ANALISIS YURIDIS PEMBUKTIAN TINDAK
PIDANA KORUPSI DALAM PERKARA
NOMOR.26/Pid.Sus/2013/PT/TPK.Smg
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Hukum ( S 1 ) Pada Fakultas Hukum Universitas Islam Riau
OLEH :
EVI YANTI
NPM : 151010111
PROGRAM STUDI : ILMU HUKUM
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
2019
ii
xi
ABSTRAK
Suatu negara hancur atau tidak berhasil menuju negara kesejahteraan
bukan karena kekurangan Sumber Daya Alam ( SDA ) ataupun kurangnya
Sumber Daya Manusia ( SDM ), melainkan karena suatu negara tersebut sudah
terjangkit virus korupsi yang sudah menjalar keseluruh lini kehidupan.Salah satu
tindak pidana koruosi yang terjadi adalah korupsi penyuapan pasif yang di
lakukan oleh oknum hakim Heru Kisbandono yang menerima suap dari salah satu
keluarga terdakwa yang sedang terjerat kasus Korupsi Penyelewengan anggaran
mobil dinas Sekretariat DPRD kabupaten Grobogan, dengan nomor perkara kasus
26/Pid.sus/2013/PT.TPK.Smg.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Pembuktian terhadap
perbuatan tindak pidana korupsi dalam perkara No.26/Pid.sus/2013/PT.TPK.Smg
Dan pertimbangan hukum majlis hakim dalam memutuskan perkara tindak piana
korupsi dalam perkara nomor : 26/Pid.sus/2013/PT.TPK.Smg.
Di lihat dari jenisnya penelitian ini merupakan penelitian hukum Normatif.
Sedangkan dilihat dari sifatnya, penulisan ini bersifat deskriftir yaitu dalam artian
memberikan gambaran di sertai penjelasan secara sistematis.
Pembuktian terhadap tindak pidana korupsi dalam perkara Nomor :
26/Pid.sus/2013/PT.TPK.Smg yang di lakukan oleh Hakim tingkat banding .
perbuatan terdakwa Pada dakwaan primer terdakwa Herukisbandono telah di
dakwa dengan melanggar Pasal 12 Huruf c Undang-undang nomor 31 tahun 1999
sebagaimana yang telah di perbarui dengan Undang-undang nomor 20 tahun 2001
tentang pemberantasan tindak pidana korupsi Jo Pasal 55 KUHP jo Undang-
undang Nomor 8 tahun 1981 tentang KUHAP dan pasal lain dari peraturan
perundang-undang lainnya. Telah terpenuhi dan terbukti secara sah dan juga telah
di kaitkan dengan keterangan saksi, surat, petunjuk maupun keteragan terdakwa
telah sesuai dengan ketentuan alat bukti pada pasal 184 KUHAP yang mulanya di
ajukan oleh penuntut umum di awali dengan alat bukti surat, keterangan saksi,
keterangan ahli, petunjuk dan keterangan terdakwa telah berjalan sesuai dan
benar. Pertimbangan hukum Majlis hakim dalam memberikan putusan perkara
Nomor : 26/Pid.sus/2013/PT.TPK.Smg terhadap terdakwa terlebih dahulu telah di
pertimbangkan segala fakta-fakta yang di ungkapkan di persidangan di antaranya
mengenai pembuktian yang di lakukan oleh jaksa penuntut umum dengan
menghadirkan saksi-saksi dan mengajukan barang bukti di persidangan, sehingga
dapat membuktikan kesalahannya yang di dakwakan kepada terdakwa. Dan juta
majlis hakim telah mmepertimbangkan keterangan dari terdakwa sendiri yang
telah mengakuinya. Sebelum menjatuhkan putusan kepada terdakwa majlis hakim
terlebih dahulu mempertimbang kan hal-hal yang membertakan dan meringankan
terdakwa.
Kata kunci : Pembuktian, Korupsi, Tindak pidana, Perkara Nomor
26/Pid.sus/2013/PT.TPK.Smg.
xii
ABSTRACT
A country is destroyed or unsuccessful towards a welfare state not because
of a shortage of natural resources (SDA) or a lack of human resources (HR), but
because a country has been infected with a virus of corruption that has spread
throughout the life line. is a corruption of passive bribery carried out by a judge
Judge Heru Kisbandono who received bribes from one of the families of the
defendants who were caught in a corruption case. The misappropriation of the
official car budget of the Grobogan Regency DPRD Secretariat, with case
numbers 26 / Pid.sus / 2013 / PT. TPK. Smg.
The formulation of the problem in this study is Proof of acts of
corruption in case No.26 / Pid.sus / 2013 / PT.TPK.Smg and legal considerations
by the judges in deciding cases of corruption in cases number: 26 / Pid.sus / 2013 /
PT. TPK. Smg.
In view of the type of this research is Normative legal research. Whereas
seen from its nature, this writing is descriptive that is in the sense of giving a
picture along with a systematic explanation.
Proof of criminal acts of corruption in case Number: 26 / Pid.sus / 2013 /
PT.TPK.Smg is carried out by appellate judges. the defendant's actions In the
primary indictment of the defendant Heru kisbandono he was charged with
violating Article 12 Letter c of Law number 31 of 1999 as renewed by Law
number 20 of 2001 concerning the eradication of criminal acts of corruption Jo
Article 55 of the Criminal Code in conjunction with the Law Number 8 of 1981
concerning KUHAP and other articles of other laws and regulations. It has been
fulfilled and proven legally and has also been linked to witness statements, letters,
instructions and observations of the defendant in accordance with the provisions
of the evidence in article 184 of the Criminal Procedure Code which was initially
submitted by the public prosecutor beginning with evidence, witness statements,
expert testimony , the instructions and statements of the defendant have proceeded
accordingly and correctly. Legal considerations of the Judge in giving case
verdict Number: 26 / Pid.sus / 2013 / PT.TPK. The defendant has previously
considered all the facts revealed at the trial including the evidence that was carried
out by the public prosecutor by presenting witnesses and submitting evidence at
the trial, so as to prove the guilty charges against the defendant. And the million
majlis judges have considered the information from the defendant himself who
acknowledged it. Before making a decision to the defendant, the panel of judges
first considers the matters that determine and alleviate the defendant.
Keywords: Proof, Corruption, Crime, Case Number 26 / Pid.sus / 2013 /
PT.TPK.Smg.
xiii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum warahmatulllahi wabarakatuh
Alhamdulillah hi rabbi alamin, puji syukur penulis ucapkan kepada Allah
Subhanahu wata‟ala, karena berkah Rahmat, Taufiq dan Hidayah NYA sehingga
penulis mampu menyelesaikan proses penulisan skripsi ini pada waktunya,
dengan judul “ANALISIS YURIDIS PEMBUKTIAN TINDAK PIDANA
KORUPSI PADA PERKARA NOMOR.26/Pid.sus/2013/PT.TPK.Smg”.
Mengingat bahwa tindak pidana korupsi merupakan sebuah kejahatan luar
biasa ( extra ordinary crime ) dan juga sekaligus merupakan kejahatan yang sulit
di cari penjahatnya, atau yang lazim di sebut dengan istilah white collar crime,
yang maksud nya adalah suatu rangkaian atau tindakan atau perbuatan yang
melanggar hukum dengan menggunakan tipu daya serta cara-cara yang tertutup
dari pada menggunakan ancaman ataupun paksaan secara fisik ataupun kekerasan
dengan maksud untuk memperoleh uang, harta milik pelayanan,mencegah
hilangnya uang, mengamankan usaha, atau memperoleh keuntungan pribadi.
Tidak dapat di pungkiri bahwa di indonesia tindak pidana korupsi merpakan suatu
kejahatan yang hingga saat ini belum mampu di selesaikan denga baik oleh para
aparatur penegak hukum, harapannya kedepan dengan adanya Undang – Undang
Nomor 31 tahun 1999 sebagaimana yang telah di perbarui dengan Undang –
Undang Nomor 20 tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
akan mampu meminimalisir tingkat terjadinya tindak pidana korupsi di berbagai
sektor tataran kehidupan.
xiv
Adapun maksud dari penulisan skripsi ini adalah sebagai persyaratan yang
harus di penuhi untuk meraih gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum
Universitas Islam Riau Pekanbaru.
Dalam proses penulisan skripsi ini penulis menyadari banyak
mendapatkan dukungan, dorongan dan juga motivasi baik secara moriil maupun
materiil terutama kepada Ibunda Ponisah dan Ayahanda Syamsuddin yang
senantiasa mendoakan, memberi perhatian, kasih sayang dan juga semangat
kepada penulis, dari awal kuliah maupun setelah penulis memulai menulis karya
ilmiah ini. Selain itu penulis ingin menghaturkan terimakasih kepada berbagai
pihak- pihak yang turut andil dalam proses penyelesain karya ilmiah ini, yakni
diantara nya adalah sebagai berikut :
1. Bapak Prof.Dr. H. Syafrinaldi, S.H.,M.C.L., selaku Rektor Universitas
Islam Riau yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
menuntut ilmu di Fakultas Hukum Universitas Islam Riau.
2. Bapak Dr. Admiral.,S.H.,M.H., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas
Islam Riau yang telah memberikan kesempatan pada penulis utuk
menuntut ilmu pengetahuan dan senantiasa memberikan bantuan dalam
bimbingan belajar mengajar di Fakultas Hukum Universitas Islam Riau.
3. Bapak Dr. Zul Akrial, S.H., M.Hum., sebagai kepala departemen Hukum
Pidana yang telah banyak memberikan pemikirannya kepada penulis
dalam proses penetapan judul penelitian sebagai tugas Akhir untuk
mendapatkan gelar sarjana di Fakultas Hukum Universitas Islam Riau.
xv
4. Bapak Dr. Muhammad Nurul Huda, S.H.,M.H. sebagai pembimbing I,
yang telah meluangkan waktnya dan membagikan ilmu kepada penulis
dalam proses penyelesaian proposal dan juga sampai pada proses
pembuatan skripsi dengan sangat sabar.
5. Ibu Heni Susanti, S.H.,M.H. sebagai pembimbing II, yang telah
meluangkan waktnya dan membagikan ilmu kepada penulis dalam proses
penyelesaian proposal dan juga sampai pada proses pembuatan skripsi
dengan sangat sabar.
6. Bapak M. Musa, S.H., M.H sebagai dosen di Fakultas Hukum Universitas
Islam Riau, yang telah meluangkan waktu nya untuk membantu penulis
dalam proses mendapat kan judul penelitian.
7. Bapak / ibu dosen di Fakultas Hukum Universitas Islam Riau yang telah
mendidik, membimbing dan memberikan ilmu pengetahuan yang sangat
berharga kepada penulis untuk masa depan dan jembatan bagi penulis
dalam meraih cita- cita.
8. Bapak/ ibu pimpinan staf Tata Usaha Fakultas Hukum Universitas Islam
Riau yang telah memberikan kemudahan dalam pelayanan administrasi
akademik yang baik kepada penulis.
9. Sahabat-sahabat penulis Roma indah safitri, SH dan Ariani oktavia yang
senantiasa memberikan motivasi dan dorongan kepada penulis semenjak
awal perkuliahan hingga saat sekarang, semoga Allah Subhanahu wata’ala
yang membalas semua kebaikan kalian.
xvi
10. Adik penulis yakni Taufiq Hidayat yang senantiasa memberikan doa dan
juga semangat kepada penulis, agar penulis senantiasa sehat dan bisa
melakukan aktivitas dengan lancar.
