ANALISIS KOMPONEN KOMPONEN PENILAIAN KESEHATAN
KOPERASI SIMPAN PINJAM DAN PEMBIAYAN SYARIAH (KSPPS)
DI KOTA PADANG
Variyetmi Wira1)
, Gustati 2)
1)
Administrasi Niaga, Politeknik Negeri Padang, Padang
Kampus Limau Manis – Padang 2)
Akuntansi, Politeknik Negeri Padang, Padang
Kampus Limau Manis – Padang
email : [email protected])
Abstrak
Salah satu permasalahan besar yang dihadapi Indonesia adalah kemiskinan. Kota Padang adalah kota yang
paling banyak penduduk miskin di Provinsi Sumatera Barat. Berbagai program dikucurkan pemerintah Kota
Padang, salah satunya adalah membentuk Koperasi Simpan Pinjam Dan Pembiayaan Syariah (KSPPS).
Untuk terwujudnya pengelolaan KSPPS yang sehat, terwujudnya jati diri koperasi dan dipenuhinya prinsip
syariah, pelayanan prima kepada pengguna jasa koperasi, meningkatkan transparansi dan akuntabilitas
pengelolaan KSPPS, serta menigkatkan manfaat ekonomi anggota, maka dilakukan penilaian kesehatan
terhadap KSPPS. Berdasarkan Peraturan Deputi Bidang Pengawasan Kementerian Koperasi dan Usaha
Kecil dan Menengah RI No. 07/Per/Dep.6/IV/2016, bahwa komponen penilaian kesehatan KSPPS terdiri
dari permodalan, kualitas aktiva produktif, manajemen, efisiensi, likuiditas, kemandirian dan pertumbuhan,
jatidiri koperasi, dan prinsip syariah. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis komponen penilaian
kesehatan yang dihubungkan dengan predikat tingkat kesehatan KSPPS. Penelitian ini merupakan survey
terhadap 103 KSPPS di Kota Padang. Hasil penelitian adalah untuk mencapai predikat Sehat, KSPPS harus
memiliki kepercayaan penuh anggotanya untuk menyimpan dana pada KSPPS, tidak memiliki piutang
bermasalah, piutang beresiko, dan melakukan penyisihan penghapusan aktiva produktif. KSPPS juga
dikelola secara baik dan profesional, mengelola aset secara baik, dan menjaga likuiditas. Disamping itu
KSPPS juga harus menekan biaya operasional namun tetap mengoptimalkan pelayanan kepada pengguna
koperasi. Predikat koperasi tidak dipengaruhi oleh jumlah staf koperasi. Mayoritas kas KSPPS dikucurkan
hampir seluruh dari dana yang dimiliki kepada masyarakat, sehingga terkesan KSPPS tidak likuid per
tanggal laporan. Namun masyarakat ataupun anggota KSPPS belum merasakan kebermanfaatan KSPPS
secara maskimal, meskipun mereka berperan aktif dalam koperasi. KSPPS juga harus mandiri, sehingga
dapat tumbuhkembang ditengah masyarakat, dengan menerapkan prinsip syariah. Untuk itu, KSPPS dapat
lebih mengoptimalkan peranannnya dalam masyarakat bagi mendorong laju perekonomian masyarakat
miskin khususnya dan masyarakat luas pada umumnya.
Kata Kunci : KSPPS, kesehatan, transparansi, akuntabilitas, aktiva produktif.
1. Pendahuluan
Salah satu langkah strategis yang ditempuh pemerintah Kota Padang dalam upaya penanggulangan
kemiskinan adalah dengan membentuk Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS). Pada tahun 2016, KJKS
berubah nama menjadi Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah (KSPPS). Lembaga ini
bekerjasama langsung pemerintah bersama masyarakat. Pemerintah mengharapkan lembaga ini dapat
menjadi wadah pengembangan ekonomi masyarakat Kelurahan.
Program KSPPS dimulai pada tahun 2010 dan dikembangkan pada seluruh kelurahan di Kota Padang.
KJKS ini didirikan secara bertahap, yaitu pada tahun 2010 didirikan sebanyak 54 KJKS, dan dilanjutkan pada
2011 dengan mendirikan sebanyak 20 KJKS. Pada tahun 2012 dikembangkan lagi pada 30 kelurahan, dan
tahun 2013 berdiri lagi sebanyak 20 KJKS. Sehingga total keseluruhan ada 104 KJKS yang tersebar pada 11
kecamatan Kota Padang.
Menurut Peraturan Deputi Bidang Pengawasan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Dan
Menengah Republik Indonesia Nomor: 07/Per/Dep.6/IV/2016 tentang pedoman penilaian kesehatan Koperasi
Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah (KSPPS) dan Unit Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah
368
National Conference of Applied Sciences, Engineering, Business and Information Technology. Politeknik Negeri Padang, 15 – 16 Oktober 2016 ISSN:2541-111x
(USPPS) menyatakan bahwa Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah merupakan lembaga koperasi
yang melakukan kegiatan yang hanya simpan pinjam dan pembiayaan syariah. Pengelolaan KSPPS perlu
dikelola secara profesional sesuai dengan prinsip kehati-hatian dan kesehatan, sehingga dapat meningkatkan
kepercayaan dan memberikan kemanfaatan yang sebesar-besarnya kepada anggota dan masyarakat
disekitarnya. Untuk itu diperlukan adanya kepastian terhadap standar dan tata cara yang dapat digunakan
sebagai instrumen yang digunakan untuk melakukan penilaian kesehatan KJKS.
Komponen-komponen penilaian kesehatan menurut peraturan deputi bidang pengawasan ini
mencakup 8 (delapan) aspek meliputi aspek permodalan, aspek kualitas aktiva produktif, aspek manajemen,
aspek manajemen aktiva, aspek likuiditas, aspek kemandirian dan pertumbuhan, aspek jati diri koperasi, dan
aspek kepatuhan terhadap prinsip syariah.
Penilaian kesehatan KSPPS yang telah berbadan hukum telah dilaksanakan oleh Dinas Koperasi dan
UMKM kota Padang sejak tahun 2013. Namun untuk analisa lebih mendalam terhadap aspek kesehatan
belum dilaksanakan secara keseluruhan. Maka dalam penelitian ini mencoba untuk mengkaji lebih dalam
tentang komponen penilaian kesehatan yang dikaitkan dengan predikat kesehatan yang diperoleh oleh KSPPS
yang ada di Kota Padang untuk tahun 2014. Kontribusi yang diharapkan dalam makalah ini adalah
memberikan masukan kepada pengurus KSPPS dan Dinas Koperasi dan UMKM untuk lebih memperhatikan
komponen kesehatan yang kritis dalam penilaian kesehatan.
2. Tinjauan Pustaka
Upaya penanggulangan kemiskinan mensyaratkan adanya identifikasi mengenai siapa, apa,
bagaimana, di mana dan mengapa ada masyarakat miskin. Identifikasi tersebut diharapkan dapat dijadikan
landasan dalam menentukan kebijakan yang paling sesuai untuk menanggulangi masalah kemiskinan
(Vishodik, 2014). Banyak program pengentasan kemiskinan dan pemberdayaan masyarakat yang sudah
disalurkan oleh pemerintah. Program-program tersebut berjalan sendiri-sendiri menurut kebijakan
Departemen yang bersangkutan, tidak terintegrasi, parsial dan sektoral (Pawitan dkk, 2014)
Program pengentasan kemiskinan disalurkan pemerintah dalam bentuk hibah dana bergulir yang
dikelola dalam bentuk Lembaga Keuangan Mikro (LKM). Efektivitas LKM ini sangat tergantung pada
karakteristik sosial ekonomi dan lingkungan masyarakat penerima dana bergulir itu sendiri (Wira, 2014).
Atas nama hibah pemerintah, masyarakat beranggapan bahwa dana ini tidak perlu dikembalikan. Sehingga
hibah dana bergulir tidak mampu mengentaskan kemiskinan masyarakat secara efektif. Ini didukung oleh
hasil penelitian yang dilakukan Wira (2014), manyatakan bahwa optimalisasi perguliran dana menggunakan
program PNPM Mandiri Perkotaan yang ada di Sumatera Barat dalam meningkatkan pendapatan masyarakat
hanya sebesar 71,18%.
Adanya kebijakan Pemerintah RI yang dituangkan dalam Keputusan Bersama 3 Menteri dan Gubernur
BI tahun 2009 tentang Strategi Pengembangan Lembaga Keuangan Mikro berbadan hukum, yang
menyatakan bahwa Lembaga Keuangan Mikro (LKM) yang belum berbadan hukum yang dibentuk atas
inisiatif Pemerintah, Pemerintah Daerah dan atau masyarakat yang mengelola dana-dana masyarakat harus
ditransformasi menjadi Lembaga Keuangan Mikro berbadan hukum dalam bentuk (salah satunya) Bank
Perkreditan Rakyat (BPR), BUMD/BUMK, atau Koperasi.
Menindaklanjuti ini, maka pemerintah kota/kabupaten di Sumatera Barat bersepakat bahwa KMN
(Kredit Mikro Nagari) atau KMK yang ada, dilebur menjadi Koperasi Jasa Keuangan Syariah Baitul Maal
Wat Tamwil (KJKS BMT). Begitu juga di Kota Padang, pemda kota Padang memperkuat peleburan ini
berdasarkan Perwako No. 15 Tahun 2010, penyaluran Kredit Mikro Kelurahan (KMK) yang dikelola Pokja
ditransformasikan kepada KJKS BMT Kelurahan yang berbadan hukum.
Untuk mengukur tingkat kinerja dalam lembaga keuangan dikenal dengan penilaian Kesehatan. Pada
tahun 2016, KJKS BMT resmi diubah nama menjadi Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah
(KSPPS). KSPPS adalah koperasi yang kegiatan usahanya meliputi simpanan, pinjaman dan pembiayaan
sesuai prinsip syariah, termasuk mengelola zakat, infaq/sedekah, dan wakaf. Pedoman Penilaian Kesehatan
Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan syariah ini diatur dalam Peraturan Deputi Bidang Pengawasan
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Dan Menengah Republik Indonesia Nomor: 07/Per/Dep.6/IV/2016.
Penilaian kesehatan KSPPS adalah kondisi kinerja usaha, keuangan dan manajemen koperasi yang
dinyatakan Sehat, Cukup Sehat, Dalam Pengawasan dan Dalam Pengawasan Khusus. Kesehatan KSPPS
merupakan faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan dan keberlangsungan usaha dar KSPPS sendiri.
Tujuan Penilaian Kesehatan KSPPS seperti tertera dalam pasal 2 menjelaskan bahwa penilaian
kesehatan KSPPS bertujuan untuk memberikan pedoman dalam pelaksanaan Penilaian Kesehatan KSPPS.
Penilaian kesehatan KSPPS juga bertujuan untuk memberikan gambaran pada penilaian kinerja keuangan,
serta sebagai sarana dalam menetapkan strategi usaha diwaktu yang akan datang dan dapat juga digunakan
sebagai sarana penetapan dan implementasi strategi pembinaan dan pengawasan bagi Pemerintah sebagai
Pembina dan Pengawas.
369
National Conference of Applied Sciences, Engineering, Business and Information Technology. Politeknik Negeri Padang, 15 – 16 Oktober 2016 ISSN:2541-111x
Berdasarkan Peraturan Deputi Bidang Pengawasan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Dan
Menengah Republik Indonesia Nomor: 07/Per/Dep.6/IV/2016. yang tertera pada pasal 3 menjelaskan bahwa
sasaran penilaian kesehatan KSPPS adalah sebagai berikut:
a. Terwujudnya pengelolaan KSPPS yang sehat dan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
b. Terwujudnya pelayanan prima kepada pengguna jasa koperasi
c. Meningkatnya citra dan kredibilitas kegiatan usaha simpan pinjam dan pembiayaan syariah oleh
koperasi sebagai lembaga keuangan yang mampu mengelola kegiatan usaha simpan pinjam dan
pembiayaan syariah sesuai dengan peraturan perundang-undangan
d. Terjaminnya aset kegiatan usaha simpan pinjam dan pembiayaan syariah oleh koperasi sesuai dengan
peraturan perundang-undangan
e. Meningkatnya transparansi dan akuntabilitas pengelolaan kegiatan usaha simpan pinjam dan
pembiayaan syariah oleh koperasi, dan
f. Meningkatnya manfaat ekonomi anggota dalam kegiatan usaha simpan pinajam dan pembiayaan syariah
oleh koperasi.
Berdasarkan Peraturan Deputi Bidang Pengawasan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Dan
Menengah Republik Indonesia Nomor: 07/Per/Dep.6/IV/2016. yang tertera pada pasal 5 menjelaskan bahwa
ruang lingkup penilaian kesehatan KSPPS meliputi penilaian terhadap beberapa aspek sebagai berikut:
1). Permodalan. Penilaian permodalan dilakukan dengan menggunakan dua rasio permodalan yaitu: (a).
Rasio modal sendiri terhadap total modal, yang dimaksudkan untuk mengukur kemampuan KJKS dalam
menghimpun modal sendiri dibandingkan dengan modal yang dimiliki; dan (b). Rasio Kecukupan Modal
(CAR), merupakan kewajiban penyediaan kecukupan modal (modal minimum) didasarkan pada risiko
aktiva yang dimilikinya. Penggunaan rasio ini dimaksudkan agar pengelola KJKS melakukan
pengembangan usaha yang sehat dan dapat menanggung risiko kerugian dalam batasan-batasan tertentu
yang diantisipasi oleh modal yang ada.
2). Kualitas Aktiva Produktif. Penilaian terhadap kualitas aktiva produktif didasarkan pada 3 rasio, yaitu: (a).
