i
ANALISIS PENAWARAN KOMODITAS LADA
DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
HERVITA SARI
105961105117
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2021
ii
ii
ANALISIS PENAWARAN KOMODITAS LADA
DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
HERVITA SARI
105961105117
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian
Strata Satu (S-1)
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2021
iii
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Judul : Analisis Penawaran Komoditas Lada di Provinsi Kalimantan
Timur
Nama : Hervita Sari
Stanbuk : 105961105117
Program Studi : Agribisnis
Fakultas : Pertanian
Disetujui
Pembimbing Utama
Dr. Sri Mardiyati, S.P., M.P.
NIDN. 0921037003
Pembimbing Pendamping
Rasdiana Mudatsir, S.P.,M.Si.
NIDN. 0905078906
Diketahui
Dekan Fakultas Pertanian
Dr. Ir. Hj. Andi Khaeriyah, M. Pd.
NIDN. 0926036803
Ketua Program Studi Agribisnis
Dr. Sri Mardiyati, S.P., M.P.
NIDN. 0921037003
iv
iv
PENGESAHAN KOMISI PENGUJI
Judul : Analisis Penawaran Komoditas Lada di Provinsi Kalimantan
Timur
Nama : Hervita Sari
Stanbuk : 105961105117
Program Studi : Agribisnis
Fakultas : Pertanian
KOMISI PENGUJI
Nama Tanda Tangan
1. Dr. Sri Mardiyati, S.P., M.P.
Ketua Sidang
2. Rasdiana Mudatsir, S.P., M.Si.
Sekretaris
3. Dr. Amruddin, S.Pt., M.Pd.,M.Si.
Anggota
4. Firmansyah, S.P., M.Si.
Anggota
Tanggal Lulus : 04 Agustus 2021
v
v
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI
DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Analisis Penawaran
Komoditas Lada di Provinsi Kalimantan Timur adalah benar merupakan hasil
karya yang belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi
manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan manapun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan
dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir skripsi ini.
Makassar, Agustus 2021
Hervita Sari
105961105117
vi
vi
ABSTRAK
HERVITA SARI. 105961105117. Analisis Penawaran Komoditas Lada di
Provinsi Kalimantan Timur. Dibimbing oleh SRI MARDIYATI dan RASDIANA
MUDATSIR.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perkembangan produksi lada
dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran komoditas lada di
Provinsi Kalimantan Timur.
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Provinsi Kalimantan Timur. Jenis
data yang digunakan adalah data sekunder (time series) selama kurun waktu 30
tahun (1990-2019) dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kalimantan Timur.
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linear
sederhana dan analisis regresi linear berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perkembangan produksi lada di
Provinsi Kalimantan Timur selama 30 tahun terakhir (1990-2019) meningkat
sebesar 107,30 ton per tahun. Faktor-faktor yang berpengaruh signifikan terhadap
penawaran komoditas lada di Provinsi Kalimantan Timur adalah luas areal lada
dan harga lada. Semakin meningkat luas areal lada maka penawaran lada juga
semakin meningkat, artinya apabila luas areal lada naik satu persen maka
penawaran lada meningkat sebesar 1,36 persen. Dan semakin tinggi harga lada
maka penawaran lada semakin meningkat, artinya apabila harga lada naik satu
persen maka penawaran lada meningkat sebesar 0,16 persen.
Kata kunci: penawaran, produksi, lada, harga
vii
vii
ABSTRACT
HERVITA SARI. 105961105117. Analysis of Pepper Commodity Supply in East
Kalimantan Province. Guided by SRI MARDIYATI and RASDIANA
MUDATSIR.
This research aims to analyze the development of pepper production and
analyze the factors that influence the supply of pepper commodities in East
Kalimantan Province.
This research was conducted in the province of East Kalimantan. The type
of data used is secondary data (time series) for a period of 30 years (1990-2019)
from the Central Statistics Agency (BPS) of East Kalimantan Province. The data
analysis used in this research is a simple linear regression analysis and multiple
linear regression analysis.
The results explained that the development of pepper production in East
Kalimantan Province over the last 30 years (1990-2019) increased by 107.30 tons
per year. The factors that have a significant effect on the supply of pepper
commodity in East Kalimantan Province are the area of pepper and the price of
pepper. The more the pepper area increases, the pepper supply also increases,
meaning that if the pepper area increases by one percent, the pepper supply
increases by 1.36 percent. And the higher the price of pepper, the supply of
pepper will increase, meaning that if the price of pepper increases by one percent,
the supply of pepper will increase by 0.16 percent.
Keywords: supply, production, peppers, price
viii
viii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
Rahmat, Hidayah, dan Karunia yang tiada henti diberikan kepada hamba-Nya.
Shalawat serta salam tak lupa pula penulis haturkan kepada Rasulullah Saw
beserta para keluarga, sahabat, dan para umatnya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul ―Analisis Penawaran Komoditas Lada di
Provinsi Kalimantan Timur‖.
Skripsi merupakan tugas akhir yang diajukan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar sarjana pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah Makassar.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud
tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang
terhormat:
1. Ibu Dr. Sri Mardiyati, S.P., M.P., selaku pembimbing utama dan Ibu Rasdiana
Mudatsir, S.P., M.Si., selaku pembimbing pendamping yang senantiasa
meluangkan waktunya untuk membimbing, mengarahkan, dan memberikan
masukan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
2. Ibu Dr. Ir. Hj. Andi Khaeriyah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Ibu Dr. Sri Mardiyati, S.P., M.P., selaku Ketua Program Studi Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.
ix
ix
4. Bapak Nadir, S.P., M.Si., selaku Sekretaris Program Studi Agribisnis Fakultas
Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.
5. Kedua orangtua Bapak Martang dan Ibu Jumriati, kakakku Muh. Khaeril
Azwar serta adikku Muh. Khaerul Anwar dan segenap keluarga yang
senantiasa memberikan bantuan, baik moril maupun material sehingga skripsi
ini dapat terselesaikan.
6. Ibunda Dr. Syamsia,S.P., M.Si. sebagai Penasehat Akademik (PA) penulis
yang banyak memberi petunjuk dan arahan selama proses study di Jurusan
Agribisnis, Universitas Muhammadiyah Makassar.
7. Seluruh Dosen Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah Makassar yang telah memberikan ilmunya kepada penulis
selama proses perkuliahan.
8. Para sahabat dan teman-teman yang selalu membersamai penulis selama masa
pendidikan hingga sekarang. Menjadi teman berbagi sekaligus motivator bagi
penulis.
9. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi dari awal hingga
akhir yang penulis tidak dapat sebut satu per satu.
Akhir kata penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak terkait dalam
penyusunan skripsi ini, semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat serta
sumbangsi kepada semua pihak yang membutuhkan. Semoga Allah SWT
senantiasa meridhoi segala langkah kita semua. Aamiin
Makassar, Agustus 2021
x
x
Hervita Sari
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL .............................................................................. i
HALAMAN JUDUL .................................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... iii
PENGESAHAN KOMISI PENGUJI ......................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN .................................................................... v
ABSTRAK .................................................................................................. vi
ABSTRACT ................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ............................................................................... viii
DAFTAR ISI .............................................................................................. x
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xiv
I. PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 6
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................... 6
1.4 Kegunaan Penelitian ....................................................................... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 7
2.1 Komoditas Lada ............................................................................. 7
2.2 Konsep Produksi ............................................................................ 8
2.3 Teori Harga .................................................................................... 10
2.4 Teori Penawaran ............................................................................. 12
2.5 Determinan Penawaran ................................................................... 14
2.6 Penelitian Terdahulu yang Relevan ............................................... 16
2.7 Kerangka Pemikiran ....................................................................... 19
xi
xi
III. METODE PENELITIAN .................................................................... 21
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................... 21
3.2 Jenis dan Sumber Data ................................................................... 21
3.3 Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 21
3.4 Teknik Analisis Data ...................................................................... 22
3.5 Definisi Operasional ....................................................................... 25
IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN ............................ 25
4.1 Letak Geografis .............................................................................. 25
4.2 Kondisi Demografis ....................................................................... 26
4.3 Kondisi Pertanian ........................................................................... 29
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 31
5.1 Komoditas Lada di Provinsi Kalimantan Timur ............................ 31
5.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penawaran Komoditas Lada di
Provinsi Kalimantan Timur ............................................................ 40
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 45
6.1 Kesimpulan .................................................................................... 45
6.2 Saran ............................................................................................... 45
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
xii
xii
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
Teks
1.1 Luas Areal dan Produksi Lada di Provinsi Kalimantan Timur
Tahun 2015-2019 ........................................................................ 5
2.1 Penelitian yang Relevan ............................................................. 16
4.1 Jumlah, Laju Pertumbuhan dan Kepadatan Penduduk
di Provinsi Kalimantan Timur ..................................................... 26
4.2 Jumlah Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin di Provinsi
Kalimantan Timur Tahun 2020 ................................................... 27
4.3 Penduduk Usia Produktif yang Bekerja Menurut Lapangan
Pekerjaan Utama, Februari 2018 - Februari 2020 (Orang) ......... 28
4.4 Persentase Penduduk Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan
di Provinsi Kalimantan Timur 2020 ............................................ 29
4.5 Luas Areal dan Produksi Tanaman Perkebunan Provinsi
Kalimantan Timur Tahun 2019-2020 .......................................... 30
5.1 Hasil Estimasi Penawaran Lada di Provinsi
Kalimantan Timur ....................................................................... 41
xiii
xiii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
Teks
2.1 Kurva Fungsi Produksi ................................................................ 9
2.2 Kurva Penawaran ....................................................................... 13
2.3 Kerangka Pemikiran Analisis Penawaran Komoditas Lada
di Provinsi Kalimantan Timur .................................................... 20
5.1 Perkembangan Produksi Lada di Provinsi
Kalimantan Timur ....................................................................... 32
5.2 Perkembangan Luas Areal Lada di Provinsi
Kalimantan Timur ....................................................................... 35
5.3 Perkembangan Harga Lada di Provinsi Kalimantan Timur ........ 37
5.4 Perkembangan Rata-Rata Curah Hujan Lada di Provinsi
Kalimantan Timur ....................................................................... 39
xiv
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
Teks
1. Peta Lokasi Penelitian ....................................................................... 50
2. Hasil Analisis Regresi Trend Linear Produksi Lada .......................... 51
3. Hasil Analisis Regresi Trend Linear Luas Areal Lada ...................... 52
4. Hasil Analisis Regresi Trend Linear Harga Lada .............................. 53
5. Hasil Analisis Regresi Trend Linear Rata-rata Curah Hujan ............. 54
6. Hasil Analisis Regresi Linear Berganda ........................................... 55
7. Kartu Kontrol Bimbingan Skripsi ..................................................... 56
8. Uji Plagiasi ........................................................................................ 58
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris, yang mana mayoritas rakyatnya
bermata pencaharian sebagai petani. Sektor pertanian memegang peranan penting
dalam pembangunan perekonomian negara, ini dikarenakan pertanian
menghasilkan berbagai produksi pangan untuk konsumsi manusia. Pangan
memiliki arti penting bagi manusia karena dari makanan diperoleh energi bagi
manusia untuk melakukan aktivitasnya. Peranan penting dari sektor pertanian
selain sebagai penyedia pangan, yaitu sebagai penghasil devisa negara dari sektor
non-migas serta penyedia lapangan pekerjaan bagi sebagian besar penduduk
indonesia.
