ii
ANALISIS KOMPARATIF BUDAYA BISNIS ETNIS
TIONGHOA DAN BUGIS DI SINJAI
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (SE)
Oleh : MUH. NAIM
NIM. 150103051
Pembimbing:
1. Dr. Muh. Anis.,M.hum.
2. Amran Ar, S.Pd.I.,M. Pd.
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH (EKOS)
FAKULTAS EKONOMI DAN HUKUM ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM (IAI)
MUHAMMADIYAH SINJAI
2019
iii
PERNYATAAN KEASLIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Muh.Naim
Nim : 150103051
Program Studi : Ekonomi Syariah (EKOS)
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa:
1. Skripsi ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri,
bukan plagiasi atau duplikasi dari tulisan/karya orang lain
yang saya akui sebaagai hasil tulisan atau pikiran saya
sendiri.
2. Seluruh bagian dari skripsi ini adalah karya saya sendiri
selain kutipan yang ditunjukkan sumbernya. Segala
kekeliruan yang ada di dalammnya adalah tanggung jawab
saya.
Demikian pernyataan ini di buat sebagaimana mestinya.
Bilamana dikemudian ternyata pernyataan ini tidak benar, maka
saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Sinjai, 5 Juli 2019
Yang membuat pernyataan
Muh. Naim
NIM :150103051
iv
v
ABSTRAK
Muh. Naim. Analisis Komparatif Budaya Bisnis
Etnis Tionghoa dan Bugis di Sinjai. Skripsi. Sinjai: Program
Studi Ekonomi Syariah, Fakultas Ekonomi Dan Hukum Islam
IAI Muhammadiyah Sinjai, 2019.
Penelitian ini berangkat dari sebuah perkembangan
usaha, etnis Tionghoa dan Pengusaha Bugis di Sinjai, dimana
dalam kegiatan usaha ini sudah banyak etnis Tionghoa yang
sudah menjalankan kegiatan ekonominya yakni dalam berbisnis
khususnya disinjai, disinilah peran para pengusaha etnis
Tionghoa dan pengusaha Bugis bagaimana menjalankan
kegiatan ekonominya dengan baik, saling menghargai sesama
pengusaha dan pelanggan, yang ditandai dengan gaya priaku
atau etika dalam berbisnis. Oleh karena itu penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui bagaiaman budaya bisnis etnis
Tionghoa dan Bugis di Sinjai.
Penelitian ini termasuk dalam penelitian kualitatif
dengan menggunakan pendekatan naturalistik. Subjek dari
penelitian ini yaitu pengusaha etnis Tionghoa dan Bugis di
Sinjai. Adapun metode pengumpulan data yang digunakan
peneliti adalah wawancara, observasi dan dokumentasi.
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan
budaya bisnis etnis Tionghoa dan Bugis di Sinjai yaitu
mengambarkan bahwa budaya bisnis etnis Tionghoa dan Bugis
memiliki persamaan dalam menjalankan kegiatan ekonomi
yakni dalam bidang bisnis mereka sama-sama menerapkan hal
yang positif untuk mencapai yang diinginkan, dengan
melakukan gaya prilaku seperti jujur,ramah, bersikap baik
terhadap pelanggan.
pengusaha etnis Tionghoa, menunjukkan bahawa
dalam menjalankan usaha, etnis Tionghoa menerapkan enam
aspek yang diamati oleh peneliti yakni jujur, disiplin,
komunikasi yang baik, mengembangkan kepekaan terhadap
vi
keberagaman, mau mendengarkan pembeli dan berprilaku adil.
Begitu pun pengusaha Bugis, menunjukkan bahawa dalam
menjalankan usaha, etnis Tionghoa menerapkan enam aspek
yang diamati oleh peneliti yakni jujur, disiplin, komunikasi
yang baik, mengembangkan kepekaan terhadap keberagaman,
mau mendengarkan pembeli dan berprilaku adil.
vii
KATA PENGANTAR
بسن الله الر حون الر حين
لله ر ب العلوين و الصلا ة والسلا م ءلى اشر ف الا نبياء و الحود
د و ءلى اله واصحا به اخوعين اها بعد الور سلين سيد نا هحو
Dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan
rasa terima kasih sedalam-dalamnya kepada semua pihak, yang
telah memberikan bantuan berupa arahan dan dorongan selama
penulis studi. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima
kasih dan penghargaan kepada:
1. Kedua Orang Tua tercinta yang telah mendidik,
mendukung dan mendoakan, sehingga penyusunan skripsi
ini dapat terselesaikan;
2. Dr. Firdaus, M.Ag. selaku Rektor Institut Agama Islam
Muhammadiyah (IAIM) Sinjai;
3. Dr. Amir Hamzah, M, Ag. Selaku Wakil Rektor I, Institut
Agama Islam Muhammadiyah (IAIM) Sinjai;
4. Dr. Ismail, M, Pd. Selaku Wakil Rektor II, Institut Agama
Islam Muhammadiyah (IAIM) Sinjai;
5. Dr. Muh. Anis.,M.Hum. selaku Dekan Fakultas Ekonomi
dan Hukum Islam Institut Agama Islam Muhammadiyah
(IAIM) Sinjai;
viii
6. Muhammad Ikbal S. Pd., M. Pd., selaku ketua Program
Studi Ekonomi Syariah Institut Agama Islam
Muhammadiyah (IAIM) Sinjai;
7. Dr. Muh. Anis.,M.hum. Selaku pembimbing I dan Amran
Ar, S. Pd.,M.Pd. selaku Pembimbing II yang telah
membantu, mengarahkan, serta membimbing penulis
sampai skripsi ini selesai;
8. Seluruh dosen yang telah membimbing dan mengajar
selama studi di Institut Agama Islam Muhammadiyah
Sinjai;
9. Seluruh pegawai dan jajaran IAI Muhammadiyah Sinjai
yang telah membantu kelancaran akademik;
10. Kepala dan staf Perpustakaan Institut Agama Islam
Muhammadiyah Sinjai, yang telah membantu kelancaran
selama penelitian;
11. Teman-teman mahasiswa, IAI Muhammadiyah Sinjai dan
berbagai pihak yang tidak dapat disebut satu persatu, yang
telah memberikan dukungan moral sehingga penulis selesai
studi.
ix
Teriring doa semoga amal kebaikan dari berbagai
pihak tersebut mendapat pahala yang berlipat ganda dari Allah
swt., dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi siapa saja yang
membacanya. Amin.
Sinjai, 5 Juli 2019
Muh.Naim
NIM. 1500103051
x
DAFTAR ISI
SAMPUL ..................................................................... i
HALAMAN JUDUL.................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN ..................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN...................................... iv
ABSTRAK ................................................................... v
KATA PENGANTAR ................................................. vii
DAFTAR ISI ................................................................ x
DAFTAR TABEL ........................................................ xii
BAB I PENDAHULUAN .................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah .......................................... 1
B. Batasan Masalah ...................................................... 5
C. Rumusan Masalah ................................................... 5
D. Tujuan Penelitian .................................................... 6
E. Manfaat Penelitian ................................................... 6
BAB II KAJIAN TEORI.................................................... 7
A. Teori Analisis Komparatif ....................................... 7
B. Hasil Penelitian Yang Relevan ................................ 24
BAB III METODE PENELITIAN .................................... 26
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian .............................. 26
B. Defenisi Operasional ............................................... 28
xi
C. Subjek dan Objek Penelitiaan.................................. 29
D. Teknik Pengumpulan Data ..................................... 29
E. Keabsahan Data ....................................................... 31
F. Teknik Analisis Data .............................................. 35
BAB IV HASIL PENELITIA ............................................ 38
A. Gambaran umum kabupaten sinjai ......................... 38
B. Deskripsi Hasil Penelitian ...................................... 40
C. Deskripsi Rumusan Masalah .................................. 56
BAB V PENUTUP............................................................. 58
A. Kesimpulan ............................................................ 58
B. Saran ....................................................................... 95
DAFTAR PUSTAKA ........................................................ 61
Bagian Lampiran
Kisi-kisi Instrumen Penelitian
Instrument Penelitian
SK Pembimbing Penelitian
Surat Keterangan Penelit
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Lembar Observasi ........................................ 50
Tabel 4.2 Lembar Observasi ........................................ 51
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Seiring dengan proses pembangunan yang
semakin berkembang, peran swasta pun semakin menonjol.
Pertumbuhan dunia usaha di Indonesia selama seperempat
abat terakhir nampak amat pesat. Di dalam dunia usaha, kini
di Indonesia, sebagian kecil pengusaha, memainkan peranan
yang besar dan penting. Mereka ini adalah pengusaha besar
atau’konglomerat” dari kalangan etnis Cina pendatang dan
keturunannya. Sementara itu, sebagian terbesar pengusaha
lainnya yang berperanan juga dalam pertumbuhan ekonomi
adalah dari kalangan etnik pribumi atau suku Bugis.
Kepesatan perkembangan dunia usaha di negeri ini seperti
disebutkan di atas, nampak diwarnai dengan fenomena
ekonomi konglomerasi. Fenomena ini, sedikitnya telah ada
sejak tahun 1980-an.
Di satu sisi, kehadiran modal dan peranan mereka
itu dibutuhkan untuk meramaikan kegiatan bisnis yang
berfungsi untuk pemacu pertumbuhan ekonomi nasional. Di
sisi lain, modal dan peranan konglomerat, dipandang sebagai
strategi bisnis, yang bergerak kearah monopoli, yang justru
kurang menguntungkan perekonomian nasional. Dunia
2
perdangangan, yang justru menjadi titik berat pembangunan
ekonomi nasional selama ini, juga tidak sunyi dari sifat
konglomeratif di dalamnya. Dari berbagai pengusaha yang
memperdagangkan, yang mengalami atau memperoleh
banyak kemajuan dan menjadi konglomerat, adalah
pengusaha pendatang Cina dan keturunannya. Sementara
pengusaha pribumi Bugis, juga mengalami perkembangan
untuk memperoleh kemajuan dalam berbisnis.
Dengan demikian, dapat dilihat khususnya di
Sinjai antara pengusaha pendatang Cina keturunannya
dengan pengusaha pribumi Bugis dalam perdagangan.
Sebagain kecil pengusaha besar atau konglomerat Cina dan
Pengusaha Bugis, yang memainkan peranan besar
menguasai pasar perdagangan,
memperoleh keuntungan besar dan semakin besar.1
Cina dapat mengacu pada wilayah suatu negara,
yang terletak di timur laut benua Asia, berbatasan dengan
Mongolia dan Rusia di sebelah utara, dan beberapa negara
(Vietnam, Laos, Nepal, Buthan, Myanmar, India, Buthan,
Pakistan) di sebelah selatan, Korea dan Jepang di sebelah
1Suryawati Salam, “Perilaku Bisnis Pengusaha Cina dan Bugis
Makassar Dalam Agribisnis di Makassar: Academia, h. 2-4.
3
Timur, Phillipina di tenggara, serta Tadzikistan, Kirghiztan
dan Kazakhztan di sebelah Barat; atau mengacu pada etnik
yang kemudian dapat dikelompokkan lagi ke dalam suku-
suku bangsa Cina yang dibedakan dari wilayah (di daratan
Cina) mereka berasal.
Sebagai suatu negara, Cina memiliki sejarah
panjang, dari beratus bahkan beribu tahun lalu. Negara Cina
yang dikenal seperti sekarang ini dahulu kala merupakan
kumpulan dari banyak kerajaan kecil, yang satu sama lain
saling mempengaruhi melalui perang dan konflik.
Peperangan berakhir dengan integrasi negara-negara kecil
menjadi satu negara Cina. Selama lima dekade, pasca perang
dunia kedua, Cina merupakan negara dengan ekonomi
tertutup, hal ini merupakan konsekuensi dari pilihan politik
yang dianut oleh regim yang berkuasa. Perubahan terjadi
ketika Deng Hsiao Ping, pemimpin China pada tahun 1978
membuka perekonomian dengan mengijinkan investasi asing
masuk ke China.
Perkembangan selanjutnya selama dua dekade
terakhir ini, Cina berhasil meraih pertumbuhan ekonomi
dengan cepat dan reformasi kelembagaan secara drastis.
