu saja tidak begitu saja menerima apa
yang di LHP, tim teknis mempelajari LHC sebelum kegiatan penebangan dan
dibandingkan dengan LHP. Model perbandingan ini sangat perlu dilakukan untuk
melakukan cross check data sejak awal dan suatu metode untuk melakukan
komunikasi intensfi sejak awal sehingga kecurigaan pada akhir program bisa
dieliminir.
3.3. Metode Analisis
3.3.1. Deskripsi
Bahwa berdasarkan Pasal 80 Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang
Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan
ditetapkan bahwa pemungutan PSDH dan DR atas hasil hutan kayu yang berasal
dari hutan alam serta pemungutan PSDH atas hasil hutan kayu dan bukan kayu
yang berasal dari hutan alam atau hutan tanaman didasarkan pada laporan hasil
produks. Untuk menindaklanjuti Peraturan Pemerintah Nomor 6 ini, Menteri
Kehutanan mengeluarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.
MONEV PSDH - DR 13
18/Menhut-II/2007 tentang Petunjuk Teknis Tata Cara Pengenaan, Pemungutan,
dan Pembayaran Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH) dan Dana Reboisasi (DR).
Sebagai rujukan utama dalam pekerjaan pemungutan pajak, dalam pasal 2
disebutkan bahwa Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH) dikenakan pada :
Pemegang izin usaha pemanfaatan kayu dan/atau bukan kayu pada hutan Alam,
Pemegang izin usaha pemanfaatan kayu dan/atau bukan kayu pada hutan
Tanaman, Pemegang izin pemungutan hasil hutan kayu dan/atau bukan kayu dari
hutan tanaman dan atau hutan alam, Pemegang izin usaha pemanfaatan kawasan
hutan produksi, Pemegang izin usaha pemanfaatan jasa lingkungan, Pemegang izin
hak pengelolaan hutan desa, Pembeli hasil hutan kayu dari hasil penjualan tegakan,
dan Pemegang izin lainnya yang sah, yaitu: Izin pemanfaatan kayu dan/atau bukan
kayu bagi pemanfaatan kawasan hutan yang diubah statusnya menjadi bukan
kawasan hutan, Izin pemanfaatan bukan kayu pada izin pemanfaatan kawasan
hutan tanaman, Izin pemanfaatan kayu dan/atau bukan kayu pada izin pemanfaatan
kawasan dalam hutan alam dan Izin pemanfaatan kayu pada hutan
kemasyarakatan.
Dalam pasal 4 disebutkan bahwa Dana Reboisasi (DR) dikenakan pada : Pemegang
izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan alam, Pemegang izin usaha
pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan tanaman yang memanfaatkan kayu dari
pembersihan (land clearing) areal hutan alam, Pemilik hasil hutan kayu yang telah
ada dan tumbuh secara alami walaupun areal tersebut telah dibebani alas titel yang
mengalami perubahan peruntukan menjadi bukan kawasan hutan negara,
Pemenang lelang kayu sitaan, Pembeli hasil hutan kayu dari penjualan tegakan,
Pemegang izin hak pengelolaan hutan desa, dan Pemegang izin lainnya yang sah,
yaitu; Izin pemanfaatan kayu bagi pemanfaatan kawasan hutan yang diubah
statusnya menjadi bukan kawasan hutan, Izin pemanfaatan kayu pada izin
pemanfaatan kawasan hutan alam serta Izin pemanfaatan kayu pada hutan
kemasyarakatan.
3.3.2. Perbandingan Rencana dan Realisasi PSDH / DR
MONEV PSDH - DR 14
Dalam melakukan analisis data pendapatan negara dari PSDH dan DR, sumbernya
berasal dari Surat Perintah Pembayaran Provisi Sumber Daya Hutan (SPP-PSDH)
sebagai dasar pembayaran PSDH dan Surat Perintah Pembayaran Dana Reboisasi
(SPP-DR) sebagai dasar pembayaran DR yang diperoleh dari wajib apajk, atau
Dinas Kehutanan Kabupaten / Kota atau Dinas Kehutanan Propinsi.
Pembahasan dalam kajian ini menggunakan metode perbandingan antara rencana
dan realisasi PSDH dan DR yang dikatikan dengan kondisi existing suatu wilayah.
