0
ANALISIS SINTAGMATIK DAN PARADIGMATIK CERITA PENDEK
BUNGA DI TENGAH PADAS KARYA YOSI YONATA PADA MATA
DIKLAT PENDALAMAN MATERI GURU BAHASA INDONESIA MTS
TAHUN 2011
OLEH
YUDHA ANDANA PRAWIRA
NIP. 197101031998031003
WIDYAISWARA MUDA
BALAI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEAGAMAAN
BANDUNG, 20 Desember 2011
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam Undang-undang Dasar 1945 diamanatkan bahwa salah satu tujuan
Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa serta membangun manusia Indonesia seluruhnya dan seutuhnya, juga
untuk membangun jasmani rohani bangsa Indonesia. Untuk menjawab pertanyaan
di atas, dapat dijelaskan bahwa pemerintah (Kementerian Pendidikan Nasional),
selalu berupaya menjadikan pendidikan bahasa Indonesia ini sebagai tonggak
dalam pengembangan manusia Indonesia seluruhnya dan seutuhnya.
Hal ini terlihat dari salah satu tujuan yang ditetapkan Mendiknas melalui
Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi dan Kompetensi Dasar
untuk Pendidikan Dasar dan Menengah, yaitu Bahasa memiliki peran sentral
dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan
merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi.
Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya,
budayanya, dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan,
berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan
menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imaginatif yang ada
dalam dirinya.
Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan
kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan
baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi
terhadap hasil karya kesastraann manusia Indonesia.
Dalam menumbuhkan apresiasi terhadap karya sastra ini, diperlukan
kemampuan meresepsi dan mendalami tentang sastra, baik itu secara teori sastra,
maupun dalam menggeluti langsung terhadap karya sastra. Dalam hal ini peran
2
guru sangat penting untuk menumbuhkan dan mengembangkan kegiatan apresiasi
sastra di kalangan para siswa di sekolah-sekolah.
Dalam kurikulum 2006 yang dicanangkan Pemerintah melalui Menteri
Pendidikan Nasional, ada tiga tujuan pembelajaran karya sastra, di antaranya
adalah:
a. orang tua dan masyarakat dapat secara aktif terlibat dalam pelaksanaan
program kebahasaan dan kesastraan di sekolah;
b. sekolah dapat menyusun program pendidikan tentang kebahasaan dan
kesastraan sesuai dengan keadaan peserta didik dan sumber belajar yang
tersedia;
c. daerah dapat menentukan bahan dan sumber belajar kebahasaan dan
kesastraan sesuai dengan kondisi dan kekhasan daerah dengan tetap
memperhatikan kepentingan nasional.
Dalam menyikapi tujuan pembelajaran bahasa khususnya tujuan
pembelajaran sastra tersebut, guru perlu memahami beberapa teori apresiasi
sastra, yang sudah banyak dikemukakan oleh para sastarawan maupun ahli
sastra. Misalnya, analisis struktural generatif atau analisis secara sintagmatik
dan paradigmatik.
Berdasarkan hal tersebut, dalam makalah ini penulis berupaya untuk
memaparkan salah satu bentuk pendalaman karya sastra dengan menganalisis
baik secara sintagmatik. Adapun karya yang dianalisis adalah sebuah cerita
pendek yang berjudul Bunga di Tengah Padas karya Yosi Yonata.
B. Identifikasi Masalah
Kajian tentang karya sastra sebagai bahan pengembangan
pembelajaran di sekolah. Kegiatan analisis dipilih sebagai fokus penelitian ini
karena kegiatan tersebut senantiasa menjadi ciri khas kelompok pemerhati
masalah kependidikan dan guru termasuk salah satu di dalamnya. Selama ini
para siswa diperkenalkan dengan berbagai jenis karya sastra dan ditugasi
3
untuk menganalisis karya-karya tersebut, namun jenis analisis yang dipahami
siswa, berdasarkan pengamatan, masih sebatas pengenalan teori dan kurang
memahami esensi dari pencarian suatu makna karya. Berdasarkan hal di atas,
penelitian ini dilakukan untuk memperoleh hasil objektif tentang kemampuan
siswa dengan menggunakan sebuah model analisis. Analisis sastra yang
dimaksud adalah model analisis sintagmatik dan paradigmatik yang
diasumsikan mampu meningkatkan kemampuan menganalisis karya sastra
siswa.
C. Perumusan Masalah
Bagaimana analisis sintagmatik dan paradigmatik prosa fiksi dalam
pembelajaran karya sastra pada diklat guru bahasa Indonesia MTs tahun 2011?
D. Tujuan Penulisan
Menelaah karya cerita pendek Bunga di Tengah Padas karya Yosi
Yonata secara sintagmatik dan paradigmatik sebagai bahan kajian untuk
pembelajaran sastra pada diklat guru bahasa Indonesia.
E. Manfaat Kajian
Hasil kajian diharapkan dapat bermanfaat untuk:
1. Secara akademis menambah wawasan tentang model analisis pendalaman
materi pada diklat guru bahasa dan sastra Indonesia yang dapat
dikembangkan di lingkungan Kementerian Agama, khususnya di wilayah
kerja Balai Diklat Keagamaan Bandung.
