ANALISIS UNSUR INTRINSIK DALAM NOVEL
BAD ROMANCE KARYA EQUITA MILLIANDA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Oleh:
Maria Ratih Pramita Sari
NIM : 121224044
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
ANALISIS UNSUR INTRINSIK DALAM NOVEL BAD ROMANCE
KARYA EQUITA MILLIANDA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Oleh :
Maria Ratih Pramita Sari
NIM: 121224044
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Oleh
NIM: 121224044
ii
Tanggal3l>Juli 2019
Tanggal3()Juli 2019
Pembimbing II
Te1ah disetujui oleh:
Pembimbing I
Maria Ratih Pramita Sari
SKRJPSI
ANALISIS UNSUR INTRINSIK DALAM NOVEL BAD ROMANCEKARYA EQUITA MlLLIANDA
Rishe puln~ Dewi, S.Pd., M.Hum.
Septina Krismawati, M.A.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SKRIPSI
ANALISIS UNSUR INTRINSIK DALAM NOVEL BAD ROMANCEKARYA EQUITA MlLLIANDA
Dipersiapkan dan ditulis oleh :
Maria Ratih Pramita Sari
NIM: 121224044
Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji
Pada tanggal31 Juli 2019
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Ketua
Sekretaris
Anggota 1
Anggota2
Anggota3
Susunan Panitia Penguji
Nama Lengkap
Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.
Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum
Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.
Septina Krismawati, M.A.
Petrus Hariyanto, M.Pd.
~?l~'~
.. ......~ .........
...........................
#./.··7······:...··········
Yogyakarta, 31 Juli 2019
Fakultas Keguruan dan lImu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma
.anes Harsoyo, S.Pd., M.Si.
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
MOTO
Orang-orang pilihanku akan menikmati pekerjaan mereka. Mereka tidak akan bersusah-susah dengan percuma. Tangan yang lamban membuat miskin,
tetapi tangan orang rajin menjadikan kaya.
(Ams 10: 4)
Tuhan mengulurkan tangan-Nya untuk menolong mereka yang telah berusaha keras.
(Aeschylus)
Percobaan membuat sebagian orang jatuh, tetapi sebagian orang lagi menggunakannya sebagai tangga menuju keberhasilan.
(Anonim)
Semangat, sabar, dan berdoa adalah kunci menuju kesuksesan.
(Penulis)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PERSEMBAHAN
Karya ini saya persembahkan:
Untuk Tuhan Yesus Kristus yang selalu menyertai penulis dalam proses menyelesaikan skripsi ini hingga mendapatkan hasil yang baik dari usaha, doa,
dan semangat dalam mengerjakan.
Kepada orang tua saya, Ignasius Suratman dan Theresia Endang Rudatin yang selalu memberikan semangat, motivasi, dukungan, perhatian, kasih sayang, dan
doa selama ini.
Untuk Mas Frans, Mbak Luci, Mbak Deta, dan kakak ipar semua, terima kasih untuk perhatian, kasih sayang, dan dukungannya.
Untuk Mas Athanasius J. terima kasih untuk kasih sayang, dukungan, dan semangatnya selama ini.
Untuk Mas Nathan, Si kembar Aiko-Aime, Jeflin, dan Jenifer, tante sayang kalian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN BASIL KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis initidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah qi sebutkandalam kutipan dan daftar pustaka sebagaiamana layaknya penulisan karyailmiah.
Yogyakarta, 31 Juli 2019
Peneliti
~Maria Ratih Pramita Sari
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma
Nama : Maria Ratih Pramita Sari
Nomor Mahasiswa : 121224044
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada PerpustakaanUniversitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
ANALISIS UNSUR INTRINSIK DALAM NOVEL BAD ROMANCEKARYA EQUITA MILLIANDA
Beserta perangkat yang diperlukan (hila ada). Dengan dernikian, sayamemberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untukmenyimpan, mengalihkan dalC;Ull bentuk media lain, mengelolanya dalam bentukpangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan meminta izin dari sayamaupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama sayasebagai penulis.
Demikian pemyataan ini yang saya buat dengan sebenamya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 31 Juli 2019
Yang menyatakan
~Maria Ratih Pramita Sari
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
Sari, Maria Ratih Pramita. 2019. “Analisis Unsur Intrinsik dalam Novel Bad
Romance Karya Equita Millianda.” Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
Novel merupakan sebuah karya sastra. Di dalam novel “Bad Romance” karya Equita Millianda, terdapat unsur-unsur intrinsik pada novel ini meliputi tema, alur, latar, dan tokoh. Tujuannya adalah mendeskripsikan setiap unsur intrinsiknya yang berada dalam novel “Bad Romance”. Penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian deskriptif. Laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberikan gambaran penyajian laporan tersebut. Sumber data yang digunakan peneliti adalah novel yang berjudul “Bad Romance” karya Equita Millianda. Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah teknik baca dan teknik catat. Peneliti sedikit mengerti karya sastra dan berperan sebagai instrumen utama karena peneliti bertindak sebagai pengumpul data utama.
Hasil dari analisis peneliti, tema yang terkandung dalam novel ini adalah tema percintaan. Alur dalam novel ini adalah alur campuran (menceritakan masa lalu dan masa depan) yang terdiri atas paparan, rangsangan, gawatan, tikaian, rumitan, klimaks, leraian, dan selesaian. Latar yang digunakan dalam novel adalah latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. Tokoh utama dalam novel ini adalah Nathan dan Katya, serta tokoh tambahan dalam novel ini Eriska, Rio, Kai, sopir taksi, Agatha, Dio, Kiara, Aura, Bi Imas, Kakek Nathan (Ardhianto Hardikusumo), Meisya (Ibu tiri Nathan). Dari hasil analisis dokumen menggunakan analisis deskriptif, dan peneliti dapat menyimpulkan bahwa novel “Bad Romance” karya Equita Millianda memaparkan kisah percintaan anak muda yang dapat ditemui dikehidupan sehari-hari. Cerita yang diberikan sangat menarik dan mudah dipahami oleh pembaca.
Kata kunci: karya sastra, tema, alur, latar, dan tokoh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
Sari, Maria Ratih Pramita. 2019. “Intrinsic Analysis of Bad Romance Written
by Equita Millianda.” Thesis. Yogyakarta: Indonesian Language
Education and Literature Study Program, Faculty of Teacher Training and
Education, Sanata Dharma University.
The novel is a literary work. In the novel Bad Romance written by Equita
Millianda there is the intrinsic elements of this novel include themes, plot,
setting, and characters. The aim is to describe every intrinsic element in the
“Bad Romance” novel. The research report will contain excerpts of data to
provide an overview of the presentation of the report. The data source used by
researchers is a novel entitled “Bad Romance” written by Equita Millianda.
The data collection technique used by researchers is the technique of reading
and recording techniques. The researcher understands literature a little and
acts as the main instrument because the researcher acts as the main data
collector.
The results of the research, the themes contained in this novel are themes
of romance. The flow in this novel is a mixed flow (telling the past and the
future) which consists of exsposition, inciting moment, rising action, conflict,
complication, klimaks, falling action, denouement. The background used in the
novel is the setting of the place, time setting, and social setting. The man
characters in this novel are Nathan and katya, as well as additional figures in
this novel Eriska, Rio, Kai, taxi driver, Agatha, Dio, Kiara, Aura, Bi Imas,
Grandfather Nathan (Ardhianto Hardikusumo), Meisya (Nathan’s stepmother).
From the analysis of document using descriptive analysis, and researchers can
conclude that the novel Bad Romance by Equita Millianda describes the love
story of young people who can be found in everyday life. The story provided is
very interesting and easily understood by the reader.
Keywords: literature work, themes, plot, setting, and character
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Mahakuasa atas segala rahmat, berkat, dan campur tangan-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Unsur Intrinsik dalam Novel Bad Romance karya Equita Millianda. Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Faktultas Keguruan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Dalam proses penyusunan skripsi ini, peneliti menyadari bahwa keberhasilan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah memberikan bimbingan, motivasi, petunjuk, dan nasihat. Oleh karena itu, kesempatan ini tidak lupa peneliti mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Tuhan Yesus yang selalu menyertai dan memberkati dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
3. Ibu Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia sekaligus dosen pembimbing 1 yang senantiasa mendampingi, memberi masukan, mengarahkan, dan memotivasi yang sangat bermanfaat bagi penulis skripsi.
4. Ibu Septina Krismawati, S.S., M.A. selaku dosen pembimbing 2 yang dengan sabar membimbing, memberi pengarahan, dan motivasi yang sangat bermanfaat bagi penulis skripsi.
5. Seluruh dosen PBSI Universitas Sanata Dharma terima kasih telah sabar membimbing, dan memberikan ilmu pengetahuan, serta bekal akademik selama perkuliahan.
6. Ibu Theresia Rusmiyati selaku staf sekretaris Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang dengan ketulusannya memberikan pelayanan administrasi kepada penulis dalam menyelesaikan segala kebutuhan administrasi penulis skripsi.
7. Kedua orang tua penulis Ignasius Suratman dan Theresia Endang Rudatin yang selalu memberikan semangat, kasih sayang, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dukungan dalam doa selama penulis skripsi berjuang dalammenyelesaikan skripsi ini.
8. Kakak Frans Teguh Yosep Kurniawan, Lucia Hervina Kurniawati,dan Bemadeta Indah Setyowati, S.Pd yang selalu memberi kasihsayang, dukungan, nasehat, dan motivasi kepada penulis skripsi.
9. Athanasius J. yang selalu memberikan semangat, kasih sayang, dan
doa.
10. Sahabat-sahabat saya, Putri Indah, Santa Monica, Agnes Sandrawati,Lasma, Martha Novitasari Lagur, Novinda Wahyuningsih, AnastasiaTian Eka Febriana, Paulina Novi Dianing Sari, Sisillia YossyNourindra Sari, Ratna Lestari, Martha Ima, Ephin, dan Setyowatiyang selalu memberi saya motivasi, dukungan, serta masukan dalammenyelesaikan penulisan skripsi ini.
11. Teman-teman Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesiaangkatan 2012 yang telah memberikan saran untuk menyelesaikanskripsi ini.
12. Semua pihak yang telah memberikan saran, motivasi, dan dukungankepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyakkekurangan. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan masukan berupa kritik dansaran yang berguna bagi peneliti dari berbagai pihak untuk mencapai hasilyang lebih baik lagi dikemudian hari. Semoga skripsi ini bennanfaat bagiperkembangan duma sastra dan pendidikan.
Yogyakarta, 31 Juli 20 \9
~Maria Ratih Pramita Sari
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ............................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iii
MOTO ................................................................................................................ iv
PERSEMBAHAN .............................................................................................. v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................................... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ......................... vii
ABSTRAK ......................................................................................................... viii
ABSTRACT ........................................................................................................ ix
KATA PENGANTAR ....................................................................................... x
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian........................................................................ 4
1.4 Manfaat Penelitian...................................................................... 4
1.5 Batasan Istilah ............................................................................ 5
1.6 Sistematika Penyajian ................................................................ 5
BAB II LANDASAN TEORI ...................................................................... 8
2.1 Penelitian Terdahulu .................................................................. 8
2.2 Kajian Teori................................................................................ 12
2.2.1 Hakikat Novel .................................................................. 12
2.2.2 Unsur Intri3sik ................................................................ 13
2.3 Kerangka Berpikir …………………………………………..... 25
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 26
3.1 Jenis Penelitian ........................................................................... 26
3.2 Data dan Sumber Data................................................................ 26
3.3 Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 27
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
3.4 Instrumen Penelitian ................................................................... 27
3.5 Teknik Analisis Data .................................................................. 27
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................. 29
4. Kajian Unsur Intrinsik Novel Bad Romance ............................. 29
4.1 Tema .......................................................................................... 29
4.2 Alur …………………………………………………………… 31
4.2.1 Bagian awal ....................................................................... 32
4.2.2 Bagian tengah .................................................................... 34
4.2.3 Bagian akhir ...................................................................... 48
4.3 Latar ........................................................................................... 52
4.3.1 Latar Tempat .................................................................... 52
4.3.2 Latar Waktu ...................................................................... 65
4.3.3 Latar Sosial....................................................................... 67
4.4 Tokoh dan Penokohan ................................................................ 68
4.4.1 Tokoh Utama ................................................................... 68
4.4.2 Tokoh Tambahan ............................................................. 70
BAB V PENUTUP ....................................................................................... 87
5.1 Kesimpulan ............................................................................... 87
5.2 Saran ........................................................................................ 88
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 89
LAMPIRAN ....................................................................................................... 91
BIODATA PENULIS ...................................................................................... 96
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Karya sastra merupakan dunia imajinatif yang diciptakan oleh pengarang
untuk mewadahi ide beserta ekspresi kejiwaannya dalam bentuk fisik. Ide
didapatkan oleh pengarang dari pengalaman akan suatu permasalahan kehidupan,
baik dari dirinya sendiri maupun dari orang lain, sedangkan aspek-aspek kejiwaan
pengarang dituangkan ke dalam perilaku tokoh-tokoh pada karyanya melalui
perwatakan.
Sastra adalah karya seni bentuk tulisan, karangan, bahasa atau kata-kata
yang memiliki nilai estetika atau keindahan. Nilai estetika atau keindahan sastra
dapat terlihat dari bagaimana bahasa dan kata-kata ini saling mengisi dan
menghasilkan sebuah karya dan seni yang indah untuk dinikmati, didengar, dan
dirasakan. Sastra (karya sastra) merupakan karya seni yang mempergunakan bahasa
sebagai mediumnya. Bahasa sastra adalah bahasa yang sudah berarti (Pradopo,
2010: 121).
Bahasa sastra merupakan bahasa yang khusus hasil susunan dari
sastrawannya. Bahasa itulah yang dikatakan karya seni. Beberapa fungsi sastra di
antaranya adalah menghibur dan bermanfaat. Sastra menghibur dengan cara
menyajikan keindahan, memberikan makna terhadap kehidupan (kematian,
kesengsaraan, maupun kegembiraan), atau memberikan pelepasan ke dunia
imajinasi, sehingga dapat meracuni tanpa disadari. Sebagian orang selalu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
menjadikan karya sastra sebagai sarana untuk menyampaikan pesan tentang apa
yang terjadi pada masanya. Menurut Yudiono K.S. (2007: 27), sebuah karya sastra
dapat diterangkan atau ditelaah secara tuntas apabila diketahui asal usulnya yang
bersumber pada riwayat hidup pengarang dan zaman yang melingkupinya.
Novel merupakan sebuah karya sastra prosa fiksi yang panjangnya cukupan,
tidak terlalu panjang, namun juga tidak terlalu pendek (Nurgiyantoro, 2010: 10).
Novel dalam arti luas adalah cerita berbentuknya prosa dalam ukuran yang luas.
Ukuran luas di sini dapat berarti cerita dengan plot (alur) yang kompleks, karakter
yang banyak, tema tema kompleks, suasana cerita yang beragam, dan setting cerita
yang berguna pula (Sumardjo, 1986: 29). Dari pendapat di atas dapat disimpulkan
bahwa novel adalah cerita berbentuk prosa yang panjang di dalamnya terdapat unsur
intrinsik dan unsur ekstrinsik yang setiap babnya berkaitan.
Penelitian ini oleh peneliti menitikberatkan pada analisis novel. Novel
memiliki karakter cerita yang tidak terlalu panjang dan tidak terlalu pendek, selain
itu juga mempunyai alur cerita yang sangat mendalam. Karya sastra yang dipilih
untuk diteliti dalam penelitian ini adalah sebuah novel yang berjudul “Bad
Romance” karya Equita Millianda. Novel “Bad Romance” ini menarik untuk diteliti
karena Equita Millianda menghadirkan imajinasi yang tinggi, tema yang dapat
dijumpai di kehidupan pembaca sehari-hari, alur yang dapat menarik emosi
pembaca karena menyajikan alur campuran (alur maju dan alur mundur), latar yang
menceritakan Kota Bandung, dan tokoh-tokoh yang memiliki sifat yang sederhana
dan mengesankan seperti marah, setia, peduli, sabar, dapat menepati janji, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
sebagainya. Novel ini juga memiliki banyak nilai nilai positif yang terkandung
melalui peristiwa-peristiwa yang dialami oleh tokoh utama. Tokoh utama yang
digambarkan di sekolah menjadi tukang pembuatan keonaran, sekarang setelah
berangkat karantina selama tiga tahun belajar bersama teman-teman kakeknya di
New York dia dapat menggantikan posisi kakeknya yang sudah meninggal yaitu,
sebagai pemilik yayasan di sekolahnya.
Novel Bad Romance karya Equita Millianda atau yang biasa dipanggil Milly
dikenalkan pada sebuah situs online bernama Wattpad pada tahun 2014. Sebagai
pecinta Fanfiction dari puluhan cowok ganteng yang berkeliaran di dunia per-Kpop-
an, perdramaan, perfilman, per-YouTube-an, dan berbagai dunia lainnya, juga
cerita-cerita teenfiction, Wattpad merupakan surga buatnya. Novel Bad Romance
karya Equita Millianda merupakan novel yang menceritakan tentang kehidupan
sekolah seorang tokoh bernama Nathan Adriano Wirasetya sebagai tokoh utama
dalam novel ini. Nathaniel Adriano Wirasetya merupakan sosok yang hobi banget
sekali membuat kerusuhan di seantero sekolah. Mulai dari hal sepele seperti telat,
membuat kerusuhan, sampai tawuran. Tetapi statusnya sebagai cucu pemilik
yayasan seolah membuat semua peraturan menguap begitu saja kalau sudah
menyangkut nama Nathan. Katya jengah dengan kelakuan Nathan yang suka
berkuasa dan sok gantengannya. Sampai pada akhirnya Katya berani melawan, tapi
dengan adanya melawan Nathan semakin menjadi kelakuannya. Pada suatu hari di
mana mereka memutuskan untuk membuat sebuah perjanjian paling buruk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
sepanjang masa. Berawal dari perjanjian itu semua terbongkar jelas Nathan yang
sesungguhnya.