Semua data dicross check dengan data yang dimiliki oleh pihak lain dan
didiskusikan secara bersama.
BAB 4. MEKANISME PELAKSANAAN MONEV IURAN HASIL KEHUTANAN PSDH/DR
4.1. Dasar Hukum
MONEV PSDH - DR 15
Dasar hukum yang terkait dengan kegiatan Analisa Hasil Monev Iuran Hasil
Kehutanan PSDH dan DR di wilayah kerja BPPHP XVII Jayapura, sebagai berikut:
a. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan
Pajak
b. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 jo. Undang-Undang Nomor 33 Tahun
2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Pemerintah
Daerah
c. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1997 tentang Jenis DanPenyetoran
Penerimaan Negara Bukan Pajak
d. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1998 tentang Provisi Sumber Daya
Hutan (PSDH)
e. Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Peraturan
Pemerintah Nomor 22 tentang Jenis dan Penyetoran Penerimaan Negara Bukan
Pajak
f. Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
g. Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 1998 jis. Nomor 74 Tahun 1999 dan
Nomor 92 Tahun 1999 tentang Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak
Yang Berlaku Pada Departemen Kehutanan Dan Perkebunan
h. Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2001 tentang Penyelenggaraan Tugas
Pembantuan
i. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2002 tentang
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara
j. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2004 tentang Perencanaan Kehutanan
k. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan
Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan
l. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.16/Menhut-II/2007 Tentang Rencana
Pemenuhan Bahan Baku Industri (RPBBI) Primer Hasil Hutan Kayu
m. Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor : P. 43/Menhut-II/2009
tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kehutanan Nomor
MONEV PSDH - DR 16
P.16/Menhut-II/2007 tentang Rencana Pemenuhan Bahan Baku Industri (RPBBI)
Primer Hasil Hutan Kayu
n. Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor: P.24/Menhut-II/2009
Tentan Pendaftaran Ulang Izin Usaha Industri Primer Hasil Hutan Kayu
o. Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Kehutanan Nomor
P.51/Menhut-II/2006 Tentang Penggunaan Surat Keterangan Asal Usul (SKAU)
Untuk Pengangkutan Hasil Hutan Kayu Yang Berasal Dari Hutan Hak;
p. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.35/Menhut-II/2007 tentang Hasil Hutan
Bukan Kayu
q. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.13/Menhut-II/2005 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Departemen Kehutanan sebagaimanatelah beberapa kali diubah
terakhir dengan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.64/Menhut-II/2008
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 80)
r. Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor : P.19/Menhut-Ii/2009
Tentang Strategi Pengembangan Hasil Hutan Bukan Kayu Nasional
s. Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor : P. 50/Menhut-II/2009
Tentang Penegasan Status Dan Fungsi Kawasan Hutan;
t. Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor : P.45/Menhut-II/2009
Tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Menteri Kehutanan Nomor
P.55/Menhut-II/2006 Tentang Penatausahaan Hasil Hutan Yang Berasal Dari
Hutan Negara;
4.2. Tata Cara dan Mekanisme MONEV
Tata cara dan mekanisme monev pelaksanaan serta hasil PSDH dan DR ini meliputi
waktu, tempat, edministrasi, peraturan dan tenaga pelaksana tugas. Semua proses
yang diealuasi ini akan dibuat laporan sesuai temuan dan menurut waktu yang
MONEV PSDH - DR 17
sudah ditentukan. Kegiatan ini dilakukan setiap tahun pada semua wilayah yang
memiliki aktivitas yang berkaitan dengan PSDH dan DR.
Tujuan dari mekanisme monitoring dan evaluasi pelaksanaan hasil PSDH dan DR
agar proses kegiatan yang ditujukan dapat berjalan secara tangguh, kompetitif, efisien
dan efektif sesuai dengan rencana dan ketentuan peraturan perundang-undangan. Hal
yang dimonitor dalam kegiatan ini adalah proses dan hasil dari pelaksanaan kegiatan.
Dengan adanya monitoring ini diharapkan pada masa yang akan datang ada
penyempurnaan sistem untuk pencapaian program yang dibuat.
