BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sastra merupakan bagian dari seni. Kehadirannya dapat menimbulkan rasa
nikmat, senang, terharu, menarik perhatian, dan menyegarkan perasaan penikmat.
Karya diciptakan oleh pengarangnya untuk dinikmati oleh manusia. Sastra menjadi
pengalaman hidupnya maupun dari aspek penciptaannya. Sastra juga merupakan
salah satu media informasi yang mengungkapkan berbagai realita, dilukiskan secara
fiktif, banyak memberi gambaran kehidupan manusia.
Karya sastra selain bagian dari seni juga merupakan pengalaman batin
penciptanya mengenai kehidupan masyarakat dalam satu kurun waktu dari situasi
budaya tertentu. Karya sastra menyajikan kepada manusia dengan segala sifat dan
wataknya melalui peran dan tokoh serta permasalahan dan pengalaman
kehidupannya. Didalam karya sastra juga dilukiskan keadaan dan kehidupan sosial
suatu masyarakat, peristiwa-peristiwa, ide-ide, dan gagasan serta nilai-nilai yang
diamanahkan pencipta. Lewat tokoh-tokoh cerita, sastra mempersoalkan manusia
dalam berbagai aspek kehidupannya. Lewat karya sastra pembaca dapat mengenal
manusia, kebudayaan pada zamannya, jua keadaan lingkungan sekitar pengarang
yang menjadi sumber inspirasi dalam penciptaannya. Demikian juga latar belekang
sosial, alam, dan budaya penulisnya. Dengan kata lain, manusia dan karya sastra
adalah subyek yang dinamis yang dihadirkan oleh pengarangnya.
Seperti yang diungkapkan oleh Wellek dan Austin Warren (1989:109),
Sastra menyajikan kehidupan yang sebagian besar terdiri atas kenyataan sosial,
walaupun karya sastra juga meniru alam dan dunia subyektif lainnya. Sastra juga
menggambarkan kehidupan masyarakat sosial walaupun itu hanya imajinasi suatu
1
daya khayal pengarang yang sering menjadi sumber inspirasi dalam menciptakan
karya sastra, itu menanndakan bahwa sastra merupakan pencerminan keadaan
zamannya. Pencerminan langsung dari struktur sosial hubungan kekerabatan,
pertentangan dan lain-lain. Sasatra senantiasa menyajikan kahidupan manusia
disamping meniru alam dan dunia subjektif manusia. Sesuai dengan pernyataan
diatas, sastra sebagai cerminan dari kehidupan masyarakat, berisi konflik sebagai
yang dialami oleh para tokohnya.
Kehadiran sebuah karya sastra didalam panggung kehidupan manusia
memiliki peran signifikan. Masyarakat penikmat karya sastra setidaknya memiliki
cara pandang yang fariatif atas dunia atau lingkungannya. Dengan demikian,
manusia, masyarakat dan karya sastra merupakan variabel yang memiliki
ketergantungan, khususnya dalam konteks perubahan masyarakat.
`Ekspresi sastra Indonesia banyak diungkapkan dalam Novel, cerpen, dan
sebagainya. Kondisi ini didukung oleh munculnya gerbong penerbit seperti Balai
Pustaka. Sehingga sastrawan yang muncul pada periode ini disebut pula dengan
angkatan Balai Pustaka, Pujangga Baru, dan sebagainya.
Keadaan Balai Pustaka sangat menguntungkan bagi perkembangan sastra di
tanah air ini. Banyak buku yang diterbitkan. Segala peristiwa sosial, kehidupan, adat
istiadat, agama, ataupun peristiwa masyarakat lainnya banyak yang ditulis dalam
buku sastra yang terbit pada masa itu.
Penulisan karya sastra dalam bentuk novel atau cerpen tampaknya lebih
banyak mewarnai bentuk karya sastra moderen, meskipun pada bersamaan telah
muncul juga karya sastra lain dalam bentuk cerita pendek, drama, essay dan kritik.
2
Bentuk karya sastra (novel) adalah salah satu karya sastra yang
mengungkapkan kehidupan dan pengalaman hidup manusia, pikiran, duka nestapa
dan kebahagiaan, kemarahan dan kebencian, frustasi dan kekecewaan, air mata dan
gelak tawa, kerinduan dan kecintaan, kejahatan dan kebengisan. Juga tentang damai,
perang, baik antar suku bangsa maupu antar bangsa. Selain itu novel juga
menceritakan tentang hati manusia yang utuh dan retak, tentang keberanian dan
kepengecutan, kesetiaan dan penghinaan, kebenaran dan kepalsuan, kejujuran dan
kebohongan, konflik dan keselarasan, kehormatan dan kehancuran martabat,
kemuliaan dan kenistaan, serta kemanusiaan dan kebinatangan.
Dalam sebuah novel atau karya-karya lain atau dalam film, umumnya
paling diminati dan yang ditunggu-tunggu oleh penikmat atau pembaca adalah
konfliknya. Karena dari konflik memberikan gambaran tentang alur cerita,
memberikan gambaran tentang bagus dan tidaknya suatu karya, dan juga memberikan
gambaran secara jelas sifat-sifat para tokohnya. Kemampuan pengarang untuk
memilih dan membangun konflik melaluui segi struktur baik aksi maupun kejadian
akan sangat menentukan kadar kemenarikan carita yang dihasilkan, misalnya
peristiwa-peristiwa manusia yang sensasional yang saling berkaitan satu dengan yang
lain dan menyebabkan munculnya konflik.
Konflik merupakan kejadian yang tergolong penting dan merupakan unsur
yang esensial dalam pengembangan plot atau alur. Konflik juga merupakan salah
satu fenomena kehidupan menjadi hal yang sangat pentingdalam sastra seperti novel
atau cerpen. Konflik dianggap sebuah dasar cerita. Tanpa konflik, karya sastra akan
terasa hampa karna pada hakekatnya konflik adalah motifasi kemanusiaan yang
mengandung kuasa untuk menarik minat pembaca.
Novel MAMO ZEIN merupakan novel karya Ramadhan El Bouthy, yang
mempunyai gaya bahasa yang puitis dan banyak mengandung falsafah hidup, tentang
3
dua orang yang menjadi korban api cinta yang merindu dendam, yang disebabkan
oleh tangan-tangan jahat tipu daya, hasutan dan kebencian. Novel ini juga
menceritakan nasib dua orang manusia yang saling mencintai bernama Mamo dan
Zein, namun cinta mereka terhalang karena perbedaan status.
Dalam Novel Mamo-Zein karya Ramadhan El Bouthy, konflik tentang
masalah-masalah kemanusiaan, cinta dan duka lara para tokoh dalam cerita.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belekang diatas, dapat dirumuskan masalah penelitian ini,
yaitu “Bagaimanakah Konflik yang terjadi dalam novel Mamo Zein karya Ramadhan
El Bouthy?”
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk melukiskan atau
mendeskripsikan konflik yang terjadi dalam alur Mamo-Zein karya Ramadhan El
Bouthy.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang diharapkan dalam penelitian ini adalah :
1. Bagi pembaca sebagai penikmat sastra untuk lebih mudah memahami alur cerita
dari Mamo Zein;
2. Sebagai bahan informasi bagi semua pihak yang melakukan penelitian yang
relevan;
3. Sebagai media analisi bagi penulis, baik dalam rangka untuk memperoleh
pengetahun dalam menganalisis sebuah karya sastra (novel) sekaligus sebagai
wahana untuk berpikir ilmiah, terutama dalam menuangkan idealisme dalam
4
struktur bahasa yang menjadi nilai tambah bagi penulis untuk penulisan
berikutnya;
4. Bagi peneliti sendiri untuk menambah wawasan dan cakrawala berpikir salam
rangka pengembangan ilmu sastra terutama sastra Indonesia.
E. Definisi Operasinal / Batasan Masalah
1. Analisis adalah penyelidikan peristiwa (perbuatan, karangan dan
sebagainya) unutk mengetahui bagaimana duduk perkara, (Depdikbud,
1991:32);
2. Novel adalah suatu karangan yang panjang mengandung rangkaian cerita
seseoarang dan orang-orang sekelilingnya dan menonjolkan watak dan sifat
pelakunya;
3. Konflik adalah suatu permasalahan yang timbul dari adanya suatu motivasi
yang saling berbenturan sehingga terjadi pertentangan pada diri tokoh itu
sendiri baik dengan dirinya sendiri, tokoh dengan masyarakat, tokoh
dnegan budaya, tokoh dengan alam, bahkan tokoh dengan Tuhan.
F. Kerangka Pikir
Dalam penelitian ini dapat dijelaskan dalam bagan kerangka pikir sebagai
berikut :
5
6
Novel Mamo- ZeinKarya Ramadhan El Bouthy
Konflik dalam Prosa Fiksi
Konflik Batin
Analisis Konflik dalam Novel
Konflik Alam Konflik Antar Manusia
Konflik Manusia dengan Tuhan
Hasil / Temuan
Konflik BatinKonflik Antar
Manusia
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Novel
Dalam dunia sastra Indonesia istilah novel telah lama dipergunakan oleh
pakar. Pakar sastra kita dan berangsur-angsur telah telah dipakai oleh masyarakat
Indonesia. Untuk mendapatkan penjelasan tentang pengertian novel kita perhatikan
uraian berikut.
Dewasa ini istilah “novella dalam novelte” (dalam Bahasa Italia dan Jerman)
mengandung pengertian yang yang sama dengan Indonesia (novellete
“Inggris:novellete”). Yang berarti sebuah karya prosa fiksi yang panjangnya cukup,
tidak terlalu panjang, namun tidak terlalu pendek (Nurgiantoro, 1995:9).
Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia (1990:618), telah disebutkan bahwa
arti novel adalah karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita
kehidupan seseorang dengan orang-orang sekelilingnya dengan menonjolkan watak
dan sifat-sifat pelakunya.
Berdasarkan pengertian diatas, dapat dipahami bahwa novel merupakan
karangan prosa fiksi yang mengandung cerita kehidupan sesseorang yang
menonjolkan sifat dan watak pelaku. Hal tersebut telah menunjukkan bahwa sastra
dalam novel erat kaitannya dengan sifat prilaku kehidupan masyarakat sehari-hari
sesuai dengan irama alam, dimana sastra merupakan ekspresi pikiran dan imajinasi
yang dihilangkan oleh manusia atau pengarang kedalam bahasa sebagai deskripsi
dalam kehidupan yang dapat menggugah perasaan penikmat sastra.
7
Dalam Seri Bahasa Indonesia (2007:314), disebutkan novel adalah cerita
prosa yang menceritakan suatu kejadian luar biasa sehingga melahirkan suatu konflik
yang mengakibatkan adanya perubahan nasib pelakunya.
Menurut Soemaryo dan Saini K.M (1986:3), bahwa dalam arti luas roman dan
novel adalah cerita yang dapat berarti bahwa cerita dengan plot (alur) yang kompleks,
karakter yang banyak, tema yang kompleks, suasana cerita yang beragam dan setting
cerita yang beragam pula. Namun “ukuran luas” disini tidak mutlak demikian,
mungkin yang luas salah satu unsur fisiknya saja, misalnya temanya, karakter, setting,
dan lain-lain.
Pengertian lain yang dikemukakan oleh Zaidan (1996:51), novel adalah cerita
yang panjang yang isinya menceritakan tokoh-tokoh pelaku dengan rangkaian
peristiwa denga latar tersusun. Pengertian novel yang dikemukakan Zaidan di atas,
sejalan dengan yang dikemukakan oleh Sudjiman ( 1986:53), bahwa roman dan novel
merupakan prosa rekaan yang panjang yang isinya diangkat dari kehidupan sehari-
hari, baik itu masalah kejiwaan, sejarah atau masalah sosial yang menyuguhkan
tokoh-tokohnya dan menampilkan serangkaian peristiwa-peristiwa yang latarnya
secara tersusun.
Memperhatikan pengertian diatas, hal yang dikatakan sejalan yaitu cerita yang
panjang yang menceritakan tokoh-tokohnya dengan menampilkan serangkaian
peristiwa dengan latar tersusun. Selanjutnya Purwo dam Oermajati (1998:1180),
mengungkapkan bahwa novel adalah :
1. Prosa rekaan yang panjang menyuguhkan tokoh-tokoh dan menampilkan
serangkaian peristiwa dan latar secara tersusun, istilah roman;
2. karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang
derngan orang-orang disekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat
pelakunya.
8
Berdasarkan beberapa pendapat yang dikemukakan diatas, dapat disimpulkan
bahwa novel adalah suatu prosa rekaan yang panjang dan menyuguhkan tokoh-
tokohnya dalam menampilkan serangkaian peristiwa dan latar tersusun sehingga
terwujud dalam suatu cerita yang menyenangkan dan bermanfaat untuk dinikmati,
uraian diatas juga menunjukkan bahwa novel merupakan cerita yang dirakit atas dasar
dua unsur yang saling berhubungan atau berkaitan yakni Unsur ekstrinsik dan Unsur
Intrinsik yang bersifat imajinatif.
B. Analisi Novel
Novel merupakan struktur yang kompleks, unik, dan mengungkapkan sesuatu
yang lebih bersifat secara tidak langsung. Hal inilah antara lain yang menyebabkan
sulitnya sebagai pembaca untuk menafsirkannya.
Oleh karena itu, diperlukan suatu upaya untuk menjelaskan dan disertai
dengan bukti dan hasil yang berkaitan dengan analisis ke fiksi, puisi atau pun prosa
lainnya.
Analisis dalam sastra berarti memberi pertimbangan menguraikan unsur-unsur
yang terdapat dalam karangan. Lebih jelasnya tentang analisis novel adalah
memahami secara baik karya sastra yang bersangkutan disamping untuk dapat
menjelaskan kepada pembaca yang dapat memahami karya itu.
C. Unsur-Unsur Novel
Karya sastra tersusun oleh dua unsur yang menyusunnya. Dua dasar yang
dimaksud adalah unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur
yang menyusun sebuah karya sastra dari dalam yang mewujudkan struktur suatu
karya sastra seperti tema dan amanat, tokoh dan penokohan, alur dan pengaluran,
9
latar dan pelataran, pusat pengisahan, sudut pandang dan suasana. Sedangkan Unsuk
ekstrinsik adalah unsur yang menyusun sebuah karya sastra dari luarnya, menyangkut
aspek sosiologi, psikologi, dan lain-lain.
1. Unsur Instrinsik
Dalam Seri Bahasa Indonesia (2007:285-288), dijelaskan tentang pengertian tema
dan amanat, tokoh dan penokohan, alur dan pengaluran latar dan pelataran, dan
pusat pengisian. Hal ini dapat dilihat dalam uraian berikut :
a. Tema dan Amanat
Tema ialah persoalan yang menduduki tempat utama dalam karya sastra atau
pokok pembicaraan atau pokok persoalan dalam sebuah cerita.
Dijelaskan oleh Sucharbach dalam Aminuddin (1987:91), mengemukakan
bahwa tema berasal dari bahasa lati yang berarti tempat meletakkan suatu
perangkat. Disebut demikian karena tema adalah ide yang mendasari suatu
cerita sehingga berperan juga sebagai pangkal tolak pengarang dalam
memaparkan karya fiksi yang diciptakan.
Kemudain Ester (1978:22), mengmukakan bahwa tema adalah suatu yang
menjadi pekiran, sesuatu yang menjadi persoalan bagi pengarang. Tema
merupakan suatu persoalan yang diungkapkan dalam sebuah cipta sastra.
Tema adalah sesuatu yang menjadi pikiran atau menjadi persoalan bagi
pengarang yang diungkapkan dalam sastra
Amanat ialah pemecahan yang diberikan oleh pengarang bagi persoalan
didalam karya sastra. Amanat bisa disebut makna. Makna dibedakan menjadi
makna niatan dan makna muatan. Makna niatan adalah makna yang diniatkan
oleh pengarang bagi karya sasatra yang ditulisnya. Makna muatan adalah
makna yang termuat dalam karya sastra tersebut.
b. Tokoh dan Penokohan
Tokoh ialah pelaku dalam karya sastra. Dalam karya sastra biasanya ada
beberapa tokoh, namun biasanya hanya ada satu tokoh utama.
10
Tokoh utama ialah tokoh yang sangat penting dalam mengambil peranan
dalam karya sastra. Dua jenis tokoh adalah tokoh datar (Flah character) dan
tokoh bulat (Round Character).
Tokoh datar adalah tokoh yang hanya menunjukksansatu segi, misalnya
misalnya baik saja atau buruk. Sejak awal sampai akhir cerita tokoh yang
jahat akan tetap jahat. Tokoh bulat adalah tokoh yang menunjukkan berbagai
segi baik buruknya, kelebihan dan kelemahannya. Jadi ada perkembangan
yang terjadi dalam tokoh ini. Dari segi kejiwaan dikenal tokoh introvert dan
ekstrovert. Tokoh introvert adalah pribadi tokoh tersebut yang ditentukan oleh
ketidak sadarannya. Tokoh ekstrovert adalah pribadi tokoh yang ditentukan
oleh kesadarannya. Dalam karya sastra juga dikenal pula tokoh protagonis,
antagonis, dan tokoh tritagonis. Protagonis adalah tokoh yang disukai
pembaca atau penikmat sastra karena sifat-sifatnya. Antagonis ialah tokoh
yang tidak disukai pembaca atau penikmat sastra karean sifat-safatnya.
Tritagonis ialah tokoh penengah antara tokoh protagonis dan tokoh antagonis.
Penokohan atau perwatakan ialah taknik atau cara-cara penampilan tokoh.
Ada beberapa cara penampilan tokoh. Cara analitik, ialah cara penampilan
tokoh secara langsung melalui uraian pengarang. Jadi, pengarang
menguraikan ciri-ciri tokoh tersebut secara langsung. Cara dramatik, ialah
cara menampilkan tokoh tidak secara langsung tetapi melalui gambaran
ucapan, perbuatan, dan komemntar atau penilaian pelaku atau tokoh lain
dalam suatu cerita.
Dialog ialah unkapan antara dua tokoh saja. Monolog ialah bentuk
cakupan batin terhadap kejadian lampau dan yang sedang terjadi. Solilokui
ialah bentuk ungkapan batin terhadap peristiwa yang akan terjadi.
11
c. Alur dan Pengaluran
Alur disebut juga plotm, yaitu rangkaian peristiwa yang memiliki
hubungan sebab akibat sehingga menjadi satu kesatuan yang padu, bulat dan
utuh. Alur terbagi ata beberapa bagian yaitu :
1. Awal, yaitu pengarang mulai memperkenalkan tokoh-tokohnya;
2. Tikaian, yaitu terjadinya konflik diantaranya tokoh-tokohnya, pelakunya;
3. Gawatan atau rumitan, yaitu konflik tokoh-tokohnya semakin seru;
4. Puncak, yaitu saat puncak konflik diantara tokoh-tokohnya;
5. Leraian, yaitu sifat peristiwa konflik semakin reda dan perkembangan alur
mulai terungkap;
6. Akhir, yaitu saat seluruh peristiwa atau konflik telah terselesaikan.
Pengaluran, yaitu teknik atau cara-cara menampilkan alur. Menurit
kualitasnya, pengaluran dibedakan menjadi alur erat dan alur longgar. Alur
erat ialah alur yang tidak memungkinkan adanya percabangan cerita.
Alur longgar ialah aluar yang memungkinkan terjadinya percabangan cerita
Menurut kuantitasnya, pengaluran dibedakan menjadi alur tunggal dan alur
ganda. Alur tunggal ialah alur yang hanya satu dalam karya sastra. Alur ganda
ialah alur yang lebih dari satu dalam karya sastra. Dari segi urutan waktu,
pengaluran dibedakan kedalam alur lurus dan alur tidak lurus. Alur lurus ialah
alur yang melukiskan peristiwa-peristiwa berurutan dari awal sampai akhir
cerita. Alur tidak lurus bisa menggunakan gerak balik, sorot balik (Flash back)
atau campuran keduanya.
d. Latar dan Pelataran
Latar disebut juga setting, yaitu tempat dan waktu terjadinya peristiwa-
peristiwa yang terjadi dalam sebuah karya sastra. Latar atau setting dibedakan
menjadi latar material dan sosial. Latar material ialah lukisan latar belakang
12
alam atau lingkungan dimana tokoh tersebut berada. Latar sosial ialah lukisan
tatakrama tingkah laku, adat dan pandangan hidup. Sedangkan pelataran
adalah teknik atau cara-cara menampilkan latar.
e. Pusat Pengisahan
pusat pengisahan ialah sudut pandang suatu cerita dikisahkan oleh pencerita.
Pencerita disini adalah pribadi yang diciptakan pengarang untuk
menyampaikan carita. Paling tidak ada dua pusat pengisahan yaitu pencerita
sebagai orang pertama dan pencerita sebagai orang ketiga. Sebagai orang
pertama, pencerita duduk dan terlibat dalam cerita tersebut, biasanya sebagai
tokoh Aku dalam tokoh cerita. Sebagai orang ketiga pencerita tidak terlibat
dalam cerita tersebut ia duduk sebagai seorang pengamat atau dalam yang
serba tahu.
f. Gaya Bahasa
Gaya bahasa ialah tutur kata atau gaya penceritaan yang mencerminkan
pribadi pengarang melalui karyanya. Dalam analisis, penelitian tentang bahasa
tidak hanya menyangkut jenis dan bentuk bahasa yang dugunakan. Dalam
kaitan dengan masalah cara penggunaan bahasa dapat mengajukan pertanyaan
antara lain : (1) Apakah sang tokoh memperlihatkan perhatian yang sungguh-
sungguh terhadap segala ucapan itu ?; (2) Apakah dia berbicara dengan tenang
atau dengan tegang sehingga mudah dikejutkan ?; (3) Apakah dia
menggunakan bahasa, yang indah atau kalimat yang putus-putus ?; (4)
Apakah dia berbicara =cepat atau lambat ?.
g. Suasana
Suasana yang dimaksud dalam artian berkaitan dengan pembaca maksudnya
mengenai perasaan pembaca tentang sikap-sikap para tokoh yang terdapat
13
dalam cerita atau dalam suatu karya fiktif. Sikap0sikap tersebut seperti
terharu, sedih, benci dan sebagainya.
2. Unsur Ekstrinsik
Unsuk ekstrinsik adalah unsur yang menyusun sebuah karya sastra dari
luarnya, menyangkut aspek psikologis, sosiologis, politik dan kebudayaan. Dalam
karya sastra unsur ekstrinsik lebih ditonjilkan dari pada unsur intrinsik maka hasilnya
bukan lagi merupakan kejian sastra melainkan bersifat kajian politik, sosial, agama
dan sebagainya. Tetapi tidak ada karya sastra yang tumbuh otonom. Karya sastra
selalu berhubungan secara ekstrinsik sifatnya dengan luar sastra, dengan sejumlah
faktor kemasyarakatan seperti tradisi sastra, kebudayaan lingkungan, pembaca sastra
serta kejiwaan mereka, namun perlu juga diketahui, kendati unsur ekstrinsik sifatnya
sebagai penunjang atau pelengkap, tetapi secara fungsional unsur ekstrinsik tetap
memiliki hubungan dengan unsur intrinsik, sehingga hubungan satu sama lain tidak
pernah terpisah sama sekali.
Menrutu Zaidan dkk. (1996:68-89), mengungkapkan bahwa unsur luar dapat
dijadikan bahan pengarang dalam menciptakan karya sastra menjadi bahan
pertimbangan bagi pembaca, seprti biografi, falsafah hidup dan unsur budaya.
Sedangkan unsur intrinsik membangun karya sastra dari luar, latar dan tokoh.
Menurut Semi (1988:35), secara garis besar novel dapat
dikelompokkanmenjadi dua bagian yaitu unsur ekstrinsik dan unsur intrinsik. Unsur
ekstrinsik adalah unsur berada diluar karya sastra yang turut mempengaruhi
kehidupan karya-karya sastra misalnya faktor sosial, politik, agama, budaya dan tata
nilai yang dianut dalam masyarakat. Unsur intrinsik adalah unsur yang berada
didalam tubuh karya sastra yang dapat membangun karya sastra itu seperti tema, alur,
penokohan, gaya dan suasana.
14
Penempatan konflik yang sesuai akan menciptakan suatu karya sastra fiksi
yang menarik dan bermutu. Misalkan pengarang melukiskan peristiwa pemerkosaan
itu menimbulkan konflik batin bagi korbannya dan dampak selanjutnya, atau
seseorang pengarang menggambarkan bentrok fisik antar tokoh akibat dari
perselisihan atau masalah tertentu sehingga menimbulkan korban jiwa dan
pertumpahan darah. Pengarang harus menggambarkan konfliknya dengan segala
kemampuannya. Dengan demikian, sangatlah tepat bila peristiwa-peristiwa yang
ditampilkan pengarang dalam karyanyamendukung konflik dalam cerita.
D. Tinjauan Konflik
Timbulnya konflik disebabkan oleh manusia atau perselisihan. Masalah hidup
dan kehidupan yang dihadapi dan dialami amat luas dan kompleks. Permasalahan
yang dihadapi manusia tidk sama, ada masalah-masalah kehidupan tertentu yang
bersifat universal, artinya hal itu akan dialami orang dimanapun, hal-hal yang
brkaitan dengan masalah cinta, cemas, religius, nafsu dan lain-lain.
Novel yang dianggap sebagai hasil doalog mengangkat dan mengungkapkan
kembali masalah hidup dan kehidupan tersebut setelah mengalami penghayatan yang
intensis, seleksi-subjektif, dengan imajinatif, kreatif oleh pengarang kedalam bentuk
dari rekaan.
Konflik biasanya berkaitan erat dan hasil saling berhubungan antara satu
dengan yang lainnya, bahkan konflik pun hakekatnya merupakan peristiwa. Ada
peristiwa tertentu yang menimbulkan konflik. Sebaliknya bila terjadi konflik
peristiwa-peristiwa lainpun dapat bermunculan.
Adanya saling ketergantungan san saling membutuhkan antara sesama
manusia sehingga konflik bisa saja terjadi, baik itu konflik sosial, konflik alam,
konflik kebudayaan, konflik batin, konflik antar manusia dan lain-lain.
15
Konflik sosial disebabkan oleh pertentangan anggota masyarakat yang bersifat
menyeluruh dalam kehidupan. Konflik alam disebabkan oleh persaingan dua
masyarakat sosial yang mempunyai mempunyai kebudayaan yang hampir sama.
Konflik antar manusia disebabkan adanya kontak sosial antar manusia, masalah-
masalah yang muncul akibat adanya hubungan antar manusia seperti perubahan,
penindasan, percekcokan dan sebagainya. Oleh karena itu manusia disebut sebagai
makhluk yang berkonflik.
Dari penjelasan diatas, konflik dapat melibatkan siapa saja baik orang muda,
rakyat jelata, atau konglomerat. Konflik dapat terjadi karena alasan apa saja. Konflik
merupakan fakta kehidupan yang dapat terjadi ya dialami oleh setiap manusia.
E. Pengertian konflik
Konflik merupakan kegiatan esensial dalam pengembangan alur (Plot) cerita.
Konflik merupakan bagian yang penting dalam sebuah karya sastra. Adanya konflik
dalam sebuah karya sastra akan menambah daya tarik dalam cerita. Tanpa konflik,
karya sastra akan terasa hampa karena pada hakekatnya konflik adalah motivasi
kemanusiaan yang mengandung kuasa untuk menarik minat pembaca.
Konflik juga dapat diartikan sebagai pertentangan yang dapat terjadi antara
seseorang dengan seseorang, antara kelompok dan kelompok, atau seseorang dengan
kelompok, dan biasanya terjadi dengan pihak yang mempunyai tujuan sama, dimana
salah satu pihak atau kedua belah pihak merasa dirugikan, (Anoraks, 1992:42).
Pengertian lain diungkapkan oleh Wellek dan Warren (1989:285), bahwa
konflik adalah sesuatu yang dramatik, mengacu pada pertarungan antara dua kekuatan
yang seimbang dan menyiratkan adanya aksi dan aksi balasan.
16
Dari pengertian diatas maka yang dimaksud dengan konflik dalam pengertian
ini adalah suatu permasalahan yang timbul akrena adanya motivasi yang saling
berbenturan sehingga menimbulkan suatu pertentangan yang terjadi pada diri tokoh
itu sendiri baik dengan dirinya sendiri, tokoh dengan masyarakat, tokoh budaya,
tokoh dengan alam, bahkan tokoh dengan Tuhan.
F. Jenis Konflik
Untuk membedakan jenis konflik yang terdapat dalam ruang lingkup
penelitian ini, maka peneliti merasa perlu menjelaskan istilah tertentu. Sebab kadang
bisa tertangkap suatu maksud pembicaraan seseorang yang diwujudkan dalam bentuk
tulisan, istilah tersebut adalah sebagai berikut :
1. Konflik Alama
Konflik alam ini biasanya dapat muncul tatkala tokoh tidak dapat menguasai
atau memanfaatkan serta membudayakan alam sekitar kemudian terjadilah
konflik itu, (Sayuti, 1996/1997:26).
Batasan tersebut menunjukkan bahwa konflik alam terjadi karena ketidak
mampuan tokoh menguasai alam sehingga alam menjadi masalah bagi dia yang
menyebabkan percekcokan itu muncul. Ketidak mampuan itu bisa terjadi karena
tuntutan alam yang sangat misterius yang menyebabkan tokoh tergiring arus alam
yang tidak cocok bagi dia atas keinginan tokoh tidak sesuai dengan kenyataa alam
itu.
Menurut Keraf (1993:168), konflik alam adalah suatu pertarungan yang
dilakukan oleh seseorang tokoh atau secara sendiri-sendiri atau bersama-sama
melawan kekuatan alam yang mengancam hidup manusia itu sendiri.
Konflik alam ini biasanya adanya pembenturan antara tokoh dengan lingkungan
alam. Misalnyakonflik atau permasalahan yang dialami seseorang tokoh akibat
adanya banjir besar, kemarau panjang, gunung meletus dan sebagainya,
(Nurgiantoro, 1995 : 124).
17
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud konflik alam dalam
penelitian ini adalah pertikaian atau pergaulan seseorang tokoh ataupun kelompok
melawan kekuatan alam ataupun keadaan alam pada saat itu demi keselamatan
hidupnya.
2. Konflik Batin
Konflik batin yaitu konflik dalam diri seseorangtunggal. Konflik jenis ini
sering disebut konflik kejiwaan yang biasanya berupa perjuangan seseorang tokoh
cerita dalam melawan dirinya sendiri sehingga dapat mengatasi dan menentukan
apa yang dilakukan (Suyuti, 1996/1997:26) . hal ini sejalan dengan yang
diungkapkan oleh Keraf (1993:169), bahwa konflik batin adalan suatu
pertarungan individu melawan dirinya sendiri. Dalam konflik ini timbul kekuatan-
kekuatan yang saling bertentangan dalam batin seseorang, misalnya keberanian
melawan kekuatan.
Konflik batin adalah konflik yang terjadi dalam hati, jiwa seseorang tokoh
(atau: tokoh-tokoh) cerita. Jadi merupakan konflik yang dialami manusia dengan
dirinya sendiri, musalnya hal ini terjadi dengan adanya pertentangan satu sama
lain dan tidak mungkin dipenuhi salam waktu yang sama, (Darajat, 1983:26).
Dapat disimpulkan yang dimaksud dengan konflik batin dalam penelitian ini
adalah merupakan suatu pertarungan individu yang terjadi dalam batin manusia
itu sendiri, serigkali untuk membuat sebuah keputusan atas ketetapan maka
terjadilah pergumulan antara dua kekuatan sehingga membawa perubahan pada
tingkah laku individu tersebut.
3. Konflik Antara Manusia (Antar Tokoh)
Konflik antar manusia adalah konflik yang disebabkan adanya kontak sosial
antar manusia, atau masalah-masalah yang muncul akibat adanya hubungan antar
manusia. Misalnya terwujud masalah perubahan, penindasan, percekcokan,
peperangan, atau kasus-kasus hubungan lainnya, (Nurgiantoro, 1995:142).
18
Konflik antar manusia (antar tokoh) adalah konflik antar orang-orang atau
orang dengan masyarakat, konflik jenis ini sering disebut konflik sosial, yang
biasanya konflik tokoh cerita dalam kaitannya denga permasalahan-permasalahan
sosial. Masalah-masalah sosial merupakan masalah yang konpeleks. Oleh karena
itu, jika manusia tidak segera mencari jalan keluarnya, dapt menimbulkan konflik.
Konflik ini mucul dari sikap individu terhadap lingkungan sosialnya mengenai
berbagai masalah, misalnya pertentangan ideologi, konflik kelusrga, dan
sebagainya, (Suyuti, 1996/1997:26).
Konflik antar manusia adalah pertarungan seseorang melawan seseorang
manusia yang lain, seseorang melawan kelompok yang lain yang berkuasa, atau
kelompok melawan kelompok lain, sebuah negara melawan negara lain karena
hak-hak mereka diperkosa.
Jadi dapat disimpulkan bahwa konflik antar manusia (antar tokoh) adalah
suatu pertentangan secara fisik antara manusia atau antar tokoh karena melawan
suatu hal yang bertentangan, dapat berupa peperangan, persaingan, perebutan
kekuasaan dan sebagainya.
4. Konflik manusia dengan Tuhan
Dalam batasan pengertian konflik diatas,bahwa seguah konflik tidak hanya
terbatas pada pertentangan antara tokoh dengan dirinya atau dengan tokoh lain,
maupun dengan sekelompok masyarakat tertentu, tetapi konflik bisa saja terjadi
antar manusia dengan Tuhan. Pertentangan ini erat kaitannya dengan pemehaman
terhadap sebuah hukum atau ketetapan yang ditentukan Tuhan akibat karena
ketidak pahaman dan kurangnya keyakinan tentang hukum atau ketetapan tersebut
sehingga orang bisa saja meninggalkan Tuhannya. Hal ini juga bisa terjadi karena
penderitaan seorang tokoh yang tiada henti-hentinya sehingga dia tidak lagi
mengakui tentang kuasa atau keberadaan tentang Tuhan bahkan membencinya.
19
G. Konflik dalam Prosa Fiksi
Konflik merupakan bagian yang penting dalam suatu karya sastra seperti
roman, novel ataupun cerpen. Dikatakan penting karena konflik dianggap sebagai
dasar yang kuat, sebab tanpa konflik dalam sebuah cerita akan terasa hampa.
Menurut Keraf (1993:166), bahwa motivasi kemampuan dalam semua type
pertikaian atau konflik merupakan dasar narasi yang sangat kuat, dengan
demikian juga mengandung kuasa yang kuat untuk menarik perhatian pembaca.
Konflil dalam sebuah cerita pasti bersumber pada kehidupan. Oleh karena itu,
pembaca dapat terlihat secara emosional terhadapapa yang terjadi dalam cerita.
Pembaca bukan semata-mata sebagai penonton yang menjadikan peristiwa demi
peristiwa atau adegan dengan adegan, tetapi ia dibangkitkan emosinya untuk
kemudian dibawa pada peristiwa-peristiwa yang terjadi.
Konflik yang tanpa adanya masalah (Serius) yang mengacu pada munculnya
konflik, dapat berarti tidak akan ada cerita, dan tidak ada plot. Peristiwa
kehidupan baru terjadi jika munculnya konflik yang sensasioal, bersifat dramatik
dan karenanya menarik untuk diceritakan. Jika hal itu tidak dapat ditemui dalam
kehidupan nyata, pengarang sengaja menciptakan konflik imajiner dalam
karyanya. Konflik yang melibatkan manusia menjadi faktor utama dalam
pertimbangan dalam mengangkat permasalahn dalam sebuah harasi. Karena itu,
penelitian dapat menyimpulkan bahwa konflik merupakan suatu pertikaian dalam
karya fiksi yang melibatkan para tokoh kedalam masalah yang perlu di cari jalan
keluarnya.
H. Kedudukan Konflik Dalam Alur.
Plot atau alur sebuah cerita haruslah bersifat padu antara peristiwa yang satu
dengan yang lainnya, antar peristiwa yang diceritakan terlebih dahulu dengan
yang kemudian ada hubungan, ada sifat yang keterkaitan, kaitan antara peristiwa
tersebut haruslah jelas, logis dapat dikenali hubungan waktu, dan plot atau alur
sebuah cerita haruslah memiliki sifat keutuhan dan kepaduan.
20
Dalam sebuah novel atau cerpen yang baik selalu mengandung konflik. Jadi
wajarlah kalau dikatakan bahwa konflik adalah hakikat atau esenei sebuah novel
atau cerpen. Fiksi selalu menggambarkan pertentangan yang berbenturan
sehingga terjadi rentetan peristiwa yang berbentuk lakon yang biasa disebut plot
(alur).
Plot merupakan kerangka dasar yang sangat penting dalam sebuah kisah,
seperti yang dikatakan oleh Keraf (1993:148), bahwa plot merupakan rangkaian
pola tindak tanduk yang berusaha memecahkan konflik yang terdapat dalam
narasi, yang berusaha memulihkan situasi yang seimbang dan harmonis. Plot atau
alur adalah kerangka dasar yang sangat penting dalam kisah.
Konflik yang dapat terjadi dalam tehap cerita, baik tahap permulaan, tahap
pertikaian, tahap perumitan, tahap puncak, tahap peleraian, dan tahap
penyelesaian. Pada tahap permulaan konflik biasanya hanya berupa pancingan
terhadap masalah yang akan dipaparkan, sedangkan konflik yang sebebnarnya
dapat terlihat pada tahap pertikaian, rumitan dan klimaks.
Dalam sebuah struktur plot suatu cerita disusundalam tahap eksposition, yakni
tahap awal yang berisis penyelesaiain tempat terjadinya peristiwa serta
pengenalan dari setiap pelaku yang mendukung cerita, tahap pertikaian yakni
tahap timbul kekuatan, kehendak maupun perilaku yang bertentangan dengan
pelaku, perumitan yaitu situasi semakin panas dan para pelaku sudah diberi
gambaran nasib oleh pengarang. Tahap puncak yakni situasi puncak ketika para
pelaku itu mendapatkan kadar nasibnya sendiri-sendiri. Tahap peleraian yakni
kadar konflik mulai menurun sehingga ketagangan dalam lakon sudah mereda
menuju penyelesaian. Pada tahap penyelesaian mulai diungkapkan penentuan
penyelesaian dari konflik yang ada. Penyelesaian tidaklah penyelesaian cerita
secara sempurna. Bila akhir penyelesaian sebuah cerpen atau novel
membahagiakan biasanya disebut istilah denoument. Bila akhir carita itu
menyedihkan dikenal dengan istilah catestrophe. Tetapi bila akhir cerita tersebut
21
bersifat terbuka karena pembaca sendiri yang harus menyelesaikan cerita tersebut
dengan imajinasinya sendiri disebut Solution.
I. Kedudukan Konflik dalam Tema
Tema adalah ide sebuah cerita. Pengarang dalam menulis ceritanya bukan
sekedar mau bercerita, tetapi ada sesuatu pesan yang hendak ingin disampaikan
kepada pembacanya. Pesan yang hendak disampaikan pada pembaca tersebut
biasanya masalah kehidupan, pandangan hidup dalam hidup ini atau komentar
terhadap kehidupan ini. Kejadian dan perbuatan tokoh cerita, semuanya didasari
oleh pengarang tersebut, (Soemardjo, 1986:56).
Tema tidak selalu terwujud moral, atau ajaran moral, tema biasanya hanya
bahan mentah pengamatan saja. Pengarang bisa saja hanya mengemukakan suatu
masalah kahidupan, dan problem tersebut tidsak perlu dipecahkan. Pemecahan
terserah pada masing-masing pembaca.
Dalam cerpen atau novel yang berhasil, tema biasanya tersamar dalam seluruh
elemen. Pengarang mempergunakan seluruh dialog-dialog, tokoh-tokohnya, jalan
pikirannya, perasaannya, kejadian-kejadian, setting cerita untuk mempertegas
atau menyarankan isi temanya. Seluruh isi cerita menjadi mempunyai satu arti
dan satu tujuan saja. Dan mempersatukan segalanya itu adalah tema. Jadi jelas
pengarang tidak menyatakan secara jelas tema karangannya, tetapi merasuk
menyatu dalam semua unsur novel maupun cerpen yang lebih baik.
J. Pengarang dan Karyanya.
Ramadhan El Bouthy (Dr. Sa’id Ramadhan El Bouthy), ia lahir pada tahun
1929 di Pulau Buton (tempat terjadinya kusah nyata cinta Mamo dan Zsin), yaitu
sebuah pulau yang terletak disebelah timur laut Syria dan sekarang masuk
kedalam wilayah perbatasn Turki. Ayahnya adalah Seorang Ulama Besar di Turki
dan Syria yang bernama Syaikh Mullah Ramadhan. Dimasa Turki di pimpin oleh
22
Musthafa kamal At-Tarruk, ayah bersama keluarganya pindah ke Damaskus,
Syria. Saat itu, El Bouthy belum genap berusia 4 tahun.
El Bouthy telah menghasilkan banyak karya telah diterjemahkan kedalam
bahasa Inggris, Jerman, Perancis, dan Indonesia. Salah satu karyanya yang paling
fenomenal adalah Fiqh al-Sirah. El Bouthy selain menguasai bahasa dan Sastra
Arab dan Kurdi, ia juga mahir berbahasa Turki, Perancis dan Inggris. Contoh
karyanya yang lain seperti “ketika derita menyepuh cinta”.
23
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode dan Jenis Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian iniadalah metode deskriptif
kualitatif. Dikatakan deskriptif karena keseluruhan data yang dianalisis dan hasil
analisisnya menggambarkna atau melikiskan objek penelitian. Proses penelitian
lebih menempuh penafsiran logika untuk memperoleh jenis dan penyebab
terjadinya konflik dari data yang diteliti. Dikatakan kualitatif karena dalam
penjelasan konsep-konsep yang berkaitan antara satu dengan yang lainnya dengan
digunakan kalimat, dengan mengacu pada satu struktur yang benar dengan
menggunakan pemahaman yang mendalam.
Jenis penelitian yang dugunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kepustakaan yaitu dengan jalan mengadakan studi lewat sejumlah bahan bacaan
yang relevan serta mendukung penelitian ini. Sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif barupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang
dan pelaku yang dapat diamati, (Sudarto, 1997:62).
B. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data tertulis, yaitu
Novel Mamo Zein karya Ramadhan El Bouthy, yang diterbitkan oleh
REPUBLIKATA (PENERBIT KOMUNITAS MUSLIM) bekerjasama dengan
Richmoslem.com Group Jakarta-Indonesia 2011 dengan jumlha 275 halaman.
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu teknik baca catat.
Teknik baca catat dilakukan oleh peneliti dengan membaca secara keseluruhan isi
novel Mamo Zein karya Ramadhan El Bouthy. Dengan senantiasa melakukan
24
pencatatan terhadap hal-hal yang peneliti anggap penting sebagai acuan dalam
menganalisis data yang sudah peneliti peroleh.
D. Teknik Analisis
Dalam menganalisis novel mamo Zein karya Ramadhan El Bouthy, peneliti
menggunakan pendekatan obyektif yang memadang karya sastra suatu yang
bersifat otonom dan dapat berdiri sendiri.
Menrut Wahid (1997:59-60), pendekatan objektif srtuktural mengacu pada
pendekatan karya sastra sebagai seuatu kebulatan makna yang menggunakan
bahasa sebagai alatnya. Berdasarkan pendapat tersebu, maka analisis dalam
penelitian dilakukan dengan menganalisis secara objektif dan sistematis
mengadakan pemeriksaan secara selektif terhadap kebahasaan sata secara teliti
dan hati-hati, serta berusaha untuk menemukan hasilnya sebagai suatu kesimpulan
yang dijadikan sebagai materi dalam pembahasan ini.setelah data-data mengenai
konflik-konflik yang terjadi pada setiap peristiwa dikumpulkan. Peneliti
kemudian mengelompokkan konflik tersebut sesuai dengan jenis konflik
kemudian menginterpretasikan sesuai dengan kemampuan peneliti agar analisa itu
mudah di pahami.
25