ANALISIS ISI PESAN DAKWAH DALAM NOVEL UMMI
KARYA ASMA NADIA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk memenuhi persyaratan memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Penyiaran Islam (S. Kom.I)
Oleh:
IIS RACHMANIA
NIM. 108051000008
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H / 2013 M
ANALISIS ISI PESAN DAKWAH DALAM NOVEL UMMI
KARYA ASMA NADIA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk memenuhi persyaratan memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Penyiaran Islam (S. Kom.I)
Oleh:
IIS RACHMANIA
NIM. 108051000008
Pembimbing:
Dr. Fatmawati, M.A
NIP. 19760917 200112 2 002
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H / 2013 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana (S1) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini, saya telah
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari karya ini merupakan hasil plagiat atau hasil jiplakan
karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 21 Oktober 2013
Iis Rachmania
i
ABSTRAK
Nama : Iis Rachmania
Judul Skripsi : Analisis Isi Pesan Dakwah dalam Novel Ummi Karya
Asma Nadia
Novel adalah salah satu bentuk karya sastra. Sastra adalah salah satu karya
seni, karya seni itu mengandung unsur estetika. Karena karya sastra yang
berbentuk novel tidak terlepas dari latar belakang pengarangnya, apalagi
pengarang tersebut seorang muslim, besar kemungkinan kelahiran karya tersebut
dilatar belakangi oleh motivasinya untuk menyampaikan pesan moral yang
terkandung dalam ajaran agamanya, yaitu peristiwa yang berlangsung atau
dialaminya. Seperti pada novel Ummi yang menceritakan seorang ibu yang sering
dipanggil dengan sebutan Ummi, mempunyai tujuh orang anak. Kehidupan Ummi
penuh dengan ujian, masalah dan musibah, tapi beliau begitu kuat, tegar dan yakin
bahwa Allah akan selalu bersama dengannya.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti melakukan analisis isi
pesan dakwah pada novel Ummi. Dengan merumuskan satu pertanyaan, yaitu :
apa isi pesan-pesan dakwah yang terkandung dalam novel Ummi karya Asma
Nadia ?
Penelitian ini menggunakan analisis isi (content analysis) yang seringkali
digunakan untuk mengkaji pesan-pesan dakwah. Dengan menggunakan
pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk mencari makna kata maupun kalimat,
serta makna tertentu yang tergantung dalam sebuah karya sastra. Metode analisis
isi digunakan untuk menelaah isi dari suatu dokumen, dalam penelitian ini
dokumen yang dimaksud adalah novel Ummi.
Terdapat isi pesan akidah, yang meliputi tawakal, taqwa, istiqomah. Isi
pesan akhlak, meliputi sabar, ikhlas, syukur nikmat, rendah hati, akhlak tercela. Isi
pesan syariah, meliputi shalat, muamalah, zikir dan doa. Pesan yang paling
menonjol dalam novel ini adalah pesan akhlak, yang di gambarka nmelalui tokoh
Zainal yang selalu sabar dan selalu mensyukuri nikmat. Zainal merupakan salah
satu anak lelaki Ummi dan Abah yang selalu sabar dalam mencari pekerjaan, dia
tak pernah putus asa dan selalu berhusnudzon terhadap Allah. Zainal juga selalu
mensyukuri nikmat yang dia punya, seperti bersyukur karena telah mempunyai
seorang istri seperti Rini dan bersyukur telah mempunyai orang tua seperti Abah
dan Ummi, yang selalu menuntunnya kejalan Allah.
Kata Kunci : Novel, Dakwah, Ummi, Akhlak.
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim
Puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT, Dzat Yang
Maha Berkehendak dan Maha Kuasa atas segala hal, yang telah memberikan
nikmat dan rahmat-Nya serta taufiq dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan studi dan merampungkan penulisan skripsi di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Shalawat dan salam semoga tercurahkan keharibaan baginda
Rasulullah Nabi Muhammad SAW, yang merupakan penyelamatan dan tauladan
bagi seluruh khalifah di muka bumi ini.
Salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana adalah membuat karya
ilmiah dalam bentuk skripsi. Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak
menjumpai berbagai hambatan dan kesulitan, baik dalam masalah pengaturan
waktu, mencari bahan-bahan pustaka, dan lain sebagainya. Namun berkat
kesungguhan serta motivasi dan bantuan dari berbagai pihak, alhamdulillah
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Isi Pesan Dakwah
dalam Novel Ummi Karya Asma Nadia”. Oleh karena itu penulis menyampaikan
rasa terima kasih yang tak terhingga kepada :
1. Dr. Arif Subhan, MA. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Dr. Suparto, M. Ed. MA, selaku Wakil Dekan I Bidang
Akademik, Drs. Jumroni, M. Si. Selaku Wakil Dekan II Bidang Administrasi
Umum, Serta Drs. Wahidin Saputra, M. A, Selaku Wakil Dekan III Bidang
Kemahasiswaan.
iii
2. Drs. Jumroni, M. Si, Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI).
Umi Musyarofah, M. A. Selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran
Islam (KPI).
3. Dr. Fatmawati, M.A, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah berkenan
meluangkan waktu untuk memberikan pengarahan dan inspirasinya yang
sangat berharga.
4. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang selama ini
telah memberikan ilmu pengetahuan. Semoga ilmu yang diberikan
bermanfaat.
5. Segenap pimpinan dan karyawan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta. Yang telah melayani penulis dalam mempergunakan buku-buku dan
literatur yang penulis butuhkan selama penyusunan skripsi ini.
6. Orang tua tercinta, Bapak Machmud H. S dan (almh) Zakiyaturifah. Adikku
tersayang Ibnu Aqil Oktiyadi. Atas segala kasih sayang, perhatian, dorongan,
yang tak pernah lelah dan bosan dalam membiayai kuliah serta do’a yang
selalu engkau panjatkan untuk buah hatimu ini.
7. Seluruh teman-teman KPI A dan KPI D 2008, yang selalu menemani dan
berdiskusi dalam belajar dan menemani di kala suka dan duka.
8. Sahabat-sahabat Dewi Angela, Nuris Annisa, Dini Indriani, Leni Cahyani,
Renita Azhari, Vivi Fydiani Pratiwi, Ika Kurnia Utami, Gana Buana, Rani
Novianty, Anissa Turrohmah, Herdina, Aimmatunisa, Siti Innaya, Nur
Azhima, dan Nuris Zuliastanti, Mutiara Ayu Destilia.
9. Sahabat-sahabat Pejantan Muhammad Dhiyaa, Azrul Azwar, Bobby Dwi
iv
Sanjaya, Ibnu Tsani, Chairul Umam, Nurul Fachri, Rifki Ncek, Iqbal Maulana,
Akmal Fauzi, Dang Krisandy, Zico Khadafi, Rangga Petruk.
Akhirnya hanya kepada Allah jualah penulis serahkan, semoga mendapat
imbalan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Harapan penulis semoga skripsi ini
bermanfaat bagi para pembaca. Mesti diakui skripsi ini masih terdapat banyak
kekurangan dalam penulisan. Oleh karena itu, sangat diharapkan saran dan kritik
juga ralat dari para pembaca untuk mencapai kesempurnaan dalam penulisan.
Sekian dan terima kasih.
Jakarta, 21 Oktober 2013
Peneliti
v
DAFTAR ISI
Abstrak ............................................................................................................ i
Kata Pengantar ................................................................................................ ii
Daftar Isi........................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ........................................ 6
C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 8
E. Metodologi Penelitian ................................................................ 8
F. Tinjauan Pustaka ........................................................................ 11
G. Sistematika Penulisan ................................................................. 13
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pengertian Analisis Isi ................................................................ 15
B. Pesan Dakwah ........................................................................... 16
1. Pengertian Pesan ................................................................... 16
2. Pengertian Dakwah ............................................................. 17
3. Dakwah Bil Qalam ............................................................... 18
4. Unsur-unsur Dakwah ............................................................ 19
C. Novel ........................................................................................... 23
1. Pengertian Novel ............................................................. 23
2. Jenis Novel ..................................................................... 24
vi
3. Unsur Intrinsik Novel ..................................................... 25
D. Novel Sebagai Media Dakwah .............................................. 28
BAB III BIOGRAFI ASMA NADIA DAN SINOPSIS NOVEL
UMMI
A. Biografi Asma Nadia .............................................................. 30
B. Karya-karya Asma Nadia ....................................................... 34
C. Sinopsis Novel Ummi .......................................................... 39
BAB IV ANALISIS ISI PESAN DAKWAH NOVEL UMMI
KARYA ASMA NADIA
A. Pesan Akidah .......................................................................... 48
B. Pesan Akhlak .......................................................................... 54
C. Pesan Syariah .......................................................................... 67
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................ 76
B. Saran ...................................................................................... 76
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada saat ini zaman telah mengalami banyak perkembangan, media
dan sarana untuk berdakwah juga mengalami kemajuan yang prospektif dan
beragam. Dengan adanya media komunikasi yang sangat beragam, tentunya
kita harus lebih pintar dalam memanfaatkan media komunikasi tersebut,
apalagi untuk berdakwah. Saat ini berdakwah tidak harus mendoktrin maupun
menggurui.
Di awal kemunculannya islam disebarkan dengan cara bil lisan,
walaupun banyak hambatannya tapi pada saat itu cara penyampaian dari mulut
ke mulut ini sangat efektif. Karena pada saat itu telah menjadi kewajiban bagi
umat islam untuk menyampaikan ajaran islam kepada seluruh umat manusia.
Namun saat ini berdakwah tidak harus berpidato dan berkhutbah begitu saja di
atas mimbar, karena sekarang sudah banyak cara yang bisa dijadikan
alternatif, tergantung objek dakwahnya.
Dengan beragam kemunculan teknologi yang semakin canggih, maka
memudahkan kita juga untuk mencetak ratusan ribu eksemplar buku dalam
waktu singkat. Tak mengherankan bila sekarang ini kita dapati berbagai buku
terbit silih berganti dengan penampilan yang semakin menarik. Animo
masyarakat pun terhadap buku nampak juga mengalami peningkatan. Ini
terlihat dari banyaknya buku-buku bestseller yang laris manis diserbu
2
masyarakat. Bagi seorang da’i yang memiliki komitmen dengan dakwah.
Menulis buku-buku bernuansa dakwah adalah pilihan yang sudah selayaknya
untuk dilakukan. Agar buku benar-benar menjelma fungsinya sebagai
pencerdas dan pencerah umat, bukan sebaliknya.1
Saat ini kita akui masyarakat sangat merindukan nilai-nilai
spiritualitas, hal ini dibuktikan dengan fenomena novel-novel islam dan film-
film islami yang saat ini digemari oleh masyarakat, buku-buku tentang islam
dan ajarannya banyak diminati. Da’i saat ini dituntut untuk dapat berperan
dalam berbagai hal, terutama dalam bidang tulis menulis karena dakwah bil
qalam dirasakan sangat efektif di tengah kondisi masyarakat terutama
masyarakat metropolis yang tidak banyak memiliki waktu luang untuk
menghadiri langsung kajian-kajian tentang keagamaan.
Penggunaan novel, sebagai salah satu genre karya sastra yang secara
fisik berbentuk buku, sering kali hanya dilihat fungsi utamanya sebagai media
untuk memberikan hiburan. Novel tidak dibatasi oleh batasan faktual yang
sering kali membatasi fungsi hiburannya. Dalam sebuah karya fiksi berbentuk
novel, cerpen, ataupun puisi, realitas bisa dipermainkan sesuka hati oleh
penulisnya. Kadang realitas hanya dijadikan sebagai latar, dan selebihnya, isi
novel itu dibentuk oleh imajinasi yang kadang melebihi akal sehat.
Novel merupakan salah satu bentuk karya sastra yang dimanfaatkan
oleh para tokoh agama maupun lainnya sebagai sarana dakwah untuk
mengajak manusia ke jalan Allah SWT.Seperti dalam suratAn-Nahl 125.
1 Badiatul Muchlisin Asti, Berdakwah dengan Menulis Buku, ( Bandung:Media Qalbu,
2004) h. 28.
3
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmahdan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang
tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk.Hikmah: ialah Perkataan yang tegas dan benar yang
dapat membedakan antara yang hak dengan yang bathil.”
Novel adalah salah satu bentuk karya sastra. Sastra adalah salah satu
karya seni, karya seni itu mengandung unsur estetika. Karena karya sastra
yang berbentuk novel tidak terlepas dari latar belakang pengarangnya, apalagi
pengarang tersebut seorang muslim, besar kemungkinan kelahiran karya
tersebut dilatar belakangi oleh motivasinya untuk menyampaikan pesan moral
yang terkandung dalam ajaran agamanya, yaitu peristiwa yang berlangsung
atau dialaminya.2
Itulah hubungan novel dengan dakwah sebagai media komunikasi
dimana di dalamnya terdapat proses komunikasi yang mengandung pesan-
pesan dan moral. Biasanya pesan moral itu mencerminkan pandangan hidup
pengarang yang bersangkutan tentang nilai-nilai kebenaran.3
Belakangan banyak penulis muda muslim melakukan dakwah dengan
pena melalui buku. Dengan payung Forum Lingkar Pena (FLP) Helvi Tiana
Rosa sebagai pimpinannya dan aktivitas-aktivitas lainnya telah menelorkan
2Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta:Gajah Mada University Press,
1995), h. 322. 3Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi, h. 322.
4
banyak buku-buku fiksi seperti novel dan kumpulan cerpen, serta buku-buku
Islami yang isinya kental dengan nuansa dakwah.4
Salah satu muslimah dan aktifis dakwah yang memilih berdakwah
melalui tulisan dan memilih al qalam sebagai media dakwah yaitu Asma
Nadia. Sekalipun tidak mempunyai gelar kesarjanaan, karena ketika kecil
sakit-sakitan (jantung, paru-paru, gegar otak, tumor) ia telah berbicara di
hadapan lebih dari ratusan ribu audiencetermasuk di berbagai universitas.
Asma Nadia adalah salah satu penulis best seller wanita paling produktif di
Indonesia dalam menyampaikan pesan-pesan dakwah melalui berbagai tulisan,
artikel dan karya tulis tentang dakwah, selain itu beliau juga aktif menulis
buku-buku yang memiliki substansi nilai-nilai keislaman dengan gaya tulisan
yang dapat dicerna dan mudah dipahami oleh pembacanya. Asma Nadia juga
merupakan tokoh perubahan Republika 2010, wanita inspiratif Tupperware
SheCAN! Award 2010, penulis fiksi Terfavorit #API Goodreads Indonesia
2011.
Seperti pada novel Ummi yang ditulis oleh Asma Nadia. Cerita dalam
novel Ummi ini banyak dialami juga oleh sebagian orang, setiap orang pasti
pernah merasakan kesusahan dalam hidup dan juga tertimpa musibah. Namun
jangan berkecil hati karena Allah tahu persis mana yang terbaik buat
hambanya.
Pada novel Ummi yang menceritakan tentang kisah seorang
perempuan paruh baya yang sering dipanggil dengan sebutan Ummi. Ummi
4Badiatul Muchlisin Asti, Berdakwah dengan Menulis Buku, ( Bandung:Media Qalbu,
2004) h. 42.
5
Aminah sudah melalui perjalanan panjang penuh luka untuk sampai pada titik
sekarang, menjadi seorang ustadzah yang ceramah-ceramahnya, baik di
masjid, radio, atau tv selalu ditunggu banyak orang. Menuntun tujuh anak, dua
dari pernikahannya terdahulu, agar tetap berada dijalan surga, bukanlah hal
mudah. Kenyataannya anak bukan sekedar anugerah tapi juga pintu-pintu
ujian-Nya. Keteguhan hati perempuan paruh baya itu mencapai ujian
puncaknya, ketika satu dari lelaki yang memiliki tempat paling istimewa di
hatinya tiba-tiba justru menjadi sandungan terbesar Ummi. Begitulah
kehidupan Ummi Aminah sarat dengan ujian, masalah dan musibah, tapi
beliau begitu kuat, tegar dan yakin bahwa Allah selalu bersama dengan dia.
Novel ini mengangkat nilai-nilai moral dalam kehidupan sosial.
Pemecahan konflik dalam cerita ini mengangkat jiwa berserah diri kepada
Allah SWT. Sebagai pencipta yang mengetahui apa-apa yang tidak di ketahui
manusia. Novel ini menjelaskan bentuk ketakwaan yang dimiliki setiap
manusia dengan cara yang berbeda-beda. Buku Ummi ini sangat layak dan
baik untuk dibaca, agar kita semua bisa mengambil hikmah dan pelajaran.
Semoga para pembaca khususnya yang merasa selama ini hidupnya selalu
ditimpa musibah, tidak berkecil hati. Karena Allah tahu persis mana yang
terbaik buat hamba-Nya.
Novel Ummi karya Asma Nadia ini juga meraih penjualan yang
fantastis. Novel yang diterbitkan oleh penerbit Harian Republika ini ludes
terjual sebanyak 3000 eksemplar dalam tempo satu minggu. Menurut Direktur
Operasional Harian Republika, Tommy Tamtomo, mengatakan alasan
6
penerbit Harian Republika menerbitkan naskah Ummi karena memiliki cerita
yang unik. Konflik dalam novel Ummi ini berbeda dari trend novel Islami
yang saat ini marak.keunikan juga ada pada proses pembuatan novel. Jika
kebanyakan karya novel diadaptasi dalam film, novel Ummi justru sebaliknya.
Novel ini ditulis dari naskah film Ummi Aminah.5 Novel ini juga telah dicetak
berulang-ulang karena novel ini sangat banyak peminatnya. Cetakan pertama
pada bulan Desember 2011, cetakan kedua pada bulan Januari 2012, cetakan
ketiga pada bulan Maret 2012, cetakan keempat pada bulan Mei 2012.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk
menganalisis isi pesan dakwah yang terdapat dalam novel Ummi, maka
peneliti mengambil judul“Analisis Isi Pesan Dakwah Dalam Novel Ummi
Karya Asma Nadia”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Agar tidak terlalu meluas pembahasannya, maka dalam hal ini
dibuat pembatasan masalah. Dalam novel “Ummi” ini terdapat tiga novel
dan sepuluh cerita pendek. Novel pertama merupakan adaptasi dari film
Aditya Gumay berjudul “Ummi Aminah”. Novel kedua berjudul “Cinta
Dalam 99 Nama-Mu”, lebih singkat dari novel pertama. Kisah berfokus
pada dua tokoh central. Dua wanita yang nasibnya sangat berbeda, namun
mereka sama-sama sedang dalam perjalanan menuju Tuhan. “Lebaran di
5 http://m.republika.co.id/berita/senggang/seni-budaya/12/01/11. Diakses pada 02
September 2013.
7
Rumah Abah” yang merupakan novel terakhir bercerita tentang keadaan
seorang Ayah sepeninggal istrinya. Bagaimana kematian sang istri
membuatnya trauma dan membuat hubungan dengan anak-anaknya
merenggang. Hingga suatu permasalahan yang membuat Abah berhasil
menghilangkan traumanya.
Selain tiga novel itu, masih ada sepuluh cerita pendek lagi bertema
serupa yang ditulis Asma Nadia dalam rentang tahun 1995-2011.
Penelitian ini dibatasi hanya pada konteks pesan-pesan dakwah yang
terkandung dalam novel yang pertama berjudul “Ummi” karya Asma
Nadia. Peneliti fokus pada pesan dakwah yang terdapat pada novel Ummi.
2. Perumusan Masalah
Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :
Apa isi pesan-pesan dakwah yang terkandung dalam novel “Ummi” karya
Asma Nadia?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk menambah ilmu pengetahuan mengenai novel dan menemukan
teori-teori tentang tulisan sastra dalam novel islami.
2. Tujuan Khusus
Untuk mendeskripsikan isi pesan-pesan bernilai dakwah yang terdapat
dalam novel Ummi karya Asma Nadia.
8
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Akademis
Penelitian ini dapat menjadi sebuah kajian yang menarik dalam
menempatkan novel sebagai salah satu media dakwah dan menambah
khazanah juga referensi bagi pengembangan ilmu pengetahuan di bidang
komunikasi dan penyiaran islam.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan
menambah wawasan islam bagi mahasiswa, dan elemen masyarakat luas
serta para praktisi dakwah bahwa setiap muslim dapat berperan aktif
dalam mengembangkan tugas dakwah melalui tulisan yang salah satunya
dengan hasil karya sastra seperti novel.
E. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan analisis isi (content analysis) yang
seringkali digunakan untuk mengkaji pesan-pesan dakwah. Dengan
menggunakan pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk mencari makna
kata maupun kalimat, serta makna tertentu yang tergantung dalam sebuah
karya sastra. Metode analisis isi digunakan untuk menelaah isi dari suatu
dokumen, dalam penelitian ini dokumen yang dimaksud adalah novel
Ummi.
Menurut Burhan Bungin, pendekatan kualitatif memusatkan
perhatian pada prinsip-prinsip umum yang mendasari perwujudan sebuah
9
makna dari gejala-gejala sosial di dalam masyarakat. Objek analisis dalam
pendekatan kualitatif adalah makna dari gejala-gejala sosial dan budaya
dengan menggunakan kebudayaan dari masyarakat bersangkutan untuk
memperoleh gambaran mengenai kategorisasi tertentu.6
R.Holsty memberikan definisi bahwa kajian isi adalah tekhnik
apapun yang digunakan untuk menarik kesimpulan melalui usaha
menemukan karakteristik pesan dan dilakukan secara objektif dan
sistematis.7
2. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dan objek penelitian adalah tempat memperoleh data.
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah novel Ummi
karya Asma Nadia. Dan sebagai objek penelitiannya adalah pesan-pesan
dakwah yang terdapat dalam novel, baik secara tersirat (kontekstual),
maupun tersurat (tekstual).
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah teknik catat,
karena datanya berupa teks. Sedangkan langkah-langkah pengumpulan
data yakni membaca novel Ummi secara berulang-ulang kemudian
mencatat kalimat-kalimat yang menyatakan isi pesan yang mengandung
nilai dakwah.
Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini, adalah :
6Burhan Bungin, Sosisologi Komunikasi, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2008), h. 302
7Soejono & Abdurrahman, Metode Penelitian, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1999), cet. Ke
1.h,13
10
a. Studi dokumentasi, yaitu dengan mengumpulkan data-data berupa
buku-buku penelitian, buku dakwah, buku komunikasi, dan buku-buku
novel, serta data tentang novel yang didapat dari internet.8
b. Metode wawancara, proses memperoleh keterangan untuk tujuan
penelitian dengan cara tanya jawab sambil tatap muka antara penanya
dengan narasumber dengan menggunakan alat yang dinamakan
interview guide (panduan wawancara).9 Yaitu berupa susunan
pertanyaan-pertanyaan mengenai penulis dan novel Ummi. Teknik
yang digunakan adalah wawancara terpimpin, yaitu mengajukan
beberapa pertanyaan kepada pengarang novel “UMMI”, yang telah
dipersiapkan kemudian dijawab langsung oleh terwawancara dengan
bebas dan terbuka. Dalam hal ini penulis melakukan wawancara
terpimpin kepada Asma Nadia. Metode ini digunakan untuk
mengumpulkan data tentang Asma nadia dan juga data-data yang
berkaitan dengan novel Ummi. Dalam hal ini penulis melakukan
wawancara kepada Asma Nadia (penulis novel Ummi) melalui
wawancara langsung pada tanggal 6 Maret 2013 di Depok (kantor
Asma Nadia)
4. Teknik Analisis Data
Pada tahapan data peneliti menampilkan pesan dakwah
berdasarkan kategorisasi secara sistematik yang terdiri dari aqidah, akhlak
8Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Praktek, (Jakarta, Bina Usaha : 1998) cet-11.
H.149. 9M. Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia; 1985), h.63.
11
dan syari’ah. Kemudian dibuat konstruksi kategori, merupakan semacam
alat yang digunakan untuk mengupas permasalahan dalam penelitian.
Kategori yang dibuat berfungsi memilah isi pesan yang tersurat menjadi
gambaran (berupa data) yang dapat dianalisa untuk menjawab
permasalahan yang diajukan.
Yang terbagi dalam tiga kategori yakni akidah, akhlak dan
syari’ah. Sub kategori akidah meliputi : tawakal, takwa dan istiqamah.
Untuk akhlak meliputi : Sabar, ikhlas, tanggung jawab, pemaaf, syukur,
nikmat, rendah hati dan akhlak tercela. Sedangkan pada syari’ah meliputi:
shalat, muamalah, zikir dan do’a. Untuk mengetahui sebenarnya pesan apa
yang ingin disampaikan oleh pengarang novel tersebut. Kemudian
menggabungkan analisa dengan hasil wawancara lalu
mendeskripsikannya.
F. Tinjauan Pustaka
Dalam penelitian ini, penulis juga mengadakan tinjauan pustaka.
Dengan mengadakan tinjauan di Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi maupun Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Penulis melakukan tinjauan pustaka ini guna memastikan apakah ada
judul atau tema yang sama dengan penelitian ini. Berdasarkan hasil
penelusuran penulis, terdapat skripsi yang meneliti tentang:
1. Analisis isi pesan dakwah dalam novel surat kecil untuk tuhan karya
Agnes Davonar. Skripsi ini ditulis oleh Khairunnisa, 2011 yang dalam
skripsi ini menggunakan pendekatan yang samadenganpenelitiansayayaitu
12
kualitatif. Pesan yang lebih menonjol dalam skripsi ini adalah pesan
akhlak, yang di gambarkan melalui tokoh Keke dan Ayahnya yang selalu
sabar, ikhlas dalam menjalani hidup walaupun dalam keadaan sakit. Isi
pesan yang disampaikan dari novel ini bahwa hidup adalah perjuangan.
Kita jangan menyerah dengan keadaan walau sesulit apapun kita harus
terus berjuang. Skripsi ini menggunakan analisis kualitatif
2. Analisis isi pesan dakwah dalam novel playboy sufi karya Wibi Aswara
Regawa. Skripsi ini ditulis oleh Layli Listyaningsih, 2009 yang
menggunakan pendekatan kualitatif. Dalam skripsi ini membahas tentang
judul novel yang kontradiktif yakni ada dua unsur yang digabungkan
antara Playboy dan Sufi. Biasanya sifat Playboy dapat menyakiti hati
wanita tapi dalam novel tersebut menyatakan bahwa “satu-satunya
Playboy di dunia yang enggak menyakiti hati wanita.”
3. Analisis isi pesan dakwah novel “gadis pantai” karya Pramoedya
Anantatoer. Skripsi ini ditulis oleh Toni Sultoni, 2007 yang menggunakan
pendekatan kuantitatif. Dalam skripsi ini pesan yang paling dominan yaitu
pesan akidah. Novel ini sangat berani dalam mengungkapkan dan
mengkritik model keberagaman yang tidak semestinya tetapi dilakukan
oleh para pemeluknya.
4. Analisis isi pesan dakwah novel ranah 3 warna karya Ahmad Fuadi.
Skripsi ini ditulis oleh Siti Fatimah Tuzzahroh, 2012 yang menggunakan
pendekatan kuantitatif. Dalam novel ranah 3 warna mengandung nilai
pesan dakwah diantaranya pesan akhlak, aqidah dan syariah. Isi pesan
yang diteliti dalam bentuk paragraph. Dari kategori pesan yang telah
disebutkan terdapat sub kategori diantaranya yaitu pesan yang terdiri dari
13
akhlak mahmudah dan akhlak mazmumah. Pesan dakwah syariah meliputi
ibadah dan muamalah.
Dari keempat skripsi di atas, ada perbedaan dengan skripsi yang akan
ditulis oleh penulis. Karena dalam penelitian ini saya meneliti tentang novel
Ummi karya Asma Nadia dan ada perbedaan makna yang ingin diungkapkan
dalam masalah penelitian karena aspek yang ingin dikaji adalah tentang novel
Ummi yang membawa perenungan bagi setiap anak. Bahwa setiap keputusan
mereka bisa menjadi kunci kebahagiaan atau penjara kesedihan bagi orang tua.
Menjadi cermin bagi setiap orang tua, untuk tak pernah lelah berusaha dan
berdoa agar anak-anak dan keluarga kelak berada di satu rumah surga.
G. Sistematika Penulisan
Agar penelitian ini lebih sistematis sehingga tampak adanya gambaran
yang terarah, logis dan saling berhubungan antara satu bab dengan bab
berikutnya, maka penelitian ini disusun ke dalam lima bagian sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Berisi latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan
pustaka dan sistematika penulisan.
BAB II : LANDASAN TEORI
Berisikan pengertian analisis isi,pesan dakwah, pengertian novel,
novel sebagai media dakwah.
BAB III : DESKRIPSI NOVEL UMMI DAN PENULISNYA
Berisikan tentang biografi Asma Nadia, karya-karya Asma Nadia,
sinopsis novel Ummi.
14
BAB IV : NOVEL UMMI ANALISIS ISI PESAN DAKWAH
Analisis isi pesan dakwah dalam novel Ummi dan isi pesan dakwah
yang ingin disampaikan oleh Asma Nadia dalam novel Ummi.
BAB V : PENUTUP
Pada bab ini dimuat kesimpulan yang merupakan jawaban terhadap
perumusan permasalahan yang diajukan pada bab satu, dan terdapat
kesimpulan serta saran-saran.
15
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Analisis Isi
Analisis isi merupakan teknik penelitian untuk memperoleh gambaran
isi pesan komunikasi massa yang dilakukan secara objektif, sistematik, dan
relevan secara sosiologis. Uraian dalam analisisnya boleh saja menggunakan
tata cara pengukuran kuantitatif atau kualitatif, atau bahkan keduanya
sekaligus.1
Teknik penelitian yang digunakan dalam analisis isi yaitu untuk
mendapatkan gambaran isi pesan komunikasi yang diuraikan menggunakan
tata cara pengukuran kualitatif atau kuantitatif, dan bisa juga menggunakan
keduanya.
Analisis isi menurut R. Holsty, adalah suatu metode analisisi isi pesan
suatu cara yang sistematis yang menjadi petunjuk untuk mengamati dan
menganalisa pesan tertentu yang dapat disampaikan oleh komunikator.
Sedangkan yang kualitatif di mana pendekatan ini menggunakan seperangkat
tema sebagai pedoman dalam membahas seluruh isi pesan dan mencoba
menerangkan bagaimana tema tersebut dikembangkan oleh suatu sumber
media dan cenderung untuk meneliti masalah yang tidak mencakup jumlah
atau kuantitas.2
1 Drs. Zulkarimein Nasution, M.Sc, Sosiologi Komunikasi Massa (Jakarta : Pusat
Penelitian Universitas Terbuka, 2002), cet ke.3, h. 32. 2R. Holsty et.al, Content Analisis dalam Handbook of Social Psycology Edited By Darder
Kindzay &Billiot Aronson, (Cambridge Massactusset Addision Wesley, 1969), h. 589-600.
16
Analisis isi banyak dipakai dalam lapangan ilmu komunikasi. Bahkan,
analisis isi merupakan salah satu metode utama dalam disiplin ilmu
komunikasi. Analisis isi terutama dipakai untuk menganalisis isi media cetak
maupun elektronik. Analisis isi adalah metode ilmiah untuk mempelajari dan
menarik kesimpulan atas suatu fenomena dengan memanfaatkan dokumen
(teks).3
Analisis isi merupakan teknik penelitian yang ditujukan untuk
membuat kesimpulan dengan cara mengidentifikasi karakteristik tertentu pada
pesan-pesan secara sistematis dan objektif.4
Analisis isi (content) merupakan teknik penelitian untuk memperoleh
keterangan dari isi komunikasi yang dalam bentuk lambang. Analisis isi dapat
digunakan untuk menganalisis semua bentuk komunikasi, seperti: surat kabar,
buku, puisi, lagu, cerita rakyat, lukisan, novel, dll.5
B. Pesan Dakwah
1. Pengertian Pesan
Pesan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti
suruhan, perintah, nasihat, harus disampaikan kepada orang lain.6 Dalam
bahasa Inggris kata pesan adalah massage yang memiliki arti pesan, warta,
dan perintah suci. Ini diartikan bahwa pesan adalah perintah suci, di mana
terkandung nilai-nilai kebaikan.
3Eriyanto, Analisis Isi Pengantar Metodologi Untuk Penelitian Ilmu Komunikasi dan Ilmu
Sosial Lainny (Jakarta, Kencana 2011), cetke.1, h. 10. 4Stefan Titscherdkk, Metode Analisis Teks dan Wacana (Yogyakarta, PustakaPelajar
2009), cetke.1, h. 97. 5Jalaluddin Rachmat, Metode Penelitian Komunikas (Bandung: Remadja Karya, 1989),
h.122. 6Wjs. Purwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta : Balai Pustaka, 2005),
edisi Ke-3, h.883.
17
2. Pengertian Dakwah
Dakwah (da’a – yad’u – da’watan) artinya seruan, ajakan, atau
panggilan, yakni menyampaikan seruan Islam, mengajak dan memanggil
umat manusia agar menerima dan mempercayai keyakinan dan pandangan
hidup Islam. Dakwah dapat pula diartikan sebagai upaya terus-menerus
untuk melakukan perubahan pada diri manusia menyangkut pikiran
(fikrah), perasaan (syu’ur), dan tingkah laku (suluk), sehingga terbentuk
sebuah masyarakat Islami (al-mujtama’ al-Islami).7 Dakwah berkaitan
dengan bagaimana membangun dan membentuk masyarakat yang baik,
berpijak pada nilai-nilai kebenaran dan hak-hak asasi manusia.
Secara terminologis dakwah islam telah banyak didefinisikan oleh
para ahli. Sayyid Qutb memberi batasan dengan “mengajak” atau
“menyeru” kepada orang lain masuk ke dalam sabil Allah SWT, bukan
untuk mengikuti da’i atau sekelompok orang. Ahmad Ghusuli menjelaskan
bahwa dakwah merupakan pekerjaan atau ucapan untuk mempengaruhi
manusia supaya mengikuti Islam.8
Pada hakikatnya dakwah merupakan ajakan ke jalan Allah SWT
untuk menyeru semua orang agar berbuat kebajikan, mengajak mereka
berbuat kebaikan menurut petunjuk dan menjauhi perbuatan mungkar,
agar mereka mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat. Dakwah dapat
dilakukan dalam bentuk tulisan, lisan, tingkah laku dan sebagainya, agar
pesan dakwah tersebut dapat sampai kepada mereka tanpa unsur paksaan.
7Asep Syamsul M. Romli. SIP, Jurnalistik Dakwah Visi dan Misi Dakwah Bil Qalam (PT.
Remaja Rosdakarya : Bandung 2003) cet. 1, h. 6. 8Wahyu Ilahi, Komunikasi Dakwah (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya 2010) cet. 1, h.
14.
18
3. Dakwah Bil Qalam
Al-Qalam secara etimologis, berasal dari bahasa Arab berakar kata
dengan huruf qaf, lam dan mim yang berarti “memperbaiki sesuatu
sehingga menjadi nyata dan seimbang.”9
Istilah Dakwah bil qalam mungkin masih terasa asing di telinga
banyak orang, tidak seperti istilah dakwah bil lisan (ceramah, tablig,
khotbah) dan Dakwah bil hal (pemberdayaan masyarakat secara nyata,
keteladanan perilaku). Penggunaan nama Qalam merujuk kepada firman
Allah SWT.
“Nun, perhatikanlah Al-Qalam dan apa yang dituliskannya” (Q.S.Al-
Qalam: 1).
Maka, jadilah Dakwah bil qalamsebagai konsep “dakwah melalui
pena”, yaitu dengan membuat tulisan di media massa.10
Kini seorang
mubalig, aktivis dakwah, atau umat islam pada umumnya dapat
melakukan dakwah melalui tulisan-tulisan di media massa.
Dakwah bilqalam, yaitu dakwah melalui tulisan yang dilakukan
dengan keahlian menulis di surat kabar, majalah, buku, maupun internet.
Jangkauan yang dapat dicapai oleh dakwah bi al-qalam ini lebih luas
daripada melalui media lisan, demikian pula metode yang digunakan tidak
membutuhkan waktu secara khusus untuk kegiatannya. Kapan saja dan di
mana saja mad’u atau objek dakwah dapat menikmati sajian dakwah bi al-
9Suf Kasman, Jurnalisme Universal Menelusuri prinsip-Prinsip Da’wah Bi Al-Qalam
dalam Al-Qur’an (Jakarta : Teraju 2004), h. 117. 10
Asep Syamsul M. Romli. SIP, Jurnalistik Dakwah Visi dan Misi Dakwah Bil Qalam
(PT. Remaja Rosdakarya : Bandung 2003) cet. 1, h. 21.
19
qalam ini.11
Sebenarnya dakwah bil qalam ini sangat memerlukan keahlian
khusus dalam menulis yang kemudian disebarkan melalui media massa,
khususnya media cetak. Media massa merupakan alat yang efektif untuk
membentuk opini publik/umum, bahkan mempengaruhi orang secara kuat.
Selain itu dakwah melalui tulisan juga dapat menjangkau masyarakat luas.
Tidak seperti berdakwah secara lisan yang hanya berada di satu
lingkungan dan kurang menjangkau semua kalangan.
4. Pesan Dakwah
Pesan dalam ajaran Islam adalah perintah, nasehat, permintaan,
amanah, yang harus disampaikan kepada orang lain. sedangkan pesan
dakwah adalah semua pernyataan yang bersumber dari Al-Qur’an dan Al-
Hadits baik secara tertulis maupun bentuk-bentuk pesan risalah.12
Pesan dakwah itu dapat dibedakan dalam dua kerangka besar yaitu :
a) Pesan dakwah yang memuat hubungan manusia dengan khalik
(habluminallah) yang akan berorientasi kepada kesalehan individu.
b) Pesan dakwah yang memuat hubungan manusia dengan manusia
(habluminannas) yang akan menciptakan kesalehan sosial.
Maddah dakwah adalah isi pesan atau materi yang disampaikan
da’I kepada mad’u. Dalam hal ini sudah jelas bahwa yang menjadi
maddah dakwah adalah ajaran Islam itu sendiri. Oleh karena itu,
membahas yang menjadi dakwah adalah ajaran Islam itu sendiri, sebab
semua ajaran Islam yang sangat luas itu bisa dijadikan maddah dakwah
Islam. Akan tetapi, ajaran Islam yang dijadikan maddah dakwah itu pada
11
Drs. Samsul Munir Amin, M.A, Ilmu Dakwah (Jakarta : Amzah 2009) Ed. 1, cet. 1,
h.11. 12
Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah (Jakarta: Gaya Media Pratama: 1997), h. 43.
20
garis besarnya dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu, akidah,
syari’ah, akhlak.13
1. Aqidah, secara etimologi diambil dari kata “aqad” yakni ikatan yang
kuat. Dapat berarti juga teguh, permanent, saling mengikat, dan rapat.
Dalam ensiklopedi Islam, aqidah dalam I’tiqad bersifat yang
mencakup masalah-masalah yang berhubungan dengan rukun iman.14
Pengertian aqidah secara terminologi yaitu, wajib dibenarkan hati dan
jiwa menjadi tentram karenanya sehingga menjadi suatu keyakinan
yang teguh dan kokoh, yang tidak tercampuri oleh keraguan dan
kebimbangan. Aqidah artinya ketetapan yang tidak ada keraguan pada
orang yang mengambil keputusan. Sedang pengertian aqidah dalam
agama maksudnya berkaitan dengan keyakinan, bukan perbuatan
seperti aqidah dengan adanya Allah dan diutusnya para Rasul.15
Aqidah dalam Islam adalah bersifat ‘Itiqad bathiniyah yang
mencakup masalah-masalah yang erat hubungannya dengan iman.16
a) Iman kepada Allah
b) Iman kepada Malaikat-Nya
c) Iman kepada Kitab-kitab-Nya
d) Iman kepada Rasul-rasul-Nya
e) Iman kepada hari akhir
f) Iman kepada qadha dan qadhar
13
Endang Saifuddin Anshari, Wawasan Islam (Jakarta: Rajawali, 1996), h. 71. 14
Toha Yahya Umar, Ilmu Dakwah (Jakarta: PT Wijaya, 1971) h. 1. 15
AA. Hamid al-Atsari, Intisari Aqidah Ahlu Sunnah Wal Jama’ah (Jakarta: Niaga
Swadaya, 2004), h. 34. 16
Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), h.
