ANALISIS KADAR SULFAT (SO42-) PADA DANAU LINTING DESA
SIBUNGA - BUNGA HILIR KECAMATAN SINEMPAH TANJUNG
MUDA HULU DENGAN METODE TURBIDIMETRI
SKRIPSI
HOTMA RUMAHORBO
140822011
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ANALISIS KADAR SULFAT (SO42-) PADA DANAU LINTING DESA
SIBUNGA - BUNGA HILIR KECAMATAN SINEMPAH TANJUNG
MUDA HULU DENGAN METODE TURBIDIMETRI
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana
Sains
HOTMA RUMAHORBO
140822011
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERSETUJUAN
Judul : Analisis Kadar Sulfat (SO42-) Pada Danau Linting
Desa Sibunga-bunga Hilir Kecamatan STM Hulu
Dengan Metode Turbidimetri
Kategori : Skripsi
Nama : Hotma Rumahorbo
NomorIndukMahasiswa : 140822011
Program Studi : Sarjana (S1) Kimia Ekstensi
Departemen : Kimia
Fakultas : Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Disetujui di
Medan, Februari 2017
KomisiPembimbing :
Pembimbing 2 Pembimbing 1
Prof.Dr.Zul Alfian,M.Sc Prof.Dr.Harlem Marpaung
NIP.195512181987012001 NIP. 194804141974031001
Diketahui/Disetujui oleh:
Departemen Kimia FMIPA USU
Ketua,
Dr. Rumondang Bulan, MS
NIP. 195408301985032001
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERNYATAAN
ANALISIS KADAR SULFAT ( SO42- ) PADA DANAU LINTING DESA
SIBUNGA - BUNGA HILIR KECAMATAN SINEMPAH TANJUNG
MUDA HULU DENGAN METODE TURBIDIMETRI
SKRIPSI
Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa
kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Medan, Februari 2017
Hotma Rumahorbo
140822011
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENGHARGAAN
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Tri Tunggal, Allah Bapa,
PuteraNya Yesus Kristus, dan Roh Kudus yang selalu membimbing, menyertai
dan senantiasa melimpahkan karuniaNya kepada penulis sampai penelitian dan
skripsi ini berhasil diselesaikan dalam waktu yang telah Ia ditetapkan.
Dengan penuh kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada
Bapak Prof.Dr.Harlem Marpaung selaku pembimbing I serta kepala Laboratorium
Kimia Analitik FMIPA USU yang telah memberikan didikan moral dan semangat
kepada penulis dan Bapak Prof.Dr.Zul Alfian selaku pembimbing II yang telah
bersedia membimbing dan mengarahkan serta memberikan saran yang sangat
membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian dan skripsi ini. Terima kasih
kepada Ibu Dr. Rumondang Bulan, MS dan Bapak Dr. Albert Pasaribu selaku
Ketua Departemen dan Sekretaris Departemen Kimia S1 FMIPA-USU Medan.
Terimakasih juga kepada Bapak Dr. Darwin Yunus Nasution, MS selaku Ketua
Prodi Kimia Ekstensi serta ibu Dra.Saur Lumban Raja, M.Si selaku dosen wali
yang banyak memberikan motivasi serta semua dosen jurusan Kimia USU.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak yang sangat
sangat dicintai (MIDEN RUMAHORBO) dan ibu yang sangat dikagumi
(HOTMINIM MANDALAHI) atas dukungan doa, moral dan materi yang
senantiasa melimpahkan waktu dan kekuatan dengan segenap hati, serta ucapan
terima kasih juga penulis ucapkan kepada kakak Rismadame Rumahorbo,Benni
Dormina Rumahorbo,Hotnida rumahorbo,SE, abang tercinta Sahat Tua
Rumahorbo dan adik tercinta Jhonny Parulian Rumahorbo dan kepada seluruh
keluarga yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada
Crystina,novi,Ranyco, Ruben, Ayu Manja, Dessy, Dewi,Rosnani dan kepada
seluruh asisten Lab Kimia Analitik yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada bang rio,bang iwan,bang
aldo,rio,pratiwi,iwan,eka,nowel,aldo,Elisabet maret Sipayung, Eva Tarigan,
Hernita, Darson, Rikardo, Surya, Rika, Ila, Elprida, bang Samuel, basanova,
Irham Walat Nasution dan nova hutabarat yang telah memberikan kasih sayang
dan cinta layaknya keluarga bagi penulis, serta teman-teman seperjuangan
stambuk 2014. Trimakasih juga kepada teman-teman di pelayanan LPMI
(Lembaga Pelayanan Mahasiswa Indonesia) yang mendukung penulis dalam doa
dan semangat.Terima kasih juga kepada banyak pihak yang tidak bisa disebutkan
satu – persatu. Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan berkatNya
bagi kita semua.
Penulis menyadari bahwa isi skripsi ini masih jauh dari kata sempurna,
namun kiranya dapat membrikan manfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya di
bidang kimia.
Penulis
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
i
ANALISIS KADAR SULFAT ( SO42- ) PADA DANAU LINTING DESA
SIBUNGA - BUNGA HILIR KECAMATAN SINEMPAH TANJUNG
MUDA HULU DENGAN METODE TURBIDIMETRI
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian tentang analisis kadar sulfat ( SO42-) pada air danau
linting Desa Sibunga-bunga Hilir Kecamatan Sinempah Tanjung Muda Hulu
dengan metode turbidimetri. Pengambilan sampel dilakukan secara acak dari
danau Linting. Sampel ini didestruksi dengan menambahkan HCl(P). Penentuan
kadar sulfat dilakukan dengan spektrofotometer dimana pereaksi yang digunakan
adalah barium khlorida dihidrat yang diukur pada panjang gelombang 420 nm.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah kadar sulfat pada air danau linting
yaitu 40,0403 ± 2,7462 mg/L. Dapat disimpulkan bahwa dari hasil yang diperoleh
maka air danau linting dapat dipergunakan untuk kebutuhan sehari-hari karena
kadar sulfat yang terdapat pada air danau linting masih berada dalam ambang
batas kualitas air bersih yaitu 400 mg/L dan kualitas air minum yaitu 250 mg/L.
Kata kunci : Air danau linting, sulfat,turbidimetri,spektrofotometer.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ii
ANALYSIS OF THE SULPHATE (SO42-) IN THE LAKE LINTING OF
THE SIBUNGA-BUNGA HILIR VILLAGE SINEMPAH TANJUNG
MUDA HULU DISTRICTS WITH TURBIDIMETRY METHOD
ABSTRACT
The analysis of the sulphate ion in the lake linting of the sibunga-bunga hilir
village sinempah tanjung muda hulu districts with turbidimetry method has been
determined. The sample were taken randomly from the lake linting and mixed.
The amount of 50 ml of the sample was used to determine the content of sulphate
ion after addition of acid buffer and HCl 20 ml then heated to be a half volume
and then cooled at room temperature and then BaCl2 was added 0,3 grams was
added to a 100 ml flask and then diluted with aquadest up to line mark,the
turbidity was then measured at 420 nm.the content at the lake water was 40,0403
± 2,7462 mg/L at was in the water quality threshold 400 mg/L whereas the limit
of sulphate ion in drinking water is 250 mg/L.