Alasan peneliti memilih empat unsur intrinsik (tema, alur, latar, dan tokoh),
karena menguraikan keterkaitan dan fungsi masing-masing unsur tersebut. Unsur
intrinsik (tema, alur, latar, dan tokoh) sebagai kesatuan yang bersama-sama
mencapai kebulatan makna karya sastra Jadi pembaca diharapkan dapat
membayangkan seperti adegan mengharapkan kekasihnya cepat kembali dan
memberi kabar selama tiga tahun menghilang tanpa jejak di London untuk
pendidikan.
Berdasarkan paparan di atas, maka pada karya ilmiah ini peneliti akan
menganalisis unsur intrinsik karya sastra yang berupa tema, alur, tokoh, dan latar
pada novel yang berjudul Bad Romance karya Equita Millianda. Oleh karena itu,
peneliti mengangkat permasalahan tersebut menjadi topik karya ilmiah ini dengan
judul Analisis Unsur Intrinsik Dalam Novel Bad Romance karya Equita Millianda.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, permasalahan yang diangkat dalam
penelitian ini, adalah bagaimanakah unsur intrinsik (tema, alur, tokoh dan latar)
dalam novel Bad Romance karya Equita Millianda?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah-masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini, tujuan
yang akan dicapai adalah untuk mendeskripsikan unsur intrinsik (tema, alur, tokoh
dan latar) dalam novel Bad Romance karya Equita Millianda.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi peneliti lain.
1.4.1 Manfaat Teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi pembaca
maupun peneliti selanjutnya mengenai studi analisis karya sastra Indanesia,
terutama dalam bidang penelitian novel Indonesia dan penelitian ini diharapkan
dapat memberikan sumbangan teori maupun dapat menjadi acuan bagi peneliti
selanjutnya dalam mengungkap unsur intrinsik pada karya sastra yang lain.
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Hasil dari penelitian novel Bad Romance karya Equita Millianda ini dapat
digunakan sebagai bahan perbandingan dengan penelitian lain yang ada
sebelumnya.
2. Hasil dari penelitian ini, pembaca lebih memahami isi cerita dalam novel Bad
Romance karya Equita Millianda terutama kondisi kejiwaan para tokoh dan
konflik yang dihadapi.
1.5 Batasan Istilah
Berikut adalah batasan istilah penelitian ini.
a. Novel
Novel merupakan sebuah karya sastra prosa fiksi yang panjangnya cukupan,
tidak terlalu panjang, namun juga tidak terlalu pendek (Nurgiyantoro, 2010: 10).
b. Unsur Intrinsik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
Unsur instrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu
sendiri. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya
sastra (Nurgiyantoro, 2015: 30).
c. Tema
Tema adalah gagasan, ide, atau pilihan utama yang mendasar suatu karya
sastra itu (Sudjiman, 1988: 50).
d. Tokoh
Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan di
dalam berbagai peristiwa dalam cerita (Sudjiman, 1988; 16).
e. Alur
Alur adalah pengaturan urutan peristiwa pembentukan cerita (Sudjiman,
1988: 31).
f. Latar
Latar adalah segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan
waktu, ruang, dan suasana terjadinya peristiwa dalam suatu karya sastra
membangun latar cerita (Sudjiman, 1988: 44).
1.6 Sistematika Penyajian
Sistematika dalam penelitian sangat penting artinya karena dapat
memberikan gambaran yang jelas mengenai langkah-langkah penelitian sekaligus
permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian. Sistematika dalam penulisan
penelitian ini diuraikan menjadi 5 bab sebagai berikut. Bab I terdiri dari latar
belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
dan sistematika penyajian. Bab II terdiri dari penelitian relevan dan landasan teori.
Bab III terdiri dari jenis penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data,
dan teknik analisis data. Bab IV terdiri dari deskripsi data dan pembahasan hasil
analisis novel Bad Romance. Bab V terdiri dari kesimpulan dan saran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
BAB II
LANDASAN TEORI
Bab ini akan membahas beberapa hal, yaitu (1) penelitian yang relevan, (2)
landasan teori: (a) hakikat novel, (c) unsur intrinsik (tema, tokoh, alur dan latar),
Berikut akan dibahas satu per satu.
2.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang latar, tema, tokoh, dan latar novel sudah banyak dilakukan
di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI). Peneliti mencatat
tiga penelitian yang relevan dengan penelitian ini, penelitian tersebut antara lain:
Pertama, Analisis Unsur Intrinsik (Tokoh, Alur, dan Latar) Menggunakan
Pendekatan Saintifik Pada Novel 9 Summers 10 Autumns Karya Iwan Setyawan
Untuk Siswa SMP Budi Mulia Minggir Kelas VIII diteliti oleh Tian Eka Febriana,
PBSI, Universitas Sanata Dharma tahun 2018. Kedua, Unsur-Unsur Instrinsik
Teenlit Warrior Sepatu Untuk Sahabat Karya Arie Saptaji dan Implementasinya
bagi Pembelajaran Sastra Di SMA kelas XI diteliti oleh Deborah Pangaribuan,
PBSI, Universitas Sanata Dharma 2009. Terakhir, Unsur Intrinsik Novel Ketika
Cinta Bertasbih Karya Habiburahman El Shirazy dan Kelayan Sebagai Bahan Ajar
Di SMA diteliti oleh Sintawati, Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas Negeri
Semarang 2009.
Penelitian yang pertama, Tian Eka Febriana (2018) yang bertujuan untuk
menganalisis unsur intrinsik novel 9 Summers 10 Autumns dan mendeskriptifkan
perencanaan pembelajaran dengan pendekatan saintifik untuk siswa SMP. Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
tersebut merupakan penelitian kualitatif. Metode yang digunakan dalam penelitian
tersebut adalah metode deskriptif kualitatif. Metode ini digunakan untuk
mengungkapkan tokoh, alur, dan latar dalam bentuk kutipan kata-kata. Subyek
dalam penelitian tersebut adalah Novel 9 Summers 10 Autumns Karya Iwan
Setyawan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian Tian menggunakan teknik
baca dan teknik catat. Hasil analisis penelitian Tian dapat disimpulkan bahwa Novel
9 Summers 10 Autumns Karya Iwan Setyawan dapat digunakan sebagai bahan
pembelajaran sastra di SMP.
Penelitian kedua, Deborah Pangaribuan (2009) bertujuan untuk menganalisis
unsur intrinsik Teenlit Warrior Sepatu Untuk Sahabat karya Arie Saptaji dan
mendeskriptifkan implementasi pembelajaran untuk siswa SMA kelas XI. Jenis
penelitian tersebut merupakan penelitian studi pustaka dengan menggunakan
metode kualitatif. Teknik untuk mengumpulkan data tertulis adalah teknik pustaka,
yaitu teknik penelitian dengan menggunakan sumber tertulis sebagai bahan
acuannya. Teknik analisis data yang dilakukan menghasilkan dua macam analisis
data, yaitu analisis data unsur-unsur instrinsik yang meliputi tema dan amanat, alur,
perwatakan, dan latar. Keempat unsur-unsur instrinsik tersebut sangat dominan
dalam teenlit dan mampu menjelaskan keseluruhan isi teenlit Warrior Sepatu Untuk
Sahabat. Implementasi teenlit Warrior Sepatu Untuk Sahabat pada pembelajaran
sastra di SMA kelas XI berpedoman pada silabus yang meliputi standar kompetinsi,
kompetensi dasar, dan indikator sebagai tolak ukur kesesuaian antara materi, dan
kegiatan pembelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Penelitian terakhir, penelitian Sintawati (2009) Universitas Negeri Semarang
yang bertujuan untuk mendeskripsikan menganalisis unsur intrinsik novel Ketika
Cinta Bertasbih karya Habiburahman El Shirazy dan mendeskripsikan kelayakan
sebagai bahan ajar Di SMA. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Subyek
dalam penelitian tersebut adalah Novel Ketika Cinta Bertasbih Karya
Habiburahman El Shirazy. Pengumpulan data menggunakan teknik kepustakaan.
Teknik analisis data dengan metode deskriptif. Berdasarkan hasil analisis Novel
Ketika Cinta Bertasbih Karya Habiburahman El Shirazy mengandung nilai-nilai
yang layak dijadikan bahan ajar bagi siswa SMA. Novel ini mengandung nilai didik
bagi siswa, meliputi nilai moral, amanat, religi, dan nilai ajar. Disamping itu novel
ini mampu memperluas wawasan siswa, mengenai: makna tanggung jawab, hidup
penuh perjuangan, kerja keras dan prinsip hidup. Kesederhanaan bahasa
memudahkan siswa dalam menangkap makna yang terkandung dalam novel
tersebut.
Setelah meninjau ketiga penelitian di atas, penelitian ini dapat dikatakan
sebagai penelitian deskripsi analisis unsur intrinsik novel. Dari uraian tersebut
terlihat bahwa penelitian yang pernah dilakukan oleh Tian Eka Febriana merupakan
penelitian kepustakaan dan penelitian pengembangan unsur intrinsik novel “9
Summers 10 Autumnt” karya Iwan Setyawan dengan metode saintifik untuk SMP
Budi Mulia Minggir Kelas VIII, penelitian yang kedua dilakukan Deborah
Pangaribuan merupakan penelitian kualitatif yang digunakan untuk menganalisis
dan mendiskripsikan unsur intrinsik teenlit ”Warrior Sepatu Untuk Sahabat” pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
pembelajaran sastra di SMA kelas XI berpedoman pada silabus yang meliputi
standar kompetinsi, kompetensi dasar, dan indikator sebagai tolak ukur kesesuaian
antara materi, dan kegiatan pembelajaran, penelitian terakhir dilakukan oleh
Sintawati merupakan penelitian kualitatif yang digunakan untuk menganalisis dan
mendeskripsikan unsur intrinsik novel “Ketika Cinta Bertasbih” karya
Habiburahman El Shirazy mengandung nilai-nilai yang layak dijadikan bahan ajar
bagi siswa SMA. Oleh karena itu, penelitian yang dilakukan oleh peneliti ini
relevan karena ketiga penelitian terdahulu telah menggunakan penelitian deskriptif
kualitatif untuk menganalisis unsur intrinsik novel. Dalam penelitian ini, peneliti
akan menerapkan penelitian deskriptif untuk mendeskripsikan analisis unsur
intrinsik novel “Bad Romance”.
Adapun perbedaan dari penelitian-penelitian relevan di atas sebagai berikut
penelitian yang dilakukan oleh Tian Eka Febriana (2018) adalah mengembangkan
unsur intrinsik novel dengan menyusun produk silabus dan RPP. Unsur intrinsik
novel yang dikaji ada tiga unsur yaitu tokoh, alur, dan tema. Penelitian tersebut
menggunakan evaluasi oleh guru Bahasa Indonesia SMP Budi Mulia Minggir.
Perbedaan selanjutnya dari penelitian Deborah Pangaribuan (2009) adalah
mengembangkan unsur intrinsik teenlit dengan mengimplementasikan bahan ajar.
Unsur intrinsik yang digunakan ada 4 unsur yaitu tema, alur, perwatakan, dan latar.
Perbedaan yang terakhir yaitu penelitian dari Sintawati (2009) merupakan penelitian
kualitatif yang digunakan untuk menganalisis dan mendeskripsikan unsur intrinsik
novel yang digunakan untuk menyusun silabus dan RPP SMA.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Penelitian ini memiliki perbedaan dengan penelitian sebelumnya. Perbedaan
tersebut terdapat pada objek yang dikaji. Penelitian ini mengkaji novel yang
berjudul “Bad Romence” karya Equita Millianda dengan menggunakan penelitian
destriptif. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tema, alur, latar, dan tokoh
dengan menggunakan teknik baca dan teknik catat. kebaruan penelitian ini adalah
dari sudut pengarangnya, seorang Equita Millianda yang sering dipanggil Milli
mampu membuat para pembaca larut dalam emosinya. Lalu kerumitan yang
dibangun oleh Milli adalah keadaaan keluarga tokoh utama Nathan dan kesetiaan
kepada kekasihnya yaitu Katya.
2.2 Kajian Teori
Kajian teori yang akan digunakan pada penelitian ini yaitu kajian mengenai hakikat
novel, dan unsur intrinsik novel.
2.2.1 Hakikat Novel
Novel berasal dari kata Latin novellus yang diturunkan pula dari kata novies
yang berarti “baru”. Kata baru dikaitkan dengan kenyataan bahwa novel
merupakan jenis cerita fiksi yang muncul belakangan dibandingkan cerita pendek
dan roman. Suasana yang digambarkan dalam novel adalah sesuatu yang realistis
dan masuk akal. Kehidupam yang dilukiskan bukan hanya kelebihan dari tokoh
tersebut tetapi juga kekurangannya (Waluyo, 1994: 37). Menurut Waluyo (1994:
40), novel berisi tentang perubahan nasib tokoh cerita, kehidupan tokoh utama,
dan tokoh utama yang tidak pernah mati. Dalam novel tidak dituntut memiliki
kesatuan gagasan, impresi, emosi, dan setting seperti dalam cerita pendek.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Pengamat mengklarifikasi novel menjadi dua, yaitu sebagai berikut. (a) novel
serius adalah novel yang dipandang bernilai sastra tinggi. Ciri novel serius sebagai
berikut: tidak menunjukan realita kehidupan (realisme), tetapi yang ditampilkan
adalah tokoh dan cerita di luar realitas kehidupan. (b) novel pop adalah novel yang
menilai sastranya diragukan atau rendah, karena tidak adanya unsur kreativitas.
Pengarang novel pop hanya mengulang-ulang problem cerita yang sudah
dikerjakan dan dengan pengerjan yang tetap. Selain itu, karya mereka juga kurang
mendapat perhatian di mata kritikus.
Nurgiyantoro dan Depdiknas sedikit memiliki kesamaan dalam mendefisikan
novel mereka mengatakan bila novel karya sastra prosa yang memiliki rangkaian
cerita panjang. Sebagai berikut uraiannya. Novel merupakan sebuah karya sastra
prosa fiksi yang panjangnya cukupan, tidak terlalu panjang, namun juga tidak terlalu
pendek (Nurgiyantoro, 2010: 10). Menurut Depdiknas (2008: 969) novel merupakan
karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang
dengan orang-orang disekeliling dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa novel merupakan karangan prosa
yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang-
orang disekelilingnya.
2.2.2 Unsur Intrinsik
Menurut beberapa para ahli pengertian unsur intrinsik dapat diuraikan sebagai
berikut. Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun sebuah karya sastra.
Unsur-unsur inilah yang menyebabkan suatu teks sastra, unsur-unsur yang secara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
faktual akan dijumpai jika orang membaca karya sastra. Unsur intrinsik sebuah
novel adalah unsur-unsur yang (secara langsung) turut serta membangun cerita.
Kepaduan antarberbagai unsur intrinsik inilah yang membuat sebuah novel
berwujud (Nurgiyantoro, 2010: 30). Menurut Pradopo (1995: 143) bagian-bagian
(unsur-unsur) karya sastra itu mempunyai makna dalam hubungannya dengan yang
lain dan keseluruhannya. Peneliti menyimpulkan unsur intrinsik dalam novel unsur-
unsur yang membangun cerita secara alami dan mempunyai makna dalam
hubungannya dengan keseluruhannya.
Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra,
unsur-unsur secara faktual akan dijumpai jika orang membaca karya sastra. Unsur-
unsur yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah unsur intrinsik yang ada dalam
novel “Bad Romance” karya Equita Millianda.
2.2.2.1 Tokoh
a Tokoh
Tokoh adalah para pelaku yang terdapat dalam sebuah fiksi (Wiyatmi, 2006:
30). Menurut Nurgiyantoro (2000: 165) tokoh dalam cerita berwujud manusia,
binatang atau benda yang diinsankan. Watak, perwatakan, dan karakter menunjuk
pada sifat dan sikap para tokoh seperti ditafsirkan oleh pembaca, lebih menunjuk
pada kualitas pribadi seorang tokoh. Menurut Abraham (dalam Nurgiyantoro, 2010:
165), tokoh adalah orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama
yang oleh pembaca memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti
yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
sedangkan menurut Sudjiman (1988: 16), tokoh adalah individu rekaan yang
mengalami peristiwa atau berlakuan di dalam berbagai peristiwa dalam cerita.
Berdasarkan segi peranan tokoh dalam sebuah cerita, menurut Sudjiman
(1988:17), tokoh dibagi menjadi tokoh sentral/utama dan tokoh bawahan/tambahan.
a) Tokoh Sentral/utama adalah tokoh yang memegang peran pimpinan. Ia bahkan
menjadi pusat sorotan dalam kisahan. Tokoh utama dapat juga ditentukan
dengan memperhatikan hubungan antartokoh. Tokoh utama merupakan tokoh
yang banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai
kejadian (peristiwa yang terjadi).
b) Tokoh bawaan/tambahan adalah tokoh yang tidak sental kedudukannya didalam
cerita tetapi kehadirannya sangat diperlukan untuk menunjang atau mendukung
tokoh utama. Tokoh bawahan yang sebenarnya sulit disebut tokoh karena ia
boleh dikatakan tidak memegang peran di dalam cerita.