60.
21
2. Akhlak, kata akhlak secara etimologi berasal dari bahasa Arab,
dalam bentuk jamak dari khula, yang berarti budi pekerti, perangai,
tingkah laku atau tabiat. Secara linguistik kata akhlak merupakan isi
dari jaid. Maka akhlak berarti segala sikap dan tingkah laku manusia
yang datang dari pencipta (Allah Swt). Ada pula yang mengatakan
akhlak yaitu perkataan jama’ dari bahasa Arab yang berarti Khulk,
sedangkan didalam kamus Al-Munjid berarti budi pekerti, perangai
tingkah laku atau tabiat. Sedangkan di dalam Da’iratul Ma’arif
dikatakan akhlak ialah sifat manusia yang terdidik.17
Sedangkan
menurut Al-Ghazali akhlak diartikan sebagai suatu sifat yang tetap
pada seseorang yang mendorong untuk melakukan perbuatan yang
mudah tanpa membutuhkan sebuah pemikiran. Secara garis besar
akhlak terbagi menjadi :
a) Akhlak Mahmudah
b) Akhlak Mazmummah
3. Syari’ah, secara etimologis berarti jalan. Syariah adalah segala yang
diturunkan oleh Allah SWT, kepada Nabi Muhammad SAW.
Berbentuk wahyu di dalam Al-Qur’an dan sunnah. Sedangkan secara
terminology syariah ialah ketentuan (norma) Illahi yang mengatur
hubungan manusia dengan tuhan (ibadah) dan hubungan manusia
dengan sesamanya (muamalah).18
Syariah yang mencakup pengertian
dalam hokum-hukum yang berdalil pasti dan tegas yang tertera
dalam Al-Quran dan hadits shahih atau ditetapkan dengan ijma’.
17
Asmarana AS, Pengantar Studi Akhlak (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1992), h. 1. 18
M. Abdul Mujieb, Kamus Istilah Fiqh (Jakarta: PT Pustaka Firdaus, 1994), h. 343.
22
a) Ibadah (dalam arti sempit) seperti, thaharah, shalat, zakat,
shaum (puasa), haji bila mampu.
b) Muamalah (dalam arti luas) meliputi: Al-qununul khas
(hukum perdata), Muamalah (hukum Naga), Munakahat
(hukum ukah), Waratsha (hukum waris), Al-qununul’ am
(hukum publik, hinayah (hukum pidana), khilafah (hukum
Negara), Jihad (hukum perang dan damai)
Materi dakwah yang harus disampaikan Da’I meliputi tauhid atau
aqidah sebagai landasan utama ilmu dan amal perilaku, ajaran ini
bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits, budaya yang sudah tersusun sebagai
system budaya yang bersumber dari Al-quran dan Hadits serta alam raya
akhlak yang bersumber dari Al-Quran dan Hadits serta ilmu tentang
prilaku (behavior knowledge) yang bersumber dari Al-Quran dan Hadits
dan alam raya. Behaviour Knowledge ini mencakup ilmu-ilmu praktis
sebagai operasionalisasi value dari ilmu pengetahuan dan teknologi yang
abstrak.19
Tabel 1
Kategori Pesan Dakwah
No KATEGORI SUB KATEGORI
1. Aqidah secara etimologi
diambil dari kata “aqad” yakni
ikatan yang kuat. Dapat berarti
juga teguh, permanent, saling
mengikat, dan rapat.
Iman kepada Allah
Iman kepada Malaikat
Iman kepada Kitab-kitab-Nya
Iman kepada Rasul-rasul-Nya
Iman kepada hari akhir
Iman kepada qhada dan qhadar
19
Bachtiar Wardi, Metode Penelitian Ilmu Dakwah (Logos wacana Ilmu, 1997), cet. Ke-
1, h. 39.
23
2 Akhlak secara etimologi
berasal dari bahasa Arab,
dalam bentuk jamak dari
khula, yang berarti budi
pekerti, perangai, tingkah laku
atau tabiat.
Akhlak mahmudah
Akhlak mazmummah
3 Syariah secara etimologi
berarti jalan. Syariah adalah
segala yang diturunkan oleh
Allah SWT, kepada Nabi
Muhammad SAW.
Ibadah (thaharah, shalat, zakat,
puasa, haji bila mampu.
Muamalah (Al-qununul khas
(hukum perdata), Muamalah
(hukum Naga), Munakahat
(hukum ukah), Waratsha
(hukum waris), Al-qununul’ am
(hukum public, hinayah (hukum
pidana), khilafah (hukum
Negara), Jihad (hukum perang
dan damai)
Sumber : Komunikasi Dakwah, Wahyu Ilahi, M.A.20
C. Novel
1. Pengertian Novel
Dalam bahasa Jerman istilah novel yaitu novelle, dan secara harafiah
novella berarti sebuah barang baru yang kecil dan kemudian diartikan
sebagai cerita yang pendek dalam bentuk prosa.21
Dikatakan baru karena
kalau dibanding dengan jenis-jenis sastra lainnya seperti puisi, drama dan
lain-lain, maka jenis novel ini kemudian muncul.
Novel merupakan sebuah karya prosa fiksi yang panjangnya
cukupan, tidak terlalu panjang, namun juga tidak terlalu panjang. Novel
merupakan satu jenis prosa fiksi. Prosa fiksi adalah karya sastra yang
khasnya mempunyai elemen-elemen seperti : alur/plot, tokoh, latar/setting,
sudut pandang/Point of View, dan gaya bahasanya. Dalam sebuah novel
juga cenderung menitik beratkan munculnya kompleksitas.
20
Wahyu Ilahi, Komunikasi Dakwah (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), cet ke-1,
h. 101. 21
Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi (Yogyakarta: gajah Mada University Press.
2000), h.9.
24
2. Jenis Novel
Adapun jenis-jenis novel amatlah beragam, ada beberapa ahli yang
memilki pendapat yang berbeda, seperti Mochtar Lubis, bahwa jenis-jenis
novel itu terdiri dari:
a. Novel Avontur, yaitu dipusatkan pada seorang lakon utama.
Pengalaman lakon dimulai pada pengalaman pertama, dan diteruskan
pada pengalaman-pengalaman selanjutnya hingga akhir cerita. Jenis
novel ini mempunyai cerita yang kronologis dari awal sampai akhir.
b. Novel Psikologis, yaitu novel yang berisi kepuasan tentang bakat,
watak, karakter para pelakunya beserta kemungkinan perkembangan
jiwa.
c. Novel Detektif, yaitu novel yang melukiskan cara penyelesaian suatu
peristiwa atau kejadian, untuk membongkar suatu kejadian.
d. Novel Sosial, yaitu pelaku pria dan wanita tenggelam dalam
masyarakat, kelas atau golongan. Dalam reaksi setiap golongan
terhadap masalah-masalah yang timbul dan pelaku hanya dipergunakan
sebagai pendukung jalan cerita.
e. Novel Politik, yaitu uraian mengenai novel politik dapat pula dipakai
dari lukisan bentuk sosial.
f. Novel Kolektif, yaitu novel yang melukiskan tentang semua aspek-
aspek kehidupan yang ada, atau semua jenis novel di atas dikumpulkan
menjadi satu cerita. Dan dalam novel ini, tidak hanya dimainkan oleh
satu pemeran saja tetapi pemeran pendukung. Sesuai dengan alur cerita
pada setiap bab, yang kesemua cerita merupakan gambaran fenomena
25
kehidupan nyata yang sering kita alami dan rasakan dalam kehidupan
sehari-hari.
3. Unsur Intrinsik Novel
Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun cerita.
Kepaduan antarberbagai unsur intrinsik inilah yang membuat sebuah novel
berwujud. Atau sebaliknya, jika dilihat dari sudut kita pembaca, unsur-
unsur (cerita) inilah yang akan dijumpai jika kita membaca sebuah novel.
Unsur yang dimaksud, untuk menyebut sebagian saja, misalnya, peristiwa,
cerita, plot, penokohan, tema, latar, sudut pandang penceritaan, bahasa
atau gaya bahasa, dan lain-lain.22
Unsur-unsur pembangun sebuah novel, seperti, plot,tema,
penokohan, dan latar. Secara umum dapat dikatakan bersifat lebih rinci
dan kompleks. Seperti pada penjelasan di bawah ini :
a. Plot atau alur
Plot merupakan unsur fiksi yang penting, bahkan tak sedikit
orang yang menganggapnya sebagai yang terpenting di antara berbagai
unsur fiksi lain.23
Umumnya, novel memiliki lebih dari satu plot, yang
terdiri dari satu plot utama yang berisi konflik utama menjadi inti
persoalan yang diceritakan sepanjang karya itu dan sub plot berupa
munculnya konflik tambahan yang bersifat menopang konflik utama
untuk sampai ke klimaks.
b. Tokoh dan penokohan
Jumlah tokoh cerita yang terlibat dalam novel terbatas, apalagi
yang berstatus tokoh utama. Tokoh-tokoh cerita novel biasanya
22
Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi, h. 23. 23
Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi, h. 110.
26
ditampilkan secara lebih lengkap, termasuk bagaimana hubungan antar
tokoh itu, baik hal itu dilukiskan secara langsung atau tak langsung.
Pada hakikatnya istilah-istilah seperti tokoh dan penokohan,
watak atau perwatakan atau karakter dan karakterisasi secara
bergantian dengan menunjuk pengertian yang hampir sama. Jika
“tokoh” berarti menunjuk pada orangnya, pelaku cerita. Maka, watak
perwatakan dan karakter, menunjuk pada sifat dan sikap para tokoh.
Dan penokohan serta karakterisasi merujuk pada penempatan tokoh-
tokoh tertentu dengan watak-watak tertentu dalam sebuah cerita. Atau
seperti yang dikatakan Jones, sebagaimana di kutip olehBurhan
Nurgiantoro, penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang
seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita.24
Seseorang yang membaca sebuah novel biasanya tertarik akan
persepsi, penafisran dan pemahaman tokoh-tokoh yang dihadirkan
pengarang. Sedangkan tokoh sendiri dapat dibedakan menjadi lima, di
antaranya adalah tokoh utama, protagonist, antagonis, tritagonis, dan
tokoh pembantu.
1) Tokoh Utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya
dalam sebuah novel. Ia merupakan tokoh yang paling banyak
diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai
kejadian, termasuk, konflik sehingga tokoh tersebut
mempengaruhi perkembangan plot.
2) Tokoh ProtagonisAlten Berhand dan Lewis, sebagaimana yang
dikutip oleh Burhan Nurgiantoro, mengartikan tokoh protagonist
24
Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiks, h. 176
27
sebagai tokoh yang kita kagumi, tokoh yang merupakan
pengejawantahan norma-norma, nilai-nilai ideal bagi kita 25
3) Tokoh antagonis adalah tokoh atau pelaku yang menantang tokoh
protagonist sehingga terjadi konflik dalam cerita. 26
4) Tokoh tritagonis adalah tokoh yang menjadi penengah antara
pelaku protagonist dan antagonis.
5) Tokoh pembantu dan tambahan adalah pelaku bertugas membantu
pelaku utama dalam rangkaian mata rantai cerita pelaku
pembantu, mungkin berperan sebagai pahlawan, mungkin juga
sebagai penenang atau sebagai penengah jika terjadi konflik.
Pembedaan antara tokoh utama dan tambahan dengan tokoh
protagonist dan antagonis sering digabungkan, sehingga menjadi tokoh
utama protagonist dan seterusnya.
c. Setting atau latar
Novel dapat melukiskan keadaan latar secara rinci, sehingga
dapat memberikan gambaran yang lebih jelas, konkret, danpasti. Walau
demikian, cerita yang baik hanya akan melukiskan detil-detil tertentu
yang dipandang perlu. Latar akan terjatuh pada pelukisan yang
berkepanjangan sehingga justru terasa membosankan dan mengurangi
kadar ketegangan cerita.
Latar memberikan pijakan cerita secara konkret dan jelas. Hal
ini penting untuk memberikan kesan realistis kepada pembaca.
Menciptkan suasana tertentu yang seolah-olah sungguh-sungguh ada
25
Burhan Nurgiantoro,Teori Pengkajian Fiksi, h. 178. 26
Burhan Nurgiantoro,Teori Pengkajian Fiksi,h. 180.
28
dan terjadi. Dengan demikian, pembaca dapat merasakan dan menilai
kebenaran, ketepatan, dan aktualisasi latar yang diceritakan sehingga
merasa lebih akrab.27
d. Point of view atau sudut pandang
Sudut pandang pada hakikatnya merupakan strategi, teknik,
siasat, yang secara sengaja dipilih pengarang untuk mengemukakan
gagasan dan ceritanya. Segala sesuatu yang dikemukakan dalam karya
fiksi, memang milik pengarang, pandangan hidup dan tafsirannya
terhadap kehidupan. Namun, kesemuanya itu dalam karya fiksi
disalurkan lewat sudut pandang tokoh, lewat kacamata tokoh cerita.28
D. Novel Sebagai Media Dakwah
Setiap kali menerima wahyu, Rasulullah memerintahkan kepada para
sahabat yang mampu membaca dan menulis, untuk menuliskan wahyu di
kertas (qirthas). Perintah ini dimaksudkan untuk melestarikan dan
mempermudah hafalan Al-qur’an, juga sebagai counter culture dari tradisi
masyarakat Arab.29
Hal ini telah membuktikan bahwa sejak zaman rasulullah
telah menggunakan tulisan untuk berdakwah.
Berdakwah melalui tulisan dikemas secara populer dan dikirimkan lalu
dimuat di media massa seperti di koran, majalah, tabloid maupun buletin dan
lain-lain.30
Hal ini membuktikan bahwa setiap pesan yang disampaikan kepada
khalayak tidak hanya pesan biasa, akan tetapi pesan dakwah juga bisa dikemas
secara modern dan populer.
27
Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi, h. 217. 28
Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi h.248. 29
Badiatul Muchlisin Asti, Berdakwah dengan Menulis Buku, (Bandung : Media Qalbu,
2004), cet. 1, h. 34. 30
Aep Kusnawan, Berdakwah Lewat Tulisan, (Bandung : Mujahid, 2004), cet. 2, h. 24.
29
Berdakwah di era informasi seperti sekarang ini tidaklah cukup
disampaikan melalui lisan saja, tetapi juga membutuhkan bantuan dari alat-alat
komunikasi massa yang jangkauannya tidak lagi dibatasi oleh ruang dan
waktu. Alat komunikasi yang dapat kita gunakan yaitu pers (percetakan),
radio, televisi dan lain-lain. Dengan begitu kita bisa berdakwah tanpa
memikirkan masalah jarak. Agar pesan dapat diterima dengan baik, diperlukan
sebuah media, begitu juga dengan kegiatan berdakwah, media merupakan
instrumen atau alat untuk menyampaikan pesan agar mudah dimengerti dan
dipahami oleh si penerima.
Berdakwah yang dilakukan melalui sebuah tulisan seperti novel,
cerpen, buku dapat dilakukan dengan menyisipkan nilai-nilai dakwah di
dalamnya. Berdakwah lewat tulisan diharapkan bisa menjangkau semua
lapisan masyarakat, yang memiliki latar belakang ekonomi dan pendidikan
yang berbeda-beda.
Pengarang-pengarang muslim dan muslimah produktif pun mulai
bermunculan dengan inovasi dan gaya penulisan yang beragam. Seperti Asma
Nadia yang selalu saja menghadirkan novel remaja islami yang selalu
menekankan bahwa, dengan dandanan yang islami tidak akan mengurangi
efektivitas dalam bergaul. Tidak ketinggalan cara gaul yang sehat anak muda
muslim ala Asma Nadia.
30
BAB III
BIOGRAFI ASMA NADIA DAN SINOPSIS NOVEL UMMI
A. Biografi Asma Nadia
Asma Nadia memiliki nama asli Asmarani Rosalba, lahir di Jakarta 26
Maret 1972. Ia merupakan anak dari pasangan Amin Usman atau lebih dikenal
dengan nama Amin Ivo’s, seorang pencipta lagu asal Aceh dan juga menulis
lirik lagu “Jangan Ada Dusta di Antara Kita”, sebuah lagu yang sangat
populer yang dinyanyikan oleh Dewi Yull dan memiliki seorang istri bernama
Maria Eri Susianti, perempuan keturunan Cina yang lahir di Medan. Asma
Nadia mempunyai kakak bernama Helvy Tiana Rosa dan seorang adik lelaki
bernama Aeron Tomino.
Asma dan keluarganya pernah hidup dengan sangat sederhana di tepi
rel kereta api Gunung Sahari, Jakarta Pusat. Setiap malam Asma juga melihat
ibunya menulis diary. Sang ibu memotivasinya, dengan menulis catatan harian
sebagai latihan menyampaikan pendapat, perasaan dan menulis itu sendiri.
Saat masih kecil ia hidup dengan segala keterbatasannya, namun sekarang
menjelma menjadi penulis hebat dan menginspirasi banyak orang dengan
menuliskan pengalaman yang ia rasakan. Cerpen yang ia muat di salah satu
majalahpun menjadi awal kepenulisannya untuk dikenal oleh orang banyak.
Asma Nadia mulai menulis sejak ia duduk di sekolah SMP. Saat itu ia
mulai mengikuti lomba menulis dan lomba mading, sampai akhirnya ia pernah
memenangkan lomba mading di sekolah. Setelah lulus dari SMA 1 Budi
Utomo, Jakarta, ia meneruskan sekolahnya ke perguruan tinggi dan di awal
31
kuliahnya ia mengikuti lomba menulis di media-media dan beberapa kali
menang. Ia pernah menang juga di majalah Annida. Pada tahun 1999, buku
pertama Asma Nadia terbit dan mendapatkan sambutan yang luar biasa,
“Alhamdulillah, buku pertama saya mendapatkan sambutan yang luar biasa,
karena saya telah diberi kemudahan oleh Allah dan itu artinya saya harus tetap
menulis”. Selain aktif mengirimkan tulisan ke majalah-majalah Islam, ia juga
aktif menulis lagu yang sebagian bisa ditemukan di album Bestari I (1996),
Bestari II (1997), dan Bestari III (2003), Snada The Presentation, Air Mata
Bosnia (Snada), Cinta Ilahi (Snada)1
Asma Nadia telah menikah dengan Isa Alamsyah dan dianugerahi dua
anak Evamaria Putri Salsabila dan Adam Putra Firdaus. Keluarga Asma Nadia
dikenal sebagai keluarga penulis. Sang suami, Isa sempat bekerja di koran
Yumiuri Shimbun, TV NHK Jepang, Radio Belanda, juga Majalah Investor
Jerman Globus Vision dan telah menulis buku motivasi berjudul “No
Excuse!”. Sementara Evamaria Putri salsabila atau yang akrab dikenal dengan
Caca, telah menulis sejak usianya 7 tahun dan saat ini sudah menghasilkan 5
buku. Adam si bungsu tidak mau ketinggalan, cerita yang dibuatnya saat umur
5 tahun telah dimuat dalam buku Tangan-tangan Kecil Melukis Langit.
Setelah Asma diterima kuliah di IPB melalui jalur PMDK, ia hanya
bisa melanjutkan kuliah selama beberapa semester dan tidak bisa
menyelesaikan kuliahnya karena ketika kecil sakit-sakitan (jantung, paru-paru,
gegar otak, tumor). Asma memang tidak memiliki gelar kesarjanaan, tetapi ia
1 Hasil wawancara dengan Asma Nadia pada tanggal 6 Maret 2013, jam 15.30 WIB.
32
telah berbicara dihadapan banyak audience termasuk di berbagai universitas
ternama di Indonesia, seperti Universitas Indonesia, ITB, UNPAD, UGM,
IPB, Unsyiah, Universitas Brawijaya, dan perguruan tinggi ternama lainnya.
Asma Nadia merupakan salah satu penulis best seller wanita di
Indonesia. Dalam waktu 10 tahun ia telah menulis lebih dari 40 buku dan
menyusun puluhan antologi. Beberapa penghargaan nasional dan regional di
bidang kepenulisan yang pernah diraihnya. Pengarang terbaik Nasional
penerima Adikarya Ikapi Award tahun 2000, 2001 dan 2005, peraih
penghargaan dari majelis Sastra Asia Tenggara (Mastera) tahun 2005,
Anugrah IBF Award sebagai novelis islami terbaik (2008), peserta terbaik
lokakarya perempuan penulis naskah drama yang diadakan FIB UI dan dewan
Kesenian Jakarta. Tahun 2006, ia menjadi satu dari dua sastrawan muda
Indonesia yang diundang untuk tinggal oleh pemerintah Korea Selatan selama
6 bulan. Undangan yang sama diperolehnya dari Le Chateau de Lavigny
(2009) di Switzerland.
Melalui mailing list pembacaasmanadia, ia berusaha memberdayakan
pembacanya yang sebagian besar perempuan (sesama istri dan ibu rumah
tangga) serta generasi muda untuk terlibat dalam kampanye “Perempuan
Indonesia Menulis!”, hasil dari gerakan itu adalah lahirnya puluhan antologi
yang ditulisnya dengan pembaca dan diterbitkan berbagai penerbit.Dari
mailing list pembacaasmanadia dibantu moderator milis lain, berupaya
menyemangati kaum perempuan untuk membaca, sehingga lahir Klub Buku
AsmaNadia (KBA) di berbagai kota di tanah air, sebagai kegiatan alternatif
33
yang berisi, di mana setiap bulan anggota berkumpul dan berdiskusi tentang
buku yang telah mereka baca.
Sejak tahun 2009 awal, Nadia merintis penerbitan sendiri, yaitu
AsmaNadia Publishing House.Saat ini Asma Nadia dikenal sebagai Ketua
Forum Lingkar Pena. Suatu perkumpulan yang ikut dibidaninya untuk
membantu penulis-penulis muda. Ia juga menjadi Ketua Yayasan Lingkar
Pena dan manajer Lingkar Pena Publishing House. Karena karya-karyanya ia
pernah mendapat berbagai penghargaan. Selain menulis Asma sering diminta
untuk memberi materi dalam berbagai loka karya yang berkaitan dengan
penulisan serta keperempuanan.Sasarannya adalah berbagai majalah
keislaman.
Pada Agustus – September 2009, Asma Nadia mendapat undangan
Writers In Residence dari Le Chateu de Lavigny dalam perjalanannya keliling
Eropa. Asma Nadia juga sempat diundang untuk memberikan workshop dan
dialog kepenulisan di PTRI Jenewa, Masjid Al Falah Berlin (bekerja sama
dengan FLP dan KBRI), KBRI Roma, Manchester (dalam acara KIBAR
Gathering), dan Newcastle. Asma Nadia juga pernah menjadi pembicara pada
forum Seoul Young Writers Festival dan The 2nd Asia Literature Forum di
Gwangju, Public Reading di Jenewa, serta memberikan workshop kepenulisan
di berbagai pelosok tanah air, juga kepada pelajar Indonesia di Mesir,
Switzerland, Inggris, Jerman, Roma dan Vatican, serta buruh migran di
Hongkong dan Malaysia.
Terakhir melalui Yayasan AsmaNadia, Asma merintis Rumah Baca
AsmaNadia, 40 rumah baca sederhana untuk membaca dan beraktivitas bagi
34
anak-anak dan remaja kurang mampu. Saat ini RBA ada di berbagai pelosok
tanah air, diantaranya : Gresik, Bogor, Balikpapan, Pekanbaru, Jogja, Papua,
Tenggarong dll.Yayasan Rumah Baca AsmaNadia juga menyelenggarakan
workshop-workshop pilihan dengan berbagai tema, mulai dari seputar menulis
(untuk anak kecil, remaja dan dewasa), kepribadian muslimah, mendidik anak,
dll.
Dari dunia penerbitan, dunia film juga mulai dirambahnya.
Sebelumnya buku-buku Asma berjudul “Emak Ingin Naik Haji”, “Rumah
Tanpa Jendela”, dan “17 Catatan Hati Ummi” telah mengecap sukses yang
diangkat ke layar kaca.
Salah satu novel karya Asma Nadia berjudul Ummi, yang ceritanya
berkaitan erat dengan kehidupan sosial yang ada di sekeliling kita. Terlebih
lagi saat ini banyak anak yang kurang menghormati orang tua, apalagi seorang
ibu. Dalam novel ini lebih menceritakan kisah seorang ibu yang mempunyai
konflik sama dengan yang kita rasakan sehari-hari.2
B. Karya-karya Asma Nadia
Bila ada penulis yang tetap eksis selama belasan tahun dan tetap
idealis untuk bertahan di tema-tema religi, Asma Nadia lah orangnya. Hampir
semua bukunya selalu sukses di pasaran.
Adapun Karya-karya yang telah dibuatnya, banyak diantaranya di
terbitkan oleh Penerbit Mizan, yaitu :
1. Derai Sunyi, sebuah novel yang mendapatkan penghargaan Majelis Sastra
Asia Tenggara (MASTERA), 2002.
2Hasil wawancara dengan Asma Nadia pada tanggal 6 Maret 2013, jam 15.30 WIB.
35
2. Preh (A Waiting), naskah drama dua bahasa, diterbitkan oleh Dewan
Kesenian
3. Cinta Tak Pernah Menari, kumpulan cerpen, meraih Pena Award
4. Rembulan di Mata Ibu (2002), novel, memenangkan penghargaan
Adikarya IKAPI sebagai buku remaja terbaik nasional
5. Dialog Dua layar, memenangkan penghargaan Adikarya IKAPI, 2002
6. 101 Dating, meraih penghargaan Adikarya IKAPI, 2005
7. Jangan Jadi Muslimah Nyebelin!, nonfiksi, best seller
8. Emak Ingin Naik Haji: Cinta Hingga Ke Tanah Suci (AsmaNadia
Publishing House)
9. Jilbab Traveler (AsmaNadia Publishing House)
10. Muhasabah Cinta Seorang Istri
11. Catatan Hati Bunda
12. Catatan Hati Seorang Istri, buku nonfiksi terlaris tahun 2007 dari majalah
tempo dan buku nonfiksi terlaris berdasarkan survey dari 27 toko buku
gramedia di tanah air dari Harian Berita Kompas.
13. Istana Kedua
14. Sakinah Bersamamu
15. Rembulan di Mata Ibu. (2000)
16. Pesantren Impian
17. Kerlip Bintang Diandra
18. Aku Ingin Menjadi Istrimu
19. La Tahzan For Broken Hearted Muslimah
36
20. Cinta di Ujung Sajadah
21. Kisah Kasih dari Negeri Pengantin
22. Serenade BiruDinda. (2000)
23. Hari-HariCinta Tiara. (2000)
24. Titian Pelangi. (2000)
25. Jai dan Jamilah1 : J-Two On Mission. (2003)
26. Jai dan Jamilah2 ;Jilbaber In Trouble. (2005)
Karya-KaryaAsmaNadia :
1. Aisyah Putri1 :OperasiMilenia, Bandung : Syaamil, 2000.
2. Pesantren Impian, Bandung :Syaamil, 2000.
3. Ola Si Koala 1 :Gara-Gara Hal Sepele, Bandung : Syaamil, 2000.
4. Ola Si Koala 2 :Lomba Mengaji, Bandung : Syaamil, 2000.
5. Kerlip Bintang Diandra, Bandung : Syaamil, 2000.
6. Aisyah Putri2 : Chat Online, Bandung : Syaamil, 2001.
7. Kepak Sayap Patah, Jakarta : FBA Press, 2001.
8. Pelangi Nurani, Bandung :Syaamil, 2002.
9. Aisyah Putri 3 :Mr. Penyair, Bandung : Syaamil, 2002.
10. Meminang Bidadari, Jakarta : FBA Press, 2002.
11. Doa Kecil Dalam Hati Gue, Bandung :Syaamil, 2003.
12. Aisyah Putri 4 :Teror Jelangkung Keren, Bandung : Syaamil, 2003.
13. Cinta Tak Pernah Menari, Jakarta : Gramedia PustakaUtama, 2003.
14. 101 Dating ; Jo dan Kas, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2004.
15. Aku Ingin Menjadi Istrimu, Jakarta : Lingkar Pena Publishing House,
37
2004.
16. Ada Rindu di Mata Peri, Jakarta :Lingkar Pena Publishing House, 2004.
17. Cinta Laki-Laki Biasa, Bandung :Syaamil, 2005.
18. Jangan Jadi Muslimah Nyebelin, Jakarta : Lingkar Pena Publishing House,
2005.
19. Rumah Cinta Penuh Warna, Jakarta :Qanita, 2005.
20. Aisyah Putri, My Pinky Moments, Jakarta : Lingkar Pena Publishing
House, 2006.
21. Catatan Hati Seorang Istri, Jakarta :Lingkar Pena Publishing House, 2006.
22. Preh, Three Best Selection Playwrights, Jakarta : The Jakarta Art Council,
2006.
23. Istana Kedua, Jakarta :Gramedia PustakaUtama, 2007.
24. Aisyah Putri :Hidayah Buat Sang Bodyguard, Jakarta : Lingkar Pena
Publishing House, 2007.
25. Catatan Hati Bunda, Jakarta :Lingkar Pena Publishing House, 2008.
26. Cinta di Ujung Sajadah, Jakarta :Lingkar Pena Publishig House, 2008.
27. Aisyah Putri, Jadian Boleh, Dong, Jakarta :Asma Nadia Publishing House,
2009.
28. Emak Ingin Naik Haji, Jakarta :Asma Nadia Publishing House, 2009.
29. Jilbab Traveler, Jakarta :Asma Nadia Publishing House, 2009.
30. Sakinah Bersamamu, Jakarta : Asma Nadia Publishing House, 2010.
31. Dendam Positif !, Jakarta : Asma Nadia Publishing House, 2011.
32. Rumah Tanpa Jendela, Jakarta : Penerbit Kompas Gramedia, 2011.
38
33. 30 Scripts Pintu Surga, Jakarta : Trans Tv, 2011.
34. New Catatan Hati SeorangIstri, Jakarta :Asma Nadia Publishing House,
2011.
35. My Tweet-O-Graphy, Jakarta :Asma Nadia Publishing House, 2011.
Summary Of Translations Of Work Into Other Language :
1. Abang Apa Salahku, Malaysia : PTS Millennia SDN. BHD, 2009.
2. Di Dunia Ada Surga, Malaysia : PTS Millennia SDN. BHD, 2009.
3. Anggun, Malaysia : PTS Millenia SDN. BHD, 2010.
4. Cinta di HujungSajadah, Malaysia : PTS millennia SDN. BHD, 2011.
5. Ammanige Haj Bayake, India : NAVAKARNATAKA PUBLICATIONS
PVT. LTD.
Karya-karya berikut ditulis bersama penulis lain:
1. Ketika Penulis Jatuh Cinta, Penerbit Lingkar Pena, 2005
2. Kisah Kasih dari Negeri Pengantin, Penerbit Lingkar Pena, 2005
3. Jilbab Pertamaku, Penerbit Lingkar Pena, 2005
4. Miss Right Where R U? Suka Duka dan Tips Jadi Jomblo Beriman,
Penerbit Lingkar Pena, 2005
5. Jatuh bangun Cintaku, Penerbit Lingkar Pena, 2005
6. Gara-Gara Jilbabku ?, Penerbit Lingkar Pena, 2006
7. Galz Please Don’t Cry, Penerbit Lingkar Pena, 2006
8. The Real Dezperate Housewives, Penerbit Lingkar Pena, 2006
9. Ketika Aa Menikah Lagi, Penerbit Lingkar Pena, 2007
10. Karenamu Aku Cemburu, Penerbit Lingkar Pena, 2007
39
11. Catatan Hati di Setiap Sujudku, Penerbit Lingkar Pena, 2007
12. Badman: Bidin
13. Suparman Pulang kampung
14. Pura-Pura Ninja
15. Catatan Hati di Setiap Sujudku (kumpulan tulisan dari mailing list)
16. Meminang Bidadari
C. Sinopsis Novel Ummi
Novel Ummi ini banyak memberikan pelajaran bagi kita, terutama bagi
orang yang pernah atau masih berselisih dengan orang tua, untuk orang yang
terlibat cinta segitiga dengan pihak yang sudah berkeluarga, untuk yang ingin
lebih baik dalam birrul walidain, kepada orang tua, untuk yang pernah
mengalami ujian hidup, untuk orang yang ingin mengeja cinta dan
memaknainya lebih baik, untuk orang yang sedang berada di persimpangan
jalan, terbentur pasangan saat ingin membahagiakan orang tua, untuk orang
yang terlibat cinta segitiga dengan pihak yang sudah berkeluarga, untuk kita
yang peduli dengan seseorang yang kita kenal, yang ingin kita tuntun menjadi
lelaki atau perempuan sejati dalam menjaga fitrahnya.3
Tokoh utama dari novel Ummi adalah seorang ibu bernama Ummi
Aminah yang telah ditinggal oleh suaminya. Ummi Aminah adalah seorang
da’iyah yang sudah melalui perjalanan panjang penuh luka untuk sampai pada
titik sekarang. Menjadi seorang ustadzah yang ceramah-ceramahnya, baik di
masjid, radio, atau tv selalu ditunggu banyak orang.
3http://www.asmanadia.net/2012/07/catatan-tentang-ummi-novel-dan-filmnya.html.
Diakses pada tanggal 27 Agustus 2013.
40
Menuntun tujuh anak, dua dari pernikahannya terdahulu, agar tetap
berada di jalan surga, bukanlah hal mudah. kenyataannya anak bukanlah
sekedar anugerah, tetapi juga pintu-pintu ujianNya. Tidak mudah pula bagi
Ummi untuk melewati perceraian yang meninggalkan luka dalam jika Abah
tidak datang menyejukkan hatinya. Abah adalah suami kedua Ummi, lelaki
saleh yang sabar ini selalu mendampinginya dalam menjaga anak-anak dan
menjadi sosok penting di balik layar atas kesuksesan Ummi.
Mulai dari pernikahan Umar, putra tertua yang terancam
perceraian.Saat pertama ia mengenal seorang gadis periang, ramah dan
sepertinya ringan tangan. Risma muda yang tak pernah memberi aturan
macam-macam. Justru sikap penurutnya, selain kebagusan wajahnya, yang
membuat Umar tertarik. Umar anak tertua di keluarga Ummi. Umar
merupakantulang punggungkeluarga, istrinya harus bisa memahami itu. Meski
Abah dan Ummi tak pernah meminta, Umar merasa berkewajiban secara rutin
mengirimkan uang setiap bulan untuk biaya sekolah dan les adik-adiknya.
Dulu dikiranya Risma akan berada di sisinya, mendukung penuh
keputusan-keputusan suaminya selama itu bukan hal-hal yang buruk. Tetapi
memang tidak mudah menduga kedalaman hati seseorang. Perangai asli
istrinya baru ketahuan setelah pernikahan mereka menginjak tiga bulan. Risma
bersikap seakan-akan detektif yang melakukan investigasi. Perempuan itu
mulai mendata semua harta benda mereka, juga setiap sen yang dikeluarkan
suaminya. Jika ditegur, perempuan berambut ikal itu akan memunggunginya
berhari-hari di tempat tidur. Awalnya Umar mengalah. Bukan mengubah
41
prinsipnya dalam mendukung Ummi, Abah dan adik-adik, tetapi berusaha
mencari jalan terbaik untuk meminimalisasi keributan. Istrinya, perempuan
yang diharapkan memahami hati Umar lebih dari yang lain, berani menghina
orang tua dan adik-adik yang dia sayangi. Tak ada artinya keberlimpahan
materi jika tidak bisa membahagiakan dan memudahkan hidup orang tua dan
keluarga yang dicintai.
Cerai, perkara halal namun paling dibenci Allah. Risma telah
mengangkat kaki dan membawa koper besar berisi pakaian. Meninggalkan
suami dan juga Rangga, anak satu-satunya mereka. Seingatnya selama ini
Umar sudah berusaha memberikan kebahagiaan dan kehidupan mewah kepada
istrinya. Dia tidak ingin berpisah. Tetapi tanpa ragu dia akan menjawab tidak,
untuk hidup bersama perempuan yang menghalangi baktinya kepada Abah
dan Ummi. Setelah berhari-hari Risma meninggalkan rumah, suami dan
anaknya. Akhirnya atas saran Ummi, Umar menjemput istrinya yang berada di
rumah orang tuanya.
Zarika, anak gadis Ummi yang paling cantik, memiliki karir bagus
namun belum menikah, dan digosipkan banyak sosial media telah merebut
suami orang. Kabar yang membangkitkan luka lama yang coba dilupakan
Ummi. Ia adalah wanita yang modis, tetapi ia selalu tertutup masalah cinta
karena selalu berhubungan dengan orang yang salah. Setelah beranjak dewasa,
Zarika justru tak pernah sanggup berbagi urusan cintanya dengan keluarga.
Ada banyak alasan untuk menyembunyikan kisah asmaranya. Tidak tega
membebani pikiran Ummi, itu yang pertama. Sementara menceritakan kepada
42
saudara-saudaranya sama saja dengan memberi bocoran kepada Ummi, cepat
atau lambat.
Kenyataan bahwa dia entah bagaimana selalu berhubungan dengan
orang yang salah. Laki-laki yang tepat secara kriteria dunia tetapi sulit
diterima keluarganya. Ada Rio yang tampan dan atletis. Tetapi profesinya
menimbulkan keengganan di batin Zarika karena Rio berprofesi sebagai
penari. tetapi mereka hanya berpacaran delapan bulan. Setelah Rio, ada
beberapa nama lain. Tapi tak layak dicatat, sampai dia bertemu Herman,
fotografer yang dikenalnya secara tak sengaja. Namun kehadiran lelaki itu
dalam hidupnya, tidak meringankan bibir Zarika untuk menjawab pertanyaan
Ummi, kapan dia menikah. Ia tak sanggup menyampaikan kekurangan paling
fatal lelaki itu. Herman perokok berat. Sementara tak ada satu pun anggota
keluarga Zarika yang perokok. Sampai akhirnya Herman lebih memilih rokok
daripada Zarika.
Zarika menyibukkan hatinya yang patah, kalah oleh rokok, dengan
menenggelamkan diri dalam pekerjaan. Hingga akhirnya dia duduk di kursi
direksi dan bertemu dengan Mas Wisnu, sosok sempurna yang cerdas dan
tidak merokok. Tampan, cerdas, dan bukan perokok. Relijius pula. Mas Wisnu
sangat taat beribadah. Masalahnya tempat ibadah lelaki itu dan Zarika
berbeda. Karena ternyata Mas Wisnu itu beragama kristen katolik. Sampai
Zarika bercerita ke Ummi dan Ummi menyitir ayat Al-Qur’an sambil
memeluk erat Zarika. Ali imran 102
43
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah
sebenar-benarnya takwa kepada-Nya. Dan janganlah kamu mati
melainkan dalam keadaan beragama Islam”.
Ummi tidak bisa membiarkan anak Ummi seumur hidup menanggung
dosa zina atau berpindah agama. Ummi berpesan ada dua hal yang bisa
menghancurkan hati Ummi, yang pertama berpindah agama dan yang kedua
jika anak-anak Ummi mengganggu rumah tangga orang lain. Demi Allah,
Ummi tidak ridha anak-anak Ummi terlibat perselingkuhan. Sebab selingkuh
membuka pintu zina, dan itu dosa besar.
Lalu Zidan, putra yang diharapkan menjadi cahaya mata, sebagaimana
doa-doa yang selalu diucapkan Ummi, ternyata merasa dirinya berbeda. Zidan
yang feminin menjadi bulan-bulanan media infotainment.
Zidan, cowok kurus yang rambutnya dicat pirang itu dengan cekatan
mendandani rambut Mas Joko. Zidan hapal betul kebiasaan Zubaidah
menyenangkan laki-laki yang sedang didekatinya. Mulai dari mentraktir,
membawanya ke salon gratisan karena milik adiknya sendiri atau apa pun agar
cowok yang disukai membalas perasaannya. Zidan, anak laki-laki Ummi yang
berbeda dengan Zainal dan Umar. Bagi Zidan berat sekali melawan
kecendrungan diri. Selama ini Zidan bisa menampik godaan rokok, minuman
keras bahkan narkoba. Tetapi, tak sanggup menjadi sosok yang bukan dirinya.
Hanya orang munafik yang melakukan itu, tampil tak sesuai aslinya. Dia juga
tidak bisa mencegah timbulnya perdebatan di infotainment tentang teka-teki
orientasi seksual anaknya Ummi Aminah. Namun, karena kecerobohan Zidan
yang sedang melamun dan memikirkan nasibnya yang berbeda dengan
44
saudara laki-lakinya itu, akhirnya rambut Mas Joko jadi salah high light.
Sementara Mas Joko terlihat sangat terpukul hingga tak bisa bicara. Parahnya
lagi, ketika keluar salon mereka tak menemukan motor Mas Joko terparkir.
Kemurkaan Mas Joko berikutnya sungguh menyesakkan gadis itu. Sampai
akhirnya Mas Joko meminta Zubaidah untuk menggantikan motor itu, karena
Zubaidah yang telah mengajak Mas Joko ke salon.
Di antara anak-anak Abah, Bang Umar yang paling berhasil bisnisnya.
Karenanya lelaki itu selalu menjadi yang pertama dicari setiap mereka perlu
bantuan. Apalagi meski bertambah kaya, abang tertua mereka tak pernah
susah merogoh dompet untuk orang tua dan adik-adiknya. Persoalannya,
hanya Aisyah saudara satu ayah dengan Bang Umar. Itu sebabnya selalu
wajah Aisyah yang disodorkan jika keluarga mereka memerlukan pinjaman.
Saat itu Ummi minta tolong kepada Aisyah untuk bantu Abah pinjam uang ke
Umar, karena Abah ingin membeli tanah. Kalau sampai lelaki yang sehari-hari
mengenakan baju koko itu mencari pinjaman ke sana kemari untuk membeli
tanah, berarti harga tanahnya benar-benar murah. Dan selama ini Abah belum
pernah salah perhitungan. Abah memang ayah tiri Umar, tetapi Umar tahu
Abah memiliki otak dagang yang nyaris tak pernah salah dalam melihat
peluang.
Zainal adalah anak Ummi yang bisa dibilang sangat gigih dalam
mencari pekerjaan. Tetapi ia tidak membiarkan dirinya berada dalam area
keraguan. Ketika lulus SMA dan tidak diterima di perguruan tinggi negeri,
pemuda itu tidak berlama-lama sedih. Dia hanya harus mencari dengan jeli
45
peluang yang Allah berikan. Akhirnya setelah lama menanti, Zainal mulai
menciptakan pekerjaan untuk dirinya sendiri, berwiraswasta. Ketika bisnis
kecil-kecilan sebagai calo percetakan tidak berjalan baik, Zainal
mengembangkan husnuzhon berikutnya kepada Allah. mungkin Allah sedang
menguji kegigihannya melamar pekerjaan. Mulai dari guru taman kanak-
kanak, sales, kasir, pedagang kaki lima, penjaga toko, petugas car call di mall,
dan supir taksi. Lika liku mencari pekerjaan berakhir setelah dia menjadi supir
pribadi Ummi. Namun, itu saja masih kurang membantu menambahkan biaya
kelahiran Rini yang sedang hamil. Sampai akhirnya Zainal menemukan
pekerjaan freelance yaitu berjualan sepatu yang diambilnya dari seorang
teman yang sekarang jadi distributor sepatu dan sandal murah. Pasarnya
adalah ibu-ibu dan muslimah jamaah pengajian Ummi. Sebuah pekerjaan yang
tanpa resiko. Seharusnya.
Karena, pada suatu hari Zainal dijebak oleh pengedar narkoba. Barang
haram tersebut di simpan rapi dalam sepatu oleh pengedarnya, sehingga Zainal
tidak menyadari. Saat pengedar yang lain mengambil barang titipan itu,
ternyata polisi mengetahui aksinya. Zainal pun ikut tertangkap oleh pengedar
itu. Melihat hal itu hati Ummi tidak karuan. Namun, Allah memang tidak
pernah tidur. Kenyataan itu pun akhirnya terungkap, Zainal pun bebas dari
penjara. Karena memang Zainal tidak bersalah dan ia hanya dijebak.
Alhamdulillah keadilan tidak buta. Orang yang bertanggung jawab
akan keberadaan narkoba di tiga kardus sepatu itu sudah ditangkap. Allah
Mahabesar. Kabar itu tentu saja disambut reaksi berbagai media. Pertanyaan
yang diajukan mereka kemudian adalah: kapan Ummi Aminah ceramah lagi ?
46
Selama ibu mereka vakum, menanggapi curhatnya, Ziah telah
membantunya memilih baju-baju dan jilbab yang serasi hingga Zubaidah
kakaknya yang bertubuh besar itu lebih pede. Sekarang Zubaidahlah yang
menggantikan Ziah dalam menemani Ummi ceramah. Hampir setiap hari
Zubaidah mendorong ibunya untuk segera tampil. Gadis itu sudah tidak sabar
berperan di samping Ummi.
Saat ini benak Ummi Aminah hanya dipenuhi keinginan memesrai
orang-orang rumah. Menemani dan mengiringi mereka mendekat keridha
Allah. Cinta di usia senja, rezeki Allah yang lain, yang harus disyukurinya.
Cinta yang menguatkan keduanya saat berbenturan dengan ujian hidup.
Seperti pinjaman dari Umar yang ternyata tak jadi berbentuk tanah.
Tak apa. Ujian ini masih ringan. Dia tak perlu melaluinya selama
Sembilan ratus lima puluh tahun. Tidak satu pun dari ujian yang Allah
hamparkan pada keluarga mereka, layak dibandingkan ujian-ujian di masa
lalu. Para Nabi dan rasul Allah telah mencontohkan hidup dalam ujian yang
luar biasa, tanpa berkurang cinta dan kepercayaan mereka kepada Allah.
Ummi Aminah belajar tak lagi kaget atau panik dalam menyikapi ujian
yang Allah berikan. Ujian itu ada karena dia dan Abah sanggup mengatasinya.
Ujian diberikan sebagai tes tambahan karena iman mereka akan naik kelas,
Insya Allah. Sebab, Allah yang Maha Rahman dan Rahim tak hanya
menyiapkan ujian, tetapi juga jalan keluar.
47
BAB IV
ANALISIS ISI PESAN DALAM NOVEL UMMI KARYA ASMA NADIA
Novel merupakan karya sastra yang mengandung unsur estetika, yang
terkadang dimanfaatkan oleh para tokoh agama maupun lainnya sebagai sarana
dakwah untuk mengajak manusia ke jalan Allah. Novel juga tidak terlepas dari
latar belakang pengarangnya, apalagi pengarang tersebut seorang muslim, besar
kemungkinan adanya novel dijadikan sarana untuk menyampaikan pesan dakwah
yang terkandung dalam ajaran agama. Baik itu cerita yang sebenarnya dialami
sendiri atau cerita dari pengalaman orang lain.
Seperti yang telah penulis paparkan pada bab sebelumnya mengenai
kategori-kategori dakwah yang menurut Quraish Shihab materi dakwah adalah Al-
Islam yang bersumber dari Al Qur‟an dan Hadist. Sebagai sumber utama yang
meliputi Aqidah, Akhlak dan Syariah. Dasar pembagian tersebut merujuk pada
tujuan pokok diturunkannya Al-Quran yaitu sebagai petunjuk aqidah dan
kepercayaan yang harus dianut oleh manusia serta norma petunjuk mengenai
akhlak murni dengan jalan menerangkan norma-norma keagamaan dan susila.1
Melihat dari kategori yang telah penulis paparkan M. Quraish Shihab
memaparkan ke dalam tiga kategori yaitu, Aqidah, Akhlak dan Syariah. Untuk
lebih jelasnya, berikut penjelasan dalam kategori :
Berikut ini merupakan analisis isi pesan dakwah dalam novel Ummi :
1 M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran ; Fungsi Dan Peran Wahyu Dalam
Kehidupan Masyarakat. (Bandung : Mizan,1996), cet ke-13
48
A. Pesan Aqidah
1. Tawakal
Tawakal ialah menyerahkan dan mempercayakan diri bulat-bulat
kepada Allah. Bertawakal dan berusaha, berserah diri dalam melakukan
tugas, mempercayakan diri sewaktu menunaikan amanat perjuangan.
Menyerahkan diri bulat-bulat dalam memegang keyakinan dan
memperjuangkan keyakinan itu.2
Di dalam novel Ummi terkandung pesan dari kalimat sebagai
berikut :
Biarlah…jodoh akan datang ketika tak dinanti. Allah punya kalkulasi
sendiri tentang jodoh, rizki, dan kematian. Zarika tak boleh kehilangan
kepercayaan akan hitung-hitunganNya. Hanya Allah yang kalkulasinya
selalu tepat. (Ummi. h. 33)
Dalam kalimat di atas, Zarika berusaha untuk menenangkan hati
dan pikirannya. Karena belakangan ini ia dekat dengan pria yang dirasanya
kurang cocok. Ada Rio yang tampan dan atletis, tetapi profesinya sebagai
penari menimbulkan keengganan di hati Zarika. Setelah Rio ada Herman
seorang fotografi yang mengisi hari-harinya selama satu tahun, tapi lagi-
lagi Zarika merasa kurang cocok dengan Herman yang juga seorang
perokok berat. Saat ini Zarika hanya bisa pasrah dan menyerahkan
masalah jodoh, rizki dan kematian hanya kepada Allah. Zarika percaya
bahwa Allah selalu memberikan yang terbaik buat hambaNya yang ikhlas.
Soal penghasilan…. . zainal percaya, Allah Maha adil. Tidak mungkin Dia
menzalimi hamba-hambaNya yang mendekat. (Ummi. h. 42)
2K. H. M. Isa Anshary, Mujahid Da’wah, (Diponegoro, Bandung, 1991), cet. 4, h. 266.
49
Dalam kalimat di atas, Zainal selalu percaya kepada Allah akan
rezeki yang datang. Karena perjalanan Zainal dalam menafkahi keluarga
kecilnya tidak mudah meski ia seorang anak ustadzah terkenal. Sudah
banyak lika-liku Zainal dalam mencari pekerjaan, sampai akhirnya
iamenjadi supir pribadi Ummi. Asal kita mau terus berusaha, berdoa dan
selalu berada di jalan Allah pasti Allah akan memberikan kemudahan.
Tapi semoga doa dan shalat-shalatnya bisa menjaga mereka. Tak hanya
sekarang, juga setelah dia dan Abah pergi menghadap-Nya nanti. (Ummi.
h. 172)
Dalam kalimat di atas, itulah harapan dari seorang Ummi. Ia
merasa sebagai orang tua ia tidak selalu tahu persoalan anak-anak dan tak
selalu bisa membantu menyelesaikan masalahnya. Semoga dengan doa dan
shalat-shalat yang Ummi tujukan untuk ketujuh anaknya itu bisa menjadi
pelindung disaat Ummi dan Abah masih ada maupun pergi menghadap-
Nya. Karena itu Ummi hanya bisa pasrah dan menyerahkan urusan kepada
Allah untuk selalu menjaga anak-anak tetap berada dalam lindungan Allah
SWT.
2. Taqwa
Taqwa artinya bersikap hati-hati terhadap perintah dan larangan
Allah. maksudnya ialah agar kita senantiasa memelihara semua yang
diperintah oleh Allah kepada kita dan menjauhi semua yang dilarangnya.3
Di dalam novel Ummi terdapat pesan taqwa sebagai berikut :
Apalagi setelah mengalami masa datang bulan dan kewajiban berjilbab
sebagai konsekuensi menginjak usia baligh, harus ia jalani. (Ummi. h. 8)
3 Drs. Ahmad Kosasih, M. A, 33 Butir Pesan Religious Buat Kehidupan, (Salemba
Diniyah, Jakarta 2002), ed. 1, h. 55.
50
Dalam kalimat di atas, Zubaidah yang sudah memasuki masa
balighdiharuskan untuk mengikuti peraturan Allah, disaat kita telah baligh
maka kita diwajibkan menggunakan jilbab. Karena itu merupakan
kewajiban yang Allah suratkan dalam Al Quran.
Dengan usia yang tak muda lagi, Umar ingin menghadap Allah sebagai
suami yang berhasil menuntun istri menyempurnakan ketaatannya sebagai
muslimah. Dalil jilbab itu jelas, sebab tercantum di dalam Al-Quran, dan
kitab suci itu bukan diperuntukkan hanya bagi bangsa Arab, tetapi seluruh
umat manusia. (Ummi. h. 166)
Dalam kalimat di atas, Umar sebagai seorang suami hanya ingin
bertanggung jawab kepada Allah. Ia menginginkan keluarga yang sakinah,
mawadah dan warohmah. Ia juga ingin Risma sebagai istrinya untuk
menggunakan jilbab dan menutupi auratnya. Karena Umar tahu, hal itu
merupakan salah satu perintah Allah yang harus dijalani sebagai umat
manusia, apalagi kita sebagai seorang muslim.
Dia harus meniru kegigihan Nabi Nuh AS dalam membangun istana
kebaikan. Tidak ada keputusasaan dari sosok yang merupakan satu dari
dua hamba yang diabadikan Al-Quran karena sikap bersyukurnya. (Ummi.
h. 169)
Dalam kalimat di atas, dengan banyaknya cobaan yang Ummi
hadapi di keluarganya, ia harus mengingat perjuangan Nabi Nuh. Ummi
Aminah sebagai seorang Ibu dan juga sebagai seorang ustadzah, harus bisa
menjadi panutan bagi anak-anaknya dan juga panutan sebagai seorang
ustadzah. Ummi Aminah sangat tekun dalam melaksanakan ajaran-ajaran
Allah dan juga berusaha meniru kebaikan para Nabi.
Yang penting saleh, sehingga dapat menjaga perasaan istri juga
menuntunnya dan anak-anak yang kemudian lahir, mendekat ke ridha
Allah. (Ummi. h. 171)
51
Dalam kalimat di atas, Ummi Aminah berharap Zarika
mendapatkan jodoh yang saleh, agar hidup kedepannya lebih baik lagi dan
tetap berada di jalan Allah. karena Ummi dan Abah sadar, bukan dunia
yang dibangun sepasang insan yang memutuskan menikah. Tapi akhiratlah
yang akan menjadi tujuan akhirnya.
3. Istiqomah
Istiqomah ialah teguh pendirian dan kuat keyakinan. Loncatan ke
atas atau ke bawah yang ditemuinya dalam hidup, tidak merubah sikap dan
pandangan.4 Orang yang istiqomah, selalu berjalan dalam jalur kebenaran
yang lurus, menurut garis yang telas ditentukan Allah dan Rasul.
Di dalam novel Ummi terdapat pesan yang mengandung istiqomah
sebagai berikut :
Dunia tidak adil. Allah tidak adil, kadang pikiran menyesatkan itu muncul.
Meski ujung-ujungnya ditutup dengan permohonan ampun karena telah
meragukan keadilanNya. (Ummi. h. 9)
Dalam kalimat di atas, Zubaidah terkadang merasa Allah tidak adil
terhadapnya. Karena kalau melihat kakak-kakaknya yang cantik-cantik,
Zubaidahlah yang paling berbeda. Tapi setelah pikiran yang menyesatkan
itu muncul, dia langsung kembali sadar karena Ummi selalu
mengingatkannya untuk memohon ampun kepada Allah atas
perbuatannya. Meski tidak cantik, tapi dia normal secara fisik.
“Jangan menikah kecuali Wisnu bersedia masuk Islam. Abah kira
keluarganya jika taat akan berpikiran yang sama juga. Jangan menikah jika
harus berpindah agama. Tetapi secara pribadi, Abah dan Ummi mohon
Rika tidak pernah meninggalkan Islam, agar bisa menjadi tiket ke surga
buat Abah dan Ummi. ” (Ummi. h. 36)
4K. H. M. Isa Anshary, Mujahid Da’wah, (cv. Diponegoro, Bandung), cet. 4, h. 260.
52
Dalam kalimat di atas, Abah yang mulai buka suara memohon
kepada Zarika untuk tidak menikah dengan pria yang beda agama. Kecuali
mas Wisnu mau berpindah agama menjadi Islam. Abah dan Ummi minta
Zarika untuk tidak meninggalkan Islam, karena setiap anak bisa menjadi
tiket ke surga, atau neraka bagi orang tuanya… semua tergantung pada
keputusan seorang anak.
Seperti dalam kalimat lain dalam Novel Ummi terdapat kalimat
sebagai berikut :
Semakin deras titik air mata jatuh di wajahnya yang putih bersih,
saat Ummi menyitir ayat Al Quran sambil memeluknya erat.
“Walatamutunna illa wa antum muslimun… Rika, Ummi tidak bisa
membiarkan anak Ummi seumur hidup menanggung dosa zina atau
berpindah agama. ” (Ummi. h. 37)
Dalam kalimat di atas, Ummi mencoba meneguhkan hati Zarika
dengan menyitir ayat Al Quran yang artinya “Dan janganlah kamu mati
melainkan dalam keadaan Islam. ” Sebagai seorang Ibu, Ummi tidak bisa
membiarkan anaknya sendiri menanggung dosa zina karena menikah
dengan pria yang beda agama. Mendengar Ummi membaca ayat Al Quran
itu hati Zarika semakin yakin, bahwa Ummi dan Abah benar, bahwa
Zarika harus tetap berada di jalan Allah dan mentaati semua perintah
Allah, juga menjauhi larangannya.
Dan Zarika memilih cinta. Bukan cinta yang ditawarkan Mas Wisnu
kepadanya, tetapi cinta lebih besar yang dimiliki pemilik langit dan bumi.
Cinta pemilik segala kehidupan. Cinta yang sama yang akan membawanya
kepada ridha orang tua. (Ummi. h. 37)
Dalam kalimat di atas, setelah Zarika memantapkan hati, ia yakin
akan keputusannya adalah yang terbaik. Sudah jelas bahwa Zarika lebih
53
memilih meninggalkan mas Wisnu yang memang beragama Katolik dan
karena Zarika memiliki cinta yang begitu besar kepada sang pencipta yaitu
Allah SWT. Zarika yakin bahwa keputusan ini akan membawanya kepada
ridha orang tua juga.
Ummi telah melahirkan dia, mempertaruhkan nyawa. Dan setiap ibu
berhak mendapatkan bakti anaknya, apalagi jika tidak bertentangan dengan
aturan Allah (Ummi. h. 37)
Dalam kalimat di atas menyatakan bahwa Zarika tidak mau
menyakiti hati Ummi atau pun durhaka kepada kedua orang tuanya.
Sebagai seorang anak, sudah berkewajiban untuk berbakti kepada kedua
orang tua dan tetap berada di jalan lurus yang tidak bertentangan dengan
aturan Allah. Apalagi kepada Ummi yang telah melahirkannya dengan
mempertaruhkan nyawanya.
“Nabi Nuh saja yang seorang Nabi tetap harus berjuang mendakwahi
anaknya, Zi…. ”. kalimat Ummi yang memompakan semangat dakwah
yang sama di hati Ziah. (Ummi. h. 62)
Dalam kalimat di atas, Ummi memberitahukan kepada Ziah, bahwa
Ummi harus tetap berjuang dalam mendakwahi ajaran Nabi. Ummi tak
hanya mendakwahi jamaah pengajian masjid, tetapi Ummi juga
mendakwahi ketujuh anaknya. Apalagi kepada Zubaidah dan Zidan, yang
sering memberi pe-er tambahan. Dalam mendakwahi anak-anaknya,
Ummi berpegang teguh kepada Nabi Nuh yang tak pernah lelah dalam
mendakwahi istri dan anaknya.
Dia dan suaminya menyadari betul. Bukan dunia yang dibangun sepasang
insan yang memutuskan menikah. Pada detik ijab Kabul diucapkan,
sesungguhnya keduanya sedang meletakkan batu pertama bangunan rumah
akhirat yang semoga bisa ditempati bersama kelak. (Ummi. h. 171)
54
Dalam kalimat di atas, Ummi dan Abah menasehati Zarika. Bahwa
Ummi dan Abah tidak memandang besarnya gaji, posisi di pekerjaan,
pendidikan, ataupun keturunan keluarga terpandang, tetapi Ummi dan
Abah hanya menginginkan jodoh bagi Zarika yang saleh. Jodoh yang tidak
hanya membawa Zarika pada kebahagiaan dunia saja, tetapi juga
kebahagiaan akhirat.
Saat ini benak Ummi Aminah hanya dipenuhi keinginan memesrai orang-
orang rumah. Menemani dan mengiringi mereka mendekat ke ridha Allah.
(Ummi. h. 173)
Dalam kalimat di atas, Ummi menegaskan bahwa tujuannya tidak
pernah melenceng. Ummi hanya ingin menemani dan mengiringi semua
anak-anaknya dan keluarganya selalu dekat dengan Allah SWT, agar
senantiasa mendapat ridha-Nya.
B. Pesan Akhlak
1. Sabar
Sabar ialah tahan dan tabah dalam perjuangan. Dalam kehidupan
dan kegiatan kita kerap bertemu dengan kegagalan dan kejatuhan. Jatuh
dan bangun kembali, rebah dan tegak hati. Berpantang menyerah ditelan
oleh kenyataan, maju dengan tenaga baru dan semangat baru.5
Di dalam novel Ummi terdapat pesan yang mengandung sabar
sebagai berikut :
Allah… betapa ingin Zarika menangis. Menumpahkan semua keluh kesah
seperti yang dulu biasa dilakukannya sambil bersandar di bahu Ummi.
Rindu dengan kalimat-kalimat mujarab Ummi yang menggantikan setiap
keresahan dengan kedamaian. (Ummi. h. 28)
5K. H. M. Isa Anshary, Mujahid Da’wah, h. 267.
55
Dalam kalimat di atas, Zarika merasa sedih karena masalah yang
tengah di hadapinya tak bisa ia ceritakan kepada Ummi. Karena Zarika
sadar bahwa ia selalu berhubungan dengan laki-laki yang salah. Zarika
ingin sekali menceritakan semua masalahnya kepada Ummi, tapi Zarika
tidak mau membebani pikiran Ummi. Dia lebih suka menyelesaikan
masalah cintanya sendiri.
Ketika lulus SMA dan tidak diterima di perguruan tinggi negeri, pemuda
itu tidak berlama-lama sedih. Sebaliknya ia merasa Allah mungkin sedang
menyediakan kesempatan lain untuknya. Dia hanya harus mencari dengan
jeli peluang yang Allah berikan. (Ummi. h. 41)
Dalam kalimat di atas, Zainal selalu sabar dalam menghadapi
cobaan hidup. Perjuangannya yang berusaha untuk masuk ke perguruan
tinggi negeri tapi tidak diterima,dia tidak berlama-lama sedih dan juga tak
pernah berputus asa. Karena Zainal yakin, dengan bersabar Allah pasti
memberikan yang terbaik untuknya. Yang penting, ia harus tetap berusaha
dalam mencari peluang.
Ketika bisnis kecil-kecilan sebagai calo percetakan tidak berjalan baik,
Zainal mengembangkan husnuzhon berikutnya kepada Allah. Mungkin
Allah sedang menguji kegigihannya melamar pekerjaan. Maka dimulailah
petualangan pemuda itu ke berbagai dunia profesi. (Ummi. h. 42)
Dalam kalimat di atas, Zainal benar-benar sangat berusaha dalam
mencari peluang, khususnya mencari pekerjaan. Mulai dari bisnis kecil-
kecilannya hingga ia melamar pekerjaan ke berbagai dunia profesi.
Meskipun Zainal menjalani perjalanan yang kurang mulus tapi Zainal terus
berprasangka baik kepada Allah. Dia hanya perlu berusaha dan berdoa.
Satu dua dari liputan itu pernah juga menyinggung soal Zidan yang
kemayu dan digosipkan „maho‟, istilah anak sekarang. Tapi Ummi bisa
menjawab dengan bijak dan tanpa kehilangan ketenangan. Tidak seperti
Abah. (Ummi. h. 54)
56
Dalam kalimat di atas menjelaskan bahwa Ummi memang
mempunyai kesabaran yang lebih. Karena walaupun Zidan memang
berbeda dan diberitakan „maho‟ tapi Ummi selalu bersabar mendengar
pemberitaan seperti itu. Ummi juga tidak pernah berhenti untuk terus
menerus mengingatkan Zidan agar tetap menjalankan kodratnya sebagai
laki-laki, bukan yang lain. Agar Zidan terus berada di jalan Allah.
Ceramah-ceramah Ummi cukup membantu gadis itu bersikap hati-hati
dalam mengatur emosi dan menghindari sikap impulsif. Apalagi langsung
berlari ke Ummi mengabarkan gosip tak sedap ini. (Ummi. h. 65)
Dalam kalimat di atas menjelaskan bahwa Ziah mempunyai sifat
penyabar dan tenang dalam menghadapi masalah. Ziah memang lebih
sering menemani Ummi ceramah, maka dari itu Ziah sangat bisa
mengendalikan emosinya dan juga berhati-hati jika ingin bertindak.
Sekalipun masalah itu besar tapi Ziah berusaha untuk tidak
memberitahukan gosip yang kurang enak didengar itu kepada Ummi.
Karena Ziah tidak mau menambah beban pikiran Ummi.
“Ummi sudah bilang sama Abah, nanti Ummi kumpulkan pelan-pelan.
Kalau memang masih rejeki kita, Insya Allah tanahnya akan menjadi
milik. Ya kan bah ?” (Ummi. h. 70)
Dalam kalimat di atas Ummi berusaha meminjam uang ke Umar
tapi Ummi juga tidak memaksaka Umar. Ummi dan Abah sudah berusaha
dan hasilnya nanti mereka serahkan kepada Allah. Mereka yakin kalau
rezeki kita tidak akan tertukar, semua atas kehendak Allah.
Bukan kemauan Zidan untuk berbeda. Bukan keinginannya pula untuk
masuk dan digolongkan ke dalam orang-orang dengan kecendrungan
menyimpang. “Itu ujian kamu, Zidan. Satu hal yang harus kamu yakin:
Allah tidak memberi ujian melebihi kapasitas seseorang”. Suara Zainal
terngiang, menasehatinya seperti biasa. (Ummi. h. 144)
57
Dalam kalimat di atas, Zainal sebagai abang mencoba terus
mengingatkan Zidan yang memang berbeda dengan lelaki biasanya.
Keadaan Zidan sekarang bukanlah kemauannya, dia juga ingin menjadi
lelaki sejati yang bisa membahagiakan dan mengangkat derajat Ummi dan
Abah di hadapan Allah. Setiap orang memang memiliki ujian hidup, tapi
Allah tidak akan memberi ujian diluar batas kemampuan orang itu dan ini
adalah ujian untuk Zidan
Selain jilbab, masih banyak perintah-perintah Allah, yang Umar harap bisa
dia sempurnakan bersama istri. Lelaki itu masih ingin terus berusaha. Tak
menyerah, apalagi bercerai dari Risma. (Ummi. h. 167)
Dalam kalimat di atas Umar ingin sebagai seorang suami yang
bertanggung jawab bisa mengajak keluarganya memenuhi perintah Allah.
Dengan sekuat hati, ia terus menerus berusaha untuk bersabar dalam
menghadapi cobaan yang tengah dihadapi bersama Risma.
2. Ikhlas
Ikhlas adalah jiwa dari segala amal, meluruskan niat dan sengaja
hati. Tuhan menilai niat dan sengaja hati, bukan menilai besar atau
kecilnya jasa, banyak atau sedikitnya amal.6
Di dalam novel Ummi terdapat pesan ikhlas sebagai berikut :
“Aisyah, Ummi minta tolong …. Kamu bantu Abah, ya?” Ia tak pernah
bisa menolak permintaan dari perempuan separo baya dengan raut wajah
yang selalu menyiratkan ketulusan. Dia tidak mungkin menolak
permintaan perempuan yang pantas dimuliakan karena di kakinya surga
Aisyah berada. (Ummi. h. 17)
Dalam kalimat di atas, Ummi meminta tolong ke Aisyah untuk
datang kerumah Umar menyampaikan pesan Abah. Aisyah memang tidak
6K. H. M. Isa Anshary, Mujahid Da’wah, h. 269.
58
pernah bisa menolak permintaan tolong dari Ummi, apapun permintaannya
sebisa mungkin akan Aisyah penuhi. Karena surga ada di telapak kaki Ibu.
Aisyah juga ingin menjadi seorang anak yang selalu berbakti kepada
kedua orang tuanya
Lika-liku mencari pekerjaan berakhir setelah dia menjadi supir pribadi
Ummi. Mungkin tidak seberapa… tapi rasanya ikhlas betul bisa berada di
sisi perempuan yang mengantarkannya ke dunia ini. Menemani Ummi
menebar kebaikan. (Ummi. h. 42)
Dalam kalimat di atas, Zainal sangat ikhlas mendapat pekerjaan
dari seorang Ibu sendiri. Walau hanya sebagai supir pribadi Ummi, tapi
Zainal malah senang bisa mengantar dan menemani Ummi kemanapun
Ummi berceramah, menebar kebaikan. Setidaknya selain Zainal bisa terus
mendampingin Ummi, dia juga mendapatkan pahala karena menemani
Ummi berdakwah. Buat Zainal yang terpenting, dia bisa mencari rezeki
dengan cara yang halal, hasil jerih payahnya sendiri.
Ummi Aminah belajar tak lagi kaget atau panik menyikapi ujian yang
Allah berikan. Ujian itu ada karena dia dan Abah sanggup mengatasinya.
Ujian diberikan sebagai tes tambahan karena iman mereka akan naik kelas,
insya-Allah. (Ummi. h. 174)
Dalam kalimat di atas, Ummi sangat belajar dari pengalaman.
Setelah beberapa masalah menghampiri keluarganya, tampaknya Ummi
sudah belajar untuk tidak menjadikan masalah itu besar. Sebab, Ummi dan
Abah percaya bahwa Allah akan menolong siapapun hambaNya yang
berusaha dan berdoa. Mereka juga yakin, kalau kita lulus dari ujian Allah,
maka keimanan kita juga akan bertambah. Insya Allah.
59
3. Syukur Nikmat
Syukur nikmat merupakan ungkapan rasa terima kasih kita kepada
Allah yang telah memberikan kita anugerah dan memberikan banyak
kenikmatan. Seperti pada kalimat di bawah ini :
Lihat mereka yang berjuang tertatih-tatih menggerakan satu kaki, sebab
telah kehilangan sebelah kaki yang lain. Bersyukur. Meski tidak cantik, dia
normal secara fisik. (Ummi. h. 10)
Dalam kalimat di atas, Zubaidah merasa bahwa dirinya berbeda
dari saudaranya yang lain, karena dia punya badan yang agak bulat dan
tidak tinggi. Sedangkan saudaranya yang lain cantik-cantik, tinggi dan
langsing. Ia merasa itik buruk dalam keluarganya. Tapi Zubaidah juga
selalu diingatkan untuk selalu bersyukur bahwa diluar sana masih banyak
orang yang kekurangan, dan dia bersyukur karena dia masih normal secara
fisik.
Dia tidak pernah meminta Allah mempertemukannya dengan laki-laki ini.
Perasaan yang sekarang menguasai hatinya, murni karunia. Dan sebagai
hamba yang baik, bukankah dia wajib mensyukuri anugerah rasa yang
dilimpahkan Sang Pencipta? (Ummi. h. 27)
Dalam kalimat di atas, Zarika tidak pernah tau bahwa dirinya akan
bertemu dengan laki-laki yang dekat dengannya. Dia hanya merasa
bersyukur karena telah dilimpahkan rasa cinta yang besar dan ia
menikmati itu. Walaupun rasa cinta yang Zarika punya selalu diberikan
kepada orang yang salah. Zarika hanya menikmati rasa yang hadir dan
mensyukuri karunia dari Allah.
Karir gadis berjilbab yang penampilannya modern itu melesat pesat.
Bertahap, tidak instan, tapi tahu-tahu dia sudah duduk di kursi direksi.
(Ummi. h. 33)
60
Dalam kalimat di atas, meski Zarika telah mengalami masa-masa
yang sulit karena selalu bertemu dengan pria yang salah. Tapi dibalik
kesusahan itu pasti selalu ada kemudahan. Zarika tidak lagi terlalu
memikirkan masalah jodoh, karena dia telah menyerahkan urusan yang
satu itu kepada Allah. Sekarang Zarika hanya fokus dengan karirnya yang
telah ia rintis telah lama, Alhamdulillah usahanya itu tidak sia-sia. Kini
Zarika bisa di bilang menjadi wanita karir yang sukses.
Dengan dukungan Ummi, Abah, dan Mak Inah, juga Zarika yang sangat
perhatian kepada Rizki, hidup cukup tenang meski mereka masih
menumpang di rumah Ummi. (Ummi. h. 43)
Dalam kalimat di atas, Zainal memang masih hidup menumpang di
rumah Ummi karena ia belum mempunyai uang yang cukup untuk
membeli rumah sendiri atau meski hanya menyewa rumah kontrakan.
Pekerjaan Zainal sekarang adalah menjadi supir pribadi Ummi. Setiap
Zainal mengantarkan Ummi ceramah, Rizki selalu ikut menemani. Zainal
bersyukur karena Ummi, Abah, Mak Inah juga Zarika tidak keberatan dan
tidak merasa direpotkan oleh Rizki, malah mereka sangat perhatian. Zainal
bersyukur karena mempunyai keluarga yang sangat perhatian.
Enam tahun pernikahan, seorang putra… dan seorang lagi menjelang lahir.
Untunglah dia tak salah memilih istri. Mungkin ridha Ummi dan Abah
juga saat lelaki itu menyodorkan nama untuk mereka pinang. (Ummi. h.
45)
Dalam kalimat di atas, Zainal sangat bersyukur karena Ummi dan
Abah telah memilih Rini sebagai istrinya. Karena Rini adalah istri yang
penurut dan solehah. Meski mereka hidup berkecukupan dan Zainal hanya
61
menjadi supir pribadi Ummi, tapi Rini tak pernah mengeluh. Kini
kebahagiaan mereka bertambah lagi karena Rini akan melahirkan anak
yang kedua.
Alhamdulillah, meski hanya mengiringi… Ziah berharap setiap
langkahnya bisa ikut menambah catatan kebaikan di sisi Allah. (Ummi. h.
64)
Dalam kalimat di atas, Ziah bersyukur meski hanya menemani
Ummi ceramah di berbagai tempat, tapi setidaknya ia tak pernah
kehilangan moment bersama seorang Ibu. Dia juga berharap apa yang dia
lakukan bisa menambah catatan kebaikan di sisi Allah. Meski Ziah hanya
mengiringi Ummi ceramah ke berbagai tempat.
Dia memang tak berada di sisi Rini, tapi Allah telah menjaga dan
mempermudah. Anaknya telah lahir. Allahu akbar!. (Ummi. h. 158)
Dalam kalimat di atas, Rini telah melahirkan anak keduanya. Tapi
kelahirannya kali ini tanpa ditemani Zainal, karena Zainal telah dijebak
oleh pengedar narkoba. Sehingga ia masuk penjara. Meski Zainal tidak
bisa menamaninya, tetapi keluarga Zainal tidak pernah meninggalkan Rini.
Rini bersyukur, telah dimudahkan dalam melahirkan.
Kata Umar kebebasan Zainal tinggal menunggu hari. Alhamdulillah
keadilan tak buta. Orang yang bertanggung jawab akan keberadaan
narkoba di tiga kardus sepatu itu sudah ditangkap. Allah Mahabesar.
(Ummi. h. 172)
Dalam kalimat di atas, Umar memberitahukan kepada keluarganya
bahwa Zainal akan dibebaskan beberapa hari lagi. Karena pemilik narkoba
yang sebenarnya telah ditemukan dan telah ditangkap. Mereka semua
bersyukur bahwa keadilan memang tak buta, Zainal memang bukan
pengedar ataupun pengguna narkoba.
62
4. Rendah Hati
Rendah hati adalah suatu sikap yang jauh dari kesan angkuh atau
arogans, baik kepada lawan maupun kawan sendiri. Saling menghargai dan
menghormati antar sesama, tutur katanya halus sopan dan menyejukkan.7
Seperti di dalam kalimat di bawah ini :
“Dengar Risma… kalau bukan karena Abah, Abang mungkin tidak bisa
melanjutkan sekolah dan menjadi seperti sekarang ini. Abang memang
bukan anak kandung Abah. Bahkan, jika tiap sen harta yang Abang punya,
Abang berikan ke Abah atau Ummi. . Abang belum bisa membalas
kebaikan mereka. Faham itu ?” (Ummi. h. 22)
Dalam kalimat di atas, meski Zainal telah memiliki harta yang
banyak dan punya kehidupan yang lebih dari cukup. Tapi ia tak pernah
melupakan jasa Abah yang telah merawatnya dan menyayanginya sejak
Umar kecil. Umar memang bukan anak kandung Abah, karena Bapak
Umar telah meninggalkannya sejak kecil dan tidak pernah bertanggung
jawab. Umar merasa, dengan apa yang dia berikan rasanya belum cukup
untuk membalas budi atas kebaikan Abah. Abah memang tidak pernah
membedakan antara anak tiri dan anak kandung, semua diberikan kasih
sayang yang sama.
“Mudah-mudahan proses lahirnya normal ya, Bang. Jadi cukup di bidan,
ngga perlu ke rumah sakit. ” (Ummi. h. 45)
Dalam kalimat di atas, Rini memang seorang istri yang penurut,
solehah dan juga pengertian. Dia memahami suaminya yang hanya bekerja
sebagai supir pribadi Ummi yang penghasilannya hanya cukup untuk
hidup sehari-hari, tanpa ada pemasukan dari yang lain. Rini berharap, ia
7Drs. Ahmad Kosasih, M. A, 33 butir pesan religious buat kehidupan, (salemba
diniyah,Jakarta 2002), ed. 1,h. 184.
63
bisa melahirkan secara normal, sehingga biaya yang dikeluarkan tidak
besar dan juga tidak membebani suaminya.
Suaminya memang bukan orang berada, meski Umminya daiyah terkenal.
Orang luar mungkin sulit membayangkan kesederhanaan keluarga mereka,
tetapi Zainal sudah sejak awal bersikap terbuka tentang ini. (Ummi. h. 45)
Dalam kalimat di atas, meski Zainal anak seorang daiyah terkenal,
tapi ia tidak manja kepada Ummi. Zainal selalu mencari rezeki sendiri dan
berusaha untuk hidup mandiri, mencari penghasilan dari hasil jerih
payahnya sendiri. Mungkin orang lain tidak akan menyangka bahwa
keluarga kecil Zainal hidup sederhana. Zainal bukan orang yang suka
memamerkan bahwa Ibunya adalah seorang daiyah terkenal, namun ia
tetap menjadi orang yang rendah hati. Dalam kalimat lain :
Dan Rini menerima. Bukan kemapanan harta yang dicari muslimah itu
dari calon suaminya. Tapi tekad dan tanggung jawab, serta kesungguhan
membimbing keluarga kecil mereka. (Ummi. h. 46)
Dalam kalimat di atas, memang sejak awal Rini sudah menerima
keadaan Zainal yang sederhana. Meski Zainal anak seorang daiyah
terkenal, tapi Rini tidak pernah memandang itu. Buat Rini yang terpenting
adalah sifat Zainal yang bisa bertanggung jawab dan bersungguh-sungguh
dalam membimbing keluarga kecilnya.
Setiap orang memang memiliki kekurangan… seperti juga dia, batin Zidan
di sela kelincahan tangannya menarikan gunting. (Ummi. h. 53)
Dalam kalimat di atas, Zainal sadar bahwa di dunia ini memang
tidak ada manusia yang sempurna. Termasuk dirinya yang berbeda dari
seorang laki-laki biasanya. Zidan satu-satunya anak lelaki Ummi yang
senang menggunakan kaus-kaus berwarna cerah, rambut yang dicat pirang,
64
celana jeans yang lebih aksi dan intonasi suara serta gaya berjalan yang
berbeda. Seperti dalam kalimat lain :
“Zidan juga pengin jadi cowok macho, perkasa… kayak Zainal atau Bang
Umar. Tapi kan Ummi tahu sendiri. Sampai kapan pun Zidan kagak
bakalan bisa membuat Abah bangga. ” (Ummi. h. 53)
Dalam kalimat di atas, Zidan sedang mengungkapkan keluhannya
itu kepada Ummi. Zidan juga ingin menjadi cowo macho dan perkasa,
seperti abang-abangnya yang lain. Karena seperti Ummi tahu, kalau Abah
memang tidak suka dengan gaya dan penampilan Zidan yang berbeda itu.
Zidan juga tidak ingin berbeda dari laki-laki yang lain, tapi dia jg tidak
bisa melawan kecendrungan dirinya sendiri. Dia tidak bisa menjadi
seseorang yang bukan dirinya.
Meski Abah dan Ummi tak pernah meminta, Umar merasa berkewajiban
secara rutin mengirimkan uang setiap bulan untuk biaya sekolah dan les
adik-adiknya. (Ummi. h. 71)
Dalam kalimat di atas, Umar memang bukan anak kandung Abah.
Tetapi jasa Abah dan rasa kasih sayang Abah yang diberikan kepada Umar
membuat Umar merasa punya hutang budi kepada Abah. Karena Umar
anak tertua, ia merasa berkewajiban untuk bertanggung jawab kepada
Abah dan Ummi, dia membantu meringankan beban Abah dan Ummi
untuk memberikan uang setiap bulannya kepada adik-adiknya untuk biaya
sekolah dan les. Ditambah penghasilan Umar yang memang mencukupi.
5. Akhlak Tercela
Akhlak tercela merupakan perbuatan yang sangat tidak disukai
oleh Allah. karena perbuatan itu dapat merugikan orang lain dan juga
65
merugikan diri sendiri. Perbuatan menyakiti fisik maupun batin, akan
dibenci oleh orang lain, apalagi terhadap Allah SWT.
Seperti dalam kalimat di bawah ini :
Dulu sepertinya mustahil. Siapa yang akan tertarik dengan gadis tambun
seperti dia? Hampir seluruh teman-teman suka meledek kondisinya yang
berbeda. “Idah, kenapa sih kamu lain sendiri?” (Ummi. h. 7)
Dalam kalimat di atas, Idah memang selalu menjadi bahan ledekan
teman-temannya. Walaupun Idah tahu mereka hanya bercanda, tapi hal itu
memang kenyataan. Idah merasa dirinya tak sempurna karena di keluarga
Ummi hanya dia yang berbeda dari saudara perempuannya yang lain. Dia
mempunyai badan yang gemuk dan kurang tinggi, maka dari itu Idah
selalu diledek oleh teman-temannya.
“Tumben kemari…. Pasti lagi ada keperluan nih sama Bang Umar” Begitu
biasanya Risma menyambut kedatangan mereka. Kata „keperluan‟ tak
pernah luput diberinya tekanan khusus. (Ummi. h. 19)
Dalam kalimat di atas, Risma memang tak pernah ramah apabila
ada saudara-saudara Umar yang datang kerumahnya. Di antara anak-anak
Abah, bang Umar yang paling berhasil bisnisnya. Karenanya lelaki itu
selalu menjadi yang pertama dicari setiap mereka perlu bantuan. Tetapi
setiap mereka meminta bantuan kepada bang Umar, mereka harus
memikirkan Risma, istri Umar. Risma memang tak pernah suka apabila
mereka datang kerumahnya dan meminta bantuan kepada Umar.
“Lagian kenapa sih Abah getol banget bisnis?Usia seperti Abah itu
harusnya memperbanyak ibadah, shalat dhuha, tahajud. Bukan bisnisnya
yang dibanyakin. Siap-siap kata orang tua … umur kan kita ngga tahu”.
(Ummi. h. 19)
Dalam kalimat di atas, Risma mengatakan hal itu kepada Aisyah
dan suaminya Hasan. Risma memang tidak pernah suka setiap ada
66
keluarga Umar yang datang kerumahnya untuk meminta bantuan Umar.
Padahal Umar tidak pernah keberatan untuk dimintai tolong, selagi Umar
mampu. Kata-kata Risma di atas tidak seharusnya dikatakan, karena
bagaimanapun juga Abah adalah mertuanya.
Cukupkah cinta begitu besar yang dimiliki pemuda itu mengalahkan nafsu
merokok yang jelas-jelas mudharatnya? Untuk perkara rokok Herman
sama sekali tidak sensitif. (Ummi. h. 32)
Dalam kalimat di atas, Herman lebih sayang terhadap sesuatu yang
jelas-jelas mudharatnya, yaitu merokok. Herman ternyata lebih memilih
rokok daripada Zarika. Sampai akhirnya mereka berpisah hanya karena
rokok. Zarika hanya menginginkan keluarga kecil yang sehat, tapi hal itu
nampaknya masih mimpi bagi Zarika.
“Kalau cinta harusnya setiap lihat Zidan, Abah senang dong , ne‟. . eh
maaf, Mi. ini malah nggak sabar ngumpet ke kamar begitu papasan!”
(Ummi. h. 54)
Dalam kalimat di atas, Zidan memberitahu Ummi bahwa dirinya
merasa Abah tidak menyukai sifat Zidan yang cenderung feminim.
Padahal Zidan juga tidak ingin menjadi seperti itu. Namun Abah memang
berbeda dengan Ummi yang selalu menghadapi Zidan dengan sabar.
Sulit dimengerti, sebenarnya, kebahagiaan macam apa yang dirasakan
orang-orang dari bergosip. Menggali aib orang lain dan mengumbarnya
hingga dua ratus empat puluh juta rakyat Indonesia bisa menikmati.
Dosa… (Ummi. h. 56)
Dalam kalimat di atas, Zidan memang tidak bisa mencegah
penyebaran gosip yang telah ada. Ia telah menjadi bahan pembicaraan
orang-orang di luar sana, ia juga tidak mengerti sebenarnya apa yang
mereka dapat dari bergosip dan mengumbar aib orang lain. Padahal jelas-
jelas bahwa Allah tidak suka perbuatan itu.
67
Sejak Aisyah datang tempo hari, istrinya benar-benar berubah. Tak lagi
melayani Umar maupun Rangga, satu-satunya anak mereka. (Ummi. h. 69)
Dalam kalimat di atas, perbuatan Risma itu memang sudah
keterlaluan. Padahal Aisyah datang kerumahnya hanya untuk
menyampaikan pesan dari Abah, bahwa Abah ingin meminjam uang ke
Umar dan Abah pun tidak memaksa apabila Umar keberatan atau sedang
ada keperluan. Semenjak kejadian itu Risma marah Karena menurut
Risma, suaminya itu terlalu gampang mengeluarkan uang untuk
keluarganya, walaupun dengan jumlah yang tak sedikit. Tak seharusnya
Risma bersikap seperti itu karena ia mempunyai tanggung jawab sebagai
seorang istri dan juga seorang Ibu.
C. Pesan Syari’ah
1. Shalat
Shalat merupakan hubungan dengan Allah SWT. Hubungan antara
tiupan ruh Allah dengan sumber aslinya untuk memperoleh kehidupan dan
barokah dariNya. Dan shalat adalah cara mendekatkan diri kepada Allah
dan bermesra denganNya. Rasulullah SAW bersabda, “dijadikan
ketentraman hatiku dalam shalat”. 8 Seperti pada kalimat berikut :
Ayah tirinya itu saleh. Shalat di masjidnya tak pernah tinggal. Uang yang
diperoleh dari usaha kos-kosan dan kontrakan yang dirintisnya, digunakan
selain untuk keluarga juga bersedekah ke sekitar mereka yang memerlukan
uluran tangan. (Ummi. h. 20)
Dalam kalimat di atas, Abah memang merupakan sosok seorang
suami dan ayah yang betanggung jawab. Abah tak hanya bertanggung
8 Syaikh Mushthafa Masyhur, Fiqh Dakwah, (Al-I‟tishom anggota IKAPI, Jakarta
Timur), cet ke-6, h. 59.
68
jawab terhadap keluarganya saja, tetapi terhadap Allah juga. Karena itu
Abah tidak pernah absen untuk solat di masjid. Abah memang termasuk
orang yang soleh.
Sepekan melakukan tahajud dan menenggelamkan diri dalam lautan huruf-
huruf hijaiyah, Zarika akhirnya tahu keputusan apa yang disampaikannya
kepada Wisnu. (Ummi. h. 37)
Dalam kalimat di atas, Zarika memang sedang bingung dengan
keputusan apa yang akan diambilnya. Apakah ia memilih Wisnu ataukah
ia memilih meninggalkan Wisnu. Dalam kebimbangannya itu Zarika
melakukan shalat tahajud, untuk meminta petunjuk dan meneguhkan
hatinya dalam mengambil suatu keputusan.
Tinggal bersama Ummi dan Abah juga menjadi semacam tarbiyah bagi dia
dan istri untuk menyamakan langkah ibadah, mengisi malam-malam dalam
sujud dan tilawah. Meneruskan cita-cita…satu keluarga, tak hanya di
dunia, tetapi semoga hingga ke surga. (Ummi. h. 43)
Dalam kalimat di atas, Zainal merasa dirinya beruntung karena
masih tinggal bersama Ummi dan Abah. Ia bisa menambah pelajaran
dalam beribadah bersama Ummi dan Abah yang selalu mengisi malam
dengan solat dan berzikir. Karena ia sadar bahwa kehidupan tidak hanya di
dunia saja, tetapi juga kita harus menyiapkan bekal untuk di kehidupan
yang kekal nanti, yaitu akhirat.
“Ambil wudhu… shalat dan lapor sama Allah, Mi. ” (Ummi. h. 85)
Dalam kalimat di atas, Abah menyuruh Ummi mengambil wudhu
lalu solat. Karena hati Ummi memang sedang tak tenang memikirkan
Zarika yang ternyata mempunyai hubungan terlarang dengan seorang pria
yang sudah mempunyai istri. Ummi tidak menyukai apa yang sudah
69
dilakukan Zarika. Karena sebelumnya Ummi pernah berada di posisi istri
yang suaminya direbut oleh orang lain. Mendengar hal ini, hati Ummi jadi
sakit. Untung ada Abah yang selalu mengingatkan Ummi, untuk tetap
ingat kepada Allah dan sebisa mungkin untuk mengendalikan emosinya.
Abah bangkit dari kursi seraya meluruskan peci haji di kepalanya. “Abah
mau shalat dulu. ” Seperti diingatkan akan momen ajaib lain untuk
mengajukan permohonan kepada-Nya, Ummi ikut bangkit. Menjajari
langkah Abah menuju musala. (Ummi. h. 157)
Dalam kalimat di atas, Abah memulai untuk shalat. Karena
keadaan di rumah sakit sedang tegang, menunggu kelahiran anak dari Rini
yang saat itu tidak ditemani oleh Zainal. Karena Zainal sedang berada di
penjara. Lalu tanpa ragu Ummi mengikuti langkah Abah menuju musala.
Disaat seperti ini, hanya Allah yang mereka ingat untuk mengadu dan
memohon pertolongan-Nya.
Abah dan Ummi tampak lebih tenang setelah melakukan shalat tahajud.
Jari keduanya terus bergerak dalam zikir. (Ummi. h. 157)
Dalam kalimat di atas, Abah dan Ummi yang sedang menunggu
kelahiran anak kedua Rini, tampak berada di musala untuk terus
melakukan shalat dan berzikir kepada Allah. Dengan melakukan shalat
dan berzikir, hati Abah dan Ummi menjadi lebih tenang.
Ummi Aminah masih menekuri sajadah. Lepas shalat malam, didirikannya
shalat masing-masing satu rakaat bagi anak-anaknya. ” (Ummi. h. 171)
Dalam kalimat di atas, itulah hal yang sering dilakukan oleh Ummi
sebagai seorang Ibu. Setelah Ummi melakukan solat malam, ia
melanjutkan solat masing-masing satu rakaat untuk anak-anaknya. Agar
senantiasa diberi perlindungan oleh Allah.
70
Malam-malam lebih banyak dihiasi Ummi dengan ibadah dan ibadah, tak
sendiri, Abah menemani. Mereka bergantian membaca ayat suci Al Quran,
sambil sesekali berpandangan. (Ummi. h. 173)
Dalam kalimat di atas, Abah dan Ummi lebih banyak mengisi
malam-malamnya dengan shalat, zikir, berdoa dan membaca Al Quran.
Setelah sekian banyak masalah datang bertubi-tubi di keluarga mereka,
kini Abah dan Ummi lebih kompak lagi dalam menyamakan langkah
mereka menuju ridha Allah.
2. Muamalah
Yakni ketetapan ilahi yang mengatur hubungan manusia dengan
sesamanya dan dengan lingkungannya (alam sekitar). Seperti di dalam
kalimat :
Abah membuat keluarga mereka utuh dan sakinah. Kepandaian Abah
mencari uang juga yang membuat ringan langkah dakwah Ummi. Walau
kiprah Ummi sudah merambah televisi, kalangan mana saja masih bisa
meminta Ummi Aminah untuk ceramah. Dan Abah mendukung seratus
persen kegiatan istrinya. (Ummi. h. 20-21)
Dalam kalimat di atas, Abah memang sosok seorang suami
sekaligus ayah yang bertanggungjawab. Abah sangat pintar dalam mencari
uang sehingga hal itu tidak memberatkan Ummi untuk berceramah di
mana saja. Ummi berdakwah tidak pernah memilih tempat dan kalangan,
yang terpenting Ummi bisa membagikan ilmunya kepada orang lain.
Selain itu Abah juga sangat mendukung kegiatan Ummi yang untuk
berceramah di mana saja.
Risma memang sering mengeluh tentang sikap Bang Umar yang tidak adil.
Padahal sepengetahuan Aisyah, Bang Umar sering membantu keluarga
Risma, memberikan modal untuk membuka apotek bagi saudara-saudara
istrinya, juga bisnis tambal ban, dan restoran. Meski bisnis-bisnis itu
dengan cepat gulung tikar karena tidak dikelola dengan baik, dan uang
modal Bang Umar menguap tanpa bekas. (Ummi. h. 23)
71
Dalam kalimat di atas, Umar adalah anak pertama Ummi yang bisa
dibilang paling sukses. Umar bisa dengan mudah mengeluarkan hartanya,
kalau itu memang bisa berguna bagi orang lain. Terlihat dengan sudah
banyaknya modal yang ia berikan kepada keluarga Risma untuk membuka
usaha baru, sampai akhirnya usaha itu gulung tikar. Umar memang tidak
pernah pelit untuk mengeluarkan uang, kalau memang itu bermanfaat.
“Asal kamu tahu Risma, Abang tak akan sanggup menelan nasi sesuap
pun, kalau Abang tahu Abah, Ummi, atau adik-adik Abang kesusahan di
rumah mereka. Dengar itu!” (Ummi. h. 23)
Dalam kalimat di atas, Umar sedang memarahi Risma karena
Risma merasa cemburu kepada keluarga Umar yang selalu diberikan uang
lebih kepada Umar. Padahal Umar sudah berlaku adil kepada keluarga
Umar dan Keluarga Risma, Umar juga tak pernah susah untuk
mengeluarkan uang selagi itu bermanfaat. Apalagi Umar adalah anak
tertua Ummi, dia merasa ikut bertanggungjawab kepada Abah, Ummi dan
adik-adiknya.
Dan janji adalah komitmen yang sampai saat ini dipegang lelaki tua
dengan setia. Lebih-lebih bila menyangkut hutang, bukan piutang. Sebab
tak ada muamalah dunia sekecil apapun, yang tak tercatat di buku
besarNya. (Ummi. h. 24)
Dalam kalimat di atas, Abah memang orang yang sangat menepati
janji. Abah faham betul jika janji itu menyangkut dengan hutang. Saat itu
Abah memang sedang butuh uang, karena ada tanah yg sedang dijual
murah sampai akhirnya Abah meminjam uang kepada Umar untuk
membayar setengahnya tanah tersebut. Tapi Risma tidak suka dengan
sikap Umar yang dengan gampang mengeluarkan uang untuk Abah. Lagi
pula Abah hanya meminjam, bukan meminta.
72
Sebagai suami, dia ingin menjadi sosok yang memberikan ketenangan dan
dapat diandalkan istri, bisa memberikan yang terbaik bagi keluarga yang
telah Allah amanahkan. (Ummi. h. 43)
Dalam kalimat di atas, Zainal berharapia bisa menemani istrinya
disaat melahirkan nanti karena perut Rini sudah semakin membuncit.
Zainal juga ingin Rini bisa melahirkan di Rumah Sakit, agar lebih nyaman.
Namun kondisi ekonomi Zainal yang kurang memungkinkan. Zainal hanya
ingin menjadi suami yang terbaik bagi keluarga yang telah diamanahkan
Allah.
Dalam kalimat lain
Dia bahagia menikah dengan seorang pekerja keras. Sosok sederhana yang tak mendadak minta dihormati ketika di rumah. Lelaki yang senantiasa mengenakan kopiah itu selalu mendahulukan istri dan anaknya. (Ummi. h. 46)
Dalam kalimat di atas, Zainal memang orang yang mempunyai
semangat untuk kerja keras dan ia juga tidak pernah minta dihormati
ketika berada di rumah. Setiap Zainal mendapatkan sesuatu, ia selalu ingat
dan memberikannya kepada istri dan anaknya di rumah. ia juga selalu
mendahulukan istri dan anaknya.
Zidan hapal betul kebiasaan Zubaidah menyenangkan laki-laki yang sedang didekatinya. Kakaknya itu memang paling royal kalu urusan cowok. Mulai dari mentraktir, membawanya ke salon –gratisan karena milik adiknya sendiri- atau apa pun agar cowo yang disukai membalas perasaannya. (Ummi. h. 52)
Dalam kalimat di atas, Zubaidah memang seorang perempuan yang
baik hati. Apapun akan dilakukannya selama orang yang ia sayang merasa
senang. Saat Zubaidah sedang dekat dengan seorang lelaki, ia sangat
berusaha untuk memanjakannya. Entah itu mentraktir makan, membawa
73
ke salon Zidan atau apapun agar lelaki yang sedang ia dekati itu bisa
membalas perasaannya.
Lelaki soleh yang telah menyelamatkan hidup Ummi, dan dia serta
Aisyah. Apa pernah lelaki itu mengatakan tak punya uang setiap dia dan
Aisyah meminta bayaran sekolah? Seingatnya Abah bahkan tak pernah
sekalipun menolak keinginan mereka jajan. (Ummi. h. 69)
Dalam kalimat di atas, Umar sedang mengingat kebaikan-kebaikan
Abah yang selalu menjadi seorang Ayah yang baik. Menggantikan
Bapaknya yang selalu tergoda dengan seorang wanita, sehingga
menelantarkan keluarga mereka. Untunglah ada Abah yang bisa
menggantikan sosok seorang Ayah dan Suami. Masalah uang juga selalu
diusahakan oleh Abah, agar mereka tidak merasa kekurangan.
Kebersamaan mereka adalah sumber ketenangan yang menguatkan satu
sama lain dalam melalui hari-hari yang kadang terasa begitu berat. Dulu
persoalannya hanya ekonomi. Bahu membahu berjuang agar ketujuh anak
mereka bisa sekolah. Seiring popularitas Ummi, ada ujian lain. (Ummi. h.
86)
Dalam kalimat di atas, terlihat kebersamaan Ummi dan Abah yang
membuat keluarga mereka utuh. Mulai dari Abah dan Ummi mencari uang
untuk ketujuh anak mereka agar bisa terus sekolah. Sampai akhirnya
sekarang setelah anak-anak mereka menjadi dewasa, masalahnya pun
berbeda. Apalagi sekarang Ummi sudah menjadi seorang daiyah terkenal.
Sehingga tidak sedikit yang ingin mengetahui bagaimana kehidupan
keluarganya. Sekecil apapun masalah yang ada, sudah pasti menjadi
sorotan media. Tapi karena Abah dan Ummi selalu kompak, maka masalah
apapun akan dihadapi bersama.
74
Hanya kebaikan yang ingin dia lakukan di usia tua seperti sekarang. Hanya
matahari yang ingin dia sebarkan. Bukan yang lain. Hidup untuk
membagikan cahaya. Telah lama ia curahkan hati, waktu dan pikiran, serta
energy untuk senantiasa berada dalam barisan dakwah yang dipimpin oleh
Nabi Muhammad Saw. . laki-laki mulia yang sampai detik ini masih dia
rindukan untuk bertemu dalam mimpi. (Ummi. h. 92)
Dalam kalimat di atas, hanya kebaikanlah yang ingin Ummi
sebarkan, apalagi dikala umur Ummi yang sudah tidak muda lagi. Ummi
hanya mencari kebaikan untuk bekalnya di akhirat nanti. Ummi hanya
ingin terus menebarkan dakwah, seperti yang dilakukan Nabi Muhammad
SAW.
Zainal yang baru mendapatkan rezeki lebih dari dagangan sepatunya,
berinisiatif mentraktir kakak dan adiknya makan sate. (Ummi. h. 113)
Dalam kalimat di atas, selama ini Zainal sangat bekerja keras
dalam mencari uang. Maka disaat ia mempunyai uang lebih, dia pun
langsung mentraktir saudara-saudaranya. Zainal mendapatkan uang lebih
dari hasil jerih payahnya menjual sepatu dan sandal murah.
Penghasilan, selama lelaki yang menikahi anak gadisnya punya karakter
gigih dan pejuang, tidak masalah jika sementara dia dan Abah harus
membantu meringankan mereka. Lagi pula, ke mana memangnya harta
akan dibawa, jika tidak digunakan untuk kebutuhan orang-orang yang
mereka cinta? (Ummi. h. 171)
Dalam kalimat di atas, Ummi hanya mengaharapkan siapapun
lelaki yang menikahi Zarika mempunyai karakter gigih dan pejuang.
Masalah uang, Ummi dan Abah masih bisa membantu untuk
meringankannya. Ummi dan Abah juga selama ini mencari uang untuk
anak-anaknya. Jadi mereka tidak keberatan kalau harus membantu
keuangan rumah tangga anaknya.
75
3. Do’a
Doa merupakan suatu permohonan dan permintaan kepada sang
pencipta, Allah SWT. Semoga dengan berdoa segala keinginan kita
dikabulkan Allah. Seperti dalam kalimat di bawah :
Zarika sendiri sejak remaja, rutin melantunkan doa berkenaan dengan
jodoh dan keturunan, seperti diajarkan Ummi. Robbana Hablana Min
Azwajina Wa Dzuriyatina Qurrota A’yun Waj’alna Lil Muttaqiina
Imaama. Semoga Allah memberinya pendamping, dan keturunan yang
saleh dan menjadi cahaya mata serta pemimpin orang-orang yang
bertakwa. . (Ummi. h. 30)
Dalam kalimat di atas, Ummi memang selalu mengajarkan anak-
anaknya untuk meminta dan berdoa kepada Allah. zarika memang agak
sulit dalam menemukan jodohnya, ia selalu bertemu dengan orang yang
salah dan tidak cocok dengannya. Sehingga amalan doa Ummi sangat
berguna untuk Zarika, agar bisa mendapatkan jodoh yang baik.
Luka, sumber kelemahan hati yang berusaha disembuhkannya dengan zikir
dan rangkaian ibadah. Sambil dalam hati berdoa. . agar tak satu pun dari
keturunannya menorehkan derita yang sama kepada perempuan lain.
(Ummi. h. 94)
Dalam kalimat di atas, Ummi berharap Zarika tidak menyakiti hati
perempuan lain. karena saat itu Zarika sedang dekat dengan seorang pria
yang sudah mempunyai istri. Ummi yang mengetahui hal itu, menjadi
sangat marah dan sedih. Karena dahulu, Ummi pernah berada di posisi
sorang istri yang suaminya di rebut oleh perempuan lain. Sehingga Ummi
akhirnya diceraikan oleh suaminya. Selama ini Ummi berdoa agar luka
dihatinya segera terobati dengan berzikir dan memperbanyak ibadah,
Ummi berdoa juga agar anak-anak Ummi kelak tidak menyakiti hati orang
lain.
76
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melakukan analisis dan pembahasan pada bab-bab terdahulu,
di bawah ini terdapat beberapa kesimpulan yang diperoleh peneliti dari
keseluruhan isi cerita:
Terdapat isi pesan akidah, yang meliputi tawakal, taqwa, istiqomah. Isi
pesan akhlak, meliputi sabar, ikhlas, syukur nikmat, rendah hati, akhlak
tercela. Isi pesan syariah, meliputi shalat, muamalah, zikir dan doa. Pesan
yang paling menonjol dalam novel ini adalah pesan akhlak, yang di
gambarkan melalui tokoh Zainal yang selalu sabar dan selalu mensyukuri
nikmat. Zainal merupakan salah satu anak lelaki Ummi dan Abah yang selalu
sabar dalam mencari pekerjaan, dia tak pernah putus asa dan selalu
berhusnudzon terhadap Allah. Zainal juga selalu mensyukuri nikmat yang dia
punya, seperti bersyukur karena telah mempunyai seorang istri seperti Rini
dan bersyukur telah mempunyai orang tua seperti Abah dan Ummi, yang
selalu menuntunnya kejalan Allah.
B. Saran-saran
Adapun saran-saran yang dapat penulis sampaikan dalam rangka
pengembangan pesan-pesan islami lewat sebuah novel, khususnya novel
Ummi, antara lain :
1. Para pelaku dakwah, hendaknya lebih menyadari bahwa novel juga
merupakan salah satu alat yang efektif dalam menyampaikan pesan
77
dakwah. Oleh karena itu, para penulis novel harus lebih mempelajari
tentang cara penulisan novel yang lebih baik dan tidak berlebihan dalam
menceritakan sebuah cerita.
2. Para da’I dan masyarakat seharusnya lebih bisa memanfaatkan teknologi
yang sudah lebih maju pada saat ini. Berdakwah dengan memanfaatkan
salah satu media cetak merupakan hal yang sangat efektif, karena dengan
menyampaikan dakwah melalui media tulisan, pesan yang ingin
disampaikan bisa bertahan lama dan bisa di cetak secara berulang,
sehingga generasi berikutnya masih bisa menikmati pesan dakwah di
media cetak tersebut.
3. Hal-hal baik yang ada di dalam penelitian ini diharapkan dapat menjadi
masukan dalam mengembangkan karya sastra, khususnya novel yang sarat
dengan nilai religi.
78
DAFTAR PUSTAKA
Anshary Isa, M, Mujahid Da’wah, Diponegoro, Bandung, 1991.
Arikunto Suharsimi, Prosedur Penelitian Praktek, Jakarta, Bina Usaha : 1998.
Asti, Badiatul Muchlisin, Berdakwah dengan Menulis Buku, Bandung:Media
Qalbu, 2004.
Bisri, Cik Hasan, Pilar-pilar Penelitian Hukum Islam dan Pranata Sosial, Jakarta
: PT.Raja Grafindo, 2004.
Bungin Burhan, Sosisologi Komunikasi, Jakarta: Kencana Prenada Media, 2008.
Eriyanto, Analisis Isi Pengantar Metodologi Untuk Penelitian Ilmu Komunikasi
dan Ilmu Sosial Lainnya, Jakarta, Kencana 2011.
Holsty R et.al, Content Analisis dalam Handbook of Social Psycology Edited By
Darder Kindzay &Billiot Aronson, Cambridge Massactusset Addision
Wesley, 1969.
Ilahi Wahyu, Komunikasi Dakwah Bandung : PT. Remaja Rosdakarya 2010.
Kasman Suf, Jurnalisme Universal Menelusuri prinsip-Prinsip Da’wah Bi Al-
Qalam dalam Al-Qur’an, Jakarta : Teraju 2004.
Kosasih, Ahmad, 33 Butir Pesan Religious Buat Kehidupan, Salemba Diniyah,
Jakarta 2002.
Kusnawan Aep, Berdakwah Lewat Tulisan, Bandung : Mujahid, 2004.
Masyhur Syaikh Mushthafa, Fiqh Dakwah, Al-I’tishom anggota IKAPI, Jakarta
Timur.
M. Romli, Asep Syamsul, Jurnalistik Dakwah Visi dan Misi Dakwah Bil Qalam,
PT. Remaja Rosdakarya : Bandung 2003.
Munir Amin, Samsul, Ilmu Dakwah, Jakarta : Amzah 2009.
Munir M,. dan Ilahi Wahyu, Manajemen Dakwah, Jakarta : kencana 2009.
Nasution, Zulkarimein, Sosiologi Komunikasi Massa, Jakarta : Pusat Penelitian
Universitas Terbuka, 2002.
Nata Abuddin, Akhlak Tasawuf, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2003.
Nazir M, Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia; 1985.
79
Nurgiantoro Burhan, Teori Pengkajian Fiksi, Yogyakarta:Gajah Mada University
Press, 1995.
Purwadarminta WJS, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka,
2005.
Rachmat Jalaluddin, Metode Penelitian Komunikasi, Bandung: Remadja Karya,
1989.
Razak, Nasaruddin, Dienul Islam, Bandung : PT alma’arif 1993.
Shihab, M. Quraisy, Membumikan Al-Quran: Fungsi dan Peran Wahyu dalam
Kehidupan Masyarakat, Bandung: Mizan, 1996.
Soejono & Abdurrahman, Metode Penelitian, Jakarta: PT Rineka Cipta, 1999.
Syaikh Abdullah bin Abdul Aziz al-Jibrin, Cara Mudah Memahami Aqidah
Sesuai al-Quran, as-Sunnah dan pemahaman Salafush Shalih, Jakarta:
Pustaka at-Tazkia, 2006.
Syukir Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, Surabaya : al-ikhlas, 1983.
Titscher Stefan dkk, MetodeAnalisisTeksdanWacana, Yogyakarta, PustakaPelajar
2009.
Internet dan Sumber Lainnya :
Wawancara pribadi dengan Asma Nadia sebagai penulis novel Ummi, pada
tanggal 6 Maret 2013, jam 15.30 WIB.
http://www.asmanadia.net/2012/07/catatan-tentang-ummi-novel-dan-
filmnya.html. Diakses pada tanggal 27 Agustus 2013.
81
HASIL WAWANCARA
Nara Sumber : Asma Nadia
Tempat : Toko Asma Nadia, Mall Depok Ruko A No.14 Margonda
Depok
Tanggal : 6 Maret 2013
1. Sejak kapan Mba Asma mulai menulis?
Jawab :
Mba Asma mulai menulis dari kelas 2 SMP, lalu mulai disebarkan ke
media, sering ikut lomba mading atau lomba menulis di sekolah dan
sempat beberapa kali menang. Terus coba lagi, kirimin ke media setelah
kuliah tingkah pertama. pernah menang beberapa lomba menulis nasional
di majalah Annida. Dari situ awalnya masih menulis karena hobi. Tapi
kemudian mulai tahun 1999 buku pertama terbit, dan setelah terbit
sambutannya subhanallah luar biasa. Jadi Mba Asma merasa bahwa Allah
memberikan banyak kemudahan untuk jadi penulis dan sebagai penulis
Mba harus terus menulis.
2. Apa yang melatarbelakangi Mba Asma untuk menulis novel Ummi ?
apa memang benar-benar terinspirasi dari sebuah film Ummi
Aminah karya Aditya Gumay atau memang terinspirasi dari
pengalaman pribadi?
Jawab :
Kalau novel Ummi itu sebetulnya terinspirasi dari hasil diskusi bersama
ya, bareng Mas Aditya Gumay juga sebelum filmnya tayang. Sebetulnya
ada kesulitan sebelum menulis, jadi kita pengen menghadirkan satu novel
dengan tema keluarga, tokohnya itu seorang Ibu bernama Ummi Aminah.
Ia seorang daiyah yang mempunyai anak cukup banyak dan kita pengen
menghadirkan kompleksitas permasalahan-permasalahan keluarga.
Makanya kemudian kenapa di Emak Ingin Naik Haji anaknya dua, tapi di
Ummi Aminah kok anaknya tujuh,, karena kita juga ingin menghadirkan
persoalannya yang berbeda. Ummi Aminah justru pengen menghadirkan
kompleksitas persoalan-persoalan keluarga di tanah air dan kalau dilihat
juga ceritanya sesuai dengan realita.
3. Kenapa Mba memberi judul novel Ummi yang hampir sama dengan
judul filmnya yaitu Ummi Aminah ?
Jawab :
karena Mas Adit minta bantuan untuk membantu mengangkat filmnya.
Jadi kalau bisa sebelum filmnya, novelnya sudah beredar lebih dulu,
namun akhirnya hampir berbarengan. Tapi tujuannya untuk membantu
promosi awalnya untuk film Ummi Aminah. Tapi, waktu itu saya berfikir,
bukunya saya gak kasih judul Ummi Aminah yah,, saya kan Ummi yah,,
bukan Ummi Aminah,, karena sampai sekarang saya merasa Mas Adit
seharusnya kasih judul Ummi, bukan Ummi Aminah gitu. Karena kalau
Ummi Aminah itu secara ini siapa gitu kan,, kecuali misalnya kita kasih
judul tuh Mamah Dedeh, nama tokoh atau apa gitu, seperti Habibi dan
Ainun. Ummi Aminah ini tokoh fiktif gitu, nah bebannya besar untuk
mengangkat tokoh fiktif itu menjadi judul. Sementara kalau dikasih judul
Ummi kan dia lebih mewakili banyak kaum Ibu-Ibu gitu kan, menurut
saya lebih akrab gitu, kalo dipanggil Ummi. Makanya novel itu buat saya,
saya kasih judul Ummi, kemudian covernya juga tidak memakai cover
film karena saya pengen bukunya tetap berjalan sekalipun film Ummi
Aminah sudah tidak tayang.
4. Apa tujuan tertentu Mba Asma dalam menulis novel Ummi ini? dan
pesan apa yang ingin disampaikan dalam menerbitkan novel ini
khususnya pesan dakwahnya?
Jawab :
Sebagai penulis, saya ingin menulis buku yang bisa membuat seorang
anak lebih dekat dengan Ibunya, karena kalau kita lihat pergaulan anak-
anak zaman sekarang yang tidak suka diatur dan kurang mendengar kata-
kata orang tuanya, lebih mudah untuk membuat jarak antara anak dan
orang tua. Kadang-kadang dengan karakter si Ibu yang bawel kan gitu dan
dianggap terlalu mencampuri urusan anak, terlalu banyak ngomong atau
terlalu banyak ngatur gitu, nah itu saya pengen anak-anak muda sekarang
maksudnya bisa memahami bahwa bagaimanapun ekspresi orang tua kita
itu adalah bentuk perhatian mereka terhadap anak-anaknya. Maksudnya
kita kan kadang-kadang punya masalah sendiri antara suami dan istri, ya
sementara kita harus tetap memperhatikan anak dan kita juga punya
tanggung jawab terhadap anak-anak kita. Saya juga pengen buku itu bisa
mengalirkan semangat kesabaran kepada para bunda atau siapa saja yang
sedang diuji oleh Allah, karena kan gak ada orang yang di dunia ini yang
enggak mendapat ujian.
5. Berapa lama mba asma menyelesaikan pembuatan novel Ummi ini ?
Jawab :
Itu kan isinya ada tiga novel dan sepuluh cerita pendek. Kalau cerita
pendeknya memang sudah pernah diterbitkan di berbagai buku kompilasi,
saya gabungkan. Sedangkan kalau novel Ummi sendiri sekitar tiga
bulanan.
6. Apa yang membuat Mba Asma termotivasi untuk berdakwah melalui
tulisan ?
Jawab :
Karena menurut saya lebih mudah lewat tulisan ketimbang lisan. Apalagi
sekarangkan media punya peran penting untuk didengar oleh anak-anak
khususnya remaja. Jadi, biasanya lebih susah kalau orang tua
memberitahu, tapi kalau ada buku, majalah, bahkan iklan atau apapun itu
lebih mudah memberitahu untuk menjadi alat penyampai pesan. Kemudian
dengan buku kita bisa berada di banyak tempat, menjangkau puluhan ribu
orang dalam satu waktu. Kemudian mungkin kalau lewat lisan kita
mungkin terbatas. Dan dasarnya kalau kita berdakwah dengan potensi atau
sesuatu yang kita sukai itu mudah-mudahan menjadi baik, maka energinya
tidak terlalu sulit, karena kita melakukan sesuatu yang kita sukai. Dan satu
lagi, buku itu abadi, dengan buku saya berharap apapun misalnya, mudah-
mudah kalau ada kebaikan saya diberi umur panjang, saya akan terus
menulis. Tapi sekalipun saya sudah tidak ada, saya berharap bahwa buku
saya akan terus berjalan sampai nanti.
7. Apa kelebihan dan kekurangan novel Ummi ?
Jawab :
Saya sendiri merasa sebetulnya setiap buku, saya hanya menyerahkan
kepada penerbit ketika saat itu saya merasa puas. Kalau novel Ummi saya
berharap punya banyak waktu, karena kita ngejar waktu, bukunya harus
terbit sebelum filmnya tayang. Jadi, tidak terlalu punya banyak waktu
karena kalau ada lebih waktu, mungkin saya lebih bisa memperbaiki dan
membuat novel itu lebih bagus lagi. Tapi sekarang sih, kalau masukan dari
temen-temen pembaca Alhamdulillah respon mereka baik. Tapi saya tetap
merasa waktu itu saya menyerahkannya tidak dalam kondisi puas seperti
biasanya. Jadi saya merasa bahwa novel ini masih bisa diperbaiki dan saya
berharap masih punya waktu.
8. Dari sekian banyak novel yang Mba Asma diterbitkan, mana
diantaranya yang paling menonjol pesan dakwahnya ?
Jawab :
Gak tau yah. Karena harapannya gini, kalau kita sudah menjadi pola pikir
maka kita tidak perlu menyengajakan novel dakwah, oh ini novel dakwah
nih, atau oh ini bukan novel dakwah atau novel dakwah ini kadarnya
segini. Kalau kita enggak, menurut saya setiap buku harus bermanfaat,
setiap buku punya nilai, setiap buku harus bisa mendorong orang untuk
kebaikan. Jadi, saya gak pernah menilai, karena mungkin pembaca yang
yang menilai. Karena setiap buku berbeda-beda, kayak buku Catatan di
Setiap Doa ku, itu agar membuat orang lebih banyak berdoa, lebih banyak
percaya kepada Allah. Kemudian kalau novel Catatan Hati Seorang Istri,
saya ingin menguatkan para Istri, jangan jadi muslimah nyebelin itu
menjadi media introspeksi. Jadi saya kira, sulit untuk menjawab novel
mana yang lebih menonjol nilai dakwahnya. Kalau memang dari awal niat
kita menulis sebuah buku yang tidak hanya bagus tapi juga Insyaallah kita
menggerakan banyak pembaca kepada kebaikan. Karena saya berharap,
setiap buku mempunyai nilai dakwah.
9. Menurut Mba Asma, Novel ini bisa dijadikan Media Dakwah atau
tidak?
Jawab :
Buat saya, saya gak mau nulis, kecuali tulisan itu punya nilai kebaikan dan
punya nilai dakwah. Kecuali ada nilai dakwahnya dan bisa menggerakkan
orang. Tapi seberapa kekuatan menggerakkannya saya gak tau karena
tergantung dengan pembacanya. Saya sih berfikir, kalau buku itu akan sia-
sia kalau didalamnya tidak ada nilai kebaikan, tidak ada nilai
dakwahnya.jadi kalau harapan sih ya, saya berharap sebagaimana novel
yang baik, minimal bisa menggerakkan orang kepada kebaikan.
10. Menurut Mba Asma Novel saat ini sudah bisa dibilang maju atau
masih diam ditempat ?
Jawab :
Bukan Cuma bahagia tapi kalau kita menyalurkan tulisan dengan tidak
terlalu menggurui atau membuat novel dengan terlalu banyak mengutip
ayat, itu mungkin jatuhnya jadi seperti tabloid jum’at. Jadi ya setiap orang
mungkin berbeda. Tetap perlu kreatifitas dan keterampilan dalam menulis.
Tetap perlu jam terbang. Kemudian menulis novel itu tidak hanya ditulis
dengan keterampilan tapi juga novel itu bisa diasjikan dengan menarik.
Karena bagaimana pun novel itu kan yang pertama kali menggerakkan
pembaca untuk kebaikan.
FOTO WAWANCARA