Transcript

Bab 1 Pendahuluan

a. Latar belakang

Membuat film adalah suatu kerja kolaboratif. Sebuah film dihasilkan oleh kerjasama berbagai macam variabel yang saling mendukung. Di antara berbagai variabel itu adalah skenario, yang dianggap sebagai suatu variabel penting, karena secara prosedural merupakan bagian dari tahap awal pembuatan sebuah film. Langkah pertama seorang produser dalam membuat film adalah mencari cerita yang layak. Menurut Winston (1973:199), pembuatan film adalah proses kreatif berkesinambungan yang bisa dibagi dalam tiga tahap: penulisan skenario, penyutradaraan dan penyuntingan.Skenario dianggap penting dalam pembuatan film, karena keberadaannya merupakan rancangan untuk membuat film. Sebuah skenario yang baik telah menjadi sebuah film dalam bentuk tertulis. Dalam sebuah skenario yang sempurna, visualisasi dari gagasan sebuah film sudah tergambar dengan jelas. Secara rinci, dalam sebuah skenario tertulis elemen-elemen sebuah film seperti dramaturgi, konsep visual, montase, karakterisasi, pengadeganan, dialog, dan tata suara (Herman, 1952). Sebuah film dibuat berdasarkan skenario tersebut.Hal ini membuktikan betapa pentingnya skenario. Berdasarkan sebuah skenario yang buruk, sebuah film yang baik tidak mungkin dihasilkan. Berdasarkan skenario yang baik, kemungkinan untuk menghasilkan film yang baik lebih besar. Sebuah film, sebagai produk kesenian maupun sebagai medium, adalah suatu cara untuk berkomunikasiada sesuatu yang ingin disampaikan pada penonton. Menurut Stephenson (1976:20), salah satu aspek kesenian adalah komunikasi, dan hanya punya arti bila disana terdapat setidaknya dua orang yang mempunyai perhatian terhadapnya. Sang seniman bahkan kadangkala berlaku sebagai penonton bagi karyanya sendiri.Dalam hal film, cara berkomunikasinya adalah cara bertuturada tema, tokoh, cerita, secara audiovisual, yang pada akhirnya mengkomunikasikan suatu pesan eksplisit maupun implisitsecara dramatik.Menurut Bordwell, cara bertutur ini adalah menghadirkan kembali kenyataan, dengan makna yang lebih luas (1985:xi). Film yang paling tidak komunikatif pun ingin menyampaikan sesuatu. Makin komunikatif sebuah film, makin mulus penyampaian gagasan yang dikandungnya pada penonton. Cara bertutur adalah bagian dari teknik berkomunikasi, yakni bagaimana sebuah film menancapkan pesan ke benak penonton, dengan cara yang mengesankan (Jowett, 1980:87-101). Pengertian mengesankan dalam hal ini: penonton memahami sebuah pesan bukan karena pemberitahuan mentah-mentah, melainkan berdasarkan pengalaman yang didapatnya dari sebuah film. Dengan begitu, sebuah film dianggap berhasil berkomunikasi secara baik jika berhasil menyampaikan pesan secara mengesankan. Kemampuan untuk menuntun penonton kepada identifikasi dengan tokoh adalah bagian terbesar dari ketrampilan seorang penulis skenario (Jowett, 1980:92).Herman (1952:3) menyatakan: Skenario film adalah komposisi tertulis yang dirancang sebagai semacam diagram kerja bagi sutradara film. Skenario ini yang menjadi dasar pemotretan sekuen-sekuen gambar. Ketika disambung-sambung, sekuen-sekuen ini akan menjadi sebuah film yang selesai, setelah efek suara dan latar musik yang cocok dibubuhkan.Lebih lanjut Herman mengatakan bahwa tidak seperti naskah drama atau novel, skenario film jarang menjadi karya sastra. Seperti blue print dalam arsitektur, hanya berfungsi sebagai penghubung kemana gambar-hidup itu mesti melewatinya, sebelum tampil dalam struktur sebuah film yang utuh. Skenario lebih ditekankan sebagai suatu fungsi, yakni sebagai rancangan untuk membuat film. Namun demikian, skenario film masih memiliki ruang untuk menjadi karya tekstual. Dengan kata lain, skenario bisa tidak menjadi penghubung, melainkan menjadi karya tekstual yang mandiri. Dalam hal ini, skenario film bukan hanya sebuah fungsi, melainkan juga substansi.John Gassner (via Winston, 1973:13) mengatakan bahwa skenario film bukan hanya bisa disadari sebagai bentuk sastra yang baru, namun sebagai bentuk sangat penting yang mempunyai otonominya sendiri.Dengan demikian, untuk memahami sebuah film bisa dilakukan dengan cara mengkaji scenario film. Film Ada Apa Dengan Cinta merupakan film terbaik pada ajang Piala Citra Festival Film Indonesia 2004. Hal ini menjadi sangat menarik jika dikupas dari segi struktur maupun hal-hal luar yang turut membangunnya.

b. Masalah

Bagaimana struktur sintaksis yang terdapat dalam naskah film/scenario film Ada Apa Dengan Cinta ? Bagaimana struktur semantic yang terdapat dalam naskah film/scenario film Ada Apa Dengan Cinta ? Bagaimana struktur pragmatic yang terdapat dalam naskah film/scenario film Ada Apa Dengan Cinta ? Apa saja unsur-unsur pementasan yang terdapat dalam naskah film/scenario film Ada Apa Dengan Cinta ? Bagaimana aspek pertunjukan yang terdapat dalam film Ada Apa Dengan Cinta ? Apa saja yang terdapat dalam naskah film/scenario film Ada Apa Dengan Cinta ? ditinjau melalui kajian sosiologi sastra?

c. Tujuan

Secara teoritis dapat melihat bgaimana struktur yang terdapat dalam naskah film/scenario film Ada Apa Dengan Cinta ?. Secara aplikatif dapat menilai baik-buruknya suatu karya dan melihat hal-hal apa saja yang terdapat dalam naskah film/scenario film Ada Apa Dengan Cinta ? Secara umum sebagai bahan bacaan yang dapat menambah wawasan pembaca mengenai penganalisisan naskah film/scenario film Ada Apa Dengan Cinta ?

d. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologi sastra, yaitu pendekatan yang mengkaji karya sastra berdasrkan perhatian pada aspek dokumenter sastra, dengan landasan suatu pandangan bahwa sastra merupakan gambaran atau potret fenomena sosialLangkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini sebagai berikut. Pertama, teks dianalisis secara struktural menurut Todorov. Analisis yang dilakukan meliputi analisis struktur alur, pengeluran, tokoh, dan latar. Selanjutnya dilakukan analisis aspek-aspek yang merupakan cerminan masyarakat dan nilai-nilai yang terdapat dalam naskah film/scenario film Ada Apa Dengan Cinta .

e. Sistematika Penulisan

Tulisan ini mengikuti sistematika sebagai berikut:Bab 1 mengemukakan pendahuluan yang meliputi latar belakang, masalah, tujuan, pendekatan, dan landasan teori. Bab 2 berisi analisis struktur naskah naskah film/scenario film Ada Apa Dengan Cinta ?yang meliputi analisis alur dan pengaluran. Bab 3 membahas masalah tokoh dan latar. Bab 4 mengungkapkan aspek-aspek yang merupakan cerminan masyarakat dan nilai-nilai yang terdapat dalam naskah naskah film/scenario film Ada Apa Dengan Cinta ?.

Bab 2 Landasan Teori

Teori Sosiologi SastraSosiologi sastra atau sosiokritik dianggap sebagai disiplin yang baru. Sebagai disiplin yang berdiri sendiri, sosiologi sastra dianggap baru lahir di abad ke-18, ditandai dengan tulisan Madame de Stael (Albrecht, dkk., eds., 1970:xi; Laurenson dan Swingewood, 19972:25-27 dalam Ratna: 2013). Secara bahasa, Ratna Nyoman K. (2003:1) menguraikan istilah sosiologi sastra sebagai berikut.Sosiologi sastra berasal dari kata sosiologi dan sastra. Sosiologi berasal dari akar kata sosio (Yunani) (socius berarti bersama-sama, bersatu, kawan, teman) dan logi (logos berarti sabda, perkataan, perumpamaan). Perkembangan berikutnya mengalami perubahan makna, sosio/socius berarti masyarakat, logi/logos berarti ilmu. Jadi, sosiologi berarti ilmu mengenai asal-usul dan pertumbuhan (evolusi) masyarakat, ilmu pengetahuan yang mempelajari keseluruhan jaringan hubungan antar manusia dalam masyarakat, sifatnya umum, rasional, dan empiris. Sastra dari akar kata sas (Sansekerta) berarti mengarahkan, mengajar, memberi petunjuk dan instruksi. Akhiran tra berarti alat, sarana. Jadi, sastra berarti kumpulan alat untuk mengajar, buku petunjuk atau buku pengajaran yang baik. Makna kata sastra bersifat lebih spesifik sesudah terbentuk menjadi kata jadian, yaitu kesusastraan, artinya kumpulan hasil karya yang baik. Sosiologi sastra merupakan ilmu yang dapat digunakan untuk menganalisis karya sastra dengan mempertimbangkan aspek-aspek kemasyarakatannya. Paradigma sosiologi sastra berakar dari latar belakang historis dua gejala, yaitu masyarakat dan sastra: karya sastra ada dalam masyarakat, dengan kata lain, tidak ada karya sastra tanpa masyarakat. Sosiologi sastra bertolak dari orientasi kepada semesta, namun bisa juga bertolak dari orientasi kepada pengarang dan pembaca. Wilayah sosiologi sastra cukup luas. Welek dan Weren (1993: 111) mengklasifikasi sosiologi sastra menjadi tiga bagian: 1) sosiologi pengarang yang mempermasalahkan status sosial, ideologi sosial, dan yang menyangkut pengarang sebagai penghasil sastra; 2) sosiologi karya sastra yang mengetengahkan permasalahan karya sastra itu sendiri, yang menjadi pokok permasalahannya adalah apa yang tersifat dalam karya sastra dan apa yang menjadi tujuannya; dan 3) sosiologi yang mempermasalahkan pembaca dan pengaruh sosial karya sastra.Klasifikasi tersebut tidak jauh berbeda dengan bagan yang dibuat oleh Ian Watt. Telaah suatu karya sastra menurut Ian Watt akan mencakup tiga hal, yakni konteks sosial pengarang, sastra sebagai cermin masyarakat, dan fungsi sosial sastra. Hal ini dijelaskan Damono sebagai berikut:Ian Watt menjelaskan hubungan timbal balik sastrawan, sastra dan masyarakat sebagai berikut: 1) Konteks sosial pengarang yang berhubungan antara posisi sosial sastrawan dalam masyarakat dengan masyarakat pembaca. Termasuk faktor-faktor sosial yang bisa mempengaruhi si pengarang sebagai perseorangan selain mempengaruhi karya sastra. 2) Sastra sebagai cermin masyarakat, yang dapat dipahami untuk mengetahui sampai sejauh mana karya sastra dapat mencerminkan keadan masyarakat ketika karya sastra itu ditulis, sejauh mana gambaran pribadi pengarang mempengaruhi gambaran masyarakat atau fakta sosial yang ingin disampaikan, dan sejauh mana karya sastra yang digunakan pengarang dapat dianggap mewakili masyarakat. 3) Fungsi sosial sastra, untuk mengetahui sampai berapa jauh karya sastra berfungsi sebagai perombak, sejauh mana karya sastra berhasil sebagai penghibur dan sejauh mana nilai sastra berkaitan dengan nilai sosial (Damono, 2004:3).Junus (1985: 84-86) mengemukakan, bahwa yang menjadi pembicaraan dalam telaah sosiologi sastra adalah karya sastra dilihat sebagai dokumen sosial budaya. Ia juga menyangkut penelitian mengenai penghasilan dan pemasaran karya sastra. Termasuk pula penelitian tentang penerimaan masyarakat terhadap sebuah karya sastra seorang penulis tertentu dan apa sebabnya. Selain itu juga berkaitan dengan pengaruh sosial budaya terhadap penciptaan karya sastra, misalnya pendekatan Taine yang berhubungan dengan bangsa, dan pendekatan Marxis yang berhubungan dengan pertentangan kelas. Tak boleh diabaikan juga dalam kaitan ini pendekatan strukturalisme genetik dari Goldman dan pendekatan Devignaud yang melihat mekanisme universal dari seni, termasuk sastra. Sastra bisa dilihat sebagai dokumen sosial budaya yang mencatat kenyataan sosio-budaya suatu masyarakat pada suatu masa tertentu. Pendekatan ini bertolak dari anggapan bahwa karya sastra tidak lahir dari kekosongan budaya. Bagaimanapun karya sastra itu mencerminkan masyarakatnya dan secara tidak terhindarkan dipersiapkan oleh keadaan masyarakat dan kekuatan-kekuatan pada zamannya. Swingewood (1972:17 dalam Yasa, 2012) membuat tiga perspektif dalam melihat fenomena sosial dalam karya sastra. Pertama, perspektif yang paling populer mengambil aspek dokumenter sastra yang memberikan perhatian pada cermin zaman. Perspektif ini memfokuskan perhatian pada teks sastra sebagai objek kajian dengan asumsi dasarnya adalah bahwa karya sastra merupakan cermin zaman Dengan demikian, sosiologi sastra menaruh perhatian pada aspek dokumenter sastra, dengan landasan suatu pandangan bahwa sastra merupakan gambaran atau potret fenomena sosial. Pada hakikatnya, fenomena sosial itu bersifat konkret, terjadi di sekeliling kita sehari-hari, bisa diobservasi, difoto, dan didokumentasikan. Oleh pengarang, fenomena itu diangkat kembali menjadi wacana baru dengan proses kreatif (pengamatan, analisis, interpretasi, refleksi, imajinasi, evaluasi, dan sebagainya) dalam bentuk karya sastra. Kedua, perspektif kedua tentang sosiologi sastra mengambil cara lain dengan memberikan penekanan pada bagian produksi dan lebih khusus pada situasi sosial penulis. Pada perspektif kedua ini, fokus perhatian penelitian diarahkan pada pengarang sebagai pencipta karya sastra. Perspektif kedua ini bertolak dari asumsi dasar bahwa karya sastra merupakan cermin situasi sosial penulis.Ketiga, perspektif ketiga menuntut satu keahlian yang lebih tinggi, mencoba melacak bagaimana suatu karya sastra benar-benar diterima oleh masyarakat tertentu dan pada suatu momen sejarah tertentu, mempokuskan perhatian pada penerimaan masyarakat terhadap karya sastra terkait dengan momen sejarah. Asumsi dasarnya adalah karya sastra sebagai refleksi peristiwa sejarah. Berdasarkan uraian di atas, analisis prosa fiksi, drama, puisi dengan menggunakan teori sosiologi sastra dapat dilakukan atas tiga langkah. Langkah pertama adalah menganalisis struktur suatu karya sastra. Analisis struktur tidak berbeda dengan analisis pada kajian lainnya. Langkah kedua mendeskripsikan bagaimana konteks sosial teks tersebut. Konteks sosial teks tersebut harus dikaitkan dengan konteks sosial dunia nyata/Zamannya. Langkah ketiga mendeskripsikan bagaimana nilai sosial/ fungsi sosial karya dalam masyarakat. Artinya, kita harus melihat bagaimana masyarakat memandang karya sastra itu. Yang terpenting dalam kajian ini adalah langkah utama, yaitu dalami masalah sekaitan dengan hal yang terjadi di masyarakat.

