ANALISIS SOAL UJIAN NASIONAL ILMU PENGETAHUAN ALAMSEKOLAH MENENGAH PERTAMA TAHUN AJARAN 2016/2017
(Skripsi)
Oleh
Lambok Verayanty Siregar
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDARLAMPUNG2018
ii
ABSTRAK
ANALISIS SOAL UJIAN NASIONAL ILMU PENGETAHUAN ALAMSEKOLAH MENENGAH PERTAMA TAHUN AJARAN 2016/2017
Oleh
LAMBOK VERAYANTY SIREGAR
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis soal Ujian Nasional (UN) Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) SMP tahun ajaran 2016/2017. Desain penelitian ini
berupa desain deskriptif. Analisis data dilakukan dengan teknik deskriptif yakni
hasil penelitian berupa data kualitatif yang kemudian dideskripsikan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa hasil analisis dari butir soal yang terdapat pada
Ujian Nasional IPA tingkat SMP dengan karateristik soal tipe Higher Order
Thinking Skill (HOTS) yaitu, stimulus paling banyak dalam soal Ujian Nasional
IPA tingkat SMP tahun ajaran 2016/2017 adalah dalam bentuk gambar yang
tergolong kriteria “sedang” karena dari hasil analisis diperoleh persentase sebesar
52,5% terdapat pada 21 butir soal sedangkan, stimulus paling sedikit adalah
dalam bentuk diagram yang tergolong kriteria “sedikit sekali” karena dari hasil
analisis diperoleh persentase sebesar 5% terdapat pada 2 butir soal. Indikator
kemampuan berpikir kritis yang paling banyak adalah kemampuan menentukan
kesimpulan yang tergolong kriteria “sedikit” karena dari hasil analisis diperoleh
iii
persentase sebesar 22,5% terdapat pada 9 butir soal sedangkan, indikator
kemampuan berpikir kritis paling sedikit adalah indikator mempertimbangkan
kemampuan induksi dan mendefinisikan asumsi yang tergolong kriteria “sedikit
sekali” karena dari hasil analisis diperoleh persentase sebesar 2,5% terdapat pada
1 butir soal. Indikator keterampilan pemecahan masalah paling banyak adalah
indikator mengidentifikasi masalah yang tergolong kriteria “sedikit” karena dari
hasil analisis diperoleh persentase sebesar 22,5% terdapat pada 9 butir soal
sedangkan, indikator keterampilan pemecahan masalah paling sedikit adalah
indikator keterampilan mendeskripsikan, mengevaluasi kualitas solusi dan
mengevaluasi strategi sistematika yang tergolong kriteria “sedikit sekali” karena
dari hasil analisis diperoleh persentase sebesar 2,5% terdapat pada 1 butir soal.
Secara keseluruhan kesesuaian indikator pencapaian kompetensi dasar dengan
butir soal Ujian Nasional IPA SMP 2016/2017 sudah dikategorikan “tinggi
sekali” karena persentase yang diperoleh sebesar 98%.
Kata Kunci: analisis soal, kesesuaian, ujian nasional
ANALISIS SOAL UJIAN NASIONAL ILMU PENGETAHUAN ALAM
SEKOLAH MENENGAH PERTAMA TAHUN AJARAN 2016/2017
Oleh
LAMBOK VERAYANTY SIREGAR
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PENDIDIKAN
pada
Program Studi Pendidikan Biologi
Jurusan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Medan, pada tanggal 16 Juli 1996, yang
merupakan sulung dari empat bersaudara, anak dari pasangan
Bapak Pemilu Jeferson Siregar dan Ibu Delina Manullang.
Pendidikan formal yang ditempuh penulis adalah SD Katolik
Mariana Medan (2002-2008), SMP Negeri 18 Medan (2008-
2011), SMA St. Thomas 3 Medan pada tahun (2011-2014). Penulis terdaftar
sebagai mahasiswa Jurusan Pendidikan MIPA Program Studi Pendidikan Biologi,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur
undangan.
Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi panitia acara dalam kegiatan
UKMK (Unit Kegiatan Mahasiswa Kristen). Pada tahun 2017 penulis
melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Negeri 1 Lumbok
Seminung, Kabupaten Lampung Barat Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Heni
Arong, Kecamatan Lumbok Seminung, Kabupaten Lampung Barat. Pada tahun
2018 peneliti melakukan penelitian di SMP Negeri 22 Bandar Lampung untuk
meraih gelar sarjana pendidikan (S.Pd). Pada tahun 2016-2018 peneliti
mendapatkan beasiswa dari Yayasan Karya Salemba Empat (KSE).
PERSEMBAHAN
Ku persembahan karya ini sebagai tanda cinta dan kasihku yang tulus kepada:
Tuhan Yesus Kristus, Juruselamatku yang memberiku kesempatan, kemampuan,dan kemenangan.
Bapakku (Pemilu Jefferson Siregar) dan Mamakku (Delina Manullang) yangterkasih yang selalu setia memberi ku doa dan dukungan untuk mencapai
kesuksesan dan juga yang telah mendidik dan membesarkan ku dengan penuhkesabaran dan kasih sayang.
Adek-adekku terkasih Widia Friliska Siregar, Immanuel Edward ReynandaSiregar dan Stiffen Rendi Siregar yang selalu memberiku doa dan semangat, dan
selalu mendengarkan setiap keluhan maupun curahan hatiku.
Para guru dan dosenku
Serta
Almamater Tercinta, Universitas Lampung
MOTTO
“Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamuakan menerimanya”
(Matius 21: 22)
“Tetapi Kamu Ini, Kuatkanlah hatimu, jangan lemah semangatmu, karena adaupah bagi usahamu”
(2 Tawarikh 15:7)
xi
SANWACANA
Puji syukur kehadirat Tuhan Yesus Kristus, atas segala berkat dan karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Soal Ujian Nasional
Ilmu Pengetahuan Alam Sekolah Menengah Pertama Tahun Ajaran 2016/2017”
sebagai salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana Pendidikan pada Program
Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Lampung.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung.
2. Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA FKIP Universitas Lampung;
3. Berti Yolida, S.Pd., M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi
FKIP Universitas Lampung dan dosen pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan, arahan, dan masukan kepada penulis selama menyelesaikan skripsi.
4. Rini Rita T. Marpaung, S.Pd., M.Pd, selaku pembimbing I, Pembimbing
Akademik dan Validator yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan
saran yang baik dalam menyelesaikan skripsi.
5. Dr. Tri Jalmo, M.Si., selaku dosen pembahas yang telah memberikan kritik,
xii
saran, dan motivasi yang berharga hingga terselesainya skripsi ini.
6. Seluruh dosen Pendidikan Biologi yang telah mendidik dan membimbing
selama penulis menyelesaikan studi.
7. Dr. Undang Rosidin, M.Pd., selaku dosen Pendidikan Fisika sebagai
ahli/validator yang telah membantu dan memberikan motivasi dalam
penyelesaian skripsi.
8. Kinasih Cahyono, S.Pd., selaku guru IPA SMP Qur’an Darul Fattah Bandar
Lampung sebagai ahli/validator yang telah membantu dan memberikan
motivasi dalam penyelesaian skripsi.
9. Tim skripsi Desi Lestari Ningsih dan Hartoyo Adi Saputro yang
memberikan ide-ide cemerlang dan motivasi selama proses penyelesaian
skripsi.
10. Sahabat-sahabatku Halomoan Napitupulu, Artha Purba, Fatynia, Dwi
Kurniawati, Joshua Siregar, Dian yang selalu mendukung dan memotivasiku
dalam menyelesaikan skripsi.
11. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Semoga Tuhan melimpahkan berkat dan anugerah-Nya serta berkenan membalas
semua budi baik yang diberikan kepada penulis dan semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Bandar Lampung, 15 Mei 2018
Penulis
Lambok Verayanty Siregar
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................... xvi
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 8
D. Manfaat penelitian ..................................................................... 8
E. Ruang Lingkup ........................................................................... 9
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Penilaian .................................................................................... 11
B. Kemampuan Berpiikir ............................................................... 22
C. Higher Order Thinking Skill (HOTS)......................................... 26
D. Analisis Soal ............................................................................... 33
E. Ujian Nasional ............................................................................ 35
F. Kerangka Pikir ............................................................................ 38
II. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian .................................................... 40
B. Objek Penelitian.......................................................................... 40
C. Desain Penelitian ........................................................................ 40
D. Prosedur Penelitian ..................................................................... 41
E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data .......................................... 42
xiv
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ........................................................................ 47
B. Pembahasan ............................................................................. 50
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan..................................................................................... 63
B. Saran .......................................................................................... 64
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1. Kuisioner Biodata Narasumber ................................................ 712. Rubrik Analisis Soal Tipe Higher Order Thinking Skill pada
Soal Ujian Nasional Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) SekolahMenengah Pertama (SMP) Tahun Ajaran 2016/2017.............. 75
3. Angket Penilaian Butir Soal Ujian Nasional Ilmu PengetahuanAlam (IPA) Sekolah Menengah Pertama (SMP) Tahun Ajaran2016/2017 Tipe Higher Order Thinking Skill FGD................. 83
4. Hasil Analisis Stimulus ............................................................ 1675. Hasil Analisis Berpikir Kritis................................................... 1736. Hasil Analisis Keterampilan Pemecahan Masalah................... 1797. Hasil Analisis FGD .................................................................. 1858. Tabel Hasil FGD ...................................................................... 1919. Daftar Hadir Peserta FGD........................................................ 19310. Berita Acara FGD .................................................................... 19411. Surat-surat Pernyataan ............................................................. 19512. Foto/dokumentasi Proses FGD ................................................ 200
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Deskripsi dan Kata Kunci Revisi Taksonomi Bloom ................... 24
2. Tabulasi Data Angket.................................................................... 44
3. Kesesuaian Indikator Soal dengan Butir Soal ............................... 45
3 Kriteria Kesesuaian ....................................................................... 46
4 . Hasil FGD Karateristik Stimulus .................................................. 47
5. Hasil FGD Karateristik Kemampuan Berpikir Kritis ................... 48
6. Hasil FGD Karateristik Keterampilan Pemecahan Masalah......... 49
7. Persentase Kesesuaian dengan Butir Soal..................................... 49
8. Data Hasil Analisis Karateristik Jenis Stimulus ........................... 167
9. Data Hasil Analisis Karateristik Berpikir Kritis .......................... 173
10. Data Hasil Analisis Karateristik Pemecahan Masalah ................. 179
11. Data Hasil Analisis FGD Karateristik Stimulus............................ 185
12. Data Hasil Analisis FGD Karateristik Berpikir Kritis................... 187
13. Data Hasil Analisis FGD Karateristik Pemecahan Masalah ......... 189
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Bagan Kerangka Pikir ................................................................... 392. Soal UN IPA SMP 2016/2017 P1 Nomor 32................................ 513. Soal UN IPA SMP 2016/2017 P1 Nomor 29 ................................ 564. Soal UN IPA SMP 2016/2017 P1 Nomor 30 ................................ 58
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah suatu proses upaya yang dilakukan secara sadar dan sengaja
untuk meningkatkan nilai perilaku seseorang atau masyarakat, dari keadaan
tertentu ke suatu keadaan yang lebih baik. Pendidikan merupakan modal dasar
dalam membentuk pola pikir dan pengembangan intelektual serta sarana penerus
nilai-nilai, gagasan dan penyempurnaan cara berpikir. Definisi pendidikan dalam
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 dinyatakan secara tersurat pada pasal 1,
ayat (1), dengan rumusan sebagai berikut: “Pendidikan adalah usaha sadar untuk
mempersiapkan peserta didik melalui kegiatan pengajaran, bimbingan, dan/atau
latihan bagi perannya di masa yang akan datang” (Abdulhak, 2006: 76).
Tujuan Pendidikan dalam Tingkat Satuan Pendidikan Menengah adalah
meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta
keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
Pendidikan merupakan modal dasar dalam membentuk pola pikir dan
pengembangan intelektual serta sarana penerus nilai-nilai, gagasan dan
penyempurnaan cara berpikir (Wahyudi, 2007: 35-36). Hal tersebut dilakukan
sekaligus untuk menyiapkan generasi muda menghadapi tantangan-tantangan
baru.
