Analisis Efektivitas Dan Kontribusi Realisasi Penerimaan Pajak Bahan Bakar
Kendaraan Bermotor Terhadap Realisasi Penerimaan Pajak Daerah Provinsi
Pada Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Selatan
Hesti Meilina Mareta ( [email protected])
Pembimbing l
Drs.H. Hasan Kuzery,AK.MM.CA
Pembimbing ll
Andrian Noviardy.S.E.M.si
Jurusan Akuntansi
Universitas Bina Darma
Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat efektivitas dan kontribusi realisasi penerimaan pajak
bahan bakar kendaraan bermotor terhadap realisasi penerimaan pajak daerah pada Dinas Pendapatan Daerah
Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2011, 2012 dan 2013. Analisis yang digunakan penulis adalah analisis
Deskriptif Kualitatif. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa realisasi penerimaan pajak bahan bakar kendaraan
bermotor diprovinsi Sumatera sangat efektif. Sementara kontribusi pajak bahan bakar kendaraan bermotor terhadap
realisasi penerimaan pajak daerah cukup berkontribusi. Disisi lain efektivitas dan kontribusi pajak bahanbakar
kendaraan bermotor terhadap realisasi penerimaan pajak daerah Provinsi Sumatera Selatan menunjukan tren yang
meningkat. Hal ini menunjukan bahwa Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Selatan sudah baik dalam
mengelola penerimaan pajak bahan bakar kendaraan bermotor.
Kata kunci : Pajak Daerah, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, Deskriptif Kualitatif.
Abstrak : This study aims to determine the effectiveness and contribution of tax revenue to the motor vehicle fuel
tax revenue Revenue Service area in South Sumatra Province in 2011 , 2012 and 2013. The analysis used by the
author is qualitative descriptive analysis . The results of this study concluded that the realization of revenue from
motor vehicle fuel tax Sumatra diprovinsi very effective . While the contribution of motor vehicle fuel tax to the
local tax revenue enough to contribute . On the other hand the effectiveness and contribution of the motor vehicle
fuel tax to the local tax revenue of South Sumatra Province showed a rising trend . This shows that the Department
of Revenue of South Sumatra Province already good at managing the reception of motor vehicle fuel tax .
Keywords : Local Tax , Motor Vehicle Fuel Tax , qualitative descriptive
1 PENDAHULUAN
Pemerintah Indonesia mempunyai peranan
penting untuk memajukan Negara yang
dipimpinnya. Salah satu indicator kemajuan suatu
Negara dapat dilihat dari pembangunan nasional
yang berjalan secara berkesinambungan.
Pembangunan yang dilaksanakn diharapkan akan
membawa dampak bagi meningkatkan taraf hidup
dan kesejahteraan masyarakat Indonesia.
Peranan pemerintah yang sangat menonjol
dalam usahanya merangsang dan membimbing
pembangunan ekonomi dan social Negara yang
membutuhkan dana yang cukup besar,
menyebabkan pemerintah cenderung untuk
melakukan pemungutan pajak sampai tingkat
penerimaan pajak yang paling optimal. Pemungutan
pajak tersebut dengan dilakukan tetap berpegang
pada prinsip perpajakan yang dianut secara
universal, yaitu keadilan, serta tetap
mempertahankan sytem self assessment. Self
assessment merupakan system pemungutan pajak
yang memberi wewenang kepada wajib pajak dalam
menghitung, memperhitungkan, menyetorkan
kepada Kantor Pelayanan Pajak sesuai dengan
peraturan perundang-undangan perpajakan yang
berlaku.
Pemerintah daerah diberi kewenangan yang
luas untuk mengurus rumah tanggannya sendiri
dengan campur tangan pemerintah pusat.
Pemerintah daerah mempunyai hak dan kewenangan
yang luas untuk menggunakan sumber-sumber
ekonomi dan keuangan yang dimiliki oleh
daerahnya.
Bagi Negara, pajak adalah salah satu sumber
penerimaan penting yang akan digunakan untuk
membiayai pengeluaran Negara. Sebaliknya bagi
perusahaan, pajak adalah beban yang mengurangi
laba bersih, karena mengurangi laba bersih maka
perusahaan membuat perencanaan pajak yang
bertujuan untuk penghematan pajak atau
meminimumkan kewajiban pajak dengan
merekayasa agar beban pajak ditekan serendah
mungkin dengan memanfaatkan peraturan
perundang-undangan yang ada.
Keberhasilan dalam penerimaan pajak ke kas
Negara sesuai target yang telah ditetapkan akan
memberikan kepuasan tersendiri bagi aparat
Direktorat Jenderal Pajak (DJP). Namun, dengan
menganut system self assessment, berhasil atau
tidaknya pelaksanaan pemungutan pajak banyak
bergantung pajak Wajib Pajak itu sendiri.
Pajak daerah merupakan salah satu sumber
pendapatan asli daerah yang dipungut dari
masyarakat tanpa mendapatkan imbalan langsung.
Hal ini sesuai dengan Undang-Undang No.28 Tahun
2009 tentang Pajak daerah dan Retribusi Daerah
yang mengungkapkan bahwa pajak daerah adalah
iuran wajib yang dilakukan oleh daerah kepada
orang pribadi atau badan tanpa imbalan langsung
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku, yang digunakan untuk membiayai
penyelenggaraan pemerintah daerah dan
pembangunan daerah.
Menurut UU RI No.28 Tahun 2009 tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Jenis Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah terbagi menjadi
dua,yaitu:
1. Jenis Pajak provinsi terdiri atas:
a. Pajak Kendaraan Bermotor;
b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor;
c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor; dan
d. Pajak Rokok.
2. Jenis Pajak Kabupaten/kota terdiri atas:
a. Pajak Hotel;
b. Pajak Restoran;
c. Pajak Hiburan;
d. Pajak Reklame;
e. Pajak Penerangan Jalan;
f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan;
g. Pajak Parkir;
h. Pajak Air Tanah;
i. Pajak Sarang Burung Walet;
j. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan
perkotaan; dan
k. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan.
Sama halnya dengan daerah lain di
Indonesia. Kota Palembang merupakan salah satu
daerah yang diberi hak otonomi daerah untuk
mengatur rumah tangganya sendiri guna
melaksanakan Pembangunan. Kota Palembang
diharapkan mampu mengelola dan memaksimalkan
potensi sumber daya yang ada di daerah untuk
kelangsungan dan kemajuannya. Potensi sumber
ekonomi di kota Palembang apabila terus
dikembangkan dan ditingkatkan, sehingga mampu
memaksimalkan pajak daerah.
Kota Palembang juga merupakan salah satu
daerah yang memiliki kekayaan alam yang
melimpah. Salah satunya adalah bahan bakar
kendaraan bermotor. Secara umum, bahan bakar
kendaraan bermotor adalah semua jenis bahan bakar
cair atau gas yang digunakan untuk kendaraan
bermotor. Sedangkan pajak bahan bakar kendaraan
bermotor adalah pajak penggunaan bahan bakar
kendaraan bermotor. Sesuai dengan peraturan
Undang-Undang RI No.28 tahun 2009 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah, bahan bakar
kendaraan bermotor terdiri beberapa jenis bahan
bakar kendaraan bermotor yaitu premium, solar,
pertamax, gas.
Berdasarkan data dari Dinas Pendapatan
Daerah Provinsi Sumatera Selatan, diperoleh data
realisasi Penerimaan Pajak Daerah di Provinsi
Sumatera Selatan pada tahun 2011, 2012, dan 2013
Dari tahun ke tahun, jumlah realisasi
Penerimaan Pajak Daerah mengalami kenaikan,
tetapi pada tahun 2013 realisasi pajak daerahnya
menurun. Hal ini disebabkan wajib pajak tidak
melaporkan pajaknya. Selanjutnya pada table 1.2,
terlihat bahwa besarnya target yang diharapkan akan
diterima oleh Dinas Pendapatan Daerah Provinsi
Sumatera Selatan dibandingkan dengan besarnya
realisasi penerimaan pajak bahan bakar kendaraan
bermotor.
Efektifitas adalah keberhasilan atau
kegagalan daer organisasi dalam mencapai tujuan.
Efektifitas pajak daerah menunjukkan kemampuan
pemerintah daerah dalam mengumpulkan pajak
daerah sesuai dengan jumlah jumlah penerimaan
pajak daerah yang ditargetkan. Maka efektifitas
adalah seberapa besar realisasi penerimaan pajak
daerah berhasil mencapai target yang seharusnya
dicapai pada suatu periode tertentu, dengan rumus
sebagai berikut: 𝑟𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘 𝑃𝐵𝐵𝐾𝐵 𝑘𝑒 𝑛
𝑡𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡 𝑝𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑃𝐵𝐵𝐾𝐵 𝑘𝑒 𝑛× 100%
Bahan bakar kendaraaan bermotor
merupakan salah satu sector yang sangat potensial di
Provinsi Sumatera Selatan guna meningkatkan dan
berkontribusi dalam pajak daerah, sehingga akan
menjadi tantangan bagi Dinas Pendapatan Daerah
Provinsi Sumatera Selatan untuk lebih menggali
potensi pajak bahan bakar kendaraan bermotor di
Provinsi Sumatera Selatan. Oleh karena itu perlu
dianalisis Efektivitas realisasi penerimaan pajak
bahan bakar kendaraan bermotor di Provinsi
Sumatera Selatan dan seberapa besar kontribusinya
terhadap pajak daerah Provinsi Sumatera Selatan.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas,
penulis tertarik untuk meneliti dengan judul
“Analisis Efektivitas Dan Kontribusi Realisasi
Penerimaan Pajak Bahan Bakar Kendaraan
Bermotor Terhadap Realisasi Penerimaan Pajak
Daerah Provinsi Pada Dinas Pendapatan Daerah
Provinsi Sumatera Selatan”.
1.1 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas,
maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana tingkat efektivitas realisasi
penerimaan pajak bahan bakar kendaraan
bermotor terhadap realisasi penerimaaan pajak
daerah Provinsi pada Dinas Pendapatan Daerah
Provinsi Sumatera Selatan.
2. Bagaimana tingkat kontribusi realisasi
penerimaan pajak bahan bakar kendaraan
bermotor terhadap realisasi penerimaan pajak
daerah Provinsi pada Dinas Pendapatan Daerah
Provinsi Sumatera Selatan.
1.2 Ruang Lingkup Pembahasan
Agar pembahasan penelitian ini tidak keluar
dari arah, maka penulis membatasi pembahasan
dalam penelitian hanya mengenai Analisis
efektivitas dan kontribusi realisasi penerimaan pajak
bahan bakar kendaraan bermotor terhadap realisasi
penerimaan pajak daerah provinsi pada Dinas
Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Selatan tahun
2011,2012 dan 2013.
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana tingkat efektivitas
realisasi penerimaan pajak bahan bakar
kendaraan bermotor terhadap realisasi
penerimaaan pajak daerah Provinsi pada Dinas
Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Selatan.
2. Untuk mengetahui bagaimana tingkat kontribusi
realisasi penerimaan pajak bahan bakar
kendaraan bermotor terhadap realisasi
penerimaan pajak daerah Provinsi pada Dinas
Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Selatan.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian, maka manfaat
yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1) Bagi Instansi Pemerintah
Memberikan informasi yang sekiranya akan
dapat berguna dan memberikan masukan sebagai
bahan pertimbangan pemimpin Instansi Pemerintah
dalam pengambilan keputusan khususnya mengenai
analisis efektifitas dan kontribusi realisasi
penerimaan pajak bahan bakar kendaraan bermotor
terhadap realisasi penerimaan pajak daerah provinsi
pada Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera
Selatan.
2) Manfaat bagi Penulis
Dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman penulis mengenai analisis efektifitas
dan kontribusi realisasi penerimaan pajak bahan
bakar kendaraan bermotor terhadap realisasi
penerimaan pajak daerah provinsi pada Dinas
Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Selatan.
3) Manfaat bagi Akademik
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat
menambah pengetahuan pihak-pihak yang
berkepentingan sebagai sumber informasi dalam
penelitian yang sama dan juga dapat menjadi
tambahan referensi bagi kajian mahasiswa dan
dosen.
1.4 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan ini memberikan
gambaran yang sistematis dan terarah serta untuk
mempermudah pembaca dalam laporan hasil
penelitian ini, maka penulis menguraikan laporan
hasil penulisan ini ke dalam lima bab yang terdiri
dari :
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini menguraikan tentang
latar belakang penelitian, perumusan
masalah, ruang lingkup penelitian,
tujuan dan manfaat penelitian, dan
sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Dalam bab ini berisi teori yang
mendasari pembahasan skripsi meliputi
Pengertian Pajak, Fungsi Pajak, Jenis
Pajak, Pengertian Pajak Daerah,
Pengertian Pajak Bahan Bakar
Kendaraan Bermotor, Subjek dan Objek
Pajak Bahan Bakar Kendaraan
Bermotor , Tarif Pajak Bahan Bakar
Kendaraan Bermotor,
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisi tentang Objek Penelitian
dan Metodologi Penelitian yang
meliputi Operasional Variabel, Sumber
dan Teknik Pengambilan Data, Teknik
Analisis Data.
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan tentang data
perusahaan yang meliputi Analisis
mengenai Efektivitas dan Kobtribusi
Realisasi Penerimaan Pajak Bahan
Bakar Kendaraan Bermotor Terhadap
Realisasi Penerimaan Pajak Daerah
Provinsi pada Dinas Pendapatan Daerah
Provinsi Sumatera Selatan.
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
Bab ini terdiri atas kesimpulan dari
hasil penelitian dan pembahasan dalam
bab-bab sebelumnya serta memberikan
saran-saran.
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Pajak
Definisi Pajak menurut para ahli dalam
buku Perpajakan Indonesia (Waluyo, 2013:02) :
a. Menurut Andriani :
“ Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat
dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib
membayarnya menurut peraturan-peraturan,
dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang
langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya
adalah untuk membiayai pengeluaran-
pengeluaran umum berhubung dengan tugas
negara untuk menyelenggarakan
pemerintahan”.
b. Menurut Soemitro :
“ Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara
berdasarkan undang-undang (yang dapat
dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal
(kontaprestasi), yang langsung dapat ditunjukan
dan yang digunakan untuk membayar
pengeluaran umum”.
C. Menurut Kuzery ( 2009:2 ),” Pajak didefinisikan
sebagai iuran wajib rakyat ke Kas Negara,
berdasarkan Undang-Undang dan peraturan
pelaksanaannya, dapat dipaksakan, tidak
mendapat balas jasa yang langsung dapat
ditunjukkan atas pembayaran tersebut, hasilnya
akan digunakan untuk membiayai pengeluaran
umum pemerintah ( belanja rutin) dan apabila
masih surplus akan digunakan untuk belanja
pembangunan”.
2.2 Fungsi Pajak
Pajak memiliki fungsi yang sangat strategis
bagi berlangsungnya pembangunan suatu negara.
Pajak antara lain memiliki fungsi sebagai berikut :
(Ikatan Akuntan Indonesia, 2013)
1. Fungsi Penerimaan (Budgeter)
Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang
diperuntukan bagi pembiayaan pengeluaran-
pengeluaran pemerintah. Sebagai contoh :
dimasukannya pajak dalam APBN sebagai
penerimaan dalam negeri.
2. Fungsi Mengatur (Regulator)
Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur
atau melaksanakan kebijakan di bidang sosial
ekonomi. Sebagai contoh : dikenakannya pajak
yang lebih tinggi terhadap minuman keras,
dapat ditekan. Demikian pula terhadap barang
mewah.
3. Fungsi Redistribusi
Dalam fungsi redistribusi lebih ditekankan
unsur pemerataan dan keadilan dalam
masyarakat.Fungsi ini terlihat dari adanya
lapisan tarif pengenaan pajak yang lebih besar
untuk tingkat penghasilan yang lebih tinggi.
4. Fungsi Demokrasi
Pajak dalam fungsi Demokrasi merupakan
wujud system gotong royong.Fungsi ini
dikaitkan dengan fungsi pelayanan pemerintah
kepada masyarakat pembayar pajak.
2.1.3 Asas Pemungutan Pajak Asas pemungutan pajak dapat dibagi
menjadi dalam beberapa asas,
adalah sebagai berikut : (Waluyo, 2013:15)
1. Asas menurut Falsafah Hukum
Hukum pajak harus mendasarkan pada
keadilan. Selanjutnya keadilan ini sebagai asas
pemungutan pajak. Untuk menyatakan
keadilan kepada hak negara untuk memungut
pajak, muncul beberapa teori dasar, sebagai
berikut:
a. Teori Asuransi
Dalam perjanjian asuransi diperlukan
pembayaran premi. Premi tersebut
dimaksudkan sebagai pembayaran atas usaha
melindungi orang dari segala kepentingannya,
misalnya keselamatan atau keamanan harta
bendanya. Teori asuransi ini menyamakan
pembayaran premi dengan pembayaran pajak.
