ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA
KEUANGAN KOPERASI SYARIAH
(Studi Kasus pada KSPPS Arrahmah Cinere)
Oleh: Miftahul Ridwan Zulfany
NIM: 1112046100176
JURUSAN PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/2016
ii
RATIO ANALYSIS FOR ASSESSING THE FINANCIAL PERFORMANCE
OF ISLAMIC COOPERATION (CASE STUDY ON KSPPS
ARRAHMAH CINERE)
By:
Miftahul Ridwan Zulfany
ABSTRACT
Financial ratio analysis is the basis for assessing the performance of the
cooperative in managing its financial resources in a given period. Analysis of
financial performance KSPPS Arrahmah done with regards to the decline in the
financial performance of the last few years, whereas KSPPS Arrahmah had won the
award as the best cooperative of its performance as the city of Depok. The method
used is quantitative method with a descriptive format. The results of these calculation
of ratio are then compared with the standard of regulation of Cooperatives and SMEs
RI No.06/Per/M.KUKM/V/2006 on Guidelines for Assessment of Cooperative
Achievement. The purpose of this study is to determine the financial performance of
the KSPPS Arrahmah Cinere years 2012-2015 in terms of the level of profitability,
liquidity and solvency. The results showed that the financial performance KSPPS
Arrahmah Cinere years 2012-2015 seen from the aspect of profitability, liquidity and
solvency are generally still below the standard regulation of Cooperatives and SMEs
RI No.06/Per/M.KUKM/V/2006. Although in terms of profitability is generally
performed quite well, which is between the standard value. KSPPS Arrahmah Cinere
should make corrections to assets in order to make greater contributions in generating
SHU, and is expected to increase the capital by attracting more customers
cooperatives.
Keywords: Financial Ratios, Financial Performance, KSPPS Arrahmah.
iii
ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN
KOPERASI SYARIAH (STUDI KASUS PADA KSPPS
ARRAHMAH CINERE)
Oleh:
Miftahul Ridwan Zulfany
ABSTRAK
Analisis rasio keuangan merupakan dasar untuk menilai kinerja koperasi dalam mengelola sumber dananya pada periode tertentu. Analisis kinerja keuangan KSPPS Arrahmah dilakukan berkaitan dengan terjadinya penurunan kinerja keuangan
beberapa tahun terakhir, padahal KSPPS Arrahmah sempat meraih penghargaan sebagai koperasi terbaik dari kinerjanya se-Kota Depok. Metode yang digunakan
adalah metode kuantitatif dengan format deskriptif. Hasil dari perhitungan rasio kemudian dibandingkan dengan standar Peraturan Menteri Koperasi dan UKM RI No.06/Per/M.KUKM/V/2006 tentang Pedoman Penilaian Koperasi Berprestasi.
Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui kinerja keuangan pada KSPPS Arrahmah Cinere tahun 2012-2015 ditinjau dari tingkat Rentabilitas, Likuiditas dan
Solvabilitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja keuangan KSPPS Arrahmah Cinere tahun 2012-2015 yang dilihat dari aspek rentabilitas, likuiditas dan solvabilitas secara umum masih dibawah standar Peraturan Menteri Koperasi dan
UKM RI No.06/Per/M.KUKM/V/2006. Walaupun dari sisi rentabilitas umumnya menunjukkan kinerja cukup baik yang berada diantara nilai standar. KSPPS
Arrahmah Cinere sebaiknya melakukan pembenahan terhadap aktiva agar dapat memberikan kontribusi lebih besar dalam menghasilkan SHU, dan diharapkan untuk meningkatkan modal dengan cara menarik lebih banyak lagi nasabah koperasi.
Kata Kunci: Rasio Keuangan, Kinerja Keuangan, KSPPS Arrahmah.
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT atas segala nikmat, rahmat dan karunianya
yang telah diberikan. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada Baginda Nabi
Muhammad SAW atas cinta yang begitu besar terhadap ummatnya. Alhamdulillah
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa selama menyusun skripsi ini ditemui berbagai
kesulitan dan kekurangan, namun semua itu dapat dilalui berkat dukungan dan
bantuan dari berbagai pihak. Maka penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A, selaku Dekan Fakultas Syariah
dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta beserta para pembantu dekan.
2. Bapak AM. Hasan Ali, M.A, selaku ketua Program Studi Muamalat
dan Bapak H. Abdurrouf, Lc., M.A, selaku Sekretaris Program Studi
Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta beserta para staf lainnya yang telah
meluangkan waktu sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik.
3. Bapak Dr. JM Muslimim, M.A, selaku dosen pembimbing yang telah
bersedia meluangkan waktu ditengah kesibukannya, serta sabar dalam
v
memberikan bimbingan, pengarahan, nasihat dan motivasi kepada
penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik
dan tepat waktu.
4. Para dosen Fakultas Syariah dan Hukum atas ilmu, pendidikan dan
dukungan moril yang telah diberikan selama ini sehingga penulis
dapat menyelesaikan studi di Prodi Muamalat Fakultas Syariah dan
Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Ibu Aan Afrianti beserta staf Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan
Syariah (KSPPS) Arrahmah Cinere yang telah memberikan
kesempatan bagi penulis untuk melakukan penelitian skripsi ini.
6. Kepada pimpinan perpustakaan beserta staff yang telah memberikan
fasikitas untuk mengadakan studi kepustakaan.
7. Kepada kedua orangtua saya yang tercinta Baba dan Emak, H. Abdul
Mukti dan Hj. Darsiah, semua saudara-saudariku A Iyus, A Syukur, A
Yakub, Po Pia dan Kak husni, Po Anah, Pauh, Eni, Lydia dan semua
keponakan-keponakanku yang gemesin, terima kasih atas cinta, doa
dan dukungannya. Semoga penulis dapat membanggakan kalian
semua.
8. Kepada belahan jiwa dan pujaan hatiku yang selama ini selalu
menemani, mendampingi, memotivasi dan men-support penulis dalam
segala hal, Vira Rahmayanti, terimakasih atas semua dukungan yang
kamu berikan kepada aa.
vi
9. Teman-teman dan keluarga PS 2012 baik PS A, PS B, PS C dan PS D,
terkhusus kepada Suhidra Hidayat (Jambi) yang selalu menemani
penulis selama diperkuliahan dan sering nebeng pulang bareng (walau
sampe BSM Ciputat doang).
10. Teman-teman KKN Konstanta (Buya, Zaky, Cipoy, Maksum, Wibi,
Lutfi, Emil, Haizam, Alfa, Fitri, Tia, Ami, Azzah, Rahma, Nia dan
Henggar) yang telah berjuang bersama penulis selama satu bulan di
Desa Babakan, semoga apa yang kita lakukan bisa bermanfaat bagi
mereka semua. Aamiin.
11. Serta para pihak lain yang telah membantu dalam penyelasaian skripsi
ini.
Demikian ucapan terimakasih ini penulis sampaikan, semoga Allah SWT
membalas kebaikan kita semua dan semoga skripsi ini pun dapat memberikan
manfaat bagi semua. Aamiin.
Jakarta, Desember 2016
Miftahul Ridwan Zulfany
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ...............................................................................i
ABSTRAK ..........................................................................................................ii
KATA PENGANTAR........................................................................................iv
DAFTAR ISI ......................................................................................................vii
DAFTAR TABEL ..............................................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..............................................................................1
B. Pokok Permasalahan .....................................................................9
1. Identifikasi Masalah ..............................................................9
2. Pembatasan Masalah .............................................................10
3. Perumusan Masalah...............................................................11
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .....................................................11
D. Review Studi Terdahulu ...............................................................13
E. Metode Penelitian .........................................................................18
F. Kerangka Teori dan Konseptual ...................................................24
G. Teknik Penulisan Skripsi..............................................................28
H. Sistematika Penulisan ...................................................................28
BAB II LANDASAN TEORI
A. Laporan Keuangan........................................................................30
1. Pengertian Laporan Keuangan ..............................................30
2. Unsur-unsur Laporan Keuangan............................................31
3. Tujuan Laporan Keuangan ....................................................32
4. Pemakai Laporan Keuangan ..................................................33
5. Keterbatasan Laporan Keuangan...........................................34
B. Analisis Laporan Keuangan .........................................................35
1. Pengertian Analisis Laporan Keuangan ................................35
2. Tujuan Analisis Laporan Keuangan ......................................36
viii
3. Metode dan Teknik Analisis Laporan Keuangan ..................38
C. Analisis Rasio Keuangan..............................................................39
D. Kinerja Keuangan .........................................................................41
1. Pengertian Kinerja dan Penilaian Kinerja .............................41
2. Tujuan Penilaian Kinerja Keuangan......................................43
3. Penilaian Kinerja Keuangan Koperasi ..................................44
E. Koperasi .......................................................................................50
1. Pengertian Koperasi ..............................................................50
2. Landasan, Asas dan Tujuan Koperasi ...................................51
3. Fungsi, Prinsip dan Peran Koperasi ......................................51
4. Bentuk dan Jenis Koperasi ....................................................52
F. Koperasi Syariah ..........................................................................56
BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A. Sejarah KSPPS Arrahmah ............................................................58
B. Struktur Organisasi .......................................................................59
C. Visi dan Misi ................................................................................61
D. Produk dan Layanan .....................................................................61
BAB IV PEMBAHASAN
A. Hasil Analisis Rasio Keuangan KSPPS Arrahmah Berdasarkan
PERMENKOP dan UKM RI No.06/Per/M.KUKM/V/2006 .......66
1. Analisis Rasio Rentabilitas ....................................................66
2. Analisis Rasio Likuiditas .......................................................70
3. Analisis Rasio Solvabilitas ....................................................71
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................75
B. Saran ............................................................................................77
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................79
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Tabel III.1 Pedoman Penilaian Rentabilitas ....................................................21
Tabel III.2 Pedoman Penilaian Likuiditas .......................................................22
Tabel III.3 Pedoman Penilaian Solvabilitas ....................................................24
Tabel IV.1 Hasil Perhitungan Analisis ROA Tahun 2012-2015 ....................66
Tabel IV.2 Hasil Perhitungan Analisis ROE Tahun 2012-2015 ....................68
Tabel IV.3 Hasil Perhitungan Analisis NPM Tahun 2012-2015 ...................69
Tabel IV.4 Hasil Perhitungan Analisis CR Tahun 2012-2015 .......................70
Tabel IV.5 Hasil Perhitungan Analisis DtAR Tahun 2012-2015 ...................72
Tabel IV.6 Hasil Perhitungan Analisis DtER Tahun 2012-2015 ...................73
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ruang lingkup pembangunan nasional yang ditinjau dari aspek kehidupan
baik berbangsa maupun bernegara yang dalam hal ini dijalankan oleh masyarakat
dan pemerintah memiliki tujuan pembangunan yang sama. Tujuan pembangunan
tersebut harus diperjuangkan mengingat selama ini pembangunan diidentikkan
dengan industrialisasi sehingga sering kali kurang memperhatikan aspek
pemerataan (Gilarso, 1992). Guna mewujudkan masyarakat yang adil, makmur
dan sejahtera beberapa hal yang harus dilakukan yakni menciptakan lapangan
kerja, meningkatkan pemerataan pendapatan bagi masyarakat, mendorong laju
pertumbuhan ekonomi dan mencapai stabilitas nasional.1
Salah satu cara untuk mewujudkan pembangunan sebagaimana tertuang
dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu tercapainya masyarakat
yang adil dan makmur baik materiil maupun spiritual adalah berkoperasi.
Koperasi sebagai sebuah lembaga ekonomi rakyat telah lama dikenal di Indonesia.
Menurut Rahardjo (2002), Bung Hatta sendiri mulai tertarik kepada sistem
koperasi agaknya adalah karena pengaruh kunjungannya ke negara-negara
Skandinavia, khususnya Denmark, pada akhir tahun 1930-an. Baginya, koperasi
bukanlah sebuah lembaga yang antipasar atau nonpasar dalam masyarakat
1 I Gusti Agung A.S Putra dan I A. Nyoman Saskara, Efektivitas dan Dampak Program
Bantuan KUR Terhadap Pendapatan dan Kesempatan Kerja UMKM di Kota Denpasar . (E-Jurnal
EP Unud, 2 (10): 457-468, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Udayana, 2012), h. 458.
2
tradisional. Koperasi, baginya adalah sebuah lembaga self-help lapisan
masyarakat yang lemah atau rakyat kecil untuk bisa mengendalikan pasar. Karena
itu koperasi harus bisa bekerja dalam sistem pasar, dengan cara menerapkan
prinsip efisiensi.2
Dalam Undang-Undang No. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian, dalam
Bab 1 Pasal 1 ayat 1 yang dimaksud dengan Koperasi adalah badan usaha yang
beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan
kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus gerakan ekonomi rakyat yang
berdasar atas asas kekeluargaan.3 Tujuan pendirian koperasi adalah untuk
memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada
umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional.
Selain koperasi, lembaga keuangan yang berbasis syariah di Indonesia bisa
dikatakan berkembang cukup pesat. Kini lembaga keuangan berbasis syariah telah
menjadi fenomena kontemporer yang telah memberikan warna dalam
perekonomian Indonesia. Perkembangan sistem keuangan syariah ini ditandai
dengan didirikannya berbagai lembaga keuangan syariah dan diterbitkannya
instrumen keuangan berbasis syariah.4 Salah satu diantara lembaga keuangan
berbasis syariah yang tengah berkembang adalah koperasi syariah.
Yang dimaksud dengan Koperasi Syariah menurut Peraturan Menteri
Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor
2 Rahardjo, Dawam M. (2002b), Apa Kabar Koperasi Indonesia , Kompas, Jumat, 9
Agustus dalam Tulus Tambunan, Prospek Perkembangan Koperasi di Indonesia ke Depan: Masih
Relevankah Koperasi di dalam Era Modernisasi Ekonomi? (Jurnal Pusat Studi Industri dan UKM
Universitas Trisakti, 2008), h. 61. 3 Hendrodjogi, Koperasi: Asas-asas, Teori dan Praktik (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2007), h. 342. 4 Andi Sumitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah (Jakarta: Kencana, 2009), h. 27.
3
35.3/Per/M.KUKM/X/2007, Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan
orang seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya
berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang
berdasar atas asas kekeluargaan. Sedangkan Koperasi Jasa Keuangan Syariah,
selanjutnya disebut KJKS adalah Koperasi yang kegiatan usahanya bergerak di
bidang pembiayaan, investasi, dan simpanan sesuai pola syariah.5
Koperasi Syariah mulai banyak diperbincangkan orang ketika menyikapi
semaraknya pertumbuhan Baitul Maal wa at-Tamwil di Indonesia. Baitul Maal wa
at-Tamwil atau yang dikenal dengan istilah BMT yang dimotori pertama kalinya
oleh BMT Insan Kamil tahun 1992 di Jakarta, ternyata mampu memberi warna
bagi perekonomian kalangan akar rumput yakni para pengusaha mikro.6 Dalam
waktu yang singkat koperasi syariah telah membantu lebih dari 920 ribu usaha
mikro di tanah air dan telah merambah ke seluruh kabupaten di Indonesia. Jenis
koperasi sangat beragam mulai dari Koperasi Pesantren (Kopontren), Koperasi
Masjid, Koperasi Perkantoran hingga Koperasi Pasar (Kopas).7
Namun demikian, dari banyaknya kehadiran koperasi-koperasi baru baik
koperasi syariah maupun koperasi konvensional, justru diiringi penambahan yang
lebih besar jumlah koperasi yang tidak aktif, termasuk diantaranya mati atau tidak
berjalan lagi. Deputi Bidang Kelembagaan Kementerian Koperasi dan UKM,
Choirul Djamhari mengungkapkan, dari total 209.488 usaha berbadan hukum
koperasi yang ada di Indonesia, sebanyak 62.239 koperasi tercatat tak lagi aktif,
5 Kemenenterian Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia ,
Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia (Jakarta:
Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia, 2007), h. 3. 6 Nur S Buchori, Koperasi Syariah (Jawa Timur: Mashun, 2009), cet. 1 h. 10. 7 http://ekonomisyariah.blogspot.com artikel diakses pada Senin 18 Juli 2016.
4
baik disebabkan karena pengurus atau anggotanya, maupun karena kegiatan
bisnisnya yang tak lagi berjalan.8
Khususnya di Kota Depok, Dinas Koperasi UMKM dan Pasar (DKUP)
Kota Depok merekomendasikan kepada Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil
dan Menengah untuk membubarkan 102 koperasi pada tahun ini (2016).