11. Sahabat, teman-teman seperjuangan yakni Bang Egi Iskandar, SH, Wildan
ambron , Hendra zebua, Robiah, Surya Perdana, Yopi chandra, Mietha,
Agus Mira dan lain lain angkatan 2015 khususnya jurusan pidana yang
tidak bisa penulis tulisankan satu demi satu yang senantiasa memberikan
dukungan pada penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini.
12. Abangda-abangda, serta adinda-adinda penulis dalam Himpunan
Mahasiswa Islam komisariat Hukum UIR dan Pengurus Cabang HMI
Pekanbaru yang selalu menyemangati penulis dalam proses penyelesaian
tugas akhir ini.
13. Sahabat dan juga keluarga penulis di Asrama putri Kabupaten Kepulauan
Meranti, terkhusus sahabat sekamar Agusmira yang selalu mendoakan,
dan menyemangati untuk kebaikan dan kelancaran kepada penulis selama
penulis tinggal di asrama.
14. Teman-teman seangkatan 2015 yang senantiasa menemani dan
menyemangati proses perjalanan penulis, selama penulis kuliah hingga
saat sekarang ini.
15. Sahabat seperjuangan di HIMADANA yang selalu saling menguatkan dan
menyemangati penulis dalam proses penyelesaian Skripsi ini. Dan semoga
teruntuk kawan-kawan segera menyusul dan segera semangat dalam
proses penyelesaian tugas akhir ini.
xvii
Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari sepenuhnya bahwa
dalam penulisan ini terdapat banyak kekurangan baik dari segi materi ataupun
penelitian, walaupun penulis sudah berusaha untu memperbaiki dengan sebaik
mungkin. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi
kesempurnaan hasil tulisan penulis di waktu yang akan datang.
Kepada semua pihak yang telah di sebutkan di atas, ataupun yang tidak di
sebutkan karena keterbatasan yang tidak bisa penulis hindari dan yang pernah
memberikan sumbangsi nya kepada penulis, selama penulis menulis skripsi ini,
semoga Allah subhanahu wata’ala yang kelak memberikan balasan berlipat
ganda. Akhirnya semoga Allah subhanu wata’ala senantiasa memberikan hidayah
dan petunjuk serta jalan lurus kepada kita semua. Aamiin ya rabbal alamin..
Pekanbaru, 19 Maret 2019
Penulis
Evi Yanti
xviii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... I
PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT .............................................................. II
BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI ................................................... III
TANDA PERSETUJUAN SKRIPSI .............................................................. V
SURAT KEPUTUSAN PENUNJUKAN PEMBIMBING I ......................... VI
SURAT KEPUTUSAN PENUNJUKAN PEMBIMBING II ........................ VII
SURAT KEPUTUSAN PENUNJUKKAN DOSEN PENGUJI.................... VIII
BERITA ACARA MEJA HIJAU ................................................................... IX
ABSTRAK ......................................................................................................... X
ABSTRACT ....................................................................................................... XI
KATA PENGANTAR ....................................................................................... XII
DAFTAR ISI....................................................................................................XVII
DAFTAR SINGKAT................................................................................XIX
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................... 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................... 8
xix
D. Tinjauan Pustaka................................................................................. 9
E. Konsep Operasional .......................................................................... 17
F. Metode Penelitian ............................................................................... 18
BAB II TINJAUAN UMUM
A. Tinjauan Umum Tindak Pidana korupsi ............................................. 22
B. Tinjauan Umum Pembuktian .............................................................. 33
C. Posisi kasus perkara Nomor. 26/Pid.sus/2013/PT.TPK.Smg ............. 40
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pembuktian Terhadap Perbuatan Tindak Pidana Korupsi Dalam
PerkaraNomor:26/Pid.Sus/2013/PT.TPK.Smg................................... 45
B. Pertimbangan Hakim majlis hakim dalam memutuskan perkara
tindak pidana korupsi dalam perkara Nomor :
26/Pid.sus/2013/PT.TPK.Smg ............................................................ 78
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................ 97
B. Saran .................................................................................................. 98
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 99
xx
DAFTAR SINGKATAN
BUMD : Badan Usaha Milik Daerah
BUMN : Badan Usaha Milik Negara
JPU : Jaksa Penuntut Umum
KPK : Komisi Pemberantasan Korupsi
KUHAP : Kitab Undang – Undang Hukum PIdana
KUHP : Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
LPSK : Lembaga Pemasyarakatan Saksi Korban
NKRI : Negara Kesatuan Republik Indonesia
PidSus : Pidana Khusus
PNS : Pegawai Negeri Sipil
PPATK : Pisat Pelaporan dan Analisa Transaksi Keuangan
SDA : Sumber Daya Alam
SDM : Sumber Daya Manusia
SH : Sarjana Hukum
Tipikor : Tindak Pidana Korupsi
UU : Undang-undang
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sebuah negara hancur atau tidak berhasil menuju negara kesejahteraan
bukan karena kekurangan Sumber Daya Alam ( SDA ) ataupun kurangnya
Sumber Daya Manusia ( SDM ), melainkan karena suatu negara tersebut sudah
terjangkit virus korupsi yang sudah menjalar keseluruh lini kehidupan. (Ridwan,
2014, hal. 1)
Menurut (hamzah, 2006, hal. 64) Berdasarkan Konstitusional, Indonesia
adalah bentuk negara hukum, bukan negara dengan bentuk kekuasaan yang
sembarang, artinya Seluruh lapisan negara dan unsur-unsur dalam melaksanakan
segala tindakan harus berdasarkan dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan dan harus mampu mempertanggung jawabkan setiap tindakan yang di
lakukan, guna mencapai kesejahteraan bagi setiap warga negara..
Korupsi merupakan istilah yang tidak asing bagi masyarakat, setiap hari
berbagai media memberitakan tentang Korupsi dimulai dari aparatur negara
hingga pejabat petinggi negara. Menurut ilmu kriminologi, Korupsi yaitu salah
satu bentuk dari macam-macam kejahatan luarbiasa yang lazim di sebut White
collar crime, pelaku dari Tindak Pidana korupsi merupakan orang-orang terkenal
dan cukup terpandang dan mereka yang memicu kemiskinan dimasyarakat.
(Teguh sulistia, Aria zurnetti, 2011, hal. 63)
2
Dengan adanya perkembangan teknologi dan informasi mempermudah
masyarakat untuk mendapatkan informasi dan wawasan, (Arlina, 2018, hal. 2).
Dewasa ini masyarakat kecewa terhadap aparatur yang berwenang dalam
pemberantasan korupsi, sebab hasil yang di dapatkan tidak sesuai dengan yang
diharapkan oleh masyarakat (Huda, 2012, hal. 199), Korupsi di Indonesia dari
dulu hingga sekarang terus meningkat, bahkan tindak pidana Korupsi sudah
menyebar baik kasus maupun jumlah tingkat kerugian pada aset negaranya. Dari
segi kualitasnya tindak pidana Korupsi semakin teratur dan sudah masuk ke dalam
ranah kehidupan masyarakat. (Hartanti, 2005 , hal. 2)
Menurut pendapat (Atmasasmita, 2003, hal. 53) Korupsi pada negara ini
sudah menjadi penyakit yang telah menyebar keseluruh bagian pemerintahan
sejak tahun 1960-an hingga saat ini dan langkah-langkah pemberantasannya
masih jauh dari yang di harapkan. Korupsi tidak bisa terlepas dari yang namanya
kekuasaan, karena melalui tameng kekuasaannya yang bersangkutan bisa
semena-mena berbuat sesukanya untuk memuaskan nafsu dunianya. Lazimnya
korupsi bermula pada bagian publik dengan bukti-bukti yang direkayasa dan
diberikan penekanan kepada rakyat yang sedang mencari keadilan.
Menurut (Chazawi, 2008, hal. 108) Tindak pidana korupsi menyebar
dengan teratur juga merupakan sebuah bentuk dari penyelewengan terhadap
tindakan sosial dan ekonomi yang menjadi hak masyarakat, dan karena itu tindak
pidana korupsi merupakan kejahatan luarbiasa atau akrab dengan sebutan kejahan
kerah putih. Cara yang bisa ditempuh untuk membuka kasus korupsi adalah
dengan menggunkan sistem pembuktian.
3
Menurut (Gultom, 2018, hal. 122) Pembuktian adalah proses
membuktikan (sesuai objek yang di buktikan ) melalui alat-alat bukti yang boleh
dipergunakan dengan cara, teori dan metode tertentu untuk mempertegas apa yang
di buktikan benar terbukti atau tidaknya menurut peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Pembuktian merupakan titik dasar pemeriksaan perkara pidana
dalam sidang dipengadilan, maka titik dasar dalam peradilan pidana terletak pada
sistem pembuktiannya. Dalam hal ini sistem pembuktian tindak pidana korupsi
yang digunakan adalah ajaran sistem pembuktian terbalik, beberapa ahli
menyatakan bahwa sesungguhnya yang dimaksud adalah sistem pembebanan
terbalik yaitu beban pembuktian yang di serahkan kepada terdakwa, apakah
terdakwa dalam hal dugaan melakukan tindak pidana Korupsi itu merupakan
sebuah kebenaran yang sesuai dengan fakta.
Berdasarkan peraturan perundang-undangan Nomor 30 tahun 1999 tentang
pemberantasan tindak pidana Korupsi yang telah di perbarui dalam undang-
undang Nomor 20 tahun 2001 tentang Pemberantasan tindak pidana Korupsi,
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa ada banyak jenis korupsi yang ada,
diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Kerugian keuangan negara
b. Suap menyuap
c. Penggelapan dalam jabatan
d. Pemerasaan
e. Perbuatan curang
f. Gratifikasi
4
Seperti yang terdapat pada putusan26/Pid.sus/2013/PT.TPK.Smg termasuk
dalam kasus penyuapan, yakni penyuapan yang di lakukan oleh seseorang kepada
oknum hakim yang bernama Heru Kisbandono dan Kartini magdalena jualianna
marpaung, dengan harapan agar kasus yang ditangani oleh oknum hakim tersebut
bisa di putus bebas.
Bahwa terdakwa Heru Kisbandono sebagai Hakim Ad hoc pengadilan
tindak pidana korupsi diPengadilan Negeri sesuai dengan keputusan presiden
Republik Indonesia ( Keppres RI ) Nomor: 11/P tahun 2011 yang di tugaskan
sebagai hakim Ad Hoc pada Pengadilan Negeri Pontianak berdasarkan surat
keputusan mahkamah agung RI 051/KMA/SK/IV/2011, bersama dengan Hakim
Kartini Julianna Magdalena Marpaung yang juga Hakim Ad hoc pada pengadilan
Negeri Semarang dengan Hakim Pragsno sebagai Hakim Tindak Pidana Korupsi
Pengadian Negeri Semarang, pada Jum‟at tanggal 17-08-2012 sekitar jam 08.00
WIB di kantor BCA Jalan Pemuda Semarang, telah menerima hadiah atau janji
yaitu berupa uang tunai sejumlah Rp150.000.000.00 dari Muhammad Yaeni
melalui Sri dartutik untuk mempengaruhi putusan perkara tindak pidana korupsi
dengan nama Muhammad Yaeni yang sedang di adili Hakim Kartini Jualinna
marpaung dan Hakim Pragsono.
Perbuatan terdakwa diancam dengan pidana sebagaimana yang terdapat
pada Pasal 12 huruf C UU RI Nomor 31 tahun 1999 Jo UU RI Nomor 20 tahun
2001 tentang tentang Pemberantasan Tindak Pidana korupsi jo. pasal 55 KUHP.