2
Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur
pencapaian hasil belajar peserta didik. Penilaian hasil belajar peserta didik
meliputi aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan. Penilaian hasil belajar oleh
pendidik dilakukan dalam bentuk ulangan, pengamatan, penugasan dan/atau
bentuk lain yang diperlukan. Penilaiaan hasil belajar oleh satuan pendidikan
dilakukan dalam bentuk penilaian akhir yaitu Ujian Nasional dan ujian sekolah
(Direktorat Pembinaan SMA, 2015: 24).
Penilaian dalam Kurikulum 2013 diharapkan dapat membantu peserta didik untuk
meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking
Skills/HOTS), karena berpikir tingkat tinggi dapat mendorong peserta didik untuk
berpikir secara luas dan mendalam tentang materi pelajaran (Direktorat
Pembinaan SMA, 2015: 8). Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi
pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah.
Pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran sebagaimana
dimaksud meliputi mengamati, menanya, menalar, mencoba,
mengkomunikasikan. Siswa dilatih untuk mampu berpikir logis, runtut dan
sistematis, dengan menggunakan kapasitas berpikir tinggi (Higher Order of
Thinking Skill/HOTS). Keterampilan berpikir tingkat tinggi berbasis pada
Taksonomi Bloom yang direvisi terdapat tiga ranah kognitif yang menjadi bagian
dari kemampuan berpikir tingkat tinggi analisa, evaluasi dan mencipta. Evaluasi
merupakan kemampuan berpikir dalam mengambil keputusan berdasarkan fakta
atau informasi dan mengkreasi merupakan berpikir dalam membangun gagasan
atau ide-ide (Wahyu, Eka dan Alimufi, 2015: 3).
3
Banyak berbagai upaya yang dilakukan pemerintah dalam menjamin mutu
pendidikan, salah satunya adalah kegiatan evaluasi yang berupa Ujian Nasional
(UN). Ujian Nasional merupakan salah satu standar kelulusan bagi siswa yang
duduk di bangku sekolah, dimana tes tersebut dilakukan secara nasional pada
jenjang pendidikan menengah. Namun jika ditinjau lebih lanjut yang menjadi
masalah bukanlah pada Ujian Nasional yang diselenggarakan oleh pemerintah,
melainkan kurang mampunya siswa memahami ataupun mengenali struktur dan
komposisi soal Ujian Nasional yang berimbas pada kurang mampunya siswa
menyelesaikan soal-soal tersebut yang menyebabkan kemampuan berpikirnya
masih tergolong rendah. Salah satu faktor yang menyebabkan kemampuan
berpikirnya masih rendah adalah kurang terlatihnya anak Indonesia dalam
meyelesaikan tes atau soal soal yang sifatnya menuntut analisis, evaluasi, dan
kreativitas yang tinggi (Dewi, 2016: 2).
Pelaksanaan Ujian Nasional sendiri disesuaikan dengan kompetensi dasar yang
diberikan dan didalam kompetensi dasar tersebut termuat indikator kompetensi
yang menjadi acuan dalam pembuatan soal Ujian Nasional. Ditinjau dari segi
tujuan pelaksanaan UN sebagai tolak ukur standar nasional dalam mencapai
kualitas siswa, maka sudah seharusnya terdapat komponen soal dengan
kemampuan berpikir tingkat tinggi. UN yang menjadi tolak ukur kualitas suatu
bangsa, sudah seharusnya soal yang diujikan mampu mengukur keterampilan
berpikir tingkat tinggi yang akan digunakan sebagai dasar keterampilan seumur
hidup (Direktorat Pembinaan SMA, 2015: 6). Sekolah-sekolah harusnya mulai
melakukan penanaman HOTS untuk memenuhi tuntutan zaman ke-21. Hal ini
sesuai dengan karateristik kemampuan masyarakat abad ke-21 menurut
4
partnership of 21st century skills yang mengidentifikasikan bahwa pelajar pada
abad ke-21 harus mengembangkan keterampilan kompetitif yang diperlukan pada
abad ke-21 yang terfokus pada pengembangan HOTS (Basuki, 2014: 35).
Diperoleh juga nilai dari adanya rata-rata hasil Ujian Nasional IPA tahun
2016/2017 beberapa sekolah di Indonesia yaitu, SMP Negeri 22 Bandar Lampung
53,20, SMP Negeri 10 Bandar Lampung 51,81, SMP Negeri 3 Bandar Lampung
64,01, SMP Fransiskus Tanjung Karang 62,28, SMP Negeri 25 Medan 51,25,
SMP Negeri 32 Medan 48,87, SMP Negeri 19 Bogor 59,82, SMP Negeri 15
Jakarta 56,03, SMP Gotong Royong Yogyakarta 47,76 dan SMP Negeri 41
Bandung 58,02 (Kemendikbud, 2017). Dari hasil penilaian nasional tersebut perlu
diketahui bahwa berpikir tingkat tinggi sangat penting ditanamkan pada siswa
mengingat tantangan peningkatan mutu dalam berbagai aspek kehidupan tidak
dapat ditawar lagi. Dari permasalahan rendahnya prestasi belajar dan
keterampilan berpikir siswa ini, maka harus ada upaya yang dilakukan untuk
mengatasinya. Oleh karena itu, berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia pasal 1 ayat 4 Tahun 2005 seharusnya soal Ujian Nasional yang
diselenggarakan di Indonesia didalamnya mencakup soal HOTS agar tujuan dan
fungsi Ujian Nasional tercapai sehingga menghasilkan lulusan berkualitas yang
kritis dan kreatif dalam menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Merujuk dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Ramadhan dan Wasis
menunjukkan bahwa jenjang kognitif yang diukur pada UN IPA-Fisika tingkat
SMP masih tergolong rendah pada level tinggi seperti menganalisis dan
mengevaluasi dibanding pada soal-soal PISA (Ramadhan, 2013: 5). Hasil ini
5
menunjukkan bahwa kualitas soal UN ditinjau dari aspek keterampilan berpikir
yang diukurnya belum menggambarkan secara optimal tujuan kognitif yang
dibutuhkan peserta didik dalam menghadapi persaingan akademik tingkat global.
Didukung juga dengan adanya hasil penelitian oleh Afiyana (2010: 38) mengenai
analisis soal latihan UN IPA di Kabupaten Batang, menunjukkan kualitas soal
dalam kategori kurang baik. Karena soal didominasi oleh tingkat kesukaran soal
yang tinggi. Maka dari hal tersebut para siswa perlu memiliki kemampuan
berpikir yang tidak hanya membutuhkan kemampuan menghafal saja, namun juga
membutuhkan kemampuan lain yang lebih tinggi, yaitu kemampuan berpikir kritis
dan kemampuan dalam pemecahan masalah.
Ujian Nasional masih dipertahankan oleh Pemerintah Indonesia sebagai bentuk
penilaian akhir pada suatu jenjang Institusi pendidikan untuk menentukan
kelulusan peserta didik. Ujian Nasional untuk jenjang SMP masih dilaksanakan
hingga tahun 2017. Dari hasil penelitian Budiarti (2014: 5) diperoleh data bahwa
soal Ujian Nasional tingkat SMP berkisar pada Low Order of Thinking Skill
(LOTS), terdistribusi soal untuk dimssensi kognitif, yaitu; C1 : 10%, C2 : 67,5%,
C3 : 10%, C4 : 7,5%, C5 : 5% dan C6 : 0%.
Pembelajaran akan bermakna jika siswa diajak berpikir tingkat tinggi.
Keberhasilan penguasaan suatu konsep akan didapatkan ketika siswa sudah
mampu berpikir tingkat tinggi, dimana siswa tidak hanya dapat mengingat dan
memahami suatu konsep, namun siswa dapat menganalisis serta mensintesis,
mengevaluasi, dan mengkreasikan suatu konsep dengan baik, konsep yang telah
dipahami tersebut dapat melekat dalam ingatan siswa dalam waktu yang lama,
6
sehingga penting sekali bagi siswa untuk memiliki keterampilan berpikir tingkat
tinggi atau HOTS (Laily, 2013: 28).
HOTS atau kemampuan berpikir tingkat tinggi dijelaskan oleh Gunawan (2003:
171) adalah proses berpikir yang mengharuskan siswa untuk memanipulasi
informasi yang ada dan ide-ide dengan cara tertentu yang memberikan mereka
pengertian dan implikasi baru. Misalnya, ketika siswa menggabungkan fakta dan
ide dalam proses mensintesis, melakukan generalisasi, menjelaskan, melakukan
hipotesis dan analisis, hingga siswa sampai pada suatu kesimpulan. Kemampuan
berpikir tingkat tinggi dapat terjadi ketika seseorang mengaitkan informasi yang
baru diterima dengan informasi yang sudah tersimpan di dalam ingatannya,
kemudian menghubung-hubungkannya dan/atau menata ulang serta
mengembangkan informasi tersebut sehingga tercapai suatu tujuan ataupun suatu
penyelesaian dari suatu keadaan yang sulit dipecahkan.
Salah satu faktor yang menyebabkan kemampuan berpikirnya masih rendah
adalah kurang terlatihnya anak Indonesia dalam meyelesaikan tes atau soal-soal
yang sifatnya menuntut analisis, evaluasi, dan kreativitas yang tinggi. Soal-soal
yang memiliki karakteristik tersebut adalah soal-soal untuk mengukur HOTS. Dan
siswa hendaknya dibiasakan untuk selalu berhadapan dengan permasalahan
karena dengan adanya masalah, maka siswa akan berpikir kritis yang berarti
mempertimbangkan secara aktif, tekun dan hati-hati terhadap segala alternatif
sebelum mengambil keputusan. Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan diatas,
maka peneliti tertarik untuk mengkaji secara lebih mendalam tentang analisis soal
ujian nasional Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Sekolah Menengah Pertama (SMP)
7
Tahun Ajaran 2016/2017. Oleh karena itu, akan dilakukan penelitian dengan judul
“Analisis Soal Ujian Nasional Ilmu Pengetahuan Alam Sekolah Menengah
Pertama Tahun Ajaran 2016/2017. Karakteristik soal tipe HOTS yang dianalisis
yaitu stimulus atau dasar pertanyaan, kemampuan berpikir yang meliputi
kemampuan berpikir kritis dan kreatif.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan oleh peneliti di atas, maka
rumusan masalah penelitian ini :
1. Bagaimana karateristik butir soal Ujian Nasional Mata Pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam Sekolah Menengah Pertama tahun ajaran 2016/2017
berdasarkan:
a. Jenis Stimulus?
b. Keterampilan berpikir tingkat tinggi?
2. Apakah terdapat kesesuaian antara butir soal dengan indikator pencapaian
kompetensi pada soal Ujian Nasional mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
Sekolah Menengah Pertama tahun ajaran 2016/2017?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam
8
penelitian ini yaitu:
1. Untuk mengetahui karateristik butir soal Ujian Nasional Mata Pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) Sekolah Menengah Pertama (SMP) tahun ajaran
2016/2017 berdasarkan:
a. Jenis Stimulus
b. Keterampilan berpikir tingkat tinggi
2. Untuk mengetahui kesesuaian antara butir soal dengan indikator pencapaian
kompetensi pada soal Ujian Nasional mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA) Sekolah Menengah Pertama (SMP) tahun ajaran 2016/2017
D. Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
1. Bagi Guru
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan guru
terhadap pembuatan HOTS dalam soal ujian sekolah.
2. Bagi Sekolah
Dengan adanya analisis HOTS terhadap soal UN IPA SMP ini diharapkan bagi
sekolah dapat memberikan bekal atau wawasan mengenai soal-soal yang
berbasis HOTS dalam soal Ujian Nasional yang dapat meningkatkan proses
evaluasi tiap tahunnya.
9
3. Bagi Peneliti
Diharapkan menambah wawasan pengetahuan dan pengalaman serta menjadi
dasar dalam rangka menganalisis soal-soal tipe HOTS dalam soal Ujian
Nasional (UN) IPA dan menjadi bekal sebagai calon guru mata pelajaran IPA,
terutama dalam menyusun soal ujian sekolah berbasis HOTS.
E. Ruang Lingkup
1. Analisis Soal atau telaah soal adalah kegiatan pengumpulan, peringkasan, dan
penggunaan informasi dari jawaban siswa untuk membuat keputusan tentang
setiap penilaian.
2. Higher Order Thinking Skill (HOTS) merupakan keterampilan berpikir pada
tingkatan yang lebih tinggi pada hierarki kognitif. HOTS memiliki beberapa
karateristik yaitu, stimulus (dasar pertanyaan), keterampilan berpikir kritis dan
keterampilan pemecahan masalah.
3. Stimulus memiliki indikator yaitu, gambar, grafik, rumus, diagram, tabel,
contoh, penggalan kasus. Keterampilan berpikir kritis memiliki indikator yaitu,
memfokuskan pada pertanyaan, menganalisis argumen, mempertimbangkan hal
yang dapat dipercaya, membandingkan kesimpulan, menentukan kesimpulan,
menilai, mendefinisikan konsep, mendefinisikan asumsi dan mendeskripsikan.
4. Keterampilan pemecahan masalah memiliki indikator yaitu, mengidentifikasi
masalah, merumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan, memahami kata
dalam konteks, mengidentifikasi masalah yang tidak sesuai, memilih masalah
sendiri, mendeskripsikan berbagai strategi, mengidentifikasi asumsi,
10
mendeskripsikan masalah, memberikan alasan masalah yang sulit, memberikan
alasan solusi, memberikan alasan strategi yang digunkan, memecahkan
masalah berdasarkan data dan masalah, membuat strategi lain, menggunakan
analogi, menyelesaikan secara terencana, mengevaluasi kualitas solusi,
mengevaluasi strategi sistematika.
5. Ujian Nasional (UN) adalah sistem evaluasi standar pendidikan dasar dan
menengah secara nasional dan persamaan mutu tingkat pendidikan antar daerah
yang dilakukan oleh Pusat Penilaian Pendidikan untuk mengukur capaian
kompetensi lulusan pada beberapa mata pelajaran tertentu secara nasional
dengan mengacu pada standar kompetensi lulusan. UN yang dianalisis adalah
tahun ajaran 2016/2017 karena merupakan soal tahun terakhir dalam
pelaksanaan Ujian Nasional dan juga pada kurikulum 2013 menghendaki
peserta didik mampu berpikir tinggi yang biasa disebut “HOTS” (Higher Order
Thinking Skill).
6. Jenjang Pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan
tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan
yang dikembangkan. Pendidikan menengah adalah pendidikan formal di
Indonesia setelah lulus sekolah dasar yang ditempuh dalam waktu 3 tahun dan
untuk mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan tinggi.
11
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Penilaian
Penilaian adalah suatu prosedur sistematis dan mencakup kegiatan mengum-
pulkan, menganalisis, serta menginterprestasikan informasi yang dapat digunakan
untuk membuat kesimpulan tentang karakteristik seseorang atau objek. Secara
khusus penilaian didefinisikan adalah sebagai suatu proses yang sistematis dan
mencakup kegiatan mengumpulkan, menginterprestasikan informasi untuk
menentukan seberapa jauh seseorang peserta didik atau sekelompok peserta didik
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, baik aspek pengetahuan,
sikap maupun keterampilan (Kusaeri, 2012: 8).
Beberapa hal yang harus menjadi prinsip dalam suatu penilaian, yaitu: (1) proses
penilaian harus merupakan dari bagian yang tak terpisahkan dari proses
pembelajaran, bukan bagian terpisah dari proses pembelajaran (a part of, not a
part from instruction); (2) penilaian harus mencerminkan masalah dunia nyata
(real world problem), bukan dunia sekolah (school work-kind of problems); (3)
penilaian harus menggunakan berbagai ukuran, metode, dan kriteria yang sesuai
dengan karakteristik dan esensi pengalaman belajar; dan (4) penilaian harus
bersifat holistik yang mencakup semua aspek dari tujuan pembelajaran yaitu
kognitif, afektif dan sensori-motorik (Kusaeri, 2012: 8-9).
12
Adapun tujuan dan fungsi penilaian adalah sebagai berikut:
1. Penilaian berfungsi selektif
Dengan cara mengadakan penilaian guru mempunyai cara untuk mengadakan
seleksi atau penilaian terhadap peserta didik. Penilaian itu sendiri mempunyai
berbagai tujuan, antara lain : (1) memilih peserta didik yang dapat diterima
disekolah tertentu; (2) untuk memilih peserta didik yang dapat naik ke kelas
atau tingkat berikutnya; (3) untuk memilih peserta didik yang seharusnya
mendapat beasiswa; dan (4) untuk memilih peserta didik yang sudah berhak
meninggalkan sekolah, dan sebagainya.
2. Penilaian berfungsi diagnostik
Apabila alat yang digunakan dalam penilaian cukup memenuhi persyaratan,
maka dengan melihat hasilnya guru akan mengetahui kelemahan peserta didik.
Jadi dengan mengadakan penilaian, sebenarnya guru mengadakan diagnosis
kepada peserta didik tentang kebaikan dan kelemahannya. Dengan
diketahuinya sebab-sebab kelemahan ini, akan mudah dicari cara untuk
mengatasi.
3. Penilaian berfungsi sebagai penempatan
Setiap peserta didik sejak lahirnya telah membawa bakat sendiri-sendiri
sehingga pelajaran akan lebih efektif apabila disesuaikan dengan pembawaan
yang ada. Akan tetapi, disebabkan karena keterbatasan sarana dan tenaga,
pendidikan yang bersifat individual kadang-kadang sukar sekali dilaksanakan.
Pendekatan yang lebih bersifat melayani perbedaan kemampuan adalah
13
pengajaran secara kelompok. Untuk dapat menentukan dengan pasti di
kelompok mana seorang peserta didik harus ditempatkan.
4. Penilaian berfungsi sebagai pengukur keberhasilan
Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana suatu program ber-
hasil diterapkan. Keberhasilan program ditentukan oleh beberapa faktor
yaitu faktor guru, metode mengajar, kurikulum, saran, dan sistem admi-
nistrasi (Arikunto, 2009: 10-11).
Tujuan-tujuan penilaian hendaknya diarahkan pada empat hal sebagai berikut:
(1) penelusuran (keeping track), yaitu untuk menelusuri agar proses
pembelajaran tetap sesuai dengan rencana; (2) pengecekan (checking-up),
yaitu untuk mengecek adakah kelemahan-kelemahan yang dialami oleh
peserta didik selama proses pembelajaran; (3) pencarian (finding-out), yaitu
untuk mencari dan menemukan hal-hal yang menyebabkan terjadinya
kelemahan dan kesalahan dalam proses pembelajaran; dan (4) penyimpulan
(summing-up), yaitu untuk menyimpulkan apakah peserta didik telah
menguasai seluruh kompetensi yang sitetapkan dalam kurikulum atau belum
(Kusaeri, 2012: 9).
Penilaian yang akan dilaksanakan harus memenuhi persyaratan atau kriteria
sebagai berikut: (1) memiliki validitas; (2) mempunyai reliabilitas; (3)
objektivitas; (4) efesiensi; dan (5) kegunaan/kepraktisan (Hamalik, 2013:
157).
14
1. Validitas
Validitas artinya penilaian harus benar-benar mengukur apa yang hendak
diukur. Misalnya, barometer adalah alat pengukur tekanan udara dan tidak
tepat bila digunakan untuk mengukur temperatur udara. Dengan demikian
pula suatu tes memiliki suatu validitas bila tes itu benar-benar mengukur
hal yang hendak di tes. Sebuah tes inteligensi, validitasnya dapat
diperkirakan dengan kriteria lain, yakni dengan ukuran yang diprakirakan
oleh guru. Misalnya, seorang guru telah lama bergaul dengan peserta didik
tertentu. Dia dapat melihat kapasitas peserta didik itu berada di bawah
pengawasanya. Apabila antara hasil tes dengan pendapat guru tak seberapa
berbeda (korelasinya tinggi), maka dapat dinyatakan bahwa tes itu
memiliki validitas yang tinggi. Kriteria lain yang dapat digunakan untuk
mengukur validitas tes itu adalah membanding kannya dengan hasil yang
telah diperoleh oleh seorang ahli lain. Jadi validitas suatu tes menunjukkan
ukuran atau tingkat dimana tes itu dapat dipergunakan untuk mengukur
suatu tujuan objek tertentu.
2. Reliabilitas
Suatu alat evaluasi memiliki reliabilitas, apabila menunjukkan ketetapan
hasilnya. Dengan kata lain, orang yang akan di tes itu akan mendapat skor
yang sama bila dia dites kembali dengan alat uji yang sama. Reliabilitas
suatu tes biasanya dinyatakan dengan koefisien korelasi. Suatu alat
evaluasi yang tinggi bila reliabilitasnya menunjukkan koefisien korelasi
1.00, sedangkan tes yang reliabilitas rendah mempunyai koefisien korelasi
0.00. Untuk mengetahui besar kecilnya reliabilitas suatu tes dapat
15
ditempuh berbagai cara, yakni dengan cara mengulangi kembali tes itu
(test-retest), atau dengan cara comparable forms atau split halves method.
3. Objektivitas
Suatu alat evaluasi harus benar-benar mengukur apa yang diukur, tanpa
adanya interprestasi yang tidak ada hubungannya dengan alat evaluasi itu.
Guru harus menilai peserta didik dengan kriteria yang sama bagi setiap
pekerjaan tanpa membeda-bedakan si A dan si B dan seterusnya. Selain itu,
interprestasi peserta didik terhadap instruksi dalam alat evaluasi harus
sama, instruksinya harus jelas dan tegas, tidak menimbulkan interprestasi
yang berbeda-beda. Objektivitas dalam penilaian sering diperlukan dalam
menggunakan: questioner, essay test, observation, rating scale, check list,
dan alat-alat lainnya. Objektivitas juga diperlukan pada waktu membuat
skor hasil tes. Guru harus menggunakan kriteria yang sama.
4. Efisiensi
Suatu alat evaluasi sedapat mungkin dipergunakan tanpa membuang waktu
dan uang yang banyak. Ini tidak berarti bahwa evaluasi yang memakan
waktu, usaha dan uang sedikit dianggap alat evaluasi yang baik. Hal ini
tergantung pada tujuan penggunaan alat evaluasi dan banyaknya peserta
didik yang dinilai dan sebagainya. Suatu alat evaluasi diharapkan dapat
digunakan dengan sedikit biaya dan usaha yang sedikit, dalam waktu yang
singkat, dan hasil yang memuaskan.
5. Kegunaan/kepraktisan
Ciri lain dari alat evaluasi ialah usefulness (harus berguna). Untuk
memperoleh keterangan tentang peserta didik, sehingga guru dapat
16
memberikan bimbingan sebaik-baiknya bagi para peserta didik (Hamalik,
2013: 157-159).
Penilaian terhadap hasil belajar menurut Hamalik (2013: 168-171)
dilaksanakan dengan cara tertentu sesuai dengan maksud dan tujuan penilaian
tersebut, yang dirancang dengan model desain evaluasi, yakni penilaian
sumatif, formatif, reflektif, dan kombinasi ketiga model.
a. Penilaian sumatif, ialah suatu bentuk pelaksanaan penilaian yang
dilaksanakan pada waktu berakhirnya suatu program pembelajaran, model
ini bertujuan untuk mengetahui hasil akhir yang didapat peserta didik,
yakni penguasaan pengetahuan. Hasil penilaian ini sekaligus
menggambarkan keberhasilan proses pembelajaran. Penilaian sumatif
berfungsi menyediakan informasi untuk membuat keputusan untuk
mementukan kelulusan, atau untuk menentukan suatu program dapat
diteruskan dengan program baru atau perlu dilakukan pengulangan
program pembelajaran.
b. Penilaian formatif merupakan suatu bentuk pelaksanaan evaluasi yang
dilakukan selama berlangsungnya program dan kegiatan pembelajaran.
Tujuan pelaksanaan penilaian ini adalah untuk memperoleh informasi
balikkan terhadap proses pembelajaran. Apabila terdapat kelemahan dalam
proses pembelajaran, maka dapat segera dilakukan perbaikkan
sebagaimana mestinya. Pelaksanaan penilaian ini berfungsi diagnostik,
yakni untuk perbaikan, yang dilakukan dengan metode pengajaran
remedial.
c. Penilaian reflektif merupakan suatu bentuk pelaksanaan evaluasi yang
17
dilakukan sebelum proses pembelajaran berlangsung. Tujuan dari
pelaksanaan penilaian ini adalah untuk memperoleh informasi mengenai
tingkat kesiapan dan tingkat penguasaan bahan pelajaran oleh peserta
didik, sehingga dapat disusun dan diramalkan kemungkinan
keberhasilannya setelah mengalami proses pembelajaran kelak. Fungsi
pelaksanaan penilaian ini bersifat prediktif (peramalan).
Pelaksanaan penilaian meliputi tiga ranah yaitu ranah afektif, kognitif, dan
psikomotorik.
a. Penilaian Afektif (Sikap)
1. Pengertian Penilaian Sikap
Penilaian sikap adalah kegiatan untuk mengetahui kecenderung- an perilaku
spiritual dan sosial siswa dalam kehidupan sehari- hari di dalam dan di luar
kelas sebagai hasil pendidikan. Penilai- an sikap ditujukan untuk
mengetahui capaian/perkembangan sikap siswa dan memfasilitasi
tumbuhnya perilaku siswa sesuai butir-butir nilai sikap dalam KD.
2. Teknik Penilaian Afektif
Penilaian sikap dilakukan dengan menggunakan teknik observasi oleh guru
mata pelajaran (selama proses pembelajaran pada jam pelajaran), guru
bimbingan konseling (BK), dan wali kelas (selama siswa di luar jam
pelajaran) yang ditulis dalam buku jurnal (yang selanjutnya disebut jurnal).
Jurnal berisi catatan anekdot (anecdotal record), catatan kejadian tertentu
(incidental record), dan informasi lain yang valid dan relevan. Jurnal tidak
hanya didasarkan pada apa yang dilihat langsung oleh guru, wali kelas, dan
guru BK, tetapi juga informasi lain yang relevan dan valid yang diterima
18
dari berbagai sumber. Selain itu, penilaian diri dan penilaian antarteman
dapat dilakukan dalam rangka pembinaan dan pembentukan karakter siswa,
yang hasilnya dapat dijadikan sebagai salah satu data konfirmasi dari hasil
penilaian sikap oleh pendidik.
b. Penilaian Kognitif (Pengetahuan)
1. Pengertian
Penilaian pengetahuan adalah penilaian yang dilakukan untuk mengetahui
penguasaan siswa yang meliputi pengetahuan faktual, konseptual, maupun
prosedural serta kecakapan berpikir tingkat rendah hingga tinggi. Penilaian
pengetahuan dilakukan dengan berbagai teknik penilaian. Guru memilih
teknik penilaian yang sesuai dengan karakteristik kompetensi yang akan
dinilai. Penilaian dimulai dengan perencanaan yang dilakukan pada saat
menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Penilaian pengetahuan,
selain untuk mengetahui apakah siswa telah mencapai KBM/KKM, juga
untuk mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan penguasaan pengetahuan
siswa dalam proses pembelajaran (diagnostic). Hasil penilaian digunakan
memberi umpan balik (feedback) kepada siswa dan guru untuk perbaikan
mutu pembelajaran. Hasil penilaian pengetahuan yang dilakukan selama dan
setelah proses pembelajaran dinyatakan dalam bentuk angka dengan rentang
0-100.
2. Teknik Penilaian Pengetahuan
Berbagai teknik penilaian pengetahuan dapat digunakan sesuai dengan
karakteristik masing-masing KD. Teknik yang biasa digunakan antara lain
tes tertulis, tes lisan, penugasan, dan portofolio.
19
a. Tes Tertulis
Tes tertulis adalah tes yang soal dan jawaban disajikan secara
tertulis berupa pilihan ganda, isian, benar-salah, menjodohkan, dan
uraian. Instrumen tes tertulis dikembangkan atau disiapkan dengan
mengikuti langkah- langkah yaitu menentukan tujuan, menyusun
kisi-kisi, menulis soal berdasarkan kisi-kisi dan kaidah penulisan
soal, dan menyusun pedoman penskoran.
b. Tes Lisan
Tes lisan berupa pertanyaan-pertanyaan yang diberikan guru secara
lisan dan siswa merespon pertanyaan tersebut secara lisan. Selain
bertujuan mengecek penguasaan pengetahuan untuk perbaikan
pembelajaran, tes lisan dapat menumbuhkan sikap berani
berpendapat, percaya diri, dan kemampuan berkomunikasi secara
efektif. Dengan demikian, tes lisan dilakukan pada saat proses
pembelajaran berlangsung. Tes lisan juga dapat digunakan untuk
melihat ketertarikan siswa terhadap pengetahuan yang diajarkan dan
motivasi siswa dalam belajar.
c. Penugasan
Penugasan adalah pemberian tugas kepada siswa untuk mengukur
dan/atau memfasilitasi siswa memperoleh atau meningkatkan
pengetahuan. Penugasan untuk mengukur pengetahuan dapat
dilakukan setelah proses pembelajaran (assessment of learning).
Sedangkan penugasan untuk meningkatkan pengetahuan diberikan
sebelum dan/atau selama proses pembelajaran (assessment for
20
learning). Tugas dapat dikerjakan baik secara individu maupun
kelompok sesuai karakteristik tugas yang diberikan.
d. Portofolio
Portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada
kumpulan informasi yang bersifat reflektif- integratif yang
menunjukkan perkembangan kemampuan siswa dalam satu periode
tertentu. Ada beberapa tipe portofolio antara lain portofolio
dokumentasi, portofolio proses, dan portofolio pameran. Guru dapat
memilih tipe portofolio yang sesuai dengan tujuannya. Untuk SMP,
tipe portofolio yang utama untuk penilaian pengetahuan adalah
portofolio pameran, yaitu merupakan kumpulan sampel pekerjaan
terbaik dari KD, terutama pekerjaan-pekerjaan dari tugas-tugas dan
ulangan harian tertulis yang diberikan kepada siswa. Portofolio setiap
siswa disimpan dalam suatu folder (map) dan diberi tanggal
pengumpulan oleh guru. Portofolio dapat disimpan dalam bentuk
cetakan dan/atau elektronik. Pada akhir suatu semester kumpulan
sampel pekerjaan tersebut digunakan sebagai sebagian bahan untuk
mendeskripsikan pencapaian pengetahuan secara deskriptif.
Portofolio pengetahuan tidak diskor lagi dengan angka
(Kemendikbud, 2015: 15-20).
c. Penilaian Keterampilan
1. Pengertian Penilaian Psikomotorik (Keterampilan)
Penilaian keterampilan adalah penilaian yang dilakukan untuk
mengetahui kemampuan siswa dalam menerapkan pengetahuan untuk
21
melakukan tugas tertentu di dalam Penilaian keterampilan dapat
dilakukan dengan berbagai teknik, antara lain penilaian kinerja, penilaian
proyek, dan penilaian portofolio. Teknik penilaian keterampilan yang
digunakan dipilih sesuai dengan karakteristik KD.
2. Teknik Penilaian Psikomotorik (Keterampilan)
Berbagai teknik penilaian keterampilan dapat digunakan sesuai dengan
karakteristik masing-masing KD. Teknik yang biasa digunakan antara
lain penilaian kinerja dan penilaian produk.
a. Penilaian Kerja
Penilaian kinerja adalah penilaian untuk mengukur capaian
pembelajaran yang berupa keterampilan proses dan/atau hasil
(produk). ). Dengan demikian, aspek yang dinilai dalam penilaian
kinerja adalah kualitas proses mengerjakan/melakukan suatu tugas
atau kulaitas produknya atau kedua-duanya. Contoh keterampilan
proses adalah keterampilan melakukan tugas/tindakan dengan
menggunakan alat dan/atau bahan dengan prosedur kerja kerja
tertentu, sementara produk adalah sesuatu (bisanya barang) yang
dihasilkan dari penyelesaian sebuah tugas.
b. Penilaian Produk
Penilaian proyek adalah suatu kegiatan untuk mengetahui
kemampuan siswa dalam mengaplikasikan pengetahuannya melalui
penyelesaian suatu tugas dalam periode/waktu tertentu. Penilaian
proyek dapat dilakukan untuk mengukur satu atau beberapa KD
dalam satu atau beberapa mata pelajaran.Tugas tersebut berupa
22
rangkaian kegiatan mulai dari perencanaan, pengumpulan data,
pengorganisasian data, pengolahan dan penyajian data, serta
pelaporan. Penilaian proyek setidaknya ada empat hal yang perlu
dipertimbangkan yaitu pengelolaan, relevansi, keaslian, dan inovasi
serta kreatifitas (Kemendikbud, 2015: 21-25).
B. Kemampuan Berpikir
Pendapat para ahli mengenai berpikir itu bermacam-macam. Misalnya ahli-ahli
psikologi asosiasi menganggap bahwa berpikir adalah kelangsungan tanggapan-
tanggapan di mana subjek yang berpikir pasif. Plato beranggapan bahwa berpikir
itu adalah berbicara dalam hati. Sehubungan dengan pendapat Plato ini adalah
pendapat yang mengatakan bahwa berpikir adalah aktivitas ideasional. Pada
pendapat yang terakhir itu dikemukakan dua kenyataan, yaitu:
a. Bahwa berpikir itu adalah aktivitas, jadi subjek yang berpikir aktif.
b. Bahwa aktivitas itu sifatnya ideasional, jadi bukan sensoris dan bukan
motoris,walaupun dapat disertai oleh kedua hal itu, berpikir itu
mempergunakan abstraksi-abstraksi atau “ideas”.
Berpikir itu adalah meletakkan hubungan antara bagian-bagian pengetahuan kita.
Bagian-bagian pengetahuan kita yaitu segala sesuatu yang telah kita miliki, yang
berupa pengertian-pengertian dan dalam batas tertentu juga tanggapan-tanggapan.
Berpikir adalah proses yang dinamis yang dapat dilukiskan menurut proses atau
jalannya (Suryabrata, 2004: 54-55).
23
Ada tiga pandangan dasar tentang berpikir, yaitu:
(1) Berpikir adalah kognitif, yaitu timbul secara internal dalam pikiran tetapi
dapat diperkirakan dari perilaku.
(2) Berpikir merupakan sebuah proses yang melibatkan beberapa manipulasi
pengetahuan dalam sistem kognitif.
(3) Berpikir diarahkan dan menghasilkan perilaku yang memecahkan masalah
atau diarahkan pada solusi.
Salah satu sifat dari berpikir yaitu berpikir tentang sesuatu, untuk memperoleh
pemecahan masalah untuk mendapatkan sesuatu yang baru. Berpikir juga dapat
dipandang sebagai pemprosesan informasi dari stimulus yang ada (strating
position) sampai pemecahan masalah (finishing position) atau goal state. Dengan
demikian, dapat dikemukakan bahwa berpikir itu merupakan proses kognitif yang
berlangsung antara stimulus dan respon. Perkembangan ide dan konsep ini
berlangsung melalui proses penjalinan hubungan antara bagian-bagian informasi
yang tersimpan di dalam diri seseorang yang berupa pengertian-pengertian.
“Berpikir” mencakup banyak aktivitas mental. Berpikir juga berarti berjerih-payah
secara mental untuk memahami sesuatu yang dialami atau mencari jalan keluar
dari persoalan yang sedang dihadapi. Dalam berpikir juga termuat kegiatan
meragukan dan memastikan, merancang, menghitung, mengukur, mengevaluasi,
membandingkan, menggolongkan, memilah-milah atau membedakan,
menghubungkan, menafsirkan, melihat kemungkinan-kemungkinan yang ada,
membuat analisis dan sintesis menalar atau menarik kesimpulan dari premis-
premis yang ada, menimbang, dan memutuskan (Ahmad, 2004: 37-38).
24
Menurut Taksonomi Bloom yang telah direvisi proses kognitif dibedakan menjadi
dua, yaitu keterampilan berpikir tingkat tinggi atau sering disebut dengan Higher
Order Thinking Skill (HOTS), dan keterampilan berpikir tingkat rendah Lower
Order Thinking Skill (LOTS). Kemampuan berpikir tingkat rendah melibatkan
kemampuan mengingat (C1), memahami (C2) dan menerapkan (C3) sementara
dalam kemampuan berpikir tingkat tinggi melibatkan analisis dan sintesis (C4),
mengevaluasi (C5), dan mencipta atau kreativitas (C6) (Anderson, 2001: 57).
Dalam taksonomi Bloom domain kognitif hanya terdiri dari satu dimensi saja
namun dalam taksonomi Anderson dan Krathwohl berubah menjadi dua dimensi.
Dimensi yang pertama adalah Knowledge Dimension (dimensi pengetahuan) dan
Cognitive Process Dimension (dimensi proses kognisi). Dimensi proses kognisi
terdapat 6 kategori, yaitu kemampuan mengingat, memahami, dan menerapkan
yang merupakan kemampuan berpikir tingkat rendah. Selain itu kemampuan
menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta termasuk kemampuan berpikir tingkat
tinggi.
Tabel 1. Deskripsi dan kata kunci revisi taksonomi Bloom.
KATEGORI(1)
KATA KUNCI(2)
TINGKATANBERPIKIR
(2)Remembering
(mengingat):can thestudent recall or
remember theinformation?
Dapatkah pesertadidik mengucapkan
atau mengingatinformasi?
Menyebutkan definisi,menirukan ucapan,
menyatakan susunan,mengucapkan,
mengulang, menyatakan
LOTS-LowerOrder Thingking
Skill
25
Understanding(pemahaman):
Dapatkah pesertadidik menjelaskankonsep, prinsip,
hukum atauprosedur?
Mengelompokkan,menggambarkan,
menjelaskan identifikasi,menempatkan,melaporkan,menjelaskan,
menerjemahkan,pharaprase.
Applying(penerapan):
Dapatkah pesertadidik menerapkanpemahamannya
dalam situasi baru?
Memilih,mendemonstrasikan,
memerankan,menggunakan,
mengilustrasikan,menginterpretasi,menyusun jadwal,membuat sketsa,
memecahkan masalah,menulis
(1) (2) (3)Analyzing
(analisis): Dapatkahpeserta
didik memilahbagian-bagianberdasarkan
perbedaan dankesamaannya?
Mengkaji,membandingkan,mengkontraskan,
membedakan,melakukan
deskriminasi,memisahkan,
menguji, melakukaneksperimen,
mempertanyakan.
HOTS-HigherOrder Thingking
Skill
Evaluating(evaluasi):
Dapatkah pesertadidik menyatakanbaik atau burukterhadap sebuah
fenomena atau objektertentu?
Memberiargumentasi,
mempertahankan,menyatakan, memilih,memberi dukungan,memberi penilaian,melakukan evaluasi
Creating(penciptaan):
Dapatkah pesertadidik menciptakansebuah benda atau
pandangan?
Merakit, mengubah,membangun,
mencipta, merancang,mendirikan,
merumuskan,menulis.
(Anderson dan Krathwohl, 2001: 59).
26
C. Higher Order Thinking Skills (HOTS)
Menurut Brookhart kemampuan HOTS adalah (1) berpikir tingkat tinggi berada
pada bagian atas taksonomi kognitif Bloom, (2) berpikir tingkat tinggi merupakan
tujuan pengajaran dibalik taksonomi kognitif yang dapat membekali peserta didik
untuk melakukan transfer pengetahuan, (3) mampu berpikir, artinya peserta didik
mampu menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang mereka kembangkan
selama belajar pada konteks yang baru. Dalam hal ini yang dimaksud baru adalah
aplikasi konsep yang belum terpikirkan sebelumnya oleh peserta didik, namun
konsep tersebut sudah diajarkan, ini berarti belum tentu sesuatu yang universal
baru. Berpikir tingkat tinggi berarti kemampuan peserta didik untuk
menghubungkan pembelajaran dengan hal-hal lain yang belum pernah diajarkan
(Istiyono, 2014: 3).
HOTS atau kemampuan berpikir tingkat tinggi dijelaskan oleh Gunawan (2003:
171) adalah proses berpikir yang mengharuskan siswa untuk memanipulasi
informasi yang ada dan ide-ide dengan cara tertentu yang memberikan mereka
pengertian dan implikasi baru. Misalnya, ketika siswa menggabungkan fakta dan
ide dalam proses mensintesis, melakukan generalisasi, menjelaskan, melakukan
hipotesis dan analisis, hingga siswa sampai pada suatu kesimpulan. Kemampuan
berpikir tingkat tinggi dapat terjadi ketika seseorang mengaitkan informasi yang
baru diterima dengan informasi yang sudah tersimpan di dalam ingatannya,
kemudian menghubung-hubungkannya dan/atau menata ulang serta
mengembangkan informasi tersebut sehingga tercapai suatu tujuan ataupun suatu
penyelesaian dari suatu keadaan yang sulit dipecahkan.
27
Menurut Uno (2012), soal HOTS memiliki empat indikator, yaitu:
1. Problem solving atau proses dalam menemukan masalah serta cara
memecahkan masalah berdasarkan informasi yang nyata, sehingga dapat
ditarik kesimpulan.
2. Keterampilan pengambilan keputusan, yaitu ketrampilan seseorang dalam
memecahan masalah melalui pengumpulan informasi untuk kemudian
memilih keputusan terbaik dalam memecahkan masalah.
3. Keterampilan berpikir kritis adalah usaha untuk mencari informasi yang
akurat yang digunakan sebagiamana mestinya pada suatu masalah.
4. Keterampilan berpikir kreatif, artinya menghasilkan banyak ide sehingga
menghasilkan inovasi baru untuk memecahkan masalah.
Kemampuan berpikir HOTS meliputi aspek kemampuan berpikir kritis,
kemampuan berpikir kreatif, dan kemampuan memecahkan masalah. Berpikir
kritis yaitu kemampuan untuk menganalisis, menciptakan dan menggunakan
kriteria secara obyektif, serta mengevaluasi data. Berpikir kreatif yaitu
kemampuan untuk menggunakan struktur berpikir yang rumit sehingga
memunculkan ide yang baru dan orisinil. Kemampuan memecahkan masalah yaitu
kemampuan untuk berpikir secara kompleks dan mendalam untuk memecahkan
suatu masalah (Gunawan, 2003: 177- 179).
Berpikir kritis adalah berpikir yang beralasan dan reflektif dengan menekankan
pada pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai dan harus
dilakukan. Seseorang yang berpikir kritis adalah seseorang yang mampu
menyelesaikan masalah, membuat keputusan, dan belajar konsep-konsep baru
28
melalui kemampuan bernalar dan berpikir reflektif berdasarkan suatu bukti dan
logika yang diyakini benar (Ibrahim, 2011: 4-5). Indikator keterampilan berpikir
kritis dibagi menjadi lima kelompok (Devi, 2012: 4), yaitu memberikan
penjelasan sederhana, membangun keterampilan dasar, menyimpulkan, membuat
penjelasan lebih lanjut serta mengatur strategi dan taktik.
Berpikir kreatif oleh Munandar (Ibrahim, 2011: 6) disebut juga berpikir divergen,
yaitu berpikir untuk memberikan macam-macam kemungkinan jawaban benar
ataupun cara terhadap suatu masalah berdasarkan informasi yang diberikan
dengan penekanan pada keragaman jumlah dan kesesuaian. Merujuk dari
pendapat Ibrahim (2011: 6) menyatakan ada lima ciri kemampuan berpikir kreatif,
yaitu kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility), keaslian (originality),
penguraian (elaboration), dan perumusan kembali (redefinition).
Taksonomi Bloom merupakan dasar bagi berpikir tingkat tinggi. Dasar dari
pemikiran ini ialah bahwa beberapa jenis pembelajaran memerlukan proses
kognisi yang lebih daripada yang lain, tetapi memiliki manfaat-manfaat lain yang
lebih umum. Indikator untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi
meliputi menganalisis, mengevaluasi, mencipta (Lewy, 2009: 15-16).
Menurut Malaysia Examination Syndicate kemampuan berpikir tingkat tinggi
merupakan suatu kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk menerapkan
pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai dalam membuat penalaran dan refleksi
untuk memecahkan masalah, membuat keputusan, berinovasi dan kemampuan
untuk mencipta sesuatu (Alias, 2015: 3). Hal ini sebanding dengan yang
dikemukakan oleh Newman (1993: 8-12) yang menyatakan bahwa HOTS
29
mengharuskan peserta didik untuk memanipulasi informasi dan ide-ide dengan
cara mentransformasikan pengertian dan ide-ide guna untuk mensintesis,
mengeneralisasi, menjelaskan, membuat hipotesis atau membuat kesimpulan dan
interpretasi (Widodo, 2013: 2). Menurut tinjauan dalam filsafat, Lewis dan Smith
berpendapat bahwa HOTS terjadi ketika seseorang mendapat informasi baru dan
informasi yang tersimpan dalam memori saling berhubungan, tertata kembali dan
meluaskan informasi ini untuk mencapai tujuan atau menemukan kemungkinan
jawaban dalam situasi yang membingungkan (Ricland, 2015: 177).
HOTS adalah berpikir yang lebih tinggi dari menghafal fakta-fakta atau
mengatakan kembali sesuatu yang didengar dan diketahui. Ketika peserta didik
mengingat dan memberi informasi kembali tanpa berpikir tentang hal tersebut
disebut memori hafalan. Singkatnya HOTS adalah berpikir pada level yang lebih
tinggi dari mengulang fakta-fakta. HOTS menuntut untuk melakukan sesuatu
dengan fakta. Peserta didik harus mengerti, menyimpulkan, menghubungkan fakta
dengan fakta lain dan konsep, mengkategorikan, memanipulasi, menyatukan
dalam bentuk baru, dan menerapkannya seperti mencari solusi baru untuk masalah
yang baru ditemui (Thomas dan Thorne, 2009: 10-11).
HOTS adalah kemampuan dalam memberikan pemikiran yang kompleks, tidak
ada algoritma untuk menyelesaikan suatu tugas, adanya sesuatu yang tidak dapat
diprediksi, menggunakan pendekatan yang berbeda dengan tugas yang telah ada
dan berbeda dengan contoh-contoh yang telah diberikan. Teori ini diperkuat oleh
Resnick yang mengemukakan bahwa berpikir tingkat tinggi adalah non-algoritmik
yang arah penentuan jawaban tidak spesifik. Soal yang melibatkan proses berpikir
tingkat tinggi cenderung kompleks dan merupakan soal yang memiliki banyak
30
solusi. Maka dapat dikatakan bahwa jenis soal HOTS salah satunya merupakan
soal open-ended, melibatkan pendapat serta interpretasi dalam memecahkan
masalah, dan melibatkan mental dalam bekerja seperti elaborasi dari berbagai
macam hal serta memerlukan pertimbangan dan usaha yang tinggi (Ayuningtyas,
2013: 2).
Ada empat jenis keterampilan yang terdapat dalam Higher Order Thinking yaitu
pemecahan masalah, pengambilan keputusan, berpikir kritis dan berpikir kreatif.
Berikut akan dijelaskan penjabarannya yaitu:
a. Problem solving adalah suatu proses untuk menemukan masalah dan
memecahkan masalah berdasarkan data dan informasi yang akurat dan
nyata, sehingga dapat diambil kesimpulan.
b. Keterampilan pengambilan keputusan adalah keterampilan seseorang
menggunakan proses berpikirnya untuk memilih sesuatu keputusan yang
terbaik dari berbagai permasalahan melalui pengumpulan informasi dan
menganalisisnya untuk mencari solusinya, dan pengambilan keputusan
yang terbaik berdasarkan alasan yang rasional.
c. Keterampilan berpikir kritis adalah usaha seseorang untuk mencari
informasi yang dapat dipercaya dan harus dilakukan sebagaimana
mestinya dengan reflektif pada suatu masalah.
d. Keterampilan berpikir kreatif adalah pemikiran yang menghasilkan banyak
ide sehingga menghasilkan sesuatu dengan inovasi yang baru untuk
memecahkan masalah yang tergantung pada kepribadian masing-masing
(Wahyuni dan Alimufi, 2015: 3).
31
HOTS berarti kemampuan untuk melampaui informasi yang diberikan, untuk
mengadopsi sikap kritis, untuk mengevaluasi, memiliki kapasitas awareness
metakognitif dan pemecahan masalah. Dikatakan pula bahwa dengan HOTS siswa
menjadi pemikir yang mandiri, argumen yang dikemukakan siswa dapat
merupakan petunjuk kualitas kemampuan siswa (Widodo dan Sri, 2013: 31).
Keterampilan menanya, pemecahan masalah, pembuatan keputusan, berpikir
kritis, dan evaluasi merupakan HOTS. Keterampilan HOTS dapat dicontohkan
kedalam tiga keterampilan yaitu, menyimpulkan, merencanakan, dan menilai.
Marland, Patching, and Putt mengatakan ketika mempelajari distance education,
mengklasifikasi keterampilan berpikir tingkat tinggi kedalam keterampilan-
keterampilan seperti analisis, antisipasi, perbandingan, metakognisi, penguatan,
perencanaan, dan transformasi (Aksela, 2005: 78-79).
Beberapa pedoman para penulis soal untuk menuliskan butir soal yang menuntut
berpikir tingkat tinggi, yakni materi yang akan ditanyakan diukur dengan perilaku
sesuai dengan ranah kognitif Bloom, yaitu menganalisis, mengevaluasi, dan
mencipta. Kemudian, agar butir soal yang ditulis dapat menuntut berpikir tingkat
tinggi, maka setiap butir soal selalu diberikan dasar pertanyaan (stimulus) yang
berbentuk sumber/bahan bacaan sebagai informasi seperti: teks bacaan, paragraf,
teks drama, penggalan novel/cerita/dongeng, puisi, kasus, gambar, grafik, foto,
rumus, tabel, daftar kata/simbol, contoh, peta, film, atau rekaman suara.
Kategori-kategori dalam dimensi proses kognitif berpikir tingkat tinggi adalah
sebagai berikut:
a. Menganalisis (C4)
32
Menganalisis adalah kemampuan menguraikan konsep ke dalam bagian-bagian
yang lebih mendetail. Kemampuan menganalisis yaitu salah satu komponen
yang penting untuk proses tujuan pembelajaran. Misalnya ingin
mengembangkan kemampuan siswa untuk:
1) Membedakan fakta dari opini (atau realitas dari khayalan).
2) Menghubungkan kesimpulan dengan pernyataan pernyataan pendukungnya.
3) Membedakan materi yang relevan dari yang tidak relevan.
4) Menguhungkan ide-ide.
5) Menangkap asumsi-asumsi yang tidak dikatakan dalam perkatan.
6) Membedakan ide-ide pokok dari ide-ide turunannya atau menentukan tema-
tema puisi atau musik.
7) Menemukan bukti pendukung tujuan pengarang.
b. Mengevaluasi (C5)
Evaluasi yaitu pembuatan keputusan berdasarkan standar yang telah
ditetapkan. Standar yang sering digunakan adalah standar berdasarkan
kualitas, konsistensi, dan efisiensi. Standar tersebut berlaku pada guru dan
siswa. Pada tahap evaluasi, siswa harus mampu membuat penilaian dan
keputusan tentang nilai suatu metode, produk, gagasan, atau benda dengan
menggunakan kriteria yang telah ditetapkan tingkatan ini mencakup dua aspek
kognitif, yaitu memeriksa (checking) dan mengkritik (critiquing). Contoh kata
kerja operasional yang digunakan pada jenjang evaluasi adalah menilai,
mendiskriminasikan, membandingkan, mengkritik, membela, menjelaskan,
mengevaluasi, menafsirkan, membenarkan, meringkas, menyimpulkan, dan
mendukung.
33
c. Menciptakan (C6)
Mencipta ialah proses kognitif yang melibatkan kemampuan mewujudkan
konsep pada suatu produk. Siswa dikatakan memiliki kemampuan proses
kognitif menciptakan, apabila siswa tersebut dapat membuat produk baru.
Berpikir kreatif dalam konteks ini yaitu merujuk pada kemampuan siswa dalam
mensintesis informasi ke bentuk yang lebih menyeluruh. Proses kognitif pada
menciptakan meliputi merumuskan, merencanakan, dan memproduksi (Devi,
2012: 9).
D. Analisis Soal
Kegiatan menganalisis butir soal merupakan suatu kegiatan yang harus dilakukan
guru untuk meningkatkan mutu soal yang telah ditulis. Miles (2009: 16)
menyatakan bahwa analisis terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara
bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian data, serta penarikan
kesimpulan/verifikasi. Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan,
pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data
“kasar” yang muncul di lapangan. Penyajian data merupakan suatu kumpulan
informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan.
Soal yang bermutu adalah soal yang dapat memberikan informasi setepat-tepatnya
sesuai dengan tujuan, diantaranya dapat menentukan peserta didik sudah
menguasai materi yang disajikan atau belum. Dalam melakukan analisis butir
34
soal, soal dapat dianalisis secara kualitatif, dalam kaitan isi dan bentuknya, serta
kuantitatif dalam kaitan dengan ciri-ciri statistiknya (Anastasi, 1997: 168).
Analisis kualitas tes merupakan suatu tahap yang harus ditempuh untuk
mengetahui derajat kualitas suatu tes, baik tes secara keseluruhan maupun butir
soal yang menjadi bagian dari tes. Dalam penilaian hasil belajar, tes diharapkan
dapat menggambarkan sampel perilaku dan menghasilkan nilai yang objektif serta
akurat (Arifin, 2014: 55).
Dalam evaluasi pembelajaran, terdapat tiga istilah yang digunakan dalam evaluasi,
yaitu tes, pengukuran, dan penilaian. Konteks evaluasi hasil proses pembelajaran
di sekolah dikenal adanya dua macam teknik, yaitu teknik tes dan teknik non-tes.
Tes merupakan salah satu alat untuk melakukan pengukuran, yaitu alat untuk
mengumpulkan informasi mengenai karakteristik suatu objek. Evaluasi hasil
proses pembelajaran dengan teknik tes di sekolah, dilakukan dengan jalan menguji
peserta didik. Sebaliknya, dengan teknik non-tes maka evaluasi hasil proses
pembelajaran dilakukan dengan tanpa menguji peserta didik. Pengukuran adalah
penetapan angka mengenai karakteristik atau keadaan individu (dapat berupa
kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor) menurut aturan-aturan tertentu.
Penilaian merupakan kegiatan menafsirkan data hasil pelaksanaan pengukuran
berdasarkan kriteria maupun aturan-aturan tertentu (Widoyoko, 2009:1-3).
Kegiatan menganalisis butir soal adalah kegiatan yang harus dilakukan oleh guru
agar dapat meningkatkan mutu soal yang telah ditulis. Kegiatan ini merupakan
proses pengumpulan, peringkasan, dan penggunaan informasi dari jawaban siswa
untuk membuat keputusan tentang setiap penilaian. Adapun tujuan penelaahan
35
adalah untuk mengkaji dan menelaah setiap butir soal agar diperoleh soal yang
bermutu. Selain itu, tujuan analisis soal juga untuk membantu meningkatkan tes
melalui revisi atau membuang soal yang tidak efektif, serta untuk mengetahui
informasi diagnistik pada siswa apakah mereka sudah/belum memahami materi
yang telah diajarkan.
Tujuan utama analisis butir soal menurut Daryanto (2001: 179) adalah untuk
mengadakan identifikasi soal-soal yang baik, kurang baik, dan soal yang jelek.
Dengan analisis soal dapat diperoleh informasi tentang kejelekan sebuah soal dan
“petunjuk” untuk mengadakan perbaikan. Analisis butir soal secara kualitatif
dilaksanakan berdasarkan kaidah penulisan soal. Aspek yang diperhatikan dalam
analisis soal secara kualitatif adalah materi, konstruksi, bahasa dan budaya, kunci
jawaban dan pedoman penskoran. Analisis soal secara kuantitatif merupakan
penelaahan butir soal didasarkan pada data empirik dari butir soal yang
bersangkutan. Aspek yang diperlukan dalam analisis soal pada penelitian ini
adalah berapa persen soal-soal UN IPA SMP yang dikategorikan HOTS. Analisis
soal secara kuantitatif adalah penelaahan butir soal didasarkan pada data empirik
dari butir soal yang bersangkutan.
E. Ujian Nasional
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 57
Tahun 2015 Bab 1 Pasal 1 ayat 5 menyatakan bahwa Ujian Nasional yang
selanjutnya disebut UN merupakan kegiatan pengukuran capaian kompetensi
36
lulusan pada mata pelajaran tertentu secara nasional dengan mengacu pada
Standar Kompetensi Lulusan.
Ujian Nasional adalah kegiatan pengukuran dan penilaian kemampuan siswa
secara nasional pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Ujian ini bertujuan
untuk mengukur kompetensi lulusan pada mata pelajaran tertentu dalam kelompok
mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi. Ujian Nasional merupakan sistem
evaluasi standar pendidikan dasar dan menegah di Indonesia. Selain itu sebagai
sarana untuk memetakan mutu berbagai tingkatan pendidikan satu daerah dengan
daerah lain (Adek, 2014: 3-4).
Ujian Nasional adalah penilaian hasil belajar oleh pemerintah yang bertujuan
untuk menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran
tertentu dalam kelompok ilmu pengetahuan dan teknologi (Notodiputro, 2012:
36). Ujian Nasional merupakan upaya pemerintah untuk mengevaluasi tingkat
pendidikan secara nasional dengan menetapkan standarisasi nasional pendidikan.
Hasil dari Ujian Nasional yang diselenggarakan oleh Negara adalah upaya
pemetaan masalah pendidikan dalam rangka menyusun kebijakan pendidikan
nasional. Berdasarkan pendapat tersebut tentang Ujian Nasional maka dapat
disimpulkan bahwa Ujian Nasional adalah sistem evaluasi atau penilaian standar
pendidikan yang bertujuan sebagai petaan masalah pendidikan dalam rangka
menyusun kebijakan pendidikan nasional (Tilaar, 2002: 24).
Berdasarkan pendapat dari Supriyoko tentang alasan atau tujuan pentingnya
diadakan Ujian Nasional dapat disimpulkan bahwa alasan ataupun tujuan
diadakan Ujian Nasional adalah sebagai berikut: Pertama, sebagai standarisasi
37
mutu dan kualitas pendidikan secara nasional, kedua, sebagai motivator siswa
untuk rajin dan giat belajar serta selalu tawakal dan berdoa, dan ketiga, sebagai
motivator guru untuk meningkatkan kualitas dalam proses belajar mengajar.
Selain tujuan tersebut, menurut Setiadi, jika dicermati secara seksama dengan
adanya Ujian Nasional dapat menumbuhkan pendidikan berkarakter bagi siswa
seperti: religius; jujur; toleransi; disiplin; kerja keras; kreatif; mandiri; rasa
(Notodiputro, 2012: 39-40).
Didukung pada tahun pelajaran 2006/2007 mulai dilaksanakan UN diperkuat oleh
Permendiknas No. 22/2006 tentang Standar Isi, Permendiknas No. 23/2006
tentang Standar Kompetensi Lulusan, dan Permendiknas No.45 Tahun 2006
(Arifin, 2014: 33). Dalam pelaksanaannya, Ujian Nasional tingkat Sekolah
Menengah Pertama terdiri dari 4 mata ujian; bahasa indonesia, matematika,
bahasa inggris dan IPA. Setiap mata pelajaran eksak terdiri dari 40 butir soal
pilihan ganda. Soal UN terdiri atas soal sukar, sedang dan mudah. Setiap kategori
soal memberikan hasil distribusi nilai yang berbeda.
Materi IPA tingkat Sekolah Menengah Pertama terdiri dari subdisiplin ilmu
pengetahuan alam, yakni: 50% soal fisika, 25% soal kimia, dan 25% soal biologi.
Pada pelaksanaan UN IPA tingkat SMP memiliki 12 kompetensi yang akan
diujikan. Terdiri atas 6 materi kompetensi fisika, 3 materi kompetensi kimia, dan
3 materi kompetensi biologi.
38
F. Kerangka Pikir
Keterampilan proses kognitif siswa dibedakan menjadi dua, yaitu: keterampilan
berpikir tingkat rendah atau Lower Order Thinking Skills (LOTS) dan
keterampilan berpikir tingkat tinggi atau Higher Order Thinking Skills (HOTS).
Di dalam proses kognitif LOTS siswa hanya mampu mengingat, memahami serta
menerapkan, namun pada proses kognitif HOTS siswa mampu menganalisis dan
mensintesis, mengevaluasi serta mengkreasikan.
Soal tipe HOTS dikategorikan dalam soal dengan tingkat kesulitan tinggi. Soal
tersebut juga sesuai dengan SKL mata pelajaran IPA yang ditetapkan oleh
Permendiknas yang di dalamnya menguji kemampuan siswa dalam stimulus,
berpikir kritis, dan pemecahan masalah. Pentingnya HOTS di dunia pendidikan
saat ini agar siswa dilatih mampu berpikir logis, runtut dan sistematis, dengan
menggunakan kapasitas berpikir tingkat tingkat (HOTS). Evaluasi merupakan
kemampuan berpikir dalam mengambil keputusan berdasarkan fakta atau
informasi dan mengkreasi kemampuan berpikir dalam membangun gagasan atau
ide-ide.
Sebuah sistem pendidikan meniscayakan adanya sebuah evaluasi salah satunya
Ujian Nasional yang digunakan sebagai penilaian hasil pembelajaran dalam
mencapai Kompetensi Dasar yang dipengaruhi oleh kurikulum, Badan Standar
Nasional Pendidikan (BSNP), Satuan Pendidikan. Soal Ujian Nasional harus
memenuhi kompetensi stimulus, berpikir kritis dan pemecahan masalah. Dari
ketiga kompetensi tersebut akan dilakukan analisis soal tipe Higher Order
thinking Skill dan dapat diperoleh juga karateristik dan persentase soal Ujian
39
Nasional tahun ajaran 2016/2017 guna mengontrol kinerja suatu satuan
pendidikan, sehingga dengan adanya fungsi kontrol tersebut tingkat efektivitas,
produktivitas, berhasil dan gagalnya sistem pendidikan dapat dipantau.
Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir
Soal UjianNasional
Digunakan:Sebagai penilaianhasil pembelajarandalam mencapaiKompetensi Dasar
Dipengaruhi oleh:- Kurikulum- BSNP- Satuan
Pendidikan
Harus Memenuhi Kompetensi
Stimulus PemecahanMasalah
Analisis soal Ujian Nasional (UN)
Karakteristik dan persentase soal UjianNasional IPA SMP tahun ajaran 2016/2017
Berpikir Kritis
40
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap pada bulan Maret 2018
sampai bulan Juli 2018 tahun ajaran 2016/2017 di Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Lampung Jurusan Pendidikan Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam. Naskah soal UN yang diteliti merupakan naskah
Ujian Nasional tahun 2016/2017.
B. Subjek Penelitian
Penelitian ini memiliki karakteristik yang digunakan sebagai subjek pertama
adalah stimulus, keterampilan berpikir kritis dan keterampilan pemecahan
masalah pada soal Ujian Nasional (UN) Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Sekolah Menengah Pertama (SMP) tahun ajaran 2016/2017 dan subjek kedua
adalah soal Ujian Nasional (UN) Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Sekolah
Menengah Pertama (SMP) tahun ajaran 2016/2017.
C. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah desain deskriptif
jenis analisis isi atau dokumen.
41
D. Prosedur Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa tahap yaitu:
1. Tahap Persiapan
Menyiapakan surat izin untuk melakukan penelitian pendahuluan untuk
memperoleh dokumen berupa soal ujian sekolah dan membuat instrumen
penelitian.
2. Tahap Pelaksanaan
Data penelitian ini diperoleh dengan teknik pengumpulan data, yaitu:
a. Analisis Soal
Peneliti melakukan analisis dengan adanya karakateristik yang
ditunjukkan di setiap nomor soal yang telah terpenuhi pada masing-
masing indikator yang terdiri dari dasar pertanyaan (stimulus),
kemampuan berpikir kritis, dan kemampuan pemecahan masalah.
b. Focus Group Disscussion (FGD)
Setelah soal di analisis, kemudian dilakukan FGD (Focus Group
Disscussion) untuk pengambilan keputusan dengan menyamakan
persepsi jika ditemukan hasil analisis yang diperoleh berbeda-beda di
Laboratorium Pendidikan Biologi dan di Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Lampung.
c. Tabulasi Data
Selanjutnya hasil analisis dikelompokkan dan ditabulasikan dalam tabel
berdasarkan karakteristik stimulus dan berpikir tingkat tinggi pada
masing-masing indikatornya.
42
E. Jenis dan Teknik Pengambilan Data
1. Jenis data
Penelitian ini menggunakan jenis data kualitatif yaitu, dengan rubrik
analisis soal tipe HOTS pada soal UN tahun ajaran 2016/2017.
2. Teknik pengambilan data
Teknik pengambilan data yang digunakan yaitu dengan lembar penilaian.
Lembar penilaian merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan
memberikan atau menyebarkan daftar pertanyaan kepada responden
dengan harapan memberikan respon atas daftar pertanyaan tersebut (Noor,
2013: 139). Lembar Penilaian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penilaian karakteristik berbentuk daftar dengan skor 1 jika sesuai dan 0
jika tidak sesuai. Indikator yang digunakan sebagai pedoman disusun
berdasarkan kajian teori yang telah dikumpulkan. Lembar penilaian dibuat
berdasarkan masing-masing karakteristik yang dianalisis yaitu, dasar
Pertanyaan (stimulus), kemampuan berpikir kritis, keterampilan
pemecahan masalah.
3. Teknik Analisis Data
Langkah-langkah analisis data pada penelitian ini, sebagai berikut:
1. Menentukan Soal yang Berkategori HOTS
Karateristik HOTS yang digunakan sebagai berikut:
a. Dasar Pertanyaan (stimulus)
Adapun bentuk stimulus menurut pendapat Kusaeri dan Suprananto
(2012: 152) dengan indikator sebagai berikut: gambar, grafik,
43
diagram, tabel, simbol, rumus, persamaan, contoh dan penggalan
kasus.
a. Kemampuan Berpikir Kritis
Terdapat sebelas indikator berpikir kritis, yaitu: memfokuskan pada
pertanyaan, menganalisis argumen, mempertimbangkan hal yang
dapat dipercaya, mempertimbangkan laporan observasi,
membandingkan kesimpulan, menentukan kesimpulan,
mempertimbangkan kemampuan induksi, menilai, mendefinisikan
konsep, mendefinisikan asumsi, mendeskripsikan (Kusaeri dan
Suprananto, 2012: 152-154).
b. Keterampilan Pemecahan Masalah
Keterampilan pemecahan masalah memiliki tujuh belas indikator,
yaitu: mengidentifikasi masalah, merumuskan masalah dalam
bentuk pertanyaan, memahami kata dalam konteks,
mengidentifikasi masalah yang tidak sesuai, memilih masalah
sendiri, mendeskripsikan berbagai strategi, mengidentifikasi
asumsi, mendeskripsikan masalah, memberikan alasan masalah
yang sulit, memberikan alasan solusi, memberikan alasan strategi
yang digunkan, memecahkan masalah berdasarkan data dan
masalah, membuat strategi lain, menggunakan analogi,
menyelesaikan secara terencana, mengevaluasi kualitas solusi,
mengevaluasi strategi sistematika (Kusaeri dan Suprananto, 2012:
155-158).
44
2. Mengelompokkan butir soal Ujian Nasional IPA tingkat SMP
yang termasuk dalam kategori HOTS.
Pada penelitian ini menjawab apakah terdapat kelompok butir soal
tipe HOTS, yaitu stimulus, kemampuan berpikir kritis, dan
kemampuan berpikir kreatif, serta persentasenya dalam soal UN IPA
SMP tahun 2016/2017. Pada proses FGD adalah keberadaan
karakteristik soal tipe HOTS, yaitu stimulus, kemampuan berpikir
kritis, dan keterampilan pemecahan masalah. Perolehan data yang
diperoleh dari angket melalui proses FGD ini kemudian akan
ditabulasikan ke dalam tabel berikut:
Tabel 2. Tabulasi data lembar penilaian
Nomorsoal
Karateristik 1 Karakteristik 2 Karateristik 3
Jumlah
Kemudian hasilnya direkapitulasi dengan cara mempersentasekan. Untuk
memperoleh persentase skor pada tiap butir soal menggunakan
perhitungan persentase keberadan karakteristik soal tipe HOTS yaitu,
stimulus, kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah.
menggunakan rumus:
Sumber: dimodifikasi dari Ali (2013: 201).
K = Ki X 100%Total soal
45
Keterangan:K : Persentase indikator dari masing-masing karakteristik soal tipe
HOTS dalam soal UN IPA SMP tahun 2016/2017.Ki : Banyaknya butir soal hasil analisis dari indikator masing-masing
karakteristik soal tipe HOTS dalam soal UN IPA SMP tahun2016/2017.
Proses perhitungan persentase dilakukan pada masing-masing karakteristik
baik stimulus, kemampuan berpikir kritis dan keterampilan pemecahan
masalah. Setelah diperoleh persentase dari masing-masing karakteristik
kemudian dihitung persentase tiap narasumber dengan cara menjumlahkan
persentase dari masing-masing narasumber kemudian dibagi dengan
jumlah narasumber pada teknik triangulasi sumber. Hasil persentase akhir
yang diperoleh diinterpretasikan kedalam kriteria-kriteria tertentu.
Tabel 3. Persentase Kesesuaian Indikator Soal dengan Butir Soal
No. Narasumber Kesesuaian (%)
Sesuai Tidak sesuai
1. Dosen
2. Guru
3. Mahasiswa
Total Persentase
(%)
Proses perhitungan persentase kesesuaian indikator soal dengan butir soal
dilakukan dengan cara yaitu, dari hasil analisis ketiga narasumber dihitung
indikator soal yang sesuai dengan butir soal dan hasilnya masing-masing
kemudian dipersentasekan lalu, ketiga hasil persentase tersebut dibagi
46
dengan jumlah narasumber maka diperoleh persentase kesesuaian
indikator soal dengan butir soal.
Tabel 4. Kriteria Kesesuaian
Skala Kategori
0 – 20 % Sedikit Sekali
21 – 40 % Sedikit
41 – 60 % Sedang
61 – 80 % Banyak
81 – 100 % Banyak Sekali
Sumber: dimodifikasi dari Arikunto (2001: 245).
Setelah diperoleh persentasenya dan diperoleh kriterianya, maka yang
selanjutnya yaitu mendeskripsikan masing-masing karakteristik, baik
stimulus, kemampuan berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah
dengan berdasarkan kriteria-kriteria dari masing-masing karakteristik
tersebut.
63
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Stimulus paling banyak pada soal ujian nasional IPA SMP tahun ajaran
2016/2017 adalah stimulus dalam bentuk gambar yang berkategori sedang
(52,5%) terdapat pada 21 butir soal. Sedangkan stimulus paling sedikit adalah
dalam bentuk diagram yang berkategori sedikit sekali (5%) terdapat pada 2 butir
soal.
2. Indikator kemampuan berpikir kritis paling banyak pada soal ujian nasional
IPA SMP tahun ajaran 2016/2017 adalah menentukan kesimpulan yang
berkategori sedikit (22,5%) terdapat pada 9 butir soal. Sedangkan paling
sedikit adalah indikator mempertimbangkan kemampuan induksi dan
mendefinisikan asumsi yang berkategori sedikit sekali (2,5%) terdapat pada 1
butir soal.
3. Indikator keterampilan pemecahan paling banyak pada soal ujian nasional
IPA SMP tahun ajaran 2016/2017 adalah mengidentifikasi masalah yang
berkategori sedikit (22,5%) terdapat pada 9 butir soal. Sedangkan yang paling
sedikit adalah memahami kata dalam konteks, mendeskripsikan berbagai
64
strategi, dan mengevaluasi strategi sistematika yang berkategori sedikit sekali
(2,5%) terdapat pada masing-masing 1 butir soal.
4. Kesesuaian butir soal dengan indikator pencapaian kompetensi pada soal ujian
nasional IPA SMP tahun ajaran 2016/2017 berkategori tinggi sekali karena dari
hasil analisis diperoleh persentase sebesar 98%.
B. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian diatas saran yang dapat diajukan dalam penelitian ini
adalah
1. Perlu dilakukan pembatasan indikator yang digunakan dalam menganalisis
sehingga lebih mudah dalam menganalisis butir soal.
2. Penelitian analisis ini seharusnya melibatkan siswa agar dapat mengetahui
kualitas soal ujian nasional yang ditinjau dari kemampuan berpikir siswa.
3. Pada penelitian selanjutnya, dapat melakukan penelitian mengenai analisis soal
tipe HOTS dengan menggunakan lembar analisis yang lebih sederhana yang
tidak terlalu banyak sehingga dapat memudahkan peneliti untuk mengolah
data.
66
DAFTAR PUSTAKA
Abdulhak, Ishak. 2006. Filsafat Ilmu Pendidikan. Remaja Rosda Karya. Bandung.286 hlm.
Adek, Purnama. 2014. Analisis Soal Ujian Nasional Matematika SMP/MTs yangDidasarkan pada Tingkat Pemahaman Konsep, Penalaran danPemecahan Masalah. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung. 9 hlm.
Afiyana, I. 2010. Analisis Kualitas Soal Latihan Ujian Mata Pelajaran IPAMenggunakan ITEMAN di Kabupaten Batang (Skripsi). UniversitasNegeri Semarang. Semarang. 138 hlm.
Ahmad. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Rineka Cipta. Jakarta. 280 hlm.
Aksela, Maija. 2005. Supporting Meaningful Chemistry Learning and Higher-Order Thinking Through Computer-Assisted Inquiry. A Design ResearchApproach. Academic Dissertation. Faculty of Science of the University ofHelsinki. Helsinki. 217 hlm.
Ali, M. 2013. Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi. Angkasa.Bandung. 233 hlm.
Alias, Siti Nursaila. 2015. The Level of Mastering Forces in Equilibrium Topicsby Thinking Skills. International Journal of Multicultural andMultireligious Understanding (IJMMU)Vol. 2, No. 5. University SainsMalaysia Pulau Pinang. Malaysia. 7 hlm.
Anastasi, Anne dan Susana Urbina. 1997. Psicological Testing. New Jersey.Prentice-Hall, Inc.
Anderson, W. Lorin & David R. Krathwohl (Eds). 2001. Kerangka LandasanPembelajaran, Pengajaran dan Asesmen. Terjemahan Agung Prihantoro.2010. Pustaka Belajar. Yogyakarta. 434 hlm.
Arief, S. Sadiman, dkk. 2009. Media Pendidikan, Pengertian, Pengembangan,dan Pemanfaatannya. Rajawali Press. Jakarta. 189 hlm.
Arifin, Zainal. 2011. Evaluasi Pembelajaran.Remaja Rosda Karya. Bandung.312 hlm.
67
Arifin, Zainal. 2014. Evaluasi Pembelajaran. Remaja Rosda Karya. Bandung.159 hlm.
Arikunto, S. 2001. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Bina Aksara. Jakarta. 310hlm.
Arikunto, S. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Bina Aksara. Jakarta. 310hlm.
Ayuningtyas, Nurina. 2013. Proses Penyelesaian Soal Higher Order ThinkingMateri Aljabar Siswa SMP Ditinjau berdasarkan Kemampuan MatematikaSiswa. Universitas Negeri Surabaya. Surabaya. 9 hlm.
Basuki. 2014. Assesmen Pembelajaran. Remaja Rosda Karya. Bandung. 252 hlm.
Budiarti, Herni. 2014. Analisis Ujian Nasional IPA SMP Tahun 2014 berdasarkanDimensi Pengetahuan dan Dimensi Proses Kognitif. Jurnal Biologi, Sains,Lingkungan dan Pembelajarannya. Vol 22: 1196-1201. 6 hlm.
Daryanto. 2001. Evaluasi Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta. 227 hlm.
Dempster, E. R. 2012. Comparison of Exit-Level Examinations in Four AfricanCountries. J. Soc Sci, 33 (1). 70 hlm.
Devi, P. K. 2012. Pengembangan Soal “Higher Order Thinking Skill” dalamPembelajaran IPA SMP/MTs. http://p4t-kipa.net/data-journal/HOTs.Poppy.pdf. (diakses tanggal 2 November 2017, pukul 17.30 WIB). 9 hlm.
Dewi, Nastitisari. 2016. Analisis Kemampuan Berpikir Kompleks Siswa MelaluiPembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Mind Mapping. Jurnal Edu-Sains.Vol 8 No 1(online). Tersedia di http://journal.uinjkt.ac.id/index. php/edusains. (diakses pada 15 Desember 2017, pukul 14.00 WIB). 10 hlm.
Direktorat Pembinaan SMA. 2015. Penyusunan Soal Higher Order ThinkingSkills Sekolah Menengah Atas. Direktorat Jendral Pendidikan MenengahKementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta. 46 hlm.
Gunawan, A. W. 2003. Genius Learning Strategy. Petunjuk Praktis untukMenerapkan Accelerated Learning. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.373 hlm.
Hamalik, O. 2013. Kurikulum dan Pembelajaran. Bumi Aksara. Jakarta. 254 hlm.
Ibrahim. 2011. Pengembangan Bahan Ajar Matematika SekolahBerbasis Masalah Terbuka untuk Memfasilitasi Pencapaian KemampuanBerpikir Kritis dan Kreatif Matematis Siswa. Makalah Disajikan dalamSeminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika. UniversitasNegeri Yogyakarta.Yogyakarta. 12 hlm.
68
Istiyono, Edi. 2014. Pengembangan Tes Kemampuan Berpikir Tingkat TinggiFisika (PhyTHOTS) Peserta Didik SMA. Jurnal Penelitian danEvaluasi Pendidikan Th. 2014 No. 1. Universitas Negeri Yogyakarta.Yogyakarta. 26 hlm.
Jensen, James L, Mark A. Mc Daniel, Steven M. Kummer. 2014. Teaching to theTest... or Testing to Teach: Exams Requiring Higher Order Thinking SkillsEncourage Greather Conceptual Understanding. Educational PsychologyReview Volume 26 Issue 2 page 307-329.
Kemendikbud. 2015. Panduan Penilaian untuk Sekolah Menengah Pertama(SMP). Kemendikbud. Jakarta.74 hlm.
Kemendikbud. 2017. Pusat Penelitian Pendidikan. online.http://puspendik.kemendikbud.go.id/hasil-un. (diakses pada 6 Maret 2018,pukul 15.10 WIB).
Kusaeri dan Suprananto. 2012. Pengukuran dan Penilaian Pendidikan. GrahaIlmu. Yogyakarta. 240 hlm.
Laily, Nur Rochmah. 2013. Analisis Soal Tipe Higher Order Thinking Skill(HOTS) dalam Soal Un Kimia Sma Rayon B Tahun 2012/2013. Jurnalunswagati. Vol 9 No 1.Tersedia di jurnal.unswagati.ac.id/index.php/Euclid/article /download/323/203 (online). (diakses pada 2 November2017, pukul 14.00 WIB). 39 hlm.
Lan, Wei-Hua., and Chen, Chiou-Lan. 2010. Using Revised Bloom’s Taxonomyto Analyze Reading Comprehension Questions on the SEAT and theDRET. Comtemporary Educational Research Quarterly, 18(3). 206 hlm.
Lewy, Zulkardi, & Nymas Aisyah. 2009. Pengembangan Soal untuk Mengukurkemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Pokok Bahasan Barisan dan DeretBilangan di Kelas IX Akselerasi SMP Xaverius Maria Palembang. JurnalPendidikan Matematika, Volume 3 No. 2. 28 hlm.
Miles, M. B., & Huberman, A. M. 2009. Analisis Data Kualitatif. UI-Press.Jakarta. 491 hlm.
Mustarah, D. 2013. Analisis Soal Ulangan Akhir Semester (UAS) Biologi SMAKelas X Ditinjau dari Taksonomi Bloom. Universitas Islam Negeri (UIN)Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta. 172 hlm.
Newman, F. M and Wehlage, G. G. 1993. Five Standart of Authentic InstructionEducational Leadership. 50(7). 12 hlm.
Noor, J. 2013. Metode Penelitian. Kencana Prenada Media Group. Jakarta. 290hlm.
69
Notodiputro, Khairil Anwar. 2012. Ujian Nasional Sarana untuk MembangunKarakter Bangsa. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta. 317hlm.
Pemerintah Republik Indonesia. 2015. Peraturan Menteri Republik Indonesia No.57 Tahun 2015 tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pemerintah MelaluiUjian Nasional, dan Penilaian Hasil Belajar oleh Satuan PendidikanMelalui Ujian Sekolah/Madrasah/Pendidikan Kesetaraan pada SMP/MTsatau yang Sederajat dan SMA/SMK atau yang Sederajat. Jakarta.
Pratama, Nurris Septa, dkk. 2015. Studi Pelaksanaan Pembelajaran FisikaBerbasis Higher Order Thinking (HOTS) Pada Kelas X di SMA NegeriKota Yogyakarta. Prosiding Seminar Nasional Fisika (SNFPF) ke-6 2015Vol.6, No. 1 ISSN: 2302-7827. Universitas Negeri Yogyakarta (diaksestanggal 23 Juni 2018). 9 hlm.
Ramadhan, D, dan Wasis. 2013. Analisis Perbandingan Level Kognitif danKeterampilan Proses Sains dalam Standar Isi (SI), Soal Ujian Nasional(UN), Soal Trends In International Mathematics, and Science Study(TIMSS), dan Soal Programme For International Student Assessment(PISA), Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika, 2(1). 6 hlm.
Richland, L. E. And Simms, N. 2015. Analogy, Higher Order Thinking andEducation. Wires Cognitive Science. 6. 192 hlm.
Ruggiero, Vincent Ryan. 2009. Becoming a Critical Thinker. Houghton MifflinCompany. Bostom.
Suryabrata, Sumadi. 2004. Psikologi Pendidikan. Raja GrafindoPersada. Jakarta.381 hlm.
Syaiful, B. D. 2005. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta. 210 hlm.
Thomas, A., and Thorne, G. 2009. How to Increase Higher Order Thinking.online. http://www. readingrockets.org/article/how-increase-higher-order-thinking. (diakses 17 Desember 2017, pukul 15.00 WIB).
Tilaar, H.AR. 2002. Pendidikan Kebudayaan, dan Masyarakat Madani IndonesiaStrategi Reformasi Pendidikan Nasional. Remaja Rosda Karya Bandung.Bandung. 252 hlm.
Uno, Hamzah. 2012. Assesmen Pembelajaran. Bumi Aksara. Jakarta. 248 hlm.
Wahyudi, Din. 2007. Pengantar Pendidikan. Universitas Terbuka. Jakarta. 43hlm.
Wahyuni, Eka Desy dan Alimufi Arief. 2015. Implementasi PembelajaranScientific Approach dengan Soal Higher Order Thinking Skill pada MateriAlat-Alat Optik Kelas X di SMA Nahdlatul Ulama’ 1 Gresik. Jurnal
70
Inovasi Pendidikan Fisika (JPIF) Vol. 04(03). 1 Fkip Universitas NegeriSurabaya. Surabaya. 6 hlm.
Widodo, Tri dan Sri Kadarwati. 2013. Higher Order Thinking BerbasisPemecahan Masalah untuk Meningkatkan Hasil Belajar BerorientasiPembentukan Karakter Siswa. Jurnal Cakrawala Pendidikan Th. Xxxii,No. 1: FMIPA Universitas Negeri Semarang. Semarang. (diakses tanggal 3November 2017, pukul 14.00 WIB). 11 hlm.
Winarso, Widodo. 2014. Membangun Kemampuan Berpikir Matematika TingkatTinggi Melalui Pendekatan Induktif, Deduktif dan Induktif-Deduktif dalamPembelajaran Matematika. Jurnal EduMa Vol.3 No.2 ISSN: 2086-3918 :IAIN Syekh Nurjati Cirebon (diakses tanggal 22 Juni 2018). 25 hlm.
Widoyoko, S. E. 2009. Evaluasi Program Pembelajaran Panduan PraktikBagi Pendidik dan Calon Pendidik. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. 300 hlm.