Banyak argumen menyatakan bahwa etnis (warga negara)
Cina cenderung menjadi individualistik, namun demikian
4
ada bukti kuat yang menunjukkan masih adanya pengaruh
budaya tradisional dalam setiap tindak individu, bisnis
maupun pemerintahan. Ditinjau dari perspektif budaya,
fenomena yang terjadi di Cina moderen dapat disajikan
dalam suatu titik fokus tertentu, yang diharapkan dapat
memberikan pemahaman atas pertanyaan-pertanyaan dasar
seperti apa, siapa, mengapa, kapan, dan bagaimana. Bidang
perekonomian sebagai ujung tombak pembangunan negara
melahirkan banyak elemen kebudayaan baik itu simbol-
simbol, cara interaksi, distribusi konsep, jaringan bisnis,
norma-etika bisnis, dan lain-lain. Ini semua yang kemudian
dapat mengantarkan kita pada pemahaman terhadap
keberhasilan bisnis Cina di era globalisasi.2
Setiap orang, dalam kehidupan mereka sehari-
hari, akan selalu melihat dan berhubungan langsung dengan
berbagai jenis bentuk Usaha (Bisnis). Di kota-kota kecil dan
kota-kota besar dengan nyata kita lihat berbagi jenis bentuk
Bisnis, baik berupa toko pakaian, toko bangunan dan masih
banyak lagi bentuk usaha yang lain. Dengan demikian etnis
Tionghoa mengambil kesempatan untuk membuka suatu
2MasWing, Belajar Berfikir Bermanfaat, artikel. Diakses tanggal,
12 Desember 2018, dari http://maswig.blogspot.com/2010/09/china-dalam-
perspektif-budaya-bisnis.html, 20 September 2010
5
usaha di berbagai kota besar maupun kota kecil khususnya
di Sinjai sudah banyak etnis Tionghoa yang ikut
menjalanankan kegiatan ekonominya dari berbagai bidang
usaha mana pun, di sinlah peran para pelaku ekonomi baik
dari etnis Tionghoa maupun etnis Bugis bagaimana
menjalankan kegiatan ekonominya dengan baik, saling
menghargai sesama pengusaha dan para pelanggan, yang
ditandai dengan prilaku dalam berbisnis maupun cara
berkomunikasi dalam berbisnis.3 Sehingga penulis
berinisistif mengangkat judul “Analisis Komparatif
Budaya Bisnis Etnis Tionghoa dan Bugis di Sinjai”.
B. Batasan Masalah
Berdasarkan kalimat judul dan uraian latar
belakang, maka penelitian dibatasi dalam bentuk Analisis
komparatif mengenai Budaya Bisnis Etnis Cina (Tionghoa)
dan Bugis di Sinjai.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah ditentukan
penulis maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
Bagaimana Budaya Bisnis etnis Tionghoa dan Bugis di
Sinjai ?
3 Sadono Sukirno, Pengantar Bisnis, (Cet. I; Jakarta: Kencana,
2004), h.3.
6
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang di kemukakan
diatas, maka tujuan penelitian ini adalah: untuk melakukan
bagaimana Budaya Bisnis etnis Tionghoa dan Bugis di
Sinjai.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
secara teoritis, khususnya dapat berguna sebagai
sumbangan pemikiran bagi dunia pendidikan
b. Menambah khazanah keilmuan tentang nilai-nilai
dalam Budaya Bisnis
2. Manfaat Praktis
a. Sebagai referensi untuk peneliti selanjutnya
b. Sebagai masukan untuk membangun semangat dalam
menjalankan kegiatan ekonomi
7
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Teori Analisis Komparatif
1. Analisis Komparatif
Analisis adalah proses analisis data yang di
mulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari
berbagai sumber, baik data dari wawancara, pengamatan
yang sudah di tuliskan dalam catatan lapangan di lokasi
penelitian, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar
foto dan sebagainya. Adapun pengertian dari komparatif
adalah suatu hal yang bersifat membandingkan denga
suatu hal lainnya.4 Dengan demikian dapat di simpulkan
bahwa analisis komparatif adalah bentuk analisis variabel
(data) untuk mengetahui perbedaan di antara dua
kelompok atau lebih dalam suatu usaha atau bisnis.5
2. Tujuan analisis komparatif
a. Untuk membandingkan persamaan dan perbedaan dua
atau lebih fakta-fakta dan sisfat objek yang di teliti
berdaskan kerangka pemikiran tertentu.
4M. Djunaidi Ghony dan Fauzan Almanshur, Metode Penelitian Kualitatif,
(Cet. III; Jogjakarta: Ar-ruzz Media, 2016), h.245. 5Iqbal Hasan, Analisis Data Penelitian Dengan Statistik, (Cet. IV;
Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h.116.
8
b. Untuk membuat generalisasi tingkat perbandingan
berdasarkan cara pandang atau kerangka berpikir
tertentu.
c. Untuk bisa menentukan mana yang lebih baik dan
mana yang sebaiknya dipilih.
d. Untuk menyelidiki sebab-akibat dengan cara berdasar
atas pengamatan terhadap akibat yang ada dan mencari
kembali faktor yang mungkin menjadi penyebab
melalui data tertentu.6
3. Budaya Bisnis
Secara bahasa, pengertian budaya adalah
berasal dari bahasa Sansekerta yaitu “Buddhayah”. Kata
tersebut bentuk jamak dari kata “buddi” yang memiliki
arti akal, pikiran atau budi. Jadi dalam bahasa Sansekerta
berarti segala sesuatu yang berkaitan dengan akal, pikiran
atau budi, sedangkan dalam bahasa Latin, budaya berasal
dari kata “colere” yang mempunyai arti mengolah atau
mengerjakan. Sedangkan dalam bahasa Inggris, berasal
dari kata “culture” yang berarti budaya.Dalam pengertian
budaya secara umum, budaya ialah suatu cara hidup yang
6Raden Sanopa Putra, Analisis Komparatif, artikel. Diakses tanggal 13
Desember 2018, dari http://raden sanopa
putra.blogspot.com/2013/05/analisis-komparatif.html, 5 Mei 2013.
9
mengatur supaya setiap insan manusia memahami dan
mengerti apa yang harus dilakukan, diperbuat, serta untuk
menentukan perilaku dalam menjalin hubungan dengan
manusia yang lain.7 Adapun pengertian dari Bisnis
adalah suatu aktivitas yang dilakukan oleh seseorang atau
sekelompok orang untuk menyediakan barang dan jasa
dengan tujuan memperoleh keuntungan.8
Sehingga dapat di simpulkan bahwa budaya
bisnis adalah model atau gaya prilaku dari operasional
bisnis di dalam perusahaan. Budaya bisnis menentukan
bagaimana tingkatan yang berbeda dari para staf
berkomunikasi dengan satu sama lain dan juga bagaimana
para karyawan berhubungan dengan para klien dan
pelanggan. Budaya mengilustrasikan norma-norma dan
nilai-nilai yang diterima dan perilaku tradisional dari
suatu kelompok. Budaya juga berkembang dari waktu ke
waktu. Budaya dari setiap negara memiliki kepercayaan,
nilai-nilai dan aktivitasnya sendiri. Dengan kata lain,
budaya bisa didefinisikan sebagai seperangkat
7Bebas Ketik, Culture, artikel. Diakses tanggal 18 Desember 2018, dari
https://bebasketik.com/pengertian-budaya/, 12 April 2018. 8Sudaryono, pengantar bisnis, teori dan contoh kasus, (Cet I; Yogyakarta:
C.V Andi, 2015), h.5.
10
kepercayaan, nilai-nilai dan sikap kolektif yang terus
berkembang.Budaya adalah komponen kunci dalam
bisnis dan memiliki pengaruh terhadap arah strategis dari
bisnis.
Budaya mempengaruhi manajemen, keputusan
dan semua fungsi bisnis dari mulai pembukuan sampai
kepada produksi. Budaya bisnis adalah berkaitan dengan
tingkah laku, etika, etiket, dan masih banyak lagi. Budaya
bisnis meliputi segala nilai-nilai, visi, gaya bekerja,
kepercayaan dan kebiasaan dari organisasi. Budaya dari
tempat kerja adalah apa yang membuat organisasi
menjadi seperti adanya. Budaya organisasi pada dasarnya
tidak berbeda dengan budaya etnis kecuali bahwa dalam
organisasi ada banyak orang dari berbagai latar belakang
yang berbeda. Hubungan lintas budaya ini bisa menjelma
menjadi suatu pemahaman yang mendorong
meningkatnya kualitas tempat kerja dan komunitas yang
lebih baik. Budaya di dalam kantor menciptakan karakter
unik bagi perusahaan yang mana akan membantu mereka
dalam membedakan dirinya dari seluruh kompetitor yang
ada. Budaya akan menyatukan orang-orang dan
memungkinkan mereka untuk belajar dari satu sama lain
dan berusaha untuk menjadi yang terbaik yang bisa
11
mereka lakukan. Tidak ada perusahaan yang akan
bertahan tanpa adanya budaya.
Ada dua model budaya dalam perusahaan,
yaitu budaya yang kuat dan yang lemah. Di dalam budaya
yang kuat, para karyawan memiliki perasaan semangat
dan pemahaman terhadap tujuan-tujuan, regulasi dan
filosofi organisasi. Budaya jenis ini akan membuat para
karyawan merasa terdorong dan dihargai yang mana akan
memberi kontribusi positif terhadap kesehatan
perusahaan. Dalam budaya organisasi yang lemah, para
karyawan akan merasa tersesat, tidak termotivasi dan
bekerja di bawah perasaan takut. Ini tentu akan semakin
melemahkan organisasi jika tidak segera dilakukan
perubahan. Setiap usaha atau bisnis harus di dasari
dengan etika atau prilaku dalam berbisnis, bagaimana
para pengusaha mampu menerapkan nilai-nilai yang
berlaku dalam perusahaan, untuk mencapai tujuan yang
telah di targetkan. Dalam hal ini etika atau prilaku harus
juga didasari dengan kelangsungan komunikasi yang baik
terhadap rekan kerja dan para pelanggan dalam
melakukan usaha, di sinilah letak bagaimana pengusaha
mampu menerapkan strategi berbisnis yang baik dalam
12
budaya beretika. Adapun komponen dari budaya bisnis
yang akan
dicapai adalah:9
a. Definisi Etika
Adapun definisi dari etika adalah etika tak
lepas dari asli kata etos dalam bahasa Yunani yang
berarti kebiasaan (custom) atau karakter (character).
Dalam kata lain seperti dalam pemaknaan dan kamus
Webster berarti “the distinguishing character, moral
nature, or guiding beliefs of a person, group, or
institution” (karakter istimewa, sentimen, tabiat moral,
atau kyakinan seseorang, kelompok atau institusi).
Sementara ethis yang menjadi padanan dan etika,
secara etimologis berarti “the descipline dealing with
what is good and bad with moral duty and obligatian,
a set of moral principles or values, a theory or system
of moral values. Defenisi lain tentang etika
mengatakan sebagai philosophical inquiry into the
nature and grounds of morality”.10
9
Luci Huki, Arti dan Pengertian Tentang Segala Sesuatu, artikel.
Diakses tanggal 13 Desember 2018,dari http://artidanpengertian.blogspot.com/2016/02/pengertian-budaya-
bisnis.html, 21 Februari 2016. 10
Faisal Badroen, Etika Bisnis dalam Islam, (Cet. I; Jakarta: Kencana, 2006),
h.4.
13
Dari penjelasan di atas, di sini kita dapat
mendefinisikan etika bisnis sebagai seperangkat nilai
tentang baik, buruk, benar, dan salah dalam dunia
bisnis berdasrkan pada prinsip-prinsip moralitas.
Dalam arti lain etika bisnis berarti seperangkat prinsip
dan norma di mana para pelaku bisnis harus komplit
padanya dalam bertransaksi, berprilaku, dan berelasi
guna mencapai tujuan dalam bisnis.
Dan ini yang menjadi kriteria penghargaan
dan peringatan atau tindakan, dengan demikian, maka
belajar etika bisnis berarti “learning what is right or
wrong” yang dapat membekali seseorang untuk
berbuat the right yang di dasari oleh ilmu, kesadaran,
dan kondisi yang berbasis moralitas. Namun terkadang
etika bisnis juga dapat berarti juga etika manajerial
atau etika organisasi yang disepakati oleh seluruh
perusahan.
Selain itu, etika bisnis juga dapat berarti
pemikiran atau refleksi tentang moralitas dalam
ekonomi dan bisnis, yaitu tentang perbuatan baik,
buruk, terpuji, tercela, benar, salah, wajar, tidak
14
wajar,pantas, dan tidak pantas dari perilaku seseorang
dalam berbisnis atau berkerja.11
b. Faktor Pembentuk Etika
Etika baik atau akhlak mulia tidak dapat
terbentuk dengan sendirinya, tetapi ada faktor-faktor
yang mempegaruhi prilaku etika individu yaitu:
1) Faktor interpretasi terhadap hukum, sistem hukum
dibentuk dengan tujuan untuk melindungi segenap
jiwa dan raga manusia dari brbagai faktor yang
dapat menghilangkan eksistensi manusia. Hukum
aka hidup dan diyakini keberadaannya apabila
dirasakan maanfatnya bagi manusia. Interpretasi
terhadap suatu produk hukum akan cenderung
didasari oleh standar nilai tertentu, pada masyarakat
barat, interpretasi ini sering kali didasrkan pada
nilai-nilai yang bersifat temporal di mana implikasi
produk hukum yang dihasilkan akan cepat berubah
mengikuti situasi dan kondisi manusia.12
2) Faktor lingkungan atau organisasi di mana ia hidup,
tanpa masyarakat (lingkungan; orang tua, saudara,
teman guru, dan lainnya) kepribadian seorang
11
Ibid. h. 15 12
Ibid. h. 59
15
individu tidak dapat berkembang demikian pula
halnya dengan aspek moral pada anak. Seorang
karyawan akan terbentuk perilaku etisnya apabila
organisasinya memang memiliki aturan kode etik
yang menjunjung tinggi etika bisnis.13
3) Faktor individu atau situasi, faktor ini memberikan
kontribusi atau pengaruh yang cukup bagi
terbentuknya perilaku etika seseorang, bagaimana
dia memilih atas pengalaman batin mereka sendiri,
mana yang baik untuk dipilih. Faktor yang seperti
inilah yang menentukan seseorang untuk berprilaku
atau tidak berprilaku.14
c. Tujuan Etika
Berikut beberapa tujuan dari etika yang
harus sejalan dengan usaha atau bisnis yang
dijalankan, agar apa yang dicapai terpenuhi
1. Untuk persahabatan dan pergaulan
2. Menyenangkan orang lain
3. Membujuk pelanggan
4. Mempertahankan pelanggan
13
Ibid. h. 61 14
Ibid. h. 64
16
5. Membina dan menjaga hubungan15
d. Peranan Pengusaha
Dalam dunia bisnis atau usaha perlu adanya
peran pengusaha untuk melihat dan memperhatikan
usaha yang dijalakanya, adapun peran pengusaha
dalam kegiatan suatu perusahaan adalah
mengorganisasi penggunaan mesin dan tenaga buruh
agar operasi memproduksi dan menyalurkan barang ke
berbagai pasar dilaksanakan dengan efisien.16
4. Etnis Cina/ Tionghoa
a. Sejarah Singkat Bisnis Cina
Setiap bangsa pasti mempunyai sejarah dan
budaya sendiri, budaya yang dimiliki setiap bangsa
tersebut mempunyai ciri khas dan keunikan yang
membedakan bangsa tersebut dengan bangsa yang
lain. Begitu juga Cina yang memiliki budaya yang
cukup terkenal sepanjang sejarah manusia. Budaya
Cina merupakan budaya tertua kedua di dunia dan juga
budaya yang cukup penting yang mengiasi tinta
15
Kasmir, Kewirausahaan, (Cet. IX; Jakarta: PT RajaGafindo Persada,
2013), h. 26-27 16
Sadono Sukirno, Pengantar Bisnis, (Cet. I; Jakarta: Kencana, 2004), h. 8
17
sejarah peradaban manusia, budaya Cina telah lahir
ribuan tahun sebelum masehi.17
Pada saat Malaysia merdeka, pengakuan
atau identitas suatu kelompok masyarakat tertentu
berdasarkan pada bidang yang digelutinya. Orang
melayu dikaitkan dengan sektor pertanian dan bekerja
sebagai petani, masyarakat Cina berdagang dan
mendiami wilayah perkotaan.18
Dasar ekonomi baru
(DEB) yang diperkenalkan diawal Tahun 1970-an
berhasil melahirkan sejumlah pengusaha, ahli
perdangangan, dan pemimpin perusahaan dari
kalangan pribumi, baik yang beragama islam maupun
non-islam. Dalam hal ini membuktikan bahwa
perdangangan adalah bidang yang dapat dipelajari dan
tidak menjadi monopoli kelompok masyarakat
tertentu. Namun usaha-usaha untuk mematahkan
dominasi masyarakat Cina dibidang ekonomi, sampai
saat ini belum berhasil dilakukan.19
Masyarakat Cina
senantiasa berpangangan jauh ke depan dan mereka
17
Anton Ramdan, Bisnis Cina Memang Gila, (Cet. I; Indonesia: Shahara
Digital, 2005), h.1 18
Ann Wang Seng, Rahasia Bisnis Orang Cina, (Cet. I; Jakarta Selatan:
Hikmah, 2007), h.1 19
Ibid. h. 2
18
tidak akan membiarkan keadaan menjadi statis, dalam
sejarah dagang masyarakat Cina, kita dapat melihat
bahwa perdangangan masyarakat Cina sangat
berkembang. Mereka cepat dan mampu meraih
peluang dagang yang baru.20
b. Dunia Bisnis Etnis Cina
Dunia orang Cina adalah di bidang
perdangangan, mereka suka dan tertarik untuk
berdagang. Masyarakat Cina juga percaya bahwa
hanya dengan berdagang, mereka akan kaya dan
meningkatkan taraf hidupnya. Berdagang
memungkinkan mereka berubah dan golongan yang
dinamis. Dunia perdangangan tidak ada batasnya,
setiap orang bebas bergerak dan memilih untuk masuk
didalamnya. Berdagang juga dapat meningkatkan
keterampilan berkomunikasi, interaksi, dan hubungan
interpersonal. Mereka juga tidak perlu takut
kehilangan pekerjaan, kecuali menjaga hati pelanggan
dan memahami kehendak pasar. Masyarakat Cina dan
20
Ibid. h. 3
19
perdanganagan sudah bersatu padu serta menjadi satu
entitas yang tidak dapas dipisahkan.21
c. Konsep Bisnis Etnis Cina
Pedagang sejati tidak takut pada persaingan
dan kerugian. Mereka tidak seharusnya pedagang lain.
Segala sifat itu harus dihapuskan jika ingin berhasil
dalam perdanganagan yang digelutinya. Masyarakat
Cina menganjurkan persaingan karena hal itu yang
akan meningkatkan keterampilan, produktivitas,
kemahiran, kreativitas, dan memberikan banyak
pengalaman yang berguna.22
Pedagang Cina menentang konsep zero sum
game dalam perdangangan, karena hanya
mementingkan pribadi sendiri, tetapi dalam konsep
masyarakat cina adalah,sebaiknya perdanganagan
memberikan maanfaat kepada semua pihak, baik
sesama pedagang, pesaing, atau pelanggan. Setiap
pedagang harus menghormati satu sama lain dan tidak
meremehkan pedagang yang lain. Masyarakat Cina
21
Ibid. h. 7-8 22
Ibid. h. 19
20
menganjurkan kerja sama dan sikap saling membantu
sesama pedagang.23
d. Budaya Bisnis Etnis Cina
Ketekunan merupakan salah satu faktor
keberhasilan orang Cina dalam kegiatan
perdanganagan. Masyarakat Cina rela menempuh
segala tantangan, rintangan, dan kesulitan untuk
menyukseskan kegiatan perdanganagan mereka.
Asalkan dari hasil perdaganganan dapat memberi
makan dan sedikit keuntungan, dianggap sudah
memadai bagi mereka, tidak ada alasan bgi seseorang
untuk tidak menjadi sukses jika mereka rajin dan
tekun. Masyarakat Cina rela bangun dini hari dan terus
bekerja sampai malam hari, mereka bekerja keras.24
Keberhasilan masyarakat Cina dalam
berdagang berkaitan dengan pandangan dan falsafah
hidup yang dipegangnya. Bagi masyarakat Cina hidup
adalah untuk makan dan minum, oleh karena itu
mereka harus bekerja. Kerja dalam konteks ini bukan
sekedar berusaha meningkatkan taraf hidup dan
kedudkan sosial mereka dalam masyarakat, satu
23
Ibid. h. 20 24
Ibid. h. 35
21
satunya cara adalah berdagang. Bangsa Cina adalah
bangasa yang suka berbicara, ketika berbicara, mereka
akan berbicara dengan suara yang keras. Namun,
mereka selalu melakukan apa yang dikatakan, bukan
sekedar omong kosong, melainkan dibuktikan tanpa
memikirkan memiliki pengalaman atau kemahiran
dalam berdagang, karna itu tidak penting karena hal itu
dapat dipelajari kemudian.25
Tidak ada yang tahu kapan tepatnya makan
menjadi bagian yang tak terpisahkan dari budaya
bisnis Cina, 26
di semua kota besar atau menengah di
Cina para pengusaha mengunakan jamuan makan
dalam berbisnis, karena dalam peranan jamuan makan
selama perundingan memiliki fungsi yang sangat baik
untuk diterapkan dalam berbisnis di anataranya adalah
untuk menjalin hubungan, untuk menumjukkan
kemampuan berbisnis, perundingan yang berhasil di
Cina kebanyakan didasarkan atas sikap percaya, saling
menghargai, dan keyakinan. Pebisnis Cina percaya,
skala usaha, kinerja, dan aset perusahaan atau usaha
25
Ibid. h. 36 26
Yuan Wang, et.al., Menembus Pasar Cina, (Jakarta: Kepustakaan Populer
Gramedia, 2000), h. 71.
22
adalah faktor penting yang meyusun persamaan sukses
dalam berbisnis.27
5. Etnis Bugis
Bugis merupakan kelompok dengan wilayah
asal Sulawesi Selatan, ciri utama dari etnis Bugis adalah
bahasa dan adat istiadat. Masyarakat bugis adalah suku
yang tergolong kedalam suku Deutero “Bugis” beraal dari
To Ugi yang berarti orang bugis.28
Orang Sulawesi
Selatan (Sinjai) pada umumnya sangat emosional. Hal ini
memang karakter eigenschap yang sukar sekali
dihilangkan dalam kehidupan masyarakat etnis Bugis,
jika disinggung perasaannya seketika itu juga dia akan
marah dan melupakan bahwa mwreka memiliki
pendidikan yang tinggi. Ia akan melakukan tindakan
diluar kesadarannya. Mempertahankan kehormatan
adalah menjadi bagian dari kehidupannya.29
Sulawesi Selatan sendiri sebenarnya terdiri dari
empat etnis besar yaitu Bugis Makassar, Mandar, dan
Toraja. Selain itu ada lagi etnis campuran anatara Bugis
27
Ibid. h. 72 28
Azmi AL. Bahij, Sejarah 34 Provinsi Indonesia, (Cet I; Jakarta: Dunia
Cerdas, 2013), h. 347. 29
Andi Mattalatta, Meniti Siri dan Harga Diri , (Cet II; Jakarta: Buku
Otobiografi Mayjen, 2014), h.5.
23
dan Toraja yaitu Luwu. Semua etnis mempunyai bahasa,
adat istiadat dan kebudayaan sendiri, begitu juga orang
Luwu meskipun bahasa mereka diperkirakan campuran
antara bahasa Bugis dengan bahasa Toraja. Sementara,
adat istiadatdan kebudayaan orang Luwu mirip dengan
adat istiadat dan kebudayaan orang Bugis.30
Ada beberapa istillah atau sebutan yang
dipergunakan masyarakat Bugis untuk menunjukkan
derajat kebangsawanan, sebutan Ambo atau Ambe
misalnya, diberikan kepada seseorang dari golongan Tau
Deceng, Tau Maradeka atau Tau Malebbi.31
Sekarang ini
ada perinsip Bugis yang menjadi bulan-bulanan, yaitu
dalam pengertian Ambo e Mappabati, yang artinya
“Bapaklah Penentu Keturunan”, maksudnya kalau
ayahnya orang merdeka atau orang biasa, tapi ibunya
keturunan bangsawan, maka anakanya tidak boleh
menuruti ibunya menjadi bangsawan, begitu pun
seterusnya. Orang Bugis sangat dikenal dengan
pakaiannya yang warna warni dan mencolok, namun
30
Ibid. h.6. 31
Ibid. h. 37.