2.2.2.2 Alur
Alur adalah peristiwa-peristiwa yang diurutkan yang membangun tulang
punggung cerita. Peristiwa-peristiwa tidak hanya meliputi yang bersifat fisik seperti
cakapan atau lakuan tetapi juga termasuk perubahan sikap tokoh yang mengubah
nasib (Sudjiman, 1988: 30). Struktur terbagi menjadi beberapa tahapan. Pada setiap
tahapan struktur alur akan terjadi peristiwa-peristiwa yang berurutan. Plot memiliki
tiga unsur untuk membangun dan mengembangkan sebuah plot cerita. Ketiga unsur
tersebut mempunyai hubungan yang sangat erat jika jumlah cerita sebuah karya fiksi
banyak sekali, tetapi belum tentu semuanya mengandung dan atau merupakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
konflik, apalagi konflik utama. Jumlah konflik juga relatif masih banyak, tetapi
hanya konflik utama tertentu yang dapat dipandang sebagai klimaks. Menurut
Depdiknas (2008: 45) alur adalah jalinan peristiwa dalam cerita untuk memperoleh
efek tertentu. Sedangan menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2010: 113), plot
merupakan struktur peristiwa-peristiwa, yaitu sebagaimana yang terlihat dalam
pengurutan dan penyajian berbagai peristiwa tersebut untuk mencapai efek
emosional dan efek artistik tertentu.
1. Unsur-unsur Alur
a) Peristiwa
Sebuah karya sastra akan memiliki kejadian atau peristiwa yang diangkat
menjadi sebuah cerita. Peristiwa dapat diartikan sebagai peralihan dari satu keadaan
ke keadaan yang lain (Luxemburg dalam Nurgiyantoro, 2010: 117). Peristiwa dapat
dibedakan menjadi tiga jenis dalam pengembangan plot atau penyajian cerita, yaitu
(1) peristiwa fungsional adalah peristiwa-peristiwa yang menentukan dan
mempengaruhi perkembangan plot. Urut-urutan peristiwa fungsional merupakan inti
cerita sebuah karya fiksi yang bersangkutan, (2) Peristiwa kaitan adalah peristiwa-
peristiwa yang berfungsi mengkaitkan peristiwa penting, (3) Peristiwa acuan adalah
peristiwa yang tidak secara langsung berpengaruh dan berhubungan dengan
perkembangan plot, melainkan mengacu pada unsur-unsur lain. Dalam hubungan
ini, bukan alur dan peristiwa yang diceritakan, melainkan bagaimana suasana alam
dan batin dilukiskan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
b) Konflik
Konflik adalah kejadian yang tergolong penting (jadi, ia akan berupa peristiwa
fungsional, utama, kernel) dan merupakan unsur yang esensial dalam
pengembangan plot (Nurgiyantoro, 2010: 122). Konflik adalah sesuatu yang
dramatik mengacu pada pertarungan dua kekuatan yang seimbang dan menyiratkan
adanya aksi dan aksi balasan (Wellek & Werren dalam Nurgiyantoro, 2010: 122).
Menurut Nurgiyantoro konflik terdiri dari dua kategori, yaitu konflik internal dan
konflik eksternal. Konflik internal adalah konflik yang terjadi dalam hati dan jiwa
seorang tokoh cerita. Konflik ini merupakan konflik yang dialami manusia. Konflik
ekternal adalah konflik yang terjadi antara seorang tokoh dan sesuatu yang di luar
dirinya, baik lingkungan alam maupun lingkungan manusia.
c) Klimaks
Konflik merupakan unsur penting dalam plot, seperti halnya dengan klimaks
yang merupakan unsur penting dalam struktur plot. Klimaks akan terjadi apabila
konflik sudah mencapai titik puncaknya. Klimaks adalah konflik yang telah
mencapai intensitas tertinggi, dan saat itu merupakan sesuatu yang tidak dapat
dihindari kejadiannya. Klimaks merupakan titik pertemuan antara dua atau lebih hal
yang berbeda yang menentukan permasalahan atau konflik akan diselesaikan
(Stanton dalam Nurgiyantoro, 2010: 127).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
2. Struktur Alur
Struktur alur menurut Sudjiman (1988, 30) terdiri dari tiga tahap yaitu, awal
(paparan, rangsangan, gawatan), tengah (tikaian, rumitan, klimaks), dan akhir
(leraian, selesaian). Berikut paparan struktur alur menurut Sudjiman (1988, 30-36)
1. Awal
a. Paparan
Paparan adalah penyampaian informasi kepada pembaca. Paparan merupakan
fungsi utama awal suatu cerita. Pada tahap ini, berfungsi untuk memancing rasa
ingin tahu pembaca.
b. Rangsangan
Rangsangan adalah peristiwa yang mengawali timbulnya gawatan.
Rangsangan sering ditimbulkan oleh masuknya seorang tokoh baru sebagai
katalisator.
c. Gawatan
Gawatan adalah tahapan yang ditimbulkan oleh rangsangan. Tidak ada
patokan tentang panjang paparan, kapan disusuloleh rangsangan, dan berapa lama
sesudah itu sampai pada gawatan. Dalam gawatan akan timbul permasalahan yang
terjadi dalam sebuah cerita.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
2. Tengah
a. Tikaian
Tikaian adalah perselisihan yang timbul sebagai akibat adanya dua kekuatan
yang bertentangan, satu diantaranya diwakili oleh manusia pribadi yang biasanya
menjadi protagonist dalam cerita (Sudjiman, 1988: 34-35).
b. Rumitan
Perkembangan dari gejala mula tikaian menuju klimaks cerita disebut rumitan.
Rumitan biasanya timbul setelah perselisihan dan adanya pertentangan diantara
tokoh. Dalam rumitan juga sudah muncul permasalah yang menimbulkan klimaks
permasalahan. Namun gambaran nasib tokoh semakin jelas meskipun belum
semuanya terlukiskan.
c. Klimaks
Klimaks tercapai apabila rumitan mencapai puncak kehebatannya. Di dalam
cerita fiksi, rumitan sangat penting. Tanpa rumitan yang memadai tikaian akan
lamban. Rumitan mempersiapkan pembaca untuk menerima seluruh dampak dari
klimaks (Sudjiman, 1988: 35).
3. Akhir
a. Leraian
Leraian adalah bagian struktur alur sesudah klimaks yang menunjukan
perkembangan peristiwa kearah selesaian (Sudjiman, 1988: 35). Dalam leraian
sudah dapat terlihat adanya penyelesaian masalah menuju selesaian. Dalam tahap ini
konflik mulai merada.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
b. Selesaian
Selesaian adalah bagian akhir sebuah cerita. Selesaian boleh jadi mengandung
penyelesaian masalah yang melegakan boleh juga mengandung penyelesaian
masalah yang menyedihkan. Boleh juga pokok masalah tetap menggantung tanpa
pemecahan. Jadi, cerita sampai pada selesaian tanpa menyelesaikan masalah,
keadaan yang penuh ketidakpastian, ataupun ketidakjelasan (Sudjiman, 1988: 36)
Sementara berdasarkan penyusunan peristiwa, alur terbagi dalam tiga jenis
yaitu, alur progresif/kronologi/maju, alur regeresif/flashback/sorot/balik/mundur,
dan alur campuran (Sayuti, 2002: 90).
a. Alur progresif/kronologi/maju
Alur yang peristiwa-peristiwanya disusun secara kronologis. Artinya, alur yang
klimaksnya berada di akhir cerita. Rangkaian peristiwa dalam alur maju berawal
dari masa awal hingga akhir cerita dengan urutan yang teratur dan beruntut.
Tahapan pada alur maju adalah sebagai berikut pengenalan, konflik, klimaks,
antiklimaks dan penyelesaian.
b. Alur regeresif/flashback/sorot/balik/mundur
Alur yang peristiwa-peristiwanya disusun secara tidak kronologis. Artinya,
sebuah alur yang menceritakan masa lampau yang menjadi klimaks di awal cerita.
Rangkaian peristiwa dalam alur mundur berawal dari masa lampau ke masa kini/
awal dengan susunan waktu yang tidak sesuai dan tidak beruntut. Tahapan pada alur
mundur adalah sebagai berikut: penyelesaian, antiklimaks, klimaks, konflik, dan
pengenalan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
c. Alur campuran
Alur yang menceritakan perpaduan alur maju dan alur mundur. Alur
campuran yang diawali dengan klimaks, kemudian menceritakan masa lampau, dan
dilanjutkan hingga tahap penyelesaian. Pada saat menceritakan masa lampau, tokoh
dalam cerita dikenalkan sehingga saat cerita tersebut belum selesai, alur cerita
kembali yang awal cerita untuk mengenalkan kembali tokoh lainnya. Tahapan pada
alur campuran adalah sebagai berikut: klimaks, konflik, pengenalan, antiklimaks,
dan penyelesaian.
Selain pendapat para ahli di atas mengenai pengertian alur, peneliti juga
berpendapat atau menyimpulkan bahwa alur adalah susunan atau rangkaian
peristiwa yang terdapat dalam sebuah karya fiktif. Alur berperan sebagai jalan bagi
para pembaca untuk menelusuri jalan cerita yang terdapat dalam karya sastra itu
sendiri, sehingga membawa para pembaca mampu menemukan ide atau imajinasi
pengarang. Selain itu, para pembaca dibawa untuk turut mengalami apa yang
dirasakan oleh para tokoh dalam karya fiktif tersebut.
2.2.2.3 Tema
Tema adalah gagasan, ide, atau pilihan utama yang mendasar suatu karya
sastra. Menurut Stanton dan Kenny (dalam Nurgiyantoro, 2010: 67), tema adalah
makna yang dikandung oleh sebuah cerita. Tema merupakan pokok pikiran atau
dasar cerita yang dipercakapkan dan dipakai sebagai dasar mengarang, mengubah
sajak, dsb (Depdiknas, 2008: 1429). Sedangkan menurut (Sudjiman, 1988: 50) tema
adalah alasan pengarang mengemukakan gagasan, ide, atau pilihan utama yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
mendasar suatu karya sastra. Tema disaring dari motif-motif yang terdapat dalam
karya yang bersangkutan yang menentukan hadirnya peristiwa-peristiwa, konflik,
dan situasi tertentu tema dalam banyak hal bersifat “mengikat” kehadiran atau
ketidakhadiran peristiwa konflik situasi tertentu, termasuk berbagai unsur intrinsic
yang lain, karena hal-hal tersebut haruslah bersifat mendukung kejelasan tema yang
ingin disampaikan. Tema menjadi dasar pengembangan seluruh cerita, maka ia pun
bersifat menjiwai seluruh bagian cerita itu. Tema mempunyai genelalisasi yang
umum. Lebih luas dan abstrak.
2.2.2.4 Latar
Latar menunjukkan pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan
sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan (Abrams dalam
Nurgiyantoro, 1995: 216). Sudjiman (1988: 44), juga berpendapat bahwa latar
adalah segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan waktu, ruang,
dan suasana terjadinya peristiwa dalam suatu karya sastra membangun latar cerita.
Menurut Rahmanto (1988: 44), latar menyangkut tentang lingkungan geografi,
sejarah, sosial dan bahkan kadang-kadang lingkungan politik atau latar belakang
tempat kisah itu berlangsung. Menurut Nurgiyantoro (2010: 227), unsur latar dapat
dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, yaitu tempat, waktu, dan sosial. Ketiga unsur
tersebut memberikan permasalahan yang berbeda dan dapat dibicarakan. Pada
kenyataannya saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu dengan yang lain.
Ketiga unsur latar tersebut akan dijabarkan sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
a. Latar Tempat
Latar tempat menyarankan pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan
dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang digunakan mungkin berupa tempat-
tempat dengan nama tertentu, inisial tertentu, atau lokasi tertentu tanpa jelas.
Penggunaan latar tempat dengan nama tertentu haruslah mencerminkan atau paling
tidak tak bertentangan dengan sifat dan keadaan geografis tempat yang
bersangkutan. Masing-masing tempat tertentu saja memiliki karakteristiknya sendiri
yang membedakannya dengan tempat lainnya (Nurgiyantoro, 2010: 227).
b. Latar Waktu
Latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa-
peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Masalah waktu dalam karya
naratif, menurut Genette (dalam Nurgiyantoro, 2010: 231), dapat bermakna ganda:
di satu pihak menyaran pada waktu penceritaan, waktu penulisan cerita dan di pihak
lain menunjukan pada waktu dan urutan waktu yang terjadi dan dikisahkan dalam
cerita. Kejelasan waktu yang diceritakan sangat penting dari segi waktu
penceritaannya.
c. Latar Sosial
Latar sosial menyarankan pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku
kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi.
Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup
yang cukup komplek, misalnya kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan,
pandangan hidup, cara berfikir, dan lain-lain (Nurgiyantoro, 2010: 233). Latar sosial
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan, misalnya rendah,
menengah, dan atas. Latar sosial berperan penting dalam menentukan apakah
sebuah latar, khususnya latar tempat menjadi khas dan tipikal atau sebaliknya
bersifat netral.
Menurut peneliti sendiri, latar merupakan penggambaran sebuah karya sastra
oleh pengarang lewat imajinasi pembaca mengenai segala keadaan yang menjadi
latar dalam sebuah karya sastra, misalnya latar tempat, latar waktu, dan latar sosial.
Dengan bisa menemukan penggambaran latar, maka para pembaca mampu melihat
dengan jelas imajinasi yang digambarkan pengarang yang terdapat dalam karya
sastranya. Dengan begitu, maka pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang
lewat karyanya akan semakin jelas.
2.2.3 Kerangka Berpikir
Bahasa sastra merupakan bahasa khusus hasil susunan dari sastrawannya.
Bahasa itulah yang dikatakan karya seni. Karya sastra terdiri dari beragam genre
bentuk salah satunya adalah prosa. Prosa dapat berbentuk novel dan cerpen.
Beberapa fungsi sastra di antaranya adalah menghibur dan bermanfaat. Sastra
menghibur dengan cara menyajikan keindahan, memberikan makna terhadap
kehidupan (kematian, kesengsaraan, maupun kegembiraan), atau memberikan
pelepasan ke dunia imajinasi, sehingga dapat meracuni tanpa disadari. Sebagian
orang selalu menjadikan karya sastra sebagai sarana untuk menyampaikan pesan
tentang apa yang terjadi pada masanya. Sebuah karya sastra dapat diterangkan atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
ditelaah secara tuntas apabila diketahui asal usulnya yang bersumber pada riwayat
hidup pengarang dan zaman yang melingkupinya.
Karya sastra prosa salah satunya novel. Novel dalam arti luas adalah cerita
berbentuknya prosa dalam ukuran yang luas. Ukuran luas di sini dapat berarti cerita
dengan plot (alur) yang kompleks, karakter yang banyak, tema tema kompleks,
suasana cerita yang beragam, dan setting cerita yang berguna pula (Sumardjo, 1986:
29). Novel banyak ditulis berdasarkan imajinasi, kreativitas, karangan dari penulis,
maupun berdasarkan kisah nyata dari penulis itu sendiri. Salah satu novel yang
berdasarkan imajinasi penulis adalah novel Bad Romance karya Equita Millianda.
Dalam penelitian ini, peneliti membaca terlebih dahulu novel tersebut
kemudian mendeskripsikan dan merumuskan data yang diperoleh dari novel yang
berjudul Bad Romance karya Equita Millianda dengan ketentuan unsur-unsur yang
telah disepakati menjadi bahan penelitian. Bagian dari unsur intrinsik yang
dianalisis tersebut tokoh, tema, alur, dan latar. Alasan peneliti hanya menggunakan
empat unsur intrinsik tersebut karena alur, tema, tokoh, dan latar adalah unsur yang
terdapat dalam novel, unsur-unsur tersebut saling berkaitan dan mudah ditemui
dalam setiap karya sastra khususnya novel.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bagian ini disajikan metodologi penelitian. Penelitian ini terdiri dari lima
subbab, yaitu jenis penelitian, subyek penelitian, sumber data, data penelitian,
teknik pengumpulan data, instrument penelitian, dan teknik analisis data. Penelitian
ini akan menguraikan mengenai tokoh, latar, alur, dan tema.
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian yang berjudul Analisis Unsur Intrinsik dalam Novel Bad Romance
Karya Equita Millianda ini termasuk penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif
adalah penelitian dengan data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan
bukan angka-angka. Dengan demikian, laporan penelitian akan berisi kutipan-
kutipan data untuk memberikan gambaran penyajian laporan tersebut (Moleong,
2006: 11).
3.2 Data dan Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kutipan teks novel
yang terdapat di dalam novel Bad Romance karya Equita Millianda.
Judul Buku : Bad Romance
Pengarang : Equita Millianda
Penerbit : Pastel Bools
Tahun terbit : 2017
Jumlah Halaman : 376 halaman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Data merupakan keterangan atau bahan nyata berupa tulisan berupa kutipan-kutipan
kalimat yang terdapat di dalam novel yang akan dianalisis oleh peneliti.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Langkah yang digunakan dalam penelitian ini ada dua yaitu baca dan catat.
Peneliti terlebih dahulu membaca novel yang berjudul Bad Romance karya Equita
Millianda secara keseluruhan dengan tujuan untuk mendapat pemahaman awal
tentang unsur intrinsik yang akan dicari pada novel tersebut sebelum
menganalisisnya secara mendalam. Setelah selesai membaca novel Bad Romance
karya Equita Millianda, peneliti mencatat hasil temuan unsur intrinsik. Tujuan dari
teknik catat adalah untuk mendeskripsikan hasil analisis unsur intrinsik novel.
3.4 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian ini adalah peneliti sendiri. Peneliti berperan sebagai
instrumen utama karena peneliti bertindak sebagai pengumpul data. Peneliti layak
disebut sebagai instrumen penelitian peneliti sedikit mengerti tentang karya sastra
Dalam penelitian ini, peneliti mencari data dengan cara menganalisis unsur intrinsik
novel Bad Romance karya Equita Millianda. Data utama yang digunakan peneliti
berupa kata-kata tertulis terkait unsur intrinsik. Pembelajaran sebelumnya telah
memiliki modal ilmu pengetahuan menganalisis unsur intrinsik novel.