Bab 3 Pembahasan

a. Analisis Aspek Tekstuala.1 Analisis Aspek Sintaksis Model Barthes/Todorov Sebenarnya, suatu karya disebut drama apabila dipanggungkan, begitupun dengan karya disebut naskah film apabila dilayarputihkan. Dengan demikian, analisis film tidak terlepas dari analisis pelayarputihan. Itulah sebabnya sangat sedikit analisis tentang naskah film. Sebagaimana kita ketahui, film dibuat semirip mungkin dengan cerita, merealisasikan hayalan sekalipun seolah-olah tampak nyata dalam kehidupan. Analisis film secara tekstual sah-sah saja, sebenarnya analisis teks film/naskah film yang tidak disertai analisis pelayarputihannya tidak jauh berbeda dengan analisis cerpen atau novel karena keduanya bersifat naratif. Untuk menganalisis aspek sintaksisnya, dapat diguakan teori aspek sintaksis dari Todorov, teori Aktan atau teori fungsi dari Greimas. Dalam kajian ini pengkaji menggunakan teori Todorov. Film ini terdiri dari 49 adegan. a.1.1 SinopsisADA APA DENGAN CINTA?

Cinta (Dian Sastrowardoyo) dan keempat temannya yakniAlya (Ladya Cherill), Carmen (Adinia Wirasti), Maura (Titi Kamal) dan Milly (Sissy Priscillia)adalah siswa SMA pengurus mading di sekolahnya. Lebih dari itu mereka bersahabat dengan prinsip masalah salah satu diantara kita adalah masalah kita semua, musuh salah satu diantara kita adalah musuh kita semua. Persahabatan mereka tidak mainmain, kapanpun mereka siap membantu satu sama lain bila ada masalah yang menimpa. Cinta bahkan membuat puisi tentang persahabatan mereka berjudul Aku ingin bersama selamanya yang ia ikutkan juga pada lomba puisi di sekolahnya.Persahabatan mereka diuji kala Cinta menyukai Rangga (Nicholas Saputra). Bermula dari menangnya Rangga pada lomba puisi yang biasanya dimenangkan Cinta, Cinta yang merupakan pengurus mading tersinggung karena Rangga tidak pernah mengirim karya puisinya. Ia berfikir Rangga tidak pernah menganggap mading sekolah ada. Ketersinggungan Cinta bertambah saat Rangga menolak wawancara yang akan ia lakukan untuk mengisi profil pemenang lomba puisi di sekolahnya itu. Rangga menganggap ia tidak pernah mengikuti lomba puisi itu apalagi memenanginya.Cinta menceritakan kegeramannya dan ditanggapi serius oleh keempat sahabatnya.Carmenyang tomboy bahkan siap menimpal Rangga namun Cinta menolaknya. Kondisi ini jugalah yang membatalkan Alya membagi masalah tentang kekerasan yang terjadi pada keluarganya kepada Cinta di telfon.Kegeraman Cinta berakhir saat Rangga mengucapkan terima kasih kepadanya. Berawal dari hilangnya buku Rangga yang berjudul Aku karya Syumanjaya, Cinta yang menemukan buku itu mengembalikannya kepada Rangga. Semenjak kejadian itu mereka menjadi dekat apalagi keduanya sama-sama menyukai puisi.Kedekatan Rangga mulai mengganggu hubungan Cinta dengan keempat sahabatnya. Cinta datang terlambat ke konser Pas karena sebelumnya jalan-jalan bersama Rangga ke Kwitang tempat membeli buku-buku bekas. Dikesempatan yang lain ketika keempat sahabat Cinta di lapangan basket, Cinta sedang mengunjungi Rangga dan menemaninya memasak.Puncaknya adalah pada saat Cinta membatalkan janji bertemu keempat sahabatnya. Berkilah pergi berobat ke dokter, Cinta pergi ke caf bersama Rangga. Disaat bersamaan Alya yang stress sangat membutuhkan Cinta tetapi dengan alasan yang sama Cinta menolak kedatangan Alya ke rumahnya.Disaat sahabatnya sedang kesulitan dengan masalah yang menimpa, Cinta berkencan dengan Rangga di sebuah caf. Dengan diiringi petikan gitar Cinta membacakan puisi ciptaan Rangga. Puisi kesepian, kesendirian yang ternyata menggambarkan keadaan Alya yang tidak tahan dengan masalah yang membelitnya. Ia mencoba bunuh diri dengan memutus urat nadi ditangannya. Suasana yang sangat kontras dari perinsip persahabatan yang Cinta dengung dengungkan.Saat Cinta pulang ia sedih mendengar kabar Alya dirawat di rumah sakit akibat percobaan bunuh diri. Di rumah sakit Maura melarang Cinta bertemu Alya. Ia dan temantemanya yang lain kecewa karena Cinta telah berbohong. Cinta sangat menyesal dan atas kejadian itu ia menganggap Rangga lah penyebab perubahan dirinya. Cinta lantas meminta Rangga tidak menemuinya. Rangga pun sepakat bahwa ia tidak akan menghubungi Cinta lagi.Di rumah sakit Cinta berterus-terang pada Alya bahwa ia berbohong dan Alya pun tahu bahwa Cinta berkencan dengan Rangga. Cinta yang saat berkata jujur kepergok teman-teman yang lainnya juga meminta maaf atas kejadian itu. Ia pun menerangkan tidak akan berhubungan dengan Rangga lagi.Cinta menjadi seorang pelamun, dan ini disadari betul oleh keempat sahabatnya. Setelah di desak akhirnya Cinta mengakui bahwa ia jatuh cinta kepada Rangga. Keempat sahabatnya lantas mendesak Cinta untuk meminta maaf dan mengatakan perasaan Cinta yang sebenarnya kepada Rangga.Rangga ternyata berencana pindah sekolah ke Amerika bersama Ayahnya. Ia sangat gelisah bahkan hanya untuk sekedar berpamitan kepada Cinta. Atas informasi dari Pak Wardiman, Cinta dan teman temannya mengetahui rencana Rangga ke Amerika dan mereka lantas menyusul Rangga ke Bandara. Di Bandara Cinta berhasil menemui Rangga dan mengungkapkan isi hati yang sebenarnya. Cinta juga meminta Rangga membatalkan niatnya sekolah di Amerika. Namun Rangga tetap pergi meninggalkan Cinta. Ia memberi Cinta buku yang pada halaman terakhirnya terdapat puisi dengan judul "Ada Apa Dengan Cinta?". Rangga berjanji akan kembali di saat bulan purnama tiba.

a.1.2 Bentuk Penulisan Skenario

Penulisan skenario naskah film Ada Apa Dengan Cinta menggunakan model bertutur stuktur tiga babak. Penulisan dengan model struktur tiga babak ini mementingkan keterikatan penonton pada jalan cerita, tanpa membebaninya. Juga merupakan cara bertutur yang dianggap klasik, yaitu lewat cerita yang bergerak menuju klimaks lewat struktur tiga babak. Film yang menggunakan skenario jenis ini terbagi dalam tiga pembabakan.Babak I (pembukaan)- Memperkenalkan karakter tokoh dengan segenap persoalannya,Cerita di buka dengan persahaban Cinta, Alya, Milly, Maura dan Karmen. Permasalahan di keluarga Alya menjadi permasalahan awal yang membuat mereka semakin merasa persahabatan di antara mereka tidak main-main. - Menghadapkan para tokoh pada problema / krisis yang seolah-olah tak bisa diselesaikannya,Pengumuman lomba puisi menjadi permasalahan baru karena bukan Cinta yang memenangkan lomba.Keengganan Rangga untuk di wawancara sebagai orang yang memenangkan lomba membuat puisi- Memperkenalkan tokoh antagonis,Tokoh Borne menjadi penghalang dalam hubungan Cinta dan Rangga- Membangun alternatif yang mengerikan.Borne memukuli Rangga untuk tidak mendekati Cinta lagiBabak II (tengah)- Mengintensifkan problem sang tokoh dengan sejumlah komplikasi.Cinta mulai tertarik pada tokoh Rangga, tetapi Cinta sudah terlanjur berkata Rangga orang paling menyebalkan, Cinta juga berkata dia sangat membenci Rangga dan melarang mendekati Rangga. Sehingga Cinta menyembunyikan kedekatannya dengan Rangga. Cinta mulai berbohong pada keempat sahabatnya. Permasalahan di keluarga Alya semakin rumit, Alya sangat membutuhkan Cinta, tetapi Cinta memilih pergi bersama Rangga. Alya bunuh diri dan Cinta merasa semua itu kesalahan Cinta. Cinta menjauhi Rangga dan membuat Cinta menjadi pelamun. Sementara Rangga akan segera pergi ke NY Babak III (penutup)- Memecahkan masalah seperti yang dikehendaki penonton, yakni sang tokoh selamat, sukses (atau sebaliknya, nasib sang tokoh berakhir secara tragis).Cinta menyusul Rangga ke bandara dan mereka bertemu dalam waktu singkat, tetapi perpisahan itu membuahkan suatu kepastian cinta yang Cinta harapkan.