24
dalam penerapanyaa pakaian tersebut mempunyai aturan-
aturan dan ketentuan adatnya.32
B. Hasil Penelitian Yang Relevan
Beberapa penelitian terdahulu yang dianggap
relevan dalam penelitian ini antara lain:
1. Penelitian, Suryawati Salam, berjudul “Perilaku Bisnis
Pengusaha Cina dan Bugis Makassar Dalam Agribisnis
di Makassar”, hasil penelitian ini menunjukkan bahawa
cara berbisnis atau prilaku bisnis etnis Cina lebih unggul
dari pada etnis bugis Makassar33
2. Penelitian, Fahri Natsir, yang berjudul “Komunikasi
Pasangan Pernikahan Antar Etnis Bugis Dan Etnis
Tionghoa di Sengkang Kabupaten Wajo” hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa, proses komunikasi dalam
pernikahan pasangan etnis Bugis dan etnis Tonghoa di
Sengkang Kabupaten Wajo berjalan harmonis, dan
orientasi budaya dan agama dan kepercayaan menjadi
32
Ibid. h. 41. 33
Suryawati Salam, “Perilaku Bisnis Pengusaha Cina dan Bugis Makassar
Dalam Agribisnis di Makassar”, Skripsi, (Makassar)
25
faktor yang mendukung terhadap proses komunikasi
pasangan etnis Bugis dan etnis Tionghoa.34
34Fahri Natsir, ”Komunikasi Pasangan Pernikahan Antar Etnis Bugis Dan
Etnis Tioghoa Di Sengkang Kabupaten Wajo”, Skripsi, (Makassar: UIN
Alauddin Makassar, 2016)
26
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
1. Jenis penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif
yaitu suatu jenis penelitian yang menggambarkan atau
mendeskripsikan untuk mengungkapkan kejadian atau
fakta, keadaan dan fenomena yang terjadi, dalam
membandingkan tentang budaya bisnis etnis Tionghoa
dan Bugis
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang
berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan
untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah,
(sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti
adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel
sumber data dilakukan secara purposive dan snowball,
tekhnik pengumpulan dengan trianggulasi (gabungan),
analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil
27
penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada
generalisasi.35
Penelitian kualitatif sebagai human instrumen,
berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih
informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan
data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan
data, dan membuat kesimpulan atas temuannya.36
2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan peneliti yaitu
metode pendekatan Naturalistik , digunakan untuk
meneliti pada tempat yang alamiah dan penelitian tidak
membuat perlakuan, karena peneliti dalam
mengumpulkan data bersifat emic yiatu berdasarkan
pandangan dari sumber data, dan buku peneliti.37
Tujuan penelitian Naturalistik adalah untuk
mengetahui aktualitas, realitas sosial dan persepsi
manusia melalui pengakuan mereka yang mungkin tidak
dapat diungkap melalui penonjolan pengukuran formal
atau pertanyaan penelitian yang telah dipersiapkan
terlebih dahulu. Para peneliti naturalistik meyakini bahwa
35
Sugiono, Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D, (Cet. 26; Bandung: Alfabeta, 2017), h. 15. 36
Sugiono, Penelitian Pendidikan..., ibid h. 306. 37 Sugiono,Penelitian Pendidikan...., ibid h. 12.
28
untuk memahami gejala sosial yang paling tepat adalah
apabila mereka mampu memperoleh fakta pendukung
yang sumbernya berasal dari persepsi dan ungkapan dari
para pelaku itu sendiri.
Dilihat dari segi orientasinya, penelitian
naturalistik berorientasi pada proses. Karena berorientasi
pada proses, maka penelitian naturalistik dianggap tepat
untuk memecahkan permasalahan penelitian yang
berkaitan dengan kegiatan manusia, seperti perubahan
perilaku manusia dalam pembangunan, perilaku siswa
dalam sekolah, peran dokter dan pasien dalam proses
penyembuhan, di mana dalam kegiatan tersebut
pengungkapan fenomena lebih bersifat ganda dan non
linier.38
B. Definisi Oprasional
Berdasarkan kalimat judul dan kajian teori maka
dapat dirumuskan defenisi oprasional sebagai berikut:
1. Analisis komparatif adalah bentuk analisis variabel
(data) untuk mengetahui perbedaan di antara dua
kelompok atau lebih dalam suatu usaha atau bisnis.
38
Nuna Muvie, ”konsep dasar penelitian naturalistik”, diakses dari
http://nunamuvie.blogspot/2011/04/konsep-dasar-penelitian-naturalistik.html. pada tanggal 12 desember 2018 pukul 19.37.
29
2. Budaya bisnis adalah model atau gaya prilaku dari
operasional bisnis di dalam perusahaan.
3. Etnis Cina adalah suatu etnis yang asal usul leluhur
mereka berasal dari Tiogkok
4. Etnis Bugis adalah sekelompok etnis dengan wilayah
asal Sulawesi Selatan
C. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek penelitian
Pelaku bisnis Etnis Cina (Tionghoa) dan Bugis
yang ada di Sinjai.
2. Objek penelitian
Usaha bisnis yang ada di Sinjai
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Observasi atau pengamatan adalah kegiatan
keseharian manusia dengan menggunakan pancaindra
mata sebagai alat bantu utamanya selain pancaindra
lainnya seperti telinga, penciuman, mulut, dan kulit. Oleh
karena itu, observasi adalah kemampuan seseorang untuk
menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja
pancaindra mata serta dibantu dengan pancaindra lainnya.
30
Di dalam pembahasan ini kata observasi dan pengamatan
digunakan secara bergantian.39
2. Wawancara
Wawancara digunakan sebagai tehnik
pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi
pendahuluan untuk mengetahui atau menemukan
permasalahann yang harus diteliti, dan juga apabila
peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang
lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit atau
kecil.40
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah salah satu metode
pengumpulan data yang digunakan dalam metodologi
penelitian sosial. Pada intinya metode ini adalah metode
yang digunakan untuk menelusuri data historis. Dengan
demikian pada penelitian sejarah, maka bahan
dokumentar memegang peranan yang amat penting.41
39
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial Dan Ekonomi,(Cet.
II; Jakarta: Prenadamedia Group, 2015), h. 142 40 Sugiono, Penelitian Pendidikan..., ibid h. 203 41
Burhan Bungin..., ibid h. 153
31
E. Keabsahan Data
Keabsahan data merupakan standar kebenaran
suatu data hasil penelitian lebih menekankan pada data atau
informasi dari pada sikap dan jumlah orang.
Uji keabsahan dalam penelitian, sering hanya
ditekankan pada uji validitas dan reliabilitas. Untuk
mendapatkan data yang valid dan realiabel yang diuji
validitas dan reabilitasnya yaitu datanya. Oleh karena itu
Susan Stainback dalam bukunya Sugiono mengatakan
bahwa penelitian kualitatif lebih menekankan pada aspek
validitas.
Dalam penelitian kualitatif, temuan atau data
dapat dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara
yang dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya
terjadi dalam objek yang diteliti. Uji keabsahan data dalam
penelitian kualitatif meliputi uji credibility (validitas
internal), transferability (validitas eksternal), dependability
(realibilitas) dan comfirmability (objektifitas).
1. Uji Kredibilitas (Validitas Internal)
Uji kredibilitas dalam penelitian kualitatif
meliputi aspek nilai kebenaran.uji kredibilitas data atau
kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif
antara lain dilakukan dengan:
32
a) Perpanjangan Pengamatan
Dengan perpanjangan pengamatan berarti
peneliti kembali kelapangan, melakukan pengamatan,
wawancara lagi dengan sumber data yang pernah
ditemui maupun yang baru. Dengan perpanjangan
pengamtan berarti hubungan peneliti dengan
narasumber akan semakin akrab, semakin terbuka dan
saling mempercayai.
b) Meningkatkan Ketekunan
Meningkatkan ketekunan berarti melakukan
pengamatan secara lebih cermat dan
berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka
kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat
direkam secara pasti dan sistematis. Dengan
meningkatkan ketekunan maka peneliti dapat
melakukan pengecekan kembali apakah data yang
sudah ditemukan itu salah atau tidak. Selain itu
peneliti juga dapat memberikan deskripsi data yang
akurat dan sistematis tentang apa yang diamatai.
c) Triangulasi
Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini
diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai
sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu.
33
Dengan demikian terdapat triangulasi sumber,
triangulasi tekhnik pengumpulan data, dan waktu.
Triangulasi dapat juga dilakukan dengan cara
mengecek hasil penelitian, dari tim peneliti lain yang
diberi tugas melakukan pengumpulan data.42
d) Analisis Kasus Negatif
Kasus negatif adalah kasus yang tidak sesuai
atau berbeda dengan hasil penelitian hingga pada saat
tertentu. Melakukan analisis kasus negatif berarti
peneliti mencari data yang berbeda atau bahkan
bertentangan dengan data yang telah ditemukan. Bila
tidak ada lagi data yang berbeda atau bertentangan
dengan temuan, berarti data yang ditemukan sudah
dapat dipercaya. Tetapi bila peneliti masih
mendapatkan data-data yang bertentangan dengan data
yang ditemukan maka peneliti mungkin akan merubah
temuannya tergantung seberapa besar kasus negatif
yang muncul.
e) Menggunakan Bahan Referensi
Yang dimaksud dengan bahan referensi
disini adalah pendukung untuk membuktikan data
42
Sugiono, Metode Penelitian Manajemen ( Cet. I; Bandung:
Alfabeta, 2013), h. 436.
34
yang telah ditemukan oleh peneliti. Sebagai contoh
hasil wawancara perlu didukung dengan adanya
rekaman wawancara, data tentang interaksi manusia,
atau gambar suatu keadaan perlu didukung oleh foto-
foto. Alat-alat bantu perekam data dalam penelitian
kualitatif, seperti camera, handycam, alat rekaman
suara sangat
diperlukan untuk mendukung kredibilitas
data. Laporan penelitian sebaiknya data yang
dikemukakan dilengkapi dengan dokumentasi autentik.
2. Pengujian Transferability
Pengujian transferability dalam penelitian
kualitatif meliputi aspek penerapan. Transferability
merupakan validitas eksternal dalam penelitian
kuantitatif. Validitas eksternal menunjukkan derajat
ketepatan atau dapat diterapkannya hasil penelitian ke
populasi dimana sampel tersebut diambil. Nilai transfer
ini berkenaan dengan pertanyaan, hingga mana hasil
penelitian dapat diterapkan atau digunakan dalam situasi
lain. Maka laporan harus memberikan uraian yang rinci,
jelas, sistematis, dan dapat dipercaya.
3. Pengujian Depenability
Pengujian depenability dalam penelitian
kualitatif meliputi aspek konsistensi. Dalam penelitian
35
kuantitatif, dipenability disebut reabilitas. Dalam
penelitian kualitatif uji dipenability dilakukan dengan
melakukan audit terhaap keseluruhan proses penelitian,
mulai dari menentukan masalah/fokus, memasuki
lapangan, menentukan sumber data, sampai membuat
kesimpulan harus dapat ditunjukkan oleh peneliti, jika
tidak maka dipenabilitas penelitiannya dapat diragukan.
4. Pengujian Komfirmability
Pengujian komfirmability dalam penelitian
kualitatif meliputi aspek naturalitas. Pengujian
komfirmability dalam penelitian kuantitatif disebut
dengan uji objektifitas penelitian. Peneliti dapat dikatakan
objek bila hasil penelitian telah disepakatai banyak orang.
Bila hasil penelitian merupakan fungsi dari proses
penelitian yang dilakukan, maka penelitian tersebut telah
memenuhi standar komfirmability.43
F. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan
menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil
wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara
mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan
43
Sugiono,Ibid, h.445.
36
kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam
pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajarai,
dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh
diri sendiri maupun orang lain.44
Mengelolah atau menganalisis data adalah usaha
kongkrit untuk membuat data berbicara, sebab jumlah
besarnya data, tinggi nilai data yang terkumpul sebagai hasil
pelaksana pengumpulan data apabila tidak disusun dalam
suatu sistematik yang baik niscaya data itu merupakan
bahan yang bisu belaka. Oleh karena itu penelitian
mengunakan ragam penelitian kualitatif, maka analisis data
dilakukan pada waktu melakukan pengumpulan data dan
setelah pengumpulan data sesai. Kemudian data tersebut
akan dianalisis secara cermat dan teliti sebelum disajikan
dalam bentuk laporan yang utuh.
Adapun tehnik analisis yang digunakan peneliti
dalam penelitian ini adalah:
44
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Cet. 26; Bandung: Alfabeta, 2017), h.
335.
37
1. Pengumpulan Data
Peneliti mencatat semua data secara objektif
dan apa adanya sesuai dengan hasil observasi dan
wawancara dilapangan.
2. Reduksi Data
Reduksi data yaitu memilih hal-hal pokok yang
sesuai dengan fokus penelitian. Reduksi data merupakan
suatu bentuk analisis yang mengolongkan, mengarahkan,
membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan data-
data yang telah direduksi memberikan gambaranyang
lebih tajam tentang hasil pengamatan dan mempermuda
peneliti untuk mencarinya sewaktu-waktu diperlukan.
3. Penyajian Data
Penyajian data adalah sekumpulan informasi
yang tersusun yang memungkingkan adanya penarikan
kesimpulan dan pengambilan tindakan penyajian data
yang merupakan analisis dalam bentuk matrik, network,
cart, atau grafis, sehingga data dapat dikuasai
sebagaimana mestinya dalam penelitian.45
45
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung PT Rosidha
Karya, 1994), h. 24
38
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Kabupaten Sinjai
Kabupaten Sinjai seperti yang kita kenal, dahulu
terdiri dari beberapa kerajaan-kerajaan,seperti kerajaan-
kerajaan yang tergabung dalam federasi Tellu Limpoe dan
kerajaan-kerajaan yang tergabung dalam Pitu Limpoe. Tellu
Limpoe terdiri dari kerajaan-kerajaan yang berada dekat
pesisir pantai yaitu kerajaan Tondong,bulo-bulo dan
Lamatti, sedangkan Pitu Limpoe adalah kerajaan-kerajaan
yang berada di dataran tinggi yaitu Kerajaan
Turungeng,Manimpahoi, Terasa,Pao,Manipi,Suka dan Bala
Suka. Dalam lontara susunan raja-raja yang ada di sinjai
pada masa lampau,bahwa yang pertama menjadi raja dan
Arung ialah Manurung Tanralili, yang kemudian dikenal
dengan gelar Timpae Tana atau To Pasaja. Keturunan
Puatta Timpae Tana atau To Pasaja merupakan cikal bakal
dan pendiri kerajaan Tondong ,Bulo-bulo dan Lamatti.