3.5 Teknik Analisis Data
Teknik yang digunakan oleh peneliti dalam meneliti novel Bad Romance
karya Equita Millianda adalah sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
a. Peneliti membaca novel yang akan diteliti dengan tujuan untuk mendapat
pemahaman awal unsur intrinsik yang akan dianalisis.
b. Peneliti membaca ulang data yang sudah dikumpulkan dan mengamati kembali
dengan teliti bagian kalimat yang menujukan unsur intrinsik.
c. Peneliti menganalisis data dan mengamati dengan teliti bagian kalimat yang
menunjukan unsur intrinsik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini, peneliti akan memaparkan deskripsi data, analisis unsur intrinsik
novel “Bad Romance” karya Equita Millianda. Unsur-unsur tersebut terbagi menjadi
tujuh bagian, tetapi peneliti hanya membahas empat unsur intrinsik tema, alur,
tokoh, dan latar. Penelitian ini dapat memberikan contoh mendalam terkait dengan
analisis unsur intrinsik.
4 Kajian Unsur Intrinsik Novel Bad Romance
Analisis unsur intrinsik dalam penelitian ini menggunakan novel “Bad
Romance” karya Equita Millianda. Analisis unsur intrinsik bertujuan untuk
mengetahui dan memperoleh gambaran secara menyeluruh tentang isi novel “Bad
Romance” karya Equita Millianda. Berikut analisis unsur intrinsik novel “Bad
Romance” karya Equita Millianda.
4.1 Tema
Stanton dan Kenny (dalam Nurgiyantoro, 2010: 67) menyatakan bahwa tema
adalah makna yang dikandung oleh sebuah cerita. Tema merupakan pokok pikiran
atau dasar cerita yang dipercakapkan dan dipakai sebagai dasar mengarang. Dalam
sebuah cerita, tema jarang diungkapkan secara langsung, tetapi menjiwai
keseluruhan cerita dan dapat dirasakan keberadaannya haruslah ditemukan lewat
pembaca. Dalam novel “Bad Romance” karya Equita Millianda. Terdapat tema
sebagai makna yang mengikat keseluruhan cerita. Tema yang terkandung dalam
novel “Bad Romance” karya Equita Millianda adalah kehidupan remaja masa ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
(percintaan). Sebuah keyakinan terhadap janji kekasih untuk bertemu kembali
setelah melakukan suatu perjalanan mengenai pekerjaannya. Berikut bukti kutipan
pernyataan mengenai tema percintaan ini.
(1) Nathan duduk diam, memandangi langit bertaburan
bintang seumpama kristal. Pemuda itu berbalik, hendak
memberitahu Katya apa yang dilihatnya. Namun, Katya
sudah tertidur pulas. Lama, Nathan menatap wajah cantik
Katya yang terlelap. (Equita millianda, 2017: 123)
(2) Saat itu, Nathan merasa dunianya ada di depannya.
Tertidur dengan damai. Saat itu, Nathan merasa dunianya
yang sebelumnya hancur kembali utuh. Dia tersenyum.
“Gua sayang lo, Kat. Banget.” (Equita millianda, 2017:
123)
(3) Untuk saat itu, hanya ada Nathan dan Katya. Keduanya
membisu, hanya mengungkapkan perasaan masing-
masing dengan bahasa kalbu. Kali ini baik Nathan
maupun Katya tahu, kalau semuanya belum benar-benar
berubah. (Equita millianda, 2017: 351)
(4) Seenggaknya, bukan perasaan mereka. Perasaan mereka
masih sama, masih penuh cinta buat masing-masing dari
mereka. Semua pertahanan mereka runtuh. Untuk kali ini,
cinta saja cukup. (Equita millianda, 2017: 351)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
(5) “Hey, lihat gue. Gue enggak peduli kalau lo bilang kita
Cuma teman atau apa. Tapi, gue enggak bisa cuma jadi
teman lo, dan gue rasa lo juga kayak gitu. Jadi, kenapa
harus temenan kalau kita sanggup lebih?” tanya Nathan.
“Kenapa harus terluka, kalau kita bisa bahagia, Katya?”
(Equita millianda, 2017: 352)
Pada kutipan tersebut tema dalam novel Bad Romance karya Equita Millianda
diawali dengan sebuah pernyataan bahwa tokoh Nathan menyatakan perasaan
sayangnya secara langsung kepada Katya yang masih berstatus pacar bohongannya.
Tetapi berawal dari Katya diajak singgah kerumah Nathan semua terbongkar karena
keberadaan ibu tiri Nathan. Sehingga timbul rasa peduli dan diantara Katya dan
Nathan.
4.2 Alur
Plot merupakan struktur peristiwa-peristiwa, yaitu sebagaimana yang terlihat
dalam pengurutan dan penyajian berbagai peristiwa tersebut utuk mencapai efek
emosional dan efek artistik tertentu menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2010:
113). Alur yang terkandung dalam novel Bad Romance adalah alur campuran yang
menceritakan masa lampau dan dilanjutkan hingga tahap penyelesaian. Dalam novel
“Bad Romance” karya Equita Millianda, peneliti akan menganalisis tahapan alur
berdasarkan penahapan alur Sudjiman (1988: 30-36). Tahanan alur tersebut meliputi
bagian awal, bagian tengah, dan bagian akhir. Bagian awal meliputi paparan,
rangsangan, dan gawatan. Bagian tengah meliputi tikaian, rumitan, dan klimaks.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Bagian akhir meliputi leraian, dan selesaian. Berikut tahapan alur novel “Bad
Romance” karya Equita Millianda.
4.2.1 Tahap awal
Pada tahap ini peneliti akan memaparkan mengenai paparan, rangsangan, dan
gawatan yang terdapat pada novel “Bad Romance” karya Equita Millianda. Paparan
mengenai tahap awal adalah sebagai berikut.
a. Paparan
Paparan adalah penyampaian informasi kepada pembaca. Paparan merupakan
fungsi utama awal suatu cerita. Pada tahap ini, berfungsi untuk memancing rasa
ingin tahu pembaca. Hal ini tentu saja bukan informasi selengkapnya yang
diberikan, melainkan keterangan sekadarnya untuk memudahkan pembaca
mengikuti kisahan lanjutannya. Hal ini ditunjukkan pengarang dengan kutipan
sebagai berikut.
(1) Katya menggeram kesal saat melihat Nathan sedang
memukuli seorang anak berseragam SMP. Katya
tidak mengerti apalagi yang harus dilakukan untuk
menghentikan sikap semena-mena Nathan. Iya sih,
dia cucu pemilik yayasan. Namun, bukan berarti
kelakuannya bisa seenaknya begini. (Equita
Millianda, 2017: 9)
Pada kutipan tersebut tahapan paparan dalam novel Bad Romance karya Equita
Millianda diawali dengan sebuah pernyataan bahwa kelakuan semena-mena cucu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
pemilik yayasan sekolah sedang membuat kegaduhan di sekolah dengan memukuli
anak berseragam SMP yang membuat temannya tidak suka. Paparan bertujuan
untuk mempermudah para pembaca untuk mengikuti jalan cerita selanjutnya dari
novel “Bad Romance” karya Equita Millianda.
b. Rangsangan
Rangsangan adalah peristiwa yang mengawali timbulnya gawatan. Rangsangan
sering ditimbulkan oleh masuknya seorang tokoh baru sebagai katalisator. Hal ini
ditunjukkan pengarang dengan kutipan sebagai berikut.
(2) “Nah, gue tahu Nath. Lo tantangin dia jadi pacar lo.
Kita lihat seberani apa dia. Nanti yang mutusin
duluan kalah. Lo tentuin aja hukumannya!” usul
Rio. (Equita Millianda, 2017: 12)
Pada kutipan tersebut rangsangan mulai tampak dalam novel “Bad Romance“
karya Equita Millianda adalah ketika teman Nathan memberikan usulan agar dia
memberi tantangan kepada Katya untuk menjadi pacar bohongannya, serta yang
memutuskan hubungan terlebih dahulu mendapat hukuman. Rangsangan
ditimbulkan bukan dari gawatan saja namun oleh berita merusak keadaan.
c. Gawatan
Gawatan adalah tahapantahapan yang timbul oleh rangsangan. Ketidakpastian
yang berkepanjangan dan semakin menjadi-jadi. Hal ini ditunjukkan pengarang
dengan kutipan sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
(3) Tanpa mereka duga, Nathan bergumam, “Hm.
Boleh.” Dalam benaknya, muncul sebuah nama
Kiara. Akhirnya, dia menemukan cara untuk
mengenyahkan Kiara dari pandangannya. (Equita
Millianda, 2017: 12)
(4) Kiara. Gadis keturunan Indonesia-Inggris yang saat
ini jadi gebetan Nathan. Kiara cantik, dengan mata
coklat terang, bibir penuh, dan hidung mancung.
Kiara juga seorang model yang wajahnya sering
muncul di majalah remaja. Nathan dikabarkan dekat
dengan Kiara ketika dia mengantarkan dia pulang.
Bahkan, Nathan membiarkan gadis itu memakai
sweternya. (Equita Millianda, 2017: 12)
(5) Namun, itu terjadi saat kelas 1 SMA. Sejak itu,
Nathan beberapa kali digosipkan dekat dengan gadis
lain. Dia dan Kiara kemudian berakhir dengan acara
jambak-menjambak di lapangan belakang sekolah.
Sebelum, akhirnya keduanya mundur teratur.
(Equita Millianda, 2017: 12)
(6) Sepertinya, akan ada cerita baru lagi minggu ini.
Nathan bisa saja menolak melakukan taruhan bodoh
ini, kalau saja Katya tidak cuek dan angkuh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
kepadanya. Pada saat semua siswi SMA Pelita
Bangsa memujanya, Katya malah membencinya.
Tentu saja, Nathan penasaran. (Equita Millianda,
2017: 12-13)
Gawatan dalam novel “Bad Romance” karya Equita Millianda di atas muncul
dan diawali dengan Nathan yang ingin mengenyahkan seorang gadis keturunan
Indonesia-Inggris yang selama ini menjadi orang yang ditaksirnya. Selain itu, dia
juga mempunyai rasa penasaran yang luar biasa terhadap Katya, karena gadis itu
sangat cuek kepadanya.
4.2.2 Tahap tengah
Tahap tengah cerita yang dapat disebut sebagai tahap pertikaian, menampilkan
pertentangan atau konflik yang sudah dimunculkan pada tahap sebelumnya. Pada
tahap ini konflik menjadi semakin meningkat dan menegangkan. Peneliti akan
memaparkan mengenai tikaian, rumitan, dan klimaks yang terdapat dalam novel
“Bad Romance” karya Equita Millianda. Paparan mengenai tahapan tengah adalah
sebagai berikut.
a. Tikaian
Perselisihan yang timbul sebagai akibat dua kekuatan yang bertentangan. Pada
sebuah tikaian yang terjadi akan ada pihak yang terkalahkan atau merasakan
dampak negatif yang di dapat. Hal ini ditunjukkan pengarang dengan kutipan
sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
(7) “Nath, tuh!” Leon tiba-tiba mengedikkan dagunya
menunjuk seseorang dibelakang Nathan. Pemuda itu
berbalik, dan melihat Kiara berdiri dibelakangnya.
Rok yang mengatung berkibar diterpa angina karena
letak kantin yang cukup terbuka. (Equita Millianda,
2017: 34)
(8) “Nathan!” panggil Kiara. Nathan bergeming.
Ekspresi wajahnya datar. “Lo ada apa sama Katya?”
(Equita Millianda, 2017: 34)
(9) “Pacar gue. Sekarang lo mendingan jauh-jauh. Gue
udah ada yang punya. Dah!” Nathan bangkit dari
duduknya. (Equita Millianda, 2017: 34)
(10) “Nathan!” pekik Kiara saat Nathan berlalu. Pemuda
itu berbalik. “Apalagi?” Kiara maju, lalu sebuah
tamparan melayang kepipi mulus Nathan. (Equita
Millianda, 2017: 35)
(11) “Lo apa-apaan sih?” Nathan meraba pipinya yang
terasa perih. Matanya melotot marah. Untung
Nathan masih sadar yang di depannya ini seorang
perempuan. Kalau sampai Nathan ngamuk, Kiara
udah jadi perkedel. (Equita Millianda, 2017: 34)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
(12) “LO ENGGAK BISA MUTUSIN GUE
SEENAKNYA!” jerit Kiara. “Emang kapan kita
pernah jadian?” mereka memang tidak pernah
jadian, Nathan berani memastikan itu. Mareka
hanya bertingkah seperti orang pacaran, tetapi tidak
benar-benar pacaran. (Equita Millianda, 2017: 34)
(13) “Awas lo, Nath! Ancam Kiara. Sambil berlalu
pergi, pikirannya tak henti-henti bersumpah serapah.
(Equita Millianda, 2017: 34)
(14) “Ehm, Kiara…,” panggil Nathan seraya mencekal
lengannya. “Kalau lo berani nyentuh Katya,
urusannya sama gue.” Tenang, tetapi dingin dan
menusuk pada saat bersamaan. Dia lalu melepas
cekalan tangannya dan kembali ke kantin tempat
teman-temannya masih berkumpul. (Equita
Millianda, 2017: 34)
Pada kutipan tesebut tikaian diawali dengan permasalahan yang lebih naik
ketika kesalahpahaman Kiara selama ini yang membuat dirinya sudah merasa
menjadi kekasih Nathan, sehingga tidak ingin bila hubungan mereka berakhir.
Nathan memberikan jawaban selama ini mereka tidak ada hubungan resmi pacaran
dan akhirnya dia mengancam Kiara agar tidak mengganggu Katya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
b. Rumitan
Rumitan adalah perkembangan dari gejala mula pertikaian menuju klimaks
cerita. Klimaks tercapai apabila rumitan mencapai puncak kehebatannya. Hal ini
ditunjukkan pengarang dengan kutipan sebagai berikut.
(15)Katya mengangguk lemah. Entah kenapa, dia
merasa takut menemui kedua orang tua Nathan.
Nathan dan Kayta masuk berbarengan, disambut
oleh wanita cantik bertubuh tinggi langsing. (Equita
Millianda, 2017: 66)
(16)”Nathan? Eh…., ada tamu,” ucapnya seraya
menatap Katya yang setengah basah. Senyumnya
mengembang. “Pacarnya Nathan?” (Equita
Millianda, 2017: 66)
(17)”Ck, udah enggak usah dengerin dia. Gue mau ganti
baju dulu, lo tunggu di sini,” kata Nathan dengan
nada memerintah seperti biasa. Katya membelalak.
Nathan? Bagaimana bisa dia bersikap sebegini
jahatnya pada ibunya sendiri? batin Katya. (Equita
Millianda, 2017: 66)
(18)”Nathan!” bentak Katya otomatis. Namun, Nathan
hanya berlalu pergi sambil menatapnya malas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
“Tante…, maafin Nathan ya, saya yakin
Nathan….”
“Enggak apa-apa, tante udah biasa. Oiya, nama
kamu siapa?”
“Katya, tante.” Gadis itu tersenyum ramah. (Equita
Millianda, 2017: 67)
(19)”Nathan belum pernah bawa cewek ke sini, lho,
Kat,” ucapnya. “Rumah kamu dimana?” tanyanya
lagi. “Di daerah Jalan Riau, tante.” Lama, wanita
paruh baya ini menatap Katya, membuat Katya risi
sendiri. “Kamu cantik ya. Mirip sama mamanya
Nathan…,” ucapnya. (Equita Millianda, 2017: 67)
(20)”Nih! Lo pakai ini aja biar enggak dingin.” Nathan
tiba-tiba muncul dan menarik lengan Katya,
sekaligus memberikan sweter tebal. (Equita
Millianda, 2017: 67)
(21) “Tapi, gue belum pamit sama nyokap lo.” Gadis itu
berbisik. (Equita Millianda, 2017: 67)
(22) “Bukan, nyokap gue udah mati!” sentak Nathan.
(Equita Millianda, 2017: 67)
(23)”Dia. Bukan. Nyokap. Gue,”ucap Nathan penuh
penekanan. Rahangnya mengeras. Tubuh Katya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
otomatis menegang, kaku, siap menerima semburan
amarah Nathan. Dia tahu, tak seharusnya dia
mencampuri urusan keluarga Nathan. (Equita
Millianda, 2017: 69)
(24)”Nyokap lo apa bukan, lo tetap harus hormat sama
dia. Dia bukan babu lo, yang bisa lo kasarin
seenaknya. Dia orang dewasa, orangtua. Dan dari
yang gue liat dia berusaha bersikap baik sama lo.
(Equita Millianda, 2017: 69)
(25)”Stop. Berhenti mikir lo tahu gue. Berhenti mikir
kalau lo kenal gue. Berhenti pura-pura peduli sama
gue, Kat. Gue udah muak dengan semua itu. Lo
adalah orang kesekian juta yang mencoba peduli
sama gue, dan akhirnya gagal. Jadi gue saranin,
daripada lo buang-buang waktu, mending lo
mundur. Karena apa pun yang lo lakuin enggak
akan ngefek!”Nathan mencengkeram setir kuat-
kuat sampai buku jarinya memutih. (Equita
Millianda, 2017: 69)
(26)Nathan menjerit dalam masalalunya. Entah
masalalu semengerikan apa sampai membawa
menjadi laki-laki Bengal seperti ini. Katya tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
ingin memaksa Nathan bercerita, biarlah dia
bercerita dengan sendirinya. (Equita Millianda,
2017: 71)
(27)”Nath, apapun yang lo piker, itu enggak benar.
Nyokap bokap lo…” (Equita Millianda, 2017: 71)
(28)”APA LAGI YANG ENGGAK BENAR, KAT?!
GUE NGELIHAT NYOKAP GUE BUNUH DIRI
DI DEPAN GUE, DAN ITU ENGGAK BENER?
ITU CUMA HALUSINASI GUE? HAH?!” Nathan
mengerem mendadak, membuat Katya terhuyung
kedepan dan hampir menabrak dashboard kalau
saja tidak ada sabuk pengaman yang menahannya.
(Equita Millianda, 2017: 71)
(29)”Bukan saatnya lo kasian sama gue. Itu enggak ada
gunanya, Kat. Semua orang yang dekat sama gue
pernah mencoba, dan gagal. Lo enggak perlu susah-
susah mencoba cuma untuk gagal lagi.” (Equita
Millianda, 2017: 72)
(30)”Menurut gue mereka berhenti peduli sama lo
bukan karena pura-pura, Nath. Mereka berhenti
karena lo mungkin enggak mau membuka jalan
untuk mereka. Gue lihat, lo mengisolasi diri dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
semuanya. Dari teman-teman lo, dari nyokap tiri
lo…,”ucap Katya. (Equita Millianda, 2017: 72)
(31)”Kalau gue buka jalan buat lo, apa lo masih mau
masuk dan nyoba bantu gue, Kat?” (Equita
Millianda, 2017: 72)
(32)”Pasti,” jawab Katya mantap, bahkan tanpa
berkedip. Nathan mungkin pernah jadi orang yang
sangat menyebalkan dimata Katya. Tapi mulai hari
ini, Nathan adalah sahabatnya. Orang yang berhak
mendapat kepedulian dan rasa sayangnya. (Equita
Millianda, 2017: 72)
Pada kutipan tersebut rumitan mulai tampak dalam novel “Bad Romance” karya
Equita Millianda adalah ketika Nathan bertemu dengan ibu tiri yang merusak rumah
tangga orangtuanya, sedang berada di ruang tamu rumahnya. Selain itu Katya juga
tidak tahu bahwa ibu Nathan sudah meninggal karena bunuh diri. Nathan mulai
membuka diri kepada Katya karena melihat dia sangat peduli dengan keadaannya.
(33) Nathan berjalan di antara kesunyian sepi yang
mencekam. Namun, aura menyeramkan dari
lingkungan sekitarnya tampak tidak memengaruhi
pemuda itu. Sudah lama, sudah lama sekali, rasa
sunyi , hampa, dan kosong itu mengisi rongga
dadanya, sehingga rasa sunyi yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
menghampirinya dari luar sudah hampir tak
memiliki efek baginya. Dibacanya nama yang
terukir di sana dalam cahaya temaram, lalu
tersenyum kecil, jenis senyum terpaksa yang harus
dia tuntukkan setiap kali dadanya terasa seperti
dihantam palu godam. Nathalia Syafira.
“Ma….,” bisik Nathan. Suaranya tercekat, tetapi dia
berusaha sebisa mungkin agar tak menangis.
“Maaf, Adrian, udah lama enggak ke sini. Mama
apa kabar?” (Equita Millianda, 2017: 184-185)
(34) “Mama tahu enggak?” tanyanya. “Adrian ketemu
sama cewek, ma. Cewek yang entah gimana, mirip
banget sama Mama.” Pemuda itu tersenyum dengan
tatapan menerawang. Benaknya menggambarkan
sesosok gadis galak yang mewarnai hari-harinya
belakangan ini. “Bukan fisiknya, tapi cara dia
memperlakukan Andrian, Ma. “Dia satu-satunya
orang yang percaya kalau Adrian bisa berubah. Dia
satu-satunya orang yang percaya kalau Adrian
sebenarnya baik,” tuturnya. “Sama kayak Mama.”
(Equita Millianda, 2017: 185)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
(35) Nathan tersenyum mengingat sekelebat memori itu.
Mamanya yang selalu baik, mamanya yang selalu
pengertian. Nathan lalu berujar, “Katya juga janjiin
hadiah, kayak Mama dulu.” Dia mengusap kedua
matanya, menghilangkan jejak air mata di sana. Dia
lelah menangis. (Equita Millianda, 2017:187)
(36) Dalam kesunyian malam mencekam, Nathan
berlari diantara bangsal-bangsal rumah
sakit,menuju satu-satunya orang dianggapnya
penting. Orang yang benar-benar menghargai
keberadaannya.
“Kakek jatuh dari kamar mandi, Nath.”
“Sekarang sudah dibawa ke rumah sakit, kamu ke
sini secepatnya.”
Kelebatan memori beberapa menit lalu membuat
dada Nathan semakin sesak rasanya. Dia sudah
tidak peduli berlari kesetanan di rumah sakit dan
tanpa sengaja menabrak beberapa orang yang
berpapasan dengannya. Kakinya berhenti
melangkah, tepat di depan ruangan ICU. Beberapa
sanak saudaranya sudah berdiri di sana, menunggu,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
sama cemasnya dengan Nathan sendiri. (Equita
Millianda, 2017: 190)
(37) Nathan tak lagi berkata-kata, hanya berjalan
melewati sang dokter dan memasuki ruangan ICU.
Dilihatnya sosok kakek yang lemah tak berdaya di
atas dipan putih rumah sakit. Selang-selang ddan
kabel-kabel terhubung langsung ketubuhnya.
Nathan meringis. Dia pernah berada di posisi ini
sebelumnya. Nathan lalu duduk di kursi yang
disediakan, lalu menggenggam tangan laki-laki tua
kesayangannya. Meski Nathan tidak begitu hafal
dan pintar dalam pelajaran Agama, batinnya terus
merapalkan doa, meminta keajaiban pada Yang
Mahakuasa. (Equita Millianda, 2017: 190)
(38) Tiiiiiiiittttt………
Bunyi panjang yang memekakkan telinga terdengar
memenuhi ruangan. Nathan melihat kearah mesin
EKG dengan panik, lalu jantungnya seakan
membeku. Nathan merasa telah gagal. (Equita
Millianda, 2017: 193-192)
Pada kutipan (33), (34), (35), (36), (37), dan (38) mulai tampak rumitan dalam
novel “Bad Romance” karya Equita Millianda adalah ketika Nathan mulai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
ditinggalkan orang-orang yang dia sayang dari keluarganya. Kehilangan sosok
mama pada usia muda yang masih sangat muda, diacuhkan oleh ayahnya sendiri,
jatuh kepergaulan yang salah. Nathan sudah merasa dirinya hancur ditambah
kehilangan dengan keadaan kakeknya yang meninggal karena jatuh dari kamar
mandi. Dia merasa sendirian lagi karena semua orang yang dia sayangi sudah
meninggalkannya.
c. Klimaks
Klimaks adalah titik puncak cerita. Klimaks tercapai apabila rumitan mencapai
puncak kehebatannya. Hal ini ditunjukkan oleh pengarang dengan kutipan sebagai
berikut.
(39)”Fans-fans-nya Nathan pada gosipin lo. Dari
berbagai sumber, kebanyakan mereka bilang lo
cabe-lah, gampangan, murahan, dan banyak lagi.
Kebanyakan, sih, dari Kiara sumbernya.”
“WHAT?!
ENGGAK SALAH? YAMG ADA ITU MAH
MEN-DESCRIBE GENGNYA SI KIARA ITU.
BUKAN KATYA, OEMJI HELLAW. PADA
BUTA KALI, YA, ENGGAK BISA BEDAIN
MANA KATYA MANA MAK LAMPIR.”
“Gila kali, ya, nyebelin banget. Cabe, kok, teriak
cabe,” ujar gue. “Heh! Ssst…, kan lo udah bilang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
enggak akan mencak-mencak,” sahut Eriska. Yeh
siapa yang gak kesel sih, digituin? Mesti kata mami
enggak boleh suudzon, tapi emang siapa lagi yang
hobi nyebarin gosip murahan kalau bukan Kiara
dan geng-nya. (Equita Millianda, 2017: 128)
(40)Siang itu, Katya sedang jalan sendirian ke
perpustakaan untuk mengembalikan buku Biologi.
Di pinggir lapangan, di bawah pohon mangga,
sudah ada beberapa cewek yang menjadi haters
Katya Elshadira. Mereka bikin organisasi segala.
IHK, yang memiliki kepanjangan Ikatan Haters
Katya. Kelompok yang diketuai Kiara. Siapa, lagi?
(Equita Millianda, 2017: 130-131)
(41)Katya berjalan sendirian sambil menenteng
bukunya di tangan kiri, sedangkan tangan kanannya
memegang handphone. Dengan cuek, dia terus
berjalan, bahkan tanpa peduli tatapan tajam gadis-
gadis itu. Mendadak sebuah tubuh besar
merengkuhnya, melindunginya, dari suatu hal yang
tidak dia ketahui kedatangannya. Tiga butir telur
busuk sukses menghantam punggung, tengkuk, dan
lengan pemuda yang melindunginya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
“Nath?” Tanya Katya kaget.
“Diam di sini,” ujarnya dingin. Pemuda itu lalu
menghampiri para anggota IHK yang masih berdiri
dengan cengo dihadapan mereka berdua. (Equita
Millianda, 2017: 131)
(42) “Maksud lo apa?!” bentak Nathan Emosi.
Tangannya terkepal kuat, berusaha menahan diri
agar tidak mencengkeram kerah baju salah satu dari
mereka. “Kita mau loh putus sama Katya, Nath,”
ucap seseorang di belakang gadis itu, Kiara. Nathan
terdiam sesaat. “Putus?” Dia mendengus
meremehkan. “Lo piker, lo siapa?” Kiara diam
sesaat, lalu mengerang kesal. “Lo tuh bego, Nath!
Bego! Dia tuh gak ada apa-apanya disbanding gue!”
“Terus kenapa?”
“ARGH!” Kiara mengerang kesal, lalu mengentak-
entakkan kedua kakinya. “Lo, tuh, ya, cowok bego!
Tolol! Idiot!” Tangan Kiara terangkat, siap
menampar wajah Nathan. (Equita Millianda, 2017:
131)
Pada kutipan (39), (40), (41), dan (42) mulai tampak dalam novel “Bad
Romance” karya Equita Millianda adalah ketika Nathan dan Katya sudah memilih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
menjadi teman dekat yang membuat semua fans-girling Nathan tidak terima dengn
kedekatan dua sejoli itu. Sehingga meraka membuat organisasi khusus untuk
mengumpulkan haters Katya yang dinamakan IHK memiliki kepanjangan dari
Ikatan Haters Katya yang diketuai oleh mantan gebetan Nathan yaitu Kiara. Kiara
juga yang menyebarkan gosip kedekatan Nathan dan Katya. Kiara tambah menjadi
setelah kedua sejoli itu semakin dekat.
4.2.3 Tahap akhir
Tahapan akhir sebuah cerita, atau dapat juga disebut sebagai tahapan pelarian
menampilkan adegan tertentu sebagai akibat klimaks. Jadi, bagian akhir berisi
kesudahan cerita pada hal bagaimanakah sebuah cerita. Pada tahap akhir ini, peneliti
akan memaparkan mengenai leraian, dan selesaian yang terdapat dalam novel “Bad
Romance” karya Equita Millianda
a. Leraian
Leraian adalah bagian struktur alur yang sudah klimaks yang menunjukkan
perkembangan peristiwa kearah selesaian. Pada tahap ini sudah dapat terlihat
adanya penyelesaian. Berikut kutipan dari leraian yang ditunjukkan oleh pengarang.
(43)Nathan berjalan menyusuri bangsal-bangsal rumah
sakit sambil memikirkan apa yang baru saja terjadi.
Masalahnya sudah terurai. Semua sudah selesai. Iya
semuanya, kecuali hubungannya dengan Katya
yang dia biarkan menggantung begitu saja. (Equita
Millianda, 2017: 360)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Tahap leraian dalam novel “Bad Romance” karya Equita Millianda adalah
ketika Nathan sudah menyelesaikan masalah keluarga yang cukup lama ada di
dalam kehidupannya yang membuat dia merasa sendirian dan tidak ada yang peduli.
Hanya saja dengan kekasihnya dia biarkan hubungannya menggantung begitu saja
hingga tiga tahun bersekolah di Boston untuk memenuhi mandate dari almahum
kakeknya.
b. Selesaian
Selesaian adalah bagian akhir sebuah cerita. Selesaian boleh jadi mengundang
penyelesaian masalah yang melegakan. Boleh juga mengandung penyelesaian
masalah yang menyedihkan, misalnya si tokoh bunuh diri. Boleh juga pokok
masalah tetap menggantung tanpa pemecahan, tanpa adanya penyelesaian masalah,
keadaan yang penuh ketidakpastian, dan ketidakpahaman. Hal ini ditunjukkan
pengarang dengan kutipan sebagai berikut.
(44) Mendadak, dari panggung kecil ditengah kafe
terdengar suara deheman. Tentu saja itu merupakan
hal yang tidak wajar, live music hanya tersedia pada
malam hari. (Equita Millianda, 2017: 368)
(45) “Lagu ini saya persembahkan buat perempuan yang
sangat berarti buat saya,” ujar suara baritone
tersebut. “Perempuan paling setia yang tetap berdiri
di samping saya meskipun saya berulang kali
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
mendorongnya untuk menjauh.” (Equita Millianda,
2017: 368)
(46) Alunan sendu itu berhenti di sana. Dan lagi, tatapan
mata mereka berserobok. Gadis itu tak sanggup
menahan air matanya yang mengalir begitu saja dan
bertambah deras saat pemuda itu bergerak
mendekat. Tubuh gadis di hadapannya berubah
kaku, lidahnya bahkan terlalu kelu untuk sekadar
mengucap kata halo.
“Katya…!”
“N-Nathan!” (Equita Millianda, 2017: 369-370)
Pada kutipan (44), (45). Dan (46) mulai tampak dalam novel “Bad Romance”
karya Equita Millianda adalah ketika Nathan memberi kejutan kepada Katya yang
sedang merasakan perasaan yang campur aduk langsung berdiri dari tempat
duduknya. Pemuda itu juga sangat merindukan kekasihnya. Ternyata Nathan tidak
sia-sia untuk menjadikan Katya kekasih karena dia setia menunggu selama tiga
tahun. Dunia dihadapan mereka kembali membukakan pintunya. Kali ini, mereka
melangkah memasukinya dengan jiwa dan semangat berbeda. Ya, karena keduanya
sudah jauh lebih dewasa dan lebih kuat. Teruji oleh waktu dan persoalan hidup.
Meskipun sulit, keduanya berhasil melaluinya, menuju harapan dan cita-cita baru.
Berdua, saling memiliki.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
4.3 Latar
Latar menunjukkan pada pengartian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan
sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan menurut (Abrams
dalam Nurgiyantoro, 1995: 216). Unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur
pokok, yaitu tempat, waktu, dan sosial. Ketiga unsur tersebut memberikan
permasalahan yang berbeda dan dapat dibicarakan. Pada kenyataannya saling
berkaitan dan saling mempengaruhi satu dengan yang lain. Peneliti akan
memaparkan ketiga unsur latar yang terdapat dalam novel “Bad Romance” karya
Equita Millianda sebagai berikut.
4.3.1 Latar Tempat
Latar tempat menyarankan pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan
dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang digunakan mungkin berupa tempat-
tempat dengan nama tertentu, inisial tertentu, atau lokasi tertentu tanpa jelas.
Penggunaan latar tempat dengan nama tertentu haruslah mencerminkan atau paling
tidak tak bertentangan dengan sifat dan keadaan geografis tempat yang
bersangkutan. Masing-masing tempat tertentu saja memiliki karakteristiknya sendiri
yang membedakannya dengan tempat lainnya. Latar tempat yang terdapat dalam
novel “Bad Romance” karya Equita Millianda ditunjukkan pada kutipan sebagai
berikut.
a. SMA Pelita Bangsa
SMA Pelita Bangsa adalah yayasan yang dimiliki oleh Kakek Nathan yaitu
Ardhianto Hadikusuma. Selain itu SMA Pelita Bangsa merupakan tempat sekolah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Nathan dan teman-temannya. Berikut ini kutipan yang memaparkan latar tempat
pada novel Bad Romance karya Equita Millianda.
(47) “Iya! Ayo, cepat!” Eriska menarik lengan katya
menuju bagian belakang sekolah, tempat Nathan dan
dua kacungnya, Rio dan Leon, nongkrong. (Equita
Millianda, 2017: 9)
(48) “Kat, itu Kai!” ujar Eriska, yang seketika membuat
Katya mengalihkan pandangannya. Kai sedang berjalan
di koridor mengenakan jas OSIS, bersama sekumpulan
siswa dengan jas yang sama (Equita Millianda, 2017:
10)
(49) “Bukan urusan lo! Udah sana pergi!” Katya dengan
sengaja menyenggol bahu Nathan kencang sampai dia
terhuyung kebelakang. Tawanya yang menggelegar
terdengar keseisi koridor. Melihat Katya kesal
bercampur malu, menjadi hiburan tersendiri baginya.
(Equita Millianda, 2017: 34)
(50) Gue berjalan melewati koridor yang penih. Murid-
murid bergerombol di sini, habisnya guru-guru masih
pada rapat. Yang pacaran mojok berduaan, yang jomblo
ngobrol hahaha-hihihi dibangku semen disamping
koridor, yang introvert baca buku dikelasnya, yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
cowok-cowok sibuk modus, dan masih banyak lagi.
Lah, gue masuk kategori mana? Pacar punya, tapi
enggak mojok. Idih lagian juga ogah gue mojok ama
SE-THAN. (Equita Millianda, 2017: 37)
Pada kutipan (47), (48), (49) dan (50) tampak latar tempat pada saat Katya
menegur Nathan yang sedang mengganggu siswa SMP yang berada di lapangan
belakang sekolah, dan ketika dia sedang berjalan menelusuri koridor sekolah yang
ramai oleh teman-temannya sewaktu jam kosong karena guru rapat dan pada waktu
beristirahat.
(51) Sepertinya akan ada cerita baru lagi minggu ini.
Nathan bisa saja menolak melakukan taruhan bodoh ini,
kalau saja Katya tidak cuek dan angkuh kepadanya.
Pada saat semua siswi SMA Pelita Bangsa memujanya,
Katya malah membencinya. Tentu saja, Nathan
penasaran. (Equita Millianda, 2017: 13)
(52) “Bukan, Teh, tadi saya disuruh nyari yang
namanya Teh Katya di depan SMA Pelita bangsa.” Gue
melirik Kai penuh Tanya, mungkin aja dia yang
memesan taksi online. Tapi, dia balas menatap gue
dengan tatapan yang sama bingungnya. Berarti bukan
Kai. Siapa, dong? (Equita Millianda, 2017: 19)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
(53) Nathan sudah mengebut maksimal di jalan raya,
yang ternyata masih belum cukup cepat karena mereka
tetap terlambat. Mungkin untuk Nathan biasa, tapu
untuk Katya? Tidak. Katya belum pernah terlambat
selama dua tahun bersekolah di SMA Pelita Bangsa.
(Equita Millianda, 2017: 79)
(54) Katya menarik lengan Eriska melintasi koridor
yang penuh dengan murid SMA Pelita Bangsa, menuju
kamar mandi perempuan di ujung koridor. Dia menarik
Eriska berdiri di sudut paling pojok. (Equita Millianda,
2017: 150)
Pada kutipan (51), (52), (53) dan (54) tampak latar tempat gedung SMA Pelita
Bangsa tempat sebagian para tokoh bertemu dan berkomunikasi. Mulai dari SMA
Pelita Bangsa ini yang membuat Nathan dan Katya bertemu dan banyak cerita
menarik di sini dari Nathan membolos pada waktu jam kosong, tawuran antar
sekolah, serta tempat mereka bersekolah untuk menuntut ilmu.
(55) “Udah. Nyampe.” Nathan menghentikan motornya
tepat dilapangan parkir yang langsung menjadi pusat
perhatian. Tidak biasanya Nathan datang tepat waktu.
Dan, mendadak ada Katya diboncengannya. “Mau gue
bantu turun?”tawar Nathan genit sambil menaik
turunkan alisnya. (Equita Millianda, 2017: 28)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
(56) Nathan lalu berjalan ke kantin dengan senyum
dikulum. Dibeberapa tempat, dia berhenti untuk sekadar
menyapa teman-temannya, atau mengedipkan sebelah
mata kepada gadis-gadis.
Begitu Nathan duduk dibangku kantin, segerombolan
anak cowok dating dan menghampirinya, baik yang
memesan makanan maupun hanya sekadar duduk dan
mengobrol.
“Nath, tuh!”Leon tiba-tiba mengedikkan dagunya,
menunjuk seseorang di belakang Nathan. Pemuda itu
berbalik dan melihat Kiara berdiri dibelakangnya.
Roknya yang mengatung berkibar diterpa angin karena
letak kantin yang cukup terbuka. (Equita Millianda,
2017: 34)
(57) Nathan sedang berkumpul di kantin belakang
bersam Rio, Leon, dan sekumpulan anak cowok
lainnya. Kebanyakan dari mereka sibuk mengobrol,
mulai dari cewek mana yang masih jomblo dan kira-kira
mudah didekati, sampai transaksi kunci jawaban
ulangan harian. (Equita Millianda, 2017: 49)
Pada kutipan (55), (56), dan (57) tampak latar tempat kantin belakang
sekolah yang biasanya untuk tempat berkumpul siswa ada yang sibuk mengobrol,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
membeli makan karena belum sarapan sebelumnya, dan tempat Nathan berseteru
dengan teman perempuannya yang bernama Kiara yang tidak terima karena Nathan
dekat dengan Katya.
(58) Gue berbelok, dan masuk kelas hanya untuk
melihat Eriska dan Eza. Ck, semua aja pacaran.
Gue nyamperin meja Kai, dan menyelipkan buku itu
di kolong mejanya. Ya Tuhan, Kai pakai parfum
sebotol, ya? Kok, sampai mejanya aja masih wangi
banget. (Equita Millianda, 2017: 37)
(59) “Jadi lo panik lihat gue digebukin?” godanya.
Mendengar ucapan Nathan, Katya menjatuhkan dirinya
di atas ranjang UKS dengan kasar. Membuat Eriska ikut
terhuyung, karena lengan pemuda itu mengalung
ditengkuknya. (Equita Millianda, 2017: 54)
Pada kutipan (58) dan (50) tampak latar tempat kelas Katya menyatakan
bahwa Katya sedang memasukkan buku titipan Kai kedalam lacinya dan melihat
teman dekatnya sedang bercanda dengan kekasihnya di dalam kelas, sedangkan
ruang UKS tempat Katya dan Eriska membantu Nathan untuk mengobati bekas luka
dari hasil tawuran.
b. Rumah Katya
Rumah Katya adalah tempat tinggal tokoh Katya dan kakaknya yang bernama
Agatha, serta Bi Imas dan Pak Tono yang dengan sabar menemani mereka sampai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
kedua majikan selesai menempuh pendidikan di Kota Bandung. Hal ini ditunjukkan
pengarang sebagai berikut.
(60) “Tahu dari mana alamat gue ?”
Nathan tersenyum, “Dari taksi yang nganter lo tadi,”
jawabnya. Eh. Jadi dia dalangnya?!
“OH….JADI LO YANG…”
“Nih, martabak buat lo. Gue enggak disuruh masuk
nih?” Nathan menyela ucapan gue. Gue mendelik lagi,
sebenarnya enggak rela rumah gue dimasukin makhluk
kayak dia. Tapi, karena gue anak baik, dan demi
kesopanan, gue izinin deh. “Rumah lo enak ya, Kat”
katanya seraya menatap kesekeliling. “Sendirian aja?”
Gue mendongak dari handphone, menatap mukanya
sesaat. “Lo buta apa gimana? Kita berdua.” Bertiga
deng, sama Bi Imas yang dengan setia nungguin di
belakang pintu dapur. (Equita Millianda, 2017: 20-21)
(61) Tiiiinn….tiiinn…
Sebelum Katya sempat menyelesaikan kalimatnya,
suara klakson motor terdengar dari depan rumah. Gadis
itu menghela napas panjang. (Equita Millianda, 2017:
24)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
(62) Pagi harinya, Katya bangun tepat waktu, dan
berhasil keluar rumah tepat saat Nathan memarkirkan
motornya di garasi dengan senyum lebar. Butuh dua
detik bagi Katya untuk tersadar dari pesonanya. Begitu
sadar, dia langsung menyambar helm dari tangan
Nathan lalu naik keboncengan motornya. (Equita
Millianda, 2017: 78)
(63) Katya membuka pintu kamar Agatha pelan, dan
menemukan Agatha sedang duduk menghadap
laptopnya dimeja belajar. Cahaya dari layar menyinari
wajahnya. (Equita Millianda, 2017: 89)
(64) Katya memasuki kamar Agatha yang tak ubahnya
kayak kapal pecah. Barang-barang di lantai, berbagai
barang pecah termasuk lampu samping, rak buku
terguling menimpa tempat tidur, dan cermin pecah
berantakan (Equita Millianda, 2017: 178)
(65) Tok… tok… tok…
Tak lama, suara seorang perempuan terdengar dari
dalam rumah. “Sebentar….,” Nathan menunggu dengan
tidak sabar di depan pintu rumah Katya. Diketuk-
ketukkannya ujung sneaker ke lantai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Tak lama, terdengar suara anak pintu diputar, lalu
pintu utama rumah minimalis itu terbuka. “Eh …, Den
Nathan? Akhirnya kesini lagi. Nyari Non Katya ya,
den?” Tanya Bi Imas. (Equita Millianda, 2017: 180)
Pada kutipan di atas dalam novel Bad Romance latar tempat ditunjukan pada
waktu Katya berkomunikasi dengan Nathan saat bertamu kerumahnya untuk
pertama kalinya setelah mereka melalukan tantangan berpacaran, dan
berkomunikasi dengan pembantu rumah tangganya yang bernama Bi Imas, dan
Kakak lelakinya yang menjadi tempat mencurahkan isi hati Katya yang bernama
Agatha.
c. Rumah Nathan
Rumah Nathan adalah tempat tinggal tokoh utama Nathan. Rumah besar
bergaya mediteranian yang sepi dan hanya ditinggali oleh Nathan dan Dio. Hal ini
ditunjukkan pengarang melalui kutipan sebagai berikut.
(66) Setelah mengantar Katya pulang, Nathan kembali
ke rumahnya, Namun, lagi-lagi, dia menemukan sosok
Meisya tengah duduk menghadap secangkir teh hangat
di ruang tamu. Pandangannya melihat menerawang.
Sosok yang biasanya tenang itu kini terlihat gusar.
(Equita Millianda, 2017: 76)
(67) Nathan memarkirkan mobilnya di garasi, masuk
kedalam rumah, dan langsung menuju dapur untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
mengambil sekaleng soft drink. Begitu berbalik, Dio
berada dibelakangnya. (Equita Millianda, 2017: 141)
Pada kutipan di atas tampak latar tempat yang ditinggali tokoh Nathan dan
sepupunya yang bernama Dio yang saat ini masih menjalani studi kuliah di luar
negeri, tetapi dengan kepedulian Dio, dia sering berkunjung ke Indonesia untuk
menemui dan berkomunikasi dengan Nathan.
d. Rumah Sakit
Rumah sakit adalah tempat yang sangat menyedihkan pada novel ini, karena
selalu memberikan kisah memilukan untuk Nathan dan Katya. Mereka merasa
kehilangan orang yang sangat penting bagi diri Nathan dan Katya. Nathan
kehilangan kakek yang selama ini menganggap dirinya berharga meninggal dunia
karena jatuh di kamar mandi. Tokoh Katya kehilangan kakak satu-satunya yang
mampu menjaga dia. Agatha sangat mempedulikan semua tentang Katya, tetapi
akhirnya Agatha meninggalkan Katya untuk selama-lamanya hanya sebuah
kecelakaan yang mampu memisahkan mereka. Hal ini ditunjukkan pengarang
dengan kutipan sebagai berikut.
(68) Dalam kesunyian malam yang yang mencekam,
Nathan berlari diantara bangsal-bangsal rumah sakit,
menuju satu-satunya orang yang dianggap penting.
Orang yang benar-benar menghargai keberadaannya.
“Kakek jatuh di kamar mandi, Nath.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
“Sekarang udah dibawa ke rumah sakit, kamu ke sini
secepatnya.”
Kelebatan memori beberapa menit lalu membuat
dada Nathan semakin sesak rasanya. Dia sudak tidak
peduli berlari kesetanan di rumah sakit dan tanpa
sengaja menabrak beberapa orang yang berpapasan
dengannya.
Nathan hanya terus berlari, ingin secepat mungkin
sampai. Dia hanya tidak ingin kakeknya pergi dan yang
terpenting, tidak ingin merasa sendiri lagi.
Kakinya akhirnya berhenti melangkah, tepat di depan
ICU. Beberapa sanak saudaranya sudah berdiri di sana,
menunggu, sama cemasnya dengan Nathan sendiri.
(Equita Millianda, 2017: 188)
(69) Nathan tak lagi berkata-kata, hanya berjalan
melewati sang Dokter dan memasuki ruang ICU.
Dilihatnya sosok kakek yang lemah tak berdaya di atas
dipan putih rumah sakit. Selang-selang dan kabel-kabel
terhubung langsung ketubuhnya. Nathan meringis. Dia
pernah berada diposisi ini sebelumnya (Equita
Millianda, 2017: 190)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
(70) Katya berlari menikung kearah ruang ICU. Suara
sandal jepitnya berdecit memenuhi sepanjang lorong
rumah sakit. “Dio!” pekik Katya saat dilihatnya sosok
laki-laki jangkung tengah berdiri dihadapan sebuah
ruangan. Dio tampak linglung, mungkin masih shock
atas apa yang terjadi. (Equita Millianda, 2017: 192)
(71) Katya terus mengulang kata-kata itu di dalam
kepalanya sambil berusaha menenangkan hatinya.
Namun, semua itu gagal, luluh lantak, sama seperti
dirinya, sama seperti dirinya, saat dia mendapati Dio
membelokan kendaraan beroda empatnya menuju
gerbang salah satu rumah sakit besar di Kota Bandung.
(Equita Millianda, 2017: 289)
Pada kutipan di atas dalam novel Bad Romance bahwa latar tempat berada di
rumah sakit, tempat yang sangat menyedihkan pada novel ini, karena selalu
memberikan kisah memilukan untuk Nathan dan Katya. Mereka merasa kehilangan
orang yang sangat penting bagi diri Nathan dan Katya.
e. Kafe
Kafe, restoran padang, dan warung sate adalah latar tempat yang pernah
membuat Nathan dan Katya makan berdua. Mereka selalu meluangkan makan
bersama setelah pulang sekolah dan pada saat keduanya sedang pergi berdua. Hal
ini ditunjukkan pada kutipan sebagai berikut ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
(72) Mobil Nathan berhenti di depan salah satu restoran
pizza di Bandung. Well, sebenarnya ini tipe-tipe piza
yang ada dimana-mana. Di Bandung, Jakarta,
Kalimantan sampai ke Papua mungkin ada. (Equita
Millianda, 2017: 139)
(73) Nathan menaiki motornya, lalu seperti biasa
menyodorkan helm kepada Katya. Gadis itu pasrah aja
saat Nathan membawanya ke sebuah restoran padang
dan membiarkannya memesan. (Equita Millianda, 2017:
144)
(74) “Di depan belok kanan, ada tukang sate enak,”
ujar Katya agak keras, melawan bisingnya jalanan.
“Oke.”
Jarak warung sate yang disebut Katya dengan
rumahnya memang tidak begitu jauh, yang membuat
mereka sampai dalam waktu kurang dari sepuluh menit.
(Equita Millianda, 2017: 181)
Pada kutipan di atas latar tempat novel berapa di kafe, restoran padang, dan
warung sate adalah latar tempat yang pernah membuat Nathan dan Katya makan
berdua. Mereka selalu meluangkan makan bersama setelah pulang sekolah dan pada
saat keduanya sedang pergi berdua.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
5 Toko Buku
Toko buku pada novel ini tempat Katya membeli dan mencari buku pelajaran
Biologi yang dibutuhkannya. Di toko buku tersebut Katya tidak sengaja bertemu
dengan Dio, sepupu Nathan. Hal ini ditunjukkan pengarang pada kutipan sebagai
berikut.
(75) Akhirnya, Katya beneran ke toko buku sendirian
dianter sama tukang ojek yang sudah nunggu. Begitu
masuk, Katya langsung kebagian buku pelajaran, kan
dia mau nyari buku Biologi. (Equita Millianda, 2017:
157)
Latar tempat yang terdapat dalam novel ini adalah di sekitar daerah Kota
Bandung tempat dimana kehidupan Nathan berlangsung. Di mana Nathan
bersekolah, pertama kali Nathan membawa Katya kerumahnya, dan penyelesaian
masalah keluarga yang sedang berada di rumah sakit.
4.3.2 Latar Waktu
Latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa-
peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Masalah waktu dalam karya
naratif, menurut Genette (dalam Nurgiyantoro, 2010: 231), dapat bermakna ganda:
di satu pihak menyaran pada waktu penceritaan, waktu penulisan cerita dan di pihak
lain menunjukan pada waktu dan urutan waktu yang terjadi dan dikisahkan dalam
cerita. Kejelasan waktu yang diceritakan sangat penting dari segi waktu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
penceritaannya. Latar waktu dalam novel “Bad Romance” karya Equita Millianda
dapat dilihat pada kutipan (1), dan (40) berikut.
(1) Nathan duduk diam, memandangi langit bertaburan
bintang seumpama kristal. Pemuda itu berbalik,
hendak memberitahu Katya apa yang dilihatnya.
Namun, Katya sudah tertidur pulas. Lama, Nathan
menatap wajah cantik Katya yang terlelap. (Equita
millianda, 2017: 123)
(40)Siang itu, Katya sedang jalan sendirian ke
perpustakaan untuk mengembalikan buku Biologi.
Di pinggir lapangan, di bawah pohon mangga,
sudah ada beberapa cewek yang menjadi haters
Katya Elshadira. Mereka bikin organisasi segala.
IHK, yang memiliki kepanjangan Ikatan Haters
Katya. Kelompok yang diketuai Kiara. Siapa, lagi?
(Equita Millianda, 2017: 130-131)
Latar waktu yang terdapat dalam novel “Bad Romance” karya Equita Millianda
melukisan ketika waktu pada kutipan (1) sudah menunjukan malam hari yang
dihiasi bintang seumpama kristal pemuda itu ingin menunjukkan itu kepada Katya,
tetapi kekasihnya sudah tertidur pulas. Pada kutipan (40) latar waktu yang sudah
menujukan siang hari disebuah gedung sekolah Katya yang sedang berjalan menuju
perpustakaan melihat haters dia di pinggiran lapangan dibawah pohon mangga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
4.3.3 Latar Sosial
Latar sosial menyarankan pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku
kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi.
Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup
yang cukup komplek, misalnya kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan,
pandangan hidup, cara berfikir, dan lain-lain. Latar sosial juga berhubungan dengan
status sosial tokoh yang bersangkutan, misalnya rendah, menengah, dan atas. Latar
sosial berperan penting dalam menentukan apakah sebuah latar, khususnya latar
tempat menjadi khas dan tipikal atau sebaliknya bersifat netral. Terdapat latar sosial
yang ada di novel “Bad Romance”, seperti kejadian yang terjadi selalu di sebuah
kafe yang dapat kita sebut di kalangan menengah ke atas. Kutipan yang mendukung
penyataan tersebut adalah sebagai berikut.
(76) Dan kemudian Nathan parkir di suatu kafe kekinian
yang lucu-lucu gitu lho buat selfie-selfie unyu dengan
makanan kekinian macam kue cubit greentea dan
martabak nutella, belum lagi cake in a jar dan bubble
tea-nya yang bikin perut keroncongan.
“Lo mau pesan apa?” tanya Nathan sambil membaca
buku menu ditangannya. “Greentea bubble-nya satu,
terus red velvet jar cake satu, terus …., hmmm….,
vanilla ice cream wit nutella sauce satu,” ujar gue.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
4.4 Tokoh
Tokoh adalah orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama
yang oleh pembaca memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti
yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan (Abrams
dalam Nurgiyantoro, 2010: 165). Terdapat juga pembagian tokoh berdasarkan
(Nurgiyantoro, 2010: 176-190) yaitu tokoh utama dan tambahan, tokoh protagonis
dan tokoh antagonis, tokoh bulatan dan tokoh sederhana, tokoh statistik dan tokoh
berkembang, tokoh tipikal dan tokoh netral. Tokoh-tokoh cerita yang dikemukakan
di atas, tidak begitu saja ada di depan pembaca. Mereka memerlukan perantara yang
kemungkinan kehadirannya. Ada dua cara dalam menggambarkan watak tokoh
yaitu secara langsung dan tidak langsung (Nurgiyantoro, 2010: 195-210).
4.4.1 Tokoh Utama
Ada satu tokoh utama yang terdapat dalam novel Bad Romance karya Equita
Millianda yaitu Nathan. Tokoh Nathan merupakan tokoh sentral dalam novel ini
karena tokoh tersebut sangat dominan dan dalam setiap cerita selalu ada, penemuan
tokoh utama dalam novel Bad Romance. Hal ini ditunjukkan pengarang dengan
kutipan sebagai berikut.
(77) “Eh…., lo lagi. Kenapa? Kangen ya sama gue?”
sambut Nathan diiringi senyum miring mengejek.
(Equita Millianda, 2017: 10)
Dibagian awal cerita, Nathan sudah menceritakan bahwa dia adalah seorang
remaja yang menyebalkan dan suka mengganggu temannya. Mungkin sebelumnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
dia merasakan kesepian di dalam lingkungan keluarga dan kurang kasih sayang
sehingga menjadi pribadi yang suka mengganggu teman-temannya.
(78) Nathan duduk bersimpuh dihadapan seonggok
tanah berlapis rumput, dan meletakkan sebuket bunga
lily di sana. Tangannya naik, mengusap lembut batu
nisan yang terasa dingin karena udara malam ini.
Dibacanya namanya yang terukir di sana dalam cahaya
temaram, lalu tersenyum kecil, jenis senyum terpaksa
yang harus dia tunjukkan setiap kali dadanya terasa
seperti dihantam palu godam. Nathalia Syafira!
Pada bagian tengah novel tersebut Nathan menggambarkan bahwa dirinya
sedang berada dikomplek pemakaman. Dia sedang berada dimakam mamanya yang
sudah meninggalkan Nathan dari umur 6 tahun, karena bunuh diri tidak kuat dengan
tingkah lalu suaminya yang semakin hari semakin menjadi kelakuannya.
(79) “Lagu ini saya persembahkan buat perempuan yang
sangat berarti buat saya,” ujar suara baritone tersebut.
“Perempuan paling setia yang tetap berdiri di samping
saya, meskipun saya berulang kali mendorongnya untuk
menjauh.”
Pada bagian akhir ini Nathan mengungkapkan betapa beruntungnya bisa
mendapatkan seorang kekasih yang selalu setia mendampinginya dalam keadaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
terpuruk sekalipun. Nathan memberikan kejutan kepada kekasihnya tersebut sebuah
lagu romantis.
4.4.2 Tokoh Tambahan
Tokoh tambahan adalah tokoh yang tidak sentral kedudukannya di dalam
cerita tetapi kehadirannya sangat diperlukan untuk menunjang atau mendukung
tokoh utama. Tokoh tambahan yang sebenarnya sulit disebut tokoh karena ia boleh
dikatakan tidak memegang peran di dalam cerita (Sudjiman, 1988: 17) tokoh-tokoh
tambahan lain yang ada di dalam novel Bad Romance karya Equita Millianda ini
adalah Eriska, Rio, Kai, Agatha, Dio, Kiara, Aura, Bi Imas.
1. Eriska
Tokoh Eriska di sini yang dimaksud adalah remaja perempuan yang selalu ada
buat Katya. Dia salah satu sahabat Katya di sekolah dan tempat untuk mencurahkan
hati. Hal ini ditunjukkan pengarang melalui kutipan sebagai berikut.
(80) “KATYAAAA!!!”
Seorang gadis berambut panjang memekik,
berlari kearah temannya yang sedang makan.
“Aduuuh… apaan sih, Ris? Gue lagi makan, nih!"
sahut Katya cuek sambil terus menyuap lontong
kari dengan santai. Erika, gadis yang memanggil
terengah-engah. “Itu…, Nathan ..., Nathan
ngegebukin anak SMP lagi!” seru Eriska yang tanpa
permisi langsung meminum es jeruk milik Katya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
“Lagi?!” Katya langsung bangkit dari kursinya
“Iya! Ayo, cepet!” Erika menarik lengan Katya
menuju bagian belakang sekolah, tempat Nathan
dan dua kacungnya, Rio, dan Leon nongkrong.
(Equita Millianda, 2017: 9)
(81) “Heh!” suara Eriska mendadak ada disebelah gue,
bikin gue terlonjak kaget, gue memukul bahunya
pelan, “Enggak usah ngagetin, bisa enggak, sih?”
Eriska Terkekeh. “Sorry,” ujarnya. “Itu tadi apaan
sih, rame-rame? Pake lirik-lirik lo segala. Ada
gosip apa sih?” ((Equita Millianda, 2017: 15)
(82) Eriska memutar bola matanya, lalu duduk di
samping Katya yang sedari tadi masih cuek
menyalin PR milik Adjie. “Jadi…,” gadis itu
mengibaskan rambutnya kebelakang, “ada yang
harus lo ceritain sama gue?” (Equita Millianda,
2017: 29)
(83) Eriska mendengus kesal, lalu mendecak dan
mengambil buku dari genggaman Katya yang
dihadiahi protes oleh teman sebangkunya itu.
“ Buset, Ris. Belum beres! Nanti dulu. Lo mau gue
dimarahin Bu Eva?”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Eriska tak menggubrisnya. “lo ada apa sama
Nathan?” tanyanya langsung. Pupil mata Katya
melebar seketika. Dalam hati dia sibuk merutuki
Nathan dan taruhan bodoh mereka. (Equita
Millianda, 2017: 29)
(84) “Awas lho, katanya ada tawuran,” ujar Eriska
bisik-bisik, khawatir ada yang mendengar. Dia
sendiri mengetahui hal itu dari Eza yang meminta
Eriska untuk menunggu di sekolah sampai sedikit
lebih sore karena khawatir jadi sasaran. (Equita
Millianda, 2017: 50)
(85) “Lo mendingan baliknya lebih awal, atau nunggu
di sini, deh Soalnya kadang-kadang suka enggak
rasional, namanya juga tawuran. Enggak lihat lo
salah atau enggak. Kalau seragamnya beda, ya,
hajar.” Eriska menarik garis tak kasat mata di depan
lehernyamenggunakan jempol. (Equita Millianda,
2017: 51)
Pada kutipan di atas dalam novel Bad Romance karya Equita Millianda, tokoh
Eriska digambarkan sebagai teman dekat Katya disekolahnya dan tempat
mencurahkan hati selagi dia mempunyai masalah. Eriska teman yang sangat peduli
dengan keberadaan Katya selama mereka dekat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
2. Rio
Tokoh Rio di sini yang dimaksud adalah remaja lelaki yang selalu ada buat
menemani Nathan dan mencari akal buat menjahili. Dia salah satu sahabat Nathan
di sekolah. Hal ini ditunjukkan pengarang melalui kutipan sebagai berikut.
(85) “Weits, Nath, woles. Dia ini cewek. Kalau lo
jotoaas-jotosan di sini, terus dia pingsan, berabe,” kata
Rio sambil menahan tangan Nathan. Leon yang berdiri
di sampingnya mengangguk setuju. (Equita Millianda,
2017: 10)
(86) “Nah, gue tahu Nath. Lo tantangin aja dia jadi
pacar lo. Kita lihat seberani apa dia. Nanti yang
mutusin duluan kalah. Lo tentuin aja hukumannya!”
usul Rio.
Pada kutipan di atas Tokoh Rio salah satu dari sekian teman Nathan yang
selalu memberikan ide-ide tidak masuk akal termasuk tantangan berpacaran
bohongan yang selalu disetujui oleh Nathan.
3. Kai
Tokoh Kai ini adalah salah satu dari incaran Katya. Katya menaruh hati
sejak kelas satu SMA, karena Kaindra Javier adalah Wakil ketua OSIS, ganteng,
pintar, dan perhatian. Intinya segala yang dicari oleh Katya Elshadira dari seorang
cowok ada pada diri Kai. Hal tersebut dapat ditunjukkan pada kutipan sebagai
berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
(87)”Ehm, Katya?” pucuk dicinta ulam pun tiba. Ihiw,
panjang umur nih Kai. Baru dipikirin udah nongol aja.
Apa jangan-jangan gue sama doi punya ikatan batin, ya?
Hm, bisa jadi…., bisa jadi.
Gue tersenyum kecil. “Hai Kai!” sap ague.
Kai balik tersenyum. “Lo enggak balik?”
“Mau kok ini lagi nungguin taksi,” jawab gue.
Kai membenarkan letak tas ranselnya. “Mana ada yang
lewat jam segini mah,” katanya. Dia lalu mengeluarkan
handphone dari saku. “Gue telponin aja ya, sebentar.”
(Equita Millianda, 2017: 18)
(88) “Lo enggak apa-apa?” tanyanya dengan nada
bersalah. “Sori-sori Kat, gue enggak sengaja.” Katya
berusaha mengontrol wajahnya yang memerah malu.
“Enggak kok, enggak apa-apa.” Dia lalu mendongak
dan melihat Kai seraya tersenyum. “Sori, ya.” Kai
mengulurkan tangan kanannya untuk membantu Katya
berdiri.
“Btw, lo mau ke mana?” tanya Kai.
“ Ke kelas hehehe. Duluan, ya!”
Kali ini, dia tentu saja dengan semangan 45 berbalik
untukmenatap wajah tampan si Wakil Ketua OSIS. “Ini,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
boleh nitip enggak? Gue buru-buru soalnya harus ke
Ruang OSIS.” Kai menyodorkan sebuah buku kepada
Katya. (Equita Millianda, 2017: 33)
Pada Kutipan di atas tokoh Kai adalah sosok yang bertolak belakang dengan
Nathan. Kai adalah salah satu teman sekelas Katya yang memiliki kriteria pasangan
ideal menurut Katya, karena Kai ini baik, pintar, tampan, dan menjabat sebagai
wakil ketua OSIS.
4. Sopir Taksi
Tokoh Sopir taksi di sini yang dimaksud adalah seseorang yang membantu
Katya dari sekolah sampai rumahnya dengan alat transportasi Taksi. Karena Agatha
tidak dapat menjemput Katya pulang sekolah, dan yang memesankan taksi tersebut
adalah Nathan pacar bohongan Katya. Hal ini ditunjukkan pengarang melalui
kutipan sebagai berikut.
(89)Tiba-tiba, sebelum Kai sempat menelepon operator
sebuah Taksi yang menepi. “Teh Katya?” tanya pak
sopirnya. (Equita Millianda, 2017: 19)
(90) “Bukan, Teh, tadi saya disuruh nyari yang
namanya Teh Katya di depan SMA Pelita Bangsa.”
(Equita Millianda, 2017: 19)
Pada kutipan (89), dan (90) tokoh tambahan yang menjadi pak sopir taksi
yang membantu Katya bila kakaknya tidak dapat menjemput dia pulang sekolah,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
dan memudahkan Katya untuk mendapatkan alat tranportasi dengan mudah dan
cepat.
5. Agatha
Tokoh Agatha di sini yang dimaksud adalah sosok kakak yang sangat
perhatian dan sayang kepada Katya. Dia sangat peduli dengan adiknya. Bila terjadi
sesuatu yang membuat Katya menangis Agatha akan berada di barisan paling depan
untuk menghajar orang tersebut. Hal ini ditunjukkan pengarang melalui kutipan
sebagai berikut.
(91) “KATYA!” Aga berteriak. Ya maklum,kalau
enggak gitu suaranya enggak bakal kedengeran. “Lo di
mana? Astaga…,” balas gue seraya menjauhkan
handphone dari telinga, menghindari resiko kerusakan
gendang telinga. Enggak lama suara Agatha terdengar
lagi. Kali ini lebih senyap dan dia enggak teriak-teriak
lagi. “Duh sori, gue lupa ada acara. Lo balik naik taksi,
enggak apa-apa, kan? Ada uangnya enggak?” (Equita
Millianda, 2017: 17)
(91)“Minta dikit doing elah, Kat,” katanya. “Lagian dari
siapa, nih? Lo beli? Tanyanya. (Equita Millianda, 2017:
23)
(92) “Ya udah. Gue mah pesen aja ya, Kat. Hati-hati
cari cowok. Jangan yang belangsak, nanti kalau lo sakit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
hati, gue yang repot,” katanya. Dia lalu meraih kotak
martabak yang gue tinggal di meja dapur. “Gue mau
martabaknya, ya. Hehehe.” (Equita Millianda, 2017: 23)
(93) Agatha menghela napas. “Biar apa lo camping-
camping segala? Biar lo bisa opname di rumah sakit?”
(Equita Millianda, 2017: 89)
(94) Agatha mendesah pelan. Katya benar-benar keras
kepala, dan dia tidak bisa melawan keinginan adiknya.
“Janji, lo bakalan laporan sama gue?”
“Janji.” Agatha bukan lebay. Tapi. Dia tahu benar
bagaimana kondisi dan reaksi fisik katya pada suhu
dingin. Adiknya tidak akan tahan berada pada suhu
dingin tanpa merasa sesak. Agatha tidak tega melihat
Katya bernapas terpatah-patah.
Namun, dia tidak bisa menahan keinginan Katya. Satu-
satunya hal yang bisa dilakukannya adalah berdoa dan
membekali Katya dengan berpotong-potong baju
hangat. “Ya udah. Tapi, lo harus bawa sweter.” (Equita
Millianda, 2017: 90-91)
(95) Agatha dengan usaha memberikan pengertian
kepada Katya, dan Katya dengan usaha memahami
perkataan Agatha. Lama mereka berdiam, akhirnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Agatha kembali memulai. “Denger, gue tahu ini
hubungan lo. Lo udah gede, dan gue enggak bisa lafi
maksa lo atau memilih sesuatu buat lo. Yang gue bisa,
Cuma ngasih tahu sesuatu sama lo, dan selebihnya, itu
pilihan lo.” (Equita Millianda, 2017: 221)
(96) “Nathan bukan cowok baik-baik, Kat. Gue yakin lo
tahu itu.” Ucapannya dibiarkan menggantung di udara,
membuat Katya menunggu dengan tidak sabar untuk
kelanjutannya. “Gue enggak nyalahin lo karena sayang
sama cowok kayak begitu. Gue juga enggak nyalahin lo
karena nyuruh dia nginep di sini dan pakai baju gue,”
(Equita Millianda, 2017: 221)
(97) “Tapi gue minta tolong sama lo, Kat. Jaga diri lo.
Jangan biarin dia nyakitin lo, sedikit pun. You don’t
deserve it. You don’t deserve this.” Agatha berujar.
“Jadi, kalau seandainya dia ngelakuin sesuatu yang
lebih parah dari ini, gue saranin lo tinggalin dia. Karena
Lo cewek baik, yang enggak berhak disakitin ataupun
diperlakuin enggak pantas oleh cowok kayak dia.”
“Dan gue janji, gue bakal ada dibarisan paling depan
buat ngehajar dia sampai babak belur kalau dia sampai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
berani bikin lo nangis lagi.” (Equita Millianda, 2017:
221)
Pada kutipan di atas dalam novel Bad Romance Agatha digambarkan sebagai
kakak yang sangat melindungi adiknya. Agatha juga sangat peduli dan sayang
dengan Katya. Bila ada yang berani menyakiti Katya dia akan berada dibarisan
paling depan untuk melindungi adeknya. Tetapi diusia mudanya dia sudah harus
dihadapkan dengan meninggal karena kecelakaan.
6. Dio
Tokoh Dia di sini yang dimaksud adalah sosok saudara sepupu Nathan yang
sangat peduli kepadanya. Dio ingin melihat perubahan kepada Nathan, tetapi sulit
untuk mewujudkan itu jika Nathan masih menutup dirinya untuk orang lain. Hal ini
ditunjukkan pengarang melalui kutipan sebagai berikut.
(98) “Abis tawuran lagi?” Suara seseorang
mengagetkannya. Nathan menoleh mendapati Dio
bersandar ditembok dengan tangan terlipat di depan
dada. “Sampai kapan sih Nath, lo mau kayak begini
terus?” (Equita Millianda, 2017: 61)
(99) “Lo pikir kakek bakalan senang ngelihat lo kayak
gini?” pemuda yang beberapa tahun lebih tua dari
Nathan itu bergerak maju, duduk dihadapan Nathan.
“Kakek enggak ngasih lo kebebasan Cuma buat ngelihat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
lo kayak gini, Nath. Lo seharusnya tahu itu.” (Equita
Millianda, 2017: 61)
Pada kutipan di atas tokoh Dio menggambarkan seorang lelaki yang peduli
dengan saudaranya yang tinggal sendirian. Dia tidak ingin Nathan semakin
terjerumus dalam masalalunya. Dia ingin saudaranya bangkit kembali menjadi
lelaki baik dan tidak membuat kekacauan lagi.
7. Kiara
Tokoh Kiara di sini yang dimaksud adalah remaja perempuan yang selama
ini menjadi mainan Nathan. Kiara salah satu gebetan Nathan yang mengalami sakit
hati karena ulah Nathan yang mendekati Katya. Hal ini ditunjukkan pengarang
melalui kutipan sebagai berikut.
(100) “NATHAN! Pekik Kiara saat Nathan berlalu.
Pemuda itu berbalik. “Apalagi?”
Kiara maju, lalu sebuah tamparan melayang ke pipi
mulus Nathan.
“LO ENGGAK BISA MUTUSIN GUE
SEENAKNYA!” (Equita Millianda, 2017: 35)
(101) Kiara terdiam, sadar ucapan Nathan memang
benar. Selama ini Kiara-lah yang sudah dibodohi oleh
Nathan, dan dia terima-terima aja. Tapi, Katya juga
berperan dalam hal ini. Kalau dia tidak tiba-tiba dating,
saat ini Nathan pasti masih menjadi milinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
“Awas lo, Nath!” ancam Kiara. Sambil berlalu pergi,
pikirannya tak henti-henti bersumpah serapah. (Equita
Millianda, 2017: 35)
Pada Kutipan di atas sudah terlihat bahwa tokoh Kiara tidak menyukai
hubungan Nathan dan Katya, karena dia mempunyai janji kepada Aura mantan
pacar Nathan yang memilih untuk pergi demi impiannya untuk menjaga Nathan
hingga dia kembali ke Indonesia.
8. Aura
Tokoh Aura di sini yang dimaksud adalah remaja perempuan yang selama
empat tahun menelantarkan Nathan dan memilih mengejar impiannya sebagai
model ternama di Toyko, Jepang. Aura adalah salah satu mantan Nathan yang
berusaha ingin memperbaiki hubungan mereka. Hal ini ditunjukkan pengarang
melalui kutipan sebagai berikut.
(102) Aura tersenyum tipis. “Lo jutek banget, sih?
Enggak kangen gue apa?”
“Gue udah bilang sama lo kan, Ra, jangan pernah balik
lagi kesini.” Nathan terdengar dingin, sedingin es di
kutub. Senyum diwajah Aura memudar diganti dengan
ekspresi sendu. “segitunya lo marah sama gue?” tanya
Aura. “Gue bela-belain naik pesawat sendirian dari
Tokyo cuma buat ketemu lo, Nath.” (Equita Millianda,
2017: 227)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
(103) Air mata yang semula Auratahan akhirnya tumpah
di pipi tirusnya. Tangannya menggapai tangan Nathan
menahannya erat.
“Apa sih, yang lo lihat dari cewek itu, Nath?! Apa yang
enggak ada di gue da nada di dia sampai lo lebih milih
dia yang baru mengenal lo dibanding gue?!” sergah
Aura frustasi. (Equita Millianda, 2017: 221)
Pada kutipan di atas dalam novel Bad Romance, tokoh Aura menggambarkan
seorang wanita yang mengalami depresi karena pacarnya sudah menjadi milik orang
lain. Dia berusaha untuk mendapatkannya kembali dengan cara mendatangi Katya
dan Nathan.
9. Bi Imas
Tokoh Bi Imas di sini adalah seorang pembantu rumah tangga yang bekerja
dengan keluarga Katya. Selama Agatha dan Katya tinggal di Bandung yang
membantu mereka di rumah adalah Bi Imas. Hal ini ditunjukkan pengarang melalui
kutipan sebagai berikut.
(104) “Den, ini minumnya,” kata Bi Imas seraya
menaruh secangkir teh hangat kehadapan Nathan.
Melihat hal itu, gue gak tahan pengin protes.
“Yah, bi, kenapa dikasih minum sih?”
“Kan, tamu atuh neng, harus dihormati,” jawab Bi Imas.
(Equita Millianda, 2017: 21)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
(105) “Lho, neng? Ngapain makan martabak di sini?
Itu, kan, Den Aga di depan,” katanya. (Equita
Millianda, 2017: 22)
(106) “Itu den, tadi ada cowok yang ke sini. Itu
martabaknya juga dari cowok tadi” jawab Bi Imas.
(Equita Millianda, 2017: 23)
10. Ardhianto Hadikusuma (Kakek Nathan)
Tokoh Ardhianto Hadikusuma di sini yang dimaksud adalah seorang ketua
yayasan ditempat sekolah Nathan dan sekaligus adalah kakek dari Nathan. Beliau
adalah satu-satunya orang yang menghargai Nathan, tempat bersandar saat Nathan
jatuh, dan kakeknya adalah satu-satunya orang yang menganggapnya keluarga. Hal
ini ditunjukkan pengarang melalui kutipan sebagai berikut.
(107) “Kakek dengar kamu tawuran lagi, Adrian?”
Sorot kecewa mewarnai matanya yang sudah menua.
“Iya, Kek,” jawab Nathan. “Tapi, bukan Adrian yang
mulai kok, beneran deh. Adrian cuma…”
“Kamu tahu kan, almarhumah mama kamu enggak akan
suka kalau kamu seperti ini?” selanya.
Ardhi menghela napas. “Adrian,” panggilnya. “Kakek
ini sudah tua, harapan kakek hanya kamu. Jangan
membahayakan diri sendiri. Kakek enggak mau kamu
kenapa-napa.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
“Adrian nolongin teman, kek,” lanjutnya mencari
alasan.
Kakek menatapnya heran. “Teman? Perempuan
bukan?”
Nathan tersenyum. “Iya.”
Setengah tidak percaya, pria itu tertawa. “Akhirnya.”
(Equita Millianda, 2017: 125)
(108) “Nathan…,” mulainya. “Kalau kamu merasa
perempuan itu berharga, jaga dia. Jangan pernah kamu
main-main sama dia. Jangan pernah bikin dan biarin dia
nangis. Karena sekali kamu biarin dia nangis, orang lain
yang bakalan menghapus air matanya.” (Equita
Millianda, 2017: 126)
Pada kutipan di atas Tokoh Ardhi nama kakek Nathan yang selalu menghargai
keberadaan Nathan, dan dia tidak ingin cucunya merasa sendirian. Ardhi sangat
peduli dan sayang kepada Nathan. Tetapi diusianya yang ke 65 tahun harus pergi
meninggalkan Nathan untuk selamanya karena jatuh dari kamar mandi.
11. Meisya (Ibu tiri Nathan)
Tokoh Meisya di sini yang dimaksud adalah ibu tiri Nathan yang
menyebabkan keretakan rumah tangga orang tuanya berakhir dengan mama
kandung Nathan mengakhiri hidupnya. Sehingga Nathan sampai sekarang belum
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
bisa menerima Meisya menjadi ibunya. Hal ini ditunjukkan pengarang melalui
kutipan sebagai berikut.
(109) “Nathan? Eh…., ada tamu,” ucapnya seraya
menatap Katya yang setengah basah. Senyumnya
mengembang. “Pacarnya Nathan?” (Equita Millianda,
2017: 66)
(110) “Nathan belum pernah bawa cewek ke sini, lho,
Kat,” ucapnya. “Rumah kamu di mana?” tanyanya lagi.
“Di daerah Jalan Riau, Tante.” Lama, wanita paruh baya
ini menatap Katya, membuat Katya risi sendiri.
“Kamu cantik, ya. Mirip sama mamanya Nathan….,”
ucapnya. (Equita Millianda, 2017: 67)
(111) Ekspresi wanita itu berubah sendu. Sebenci itukah
Nathan kepadanya? “Nathan, Tante ke sini mau
berbicara soal…” (Equita Millianda, 2017: 76)
(112) “Nathan….Mam-Tante harus ngomong sama
kamu,” ujar Meisya.
Nathan berdecih. Tapi tak urung, dia mendekat kepada
ibu tirinya itu, meski dengan wajah masam.
“Nathan, kamu harus mengerti. Kakek jatuh di kamar
mandi. Dokter bilang, ada pendarahan di dalam dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
kemungkinan sembuhnya sedikit. Kalaupun sembuh,
kakek…” (Equita Millianda, 2017: 189)
(113) “Nathan,” panggil Meisya. Wanita paruh baya itu
bangkit, lantas memeluk Nathan yang tidak tahu harus
merespons apa. Dia sama sekali tidak menikmati
pelukannya, tapi tidak juga menolak. Nathan hanya
terpaku, membiarkan ibu tirinya menangis tersedu
dalam peluknya. (Equita Millianda, 2017: 357)
(114) “Papa kamu drop, Nath. Tante engga tahu,
belakangan ini papa kamu sering mikirin kamu. Kalau
tidur suka mengigau, manggil-manggil nama kamu.
Papa kamu menyesal sekali, Nath. Dari kemarin-
kemarin Tante coba hubungi kamu.” Nathan masih
tidak menunjukkan ekspresi apa pun.
“Kamu masuk, ya? Bicara sama papamu. Tante tahu apa
yang dilakukan papa kamu sama sekali tidak pantas
mendapatkan kata maaf. Tapi, paling tidak, dengarkan
penjelasannya. Papa kamu menyesal sekali, Nath.”
Pada kutipan di atas tokoh Meisya (ibu tiri Nathan) selalu ingin membuat
mereka utuh menjadi keluarga yang bahagia. Tetapi Nathan hingga saat ini belum
bisa menerima dia sebagai orangtuanya dan menggantikan posisi ibunya yang sudah
meninggal karena bunuh diri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan oleh peneliti terhadap novel
“Bad Romance” karya Equita Millianda, digambarkan kisah percintaan yang umum
dirasakan oleh setiap orang. Dalam novel ini, digambarkan kisah cinta antara
Nathan dan Katya teman sekolahnya. Tentang analisis tokoh dapat ditemukan
bahwa Nathan dan Katya seorang pasangan kekasih yang sangat setia, dan menepati
janji satu sama lain. Tokoh tambahan dalam novel Bad Romance yaitu Eriska, Rio,
Dio, Agatha, Kakek Nathan, Aura, Kai, Kiara, Ibu tiri Nathan, dan Bi Imas. Novel
Bad Romance bertemakan jasmaniah yang termasuk di dalamnya adalah tema
percintaan kepada orang lain. Alur yang menggambarkan novel Bad Romence
adalah Alur campuran (alur maju dan alur mundur) yang mengisahkan tokoh utama
Nathan kembali mengingat masalalunya.
Novel Bad Romance memperlihatkan latar serta situasi antartokoh dalam
cerita. Latar waktu pada novel Bad Romance menggambarkan pergantian keadaan
pada saat interaksi terjadi antartokoh. Latar waktu yang terjadi pada novel Bad
Romance adalah pagi, siang, sore, dan malam hari. Latar tempat yang menjadi titik
fokus berkembangnya cerita novel ini adalah Sekolah SMA Pelita Bangsa, Rumah
Katya, Rumah Nathan, rumah sakit, dan kafe di daerah Kota Bandung. Tempat
tersebut memang dominan diceritakan dalam novel Bad Romance karya Equita
Millianda.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
5.2 Saran
Peneliti menyadari masih adanya beberapa kekurangan dalam penelitian ini.
Oleh karena itu, kekurangan ini perlu diperhatikan untuk penelitian-penelitian
selanjutnya agar lebih baik lagi. Peneliti menyarankan agar penelitian selanjutnya
dapat menitikberatkan pada unsur intrinsik lainnya seperti gaya bahasa, sudut
pandang, dan amanat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan Nasional. 2018. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat
Bahasa: Edisi Keempat. Jakarta: Gramedia. (Diunduh pada tanggal 11
Desember 2018 Pukul 23.15).
Febriana, Tian Eka. 2018. “Analisis Unsur Intrinsik (Tokoh, Alur, dan Latar)
Menggunakan Pendekatan Saintifik pada Novel 9 Summers 10 Autumns
Karya Iwan Setyawan untuk Siswa SMP Budi Mulia Minggir Kelas VIII
Semester II”. Skripsi. Yogyakarta: PBSI, JPSI, FKIP, USD.
Millianda, Equita. 2017. Bad Romance. Bandung: Pastel Books.
Moleong, Lexy J. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada
University.
Pangaribuan, Deborah. 2009. “Unsur-Unsur Instrinsik Teenlit Warrior Sepatu Untuk
Sahabat Karya Arie Saptaji dan Implementasinya bagi Pembelajaran Sastra
Di SMA kelas XI”. Skripsi. Yogyakarta: PBSI, JPSI, FKIP, USD.
Pradopo, Racmat Djoko. 2010. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan
Penerapannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rahmanto, B. 1988. Metode Pengkajian Sastra. Yogyakarta: Kanisius.
Sintawati. 2009. “Unsur Intrinsik Novel Ketika Cinta Bertasbih Karya
Habiburahman El Shirazy dan Kelayan Sebagai Bahan Ajar Di SMA”.
Skripsi. Semarang: PBSI, JPSI, FKIP, UNES.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Sudjiman, Panuti. 1988. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif, Kualitatif
dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sumardjo, Jacob. 1984. Memahami Kesusastraan. Bandung: Penerbit Alumni.
Tjahjono, Liberatus Tengsoe. 1988. Sastra Indonesia Pengantar Teori dan
Apresiasi. NTT: Nusa Indah.
Wahyuningtyas, Sri & Santoso, Heru Wijaya. 2011. Sastra: Teori dan
Implementasi. Surakarta: Yuma Pustaka.
Waluyo, Herman J. 1994. Pengkajian Cerita Fiksi. Surakarta: Sebelas Maret
University Press.
Wiyatmi, 2006. Pengantar Kajian Fiksi. Yogyakarta: Pustaka.
Yudiono K.S. 2007. Pengantar Sejarah Sastra Indonesia. Jakarta: Grasindo.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
SINOPSIS NOVEL BAD ROMANCE
Nathaniel Adriano Wirasetya adalah seorang cowok yang hobi banget bikin
rusuh seantero sekolah. Mulai dari hal sepele kayak telat, bikin kerusuhan, sampai
tawuran. Parah? Banget.
Tapi statusnya sebagai cucu pemilik yayasan seolah bikin semua peraturan
menguap gitu aja kalau udah menyangkut nama Nathan. Katya jengah dengan
kelakuan sok berkuasa dan sok gantengnya Nathan. Sampai akhirnya Katya berani
melawan, tapi justru malah membuat Nathan semakin menjadi-jadi.
Sampai pada satu hari, hari dimana mereka memutuskan untuk membuat
sebuah perjanjian paling laknat sepanjang masa. Semuanya berawal dari perjanjian
itu semua terbongkar jelas Nathan yang sesungguhnya. Nathan menjadi
pemberontak karena masa kecil yang kurang beruntung baginya. Di mana anak-anak
kecil yang seharusnya masih membutuhkan kasih sayang dan perhatian orang tua
tidak didapatkan oleh Nathan.
Pada usia 6 tahun Nathan sudah melihat kedua orangtuanya bertengkar, dan
masa kecilnya selalu dihukum oleh papanya karena nilai hasil sekolahnya tidak
bagus. Ibu Nathan selalu disalahkan karena dianggap terlalu memanjakan anaknya
sehingga berdampak buruk pada nilainya. Dalam keadaan hamil pun ibu Nathan
tidak pernah berhenti untuk membela Nathan saat dihukum oleh suaminya.
Tiba saatnya melahirkan seorang bayi kecil mungil perempuan ayah Nathan
tambah menjadi karena kelahiran adik Nathan yang tidak sempurna. Mulai dari situ
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
ayahnya berani membawa selingkuhannya pulang kerumah. Ibu Nathan yang sudah
tidak kuat dengan perlakuan suaminya dengan cepat mengakhiri hidupnya dengan
cara bunuh diri di depan Nathan dan adiknya. Selang beberapa hari adik Nathan
meninggal juga karena gangguan pernapasan. Itulah penyebab Nathan menjadi
pribadi yang kurang menyenangkan bagi diri sendiri.
Dia tidak pernah menghubungi ayahnya setelah memasuki jenjang masa
pubertas. Selama ini dia tinggal bersama sepupu lelakinya yang bernama Dio, dia
yang sedang menjalani pendidikan di luar negeri. Jadi sekarang Nathan tinggal
sendirian tanpa pengawasan orang yang lebih tua darinya yang bisa menjadi
panutan. Tanpa pengawasan yang baik Nathan terjerumus kedalam pergaulan yang
tidak benar seperti: balap motor, playboy, dan pergi ke clup malam. Tetapi Nathan
mempunyai orang yang dia segani dan menghargai dia adalah kakeknya yang
menjadi pemilik yayasan sekolah SMA Pelita Bangsa.
Kisah cintanya kepada Katya mengalir begitu saja setelah Katya mau
membuka hati dan dirinya untuk menjadi teman dekatnya. Katya pada akhirnya bisa
mulai menerima keberadaan Nathan sebagai orang yang dia sayang dengan sudut
pandang lain. Katya menilai keberapaan Nathan dengan berawal menganggap dia
lelaki yang membuat jengah dan sekarang Katya mampu menilai seorang Nathan
dengan rasa pedulinya yang sangat kuat. Sehingga Katya mempunyai benih-benih
cinta yang tumbuh seiring berjalannya waktu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
BIOGRAFI PENULIS
Maria Ratih Pramita Sari lahir di Magelang, pada
tanggal 22 Juli. Anak terakhir dari Bapak Ignasius
Suratman dan Ibu Theresia Endang Rudatin. Lulus TK,
kemudian lanjut di Sekolah Dasar Marsudirini
Kalibawang lulusan tahun 2003. Pada tahun 2003-2006
melanjutkan studi di SMP Pangudi Luhur 1 Kalibawang.
Tamat dari SMP, melanjutkan studi di SMK Marsudiri
Marganingsih Surakarta pada tahun 2006-2009.
Pada tahun 2012 peneliti melanjutkan studi di Program Studi Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Sanata Dharma. Selama menjadi mahasiswi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia, peneliti mengikuti kegiatan di dalam prodi sebagai panitia malam bahasa
maupun di luar prodi. Masa pendidikan diperguruan tinggi ini diakhiri dengan
menulis tugas akhir dengan judul: Analisis Unsur Intrinsik dalam Novel Bad
Romance Karya Equita Millianda.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI