Download docx - analisis situasi

Transcript
Page 1: analisis situasi

BAB I

ANALISIS LINGKUNGAN EKSTERNAL

1.1 Pengertian Analisis Lingkungan Eksternal

Jauch dan Glueck (1993) menyatakan pendapatnya bahwa analisis lingkungan adalah

suatu proses yang digunakan perencana strategi untuk memantau sektor lingkungan

dalam menentukan peluang atau ancaman perusahaan. Sedangkan menurut Pearce

(2008), lingkungan eksternal adalah faktor di luar kendali perusahaan yang dapat

memengaruhi pilihan, arah, dan tindakan struktur organisasi, dan proses internal

perusahaan.

Dapat disimpulkan menurut kelompok kami analisis lingkungan eksternal merupakan

suatu proses dalam menentukan faktor di luar perusahaan yang dapat menimbulkan

peluang atau ancaman bagi perusahaan.

1.2 Manfaat Analisis Lingkungan Eksternal

Berdasarkan pendapat dari Siagian (2000) pengenalan lingkungan eksternal secara

tepat semakin penting karena:

a. Jumlah faktor-faktor yang berpengaruh itu tidak pernah konstan melainkan selalu

berubah

b. Intensitas dampaknya beraneka ragam

c. Ada faktor-faktor eksternal yang merupakan “kejutan” yang tidak dapat

diperhitungkan sebelumnya betapa pun cermatnya analisis SWOT dilakukan

d. Kondisi eksternal itu berada di luar kemampuan organisasi untuk

mengendalikannya.

1.3 Sifat Audit Eksternal

Tujuan dari audit eksternal adalah untuk mengembangkan peluang yang bisa

menguntungkan perusahaan dan ancaman yang harus dihindari. Audit eksternal

tidak bertujuan untuk mengembangkan daftar lengkap dari setiap faktor kemungkinan

yang bisa mempengaruhi bisnis, melainkan bertujuan untuk mengidentifikasi variabel

kunci yang dapat ditindaklanjuti. Sebuah perusahaan harus dapat merespon faktor dari

luar yang ada, baik dengan cara ofensif atau defensif dengan merumuskan strategi yang

1

Page 2: analisis situasi

memanfaatkan peluang eksternal atau yang meminimalkan dampak dari potensi

ancaman.

1.4 Kategori Kekuatan Eksternal

Menurut David (2011) kekuatan eksternal dapat dibagi menjadi lima kategori, yaitu:

a. Kekuatan ekonomi

Faktor ekonomi memiliki dampak langsung terhadap daya tarik untuk potensi

berbagai strategi. Misalnya, ketika suku bunga naik, dana yang dibutuhkan untuk

ekspansi modal menjadi lebih mahal atau tidak tersedia. Juga, ketika suku bunga naik,

penurunan pendapatan tambahan, dan permintaan barang diskresioner jatuh. Ketika

harga saham meningkat, keinginan tersebut ekuitas sebagai sumber modal untuk

meningkatkan pengembangan pasar.

b. Kekuatan sosial, budaya, demografi, dan lingkungan alam

Sosial, perubahan budaya, demografi, dan lingkungan memiliki dampak besar pada

hampir semua produk, jasa, pasar, dan pelanggan. Nirlaba besar dan kecil dari

organisasi di semua industri ditantang oleh peluang dan ancaman yang timbul dari

perubahan sosial, variabel budaya, demografis, dan lingkungan.

c. Kekuatan politik, pemerintahan, dan hukum

Adanya faktor pemerintah, politik, dan hukum dapat merupakan kunci peluang

atau ancaman untuk organisasi besar dan kecil. Untuk industri dan perusahaan yang

sangat bergantung pada kontrak pemerintah atau subsidi, perkiraan politik dapat

menjadi bagian paling penting dari audit eksternal. Perubahan dalam ketetapan

undang-undang, tarif pajak, dan aktivitas lobi dapat memengaruhi perusahaan secara

signifikan.

Saling ketergantungan global yang meningkat di antara negara, pasar, pemerintah,

dan organisasi penting bagi perusahaan untuk mempertimbangkan kemungkinan

dampak politik pada perumusan dan pelaksanaan strategi kompetitif.

d. Kekuatan teknologi

Kekuatan teknologi merupakan peluang besar dan ancaman yang harus

diperhatikan dalam merumuskan strategi. Kemajuan teknologi secara dramatis dapat

mempengaruhi organisasi produk dan jasa, pasar, pemasok, distributor, pesaing,

pelanggan, pabrik, pemasaran, dan kompetitif. Kemajuan teknologi dapat membuat

pasar baru, meningkatkan produk, mengubah persaingan biaya jabatan dalam suatu

industri, dan membuat produk yang ada. Perubahan teknologi dapat mengurangi atau

2

Page 3: analisis situasi

menghilangkan hambatan biaya antara perusahaan, membuat produksi berjalan lebih

pendek, membuat kekurangan dalam keterampilan teknis, dan mengakibatkan

perubahan nilai dan harapan karyawan, manajer, dan pelanggan. Kemajuan teknologi

dapat membuat keuntungan kompetitif baru yang lebih kuat dari keuntungan yang ada

sebelumnya. Tidak ada perusahaan yang terisolasi terhadap kemunculan

perkembangan teknologi. Dalam industri teknologi tinggi, identifikasi dan evaluasi

kunci peluang dan ancaman dapat menjadi bagian paling penting dari audit eksternal

manajemen strategis.

e. Kekuatan kompetitif

Mengumpulkan dan mengevaluasi informasi tentang pesaing sangat penting untuk

formulasi strategi yang sukses. Mengidentifikasi pesaing utama tidak selalu mudah

karena banyak perusahaan memiliki divisi yang bersaing dalam berbagai industri.

Banyak multidivisional perusahaan tidak memberikan informasi penjualan dan laba

pada divisi dasar karena alasan kompetitif .

Hubungan di antara kekuatan dan organisasi digambarkan pada Gambar 1.1. Tren

eksternal dan peristiwa ekonomi, seperti resesi ekonomi global, secara signifikan

mempengaruhi produk, jasa, pasar, dan organisasi di seluruh dunia.

Gambar 1.1 Hubungan antara kunci kekuatan eksternal dengan organisasi

Sumber : David (2011)

Perubahan pada kekuatan eksternal menunjukkan terjadinya perubahan dalam

permintaan konsumen untuk produk dan jasa. Kekuatan eksternal mempengaruhi jenis

3

Page 4: analisis situasi

produk yang dikembangkan, sifat posisi dan strategi segmentasi pasar, jenis layanan

yang ditawarkan, dan pilihan bisnis untuk memperoleh atau menjual. Kekuatan eksternal

secara langsung mempengaruhi pemasok dan distributor. Mengidentifikasi dan

mengevaluasi peluang dan ancaman dari luar memungkinkan organisasi untuk

mengembangkan misi yang jelas, desain strategi untuk mencapai tujuan jangka panjang,

dan untuk mengembangkan kebijakan untuk mencapai tujuan.

1.5 Lingkungan Eksternal Perusahaan

Menurut Pearce (2008) terdapat sejumlah faktor eksternal yang mempengaruhi pilihan

perusahaan mengenai arah dan tindakan, yang pada akhirnya juga mempengaruhi sturktur

organisasi dan proses internalnya. Faktor ini yang membentuk lingkungan eksternal dapat

dibagi menjadi tiga subkategori yang terkait yaitu faktor dalam lingkungan jauh, faktor dalam

lingkungan industri, dan faktor dalam lingkungan operasi.

Jadi lingkungan eksternal adalah faktor di luar kendali perusahaan yang dapat

mempengaruhi pilihan, arah, dan tindakan struktur organisasi, dan proses internal perusahaan.

1.2.1 Faktor dalam lingkungan eksternal:

1. Faktor dalam Lingkungan Jauh

Lingkungan jauh terdiri dari faktor yang pada dasarnya di luar dan biasanya

tidak berkaitan dengan setiap situasi operasi perusahaan tertentu. Faktor dalam

lingkungan jauh adalah sebagai berikut:

a. Politik

Analisis faktor politik perlu memperhatikan adanya perubahan politik yang

dapat mempengaruhi perkembangan perusahaan atau organisasi. Selain itu

juga perlu memperhatikan hukum, perubahan global, serta kebijakan

lingkungan sehingga dapat membantu atau menghambat usaha organisasi

untuk mencapai tujuan.

b. Ekonomi

Keadaan perekonomian pada waktu sekarang dan di masa yang akan datang

dapat mempengaruhi kemajuan dan strategi perusahaan atau organisasi.

Setiap segi ekonomi ini dapat membantu atau menghambat usaha mencapai

tujuan perusahaan atau organisasi dan menyebabkan keberhasilan ataupun

kegagalan strategi.

4

Page 5: analisis situasi

c. Sosial

Faktor sosial terpusat pada penilaian dari sikap konsumen dan karyawan atau

anggota organisasi yang mempengaruhi strategi.

d. Teknologi

Perencana strategi yang efektif meneliti lingkungan untuk mencari perubahan

teknologi yang dapat mempengaruhi bahan baku, operasi, dan produk serta

jasa perusahaan, karena perubahan teknologi dapat memberikan peluang

besar untuk meningkatkan hasil, tujuan atau mengancam kedudukan

perusahaan. Dorongan pemerintah melalui kebijaksanaan pajak dan undang-

undang juga memainkan peranan dalam perubahan teknologi. Kemauan

untuk melakukan inovasi dan mengambil resiko nampak merupakan

komponen yang penting. Selanjutnya perubahan teknologi menghendaki

iklim sosial ekonomis yang dapat menerimanya.

2. Faktor dalam Lingkungan Industri

Berdasarkan pendapat Porter (1980) dalam Pearce dan Robinson (1997),

“Competitive Strategy”, mendorong konsep lingkungan industri ke permukaan

pemikiran strategi dan perencanaan usaha. Selanjutnya menurut Porter (1980),

sifat dan tingkat kompetisi dalam suatu industri bergantung pada 5 kekuatan

yang mempengaruhi persaingan dalam suatu industri (Five competitive forces).

Faktor-faktor tersebut antara lain adalah:

a. Hambatan bagi masuknya pendatang baru

b. Kompetisi dengan pesaing

c. Ketersediaan barang subtitusi

d. Kekuatan tawar-menawar pelanggan

e. Kekuatan tawar-menawar pemasok

3. Faktor dalam lingkungan operasi

Lingkungan operasional atau dapat disebut dengan lingkungan persaingan atau

tugas, terdiri dari faktor dalam situasi persaingan yang mempengaruhi

keberhasilan suatu perusahaan dalam mendapatkan sumber data yang

dibutuhkan atau dalam memasarkan produk dan jasanya secara menguntungkan.

Faktor tersebut antara lain yaitu:

a. Posisi Kompetitif

b. Profil pelanggan dan perubahan pasar

c. Hubungan dengan pemasok

5

Page 6: analisis situasi

d. Kreditor

e. Pasar tenaga kerja

1.6 Tujuan Analisis Eksternal

Tujuan analisis eksternal adalah untuk mengembangkan suatu daftar peluang

(Opportunity) yang dapat dimanfaatkan perusahaan, daftar ancaman (Threat) yang harus

dihindari oleh perusahaan. Kedua daftar ini tidak perlu terlalu panjang, akan tetapi harus

memuat faktor kunci yang mempengaruhi lingkungan eksternal dimana perusahaan bergerak.

Strategi yang dikembangkan oleh perusahaan harus mampu memanfaatkan peluang yang ada

dan berkelit dari ancaman yang membahayakan perusahaaan.

1.7 Peramalan Alat dan Teknik

Forecasting atau peramalan adalah kegiatan kompleks karena faktor seperti inovasi

teknologi, perubahan budaya, produk baru, peningkatan layanan, pesaing kuat, pergeseran

prioritas pemerintah, perubahan nilai sosial, kondisi ekonomi yang tidak stabil, dan kejadian

tak terduga. Manajer seringkali harus bergantung pada perkiraan yang diterbitkan untuk

secara efektif mengidentifikasi peluang dan ancaman eksternal. Peramalan merupakan asumsi

dengan ilmu tentang trend masa depan dan suatu kejadian atau peristiwa. Semua tindakan

yang dilakukan seseorang selalu didasari atas keinginan kehidupan di masa yang akan datang.

Sehingga akan muncul pernyataan seperti yang tercantum di dalam buku David (2011)

berikut ini,

“is not whether we should forecast but rather how we can best forecast to unable us to move beyond our ordinarily unarticulated assumption about the future”

Dimana artinya adalah bukan mengenai apakah organisasi harus meramalkan, tapi tentang

bagaimana organisasi dapat meramalkan masa depannya dengan baik sesuai dengan keadaan

organisasi untuk memungkinkan perusahaan bergerak melampaui asumsinya tentang masa

depan. Bisakah organisasi mendapatkan informasi dan kemudian membuat asumsi dengan

ilmu yang dimiliki (perkiraan) untuk lebih menuntun keputusan organisasi saat ini untuk

mencapai keadaan masa depan yang lebih diinginkan.

Bagi sebuah organisasi kadang harus mengembangkan proyeksi sendiri. Organisasi dapat

memperkirakan pendapatannya dan keuntungan setiap tahunnya. Organisasi terkadang juga

harus meramalkan pangsa pasar atau loyalitas pelanggan di wilayah setempat. Oleh karena itu

6

Page 7: analisis situasi

peramalan sangat penting dalam manajemen strategis dan perlu memilih alat yang tepat yang

bisa digunakan dalam peramalan tersebut. Kunci eksternal peluang dan ancaman dapat

diidentifikasi secara efektif hanya melalui perkiraan yang baik. Akurat perkiraan dapat

memberikan keunggulan kompetitif utama bagi organisasi. Prakiraan sangat penting bagi

strategis manajemen proses dan keberhasilan organisasi.

7

Page 8: analisis situasi

BAB II

ANALISIS LINGKUNGAN INTERNAL

2.1 Pengertian Analisis Lingkungan Internal

Menurut Jauch dan Glueck (1998), analisis internal adalah proses dimana perencana

strategi mengkaji bidang operasional, seperti di bidang pemasaran, penelitian dan

pengembangan, produksi dan operasi, sumber daya manusia, dan keuangan untuk

menentukan dimana letak kekuatan dan kelemahan perusahaan.

Faktor internal dikelompokkan menjadi dua faktor yaitu kelemahan dan kekuatan. David

(2011) mengatakan bahwa setiap perusahaan mempunyai kekuatan maupun kelemahan

dalam bidang bisnisnya. Setiap perusahaan pun mempunyai kekuatan dan kelemahan yang

berbeda.

Sedangkan menurut Pearce dan Robinson (1997), kekuatan adalah sumber daya,

keterampilan atau keunggulan lain relatif terhadap pesaing dan kebutuhan pasar yang dilayani

atau ingin ditangani oleh perusahaan. Sedangkan kelemahan adalah keterbatasan atau

kekurangan sumber daya, keterampilan dan kemampuan yang menghalangi kinerja efektif

suatu perusahaan.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, maka kelompok kami menyimpulkan bahwa

analisis lingkungan internal merupakan proses dimana perencana strategi mengkaji segala

sesuatu yang dimiliki perusahaan seperti sumber daya, keterampilan, keuangan, dll yang

dapat menentukan kelemahan maupun kekuatan dari perusahaan.

2.2 Tujuan Analisis Lingkungan Internal

Berdasarkan pendapat dari Jauch dan Glueck (1998), manajemen perusahaan melakukan

analisis dan diagnosis internal untuk mengidentifikasi dengan jelas kekuatan dan kelemahan

perusahaan saat ini. Selain itu manajemen juga mengkaji kelemahan yang paling mungkin

terjadi dimasa akan datang.

Sedangkan menurut David (2011), dengan adanya kelemahan dan kekuatan serta

ditambah peluang dan ancaman adalah dasar untuk membuat suatu tujuan dan strategi

perusahaan dalam menjalankan bisnisnya.

8

Page 9: analisis situasi

2.3 Faktor Lingkungan Internal yang Dianalisis

Proses analisis internal harus sejajar dengan proses analisis eksternal. Perwakilan

manajemen dan pegawai dari perusahaan perlu terlibat dalam penentuan kelemahan dan

kekuatan. Untuk dapat menganalisis kelemahan dan kekuatan perusahaan harus dapat

mengidentifikasi dan melakukan evaluasi variabel internal. Variabel tersebut antara lain:

2.3.1 Pemasaran dan Distribusi

Pemasaran dan distribusi berarti memindahkan barang atau jasa dari produsen

kekonsumen. Persaingan dalam dunia perbisnisan merupakan hal yang biasa. Persaingan

mempunyai sifat yang berubah-ubah. Perubahan sifat persaingan memerlukan pandangan

yang lebih mendalam pada kekuatan dan kelemahan pemasaran untuk membangun

keunggulan bersaing dalam pasar yang makin terpilah-pilah. Berikut ini adalah faktor-

faktor pemasaran dan distribusi yang dapat disoroti kelemahan dan kekuatannya.

a. Struktur persaingan dan pangsa pasar

b. Sistem riset pasar yang efektif dan efisien

c. Kualitas produk dan jasa

d. Lini produk barang atau jasa

e. Produk baru yang kuat

f. Perlindungan hak paten

g. Promosi pemasaran yang efisien dan efektif diluar iklan

h. Periklanan yang efektif

i. Strategi harga

j. Image perusahaan

k. Pengepakan produk

l. Tenaga penjual

m. Jasa purna jual

n. Jalur distribusi

2.3.2 Penelitian dan Pengembangan

Variabel penelitian dan pengembangan dalam perusahaan merupakan keunggulan

bersaing karena adanya dua alasan variabel ini dapat menciptakan atau mengembangkan

9

Page 10: analisis situasi

produk atau jasa baru untuk dipasarkan. Selain itu variabel ini dapat meningkatkan proses

bahan untuk mendapatkan keunggulan biaya melalui efisiensi.

2.3.3 Produksi dan Operasi

Berikut ini faktor produksi dan operasional yang dapat dilihat kelemahan dan

kekuatannya.

a. Biaya operasi

b. Kapasitas produksi

c. Fasilitas

d. Bahan baku

e. Ketersediaan bahan baku

f. Peralatan dan mesin

g. Kantor yang efektif dan efisien

h. Lokasi fasilitas dan kantor yang strategis

i. Sistem pengendalian persediaan

j. Pengendalian mutu

k. Kebijakan pemeliharan

l. Integrasi vertikan dan hubungan pemasok

m. Keluwesan

2.3.4 Sumber Daya dan Manusia

Berikut ini merupakan faktor sumber daya manusia yang dapat dilihat kelemahan

dan kekuatannya, antara lain:

a. Citra dan prestige perusahaan

b. Struktur organisasi

c. Ukuran perusahaan

d. Sejarah perusahaan dalam mencapai tujuan

e. Sistem manajemen

f. Pengaruh pemerintah

g. Staf perusahaan yang efektif

h. Karyawan yang berkualitas

i. Pengalaman kerja dan prestasi manajemen

j. Hubungan dengan serikat buruh

k. Kebijakan hubungan kerja

10

Page 11: analisis situasi

l. Biaya atau gaji buruh

m. Informasi manajemen dan sistem komputer

2.3.5 Keuangan dan Akuntansi

Dengan melihat keuangan dan akuntansi dapat dirumuskan tujuan dari analisis

yaitu untuk menentukan apakah perusahaan yang menjadi fokus perhatian dalam hal

keuangan lebih kuat daripada pesaingnya. Berikut ini faktor keuangan dan akuntansi yang

dapat dilihat kelemahan dan kekuatannya, antara lain:

a. Total sumber daya keuangan

b. Biaya modal

c. Struktur modal

d. Hubungan antara pemilik dan pemegang saham

e. Kondisi pajak

f. Penganggaran keuangan

g. Sistem akuntansi

h. Kebijakan penilaian persediaan

11

Page 12: analisis situasi

BAB III

METODE ANALISIS EKSTERNAL-INTERNAL

Menurut David (2008), penilaian terhadap kekuatan eksternal menekankan pada

identifikasi dan evaluasi trend dan kejadian yang berada diluar kendali perusahaan, seperti

meningkatnya persaingan luar negeri, pergeseran populasi ke daerah lain, semakin

meningkatnya presentasi usia non-produktif (usia tua), kekuatan konsumen untuk bepergian

dan fluktuasi pasar saham, penilaian eksternal, mengungkapkan peluang dan ancaman utama

yang dihadapi perusahaan sehingga manajer dapat memformulasikan strategi untuk

mengambil keuntungan dari peluang atau mengurangi dampak dari ancaman.

Sedangkan menurut Jauch dan Glueck (1998), analisis internal ini digunakan untuk

mengembangkan keunggulan bersaing dan untuk memperkecil kelemahan atau

mempertimbangkan kemungkinannya membatasi strategi atau apakah hal itu dapat

diperbaiki. Sehingga perusahaan dapat menentukan kemampuan atau keunggulannya yang

membuat perusahaan menjadi unik dalam pasaran.

Dalam menentukan faktor di dalam eksternal maupun internal perusahaan, terdapat

beberapa alat yang dikemukakan oleh beberapa tokoh. Metode yang sering digunakan oleh

perusahaan dalam menentukan faktor eksternal dan internal perusahaan antara lain sebagai

berikut:

3.1 EFE (External Factor Evaluation) Matrix

Matriks ini digunakan untuk menganalisa faktor eksternal di luar organisasi yang

biasa disebut dengan peluang (opportunities) dan ancaman (threats). Kemudian setelah

didapatkan faktor eksternal tersebut, langkah selanjutnya adalah dengan menghitung

bobot (weight) serta peringkat (rating) yang nantinya kan menghasilkan suatu penilaian.

Tahapan Kerja metode EFE menurut Husein Umar (2008), yaitu:

a. Membuat daftar critical success factor (faktor utama yang mempunyai dampak

penting pada kesuksesan/kegagalan usaha) untuk aspek eksternal yang mencakup

perihal opportunities (peluang) dan threats (ancaman) bagi organisasi.

12

Page 13: analisis situasi

b. Menetukan bobot (weight) dari critical success factors tadi dengan skala yang lebih

tinggi bagi yang berprestasi tinggi dan begitu pula sebaliknya. Jumlah seluruh bobot

harus 1,0.

c. Tentukan rating (nilai) antara 1 sampai 4 bagi masing-masing faktor yang memiliki

nilai :

1 = sangat lemah

2 = tidak begitu lemah

3 = cukup kuat

4 = sangat kuat

Jadi, rating mengacu pada kondisi organisasi, sedangkan bobot mengacu pada industri

dimana organisasi berada.

d. Mengalikan antara bobot dan rating dari masing-masing faktor untuk menentukan

nilai skornya.

e. Menjumlahkan semua skor untuk mendapatkan skor total (total weight score) bagi

oganisasi yang dinilai.

Total weighted score yang dihasilkan akan berkisar antara 1 sampai 4. Nilai 1

menunjukkan bahwa perusahaan tidak mampu memanfaatkan peluang yang ada untuk

menghindari ancaman di luar perusahaan. Nilai 4 menunjukkan perusahaan saat ini

telah dengan sangat baik memanfaatkan peluang yang ada untuk menghindari

ancaman di luar perusahaan. Nilai 2,5 menunjukkan perusahaan mampu merespon

situasi eksternal secara rata-rata. Berikut adalah contoh perhitungan EFE Matriks:

Tabel 3.1 Penilaian Bobot dan Rating Lingkungan Eksternal

Key External Factors Bobot Rating Skor

Peluang

1. Pertumbuhan pasar yg baik 0,15 4 0,6

2. Trend ekspor meningkat 0,1 4 0,4

3. Pelanggan setia di luar negeri 0,15 4 0,6

4. Apresiasi US $ 0,05 3 0,15

5. Kebijakan pemerintah 0,05 4 0,2

Ancaman

13

Page 14: analisis situasi

1. Persaingan 0,2 3 0,6

2. Hambatan perdagangan internasional 0,05 2 0,1

3. Kepercayaan luar negeri 0,15 2 0,3

4. Pasokan bahan baku 0,05 2 0,1

5. Pemulihan ekonomi dalam negeri 0,05 2 0,1

Total 1.00 3,15

3.2 IFE (Internal Factor Evaluation) Matrix

Matriks ini digunakan untuk menganalisis faktor yang ada di internal organisasi

seperti faktor kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness) yang dianggap penting.

Data dan informasi aspek internal perusahaan dapat digali dari beberapa fungsional

peusahaan misalnya dari aspek manajemen, keuangan, SDM, pemasaran, dan lainnya.

Tahapan penilaian pada IFE Matrix sama dengan tahapan penilaian dengan metode bobot

dan rating seperti pada penilaian EFE Matrix. Tahapan tersebut antara lain:

a. Membuat daftar critical success factor (faktor utama yang mempunyai dampak

penting pada kesuksesan/kegagalan usaha) untuk aspek internal yang mencakup

perihal kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness) bagi organisasi.

b. Menetukan bobot (weight) dari critical success factors tadi dengan skala yang lebih

tinggi bagi yang berprestasi tinggi dan begitu pula sebaliknya. Jumlah seluruh bobot

harus 1,0.

c. Tentukan rating (nilai) antara 1 sampai 4 bagi masing-masing faktor yang memiliki

nilai sebagai berikut :

1 = sangat lemah

2 = tidak begitu lemah

3 = cukup kuat

4 = sangat kuat

Jadi, rating mengacu pada kondisi organisasi, sedangkan bobot mengacu pada industri

dimana organisasi berada.

d. Mengalikan antara bobot dan rating dari masing-masing faktor untuk menentukan

nilai skornya.

14

Page 15: analisis situasi

e. Menjumlahkan semua skor untuk mendapatkan skor total (total weight score) bagi

oganisasi yang dinilai.

Total weighted score yang dihasilkan akan berkisar antara 1 sampai 4. Nilai 1

menunjukkan bahwa perusahaan tidak mampu memanfaatkan peluang yang ada untuk

menghindari ancaman di luar perusahaan. Nilai 4 menunjukkan perusahaan saat ini

telah dengan sangat baik memanfaatkan peluang yang ada untuk menghindari

ancaman di luar perusahaan. Nilai 2,5 menunjukkan perusahaan mampu merespon

situasi eksternal secara rata-rata.

3.3 IE (Internal-External) Matrix

Gabungan kedua matriks EFE dan IFE menghasilkan matriks eksternal-internal yang

berisikan sembilan macam sel yang memperlihatkan kombinasi total nilai bobot (total

weighted score) dari matriks IFE dan EFE. Menurut (David, 2004) dalam (Kurniadewi,

2009), Matriks IE memposisikan berbagai divisi organisasi dalam tampilan sembilan sel.

Matriks IE didasari pada dua dimensi kunci, yaitu total rata-rata tertimbang IFE pada

sumbu X dan total rata-rata tertimbang EFE pada sumbu Y. Pada sumbu X, dengan

menggunakan matriks IFE, nilai dari:

a. 1,0 hingga 1,99 menyatakan bahwa posisi internal adalah lemah

b. 2,0 hingga 2,99 menyatakan bahwa posisi internal adalah rata-rata

c. 3,0 hingga 4,0 menyatakan bahwa posisi internal adalah kuat

Pada sumbu Y, dengan menggunakan matriks EFE, nilai dari:

a. 1,0 hingga 1,99 menyatakan bahwa posisi eksternal adalah rendah

b. 2,0 hingga 2,99 menyatakan bahwa posisi eksternal adalah sedang

c. 3,0 hingga 4,0 menyatakan bahwa posisi eksternal adalah tinggi

Tabel 3.2 Tabel IE (Internal-External) Matrix

15

Page 16: analisis situasi

Sumber: David (2006) dalam Kurniadewi (2009)

Matriks IE dapat dibagi menjadi tiga bagian utama yang mempunyai dampak strategis

berbeda, yaitu:

a. Perusahaan yang berada pada sel I, II, dan IV dapat digambarkan sebagai grow

(tumbuh) dan build (kembangkan). Strategi yang cocok pada sel ini adalah strategi

intensif (market penetration, market development, dan product development) atau

strategi integrasi (backward integration, forward integration, dan horizontal

integration).

b. Perusahaan yang berada pada sel III, V, dan VII paling baik dikendalikan dengan

strategi hold (pertahankan) dan maintain (pelihara). Strategi yang umum dipakai

yaitu strategi market penetration dan product development.

c. Perusahaan yang berada pada sel VI, VIII, atau IX dapat menggunakan strategi

harvest atau divestiture.

3.4 SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat)

Pengertian SWOT menurut Thomas L. Wheelen dan J. David Hunger dalam bukunya

Strategic Management:

“SWOT is a term used to stand for a summary listing of a corporation’s key internal strength and weknesses and its external opportunities and threats.”

Analisis SWOT digunakan berdasarkan asumsi bahwa suatu strategi yang efektif

dalam memaksimalkan kekuatan dan peluang serta meminimalkan kelemahan dan

ancaman suatu organisasi. Komponen Analisis SWOT dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Strength (Kekuatan)

16

Page 17: analisis situasi

Kekuatan adalah suatu sumber daya, keterampilan atau keunggulan lain relatif

terhadap pesaing dan kebutuhan dari pasar.

b. Weakness (Kelemahan)

Kelemahan merupakan keterbatasan/kekurangan dalam sumber daya, keterampilan,

dan kemampuan yang dapat menghalangi kinerja ektif suatu organisasi.

c. Opportunities (Peluang)

Suatu peluang merupakan situasi utama yang menguntungkan dalam lingkungan

organisasi.

d. Threats (Ancaman)

Ancaman adalah situasi yang tidak menguntungkan dalam lingkungan suatu

organisasi (rintangan dalam organisasi).

Analisis SWOT dapat digunakan dalam banyak cara untuk membantu analisis

strategik. Cara yang paling umum adalah menggunakan analisis SWOT sebagai kerangka

kerja yang logis untuk mengarahkan diskusi yang sistematis dari situasi organisasi dan

alternatif dasar yang dapat dipertimbangkan oleh organisasi.Titik utamanya adalah

bahwa analisis SWOT yang sistematis bergerak melewati semua aspek dari situasi

organisasi.Sebagai hasilnya, analisis SWOT memberikan suatu kerangka kerja yang

dinamis dan berguna untuk analisis strategi.

Berikut adalah diagram kuadran SWOT

Gambar 3.1 Diagram Kuadran SWOT

17

Page 18: analisis situasi

Kuadran SWOT terbagi menjadi empat kuadran, yaitu:

a. Kuadran I (positif, positif)

Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat dan berpeluang, Rekomendasi

strategi yang diberikan adalah progresif atau strategi SO, artinya organisasi dalam

kondisi prima dan mantap sehingga sangat dimungkinkan untuk terus melakukan

ekspansi, memperbesar pertumbuhan dan meraih kemajuan secara maksimal dengan

memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-

besarnya.

b. Kuadran II (positif, negatif)

Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat namun menghadapi tantangan

yang besar. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Diversifikasi Strategi atau

dikenal dengan strategi ST, artinya organisasi dalam kondisi mantap namun

menghadapi sejumlah tantangan berat sehingga diperkirakan roda organisasi akan

mengalami kesulitan untuk terus berputar bila hanya bertumpu pada strategi

sebelumnya. Oleh karenanya, organisasi disarankan untuk segera memperbanyak

ragam strategi taktisnya. Dalam strategi ini, organisasi berusaha untuk

menghindari/mengurangi dampak dari ancaman-ancaman eksternal.

c. Kuadran III (negatif, positif)

Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah namun sangat berpeluang.

Rekomendasi strategi yang diberikan adalah ubah strategi atau dikenal dengan strategi

WO, artinya organisasi disarankan untuk mengubah strategi sebelumnya berdasarkan

pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.

Sebab, strategi yang lama dikhawatirkan sulit untuk dapat menangkap peluang yang

ada sekaligus memperbaiki kinerja organisasi. Kadang kala organisasi menghadapi

kesulitan untuk memanfaatkan peluang-peluang karena adanya kelemahan-kelemahan

internal.

d. Kuadran IV (negatif, negatif)

Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah dan menghadapi tantangan

besar. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah strategi bertahan atau strategi WT,

artinya kondisi internal organisasi berada pada pilihan dilematis. strategi yang

ditetapkan berdasarkan kegiatan yang bersifat defensifdan berusaha meminimalkan

kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.Suatu organisasi yang dihadapkan

pada sejumlah kelemahan internal dan ancaman eksternal sesungguhnya berada dalam

18

Page 19: analisis situasi

posisi yang berbahaya. Organisasi tersebut harus berjuang agar tetap dapat bertahan

dengan melakukan strategi-strategi. Oleh karenanya organisasi disarankan untuk

menggunakan strategi bertahan, mengendalikan kinerja internal agar tidak semakin

terperosok.Strategi ini dipertahankan sambil terus berupaya membenahi diri.

Konsep TOWS (Threats, Opportunities, Weaknesses, Strengths) adalah pendekatan

model SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats) dengan konsep

berpikir yang secara prinsipil sangat berbeda bahkan bertolak belakang dengan SWOT.

Dalam konsep SWOT, hal pertama yang dilakukan adalah melihat posisi organisasi saat

ini dalam hal kekuatannya maupun kelemahannya. Modal dasar kekuatan dan kelemahan

tersebut lalu digunakan untuk memperkirakan apa saja opportunities (peluang) ataupun

threats (ancaman) untuk kemudian menempatkan posisi masa depan yang mungkin

diraih. Biasanya SWOT digunakan oleh organisasi dalam menyusun renstra.

Sedangkan pada konsep TOWS adalah sebaliknya, yakni yang pertama dilakukan

adalah menempatkan posisi masa depan (visi) dengan melihat Threats ataupun

Opportunities hanya sebagai ‘peluang semata’ lalu melihat Weaknesses dan Strengths

kondisi saat ini untuk kemudian menarik garis usaha dengan menghubungkan antara visi

dan kondisi saat ini. Konsep TOWS ini biasanya lebih banyak digunakan untuk

operational planning di dalam bisnis.

3.5 SPACE (Strategic Position and Action Evaluation)

Menurut Umar (2008) matriks SPACE adalah alat untuk memetakan kondisi

perusahaan dengan menggunakan model yang dipresentasi menggunakan diagram

cartesius yang terdiri atas empat kudran dengan skala ukuran yang sama.

Sedangkan berdasarkan pendapat Davids (2011), matriks SPACE adalah alat

pencocokan tahap 2 penting yang lain. Matriks ini merupakan kerangka 4 kuadran yang

menunjukkan apakah strategi agresif, konservatif, defensif, atau kompetitif yang sesuai

untuk organisasi tertentu. Sumbu-sumbu matriks SPACE menunjukkan dua dimensi

internal, kekuatan keuangan (financial strength) dan keunggulan bersaing (competitif

advantage) dan dua dimensi eksternal yaitu stabilitas lingkungan (environment stability)

dan kekuatan industri (industry strength). Keempat faktor ini merupakan faktor penentu

dari posisi strategis keseluruhan suatu organisasi.

Langkah untuk mengembangkan matriks SPACE menurut David (2011) adalah

sebagai berikut:

19

Page 20: analisis situasi

1. Pilih serangkaian variabel untuk menentukan kekuatan keuangan (FS), keunggulan

kompetitif (CA), stabilitas lingkungan (ES), dan kekuatan industri (IS).

2. Nilai dari variabel-variabel kekuatan keuangan (FS) dan kekuatan industri (IS)

menggunakan skala +1(untuk yang paling buruk) sampai +6 (untuk yang paling baik).

Kemudian nilai variabel stabilitas lingkungan (ES) dan keunggulan bersaing (CA)

menggunakan skala -6 (untuk yang paling buruk) sampai -1 (untuk yang paling baik).

Pada sumbu FS dan CA buatlah perbandingan dengan pesaing. Pada sumbu IS dan

ES, buatlah perbandingan dengan industri lain.

3. Hitung nilai rata-rata dari FS, CA, IS, dan ES dengan menjumlahkan nilai yang anda

berikan pada variabel dari setiap dimensi dan kemudian membaginya dengan jumlah

variabel dalam dimensi yang bersangkutan.

4. Petakan nilai rata-rata untuk FS, CA, IS, dan ES pada sumbu yang sesuai dengan

matriks SPACE.

5. Jumlahkan nilai rata-rata pada sumbu x (CA, IS) dan petakan hasilnya pada sumbu X.

Jumlahkan nilai rata-rata pada sumbu y (FS, ES) dan petakan hasilnya pada sumbu Y.

Petakan perpotongan kedua titik X dan Y.

6. Gambar arah vektor dari koordinat 0,0 melalui titik perpotongan baru. Arah panah

menunjukkan jenis strategi yang disarankan bagi organisasi: agresif, kompetitif,

defensif, atau koservatif.

Ketika organisasi berada pada kuadran agresif, organisasi tersbut berada dalam posisi

sangat baik untuk menggunakan kekuatan internal untuk menarik keuntungan dari

peluang-peluang eksternal, mengatasi kelemahan internal dan menghindari ancaman

eksternal. Apabila vektornya berada pada posisi kuadran konservatif, organisasi atau

perusahaan tetap pada kompetensi dasarnya dan tidak mengambil resiko terlalu besar.

Jika vektornya berada pada kuadran defensif, maka organisasi atau perusahaan harus

berfokus pada usaha untuk menatasi kelamahan internal dan ancaman eksternal.

Kemudian jika vektor berada pada kuafran kompetitif, maka perusahaan harus

kompetitif.

20

Page 21: analisis situasi

Gambar 3.2 Matriks SPACE (Strategic Position and Action Evaluation)

Sumber: David (2011)

3.6 BCG (Boston Consulting Group)

Matriks Boston Consulting Group menurut David (2011) dirancang khusus untuk

meningkatkan upaya perusahaan multidivisional untuk merumuskan strategi. Matriks

BCG secara grafik menggambarkan perbedaan antar divisi dalam arti posisi pangsa pasar

relatif dan kecepatan pertumbuhan industri. Matriks BCG memungkinkan organisasi

multidivisi untuk mengelola protofolio bisnisnya dengan mempertimbangkan posisi

pangsa pasar relatif dan tingkat pertumbuhan industri dari tiap divisi relatif terhadap

divisi lain dalam organisasi. Posisi pangsa pasar relatif didefinisikan sebagai rasio dari

pangsa pasar divisi dalam organisasi tertentu terhadap pangsa pasar yang dipegang oleh

perusahaan pesaing terbesar dalam industri tersebut.

Posisi pangsa pasar relatif berada pada sumbu-X dalam matriks BCG. Dipertengahan

sumbu-X ditetapkan pada (.50). Sedangkan sumbu-Y mewakili tingkat pertumbuhan

industri dalam hal penjualan. Presentase tingkat pertumbuhan pada sumbu Y berkisar (-

20) sampai (+20), dengan (0.0) sebagai titik tengah sumbu Y.

21

Page 22: analisis situasi

Gambar 3.3 Matriks BCG

Sumber: David (2011)

Lingkaran dalam matriks mewakili masing-masing divisi. Ukuran lingkaran sesuai

dengan dengan proporsi pendapatan perusahaan yang dihasilkan oleh unit bisnis, dan

sepotong pie menunjukkan keuntungan perusahaan yang dihasilkan oleh divisi itu. Divisi

yang berada pada kuadran I matriks BCG disebut kuadran “Question Marks”, yang

terletak pada kuadran II disebut kuadran “Stars”, yang terletak pada kuadran III disebut

kuadran “Cash Cows” sedangkan divis yang berada pada kuadran IV disebut kuadran

“Dogs”. Manfaat utama dari matriks BCG adalah matriks ini mempersingkat arus kas,

karakteristik investasi, dan kebutuhan berbagai divisi dari sebuah organisasi.

Perusahaan pada yang berada pada kuadran “Cash Cows” berada pada pertumbuhan

yang rendah tapi pangsa pasar tinggi. Perusahaan yang berada pada kuadran “Stars”

mengalami pertumbuhan yang tinggi dan pangsa pasar yang tinggi pula. Perusahaan yang

berada pada kuadran “Question Marks” mengalami pertumbuhan yang tinggi tapi pangsa

pasar masih rendah. Sedangkan perusahaan yang berada pada kuadran “Dogs” mengalami

pertumbuhan yang rendah dengan pangsa pasar yang rendah pula.

3.7 Grand Strategy

David (2006) dalam Kurniadewi (2009) Matriks grand strategy merupakan alat yang

populer dalam merumuskan strategi alternatif. Semua perusahaan dapat diposisikan

dalam salah satu dari empat kuadran strategi dari matriks grand strategy. Matriks grand

strategy didasarkan pada dua dimensi evaluatif yaitu posisi bersaing dan pertumbuhan

22

Page 23: analisis situasi

pasar. Strategi yang cocok yang perlu dipertimbangkan untuk suatu perusahaan di daftar

dalam urutan daya tarik dalam setiap kuadran dari matriks tersebut.

Perusahaan yang berada dalam Kuadran I dari Matriks Grand Strategy berada dalam

posisi strategis yang sangat bagus. Strategi bagi perusahaan yang tepat di posisi ini

adalah penetrasi pasar dan pengembangan produk. Ketika perusahaan memiliki sumber

daya yang berlebih, maka integrasi ke belakang, ke depan, atau horizontal dapat menjadi

strategi yang efektif. Bila perusahaan terlalu berkomitmen pada satu produk, maka

diversifikasi konsentrik dapat mengurangi risiko yang berhubungan dengan lini produk

yang sempit.

Perusahaan yang berada di Kuadran II perlu mengevaluasi pendekatan ke pasar yang

dipakai saat ini secara serius. Walaupun industri sedang tumbuh, mereka tidak mampu

bersaing secara efektif. Karena perusahaan di kuadran II berada dalam industri dengan

pertumbuhan pasar yang cepat strategi intensif biasanya merupakan pilihan pertama yang

harus dipertimbangkan. Akan tetapi, jika perusahaan tidak memiliki kompetensi yang

unik atau keunggulan kompetitif, maka integrasi horizontal sering menjadi alternatif

yang disukai. Sebagai jalan terakhir, divestasi atau likuidasi dapat dipertimbangkan.

Perusahaan di Kuadran III bersaing dalam industri dengan pertumbuhan lambat dan

mempunyai posisi bersaing lemah. Perusahaan harus membuat perubahan drastis dengan

cepat untuk menghindari kebangkrutan. Pengurangan biaya dan aset secara ekstensif

(retrenchment) harus dilakukan terlebih dahulu. Alternatif strategi adalah mengalihkan

sumber daya dari bisnis saat ini ke bidang lain (diversifikasi). Jika yang lainnya gagal,

pilihan terakhir adalah divestasi atau likuidasi.

Bisnis di Kuadran IV mempunyai posisi bersaing yang kuat tetapi berada dalam

industri dengan pertumbuhan lambat. Perusahaan ini mempunyai karakteristik tingkat

arus kas tinggi dan keperluan pertumbuhan internal terbatas dan sering dapat melakukan

diversifikasi konsentrik, horizontal, atau konglomerat dengan sukses. Perusahaan di

kuadran IV juga dapat melakukan usaha patungan.

23

Page 24: analisis situasi

Gambar 3.4 Matriks Grand Strategy

Sumber: David (2006) dalam Kurniadewi (2009)

3.8 Analisis PESTEL

Menurut Capenter (2009), analisis PESTEL merupakan sebuah alat bantu analisa

yang digunakan untuk menganalisa lingkungan (environment) sebelum sebuah

perusahaan memulai proses pemasaran.

Faktor yang terdapat di dalam analisis PESTEL antara lain adalah:

a. Faktor Politik

Lingkungan politik dapat memiliki pengaruh signifikan pada bisnis serta

pengaruh keyakinan konsumen dan pengeluaran konsumen dan bisnis. Arah dan

stabilitas politik menjadi faktor pertimbangan penting bagi manajer dalam

merumuskan strategi perusahaan. Faktor politik menentukan parameter hukum dan

peraturan yang membatasi operasi perusahaan. Kendala politik yang dikenakan atas

perusahaan melalui keputusan tentang perdagangan yang adil, pajak, peraturan upah

minimum, kebijakan tentang polusi dan harga, batas administrasi, dan banyak lagi

24

Page 25: analisis situasi

tindakan yang dimaksudkan untuk melindungi pekerja, konsumen, masyarakat umum,

dan lingkungan.

Jadi perusahaan dapat membatasi atau bahkan menguntungkan kepada

perusahaan yang terkena dampak. Beberapa isu lain juga perlu diperhatikan adalah

perubahan kebijakan pemerintah yang mungkin melibatkan kerjasama industri,

kegiatan antitrust, perdagangan luar negeri, perpajakan, perlindungan lingkungan,

hambatan perdagangan luar negeri.

b. Faktor Ekonomi

Manajer juga perlu mempertimbangkan faktor mikroekonomi yang akan

mengalami efek jangka pendek dan jangka panjang terhadap keberhasilan strategi

mereka. Faktor seperti tingkat inflasi, suku bunga, tarif, pertumbuhan ekonomi lokal

dan asing, dan nilai tukar sangat penting. Tingkat pengangguran, ketersediaan tenaga

kerja kritis, dan biaya tenaga kerja lokal juga memiliki bantalan yang kuat pada

strategi, khususnya terkait ke mana untuk mencari fungsi bisnis dan fasilitas yang

berbeda.

c. Faktor Sosial Budaya

Pengaruh sosial dan budaya pada bisnis bervariasi dari satu negara. Tergantung

pada jenis usaha yang dioperasikan suatu perusahaan, faktor seperti bahasa daerah,

agama yang dominan, waktu luang, dan usia dan demografi umur yang mungkin

krisis. Karakteristik sosial budaya setempat juga bervariasi pada hal seperti sikap

terhadap konsumerisme, environmentalism, dan peran laki-laki dan perempuan dalam

masyarakat lokal. Membuat asumsi tentang norma sosial budaya lokal yang berasal

dari pengalaman anda di pasar rumah Anda adalah penyebab umum kegagalan awal

ketika memasuki pasar baru.

d. Faktor Teknologi

Untuk menghindari keusangan dan mendorong inovasi, perusahaan harus

menyadari perubahan teknologi yang dapat mempengaruhi industri. Adaptasi yang

kreatif dari teknologi bisa membuka kemungkinan penciptaan produk baru, perbaikan

produk yang ada, atau perbaikan dalam teknik produksi dan penawaran. Terobosan

teknologi dapat memiliki dampak langsung dan dramatis pada lingkungan perusahaan.

Terobosan ini bisa membuka pasar dan menghasilkan produk yang paling canggih,

atau juga dapat mempersingkat usia fasilitas produksi. Jadi, semua perusahaan,

terutama mereka yang berada di industri tidak stabil harus berusaha untuk memahami

25

Page 26: analisis situasi

kemajuan tentang teknologi dan teknologi masa depan yang mungkin mempengaruhi

produk dan layanan mereka.

e. Faktor Ekologi

Lingkungan telah lama menjadi faktor dalam strategi perusahaan, terutama dari

sudut pandang akses ke bahan baku. Dengan terus meningkatnya, bagaimanapun

faktor ini terbaik dilihat sebagai biaya operasional langsung dan tidak langsung bagi

perusahaan, serta dari sudut pandang jejak yang ditinggalkan oleh sebuah perusahaan

di lingkungan masing-masing adalah dalam hal limbah, polusi, dan lainnya.

f. Faktor Hukum dan Regulasi

Faktor hukum mencerminkan undang-undang dan peraturan yang relevan

dengan daerah dan organisasi. Faktor hukum mungkin termasuk apakah aturan hukum

sudah baik dan seberapa mudah atau cepat hukum dan peraturan dapat berubah. Ini

juga termasuk biaya kepatuhan peraturan.

3.9 Analisis Kompetitif Model Lima Kekuatan Porter (Five Forces)

Analisis ini menggunakan teori Michael Porter mengenai 5 (lima) kekuatan yang

mempengaruhi posisi perusahaan dalam dunia bisnis untuk meningkatkan kemampuan

perusahaan dalam menangkap peluang positif serta meningkatkan competitive

advantage. Untuk dapat menggunakan model ini dengan baik dalam melakukan analisis,

diperlukan pemahaman yang cukup mendalam terhadap suatu industri. Model ini dapat

menjadi senjata yang ampuh karena hasilnya dapat kita pergunakan untuk menilai

apakah strategi yang diterapkan oleh suatu perusahaan cocok dengan karakteristik

industrinya.

26

Page 27: analisis situasi

Pada dasarnya kelima kekuatan tersebut adalah ancaman bagi suatu perusahaan.

Semakin kuat perusahaan menghadapi kelima ancaman tersebut, semakin besar

competitive advantage perusahaan tersebut. Porter mengembangkan model yang dapat

membantu perusahaan memahami struktur persaingan dalam industri dapat dilihat

sebagai kombinasi dari lima kekuatan, yang dapat digambarkan dengan gambar berikut

ini:

Gambar 3.5 Framework analisis Five Forces

Sumber: Pearce dan Robinson (1997)

Organisasi perlu memperhatikan lima hal dalam menjaga eksistensinya, yang meliputi:

a. Persaingan di dalam dunia industry (competitive rivalry)

27

Page 28: analisis situasi

Faktor yang paling dominan di dalam five forces model of competition adalah

persaingan antar perusahaan yang bergerak di bidang yang sama (rivalry among

others). Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa pangsa pasar adalah sebuah arena

pertempuran yang tidak akan pernah berhenti. Dimana pesaing berhak untuk

mepersenjatai diri untuk meningkatkan posisi di dalam pangsa pasar, memperkokoh

posisi dalam pangsa pasar dengan pelanggan, dan meningkatkan profit.

Menurut Porter di dalam Hunger dan Wheelen (2007) intensitas persaingan

antar perusahaan yang bergerak di bidang yang sama dipengaruhi oleh beberapa

faktor, seperti:

1. Jumlah perusahaan yang bergerak dibidang yang sama

2. Rata-rata pertumbuhan dunia industry terkait

3. Karakteristik dalam produk/layanan jasa

4. Jumlah fixed cost

5. Kapasitas

6. Tingkat dalam exit barriers

7. Diversifikasi antar perusahaan

b. Ancaman pendatang baru (treat of new entry)

Ada sejumlah faktor yang berperan dalam menentukan posisi ancaman dari

sebuah perusahaan baru yang akan memasuki pangsa pasar adalah salah satu faktor

terkait dengan kemampuan dari kandidat baru tersebut dan sumber daya (financial,

manusia, dan lainnya). Hal ini sejalan dengan sebuah prinsip, bahwa semakin besar

kemampuan dan sumber daya kandidat pesaing tersebut, maka akan semakin besar

tingkat ancaman dari perusahaan tersebut.

Faktor lain yang berpengaruh adalah, apakah kandidat perusahaan saingan

tersebut menghadapi batasan-batasan (izin usaha, aturan pemerintah, dan lainnya)

yang mudah dihadapi atau sulit. Karena batasan yang sulit, akan membuat ancaman

dari perusahaan saingan menjadi kecil, akan tetapi batasan yang mudah akan

meningkatkan tingkat ancaman dari perusahaan baru.

Menurut Porter di dalam Hunger dan Wheelen (2007) sejumlah hal yang dapat

menjadi batasan bagi perusahaan baru adalah:

1. Skala ekonomi

2. Diferensiasi produk

3. Modal yang dibutuhkan

4. Pengeluaran “switching”

28

Page 29: analisis situasi

5. Akses terhadap jalur distribusi

6. Pengeluaran yang terkait dengan besarnya perusahaan

7. Peraturan pemerintah

c. Ancaman barang/jasa substitusi (threat of substitution)

Perusahaan yang bergerak di dalam suatu bidang akan berada di dalam

ancaman/gangguan dari perusahaan yang bergerak pada bidang yang lain akan tetapi

terkait secara erat ketika pelanggan melihat bahwa produk/layanan jasa yang

ditawarkan menjadi sebuah barang-barang substitusi.

Menurut Porter di dalam Hunger dan Wheelen (2007), “Barang substitusi

membatasi pendapatan (revenue) dari sebuah industri dengan menetapkan sebuah

batasan harga (maksimal dan minimal) yang harus dipatuhi. Pada batas yang terlalu

rendah, maka barang substitusi akan memiliki posisi tingkat ancaman yang cukup

tinggi.”

d. Bargain power dari supplier (supplier power)

Di dalam banyak industri, perusahaan menciptakan strategic partnership antara

perusahaan dengan supplier dalam upaya untuk:

1. Mengurangi logistic dan inventory cost (melalui strategi just in time)

2. Mempercepat ketersediaan dari fast moving goods

3. Meningkatkan kualitas dari suku cadang dan komponen yang disupply dan

mengurangi rasio defect

4. Mengurangi cost yang tidak terlalu penting bagi perusahaan dan supplier

Porter di dalam Hunger dan Wheelen (2007), supplier atau asosiasi dari supplier

memiliki posisi yang penting, apabila salah satu faktor dibawah ini terpenuhi:

1. Supplier dalam dunia industri terkait terbatas, dan menjual pada banyak

perusahaan

2. Produk/layanan jasa yang mereka sediakan unik dan biaya yang diperlukan

untuk membuat sendiri cukup mahal

3. Barang substitusi tidak tersedia secara langsung

4. Supplier mampu untuk tetap bergerak maju untuk berkompetisi secara

langsung dengan pelanggan perusahaan saat ini

5. Perusahaan hanya terlibat sedikit di dalam faktor penjualan dan supplier

e. Bargain power dari pelanggan (buyer power)

29

Page 30: analisis situasi

Seperti pada supplier, tipe dari pelanggan akan berperan dalam menempatkan

posisi pelanggan dalam tingkatan antara moderate hingga high. Menurut Porter di

dalam Hunger dan Wheelen (2007), “pelanggan atau asosiasi dari pelanggan memiliki

posisi yang penting, apabila salah satu faktor dibawah ini terpenuhi:

1. Pelanggan memiliki porsi tersebar dalam revenue sebuah perusahaan

2. Buyer memiliki kemampuan untuk menghasilkan produk/jasa itu sendiri

3. Terdapat banyak supplier lain akibat dari barang yang standard dan tidak

terdifferensiansi

4. Biaya untuk mengganti supplier kecil

5. Buyer memiliki margain keuntungan yang kecil, sehingga sangat sensitif

terhadap harga dan differensiasi layanan

6. Barang/jasa yang diberikan oleh supplier, tidak akan mempengaruhi kualitas

dari barang/jasa yang dijual oleh pelanggan sehingga dapat diganti tanpa

merusak kualitas.

3.10 The Competitive Profile Matriks (CPM)

Metode ini digunakan untuk mengidentifikasi para pesaing utama organisasi

mengenai kekuatan dan kelemahan utama mereka dalam hubungannya dengam posisi

strategis organisasi (David, 2009).

Bobotdan skor total antara CPM dan EFE memiliki arti yang sama. Namun,faktor

penentu keberhasilan dalam CPM mencakup baik masalah internal dan eksternal, oleh

karena itu, peringkat didasarkan pada kekuatan dan kelemahan, di mana 4 = kekuatan

utama, 3 = kekuatan minor, 2 = kelemahan minor, dan 1 = kelemahan utama. Dalam

CPM, peringkat dan skor total perusahaan saingan dapat dibandingkan dengan

perusahaan saat ini. Analisis komparatif memberikan informasi strategis yang penting

bagi kondisi internal perusahaan.

Tabel 3.3 Competitive Profile Matrix (CPM)

Company 1 Company 2 Company 3

Critical Success Factors weight rating score rating score Ratin

g

Score

Advertising 0,20 1 0,20 4 0,80 3 0,60

Product Quality 0,10 4 0,40 3 0,30 2 0,20

Price Competiveness 0,10 3 0,30 2 0,20 4 0,40

Management 0,10 4 0,40 3 0,20 3 0,30

30

Page 31: analisis situasi

Financial Position 0,15 4 0,60 2 0,30 3 0,45

Customer Loyalty 0,10 4 0,40 3 0,20 2 0,20

Global Expansion 0,20 4 0,80 1 0,20 2 0,40

Market Share 0,05 1 0,05 4 0,20 3 0,15

Total 1,00 3,15 2,50 2,70

Sumber: David (2011)

Dalam tabel diatas, dua faktor yang paling penting agar sukses dalam bidang

industri adalah "iklan" dan "Ekspansi Global," seperti yang ditunjukkan oleh bobot

0,20. Jika tidak ada kolom bobotdalam analisis ini, diketahui bahwa setiap faktor akan

sama pentingnya. Dengan demikian, memiliki kolom bobot dapat membuat analisis

yang lebih kuat, karena memungkinkan analis untuk menetapkan nilai yang lebih lebih

tinggi danrendah untuk setiap faktor. Catatan pada Tabel 3.3 bahwa Perusahaan 1

paling kuat pada "kualitas produk," yang ditunjukkan oleh peringkat 4, sedangkan

Perusahaan 2 paling kuat pada "iklan.", Perusahaan 1 paling kuat, sebagaimana

ditunjukkan olehskor total 3,15.

Selain faktor penentu keberhasilan yang tercantum dalam contoh CPM diatas,

faktor yang sering digunakan dalam analisis ini antara lain, efektivitas distribusi

penjualan, proprietary atau paten keuntungan, lokasi fasilitas, kapasitas produksi dan

efisiensi, pengalaman, serikat hubungan, keunggulan teknologi, dan keahlian e-

commerce.

Dalam kata “interpretasi”, hanya karena satu perusahaan mendapat rating 3,2 dan

yang lainmendapat rating 2,80 dalam Competitive Profile Matrix, tidak berarti bahwa

perusahaan pertamaadalah 20 persen lebih baik daripada yang kedua. Angka itu

menunjukkan kekuatan relatif dari perusahaan.Tujuannya bukan untuk berada di

peringkat utama, melainkan untuk mengasimilasi dan mengevaluasi informasi dalam

pengambilan keputusan.

3.11 Analisa Value Chain

Menurut Blocher, Chen dan Lin (1999) dalam Sujana (2006) Analisis value chain

merupakan alat untuk memahami rantai nilai yang membentuk suatu produk. Analisis

ini merupakan total value chain dari suatu produk mulai dari desain produk sampai

dengan pemanufakturan produk, bahkan jasa setelah penjualan. Analisis value chain

merupakan alat analisis strategis yang digunakan untuk memahami secara lebih baik

31

Page 32: analisis situasi

keunggulan kompetitif, mengidentifikasikan di mana value pelanggan dapat

ditingkatkan atau penurunan biaya, dan memahami secara lebih baik hubungan

perusahaan dengan pemasok/supplier, pelanggan, dan perusahaan lain dalam industri.

Sedangkan menurut Hansen & Mowen (1997) alih bahasa Acella A. Hermawan

(2000) dalam Sujana (2006) mengungkapkan bahwa analisis value chain adalah upaya

mengidentifikasi dan menjelaskan hubungan internal dan ekternal dengan tujuan untuk

mengetahui kekuatan posisi strategis perusahaan.

Dalam analisis value chain, perusahaan dianggap sebagai salah satu bagian dalam

rantai nilai suatu produk. Dimana rantai nilai suatu produk tersebut berawal dari bahan

mentah hingga barang tersebut sampai pada konsumen. Sehingga rantai nilai ini

meliputi hubungan pemasok (supplier linkages), hubungan konsumen (customer

linkages).

Hubungan pemasok (supplier linkages) merupakan hubungan antara pemasok

bahan baku dengan perusahaan. Hubungan ini kan dapat memberikan manfaat bagi bagi

perusahaan dalam hal peningkatan kualitas bahan baku, waktu pengantaran bahan baku

serta mungkin menghemat biaya. Sehingga, menjaga hubungan yang saling

menguntungkan antara pemasok dan perusahaan menjadi hal yang sangat penting untuk

dilakukan (Sujana, 2006).

Hubungan konsumen (customer linkages) merupakan suatu hubungan yang terjalin

antara perusahaan dengan konsumennya. Hubungan ini harus terjaga dengan baik agar

perusahaan dapat memperoleh loyalitas dari konsumennya.

Dalam suatu perusahaan, perlu adanya penyusunan value chain internal yang

merupakan penyusunan semua aktivitas penciptaan nilai yang ada di dalam perusahaan

tersebut. Value chain ini terdiri atas seluruh aktivitas, baik yang bersifat fisik maupun

teknologi yang ada di dalam perusahaan yang dapat menambah nilai produk. Hal

penting untuk menganalisis value chain internal perusahaan adalah dengan memahami

setiap aktivitas dalam perusahaan yang dilakukan untuk menciptakan keunggulan

komperatif. Kemudian mengelola aktivitas itu lebih baik daripada perusahaan lain yang

ada dalam industri tersebut.

Value chain internal perusahaan dapat dicapai dengan beberapa langkah. Menurut

Josep G. Donelan dan Edward A. Kaplan dalam Sujana (2006) langkah-langkah yang

diterapkan dalam pencapain value chain internal perusahaan, yaitu:

1. mengidentifikasi aktivitas value chain

2. menentukan aktivitas value chain yang paling strategis

32

Page 33: analisis situasi

3. menelusuri biaya-biaya setiap aktivitas value chain

4. menggunakan informasi biaya aktivitas untuk mengelola setiap aktivitas value

chain secara lebih baik daripada perusahaan lain dalam industri tersebut.

Perkembangan teknologi (teknologi informasi) akan membawa pengaruh terhadap

kekuatan-kekuatan yang mendorong perbaikan dalam teknologi produk dan proses.

Monger dalam Wahjudi Prakarsa (1995) dalam Sujana (2006) menyatakan bahwa

perkembangan teknologi telah membawa tiga dampak utama yang berpengaruh

terhadap struktur organisasi dan struktur industri, yaitu otomatisasi, disintermediasi,

dan integrasi.

Dalam suatu rantai produk yang lengkap, supplier, manufaktur dan pemasaran serta

penanganan purna jual dilakukan oleh perusahaan yang berbeda. Bahkan mereka bisa

saja independen antara satu dengan yang lain. Akan tetapi, aktivitas yang dilakukan

oleh masing-masing tahap harus dilihat dalam konteks yang luas. Aktivitas ini memang

terpisah tapi mereka mempunyai suatu hubungan yaitu pembentukan nilai untuk produk

yang dihasilkan.

Oleh karena itu, aktivitas tersebut tidak independen tapi interdependen. Masing-

masing pihak memerlukan nilai dari pihak lain untuk memaksimalkan nilai produk

yang dihasilkan. Perusahaan harus mengidentifikasi posisi perusahaan pada rantai nilai

tersebut, apakah berada dibagian supplier, manufaktur, bagian pemasaran atau

penaganan purna jual. Hal ini penting untuk memahami karakteristik industri tersebut

dan saingan yang ada.

3.12 VRIO (Value-Rareness-Immitation-organization)

Untuk mengetahui lebih lanjut tinggat keunggulan dari sebuah obyek yang

dianalisis perlu alat bantu yang di sebut dengan metode VRIO (Value-Rareness-

Immitation-organization). Kompleksitas dan perkembangan perubahan yang terjadi

menjadikan analisis lanjutan dari SWOT adalah sebuah keharusan. Apalagi jika

berhadapan dengan para kompetitor yang selalu membayanginya. Karena analisis

SWOT hanya diperuntukkan untuk mengetahui kondisi terkini tanpa memahami

tantangan dan perubahan dimasa yang akan datang.

a. Value (nilai)

Hasil analisis SWOT perlu diuji lagi dengan pertanyaan apakah Strength yang

dimiliki mampu untuk menangkap peluang yang ada dan menetralisis hambatan atau

33

Page 34: analisis situasi

tantangan yang dihadapi? Kadang pertanyaan ini dijawab ya atau tidak. Oleh

karenanya uji SWOT tahap pertama ini sangat diperlukan.

b. Rareness (kematangan)

Ujian hasil analisis SWOT selanjutnya adalah harus mampu menghadapi

pertanyaan kedua yaitu, apakah sumberdaya dan kemampuan yang dimiliki internal

memiliki kemampuan kompetisi yang seimbang? Atau dengan perkataan lain apakah

strength yang dimiliki sudah matang?

c. Immitation (kemudahan untuk ditiru)

Setelah lolos uji kematangan , hasil analisa SWOT harus mampu menjawab

pertanyaan ketiga yaitu, apakah keunggulan yang dimiliki mudah/sulit untuk ditiru?

Baik dengan cara di duplikasi atau di ganti dengan keunggulan yang lain? Tingkat

keunggulan ini akan dipengaruhi oleh perjalanan s ejarahnya, hasil dari berbagai

macam keputusan kecil, dan tingkat kepentingan dari sumberdaya sosial yang lebih

komplek.

d. Organization (Organisasi)

Setelah lolos tiga pertanyaan maka hasil analisis SWOT harus mampu menjawab

pertanyaan, Apakah segala kemampuan dan keunggulan yang dimiliki terorganisir

dengan baik?

Dalam melakukan analisis dengan metode VRIO ini dapat dilakukan dengan

tahapan sebagai berikut:

1. Hubungkan antara Strength yang dimiliki dengan peluang serta hambatan yang

terdeskripsikan.

2. Jawablah pertanyaan Value pada hubungan yang telah terdefinisikan di nomor 1,

yaitu apakah Strength yang dimiliki mampu untuk menangkap peluang yang ada dan

menetralisis hambatan/tantangan yang dihadapi?

3. Sisa komponen Strength yang telah lolos uji Value, dihadapkan dengan pertanyaan

Rareness dengan kondisi para kompetitor, yaitu apakah sumberdaya dan

kemampuan yang dimiliki internal memiliki kemampuan kompetisi yang seimbang?

Atau dengan perkataan lain apakah Strength yang dimiliki sudah matang?

4. Sisa komponen Strength yang telah lolos uji Value dan Rareness, dihadapkan

dengan pertanyaan Immitation oleh para kompetitor yaitu, apakah keunggulan yang

dimiliki mudah/sulit untuk ditiru? Baik dengan cara di duplikasi atau di ganti dengan

keunggulan yang lain?

34

Page 35: analisis situasi

5. Sisa komponen Strength yang telah lolos uji Value, Rareness, dan Immitation

dihadapkan dengan pertanyaan Organization secara internal yaitu Apakah segala

kemampuan dan keunggulan yang dimiliki terorganisir dengan baik?

3.13 ASSIST (An acronym for assessment of internal factor for strategic advantages)

Pada umumnya perkembangan analisis dan penilaian oganisasional lebih lambat

dari perubahan situasi organisasional di lapangan. Dengan alat bantu berupa Value

Chain (rantai nilai), analisis dengan metode ASSIST (An acronym for assessment of

internal factor for strategic advantages) akan lebih membantu memberikan gambaran

lebih detail mengenai keampuan sumberdaya internal sebuah organisasi. Hal ini sangat

berguna sebagai informasi untuk membuat keputusan strategis.

Ada empat tahap secara sistematik untuk lebih dalam pada penilaian keunggulan

kompetitif potensial organisasi, antara lain sebagai berikut

1. Survey kemampuan potensial dan kelemahan, yaitu menyusun daftar kekuatan dan

kelemahan dari aktivitas pokok dan pendukung dengan Value Chain

2. Mengkatagorisasikan perbedaan organisasional, yaitu melakukan rekonseptualisasi

dari daftar sumber daya dan kemampuannya dengan melengkapi lebih dalam

keterangan implikasinya

3. Penilaian keunggulan kompetitif yang ada, yaitu menempatkan data keunggulan

kompetitif pada Value Chain dengan lebih menginformasikan faktor pendukungnya.

4. Evaluasi keunggulan kompetitif, yaitu memilih strategi yang memungkinkan

sebagai tindak lanjut hasil analisis.

Langkah dalam menyusun pendekatan ASSIST di dahului dengan pendeskipsian

variabel dengan bantuan Value Chain.

1. Tahap 1. Deskripsi aktivitas Value Chain.

a. Buatlah dua pengelompokan berdasarkan aktivitas utama dan aktivitas pendukung

b. Sebutkan jenis aktivitas yang ada dalam aktivitas utama dalam satu kelompok

c. Sebutkan jenis aktivitas yang ada dalam aktivitas pendukung dalam satu

kelompok

d. Urutkan daftar aktivitas dari kedua kelompok aktivitas menurut prioritasnya

35

Page 36: analisis situasi

e. Masukkan poin strength dan weakness pada masing-masing jenis aktivitas di tiap

kelompok aktivitas, baik di aktivitas utama maupun aktivitas pendukung.

2. Tahap 2. Katagorisasi dan penentuan keunggulan kompetitif

Kategorisasi yang dibuat disusun berdasarkan strength dan weakness yang

dimatrikskan dengan penilaian VRIO untuk tiap sumberdaya yang di nilai.

a. Susun semua poin strength dalam satu kelompok dan semua poin weakness dalam

satu kelompok

b. Buat pengelompokkan berdasaran sumber daya dan berdasarkan kemampuan

c. Susunlah dalam matriks VRIO

d. Buatlah kriteria dan skala penilaian untuk setiap variabel VRIO

BAB IV

KESIMPULAN

Analisis lingkungan eksternal perusahaan terdiri dari tiga faktor yang saling berkaitan

dalam menentukan peluang, ancaman serta kendala yang dihadapi oleh perusahaan. Faktor-

faktor tersebut antara lain faktor lingkungan jauh, lingkungan industri serta lingkungan

operasional. Sedangkan analisis lingkungan internal merupakan proses dimana perencana

strategi mengkaji segala sesuatu yang dimiliki perusahaan seperti sumber daya, keterampilan,

keuangan, dan lainnya yang dapat menentukan kelemahan maupun kekuatan dari perusahaan.

Dimana kelemahan itu merupakan kelemahan bersaing potensial, sedangkan kekuatan adalah

faktor yang menggambarkan keunggulan bersaing potensial di pasar sasaran.

Dengan melakukan analisis lingkungan eksternal dan internal bertujuan untuk

perusahaan atau organisasi memahami posisinya di pasaran. Sehingga manajer dapat

memformulasikan strategi untuk mengambil keuntungan dari peluang atau mengurangi

dampak dari ancaman serta menggunakan keunggulan atau kemampuannya untuk membuat

perusahaan menjadi unik di pasaran. Metode atau alat yang dapat digunakan untuk analisis

lingkungan eksternal dan internal antara lain adalah:

1. EFE (External Factor Evaluation) Matrix

2. IFE (Internal Factor Evaluation) Matrix

36

Page 37: analisis situasi

3. IE (Internal-External) Matrix

4. SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat)

5. SPACE (Strategic Position and Action Evaluation)

6. BCG (Boston Consulting Group)

7. Grand Strategy

8. Analisis PESTEL

9. Analisis Kompetitif Model Lima Kekuatan Porter (Five Forces)

10. The Competitive Profile Matriks (CPM)

11. Analisa Value Chain

12. VRIO (Value-Rareness-Immitation-organization)

13. ASSIST (An acronym for assessment of internal factor for strategic advantages)

DAFTAR PUSTAKA

Carpenter, Mason A. Strategic management: a dynamic perspective concepts and cases. New Jersey: Pearson Education, 2009

David, Fred R. 2011. Strategis Management : Concepts and Cases. America : Pearson Education Inc.

Indartono, setyabudi. 2003. Advanced SWOT. Modul pelatihan disitasi pada tanggal 6 Oktober 2012

Jauch, Lawrence R. dan Glueck, William F. 1998. Manajemen Strategis dan Kebijakan Perusahaan. Jakata: Penerbit Erlangga.

Hunger, J. David dan Wheelen, Thomas L. 2007. Essentials of Strategic Management. Universitas Indiana: Pearson Prentice Hall.

Kurniadewi, 2010. Analisis Lingkungan sebagai Dasar Pemilihan Strategi pada PT. Radio Kalimaya Bhaskara Malang. Skripsi. Sitasi http://elibrary.ub.ac.id/bitstream/123456789/18748/1/Analisis-Lingkungan-sebagai-Dasar-Pemilihan-Strategi-pada-PT.-Radio-Kalimaya-Bhaskara-Malang..pdf pada 6 Oktober 2010

Mulyadi. 2007. Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen. Jakarta : Penerbit Salemba Empat.

Ningrum, 2010. Analisis Strategi Pemasaran Usaha Jasa Pembuatan dan Perbaikan Furniture UD. Suryani Furniture, Bogor, Jawa Barat. Skripsi. Sitasi http://dosen.narotama.ac.id/wp-content/uploads/2012/03/Analisis-strategi-

37

Page 38: analisis situasi

pemasaran-usaha-jasa-pembuatan-dan-perbaikan-furniture-UD.-Suryani-furniture-Bogor-Jawa-Barat.pdf pada 6 Oktober 2012

Pearce dan Robinson. 1997. Manajemen Strategik: Formulasi, Implementasi dan Pengendalian. Jakarta: Binarupa Aksara.

Pearce dan Robinson. 2008. Manajemen Strategis. Jakarta : Salemba Empat

Siagian, Sondang P. 2008. Manajemen Strategik. Jakarta: Bumi Aksara.

Sujana, I Ketut. 2006. Aplikasi activity Based Costing (ABC) dalam analisis Value Chain dan keunggulan kompetitif. Jurnal. Sitasi http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=11&cad=rja&sqi=2&ved=0CFcQFjAK&url=http%3A%2F%2Fejournal.unud.ac.id%2Fabstrak%2Fsujana.pdf&ei=d3dxUJ78Os7HrQfW0YCgBA&usg=AFQjCNFQuVxuADpl_ER_wIx3VQUWYWWokg&sig2=ZQ0zBLxYL7ifRu0DXi06RA pada 7 Oktober 2012

Tunggal, Amin W. 1994. Manajemen Strategik: Suatu Pengantar. Jakarta: Harvarindo

Umar, Husein. 2008. Strategic Management in Action. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

38