Keywords : lake linting, sulphate, turbidimetry method,spectrofotometer.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
iii
DAFTAR ISI
Halaman
Persetujuan i
Pernyataan ii
Penghargaan iii
Abstrak iv
Abstract v
Daftar Isi vi
Daftar Tabel viii
Daftar Gambar ix
Daftar Lampiran x
Bab 1 PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang 1
1.2.Permasalahan 4
1.3.Pembatasan Masalah 4
1.4.Tujuan Penelitian 4
1.5.Manfaat Penelitian 4
1.6.Lokasi Penelitian 4
1.7.Metodologi Penelitian 5
Bab 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Air 6
2.2.Karakteristik Air 7
2.2.1.Karakteristik Fisik 7
2.2.2.Karakteristik Kimia 8
2.2.3. Karakteristik Mikrobiologi 10
2.3.Sumber Air 10
2.4.Air Tanah 11
2.5.Syarat-Syarat Air Minum 11
2.6.Sulfur 12
2.6.1.Sulfat (SO42-) 14
2.6.2.Sulfida ( S2- ) 15
2.6.3.Hidrogen Sulfida 15
2.7.Metode Destruksi 17
2.7.1. Metode Destruksi Basah 17
2.7.2. Metode Destruksi Kering 18
2.8.Spektrofotometri 18
2.8.1. Spektrofotometri Visibel 18
Bab 3 METODOLOGI PENELTIAN
3.1.Alat dan Bahan 20
3.1.1.Alat-Alat 20
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
iv
3.1.2.Bahan-Bahan 21
3.2.Prosedur Penelitian 21
3.2.1.Penyediaan Reagen 21
3.2.2.Pembuatan Kurva Kalibrasi 22
3.2.3.Penentuan Kadar Sulfat Pada Sampel 22
3.3.Bagan Penelitian 23
3.3.1.Pembuatan Larutan Induk SO42- 1000 mg/L 23
3.3.2.Pembuatan Larutan Standar 100 mg/L 23
3.3.2.1.Pembuatan Larutan Seri Standar 24
SO42- 10;20;30;40; dan 50 mg/L
3.3.3.Pembuatan Kurva Kalibrasi 24
3.3.4.Penentuan Kadar Sulfat Dalam Sampel 25
Bab 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.Hasil Dan Pengolahan Data 26
4.1.1.Analisa Kualitatif 26
4.1.1.1.Analisa Kualitatif Sulfat 26
4.1.2.Penentuan Sulfat 26
4.1.2.1.Penurunan Persamaan Garis Regresi 26
4.1.2.2.Perhitungan Koefisien Korelasi 28
4.1.2.3.Perhitungan Konsentrasi Sulfur Total 29
Pada Sampel
4.2.Pembahasan 31
Bab 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.Kesimpulan 32
5.2.Saran 32
Daftar Pustaka 33
Lampiran 36
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
v
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel
2.1. Persentase Hidrogen Sulfida (H2S) terhadap Sulfia
Total Pada Berbagai PH dan Suhu 16
4.1. Data Pengukuran % T Larutan Seri 23
Standart Sulfat
4.2. Pengolahan Data Pengukuran Larutan 24
Seri Standar Sulfat
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
vi
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar
Gambar 2.1. Spektrofotometri Visibel Spektronic 20 19
Gambar 4.1. Kurva Kalibrasi Larutan Seri Standar Sulfat 28
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
Lampiran 1 : Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor
492/menkes/PER/IV/2010 Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum 36
Lampiran 2 : Serbuk Natrium Sulfat ( Na2SO4) hidrat 40
Lampiran 3 : Serbuk Natrium Sulfat ( Na2SO4) anhidrat 40
Lampiran 4 : Spektrofotometer Visibel Spektronik 20 41
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Sekitar 350.000 km2 atau 17,50 persen wilayah Indonesia merupakan
gunung api. Dari sejumlah 500 lebih gunung berapi muda (kwarter) di Indonesia,
128 diantaranya merupakan pusat erupsi yang masih aktif. Jumlah tersebut
menggambarkan bahwa Indonesia merupakan wilayah yang paling banyak
memiliki gunung berapi aktif dunia, yaitu sekitar 14 persen dan lebih dari 80
persen gunung aktif tersebut membentang sambung-menyambung yang
panjangnya ± 4000 km, dimulai dari Sumatera sampai pulau-pulau dilaut Banda.
Oleh karena tempat dan kedudukan gunung merapi ini juga merupakan ruang
lingkup pertumbuhan kehidupan, maka gejala yang disebabkan oleh akitivitasnya
sedikit banyak berpengaruh terhadap lingkungan hidup disekitarnya. Lingkungan
hidup yang dimakud adalah semua mahkluk hidup ( biotik ) dan benda tak hidup (
abiotik ) serta kondisi yang ada dalam ruang yang ditempatinya. Dampak yang
disebabkan oleh aktivitasnya tidak hanya yang merugikan tetapi juga
menguntungkan.
Sumber air panas terutama yang banyak mengandung belerang merupakan
bagian yang menguntungkan oleh adanya gunung merapi tersebut.
( Sriwana,1985).
Danaulintingmerupakandanauberairpanas yang
mengandungbelerang.MenurutmasyarakatdesaSibunga-bungahilir, Kecamatan
STM Hulu, Kabupaten Deli Serdang yang tinggaldisekitar air danaulinting,
danauiniterbentukkarenaadanyaaktivitasvulkaniksehingga air yang
beradapadadanauiniberasaldarimata air.Hal
inidibuktikandengankandunganbelerang yang tinggidankedalamannya yang
sangatdalam.
Danau linting memiliki luas ± 1 hektare mirip sebuah lingkaran yang
digenangi air. Masyarakat yang tinggal disekitar danau ini mempergunakan air ini
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2
untuk kebutuhan sehari-hari seperti mencuci pakaian, mandi, dan mencuci bahan-
bahan makanan yang akan dimasak.
Danau tersebut mempunyai tiga saluran pembuangan air yaitu pada sisi kiri,
sisi kanan, dan tengah pada pintu masuk. Namun air danau tersebut tidak surut
walaupun pada saat musim kemarau. Dengan kondisi ini untuk jangka
kedepannya Danau linting tersebut dapat dijadikan sebagai sumber air untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakat sekitar danau linting.
DanaulintingterletakditigadesayaitudesaSibunga-
bunga,desaGunungManumpak,dandesa durian IV
MbelangkecamatanSinempahTanjungMuda (STM) Hulu, Kabupatendeliserdang.
Belerang ( S ) merupakan salah satu elemen yang esensial bagi mahkluk
hidup, karena merupakan elemen penting dalam protoplasma. Di
perairan,sulfurberikatandengan ion hidrogendanoksigen.Beberapabentuksulfur
diperairanadalahsulfida( S2-), HidrogenSulfida (H2S), ferrosulfida ( FeS), sulfur
dioksida (SO2), Sulfit (SO3),dansulfat (SO4). Sulfat
yangberikatandenganhidrogenmembentukasamsulfatdansulfatberikatandenganlog
am alkali merupakanbentuk sulfur yang paling banyakditemukan di danaudan di
sungai ( Cole,1998).
Standarbakumutukandungan ion sulfatdidalam air
danaumenurutPeraturanMenteriKesehatanRepublik Indonesia nomor
492/menkes/PER/IV/2010 TentangPersyaratanKualitas Air Minum yaitu sebesar
400 mg/L. Konsentrasisulfat yang diperbolehkandalam air minumtidakmelebihi
250 mg/L. Apabilakadarsulfatpada air melebihiambangbatas,
makaakanmengakibatkanterjadinyagangguanpadasystempencernaan(
Letterman,1999).
Kusumadkk( 2013 ) telahmelakukanpenelitiantentanganalisakonsentrasi sulfur
secaraspektrofotometri di perairandanauberatandandanaubaturprovinsibali.
HasilPenelitianmenyatakankonsentrasisulfattinggiyakni 4,07 – 41,11 mg/l
padaDanauBeratandan 50,75 – 267,0 mg/l padaDanauBatur.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3
Sari (2008) telah melakukan penelitian tentang penentuan kadar sulfur dalam air
bersih secara spektrofotometri uv-visibel diperumahan PT.INALUM Tanjung
Gading. Hasil penelitian menyatakan konsentrasi sulfat berkisar 14,00 mg/l –
17,00 mg/l.
Dari uraian diatas maka penulis mengadakan penelitian dengan judul
“ANALISA KADAR SULFAT (SO42-) PADA DANAU LINTING DESA
SIBUNGA-BUNGA HILIR KECAMATAN STM HULU DENGAN METODE
TURBIDIMETRI”
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4
1.2. Permasalahan
1. Berapakahkandungan sulfur (S) pada air
belerangDanauLintingdesaSibunga-bungahilir, Kecamatan STM Hulu,
KabupatenDeliserdang?
2. Apakah kadar sulfur (S) pada air belerang DanauLintingdesaSibunga-
bungahilir, Kecamatan STM Hulu, KabupatenDeliserdang berada dalam
batas normal atau tidak?
1.3. PembatasanMasalah
Penelitianinidibatasi hanyapenentuankandungan sulfur (S) yang terdapatpada air
DanauLintingdesaSibunga-bungahilir, Kecamatan STM Hulu,
KabupatenDeliserdang. Logam – logam berat dan unsur lainnya tidak dianalisis.
1.4. TujuanPenelitian
1. Untukmenentukankandungan sulfur sebagai sulfat (SO42-)pada air
belerangDanauLintingdesa Sibunga-bungahilir, Kecamatan STM
Hulu,KabupatenDeliserdang?
2. Untukmengetahuiapakahkadar sulfur (S) yang terdapatpada air
DanauLintingdesaSibunga-bungahilir, Kecamatan STM Hulu,
KabupatenDeliserdangdalambatas normal atautidak.
1.5. ManfaatPenelitian
Penelitianinidiharapkandapatmemberikaninformasikepadamasyarakattentangkand
ungan sulfur ( S ) yang terdapatpada air danaulintingdesasibunga-
bungahilir,kecamatan STM Hulu,kabupatendeliserdang.
1.6. LokasiPenelitian
1. Sampel diambil dari air danaulintingdesasibunga-bungahilir,kecamatan
STMHulu,kabupatendeliserdang.
2. Penelitianinidilakukan di laboratorium Kimia
AnalitikFakultasMatematikadanIlmuPengetahuanAlamUniversitas
Sumatera Utara.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
5
1.7. MetodologiPenelitian
1. Penelitian ini merupakan penelitian laboratorium.
2. Sampel air danau linting diambil secara acak dari air Danau Linting desa
Sibunga-bungahilir, Kecamatan STM Hulu, Kabupaten Deliserdang.
3. Destruksi sampel air danau linting dilakukan dengan destruksi basah
menggunkan HCl(P) untuk melarutkan sulfur.
4. Penentuan kandungan sulfur sebagai sulfat pada air danau linting
dilakukan dengan metode Spektrofotometri UV-Visibel dengan
menggunakan pereaksi BaCl2.2H2O
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Air
Air merupakan sumber daya alam yang dibutuhkan untuk sumber hajat hidup
orang banyak, bahkan untuk semua makhluk hidup. Oleh karena itu sumber daya
harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta
oleh makhluk hidup orang lain. Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus
dilakukan serta bijaksana, dengan memperhitungkan generasi sekarang maupun
mendatang. Aspek penghematan dan pelestarian sumber daya air harus
ditanamkan pada segenap pengguna air (Effendi, 2003)
Melalui penyediaan air bersih baik dari segi kualitas maupun kuantitas di
suatu daerah, maka peyebaran penyakit menular dalam hal ini adalah penyakit
perut diharapkan bisa ditekan seminimal mungkin. Penurunan penyakit perut ini
didasarkan atas pertimbangan bahan air merupakan salah satu mata rantai
penularan penyakit-penyakit perut. Agar seseorang menjadi tetap sehat sangat
dipengaruhi oleh adanya kontak manusia tersebut dengan makanan dan minuman.
Air adalah salah satu pembawa penyakit yang berasal dari tinja untuk
sampai kepada mausia. Supaya air yang masuk ke tubuh manusia baik berupa
minuman ataupun makanan tidak menyebabkan bibit penyakit, maka pengolahan
air baik berasal dari air sumber, jaringan transmisi atau distribusi adalah mutlak
diperlukan untuk mencegah terjadinya kontak antara kotoran sebagai sumber
penyakit dengan air yang sangat diperlukan (Sutrisno,1987).
Saat ini masalah utama yang dihadapkan oleh sumber daya air meliputi
kuantitas air yang tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat dan
kuantitas air untuk keperluan domestik yang semakin menurun. Kegiatan industri,
domestik dan kegiatan lain berdampak negatif terhadap sumber daya air. Oleh
karena itu diperlukan pengolahan dan perlindungan sumber daya air untuk
seksama (Effendy,2003).
Air adalah suatu zat yang terjadi secara alami, dimana air tersebut tidak
sepenuhnya murni, yang tidak dapat langsung dikonsumsi oleh manusia atau
digunakan pada industri tanpa ada pengolahan terlebih dahulu. Selama bereaksi di
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
7
dalam tanah, atau pada permukaan tanah bahkan pada udara, air menjadi tercemar
dengan senyawa padat tersuspensi atau pada larutan seperti : partikel lumpur,
tanaman dan organisme hidup (plankton, bakteri, virus), seperti garam (klorida,
sulfat, natrium, atau kalsium karbonat), senyawa organik (humus dan limbah, dan
sampah pabrik), dan gas.
2.2. Karakteristik Air
2.2.1. Karakteristik Fisik
Karakteristik fisik yang terpenting yang mempengaruhi kualitas air ditentukan
oleh (1) bahan padat keseluruhan, yang terapung maupun yang terlarut, (2)
kekeruhan, (3) warna, (4) bau dan rasa dan (5) temperatur (suhu) air.
a. Bahan padat keseluruhan. Koloid mempengaruhi kualitas air dalam
proses koagulasi dan filtrasi. Material layang dapat diukur dengan
melakukan penyaringan, sedangkan material terlarut dapat diukur dengan
penguapan.
b. Kekeruhan. Air yang mengandung material kasat mata dalam larutan
disebut keruh. Kekeruhan dalam air terdiri dari lempung, liat, bahan
organik, dan mikroorganisme. Air sungai biasanya lebih keruh pada saat
terjadi hujan lebat dibandingkan pada kondisi normal. Kekeruhan
tergantung pada konsentrasi partikel-partikel padat yang ada di dalam air.
Tingkat kekeruhan air biasanya diukur dengan alat yang disebut
turbidimeter.
c. Warna. Air murni tidak berwarna. Warna dalam air diakibatkan oleh
adanya material yang larut atau koloid dalam suspensi atau material. Air
yang mengalir melewati rawa atau tanah yang mengandung mineral
dimungkinkan untuk mengambil warna material tersebut. Batas intensitas
warna yang dapat diterima adalah 5 mg/L.
d. Bau dan rasa. Air murni tidak berbau dan tidak berasa, tetapi air minum
idealnya tidak berbau boleh berasa. Rasa dalam air biasanya akibat adanya
garam-garam terlarut. Bau dan rasa yang timbul dalam air karena
kehadiran mikroorganisme, bahan material, gas terlarut, dan bahan-bahan
organik.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
8
e. Temperatur. Temperatur suatu badan air dipengaruhi oleh musim, lintang
(latitude), ketinggian dari permukaaan laut (altitude), waktu dalam hari,
sirkulasi udara,penutupan awan, dan aliran serta kedalaman badan air.
Perubahan suhu berpengaruh terhadap proses fisika, kimia, dan bilogi
badan air. Suhu juga sangat berperan mengendalikan kondisi ekosistem
perairan. Peningkatan suhu mengakibatkan peningkatan viskositas, reaksi
kimia, evaporasi, dan volatilisasi. Peningkatan suhu juga menyebabkan
penurunan kelarutan gas dalam air, misalnya gas O2, CO2, N2, CH4 dan
sebagainya ( Haslam,1995).
Selain itu,peningkatan suhu juga menyebabkan peningkatan kecepatan
metabolisme oksigen. Peningkatan suhu perairan sebesar 10 oC
menyebabkan terjadinya peningkatan konsumsi oksigen oleh organisme
akuatik sekitar 2-3 kali lipat. Namun, peningkatan suhu ini disertai
dengan penurunan kadar oksigen terlarut sehingga keberadaan oksigen
sering kali tidak mampu memenuhi kebutuhan oksigen bagi organisme
akuatik untuk melakukan proses metabolisme dan respirasi. Peningkatan
suhu juga menyebabkan terjadinya peningkatan dekomposisi bahan
organik oleh mikroba. Karena suhu optimum bagi pertumbuhan
fitopklanton diperairan adalah 20oC – 30oC ( Effendi, 2003).
2.2.2. Karakteristik Kimia
Kandungan bahan-bahan kimia yang ada di dalam air berpengaruh terhadap
kesesuaian penggunaan air. Secara umum karakteristik kimiawi air meliputi Ph ,
alkalinitas, kation dan anion terlarut, dan kesadahan.
a. PH. Sebagai pengukur sifat keasaman dan kebasaan air dinyatakan dengan
nilai PH, yang didefenisikan sebagai logaritma dari pulang baliknya
konsentrasi ion-hidrogen dalam mol per liter.
Air murni pada suhu 24OC ditimbang berkenaan dengan ion-ion H+ dan
ion-ion OH- masing-masing mempunyai kandungan 10-7 mol per liter.
Dengan demikian Ph air murni adalah 7. Air dengan Ph diatas 7 bersifat
basa dan pH diatas 7 bersifat asam. Nilai Ph air dapat diukur dengan
potensiometer, yang mengukur potensi listrik yang dibangkitkan oleh ion-
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
9
ion H+, atau dengan indikator, misalnya methyl orange atau
phenolpthalein.
Ph juga mempengaruhi toksisitas suatu senyawa kimia. Senyawa amonium
yang dapat terionisasi banyak ditemukan pada perairan yang memiliki Ph
rendah. Amonium bersifat tidak toksik (innocuous). Namun pada suasana
lakalis (pH tinggi) lebih banyak ditemukan amonia yang tak terionisasi
dan bersifat toksik. Amonia tak terionisasi ini lebih mudah terserap ke
dalam tubuh organisme akuatik dibandingkan dengan amonium.
Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan Ph dan menyukai
nilai Ph sekitar 7-8,5. Nilai Ph sangat mempengaruhi proses biokimiawi
perairan, misalnya proses nitrifikasi akan berakhir jika pH rendah.
b. Alkalinitas. Alkalinitas adalah gambaran kapasitas air untuk menetralkan
asam, atau dikenal dengan sebutan acid-neutralizing capacity (ANC) atau
kuantitas anion didalam air yang dapat menetralkan kation hidrogen.
Alkalinitas juga diartikan sebagai kapasitas penyangga (buffer capacity)
terhadap perubahan Ph perairan. Penyusunan alkalinitas perairan adalah
anion bikarbonat (HCO3-), fosfat (HPO4
2- dan H2PO-), sulfida (HS-),dan
amonia (NH3) juga memberikan kontribusi terhadap alkalinitas. Namun,
pembentuk alkalinitas yang utama adalah bikarbonat, hidroksida. Diantara
ketiga ion tersebut, bikarbonat paling banyak terdapat pada perairan alami.
c. Kesadahan. Kesadahan (hardness) adalah gambaran kation logam divalen
(valensi dua). Kation-kation ini dapat bereaksi dengan sabun membentuk
endapan (presipitasi) maupun dengan anion-anion yang terdapat didalam
air membentuk endapan atau karat pada peralatan logam.
Pada perairan tawar, kation divalen yang paling berlimpah adalah kalsium
dan magnesium, sehingga kesadahan pada dasarnya ditentukan oleh
jumlah kalsium dan magnesium. Kalsium dan magnesium berikatan
dengan anion penyusun alkalinitas, bikarbonat dan karbonat.
Kesadahan pada awalnya ditentukan dengan titrasi menggunakan sabun
standar yang dapat bereaksi dengan ion penyusun kesadahan. Dalam
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
10
perkembangannya, kesadahan ditentukan dengan titrasi menggunakan
EDTA (ethylene diamine tetra acetic acid) atau senyawa lain yang dapat
bereaksi dengan kalsium dan magnesium.