Pertanian bisa berkolaborasi secara harmonis dengan bidang-bidang lain
untuk mewujudkan peningkatan ekonomi yang lebih cepat, mengurangi
kemiskinan, dan melindungi lingkungan. Dunia pertanian ikut andil dalam
pembangunan sebagai sebuah kehidupan ekonomi, selaku mata pencaharian dan
selaku cara untuk melindungi lingkungan, sehingga bidang pertanian ini menjadi
suatu instrumen unik untuk peningkatan ekonomi negara (Grup Bank Dunia,
2008).
Sektor pertanian terbagi menjadi lima sub-sektor, yaitu sub sektor tanaman
pangan dan hortikultura, peternakan, perikanan, perkebunan, dan sub sektor
kehutanan. Atika dan Afifuddin (2015) berpendapat bahwa salah satu sub sektor
pertanian yang mempunyai kapasitas cukup besar adalah perkebunan. Perkebunan
adalah segala aktivitas pengelolaan sumber daya alam, sumber daya manusia,
2
sarana produksi, alat dan mesin, budidaya, panen. Pengolahan, dan pemasaran
mengenai tanaman perkebunan.
Sub sektor perkebunan merupakan penyumbang tertinggi untuk PDB
(Produk Domestik Bruto) sektor pertanian, peternakan, perburuan, dan jasa
pertanian yaitu sebesar 35 persen diatas tanaman pangan, peternakan dan
hortikultura. Selain itu juga sektor perkebunan selaku penyumbang PDB, sub
sektor perkebunan juga menyumbang dalam membangun perekonomian nasional
dengan nilai penanaman modal yang tinggi, menyumbang dalam menyetarakan
neraca perdagangan komoditas pertanian nasional, sumber devisa negara dari
komoditas ekspor, distributor bahan pangan dan bahan baku industri, penyerap
tenaga kerja juga sebagai fasilitator bahan bakar nabati dan bioenergy yang
bersifat mutakhir (BPS Indonesia, 2019)
Lada (Piper nigrum L.) adalah salah satu komoditas sub sektor perkebunan
yang telah memberikan kontribusi nyata sebagai sumber devisa, penyedia
lapangan pekerjaan, dan sumber pendapatan petani. Sejak jaman dahulu kala
Indonesia dikenal sebagai negara penghasil rempah-rempah. Sebagian besar
rempah-rempah yang diperdagangkan didunia adalah lada (piper nigrum L),
sehingga lada mendapat julukan sebagai rajanya rempah-rempah atau King of
spice.. Tanaman lada merupakan tanaman tropis dataran rendah yang dapat
dikembangkan hampir diseluruh wilayah Indonesia dan mempunyai peluang yang
cukup baik untuk diluaskan di Indonesia. Selain itu lada di Indonesia (Muntok
White Piper dan Muntok Black Piper) sudah dikenal baik oleh konsumen luar
negeri karena memiliki kualitas tinggi dan aroma yang khas (Yuhono, 2005).
3
Berdasarkan Direktorat Jenderal Perkebunan (2014), Lada (Piper nigrum
L) atau merica ialah salah satu macam rempah ekspor unggulan dari komoditas
sub sektor perkebunan Indonesia. Lada banyak diminati oleh bangsa-bangsa di
Eropa, kebutuhan lada di dunia mencapai angka 350.000 ton/tahun. Kontribusi
Indonesia sebagai pengekspor lada mencapai 29 persen dari kebutuhan dunia,
terbesar kedua setelah Vietnam. Produksi lada pada tahun 2014 mencapai 91.941
ton. Data pada BPS Indonesia (2019) menambahkan bahwa devisa yang diterima
negara pada tahun 2018 yaitu sebesar US $ 152.46 juta. Produk lada Indonesia
sebagian besar diekspor ke negara India, Thailand, Jepang, USA, Singapura, dan
Jerman. Kegiatan budidaya lada tersebar di 29 Provinsi di Indonesia dan hampir
99,90 persen dikelola oleh rakyat dengan luas areal, produksi, dan produktivitas
yang berbeda.
Menurut Sugiarto et.al (2007), semakin tinggi suatu harga komoditas maka
semakin banyak jumlah komoditi yang bakal ditawarkan dari para penjual.
Sebaliknya, ketika harga suatu komoditas semakin rendah maka semakin kecil
pula jumlah barang yang bakal ditawarkan dari para penjual. Permintaan disertai
dengan penawaran barang dan jasa, alhasil tidak terjadi kesepakatan jual beli.
keadaan ini bermakna bahwa penjual menawarkan barang atau jasa yang
diperlukan untuk pihak yang membutuhkannya.
Menurut Kemala (1996), dalam analisa prospek lada berdasarkan proyeksi
permintaan dan penawaran akan terjadi trend permintaan sebesar 5,44 persen yang
terbagi atas trend konsumsi 2 persen dan trend ekspor 3,44 persen, sedangkan
trend penawaran hanya 4,69 persen. Trend permintaan yang lebih besar daripada
4
trend penawaran menggambarkan bahwa pada tahun-tahun yang akan datang
jumlah permintaan lada akan melebihi jumlah persediaan karena konsumsi lada
dunia cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Lada (Piper nigrum L.) juga
merupakan salah satu komoditi ekspor pertanian yang menjadi andalan penghasil
Indonesia.
Perkebunan lada di Indonesia berdasarkan status pengusahaan terdiri dari
perkebunan rakyat (PR) dan perkebunan besar swasta (PBS). Sementara itu untuk
perusahaan besar negara (PBN), di Indonesia tidak terdapat perusahaan besar
negara (BPN) yang mengusahakan lada. Perkebunan besar swasta (PBS) pada
komoditas lada tahun 2018 seluas 7.115 ha sedangkan pada perkebunan rakyat
(PR) seluas 180.176 ha, hal tersebut menyatakan bahwa perkebunan rakyat sangat
mendominasi luas areal lada di Indonesia secara keseluruhan (Direktorat Jenderal
Perkebunan, 2018). Perkebunan rakyat ialah perkebunan yang dilaksanakan atau
dikelola oleh rakyat/pekebun yang digolongkan dalam usaha kecil tanaman
perkebunan rakyat dan usaha rumah tangga perkebunan rakyat yang tidak
berbadan hukum.
Tanaman lada di Indonesia ditemukan hampir disemua Provinsi.
Pengembangan usahatani lada di Indonesia mayoritas ada di luar Jawa seperti
pada Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Lampung, Sumatera Selatan,
Kalimantan Timur, dan Sulawesi selatan. Kelima Provinsi tersebut menyumbang
sebesar 71 persen kepada produksi lada di Indonesia. Luas areal perkebunan
rakyat tahun 2020, Kalimantan Timur berada pada urutan ke-7, dimana posisi
5
pertama ditempati oleh Provinsi Bangka Belitung. Sedangkan dari segi banyaknya
produksi, Kalimantan Timur berada diposisi ke-5.
Tabel 1.1 Luas Areal dan Produksi Lada di Provinsi Kalimantan Timur tahun
2015-2019
No. Tahun Luas Areal (ha) Produksi (ton)
1. 2015 9.606 6.923
2. 2016 9.382 4.727
3. 2017 9.012 6.057
4. 2018 9.012 6.484
5. 2019 8.921 5.799
Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Timur, 2020
Harga lada di Kalimantan Timur telah menembus angka Rp 143.708 per
kg. Kenaikan harga lada menjadi momentum yang baik dalam upaya
mengembalikan kejayaan lada di daerah. Kalimantan Timur merupakan salah satu
sentra pembudidayaan lada terbesar di Indonesia. Lada Kalimantan Timur
merupakan plasma nutfah asli daerah ini yang akan diusulkan untuk dijadikan
benih unggul nasional.
Melihat potensi lada dari sisi permintaan yang setiap tahun ke tahun
cenderung meningkat, maka harus diimbangi dengan penawaran lada yang
mencukupi. Namun, selama kurun waktu lima tahun dari tahun 2015-2019 baik
jumlah produksi maupun luas areal perkebunan lada di Kalimantan Timur selalu
mengalami fluktuasi atau perubahan. Ketidakstabilan luas areal, produktivitas dan
harga akan mempengaruhi jumlah produksi yang akan berpengaruh terhadap
penawaran komoditas lada di Provinsi Kalimantan Timur.
6
Berdasarkan uraian tersebut di atas menjadi dasar pertimbangan atas
kondisi komoditas lada di Kalimantan Timur. Oleh karena itu, penulis memilih
judul penelitian ―Analisis Penawaran Komoditas Lada di Provinsi Kalimantan
Timur‖ untuk menganalisis perkembangan penawaran lada di Provinsi
Kalimantan Timur.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang dapat
dikemukakan yaitu:
1. Bagaimana perkembangan produksi komoditas lada di Provinsi Kalimantan
Timur?
2. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi penawaran komoditas lada di
Provinsi Kalimantan Timur?.
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada rumusan masalah, maka tujuan penelitian adalah sebagai
berikut:
1. Untuk menganalisis perkembangan produksi komoditas lada di Provinsi
Kalimantan Timur.
2. Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran komoditas
lada di Provinsi Kalimantan Timur.
1.4 Kegunaan Penelitian
1. Bagi peneliti, penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan baru
mengenai perkembangan komoditas lada di Provinsi Kalimantan Timur
7
2. Bagi pemerintah, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran, bahan pertimbangan, dan evaluasi terhadap penetapan kebijakan
terutama hal yang terkait dengan pengembangan komoditas lada khususnya di
Provinsi Kalimantan Timur.
3. Bagi pembaca, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan rujukan atau
referensi dalam pembuatan karya tulis ilmiah.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Komoditas Lada
Lada atau Merica merupakan salah satu jenis tanaman yang batangnya
berbentuk akar-akaran. Tanaman penghasil rempah-rempah yang bernama latin
Piper nigrum L. ini masuk ke Indonesia sejak abad XVI (sekitar tahun 1547).
Lada sudah dikenal masyarakat luas. Buah lada setiap hari dimanfaatkan sebagai
bumbu masak. Mengingat banyaknya pemanfaatan buah lada hitam dan lada putih
maka pemasarannya pun mudah (T. Sarpian, 2003).
Pada pasar internasional lada Indonesia lebih terkenal dengan sebutan
Lampung Black Pepper (Lada hitam) dan Muntok White Pepper (Lada putih),
bahkan kedua jenis lada ini dipakai sebagai standar perdagangan lada dunia
(Anonimous, 1995). Pasar ekspor terbesar untuk lada hitam adalah Amerika
Serikat, Singapura dan Belanda. Sedangkan untuk lada putih paling banyak
diekspor ke negara Singapura, Belanda dan Jerman.
Menurut staf ahli bidang hubungan internasional kementerian perdagangan
(2019), komoditas lada dari tahun ke tahun tertekan oleh persoalan rendahnya
harga sehingga sangat berpengaruh terhadap pendapatan petani dan sektor
8
ekonomi secara keseluruhan. Jumlah lada terus bertambah tetapi dari sisi nilai
mengalami penurunan yang diakibatkan oleh harga lada yang mengalami
fluktuasi. Harga yang berfluktuasi menjadi tugas bersama dengan International
Pepper Community (IPC), organisasi negara produsen lada. IPC didorong untuk
dapat mengatur harga lada terlebih 73 persen produksi lada di dunia ini berasal
dari negara-negara yang tergabung dalam IPC.
2.2 Konsep Produksi
Menurut Lipsey (1995), produksi merupakan tindakan dalam malakukan
pengadaan komoditi baik barang maupun jasa. Dalam pertanian, sistem produksi
sedemikian kompleks dan berlanjut selalu berubah bersama-sama dengan
kemajuan teknologi. Tidak ada produk yang terwujudkan hanya dengan
menggunakan satu input saja. Dalam produksi digunakan banyak input untuk
membuat suatu output.
