BAB I.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Polimer didefinisikan sebagai substansi yang terdiri dari molekul-molekul yang
menyertakan rangkaian satu atau lebih dari satu unit monomer. Manusia sudah
berabad-abad menggunakan polimer dalam bentuk minyak, aspal, damar, dan
permen karet. Tapi industri polimer modern baru mulai berkembang pada masa
revolusi industri. Di akhir 1830-an, Charles Goodyear berhasil memproduksi
sebentuk karet alami yang berguna melalui proses yang dikenal sebagai
“vulkanisasi”. 40 tahun kemudian, Celluloid (sebentuk plastik keras dari
nitrocellulose) berhasil dikomersialisasikan. Adalah diperkenalkannya vinyl,
neoprene, polystyrene, dan nilon di tahun 1930-an yang memulai ‘ledakan’ dalam
penelitian polimer yang masih berlangsung sampai sekarang.
Polimer seperti kapas, wol, karet, dan semua plastik digunakan di hampir semua
industri. Polimer alami dan sintetik bisa diproduksi dengan beragam kekakuan,
kekuatan, ketebalan, dan ketahanan terhadap panas. Elastomer (polimer bersifat
elastis) memiliki struktur yang saling bersilangan dan longgar. Struktur rantai
bertipe inilah yang menyebabkan elastomer memiliki ingatan. Rata-rata 1 dari 100
molekul saling bersilangan. Saat jumlah rata-rata ikatan saling bersilangan itu
meningkat (sekitar 1 dalam 30), material menjadi lebih kaku dan rapuh. Baik karet
alami dan sintetis adalah contoh dari elastomer. Di bawah kondisi temperatur dan
tekanan tertentu, plastik yang juga termasuk polimer dapat dibentuk atau dicetak.
Berbeda dengan elastomer, plastik lebih kaku dan tidak memiliki elastisitas yang
dapat dibalik. Selulosa mreupakan salah satu contoh material berpolimer yang
harus dimodifikasi secara bertahap sebelum diproses dengan metode yang
biasanya digunakan untuk plastik. Beberapa plastik (seperti nilon dan selulosa
asetat) dibentuk menjadi fiber.
1
Tujuan
Plastik, belakangan ini merupakan jenis material yang paling sering kita temui
terutama pada kemasan. Penggunaan plastik banyak menuai kontroversi. Berbagai
masalah mulai dari keamanan produk untuk kesehatan sampai masalah limbah
plastik sering kali dilontarkan oleh aktivis gerakan anti plastik. Banyak pihak
yang mengeluhkan sifat limbah plastik yang sulit terdegradasi. Di sisi lain, justru
banyak pihak yang menganggap plastik adalah material yang mampu menyokong
kemajuan teknologi modern. Plastik dinyatakan dapat meningkatkan efesiensi
bahan baku, energi, dan waktu. Sejauh manakah efesiensi dari bahan plastik ini?
Limbah plastik juga menimbulkan masalah besar bagi manusia.Sifatnya yang sulit
hancur menjadi masalah utama. Namun kendala ini bisa diselesaikan dengan
memanfaatkan sifat plastik yang dapat di recycyle (daur ulang). Meski tidak
semua jenis plastik, namun kebanyakan plastik mampu diproses ulang untuk
menghasilkan produk “baru” yang bermanfaat bagi kehidupan manusia.
Plastik merupakan bahan yang mudah untuk diproses dan tidak memerlukan
energi yang besar. Bahkan bisa dikatakan, pengolahan plastik hanyalah bagian
dari usaha pemanfaat minyak bumi agar tidak terbuang percuma. Plastik memiliki
umur yang panjang. Dengan begitu sekian persen energi pengolahannya dapat
dihemat sedemikian rupa. Plastik sangat fleksibel. Sifat-sifatnya sangat
memungkinkan untuk direkayasa. Dengan melakukan perlakuan proses tertentu
atau dengan penambahan zat aditif tertentu, plastik bisa dibuat sesuai dengan
aplikasi yang diinginkan.
2
BAB II.
PEMBAHASAN
Definisi Polimer
Suatu polimer adalah rantai berulang dari atom yang panjang, terbentuk dari
pengikat yang berupa molekul identik yang disebut monomer. Sekalipun biasanya
merupakan organik (memiliki rantai karbon), ada juga banyak polimer inorganik.
Contoh terkenal dari polimer adalah plastik dan DNA.
Meskipun istilah polimer lebih populer menunjuk kepada plastik, tetapi polimer
sebenarnya terdiri dari banyak kelas material alami dan sintetik dengan sifat dan
kegunaan yang beragam.
Klasifikasi Berdasarkan Sumbernya
1. Polimer alami : kayu, kulit binatang, kapas, karet alam, rambut
2. Polimer sintetis
1. Tidak terdapat secara alami: nylon, poliester, polipropilen,
polistiren
2. Terdapat di alam tetapi dibuat oleh proses buatan: karet sintetis
3. Polimer alami yang dimodifikasi: seluloid, cellophane (bahan
dasarnya dari selulosa tetapi telah mengalami modifikasi secara
radikal sehingga kehilangan sifat-sifat kimia dan fisika asalnya)
Sekarang ini utamanya ada enam komoditas polimer yang banyak digunakan,
mereka adalah polyethylene, polypropylene, polyvinyl chloride, polyethylene
terephthalate, polystyrene, dan polycarbonate.
Sifat fisikanya
o Termoplastik. Merupakan jenis plastik yang bisa
didaur-ulang/dicetak lagi dengan proses pemanasan ulang. Contoh:
polietilen (PE), polistiren (PS), ABS, polikarbonat (PC)
3
o Termoset. Merupakan jenis plastik yang tidak bisa
didaur-ulang/dicetak lagi. Pemanasan ulang akan menyebabkan
kerusakan molekul-molekulnya. Contoh: resin epoksi, bakelit,
resin melamin, urea-formaldehida
Berdasarkan jumlah rantai karbonnya
o 1 ~ 4 Gas (LPG, LNG)
o 5 ~ 11 Cair (bensin)
o 9 ~ 16 Cairan dengan viskositas rendah
o 16 ~ 25 Cairan dengan viskositas tinggi (oli, gemuk)
o 25 ~ 30 Padat (parafin, lilin)
o 1000 ~ 3000 Plastik (polistiren, polietilen, dll)
4
BAB III.
Analisis Pencemaran Limbah oleh Polimer ( Plastik )
A. Analisis pencemaran oleh industri plastik .
Perkembangan industri plastik berdasarkan data statistik memperlihatkan
perkembangan yang sangat pesat terutama pada jenis plastik kemasan. Pada
proses produksi industri plastik, dihasilkan dua jenis limbah yaitu limbah cair dan
limbah padat.Tetapi limbah padat yang berasal dari proses produksi dapat
digunakan kembali, sedangkan limbah cair yang berasal dari proses pracetak jika
dibuang langsung ke badan perairan akan menjadi masalah, sehingga diperlukan
pengolahan terlebih dahulu. Pada proses pracetak dari kemasan plstik dihasilkan
dua jenis limbah yaitu limbah cair yang mengandung khrom dengan konsentrasi
119 ppm dan limbah cair yang mengandung karbon dan minyak.
Limbah cair yang dihasilkan oleh industri pengolahan polimer berasal dari air
kondensat pada proses sterilisasi, air dari proses klarifikasi, air hydrocyclone
(claybath), dan air pencucian pabrik. Jumlah air bungan tergantung pada sistem
pengolahan, kapasitas olah pabrik, dan keadaan peralatan klarifikasi. Limbah cair
mengandung bahan organik yang relatif tinggi dan bersifat toksik karena
menggunakan bahan kimia dalam proses ekstraksinya.
Limbah cair umumnya bersuhu tinggi, berwarna kecoklatan, mengandung padatan
terlarut dan tersuspensi berupa koloid dan residu minyak dengan kandungan
biological oxygen demand (BOD) yang tinggi. Bila larutan tersebut langsung
dibuang ke perairan sangat berpotensi mencemari lingkungan, sehingga harus
dioleh terlebih dahulu sebelum dibuang.
Parameter yang menggambarkan karakteristik limbah terdiri dari sifat fisik, kimia,
dan biologi. Karakteristik limbah berdasarkan sifat fisik meliputi suhu, kekeruhan,
bau, dan rasa, berdasarkan sifak kimia meliputi kandungan bahan organik, protein,
5
BOD, chemical oxygen demand (COD), sedangkan berdasakan sifat biologi
meliputi kandungan bakteri patogen dalam air limbah.
Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup ada 6 (enam)
parameter utama yang dijadikan acuan baku mutu limbah meliputi :
a. Tingkat keasaman (pH), ditetapkannya parameter pH bertujuan agar
mikroorganisme dan biota yang terdapat pada penerima tidak terganggu,
bahkan diharapkan dengan pH yang alkalis dapat menaikkan pH badan
penerima.
b. BOD, kebutuhan oksigen hayati yang diperlukan untuk merombak bahan
organik. Semakin tinggi nilai BOD air limbah, maka daya saingnya
dengan mikroorganisme atau biota yang terdapat pada badan penerima
akan semakin tinggi.
c. COD, kelarutan oksigen kimiawi adalah oksigen yang diperlukan untuk
merombak bahan organik dan anorganik, oleh sebab itu nilai COD lebih
besar dari BOD.
d. Total suspended solid (TSS), menggambarkan padatan melayang dalam
cairan limbah. Pengaruh TSS lebih nyata pada kehidupan biota
dibandingkan dengan total solid. Semakin tinggi TSS, maka bahan organik
membutuhkan oksigen untuk perombakan yang lebih tinggi.
e. Kandungan total nitrogen, semakin tinggi kandungan total nitrogen
dalam cairan limbah, maka akan menyebabkan keracunan pada biota.
f. Kandungan oil and grease, dapat mempengaruhi aktifitas mikroba dan
merupakan pelapis permukaan cairan limbah sehingga menghambat proses
oksidasi pada saat kondisi aerobik.
Kementerian Negara Lingkungan Hidup secara khusus telah menerbitkan 2 (dua)
Keputusan Menteri yang menyangkut pemanfaatan air limbah yaitu Kepmen LH
Nomor 28 Tahun 2003 tentang Pedoman Teknis Pengkajian dan Pemanfaatan Air
Limbah Industri pada Tanah disajikan pada tabel di bawah ini.
6
Parameter Limbah Baku Mutu Limbah (*)
pH 4,10 6-9
BOD (g/L) 212,80 110
COD (g/L) 347,20 250
TSS (g/L) 211,70 100
Kandungan Nitroen Total (g/L) 41 20
Oil and Grease (g/L) 31 30
(*) Keputusan Mentri Lingkungan Hidup No 28/Men LH/10/2003
Berdasarkan data di atas, ternyata semua parameter limbah cair berada diatas
ambang batas baku mutu limbah. Jika tida dilakukan pencegahan dan pengolahan
limbah, maka akan berdampak negatif terhadap lingkungan seperti pencemaran air
yang mengganggu bahkan meracuni bota perairan, menimbulkan bau, dan
menghasilkan gas methan dan CO2 yang merupakan emisi gas penyebab efek
rumah kaca yang berbahaya bagi lingkungan.
B. Analisis pencemaran oleh konsumen..
Bahan dasar plastik atau polimer sebenarnya dari produk samping proses cracking
minyak bumi yang setelah melalui proses polimerisasi menghasilkan polimer.
Biasanya berbentuk bubuk putih. Setelah proses lebih lanjut akan dihasilkan
produk jadi plastik...
Selain tidak dapat diperbarui, proses pembuatan plastik membutuhkan biaya yang
ternyata cukup besar. Limbah plastik pun menjadi bahan pencemar tercepat bumi
yang kita cintai ini. Plastik tidak dapat terurai dalam jangka waktu seribu tahun
kemudian.
Bahan kimia yang terkandung dalam plastik itulah yang sangat membahayakan
kesehatan bagi manusia. Salah satu bahan kimia yang paling berbahaya adalah
Bisphenol A (BPA)
7
Bahan dasar dari plastik adalah phthalate ester, di(ethylhexyl)phthalate (DEHP)
merupakan polutan utama dunia. Materi ini banyak digunakan oleh industri
makanan dan juga dalam bidang kedokteran seperti botol infus, syring dan lain-
lain. Lingkungan yang tercemari oleh polyclorinedated biphenyl (PCB) yang
merupakan bahan campuran pembuatan plastik, capasitor dan transformer yang
juga banyak dibuang dilaut.
8
BAB IV.
Pencemaran Limbah Polimer (Plastik)
dan
Dampak Terhadap Manusia & Lingkungan.
A. Pencemaran Polimer dan Dampak Terhadap Manusia.
Polimer sintetik lain yang perkembangannya sangat pesat adalah plastik.
Kemudahan dan keistimewaan plastik sedikit banyak telah dapat menggantikan
bahan-bahan seperti logam dan kayu dalam membantu kehidupan manusia.
Sejak ditemukan oleh seorang peneliti dari Amerika Serikat pada tahun 1968 yang
bernama John Wesley Hyatt, plastik menjadi primadona bagi dunia industri.
Produksinya di seluruh negara lebih dari 100 juta ton per tahunnya.
Perkembangan yang sangat pesat dari industri polimer sintetik membuat
kehidupan kita selalu dimanjakan oleh kepraktisan dan kenyamanan dari produk
yang mereka hasilkan. Bahkan plastik dianggap sebagai salah satu ciri
kemunculan zaman modern yang ditandai dengan kehidupan yang serba praktis
dan nyaman. Namun, beberapa laporan ini menguak sisi lain dari kemudahan yang
diberikan oleh bahan-bahan yang terbuat dari polimer sintetis. Kebanyakan plastik
seperti PVC, agar tidak bersifat kaku dan rapuh ditambahkan dengan suatu bahan
pelembut (plasticizers). Bahan pelembut ini kebanyakannya terdiri atas kumpulan
ftalat (ester turunan dari asam ftalat). Beberapa contoh pelembut adalah
epoxidized soybean oil (ESBO), di(2-ethylhexyl)adipate (DEHA), dan bifenil
poliklorin (PCB) yang digunakan dalam industri pengepakan dan pemrosesan
makanan, acetyl tributyl citrate (ATBC) dan di(-2ethylhexyl) phthalate (DEHP)
yang digunakan dalam industri pengepakan film.
9
Namun, penggunaan bahan pelembut ini yang justru dapat menimbulkan masalah
kesehatan. Sebagai contoh, penggunaan bahan pelembut seperti PCB sekarang
sudah dilarang pemakaiannya karena dapat menimbulkan kematian jaringan dan
kanker pada manusia (karsinogenik). Di Jepang, keracunan PCB menimbulkan
penyakit yang dikenal sebagai yusho. Tanda dan gejala dari keracunan ini berupa
pigmentasi pada kulit dan benjolan-benjolan, gangguan pada perut, serta tangan
dan kaki lemas. Sedangkan pada wanita hamil, mengakibatkan kematian bayi
dalam kandungan serta bayi lahir cacat.
Contoh lain bahan pelembut yang dapat menimbulkan masalah adalah DEHA.
Berdasarkan penelitian di Amerika Serikat, plastik PVC yang menggunakan
bahan pelembut DEHA dapat mengkontaminasi makanan dengan mengeluarkan
bahan pelembut ini ke dalam makanan. Data di AS pada tahun 1998 menunjukkan
bahwa DEHA dengan konsentrasi tinggi (300 kali lebih tinggi dari batas
maksimal DEHA yang ditetapkan oleh FDA/ badan pengawas obat makanan AS)
terdapat pada keju yang dibungkus dengan plastik PVC.
DEHA mempunyai aktivitas mirip dengan hormon estrogen (hormon kewanitaan
pada manusia). Berdasarkan hasil uji pada hewan, DEHA dapat merusakkan
sistem peranakan dan menghasilkan janin yang cacat, selain mengakibatkan
kanker hati. Meskipun dampak DEHA pada manusia belum diketahui secara pasti,
hasil penelitian yang dilakukan pada hewan sudah sepantasnya membuat kita
berhati-hati.
Berkaitan dengan adanya kontaminasi DEHA pada makanan, Badan Pengawas
Obat dan Makanan Eropa telah membatasi ambang batas DEHA yang masih aman
bila terkonsumsi, yaitu 18 ppm. Lebih dari itu dianggap berbahaya untuk
dikonsumsi.
Untuk menghindari bahaya yang mungkin terjadi jika setiap hari kita
terkontaminasi oleh DEHA, maka sebaiknya kita mencari alternatif pembungkus
10
makanan lain yang tidak mengandung bahan pelembut, seperti plastik yang
terbuat dari polietilena atau bahan alami (daun pisang misalnya).
Bahaya lain yang dapat mengancam kesehatan kita adalah jika kita membakar
bahan yang terbuat dari plastik. Seperti kita ketahui, plastik memiliki tekstur yang
kuat dan tidak mudah terdegradasi oleh mikroorganisme tanah. Oleh karena itu
seringkali kita membakarnya untuk menghindari pencemaran terhadap tanah dan
air di lingkungan kita (Plastik dari sektor pertanian saja, di dunia setiap tahun
mencapai 100 juta ton. Jika sampah plastik ini dibentangkan, maka dapat
membungkus bumi sampai sepuluh kali lipat). Namun pembakaran plastik ini
justru dapat mendatangkan masalah tersendiri bagi kita. Plastik yang dibakar akan
mengeluarkan asap toksik yang apabila dihirup dapat menyebabkan sperma
menjadi tidak subur dan terjadi gangguan kesuburan. Pembakaran PVC akan
mengeluarkan DEHA yang dapat mengganggu keseimbangan hormon estrogen
manusia. Selain itu juga dapat mengakibatkan kerusakan kromosom dan
menyebabkan bayi-bayi lahir dalam kondisi cacat.
Pekerja-pekerja wanita dalam industri getah, plastik dan tekstil seringkali
mengalami kejadian bayi mati dalam kandungan dan ukuran bayi yang kecil.
Kajian terhadap 2,096 orang ibu dan 3,170 orang bapak di Malaysia pada tahun
2002 menunjukkan bahwa 80% wanita menghadapi bahaya kematian anak dalam
kandungan jika bekerja di industri getah dan plastik dan 90% wanita yang
suaminya bekerja di industri pewarna tekstil, plastik dan formaldehida.
Satu lagi yang perlu diwaspadai dari penggunaan plastik dalam industri makanan
adalah kontaminasi zat warna plastik dalam makanan. Sebagai contoh adalah
penggunaan kantong plastik hitam (kresek) untuk membungkus makanan seperti
gorengan dan lain-lain. Zat pewarna hitam ini kalau terkena panas (misalnya
berasal dari gorengan), bisa terurai, terdegradasi menjadi bentuk radikal. Zat racun
itu bisa bereaksi dengan cepat, seperti oksigen dan makanan. Kalaupun tak
beracun, senyawa tadi bisa berubah jadi racun bila terkena panas. Bentuk radikal
ini karena memiliki satu elektron tak berpasangan menjadi sangat reaktif dan tidak
11
stabil sehingga dapat berbahaya bagi kesehatan terutama dapat menyebabkan sel
tubuh berkembang tidak terkontrol seperti pada penyakit kanker. Namun, apakah
munculnya kanker ini disebabkan plastik itu atau karena mengkonsumsi makanan
tercemar kantong plastik beracun, harus dibuktikan. Sebab, banyak faktor yang
menentukan terjadinya kanker, misalnya kekerapan orang mengonsumsi makanan
yang tercemar, sistem kekebalan, faktor genetik, kualitas plastik, dan makanan.
Bila terakumulasi, bisa menimbulkan kanker.
Styrofoam yang sering digunakan orang untuk membungkus makanan atau untuk
kebutuhan lain juga dapat menimbulkan masalah. Hasil survei di AS pada tahun
2001 menunjukkan bahwa 100% jaringan lemak orang Amerika mengandung
styrene yang berasal dari styrofoam. Penelitian dua tahun kemudian menyebutkan
kandungan styrene sudah mencapai ambang batas yang bisa memunculkan gejala
gangguan saraf.
Lebih mengkhawatirkan lagi bahwa pada penelitian di New Jersey ditemukan
75% ASI (air susu ibu) terkontaminasi styrene. Hal ini terjadi akibat si ibu
menggunakan wadah styrofoam saat mengonsumsi makanan. Penelitian yang
sama juga menyebutkan bahwa styrene bisa bermigrasi ke janin melalui plasenta
pada ibu-ibu yang sedang mengandung. Terpapar dalam jangka panjang, tentu
akan menyebabkan penumpukan styrene dalam tubuh. Akibatnya bisa muncul
gejala saraf, seperti kelelahan, gelisah, sulit tidur, dan anemia.
Selain menyebabkan kanker, sistem reproduksi seseorang bisa terganggu.
Berdasarkan hasil penelitian, styrofoam bisa menyebabkan kemandulan atau
menurunkan kesuburan. Anak yang terbiasa mengonsumsi styrene juga bisa
kehilangan kreativitas dan pasif.
Mainan anak yang terbuat dari plastik yang diberi zat tambahan ftalat agar mainan
menjadi lentur juga dapat menimbulkan masalah. Hasil penelitian ilmiah yang
dilakukan para pakar kesehatan di Uni Eropa menyebutkan bahwa bahan kimia
12
ftalat banyak menyebabkan infeksi hati dan ginjal. Oleh karena itu Komisi Eropa
melarang penggunaan ftalat untuk bahan pembuatan mainan anak.
Ancaman kesehatan yang terakhir (sebenarnya masih cukup banyak contoh
lainnya) datang dari kegiatan yang sering tidak sadar kita lakukan (atau mungkin
karena ketidaktahuan kita). Seperti yang lazim kita lakukan apabila kita hendak
memakan suatu makanan yang panas (misalnya gorengan) atau mencegah tangan
terkotori oleh minyak dari gorengan tersebut, maka kita melapisi makanan
tersebut dengan kertas tisu. Padahal hal tersebut sebenarnya dapat mengancam
kesehatan kita.
Ternyata, zat kimia yang terkandung dalam kertas tisu yang kita gunakan dapat
bermigrasi ke makanan yang kita lapisi. Zat ini biasanya sering disebut pemutih
klor yang memang ditambahkan dalam pembuatan kertas tisu agar terlihat lebih
putih bersih. Zat ini bersifat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker). Oleh
karena itu jangan menggunakan bahan ini untuk melapisi makanan yang panas
atau berlemak.
B. Pencemaran dan Dampak Terhadap Lingkungan.
Dampak plastik terhadap lingkungan merupakan akibat negatif yang harus
ditanggung alam karena keberadaan sampah plastik. Dampak ini ternyata sangat
signifikan. Kemarin saya telah mengupload postingan tentang Bahaya Kemasan
Plastik dan Kresek Post kali ini lebih menyoroti bahaya limbah plastik terhadap
lingkungan.
Sejak proses produksi hingga tahap pembuangan, sampah plastik mengemisikan
gas rumah kaca ke atmosfer. Kegiatan produksi plastik membutuhkan sekitar 12
juta barel minyak dan 14 juta pohon setiap tahunnya. Proses produksinya sangat
tidak hemat energi. Pada tahap pembuangan di lahan penimbunan sampah (TPA),
sampah plastik mengeluarkan gas rumah kaca.
13
Sebagaimana yang diketahui, plastik yang mulai digunakan sekitar 50 tahun yang
silam, kini telah menjadi barang yang tidak terpisahkan dalam kehidupan
manusia. Diperkirakan ada 500 juta sampai 1 milyar kantong plastik digunakan
penduduk dunia dalam satu tahun. Ini berarti ada sekitar 1 juta kantong plastik per
menit. Untuk membuatnya, diperlukan 12 juta barel minyak per tahun, dan 14 juta
pohon ditebang.
Konsumsi berlebih terhadap plastik, pun mengakibatkan jumlah sampah plastik
yang besar. Karena bukan berasal dari senyawa biologis, plastik memiliki sifat
sulit terdegradasi (non-biodegradable). Plastik diperkirakan membutuhkan waktu
100 hingga 500 tahun hingga dapat terdekomposisi (terurai) dengan sempurna.
Sampah kantong plastik dapat mencemari tanah, air, laut, bahkan udara.
Kantong plastik terbuat dari penyulingan gas dan minyak yang disebut ethylene.
Minyak, gas dan batu bara mentah adalah sumber daya alam yang tak dapat
diperbarui. Semakin banyak penggunaan palstik berarti semakin cepat
menghabiskan sumber daya alam tersebut.
Fakta tentang bahan pembuat plastik, (umumnya polimer polivinil) terbuat dari
polychlorinated biphenyl (PCB) yang mempunyai struktur mirip DDT. Serta
kantong plastik yang sulit untuk diurai oleh tanah hingga membutuhkan waktu
antara 100 hingga 500 tahun. Akan memberikan akibat antara lain:
Tercemarnya tanah, air tanah dan makhluk bawah tanah.
Racun-racun dari partikel plastik yang masuk ke dalam tanah akan
membunuh hewan-hewan pengurai di dalam tanah seperti cacing.
PCB yang tidak dapat terurai meskipun termakan oleh binatang maupun
tanaman akan menjadi racun berantai sesuai urutan rantai makanan.
Kantong plastik akan mengganggu jalur air yang teresap ke dalam tanah.
Menurunkan kesuburan tanah karena plastik juga menghalangi sirkulasi
udara di dalam tanah dan ruang gerak makhluk bawah tanah yang mampu
meyuburkan tanah.
Kantong plastik yang sukar diurai, mempunyai umur panjang, dan ringan
akan mudah diterbangkan angin hingga ke laut sekalipun.
14
Hewan-hewan dapat terjerat dalam tumpukan plastik.
Hewan-hewan laut seperti lumba-lumba, penyu laut, dan anjing laut
menganggap kantong-kantong plastik tersebut makanan dan akhirnya mati
karena tidak dapat mencernanya.
Ketika hewan mati, kantong plastik yang berada di dalam tubuhnya tetap
tidak akan hancur menjadi bangkai dan dapat meracuni hewan lainnya.
Pembuangan sampah plastik sembarangan di sungai-sungai akan
mengakibatkan pendangkalan sungai dan penyumbatan aliran sungai yang
menyebabkan banjir.
15
BAB V.
Pengelolaan dan Pengolahan Limbah Polimer (Plastik)
A. Pengolahan Limbah Industri Polimer (Plastik)
Pada proses pracetak dari kemasan plstik dihasilkan dua jenis limbah yaitu limbah
cair yang mengandung khrom dengan konsentrasi 119 ppm dan limbah cair yang
mengandung karbon dan minyak. Penanganan limbah cair yang mengandung
khrom dilakukan dengan proses reduksi khrom.
Pada penelitian ini digunakan variable (Oxidation Reduction Potential), pH, jenis
koagulan dan dosis koagulan. Untuk jenis koagulan digunakan Al2(SO4)3 dan
PAC. Untuk memperbesar flok yang dihasilkan dilakukan penambahan polimer
dengan dosis 0.01%, 0,1% dan 1%. Pada penelitian ini didapatkan kondisi terbaik
yaitu pada pH 3 dan ORP 200 mv, pada proses ini dapat menurunkan kadar khrom
sebanyak 92%. Untuk proses koagulasi penggunaan Al2 ( SO4 )3 5% dan dosis
polimer 0.1% pada pH 10 dengan waktu reaksi 3 menit, lalu dilanjutkan dengan
filtrasi sehingga didapat khrom pada effluent adalah 0,1 ppm dan COD dibawah
baku mutu. Untuk limbah yang mengandung minyak dan warna hitam, perlu
dilakukan proses pemisahan minyak terlebih dahulu, sebelum proses koagulasi
sedimentsi. Pengunaan koagulan jenis PAC dan dosis polimer 0.1% akan
dihasilkan effluent dibawah buku mutu standar.
B. Pengolahan Limbah Polimer (Plastik)
Sekitar 20% volume sampah perkotaan berupa limbah plastik. Pada umumnya,
sampah tersebut dibuang ke tempat pembuangan sampah. Oleh karena limbah
plastik itu tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme, akibatnya kita terus-
menerus memerlukan areal untuk pembuangan sampah. Meskipun tidak beracun,
limbah plastik dapat menyebabkan pencemaran tanah, selain merusak
pemandangan. Beberapa cara yang dapat ditempuh dalam mengatasi limbah
16
plastik adalah dengan mendaur ulang, dengan incinerasi, dan dengan membuat
plastik yang dapat mengalami biodegradasi.
1. Daur Ulang
Penanganan limbah plastik yang paling ideal adalah dengan mendaur ulang. Akan
tetapi, hal itu tampaknya tidak mudah dijalankan. Proses daur ulang melalui
tahap-tahap pengumpulan, pemisahan (sortir), pelelehan, dan pembentukan ulang.
Tahapan paling sulit adalah pengumpulan dan pemisahan. Kedua tahapan ini akan
lebih mudah dilakukan jika masyarakat dengan disiplin ikut berpartisipasi, yaitu
ketika membuang sampah plastik. Dewasa ini, plastik yang cukup banyak didaur
ulang adalah jenis HDPE dan botol-botol plastik.
2. Incinerasi
Cara lain untuk mengatasi limbah plastik adalah dengan membakarnya pada suhu
tinggi (incinerasi). Limbah plastik mempunyai nilai kalor yang tinggi, sehingga
dapat digunkana sebagai sumber tenaga untuk pembangkit listrik. Beberapa
pembangkit listrik menggunakan batu bara yang dicampur dengan beberapa
persen ban bekas. Akan tetapi, pembakaran sebenarnya menimbulkan masalah
baru, yaitu pencemaran udara. Pembakaran plastik seperti PVC menghasilkan gas
HCl yang bersifat korosif. Pembakaran ban bekas menghasilkan asap hitam yang
sangat pekat dan gas-gas yang bersifat korosif. Gas-gas korosif ini membuat
incinerator cepat terkorosi. Polusi yang paling serius adalah dibebaskannya gas
dioksin yang sangat beracun pada pembakaran senyawa yang mengandung klorin
seperti PVC. Untuk itu, pembakaran harus dilakukan dengan pengontrolan yang
baik untuk mengurangi polusi udara.
3. Plastik Biodegradable
Sekitar separo dari penggunaan plastik adalah untuk kemasan. Oleh karena itu,
sangat baik jika dapat dibuat plastik yang bio- atau fotodegradable. Hal itu telah
diupayakan dan telah dipasarkan. Kebanyakan plastik biodegradable berbahan
17
dasar zat tepung. Sayangnya, plastik jenis ini lebih mahal dan kelihatannya
masyarakat enggan untuk membayar lebih.
Metode 3R+R :
- Replace, dengan mengganti/menggunakan barang yang bisa dipakai kembali.
Misalnya, dari kantong keresek, beralih ke paperbag.
- Reduce, dengan mengurangi pemakaian barang yang dapat menjadi sampah
anorganik. Misalnya, kalo agan beli sampo, sekalian aja yang kemasan gede,
jangan yang sachet-an, itumah sama aja bikin sampah makin menggunung
- Reuse, sama nih gan kaya replace. Intinya dia lebih ke cara, make lagi sampah-
sampah yang masih layak pake.
- Recycle, yang ini pasti agan udah tau. Mendaur ulang sampah untuk dipakai
kembali. Masyarakat kita gak biasa misahin sampah basah sama sampah kering.
18
BAB VI.
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan :
Suatu polimer adalah rantai berulang dari atom yang panjang, terbentuk dari
pengikat yang berupa molekul identik yang disebut monomer.Berdasarkan
sumbernya Polimer dibagi atas Polimer alam dan Polimer sintetis. Polimer buatan
biasanya digunakan dalam banyak aplikasi: pemaketan makanan, film, fiber, tube,
pipa, dll. Industri perawatan pribadi juga menggunakan polimer untuk membantu
dalam tekstur produk, pengikatan, dan 'moisture retention' (seperti dalam gel dan
conditioner rambut). Perkembangan yang sangat pesat dari industri polimer
sintetik membuat kehidupan kita selalu dimanjakan oleh kepraktisan dan
kenyamanan dari produk yang mereka hasilkan. Bahkan plastik dianggap sebagai
salah satu ciri kemunculan zaman modern yang ditandai dengan kehidupan yang
serba praktis dan nyaman.
Konsumsi berlebih terhadap plastik, pun mengakibatkan jumlah sampah plastik
yang besar. Karena bukan berasal dari senyawa biologis, plastik memiliki sifat
sulit terdegradasi (non-biodegradable). Plastik diperkirakan membutuhkan waktu
100 hingga 500 tahun hingga dapat terdekomposisi (terurai) dengan sempurna.
Sampah kantong plastik dapat mencemari tanah, air, laut, bahkan udara.
Fakta tentang bahan pembuat plastik, (umumnya polimer polivinil) terbuat dari
polychlorinated biphenyl (PCB) yang mempunyai struktur mirip DDT. Serta
kantong plastik yang sulit untuk diurai oleh tanah hingga membutuhkan waktu
antara 100 hingga 500 tahun.
Beberapa cara yang dapat ditempuh dalam mengatasi limbah plastik adalah
dengan mendaur ulang, dengan incinerasi, dan dengan membuat plastik yang
dapat mengalami biodegradasi.
19
Saran :
Berbagai upaya menekan penggunaan kantong plastik pun dilakukan oleh
beberapa Negara. Salah satunya dengan melakukan upaya kampanye untuk
menghambat terjadinya pemanasan global. Sampah kantong plastik telah menjadi
musuh serius bagi kelestarian lingkungan hidup. Jika sampah bekas kantong
plastik itu dibiarkan di tanah, dia akan menjadi polutan yang signifikan. Kalau
dibakar, sampah-sampah itu pun akan secara signifikan menambah kadar gas
rumah kaca di atmosfer.
jangan membakar sampah plastik karena jika sampah itu di bakar racun yang ada
dalam sampah tersebut akan membuat polusi di udara termasuk pada udara yang
kita hirup yang dapat membuat kita sakit. Jangan mengubur sampah plastik karena
racun yang ada di dalam sampah akan meresap atau merembes kedalam tanah dan
membuat air yang ada dalam tanah akan tercemar begitu juga lingkungan di
sekitarnya. Jangan membuang sampah plastik, karena racun yang ada dalam
sampah dapat mencemari lingkungan di sekitar kita, makhluk hidup dan
lingkungan kita akan mengalami kerusakan dan racun akan terus bertambah
dimana-mana.
20
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/polimer
Diakses tanggal : 8 Januari 2011, 18.08 PM
http://www.attayaya.net/2008/09/all-about-plastic-k.html
Diakses tanggal : 8 Januari 2011, 17.58 PM
http://alamendah.wordpress.com/Dampak Plastik Terhadap Lingkungan
Diakses tanggal : 8 Januari 2011, 19.13 PM
http://smk3ae.wordpress.com/Ancaman Polimer Sintetik Bagi Kesehatan Manusia
Diakses tanggal : 8 Januari 2011, 19.22 PM
Ahmad, Adrianto. 2003. Penentuan Parameter Kinetik Proses Biodegradasi Anaerob Limbah Cair Pabrik. Jurnal Natur Indonesia 6 (1). www.unri.ac.id/jurnal/jurnal_natur/vol 6 (1)/Adrianto.pdf.
Djajadiningrat, Surna T. dan Harsono, H. 1990. Penilaian Secara Tepat Sumber-
sumber Pencemaran Air, Tanah, dan Udara. Yogyakarta; Gadjah Mada
University Press.
Naibaho, Ponten M. 1999. Aplikasi Biologi dalam Pembangunan Industri
Berwawasan Lingkungan, Jurnal Visi 7.
Soerjani, Muhamad, Yowono, Arief, dan Fardiaz, Dedi. 2007. Lingkungan :
Pendidikan, Pengelolaan Lingkungan, dan Keberlanjutan
Pembangunan, Jakarta; Yayasan Institut Pendidikan dan Pelatihan
Lingkungan Jakarta.
21