ANALISIS PENGARUH PAJAK DAERAH, RETRIBUSI DAERAH, DAN HASIL BADAN USAHA MILIK
DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA TANGERANG (2003 – 2009)
SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan
Gelar Sarjana Ekonomi (SE)
Oleh :
AJUN EFFENDI
106084003594
JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2011
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Ajun Effendi
NIM : 106084003594
Jurusan : Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan
Menyatakan bahwa skripsi ini adalah murni hasil karya sendiri. Apabila saya
mengutip dari karya orang lain, maka saya mencantumkan sembernya sesuai
dengan ketentuan yang berlaku. Saya bersedia dikenakan sanksi pembatalan
skripsi ini, apabila terbukti melakukan tindakan plagiat
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Penulis
Ajun Effendi
NIM : 106084003594
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
IDENTITAS PRIBADI
Nama : Ajun Effendi
Tempat/Tanggal Lahir : Tangerang / 18 Mei 1987
Alamat : Jl.KH.Hambasri Rt 001/03 No.20 Ds.Karangtengah Pagedangan Tangerang 15820
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
No.Telpon : 085694455787 / 02194961890
RIWAYAT PENDIDIKAN
TK : TK Islam Matlahul Huda - Bogor
SDN : SDN Pagedangan III - Tangerang
SLTP : SLTPN 1 Parung Panjang - Bogor
SMA : SMA Islamic Village Karawaci –
Tangerang
UNIVERSITAS : UIN Syarif Hidayatullah – Jakarta
LATAR BELAKANG KELUARGA
Ayah : H. Sutiyosono, SH
Ibu : Hj. Siti Jubaedah
Alamat : Ds.Karangtengah Pagedangan Tangerang
Anak ke- : dua (2) dari dua bersaudara
ABSTRAK
Perkembangan Pendapatan Asli Daerah merupakan satu indikator penting dalam pembangunan perekonomian daerah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pajak daerah, retribusi daerah, dan hasil badan usaha milik daerah terhadap pendapatan asli daerah di kota Tangerang dalam periode 2003:1 sampai 2009:4. Metode analisis yang digunakan adalah metode regresi berganda OLS (Ordinary Least Square).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pajak daerah dan retribusi daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah, sedangkan hasil Badan Usaha Milik Daerah tidak signifikan dan tidak berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Tangerang. Hal ini diduga karena badan usaha milik daerah yang ada di kota Tangerang jumlahnya sedikit, dan hasil badan usaha yang ada lebih kecil dibanding dua varaibel yang lain.
Kata Kunci: PAD, Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Badan Usaha Milik Daerah
ABSTRACT
The development of original income of the region is to an important factor in the regional economy. The development purpose of this study is to know how the impact of regional tax, regional retribution, and result of regional state enterprise into original of company with regional income in tangerang minificial from 2003 until 2009. The Regression method used in analysing of the data is Ordinary Least Square(OLS).
The result showed that the regional tax and regional retribution affect positively and significant influence on original regional income, whereas the regional company doesn’t significant and doesn’t affect with original regional income tangerang city. This problem because there is just a small amount regional company in tangerang city, and the result of the regional company which standing are little than the other two variable which have been knowing.
Keywords : Original Government Income, Regional Tax , Regional Retribution, Region State Enterprise
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat ALLAH SWT, yang telah
melimpahkan segala rahmat dan karunianya kepada penulis serta nikmat sehat
yang diberikan, sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan
skrispi yang berjudul “ANALISIS PENGARUH PAJAK DAERAH, RETRIBUSI
DAERAH, DAN BADAN USAHA MILIK DAERAH TEHADAP
PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KOTA TANGERANG (2003 – 2009)”.
Skripsi ini penulis selesaikan dengan usaha, bantuan, bimbingan dan
dorongan dari berbagai pihak. Maka dengan segala kerendahan hati penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. ALLAH SWT. Terima kasih atas Karunia yang telah Kau berikan,
kesehatan, rejeki dan kasih sayang.
2. Kedua orang tuaku. Terima kasih yang tak terhingga kepada Mama dan
Papa tercinta atas kerja kerasnya dalam memberikan do’a, dukungan,
pengorbanan, kasih sayang dan perhatian yang telah diberikan kepada
penulis sepanjang masa. Juga kepada kakak sodara-sodara saya,
terimakasih atas dukungannya.
3. Almarhum papa, Bpk.H.Aminuddin, harapan papa agar saya menjadi
sarjana kini tercapai sudah.
4. Kepada Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Bpk
Lukman, M.Si, terima kasih telah memberikan ilmu yang bermanfaat
kepada penulis dan atas bantuannya selama ini.
5. Kepada Bapak Pheni Chalid, SF,MA, Ph.D selaku Dosen Pembimbing
Utama skripsi yang dengan sepenuh hati dan kesabaran telah bersedia
meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk, bimbingan, nasehat, dan
arahannya desela jadwalnya yang sangat padat kepada penulis dalam
penyusunan skripsi ini.
6. Kepada Ibu Utami Baroroh, M.Si selaku Sekertaris Jurusan Ilmu Ekonomi
dan Studi Pembangunan dan Dosen Pembimbing II yang telah
memberikan bantuan baik waktu, saran, maupun ilmu yang bermanfaat
kepada penulis selama proses penulisan skripsi ini sehingga skripsi ini
dapat terselesaikan dengan baik.
7. Bapak Prof. Dr Abdul Hamid MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis
8. Seluruh Dosen, Staff, berserta Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
9. Kepada Nita istri saya dan Keluarganya, Terimakasih atas bantuan doa
dan semangatnya
10. Pegawai Badan Kekayaan dan Keuangan Daerah (BKKD) Kota
Tangerang
11. Teman-teman seperjuangan penulis. Rekan-rekan Ekonomi Pembangunan
angkatan 2006 yang telah membantu penulis dalam penulisan ini yaitu:
Tunjung Hapsari, Iezzahra, Safitri, Maria, Verra, Zaka, Awank, dan
kawan-kawan lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu, penulis
ucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya, semoga ALLAH SWT
memberikan pahala yang setimpal.
12. Rekan-rekan Kerja di Pemerintahan Kota Tangerang Selatan DKPP yaitu:
ida, ika, apip, garry, isman, haris, resty, dan yang lainnya yang tidak
dapat disebutkan satu persatu, penulis ucapkan terimakasih atas do’a dan
dukungannya.
13. Kepada kekasih dan mantan-mantan saya yang “pernah” singgah dihati
ini.
14. Semua Pihak yang belum disebut diatas, terima kasih atas segala bantuan
dan do’a selama proses penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi
ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun sangat diharapkan untuk tercapainya penulisan skripsi yang
lebih baik lagi.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Jakarta, Maret 2011
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPRE
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP i
ABSTRAK ii
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI vii
DAFTAR TABEL x
DAFTAR LAMPIRAN xi
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Perumusan Masalah 7
1.3. Tujuan Penelitian 8
1.4. Manfaat Penelitian 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10
2.1. Desentralisasi Daerah 10
2.1.1. Landasan Teori Transfer Pusat ke Daerah 15
2.2. Sumber Penerimaan Daerah 18
2.3. Pendapatan Asli Daerah 20
2.3.1. Sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) 21
2.3.2. Komponen Pendapatan Asli Daerah 24
2.4. Studi Empiris 34
2.5. Kerangka Pemikiran 40
2.6. Hipotesa Penelitian 41
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 42
3.1. Ruang Lingkup Penelitian 42
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 43
3.3. Data dan Tehnik Pengumpulan data 43
3.4. Definisi Operasional 44
3.5. Variabel dan Pengukuran 45
3.6. Metode Analisa Data 46
3.6.1. Model Regresi Linier Berganda 46
3.6.2. Pemilihan Model Regresi 47
3.6.3. Pengujian Hipotesis 49
3.6.4. Uji Stasioneritas 51
3.6.5. Uji Derajat Integrasi 52
3.6.6. Metode Pengujian Asumsi Klasik 53
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 56
4.1. Deskripsi dan Objek Penelitian 56
4.1.1. Pembentukan Kota Tangerang 56
4.2. Perkembangan dan Pembentukan Kota Tangerang
menurut jenis Pajak Daerah dan Retribusi Daerah 58
4.3. Hasil Uji Analisis 67
4.3.1. Menentukan Model Ekonometrika 67
4.3.2. Uji Stasioneritas 68
4.3.3 Pengujian Asumsi Klasik 71
4.3.4 Analisis Regresi Berganda 76
4.3.5 Uji (F-test) 80
4.4. Pembahasan 82
BAB V PENUTUP 84
5.1 Kesimpulan 84
5.2 Saran 85
DAFTAR PUSTAKA 87
LAMPIRAN 90
DAFTAR TABEL
NO KETERANGAN HALAMAN
1.1 Tabel Sumber Pendapatan dan Realisasi 3
4.1 Tabel Perbandingan Dari Pajak Daerah Menurut Jenis Pajak 59
4.2 Tabel Perbandingan Dari Retribusi Daerah Menurut Jenis Retribusi 64
4.3 Tabel Hasil Uji Stasioner tingkat Level 67
4.4 Tabel Hasil Uji Stasioner tingkat First Different 69
4.5 Tabel Hasil Uji Stasioner tingkat First Different 70
4.6 Tabel Hasil Uji Normalitas 71
4.7 Tabel Hasil Uji Multikolinieritas 72
4.8 Tabel Hasil Regresi Linier Berganda 80
DAFTAR LAMPIRAN
NO KETERANGAN HALAMAN
1. Lampiran Data Variabel Penelitian Yang Digunakan 90
2. Lampiran Pendapatan Dari Pajak daerah Tahun 2005 91
3. Lampiran Pendapatan Dari Pajak daerah Tahun 2006 92
4. Lampiran Pendapatan Dari Pajak daerah Tahun 2007 93
5. Lampiran Pendapatan Dari Pajak daerah Tahun 2008 94
6. Lampiran Pendapatan Dari Pajak daerah Tahun 2009 95
7. Lampiran Pendapatan Dari Retribusi Daerah Tahun 2005 96
8. Lampiran Pendapatan Dari Retribusi Daerah Tahun 2006 101
9. Lampiran Pendapatan Dari Retribusi Daerah Tahun 2007 106
10. Lampiran Pendapatan Dari Retribusi Daerah Tahun 2008 111
11. Lampiran Pendapatan Dari Retribusi Daerah Tahun 2009 116
12. Lampiran Hasil Uji Stasioneritas 121
13. Lampiran Hasil Analisis Regresi Berganda 130
14. Lampiran Hasil Uji Normalitas 131
15. Lampiran Hasil Uji Multikolinieritas 132
16. Lampiran Hasil Uji Heteroskedastisitas 134
17. Lampiran Hasil Uji Autokorelasi 135
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan merupakan suatu proses kemajuan dan perbaikan guna
tercapainya tujuan yang diinginkan. Secara umum tujuan yang ingin di capai
adalah terciptanya peningkatan kesejahteraan masyarakat secara lebih adil dan
merata. Agar tujuan tersebut tercapai maka segenap potensi dan sumber daya
pembangunan yang ada harus dialokasikan secara efektif dan efisien demi
peningkatan produksi secara keseluruhan.
Perkembangan pembangunan suatu daerah sangat ditentukan oleh sumber
pendapatan daerah terutama untuk menutupi pembiayaan yang diperlukan
pemerintah daerah dalam melaksanakan tugasnya. Untuk itu diperlukan
kemampuan pemerintah daerah dalam mengatur perekonomian daerahnya untuk
membiayai seluruh kebutuhan dana pembangunan yang diperlukan. Masalah
umum yang dihadapi oleh pemerintah daerah adalah adanya kendala dalam
menghimpun dana yang berasal dari daerah itu sendiri, sehingga pembangunan
daerah cenderung tergantung pada sumbangan dan bantuan dari pemerintah pusat.
Menyadari bahwa ketergantungan tersebut kurang baik bagi kelanjutan
pelaksanaan pembangunan daerah, maka diharapkan pemerintah daerah menggali
semua sumber ekonomi yang dimiliki daerah masing-masing guna membiayai
pelaksanaan daerah itu sendiri. Hal ini didukung dengan dikeluarkannya UU
No.22 Tahun 1999 yang diperbaharui dengan UU No.33 tahun 2004 tentang
Pemerintah Daerah dan UU No.25 Tahun 1999 yang diperbaharui dengan UU
No.34 tahun 2004 tentang Pertimbangan Keuangan Antara Pusat dan Pemerintah
Daerah dimana dalam undang-undang tersebut pemerintah daerah dan diberikan
kewenangan untuk mengatur dan mengurus rumah tangga daerahnya berdasarkan
aspirasi pemerintah daerah dan diberikan kewenangan untuk mengggali dan
memanfaatkan sumber keuangan daerah setempat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.Salah satu sumber pembiayaan tersebut adalah Pendapatan
Asli Daerah (PAD). Pendapatan asli daerah merupakan tulang punggung
pembiayaan daerah ,oleh karenanya kemampuan melaksanakan ekonomi di ukur
dari besarnya konstribusi yang diberikan oleh pendapatan asli daerah terhadap
total APBD, semakin besar konstribusi yang dapat diberikan oleh pendapatan asli
daerah terhadap bantuan APBD berarti semakin kecil ketergantungan pemerintah
daerah terhadap bantuan pemerintah pusat sehingga otonomi daerah dapat
terwujud.
Pendapatan Asli Daerah merupakan penerimaan dari pungutan pajak
daerah, retribusi daerah, hasil dari perusahaan daerah, penerimaan dari dinas-dinas
dan penerimaaan lainya yang termasuk dalam pendapatan asli daerah yang
bersangkutan, dan merupakan pendapatan daerah yang sah. Semakin tinggi
peranan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dalam pendapatan daerah merupakan
cermin keberhasilan usaha-usaha atau tingkat kemampuan daerah dalam
pembiayaan penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan.
Tabel 1.1
Sumber Pendapatan Kota Tangerang dan Realisasinya
Tahun 2005
JENIS PENDAPATAN TARGET REALISASI %
Pajak Daerah 73.500.000.000 79.368.013.721 7,98
Retrusi Daerah 24.320.155.200 24.827.124.613 2,08
Bagian Laba BUMD 3.017.666.389 3.017.666.516 0,0001
Lain-Lain PAD yang sah 6.475.552.409 9.311.061.516 43,79
JUMLAH 107.313.373.998 116.523.842.800 8,58
Sumber: Bidang Keuangan dan Kekayaan Daerah (BKKD), 2006
Dari data tabel di atas dapat terlihat bahwa Sumber Pendapatan Kota
Tangerang dapat dihasilkan dari Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Bagian Laba
BUMD, dan Lain-lain PAD yang sah. Pajak Daerah pada tahun 2005 memiliki
target sebesar 73.500.000.000 dan realisasi sebesar 79.368.013.721, dan terlihat
dalam presentase sebesar 7,98%. Retribusi Daerah pada tahun 2005 memiliki
target sebesar 24.320.155.200 dan realisasi sebesar 24.827.124.613, dan terlihat
dalam presentase sebesar 2,08%. Bagian laba BUMD pada tahun 2005 memiliki
target sebesar 3.017.666.389 dan realisasi sebesar 3.017.666.516, dan terlihat
dalam presentase sebesar 0,0001%. Lain-lain PAD yang sah memiliki target
sebesar 6.475.552.409 dan realisasi sebesar 9.311.061.516, dan terlihat dalam
presentase sebesar 43,79%. Sehingga total keseluruhan Pendatapan Kota
Tangerang pada Tahun 2005 adalah total target sebesar 107.313.373.998 dan
realisasi sebesar 116.523.842.800, dan presentase sebesar 8,58%.
Pendapatan Asli Daerah merupakan salah satu sumber penerimaan di dalam
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) berdasarkan pada ketentuan
dalam UU No. 33 tahun 2004 dan UU No. 34 tahun 2004. Dengan otonomi ,
diharapkan adanya peningkatan kapasitas pemerintah daerah guna
memperdayakan masyarakat, meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan
masyarakat yang semakin baik, mengembangkan kehidupan demokrasi, keadilan
dan pemerataan serta memelihara hubungan yang serasi antara pusat dan daerah
serta antar darah. Keberhasilan pemerintah daerah dalam membangun
perekonomian wilayahnya tergantung pada kemampuan untuk memobilisasi
potensi yang ada pada masyarakat melalui peningkatan Pendapatan Asli Daerah.
Pendapatan Asli Daerah diharapkan menjadi penyangga utama dalam membiayai
kegiatan-kegiatan daerah, karena semakin banyak kebutuhan daerah yang dapat
dibiayai oleh Pendapatan Asli Daerah maka semakin tinggi kualitas otonominya
yang mengindikasinya semakin mandiri bidang keuangan daerahnya.
Dalam pelaksanaan otonomi daerah, sumber keuangan yang berasal dari
Pendapatan Asli Daerah lebih penting dibandingkan dari sumber-sumber yang
lain, karena pendapatan asli daerah dapat dipergunakan sesuai dengan prakarsa
dan inisiatif daerah sedangkan bentuk pemberian pemerintah (non PAD) sifatnya
lebih terikat. Dengan penggalian dan peningkatkan pendapatan asli daerah
diharapkan pemerintah daerah juga mampu meningkatkan kemampuannya dalam
penyelenggaraan urusan daerah.
Salah satu sektor yang memiliki kontribusi besar dari tahun ke tahun adalah
pajak daerah pajak daerah, yang salah satu sumbernya berasal dari pajak hotel
dan restoran. Bila kita lihat Kota Tangerang merupakan daerah singgah/transit
karena merupakan jalan alternatif menuju Ibu Kota DKI Jakarta dan Bandara
Internasional Soekarno-Hatta. Perkembangan jumlah hotel dan restoran ini
seharusnya menjadi potensi sangat bagus bagi peningkatan pendapatan asli daerah
dalam rangka mengurangi ketergantungan fiskal daerah. Hal ini terefleksi dalam
peningkatan dan stabilitas realisasi pajak hotel dan restoran ini dari tahun ke
tahun.
Berdasarkan undang-undang No. 34 Tahun 2000, tentang Pajak Daerah,
pajak atau pungutan yang dikenakan bagi pemilik rumah penginapan, rumah
makan, pembayaran hotel dan restoran. Secara umum pajak Hotel dan Restoran
merupakan pungutan atas pembayaran rumah makan dan rumah penginapan yang
terdiri dari hotel, losmen, wisma, dan restoran. Dengan demikian pajak hotel dan
restoran cukup potensial dalam menyumbang pendapatan asli daerah (PAD).
Dalam undang-undang No. 5 Tahun 1974 pengertian perusahaan daerah
untuk memperkembangkan perekonomian daerah dan untuk menambah
penghasilan daerah. Dari kutipan diatas ada dua fungsi pokok perusahaan daerah.
Pertama, sebagai dinamisator perekonomian daerah yang berarti harus mampu
memberikan rangsangan bagi perkembangan perekonomian daerah. Kedua,
sebagai penghasilan pendapatan daerah. Ini berarti perusahaan daerah mampu
memberikan manfaat ekonomi sehingga terjadi keuntungan yang dapat disetorkan
ke kas daerah. Untuik dapat penyelenggaraan fungsi yang oftimal diperlukan
dukungan dana yang cukup besar guna untuk meningkatkan pendapatan asli
daerah (PAD) yang antara lain diperoleh dari berbagai jenis pajak daerah,
retribusi, hasil investasi dan kegiatan bisnis.
Kota Tangerang yang lahir pada tahun 1993 dengan Undang-undang No. 2
Tahun 1992, kini pertumbuhannya berkembang begitu pesat, pesatnya
pertumbuhan kota tangerang karena wilayahnya yang berbatasan langsung
dengan DKI Jakarta yang terkait langsung dengan dinamika pembangunan
nasional yang terpusat di Jakarta, letak Kota Tangerang yang strategis mendorong
lahirnya intruksi presiden No. 13 tahun 1976, yang menetapkan daerah ini
sebagai bagian dari wilayah pengembangan Jabodetabek yang dipersiapkan untuk
mengurangi ledakan penduduk DKI Jakarta, sebagai daerah penyangga Ibu
Kota,wilayah ini dipersiapkan untuk Kegiatan Industri dan Perdagangan,
pengembangan pusat pemukiman.
Dalam usaha menopang eksistensi otonomi daerah yang maju sejahtera,
berakhlakul karimah, mandiri, berkeadilan, kota Tangerang dihadapkan pada
suatu tantangan dalam mempersiapkan strategi dalam perencanaan pembangunan
yang akan di ambil. Untuk itu diperlikan suatu perencanaan yang tepat dengan
memperhatikan potensi yang dimilikinya terutama dalam mengidentifikasikan
keterkaitan antara sektor perdagangan, industri, hotel dan restoran dengan sektor
yang lainya. Kota Tangerang dengan keterbatasan sumber daya alam yang ada
mempunyai sektor-sektor yang berpotensi untuk di kembangkan, misalnya sektor
industri dan penyediaan sektor jasa.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis merasa perlu menganalisa
Pengaruh Pajak Daerah, Retribusi Daerah, dan Badan Usaha Milik Daerah
terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kota Tangerang pada tahun 2003 sampai
dengan tahun 2009.
1.2 Perumusan masalah
Permasalahan yang dihadapi pemerintahan daerah dalam mengurus rumah
tangganya dikarenakan terbatasnya dana pembangunan. Untuk meningkatkan
pembangunan daerah, diperlukan biaya yang harus digali dari sumber keuangan
sendiri. Keuangan daerah merupakan satu indikator untuk menilai kemampuan
daerah dalam mengurus rumah tangga sendiri. Hal ini sesuai dengan tujuan
pemberian otonomi daerah, yaitu agar daerah mampu mengurus daerahnya dan
berusaha melepaskan diri dari ketergantungan pada pemerintah pusat.
Berdasarkan keadaan tersebut menimbulkan pertanyaan yang dirumuskan dalam
permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimanakah pengaruh Pajak Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota
Tangerang ?
2. Bagaimanakah pengaruh Retribusi Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah
Kota Tangerang ?
3. Bagaimanakah pengaruh hasil Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) terhadap
Pendapatan Asli Daerah kota Tangerang ?
4. Apakah Pajak Daerah, retribusi daerah dan BUMD berpengaruh secara
signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Tangerang ?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka penelitian ingin mempunyai tujuan
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana pengaruh Pajak Daerah
terhadap Pendapatan Asli Daerah kota Tangerang.
2. Untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana pengaruh Retribusi
Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah kota Tangerang.
3. Untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana pengaruh hasil Badan
Usaha Milik Daerah (BUMD) terhadap Pendapatan Asli Daerah kota
Tangerang.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian tersebut adalah :
1. Sebagai satu syarat untuk mencapai gelar sarjana strata satu pada
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, serta untuk mengetahui seberapa timgkat
tingkat ilmu pengetahuan yang diperoleh selama menjadi menjadi
mahasiswa.
2. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi pembuat kebijakan
perintah daerah Kota Tangerang dalam merencanakan dan
mengambil keputusan untuk meningkatkan penerimaan Pendapatan
Asli Daerah.
3. Sebagai bahan pustaka, informasi dan referensi bagi yang
memerlukan serta sebagai bahan rujukan bagi penelitian selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Desentralisasi Daerah
Menurut Undang-undang No. 32 tahun 2004 Pasal 1 ayat (7) menyebutkan
bahwa desentralisasi adalah penyerahan wewenang Pemerintah oleh Pemerintahan
kepada Daerah Otonom dan kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI). Hal ini berarti pengelolaan daerah lebih dititikberatkan kepada
kabupaten/kota,sedangkan propinsi adalah sebagai Daerah Otonom sekaligus
sebagai daerah administrasi yang melaksanakan kewenangan pemerintah pusat
yang didelegasikan kepada gubernur. Propinsi bukanlah merupakan daerah atasan
kabupaten/kota. Jadi antara daerah otonom propinsi dengan daerah otonom
kabupaten/kota tidak memiliki hubungan hirarki.
Sistem penyelenggaraan pemerintahan dalam Negara kesatuan dapat
dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu sebagai berikut :
1. Negara kesatuan dengan system sentralisasi, yaitu segala sesuatu dalam
Negara itu langsung dan diurus oleh pemerintah pusat, sedangkan daerah-
daerah hanya tinggal melaksanakannya saja.
2. Negara kesatuan dengan system desentralisasi, yaitu daerah diberi
kesempatan dan kekuasaan untuk mengatur dan mengurus rumah
tangganya sendiri (otonomi daerah) yang dinamakan daerah otonom.
Desentralisasi adalah suatu istilah yang luas dan selalu menyangkut
persoalan kekuatan (power), biasanya dihubungkan dengan pendelegasian atau
penyerahan wewenang dari pemerintah pusat kepada pejabatnya di daerah atau
kepada lembaga-lembaga pemerintah di daerah untuk menjalankan urusan-urusan
pemerintahan di daerah. “Dalam Encyclopedia of the Social Sciences,
desentralisasi adalah penyerahan wewenang dari tingkat pemerintahan yang lebih
tinggi kepada pemerintahan yang lebih rendah, baik yang menyangkut bidang
legislatif, yudikatif, maupun administratif. Dalam ensiklopedia tersebut,
dikemukakan bahwa desentralisasi ada;ah kebalikan dari sentralisasi, tetapi jangan
dikacaukan dengan pengertian dekonsentrasi, sebab istilah ini secara umum lebih
diartikan sebagai pendelegasian dari atasan kepada bawahannya untuk melakukan
suatu tindakan atas nama atasannya tanpa melepaskan wewenang dan tanggung
jawabnya.”
Kewenangan daerah ini mencakup kewenangan dalam seluruh bidang
pemerintahan, kecuali kewenangan yang dikecualikan dalam Undang-undang
No.32 tahun 2004 ini, sebagaimana diatur dalam Pasal 10 ayat (3), yaitu
kewenangan dalam bidang politik luar negeri, pertahanan dan keamanan, yustisi
moneter dan fiskal moneter, dam agama.
Tujuan utama desentralisasi adalah :
1. Tujuan politik, yang ditujukan untuk menyalurkan partisipasi politik di
tingkat daerah untuk terwujudnya stabilitas politik nasional.
2. Tujuan ekonomis, yang dimaksudkan untuk menjamin bahwa
pembangunan akan dilaksanakan secara efektif dan efisien di daerah-
daerah dalam rangka mewujudkan kesejahteraan sosial.
Menurut Machfud Sidik (2002:4) desentralisasi adalah suatu alat untuk
mencapai salah satu tujuan Negara, yaitu terutama memberikan pelayanan publik
yang lebih baik dan menciptakan proses pengambilan keputusan publik yang lebih
demokratis. Desentralisasi sendiri bukanlah suatu yang baik maupun yang buruk.
Hal pokok tentang desentralisasi pada dasarnya adalah apakah proses dan
implementasi desentralisasi tersebut berhasil atau gagal untuk meningkatkan
efesiensi dan kadar resforsifitas kebijakan publik pemerintah terhadap
kepentingan politis, ekonomi, dan sosial masyarakatnya. Kegagalan implementasi
desentralisasi ditunjukan dari kemunduran ekonomi, ketidakstabilan politik dan
merosotnya pelayanan publik di daerah yang bersangkutan. Sedangkan menurut
Kunarjo (2003) desentralisasi dapat dibagi menjadi 4 jenis sebagai berikut :
1. Desentralisasi politik (Political Decentralization)
Merupakan pemberian hak kepada warga Negara melalui perwakilan yang
dipilih suatu kekuasaan yang kuat untuk mengambil keputusan publik
tanpa persetujuan dari atasan.
2. Desentralisai administrativ (Adminiistrative Decentralization)
Merupakan pelimpahan wewenang yang dimaksudkan untuk
mendistribusikan kewenagan, tanggung jawab dan sumber-sumber
keuangan untuk menyediakan pelayanan publik. Pelimpahan tanggung
jawab tersebut menyangkut perencanaan, pendanaan, dan manajemen
fungsi-fungsi pemerintahan pusat kepada aparatnya didaerah.
Desentralisasi administratif dapat dikelompokkan menjadi tiga bentuk,
yaitu :
1.) Dekonsentrasi (Deconcentration) yaitu, pelimpahan wewenang dari
pemerintah pusat kepada pejabat yang berada dalam garis hiraki
dengan pemerintah pusat daerah.
2.) Devolusi (Devolution) yaitu, pelimpahan wewenang kepada tingkat
pemerintahan yang lebih rendah dalam bidang keuangan atas tugas
pemerintahan, dan pihak pemerintahan mendapat discretion yang
tidak dikontrol oleh pemerintah pusat. Dekonsentrasi dan devolusi
dilihat dari sudut konsepsi pemikiran organisasi dikenal dengan
distributed institutional monopoli of admistrative decentralization.
3.) Delegasi (Delegation or Institution Pliralism)
Wewenang untuk tugas tertentu kepada organisasi yang berasal
diluar struktur birokrasi regular yang dikontrol secara tidak langsung
oleh pemerintah pusat. Pendelegasian wewenang ini biasanya diatur
dengan ketentuan perundang-undangan. Pihak yang menerima
wewenang mempunyai keleluasaan (direction) dalam
penyelenggaraan pendelegasian tersebut, walaupun wewenang
terakhir tetap pada pihak pemberi wewenang (sovereign outhority).
3. Desentralisasi fiskal
Merupakan komponen utama dari desentralisasi. Apabila pemerintah
daerah melaksanakan fungsinya secara efektif dan diberikan kebebasan
dalam pengambilan keputusan pengeluaran sektor publik, maka mereka
harus didukung sumber-sumber keuangan yang memadai baik yang berasal
dari pemerintah pusat ataupun dari daerah itu sendiri.
4. Desentralisasi Ekonomi (Economic Decentralization)
Desentralisasi ekonomi dalam pengambilan keputusan dibidang ekonomi
yang menitik beratkan pada upaya efesiensi dalam penyediaan barang
publik.
Prinsip pemberian ekonomi kepada pemerintah daerah pada dasarnya
adalah untuk membantu pemerintah pusat dalam penyelenggaraan
pemerintah daerah. Pada masa sekarang titik berat otonomi daerah
diberikan kepada daerah tingkat II dan bukan daerah tingkat I atau desa.
Hal ini erat kaitanya dengan fungsi utama pemerintah daerah sebagai
penyedia pelayanan kepada masyarakat dan pelaksanaan pembangunan
disamping sebagai Pembina kesetabilan politik, sosial, ekonomi dan
kesatuan bangsa. Dengan adanya desentralisasi daerah pemerintah daerah
mempunyai beberapa keuntungan yaitu :
a. Dengan adanya desentralisasi, pemerintah daerah dapat lebih
mengetahui keinginan masyarakatnya.
b. Dengan desentralisasi diharapkan pembuatan keputusan lebih
efektif.
c. Daerah akan dapat melakukan pendekatan dengan cara yang
berbeda-beda dalam menggali potensi daerah yang ada.
2.1.1 Landasan Teori Transfer Pusat ke Daerah
Sistem transfer yang dipakai di Indonesia saat ini adalah hasil
evolusi sepanjang kurun waktu lebih dari 50 tahun. Sampai dengan tahun
1956, sistem subsidi yang dipakai adalah sistem shuit post, yaitu suatu
bentuk subsidi yang memberikan tunjangan sebesar selisih antara besarnya
rencana pengeluaran dan rencana penerimaan yang di ajukan daerah
kepada pusat. Akan tetapi dalam praktiknya, sebenarnya yang dijalankan
bukanlah sistem shuit post murni. Pemberian tunjangan kepada daerah
sangat tergantung kepada kebijaksanaan sepihak pemerintah pusat. Tahun
1956, pola hubungan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah
mengalami perubahan , yaitu sejak Undang-Undang nomer 32 tahun 1956.
Berdasarkan Undang-Undang ini, secara konseptual pola hubungan antara
pemerintah pusat dan daerah diterjemahkan kedalam tiga hal utama, yaitu:
1. Penyerahan sumber pendapatan Negara kepada daerah
2. Pemberian bagian tertentu dari penerimaan berbagai pajak Negara
kepada daerah
3. Memberikan ganjaran, subsidi, sumbangan kepada daerah.
Pada tahun 1965, seiring dengan perubahan dalam dunia politik di
Indoneia, tidak terdapat lagi pola pembagian pajak Negara kepada daerah
yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Pola ini digantikan dengan
suatu pola kebijakan memberikan subsidi kepada daerah yang didasarkan
kepada perhitungan besarnya jumlah pengeluaran gaji pegawai daerah
otonom atau yang disebut subsidi perimbangan keuangan.
Dikarenakan terdapatnya berbagai jenis transfer yang sebenarnya
tidak didasarkan pada suatu landasan hukum yang jelas, maka tahun 1972
dilakukan perubahan yaitu dengan mengembalikan kepada pola semula
dimana daerah akan dibantu sepenuhnya untuk memenuhi beban gaji
pegawai daerahnya, termasuk berbagai jenis tunjangan pegawai daerah
yang dikenal dengan pola Subsidi Daerah Otonom (SDO). Pada tahun
1972, selain Subsidi Daerah Otonomi terdapat transfer pusat ke daerah
atas dasar INPRES yang diberikan untuk membiayai kegiatan pemerintah
daerah. Untuk lebih jelasnya skema penerimaan bagi Negara yang berasal
dari pajak bumi dan bangunan (PBB), bea perolehan hak atas tanah dan
bangunan (BPHTP) dan penerimaan sumber daya alam.
Menurut Robert (2002) beberapa alasan perlunya dilakukan transfer
dana dari pusat ke daerah dengan sesuai dengan literatur ilmu ekonomi
publik dan keuangan Negara, yaitu :
1. Untuk mengatasi persoalan pertimbangan fiskal vertikal. Di
banyak Negara, pemerintah pusat menguasai sebagian besar
penerimaan utama Negara yang bersangkutan. Jadi,
pemerintah daerah hanya menguasai sebagian kecil sumber-
sumber penerimaan Negara. Kekurangan sumber penerimaan
daerah relatif terhadap kewajibannya ini akan menyebabkan
dibutuhkanya transfer dana dari pemerintah pusat.
2. Untuk mengatasi persoalan ketimpangan fiskal horizontal.
Pengalaman empirik menunjukan bahwa kemampuan daerah
untuk menghimpun pendapatannya sangat bervariasi. Ini
semua berimplikasi kepada besarnya basis pajak di daerah–
daerah yang bersangkutan. Disisi lain, daerah-daerah juga
sangat bervariasi dilihat dari kebutuhan belanja untuk
melaksanakan berbagai fungsi dan pelayanan publik. Hal ini
tercermin dari kesenjangan fiskal (fiscal gap) yang
merupakan selisih dari kebutuhan fiskal (fiscal needs) dengan
kapasitas fiskal (fiscal capacity), yang selayaknya ditutup
oleh transfer dari pemerintah pusat.
3. Daerah memerlukan subsidi agar dapat mencapai standar
pelayanan minimum, peran distributif dari sektor publik akan
lebih efektif jika dijalankan oleh pemerintah pusat, maka
penerapan standar pelayanan minimum disetiap daerah akan
lebih bisa dijamin oleh pemerintah pusat.
4. Untuk stabilitas, permasalahan yang timbul dari menyebar
atau melimpahnya efek pelayanan public ( interjurisdictional
spill-over effect).
5. Untuk stabilitas, transfer dana dapat di tingkatkan oleh
pemerintah ktika aktivitas perekonomian sedang lesu. Disaat
lain, bisa saja dana transfer ke daerah dikurangi manakala
perekonomian booming. Transfer untuk dana pembangunan
(capital grants) adalah merupakan instrument yang cocok
untuk tujuan ini. Namun kecermatan dalam
mengkalkulasikan sangat dibutuhkan agar tindakan tersebut
tidak berakibat merusak atau bertentangan dengan alasan
sebelumya.
2.2 Sumber Penerimaan Daerah
Penyelenggaraan tugas daerah dalam rangka desentralisasi dibiayai atas
beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Pada sisi penerimaan
dalam APBD termuat beberapa sumber penerimaan pemerintah daerah yaitu : sisa
anggaran tahun lalu, pendapatan asli daerah, dana perimbangan dan lain-lain
pendapatan daerah yang sah.
Penerimaan daerah dari sisi lebih perhitungan anggaran tahun yang lalu
adalah penerimaan anggaran tahun yang lalu dan telah dituangkan dalam APBD
namun tidak direalisasikan dengan baik karena penghematan dari belanja atau
adanya pos pengeluaran belanja yang tidak dilaksanakan.
Menurut UU No. 33 tahun 2004 tentang pertimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah menyebutkan bahwa dana
perimbangan adalah dana yang bersumber dari penerimaan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan kepada daerah untuk membiayai
kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana perimbangan
terdiri dari :
1) Bagian daerah dari penerimaan pajak bumi dan bangunan ; bea perolehan
hak atas tanah dan bangunan dan penerimaan dari sumber daya alam,
2) Dana Alokasi Umum dan
3) Dana Alokasi Khusus.
Dana Alokasi Umum (DAU) adalah dana yang berasal dari APBN yang
dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk
membiayai kebutuhan pengeluarannya dalam rangka pelaksanaan desentralisasi
(Zaini, 2005:16). DAU dimaksudkan sebagai pengganti dua transfer utama dari
pusat ke daerah yang selama ini dilakukan yaitu Subsidi Daerah Otonom (SDO)
dan Inpres. Jumlahnya ditetapkan sekurang-kurangnya 25 persen dari penerimaan
dalam negri dari APBN. Selanjutnya 10 persen dari dana tersebut akan
dialokasikan kepada propinsi dan sisanya 90 persen akan dialokasikan kepada
kabupaten/kota. DAU dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan
penyediaan jasa publik dengan memperhatikan potensi daerah, luas daerah,
keadaan geografi, jumlah penduduk dan tingkat pendapatan masyarakat di daerah.
Sehingga perbedaan antara daerah maju dan daerah yang belum berkembang
dapat diperkecil. Secara implisit DAU juga dimaksudkan untuk menetralisir
dampak ketimpangan antar daerah akibat bagi hasil sumber daya alam.
Dana Alokasi Khusus (DAK) adalah dana yang berasal dari APBN yang
dialokasikan kepada daerah untuk membantu membiayai kebutuhan tertentu.
DAK dimaksudkan untuk membiayai yang tidak dapat diperkirakan dengan
menggunakan formula DAU dan kebutuhan yang merupakan prioritas nasional di
daerah. DAK bertujuan untuk membantu membiayai kebutuhan khusus daerah.
Adapun sumber pembiayaan DAK salah satunya berasal dari dana reboisasi
dengan pembagian 40 persen untuk daerah dan 60 persen untuk pusat (D.Siregar,
2005 : 24).
Undang-undang No. 34 tahun 2004 menetapkan bahwa pinjaman daerah
adalah sebagai salah satu sumber penerimaan daerah dalam rangka pelaksanaan
desentralisasi yang dicatat dan dikelola dalam APBD. Pinjaman daerah dapat
bersumber dari dalam dan luar negeri.
PAD merupakan sumber pendapatan asli daerah yang dijadikan sebagai
barometer bagi potensi ekonomi suatu daerah, sekaligus pencerminan efektivitas
dan efiensi aparat pemerintah daerah dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
Pemerintah daerah memerlukan sumber-sumber pembiayaan untuk mengurus
rumah tangganya sendiri, tetapi mengingat tidak semua pembiayaan dapat
diberikan kepada daerah maka daerah diwajibkan untuk menggali semua sumber
keuangan sendiri berdasarkan peraturan perundangan-undangan yang berlaku.
2.3 Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan yang diperoleh daerah
yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan
perundangan-undangan, yang bertujuan untuk memberikan hubungan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
Dalam upaya meningkatkan Pendapatan Asli Daerah, daerah dilarang
menetapkan peraturan daerah tentang pendapatan yang menyebabkan ekonomi
biaya tinggi adalah proses ekonomi di suatu daerah atau negara yang memerlukan
atau mengeluarkan biaya yang lebih tinggi dari seharusnya akibat adanya
pemberlakuan tarif yang lebih tinggi ataupun pungutan-pungutan liar yang
seharusnya tidak ada serta sebagai akibat ‘budaya korupsi’. Pemerintah Daerah
dilarang menetapkan peraturan daerah tentang pendapatan yang menghambat
mobilitas penduduk, lalu lintas barang dan jasa antar daerah, dan kegiatan impor
atau ekspor. Yang dimaksud adalah peraturan daerah yang mengatur pengenaan
pajak dan retribusi oleh daerah terhadap objek - objek yang telah dikenakan pajak
oleh pusat dan propinsi sehingga menyebabkan menurunnya daya saing daerah.
Dalam pasal 79 Undang-undang No.22 tahun 1999 dicantumkan bahwa
sumber pendapatan daerah terdiri atas :
a. Pendapatan asli daerah, yang terdiri lagi atas :
1. Hasil Pajak daerah
2. Hasil Retribusi daerah
3. Hasil Perusahaan milik daerah, pengelolaan kekayaan daerah
b. Dana Perimbangan
c Pinjaman daerah
d. Lain-lain pendapatan daerah yang sah
2.3.1 Sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Untuk terus meningkatkan anggaran yang dapat digunakan untuk
membiayai kegiatanya, maka daerah Kabupaten / kota harus meningkatkan
sumber-sumber pendapatan asli daerahnya (PAD), yang antara lain berasal
dari, pajak daerah, retribusi daerah, laba Badan Usaha Milik Daerah
(BUMD), penerimaan dari dinas-dinas,dan penerimaan lain-lain.
Perolehan dari pajak dan retribusi daerah biasanya penyumbang
terbesar dalam pendapatan asli daerah (PAD) bagi sebagian besar
Kabupaten/kota. Pos ini tetap potensial untuk ditingkatkan lagi, baik melalui
ekstensifikasi maupun intensifikasi, misalnya bisa dilakukan pada pajak
restoran dan hotel, pajak hiburan, pajak reklame, misalnya biasa dilakukan
dengan memanfaatkan perusahaan-perusahaan besar ataupun perguruan
tinggi – perguruan tinggi swasta untuk memasang reklame di tempat
strategis dan sekaligus menyediakan fasilitas umum, seperti tempat
penyebaran dan halte-halte didekat kampus atau perusahaan besar tersebut.
Untuk retribusi masih banyak yang belum dimanfaatkan atau
dicobakan secara intensif, seperti retribusi sampah, pencetakan kartu tanda
penduduk (KTP) baik yang tetap mmaupun sementara, retribusi terminal,
retribusi tempat khusus parkir, retribusi pasar grosir atau pertokoan, dan
sebagainya. Penerimaan berbagai jenis pajak dan retribusi ini akan
mengikuti perkembangan ekonomi masyarakat. Artinya, jika ekonomi
masyarakat meningkat, penerimaan ini juga meningkat. Pemungutan
retribusi tempat-tempat wisata berpotensi untuk ditingkatkan. Intensifikasi
ini bukan berarti harus memberikan pungutan mahal untuk setiap
pengunjung, sebab tarif retribusi yang tinggi justru akan mengurangi minat
masyarakat untuk datang ke obyek wisata tersebut, sehingga akan
menurunkan penerimaan pemerintah dari retribusi tersebut. BUMD yang
dimiliki oleh Pemerintah Daerah, misalnya, Bank Pasar dan Perusahaan Air
Minum (PAM), maka tidak terlalu banyak peluang selain melaksanakan
intensifikasi atas BUMD ini. Bank Pasar dapat memberikan konstribusi
pemasukan cukup signifikan bagi pendapatan asli daerah (PAD) jika
dikelola secara efisien dan profesional. Sebagai lembaga kredit yang dekat
dengan nasabahnya, maka bank pasar ini dapat lebih memperluas
jangkauannya dengan semakin mendekatkan diri pada konsumen di setiap
pasar yang ada. Hal ini tidak berarti bahwa bank pasar ini dapat harus
membuka kantor di setiap pasar yang ada, karena akan menimbulkan infeksi
kalau pasarnya terlalu sempit atau terbatas, namun bias dengan mobile unit
atau membuka ‘lapak’ di pasar setiap pasar setiap pasaran. Yang lebih
penting lagi adalah adanya petugas pelaksanaan yang beroperasi di setiap
pasar untuk memberikan pelayanan kepada nasabahnya. Pola seperti ini
tidak semata-mata untuk mendapatkan laba bagi BUMD tersebut. Namun
lebih dari itu dimaksudkan untuk penyediaan lembaga kredit dan mobilisasi
dana yang “mudah, murah, prosedur sederhana dan cepat” bagi masyarakat
yang ingin menyimpan meminjam dananya, sehingga dapat lebih
mendorong perkembangan ekonomi masyarakat dan daerah.
2.3.2 Komponen Pendapatan Asli Daerah, terdiri dari :
a. Pajak Daerah
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara (peralihan kekayaan
dari sektor pemerintahan) berdasarkan undang - undang (dapat di
paksakan) dengan tidak mendapatkan jasa timbal balik untuk membiayai
pengeluaran umum (publik). Secara umum pajak didefinisikan sebagai
pengalihan sumber- sumber ekonomi dari sektor swasta ke sektor
pemerintah, namun untuk lebih jelasnya ada dua pengertian pajak
menurut ahli. Menurut Mr.Dr N.J. Feldmann pajak adalah prestasi yang
dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada penguasa (menurut norma-
norma yang ditetapkan secara umum), tanpa adanya kontraprestasi, dan
semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum
(Siti Resmi, 2000:1). Sedangkan menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro
pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara (peralihan kekayaan dari
secktor partikelir ke sektor pemerintah) berdasarkan undang-undang
(yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbale-balik yang
langsung dapat ditunjukkan, dan yang digunakan untuk menbiayai
pengeluaran umum publike uitgaven (Mardiasmo, 2000:1).
Berdasarkan Undang – Undang Dasar 1945 yang menempatkan
perpajakan sebagai salah satu perwujudan kewajiban kenegaraan,
ditegaskan bahwa penempatan beban kepada rakyat, seperti pajak dan
lain - lain harus ditetapkan dengan undang - undang. Pemungutan pajak
pada umumnya didasarkan pada peraturan tertentu, khusus di Indonesia
pemungutan pajak didasarkan pada pasal 23 ayat 2 UUD 1945 yang
menyatakan bahwa segala jenis pajak untuk keperluan negara harus
didasarkan pada undang-undang.
Pajak daerah sebagai salah satu pendapatan asli daerah diharapkan
menjadi salah satu sumber pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan
dan pembangunan daerah, untuk meningkatkan dan memeratakan
kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian daerah mampu
melaksanakan otonomi, mampu mengatur dan mengurus rumah
tangganya sendiri. Meskipun beberapa jenis pajak daerah sudah
ditetapkan dalam Undang-undang No.34 Tahun 2000, daerah kabupaten
atau kota diberi peluang dalam menggali potensi sumber-sumber
keuangannya dengan menetapkan jenis pajak selain yang telah
ditetapkan, sepanjang memenuhi Kriteria yang telah ditetapkan sesuai
dengan aspirasi masyarakat.
Menurut Undang-Undang No.18 tahun 1997 disebutkan bahwa
pajak daerah adalah, yang selanjutnya disebut pajak, yaitu iuran wajib
yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa
imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk
membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan
daerah.
Pasal 2 ayat (1) dan (2) didalam Undang-Undang nomor 18 tahun
1999 disebutkan bahwa pajak daerah yaitu :
Jenis pajak daerah Tingkat I terdiri dari :
a. Pajak kendaraan bermotor
b. Bea balik nama kendaraan bermotor
c. Pajak bahan bakar kendaraan bermotor
Jenis pajak daerah Tingkat II terdiri dari :
a. Pajak hotel dan restoran
b. Pajak hiburan
c. Pajak reklame
d. Pajak penerangan jalan
e. Pajak pengambilan dan pengelolaan bahan galian golongan C
f. Pajak pemanfaatan air bawah tanah dan air permukaan
Selanjutnya pasal pemanfaatan ini 3 ayat (1) dicantumkan tarif pajak
paling tinggi dari masing – masing pajak sebagai berikut :
a. Pajak kendaraan bermotor 5%
b. Pajak balik nama kendaraan bermotor 10%
c. Pajak bahan bakar kendaraan bermotor 5%
d. Pajak hotel dan restoran 10%
e. Pajak hiburan 35%
f. Pajak reklame 25%
g. Pajak penerangan jalan 10%
h. Pajak pengambilan dan pengelolaan bahan galian golongan C
i. Pajak pemanfaatan air bawah tanah dan air permukaan 20%
Tarif pajak daerah untuk tingkat I diatur dengan peraturan
pemerintah dan penetapanya seragam diseluruh Indonesia. Sedang untuk
daerah Tingkat II, selanjutnya ditetapkan oleh peraturan daerah masing-
masing dan peraturan daerah tentang pajak tidak dapat berlaku surut.
Memperhatikan sumber pendapatan asli daerah sebagaimana tersebut
diatas, terlihat sangat bervariasi.
Sedangkan menurut Siagian (1998) pajak daerah didefisinikan
sebagai pajak negara yang diserahkan kepada daerah dan dinyatakan
sebagai pajak daerah dengan undang – undang. Dari kedua pendapat
tersebut dapat disimpulkan bahwa pajak daerah adalah pajak Negara
yang diserahkan kepada daerah untuk dipungut berdasarkan peraturan
perundang – undangan yang dipergunakan guna membiayai pengeluaran
daerah sebagai badan hukum publik.
b. Retribusi Daerah
Retribusi adalah pungutan yang dilakukan oleh pemerintah
sehubungan dengan adanya suatu fasilitas jasa yang diberikan oleh
pemerintah kepada pembayarannya. Objek retribusi adalah berbagai jenis
jasa tertentu yang menurut pertimbangan sosial ekonomi layak dijadikan
objek retribusi.
Fisher (1996 : 174) mendefinisikan retribusi sebagai harga yang
dibebankan oleh pemerintah untuk jasa yang spesifik (specific services)
atau perlakuan khusus (privileges) dan digunakan untuk membiayai
sebagian atau semua atas jasa yang disediakan dan terus meningkat sejak
beberapa decade yang lalu. Retribusi daerah adalah pungutan daerah
sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus
disediakan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan
orang pribadi atau badan. Jadi, dalam hal retribusi daerah balas jasa dari
adanya retribusi daerah tersebut langsung dapat ditunjuk. Misalnya
retribusi jalan, karena kendaraan tertentu memang melalui jalan di mana
retribusi jalan tersebut dipungut. Juga retribusi pasar dibayar karena ada
penggunaan ruangan pasar tertentu oleh si pembayar retribusi itu.
Demikian juga, retribusi parker karena ada pemakaian ruangan tertentu
oleh si pemakai tempat parker (Suparmoko, 2002:85).
Selanjutnya menurut UU N0. 34 Tahun 2000 dan menurut PP No.
66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah menyebutkan retribusi daerah
yang selanjutnya disebut dengan retribusi adalah pungutan daerah
sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian ijin tertentu yang khusus
disediakan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan
orang pribadi atau badan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
retribusi daerah adalah pungutan yang dilakukan oleh pemerintah daerah
sebagai kontra prestasi yang telah diberikan oleh pemerintah daerah
terhadap mereka yang telah menikmati dan pelaksanaannya didasrakan
atas peraturan yang berlaku.Oleh karena itu, dalam terdapat pelaksanaan
pelayanan secara ekonomis, di mana pelaksanaan langsung dapat tunjuk
pada seseorang atau badan yang telah menikmati pelayanan Dalam arti
masing-masing yang berkepentingan sendiri diserahkan, apakah ia akan
menggunakan jasa dari daerah atau tidak, dan apabila ia akan
mempergunakan maka ia harus membayar retribusi menurut atau
berdasar peraturan daerah yang bersangkutan.
Menurut Rochmat Sumitra (2000:1) dan Erlita Dewi (2002:1)
mengatakan bahwa retribusi adalah pembayaran kepada Negara yang
dilakukan kepada mereka yang menggunakan jasa-jasa negara, artinya
retribusi daerah sebagai pembayaran atas pemakaian jasa atau karena
mendapat pekerjaan usaha atau milik daerah bagi yang berkepentingan
atau jasa yang diberikan oleh daerah, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Oleh karena itu setiap pungutan yang dilakukan oleh
pemerintah daerah senantiasa berdasarkan prestasi dan jasa yang
diberikan kepada masyarakat, sehingga keluasaan retribusi daerah
terletak pada yang dapat dinikmati oleh masyarakat. Jadi retribusi
sangat berhubungan erat dengan jasa layanan yang diberikan
pemerintah kepada yang membutuhkan.
Di dalam UU No.34 Tahun 2000, Retribusi daerah
dikelopokkan menjadi tiga macam, yaitu:
1. Retribusi Jasa Umum
Retribusi jasa umu merupakan suatu retribusi yang tidak bersifat jasa
usaha ataupun retribusi perizinan tertentu, di mana penarikannya
merupakan wewenang daerah dalam rangka pelaksanaan
desentralisasi. Dengan adanya retribusi ini diharapkan memberikan
manfaat khusus bagi orang/pribadi atau badan yang diharuskan
membayar retribusi, di samping untuk melayani kepentingan dan
kemanfaatan umum serta nantinya diharapkan akan memungkinkan
suatu kualitas pelayanan yang lebih baik.
Jenis-jenis Retribusi Jasa Umum adalah:
a. Retribusi Pelayanan Kesehatan
b. Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan
c. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan
Akte Catatan Sipil
d. Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat
e. Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum
f. Retribusi Pelayanan Pasar
g. Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor
h. Retrubusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran
i. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta
j. Retribusi Pengujain Kapal Perikanan
2. Retribusi Jasa Usaha
Sifat Retribusi Jasa Usaha bukan pajak dan bukan retribusi jasa
umum atau retribusi perizinan tertentu. Jasa yang bersangkutan
merupakan jasa yang bersifat komersial yang seyogyanya disediakan
oleh swasta tetapi belum memadai atau terdapatnya harta yang
dimiliki/dikuasai daerah yang belum dimanfaatkan secara penuh oleh
pemerintah daerah. Adapun jenis dari jenis retribusi jasa usaha ini
meliputi:
a. Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah
b. Retribusi Pasar Grosir dan/atau Prtokoan
c. Retribusi Tempat Pelelangan
d. Retribusi Terminal
e. Retribusi Tempat Khusus parker
f. Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggarahan/Villa
g. Retribusi Penyedotan Kakus
h. Retribusi Rumah Potong hewan
i. Retribusi Pelayanan Pelabuhan Kapal
j. Retribusi Tempat Rekreasi dan Olah raga
k. Retribusi Penyebrangan di Atas air
l. Retribusi Pengolahan Limbah Cair
3. Retribusi Perizinan Tertentu
Obyek Retribusi Perizinan Tertentu adalah kegiatan tertentu
pemerintah daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi
atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan,
pengendalian, dan pengawasan atau kegiatan pemanfaatan ruang,
penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana, atau
fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga
kelestarian lingkungan. Retribusi Perizinan Tertentu akan dikenakan
pada orang pribadi atau badan yang memperoleh izin tertentu dari
pemerintah daerah.
Adapun Jenis-jenis Retribusi Perizinan Tertentu adalah:
a. Retribusi Izin Mendirikan Bangunan
b. Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol
c. Retribusi Izin Gangguan
d. Retribusi Izin Trayek
c. Perusahaan Daerah (Penerimaan Hasil Badan Usaha Milik Daerah dan
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah lainya)
Dalam usaha menggali sumber pendapatan daerah dapat dilakukan
dengan berbagai cara, selama tidak bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yamg berlaku. Salah satu sumber pendapatan asli
daerah yang sangat penting dan perlu mendapat perhatian khusus adalah
perusahaan daerah.
Perusahaan Daerah adalah kesatuan produksi yang bersifat:
a. Memberi jasa
b. Menyelenggarakan pemanfaatan umum
c. Memupuk pendapatan
Tujuan perusahaan daerah untuk turut serta melaksanakan
pembangunan daerah khususnya dan pembangunan kebutuhan rakyat
dengan mengutamakan industrialisasi dan ketentraman serta ketenangan
kerja menuju masyarakat yang adil dan makmur.
Perusahaan daerah bergerak dalam lapangan yang sesuai dengan
urusan rumah tangganya menurut perundang-undangan yang mengatur
pokok-pokok pemerintahan daerah.
Cabang-cabang produksi yang penting bagi daerah dan menguasai
hajat hidup orang banyak di daerah, yang modal untuk seluruhnya
merupakan kekayaan daerah yang dipisahkan.
Perusahaan daerah sebagai dinamisator perekonomian daerah yang
berarti harus mampu memberikan rangsangan atau stimulus bagi
perkembangan perekonomian daerah sebagai penghasil pendapatan
daerah. Ini berarti perusahaan daerah harus mampu memberikan manfaat
ekonomis sehingga terjadi keuntungan yang dapat disetorkan ke kas
daerah.
Perusahaan daerah merupakan salah satu komponen yang
diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pendapatan daerah, tapi
sifat utama dari perusahaan daerah bukanlah berorientasi pada profit,
akan tetapi justru memberikan jasa dan menyelenggarakan fungsi ganda
yang harus tetap terjamin keseimbangannya yakni fungsi social dan
fungsi ekonomi. Walaupun demikian tidak berarti perusahaan daerah
tidak dapat memberikan kontribusi maksimal bagi ketangguhan keuangan
daerah. Pemenuhan fungsi sosial oleh perusahaan daerah dan keharusan
untuk mendapat keuntungan yang memungkinkan perusahaan daerah
dapat memberikan sumbangan bagi pendapatan daerah.
2.4 Studi Empiris
Sebelumnya setelah ada beberapa penelitian mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah. Berikut ini adalah beberapa penelitian
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah yang telah
dilakukan oleh beberapa peneliti, antara lain :
Yunawati (2002) dalam analisanya dikatakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu
Jumlah Industri, Wisatawan Mancanegara, Wisatawan Nusantara, dan PDRB
DIY. Penelitian ini mengkaji sejauh mana variabel independen yaitu Jumlah
Industri, Wisatawan mancanegara, Wisatawan Nusantara, dan PDRB
mempengaruhi variabel dependen yaitu Pendapatan Asli Daerah. Alat analisis
yang digunakan meliputi pengujian estimasi, koefisien determinasi(R), pengujian
statistik, pengujian Asumsi Klasik, (Pengujian Autokorelasi, Uji
Heterokedastisitas, Uji Multikolinieritas), analisis elastisitas. Adapun hasil dari
penelitianya Variabel jumlah Industri berpenggaruh signifikan positif terhadap
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Variabel Wisatawan Mancanegara berpengaruh
signifikan positif terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Variabel Wisatawan
Nusantara berpengaruh signifikan negatif terhadap Pendapatan Asli Daerah
(PAD) DIY. Variabel PDRB berpengaruh signifikan positif terhadap Pendapatan
Ali Daerah (PAD) DIY dengan pengujian serempak menunjukan bahwa variable
bebass yaitu Jumlah Industri, Wisatawan Mancanegara, Wisatawan Nusantara,
PDRB secara bersama-sama dapat mempengaruhi besarnya Pendapatan Asli
Daerah (PAD) DIY.
Tri cahyono (2002) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis faktor-
faktor yang mempengaruhi Pendapatan Asli Derah Kabupaten Karang Anyar yaitu
PDRB, investasi, jumlah penduduk, dan pendapatan per kapita Hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini adalah bahwa variabel PDRB, investasi, jumlah
penduduk dan pendapatan perkapita masyarakat berpengaruh terhadap besarnya
PAD kabupaten Karanganyar Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data sekunder runtun waktu (time series) mulai tahun 1990-2002. Metode yang
digunakan adalah regresi linier berganda dengan model log dilanjutkan dengan uji
statistik uji t (uji parsial), uji F (analisis varian) uji R2 (koefisien determinasi) serta
uji asumsi klsik yaitu uji multikolinieritas, heterokedasitas dan autokorelasi. Dari
hasil analisis diperoleh bahwa baik secara individu maupun secara bersama-sama
besarnya PDRB, investasi, jumlah penduduk, pendapatan perkapita masyarakat
berpengaruh signifikan terhadap besarnya PAD Kabupaten Karanganyar tahun
2010 meningkat secara meyakinkan. Implementasi kebijakan/yang disarankan
dalah peningkatan kinerja perekonomian pada sektor-sektor dominan yang ada di
Kabupaten Karanganyar.
Bramantio Lynarsatia (2000) dalam penelitian yang berjudul “Analisis
Perkembangan Industri Pariwisata dan Pengaruhnya Terhadap Pendapatan Asli
Daerah di kota Surakarta Tahun 1990-2000” bertujuan untuk mengetahui
pengaruh jumlah kamar hotel, jumlah wisatawan dan biro perjalanan wisata
terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Surakarta. Metode penelitian yang
digunakan adalah analisis data sekunder yang mengambil lokasi penelitian di Kota
Surakarta. Analisis yang digunakan adalah analisis kualitatif dan analisis
kuantitatif. Model analisis kuantitatif yang digunakan adalah analisis trend linier
dan analisis regresi berganda. Hal ini menunjukkan bahwa variabel jumlah kamar
hotel, jumlah wisatawan dan biro perjalanan wisata berpengaruh positif terhadap
Pendapatan Asli Daerah Surakarta. Bila dilihat dari analisis data di atas maka
saran yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah pihak pemerintah lebih
meningkatkan fasilitas dalam sektor pariwisata yang diiharapkan dapat
meningkatkan Pendapatan Asli Daerah. Disamping itu pihak Pemerintah juga
lebih meningkatkan keberadaan biro perjalanan wisata mengingat variabel
tersebut merupakan variabel terbesar yang mempengaruhi PAD maupun lama
tinggal wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara di Kota Surakarta.
Suntono (2005) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Pendapatan
Asli Daerah terhadap perkembangan pembangunan di kota Semarang tahun
2005”. Dalam pembahasannya disebutkan berdasrakan hasil pengujian regresi
linier sederhana diperoleh model regresi yang berarti atau signifikan,, kecuali
regresi antara hasil usaha milik daerah dengan Produk Domestik Regional Bruto
(Y). Demikian pula dengan koefisien regresinya signifikan, kecuali koefisien
antara hasil usaha milik daerah dengan Produk Domestik Regional Bruto (Y). Hal
ini menunjukan bahwa pajak daerah dan retribusi daerah berpengaruh terhadap
perkembangan pembangunan di kota Semarang setiap tahunnya. Sumbangan
terkecil dalam menyokong perkembangan pembangunan di Kota Semarang yaitu
dari hasil usaha milik daerah.
Berdasarkan hasil uji regresi linier ganda antara pajak daerah, retribusi
daerah dan hasil usaha milik daerah dengan Produk Domestik Regional Bruto (Y)
menghasilkan model regresi linier ganda yang signifikan. Hal ini menunjukan
bahwa model regresi dapat dipakai untuk memprediksi perkembangan
pembangunan di Kota Semarang. Arah hubungan yang positif pada hasil korelasi
di atas menunjukan bahwa semakin besar pajak daerah, retribusi daerah dan hasil
usaha milik daerah akan menyebabkan perkembangan pembangunan di Kota
Semarang cenderung semakin meningkat
Mohammad Riduansyah (2003) dalam penelitiannya yang berjudul
“Kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap Pendapatan Asli daerah
(PAD) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) guna mendukung
pelaksanaan otonomi daerah Kota Bogor”. Dalam penelitiannya disebutkan bahwa
total kontribusi komponen pajak daerah terhadap penerimaan APBD dalam kurun
waktu tahun anggaran 1993/1994-2000 berkisar antara 7,07% - 8,79%, dengan
rata-rata kontribusi per tahunnya sebesar 7,81% dengan pertumbuhan per tahun
22,89%. Kontribusi pajak terbesar terhadap total penerimaan APBD diberikan
oleh pajak hotel dan restoran serta pajak hiburan. Pajak hotel dan restoran pada
periode ini memberikan rata-rata kontribusi sebesar 3,06% per tahunnya dan
tumbuh rata-rata sebesar 32,64% per tahun. Sedangkan pajak hiburan, pada kurun
waktu yang sama memberikan rata-rata kontribusi sebesar 1,96% per tahun dan
tumbuh rata-rata sebesar 8,58% per tahunnya. Untuk kontribusi komponen
retribusi daerah terhadap total penerimaan APBD dalam kurun waktu tahun
anggaran 1993/1994 – 2000 berkisar antara 8,36%--23,05%, dengan rata-rata
kontribusi per tahunnya sebesar 15,61% dengan pertumbuhannya per tahun
5,08%. Kontribusi retribusi terbesar terhadap total penerimaan APBD diberikan
oleh retribusi pasar dan retribusi terminal. Retribusi pasar pada periode ini
memberikan rata-rata kontribusi sebesar 3,25% per tahunnya dan tumbuh rata-rata
sebesar 3,25% per tahunnya dan tumbuh rata-rata sebesar 1,44% per tahun.
Sedangkan retribusi terminal, pada kurun waktu yang sama memberikan rata-rata
kontribusi sebesar 2,93% per tahun dan tumbuh rata-rata sebesar 5,02% per
tahunnya. Dari data yang diperoleh, terlihat bahwa kontribusi komponen pajak
daerah dan retribusi daerah terhadap penerimaan APBD Pemerintah daerah Kota
Bogor sangat fluktuatif. Hal ini banyak diakibatkan karena terjadinya perubahan
peraturan perundang-undangan dalam kurun waktu tahun anggaran 1993/1994 –
2000, terakhir dengan diberlakukan UU No. 34/2000 sebagai revisi dari UU No.
18/1997. Pemberlakuan undang-undang yang berbeda-beda ini menyebabkan jenis
pajak daerah dan retribusi daerah mengalami banyak perubahan, antara lain
menyebabkan penghapusan jenis pajak daerah dan retribusi daerah dan di saat
yang sama juga memberikan peluang dimungkinkannnya ditarik jenis retribusi
maupun pajak daerah yang baru. Untuk mendukung pelaksanaan otonomi daerah,
kiranya perlu bagi Pemerintah Daerah Bogor untuk memperhatikan peluang yang
ada. Dengan diberlakukannya Undang-Undang No. 34 Tahun 2000, pemerintah
daerah dapat membuat pajak daerah serta retribusi baru asalkan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku serta kewenangan yang dimilikinya.
Langkah ini merupakan bentuk pelaksanaan penarikan pajak daerah dan retribusi
daerah yang telah diberlakukan sebelumnya.
Analisis hubungan pendapatan pajak daerah dan retribusi daerah terhadap
anggaran belanja daerah (ABD) kota Depok periode 2000-2004 . (Muhammad
Adam Hesa, 2006). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana
pengaruh pajak dan retribusi daerah terhadap ABD, data yang diambil dalam
penelitian ini diperoleh dari Dinas Pendapatan Daerah (Dipenda) kota Depok
berupa laporan realisasi penerimaan pajak dan retribusi daerah serta ABD pada
periode 2000-2004. Metode penelitian yang digunakan adalah metode uji korelasi,
regresi sederhana, uji determinasi. Berdasarkan hasil penelitiannya diketahui
bahwa kedua variabel independen yaitu pajak daerah dan retribusi daerah
mempunyai hubungan yang tidak signifikan terhadap ABD.
Analisisi faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan Pendapatan Asli
Daerah (PAD) di kabupaten Karawang ( Ahmad Najib, 2006). Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh pajak daerah, retribusi daerah, hasil
perusahaan milik daerah, serta pendapatan lain-lain yang sah terhadap penerimaan
PAD pada kabupaten Karawang. Data yang digunakan adalah laporan bulanan
Pendapatan Asli Daerah selama 1 periode yaitu tahun 2001-2005. Penelitian ini
menggunakan metode regresi linier berganda yang kemudian dilakukan uji F dan
T yang telah dinyatakan bebas dari uji asumsi klasik. Berdasarkan hasll
penelitiannya dapat diketahui bahwa keempat variabel independen (Pajak daerah,
retribusi, perusahaan milik daerah, serta pendapatan lain yang sah) berpengaruh
secara signifikan terhadap penerimaan PAD Kabupaten Karawang.
tidak
tidak
ya
2.5 Diagram Kerangka Pemikiran
Retribusi Daerah
Badan Usaha Milik Daerah
Pendapatan Asli Daerah
Uji Stasioneritas Data dengan PP Test
Stasioner?
Dilihat apakah variable yang diuji stasioner pada ordo yang sama
Stasionerkan data dengan differencing
Uji Derajat Integrasi Keluarkan dari
pengujian
Analisis Pengaruh Pajak Daerah, Retribusi Daerah, dan Badan Usaha Milik Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Tangerang
Tahun 2003 - 2009
Uji Asumsi Klasik
Pajak
Daerah
Analisa hasil/pengujian
2.6 Hipotesa Penelitian
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel Pajak Daerah (X1)
Diduga Pajak Daerah mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
Pendapatan Asli Daerah
Ho = diduga Pajak Daerah tidak berpengaruh signifikan terhadap
Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Ha = diduga Pajak Daerah berpengauh signifikan terhadap PAD
2. Variabel Retribusi Daerah (X2)
Diduga Retribusi Daerah mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap Pendapatan Asli Daerah
Ho = diduga Retribusi Daerah tidak berpengaruh signifikan terhadap
Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Ha = diduga Retribusi Daerah berpengaruh signifikan terhadap PAD
3. Variabel BUMD (X3)
Diduga BUMD mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
Pendapatan Asli Daerah
Ho = diduga Jumlah Hasil Industri Perusahaan / BUMD tidak
berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Ha = diduga hasil BUMD berpengaruh signifikan terhadap PAD
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Ruang lingkup penelitian
Ruang lingkup pada penelitian ini yaitu tentang Analisis Pengaruh
Pajak Daerah, Retribusi Daerah, dan Badan Usaha Milik Daerah terhadap
Pendapatan Asli Daerah Kota Tangerang Tahun 2003 - 2009. Dimana dalam
penelitian ini akan dilihat seberapa besar pengaruh variabel-variabel
independen terhadap variabel dependen.
Model yang digunakan akan diestimasikan dengan model OLS (Ordinary
Least Square), pengujian Stasioner, pengujian Derajat Integrasi, dan
pengujian Asumsi Klasik. Pertimbangannya karena metode ini mempunyai
keunggulan, yaitu teknis yang kuat, serta mudah dalam perhitungan dan
penarikan interpretasinya.
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah studi kolerasional yaitu suatu penelitian yang
menjelaskan keterkaitan atau hubungan antar variabel. Maksudnya penelitian
ini ingin melihat hubungan antara variabel - variabel bebas dengan variabel
tidak bebas serta mencoba menjelaskan seberapa besar dan dan seberapa
signifikan masing – masing variabel bebas tersebut mempunyai hubungan
dengan variabel tidak bebas.
3.2 Lokasi dan waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan diKota Tangerang, waktu pengumpulan data
dilakukan mulai Juni sampai Desember 2010.
3.3 Data dan Tehnik Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini, adalah data sekunder secara
berkala (time series data), dimana data dikumpulkan melalui studi kepustakaan
(literary study). Dalam tehnik ini, dikumpulkan berbagai informasi (berupa
materi-materi dan data-data) yang berasal dari telaah kepustakaan, yang termuat
dalam hasil publikasi data, yang diperoleh baik melalui media elektronik,
maupun media cetak. Periode waktu yang dipilih adalah Triwulan pada Triwulan
periode 2003 : 1 – 2009 : 4 diantaranya adalah berikut :
a. Pendapatan Asli Daerah (PAD) periode Triwulan, januari 2003 sampai
dengan desember 2009
b. Pendapatan Pajak Daerah periode Triwulan, januari 2003 sampai
dengan desember 2009
c. Pendapatan Retribusi Daerah periode Triwulan, januari 2003 sampai
dengan desember 2009
d.Jumlah hasil Industri Perusahaan / BUMD yang berada di Kota
Tangerang periode Triwulan, januari 2003 sampai dengan desember 2009
3.4 Definisi Operasional
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa data yang digunakan
adalah data sekunder dalam bentuk pencatatan dari Badan Pusat Statistik (BPS),
Kota Tangerang dalam bentuk angka, Kantor Pelayanan Pajak Daerah Kota
Tangerang, (bappeda) Badan Perancangan Pembangunan Daerah Kota Tangerang.
Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Tangerang (DPKAD) Daerah
Kotamadya Tangerang. Data tersebut disusun mulai dari tahun 2002 sampai
dengan tahun 2008 yang kemudian dimasukkan ke dalam beberapa variabel.
Adapun variabel yang digunakan adalah :
1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Dana Pendapatan Asli Daerah yang digunakan adalah data PAD
Kota Tangerang dalam APBD Kota Tangerang dari tahun 2003
sampai dengan tahun 2009, yang berasal dari buku Kota Tangerang
dalam nominal rupiah.
2 Pajak Daerah
Pajak Daerah yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
Pajak Daerah kota tangerang dari tahun 2003 sampai dengan tahun
2009, yang berasal dari buku Pajak kabupaten/kota se Indonesia.
Dalam nominal rupiah.
3. Retribusi Daerah
Data jumlah Retribusi Daerah yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data Retribusi Daerah, dari tahun 2003 sampai 2009
(ditanyakan dalam jumlah rupiah) yang diterbitkan oleh BPS, Kota
Tangerang dalam bentuk angka.
4. Jumlah hasil Badan Usaha Milik Daerah
Data jumlah hasil BUMD yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data jumlah perusahaan di Kota Tangerang dari tahun 2003
sampai 2009 (dinyatakan dalam jumlah rupiah) yang diterbitkan
oleh BPS, Kota Tangerang dalam bentuk angka.
3.5 Variabel dan Pengukuran
Variabel tidak bebas
Pendapatan Asli Daerah, yang terdiri dari :
- Pajak Daerah
- Retribusi Daerah
- Keuntungan Perusahaan Milik Daerah
Pendapatan Asli Daerah dilambangkan dengan (PAD), dalam rupiah,
konstan kuartalan, periode 2003-2009.
Variabel bebas
a. Pajak Daerah, dilambangkan dengan (X1) dalam rupiah, konstan
triwulan periode 2003-2009.
b. Retribusi Daerah, dilambangkan dengan (X2) dalam satuan unit,
konstan triwulan periode 2003-2009.
c. Jumlah Industri Perusahaan / BUMD di Kota Tangerang, dilambangkan
dengan (X3) dalam satuan unit, konstan triwulan periode 2003-2009.
3.6 Metode Analisis Data
3.6.1 Metode Regresi Linier Berganda
Yaitu analisis yang digunakan untuk mengetahui apakah variabel
independen (untuk berganda melebihi satu variabel) secara individu
berpengaruh terhadap variabel dependen, sehingga dapat ditarik kesimpulan
yang mengarah pada tujuan penelitian. Dengan bentuk umum dari fungsi
Pendapatan Asli Daerah sebagai berikut :
PAD = ƒ (X1,X2,X3)
Sehingga diperoleh model ekonometrika sebagai berikut :
Y = βo + β1X1 + β2X2 + β3X3 + è
Keterangan :
Y = Pendapatan Asli Daerah
X1 = Pajak Daerah
X2 = Retribusi Daerah
X3 = Jumlah Perusahaan / BUMD
è = Faktor Kesalahan (error term)
β0 = Adalah Konstanta Regresi
β1,β2,β3 = Adalah Koefisien Regresi
3.6.2 Pemilihan Model Regresi
Sebuah model ekonomi berkaitan dengan sesuatu himpunan struktur
yang ditentukan oleh hubungan antara variabel - variabel ekonomi.
Sehingga untuk mendapatkan sebuah stuktur terlebih dahulu kita membuat
spesifikasi model yang sesuai dengan teori ekonomi. Jika model sudah
dispesifikasi dengan menyebutkan satu persatu variable yang ada dalam
model, berikutnya adalah spesifikasi fungsi dari model dengan menetapkan
hubungan fungsional antar variable independent dengan variable dependent.
Dimana fungsional yang terjadi biasanya linear dan non linear yang dapat di
transformasikan kedalam bentuk linear. Salah satu cara untuk menentukan
apakah model yang digunakan linear atau non linear adalah dengan MWD
test (Mackinnon, H. White, and R. Davidson).
Pemilihan model regresi ini menggunakan uji Mackinnon, White and
Davidson (MWD) yang bertujuan untuk menentukan apakah model yang
akan digunakan berbentuk linear atau log linear. Persamaan metematis
untuk model regresi linier dan regresi linier adalah sebagai berikut :
Linier Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + e
Log Linier ln Y = ά + ά1X1lnX1 + ά2X2lnX2 + ά3X3lnX3 + e
Untuk melakukan uji MWD ini kita asumsikan bahwa :
Ho : Y adalah fungsi linier dari variabel independent X (model linier)
H1 : Y adalah fungsi log linier dari variabel independent X (model log linier)
Adapun prosedur metode MWD adalah sebagai berikut:
1. Estimasi model linier dan dapatkan nilai prediksinya (fitted value) dan
selanjutnya dinanai F1
2. Estimasi model log linier dan dapatkan nilai prediksinya, dan selanjutnya
dinamai F2
3. Dapatkan nilai Z1 = ln F1 – F2 dan Z2 = antilog F2 – F1
4. Estimasi persamaan berikut ini:
Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + e
Jika Z1 signifikan secara statistic melalui uji t maka kita menolak hipotesis
nul dan model yang tepat digunakan adalah model log linier dan sebaiknya
jika tidak signifikan maka kita menerima hipotesis nul dan model yang tepat
digunakan adalah model linier.
5. Estimasi persamaan berikut ini
Y = α0 + α1 lnX1 + α2 lnX2 + α3 lnX3 + e
Jika Z2 signifikan secara statistic melalui uji-t maka kita menolak hipotesis
alternative dan model yang tepat untuk digunakan adalah model log linier dan
sebaiknya jika tidak signifikan maka kita menerima hipotesa alternative dan
model yang tepat untuk digunakan adalah model linier.
Linier Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + e
Log Linier ln Y = ά0 + ά1X1lnX1 + ά2X2lnX2 + ά3X3lnX3 + e
Y = Pendapatan Asli Daerah ; X1 = Pajak Daerah ; X2 = Retribusi Daerah ; X3
= Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) ; dan e = adalah residual masing –
masing model regresi.
3.6.3 Pengujian Hipotesis
Pengujian – pengujian hipotesa yang dilakukan pada teknik OLS, meliputi :
Uji individu (uji-t)
Digunakan untuk melihat tingkat signifikasi hubungan dari
masing – masing variabel bebas dengan variabel tidak bebas, yana
dilakukan dengan membandingkan nilai probablitas t-hitung terhadap
nilai kritis (α5%)
Jika prob tstat > α5% maka Ho: diterima dan/atau Ha:ditolak,
artinya variabel bebas yang di uji, tidak mempunyai hubungan yang
signifikan dengan variabel tidak bebas.
Jika prob tstat < α5% maka Ho:ditolak dan/atau Ha:diterima,
artinya variabel bebas yang diuji, mempunyai hubungan yang
signifikan dengan variabel tidak bebas.
Uji serentak (uji-f)
Digunakan untuk melihat tingkat signifikasi hubungan dari
semua variabel bebas terhadap variabel tidak bebas, yang dilakukan
dengan membandingkan nilai probablitas F-hitung terhadap nilai
kritis (α5%)
Jika prob Fstat > α5% maka Ho:diterima dan/atau Ha:ditolak, artinya
semua variabel bebas tidak mempunyai hubungan yang signifikan
dengan variabel tidak bebas.
Jika prob Fstat < α5% maka Ho:ditolak dan/atau Ha:diterima, artinya
semua variabel bebas mempunyai hubungan yang signifikan dengan
variabel tidak bebas.
Interpretasi Hasil Regresi
Adjusted R-squared
Nilai R-squared besarnya antara 0 (nol) persen sampai 100 (seratus)
persen (0% < r² <100%). Jika perhitungannya semakin mendekati
nilai 100%, maka model tersebut semakin baik, karena variabel-
variabel bebas yang dimaksud memang benar-benar memberikan
pengaruh/kontribusi terhadap variabel bebas.
Koefisien variable
Analisa terhadap koefisien variabel, dilakukan untuk mengetahui
seberapa besar perubahan yang terjadi terhadap variabel tidak bebas,
sebagai akibat adanya perubahan dari masing-masing variabel bebas,
jika mengalami perubahan sebesar 1 (satu) satuan, dengan asumsi
ceteris paribus.
3.6.4 Uji Stasioneritas
Dalam ekonometrika dikenal dengan beberapa pengujian unit root
dan data ekonomi makro pada umumnya adalah time series yang rentan
dengan ketidakstasioneran, untuk itu sebelumnya dilakukan uji stasioneritas.
Tujuan uji stasioner ini adalah agar meannya stabil dan random errornya = 0,
sehingga model regresi yang diperoleh adalah regresi semu.
Uji Phillips-Perron memasukkan adanya autokorelasi di dalam
variabel gangguan dengan memasukkan variabel independen berupa
kelambanan diferensi. Phillips-Perron (PP) membuat uji akar unit dengan
menggunakan metode statistik nonperametrik dalam menjelaskan adanya
autokorelasi antara variabel gangguan tanpa memasukkan variabel penjelas
kelambanan diferensi. Adapun uji akar unit dari PP sebagai berikut:
ΛYt = a0 + a1T + yYt-1 + et
Dimana t = adalah trend waktu
Statistik distributif t tidak mengikuti statistik distributif normal
tetapi mengikuti distributif statistik PP sedangkan nilai kritisnya digunakan
nilai kritis yang dikemukakan oleh Mackinnon.
Prosedur untuk menentukan apakah data stasioner atau tidak
dengan cara membandingkan antara nilai statistik PP dengan nilai kritisnya
yaitu distribusi statistik Mackinnon. Jika nilai absolut statistik PP lebih besar
dari nilai kritisnya, maka data yang diamati menunjukkan stasioner dan jika
sebaliknya nilai absolut statistik PP lebih kecil dari nilai kritisnya maka data
tidak stasioner.
Langkah-langkah pengujian sebagai berikut:
Hipotesis:
Ho : Data tersebut tidak stasioner pada drajat Nol
Ha : Data tersebut stasioner pada derajat Nol
Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria:
Jika PP test statistik > PP tabel (critical value α = ....%) maka Ho ditolak
Jika PP test statistik < PP tabel (critical value α = ....%) maka Ha diterima
* critical value, 5% atau 10%
3.6.5 Uji Derajat Integrasi
Dalam uji akar unit PP bila menghasilkan kesimpulan bahwa data
tidak stasioner, maka diperlukan proses diferensi data. Uji stasioner data
melalui proses diferensi ini disebut uji derajat integrasi. Adapun formulasi uji
derajat integrasi dari PP sebagai berikut:
Λ2Yt = a0 + a1T + yΛYt-i + et
Dimana:
Λ2Yt = ΛYt – ΛYt-1
Seperti uji akar unit PP, keputusan sampai pada derajat keberapa suatu
data akan stasioner dapat dilihat dengan membandingkan antara nilai statistik
PP yang diperoleh dari koefisien y dengan nilai kritis distribusi statistik
Mackinnon. Jika nilai absolut dari statistik PP lebih besar dari nilai kritisnya
pada diferensi tingkat pertama, maka data dikatakan stasioner pada derajat
satu. Akan tetapi, jika nilainya lebih kecil maka uji derajat integrasi perlu
dilanjutkan pada diferensi yang lebih tinggi sehingga diperoleh data yang
stasioner.
Langkah-langkah pengujian sebagai berikut:
Hipotesis:
Ho : Data tersebut tidak stasioner pada derajat 1, 2, ........ dst
Ha : Data tersebut stasioner pada derajat 1, 2, .........dst
Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria:
Jika PP test statistik > PP tabel (critical value α = ... %) maka Ho ditolak
Jika PP test statistik < PP tabel (critical value α = ... %) maka Ha diterima
3.6.6 Metode Pengujian Asumsi Klasik
Dalam metode ini, yang digunakan adalah pengujian normalitas,
multikolinearitas, heteroskedastisitas dan autokorelasi, dimana :
A. Normalitas
Normalitas, artinya suatu keadaan dimana diasumsikan bahwa
distribusi probabilitas dari kesalahan pengganggu memiliki nilai
rata-rata yang diharapkan sama dengan nol, tidak berhubungan dan
mempunyai varians yang tetap. Pengujiannya dilakukan dengan
membandingkan nilai probabilitas JB-hitung terhadap nilai kritis
(α5%) dimana :
Jika prob JBstat > 5% maka Ho: diterima dan/atau Ha: ditolak, artinya
data terdistribusi secara normal
Jika prob JBstat < 5% maka Ho: ditolak dan/atau Ha: diterima, artinya
data terdistribusi secara normal
Hipotesis: Ho: data terdistribusi secara normal dan Ha: data tidak
terdistribusi secara normal
B. Multikolinearitas
Multikolinearitas, artinya suatu keadaan dimana terdapat hubungan
yang signifikan antara 2 (dua) atau lebih variable bebas dalam
model regresi. Pengujiannya dilakukan dengan membandingkan
nilai probabilitas f-hitung terdapat nilai kritis (α5%), dimana :
jika prob fstat > α5% maka Ho:diterima dan/atau Ha:ditolak, artinya tidak
ada multikolinearitas
jika prob fstat < α5% maka Ho:ditolak dan/atau Ha:diterima, artinya ada
multikolinearitas
Hipotesis: Ho:tidak ada multikolinearitas dan Ha:ada multikolinearitas
C. Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas, artinya suatu keadaan terjadi ketidaksamaan
varians dalam suatu model regresi. Pengujiannya dilakukan dengan
membandingkan nilai probabilitas Observasi R-square terhadap nilai
kritis (α5%), dimana :
jika prob Obs R-square > α5% maka Ho:diterima dan/atau Ha:ditolak,
artinya tidak ada heteroskedastitas
jika prob Obs R-square < α5% maka Ho:ditolak dan/atau Ha:diterima,
artinya ada heteroskedastisitas
Hipotesis: Ho: tidak ada heteroskedastisitas dan Ha: ada
heteroskedastisitas
D. Autokorelasi
Autokorelasi, artinya suatu keadaan dimana kesalahan pengganggu
dari periode saat ini, berkorelasi dengan kesalahan pengganggu dari
periode sebelumnya, dimana kesalahan pengganggu ini saling
berhubungan satu sama lain. Pengujiannya dilakukan dengan
membandingkan nilai probabilitas Observasi R-square terhadap nilai
kritis (α5%), dimana:
jika prob Obs R-square > α5%, maka Ho:diterima dan/atau
Ha:ditolak, artinya tidak ada autokorelasi
jika prob Obs R-square < α5%, maka Ho:ditolak dan/atau
Ha:diterima, artinya ada autokorelasi
Hipotesis: Ho: tidak ada autokorelasi dan Ha: ada autokoralesi.
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi dan Objek Penelitian
4.1.1 Pembentukan Kota Tangerang
Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun
2000 tentang Pembentuka Propinsi Bnaten, perkembangan dan kemajuan
Propinsi Jawa Barat, khususnya Kabupaten Srerang, Kabupaten
Pandeglang, Kabupaten Lebak, Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang,
dan Kota Tangerang Selatan, dan Kota Cilegon, serta adanya aspirasi yang
berkembang dalam masyarakat, dipandang perlu untuk meningkatkan
penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan
pembinaan kemasyarakatan guan menjamin perkembangan dan kemajuan
dimaksud pada masa yang akan datang.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas dan memperhatikan
kemampuan ekonomi, potensi daerah, social budaya, social polotik, jumlah
penduduk, luas daerah dan pertimbangan lainnya di wilayah Kerja I
Pembantu Gubernur Jawa Barat serta meningkatnya beban tugas dan
volume kerja di bidang pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan
di Propinsi Jawa Barat, perlu dibentuk Propinsi Banten.
Berdasarkan Undang-undang Monor 23 Tahun 2000 tentang
pembentukan propinsi Banten maka Kota Tangerang adalah Daerah
Otonom sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 2 Tahun
1993 tentang Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Tangerang.
Luas Kota Tangerang terbagi kedalam 13 kecamatan, yaitu: Kecamatan
Ciledug dengan luas 87,6 km, Kecamatan Larangan dengan luas 9,9 km,
Kecamatan Karang Tengah dengan luas 10,47 km, Kecamatan Cipondoh
dengan luas 17,91 km, Kecamatan Pinang dengan luas 21,59 km,
Kecamatan Tangerang dengan luas 15,78 km, Kecamatan Karawaci
dengan luas 13,47 km, Kecamatan Cibodas dengan luas 9,61 km,
Kecamatan Jatiuwung dengan luas 14,40 km, Kecamatan Periuk dengan
luas 9,54 km, Kecamatan Neglasari dengan 16,07 km, Kecamatan
Batuceper dengan luas 9,54, Kecamatan Benda dengan luas 25,61 km.
Sehingga total keseluruhan Luas Kota Tangerang adalah sebesar 184,23
km. Dengan seluas itulah kota Tangerang mampu berdiri sendiri dan
berkembang demi terwujudnya kota dan masyarakat yang adil dan
makmur. Kota Tangerang memiliki batas – batas yaitu batas sebelah utara
berbatasan dengan kabupaten Tangerang, sebelah selatan berbatasan
dengan kabupaten Tangerang, sebelah timur berbatasan dengan DKI
Jakarta, dan sebelah barat berbatasan dengan kabupaten Tangerang.
4.2 Perkembangan dan Pertumbuhan Kota Tangerang menurut Jenis Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah
Kota Tangerang merupakan kota yang mempunyai banyak objek wisata
yang bisa dijadikan sebagai sumber penerimaan bagi pendapatan asli daerah
(PAD) di Kota Tangerang. Sumber yang merupakan penerimaan bagi pendapatan
asli daerah yaitu yang berasal dari pajak daerah. Pajak daerah ini meliputi hotel
dan restoran, hiburan, reklame, penerangan jalan umum, pajak parkir swasta.
Dimana Pajak Daerah ini merupakan komponen Yang paling menonjol yang
sangat mempengaruhi tingkat pendapatana asli daerah kota tangerang. Seperti
yang kita bisa lihat ada banyak jumlah hotel dan restoran yang tersebar di Kota
Tangerang, begitu pula dengan tempat hiburan yang banyak dikunjungi dan dapat
dinikmati oleh masyarakat kota Tangerang. Begitupun juga dengan banyaknya
papan-papan reklame yang berjajar di sepanjang jalan kota Tangerang yang sering
kita jumpai. Tidak lupa pula penerangan jalan umum yang ada di kota Tangerang,
berkat adanya penerangan jalan umum tersebut kota tangerang masih dapat kita
nikamati keindahannya pada waktu malam hari. Berikut ini adalah tabel rincian
dari pajak daerah dan retribuisi daerah yang dapat kita lihat dalam jumlah
nominalnya :
Tabel 4.1
Perbandingan Dari Pajak Daerah Menurut Jenis Pajak
(000)
No Jenis pajak Tahun
2005 2006 2007 2008 2009
1 Hotel dan Restoran
20.563.858 25.302.727 30.716.060 39.261.428 44.546.525
2 Hiburan 1.272.997 1.264.610 1.474.412 1.627104 1.888.824
3 Reklame 5.053.955 5.859.777 8.571.499 13.855.647 11.571.806
4 Penerangan Jalan Umum
45.568.757 51.484.726 58.361.342 55.714.549 56..587.380
5 Pajak Parkir Swasta
6.908.443 8.244.941 10.314.092 10.969.889 12.282.524
Jumlah 79.368.013 92.156.784 109.437.405 121.428.617 126.877.061
Sumber : BPS, terdapat pada Lampiran 2 – 6 (data)
Dari data tabel diatas terlihat perbandingan hasil pajak daerah yang berasal
dari pajak dari tahun 2005, 2006, 2007, 2008, dan tahun 2009. Dimana pada tabel
tersebut dipaparkan nilai nominal yang berasal dari pajak daerah yang mana guna
menambah pendapatan asli daerah (PAD) kota Tangerang.
Pajak daerah yang berasal dari pajak hotel dan restoran dari tahun ke tahun
semakin meningkat. Pada tahun 2005 pendapatan yang diperoleh sebesar
Rp.20.563.858.000, pada tahun 2006 pendapatan yang diperoleh sebesar
Rp.25.302.727.000, pada tahun 2007 pendapatan yang diperoleh sebesar
Rp.30.716.060.000, pada tahun 2008 pendapatan yang diperoleh sebesar
Rp.39.261.428.000, dan pada tahun 2009 pendapatan yang diperoleh sebesar Rp.
44.546.525.000. Terlihat jelas bahwa pendapatan yang diperoleh dari pajak hotel
dan restoran dari tahun ke tahun semakin meningkat. Hal ini terjadi karena hotel
dan restoran yang ada di kota Tangerang setiap tahunnya ramai dikunjungi oleh
masyarakat, baik dari masyarakat kota Tangerang itu sendiri maupun pengunjung
yang berasal dari luar kota Tangerang. Hal ini juga mungkin terjadi karena
memang kota Tangerang merupakan kota yang sangat strategis bagi masyarakat
untuk disinggahi dan dikunjungi oleh wisatawan dari luar kota Tangerang.
Pembangunan hotel dan restoran yang ada juga menarik perhatian para
masyarakat untuk singgah dan menikmati masakan-masakan khas kota Tangerang,
sehingga pendapatannya inilah yang kemudian berpengaruh terhadap pendapatan
asli daerah kota Tangerang.
Pajak daerah yang berasal dari pajak hiburan dari tahun ke tahun juga
mengalami peningkatan. Pada tahun 2005 pendapatan yang diperoleh sebesar Rp.
1.272.997.000, pada tahun 2006 pendapatan tang diperoleh sebesar Rp.
1.264.610.000, pada tahun 2007 pendapatan yang diperoleh sebesar Rp.
1.474.412.000, pada tahun 2008 pendapatan yang diperoleh sebesar
Rp.1.627104.000, dan pada tahun 2009 pendapatan yang diperoleh sebesar Rp.
1.888.824.000. Terlihat jelas bahwa pendapatan pajak daerah yang berasal dari
pajak hiburan dari tahun ke tahun semakin meningkat. Hal ini terjadi karena
jumlah hiburan yang ada di kota Tangerang sangat banyak dan breragam,
sehingga menarik simpatik semua masyarakat kota Tangerang, tetapi tidak hanya
penduduk asli kota Tangerang saja yang mengunjungi tempat hiburan, melainkan
juga masyakarat yang berasal dari luar kota Tangerang. Seperti yang kita tahu
bahwa tempat hiburan yang ada di kota Tangerang jumlahnhya banyak dan kita
juga dapat menjumpai dan kita kunjungi dengan tempat yang sangat strategis.
Dengan banyaknya pendapatan yang brsalah dari hiburan inilah yang kemudian
memberikan pengaruh yang positif bagi meningkatnya pendapatan asli daerah
kota Tangerang.
Pajak daerah yang berasal dari pajak reklame dari tahun ke tahun
mengalami peningkatan dan juga penurunan. Pada tahun 2005 pendapatan yang
diperoleh sebesar Rp.5.053.955.000, pada tahun 2006 pendapatan yang diperoleh
sebesar Rp.5.859.777.000, pada tahu 2007 pendapatan yang diperoleh sebesar Rp.
8.571.499.000, pada tahun 2008 pendapatan yang diperoleh sebesar Rp.
13.855.647.000, dan pada tahu 2009 pendapatan yang diperoleh sebesar Rp.
11.571.806.000. Terlihat jelas bahwa pendapatan yang berasal dari pajak reklame
dari tahun 2005 sampai tahun 2008 mengalami peningkatan, tetapi pada tahun
2009 mengalami penurunan. Hal ini terjadi karena pada tahun 2005 sampai tahun
2008 masyarakat banyak yang menggunakan reklame didalam berbisnis atau
kerjanya. Karena dengan adanya reklame ini para masyarakat/pengusaha dapat
dengan mudah untuk mempromosikan bisnis mereka papan reklame yang daoat
terpampang disepanjang jalan kota Tangerang. Tetapi kenapa pada tahun 2009
mengalami penurunan?.Hal ini mungkin karena pada tahun 2009 terjadi masalah
atau krisis keuangan masyarakat kota Tangerang, atau terjadi karena para
pengusaha kurang berminat untuk menggunakan reklame didalam berbisnis.
Pendapatan yang tinggi inilah yang akan mempengaruhi pendapatan asli daerah
kota Tangerang.
Pajak daerah yang berasal dari pajak Penerangan Jalan Umun (PJU) dari
tahun ke tahun mengalami peningkatan dan juga mengalami penurunan. Pada
tahun 2005 pendapatan yang diperoleh sebesar Rp.45.568.757.000, pada tahun
2006 pendapatan yang diperoleh sebesar Rp.51.484.726.000, pada tahun 2007
pendapatan yang diperoleh sebesar Rp.58.361.342.000, pada tahun 2008
pendapatan yang diperoleh sebesar Rp.55.714.549.000, dan pada tahun 2009
pendapatan yang diperoleh sebesar Rp.56..587.380.000. Terlihat jelas bahwa
pendapatan yang berasal dari pajak Penerangan Jalan Umum dari tahun 2005
sampai tahun 2007 mengalami peningkatan, tetapi pada tahun 2008 mengalami
penurunan beberapa persen, dan kemudian pada tahun 2009 mengalami
peningkatan kembali. Hal yang mengakibatkan penurunan tersebut adalah
mungkin karena dari tahun 2007 sampai 2008 terjadi permasalahan, baik dari
faktor manusia atau teknisi. Pada tahun 2008 ini mengalami penurunan karena
pengadaan untuk penerangan jalan umum terdapat masalah dan kesulitan. Tetapi
pada tahun 2009 sudah kembali meningkat karena pada tahun 2009 ini semua
aspek faktor pendukung sudah berjalan dengan normal kembali, sehingga
pendapatannya yang meningkat ini mempengaruhi bagi pendapatan asli daerah
kota Tangerang.
Pajak Daerah yang berasal dari pajak parkir swasta dari tahun ke tahun
selalu mengalami peningkatan. Pada tahun 2005 pendapatan yang diperoleh
sebesar Rp.6.908.443.000, pada tahun 2006 pendapatan yang diperoleh sebesar
Rp.8.244.941.000, pada tahun 2007 pendapatan yang diperoleh sebesar
Rp.10.314.092.000, pada tahun 2008 pendapatan yang diperoleh sebesar Rp.
10.969.889.000, dan pada tahun 2009 pendapatan yang diperoleh sebesar Rp.
12.282.524.000. Terlihat jelas bahwa pendapatan dari pajak parkir swasta dari
tahun ke tahun semakin meningkat. Hal ini terjadi karena pajak pakir yang ada
disetiap tempat parkir yang ada di kota Tangerang berpengaruh positif terhadap
respon masyarakat, karena apabila masyarakat tidak bermasalah dengan tarif
parkir yang telah ditentukan ,justru itu akan menambah pendapatan bagi
pendapatan asli daerah kota Tangerang. Tempat parkir yang ada juga harus
nyaman dan aman bagi masyarakat yang telah mempercayakan kendaraannya
kepada pihak pengelola tempat parkir, karena dengan adanya secure parking itu
akan menambah rasa kepercayaan masyarakat terhadap tempat parkir yang
dikelola olah pihak swasta yang bersangkutan.
Tabel 4.2
Perbandingan Dari Retribusi Daerah Menurut Jenis Retribusi
(000)
No Jenis Retribusi Tahun
2005 2006 2007 2008 2009
1 Retribusi Jasa Umum
6.125.809 6.657.348 7.930.335 8.553.855 8.198.284
2 Retribusi Jasa Usaha
3.169.227 3.025.667 3.727.554 4.227.844 3.140.773
3 Retribusi Perizinan Tertenru
12.889.458 13.860.200 14.227.925 19.705.836 15.042.074
Jumlah 22.184.494 23.543.215 25.885.814 32.487.535 26.381.131
Sumber : BPS, terdapat pada Lampiran 7 - 11 (data)
Dari data tabel diatas terlihat perbandingan hasil retribusi daerah yang
berasal dari retribusi dari tahun 2005, 2006, 2007, 2008, dan tahun 2009. Dimana
pada tabel tersebut dipaparkan nilai nominal yang berasal dari retribusi daerah
yang mana guna menambah pendapatan asli daerah (PAD) kota Tangerang.
Retribusi daerah yang berasal dari retribusi jasa umum dari tahun ke tahun
mengalami peningkatan. Pada tahun 2005 pendapatan yang diperoleh sebesar Rp.
6.125.809.000, pada tahun 2006 pendapatan yang diperoleh sebesar Rp.
6.657.348.000, pada tahun 2007 pendapatan yang diperoleh sebesar Rp.
7.930.335.000, pada tahun 2008 pendapatan yang diperoleh sebesar Rp.
8.553.855.000, dan pada tahun 2009 pendapatan yang diperoleh sebesar
Rp.8.198.284.000. Terlihat dari tahun ke tahun retribusi jasa umum ini selalu
meningkat, hal ini dikarenakan retribusi yang ada sudah terlaksana dengan baik
dan mendapatkan respon yang positif bagi masyarakat. Adapun retribusi yang
termasuk kedalam retribusi jasa umum ini yaitu : retribusi pelayanan kesehatan,
retribusi pelayanan persampahan, retribusi penggantian cetak KTP dan akte
CASIP, retribusi pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat, retribusi pengujian
kendaraan bermotor, retribusi pemeriksaan alat pemadam kebakaran.
Retribusi daerah yang berasal dari retribusi jasa usaha dari tahun ke tahun
mengalami peningkatan dan juga penurunan. Pada tahun 2005 pendapatan yang
diperoleh sebesar Rp.3.169.227.000, pada tahun 2006 pendapatan yang diperoleh
sebesar Rp.3.025.667.000, pada tahun 2007 pendapatan yang diperoleh sebesar
Rp.3.727.554.000, pada tahun 2008 pendapatan yang diperoleh sebesar Rp.
4.227.844.000, dan pada tahun 2009 pendapatan yang diperoleh sebesar Rp.
3.140.773.000. Terlihat bahwa retribusi jasa usaha dar tahun tahun 2005 sampai
tahun 2008 mengalami peningkatan, hal ini terjadi karena jasa usaha ini
berkembang dan berjalan dengan baik setra terlaksana sesuai dengan peraturan
yang berlaku. Sedangkan pada tahun 2009 retribusi jasa usaha mengalami
penurunan, hal ini terjadi karena pada tahu 2009 ada permasalahan dalam
pelaksanaannya sehingga menghambat kinerja berbagai aspek yang
mempengaruhinya. Adapun retribusi yang termasuk ke dalam retribusi jasa usaha
yaitu : retribusi pemakaian kekayaan daerah, retribusi MCK pasar, retribusi MCK
terminal, retribusi sewa bus, retribusi sewa rumah susun, retribusi sewa mesin/alat
berat, retribusi sewa tanah untuk reklame, retribusi sewa gedung, retribusi sewa
rumah dinas, retribusi terminal, retribusi parkir khusus, retribusi penyedotan
kakus, retribusi rumah potong hewan.
Retribusi daerah yang berasal dari retribusi perizinan tertentu dari tahun
ke tahun mengalami peningkatan dan juga penurunan. Pada tahun 2005
pendapatan yang diperoleh sebesar Rp.12.889.458.000, pada tahun 2006
pendapatan yang diperoleh sebesar Rp.13.860.200.000, pada tahun 2007
pendapatan yang diperoleh sebesar Rp.14.227.925.000, pada tahun 2008
pendapatan yang diperoleh sebesar Rp.19.705.836.000, dan pada tahun 2009
pendapatan yang diperoleh sebesar Rp.15.042.074.000. Terlihat jelas bahwa
retribusi yang terjadi dari tahun 2005 sampai tahun 2008 selalu mengalami
peningkatan. Hal ini terjadi kareana pada tahun – tahun tersebut di kota Tangerang
sedang terjadi pendirian-pendirian tempat usaha yang memang membutuhkan jasa
pembuatan perizinannya. Sehingga kebutuhan untuk surat perizinan juga
meningkat, dan meningkatnya juga pendapatannya guna menambah bagi
pendapatan asli daerah kota Tangerang. Tetapi pada tahun 2009 mengalami
penurunan ,hal ini terjadi karena pada tahun 2009 para pengusaha tidak begitu
ramai untuk mengurusi pembuatan surat-surat perizinannnya, sehingga jasa
retribusinya pun menurun. Adapun retribusi yang termasuk kedalam retribusi
perizinan tertentu ini yaitu : retribusi ijin mendirikan bangunan, retribusi izin
gangguan, retribusi ijin trayek, retribusi ijin peruntukan penggunaan tanah,
retribusi ijin usaha kepariwisataan, retribusi ijin bongkar muat barang, retribusi
tanda daftar perusahaan, retribusi TDI/UI/IP, retribusi SIUP, retribusi SIPA, dan
retribusi Gudang.
4.3. Hasil Uji Analisis
Hasil pengolahan data dengan regresi linier berganda metode OLS untuk
model persamaan PAD = f(X1,X2,X3) adalah sebagai berikut :
4.3.1 Menentukan Model Ekonometrika
Penelitian menggunakan model tegresi linier berganda dengan metode
ordinary least square (OLS), yaitu model regresi untuk hubungan antara
variabel – variabel bebas dengan variabel tidak bebas, secara umum
membentuk fungsi :
PAD = f(X1,X2,X3)
Sehingga diperoleh model ekonometrika sebagai berikut :
PAD = β0 + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + e
Keterangan :
PAD = Pendapatan asli daerah kota daerah
X1 = Pajak Daerah
X2 = Retribusi daerah
X3 = Badan Usaha Milik daerah
E = Faktor kesalahan (error term)
4.3.2 Uji Stasioneritas
Uji Stasioner adalah suatu uji yang dilakukan untuk melihat apakah
data yang dihasilkan terjadi ketidakstasioneran atau tidak. Tujuan uji
stasioneritas ini adalah agar meannya stabil dan random errornya = 0,
sehingga model regresi yang diperoleh adalah regresi semu. Tingkatan-
tingkatan dalam pengujian stasioner ini mulai dari tingkat level, first
different, dan second defferent. Adapun tahap – tahap untuk melakukan uji
stasioner apakah data yang ada merupakan data yang sudah stasioner atau
belum, adalah sebagai berikut :
Level
Tingkat Level ini merupakan uji stasionet tingkat paling pertama
yang dilakukan untuk menguji variabel-variabel yang ada apakah
sudah stasioner atau belum. Berikut ini adalah tabel hasil pengujian
stasioner tingkat level :
Tabel 4.3
Hasil uji stasioner tingkat level
Variabel t-Statistic Prob. Keterangan
PAD 0.573024 0.9857 Tidak Stasioner
PD -0.542719 0.8670 Tidak Stasioner
RD -5.818486 0.0001 Stasioner
BUMD -5.644653 0.0001 Stasioner
Sumber : Lampiran 12 (data)
Dari hasil uji stationer tingkat Level di atas dapat kita lihat bahwa variabel
PAD (Pendapatan Asli Daerah) dan PD (Pajak Daerah) Tidak Stasioner,
sedangkan variabel RD (Retribusi Daerah) dan BUMD (Badan Usaha Milik
Daerah) sudah Stasioner. Dengan masih adanya variabel yang tidak stasioner,
maka dilakikan uji stasioner tahap selanjutnya sampai semua variabel yang ada
benar- benar sudah stasioner. Untuk menguji tahap selanjutnya yaitu dilakukan
uji stasioner tahap First Different. Untuk lebih jelasnya lihat pada Lampiran 5.
First Different
Tingkat First Different ini merupakan tingkatan yang kedua yang
dilakukan karena pada pengujian tingkat level masih ada variabel
yang tidak stasioner. Cara kerja pengujian stasioner tingkat ini
sama saja dengan pengujian tingkat level. Berikut ini adalah hasil
pengujian stasioner tingkat first different :
Tabel 4.4
Hasil uji stasioner tingkat first different
Variabel t-Statistic Prob. Keterangan
PAD -1.637194 0.0947 Tidak Stasioner
PD -9.666100 0.0000 Stasioner
RD -7.807994 0.0000 Stasioner
BUMD -9.856043 0.0000 Stasioner
Sumber : Lampiran 12 (data)
Dari hasil uji stasioner tahap First Different di atas dapat kiat lihat bahwa
variabel PAD (Pendapatan Asli Daerah) Tidak Stasioner, sedangakan tiga variabel
lain yaitu variabel PD (Pajak Daerah), RD (Retribusi Daerah) dan BUMD (Badan
Usaha Milik Daerah) sudah Stasioner. Dengan masih adanya variabel yang tidak
stasioner, maka dilakikan uji stasioner tahap selanjutnya sampai semua variabel
yang ada benar- benar sudah stasioner. Untuk menguji tahap selanjutnya yaitu
dilakukan uji stasioner tahap Second Different. Untuk lebih jelasnya lihat pada
Lampiran 5.
Second Different
Tingkat Second Different ini merupakan tingkatan yang paling
terakhir yang digunakan dalam pengujian stasioner variabel-
variabel yang ada. Tingkatan ini dilakukan karena masih terdapat
variabel yang tidak stasioner pada pengujian tingkat first different.
Cara kerjanya sama seperti pengujian stasioner tingkat level dan
tingkat first different. Berikut ini tabel hasil pengujian stasioner
tingkat second different :
Tabel 4.5
Hasil uji stasioner tingkat second different
Variabel t-Statistic Prob. Keterangan
PAD -3.200199 0.0028 Stasioner
PD -5.031375 0.0000 Stasioner
RD -4.966982 0.0000 Stasioner
BUMD -5.789323 0.0000 Stasioner
Sumber : Lampiran 12 (data)
Dari Uji Stasioner pada tahap Second Different ini sudah menghasilkan
semua variabel yang stasioner, baik itu variabel PAD (Pendapatan Asli Daerah),
variabel PD (Pajak Daerah), variabel RD (Retribusi Daerah), maupun variabel
BUMD (Badan Usaha Milik Daerah) semuanya sudah stasioner. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada lampiran 5.
4.3.3 Pengujain Asumsi Klasik
► Normalitas
Normalitas artinya suatu keadaan dimana diasumsikan
bahwa distribusi probabilitas dari kesalahan pengganggu memiliki
nilai rata-rata yang diharapkna sama dengan nol, tidak
berhubungan dan mempunyai varians yang tetap. Berikut ini adalah
hasil pengujian normalitas :
Tabel 4.6
Hasil uji Normalitas
Jarque-Bera 5.645389
Probability 0.059446
Sumber : Lampiran 14 (data)
Pengujiannya dilakukan dengan membandingkan nilai probabilitas
JB-hitung terhadap nilai kritis (5%), dimana jika :
Ho : diterima = data terdistribusi secara normal
Ha : diterima = data tidak terdistribusi secara normal
0.059446 > 0.05 = Ho diterima
Karena prob JBstat = 0.059446 > 0.05, maka Ho diterima, artinya
data terdistribusi secara normal
► Multikolinieritas
Multikolinieritas artinya suatau keadaan dimana terdapat
hubungan yang signifikan antara 2 (dua) atau lebih variabel bebas
dalam model regresi. Berikut ini adalah hasil dari pengujian
Multikolinieritas :
Tabel 4.7
Hasil uji multikolinieritas
PD RD BUMD
PD 1.000000 0.248200 0.157742
RD 0.248200 1.000000 0.119092
BUMD 0.157742 0.119092 1.000000
Sumber : Lampiran 15 (data)
Multikolinieritas merupakan suatu keadaan dimana terdapat
hubungan linier antara beberapa atau semua variabel bebas.
Dengan kata lain variabel bebas yang satu merupakan fungsi yang
lainnya. Pengujiannya dilakukan dengan membandingkan nilai
probabilitas F-stat pada uji Wald test terhadap nilai kritis (5%),
dimana jika :
Ho : diterima = tidak ada multikolinieritas
Ha : diterima = ada multikolinieritas
Karena masih ada nilai yang < 0.8, yaitu 0.248200, 0.157742,
0.119092, maka Ho diterima, artinya tidak ada multikolinieritas.
► Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas artinya suatu keadaan dimana terjadi
ketidaksamaan varianz dalam suatu model regresi. Pengujiannya
dilakukan dengan membandingkan nilai probabilitas Observasi R-
square terhadap nilai kritis. Berikut ini adalah hasil pengujian
Heteroskedastisitas :
Heteroskedasticity Test: White F-statistic 1.772584 Prob. F(9,18) 0.1440
Obs*R-squared 13.15606 Prob. Chi-Square(9) 0.1557 Scaled explained SS 14.58520 Prob. Chi-Square(9) 0.1030
Heteroskedstisitas muncul apabila kesalahan atau residual dari
model yang diamati tidak memiliki variasi yang konstan dari
variasi satu observasi ke observasi lainnya. Untuk mendeteksi ada
tidaknya heteroskedastisitas dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan uji white yang menyatakan jika nilai chi-square
hitung (µ²) < chi-square table (µ²) menunjukan tidak adanya
heteroskedastisitas.
Pengujiannya dilakukan dengan membandingkan nilai probabilitas
Observasi R-squared pada uji white terhadap nilai kritis (5%).
Berdasarkan pengujian white-test terhadap model ini diperoleh
hasil probabilita Obs*R-squared dengan nilai 0.469859 > 0.05 yang
artinya model tidak mengandung heteroskedastisitas.
► Autokorelasi
Autokorelasi artinya suatu keadaan dimana kesalahan
pengganggu dari periode saat ini, berkorelasi dengan kesalahan
pengganggu dari periode sebelumnya, dimana kesalahan
pengganggu ini saling berhubungan satu sama lain. Berikut ini
adalah hasil dari pengujian Autokorelasi :
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 0.107328 Prob. F(2,22) 0.8987
Obs*R-squared 0.270559 Prob. Chi-Square(2) 0.8735
Uji autokorelasi dimaksudkan untuk mendeteksi adanya
korelasi anggota observasi satu dengan observasi lainnya yang
berlainan waktu. Masalah ini timbul karena residual tidak bebas
dari satu observasi ke observasi lain. Salah satu cara untuk
mendeteksi ada tidaknya autokorelasi dengan menggunakan uji
Larange Multilpier (LM) yaitu dengan memasukan variabel
kelambanan (Lag). Panjang lag yang dipilih adalah ketika Criteria
Akaike dan Schwarz paling kecil. Pengujian terhadap gejala
autokorelasi dapat dilakukan dengan uji Durbin-Watson 9d) atau
dengan uji LM Test yang dikembangkan oleh Bruesch-godfrey,
dimana uji LM Test bias dikatakan sebagai uji autokorelasi yang
paling akurat (Kuncoro, 2001 : 107), apalagi jika sampel yang
dugunakan dalam jumlah yang besar (misaknya diatas 100). Uji ini
dilakukan dengan memasukkan lag nya, dari hasil uji autokorelasi
Serial Correlation LM Test Lag 5 sebagaimana terlampir dalam
hasil olah data, terlihat bahwa nilai F-Statistik sebesar 0.107328
dengan nilai probabilitas sebesar 0.8987, sedang nilai Obs*R-
squared 0.270559 dengan nilai probabilitas sebesar 0.8735. Dari
hasil ini terlihat bahwa niali F-Statistik dan Obs*R-squared tidak
signifikan pada alpha 5%, dengan kata lain nilai chi-squared hitung
lebih kecil dar nilai kritisnya maka kita meneriman hipotesis nul,
artinya model tidak mrengandung unsur autokorelasi.
Ho : diterima = model tidak mengandung autokorelasi
Setelah dilakukan pengujian LM-Test pada penelitian ini maka
dibuat kesimpulan bahwa model ini tidak mengandung
autokorelasi, hal ini dibuktikan dengan besarnya probabilita
Obs*R-squared yang diperoleh sebesar 0.8735 > 0.05. Sehingga
Ho: diterima.
4.3.4 Analisis Regresi Berganda
PAD = - 0.000000000819 + 1.551903 PD + 1.053228 RD + 0.490892
BUMD
Interpretasi :
Adjusted R-squared = 0.918694 (91,8694%)
Koefisien Determinasi (R²)
Perhitungan yang dilakukan untuk mengukur proporsi atau prosentase dari
variasi total variabel dependen (PAD) yang mampu dijelaskan dalam
regresi. R² dalam regresi sebesar 0.198694 yang berarti Kemampuan
variabel Pajak Daerah (PD), Retribusi Daerah (RD), Badan Usaha Milik
Daerah (BUMD) dalam menjelaskan variabel Pendapatan Asli Daerah
(PAD) adalah sebesar 91,8694 % sedangkan sisanya sebesar 8,1306 %
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukan dalam model.
βo,C = 0.000000000819
Artinya : Jika variabel Pajak Daerah (PD), Retribui Daerah (RD),
Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) sama dengan nol maka rata-rata
Pendapatan asli daerah (PAD) lebih dari 0.000000000819 rupiah.
Ho : βo > 0 = artinya secara individual variabel independen (bebas) tidak
ada pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen
(tidak bebas).
Ha : βa < 0 = artinya secara individual variabel independen (bebas) ada
pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen (tidak
bebas).
t stat = -2.784836
t tabel = 2.131
t stat > t tabel = signifikan (Ha diterima)
Artinya terdapat pengaruh antara variabel bebas Pajak Daerah (PD),
Retribusi Daerah (RD), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dengan
variabel tidak bebas (PAD).
Pengujian terhadap variabel (Pajak Daerah) koefisien regresi variabel
(PD) adalah1.551903 dan standar error sebesar 0.099572, sedangkan
untuk t-hitung adalah 15.58568. Karena nilai t-hitung > t-tabel maka
Ho ditolak Ha diterima. Hal ini secara statistik menunjukkan bahwa
Pajak Daerah berpengaruh dan signifikan terhadap Pendapatan Asli
Daerah di Kota Tangerang.
β1,X1 = 1.551903
Artinya : Apabila Pajak Daerah (PD) naik sebesar Rp. 1 juta maka Pendapatan asli
daerah (PAD) akan naik sebesar 1.551.903 rupiah.
Ho : βo < 0 = artinya secara individu variabel independen (bebas) tidak ada
pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen (tidak
bebas).
Ha : βa > 0 = artinya secara individu variabel independen (bebas) ada pengaruh
yang signifikan terhadap variabel dependen (tidak bebas).
t stat = 15.58568
t tabel = 2.131
t stat > t tabel = signifikan (Ha diterima)
Artinya terdapat pengaruh antara variabel Pajak Daerah dengan Pendapatan Asli
Daerah (PAD).
Pengujian terhadap variabel (Retribusi Daerah) koefisien regresi dari
variabel (RD) adalah 1.053228 dan standar error 0.356356, sedangkan
untuk t-hitung 2,955552, karena niali t-hitung > t-tabel maka Ho
ditolak Ha diterima. Hal ini secara statistik menunjukkan bahwa
retribusi daerah berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli
Daerah di Kota Tangerang.
β2,X2 = 1.053228
Artinya : Apabila Retribusi daerah (RD) naik sebesar Rp. 1 juta maka
Pendapatan Asli Daerah (PAD) akan naik sebesar 1.053.228 rupiah.
Ho : βo < 0 = artinya secara individual variabel independen (bebas) tidak
ada pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen
(tidak bebas).
Ha : βa > 0 = artinya secara individual variabel independen (bebas) ada
pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen
(tidak bebas).
t stat = 2.955552
t tabel = 2.131
t stat > Ttabel = Signifikan (Ha diterima)
Artinya terdapat pengaruh antara variabel Retribusi daerah (RD) dengan
Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pengujian terhadap variabel (BUMD) koefisien regresi dari variabel
(BUMD) adalah 0.490892 dan standar error 0.346660, sedangkan
untuk t-hitung 1.416061, karena nilat t-hitung < t-tabel maka Ho
diterima dan Ha ditolak. Hal ini secara statistik menunjukkan bahwa
hasil Badan Usaha Milik Daerah tidak berpengaruh signifikan
terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kota Tangerang.
Tabel 4.8
Hasil Pengolahan Regrsi Linier Berganda Dengan Metode OLS
Dependent Variable: PAD Method: Least Squares Date: 01/12/11 Time: 10:36 Sample: 2003Q1 2009Q4 Included observations: 28
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -8.19E+09 2.94E+09 -2.784836 0.0103
PD 1.551903 0.099572 15.58568 0.0000 RD 1.053228 0.356356 2.955552 0.0069
BUMD 0.490892 0.346660 1.416061 0.1696 R-squared 0.927728 Mean dependent var 3.64E+10
Adjusted R-squared 0.918694 S.D. dependent var 1.33E+10 S.E. of regression 3.80E+09 Akaike info criterion 47.08692 Sum squared resid 3.47E+20 Schwarz criterion 47.27723 Log likelihood -655.2168 Hannan-Quinn criter. 47.14510 F-statistic 102.6929 Durbin-Watson stat 1.778653 Prob(F-statistic) 0.000000
Keterangan: Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 13
4.3.5 Uji (F-test)
Uji F digunakan untuk membuktikan secara statistik bahwa
keseluruhan koefisien regresi juga signifikan dalam menentuka nilai
variabel terikat (dependent variable), maka diperlukan juga pengujian
secara serentak yang menggunakan uji F dimana uji F merupakan
pengujian terhadap variabel bebas (independent variable) secara bersama-
sama.
Jika F-hitung < F-tabel berarti Ho diterima atau variabel
independen secara bersama-sama tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap variabel independent, tetapi jika F-hitung > F-tabel berarti Ho
ditolak atau variabel independen secara bersama-sama berpengaruh secara
signifikan terhadap variabel dependen.
Hipotesis yang digunakan adalah :
Ho : β1 = β2 = β3 = 0 : Variabel independen secara bersama-sama tidak
mempengaruhi variabel dependen
Ha : β1, β2, β3 ≠ 0 : Variabel independen secara bersama-sama
mempengaruhi variabel dependen
Hasil perhitungan yang didapat adalah F-stat 102.6929
Fstat = 102.629
Ftabel = 0,05 df (n-k;k-1)
0,05 df(28-7;7-1)
0,05 df(21;6)
2.03
Fstat > Ftabel
102.629 > 2.03 = Ha diterima
Artinya : Variabel independent secara bersama-sama
mempengaruhi variabel dependent
Karena F hitung > F tabel, yaitu 102.629 . 2.03 maka Ho ditolak.
Artinya Pajak Daerah, Retribusi Daearah, dan Badan Usaha Milik
Daerah berpengaruh secara signifikan terhadap Pndapatan Asli
Daerah Kota Tangerang
4.4 Pembahasan
Dalam analisis ini menyatakan bahwa variabel-variabel penelitian yang
mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah di Kota Tangerang selama 7 tahun (28
triwulan) observasi yaitu dari tahun 2003:1 sampai dengan 2009:4 adalah Pajak
Daerah, Retribusi daerah dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). Pengaruh
variabel-variabel penelitian tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Pajak Daerah
Secara statistik hasil dari analisis Pajak Daerah (X1) terbukti signifikan,
artinya secara statistik Pajak Daerah berpengaruh terhadap Pendapatan
Asli Daerah Kota Tangerang. Dengan demikian penelitian ini sesuai
dengan hipotesis (bahwa terdapat pengaruh yang signfikan antara
Pajak Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah) dan sesuai dengan
penelitian sebelumnya Mohammad Riduansyah (2003) yang
menyatakan variabel Pajak Daerah berpengaruh signifikan terhadap
Pendapatan Asli Daerah (PAD). Dalam penelitian ini ketika Pajak
Daerah naik sebesar 1% maka penerimaan pendapatan asli daerah akan
naik sebesar 1.551903.
2. Retribusi Daerah
Secara statsitik hasil dari analisis Retibusi Daerah (X2) terbukti
signifikan, artinya secara statistik Retribusi Daerah berpengaruh
terhadap Pendapatan Asli Daerah. Dengan demikian penelitian ini
sesuai dengan hipotesis (bahwa terdapat pengaruh yang signifikan
antara Retribusi Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah) dimana
apabila Retribusi naik sebesar 1% maka penerimaan pendapatan asli
daerah akan naik sebesar 1.053228 , dengan demikian penelitian ini
sesuai dengan hipotesis dan sesuai dengan penelitian sebelumnya
Mohammad Riduansyah (2003) yang menyatakan variabel Retribusi
Daerah berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan asli Daerah
(PAD).
3. Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)
Secara statistik hasil dari analisis Badan Usaha Milik Daerah (X3)
terbukti tidak signifikan, artinya secara statistik Badan Usaha Milik
Daerah (BUMD) tidak berpengaruh terhadap pendapatan asli daerah
(PAD). Dengan demikian penelitian ini tidak sesuai dengan hopotesis
(bahwa terdapat pengaruh yang tidak signifikan antara BUMD
terhadap pendapatan asli daerah).
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengkaji pengaruh pajak
daerah, retribusi daerah, dan badan usaha milik daerah terhadap
Pendapatan Asli Daerah Kota Tangerang tahun 2003:1 sampai 2009:4, dari
hasil analisis data yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Secara statistik hasil dari analisis Pajak Daerah terbukti signifikan,
artinya secara statistik Pajak Daerah berpengaruh terhadap pendapatan
asli daerah Kota Tangerang sesuai dengan hipotesis yang ditetapkan,
dimana apabila pajak daerah naik maka Pendapatan Asli Daerah akan
naik. Hal ini mengidentifikasikan bahwa semakin meningkatnya pajak
daerah akan meningkatkan kontribusi yang besar terhadap Pendapatan
Asli Daerah.
2. Secara statistik hasil dari analisis Retribusi Daerah terbukti signifikan,
artinya secara statistik Retribusi Daerah berpengaruh terhadap
pendapatan asli daerah Kota Tangerang, dengan demikian penelitian ini
sesuai dengan hipotesis yang ditetapkan, dimana apabila retribusi
daerah naik maka Pendapatan Asli daerah akan naik. Hal ini
mengidentifikasikan bahwa semakin meningkatnya retribusi daerah
akan meningkatkan kontribusi yang besar terhadap Pendapatan Asli
Daerah.
3. Secara statistik badan usaha milik daerah (BUMD) terbukti tidak
signifikan dan tidak berpengaruh terhadap pemerimaan Pendapatan Asli
Daerah Kota Tangerang. Keadaan tidak signifikan ini mungkin
disebabkan karena memang jumlah BUMD yang ada di Kota
Tangerang itu sedikit, dan juga hasil BUMD-nya lebih kecil dari dua
variabel yang lain.
5.2 SARAN
Melihat hasil-hasil penelitian diatas, maka penulis mengajukan
beberapa implikasi atau saran sebagai berikut :
1. Pemerintah Kota Tangerang perlu meningkatkan kontribusi
sektor Pajak Daerah agar sektor tersebut terus berkembang dan
memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap penerimaan
pendapatan asli daerah di Kota Tangerang.
2. Melihat dari hasil analisis Retribusi Daerah yang positif terhadap
penerimaan Pendapatan Asli Derah Kota Tangerang, hendaknya
pemerintah Kota Tangerang secara khusus memberikan perhatian
dalam mengatur dan mengontrol secara khusus tentang
penerimaan yang berasal dari retribusi daerah, mengingat kota
Tangerang merupakan kota yang memiliki sumber retrubusi yang
cukup banyak.
3. Melihat dari hasil analisis badan usaha milik daerah yang tidak
signifikan terhadap penerimaan pendapatan asli daerah (PAD)
Kota Tangerang, maka hendaknya pemerintah Kota Tangerang
secara khusus dapat meningkatkan kinerja pasar dan PDAM
yang ada di kota Tangerang itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Lincolin. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah. BPFE. Yoogyakarta. 1999.
Badan Keuangan dan Kekayaan Milik Daerah, Kota Tangerang 2002 – 2009.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Kota Tangerang, Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKKPD) Kota Tangerang 2005 – 2007.
BPS, Kota Tangerang Dalam Angka Tahun 2002 – 2009. Badan Pusat Statistik. 1998.
Cahyono, Tri. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Karanganyar. Yogyakarta. 2002.
Chalid, Pheni. Keuangan Daerah, Investasi dan Desentralisasi. Jakarta: Kemitraan. 2005
Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah, Kota Tangerang 2002 – 2009.
Dewi, Erlita, “Identifikasi Sumber Pendapatan Asli Daerah Dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah”, Universitas Sumatera Utara, 2002.
Devas, Nick. Financing Local Government in Indonesia. Planning and Administration (Asia and Pasific Special) IULA. OHIO University. 1989.
Djoko, Mursinto. Jurnal Ekonomi Tahun XV, No 3A Desember: Posisi Keuangan Daerah Kabupaten dan Kota Awal Otonomi Daerah di Provinsi Jawa Timur. FE Universitas Airlangga. 2000.
Gujarati, Damodar N. 1995. Basic Econometrics; Thidr Edition, McGraw-Hill, New York. 2003.
Hesa, Adam. Skripsi : Analisis Hubungan Pendapatan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap Anggaran Belanja Daerah kota Depok 2000-2004. UIN. 2006.
Kesit, Bambang Prakosa. Pajak dan Retribusi Daerah. Yogyakarta: UII. 2003
Kuncoro, Mudrajat. Ekonomi Pembangunan (teori, masalah, dan kebijakan). UPP AMP YKPN, Yogyakarta. 1997.
K.J. Davey, Pembiayaan Pemerintah Daerah, UI-Press. Jakarta. 1998.
Kurt, Schmidheiny. Jurnal: Income Segregation from Local Income Taxation When Households Differ in Both Preferences and Incomes. 2005.
Lynarsatia, Bramantio. Analisis Perkembangan Industri Pariwisata dan Pengaruhnya Terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kota Surakarta Tahun 1990-2000. Yogyakarta.2000.
M.S, Tumanggor. Jurnal Ekonomi/Th.VII/02/Nop: Pengaturan Pendapatan Asli Daerah Dalam Rangka Otonomi Daerah. FE Universitas Tarumanegara, Jakarta. 2002.
Mangkusubroto, Guritno. Kebijakan Ekonomi Publik di Indonesia. Jakarta, Gramedia Pustaka Utama. 1994.
Marihot P, Siahaan. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Grafindo. Jakarta. 2005.
Najib, Ahmad. Skripsi: Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Karawang. UIN. 2006
Raksaka, Mahi. Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Indonesia Vol.VI No.01, hal 39-49 : Peran Pendapatan Asli Daerah di Era Otonomi. FE UI. 2005.
Riduansyah, Mohammad. Kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) guna mendukung pelaksanaan otonomi daerah Kota Bogor. 2003.
Riwu Kaho, Yosef, “Analisis Hubungan Pemerintah Pusat dan Daerah di Indonesia”, Bina Aksara, Jakarta. 1985.
Siagian, Sondang P. Organisasi Kepemimpinan dan Perilsku Administrasi. Gunung Agung. Jakarta. 1988.
Sidik, Machfud. Optimalisasi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Dalam Rangka Meningkatkan Kemampuan Keuangan Daerah; Makalah terpublikasi pada situs www.djpkpd.go.id. 2002.
Suhendi, Eno. Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Pajak Hotel Dan Restoran Di Kota Yogyakarta. 2008.
Suparmoko. M. Keuangan Negara Dalam Teori dan Praktek, BPFE. Yogyakarta. 1987.
Thomas, Rutherford, David, Tarr. Jurnal: Regional Household and Poverty Effects of Russia’s Accession to the World Trade Organization. 2008.
Widjaja, Wayang. Otonomi Daerah dan Daerah Otonom; PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. 2002.
Yunawati. (skripsi) Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah Istimewa Yogyakarta. 2002.
Lampiran 1
Data Variabel Penelitian
OBS PAD PD RD BUMD 2003 .I 27.955.850.000 20.202.960.000 3.475.529.000 1.703.445.000 2003 .II 23.908.983.000 14.321.545.000 6.046.260.000 2.124.283.000 2003 .III 22.274.377.000 13.263.365.000 5.341.915.000 252.6036.000 2003 .IV 19.243.296.000 8.423.067.000 9.286.533.000 2.725.413.000 2004 .I 29.646.088.000 22.231.792.000 4.157.993.000 3.017.780.000 2004 .II 23.505.557.000 17.009.735.000 4.694.857.000 3.683.233.000 2004 .III 24.483.881.000 16.992.079.000 5.487.762.000 4.745.944.000 2004 .IV 31.339.790.000 17.030.211.000 9.149.181.000 5.066.676.000 2005 .I 25.472.088.053 18.960.474.879 4.557.901.126 50.000.000 2005 .II 28.888.727.020 18.394.410.834 5.071.604.388 2.967.666.389 2005 .III 30.344.128.644 21.520.072.816 5.180.888.475 100.000.000 2005 .IV 31.818.899.083 20.243.055.191 10.016.730.624 1.402.367.000 2006 .I 28.311.341.380 21.892.352.686 3.070.852.709 310.000.000 2006 .II 36.852.353.390 22.443.091.366 6.503.053.623 4.490.514.894 2006 .III 32.129.625.919 22.900.925.552 6.359.682.473 290.000.000 2006 .IV 38.560.321.186 24.920.414.438 6.221.521.353 197.051.290 2007 .I 38.883.695.446 28.796.926.555 5.745.047.347 1.154.000.000 2007 .II 38.647.685.110 25.111.614.476 5.652.629.893 6.002.466.080 2007 .III 38.181.830.598 27.965.186.476 6.879.102.820 1.275.000.000 2007 .IV 48.077.653.144 27.565.926.636 7.609.034.186 5.296.092.717 2008 .I 41.899.000.250 28.818.912.457 5.101.740.438 6.772.196.284 2008 .II 44.028.885.468 30.267.958.390 8.441.665.730 1.570.000.000 2008 .III 49.774.677.811 31.584.126.781 12.240.278.459 1.570.000.000 2008 .IV 56.622.755.728 30.607.811.907 6.703.851.842 697.172.693 2009 .I 22.636.574.290 14.800.903.173 4.763.026.266 52.500.000 2009 .II 60.376.924.686 38.085.872.928 6.541.618.514 6.569.735.504 2009 .III 47.331.480.477 31.819.356.561 6.043.527.092 5.052.500.000 2009 .IV 77.218.710.685 42.170.928.622 9.032.960.899 4.087.535.468
Lampiran 2
Pendapatan Dari Pajak Daerah Menurut Jenis Pajak Tahun Anggaran 2005
(000)
Bulan Hotel dan Restoran
Hiburan Reklame Penerangan Jalan
Umum
Pajak Parkir Swasta
Jumlah
Januari 1.544.166 81.577 287.196 9.545.549 622.019 12.080.507
Februari 1.388.660 102.946 278.181 3.094.389 44.138 4.908.314
Maret 1.491.239 103.404 526.085 2.977.235 644.995 5.742.968
April 1.321.106 102.293 243.544 3.325.280 614.739 5.606.962
Mei 1.425.578 150.119 448.305 3.431.141 46.166 5.501.461
Juni 1.420.707 121.808 254.934 3.437.056 630.956 5.901.461
Juli 1.606.012 100.518 274.195 3.380.040 46.207 5.407.640
Agustus 1.549.927 139.030 341.547 3.368.040 362.764 5.761.307
September 1.295.649 115.234 194.637 3.463.093 754.518 5.823.132
Oktober 1.781.060 103.014 441.388 3.401.618 341.225 6.068.305
Nopember 1.524.469 29.689 454.128 3.601.219 13.231 5.622.736
Desember 1.524.896 28.364 606.612 3.659.670 9.627 5.459.169
Jumlah 17.503.468 1.177.996 4.350.751 46.721.008 4.130.585 79.368.013
Lampiran 3
Pendapatan Dari Pajak Daerah Menurut Jenis Pajak Tahun Anggaran 2006
(000)
Bulan Hotel dan Restoran
Hiburan Reklame Penerangan Jalan
Umum
Pajak Parkir Swasta
Jumlah
Januari 1.544.166 81.577 287.196 9.545.549 622.019 12.080.507
Februari 1.388.660 102.946 278.181 3.094.389 44.138 4.908.314
Maret 1.491.239 103.404 526.085 2.977.235 644.995 5.642.968
April 1.321.106 102.293 243.544 3.325.280 614.739 5.626.962
Mei 1.425.578 150.119 448.305 3.431.141 46.166 5.501.461
Juni 1.420.707 121.808 254.934 3.437.056 630.956 6.801.461
Juli 1.606.012 100.518 274.195 3.380.040 46.207 5.409.640
Agustus 1.549.927 139.030 341.547 3.368.040 362.764 5.741.307
September 1.295.649 115.234 194.637 3.463.093 754.518 5.923.132
Oktober 1.781.060 103.014 441.388 3.401.618 341.225 6.068.305
Nopember 1.524.469 29.689 454.128 3.601.219 13.231 5.722.736
Desember 1.524.896 28.364 606.612 3.659.670 9.627 5.449.169
Jumlah 17.603.468 1.187.996 4.390.751 47.721.008 4.530.585 92.156.784
Lampiran 4
Pendapatan Dari Pajak Daerah Menurut Jenis Pajak Tahun Anggaran 2007
(000)
Bulan Hotel dan Restoran
Hiburan Reklame Penerangan Jalan
Umum
Pajak Parkir Swasta
Jumlah
Januari 2.023.790 94.689 509.303 4.015.468 845.251 7.488.501
Februari 2.741.526 137.216 421.296 4.661.879 649.939 8.611.856
Maret 2.538.053 107.421 241.867 9.029.102 780.118 12.696.561
April 2.307.464 133.908 580.520 5.391 882.220 3.909.503
Mei 2.405.825 122.321 661.746 8.778.900 852.093 12.820.885
Juni 2.283.011 121.155 577.294 4.495.433 902.183 8.379.076
Juli 2.910.251 147.409 1.032.270 4.549.251 916.044 9.555.225
Agustus 2.791.576 182.655 963.666 4.610.733 990.120 9.538.750
September 2.163.198 132.843 977.706 4.665.328 932.126 8.871.201
Oktober 3.126.858 80.421 660.222 4.712.348 820.627 9.400.476
Nopember 2.427.256 90.446 1.151.272 4.623.405 884.196 9.176.575
Desember 2.997.252 123.928 794.337 4.214.104 859.175 8.988.796
Jumlah 30.716.060 1.474.412 8.571.499 58.361.342 10.314.092 109.437.405
Lampiran 5
Pendapatan Dari Pajak Daerah Menurut Jenis Pajak Tahun Anggaran 2008
(000)
Bulan Hotel dan Restoran
Hiburan Reklame Penerangan Jalan
Umum
Pajak Parkir Swasta
Jumlah
Januari 2.023.790 94.689 509.303 4.015.468 845.251 7.488.501
Februari 2.741.526 137.216 421.296 4.661.879 649.939 8.619.856
Maret 2.538.053 107.421 241.867 9.029.102 780.118 12.686.561
April 2.307.464 133.908 580.520 5.391 882.220 3.929.503
Mei 2.405.825 122.321 661.746 8.778.900 852.093 12.720.885
Juni 2.283.011 121.155 577.294 4.495.433 902.183 9.479.076
Juli 2.910.251 147.409 1.032.270 4.549.251 916.044 9.755.225
Agustus 2.791.576 182.655 963.666 4.610.733 990.120 9.538.750
September 2.163.198 132.843 977.706 4.665.328 932.126 8.871.201
Oktober 3.126.858 80.421 660.222 4.712.348 820.627 9.600.476
Nopember 2.427.256 90.446 1.151.272 4.623.405 884.196 9.276.575
Desember 2.997.252 123.928 794.337 4.214.104 859.175 8.888.796
Jumlah 32.716.060 1.674.412 8.471.499 63.361.342 11.314.092 121.428.617
Lampiran 6
Pendapatan Dari Pajak Daerah Menurut Jenis Pajak Tahun Anggaran 2009
(000)
Bulan Hotel dan Restoran
Hiburan Reklame Penerangan Jalan
Umum
Pajak Parkir Swasta
Jumlah
Januari 2.123.790 95.689 519.303 4.018.468 835.251 7.468.501
Februari 2.841.526 137.216 421.296 4.761.879 649.939 8.719.856
Maret 2.638.053 107.421 241.867 9.029.102 780.118 12.686.561
April 2.407.464 133.908 580.520 5.391 882.220 3.929.503
Mei 2.415.825 122.321 661.746 8.778.900 852.093 12.720.885
Juni 2.183.011 121.155 577.294 4.495.433 902.183 9.479.076
Juli 2.910.251 147.409 1.032.270 4.549.251 916.044 9.755.225
Agustus 2.891.576 182.655 963.666 4.610.733 990.120 9.538.750
September 2.163.198 132.843 977.706 4.665.328 932.126 8.871.201
Oktober 3.126.858 80.421 660.222 4.712.348 820.627 9.720.476
Nopember 2.427.256 90.446 1.151.272 4.623.405 884.196 9.376.575
Desember 2.997.252 123.928 794.337 4.214.104 859.175 8.948.796
Jumlah 32.786.060 1.684.412 8.491.499 62.361.342 12.314.092 126.877.061
Lampiran 7
Pendapatan Dari Retribusi Daerah Tahun Anggaran 2005
Bulan Pelayanan Kesehatan
Pelayanan Kebersihan
Biaya Cetak KTP
Pemakaman &
Pengabuan Mayat
Pasar
Januari 76.277 14.779 28.090 2.293 -
Februari 68.592 5.200 21.898 1.970 -
Maret 94.899 16.537 17.115 2.958 -
April 93.257 13.678 37.179 1.996 -
Mei 82.667 15.436 27.826 1.630 -
Juni 80.754 13.819 40.092 2.023 -
Juli 93.986 25.505 30..945 1.983 -
Agustus 108.040 17.623 29.672 2.033 -
September 91.799 17.005 25.125 2.048 -
Oktober 101.113 33.274 29.686 1.963 -
Nopember 87.945 78.416 17.836 2.285 -
Desember 97.168 179.345 70.749 2.190 -
Jumlah 1.076.496 430.615 376.210 25.368 -
Pengujian Kendaraan Bermotor
Pemeriksaan Alat
Pemadam Kebakaran
Pemakaian Kekayaan
Daerah
Pasar Grosir dan Pertokoan
Terminal Ijin pem buangan
limbah cair
57.033 - 14.375 - 51.871 -
53.482 - 32.695 - 49.768 -
70.250 12.200 12.089 - 60.399 -
66.308 1.809 7.252 - 53.567 600
56.497 1.008 14.136 - 55.745 1.814
56.751 10.520 8.875 - 55.667 1.537
56.091 3.788 9.893 - 54.644 55
105.119 4.674 33.195 - 58.649 245
126.827 7.928 7.798 - 56.441 714
131.595 10.778 24.629 - 57.878 3.021
109.314 7.300 10.038 - 52.073 2.063
126.782 100 17.130 - 61.653 756
1.015.958 60.104 192.104 - 668.354 10.805
Tempat Khusus Parkir
Penyedotan Kakus
Rumah Potong Hewan
Izin Mendirikan Bangunan
Izin Gangguan
70.207 5.250 35.545 74.463 39.549
56.651 5.250 31.264 445.906 45.497
55.045 5.500 38.568 687.747 84.081
55.945 5.250 30.636 344.854 56.466
56.167 5.750 33.260 524.969 176.514
60.349 5.500 35.146 412.264 152.897
53.504 5.500 39.542 480.467 136.631
47.821 5.500 39.650 563.704 231.501
41.959 5.500 34.275 598.408 109.550
41.093 5.500 36.587 649.564 183.336
25.426 5.500 45.436 5.065.563 186.495
47.550 2.500 34.853 157.558 216.695
611.715 62.500 434.760 10.005.465 1.619.212
Ijin Trayek Izin Peruntukan Penggunaa
Tanah
Ijin Dispensasi
Jalan
Ijin Usaha Kepariwisataan
Ijin Bongkar Muat Barang
17.506 5.288 206.640 694 31.900
18.528 16.256 188.115 7.910 47.920
24.499 25.175 221.372 7.446 69.740
18.999 11.041 212.831 2.790 93.740
17.931 19.185 213.848 571 76.620
19.060 16.404 232.111 3.457 67.540
19.908 23.634 226.780 1.181 65.980
19.513 23.427 235.184 2.670 80.460
16.871 36.682 220.558 3.559 99.800
13.432 18.536 206.258 72.226 52.300
14.433 184.309 106.032 227 20.120
22.860 220.627 193.272 985 23.760
223.536 600.563 2.463.002 103.715 729.880
Ijin Pelayanan Ketenagakerjaan
Ijin Tanda Daftar
Perusahaan
TDI/IUI/IP/SIUP
Ijin Kerja Tenaga Asing
Ijin SIPA Jumlah
6.120 10.650 12.600 403.403 19.975 1.184.504
5.919 18.100 10.400 170.245 21.475 1.323.039
9.149 16.500 12.525 224.058 32.600 1.800.450
5.680 19.650 11.150 245.983 7.650 1.398.308
4.097 14.700 13.200 288.433 21.025 1.722.938
18.017 17.650 15.725 230.256 17.200 1.573.611
13.875 18.600 10.925 335.242 8.350 1.717.006
4.570 15.850 14.775 319.573 4.650 1.968.096
7.010 15.350 13.975 259.907 3.575 1.802.660
7.314 14.400 10.000 221.419 2.250 1.928.152
4.065 7.750 9.725 188.568 12.400 6.243.317
14.850 24.050 35.050 200.207 27.025 1.777.712
100.665 193.250 170.050 3.087.292 178.175 22.184.494
Lampiran 8
Pendapatan Dari Retribusi Daerah Tahun Anggaran 2006
(000)
Bulan Pelayanan Kesehatan
Pelayanan Kebersihan
Biaya Cetak KTP
Pemakaman &
Pengabuan Mayat
Pasar
Januari 85.277 17.779 28.090 2.293 -
Februari 88.592 5.200 21.898 1.970 -
Maret 94.899 17.537 17.115 2.958 -
April 98.357 13.678 37.179 1.996 -
Mei 82.667 16.436 27.826 1.630 -
Juni 83.754 13.819 40.092 2.023 -
Juli 93.986 26.505 30..945 1.983 -
Agustus 108.040 18.623 29.672 2.033 -
September 91.799 18.005 25.125 2.048 -
Oktober 101.113 34.274 29.686 1.963 -
Nopember 89.945 79.416 17.836 2.285 -
Desember 97.168 189.345 70.749 2.190 -
Jumlah 1.076.496 450.615 376.210 25.368 -
Pengujian Kendaraan Bermotor
Pemeriksaan Alat
Pemadam Kebakaran
Pemakaian Kekayaan
Daerah
Pasar Grosir dan Pertokoan
Terminal Ijin pem buangan
limbah cair
59.033 5.400 14.375 - 51.871 650
55.482 7.700 32.695 - 49.768 400
72.250 12.500 12.089 - 60.399 320
67.308 1.409 7.252 - 53.567 600
58.497 2.008 14.136 - 55.745 1.814
57.751 12.520 8.875 - 55.667 1.537
59.091 4.788 9.893 - 54.644 55
104.119 5.674 33.195 - 58.649 245
129.827 8.928 7.798 - 56.441 714
135.595 11.778 24.629 - 57.878 3.021
112.314 7.500 10.038 - 52.073 2.063
132.782 200 17.130 - 61.653 756
1.215.958 61.104 192.104 - 668.354 10.805
Tempat Khusus Parkir
Penyedotan Kakus
Rumah Potong Hewan
Izin Mendirikan Bangunan
Izin Gangguan
73.257 5.350 36.545 75.463 40.549
59.651 5.750 33.264 448.906 46.497
54.045 5.500 37.568 682.747 88.081
58.945 5.250 31.636 348.854 57.466
58.167 5.750 32.260 534.969 177.514
62.349 5.500 36.146 423.264 154.897
54.504 5.500 40.542 485.467 138.631
48.821 5.500 38.650 564.704 232.501
43.959 5.500 33.275 612.408 112.550
45.093 5.500 38.587 644.564 185.336
27.426 5.500 44.436 5.165.563 190.495
48.550 2.500 38.853 167.558 218.695
616.715 62.500 449.760 10.010.465 1.615.212
Ijin Trayek Izin Peruntukan Penggunaa
Tanah
Ijin Dispensasi
Jalan
Ijin Usaha Kepariwisataan
Ijin Bongkar Muat Barang
18.506 6.288 226.640 694 32.900
16.528 17.256 182.115 7.910 48.920
23.499 26.175 201.372 7.446 68.740
17.999 11.041 202.831 2.790 94.740
18.931 19.185 211.848 571 75.620
18.060 15.404 231.111 3.457 67.540
20.908 24.634 223.780 1.181 64.980
18.513 22.427 234.184 2.670 80.460
17.871 37.682 215.558 3.559 99.800
14.432 19.536 221.258 72.226 53.300
15.433 185.309 107.032 227 21.120
23.860 221.627 192.272 985 23.760
234.536 610.863 2.583.002 103.715 739.880
Ijin Pelayanan Ketenagakerjaan
Ijin Tanda Daftar
Perusahaan
TDI/IUI/IP/SIUP
Ijin Kerja Tenaga Asing
Ijin SIPA Jumlah
6.320 11.650 12.600 403.403 19.975 1.184.504
5.819 17.100 10.400 170.245 21.475 1.323.039
9.349 16.500 12.525 224.058 32.600 1.800.450
6.680 18.650 11.150 245.983 7.650 1.398.308
4.297 14.700 13.200 288.433 21.025 1.722.938
19.017 17.650 15.725 230.256 17.200 1.573.611
14.875 18.600 10.925 335.242 8.350 1.717.006
4.270 15.850 14.775 319.573 4.650 1.968.096
8.010 15.350 13.975 259.907 3.575 1.802.660
7.314 14.400 10.000 221.419 2.250 1.928.152
5.065 7.750 9.725 188.568 12.400 6.243.317
14.950 24.050 35.050 200.207 27.025 1.777.712
120.665 193.250 170.050 3.087.292 178.175 23.543.215
Lampiran 9
Pendapatan Dari Retribusi Daerah Tahun Anggaran 2007
Bulan Pelayanan Kesehatan
Pelayanan Kebersihan
Biaya Cetak KTP
Pemakaman &
Pengabuan Mayat
Pasar
Kuartal I 725.809 83.482 579.778 10.876 -
Kuartal II 843.839 137.536 640.738 9.010 -
Kuartal III 835.610 118.434 623.709 11.157 -
Kuartal IV 752.092 205.000 627.088 12.306 -
Jumlah 3.157.350 544.452 2.471.313 43.349 -
Pengujian Kendaraan Bermotor
Pemeriksaan Alat
Pemadam Kebakaran
Pemakaian Kekayaan
Daerah
Pasar Grosir dan Pertokoan
Terminal Ijin Pembuangan Limbah cair
397.030 31.466 263.118 0 399.261 -
413.896 7.038 222.578 0 480.319 -
395.340 51.980 191.322 0 434.629 -
411.520 11.491 196.384 0 322.248 -
1.617.786 101.975 873.402 0 1.636.457 -
Tempat Khusus Parkir
Penyedotan Kakus
Rumah Potong Hewan
Izin Mendirikan Bangunan
Izin Gangguan
223.076 31.815 18.678 2.349.481 208.449
250.483 37.500 33.412 2.085.823 251
268.544 33.ooo 41.582 2.864.247 439.115
201.026 30.900 37.367 3.802.261 512.851
943.129 133.215 131.039 11.101.812 1.160.666
Ijin Trayek Izin Peruntukan Penggunaan
Tanah
Ijin Dispensasi
Jalan
Ijin Usaha Kepariwisataan
Ijin Bongkar Muat Barang
64.537 114.007 0 18.571 82.800
72.647 118.354 0 47.403 77.360
67.997 191.545 0 23.475 80.600
52.213 196.871 0 21.765 67.000
257.394 620.777 0 111.214 307.760
Ijin Pelayanan Ketenagakerjaan
Ijin Tanda Daftar
Perusahaan
TDI/IUI/IP/SIUP
Ijin Kerja Tenaga Asing
Ijin SIPA
Jumlah
0 62.500 41.175 14.738 27.000 5.747.647
0 60.250 47.700 18.320 36.615 5.641.072
0 58.450 52.000 34.222 66.275 6.883.233
0 66.650 44.750 1.124 39.175 7.612.082
0 247.850 185.625 68.404 169.065 25.884.034
Lampiran 10
Pendapatan Dari Retribusi Daerah Tahun Anggaran 2008
(000)
Bulan Pelayanan Kesehatan
Pelayanan Kebersihan
Biaya Cetak KTP
Pemakaman &
Pengabuan Mayat
Pasar
Kuartal I 825.809 82.482 589.778 11.876 -
Kuartal II 863.839 139.536 630.738 9.010 -
Kuartal III 865.610 128.434 643.709 12.157 -
Kuartal IV 782.092 215.000 637.088 13.306 -
Jumlah 3.257.350 534.452 2.571.313 41.349 -
Pengujian Kendaraan Bermotor
Pemeriksaan Alat
Pemadam Kebakaran
Pemakaian Kekayaan
Daerah
Pasar Grosir dan Pertokoan
Terminal Ijin Pembuangan Limbah cair
367.030 32.466 243.118 0 419.261 -
423.896 8.038 212.578 0 460.319 -
385.340 52.980 141.322 0 484.629 -
421.520 12.491 166.384 0 332.248 -
1.717.786 102.975 893.402 0 1.736.457 -
Tempat Khusus Parkir
Penyedotan Kakus
Rumah Potong Hewan
Izin Mendirikan Bangunan
Izin Gangguan
233.076 32.815 17.678 2.379.481 204.449
260.483 38.500 34.412 2.185.823 251
278.544 35.000 42.582 2.764.247 432.115
221.026 31.900 38.367 3.702.261 513.851
953.129 134.215 132.039 11.201.812 1.120.666
Ijin Trayek Izin Peruntukan Penggunaan
Tanah
Ijin Dispensasi
Jalan
Ijin Usaha Kepariwisataan
Ijin Bongkar Muat Barang
65.537 114.007 0 18.571 82.800
73.647 118.354 0 47.403 77.360
64.997 191.545 0 23.475 80.600
53.213 196.871 0 21.765 67.000
258.394 620.777 0 111.214 307.760
Ijin Pelayanan Ketenagakerjaan
Ijin Tanda Daftar
Perusahaan
TDI/IUI/IP/SIUP
Ijin Kerja Tenaga Asing
Ijin SIPA
Jumlah
0 63.500 42.175 14.738 27\9\.000
5.747.647
0 61.250 47.700 18.320 40.615 5.841.072
0 59.450 52.000 34.222 69.275 6.983.233
0 68.650 54.750 1.124 38.175 7.658.082
0 248.850 195.625 68.404 199.065 32.487.535
Lampiran 11
Pendapatan Dari Retribusi Daerah Tahun Anggaran 2009
(000)
Bulan Pelayanan Kesehatan
Pelayanan Kebersihan
Biaya Cetak KTP
Pemakaman &
Pengabuan Mayat
Pasar
Kuartal I 805.809 82.482 589.778 11.876 -
Kuartal II 823.839 139.536 630.738 9.010 -
Kuartal III 845.610 128.434 643.709 12.157 -
Kuartal IV 772.092 215.000 637.088 13.306 -
Jumlah 3.252.350 534.452 2.571.313 41.349 -
Pengujian Kendaraan Bermotor
Pemeriksaan Alat
Pemadam Kebakaran
Pemakaian Kekayaan
Daerah
Pasar Grosir dan Pertokoan
Terminal Ijin Pembuangan Limbah cair
367.030 32.466 243.118 0 419.261 -
423.896 8.038 212.578 0 460.319 -
385.340 52.980 141.322 0 484.629 -
421.520 12.491 166.384 0 332.248 -
1.717.786 102.975 893.402 0 1.736.457 -
Tempat Khusus Parkir
Penyedotan Kakus
Rumah Potong Hewan
Izin Mendirikan Bangunan
Izin Gangguan
233.076 32.815 17.678 2.379.481 204.449
260.483 38.500 34.412 2.185.823 251
278.544 35.000 42.582 2.764.247 432.115
221.026 31.900 38.367 3.702.261 513.851
953.129 134.215 132.039 11.201.812 1.120.666
Ijin Trayek Izin Peruntukan Penggunaan
Tanah
Ijin Dispensasi
Jalan
Ijin Usaha Kepariwisataan
Ijin Bongkar Muat Barang
65.537 114.007 0 18.571 82.800
73.647 118.354 0 47.403 77.360
64.997 191.545 0 23.475 80.600
53.213 196.871 0 21.765 67.000
258.394 620.777 0 111.214 307.760
Ijin Pelayanan Ketenagakerjaan
Ijin Tanda Daftar
Perusahaan
TDI/IUI/IP/SIUP
Ijin Kerja Tenaga Asing
Ijin SIPA
Jumlah
0 62.500 42.175 14.738 27\9\.000
5.247.647
0 60.250 47.700 18.320 40.615 5.441.072
0 58.450 52.000 34.222 59.275 6.283.233
0 67.650 54.750 1.124 32.175 7.158.082
0 238.850 195.625 62.404 182.065 26.381.131
Lampiran 12
Hasil Uji Stasioneritas
A. LEVEL
PAD : Tdk Stasioner
PD : Tdk Stasioner
RD : Stasioner
BUMD : Stasioner
Null Hypothesis: PAD has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 3 (Automatic based on SIC, MAXLAG=6)
t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic 0.573024 0.9857
Test critical values: 1% level -3.737853 5% level -2.991878 10% level -2.635542 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(PAD) Method: Least Squares Date: 01/12/11 Time: 10:49 Sample (adjusted): 2004Q1 2009Q4 Included observations: 24 after adjustments
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. PAD(-1) 0.099245 0.173196 0.573024 0.5733
D(PAD(-1)) -1.643817 0.265799 -6.184431 0.0000 D(PAD(-2)) -1.473005 0.344204 -4.279450 0.0004 D(PAD(-3)) -1.396889 0.315151 -4.432445 0.0003
C 2.48E+09 6.15E+09 0.402476 0.6918
R-squared 0.782439 Mean dependent var 2.42E+09 Adjusted R-squared 0.736636 S.D. dependent var 1.34E+10 S.E. of regression 6.87E+09 Akaike info criterion 48.32060 Sum squared resid 8.96E+20 Schwarz criterion 48.56603 Log likelihood -574.8472 Hannan-Quinn criter. 48.38571 F-statistic 17.08294 Durbin-Watson stat 2.000799 Prob(F-statistic) 0.000004
Null Hypothesis: PD has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 1 (Automatic based on SIC, MAXLAG=6)
t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -0.542719 0.8670
Test critical values: 1% level -3.711457 5% level -2.981038 10% level -2.629906 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(PD) Method: Least Squares Date: 01/12/11 Time: 10:50 Sample (adjusted): 2003Q3 2009Q4 Included observations: 26 after adjustments
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. PD(-1) -0.105787 0.194920 -0.542719 0.5925
D(PD(-1)) -0.564541 0.197161 -2.863342 0.0088 C 3.75E+09 4.57E+09 0.820700 0.4202 R-squared 0.378431 Mean dependent var 1.07E+09
Adjusted R-squared 0.324382 S.D. dependent var 7.03E+09 S.E. of regression 5.78E+09 Akaike info criterion 47.90035 Sum squared resid 7.68E+20 Schwarz criterion 48.04551 Log likelihood -619.7045 Hannan-Quinn criter. 47.94215 F-statistic 7.001575 Durbin-Watson stat 2.069756 Prob(F-statistic) 0.004218
Null Hypothesis: RD has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=6)
t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -5.818486 0.0001
Test critical values: 1% level -3.699871 5% level -2.976263 10% level -2.627420
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(RD) Method: Least Squares Date: 01/12/11 Time: 10:50 Sample (adjusted): 2003Q2 2009Q4 Included observations: 27 after adjustments
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. RD(-1) -1.141067 0.196111 -5.818486 0.0000
C 7.45E+09 1.31E+09 5.690001 0.0000 R-squared 0.575226 Mean dependent var 2.06E+08
Adjusted R-squared 0.558235 S.D. dependent var 3.17E+09 S.E. of regression 2.10E+09 Akaike info criterion 45.84386 Sum squared resid 1.11E+20 Schwarz criterion 45.93985 Log likelihood -616.8921 Hannan-Quinn criter. 45.87240 F-statistic 33.85478 Durbin-Watson stat 2.046624 Prob(F-statistic) 0.000005
Null Hypothesis: BUMD has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=6)
t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -5.644653 0.0001
Test critical values: 1% level -3.699871 5% level -2.976263 10% level -2.627420 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(BUMD) Method: Least Squares Date: 01/12/11 Time: 10:51 Sample (adjusted): 2003Q2 2009Q4 Included observations: 27 after adjustments
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. BUMD(-1) -1.128144 0.199861 -5.644653 0.0000
C 2.87E+09 6.51E+08 4.414949 0.0002 R-squared 0.560340 Mean dependent var 88299647
Adjusted R-squared 0.542753 S.D. dependent var 3.26E+09 S.E. of regression 2.20E+09 Akaike info criterion 45.93672 Sum squared resid 1.22E+20 Schwarz criterion 46.03271 Log likelihood -618.1458 Hannan-Quinn criter. 45.96526
F-statistic 31.86210 Durbin-Watson stat 1.968995 Prob(F-statistic) 0.000007
B. FIRST DIFFERENT
PAD : Tidak Stasioner
PD : Stasioner
RD : Stasioner
BUMD : Stasioner
Null Hypothesis: D(PAD) has a unit root Exogenous: None Lag Length: 3 (Automatic based on SIC, MAXLAG=6)
t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -1.637194 0.0947
Test critical values: 1% level -2.669359 5% level -1.956406 10% level -1.608495 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(PAD,2) Method: Least Squares Date: 01/12/11 Time: 11:15 Sample (adjusted): 2004Q2 2009Q4 Included observations: 23 after adjustments
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(PAD(-1)) -2.227199 1.360376 -1.637194 0.1180
D(PAD(-1),2) 0.128685 1.175412 0.109481 0.9140 D(PAD(-2),2) -0.391811 0.818627 -0.478619 0.6377 D(PAD(-3),2) -0.814491 0.430901 -1.890204 0.0741
R-squared 0.894979 Mean dependent var 8.47E+08
Adjusted R-squared 0.878397 S.D. dependent var 2.41E+10 S.E. of regression 8.41E+09 Akaike info criterion 48.69924 Sum squared resid 1.34E+21 Schwarz criterion 48.89672 Log likelihood -556.0413 Hannan-Quinn criter. 48.74891 Durbin-Watson stat 1.917281
Null Hypothesis: D(PD) has a unit root Exogenous: None Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=6)
t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -9.666100 0.0000
Test critical values: 1% level -2.656915 5% level -1.954414 10% level -1.609329 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(PD,2) Method: Least Squares Date: 01/12/11 Time: 11:15 Sample (adjusted): 2003Q3 2009Q4 Included observations: 26 after adjustments
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(PD(-1)) -1.607690 0.166322 -9.666100 0.0000 R-squared 0.788362 Mean dependent var 6.24E+08
Adjusted R-squared 0.788362 S.D. dependent var 1.25E+10 S.E. of regression 5.74E+09 Akaike info criterion 47.81801 Sum squared resid 8.25E+20 Schwarz criterion 47.86640 Log likelihood -620.6342 Hannan-Quinn criter. 47.83195 Durbin-Watson stat 2.051000
Null Hypothesis: D(RD) has a unit root Exogenous: None Lag Length: 2 (Automatic based on SIC, MAXLAG=6)
t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -7.807994 0.0000
Test critical values: 1% level -2.664853 5% level -1.955681 10% level -1.608793 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(RD,2) Method: Least Squares Date: 01/12/11 Time: 11:17 Sample (adjusted): 2004Q1 2009Q4 Included observations: 24 after adjustments
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(RD(-1)) -3.284161 0.420615 -7.807994 0.0000
D(RD(-1),2) 1.404369 0.308980 4.545173 0.0002 D(RD(-2),2) 0.613203 0.162882 3.764717 0.0011
R-squared 0.869348 Mean dependent var -39799341
Adjusted R-squared 0.856904 S.D. dependent var 5.57E+09 S.E. of regression 2.11E+09 Akaike info criterion 45.89219 Sum squared resid 9.33E+19 Schwarz criterion 46.03945 Log likelihood -547.7063 Hannan-Quinn criter. 45.93126 Durbin-Watson stat 2.081205
Null Hypothesis: D(BUMD) has a unit root Exogenous: None Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=6)
t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -9.856043 0.0000
Test critical values: 1% level -2.656915 5% level -1.954414 10% level -1.609329 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(BUMD,2) Method: Least Squares Date: 01/12/11 Time: 11:17 Sample (adjusted): 2003Q3 2009Q4 Included observations: 26 after adjustments
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(BUMD(-1)) -1.620994 0.164467 -9.856043 0.0000 R-squared 0.795200 Mean dependent var 1.39E+08
Adjusted R-squared 0.795200 S.D. dependent var 5.86E+09 S.E. of regression 2.65E+09 Akaike info criterion 46.27387 Sum squared resid 1.76E+20 Schwarz criterion 46.32226 Log likelihood -600.5603 Hannan-Quinn criter. 46.28780 Durbin-Watson stat 2.314379
C. SECOND DIFFERENT
PAD : Stasioner
PD : Stasioner
RD : Stasioner
BUMD : Stasioner
Null Hypothesis: D(PAD,2) has a unit root Exogenous: None Lag Length: 4 (Automatic based on SIC, MAXLAG=6)
t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -3.200199 0.0028
Test critical values: 1% level -2.679735 5% level -1.958088 10% level -1.607830 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(PAD,3) Method: Least Squares Date: 01/12/11 Time: 11:18 Sample (adjusted): 2004Q4 2009Q4 Included observations: 21 after adjustments
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(PAD(-1),2) -11.77002 3.677901 -3.200199 0.0056
D(PAD(-1),3) 8.505235 3.400693 2.501030 0.0236 D(PAD(-2),3) 5.523344 2.630224 2.099952 0.0519 D(PAD(-3),3) 2.297728 1.549090 1.483276 0.1574 D(PAD(-4),3) 0.617332 0.556441 1.109430 0.2836
R-squared 0.970598 Mean dependent var 1.71E+09
Adjusted R-squared 0.963248 S.D. dependent var 4.61E+10 S.E. of regression 8.83E+09 Akaike info criterion 48.84515 Sum squared resid 1.25E+21 Schwarz criterion 49.09384 Log likelihood -507.8740 Hannan-Quinn criter. 48.89912 Durbin-Watson stat 1.925405
Null Hypothesis: D(PD,2) has a unit root Exogenous: None Lag Length: 5 (Automatic based on SIC, MAXLAG=6)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -5.031375 0.0000 Test critical values: 1% level -2.685718
5% level -1.959071 10% level -1.607456 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(PD,3) Method: Least Squares Date: 01/12/11 Time: 11:19 Sample (adjusted): 2005Q1 2009Q4 Included observations: 20 after adjustments
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(PD(-1),2) -15.07379 2.995958 -5.031375 0.0002
D(PD(-1),3) 12.07134 2.815493 4.287469 0.0008 D(PD(-2),3) 9.411319 2.357523 3.992038 0.0013 D(PD(-3),3) 5.865246 1.593596 3.680510 0.0025 D(PD(-4),3) 2.899994 0.876852 3.307279 0.0052 D(PD(-5),3) 0.908943 0.321736 2.825126 0.0135
R-squared 0.964670 Mean dependent var 8.22E+08
Adjusted R-squared 0.952052 S.D. dependent var 2.35E+10 S.E. of regression 5.14E+09 Akaike info criterion 47.80320 Sum squared resid 3.70E+20 Schwarz criterion 48.10192 Log likelihood -472.0320 Hannan-Quinn criter. 47.86151 Durbin-Watson stat 2.306741
Null Hypothesis: D(RD,2) has a unit root Exogenous: None Lag Length: 4 (Automatic based on SIC, MAXLAG=6)
t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -4.966982 0.0000
Test critical values: 1% level -2.679735 5% level -1.958088 10% level -1.607830 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(RD,3) Method: Least Squares Date: 01/12/11 Time: 11:19 Sample (adjusted): 2004Q4 2009Q4 Included observations: 21 after adjustments
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(RD(-1),2) -8.600558 1.731546 -4.966982 0.0001
D(RD(-1),3) 5.922953 1.535862 3.856436 0.0014 D(RD(-2),3) 3.808278 1.124331 3.387151 0.0038 D(RD(-3),3) 1.816130 0.669849 2.711253 0.0154 D(RD(-4),3) 0.556420 0.257075 2.164423 0.0459
R-squared 0.942067 Mean dependent var 1.47E+08
Adjusted R-squared 0.927584 S.D. dependent var 9.84E+09 S.E. of regression 2.65E+09 Akaike info criterion 46.43534 Sum squared resid 1.12E+20 Schwarz criterion 46.68404 Log likelihood -482.5711 Hannan-Quinn criter. 46.48932 Durbin-Watson stat 1.815793
Null Hypothesis: D(BUMD,2) has a unit root Exogenous: None Lag Length: 2 (Automatic based on SIC, MAXLAG=6)
t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -5.789323 0.0000
Test critical values: 1% level -2.669359 5% level -1.956406 10% level -1.608495 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(BUMD,3) Method: Least Squares Date: 01/12/11 Time: 11:19 Sample (adjusted): 2004Q2 2009Q4 Included observations: 23 after adjustments
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(BUMD(-1),2) -3.872665 0.668932 -5.789323 0.0000
D(BUMD(-1),3) 1.502266 0.506925 2.963489 0.0077 D(BUMD(-2),3) 0.454964 0.233560 1.947950 0.0656
R-squared 0.916078 Mean dependent var 4.45E+08
Adjusted R-squared 0.907686 S.D. dependent var 1.13E+10 S.E. of regression 3.43E+09 Akaike info criterion 46.86842 Sum squared resid 2.35E+20 Schwarz criterion 47.01653 Log likelihood -535.9868 Hannan-Quinn criter. 46.90567 Durbin-Watson stat 2.122813
Lampiran 13
Hasil Analisis Regresi
Dependent Variable: PAD Method: Least Squares Date: 01/12/11 Time: 10:36 Sample: 2003Q1 2009Q4 Included observations: 28
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -8.19E+09 2.94E+09 -2.784836 0.0103
PD 1.551903 0.099572 15.58568 0.0000 RD 1.053228 0.356356 2.955552 0.0069
BUMD 0.490892 0.346660 1.416061 0.1696 R-squared 0.927728 Mean dependent var 3.64E+10
Adjusted R-squared 0.918694 S.D. dependent var 1.33E+10 S.E. of regression 3.80E+09 Akaike info criterion 47.08692 Sum squared resid 3.47E+20 Schwarz criterion 47.27723 Log likelihood -655.2168 Hannan-Quinn criter. 47.14510 F-statistic 102.6929 Durbin-Watson stat 1.778653 Prob(F-statistic) 0.000000
Lampiran 14
Hasil Uji Normalitas
0
1
2
3
4
5
6
7
-4.0e+09 0.00000 4.0e+09 8.0e+09
Series: ResidualsSample 2003Q1 2009Q4Observations 28
Mean 6.13e-07Median -4.80e+08Maximum 9.91e+09Minimum -4.90e+09Std. Dev. 3.58e+09Skewness 0.975027Kurtosis 4.017935
Jarque-Bera 5.645389Probability 0.059446
Lampiran 15
Hasil Uji Multikolinieritas
PD RD BUMD PD 1.000000 0.248200 0.157742 RD 0.248200 1.000000 0.119092
BUMD 0.157742 0.119092 1.000000
Lampiran 16
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedasticity Test: White
F-statistic 1.772584 Prob. F(9,18) 0.1440
Obs*R-squared 13.15606 Prob. Chi-Square(9) 0.1557 Scaled explained SS 14.58520 Prob. Chi-Square(9) 0.1030
Test Equation: Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 01/12/11 Time: 10:40 Sample: 2003Q1 2009Q4 Included observations: 28
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -1.97E+18 6.59E+19 -0.029931 0.9765
PD -3.30E+09 3.82E+09 -0.864873 0.3985 PD^2 0.101165 0.070037 1.444445 0.1658
PD*RD 0.114205 0.335888 0.340010 0.7378 PD*BUMD -0.331472 0.389393 -0.851251 0.4058
RD 6.18E+09 1.13E+10 0.546483 0.5914 RD^2 -0.553586 0.789187 -0.701464 0.4920
RD*BUMD -0.344667 1.222860 -0.281853 0.7813 BUMD 1.34E+10 1.11E+10 1.207878 0.2427
BUMD^2 -0.868085 1.435828 -0.604588 0.5530 R-squared 0.469859 Mean dependent var 1.24E+19
Adjusted R-squared 0.204789 S.D. dependent var 2.19E+19 S.E. of regression 1.95E+19 Akaike info criterion 91.94877 Sum squared resid 6.88E+39 Schwarz criterion 92.42456 Log likelihood -1277.283 Hannan-Quinn criter. 92.09423 F-statistic 1.772584 Durbin-Watson stat 1.826900 Prob(F-statistic) 0.144017
Lampiran 17
Hasil Analisis Autokorelasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 0.107328 Prob. F(2,22) 0.8987
Obs*R-squared 0.270559 Prob. Chi-Square(2) 0.8735
Test Equation: Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 01/12/11 Time: 10:42 Sample: 2003Q1 2009Q4 Included observations: 28 Presample missing value lagged residuals set to zero.
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -2.38E+08 3.25E+09 -0.073081 0.9424
PD 0.006526 0.106773 0.061120 0.9518 RD -0.003261 0.379586 -0.008590 0.9932
BUMD 0.030564 0.366417 0.083412 0.9343 RESID(-1) 0.016814 0.255770 0.065739 0.9482 RESID(-2) -0.113010 0.245052 -0.461166 0.6492
R-squared 0.009663 Mean dependent var 6.13E-07
Adjusted R-squared -0.215414 S.D. dependent var 3.58E+09 S.E. of regression 3.95E+09 Akaike info criterion 47.22006 Sum squared resid 3.44E+20 Schwarz criterion 47.50554 Log likelihood -655.0809 Hannan-Quinn criter. 47.30734 F-statistic 0.042931 Durbin-Watson stat 1.819556 Prob(F-statistic) 0.998785