Walaupun kenyataannya menyatakan bahwa
dengan premi tersebut tidaklah tepat.
b. Teori Kepentingan
Pada teori kepentingan ini memperhatikan
beban pajak yang harus dipungut dari
masyarakat. Pembebanan ini harus didasarkan
pada kepentingan setiap orang pada tugas
pemerintah termasuk perlindungan jiwa dan
hartanya. Oleh karena itu, pengeluaran negara
untuk melindunginya dibebankan kepada
masyarakat.
c. Teori Gaya Pikul
Teori ini mengandung maksud bahwa dasar
keadilan pemungutan pajak terletak dalam
jasa-jasa yang diberikan oleh negara kepada
masyarakat berupa perlindungan jiwa dan harta
bendanya. Oleh karena itu, untuk kepentingan
perlindungan, masyarakat akan membayar
pajak menurut gaya pikul seseorang.
d. Teori Bakti
Teori bakti ini disebut juga teori kewajiban
pajak mutlak. Teori ini berdasarkan pada
negara mempunyai hak mutlak untuk
memungut pajak. Di lain pihak, masyarakat
menyadari bahwa membayar pajak sebagai
kewajiban untuk membuktikan tanda baktinya
terhadap negara. Dengan demikian dasar
hukum pajak terletak pada hubungan
masyarakat dengan negara.
e. Teori Asas Daya Beli
Dalam teori ini mendasarkan bahwa
penyelenggaraan kepentingan
masyarakat yang dianggap sebagai dasar
keadilan pemungutan pajak yang bukan
kepentingan individu atau negara, sehingga
menitikberatkan pada fungsi mengatur.
2. Asas Yuridis
Untuk menyatakan suatu keadilan. Hukum
pajak harus memberikan jaminan
hukum kepada negara atau warganya. Oleh
karena itu, pemungutan pajak harus didasarkan
pada undang-undang. Landasan hukum
pemungutan pajak di Indonesia adalah Pasal
23A Amademen Undang-Undang Dasar 1945.
3. Asas Ekonomis
Asas ekonomi ini lebih menekankan pada
pemikiran bahwa negara menghendaki agar
kehidupan ekonomi masyarakat terus
meningkat. Untuk itu, pemungutan pajak harus
diupayakan tidak menghambat kelancaran
ekonomi sehingga kehidupan ekonomi tidak
terganggu.
4. Asas Pemungutan Pajak Lainnya
Terdapat tiga asas yang digunakan untuk
memungut pajak dalam Pajak Penghasilan,
adalah sebagai berikut:
a. Asas Tempat Tinggal
Negara-negara mempunyai hak untuk
memungut pajak dari seluruh
penghasilanWajib Pajak berdasarkan tempat
tinggal Wajib Pajak. Wajib Pajak yang
bertempat tinggal di Indonesia dikenai pajak
atas penghasilan yang diterima atau diperoleh,
yang berasal dari Indonesia atau berasal dari
luar negeri (Pasal 4 UU PPh).
b. Asas Kebangsaan
Pengenaan pajak dihubungkan dengan suatu
negara. Asas ini diberlakukan kepada setiap
orang asing yang bertempat tinggal di
Indonesia untuk membayar pajak.
c. Asas Sumber
Negara mempunyai hak untuk memungut
pajak atas penghasilan yang
bersumber dari suatu negara yang memungut
pajak. Dengan demikian, Wajib Pajak
menerima atau memperoleh penghasilan dari
Indonesia dikenakan pajak di Indonesia tanpa
memperhatikan tempat tinggal Wajib Pajak.
2.3 PAJAK DAERAH
2.3.1Pengertian Pajak Daerah
Pajak daerah adalah iuran wajib yang
dilakukan oleh daerah kepada orang pribadi atau
badan tanpa imbalan langsung berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang
digunakan untuk membiayai penyelenggaraan
pemerintah daerah dan pembangunan daerah.
Menurut UU RI No.28 Tahun 2009 tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Jenis Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah terbagi menjadi
dua,yaitu:
1. Jenis Pajak provinsi terdiri atas:
b. Pajak Kendaraan Bermotor;
c. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor;
d. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor;
dan
e. Pajak Rokok.
2. Jenis Pajak Kabupaten/kota terdiri atas:
a. Pajak Hotel;
b. Pajak Restoran;
c. Pajak Hiburan;
d. Pajak Reklame;
e. Pajak Penerangan Jalan;
f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan;
g. Pajak Parkir;
h. Pajak Air Tanah;
i. Pajak Sarang Burung Walet;
j. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan
perkotaan; dan
k. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan.
2.3.2 Pengertian Pajak atas Bahan Bakar
Kendaraan bermotor
Pajak bahan bakar kendaraan bermotor
(PBBKB) adalah pajak penggunaan bahan bakar
kendaraan bermotor. Sedangkan bahan bakar
kendaraan bermotor adalah semua jenis bahan bakar
cair atau gas yang digunakan untuk kendaraan
bermotor.
2.3.3 Dasar Hukum Pemungutan PBBKB
Pemungutan PBBKB di Indonesia
didasarkan pada dasar hokum yang jelas dan kuat,
sehingga harus dipatuhi oleh masyarakat dan pihak
yang terkait. Dasar hukum PBBKB pada suatu
provinsi adalah sebagai berikut:
1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009
tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
2. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000
merupakan perubahaan atas Undang-Undang
Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah.
3. Peraturan Pemerintahan Nomor 65 Tahun
2001 tentang Pajak Daerah.
4. Peraturan daerah provinsi yang mengatur
tentang Pajak Bahan Bakar Kendaraan
Bermotor.
5. Keputusan gubernur yang mengatur tentang
Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
sebagai aturan pelaksanaan Peraturan Daerah
tentang Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
pada provinsi dimaksud.
2.3.4 Subjek Pajak dan Wajib Pajak Bahan
Bakar Kendaraan Bermotor Yang menjadi subjek Pajak Bahan Bakar
Kendaraan Bermotor adalah sebagai berikut:
a. Subjek bahan bakar kendaraan bermotor adalah
konsumen bahan bakar kendaraan bermotor.
b. Wajib pajak bahan bakar kendaraan bermotor
adalah orang pribadi atau Badan yang
menggunakan bahan bakar kendaraan bermotor.
2.3.5 Objek Pajak Bahan Bakar Kendaraan
Bermotor
Yang menjadi objek Pajak Bahan Bakar
Kendaraan Bermotor adalah Bahan bakar kendaraan
bermotor yang disediakan atau dianggap digunakan
untuk kendaraan bermotor, termasuk bahan bakar
yang digunakan untuk kendaraan di air.
2.3.6 Dasar Pengenaan Pajak Bahan Bakar
Kendaraan Bermotor
Dasar pengenaan Pajak Bahan Bakar
Kendaraan Bermotor adalah nilai jual bahan bakar
kendaraan bermotor sebelum dikenakan pajak
pertambahan nilai (PPN).
Sesuai dengan Keputusan Menteri Dalam
Negeri Nomor 28 Tahun 2002 tentang Tata Cara
Pemungutan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak
Bahan Bakar Kendaraan Bermotor tanggal 28 Mei
2002 nilai jual bahan bakar kendaraan bermotor
yang menjadi dasar pengenaan PBBKB adalah
harga jual sebelum dikenakan PPN, namun sudah
termasuk PBBKB. Jika harga jual bahan bakar
kendaraan tidak termasuk PPN, namun sudah
termasuk PBBKB dengan tarif lima persen, nilai
jual yang dihitung sebagai perkalian 100/105
dengan harga jual. Jika harga jual bahan bakar
kendaraan bermotor sudah termasuk PPN dengan
tariff sepuluh persen dan PBBKB dengan tarif
persen nilai jual dihitung sebagai perkalian 100/115
dengan harga jual.
