ANALISIS PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN
DAN KESEHATAN KERJA DI PT KERISMAS WITIKCO MAKMUR
BITUNG
JURNAL
OLEH :
ALFRED BILLY WUON
080112081
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2013
i
Wuon, Alfred. Analisis Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Di
PT Kerismas Witikco Makmur Bitung. Skripsi, Fakultas Kesehatan
Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi. Pembimbing : (I) Prof. dr. Jootje
M. L. Umboh, MS (II) dr. Paul A. T. Kawatu, MSc (III) dr. Woodford B.
S. Joseph, MSc
ABSTRAK
Dalam UU No. 13 Tahun 2003 Pasal 87 Ayat 1 Tentang Ketenagakerjaan
dinyatakan bahwa ”Setiap perusahaan wajib menerapkan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang terintegrasi dengan sistem
manajemen perusahaan”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) dalam upaya
meminimalkan kecelakaan kerja di PT. Kerismas Witikco Makmur Bitung (PT.
KWMB). Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan
pengumpulan data secara in-depth interview. Informan terdiri dari manajemen
perusahaan, Pemerintah setempat, dan Serikat Pekerja. Variabel penelitian yaitu
sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja meliputi Komitmen dan
Kebijakan, Perencanaan, Penerapan, Pengukuran dan Evaluasi, dan Tinjauan
Ulang. Untuk menetapkan keabsahan data dilakukan teknik triangulasi.
Hasil penelitian menunjukkan Komitmen dan kebijakan di PT KWM
Bitung belum berdasarkan Permenaker No. 05/Men/1996 Lamp. 1 Poin 1 dimana
perusahaan belum menempatkan organisasi ataupun seorang ahli keselamatan
dan kesehatan kerja (K3), perencanaan K3 di PT KWMB juga belum sesuai
dengan Permenaker No. 05/Men/1996 Lamp. 1 Poin 2 dimana perusahaan belum
menetapkan tujuan dan sasaran program K3 yang terdokumentasikan, penerapan
SMK3 diperusahaan yang sudah dilakukan dalam perlindungan keselamatan para
pekerja yaitu berupa pengadaan sejumlah alat pelindung diri sebagai upaya teknis
pencegahan kecelakaan kerja, sedangkan tinjauan ulang SMK3 di PT KWMB
juga belum berdasarkan Permenaker No. 05/Men/1996, dimana perusahaan belum
melakukan Audit SMK3.
Perusahaan disarankan agar membentuk organisasi K3 dalam struktur
organisasi di perusahaan atau menempatkan karyawan yang kompeten dibidang
K3 berdasarkan Permenaker No. 05/Men/1996 Lamp. 1 Poin 1, dan bagi Para
karyawan disarankan untuk lebih meningkatkan kesadaran akan pentingnya K3
dan mematuhi segala peraturannya.
Kata kunci : Sistem Manajemen Kselamatan dan Kesehatan Kerja.
i
Wuon, Alfred. Analysis of the Safety Management and health work System
In PT. Kerismas Witikco Makmur Bitung. Essay. Public Health Faculty.
Sam Ratulangi University. Supervisor: (I) Prof. dr. Jootje M. L. Umboh,
MS (II) dr. Paul A. T. Kawatu, MSc (III) dr. Woodford B. S. Joseph, MSc
ABSTRACT
UU No. 13 tahun 2003 Pasal 86 Ayat 1 and 2 which states "Every worker/laborer
have the right to protection of: occupational safety and health; morals and
decency, and treatment in accordance with human dignity and religious values.
The purpose of this research is to describe the implementation of the Occupational
Safety and Health Management System an effort to minimize accidents in PT.
Kerismas Witikco Makmur Bitung (PT KWMB).
This study uses qualitative research methods where to collect the data by
in-depth interviews. Based tripartite, informants in this study consisted of three
parties, namely the firm, local governments, and unions. Research variables in this
study are safety and health management system of work that includes
commitment and Policy, Planning, Implementation, Measurement and Evaluation,
and Revisited. To establish the validity of the data, conducted the examination
techniques through several activities, namely the technique of triangulation.
The results showed that commitment and policy on PT KWM Bitung not
based on Permenaker No. 05/Men/1996 Lamp. 1 Poin 1, where in this case the
company has not put the organization of the Safety Management and health
work in their company, planning K3 in Kerismas Witikco Makmur PT Bitung is
also not in accordance with Permenaker No. 05/Men/1996 Lamp. 1 Poin 2 where
in this case the company has yet to establish goals and objectives are documented
K3 program, implementation the company already has commitments and policies
that have made the company K3 safety protection of workers in the form of
provision of self safety tools as a technical effort in the company's accident
prevention, measurement and evaluation in the company SMK3 not based
Permenaker No. 05/Men/1996 or in this case has not appeared in the form of a
statement or commitment letters and documents concerning the measurement and
evaluation of SMK3 in the company, while the review of SMK3 in PT Kerismas
Witikco Makmur Bitung is still not based on Permenaker No. 05/Men/1996,
where the company haven‟t do the audits of SMK3.
Recommended that companies establish K3 organization in the
organizational structure in the company in the form of placing competent
employees in the field K3 based exist from perudang-undangan, employees are
advised that in addition to further raise awareness of the importance of K3 and
obey all the rules.
Keywords: The Safety Management And Health Work System
1
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berdasarkan data kecelakaan kerja
PT. Jamsostek cabang bitung yang
bertempat di kantor dinas tenaga
kerja kota bitung, dari 98.711 kasus
kecelakaan kerja dari tahun 2007
sampai tanggal 24 april 2013
terdapat sebanyak 1112 kasus
kecelakaan kerja yang terjadi di
Sulawesi Utara, berdasarkan data
Jamsostek di tahun 2010 sebanyak
6.647 tenaga kerja (6,73%)
diantaranya mengalami cacat. Ini
terbagi atas 61,1 % cacat fungsi,
38,36 % cacat sebagian, dan 0,54 %
cacat total. Hampir setiap hari kerja,
lebih dari 27 tenaga kerja mengalami
cacat. Dan untuk riwayat kecelakaan
kerja di PT. Kerismas Witikco
Makmr Bitung menurut PT.
Jamsostek cabang Kota Bitung
terdapat 40 kasus kecelakaan kerja di
perusahaan tersebut dari tahun 2007
sampai pada tangal 24 april 2013,
adapun berdasarkan data jaminan
kecelakaan kerja (JKK) PT.
Jamsostek cabang Bitung ditinjau
dari biaya penyembuhan karyawan
yang pernah cidera di PT. Kerismas
Witikco Makmur Bitung rata-rata
biaya yang dikeluarkan perusahaan
dalam upaya pengobatan karyawan
masih dibawah ukuran pembiayaan
cidera serius (Jamsostek, 2013).
Berdasarkan undang-undang
No.13 Tahun 2003 Pasal 86 Ayat 1
dan 2, maka perusahaan harus
mempersiapkan sarana dan prasarana
sebagai upaya pencegahan
kecelakaan kerja dan program-
program yang dapat mengurangi
angka kecelakaan kerja di
perusahaan. Salah satu programnya
adalah program keselamatan dan
kesehatan kerja para tenaga kerja.
Dalam UU No. 13 Tahun
2003 Pasal 87 Ayat 1 Tentang
Ketenagakerjaan dinyatakan bahwa
”Setiap perusahaan wajib
menerapkan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3) yang terintegrasi dengan
sistem manajemen perusahaan”.
Selanjutnya ketentuan mengenai
penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3) diatur dalam Permenaker
RI. No. Per. 05/MEN/1996 pasal 3
ayat 1 dan 2 tentang Sistem
Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3) yang
menyatakan bahwa ”Setiap
perusahaan yang mempekerjakan
tenaga kerja sebanyak 100 orang atau
lebih dan atau mengandung potensi
bahaya yang ditimbulkan oleh
karakteristik proses atau bahan
produksi yang dapat mengakibatkan
kecelakaan kerja seperti peledakan,
kebakaran, pencemaran lingkungan
dan penyakit akibat kerja wajib
menerapkan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3)” (Syartini, 2010).
Pentingnya keselamatan dan
kesehatan kerja di PT. Kerismas
Witikco Makmur Bitung adalah
untuk meminimalisir terjadinya
kecelakaan kerja serta meningkatkan
produktivitas kerja perusahaan.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana penerapan sistem
manajemen keselamatan dan
kesehatatn kerja (SMK3) yang telah
dilakukan di PT. Kerismas Witikco
Makmur Cabang Bitung ?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk menganalisis pelaksanaan
SMK3 dalam upaya meminimalkan
2
kecelakaan kerja di PT. Kerismas
Witikco Makmur Cabang Bitung.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui komitmen dan
kebijakan pihak manajemen
terhadap SMK3 di PT. Kerismas
Witikco Makmur Bitung.
2. Untuk mengetahui perencanaan
SMK3 di PT. Kerismas Witikco
Makmur Bitung.
3. Untuk mengetahui penerapan
program SMK3 di PT. Kerismas
Witikco Makmur Bitung.
4. Untuk mengetahui pelaksanaan
pengukuran dan evaluasi
program SMK3 di PT. Kerismas
Witikco Makmur Bitung.
5. Untuk mengetahui tinjauan ulang
terhadap program SMK3 yang
telah dilakukan di PT. Kerismas
Witikco Makmur Bitung.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberi manfaat sebagai berikut :
1. Hasil penelitian ini dapat menjadi
masukan kepada pihak
pengambil keputusan perusahaan
dalam meningkatkan derajat K3
di perusahaan.
2. Menjadi bahan bacaan bagi
peniliti selanjutnya di bidang
kesehatan.
3. Menambah ilmu pengetahuan
mahasiswa Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sam
Ratulangi Manado.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengetian dan Tujuan
Keselamatan dan Kesehatan
Kesehatan kerja
2.2.1 Pengertian Keselamatan dan
Kesehatan kerja
Kesehatan dan keselamatan kerja
dalam beberapa definisi diantaranya
adalah (Kawatu 2012):
1. Menurut Mangkunegara,
Keselamatan dan Keselamatan
Kerja adalah sesuatu pemikiran
dan upaya untuk menjamin
keutuhan dan kesempurnaan baik
jasmaniah maupun rohaniah
tenaga kerja pada khususnya, dan
manusia pada umumnya, hasil
karya dan budaya untuk menuju
masyarakat adil dan makmur.
2. Jackson, menjelaskan bahwa
Kesehatan dan Keselamatan
Kerja menunjukan kepada
kondisi-kondisi fisiologis-fisikal
dan psikologis tenaga kerja yang
disediakan oleh perusahaan.
3. Menurut Suma‟mur,
Keselamatan dan Kesehatan
Kerja merupakan rangkaian
usaha untuk menciptakan suasana
kerja yang aman dan tentram
bagi para karyawan yang bekerja
di perusahaan yang bersangkutan.
Dengan demikian kesehatan
kerja merupakan spesialisasi dalam
ilmu kesehatan/kedoteran beserta
prakteknya yang bertujuan agar
pekerja/masyarakat pekerja
memperoleh derajat kesehatan
sebaik-baiknya (dalam hal
dimungkinkan; bila tidak, cukup
derajat kesehatan yang optimal),
fisik, mental, emosional, maupun
sosial dengan opaya promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif
terhadap penyakit/gamgguan
kesehatan yang di akibatkan oleh
pekerjaan ada/atau lingkungan kerja,
serta terhadap penyakit pada
umumnya. Jelas sifat-sifat kesehatan
kerja yaitu (Suma‟mur, 2009):
1. Sasaran adalah manusia
2. Bersifat medis/ kesehatan
2.2.2 Tujuan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
Hakekat dan tujuan dari keselamatan
dan kesehatan kerja (K3) yaitu
(Suma‟mur, 2009) :
3
1. Sebagai alat untuk mencapai
derajat kesehatan tenaga kerja
seoptimal mungkin (dalam hal
tertentu mungkin setinggi-
tingginya, seandainya kondisi
yang diperlukan cukup
memadai), pada pekerja/buruh,
petani, nelayan, pegawai negeri,
pengusaha dan non-ekonomi
formal, informal serta non
formal; dengan demikian
dimasudkan untuk tujuan
menyejahterakan tenaga kerja;
2. Sebagai alat untuk meningkatkan
produksi dan produktivitas, yang
berlandaskan kepada perbaikan
daya kerja dan produktivitas
faktor manusia dalam produksi.
Oleh karena hakekat tersebut
selalu sesuai dengan maksud dan
tujuan pembangunan di dalam suatu
negara atau masyarakat atau
perusahaan, maka K3 senantiasa
harus dimanfaatkan dalam setiap
prosespem bangunan dan
pengembangan masyarakat
(Suma‟mur, 2009).
2.2 Sistem Manajemen
Keselamatan Dan Kesehatan
Kerja (SMK3)
Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3) meliputi
struktur organisasi, perencanaan,
tanggung jawab, pelaksanaan,
prosedur, proses dan sumberdaya
yang dibutuhkan bagi
pengembangan, penerapan,
pencapaian, pengkajian dan
pemeliharaan kebijakan keselamatan
dan kesehatan kerja dalam rangka
pengendalian resiko yang berkaitan
dengan kegiatan kerja guna
terciptanya tempat kerja yang aman,
efisien dan produktif (Anonimous,
2013).
Peraturan Menteri Tenaga
Kerja Nomor 05/ MEN/ 1996 pasal 1
menyebutkan bahwa SMK3 adalah
bagian dari sistem manajemen secara
keseluruhan meliputi struktur
organisasi, perencanaan, tanggung
jawab, pelaksanaan, prosedur,
proses, dan sumber daya yang
dibutuhkan bagi pengembangan,
penerapan, pencapaian, pengkajian
dan pemeliharaan kebijakan K3
dalam rangka pengendalian resiko
yang berkaitan dengan kegiatan kerja
guna terciptanya tempat kerja yang
aman, efisien dan produktif.
Setiap perusahaan yang
mempekerjakan tenaga kerja
sebanyak 100 orang atau lebih dan
atau mengandung potensi bahaya
yang ditimbulkan oleh karakteristik
proses atau bahan produksi yang
dapat mengakibatkan kecelakaan
kerja seperti peladakan, kebakaran,
pencemaran dan penyakit akibat
kerja wajib menerapkan SMK3.
(Permenaker No. ]5/ MEN/ 1996
pasal 3)
Dalam penerapan SMK3
perusahaan wajib melaksanakan
ketentuan-ketentuan sebagai berikut
(pasal 4 ayat 1) :
1. Menetapkan kebijakan K3 dan
menjamin komitmen terhadap
penerapan SMK3.
2. Merencanakan pemenuhan
kebijakan, tujuan dan sasaran
penerapan SMK3.
3. Menerapkan kebijakan secara
efektif dengan mengembangkan
kemampuan dan mekanisme
pendukung yang diperlukan
untuk mencapai kebijakan, tujuan
dan sasaran K3.
4. Mengukur, memantau dan
mengevaluasi kinerja K3 serta
melakukan tindakan perbaikan
dan pencegahan.
5. Meninjau secara teratur dan
meningkatkan pelaksanaan
SMK3 secara
4
berkesinanmbungan dengan
tujuan meningkatkan kinerja K3.
Langkah-langkah dalam
mengembangkan sistem manajemen
Keselamatan dan Kesehatn Kerja
dapat diuraikan sebagai berikut
(Azmi, 2008) :
1. Peraturan PerUndang-Undangan
dan Standar.
Sebelum implementasi harus
diidentifikasi semua peraturan
perUndang-Undangan dan standar
K3 yang berlaku dalam perusahaan
yang bersangkutan. Sebaiknya
dibentuk tim untuk
mendokumentasikan peraturan
perUndang-Undangan dan standar
K3. Dari hasil identifikasi ini
kemudian disusun Peraturab K3
perusahaan dan Pedoman
pelaksanaan K3. Praktek pada
banyak perusahaan, peraturan
keselamatan dan kesehatan kerja
dicetak dalam bentuk buku saku
yang selalu dibawa oleh tenaga kerja,
agar setiap pekerja memahami
peraturan dan persyataratan lainnya.
2. Menetapkan Kebijakan K3
Perusahaan.
Yaitu pernyataan mengenai
komitmen dari organisasi untuk
melaksanakan semua ketentuan K3
yang berlaku sesuai dengan operasi
perusahaan, melindungi keselamatan
dan kesehatan semua pekerja
termasuk kontraktor dan stacholder
lainnya seperti pelanggan dan
pemasok.
3. Mengorganisasikan.
Untuk melaksanakan kebijakan K3
secara efektif dengan peran serta
semua tingkatan manajemen dan
pekerja. Bagaimana Top Manajemen
menempatkan organisasi K3 di
perusahaan serta dukungan yang
diberikan merupakan pencerminan
dari komitmen terhadap K3.
4. Menerapkan SMK3.
Perusahaan harus memebuat
perencanaan yang efektif guna
mencapai keberhasilan penerapan
dan kegiatan Sistem Manajemen K3
dengan sasaran yang jelas dan dapat
diukur.
5. Penerapan SMK3.
Perusahaan harus menyediakan
personil yang memiliki kualifikasi,
sarana yang memadai sesuai sistem
Manajemen K3 yang diterapkan
dengan membuat prosedur yang
dapat memantau manfaat yang akan
didapat maupun biaya yang harus
dikeluarkan.
6. Mengukur dan memantau hasil
pelaksanaan, dengan
menggunakan standar yang telah
ditetapkan terlebih dahulu.
Ada dua macam ukuran yang dapat
digunakan yaitu ukuran bersifat
reaktif yang didasarkan pada
kejadian kecelakaan dan ukuran yang
bersifat proaktif, karena didasarkan
kepada upaya dari keseluruhan
sistem.
7. Melakukan audit dan meninjau
ulang secara menyeluruh (Azmi,
2008).
2.3 Manfaat Penerapan SMK3
Pengaruh positif terbesar yang diraih
akibat penerapan manajemen K3
pada sistem manajemen perusahaan
adalah adanya pengurangan angka
kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kerja. Selain itu, beberapa manfaan
lain dari penerapan manajemen K3
adalah (Kawatu, 2012) :
1. Memberikan kepuasan dan
meningkatkan loyalitas pekerja
terhadap perusahaan, karena
adanya jaminan keselamatan dan
kesehatandalam kerja;
2. Menunjukan bahba sebuah
perusahaan telah beritikad baik
dalam mematuhi peraturan
perudangan, sehingga dapat
5
beroperasi secara normal tanpa
menghadapi kendala dari segi
ketenagakerjaan;
3. Mencegah terjadinya kecelakaan,
kerusakan, atau sakit akibat kerja,
sehingga perusahaan tidak perlu
mengeluarkan biaya yang
ditimbulkan oleh kejadian
tersebut;
4. Menciptakan adanya aktivitas
dan kegiatan yang terorganisir,
terarah, dan berada dalam koridor
yang teratur, sehingga organisasi
dapat berkonsentrasi melakukan
peningkatan sistemm
anajemennyadibandingkan
melakukan perbaikan terhadap
permasalahan-permasalahan yang
terjadi; serta
5. Meningkatkan kepercayaan dan
kepuasan pelanggan, karena
tenaga kerja dapat bekerja
optimal, kemudian meningkatkan
kualitas produk dan jasa yang
dihasilkan.
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode
penelitian kualitatif dengan
pengumpulan data secara In-depth
Interview (wawancara mendalam)
(Rahmat, 2009).
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi penelitian
Penelitian ini dilakukan di PT.
Kerismas Witikco Makmur Bitung
dengan pertimbangan :
1. PT. Kerismas Witikco Makmur
Bitung telah menerapkan upaya-
upaya meminimalisir kecelakaan
kerja.
2. Adanya dukungan dari
perusahaan untuk melakukan
penelitian ini.
3. Belum pernah dilakukan
penelitian tentang SMK3 di PT.
Kerismas Witikco Makmur
Bitung.
3.2.2 Waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan
Oktober 2012 sampai bulan Maret
2013.
3.3 Informan
Informan diperlukan untuk
memperoleh berbagai informasi yang
diperlukan oleh peneliti.
3.4 Variabel Penelitian
Variabel penelitian dalam penelitian
ini yaitu sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja
yang meliputi Komitmen dan
Kebijakan, Perencanaan, Penerapan,
Pengukuran dan Evaluasi, dan
Tinjauan Ulang.
3.5 Definisi Operasional
1. SMK3 adalah suatu sistem K3 di
perusahaan yang melibatkan
unsur manajemen, tenaga kerja
dan lingkungan kerja untuk
mengurangi kecelakaan kerja
atau penyakit akibat kerja di PT.
Kerismas Witikco Makmur
Bitung.
2. Komitmen / kebijakan K3 adalah
tekad, keinginan dan pernyataan
tertulis pengusaha atau pengurus
dalam pelaksanaan K3 di PT.
Kerismas Witikco Makmur
Bitung.
3. Perencanaan K3 adalah suatu
perencanaan guna mencapai
keberhasilan penerapan SMK3
dengan sasaran yang jelas dan
dapat diukur di PT. Kerismas
Witikco Makmur Bitung.
4. Penerapan K3 adalah
pelaksanaan K3 di perusahaan
yang meliputi jaminan
kemampuan, kagiatan
6
pendukung, identifikasi sumber
bahaya, penilaian dan
pengendalian resiko di PT.
Kerismas Witikco Makmur
Bitung.
5. Pengukuran dan evaluasi K3
adalah sistem pengukuran,
pemantauan dan evaluasi
terhadap pelaksanaan SMK3 di
PT. Kerismas Witikco Makmur
Bitung.
6. Tinjauan ulang K3 adalah suatu
tinjauan kembali dari
pelaksanaan K3 untuk menjamin
kesesuaian dan keefektifan di PT.
Kerismas Witikco Makmur
Bitung.
3.6 Metode pengumpulan data
3.6.1 Data Primer
Data primer ini berupa data
pernyataan informan tentang
penerapan sistem manajemen K3 di
perusahaan, yang diperoleh dari hasil
wawancara dan pendataan langsung
di PT. Kerismas Witikco Makmur
Bitung.
3.6.2 Data Sekunder
Data sekunder ini berupa profil
perusahaan, struktur organisasi, data
karyawan, beserta dokumen K3 yang
ada di PT. Kerismas Witikco
Makmur Bitung.
3.7 Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini
adalah peneliti sendiri.
3.8 Analisis Data
Untuk menetapkan keabsahan data,
dilakukan teknik pemeriksaan
melalui beberapa kegiatan yaitu
dengan triangulasi. Dimana dalam
teknik pengumpulan data, triagulasi
diartikan sebagai teknik
pengumpulan data yang bersifat
menggabungkan dari berbagai teknik
pengumpulan data dan sumber data
yang relah ada. Bila peneliti
melakukan pengumpulan data
dengan triagulasi, maka sebenarnya
peneliti mengumpulkan data
sekaligus menguji kredibilitas data,
yaitu mengecek kredibilitas data
dengan berbagai teknik pengumpulan
data dan berbagai sumber data
(Sugiono, 2009). Adapun triangulasi
yang dilakukan ialah :
1. Wawancara mendalam (In-depth
Interview) yaitu percakapan atau
tanya jawab untuk menggali
suatu informasi tertentu.
2. Observasi yaitu mengamati
secara langsung kegiatan yang
dilakukan oleh PT. Kerismas
Witikco Makmur Bitung.
3. Studi Dokumentasi yaitu dengan
mengamati setiap dokumen-
dokumen mengenai sistem
manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja yang dimiliki
oleh PT. Kerismas Witikco
Makmur.
BAB IV. HASIL PENELITIAN
4.1.1 Komitmen dan Kebijakan
4.1.1.1 Kepeminpinan dan
Komitmen
Hasil wawancara menunjukan SMK3
di PT. KWMB sepenuhnya diatur
dan dikoordinir oleh Manajer Umum
perusahaan. Sekalipun tidak
memiliki organisasi K3 yang
terstruktur, Manajer Umum selaku
pengelola SMK3 di perusahaan
melakukan kerjasama dengan pihak
Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kota
Bitung dalam upaya meminimalisir
kecelakaan kerja. Di bawah ini
merupakan hasil wawancara dari
informan manajer umum atau HRD
perusahaan dan hasil wawancara dari
informan HRD Cabang Manado
mengenai SMK3 di PT. KWMB.
7
“kami sudah menjalankan
program K3 sejak tahun
1986. Adapun sistem
manajemen K3 di perusahaan
ini sepenuhnya dikoordinir
langsung oleh saya selaku
HRD perusahaan. Secara
internal perusahaan ini tidak
memiliki divisi khusus di
dalam struktur organisasi
perusahaan yang mengatur
tentang K3, namun, kami
melakukan kerja sama
dengan pihak Disnaker Kota
Bitung dalam melaksanakan
program K3, yang dimana
bagi petugas yang bekerja
pada mesin produksi galvanis
tetap diwajibkan untuk
menggunakan alat-alat
pelindung diri, dan juga pada
beberapa titik berbahaya
kami telah meletakan tanda-
tanda bahaya bagi karyawan.
Yang kesemuanya itu adalah
standar dari yang telah
ditetapkan oleh pihak Dinas
Tenaga Kerja Kota Bitung
ketika selesai melakukan
pengamatan disini” (Informan
H1)
“perusahaan ini tentunya
memiliki tinjauan awal dalam
K3. Yaitu dalam memamntau
keperluan-keperluan apa saja
yang di perlukan dalam
memenuhi persyaratan-
persyaratan K3. Dengan
dilakukannya peninjauan
awal bersama pihak Dinas
Tenaga Kerja, kami sudah
memfasilitasi karyawan
dengan fasilitas-fasilitaS K3
seperti yang saudara sudah
lihat saat ini, dimulai dari
pengadaan spanduk serta
APD yang sudah tersedia ”
(Informan H2)
Berdasarkan hasil wawancara
dengan HRD dan HRD cabang
Manado perusahaan. Sekalipun tidak
memiliki organisasi internal
mengenai K3, berdasarkan penilaian
resiko kemungkinan-kemungkinan
terjadinya kecelakaan akibat kerja.
Pihak perusahaan memiliki upaya
meminimalisir kecelakaan akibat
kerja dengan melakukan kerjasama
dengan pihak Dinas Tenaga Kerja
Kota Bitung mengenai pelaksanaan
SMK3. Seperti pada hasil
dokumentasi pada gambar. 2 di atas
perusahaan sudah memiliki fasilitas
berupa spanduk K3 di perusahaan.
Gambar 3. Bonus Cuti Karyawan
Berdasarkan gambar di atas
sesuai dengan peraturan pemerintah
yang berlaku perusahaan juga
memberikan hak dalam peberian
bonus cuti terhadap karyawan di PT.
KWMB.
8
Gambar 4. Pengadaan APD
(Sarung Tangan)
Selain itu dengan adanya
kerjasama antara perusahaan dengan
Dinas Tenaga Kerja Kota Bitung
tersebut, di dalam Rencana Kerja
Anggaran Belanja (RKAB)
perusahaan, selain dalam
pembelanjaan bahan baku dan
kepentingan-kepentingan
perusahaan, perusahaan juga
memasukan rencana anggaran untuk
sarana-sarana lain yang diperlukan
termasuk pengadaan APD,
pemberian hak cuti bagi karyawan
seperti pada gambar. 3 di atas dan
sarana-sarana lain dalam K3. Di
bawah ini merupakan hasil
wawancara dengan HRD perusahaan
dan HRD cabang Manado mengenai
penyediaan anggaran tenaga kerja
dan sarana-sarana lain dalam K3.
“untuk penyediaan anggaran
disini kami mengadakan
pengadaan anggaran
mengenai APD sebanyak dua
kali dalam setahun yaitu di
bulan juni dan desember,
adapun APD yang termasuk
dalam anggaran kami terdiri
dari safety shoes, helm,
sarung tangan, dan fasiltas-
fasilitas lain tentang K3”
(H1)
“penyediaan anggaran
mengenai K3 di perusaaan
tetap ada dalam rencana
anggaran belanja kami.
Anggaran-anggaran tersebut
merupakan kebijakan sendiri
dari pihak perusahaan dalam
pengadaan APD dan fasilitas-
fasilitas lainnya mengenai
K3, kebijakan-kebijakan
tersebut juga berdasarkan
hasil kerjasama kami dengan
pihak Disnaker” (Informan
H2)
Gambar 5. Penyediaan APD
Perusahaan
Berdasarkan hasil observasi
dan dokumentasi, pihak perusahaan
sudah memfasilitasi setiap karyawan
melalui pengadaan APD beserta
spanduk dan peringatan-peringatan
mengenai K3 pada gambar 2, 3, 4, 5
dan 6. Hal ini menunjukan adanya
upaya perusahaan dalam
meminimalisir kecelakaan kerja di
perusahaan.
Gambar 6. Penyediaan Sarana
K3
Penempatan personel sudah
sesuai dengan kompetensi mereka di
bidang masing-masing. Salahsatu
informan yang ditempatkan dibagian
9
produksi, awalnya sekalipun belatar
belakang pendidikan dibagian mesin,
mengaku belum paham dalam
menjalankan tugasnya di perusahaan
khususnya dalam pengguaan mesin
galvanis. Berdasarkan pengakuan
Manajer beserta sejumlah karyawan
melalui wawancara di lapangan, di
indonesia belum tersersedia
pendidikan khusus dibidang
penggunaan mesin galvanis sehingga
pihak perusahaan memberikan masa
penyesuaian terlebih dahulu terhadap
personel baru dalam penggunaan
mesin. Sedangkan untuk bagian
administrasi salahsatu informan
mengaku ditempatkan sesuai dengan
kompetensi yang ia milik.
“..karyawan-karyawan disini
ditempatkan pada posisi
berdasarkan pendidikan
terakhir mereka masing-
masing. Yang dengan
demikian kami dapat
menempatkan mereka
berdasarkan kompetensi
mereka. Tetapi secara khusus
dalam bidang produksi,
saudara tahu sendiri bahwa
tidak ada pendidikan khusus
terhadap spesialisasi
penguasaan mesin galvanis,
setiap karyawan baru perlu
melakukan penyesuaian
dalam bidang itu” (Informan
H1)
“penempatan saya di mesin
galvanis ini awalnya belum
sesuai kemampuan saya
namun saya berhasil
menyesuaikan diri dua bulan
lebih dalam penguasaan
mesin disini, saya bersama
beberapa teman lainya adalah
lulusan STM dan beberapa
lainnya Diploma bagian
mesin, yang sama-sama
ditempatkan di mesin
pembentuk seng galvanis
perusahaan ini. Dan
semuanya memulainya
sambil belajar disini, dan
kami bisa.”(Informan K1)
“saya yang memiliki latar
belakang sebagai skretaris
ditempatkan sebagai
sekretaris manajer, dan saya
rasa perusahaan sudah tepat
dalam menenempatkan setiap
personel di perusahaan
ini”(Informan K2)
Setiap informan yang telah di
wawancarai mengaku mamahami
dan mematuhi peraturan dan
kebijakan K3 yang telah di tetapkan
oleh perusahaan. Pada kenyataanya
berdasarkan hasil observasi berserta
dokumentasi langsung di lapangan
ditemukan bahwa semua karyawan
tidak mengenakan helm pada saat
bertugas. Di pihak lain manajer
umum bahkan direktur perusahaan
sendiri tidak mengambil tindakan
dalam menanggapi hal tersebut.
“semua aturan mengenai K3
menyangkut keselamatan
karyawan perusahaan yang
tentunya juga berdampak
positif bagi kami pihak
manajer perusahaan. Kami
selalu berusaha melakukan
yang terbaik bagi perusahaan
dan selalu kami buktikan
dengan tidak hanya
memahaminya juga harus
mematuhinya.”(Informan K1)
“seluruh karyawan di
perusahaan memahami juga
10
mematuhi peraturan K3 yang
ada.”( Informan K2)
“sebagai petugas di bagian
mesin galvanis, saya tentunya
benar-benar mematuhi
praturan dan kebijakan
perusahaan tentang K3 ini,
karena jika tidak dipatuhi
sama saja dengan merugikan
diri saya. ”(Informan K1)
“ini adalah sarana penting
dalam perusahaan, sekalipun
saya ditugaskan sebagai
sekretaris, saya menilai setiap
karyawan produksi sudah
memahami dan sudah
mematuhi peraturan dan
kebijakan K3.”(Informan K2)
Setelah melakukan wawacara
peneliti juga melakukan observasi
dilapangan terlebih khusus
melakukan pengamatan terhadap
karyawan yang ditempatkan pada
mesin produksi atap baja galvanis,
dimana setiap karyawan tersebut
mengenakan alat pelindung diri
berupa safety shoes, kaus tangan, dan
masker sesuai dengan prosedur K3 di
perusahaan, namun mengenai
penggunaan helm pada gambar 6,
dan penggunaan penutup telinga
khususnya bagi karyawan yang
terpapar dengan bising yaitu yang
bertugas di dalam ruang produksi
terlebih yang berada pada posisi
paling dekat dengan mesin
ditemukan tidak mengenakannya.
Semua karyawan yang telah
diwawancarai mengaku tidak
nyaman mengenakanya, dalam hal
ini penggunaan helm dan penutup
telinga.
Pada gambar 4 di bawah
menggambarkan sejumlah karyawan
yang berada di bawah mesin hanggar
pengangkut seng beserta pengendali
hanggar ditemukan tidak
mengenakan helm pada saat
menjalankan tugasnya, begitupun
penutup telinga pada gambar 7.
Gambar 6. Proses Pengangkutan
Seng
Gambar di atas menunjukan
berlangsungnya proses proses
produksi atap baja galvanis dari
bahan dasar baja galvanis yang di
cetak menjadi lembaran seng
kemudian seng yang sudah jadi di
angkut dengan mesin Crain sebagai
pengankut, diangkut ke gudang hasil
produksi. Dalam sehari perusahaan
dapat menghasilkan kurang lebih 24.
000 lembar seng.
Gambar 7. Karyawan Kru
Galvanis
Gambar 7. di atas di ambil
pada saat berlangsungnya proses
produksi atap baja galvanis. Diman
pada gambar tersebut terdapat dua
11
oarang karyawan kru mesin bersama
satu orang sebagai Cuality Control.
Sekalipun perusahaan tidak
memiliki organisasi K3 di
perusahaan, dengan adanya
koordinasi dengan pihak Dinas
Tenega Kerja Kota Bitung maka
perusahaan telah berupaya
meminimalisir masalah K3 dalam
pengadaan fasilitas-fasilat K3 di
perusahaan, sekalipun sebagian
ketentuan K3 dilanggar oleh faktor
perilaku karyawan itu sendiri, serta
minimnya dukungan dari pihak
manajer perusahaan dalam hal
pengawasan di lapangan.
Berdasarkan hasil wawancara
diperoleh bahwa perusahaan
mengaku sudah melakukan
peninjauan awal yang dilakukan
dibawah binaan pihak Dinas Tenaga
Kerja Kota Bitung yang dimana dari
hasil kerjasama tersebut
menghasilkan pedoman dalam
pemenuhan fasilitas-fasilitas K3
yang sudah di implementasikan di
perusahaan. Untuk lebih mengetahui
adanya peninjauan awal yang
dilakukan perusahaan, peneliti tidak
memperoleh hasil dokumentasi
mengenai adanya peninjauan awal
tersebut, dalam hal ini berupa
dokumen-dokumen perusahaan.
Maka disimpulkan bahwa
perusahaan belum melakukan
peninjauan awal secara signifikan
mengenai faktor-faktor resiko
kecelakaan kerja di perusahaan.
Adapun hasil wawancara mengenai
peninjauan awal perusahaan sebagai
berikut.
“setelah melakukan
koordinasi dengan pihak
Dinas Tenaga Kerja Kota
Bitung maka kami
mengadakan tinjauan awal di
perusahaan mengenai
pengadaan APD dan spanduk
K3.”(Informan H1)
“perusahaan ini tentunya
memiliki tinjauan awal dala
K3. yaitu menilai resiko-
resiko bahaya yang bisa
terjadi di perusahaan. Dengan
dilakukannya peninjauan
awal bersama pihak Dinas
Tenega Kerja Kota kami
sudah memfasilitasi
karyawan dengan fasilitas-
fasilita K3 seperti yang
saudara sudah lihat saat ini.
”(Informan H2)
Studi dokumentasi tidak
menemukan adanya tindakan
perusahaan dalam melakukan
peninjauan terhadap kebijakan K3
dengan membandingkan kabijakan
K3 dengan pedoman lain. Referensi
keselamatan yang dijalankan di PT
KWMB yang diperoleh hanya
melalui ketentuan-ketentuan dari
hasil tinjauan Dinas Tenega Kerja
Kota Bitung.
“dalam hal ini perusahaan
tidak membandingkan SMK3
perusahaan dengan
perusahaan lain, karna kami
pikir resiko-resiko bahaya
yang ada di perusahaan lain
punya permasalahan-
permasalahan K3 yang
berbeda” (Informan H1)
“dengan adanya koordinasi
dengan pihak Dinas Tenaga
Kerja Kota Bitung,
perusahaan memiliki
perencanaan K3 dalam
pengadaan APD dan sarana-
sarana K3 lainnya ”
(Informan H2)
12
4.1.1.2 Kebijakan K3
Berdasarkan hasil wawancara, PT.
KWM sudah mulai menjalankan
upaya meminimalisir kecelakaan dan
penyakit akibat kerja sejak tahun
1986 yaitu dengan melakukan
koordinasi dengan Dinas Tenaga
Kerja setempat mengenai upaya K3
di perusahaan. Komitmen dan
Kebijakan dalam penerapan
manajemen K3 di PT. KWMB secara
umum belum memadai karena secara
internal tidak memiliki organisasi K3
ataupun menempatkan seorang ahli
K3 dalam strukur organisasi.
Berdasarkan hasil wawancara,
diketahui perusahaan belum
menyusun kebijakan K3 dan
kebijakan lingkunganya secara
tertulis atau signifikan.
“setiap permasalahan K3
perusahaan ini langsung
dikonsultasikan kepada pihak
DISNAKER Kota Bitung,
sekalipun kami tidak
memiliki kebijakan khusus
dari perusahaan.”(Informan
H1)
“kami belum memilikinya.
Namun kami selalu berada
dibawah pengawasan dan
pembinaan DISNAKER Kota
Bitung dalam upanya K3
.”(Informan H2)
4.1.2 Perencanaan
Berdasarkan hasil wawancara
diketahui bahwa perusahaan belum
memiliki perencanaan secara tertulis
atau signifikan mengenai K3 yang
menjelaskan secara detil bagaimana
bentuk perencanaan tersebut.
“seperti saya katakan tadi,
segala hal mengenai K3 di
perusahaan ini langsung di
konsultasikan kepada pihak
DISNAKER. Adapun
rencana mengenai K3 kami
sudah rangkum dalam
rencana anggaran yang sudah
dilaksanakan dalam rencana
anggaran kami seperti
rencana anggaran pengadaan
APD yang dilakukan di bulan
juni dan desember setiap
tahunnya ”(Informan H1)
“perencanaan-perencanaan
tersebut sudah termasuk
dalam rencara anggaran
perusahaan”(Informan H2)
4.2.2.1 Perencanaan Identifikasi
Bahaya, Penilaian, dan
Pengendalian Resiko
Berdasarkan hasil wawancara
diketahui bahwa secara sigifikan
perusahaan juga belum mempunyai
prosedur terdokumentasi yang
mempertimbangkan identifikasi
bahaya dan penilaian resiko, dan
pengendalian resiko. Resiko-resiko
keselamatan tidak diidentifikasi dan
ditinjau sebelumnya terhadap
pekerjaan-pekerjaan yang akan
dilakukan.
“perusahaan belum
memimiliki perencanaan-
perancanaan lebih dalam
mengenai K3 ”(Informan H1)
4.2.2.2 Tujuan dan Sasaran
Dari hasil wawancara diperoleh
keterangan bahwa perusahaan juga
belum menetapkan tujuan dan
sasaran proyek K3 yang
terdokumentasi.
4.2.2.3 Indikator Kinerja
Berdasarkan hasil wawancara
perusahaan belum memiliki metode
indikator kinerja.
13
4.2.2.4 Perencanaan Awal dan
Perencanaan Kegiatan yang
sedang berlangsung.
Berdasarkan hasil wawancara
perusahaan belum memiliki
perencanaan awal dan perencanaan
kegiatan yang sedang berlangsung.
4.2.3 Penerapan
4.2.3.1 Jaminan Kemampuan
Dalam rangka meningkatkan jaminan
kemampuan karyawan berdasarkan
hasil wawancara dan hasil observasi,
PT. KWMB belum melakukan
pelatihan untuk meningkatkan skil
dan kemampuan pekerja melihat dari
tanggung jawabnya, dimana dalam
hal ini perusahaan melakukan seleksi
berdasarkan kriteria-kriteria
perusahaan, serta sosialisasi dan
pengenalan dan prosedur-prosedur
kerja bagi setiap karyawan khusus
untuk bidang produksi. Bagi setiap
karyawan produksi yang masih baru
diberikan kesempatan untuk
melakukan penyesuaian ataupun
masa percobaan yang nanti akan
berkembang selama dia bekerja.
“mengenai hal itu kami
belum melakukan upaya
peningkatan-peningakatan
skil, karena setelah menilai
kapasitas keryawan
berdasarkan riwayat
pendidikannya, memberikan
seleksi berdasarkan kriteria-
kriteria perusahaan, serta
mengsosialisasikan dan
menjelaskan prosedur
penggunaan mesin, setiap
karyawan akan langsung
menguasainya sekalipun
memang memerlukan
penyesuan terlebih dahulu
beberapa saat”(Informan H1)
4.2.3.2 Kegiatan Pendukung
A. Pelaporan
Berdasarkan hasil wawancara
diketahui perusahaan belum
memiliki prosedur pelaporan.
Adapun mekanisme pelaporan yang
disusun di perusahaan dilakukan
secara langsung dengan penyusunan
berita acara untuk dimasukan kepada
pihak DISNAKER Kota Bitung
disaat terjadi sebuah insiden.
“sistem pelaporan disini
dilakukan dengan cara
penanganan langsung,
dimana ketika adanya insiden
mengenai K3 kami pihak
perusahaan memastikan
tingkat keseriusan kecelakaan
dulu, kemudian langsung
melakukan tindakan. Semua
insiden disini langsung
dimasukan kedalam berita
acara peruahaan yang
nantinya dimasukan ke
DISNAKER dan pihak rumah
sakit” (Informan H1)
Hasil observasi serta
dokumentasi menunjukan bahwa
sistem pelaporan di PT. KWMB
belum nampak bila ditinjau dari
adanya dokumen-dokumen
mengenai pelaksanaan SMK3 di
perusahaan.
B. Pendokumentasian
14
Gambar 8. Laporan Hasil
Pelaksanaan UKL/UPL
Berdasarkan hasil wawancara
perusahaan belum memiliki sistem
pendokumentasian K3. Semua berita
acara mengenai insiden K3
diperusahaan langsung dimasukan ke
DISNAKER. Adapun hasil
dokumentasi yang ada mengenai
SMK3 di PT. KWMB hanya berupa
Laporan Hasil Pelaksanaan
UKL/UPL yang pernah
diselengggarakan di perusahaan
tersebut pada tahun 2009 pada
gambar di atas.
4.2.4 Pengukuran dan Evaluasi
4.2.4.1 Inspeksi dan Pengujian
Perusahaan belum melakukan
evaluasi terhadap SMK3 bahkan
melalui Dinas Tenaga Kerja Kota
Bitung. Hasil wawancara
menjelaskan perusahaan melakukan
evaluasi terhadap SMK3 setiap
setahun sekali, adapun hasil evaluasi
tersebut tidak didukung dengan
adanya dokumen ataupun
dokumentasi dari pihak perusahaan
mengenai tindakan evaluasi tersebut.
“untuk evaluasi sendiri kami
lakukan pertahun, adapun
kegiatan tersebut kami
masukan dalam agenda rapat
akhir tahun kami yang
didiskusikan dalam rangka
menilai efisiensi upaya-upaya
K3 di perusahaan”(Informan
H1)
Hasil wawancara Dengan
Pihak Dinas Tenega Kerja Kota
Bitung menunjukan adanya
kekeliruan pihak perusahaan atas
pengakuan perusahaan dalam
hubungan kerja sama dengan pihak
DISNAKER. Berikut ini hasil
wawancara dengan pihak Dinas
Tenaga Kerja Kota Bitung mengenai
adanya kerjasama antara perusahaan
dengan pihak dinas kerja setempat.
“PT. KWMB belum dalam
pengawasan kami, karena
perusahaan tersebut belum
pernah mengadakan
pengesahan pemakaian alat,
mesin dan instalasi
berdasarkan ketentuan
pemerintah. Sementara yang
kami ketahui resiko
kecelakaan di perusahaan
tersebut cukup tinggi dengan
peggunaan alat, mesin dan
instalasi yang berteknologi
tinggi yang belum melalui
pemeriksaan kami” (Informan
D1)
Gambar. 9 Perlayanan Pemberian
Pengesahan Pemakaian Alat,
Mesin Dan Instalasi Di Tempat
Kerja
Gambar di atas menunjukan
persyaratan standar k3 yang
diwajibkan oleh Dinas Tenaga Kerja
Kota Bitung dalam memenuhi
standar K3 di suatu perusahaan
manufaktur yang disebut sebagai
Perlayanan Pemberian Pengesahan
Pemakaian Alat, Mesin Dan
Instalasi Di Tempat Kerja
Hasil wawancara dan
dokumentasi menunjukan adanya
15
pelayanan pemberian pengesahan
pemakaian alat, mesin dan instalasi
di tempat kerja yang diajukan pihak
Dinas Tenaga Kerja Kota Bitung
terhadap perusaan-perusahaan
setempat. Dalam hal ini PT. KWMB
belum manjalankan proses pengujian
tersebut yang cenderung menunjukan
bagaimana fungsi koordinasi dari
perusahaan dengan Dinas Tenaga
Kerja setempat belum benar-benar
terkoordinasi dengan baik.
Berdasarkan hasil wawancara
dengan pihak Dinas Tenaga Kerja
Kota Bitung, mekanisme pelaporan
yang dilakukan oleh PT KWM
belum sesuai prosedur yang telah
ditetapkan dimana perusahaan belum
memenuhi peraturan utama dalam
rangka pengesahan pemakaian alat,
mesin dan instalasi di tempat kerja
termasuk ketersediaan ahli K3 di
dalam sruktur organisasi perusahaan.
Bilamamana terjadi insiden di PT.
KWMB, perusahaan hanya
memasukan berita acara mengenai
insiden tersebut terhadap Dinas
Tenaga Kerja Kota Bitung.
“mekanisme pelaporan dari
pihak perusahaan belum
terkoordinir dengan baik,
sekalipun semua berita acara
mengenai insiden di PT.
KWMB tetap dimasukan ke
pihak kami. Padahal kami
memiliki mekanisme
pelaporan yang terstruktur
dengan perusahan-perusahaan
lain” (Informan D1)
Berdasarkian hasil
wawancara, pihak dinas tenaga kerja
kota bitung sudah beberapa kali
memberikan surat peringatan
mengenai adanya pelanggaran dalam
menjalankan SMK3 di PT. KWMB
dalam menindak lanjuti pelanggaran-
pelanggaran yang dilanggar oleh
perusahaan tersebut.
„kami sudah berkali-kali
mengajukan surat peringatan
terhadap PT. KWMB
mengenai proses pemeriksaan
pemakaian alat, mesin dan
instalasi di tempat kerja
dalam menguji kelayakan,
dan resiko-resiko yang dapat
ditimbulkan dalam proses
produksi tersebut. Tetapi
sampai sekarang kami belum
menerima surat permohonan
dari perusahaan tersebut
dalam rangka pemeriksaan
pemakaian alat, mesin dan
instalasi dari perusahaan
tersebut” (informan P)
4.2.4.2 Audit SMK3
Berdasarkan hasil wawancara dengan
pihak perusahaan dan pihak Dinas
Tenaga Kerja Kota Bitung diketahui
bahwa PT. KWMB belum
melakukan audit.
“kami belum pernah
melakukan audit”(Informan
H1)
“perusahaan-perusahaan
lainya sudah melakukan
audit, diataranya PT.
Indofood yang letaknya
berdekatan dengan PT.
KWMB dan itu dilakukan
pertahunya. Kecuali PT.
KWMB, karena belum
sepenuhnya bekerjasama
dengan kami. Maka mereka
belum pernah melakukan
audit” (Informan D1)
4.2.5 Tinjauan Ulang
16
Berdasarkan hasil wawancara
diketahui bahwa PT. KWMB belum
melakukan tinjauan ulang.
“kami juga belum
menjalankan tinjauan
ulang”(Informan H1)
17
BAB V. PEMBAHASAN
5.1 Karakteristik Informan
Wawancara penelitian dilakukan
kepada beberapa informan dari pihak
perusahaan yang terdiri dari 1 orang
sebagai HRD/Personalia PT.
KWMB, 1 orang HRD/Personalia
PT. KWM cabang Manado, 1 orang
karyawan bagian produksi, 1
karyawan sekretaris Factory
Manager di PT KWMB, serta 1
orang dari pihak Dinas Tenaga Kerja
Kota Bitung. Wawancara dilakukan
secara langsung (tatap muka). Adapun profile informan penelitian
akan diuraikan, sebagai berikut:
1. Informan H1
Seorang lulusan Fakultas Hukum
di Universitas Samratulangi pada
tahun 2004 yang dimana
sekarang bekerja di PT. KWMB
sebagai HRD/Personalia dan
sudah menjadi pegawai tetap di
perusahaan tersebut dari tahun
2005 sampai sekarang.
2. Informan H2
Seorang yang bertugas sebagai
HRD/Personalia di PT. KWM
Cabang Manado yang sudah
menjadi pegawai tetap di
perusahaan tersebut dari tahun
2006 sampai sekarang.
3. Informan D1
Seorang pegawai negeri sipil
yang ditugaskan di Dinas Tenaga
Kerja Kota Bitung yang menjabat
sebagai pengawas SMK3
perusahaan-perusahaan yang ada
di wilayah kota Bitung.
4. Informan K1
Seorang lulusan sarjana muda
jurusan sekretaris yang
ditempatkan di PT. KWMB
sebagai Sekretaris Factory
Manager di PT. KWMB yang
sudah menjadi pegawai tetap di
perusahaan tersebut sejak tahun
2011.
5. Informan K2
Seorang lulusan sarjana teknik
mesin yang telah menyelesaikan
pendidikannya di Institut Teknik
Minahasa (ITM) Tomohon yang
ditugaskan sebagai karyawan kru
mesin galvanis di PT. KWMB
yang sudah menjadi pegawai
tetap di perusahaan tersebut dari
tahun 2009 Sampai sekarang.
5.2 Penerapan SMK3 di PT.
KWMB
Sesuai dengan PERMENAKER No.
05/MEN/1996 pasal 3 ayat 1
menyebutkan tentang perusahaan
yang mempekerjakan tenaga kerja
sebanyak seratus orang atau lebih
dan atau mengandung potensi bahaya
yang ditimbulkan oleh karakteristik
proses bahan produksi yang dapat
mengakibatkan kecelakaan kerja
seperti peledakan, kebakaran,
pencemaran dan penyakit akibat
kerja wajib menerapkan Sistem
Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja. PT. KWMB
mempekerjakan tenaga kerja
sebanyak 147 karyawan dan
mengandung potensi bahaya yang
ditimbulkan oleh karakteristik proses
produksi yang dapat mengakibatkan
kecelakaan kerja serta penyakit
akibat kerja.
Hasil penelitian mrnunjukan
penerapan SMK3 di PT. KWMB
belum sesuai dengan pedoman
SMK3 yang terdapat dalam lampiran
1 PERMENAKER No.
05/Men/1996, dimana perusahaan
belum memiliki organisasi K3 di
perusahaan.
18
5.3 Komitmen dan Kebijakan
5.3.1 Kepemimpinan dan
Komitmen
Proses produksi yang ada di
perusahaan ini identik dengan
pekerjaan yang mengoperasikan alat
berat dengan bekerja di dalam
ruangan yang bising, berdebu, cidera
akibat sayatan seng, dan cidera
akibat tertimpa hanggar sehingga
menimbulkan berbagai perhatian
yang harus diimplementasikan baik
demi keselamatan dan kesehatan
pekerjanya, maupun ergonominya
serta lingkungannya.
Perlindungan keselamatan
pekerja melalui upaya teknis,
pengamanan tempat, mesin,
peralatan dan lingkungan kerja wajib
diutamakan. Namun kadang-kadang
risiko terjadinya kecelakaan masih
belum sepenuhnya dapat
dikendalikan, sehingga digunakan
alat pelindung diri. Ketentuan
mengenai alat pelindung diri diatur
oleh peraturan pelaksanaan Undang-
undang No. 1 tahun 1970 yaitu
instruksi Menteri tenaga kerja No.
Ins. 2/M/BW/BK/1984 tentang
pengesahan alat pelindung diri
(Suma‟mur, 2009).
Berdasarkan hasil wawancara
PT. KWMB belum menempatkan
seorang ahli K3 di perusahaan sesuai
dengan Permenaker No.
05/Men/1996 lampiran 1 poin 1.1
menerangkan bahwa pengurus harus
menunjukkan kepemimpinan dan
komitmen terhadap K3, perusahaan
menunjukkan komitmennya dengan
menempatkan organisasi K3 pada
posisi yang dapat menentukan
keputusan perusahaan. Adapun
upaya meminimalisir kecelakaan
kerja di PT. KWMB dilakukan dalam
bentuk kerjasama yang di koordinir
langsung oleh HRD perusahaan
dimana dalam hal ini PT
JAMSOSTEK menjadi mitra
perusahaan tentang jaminan
kesehatan karyawan.
Hasil observasi di PT KWMB
menunjukan perusahaan sudah
menunjukan upaya-upaya mengenai
K3 di perusahaan diantaranya adalah
pengadaan APD (alat pelindung diri)
serta pengadaan spanduk K3, namun
upaya tersebut tidak didukung oleh
adanya pendokumentasian tentang
program-program K3 yang sudah
dijalankan di perusahaan.
5.2.2 Tinjauan Awal K3
Permenaker No. 05/Men/1996
lampiran 1 poin 1.2 bahwa
perusahaan harus melakukan
peninjauan awal K3 dengan
mengidentifikasi kondisi yang ada
dibandingkan dengan ketentuan
pedoman pemerintah. Dengan belum
menempatkan organisasi K3 di
dalam perusahaan dan didukung oleh
hasil wawancara terhadap HRD
perusahaan, maka diketahui bahwa
PT. KWMB belum menjalankan
tinjauan awal K3 sesuai dengan
Peraturan pemerintah yang berlaku di
Republik Indonesia, termasuk
Keputusan Presiden Menteri,
Peraturan Daerah, serta Peraturan
Perundangan lainnya mengenai K3 di
perusahaan. Hasil wawancara dengan
pihak pengawas dalam hal ini Dinas
Tenaga Kerja Kota Bitung juga
mendukung mengenai hal ini,
dimana PT. KWMB belum
menjalankan pengesahan pemakaian
alat, mesin dan instalasi ditempat
kerja. Menunjukan bahwa perlunya
peningkatan SMK3 di perusahaan
tersebut.
5.4 Perencanaan
Pada Permenaker No. 05/Men/1996
lampiran 1 poin 2 diterangkan bahwa
perusahaan harus membuat
perencanaan yang efektif yang
19
memuat tujuan, sasaran dan indikator
kinerja. PT. KWMB belum
menetapkan tujuan dan sasaran K3
secara signifikan. Perusahaan juga
belum menjabarkan rentang waktu
serta tanggung jawab untuk
mencapai tujuan dan sasaran
program K3 serta
mendokumentasikannya.
Berdasarkan hasil wawancara
diketahui bahwa dalam penetapan
tujuan dan sasaran K3 perusahaan
belum melibatkan perwakilan dari
tenaga kerja, ahli K3, dan organisasi
K3. Hal ini belum sesuai dengan
Permenaker No. 05/Men/1996
lampiran 1 poin 2.3.
5.4.1 Perencanaan Identifikasi
Bahaya, Penilaian, dan
Pengendaliannya
Berdasarkan hasil wawancara
peneliti mendapat keterangan bahwa
perusahaan tidak mempunyai
prosedur dalam mengidentifikasi
bahaya, penilaian dan
pengendaliannya. Hal ini didukung
juga dengan belum ditemukanya
dokumen-dokumen prosedur tersebut
di perusahaan.
Permenaker No.
05/Men/1996 lampiran 1 poin 2
menerangkan bahwa perusahaan
harus menetapkan dan memelihara
prosedur identifikasi, penilaian dan
pengendalian resiko. Usaha untuk
mencegah terjadinya kecelakaan
kerja akan lebih berhasil apabila
pihak manajemen menyingkirkan
masalah-masalah yang ada pada
perusahaan sedini mungkin.
5.5 Penerapan
5.5.1 Jaminan Kemampuan
Permenaker No. 05/Men/1996
lampiran 1 disebutkan bahwa dalam
mencapai penerapan SMK3 yang
baik perusahaan harus menunjuk
personel yang mempunyai
kualifikasi. Disamping operator
mesin yang sudah cukup kompeten,
pengendara kendaraan yang
mempunyai SIM Perusahaan, dan
tenaga kerja dibagian administrasi
yang umumnya bersertifikasi, PT.
KWMB belum menempatkan
personel yang mempunyai kualifikasi
yang dibutuhkan seperti Ahli K3,
serta perusahaan juga belum
mempunyai prosedur
pendokumentasian dan pengendalian
dokumen.
Pada Permenaker No.
05/Men/1996 lampiran 1 poin 3.1.3
disebutkan bahwa semua pihak harus
berperan serta dalam penerapan dan
pengembangan SMK3. PT KWMB
belum memastikan bahwa setiap
dokumen tanggung jawab dan
tanggung gugat serta wewenang telah
dikomunikasikan dengan baik
kepada setiap tingkatan manajemen.
Perusahaan juga belum rutin
melakukan meeting baik yang
harian, mingguan sebagai sarana
konsultasi dan komunikasi masalah
K3. Hal ini belum sesuai dengan
Permenaker No. 05/Men/1996
lampiran 1 poin 2.3.
5.5.2 Kegiatan Pendukung
Berdasarkan Permenaker No.
05/Men/1996 lampiran 1 bahwa
pelaporan dilakukan tepat waktu.
Hal ini cenderung belum sesuai
dengan prosedur pelaporan yang ada
di PT. KWMB karena perusahaan
belum menjalankan sistem
pelaporan tersebut.
Permenaker No.
05/Men/1996 lampiran 1 poin 3.2.3
dan 3.2.4 menjelaskan bahwa
perusahaan harus mengatur dan
memelihara kumpulan ringkasan
pendokumentasian. PT. KWMB
belum mempunyai Rencana
Keselamatan Proyek yang
20
merupakan dokumen penghubung
antara perusahaan, peraturan dan
kebutuhan proyek secara spesifik.
PT KWMB juga belum mempunyai
prosedur untuk jaminan kualitas
untuk mengidentifikasi sistem
dokumentasi.
5.5.3 Identifikasi Sumber
Bahaya, Penilaian, dan
Pengendaliannya
Hasil wawancara menunjukan,
dalam penerapannya, para pekerja
PT. KWMB belum dilatih untuk
mengidentifikasi, menilai, dan
mengendalikannya. Usaha untuk
mencegah terjadinya kecelakaan
kerja akan lebih berhasil apabila
pihak manajemen menyingkirkan
masalah-masalah yang ada pada
perusahaan sedini mungkin.
Pengendalian administratif
yang berhubungan dengan waktu
kerja telah ditentukan pada Undang-
undang No. 13 tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan pasal 77 ayat 2
menyebutkan ketentuan 8 (delapan)
jam 1 hari dan 40 jam 1 minggu
untuk 5 hari kerja dalam 1 minggu.
Pengaturan jam kerja di PT. KWMB
termasuk dalam 5 hari kerja dalam 1
minggu dan khususnya bagi
karyawan produksi, terbagi atas 4
kelompok yang bertugas sebanyak 2
kali setiap minggunya, dimana
masing-masing kelompok bekerja
dimulai pukul 09.00-17.00, 8 jam
kerja kerja termasuk 1 jam istirahat
makan dan coffee break. Sedangkan
untuk bagian administrasi dan
security bekerja dimulai pukul
09.00-17.00, 8 jam kerja kerja
termasuk 1 jam istirahat makan dan
coffee break dalam 5 hari kerja
setiap minggunya.
Undang-undang No. 13
tahun 2003 pada Pasal 77 ayat (3)
juga disebutkan ketentuan waktu
kerja pada ayat (2) tidak berlaku
bagi sektor usaha atau pekerjaan
tertentu. Keputusan Menteri telah
menetapkan 8 jam kerja untuk 5 hari
kerja dalam seminggu, untuk waktu
kerja PT. KWMB adalah 8 jam
kerja. Berdasarkan hasil wawancara
pada para pekerja diperoleh
keterangan bahwa mereka tidak
keberatan dengan pembagian shift
kerja .
Permenaker No.
05/Men/1996 lampiran 1 point 3.3.8
menjelaskan bahwa perusahaan
hasrus memiliki prosedur untuk
menghadapi keadaan darurat atau
bencana, yang diuji secara berkala
untuk mengetahui keadaan pada saat
kejadian yang sebenarnya.
Berdasarkan hasil wawancara,
diperoleh informasi bahwa PT.
KWMB belum mempunyai prosedur
dalam menghadapi keadaan darurat.
Perusahaan juga belum
melaksanakan pelatihan-pelatihan
untuk menghadapi kondisi darurat.
Rencana tindak darurat
mencakup petunjuk untuk
memperkecil kemungkinan
timbulnya hal-hal yang tidak
diinginkan melalui deteksi dini,
peringatan, tindakan
penanggulangan, prosedur evakuasi,
serta komunikasi darurat (Litbang
PU, 2005).
5.6 Pengukuran dan Evaluasi
5.6.1 Inspeksi dan Pengujian
Hasil penelitian menunjukkan
pelaksanaan pengukuran dan
evaluasi PT. KWMB belum sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
Dimana di perusahaan belum ada
pelaksanaan inspeksi K3. Perusahaan
juga belum mempunyai prosedur
inspeksi yang terencana. Yang
kesemuanya itu dilatarbelakangi
belum menempatkan personel yang
mempunyai kualifikasi yang
21
dibutuhkan seperti Ahli K3 di
perusahaan.
5.5.2 Audit SMK3
Berdasarkan Permenaker NO.
05/Men/1996 Pasal 12 Bab IV,
dalam rangka menilai semua potensi
bahaya potensial dalam sistem
kegiatan operasi perusahaan,
perusahaan perlu melakukan audit
SMK3 yaitu pemeriksaan secara
sistematik dan independen, untuk
menentukan suatu kegiatan dan hasil-
hasil yang berkaitan dengan
pengaturan yang direncanakan, dan
dilaksanakan secara efektif dan
cocok untuk mencapai kebijakan dan
tujuan perusahaan.
Hasil penelitian menunjukan
bahwa belum pernah dijalankannya
Audit SMK3 di PT. KWMB baik
secara internal yaitu dilakukan oleh
pihak perusahaan itu sendiri dalam
menilai efektifitas penerapan SMK3
maupun secara eksternal yaitu
Dilaksanakan oleh personil yang
independen terhadap bagian yang di
audit, sehingga didapat hasil yang
obyektip.
5.6 Tinjauan Ulang
Berdasarkan hasil penelitian
diketahui bahwa pelaksanaan
tinjauan ulang di PT. KWMB belum
berdasarkan Permenaker NO.
05/Men/1996 dimana perusahaan
belum menjalankan proses
peninjauan ulang terhadap program
K3 yang sudah dijalankan seperti
pengadaan APD, dari hasil observasi
serta dokumentasi tidak di temukan
adanya dokumen mengenai kegiatan
tinjauan ulang yang pernah dilakukan
oleh perusahaan terhadap program
pengadaan APD tersebut.
BAB VI. PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, maka
dapat disimpulkan bahwa:
1. Komitmen dan kebijakan di PT
KWM Bitung belum berdasarkan
Permenaker No. 05/Men/1996
Lampiran 1 Poin 1 dimana dalam
hal ini perusahaan belum
menempatkan organisasi K3.
Adapun bentuk komitmen dan
kebijakan K3 yang sudah
dilakukan perusahaan dalam
perlindungan keselamatan para
pekerja berupa pengadaan APD
sebagai upaya teknis pencegahan
kecelakaan kerja di perusahaan.
2. Perencanaan K3 di PT Kerismas
Witikco Makmur Bitung belum
sesuai dengan Permenaker No.
05/Men/1996 Lampiran 1 Poin 2
dimana dalam hal ini perusahaan
belum menetapkan tujuan dan
sasaran program K3 yang
terdokumentasikan.
3. Penerapan SMK3 diperusahaan
belum berdasarkan Permenaker
No. 05/Men/1996. Dimana
perusahaan belum menempatkan
kualifikasi tenaga K3 di
perusahaan, perusahaan juga
belum memiliki prosedur
terdokumentasi dalam hal
pelatihan peningkatan skil
karyawan, serta mekanisme
pelaporan insiden K3 yang juga
belum memiliki prosedur yang
terdokumentasikan.
4. Pengukuran dan evaluasi SMK3
di perusahaan belum berdasarkan
Permenaker NO. 05/Men/1996
atau dalam hal ini belum nampak
dalam bentuk suatu pernyataan
atau surat komitmen dan
dokumen tentang pengukuran
dan evaluasi mengenai SMK3 di
perusahaan.
22
5. Tinjauan ulang SMK3 di PT
Kerismas Witikco Makmur
Bitung belum berdasarkan
Permenaker NO. 05/Men/1996,
dimana perusahaan belum pernah
melakukan Audit SMK3.
6.2 Saran
Berdasarkan hasil pembahasan dan
kesimpulan yang diperoleh, maka
diajukan beberapa saran kepada
perusahaan, yaitu :
1. Perusahaan disarankan agar
menempatkan karyawan yang
kompeten dibidang K3
berdasarkan Permenaker No.
05/Men/1996 Lampiran 1 Poin 1.
2. Para pekerja tetap maupun
karyawan disarankan untuk lebih
meningkatkan kesadaran akan
pentingnya K3 dan mematuhi
segala peraturannya.
DAFTAR PUSTAKA
Azmi R. 2008. Penerapan Sistem
Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja oleh P2K3
untuk Meminimalkan
Kecelakaan kerja di PT Wijaya
Karya Beton Medan. Skripsi.
Universitas Sumatera Utara.
Medan
Budiono, A, M, Sugeng. 2008.
Hiperkes & KK. Badan
Penerbit Universitas
Diponegoro. Semarang.
Kawatu, P, A, T. 2012. Bahan
Kuliah Kesehatan
Keselamatan Kerja.
Fakultas Kesehatan
Masyarakat. Universitas Sam
Ratulangi. Manado.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja
Nomor 05/Men/1996 Tentang
Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan
Kerja.
PT. Jamsostek. 2013. Data kasus
kecelakaan kerja di sulut dan
di pt dari tahun 2007 sampai
tanggal 24 april 201. PT.
Jamsostek Cabang Bitung
Rahmat, P, S. 2009. Penelitian
kualitatif. Jurnal. Equilibrum,
vol-5, no 9, Januari-Juni 2009;
1-8.
Sugiyono. 2009. Memahami
penelitian kualitatif. Alfabeta.
Bandung
Suma‟mur. 2009. Higiene
Perusahaan dan Kesehatan
Kerja. Sagung Seto. Jakarta
Sungkono D. (2012). Data PT
Jamsostek Tentang K3.
http://www.data pt
jamsostek.com (online).
diakses tanggal 15 agustus
2012.
Tarigan, Z. 2008. Analisis Sistem
Manajemen Keselamatan
Dan Kesehatan Kerja
Di Pabrik Kelapa Sawit
(PKS) Tanjung Medan PTPN
V Provinsi Riau. Tesis.
Sekolah Pasca Sarjana
Universitas Sumatera Utara.
Medan
Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 13/Presiden Republik
Indonesia/ 2003
Tentang Ketenagakerjaan.