a.1.3 Alur dan Pengalurana.1.3.1 PengaluranSebelum sampai pada analisis alur naskah film/scenario film Ada Apa Dengan Cinta?, perlu dibicarakan pula bagaimana alur itu dijalin. Dengan kata lain, perlu dianalisis bagaimana pengaluran naskah film/scenario film tersebut. Dari analisis keseluruhan dapat ditemukan 60 sekuen. Ke-60 sekuen tersebut terdapat 1 sekuen bayangan dan 1 sekuen kilas balik. Cerita diawali dengan kisah keluarga Alya dengan menampilkan persahabatan diantara Cinta, Maura, Milly, Karmen dan Alya (sekuen 1). Persahabatan diantara mereka semakin diperkuat dengan pengertian Cinta, Maura, Milly dan Karmen terhadap Alya dengan tidak membahas masalah keluarga Alya lebih jauh (sekuen 2) keengganan Alya membahas masalah keluarganya membuat Cinta berusaha mengalihkan topik pembicaraan dengan menyayikan musikalisasi puisi buatan dirinya yang dikirim ke lomba di sekolah (sekuen 3).Sekuen selanjutnya merupakan keadaan saat pengumuman pemenang lomba puisi, ketika para siswa kecewa saat memengetahui bukan Cinta pemenangnya. Kekecewaan ini karena biasanya Cinta lah yang memenangkan lomba puisi tersebut (sekuen 4). Rangga sebagai pemenang lomba puisi tidak kunjung datang. Rangga tidak peduli dengan pengumuman tersebut karena ia merasa tidak pernah mengirimkan puisinya, pak Wardimanlah yang mengirimkan ke panitia lomba (sekuen 5). Selanjutnya, terdapat sekuen bayangan ketika Cinta, Maura, Karmen, Milly dan Alya sangat antusias merencanakan acara nonton konser PAS band (sekuen 6). Kemudian sekuen 4 membuat Cinta penasaran dengan sang pemenang lomba. Cinta membaca dengan serius puisi karya Rangga yang di kirim ke panitia lomba (sekuen 7) keseriusan Cinta juga membuat Karmen, Maura, Milly dan Alya juga penasaran terhadap kualitas cerpen yang di buat oleh Rangga (sekuen 8). Setelah Cinta membaca dengan serius puisi tersebut, Cintapun berfikir kenapa kalau Rangga bisa nulis, Rangga tidak pernah mengirimkan tulisannya ke madding. Cinta pun langsung mengambil kesimpulan Rangga tidak mengakui keeksistensian madiing, yang membuat Cinta tersinggung (sekuen 9). Disamping rasa penasaran Cinta, Cintapun bertugas untuk mewawancarai Rangga selaku pemenang lomba untuk berita di madding (sekuen 10). Namun pertemuan Cinta dan Rangga tidak berjalan lancer, Rangga dengan sikap dinginnya tidak mau di wawancarai karena ia merasa tidak pernah mengirimkan puisinya, perdebatan Cinta dan Rangga pun berujung kekesalan yang memuncak pada diri Cinta (sekuen 11). Cintapun memuntahkan kekesalannya kepada Milly, Karmen, Maura dan Alya, Cinta pun meminta agar teman-temannya menjauhi Rangga hal tersebut di tulis di buku persahabatan (sekuen 12).Pada sore hari sepulang sekolah, Alya menelepon Cinta dan berusaha menenangkan Cinta agar tidak kesal lagi, Alya pun mengingatkan Cinta tentang janjinya bersama Borne (sekuen 13). Kedatangan Borne ke rumah Cinta membuat Cinta semangat untuk pergi, tapi tujuan Cinta kini berbeda Cinta sengaja membatalkan rencana nonton karena Cinta ingin ke toko buku (sekuen 14). Cinta berusaha menghindari Borne karena Cinta ingin mencari buku seperti milik Rangga, Aku karya Sumanjaya (sekuen 15).Cinta berusaha mendekati Rangga, Cinta mengirinkan surat tetapi hal tersebut membuat Rangga marah (sekuen 16). Ketika Rangga menemui Cinta untuk mempertanyakan maksud surat tersebut, Rangga tidak sengaja menjatuhkan buku Aku karya Sumanjaya, hal tersebut membuat Rangga panik (sekuen 17). Cinta mengambil buku yang tak sengaja di jatuhkan Rangga, sejak itulah Cinta membaca buku tersebut sampai larut malam yang membuat Cinta selalu telat (sekuen 18).Cinta berusaha mengembalikan kembali buku Rangga, Cinta bungkus dengan rapih dan ia taruh di bangku meja sekolah (sekuen 19). Rangga merasa sangat bahagia akhirnya bukunya kembali lagi, Rangga segera menemui Cinta untuk mengucapkan terima kasih (sekuen 20). Pertemuan ini membuahkan perbincangan yang menarik diantara mereka, hobi membaca buku sastra membuat mereka nyambung, Rangga pun menawarkan untuk pergi bersama ke toko buku langganannya di Kwitang (sekuen 21). Cinta sangat antusias terhadap tawaran Rangga, Cinta memutuskan untuk pergi ke Kwitang bersama Rangga (sekuen 22). Sementara di tempat berbeda, Milly, Maura, Karmen dan Alya gelisah menunggu kedatangan Cinta. Acara konser PAS band sudah di mulai sementara Cinta tidak kunjung datang (sekuen 23). Cinta baru ingat akan janjinya kepada teman-temannya untuk menonton konser PAS band, tetapi Rangga tidak menunjukan rasa simpatinya sama sekali, Rangga berusaha untuk menahan Cinta sementara Cinta ingin pergi. Terjadilah perdebatan antara Cinta dan Rangga (sekuen 24). Cinta datang ke acara konser dan bersikap seperti biasanya (sekuen 25). Alya mendatangi rumah Cinta, ia ingin menginap karena kondisi keluarganya yang sedang banyak banyak masalah, Alya berusaha menghindari kekerasan yang sering dilakukan ayahnya ketika marah besar (sekuen 26). Alya berusaha mengalihkan pembicaraan dengan bertanya tentang musikalisasi puisi yang sedang di nyanyikan oleh Cinta. Perbincanganpun berlanjut sampai-sampai Cinta keceplosan menceritakan tentang Rangga. Cinta mengakui bahwa sebab ia terlambat dating ke konser karena ia pergi bersama Rangga (sekuen 27). Rangga merasa keterlaluan telah berbuat kasar kepada Cinta ketika di Kwitang, Ranggapun berniat meminta maaf dengan menemui Cinta di lapang basket (sekuen 28). Tapi kehadiran Rangga ini membuat Cinta merasa rishi karena banyak orang yang memandangi mereka (sekuen 29). Hal ini membuat Borne marah, Borne tidak ingin jika Cinta dekat dengan Rangga (sekuen 30). ketika pertandingan basket sedang memanas, Borne tiba-tiba menghilang hal ini membuat Cinta cemas (sekuen 31). Borne dengan teman-temannya menghampiri Ranga yang sedang berada di belakang sekolah, Borne berusaha mengancam agar Rangga tidak mendekati Cinta lagi, tetapi Rangga sebagai lelaki yang jantan tidak mau menerima hal tersesbut karena Borne tidak punya hak untuk membatasi pergaulan maka baku hantampun tak terelakan lagi Rangga melawan empat orang (sekuen 32). Aksi borne tidak cukup sampai disitu, Borne juga menyebarkan gossip keluarga Rangga (sekuen 33). Cinta berusaha memastikan kabar yang beredar (sekuen 34). Cinta berusaha menemui Rangga ke kelasnya namun Rangga tidak masuk (sekuen 35). Akhirnya Cinta bertanya kepada pak Wardiman, dari pak Wardimanlah Cinta mendapat alamat rumah Rangga (sekuen 36). Cinta mengunjungi rumah Rangga (sekuen 37). Sementara ke empat sahabat Cinta menghawatirkan Cinta yang kini mulai jarang berkumpul. Di telepon ke rumahnyapun Cinta tidak berada di rumah (sekuen 38). Sementara di rumah Rangga Cinta sangat menikmati kebersamaannya bersama keluarga Rangga, Cinta memasank bersama (sekuen 39). Di tempat berbeda keempat sahabat Cinta terus menduga-duga penyebab Cinta berubah (sekuen 40). Ketika Cinta sedang makan, tiba-tiba ada seseorang melembar bom molotok ke rumah Rangga (sekuen 41). Kedekatan Cinta dan Rangga semakin intens, Rangga mengajak cinta pergi kesebuah kafe (sekuen 42). Cinta mengalami kegalauan, karena Cinta sudah mempunyai janji dengan keempat temannya, (sekuen 43). akhirnya Cinta berbohong kepada ke empat temannya dan memutuskan untuk pergi bersama Rangga (sekuen 44). Cinta di perkenankan membawakan sebuah lagu yang ia buat dari puisinya Rangga (sekuen 45). Cinta dan Rangga pulang sampai larut malam, sehingga sulit menemukan kendaraan umum, Cinta dan Rangga akhirnya berjalan kaki (sekuen 46). Ketika Cinta sampai di rumah, ayah dan ibu Cinta hendak pergi kerumah sakit. Cinta sangat terkejut mendengar bahwa Alya berusaha bunuh diri (sekuen 47). Di rumah sakit, Karmen, Maura, dan Alya sudah berada di depan kamar Alya. Ke tiga temannya tersebut Nampak kecewa dan marah terhadap Cinta (sekuen 48). Di sekolah keadaan persahabatan di antara Cinta dank e tiga kawannya mengalami kekacauan. Maura menjadi pemarah dan bertengkar terus dengan Karmen sementara Milly hanya bisa menangis dan kembali menyadarkan mereka agar tidak bertengkar. Cinta tidak berani menemui sahabatnya, ia masih terpukul dengan semua kejadian itu (sekuen 49). Cinta menemui Rangga dan ia mengungkapkan perasaannya yang gunah dan berharap tidak bertemu Rangga lagi, karena Cinta berfikir kebersamaan mereka membuat Cinta berubah (sekuen 50). Cinta berusaha meminta maaf kepada Aly dengan menceritakan kejadian pada malam itu, ketika Cinta sedang bercerita ketiga temannya ikut mendengar pengakuannya yang pergi bersama Rangga (sekuen 51). Keputusan Cinta tidak berhubungan lagi dengan Rangga membuat ia tersiksa, Cinta kini menjadi pemurung dan pelamun keadaan ini di sadari oleh teman-temannya (sekuen 52). Setelah di desak akhirnya Cinta mau jujur akan perasaannya bahwa Cinta benar-benar menyukai Rangga (sekuen 53). Dengan bantuan keempat sahabatnya Cinta berusaha mencari informasi tentang Rangga (sekuen 54). Rangga telah pindah dari sekolah, Cinta pun berusaha mengejar Rangga ke bandara, dengan bantuan Memet Cinta dan keempat sahatnya meluncur menggunakan mobil Memet ke bandara (sekuen 55). Rangga sendiri merasa gelisah harus pergi ke NY tanpa berpamitan dengan Cinta (sekuen 56). Milly sekuat tenaga membawa mobil secepat munggkin demi Cinta bisa bertemu dengan Rangga (sekuen 57). Penjagaan pintu masuk bandara yang ketat membuat langkah Cinta terhambat, namun dengan bantuan teman-temannya akhirnya Cinta di ijinkan untuk masuk (sekuen 58). Cinta berusaha mencari Rangga diantara orang-orang yang berjalan di bandara, berlari dan memanggil-manggil nama Rangga. Pertemuan Cinta dan Rangga secara dramatis terjadi di selasar sebelum Rangga masuk ke pesawat. Cinta dengan nafas yang masih terengah-engah berusaha mengutarakan perasaannya, Rangga menatap Cinta dan menciumnya kemudian memberikan sebuah buku. Cinta melepas kepergian Rangga tapi kini ia tau bahwa Rangga mencintainya (sekuen 59). Kemudian cerita ini di tutup dengan aksi konyol Milly yang lupa membawa Memet. Merekapun berputar arah ke bandara kembali untuk membawa Memet (sekuen 60).Bagan Pengaluran

a.1.3.2 Struktur AlurUntuk sampai pada pembicaraan alur film Ada Apa Dengan Cinta? Ini, penulis akan menganalisis fungsi utama-fungsi utama film ini. Urutan fungsi utama itu selengkapnya sebagai berikut.F1 : Keistimewaan pribadi CintaF2 : Kepopuleran CintaF3 : Keaktipan Cinta menjadi pengurus maddingF4 : Kepintaran Cinta menulis puisi dan bermain gitarF5 : Kesetiaan Milli, Karmen, Maura dan Alya kepada CintaF6 : Banyaknya lelaki yang mendekati CintaF7 : Kekesalan Cinta kepada Rangga karena Rangga tidak pernah mengirimkan tulisan ke madding, tidak mengakui eksistensi madding F8 : Kekecawaan Cinta mengetahui pemenang lomba membuat puisi adalah Rangga karena Rangga tidak pernah mengirimkan tulisannya ke maddingF9 : Ketertarikan Cinta kepada Rangga karena profil sang pemenang lomba puisi harus di muat di madding F10 : Usaha Cinta menemui RanggaF11 : Ketergangguan Rangga karena usaha Cinta yang memaksaF12 : Hilangnya buku Rangga (Aku karya Sumanjaya) dan Cinta yang menemukannya F13 : Persamaan menyukai buku-buku sastra mendekatkan Cinta dan RanggaF14 : Kejantanan Rangga menghadapi Borne dan kawan-kawannyaF15 : Kebohongan Cinta untuk menutupi kedekatannya dengan RanggaF16 : Keterlambatan Cinta menghadiri konser F17 : Kepergian Cinta dan Rangga ke kwitangF18 : Ketidakhadiran Cinta di lapang basketF19 : Kunjungan Cinta ke rumah RanggaF20 : Ketidakhadiran Cinta untuk bertemu keempat sahabatnyaF21 : Penolakan Cinta mendengarkan curahan hati AlyaF22 : Kepergian Cinta dan Rangga ke cafeF23 : Kepercayaan Alya kepada Cinta untuk menceritakan masalah keluarganyaF24 : Kecurigaan Milli, Karmen, Maura dan Alya kepada Cinta karena jarang bersamaF25 : Keberanian Rangga menemui CintaF26 : Perbuatan bunuh diri Alya karena masalah di keluarganya, tidak ada tempat untuk mencurahkan isi hatinya.F27 : Kegalauan Cinta karena merasa semenjak ia dekat dengan Rangga semuanya menjadi berubahF28 : Keengganan Cinta menemui RanggaF29 : Kebingungan Rangga atas sikap Cinta, sementara sebentar lagi Rangga akan pindah ASF30 : Terbongkarnya perasaan Cinta kepada Rangga oleh Milli, Karmen, Maura dan AlyaF31 : Pengakuan Cinta mencintai RanggaF32 : Dukungan penuh Milli, Karmen, Maura dan Alya untuk Cinta agar bisa menyatakan perasaannya kepada RanggaF33 : Kepergian Rangga ke ASF34 : Pengejaran Rangga ke bandaraF35 : Perpisahan Rangga dan CintaF36 : Cinta selalu menjuarai lomba puisiF37: Kecemburuan Borne melihat kedekatan Cinta dan RanggaYang menggerakan cerita ini adalah keistimewaan pribadi Cinta (F1) menjadikan Cinta siswa yang aktif berorganisasi yaitu aktif di organisasi madding sekolah (F3). keistimewaan pribadi Cinta (F1) membuat Cinta populer, hampir semua orang di sekolah mengenal Cinta (F2), kepopuleran (F2) ini juga di sebabkan keaktipan Cinta menjadi pengurus madding (F3) Keistimewaan pribadi Cinta (F1) juga terlihat dari kepintarannya menulis puisi, bernyayi dan bermain gitar(F4). Keistimewaan Cinta (F1) ini membuat banyak lelaki yang mendekati Cinta (F6) bayaknya laki-laki yang suka juga karena Cinta pintar (F4), Cinta gadis yang aktif (F3)dan Cinta popular (F2). Keistimewaan pribadi Cinta (F1) membuat Cinta, Milli, Karmen, Maura dan Alya bersahabat (F5) bahkan bagi Alya, Cinta adalah orang yang paling bisa di percaya, dan menjadi teman curhat mengenai masalah keluarga (F23).Kepintaran Cinta membuat puisi (F4) membuat Cinta selalu menjuari lomba puisi di sekolah (F36) tapi tidak untuk tahun ini. Cinta gagal menjadi juara. hal ini menyebabkan kekecewaan Cinta dan teman-temannya ketika pengumuman pemenang lomba menulis puisi di menangkan oleh Rangga (F8). Kekecewaan ini (F8)menyebabkan kekesalan Cinta, karena Cinta menduga Rangga menyepelekan madding, menganggap madding tidak eksis (F7). Kekecewaan (F8) dan kekesalan (F7) ini kemudian menyebabkan ketertarikan Cinta untuk memuat profil sang pemenang untuk bahan berita di madding (F9) ketertarikan ini (F9) membuat Cinta berusaha untuk menemui Rangga dan mewawancarainya (F10) tetapi usaha Cinta (F10) membuat Rangga terganggu (F11). Disaat usaha Cinta mewawancarai Rangga (F10) terjadi perdebatan di antara mereka karena Rangga merasa terganggu (F11) sehingga Rangga tidak menyadari buku favoritnya (Aku karya Sumanjaya) jatuh dan Cinta memungutnya (F12) inilah persamaan di antara Cinta dan Rangga yang sama-sama menyukai sastra (F13). Banyaknya lelaki yang mendekati Cinta (F6) membuat Borne dan kawan-kawanya merasa cemburu melihat kedekatan Cinta dan Rangga (F37) atas dasar Cinta bukan milik siapa-siapa Rangga dengan kejantanannya berani melawan (F14) tindakan Rangga ini di lakukan Rangga karena tertarik pada Cinta karena Cinta gadis yang istimewa (F1) pintar (F4), aktif (F3), popular (F2) juga karena banyak lelaki yang mendekati Cinta (F6). Kejantanan Rangga (F14) membuat Rangga berani untuk terus menemui Cinta (F37) keberanian Rangga ini (F37) membuat empat sahabat Cinta curiga (F24) dan membuat Cinta selalu berbohong menutupi kebersamaannya dengan Rangga (F15). Kebohongan Cinta berdampak pada keterlambatannya menonton konser (F16) karena Cinta pergi bersama Rangga dulu ke Kwitang (F17) kebersamaan ini karena Cinta dan Rangga sama-sama menyukai buku sastra (F13). Kebohongan Cinta (F15) selanjutnya Cinta tidak bermain bersama di lapang basket menyaksikan Karmen latihan basket (F18) karena Cinta mengunjungi Rangga untuk membuktikan kabar tentang pengeroyokan Rangga (F19). Kebohongan Cinta (F15) membuat Cinta mencari alasan (ke dokter) untuk tidak main bersama (F20) juga menolak mendengarkan curhatan Alya dengan alasan yang sama (F21) hal itu dilakukan untuk menutupi kebersamaan Cinta dan Rangga pergi ke sebuah caf (F22). Perbuatan bunuh diri Alya di malam kepergian Cinta dan Rangga ke caf menjadi tamparan keras bagi Cinta (F26) Alya sangat berharap Cinta bisa menemani karena Alya percaya Cinta (F23) Cinta menjadi pelamun dan menyalahkan diri sendiri karena semenjak Cinta dekat dengan Rangga semuanya menjadi berubah (F27) Cinta tidak mau lagi menemui Rangga (F28) ini membuat Rangga kebingungan, padahal Rangga ingin menyampaikan bahwa ia akan segera pindah ke NY (F29) kegalauan Cinta (F27) membuat empat sahabatnya menyadari dan secara kebetulan ketika Cinta mengakui kebohongannya pada malam Alya bunuh diri, Milly, Karmen dan Maura ikut mendengar bahwa Cinta pergi dengan Rangga (F30) akhirnya Cinta mengakui perasaannya kepada Rangga (F31) namun Rangga telah pergi ke bandara tinggal menunggu keberangkatan pesawat (F33)perjuangan Cinta mengejar ke bandara demi Rangga (F34) dengan dukungan penuh Milly, Maura, Karmen dan Alya. Cinta bertekad menyatakan perasaannya kepada Rangga (F32) pertemuan singkat Rangga dan Cinta di bandara menjadi arti paling penting dalam hidup Cinta, bagaimana cinta itu harus di peroleh melalui perjuangan. Bila alur film Ada Apa Dengan Cinta? ini digambarkan maka tampak seperti pada bagan fungsi utama berikut ini.

F2

F37F6

F3

F1

F23

F4F5

F36

F10

F7

F11F15F14F9

F8

F18F12

F25

F19F21F20F16

F24F13

F22F17

F28F33F29F27F26

F34F35F32F31F30

a.2 Analisis Aspek Semantika.2.1 Analisis Tokoh dan Penokohana. CintaTokoh Cinta merupakan tokoh utama yang menggerakan keseluruhan cerita. Tokoh Cinta senan tiasa hadir dalam setiap adegan dan berhubungan dengan karakter-karakter lain sehingga tokoh Cinta sangat menentukan perkembangan plot secara keseluruhan. Tokoh Cinta merupakan tokoh yang bulat karena kejelekan dan kebaikan tokoh Cinta di munculkan dengan kontras.Dimensi fisik karakter Cinta dijelaskan secara tersirat dalam dialog antar tokoh. Cinta memiliki fisik yang menarik sehingga banyak lelaki yang menyukai Cinta. Hampir setiap lelaki yang melihat Cinta selalu menyapanya dengan rahah. Hal ini terlihat dari kontekstual.Tokoh Cinta merupakan tokoh real yang berperan sebagai seorang siswi SMA yang bisa di lihat berdasarkan kontekstual lokasi yang digunakan yaitu sekolah. Secara dramatik tokoh Cinta ini menunjukan sikap yang baik dan selalu memberi solusi, komentar dan masukan-masukan yang bermanfaat kepada teman-temannya. Cinta : (1)Ya ampun, Alya.Alya : (1) Ini mending nggak usah dibahas.Maura : (1) Kok nggak usah dibahas sih?Cinta : (1) Loe inget nggak kalau kita pernah nulis album di buku ini. (2)Masalah, salah satu diantara kita adalah masalah kita semua.(3)Musuh di salah satu diantara kita adalah musuh kita semua.Alya : (1) Tapi, bokap gue berantem sama nyokap, bukan sama gue.Cinta : (1) Tapi, kamu kan dah sering jadi korban kayak gini, Al.Alya : (1) Gimana sih, gue ngejelasin ke elo semua? (2) Terserah deh elosekarang mau percaya apa nggak. (3) Bokap gue kalau udahngamuk kayak gitu kayak orang nggak sadar, tau nggak?(4) Abis ngamuk, dia bisa nangis kayak anak kecil. (5) Nyeselabis. (6) Nyiumin kaki nyokap gue, melukin gue.Cinta : (1) Oke, ya udah deh Al. (2) Asal loe tau, persahabatan kita juganggak main-main. (3) Dan kita juga jadi saksi kok. (4) Loe itukalau ada masalah di share, jangan disimpan sendiri. (5) Loetelepon ke rumah gue, jam berapa aja gue temenin, gue angkat,ngobrol ama gue. (6) Loe dateng ke rumah sini jam berapa aja,gue bakal bukain pintu Al. Ya Al, ya? (7) Kita sahabat elo, benernggak?

Tokoh Cinta adalah siswi yang aktif berorganisasi, sehingga Cinta sangat populer di sekolah. Secara diskursif di paparkan deskripsi suasana yang menjelaskan cinta adalah pengurus madding.ADEGAN 5Setting : di ruang editing madding.Deskripsi Suasana : membicarakan pemenang lomba puisi.ADEGAN 6Setting : di perpustakaan.Deskripsi Suasana : Cinta hendak mewawancarai pemenang lomba menulis puisi.

ADEGAN 7Setting : di ruang editing madding.Kepopuleran tokoh Cinta terlihat dari peran tambahan yang hadir dalam berbagai suasana di sekolah selalu memberi sapaan dan senyuman. Tokoh Cinta secara eksplisit memiliki banyak keistimewaan di antaranya pandai bermain gitar, pandai menyanyi, pandai membuat puisi dan pernah menjadi juara lomba membuat puisi. Di gambarkan secara dramatik:Cinta : (1) Oya, udah denger puisi yang mau gue kirim ke lomba?Semua: (1) Mana-mana?Cinta : (1) Gitar, gitar.Karmen: (1) Puisi yang baru?Cinta: (1) Iya, mudah-mudahan semua suka. (2) Soalnya ini tentang kitaberlima. (3) Judulnya, Aku Ingin Bersama Selamanya.

Tokoh Cinta secara dramatik di gambarkan sangat menarik, sehingga banyak para lelaki yang berusaha mendekati Cinta. Ciri-ciri fisiologisnya tidak di jelaskan dalam teks, tetapi di film tokoh Cinta ini di perankan oleh gadis yang memiliki rambut panjang yang lurus, badannya ideal dan berkulit putih.Memet: (1) (masuk ruangan) Memet mau ngumpulin.Karmen: (1) Apa sih Met?Memet: (1) Cinta, sudah dengerin nggak lagu buat Cinta waktu itu dariMemet?Cinta: (1) Ya udah, makasih ya.Memet: (1) Ya, ini mau ngumpulin cerpen buat madding.Karmen: (1) Ya udah. (2) Trus, kamu keluar dulu ya. (3) Kita lagi rapatpenting.Memet : (1) Tapi entar tolong itu dimuat ya?Karmen : (1) Ya,ya.Memet : (1) Ya, bener ya? (2) Cinta baca ya?Karmen : (1) Trus, gimana, kita samperin tu anak rame-rame? (pintuterbuka). (2) Loe itu bolak-balik kayak.Borne : (1) (masuk ruangan) Ada apa sih, sori kalao gue ganggu. (2) Guecuma mau nanya, entar sore jadi pergi Ta?Cinta : (1) Mmm, ya udah nanti ditelepon dulu, sorean.Tokoh Cinta merupakan tokoh yang berkembang karena terdapat perubahan yaitu perubahan sifat, di awal cerita tokoh Cinta sangat dekat sekali dengan keempat sahabatnya tetapi setelah muncul tokoh Rangga, Cinta mulai menjauh. Tokoh Cinta secara psikologis memiliki sifat yang egois, pembohong dan mudah emosi hal ini di paparkan secara dramatik.

Rangga: (1) Kamu ini kenapa sih? (2) Tersinggung, gara-gara saya nggakmau diwawancara? (3) Ya udah, wawancara sekarang. (4) Nggakusah manja.Cinta : (1) Enak aja loe ngatain gue manja. (2) Elo mau diwawancarasekarang? (3) Basi! (4) Madingnya udah mau siap terbit (Ranggapergi). (5) Liat tu cowok, plin-plan banget tu, kenapa tu?Alya : (1) Tapi Ta, loe harus tetep wawancara dia kan?Cinta: (1) Gue males banget, tau nggak? (2) Ya udah, gampang tinggalcari data-data doang di tata usaha atau wali kelasnya. (3) Udah gak apa-pa. (4) Kita kerjain sekarang deh.ADEGAN 33Setting : di kamar Cinta.Deskripsi Suasana : Cinta sedang mencari cara untuk membatalkan janji dengan teman-temannya. Cinta ingin pergi bersama Rangga.Cinta : (1) Ra. Cinta nih, Ra. (2) Kayaknya gue nggak bisa ikutan deh,Ra. (3) Tau nih, abis tiba-tiba kepala jadi pusing banget nih. (4)Ya, kasih tau gue mau ke dokter deh. (5) Ya abis gimana dong?(6) Namanya juga sakit, mau diapain lagi? (7) Nggak pa-pa ya?(8) Bilangin sama anak-anak. (9) Sori banget ya. (10) Have funya. Dah. (Cinta menutup teleponnya, dan kembali menelpon kerumah Rangga). (11) Rangga?b. RanggaTokoh Rangga merupakan tokoh utama karena tokoh Rangga ini mendominasi setiap adegan. Tokoh Rangga menjadi penggerak cerita yang dominan. Tokoh Rangga yang bulat karena tokoh Rangga merupakan tokoh yang protagonis, tetapi tidak semua sisi kehidupannya baik. Gambaran psikologis tokoh Rangga di sampaikan dalam kontekstual yang mendukung bahwa tokoh Rangga ini pendiam dan penyendiri karena Rangga selalu berada di ruang perpustakaan dan di belakang sekolah sambil membaca buku sastra. Kemanapun Rangga pergi buku dengan judul Aku karya sumanjaya selalu di bawa-bawa. Tokoh Rangga merupakan teman satu sekolah Cinta. Tokoh Rangga tidak banyak basa-basi, kalem dan dingin di gambarkan secara dramatik.ADEGAN 6Setting : di perpustakaan.Deskripsi Suasana : Cinta hendak mewawancarai pemenang lomba menulis puisi.Rangga : (1) He, berisik tau nggak?Siswa I : (1) Sok jenius, rese banget loe.Penjaga : (1) Rangga?Cinta mendatangi Rangga.Rangga : (1) Ada apa?Cinta : (1) Rangga ya? (2) Gue mau ngucapin selamat ya buat elo.Rangga : (1) Selamat kenapa?Cinta : (1) Sebagai pemenang lomba puisi taun ini.Rangga : (1) Saya nggak pernah ikutan lomba puisi, apalagi jadi pemenang.(2) Maaf ya saya lagi baca.Cinta : (1) Gue kan belum selesai ngomong.Rangga : (1) Baru saja gue ngelempar polpen ke muka orang gara-gara diaberisik di ruang ini. (2) Saya nggak mau polpen itu balik ke mukasaya gara-gara saya berisik sama kamu.Cinta : (1) Gue pingin ngomong sebentar kok.Rangga : (1) Ya dah, ngomong di luar.Cinta dan Rangga keluar ruangan.Cinta : (1) Ngapain di luar? (2) Di sini aja deh.Rangga : (1) Ya udah deh, cepetan. (2) Mau ngomong apaan?Cinta : (1) Mading mau mewawancara elo.Rangga : (1) Buat apa?Cinta : (1) Kita perlu profil elo sebagai pemenang lomba puisi taun ini.Rangga : (1) Tapi saya kan sudah bilang, saya itu nggak pernah ikutanLomba puisi.Cinta : (1) Ya, terserah elo deh. (2) Tapi, menurut jurinya elo yangmenang.Rangga : (1) Ya kalau gitu wawancara dewan jurinya.Cinta : (1) Ha? (2) Maksud elo?Rangga : (1) Ya, jelas kan kata-kata saya!Cinta : (1) Jadi elo nggak mau di wawancara nih?Rangga : (1) Nggak!Tokoh Rangga secara psikologis adalah tokoh yang sensitive. Rangga sangat tidak mau di ganggu oleh orang lain. Rangga : (1) He, berisik tau nggak?Siswa I : (1) Sok jenius, rese banget loe.Penjaga: (1) Rangga?Cinta mendatangi Rangga.Rangga : (1) Ada apa?Cinta : (1) Rangga ya? (2) Gue mau ngucapin selamat ya buat elo.Rangga : (1) Selamat kenapa?Cinta : (1) Sebagai pemenang lomba puisi taun ini.Rangga : (1) Saya nggak pernah ikutan lomba puisi, apalagi jadi pemenang. (2) Maaf ya saya lagi baca.Cinta : (1) Gue kan belum selesai ngomong.Rangga : (1) Baru saja gue ngelempar polpen ke muka orang gara-gara diaberisik di ruang ini.(2) Saya nggak mau polpen itu balik ke mukasaya gara-gara saya berisik sama kamu.Cinta : (1) Gue pingin ngomong sebentar kok.Rangga : (1) Ya dah, ngomong di luar.

Tokoh Rangga merupakan tokoh yang berkembang karena terjadi perubahan sikap setelah bertemu tokoh Cinta. Tokoh Rangga yang sensitive tetapi memliki hati yang pemaaf dan bertanggung jawab. Tercermin dari sikap Rangga yang selalu meminta maaf atas semua perlakuan Rangga terhadap Cinta.Rangga : (1) Cinta.Cinta : (1) Manggil? (2) Kenapa? (1) Mau ngajak berantem lagi?Rangga : (1) Ah, nggak. (2) Saya mau ngucapin terima kasih sama kamu. (3) Sempet kebingungan juga nyarinya. (4) Buku langka soalnya.Tokoh Rangga yang penyendiri dan sensitiv namun di sisi lain tokoh Rangga ini tergambar sosok yang ramah dan baik hati hal ini tercermin dari kedekatan Rangga dengan tokoh Pak Wardiman yang merupakan penjaga sekolah. Kedekatan ini di gambarkan lewat kontekstual di mana Rangga menghabiskan jam istirahatnya di belakang sekolah bersama Pak Wardiman. Tokoh Rangga adalah tokoh yang tegar akan keadaanya. Rangga hidup berdua dengan ayahnya karena ibu dan kakaknya pergi meninggalkan Rangga dan ayahnya. Cinta : Ngga, boleh nanya nggak?Rangga : Boleh.Cinta : Tapi jangan marah.Rangga: Mau nanya soal ibu saya?Cinta : He-e.Rangga: Ibu dan kaka-kaka saya sudah lama ninggalin ayah.Cinta : Boleh tau kenapa?Rangga: (1) Ya, nggak tahan kali tinggal sama orang yang kontroversial seperti ayah. (2) Mungkin juga nggak tahan diomongin orang- orang. (3) Atau mungkin juga, kamu tau nggak, ada berapa orang yang pernah saya ngajak ngomong tentang keluarga. (4) Ada dua. (5) Mau tau? (6) Pak Wardiman, dan yang kedua kamu. Jujur, saya malu ngomongin itu ke semua orang. (7) Orang akan mikir saya anak dari ibu yang nggak bertanggung jawab.Cinta : Hus, kamu nggak usah cerita lagi deh. Saya musti juga nggak usah nanya. Maafin saya ya?Rangga: Dah malem, Ta. Saya pulang dulu. Sebaiknya kamu masuk. Dah malem.

c. AlyaTokoh Alya merupakan tokoh bawahan, karena tokoh Alya tidak mendominasi setiap adegan. Kehadiran tokoh Alya sebagai tokoh bawahan tetapi memiliki fungsi yang berperan penting dalam menggerakan cerita. Tokoh Alya berperan sebagai sahabat Cinta yang paling dekat. Tokoh Alya juga merupakan pengurus madding sehingga kedekatan mereka selalu intens. Tokoh Alya merupakan tokoh yang protagonist, tokoh Alya ini mempunyai masalah yang berat di keluarganya Alya sering kali di aniaya oleh ayahnya. Kepada Cinta dan keempat sahabatnya Alya hanya bisa cerita memuntahkan segala apa yang di alaminya. Cinta : (1)Ya ampun, Alya.Alya : (1) Ini mending nggak usah dibahas.Maura: (1) Kok nggak usah dibahas sih?Cinta : (1) Loe inget nggak kalau kita pernah nulis album di buku ini.(2)Masalah, salah satu diantara kita adalah masalah kita semua.(3)Musuh di salah satu diantara kita adalah musuh kita semua.

Alya : (1) Tapi, bokap gue berantem sama nyokap, bukan sama gue.Cinta : (1) Tapi, kamu kan dah sering jadi korban kayak gini, Al.Alya : (1) Gimana sih, gue ngejelasin ke elo semua? (2) Terserah deh elo sekarang mau percaya apa nggak. (3) Bokap gue kalau udah ngamuk kayak gitu kayak orang nggak sadar, tau nggak?(4) Abis ngamuk, dia bisa nangis kayak anak kecil. (5) Nyesel abis. (6) Nyiumin kaki nyokap gue, melukin gue.Cinta : (1) Oke, ya udah deh Al. (2) Asal loe tau, persahabatan kita juga nggak main-main. (3) Dan kita juga jadi saksi kok. (4) Loe itu kalau ada masalah di share, jangan disimpan sendiri. (5) Loe telepon ke rumah gue, jam berapa aja gue temenin, gue angkat, ngobrol ama gue. (6) Loe dateng ke rumah sini jam berapa aja, gue bakal bukain pintu Al. Ya Al, ya? (7) Kita sahabat elo, bener nggak?Alya : (1) Ya dah deh jangan bahas ini terus, gomongin yang lain,please, please.Tokoh Alya merupakan tokoh yang berkembang. Dari sosok yang lugu, baik dan penurut kemudian berubah menjadi sosok yang mudah menyerah perubahan paling drastis yaitu pada adegan 37 yang di sampaikan secara dramatik lewat percakapan Cinta dan Ibunya. Tokoh Alya merupakan tokoh yang sederhana karena hanya di gambarkan satu sisi kehidupannya saja. Kehidupan Alya yang bermasalah dengan keluarganya.

d. MauraTokoh Maura merupakan tokoh tambahan. Tokoh Maura ini memiliki fungsi yang lumayan penting dalam berbagai konflik yang dihadapi tokoh utama. Tokoh Maura merupakan sahabat Cinta yang berwatak protagonist namun sangat cerewet terutama menanggapi masalah hubungan cinta dengan Borne. Tokoh Maura juga merupakan tokoh yang centil yang di gambarkan secara dramatik.Maura: (1) Eh, ngomong-ngomong kita nanti jadi nonton konser nggak?Milly : (1) Ih, jadilah.Karmen: (1) Jadi dong, anti deh kalo nggak.Maura: (1) Aduh, Maura dah nggak sabar pingin beli baju baru. (2) Siapa tau, Yuki ngelirik gue.Karmen: (1) Gila, please dong Mor. (2) lease dong Maura, bener-bener amburadul ah. (3) Tolong dong Maura.Tokoh Maura juga sangat mendukung hubungan Cinta dengan Borne hal ini di gambarkan secara dramatik. Maura:(1) Eh, loe tau nggak sih, si Cinta kenapa sih?Alya:(1) Lagi bingung soal Borne kali?Milly : (1) Iya, loe sih maksa-maksa dia terus biar cepet-cepet jadian ama Borne.Maura: (1) Alah, kok jadi gue yang salah sih?

Tokoh Maura merupakan tokoh yang statis karena tidak terjadi perubahan baik secara pisik, sikis maupun tingkah laku. Tokoh Maura secara psikologis memiliki sifat pemarahMaura : Kemana aja sih lo,Ta?Cinta : Sori Mor.Maura : Gue nggak butuh permintaan maaf loe. Katanya lo eke dokter. Trus, nyokap loe bilang, lo eke klub. Gimana sih yang paling bener sih? Sekarang loe bukan Cuma jago bikin puisi ya, tapi juga jago acting.Cinta : Gue pingin ketemu ama Alya.Maura : Nggak bisa. Dia lagi nggak stabil. Loe nggak usah ganggu dia dulu deh. Mendingan, loe doa banyak-banyak semoga dia panjang umur. Semoga loe masih sempet minta maaf sama dia.

f. MillyTokoh Milly merupakan tokoh tambahan karena tidak begitu mendominasi seluruh adegan, meskipun selalu hadir bersama tokoh Cinta tetapi tokoh Milly tidak mempengaruhi perkembangan jalan cerita. Tokoh Milly merupakan tokoh yang protagonis, ia juga tokoh yang sederhana karena hanya menampilkan satu sisi kehidupan saja yaitu sebagai sahabat Cinta yang kurang tanggap dalam mencerna informasi. Cinta: (1) Mmm, bagus-bagus. (2) Ya, asal nggak plagiat aja.Milly: (1) Emang plagiat apaan sih ta?Maura: (1) Milly, please dong. (2) Plagiat itu, nyontek punya orang.Milly: (1) Mereka nyontek punya orang dong Ta?Cinta: (1) Nggak, nggak, kalo Milly. (2) Gue bilang kalo. (3) Tapi, guerada tersinggung ama ini orang ni. (4) Masalahnya kalau dia bisanulis dari dulu, kenapa nggak pernah ngasih tulisan ke madingkita? (5) Berarti dia kan nggak nganggap mading kita eksis.Maura: (1) Iya, ya.Karmen : (1) Trus, rencanan elo apaan Ta? (2) Kalau anaknya belagu, sinideh gue yang ngadepin.Cinta: (1) Gini-gini deh, pokoknya yang paling penting kita harus cepet-cepet ketemu dia. (2) Trus, kita wawancarai dia.

Alya : (1) Ta, ta, tarik nafas dulu Ta. (2) Biar bisa ngomong yang bener.Cinta : Sebel banget gue. (2)Orangnya tu sok bintang, tau nggak loeMilly : (1) Kita lagi ngomongin siapa sih?Cinta : (1) Dengerin ya, kalau gue bilang dia tu dah mati rasa. (2) Sok cuek, tau nggak loe. (3) Udah kayak sastrawan besar, gitu. (4)Belagu banget, gue yakin banget tu anak nggak ada temennya. (5) Pasti nggak gaul sama sekali.Alya : (1) Emang dia bilang apa sih?Cinta : (1) Dia bilang, nggak mau diwawancara. (2) Masak bukan dia pemenangnya. (3) Gue disuruh wawancara dewan juri. (4) Kurang ajar nggak sih?Karmen : (1) Mana sih anaknya, gue timpal deh sekarang.Cinta : (1) Nggak, nggak usah gitu juga sih Men. (2) Soalnya dia entarngerasa penting lagi.Milly : (1) Oh, gue tau, gue tau. (2) Kita lagi ngomongin pemenang lomba puisi itu kan. (3) Siapa namanya?Alya : (1) Rangga. (2) Jadi bener ni Ta, nggak ada wawancara pemenang?

Tokoh Milly merupakan tokoh yang statis karena tidak terjadi perubahan secara pisik maupun sikis. Tokoh Milly merupakan tokoh yang real dan individual.Secara fisiologis tokoh Milly adalah seorang perempuan remaja menempuh pendidikan sekolah menengah atas. Tokoh Milly merupakan sahabat Cinta. Secara sosiologis Milly merupakan seorang pelajar, pengurus madding juga sehingga kedekatan Milly dan Cinta di sekolah selalu dekat. Dalam persahabatan antara Cinta, Karmen, Maura, Alya dan Milly, Milly adalah tokoh penengah yang mampu membuat suasana kembali asik. Di saat adegan pertama saat tokoh Alya membuka cerita soal permasalahan di keluarganya Milly mengembalikan keadaan yang haru ke keadaan yang menyenangkan dengan mengigatkan lagu lama dan mereka berdansa bersama. Milly : (1) Ei, ei udah lama nggak ngedance.Mereka berlima akhirnya berdansa.Milly juga kembali menjadi penengah dan penenang di saat Maura dan Karmen bertengkar, dengan kepolosan yang di miliki Milly.Karmen : He, mendingan gue tau? Daripada loe kerjaannya nongol terus di kaca, tau nggak? Asal loe tau.Maura: Tau loe!Milly : (1) Diem loe berdua! (2) Giliran gue ngomong sekarang. (3) Gue tau, gue paling tulalit. (4) Loe semua nganggep gue badut, terserah! (5) Tapi gue tau, itu nggak bener. (6) Diantara kita tu nggak boleh ada yang berantem. (7) Lihat nih, emang kita pernah mempermasalahkan siapa yang lebih jago diantara yang lain, nggak kan? (8) Karena apa, Karena kita tu temenan!Karmen : Mil, nggak ada yang nganggep loe nggak bisa apa-apa kok, Mil.Maura : Mil, loe tu paling lucu diantara kita. Dan elo yang paling kita sayang, karena loe nggak pernah marah Mil. Kita tu lagi bingung, karena Cinta lagi ngaco, gitu aja Mil.Karmen : Tenang Mil.Mereka bertiga berpelukan. Cinta mengurungkan niat untuk masuk ke ruang madding.

g. KarmenTokoh Karmen merupakan tokoh tambahan. Karena tokoh Karmen tidak mendominasi seluruh adegan, meskipun selalu hadir bersama tokoh Cinta tetapi tokoh Karmen tidak mempengaruhi perkembangan jalan cerita. Tokoh Karmen merupakan tokoh yang sederhana. Tokoh Karmen merupakan tokoh protagonist walaupun memiliki perawakan yang sangar, tomboy dan galak tetapi memiliki rasa persahabatan yang tinggi dan berhati lembut. Cinta : (1) Dengerin ya, kalau gue bilang dia tu dah mati rasa. (2) Sok cuek, tau nggak loe. (3) Udah kayak sastrawan besar, gitu. (4)Belagu banget, gue yakin banget tu anak nggak ada temennya. (5) Pasti nggak gaul sama sekali.Alya : (1) Emang dia bilang apa sih?Cinta : (1) Dia bilang, nggak mau diwawancara. (2) Masak bukan dia pemenangnya. (3) Gue disuruh wawancara dewan juri. (4) Kurang ajar nggak sih?Karmen : (1) Mana sih anaknya, gue timpal deh sekarang.Cinta : (1) Nggak, nggak usah gitu juga sih Men. (2) Soalnya dia entarngerasa penting lagi.Milly : (1) Oh, gue tau, gue tau. (2) Kita lagi ngomongin pemenang lomba puisi itu kan. (3) Siapa namanya?Alya : (1) Rangga. (2) Jadi bener ni Ta, nggak ada wawancara pemenang? Memet : (1) (masuk ruangan) Memet mau ngumpulin.Karmen : (1) Apa sih Met?Memet : (1) Cinta, sudah dengerin nggak lagu buat Cinta waktu itu dari Memet?Cinta : (1) Ya udah, makasih ya.Memet : (1) Ya, ini mau ngumpulin cerpen buat madding.Karmen : (1) Ya udah. (2) Trus, kamu keluar dulu ya. (3) Kita lagi rapat penting.Memet : (1) Tapi entar tolong itu dimuat ya?Karmen : (1) Ya,ya.Memet : (1) Ya, bener ya? (2) Cinta baca ya?Karmen : (1) Trus, gimana, kita samperin tu anak rame-rame?Tokoh Karmen merupakan tokoh yang statis karena tidak mengalami perubahan baik secara pisik maupun sikis. Merupakan tokoh yang real dan individual. Secara fisiologis tokoh Karmen adalah perempuan remaja yang tomboy. Ketomboyan ini di gambarkan secara dramatis juga di dukung dengan perawakan, kostum yang di tampilkan dalam pertunjukan. Tokoh Karmen merupakan pengurus madding, sehingga kebersamaan Karmen dan Cinta membuat semakin erat persahabat di antara mereka. Secara psikologis tokoh Karmen merupakan tokoh yang pemarah, pemberani, Secara sosiologis tokoh Karmen adalah seorang pelajar. Tokoh karmen juga memiliki hobi bermain basket. Hobi bermain basketnya di tampilkan secara kontekstual, lewat kostum yang dipakai, lokasi adegan antara Cinta dan Rangga dengan latar Karmen sedang bertanding basket. Juga di tampilkan secara dramatic saat perdebatan Karmen dengan Maura.Maura : Uh! Kacau semua. Uh!Karmen : Loe tu kebanyakan ngomel, tau nggak. Gimana nggak kacau?Maura : Udah deh, elo nggak usah banyak ngomong deh.Karmen : Loe nggak usah marah-marah gitu kenapa sih?Maura : Eh, Men. Jangan mentang-mentang loe jago olahraga bisa basket, sok peman segala macem, gue jadi takut sama loe?Karmen : He, mendingan gue tau? Daripada loe kerjaannya nongol terus di kaca, tau nggak? Asal loe tau.

h. BorneTokoh Borne merupakan tokoh tambahan, karena tokoh Borne tidak mendominasi setiap adegan. Namun ada beberapa adegan yang sangat berkaitan dengan tokoh Cinta dan Rangga dan merupakan penggerak cerita. Tokoh Borne merupakan tokoh sederhana karena hanya di tampilkan satu sisi kehidupannya yaitu sangat mencintai tokoh Cinta. Usaha Borne untuk mendekati Cinta di gambarkan secara dramatik.Karmen : (1) Trus, gimana, kita samperin tu anak rame-rame? (pintu terbuka). (2) Loe itu bolak-balik kayak.Borne : (1) (masuk ruangan) Ada apa sih, sori kalao gue ganggu. (2) Gue cuma mau nanya, entar sore jadi pergi Ta?Cinta : (1) Mmm, ya udah nanti ditelepon dulu, sorean.

Tokoh Borne merupakan tokoh yang antagonis. Tokoh Borne ini merupakan orang yang menghalagi kedekatan Cinta dan Rangga. Tokoh Borne juga selalu berusaha menghalalkan segala cara untuk membuat Rangga dan Cinta tidak bersama lagi. Hal pertama yang dilakukan Borne adalah mengancam Rangga dan memukuli Rangga.ADEGAN 22Setting : di belakang sekolah.Deskripsi Suasana: Borne mengeroyok Rangga.Borne : Ada urusan apa loe sama Cinta?Rangga : Oh, urusan pribadi.Borne : Iya, gue tau. Tapi apa?Teman Borne: Loe nggak usah nanya deh. Loe jawab aja.Rangga : Jadi, kamu yang boleh nanya?Teman Borne: He, loe tau? Borne ini pacarnya Cinta. Loe jangan macem-macem ama Borne. Kalau loe macem-macem ama Borne, loe harus ngadepin gue, dan dia, dan dia. Ngerti?Tokoh Borne merupakan tokoh yang statis, karena tidak ada perubahan yang terjadi tokoh Borne tetap saja mengunakan cara yang tidak terpuji untuk memisahkan Cinta dan Rangga dengan menyebarkan gossip tentang keluarga Rangga.ADEGAN 25Setting : di sebuah mobil.Deskripsi Suasana: Gosip tentang keluarga Rangga.Milly : Lama nih.Maura: Lama sekali. Elo dah dengar cerita tentang Rangga?Cinta : Apaan?Maura : Katanya sih, papanya bermasalah gitu.Cinta : Masalah apa sih maksud loe?Moura hanya mengangkat kedua bahunya.

ADEGAN 26Setting : di kamar Cinta.Deskripsi Suasana: Cinta memastikan cerita tentang keluarga Rangga kepada Borne.Borne : Gue sendiri nggak tau persisnya tujuan kegiatan dia itu apa. Tapi, asal loe tau aja, keluarga Rangga itu berbahaya.Cinta : Ohya?Tokoh Borne merupakan tokoh yang real, memerankan tokoh individu secara fisiologis Borne adalah seorang laki-laki yang masih menempuh pendidikan di sekolah menengah atas. Ciri-ciri fisiologis tidak di gamabarkan dalam naskah secara terperinci mengenai ciri-ciri muka. Namun secara dramatic mampu menggambarkan sisi fisiologis. Secara sosiologis tokoh Borne merupakan seorang pelajar yang sangat mencintai Cinta namun secara psikologis tokoh Borne ini jahat dan egois.

i. Pak WardimanTokoh Pak Wardiman merupakan tokoh tambahan, tapi tokoh Pak Wardiman ini menjadi kunci utama Kedekatan Cinta dengan Rangga hingga keberanian Cinta mengejar Rangga karena hadirnya tokoh Pak Wardiman ini. Hal ini di gambarkan secara dramatik saat puisi ciptaan Rangga di kirimkan Pak Wardiman tanpa sepengetahuan Rangga. Kemengan Rangga sebagai juara satu lomba menulis puisi menyebabkan tokoh Cinta bertindak.ADEGAN 3Setting : di belakang sekolahDeskripsi Suasana : Pak Wardi, pesuruh sekolah, terburu-buru memberitau Rangga bahwa puisinya menang.Pak Wardi : (1) Ngga, Ngga, kamu dicari Pak Taufik, mau dikasih hadiah,karena puisimu menang, Ngga.Rangga : (1) Saya nggak pernah ikutan lomba.Pak Wardi : (1) Itu lho, puisi yang ditempel di kamar saya. (2) Itu kan daripada nggak ada yang baca, saya kirimin aja ke panitia. (3) Eh, menang Ngga.Rangga : (1) Alah.Pak Wardi : (1) He, bener ini.Kedekatan Rangga dengan Pak Wardiman ini yang menyebabkan kehadiran Pak Wardiman berperan penting dalam membangun alur. Tokoh Pak Wardiman merupakan tokoh yang sederhana karena hanya di gambarkan satu sisi kebaikannya saja. Maka tokoh Pak Wardiman ini merupakan tokoh protagonist, kebaikannya di gambarkan secara dramatis dan kontekstual. Secara dramatis lewat percakapan Pak Wardiman dengan Rangga dan secara kontekstual melalui pertolongannya memberikan informasi Rangga kepada Cinta yang di munculkan lewat visual saja.Tokoh Pak Wardiman merupakan tokoh yang statis karena tidak begitu banyak di ceritakan. Tokoh Pak Wardiman pun merupakan tokoh yang real, dan individual.Secara fisiologis Tokoh Pak Wardiman merupakan tokoh laki-laki yang sudah tua, hal ini dapat tercermin dari percakapan antara Tokoh Pak Wardiman dengan siswa yang memanggil dengan sebutan bapak. Secara sosiologis Tokoh Pak Wardiman merupakan penjaga sekolah, tergambar secara kontekstual dan dramatikal. Deskripsi Suasana : Pak Wardi, pesuruh sekolah, terburu-buru memberitau Rangga bahwa puisinya menang.Secara psikologis Tokoh Pak Wardiman merupakan tokoh yang baik, akrab dengan Rangga.

j. MemetTokoh Memet merupakan tokoh tambahan, karena tokoh Memet tidak mendominasi keseluruhan cerita. Tokoh Memet merupakan tokoh yang Sederhana karena hanya menampilkan satu sisi kehidupannya. Tokoh Memet merupakan tokoh yang protagonist, statis karena memiliki karakter yang beloon, baik dan sangat mengagumi tokoh CintaMemet : (1) (masuk ruangan) Memet mau ngumpulin.Karmen : (1) Apa sih Met?Memet : (1) Cinta, sudah dengerin nggak lagu buat Cinta waktu itu dari Memet?Cinta : (1) Ya udah, makasih ya.Memet : (1) Ya, ini mau ngumpulin cerpen buat madding.Karmen : (1) Ya udah. (2) Trus, kamu keluar dulu ya. (3) Kita lagi rapat penting.Memet : (1) Tapi entar tolong itu dimuat ya?Karmen : (1) Ya,ya.Memet : (1) Ya, bener ya? (2) Cinta baca ya?

Nampak dari percakapan di atas tokoh Memet berusaha agar diperhatikan tokoh Cinta. Secara fisiologis yang di tampilkan lewat visualisasi dari film, tokoh Memet berkacamata, berpakaian rapih di dukung gerak tubuh yang mencitrakan tokoh Memet adalah tokoh yang culun, dari adegan pertama sampai adegan terakhir tidak ada perkembangan baik secara pisik maupun mental. Tokoh Memet merupakan tokoh yang real dan individual.Secara fisiologis tokoh Memet ini adalah seorang remaja laki-laki. secara sosiologis merupakan pelajar SMA yang sangat menyukai tokoh Cinta.

k. Yos Rizal (Bapak Rangga)Tokoh Yos Rizal merupakan tokoh tambahan yang sederhana. Tokoh Yos Rizal merupakan tokoh yang protagonist, sopan dan baik hati.Cinta : Rangga.Bapak Rangga: Siapa Ngga?Rangga : Temen sekolah.Bapak Rangga : O, silakan.

Tokoh Yos Rizal tokoh yang berkembangan karena di gambarkan kehidupan masa lalu dan masa kini yang berbeda sehingga tokoh ini mengalami perkembangan. Tokoh Yos Rizal ini merupakan tokoh yang real dan individual. Secara fisiologis tokoh Yos Rizal merupakan tokoh laki-laki, sudah tua karena merupakan ayah dari tokoh Rangga. secara sosiologis tokoh Yos Rizal merupakan seorang penulis, di masa lalunya mempunyai masalah akibat menulis tesis tentang pemerintahan yang bobrok, di gambarkan secara dramatic lewat percakapan tokoh Ramgga dan tokoh Cinta.Cinta : (1) Siapa yang bandel emangnya?Rangga : (1) Siapa lagi.Cinta : (1) Bandel gimana?Rangga : (1) Taun 96 bikin tesis tentang kebusukan orang-orang di pemerintahan. (2) Ya, sama saja cari mati. (3) Ya mending, kalo cuma di pecat. (4) Dituduh komunislah, terlihat gerakan maker lah.Cinta : (1) Lho, tapi bukannya sekarang udah reformasi Om, jadi udah nggak masalah lagi kan?Bapak Rangga: (1) Apanya yang reformasi, Cinta?

Maka dapat di simpulkan toh ini merupakan tokoh yang berani dan pintar.l. Ibu CintaTokoh ibu Cinta merupakan tokoh tambahanyang sederhana, merupakan ibu dari tokoh Cinta. Berwatak protagonist, pengertian dan sangat mengerti tokoh Cinta, merupakan tokoh yang statis, real dan individual. Secara fisiologis tokoh Ibu Cinta sudah jelas merupakan seorang perempuan. Secara sosiologis merupakan ibu rumah tangga. Penggambaran tokoh ini terlihat secara dramatic dan kontekstual. Tidak begitu dominan dalam percakapan namun kehangatan antara anak dan ibu tergambar dari intonasi, nada dan gertur tubuh.

m. Limbong Tokoh Limbong merupakan tokoh tambahan yang sederhana, protagonis, statis, rael, individual. Secara fisiologis tokoh Limbong merupakan tokoh laki-laki yang sudah tua, hal ini tergambar dari visualisasi dalam film. Secara sosiologis tokoh Limboh merupakan tukang buku langganan Rangga. Secara psikologis tokoh Limbong merupakan tokoh yang baik dan perhatian.Limbong : Eh Rangga, lagi mimpi apa gue?Rangga : Kenapa emangnya Bong?Limbong : Aneh kali, bawa cewek?Rangga : Alah. Cinta, kenalkan ini Limbong. Konglomerat buku bekas di sini.Cinta : Cinta.Limbong : Limbong.Rangga : Lihat-lihat aja dulu, Ta.Limbong : Silakan.Rangga : Sastra ada di sebelah sana.Limbong : Gimana kau? Sudah dapat bukunya? Udah nggak ada.Rangga : Udah. Itu dia yang nemuin.Limbong : He he he. Macam Rhoma taun 70-an aja kau ini. Berawal dari buku berlanjut ke malam Minggu. Ohya Ngga, ah ini yang kau cari. Apa ini? Nyok?Rangga : New York?Limbong : Ya, New York. Kamu pingin pergi ke sana?Dari percakapan di atas dapat tergambar bahwa sosok Limbong merupakan tokoh yang ramah.

n. PenjagaTokoh ini merupakan tokoh tambahan yang sederhana, protagonis, statis, rael, individual. Secara fisiologis tokoh Penjaga ini merupakan tokoh ibu-ibu yang sudah tua, hal ini tergambar dari visualisasi dalam film. Secara sosiologis tokoh Penjaga merupakan penjaga perpustakaan. hanya tampil satu kali dalam adegan 5. Hanya mengucapkan satu dialoge. Rangga : (1) He, berisik tau nggak?Siswa I : (1) Sok jenius, rese banget loe.Penjaga : (1) Rangga?

o. KreboTokoh ini merupakan tokoh merupakan tokoh tambahan yang sederhana, protagonis, statis, rael, individual. Secara fisiologis tokoh Krebo merupakan laki-laki dengan rambut keribo. Secara sosiologis tokoh Krebo merupakan teman sekelas Rangga. Secara psikologis tokoh Krebo merupakan tokoh yang baik dan perhatian.ADEGAN 12Setting : di sekolahanDeskripsi Suasana: Rangga kehilangan buku Aku-nya kusumanjaya.Krebo : Men, loe nyari apaan loe men?Rangga: Nyari buku, judulnya Aku. Lihat nggak?Krebo : Gue sih ngertinya komik.p. Guru/Taufik BagaskoroTokoh ini merupakan tokoh tambahan yang sederhana, protagonist, statis, real, individual. Secara fisiologis merupakan laki-laki.secara sosiologi merupakan seorang guru, menyukai sastra, ramah dan secara psikologis tokoh ini merupakan tokoh guru yang bijaksana. Guru : (1) Anak-anak, tujuan lomba menulis puisi yang setiap tauntelah kita adakan adalah agar kita tetap sadar bahwa kita memilikisatu kekayaan yang tidak ternilai harganya, yaitu bahasaIndonesia.Karmen : (1) Ta, loe pasti menang deh, yakin.Guru : (1) Dan, dewan juri yang diketuai oleh Taufik Bagaskoro aliassaya sendiri.Milly : (1) I love you, Pak Taufik!Guru : (1) I love you too. (Milly celingukan) telah diputuskan bahwapemenangnya adalah Rangga.

q. Ayah AlyaTokoh ini merupakan bayangan yang di ceritakan oleh tokoh Alya. Secara fisiologis merupakan tokoh laki-laki. Secara sosiologis merupakan kepala rumah tangga dan secara psikologis tokoh ini memiliki watak yang tempramen, tidak teguh pendirian, memiliki kepribadian ganda dan kasar. Hal ini digambarkan secara dramatik lewat percakapan tokoh Alya. Alya : (1) Gimana sih, gue ngejelasin ke elo semua? (2) Terserah deh elo sekarang mau percaya apa nggak. (3) Bokap gue kalau udah ngamuk kayak gitu kayak orang nggak sadar, tau nggak?(4) Abis ngamuk, dia bisa nangis kayak anak kecil. (5) Nyesel abis. (6) Nyiumin kaki nyokap gue, melukin gue.

r. Ibu Rangga

Tokoh ini merupakan tokoh bayangan yang di ceritakan oleh Rangga. Tokoh ini secara psikologis merupakan tokoh yang tidak bertanggung jawab terlihat dari uraian tokoh Rangga yang menyebut ibunya tidak bertanggung jawab karena meninggalkan suami dan anaknya karena ayah Rangga mendapat masalah.

a.2.2 Analisis Latar Ruang dan WaktuKeseluruhan waktu yang di gambarkan merupakan waktu masa kini dengan ruang terlihat. Latar waktu ini sangat bergantung pada latar tempat yang digunakan. Seluruh adegan dengan latar sekolah tentu saja keadaannya saat siang hari karena biasanya sekolah hanya berlangsung pada kisaran waktu pukul 07.00 sampai 15.00 meskipun tidak dituliskan secara langsung pada naskah, sutradara memilih waktu siang hari untuk adegan yang berlatar sekolah. Adapun adegan yang berlangsung malam hari pada latar caf, karena biasanya caf mulai ramai di kunjungi orang pada malam hari. Latar social yang terdapat pada naskah film/scenario film ini adalah kalangan pelajar, kehidupan keluarga, persoalan cinta masa SMA.Latar yang terdapat dalam naskah film AADC secara keseluruhan merupakan latar geografis atau kalendris karena tempat-tempat yang disampaikan secara diskursif dapat dirujuk dalam dunia nyata. Tempatnya secara garis besar ada di sekolah, di rumah cinta, di mall, di toko buku. Secara rinci:a. Kamar CintaKamar Cinta menjadi latar ruang yang pertama muncul di saat Cinta, Milly, Maura dan Karmen mendengarkan curhatan Alya tentang keluarganya. Latar sosial kalangan pelajar dan persahabatan . latar kamar Cinta muncul di adegan 1 dan adegan 8 dengan latar waktu siang hari seusai pulang sekolah, adegan 39 dengan latar waktu malam hari.b. Lapangan SekolahLapangan sekolah menjadi latar ruang kedua yaitu di saat pengumuman lomba puisi dan pertandingan basket. Latar lapangan sekolah ini muncul di adegan 2, adegan 17, adegan 21, adengan 23, adegan 30, dengan latar waktu siang hari.c. Belakang SekolahBelakang sekolah menjadi latar yang sering di gunakan oleh tokoh Rangga. Di saat Rangga biasa menyendiri, perkelahian Rangga dengan Borne dan teman-temannya. Belakang sekolah ini muncul pada adegan 3, adegan 22 dan adegan 24 dengan latar waktu siang hari.d. Di MobilDi mobil merupakan latar yang di gunakan Cinta, Maura, Milli, Karmen dan Alya saat berangkat dan pulang sekolah bersama. Menjadi latar perjuangan Cinta mengejar Rangga. Di mobil menjadi latar pada adegan 4, adegan 25, adegan 48 dan adegan 49 dengan latar waktu siang hari.e. Ruangan MaddingRuangan madding menjadi latar paling sering di gunakan karena kebersamaan Cinta, Maura, Milli, Karmen dan Alya sebagai pengurus madding. Ruang madding menjadi latar pada adegan 5, adegan 7, adegan 11 dan adegan 40 dengan latar waktu siang hari.f. PerpustakaanPerpustakaan menjadi latar pertemuan pertama Cinta dan Rangga. Perpustakaan menjadi latar pada adegan 6 dan adegan 32 dengan latar waktu siang hari.g. Rumah CintaRumah Cinta menjadi latar pertama pada saat Cinta dan Alya bersama. Menjadi latar di saat Cinta gundah, Cinta dan Alya mencurahkan isi hati, rumah Cinta ini di realisasikan dalam film yaitu kamar Cinta. Rumah Cinta menjadi latar pada adegan 20 dengan latar waktu malam hari pada adengan 20 ini latar waktu ditunjukan oleh percakapan antar tokohAlya: Borne nggak dateng?Cinta: (1) Gila apa loe. (2) Kalo misal Borne dibiarin dateng ke sini, malem-malem Minggu gini? (3) Dah merasa pacar beneranAdegan 34 dan adegan 37 tidak dijelaskan latar waktunya secara terirat maupun tersurat tetapi sutradara mengambil setting waktu malam hari karena adegan ini berkaitan dengan kepergian tokoh Cinta ke cafe.h. MallMall menjadi latar saat Cinta dan Borne jalan bersama untuk mencari buku, makan dan mengobrol bersama. Mall menjadi latar adegan 10 dengan latar waktu siang hari.

i. KantinKantin menjadi latar kebersamaan Cinta, Maura, Milli, Karmen dan Alya di saat jam istirahat dan mereka makan bersama. Kantin menjadi latar adegan 13 dan adegan 43 dengan latar waktu siang hari.

j. KwitangKwitang menjadi latar kebersamaan Cinta dan Rangga pergi bersama untuk mencari buku-buku sastra. Kwitang sendiri adalah sebuah tempat penjualan buku-buku bekas. Kwitang menjadi latar adegan 16 dan adegan 18 dengan latar waktu siang hari.k. Rumah RanggaRumah Rangga menjadi latar kedekatan Cinta, Rangga dan Ayah Rangga. Disinilah Cinta mengetahui lebih jauh tentang sosok Rangga, keluarganya dan hobi Rangga. Latar ini terdapat pada adegan 29, dan adegan 3 dengan seting waktu siang hari.l. KafeKafe menjadi latar kebersamaan Cinta dan Rangga yang semakin dekat. Cinta menunjukan kebolehannya menyanyi di Kafe tersebut. Kafe menjadi latar adegan 35 dengan latar waktu malam hari.m. Di JalanDi jalan menjadi latar kebersamaan Cinta dan Rangga seusai dari caf karena tidak ada taxi mereka berjalan kaki bersama pada adegan 36 dengan latar waktu malam hari.n. Rumah SakitRumah sakit menjadi saksi kebodohan tindakan Alya yang mencoba bunuh diri. Terdapat pada adegan 38 dan adegan 42 dengan latar waktu malam hari.o. Parkiran SekolahParkiran sekolah terdapat pada adegan 46 yaitu saat terhalangnya mobil milly dengan latar waktu siang hari. p. Bandara Bandara menjadi saksi perjuangan Cinta untuk mengejar Rangga dan menyatakan perasaannya terdapat pada adegan 49 dengan latar waktu siang hari.q. di tangga Tangga menjadi latar saat Cinta berusaha mencari informasi tentang Rangga kepada pak Wardiman terdapat pada adegan 28 dengan latar waktu siang hari.

a.3 Analisis Aspek Pragmatik Analisis pragmatik adalah analisis yang berkaitan dengan komunikasi antara pengirim dan penerima. Di dalam film, komunikasi antar tokoh yang satu dengan yang lain; mungkin pula dengan pengarang/pencerita dan pembaca/penonton. Dalam penelitian ini hanya akan dibicarakan fungsi bahasa, argumentasi, dan ideology.Teori fungsi bahasa dikemukakan dalam buku strukturalisme. Namun banyak teori strukturalisme yang bisa digunakan juga dalam semiotika, sebagai landasan dari tanda. Meskipun penemu teori ini, Roman Jakobson, bukan seorang ahli semiotika bahkan bukan juga strukturalis melainkan seorang formalis, teori ini sering kali berguna untuk penelitian bahasa termasuk penelitian teks sastra. Fungsi bahasaa. Fungsi ReferensialDalam film AADC ini fungsi bahasa referensial terutama ditampilkan oleh petunjuk setting dan petunjuk deskripsi suasana yang hanya terdapat dalam teks. Dalam film petunjuk awal ini hanya divisualkan tidak dinaratorkan.ADEGAN 1Setting : di sebuah kamar CintaDeskripsi Suasana : Alya sedang menceritakan masalahnya kepada keempat temannya tentang ayahnya yang telah memukulinya.

Selain dikemukakan dalam petunjuk pemanggungan, ada juga fungsi referensial yang dikemukakan tokoh Cinta : Tulis Mil, cowok yang namanya Rangga adalah cowok yang sombong banget. Lagak gak karuan. belagu banget. Pokoknya cowok yang musti dijauhin. Tulis di buku curhat.Jadi disini tampak bahwa fungsi referensial dapat digunakan oleh penutur dan si petutur dapat pula membiarkan salah satu tokohnya memberikan pemaparan.b. Fungsi Konotatif Fungsi ini sangat banyak digunakan. Hal ini mudah dipahami karena fungsi ini sejalan dengan dialog antara tokoh Cinta dan tokoh Alya yang mengalami masalah berat. Cinta : (1) Loe inget nggak kalau kita pernah nulis album di buku ini.(2)Masalah, salah satu diantara kita adalah masalah kita semua.(3)Musuh di salah satu diantara kita adalah musuh kita semua.

Alya : (1) Tapi, bokap gue berantem sama nyokap, bukan sama gue.Cinta : (1) Tapi, kamu kan dah sering jadi korban kayak gini, Al.Alya : (1) Gimana sih, gue ngejelasin ke elo semua? (2) Terserah deh elo sekarang mau percaya apa nggak. (3) Bokap gue kalau udah ngamuk kayak gitu kayak orang nggak sadar, tau nggak?(4) Abis ngamuk, dia bisa nangis kayak anak kecil. (5) Nyesel abis. (6) Nyiumin kaki nyokap gue, melukin gue.Cinta : (1) Oke, ya udah deh Al. (2) Asal loe tau, persahabatan kita juga nggak main-main. (3) Dan kita juga jadi saksi kok. (4) Loe itu kalau ada masalah di share, jangan disimpan sendiri. (5) Loe telepon ke rumah gue, jam berapa aja gue temenin, gue angkat, ngobrol ama gue. (6) Loe dateng ke rumah sini jam berapa aja, gue bakal bukain pintu Al. Ya Al, ya? (7) Kita sahabat elo, bener nggak?Alya : (1) Ya dah deh jangan bahas ini terus, gomongin yang lain, please, please.Si Cinta berusaha menyakinkan Alya dengan menunjukan rasa pedulinya kepada Alya yang sedang mengalami masalah berat di keluargannya. Kata loe inget ga.merupakan sebuah pertanyaan yang berfungsi konotatif Cinta berusaha menyadarkan Alya bahwa persahabatan diantara mereka sangat dekat. Sedangkan Alya merasa masalah yang ia hadapi tidak patut di ceritakan semua kepada teman-temannya. Gimana sih, gue ngejelasin ke elo semua?, tau nggak? merupakan pertanyaan retorik yang dijawabnya sendiri, semua itu merupakan ciri fungsi konotatif. Kadang-kadang dalam satu kalimat, klausa ataupun frase, terdapat lebih dari satu fungsi bahasa seperti yang tampak dalam cuplikan di bawah ini.c. Fungsi FatikBapak Rangga: (1) Siap-siap, Cinta, siap-siap. Cinta: (1) Siap-siap kenapa Om? .Bapak Rangga: (1) Untuk makan. (2) Cuma, masakannya tidak seasik musiknya Cinta. Cinta: (1) Tapi, baunya udah enak gini kok Om.Kata-kata yang bercetak miring membawa fungsi fatik. cinta dan om merupakan penanda yang digunkan untuk menarik perhatian lawan bicara. Fungsi fatik tidak banyak digunakan karena tanpa usaha untuk menarik perhatian pun, dalam sebuah diskusi tentu lawan bicara telah siap mendegarkan. d. Fungsi EkspresifFungsi ini dipergunakan untuk menyatakan perasaan si pembicara. Dalam film ini fungsi ekspresif banyak digunakan ketika tokoh Alya menceritakan kondisi keluarganya yang sedang di rundung masalah.Alya : (1) Gimana sih, gue ngejelasin ke elo semua? (2) Terserah deh elo sekarang mau percaya apa nggak. (3) Bokap gue kalau udah ngamuk kayak gitu kayak orang nggak sadar, tau nggak?(4) Abis ngamuk, dia bisa nangis kayak anak kecil. (5) Nyesel abis. (6) Nyiumin kaki nyokap gue, melukin gue.Di sini, fungsi ekspresif digunakan oleh tokoh. Ujaran tokoh Alya memberi gambaran keadaan ayahnya yang selalu bersikap kasar dan berubah menjadi baik seperti orang yang tidak sadar. Argumentasi Dalam film yang di tampilkan ini argumentasi sangat menonjol. Hampir keseluruhan film merupakan rangkaian argumentasi tentang usaha Cinta mewawancari Rangga sebagai juara lomba puisi, tetapi Rangga menolak untuk di wawancarai sehingga terjadilah adu argumentasi. Berikut cuplikannya.Cinta : (1) Mading mau mewawancara elo.Rangga : (1) Buat apa?Cinta : (1) Kita perlu profil elo sebagai pemenang lomba puisi taun ini.Rangga : (1) Tapi saya kan sudah bilang, saya itu nggak pernah ikutan Lomba puisi.Cinta : (1) Ya, terserah elo deh. (2) Tapi, menurut jurinya elo yang menang.Rangga : (1) Ya kalau gitu wawancara dewan jurinya.Cinta : (1) Ha? (2) Maksud elo?Rangga : (1) Ya, jelas kan kata-kata saya!Cinta : (1) Jadi elo nggak mau di wawancara nih?Rangga : (1) Nggak!Tokoh Rangga mengajukan argumen tertentu sebagai alasan penolakannya atas permintaan tokoh Cinta untuk mewawancarai. Tokoh Cinta seolah tidak mempedulikan alasan tokoh Rangga, tapi tokoh Rangga mengatakan hal yang lebih tidak mempedulikan sehingga tokoh Cinta kehabisan kata-kata untuk terus beradu argumen. Cinta : (1) Ha? (2) Maksud elo?Pertanyaan itu menunjukan ketidakpahaman tokoh Cinta akan argumentasi tokoh Rangga. Pertanyaan ini dikemukakan dengan penuh keheranan dan baginya hal itu merupakan kejutan. Dia sama sekali tidak mengira bahwa tokoh Rangga akan mengatakan hal tersebut. Berikut argumentasi yang mempunyai pendirian yang berlawanan.Cinta : Ya ampun.Rangga: Kenapa Ta?Cinta : Aduh, gue lupa janji sama anak-anak nonton konsernya Pas hari ini.Rangga : Nggak ada kamu, Pas tetep manggung kan?Cinta : Jangan gitu dong, tapi aku kan sudah janji ama temen-temen sejak kapan tau.Rangga : (1) Kamu ini pingin nonton, karena kamu pingin nonton apa nggak enak sama temen-temen kamu?Cinta : Ya, dua-duanya. Saya pulang duluan aja ya?Rangga : Kayak nggak punya pendirian aja.Cinta : Ha, apa kamu bilang?Rangga : Iya, nonton harus sama-sama, pulang sekolah sama-sama, Berangkat juga sama-sama. Apa namanya kalo bukan mengorbankan kepentingan pribadi kepentingan yang kurang prinsipil?Cinta : Rangga, ini sangat prinsipil!Rangga : Ohya?Cinta : Heh, apa juga gue ngomong sama loe. Elo punya temen aja nggak.Rangga : Paling tidak, saya tidak bergantung sama siapa-siapa. Ya udah deh, mendingan kamu susul teman-teman kamu. Bisa pulang sendiri?Cinta : Apa tu maksudnya?Rangga : Ya, perempuan kayak kamu gak pantes aja jalan di tempat kayak gini sendirian.Cinta : Perempuan kayak gue? Perempuan kayak gimana tu maksud loe? Rugi gue buang-buang waktu sama loe.

Cinta yang telah memiliki janji dengan sahabatnya merasa tidak enak hati karena telah melupakan janji tersebut. Cinta malah pergi ke kwitang bersama Rangga sementara sahabatnya menunggu kedatangan Cinta dengan gelisah. Rangga seakan tidak mau Cinta pergi, sementara Cinta sangat merasa tidak enak terhadap sahabatnya. Cinta : Jangan gitu dong, tapi aku kan sudah janji ama temen-temen sejak kapan tau. Rangga: (1) Kamu ini pingin nonton, karena kamu pingin nonton apa nggak enak sama temen-temen kamu?rangga terus memojokan Cinta, sementara Cinta mempunyai prinsip bahwa janji itu harus ditepati. Rangga : Kayak nggak punya pendirian aja. Argumen Rangga ini semakin memicu adanya perbedaan argument yang sengit. Perbedaan prinsip di antara mereka di pengaruhi latar belakang kehidupan mereka yang berbeda. Cinta : Heh, apa juga gue ngomong sama loe. Elo punya temen aja nggak. Rangga : Paling tidak, saya tidak bergantung sama siapa-siapa. Ya udah deh, mendingan kamu susul teman-teman kamu. Bisa pulang sendiri?di sini terlihat jelas Cinta dan Rangga memiliki latar belakang yang berbeda, argument Rangga ini merupakan argument yang merupakan kebenaran bagi hidupnya.Analisis Ideologi Ideology termasuk analisis pragmatic karena untuk bisa menamukannya di perlukan repetisi/pengulangan yang mendukung gagasan ini. Ideology adalah himpunan nlai, ide, norma, kepercayaan, keyakinan yang menjadi dasar dalam menentukan sikap terhadap kejadian dan problem politik yang dihadapinya dan menentukan tingkah laku pilitisinya(KBBI). Penelitian tentang ideology ini akan dibntu oleh teori mitos dan teori signifikasi yang dikemukakan oleh Roland Barthes.Roland Barthes mengemukakan teori signifikasi yaitu pemaknaan dalam dua tahap. Dengan menganalisis signifikasi ini kita dapat memahami makna tahap keda mitos. Dalam hal ni mitos dapat berupa apa saja: benda, gambar, peristiwa, atau situasi. Misalnya ketika Cinta, Rangga dan Yos Rizal (bapak Rangga) sedang mengobrol dan membicarakan masa lalu Yos Rizal.Bapak Rangga : (1) Masakannya emang Cuma dua macem. (2) Maklumlah, makan di rumah pensiunan yang tidak pernah menerima uang pensiun.Cinta : (1) Maksud Om?Rangga : (1) Dia orang bandel sih.Bapak Rangga: (1) Hus, monyet!Cinta : (1) Siapa yang bandel emangnya?Rangga : (1) Siapa lagi.Cinta : (1) Bandel gimana?Rangga: (1) Taun 96 bikin tesis tentang kebusukan orang-orang di pemerintahan. (2) Ya, sama saja cari mati. (3) Ya mending, kalo cuma di pecat. (4) Dituduh komunislah, terlihat gerakan maker lah.Cinta : (1) Lho, tapi bukannya sekarang udah reformasi Om, jadi udah nggak masalah lagi kan?Bapak Rangga: (1) Apanya yang reformasi, Cinta?Seseorang melempar dua bom ke rumah Rangga.

Keberanian yang diartikan oleh Rangga bandeldan petanda yang mengarah kepada bapaknya..siapa lagi itulah pemaknaan tahap kedua yang dikemukakan Rangga padahal si bapak memahaminya sebagai keberanian untuk mengungkap sebuah kebenaran untuk perubahan bangsa. Dalam interpretasi ideology film ini ada dua cara yaitu, karena adanya komunikasi antara tokoh dan komunikasi antara pengirim luar karya (penulis/sutradara). Di sinidapat dilakukan interpretasi model Barthes yaitu dengan menampilkan pengirim mitos, si ahli mitos dan penerima mitos(penonton/pembaca). Pengirim mitos (sutradara/penulis) ingin menanamkan bahwa reformasi itu tidak benar-benar terjadi.

b. Analisis Aspek Pertunjukanb.1 Analisis Ikon SpasialIkon spasial ini berkenaan dengan ruang atau tempat. Ikon-ikon pendidikan cukup banyak tersebar di semua pertunjukan film Ada Apa Dengan Cinta. Memang hapir seluruhnya dapat langsung diacu pada lambang-lambang atau symbol pendidikan. Hal itu akan jelas memiliki kesamaan ruang dan bentuk jika diacu atau dianalisis pada konteks-konteks pendidikan yang ada melalui pemaknaan sebagaimana akan diuraikan lebih rinci.Dari kelompok tanda yang akan digunakan dalam analisis ini, ikon spasial tampak lebih kuat terdapat dalam tanda-tanda visual dan auditif, terutama pada dialog yang digunakan. Pada kelompok tanda gerak, ikon spasial lebih banyak terlihat pada pertunjukan Ada Apa Dengan Cinta karena diperkuat oleh latar social film ini adalah kehidupan remaja dengan setting sekolah. Di bawah ini akan dipaparkan keberadaan ikon-ikon tersebut beserta dengan ketiga bentuk tandanya. Paparan ini hanya sebagian contoh dari sekian banyak tanda yang berhasil ditemukan dan didata. Namun, sudah cukup memadai untuk digunakan sebagai dasar analisis dalam mengetahui makna atau pengaruh apa yang ada di baliknya.B.1.1 Visual Dalam film Ada Apa Dengan Cinta, tokoh utama, Cinta, siswi Sekolah Menengah Atas (SMA) yang cantik, pintar dan supel, ditampilkan dengan rambut panjang yang lurus sepinggang, berhidung mancung, berkulit putih dan berperawakan ideal. Di kamarnya terdapat buku-buku dan alat music (gitar) yang tersusun dengan rapih. Peralatan make-up di simpan dengan rapih di atas meja rias dengan cermin yang besar. Sementara di sekolah berpenampilan menarik dengan baju seragam yang minim, bajunya sangat pas sepinggang sehingga tidak bisa di masukan kedalam rok, begitu juga dengan roknya sangat minim diatas lutut, kaos kaki panjang di atas lutut mengenakan aksesoris gelang. Lalu, tokoh Rangga yang merupakan teman satu sekolah tokoh Cinta yang pendiam, pintar dan tidak mudah bergaul ditampilkan dengan rambut agak gondrong tapi masih terlihat rapih, berwajah menarik, berkulit putih dan berperawakan ideal. Buku yang selalu di bawanya adalah buku sastra terutama buku dengan judul Aku karya Sumanjaya. Di kamarnya terpangpang poster/lukisan chairil anwar. B.1.2 Gerak Tanda gerak dalam ikon spasial ini terlihat pada film Ada Apa Dengan Cinta antara lain dalam adegan Cinta menemui Rangga di perpustakaan. Keseriusan Rangga ketika membaca membuatnya tidak mau di ganggu. Dalam pementasan Ada Apa Dengan Cinta, masing-masing tokoh dalam pertunjukan ini ditujukan dengan reaksi khusus pada tema utama, yakni soal percintaan. Tokoh Cinta bersifat baik, setia kawan, tapi tidak berpendirian. Adapun Rangga adalah tokoh yang kalem, santai, bertanggung jawab dan tidak bergantung kepada orang orang lain. Tokoh Alya digambarkan lemah, mudah putus asa cenderung pendiam. Tokoh Borne di gambarkan tokoh yang jahat, berani melakukan apapun untuk mendapatkan sesuatu, tanda gerak terlihat saat tokoh Borne menatap sinis Rangga ketika berbicara dengan Cinta, mimik marah dan segera beralih pandang kepada temannya dan memicingkan matanya sambil mengepalkan tangan. Dalam pementasan tanda gerak terlihat dalam peran Memet digamb


Recommended