4.3. Pelaksanaan MONEV PSDH - DR
Pelaksanaan monev PSDH dan DR dilakukan oleh pelaksana tugas yang sudah
ditunjuk, menurut tempat yang sudah direncanakan dan untuk waktu yang sudah
ditentukan. Sebelum hasil monev dibuat dalam bentuk laporan, semua data yang
diperoleh akan dikonfirmasi pada pihak-pihak yang bersangkutan untuk akurasi
data.
BAB 5. HASIL MONEV IURAN HASIL KEHUTANAN PSDH/DR
5.1. Rencana dan Realisasi PSDH-DR
MONEV PSDH - DR 18
Pemerintah sudah memberikan target penerimaan PSDH setiap tahun berdasarkan
kondisi pencapaian tahun sebelumnya. Tahun 2006, target PSDH Propinsi Papua
sebesar 2.678.000.000,- rupiah. Dari target ini terealisasi sebesar 1.319.00.000,-
rupiah atau tercapai 49,23 %. Dengan demikian kekurangan dari target sekitar
1.360.000.000,- rupiah.
Pada tahun 2007 target PSDH ditetapkan sebesar 109.821.000.000,- rupiah. Hal ini
dilakukan mengingat target produksi oleh perusahaan IUPHHK yang ada di Propinsi
Papua. Realisasi penarikan PSDH tahun 2007 sebesar 21.518.000.000,- rupiah atau
terealisasi sebanyak 19,59 %. Dengan demikian ada kekurangan realisasi dari target
yaitu sebesar 88.303.000.000,- rupiah.
Berdasarkan pengalaman dua tahun sebelumnya yang persentase pencapaian
PSDH jauh dibawah target maka tahun 2008 target PSDH Propinsi Papua
direncanakan hanya sebesar 8.631.000.000,- rupiah. Reliasi pencapaian enarikan
PSDH tahun 2008 sebesar 8.631.000.000,- rupiah atau tercapai 100 % (lihat
Gambar 3).
-
20.000
40.000
60.000
80.000
100.000
120.000
-
20,00
40,00
60,00
80,00
100,00
120,00
Rencana PSDH (RpJuta))
Realisasi PSDH (Rp.Juta)
Persentase (%)
RencanaPSDH (RpJuta))
2.678 109.821 8.631
RealisasiPSDH (Rp.Juta)
1.319 21.518 8.631
Persentase(%)
49,23 19,59 100,00
2006 2007 2008
Sumber : Statistik Laporan Tahun 2004 s/d Tahun 2008, BP2HP XVII Jayapura
Gambar 3. Rencana dan Realisasi PSDH Tahun 2006 - 2008
MONEV PSDH - DR 19
Seperti halnya PSDH, pemerintah melalui Dinas Kehutana Papua juga membuat
rencana pendapatan dari DR dalam mata uang rupiah (Rp). Tahun 2006 rencana
pendapatan dari DR sebesar 545.000.000,- rupiah dan terealisasi sebesar
545.000.000,- atau terealisasi 100 %.
Tahun 2007 pendapatan dari DR direncanakan sebesar 44.487.000.000,- rupiah dan
terealisasi sebesar 40.287.000.000,- rupiah atau terealisasi sebanyak 91 %. Dengan
demikian ada kekurangan penghasilan dari target sebesar 4.200.000.000,- rupiah
(empat milyar dua ratus juta rupiah).
Target pendapatan dari DR (dalam satuan rupiah) tahun 2008 direncanakan sebesar
415.000.000,- rupiah dan terealisasi sebesar 415.000.000,- rupiah atau terealisasi
100%. Dalam pencapaian pencapatan dari DR (dalam satuan rupiah) sangat
menggembrikan, selama tiga tahun terakhir (2006 – 2008) rata-rata pencapaian
pendapatan DR sebesar 97 % (lihat Gambar 4).
-
5.000
10.000
15.000
20.000
25.000
30.000
35.000
40.000
45.000
50.000
84
86
88
90
92
94
96
98
100
102
Rencana DR (Rp Juta)
Realisasi DR (Rp. Juta)
Persentase (%)
Rencana DR(Rp Juta)
545 44.487 415
Realisasi DR(Rp. Juta)
545 40.287 415
Persentase(%)
100 91 100
2006 2007 2008
Sumber : Statistik Laporan Tahun 2004 s/d Tahun 2008, BP2HP XVII Jayapura
MONEV PSDH - DR 20
Gambar 4. Rencana dan Realisasi Pendapatan DR (dalam satuan rupiah)
Selain rencana pendapatan negara dari PSDH dan DR (dalam satuan rupiah),
pemerintah juga menetapkan rencana pendapatan dari DR (dalam satuan US$).
Tahun 2006, Propinsi Papua menetapkan rencana pendapatan dari DR sebesar
828.201 US$ dan terealisasi sebesar 408.508 US$ atau terealisasi sebesar 49 %. Ini
artinya ada kekurangan dari rencana sebesar 419.693 US$.
Tahun 2007 pendapatan pemerintah melalui DR (satuan US$) di Propinsi Papua
direncanakan sebear 33.816.336 US$ dan terealisasi sebesar 3.746.125 US$ atau
terealisasi sebesar 11 %. Rendahnya realisasi ini disebebakan beberapa hal antara
lain tidak terealisasinya target produksi prusahaan dan masalah administrasi
perusahaan.
Target pendapatan dari DR (satuan US$) tahun 2008 sebesar 2.526.234 US$ dan
terealisasi sebesar 2.481.361 US$ atau terealisasi sebesar 98 %. Secara
persentase pendapatan tahun 2008 sangat tinggi (98 %) tetapi secara nominal lebih
rendah dari tahun 2007 dan pendapatan ini adalah yang yang sesuai dengan kondisi
lapangan (lihat Gambar 5).
MONEV PSDH - DR 21
-
5.000.000
10.000.000
15.000.000
20.000.000
25.000.000
30.000.000
35.000.000
40.000.000
-
20
40
60
80
100
120
Rencana DR (US$)
Realisasi DR ( US$)
Persentase (%)
RencanaDR (US$)
828.201 33.816.336
2.526.234
RealisasiDR ( US$)
408.508 3.746.125
2.481.361
Persentase(%)
49 11 98
1 2 3
Sumber : Statistik Laporan Tahun 2004 s/d Tahun 2008, BP2HP XVII Jayapura
Gambar 5. Rencana dan Realisasi Pendapatan DR (dalam satuan US$)
Realisasi penerimaan pemerintah melalui DR di Propinsi Papua dari tahun 2006 –
2008 berdasarkan persentase yang terbesar diperoleh melalui DR (satuan rupiah)
yang rata-rata dari tahun 2006 – 2008 sebesar 96,85 %. Sedangkan rata-rata
persentase untuk penerimaan PSDH dari tahun 2006 – 2008 sebesar 56,28 % dan
DR (satuan US$) sebesar 52,88 % (lihat Gambar 6).
Berdasarkan pemasukan nominal tahun 2006 – 2008 (jika dirupiahkan semua dan
US$ dengan kurs Rp 10.000,-), maka yang terbesar adalah adalah penerimaan
melalui DR (dalam US$) yang jika dirupiahkan bernilai sekitar 66 milyar. Sedangkan
total penerimaan DR dalam rupiah pada tahun 2006 – 2008 sebesar RP45 milyar
dan melalui PSDH sekitar 31 milyar.
MONEV PSDH - DR 22
-
20,00
40,00
60,00
80,00
100,00
120,00
2006 2007 2008 Rataan
-
20
40
60
80
100
120
Realisasi PSDH(%)
Realisasi DRdalam Rp (%)
Realisasi DRdalam US$ (%)
Sumber : Statistik Laporan Tahun 2004 s/d Tahun 2008, BP2HP XVII Jayapura
Gambar 6. Perbandingan realisasi berdasarkan persentase PSDH, DR (dalam rupiah) dan DR (dalam US$)
5.2. Kontribusi PSDH/DR Terhadap Pembangunan Daerah
Pasal 6 ayat 5 UU No.25 Tahun 1999 menyebutkan bahwa Penerimaan Negara dari
sumberdaya alam sektor kehutanan dari Iuran Hak Pengusahaan Hutan (IHPH) dan
Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH) dibagi dengan imbangan 20% untuk
Pemerintah Pusat dan 80% untuk Daerah. Sedangkan pasal 8 ayat 4 UU No. 25
Tahun 1999 menyebutkan bahwa penerimaan negara dari dana reboisasi (DR)
dibagi dengan imbangan 40% untuk Daerah dan 60% untuk Pemerintah Pusat
(Tabel 1). Dalam peraturan sebelumnya, 100% DR dan 80% PSDH dikelola oleh
Pemerintah Pusat (20% PSDH untuk Daerah).
Tabel 1. Perimbangan keuangan pemerintah pusat dan daerah sektor kehutanan
(%)
MONEV PSDH - DR 23
SumberDasar Bagi
HasilPusat
Daerah
PropinsiKabupaten/Kota
PenghasilLainnya dalam
propinsi
IHPHTotal
penerimaan20 16 64 -
PSDHTotal
penerimaan20 16 32 32
DRTotal
penerimaan60 40 - -
Sumber: UU No.25 Tahun 1999
Pembangunan daerah didukung oleh berbagai sektor termasuk salah satunya sektor
kehutanan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Paeitno tahun 2003,
diperoleh informasi bahwa selama 10 tahun (1993 – 2002) rata-rata peningkatan
pendapatan daerah (Propinsi Papua) sebesar 12,021 milyar pertahun atau
berkontribusi sebesar 6,70 % dari pendapatan daerah Papua. Tentu saja kontribusi
sebesar ini sangat membantu bagi pembangunan daerah apalagi ada indikasi
kenaikan pendapatan dari sektor kehutanan setiap tahun.
Alokasi dana dari konstribusi sektor kehutanan ini sudah dikelola oleh pemerintah
daerah untuk kepentingan berbagai sektor seperti; pendidikan, jasa, keagamaan dan
kepentingan publik lainnya. Selain PSDH dan DR sektor kehutanan juga turut
menyumbang untuk pembangunan daerah melalui penghasilan Iuran Hak
Pengusahaan Hutan (IHPH) dan PBB sektor kehutanan (pajak bumi dan bangunan)
serta kegiatan PMDH yang dilakukan langsung oleh perusahaan.
5.3. Hambatan dan Masalah Pencapaian Realisasi PSDH / DR
Krisis keuangan global, sorotan negatif berbagai pihak terhadap aktivitas kehutanan,
paradigma masyarakat setempat yang berubah dan hambatan internal perusahaan
membuat banyak IUPHHK tidak dapat melakukan produksi sesuai dengan jatah
MONEV PSDH - DR 24
tebangan tahunan (JPT) yang diberikan. Banyak IUPHHK yang berproduksi < 50 %
dari target produksi.
Berdasarkan kondisi produksi yang dibawah JPT yang diberikan, berdampak
langsung terhadap penurunan pendapatan pemerintah melalui PSDH dan DR.
Penerimaan kayu olahan yang menurun dari negara pengimpor dalam empat tahun
terakhir, kenaikan BBM yang sangat tinggi pada tahun 2005-2006 dan adanya
berbagai perubahan kebijakan nasional dan internasional terhadap lingkungan turut
menurunkan pendapatan negara dari PSDH dan DR. Tentu saja hal seperti ini
bukan hanya terjadi di Propinsi Papua tetapi juga terjadi di propinsi lainnya di
Indonesia.
5.4. Upaya-Upaya Peningkatan Iuran Hasil Kehutanan PSDH / DR
Otonomi khusus di Papua telah memberikan dampak positif bagi pemerintah daerah
dan masyarakat untuk bisa berperan lebih besar dalam pembangunan daerah.
Dengan adanya otonomi khusus ini berbagai potensi daerah akan dioptimalkan
untuk meningkatkan pendapatan asli daerah sesuai dengan Undang-Undang yang
berlaku.