Rasio Tingkat Piutang dan Pembiayaan Bermasalah Terhadap Jumlah Piutang dan Pembiayaan; (b). Rasio
Portofolio Terhadap Piutang Berisiko dan Pembiayaan Berisiko (PAR), yaitu untuk mengukur rasio
portofolio piutang dan pembiayaan berisiko; dan (c). Rasio Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif
(PPAP) Terhadap Penyisihan Aktiva Produktif yang Wajib Dibentuk (PPAPWD), yang menunjukkan
kemampuan manajemen KSPPS menyisihkan pendapatannya untuk menutupi risiko (penghapusan) aktiva
produktif yang disalurkan dalam bentuk pembiayaan dan piutang. Untuk penyisihan aktiva produktif yang
wajib dibentuk didapat dari 0,5% aktiva produktif lancar, 10% aktiva kurang lancar dikurangi nilai
agunannya, 50% aktiva produktif diragukan dikurangi nilai agunannya, dan 100% aktiva produktif macet
dikurangi nilai agunannya.
3). Manajemen. Untuk penilaian aspek manajemen KSPPS peneliti mengacu pada item pertanyaan yang
terdapat pada Peraturan Deputi Bidang Pengawasan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Dan
Menengah Republik Indonesia Nomor: 07/Per/Dep.6/IV/2016, yang terbagi atas beberapa komponen,
yaitu (a). Manajemen Umum, yaitu perhitungan nilai kredit didasarkan kepada hasil penilaian atas
jawaban pertanyaan aspek manajemen umum terhadap seluruh komponen dengan komposisi 12
pertanyaan, (b). Kelembagaan, dimana perhitungan nilai kredit didasarkan kepada hasil penilaian atas
jawaban pertanyaan aspek kelembagaan terhadap seluruh komponen dengan komposisi 6 pertanyaan, dan
(c). Manajemen Permodalan, yaitu perhitungan nilai kredit didasarkan kepada hasil penilaian atas
jawaban pertanyaan aspek manajemen permodalan terhadap seluruh komponen dengan komposisi 5
pertanyaan.
4). Manajemen Aktiva. Perhitungan nilai kredit didasarkan kepada hasil penilaian atas jawaban pertanyaan
aspek manajemen aktiva terhadap seluruh komponen dengan komposisi 10 pertanyaan yang terdapat pada
Peraturan Deputi Bidang Pengawasan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Dan Menengah Republik
Indonesia Nomor: 07/Per/Dep.6/IV/2016, meliputi : (a). Manajemen Likuiditas, dimana perhitungan nilai
kredit didasarkan kepada hasil penilaian atas jawaban pertanyaan aspek manajemen likuiditas terhadap
seluruh komponen dengan komposisi 5 pertanyaan; (b). Efisiensi; dimana penilaian efisiensi
menggambarkan sampai seberapa besar KSPPS mampu memberikan pelayanan yang efisien kepada
anggotanya dari penggunaan aset yang dimilikinya. Penilaian efisiensi KSPPS didasarkan pada 3 rasio,
yaitu: (b.1) Rasio Aktiva Tetap Terhadap Total Aset; dan (b.2) Rasio Efisiensi Staf.
5). Likuiditas. Penilaian kuantitatif terhadap likuiditas KSPPS dilakukan terhadap 2 rasio, yaitu: (a). Rasio
Kas, dan (b). Rasio Pembiayaan
6). Kemandirian dan Pertumbuhan. Penilaian terhadap kemandirian dan pertumbuhan didasarkan pada 3
rasio, yaitu: (a). Rentabilitas Aset, dan (b). Rentabilitas Ekuitas, dan (c). Kemandirian Operasional
7). Jati Diri Koperasi. Penilaian aspek jati diri koperasi dimaksudkan untuk mengukur keberhasilan koperasi
dala mencapai tujuannya yaitu mempromosikan ekonomi anggota. Aspek penilaian jati diri koperasi
menggunakan 2 rasio, yaitu (a). Rasio Promosi Ekonomi Anggota (PEA), yaitu untuk mengukur
kemampuan koperasi memberikan manfaat efisiensi partisipasi dan manfaat efisiensi biaya koperasi
370
National Conference of Applied Sciences, Engineering, Business and Information Technology. Politeknik Negeri Padang, 15 – 16 Oktober 2016 ISSN:2541-111x
dengan simpanan pokok dan simpanan wajib, semakin tinggi persentasenya semakin baik; (b). Rasio
Partisipasi Bruto, yaitu tingkat kemampuan koperasi dalam melayani anggota, semakin tinggi/besar
persentasenya semakin baik. Partisipasi bruto adalah kontribusi anggota kepada koperasi sebagai imbalan
penyerahan jasa pada anggota yang mencakup beban pokok dan partisipasi netto.
8). Kepatuhan Prinsip Syariah. Penilaian aspek kepatuhan prinsip syariah dimaksudkan untuk menilai sejauh
mana prinsip syariah diterapkan/dipatuhi oleh KSPPS dalam melaksanakan aktivitasnya sebagai lembaga
keuangan syariah. Penilaian kepatuhan prinsip syariah dilakukan dengan perhitungan nilai kredit yang
didasarkan pada hasil penilaian atas jawaban sebanyak 10 pertanyaan.
3. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif exploratif, dimana peneliti menganalisis secara mendalam
komponen-komponen penilaian kesehatan KSPPS. Dalam pengambilan sampel, peneliti menggunakan
metode sensus yaitu mengambil semua populasi sebagai sampel penelitian. Populasi penelitian ini adalah
seluruh KJKS yang berlokasi di Kota Padang yaitu 103 entitas KJKS. Jenis data yang dikumpulkan adalah
campuran data sekunder yaitu berupa Laporan Keuangan KSPPS serta Laporan Rapat Anggota Tahunan
KSPPS periode 2014. Untuk melengkapi data penelitian, peneliti juga mengirimkan kuisioner yang disadur
dari Peraturan Deputi Bidang Pengawasan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Dan Menengah Republik
Indonesia Nomor: 07/Per/Dep.6/IV/2016 – yaitu tentang Pedoman Penilaian Kesehatan KSPPS. Data
penelitian dianalisis secara deskriptif yang memetakan data demografi responden, dan analisis secara
deskriptif atas crosstab data yang terkait erat dengan komponen penilaian kesehatan KSPPS ini.
Definisi variabel yang digunakan adalah adalah aspek permodalan, aspek kualitas aktiva produktif, aspek
manajemen, aspek manajemen aktiva, aspek likuiditas, aspek kemandirian dan pertumbuhan, aspek jati diri
koperasi, dan aspek kepatuhan terhadap prinsip syariah. Penilaian kesehatan menghasilkan sebuah skor yang
akan masuk kedalam kategori sebagai berikut:
a. Sehat, jika hasil penilaian diperoleh total skor 80 ≤ x < 100
b. Cukup Sehat, jika hasil penilaian diperoleh total skor 66 ≤ x < 80
c. Dalam pengawasan, jika hasil penilaian diperoleh total skor 51 ≤ x < 66
d. Dalam pengawasan khusus, jika hasil penilaian diperoleh total skor 0 ≤ x < 51
4. Hasil dan Pembahasan
Jumlah kuisioner yang disebar untuk penelitian adalah 104 eksemplar, namun yang kembali hanya 103
eksemplar. Kuisioner ini diisi oleh personal yang mewakili KSPPS. Dan Laporan RAT KJKS untuk periode
2014, yang berhasil dikumpulkan adalah 103 KJKS. Dari hasil pengolahan data dapat diperoleh data
Demografi sebagai berikut : Tabel 1 : Data Demografi Responden Penelitian
Item Keterangan
Jenis Kelamin Reponden Mayoritas perempuan (79 orang atau 76.7%)
Jabatan Responden Mayoritas Manajer KJKS (82 orang atau 79,6%)
Tahun didirikan Mayoritas didirikan tahun 2010 (46 KJKS atau 44,7%)
Status Badan Hukum Mayoritas telah berbadan hukum (78 KJKS atau
75,7%)
Tahun Berbadan Hukum Mayoritas pada tahun 2011 (33 KJKS atau 33%)
Jumlah anggota KJKS Mayoritas (jumlah 97 – 240 orang)
Penerima Dana PEMDA Mayoritas (53 KJKS atau 51,5%) Sumber : Data diolah, 2016
Uji Normalitas Data
Dari hasil pengolahan One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test diperoleh bahwa Asymp. Sig. (2-tailed)
adalah 0,779, berarti lebih besar dari 0,05. Maka dapat dikatakan sebaran data berdistribusi normal. Hasil ini
diperkuat oleh kurva normal dan diagram Normal P-Plot Regression Standardized Residual seperti pada
gambar 1.
371
National Conference of Applied Sciences, Engineering, Business and Information Technology. Politeknik Negeri Padang, 15 – 16 Oktober 2016 ISSN:2541-111x
Sumber: Data diolah, 2016
Gambar 1. kurva normal dan diagram Normal P-Plot Regression Standardized Residual
Untuk memudahkan analisis, setiap komponen penilaian kesehatan dibagi atas kategori sehat dan tidak sehat,
berdasarkan range nilai pada masing-masing komponen kesehatan. Pembagian kategori ini didasarkan pada
peraturan Deputi Bidang Pengawasan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Dan Menengah Republik
Indonesia Nomor: 07/Per/Dep.6/IV/2016. Berdasarkan data yang dikumpulkan dan hasil pengolahannya
dengan menggunakan SPSS versi 20, diperoleh bahwa dari 103 KSPPS yang diolah memiliki predikat
kesehatan seperti tabel 2. Tabel 2. Predikat Kesehatan KSPPS di Kota Padang
Predikat Kesehatan Frekuensi Persentase (%)
skor 81 - 100 (sehat) 7 6,80
skor 66 - 81 (cukup sehat) 55 53,40
skor 51 - < 66 (Dalam pengawasan) 36 34,95
skor 0 - < 51 (Dalam pengawasan khusus) 5 4,85
Total 103 100 Sumber : Data diolah, 2016
Analisis untuk komponen penilaian kesehatan dapat dijelaskan adalah sebagai berikut :
1. Rasio Permodalan
Rasio permodalan menunjukkan kemampuan Koperasi dalam menyediakan dana untuk keperluan
pengembangan usaha serta menampung kemungkinan risiko kerugian yang diakibatkan dalam operasional
koperasi. Semakin besar rasio ini akan semakin baik posisi modal. Rasio permodalan pada KSPPS terdiri dari
rasio Rasio Modal Sendiri terhadap Modal dan Rasio Kecukupan Modal (CAR).
Pada rasio Rasio Modal Sendiri terhadap Modal, mayoritas KSPPS yang berpredikat Cukup Sehat
(53,40%), dan Dalam Pengawasan (34,95%), memperlihatkan bahwa KSPPS memiliki modal sendiri yang
terbatas untuk melayani pembiayaan anggota yang ada pada masing-masing kelurahan. Sehingga jika ingin
KSPPS meningkatkan permodalan dengan modal sendiri maka partisipasi anggota dalam permodalan harus
ditingkatkan. Karena dengan kondisi yang ada KSPPS secara keseluruhan masih pada predikat cukup sehat.
Hasil pengeolahan data memperlihatkan pada KSPPS yang berpredikat cukup sehat ada sebanyak 2%
yang tidak memiliki rasio modal yang sehat. Dan pada KSPPS yang berpredikat Dalam Pengawasan Khusus
ada sebanyak 3% memiliki rasio modal sendiri terhadap total modal yang tidak sehat.
Rasio kedua dari aspek permodalan adalah Rasio Kecukupan Modal (CAR). CAR menunjukkan
kemampuan koperasi dalam mempertahankan modal yang mencukupi dan kemampuan manajemen koperasi
dalam mengidentifikasi, mengukur, mengawasi, dan mengontrol resiko-resiko yang timbul yang dapat
berpengaruh terhadap besarnya modal. Perhitungan Capital Adequacy didasarkan pada prinsip bahwa setiap
penanaman yang mengandung risiko harus disediakan jumlah modal sebesar persentase tertentu terhadap
jumlah penanamannya.
Berdasarkan hasil pengolahan nilai CAR KSPPS di kota Padang memperlihatkan bahwa kemampuan
KSPPS dalam menyediakan modal berdasarkan risiko permodalan yang ada masih rendah. Hasil pengolahan
data memperlihatkan bahwa 97% KSPPS di kota Padang memiliki kemampuan dalam mempertahankan
modal dengan mempertimbangkan resiko permodalannya. KSPPS Data juga memperlihatkan bahwa ada 3%
dari KSPPS pada predikat kesehatan Dalam Pengawasan Khusus yang tidak mampu mengelola
permodalannya dan ada 2% KSPPS yang mampu mengelola permodalan.
Hasil ini mengindikasikan bahwa pada KSPPS yang predikatnya Dalam Pengawasan khusus sebanyak
2% mampu mengelola dan mempertahankan permodalan berdasarkan resikonya. Ini merupakan dampak dari
peran manajer dan pembukuan sebagai pengelola KSPPS yang ditempatkan pemerintah kota Padang dalam
melaksanakan operasional KSPPS.
372
National Conference of Applied Sciences, Engineering, Business and Information Technology. Politeknik Negeri Padang, 15 – 16 Oktober 2016 ISSN:2541-111x
2. Kualitas Aktiva Produktif
Aktiva produktif merupakan kekayaan KSPPS yang mendatangkan penghasilan. Pemberian pembiayaan
ataupun piutang kepada nasabahnya merupakan salah satu usaha KSPPS dalam meningkatkan produktifitas
aktiva. Aktiva produktif disini adalah kas yang nantinya disalurkan berupa pembiayaan kepada nasabah
KSPPS.
Untuk menghindari pembiayaan yang bermasalah ataupun pembiayaan yang berisiko, diperlukan
pengelolaan piutang dengan baik. Risiko pembiayaan bermasalah disini adalah pembiayaan yang
kemungkinan tidak tertagih. Sedangkan pembiayaan beresiko disini maksudnya adalah pembiayaan yang
diberikan tanpa adanya jaminan yang cukup dan atau jaminan dari penjamin atau avalis yang dapat
diandalkan, kecuali pembiayaan kepada anggota yang besarnya maksimal sampai dengan Rp. 1.000.000 (satu
juta rupiah). Dengan meningkatkan kualitas aktiva yang produktif akan memberikan penghasilan yang besar
bagi KSPPS, dan secara otomatis akan meningkatkan kesehatan KSPPS.
Pada KSPPS yang Sehat, pengelola harus mengelola dengan baik pembiayaannya serta menjaga
kelancaran penagihan pembiayaan. Hal ini dibuktikan oleh hasil pengolahan data, bahwa tidak satupun
KSPPS yang berpredikat Sehat memiliki pembiayaan bermasalah ataupun pembiayaan beresiko. Bahkan
pada KSPPS yang Cukup Sehat pun mayoritas berupaya meminimalkan piutang bermasalah dan piutang
beresikonya. Namun pada KSPPS berpredikat Dalam Pengawasan memiliki 23,3% pembiayaan yang kurang
lancar dan KSPPS berpredikat Dalam Pengawasan Khusus memiliki tingkat pembiayaan yang kurang lancar
sebanyak 1% dan 1% meiliki pembiayaan yang tidak lancar.
Pembiayaan bermasalah yang dimiliki KSPPS dapat dikategorikan sangat berisiko, kurang berisiko
dan tidak berisiko. Dar hasil pengolahan data pada tabel 6 memperlihatkan untuk KSPPS yang sehat meiliki
pembiayaan yang tidak berisiko. Pada KSPPS berpredikat cukup sehat dan Dalam pengawasan memiliki
pembiayaan yang kurang berisiko (7,7% dan 19,4%). sedangkan pada KSPPS berpredikat Dalam
Pengawasan Khusus, memiliki pembiayaan sangat beresiko.
Data ini memperlihatkan bahwa pembiayaan yang dikucurkan ke anggota rata-rata memiliki kategori
kurang beresiko. Sehingga aktiva yang dikucurkan kurang produktif, karena tingginya ketidaktertagihannya
dan terjadi kemacetan. Akibatnya, KSPPS tidak bisa menghasilkan pendapatan dari aktivanya, dan secara
khusus akan berujung pada kondisi keuangan KSPPS yang tidak sehat. Guna mengantisipasi
ketidaktertagihan piutang dalam pembiayaan produktif, diperlukan kehati-hatian dari pengurus untuk
melakukan penyisihan atas piutang produktif yang tidak tertagih. Dari hasil pengolahan data, dapat dilihat
bahwa KSPPS di Kota Padang belum melakukan penyisihan atas piutang produktif.
Menurut aturan yang berlaku, KSPPS diharuskan melakukan penyisihan atas piutang produktif,
sebagai antisipasi jika ada nasabah KSPPS yang bangkrut atau tidak mampu lagi menyelesaikan piutangnya
ataupun antispasi bagi anggota yang meninggal dunia dan dicatat dalam neraca dibawah akun pembiayaan
dengan nama cadangan penyisihan piutang tak tertagih (sebagai akun kontra dari pembiayaan).
3. Manajemen
Penilaian aspek manajemen meliputi komponen manajemen umum, kelembagaan, manajemen permodalan,
manajemen aktiva, dan manajemen likuiditas. Penilaian aspek manajemen ini dilakukan melalui kuisioner.
Dimana skor dibagi atas nilai tidak baik (1-0,75), kurang baik (0,76-1,5), cukup baik (1,51-2,25) dan skor
baik (2,26-3).
1. Manajemen Umum
Untuk mencapai KSPPS yang Sehat, KSPPS seharusnya memiliki visi, misi dan tujuan yang jelas serta
dibuktikan dengan dokumen tertulis. KSPPS juga miliki rencana kerja baik jangka pendek ataupun jangka
panjang yang saling terkait. Visi, misi, tujuan dan rencana kerja ini harus diketahui dan dipahami oleh
pengurus, pengawas, pengelola, dan seluruh karyawan. Dalam pelaksanaan operasionalnya, pengurus,
pengelola, dan pengawas menjalankan tugas pokok dan fungsinya masing-masing, menghormati kewenangan
masing-masing. Pengurus, pengelola ataupun pengawas memiliki komitmen untuk menangani permasalahan
yang dihadapi serta melakukan tindakan perbaikan yang diperlukan.
Dari hasil pengolahan data memperlihatkan KSPPS yang sehat memiliki manajemen umum yang
sudah baik. Visi dan misi telah dirumuskan dan telah dipahami oleh anggota serta dijadikan pedoman dalam
kegiatan operasional. KSPPS yang berpredikat cukup sehat, dalam pengawsan dan Dalam pengawasan
khusus rata-rata memiliki manajemen yang cukup baik. Meskipun ada 7 KSPPS (6,7%) memiliki manajemen
yang tidak Baik, sisanya telah memiliki manajemen yang baik.
2. Kelembagaan
Begitu juga halnya dengan kelembagaan, KSPPS di Kota Padang berupaya dapat menjalankan organisasinya
dengan baik. Untuk itu diperlukan bagan organisasi KSPPS, sehingga jelas alur tugas pokok, fungsi
(tupoksi), dan wewenang setiap personal dalam KSPPS. Disamping itu juga diperlukan Standar Operasional
Prosedur (SOP) untuk menjalankan kegiatan, sehingga masing-masing personil dapat menjalankan
tupoksinya tanpa saling tumpang tindih.
373
National Conference of Applied Sciences, Engineering, Business and Information Technology. Politeknik Negeri Padang, 15 – 16 Oktober 2016 ISSN:2541-111x
Dari hasil pengolahan data memperlihatkan KSPPS yang sehat memiliki kelembagaan yang sudah
baik. Tupoksi dan SOP untuk KSPPS di kota Padang telah diatur dalam Perwako nomor 15 Tahun 2010
tentang penanggulangan Kemiskinan masyarakat melalui Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS).
Sementara KSPPS yang berpredikat cukup sehat, dalam pengawsan dan Dalam pengawasan khusus rata-rata
memiliki manajemen yang cukup baik. Meskipun ada 7 KSPPS (6,7%) memiliki manajemen yang tidak
Baik, sisanya telah memiliki manajemen yang baik
3. Manajemen Permodalan
Dalam mengelola modalnya KSPPS mengupayakan untuk meningkatkan pertumbuhan modal sendiri sama
atau lebih besar dari tingkat pertumbuhan aset. KJKS mengoptimalkan peran aktif anggota KSPPS dalam
rangka meningkatkan pertumbuhan modal dari anggota, meningkatkan simpanan wadi’ah, simpanan
murabahah, dan simpanan mudharabah serta menyisihkan cadangan dari SHU. Dengan meningkatnya jumlah
modal sendiri, maka investasi pada aset tetap pun juga dapat dilakukan dari modal sendiri. Namun
permodalan ini, belum sepenuhnya menentukan predikat kesehatan KSPPS. Hal ini dapat dilihat pada hasil
pengolahan data, ditemukan bahwa pada KSPPS yang sehatpun memiliki permodalan kisaran kategori baik
hingga kurang baik. Sedangkan pada KSPPS yang berpredikat Dalam Pengawasan Khusus, mayoritas
permodalannya tidak baik (42,71%).
4. Manajemen Aktiva
Pengelolaan aktiva yang baik sangat diperlukan untuk menentukan kesehatan KSPPS. Aktiva disini adalah
menyangkut pengelolaan pembiayaan. KSPPS menerapkan prosedur pembiayaan dengan efektif,
mengupayakan kelancaran penagihan, pembiayaan sebaiknya memiliki agunan, mencadangkan penghapusan
pembiayaan, mengupayakan penagihan pembiayaan macet. Untuk itu, KSPPS juga mengupayakan dalam
memberikan pembiayaan didasarkan pada prinsip kehati-hatian, serta melakukan pemantauan terhadap
penggunaan pembiayaan, kemampuan dan kepatuhan mudharib memenuhi kewajibannya. Hal ini dibuktikan
pada hasil pengolahan data bahwa mayoritas KSPPS yang berpredikat Sehat, Cukup Sehat, dan Dalam
Pengawasan mengelola aktivanya sebaik mungkin sehingga pengelolaan aktiva tidak baik hanya sebesar
0,97%. Sedangkan KSPPS yang berpredikat Dalam pengawasan khusu, kecenderungan belum baik atau
belum optimal dalam pengeloalaan aktivanya.
5. Manajemen Likuidasi
Likuiditas merupakan kemampuan KSPPS untuk memenuhi kewajiban jangka pendek. Dalam hal mengelola
likuiditas, KJKS memiliki kebijaksanaan tertulis pengendalian likuiditas, memiliki fasilitas pembiayaan yang
akan diterima dari lembaga syariah lain untuk menjaga likuiditasnya, memiliki pedoman administrasi yang
efektif untuk memantau kewajiban yang jatuh tempo, memiliki sistem informasi manajemen yang memadai
untuk pemantauan likuiditas. KSPPS yang Sehat, Cukup Sehat dan Dalam pengawasan, mayoritas memiliki
manajemen likuiditas yang baik. Sedangkan pada KSPPS yang Dalam Pengawasan Khusus, mayoritas
kesulitan dalam mengelola likuiditasnya.
4. Efisiensi
Efisiensi adalah kemampuan KSPPS untuk menghemat biaya pelayanan terhadap pendapatan yang
dihasilkan, dan atau terhadap jumlah mitra koperasi yang dilayani. Rasio efisiensi dapat dilihat dari rasio
biaya operasional terhadap pelayanan, rasio aktiva tetap terhadap total modal dan rasio efisiensi staf.
Rasio biaya operasional terhadap pelayanan menggambarkan seberapa besar KSPPS mampu
memberikan pelayanan yang efisien kepada anggotanya. Pada KSPPS di kota Padang memperlihatkan bahwa
biaya yang dikeluarkan untuk memberikan pelayanan sangat efisien. KSPPS berpredikat Sehat, memberikan
pelayanan ke anggota dengan efisien. Pada KSPPS cukup sehat dan Dalam Pengawasan memperlihatkan
dalam memberikan pelayanan masih terdapat ketidakefisienan. Namun pada KSPPS berpredikat dalam
perhatian khusus, memperlihatkan usaha yang sangat efisien dan memberikan pelayanan kepada anggota.
Efisiensi dari penggunaan aset yang dimiliki KSPPS sebagai pengganti ukuran rentabilitas yang untuk
badan usaha koperasi dinilai kurang tepat. Karena tujuan utama KSPPS adalah memberikan pelayanan
kepada anggota bukan mencari keuntungan. Meskipun rentabilitas sering digunakan sebagai ukuran efisiensi
penggunaan modal. Rentabilitas koperasi hanya untuk mengukur keberhasilan perusahaan koperasi yang
diperoleh dari penghematan biaya pelayanan. Data memperlihatkan bahwa KSPPS di Kota Padang baik
berpredikat Sehat, Cukup Sehat, Dalam Pengawasan dan Dalam Pengawasan Khusus memperlihatkan bainya
efisiensi dalam penggunaan modal sendiri. Artinya modal yang ada telah dimanfaatkan untuk memberikan
pembiayaan kepada anggota. Sehingga dapat meningkatkan keuntungan dari KSPPS.
Seiring dengan tersalurnya kas dan terbatasnya dana yang tersedia, KSPPS berupaya melakukan
penghematan. Hal ini dapat dilihat pada hasil pengolahan data, bahwa baik KSPPS yang berpredikat sehat
hingga KSPPS berpredikat Dalam Pengawasan Khusus, berupaya melakukan efisiensi dalam operasionalnya,
memaksimalkan penggunaan modal sendiri untuk investasi pada aset tetap.
Dari rasio efisiensi staf memperlihatkan bahwa KSPPS di Kota Padang mayoritas memiliki sumber
daya manusia yang terbatas sementara jumlah anggota KSPPS yang dilayani banyak. Dari Rasio Efisiensi
374
National Conference of Applied Sciences, Engineering, Business and Information Technology. Politeknik Negeri Padang, 15 – 16 Oktober 2016 ISSN:2541-111x
Staf, baik KJKS yang Sehat hingga Dalam Pegawasan Khusus, mayoritas kekurangan sumber daya manusia.
Bahkan pada KSPPS Dalam Pengawasan Khusus, rasio ini memperoleh skor 0.5 (tidak baik).
5. Likuiditas
Rasio likuiditas untuk KSPPS dapat dilihat dari rasio kas dan rasio pembiayaan terhadap dana yang diterima.
Pada KSPPS di kota Padang, kas yang ada pada KSPPS mayoritas disalurkan sepenuhnya padaanggota dalam
bentuk pembiayaan. Sehingga ketersediaan kas di KSPPS juga sedikit, dan ini berakibat pada Rasio Kas yang
menghasilkan nilai tidak likuid. Rasio kas yang kecil bukan berarti KSPPS tidak memiliki uang dalam
operasionalnya, namun KSPPS menyalurkan dana yang ada untuk pembiayaan nasabah.
Berdasarkan rasio pembiayaan terhadap dana yang diterima memperlihatkan pengurus berupaya
mengoptimalkan penggunaan dana yang diterimanya untuk pembiayaan. Hal ini dapat dilihat pada hasil
pengolahan data bahwa hampir seluruh KSPPS baik yang sehat, cukup sehat, ataupun Dalam pengawasan
berupaya untuk mengoptimalkan menyalurkan dana dalam bentuk pembiayaan. Data memperlihatkan 88,3%
KSPPS di kota Padang dana yang diterima semuanya disalurkan ke anggota dalam bentuk pembiayaan.
Berbeda dengan KSPPS berpredikat Dalam Pengawasan Khusus, dana yang diterima tidak sepenihnya
disalurkan ke anggota. Karena pada kondisi ini, proses penyaluran dana sudah masuk dalam kondisi macet.
Sehingga jika tetap disalurkan maka dana kemungkinan akan sulit untuk kembali. Sehingga hasil dana
memperlihatkan nilai yang tidak likuid pada KSPPS Dalam Pengawasan Khusus.
6. Kemandirian dan Pertumbuhan
Kemandirian dan pertumbuhan dari koperasi merupakan rasio yang digunakan untuk mempertahankan dan
meningkatkan perkembangan KSPPS dimasa depan. Rasio kemandirian dan pertumbuhan dapat dilihat dari
indikator keuntungan yang diperoleh oleh KSPPS baik dari pemanfaatan aset, modal sendiri dan dan
pengelolaan operasional.
Mayoritas, KSPPS yang berpredikat Sehat, Cukup Sehat, memiliki Rasio Rentabilitas Modal yang
tinggi dan Rentabilitas Aset yang pertumbuhannya tinggi. Sehingga KSPPS yang Sehat, dan Cukup Sehat,
akan mampu untuk mandiri dan menumbuhkan KSPPS. Sementara untuk KSPPS yang memiliki predikat
Dalam Pengawasan dan Dalam Pengawasan Khusus tingkat kemandirian dan pertumbuhan rendah. Sehingga
untuk KSPPS ini, jika suatu saat pemerintah Kota Padang melepas pengelolaan KSPPS, maka untuk KSPPS
ini masih belum mampu. Jika pertumbuhan aset rendah dan Rentabilitas Ekuitas yang rendah juga, akan
mengakibatkan KSPPS tidak mandiri, dan berpengaruh pada Predikat KSPPS menjadi Dalam Pengawasan
Khusus.
7. Jati Diri Koperasi
Jati diri Koperasi terleltak dari adanya partisipasi anggota dalam mengembangkan KSPPS. Partisipasi dari
anggota dapat berupa partisipasi dalam rapat anggota tahunan, partisipasi dalam permodalan dan partisipasi
dalam pemanfaatan jasa KSPPS. Rasio yang digunakan untuk memperlihatkan partisipasi anggota adalah
rasio promosi anggota dan rasio partisipasi bruto.
Anggota KSPPS di Kota Padang berupaya untuk ikut berpartisipasi dalam menumbuhkembangkan
koperasi. Pada hasil pengolahan data dapat dilihat dimana partisipasi anggota KSPPS secara keseluruhan
termasuk partisipasi tinggi (61,16%). KSPPS yang berpredikat sehat, Cukup Sehat memiliki partisipasi
anggota yang tinggi. Namun untuk KSPPS yang berpredikat Dalam Pengawasan dan Dalam Pengawasan
Khusus memiliki partisipasi anggota yang rendah. Anggota belum memahami tentang konsep koperasi, azas
koperasi yang berlandaskan prinsip dari anggota, oleh anggota dan untuk anggota.
Karena rendahnya partisipasi ini, maka rasio promosi anggota atau pemanfaatan anggota terhadap jasa
KSPPS yang sangat rendah. Sehingga hasil data menyatakan bahwa mayoritas anggota menyatakan KSPPS
tidak bermanfaat. Pada KSPPS berpredikat Sehat anggota menyatakan cukup bermanfaat, dan untuk KSPPS
berpredikat Cukup Sehat, Dalam Pengawasan dan Dalam Pengawasan Khusus mayoritas anggota
menyatakan tidak bermanfaat (82,5%).
8. Kepatuhan terhadap Prinsip Syariah.
Kepatuhan terhadap prinsip sayraih merupakan aspek yang membedakan koperasi konvensional dengan
koperasi yang berlandaskan syariah. Seyogyanya sebuah KSPPS harus patuh terhadap prinsip syariah
terutama kegiatan dalam pembiayaan termasuk jenis produk yang dapat ditawarkan ke anggota. Semua ini
harus mengacu pada prinsip syariah yang telah ditetapkan. Sehingga dalam operasionalnya KSPPS harus
memiliki dewan syariah.
Berdasarkan hasil pengeolahan data, KSPPS di kota padang baru 47% KSPPS yang sudah
menerapkan prinsip syariah. Sisanya sebesar 53% belum menerapkan prinsip syariah sepenuhnya. Jika
dipersempit, maka KSPPS yang berpredikat Sehat sudah melaksanakan sepenuhnya prinsip syariah.
Sementara KSPPS yang berpredikat Cukup Sehat, Dalam Pengawasan dan Dalam pengawasan Khusus belum
menerapkan prinsip Syariah sepenuhnya. Dalam operasional masih menggunakan prinsip konvensional.
375
National Conference of Applied Sciences, Engineering, Business and Information Technology. Politeknik Negeri Padang, 15 – 16 Oktober 2016 ISSN:2541-111x
5. Penutup
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif exploratif, dimana peneliti menganalisis secara
mendalam komponen-komponen penilaian kesehatan KSPPS. Populasi penelitian ini adalah seluruh KSPPS
yang berlokasi di Kota Padang yaitu 103 entitas KSPPS. Dalam pengambilan sampel, peneliti menggunakan
metode sensus yaitu mengambil semua populasi sebagai sampel penelitian. Jenis data yang dikumpulkan
adalah campuran data sekunder yaitu berupa Laporan Keuangan KSPPS serta Laporan Rapat Anggota
Tahunan KJKS periode 2014, dan kuisioner yang disadur dari Peraturan Deputi Bidang Pengawasan
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Dan Menengah Republik Indonesia Nomor: 07/Per/Dep.6/IV/2016
tentang pedoman penilaian kesehatan Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah (KSPPS) dan Unit
Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah (USPPS).
Dari hasil pengolahan data dapat diketahui bahwa mayoritas responden penelitian ini adalah
perempuan, jabatan Manajer. KSPPS umumnya didirikan tahun 2010, telah berbadan hukum pada tahun
2011. Jumlah anggota KJKS mayoritas 97-240 orang, dan sebanyak 53 KSPPS adalah penerima dana
bergulir dari Pemerintah Kota Padang.
Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan SPSS versi 20 for windows, diperoleh
bahwa untuk menjadi KSPPS yang sehat, KSPPS harus memiliki rasio permodalan yang sehat, dapat
meningkatkan kualitas Aktiva Produktif, punya manajemen yang baik, berupaya meningkatkan efisiensi baik
pada operasional ataupun dalam investasi pada aset tetap bagi menunjang pelayanan kepada anggotanya.
Disamping itu dengan segala keterbatasan dana yang dimilikinya, KSPPS berupaya menyalurkan kas dalam
bentuk pembiayaan. Hal ini mengakibatkan Rasio Kas menjadi kecil. Hal ini dapat dilihat pada hasil
pengolahan data bahwa hampir seluruh KSPPS baik yang sehat, cukup sehat, dan KSPPS yang dalam
pengawasan berupaya untuk mengoptimalkan menyalurkan dana dalam bentuk pembiayaan.
Anggota KSPPS di Kota Padang berupaya untuk ikut berpartisipasi dalam menumbuhkembangkan
koperasi, meskipun anggota KSPPS belum sepenuhnya merasakan kebermanfaatan KSPPS. Hal ini terjadi
baik pada KSPPS yang berpredikat Sehat hingga berpredikat Dalam Pengawasan. Sedangkan KSPPS yang
Dalam Pengawasan Khusus, partisipasi anggotanya rendah, dan belum merasakan kebermanfaatan
KJKS.Pada KSPPS yang berpredikat Sehat, Cukup Sehat, memiliki Rasio Rentabilitas Ekonomi yang tinggi
dan Rentabilitas Aset yang pertumbuhannya tinggi. Sehingga KSPPS tersebut lebih mampu untuk mandiri
dari pada KSPPS yang Dalam Pengawasan dan Dalam Pengawasan Khusus. Jika pertumbuhan aset yang
rendah dan Rentabilitas Modal Sendiri yang rendah, akan mengakibatkan KSPPS tidak mandiri, dan
berpengaruh pada Predikat KSPPS.
Dalam menjalankan kegiatannya KJKS berpredikat Sehat, sudah menerapkan prinsip syariah
sepenuhnya, sedangkan untuk KJKS yang berpredikat Cukup Sehat dan Dalam Pengawasan, sebagian besar
KSPPS belum menerapkan prinsip syariah. Begitu juga halnya dengan KSPPS Dalam pengawasan Khusus,
mayoritas belum sepenuhnya menerapkan Prinsip Syariah.
Daftar Pustaka
[1] Afrianti, Aan, 2010, Strategi Koperarasi Jasa Keuangan Syariah Dalam Menekan Tingkat Non Performing Financing
(NPF) - Studi Kasus Pada KJK Syariah Arrahmah Cinere, Konsentrasi Perbankan Syariah, Program Studi
Mu’Amalat, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, Skripsi.
[2] Bahri, Saiful, 2011, Strategi Dinas Koperasi dan UKM Kota Tangerang Selatan dalam Pengembangan KJKS, Skripsi, Fakultas Syariah dan hukum, Konsentrasi Perbankan Syariah, Program Muamalat, Fakultas Syariah dan hukum
UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.
[3] Burhanudin, 2012, Pemahaman Dan Penerapan Al-Qard Al-Hasan Pada KJKS BMT Haniva, Fakultas Syari’Ah Dan
Hukum, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta. [4] Faridah, Idah, 2011, Efektifitas Program Dana Bergulir Syariah Bagi Peningkatan Akses Keuangan KJKS Dalam
Rangka Memperkuat UKM, Konsentrasi Perbankan Syariah, Program Studi Muamalat, Fakultas Syariah Dan
Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.
[5] Handayani, Septianning ; Aranti W, Naning; Rusdiansyah, Ahmad; 2012, Pemodelan Sistem Pengelolaan Zakat, Infaq, dan Shadaqah Sebagai Dana Produktif Dalam Program Pemberdayaan Ekonomi Untuk Usaha Mikro,
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Paper.
[6] Hanna, Lutfiyah Rijma, 2012, peranan KJKS Perambabulan Al-Qomariyah Dalam Memberdayakan Perdagangan
Usaha Kecil (Di Desa Babadan Kecamatan Gunung Jati Kabupaten Cirebon), Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati, Cirebon, Skripsi.
[7] Hananah, Agustya, Riris; Fahma, Khoiro Indana, 2011, Bentuk lembaga keuangan mikro syariah (LKMS) : Baitul
Mal Wa Tamwil atau Koperasi Keuangan Jasa Syariah, Koperasi Pondok Pesantren, Konsentrasi Asuransi Syariah, Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam), Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah, Jakarta.
[8] Listanti, Daniatu; Dzulkirom, Moch; dan Topowijono, 2015, Upaya Penanganan Pembiayaan Murabahah Bermasalah
Pada Lembaga Keuangan Syariah (Studi Pada KJKS BMT Mandiri Sejahtera Karangcangkring Gresik Jawa Timur Periode 2011-2013), Jurnal Administrasi Bisnis (JAB) Vol. 1 No. 1 Januari 2015
376
National Conference of Applied Sciences, Engineering, Business and Information Technology. Politeknik Negeri Padang, 15 – 16 Oktober 2016 ISSN:2541-111x
[9] Pawitan, Ghandi, Widyarini, maria, Oktavia, Gerry, 2014. Evaluasi Implementasi KUPS pada Tingkat Peternak di
Jawa Barat : Studi Kasus KPSBU Lembang. Jurnal Administrasi Bisnis Volume 10 Nomor 2 Halaman 186 – 200
September 2014 ISSN 0216-1249
[10] Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor 35.2/Per/M.KUKM/X/2007 tentang Pedoman Standar Operasional Manajemen Koperasi Jasa Keuangan Syariah
dan Unit Jasa Keuangan Syariah Koperasi.
[11] Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia No.
35.3/Per/M.KUKM/X/2007 tentang Penilaian Kesehatan Koperasi Jasa Kuengan Syariah [12] Pristiyanto, Bintoro; Mochamad Hasjim; dan Soekarto, Soewarno Tjokro; Strategi Pengembangan Koperasi Jasa
Keuangan Syariah Dalam Pembiayaan Usaha Mikro Di Kecamatan Tanjungsari, Sumedang, Jurnal Manajemen
IKM, Vol.8 No.1, Februari 2013, ISSN 2085-8418, http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalmpi/
[13] Primasatya, Arya, 2014, Penanganan Pembiayaan Mudharabah Bermasalah Di Koperasi Syariah Kanindo Jatim (Studi Di Koeprasi Syariah Kanindo Jatim, Dau, Kabupaten Malang), Jurnal Ilmiah, Universitas Brawijaya,
Malang.
[14] Said, Salmah, 2012, Lembaga Keuangan Mikro Syariah Dan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Di Makassar
(Sharia-Based Microfinance Institutions And The Empowerment Of Society Economy In Makassar), Conference Proceedings, Annual International Conference On Islamic Studies (AICIS XII), IAIN Sunan Ampel, Surabaya.
[15] Supriyatni, Renny, Dr. Hj. S.H., M.H, Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) Sebagai Sarana Pemberdayaan
Ekonomi Masyarakat, Fakultas Hukum, Universitas Padjajaran Bandung, 2009, Paper.
[16] Website BPS Kota Padang [17] Web Site Pemerintah Kota Padang
[18] Wira, Variyetmi, Gustati, 2014. Kajian Implementasi Program PNPM dalam Penanggulangan Kemiskinan
Masyarakat Perkotaan di Provinsi Sumatera Barat. Laporan Akhir Penelitian Hibah Bersaing tahun 2014.
Politeknik Negeri Padang. [19] Wira, Variyetmi, Gustati, 2014. Optimalisasi dana Bergulir dalam meningkatkan perekonomian Masyarakat Miskin
(Studi kasus Dana PNPM Mandiri Perkotaan di Provinsi Sumatera Barat). Jurnal Account Volume 1 Nomor 2
Desember 2014 halaman 144-150 ISSN 2338-9753
[20] Zahro, Binti Inazatuz, 2010, Peranan Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) Serta Pengaruhnya Terhadap Usaha Mikro,Kecil Dan Menengah (UMKM)Sebagai Penggerak Perekonomian Di Indonesia,Disusun Untuk
Mengikuti LKTMI Februari, Universitas Airlangga tahun 2010, Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi
dan Bisnis, Universitas Airlangga, Fakultas Ekonomi Dan Bisni, Universitas Airlangga, Surabaya.
Biodata Penulis
Variyetmi Wira, memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (SE), Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas
Andalas, lulus tahun 2000. Tahun 2010 memperoleh gelar Magister Manajemen (MM) dari Program Studi Magister
Manajemen Universitas Andalas. Saat ini sebagai Staf pada Jurusan Administrasi Niaga Program Studi Administrasi
Bisnis Politeknik Negeri Padang.
377
National Conference of Applied Sciences, Engineering, Business and Information Technology. Politeknik Negeri Padang, 15 – 16 Oktober 2016 ISSN:2541-111x