ANALISIS PENGARUH BANTUAN KEMANUSIAAN
TERHADAP KEMISKINAN MASYARAKAT
NELAYAN
(Studi Kasus Di Gampong Kuala Trang Kecamatan Kuala
Pesisir Kabupaten Nagan Raya)
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas-tuigas dan
memenuhi syarat-syarat guna memperoleh Gelar Sarjana Sosial
OLEH
CAHYA NURANI
NIM : 08c20210008
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH – ACEH BARAT
2013
1
BAB I
PENDAHULUAN
1 .1 Latar Belakang
Bencana gempa dan Tsunami yang terjadi pada tanggal 26 Desember 2004
lalu telah memporakporandakan kawasan pesisir di kawasan Gampong Kuala
Trang bencana tersebut tidak hanya memakan korban tetapi juga merenggut jiwa
manusia yang cukup banyak, begitu juga seluruh infrasruktur pemukiman
penduduk,sarana dan prasarana publik juga rusak, begitu juga dengan ekosistem
pesisir seperti intrusi air laut dan endapan lumpur kedarat serta hancurnya
terumpu karang dan tercabut nya beberapa vegetasi pesisir.
Masyarakat pesisir merupakan sekelompok orang dalam arti luas yang
menggantungkan sebagian atau seluruh penghidupannya baik secara langsung
maupun tidak langsung pada sumber daya pesisir. Sumber daya dimaksud
umumnya terdiri dari laut beserta biota dan mineral yang di kandungnya, wilayah
garis pantai dan daratan di sekitar garis pantai.
Secara geografis teritorial masyarakat pesisir adalah masyarakat yang
mendiami daerah yang terletak di sekitar garis pantai. Umumnya masyarakat
pesisir hidup dari sumber daya laut atau sebagai nelayan di sektor hulu
penangkapan ikan dan sebagian lainnya hidup dari sumber daya pesisir lainnya.
Kelemahan pengetahuan masyarakat nelayan terhadap pemggunaan alat
tangkap yang tidak ramah lingkungan menimbulkan persoalan ekologis baru di
Gampong Kuala Trang menggunakan pukat harimau (trawl) sebagai alat tangkap
yang justru membuat permasalahan baru, menghancurkan terumbu karang yang
2
merupakan salah satu bagian dari penyeimbang ekosistem laut dan keberlanjutan
kelestarian ikan itu sendiri.
Pengunaan alat tangkap ikan seperti pukat Trawl bukan hanya merusak
terumpu karang, juga tertangkapnya ikan-ikan kecil yang seharusnya di
pelihara, agar ikan terus berkembang untuk kelangsungan hidup masyarakat.
Tertangkapnya ikan kecil dikarenakan ukuran jaring yang di gunakan
cukup besar, sementara lubang dari benang jaring cukup kecil sehinga ikan yang
di dapat bukan hanya ikan besar tetapi juga ikan yang kecil-kecil, sementara bila
setiap penangkapan selalu dapat ikan kecil maka bib it ikan akan habis. Larangan
tersebut sesuai dengan peraturan berikut, dalam UU NO. 31 tahun 2004 diatur
larangan mengunakan alat penakapan dan penghapusan kegiatan penangkapan
ikan dengan mengunakan jaring Trawl.
Persoalan lain yang dihadapi nelayan Gampong Kuala Trang adalah
lemahnya kemampuan mengolah hasil tangkapan menjadi bahan la in yang lebih
bernilai ekonomis. dibandingkan dengan memasarkan ikan segar kepada
konsumen. Hasil ikan yang didapat oleh mereka terkadang cukup banyak
sementara harga ikan di pasar cukup murah, semestinya mereka bisa mengolah
ikan dengan cara lain, seperti ikan kering karena ikan kering dapat bertahan lama
dan bisa di jual kapan saja. Sementara ikan basah setelah didapat harus dijual
walaupun dengan harga murah, kalau tidak ikan akan busuk disamping masalah
akses terhadap modal yang sulit diperoleh oleh masyarakat nelayan. Pemanfaatan
sumber daya pesisir selain memanfaatkan sumber daya perikanan laut belum
maksimal dilakukan, hal ini juga berkaitan erat dengan pengetahuan yang dimiliki
masyarakat, keterbelakangan dan kemiskinan bukanlah cerita baru bagi
3
masyarakat pesisir. Berdasarkan ukurannya kemiskinan dibagi menjadi dua
kemiskinan absolute dan kemiskinan relative (Satria, 2002, h. 6)
Bila berbicara masalah masyarakat nelayan memang tidak akan habisnya
banyak sekali persoalan yang mereka hadapi dan mereka sering diidentik dengan
segala keterbelakangan, baik itu dari segi pendidikan ekonomi maupun sosialnya
ini menandakan masyarakat nelayan jauh dari perhatian baik dari pemerintah
LSM maupun dari masyarakat di sekitarnya.
Kurangnya sumberdaya manusia dalam hal penguasaan bidang teknologi
oleh nelayan di Gampong Kuala Trang juga menjadikan salah satu faktor
keterbelakangan dan masyarakat nelayan dalam mengelola hasil laut, pendidikan
yang rata – rata tamatan sekolah dasar dan menegah membuat sulitnya mereka
berkembang, karena untuk penguasaan alat yang berteknologi memang dibutuh
kan skill dan pengetahuan agar dapat menguasai alat baru yang akan dipakai.
Perekonomian yang hanya mengandalkan hasil alam dari laut sebagai
tempat mengantungkan hidup mereka terkadang tidak bisa di andalkan mereka
membutuhkan alat dan modal untuk untuk mencari nafkah di laut. keterbatasan
modal dan alat menjadi kendala bagi mereka sehinga menjadikan mereka tetap
dalam kondisi yang memprihatinkan.
Pereknomian yang tidak memadai berpengaruh pada seluruh sendi
kehidupan nelayan, kebutuhan hidup yang setiap harinya harus dipenuhi baik itu
berupa sandang maupun pangan, menjadikan para para nelayan semakin terpuruk
akibat dari tidak adanya alat dan modal yang mereka miliki. Kini banyak diantara
mereka yang mengangur beralih pekerjaan bahkan ada yang mengangur.
4
Bila dibandingkan kondisi sebelum Tsunami penghasilan yang didapat dari
hasil tangkapan ikan cukup besar mereka bisa mendapatkan dua ratus ribu rupiah
perhari.
Pendapatan itu bisa memenuhi kebutuhan hidup sehari- hari dan ditambah
lagi biaya sekolah anak-anak mereka, sementara sekarang setelah Tsunami
mereka hanya mendapatkan penghasilan di bawah seratus ribu rupiah sehari,
perbedaan pendapatan yang relative rendah tidak dapat mencukupi kebutuhan
hidup mereka.
Setelah Tsunami pemberian bantuan kemanusiaan dari NGO terus mengalir
untuk para nelayan diseluruh kabupaten Nagan Raya, termasuk para nelayan di
Gampong Kuala Trang. Bantuan dari NGO pada tahun 2007 yang di berikan oleh
Samaritan’S dan CAMA kepada kelompok nelayan di Gampong Kuala Trang
masing-masing dua unit Bout dan Sampan. Sementara untuk individu mereka
diberi Perahu dan Jaring ikan, namun bantuan yang mereka terima tidak seperti
yang mereka harapkan pemberian alat tangkap yang tidak ramah lingkungan
seperti pukat Trawl menjadi masalah bagi mereka selain memusnahkan bibit ikan
juga dapat merusak terumpu karang, bantuan lain yang di berikan berupa alat
tangkap ikan juga tidak bisa digunakan untuk mencari ikan hanya bisa untuk
menangkap udang.
Banyaknya bantuan yang diberikan oleh LSM luar baik itu berupa alat
tangkap maupun bantuan dana tidak menampakkan keberhasilan yang berarti atau
berkelanjutan baik dalam pengelolaan dan pemanfaatan yang memperlihatkan
keberhasilan yang nyata. Pada saat ini masyarakat nelayan di Gampong Kuala
Trang masih banyak yang menggangur bahkan ada beberapa nelayan yang beralih
5
profesi mencari pekerjaan lain guna untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga
mereka.
Semakin banyak nelayan yang mengganggur semakin banyak persoalan
yang di hadapi oleh masyarakat Kuala Trang bukan hanya kemiskinan yang
berdampak negative terhadap keshidupan sosialnya yang lebih memprihatinkan
kemiskinan akan semakin banyak di kawasan pesisir Gampong Kuala Trang.
Keterbelakangan nelayan di Gampong Kuala Trang yang sekarang jelas
terlihat, kondisi mereka bukan diakibatkan oleh garis yang sudah ditentukan
melainkan tidak adanya pemberdayaan dan pedampingan baik dari pemerintah
maupun LSM yang ada di sekitar nelayan.
1.2 Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang yang sudah dikemukakan diatas yang jadi
pertayaan bagi penulis adalah: Bagaimana pengaruh bantuan kemanusian terhadap
kemiskinan nelayan di Gampong Kuala Trang ?
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan uraian yang telah dikemukakan diatas, maka yang menjadi
tujuan penelitian ini adalah ingin menggetahui bagaimanakah pengaruh bantuan
yang di berikan terhadap kemiskinan masyarakat Gampong Kuala Trang.
1.4 Manfaat Penelitian
Setelah penelitian ini selesai, peneliti berharap dapat mengambil beberapa
manfaat yaitu sebagai berikut :
6
1.4.1 Manfaat Teoritis dan Akademis
Sebagai sarana untuk melatih dan mengembangkan kemampuan berfikir
ilmiah dengan sistematis dan metodologis sebagai wacana baru guna memperkaya
aspek kognitif, akdemisnya, Agar menjadi masukan secara langsung maupun tidak
bagi perpustakaan departemen ilmu Sosiologi mengingat minimnya wacana sepert
ini, dan juga sebagai referensi bagi penulis dan bagi pihak-pihak lain yang ingin
melakukan penelitian ini lebih lanjut.
1.4.2 Manfaat Praktis
Dapat memberikan konstribusi mengenai data dan informasi yang dapat
membantu peneliatan labih lanjut dari peneliti-peneliti lainnya terutama mengenai
Pengaruh bantuan kemanusiaan terhadap kemiskinan nelayan di Gampong Kuala
Trang Kecamatan Kuala pesisir Kabupaten Nagan Raya.
1.5 Sistematika Pembahasan
Bab I : Pendahuluan.
Bab ini membahas mengenai latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta sistematika
pembahasan.
Bab II : Tinjauan Pustaka.
Bab ini membahas mengenai landasan teori sebagai pijakan
dasar untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan acuan
teori yang relevansi dengan hal yang diteliti.
7
Bab III : Metodologi Penelitian.
Bab ini terdiri dari bentuk penelitian, lokasi penelitian teknik
pengumpulan data, teknik analisis data serta jadwal penelitian
Bab IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan.
Bab ini membahas mengenai hasil penelitian yang ditemui
dilapangan, yang menyangkut dengan penelitian serta relevansi
dengan landasan teori sebagai pijakan serta pembahasan
mengenai hasil penelitian keseluruhan.
Bab V : Kesimpulan dan Saran.
Bab ini membahas mengenai kesimpulan dari hasil penelitian
secara keseluruhan dan berisi saran-saran untuk kedepan.
8
BAB II
LANDASAN TIORI
2.1 Penelitian Terdahulu
Jame Erik siagian 2006 dari Fakultas Ilmu Perikanan dan Kelautan
Semarang dalam analisis nya hasil penelitian menunjukkan keberhasilan
pengentasan kemiskinan dengan adanya program penyediaan sarana sosial dasar
sebesar 7 (tujuh) kali lebih besar di bandingkan tampa adanya program
penyediaan sarana sosial dasar demikian juga dengan variabel penyediaan sarana
ekonomi mempunyai kemungkinan sebesar 24 kali mengentas kemiskinan
berhasil mengentas kemiskinan di banding tampa adanya program penyediaan
lapangan kerja begitu juga dengan penelitian yang pernah di lakukan oleh Edi
Ariyanto dan Yulia Anas Untuk mengatasi permasalahan kemiskinan tersebut
perlu adanya program yang efektif, efisien, terpadu dan berorientasi pada
kemandirian dan berkelanjutan.
Karena adopsi sistem penanggulangan kemiskinan secara statis, melalui
program kompensasi bantuan langsung pangan, voucher pelayanan minimum
kesehatan dan pendidikan, hanya dapat memecahkan persoalan kemiskinan jangka
pendek (World Development Report, 2004).
Mengingat ketika program telah berakhir, masyarakat miskin masih tetap
memerlukannya. Masih tingginya jumlah penduduk miskin dewasa ini membuat
Pemerintah terpaksa harus bekerja keras untuk mewujudkan target tersebut.
Apalagi dalam situasi inflasi sekarang yang mengakibatkan daya beli masyarakat
cenderung turun, upaya pengentasan kemiskinan menjadi suatu pekerjaan yang
9
bersifat urgen dan harus segera dilaksanakan.
Berbagai program pengentasan kemiskinan telah dilakukan oleh
pemerintah, mulai dari program kompensasi seperti Bantuan Langsung Tunai
kepada masyarakat miskin dan bantuan-bantuan non-tunai lainnya, seperti beras
untuk orang miskin (Raskin), bantuan kesehatan (Askeskin) serta pendidikan
(BOS dan BKM), IDT, JPS, PEMP, LUEB, Inseminasi Buatan, PPK, P2KP dan
lainnya, namun pada kenyataannya penduduk miskin tidak berkurang dengan
jumlah yang cukup besar. Sementara sistem penanggulangan secara dinamis,
berupa pengembangan usaha produktif serta bentuk dukungan kelembagaan dan
pendampingan, diduga juga sering mengalami kendala (Elfindri, Mahdi,
Hasbullah dan Ridwan, 2005). Ironis memang, sementara setiap tahun program
kemiskinan telah dilaksanakan, dan sangat sulit sampai kepada sebuah kesimpulan
pengurangan kemiskinan sebagai konsekwensi dari kebijakan yang telah
dilakukan.
2.2 Pengertian Analisis.
Penyelidikan terhadap suatu peristiwa untuk mengetahui keadaan yang
sebenarnya sebab musabab duduk perkaranya penguraian suatu pokok atau
berbagai bagian nya dan penelahaan bagian itu sendiri, serta hubungan antar
bagian itu sendiri sesuatu untuk mengetahui zat-zat bagiannya dan
sebagainya. Dengan dugaan akan kebenaran di mulai dengan dugaan akan
kebenarannya (Budiono, 2005, h. 24).
2.3 Pengertian Pengaruh
Pengaruh merupakan suatu transaksi sosial dimana seorang atau kelompok
10
orang digerakkan oleh seseorang atau sekelompok orang yang lainnya untuk
melakukan kegiatan sesuai dengan harapan. Sumber-sumber pengaruh untuk
perseorangan atau kelompok dalam organisasi terdapat pada status jabatan, sistem
pengawasan atau balas jasa dan hukuman, pengawasan finansial (anggaran),
pemilikan informasi dan penguasaan saluran komunikasi menurut Scott dan
Mitchell (2012, h. 205).
Seseorang bersedia menjalankan permintaan orang yang dapat
mempengaruhinya secara efektif karena merasa dirinya puas kalau memang dapat
melaksanakan apa yang diminta oleh orang berpengaruh tersebut. Motivasi
seseorang dapat bersifat dari tercapainya hasil-hasil yang maksimum, di
perolehnya imbalan material atau perasaan di sukai atau di terima oleh orang lain.
Jadi, seseorang menjadi secara otomatis menuruti apa yang diminta oleh orang
yang berpengaruh tanpa mengharapkan imbalan atau pambrih (Anonymous, 2012
h. 205).
Dalam pengertian lain pengaruh adalah suatu keadaan ada hubungan
timbal balik, atau hubungan sebab akibat antara apa yang mempengaruhi dengan
apa yang dipengaruhi. Dua hal ini adalah yang akan dihubungkan dan dicari apa
ada hal yang menghubungkannya.
Di sisi lain pengaruh adalah berupa daya yang bisa memicu sesuatu,
menjadikan sesuatu berubah. Maka jika salah satu yang disebut pengaruh tersebut
berubah, maka akan ada akibat yang di timbulkannya (Kusnaka, 2007, h. 30).
Akibat-akibat dari pengaruh tersebut diantaranya adalah :
1. Pengaruh Sosial Ekonomi
11
Kehidupan sosial ekonomi harus dipandang sebagai sistem sosial, yaitu
satu ke seluruh bagian-bagian atau unsur-unsur yang saling berhubungan dalam
satu kesatuan. Kehidupan sosial adalah kehidupan bersama manusia atau kesatuan
manusia yang hidup dalam pergaulan. Interaksi ini pertama terjadi pada keluarga
ada terjadi hubungan antara ayah, ibu, dan anak. Dari adanya interaksi antara
anggota keluarga maka akan muncul hubungan dengan masyarakat luar. Pola
hubungan interaksi ini tentu saja dipengaruhi lingkungan dimana masyarakat
tersebut bertempat tinggal. Di dalam masyarakat pedesaan kita ketahui interaksi
yang terjadi lebih erat dibandingkan dengan perkotaan. Pada masyarakat yang
yang hidup di perkotaan hubungan interaksi biasanya lebih dieratkan oleh status,
jabatan atau pekerjaan yang dimiliki. Hal ini menyebabkan terjadinya stratifikasi
sosial dalam masyarakat (Rimbarawa, 2006, h. 77).
2. Kebudayaan
Menurut Koentjaradiningrat (dalam Adimihardja, 2012, h. 37) kebudayaan
mencakup konsep yang luas sehingga untuk kepentingan analisis, konsep
kebudayaan ini perlu dipecah lagi dalam unsur-unsurnya. Unsur-unsur yang
terbesar yang terjadi karena pecahan tahap pertama disebut unsur-unsur
kebudayaan yang universal dan merupakan unsur-unsur yang pasti bisa
didapatkan di semua kebudayaan di dunia baik yang hidup dalam masyarakat
perkotaan yang besar dan kompleks.
2.4 Pengertian Masyarakat
Menurut J.L Gilin dalam Hartomo DKK (2001, h. 88) mengemukakan
masyarakat itu adalah kelompok manusia yang tersebar, mempunyai kebisaan,
tradisi, sikap dan perasaan persatuan yang sama. Masyarakat meliputi
12
pengelompokan kecil. Sedangkan menurut Hartomo Dkk (2001, h. 90) masyarakat
adalah kelompok manusia yang saling berinteraksi, yang memiliki prasarana
untuk kegiatan tersebut dan adanya saling keterikatan dalam mencapai tujuan
bersama. Masyarakat sekelompok manusia yang telah lama bertempat tinggal di
suatu daerah tertentu dan mempunyai aturan (undang-undang) yang mengatur tata
hidup mereka untuk menuju kepada tujuan yang sama.
Menurut Smith, Stanley dan Shores (1950, h. 5) mendefinisikan
masyarakat sebagai suatu kelompok individu- individu yang terorganisasi serta
berfikir tentang diri mereka sendiri sebagai suatu kelompok yang berbeda.
Dari definisi di atas maka dapat ditarik kesimpulan, masyarakat adalah
kelompok manusia yang bertempat tinggal di suatu wilayah yang saling
berinteraksi, dan memiliki prasarana untuk kegiatan tersebut serta adanya
keterikatan untuk mencapai tujuan bersama
. 2.5 Pengertian Masyarakat Pesisir
Masyarakat pesisir adalah masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar
bibir pantai yang mengantungkan hidupnya dari hasil laut yang bermata
pencahariannya sebagai nelayan dan mengolah ikan dan memeiliki karakteristik
yang berbeda dengan masyarakat lain nya dan umum nya berpropesi sebagai
nelayan. Dalam pengelolaan lingkungan di wilayah pesisir isu utamanya adalah
masih sangat besarnya jumlah masyarakat yang kurang mampu (penghasilan
dibawah standar rata-rata yang di tentukan) dan masih harus menghadapi masalah
kesehatan, kekurangan air bersih, abrasi, dan sulitnya mengcapai tingkat
pendidikan yang layak, hal ini disebabkan belum dikelola dengan baik.
13
Menurunnya kualitas lingkungan dan daya dukung, sarana dan prasarana
terbatas demikian pula tingkat aksesibilitas dan dana yang tersedia termasuk
program pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan, lingkungan sosial maupun
lingkungan alam yang merupakan hal utama dalam menentukan arah
pemberdayaan. Konsep pemberdayaan adalah upaya menjadikan suasana
kemanusiaan yang adil dan beradab menjadi semakin efektif efisien secara
struktural, baik dalam kehidupan keluarga masyarakat, negara, regional maupun
Internasional, termasuk dalam bidang politik ekonomi, maupun lainnya.
Masyarakat pesisir adalah masyarakat yang tinggal dan hidup di wilayah
pesisir adalah wilayah transisi, yang menandai tempat perpindahan antar wilayah
daratan dan laut atau sebaliknya (Dahuri Dkk, 2001, h. 5)
Menurut Saad dan Basuki (2004, h. 24) bahwasanya masyarakat pesisir di
definisikan sebagai kelompok orang yang tinggal di daerah pesisir dan sumber
kehidupan ekonomi penduduk bergantung secara langsung pada pemanfaatan
sumberdaya laut dan pesisir. Definisi ini bisa juga di kembangkan lebih jauh
karena pada dasarnya banyak orang yang hidupnya bergantung pada sumberdaya
laut. Mereka terdiri dari nelayan pemilik, buruh nelayan, pembudidaya ikan dan
organisme laut lainnya, pedagang ikan, pengolah ikan, pemasok faktor sarana
produksi perikanan.
Menurut definisi yang di atas masyarakat pesisir bahwasanya masyarakat
pesisir tidak lepas dengan kawasan pesisir pantai dimana mereka mengantungkan
hidup dengan hasil laut dan bekerja sebagai nelayan yang berkarakteristik unik
dan berbeda dengan masyarakat lainnya yang mempunyai budaya tersendiri.
14
2.6 Pengertian Nelayan
Nelayan dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu di satu pihak adalah
kelompok kaya dan kaya sekali, dan kelompok ekonomi sedang, miskin, sekali
dan tukang dilain pihak. Pemakaian kata desa nelayan telah mengantarkan kepada
pemahaman bahwa nelayan dapat dilihat sebagai masyarakat yang mempunyai
ciri-ciri sendiri dan bertempat tinggal di wilayah tepi pantai, sehinngga dapat juga
disebut sebagai masyarakat yang berdiam di desa pantai perkampungan nelayan,
yang menjadikan perikanan sebagai mata pencahariannya yang terpenting.
Keluarga sebagai inti terkecil dalam masyarakat telah dijadikan sebagai pusat
penggalian informasi tentang kehidupan nelayan.
Istilah perikanan yang sering disebut dari bahasa asing 'fishery' dan terkait
erat di dalam pengertiannya itu produksi hasil laut yang melulu bersifat komersil
(commercial fishery). Dengan menyebut perikanan, maka asosiasi banyak orang
akan selalu bersifat business-like yakni produksi hasil laut serta perdagangannya.
Istilah tersebut melupakan kita kepada manusia yang berdiam jauh di pedalaman
pantai yang umumnya terpisah jauh dari jaringan komunikasi yang dikenal
sebagai subyek pembangunan dengan identitas nelayan.
Ada pula yang menyatakan bahwa nelayan miskin karena pemakaian alat
tangkap yang begitu sederhana, dan masih banyak lagi analisis yang dikemukakan
oleh berbagai kalangan ahli untuk melihat kemiskinan yang dialami oleh nelayan
sesuai dengan sudut pandang ilmu yang dikuasainya.
Masyarakat nelayan merupakan sekelompok masyarakat yang pekerjaan
nya melaut untuk menangkap ikan sebagai hasil tangkap tersebut di kosumsi
untuk kebutuhan rumah tangganya atau di jual seluruhnya biasanya istri nelayan
15
mengambil peranan dalam menjual dan membeli ikan dan urusan domestic rumah
tangga, karna itu istri nelayan juga banyak terlibat dalam urusan public seperti
mencari pendapatan jika laut menjadi ranah laki- laki maka darat ranah
perempuan pesisir (Kusnadi 2001, h. 27)
Nelayan adalah orang yang hidup dari mata pencaharian hasil laut. Di
Indonesia para nelayan biasanya bermukin di daerah pinggir pantai atau pesisir
laut. Komunitas nelayan adalah kelompok orang yang bermata pencaharian hasil
laut dan tinggal di desa-desa atau pesisir (Sastrawidjaya. 2002, h. 84).
Nelayan modern mengunakan teknologi penangkapan yang lebih canggih
dibandingkan dengan nelayan tradisional. Ukuran modernitas bukan semata-mata
karena pengunaan motor untuk mengerakkan perahu, melainkan juga besar
kecilnya motor yang digunakan serta tingkat eksploitasi dari alat tangkap yang
digunakan. Perbedaan modernitas teknologi alat tangkap juga akan berpengaruh
pada kemampuan jelajah operasional mereka (Imron, 2003, h. 68).
Nelayan menghadapi sumberdaya yang bersifat open acces dan beresiko
tinggi. Hal tersebut menyebabkan masyarakat pesisir seperti “Nelayan memiliki
karakter yang tegas, keras dan terbuka” (Satria, 2002, h. 2).
Nelayan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan
ikan. Dalam perstatistikan perikanan perairan umum, nelayan adalah orang yang
secara aktif melakukan operasi penangkapan ikan di perairan umum. Orang yang
melakukan pekerjaan seperti membuat jaring, mengangkut alat-alat penangkapan
ikan ke dalam perahu / kapal motor, mengangkut ikan dari perahu / kapal motor,
tidak di kategorikan sebagai nelayan.
16
2.7 Pengertian Bantuan Kemanusiaan.
Bantuan kemanusian merupakan bantuan yang di berikan kepada daerah
yang terkena bencana, baik itu korban perang maupun bencana alam yang di
berikan oleh LSM maupun pemerintah, yang terkena bencana dan melakukannya
tidak ada keterpihakan maupun perbedaan kepada penduduk sipil tanpa ada
perbedaan apapun, hal tersebut sesuai dengan peryataan berikut.
Ketentuan yang relevan dari Protokol Tambahan I dan II menyebutkan dua
keadaan yang terkait erat dengan netralitas, yaitu yang terkena bencana tidak
berpihakan dan non-diskriminasi. Misalnya, Pasal 70, ayat 1 Protokol Tambahan I
mengacu pada "tindakan bantuan kemanusiaan yang tidak memihak dan di
lakukan tanpa pembedaan yang merugikan “ serupa pada pasal 18 ayat 2 Protokol
bantuan untuk penduduk sipil yang bersifat tidak memihak dan yang dilakukan
tampa perbedaan apapun”( Netralitas ICRC,1994, h. 25) sementara Resolusi
Majelis Umum PBB 46/182.
Sementara resolusi majelis umum PBB 46/ 182 tahun 1991 menyatakan
bahwa “ Bantuan kemanusiaan harus disediakan sesuai dengan Prinsip
kemanusiaan, ketidak berpihakan, dan kenetralan ( Resolusi Majelis Umum
PBB1991, h. 48 /182)
Sesuai dengan pengertian di atas bisa kita simpulkan pemberian bantuan
yang berupa kemanusiaan di berikan kepada daerah yang terkena bencana dan
pemberian di dasari dengan netralitas dan tidak kepemihakan, pada siapapun dan
bersifat kemanusiaan dalam hal pemberian bantuan kemanusian pada daerah yang
terkena bencana seperti daerah Gampong Kuala Trang .
17
Bantuan kemanusiaan bukan hanya diberikan berupa barang seperti
pangan tetapi juga di berikan sandang dan papan bagi daerah yang terkena
bencana, Dan bantuan kemanusiaan yang di berikan atas dasar kemanusiaan yang
sifatnya menolong dan tidak berpepihakan kepada siapapun, baik negara maupun
suatu daerah yang terkena bencana dan tiada ada perbedaan antara negara maju
dan yang tidak maju begitu juga dengan daerah yang perdesaan seperti Gampong
Kuala Trang.
Bantuan kemanusia yang di berikan kepada penduduk sipil merupakan
bantuan yang bersifat kemanusiaan tidak pilih kasih, antara yang lainnya bantuan
yang di berikan juga tidak bersifat diskriminasi terhadap daerah yang terkena
bencana dan bantuan yang di berikan harus sesuai dengan prinsip kemanusian.
2.8 Pengertian Kemiskinan
Masyarakat nelayan idientik dengan kemiskinan banyak hal yang
menyebabkan kemiskinan mereka yaitu kurangnya modal yang di miliki para
nelayan, teknologi yang di miliki rendahnya akses pasar dan rendahnya partisipasi
masyarakat dalam pengolahan sumber daya alam. Ada penyebab lain yang non
okonomi atau biasa disebut faktor sosial seperti pertumbuhan jumlah penduduk
yang tinggi, rendahnya tingkat pendidikan, rendahnya tingkat kesehatan serta
alasan lain seperti sarana dan prasarana umum di wilayah pesisir seperti
pernyataan berikut ini.
Keterbelakangan yang kemudian meningkat menjadi ketimpangan,
masyarakat miskin pada umumnya lemah dalam kemampuan berusaha dan
terbatas aksesnya kepada kegiatan ekonomi sehingga tertinggal jauh dari
masyarakat lainnya yang mempunyai potensi lebih tinggi (Kartasasmita, 1997, h.
18
234). Hal tersebut senada dengan yang dikatakan Friedmann yang mengatakan
bahwa kemiskinan sebagai akibat dari ketidak-samaan kesempatan untuk
mengakumulasi basis kekuatan sosial (Friedmann, 1992, h. 123).
Kemiskinan adalah ketidak sanggupan untuk mendapatkan barang-barang
dan pelayanan-pelayanan yang memadai untuk memenuhi kebutuhan sosial yang
terbatas. Hal ini diperkuat oleh Salim yang mengatakan bahwa kemiskinan
biasanya dilukiskan sebagai kurangnya pendapatan untuk memperoleh
kebutuhan hidup yang pokok (Salim dalam Ala, 1981, h. 1) James Scoot dalam
jurnal Pikiran Rakyak 30 Oktober 2004 “orang miskin adalah ibarat orang yang
selamanya berdiri terendam di dalam air sampai ke leher, sehingga ombak yang
kecil sekalipun sudah cukup untuk menelengelam kan nya” Kemiskinan sesunguh
nya bukan semata-mata karena kurangnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan
hidup pokok atau standar hidup layak, namun lebih dari itu esensi kemiskinan
adalah menyangkut probabilitas orang atau keluarga miskin itu untuk
melangsungkan dan mengembangkan usaha serta taraf kehidupan nya. kemiskinan
tidak dapat di ukur hanya dengan indikator kepemilikan atau pengusahaan.
Kemiskinan menurut BPS Pada periode Maret 2011 Maret 2012, Indeks
Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan 1 Kemiskinan menunjukkan
kecenderungan menurun. Ini mengindikasikan bahwa rata-rata 2 pengeluaran
penduduk miskin cenderung semakin mendekati Garis Kemiskinan dan
ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga semakin menyempit. Jumlah
penduduk miskin di Indonesia pada berkurang 0,89 juta orang (0,53 persen)
dibanding sebesar 30,02 juta orang (12,49 persen).
19
Sementara yang di ungkapkan oleh wahyono kemiskinan cultural yang
timbul dari intern, kemiskinan structural terjadi karena faktor eksternal misalnya
adanya hambatan bagi mobilitas vertical nelayan, tidak adanya dukungan dari
pemerintah atau hubungan patron-klien yang masih bersifat asimetris.
Begitu juga yang diungkapkan oleh Wahyono 2001, h. 44 ). Kemiskinan
adalah membandingkan tingkat konsumsi penduduk dengan garis kemiskinan atau
jumlah rupiah untuk konsumsi orang perbulan. Definisi menurut UNDP dalam
Cahyat (2004), adalah ketidakmampuan untuk memperluas pilihan-pilihan hidup,
antara lain dengan memasukkan penilaian tidak adanya partisipasi dalam
pengambilan kebijakan publik sebagai salah satu indikator kemiskinan
Bisa dikatakan kemiskinan mempunyai arti ketidak mampuan seseorang
dalam berusaha dalam meningkatkan perekonomiannya, dalam hal ini ada
beberapa kendala, yaitu terbatasnya akses kepada kegiatan ekonomi masyarakat
yang tertingal. Sebab lain terjadinya kemiskinan akibat dari rendahnya pendidikan
sehinga sulitnya mencari pekerjaan yang layak dengan penghasilan yang
menjajikan. begitu juga kekurangan terhadap skill yang di miliki oleh masyarakat
miskin, dan keahlian dalam menciptakan sesuatu yang mempunyai daya beli
sehingga dapat menghasilkan perekonomian yang bisa memenuhi kebutuhan
hidup mereka dan dapat meningkatkan kesejahteraan sosial.
Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidak mampuan untuk
memenuhi kebutuhan dasar seperti makan, pakaian, tempat berlindung,
pendidikan, dan kesehatan dasar atau sulitnya akses terhadap pendidikan dan
pekerjaan. Pertama gambaran kekurangan materi yang biasa mencangkup
kebutuhan pangan sehari-hari, sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan
20
kemiskinan ini dalam arti sebagai situasi kelangkaan barang- barang dan
pelayanan dasar.
Kedua gambaran tentang kebutuhan sosial termasuk keterkucian untuk
berpartisipasi di dalam masyarakat, hal ini termasuk pendidikan dan informasi
keterkucilan sosial bisanya di bedakan dari kemiskinan
Ketiga gambaran tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang
memadai. Makna memadai disini sangat berbeda-beda melintasi bagian –bagian
politik dan ekonomi di seluruh dunia.
2.8.1 Kemiskinan dalam ilmu Sosiologi
Dalam ilmu sosiologi Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi
kekurangan hal-hal yang biasa untuk dipunyai seperti makanan, pakaian, tempat
berlindung dan air minum, hal-hal ini berhubungan erat dengan kualitas hidup.
Kemiskinan kadang juga berarti tidak adanya akses terhadap pendidikan dan
pekerjaan yang mampu mengatasi masalah kemiskinan dan mendapatkan
kehormatan yang layak sebagai warga negara. Kemiskinan merupakan masalah
global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif,
sementara yang lainnya melihat dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya
lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan. Istilah "negara
berkembang" biasanya digunakan untuk merujuk kepada negara-negara yang
"miskin".
Kemiskinan adalah keadaan terjadinya ketidakmampuan memenuhi
kebutuhan dasar seperti makanan , pakaian , tempat berlindung, pendidikan,
kesehatan, dan lain sebagainya. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan
alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan
21
pekerjaan. Kemiskinan merupakan gambaran dari kondisi sulit seperti kekurangan
materi, yang biasanya mencakup kebutuhan pangan sehari-hari, sandang,
perumahan, kesehatan, kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai.
Kemiskinan bukan hal baru, kemiskinan adalah hal umum yang menyangkut
masalah ekonomi, agama, sosial, politik, dah paham-paham lainnya.
Kemiskinan tidak memandang usia, mulai dari balita, remaja, orang
dewasa dan orang tua. Kemiskinan terjadi dimana-mana, dikota, didesa, dan di
Negara seluruh dunia. Kemiskinan disebabkan oleh beberapa faktor seperti
penyebab individual yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari perilaku,
pilihan, atau kemampuan dari si miskin, penyebab keluarga yang menghubungkan
kemiskinan dengan pendidikan keluarga, penyebab sub-budaya yang
menghubungkan kemiskinan dengan kehidupan sehari-hari, dipelajari atau
dijalankan dalam lingkungan sekitar, penyebab agensi, yang melihat kemiskinan
sebagai akibat dari aksi orang lain, termasuk perang, pemerintah, dan
ekonomi.Contoh kemiskinan sangat beragam karna disetiap daerah pasti ada
kemiskinan.
Pengemis dan pengamen, mereka meminta uang kepada org lain dengan
menadahkan tangan dan bernyanyi di lokasi- lokasi umum seperti dijembatan
penyebrangan, dijalanan, dikolong jembatan, dilampu merah, dibis, sekitar
kampus, kantor, sekolah dan banyak lokasi lainnya. Contoh lain adalah penduduk
yang tinggal dibantaran kali, dekat pembuangan sampah, dikolong jembatan, dan
dilingkungan biasa yang kekurangan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari.
22
2.8.1 Indikator kemiskinan
Dalam ilmu sosiologi konsep kemiskinan pada umumnya selalu dikaitkan
dengan pendapatan dan kebutuhan, kebutuhan tersebut hanya terbatas pada
pada kebutuhan pokok atau kebutuhan pokok.
a. Ketidak mampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar (sandang, pangan
dan papan).
b. Tidak adanya akses terhadap kebutuhan hidup dasar lainnya (kesehatan,
pendidikan, sanitasi, air bersih dan transportasi
c. Tidak adanya jaminan masa depan (karena tiadanya investasi untuk
pendidikan dan keluarga)
d. Kerentanan terhadap goncangan yang bersifat individual maupun massa.
e. Rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia dan terbatasnya Sumber Daya
Alam
f. Kurangnya apresiasi dalam kegiatan sosial masyarakat.
g. Tidak adanya akses dalam lapangan kerja dan mata pencaharian yang
berkesinambungan.
h. Ketidakmampuan untuk berusaha karena cacat fisik maupun mental.
i. Ketidakmampuan dan ketidaktergantungan sosial (anak-anak terlantar,
wanita korban kekerasan rumah tangga, janda miskin, kelompok marginal
dan terpencil (Rifai Nur 2004, h. 55 )
2.8.2 Kemiskinan menurut peneliti
Dengan menggunakan perspektif yang lebih luas lagi, David Cox (2004, h.
1-6) membagi kemiskinan kedalam beberapa dimensi (Suharto, 2008, h. 67 )
23
1. Kemiskinan yang diakibatkan globalisasi. Globalisasi melahirkan negara
pemenang dan negara kalah. Pemenang umumnya adalah negara maju.
Sedangkan negara-negara berkembang seringkali terpinggirkan oleh
persaingan dan pasar bebas yang merupakan prasyarat globalisasi.
2. Kemiskinan yang berkaitan dengan pembangunan. Kemiskinan subsistem
(kemiskinan akibat rendahnya pembangunan), kemiskinan pedesaan
(kemiskinan akibat peminggiran pedesaan dalam proses pembangunan),
kemiskinan perkotaan (kemiskinan yang sebabkan oleh hakekat dan
kecepatan pertumbuhan perkotaan).
3. Kemiskinan sosial. Kemiskinan yang dialami oleh perempuan, anak-anak,
dan kelompok minoritas akibat kondisi sosial yang tidak menguntungkan
mereka, seperti bias jender, diskriminasi atau eksploitasi ekonomi.
4. Kemiskinan konsekuensial. Kemiskinan yang terjadi akibat kejadian-
kejadian lain atau faktor-faktor eksternal di luar si miskin, seperti konflik,
bencana alam, kerusakan lingkungan, dan tingginya jumlah penduduk
5. Kemiskinan untuk memenuhi kebutuhan yang lebih tingi Kemiskinan
relatif
6. Menurut Edi (1975, h. 22) semakin besar ketimpangan antara tingkat
hidup orang kaya dan miskin maka semakin besar jumlah penduduk yang
selalu miskin, yakni dengan melihat hubungan antara populasi terhadap
distribusi pendapatan.
33
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
3.1 Metode penelitian
Sesuai dengan masalah yang penulis ajukan, maka penulis menggunakan
pendekatan kualitatif. yaitu suatu proses penelitian dan pemahaman yang
berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan
masalah manusia. Pada pendekatan ini, peneliti membuat suatu gambaran
kompleks meneliti kata-kata, laporan terperinci dari pandangan responden, dan
melakukan studi pada situasi alami. Moloeng (2004, h. 6) mendefinisikan
penelitian kualitatif sebagai penelitian yang bermaksud untuk memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku,
persepsi, motivasi, tindakan, dan lain- lain., secara holistik, dan dengan cara
deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang
alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Sedangkan menurut
Nasution (2003, h. 18) penelitian kualitatif disebut juga penelitian naturalistik,
karena dalam penelitian kualitatif dilakukan dalam setting latar yang alamiah atau
natural. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif.
3.2 Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data
3.2.1 Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah dari data primer yang didapat dari
hasil observasi, wawancara. Menurut Sugiyono (2011, h. 225). Sumber data
primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul
34
data. Sedangkan data sekunder yaitu sumber yang tidak langsung memberikan
data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen.
Dalam penelitian ini Penulis menetapkan informan yang merupakan
bagian dari p sampel. dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik Purposive
sampling sebagai teknik pengambiln sumber data.
Sugiyono (2011, h. 218) mengemukakan, Purposive sampling yaitu
Teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu.
Pertimbangan tertentu ini atas dasar orang tersebut di anggap paling mengetahui
dan berhubungan atau orang tersebut sebagai penguasa sehingga memudahkan
peneliti menjelajah obyek/situasi sosial yang diteliti.
Dalam penelitian ini besarnya sampel ditentukan oleh pertimbangan
informas, jika sampel dianggap telah memadai dan data yang diperoleh telah
jenuh dan ditambah sampel lagi tidak memberikan informasi yang baru, artinya
dengan menggunakan informan selanjutnya boleh dikatakan tidak lagi diperoleh
tambahan informasi baru yang berarti.
Pemilihan informan bedasarkan pertimbangan atas jawaban-jawaban
informan yang mengarah pada jawaban yang sama jumlah informan dalam
penelitian ini berjumlah 15 orang, dengan kata jawaban informan mencapai pada
titik jenuh sehingga dilakukan penarikan kesimpulan. Dalam penelitian ini
menempatkan peneliti sebagai instrumen penelitian.
Untuk kelengkapan data yang menjadi informan dalam penelitian ini
berjumlah 15 orang diantaranya.
1. Nelayan
2. Geucik dan Beberapa anggota Masyarakat
35
3.2.2 Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, penulis
menggunakan tehnik pengumpulan data yaitu :
1. Observasi
Pengumpulan data dengan menggunakan observasi, Menurut Sutrisno
dalam (Sugiyono, 2009, h. 203) mengemukakan observasi adalah suatu proses
yang komplek, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan
psikologis, dua diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan
ingatan. Observasi tidak berstruktur adalah Observasi yang tidak dipersiapkan
secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi (Sugiyono, 2009, h. 205).
Observasi dilakukan untuk mengumpulkan data dengan jalan melakukan
pengamatan dan keterlibatan langsung dilokasi yang diteliti (Participan
observasi).
2. Wawancara.
Menurut Emzir (2010, h. 49) Dalam bentuknya yang paling sederhana
wawancara terdiri atas sejumlah pertanyaan yang disiapkan oleh peneliti dan
diajukan oleh seseorang mengenai topik penelitian secara tatap muka, dan peneliti
merekam jawaban-jawabannya sendiri. Adapun metode wawancara penulis
menggunakan wawancara tertutup dan terbuka, yaitu untuk memperoleh data dan
kemungkinan pengklasifikasian dan analisis data secara statistik.
3 Dokumentasi
Hasil dari observasi dan wawancara didokumentasi, baik berupa catatan
dilapangan maupum berupa gambar (foto)
36
3.2.3 Lokasi Penelitian
Penelitian ini di lakukan pada Gampong Kuala Trang kecamatan kuala
Pesisir Kabupaten Nagan Raya, adapun alasan peneliti memilih Gampong Kuala
Trang sebagai tempat penelitian karena bantuan yang di berikan pada nelayan di
Gampong Kuala Trang tidak ada perubahan pasca Tsunami dan melihat kondisi
dari nelayan cukup tertingal di karenakan kurang sumber daya manusia
3.2.4 Jadwal penelitian
Penelitian tentang Pengaruh bantuan kemanusiaan terhadap kemiskinan
masyarakat nelayan di Gampong Kuala Trang Kecamatan Kuala Pesisir
Kabupaten Nagan Raya selama enam bulan atau satu semester.
TABEL JADWAL PENELITIAN TAHUN 2013
No Kegiatan Bulan
1 2 3 4 5 6
1 Persiapan Kebutuhan untuk proses di lapangan
Perizinan √
Pemilihan beberapa orang sebagai informan √ √
Pemilihan instrumen yang digunakan dalam penelitian √ √
2 Penelitian
Mengamati struktur organisasi kepemerintahan gampong √ √
Mengamati proses perekonomian masyarakat
nelayan di gampong kuala trang. √ √
Mengamati proses interaksi di dalam keseharian
nelayan di gampong kuala trang. √
3 Pengolahan data dan pembuatan laporan hasil penelitian √
4 Persiapan Ujian √
3.3 Instrumen Penelitian
Penelitian yang menggunakan metode kualitatif, adalah suatu metode
37
penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alami, maka
peneliti adalah sebagai instrumen kunci. Moleong, (2002, h. 4).
Penggunaan peneliti sebagai instrumen penelitian guna mendapatkan data
yang valid dan realible. Namun untuk membantu kelancaran dalam
pelaksanaannya, peneliti juga didukung oleh instrumen pembantu seperti panduan
wawancara. Adapun langkah- langkah penusunan wawancara yaitu, peneliti
melakukan hal- hal sebagai berikut:
Menetapkan informan yang ingin diwawancarai
Menyiapkan topik-topik masalah yang akan jadi pembicaraan
Membuka atau mengawali wawancara
Melangsungkan wawancara
Mengkonfirmasikan intisari dar wawancara dan mengakhirinya
Menuliskan wawancara ke dalam catatan lapangan
Mengindentifikasi tindak lanjut hasil wawancara yang telah peneliti
peroleh.
3.4 Teknik Analisis Data
Setelah pengumpulan data dilaksanakan, data diolah dengan cara
mereduksi data, penyajian data serta penarikan kesimpulan dan verifikasi data
yang diperoleh dari hasil pengumpulan data. Setelah pengumpulan data
dilaksanakan, data diolah dengan cara menggunakan teknik analisa data deskriptif
kualitatif yaitu:
1. Reduksi Data
Reduksi data berujuk pada proses pemilihan, pemokusan, penyederhanaan,
abstraksi dan pentranformasian ” data mentah” yang terjadi dalam catatan-
38
catatan tertulis. Reduksi data terjadi secara kontinu melalui kehidupan
suatu proyek yang diorientasikan secara kualitatif. Emzir (2010, h. 129)
Yaitu merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-
hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak
perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan
gambaran yang lebih jelas. data dari hasil wawancara akan diuraikan
melalui petikan wawancara dengan informan kunci.
2. Penyajian Data
Setelah data direduksi, selanjutnya adalah mendisplay data, data teks yang
bersifat naratif. model data. Model sebagai suatu kumpulan informasi yang
tersusun yang memperboleh pendeskrepsian kesimpulan dan pengambilan
tindakan. Sedangkan model dalam kehidupan sehari-hari berbeda-beda,
dari pengukur bensin, surat kabar, sampai layar komputer. Melihat sebuah
tayangan membantu kita memahami apa yang terjadi dan melakukan
sesuatu analisis lanjutan atau tindakan didasarkan pada pemahaman
tersebut. Penyajian data melalui uraian singkat dalam bentuk teks naratif
sehingga memudahkan peneliti untuk memahami yang sedang terjadi saat
ini. Emzir, (2010, h. 131).
3. Kalkulasi dan verifikasi data
Langkah ketiga dari aktivitas analisis data adalah penarikan dan verifikasi
kesimpulan. Dari permulaan pengumpulan data, peneliti mulai
memutuskan apakah makna sesuatu, mencatat keteraturan, pola-pola,
penjelasan, konfigurasi yang mungkin, alur kusal dan proposisi-proposisi.
Emzir (2010, h. 133).
39
Penarikan kesimpulan dan verifikasi yang diperoleh dari hasil
pengumpulan data. Mereduksi data, menyajikan data dan kesimpulan yang
diperoleh baik berupa hasil observasi, data primer dan data sekunder,
sumber tertulis, yang diakhiri dengan membuat laporan akhir.
3.5 Pengujian Kredibilitas Data
Uji kredibilitas data atau kepercayaan data hasil penelitian kualitatif antara
lain dilakukan dengan, perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam
penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif serta
membercheck. Digunakan uji ini dimaksudkan untuk mendapatkan data yang
lebih mendalam mengenai subyek penelitian. Sugiyono (2008, h. 270).
Adapun pengujian kredibilitas data adalah sebagai berikut:
1. Perpanjangan pengamatan
Perpanjangan pengamatan perlu dilakukan, dirasakan data yang diperoleh
masih kurang memadai. Menurut Moleong (200, h. 327), perpanjangan
pengamatan berarti peneliti tinggal dilapangan penelitian sampai titik
kejenuhan pengumpulan data tercapai.
Peran peneliti bukan hanya mengamati tetapi terlibat langsung di
lapangan dan menkaji dan mengamati proses yang sedang berjalan dan
terjadi di tengah-tengah masyarakat dan sesuai dengan apa yang akan
dikaji sesuai dengan realita yang terjdi di lapangan.
2. Peningkatan ketekunan
Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih
cermat dan berkesinambungan, dengan cara tersebut maka kepastian data
dan urutan peristiwa dapat direkam secara pasti dan sistematis Sugiyono
40
(2011, h. 272).Yaitu peneliti membaca referensi baik dari buku atau hasil
penelitian yang lain serta dokumentasi-dokumentasi terkait dengan hal
yang diteliti, sehingga dengan pengetahuan yang peneliti dapat nantinya
dari hasil membaca tersebut berguna untuk memeriksa data yang
ditemukan itu benar atau salah.
3. Triangulasi
William Wiersma dalam Sugiyono (2011, h. 273) Triangulasi dalam
pengujian kreabilitas data ini diartikan sebagai pengecekan data dari
berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu.
Dari berbagai sumber, peneliti mengecek data baik dari informan kunci
dan informan biasa, bacaan referensi dan lain sebagainya, dilakukan
dengan berbagi teknik yang berbeda-beda guna mendapat informasi dan
dilakukan pada berbagai waktu yang memungkinkan jawaban tidak
berdasarkan pada keabsahan dan lain sebagainya. Peneliti juga
membandingkan hasil yang sudah di dapat dari berbagai sumber yang
sudah di dapat data mentah dari informan kunci dan informan biasa, dan
di dukung oleh referensi bacaan yang di sesuaikan dengan kajian yang
ada dan di oleh dengan beberapa teknik dalam pengolahan data.
4. Analisis kasus negative
Kasus negatif adalah kasus yang tidak sesuai atau berbeda dengan hasil
penelitian hingga pada saat tertentu. Sugiyono (2011, h. 275)
Analisis kasus negatif dilakukan untuk mencari data yang berbeda dan
bertentangan, bila tidak ada yang berbeda berarti data dapat dipercaya.
41
Peran peneliti disini bila terlihat ada perbedaan jawaban para informan
peneliti di sini mencari jawaban berbeda tidak terjadi kekeliruan di dalam
menghimpun jawaban. Setelah menghimpun semua jawaban yang sama
maka data yang di dapatkan dapat di percaya.
5. Mengadakan Membercheck
Membercheck adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti
kepada penerima data untuk mengetahui seberapa jauh data yang
diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Sugiyono
(2011, h. 276).
Peneliti perlu mengadakan membercheck dalam penelitian ini guna
mengetahui informasi yang diperoleh dan yang akan digunakan dalam
penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksud sumber data atau
informan. Disini informan terlibat bukan hanya mengecek kembali data
yang sudah ada namun peneliti juga mengolah jawaban dari informan
sesuai dengan bahasa defskriptif tampa menghilangkan maksut jawaban
dari informan, agar sesuai bahasa yang akan di masukan kedalam tahap
penulisan skripsi.
33
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Letak Geografis
Gampong Kuala Trang merupakan suatu Gampong yang terletak di
kabupaten Nagan Raya tepatnya di kecamatan Kuala Pesisir dengan batas
Gampong sebagai berikut:
Sebelah Utara Gampong :Perkebutan PT.Sofindo
Sebalah Selatan Gampong : lautan Samudra Hindia
Sebelah Timur Gampong: Lueng Mane
Sebelah Barat Gampong: Kubang Gajah
Luas Gampong Kuala Trang kurang lebih 25KM/Segi, dan terbagi empat
Dusun yaitu Dusun Damai, Dusun Kuemala, Dusun Gunan Mulya dan Dusun Titi
Sirung. Adapun bahasa yang mereka pergunakan sehari-hari adalah bahasa Aceh,
selain itu mereka juga dapat berkomunikasi dengan menggunakan bahasa
Indonesia apabila mereka berhadapan dengan etnis lain.
Tabe 1. Data luas wilayah Gampong Kuala Trang
Gampong Luas
wilayah
kebun Sawah pemu
kiman
Kuala
Trang
25 Km/ segi
50 Ha
37 Ha
37 Ha
Sumber: Profil Gampong Kuala Trang, 2013.
34
4.1.2 Penduduk
Kepadatan penduduk Gampong Kuala Trang memiliki sebanyak 688 jiwa,
dengan banyak jumlah kepala keluarga 283 kk. Dengan perincian menurut jenis
kelamin dapat dilihat dalam table sebagai berikut:
Tabel 2. Klasifikasi penduduk Gampong Kuala Trang berdasarkan
jenis kelamin
No Jenis kelamin Jumlah
1 Laki- laki 421
2 Perempuan 267
Jumlah 688 Sumber: Profil Gampong Kuala Trang, 2013.
Sesuai dengan klasifikasi penduduk Gampong Kuala Trang dengan jumlah
masing-masing jenis kelamin. laki- laki 421 jiwa sedangkan perempuan 267 jiwa.
Sementara untuk jumlah penduduk berdasarkan umur dapat dilihat pada table
berikut ini.
Tabel 3. Jumlah Penduduk berdasarkan umur
No Golongan Umur Jumlah
1 2
3 4
5 6 7
8 9
10 11 12
13 14
15
0 - 4 5 – 9
10 – 14 15 - 19
20 - 24 25 - 29 30 - 34
35 - 49 40 - 44
45 - 49 50 - 54 55 - 59
60 - 64 65 - 69
70 +
15 42
54 84
79 62 57
50 55
49 43 34
32 12
18
Total 688
Sumber : Profil Gampong Kuala Trang , 2013.
35
Jika dilihat dari tingkat pendidikan masyarakat Gampong Kuala Trang pada
saat sekarang ini secara keseluruhan mulai tampak meningkat walaupun tidak
terlalu jauh perkembangan dalam bidang pendidikan, itu bisa dilihat di Gampong
Kuala Trang memiliki sarana dan prasarana seperti SD/ sederat, SLTP/ sederajat
namun pembangunan dalam bidang pendidikan tidak terlihat peningkatan yang
berarti, namun bukan berarti masyarakat Gampong Kuala Trang tidak antusias
dalam bidang pendidikan.karena pendidikan sangat penting bagi kelangsungan
pembanguanan pendidikan di Kabupaten Nagan Raya.
Tabel 4. Klasifikasi penduduk Gampong Kuala Trang berdasarkan
pendidikan
No Tingkat pendidikan Jenis kelamin
Jumlah
Laki-laki Perempuan
1 SD / sederajat 155 105 260
2 SLTP / sederajat 95 135 230
3 SLTA / sederajat 40 50 90
4 D1 -
5 D2 -
6 D3 1
7 Strata S1 2 2 4
Sumber : profil Gampong Kuala Trang, 2013.
Bila di lihat dari table diatas rata-rata pendidikan masyarakat Gampong
KualaTrang hanya tamatan sekolah tingkat dasar dan sekolah menegah tingkat
menegah pertama dan sebagian tamatan sekolah tingkat menegah atas dan bisa
dikatakan minimnya sumber daya manusia yang mapan akan pendidikan pada
masyarakat Gampong Kuala Trang masih rendah.
36
Tabel 5. Klasifasi penduduk berdasarkan tingkatmata pencaharian
No Jenis Pekerjaan Jumlah
1 Buruh 363
2 Petani 256
3 Nelayan 10
4 Dagang 13
5 Menjahit 6
6 PNS 4
Sumber : profil Gampong Kuala Trang, 2013.
Berdasarkan tablel diatas rata-rata masyarakat Gampong Kuala Trang
bermata pencaharian sebagai nelayan dan petani masing –masing nelayan
berjumlah 10 orang sementara petani sebanyak 256 orang sedangkan buruh 363
satu orang, dagang tiga belas orang sementara menjahit enam orang dan Pegawai
negeri sipil empat orang dan bisa di simpulkan bahwa rata-rata mata pencaharian
masyarakat Gampong Kuala Trang nelayan dan petani.
4.1.3 Sarana dan Prasarana.
Berdasarkan hasil dari observasi yang penulis lihat dilapangan bahwa
selain kondisi keadaan alam, keadaan penduduk dan mata pencaharian di Kuala
Trang juga di lengkapi oleh beberapa fasilitas dan sarana umum lainnya dan tentu
di manfaatkan untuk kepentingan masyarakat di Gampong Kuala Trang, antara lain
sarana peribadatan, sarana pendidikan dan sarana umum lainnya
Tabel 6. Distribusi Fasilitas atau sarana dan prasarana umum di
Gampong Kuala Trang.
No Fasilitas umum Jumlah
1 Mesjid 1
2 Meunesah 1
3 Tk 1
4 TPA 1
5 Kantor balai desa 1
Jumlah 5
37
Sumber Profil Gampong Kuala Trang, 2013.
4.1.4 Agama Kepercayaan
Dalam Gampong Kuala Trang memiliki dua sarana peribadatan Masyarakat
yaitu Mesjid dan Meunasah (surau), dimana masyarakat Gampong Kuala Trang
menganut agama islam.
4.1.5 Karakteristik informan
Dalam karakteristik informan tampak pada tabel yang akan diklasifikasi
berdasarkan umur, jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan.
Tabel 7. Data Informan Menurut Pekerjan
No Pekerjaan jumlah
1 Nelayan 10
2 Petani 2
3 Buruh 2
4 wirasuasta 1
Total 15
Sumber: Penelitian , 2013.
Dari data di atas dapat dilihat banyaknya yang bekerja, namun tampak
perbedaan jumlah yang bekerja sebagai nelayan dan petani dibandingkan dengan
yang bekerja di bidang lain.
Tabel 8.. Data Informan Berdasarkan Usia
No Usia Jumlah
1 20 – 35 Tahun 5
2 36 - 40 Tahun 5
3 41 – 50 Tahun 3
4 51 – 55 Tahun 2
Total 15
Sumber: Penelitian 2013
38
Tabel 9. Data Informan Berdasarkan Tingkat Pendidikan
no Pendidikan Jumlah
1 Tamat SLTP/Sederajat 4
2 Tamat SLTA/Sederajat 3
3 Tamat SD/ sederajat 8
Total 15
Sumber: Penelitian 2013.
Data yang terlihat pada tabel di atas menunjukkan Tingkat pendidikan
informan, dimulai dari Tamat SLTP/Sederajat sebanyak 4 (empat),SLTA/Sederajat
sebanyak 3 (tiga) orang, SD/sederajat sebanyak 8 (delapan) orang,
Tabel 10. Klasifikasi Bantuan kelompok (1) Nelayan Gampong
Kuala Trang
No Jenis bantuan Jumlah Jumlah angota
kelompok
1 Pukat jaring 7 unit 1orang
2 Pukat trawl 7 unit -
3 Sampan 1 unit -
4 Boat 1 unit
5 Perahu 7 unit -
Sumber : profil Gampong Kuala Trang, 2013.
Tabel 11. Klasifikasi Bantuan kelompok ( 2 ) Nelayan Gampong
Kuala Trang
No Jenis bantuan Jumlah Jumlah angota kelompok
1 Pukat jaring 8 unit 8 orang
2 Pukat trawl 8 unit -
3 Sampan 1 unit -
4 Boat 1 unit
5 Perahu 8 unit -
Sumber : profil Gampong Kuala Trang, 2013.
39
Dari data tabel di atas bantuan yang di berikan pada masyarakat nelayan
di Gampong Kuala Trang antaralain pukat jaring masing –masing mendapatkan
satu unit sementara Pukat Trawl tujuh unit dan Sampan dan Boat masing-masing
satu buah bantuan yang di berikan khusus untuk para nelayan dan untuk
meningkatkan perekonomian masyarakat nelayan di Gampong Kuala Trang
Dari data tabel kelompok dua bisa di lihat bahwa bantuan yang di berikan
pada masyarakat nelayan di Gampong Kuala Trang masing –masing pukat jaring
delapan unit pukat Trawl 8 unit, sampan satu unit, boat satu unit, perahu delapan
unit pemberian bantuan khusus untuk nelayan Gampong Kuala Trang.
Tabel 12. Bantuan yang di berikan untuk masyarakat Gampong
Kuala Trang
No Jenis bantuan Alokasi bantuan Bantuan
1 Rumah Umum Samaritan, BRR, Habitat
2 Uang Umum CRS
3 Mesjid - Suwadaya
masyarakat
4 Kantor guecik - IRC
5 Perpus - Haiper
Sumber : profil Gampong Kuala Trang, 2013.
Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa bantuan yang di berikan yang
bersifat umum pada masyarakat gampong Kuala Trang adalah sebagai berikut
rumah diberikan dari Samaritan, BRR, Habitat, sementara uang dengan nama
pemberian uang padat karya dari CRS, sementara mesjid dari suadaya masyarakat,
dan kantor geucik mendapat bantuan dari IRC, Perpus dari Haiper.
40
4.2. Hasil Penelitian
4.2.1 Pengaruh Bantuan Kemanusiaan Terhadap Kemiskinan Nelayan di
Gampong Kuala Trang.
Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk
memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakean tempat berlindung,
pendidikan dan kesehatan kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat
pemenuh kebutuhan dasar ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan
pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang
memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya
melihatnya dari segi moral dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah
yang telah mapan, kemiskinan dipahami dalam berbagai cara.pemahaman
utamanya meliputi gambaran kekurangan materi. Kebutuhan pangan sehari-hari,
sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan.
Kemiskinan dalam arti ini dipahami sebagai situasi kelangkaan barang-
barangdan pelayanan dasar. Gambaran tentang kebutuhan sosial termasuk
keterkucilan dalam kontek kesejahteraan, kemiskinan merupakan masalah
pembangunan kesejahteraan sosial yang berkaitan dengan berbagai pembangunan
ditandai dengan pengganguran keterbelakangan dan ketidak berdayaan, oleh sebab
itu kemiskinan merupakan masalah pokok yang butuh penanggulangannya tidak
dapat ditunda dengan dalih apapun, dan harus menjadi prioritas utama dalam
pelaksanaan pembangunan kesejahteraan sosial serta harus dilakukan secara
sungguh-sungguh, berkelanjutan, dan terpadu secara lintas sektor. Namun
kenyataannya masalah kemiskinan belum dapat dientaskan secara tuntas.
Kesenjangan ekonomi atau ketimpangan di Gampong Kuala Trang kelompok
masyarakat berpendapatan tinggi dan kelompok masyarakat berpenghasilan rendah
41
serta tingkat kemiskinan atau jumlah orang yang berada di bawah garis kemiskinan
yang terjadi saat ini.
Fenomena kemiskinan Gampong Kuala Trang merupakan ketidak
berdayaan masyarakat dalam meningkatkan taraf hidup mereka, kondisi ekonomi
yang serba terbatas menjadikan keterbatasan bagi mereka dalam meningkatkan
ekonomi mereka sebagai bekal untuk menghidupi keluarga mereka hal itu senada
dengan ungkapan salah satu warga Gampong Kuala Trang Hamit Adi
“Kondisi kemiskinan di Gampong Kuala Trang memang sangat jelas terlihat, baik itu dari segi fasilitasnya maupun ekonominya jelas mereka
sangat tertingal, dan itu dibuktikan dengan pendapatan yang mereka dapatkan dari hasil melaut, kurang nya daya tangkap yang mereka alami
berdampak pada ekonomi mereka.” Sumber : Hasil Wawancara, 2013
Lain hal nya tangapan Sufriyanto salah satu warga Gampong Tuala Trang
“Nelayan di Gampong Kuala Trang dalam hal ekonomi mereka sangat lemah, itu bisa dilihat dari kehidupan mereka yang tidak berkecukupan, tangkapan yang mereka dapat tidak banyak dan terkadang hasil yang di
dapat terjual dengan harga murah, sehingga ekonomi mereka sangat lemah”.
Sumber : Hasil Wawancara, 2013
Hal ini juga di perkuat oleh T. Darlimas Geucik Gampong Kuala Trang
mengenai kemiskinan di Gampong Kuala Trang sebagai berikut:
“Memang masyarakat di Gampong Kuala Trang khususnya nelayan memang hidup dalam kemiskinan, pendapatan mereka sangat rendah di
sebabkan terkadang yang membeli ikan terlalu murah, apa lagi di tambah hasil tangkap yang didapat sekarang sangat kurang, bantuan yang di berikan
tidak bisa dipakai untuk melaut, dan mereka sekarang banyak yang menggangur.” Sumber : Hasil Wawancara, 2013
Dari beberapa jawaban informan mengenai kemiskinan di Gampong Kuala
Trang dapat disimpulkan bahwa masyarakat di Gampong Kuala Trang
kehidupannya serba tidak berkecukupan untuk memenuhi kebutuhan nya sehari-
42
hari dan juga pendapat yang mereka miliki, dari hasil tangapan ikan di laut juga
kurang akibat sulit nya mendapatkan ikan dan itu berimbas dalam kehidupan
mereka dan menjadikan serba kekurangan dalam kehidupan para nelayan di
Gampong Kuala Trang.
Masyarakat miskin yang tinggal di daerah perdesaan kawasan pesisir,
daerah pertambangan dan daerah pinggiran hutan sangat tergantung pada
sumberdaya alam sebagai sumber penghasilan. Dan merupakan satu-satunya yang
menjadi sumber pendapatan yang mereka dapatkan untuk menunjang
perekonomian mereka. Upaya dalam meningkatkan perekonomian masyarakat
pesisir sudah banyak di lakukan baik dari pemerintah maupun dari LSM, namun
tanda-tanda akan keberhasilan dan peningkatan ekonomi dalam masyarakat pesisir
tidak nampak, bila dikaji kembali masyarakat pesisir haruslah di perhatikan dan
diperdayakan melalui peningkatan sumber daya manusia dan peningkatan ekonomi
masyarakat nelayan.
Peningkatan ekonomi di lakukan untuk menuju masyarakat nelayan hidup
dalam berkecukupan baik dari sandang maupun pangan agar masyarakat nelayan
tidak hanya berpangku tangan, mereka bisa meningkatkan ekonomi dengan hasil
yang mereka cari dari hasil laut sesuai dengan pekerjaan yang mereka lakukan.
Untuk mengatasi masalah kemiskinan, pemerintah dan LSM memiliki
peran yang besar, namun nyatanya program yang di jalankan oleh pemerintah atau
LSM belum mampu menyentuh pokok yang menimbulkan masalah kemiskinan
seperti yang melanda daerah pesisir yang sasaran nya adalah nelayan, Beberapa
program LSM yang sudah dijalankan seperti memberikan bantuan kepada
masyarakat nalayan namun tidak membuahkan hasil, bantuan yang diberikan tidak
43
berdampak terhadap masyarakat nelayan dan pembangunan dibidang ekonomi,
mereka tidak terlihat peningkatan dalam kehidupan mereka.
Bantuan selayaknya di berikan kepada masyarakat miskin seperti bantuan
untuk nelayan bantuan yang di berikan merupakan sesuatu yang berhargauntuk
meningkatkan taraf hidup mereka, bantuan yang di berikan bukan hanya bisa
membantu perekonomian mereka dalam kehidupan mereka dalam waktu
sementara.
Kondisi kemiskinan yang selalu membutuhkan perhatian dari pihak luar,
dan tentu dengan segala keringanan bantuan yang di berikan pada yang
membutuhkan, seperti masyarakat nelayan yang hidup miskin serba keterbatasan,
sementara bantuan yang di berikan oleh NGO tidak berdampak pada pembangunan
ekonomi mereka berikut data beberapa tanggapan tetang kemiskinan nelayan di
Gampong Kuala Trang seperti yang di kungkapkan salah satu warga Gampong
Kuala Trang.
Bantuan yang di berikan pada nelayan di Gampong Kuala Trang dimaksut
agar nelayan dapat meningkatkan perekonomiannya dengan mengunakan alat yang
di berikan yaitu tangkap seperti pukat Trawl, jaring dan Bout namun bantuan yang
di berikan tidak berdampak pada peningkatan ekonomi masyarakat nelayan sendiri,
kondisi mereka tetap dalam keadaan miskin serba keterbelakangan.
Berikut tangapan Sanusi salah satu informan mengenai pengaruh bantuan
kemenusiaan terhadap kemiskinan masyarakat nelayan di Gampong Kuala Trang.
“Memang selama batuan yang di berikan tidak ada pengaruh terhadap
ekonomi masyarakat gampong Kuala Trang, bantuan yang di berikan hanya
untuk menyenangkan hati masyarakat gampong Kuala Trang saja.bantuan
yang datang banyak yang tidak bisa di pakai seperti pukat Trawl”
Sumber : Hasil Wawancara, 2013.
44
Begitu juga yang di ungkapkan oleh Rustam salah satu warga Gampong yang
berfrofesi sebagai pedagang.
“Bantuan memang ada di berikan oleh LSM namun saya lihat biasa-biasa
saja, tidak ada pembangunan yang berarti, kondisi nelayan masih saja
miskin dan tidak ada peningkatan di dalam ekonomi mereka, bantuan yang
di berikan tidak bisa membantu para nelayan di gampong Kuala Trang,
terkadang nelayan harus berkerja sebagai kuli bangunan untuk mencukupi
kebutuhan mereka.”
Sumber : Hasil Wawancara, 2013
Hal senada juga di ungkapkan oleh salah satu warga Gampong Kuala Trang
Haris yang berkerja sebagai sopir mobil labi-labi berikut pernyataan nya mengenai
kondisi pengaruh bantuan kemenusiaan terhadap kemiskinan masyarakat nelayan di
Gampong Kuala Trang.
“Memang selama batuan yang di berikan tidak ada berpengaruh terhadap ekonomi masyarakat, bantuan yang di berikan hanya untuk menyenangkan
hati masyarakat saja, bantuan yang datang banyak yang tidak bisa di pakai seperti pukat Tralw” Sumber : Hasil Wawancara, 2013
Begitu juga halnya yang di ungkapkan oleh Suraimah salah satu istri
nelayan yang berfrofesi sebagai penjait baju sebagai berikut.
“Bantuan yang kami terima sangat terbatas dalam hal pemakean nya, yang bisa kami pakai hanya pukat jaring dimana pukat Trawl tidak bisa dipakai
karena selain merusak terumpu karang juga bisa dan tidak ramah lingkungan,bantuan pukat jaring juga tidak membantu kami dalam mencari ikan dikarenakan pukat yang diberi kondisi nya tidak bagus”.
Sumber : Hasil Wawancara, 2013
Bantuan yang diberikan oleh NGO kepada para nelayan Gampong Kuala
Trang tidak bisa di gunakan oleh nelayan, selain kondisi barang yang tidak bisa
dipakai, hal ini mengakibatkan nelayan tidak bisa mencari ikan dengan alat yang
dibantu oleh NGO, sehinga kondisi ekonomi masyarakat nelayan tidak
berpengaruh oleh bantuan yang diberikan.
45
Menurut jawaban informan bantuan yang di berikan oleh NGO berupa
bantuan kemanusiaan tidak berpengaruh didalam peningktan ekonomi Masyarakat
nelayan Gampong Kuala Trang dimana bantuan tersebut tidak bisa digunakan oleh
nelayan karena selain pukat Trawl yang tidak ramah lingkungan juga bisa merusak
terumpu karang.
Bantuan yang di berikan juga berdampak kurang baik terhadap masyarakat
nelayan di Gampong Kuala Trang, seperti pemberian bantuan Boat kepada
masyarakat nelayan di Gampong Kula Trang, bantuan boat juga menimbulkan
suatu kendala karena untuk mencari ikan harus membeli minyak agar bisa d i pakai
untuk mencari ikan Seperti pernyataan salah satu Muctar informan berikut ini.
“Kami memang pernah di berkan bantuan oleh NGO tetapi bantuan yang di
berikan adalah alat dan Boat alat seperti pukat Trowl dilarang untuk mencari ikan kata nya merusak karang di laut begitu juga bantuan yang di
berikan berupa Bout untuk mengunakannya kami tidak punya uang untuk mengisi minyak “ Sumber : Hasil Wawancara, 2013
Hal serupa juga di ungkapkan oleh salah satu informan Safari warga
Gampong Kuala Trang sebagai berikut.
“Bantuan yang kami terima seperti Boat tidak bisa kami gunakan kalau kami gunakan kami harus membeli minyak, minyak sekarang harganya
mahal, sedang alat lain seperti jaring juga tidak bisa kami gunakan, karena bisa merusak terumpu karang” Sumber : Hasil Wawancara, 2013
Hal tersebut juga di perkuat oleh salah satu pernyataan salah satu warga
Ilham “Memang ada bantuan yang di berikan oleh NGO kepada kami nelayan,
seperti Boat, jaring, sampan namun tidak bisa kami gunakan karena selain di larang oleh pemerinta begitu juga dengan bantuan yang lain tidak bisa
kami pakai, bantuan yang diberikan tidak bisa membantu ekonomi kami para nelayan ” Sumber : Hasil Wawancara, 2013
46
Bantuan yang di berikan oleh NGO pada masyarakat Gampong Kuala
Trang tidak dapat dipakai seperti baut, jaring dan pukat Trawl selain membutuhkan
biaya juga tidak dipakai karena kondisi nya tidak bagus berikut pernyataan
informan Hasan basri salah satu nelayan Gampong Kula Trang
“Memang selama batuan yang diberikan tidak ada berpengaruh terhadap ekonomi masyarakat, bantuan yang diberikan hanya untuk menyenagkan hati masyarakat saja.bantuan yang datang banyak yang tidak bisa dipakai
seperti pukat Tralw” Sumber : Hasil Wawancara, 2013
Begitu juga yang di ungkapkan oleh salah satu warga gampong Kuala
Trang Ainal Rahmi sebagai berikut.
“Bagi saya pribadi tidak ada pengaruh bantuan yang di berikan kepada kami terhadap kehidupan yang kami jalani sekarang ,itu bisa di lihat bahwa kami masih hidup dengan kemiskinan, pekerjaan kami sekarang tidak
menentu sedangkan alat yang di berikan tidak bisa kami pakai, jadi kalau di bilang kami nelayan cukup enak banyak bantuan yang di berikan oleh NGO
itu tidak benar memang ada di berikan tapi tidak bisa di gunakan belum lagi harga ikan yang murah” Sumber : Hasil Wawancara, 2013
Hal tersebut di dukung oleh Fahmi Itdris salah satu warga Gampong Kuala
Trang
“Bantuan yang di berikan lengkap dan moderen, tetapi tidak layak di pakai dan bisa merusak alam di laut, kondisi yang serba salah ini menjadikan
kami nelayan hanya pasrah bagaimana kami bisa mencari nafkah sedangkan bantuan alat yang di berikan tidak bisa membantu kami, kami terus hidup dalam kemiskinan”
Sumber : Hasil Wawancara, 2013
Begitu juga yang di ungkapkan oleh salah satu informan Wandi warga
Gampong Kuala Trang sebagai berikut.
“Bantuan yang di berikan tidak layak pakai, disebabkan seperti Pukat Trawl
yang di larang oleh pemerintah, juga tertangkapnya ikan–ikan kecil begitu juga rusaknya terumpu karang, untuk memcari ikan kami nalayan tidak bisa karena bantuan yang di berikan tidak layak pakai.”
Sumber : Hasil Wawancara, 2013
47
Hal tersebut juga di dukung oleh salah satu informan Suman juga salah satu
warga Gampong Kuala Trang.
“Bantuan yang di berikan kepada kami para nelayan bukan hanya di larang karena bisa merusak alam laut, namun kondisinya tidak layak pakai seperti
jaring- jaring yang di beri bukan untuk mencari ikan tapi untuk menangkap udang, selain itu jaring yang di beri cepat rusak kondisinya tidak bagus”
Sumber : Hasil Wawancara, 2013
Bantuan yang diberikan kepada masyarakat nelayan merupakan bantuan
untuk meningkatkan taraf hidup para nelayan yang ada di Gampong Kuala Trang
namun pembangunan dalam hal ekonomi di dalam masyarakat Gampong Kuala
Trang tidak bisa membantu atau mencukupi kehidupan rumah tangga mereka,
bantuan yang di berikan seperti alat tangkap ikan tidak bisa dipakai untuk mencari
ikan, alat yang diberikan cenderung merusak ekologi laut seperti pernyataan
berikut ini.
4.3 Pembahasan
4.3.1 Pengaruh Bantuan Kemanusian Terhadap Kemiskinan Nelayan
Gampong Kuala Trang Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan
Raya.
Secara umum harus diakui bahwa berbagai bantuan yang di berikan kepada
nelayan Gampong Kuala Trang, baik untuk nelayan tangkat maupun budidaya,
telah memberi dampak positif dan manfaat sosial ekonomi bagi para nelayan
misalnya dengan bantuan boat/kapal dan alat tangkap, para nelayan miskin telah
mempunyai boat/kapal dan alat tangkap baru.
Dengan demikian dapat kembali menangkap ikan di laut seperti halnya
sebelum Tsunami, melalui program yang di berikan oleh donatur bantuan kepada
masyarakat nelayan tentu untuk menstabilkan kehidupan dan melalui peningkatan
48
ekonomi para nelayan.Dampak negatif juga muncul akibab dari bantuan tersebut,
seperti rusaknya ekosistem laut akibab dari pemakaian alat yang di berikan seperti
pukat Trawl.
Beberapa jenis bantuan tidak memberikan dampak (manfaat) yang
signifikan bagi para nelayan dan petani tambak dalam memperbaiki mata
pencaharian dan pendapatan mereka. Hal ini disebabkan: (1) beberapa bantuan
boat/kapal terbuat dari fiber, yang tidak sesuai dengan kondisi alam (laut)
setempat, (2) bantuan boat/kapal dan alat tangkap yang tidak sesuai spesifikasi
standar para nelayan setempat, terutama kualitas kayu kapal yang sangat rendah
sehingga cepat rusak/bocor, (3) seringkali bantuan bahan dan alat tersebut yang
sifatnya komplementer (seperti boat/kapal dan alat tangkap) tidak diberikan dalam
satu paket secara bersamaan, tetapi diberikan secara terpisah dari program yang
berbeda, donatur berbeda, dan pada waktu yang berbeda pula, (4) seringkali jumlah
paket bantuan yang diberikan lebih sedikit dari jumlah penerima bantuan, sehingga
untuk mencegah konflik dalam masyarakat, maka paket tersebut dipecah lagi
(dibagi sama rata) kepada seluruh penerima bantuan dengan jumlah yang lebih
sedikit.
Akibatnya, nilai manfaat dari bantuan tersebut menjadi berkurang dan
bahkan pada beberapa kasus bantuan tersebut tidak lagi di gunakan untuk usaha
produktif, akan tetapi disalahgunakan untuk kebutuhan sehari-hari (konsumtif).Bila
dilihat lebih jauh, maka akar permasalahan dari kondisi di atas ada pada donatur,
pelaksana program, dan penerima program (nelayan). Ketiga hal tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut.
49
Seringkali donatur dan pelaksana program kurang tepat dalam melakukan
assesment untuk memetakan potensi wilayah (alam) dan karakteristik sosial
budaya masyarakat penerima bantuan.
Ada kesan di masyarakat bahwa pelaksana proyek (LSM/NGOs) kurang
profesional, lebih mengutamakan target kegiatan dengan tanpa memperhatikan
kualitas pekerjaan, sehingga banyak kegiatan di lapangan dilaksanakan secara asal-
asalan dan tidak usefull. Seringkali kapasitas tenaga pendamping yang ditempatkan
di lokasi proyek sangat rendah dan tidak jujur, sehingga banyak terjadi
penyelewengan anggaran dan atau pekerjaan untuk mencari keuntungan pribadi
atau kelompok.
Hal ini sangat bertolak belakang dengan yang di ungkapkan dalam Majelis
umum yang menyebutkan bahwa “ tindakan bantuan untuk penduduk sipil yang
bersifat kemanusiaan secara khusus dan bersifat tidak memihak yang di lakukan
tampa perbedaan apapun” (Netralitas ICRCI 1994:25) sementara Resolusi Majelis
umum PBB 46/182 TAHUN 1991 menyatakan bahwa bantuan kemanusiaan harus
di sediakan sesuai dengan prinsip kemanusiaan, ketidak perpihakan dan kenetralan.
Pemberian bantuan yang di berikan oleh NGO pada masyarakat nelayan
yang ada di gampong Kuala Trang tidak berpihak pada masyarakat nelayan di
gampong kuala trang dan pemberian bantuan berupa jaring, Boat , sampan, dan
pukat trawl tidak layak pakai dan tidak bisa digunakan untuk mencari ikan di laut
sehinga masyarakat nelayan di Gampong Kuala Trang masih dalam hidup di
bawah kemiskinan.
Masalah yang muncul saat ini memperlakukan masyarakat pesisir dengan
cara yang salah. Kegagalan yang terjadi dalam proses pembangunan yang terjadi
50
di masyarakat pesisir khususnya nelayan Gampong Kuala Trang disebabkan karena
kebanyakan yang melakukan atau yang memberi bantuan untuk masyarakat
pesisir adalah proyek yang berorientasi hasil dengan mengabaikan proses
pembangunan dan kultur masyarakat pesisir.
Munculnya masalah tersebut disebabkan oleh lemahnya sistem dan tata cara
koordinasi antar stakeholder dengan masyarakat nelayan. Selain itu lemahnya
kualitas sumber daya manusia yang mempengaruhi proses dalam pembangunan
ekonomi nelayan partisipatif menjadi tidak berjalan sebagaimana mestinya.
Nelayan memerlukan bentuk kegiatan nyata yang dapat membangun
ekonomi mereka tanpa menghilangkan kultur dan karakteristik dari masyarakat
pesisir tersebut. Maka diperlukan bentuk kegiatan yang berbasis masyarakat.
Partisipasi masyarakat terhadap kegiatan perekonomian berbasis
masyarakat akan berjalan secara berkelanjutan berdasarkan tingkat pengenda lian
stakeholder pada nelayan karena pendampingan yang di lakukan sangat penting
untuk menjaga ke stabilan dalam perekonomian nelayan.
4.4 Permasalahn Kemiskinan Masyarakat Pesisir
Keterbelakangan dan kemiskinan bukanlah cerita baru bagi masyarakat
pesisir Gampong Kuala Krang. Kemiskinan yang merupakan indikator
ketertinggalan masyarakat nelayan. ketertinggalan ini di sebabkan paling tidak oleh
tiga hal utama, yaitu kemiskinan structural, kemiskinan super-struktural, dan
kemiskinan kultural. Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang disebabkan
karena pengaruh faktor atau variabel eksternal di luar individu.
Kemiskinan yang terjadi di Gampong Kuala Trang adalah kemiskinan
kultural terjadi karena faktor internal, nelayan miskin karena kurangnya modal d an
51
keterbatasan teknologi dan manajemen bahkan karena sifat malas yang di miliki
oleh nelayan yang menyebabkan dia miskin. Berbeda dengan kemiskinan cultural
yang timbul dari intern, kemiskinan structural terjadi karena factor eksternal
misalnya adanya hambatan bagi mobilitas vertical nelayan, tidak adanya dukungan
dari pemerintah atau hubungan patron-klien yang masih bersifat asimetris dalam
hal ini senada dengan yang di unkapkan oleh Wahyono ( 2001, h. 44 ) kemiskinan
structural terjadi karena factor eksternal misalnya adanya hambatan bagi mobilitas
nelayan, tidak adanya dukungan dari pemerintah atau hubungan patron-klien yang
masih bersifat asimetris berbeda dengan kemiskinan kultural terjadi karena faktor
internal, nelayan miskin karena kurangnya modal dan keterbatasan teknologi dan
menajemen. Begitu juga dengan kemiskinan yang timbul dari intern, Aspek
struktural menyebabkan lemahnya posisi nelayan atau pembudidaya ikan dalam
pemasaran. Proses tawar menawar menyebabkan para nelayan sangat lemah dan
tidak berdaya karena hasil produksi mereka yang masih minim. Selain itu, desakan
kebutuhan yang memaksa nelayan untuk menerima tawaran harga dari pasar
meskipun harga tersebut sangat merugikan nelayan. Sehingga kajian tentang
pemberdayaan untuk mengatasi masalah para nelayan, kemiskinan dan
keterbelakangan sangatlah penting.dan disini pentingnya Pemberdayaan
merupakan upaya untuk mengaktualisasikan potensi yang dimiliki oleh masyarakat
nelayan .
Program pemberdayaan masyarakat nelayan adalah program yang
seluruhnya melibatkan masyarakat nelayan, partisipasi masyarakat, dan berbasis
masyarakat karena pihak luar hanya sebatas mendampingi dan memberikan
alternative pemecahan masalah bagi masalah yang dihadapi masyarakat. Untuk
52
melakukan pemberdayaan maka harus ada pengetahuan yang luas dan penguatan
system lokal sehingga ide dan gagasan para nelayan dapat diujutkan sehinga
menghasilkan hasil yang maksimal sesuai yang diharapkan.
53
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah di lakukan mengenai pengaruh bantuan
kemanusiaan terhadap kemiskinan pada masyarakat nelayan di Gampong Kuala
Trang adalah sebagai berikut
Bantuan yang di berikan tidak berpengaruh bagi masyarakat nelayan
dalam meningkatkan ekonomi masyarakat nelayan, itu dikarenakan bantuan yang
diberikan berupa alat tangkap ikan seperti Pukat Trawl, jaring, tidak bisa
digunakan karena bisa merusak ekologi laut seperti terumpu karang dan terjaring
nya ikan-ikan kecil, bantuan yang di berikan juga tidak layak pakai Bantuan
seperti Boat dan sampan tidak bisa di gunakan oleh nelayan karena nelayan tidak
memliliki uang untuk mengisi minyak Boat juga Sampan.
5.2 Saran
1. Diharapkan kepada pemerintah dapat memperhatikan masalah
kemiskinan nelayan di gampong Kuala Trang karena kemiskinan yang
di alami oleh nelayan bukanlah hal yang biasa dan harus di dukung
oleh setiap pihak pemerintah juga masyarakat
2. Di harapkan masyarakat diberi bimbingan dan pemberdayaan kepada
nelayan bukan hanya disegi kelautan saja tetapi bisa diberikan
pedampingan menciptakan seni kriya kepada nelayan agar nelayan
54
tidak ketergantungan dengan hasil laut saja, tetapi bisa menciptakan
yang lebih inovatif dan ekonomis agar ekonomi nelayan meningkat
55
DAFTAR PUSTAKA
Budianto. S. (2004) Analisis Tentang Pendapatan Masyarakat Nelayan Di Kelurahan
Untia Biringkanaya Kota Makassar. Makassar (skripsi).
Budiono, (1982). Pengantar Ilmu Ekonomi, BPFE Yogyakarta. Yogyakarta,
Burger, D.H. (1980). Sejarah sosiologis-ekonomis Indonesia. Prajnyaparamita ;
Jakarta.(Penerjemah ; Prajudi Atmosudirjo)
Emzir. 2010. Metode penelitian kualitatif, analisis data. Jakarta: Rajawali pers.
Kusnadi ,filosofi pemberdayaan masyarakat pesisir , Humaniora,Bandung 2006
Moloeng,lexy J. 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Penerbit Remaja
Rosdakarya. Moloeng,lexy J. 2001. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Penerbit Remaja
Rosdakarya
Netralitas ICRC Netralitas dalam Bantuan Kemanusiaan "Humanitarianism unbound", African Rights, Discussion Paper No. 5, November 1994, hlm. 25
Nasution,2003. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung : Tarsito.
Press.Susanto, Astrid, 1985, Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial, Bandung,
Bina Cipta
Panduan Operasional Program Pemberdayaan Fakir Miskin.2005.Jakarta: Depsos RI
Rifai Nur.Korelasi Antara Kemiskinan Dan Konflik Sosial.2004.Jakarta:LESSDEM
Depsos RI.
Suharto, Edi.Kemiskinan dan Perlindungan Sosial di Indonesia.2009.Bandung:
Alfabeta
Susanto, Astrid S. (1995). Sosiologi Pembangunan; Bandung: PenerbitPT Bina Cipta.
So, Alvin Y-Suwarsono. (1991). Perubahan Sosial Dan Pembangunan Di Indonesia, Teori-Teori Modernisasi, Dependensi, Dan Sistem Dunia; Jakarta: LP3ES.
Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, Bandung:
Alfabeta .
56
Soedjono Kramadibrata, 1985, Perencanaan Pelabuhan, Bandung: Ganeca Exact
Soekanto, Soerjono, 1987, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta, Rajawali
UN Doc. A/RES/46/182 (1991) lampiran, 2. Jenewa Keempat Pasal 142
Http//www.ensiklopedia.kemiskinan.com di akses tgl 23- 6 – 2013
http://www.scribd.com -Sosiologi-Tentang-Kemiskinan di abplot tgl 29-6-2013