Ada beberapa strategi yang akan dilakukan oleh Dinas terkait di daerah untuk
meningkatkan pendapatan pemerintah melalui PSDH dan DR antara lain :
1. Berkoordinasi dengan semua stakeholders tentang peran penting PSDH dan
DR bagi pembangunan Propinsi Papua
2. Meningkatkan intensitas komunikasi khususnya dengan pemegang izin
IUPHHK untuk memecahkan berbagai persoalan mengenai adanya
tunggakan pembayaran PSDH dan DR
3. Memberikan berbagai terobosan kebijakan bagi perusahaan untuk bisa
membayar kewajiban PSDH dan DR sesuai dengan jumlah dan waktu yang
telah ditentukan
MONEV PSDH - DR 25
BAB 6. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
6.1. Kesimpulan
1. Penerimaan pemerintah di Propinsi Papua melalui PSDH tahun 2006
sebesar 1,3 milyar rupiah, tahun 2007 21,5 milyar rupiah dan tahun 2008
sebesar 8,6 milyar rupiah atau total sebesar 31,5 juta rupiah.
2. Penerimaan pemerintah melalui DR (dalam rupiah) tahun 2006 sebesar 545
juta rupiah, tahun 2007 sebesar 40,3 milyar rupiah dan tahun 2008 sebesar
415 juta rupiah atau total sebesar 45,5 milyar rupiah.
3. Penerimaan pemernitah melalui DR (dalam satuan US$) tahun 2006 sebesar
408.508 US$, tahun 2007 sebesar 3.746.125 US$ dan tahun 2008 sebesar
2.481.361 US$ atau total (dirupiahkan dengan kurs Rp 10.000,-/1 US$)
tahuan 2004 – 2008 sebesar 66,4 milyar.
4. Bila dihitung realisasi penerimaan pemerintah melalui DR di Propinsi papua
tahun 2006 - 2008 berdasarkan persentase yang terbesar diperoleh melalui
DR (satuan rupiah) yang rata-rata dari tahun 2006 – 2008 sebesar 96,85 %.
Sedangkan rata-rata persentase untuk penerimaan PSDH dari tahun 2006 –
2008 sebesar 56,28 % dan DR (satuan US$) sebesar 52,88 %.
6.2. Rekomendasi
1. Pemerintah daerah perlu berkoordinasi dengan berbagai pihak untuk
melakukan sosiaslisasi bahwa keberadaan PSDH dan DR sangat penting
bagi pembangunan daerah.
2. Pemerintah (dalam hal ini Dinas Kehutanan Propinsi) perlu lebih intensif
untuk berkomunuikasi dengan pemegang izin IUPHHK untuk dapat
membayar PSDH dan DR sesuai jumlah dan waktu pembayaran.
3. Semua pihak diminta untuk saling bekerjasama dalam menyukseskan
penerimaan PSDH dan DR bagi pemerintah.
DAFTAR PUSTAKA
MONEV PSDH - DR 26
Paeitno, 2003.
Ginoga, Lugina dan Erwidodo, 2001.
Triyono Puspitojati, 2000.
MONEV PSDH - DR 27
Lampiran 1. Perkembangan Penerimaan Iuran Kehutanan Berdasarkan Laporan Perusahaan Periode
Tahun 2004 S/D Tahun 2008
NO BULAN
SPB/SPP REALISASI PENYETORAN KEKURANGANKET.PSDH DR PSDH DR PSDH DR
Rp Rp US $ Rp Rp US $ Rp Rp US $
Tahun 2004
Tahun 2005
Tahun 2006
2,678,299,461.68
544,529,086.00
828,201.02
1,318,570,224.00
544,529,086.00
408,507.84
1,359,729,237.68
-
419,693.18
Tahun 2007
109,821,087,629.53
44,486,530,091.90
33,816,336.03
21,518,258,935.03
40,287,011,182.70
3,746,124.83
88,383,828,722.50
4,199,518,909.20
30,318,681.34
Tahun 2008
8,630,557,288.00
2,526,233.56
8,630,557,288.00
415,188,589.00
2,481,361.11
J U M L A H 121,129,944,379.21
45,031,059,177.90
37,170,770.61
31,467,386,447.03
41,246,728,857.70
6,635,993.78
89,743,557,960.18
4,199,518,909.20
30,738,374.52
Sumber : Statistik Laporan Tahun 2004 s/d Tahun 2008, BP2HP XVII Jayapura
MONEV PSDH - DR 28
MONEV PSDH - DR 29