2. Secara kelembagaan dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam penentuan
kebijakan penyusunan kurikulum dan silabus diklat guru bahasa Indonesia
sebagai suatu pola pengembangan kediklatan.
4
BAB II
KERANGKA TEORITIK DAN PEMBAHASAN
A. Kajian Pustaka
1. Analisis Sintagmatik dan Paradigmatik
Dalam memahami dan mengapresiasi sebuah karya sastra, khususnya
cerita pendek, dalam makalah ini penulis menggunakan pisau analisis
sintagmatik dan paradigmatik. Bab ini akan mengulas sedikit tentang analisis
sintagmatik dan paradigmatik.
Pengertian secara umum analisis sintagmatik berarti menganalisis
hubungan linier antara unsur-unsur karya sastra (unsur intrinsik) dalam
tataran tertentu. Dalam analisis ini adalah dalam tataran fungsi-fungsi. Yang
dapat digambarkan sebagai berikut:
Tataran fungsi yaitu semua segmen cerita yang merupakan elemen suatu
korelasi. Fungsi bisa bermakna karena menyebar elemen dalam korelasi ini.
Fungsi utama yaitu fungsi yang memunculkan atau menyebabkan fungsi lain
sehingga terbuka untuk hubungan sebab akibat yang logis maupun
kronologis. Katalis yaitu fungsi yang memiliki hubungan kronologis, baik
hubungan secara diskursif serta mampu mengatur irama cerita bisa
mempercepat atau memperlambat cerita, atau bahkan bisa menyesatkan
pembaca. Indeks yaitu bagian atau sekuen yang memiliki tanda-tanda implisit
Tataran Fungsi
Indeks Fungsi
Informan Katalis Indeks Fungsi Utama
5
untuk memberikan penjelasan tentang sifat atau karakter, perasaan, suasana
lingkungan, suasana hati, atau pemikiran-pemikiran. Indeks bisa tersebar
dalam seluruh bagian cerita.
Sementara informan yaitu fungsi yang membuat realitas rujukan,
menanamkan fiksi dalam kenyataan, atau unsur yang menciptakan realitas.
Dalam informan ini sajian informasi atau pengetahuannya berupa
pengetahuan yang selesai, artinya tidak menimbbulkan penafsiran-penafsiran
atau bayangan lain dari pembaca terhadap teks yang dibacanya.
2. Definisi Operasional
Untuk mempermudah pemahaman makalah ini, penulis akan
menjelaskan dahulu beberapa istilah teknis yang berkaitan dengan
pembahasan masalah, sehingga tidak menimbulkan salah tafsir.
Adapun beberapa istilah teknis tersebut antara lain:
a. Analisis sintagmatik
Analisis hubungan linier antara unsur-unsur karya sastra (unsur intrinsik)
dalam tataran tertentu
b. Analisis Paradigamtik
Analisis hubungan vertikal antara unsur-unsur karya sastra (unsur
intrinsik) dalam tataran tertentu
c. Tataran fungsi
Semua segmen cerita yang merupakan elemen suatu korelasi
d. Fungsi Utama
Fungsi yang memunculkan atau menyebabkan fungsi lain sehingga
terbuka untuk hubungan sebab akibat yang logis maupun kronologis
e. Katalis
Fungsi yang memiliki hubungan kronologis, baik hubungan secara
diskursif serta mampu mengatur irama cerita bisa mempercepat atau
memperlambat cerita, atau bahkan bisa menyesatkan pembaca
6
f. Indeks
Indeks bisa tersebar dalam seluruh bagian cerita
g. Informan
Fungsi yang membuat realitas rujukan, menanamkan fiksi dalam
kenyataan, atau unsur yang menciptakan realitas.
3. Langkah-langkah analisis
Berikut penulis paparkan secara sederhana untuk menganalisis secara
sintagmatik:
a. Kronologis
Pembuatan norma-norma
Menyusun sekuen-sekuen
b. Logis
Mengelompokan sekuen
Menyeleksi fungsi-fungsi utama
Menomori sekuen-sekuen
Membuat bagan fungsi
Menjelaskan bagan fungsi
Menentukan motor penggerak cerita
Penemuan tema
Pembuatan grafik alur cerita
4. Deskripsi Data
Sebelum penulis menganalisis cerita pendek ini, penulis terlebih
dahulu akan memaparkan cerita pendek Bunga di Tengah Padas ini
berdasarkan sekuen-sekuen baik secara kronologis maupun secara logis.
Dalam cerita pendek ini terdapat 12 (dua belas) sekuen.
Untuk memudahkan penganalisisan, penulis akan memaparkan
data yang berupa sekuen-sekuen dalam cerita pendek ini dalam bentuk
tabel, sementara untuk analisisnya penulis menggambarkannya dalam
7
bentuk diagram. Setelah itu, barulah akan penulis analisis, yang akan
dibahas dalam bagian berikutnya.
Untuk lebih jelasnya, berikut penulis paparkan data yang akan
dianalisis.
Nomor Urutan Sekuen
Uraian kejadian, latar, atau tokoh dalam sekuen
Kata, Frasa, atau Kalimat yang sesuai
1 Prolog tokoh “Aku” yang sedang
menjalani masa pelarian dan sudah
merasa jenuh dengan kondisi yang
sedang dijalaninya ini,
latar di sebuah desa yang tandus
a)Kuceritakan kisah ini padamu,
Kawan, karena engkaulah satu-
satunya yang layak
mendengarkan apa yang harus
kukatakan.
b) ...,sesuai saran yang kau
berikan, aku melarikan diri ke
sebuah desa terpencil. Desa di
perbukitan wilayah selatan yang
gersang.
2 Tokoh “Aku” suatu hari mengikuti
sekelompok warga desa dan
diantara mereka ada seorang gadis
yang menawan hatinya.
Saat itu “tokoh Aku” merasa suatu
kegairahan baru dalam situasi yang
membosankan itu
a) Suatu hari kuikuti
sekelompok warga desa
yang akan megambil air di
satu-satunya mata air di
desa ini. Kami menyusuri
....
b) Ah, bagaikan sekuntum
bunga di tengah hamparan
padas. Sebuah kegairahan
mulai menggeliat dalam
diriku ....
3 Tokoh “Aku” mendatangi rumah si a) Keesokan harinya, aku
mengunjungi rumah sang
8
gadis.
Sejak itulah, tokoh “Aku” semakin
sering mengunjungi sang gadis
Bunga Desa. ...
b) ...,aku selalu menemui
Bunga Desa dan kami
semakin dekat.
4 Tokoh “Aku” semakin mendalam
dan berupaya menyingkirkan
siapun yang mendekati gadis itu.
“Singkirkan para pemuda yang
menaruh hati pada Bunga
Desa!”, seruku pada
pengawalku. ...
5 Tokoh “Aku” semakin terpesona
dan kejenuhan mulai menjauhinya;
ia mulai terbuka pada si gadis
a) ... Kami begitu dekat, tak
jarang berbagi cerita dan isi
hati.
b) “Cerita yang pan-jang
untuk didengar-kan. Namun,
aku akan mengisahkannya
padamu.”
6 Tokoh “aku” masih menunggu
berita dari “rekannya” di kota,
namun ia merasa betah di pelarian
Hari demi hari kulewatkan di
desa terpencil ini. Belum juga
kuterima kabar darimu tentang
kapan harus kuakhiri masa
pelarianku.
7 Tokoh “aku” diajak Bunga Desa
pegi ke suatu tempat yang belum
pernah dikunjunginya
...Bunga Desa ...,”Akan
kutunjukkan sesuatu yang
belum pernah kau lihat seumur
hidupmu”
8 Di tempat ini, tokoh “aku” terpana
oleh si gadis,
a) Kami terpana menyaksikan
keindahan alam yang tiada
tara. Sejenak kami terdiam ...
b) Dor!!! Aku mendengar
9
Dan mulai lupa sekeliling-nya
hingga kurang waspada
suara senapan men-yalak,
membuyarkan se-gala
keindahan ... Lalu kegelapan
datang perlahan, ...
9 Tokoh “Aku” yang terluka
tembakan mulai sembuh,peng-
awalnya semakin memperketat
pengamanan;
Dan mendapat surat dari tokoh
“rekannya”
a) ...,namun rasa sakit masih
menge-rayang dalam lubang
peluru yang mengoyak tulang
belikatku...
b) “Kawan, aku turut sedih atas
peristiwa yang terjadi
padamu...”
10 Tokoh “Aku”sembuh dan
mengajak kembali Bunga Desa ke
tempat yang membuatnya terluka
Kami susuri jalanan setapak
melewati bongkahan padas
yang berkilau
11 Dalam situasi tersebut, hati tokoh
“aku” bimbang, namun tugasnya
harus tetap dijalankan
Lalu, kupejamkan mata dan
kuraba punggungnya
yanghangat. Dan, inilah saatnya!
Dengan sekuat tenaga kudorong
tubunya ke depan, ...Sejenak
suara jeritan menggema,
sebelum keheningan kembali
merebak
12 Tokoh “aku” benar-benar bimbang,
dan bersumpah pada dirinya
tentang pembunuhan
Aku tengadah ke angkasa dan
perlahan kubuka mataku. ...
“Aku bersumpah, inilah
pembunuhan terakhir yang aku
lakukan!”
10
5. Pengelompokan Sekuen
Langkah berikutnya adalah mengelompokkan sekuen berdasarkan
analisis tataran fungsi. Dalam analisis konstituen ini terbagi dalam dua bagian
besar, yaitu konstituen fungsi dan indeks, masing-masing terbagi lagi menjadi
dua bagian, yaitu fungsi utama dan katalis untuk bagian fungsi dan indeks dan
informan untuk bagian indeks. Dengan demikian ada empat kelompok sekuen,
yaitu sekuan fungsi utama, sekuen katalis, sekuan indeks, dan informan.
Berikut penulis paparkan dalam bentuk tabel.
No. Tataran
Fungsi
Nomor
Sekuen Uraian
1 Fungsi
Utama
1
4
8
11
Kuceritakan kisah ini padamu, Kawan,
karena engkaulah satu-satunya yang layak
mendengarkan apa yang harus kukatakan.
“Singkirkan para pemuda yang menaruh
hati pada Bunga Desa!”, seruku pada
pengawalku. ...
Kami terpana menyaksikan keindahan
alam yang tiada tara. Sejenak kami terdiam
...
Wajahnya seindah mutiara dan bibirnya
menawarkan kelembutan buih lautan. Aku
merasa tengah terbuai dalam alunan gelora
samudra. Ya, berjuta tahun yang silam,
perukitan kapur ini adalah dasar
samudra.Dor!!! Aku mendengar suara
senapan menyalak, membuyarkan segala
keindahan yang tengah kurasakan. Lalu
kegelapan datang perlahan, merayapi
11
12
perbukitan kapur yang gersang disapu
angin dari lautan.
Lalu, kupejamkan mata dan kuraba
punggungnya yanghangat. Dan, inilah
saatnya! Dengan sekuat tenaga kudorong
tubunya ke depan, ...Sejenak suara jeritan
menggema, sebelum keheningan kembali
merebak
Aku tengadah ke angkasa dan perlahan
kubuka mataku. ...
“Aku bersumpah, inilah pembunuhan
terakhir yang aku lakukan!”
2 Katalis 2
3
5
Ah, bagaikan sekuntum bunga di tengah
hamparan padas. Sebuah kegairahan mulai
menggeliat dalam diriku ....
...,aku selalu menemui Bunga Desa dan
kami semakin dekat.
... Kami begitu dekat, tak jarang berbagi
cerita dan isi hati.
3 Indeks 9
10
a)...,namun rasa sakit masih menge-rayang
dalam lubang peluru yang mengoyak
tulang belikatku...
b) “Kawan, aku turut sedih atas peristiwa
yang terjadi padamu...”
Kami susuri jalanan setapak melewati
bongkahan padas yang berkilau
12
4 Informan 6
7
Hari demi hari kulewatkan di desa
terpencil ini. Belum juga kuterima kabar
darimu tentang kapan harus kuakhiri masa
pelarianku.
...Bunga Desa ...,”Akan kutunjukkan
sesuatu yang belum pernah kau lihat
seumur hidupmu”
6. Bagan Penyebaran Tataran Fungsi dan Penjelasannya
Berdasarkan tabel di atas dapat penulis paparkan penjelasannya
dalam bentuk bagan konstituen sebagai berikut:
Dari tabel dan diagram di atas dapat penulis paparkan penjelasannya
sebagai berikut:
Bagian atau sekuen yang berfungsi utama adalah pada sekuen
bernomor urut 1,4,8,11, dan 12. Sekuen 1 yang berupa bagian pendahuluan
atau sebagai preparasi dari cerita, yaitu dimulai dengan perkenalan tokoh,
karakter tokoh, serta latar atau setting cerita. Dalam Hal ini yaitu tokoh Aku
yang sedang dalam masa pelarian di latari dalam situasi desa yang tandus,
kering, dan penuh padas. Hal ini tergambarkan dalam kalimat-kalimat berikut
Tataran Fungsi
Indeks Fungsi Utama
Informan Katalis Indeks Fungsi Utama
Nomor Sekuen
6
Nomor Sekuen
2
Nomor Sekuen
9
Nomor Sekuen
1
13
[Kuceritakan kisah ini padamu, Kawan, karena engkaulah satu-satunya yang
layak mendengarkan apa yang harus kukatakan. Kisah yang harus
kuceritakan padamu karena engkau turut ambil bagian atas serangkaian
peristiwa yang telah terjadi(paragraf 1)]...[aku tinggal di gubuk di ujung
desa, dekat jalan setapak menuju perbukitan kapur.(paragraf 3) ... Desa ini
sungguh sunyi dibandingkan dengan gemerlap kota... Kujalani hari-hariku
yang begitu membosankan dengan gerutu yang tak pernah beranjak dari
mulut (paragraf 5)]. Sekuen 1 ini dijelaskan dan merupakan penyebab bagi
katalis yang terdapat dalam sekuen berikutnya yaitu sekuen 2 dan 3. Dalam
sekuen 2 dan 3 ini tokoh Aku yang semula merasa bosan dalam situasi desa
tandus, mulai agak betah setelah suatu hari melihat seorang Bunga Desa di
desa tandus ini dan ia mulai tertarik padanya;tergambarkan dalam pernyataan
[Gadis itu membayang dalam angan-anganku. ... Sebuah kegairahan mulai
menggeliat dalam diriku dan untuk pertama kalinya aku merasakan hadirnya
keindahan di desa yang gersang ini](sekuen2); kemudian setelah kejadian
tersebut, tokoh aku lebih serius dalam mendekati sang Bunga Desa, dengan
bantuan para pengawalnya (sekuen 3), tergambarkan dalam pernyataan berikut
[kami berkenalan sejenak dan kemudian telah larut dalam percakapan yang
mengalun bagai angin yang berdesir di perbukitan kapur. Sejak hari itu aku
selalu menemui Bunga Desa dan kami semakin dekat].
Sementara sekuen keempat [tokoh Aku mulai menjalankan segala
cara untuk mendapat sang Bunga Desa, termasuk upaya para pengawalnya
menyingkirkan para pemuda yang juga tertarik pada bunga desa]; hal ini
ditunjukkan dalam sekuen empat ini [yaitu, Entah apa yangdilakukan
pengawalku, pemuda-pemuda desa itu menghilang satu demi satu. Dua orang
meninggalkan desa, seorang mati terjatuh dari bongkahan kapur, dan yang
lain tak berani lagi menatapku], sebagai kelanjutan sekuen 3 dijelaskan lagi
dalam katalis berikutnya yaitu dalam sekuen kelima. Dalam sekuen empat dan
lima ini cerita mulai menanjak dan memasuki tahapan perkembangan cerita
serta mulai timbul konflik, baik secara fisik maupun konflik pemikiran atau
14
batin, tergambarkan dalam sekuen kelima [yaitu, Kini gairah menjalari hari-
hari yang kujalani, telah redup segala kebosanan yang selama ini
menghantui. Bunga Desa kian memesona bagai buah ranum yang menanti
sentuhan jemari. ....]
Sedangkan sekuen 6 dan 7 merupakan informan bagi fungsi utama
berikutnya dalam sekuen 8. Sekuen 8 ini merupakan puncak atau klimaks,
yang tergambarkan dalam pernyataan [Wajahnya seindah mutiara dan
bibirnya menawarkan kelembutan buih lautan. Aku merasa tengah terbuai
dalam alunan gelora samudra. Ya, berjuta tahun yang silam, perukitan kapur
ini adalah dasar samudra. Dor!!! Aku mendengar suara senapan menyalak,
membuyarkan segala keindahan yang tengah kurasakan. Lalu kegelapan
datang perlahan, merayapi perbukitan kapur yang gersang disapu angin dari
lautan] dalam cerita yang didahului oleh sekuen 6 dan 7 sebagai pengantar
menuju klimaks; tergambarkan dalam pernyataan [Suatu hari Bunga Desa
mengajakku mendaki perbukitan kapur. ”Akan kutunjukkan sesuatu yang
belum pernah kau lihat seumur hidupmu”].
Dan akhirnya, alur cerita mulai memasuki tahapan antiklimaks
menuju sebuah penyelesaian dari permasalahan cerita, yang tergambarkan
dalam sekuen 11 dan 12 [yaitu, ... Jauh di depan sana, samudra tampak samar
menggelora. Buih-buih lautan bertebaran bagai serpihan permata kebiruan.
Kami hanyut dalam pesona kekuatan alam, padas kapur keputihan berpadu
dengan biru samar gelora samudra. ... Lalu, kupejamkan mata dan kuraba
punggungnya yanghangat. Dan, inilah saatnya! Dengan sekuat tenaga
kudorong tubunya ke depan, ...Sejenak suara jeritan menggema, sebelum
keheningan kembali merebak] yang sekaligus merupakan fungsi utama,
dengan didahului oleh sekuen 9 dan 10; tergambarkan dalam pernyataan yang
berupa indeks cerita dalam pernyataan [kudengar dari pengawalmu, engkau
tengah menjalin hubungan dengan seorang gadis yang bagaikan sekuntum
bunga di tengah padas. Engkau begitu lekat padanya. Namun, tepatkah bila
15
kau letakkan segala rahasiamu dalam dekapannya yang penuh kehangatan?
Pertimbangkanlah, Kawan!”].
7. Analisis Secara Sintagmatik
Berdasarkan uraian di atas, penulis berupaya memaparkan bahasan
secara sintagmatik dari cerita ini, sebagai berikut:
a. Penokohan serta karakter yang menyertainya tergambarkan dalam sekuen
1, 2, dan 3. Sementara tokoh lainnya yang mendapimpingi tokoh Aku,
yaitu Bunga Desa, serta dua kelompok tokoh lain yang hanya tersirat, yaitu
tokoh pengawal Aku dan tokoh teman Aku.
b. Latar atau setting yang tergambarkan dalam cerita terdapat dalam sekuen-
sekuen 1, 2, 7, 8, 10, 11, dan 12.
c. Sudut pandang pengarang sebenarnya sudah tergambarkan sejak sekuen 1
hingga sekuen terakhir, yaitu dengan menyebutkan tokoh cerita sebagai
Aku.
d. Sementara alur cerita yang berupa alur maju dan seperti mengalirnya air
sungai dengan variasi riak yang terdapat dalam konflik maupun dalam
klimaks cerita, dapat penulis gambarkan berupa plot cerita dalam bentuk
grafik sebagai berikut:
8
6,7, 9,10
4,5
11,12
1,2,3
16
Perkenalan Perkembangan Konflik Klimaks Penyelesaian
e. Yang menjadi motor penggerak cerita dalam cerita pendek ini adalah pada
sekuen 2, 4, dan 6.
f. Sementara tema cerita yang bisa digambarkan dan diserap dari cerita ini
terdapat pada sekuen 9 dan 12, yaitu, bahwa godaan dan daya tarik
terhadap wanita dapat meruntuhkan idealisme seorang pejuang sekalipun
(sekuen 9), dan sebaliknya idealisme seorang pejuang dapat pula
mematikan sifat alami ketertarikan seorang pria terhadap wanita (sekuen
12). Dengan kata lain, perasaan dapat mengalahkan logika (sekuen 9),
demikian pula logika bisa mengalahkan perasaan pada sekuen 12.
17
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Dari uraian di atas dapat penulis simpulkan bahwa cerita pendek
yang berjudul Bunga di Tengah Padas karya Yosi Yonata ini dari segi unsur
intrinsik sebuah prosa memiliki tema yang sederhana, namun karena disajikan
dengan gaya yang lugas dan tidak begitu banyak menggunakan gaya metaforis
yang berlebihan menjadikan prosa ini mudah untuk dipahami dengan tetap
mempertahankan ide cerita yang cukup menegangkan hingga akhir cerita. Hal
ini ditandai pada akhir cerita, bahwa sang tokoh “Aku” yang biasa selalu
menggunakan beragam cara agar dapat mencapai tujuannya.
Dengan hasil tersebut, hasil analisis secara sintagmatik dan
paradigmatik ini merupakansuatu pola analisis terhadap hasil karya sastra
prosa fiksi secara generatif yang mudah untuk dilakukan dan dikembangkan.
Dengan hasil analisis tersebut maka berkaitan dengan diklat guru bahasa
Indonesia MTs, untuk kediklatan selanjutnya pola atau model ini dapat
dikembangkan secara lebih mendalam dan luas. Sehingga hasil kajian atau
analisis dalam lebih bermanfaat bagi lembaga maupun bagi peserta diklat.
B. Saran dan Rekomendasi
1. Bagi penelitian selanjutnya, kajian ini masih terbatas pada analisis
sintagmatik dan paradigmatik, sehingga untuk kajian sebagai bahan untuk
pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia, baik dalam pembelajaran pada
diklat guru bahasa Indonesia, maupun untuk pembelajaran bagi para
peserta didik di sekolah-sekolah, masih perlu penelaah yang lebih lanjut
dengan mengaitkan aspek pendidikan dan psikologis, agar hasil kajian ini
dapat lebih mengena kepada para peserta diklat maupun peserta didik.
2. Bagi para guru bahasa Indonesia, sesuai dengan tugas pokok dan
fungsinya sebagai pengajar dan pendidik, guru-guru dapat lebih
18
mengembangkan hasil kajian ini dengan menelaah kondisi psikologis
peserta didik maupun kondisi lingkungann sekolah. Dengan demikian
diharapkan dapat lebih bermanfaat.
3. Bagi Pusdiklat dan Balai Diklat perlu dirumuskan suatu model pelatihan
bagi para guru bahasa Indonesia agar berkompeten tidak hanya dalam
pembelajaran namun juga dalam pengembangan dirinya dalam
menganalisis hasil karya satra, khususnya cerita pendek.
19
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia
Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.
Kridalaksana, Harimurti. 2005. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Luxemburg, Jan van, et al. 1989. Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta: Penerbit PT Gramedia.
Pradopo, Rachmat Djoko. 2003. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan Penerapannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rangkuti, Hamsad. 2003. Bibir dalam Pispot (Kumpulan Cerpen). Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
Sunendar, Dadang. (editor). 2007. Pemikiran-pemikiran Inovatif dalam Kajian Bahasa, Sastra, Seni, dan Pembelajarannya. (Prosiding Forum Ilmiah I dan II FPBS UPI). Bandung: Basen Press.
Tarigan, Henry Guntur. 1984. Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa.
20
BIODATA PENYUSUN
Yudha Andana Prawira, Widyaiswara Muda pada Balai Diklat
Keagamaan Bandung dilahirkan di Sukabumi (1971).
Menyelesaikan pendidikan S1 dari Jurusan Pendidikan Bahasa
Indonesia IKIP Bandung (1997).
Selama memangku tugas selaku widyaiswara beberapa kegiatan telah
diikuti baik itu diklat dalam rangka peningkatan pengetahuan dan keterampilan
sesuai dengan tugas seperti Diklat Kewidyaiswaraan Rumpun Metodologi (2007),
Diklat peningkatan kompetensi PTK (2008), diklat penigkatan pembuatan media
pembelajaran interaktif (2009), diklat Penyusunan Naskah siaran televisi yang
diselenggarakan Pusdiklat tenaga Teknis bekerja sama dengan MMTC
Yogyakarta (2010).
Sejak tahun 2007 juga terlibat dalam penyusunan bahan kediklatan yaitu
modul diklat rumpun bahasa. Dan sebagai upaya peningkatan dan pengembangan
profesi beberapa kegiatan tulis menulis meskipun terus belajar untuk semakin
mengasah wawasan dan keterampilannya, di antaranyaPeran Media Pembelajaran
berbasis komputer pada MTs (prosiding Pascasarjana UPI, 2008), Peran
Kemampuan Membaca Pemahaman dalamMeningkatkan Kemampuan
Menyelesaikan Soal Cerita di Kelas 2 SDN Pasirhalang 3 Kabupaten Sukabumi
(Jurnal Balai Diklat Keagamaan bandung, 2008), Penerapan Model Pembelajaran
Sinektik untuk Meningkatkan Kreativitas Menulis (Jurnal Balai Diklat
Keagamaan bandung, 2009), dan Tantantangan Mengembangkan Guru Kreatif
dalam Pembelajaran Menulis melalui systemic functional linguistics (SFL) (Jurnal
Balai Diklat Keagamaan bandung, 2011).
21
BERITA ACARA SEMINAR KARYA TULIS ILMIAH
KTI dengan judul: ” ANALISIS SINTAGMATIK DAN PARADIGMATIK
CERITA PENDEK BUNGA DI TENGAH PADAS KARYA YOSI YONATA PADA
MATA DIKLAT PENDALAMAN MATERI GURU BAHASA INDONESIA MTS
TAHUN 2011”, yang disusun oleh saudara:Yudha Andana Prawira, S.Pd., Widyaiswara
Muda Balai Diklat Keagamaan Bandung telah diseminarkan pada:
Hari/tanggal : Selasa, 20 Desember 2011
Narasumber : Prof. Dr. H.E. Mulyasa, M.Pd.
Tempat : Aula Balai Diklat Keagamaan Bandung
dan telah dilakukan perbaikan sebagaimana masukan dari pembahas pada hal-hal berikut:
Catatan Narasumber Perbaikan Apa Kaitan Judul dengan Kediklatan Dijelaskan dalam prakata, bahwa KTI
widyaiswara harus terkait secara langsung maupun tidak langsung dengan diklat atau terkait spesialisasi widyaiswara bersangkutan
Judul sebaiknya diganti buka tinjauan melainkan menjadi analisis: Judul semula; Tinjauan Sintagmatik dan Paradigmatik Cerita Pendek Bunga di Tengah Padas Karya Yosi Yonata pada Mata Diklat Pendalaman Materi Guru Bahasa Indonesia
Perbaikan Judul: Analisis Sintagmatik dan Paradigmatik Cerita Pendek Bunga di Tengah Padas Karya Yosi Yonata pada Mata Diklat Pendalaman Materi Guru Bahasa Indonesia MTs Tahun 2011
Simpulan lebih difokuskan pada rumusan masalah dan tujuan penelitian
Sudah dilakukan perbaikan pada Simpulan
Demikian Berita Acara seminar ini untuk dipergunakan sebagaimana mestinya. Bandung, 20 Desember 2011 Ketua, Dra. Hj. Ati Ruliyanti, M.Pd. NIP. 195804231985032001
22
PERNYATAAN PENGESAHAN KTI WIDYAISWARA
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Dra. Hj. Ati Ruliyanti, M.Pd. N I P : 195804231985032001 Jabatan : Pymt. Kepala Balai Pendidikan dan Pelatihan Instansi : Balai Pendidikan dan Pelatihan Keagamaan
Bandung menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah berjudul “Analisis Sintagmatik dan Paradigmatik Cerita Pendek Bunga di Tengah Padas Karya Yosi Yonata pada Mata Diklat Pendalaman Materi Guru Bahasa Indonesia MTs Tahun 2011” benar-benar disusun oleh Widyaiswara dibawah ini: Nama : Yudha Andana Prawira, S.Pd. N I P : 197101031998031003 Pangkat/ Gol.Ruang/TMT : Penata Tk.1 (III/d)/1 Juli 2006 Jabatan/TMT : Widyaiswara Muda/15 Desember 2006 Unit Kerja : Balai Diklat Keagamaan Bandung
Demikian pernyataan ini dibuat untuk digunakan sebagaimana mestinya dengan penuh tanggung jawab.
Bandung, 21 Desember 2011
Pymt. Kepala,
Dra. Hj. Ati Ruliyanti, M.Pd.
NIP. 195804231985032001
KEMENTERIAN AGAMA BALAI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEAGAMAAN BANDUNG
Jalan Soekarno-Hatta No 716 Telp. 02270818679 fax. 0227800147 BANDUNG
23
ABSTRAK
Yudha Andana Prawira: Analisis Sintagmatik dan Paradigmatik Cerita Pendek Bunga di Tengah Padas Karya Yosi Yonata pada Mata Diklat Pendalaman Materi Guru Bahasa Indonesia MTs Tahun 2011.
Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraann manusia Indonesia. Diperlukan kemampuan meresepsi dan mendalami tentang sastra, baik itu secara teori sastra, maupun dalam menggeluti langsung terhadap karya sastra. Dalam hal ini peran guru sangat penting untuk menumbuhkan dan mengembangkan kegiatan apresiasi sastra di kalangan para siswa di sekolah-sekolah. Dalam menyikapi tujuan pembelajaran bahasa guru perlu memahami beberapa teori apresiasi sastra. Salah satunya, analisis secara sintagmatik dan paradigmatik. Dalam makalah ini penulis berupaya untuk memaparkan salah satu bentuk pendalaman karya sastra dengan menganalisis baik secara sintagmatik. Adapun karya yang dianalisis adalah sebuah cerita pendek yang berjudul Bunga di Tengah Padas karya Yosi Yonata.
Sesuai dengan kajian yang dilakukan, makan analisis desksriptif merupakan bentuk kajian yang dianggap paling memadai dalam menelaah permasalahan yang timbul. Analisis ini juga dibantu dengan kajian terhadap kepustakaan yang mendukung.
Hasil kajian secara sintagmatik dan paradigmatik ini disimpulkan bahwa cerita pendek yang berjudul Bunga di Tengah Padas karya Yosi Yonata ini dari segi unsur intrinsik sebuah prosa memiliki tema yang sederhana, namun karena disajikan dengan gaya yang lugas dan tidak begitu banyak menggunakan gaya metaforis yang berlebihan menjadikan prosa ini mudah untuk dipahami dengan tetap mempertahankan ide cerita yang cukup menegangkan hingga akhir cerita. Hal ini ditandai pada akhir cerita, bahwa sang tokoh “Aku” yang biasa selalu menggunakan beragam cara agar dapat mencapai tujuannya.
Dengan hasil tersebut, hasil analisis secara sintagmatik dan paradigmatik ini merupakansuatu pola analisis terhadap hasil karya sastra prosa fiksi secara generatif yang mudah untuk dilakukan dan dikembangkan. Dengan hasil analisis tersebut maka berkaitan dengan diklat guru bahasa Indonesia MTs, untuk kediklatan selanjutnya pola atau model ini dapat dikembangkan secara lebih mendalam dan luas. Sehingga hasil kajian atau analisis dalam lebih bermanfaat bagi lembaga maupun bagi peserta diklat. Key word. Analisis Sintagmatik dan paradigamtik, Prosa Fiksi, Diklat Guru Bahasa
24
PRAKATA
Dengan mengucap Alhamdulillah kepada Allah ta’ala serta sholawat dan salam kepada Nabi Muhammad saw., sebagai penutup para nabi dan pembawa risalah sempurna yakni Islam yang menjadi rahmat bagi seru sekalian alam.
Salah satu unsur pengembangan profesi seorang widyaiswara adalah melakukan penelitian atau pengkajian lingkup kediklatan atau terkait spesialisasi yang bersangkutan. Pada kesempatan ini, makalah yang disusun berkait dengan analisis cerita pendek yang berjudul Analisis Sintagmatik dan Paradigmatik Cerita Pendek Bunga di Tengah Padas Karya Yosi Yonata pada Mata Diklat Pendalaman Materi Guru Bahasa Indonesia, sebagai bahan kajian untuk pembelajaran pendalaman materi bahasa pada Diklat Guru Bahasa Indonesia.
Analisis sintagmatik dan paradigmatik merupakan salah satu dari sekian banyak pisau analisis terhadap karya sastra, dengan pisau ini diharapkan analisis akan lebih tajam dan fokus pada karya sastra yang mudah dipahami baik oleh peserta didik maupun peserta diklat guru bahasa Indonesia.
Sebagai sebuah karya, tentu tidak luput dari kekurangan dan kelemahan. Demikian pula karya tulis ini, yang terasa analisisnya masih pada tataran karya sastra belum terlalu menyentuh pada aspek pendidikan dan pembelajaran di dalam kelas. Namun demikian semoga menjadi ragi dalam pendalaman materi bahasa Indonesia, khususnya dalam pendalaman karya sastra.
Harapan penyusun, hasil dari kajian ini ke depan dapat dijadikan bahan kediklatan bagi guru bahasa Indonesia di lingkungan Kementerian Agama Provinsi Jawa Barat, dan menjadi insprirasi bagi para peserta diklatuntuk lebih berinovasi dalam pembelajarandi kelas.
Bandung, 20 Desember 2011
Penyusun,
Yudha Andana Prawira
NIP. 197101031998031003
25
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan
Abstrak
Prakata
Daftar isi
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah ......................................................
B. Identifikasi Masalah ............................................................
C. Rumusan Masalah..............................................................
D. Tujuan penulisan...................................................................
E. Manfaat Kajian ..................................................................
Bab II Kerangka Teoritik dan Pembahasan
A. Kerangka teori.....................................................................
B. Temuan dan Pembahasan......................................................
BAB III Penutup
A. Simpulan............................................................................
B. Saran .................................................................................
Daftar Pustaka............................................................................
Biodata Penulis............................................................................
Lampiran
i
ii
iii
iv
1
1
2
3
3
3
4
4
6
12
17
17