2.3.7 Tarif Pajak Bahan Bakar Kendaraan
Bermotor
Menurut UU RI No.28 Tahun 2009 tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, tarif pajak
sebagai berikut:
a. Pasal 19 ayat 1, tarif pajak bahan bakar
kendaraan bermotor ditetapkan paling tinggi
sebesar 10%.
b. Pasal 19 ayat 2, khusus tarif pajak bahan bakar
kendaraan bermotor untuk bahan bakar
kendaraan umum dapat ditetapkan paling
sedikit 50% lebih rendah dari tarif pajak bahan
bakar kendaraan bermotor untuk kendaraan
pribadi
2.3.8 Perhitungan Pajak Bahan Bakar
Kendaraan Bermotor
Besaran pokok PBBKB yang terutang
dihitung dengan cara mengalihkan tarif pajak
dengan dasar pengenaan pajak. Secara umum
perhitungan PBBKB adalah sesuai dengan rumus
berikut ini:
Pajak Terutang = Tarif Pajak × DPP
=Tarif Pajak × Nilai Jual PBBKB
sebelum dikenakan PPN
Hasil perhitungan pokok PBBKB yang
terutang per liter dinyatakan dalam rupiah dengan
pembulatan dua angka di belakang koma. Contoh :
harga jual premium Rp 6.500,00 per liter termasuk
PPN dan PBBKB. Pokok PBBKB yang terutang per
liter adalah 5% ×100
115× 𝑅𝑝6.500,00 =
5
115×
𝑅𝑝 6.500,00 = 𝑅𝑝 282,608.
2.3.9 Masa Pajak, Tahun Pajak, Saat
Terutang Pajak dan Wilayah
Pemungutan PBBKB
Pada Pajak Bahan Bakar Kendaraan
Bermotor, masa pajak merupakan jangka yang
lamanya sama dengan satu bulan takwim atau
jangka waktu lain yang ditetapkan dengan
keputusan gubernur. Dalam pengertian masa pajak
bagian dari bulan dihitung satu bulan penuh. Tahun
pajak adalah jangka waktu yang lamanya satu tahun
takwim, kecuali wajib pajak menggunakan tahun
baku yang tidak sama dengan tahun takwim.
Pajak yang terutang adalah PBBKB yang
harus dibayar oleh wajib pajak pada saat suatu saat,
dalam masa pajak, atau dalam tahun pajal menurut
ketentuan peraturan pemerintah daerah provinsi
setempat. Saat terutang pajak pajak bahan bakar
kendaraan bermotor adalah pada saat penyedia
bahan bakar kendaraan bermotor menyerahkan
bahan bakar kendaraan bermotor kepada lembaga
penyalur dan konsumen langsung bahan bakar.
Pajak bahan bakar kendaraan bermotor
yang terutang dipungut di wilayah provinsi tempat
lembaga penyalur dan konsumen langsung bahan
bakar kendaraan bermotor berada. Lembaga
penyalur antara lain Stasiun Pengisian Bahan Bakar
untuk Umum (SPBU), Stasiun Pengisian Bahan
Bakar untuk ABRI (SPBA), Agen Premium dan
Minyak Solar (APMS), Premium Solar Packed
dealer (PSPD), Stasiun Pengisian Bahan Bakar
Bunker (SPBB), Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas
(SPBG), dan Stasiun pengisian bahan bakar untuk
kendaraan di atas air. Konsumen langsung adalah
pengguna bahan bakar kendaraan bermotor dari
penyedia bahan bakar kendaraan bermotor.
2.3.10 Pembayaran dan Penagihan PBBKB
2.3.10.1 Pembayaran PBBKB
Pembayaran PBBKB yang terutang
dilakukan ke kas daerah, bank, atau tempat lain
yang ditunjuk oleh gubernur. Apabila pembayaran
pajak dilakukan di tempat lain yang ditunjuk, hasil
penerimaan pajak harus disetor ke kas daerah paling
lambat 1 x 24 jam atau tempo waktu yang
ditentukan oleh gubernur. Apabila tanggal jatuh
tempo pembayaran pada hari libur pembayaran
dilakukan pada hari kerja berikutnya.
Pembayaran pajak dilakukan dengan
menggunakan Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD).
Pembayaran pajak harus dilakukan sekaligus atau
lunas. Kepada wajib yang melakukan pembayaran
pajak diberikan tanda bukti pembayaran pajak dan
dicatat dalam bukti penerimaan. Hal ini harus
dilakukan oleh petugas tempat pembayaran pajak
untuk tertib administrasi dan pengawasan
penerimaan pajak. Dengan demikian, pembayarab
pajak akan mudah terpantau oleh petugas Dinas
Pendapatan Daerah. Bentuk, isi, ukuran buku
penerimaan dan tanda bukti pembayaran pajak
ditetapkan dengan keputusan gubernur.
2.3.10.2 Penagihan PBBKB
Penagihan pajak dilakukan terhadap pajak
terutang dalam SKPD, SKPDKB, SKPDKBT,
STPD, Surat Keputusan Pembetulan, Surat
Keputusan Keberatan dan Putusan Banding yang
menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar
bertambah. Penagihan pajak dilakukan dengan
terlebih dahulu memberikan surat teguran atau surat
peringatan atau surat lain yang sejenis sebagai awal
tindakan penagihan pajak. Surat teguran atau surat
peringatan dikeluarkan tujuh hari sejak surat teguran
atau surat peringatan atau surat lain yang sejenis
diterima, wajib pajak harus melunasi pajak yang
terutang.
Apabila jumlah pajak terutang dalam harus
dibayar tidak dilunasi dalam jangka waktu yang
ditentukan dalam surat teguran atau surat peringatan
atau surat lain yang sejenis akan ditagih dengan
Surat Paksa. Tindakan penagihan pajak dengan
Surat Paksa dapat dilanjutkan dengan tindakan
penyitaan, pelelangan, pencegahan dan
penyanderaan jika wajib pajak tetap tidak mau
melunasi utang pajaknya sebagaimana mestinya.
Apabila dilakukan penyitaan dan pelelangan barang
milik wajib yang disita pemerintah pronsi diberi hak
mendahulu untuk tagihan pajak atau barang-barang
milik wajib pajak atau penggung pajak. Ketentuan
hak mendahului meliputi pokok pajak, sank
administrasi berupa kenaikan, bunga, denda dan
biaya penagihan pajak. Adanya ketentuan tentang
hak mendahului untuk memberikan jaminan kepada
daerah pelunasan utang pajak daerah apabila pada
saat bersamaan wajib pajak memiliki utang pajak
dan juga utang/kewajiban perdata kepada kreditur
lainnya, sementara wajib pajak tidak mampu
melunasi semua utangnya sehingga dinyatakan
pailit.
2.2.10 Pembetulan, Pembatalan, Pengurangan,
Ketetapan dan Penghapusan atau
Pengurangan Sanksi Administrasi
PBBKB
Atas permohonan wajib pajak atau karena
jabatannya, gubernur dapat membetulkan SKPD,
SKPDKB, SKPDKBT atau STPD, SKPDN atau
SKPDLB yang dalam penerbitannya terdapat
kesalahan tulis dan atau kesalahan hitung dan atau
kekeliruan penerapan ketentuan tertentu dalam
peraturan perundang-undangan perpajakan daerah.
Selain itu gubernur dapat:
a. Mengurangkan atau menghapuskan sanksi
administrasi berupa bunga,denda dan kenaikan
pajak yang terutang menurut peraturan-peraturan
perundang-undangan perpajakan daerah. Dalam
ini sanksi yang dikenakan karena kekhilafan
wajib pajak atau bukan karena kesalahannya;
b. Mengurangkan atau membatalkan SKPD,
SKPDKB, SKPDKBT atau STPD, SKPDN atau
SKPDLB yang tidak benar;
c. Mengurangkan atau membatalkan STLD;
d. Membatalkan hasil pemeriksaan atau ketetapan
pajak yang dilaksanakan atau diterbitkan tidak
sesuai dengan tata cara yang ditentukan; dan
e. Mengurangkan ketetapan pajak terutang
berdasarkan pertimbangan kemampuan
membayar wajib pajak atau kondisi tertentu
objek pajak.
2.2.11 Pembukuan dan Pemeriksaan PBBKB
2.2.11.1 Pembukuan PBBKB
Pencatatan diselenggarakan dengan sebaik-
baiknya yang mencerminkan keadaan atau kegiatan
usaha sebenarnya. Pebukuan atau pencatatan serta
dokumen lainnya yang berhubungan dengan uasaha
atau perusahaan wajib pajak harus disimpan selama
lima tahun. Tata cara pencatatan ditetapkan oleh
kepala daerah yang ditunjuk.
2.2.11.2 Pemeriksaan PBBKB
Gubernur atau pejabat yang ditunjuk
berwenang melakukan pemeriksaan untuk menguji
kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan daerah
dan tujuan lain dalam rangka melaksanakan
peraturan daerah tentang PBBKB. Pelaksanaan
pemeriksaan dilaksanakan oleh petugas yang
ditunjuk oleh gubernur atau pejabat yang
berwenang. Untuk keperluan pemeriksaan, petugas
pemeriksa harus dilengkapi dengan tanda pengenal
pemeriksa dan surat perintah pemeriksaan serta
harus memperlihatkan kepada wajib pajak yang
diperiksa.
2.2.12 Keringanan dan pembebasan PBBKB
Berdasarkan permohonan wajib pajak
gubernur dapat memberikan pengurangan, keringan
dan pembebasan pajak. Tata cara pemberian
pengurangan, keringanan dan pembebasan pajak
ditetapkan dengan keputusan gubernur.
2.2.13 Pengembalian Kelebihan Pembayaran
PBBKB
Proses pengenaan dan pemungutan
PBBKB memungkinkan terjadi kelebihan
pembayaran pajak, apabila ternyata wajib pajak
membayar pajak, tetapi sebenarnya tidak ada pajak
yang terutang, dikabulkannya permohonan
keberatan atau banding wajib pajak sementara wajib
pajak telah melunasi utang pajak tersebut, ataupun
sebab lainnya. Atas kelebihan pembayaran PBBKB,
wajib pajak dapat mengajukan pemohonan
pengembalian kepada gubernur atau pejabat yang
ditunjuk oleh gubernur.
2.2.14 Bagi Hasil Pajak dan Biaya
Pemungutan PBBKB
2.2.14.1 Bagi Hasil Pajak
Hasil penerimaan PBBKB merupakan
pendapatan daerah yang harus disetorkan seluruhnya
ke kas daerah provinsi. Hasil penerimaan PBBKB
sebagian diperuntukkan bagi daerah kabupaten/kota
di wilayah provinsi tempat pemungutan PBBKB.
Pembagian hasil penerimaan PBBKB ditetapkan
dalam peraturan daerah provinsi dengan
perimbangan adalah:
a. 30% menjadi bagian provinsi; dan
b. 70% diserahkan kepada kabupaten/kota.
Pembagian hasil penerimaan PBBKB
dilakukan setelah dikurangi biaya peungutan sebesar
lima persen. Pembagian hasil penerimaan PBBKB
dilakukan dengan memerhatikan aspek pemerataan
dan potensi antardaerah kabupaten/kota. Hal ini
dilakukan dengan pertimbangan bahawa potensi
antara satu kabupaten/kota yang satu dengan
kabupaten/kota lainnya tidak sama. Untuk
pemerataan dan keadilan dalam pembagian daerah
kabupaten/kota, besarnya bagian masing-masing
kabupaten/kota didasarkan pada kesepatan
kabupaten/kota yang ada dalam wilayah provinsi
yang bersangkutan. Berdasarkan hasil kesepakatan
tersebut gubernur menetepkan bagian masing-
masing kabupaten/kota dengan keputusan gubernur.
Penyerahan bagi hasil pajak bagian kabupaten/kota
dilakukan dengan cara pemindahanbukuan dari kas
daerah pemerintah provinsi ke rekening ke kas
pemerintah kabupaten/kota.
2.2.14.2 Biaya Pemungutan Pajak
Sesuai dengan Keputusan Menteri Dalam
Negeri Nomor 28 Tahun 2002, pemerintah provinsi
wajib membayar biaya pemungutan kepada
pemungutu PBBKB yang besarnya disesuaikan
dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Pembayaran biaya pemungutan
dilaksanakan paling lambat 25 hari terhitung sejak
PBBKB disetorkan oleh pemungut. Pembayaran
biaya pemungutan dilaksanakan tanpa menuggu
debet nota dari peungut. Jika biaya pemungut belum
disetorkan sampai dengan tanggal jatuh tempo,
biaya pemungutan diperhitungkan dalam penyetoran
PBBKB pada bulan berikutnya.
Dalam rangka pelaksanaan kegiatan
pemungutan dan pengelolaan PBBKB, diberikan
biaya pemungutan sebesar lima persen dari hasil
penerimaan pajak yang telah disetorkan ke kas
daerah provinsi. Alokasi biaya pemungutan PBBKB
terdiri dari:
a. 80% untuk aparat pelaksanaan terdiri dari:
20% untuk dinas/instansi pengelola;
60% untuk pertamina dan produsen bahan
bakar kendaraan bermotor lainnya
b. 20% untuk aparat penunjang, terdiri dar:
5% untuk tim Pembina pusat;
15% untuk aparat penunjang lainnya.
2.2.15 Kedaluawarsa Penagihan Pajak dan
Penghapusan Pitang PBBKB
2.2.15.1 Kedaluarwarsa Penagihan Pajak
Hak gubernur untuk melakukan penagihan
PBBKB kedalurwarsa setelah melampaui jangka
waktu lima tahun terhitung sejak saat terutangnya
pajak, kecuali wajib pajak melakukan tindak pidana
di bidang perpajakan daerah. Walaupun demikian,
dalam keadaan tertentu kedaluwarsa penagihan
PBBKB dapat ditangguhkan, yaitu apabila kepada
wajib pajak diterbitkan surat teguran dan Surat
Paksa atau ada pengakuan utang pajak dari wajib
pajak baik langsung maupun tidak langsung.
2.2.15.2 Penghapusan Piutang Pajak PBBKB
Piutang pajak PBBKB yang penagihannya
sudah kedaluwarsa dapat dihapuskan. Penghapusan
piutang pajak dilakukan oleh gubernur berdasarkan
permohonan penghapusan piutang pajak dari Kepala
Dinas Pendapatan Daerah Provinsi. Berdasarkan
permohonan tersebut, gubernur menetapkan
penghapusan piutang PBBKB dengan terlebih
dahulu mendapat pertimbangan dari tim yang
dibentuk oleh gubernur.
2.3 Efektivitas
Kata efektif berasal dari bahasa Inggris
yaitu effective yang berarti berhasil atau sesuatu
yang dilakukan berhasil. Sedangkan menurut kamus
ilmiah popular mendefenisikan efektifitas sebagai
ketetapan penggunaan, hasil guna atau menunjang
tujuan.
2.3.11 Efektivitas PBBKB
Efektifitas pajak daerah menunjukkan
pencapaian target dari penerimaan PBBKB terhadap
target yang telah ditetapkan dari PBBKB pada tahun
tertentu. Rumus dari efektivitas adalah sebagai
berikut:
𝑟𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘 𝑃𝐵𝐵𝐾𝐵
𝑡𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡 𝑝𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘 𝑑𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ× 100%
Kriteria yang digunakan dalam menilai
efektifitas pajak daerah adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1
Klasifikasi Kriteria Efektivitas
Persentase Kriteria
>100% Sangat Efektif
90-100% Efektif
80-90% Cukup Efektif
60-80% Kurang Efektif
< 60% Tidak Efektif
Sumber: Depdagri, Kepmendagri No. 690.900.327
2.4 Kontribusi Pajak Bahan Bakar Kendaraan
Terhadap Penerimaan Pajak Daerah.
Perhitungan ini digunakan untuk mengetahui
seberapa besar kontribusi pajak bahan bakar
kendaraan bermotor terhadap realisasi penerimaan
pajak daerah dengan rumus sebagai berikut:
𝑟𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑃𝐵𝐵𝐾𝐵 𝑘𝑒 𝑛
𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘 𝑑𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ 𝑘𝑒 𝑛× 100%
Tabel 3.2
Klasifikasi Kriteria Kontribusi
Persentase Kriteria
0,00% - 10% Tidak Berkontribusi
10,10% - 20% Kurang Berkontribusi
20,10% - 30% Cukup Berkontribusi
30,10%- 40% Berkontribusi
40,10% - 50% Sangat Berkontribusi
Sumber : Tim Litbang Depdagri-fisipol UGM
2.5 Realisasi Penerimaan Pajak Daerah
Realisasi penerimaan pajak daerah adalah
Penerimaan pajak daerah Dispenda Provinsi
Sumatera Selatan dalam satu tahun.
2.6 Kerangka Pemikiran
Penelitian ini akan mengulas tentang
permasalahan efektifitas dan kontribusi realisasi
penerimaan pajak bahan bakar kendaraan bermotor
terhadap realisasi penerimaan pajak daerah di
Provinsi Sumatera Selatan.
Pajak daerah adalah iuran wajib yang
dilakukan oleh daerah kepada orang pribadi atau
badan tanpa imbalan langsung berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang
digunakan untuk membiayai penyelenggaraan
pemerintah daerah dan pembangunan daerah.
Menurut UU RI No.28 Tahun 2009 tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Jenis Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah terbagi menjadi
dua,yaitu:
1. Jenis Pajak provinsi terdiri atas:
a. Pajak Kendaraan Bermotor;
b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor;
c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor;
d. Pajak Air Permukaan dan
e. Pajak Rokok.
2. Jenis Pajak Kabupaten/kota terdiri atas:
a. Pajak Hotel;
b. Pajak Restoran;
c. Pajak Hiburan;
d. Pajak Reklame;
e. Pajak Penerangan Jalan;
f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan;
g. Pajak Parkir;
h. Pajak Air Tanah;
i. Pajak Sarang Burung Walet;
j. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan
perkotaan; dan
k. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan.
Pajak bahan bakar kendaraan bermotor
(PBBKB) adalah pajak penggunaan bahan bakar
kendaraan bermotor. Sedangkan bahan bakar
kendaraan bermotor adalah semua jenis bahan bakar
cair atau gas yang digunakan untuk kendaraan
bermotor. Yang menjadi objek pajak bahan bakar
kendaraan bermotor adalah Bahan bakar kendaraan
bermotor yang disediakan atau dianggap digunakan
untuk kendaraan bermotor, termasuk bahan bakar
yang digunakan untuk kendaraan di air. Sedangkan
yang menjadi subjek pajak bahan bakar kendaraan
bermotor adalah konsumen yang menggunakan
bahan bakat kendaraan bermotor.
Pajak bahan bakar kendaraan bermotor
yang terutang dipungut di wilayah provinsi tempat
lembaga penyalur dan konsumen langsung bahan
bakar kendaraan bermotor berada. Lembaga
penyalur antara lain Stasiun Pengisian Bahan Bakar
untuk Umum (SPBU), Stasiun Pengisian Bahan
Bakar untuk ABRI (SPBA), Agen Premium dan
Minyak Solar (APMS), Premium Solar Packed
dealer (PSPD), Stasiun Pengisian Bahan Bakar
Bunker (SPBB), Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas
(SPBG), dan Stasiun pengisian bahan bakar untuk
kendaraan di atas air. Konsumen langsung adalah
pengguna bahan bakar kendaraan bermotor dari
penyedia bahan bakar kendaraan bermotor.
Efektivitas adalah suatu keadaan yang
terjadi sebagai akibat yang dikehendaki. Bila
konsep efektivitas dikaitkan dengan pemungutan
pajak, terutama realisasi penerimaan pajak bahan
bakar kendaraan bermotor, maka efektivitas yang
dimaksud adalah seberapa besar realisasi
penerimaan pajak bahan bakar kendaraan bermotor
berhasil mencapai target yang telah ditetapkan dari
target penerimaan pajak bahan bakar kendaraan
bermotor pada suatu periode tertentu. Perhitungan
efektivitas pajak bahan bakar kendaraan bermotor
dapat dilihat dari perbandingan data berupa realisasi
penerimaan pajak bahan bakar kendaraan bermotor
dengan target pajak bahan bakar kendaraan
bermotor. Rasio efektivitas pajak bahan bakar
kendaraan bermotor di anggap baik apabila rasio ini
mencapai minimal 1 atau 100%. Dari perhitungan
tersebut dilakukan intepretasi dengan menggunakan
kriteria efektifivitas pajak bahan bakar kendaraan
bermotor.
Kontribusi adalah sumbangan. Untuk
mengetahui berapa besar sumbangan yang didapat
pajak bahan bakar kendaraan bermotor terhadap
realisasi penerimaan pajak daerah Provinsi Sumatera
Selatan pada tahun 2011, 2012 dan 2013.
Perhitungan kontribusi pajak bahan bakar kendaraan
bermotor dapat dilihat dari perbandingan data
berupa realisasi penerimaan pajak bahan bakar
kendaraan bermotor terhadap realisasi penerimaan
pajak daerah Provinsi Sumatera Selatan pada tahun
2011, 2012 dan 2013.
Hasil dari perhitungan efektivitas dan
kontribusi, kemudian dapat menggambarkan
bagaimana tingkat efektivitas dan kontribusinya
terhadap realisasi penerimaan pajak daerah Provinsi
Sumatera Selatan pada tahun 2011, 2012 dan 2013.
Berdasarkan kerangka penelitian diatas,
dapat dijelaskan dalam skema kerangka pemikiran
sebagai berikut:
Efektifitas
PBBKB
(X1) Realisasi
Penerimaan
Pajak Daerah
(Y)
Gambar 2.1
Paradigma Penelitian
3 OBJEK DAN METODOLOGI
PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah Dinas
Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Selatan yang
beralamat di Jl. Pom IX kampus Palembang
Sumatera Selatan.
3.2 Operasional Variabel
Untuk menganalisis keterkaitan antara
tingkat efektifitas dan kontribusi realisasi
penerimaan pajak bahan bakar kendaraan bermotor
dengan realisasi penerimaan pajak daerah provinsi
Sumatera
3.2.1 Efektifitas
Efektifitas PBBKB menunjukkan pencapaian
target dari penerimaan PBBKB terhadap target yang
ditetapkan dari PBBKB pada tahun tertentu. Rumus
efektifitas adalah sebagai
berikut:𝑟𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘 𝑃𝐵𝐵𝐾𝐵 𝑘𝑒 𝑛
𝑡𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡 𝑝𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑃𝐵𝐵𝐾𝐵 𝑘𝑒 𝑛× 100%
Kriteria yang digunakan dalam menilai
efektifitas pajak daerah adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1
Klasifikasi Kriteria Efektivitas
Persentase Kriteria
>100% Sangat Efektif
90-100% Efektif
80-90% Cukup Efektif
60-80% Kurang Efektif
< 60% Tidak Efektif
Sumber: Depdagri, Kepmendagri No. 690.900.327
3.2.2 Kontribusi Pajak Bahan Bakar Kendaraan
Terhadap Penerimaan Pajak Daerah.
Perhitungan ini digunakan untuk mengetahui
seberapa besar kontribusi pajak bahan bakar
kendaraan bermotor terhadap realisasi penerimaan
pajak daerah dengan rumus sebagai berikut:
𝑘𝑜𝑛𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑠𝑖 𝑃𝐵𝐵𝐾𝐵
= 𝑟𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑃𝐵𝐵𝐾𝐵 𝑘𝑒 𝑛
𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘 𝑑𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ 𝑘𝑒 𝑛× 100%
Tabel 3.2
Klasifikasi Kriteria Kontribusi
Persentase Kriteria
0,00% - 10% Tidak Berkontribusi
10,10% - 20% Kurang Berkontribusi
20,10% - 30% Cukup Berkontribusi
30,10%- 40% Berkontribusi
40,10% - 50% Sangat Berkontribusi
Sumber : Tim Litbang Depdagri-fisipol UGM
4 Realisasi Penerimaan Pajak Daerah
Realisasi penerimaan pajak daerah adalah
Penerimaan pajak daerah Dispenda Provinsi
Sumatera Selatan dalam satu tahun.
Tabel 3.3
Operasional Variabel
Variabel Definisi
Variabel
Indikator Skala
Ukur
Efektifitas
PBBKB
(X1)
Pencapaian
target dari
penerimaan
PBBKB
terhadap
target yang
ditetapkan
dari
PBBKB
pada tahun
tertentu.
Realisasi
Penerim
aan
PBBKB
Target
Realisasi
Penerim
aan
PBBKB
Nominal
Kontribusi
PBBKB
(X2)
Seberapa
besar
kontribusi
pajak bahan
bakar
kendaraan
bermotor
terhadap
realisasi
penerimaan
pajak
daerah
Realisasi
Penerim
aan
PBBKN
Realisasi
Penerim
aan
Pajak
Daerah
Nominal
Realisasi
Penerimaan
Pajak
Daerah (Y)
Realisasi
penerimaan
pajak
daerah
adalah
Penerimaan
pajak
daerah
Dispenda
Provinsi
Sumatera
Selatan
dalam satu
tahun.
Realisasi
Penerimaan
Pajak
Daerah.
Nominal
3.3 Sumber dan Teknik Pengambilan Data
Dalam melakukan penelitian ini, penulis
menggunakan beberapa metode untuk memperoleh
Kontribusi
PBBKB
(X2)
dan mengumpulkan data-data yang diperlukan, baik
data primer maupun data sekunder.
a. Data Primer adalah data yang diperoleh secara
langsung dari objek yang diteliti atau data yang
berasal dari sumber aslinya. Dalam penelitian
ini data primer berupa data laporan realisasi
penerimaan pajak bahan bakar kendaraan
bermotor tahun 2011,2012 dan 2013 dan
laporan realisasi penerimaan pajak daerah
provinsi Sumatera Selatan tahun 2011, 2012
dan 2013.
b. Data Sekunder adalah data yang diperoleh
melalui sumber-sumber lain diluar objek yang
diteliti. Data sekunder juga di dapat dengan
cara membaca buku-buku, dan bahan bacaan
lain yang berhubungan dengan topik skripsi.
Dalam penelitian ini data sekunder berupa
sejarah singkat Dinas Pendapatan Daerah
Provinsi Sumatera Selatan, Struktur Organisasi
dan Pembagian Tugas di Dinas Pendapatan
Daerah Sumatera Selatan.
3.4 Teknik Analisis Data
Teknik penelitian data yang digunakan
dalam penulisan ini adalah teknik analisis deskriptif
kualitatif. Deskriptif adalah metode yang digunakan
untuk mengambarkan suatu objek tertentu
berdasarkan data yang ada, kemudian dikumpulkan,
diklasifikasikan, dan dianalisis. Deskriptif kualitatif
yaitu menggambarkan dengan kata-kata atau kalimat
dipisahkan menurut kategori tertentu untuk dapat
memperoleh kesimpulan dari pengamatan yang telah
dilakukan.
4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.4.1 Efektifitas Penerimaan Pajak Bahan
Bakar Kendaraan Bermotor
Tabel 4.1 dibawah ini akan
menggambarkan efektivitas penerimaan pajak bahna
bakar kendaraan bermotor.
Gambar 4.1
Efektivitas Penerimaan Pajak Bahan Bakar
Kendaraan bermotor Provinsi Sumatera Selatan
tahun 2011-2013
Sumber : DISPENDA Provinsi Sumatera Selatan
Tabel 4.1 diatas menunjukan bahwa tingkat
efektivitas penerimaan pajak bahan bakar kendaraan
bermotor pada tahun 2011 realisasi penerimaan
pajak bahan bakar kendaraan bermotor sebesar
92,62%. Hal ini disebabkan karena adamya factor
internal dan factor eksternal. Faktor internalnya
adalah kurangnya realisasi pajak bahan bakar
kendaraan bermotor terhadap wajib pajak itu sendiri,
sedangkan factor eksternal adalah wajib pajak bahan
bakar kendaraan bermotor tidak melaporkannya.
Pada tahun 2012 realisasi penerimaan pajak
bahan bakar kendaraan bermotor meningkat sebesar
110,47%. Hal ini disebabkan karena target yang
ditetapkan oleh dinas pendapatan daerah Provinsi
Sumatera Selatan sama dengan target tahun
sebelumnya, sedangkan penggunaan bahan bakar
meningkat.
Pada tahun 2013 realisasi penerimaan pajak
bahan bakar kendaraan bermotor sebesar 110,49
mengalami peningkatan, karena jumlah pemakaian
bahan bakar kendaraan bermotor setiap tahunnya
meningkat. Rata-rata realisasi penerimaan pajak
bahan bakar kendaraan dari tahun 2011-2013
sebesar 104,52%. Jika berdasarkan pada kriteria
atau indicator tersebut maka penilaiannya adalah
sangat efektif. Hal itu menunujukan bahwa Dinas
Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Selatan
sangat efektif dalam mengelola pajak bahan bakar
kendaraan bermotor.
4.4.2 Kontribusi Pajak Bahan Bakar
Kendaraan Bermotor terhadap
Penerimaan Pajak Daerah
Tabel 4.2 dibawah ini akan
menggambarkan Kontribusi Pajak Bahan Bakar
Kendaraan bermotor terhadap Penerimaan pajak
daerah :
Gambar 4.2
0
100
200
300
400
500
600
2011 2012 2013
REALISASIPBB-KB
TARGET PBB-KB
Kontribusi Pajak Bahan Bakar Kendaraan
Bermotor (PBB-KB) terhadap Penerimaan Pajak
Daerah Provinsi Sumatera Selatan Tahun
2011-2013
Sumber : DISPENDA Provinsi Selatan
Tabel 4.2 diatas menunjukan bahwa
kontribusi pajak bahan bakar kendaraan bermotor
terhadap Penerimaan Pajak Daerah rata-rata dari
tahun 2011-2013 adalah sebesar 24,74 %. Pada
tahun 2011 realisasi penerimaan pajak bahan bakar
kendaraan bermotor sebesar 22,44% jika
berdasarkan pada kriteria atau indikator tersebut
diatas maka penilaiannya adalah cukup
berkontribusi.
Pada tahun 2012 realisasi penerimaan pajak
bahan bakar kendaraan bermotor sebesar 24,480%
jika berdasarkan pada kriteria atau indikator tersebut
diatas maka penilaiannya adalah cukup
berkontribusi.
Pada tahun 2013 realisasi penerimaan pajak
bahan bakar kendaraan bermotor sebesar 27,44%
jika berdasarkan pada kriteria atau indikator tersebut
diatas maka penilaiannya adalah cukup
berkontribusi. Walaupun kontribusi pajak bahan
bakar kendaraan bermotor terhadap realisasi
penerimaan pajak daerah pada Dinas Pendapatan
Daerah Provinsi Sumatera Selatan cukup
berkontribusi tetapi setiap tahun kontribusi pajak
bahan bakar kendaraan bermotor terhadap realisasi
penerimaan pajak pajak terus meningkat.
Hal tersebut menunjukan bahwa Dinas
Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Selatan
serius dalam memperhatikan, memanfaatkan, dan
mengoptimalkan sumber-sumber penerimaan yang
tergolong dalam objek pajak bahan bakar kendaraan
bermotor. Sehingga kontribusinya terhadap
penerimaan pajak daerah adalah cukup memuaskan.
4.3 Pembahasan
4.3.1 Efektivitas Penerimaan Pajak
Kendaraan Bermotor
Efektivitas Penerimaan Pajak bahan bakar
kendaraan bermotor dijelaskan pada gambar 4.1
dibawah ini :
Gambar 4.1 diatas memperlihatkan bahwa
tingkat efektivitas penerimaan Pajak bahan bakar
kendaraan bermotor terhadap realisasi penerimaan
pajak daerah pada Dinas Pendapatan Daerah
Provinsi Sumatera Selatan adalah sebagai berikut:
a. Pada tahun 2011 realisasi pajak bahan bakar
kendaraan bermotor sebesar Rp
375.173.930.914,80 dan target pajak bahan
bakar kendaraan bermotor sebesar Rp
405.079.000.000,00. Untuk menghitung
efektifitas realisasi penerimaan pajak bahan
bakar kendaraan bermotor dengan
menggunakan rumus yaitu: 𝑟𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘 𝑃𝐵𝐵𝐾𝐵 𝑘𝑒 𝑛
𝑡𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡 𝑝𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑃𝐵𝐵𝐾𝐵 𝑘𝑒 𝑛× 100%
=𝑅𝑝 375.173.930.914,80
𝑅𝑝 405.079.000.000,00× 100%
= 92,62%
Persentase pajak bahan bakar kendaraan
bermotor sebesar 92,62 %, hal tersebut
menunjukan bahwa penerimaan pajak bahan
bakar kendaraan bemotor pada tahun 2011
adalah efektif.
b. Pada tahun 2012 realisasi pajak bahan bakar
kendaraan bermotor sebesar Rp
447.508.443.100,00 dan target pajak bahan
bakar kendaraan bermotor sebesar Rp
405.079.000.000,00. Untuk menghitung
efektifitas realisasi penerimaan pajak bahan
bakar kendaraan bermotor dengan
menggunakan rumus yaitu:
𝑒𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑃𝐵𝐵𝐾𝐵
=𝑟𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘 𝑃𝐵𝐵𝐾𝐵 𝑘𝑒 𝑛
𝑡𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡 𝑝𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑃𝐵𝐵𝐾𝐵 𝑘𝑒 𝑛× 100%
=𝑅𝑝 447.508.443.100,00
𝑅𝑝 405.079.000.000,00× 100%
= 110,47%
Persentase pajak bahan bakar kendaraan
bermotor sebesar 110,47 %, hal tersebut
menunjukan bahwa penerimaan pajak bahan
bakar kendaraan bemotor pada tahun 2012
adalah sangat efektif.
0
500
1000
1500
2000
2011 2012 2013
Realisasi PBB-KB
RealisasiPajak Daerah
c. Pada tahun 2012 realisasi pajak bahan bakar
kendaraan bermotor sebesar Rp
503.333.162.553,00 dan target pajak bahan
bakar kendaraan bermotor sebesar Rp
460.079.000.000,00. Untuk menghitung
efektifitas realisasi penerimaan pajak bahan
bakar kendaraan bermotor dengan
menggunakan rumus yaitu:
𝑒𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑃𝐵𝐵𝐾𝐵
=𝑟𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘 𝑃𝐵𝐵𝐾𝐵 𝑘𝑒 𝑛
𝑡𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡 𝑝𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑃𝐵𝐵𝐾𝐵 𝑘𝑒 𝑛× 100%
=𝑅𝑝 503.333.162.553,00
𝑅𝑝 460.079.000.000,00× 100%
= 110,49%
Persentase pajak bahan bakar kendaraan
bermotor sebesar 110,49 %, hal tersebut
menunjukan bahwa penerimaan pajak bahan
bakar kendaraan bemotor pada tahun 2013
adalah sangat efektif.
4.3.2 Kontribusi Pajak Bahan Bakar
Kendaraan Bermotor terhadap Realisasi
Penerimaan Pajak Daerah
Kontribusi Pajak bahan bakar kendaraan
bermotor terhadap realisasi penerimaan pajak daerah
pada Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera
Selatan dijelaskan pada gambar 4.2 dibawah ini.
Gambar 4.2 diatas memperlihatkan bahwa
tingkat kontribusi penerimaan Pajak bahan bakar
kendaraan bermotor terhadap realisasi penerimaan
pajak daerah pada Dinas Pendapatan Daerah
Provinsi Sumatera Selatan adalah sebagai berikut:
a. Pada tahun 2011 realisai pajak bahan bakar
kendaraan bermotor sebesar Rp
375.173.930.914,80 dan realisasi pajak daerah
sebesar Rp 1.671.518.571.681,25. Untuk
menghitung efektifitas realisasi penerimaan
pajak bahan bakar kendaraan bermotor dengan
menggunakan rumus yaitu: 𝑟𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑃𝐵𝐵𝐾𝐵 𝑘𝑒 𝑛
𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘 𝑑𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ 𝑘𝑒 𝑛× 100%
=𝑅𝑝 375.173.930.914,80
𝑅𝑝 1.671.518.571.681,25× 100%
= 22,44%
Persentase kontribusi realisasi pajak bahan
bakar kendaraan bermotor terhadap realisasi
pajak daerah pada Dinas Pendapatan Daerah
Provinsi Sumatera Selatan sebesar 22,44%, hal
tersebut menunjukan bahwa kontribusi
penerimaan pajak bahan bakar kendaraan
bemotor terhadap realisasi pajak daerah pada
Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera
Selatan pada tahun 2011 adalah cukup
berkontribusi.
b. Pada tahun 2011 realisai pajak bahan bakar
kendaraan bermotor sebesar Rp
447.508.443.100,00 dan realisasi pajak daerah
sebesar Rp 1.803.818.571.293,00. Untuk
menghitung efektifitas realisasi penerimaan
pajak bahan bakar kendaraan bermotor dengan
menggunakan rumus yaitu:
𝑟𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑃𝐵𝐵𝐾𝐵 𝑘𝑒 𝑛
𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘 𝑑𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ 𝑘𝑒 𝑛× 100%
=𝑅𝑝 447.508.443.100,00
𝑅𝑝 1.508.818.849.293,00× 100%
= 24,80%
Persentase kontribusi realisasi pajak bahan
bakar kendaraan bermotor terhadap realisasi
pajak daerah pada Dinas Pendapatan Daerah
Provinsi Sumatera Selatan sebesar 24,80%, hal
tersebut menunjukan bahwa kontribusi
penerimaan pajak bahan bakar kendaraan
bemotor terhadap realisasi pajak daerah pada
Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera
Selatan pada tahun 2012 adalah cukup
berkontribusi.
c. Pada tahun 2011 realisai pajak bahan bakar
kendaraan bermotor sebesar Rp
375.173.930.914,80 dan realisasi pajak daerah
sebesar Rp 1.671.518.571.681,25. Untuk
menghitung efektifitas realisasi penerimaan
pajak bahan bakar kendaraan bermotor dengan
menggunakan rumus yaitu:
𝑟𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑃𝐵𝐵𝐾𝐵 𝑘𝑒 𝑛
𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘 𝑑𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ 𝑘𝑒 𝑛× 100%
=𝑅𝑝 508.333.162.553,00
𝑅𝑝 1.882.596.915.640,25× 100%
= 27,00%
Persentase kontribusi realisasi pajak bahan
bakar kendaraan bermotor terhadap realisasi
pajak daerah pada Dinas Pendapatan Daerah
Provinsi Sumatera Selatan sebesar 27,00%, hal
tersebut menunjukan bahwa kontribusi
penerimaan pajak bahan bakar kendaraan
bemotor terhadap realisasi pajak daerah pada
Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera
Selatan pada tahun 2013 adalah cukup
berkontribusi.
5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil Analisis Efektivitas Dan
Kontribusi Realisasi Penerimaan Pajak Bahan Bakar
Kendaraan Bermotor Terhadap Realisasi
Penerimaan Pajak Daerah Provinsi Pada Dinas
Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Selatan yang
telah diuraikan pada Bab IV sebelumnya, penulis
dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Efektifitas penerimaan pajak bahan bakar
kendaraan bermotor diprovinsi Sumatera
Selatan adalah sangat efektif. Hal ini
menunjukan bahwa Dinas Pendapatan Daerah
Provinsi Sumatera Selatan dinilai sangat efektif
dalam mengelola penerimaan pajak bahan bakar
kendaraan bermotor
2. Kontribusi pajak bahan Bakar kendaraan
bermotor terhadap penerimaan pajak daerah
diprovinsi Sumatera Selatan adalah cukup
berkontribusi. Hal ini menunjukan bahwa Dinas
Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Selatan
cukup serius mengidentifikasi, menggali, dan
mengoptimalkan sejumlah objek pajak lainnya
yang menjadi objek pajak kendaraan bermotor
untuk ditetapkan dan dipungut sebagai pajak
bahan bakar kendaraan bermotor.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian
sebagaimana dipaparkan di atas, maka
direkomendasikan saran yaitu Karena kontribusi
pajak bahan bakar kendaraan bermotor terhadap
penerimaan pajak daerah cukup berkontribusi maka
penulis merekomendasikan kepada Dinas
Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Selatan untuk
lebih meningkatkan potensi penerimaan pajak bahan
bakar kendaraan bermotor dengan cara
mengindetifikasi objek pajak yang terkait dengan
pajak bahan bakar kendaraan bermotor yang masih
belum teridentifikasi untuk dikenakan pungutan
sehingga penerimaan pajak bahan bakar kendaraan
dapat menjadi optimal. Serta melakukan sejumlah
langkah berupa sosialisasi tentang pentingnya pajak
bagi keberlangsungan pembangunan infrasturuktur
jalan.
Daftar Pustaka
Ikatan Akuntan Indonesia, 2013. Susunan Dalam
Satu Naskah Undang - Undang Perpajakan,
Cetakan ke-26. Jakarta: IAI.
Muljono, Djoko.2010. Panduan Brevet Pajak,
Pajak Penghasilan. Yogyakarta : CV. Andi Offset.
Siahaan, Marihot P. 2010. Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah. Edisi Revisi. Jakarta : Rajawali
Pers.
Wokes,Hasannudin Heince R.N.2013. Analisis
Efektivitas Dan Kontribusi Pajak Kendaraan
BermotorTerhadap Penerimaan Pendapatan Asli
Daerah Di Provinsi Maluku Utara
Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 28
Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah .
Waluyo. 2013. Perpajakan Indonesia. Edisi 11
Buku 1. Jakarta : Salemba Empat.
Wahyudi.i dan Enggar D. P. A, Sri Rahayu . 2013.
Analisis Efisiensi Dan Efektivitas Penerimaan Pajak
Daerah Propinsi Jambi (Studi Pada Dinas
Pendapatan Daerah Propinsi Jambi)
Alliyah, Siti. 2013. Efektivitas Bantuan Langsung
Sementara Masyarakat Sebagai
KompensasiKenaikan Harga Bahan Bakar Minyak
Tahun 2013 Bagi Rakyat Miskin