Hubungan antara tingkat penggunaan faktor-faktor produksi dengan
produk atau hasil yang akan diperoleh terkandung dalam proses produksi . Hal ini
disebut dengan hubungan antara input denga output. Sementara itu, dalam
menghasilkan suatu produk dapat pula dipengaruhi oleh produk yang lain bahkan
untuk produk tertentu dapat digunakan input yang satu maupun input yang lain
(Suratiyah, 2008).
Konsep produksi memanifestasikan sifat hubungan diantara ambang
produksi yang bakal dicapai dengan kuantitas faktor-faktor produksi yang
digunakan. Fungsi produksi menerangkan hubungan antara input dan output, serta
9
menerangkan tingkat dimana sumberdaya diubah menjadi produk (Doll and
Orazem dalam Siagian, 2001).
Lipsey (1995) mengemukakan juga bahwa fungsi produksi adalah
keterkaitan fungsi yang menunjukkan output maksimal yang dapat diproduksi
oleh setiap input dan oleh gabungan berbagai input. Nicholson (1999)
mengemukakan bahwa fungsi produksi menunjukkan jumlah tertinggi sebuah
barang yang dapat diproduksi menggunakan gabungan alternatif seperti antara
model (K) dan tenaga kerja (L).
Suatu fungsi produksi dapat digambarkan dalam bentuk aljabar. Secara
terstruktur fungsi produksi dapat ditulis sebagai berikut (Nicholson,1999):
Y= f (X1, X2..............,Xn)
Dimana Y adalah output dan X1, X2..............,Xn adalah input-input yang
berbeda yang terkait dan ambil bagian dalam produksi Y. Simbol f
menggambarkan bentuk hubungan dan perubahan input menjadi output.
10
Sumber: Nicholson, 1999
Gambar 2.1 Kurva Fungsi Produksi
Menurut Doll dan Orazem dalam Siagian (2001), suatu fungsi produksi
bisa dibagi menjadi tiga daerah produksi. Daerah tersebut dapat dibedakan
berdasarkan elastisitas produksi yang lebih besar dari satu (daerah I), antara nol
dan satu (daerah II), dan lebih kecil dari nol (daerah III). Daerah produksi I
memiliki nilai elastisitas produksi lebih dari satu, bermakna bahwa penambahan
faktor produksi sebesar satu persen dapat menyebabkan penambahan produksi
yang selalu lebih besar dari satu persen. Keuntungan yang lebih besar belum
tercapai karena masih akan diperoleh dengan pemakaian faktor produksi yang
lebih banyak. Karena pada daerah satu disebut sebagai daerah irrasional
(Irrational Regional).
Syarat keharusan untuk tercapainya keuntungan yang tinggi adalah tingkat
produksi yang terjadi harus pada daerah II dalam kurva fungsi produksi. Pada
daerah ini elastisitas produksi bernilai antara nol dan satu yang berarti setiap
penambahan faktor produksi sebesar satu persen akan menyebabkan peningkatan
produksi paling tinggi satu persen dan paling rendah nol. Daerah ini diberikan
oleh penambahan hasil produksi yang peningkatannya semakin berkurang
(Diminishing Return). Pada tingkat tertentu dari penggunaan faktor-faktor
produksi didearah ini dapat memberikan keuntungan yang tinggi. Oleh karena itu,
daerah II disebut sebagai daerah rasional (Rational Region).
Daerah produksi III mempunyai elastisitas produksi lebih kecil dari nol,
maknanya setiap penambahan faktor-faktor produksi dapat menyebabkan
11
kemerosotan kapasitas produksi yang dihasilkan. Daerah produksi ini
menggambarkan bahwa pemakaian faktor-faktor produksi yang tidak efesien,
sehingga daerah ini disebut juga daerah irrasional (Irrational Region).
2.3 Teori Harga
Harga merupakan salah satu indikator kinerja pasar, termasuk pada
komoditas pertanian. Kementrian perdagangan sebagai instansi pemerintah
memiliki peran yang penting dalam menciptakan iklim perdagangan komoditas
pertanian yang efesien dan memperhatikan kepentingan produsen dan konsumen.
Stabilisasi harga merupakan salah satu sasaran kerja kementrian dan harga
merupakan indikator penentuan kebijakan. Pada sektor pertanian kebijakan harga
merupakan instrumen penting untuk memberi dukungan bagi produsen maupun
konsumen. Kebijakan harga untuk melindungi produsen diterapkan dalam bentuk
harga dasar sedangkan kebijakan harga untuk melindungi konsumen diterapkan
dalam bentuk harga atap. Kebijakan harga produsen saat ini dinilai sudah cukup
baik dalam hal melindungi harga produk di tingkat petani walaupun tidak efektif
dalam memberikan insentif peningkatan produktivitas hasil (Kementrian
Perdagangan, 2014).
Findlay C (2013) menjelaskan bahwa kebijakan harga merupakan salah
satu langkah yang diambil ketika harga yang terbentuk di pasar tidak berada
dalam kondisi normal akibat kegagalan pasar. Dalam hal ini, kebijakan harga
merupakan intervensi regulator (pemerintah) sehingga harga yang terbentuk tidak
dalam titik equilibrium.
12
Menurut Soekartawi (1993) harga beberapa komoditi pertanian sering naik
atau turun secara tidak beraturan. Yang lazim ditemukan adalah turunnya harga
pada saat panen besar dan naiknya harga pada saat paceklik. Fluktuasi harga
komoditas pertanian ini semakin tajam kalau situasi ekonomi dalam keadaan
inflasi, yaitu saat harga terus menaik pada kurun waktu tertentu.
Tujuan dari penetapan harga ada 4, yaitu:
1. Tujuan mengarah kepada laba, ini didasarkan pada anggapan teori ekonomi
klasik yang menjelaskan bahwa setiap perusahaan terus-menerus memilih
harga yang dapat menghasilkan keuntungan yang cukup tinggi. Dalam keadaan
persaingan yang ketat dan serba kompleks penerapanya sangat sulit untuk
dilakukan.
2. Tujuan mengarah pada volume, tujuan ini mengarah pada kapasitas yang mana
harga dialokasikan sedemikian rupa sehingga bisa mencapai target kapasitas
penjualan, ataupun untuk menguasai pangsa pasar.
3. Tujuan mengarah pada impresi, perusahaa bisa menetapkan harga maksimum
untuk membuat atau mempertahankan impresi atau citra perusahaan.
Sebaliknya, harga minimum bisa dipergunakan untuk membuat citra nilai yang
spesifik.
4. Tujuan mengarah pada harga, dilaksanakan dengan menetapkan harga untuk
menegakkan hubungan yang konstan antara suatu perusahaan dan harga
pemimpin industri.
(Tjiptono, 2013)
2.4 Teori Penawaran
13
Penawaran menurut perspektif ekonomi menunjukkan hubungan antara
dua variabel yaitu harga dan kuantitas penawaran. Penawaran diartikan sebagai
jumlah barang yang diinginkan dan dapat ditawarkan penjual pada berbagai
tingkat harga. Penawaran menggambarkan hubungan langsung antara harga dan
kuantitas (jumlah barang fisik),yang mana pada hukum penawaran menyatakan
bahwa ketika harga naik, penjual menawarkan lebih banyak barang (output) ke
pasar (Downey dan Erickson, 2004).
Penawaran (supply) menggambarkan jumlah tertinggi yang hendak dijual
pada beragam tingkat harga paling rendah yang masih memotivasi penjual untuk
menawarkan beragam jumlah dari sebuah barang. Titik beratnya pada
kesanggupan atau kesediaan untuk menjual, bukan berapa jumlah barang yang
benar-benar terjual (Hanafie, 2010).
Cara untuk menggambarkan kaitan antara harga dan jumlah barang yang
akan ditawarkan adalah dengan menggunakan kurva penawaran seperti pada
gambar berikut ini.
Gambar 2.2 Kurva Penawaran
14
Kurva penawaran akan bergerak ke atas dari kiri ke kanan. Gerakan
tersebut menyatakan bahwa penawaran harga meningkat membuat jumlah yang
ditawarkan juga meningkat. Menurut T.Gilarso (2003) penawaran adalah jumlah
dari suatu barang tertentu yang mau dijual pada berbagai kemungkinan harga
selama jangka waktu tertentu dengan memisalkan faktor-faktor lain tidak berubah
atau ceteris paribus. Berdasarkan perumusan tersebut dapat dilihat bahwa
pengertian penawaran menentukan pada hubungan fungsional antara jumlah yang
mau dijual (Qs) dan harga per satuan (P). Berapa jumlah barang yang ditawarkan
atau mau dijual dipengaruhi oleh harga barang bersangkutan.
2.5 Determinan Penawaran
Berdasarkan beberapa pendapat mengenai penawaran, dapat dikatakan
bahwa penawaran sebagai bentuk menarik para konsumen atas barang atau jasa
yang dimiliki oleh penjual dengan didukung berbagai faktor dan latar belakang
atas tindakannya untuk memenuhi kebutuhan para konsumen. Determinan
penawaran (Kurniawan dan Budhi, 2015) sebagai berikut:
a. Biaya Input (biaya produksi)
Apabila biaya input berubah menjadi lebih murah atau menurun, hal ini
menunjukkan pergeseran ke kanan dari kurva penawaran karena dengan harga
yang sama penghasilan kuantitas produk barang yang lebih besar dengan catatan
semua faktor lainnya yang dianggap konstan.
b. Teknologi dan Produktivitas
15
Terobosan perbaikan teknologi biasanya akan mengurangi biaya marginal
dari produksi barang sehingga produsen bisa memasok lebih banyak. Unit barang
ini terefleksikan dari pergeseran ke kanan pada kurva penawaran.
c. Pajak dan Subsidi
Pajak barang yang dibayar perusahaan sebagai tambahan biaya produksi,
sehingga akan menurunkan kurva penawaran atau bergeser ke kiri. Subsidi pada
dasarnya adalah anti-pajak atau subsidi pajak per unit barang dari pemerintah
yang akan menurunkan biaya per satuan produksi.
d. Ekspektasi Harga
Kesediaan produsen untuk menyuplai hari ini kemungkinkan akan
mempengaruhi harga hari esok dengan harapan dapat menjual barang dengan
harga yang lebih tinggi.
e. Harga dan Hasil Lain
Suatu perusahaan dapat memberdayakan sumber daya yang sama untuk
menghasilkan barang yang berbeda. Apabila barang A meningkat dan pendapatan
peluang keuntungan bagi produsen A, maka suplai barang dari makanan B akan
menurun dan suplai barang A naik.
f. Jumlah Produsen
16
Banyaknya produsen yang terlibat akan menyebabkan kurva penawaran
bergeser ke arah kanan sehingga barang yang disuplai bertambah dengan harga
yang sama.
g. Harga Dasar dan Harga Atas
Harga dasar adalah minimum yang ditetapkan pemerintah untuk jenis
barang atau jasa. Harga atas ialah harga tertinggi yang ditetapkan oleh pemerintah
untuk jenis barang atau jasa. Pemerintah menetapkan base price dan atau harga
atas sebagai pelaku ekonomi berada pada posisi perpotongan kurva permintaan
dan penawaran, dimana tidak ada manfaat bagi masyarakat secara keseluruhan.
Pemerintah melakukannya untuk menjaga agar tidak terjadi jumlah kelebihan dan
kekurangan.
2.6 Penelitian Terdahulu yang Relevan
Berikut beberapa penelitian terdahulu yang dianggap relevan untuk
dijadikan acuan dalam penelitian ini :
Tabel 2.1 Penelitian yang Relevan
No. Judul Penelitian Metode Analisis Hasil Penelitian
1. Analisis
Penawaran Kopi
Robusta di
Provinsi Jawa
Tengah (Nifka
Nisarafika, 2013)
Penelitian ini
menggunakan
analisis regresi linear
berganda dengan
langsung melalui
pendekatan produksi
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap
penawaran kopi robusta di
Jawa Tengah adalah harga
kopi robusta, produksi kopi
robusta, dan harga kopi
arabika pada tahun
17
sebelumnya tapi variabel
yang paling berpengaruh
adalah luas areal kopi robusta
pada tahun berjalan.
2. Analisis
penawaran lada
hitam di Provinsi
Lampung (Henny
Murniati, 2006)
Penelitian ini
menggunakan
analisis regresi linear
berganda
1. Luas areal lada hitam, harga
lada hitam pada tahun
sebelumnya, curah hujan
rata-rata pada tahun t dan
jumlah produksi lada hitam
pada tahun sebelumnya
secara bersama-sama
berpengaruh nyata terhadap
penawaran Lada hitam di
Provinsi Lampung
2. Nilai elastisitas paling
tinggi didapat oleh variabel
luas areal pada tahun t, pada
jangka pendek sebesar
0,550 dan jangka panjang
sebesar 0,688 yaitu nilai
elastisitas tertinggi
dibanding variabel—ariabel
lainnya.
3. Analisis
penawaran
cengkeh
dikabupaten
Karanganyar
(Dedi Wahyudi,
2011)
Penelitian ini
menggunakan
analisis regresi linear
berganda dengan
pendekatan langsung
pada luas areal
tanam dan
produktivitas
1. Variabel yang diteliti yaitu
luas areal tanam tahun
sebelumnya, harga cengkeh
tahun sebelumnya, dummy
BPPC, dan dummy BPKC.
Semua variabel yang diteliti
secara bersama-sama
berpengaruh nyata terhadap
produktivitas cengkeh.
2. Elastisitas penawaran
cengkeh di Kabupaten
Karanganyar bersifat elastis
baik dalam jangka pendek
maupun jangka panjang.
Namun diantara elastisitas
jangka pendek atau jangka
panjang, lebih elastis jangka
panjang
4. Analisis
penawaran jagung
di Jawa Tengah
(Setyowati et al.,
2004)
Penelitian ini
menggunakan
analisis regresi linear
berganda
Hasil analisis data yaitu:
1. Pada uji F, luas areal jagung
pada tahun yang
bersangkutan, produksi
jagung pada tahun
18
sebelumnya, harga jagung
pada tahun sebelumnya,
harga kacang tanah pada
tahun sebelumnya, harga
pupuk urea pada tahun
sebelumnya serta rata-rata
curah hujan selama musim
tanam, secara bersama-
sama berpengaruh terhadap
penawaran jagung di Jawa
Tengah dengan nilai F
hitung sebesar 18,632
dibandingkan F tabel yaitu
3,37
2. Pada uji t, variabel selain
harga kacang tanah tahun
sebelumnya dan rata-rata
curah hujan selama
musim,tanam berpengaruh
nyata terhadap penawaran
jagung di Jawa Tengah.
3. Dalam jangka pendek
penawaran jagung bersifat
inelastis terhadap
perubahan luas areal
jagung, produksi jagung,
harga jagung, serta harga
pupuk urea. Dalam jangka
panjang penawaran jagung
bersifat elastis terhadap
perubahan luas areal dan
harga jagung. Sedangkan
elastisitas jangka panjang
penawaran jagung bersifat
inelastis terhadap produksi
jagung dan harga pupuk
urea.
5. Analisis
Penawaran
Bawang Merah di
Kabupaten
Karanganyar
(Hendry Alfianto,
2009)
Penelitian ini
menggunakan
analisis regresi linear
berganda dengan
langsung melalui
pendekatan produksi
hasil analisis diperoleh nilai
koefesien korelasi (R2)
sebesar 0,943 dan adjusted R²
sebesar 0,900. uji F diperoleh
nilai F hitung > F tabel
(22,010 > 3,58) pada tingkat
kepercayaan 95%. Hal ini
menunjukkan bahwa semua
variabel yang diteliti secara
19
bersama-sama berpengaruh
nyata terhadap penawaran
bawang merah di Kabupaten
Karanganyar. Hasil analisis
uji t menunjukkan bahwa
variabel harga bawang merah
tahun sebelumnya, harga
pupuk SP36 tahun t, produksi
bawang merah tahun
sebelumnya dan luas areal
bawang merah tahun t
berpengaruh nyata terhadap
penawaran bawang merah,
sedangkan variabel harga
bawang putih tahun
sebelumnya serta rata-rata
curah hujan tahun t tidak
berpengaruh nyata terhadap
penawaran bawang merah di
Kabupaten Karanganyar.
Berdasarkan nilai koefisien
regresi parsial, variabel luas
areal bawang merah
mempunyai nilai paling
tinggi. Hal ini berarti bahwa
variabel ini mempunyai
pengaruh yang paling besar
terhadap penawaran bawang
merah di Kabupaten
Karanganyar.
6. Analisis
Penawaran Panili
di Provinsi Jawa
Tengah
(Mellynda
Warsito, 2004)
Penelitian ini
menggunakan
analisis regresi linear
berganda
Hasil analisis menunjukkan
bahwa nilai koefisien
adjusted R2 sebesar 0,943, ini
berarti bahwa variabel harga
panili tahun sebelumnya,
jumlah produksi pada tahun
sebelumnya luas areal tahun t,
harga pupuk KCl pada tahun
t, dan curah hujan pada tahun
t dapat menjelaskan variasi
penawaran panili di Provinsi
Jawa Tengah sebesar 94,3 %.
Dari hasil uji F pada tingkat
kepercayaan 95% diketahui
bahwa semua variabel secara
bersama-sama berpengaruh
20
nyata terhadap penawaran
panili. Dari hasil uji t
diketahui bahwa variabel
jumlah produksi panili pada
tahun sebelumnya, luas areal
tahun t, dan curah hujan pada
tahun t secara arsial
berpengaruh nyata terhadap
penawaran panili tapi variabel
yang paling berpengaruh
adalah luas areal panili pada
tahun t.
2.7 Kerangka Pemikiran
Tanaman lada merupakan salah satu tanaman yang sering digunakan oleh
masyarakat sebagai bahan rempah-rempah masakan. Permintaan lada yang lebih
besar daripada penawaran menyatakan bahwa pada tahun-tahun yang akan datang
jumlah permintaan lada akan melebihi jumlah persediaan karena konsumsi lada
nasional cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Penawaran komoditas lada
dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berpengaruh seperti harga lada, luas areal lada
dan rata-rata curah hujan.
Upaya dalam mengetahui perkembangan produksi komoditas lada di
Provinsi Kalimantan Timur, dapat diketahui dengan adanya perubahan jumlah
produksi yang dipengaruhi oleh faktor-faktor berpengaruh terhadap komoditas
lada di Provinsi Kalimantan Timur dengan menggunakan analisis trend linear
untuk mengetahui perkembangan produksi lada selama 30 tahun.
Keterkaitan antara penawaran komoditas lada dan produksi lada yaitu
karena pada penawaran lada disebabkan oleh adanya produksi lada setiap
tahunnya. Sehingga dapat dibentuk kerangka pemikiran sebagai berikut:
21
Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran Analisis Penawaran Komoditas Lada di Provinsi
Kalimantan Timur
Perkebunan Lada di
Kalimantan Timur
Penawaran Lada
Produksi Lada
Faktor-faktor yang mempengaruhi:
1. Harga lada
2. Luas areal lada
3. Rata-rata curah hujan
22
III. METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Provinsi Kalimantan Timur.
Pemilihan lokasi penelitian dilakukan dengan pertimbangan bahwa daerah
Kalimantan Timur merupakan salah satu sentra komoditas lada di Indonesia.
Adapun waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Mei – Juni 2021.
3.2 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif dan sumber data yang
dipakai yaitu dari data sekunder dengan deret waktu (time series) selama kurun
waktu 30 tahun (1990-2019). Data tersebut diambil dari publikasi Badan Pusat
Statistik, Direktorat Jenderal Tanaman Perkebunan, dan Dinas Perkebunan
Kalimantan Timur.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Studi pustaka merupakan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini. Menurut Prabawa (2020), studi pustaka ialah metode pengumpulan
data dengan cara mencari dan menggabungkan sumber data dari laporan
penelitian, buku-buku ilmiah, dan situs yang berkaitan dengan penelitian yang
dilakukan. Data yang diambil atau dikutip dalam penelitian ini berupa data time
series yang tersedia di publikasi Badan Pusat Statistik, Direktorat Jenderal
Tanaman Perkebunan, dan Dinas Perkebunan Kalimantan Timur berdasarkan
23
deret waktu yang dibutuhkan. Data yang dimaksud yaitu data luas areal lada,
jumlah produksi lada, harga lada dan rata-rata curah hujan di Kalimantan Timur.
3.4 Teknik Analisis Data
Pengolahan data dilakukan secara bertahap mulai dengan
mengelompokkan data, menghitung data, dan menganalisis data, kemudian
membuat kesimpulan dari hasil analisis data. Penelitian ini menggunakan teknik
analisis linear sederhana (analisis trend) dan analisis linear berganda.
3.4.1 Analisis Trend Linear
Trend linear dengan jumlah kuadrat terkecil (least square method)
digunakan untuk menganalisis trend perkembangan produksi lada di Provinsi
Kalimantan Timur.
Persamaan garis trend linear dirumuskan sebagai berikut.
y = a0 + bt
Untuk mencari nilai konstanta a dan b dapat digunakan persamaan berikut.
A =
dan
Keterangan :
y : Nilai trend pada periode tertentu (variabel terikat)
a : Konstanta/intercept dari persamaan trend
b : Parameter atau koefisien regresi dari persamaan trend yang
menunjukkan besarnya perubahan y bila terjadi perubahan satu
satuan pada t
t : Periode waktu (variabel bebas)
24
3.4.2 Analisis regresi linear berganda
Tujuan dari analisis regresi linear berganda yaitu untuk menguji pengaruh
dua atau lebih variabel independen terhadap suatu variabel dependen yaitu
menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran komoditas lada di
Provinsi Kalimantan Timur, secara matematis sebagai berikut:
Qs = b0 + b1ARE+ b2PRC + b3RAF
Keterangan:
Qs = jumlah penawaran lada pada tahun yang bersangkutan (ton)
ARE = luas areal pada tahun yang bersangkutan (ha)
PRC = harga lada (Rp/kg)
RAF = Rata-rata curah hujan (mm/th)
b0 = konstanta
b1-b3 = koefisien regresi
Analisis regresi linear berganda dikerjakan untuk menguji pengaruh dari
variabel independen terhadap variabel dependen dalam penelitian yang dilakukan,
yaitu dengan cara:
1. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) hasil yang menunjukkan pengaruh dari variabel
bebas terhadap variabel tidak bebas. Metode dianggap baik apabila nilai R2 sama
dengan satu atau mendekati satu.
2. Uji Serentak (Uji Fhitung)
Untuk menguji apakah variabel-variabel yang digunakan secara bersama-
sama berpengaruh nyata terhadap jumlah penawaran lada.
25
3. Pengujian Parsial (Uji t)
Tujuan dari uji t yaitu untuk menguji pengaruh signifikan masing-masing
variabel independen terhadap jumlah penawaran lada (dependen), maka
digunakan uji t (t test).
3.5 Definisi Operasional
Definisi operasional adalah penafsiran yang digunakan untuk mendapat
dan menganalisis data yang berkaitan dengan tujuan penelitian.
1. Lada adalah komoditas perkebunan yang menjadi objek penelitian untuk
mengetahui perkembangan produksi dan penawarannya.
2. Penawaran lada adalah jumlah produksi lada yang dihasilkan oleh petani
(produsen) di Provinsi Kalimantan Timur, yang dinyatakan dalam satuan ton.
3. Produksi lada adalah banyaknya lada yang dihasilkan dari total areal panen
lada di Provinsi Kalimantan Timur pada tahun bersangkutan yang dinyatakan
dalam satuan ton.
4. Luas areal lada pada tahun t adalah luas areal tanaman menghasilkan pada
tahun sebelumnya di Provinsi Kalimantan Timur, dinyatakan dalam satuan
Hektar (ha)
5. Harga lada adalah harga lada rata-rata terdeflasi yang berlaku di Provinsi
Kalimantan Timur dan dinyatakan dalam Rp/kg, untuk mengurangi pengaruh
inflasi dilakukan pendeflasian.
6. Rata-rata curah hujan adalah curah hujan rata-rata pada tahun bersangkutan di
Provinsi Kalimantan Timur dinyatakan dalam satuan milimeter per tahun
(mm/th).
26
27
IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
4.1 Letak Geografis
Provinsi Kalimantan Timur dengan Ibu Kota Samarinda merupakan
Provinsi terluas keempat di Indonesia setelah Provinsi Papua, Kalimantan Tengah
dan Kalimantan Barat dengan luas wilayah kurang lebih 127.346,92 km2
atau
sekitar 6,8 persen dari total luas wilayah Indonesia. Secara astronomis, Provinsi
Kalimantan Timur terletak antara 113035’31’’-119
012’48’’ Bujur Timur, antara
2034’23’’ Lintang Utara dan 2
044’14’’Lintang Selatan. Adapun batas-batas
wilayah Provinsi Kalimantan Timur adalah sebagai berikut:
Sebelah Utara : Kalimantan Utara
Sebelah Timur : Laut Sulawesi dan Selat Makassar
Sebelah Selatan : Kalimantan Selatan
Sebelah Barat : Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan Sarawak
(Malaysia)
Berdasarkan pada letak geografis, Kalimantan Timur terdiri dari 10
kabupaten/kota yang terbagi menjadi 7 (tujuh) Kabupaten dan 3 (tiga) Kota yaitu:
Kota Samarinda, Kota Balikpapan, Paser, Kutai Barat, Kutai Kartanegara, Kutai
Timur, Berau, Penajam Paser Utara, Mahakam Ulu dan Kota Bontang. Kabupaten
Kutai Timur merupakan daerah terluas dengan luas 31.051,71 km2
atau 24,38
persen dari seluruh wilayah di Kalimantan Timur dan sementara itu, Kota
Bontang merupakan wilayah terkecil dengan luas 163,14 km2
atau 0,13 persen
dari total luas wilayah Provinsi Kalimantan Timur.
28
Kalimantan Timur memiliki iklim tropis yang hampir sama dengan
wilayah Indonesia pada umumnya. Musim kemarau biasanya terjadi pada bulan
Mei sampai dengan bulan Oktober, sedangkan musim penghujan terjadi pada
bulan November sampai dengan bulan April. Keadaan ini berlangsung setiap
tahun yang diselingi dengan musim peralihan pada bulan-bulan tertentu. Rata-rata
suhu udara 29,50 C di Kota Samarinda dan sekitarnya tidak menunjukkan
perbedaan yang nyata. Suhu udara maksimum di Kota Samarinda 35,80
C.
Kelembaban udara di Kota Samarinda rata-rata 68 persen dan minimum 39
persen.
4.2 Kondisi Demografis
4.2.1 Jumlah, Laju Pertumbuhan dan Kepadatan Penduduk
Pertambahan dan penurunan jumlah penduduk setiap Provinsi beragam.
Jumlah penduduk Kalimantan Timur mengalami peningkatan setiap tahun. Dalam
jangka waktu sepuluh tahun sejak 2011-2020. Pada tahun 2011 jumlah penduduk
berjumlah 3.123,3 ribu jiwa, lalu tahun 2020 meningkat dengan laju pertumbuhan
1,95 persen menjadi 3.793,1 ribu jiwa. Sedangkan, jumlah penduduk Provinsi
Kalimantan Timur tertinggi berada di Kota Samarinda dengan jumlah 886.806
juta jiwa dan jumlah penduduk terendah berada di Kabupaten Mahakam Ulu
dengan jumlah penduduk 26.485 juta jiwa.
Tabel 4.1 Jumlah, Laju Pertumbuhan, dan Kepadatan Penduduk Kalimantan
Timur
Tahun Jumlah
Penduduk (ribu)
Laju Pertumbuhan
per Tahun (%)
Kepadatan Penduduk
per Km2
2010 3028,5 2,37 23,78
29
2020 3.766,0 2,07 29,57
Sumber: Provinsi Kalimantan Timur dalam Angka, 2021
4.2.2 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin
Berdasarkan kelompok umur, penduduk dengan umur 0-4 tahun
merupakan kelompok umur terbanyak di Provinsi Kalimantan Timur. Jumlah
penduduk laki-laki sebanyak 1.961.634 jiwa atau 52,09 persen dari penduduk
Kalimantan Timur dan jumlah penduduk perempuan di Kalimantan Timur
sebanyak 1.804.405 jiwa atau 47,91 persen. Sementara itu rasio jenis kelamin
penduduk Kalimantan Timur yaitu sebesar 108,71 yang artinya terdapat 109 laki-
laki per 100 perempuan di Kalimantan Timur pada tahun 2020.
Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin di Provinsi
Kalimantan Timur Tahun 2020
Kelompok umur
Jenis Kelamin
Laki-laki (jiwa) Perempuan
(jiwa)
Jumlah
0-4 161.118 153.666 314.784
5-9 160.936 153.701 314.637
10-14 171.344 158.824 330.168
15-19 172.970 157.284 332.254
20-24 172.805 158.922 331.727
25-29 170.143 156.594 326.737
30-34 168.395 155.799 324.194
35-39 159.272 147.050 306.322
40-44 149.449 137.287 286.736
45-49 131.119 119.419 250.538
50-54 108.347 96.850 205.197
55-59 85.787 75.728 161.515
60-64 61.171 52.827 113.998
65-69 40.830 35.088 75.918
70-74 25.321 22.053 47.374
75+ 22.627 21.313 43.940
Sumber: Provinsi Kalimantan Timur dalam Angka, 2021
30
4.2.3 Mata Pencaharian
Berdasarkan pada pengelompokan kategori jenis pekerjaan/mata
pencaharian, pada Februari 2020 penduduk Kalimantan Timur paling banyak yang
bekerja pada sektor pertanian yaitu 428.495 ribu orang atau sebesar 23,08 persen
dari total penduduk Kalimantan Timur yang bekerja. Sementara itu, jasa
kesehatan paling sedikit menyerap tenaga kerja. Pada sektor industri pengolahan,
konstruksi dan perdagangan selalu mengalami peningkatan jumlah pekerja setiap
tahunnya.
Tabel 4.3 Penduduk Usia Produktif yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan
Utama, Februari 2018 - Februari 2020 (Orang)
No. Kegiatan
Utama
Februari
2018
Februari
2019
Februari
2020
Perubahan Perubahan
Feb 2018-
Feb 2019
Feb 2019-
Feb 2020
1. Pertanian 347.901 363.867 428.495 -15.966 -64.628
2. Pertambangan 144.717 140.795 142.191 -1.077 3.603
3. Industri
Pengolahan 115.908 130.507 152.910 -14.599 -22.403
4. Konstruksi 84.908 101.671 108.997 -16.763 -7.326
5. Perdagangan 325.374 349.958 366.805 -24.584 -16.847
6.
Adm.
Pemerintah 114.392 114.065 112.329 327 1.736
7.
Jasa
Pendidikan 103.380 95.613 103.815 7.767 -8.202
8.
Jasa
Kesehatan 28.555 29.939 32.978 -1.384 -3.039
9. Lainnya 71.629 81.549 86.079 -9.920 -4.530
Jumlah 1.336.764 1.412.963 1.534.599 -76.199 -121.636
Sumber: Provinsi Kalimantan Timur dalam Angka, 2020
4.2.4 Pendidikan
31
Salah satu indikator dari peningkatan sumber daya manusia (SDM) suatu
daerah adalah tingkat pendidikan yang ditamatkan oleh penduduknya. Pada tahun
2020 persentase tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan oleh penduduk
Kalimantan Timur terbanyak berada pada kategori tidak/belum punya ijaza, yaitu
sebesar 37,9 persen dan terkecil pada kategori SD-SMP yaitu hanya 30,5 persen
dari total penduduk Kalimantan Timur pada tahun 2020 yang berjumlah kurang
lebih 3,8 juta jiwa.
Persentase penduduk yang menamatkan jenjang pendidikan SMA ke atas
terus meningkat. Hal tersebut menunjukkan kemajuan dari Provinsi Kalimantan
Timur dalam hal pendidikan.
Tabel 4.4 Persentase Penduduk Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan di Provinsi
Kalimantan Timur 2020
Kategori Persentase Penduduk (%)
2018 2019 2020
Tidak/belum punya ijaza 35,9 36,3 37,9
SD-SMP 32,3 31,6 30,5
SMA Ke atas 31,8 32,1 31,6
Jumlah penduduk 3.552.191 3.630.765 3.769.073
Sumber: Provinsi Kalimantan Timur dalam Angka, 2021
4.3 Kondisi Pertanian
Pertanian yang ada di Provinsi Kalimantan Timur terbagi menjadi
beberapa sektor yaitu tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan. Tahun 2020
pada sektor tanaman pangan, komoditas paling unggul yaitu padi dengan luas
lahan 72.525,78 hektar dan berbanding lurus dengan hasil produksinya sebesar
32
262.855,55 ton. Daerah produksi padi tertinggi berada di Kabupaten Kutai
Kartanegara yaitu sebesar 119,318,88 ton.
Selanjutnya, pada sektor tanaman hortikultura dan tanaman hias ada
beberapa sub sektor didalamnya seperti sayur buah semusim yang diungguli oleh
komoditi tanaman ketimun, sayur buah tahunan yang diungguli oleh tanaman
pisang, biofarmaka diungguli oleh tanaman jahe, dan tanaman hias diungguli oleh
bunga melati. Sementara itu, Provinsi Kalimantan Timur juga memiliki tanaman
perkebunan yang beragam dan menjadi unggulan. Hasil perkebunan pada tahun
2020 di Kalimantan Timur yaitu kelapa sawit sebesar 16.717.254 ton, kelapa
12.468 ton, karet 70.682 ton, kopi 225 ton, kakao 3.307 ton dan lada 5.859 ton
(sedangkan tanaman perkebunan seperti teh, tembakau dan tebu tidak terdapat di
Kalimantan Timur).
Tabel 4.5 Luas Areal dan Produksi Tanaman Perkebunan Provinsi Kalimantan
Timur Tahun 2019-2020
No. Jenis Tanaman
Tahun 2019 Tahun 2020
Luas Areal
(ha)
Produksi
(ton)
Luas Areal
(ha)
Produksi
(ton)
1. Kelapa Sawit 1.227.665 18.343.852 1.228.238 16.717.254
2. Kelapa 21.152 11.013 21.372 12.468
3. Karet 118.638 52.817 118.773 70.682
4. Kopi 2.529 223 1.221 225
5. Kakao 7.328 .513 7.508 3.307
6. Lada 8.921 5.799 9.146 5.859
Sumber: Provinsi Kalimantan Timur dalam Angka, 2021
33
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Komoditas Lada di Provinsi Kalimantan Timur
Lada merupakan salah satu komoditas perkebunan yang banyak
dibutuhkan oleh masyarakat, terutama untuk keperluan memasak karena
kegunaannya sebagai bumbu dapur atau penyedap rasa pada masakan. Dari
ratusan jenis rempah-rempah di dunia, lada adalah rempah-rempah yang paling
banyak digunakan dalam masakan. Lada menjadi barang perdagangan dunia, itu
sebabnya lada disebut sebagai rajanya rempah-rempah atau king of spice.
Lada banyak diminati oleh bangsa-bangsa di Eropa, kontribusi Indonesia
sebagai produsen ekspor lada mencapai 29 persen dari kebutuhan dunia, terbesar
kedua setelah Vietnam. Provinsi Kalimantan Timur merupakan salah satu Provinsi
terbesar dari 5 Provinsi di Indonesia sebagai penghasil lada. Khususnya di daerah
Kalimantan Timur, terdapat 8 Kabupaten/Kota yang menjadi daerah produksi lada
dengan luas lahan area tanam cukup besar. Dari 8 Kabupaten, Kutai Kartanegara
memiliki potensi terbesar dari daerah lainnya seperti Berau, Penajam Paser Utara,
Kutai Timur dan lainnya.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS)
Indonesia, jumlah produksi lada di Kalimantan Timur mengalami fluktuasi namun
cenderung meningkat selama lima tahun terakhir dari tahun 2015 sampai 2019.
Produksi lada di Kalimantan Timur pada tahun 2015 sebesar 6.923 ton, pada
tahun 2016 menurun menjadi 4.727 ton dan pada tahun 2017 kembali mengalami
peningkatan yang cukup besar yaitu sebesar 6.057 ton. Kemudian pada tahun
34
2018 semakin meningkat dari tahun sebelumnya yaitu 6.484 ton, sedangkan pada
tahun 2019 jumlah produksi lada mengalami penurunan sebesar 5.799 ton.
5.1.1 Perkembangan Produksi Lada di Provinsi Kalimantan Timur
Produksi adalah kegiatan yang dilakukan oleh produsen atau petani lada
untuk menghasilkan lada dalam memenuhi kebutuhan masyarakat maupun
keluarganya. Produksi lada pada tahun sebelumnya akan mempengaruhi harga dan
hasil produksi pada tahun berikutnya. Apabila jumlah produksi pada tahun
sebelumnya naik maka harga lada akan turun begitupula sebaliknya sehingga
menjadi pertimbangan bagi petani untuk memperluas areal perkebunan lada atau
mengkonversinya menjadi perkebunan komoditas lain yang memiliki nilai
ekonomi yang lebih tinggi.
Berikut disajikan grafik perkembangan jumlah produksi lada di Provinsi
Kalimantan Timur untuk periode tahun 1990-2019.
Gambar 5.1 Perkembangan Produksi Lada (ton) di Provinsi Kalimantan Timur
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
199
0
199
1
199
2
199
3
199
4
199
5
199
6
199
7
199
8
199
9
200
0
200
1
200
2
200
3
200
4
200
5
200
6
200
7
200
8
200
9
201
0
201
1
201
2
201
3
201
4
201
5
201
6
201
7
201
8
201
9
Trend Produksi Lada (ton) di Provinsi Kalimantan Timur
Tahun 1990-2019
Y= 4777,370 + 107,303t
35
Pada grafik di atas terlihat bahwa produksi lada tertinggi terjadi pada tahun
2008 yaitu mencapai 11.080 ton karena pada saat itu lada Kalimantan Timur
masih sangat dikenal dan diminati oleh pasar dalam maupun luar negeri.
Sedangkan jumlah produksi lada paling rendah terjadi pada tahun 1994 yaitu
hanya 2.372 ton, hal tersebut dikarenakan pada tahun tersebut harga lada putih
yang merupakan jenis lada yang ada di Kalimantan Timur jatuh di pasaran dunia
sampai pada titik yang paling rendah dan bencana kebakaran lahan serta kemarau
panjang yang melanda sehingga butuh beberapa tahun untuk membangkitkan lagi
produksi lada yang ada di Kalimantan Timur (Dinas Perkebunan Kalimantan
Timur, 2019). Perkembangan jumlah produksi lada di Provinsi Kalimantan Timur
selama periode 1990-2019 mengalami fluktuasi namun cenderung meningkat.
Peningkatan jumlah produksi terjadi pada periode 2004-2005, yaitu mengalami
peningkatan mencapai 2.323 ton atau sebesar 33,39 persen, sedangkan penurunan
jumlah produksi lada terjadi pada periode 1993-1994 yaitu mengalami penurunan
hingga 3.537 ton atau sebesar 59,86 persen. Selama kurun waktu tersebut luas
areal lada di Provinsi Kalimantan Timur mengalami peningkatan rata-rata hingga
44 ton atau 4 persen per tahun.
Berdasarkan hasil analisis trend linear juga dapat dilihat bahwa produksi
lada di Provinsi Kalimantan Timur selama kurun waktu tahun 1990 sampai 2019
mengalami trend meningkat, yaitu produksi naik sebesar 107,303 ton per tahun.
Pada tahun 1990 produksi lada sebesar 4.476 ton, kemudian mengalami
peningkatan yang cukup besar pada tahun 1991 sebesar 6.251 ton. Pada tahun
1992 produksi lada mengalami penurunan dari tahun sebelumnya menjadi 5.809
36
ton, namun pada tahun 1993 kembali meningkat sebesar 5.909 ton. Produksi lada
kembali mengalami penurunan yang sangat drastis dari tahun 1994 sampai 1997
dibandingkan dengan tahun 1993 yaitu pada tahun 1994 jumlah produksi sebesar
2.372 ton, tahun 1995 sebesar 2.435 ton, tahun 1996 sebesar 3.848 ton, tahun
1997 sebesar 3.382.
Produksi lada pada tahun 1998 hingga tahun 2003 terus mengalami
peningkatan dari tahun sebelumnya , yaitu pada tahun 1998 sebesar 3.791 ton,
tahun 1999 sebesar 5.655 ton, tahun 2000 sebesar 5.707 ton, tahun 2001 sebesar
5.874, tahun 2002 sebesar 7.060 dan tahun 2003 sebesar 7.067. Pada tahun 2004
jumlah produksi lada kembali menurun sebesar 6.957 ton. Namun pada tahun
2005 sampai 2008 produksi lada meningkat pesat dan merupakan puncak produksi
terbesar dari tahun-tahun sebelumnya yaitu tahun 2005 sebesar 9.280 ton, tahun
2006 sebesar 9.962 ton, tahun 2007 sebesar 10.337 ton dan tahun 2008 sebesar
11.080.
Pada tahun 2009 produksi lada menurun hingga sebesar 8.980 ton,
kemudian pada tahun 2010 kembali meningkat sebesar 8.994 ton dan kembali
menurun pada tahun 2011 hingga sebesar 7.850 ton. Selanjutnya pada tahun 2012
menurun sebesar 6.630 ton dan kembali meningkat tiga tahun berturut-turut yaitu
pada tahun 2013 sebesar 6.818 ton, tahun 2014 sebesar 6.704 ton, dan tahun 2015
sebesar 6.923 ton. Kemudian tahun 2016 mengalami penurunan yang cukup
drastis hingga sebesar 4.727 ton. Dalam tiga tahun terakhir, produksi lada
mengalami fluktuasi yaitu pada tahun 2017 sebesar 6.056 ton, tahun 2018 sebesar
6.484 dan pada tahun 2019 sebesar 5.799 ton.
37
Tingkat produksi lada di Provinsi Kalimantan Timur yang mengalami
fluktuasi disebabkan oleh harga lada yang juga mengalami fluktuasi dan juga
pengalihan perkebunan lada ke perkebunan komoditas lain oleh petani lada.
Apabila harga lada menurun maka penawaran akan lada juga ikut menurun,
sehingga jumlah produksi juga akan menurun, begitupun sebaliknya. Kemudian
perubahan luas areal perkebunan lada berbanding lurus dengan produksi lada
tersebut yang disebabkan karena harga lada yang semakin menurun maka petani
mengalih fungsikan lahan lada dengan komoditi yang memberikan nilai ekonomi
yang lebih tinggi (Dinas Perkebunan Kalimantan Timur, 2019).
Perkembangan faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran komoditas
lada di Provinsi Kalimantan Timur adalah sebagai berikut:
5.1.2 Perkembangan Luas areal Lada di Provinsi Kalimantan Timur
Variabel luas areal lada yang digunakan dalam penelitian ini adalah luas
areal lada pada tahun sebelumnya. Sehingga luas areal lada pada suatu tahun akan
sangat mempengaruhi jumlah produksi lada yang selanjutnya berpengaruh
terhadap penawaran lada.
38
Gambar 5.2 Perkembangan Luas Areal Lada di Provinsi Kalimantan Timur
Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa perkembangan luas areal lada di
Provinsi Kalimantan Timur selama periode 1990-2019 mengalami fluktuasi
namun cenderung menurun, juga dapat dilihat bahwa luas areal lada di Provinsi
Kalimantan Timur selama kurun waktu tahun 1990 sampai 2019 mengalami trend
menurun sebesar 45,275 ton per tahun. Pada tahun 2002 hingga tahun 2009 luas
areal lada relatif stabil dan tinggi. Peningkatan luas areal lada terjadi pada periode
2001 ke 2002, yaitu mengalami peningkatan mencapai 3.040 ha atau sebesar
28,18 persen, sedangkan penurunan luas areal lada terjadi pada periode 2009 ke
2010 yaitu mengalami penurunan hingga 2.401 ha atau sebesar 16,11 persen.
Selama kurun waktu tersebut luas areal lada di Provinsi Kalimantan Timur
mengalami penurunan rata-rata hingga 26 ha per tahun. Luas areal lada tertinggi
terjadi pada tahun 2009 yaitu mencapai 14.906 ha. Sedangkan luas areal lada
paling rendah terjadi pada tahun 1998 yaitu hanya 8.790 ha, hal tersebut
disebabkan oleh adanya kebakaran lahan perkebunan dan juga kemarau yang
berkepanjangan (Dinas Perkebunan Kalimantan Timur, 20210).
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
14000
160001
99
0
199
1
199
2
199
3
199
4
199
5
199
6
199
7
199
8
199
9
200
0
200
1
200
2
200
3
200
4
200
5
200
6
200
7
200
8
200
9
201
0
201
1
201
2
201
3
201
4
201
5
201
6
201
7
201
8
201
9
Trend Luas Areal Lada (ha) di Provinsi Kalimantan Timur
Tahun 1990-2019
Y= 102.180 - 45,275t
39
Penurunan luas areal dalam 5 tahun terakhir dipengaruhi oleh fluktuasi
harga lada, kemudian mempengaruhi kinerja sistem komoditas yang ditunjukkan
oleh produksi dan pada saat ini perkebunan lada di Kalimantan Timur telah
mengalami penurunan kemampuan produksi sehingga harus diremajakan. Selain
itu penurunan luas areal lada disebabkan oleh alih fungsi lahan menjadi kelapa
sawit, tanaman pangan dan sektor pertambangan.
5.1.3 Perkembangan Harga Lada di Provinsi Kalimantan Timur
Harga lada merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi
petani untuk mengusahakan lada pada tahun berikutnya. Petani yang berorientasi
pada keuntungan akan mengusahakan suatu komoditas yang relatif
menguntungkan dibandingkan komoditas lainnya. Variabel harga lada yang
digunakan dalam penelitian ini adalah harga lada yang siap untuk dipasarkan.
Untuk menghilangkan pengaruh inflasi maka harga nominal terlebih dahulu
dideflasi menjadi harga riil.
40
Gambar 5.3 Perkembangan Harga Lada di Provinsi Kalimantan Timur
Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa perkembangan harga lada di
Provinsi Kalimantan Timur selama periode 1990-2019 mengalami fluktuasi
namun cenderung meningkat, juga dapat dilihat bahwa harga lada di Provinsi
Kalimantan Timur selama kurun waktu tahun 1990 sampai 2019 mengalami trend
meningkat sebesar 2.827,24 persen per tahun. Pada tahun 1990-1996 dan tahun
2002-2009 perkembangan harga lada relatif stabil. Peningkatan harga terjadi pada
periode 2013-2014, yaitu mengalami peningkatan mencapai Rp 38.709 per kg
atau sebesar 58,95 persen, sedangkan penurunan harga lada terjadi pada periode
2018-2019 yaitu mengalami penurunan hingga Rp 46.189 per kg atau sebesar
52,29 persen. Selama kurun waktu tersebut harga lada di Provinsi Kalimantan
Timur mengalami peningkatan rata-rata hingga Rp 1.330 per kg atau 22 persen
per tahun. Harga lada tertinggi terjadi pada tahun 2016 yaitu mencapai Rp
143.708 per kg. Sedangkan harga lada paling rendah terjadi pada tahun 1990 yaitu
hanya Rp 2.250per kg. Lada merupakan komoditas ekspor sehingga fluktuasi
-20,000
0
20,000
40,000
60,000
80,000
100,000
120,000
140,000
160,0001
99
0
199
1
199
2
199
3
199
4
199
5
199
6
199
7
199
8
199
9
200
0
200
1
200
2
200
3
200
4
200
5
200
6
200
7
200
8
200
9
201
0
201
1
201
2
201
3
201
4
201
5
201
6
201
7
201
8
201
9
Trend Harga Lada (Rp/kg) di Provinsi Kalimantan Timur
Tahun 1990-2019
Y= -5634688 + 2827,24t
41
harga di pasar internasional berpengaruh langsung terhadap harga lada dalam
negeri.
5.1.4 Perkembangan Rata-rata Curah Hujan di Provinsi Kalimantan Timur
Curah hujan merupakan salah satu faktor yang cukup berpengaruh
terhadap produksi lada karena curah hujan berhubungan dengan ketersediaan air
tanah yang diperoleh oleh tanaman lada. Perubahan pola curah hujan merupakan
salah satu unsur iklim yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
produksi tanaman lada. Tingginya curah hujan berdampak nyata pada tanaman
lada saat fase generatif yaitu pada saat pembungaan, apabila saat pembungaan
banyak hujan turun atau curah hujan tinggi maka proses pembungaan akan
terganggu.
Gambar 5.4 Perkembangan Rata-rata Curah Hujan (mm/th) di Provinsi
Kalimantan Timur
0.0
50.0
100.0
150.0
200.0
250.0
300.0
199
0
199
1
199
2
199
3
199
4
199
5
199
6
199
7
199
8
199
9
200
0
200
1
200
2
200
3
200
4
200
5
200
6
200
7
200
8
200
9
201
0
201
1
201
2
201
3
201
4
201
5
201
6
201
7
201
8
201
9
Trend Curah Hujan (mm/th) di Provinsi Kalimantan Timur
Tahun 1990-2019
Y= -1.512 + 0,850t
42
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa perkembangan rata-rata curah hujan
di Provinsi Kalimantan Timur selama periode 1990-2019 mengalami fluktuasi
namun cenderung meningkat, juga dapat dilihat bahwa rata-rata curah hujan di
Provinsi Kalimantan Timur selama kurun waktu tahun 1990 sampai 2019
mengalami trend yang meningkat sebesar 0,850 persen per tahun. Peningkatan
curah hujan terjadi pada periode 1999-2000, yaitu mengalami peningkatan
mencapai 208,1 mm per tahun, sedangkan penurunan rata-rata curah hujan terjadi
pada periode 1998-1999 yaitu mengalami penurunan hingga 161,1 mm/th atau
sebesar 95,69 persen. Selama kurun waktu tersebut curah hujan di Provinsi
Kalimantan Timur mengalami penurunan rata-rata hingga 1 mm per tahun. Rata-
rata curah hujan tertinggi terjadi pada tahun 2011 yaitu mencapai 249,2 mm per
tahun. Sedangkan rata-rata curah hujan paling rendah terjadi pada tahun 1997
yaitu hanya 139,9 mm per tahun, hal tersebut dikarenakan pada tahun tersebut
terjadi fenomena el nino yang cukup parah di daerah Kalimantan yaitu musim
kemarau yang berkepanjangan bahkan sampai terjadinya kebakaran hutan di
Indonesia dan musim hujan yang terbilang singkat.
Menurut Kandiannan et al., (2011) menyatakan bahwa faktor iklim seperti
suhu maksimum, suhu minimum, curah hujan dan kelembaban relatif maksimum
memiliki hubungan yang signifikan terhadap produksi lada. Kemudian
ditambahkan oleh Srinivasan (2007) melaporkan bahwa produksi lada hitam yang
tinggi berhubungan dengan kelembaban yang relatif maksimum, diikuti rata-rata
curah hujan, lama penyinaran, kecepatan angin dan penguapan. Curah hujan
merupakan faktor utama yang mempengaruhi pembungaan dan pembentukan
43
buah yang mengarah pada peningkatan produksi tanaman lada yang kemudian
ikut berpengaruh pula terhadap naik turunnya jumlah penawaran lada.
5.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penawaran Lada di Provinsi
Kalimantan Timur
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa faktor
yang mempengaruhi penawaran komoditas lada di Provinsi Kalimantan Timur
yaitu, luas areal lada, harga lada dan rata-rata curah hujan Provinsi Kalimantan
Timur. Koefisien determinan (R2) yang dihasilkan dari analisis regresi linear
berganda dengan menggunakan bantuan program pengolah data EVIEWS adalah
sebesar 0,384492, artinya besar sumbangan dari ketiga variabel bebas yaitu luas
areal lada, harga lada dan rata-rata curah hujan Provinsi Kalimantan Timur
mampu menjelaskan varians sebesar 38,44 persen sedangkan sisanya 61,56 persen
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti.
Hasil analisis regresi linear berganda yang mempengaruhi penawaran
komoditas lada di Provinsi Kalimantan Timur dapat disajikan sebagai berikut:
Tabel 5.1 Hasil Estimasi Penawaran Lada di Provinsi Kalimantan Timur
Variabel bebas koefisien t_statistik P
Luas Areal (ARE) *** 1,362691 3,595730 0,0013
Harga Lada (PRC) *** 0,163802 2,999341 0,0059
Rata-Rata Curah Hujan (RAF) -0,055095 -0,0134406 0,8941
Kostanta = -53111,60
R2 = 0,384492 (38,44%)
F hitung = 5,413838
44
***) : Signifikan (α = 1%)
**) : Signifikan (α = 5%)
*) : Signifikan (α = 10%)
Sumber: Data sekunder setelah diolah, 2021
Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda diperoleh persamaan
sebagai berikut:
Qs = -53111 + 1,362 ARE + 0,163 PRC - 0,055 RAF
Keterangan:
QS = jumlah penawaran lada pada tahun yang bersangkutan (ton)
ARE = luas areal pada tahun yang bersangkutan (ha)
PRC = harga lada (Rp/kg)
RAF = Rata-rata curah hujan (mm/th)
Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda menunjukkan bahwa
nilai uji F (overal all test) adalah 5,413838 dan berpengaruh nyata terhadap
tingkat kepercayaan sebesar 99 persen. Hal ini berarti bahwa ketiga variabel bebas
(luas areal lada, harga lada dan rata-rata curah hujan Provinsi Kalimantan Timur)
yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran
lada berpengaruh secara bersama-sama terhadap variasi naik turunnya penawaran
lada. Hasil analisis juga memberikan pemahaman bahwa koefisien R2 penawaran
lada ini sebesar 38,44 persen, sedangkan sisanya 61,56 persen dipengaruhi oleh
faktor-faktor lain yang tidak diteliti.
Dari hasil analisis, variabel yang berpengaruh signifikan terhadap
penawaran lada adalah luas areal lada dan harga lada. Variabel luas areal lada
45
memiliki nilai koefisien sebesar 1,362691. Nilai koefisien tersebut menunjukkan
korelasi positif dan berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 99 persen (0,001
< 0,05) terhadap penawaran lada, artinya bahwa secara kuantitatif apabila luas
areal lada naik satu persen maka penawaran akan lada juga meningkat sebesar
1,36 persen. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Henny (2006)
yang menjelaskan bahwa variabel yang paling berpengaruh terhadap penawaran
lada hitam di Provinsi Lampung yaitu luas areal dibandingkan dengan variabel-
variabel lainnya dengan tingkat kepercayaan 99 persen.
Nilai koefisien variabel harga lada di Kalimantan Timur sebesar 0,163802.
Nilai koefisien variabel tersebut menunjukkan korelasi positif dan secara statistik
berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 99 persen (0,005<0,05) terhadap
penawaran lada, artinya secara kuantitatif apabila harga lada naik satu persen
maka penawaran akan lada meningkat sebesar 0,16 persen. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Nifka (2013) yang menjelaskan bahwa variabel
yang paling berpengaruh terhadap penawaran kopi robusta di Provinsi Jawa
Tengah yaitu harga kopi robusta dibandingkan dengan variabel-variabel lainnya
dengan tingkat kepercayaan 99 persen dan diperkuat oleh pendapat Agus
Wahyudi (2019) yaitu perkembangan harga berpengaruh terhadap produksi lada
karena jika harga lada relatif tinggi maka petani melakukan perluasan area
perkebunan lada, namun pada saat harga rendah petani tidak melakukan
pemeliharaan kebun sehingga produksi cenderung menurun.
Nilai koefisien variabel rata-rata curah hujan di Kalimantan Timur sebesar
-0,055095. Nilai koefisien variabel tersebut menunjukkan korelasi negatif dan
46
secara individual tidak berpengaruh nyata terhadap penawaran lada, artinya bahwa
secara kuantitatif apabila rata-rata curah hujan naik satu persen maka penawaran
akan lada menurun sebesar 0,055 persen. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Setyowati (2004) yang menjelaskan bahwa variabel yang tidak
signifikan terhadap penawaran jagung di Jawa Tengah yaitu rata-rata curah hujan
dibandingkan dengan variabel-variabel lainnya dan diperkuat oleh pendapat dari
Faradiba (2018) yaitu dampak kondisi curah hujan ekstrim yang terjadi pada
sektor pertanian dapat mengakibatkan kegagalan panen, kegagalan panen yang
terjadi secara global dapat berdampak pada penurunan produktivitas maupun
kualitas produksi di sektor perkebunan.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian mengenai analisis
penawaran komoditas lada di Provinsi Kalimantan Timur selama periode 1990-
2019, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Perkembangan produksi lada di Provinsi Kalimantan Timur selama kurun
waktu tahun 1990 sampai 2019 mengalami fluktuasi namun cenderung
meningkat, produksi lada meningkat sebesar 107,303 ton/ tahun.
2. Faktor-faktor yang berpengaruh signifikan terhadap penawaran lada di Provinsi
Kalimantan Timur adalah luas areal lada dan harga lada. Semakin meningkat
luas areal lada maka penawaran akan lada juga semakin meningkat, artinya
apabila luas areal lada naik satu persen maka penawaran akan lada meningkat
sebesar 1,36 persen. Dan semakin tinggi harga lada maka penawaran akan lada
semakin meningkat, artinya apabila harga lada naik satu persen maka
penawaran akan lada meningkat sebesar 0,16 persen.
6.2 Saran
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian mengenai analisis
penawaran komoditas lada di Provinsi Kalimantan Timur selama periode 1990-
2019, maka saran yang dapat diberikan sebagai berikut:
1. Perlu diadakannya peningkatan kualitas lada sehingga arah perkembangan
produksi lada di Provinsi Kalimantan Timur positif yaitu dengan adanya
peningkatan kualitas diharapkan juga penawaran lada dapat meningkat.
48
2. Kebijakan pemerintah mengenai penawaran lada di Kalimantan Timur yaitu
melalui intensif harga lada, karena apabila harga lada naik maka petani akan
terdorong untuk meningkatkan produksi sehingga akan terjadi pula
peningkatan luas areal. Usaha ekstensifikasi ini harus diikuti dengan
peningkatan intensifikasi lahan. Selain itu, areal tanam lada sebisa mungkin
diperluas dan mencegah terjadinya konversi lahan lada menjadi lahan
komoditas lain.
49
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous dalam Elizabeth,R. 2002. Keragaan Komoditas Lada Indonesia (Studi
Kasus di Kabupaten Bangka). Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial
Ekonomi Pertanian, Badan Litbang Pertanian. Bogor.
Atika,S dan Afiuddin,S.2015. Analisis Prospek Ekspor Karet Indonesia ke Jepang.
Jurnal Ekonomi Pembangunan, 3(1)
Badan Pusat Statistik. 2020. Kalimantan Timur dalam angka 1990-2020. Badan
Pusat Statistik, Kalimantan Timur.
Damara, Kevin. 2020. Analisis Faktor-Faktor Produksi Lada di Desa Setia Budi
Kecamatan Bengkayang Kabupaten Bengkayang. Jurnal Sains Mahasiswa
Pertanian, Vol 9(1)
Deras, Usman et al . 2009. Kondisi Kritis Lada Putih Bangka Belitung. Jurnal
litbang pertanian.
Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Timur. 1990-2020. Buku Statistik
Perkebunan. Kalimantan Timur.
Downey dan Erickson Dalam Syafi’ah. 2010. Analisis Penawaran Salak Pondoh
di Kabupaten Sleman. Skripsi. Fakultas Pertanian: Universitas Sebelas
Maret. Surakarta.
Faradiba. 2018. Analisis Pola Curah Hujan Terhadap Produktivitas Tanaman Padi
Sawah di Provinsi Jawa Barat. Jurnal EduMatSains, vol 4 (2)
Findlay,C.,McTaggart,D., & Parkin,M. 2013. Economics. Frenchs Forest, New
South Wales. Australia: Person Australia.
Gilarso, T. 2004. Pengantar Ilmu Ekonomi. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Grup Bank Dunia. 2008. Laporan Pembangunan Dunia 2008: Pertanian untuk
Pembangunan. Salemba Empat. Jakarta.
Hanafie, R. 2010. Pengantar Ekonomi Pertanian. Penerbit Andi, Yogyakarta
Murniati, Henny. 2006. Analisis Penawaran Lada Hitam di Provinsi Lampung.
Skripsi. Fakultas Pertanian: Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Ilham Nurllah dan Jaya Iswari, 2019. Pengaruh Perubahan Harga Lada Putih
Terhadap Kesejahteraan Masyarakat di Kecamatan Jebus Kabupaten
50
Bangka Barat. Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan
Agribisnis, 5(2):224-234
Kandiannan,KParthasarathy,U.,Krisnamurthy,K.S.,Thankamani,C.K.,Srinirasan,V
., & Aipe,K.C. 2011. Modeling the Association of Weather and Blck
Pepper Yield. Indian Journal of Horticulture, 68(1), 96-102.
Kementrian Perdagangan.2014. Analisis Kebijakan Harga Pada Komoditas
Pertanian. Pusat Kebijakan Perdagangan Dalam Negeri.
Kurniawan, P dan Budhi, M.K.S. 2015. Pengantar Ekonomi Mikro dan Makro.
Penerbit Andi, Yogyakarta
Lipsey. 1995. Pengantar Mikro Ekonomi. Penerbit Binarupa Aksara, Jakarta.
Nicholson,W. 1999. Teori Mikro Ekonomi: Prinsip Dasar dan Pengembanganya.
Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Nisarafika,Nifka. 2013. Analisis Penawaran Kopi Robusta di Provinsi Jawa
Tengah. Skripsi. Fakultas Pertanian: Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Prabawa, B.A.T. 2020. Hubungan Strategi Komunikasi Penyuluhan Pertanian
dengan Perilaku Petani Jahe Subak Sarwa Ada Desa Taro, Kecamatan
Tegallalang, Kabupaten Gianyar. Bali: Nilacakra.
Sarpian, T. 2003. Pedoman Perkebunan Lada dan Analisis Usahatani. Kanisius,
Yogyakarta.\
Setyowati et al . 2004. Analisis Penawaran Jagung di Jawa Tengah. Skripsi.
Fakultas Pertanian: Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Siagian,E. 2001. Analisis Efesiensi Penggunaan Faktor Produksi Usahatani
Wortel di Cisarua. Skripsi. Fakultas Pertanian: IPB. Bogor
Sihombing,F.N.,Tampubolon,K & Juniarsih, T. 2020. Regresi Faktor Curah
Hujan, Kelembaban Udara dan Hari Hujan Terhadap Produksi Lada.
Jurnal Agroteknologi dan Perkebunan.
Soekartawi.1991. Agribisnis Teori dan Aplikasinya. PT Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
Suratiyah, K. 2008. Ilmu Usahatani. Penerbit Penebar Swadaya, Jakarta
Tjiptono, F. 2013. Strategi Pemasaran. Penerbit Andi, Yogyakarta.
51
Wahyudi, A.F. 2017. Menuju Agribisnis Indonesia Yang Berdaya Saing. IPB.
Bogor
Wahyudi, A dan Wulandari, S. 2019. Inovasi Teknologi dan Kelembagaan untuk
Mendukung Keberlangsungan Usahatani Lada di Kalimantan Timur.
Jurnal Littri.
Wahyuni dan Setiono,R. 2005. Morfologi dan Pertumbuhan Bibit Lada Hasil
Persilangan. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. Bogor, Vol
11(2).
52
LAMPIRAN
53
Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian
54
Lampiran 2. Hasil Analisis Regresi Trend Linear Produksi Lada
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1 ,432a ,186 ,157 2009,04604
a. Predictors: (Constant), T
ANOVAa
Model
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 25877567,845 1 25877567,845 6,411 ,017b
Residual 113015447,52
1
28 4036265,983
Total 138893015,36
7
29
a. Dependent Variable: Produksi (Y)
b. Predictors: (Constant), T
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 4777,370 752,333 6,350 ,000
T 107,303 42,378 ,432 2,532 ,017
a. Dependent Variable: Produksi (Y)
55
Lampiran 3. Hasil Analisis Regresi Trend Linear Luas Areal Lada
SUMMARY OUTPUT
Regression Statistics
Multiple R 0,195532456 R Square 0,038232941 Adjusted R
Square 0,003884118 Standard Error 2034,461092 Observations 30
ANOVA
df SS MS F Significance
F
Regression 1 4607067,983 4607067,983 1,113078627 0,300432626
Residual 28 115892894,2 4139031,935 Total 29 120499962,2
Coefficients Standard
Error t Stat P-value
Intercept 102.180,4070
86.022,0222 1,187840094 0,244875196
Tahun
-45,27541713 42,91405351
-1,055025415 0,300432626
56
Lampiran 4. Hasil Analisis Regresi Trend Linear Harga Lada
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1 ,761a ,579 ,564 21612,96705
a. Predictors: (Constant), T
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 17964948690,223 1 17964948690,223 38,459 ,000b
Residual 13079369650,014 28 467120344,643
Total 31044318340,238 29
a. Dependent Variable: Harga Lada
b. Predictors: (Constant), T
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -5634688,410 913849,441 -6,166 ,000
T 2827,243 455,895 ,761 6,202 ,000
a. Dependent Variable: Harga Lada
57
Lampiran 5. Hasil Analisis Regresi Trend Linear Rata-rata Curah Hujan
ANOVAa
Model
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 1624,201 1 1624,201 2,067 ,162b
Residual 21997,473 28 785,624
Total 23621,675 29
a. Dependent Variable: rata-rata curah hujan
b. Predictors: (Constant), t
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -1512,539 1185,135 -1,276 ,212
t ,850 ,591 ,262 1,438 ,162
a. Dependent Variable: rata-rata curah hujan
58
Lampiran 6. Hasil Analisis Regresi Linear Berganda
Dependent Variable: LNQS Method: Least Squares Date: 06/08/21 Time: 13:43 Sample: 1990 2019 Included observations: 30
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -53111.60 37895.63 -1.401523 0.1729
LNARE 1.362691 0.378975 3.595730 0.0013 LNPRC 0.163802 0.054613 2.999341 0.0059 LNRAF -0.055095 0.409918 -0.134406 0.8941
R-squared 0.384492 Mean dependent var 87065.47
Adjusted R-squared 0.313472 S.D. dependent var 3815.396 S.E. of regression 3161.323 Akaike info criterion 19.07893 Sum squared resid 2.60E+08 Schwarz criterion 19.26576 Log likelihood -282.1840 Hannan-Quinn criter. 19.13870 F-statistic 5.413838 Durbin-Watson stat 0.809445 Prob(F-statistic) 0.004979
Estimation Command: ========================= LS QS C LNARE LNPRC LNRAF Estimation Equation: ========================= QS = C(1) + C(2)*LNARE + C(3)*LNPRC + C(4)*LNRAF Substituted Coefficients: ========================= QS = -53111.6037045 + 1.36269098948*LNARE + 0.16380244799*LNPRC - 0.0550953840723*LNRAF
59
Lampiran 6. Kartu Kontrol Bimbingan Skripsi
60
61
lampiran 8. Uji Plagiasi
62
RIWAYAT HIDUP
Hervita Sari, lahir di Bone tanggal 06 Desember 1999 dari
Bapak Martang dan Ibu Jumriati. Penulis merupakan anak
kedua dari tiga bersaudara.
Pendidikan formal yang dilalui oleh penulis adalah SDN 197
Tanete Harapan 2011, SMPN 12 Berau (SMPN 1 Segah) 2014, SMKN 5 Berau
2017. Pada tahun yang sama, penulis resmi menjadi salah satu mahasiswa jurusan
Agribisnis Fakultas Pertanian di Universitas Muhammadiyah Makassar.
Selain menjadi mahasiswa aktif, penulis juga mengisi waktunya dengan
bergabung dalam organisasi internal dan eksternal kampus yaitu Ikatan
Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) sebagai departemen bidang IMMawati dan
Bendahara 1 tahun 2018-2020, Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Agribisnis
sebagai anggota Bidang Pemberdayaan Perempuan tahun 2018-2019, dan
organisasi daerah tingkat I Asrama Mahasiswa Kalimantan Timur (AMKT)
Mulawarman Makassar sebagai Sekretaris Umum tahun 2019-2020.
Penulis pernah magang di UPT Balai Benih Tanaman Pangan Provinsi
Sulawesi Selatan. Penulis merupakan penerima beasiswa Berau Gemilang tahun
2018 dan beasiswa Kaltim Tuntas Prestasi Akademik tahun 2019. Tugas akhir
dalam pendidikan tinggi diselesaikan dengan menulis skripsi yang berjudul
―Analisis Penawaran Komoditas Lada di Provinsi Kalimantan Timur‖.