Rekomendasi didasari alasan, koperasi tersebut sudah tidak aktif di dalam
menjalankan kegiatan. Jumlah koperasi yang ada saat ini sebanyak 639 koperasi.
Dari jumlah tersebut, 408 koperasi masih aktif dan 231 koperasi lainnya tidak
aktif. Adapun dari 408 koperasi yang aktif, hanya 83 koperasi yang menjalankan
Rapat Anggota Tahunan (RAT). Selama ini koperasi di Depok jarang ada yang
setiap tahunnya melakukan RAT. Selain itu, banyak koperasi yang
pengetahuannya masih minim. Sehingga mereka tidak mau membuat RAT dan
laporan tahunannya.9
Pengembangan koperasi di Indonesia selama ini barulah sebatas konsep
yang indah, namun sangat sulit untuk diimplementasikan. Semakin banyak
koperasi yang tumbuh semakin banyak pula yang tidak aktif. Bahkan ada koperasi
yang memiliki badan hukum, namun kehadirannya tidak membawa manfaat sama
sekali. Koperasi tidak mungkin tumbuh dan berkembang dengan berpegang pada
tata kelola yang tradisonal dan tidak berorientasi pada pemuasan keperluan dan
keinginan konsumen. Koperasi perlu diarahkan pada prinsip pengelolaan secara
8 Muhammad Idris, Ada 209.488 Koperasi di RI, 62.239 Tidak Aktif, artikel diakses pada
Kamis 21 Juli 2016 dari http://finance.detik.com/read/2016/03/04/102528/3157277/5/ada-209488-
koperasi-di-ri62239-t idak-akt if. 9 Vidyanita, DKUP Bubarkan Sejumlah Koperasi Tidak Aktif di Kota Depok, artikel
diakses pada Jumat 2 September 2016 dari http://www.depok.go.id/13/06/2016/10-ekonomi-kota-
depok/dkup-bubarkan-sejumlah-koperasi-tidak-aktif-di-kota-depok.
5
modern dan aplikatif terhadap perkembangan zaman yang semakin maju dan
tantangan yang semakin global. Dari kemungkinan banyak faktor penyebab
kurang baiknya perkembangan koperasi di Indonesia selama ini, salah satunya
yang paling serius adalah masalah manajemen dan organisasi (Fajri, 2007).10
Rangkuman dari hasil Konferensi Tahunan Koperasi-Koperasi Petani,
Oktober 29-20, 2001 di LasVegas, Nevada (AS) menghasilkan beberapa butir
penting yang disampaikan oleh pembicara-pembicara mengenai tantangan yang
dihadapi oleh koperasi pada era sekarang ini. Diantaranya dari Larson, yakni
sebagai berikut: (1) Membangun suatu sistem koperasi yang menyatukan peran
lokal dan peran regional; dalam kata lain bagaimana koperasi lokal dan koperasi
regional bisa bekerja sama untuk jangka panjang; (2) Menciptakan penghasilan
yang cukup (atau menaikkan profit); (3) Mengembangkan atau menyempurnakan
strategi dan keahlian pemasaran (mensegmentasikan pasar hanya permulaan); (4)
Program-program SDM; dan (5) Mengembangkan dan melaksanakan suatu
strategi e-commerce. Pesan paling utama dari Larson untuk koperasi-koperasi
lokal adalah bahwa kinerja keuangan yang solid sangat penting; koperasi-koperasi
harus mempunyai tujuan-tujuan penggerak/peningkatan kinerja.11
Maka untuk mempertahankan keberadaan atau eksistensi koperasi serta
mengantispasi persaingan diantara koperasi yang ada diperlukan suatu sistem
pengelolaan dan manajemen koperasi sebaik mungkin. Salah satunya dengan
10 Tulus Tambunan, Prospek Perkembangan Koperasi di Indonesia ke Depan: Masih
Relevankah Koperasi di dalam Era Modernisasi Ekonomi? (Jurnal Pusat Studi Industri dan UKM
Universitas Trisakti, 2008), h, 66. 11www.wisc.edu/uwcc (University of Wisconsin Center for Cooperatives) dalam Tulus
Tambunan, Prospek Perkembangan Koperasi di Indonesia ke Depan: Masih Relevankah Koperasi
di dalam Era Modernisasi Ekonomi? (Jurnal Pusat Studi Industri dan UKM Universitas Trisakti,
2008), h, 15.
6
melakukan evaluasi dan penilaian kinerja koperasi. Koperasi sebagai perusahaan
(cooperative enterprise) memerlukan penilaian kinerja sesuai dengan prestasi
yang diraihnya secara periodik, mengingat keberhasilan usaha koperasi akan
menentukan tingkat kesehatan usahanya. Hal ini dimaksudkan agar koperasi
dalam melakukan kegiatan operasional usaha baik pembiayaan, investasi, dan
simpanan sesuai dengan jatidiri koperasi dan sesuai dengan prinsip kehati-hatian,
sehingga dapat meningkatkan kepercayaan dan memberikan manfaat sebesar-
besarnya kepada anggota dan masyarakat di sekitarnya.12
Keberhasilan koperasi adalah kemampuan dalam mentransformasikan diri
sebagai pembuktian dari tuntutan perubahan budaya yang semakin tinggi.
Kemampuan dalam perencanaan, pengorganisasian, pengawasan dan
pengendalian sampai yang berkaitan dengan evaluasi bisnis serta laporan
keuangan merupakan faktor yang penting dalam rangka pengoperasian koperasi
yang semakin efisien.13 Laporan keuangan yang disusun secara baik dan akurat
dapat memberikan gambaran yang nyata mengenai kinerja atau prestasi yang telah
dicapai oleh perusaaan selama kurun waktu tertentu, keadaan inilah yang
digunakan untuk menilai kinerja keuangan.14
Kinerja keuangan merupakan salah satu dasar penilaian mengenai kondisi
keuangan perusahaan yang dapat dilakukan berdasarkan analisis terhadap rasio-
12 Pandi Afandi, Analisis Kinerja Keuangan Untuk Mengukur Kesahatan Keuangan
Koperasi KSU BMT Arafah Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang, (Jurnal STIE AMA
Salatiga, Vol. 7 No. 13, Juli 2014), h. 26. 13 Ibid., h.114. 14 Mardahleni dan Nur Hamzah, Analisa Perbandingan Laporan Keuangan Untuk
Menilai Kineja Keuangan pada Koperasi Sawit Gunung Sangkur Kecamatan Kinali Kabupaten
Pasaman Barat(E-Jurnal Apresiasi Ekonomi Volume 4, Nomor 2, Maret 2016, Sekolah Tinggi
Ilmu Ekonomi (STIE) Pisaman Barat, 2016), h. 87.
7
rasio keuangan perusahaan. Adapun yang sering digunakan adalah rasio atau
indeks yang menunjukkan hubungan antara dua data keuangan. Berdasarkan
analisis dan penafsiran berbagai rasio-rasio itu akan memberikan pemahaman
yang lebih baik terhadap prestasi dan kondisi keuangan daripada menganalisis
yang hanya mengemukakan data keuangan saja.15
Analisa rasio merupakan suatu metode analisa untuk mengetahui
hubungan pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan rugi laba secara individu
atau kombinasi dari kedua laporan tersebut.16 Hasil dari perhitungan rasio akan
dibandingkan dengan tahun sebelumnya agar dapat diketahui perubahan yang
terjadi, apakah mengalami kenaikan atau penurunan. Analisis rasio dapat
diklasifikasikan dalam berbagai jenis, beberapa diantaranya yaitu rasio likuiditas,
solvabilitas dan profitabilitas.17
Dengan demikian, analisis laporan keuangan berarti suatu proses
penguraian data yang terdapat dalam laporan keuangan menjadi komponen-
komponen tersendiri, menelaah setiap komponen, dan mempelajari hubungan
antar komponen tersebut dengan menggunakan teknik analisis tertentu agar
diperoleh pemahaman yang tepat dan gambaran yang komprehensif tentang
informasi tersebut.18 Tujuan utama dari analisis laporan keuangan adalah
mengkonversikan data menjadi informasi.
15 Jamal Lulail Yunus, Manajemen Bank Syariah Mikro (Malang: UIN-Malang Press,
2009), h. 38-39. 16 Munawir, Analisa Laporan Keuangan, edisi ke-4, (Yogyakarta: PT. Liberty
Yogyakarta, 2004), h. 36 17 Mardahleni dan Nur Hamzah, Analisa Perbandingan Laporan Keuangan Untuk
Menilai Kineja Keuangan pada Koperasi Sawit Gunung Sangkur Kecamatan Kinali Kabupaten
Pasaman Barat, h. 88. 18 Najmudin, Manajemen Keuangan dan Akuntansi Syar’iah Modern (Yogyakarta: CV.
Andi Offset, 2011), h. 64.
8
Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah (KSPPS) Arrahmah Cinere
merupakan salah satu lembaga keuangan syariah non bank di Kota Depok, yang
berdiri pada tanggal 5 Februari 2005 dengan modal awal kurang lebih 200 juta
rupiah. Meskipun masih terbilang muda nasabah KSPPS Arrahmah kini telah
mencapai kurang lebih 6000 nasabah. Produk yang ditawarkan meliputi
penghimpunan dana/investasi, seperti Simpanan Amanah, Simpanan Qurban,
Simpanan Idul Fitri, Simpanan Pendidikan, Simpanan Siswa dan Deposito
Syariah. Sedangkan produk pembiayaan meliputi pembiayaan Modal Kerja,
Kepemilikan Mobil/Motor/Barang Elektronik dan Pembiayaan Ijarah.
Pada tahun 2009 KSPPS Arrahmah Cinere pernah meraih
penghargaan/award sebagai koperasi terbaik di Kota Depok. Dinilai sebagai yang
terbaik karena memiliki laporan keuangan yang teratur serta kinerja koperasi yang
baik.19 Namun, sampai saat ini penghargaan tersebut belum bisa diraih kembali
oleh KSPPS Arrahmah Cinere. Hal ini mengindikasikan bahwa kinerja KSPPS
Arrahmah Cinere belum berjalan secara maksimal kembali sebagaimana kinerja
pada tahun 2009 lalu. Padahal dengan mendapatkan suatu “penghargaan/award”
masyarakat akan lebih mudah untuk menilai dan mengukur kinerja dari KSPPS
Arrahmah Cinere. Sehingga kedepannya tingkat kepercayaan masyarakat akan
bertambah untuk menempatkan dananya ataupun mengajukan pembiayaan di
KSPPS Arrahmah Cinere.
Oleh karena itu pengukuran dan analisis kinerja koperasi sangatlah
penting, salah satunya dengan analisa kinerja keuangan yang meliputi rasio
19 Wawancara pribadi dengan Ibu Aan Afrianti. Cinere, 19 Agustus 2016.
9
rentabilitas, rasio likuiditas dan rasio solvabilitas, agar dapat diketahui apakah
kinerja dan proses yang terjadi di dalam aktivitas koperasi sudah berjalan ekektif
dan efisien, sehingga mampu menempatkan koperasi sebagai lembaga keuangan
yang tidak hanya mampu berperan penting dalam peningkatan taraf ekonomi dan
skill anggotanya, namun dapat menunjukkan peran strategis dalam
memberdayakan masyarakat yang ada di wilayahnya.
Atas dasar latar belakang inilah maka penulis melakukan penilitian dengan
judul Analisis Rasio Keuangan Untuk Menilai Kinerja Keuangan Koperasi
Syariah (Studi Kasus pada KSPPS Arrahmah Cinere).
B. Pokok Permasalahan
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat diidentifikasi
beberapa permasalahan sebagai berikut:
a. Koperasi Syariah yang semakin berkembang dan diminati masyarakat patut
mempertahankan eksistensinya dengan memperhatikan kondisi kinerja dan
kesehatan koperasi secara keseluruhan.
b. Laporan keuangan yang terdapat pada koperasi perlu dilakukan analisa lebih
jauh agar dapat diperoleh kondisi keuangan koperasi yang lebih jelas dan
spesifik.
c. Perlunya melakukan analisis laporan keuangan koperasi syariah
menggunakan analisis rasio likuiditas, rentabilitas, profitabilitas dan aktivitas.
10
d. Sementara masih banyak koperasi-koperasi ataupun BMT di Indonesia yang
mengesampingkan pentingnya analisa penilaian kinerja koperasi syariah.
2. Pembatasan Masalah
Mengingat pembahasan permasalahan ini memiliki cakupan yang sangat
luas dan kompleks mengenai penilaian kesehatan baik dari metode yang
digunakan maupun aspek yang dinilai dari Koperasi Syariah, maka penulis perlu
memberikan batasan masalah terhadap objek yang dikaji yaitu:
1. Aspek atau rasio yang dinilai pada Koperasi Syariah yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Rasio Rentabilitas
b. Rasio Likuiditas
c. Rasio Solvabilitas
2. Rentang waktu yang digunakan dalam penelitian dibatasi selama empat
tahun, yakni pada periode 2012 sampai dengan periode 2015.
3. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data laporan keuangan
tahunan KSPPS Arrahmah Cinere.
4. Objek penelitian ini adalah KSPPS Arrahmah Cinere.
11
3. Perumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan peneliti kembangkan dalam penelitian
ini antara lain:
1. Bagaimana kondisi dan kinerja keuangan KSPPS Arrahmah Cinere yang
dinilai dari rasio rentabilitas dalam kurun waktu 2012 sampai 2015?
2. Bagaimana kondisi dan kinerja keuangan KSPPS Arrahmah Cinere yang
dinilai dari rasio likuiditas dalam kurun waktu 2012 sampai 2015?
3. Bagaimana kondisi dan kinerja keuangan KSPPS Arrahmah Cinere yang
dinilai dari rasio solvabilitas dalam kurun waktu 2012 sampai 2015?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1) Tujuan Penelitian
Sejalan dengan perumusan dan pembatasan masalah di atas, maka yang
akan menjadi tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui bagaimana kondisi dan kinerja keuangan KSPPS Arrahmah
Cinere yang dinilai dari rasio rentabilitas dalam kurun waktu 2012 sampai
2015.
2. Mengetahui bagaimana kondisi dan kinerja keuangan KSPPS Arrahmah
Cinere yang dinilai dari rasio likuiditas dalam kurun waktu 2012 sampai
2015.
3. Mengetahui bagaimana kondisi dan kinerja keuangan KSPPS Arrahmah
Cinere yang dinilai dari rasio solvabilitas dalam kurun waktu 2012 sampai
2015.
12
2) Manfaat Penelitian
a. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan, pemahaman dan
pengalaman aplikatif penulis tentang analisis penilaian kinerja keuangan
Koperasi Syariah.
b. Bagi Perusahaan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi saran masukan yang positif dan
bermanfaat dalam mengevaluasi dan memperbaiki kinerja keuangan Koperasi
Syariah.
c. Bagi Akademisi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah literatur ilmu
pengetahuan ekonomi Islam yang informatif sebagai referensi dan bahan bacaan
yang berkaitan dengan permasalahan tersebut.
13
D. Review Studi Terdahulu
No. Nama Penulis/Judul Skripsi/Jurnal/Tahun
Subtansi Perbedaan dengan
Penulis
1. Andhi Putro
Raharjo/ Analisis Kinerja Keuangan pada KSPPS Bina
Insan Mandiri di Gondangrejo/
Skripsi Fakultas Ekonomi Manajemen
Universitas Muhammadiyah
Surakarta/ 2014.
Skripsi ini menjelaskan
tentang analisis rasio likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas pada
KSPPS Bina Insan Mandiri di Gondangrejo
tahun 2011-2013 dan menggunakan Peraturan Menteri Koperasi dan
UKM Republik Indonesia No.
06/PER/M.KUKM/V/2006 tentang Pedoman Penilaian Koperasi
Berprestasi.
Metode analisis dalam penelitian ini adalah metode analisis
horizontal periode 2011-2013. Sedangkan teknik yang digunakan
dalam menganalisis Laporan Keuangan
adalah analisis rasio. Analisis rasio ini berpedoman pada
Peraturan Menteri Negara Koperasi dan
Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia
No.6/PER/M.KUKM/V/2006.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1)
Analisis likuiditas tahun 2011-2013 dikategorikan
Tidak Sehat karena hasil Current Ratio menunjukkan kinerjanya
Penulis meneliti
tentang kinerja keuangan yang dinilai dari analisis
rasio rentabilitas, likuiditas dan
solvabilitas pada KSPPS Arrahmah Cinere Depok
dengan periode penelitian selama
empat tahun dari 2012-2015.
Penulis meneliti tentang bagaimana
kondisi dan kinerja keuangan KSPPS Arrahmah Cinere
Depok yang dinilai dari aspek rentablitas (Return On Asset,
Return On Equity dan Net Profit
Margin), aspek likuiditas (Current Ratio) dan aspek
solvabilitas (Debt to Asset Ratio dan Debt
to Equity Ratio). Metode analisis data
menggunakan pedoman dari
Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah Republik Indonesia No.
6/PER/M.KUKM/V/2006.
14
Tidak Sehat dan hasil Cash Ratio menunjukkan
kinerjanya Sangat Tidak Sehat. (2) Analisis solvabilitas berdasarkan
analisis Rasio Total Hutang terhadap Total
Asset dan Rasio Total Hutang terhadap Modal Sendiri dikategorikan
Tidak Sehat karena hasil Rasio Total Hutang
terhadap Total Asset dan Rasio Total Hutang terhadap Modal Sendiri
menunjukkan kinerjanya Tidak Sehat. (3) Analisis
rentabilitas dilihat berdasarkan analisis Net Profit Margin (NPM),
ROA, Asset Turn Over (ATO) dan Rentabilitas
Modal Sendiri dikategorikan Cukup Sehat karena hasil NPM
menunjukkan kinerjanya Sangat Sehat, hasil ROA
menunjukkan kinerjanya Cukup Sehat, hasil ATO menunjukkan kinerjanya
Sangat Tidak Sehat, dan hasil Rentabilitas Modal
Sendiri menunjukkan kinerjanya Sangat Sehat.
2. Bambang Tri Atmojo/ Analisis
Rasio Keuangan Untuk Menilai
Kinerja Keuangan pada KPRI Bina Sejahtera Setda
Kabupaten Semarang/ Fakultas
Ekonomi Universitas Negeri Semarang/ 2015.
Skripsi ini menjelaskan tentang analisis rasio
likuiditas, rentabilitas dan solvabilitas yang
dilakukan pada KPRI Bina Sejahtera Setda Kabupaten Semarang
tahun 2011-2013 berdasarkan standar
Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Republik Indonesia
Penulis meneliti tentang kinerja
keuangan yang dinilai dari analisis
rasio rentabilitas, likuiditas dan solvabilitas pada
KSPPS Arrahmah Cinere Depok
dengan periode penelitian selama empat tahun dari
15
No.06/PER/M.KUKM/V/2006 tentang Pedoman
Penilaian Koperasi Berprestasi.
Metode analisis yang dilakukan menggunakan
analisis deskriptif kuantitatif prosentase. Analisis rasio yang
digunakan dalam mengukur kinerja
keuangan KPRI Bina Sejahtera menggunakan analisis rasio likuiditas,
solvabiilitas dan rentabilitas.
Hasil penelitian menunjukan tingkat
likuiditas yang overlikuid, karena
berdasarkan analisis yang dilakukan selama tiga tahun berturut-turut
menunjukan angka yang berada di atas standar
yang ditetapkan pemerintah. Rasio solvabilitas menunjukan
kriteria yang sangat baik hal ini menunjukan total
aset dan modal sendiri yang dimiliki koperasi mampu memberikan
kontribusi yang besar terhadap total hutang
yang dimiliki koperasi, sedangkan dari dua rasio rentabilitas, ROA
menunjukan prosentase angka yang masuk dalam
kriteria cukup baik, sehingga mampu memberikan sisa hasil
usaha yang cukup
2012-2015.
Penulis meneliti tentang bagaimana kondisi dan kinerja
keuangan KSPPS Arrahmah Cinere
Depok yang dinilai dari aspek rentablitas (Return On Asset,
Return On Equity dan Net Profit
Margin), aspek likuiditas (Current Ratio) dan aspek
solvabilitas (Debt to Asset Ratio dan Debt
to Equity Ratio). Metode analisis data
menggunakan pedoman dari
Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah Republik Indonesia No.
6/PER/M.KUKM/V/2006.
16
maksimal, sedangkan ROE menunjukan
prosentase angka yang masih berada di bawah standar yang telah
ditetapkan pemerintah, dengan kata lain pihak
koperasi masih kurang baik dalam menghasilkan sisa hasil usaha koperasi
yang diperoleh dari modal yang dimilikinya.
3. Erly Maya Sari, Sri
M Rahayu dan Zahroh Z.A/ Aspek
Produktivitas Berdasarkan Peraturan Menteri
Negara Koperasi dan UKM Republik
Indonesia No.06/PER/M.KUKM/V/2006 (Studi
Kasus pada KUD “Batu” Malang Periode 2008-2012)/
Jurnal Penelitian Fakultas Ilmu
Administrasi Universitas Brawijaya Malang.
Penelitian ini
memfokuskan pada analisis rasio keuangan
dan penilaian kinerja KUD “Batu” Malang dari tahun 2008-2012 yang
meliputi keuangan dari aspek produktivitas
berdasarkan Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI
No.06/PER/M.KUKM/V/2006.
Metode analisis dalam penelitian ini merupakan
jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Penelitian
deskriptif digunakan karena dalam penelitian
ini hanya mendiskripsikan variabel yang diteliti.
Hasil penelitian yang
dilakukan pada KUD “Batu” Malang diketahui bahwa koperasi ini
mempunyai peringkat yang kurang. Hal ini
disebabkan karena adanya hasil penilaian keuangan yang rata-rata
Penulis meneliti
tentang kinerja keuangan yang
dinilai dari analisis rasio rentabilitas, likuiditas dan
solvabilitas pada KSPPS Arrahmah
Cinere Depok dengan periode penelitian selama
empat tahun dari 2012-2015.
Penulis meneliti tentang bagaimana
kondisi dan kinerja keuangan KSPPS Arrahmah Cinere
Depok yang dinilai dari aspek rentablitas
(Return On Asset, Return On Equity dan Net Profit
Margin), aspek likuiditas (Current
Ratio) dan aspek solvabilitas (Debt to Asset Ratio dan Debt
to Equity Ratio).
Metode analisis data menggunakan pedoman dari
17
masih jauh dari standar yang telah ditetapkan
pemerintah. Selain itu juga dapat dilihat pada Perhitungan Hasil Usaha
yang menunjukkan pada tahun 2008-2012 jumlah
SHU KUD “Batu” Malang terus meningkat, namun peningkatan
tersebut tidak sebanding dengan jumlah
peningkatan pada pendapatan yang diperoleh KUD “Batu”
Malang.
Peraturan Menteri Negara Koperasi dan
Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia No.
6/PER/M.KUKM/V/2006.
4. Eston S Samperuru/ Analisis Rasio
Keuangan Sebagai Alat untuk
Mengukur Kinerja Keuangan pada KSP Balo’ Toraja
Kabupaten Tana Toraja Periode Tahun 2005-2014/
Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Hasanuddin/ 2015.
Skripsi ini menjelaskan tentang analisis rasio
likuiditas, rentabilitas dan solvabilitas sebagai
alat ukur kinerja keuangan pada KSP Balo’ Toraja Kabupaten
Tana Toraja dari Tahun 2005-2014.
Metode analisis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah analisis rasio keuangan yang meliputi analisis
rasio likuiditas, solvabilitas, profitabilitas
dan aktivitas, dan dilakukan pengukuran menggunakan rasio
keuangan berdasarkan standar Peraturan
Menteri Negara Koperasi dan UKM Repblik Indonesia
No.22/PER/M.KUKM/IV/2007 tentang Pedoman
Pemeringkatan Koperasi.
Penulis meneliti tentang kinerja
keuangan yang dinilai dari analisis
rasio rentabilitas, likuiditas dan solvabilitas pada
KSPPS Arrahmah Cinere Depok dengan periode
penelitian selama empat tahun dari
2012-2015. Penulis meneliti
tentang bagaimana kondisi dan kinerja
keuangan KSPPS Arrahmah Cinere Depok yang dinilai
dari aspek rentablitas (Return On Asset,
Return On Equity dan Net Profit Margin), aspek
likuiditas (Current Ratio) dan aspek
solvabilitas (Debt to Asset Ratio dan Debt to Equity Ratio).
18
Berdasarakan Hasil analisis rasio likuiditas,
solvabilitas, profitabilitas, dan rasio aktivitas secara umum
pada laporan keuangan periode tahun 2005
hingga tahun 2014 menunjukkan pergerakan yang fluktuatif akan
tetapi menggambarkan kinerja yang baik.
Analisis struktur permodalan dan profitabilitas pada
periode tahun 2005-2014 termasuk dalam
klasifikasi “ideal” , sedangkan berdasarkan analisis likuiditas,
solvabilitas, dan aktivitas pada tahun 2005-2014
termasuk dalam klasifikasi “sangat ideal”.
Metode analisis data
menggunakan pedoman dari Peraturan Menteri
Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah Republik Indonesia No. 6/PER/M.KUKM/V/
2006.
E. Metode Penelitian
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif, dimana dalam
penelitian ini menggambarkan dan menjelaskan penilaian kinerja keuangan
KSPPS Arrahmah Cinere dengan menggunakan laporan keuangan sebagai dasar
penilaian kinerja keuangan dan berpedoman pada Peraturan Menteri Koperasi dan
UKM No.06/Per/M.KUKM/V/2006 Tentang Pedoman Penilaian Koperasi
Berprestasi. Penelitian kuantitatif dengan format deskriptif bertujuan untuk
menjelaskan, meringkaskan berbagai kondisi, situasi atau berbagai variabel yang
timbul di masyarakat yang menjadi objek penelitian itu berdasarkan apa yang
19
terjadi. Format deskriptif ini dapat dilakukan pada penelitian studi kasus.
Penelitian ini hanya menggunakan kasus atau wilayah tertentu sebagai objek
penelitian, sehingga bersifat kasuistik terhadap objek penelitian tersebut.20
2. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif. Data kuantitatif
digunakan untuk menganalisa fenomena yang terjadi pada objek penelitian
dengan menggunakan metode tertentu. Sedangkan sumber data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah data sekunder, merupakan data yang diperoleh dari
literatur-literatur kepustakaan seperti buku-buku, jurnal, internet serta sumber
lainnya yang berkaitan dengan materi penulisan ini seperti laporan keuangan.
Dalam penelitian ini data sekunder bersumber dari data laporan keuangan KSPPS
Arrahmah Cinere dari tahun 2012-2015.
3. Teknik Pengumpulan Data
a. Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Penelitian ini langsung melihat pada buku-buku, jurnal, artikel, maupun
hasil laporan penelitian terdahulu yang terkait dengan permasalahan yang diteliti.
b. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan data laporan
keuangan tahunan KSPPS Arrahmah Cinere dari tahun 2012-2015.
20 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi dan
Kebijakan Publik serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya (Jakarta: Kencana, 2005), h. 36.
20
4. Teknik Pengolahan Data
Teknik pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini dengan
menggunakan program Microsoft Excel 2016, yaitu dengan menginput sejumlah
angka-angka laporan keuangan yang dibutuhkan untuk kemudian dianalisis,
sebagian besar data yang diperoleh penulis akan analisis menggunakan teknik
analisis kuantitatif. Sehingga dapat dideskripsikan hasil dan kesimpulan yang
sifatnya kuantitatif.
5. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang dilakukan yaitu dengan analisis rasio keuangan
dalam kurun waktu empat tahun dari 2012-2015 dan berpedoman pada Peraturan
Menteri Koperasi dan UKM Republik Indonesia No.06/Per/M.KUKM/V/2006
Tentang Pedoman Penilaian Koperasi Berprestasi.
Adapun standar penilaian rasio keuangan yang akan dianalisis dalam
penelitian ini sesuai dengan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Republik
Indonesia No.06/Per/M.KUKM/V/2006 adalah sebagai berikut:
1. Rasio Rentabilitas
Return On Asset (ROA)
Return on Asset (ROA) adalah perbandingan antara pendapatan (Sisa Hasil
Usaha) dengan total asset yang dimiliki. Dengan rumus sebagai berikut:
𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑂𝑛 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡 =Sisa Hasil Usaha (SHU)
Aset x 100%
21
Return On Equity (ROE)
Return on Equity (ROE) adalah perbandingan antara pendapatan (Sisa Hasil
Usaha) dengan Modal Sendiri yang dimiliki. Dengan rumus sebagai berikut:
𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑂𝑛 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 =Sisa Hasil Usaha (SHU)
Modal Sendiri x 100%
Net Profit Margin (NPM)
Net Profit Margin (NPM) adalah perbandingan antara Sisa Hasil Usaha (SHU)
dengan penjualan/pendapatan yang dimiliki. Dengan rumus sebagai berikut:
𝑁𝑒𝑡 𝑃𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡 𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 =Sisa Hasil Usaha (SHU)
Pendapatan x 100%
Tabel III.1 Pedoman Penilaian Rentabilitas
Komponen/Rasio Standar Nilai
Return on Asset (ROA) >10% 100
7% - <10% 75
3% - <7% 50
1% - <3% 25
<1% 0
Return on Equity (ROE) >21% 100
15% - <21% 75
9% - <15% 50
22
3% -<9% 25
<3% 0
Net Profit Margin >15% 100
10% - <15% 75
5% - <10% 50
1% - <5% 25
<1% 0
Sumber: Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Republik Indonesia
No.06/Per/M.KUKM/V/2006.
2. Rasio Likuiditas
Current Ratio (Rasio Lancar)
Curent Ratio (Rasio Lancar) adalah rasio yang menunjukkan kemampuan
koperasi untuk membayar hutangnya yang segera harus dipenuhi dengan aset
lancar. Dengan rumus sebagai berikut:
𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =Aset Lancar
Kewajiban Lancar x 100%
Tabel III.2 Pedoman Penilaian Likuiditas
Komponen Standar Nilai
Current Ratio 200% - 250% 100
175% - <200% atau >250% -275% 75
23
150% - <175% atau >275% - 300% 50
125% - <150% atau >300% - 325% 25
<125% atau >325% 0
Sumber: Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Republik Indonesia
No.06/Per/M.KUKM/V/2006.
3. Rasio Solvabiltas
Debt to Asset Ratio (DtAR)
Debt to Asset Ratio atau Rasio Total Hutang (Kewajiban) terhadap Asset
adalah perbandingan antara jumlah total hutang dengan total asset. Dengan rumus
sebagai berikut:
𝐷𝑡𝐴𝑅 =Total Hutang
Total Aset x 100%
Debt to Equity Ratio (DtER)
Debt to Equity Ratio atau rasio Total Hutang (Kewajiban) terhadap Modal
Sendiri adalah perbandingan antara total hutang/kewajiban dengan modal sendiri.
Dengan rumus sebagai berikut:
𝐷𝑡𝐸𝑅 =Total Hutang
Modal Sendiri x 100%
24
Tabel III.3 Pedoman Penilaian Solvabilitas
Komponen/Rasio Standar Nilai
Debt to Asset Ratio <40% 100
>40% - 50% 75
>50% - 60% 50
60% - 80% 25
>80% 0
Debt to Equity Ratio <70% 100
>70% - 100% 75
>100% - 150% 50
>150% - 200% 25
>200% 0
Sumber: Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Republik Indonesia
No.06/Per/M.KUKM/V/2006.
E. Kerangka Teori dan Konseptual
Koperasi sebagai perusahaan (cooperative enterprise) memerlukan
penilaian kinerja sesuai dengan prestasi yang diraihnya secara periodik,
mengingat keberhasilan usaha koperasi akan menentukan tingkat kinerja dan
kesehatan usahanya. Hal ini dimaksudkan agar koperasi dalam melakukan
kegiatan operasional usaha baik pembiayaan, investasi, dan simpanan sesuai
dengan jatidiri koperasi dan sesuai dengan prinsip kehati-hatian, sehingga dapat
25
meningkatkan kepercayaan dan memberikan manfaat sebesar-besarnya kepada
anggota dan masyarakat di sekitarnya.21
Laporan keuangan merupakan salah satu aspek penting yang diperhatikan
baik bagi pihak intern maupun pihak ekstern. Laporan keuangan yang disusun
secara baik dan akurat dapat memberikan gambaran yang nyata mengenai kinerja
atau prestasi yang telah dicapai oleh perusaaan selama kurun waktu tertentu,
keadaan inilah yang digunakan untuk menilai kinerja keuangan.22
Kinerja keuangan merupakan salah satu dasar penilaian mengenai kondisi
keuangan perusahaan yang dapat dilakukan berdasarkan analisis terhadap rasio-
rasio keuangan perusahaan. Menurut Kasmir (2012), ada empat jenis rasio
keuangan, rasio tersebut antara lain: (1) Rasio Likuiditas,yang meliputi Current
Ratio, Quick Ratio, Cash Ratio, Cash Turn Over, Inventory To Net Working
Capital, (2) Rasio Solvabilitas meliputi Debt to Asset Ratio, Debt to Equity Ratio,
Long Term Debt to Equity Ratio, Times Interest Earned, (3) Rasio Aktivitas
meliputi rasio Perputaran Piutang, Perputaran Persediaan, Perputaran Modal
Kerja, Fixed Assets Turn Over, Total Assets Turn Over, (4) Rasio Profitabilitas
meliputi rasio Profit Margin, Return On Investment dan Return On Equity .23
Adapun tujuan dari analisis rasio likuiditas yakni untuk melihat
kemampuan perusahaan (koperasi) dalam memperoleh kewajiban keuangannya
yang harus segera dipenuhi atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi
21 Pandi Afandi, Analisis Kinerja Keuangan Untuk Mengukur Kesahatan Keuangan
Koperasi KSU BMT Arafah Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang, h. 26. 22 Mardahleni dan Nur Hamzah, Analisa Perbandingan Laporan Keuangan Untuk
Menilai Kineja Keuangan pada Koperasi Sawit Gunung Sangkur Kecamatan Kinali Kabupaten
Pasaman Barat(E-Jurnal Apresiasi Ekonomi Volume 4, Nomor 2, Maret 2016, Sekolah Tinggi
Ilmu Ekonomi (STIE) Pisaman Barat, 2016), h. 87. 23 Kasmir, Analisis Laporan Keuangan (Jakarta: PT RajaGrafindo, 2012), h. 128
26
keuangannya pada saat ditagih. Analisis rasio solvabilitas untuk mengetahui
tingkat kemampuan koperasi dalam memenuhi kewajiban keuangannya apabila
perusahaan tersebut dilikuidasi baik kewajiban keuangan jangka pendek maupun
jangka panjang. Dan analisis rasio rentabilitas tujuannya yaitu untuk mengetahui
tingkat kemampuan koperasi dalam menghasilkan laba selama periode tertentu.24
Pada dasarnya penilaian kinerja koperasi memiliki standar tersendiri yang
dikeluarkan dan ditetapkan oleh Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah Republik Indonesia. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan
Pedoman Penilaian Kineja Koperasi berdasarkan Peraturan Menteri Negara
Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia
No.06/PER/M.KUKM/V/2006 tentang Pedoman Penilaian Koperasi Berprestasi,
yang dinilai dari Rasio Rentabilitas/Profitabiltas (Profitability Ratio). Rasio
Likuiditas (Liquidity Ratio), dan Rasio Solvabilitas (Leverage Ratio).
24 Munawir, Analisa Laporan Keuangan , (Yogyakarta: Liberty, 2000), h. 31.
27
Berikut adalah kerangka konseptual dalam penelitian ini yang dapat
digambarkan secara sistematis sebagai berikut:
Gambar II.1
Laporan Keuangan KSPPS
Arrahmah 2012-2015
Penilaian Kinerja KSPPS Arrahmah
menurut Keputusan Menteri Koperasi
No. 06/Per/M.KUKM/V/2006
Analisis Rasio
Rentabilitas:
Current Ratio
Analisis Rasio Likuiditas:
Total Debt to Assset Ratio
Total Debt to Assset Ratio
Analisis Rasio Solvabilitas:
Return On Asset
Return On Equity
Net Profit Margin
Hasil Analisis dan
Pembahasan
Kesimpulan
28
F. Teknik Penulisan Skripsi
Adapun teknik penulisan skripsi ini berdasarkan pada buku “Pedoman
Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tahun 2012.”
G. Sistematika Penulisan
Untuk memberikan gambaran secara sederhana agar memudahkan
penulisan skripsi ini, disusun sistematika penulisan yang terdiri dari lima bab
dengan rincian sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini memuat tentang latar belakang masalah, identifikasi
masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian, metode penelitian, review studi
terdahulu, kerangka teori dan sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini membahas teori-teori yang berkaitan dengan topik
tentang laporan keuangan, metode dan teknik analisis
laporan keuangan, kinerja keuangan, dan koperasi.
29
BAB III : GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Bab ini berisi tentang sejarah singkat KSPPS Arrahmah
Cinere, struktur organisasi, visi dan misi, produk simpanan
serta produk pembiayaan.
BAB IV : ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Bab ini memuat hasil analisis penilaian kinerja keuangan
KSPPS Arrahmah Cinere dengan berpedoman pada
Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Republik Indonesia
No.06/Per/M.KUKM/V/2006 Tentang Pedoman Penilaian
Koperasi Berprestasi.
BAB V : PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan penelitian dan saran-saran
berdasarkan permasalahan penelitian.
30
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Laporan Keuangan
1. Pengertian Laporan Keuangan
Pengertian laporan keuangan di dalam standar akuntansi keuangan adalah
merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan dan laporan keuangan yang
lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi
keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara, seperti sebagai laporan arus
kas), catatan, laporan keuangan lain, dan materi penjelasan yang bagian dari
integral dari laporan keuangan.25
Lebih lanjut Munawir (2002) mengatakan bahwa laporan keuangan
merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi sehubungan
dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan yang
bersangkutan. Dengan begitu laporan keuangan diharapkan akan membantu bagi
para pengguna (users) untuk membuat keputusan ekonomi yang bersifat
finansial.26
Secara ringkas laporan keuangan adalah sarana informasi keuangan bagi
internal perusahaan (manajemen dan karyawan) serta eksternal perusahaan
25 Abdullah Amrin, Bisnis, Ekonomi, Asuransi dan Keuangan Syariah (Jakarta: PT
Grasindo, 2009), h. 171. 26 Munawir, Analisis Laporan Keuangan (Yogyakarta: UPP-AMP YKPN, 2002), h. 56
dalam Irham Fahmi, Pengantar Manajemen Keuangan Teori dan Soal Tanya Jawab (Bandung:
Alfabeta, 2013), h. 21.
31
(investor, bank, masyarakat, pemerintah, dll) yang menunjukkan kondisi
keuangan dalam periode tertentu.
2. Unsur-unsur Laporan Keuangan
Sesuai karakteristik, laporan keuangan entitas syariah antara lain
meliputi:27
1) Komponen laporan keuangan yang mencerminkan kegiatan komersial yang
terdiri atas laporan posisi keuangan, laporan laba rugi, laporan arus kas, serta
laporan perubahan ekuitas.
2) Komponen laporan keuangan yang mencerminkan kegiatan sosial, meliputi
laporan sumber dan penggunaan dana zakat serta laporan sumber dan
penggunaan dana kebajikan.
3) Komponen laporan keuangan yang mencerminkan kegiatan dan tanggung
jawab khusus untuk entitas syariah tersebut.
Sedangkan unsur-unsur atau komponen laporan keuangan koperasi
menurut Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Republik Indonesia No.
12/Per/M.KUKM/IX/2015 tentang Pedoman Umum Akuntansi Koperasi Sektor
Riil,bahwa koperasi harus menyajikan laporan keuangan koperasi dalam bentuk
laporan keuangan yang sekurang-kurangnya diterbitkan sebanyak 1 (satu) bulan
sebelum kegiatan Rapat Anggota Tahunan (RAT) diselenggarakan, berupa:
27 Sri Nurhayati dan Wasilah, Akuntansi Syariah di Indonesia, edisi ke-3 (Jakarta:
Salemba Empat, 2014) h. 103-104.
32
1) Neraca
2) Perhitungan Hasil Usaha
3) Laporan Perubahan Ekuitas
4) Laporan Arus Kas
5) Catatan Atas Laporan Keuangan
3. Tujuan Laporan Keuangan28
Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang
menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu
entitas syariah yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan
keputusan ekonomi. Disamping itu, tujuan lainnya adalah: (KDPPLKS 2007:
Paragraf 30)
1) Meningkatkan kepatuhan terhadap prinsip syariah dalam semua transaksi dan
kegiatan usaha;
2) Informasi kepatuhan entitas syariah terhadap prinsip syariah, serta infromasi
aset, kewajiban, pendapatan dan beban yang tidak sesuai dengan prinsip
syariah, bila ada, bagaiamana perolehan dan penggunaannya;
3) Informasi untuk membantu mengevaluasi pemenuhan tanggung jawab entitas
syariah terhadap amanah dalam mengamankan dana, menginvestasikannya
pada tingkat keuntungan yang layak;
4) Informasi mengenai tingkat keuntungan investasi yang diperoleh penanam
modal dan pemilik dana syirkah temporer, dan informasi mengenai
28 Dwi Nuraini Ihsan, Analisis Laporan Keuangan Perbankan Syariah (Tangerang
Selatan: UIN Jakarta Press, 2013), h. 13-14.
33
pemenuhan kewajiban (obligation) fungsi sosial entitas syariah, termasuk
pengelolaan dan penyaluran ZISWAF.
4. Pemakai Laporan Keuangan
Pemakai atau pengguna kebutuhan informasi laporan keuangan adalah
sebagai berikut:29
1) Investor sekarang dan investor potensial; Hal ini karena mereka harus
memutuskan apakah akan membeli, menahan atau menjual investasi atau
penerimaan dividen.
2) Pemilik dana qardh; Untuk mengetahui apakah dana qardh dapat dibayar
pada saat jatuh tempo.
3) Pemilik dana syirkah temporer; Untuk pengambilan keputusan pada investasi
yang memberikan tingkat pengembalian yang bersaing dana man.
4) Pemilik dana titipan; Untuk memastikan bahwa titipan dana dapat diambil
setiap saat.
5) Pembayar dan penerima ZISWAF; Untuk informasi tentang sumber dan
penyaluran dana tersebut.
6) Pengawas syariah; Untuk menilai kepatuhan pengelolaan lembaga syariah
terhadap prinsip-prinsip syariah.
7) Karyawan; Untuk memperoleh informasi tentang stabilitas dan profitabilitas
entitas syariah.
29 Sri Nurhayati dan Wasilah, Akuntansi Syariah di Indonesia, h. 97.
34
8) Pemasok dan mitra usaha lainnya; Untuk memperoleh informasi tentang
kemampuan entitas membayar utang pada saat jatuh tempo.
9) Pelanggan; Untuk memperoleh informasi tentang kelangsungan hidup entitas
syariah.
10) Pemerintah serta lembaga-lembaganya; Untuk memperoleh informasi tentang
aktivitas entitas syariah, perpajakan serta kepentingan nasional lainnya.
11) Masyarakat; Untuk memperoleh informasi tentang kontribusi entitas terhadap
masyarakat dan negara.
5. Keterbatasan Laporan Keuangan
Laporan keuangan itu mempunyai beberapa keterbatasan/kekurangan,
antara lain:30
1) Laporan keuangan yang dibuat secara periodik pada dasarnya merupakan
interim report (laporan yang dibuat antara waktu tertentu yang sifatnya
sementara) dan bukan merupakan laporan final. Karena itu, semua jumlah
atau hal-hal yang dilaporkan dalam laporan keuangan tidak menunjukkan
nilai likuidasi atau realisasi, dimana dalam interim report ini
terdapat/terkandung pendapat-pendapat pribadi (personal judgment) yang
telah dilakukan oleh Akuntan atau Manajemen yang bersangkutan.
2) Laporan keuangan menunjukkan angka dalam rupiah yang kelihatannya
bersifat pasti dan tepat, tetapi sebenarnya dasar penyusunannya dengan
30 Munawir, Analisa Laporan Keuangan, edisi ke-4 (Yogyakarta: PT Liberty Yogyakarta,
2004), h. 9-10.
35
standar nilai yang mungkin berbeda atau berubah-ubah. Karena itu, angka
yang tercantum dalam laporan keuangan hanya merupakan nilai buku (book
value) yang belum tentu sama dengan harga pasar sekarang maupun nilai
gantinya.
3) Laporan keuangan disusun berdasarkan hasil pencatatan transaksi keuangan
atau nilai rupiah dari berbagai waktu atau tanggal yang lalu, dimana daya beli
(purchasing power) uang tersebut semakin menurun, dibandingkan dengan
tahun-tahun sebelumnya, sehingga kenaikan volume penjualan yang
dinyatakan dalam rupiah belum tentu menunjukkan atau mencerminkan unit
yang dijual semakin besar, mungkin kenaikan itu disebabkan naiknya harga
jual barang tersebut yang mungkin juga diikuti kenaikan tingkat harga-harga.
4) Laporan keuangan tidak dapat mencerminkan berbagai faktor yang dapat
mempengaruhi posisi atau keadaan keuangan perusahaan karena faktor-faktor
tersebut tidak dapat dinyatakan dengan satuan uang.
B. Analisis Laporan Keuangan
1. Pengertian Analisis Laporan Keuangan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, analisis diartikan sebagai
“Penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu
sendiri, serta hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan
pemahaman arti keseluruhan.”31
31 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia ed. 4 (Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2008) h. 58.
36
Maka yang dimaksud analisis laporan keuangan adalah “Menguraikan pos-
pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat
hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara satu
dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data non-kuantitatif dengan
tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting
dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat.”32
2. Tujuan Analisis Laporan Keuangan
Menurut Harahap (2006) bahwa tujuan analisis laporan keuangan
adalah sebagai berikut:
1) Dapat memberikan informasi yang lebih luas, lebih dalam daripada yang
terdapat dari laporan keuangan biasa.
2) Dapat menggali informasi yang tidak tampak secara kasat mata (explicit) dari
suatu laporan ekuangan atau yang berada di balik laporan keuangan (implicit).
3) Dapat mengetahui kesalahan yang terkandung dalam laporan keuangan.
4) Dapat membongkar hal-hal yang bersifat tidak konsisten dalam hubungannya
dengan suatu laporan keuangan baik dikaitkan dengan komponen intern
maupun kaitannya dengan informasi yang diperoleh dari luar perusahaan.
5) Mengetahui sifat-sifat hubungan yang akhirnya dapat melahirkan model
model dan teori-teori yang terdapat di lapangan seperti untuk prediksi dan
peningkatan.
32 Sofyan Syafri Harahap, Analisis Kritis atas Laporan Keuangan (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2006), h. 189-190.
37
6) Dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh para pengambil
keputusan. Dengan perkataan lain yang dimaksudkan dari suatu laporan
keuangan merupakan tujuan analisis laporan keuangan juga antara lain:
a. Dapat menilai perusahaan
b. Dapat memproyeksi laporan perusahaan
c. Dapat menilai kondisi keuangan masa lalu dan masa sekarang dari
aspek waktu tertentu:
Posisi keuangan (Aset, Neraca, dan Ekuitas)
Hasil Usaha Perusahaan (Hasil atau Beban)
Likuiditas
Solvabilitas
Aktivitas
Rentabilitas atau Profitablitas
Indikator Pasar Modal
d. Menilai perkembangan dari waktu ke waktu
e. Menilai komposisi struktur keuangan, arus dana
7) Dapat menentukan peringkat (rating) perusahaan menurut kinerja tertentu
yang sudah dikenal dalam dunia bisnis.
8) Dapat membandingkan situasi perusahaan lain dengan periode sebelumnya
atau dengan standar industri normal atau standar ideal.
9) Dapat memahami situasi dan kondisi keuangan yang dialami perusahaan, baik
posisi keuangan, hasil usaha, struktur keuangan, dan sebagainya.
38
10) Bisa juga memprediksi apa yang mungkin dialami perusahaan dimasa yang
akan datang.
3. Metode dan Teknik Analisis Laporan Keuangan
Metode dan teknik analisa (alat-alat analisa) digunakan untuk menentukan
dan mengukur hubungan antara pos-pos yang ada dalam laporan keuangan,
sehingga dapat diketahui perubahan-perubahan dari masing-masing pos tersebut
bila diperbandingkan dengan laporan dari beberapa periode untuk satu perusahaan
tertentu, atau diperbandingkan dengan alat-alat pembanding lainnya.33
Teknik analisa yang biasa digunakan dalam analisa laporan keuangan
adalah sebagai berikut:
1) Analisa perbandingan laporan keuangan, adalah metode dan teknik analisa
dengan cara membandingkan laporan keuangan untuk dua periode atau lebih.
Analisa dengan menggunakan ini akan dapat diketahui perubahan-perubahan
yang terjadi, dan perubahan mana yang memerlukan penelitian lebih lanjut.
2) Tren atau tendensi posisi dan kemajuan keuangan perusahaan yang
dinyatakan dalam prosentase (trend percentase analysis) adalah suatu metode
atau teknik analisa untuk mengetahui tendensi daripada keadaan
keuangannya, apakah menunjukkan tendensi tetap, naik atau bahkan turun.
3) Laporan dengan prosentase per komponen atau common size
statement, adalah suatu metode analisa untuk mengetahui prosentase investasi
pada masing-masing aset tetap terhadap total asetnya, juga untuk mengetahui
33 Munawir, Analisa Laporan Keuangan, h. 36.
39
struktur permodalannya dan komposisi perongkosan yang terjadi
dihubungkan dengan jumlah penjualan.
4) Analisa sumber dan penggunaan modal kerja, adalah suatu analisa untuk
mengetahui sumber-sumber serta penggunaan modal kerja atau untuk
mengetahui sebab-sebab berubahnya modal kerja dalam periode tertentu.
5) Analisa sumber dan penggunaan kas (cash flow statement
analysis), adalah suatu analisa untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya
jumlah uang kas atau untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan
uang kas selama periode tertentu.
6) Analisa perubahan laba kotor (gross profit analysis), adalah suatu analisa
untuk mengetahui sebab-sebab perubahan laba kotor suatu perusahaan dari
periode ke periode yang lain atau perubahan laba kotor suatu periode dengan
laba yang dibudgetkan untuk periode tersebut.
7) Analisa Break-Even, adalah suatu analisa untuk menentukan tingkat
penjualan yang harus dicapai oleh suatu perusahaan agar perusahaan tersebut
tidak menderita kerugian, tetapi juga belum memperoleh keuntungan. Dengan
analisa break-even ini juga akan diketahui berbagai tingkat keuntungan atau
kerugian untuk berbagai tingkat penjualan.
C. Analisis Rasio Keuangan
Dalam menginterpretasikan kondisi dan kinerja keuangan perusahaan yang
terlihat dalam laporan keuangan, seorang analisis memerlukan ukuran tertentu.
Ukuran yang sering digunakan adalah rasio. Rasio menggambarkan suatu
40
hubungan atau perimbangan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain
dan dengan menggunakan alat analisa berupa rasio ini akan dapat menjelaskan
dan memberikan gambaran kepada penganalisa tentang baik atau buruknya
keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan terutama apabila angka rasio
tersebut dibandingkan dengan angka rasio pembanding yang digunakan sebagai
standar (Munawir, 2000).
Menurut Gumanti (2007) terdapat beberapa klasifikasi rasio, yaitu antara
lain:34
a) Rasio likuiditas (Liquidity Ratio) atau rasio kelancaran menunjukkan tingkat
kelancaran suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
Rasio ini terdiri dari: current ratio, acid test ratio, cash ratio, dan operating
cashflow.
b) Rasio solvabilitas atau rasio leverage (Leverage Ratio) yaitu rasio yang
memberikan gambaran tentang tingkat kecukupan hutang perusahaan, artinya
seberapa besar porsi hutang yang ada di perusahaan jika dibandingkan dengan
modal atau aset yang ada. Rasio ini antara lain: debt ratio, time interest
earned ratio, operating cashflow to fixed charge ratio.
c) Rasio aktivitas (Activity Ratio) yaitu rasio yang dimaksudkan untuk
mengukur efektifitas perusahaan dalam memanfaatkan sumber-sumber
(resources) yang dimiliki. Rasio ini diwakili oleh total assets turn over, fixed
assets turn over, average collection periods, inventory turnover.
34 Gumanty, Tatang Ary,Manajemen Investasi: Konsep, Teori dan Aplikasi (Jember:
Center Of Studies, 2007), h. 176
41
d) Rasio profitabilitas (Profitability Ratio) yaitu rasio yang menunjukkan
seberapa mampu perusahaan dalam menghasilkan laba, baik dari penjualan
maupundari total yang dimiliki. Rasio yang digunakan yaitu profit margin on
sales, return on total assets, return on invesment.
D. Kinerja Keuangan
1. Pengertian Kinerja dan Kinerja Keuangan
Menurut Oxford Dictionary kinerja merupakan suatu tindakan proses atau
melakukan fungsi organisasi.35 Sedangkan menurut para ahli pengertian kinerja
sebagai berikut:
a. Menurut Whitmore, kinerja adalah suatu perbuatan, suatu prestasi, atau apa
yang diperlihatkan seseorang melalui keterampilan yang nyata.
b. Menurut King, kinerja adalah aktivitas seseorang dalam melaksanakan tugas
pokok yang dibebankan kepadanya
c. Sedangkan menurut Suprihanto, kinerja adalah prestasi kerja yaitu hasil kerja
seorang karyawan selama periode tertentu dibandingkan dengan berbagai
kemungkinan, misalnya standar, target atau kriteria yang telah ditentukan
lebih dahulu dan disepakati bersama.
Berdasarkan pengertian kinerja di atas, maka pengertian kinerja dapat
disimpulkan yaitu sebagai hasil kerja seseorang atau kelompok tertentu setelah
memenuhi jumlah persyaratan selama periode tertentu yang dibandingkan dengan
35 Moeheriono, Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi (Jakarta: Rajawali Pers, 2012),
h. 96.
42
berbagai kemungkinan dalam upaya mencapai tujuan perusahaan bersangkutan
secara legal yang tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan etika
bisnis.
Pengukuran kinerja adalah suatu penilaian yang dilakukan kepada pihak
manajemen perusahaan baik para karyawan maupun manajer yang selama ini
telah melakukan pekerjaannya. Sedangkan menurut John H. Jackson pengukuran
kinerja merupakan proses mengevaluasi seberapa baik karyawan mengerjakan
pekerjaannya ketika dibandingkan dengan satu standar dan kemudian
mengkomunikasikan informasi tersebut. Penilaian kinerja yang dilakukan tersebut
nantinya dapat dilakukan sebagai perbaikan yang berkelanjutan.36 Pengukuran
kinerja memiliki tujuan yaitu untuk mengetahui selama pelaksanaan kinerja
terdapat deviasi dari rencana yang telah ditentukan, mengetahui kinerja dapat
dilakukan sesuai jadwal waktu yang ditentukan, dan mengetahui hasil kinerja
yang telah tercapai sesuai dengan yang diharapkan atau belum.37
Sedangkan yang dimaksud dengan kinerja keuangan perusahaan
merupakan satu diantara dasar penilaian mengenai kondisi keuangan perusahaan
yang dilakukan berdasarkan analisa rasio keuangan perusahaan. Pihak yang
berkepentingan sangat memerlukan hasil dari pengukuran kinerja keuangan
perusahaan untuk dapat melihat kondisi perusahaan dan tingkat keberhasilan
perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya.38
Ada banyak manfaat dengan diadakannya penilaian kinerja. Penilaian
kinerja dimanfaatkan oleh manajemen sebagai berikut:
36 Irham Fahmi, Manajemen: Teori, Kasus, dan Solusi (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 237. 37 Wibowo, Manajemen Kinerja (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007), h. 319. 38 Munawir, Analisa Laporan Keuangan , Edisi 4 (Yogyakarta: Liberty, 2010), h. 30.
43
a. Mengelola operasi perusahaan secara efektif dan efisien melalui motivasi
karyawan secara maksimum.
b. Membantu pengambil keputusan yang bersangkutan dengan karyawan,
seperti: promosi, transfer, dan pemberhentian.
c. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan dan
untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan.
d. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan
mereka menilai kinerja mereka.
e. Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan.
Manfaat yang diperoleh dari penilaian kinerja ini terutama menjadi
pedoman dalam melakukan tindakan evaluasi bagi pembentuk organisasi sesuai
dengan pengharapan dari berbagai pihak, yaitu bagi pihak manajemen serta
komisaris perusahaan.
2. Tujuan Penilaian Kinerja Keuangan
Adapun tujuan dari penilaian kinerja keuangan menurut Munawir (2000)
adalah sebagai berikut:39
1) Untuk mengetahui tingkat likuiditas, yaitu kemampuan perusahaan untuk
memperoleh kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi atau
kemampuan perusahaan untuk memenuhi keuangannya pada saat ditagih.
39 Munawir, Analisa Laporan Keuangan , (Yogyakarta: Liberty, 2000), h. 31.
44
2) Untuk mengetahui tingkat solvabilitas, yaitu kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasi
baik kewajiban keuangan jangka pendek maupun jangka panjang.
3) Untuk mengetahui tingkat rentabilitas atau profitabilitas, yaitu menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.
4) Untuk mengetahui tingkat stabilitas usaha, yaitu kemampuan perusahaan
untuk melakukan usahanya dengan stabil, yang dikur dengan
mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk membayar beban bunga
atas hutang-hutangnya termasuk membayar kembali pokok hutangnya tepat
pada waktunya serta kemampuan membayar deviden secara teratur kepada
para pemegang saham tanpa mengalami hambatan atau krisis keuangan.
Jadi, dalam menilai kinerja keuangan dapat digunakan ukuran atau
standar tertentu. Standar yang biasanya digunakan adalah rasio atau indeks
yang menghubungkan dua data keuangan. Adapun jenis perbandingan dalam
analisis rasio keuangan meliputi dua bentuk yaitu perbandingan rasio masa lalu,
saat ini, dan di masa yang akan datang untuk perusahaan yang sama.
3. Penilaian Kinerja Keuangan Koperasi
Menurut Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor
35.3/Per/M.KUKM/X/2007, kinerja keuangan koperasi merupakan hasil dari
kegiatan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian dan kesehatan, sehingga dapat
meningkatkan kepercayaan dan memberikan manfaat yang sebesar-besarnya
kepada anggota dan masyarakat di sekitarnya. Penilaian terhadap kinerja
45
keuangan koperasi dianggap penting untuk mengetahui apakah koperasi tersebut
mengalami peningkatan atau penurunan tiap tahunnya.
Rasio keuangan koperasi adalah suatu metode analisis untuk mengetahui
hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca, laporan arus kas, perhitungan hasil
usaha dan laporan promosi anggota untuk mengetahui tingkat likuiditas, tingkat
solvabilitas dan tingkat profitabilitas serta tingkat aktivitas suatu koperasi, pada
saat tertentu dapat dengan memperbandingkan pos-pos tertentu dalam neraca,
laporan arus kas, perhitungan sisa hasil usaha, dan laporan promosi ekonomi
anggota. Untuk mengetahui kinerja keuangan koperasi, berdasarkan Peraturan
Menteri Negara Koperasi dan UKM Republik Indonesia Nomor
06/Per/M.KUKM/V/2006 kinerja keuangan dapat dihitung dengan menggunakan
rasio-rasio berikut:
1. Rasio Likuditas
Rasio likuiditas (Liquidity Ratio) atau rasio kelancaran menunjukkan
tingkat kelancaran suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka
pendeknya (Gumanti, 2007). Koperasi yang bisa memenuhi kewajiban
keuangannya tepat waktu maka koperasi tersebut dinyatakan likuid, yaitu apabila
aset lancar lebih besar dari hutang lancar. Dan sebaliknya apabila koperasi tidak
bisa memenuhi kewajiban keuangannya tepat waktu maka koperasi tersebut
dinyatakan ilikuid. Adapun yang termasuk rasio likuditas antara lain:
a. Current Ratio (Rasio Lancar)
Current Ratio menunjukan tingkat keamanan (margin of safety) kreditur
jangka pendek, atau kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-hutangnya.
46
Rasio ini merupakan perbandingan antara jumlah aset lancar dengan hutang
lancar. Standar umum (rule of tumb) jumlah current ratio adalah sebesar 200%,
maksudnya setiap Rp.1,00 hutang jangka pendek dijamin oleh aktiva lancar
sebesar Rp.2,00.40 Namun, current ratio 200% kadang-kadang dipertimbangkan
sebagai current ratio yang memuaskan bagi perusahaan industri atau perusahaan
komersial, sedang bagi perusahaan penghasil jasa seperti perusahaan listrik dan
hotel angka 100% dikatakan sudah mencukupi.41
Formula Current ratio menurut Peraturan Menteri Negara Koperasi dan
UKM RI Nomor 06/Per/M.KUKM/V/2006 dirumuskan:
𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =Aset Lancar
Kewajiban Lancar x 100%
Suatu perusahaan dengan current ratio yang tinggi belum tentu menjamin
akan dibayarnya hutang perusahaan yang sudah jatuh tempo karena proporsi atau
distribusi dari aset lancar yang tidak menguntungkan.42 Rasio lancar yang rendah
menunjukan risiko likuiditas yang tinggi, sedangkan rasio lancar yang tinggi
menunjukan adanya kelebihan aset lancar, yang akan mempunyai pengaruh yang
tidak baik terhadap profitabilitas perusahaan.
2. Rasio Solvabilitas
Rasio Solvabilitas atau Leverage Ratio, yaitu rasio yang memberikan
gambaran tentang tingkat kecukupan hutang perusahaan, artinya seberapa besar
porsi hutang yang ada di perusahaan jika dibandingkan dengan modal atau aset
40 Abdullah Amrin, Bisnis, Ekonomi, Asuransi dan Keuangan Syariah , h. 200. 41 Jumingan, Analisis Laporan Keuangan , (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006), h. 123. 42 Munawir, Analisa Laporan Keuangan, edisi ke-4, h. 72.
47
yang ada (Gumanti, 2007). Koperasi dinyatakan solvable apabila mempunyai aset
atau kekayaan yang cukup untuk membayar semua hutang-hutangnya. Dan
sebaliknya, koperasi dinyatakan insolvable jika koperasi tidak mempunyai aset
atau kekayaan yang cukup untuk membayar kewajibannya. Standar pengukuran
untuk menilai baik tidaknya rasio ini, digunakan rasio rata-rata industri yang
sejenis. Adapun jenis-jenis rasio yang ada dalam rasio solvabilitas antara lain:
a. Debt to Asset Ratio (DtAR)
Debt to Asset Ratio (DtAR) adalah rasio hutang yang digunakan untuk
mengukur perbandingan antara Total Hutang terhadap Total Aset. Dengan kata
lain, seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang atau seberapa besar
hutang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aset.43 Formula rasio Total
Hutang terhadap Total Aset menurut Peraturan Menteri Negara Koperasi dan
UKM RI Nomor 06/Per/M.KUKM/V/2006 dirumuskan:
𝐷𝑡𝐴𝑅 =Total Hutang
Total Aset x 100%
Apabila dari hasil pengukuran rasio DtAR tinggi, artinya pendanaan
dengan hutang semakin banyak, maka semakin sulit bagi perusahaan untuk
memperoleh tambahan pinjaman karena dikhawatirkan perusahaan tidak mampu
menutupi hutang-hutangnya dengan aktiva yang dimiliki. Dan apabila rasionya
rendah, semakin kecil perusahaan dibiayai dengan hutang.
b. Debt to Equity Ratio (DtER)
Debt to Equity Ratio (DtER) adalah rasio yang digunakan untuk
mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditor) dengan pemilik
43 Kasmir, Analisis Laporan Keuangan , h. 156.
48
perusahaan. Dengan kata lain, rasio ini berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah
modal sendiri yang dijadikan jaminan hutang koperasi. Rasio ini membandingkan
antara total hutang dengan total modal sendiri koperasi. Formula Total Hutang
terhadap Modal Sendiri menurut Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI
Nomor 06/Per/M.KUKM/V/2006 dirumuskan:
𝐷𝑡𝐸𝑅 =Total Hutang
Modal Sendiri x 100%
Bagi kreditor (pemberi pinjaman), semakin besar rasio ini akan semakin
tidak menguntungkan, karena akan semakin besar risiko yang ditanggung atas
kegagalan yang mungkin terjadi di perusahaan. Namun, bagi perusahaan
(koperasi) semakin besar rasio akan semakin baik. Sebaliknya dengan rasio yang
rendah, semakin tinggi tingkat pendanaan yang disediakan pemilik dan semakin
besar batas pengamanan bagi peminjam jika terjadi kerugian atau penyusutan
terhadap nilai aktiva.44
3. Rasio Rentabilitas
Rasio Rentabilitas yaitu rasio yang menunjukkan seberapa mampu
perusahaan dalam menghasilkan laba, baik dari penjualan maupundari total yang
dimiliki (Gumanti, 2007). Rentabilitas koperasi diukur dari kemampuan koperasi
menggunakan asetnya secara produktif, dengan demikian rentabilitas suatu
koperasi dapat diketahui dengan memperbandingkan antara Sisa Hasil Usaha
(SHU) yang diperoleh dalam suatu periode dengan jumlah aset atau jumlah modal
44 Kasmir, Analisis Laporan Keuangan (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2014), h. 158.
49
koperasi terebut. Adapun jenis-jenis rasio yang ada dalam rasio rentabilitas antara
lain:
a. Return On Asset (ROA)
Merupakan satu bentuk dari rasio rentabilitas yang dimaksudkan untuk
mengukur kemampuan koperasi dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam
aset yang digunakan untuk operasinya untuk memperoleh Sisa Hasil Usaha.
Dengan demikian, rasio ini menghubungkan sisa hasil usaha dengan jumlah
investasi atau aset yang digunakan untuk operasi. ROA sering disebut juga
sebagai rentabilitas ekonomi. Formula Return On Asset menurut Peraturan
Menteri Negara Koperasi dan UKM RI Nomor 06/Per/M.KUKM/V/2006
dirumuskan:
𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑂𝑛 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡 =Sisa Hasil Usaha (SHU)
Aset x 100%
b. Return On Equity (ROE)
Merupakan rasio yang membandingkan antara Sisa Hasil Usaha dengan
jumlah Modal Sendiri. Rasio ini menunjukan kemampuan modal dalam
menghasilkan sisa hasil usaha. ROE sering disebut juga dengan istilah rentabilitas
modal sendiri. Formula Return On Equity menurut Peraturan Menteri Negara
Koperasi dan UKM RI Nomor 06/Per/M.KUKM/V/2006 dirumuskan:
𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑂𝑛 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 =Sisa Hasil Usaha (SHU)
Modal Sendiri x 100%
50
c. Net Profit Margin (NPM)
Merupakan rasio yang membandingkan antara Sisa Hasil Usaha dengan
jumlah pendapatan bruto koperasi per tahunnya. Rasio ini menunjukan
kemampuan koperasi dalam mendapatkan laba setelah dikurangi bunga dan pajak
atas penjualan neto. Formula Net Profit Margin menurut Peraturan Menteri
Negara Koperasi dan UKM RI Nomor 06/Per/M.KUKM/V/2006 dirumuskan:
𝑁𝑒𝑡 𝑃𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡 𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 =Sisa Hasil Usaha (SHU)
Pendapatan x 100%
E. Koperasi
1. Pengertian Koperasi
Secara umum koperasi berasal dari kata-kata latin yaitu Cum yang berarti
dengan, dan Aperari yang berarti bekerja. Dari dua kata ini, dalam Bahasa Inggris
dikenal istilah Co dan Operation, yang dalam Bahasa Belanda disebut dengan
istilah Cooperative Vereneging yang berarti bekerja bersama dengan orang lain
untuk mencapai suatu tujuan tertentu.45
Menurut UU No. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian, dalam Bab 1 Pasal
1 ayat 1 dinyatakan bahwa Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan
orang-seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya
berdasarkan prinsip koperasi sekaligus gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas
asas kekeluargaan.
45 Hendrojogi, Koperasi: Asas-asas, Teori dan Praktik , h. 1.
51
2. Landasan, Asas dan Tujuan Koperasi
Dalam Undang-Undang RI No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian
Pasal 2 dikatakan bahwa koperasi berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945 serta berdasar atas asas kekeluargaan. Sedangkan tujuan koperasi
yang tercantum dalam Undang-Undang RI No. 25 Tahun 1992 Bab II Pasal 3
adalah Koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan
masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional
dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur
berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
3. Fungsi, Prinsip dan Peran Koperasi
Pada Bab III Bagian Pertama Pasal 4 UU RI No. 25 Tahun 1992 fungsi
dan peran koperasi adalah:
a) Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota
pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, untuk meningkatkan
kesejahteraan ekonomi dan sosialnya;
b) Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan
manusia dan masyarakat;
c) Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan
perekonomian nasional dengan Koperasi sebagai sokogurunya.
d) Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional
yang merupakan usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan dan
demokrasi ekonomi.
52
Sedangkan pada Bab III Bagian Kedua Pasal 5 UU RI No. 25 Tahun 1992
Koperasi melaksanakan prinsip koperasi sebagai berikut:
a) Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka;
b) Pengelolaan dilakukan secara demokratis;
c) Pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya
jasa usaha masing-masing anggota;
d) Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal;
e) Kemandirian.
Dalam mengembangkan Koperasi, maka Koperasi melaksanakan pula
prinsip Koperasi sebagai berikut:
a) Pendidikan perkoperasian;
b) Kerjasama antarkoperasi.
4. Bentuk dan Jenis Koperasi
1) Bentuk Koperasi46
Ketentuan yang terdapat pada Pasal 15 UU No. 25 Tahun 1992
menyatakan bahwa koperasi dapat berbentuk koperasi primer atau koperasi
sekunder. Koperasi primer adalah koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan
orang seorang. Koperasi ini dibentuk sekurang-kurangnya 20 orang. Sedangkan
koperasi sekunder adalah koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan
koperasi. Pengertian koperasi sekunder meliputi semua koperasi yang didirikan
46 Muhammad Firdaus, Perkoperasian Sejarah, Teori dan Praktek (Bogor: Ghalia
Indonesia, 2004), h. 61.
53
dan beranggotakan koperasi primer dan/atau koperasi sekunder. Koperasi
sekunder dibentuk oleh tiga koperasi.
Pemusatan koperasi kedalam beberapa tingkatan dalam kesatuan yang
tidak terpisahkan mempunyai beberapa keuntungan yaitu:
a) Menekan atau menghindari kemugkinan persaingan yang tidak sehat diantara
koperasi-koperasi yang ada.
b) Ada hubungan yang saling melengkapi dalam suasana asas kekeluargaan
diantara koperasi-koperasi tersebut, antara lain: Biaya dapat dikurangi dan
harga dapat ditekan serendah-rendahnya.
c) Kerjasama yang baik dan bertanggungjawab akan dapat menjamin sehatnya
sektor koperasi dari sudut kehidupan organisasi dan usaha, sehingga:
1. Koperasi primer atau salah satu tingkat organisasi yang kuat dapat terus
maju dengan kekuatannya sendiri dan menjadi dasar yang sehat bagi
tingkat organisasi di atasnya, sedangkan yang lemah dibantu oleh tingkat
organisasi di atasnya baik permodalan, adminisatrasi dan manajemen.
2. Masalah-masalah dalam koperasi dapat diatasi dalam lingkungan
kerjasamanya sendiri dan ini berarti berkurangnya atau hilangnya
ketegantungan pada perusahaan atau badan lain di luarnya atau bahkan di
sektor lain.
54
2) Jenis Koperasi47
Dalam ketentuan Pasal 16 UU No. 25 Tahun 1992 beserta penjelasannya
dinyatakan bahwa jenis koperasi didasarkan pada kesamaan kegiatan dan
kepentingan ekonomi anggotanya. Dasar untuk menentukan jenis koperasi adalah
kesamaan aktivitas, kepentingan dan kebutuhan ekonomi anggotanya, antara lain
seperti Koperasi Simpan Pinjam (KSP), Koperasi Konsumen, Koperasi Produsen,
Koperasi Pemasaran dan Koperasi jasa.
Penjelasan koperasi dapat ditinjau dari berbagai sudut pendekatan, antara
lain:
a) Berdasarkan pada kebutuhan dan efisiensi dalam ekonomi sesuai dengan
sejarah timbulnya gerakan koperasi, maka dikenal jenis-jenis koperasi sebagai
berikut:
1. Koperasi Konsumsi
2. Koperasi Kredit
3. Koperasi Produksi
4. Koperasi Jasa
5. Koperasi Distribusi
b) Berdasarkan golongan fungsional maka dikenal jenis-jenis koperasi sebagai
berikut:
1. Koperasi Pegawai Negeri (KPN)
2. Koperasi Angkatan Darat (KOPAD)
3. Koperasi Angkatan Udara (KOPAD)
47 Ibid., h. 62-69.
55
4. Koperasi Angkatan Kepolisian (KOPPOL)
5. Koperasi Pensiunan Angkatan Darat
6. Koperasi Pensiunan
7. Koperasi Karyawan (KOPKAR)
8. Koperasi Mahasiswa (KOPMA)
c) Berdasarkan lapangan usaha, maka dikenal jenis-jenis koperasi sebagai
berikut:
1. Koperasi Desa
2. Koperasi Konsumsi
3. Koperasi Pertanian
4. Koperasi Peternakan
5. Koperasi Perikanan
6. Koperasi Kerajinan/Industri
7. Koperasi Simpan Pinjam
8. Koperasi Asuransi
9. Koperasi Unit Desa (KUD)
Dalam perkembangan terakhir sejak diberlakukannya Inpres No. 14 Tahun
1998, maka berbagai macam/jenis koperasi bermunculan sesuai dengan aspirasi
masyarakat, antara lain:
1. Koperasi Tani (KOPTAN)
2. Koperasi Pondok Pesantren (KOPONTREN)
3. Koperasi Wanita
4. Koperasi Agribisnis
56
5. Koperasi Pedagang Pasar
6. Koperasi Industri
7. Koperasi Syariah
8. Koperasi Serba Usaha
9. Koperasi Kredit
10. Koperasi dikalangan profesi (akuntan, arsitek, pengacara, dokter, dll)
11. Koperasi Kelompok Masyarakat (POKMAS)
F. Koperasi Syariah
1. Pengertian
Berdasarkan putusan Menteri Negara Koperasi dan UKM Republik
Indonesia No. 91/Kep/M.KUKM/IX/2004 tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan
Usaha Koperasi Jasa dan Keuangan Syariah (KJKS) sebagai payung hukum
pengelolaan KJKS sebagai berikut:
1) Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang atau badan hukum
koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi
sekaligus gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan.
2) Koperasi Jasa Keuangan Syariah selanjutnya disebut KJKS adalah koperasi
yang kegiatan usahanya bergerak dibidang pembiayaan, investasi, dan
simpanan sesuai dengan pola syariah.
3) Unit Jasa Keuangan Syariah selanjutnya disebut UJKS Koperasi adalah unit
usaha pada koperasi yang kegiatan usahanya bergerak dibidang pembiayaan,
57
investasi, dan simpanan sesuai dengan pola syariah, sebagai bagian dari
kegiatan usaha koperasi yang bersangkutan.
2. Landasan Syariah
Koperasi dalam Fiqh Islam dikenal dengan syirkah atau semakna dengan
kata Al-Syirkah yaitu perserikatan/perkongsian. Adapun dari segi istilah, koperasi
adalah akad antara orang-orang untuk berserikat modal dan keuntungan.
Landasan hukum yang dapat dijadikan dasar dalam pelaksanaan syirkah
sebagai berikut:
QS. An-Nisa ayat 12
“…Maka berserikat pada sepertiga…”
Ayat ini sebenarnya tidak memberikan landasan syariah bagi semua jenis
syirkah, hanya memberi landasan pada syirkah Jabariyyah (yaitu perkongsian
beberapa orang yang terjadi di luar kehendak mereka karena mereka sama-sama
mewarisi harta pusaka).
QS. Shad ayat 24
“…Dan Sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu
sebagian dari mereka berbuat zalim kepada sebahagian yang lain, kecuali
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholeh dan amat
sedikitlah mereka ini... ”
58
BAB III
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A. Sejarah KSPPS Arrahmah 48
KSPPS Arrahmah merupakan sebuah lembaga keuangan yang berbasis
syariah yang didirikan pada tanggal 5 Februari 2005 atas ide dan gagasan mulia
yang diprakarsai oleh ibu Ratih Puspita, S.H, ibu Ika Yuliana, S.Kom, ibu Ela
Nurlelah, Amd, dan ibu Julaeha, S.E, serta hasil temuan rapat dari 21 orangtua
anggota pendiri yang memiliki visi dan misi yang sama yaitu berkeinginan kuat
membuat sebuah lembaga alternatif yaitu sebuah koperasi dengan konsep
Ekonomi Syariah.
Pendirian KSPPS Arrahmah tertuang dalam akta pendirian Nomor 10
tertanggal 30 April 2005 yang dibuat oleh notaris Betty Supartini, S.H, yang
berkedudukan di Depok dan telah mendapat pengesahan dari Menteri Koperasi
dan UKM Republik Indonesia berdasarkan Surat Keputusan Pendirian KJK
Syariah Arrahmah No.424, tertanggal 26 Mei 2005 sebagai landasan izin
operasional dan terakhir telah melakukan perubahan Anggaran Dasar pada tanggal
05 Maret 2016 dengan akta perubahan No.1 tanggal 06 Maret 2016 oleh notaris
Betty Supartini, S.H, dan tercatat pada buku PT Umum Koperasi di Kementerian
Koperasi dan UKM Republik Indonesia No.144/Lap-PAD/VI/2016, tanggal 16
Juni 2016 yaitu perubahan yang semula Koperasi Jasa Keuangan Syariah menjadi
Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah Arrahmah.
48 www.ksppsarrahmah.wixsite.com/site artikel diakses pada 19 September 2016.
59
Pada prinsipnya KSPPS Arrahmah adalah Lembaga Keuangan Mikro yang
berfungsi sebagai rumah harta, namun karena sumber dananya simpanan dari
masyarakat/anggota, para pendiri serta dana pihak ketiga (simpanan, pembiayaan,
dana program, bank, dll) yang merupakan dana amanah untuk dikelola, maka
pengelolanya harus profesional serta berorientasi pada profit (keuntungan).
Penggunaan dana inilah yang diberikan kepada para pengusaha kecil, para
pedagang dalam bentuk pembiayaan untuk modal usaha, dengan sistem bagi hasil
maupun jual beli. KSPPS Arrahmah sebagai sarana masyarakat untuk
menginvestasikan dananya berupa simpanan biasa, simpanan berjangka, titipan
(wadiah) dan tabungan lainnya. Semua bentuk simpanan mendapatkan bagi hasil
atau bonus setiap bulannya.
B. Struktur Organisasi
Berdasarkan legalitas hukum KSPPS Arrahmah dari Kementerian
Koperasi pada tanggal 26 Mei 2005Akta Pendirian Notaris Betty Supartini, SH
No. 10 Nomor Badan Hukum 424/BH/MNEG.I/V/2005 NPWP 02.461.444.8-
412.000 SITU 503/224/Kpts/HO/IV/Perindag/2006 Domisili 503/18/IV/2005
Tanda Terdaftar Perusahaan 10.27.2.65.00394, dan Keputusan rapat anggota
terakhir susunan dewan pengurus Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah
(KSPPS) Arrahmah Cinere adalah sebagai berikut:
60
Strukutur Organisasi KSPPS Arrahmah Cinere
Messenger
Fikri
Office Boy
Fikri
Satpam
Abd. Ghofur
Teller
Zainal
CS
Yulia Harta
AO
Robi
Ardiansyah
Paitulloh
Abd Rahman
Kolektor
Edy C
Sukheri
Hary H
Appraisal
Idam Khalid
PPM
Risang M.HP
Idam Kholid
SOO
Nita A. Sari
Admin Legal
Tiska
Ka. Bagian ADM
Pembiayaan/UMUM
Aan Afrianti
Ka. Bagian
Operasional/SDI
Wardatulaila
Manager Operasional
Pengurus
Ka. Bagian
Marketing
Idam Khalid
Manager Marketing
Risang M. Hendria Pranata
Audit Internal
Julaeha
Pengurus
Ratih Puspita
Ika Yuliana
Julaeha
Pengawas
Andriansyah
Ela Nurlaelah
RAT
61
C. Visi dan Misi
Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah Arrahmah sebagai Lembaga
Keuangan Mikro Syariah yang berada dilingkungan masyarakat menengah
kebawah mempunyai visi yaitu “Menjadi Lembaga Keuangan Mikro Syariah yang
amanah, profesional, sehat dan kuat, baik dari kualitas dan kuantitas, untuk
menggapai kehidupan penuh dengan salam (keselamatan, kedamaian dan
kesejahteraan) dengan ridha Allah SWT.”
Selain itu berperan serta meningkatkan perekonomian masyarakat
menengah kebawah dengan menjalankan misi yaitu “Memberdayakan pengusaha
kecil dan lemah dengan konsep tawazun (keseimbangan) antara ruhiyah dan
rupiah dengan melalui pola pembinaan dan pembiayaan serta langkah nyata
sebagai upaya membebaskan masyarakat dari belenggu rentenir dan jerat
kemiskinan.”
D. Produk dan Layanan
Simpanan Arrahmah
Simpanan KSPPS Arrahmah adalah simpanan berdasarkan prinsip
Mudharabah Mutlaqah. Simpanan akan dikelola oleh KSPPS Arrahmah secara
profesional dan memenuhi aspek syariah. Adapun manfaat yang didapatkan dari
simpanan Arrahmah yaitu:
a) Bagi hasil yang kompetitif, diberikan berdasarkan saldo rata-rata setiap bulan
dan otomatis ke rekening simpanan nasabah.
b) Tidak dikenakan biaya administrasi
c) Turut membantu usaha kecil dan menengah
62
d) Membantu perencanaan program keuangan nasabah yang Insya Allah berkah
dan manfaat bagi sesama.
Fasilitas Simpanan:
a) Penyetoran atau penarikan dapat dilakukan setiap hari kerja dengan sistem
antar jemput atau datang ke kantor KSPPS Arrahmah dengan memperlihatkan
buku tabungan.
b) Nasabah dapat melakukan zakat, infaq dan shodaqoh dengan pembebanan
rekening otomatis yang sesuai dengan pemintaan nasabah.
Adapun jenis-jenis produk simpanan KSPPS Arrahmah adalah sebagai
berikut:
a) SAMARA (Simpanan Amanah Arrahmah Sejahtera), simpanan dari anggota
yang bisa diambil setiap saat.
Persyaratan:
1. Mengisi formulir pembukaan
2. Menyerahkan fotocopy identitas diri yang masih berlaku
(KTP/SIM/Paspor)
3. Setoran awal minimal Rp. 15.000,-
b) SIDIK (Simpanan Pendidikan), terdiri dari:
a. Tabungan Rencana Biaya Sekolah (TARBIYAH) yang pengunaanya untuk
biaya pendidikan sekolah, pengambilannya menjelang semesteran atau
kenaikan kelas atau masuk sekolah.
63
Persyaratan:
1. Mengisi formulir pembukaan
2. Menyerahkan fotocopy identitas diri yang masih berlaku
(KTP/SIM/Paspor)
3. Setoran awal minimal Rp. 20.000,-
b. Tabungan Siswa Beribadah (TASBIH), simpanan siswa/i sekolah yang
pengelolaannya oleh guru kelas bekerjasama dengan KSPPS Arrahmah.
c) Simpanan Wisata Keluarga (SIAGA), jenis simpanan yang dipersiapkan
untuk kepentingan wisata, wisata ziarah, studi wisata, berlaku untuk
perorangan maupun kelompok.
Persyaratan:
1. Mengisi formulir pembukaan
2. Menyerahkan fotocopy identitas diri yang masih berlaku
(KTP/SIM/Paspor)
3. Setoran awal minimal Rp. 20.000,-
d) Simpanan Amanah Berjangka (SIMKA), simpanan anggota dengan jangka
waktu pengambilan yang disepakati bersama, sama seperti deposito atau bisa
berbentuk titipan Giro/Wadi’ah. Simpanan berjangka dalam waktu 1 bulan
dengan bagi hasil 10% p.a, 3 bulan dengan bagi hasil 13% p.a, enam bulan
dengan bagi hasil 14% p.a, dan 12 bulan dengan bagi hasil 15% p.a.
64
Persyaratan:
1. Mengisi formulir pembukaan
2. Menyerahkan fotocopy identitas diri yang masih berlaku
(KTP/SIM/Paspor)
3. Setoran awal minimal Rp. 1.000.000,-
e) Simpanan Hari Raya (SAHARA), simpanan yang diniatkan untuk memenuhi
kebutuhan Hari Raya, baik Idul Fitri maupun Idul Adha (Qurban). Jangka
waktu pengambilannya dua minggu sebelum hari raya.
Persyaratan:
1. Mengisi formulir pembukaan
2. Menyerahkan fotocopy identitas diri yang masih berlaku
(KTP/SIM/Paspor)
3. Setoran awal minimal Rp. 20.000,-
f) Simpanan Qurban dan Aqiqah (SIQUBAH), simpanan yang diniatkan untuk
membantu memenuhi ibadah qurban di Hari Raya Idul Adha atau untuk
keperluan menunaikan ibadah aqiqah. Pembelian dan penyaluran hewan
qurban bisa dipercayakan kepada KSPPS Arrahmah.
Pembiayaan Syariah Arrahmah (PSA)
Adapun jenis-jenis Pembiayaan Syariah Arrahmah (PSA) diantaranya adalah
sebagai berikut:
1) PSA Modal Kerja
Produk pembiayaan KSPPS Arrahmah yang ditujukan untuk membantu
memenuhi kebutuhan modal kerja dalam rangka pengembangan usaha, khusus
65
bagi calon anggota/mitra yang memiliki usaha produktif dan telah berjalan
sedikitnya selama satu tahun. Skema yang digunakan adalah jual beli atau sewa.
PSA modal kerja meliputi; Persediaan barang dagangan, pembelian
mesin/peralatan usaha, renovasi rumah kontrakan, pembelian lisensi (Franchise)
dan kebutuhan usaha lainnya.
2) PSA Elektronik, Alat Rumah Tangga dan Furniture
Produk pembiayaan KSPPS Arrahmah yang ditujukan untuk melayani
pembiayaan barang-barang elektronik (TV, laptop, kulkas, mesin cuci, dll) serta
peralatan rumah tangga seperti furniture lemari, tempat tidur, dll. Dengan prinsip
syariah dan akad Murabahah (jual beli).
3) PSA Sepeda Motor
Produk pembiayaan KSPPS Arrahmah yang ditujukan untuk melayani
pembelian sepeda motor baik bekas maupun sepeda motor baru dengan angsuran
ringan. PSA Sepda motor menggunakan prinsip syariah dan akad Murabahah
(jual beli).
66
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Hasil Analisis Rasio Keuangan KSPPS Arrahmah Berdasarkan
PERMENKOP dan UKM RI No.06/Per/M.KUKM/V/2006
Berdasarkan dari penelitian yang telah dilakukan pada KSPPS Arrahmah,
berikut ini adalah hasil dan analisis penelitian tentang kinerja keuangan koperasi
berdasarkan rasio keuangan dan berpedoman pada standar yang telah ditetapkan
oleh Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Republik Indonesia
No.06/Per/M.KUKM/V/2006.
1. Analisis Rasio Rentabilitas
Analisis rasio rentabilitas bertujuan mengukur kemampuan koperasi dalam
menghasilkan laba atau Sisa Hasil Usaha (SHU). Rentabilitas koperasi dalam
penelitian ini diukur dengan menggunakan tiga rasio yaitu Return on Asset (ROA),
Return on Equity (ROE) dan Net Profit Margin (NPM).
1) Return on Asset (ROA)
Tabel IV.1
Hasil Perhitungan Analisis Return on Asset (ROA) Tahun 2012-2015
Tahun Sisa Hasil Usaha
(SHU)
Total
Aset ROA
2012 Rp 73,284,696 Rp 7,840,690,122 0.93%
2013 Rp 151,772,460 Rp 8,762,386,653 1.73%
2014 Rp 148,337,690 Rp 11,618,828,516 1.28%
2015 Rp 99,707,716 Rp 11,675,555,307 0.85%
67
Return on Asset (ROA) merupakan perbandingan antara Sisa Hasil Usaha
(SHU) dengan total aset yang dimiliki koperasi. Rasio ini bertujuan untuk
mengukur kemampuan koperasi dalam memperoleh laba (SHU) dengan
keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aset. Adapun standar nilai ROA yang
telah ditetapkan oleh Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah Republik Indonesia No.06/Per/M.KUKM/V/2006 yaitu <1% s/d >10%.
Berdasarkan tabel IV.1 pada tahun 2012 nilai ROA yang dihasilkan sebesar
0.93%. Artinya, setiap Rp.1,00 total aset koperasi dapat menghasilkan keuntungan
sebesar Rp.0,0093. Kemudian di tahun 2013 nilai ROA meningkat sebesar 0.8%
dari tahun sebelumnya menjadi 1.73%. Artinya, setiap Rp1,00 total aset koperasi
dapat menghasilkan keuntungan sebesar Rp0,0173. Kenaikan nilai ini dikarenakan
bertambahnya perolehan SHU dan total aset di tahun 2013. Kemudian pada tahun
2014-2015 terjadi penurunan nilai menjadi 1.28% dan 0.85%. Penurunan nilai ini
terjadi dikarenakan berkurangnya perolehan SHU, namun total aset mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun.
Dari hasil analisis ROA diatas menunjukkan bahwa selama kurun waktu 2012-
2015 kinerja keuangan KSPPS Arrahmah masih berada di bawah standar yang
telah ditetapkan. Salah satu faktornya adalah total aset yang dimiliki belum
dimanfaatkan secara maksimal, sehingga KSPPS Arrahmah belum dapat
menghasilkan laba atau Sisa Hasil Usaha (SHU) yang optimal atau dengan kata
lain, koperasi ini dalam menghasilkan ROA belum rentabel.
68
2) Return on on Equity (ROE)
Tabel IV.2
Hasil Perhitungan Analisis Return on on Equity (ROE) Tahun 2012-2015
Tahun Sisa Hasil Usaha
(SHU) Modal Sendiri ROE
2012 Rp 73,284,696 Rp 755,634,891 9.70%
2013 Rp 151,772,460 Rp 855,918,602 17.73%
2014 Rp 148,337,690 Rp 937,517,869 15.82%
2015 Rp 99,707,716 Rp 931,456,551 10.70%
Return on on Equity (ROE) adalah perbandingan antara Sisa Hasil Usaha
dengan jumlah modal sendiri. Rasio ini menunjukan kemampuan modal dalam
menghasilkan laba atau Sisa Hasil Usaha (SHU) koperasi. Berdasarkan hasil
perhitungan analisis ROE di atas terlihat bahwa nilai ROE yang dimiliki oleh
KSPPS Arrahmah selama periode 2012-2015 berfluktuasi. Adapun Standar nilai
ROE yang ditetapkan oleh Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil
dan Menengah Republik Indonesia No.06/Per/M.KUKM/V/2006 yaitu <3% s/d
>21%.
Berdasarkan tabel IV.2 pada tahun 2012 nilai ROE yang dimiliki KSPPS
Arrahmah sebesar 9.70%, kemudian meningkat pada tahun 2013 menjadi 17.73%.
Artinya, setiap Rp.1,00 modal sendiri koperasi dapat menghasilkan keuntungan
sebesar Rp.0,097 di tahun 2012 dan Rp.0,0177 di tahun 2013. Kenaikan nilai ini
dikarenakan terdapat peningkatan pada perolehan SHU dan komposisi modal
yang dimiliki koperasi di tahun 2012 dan 2013. Namun, pada tahun 2014 dan
2015 mengalami penurunan nilai ROE menjadi 15.82% dan 10.70%. Penurunan
69
nilai ini dikarenakan terdapat penurunan perolehan SHU dan perubahan
komposisi modal yang dimiliki koperasi di tahun 2014 dan 2015.
Dari hasil analisis ROE di atas menunjukkan bahwa selama kurun waktu
2012-2015 kinerja keuangan KSPPS Arrahmah masih berada di bawah standar
yang telah ditetapkan. Namun, dalam hal menghasilkan laba atau SHU dari modal
yang dimiliki, koperasi ini cukup baik atau dengan kata lain, koperasi ini dalam
menghasilkan ROE cukup rentabel.
3) Net Profit Margin (NPM)
Tabel IV.3
Hasil Perhitungan Analisis Net Profit Margin (NPM) Tahun 2012-2015
Tahun Sisa Hasil Usaha (SHU) Pendapatan NPM
2012 Rp 73,284,696 Rp 1,541,223,665 4.75%
2013 Rp 151,772,460 Rp 1,788,698,988 8.49%
2014 Rp 148,337,690 Rp 1,910,116,084 7.77%
2015 Rp 99,707,716 Rp 2,268,246,816 4.40%
Net Profit Margin (NPM) merupakan perbandingan antara Sisa Hasil Usaha
(SHU) dengan total pendapatan yang dimiliki koperasi. Rasio ini bertujuan untuk
mengukur kemampuan koperasi dalam mendapatkan laba (SHU) setelah dikurangi
bunga dan pajak atas penjualan neto. Berdasarkan hasil perhitungan analisis NPM
di atas terlihat bahwa nilai NPM yang dimiliki oleh KSPPS Arrahmah selama
periode 2012-2015 berfluktuasi. Adapun standar nilai NPM yang telah ditetapkan
oleh Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
Republik Indonesia No.06/Per/M.KUKM/V/2006 yaitu <1% s/d >15%.
Berdasarkan tabel IV.3 pada tahun 2012 nilai NPM yang dihasilkan sebesar
4.75%. Artinya, setiap Rp.1,00 rupiah penjualan menghasilkan laba bersih (SHU)
70
sebesar Rp.0,0475. Kemudian di tahun 2013 mengalami peningkatan menjadi
8.49%. Artinya, setiap rupiah penjualan menghasilkan keuntungan bersih (SHU)
sebesar Rp.0,0849. Kenaikan nilai ini dikarenakan meningkatnya perolehan SHU
koperasi dari tahun 2012-2014. Kemudian pada tahun 2014 nilai NPM menurun
menjadi 7.77%, dan pada tahun 2015 terjadi penurunan kembali yang cukup jauh
yaitu 4.40%. Penurunan nilai ini dikarenakan berkurangnya SHU koperasi dari
tahun 2013-2015, sementara itu pendapatan kotor yang dimiliki koperasi terus
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Dari hasil analisis NPM di atas menunjukkan bahwa selama kurun waktu 2012-
2015 kinerja keuangan KSPPS Arrahmah masih berada di bawah standar yang
telah ditetapkan. Namun, dalam mendapatkan laba setelah di kurangi pajak dan
biaya-biaya (laba bersih), koperasi ini cukup baik atau dengan kata lain, koperasi
ini dalam menghasilkan NPM cukup rentabel.
2. Analisis Rasio Likuiditas
Analisis rasio likuiditas bertujuan untuk kemampuan koperasi dalam
memenuhi hutang jangka pendeknya. Pemenuhan hutang jangka pendek suatu
lembaga dapat dijaminkan dengan jumlah aset yang dimiliki koperasi. Analisis
likuiditas ini diukur dengan menggunakan Rasio Lancar (Current Ratio/CR).
Tabel IV.4
Hasil Perhitungan Analisis Current Ratio (CR) Tahun 2012-2015
Tahun Aset
Lancar
Hutang
Lancar CR
2012 Rp 6,604,696,191 Rp 5,241,721,196 126.00%
2013 Rp 7,635,546,381 Rp 7,014,690,069 108.85%
2014 Rp 8,088,397,002 Rp 9,502,635,076 85.12%
2015 Rp 8,376,782,235 Rp 10,114,140,829 82.82%
71
Current Ratio (CR) atau rasio lancar merupakan perbandingan antara aset
lancar dengan hutang lancar yang dimiliki koperasi. Adapun standar nilai CR yang
ditetapkan oleh Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah Republik Indonesia No.06/Per/M.KUKM/V/2006 yaitu <125% atau
>325% s/d >200% - 250%.
Berdasarkan tabel IV.4 menunjukkan bahwa pada Tahun 2012 nilai CR yang
dihasilkan oleh KSPPS Arrahmah sebesar 126.00%. Artinya, setiap Rp.1,00
hutang lancar yang dimiliki koperasi dijamin oleh aset lancar sebesar Rp.1,26.
Kemudian di tahun 2013 terjadi penurunan nilai menjadi 108.85%, artinya, setiap
Rp.1,00 hutang lancar yang dimiliki koperasi dijamin oleh aset lancar sebesar
Rp.1,08. Penurunan nilai ini terus terjadi sampai tahun 2014 dan 2015 yaitu
85.12% dan 82.82%. Hal ini dikarenakan total hutang lancar yang dimiliki
koperasi lebih besar jumlahnya dibandingkan dengan total aset lancar koperasi.
Dari hasil analisis rasio lancar (Current Ratio) di atas selama kurun waktu
2012-2015 menunjukkan bahwa kinerja keuangan KSPPS Arrahmah masih berada
di bawah standar nilai yang ditetapkan. Hal ini dikarenakan jumlah hutang lancar
yang dimiliki koperasi jauh lebih besar dibanding aset lancar. Sehingga aset
koperasi belum cukup likuid dalam membayar hutang jangka pendeknya.
3. Analisis Rasio Solvabilitas
Analisis rasio solvabilitas bertujuan mengukur kemampuan koperasi dalam
memenuhi hutang keuangan (hutang) jangka pendek maupun jangka panjang.
Perusahaan disebut solvabel apabila mempunyai aset atau kekayaan yang cukup
72
untuk membayar semua hutang-hutangnya. Analisis solvabilitas dapat diukur
menggunakan Debt to Asset Ratio (DtAR) dan Debt to Equity Ratio (DtER).
1) Debt to Asset Ratio (DtAR)
Tabel IV.5
Hasil Perhitungan Analisis Debt to Asset Ratio (DtAR) Tahun 2012-2015
Debt to Asset Ratio (DtAR) adalah perbandingan antara total hutang terhadap
total aset. Rasio ini digunakan untuk mengetahui beberapa bagian aset yang
digunakan untuk menjamin hutang koperasi. Adapun standar nilai yang ditetapkan
oleh Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
Republik Indonesia No.06/Per/M.KUKM/V/2006 yaitu >80% s/d <40%.
Berdasarkan tabel IV.5 pada tahun 2012 sampai dengan 2015 nilai rata-rata
DtAR yang dimiliki KSPPS Arrahmah yaitu di atas 90%. Tahun 2015 adalah
tahun dengan nilai DtAR tertinggi yaitu sebesar 92.02%. Artinya, bahwa setiap
Rp.1,00 aset koperasi, Rp.92,02 dibiayai oleh hutang dan Rp.7,98 dibiayai oleh
modal. Atau dengan kata lain, 92.02% aset koperasi dibiayai oleh hutang dan
sisanya sebanyak 7.98% dibiayai oleh modal di tahun 2012. Nilai DtAR terendah
terdapat pada tahun 2013 sebesar 90.23%. Artinya, bahwa setiap Rp.1,00 aset
koperasi, Rp.90,23 dibiayai oleh hutang dan Rp.9,77 dibiayai oleh modal. Atau
dengan kata lain, 90.23% aset koperasi dibiayai oleh hutang dan sisanya sebanyak
9.77% dibiayai oleh modal.
Tahun Total
Hutang
Total
Aset DtAR
2012 Rp 7,085,055,231 Rp 7,840,690,122 90.36%
2013 Rp 7,906,468,051 Rp 8,762,386,653 90.23%
2014 Rp 10,681,310,647 Rp 11,618,828,516 91.93%
2015 Rp 10,744,098,756 Rp 11,675,555,307 92.02%
73
Dari hasil analisis DtAR di atas selama kurun waktu 2012-2015 menunjukkan
bahwa kinerja keuangan KSPPS Arrahmah masih berada di bawah standar nilai
yang ditetapkan. Nilai DtAR yang tinggi ini disebabkan karena total aset yang ada
jumlahnya hanya lebih besar sedikit dari total hutang yang dimiliki koperasi,
sehingga dari total aset yang ada belum mampu memberikan kontribusi yang
besar terhadap total hutang koperasi.
2) Debt to Equity Ratio (DtER)
Tabel IV.6
Hasil Perhitungan Analisis Debt to Equity Ratio (DtER) Tahun 2012-2015
Tahun Total
Hutang
Modal
Sendiri DtER
2012 Rp 7,085,055,231 Rp 755,634,891 937.63%
2013 Rp 7,906,468,051 Rp 855,918,602 923.74%
2014 Rp 10,681,310,647 Rp 937,517,869 1.139.32%
2015 Rp 10,744,098,756 Rp 931,456,551 1.153.47%
Debt to Equity Ratio (DtER) adalah perbandingan antara total hutang terhadap
total aset. Rasio ini digunakan untuk mengetahui beberapa bagian modal yang
dijadikan jaminan hutang koperasi. Adapun standar nilai yang ditetapkan oleh
Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik
Indonesia No.06/Per/M.KUKM/V/2006 yaitu >200% s/d <70%.
Berdasarkan tabel IV.6 pada tahun 2012 sampai dengan 2015 nilai rata-rata
DtER yang dimiliki KSPPS Arrahmah terus mengalami peningkatan. Nilai DtER
pada tahun 2012 sebesar 937.63%. Artinya, koperasi memiliki hutang sebanyak
9,37 kali dari total modal, atau dengan kata lain setiap Rp.1,00 hutang hanya
dijamin oleh Rp.0,10 modal. Nilai DtER tertinggi terjadi pada tahun 2015 yaitu
74
sebesar 1153.47%, Artinya, koperasi memiliki hutang sebanyak 11,53 kali dari
total modal, atau dengan kata lain bahwa setiap Rp.1,00 hutang hanya dijamin
oleh Rp.0,08 modal. Sedangkan nilai DtER terendah terjadi pada tahun 2013
sebesar 923.74%. Artinya, koperasi memiliki hutang sebanyak 9,23 kali dari total
modal, atau dengan kata lain bahwa setiap Rp.1,00 hutang hanya dijamin oleh
Rp.0,10 modal.
Dari hasil analisis DtER di atas selama kurun waktu 2012-2015 menunjukkan
bahwa kinerja keuangan KSPPS Arrahmah masih berada di bawah standar nilai
yang ditetapkan. Nilai DtER yang tinggi ini disebabkan karena dari tahun ke tahun
jumlah modal sendiri koperasi selalu lebih kecil dari jumlah hutang yang dimiliki
koperasi. Oleh karena itu, porsi modal sendiri yang dimiliki oleh koperasi belum
mampu memberikan kontribusi atau bagian yang cukup dalam melunasi hutang-
hutangnya.
75
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan
mengenai hasil perhitungan Rasio Rentabilitas, Rasio Likuiditas dan Rasio
Solvabilitas yang dihasilkan oleh Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah
(KSPPS) Arrahmah dalam kurun waktu 2012-2015.
1) Rasio Rentabilitas
Analisis rasio rentabilitas pada KSPPS Arrahmah dari tahun 2012-2015 yang
dilihat berdasarkan analisis rasio Return On Asset (ROA), Return On Equity
(ROE) dan Net Profit Margin (NPM) umumnya masih di bawah standar yang
telah ditetapkan oleh Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil
dan Menengah Republik Indonesia No.06/Per/M.KUKM/V/2006. Hasil
analisis rasio rentabilitas dari tahun 2012-2015 sebagai berikut:
a) Return On Asset (ROA) yang dihasilkan dari tahun 2012-2015 adalah
0.93%, 1.73%, 1.28% dan 0.85%. Nilai rasio ini masih dibawah standar
yaitu <1% s/d >10%. Dengan demikian rentabilitas koperasi selama
empat tahun yang ditinjau dari Return On Asset (ROA) dapat dinyatakan
belum rentabel.
b) Return On Equity (ROE) yang dihasilkan dari tahun 2012-2015 adalah
9.70%, 17.73%, 15.82%, dan 10.70%. Nilai rasio ini berada diantara
standar yaitu <3% s/d >21%. Dengan demikian rentabilitas koperasi
76
selama empat tahun yang ditinjau dari Return On Equity (ROE) dapat
dinyatakan cukup rentabel dalam menghasilkan laba (SHU).
c) Net Profit Margin (NPM) yang dihasilkan pada tahun 2012-2015 adalah
4.75%, 8.48%, 7.76% dan 4.39%. Nilai rasio ini masih dibawah standar
yaitu <1% s.d >15%. Dengan demikian rentabilitas koperasi selama
empat tahun yang ditinjau dari Net Profit Margin (NPM) dapat
dinyatakan belum rentabel dalam menghasilkan laba (SHU).
2) Rasio Likuiditas
Analisis rasio likuiditas pada KSPPS Arrahmah dari tahun 2012-2015 yang
dilihat berdasarkan analisis Rasio Lancar (Current Ratio) masih di bawah
standar yang ditetapkan oleh Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha
Kecil dan Menengah Republik Indonesia No.06/Per/M.KUKM/V/2006 yaitu
<125% s/d >200%. Nilai Current Ratio dari tahun 2012-2015 adalah
126.00%, 108.85%, 85.11% dan 82.82%. Dengan demikian likuiditas
koperasi selama empat tahun yang ditinjau dari Rasio Lancar (Current Ratio)
dapat dinyatakan belum cukup likuid dalam memenuhi hutang jangka pendek
dari aset lancar yang dimiliki koperasi.
3) Rasio Solvabilitas
Analisis rasio solvabilitas pada KSPPS Arrahmah dari tahun 2012-2015 yang
dilihat berdasarkan analisis rasio Debt to Asset Ratio (DtAR) dan Debt to
Equity Ratio (DtER) umumnya masih di bawah standar yang ditetapkan oleh
Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik
77
Indonesia No.06/Per/M.KUKM/V/2006. Hasil analisis rasio solvabilitas dari
tahun 2012-2015 sebagai berikut:
a) Debt to Asset Ratio (DtAR) yang dihasilkan dari tahun 2012-2015 adalah
90.36%, 90.60%, 91.93% dan 92.02%. Nilai rasio ini masih di bawah
standar yaitu >80% s/d <40%. Dengan demikian solvabilitas koperasi
selama empat tahun yang ditinjau dari DtAR dapat dinyatakan bahwa
total aset yang dimiliki koperasi belum solvabel dalam memenuhi
hutang-hutangnya.
b) Debt to Equity Ratio (DtER) yang dihasilkan dari tahun 2012-2015
adalah 937.63%, 923.74%, 1139.32% dan 1115.47%. Nilai rasio ini
masih di bawah standar yaitu >200% s/d <70%. Dengan demikian
solvabilitas koperasi selama empat tahun yang ditinjau dari DtER dapat
dinyatakan bahwa modal sendiri yang dimiliki koperasi belum solvabel
dalam memenuhi hutang jangka panjangnya.
B. Saran
1. Untuk meningkatkan rentabilitas (SHU), KSPPS Arrahmah perlu melakukan
pengendalian dan penggunaan aset seoptimal mungkin dengan cara
meningkatkan penghasilan/laba tanpa diikuti dengan kenaikan biaya-biaya
atau dapat menekan seluruh biaya operasional koperasi, sehingga mampu
menghasilkan SHU yang lebih besar serta dapat memberikan jaminan
terhadap hutang yang lebih besar.
78
2. Untuk meningkatkan likuiditas, KSPPS Arrahmah sebaiknya perlu
mengurangi dan menekan jumlah hutang lancar serta lebih meningkatkan aset
lancar.
3. Rasio solvabilitas yang kurang baik perlu dibenahi oleh KSPPS Arrahmah
dengan cara mengendalikan total hutang baik jangka pendek maupun jangka
panjang agar seluruh hutang dapat di-cover oleh aset yang dimiliki koperasi.
Karena jika KSPPS Arrahmah tidak dapat menggunakan modal dan asetnya
secara efisien maka koperasi akan mengalami kesulitan dalam melunasi
hutang-hutangnya. Serta diharapkan menambah modal sendiri dengan cara
meningkatkan nasabah/anggota koperasi.
4. KSPPS Arrahmah sebaiknya melakukan analisis rasio keuangan secara
periodik agar dapat diketahui sejauh mana kinerja keuangan yang telah
dilakukan dan untuk pertimbangan manajemen serta sebagai bahan evaluasi
dalam pengambilan keputusan.
5. Untuk peneliti selanjutnya disarankan menambah variabel atau rasio-rasio
yang lebih banyak serta menilai kinerja koperasi secara lebih komprehensif.
79
DAFTAR PUSTAKA
Afandi, Pandi. Analisis Kinerja Keuangan Untuk Mengukur Kesahatan Keuangan Koperasi KSU BMT Arafah Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang. Jurnal STIE AMA Salatiga, Vol. 7 No. 13, Juli 2014.
Amrin, Abdullah. Bisnis, Ekonomi, Asuransi dan Keuangan Syariah. Jakarta: PT Grasindo, 2009.
Buchori, Nur S. Koperasi Syariah. JawaTimur: Mashun, 2009.
Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi dan Kebijakan Publik serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana, 2005.
Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia ed. 4. Jakarta: Gramedia PustakaUtama, 2008.
Didane. Strategi Pengembangan Kualitas Koperasi Berbasis Nilai Tambah. Artikel diakses pada Senin 18 Juli 2016 dari
http://didane.multiply.com/journal/item/2.
Fahmi, Irham.Manajemen: Teori, Kasus, dan Solusi. Bandung: Alfabeta, 2012.
Firdaus, Muhammad, Dkk. Perkoperasian Sejarah, Teori dan Praktek. Bogor: Ghalia Indonesia, 2004.
Gumanty, Tatang Ary. Manajemen Investasi: Konsep, Teori dan Aplikasi. Jember:
Center Of Studies, 2007.
Harahap, SofyanSyafri. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. Jakarta: PT Raja GrafindoPersada, 2006.
Hendrojogi. Koperasi: Asas-asas, Teori dan Praktik. Jakarta: PT Raja
GrafindoPersada, 2007.
http://ekonomisyariah.blogspot.com artikel diakses pada Senin 18 Juli 2016.
Idris, Muhammad. Ada 209.488 Koperasi di RI,62.239 Tidak Aktif. Artikel diakses pada Kamis 21 Juli 2016 dari
http://finance.detik.com/read/2016/03/04/102528/3157277/5/ada-209488-koperasi-di-ri-62239-tidak-aktif
Ihsan, Dwi Nuraini. Analisis Laporan Keuangan Perbankan Syariah. Tangerang Selatan: UIN Jakarta Press, 2013.
Jumingan. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006.
Kasmir. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT RajaGrafindo, 2012.
Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia. Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan
80
Menengah Republik Indonesia. Jakarta: Kementerian Negara Koperasidan
Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia, 2007.
Mardahleni dan NurHamzah. Analisa Perbandingan Laporan Keuangan Untuk Menilai Kineja Keuangan pada Koperasi Sawit Gunung Sangkur Kecamatan Kinali Kabupaten Pasaman Barat. E-Jurnal Apresiasi
Ekonomi Volume 4, Nomor 2, Maret 2016, Sekolah Tinggi IlmuEkonomi (STIE) Pisaman Barat, 2016.
Moeheriono. Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi. Jakarta: Rajawali Pers,
2012.
Munawir. Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty, 2000.
__________. Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty, 2004.
__________. Analisa Laporan Keuangan, Edisi 4. Yogyakarta: Liberty, 2010.
Munawir. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: UPP-AMP YKPN, 2002 dalam Irham Fahmi, Pengantar Manajemen Keuangan Teori dan Soal
Tanya Jawab. Bandung: Alfabeta, 2013.
Najmudin. Manajemen Keuangan dan Akuntansi Syar’iah Modern. Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2011.
Nurhayati, Sri dan Wasilah. Akuntansi Syariah di Indonesia, edisi ke-3. Jakarta:
Salemba Empat, 2014.
Putra, I Gusti Agung A.S dan I A. Nyoman Saskara. Efektivitas dan Dampak Program Bantuan KUR Terhadap Pendapatan dan Kesempatan Kerja
UMKM di Kota Denpasar. E-Jurnal EP Unud, 2 (10): 457-468, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Udayana, 2012.
Rahardjo, Dawam M. Apa Kabar Koperasi Indonesia, Kompas, Jumat, 9 Agustus (2002) dalam Tulus Tambunan. Prospek Perkembangan Koperasi di
Indonesia ke Depan: Masih Relevankah Koperasi di dalam Era Modernisasi Ekonomi?. Jurnal Pusat Studi Industri dan UKM Universitas
Trisakti, 2008.
Suara Pembaruan. Kemkop dan UKM Beri Nilai Tambah Bagi Pelaku UKM, artikel diakses pada Kamis 21 Juni 2016 dari http://www.beritasatu.com/nasional/362157-kemkop-dan-ukm-beri-nilai-
tambah bagi-pelaku-ukm.html
Sumitra, Andi. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: Kencana, 2009.
Tambunan, Tulus. Prospek Perkembangan Koperasi di Indonesia ke Depan: Masih Relevankah Koperasi di dalam Era Modernisasi Ekonomi?.Jurnal
Pusat Studi Industri dan UKM Universitas Trisakti, 2008.
Vidyanita. DKUP Bubarkan Sejumlah Koperasi Tidak Aktif di Kota Depok, artikel diakses pada Jumat 2 September 2016 dari
81
http://www.depok.go.id/13/06/2016/10-ekonomi-kota-depok/dkup-
bubarkan-sejumlah-koperasi-tidak-aktif-di-kota-depok.
Wibowo. Manajemen Kinerja. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007.
www.wisc.edu/uwcc (University of Wisconsin Center for Cooperatives) dalam Tulus Tambunan, Prospek Perkembangan Koperasi di Indonesia ke
Depan: Masih Relevankah Koperasi di dalam Era Modernisasi Ekonomi?.Jurnal Pusat Studi Industri dan UKM Universitas Trisakti, 2008.
www.ksppsarrahmah.wixsite.com/site artikel diakses pada 19 September 2016.
Yunus, Jamal Lulail. Manajemen Bank Syariah Mikro. Malang: UIN-Malang Press, 2009.