Adapun kerajaan yang pertama berkembang di
wilayah Pitu Limpoe adalah kerajaan Turungeng ,rajanya
adalah seorang wanita yang di peristrikan oleh putra raja
Tallo.salah seorang wanita kawin dengan seorang putra raja
39
Bone ,dari perkawinan itu lahirlah tujuh orang anak,yaitu
seorang anak perempuan dan enam orang laki-laki.anak
yang wanita menggantikan ibunya memerintah di
Turungeng,sementara yang lain ada di manimpahoi, terasa,
pao, manipi, suka dan bala suka.
Bila di telusuri hubungan antara kerajaan-kerajaan
yang ada di kabupaten sinjai dimasa lalu,maka nampaklah
dengan jelas bahwa ia terjalin dengan erat oleh tali
kekeluargaan yang dalam bahasa bugis disebut SIJAI
artinya sama jahitanya.hal ini lebih diperjelas dengan adanya
gagasan dari Lamassiajeng Raja Lamatti X untuk
memperkokoh bersatunya antara kerajaan Bulo-bulo
dengan Lamatti dengan ungkapannya Pasijai Singkurenna
Lamatti Bulo-Bulo artinya satukan keyakinan
Lamatti dengan Bulo-bulo,sehingga setelah
meninggal dunia beliau di beri gelar Puatta Matinroe
Risijaina.
Eksistensi dan identitas kerajaan-kerajaan yang
ada di kabupaten sinjai di masa lalu semakin jelas dengan
didrikannya benteng pada tahun 1557.Benteng ini di kenal
dengan nama Benteng Balanipa sebab didirikan di
Balangnipa, yang sekarang menjadi ibukota Kabupaten
40
Sinjai. Disamping itu, benteng inipun dikenal dengan nama
Benteng Tellu Limpoe, karena didirikan secara bersama-
sama oleh 3(tiga) kerajaan, yakni Lamatti, Bulo-bulo, dan
Tondong, lalu dipugar oleh Belanda.
Tahun 1564 adalah tahun yang amat bersejarah
bagi daerah Sinjai yang diwakili oleh kerajaan Bulo-bulo
yang mendapat banyak kunjungan dari dua kerjaan besar
yang sedang berperang dan berebut pengaruh. Hal ini
disebabkan karena letak daerah Sinjai yang berada pada
daerah lintas batas dan sangat strategis bagi kedua kerajaan
yakni Kerajaan Bone dan Kerajaan Gowa.
Mengingat bahwa kedua kerajaan yang sedang
berperang tersebut mempunyai hubungan kekerabatan
dengan kerajaan-kerajaan Sinjai, maka Tellu Limpoe dan
Pitu Limpoe berupaya untuk tidak memihak atau terlibat
dalam perang tersebut, bahkan dengan penuh kecerdikan da
kearifan, raja-raja di Sinjai berusaha mempertemukan
pimpinan kerajaan tersebut agar berunding dan berdamai.
Akhirnya pada bulan Februari 1564, Raja Bulo-
Bulo ViLa Mappasoko Lao Manoe Tanrunna berhassil
mempertemukan antara Kerajaan Gowa yang diwakili oleh I
Mangerai Daeng Mammeta dengan La Tenri Rawe
41
Bongkangnge dari Kerajaan Bone, disaksikan oleh raja-raja
lain, sehingga lahirlah perjanjian perdamaian yang kemudian
dikenal dengan Perjanjian Topekkong atau Lamung Patue
Ritopekkong.
Disebut Lamung Patue Ritopekkong karena
perundingan ini dilaksanakan dengan upacara penanaman
batu besar, bagian batu yang dikuburkan dalam-dalam
dimaksudkan sebagai symbol dikuburkannya sikap-sikap
keras yang merugikan semua pihak, sedang bagian batu
yang timbul sebagai symbol persatuan yang tidak mudah
bergeser.
Isi Perjanjian Topekkong adalah
1. Madumme to sipalalo
Seddi Pabbanua pada rappuni
Lempa asefa mappanessa
2. Musunna Gowa musunna to Bone na Tellulimpoe
Makkutopi assibalirenna
3. Sisappareng deceng teng sisappareng ja
Sirui menre teng sirui no
Malilu sipakainge mali siparappe
Artinya adalah :
1. Saling mengisinkan dalam mencari tempat bernaung
42
Saling member kesempatan dalam mencari ikan
Satu rakyat milik kita semua
Kemanalah padinya dibawa itulah yang menentukan
(Kerajaan masa yang dipilihnya)
2. Musuh Kerajaan Gowa juga musuh Kerajaan Bone ddan
Tellulimpoe
Demikian pula sebaliknya
3. Saling memberikan kebaikan bukan kejahatan
Saling bantu membantu tidak saling mencelakakan
Yang lupa diri diingatkan, yang hanyut diingatkan
Tahun 1636 orang Belanda mulai dating ke daerah
Sinjai. Kerajaan-kerajaan di Sinjai menentang keras upaya
Belanda untuk mengadu domba dan memecah belah
persatuan kerajaan-kerajaan yang ada di Sukawesi Selatan.
Hal ini mencapai puncaknya dengan terjadinya peristiwa
pembunuhan terhadap orang-orang Belanda yang mencoba
membujuk Kerajaan Bulo-bulo untuk melakukan perang
trerhadap kerajaan Gowa. Peristiwa ini terjadi pada hari
Jumat tanggal 29 Februari 1639 bertepatan dengan tanggal
22 Ramadhan 1066 Hijriah, karena rakyat Sinjai tetap
berperang teguh pada perjanjian Topekkong.
43
Tahun 1824 Gubernur Jendral Hindia Belanda
Van der Capellen datang dari Batavia membujuk I Cella
Arung Bulo-bulo XXI agar menerima perjanjian Bangoya dn
mengijinkan Belanda mendirikan Loji atau Kantor dagang di
Lappa tetapi ditolak dengan tegas. Belanda menyerang
Sinjai di bawah pimpinan Jendral Van Green dan Kolonel
Biischaff. Pasukan Sinjai di bawah pimpinan Andi
Mandasini dan Baso Kalaka berhasil memukul mundur
pasukan Belanda. Tahun 1859 Belanda dengan pimpinan
Jendral Van Swiaten kembali mengadakan serangan besar-
besaran ke Sinjai, baik melalui laut maupun darat. Oleh
karena kekuatan yang tidak seimbang maka akhirnya Sinjai
direbut oleh Belanda.
Tanggal 15 November 1861 berdasarkan Surat
Keputusan Gubernur Sulawesi da Daerah, taklunya wilayah
Tellu Limpoe Sinjai dijadikan satu wilayah pemerintahan
dengan sebutan Goster Districten. Tanggal 24 Februari
1940, Gubernur Grote Gost menetapkan pembagian
administrative untuk daerah timur termasuk Residensi
Celebes, dimana Sinjai bersama-sama beberapa Kabupaten
lainnya berstatus sebagai Onther Afdeling Sinjai terdiri dari
beberapa Adats Gemenchap, yaitu cost Bulo-bulo, Tondong,
44
manimpahoi, Lamatti West, Bulo-bulo, Manipi dan
Tarungeng.Pada masa pendudukan Jepang, struktur
pemerintahan dan namanya ditata sesuai kebutuhan bala
tentara Jepang yang bermarkas di Gojeng. Dalam kancah
perjuangan kemerdekaan menegakkan Proklamasi 17
Agustus 1945, para rakyat Kabupaten Sinjai membentuk
berbagai organisasi perlawanan seperti Sumber Darah
Rakyat atau SUDARA, Kris Muda dan lain-lain. Pantai-
pantai yang ada di Sinjai menjadi transit bagi para pejuang
kemerdekaan yang akan ke Jawa dan sebalik nya. Tanggal
20 Oktober 1959 Sinjai resmi menjadi Kabupaten
berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 29
Tahun 1959. Dan tanggal 27 Februari 1960 Abdul Latif
dilantik menjadi Kepa Daerah Tingkat III Sinjai yang
pertama.
Kabupaten Sinjai adalah salah satu Daerah
Tingkat II di provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. Ibu
kotakabupaten ini terletak di Balangnipa atau Kota Sinjai
yang berjarak sekitar ±220 km dari Kota Makassar.
Kabupaten ini memiliki luas wilayah 819,96 km2 dan
berpenduduk sebanyak kurang lebih 236.497 jiwa.
45
1. Geografi
Secara geografis Kabupaten Sinjai terletak
pada titik 5°2'56" - 5°21'16" Lintang Selatan dan
119°56'30" - 120°25'33" Bujur Timur. Kabupaten Sinjai
terletak di bagian pantai timur Provinsi Sulawesi Selatan
yang berjarak sekitar 223 km dari kota Makassar. Luas
wilayahnya berdasarkan data yang ada sekitar
819,96 km2 (81.996 ha).
2. Batas Wilayah
Batas-batas wilayahnya adalah sebagai berikut:
a. Utara berbatasan dengan kabupaten Bone
b. Selatan berbatasan dengan kabupaten jeneponto dan
kabupaten Bantaeng
c. Barat berbatasan dengan kabupaten Gowa
d. Timut berbatasan dengan teluk Bone
3. Topografi
Kabupaten Sinjai secara geografis terdiri atas
wilayah pesisir, dataran rendah dan dataran tinggi dengan
ketinggian antara - 2.871 meter diatas permukaan air
laut (mdpl). Wilayahnya termasuk 9 pulau-pulau kecil
di Teluk bone yang masuk ke wilayah kecamatan Pulau
Sembilan. Pesisir di Kabupaten Sinjai berada di
46
sepanjang batas sebelah timur dan tergolong sempit
meliputi Kecamatan Sinjai Timur, Sinjai
Utara dan kecamatan Tellu Limpoe. Selanjutnya daerah
dataran tinggi yang merupakan lereng timur Gunung
Lompobattang-Gunung Bawakaraeng meliputi
kecamatan Sinjai Barat dan Sinjai Borong. Serta dataran
tinggi Pegunungan Bohonglangi meliputi sebagian
wilayah kecamatan Bulupoddo.
4. Iklim
Sepanjang tahun, daerah ini termasuk beriklim
sub tropis, yang mengenal 2 (dua) musim, yaitu musim
penghujan pada periode April - Oktober, dan musim
kemarau yang berlangsung pada periode Oktober-April.
Selain itu ada 3 (tiga) type iklim (menurut Schmidt &
Fergusson) yang terjadi dan berlangsung di wilayah ini,
yaitu iklim type B2, C2, D2 & type D3.
a. Zona dengan iklim type B2 di mana bulan basah
berlangsung selama 7 - 9 bulan berturut – turut,
sedangkan bulan kering berlangsung 2 – 4 bulan
sepanjang tahun. Penyebarannya meliputi sebagian
besar wilayah Kecamatan Sinjai Timur & Sinjai
Selatan .
47
b. Zona dengan iklim type C2, dicirikan dengan adanya
bulan basah yang berlangsung antara 5 – 6 bulan,
sedangkan bulan keringnya berlangsung selama 3 – 5
bulan sepanjang tahun. Penyebarannya meliputi
sebagian kecil wilayah Kecamatan. Sinjai Timur,
Sinjai Selatan & Sinjai Tengah
c. Zona dengan iklim type D2, mengalami bulan basah
selama 3 – 4 bulan & bulan keringnya berlangsung
selama 2 – 3 bulan. Penyebarannya meliputi wilayah
bag. Tengah Kabupaten Sinjai, yaitu sebagian kecil
wilayah Kecamatan Sinjai Tengah, Sinjai Selatan &
Sinjai Barat.
d. Zona dengan iklim type D3, bercirikan dengan
berlangsungnya bulan basah antara 3 – 4 bulan, &
bulan kering berlangsung antara 3 – 5 bulan.
Penyebarannya meliputi sebagian wilayah Kecamatan.
Sinjai Barat, Sinjai Tengah & Sinjai Selatan
Dari keseluruhan type iklim yang ada tersebut,
Kabupaten Sinjai mempunyai curah hujan berkisar antara
2.000 - 4.000 mm / tahun, dengan hari hujan yang
bervariasi antara 100 – 160 hari hujan / tahun.
Kelembaban udara rata-rata, tercatat berkisar antara 64 -
48
87 persen, dengan suhu udara rata-rata berkisar antara
21,1oC - 32,4
oC.
5. Kecamatan
a. Bolupoddo
b. Pulau Sembilan
c. Sinjai Barat
d. Sinjai Borong
e. Sinjai Selatan
f. Sinjai Tengah
g. Sinjai Timur
h. Sinjai Utara
i. Tellulimpoe
B. Deskripsi Hasil Penelitian
Berdasarkan data yang diperoleh dari 5 reponden
pengusaha etnis Tionghoa dan 5 pengusaha Bugis di Sinjai,
dengan melakukan pengumpulkan data dengan tehnik
observasi, wawancara dan dokumentasi, observasi dilakukan
untuk memperoleh data yang tidak sempat atau tidak dapat
diperoleh dari wawancara dengan menggunakan alat bantu
pancaindra mata sebagai alat bantu utamanya selain
pacaindra lainya seperti telinga, penciuman, mulut dan
kulit, wawancara dilakukan untuk mendapatkan data secara
49
langsung dari obyek penelitian sedangakan dokumentasi
digunakan untuk memperkuat data yang telah didapatkan.
Dalam penelitian ini penulis hanya mengambil satu data dari
hasil observasi pengusaha etnis Tionghoa dan satu juga data
dari hasil observasi pengusaha Bugis berhubung data yang
diperoleh dari sepuluh responden tersebut memiliki
kesamaan makna dan jawaban yang dibutuhkan oleh
peneliti. Adapun peneliti deskripsiskan sebagai berikut:
1. Observasi
a. Pengusaha Etnis Tionghoa
LEMBAR OBSERVASI
ANALISIS KOMPARATIF BUDAYA BISNIS ETNIS
TIONGHOA DAN BUGIS DI SINJAI
Nama Usaha : Toko Tunas Bangunan
Pengusah yang diamati : Pengusaha Cina
Hari/tanggal : Kamis 27 Juni 2019
Waktu : 14.31 Wita
50
Tabel 4.1
Hasil Observasi
1. Lembar Observasi
a. Sarana dan prasarana (format observasi diisi dengan
membutuhkan tanda ceklis dan catatan yang perlu)
No Sarana Ada Tida
k ada
1 Tempat Usaha
2 Karyawan
Catatan: -
b. Pelaksanaan penilaian analisis komparatif budaya
bisnis etnis Tionghoa dan Bugis di Sinjai (format
observasi diisi dengan membutuhkan tanda ceklis
dan catatan yang perlu)
No Aspek yang diamati Observasi
Ya Tidak
1 Jujur
2 Disiplin
3 Komunikasi yang baik
4 Mengembangkan kepekaan
terhadap keberagaman
5 Mau mendengarkan pembeli
51
6 Berprilaku adil
Sumber; Berdasarkan hasil pengamatan
(observasi) pada pengusaha etnis Tionghoa
b. Pengusaha Bugis
LEMBAR OBSERVASI
ANALISIS KOMPARATIF BUDAYA BISNIS ETNIS
TIONGHOA DAN BUGIS DI SINJAI
Nama Usaha : Toko Cahaya Bangunan
Pengusah yang diamati : Pengusaha Bugis
Hari/tanggal : Kamis 28 Juni 2019
Waktu : 16.00 Wita
Tabel 4.2
Hasil Observasi
2. Lembar Observasi
a. Sarana dan prasarana (format observasi diisi dengan
membutuhkan tanda ceklis dan catatan yang perlu)
No Sarana Ada Tida
k ada
1 Tempat Usaha
2 Karyawan
Catatan:
c. Pelaksanaan penilaian analisis komparatif budaya
bisnis etnis Tionghoa dan Bugis di Sinjai (format
52
observasi diisi dengan membutuhkan tanda ceklis
dan catatan yang perlu)
No Aspek yang diamati Observasi
Ya Tidak
1 Jujur
2 Disiplin
3 Komunikasi yang baik
4 Mengembangkan
kepekaan terhadap
keberagaman
5 Mau mendengarkan
pembeli
6 Berprilaku adil
Sumber; Berdasarkan hasil pengamatan
(observasi) pada pengusaha Bugis
Berdasarkan enam aspek yang diamati oleh
peneliti dalam melakukan observasi, pengusaha etnis
Tionghoa, sebagaimana yang tercantum pada tabel 4.1
menunjukkan bahawa dalam menjalankan usaha, etnis
Tionghoa menerapkan enam aspek yang diamati oleh
peneliti yakni jujur, disiplin, komunikasi yang baik,
53
mengembangkan kepekaan terhadap keberagaman, mau
mendengarkan pembeli dan berprilaku adil.
Begitu pun dengan pengusaha Bugis dapat dilihat
pada tabel 4.2 tidak ada perbedaan yang mendasar dengan
pengusaha etnis Tionghoa, pengusaha Bugis juga
menunjukkan enam aspek yang diamati oleh peneliti yakni
jujur, disiplin, komunikasi yang baik, mengembangkan
kepekaan terhadap keberagaman, mau mendengarkan
pembeli dan berprilaku adil.
2. Wawancara
wawancara dilakukan untuk
mendapatkan data secara langsung dari obyek penelitian
dan juga peneliti ingin mengetahui hal-hal mengenai
budaya bisnis atau gaya prilaku dalam berbisnis baik
pengusaha etnis Tionghoa dan Bugis di Sinjai dari
responden yang lebih mendalam dan jumlah responden
yang lebih sedikit. Narasumber yang berhasil
diwawancarai pada pengusaha etnis Tionghoa sebanyak
lima oarang begitu pun dengan pengusaha Bugis ada lima
yang berhasil diwawancarai, namun penulis hanya
mengabil 2 data dari masing etnis tersebut. Dimana
narasumber dengan nama Henry dan Andry Gosal adalah
54
pengusaha dari etnis Tionghoa sedangkan narasumber dari
pengusaha Bugis adalah, Adi dan Evi Trisnawati.
Dari hasil wawancara dengan Henry selaku
pengusaha etnis Tionghoa untuk mengetahui budaya bisnis
atau gaya prilaku adalah narasumber mengatakan bahwa:
“Toko saya buka mulai jam delapan samapai
jam lima sore, saya memiliki karyawan lima
orang ,membuka suatau usaha itu yang harus
memeng datang dari inisiatif sendiri, intinya
dalam menjalankan usaha harus jujur, ramah,
kerja harus rapi,pembeli adalah raja”46
Sejalan dengan pendapat Henry narasumber Andry
Gosal mengungkapkan tahap yang harus diperhatikan
dalam berbisnis, Andry Gosal mengatakan bahwa:
“Toko saya buka mulai jam delapan
samapai jam 5 sore, saya memiliki karyawan
empat orang, cara saya menarik pelanggan
dengan ramah, sopan, memberikan potongan
harga”47
46 Wawancara dengan Henry, pada tanggal 26 Juni 2019. 47 Wawancara dengan Andry Gosal, pada tanggal 27 Juni 2019.
55
Sedangkan dari hasil wawancara dari Adi selaku
pengusaha Bugis mengatakan bahwa:
“Toko saya buka mulai jam delapan
samapai jam lima sore, saya memiliki karyawan
empat orang, cara saya menarik prelanggan
memberikan pelayanan yang baik kepada
pelanggan, saling memegang kepercayaan
kepada pelanggan”48
Narasumber yang kedua dari pengusaha Bugis, Evi
Trisnawati mengatakan bahwa:
“Toko saya buka mulai jam delapan
samapai jam lima sore, saya memiliki karyawan
tujuh orang, cara saya menari pelanggan
dengan memberikan potongan harga,
menghormati pembeli, bersikap baik”49
Dari hasil wawancara diatas mengambarkan
bahwa budaya bisni etnis Tionghoa dan Bugis memiliki
persamaan dalam menjalankan kegiatan ekonomi yakni
dalam bidang bisnis mereka sama-sama menerapkan hal
yang baik untuk mencapai yang diinginkan,dengan
48 Wawancara dengan Adi, pada tanggal 27 Juni 2019 49 Wawancara dengan Evi Trisnawati, pada tanggal 28 Juni 2019
56
melakukan gaya prilaku seperti jujur,ramah, bersikap baik
terhadap pelanggan.
C. Deskripsi Rumusan Masalah
Berdasarkan dengan rumusan masalah yang
telah peneliti cantumkan sebelumnya yaitu “Bagaimana
budaya bisnis etnis Tionghoa dan Bugis di Sinjai” dapat
dilihat dari hasil observasi, wawancara dan dokumentasi
yang peneliti telah jelaskan sebelumnya yaitu menunjukkan
bahwa budaya bisnis etnis Tionghoa dan Bugis memiliki
persamaan tidak terdapat perbedaan dalam menjalankan
kegiatan ekonomi yakni dalam bidang bisnis mereka sama-
sama menerapkan hal yang positif untuk mencapai yang
diinginkan, dengan melakukan gaya prilaku seperti
jujur,ramah, bersikap baik terhadap pelanggan.
1. pengusaha etnis Tionghoa, menunjukkan bahawa dalam
menjalankan usaha, etnis Tionghoa menerapkan enam
aspek yang diamati oleh peneliti yakni jujur, disiplin,
komunikasi yang baik, mengembangkan kepekaan
terhadap keberagaman, mau mendengarkan pembeli dan
berprilaku adil.
2. Begitu pun pengusaha Bugis, menunjukkan bahawa
dalam menjalankan usaha, pengusaha Bugis menerapkan
57
enam aspek yang diamati oleh peneliti yakni jujur,
disiplin, komunikasi yang baik, mengembangkan
kepekaan terhadap keberagaman, mau mendengarkan
pembeli dan berprilaku adil.
58
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan
bahawa budaya bisnis etnis Tionghoa dan Bugis di Sinjai
memiliki persamaan dalam menjalankan kegiatan ekonomi
yakni dalam bidang bisnis mereka sama-sama menerapkan
hal yang positif untuk mencapai yang diinginkan, dengan
melakukan gaya prilaku seperti jujur,ramah, bersikap baik
terhadap pelanggan.
3. pengusaha etnis Tionghoa, menunjukkan bahawa dalam
menjalankan usaha, etnis Tionghoa menerapkan enam
aspek yang diamati oleh peneliti yakni jujur, disiplin,
komunikasi yang baik, mengembangkan kepekaan
terhadap keberagaman, mau mendengarkan pembeli dan
berprilaku adil.
4. Begitu pun pengusaha Bugis, menunjukkan bahawa
dalam menjalankan usaha, etnis Bugis menerapkan
enam aspek yang diamati oleh peneliti yakni jujur,
disiplin, komunikasi yang baik, mengembangkan
kepekaan terhadap keberagaman, mau mendengarkan
pembeli dan berprilaku adil.
59
B. Saran
Saran-saran yang hendak peneliti berikan, tidak
lain hanya sekedar memberi sedikit masukan yang tentunya
dengan harapan agar peningkatan atau pengembangan
usaha dapat menjadi lebih baik lagi. Adapun saran-saran
berikut peneliti sanpaikan kepada:
1. Kepada pengusaha etnis Tionghoa dan Bugis di Sinjai,
karena melihan dari perkembangan jaman maka
perlulah pentingnnya suatu kreatifitas dalam
meningkatkan kemampuan dalam hal penggunaan
strategi yang menarik dan kreatifitas sehingga usaha
yang dijalankan dapat berkembang.
2. Peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini dapat dijadikan
sebagai bahan perbandingan dan rujukan, khususnya
yang ingin melakukan penelitian yang serupa.
60
DAFTAR PUSTAKA
Adi, pengusaha Bugis, “wawancara” Pada Tanggal 27 Juni
2019.
Andi Mattalatta, Meniti Siri dan Harga Diri , (Cet II; Jakarta:
Buku Otobiografi Mayjen, 2014)
Andry Gosal, pengusaha etnis Tionghoa, “wawancara” Pada
Tanggal 27 Juni 2019
Anton Ramdan, Bisnis Cina Memang Gila, (Cet. I; Indonesia:
Shahara Digital, 2005),
Ann Wang Seng, Rahasia Bisnis Orang Cina, (Cet. I; Jakarta
Selatan: Hikmah, 2007),
Azmi AL. Bahij, Sejarah 34 Provinsi Indonesia, (Cet I; Jakarta:
Dunia Cerdas, 2013)
Bebas Ketik, Culture, artikel. Diakses tanggal 18 Desember
2018, dari https://bebasketik.com/pengertian-budaya/,
12 April 2018.
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial Dan
Ekonomi,(Cet. II; Jakarta: Prenadamedia Group, 2015)
Evi Trisnawati, pengusaha Bugis, “wawancara” Pada Tanggal
28 Juni 2019.
Faisal Badroen, Etika Bisnis dalam Islam, (Cet. I; Jakarta:
Kencana, 2006),
61
Fahri Natsir, ”Komunikasi Pasangan Pernikahan Antar Etnis
Bugis Dan Etnis Tioghoa Di Sengkang Kabupaten
Wajo”, Skripsi, (Makassar: UIN Alauddin Makassar,
2016)
Henry, pengusaha etnis Tionghoa, “wawancara” Pada Tanggal
26 Juni 2019
Iqbal Hasan, Analisis Data Penelitian Dengan Statistik, (Cet.
IV; Jakarta: Bumi Aksara, 2009),
Kasmir, Kewirausahaan, (Cet. IX; Jakarta: PT RajaGafindo
Persada, 2013)
Luci Huki, Arti dan Pengertian Tentang Segala Sesuatu, artikel.
Diakses tanggal 13 Desember 2018, dari
http://artidanpengertian.blogspot.com/2016/02/pengert
ian-budaya-bisnis.html, 21 Februari 2016.
MasWing, Belajar Berfikir Bermanfaat, artikel. Diakses
tanggal, 12 Desember 2018, dari
http://maswig.blogspot.com/2010/09/china-dalam-
perspektif-budaya-bisnis.html, 20 September 2010
M. Djunaidi Ghony dan Fauzan Almanshur, Metode Penelitian
Kualitatif, (Cet. III; Jogjakarta: Ar-ruzz Media, 2016),
Nuna Muvie, ”konsep dasar penelitian naturalistik”, diakses
dari http://nunamuvie.blogspot/2011/04/konsep-dasar-
penelitian-naturalistik.html. pada tanggal 12 desember
2018 pukul 19.37.
62
Raden Sanopa Putra, Analisis Komparatif, artikel. Diakses
tanggal 13 Desember 2018, dari
http://radensanopaputra.blogspot.com/2013/05/analisis
-komparatif.html, 5 Mei 2013.
Sadono Sukirno, Pengantar Bisnis, (Cet. I; Jakarta: Kencana,
2004),
Sudaryono, pengantar bisnis, teori dan contoh kasus, (Cet I;
Yogyakarta: C.V Andi, 2015)
Sugiono, Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D, (Cet. 26; Bandung: Alfabeta,
2017)
Sugiono, Metode Penelitian Manajemen ( Cet. I; Bandung:
Alfabeta, 2013)
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung PT
Rosidha Karya, 1994),
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Cet. 26; Bandung:
Alfabeta, 2017)
Suryawati Salam, “Perilaku Bisnis Pengusaha Cina dan Bugis
Makassar Dalam Agribisnis di Makassar: Academia,
Yuan Wang, et.al., Menembus Pasar Cina, (Jakarta:
Kepustakaan Populer Gramedia, 2000)
ii
LAMPIRAN-LAMPIRAN
KISI-KISI INSTRUMEN WAWANCARA
ANALISIS KOMPARATIF BUDAYA BISNIS ETNIS
TIONGHOA DAN BUGIS DI SINJAI
No Variabel Indikato
r
Butir
Soal
Juml
ah
1
1
Analisis
Komparatif
Budaya Bisnis
Etnis
Tionghoa Dan
Bugis
1. Budaya
Bisnis
1,2,3,4,
5 5
2. Gaya
prilaku
(etika)
6,7,8,9,
10 5
KISI-KISI INSTRUMEN OBSERVASI
ANALISIS KOMPARATIF BUDAYA BISNIS ETNIS
TIONGHOA DAN BUGIS DI SINJAI
No Variabel Indikat
or
Butir
Soal
Juml
ah
1
1
Analisis
Komparatif
Budaya Bisnis
Etnis
Tionghoa Dan
Bugis
1. Sarana
dan
Prasaran
1,2 2
2. Gaya
prilaku
(etika)
1,2,3,4,
5,6 6
LEMBAR OBSERVASI
ANALISIS KOMPARATIF BUDAYA BISNIS ETNIS
TIONGHOA DAN BUGIS DI SINJAI
1. Identitas Observasi
Nama Usaha : Toko Cahaya Bangunan
Pengusah yang diamati : Pengusaha Bugis
Hari/tanggal : Kamis 28 Juni 2019
Waktu : 16.00 Wita
2. Lembar Observasi
a. Sarana dan prasarana (format observasi diisi dengan
membutuhkan tanda ceklis dan catatan yang perlu)
No Sarana Ada Tida
k ada
1 Tempat Usaha
2 Karyawan
Catatan: -
b. Pelaksanaan penilaian analisis komparatif budaya
bisnis etnis Tionghoa dan Bugis di Sinjai (format
observasi diisi dengan membutuhkan tanda ceklis
dan catatan yang perlu)
No Aspek yang
diamati
Observasi
Ya Tidak
1 Jujur
2 Disiplin
3 Komunikasi
yang baik
4 Mengembangka
n kepekaan
terhadap
keberagaman
5 Mau
mendengarkan
pembeli
6 Berprilaku adil
Catatan:Penulisi hanya melampirkan satu hasil
observasi karena data yang lain dari hasil
observasi memiliki hasil yang sama
INSTRUMEN PENELITIAN
LEMBAR WAWANCARA
A. Pengusaha Etnis Tionghoa
1. Nama : Sande Palisun
Tempat Tanggal Lahir : Makassar, 13 Juni 1988
Jabatan : Pemilik Usaha
Hari/Tanggal : Rabu, 26 Juni 2019
Nama Usaha : Toko Prima Jaya
ASPEK YANG
DITANYAKAN JAWABAN
A. Budaya Bisnis
1. Bisa Bapak/Ibu
jelaskan sejarah
usaha ini kapan
mulai dibuka ?
2. Apakah misi dan visi,
Bapak/Ibu membuka
usaha seperti ini ?
3. Mulai jam berapa
toko Bapak/Ibu di
buka dan di tutup ?
4. Berapa jumlah
karyawan yang
bekerja ditempat
Bapak/Ibu ?
5. Kenapa Bapak/Ibu
memilih untuk
berbisnis ?
1. –
2. Karena saya ingin
belajar mandiri
3. Mulai jam delapan
samapai jam lima
sore
4. Saya memiliki
karyawan sebanyak
lima orang
5. Karena saya ingin
ahli dibidang bisnis
6. Tidak ada yang
terpenting harus
jujur
B. Gaya Prilaku (Etika)
6. Apakah ada aturan
yang diterapkan
dalam usaha
Bapak/Ibu kepada
karyawan ?
7. Bagaiaman cara
Bapak/Ibu untuk
menarik pelanggan ?
8. Bagaiaman cara
Bapak/Ibu untuk
mempertahankan
pelanggan ?
9. Biasanyan masalah
apa yang dihadapi
oleh usaha Bapak/Ibu
?
10. Berapa keuntungan
Bapak/Ibu dalam satu
hari ?
7. Dengan
memberikan
pelayanan yang
baik
8. Memberikan harga
barang yang murah
9. Tidak ada
10. Tidak menentu
2. Nama : Henry
Tempat Tanggal Lahir : Makassar, 30 Mei 1956
Jabatan : Pemilik Usaha
Hari/Tanggal : Rabu, 26 Juni 2019
Nama Usaha : Toko Sinar Bangunan
ASPEK YANG
DITANYAKAN JAWABAN
A. Budaya Bisnis
1. Bisa Bapak/Ibu
jelaskan sejarah
usaha ini kapan
mulai dibuka ?
2. Apakah misi dan
visi, Bapak/Ibu
membuka usaha
seperti ini ?
3. Mulai jam berapa
toko Bapak/Ibu di
buka dan di tutup ?
4. Berapa jumlah
karyawan yang
bekerja ditempat
Bapak/Ibu ?
5. Kenapa Bapak/Ibu
memilih untuk
berbisnis ?
B. Gaya Prilaku (Etika)
6. Apakah ada aturan
1. Saya buka usaha saya
pada tahun 2005
2. Ingin belajar berbisnis
3. Mulai jam delapan
samapai jam lima sore
4. Saya memiliki
karyawan sebanyak
lima orang
5. Karena saya ingin ahli
dibidang bisnis dan
untuk biaya hidup
6. Tidak ada yang
terpenting harus jujur,
kerja harus rapi
\
7. Menghormati
yang diterapkan
dalam usaha
Bapak/Ibu kepada
karyawan ?
7. Bagaiaman cara
Bapak/Ibu untuk
menarik pelanggan
?
8. Bagaiaman cara
Bapak/Ibu untuk
mempertahankan
pelanggan ?
9. Biasanyan masalah
apa yang dihadapi
oleh usaha
Bapak/Ibu ?
10. Berapa keuntungan
Bapak/Ibu dalam
satu hari ?
pelanggan
8. Harus ramah, harga
yang murah
9. Tidak ada
10. Tidak menentu
3. Nama : Andry Gosal
Tempat Tanggal Lahir : Bulukumba, 18 April
1964
Jabatan : Pemilik Usaha
Hari/Tanggal : Kamis, 27 Juni 2019
Nama Usaha : Toko Pelita Jaya
ASPEK YANG
DITANYAKAN JAWABAN
A. Budaya Bisnis
1. Bisa Bapak/Ibu
jelaskan sejarah
usaha ini kapan
mulai dibuka ?
2. Apakah misi dan visi,
Bapak/Ibu membuka
usaha seperti ini ?
3. Mulai jam berapa
toko Bapak/Ibu di
buka dan di tutup ?
4. Berapa jumlah
karyawan yang
bekerja ditempat
Bapak/Ibu ?
5. Kenapa Bapak/Ibu
memilih untuk
berbisnis ?
B. Gaya Prilaku (Etika)
6. Apakah ada aturan
1. Saya mulai usaha
ini pada tahun 2001
2. Karena saya ingin
belajar mandiri, cari
nafkah
3. Mulai jam delapan
samapai jam lima
sore
4. Saya memiliki
karyawan sebanyak
empat orang
5. Untuk memenuhi
kebutuhan
6. Tidak ada yang
terpenting harus
jujur, disiplin
7. Dengan
yang diterapkan
dalam usaha
Bapak/Ibu kepada
karyawan ?
7. Bagaiaman cara
Bapak/Ibu untuk
menarik pelanggan ?
8. Bagaiaman cara
Bapak/Ibu untuk
mempertahankan
pelanggan ?
9. Biasanyan masalah
apa yang dihadapi
oleh usaha Bapak/Ibu
?
10. Berapa keuntungan
Bapak/Ibu dalam satu
hari ?
memberikan
pelayanan yang
baik, ramah
8. Memberikan harga
barang yang murah
9. Tidak ada
10. Tidak menentu
4. Nama : Nova Herman
Tempat Tanggal Lahir : Bulukumba, 27 November 1991
Jabatan : Pemilik Usaha
Hari/Tanggal : Kamis, 27 Juni 2019
Nama Usaha : Toko Tunas Banguna
ASPEK YANG
DITANYAKAN JAWABAN
A. Budaya Bisnis
1. Bisa Bapak/Ibu
jelaskan sejarah
usaha ini kapan
mulai dibuka ?
2. Apakah misi dan visi,
Bapak/Ibu membuka
usaha seperti ini ?
3. Mulai jam berapa
toko Bapak/Ibu di
buka dan di tutup ?
4. Berapa jumlah
karyawan yang
bekerja ditempat
Bapak/Ibu ?
5. Kenapa Bapak/Ibu
memilih untuk
berbisnis ?
B. Gaya Prilaku (Etika)
6. Apakah ada aturan
yang diterapkan
1. –
2. Membantu
masyarakat dalam
pencarian barang
yang dibutuhkan
3. Mulai jam delapan
samapai jam lima
sore
4. Saya memiliki
karyawan
sebanyak delapan
orang
5. Passion hobby
6. Tidak ada yang
terpenting harus
jujur, dan tidak
terlambat
dalam usaha
Bapak/Ibu kepada
karyawan ?
7. Bagaiaman cara
Bapak/Ibu untuk
menarik pelanggan ?
8. Bagaiaman cara
Bapak/Ibu untuk
mempertahankan
pelanggan ?
9. Biasanyan masalah
apa yang dihadapi
oleh usaha Bapak/Ibu
?
10. Berapa keuntungan
Bapak/Ibu dalam satu
hari ?
7. Dengan
memberikan
pelayanan yang
baik
8. Menjaga hubunga
baik pelanggan
lama maupun yang
baru
9. Kekurangan stok
barang,
10. Tidak menentu
5. Nama : Adi Jaya
Tempat Tanggal Lahir : Makassar, 5 Juni 1954
Jabatan : Pemilik Usaha
Hari/Tanggal : Rabu,03 Juli 2019
Nama Usaha : Toko Adi Jaya
ASPEK YANG
DITANYAKAN JAWABAN
A. Budaya Bisnis
1. Bisa Bapak/Ibu
jelaskan sejarah usaha
ini kapan mulai
dibuka ?
2. Apakah misi dan visi,
Bapak/Ibu membuka
usaha seperti ini ?
3. Mulai jam berapa
toko Bapak/Ibu di
buka dan di tutup ?
4. Berapa jumlah
karyawan yang
bekerja ditempat
Bapak/Ibu ?
5. Kenapa Bapak/Ibu
memilih untuk
berbisnis ?
B. Gaya Prilaku (Etika)
6. Apakah ada aturan
yang diterapkan
1. –
2. Karena saya ingin
belajar mandiri
3. Mulai jam delapan samapai jam lima
sore
4. Saya memiliki
karyawan sebanyak
lima orang
5. Karena saya ingin
ahli dibidang bisnis
6. Tidak ada yang
terpenting harus
jujur
7. Dengan
memberikan
pelayanan yang
baik
dalam usaha
Bapak/Ibu kepada
karyawan ?
7. Bagaiaman cara
Bapak/Ibu untuk
menarik pelanggan ?
8. Bagaiaman cara
Bapak/Ibu untuk
mempertahankan
pelanggan ?
9. Biasanyan masalah
apa yang dihadapi
oleh usaha Bapak/Ibu
?
10. Berapa keuntungan
Bapak/Ibu dalam satu
hari ?
8. Memberikan harga
barang yang murah
9. Tidak ada
10. Tidak menentu
B. Pengusaha Bugis
1. Nama : Adi
Tempat Tanggal Lahir : Sinjai, 17 Februari 1988
Jabatan : Pemilik Usaha
Hari/Tanggal : Kamis, 27 Juni 2019
Nama Usaha : Toko Mitra Bangunan
ASPEK YANG
DITANYAKAN JAWABAN
A. Budaya Bisnis
1. Bisa Bapak/Ibu
jelaskan sejarah
usaha ini kapan mulai
dibuka ?
2. Apakah misi dan visi,
Bapak/Ibu membuka
usaha seperti ini ?
3. Mulai jam berapa
toko Bapak/Ibu di
buka dan di tutup ?
4. Berapa jumlah
karyawan yang
bekerja ditempat
Bapak/Ibu ?
5. Kenapa Bapak/Ibu
memilih untuk
berbisnis ?
B. Gaya Prilaku (Etika)
6. Apakah ada aturan
1. Saya memulai
usaha ini sekitar
tahun 2008
2. Karena saya ingin
belajar, cari
nafkah
3. Mulai jam delapan
samapai jam lima
sore
4. Saya memiliki
karyawan
sebanyak empat
orang
5. Karena saya ingin
ahli dibidang
bisnis
6. Tidak ada intinya
jangan terlambat
yang diterapkan
dalam usaha
Bapak/Ibu kepada
karyawan ?
7. Bagaiaman cara
Bapak/Ibu untuk
menarik pelanggan ?
8. Bagaiaman cara
Bapak/Ibu untuk
mempertahankan
pelanggan ?
9. Biasanyan masalah
apa yang dihadapi
oleh usaha Bapak/Ibu
?
10. Berapa keuntungan
Bapak/Ibu dalam satu
hari ?
7. Dengan
memberikan
pelayanan yang
baik
8. Saling
kepercaayaan saja
9. Tidak ada
10. Tidak menentu
2. Nama : Yasir. ST
Tempat Tanggal Lahir : Sinjai, 15 Desember 1974
Jabatan : Pemilik Usaha
Hari/Tanggal : Jumat, 28 Juni 2019
Nama Usaha : Toko Cahaya Bangunan
ASPEK YANG
DITANYAKAN JAWABAN
A. Budaya Bisnis
1. Bisa Bapak/Ibu
jelaskan sejarah
usaha ini kapan
mulai dibuka ?
2. Apakah misi dan
visi, Bapak/Ibu
membuka usaha
seperti ini ?
3. Mulai jam berapa
toko Bapak/Ibu di
buka dan di tutup ?
4. Berapa jumlah
karyawan yang
bekerja ditempat
Bapak/Ibu ?
5. Kenapa Bapak/Ibu
memilih untuk
berbisnis ?
B. Gaya Prilaku (Etika)
6. Apakah ada aturan
1. Saya memulaiusaha
saya pada tanggal 1
April 2019
2. Mengembangkan
usaha yang besar
3. Mulai jam delapan
samapai jam lima
sore
4. Saya memiliki
karyawan sebanyak
empat orang
5. Karaena banyak
orang sukses karena
bisnis
6. Aturan standar
7. Dengan memberikan
harga yang murah
yang diterapkan
dalam usaha
Bapak/Ibu kepada
karyawan ?
7. Bagaiaman cara
Bapak/Ibu untuk
menarik pelanggan
?
8. Bagaiaman cara
Bapak/Ibu untuk
mempertahankan
pelanggan ?
9. Biasanyan masalah
apa yang dihadapi
oleh usaha
Bapak/Ibu ?
10. Berapa keuntungan
Bapak/Ibu dalam
satu hari ?
8. Harus ramah, harga
yang murah
9. Modal usaha
10. Tidak menentu
3. Nama : Evi Trisnawati
Tempat Tanggal Lahir: Sinjai, 16 Mei 1985
Jabatan : Pemilik Usaha
Hari/Tanggal : Jumat, 27 Juni 2019
Nama Usaha : Toko Pelita Jaya
ASPEK YANG
DITANYAKAN JAWABAN
A. Budaya Bisnis
1. Bisa Bapak/Ibu
jelaskan sejarah
usaha ini kapan
mulai dibuka ?
2. Apakah misi dan
visi, Bapak/Ibu
membuka usaha
seperti ini ?
3. Mulai jam berapa
toko Bapak/Ibu di
buka dan di tutup ?
4. Berapa jumlah
karyawan yang
bekerja ditempat
Bapak/Ibu ?
5. Kenapa Bapak/Ibu
memilih untuk
berbisnis ?
B. Gaya Prilaku (Etika)
6. Apakah ada aturan
1. Saya mulai usaha
ini pada tahun 2009
2. Karena saya ingin
belajar mandiri
tentang bisnis
3. Mulai jam delapan
samapai jam lima
sore
4. Saya memiliki
karyawan sebanyak
tujuh orang
5. Untuk memenuhi
kebutuhan
6. Tidak ada yang
terpenting harus
jujur, disiplin
7. Bersikap baik
kepada pelanggan
yang diterapkan
dalam usaha
Bapak/Ibu kepada
karyawan ?
7. Bagaiaman cara
Bapak/Ibu untuk
menarik pelanggan ?
8. Bagaiaman cara
Bapak/Ibu untuk
mempertahankan
pelanggan ?
9. Biasanyan masalah
apa yang dihadapi
oleh usaha Bapak/Ibu
?
10. Berapa keuntungan
Bapak/Ibu dalam satu
hari ?
8. Memberikan
potongan harga
9. Menghadapi
pelanggan yang
cerewet
10. Tidak menentu
4. Nama : Iful
Tempat Tanggal Lahir : Kajuara, 21 November
1994
Jabatan : Pemilik Usaha
Hari/Tanggal : Rabu, 03 Juli 2019
Nama Usaha : Alam Jaya
ASPEK YANG
DITANYAKAN JAWABAN
A. Budaya Bisnis
1. Bisa Bapak/Ibu
jelaskan sejarah
usaha ini kapan mulai
dibuka ?
2. Apakah misi dan visi,
Bapak/Ibu membuka
usaha seperti ini ?
3. Mulai jam berapa
toko Bapak/Ibu di
buka dan di tutup ?
4. Berapa jumlah
karyawan yang
bekerja ditempat
Bapak/Ibu ?
5. Kenapa Bapak/Ibu
memilih untuk
berbisnis ?
B. Gaya Prilaku (Etika)
6. Apakah ada aturan
1. –
2. Membantu
masyarakat dalam
pencarian barang yang dibutuhkan
3. Mulai jam delapan
samapai jam lima
sore
4. Saya memiliki
karyawan
sebanyak tujuh
orang
5. Ingin belajar
tentang bisnis
6. Tidak ada yang
terpenting harus
rajin
yang diterapkan
dalam usaha
Bapak/Ibu kepada
karyawan ?
7. Bagaiaman cara
Bapak/Ibu untuk
menarik pelanggan ?
8. Bagaiaman cara
Bapak/Ibu untuk
mempertahankan
pelanggan ?
9. Biasanyan masalah
apa yang dihadapi
oleh usaha Bapak/Ibu
?
10. Berapa keuntungan
Bapak/Ibu dalam satu
hari ?
7. Dengan
memberikan
pelayanan yang
baik, ramah
8. Harga yang murah
9. Tidak ada
10. Tidak menentu
5. Nama : Hj. Sitti Janiah
Tempat Tanggal Lahir: Bone, 3 Agustus 1946
Jabatan : Pemilik Usaha
Hari/Tanggal : Rabu,03 Juli 2019
Nama Usaha : ACC JAYA
ASPEK YANG
DITANYAKAN JAWABAN
A. Budaya Bisnis
1. Bisa Bapak/Ibu
jelaskan sejarah
usaha ini kapan
mulai dibuka ?
2. Apakah misi dan
visi, Bapak/Ibu
membuka usaha
seperti ini ?
3. Mulai jam berapa
toko Bapak/Ibu di
buka dan di tutup ?
4. Berapa jumlah
karyawan yang
bekerja ditempat
Bapak/Ibu ?
5. Kenapa Bapak/Ibu
memilih untuk
berbisnis ?
B. Gaya Prilaku (Etika)
6. Apakah ada aturan
1. Saya memulai
usaha ini sekitar
tahun 1977
2. Untuk usaha, cari
nafkah
3. Mulai jam delapan
pagi sampai jam
stegah sembilan
malam
4. Saya memiliki
karyawan sebanyak
tujuh orang
5. Karena saya ingin
ahli dibidang
bisnis, lebih bagus
dari yang lain
6. Tidak ada yang
terpenting harus
jujur
yang diterapkan
dalam usaha
Bapak/Ibu kepada
karyawan ?
7. Bagaiaman cara
Bapak/Ibu untuk
menarik pelanggan ?
8. Bagaiaman cara
Bapak/Ibu untuk
mempertahankan
pelanggan ?
9. Biasanyan masalah
apa yang dihadapi
oleh usaha Bapak/Ibu
?
10. Berapa keuntungan
Bapak/Ibu dalam satu
hari ?
7. Dengan
memberikan
pelayanan yang
baik, tidak berkata
kasar
8. Memberikan harga
barang yang murah,
ramah
9. Tidak ada
10. Tidak menentu
LEMBAR OBSERVASI
ANALISIS KOMPARATIF BUDAYA BISNIS ETNIS
TIONGHOA DAN BUGIS DI SINJAI
2. Identitas Observasi
Nama Usaha : Toko Tunas Bangunan
Pengusah yang diamati : Pengusaha Cina
Hari/tanggal : Kamis 27 Juni 2019
Waktu : 14.31 Wita
3. Lembar Observasi
d. Sarana dan prasarana (format observasi diisi dengan
membutuhkan tanda ceklis dan catatan yang perlu)
N
o
Sarana Ada Tida
k ada
1 Tempat Usaha
2 Karyawan
Catatan: -
e. Pelaksanaan penilaian analisis komparatif budaya
bisnis etnis Tionghoa dan Bugis di Sinjai (format
observasi diisi dengan membutuhkan tanda ceklis
dan catatan yang perlu)
No Aspek yang diamati Observasi
Ya Tidak
1 Jujur
2 Disiplin
3 Komunikasi yang baik
4 Mengembangkan
kepekaan terhadap
keberagaman
5 Mau mendengarkan
pembeli
6 Berprilaku adil
Catatan:Penulisi hanya melampirkan satu hasil
observasi karena data yang lain dari hasil
observasi memiliki hasil yang sama
DOKUMENTAS
1. Foto pada saat wawancara dengan pengusaha
etnis Tionghoa
2. Foto pada saat wawancara dengan pengusaha Bugis
BIODATA PENULIS
Muh. Naim, Penulis
lahir di Sinjai pada tanggal
30 September 1996. Penulis
ini merupakan anak kelima
dari tujuh bersaudara yang
merupakan buah kasih dari
pasangan dari Abd. Latif dan
Nurcaya. Penulis telah
melalui beberapa jenjang
pendidikan mulai, pada tahun
2003 di SD 25 Borong Uttie,
kecamatan Sinjai Timur
Kabupaten Sinjai menempuh
pendidikan selama enam tahundan selesai pada tahun 2009.
Pada tahun 2009 penulis melanjutkan pendidikan tingkat
pertama di SMP Negri 2 Sinjai Utara, Kabupaten Sinjai dan
selesai pada tahun 2012. Dan pada tahun 2012 pula penulis
melanjutkan pendidikan di MAN 2 Sinjai Timur, Kabupaten
Sinjai dan selesai tahun 2015. Hingga pada akhirnya penulis
memutuskan melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi di IAI
Muhammadiyah Sinjai pada tahun 2015 dan mengambil
jurusan ekonomi syariah. Organisasi yang digeluti selama
kuliah di IAIM Sinjai adalah Ksr-Pmi Unit 101 Iaim Sinjai, dan
alhamdulilah pernah diberi amanah sebagai wakil komandan
Ksr-Pmi Unit 101 Iaim Sinjai periode 2017/2018.Berkat rahmat
Allah Swt. Dan kerja keras penulis serta doa dari keluarga
sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di Istitut Agama
Islam Muhammadiyah Sinjai dengan tersusunya skripsi yang
telah diselesaikan dengan judul, Analisis Komparatif Budaya
Bisnis Etnis Tionghoa Dan Bugis Di Sinjai.