2.2.3. Karakteristik Mikrobiologi
Spesies organisme makroskopik dapat dibedakan dengan mata telanjang,
sedangkan organisme mikroskopik memerlukan alat bantu mikroskop untuk
membedakan spesiasnya. Bakteri adalah organisme hidup yang sangat kecil
dimana spesiesnya tidak dapat diidentifikasi sekalipun dengan alat bantu
mikroskop. Bakteri yang dapat menimbulkan penyakit disebut bakteri pathogen,
sedangkan yang tidak membahayakan bagi kesehatan disebut non-patogen.
Escherichia coli adalah bakteri non-pathogen yang hidup didalam usus binatang
berdarah panas. Dalam air, bakteri ini biasanya mengeluarkan tinja, sehingga
keberadaanya didalam air dapat dijadikan indikasi keberadaan bakteri pathogen.
Kualitas air bersih ditentukan dengan keberadaan atau ketidakberadaan bakteri ini
melalui E-coli Test (Suripin, 2002).
2.3. Sumber air
Makhluk hidup tidak terlepas dari kebutuhan akan air. Manusia dalam kehidupan
sehari-hari memerlukan air untuk berbagai keperluan mulai dari air minum,
mencuci, mandi dan lain-lain. Sumber – sumber air tersebut adalah :
1. Air angkasa ( hujan)
Air yang berada di permukaan bumi ini dapat berasal dari berbagai
sumber. Berdasarkan letak sumbernya, air dapat dibagi menjadi air
angkasa (hujan), air permukaan dan air tanah.
2. Air Permukaan
Air permukaan yang meliputi badan badan air semacam sungai, danau ,
telaga, waduk, rawa, terjun dan sumur permukaan, sebagian besar berasal
dari air hujan yang jatuh kepermukaan bumi. Air hujan tersebut kemudian
akan mengalami pencemaran baik oleh tanah, sampah, maupun lainnya.
Air permukaan merupakan salah satu sumber penting bahan baku air
bersih. Faktor- faktor yang diperhatikan antara lain ;
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
11
1. Mutu dan kualitas baku
2. Jumlah atau kuantitasnya
3. Kontinuitasnya
2.4. Air Tanah
Air tanah berasal dari air hujan yang jatuh kepermukaan bumi yang kemudian
mengalami perkolasi atau penyerapan ke alam tanah dan mengalami proses filtrasi
secara alami. Proses-proses yang telah dialami air hujan tersebut, didalam
perjalananya ke bawah tanah, membuat air tanah menjadi lebih baik dan lebih
murni dibandingkan air permukaan.
Air tanah memiliki beberapa kelebihan dibanding sumber air lain. Pertama,
air tanah biasanya bebas dari kuman dan tidak perlu mengalami proses purifikasi
atau penjernhan. Persediaan ait tanah juga cukup tersedia sepanjang tahun, saat
musim kemarau sekalipun. Sementara itu air tanah juga memiliki beberapa
kerugian atau kelemahan dibanding sumber air lainnya. Air tanah mengandung
zat-zat mineral semacam magnesium, kalsium,dan logam berat seperti besi dapat
menyebabkan kesadahan air. Selain itu, untuk menghisap dan mengalirkan air
keatas pemukaan, diperlukan pompa ( Chandra, 2006).
2.5. Syarat-Syarat Air Minum
Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan mahkluk
hidup dibumi ini. Fungsi air bagi kehidupan tidak dapat digantikan oleh senyawa
lain. Penggunaan air yang utama sangat vital bagi kehidupan adalah sebagai air
minum ( Slamet, 2007).
1. Syarat Kuantitas
Kebutuhan masyarakat terhadap air bervariasi dan bergantung pada
keadaan iklim, standar kehidupan, dan kebiasaan masyarakat (Chandra,
2006).
Konsumsi air bersih di perkotaan Indonesia berdasarkan keperluan rumah
tangga, diperkirakan sebanyak 138,5 liter/orang/hari dengan perincian
yaitu untuk mandi, cuci, 12 liter, minum 2 liter, cuci pakaian 10,7 liter,
kebersihan rumah 31,4 liter, taman 11,8 liter, cuci kendaraan 21,8 liter,
wudhu 16,2 liter, lain-lain 33,3 liter ( Slamet, 2007).
2. Syarat Kualitas
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
12
Syarat kualitas meliputi parameter fisik,kimia,radioaktivitas,dan
mikrobiologis yang memenuhi syarat kesehatan menurut peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia ( Slamet, 2007). Syarat-syarat fisik
yaitu air minum seharusnya jernih, tidak berwarna, tidak berasa, tidak
berbau. Syarat-syarat kimia (organik, anorganik) air minum tidak boleh
mengandung senyawa-senyawa beracun dalam jumlah melampaui batas
yang telah ditentukan ( standar air minum Indonesia). Syarat-syarat
bakteriologik ialah air minum tidak boleh mengandung bakteri-bakteri
golongan coli melebihi batas-batas yang telah ditentukan yaitu 1 coli/100
ml air( sutrisno,1987).
2.6.Sulfur
Sulfur merupakan salah satu elemen yang esensial bagi mahkluk hidup,karena
merupakan elemen penting dalam protoplasma. Ion sulfat yang telah diserap oleh
tumbuhan mengalami reduksi hingga menjadi bentuk sulfidril (SH) di dalam
protein.
Sulfur (S) berada dalam bentuk organik dan anorganik. Sulfur anorganik
terutama dalam bentuk sulfat (SO42-), yang merupakan bentuk sulfur utama
diperairan dan tanah ( Rao,1992). Ion sulfat yang bersifat larut dan merupakan
bentuk oksidasi utama sulfur ialah salah satu anion utama di perairan, menempati
urutan kedua setelah bikarbonat.
Di perairan,sulfur berikatan dengan ion hidrogen dan oksigen.Beberapa
bentuk sulfur di perairan adalah sulfida( S2-), Hidrogen Sulfida (H2S), ferro
sulfida ( FeS), sulfur dioksida (SO2), Sulfit (SO3),dan sulfat (SO4). Sulfat yang
berikatan dengan hidrogen membentuk asam sulfat dan sulfat berikatan dengan
logam alkali merupakan bentuk sulfur yang paling banyak ditemukan di danau
dan di sungai ( Cole,1988).
Reduksi (pengurangan oksigen dan penambahan hidrogen) anion sulfat
menjadi hidrogen sulfida pada kondisi anaerob dalam proses dekomposisi bahan
organik menimbulkan bau yang kurang sedap dan meningkatkan korosovitas
logam. Proses reduksi yang dilakukan oleh bakteri heterotrof ini (misalnya
Desulfovibrio) banyak terjadi didasar laut. Hidrogen sulfida yang dihasilkan
kemudian dilepas ke atmosfer.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
13
SO42- + bahan organik → S2- + H2O + CO2
S2- + 2H+ → H2S
Apabila diperairan tidak terdapat oksigen dan nitrat maka sulfat berperan
sebagai sumber oksigen dalam proses oksidasi yang dilakukan oleh bakteri
anaerob. Pada kondisi ini,ion sulfat direduksi menjadi ion sulfit yang membentuk
kesetimbangan dengan ion hidrogen untuk membentuk hidrogen sulfida.
Hubungan antara hidrogen sulfida ( H2S), ion hidrogen sulfida (H2S), ion
hidrogen sulfida (HS-), dan ion sulfida (S2-) pada berbagai nilai PH.
Pada perairan alami yang mendapat cukup aerasi biasanya tidak ditemukan
H2S karena telah terosidasi menjadi sulfat. Kadar sulfat pada perairan tawar alami
berkisar antara 2-80mg/liter. Kadar sulfat pada perairan yang melewati batuan
gypsum daat mencaai 1.000 mg/liter ( Rump dan Krist, 1992). Di sekitar
pembuangan limbah industri,kadar sulfat mencapai 1.000 mg/liter
(UNESCO/WHO/UNEP,1992). Kadar sulfat air minum tidak melebihi 400
mg/liter ( WHO,1984).
Kadar sulfat yang melebihi 500 mg/liter dapat mengakibatkan terjadinya
gangguan pada sistem pencernaan.Sulfida total (H2S,HS- , dan S2-) yang terdapat
disekitar dasar perairan yang banyak mengandung deposit lumpur (sludge)
mencapai 0,7 mg/liter, sedangkan pada kolam air biasanya berkisar antara 0,02 –
0,1 mg/liter. Kadar sulfida total kurang dari 0,002 mg/liter dianggap tidak
membahayakan bagi kelangsungan hidup organisme akuatik (McNeely et
al,1979). WHO merekomendasikan kadar sulfat yang diperkenankan pada air
minum sekitar 400 mg/liter dan kadar hidrogen sulfida sekitar 0,05 mg/liter
(Moore,1991).
2.6.1 Sulfat ( SO42-)
Ion sulfat adalah suatu anion yang banyak terjadi pada air alam. Ia merupakan
sesuatu yang penting dalam penyediaan air untuk umum karena pengaruh
pencucian perut yang cukup besar. Sulfat penting dalam penyediaan air untuk
umum maupun industri, karena kecenderungan air untuk mengandungnya dengan
jumlah yang cukup besar untuk membentuk kerak air yang keras pada ketel dan
alat pengubah panas. Sulfat merupakan suatu bahan yang perlu dipertimbangkan,
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
14
sebab secara langsung merupakan “ Penanggung jawab” dalam dua problem yang
serius yang sering dihubungkan dengan penanganan dan pengolahan air bekas.
Masalah ini berupa masalah bau dan masalah korosi pada perpipaan yang
diakibatkan dari reduksi sulfat menjadi hidrogen sulfida dalam kondisi anaerobik.
Efek laksatif pada sulfat ditimbulakan pada konsentrasi 600 sampai 1000 mg/l,
apabila Mg+ dan Na+ merupakan kation yang bergabung dengan SO4 yang akan
menimbulkan rasa mual dan ingin muntah ( Sutrisno, 1987 )
Ion sulfat yang telah diserap tumbuhan mengalami reduksi hingga
mengalami bentuk sulfridil didalam protein sulfur anorganik terutama dalam
bentuk sulfat yang merupakan, bentuk sulfur utama diperairan dan tanah. Ion
sulfat yang bersifat larut dan merupakan bentuk oksidasi utama sulfur adalah
salah satu anion terutama diperairan, menempati urutan kedua setelah bikarbonat.
Sulfat yang berikatan dengan hidrogen membentuk asam sulfat dan sulfat yang
berikatan dengan logam alkali merupakan bentuk sulfur yang paling banyak
ditemukan didanau dan sungai. Reduksi anion sulfat menjadi hidrogen sulfida
pada kondisi anaerob dalam proses dekomposisi bahan organik menimbukan bau
yang kurang sedap.
Sulfat adalah anion yang terjadi secara alami. Kandungan konsentrasi yang
tinggi dalam air minum dapat menyebabkan perpindahan diare. Dalam studi pada
orang – orang dewasa ditemukan laxative yang sangat tinggi diatas 1000 mg/l.
Dimana dilaporkan dalam kasus kesehatan mengindikasi bahwa botol untuk
minum bayi berkembang diare pada sulfat diatas level 600 mg/l. Diare yang akut
dapat menyebabkan dehidrasi, terutama pada bayi dan anak kecil yang sudah
mengidap mikroba diare dalam tubuh ( Letterman, 1999).
2.7. Sektrofotometri
Pada fotometer filter, tidak mungkin diperoleh panjang gelombang yang benar-
benar monokromatis, melainkan satu trayek panjang gelombang 30-40nm.
Sedangkan pada spektofotometer, panjang gelombang yang benar-benar terseleksi
dapat diperoleh dengan bantuan alat pengurai cahaya seperti prisma. Suatu
spektrofotometer tersusun dari sumber-sumber spektrum tampak yang kontinyu,
monokromator, sel pengabsorbsi, untuk larutan sampel atau blanko ataupun
pembanding (khopkar,2002).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
15
2.7.1. Spektrofotometri visibel
Prinsip kerja dari spektofotometri sinar tampak yaitu apabila radiasi dilewatkan
melalui larutan berwarna dengan panjang gelombang tertentu,sebagian radiasi
akan diserap ( diabsorbsi ) secara selektif dan radiasi lainnya dilewatkan
(transmisi). Besarnya kemampuan molekul-molekul zat terlarut untuk
mengabsorbsi cahaya pada panjang gelombang tertentu dikenal dengan istilah
absorbansi ( A ), yang setara dengan nilai konsentrasi larutan tersebut dan panjang
berkas cahaya yang dilalui ( biasanya 1 cm dalam spektrofotometri ) ke suatu poin
dimana persentase jumlah cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi diukur
dengan phototube. Cahaya yang diserap oleh suatu zat berbeda dengan cahaya
yang ditangkap oleh mata manusia. Cahaya yang tampak atau cahaya yang dilihat
dalam kehidupan sehari-hari disebut warna komplementer ( Vogel,1985).
Cara kerja spektrofotometri secara singkat adalah sebagai berikut.
Tempatkan larutan pembanding, misalnya blanko dalam sel pertama sedangkan
larutan yang akan dianalisis pada sel kedua. Kemudian pilih fotosel yang cocok
400 nm – 450 nm agar daerah λ yang diperlukan dapat terliputi. Dengan ruang
fotosel dalam keadaan tertutup “ nol “ galvanometer dengan menggunakan
tombol dark-current. Pilih yang diinginkan, buka fotosel dan lewatkan berkas
cahaya pada blanko dan “ nol “ galvanometer didapat dengan memutar tombol
sensitivitas.Dengan menggunakan tombol transmitansi,kemudian atur besarnya
pada 100%. Lewatkan berkas cahaya pada larutan sampel yang dianalisis. Skala
absorbansi menunjukkan absorbansi larutan sampel ( Khopkar,2002).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
16
3.4 Bagan Penelitian
3.4.1 Pembuatan larutan induk SO42- 100 mg/l
2 g serbuk Na2SO4
Dikeringkan serbuk dalam oven pada
suhu 105 0C selama 24 jam
Didinginkan dalam desikator
Na2SO4
kering / anhidrat
Ditimbang 1.479 Na2SO4 anhidrat
Dilarutkan dengan akuadest pada labu takar 1000 ml sampai garis batas
Dihomogenkan
Larutan induk1000 mg/l
3.4.2 Pembuatan larutan standart 100 mg/l
Larutan induk
Na2SO4 1000 mg/l
Dipipet 10 ml
Dimasukan kedalam labu ukur 100 ml
Ditambahkan akuadest sampai garis batas
Larutan standart 100 mg/l
Dihomogenkan
3.4.2.1 Pembuatan larutan standart SO42- 10 mg/l
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
17
Larutan standart 100 mg/l
Dipipet 10 ml
Dimasukan kedalam labu ukur 100 ml
Ditambahkan akuadest sampai garis batas
Larutan seri standart sulfat 10 mg/l
Dihomogenkan
3.4.2.2 Pembuatan larutan seri standart SO4
2- 20 mg/l
Larutan standart 100 mg/l
Dipipet 20 ml
Dimasukan kedalam labu ukur 100 ml
Ditambahkan akuadest sampai garis batas
Larutan seri standart sulfat 20 mg/l
Dihomogenkan
3.4.2.2 Pembuatan larutan seri standart SO4
2- 30 mg/l
Larutan standart 30 mg/l
Dipipet 30 ml
Dimasukan kedalam labu ukur 100 ml
Ditambahkan akuadest sampai garis batas
Larutan seri standart sulfat 30 mg/l
Dihomogenkan
3.4.3 Pembuatan kurva kalibrasi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
18
Larutan standart sulfat 10 mg/l
Dipipet 50 ml
Dimasukan kedalam erlenmeyer 250 ml
Ditambahkan 20 ml larutan buffer
Hasil
Dihomogenkan dengan menggunakan magnetik stirer selama 60 detikDitambahkan 0.3 g BaCl2
Dilakukan pengukuran dengan
spektrofotometer pada panjang gelombang 420
nm setelah 5 menit penambahan BaCl2
NB: Dilakukan perlakuan yang sama untuk larutan standart sulfat 20 mg/l dn 30
mg/l
3.4.4 Penentuan kadar Sulfat dalam sampel
100 ml sampel
Dimasukkan kedalam labu takar 100 ml
DItambahkan 20 ml buffer A
Diaduk
Hasil
Diencerkan dengan aquadest hingga garis tanda
Dipindahkan larutan kedalam erlenmeyer 250 ml
Diletakkan diatas magnetik stirer
Ditambahkan 0,3 g BaCl2
Diaduk dengan kecepatan konstan kira- kira 1 menit
Diukur % T dari suspensi BaSO4 dengan panjang gelombang 420 nm
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
19
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil dan Pengolahan Data
4.1.1. Analisa Kualitatif
4.1.1.1. Analisa kualitatif Sulfat
Analisa kualitatif sulfat dilakukan dengan menguji hasil preparasi
kemudian ditambahkan HCl(p) untuk mendestruksi lalu ditambahkan dengan
BaCl2, diperoleh endapan berwarna putih.
Reaksi :
Ba2+ + SO42- → BaSO4 ↓ putih
4.1.2. Penentuan Sulfat
4.1.2.1. Penurunan Persamaan Garis Regresi
Hasil pengukuran persen transmitansi dari suatu larutan seri standar sulfat
dan sampel dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.1 Data Pengukuran %T Larutan Seri Standar Sulfat
NO [ SO42- ] % Transmitasi Absorbansi
%T1 %T2 %T3 %T
1 0,0 mg/L 100 100 100 100 0,0000
2 10,0 mg/L 84 83 83 83,3333 0,0793
3 20,0 mg/L 70 70 70 70 0,1549
4 30,0 mg/L 59 59 59 59 0,2291
5 40,0 mg/L 52 53 53 52,6666 0,2785
6 50,0 mg/L 46 46 47 46,3333 0,3341
7 Sampel 54 53 51 52,6666 0,1793
Dimana rata-rata persen transmitansi terlebih dahulu dikonversikan menjadi
absorbansi dengan menggunakan persamaan dibawah ini :
A= 2 – log %T
Persamaan garis regresi untuk kurva kalibrasi diturunkan dengan menggunakan
metode least square sebagai berikut :
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
20
Tabel 4.2. Pengolahan Data Pengukuran Larutan Seri Standar Sulfat
NO Xi
( Mg/L)
Yi (A) (xi - �̅� ) (yi - �̅�) (xi - �̅� )2 (yi -
�̅�)2
(xi - �̅� )
(yi - �̅�)
1 0,0 0,0000 -25 -0,1793 625 0,0321 4,4825
2 10,0 0,0793 -15 -0,1 225 0,01 1,5
3 20,0 0,1549 -5 -0,0244 25 0,0005 0,122
4 30,0 0,2291 5 0,0498 25 0,0024 0,249
5 40,0 0,2785 15 0,0992 225 0,0098 1,488
6 50,0 0,3341 25 0,1548 625 0,0239 3,87
∑ 25 0,1793 0 -0,0497 1750 0,0787 11,7115
�̅� =∑ 𝑥𝑖
𝑛 =
150
6 = 25
�̅̅� =∑ 𝑦𝑖
𝑛 =
1,0759
6 = 0,1793
Penurunan persamaan garis regresi :
Y= ax +b
Dimana a= slope
b= intersept
a=∑(𝑥𝑖−�̅�)(𝑦𝑖−�̅̅�)
∑(𝑥𝑖−�̅�)2 = 11,7115
1750= 0,0066
b= �̅̅� − a�̅�
= 0,1793- (0,0066)(25)
= 0,0143
Maka persamaan garis regresi adalah :
Y= 0,0066 x + 0,0143
4.1.2.2. Perhitungan Koefisien Korelasi
Koefisien korelasi dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan berikut:
r= ∑(𝑥𝑖−�̅�)(𝑦𝑖−�̅̅�)
√∑(𝑥𝑖−�̅�)2 (∑(𝑦𝑖−�̅̅̅�)2 =
11,7115
√(1750)(0,0787) =
11,7115
√137,725 = 0,0997
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
21
Selanjutnya absorbansi diplotkan terhadap konsentrasi larutan seri standar
sehingga diperoleh suatu kurva kalibrasi berupa garis linear pada gambar berikut:
Gambar 4.2 Kurva Kalibrasi Larutan Seri Standar Sulfat
4.1.2.3. Perhitungan Konsentrasi Sulfat Total Pada Sampel
Data % transmitasi yang diperoleh terlebih dahulu dikonversikan menjadi
absorbansi dengan persamaaan:
A= 2 – log %T
A1 = 2 - log 54 = 2 – 1,7323 = 0,2676
A2 = 2 – log 53 = 2 –1,7242 = 0,2757
A3 = 2 – log 51 = 2 – 1,7075 = 0,2924
Nilai absorbansi ( nilai y ) yang diperoleh disubstitusikan ke dalam persamaan
regresi
y = 0,0066 x + 0,0143
Maka konsentrasi sulfat yang diperoleh yang diperoleh yaitu :
X1 = 38,3787 mg/L
X2 = 39,6060 mg/L
X3 = 42,1363 mg/L
�̅�= ∑ 𝑥𝑖
𝑛= 40,0403
y = 0,0066x + 0,0143R² = 0,9928
0
0,05
0,1
0,15
0,2
0,25
0,3
0,35
0,4
0 20 40 60
Series1
Linear (Series1)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
22
Kemudian dihitung deviasi standar sebagai berikut :
( x1-�̅� )2 = ( 38,3787 –40,0403 )2 = 2,7609
( x2 -�̅� )2 = ( 39,6060 – 40,0403 )2 = 0,1886
( x3 -�̅� )2 = ( 42,1363 – 40,0403 )2 = 4,3932
∑( xi − �̅� ) 2 = 2,4475
Maka,S=√∑( xi −�̅� ) 2
𝑛−1 =√
2,4475
2=1,1062
Dari deviasi harga standar ( S ) yang diperoleh diatas dapat dihitung konsentrasi
sulfat dengan batas kepercayaan melalui persamaan sebagai berikut.
µ = �̅� ± 𝑡𝑆
√𝑛
dimana: µ = populasi rata-rata
�̅� = konsentrasi kation rata-rata
t = harga t distribusi
s = deviasi standar
n = jumlah perlakuan
dari data distribusi untuk n = 3, derajat kepercayaan ( dk ) → n-1 = 2. Untuk
derajat kepercayaan 95% ( p = 0,05 ), nilai t= 4,30. Sehingga diperoleh :
µ = 40,0403 ± 4,30 𝑥 1,1062
√3
= 40,0403 ± 2,7462 mg/L
4.2. Pembahasan
Pada penelitian ini dilakukan analisis kandungan sulfat dalam sampel air danau
linting dengan menggunakan spektrofotometer visibel berdasarkan prinsip
turbiditas/kekeruhan.Kekeruhan ini terjadi karena sulfat yang ada dalam sampel
bereaksi dengan kristal BaCl2.2 H2O dan bufer asam sehingga membentuk koloid
tersuspensi.semakin tinggi konsentrasi sulfat dalam sampel maka akan semakin
keruh pula larutan yang terbentuk.
Buffer asam terbuat dari campuran MgCl2.6H2O , CH3COONa , KNO3 , dan
aquadest. Penambahan buffer asam ini bertujuan untuk menjaga PH larutan agar
tetap konstan karena jika PH berubah maka sulfat dalam sampel akan berubah
bentuk. Apabila PH > 8, sulfat akan membentuk ion sulfida ( S2- ), sedangkan jika
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
23
PH < 8, sulfat cenderung berada dalam bentuk H2S yang merupakan suatu gas
berbau busuk.
Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukan bahwa kadar sulfat pada
air belerang danau linting adalah 40,0403 ± 2,7462 mg/L. Konsentrasi sulfat pada
air danau linting menunjukkan nilai rendah.
Standar baku mutu kandungan ion sulfat didalam air danau menurut Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 492/menkes/PER/IV/2010 Tentang
Persyaratan Kualitas Air Minum sebesar 400 mg/L. Konsentrasi sulfat yang
diperbolehkan dalam air minum tidak melebihi 250 mg/L. Apabila kadar sulfat
pada air melebihi ambang batas, maka akan mengakibatkan terjadinya gangguan
pada sistem pencernaan ( Letterman,1999). Secara umum kandungan ion sulfat
pada air danau linting masih berada dalam ambang batas yang diperbolehkan
untuk air minum. Namun,perlu waspada karena air danau linting ini tidak hanya
mengandung sulfat.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
24
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
1. Kandungan sulfat ( SO42-) pada air danau linting desa Sibunga-bunga
hilir, kecamatan STM Hulu kabupaten Deliserdang yaitu 40,0403 ± 2,7462
mg/L.
2. Konsentrasi sulfat pada air belerang danau linting desa Sibunga-bunga
hilir, kecamatan STM Hulu kabupaten Deliserdang masih berada dalam
batas normal untuk kualitas air minum yaitu 250 mg/L dan untuk kualitas
air bersih 400 mg/L.
5.2. Saran
Untuk penelitian selanjutnya diperlukan penelitian untuk menghilangkan
kandungan sulfat pada air danau linting sehingga dapat digunakan sebagai
air minum.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
25
DAFTAR PUSTAKA
Chandra, B. 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan. EGC.
Cole,1988. Text Book of Limnologi. Third Edition. USA. Waveland Press.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air. Penerbit Kanesius. Yogyakarta.
Haslam, S.M. 1995. River Polution Condition And Ecological Percpektive. Jhon
Wiley And Sons, Chichester, UK
Khopkar, 2002. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI- Press Jakarta.Sriwana, T.,
1989, Laporan Penyelidikan Geokimia G. Papandayan, Kabupaten
Garut, Jawa Barat, Bandung: Direkt. Vulkanol.
Kusuma, D.I dan Sumarno,D (2013). Analisa Konsentrasi Sulfur Secara
Spektrofotometri di Perairan Danau Beratan dan Danau Batur Provinsi
Bali. Jurnal Teknisi Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumber
Daya Ikan – Jatiluhur.
Letterman, RD. 1999. Water Quality and Treatment. Fifth Edition New York. Mc
Graw Hill. Inc
McNeely, R.N., et all.1979. Water Quality Source Book, A Guide to Water
Quality Parameter, Inland Waters Directorated Water Quality Branch,
Ottawa Canada.
Moore, J.W. 1991. Innorganic Contaminants of Surface Water. Springer – Verlac.
New York
Rao, C.S. 1992. Environmental Polution Control Engineering. WIley Eastell
Limited, New Delhi
Rump, H.H., Krist, H. 1992. Laboratory Manual For The Examination of Water,
Waste Water and Soil. Second Edition. Jermany : VCH Weinheim.
Sari, E.J ( 2008 ). penentuan kadar sulfur dalam air bersih secara spektrofotometri
UV-visibel diperumahan PT.INALUM Tanjung Gading. Medan : USU
Repository.
Slamet, J.S. 2007. Kesehatan Lingkungan. Gajah Mada University Press.
Yogyakarta
Suripin, 2002. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Yogyakarta. Andi
Sutrisno, C.T., dan Suciastuti, E. 1987. Teknologi Penyediaan Air Bersih.
Jakarta. Rineka Cipta WHO,1987.
Vogel, A,L. 1985. Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Edisi
Keempat. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran, EGC.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
26
LAMPIRAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
27
Lampiran 2. Serbuk Natrium Sulfat (Na2so4) hidrat
Lampiran 3. Lampiran 2. Serbuk Natrium Sulfat (Na2so4) hidrat
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
28
Lampiran 4. Spektrofotometer Visibel Spektronik 20
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA