perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
ANALISIS PROFESIONALISME GURU BERSERTIFIKAT
PENDIDIK DI SMK NEGERI 1 SAWIT
KABUPATEN BOYOLALI
SKRIPSI
Oleh:
TRI HASTUTI
K7408278
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juli 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini
Nama : Tri Hastuti
NIM : K7408278
Jurusan/Program Studi : PIPS/Pendidikan Ekonomi BKK Administrasi
Perkantoran
menyatakan bahwa skripsi saya berjudul Analisis Profesionalisme Guru
Bersertifikat Pendidik Di SMK Negeri 1 Sawit Kabupaten Boyolali ini benar-
benar merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang
dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil
jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atass perbuatan saya.
Surakarta, Juli 2012
Yang membuat pernyataan
Tri Hastuti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
ANALISIS PROFESIONALISME GURU BERSERTIFIKAT
PENDIDIK DI SMK NEGERI 1 SAWIT
KABUPATEN BOYOLALI
Oleh:
TRI HASTUTI
K7408278
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus
Pendidikan Administrasi Perkantoran Jurusan Pendidikan
Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juli 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Surakarta, Juli 2012
Pembimbing I,
Dra. C. Dyah Indrawati S.i , M.Pd
NIP 19611122 198903 2 001
Pembimbing II,
Anton Subarno, S.Pd, M.Pd
NIP 19751223 200701 1 002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari :
Tanggal :
Tim Penguji Skripsi Tanda Tangan
Ketua : Dr. Djoko Santoso Th, M.Pd ____________
Sekretaris : Susantiningrum, S.Pd, S.E, MAB ____________
Anggota I : Dra. C. Dyah Indrawati S.i , M.Pd ____________
Anggota II : Anton Subarno, S.Pd, M.Pd ____________
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Pembantu Dekan I
Prof. Dr. rer. nat. Sajidan, M.Si
NIP. 19660415 19903 1 002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRAK
Tri Hastuti. ANALISIS PROFESIONALISME GURU BERSERTIFIKAT
PENDIDIK DI SMK NEGERI 1 SAWIT KABUPATEN BOYOLALI .
Skripsi Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta. Juli 2012.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui guru yang bersertifikat
pendidik apakah sudah melaksanakan tugasnya sesuai standart profesionalisme
yang ditentukan dan Untuk mengetahui dampak guru yang telah bersertifikat
pendidik di SMK Negeri 1 Sawit Kabupaten Boyolali.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dengan menggunakan
metode etnografi. Penelitian ini dilakukan di SMK Negeri 1 Sawit Kabupaten
Boyolali. Sumber data dalam penelitian ini berasal dari kepala sekolah, guru yang
bersertifikat pendidik, dan siswa. Teknik pengambilan sample atau cuplikan
dengan menggunakan”Purposive Sampling”dan”Snow-Ball Sampling”. Teknik
pengumpulan data dengan wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi. Uji
validitas data dengan menggunakan triangulasi. Teknik analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis interaktif.
Guru bersertifikat pendidik di SMK Negeri 1 Sawit Kabupaten Boyolali
Guru bersertifikat pendidik di SMK Negeri kabupaten Boyolali sudah menguasai
materi pelajaran. Hal tersebut dapat dilihat dari pengembangan dan penyampaian
materi pelajaran ketika pembelajaran berlangsung. Pembelajaran di kelas menjadi
lebih hidup karena guru menguasai materi pelajaran. Manajemen pengelolaan
kelas yang baik dengan membentuk kelompok-kelompok diskusi membuat
pembelajaran lebih berarti. Penyampaian materi pelajaran yang dikaitkan dengan
kehidupan sehari-hari (kontekstual) menjadikan pembelajaran lebih bermakna
bagi siswa. Guru bersertifikat pendidik di SMK Negeri 1 Sawit Kabupaten
Boyolali belum menguasai TIK dalam mendukung pembelajaran, hal tersebut
dikarenakan keterbatasan sarana prasarana dan kurangnya kompetensi guru dalam
bidang tersebut dan masalah manajemen waktu. Guru bersertifikat pendidik SMK
SMK Negeri 1 Sawit Kabupaten Boyolali belum melaksanakan PTK karena
kendala manajemen waktu. Dampak sertifikasi yang terjadi di SMK Negeri 1
Sawit Boyolali adalah; guru yang bersertifikat pendidik belum melaksanakan
tugasnya dengan maksimal Hal ini dapat dilihat dari hasil pemebelajaran
siswa,masih adanya siswa yang belum tuntas atau mengulang yaitu sebanyak 10
orang siswa.
Kata Kunci: Guru Bersertifiksat Pendidik, Profesionalisme Guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
ABSTRACT
Tri Hastuti. AN ANALYSIS OF PROFESSIONALISM OF THE
EDUCATOR-CERTIFIED TEACHERS AT STATE VOCATIONAL HIGH
SCHOOL 1 OF SAWIT, BOYOLALI REGENCY. Skripsi: The Faculty of
Teacher Training and Education, Sebelas Maret University, Surakarta, July 2012.
The objectives of this research are to investigate: (1) the implementation
whether the educator-certified teachers have implemented their duties based on
the determined professionalism standard, and (2) what impacts arise from the
duties implemented by the educator-certified teachers at State Vocational High
School 1 of Sawit, Boyolali regency.
This research used the qualitative research method with the ethnographic
approach. It was conducted at State Vocational High School 1 of Sawit, Boyolali
regency. The sources of the data of the research were School Principal of the
school, the educator-certified teachers, and the students. The samples of the
research were taken by using the purposive sampling and snow ball sampling
technique. The data of the research were gathered through in-depth interview,
observation, documentation. The data of the research were validated by using the
data source and method triangulations. They were then analyzed by using the
interactive technique of analysis.
The results of the research are as follows: 1) The educator-certified
teachers at State Vocational School 1 of Sawit, Boyolali have mastered the
teaching material as indicated by the development and delivery of the teaching
material during the lesson. In addition, the teaching and learning process in the
class becomes livelier, and the good class management makes the class more
meaningful. As well, the contextual or daily life-related learning material delivery
makes the lesson more meaningful to the students. In general, the educator-
certified teachers, however, have not mastered the Information and
Communication Technology to support the teaching and learning process due to
the limited facilities and infrastructures of the school and their lack of competency
in the related field as well as their poor time management. As result, they have not
by and large done the Classroom Action Research due to the constraints in time
management.
Keywords: The educator-certified teachers and professionalism of the educator-
certified teachers
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
MOTTO
Buatlah sesenang mungkin ibu kita, supaya kalimat yang keluar dari
mulutnya adalah kalimat pujian bukan kalimat cacian.
(Ust. H. Jefri Al-Bukhori)
Tekad merupakan sumber motivasi bagi kemajuan dan kesuksesan.
Mereka yang memiliki tekad yang kuat, dia bisa menciptakan apa
yang tidak mungkin menjadi mungkin.
(Adri Wongso)
Hidup harus semangat, walaupun rintangan sebesar apapun yang
menghadang tetap semangat.
(Penulis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
PERSEMBAHAN
Teriring syukurku pada-Mu, kupersembahkan karya ini untuk:
Bapak dan Ibu tercinta, sebagai rasa hormat dan baktiku.
Kakak-kakakku tersayang dan keluarga besarku yang membanggakan.
Reky Aspriyadi terimakasih karena membuatku mengerti arti dari kata
“kehidupan” , “kasih sayang” , dan “keikhlasan”.
My best friend Augustha Monika, Sari Fatmawati,. Sahabatku yang selalu
memberiku semangat dan selalu mendengarkan keluh kesahku tentang
skripsi, cinta, dan segala masalah yang ada di hidupku.
Seluruh teman-teman PAP ’08 ( Khususnya Kelas B ) Terimakasih atas
kerjasama dan kekompakannya.
Dosen ku yang selalu membimbinngku selama ini.
Almamaterku
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang member
ilmu, inspirasi, dan kemuliaan. Atas kehendak-Nya peneliti dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul Analisis Profesionalisme Guru Bersertifikat Pendidik Di
SMK Negeri 1 Sawit Kabupaten Boyolali.
Skripsi ini disusun guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk
mendapatkan gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang
Keahlian Khusus Pendidikan Administrasi Perkantoran Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas
Maret Surakarta. Peneliti menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak
terlepas dari bantuan, bimbingan, dan pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu,
peneliti menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta beserta segenap jajarannya, yang telah memberikan ijin untuk
melaksanakan penelitian.
2. Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Ilmu Sosial yang telah menyetujui
permohonan ijin menyusun skripsi.
3. Ketua dan Sekretaris Program Studi Pendidikan Ekonomi yang telah
memberikan ijin penyusunan skripsi.
4. Ketua dan Sekretaris BKK Pendidikan Administrasi Perkantoran yang telah
memberikan pengarahan dan ijin menyusun skripsi.
5. Dra. C. Dyah Indrawati S.i, M.Pd, selaku Pembimbing I yang dengan sabar
senantiasa memberikan bimbingan, pengarahan dan motivasi, sehingga skripsi
ini dapat terselesaikan.
6. Anton Subarno, S.Pd M.Pd, selaku Pembimbing II yang dengan sabar
senantiasa memberikan bimbingan, pengarahan dan motivasi, sehingga skripsi
ini dapat terselesaikan.
7. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Program Pendidikan Ekonomi BKK PAP yang
telah memberi bekal ilmu yang sangat bermanfaat bagi peneliti.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
8. Drs. Jasmanto selaku kepala sekolah SMK Negeri 1 Sawit Kabupaten
Boyolali yang telah memberikan ijin kepada peneliti untuk mengadakan
penelitian di SMK Negeri 1 Sawit Kabupaten Boyolali.
9. Bapak dan Ibu guru SMK Negeri 1 Sawit Kabupaten Boyolali yang telah
membantu dalam perijinan dan pengumpulan data.
10. Para siswa SMK Negeri 1 Sawit Kabupaten Boyolali yang telah bersedia
untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan penelitian ini.
11. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu-per satu yang telah
membantu penyusunan skripsi ini.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena
keterbatasan peneliti. Meskipun demikian, peneliti berharap semoga skripsi ini
bermanfaat bagi peneliti khususnya dan pembaca umumnya.
Surakarta, Juli 2012
Peneliti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN ....................................................................... ii
HALAMAN PENGAJUAN ..........................................................................iii
HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... v
HALAMAN ABSTRAK ............................................................................... vi
HALAMAN MOTTO ..................................................................................viii
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... ix
KATA PENGANTAR ................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
B. Perumusan Masalah .................................................................... 5
C. Tujuan penelitian ........................................................................ 5
D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 5
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan ................... 7
1. Kajian Teori............................................................................7
a. Hakikat Profesi Guru.......................................................7
b. Kompetensi Profesionalisme Guru.................................12
2. Hasil Penelitian Yang Relevan ............................................ 21
B. Kerangka Berpikir ................................................................... 23
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................... 24
B. Pendekatan dan Jenis Penelitian ................................................ 24
C. Data dan Sumber Data ............................................................... 25
D. Teknik Sampling ........................................................................ 26
E. Pengumpulan Data ..................................................................... 27
F. Uji Validitas Data ...................................................................... 28
G. Analisis Data .............................................................................. 29
H. Prosedur Penelitian .................................................................... 30
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi/Objek Penelitian ......................................... 33
1. Visi, Misi, dan Tujuan SMK Negeri 1 Sawit ....................... 33
2. Struktur Organisasi SMK Negeri 1 Sawit ............................ 35
3. Keadaan Guru, Karyawan, Fasilitas, dan Siswa ................. 37
B. Deskripsi Temuan Penelitian .................................................. 41
1. Penguasaan Guru Bersertifikat Pendidik di SMK Negeri 1
Sawit Kabupaten Boyolali tentang Materi Pelajaran ........... 41
2. Penguasaan Guru Bersertifikat Pendidik di SMK Negeri 1
Sawit Kabupaten Boyolali tentang Teknologi yang
Mendukung Pembelajaran ................................................... 45
C. Pembahasan .............................................................................. 53
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan .................................................................................... 71
B. Implikasi .................................................................................... 72
C. Saran .......................................................................................... 74
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 75
LAMPIRAN .................................................................................................. 77
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir ............................................................ 23
Gambar 2. Skema Komponen Analisis Data.................................................. 29
Gambar 3. Skema Prosedur Penelitian ........................................................... 32
Gambar 4.Skema Struktur Organisasi.............................................................35
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR TABEL
Gambar 1. Tabel 1 Perincian Jumlah Guru dan Karyawan.............................38
Gambar 2. Tabel 2 Perincian Jumlah Prasarana...............................................39
Gambar 3. Tabel 3 Keadaan Jumlah Siswa......................................................40
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1. Jadwal Penelitian .................................................................................... 77
2. Daftar Pertanyaan Wawancara ................................................................ 78
3. Field Note ................................................................................................ 83
4. Identitas Sekolah....................................................................................122
5. Daftar Guru Bersertifikasi.......................................................................123
6. Data Pokok PSMK 2012 SMK Negeri 1 Sawit......................................124
7. Foto-Foto ................................................................................................ 132
8. Surat Permohonan izin Penyusunan Skripsi............................................137
9. Surat keputusan dekan FKIP tentang Izin Penyusunan Skripsi...............138
10. Surat Permohonan Izin Observasi .......................................................... 139
11. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ................................ 140
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Permasalahan guru di Indonesia langsung atau tidak langsung
berkaitan dengan profesionalisme guru yang masih belum memadai,
sehingga perlu diselesaikan secara komprehensif menyangkut semua aspek
terkait yaitu kesejahteraan, kualifikasi, pembinaan, perlindungan profesi,
dan administrasinya. Dalam hal ini, ditengarai bahwa profesionalisme guru
di Indonesia masih sangat rendah, dan secara makro merupakan penyebab
rendahnya mutu pendidikan nasional secara keseluruhan. Peningkatan
mutu guru lewat program sertifikasi ini sebagai upaya peningkatan mutu
pendidikan (Muslich, 2007: 8).
Sertifikasi guru adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada
guru yang telah memenuhi standar profesional guru. Civil Effect dari
program sertifikasi adalah diberikannya tunjangan profesi bagi guru dan
dosen yang telah bersertifikat (Murtiyasa, 2008). Permasalahannya
sekarang, dapatkah program sertifikasi guru meningkatkan
profesionalisme guru? Guru profesional di samping mereka berkualifikasi
akademik juga dituntut memiliki kompetensi, artinya memiliki
pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan
dikuasainya dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya. Dalam
Undang-undang Guru dan Dosen disebutkan kompetensi profesi pendidik
meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi
sosial, dan kompetensi profesional.
Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola
pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta
didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar,
dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai
potensi yang dimilikinya. Kompetensi kepribadian merupakan
kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian pendidik yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta
didik, dan berakhlak mulia. Kompetensi sosial adalah kemampuan
pendidik berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dengan peserta
didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik,
dan masyarakat. Kompetensi profesional adalah kemampuan pendidik
dalam penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang
memungkinkan membimbing peserta didik memperoleh kompetensi yang
ditetapkan (Team Kreatif Pustaka Pendidikan, 2008: 15-18).
Memang harus diakui, bahwa istilah sertifikasi guru ini dalam
dunia pendidikan kita adalah hal yang sangat baru. Bagi negara-negara
maju seperti USA, Inggris, Jepang dan Korea Selatan, sertifikasi guru
bukanlah hal baru, bahkan di negara tetangga kita, Singapura, sertifikasi
pada guru sudah dikenal sejak lama. Kondisi pendidikan di Indonesia
sangat memprihatinkan, dalam kenyataan sulit mengalami kemajuan yang
berarti, bahkan dalam skala global kualitas pendidikan kita jauh di bawah
negara-negara tetangga. Berdasarkan data Human Development Index,
kualitas sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki oleh tiap-tiap negara
Australia menempati peringkat ke-7, Singapura peringkat ke-22, Malaysia
peringkat ke-56, Thailand peringkat ke-67, Philipina peringkat ke-77,
sedangkan Indonesia menempati urutan ke-105 (Trianto dan Tutik, 2007:
14).
Menyadari kondisi diatas, pemerintah melakukan berbagai upaya
untuk mengembangkan standar kompetensi dan sertifikasi guru, antara lain
dengan disahkannya undang-undang guru dan dosen (UUGD) yang
ditindaklanjuti dengan pengembangan rancangan peraturan pemerintah
(RPP) tentang guru dan dosen, yang kesemuanya itu dilakukan untuk
meningkatkan profesionalisme dan kompetensi guru. Mulyasa (2007: 9),
mengemukakan tujuh indikator yang menunjukkan lemahnya kinerja guru
dalam melaksanakan tugas utamanya mengajar (teaching), yaitu (a)
rendahnya pemahaman tentang strategi pembelajaran, (b) kurangnya
kemahiran dalam mengelola kelas, (c) rendahnya kemampuan melakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
dan memanfaatkan penelitian tindakan kelas (classroom action research),
(d) rendahnya motivasi berprestasi, (e) kurang disiplin, (f) rendahnya
komitmen profesi, (g) serta rendahnya kemampuan manajemen waktu.
Pelaksanaan sertifikasi guru yang bertujuan untuk meningkatkan
profesionalisme guru dalam jabatan dilaksanakan dalam bentuk penilaian
portofolio. Portofolio adalah bukti fisik (dokumen) yang menggambarkan
pengalaman berkarya/prestasi yang dicapai dalam menjalankan tugas
profesi sebagai guru dalam interval waktu tertentu (Team Kreatif Pustaka
Pendidikan, 2008: 83). Portofolio, memang telah menjadi dasar penentuan
sebesar apa profesionalitas dan kompetensi guru. Akan tetapi dalam
pelaksanannya pun sebenarnya masih harus banyak perbaikan dan
ketelitian. Apalagi penyusunan berkas pada portofolio juga dipahami
bersama sangat rentan adanya rekayasa atau pemalsuan. Penyusunan
portofolio juga harus diperhatikan lagi agar benar-benar mencerminkan
kinerja guru bukan hanya masalah masa kerja guru.
Selain itu juga melalui Persyaratan Khusus Untuk Guru yang
Mengikuti Penilaian Portofolio dan PLPG dengan ketentuan syarat sebagai
berikut; 1) Memiliki kualifikasi akademik sarjana (S-1) atau diploma
empat (D-IV) dari program studi yang terakreditasi atau minimal memiliki
izin penyelenggaraan. 2) Memiliki masa kerja sebagai guru (PNS atau
bukan PNS) minimal 6 tahun pada suatu satuan pendidikan dan pada saat
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen terbit
yang bersangkutan sudah menjadi guru. 3) Guru dan guru yang diangkat
dalam jabatan pengawas satuan pendidikan yang BELUM memiliki
kualifikasi akademik S-1/D-IV apabila; a) pada 1 Januari 2011 sudah
mencapai usia 50 tahun dan mempunyai pengalaman kerja 20 tahun
sebagai guru, atau b) mempunyai golongan IV/a atau memenuhi angka
kredit kumulatif setara dengan golongan IV/a (dibuktikan dengan SK
kenaikan pangkat). .(Permendiknas No. 11 Th 2011)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Mengenai masa kerja, belum tentu guru yang sudah mengajar
selama puluhan tahun memiliki kemampuan yang lebih baik dalam proses
pembelajaran. Guru-guru muda juga banyak yang memiliki metode dan
strategi yang jauh lebih bagus. Karena banyak guru yang telah lama
mengajar jika tidak ada pengembangan yang kontinu tentu akan semakin
ketinggalan informasi tentang pendidikan dalam hal proses pembelajaran
(Ahmad Makki, 2008).
Pendidikan kejuruan bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan peserta didik
untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan
program kejuruannya. Agar dapat bekerja secara efektif dan efisien serta
mengembangkan keahlian dan keterampilan, mereka harus memiliki
stamina yang tinggi, menguasai bidang keahliannya dan dasar-dasar ilmu
pengetahuan dan teknologi, mempunyai etos kerja yang tinggi, dan
mampu berkomunikasi sesuai dengan tuntutan pekerjaannya, serta
memiliki kemampuan mengembangkan diri (Permendiknas no.22 tahun
2006). Oleh karena itu, diperlukan guru-guru yang profesional untuk
mewujudkan tujuan pendidikan kejuruan sesuai dengan Permendiknas
no.22 tahun 2006.
SMK Negeri 1 Sawit Kabupaten Boyolali merupakan SMK negeri
yang yang telah berdiri sejak tahun 2007, pada akreditasi sekolah tahun
2010 mendapatkan peringkat B. Sekolah ini termasuk sekolah baru 6 tahun
berdiri perlu banyak sekali pembenahan dari segi sarana dan prasarana,
dengan keterbatasan ini guru dintuntut untuk lebih kreatif dalam
memberdayakan sarana dan prasarana demi menunjang tujuan dari sekolah
dan tujuan pendidikan pada khususnya.
Setiap guru dan mata pelajaran mempunyai karakterisitik masing-
masing yang bersifat abstrak menjadi alasan ketertarikan peneliti dalam
melaksanakan penelitian ini. Sehingga guru harus mampu menguasai
materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan standar isi.
Selain itu, hal ini merupakan tantangan tersendiri bagi guru khususnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
yang telah bersertifikat pendidik untuk terus berusaha meningkatkan
kualitas pembelajaran dan pada akhirnya meningkatkan kualitas
pendidikan di Indonesia. Guru-guru yang sudah bersertifikat pendidik di
SMK Negeri 1 Sawit mempunyai karakteristik tertentu dalam mereka
menyampaikan pembelajaran kepada siswa sehingga penelitian tertarik
untuk meneliti dengan judul “Analisis Profesionalisme Guru Bersertifikat
Pendidik Di SMK Negeri 1 Sawit Kabupaten Boyolali”
B. Perumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian adalah sebagai berikut:
Bagaimana guru yang bersertifikat pendidik melaksanakan tugasnya
sesuai standart profesionalisme yang ditentukan?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah penelitian, tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
Untuk mengetahui guru yang bersertifikat pendidik apakah sudah
melaksanakan tugasnya sesuai standar profesionalisme yang ditentukan.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini bermanfaat untuk:
a. Bahan pengembangan wawasan konseptual dalam pemahaman
arti penting dan tujuan sertifikasi untuk guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
b. Bahan pertimbangan peneliti selanjutnya dalam bidang yang
sama dengan objek cakupan yang lebih luas
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini bermanfaat untuk:
a. Bagi guru SMK Negeri 1 sawit Kabupaten Boyolali,
diperolehnya informasi tentang ciri-ciri profesionalisme guru
bersertifikat pendidik.
b. Bagi siswa SMK Negeri 1 sawit Kabupaten Boyolali, dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa dalam proses pembelajaran
yang dipimpin oleh guru bersertifikat pendidik yang profesional.
c. Bagi Kepala SMK Negeri 1 sawit Kabupaten Boyolali, hasil
penelitian ini dapat digunakan sebagai evaluasi kinerja guru
bersertifikat pendidik mengenai profesionalisme guru.
d. Bagi Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Dikpora)
Kabupaten Boyolali, hasil penelitian ini digunakan sebagai
bahan pertimbangan untuk pengembangan kebijakan pemerintah
tentang profesionalisme guru dan sertifikasi guru dalam rangka
pembenahan dunia pendidikan khususnya peningkatan mutu
guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori Dan Hasil Penelitian Yang Relevan
1. Kajian Teori
a. Hakikat Profesi Guru
1) Definisi Profesi
Menurut Uno (2007: 15), guru merupakan suatu profesi, yang berarti
suatu jabatan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru dan tidak dapat
dilakukan oleh sembarang orang di luar bidang pendidikan. Sementara itu,
Kunandar (2007: 45), mengemukakan bahwa profesi adalah suatu keahlian
(skill) dan kewenangan dalam suatu jabatan tertentu yang mensyaratkan
kompetensi (pengetahuan, sikap, dan keterampilan) tertentu secara khusus yang
diperoleh dari pendidikan akademis yang intensif. Sedangkan menurut Popa
(2006), yang membedakan antara profesi dengan pekerjaan adalah pengetahuan
khusus, komitmen untuk melayani klien dan otonomi dalam prakteknya.
Definisi profesi diatas dapat memberikan pengertian bahwa suatu
profesi adalah kegiatan seseorang untuk menghidupi kehidupannya. Profesi
biasanya berkaitan dengan mata pencaharian seseorang dalam memenuhi
kebutuhan hidup. Dengan demikian, profesi guru adalah keahlian dan
kewenangan khusus dalam bidang pendidikan, pengajaran, dan pelatihan yang
ditekuni untuk menjadi mata pencaharian dalam memenuhi kebutuhan hidup.
2) Karakteristik Profesi
Heystek and Lethoko (2001) mengemukakan bahwa beberapa
karakteristik profesi yaitu sebagai berikut (1) pendapatan tinggi, prestis/gengsi,
dan kehormatan; (2) pengetahuan khusus berdasarkan penelitian ilmiah dan
teori-teori; (3) pelatihan dan kualifikasi yang tinggi dalam jangka panjang; (4)
otonomi dan mekanisme dibuat oleh anggotanya dalam menentukan standar
kompetensi; (5) mempunyai kode etik; (6) mengutamakan pelayanan (public
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
service); dan (7) pengawasan kondisi pelayanan. Sementara itu, Usman (2008:
15), mengemukakan bahwa tugas dan tanggung jawab guru begitu kompleks,
maka profesi ini memerlukan persyaratan khusus antara lain sebagai berikut.
a) Menuntut adanya keterampilan yang berdasarkan konsep dan teori ilmu
pengetahuan yang mendalam.
b) Menekankan pada suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan
bidang profesinya.
c) Menuntut adanya tingkat pendidikan keguruan yang memadai.
d) Adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dari pekerjaan yang
dilaksanakannya.
e) Memungkinkan perkembangan sejalan dengan dinamika kehidupan.
f) Memiliki kode etik, sebagai acuan dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya.
g) Memiliki klien/objek layanan yang tetap, seperti dokter dengan pasiennya,
guru dengan muridnya.
h) Diakui oleh masyarakat karena memang diperlukan jasanya di masyarakat.
Rumusan pengertian di atas dapat memberikan pengertian bahwa dalam
suatu pekerjaan yang bersifat profesional dipergunakan teknik serta prosedur
yang bertumpu pada landasan intelektual yang dipergunakan langsung bagi
kemaslahatan orang lain. Dapat pula dikatakan bahwa suatu pekerja profesional
pada hakikatnya adalah seorang yang melakukan pelayanan atau pengabdian
yang dilandasi dengan kemampuan profesional serta falsafah hidup yang
mantap. Seorang guru harus mempunyai kepribadian yang mantap sebagai
tenaga kependidikan. Guru sebagai profesi berarti guru sebagai pekerjaan yang
mensyaratkan kompetensi (keahlian dan kewenangan) dalam pendidikan dan
pembelajaran agar dapat melaksanakan pekerjaan tersebut secara efektif dan
efisien.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
3) Guru Profesional
Guru menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun
2005 Tentang Guru dan Dosen pasal 1 ayat 1 adalah pendidik profesional
dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Sementara itu,
pada pasal 1 ayat 4, profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan
oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan
keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma
tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.
Guru profesional adalah guru yang menguasai ilmu pengetahuan/materi
pelajaran yang diajarkan dan ahli mengajarnya (menyampaikannya). Dengan
kata lain, guru profesional adalah guru yang mampu membelajarkan peserta
didiknya tentang pengetahuan yang dikuasainya dengan baik (Agung, 2006).
4) Tugas, Peran, dan Kode Etik Guru
a) Tugas Guru
Menurut Usman (2008: 6-8), guru memiliki banyak tugas, baik yang
terikat oleh dinas maupun diluar dinas dalam bentuk pengabdian. Apabila kita
kelompokkan terdapat tiga jenis tugas guru, yaitu dalam bidang profesi, tugas
kemanusiaan, dan tugas dalam bidang kemasyarakatan. Tugas guru sebagai
profesi meliputi mendidik, mengajar, dan melatih. Mendidik berarti
meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar berarti
meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada
siswa.
Tugas guru dalam bidang kemanusiaan di sekolah harus dapat
menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua. Ia harus mampu menarik simpati
sehingga menjadi idola para siswanya. Pelajaran apapun yang diberikan,
hendaknya dapat menjadi motivasi bagi siswanya dalam belajar. Bila seorang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
guru dalam penampilannya sudah tidak menarik, maka kegagalan pertama
adalah ia tidak akan dapat menanamkan benih pengajarannya itu kepada para
siswanya. Para siswa enggan menghadapi guru yang tidak menarik.
Masyarakat menempatkan guru pada tempat yang lebih terhormat di
lingkungannya karena dari seorang guru diharapkan masyarakat dapat
memperoleh ilmu pengetahuan. Guru tidak hanya diperlukan oleh para murid
di ruang-ruang kelas, tetapi juga diperlukan oleh masyarakat lingkungannya
dalam menyelesaikan berbagai persoalan. Tampaknya masyarakat
mendudukkan guru pada tempat yang terhormat dalam kehidupan masyarakat,
yakni di depan memberi suri teladan, di tengah-tengah membangun, dan di
belakang memberi dorongan dan motivasi. Ing ngarso sung tuladha, ing
madya mangun karsa, tut wuri handayani.
b) Peran Guru dalam Proses Belajar Mengajar
Usman (2008: 9-12) mengemukakan bahwa peran guru yang dianggap
paling dominan dalam proses belajar mengajar adalah sebagai berikut.
1) Guru sebagai demonstrator
Sebagai demonstrator, lecturer, atau pengajar, guru hendaknya
senantiasa menguasai bahan atau materi pelajaran yang diajarkannya serta
senantiasa mengembangkannya dalam arti meningkatkan kemampuan
dalam hal ilmu yang dimilikinya karena hal ini sangat menentukan hasil
belajar yang dicapai oleh siswa.
2) Guru sebagai pengelola kelas
Sebagai pengelola kelas (learning manager), guru hendaknya
mampu mengelola kelas sebagai lingkungan belajar. Lingkungan ini diatur
dan diawasi agar menjadi lingkungan yang baik sehingga kegiatan belajar
mengarah pada tujuan pendidikan.
3) Guru sebagai mediator dan fasilitator
Sebagai mediator guru hendaknya memiliki pengetahuan dan
pemahaman yang cukup tentang media pendidikan karena media
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
pendidikan merupakan alat komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses
belajar mengajar. Sebagai fasilitator, guru hendaknya mampu
mengusahakan sumber belajar yang berguna serta dapat menunjang
pencapaian tujuan dan proses belajar mengajar, baik yang berupa
narasumber, buku teks, majalah ataupun surat kabar.
4) Guru sebagai evaluator
Guru sebagai penilai hasil belajar siswa hendaknya terus menerus
mengikuti hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa dari waktu ke waktu.
Informasi yang diperoleh melalui evaluasi ini merupakan umpan balik
(feed back) terhadap proses belajar mengajar. Umpan balik ini dijadikan
titik tolak untuk memperbaiki dan meningkatkan proses belajar mengajar
selanjutnya.
c) Kode Etik Guru
Salah satu persyaratan yang harus dipenuhi oleh setiap pekerjaan yang
tergolong kedalam suatu profesi adalah memiliki kode etik. Begitu pula
dengan profesi guru. Beberapa kode etik guru yang telah dirumuskan oleh
PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia) adalah sebagai berikut.
1) Guru berbakti membimbing anak didik seutuhnya untuk membentuk
manusia pembangunan yang berpancasila.
2) Guru memiliki kejujuran profesional dalam menetapkan kurikulum sesuai
dengan kebutuhan anak didik masing-masing.
3) Guru mengadakan komunikasi, terutama dalam memperoleh informasi
tentang anak didik, tetapi menghindarkan diri dari segala bentuk
penyalahgunaan.
4) Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah dan memelihara hubungan
dengan orang tua murid dengan sebaik-baiknya demi kepentingan anak
didik.
5) Guru memelihara hubungan baik dengan masyarakat sekitar sekolah
maupun masyarakat yang lebih luas untuk kepentingan pendidikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
6) Guru secara sendiri maupun bersama-sama mengembangkan mutu
profesi.
7) Guru menciptakan dan memelihara hubungan antara sesama guru, baik
berdasarkan lingkungan kerja, maupun dalam hubungan keseluruhan.
8) Guru secara bersama-sama memelihara, membina dan meningkatkan
organisasi profesi sebagai sarana pengabdian.
9) Guru melaksanakan segala ketentuan yang merupakan kebijaksanaan
pemerintah dalam bidang pendidikan.
b. Kompetensi Profesionalisme Guru
Hamalik (2008: 42-43), mengemukakan bahwa profesionalisme guru
mengandung pengertian yang meliputi unsur-unsur kepribadian, keilmuan dan
keterampilan. Dengan demikian dapat diartikan bahwa kompetensi profesional
guru tentu saja akan meliputi ketiga unsur itu walaupun tekanan yang lebih besar
terletak pada unsur keterampilan sesuai dengan peranan yang dikerjakannya. Peran
guru sebagai pendidik dan pengajar dapat dilaksanakan bila guru memenuhi
syarat-syarat kepribadian dan penguasaan ilmu. Guru akan mampu mendidik dan
mengajar apabila dia mempunyai kestabilan emosi, memiliki rasa tanggung jawab
yang besar untuk memajukan anak didik, bersikap realistis, bersikap jujur, serta
bersikap terbuka dan peka terhadap perkembangan terutama terhadap inovasi
pendidikan.
Guru profesional di samping mereka berkualifikasi akademik juga dituntut
memiliki kompetensi, artinya memiliki pengetahuan, keterampilan, dan perilaku
yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasainya dalam melaksanakan tugas
keprofesionalannya. Dalam Undang-Undang Guru dan Dosen disebutkan
kompetensi profesi pendidik meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.
(1) Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta
didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta
didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
(2) Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang
mencerminkan kepribadian pendidik yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan
berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.
(3) Kompetensi sosial adalah kemampuan pendidik berkomunikasi dan
berinteraksi secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat. Kompetensi
profesional adalah kemampuan pendidik dalam penguasaan materi
pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing
peserta didik memperoleh kompetensi yang ditetapkan (Team Kreatif Pustaka
Pendidikan, 2008: 15-18).
(4) Kompetensi profesional merupakan penguasaan substansi keilmuan yang
terkait dengan bidang studi dan penguasaan struktur serta metode keilmuan.
Penguasaan substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi meliputi
pemahaman materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah; pemahaman
struktur, konsep, dan metode keilmuan yang menaungi atau koheren dengan
materi ajar; pemahaman hubungan konsep antarmata pelajaran terkait; dan
penerapan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya,
penguasaan struktur serta metode keilmuan merupakan penguasaan langkah-
langkah penelitian dan kajian kritis untuk memperdalam pengetahuan atau
materi bidang studi (Direktorat Ketenagaan Dirjen Dikti dan Direktorat
Profesi Pendidik Ditjen PMPTK Depdiknas dengan modifikasi dalam
(Kunandar, 2007: 77).
Peraturan Pemerintah (PP) No.74 Tahun 2008 tentang guru Bab II Pasal 3
ayat (7), kompetensi profesional yang merupakan kemampuan guru dalam
menguasai pengetahuan bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau seni dan
budaya yang diampunya yang sekurang-kurangnya meliputi penguasaan (1) materi
pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan standar isi program satuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu;
dan (2) konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang relevan,
yang secara konseptual menaungi atau koheren dengan program satuan
pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu.
c. Sertifikasi Guru
1) Pengertian, Tujuan, dan Manfaat Sertifikasi Guru
Sertifikasi guru adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru
yang telah memenuhi standar kompetensi guru. Sertifikasi guru bertujuan
untuk (1) menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai
agen pembelajaran dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, (2)
meningkatkan proses dan mutu hasil pendidikan, (3) meningkatkan martabat
guru, (4) meningkatkan profesionalitas guru (Team Kreatif Pustaka
Pendidikan, 2008: 5). Selanjutnya, manfaat sertifikasi guru dapat dirinci
sebagai berikut.
a) Melindungi profesi guru dari praktik-praktik yang tidak kompeten, yang
dapat merusak citra profesi guru.
b) Melindungi masyarakat dari praktik-praktik pendidikan yang tidak
berkualitas dan tidak profesional.
c) Menjaga lembaga penyelenggara pendidikan tenaga kependidikan (LPTK)
dari keinginan internal dan tekanan eksternal yang menyimpang dari
ketentuan-ketentuan yang berlaku.
d) Meningkatkan kesejahteraan guru.
2) Prinsip Sertifikasi
a) Dilaksanakan secara objektif, transparan, dan akuntabel.
b) Berujung pada peningkatan mutu pendidikan nasional melalui peningkatan
mutu guru dan kesejahteraan guru.
c) Dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
d) Dilaksanakan secara terencana dan sistematis.
e) Menghargai pengalaman kerja guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
f) Jumlah peserta sertifikasi guru ditetapkan oleh pemerintah.
3) Syarat dan Penetapan Peserta Sertifikasi Guru
a) Persyaratan Peserta
1) Persyaratan Umum
(a) Guru yang masih aktif mengajar di sekolah di bawah binaan
Kementerian Pendidikan Nasional kecuali guru pendidika agama.
Sertifikasi guru bagi guru pendidikan agama dan semua guru yang
mengajar di madrasah diselenggarakan oleh Kementerian Agama
dengan kuota dan aturan penetapan peserta dari Kementerian Agama
(Surat Edaran Bersama Direktur Jenderal PMPTK dan Sekretaris
Jenderal Departemen Agama Nomor SJ/Dj.I/Kp.02/1569/ 2007,
Nomor 4823/F/SE/2007 Tahun 2007).
(b) Guru yang diangkat dalam jabatan pengawas dengan ketentuan:
bagi pengawas satuan pendidikan selain dari guru yang diangkat
sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008
tentang Guru (1 Desember 2008), atau
bagi pengawas selain dari guru yang diangkat setelah berlakunya
Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru harus
pernah memiliki pengalaman formal sebagai guru.
(c) Guru bukan PNS pada sekolah swasta yang memiliki SK sebagai
guru tetap dari penyelenggara pendidikan (guru tetap yayasan),
sedangkan guru bukan PNS pada sekolah negeri harus memiliki SK
dari Bupati/Walikota atau dinas pendidikan provinsi/ kabupaten/kota.
(d) Pada tanggal 1 Januari 2012 belum memasuki usia 60 tahun.
(e) Memiliki nomor unik pendidik dan tenaga kependidikan (NUPTK).
.(Permendiknas No. 11 Th 2011)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
2) Persyaratan Khusus Untuk Guru yang Mengikuti Penilaian
Portofolio dan PLPG
a) Memiliki kualifikasi akademik sarjana (S-1) atau diploma
empat (D-IV) dari program studi yang terakreditasi atau minimal
memiliki izin penyelenggaraan.
b) Memiliki masa kerja sebagai guru (PNS atau bukan PNS)
minimal 6 tahun pada suatu satuan pendidikan dan pada saat Undang-
Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen terbit yang
bersangkutan sudah menjadi guru
c) Guru dan guru yang diangkat dalam jabatan pengawas satuan
pendidikan yang BELUM memiliki kualifikasi akademik S-1/D-IV
apabila:
pada 1 Januari 2011 sudah mencapai usia 50 tahun dan
mempunyai pengalaman kerja 20 tahun sebagai guru, atau
mempunyai golongan IV/a atau memenuhi angka kredit kumulatif
setara dengan golongan IV/a (dibuktikan dengan SK kenaikan
pangkat).
3) Persyaratan Khusus untuk Guru yang mengikuti Pemberian
Sertifikat Secara Langsung (PSPL)
(a) Guru dan guru yang diangkat dalam jabatan pengawas satuan
pendidikan yang memiliki kualifikasi akademik magister (S-2) atau
doktor (S-3) dari perguruan tinggi terakreditasi dalam bidang
kependidikan atau bidang studi yang relevan dengan mata pelajaran
atau rumpun mata pelajaran yang diampunya, atau guru kelas dan
guru bimbingan dan konseling atau konselor, dengan golongan
sekurang-kurangnya IV/b atau yang memenuhi angka kredit
kumulatif setara dengan golongan IV/b.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
(b) Guru dan guru yang diangkat dalam jabatan pengawas satuan
pendidikan yang memiliki golongan serendah-rendahnya IV/c atau
yang memenuhi angka kredit kumulatif setara dengan golongan IV/c.
.(Permendiknas No. 11 Th 2011)
b) Penetapan Peserta
1) Ketentuan Umum
(a) Semua guru dan guru yang diangkat dalam jabatan pengawas
satuan pendidikan yang memenuhi persyaratan sebagaimana
tersebut di atas mempunyai kesempatan yang sama untuk
ditetapkan sebagai peserta sertifikasi guru.
(b) Penetapan peserta untuk jenis dan jenjang pendidikan TK, SD,
SMP, SMA, dan SMK dilakukan oleh dinas pendidikan
kabupaten/kota, sedangkan untuk satuan pendidikan SLB
dilakukan oleh dinas pendidikan provinsi.
(c) Guru dan guru yang diangkat dalam jabatan pengawas yang sudah
mengikuti sertifikasi guru pada tahun sebelumnya tetapi belum
lulus, dapat mendaftarkan kembali sebagai peserta.
(d) Penetapan peserta dilakukan dan secara transparan melalui
NUPTK Online yang sudah menampilkan data guru yang
memenuhi persyaratan dan mengikuti urutan prioritas yang telah
ditentukan.
(e) Dinas pendidikan provinsi/kabupaten/kota harus memberikan
alasan tertulis yang dapat dipertanggungjawabkan apabila ada
peserta yang seharusnya belum mendapat giliran tetapi ditetapkan
sebagai peserta.
(f) Dinas pendidikan provinsi/kabupaten/kota dapat menunda
seseorang yang seharusnya sudah masuk kuota karena alasan yang
dapat dipertanggungjawabkan, misalnya mendapatkan sangsi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
kepegawaian yang dibuktikan dengan surat keterangan dari
instansi yang berwenang.
(g) Calon peserta sertifikasi guru tahun 2011 tidak akan
dialihtugaskan pada jabatan lain baik fungsional maupun
struktural pada tahun 2012, kecuali diangkat dalam jabatan
pengawas.
(h) Penetapan peserta final hasil verifikasi akhir diumumkan secara
terbuka melalui pertemuan dengan kepala sekolah, papan
pengumuman di LPMP dan dinas pendidikan provinsi/
kabupaten/kota, atau media lain.
(i) Dinas pendidikan kabupaten/kota mencetak Format A1 dan
menerbitkan Surat Keputusan Penetapan Peserta Sertifikasi Guru
beserta Daftar Nama Peserta Sertifikasi Guru Tahun 2011 setelah
seluruh proses penetapan peserta selesai.
2) Apabila ada guru calon peserta sertifikasi yang mengundurkan diri,
keikutsertaannya dapat diganti oleh guru calon peserta sertifikasi yang
lain sesuai urutan prioritasnya. .(Permendiknas No. 11 Th 2011)
c) Urutan Prioritas Penetapan Peserta
Guru yang dapat langsung masuk mengisi kuota sertifikasi guru
adalah sebagai berikut.
(a) Semua guru yang diangkat dalam jabatan pengawas yang memenuhi
persyaratan dan belum memiliki sertifikat pendidik.
(b) Semua guru yang mengajar di daerah perbatasan, terdepan,
terluar7yang memenuhi persyaratan,
(c) Guru dan kepala sekolah berprestasi peringkat 1 tingkat provinsi atau
peringkat 1, 2, dan 3 tingkat nasional, atau guru yang mendapat
penghargaan internasional yang belum mengikuti sertifikasi guru
dalam jabatan pada tahun 2007 s.d 2010.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
(d) Guru yang memenuhi persyaratan untuk mendapatkan sertifikat secara
langsung,
(e) Guru SD dan SMP yang telah terdaftar dan mengajar pada sekolah
yang menjadi target studi sertifikasi guru,
Guru lainnya yang tidak masuk ketentuan di atas ditetapkan sebagai
peserta sertifikasi guru berdasarkan kriteria urutan prioritas sebagai berikut:
(1) masa kerja sebagai guru, (2) usia, (3) pangkat dan golongan, (4) beban
kerja, (5) tugas tambahan, (6) prestasi kerja.(Permendiknas No. 11 Th
2011)
4) Mekanisme Sertifikasi Guru
Menurut Trianto dan Tutik (2007:27), mekanisme sertifikasi guru
dapat dilakukan melalui dua bentuk, yaitu sertifikasi bagi calon guru
untuk menjadi guru professional dan sertifikasi bagi guru yang sudah
memiliki jabatan (sertifikasi guru dalam jabatan). Penjelasanya sebagai
berikut:
a)Sertifikasi bagi calon guru
Sertifikasi bagi calon guru dapat ditempuh setelah yang
bersangkutan memiliki kualifikasi pendidikan minimal (S1/D4) baik yang
berlatarbelakang kependidikan maupun non-kependidikan dengan syarat
bahwa kesarjanaan tersebut relevan dengan jenjang dan jenis pendidikan
serta mata pelajaran yang akan diampu (Trianto dan Tutik 2007:27).
Sertifikasi bagi calon guru dilakukan melalui pendidikan profesi,
dipadukan dengan uji kompetensi guru pada akhir pendidikan profesi dan
dilakukan secara terintegrasi.
b)Sertifikasi guru dalam jabatan
Berbeda dengan sertifikasi bagi calon guru, sertifikasi guru dalam
jabatan dapat dikategorikan menjadi tiga kelompok yaitu, Pertama, bagi
guru yang belum memiliki kualifikasi pendidikan minimum S1/D4, maka
yang bersangkutan harus mengikuti program peningkatan kualifikasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
akademik sesuai dengan bidang studi pada perguruan tinggi yang
terakreditasi yang dilanjutkan dengan pendidikan profesi guru dengan
memperhatikan penilaian hasil belajar melalui pengalaman sampai lulus
sebelum mengikuti sertifikasi melalui uji kompetensi untuk mendapatkan
sertifikat pendidik dari perguruan tinggi yang memiliki program
pengadaan tenaga kependidikan terakreditasi yang ditetapkan oleh
pemerintah.
Kedua, bagi guru yang memiliki kesarjanaan non-kependidikan
yang belum memiliki akta IV sampai berlakunya UUGD, maka yang
bersangkutan harus mengikuti terlebih dahulu pendidikan profesi guru
dengan mempertimbangkan penilaian hasil belajar melalui pengalaman
sebelum mengikuti sertifikasi melalui uji kompetensi untuk mendapatkan
sertifikat pendidik dari perguruan tinggi yang memiliki program
pengadaan tenaga kependidikan terakreditasi yang ditetapkan oleh
pemerintah.
Ketiga, bagi guru yang memiliki kesarjanaan atau diploma empat
kependidikan dan non-kependidikan yang sudah memiliki akta IV
langsung mengikuti sertifikasi guru melalui uji kompetensi untuk
mendapatkan sertifikat pendidik dari perguruan tinggi yang memiliki
program pengadaan tenaga kependidikan terakreditasi yang ditetapkan
oleh pemerintah.
5) Sertifikat Pendidik
Merujuk pada ketentuan Pasal 42 ayat (1) UU Sisdiknas, menuntut
bahwa guru dan dosen wajib memiliki sertifikat pendidik sesuai dengan
jenjang kewenangan mengajar, sehat jasmani dan rohani serta memiliki
kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Istilah
sertifikasi dalam makna kamus berarti surat keterangan (sertifikat) dari
lembaga berwenang yang diberikan kepada jenis profesi dan sekaligus
pernyataan (lisensi) terhadap kelayakan profesi untuk melaksanakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
tugas. Menurut Trianto dan Tutik (2007: 11), guru yang dianggap baik
dalam mengemban tugas profesi mendidik maka ia harus memiliki
sertifikat pendidik. Sertifikat pendidik tersebut diberikan kepada guru dan
dosen yang telah memenuhi persyaratan.
Sertifikasi secara yuridis menurut ketentuan pasal 1 ayat (11)
UUGD adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru yang telah
memenuhi persyaratan. Mulyasa (2007: 33-34), sertifikat pendidik adalah
bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru dan dosen
sebagai tenaga profesional. Sementara itu, Kunandar (2007: 79),
sertifikasi profesi guru adalah proses untuk memberikan sertifikat kepada
guru yang telah memenuhi standar kualifikasi dan standar kompetensi.
Sertifikasi dilakukan oleh perguruan tinggi penyelenggara pengadaan
tenaga kependidikan yang terakreditasi dan ditetapkan oleh pemerintah.
Berdasarkan pengertian tersebut, sertifikasi guru dapat diartikan
sebagai suatu proses pemberian pengakuan bahwa seseorang telah
memiliki kompetensi untuk melaksanakan pelayanan pendidikan pada
satuan pendidikan tertentu, setelah lulus uji kompetensi yang
diselenggarakan oleh lembaga sertifikasi. Menurut Kunandar (2007: 79),
dengan kata lain, sertifikasi guru adalah proses uji kompetensi yang
dirancang untuk mengungkapkan penguasaan kompetensi seseorang
sebagai landasan pemberian sertifikat pendidik. Sertifikasi guru
merupakan keniscayaan masa depan untuk meningkatkan kualitas dan
martabat guru, menjawab arus globalisasi dan menyiasati sistem
desentralisasi.
2. Hasil penelitian yang relevan
Pamela Esprivalo Harrell and Mary Harris. Penelitian tersebut berjudul
“Teacher Preparation without Boundaries: A Two-Year Study of an Online Teacher
Certification Program” Journal of Technology and Teacher Education tahun 2006;
14, 4; Academic Research Library. Hasil penelitian tersebut menjelaskan bahwa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
program sertifikasi guru secara online yang bernama The Online Post Baccalaureate
Program berhasil dengan baik dalam mencapai tujuan selama 2 tahun
pelaksanaannya. Penelitian ini mengindikasikan keberhasilan program sertifikasi
online dalam (a) pengaruh yang signifikan terhadap pengaruh jumlah beragamnya
kandidat yang memasuki program itu termasuk etnis dan gender; (b) meningkatkan
jumlah calon guru yang disiapkan oleh University of North Texas (UNT) dalam
waktu singkat untuk matematika dan science; (c) mendapatkan sikap calon guru yang
setidaknya sama dengan program tradisional calon guru yang berkualitas dengan
indikator meliputi ujian sertifikasi negara dan menilai dokumen portofolio; dan (d)
calon guru puas dengan program sertifikasi online.
Simona Popa dan Clementina Acedo. Penelitian yang berjudul “Redefining
Profesionalism: Romanian Secondary Education Teachers and the Private Tutoring
System” International Journal of Educational Development 26 tahun 2006 98-110.
Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa profesionalisme guru didefinisikan kembali
sebagai seorang yang mempunyai status sosial tinggi, penghasilan tinggi, memiliki
pengetahuan khusus, memiliki otonomi dan komitmen profesional. Namun,
kenyataannya tak satupun bisa diperoleh di sekolah-sekolah umum di Rumania.
Karena banyak lulusan universitas yang memilih pekerjaan selain guru untuk
memperoleh gaji yang lebih besar, bahkan banyak guru yang pindah profesi yang
menghasilkan gaji yang lebih besar. Tetapi dengan memberikan “pengajaran privat”
hal tersebut bisa diperoleh.
S.Michael Putman, Lawrence L.Smith, and Jerrell C.Cassady. Penelitian
tersebut berjudul “Promoting Change Through Professional Development: The Place
of Teacher Intentionality in Reading Instruction” Literacy Research and Instruction
tahun 2009 48, 3 Academic Research Library. Penelitian tersebut menjelaskan bahwa
model INTENT (Intentional Teaching Model) dibuat untuk memberikan sebuah
metode pengembangan profesional yang bertujuan untuk meningkatkan perubahan
guru dalam praktek membaca. Model tersebut juga efektif dalam mempromosikan
perubahan profesional guru dan meningkatkan prestasi siswa. Dengan menggunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
prinsip model INTENT, kita yakin tujuan dari kebijakan guru dapat berhasil dengan
baik dan hasilnya akan meningkatkan prestasi siswa, yang pada akhirnya juga
meningkatkan kualitas bidang pendidikan.
B. Kerangka Berfikir
Masih banyak guru yang bersertifikat pendidik yang belum optimal dalam
melaksanakan tugasnya yang disebabkan oleh kurangnya pemahaman guru tentang
arti pemberian sertifikat pendidik bagi guru. Yang mana tujuan utama dari pemberian
sertifikat pendidik ini bertujuan untuk meningkatkan profesionalitas dan juga
kompetensi guru dalam hal mendidik siswanya, hal ini sesuai dengan pada Peraturan
Pemerintah (PP) No. 74 Tahun 2008 Bab II Pasal 3 ayat (7) tentang kompetensi
profesional yang merupakan kemampuan guru dalam menguasai pengetahuan bidang
ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau seni dan budaya yang diampunya.
Secara garis besar rancangan penelitian ini bertujuan untuk mengatahui guru
yang bersertifikat pendidik dalam melaksanakan tugasnya apakah sesuai dengan
standar profesionalisme yang telah ditentukan pemerintah sebelumnya dan juga
sejauh mana dampaknya terhadap kinerja guru bersertifikat pendidik di SMK Negeri
1 Sawit Kabupaten Boyolali dan juga sejauh mana profesionalitas para guru yang
bersertifikat pendidik di SMK Sawit dalam meningkatkan dan juga menggembangkan
diri mereka dalam proses belajar mengajar. Dan sejauh mana mereka kepekaan
mereka terhadap perkembangan jaman yang terus berganti yang dibarengi dengan
tuntutan masyarakat unntuk memeperoleh pendidikan yang bermutu.
Gambar. 1. Kerangka Berfikir.
Guru bersertifikat
sertifikasi pendidik
Aspek kopetensi guru profesional bersertifikat
pendidik, meliputi:
1. kompetensi pedagogik
2. kompetensi kepribadian
3. kompetensi sosial
4. kompetensi profesional
Penerapan kompetensi professional guru
dalam pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 1 Sawit Kabupaten Boyolali yang
beralamat di Jalan Jogja-Solo Km 15 Mendosari Sawit. Waktu dalam penelitian ini
selama 3 bulan, yaitu mulai bulan Pebruari 2012 hingga April 2012.
B. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode etnografi karena penelitian ini dilaksanakan pada kondisi
yang alamiah dan bersifat budaya. Peneliti langsung ke sumber data yaitu
profesionalisme guru bersertifikat pendidik di SMK Negeri 1 Sawit Kabupaten
Boyolali dan peneliti adalah instrumen kunci. Maksud penggunaan metode ini adalah
untuk memahami sudut pandang guru SMK Negeri 1 Sawit Kabupaten Boyolali
dalam tugasnya sebagai guru profesional yang telah bersertifikat pendidik dalam
mengembangkan profesionalismenya, hubungannya dengan dunia pendidikan, untuk
mendapatkan pandangannya mengenai dunianya.
Metode penelitian etnografi melibatkan aktivitas mengenai dunia orang yang
telah belajar melihat, mendengar, berbicara, berpikir dan bertindak dengan cara yang
berbeda. Inti dari etnografi adalah upaya untuk memperhatikan makna-makna
tindakan dari kejadian yang menimpa orang yang ingin kita pahami (Spradley, 2007:
5). Etnografi tidak hanya mempelajari masyarakat, lebih dari itu etnografi berarti
belajar dari masyarakat. Para peneliti pada tahap awal menjadi orang yang dibimbing
oleh masyarakat, karena tanpa belajar dari masyarakat tentu peneliti akan susah untuk
beradaptasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
C. Data dan Sumber Data
Lofland dalam Moleong (2007:157) sumber data utama dalam penelitian
kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data-data tambahan seperti
dokumen dan lain-lain. Data yang akan dikumpulkan dan dianalisis dalam penelitian
ini berupa data kualitatif, yaitu data yang berkaitan dengan pandangan-pandangan
tentang ciri-ciri profesionalisme guru bersertifikat pendidik di SMK Negeri
Kabupaten Boyolali. Secara rinci dapat dijelaskan bahwa data yang diperlukan dalam
penelitian ini adalah informasi-informasi mengenai penguasaan guru bersertifikat
pendidik di SMK Negeri Kabupaten Boyolali tentang materi pelajaran dan
penguasaan teknologi yang mendukung pembelajaran.
Data atau informasi yang paling penting untuk dikumpulkan dan dikaji dalam
penelitian ini sebagian besar berupa data kualitatif. Informasi tersebut akan digali dari
beragam sumber data dan jenis sumber data yang akan dimanfaatkan dalam penelitian
ini meliputi informan atau narasumber, tempat dan peristiwa/aktivitas, dan
arsip/dokumen.
1. Informan atau narasumber, yang terdiri dari guru bersertifikat pendidik, siswa,
dan kepala sekolah di SMK Negeri 1 Sawit Kabupaten Boyolali
a) Guru bersertifikat pendidik diharapkan dapat memberikan informasi
mengenai penguasaan materi pelajaran yang meliputi pemahaman materi
ajar secara luas dan mendalam; pemahaman materi yang menaungi atau
koheren dengan materi ajar; pemahaman hubungan konsep antarmata
pelajaran terkait; dan penerapan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan
sehari-hari. Selain itu, guru bersertifikat pendidik diharapkan dapat
memberikan informasi mengenai penguasaan teknologi yang mendukung
pembelajaran yang meliputi penguasaan TIK dan langkah-langkah
pelaksanaan PTK.
b) Siswa diharapkan dapat memberikan informasi tentang penguasaan guru
bersertifikat pendidik terhadap materi pelajaran meliputi penyampaian
standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), manfaat serta tujuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
belajar, keterkaitan antara mata pelajaran yang diampu dengan mata
pelajaran lain, penerapan konsep-konsep dalam kehidupan sehari-hari dan
penguasaan guru bersertifikat pendidik terhadap TIK yang mendukung
pembelajaran, apakah guru memanfaatkan TIK atau tidak dalam kegiatan
belajar mengajar.
c) Kepala sekolah diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
penguasaan guru bersertifikat pendidik tentang penyampaian materi
pelajaran kepada peserta didik, pemanfaatan TIK dalam mendukung
pembelajaran serta langkah-langkah pelaksanaan PTK yang dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran.
2. Tempat dan peristiwa/aktivitas, yang terdiri dari kegiatan belajar mengajar di
SMK Negeri 1 Sawit Kabupaten Boyolali. Sumber data tempat dan
peristiwa/aktivitas ini diharapkan dapat memberikan berbagai informasi tentang
kondisi riil yang terjadi di SMK Negeri 1 Sawit Kabupaten Boyolali.
3. Arsip dan dokumen yang berupa perangkat pembelajaran, dokumentasi kegiatan
belajar mengajar dan monografi SMK Sawit Kabupaten Boyolali.
D. Teknik Pengambilan Sampel Atau Cuplikan
Teknik cuplikan merupakan suatu bentuk khusus atau proses suatu pemusatan
atau pemilihan dalam penelitian yang mengarah pada seleksi (Sutopo, 2002:55).
Sampel (cuplikan) adalah sebagian dari seluruh individu yang menjadi objek
penelitian. Teknik pengambilan sampel (cuplikan) dalam penelitian ini adalah
Purposive Sampling, cuplikan tidak digunakan dalam usaha untuk melakukan
generalisasi statistik atau sekedar mewakili populasinya, tetapi lebih mengarah pada
generalisasi teoritis. Teknik cuplikan ini dengan berbagai alasannya ini sering juga
dinyatakan sebagai criterion-based selection dari pada probability sampling ( Goetz
& LeComte, 1984 dalam Sutopo, 2002:56) . Cuplikan ini memberikan kesempatan
maksimal pada kemampuan peneliti untuk menyusun teori yang dibentuk dari
lapangan (grounded theory) dengan sangat memperhatikan kondisi lokal dengan
kekhususan nilai-nilai (idiografis). Kadang-kadang cuplikan sangat bersifat terbuka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
seperti halnya pada jenis cuplikan yang disebut ”Snow-Ball Sampling” (ying, 1987),
yang berupa penggunaan sampling tanpa persiapan tetapi mengambil orang pertama
yang dijumpai, dan selanjutnya dengan mengikuti petunjuknya untuk mendapatkan
sampling berikutnya sehingga mendapatkan data lengkap dan mendalam, ibarat bola
salju yang menggelinding, semakin jauh semakin besar. Sampel dalam penelitian ini
adalah guru yang mempunyai sertifikat pendidik yang mengajar di SMK Negeri 1
Sawit Kabupaten Boyolali.
E. Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan pendekatan etnografi yang digunakan peneliti dalam penelitian
ini, maka teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Wawancara
Wawancara yang akan dilakukan adalah wawancara mendalam (in-depth
interviewing), dengan wawancara mendalam bisa digali apa yang tersembunyi
disanubari seseorang, apakah yang menyangkut masa lampau, masa kini, maupun
masa depan (Bungin, 2008: 67). Wawancara ini dimaksudkan untuk lebih
memfokuskan pada persoalan-persoalan yang menjadi pokok dari minat
penelitian (Pawito, 2007: 133). Teknik wawancara ini akan dilakukan pada
semua informan, yaitu guru bersertifikat pendidik, kepala sekolah, dan siswa di
SMK Negeri 1 Sawit Kabupaten Boyolali.
2. Observasi
Observasi yang akan diterapkan dalam penelitian ini adalah observasi
langsung yang tidak mengikutsertakan peneliti di dalam kegiatan yang diamati,
tetapi hadir di tengah-tengah kegiatan tersebut. Observasi ini dalam penelitian
kualitatif sering disebut sebagai observasi berperan pasif (Spradley, 2007).
Observasi langsung ini akan dilakukan dengan cara formal dan informal, untuk
mengamati berbagai kegiatan dan peristiwa yang terjadi dalam proses
pembelajaran di SMK Negeri 1 Sawit Kabupaten Boyolali, kegiatan pokok warga
SMK Negeri 1 Sawit Kabupaten Boyolali, dan kegiatan informan sehari-hari di
lingkungan kerja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
3. Mencatat Dokumen (Content Document)
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen
bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang
(Sugiyono, 2007: 240). Teknik ini akan dilakukan untuk mengumpulkan data-
data yang bersumber dari dokumen atau arsip yang terdapat di SMK Negeri 1
Sawit Kabupaten Boyolali, yaitu perangkat pembelajaran, dokumentasi kegiatan
belajar mengajar, PTK yang telah dilaksanakan dan monografi SMK Negeri 1
Sawit Kabupaten Boyolali.
F. Uji validitas data
Untuk menjamin pemantapan dan kebenaran data yang dikumpulkan dan
dicatat dalam penelitian maka dipilih dan ditentukan cara-cara yang tepat untuk
mengembangkan validitas data yang diperolehnya. Dalam penelitian ini akan
digunakan adalah teknik triangulasi. Triangulasi merupakan cara yang paling umum
digunakan bagi peningkatan validitas dalam penelitian kualitatif. Dalam kaitan ini
Patton (1984) menyatakan bahwa ada empat macam tehnik triangulasi, yaitu; (1)
triangulasi data (data triangulation), (2) triangulasi peneliti (investigator
triangulation), (3) triangulasi metodelogis (methodological triangulation) dan (4)
triangulasi teoritis (theoretical triangulation). Triangulasi ini merupakan teknik yang
didasari pola pikir fenomenologi yang bersifat multiperspektif. Artinya untuk
menarik simpulan yang mantap, diperlukan tidak hanya satu cara pandang. Teknik
triangulasi dalam penelitian ini adalah tehnik triangulasi data, menurut istilah Patton
ini juga sering disebut sebagai triangulasi sumber. Cara ini mengarahkan peneliti agar
dalam mengumpulkan data, ia wajib menggunakan beragam sumber data yang
tersedia. Artinya, data yang sama atau sejenis, akan lebih mantap kebenaranya bila
digali dari beberapa sumber data yang berbeda ( Sutopo, 2002:78-79).
Penelitian ini menggunakan triangulasi data dengan jalan wawancara
mendalam, observasi dan mencatat dokumen. Data yang diperoleh berfungsi untuk
penguatan keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data (cross cek data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
hasil pengamatan). Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa, guru dan kepala
sekolah itu sendiri.
G. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis interaktif yaitu suatu teknik analisis data kualitatif yang terdiri dari tiga alur
kegiatan (reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan serta verifikasinya)
yang terjadi secara bersamaaan (Miles dan Huberman dalam Pawito, 2007). Dalam
teknik analisis ini, tiga alur analisisnya yaitu reduksi data, penyajian data, dan
penarikan kesimpulan serta verifikasinya, aktivitasnya dilakukan dalam bentuk
interaktif dengan proses pengumpulan data sebagai suatu proses siklus.
Peneliti dalam melaksanakan proses ini aktivitasnya tetap bergerak di antara
alur analisis dengan pengumpulan datanya selama proses pengumpulan data masih
berlangsung. Selanjutnya peneliti hanya bergerak di antara tiga alur analisis tersebut
sesudah pengumpulan data selesai pada setiap unitnya dengan menggunakan waktu
yang masih tersisa dalam penelitian ini. Untuk lebih jelasnya, proses analisis
interaktif dapat digambarkan dengan skema sebagai berikut
Gambar 2. Komponen-komponen Analisis Data Model Interaktif.
Sumber: Milles and Hubberman, 1984:15
Penyajian
data
Kesimpulan-kesimpulan:
Penarikan/Verifikasi
Reduksi
data
Pengumpulan
data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Reduksi data dilakukan dengan mengklasifikasikan data yang sejenis dan
memberi kode. Penyajian data dilakukan dengan mendeskripsikan data-data yang
sudah diklasifikasikan sesuai dengan pokok masalah. Penarikan kesimpulan atau
verifikasi dilakukan dengan mengambil kesimpulan-kesimpulan atau keputusan-
keputusan yang sebenarnya sudah dimulai dilakukan bersamaan dengan reduksi dan
penyajian data. Pawito (2007: 106), peneliti dalam kaitan ini masih harus
mengkonfirmasi, mempertajam, atau mungkin merevisi kesimpulan-kesimpulan yang
telah dibuat untuk sampai pada kesimpulan final berupa proposisi-proposisi ilmiah
mengenai gejala atau realitas yang diteliti.
H. Prosedur Penelitian
Dalam penelitian ini dilaksanakan dalam 3 tahap; yaitu:
1. Tahap Awal
Pada tahap ini dipersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan
pelaksanaan penelitian, yaitu:
a) Mengurus surat ijin penelitian ke jurusan
b) Menentukan lokasi penelitia : yaitu di SMK Negeri 1 Sawit Kabuten
Boyolali
c) Meninjau lokasi terpilih sebagai lokasi penelitian untuk secara sepintas
mempelajari keadaannya, serta kemungkinan memilih informan yang tepat,
khususnya warga lingkungan sekolah SMK Negeri 1 Sawit Kabuten
Boyolali, yaitu guru; kepala sekolah dan siswa.
d) Menyusun proposal penelitian, pengembangan pedoman pengumpulan data (
daftar pertanyaan dan petunjuk observasi), dan juga menyusun jadual
kegiatan secara rinci.
e) Memilih dan melatih pembantu penelitian agar mampu secara tepat
mengumpulkan data dan mencatat dengan lengkap dan benar.
2. Tahap Pelaksanaan
Dalam tahap pelaksanan penelitian ini Peneliti sebagai instrumen
utama dalam penelitian ini mengumpulkan data-data tentang ciri-ciri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
profesionalisme guru bersertifikat pendidik di SMK Negeri 1 Sawit Kabuten
Boyolali yang meliputi dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta
didik.
3. Tahap Akhir
Dalam tahap akhir penelitian ini, peneliti ;
a) Melakukan analisis awal, bila unit data di SMK Negeri 1 Sawit Kabuten
Boyolali
b) Mengembangkan bentuk sajian data, dengan menyusun coding dan matriks
bagi kepentingan analisis data lanjut.
c) Melakukan analisis di SMK Negeri 1 Sawit Kabuten Boyolali, dan
mengembangkan matrik antarkasus.
d) Melakukan verivikasi, pengayaan, dan pendalaman data. Bila dalam
persiapan analisis ternyata ditemukan data kurang lengkap atau kurang
jelas, maka perlu dilakukan pengumpulan data lagi secara lebih terfokus.
e) Melakukan analisis antarkasus. Semua hasil analisis di SMK Negeri 1
Sawit Kabuten Boyolali disatukan dalam proses analisis antarkasus, dan
dikembangkan struktur sajian datanya bagi sususunan laporan
f) Merumuskan temuan akhir sebagai temuan penelitian
g) Merumuskan implikasi kebijakan sebagai bagian dari pengembangan saran
dalam laporan akhir penelitian.
h) Penyusunan laporan penelitian awal
i) Reviu laporan: melakukan konsultasi dengan dosen pembimbing untuk
mendiskusikan laporan yang telah disusun sementara
j) Perbaikan laporan, dan disusun sebagai laporan akhir
k) Perbanyak laporan sesuai dengan kebutuhan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Prosedur Kegiatan Penelitian
Tahap
Awal
Gambar.3. Prosedur Kegiatan Penelitian
Pemilihan
Kasus
Protocol Penelitian Dan
Rancangan Pengumpulan
Data
Kerangka
Berfikir
Perumusan
Masalah
Mengumpulkan data-data tentang ciri-ciri
profesionalisme guru bersertifikat pendidik di SMK
Negeri 1 Sawit Kabuten Boyolali
Menganalisis data-data tentang ciri-ciri
profesionalisme guru bersertifikat pendidik di SMK
Negeri 1 Sawit Kabuten Boyolali
Menarik Kesimpulan,
Verifikasinya, dan Uji Validitas
Data
Penyususnan Laporan
Penelitian
Tahap
Pelaksanaan
Tahap Akhir
Proposal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian tentang Analisis Profesionalisme Guru Bersertikat Pendidik di
SMK Negeri 1 Sawit Kabupaten Boyolali dilakukan di SMK Negeri 1 Sawit
Boyolali pada tahun pelajaran 2011/2012,yang ber-status negeri dan kegiatan
pembelajaran dilakukan pada pagi hari.Beralamat di jalan Solo-Jogja Km 15
Bendosari Sawit Boyolali RT/RW:):02/1 di Desa Bendosari,Kecamatan Sawit,
Kabupaten/Kota Boyolali,Kode Pos 57374,Telp/Fax:(0271)7686920,No Statistik
Sekolah: 321030908027, Akreditasi Sekolah pada Tahun 2010 dengan Peringkat
B dengan program keahlian yaitu: a)Tehnik Kendaraan Ringan(TKR),b)Tehnik
Komputer dan Jaringan,c)Farmasi.
SMK Negeri 1 Sawit Boyolali dipimpin oleh Drs. Jasmanto dengan NIP
19600917 198603 1 011 menjabat sebagai kepala sekolah selama 2 tahun 8 bulan
dengan pangkat/golongan Pembina/IVa. Beliau lahir di Boyolali, 17 September
1960 beragama Islam bertempat tinggal di Gombang RT 09/RW II Desa
Gombang kecamatan Sawit Kabupaten Boyolali.
1. Visi
Menurut Gaffer dalam Mulyasa (2006: 176) visi adalah daya
pandang yang jauh, mendalam dan meluas yang merupakan daya pikir
yang abstrak, yang memiliki kekuatan yang amat dahsyat dan dapat
menerobos segala batas-batas fisik dan tempat. Visi sekolah juga dapat
diartikan sebagai gambaran sekolah yang dicita-citakan di masa depan dan
merupakan rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan di masa
yang akan datang. Visi sekolah harus berorientasi pada tujuan pendidikan
dasar dan tujuan pendidikan nasional. Visi dari SMK Negeri 1 Sawit
Boyolali adalah:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Mempersiapkan SDM yang professional, mampu bersaing di era
globalisasi, menguasai iptek, beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang
Maha Esa.
2. Misi
Misi adalah suatu rumusan tugas, kewajiban dan wewenang
organisasi dalam rangka pengembangan sumber daya manusia dan
pengembangan bidang ilmu serta dalam rangka pengabdian diri. Lebih
singkatnya misi sekolah merupakan tindakan strategi yang akan
dilaksanakan untuk mencapai visi sekolah. Misi SMK Negeri 1 Sawit
Boyolali adalah membekali murid agar menjadi warga negara yang :
a. Santun, beriman, bertaqwa dan berakhlaq mulia
b. Antusias belajar dalam menguasai iptek
c. Wawasan luas dan mampu berkompetisi
d. Inovatif, kreatif dalam berkarya
e. Tangguh dalam menghadapi tantangan global
3. Tujuan Sekolah
Tujuan pendidikan menengah yaitu meningkatkan meningkatkan
kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta ketrampilan
untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut (Mulyasa,
2006: 179). Tujuan sekolah yang dimiliki Negeri 1 Sawit Boyolali yang
tidak jauh dari tujuan pendidikan satuan pendidikan yaitu diantaranya.
a. Meningkatkan Status SMK Negeri 1 sawit dari SMK bertaraf daerah
menuju SMK bertaraf
b. Nasional dan menuju sekolah bertaraf Internasional.
c. Meningkatkan mutu tenaga kependidikan melalui penataran, magang
industri dan
d. kursus - kursus.
e. Meningkatkan mutu kegiatan pembelajaran normatif, adaftif dan
produktif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
f. Meningkatkan kualitan dan kuantitas sarana prasarana sekolah
g. Meningkatkan prestasi kegiatan kesiswaan melalui kegiatan
kesiswaan, ekstrakurikuler
h. Meningkatkan pemasaran Lulusan dilapangan kerja di dunia usaha dan
dunia industri
4. Struktur Organisasi
Setiap organisasi pada suatu lembaga pendidikan selalu mempunyai
struktur. Struktur ini menurut penggabungan kerja beberapa orang atau
kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Ada dua tujuan pada organisasi
ini, yaitu tujuan pendidikan nasional pada umumnya dan tujuan pendidikan
pada lembaga tersebut khususnya. Berikut ini disajikan bagan struktur
organisasi SMK Negeri 1 Sawit Boyolali.
Gambar 4
Struktur Organisasi SMK Negeri 1 Sawit Boyolali
Komite Sekolah Kepala Tata Usaha Kepala Sekolah
Wakasek Urusan
Kurikulum
Wakasek Urusan
Sarana/Prasarana
Seluruh Siswa Kelas X, XI, dan XII
Guru-Guru Koordinator BP
Wakasek Urusan
Humas
Wakasek Urusan
Kesiswaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Jalinan kuat
Pengaruh
Pengaruh timbal balik
Jalinan lemah
Keterangan:
1) Kepala Sekolah
Kepala Sekolah bertanggung jawab atas kelancaran dan keberhasilan
semua urusan di sekolah. Kepala sekolah berperan dalam pelaksanaan
kurikulum tingkat sekolah yang dipimpinnya, diantaranya melakukan
kegiatan-kegiatan menyusun rencana tahunan, menyusun jadwal
pelaksanaan kegiatan, memimpin rapat dan membuat notula rapat,
membuat statistik dan menyusun laporan.
2) Komite Sekolah
Komite sekolah adalah lembaga mandiri yang beranggotakan berbagai
unsur masyarakat yang peduli pendidikan.
3) Kepala Tata Usaha
Tugas dari tata usaha yaitu mengurusi segala bentuk administrasi yang
digunakan di sekolah, baik perencanaan, penyusunan sampai membuat
laporan.
4) Wakil Kepala Sekolah Urusan Kesiswaan
Tugas dari Wakil Kepala Sekolah Urusan Kesiswaan yaitu menerima
murid baru, kegiatan ekstra kurikuler, pembinaan OSIS dan tata tertib
5) Wakil Kepala Sekolah Urusan Kurikulum
Tugas dari Wakil Kepala Sekolah Urusan Kurikulum yaitu
pengelolaan sistem kredit, pembagian belajar mengajar, penilaian dan
kegiatan kurikuler.
6) Wakil Kepala Sekolah Urusan Sarana / Prasarana
Tugas dari Wakil Kepala Sekolah Sarana / Prasarana yaitu
inventarisasi sarana / prasarana, pendayagunaan, pemeliharaan,
keuangan dan kelengkapan format kerja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
7) Wakil Kepala Urusan Humas
Tugas dari Wakil Kepala Sekolah Urusan Humas yaitu kerja sama
dengan komite sekolah, pengelolaan dan pengembangan program
Sekolah, serta peringatan hari-hari besar.
8) Guru
guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah.
Fungsi guru untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Untuk
peningkatan mutu pendidikan tersebut maka tugas guru
dikelompokkan menjadi tiga jenis kegiatan yaitu tugas mengajar, tugas
pembinaan ekstra kurikuler dan tugas bimbingan belajar.
9) Koordinator BP
Tugas dari Koordinator BP adalah menyusun program BP / Bk,
monitor program BP / BK dan mengkonsulidasikan BP / BK. Peran
BP dalam mengatasi permasalahan yang dialami oleh siswa, baik
keluhan-keluhan yang kaitannya dengan pembelajaranya maupun
permasalahan-permasalahan pribadi siswa yang dapat menghambat
kegiatan belajar.
10) Siswa
Siswa adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan
potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur,
jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
5. Jumlah guru, karyawan, fasilitas dan siswa
Jumlah tenaga guru SMK Negeri 1 Sawit Boyolali 85 orang
dengan asumsi 47 orang guru PNS dan 38 orang guru tidak tetap komite,
dari jumlah ini telah membuktikan bahwa SMK Negeri 1 Sawit Boyolali
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
memiliki mutu pendidikan yang unggul. Seluruh tenaga guru tersebut
tentunya telah memiliki latar belakang pendidikan tinggi yang mendukung
profesi guru yang diemban. Tenaga guru dengan lulusan S1 berjumlah 55%
dari jumlah guru yang ada, dan keseluruhan tenaga guru ataupun karyawan
semuanya dalam kondisi yang cukup mendukung sesuai dengan jabatan
masing-masing.
Tabel 1
Perincian Jumlah Guru dan Karyawan
SMK Negeri 1 Sawit Boyolali Tahun Ajaran 2011/2012
No. Guru Jumlah
1. Kepala Sekolah 1
2. Wakil Kepala Sekolah 4
3. Guru Tetap 42
4. Guru Tidak Tetap 38
5. Tata Usaha (TU) (PNS) 4
6. PTT 14
Jumlah 103
Fasilitas sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan belajar
mengajar di SMK Negeri 1 Sawit Boyolali meliputi 1 ruang kepala
sekolah,1 ruang wakil kepala sekolah,1 ruang tata usaha (TU), 1 ruang guru
dan pengajaran, 25 ruang kelas/teori, 1 ruang laboratorium komputer, 2
ruang laboratorium otomotif,1 ruang laboratorium farmasi, 1 ruang meeting
practice room,1 ruang mushola,1 ruang wudhu, 1 ruang kantin, 2 ruang
tempat sepeda,1 ruang koperasi, 1 ruang OSIS, 1 ruang UKS, 1 ruang
BP/BK,16 ruang WC/kamar mandi, 1 ruang rumah penjaga, 1 ruang pos
jaga. Fasilitas belajar multimedia yang dimiliki meliputi 9 laptop, 29
komputer PC, 7 LCD,1 scanning komputer, 2 televisi, 3 OHP layar, 3
kamera digital, dan 1 handycam. Secara umum, seluruh fasilitas yang ada
dalam keadaan baik sehingga dapat dimanfaatkan secara maksimal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Tabel 2
Perincian Jumlah Prasarana
SMK Negeri 1 Sawit Boyolali Tahun Ajaran 2011/2012
No NamaRuang/Area Kerja Jumlah
Ruang
A RuangPembelajaranUmum
1. R. Kelas 25
2. R. Lab. Komputer 1
B RuangKhusus (Praktik)
1 R. PraktekTKJ 1
2 R. PraktekTKR 2
3 R. PraktekFarmasi 1
C RuangPenunjang
1. RuangKS&Wakil 2
2. Ruang Guru 1
3. RuangPelayananAdministrasi (TU) 1
4. BP/BK 1
5. Ruang OSIS 1
6. Koperasi 1
7. RuangIbadah 1
8. Ruang Toilet 16
9. RuangGudang 1
Peran siswa di sekolah sangat diutamakan, secara umum telah
memiliki kegiatan yang terprogram yaitu kegiatan pokok yang meliputi (a)
kegiatan intrakulikuler yang terdiri dari kegiatan belajar mengajar (KBM),
tambahan jam pelajaran kelas XII untuk mata pelajaran matematika, bahasa
Inggris, dan produktif. (b) kegiatan ekstrakulikuler yang merupakan
kegiatan penunjang prestasi siswa. Kegiatan ekstrakurikuler diadakan
untuk menyalurkan bakat, ketrampilan serta membentuk watak dan sikap
sebagai manusia disiplin, berakhlak dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Kuasa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Tabel 3
Keadaan Jumlah Siswa SMK Negeri 1 Sawit Boyolali Tahun Ajaran
2011/2012
No. Komp.
Keahlian
(KK)
Kelas Rombel Jumlah Mengulang
1. TKR X 4 144 5
XI 4 136 1
XII 4 135 --
2. TKJ X 4 144 2
XI 4 142 2
XII 3 106 --
3. Farmasi X 2 72 --
XI 2 72 --
XII -- -- --
Jumlah 27 951 10
Kegiatan ekstrakurikuler di SMK Negeri 1 Sawit Boyolali meliputi
pramuka, bola voli, peraturan baris berbaris (PBB) dan tata urutan upacara
bendera (TUB), patroli keamanan sekolah (PKS), bela diri, dan musik (band).
Manfaat kegiatan ekstrakulikuler yang ada di sekolah setidaknya banyak
membantu guna mengembangkan bakat dan kemampuan masing-masing
siswa. Apresiasi dari bakat siswa setidaknya mampu membantu prestasi
seseorang guna menunjukkan kemampuan diri baik dari segi pendidikan
ataupun unjuk kemampuan diri yang akan berdampak positif. Adanya prestasi
yang gemilang akan membawa nama baik sekolah, sehingga akan membawa
dampak yang baik terhadap keberadaan sekolah itu sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
B. Deskripsi Temuan Penelitian
1. Penguasaan Guru Bersertifikat Pendidik di SMK Negeri 1 Sawit
Kabupaten Boyolali tentang Materi Pelajaran.
SMK Negeri kabupaten Boyolali memiliki berbagai macam program
keahlian yang berbeda-beda antara SMK Negeri yang satu dengan SMK
Negeri yang lain. Berdasarkan wawancara, observasi di lapangan dan
dokumentasi, di SMK Negeri 1 Sawit Kabupaten Boyolali memiliki tiga
program keahlian yaitu tehnik kendaraan ringan, farmasi, dan tehnik
computer dan jaringan.
Menurut dokumentasi yang ada, standar kompetensi lulusan (SKL)
setiap mata pelajaran yang harus dicapai oleh siswa berbeda pada masing-
masing program keahlian. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 23 Tahun 2006 Tentang SKL untuk Satuan Pendidikan
Dasar dan Menengah digunakan sebagai pedoman penilaian dalam
menentukan kelulusan peserta didik. SKL tersebut meliputi SKL minimal
satuan pendidikan dasar dan menengah, SKL minimal kelompok mata
pelajaran, dan SKL minimal mata pelajaran. Penguasaan guru bersertifikat
pendidik tentang materi pelajaran terkait dengan penguasaan guru tentang
SKL minimal mata pelajaran SMK pada masing-masing program keahlian.
Berdasarkan lampiran Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006,
perbedaan materi SMK pada setiap program keahlian terletak pada jumlah
kompetensi. Hal ini juga disampaikan oleh Informan 2, guru bersertifikat
pendidik SMK Negeri 1 Sawit dalam wawancara, beliau mengatakan:
Perbedaan materi matematika pada masing-masing program keahlian
terletak pada jumlah kompetensi. Untuk program keahlian teknik
kompetensinya lebih banyak, 18 standar kompetensi. Sedangkan
program keahlian akuntansi, penjualan dan administrasi perkantoran
kompetensinya lebih sedikit, 12 standar kompetensi. Kemudian untuk
program keahlian pariwisata dan teknologi kerumahtanggaan paling
sedikit standar kompetensinya dari pada program keahlian yang lain,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
hanya 10 standar kompetensi. Perbedaan materi dan kompetensi tersebut
sudah ada dalam Permendiknas nomor 23 tahun 2006 tentang SKL.
Guru matematika bersertifikat pendidik di SMK Negeri 1 Sawit
menguasai materi matematika pada masing-masing program keahlian.
Berikut hasil observasi di kelas X-Tkr.2 semester 2, guru matematika
bersertifikat pendidik, Informan 2 di SMK Negeri 1 Sawit. Observasi
dilakukan pada hari Senin tanggal 11 Juni 2012 pukul 12.15 – 13.30 WIB,
pada kompetensi Barisan dan Deret. Berdasarkan hasil observasi, guru
matematika bersertifikat pendidik, Informan 2 menguasai materi matematika
pada kompetensi barisan dan deret. Guru juga memberikan contoh aplikasi
penerapan konsep deret aritmatika dalam kehidupan sehari-hari seperti rapat
OSIS dan rapat RT. Pembelajaran matematika menjadi lebih hidup dan
bermakna bagi siswa dengan diskusi kelompok. Hasil diskusi masing-masing
kelompok tersebut dipresentasikan ke depan kelas kemudian ditanggapi oleh
kelompok lain, guru sebagai fasilitator selama pembelajaran matematika
berlangsung.
Salah satu kemampuan profesional guru adalah merancang,
merencanakan, dan mengembangkan program pembelajaran. Oleh karena
itu, penguasaan guru bersertifikat pendidik di SMK Negeri 1 Sawit
kabupaten Boyolali tentang materi pelajaran dapat diamati pada pembuatan
RPP. Berdasarkan wawancara, dokumentasi serta observasi di lapangan,
RPP di buat oleh guru agar pembelajaran terlaksana dengan baik dan sesuai
dengan rencana. Wawancara dengan seorang guru fisika bersertifikat
pendidik di SMK Negeri 1 Sawit, Informan 3, mengatakan:
RPP kami buat tergantung pada kompetensi dasar yang akan kita
sampaikan, misalnya jika kompetensi dasar tersebut harus selesai dalam
tiga kali pertemuan maka satu RPP untuk tiga kali pertemuan.
Sementara itu, guru PKN bersertifikat pendidik di SMK Negeri 1
Sawit, Informan 5, mengatakan:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
RPP kami buat bersama-sama per KD pada awal semester sehingga
dalam satu tahun ajaran kami buat dua kali, yaitu pada awal semester
gasal dan awal semester genap. RPP tersebut dirancang kemudian
dianalisis bersama rekan guru yang lain.
Senada dengan hal tersebut, Kepala SMK Negeri 1 Sawit, Informan 1
juga menyatakan:
Perangkat pembelajaran kami buat pada awal tahun ajaran baru sebelum
minggu efektif pelajaran dimulai, sehingga dalam satu tahun ajaran kami
buat dua kali, yaitu pada awal semester I dan II. Untuk RPP tidak kami
buat tiap kali pertemuan/sebelum mengajar, jadi memang harus
direncanakan terlebih dahulu dalam satu semester sebelumnya sehingga
sudah ada persiapan.
Guru bersertifikat pendidik di SMK Negeri 1 Sawit kabupaten
Boyolali menyampaikan SK dan KD pada saat pembelajaran berlangsung.
Berdasarkan hasil wawancara, observasi dan dokumentasi, SK dan KD
disampaikan oleh Bapak/Ibu guru ketika mengajar matematika pada awal
materi untuk memotivasi siswa dalam belajar. Wawancara dengan seorang
guru matematika bersertifikat pendidik SMK Negeri 1 Sawit, Informan 6
mengatakan:
Setiap pergantian materi pelajaran, pada awal materi saya
menyampaikan kepada siswa tentang SK dan KD serta tujuan dari
pembelajaran yang akan diberikan. Hal tersebut saya lakukan agar siswa
dapat mengetahui arah pembelajaran dan manfaat belajar matematika
sehingga siswa lebih serius belajar. Hal ini juga bisa memotivasi siswa
dalam belajar matematika.
Hal senada juga diungkapkan oleh Informan 7, siswi SMK Negeri 1
Sawit kelas X -TKJ, guru pengampu fisika (Informan 4), dia mengatakan:
Standar kompetensi dan kompetensi dasar disampaikan oleh beliau
ketika memulai materi baru. Beliau juga mengulang sedikit materi yang
telah disampaikan sebelumnya untuk menguji pemahaman siswa
sebelum beliau melanjutkan ke materi baru.
Sementara itu, guru fisika bersertifikat pendidik di SMK Negeri 1
Sawit, Informan 3, mengungkapkan:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Untuk standar kompetensi dan kompetensi dasar saya sampaikan pada
waktu apersepsi sesuai dengan apa yang tertulis dalam RPP saya.
Berdasarkan wawancara, banyak keterkaitan antara mata pelajaran
satu dengan mata pelajaran lain. Misalnya dalam pembelajaran tingkat SMK
berkaitan dengan mata pelajaran, fisika, bahasa Indonesia dan sebagainya.
Ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung, guru menyampaikan kepada
siswa tentang hubungan mata pelajaran yang diampu dengan pelajaran yang
lain agar siswa lebih termotivasi dalam belajar karena mengetahui manfaat
belajar. Berkaitan dengan ini, guru matematika bersertifikat pendidik SMK
Negeri 1 Sawit, Informan 6, mengatakan:
Banyak sekali mata pelajaran yang terkait dengan mata pelajaran
matematika, sesuai dengan bidangnya misalnya, bidang keahlian bisnis
manajemen materi penyusutan dan hitung keuangan mengarah ke mata
pelajaran akuntansi. Kemudian bidang keahlian teknik komputer dan
jaringan misalnya, kita belajar tentang logika mengarah pada rangkaian
arus listrik, terkait dengan mata pelajaran fisika (and or not, rangkaian
seri, paralel).
Berkaitan dengan hal ini, guru fisika bersertifikat pendidik SMK
Negeri 1 Sawit, Informan 4 mengatakan:
Mata pelajaran yang terkait dengan mata pelajaran fisika yaitu
matematika, elektronika, dan bahasa Indonesia ketika kita membaca
grafik ataupun diagram bisa kita hubungkan dengan statistik. Hampir
semua mata pelajaran bisa kita kaitkan dengan mata pelajan lain.
Agar pembelajaran lebih bermakna, kami selalu berusaha untuk
mengaitkan mata pelajaran lain dengan kehidupan kita sehari-hari agar lebih
bisa dipahami oleh siswa tentang hakikat belajar. Berkaitan dengan ini, guru
PKN bersertifikat pendidik SMK Negeri 1 Sawit, Informan 5 mengatakan:
Materi pelajaran PKN yang terkait dengan kehidupan sehari-hari yang
saya gunakan contoh dalam pembelajaran PKN misalnya kerukunan.
Misalnya, mengamati kerukunan antar masyarakat dan umat beragama,
dan bagaimana menghormati antar sesama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Sementara itu, Informan 6, guru matematika bersertifikat pendidik
SMK Negeri 1 Sawitmengatakan:
Setiap mengajar kita selalu berusaha untuk menerapkan metode CTL
(Contextual Teaching and Learning). Sebagai contoh, ketika kita
mengajar program linear bisa kita kontekstualkan dengan manajemen
dalam kehidupan sehari-hari. Seperti me-manage suatu perusahaan
untuk mencari laba maksimum. Kemudian belajar bilangan real itu
dikontekstualkan dengan menghitung rugi laba dan prosentasenya dalam
kehidupan sehari-hari.
Agar supaya siswa termotivasi dalam belajar, kami selalu memberikan
contoh-contoh manfaat belajar bagi kehidupan mereka. Berkaitan dengan ini,
guru bersertifikat pendidik SMK Negeri 1 Sawit, Informan 5 mengatakan:
Motivasi selalu saya tanamkan ke anak-anak sebenarnya kan PKN
sangat dekat sekali dengan kehidupan kita sehari-hari, dengan cara saya
berikan contoh-contoh kecil seperti yang telah saya jelaskan sebelumnya
tentang kerukunan, yang mana dengan ini diharapkan siswa dapat
memahami dalam artian yang luas nantinya.
2. Penguasaan Guru Bersertifikat Pendidik di SMK Negeri 1 Sawit
Kabupaten Boyolali tentang Teknologi yang Mendukung Pembelajaran.
Sebagai guru bersertifikat pendidik, penguasaan tentang teknologi
yang mendukung pembelajaran sudah seharusnya dikuasai dan diaplikasikan
dalam kegiatan belajar. Berdasarkan wawancara dengan informan, teknologi
bisa dijadikan salah satu media pembelajaran untuk memotivasi siswa agar
lebih berminat belajar. Teknologi yang dimaksud dalam penelitian ini
meliputi TIK dan penulisan karya ilmiah seperti PTK. Berikut ini hasil
wawancara dengan beberapa informan tentang penguasaan TIK guru di SMK
Negeri 1 Sawit kabupaten Boyolali. Wawancara dengan guru matematika
bersertifikat pendidik SMK Negeri 1 Sawit, Informan 6, mengatakan:
TIK yang mendukung pembelajaran matematika meliputi internet,
pemakaian LCD dan laptop. Ketika pembelajaran matematika saya
sudah pernah memanfaatkan TIK dalam bentuk slide presentasi power
point. Materi tersebut saya peroleh dari diklat peningkatan kompetensi
guru LPMP di Semarang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Kemudian, guru PKN bersertifikat pendidik SMK Negeri 1 Sawit ,
Informan 5; mengatakan:
Salah satu TIK yang mendukung pembelajaran PKN yaitu penggunaan
slide presentasi. Dengan media tersebut, kegiatan belajar siswa seperti
nonton film namun, sudah mewakili belajar PKN.
Hasil observasi di ruang sidang SMK Negeri 1 Sawit, guru
matematika bersertifikat pendidik Informan 6. Ruangan ini digunakan untuk
pembelajaran matematika kelas XI TKJ semester 2. Observasi ini dilakukan
pada hari Sabtu tanggal 16 Juni 2012 pukul 10.15 – 11.45 WIB pada
kompetensi irisan kerucut. Berdasarkan hasil observasi, guru matematika
bersertifikat pendidik di SMK Negeri 1 Sawit, Informan 6 sudah
memanfaatkan TIK dalam mendukung pembelajaran matematika. Namun,
guru tersebut belum membuat sendiri slide presentasi power point pada
kompetensi irisan kerucut yang disampaikan kepada siswa dalam
pembelajaran matematika. Guru mendapatkan slide presentasi power point
ketika beliau mengikuti diklat peningkatan kompetensi guru di LPMP
Semarang.
Seiring perkembangan teknologi informasi yang semakin pesat, guru
dituntut lebih aktif, kreatif dan inovatif sehingga metode dan strategi
pembelajaran sudah seharusnya memanfaatkan TIK. Namun, fakta di
lapangan beberapa guru belum memanfaatkan TIK sebagai media
pembelajaran karena berbagai hal. Berdasarkan wawancara dan observasi,
kendala guru dalam memanfaatkan TIK yaitu kurangnya kompetensi guru
dalam hal tersebut dan masih terbatasnya sarana prasarana yang mendukung
kegiatan tersebut. Berdasarkan wawancara, observasi dan dokumentasi, dalam
setiap ruang kelas SMK Negeri 1 Sawit belum terpasang.
Berkaitan dengan kurangnya kompetensi guru dalam penguasaan TIK,
guru fisika bersertifikat pendidik SMK Negeri 1 Sawit, Informan 3
mengatakan:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Saya belum memanfaatkan TIK dalam mendukung pembelajaran fisika
karena keterbatasan sarana dan prasarana. Beberapa LCD ada di
laboratorium produktif dan dipakai untuk mata pelajaran produktif pada
masing-masing program keahlian serta mata pelajaran ketrampilan
komputer dan pengolahan informasi (KKPi).
Kemudian, guru matematika bersertifikat pendidik SMK Negeri 1
Boyolali, Informan 2 menambahkan, beliau mengatakan:
Media pembelajaran berbasis TIK yang ada di sekolah ini meliputi OHP
dan LCD hanya repot untuk membawanya ke kelas. Kami belum
menggunakan media tersebut dalam pembelajaran matematika karena
kurangnya kompetensi kami di bidang TIK. Kalau LCD itu harus
dibawa ke kelas, sementara waktu pelajaran hanya 2 jam pelajaran, ganti
jam ganti guru, belum lagi memasang kabel-kabelnya, sehingga repot
dan waktu pelajaran banyak yang hilang.
Sementara itu, guru matematika bersertifikat pendidik SMK Negeri 1
Sawit, Informan 4 menyatakan:
LCD di setiap ruang kelas belum ada, namun di ruang utama sudah ada.
Ruangan tersebut sebagai ruang multimedia untuk melaksanakan rapat,
seminar maupun kegiatan pembelajaran. Pembelajaran yang sudah
memanfaatkan ruang ini meliputi pembelajaran fisika dan produktif pada
tiap-tiap program keahlian. Ruangan ini juga sudah dipakai untuk siswa
kelas XII dalam pembelajaran massal matematika menjelang Ujian
Nasional (UN).
Selain itu, pemanfaatan internet sebagai sumber informasi dalam
mendukung pembelajaran mata pelajaran hendaknya sudah menjadi budaya
dalam setiap sekolah khususnya SMK. Namun, realita yang terjadi di
lapangan belum seperti yang kita harapkan. Berdasarkan hasil wawancara
dengan beberapa informan memberikan alasan yang sama tentang penyebab
hal tersebut. Tingkat perekonomian orang tua/wali siswa SMK rata-rata
menengah ke bawah menjadi kendala utama dalam pemanfaatan internet
untuk mendukung pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Berkaitan dengan ini, guru Fisika bersertifikat pendidik SMK Negeri 1
Sawit, Informan 3 mengatakan:
Tugas fisika belum memanfaatkan internet, tugas yang saya berikan
masih manual dari buku kemudian dikerjakan ditulis tangan dan
dikumpulkan. Pemberian tugas seperti membuat slide presentasi,
makalah fisika dari internet belum saya lakukan. Karena siswa banyak
yang belum mempunyai komputer di rumah dan kemampuan ekonomi
orang tua siswa yang masuk ke SMK rata-rata menengah ke bawah,
padahal kalau tugas dari internet banyak mengeluarkan uang. Jadi, kita
mempertimbangkan hal tersebut, kecuali kalau mereka bisa mengakses
di sekolah, padahal di sekolah ketersediaan alat juga terbatas.
Sementara itu, Informan 2, guru matematika bersertifikat pendidik
SMK Negeri 1 Sawit, menjelaskan:
Saya belum menggunakan teknologi seperti internet, laptop, LCD, OHP
dalam pembelajaran matematika. Karena siswa SMK yang tergolong
ekonomi menengah ke bawah, sehingga guru belum siap
mengimplementasikan internet dalam membantu pembelajaran
matematika. Selain itu, internet di SMK ini juga sangat terbatas, baru
digunakan oleh siswa program keahlian TKJ. Laptop, LCD, OHP yang
ada di SMK ini juga masih sangat terbatas, sehingga penggunaannya
pun masih sangat jauh dari optimal.
Hal serupa juga diungkapkan oleh Informan 9 , siswi SMK Negeri 1
Sawit program TKJ (guru pengampu matematika, Informan 2 ),
mengungkapkan:
Selama ini, penggunaan TIK seperti laptop, LCD belum dimanfaatkan
oleh Informan 2 dalam pembelajaran matematika. Saya lebih senang jika
pembelajaran matematika menggunakan multimedia karena lebih
menarik perhatian siswa untuk memperhatikan materi yang sedang
disampaikan. Namun, hal itu tidak harus setiap hari, kadang kala saja
untuk mengulang materi yang sudah disampaikan sebelumnya agar lebih
jelas lagi dalam memahaminya.
Pembelajaran akan lebih menarik bagi siswa jika dalam kegiatan
belajar mengajar menggunakan media yang sesuai dengan materi yang sedang
disampaikan. Sehingga guru dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
menyampaikan pembelajaran kepada siswa. Media yang digunakan dalam
pembelajaran tidak harus mahal dan menyulitkan guru serta siswa. Media
yang digunakan akan lebih bermakna bagi siswa jika kita hubungkan dengan
kehidupan sehari-hari. Berkaitan dengan ini, guru matematika bersertifikat
pendidik SMK Negeri 1 Sawit, Informan 2 menjelaskan:
Media itu paling cocok digunakan untuk memvisualkan, misalnya pada
kompetensi bangun ruang. Selama ini, media yang saya gunakan adalah
sesuatu hal yang tersedia disekitar kita, sebagai contoh ketika kita ingin
membahas bangun ruang, kita membawa kotak rokok, kotak kapur dan
bola pingpong, jarang sekali saya membuat yang betul-betul
dipersiapkan khusus untuk itu. Yang penting kita harus siap terlebih
dahulu dengan kompetensi yang ingin disampaikan dan harus siap
dengan contoh media yang mendukung kompetensi tersebut.
Sementara itu, Informan 4, guru Fisika bersertifikat pendidik SMK
Negeri 1 Sawit, mengatakan:
Saya belum menggunakan media belajar Fisika dalam kegiatan belajar
mengajar. Pembelajaran fisika masih bersifat konvensional seperti
ceramah dan menulis di papan tulis. Namun, kadang-kadang saya
membuat LKS untuk mempermudah pemahaman siswa dalam belajar
matematika.
Sebagai guru yang telah bersertifikat dituntut untuk selalu
meningkatkan profesionalisme dalam mengemban amanah sebagai seorang
guru. Sehingga guru yang belum menguasai TIK haruslah berusaha
meningkatkan penguasaan TIK sebagai penunjang profesionalismenya.
Berdasarkan wawancara dengan guru, beliau lebih merasa kesulitan dalam
belajar TIK karena sudah berkeluarga. Karena kesibukan rumah tangga,
sehingga waktu belajar TIK menjadi kurang maksimal. Berkaitan dengan ini,
guru PKN bersertifikat pendidik SMK Negeri 1 Sawit, Informan 5
mengatakan:
Tugas seorang guru tidaklah sedikit, begitu pula dengan
administrasinya. Selain itu, guru SMK tidak hanya mengajar saja tetapi
banyak sekali tugas tambahan yang diberikan kepadanya. Hampir semua
guru SMK mempunyai tugas tambahan karena tidak ada karyawan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
khusus yang ditugaskan untuk itu. Sehingga untuk meningkatkan
penguasaan TIK sebagai penunjang profesionalisme masih banyak
kendala, apalagi kalau sudah di rumah banyak juga pekerjaan rumah
yang harus segera diselesaikan.
Sementara itu, guru Fisika bersertifikat pendidik SMK Negeri 1 Sawit,
Informan 3, mengatakan:
Penguasaan saya tentang TIK masih kurang, sebenarnya ada keinginan
dari diri pribadi untuk belajar komputer/TIK. Namun, masih banyak
kendala seperti adanya tugas tambahan sebagai WAKA dan bendahara
ujian sehingga banyak waktu yang tersita untuk menyelesaikan tugas
tersebut. Pada waktu diklat MGMD kabupaten Boyolali juga pernah
belajar TIK dan membuat blog guru secara bersama-sama di
laboratorium komputer SMK Negeri 1 Boyolali.
Selain TIK, teknologi lain seperti PTK juga harus dikuasai oleh
seorang guru profesional. PTK bermanfaat bagi guru, siswa dan kepala
sekolah, yaitu dapat meningkatkan kualitas pembelajaran sebagai solusi dari
segala permasalahan yang dihadapi guru dalam kegiatan belajar mengajar di
kelas. Diklat guru tentang PTK sudah banyak dilakukan, baik di tingkat
sekolah, kabupaten, maupun provinsi. Sehingga guru sudah tidak asing lagi
tentang bagaimana metode penulisan PTK serta pelaksanaannya. Berdasarkan
wawancara dan dokumentasi, guru bersertifikat pendidik kabupaten SMK
Negeri 1 Sawit Boyolali hanya ada dua guru yang sudah melaksanakan PTK
serta membuat laporannya. Berkaitan dengan ini, beberapa informan
memberikan komentar yang pada intinya sama.
Guru fisika bersertifikat pendidik SMK Negeri 1 Sawit, Informan 3,
mengatakan:
Saya sudah melakukan PTK yang berjudul “Meningkatkan Prestasi
Belajar Siswa dengan media animasi.” Penelitian dilakukan di sekolah
ini kelas X tahun 2005 dan kebetulan hasilnya meningkat. Motivasi saya
menulis PTK, saya ada rencana lagi membuat PTK untuk kenaikan
pangkat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Kemudian, Informan 6, guru matematika bersertifikat pendidik SMK
Negeri 1 Sawit mengatakan:
Saya membuat PTK yang berjudul “uapaya pemanfaatan alat peraga
bangun ruang untuk kreatifitas dan hasil belajar matematika konsep
dimensi tiga bagi siswa kelas XII semester 2 SMK Negeri 1 Sawit tahun
2010/ 2011.” Penelitian dilakukan di sekolah ini kelas XII tahun
2010/2011. dan kebetulan hasilnya meningkat. Motivasi saya menulis
PTK, saya ada rencana lagi membuat PTK untuk kenaikan pangkat.
Hal ini disampaikan juga oleh kepala SMK Negeri 1 Sawit, Informan
1, beliau mengatakan:
PTK untuk rekan-rekan guru ada yang sudah dan memang ada yang
belum, karena ada kesibukan lain. Bagi rekan-rekan guru, selain
mengajar ada banyak tugas tambahan. Memang seperti itulah guru
SMK, semuanya ada tugas tambahan seperti bendahara dan bagian
pengajaran sehingga hal ini menjadi kendala dalam melakukan PTK.
Kemudian, hal serupa juga disampaikan guru fisika bersertifikat
pendidik SMK Negeri 1 Sawit, Informan 4, dalam wawancaranya beliau
mengatakan:
Saya belum pernah melakukan PTK tetapi saya pernah membuat
proposal PTK pada waktu PLPG di UNS. Sebenarnya, saya ingin
melakukan PTK untuk meningkatkan kualitas pembelajaran fisika.
Namun, hal itu tertunda karena banyak tugas tambahan di sekolah selain
mengajar.
Sebagai seorang guru bersertifikat pendidik sudah seharusnya
berusaha meningkatkan profesionalisme sebagai guru profesional. Hal
tersebut bisa dilakukan dengan cara meningkatkan minat membaca dan
menulis karya ilmiah terutama PTK sebagai solusi permasalahan
pembelajaran di kelas. Dengan demikian, penguasaan tentang PTK harus
ditingkatkan dengan membaca referensi yang relevan, diskusi dengan teman
sejawat dan melaksanakan PTK serta menulis laporan penelitiannya.
Berkaitan dengan ini, berikut wawancara dengan beberapa guru bersertifikat
pendidik di SMK Negeri 1 Sawit Kabupaten Boyolali.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Wawancara dengan guru bersertifikat pendidik SMK Negeri 1 Sawit,
Informan 6, mengatakan:
Untuk meningkatkan kualitas pribadi saya sebagai seorang guru yang
profesional, saya lakukan dengan membaca artikel-artikel dari internet
dan buku-buku yang relevan. Jika ada hal yang menarik saya tulis, pada
intinya saya ingin bisa mencurahkan apa yang saya dapatkan dari
kegiatan apapun dalam bentuk tulisan.
Sementara itu, guru PKN bersertifikat pendidik SMK Negeri 1
Boyolali, Informan 5 mengatakan:
Sebagai guru PKN profesional karena sudah memiliki sertifikat
pendidik, saya selalu berusaha untuk kepuasan siswa sebagai pelanggan
kita. Sebenarnya sebagai guru profesional tanggung jawab kita tidak
hanya siswa tetapi kinerja kita di sekolah dengan tanggung jawab
terhadap pekerjaan yang diberikan oleh pimpinan sebagai tanggung
jawab guru profesional. Profesional tidak hanya menyangkut itu saja
tetapi bagaimana sikap kita, hubungan kita dengan guru, siswa,
pimpinan dan seluruh warga sekolah yang lainnya.
Kemampuan guru bersertifikat pendidik di SMK Negeri 1 Sawit untuk
berkomunikasi dan berinteraksi dengan siswa sudah terjalin dengan baik hal
ini bisa dilihat dari bagai mana guru mengajar didalam kelas, siswa sangat
aktif dan antusias dalam mengikuti pembelajaran yang disampaikan oleh guru.
Komunikasi ini tidak hanya terjadi didalam kelas saja tetapi juga diluar kelas,
hal ini terlihat bagai mana siswa mampu berdiskusi dengan guru tentang
program kerja untuk kegiatan osis salah satunya. Selain itu juga hubungan
komunikasi dan interaksi sesama guru dan kepala sekolah juga berjalan
dengan cukup baik, suasana yang kondusif memang sangat diperlukan
didalam lingkungan kerja khususnya disekolah, karena suasana yang
mendukung ini dapat meningkatkan dan juga memaksimalkan kinerja guru
untuk meningkatkan kemampuan diri dengan saling bertukar informasi dan
bekerjasama dalam satu visi dan misi untuk kemajuan sekolah. Hubungan
sekolah dengan orang tua siswa atau wali murid dan masyarakat sekitar sudah
mulai terbentuk dengan baik, hal ini dapat ditunjukan dengan kerjasama yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
terjalin baik dengan komite sekolah dalam mendukung program kerja sekolah
dan juga tingkat kepercayaan masyarakat untuk menyekolahkan anaknya ke
SMK Negeri 1 Sawit.
Guru yang bersertifikat pendidik di SMK Negeri 1 Sawit mempunyai
kepribadian yang baik dan mempunyai kedekatan dengan anak didiknya, guru
di SMK Negeri 1 sawit mampu menjadi panutan dan juga teladan bagi para
siswanya, hal ini ditunjukan dengan bagai mana guru menilai siswa, para guru
menilai siswa dengan obyektif dengan tampa membeda bedakan siswa selain
itu juga kepedulian para guru terhadap siswa kurang mampu dari segi
ekonomi khususnya dengan memberikan bea siswa. Menunjukan sikap dan
perilaku yang baik, dengan mengugunakan tutur kata yang baik dalam
berkomunikasi dan juga menggunakan pakain yang sopan dalam bekerja atau
mengajar di dalam kelas. Selain di dalam sekolah diluar sekolah pun para
guru dijadikan panutan oleh masyarakat sebagai contoh ada guru yang di
jadikan ketua RT dikampung dimana guru tersebut tinggal selain itu ada juga
guru yang dijadikan ketua majelis taklim. Hal ini menunjukan bahwa sikap
dan perilaku yang baik yang dimiliki guru bisa menjadi panutan masyarakat
sekitar.
C. Pembahasan
1. Penguasaan Guru Bersertifikat Pendidik di SMK Negeri 1 Sawit
Kabupaten Boyolali tentang Materi Pelajaran
Hasil observasi dan dokumentasi, guru bersertifikat pendidik di SMK
Negeri 1 Sawit. Masing-masing guru tersebut berlatarbelakang jurusan
pendidikan yang berbeda. Guru tersebut memiliki keahlian khusus dan
kemampuan/kompetensi dalam pengetahuan, sikap dan keterampilan tertentu
yang diperoleh dari pendidikan akademis secara intensif. Guru tersebut juga
memiliki tanggung jawab terhadap kepuasan siswa sebagai pelanggan dan
berhubungan baik dengan semua warga sekolah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Uraian di atas selaras dengan pendapat Uno (2007: 15), guru
merupakan suatu profesi, yang berarti suatu jabatan yang memerlukan
keahlian khusus sebagai guru dan tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang
di luar bidang pendidikan. Pernyataan di atas juga selaras dengan pendapat
Popa (2006), yang membedakan antara profesi dengan pekerjaan adalah
pengetahuan khusus, komitmen untuk melayani klien dan otonomi dalam
prakteknya. Hal tersebut diatas mendukung salah satu kode etik guru yang
dirumuskan oleh PGRI, yaitu guru memelihara hubungan baik dengan
masyarakat sekitar sekolah maupun masyarakat yang lebih luas untuk
kepentingan pendidikan.
Senada juga dengan Usman (2008: 15), mengemukakan bahwa tugas
dan tanggung jawab guru begitu kompleks, maka profesi ini memerlukan
persyaratan khusus antara lain sebagai berikut.
a. Menuntut adanya keterampilan yang berdasarkan konsep dan teori ilmu
pengetahuan yang mendalam.
b. Menekankan pada suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan
bidang profesinya.
c. Menuntut adanya tingkat pendidikan keguruan yang memadai.
d. Memiliki klien/objek layanan yang tetap, seperti dokter dengan pasiennya,
guru dengan muridnya.
Guru bersertifikat pendidik di SMK Negeri 1 Sawit kabupaten
Boyolali disebut profesi karena telah memenuhi persyaratan guru sebagai
suatu profesi. Guru bersertifikat pendidik ahli dalam bidang-nya dan memiliki
keterampilan pengetahuan. Siswa sebagai klien merupakan pelanggan yang
harus dilayani dengan penuh komitmen oleh guru bersertifikat pendidik.
Berdasarkan hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi, guru
bersertifikat pendidik di SMK Negeri 1 Sawit kabupaten Boyolali menguasai
materi yang harus disampaikan dalam setiap semester pada masing-masing
program keahlian berdasar SKL mata pelajaran. Menurut Kunandar (2007:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
60), salah satu kriteria seorang guru profesional dalam menjalankan tugasnya
harus memiliki kemampuan dan sikap, yaitu menguasai kurikulum. Guru
harus mengetahui batas-batas materi yang harus disajikan dalam kegiatan
belajar mengajar, baik keluasan materi, konsep, maupun tingkat kesulitannya
sesuai yang digariskan dalam kurikulum.
Senada dengan pendapat Kunandar di atas, guru profesional adalah
guru yang menguasai ilmu pengetahuan/materi pelajaran yang diajarkan dan
ahli mengajarnya (menyampaikannya). Dengan kata lain, guru profesional
adalah guru yang mampu membelajarkan peserta didiknya tentang
pengetahuan yang dikuasainya dengan baik (Agung, 2006).
Pernyataan di atas juga selaras dengan pendapat Usman (2008: 9-
12) mengemukakan bahwa peran guru yang dianggap paling dominan dalam
proses belajar mengajar adalah (a) guru sebagai demonstrator, sebagai
demonstrator, lecturer, atau pengajar, guru hendaknya senantiasa menguasai
bahan atau materi pelajaran yang diajarkannya serta senantiasa
mengembangkannya dalam arti meningkatkan kemampuan dalam hal ilmu
yang dimilikinya karena hal ini sangat menentukan hasil belajar yang dicapai
oleh siswa; (b) guru sebagai pengelola kelas, sebagai pengelola kelas
(learning manager), guru hendaknya mampu mengelola kelas sebagai
lingkungan belajar. Lingkungan ini diatur dan diawasi agar menjadi
lingkungan yang baik sehingga kegiatan belajar mengarah pada tujuan
pendidikan.
Materi pada masing-masing program keahlian yang sesuai dengan
SKL mata pelajaran matematika sudah dikuasai dengan baik oleh guru
bersertifikat pendidik. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil observasi di kelas
ketika pembelajaran berlangsung. Berdasarkan hasil observasi, guru
mengembangkan materi pembelajaran dengan memberikan contoh-contoh
nyata yang terkait dengan kehidupan sehari-hari. Guru juga mampu mengelola
kelas dengan membentuk kelompok-kelompok diskusi belajar dalam kelas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
sehingga lingkungan kelas belajar menjadi lebih hidup. Guru bersertifikat
pendidik menguasai materi pelajaran dan ahli dalam mengajarkannya kepada
peserta didik.
Penguasaan materi didukung oleh persiapan yang dilakukan guru
sebelum pembelajaran berlangsung. Salah satu persiapan guru tersebut adalah
pembuatan RPP. Guru bersertifikat pendidik di SMK Negeri 1 Sawit
kabupaten Boyolali mempersiapkan RPP terlebih dahulu sebelum
pembelajaran berlangsung agar pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan
rencana. RPP adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan
pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang
ditetapkan dalam SI dan dijabarkan dalam silabus (Kunandar, 2007: 262).
RPP tersebut dibuat, direncanakan dan dianalisis bersama dengan guru yang
lain.
Berdasarkan hasil wawancara, guru bersertifikat pendidik di SMK
Negeri 1 Sawit membuat dan merencanakan RPP per KD pada awal semester
sehingga dalam satu tahun ajaran dibuat dan direncanakan selama 2 kali.
Menurut Kunandar (2007: 57-58), kemampuan profesional guru meliputi (a)
merancang dan merencanakan program pembelajaran, (b) mengembangkan
program pembelajaran, (c) mengelola pelaksanaan program pembelajaran, (d)
menilai proses dan hasil pembelajaran, dan (e) mendiagnosis faktor yang
mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran.
RPP merupakan persiapan yang harus dilakukan guru sebelum
mengajar. Persiapan disini dapat diartikan sebagai persiapan tertulis maupun
persiapan mental, situasi emosional yang ingin dibangun, lingkungan belajar
yang produktif, termasuk meyakinkan pembelajar untuk mau terlibat secara
penuh. Tujuan RPP adalah untuk mempermudah, memperlancar dan
meningkatkan hasil proses belajar mengajar, selain itu dengan menyusun RPP
secara profesional, sistematis dan berdaya guna, maka guru akan mampu
melihat, mengamati, menganalisis dan memprediksi program pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
sebagai kerangka kerja yang logis dan terencana. Sementara itu, fungsi RPP
adalah sebagai acuan bagi guru untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran
agar lebih terarah dan berjalan secara efektif dan efisien. Guru bersertifikat
pendidik di SMK Negeri 1 Sawit kabupaten Boyolali sudah mempersiapkan
RPP sebelum mengajar.
Salah satu komponen yang harus diperhatikan dalam penyusunan RPP
adalah SK dan KD. Berdasarkan wawancara dan observasi, SK dan KD
disampaikan oleh guru matematika bersertifikat pendidik ketika pembelajaran
berlangsung agar siswa lebih termotivasi belajar. SK dan KD disampaikan
pada awal materi pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah dipersiapkan
sebelum pembelajaran dimulai, disesuaikan dengan SI. Hal ini senada dengan
pendapat Kunandar (2007: 265) bahwa SK dan KD yang ditulis dalam RPP
disesuaikan dengan SI.
SK dirumuskan oleh pusat berdasarkan struktur keilmuan mata
pelajaran dan kompetensi lulusan sedangkan KD merupakan penjabaran atau
perincian dari SK. SK mata pelajaran adalah batas dan arah kemampuan yang
harus dimiliki dan dapat dilakukan oleh peserta didik setelah mengikuti proses
pembelajaran suatu mata pelajaran tertentu. Sedangkan KD adalah
kemampuan minimal pada tiap mata pelajaran yang harus dicapai siswa. SK
dan KD terdapat dalam Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang SI.
Guru bersertifikat pendidik yang menguasai materi pelajaran
matematika sudah seharusnya menguasai pula mata pelajaran yang terkait
dengan mata pelajaran yang diampu. Menurut Anang (2009), ilmu yang ada di
dunia ini sesungguhnya saling berkaitan satu sama lain. Fisika, kimia,
ekonomi dan berbagai mata pelajaran dengan konsep-konsepnya bisa
diselesaikan dan menghasilkan solusi dengan menggunakan perhitungan
matematika. Bahasa Indonesia dan semua mata pelajaran pun bisa
bersinggungan dengan matematika melalui logika matematika.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Tugas seorang guru dalam pembelajaran dituntut untuk membekali
peserta didiknya dengan kemampuan berfikir logis, analitis, sistematis, kritis
dan kreatif. Seorang guru matematika profesional sudah seharusnya
menguasai keterkaitan antara mata pelajaran dengan mata pelajaran lain. Guru
dapat memberikan motivasi siswa dengan menghubungkan materi yang
sedang diajarkan dengan mata pelajaran lain yang relevan. Pembelajaran
profesional harus bermakna bagi siswa sehingga dalam penyampaian materi
pelajaran perlu dikaitkan dengan mata pelajaran lain serta contoh dalam
kehidupan sehari-hari. Guru bersertifikat pendidik di SMK Negeri 1 Sawit
kabupaten Boyolali sudah mengaitkan mata pelajaran yang diampu dengan
mata pelajaran lain yang relevan.
Guru bersertifikat pendidik di SMK Negeri 1 Sawit kabupaten
Boyolali menyampaikan materi pelajaran yang diampu dikaitkan dengan
kehidupan sehari-hari (kontekstual) agar pembelajaran lebih bermakna bagi
siswa. Dalam pembelajaran, guru memulai pelajaran dengan mengajukan
masalah (soal) yang riil bagi siswa sesuai dengan pengalaman dan tingkat
pengetahuannya, sehingga siswa segera terlibat dalam pelajaran secara
bermakna. Menurut Rosadi (2009), mengemukakan bahwa pembelajaran
kontekstual adalah pembelajaran yang dimulai dengan sajian atau tanya jawab
lisan (ramah, terbuka, negosiasi) yang terkait dengan dunia nyata kehidupan
siswa (daily life modeling), sehingga akan terasa manfaat dari materi yang
akan disajkan, motivasi belajar muncul, dunia pikiran siswa menjadi konkret,
dan suasana menjadi kondusif.
Sementara itu, menurut Sudrajat (2008), pendekatan kontekstual
merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi
yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan
masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk
kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari
guru ke siswa. Menurut Ahmad (2009), kriteria guru matematika profesional
adalah apabila guru memahami hakikat siswa belajar matematika dan
menguasai metode pembelajaran matematika. Guru juga menguasai dan
menerapkan keterampilan serta strategi mengajar matematika.
Pendekatan kontekstual adalah suatu konsep pendekatan pembelajaran
yang mengaitkan antara materi yang akan diajarkannya dengan situasi dunia
nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan
yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Agar
pembelajaran matematika menjadi lebih bermakna bagi siswa, setidaknya
guru harus menggunakan model pendekatan kontekstual dalam kegiatan
pembelajaran. Guru bersertifikat pendidik di SMK Negeri 1 Sawit kabupaten
Boyolali sudah cukup kreatif menggunakan pendekatan kontekstual dalam
pembelajaran mata pelajaran yang diampu.
Guru bersertifikat pendidik di SMK Negeri 1 Sawit kabupaten
Boyolali menguasai materi pelajaran/bahan ajar pada masing-masing program
keahlian sesuai dengan SKL mata pelajaran. Guru tersebut berlatarbelakang
pendidikan FKIP sehingga memiliki pengetahuan khusus tentang cara
mendidik dan mengajar. Guru bersertifikat pendidik juga memiliki komitmen
profesional untuk selalu berusaha demi kepuasan siswa sebagai pelanggan.
Menurut Simona Popa dan Clementina Acedo (2006), mengemukakan bahwa
profesionalisme guru didefinisikan kembali sebagai seorang yang mempunyai
status sosial tinggi, penghasilan tinggi, memiliki pengetahuan khusus,
memiliki otonomi dan komitmen profesional.
Pada kenyataannya, tak satupun profesionalisme guru tersebut bisa
diperoleh di sekolah umum di Rumania. Hal ini disebabkan oleh banyaknya
lulusan universitas yang memilih pekerjaan selain guru untuk memperoleh
gaji yang lebih besar, bahkan banyak guru yang pindah profesi yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
menghasilkan gaji yang lebih besar. Tetapi dengan memberikan pengajaran
privat profesionalisme guru tersebut bisa diperoleh.
Berbeda dengan di Rumania, profesionalisme guru di Indonesia bisa
diperoleh tanpa harus memberikan pengajaran privat. Guru bersertifikat
pendidik di SMK Negeri 1 Sawit kabupaten Boyolali sudah berpredikat
sebagai guru profesional karena lolos program sertifikasi guru, walaupun hal
tersebut bukanlah satu-satunya parameter guru profesional. Sertifikasi guru
merupakan keniscayaan masa depan untuk meningkatkan kualitas dan
martabat guru sebagai seorang guru profesional. Setelah lolos sertifikasi, guru
mendapatkan tunjangan profesi yang besarnya satu kali gaji pokok sehingga
profesi guru memiliki penghasilan tinggi setara dengan profesi-profesi lain.
Berdasarkan wawancara, observasi, dan dokumentasi guru
bersertifikat pendidik di SMK Negeri 1 Sawit kabupaten Boyolali menguasai
persamaan dan perbedaan materi setiap program keahlian sesuai SKL mata
pelajaran. Guru matematika bersertifikat pendidik sudah menguasai materi
pelajaran sebagai bidang ilmu yang disampaikan kepada siswa dalam
pembelajaran. Salah satu kompetensi profesional guru adalah menguasai
materi, struktur, dan konsep keilmuan yang mendukung pengembangan. Guru
bersertifikat pendidik yang menguasai materi pelajaran membuat siswa
termotivasi belajar dan menjadikan pembelajaran menjadi lebih hidup.
2. Penguasaan Guru Bersertifikat Pendidik di SMK Negeri Kabupaten
Boyolali tentang Teknologi yang Mendukung Pembelajaran.
Profesionalisme guru mengandung pengertian yang meliputi unsur-
unsur kepribadian, keilmuan dan keterampilan. Dengan demikian dapat
diartikan bahwa kompetensi profesional guru tentu saja akan meliputi ketiga
unsur itu walaupun tekanan yang lebih besar terletak pada unsur keterampilan
sesuai dengan peranan yang dikerjakannya (Hamalik, 2008: 42-43). Teknologi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu TIK dan PTK yang diamati menurut
Peraturan Pemerintah No.74 Tahun 2008 tentang guru Bab II Pasal 3 ayat (7).
Berdasarkan hasil wawancara, observasi dan dokumentasi TIK yang
mendukung pembelajaran di SMK Negeri 1 Sawit Kabupaten Boyolali
meliputi internet, laptop dan LCD. Memasuki abad ke-21 TIK mengalami
perkembangan pesat, perkembangan TIK telah memberikan pengaruh
terhadap dunia pendidikan khususnya dalam proses pembelajaran. Menurut
Salman (2008), interaksi antara guru dan siswa tidak hanya dilakukan melalui
hubungan tatap muka, tetapi dapat juga dilakukan dengan menggunakan
media-media komunikasi seperti telepon, sms dan email. Guru dapat
memberikan layanan tanpa harus berhadapan langsung dengan siswa.
Demikian pula, siswa dapat memperoleh informasi dalam lingkup yang luas
dari berbagai sumber melalui internet.
Guru yang merupakan salah satu bagian terpenting dalam proses
pembelajaran di sekolah sudah seharusnya mengoptimalkan pemanfaatan
TIK. Berbagai hasil penelitian menunjukkan masih banyak guru yang gagap
dalam pemakaian komputer dalam mengakses informasi dan pemanfaatannya
dalam proses pembelajaran (Sunarno, 2009). Berbagai hasil penelitian juga
mensinyalir ada sekitar 70% sampai 90% guru dalam pemanfaatan kemajuan
TIK dalam proses pembelajaran dan kegiatan lain dianggap masih gagap
teknologi. Jika kondisi ini benar demikian, alangkah menyedihkan dan bahkan
menyakitkan, sebab di tengah didengungkannya pembelajaran interaktif (e-
learning) yang juga harus melibatkan guru dalam bidang studi apapun,
alangkah ironis kalau gurunya sendiri tidak pernah sedikitpun menjamah
teknologi informasi yang kini telah merambah kesemua sisi kehidupan
manusia atau dengan kata lain sudah mendunia.
Guru bersertifikat pendidik di SMK Negeri 1 Sawit kabupaten
Boyolali belum semuanya memanfaatkan TIK untuk mendukung
pembelajaran. Ada guru matematika bersertifikat pendidik, Informan 6 di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
SMK Negeri 1 Sawit yang sudah memanfaatkan TIK dalam bentuk slide
power point. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan sarana prasarana dan
kurangnya kompetensi guru dalam bidang tersebut. Sarana dan prasarana di
SMK Negeri kabupaten Boyolali yang mendukung pemanfaatan TIK.
Sementara itu, tiga guru bersertifikat pendidik, Informan 2, Informan 4
dan Informan 3 juga belum memanfaatkan TIK dalam pembelajaran. Hal
tersebut dikarenakan kurangnya kompetensi mereka dalam bidang TIK.
Informan 6, sudah menggunakan slide presentasi power point ketika
menyampaikan kompetensi irisan kerucut pada kelas XI. TKJ. Namun, beliau
belum membuat sendiri slide power point tersebut. Beliau hanya
menggunakan slide power point tersebut yang diperoleh dari diklat
peningkatan kompetensi guru di LPMP Semarang.
Guru bersertifikat pendidik di SMK Negeri 1 Sawit kabupaten
Boyolali bagi guru yang belum menguasai TIK dalam mendukung
pembelajaran. Berdasarkan wawancara, kurangnya penguasaan TIK tersebut
disebabkan oleh kurangnya kompetensi guru tentang TIK. Guru tersebut
mengaku kendala waktu menjadi alasan utama untuk belajar TIK. Namun,
guru tersebut bertekad kuat untuk meningkatkan penguasaan TIK dalam
mendukung pembelajaran dengan me-manage waktu antara tugas sebagai
pendidik dan pengajar, tugas tambahan dari kepala sekolah dan tugas di
rumah. Tugas guru bersertifikat pendidik di SMK Negeri 1 Sawit kabupaten
Boyolali tidak hanya mengajar. Guru tersebut memiliki tugas tambahan dari
kepala sekolah seperti waka kurikulum, waka sarana prasarana, bendahara,
dan staf pengajaran.
Hal tersebut di atas bertentangan dengan pendapat Usman (2008: 6-8),
guru memiliki banyak tugas, baik yang terikat oleh dinas maupun diluar dinas
dalam bentuk pengabdian. Terdapat tiga jenis tugas guru yaitu tugas dalam
bidang profesi, bidang kemanusiaan, dan bidang kemasyarakatan. Tugas guru
sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar, dan melatih. Tugas guru dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
bidang kemanusiaan di sekolah harus dapat menjadikan dirinya sebagai orang
tua kedua. Sedangkan tugas guru dalam bidang kemasyarakatan, guru
dibutuhkan oleh masyarakat lingkungannya dalam menyelesaikan berbagai
persoalan.
Menurut Muhajirin (2009), TIK telah banyak digunakan sebagai alat
transformasi sosial dan persamaan gender. Sebagai contoh, program e-
governance atau pemerintahan melalui media elektronik telah menggunakan
TIK untuk membuat pelayanan pemerintahan yang dapat diakses semua warga
masyarakat, termasuk kaum wanita. Sementara itu, Bayu (2008)
mengemukakan bahwa pemanfaatan ICT ternyata berdampak pada budaya
kerja sehingga prosesnya harus dilakukan secara berkesinambungan. Guru dan
karyawan yang merespon positif, dengan indikasi mau belajar, berlatih
meningkatkan kemampuan dalam bidang ICT harus terus didorong lebih
optimal dengan memberi tantangan dan pekerjaan yang berdampak pada
lingkungan. Transaksi tugas dan pembelajaran harus didorong menggunakan
ICT sehingga mau tidak mau semua warga sekolah dapat harus bersentuhan
dengan ICT.
Media pembelajaran yang digunakan oleh guru bersertifikat pendidik
SMK Negeri 1 Sawit kabupaten Boyolali masih konvensional. Media yang
digunakan dalam pembelajaran. Ketersediaan sarana TIK sangat berpengaruh
pada guru dalam hal memilih variasi sumber pembelajaran yang dipilih.
Seperti yang dikemukakan oleh Sunarno (2009), mengatakan
ketidakvariatifan guru dalam memilih sumber belajar, diantaranya disebabkan
oleh minimnya pengetahuaan dan kemampuan menggunakan media
pembelajaran yang maju seperti penggunaan komputer. Terlebih lagi, sikap
guru yang kurang proaktif dalam menghadapi kemajuan ICT.
Seorang guru profesional yang telah bersertifikat pendidik sudah
seharusnya meningkatkan kualitas profesionalismenya. Guru harus proaktif
dalam menghadapi kemajuan IPTEK yang semakin pesat. Begitu pula dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
guru bersertifikat pendidik di SMK Negeri 1 Sawit kabupaten Boyolali, beliau
harus membenahi kekurangan dirinya sendiri. Paling tidak guru harus
menguasai TIK sebagai pendukung pembelajaran agar pembelajaran
matematika lebih menarik minat siswa. Guru juga harus lebih variatif dalam
memilih metode pembelajaran yang digunakan sesuai dengan kompetensi
yang disampaikan.
Berdasarkan wawancara, observasi dan dokumentasi, guru
bersertifikat pendidik SMK Negeri 1 Sawit kabupaten Boyolali sudah
menguasai langkah-langkah pelaksanaan dan penulisan laporan PTK. Guru
bersertifikat pendidik sudah banyak mengikuti diklat PTK baik di tingkat
sekolah, kabupaten maupun provinsi. Menurut Direktorat Ketenagaan Dirjen
Dikti dan Direktorat Profesi Pendidik Ditjen PMPTK Depdiknas dengan
modifikasi dalam Kunandar (2007: 77), kompetensi profesional merupakan
penguasaan struktur dan metode keilmuan yaitu penguasaan langkah-langkah
penelitian dan kajian kritis untuk memperdalam pengetahuan atau materi
bidang studi.
Penguasaan langkah-langkah penelitian, dalam hal ini PTK penting
bagi guru guna menyelesaikan berbagai permasalahan dalam pembelajaran
sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Menurut Suyanto (1997,
dalam Sukayati, 2008), PTK didefinisikan sebagai suatu bentuk penelitian
yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu, untuk
memperbaiki dan atau meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelas
secara lebih profesional. Oleh karena itu PTK terkait erat dengan persoalan
praktek pembelajaran sehari-hari yang dialami guru. Sementara itu, Hopkins
(1993, dalam Wiriaatmadja, 2005) mengemukakan PTK adalah kajian
sistematik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktek pendidikan oleh
sekelompok guru dengan melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran,
berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil dari tindakan-tindakan tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Sukayati (2008: 12-13) mengemukakan bahwa tujuan dilaksanakannya
PTK adalah (a) meningkatkan dan memperbaiki praktek pembelajaran yang
seharusnya dilakukan oleh guru, (b) meningkatkan mutu pendidikan, dan (c)
menumbuhkembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah sehingga
tercipta sikap proaktif untuk memperbaiki pembelajaran, berdasar pada
persoalan-persoalan pembelajaran yang dihadapi guru di kelas. Sedangkan
manfaat PTK dalam pembelajaran antara lain (a) inovasi, (b) pengembangan
kurikulum di tingkat kelas dan sekolah, dan (c) peningkatan profesionalisme
guru (Sukayati, 2008: 13). Di Indonesia, PTK mulai digerakkan pada waktu
upaya perbaikan mutu pendidikan dimulai dengan renovasi di tingkat
pendidikan guru SD seperti PGSD, kemudian meluas ke kalangan guru-guru
SMP dan SMA (Wiriaatmadja, 2005: 24).
PTK merupakan salah satu cara guru untuk memperbaiki proses
pembelajaran sehari-hari di kelas. Tujuan dari PTK adalah memperbaiki
proses pembelajaran di kelas, memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi
oleh guru selama proses pembelajaran berlangsung, yang pada akhirnya akan
meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. PTK juga dapat mendukung
peningkatan kualitas guru sebagai tenaga profesional.
Guru bersertifikat pendidik yang sudah melaksanakan PTK ada 2 guru.
Kedua guru tersebut yaitu, Tatik Wirawati , S.Pd dan Informan 3. PTK yang
dilaksanakan oleh guru tersebut sesuai dengan permasalahan di kelas masing-
masing. Guru yang telah lolos sertifikasi dan berpredikat sebagai guru
profesional seharusnya lebih aktif, kreatif, inovatif serta produktif
dibandingkan dengan guru yang belum lolos sertifikasi. Berdasarkan
wawancara dan observasi, setelah lolos sertifikasi guru bersertifikat pendidik
di SMK Negeri kabupaten Boyolali lebih meningkatkan profesionalismenya.
Guru-guru tersebut aktif dalam pelatihan/diklat yang relevan terutama
MGMD tingkat kabupaten serta memiliki komitmen yang kuat terhadap
tugas-tugas yang diembannya. Salah satu kode etik guru yang telah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
dirumuskan oleh PGRI adalah guru secara bersama-sama memelihara,
membina, dan meningkatkan organisasi profesi sebagai sarana pengabdian.
Guru bersertifikat pendidik SMK Negeri kabupaten Boyolali selalu
berusaha mengembangkan profesionalismenya dengan cara banyak membaca
dan menulis. Pengembangan profesionalisme guru diarahkan untuk penguatan
kompetensi guru berdasarkan standar kompetensi guru, (pedagogik,
kepribadian, sosial, dan profesional). Cara pengembangan profesi tersebut
dapat dilakukan melalui forum MGMD, seminar/workshop, penerbitan
majalah ilmiah, lesson study, pelatihan dan studi lanjut. Keempat kompetensi
tersebut (pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional) perlu dilakukan
secara terus-menerus atau berkelanjutan agar profesionalisme guru terus
meningkat. Bila dalam pelaksanaan pengembangan profesi tersebut
menghadapi kendala, diperlukan adanya pendampingan atau advokasi
(perlindungan hukum) agar para guru mendapatkan kemudahan untuk
mengembangkan profesinya.
Usaha guru bersertifikat pendidik di SMK Negeri 1 Sawit kabupaten
Boyolali dalam meningkatkan profesionalismenya, yaitu dengan membaca
berbagai macam referensi yang relevan, baik dari buku, internet, majalah,
surat kabar maupun blog dari rekan-rekan guru. Guru tersebut juga aktif
dalam diklat/pelatihan serta forum MGMD tingkat kabupaten. Selanjutnya,
guru yang belum melaksanakan PTK akan melaksanakannya untuk mengatasi
berbagai permasalahan dalam pembelajaran di kelas dengan me-manage
kembali waktu.
Sertifikasi guru merupakan kebijakan yang sangat strategis karena
langkah dan tujuan melakukan sertifikasi guru untuk meningkatkan kualitas
guru sebagai guru profesional, memiliki kompetensi, mengangkat harkat dan
wibawa guru sehingga guru lebih dihargai dan pada akhirnya dapat
meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Hal tersebut senada dengan
pendapat S.Michael Putman.et.al (2009), mengemukakan bahwa model
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
INTENT (Intentional Teaching Model) di kota Muncie, Indiana dibuat untuk
memberikan sebuah metode pengembangan profesional yang bertujuan untuk
meningkatkan perubahan guru dalam praktek membaca. Model tersebut juga
efektif dalam mempromosikan perubahan profesional guru dan meningkatkan
prestasi siswa. Dengan menggunakan prinsip model INTENT, tujuan
kebijakan guru dapat berhasil dengan baik dan hasilnya akan meningkatkan
prestasi siswa, yang pada akhirnya juga meningkatkan kualitas bidang
pendidikan di Indiana.
Guru bersertifikat pendidik di SMK Negeri 1 Sawit kabupaten
Boyolali mengikuti program sertifikasi guru untuk meningkatkan
profesionalismenya, disamping ingin mendapatkan tunjangan profesi.
Menurut Connelly, et.al (2007) bahwa guru di Skotlandia yang mengikuti
program sertifikasi tidak hanya berorientasi pada kebutuhan materi tetapi juga
karena keinginan yang kuat untuk mengembangkan profesinya. Program
sertifikasi guru tersebut disebut dengan penghargaan/piagam guru yang
memberikan dampak positif bagi siswa dalam proses pembelajaran karena
guru mengembangkan profesinya dengan kreatif.
Program sertifikasi guru di Indonesia dilaksanakan dengan dua jalur,
yaitu sertifikasi bagi calon guru dan sertifikasi guru dalam jabatan namun,
pelaksanaannya belum secara online. Hal ini berbeda dengan program
sertifikasi guru di Amerika Serikat yang sudah dilaksanakan secara online
bernama The Online Post Baccalaureate Program. Program ini berhasil
dengan baik dalam mencapai tujuan selama dua tahun pelaksanaannya.
Keberhasilan program sertifikasi online ini dapat dilihat dalam (a) pengaruh
yang signifikan terhadap pengaruh jumlah beragamnya calon guru yang
memasuki program itu termasuk etnis dan gender; (b) meningkatkan
jumlah calon guru yang disiapkan oleh University of North Texas (UNT)
dalam waktu singkat untuk matematika dan science; (c) mendapatkan sikap
calon guru yang setidaknya sama dengan program tradisional calon guru yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
berkualitas dengan indikator meliputi ujian sertifikasi negara dan menilai
dokumen portofolio; dan (d) calon guru puas dengan program sertifikasi
online (Pamela Esprivalo Harrell and Mary Harris, 2006).
Sertifikasi guru bertujuan untuk (a) menentukan kelayakan guru dalam
melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran dan mewujudkan tujuan
pendidikan nasional, (b) meningkatkan proses dan mutu hasil pendidikan, (c)
meningkatkan martabat guru, (d) meningkatkan profesionalitas guru (Team
Kreatif Pustaka Pendidikan, 2008). Program sertifikasi guru di Indonesia
merupakan salah satu gerakan reformasi bidang pendidikan untuk
meningkatkan kualitas pendidikan. Guru matematika bersertifikat pendidik di
SMK Negeri kabupaten Boyolali lolos sertifikasi guru melalui jalur sertifikasi
guru dalam jabatan. Penilaian sertifikasi guru dalam jabatan ini dilaksanakan
dalam bentuk penilaian portofolio yang merupakan pengakuan atas
pengalaman profesional guru dalam bentuk dokumen. Penilaian dokumen
portofolio ini memiliki kelemahan, sebagai contoh pemalsuan dokumen oleh
peserta sertifikasi. Hal ini harus segera diantisipasi oleh pemerintah dengan
cara lebih keras lagi dalam menentukan syarat sertifikasi guru.
Hal ini senada dengan Joshua D. Angrist dan Jonathan Guryan
(2005), menjelaskan bahwa gerakan reformasi bidang pendidikan di Amerika
Serikat meliputi usaha untuk meningkatkan kualitas guru dengan cara lebih
teliti dalam menentukan syarat sertifikasi dan lisensi. Sebagian besar negara
bagian Amerika Serikat membutuhkan banyak guru sekolah negeri yang lolos
ujian terstandarisasi. Ujian rekrutmen guru memerlukan segala kemampuan
yang dapat diukur dengan ujian terstandarisasi tersebut, selain itu juga
memerlukan biaya yang mahal bagi para pelamar/calon guru. Sehingga
mahalnya biaya menjadi hambatan bagi guru yang berkualitas tinggi untuk
mengikuti ujian terstandarisasi dan mengajar di sekolah negeri. Berbeda
dengan pendapat tersebut diatas, bahwa sertifikasi guru di Indonesia tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
memerlukan biaya mahal sehingga hal ini bukanlah menjadi kendala bagi
guru yang ingin mengikuti program sertifikasi.
Profesionalisme guru bersertifikat pendidik di SMK Negeri kabupaten
Boyolali belum sepenuhnya profesional sehingga masih ada banyak hal yang
perlu ditingkatkan dan dikuasai oleh guru tersebut. Hal tersebut meliputi
penguasaan guru bersertifikat pendidik tentang teknologi yang mendukung
pembelajaran seperti TIK dan PTK dalam mendukung pembelajaran.
Penilaian sertifikasi guru dalam bentuk dokumen portofolio hendaknya dikaji
ulang oleh pemerintah agar tujuan program ini dalam meningkatkan kualitas
pendidikan di Indonesia dapat terealisasi. Pemerintah juga harus mengadakan
evaluasi kinerja bagi guru-guru yang telah lolos sertifikasi agar tetap
komitmen menjaga dan mengembangkan profesionalismenya.
Kemampuan guru bersertifikat pendidik di SMK Negeri 1 Sawit untuk
berkomunikasi dan berinteraksi dengan siswa sudah terjalin dengan baik hal
ini bisa dilihat dari bagaimana guru mengajar didalam kelas, siswa sangat
aktif dan antusias dalam mengikuti pembelajaran yang disampaikan oleh guru.
Selain itu juga hubungan komunikasi dan interaksi sesama guru dan kepala
sekolah juga berjalan dengan cukup baik, suasana yang kondusif memang
sangat diperlukan didalam lingkungan kerja khususnya disekolah, karena
suasana yang mendukung ini dapat meningkatkan dan juga memaksimalkan
kinerja guru untuk meningkatkan kemampuan diri dengan saling bertukar
informasi dan bekerjasama dalam satu visi dan misi untuk kemajuan sekolah.
Guru yang bersertifikat pendidik di SMK Negeri 1 Sawit mempunyai
kepribadian yang baik dan mempunyai kedekatan dengan anak didiknya, guru
di SMK Negeri 1 Sawit mampu menjadi panutan dan juga teladan bagi para
siswanya, hal ini ditunjukan dengan bagaimana guru menilai siswa, para guru
menilai siswa dengan obyektif dengan tanpa membeda-bedakan siswa selain
itu juga kepedulian para guru terhadap siswa kurang mampu dari segi
ekonomi khususnya dengan memberikan bea siswa. Menunjukan sikap dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
perilaku yang baik, dengan mengugunakan tutur kata yang baik dalam
berkomunikasi dan juga menggunakan pakain yang sopan dalam bekerja atau
mengajar di dalam kelas. Selain di dalam sekolah diluar sekolah pun para
guru dijadikan panutan oleh masyarakat sebagai contoh ada guru yang di
jadikan ketua RT dikampung dimana guru tersebut tinggal selain itu ada juga
guru yang dijadikan ketua majelis taklim. Hal ini menunjukan bahwa sikap
dan perilaku yang baik yang dimiliki guru bisa menjadi panutan masyarakat
sekitar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
BAB V
SIMPULAN , IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
1. Penguasaan Guru Bersertifikat Pendidik di SMK Negeri 1 Sawit
Kabupaten Boyolali tentang Materi Pelajaran
Guru bersertifikat pendidik di SMK Negeri 1 Sawit
kabupaten Boyolali sudah menguasai materi pelajaran. Hal tersebut
dapat dilihat dari pengembangan dan penyampaian materi pelajaran
ketika pembelajaran berlangsung. Pembelajaran di kelas menjadi lebih
berarti bagi siswa karena guru menguasai materi pelajaran.
Manajemen pengelolaan kelas yang baik dengan membentuk
kelompok-kelompok diskusi membuat pembelajaran lebih kondusif.
Penyampaian materi pelajaran yang dikaitkan dengan kehidupan
sehari-hari (kontekstual) menjadikan pembelajaran lebih bermakna
bagi siswa.
2. Penguasaan Guru Bersertifikat Pendidik di SMK Negeri 1 Sawit
Kabupaten Boyolali tentang Teknologi yang Mendukung
Pembelajaran
Guru bersertifikat pendidik di SMK Negeri 1 Sawit Kabupaten
Boyolali belum menguasai TIK dalam mendukung pembelajaran.
Hanya ada satu dari lima guru yang sudah memanfaatkan TIK dalam
pembelajaran. Guru tersebut menyampaikan dengan slide presentasi
dengan menggunakan Power Point. Informan 6 memperoleh materi
tersebut dari diklat peningkatan kompetensi guru di LPMP Semarang.
Sedangkan keempat guru bersertifikat pendidik yang lain belum
memanfaatkan TIK karena keterbatasan sarana dan prasarana.
Sementara itu, keempat guru bersertifikat pendidik belum
menguasai TIK sehingga beliau belum memanfaatkan TIK dalam
mendukung pembelajaran. Hal tersebut dikarenakan keterbatasan
sarana prasarana dan kurangnya kompetensi guru dalam bidang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
tersebut. Keempat guru tersebut mengaku bahwa kendala waktu
menjadi alasan utama untuk meningkatkan penguasaan TIK dalam
mendukung pembelajaran.
Guru bersertifikat pendidik SMK Negeri kabupaten Boyolali
belum melaksanakan PTK. Hanya ada dua guru bersertifikat pendidik
yang sudah melaksanakan PTK sesuai dengan permasalahan yang ada
di kelas masing-masing. Sedangkan ke tiga guru bersertifikat pendidik
belum melaksanakan PTK karena kendala manajemen waktu.
Guru yang bersertifikat pendidik di smk negeri 1 sawit untuk
berkomunikasi dan berinteraksi dengan siswa sudah baik,selain itu
juga hubungan komunikasi dan interaksi sesama guru dan kepala
sekolah juga berjalan dengan cukup baik sehingga mampu
menciptakan suasna lingkungan kerja yang kondusif. Hubungan
sekolah dengan orang tua siswa atau wali murid dan juga masyarakat
sekitar berjalan dengan baik, hal ini dapat ditunjukan dengan
kerjasama yang terjalin baik dengan komite sekolah dalam mendukung
program kerja sekolah dan juga tingkat kepercayaan masyarakat untuk
menyekolahkan anaknya ke SMK Negeri 1 Sawit.Dari aspek
kompetensi pribadi guru bersertifikat pendidik di smk negeri 1 sawit
bisa menjadi panutan dan tauladan bagi para siswa dan juga
masyarakat sekitar dimana guru tersebut tinggal, yang dapat dilihat
dengan peran serta guru dimasyarakat. Bagi siswa guru menunjukan
sikap dan perilaku yang baik, dengan mengugunakan tutur kata yang
baik dalam berkomunikasi dan juga menggunakan pakain yang sopan
dalam bekerja atau mengajar di dalam kelas.
B. Implikasi
Penguasaan guru bersertifikat pendidik di SMK Negeri 1 Sawit
kabupaten Boyolali tentang materi pelajaran tentu bisa dipertanggung
jawabkan. Hal ini dikarenakan guru tersebut berlatar belakang pendidikan
sesuai dengan disiplin ilmu yang diperoleh di universitas.Guru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
bersertifikat pendidik di SMK Negeri 1 Sawit kabupaten Boyolali sudah
menguasai materi pelajaran. Penguasaan materi tersebut dapat diamati dari
pengembangan dan penyampaian materi pelajaran dengan manajemen
pengelolaan kelas yang baik. Selain itu, penyampaian SK dan KD ketika
awal pergantian materi, penyampaian tujuan dan manfaat pembelajaran,
penyampaian motivasi siswa ketika pembelajaran berlangsung serta
pembuatan RPP agar tujuan pembelajaran sesuai dengan rencana.
Guru bersertifikat pendidik di SMK Negeri 1 Sawit kabupaten
Boyolali belum sepenuhnya menguasai teknologi (TIK dan PTK) yang
mendukung pembelajaran. Hal ini disebabkan keterbatasan sarana
prasarana TIK, kurangnya kompetensi dan kurangnya manajemen waktu
yang baik bagi guru bersertifikat pendidik. Penguasaan PTK juga penting
bagi guru bersertifikat pendidik dalam meningkatkan kualitas
pembelajaran. PTK merupakan penelitian ilmiah yang sangat membantu
guru dalam memperbaiki proses pembelajaran dan menyelesaikan berbagai
permasalahan dalam pembelajaran di kelas. Guru bersertifikat pendidik di
SMK Negeri 1 Sawit kabupaten Boyolali belum melaksanakan PTK.
Hanya ada dua guru bersertifikat pendidik yang sudah melaksanakan PTK,
Sedangkan ke tiga guru bersertifikat pendidik belum melaksanakan PTK.
Guru yang belum menguasai TIK dan melaksanakan PTK tersebut
harus me-manage waktu dengan baik untuk meningkatkan penguasaan
TIK dan melaksanakan PTK. Misalnya, guru tersebut aktif dalam kegiatan
MGMD Kabupaten Boyolali, mengikuti diklat-diklat yang terkait dengan
pembelajaran dan memperbanyak membaca referensi yang relevan untuk
meningkatkan kualitas diri serta mengembangkan potensinya.
Guru yang bersertifikat pendidik di smk negeri 1 sawit untuk
berkomunikasi dan berinteraksi dengan siswa sudah baik,selain itu juga
hubungan komunikasi dan interaksi sesama guru dan kepala sekolah juga
berjalan dengan cukup baik sehingga mampu menciptakan suasna
lingkungan kerja yang kondusif.Dari aspek kompetensi kepribadian guru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
bersertifikat pendidik bisa menjadi panutan dan tauladan bagi para siswa
dan juga masyrakat sekitar dimana guru tersebut sebagai tauladan.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini maka diajukan sejumlah saran.
Saran tersebut ditujukan kepada kepala sekolah, guru, dan peneliti
selanjutnya.
1. Kepada Kepala Sekolah
a. Sebaiknya Kepala Sekolah mengusahakan mengadakan seminar
maupun diklat tingkat sekolah maupun MGMD tingkat
Kabupaten tentang penguasaan TIK dan PTK untuk pembelajaran
bagi guru.
b. Sebaiknya Kepala Sekolah rutin melakukan kunjungan kekelas-
kelas dimana saat guru sedang mengajar dikelas, agar kepala
sekolah bisa melihat secara langsung kekurangan guru dalam
mengajar. Sehingga bias menjadi masukan bagi guru.
2. Kepada Guru
a. Guru bersertifikat pendidik harus bisa, me-manage waktu dengan
baik untuk belajar TIK dan melaksanakan PTK agar kualitas
pembelajaran meningkat;
b. Guru harus aktif dalam kegiatan MGMD tingkat Kabupaten,
mengikuti diklat-diklat yang terkait dengan pembelajaran dan
memperbanyak membaca referensi yang relevan untuk
meningkatkan kualitas diri serta mengembangkan potensinya.
3. Kepada Peneliti Selanjutnya
a. Diharapkan dapat melakukan penelitian yang memberikan
gambaran tentang profesionalisme guru bersertifikat pendidik
yang diamati pada kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, dan kompetensi sosial;
b. Bagi peneliti selanjutnya, dapat melakukan penelitian yang
memberikan gambaran tentang profesionalisme guru bersertifikat
pendidik pada tiap mata pelajaran.