Dasar hukum Tindak Pidana Korupsi dalam perkara ini adalah pasal 12
huruf C Undang-undang RI Nomor 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak
5
Pidana korupsi sebagaimana telah di perbarui dengan Undang-undang Nomor 20
tahun 2001 yaitu :
“Dipidana dengan penjara seumur hidup atau pidana penjara singkat (
empat ) tahun dan paling lama 20 ( dua puluh ) tahun dan pidana denda
paling lama sedikit Rp 200.000.000.- ( dua ratus juta rupiah ) dan paling
banyak Rp 1.000.000.000.- ( satu milyar rupiah)
c. Hakim yang menerima suap atau janji, padahal di ketahui atau patut di
duga bahwa hadiah atau janji tesebut di berikan untuk mempengaruhi
putusan perkara yang di serahkan kepadanya untuk di adili. “
Dengan demikian, bahwa berdasarkan surat tuntutan Jaksa Penuntut
Umum pada putusan pengadilan tinggi maka jaksa penuntut umum menuntut
dengan tuntutan, seperti dibawah ini :
1. Menyatakan terdakwa Heru kisbandono terbukti dan meyakinkan bersalah
melakukan tindak pidana korupsi secara bersama-sama seperti yang atur
dan diancam pidana dalam pasal 12 huruf c Undang-undang Nomor 31
tahun 1999 Jo Undang-undang nomor 20 tahun 2001 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. Pasal 55 ayat ( 1 ) Ke 1 Kitab
undang-undang Hukum Pidana.
2. Menjatuhkan sanksi pidana kepada terdakwa berupa pidana selama 10
tahun, di kurangi dengan masa yang telah terdakwa jalankan ditahanan,
dan pidana denda sebesar Rp350.000.000.- ( tiga ratus lima puluh juta )
subsidair 5 ( lima ) bulan kurungan dengan perintah supaya tetap ditahan.
3. Barang bukti seperti yang terlampir didalam putusan perkara.
4. Menegaskan kepada terdakwa untuk membayar Rp10.000 ( sepuluh ribu )
Dengan demikian sesuai atas tuntutan Jaksa tersebut, pengadilan Tindak
Pidana Korupsi pengadilan tinggi Semarang Menerima banding dari Jaksa
Penuntut Umum dan penasihat hukum terdakwa; Memperbaiki putusan
pengadilan Tindak pidana Korupsi pada pengadilan Negeri Semarang pada 18
maret 2013 nomor : 127/Pid.sus/2012/PN.Tipikor.Smg yang dimintakan banding,
sekedar mengenai penjatuhan pidananya. Setelah menimbang dakwaaan dari
6
penuntut umum dan pembelaan dari terdakwa, maka Pengadilan Tinggi Tindak
pidana Korupsi diPengadilan Semarang memberikan putusan sebagai berikut :
1. Menyatakan bahwa HERU KISBANDONO tersebut, terbukti meyakinkan
besalah melakuka tindak pidana korupsi.
2. Memberikan sanksi pidana penjara terhadap terdakwa selama 8 t( delapan
) tahun dan pidana denda sebesar Rp.200.000.000.- ( dua ratus juta Rupiah
), dengan ketentuan bahwa bila denda ini tidak di bayar di ganti dengan
pidana kurungan seama $ ( empat ) tahun.
3. Menyatakan bahwa terdakwa tetap di berada daam tahanan Rumah
tahanan Negeri ( Rutan )
4. Menegaskan bahwa penahanan yang telah di jalani terdakwa hingga saat
putusan ini beroleh kekutan hukum yang tetap, di kurangkan dari pidana
yang di jatuhkan kepadanya.
5. Menetapkan barang bukti
6. Menetapkan agar terdakwa membayar biaya Rp.10.000.- perkara
Berdasarkan pemeriksaan di depan sidang pengadilan, hakim yang
memutuskan perkara ini memberikan putusan pada terdakwa Heru kisbandono
dengan menerapkan pasal 12 huruf C undang-undang Nomor 31 tahun 1999 Jo
undang-undang Nomor 20 tahun 2001 tentang pemberantasan tindak pidana
korupsi, berdasarkan kenyataan yang ada dan bukti yang muncul dimuka
persidangan terdakwa adalah seorang Hakim ( Hakim Ad Hoc di PN Pontianak )
sesuai dengan Keputusan ketua MA RI NO : 051/KMA/SK/IV/2011 pada tanggal
12 januari 2011. Dalam hal ini Heru Kisbandono telah turut serta menerima suap
dari oknum Muhammad Yaeni melalui Sri dartutik yang kemudian di berikan
kepada Hakim Kartini Julinna magdalena marpaung padahal diketahui bahwa
hadiah atau janji tersebut diberikan untuk tujuan memperngaruhi putusan perkara
yang diserahkan kepada Hakim Kartini Juliana Magdalena marpaung.
Berdasarkan bukti-bukti dimuka persidangan, maka Heru kisbandono didakwa
7
dengan Pasal 12 Huruf C UU nomor 31 tahun 1999 Jo UU nomor 20 tahun 2001
tentang pemberantasan tindak pidana korupsi.
Berdasarkan uraian diatas, dengan ini penulis tertarik untuk melakukan
penelitian terhadap kasus korupsi di karenakan ingin megetahui secara mendalam
bagaimana proses pembuktian dan pertimbangan hakim. Serta bagaimana
terjadinya proses kecurangan terhadap negara serta hasil penelitian ini akan di
jadikan bahan sebagai bahan penyusun Skripsi dengan judul “ANALISIS
YURIDIS PEMBUKTIAN TINDAK PIDANA KORUPSI PADA PERKARA
NOMOR : 26/Pid.sus/2013/PT.TPK.Smg”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan pada latar belakang, maka penulis merumuskan
masalah pokok yang akan di teliti, yaitu :
1. Bagaimanakah pembuktian terhadap perbuatan tindak pidana korupsi
pada perkara nomor : 26/Pid.sus/2013/PT.TPK.Smg ?
2. Bagaimana pertimbangan hukum majlis hakim dalam memutuskan
perkara tindak piana korupsi dalam perkara nomor :
26/Pid.sus/2013/PT.TPK.Smg ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu :
a. Untuk mengetahui pembuktian terhadap pelaku tinak piana korupsi
pada perkara nomor : 26/Pid.sus/2013/PT.TPK.Smg ?
8
b. Untuk mengetahui pertimbangan hukum majlis hakim dalam
memutuskan perkara tindak pidana korupsi pada perkara nomor :
26/Pid.sus/2013/PT.TPK.Smg ?
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Manfaat Teoritis
a. Diharapkan penelitian dapat manambah ilmu pengetahuan
khususnya pada hukum pidana dan juga terhadap sosilogi dalam
menghadapi konflik yang muncul di tengah-tengah masyarakat.
b. Diharapkan hasil penelitian ini bisa memberikan informasi dan
referensi bagi siapa saja yang membutuhkan.
c. Sebagai sumber ilmu pengetahuan baru bagi penulis sendiri.
2. Manfaat Praktis
a. Sebagai bahan bagi penelitian bidang yang sama pada peneliti yang
akan datang.
b. Sebagai masukkan bagi pemerintah atau aparat penegak hukum
terkait penanggulangan terhadap tindak pidana korupsi
c. Menimbulkan rasa peduli terhadap penyakit masyarakat
terkhususkan kepada para pelaku Tindak pidana korupsi.
D. Tinjauan Pustaka
Menjamurnya tindak pidana korupsi tentu membuat segenap bangsa
indonesia gundah gulana. Ternyata korupsi terjadi berbagai sektor dan juga
kekuasaan eksekutis, legislatif, dan yudikatif serta sektor swasta ( private sector
9
). Oleh karena itu pemberantasan korupsi merupakan salah satu fokus utama
pemerintah dan bangsa indonesia. Upaya – upaya telah di tempuh untuk
mencegah maupun memberantas korupsi secara serentak, mengingat tindak
pidana korpsi sebagai white collar crime serta sebagai kejahatan luarbiasa ( extra
ordinary crime ). Upaya – upaya itu sebenarnya telah di lakukan dan di upayakan
agar membuahkan hasil berupa tumbuhnya pemberantasan korupsi i‟tikad
pemberantasan korupsi hingga ke plosok indonesia. Pada masa reformasi, selain
kepolisian dan kejaksaan sejumlah instansi juga telah di bentuk dalam rangka
megoptimalkan upaya pemberantasan korupsi.
Menurut (wiarti, 2017, hal. 2)Dalam bagian hukum pidana perbuatan yang
tidak dibenarkan dengan ancaman sanksi berupa pidana/nestapa bagi
pelanggarnya disebut dengan perbuatan pidana/tindak pidana, pidana artinya
adalah nestapa, yang maknanya adalah setiap pelanggar dari pada sebuah aturan
perundang-undangan maka setelah melewati segala sistem huum yang berlaku
kelak akan mendapatkan ganjarannya berupa nestapa/pidana, khususnya seperti
perbuatan yang berkaitan dengan ekonomi seperti tindak pidana korupsi.
Pemberantasan korupsi seharusnya merupakan media pembelajaran hukum
yang paling efektif bagi masyarakat melalui bekerjanya aparat penyidi, penuntut
umum maupun hakim ternyata tidak jarang justru mereka sendiri yang bertugas
memberantas korupsi itu masih menampilkan cara-cara korup. Dalam hal ini bisa
di telusuru beberapa hal :
Pertama, pemberantasan korupsi masih saja menyampaikan pesan seolah-
olah ada nuansa tebang pilih, dan masih belum menyentuh pemegang otoritas
10
politik dilevel kekuasaan sehingga menjadikan penyelesaiannya perkara korupsi
belum tuntas. Kedua, tuntutan pidana yang di ajukan jaksa dan penjatuhan pidana
yang dijatuhkan oleh hakim belum mencerminkan bahwa tindak pidana korupsi
bagian dari kejahatan yang serius dan patut mendapatkan pencelaan secara
hukum, hal ini tercermin dari rerata pengajuan tuntutan dan pengajuan tuntutan
dan penjatuhan pemidanaan yang cenderung ringan. Ketiga, dalam menjalankan
pemidanaan bahwa di lembaga pemasayarakatan belakangan di ketahui bahwa
dari pidana yang sudah relatif ringan itu, ternyata masih mendapatkan remisi
sedemikian rupa sehingga praktis terpidana hanya menjalani pidana dalam waktu
yang relatif singkat. Keadaan ini semakin di perkeruh dengan adanya tahanan
titipan yang sedang dalam pengajuan upaya hukum baik berupa banding maupun
kasasi, ternyata bisa jalan-jalan ke luar tahanan. (kritiana, 2016, hal. 28)
Pemberantasan korupsi merupakan prioritas utama guna meningkatkan
kesejahteraan rakyat dan kokohnya Republik Indonesia serta dalam rangka
pecapaian tujuan nasional. Oleh karena itu kebijakan optimalisasi pemberantasan
korupsi harus ditindak lanjuti dengan strategi yang komprenshif, integral, dan
holistik, agar benar-benar dapat mencapai hasil yang di harapkan. (Indonesia,
2014, hal. 169)
Korupsi adalah kejahatan yang luarbiasa ( extra ordinary crime ) sekaligus
merupakan kejahatan yang rumit di cari penjahatnya ( crime without offendri )
karena korupsi berada pada wilayah yang rumit untuk di tebus, korupsi sudah
jelas merugikan keuangan negara, namun berpotensi mengacaukan kehidupan
sosial dan ekonomi menjadi hak-hak rakyat. Pada dasarnya, koruptor adalah
11
perampas uang rakyat, fakta bahwa korupsi seudah sedemikian meluas tidak saja
terlihat dari persepsi masayarakat indonesia, tetapi juga masyarakat internasional
di kemukakan oleh lembaga, organisasi yang secara khusus meneliti dan
memantau praktik-praktik korupsi di berbagai negara. Hasilnya dapat di lihat
bahwa indonesia menempati peringkat paling para kelompok negara yang
memiliki tingkat korupsi sangat tinggi. (rukmini, 2014, hal. 101)
Kitab Undang-undang Hukum Pidana membagi kedalam tiga jenis
pemeriksaan sidang pengadilan : pemeriksaan biasa, pemeriksaan singkat,
pemeriksaan cepat, berdasarkan alur kegiatan pembuktian yang dilaksanakan
bersama 3 ( tiga ) pihak yaitu Jaksa penuntut umum, dan terdakwa yang di
dampingi oleh penasehat hukum. Segala seginya di atur oleh peraturan yang sudah
ditetapkan. Segala ketentuan hukum yang mengatur tentang pembuktian yang di
sebut sebagai hukum pembuktian. (Chazawi, 2008, hal. 101)
Menurut (harahap, 2000, hal. 273) Pembuktian merupakan titik utama
pemeriksaan perkara pada sidang. Pembuktian yakni seperangkat dari aturan yang
mengandung pedoman tentang teori yang dibenarkan oleh peraturan perundang -
undangan untuk membuktikan suatu yang tidak dibenarkan/kekeliruan yang
didakwakan kepada terdakwa. Pembuktian juga diartikan sebagai ketentuan yang
mengatur alat-alat bukti yang dibenarkan oleh ketentuan yang dipergunakan oleh
hakim membuktikan kesalahan yang didakwakan. Persidangan yang dilakukan
harus sesuai dengan ketentuan peraturan, dalam membuktikkan perbuatan salah
yang dilakukan oleh terdakwa. Dari uraian singkat diatas arti pembuktian dilihat
dari segi hukum formiil, yaitu :
12
a. Ketentuan melakukan pembatasan sidang untuk upaya mempertahankan
kebenaran. Untuk hakim, penuntut umum, terdakwa/Pengacara. Secara
keseluruhan terikat pada aturan teori dan penglihatan alat bukti sesuai
yang di tentukan undang-undang.
b. Majlis hakim dalam menetapkan kebenaran pada putusan, harus sesuai
alat-alat bukti yang telah di tentukan undang – undang secara “limitatif”
sebagaimana yang terdapat dalam pasal 184 KUHAP.
Menurut pasal 184 KUHAP ayat ( 1 ), alat bukti yang sah adalah : “
1. Keterangan saksi
2. Keterangan Ahli
3. Surat
4. Petunjuk
5. Keterangan terdakwa”
Sistem pembuktian kasus korupsi sama hal nya dengan pemberlakukan
Pasal 183 KUHAP,bagi para hakim dalam memandang alat-alat bukti. Sistem
pembuktian menurut menurut KUHAP di tentukan bahwa penuntut umum
bertindak untuk membuktikan perbuatan salah yang didakwakan kepada
terdakwa, lalu terdakwa atau pengacaranya bisa menggoyahkan pembuktian yang
diperlihatkan oleh jaksa penuntut umum. Sehingga beban pembuktian berada di
tangan jaksa penuntut umum. Sistem permbuktian dalam tindak pidana korupsi
menganut sistem terbalik. Beberapa ahli menyatakan, bahwa sesungguhnya yang
di maksud adalah sistem pembebanan terbalik. (Gultom, 2018, hal. 122)
Sistem pembebanan terbalik atau yang di sebut dengan sistem pembuktian
terbalik di atur di dalam Pasal 37 undang-undang Nomor 31 tahun 1999 Jo
undang-undang Nomor 20 tahun 2001 Tentang Pemberantasan tindak pidana
korupsi. Adapun pasal 37 undang-undang Nomor 31 tahun 1999 Jo undang-
undang nomor 20 tahun 2001 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi adalah
sebagai berikut :
13
”1. Terdakwa mempunyai hak untuk membuktikan bahwa ia tidak
melakukan tindak pidana korupsi.
3. Dalam hal terdakwa dapat di buktikan bahwa ia tidak melakukan
tindak pidana korupsi, mka keterangan tersebut di pergunakan sebagai
hal yang menguntungkan baginya.
4. Terdakwa wajib memberikan keterangan tetang seluruh harta bendanya
dan harta benda istri atau suami, anak, dan harta setriap orng atau
korporasi yang di duga mempunyai hubungan perkara yang
bersangkutan.
5. Dalam hal terdakwa tidak dapat membuktikan tentang kekayaan yang
tidak seimbang dengan penghasilannya atau sumber penmabahan
kekayaannya, maka keterangan tersebut dapat di pergunakan untuk
memperkuat alat-alat bukti yang sudah ada bahwa terdakwa telah
melakukan tindak pidana korupsi.
6. Dalam keadaan sebagaimna di maksud dalam pasal ayat (1), ayat (2)
dan ayat (3) dan ayat 4, penuntut umum tetap berkewajiban untuk
membuktikan dakwaannya”.
Dengan keberadaan bidang “formulasi”, usaha penanggulangan dan
pemberantasan kejahatan bukan hanya tugas aparat penegak hukum yang terjabar
dalam sistem peradilan ( Kepolisian, Kejaksaan, Kehakiman, Advokat, dan
Lembaga Pemasyarakatan ), tetapi juga merupakan tugas dari aparat pembuat
kebijakan, bahkan kebijakan legislatif ini merupakan tahap yang paling sesuai dari
upaya pencegahan dan penanggulangan tindak pidana melalui kebijakan hukum
pidana atau “penal policy”. (Dwidja Priyatno Dan Kristian, 2017, hal. 21)
Hakim dalam mempergunakan azas praduga tidak bersalah dalam
persidangan, sebagaimana di tegaskan dalam Pasal 8 Undang-undang Nomor 4
tahun 2004 tentang kekuasan kehakiman yang berbunyi :
“Setiap orang yang di sangka, di tangkap, di tahan, di tuntut dan atau di
hadapan didepan pengadilan, wajib di anggap tdak bersalah sebelum
adanya putusan pengadilan, yang menyatakan kesalahannya dan
memperoleh kekuatan hukum yang trtap. Oleh karena itu hakim sebelum
menentukan keyakinan dalam memberikan suatu putusan harus
memperhatikan hal –hal yang di jadikan bukti dalam persidangan”.
14
Hakikat asas praduga tidak bersalah cukup fundamental sifatnya dalam
hukum acara pidana, ketentuan asas “praduga tidak bersalah” pemberlakuannya
tampak pada Pasal 8 ayat ( 1 ) undang-undang Nomor 48 tahun 2009 dan
penjelasan umum angka 3 huruf C Kitab undang-undang Hukum Acara pidana.
Berdasarkan fakta diperadilan asas tersebut dapat di uraikan lebih dalam, selama
proses peradilan masih berjalan ( pengadilan Negeri, Tinggi, dan Mahkamah
Agung Republik Indonesia ) dan belum memiliki kekuatan hukum “inkracht van
gewijside” maka terdakwa belum bisa di kategorikan bersalah dari tindak pidana
yang didakwakannya sehingga selama proses peradilan yang dillaluinya harus
mendapatkan haknya, yaitu hak mendapatkan pemeriksaan dalam tahap
penyidikan, hak segera mendapatkan pemeriksaan oleh pengadilan dan
mendapatkan juru bahasa, hak untuk mendapatkan konsultasi bidang hukum, dan
sebagainya. (mulyadi, 2012, hal. 14)
Pertimbangan hakim menurut (arto, 2004, hal. 140) merupakan aspek yang
harus diutamakan dalam upaya mencapai nilai dari putusan hakim yang
mengandung nilai keadilan “ex aequo et bono” dan mengandung nilai “kepastian
hukum”, di samping itu juga mengandung nilai kemanfaatan bagi pihak-pihak
yang terdapat didalamnya, sehingga pertimbangan hakim harus mendapatkan
perhatian yang khusus dari hakim, agar keadilan itu mampu dirasakan oleh
berbagai pihak-pihak.
Hakim dalam memberikan putusan pada saat di muka persidangan perlu
melihat kepada teori dan hasil penelitian terdahulu yang telah dilaksanakan oleh
orang-orang ataupun para ahli di waktu yang telah lampau sehingga mendapatkan
15
hasil penelitian yang baik dan seimbang ranah peradilan, bagi terdakwa, korban
dan dimata masyarakat. Satu-satunya usaha yang bisa ditempuh untuk
memperoleh kepastian hukum, yang mana hakim yakni penegak hukum yang
melalui putusan yang dikeluarkan setelah mengadili perkara bisa menjadi target
tercapainya suatu kepastian hukum yang mengakibatkan hadirnya keadilan.
Menurut (rahardjo, 1983, hal. 24) penegakan hukum sebagai suatu proses
untuk mewujudkan keinginan hukum menjadi nyata dan terbukti. Keinginan yang
dimaksudkan adalah buah keinginan para badan pembuat peraturan itu sendiri.
Penegakan hukum sebenarnya memiliki tujuan untuk memberikan “kepastian
hukum” ( rechtzekerheid ), “keadilan hukum” ( rechtvaardigheid ), dan
“kemanfaatan hukum” ( rechvoordeelheid ) bagi para pencari keadilan.
“Kepastian hukum” adalah perlindungan bagi setiap warga masayarakat yang
terkena hukum terhadap tindakan sewenang-wenang atau perbuatan yang
merugikan dari pihak lain, dengan adanya kepastian hukum maka kehidupan
masayarakat akan menjadi tertib, karena memiliki kejelasan antara hak dan
kewajiban yang elekat di setiap individu yang sudah di maktubkan dalam
peraturan perundang-undangan. (Fadjar, 2001, hal. 31)
Pokok kekuasaan kehakiman diatur pada Undang-undang Dasar 1945 Bab
IX Pasal 24 dan Pasal 25 dan didalam Undang-undang Nomor 48 tahun 2009.
Undang-undang Dasar 1945 menjamin adanya suatu kekuasaan kehakiman yang
bebas. Sesuai yang terdapt dalam Pasal 24 dalam penjelasan Pasal 24 ayat 1 dan
penjelasan Pasal 1 ayat (1) UU No. 48 Tahun 2009, yaitu “kekuasaan kehakiman
adalah kekuasaan negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna
16
menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan pancasila dan Undang-undang
Negara Republik Indonesia tahun 1945 demi terselenggaranya Negara Hukum
Republik Indonesia”. (arto, 2004, hal. 142)
Untuk menegakkan hukum yang mendekati kepastian hukum dan rasa
keadilan pada masayarakat, ada empat fator yang perlu di tegaskan oleh para
aparatur penegak hukum di antaranya, (1) Faktor Substansial, artinya adalah
kaidah dalam undang-undang atau peraturan secara tertulis yang diberlakukan. (2)
faktor struktural, artinya ketegasan dan kejujuran para aparatur penegak hukum
yang berwibawa, (3) faktor kultura, artinya masyarakat yang memili kesadaran
untuk mematuhi peraturan perundang-undangan, (4) faktor manajerial, artimya
pengadministrasia dan wadah/tempat pengelolaan penegakan hukum. (Teguh
sulistia, Aria zurnetti, 2011, hal. 202)
Setiap hakim diwajibkan untuk menegakkan hukum dan keadilan dengan
tidak memihak atau pun pandang bulu. Sesuai pada azas fiat justitia ruat coelun
atau fiat justitia et perealt mundus. Hakim dalam menetapkan sebuah putusan
baru terlebih dahulu menelaah dahulu tentang kebenaran dikejadian yang
diajukan kepadanya, selanjutnya memberi penilaian kepada kejadian itu dan
menghubungkannya dengan cara menarik pada peraturan yang ada. Selanjutnya
hakim tersebut bisa memberikan putusan pada kejadian yang terjadi.Hakim
dianggap memahami hukum suatu perkara sehingga tidak boleh menolak perkara
yang diajukan kepadanya. Hal ini diatur dalam Pasal 16 ayat (1) UU No. 35
Tahun 1999 jo. UU No. 48 Tahun 2009 yaitu: “pengadilan tidak boleh menolak
untuk memeriksa dan mengadili suatu perkara yang diajukan dengan dalih bahwa
17
hukum tidak atau kurang jelas, melainkan wajib untuk memeriksa dan
mengadilinya”.
Dengan demikian hakim dalam menjatuhkan pidana kepada terdakwa
harus merujuk pada pasal 183 KUHAP, yang berbunyi : “ hakim tidak boleh
menjatuhkan pidana kepada seseorang kecuali apabila dengan sekurang-
kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak
pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannya”.
E. Konsep Operasional
Untuk lebih mengarahkan dan menfokuskan dari penulisan ini penulis
memberikan batasan terhadap ruang lingkup judul penelitian ini :
Analisis adalah penyelidikan pada sebuah peristiwa yang dilakukan untuk
mengetahui keadaan yang terjadi sesuai fakta ( sebab musabab, duduk perkara dan
sebagainya ).. Dalam hal ini yang di maksud analisis adalah mempelajari dan
melakukan penelaahan terhadap tindak pidana korupsi dalam nomor :
26/Pid.sus/2013/PT.TPK.smg.
Yuridis adalah menurut hukum atau secara hukum. Yang di maksud
dengan pengeetian Yuridis dalam judul ini adalah mempelajari berkas perkara
Nomor : 26/Pid.sus/2013/PT.TPK.smg. di tinjau dari sisi hukum nya. (Rocky
marbun dkk, 2012, hal. 334)
Pembuktian adalah ketentuan tentang cara yang dianjurkan undang-
undang untuk membuktikan perbuatan yang salah didakwakan kepada seseorang
yang diduga bersalah. Pembuktian yaitu ketentuan yang mengatur alat-alat bukti
18
yang di benarkan undang-undang yang dianjurkan untuk dipergunakan hakim
dalam proses membuktikan kesalahan yang didakwakan pada seseorang. (harahap,
2000, hal. 273)
Tindak pidana adalah suatu keadaan yang menyatakan sisi konkrit dengan
kata lain bahwa tindak pidana merupakan pebuatan, tingkah laku, yang tidak
sesuai dengan peraturan perundang-undangan. (Moeljatno, 2008, hal. 61)
Korupsi adalah tingkah laku/perbuatan tercela dari tugas yang
sesungguhnya dari sebuah jabatan negara karena untuk mendapatkan keuntungan
status atau pundi-pundi rupiah yang menyangkut pribadi atau melanggar aturan -
aturan pelaksanaan beberapa tingkah laku pribadi. (hafiz, 2013, hal. 4)
F. Metode penelitian
Untuk mendapatkan gambaran yang lebih luas dan rinci serta untuk
mendapatkan data yang akurat dan sesuai dengan masalah yang hendak di teliti
maupun untuk lebih mempermudah penulisan dalam melaksanakan penelitian,
sehingga penelitian ini dapat menjawab masalah pokok yang di rumuskan, maka
penulis dalam penelitian menggunakan metode penelitian yang di uraikan sebagai
berikut :
1. Jenis dan sifat penelitian
Di lihat dari sudut jenisnya, maka penelitian ini tergolong dalam
penelitian hukum normatif (Buku panduan penulisan skripsi, 2014, hal. 12)
dengan cara studi dokumen yaitu membahas kasus dalam perkara nomor :
26/Pid.sus/2013/PT.TPK.Smg dengan mengambil perbandingan referensi buku –
buku dan Yurisprudensi. Sedangkan dilihat dari sifatnya, penulisan ini bersifat
19
Deskriptif menurut (soekanto, 2007, hal. 11) yaitu dalam arti memberikan
gambaran di sertai penjelasan secara sistematis tentang hal –hal yang berkaitan
dengan dasar pertimbangan hakim dalam memutuskan perkara Nomor :
26/Pid.sus/2013/PT.TPK.Smg dan penalaran hukum bagi hakim dalam
prosespenerapan pasal.
2. Data dan sumber data
Untuk tujuan melengkapi hasil ini, maka diperlukan beberapa data
sebagai penunjang. Dalam penelitian “normatif”, Data yang di gunakan adalah
data Primer, data sekunder, adapaun data sekunder itu dapat di kelompokkan
menjadi. (Soerjono soekanto dan Sri mamudji, 2002, hal. 12)
a. Bahan hukum primer
Yang menjadi bahan hukum primer adalah berkas putusan perkara
pidana Nomor : 26/Pid.sus/2013/PT.TPK.Smg dan peraturaturan
perundang- undangan.
b. Bahan hukum sekunder
Yang menjadi bahan hukum sekunder adalah hasil penelitian yang
terdahulu dan literatur-literatur yang ada serta buku –buku yang
berhubungan dengan dasar pertimbangan hakim dalam menerapkan
pasal terhadap terdakwa.
20
c. Bahan hukum tersier
Yang menjadi bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang
memberikan petunjuk terhadap bahan hukum primer dan bahan
hukum sekunder dalam bentuk kamus, tulisan-tulisan tentang
laporan dan jurnal yang beerkaitan dengan Tindak pidana korupsi
dan dasar pertimbangan hakim dalam tindak pidana Nomor :
26/Pid.sus/2013/PT.TPK.Smg
3. Analisis data
Data / bahan hukum yang telah terkumpul melalui proses inventerisasi
hukum, kemudian di klasifikasikan untuk selanjutnya di analisis secara mendalam
dengan cara menggali asas, nilai serta norma pokok yang terkandung di dalamnya.
Selanjutnya kan dilakukan cross-chek dengan peraturan perundang – undangan
yang lain untuk menemukan taraf sinkronisasinya, adakah inkonsistensi di antara
peraturan perundang – undangan tersebut. Analisi data tersebut di lakukan secara
kualitatif melalui penelaahan logika berpikir secara deduktif. (Suteki dan Galang
Taufani, 2017, hal. 267)
4. Teknik Penarikan Kesimpulan
Penulis menarik kesimpulan di perlakukan dengan menggunakan cara
metode induktif yaitu penarikan kesimpulan yang di mulai dari data yang bersifat
khusus/tertentu sebagaimana yang terdapat dalam berkas perkara Nomor :
“26/Pid.sus/2013/PT.TPK.Smg” ke data yang bersifat umum yang di lakukan
21
dengan menghubungkan terhadap teori-teori hukum, doktrin dan peraturan
perundang -undangan.
22
BAB II
TINJAUAN UMUM
A. Tinjauan umum tentang Tindak Pidana Korupsi
Kata korupsi berasal dari kata bahasa latin, yaitu “corruptio” atau
“corruptus” (Hamzah, Pemberantasan korupsi melalui hukum pidana nasional
dan internasional, 2007, hal. 4) yang berarti “kebusukan, keburukan, kebejatan,
ketidak jujuran, dapat disuap, tidak bermoral, penyimpangan dari kesucian.” Kata
“corruptio” atau “corruptus” yang berasal dari bahasa Eropa, seperti bahasa
Inggris yaitu “Corruption”, dan bahasa Belanda “Corruptie”, ( korruptie). Dalam
kamus umum bahasa Indonesia diartikan penyimpangan dan penyalahgunaan
uang negara ( Perusahaan, Organisasi, Yayasan, dan sebagainya untuk
keperntingan pribadi. (Gultom, 2018, hal. 1) Berdasarkan pengertian diatas, maka
dapat disimpulkan bahwa korupsi adalah perbuatan tercela. (Djoko prakoso, dkk,
1987, hal. 391)
Istilah korupsi sesungguhnya sangat luas, sesuai proses grafik kecepatan
kehidupan orang-orang yang semakin modern dan maju, sehingga mempengaruhi
pola pikir, tata nilai, aspirasi, dan struktur masyarakat di mana bentuk-bentuk
kejahatan yang semula terjadi secara tradisional/konvensional yang semakin sulit
untuk dicover oleh norma hukum yang telah ada. Korupsi adalah jenis kejahatan
yang cukup rumit dijangkau oleh aturan hukum, karena perbuatan tersebut
bermuka banyak yang memerlukan usaha berpikir para penegak hukum disertai
yang nyata dan strategis.
23
Menurut salah satu pendapat para ahli Suyatno menyatakan korupsi yaitu
desosiliasi, yakni tindakan yang tidak memperdulikan hubungan-hubungan dalam
sistem tataran kehidupan bermasyarakat/sosial. (Suyatno, 2005, hal. 46)
Adapun ciri-ciri korupsi menurut Syed Husein Alatas, yaitu :
1. Korupsi senantiasa melibatkan lebih dari satu orang, hal ini tidak sama
dengan kasus pencurian.
2. Korupsi pada umumnya di lakukan secara rahasia, kecuali korupsi itu
telah meraja lela dengan begitu dalam sehingga individu yang berkuasa
dan mereka yang berada di dalam lingkungan nya tidak tergoda untuk
menyembunyikan perbuatannya. Namun, walaupun demikian motif
korupsi tetap di jaga kerahasiaannya.
3. Korupsi melibatkan elemen kewajiban dan keuntungan timbal balik.
Kewajiban dan keuntungan itu tidak selalu uang.
4. Mereka yang mempraktikkan cara-cara korupsi biasanya berusaha
untuk menyelubungi perbuatannya dengan berlindung di balik
pembenaran hukum.
5. Mereka yang terlibat korupsi menginginkan keputusan yang tegas dan
mampu untuk mempengaruhi keputusan-keputusan itu.
6. Setiap perbuatan korupsi memngandung penipuan, biasanya di
lakukan oleh badan publik atau umum ( masayarakat ).
7. Setiap bentuk korupsi adalah pengkhianatan kepercayaan.” (alatas,
1996, hal. 46)
Korupsi umumnya dilaksanakan oleh orang-orang yang mempunyai
jabatan sehingga ciri-ciri kejahatan korupsi selalu berhubungan dengan
penyalahgunaan/penyelewengan kekuasaan, dalam peninjauan kejahatan yang
terkelompok/tersistematis, korupsi akhirnya dijadikan target untuk membangun
diri untuk memiliki kekuatan besar dari kejahatan yang tersistem dengan baik.
Sesuai pula yang diungkapkan oleh Syed Hussein Alatas bahwa korupsi
merupakan tonggak pokok kejahatan tersistematis untuk memantapkan kekuasaan.
Dengan maksud yang berbeda Korupsi itu bagian dari sub sistem dari kejahatan
terorganisir. Berikutnya Syed Husein Alatas menetapkan bahwa kejahatan yang
terorganisir memiliki hubungan dengan korupsi yang tersistematis dimana
24
penerima uang suap pada skala kecil merupakan pelanggaran kurang serius, dapat
merambah kebidang-bidang yang serius, yakni sebuah kejahatan. (Rohim, 2011,
hal. 4)
Pengaturan tindak pidana korupsi di indonesia diatur dalam sejumlah
peraturan perundang-undangan berikut : (Syamsudin, 2011, hal. 16)”
a. Undang-undang Nomor 28 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan
Negara yang bebas dari Korupsi, Kolusi, Nepotisme
b. Undang-undang nomor 20 tahun 2001 tentang perubahan atas undang-
undang nomor 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi.
c. Undang-undang nomor 30 tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi.
d. Undang-undang nomor 46 tahun 2009 tentang Pengadilan Tindak
Pidana Korupsi.
e. Undang-undang nomor 1 tahun 2006 tentang Bantuan Timbal Balik
dalam Masalah Pidana ( matual legal assistant in criminal matters )
f. Undang-undang nomor 7 tahun 2006 tentang Pengesahan Konvensi
PBB Anti Korupsi, 2013 ( United Nations convention Against
Corruption, 2003 )
g. Undang-undang nomor 13 tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan
Korban”
Menurut (Surachmin dan Suhandi, 2012, hal. 31) Melihat perkembangan
terakhir mengenai pelaku Tindak Pidana Korupsi tidak hanya dilakukan secara
individual, tetapi dilakukan secara bersama-sama di dalam satu unit kerja atau
perusahaan. Tindakan kelompok ini berkembang menjadi kerjasama antar unit
kerja yang melibatkan pihak ketiga ( rekanan, wajib pajak ), unit kerja dengan
instansi lain, antar instansi dan perekembangan terakhir antara eksekutif dan
legislatif, eksekutif dengan audit yang kesemuanya dilakukan kadang kala
sepengetahuan atasan secara berjenjang sampai dengan tingkat pimpinan. Pelaku
Tindak Pidana Korupsi sebagaimana yang telah diatur oleh peraturan perundang-
undangan yang berlaku yaitu yang diatur didalam KUHP dan undang-undang
25
Nomor 31 tahun 1999 Jo Undang-undang Nomor 20 tahun 2001 tentang
pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Pelaku dalam tindak pidana korupsi, adalah setiap orang, bisa perorangan
dan bisa korporasi terdiri atas : (Panduan melawan korupsi tentang pahami dulu
baru melawan)”
a. “Mereka yang melakukan
b. Mereka yang menyuruh melakukan
c. Dan yang turut serta melakukan
d. Serta penganjur
e. Mereka yang memberi bantuan pada waktu kejahatan di lakukan
f. Mereka yang sengaja memberi kesempatan, sarana atau keteangan
untuk melakukan kejahatan. “
Mengenai pengertian korporasi tidak terbatas pada pengertian perusahaan
saja tetapi juga harus diartikan sebagai intuisi penyelenggara negara/daerah.
(Surachmin dan Suhandi, 2012, hal. 31)
Didalam ranah hukum pidana, subjeknya tidak melulu hanya seseorang
yang terbukti melakukan perbuatan apabila tindak pidana lingkungan hidup
dilakukan oleh, untuk, atau atas nama badan usaha, seperti yang terdapat dalam
pasal 51 w.v.s Belanda berbunyi :”
1) Tindak pidana dapat dilakukan oleh manusia alamiah dan badan
hukum
2) Apabila suatu tindak pidnaa dilakukan oleh badan hukum, dapat
dilakukan tunttan pidana, dan jika dianggap perlu dapatdijatuhkan
pidana dan tindakan-tindakn yang tercantum dalam undang-undang:
a. Badan usaha;dan/atau
b. Barang yang memberi perintah untuk melakukan tindak pidana
tersebut atau orang yang bertindaksebagai pimpinan kegiatan
dalam tindak pidana tersebut”.
26
Sudah jelas didalam pasal tersebut, bahwa yang menjadi subjek dalam
hukum pidana adalah orang/barang siapa dan korporasi, meskipun didalam pasal
59 KUHP, didalam ranah hukum pidana tidak mengenal korporasi sebagai
subjeknya. Jika seseorang masuk dalam struktur korporasi dan orang tersebut
melakukan Korupsi, maka yang bertanggung jawab adalah sipengurus atas nama
perbuatan yang dilanggarnya. (Zul akrial dan Heni Susanti, 2017, hal. 6)
Berdasarkan undang-undang Nomor 30 tahun 1999 sebagaimana yang
telah diperbarui dalam undang-undang Nomor 20 tahun 2001 tentang
Pemberantasan Tindak pidana korupsi, maka dapat di ketahui bahwa ada banyak
sekali jenis korupsi yang ada, diantara nya adalah sebagai berikut :
1. “Kerugian keuangan negara
2. Suap menyuap
3. Penggelapan dalam jabatan
4. Pemerasaan
5. Perbuatang curang
6. Gratifikasi”
Adapun Korupsi yang sudah lazim di lakukan di lingkungan instansi
pemerintah pusat maupun daerah, BUMN dan BUMD serta yang bekerja sama
dengan pihak ketiga antara lain sebagai berikut :
1. Transaksi luar negeri ilegal, dan penyelundupan.
2. Menggelapkan dan memanipulasi barang milik lembaga,
BUMN/BUMD, swastanisasi anggaran pemerintah.
3. Penerimaan pegawai berdasarkan jual berli barang
4. Jual beli jabatan, promosi nepotisme dan suap promosi
5. Menggunakan uang yang tidak tepat, memalsukan dokumen dan
menggelapkan uang, mengalirkan uang lembaga ke rekening pribadi,
menggelapkan pajak, jual beli besaran pajak yang harus di kenali, dan
menyalahgunkan keuangan.
6. Menipu dan mencegah, memberi kesan yang salah mencurangi dan
memperdaya serta memeras.
27
7. Mengabaikan keadilan, memberi kesaksian palsu menahan secara tidak
sah
8. Mencari-cari kesalahanorang yang tidak salah
9. Jual beli tuntutan hukuman, vonis, dan surat keputusan
10. Tidak menjalankan tigas, desersi
11. Menyuap, menyogok, memeras, mengutip pungutan secara tidak sah
dan meminta komisi
12. Jual beli objek pemeriksaan, menjual temuan, memperhalus dan
mengaburkan temuan.
13. Menggunakan informasi internal dan informasi rahasia untuk
kepentingan pribadi dan membuat laporan palsu
14. Menjual tanpa izin jabatan pemerintah, barang milik pemerintah, dan
surat izin pemerintah
15. Manipulasi peraturan, meminjamkan uang negara secara pribadi
16. Menghindari pajak, meraih laba secara berlebihan
17. Menjual pengaruh, menawarkan jasa perantara, konflik kepentingan,
18. Menerima hadiah uang jasa, uang pelicin dan hiburan, perjalanan yang
tidak pada tempatnya
19. Penempatan uang pemerintah kepada bank tertentu yang berani
memberikan bujed yang tidak sesuai
20. Berhubungan dengan organisasi kejahatan, operasi pasar gelap
21. Perkoncoan, menutupi kejahatan
22. Mematai-matai secara tidak sah, menyalahgunakan telekomunikasi dan
pos untuk kepentingan pribadi
23. Menyalahgunakan stempel dan kertas surat kantor, rumah jabatan dan
hak istimewa jabatan
24. Memperbesar pendapatan resmi yang ilegal
25. Pimpinan penyelengggara negara yang meminta fasilitas yang
berlebihan dan double atau triple” (Surachmin dan Suhandi, 2012, hal.
46)
Adapun unsur-unsur tindak pidana korupsi berdasarkan ketentuan pasal 2
ayat (1) dan pasal 3 UU No 31 tahun 1999 Jo. UU No 20 tahun 2001, yang
termasuk ke dalam unsur-unsur Tindak pidana Korupsi adalah “(1) Setiap orang,
termasuk korporasi, yang (2) melakukan perbuatan melawan hukum, (3)
memperkaya diri sendiri, dan (4) merugikan keuangan negara”. (Syamsudin,
2011, hal. 17)
Setiap perbuatan akan menyebabkan sebab dan akibat, layaknya seperti
Tindak Pidana Korupsi memiliki akibat umum, akibat dari perbuatan Korupsi di
28
sadari atau tidak dapat membentuk masyarakat yang disharmonis dan kesenjangan
sosial dimana-mana atau bahkan secara politis dapat menciptakan disintegrasi
bangsa pada titik akhir. karena hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap
pemerintah. Sedangkan dari sisi agama, dimana nilai kebaikan dan keadilan di
ajarkan telah hilang, atau yang lebih parah, kepercayaan terhadap agama telah
berganti dengan materalisme.
Realitas saat ini, dipungkiri atau tidak, materialisme telah tumbuh dan
merasuk kedalam struktur sosial masyarakat kita. Dimana nilai-nilai agama, yang
mengajarkan moralitas bagi manusia hampir punah dan diamalkan begitu saja
oleh sebagian mereka. Ini membuktikan bahwa korupsi merupakan suatu penyakit
sosial yang dapat merusak tidak hanya perindividu manusia, namun seluruh
lapisan sendi yang menopang kehidupan manusia, tidak terkecuali agama. (bahri,
2015, hal. 608)
Berkenaan dengan akibat korupsi ada dua pendapat yang mengatakan
korupsi itu tidak selalu berakibat buruk, kadang-kadang berakibat baik, manakala
korupsi itu berfungsi sebagai uang pelicin bagaikan fungsi minyak pelancar pada
mesin. Pendapat pertama banyak di anut oleh peneliti barat.
Pendapat yang kedua mengatakan bahwa korupsi itu tidak pernah
membawa akibat positif, seperti Gunnar Myral yang mengatakan antara lain :”
1. Korupsi membuat dan memperbesar sesuatu yang harus diselesaikan
yang berhubungan dengan kurangnya keinginan untuk ikut camput di
bidang usaha dan mengenai kurang tumbuhnya pasaran nasional.
2. Korupsi mempertajam permasalahan masyarakat plural sedang
bersamaan dengan itu kesatuan negara bertambah lemah
29
3. Korupsi mengakibatkan turunnya disiplin sosial.” (hamzah, korupsi
indonesai masalah dan pemecahannya, 1983, hal. 23)
Tidak hanya itu saja dampak korupsi sangat luas dan mengakar. Berikut
beberapa pakar yang menggambarkan di bawah ini :”
1. Pendapat Prof. Sumitro Djojohadikusuma
a. Kebocoran mencapai 30 %
Didepan kongres ikatan sarjana ekonomi indonesia ( ISEI )
november 1993 diSurabaya, Begawan Ekonomi Indonesia,
Prof.Sumitro djojohadikusuma menyebutkan dana pembangunan
selama pelita V ( 1989-1993) mengalami kebocoran sekitar 30 %
dari total investasi. Jumlah tersebut adalah sekitar 12 Triliyun.
Dalam hal ini yang di maksud dengan kebocoran adalah
pemborosan ( inefiensi ekonomi ) atas penggunaan sumber daya
ekonomi. Hanya saja, tidak seseorang pun bisa menunjuk apa saja
sumber pemborosan itu.
b. ICOR indonesia tertinggi di ASEAN
c. Kurang efisiensinya perekonomian indonesia dapat di lihat dari
angka incremental capital output Ratio ( ICOR ), yaitu angka
menunjukkan perbandingan antara jumlah investasi yang di
perlukan untuk menghasilkan suatu output. Menurut Prof.Sumitro
djojohadikusuma dalam sambutannya di acara reuni Alumni FEUI
di Balai Sidang Senayan, Jakarta menyatakan bahwa tingkat
produktivitas indonesia masih rendah. Hal tersebut di sebabkan
karena ICOR indonesai masih sekitar 5 dan angka tersebut adalah
yang paling tinggi di linglungan ASEAN yang sekitar 3,4 - 4.
Artinya, untuk menghasilkan satu unit hasil negara lain di ASEAN
memerlukan 5 Unit investasi. Sumitro juga mengkhawatirkan
bahwa apabila perekonomian tidak efisiensi, maka hutang luar
negeri akan terus meningkat karena sumber dalam negeri yang
terbatas tidak cukup untuk menutup kebutuhan investasi.”
Pendapat Evi Hartanti, dampak dari pada tindak pidana korupsi adalah
sebagai berikut :
a. “Berkurangnya rasa kepercayaan pada pemerintah
b. Berkurangnya rasa kewibawaan pemerintah dimata masyarakat,
c. Menurunnya pendapatan-pendapatan negara,
d. Lemahnya keamanan dan ketahanan negara,
e. Perusakan mental pada individu-individu,
f. Hukum tidak lagi menjadi batas antara hak dan kewajiban”
30
Pendapat junaidi Soewartijo, korupsi kedepan akan berakibat pada
kebocoran keuangan/kekayaan negara, juga bidang swasta, yang penggunaannya
diluar kontrol karena berada ditangan orang-orang yang tidak bertanggung jawab
yang kemungkinan besar disalurkan untuk keperluan-keperluan yang bersifat
pribadi, korupsi dapat memperlambat laju perkembangan dan pengembangan
wiraswasta yang berakal, dan di samping itu tenaga ahli kurang di manfaatkan
dengan potensi yang baik untuk pertumbuhan ekonomi. (Surachmin dan Suhandi,
2012, hal. 86)
Menurut (hidayah, 2018) Korupsi berakibat pada satu sudut pandang
kehidupan, namun menimbulkan efek yang merata pada eksistensi negeri.
Semakin banyak korupsi yang terjadi disuatu negara akan mengakibatkan kondisi
perekonomian bangsa hancur, misalnya harga-harga barang/benda dan jasa
menjadi sangat mahal dengan kualitas yang berbanding terbalik, jangkauan
pendidikan rakyat pada pendidikan dan kesehatan menjadi rumit, keamanan dan
ketertiban negara menjadi tidak tenang, kerusakan lingkungan hidup yang
semakin meningkat, dan pemerintahan yang kurang baik dikancah internasional
sehingga menggoyangkan kepercayaan pemilik modal asing, perusakan ekonomi
semakin mendominasi, dan negara pun menjadi semakin jatuh ke jurang lembah
kesusahan.
Selain itu, dampak yang ditimbulkan oleh korupsi tidak hanya pada satu
aspek kehidupan saja namun meluas meliputi dampak pada aspek ekonomi, sosial
dan kemiskinan, birokrasi dan pemerintahan yang kacau balau, politik dan
demokrasi, penegakan hukum yang tidak sesuai dengan tujuan keberadaan
31
hukum, pertahanan dan keamanan negara yang kian menurun, serta kerusakan
lingkungan yang semakin terjadi disana sini.
Korupsi menurut (Kristian dan yopi gunawan, 2015, hal. 57) merupakan
suatu perbuatan yang selalu dilakukan oleh oknum-oknum yang dekat dengan
kekuasaan, tidak hanya itu korupsi juga lazim dilakukan oleh oknum-oknum yang
memiliki kesempatan untuk melakukan korupsi yang mana dalam hal tersebut di
dorong oleh beberapa faktor yang menyebabkan korupsi tersebut menjadi hal
yang tidak asing untuk dilakukan, berikut beberapa faktor yang menyebabkan
seseorang melakukan tindak pidana korupsi, diantaranya adalah faktor internal
yaitu faktor yang bersumber dari individu seseorang dan faktor eksternal yang
bersumber dari luar individu seseorang.
1. “Faktor internal, yaitu : sifat tamak/rakus, moral yang kurang kuat,
penghasilan yang kurang memadai, kebutuhan hidup yang banyak,
gaya hidup konsumtif, ajaran agama yang kurang di terapkan.
2. Faktor eksternal, yaitu : faktor sikap masyarakat terhadap korupsi
seperti : nilai-nilai dan budaya di masyarakatyang mendukung untuk
terjadinya di korupsi. Masyarakat menganggap bahwa korban yang
mengalami kerugian akibat tindak pidana korupsi adalah negara,
padahal justru pada akhirnya kerugian terbesar di alami oleh
masyarakat itu sendiri.”
Selain itu ada beberapa faktor yang juga mendorong seseorang, untuk
melakukan korupsi, diantara nya adalah sebagai berikut :
1. “Faktor keserakahan yang ada pada pemegang kekuasaan memunculkan
sifat korupsi itu sendiri. Disebabkan karena adanya kesempatan
melakukan kecurangan demi memenuhi kebutuhan hidup yang sangat
banyak.
2. Faktor hukum, faktor hukum yang tidak mampu mengcover mengenai
sanksi bagi pelaku korupsi baik dari aspek perundang-undangan dan sisi
lain lemahnya penegakan hukum.
32
3. Faktor penyebab tindak pidana korupsi gaji pegawai neger sipil fiktif
dalam pemerintahan menjadi akan menjadi salah satu faktor dari sudut
lingkungan sosial yang mempengaruhi tingkah laku kejahatan
4. Faktor kelemahan peraturan perundang-undangan korupsi yang mencakup:
adanya peraturan yang perundang-undangan yang memuat kepentingan
pihak-pihak tertentu, kualitas peraturan perundang-undangan kurang
sesuai dengan kebutuhan, peraturan kurang di sosialisalisasikan kepada
khalayak ramai, sanksi yang terlalu ringan, penerapan sanksi yang tidak
konsisten dan turut pandang bulu, semakin lemahnya bidang evalusi dan
revisi peraturan perundang-undangan”. (qadapi, 2017)
Menurut penasehat Komisi Pemberantas Korupsi Abdullah Hehamahua,
berdasarkan kajian dan pengalaman ada 8 (delapan) penyebab terjadinya korupsi
di Indonesia, yaitu sebagai berikut :
1. “Sistem penyelenggara yang keliru
2. Kompensasi PNS yang rendah
3. Pejabat yang serakah
4. Law enforcement tidak berjalan
5. Hukuman ringan terhadap koruptor
6. Pengawasan yang tidak efektif
7. Tidak ada keteladanan pemimpin
8. Budaya masyarakat yang kondusif” (Djaja, 2013, hal. 49)
B. Tinjauan umum tentang Pembuktian
Menurut (Hiariej, 2012, hal. 1) dalam kamus besar bahasa Indonesia, di
paparkan bahwa kata “bukti” itu merupakan terjemahan dari bahasa Belanda
“bewijs” yang artinya adalah suatu yang menyatakan kebenaran pada sebuah
peristiwa, perkara ataupun kejadian. Sementara, dalam kamus hukum “Bewijs”
diartikan sebagai segala sesuatu yang memperlihatkan kebenaran suatu fakta
tertentu atau kesalahan dari fakta trsebut dari fakta lain oleh pihak dalam ranah
peradilan, dengan tujuan dalam upaya memberikan bahan pertimbangan kepada
hakim dalam proses penilaian dalam suatu peristiwa yang sedang di tangani.
33
Berbicara masalah bukti, membuktikan, pembuktian dalam hukum pidana
tidak pernah terlepas dari yang namanya hukum pembuktian, hukum Pembuktian
dua kata yang tergabung menjadi satu yang memiliki beragam makna oleh para
pendapat ahli, bahwa yang dimaksud dengan hukum pembuktian adalah aturan
dasar yang berkenaan dengan pembuktian yang di dalamnya mencakup alat-alat
bukti, barang bukti, cara mengumpulkan dan bagaimana cara memperoleh bukti
sampai pada masa penyampaian bukti dimuka persidangan sekaligus dengan
kekuatan pembuktian dan juga beban pembuktiannya. (Hiariej, 2012, hal. 5)
Dari segi hukum pidana maka kepentingan masyarakat lebih diutamakan
dari kepentingan orang seorang ( individu ), yang dalam bahasa sehari-hari di
sebut “kepentingan umum”. Menurut (harahap, 2000) Pembuktian merupakan
masalah pokok yang memegang peranan penting dalam proses pemeriksaan pada
sidang pengadilan. Melalui pembuktian inilah ditentukan nasib terdakwa.
Pembuktian adalah ketentuan-ketentuan yang berisi batas dan pedoman tentang
proses yang ditentukan undang-undang membuktikan kesalahan yang di
dakwakan kepada terdakwa. Pembuktian juga merupakan ketentuan-ketentuan
yang mengatur alat-alat bukti yang dibenarkan undang-undang yang boleh di
pergunakan hakim membuktikan kesalahan yang di dakwakan. Persidangan pada
pengadilan tidak boleh sembarangan dan tanpa aturan yang yang jelas.
Pemberlakuan pembuktian pada praktik peradilan pidana harus merujuk
pada hal-hal yang limitative ( terbatas), yaitu ditentukan secara hukum. Hal
demikian dikarenakan hukum pembuktian dalam hukum acara pidana memuat,
ketentuan dari keterkaitan pihak-pihak pada tata cara dan penilaian alat bukti yang
34
ditentukan oleh undang-undang untuk membatasi sidang pengadilan dalam usaha
mencari dan mempertahankan kebenaran, baik oleh hakim, penuntut umum,
terdakwa maupun penasehat hukum, hal ini mengisyaratkan bahwa terdakwa
tidak bisa sesuka dan semena-mena dalam menilai alat bukti dan tidak dibolehkan
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang telah ada. (Huda, Asas
Pembuktian Terbalik Tindak pidana pencucian uang dalam globalisasi Hukum,
2013) .
Tidak hanya itu pembuktian juga dimaksudkan sebagai perbuatan
membuktikan. Membuktikan sama halnya dengan memberi atau memperlihatkan
bukti, melakukan sesuatu sebagai kebenaran yang hakiki, melaksanakan,
menandakan, menyaksikan, dan meyakinkan. R subekti berpendapat bahwa
membuktikan merupakan suatu proses untuk meyakinkan hakim tentang
kebenaran dari dalil-dalil yang dikemukakan dalam muka persidangan pada waktu
pembuktian alat bukti. Anshoruddin dengan megutip beberapa pendapat
mengartikan pembuktian sebagai berikut
1. “Menurut Muhammad at Thohir Muhammad „abd‟al aziz,
membuktikan suatu perkara adalah memberikan keterangan-
keterangan dan dalil-dalil yang dapat meyakinkan orang lain.
2. Menurut Sobhi mahmasoni, membuktikan suatu perkara adalah
mengemukakan berbagai alasan dan memberikan dalil pada pihak
yang berwenang sampai kepada batas yang meyakinkan, artinya hal
yang menjadi ketetapan atau keputusan atas dasar penelitian dan dalil-
dalil”. (anshoruddin, 2004, hal. 26)
Dari pendapat-pendapat yang telah disajikan di atas maka penulis
mengambil kesimpulan bahwa bukti merujuk pada berbagai alat-lat bukti yang di
dalamnya termasuk barang bukti yang menyatakan kebenaran suatu perkara. Lalu,
pembuktian mengutamakan pada suatu proses terkait pengumpulan alat bukti,
35
memperlihatkan alat bukti sampai pada penyampaian bukti tersebut dimuka
persidangan pada pengadilan.
Hukum pembuktian merupakan sebagian dari hukum formiil yang
mengatur segala alat bukti yang sah, sistem yang dianut dalam pembuktian,
persyaratan dan metode mengajukan bukti tersebut, serta kewenangan hakim
untuk menerima, menolak dan menilai suatu pembuktian. (Rosita, Hari Sasangka
dan Lili, 2003, hal. 10) Sumber-sumber pembuktian adalah :
a. “Undang-undang
b. Doktrin dan ajaran
c. Yurisprudensi”
Dalam konteks hukum pidana, pembuktian merupakan tolak ukur dalam
persidangan perkara pidana karena yang dicari adalah kebenaran materiil.
Sebenarnya Pembuktian dalam ranah hukum pidana sudah dimulai sejak tahap
penyelidikan guna mencari dan menemukan peristiwa yang disangka sebagai
tindak pidana yang bertujuan dapat atau tidaknya dilakukan penyelidikan lebih
lanjut. Pada tahap ini sudah dilakukan pembuktian, dengan tindakan penyidik
mencari barang bukti, yang bertujuan untuk membuat jelas suatu tindak pidana
serta menentukan atau menemukan pelakunya. (Hiariej, 2012, hal. 7)
Menurut (chazawi, 2018, hal. 21) Pembuktian merupakan ketentuan
tentang proses membuktikan dan acuan guna menarik kesimpulan tentang terbukti
atau tidaknya ( objek ) yang dibuktikan. Yang dimaksudkan dengan sistem
pembuktian, dihubungkan dengan teori atau ajaran pembuktian. Ada beberapa
sistem pembuktian yang telah di kenal dalam doktrin hukum acara pidana
36
1. “Sistem keyakinan belaka
2. Sistem keyakinan dengan alasan logis
3. Sistem melulu undang-undang
4. Sistem undang-undang secara terbatas”
Beberapa teori sistem pembuktian yang di antaranya adalah sebagai berikut :
a. “Conviction- in Time “
Sistem pembuktian “conviction-in time” merupakan pembuktian yang
menentukan salah tidaknya seseorang yang telah di tetapkan sebagai
tersangka, semata-mata di tentukan oleh penilaian “keyakinan “ hakim.
Keyakinan hakim yang menentukan keterbukaan kesalahan terdakwa. Dari
mana hakim menarik dan menyimpulkan keyakinannya, tidak menjadi
masalah dalam sistem ini.
b. “Convictio- Raisonae”
“Conviction-Raisonae“ merupakan sistem yang berdasarkan pada
“keyakinan hakim” tetap memegang peranan penting dalam menentukan
salah tidaknya terdakwa. Namun dalam sistem pembuktian ini, faktor
keyakinan hakim juga ”dibatasi”.
c. Pembuktian menurut undang-undang positif
Pembuktian menurut undang-undang secara positif adalah pembuktian
yang berlawanan dengan sistem pembuktian menurut keyakinan atau
“conviction-in time”
d. Pembuktian menurut undang-undang secara negatif ( negatif Wettelijk
stelsel )
Sistem pembuktian menurut undang-undang secara negatif adalah teori
ataupun cara antara sistem pembuktian menurut undang-undang secara
positif dengan sistem pembuktian menurut keyakinan hakim atau
conviction – in time”. (harahap, 2000, hal. 278)
Sistem pembuktian di Indonesia hanya mengakui alat-alat bukti yang sah
berdasarkan pada peraturan dan ketentuan yang telah di tetapkan dapat digunakan
untuk pembuktian. Pada tahapan ini penuntut umum membuat dakwaan dan oleh
karena itu, penuntut umum harus bertanggung jawab untuk menyusun alat bukti
tentang kebenaran dakwaan atau tentang kesalahan terdakwa yang harus
meyakinkan jika ia tidak bersalah, bahwa terdakwa telah benar melakukan tindak
pidana.
37
Menurut (prodjohamidjojo, hal. 19) Hakim pada saat memberikan putusan
harus menelisik keseluruhan alat bukti yang sah untuk keyakinan hakim dengan
menjelaskan unsur-unsur kesalahan yang didakwakan itu nyata dengan sah atau
tidaknya, serta memberikan pidana apa yang harus dijatuhkan kepada terdakwa
agar setimpal dengan perbuatan yag telah di lakukan.
Jenis-jenis alat bukti yang boleh di pergunakan didalam pembuktian serta
teori bagaimana menggunakan alat-alat bukti tersebut untuk membuktikan di
pengadilan merupakan perkara paling pokok yang sudah termasuk didalam pasal-
pasal bagian keempat KUHAP. Mengenai bagian dari alat bukti dimuat dalam
Pasal 184 KUHAP. Lalu terkait teori mempergunakan alat bukti dan ketentuan
pembuktian alat-alat bukti dimuat dalam pasal 185-189 KUHAP. (Chazawi, 2008,
hal. 37)
Undang-undang nomor 31 tahun 1999 Jo Undang-undang Nomor 20
tahun 2001 tentang Pemberantasan tindak Pidana Korupsi, mengatur aturan
pembuktian lain dari aturan pembuktian pidana biasa dimana peraturan yang di
atur dalam undang-undang tersebut mengatur tentang hak-hak seseorang terdakwa
berdasarkan asas praduga tak bersalah ( “presumption in innocent” ) yang sedikit
dikurangi. Alasan yang dipergunakan mengenai pembuktian khusus yang
berlainan dengan perkara pidana biasa, berhubung sangat sulitnya pembuktian
perkara korupsi yang disebabkan pelaku tindak pidana korupsi mempunyai
kecakapan atau pengalaman dalam suatu pekerjaan tertentu yang memberikan
kesempatan korupsi dan bahaya yang di akibatkan oleh perbuatan korupsi
tersebut. (poernomo, 1984, hal. 38)
38
Kekhususan sistem pembuktian dalam hukum pidana formil korupsi
memiliki perbedaan dengan pembuktian yang diatur dalam KUHAP, pada
dasarnya pembuktian yang diatur didalam KUHAP tidaklah sama dengan yang
diatur dalam hukum formil tindak pidana korupsi, azas yang dianut dalam tindak
pidana korupsi adalah sistem pembuktian terbalik. Disebut pembuktian terbalik
karena menurut sistem pembuktian terbalik yang ada pada hukum pidana formil
umum ( KUHAP ), beban pembuktian di bebankan pada penuntut umum untuk
membuktikan bahwa telah terjadi tindak pidana korupsi dan terdakwalah
pelakunya. Sedangkan terdakwa tidak perlu membuktikan bahwa dirinya tidak
bersalah melakukan tindak pidana. Walaupun sebenarnya hak terdakwa untuk
membuktikan bahwa dirinya tidak bersalah tetap ada, karena hal ini adalah hak
dasar yang di miliki terdakwa. Sistem pembuktian bahwa barang siapa yang
mendakwakan sesuatu, dialah yang di bebani tanggung jawab untuk membuktikan
kebenaran tentang apa yang di dakwakannya.
Pada dasarnya, penerapan sistem pembuktian terbalik diilhami dari
semakin banyaknya tindak pidana korupsi yang telah mengakar kuat dan
membudaya dalam kehidupan bangsa ini. Ketentuan yang bersifat “premium
remidium” tersebut diharapkan oleh masyarakat agar dapat memberantas tindak
pidana korupsi di Indonesia. Ketentuan ini hanya diterapkan pada tindak pidana
korupsi dan tidak pada extra ordinary crime yang lain karena lebih di pengaruhi
oleh kebijakan politik yang ada pada struktur hukum. Padahal struktur dalam
tataran hukum yang ada di indonesia sangat buruk. (Dahlan, 2015, hal. 73)
39
Pengertian sistem hukum pembuktian terbalik ditentukan dalam penjelasan
umum Undang-undang Nomor 20 tahun 2001 adalah pembuktian yang di
bebankan kepada terdakwa. Dalam pengertian yang sedemikian berarti
terdakwalah yang harus membuktikan dirinya tidak benar telah melakukan tindak
pidana korupsi, bukan Jaksa penuntut umum. Pembuktian terbalik ini
menyangkut dengan hak asasi manusia. Sistem pumbuktian yang di anut dalam
undang-undang Nomor 31 tahun 1999 dan undang-undang Nomor 20 tahun 2000,
yaitu dahulu juga di ikuti oleh undang-undang No 3 tahun 1971, yaitu dalam hal
tersangka/terdakwa tidak dapat membuktikan tidak salahnya, penuntut umum
masih di wajibkan pembuktian tentang kesalahan tersangka/terdakwa. (Gultom,
2018, hal. 65)
Pasal 37 Undang-undang Nomor 20 tahun 2001 adalah sebagai berikut :
1. “Terdakwa mempunyai hak untuk membuktikan bahwa ia tidak
melakukan tindak pidana korupsi
2. Dalam hal terdakwa dapat di buktikan bahwa ia tidak melakukan
tindak pidana korupsi, maka keterangan tersebut di pergunakan
sebagai hal yang menguntungkan baginya.
3. Terdakwa waji memberikan keterangan tentang seluruh harta bandanya
dan harta benda istri atau suami, anak, dan harta benda setiap orang
atau korporasi yang di duga mempunyai hubungan dengan perkara
yang bersangkutan.
4. Dalam hal terdakwa dapat membuktikan tentang kekayaan yang tiak
seimbang dengan penghasilannya atau sumber penambahan
kekayaannya,maka keterangan tersebut dapat di gunakan untuk
memperkuat alat bukti yang sudah ada bahwa terdakwa telah
melakukan tindak pidana korupsi.
5. Dalam keadaan sebagaimana di maksud dalam ayat 1, ayat (2) dan ayat
(3) dan ayat ( 4), penuntut umum tetap berkewajiban untuk
membuktikan dakwaannya”
40
C. Kasus posisi perkara pidana Nomor : 26/Pid.sus/2013/PT.TPK.Smg”.
Perkara Nomor : 26/pid.sus/2013/PT.TPK.Smg bermula dari kasus
korupsi yang terjadi pada seseorang yang bernama Muhammad Yaeni.
Muhammad Yaeni meminta tolong kepada Heru Kisbandono untuk meringankan
hukuman yang di dapatkannya. Setelah beberapa kali melakukan pertemuan
kepada Muhammad Yaeni, dan di lanjutkan oleh Sri dartutik adik dari
Muhammad Yaeni, Heru Kisbandono lalu mencari tahu informasi mengenai siapa
hakim-hakim yang menangani kasus dari Muhammad Yaeni, setelah mengetahui
bahwa yang menangani kasus Muhammad Yaeni adalah Lilik Nurani,SH., selaku
Hakim ketua, Asmadinata,SH.,M.Hum, dan juga Kartini Julianna Marpaung,SH
selaku Hakim Anggota.
Setelah mengetahui Hakim-hakim yang menangani kasus Muhammad
Yaeni, Heru kisbandono melakukan pertemuan kepada Kartini Julianna
marpaung, dan dalam pertemuannya tersebut Heru Kisbandono meminta Kartini
julianna magdalena marpaung untuk meringankan hukuman Muhammad Yaeni,
lalu setelah melakukan beberapa kali pertemuan dengan Kartini Julianna
magdalena marpaung, menyampaikan kepada Heru Kisbandono agar pihak
Muhammad Yaeni menyiapkan uang terimakasih sebesar Rp500.000.000.00 (
Lima ratus juta rupiah ) yang mana uang tersebuat akan di bagi untuk ketua majlis
sebesar Rp200.000.000.00 ( dua ratus juta rupiah ) dan untuk hakim anggota serta
panitera pengganti sebesar RP300.000.000.00 ( tiga ratus juta rupiah ).
41
Setelah mendapatkan informasi dari kartini julianna marpaung, Heru
kisbandono melakukan pertemuan dengan Sri dartutik adik dari Muhammad
Yaeni, agar di siapkan uang Rp500.000.000.00 ( lima ratus juta sebagai uang
terimakasih ) dan mengatakan bahwa Muhammad Yaeni akan di putus bebas.
Namun Sri dartutik merasa keberatan dan mengatakan kepada Heru Kisbandono
jika dari pihak keluarga hanya mampu memberikan uang terimakasih sebesar Rp
250.000.000.00 ( dua ratus lima puluh juta ) sampai dengan RP300.000.000.00 (
tiga ratus juta rupiah ).
Setelah melakukan pertemuan dan musyawarah bersama Kartini jualinna
marpaung, Pragsono ( hakim pengganti dari Lilik Nurani yang di pindah tugaskan
) memutuskan bahwa hakim Asmadinata akan memutus bebas, lalu Kartini
julianna magdalena marpaung dan Pragsono akan memutus masuk selama 1 ( satu
) tahun.
Pertemuan berikutnya antara Heru kisbandono dan Kartini juliana
magdalena marpaung, dan Kartini Julianna magdalena marpaung mengatakan
bahwa Muhammad Yaeni akan di putus 1 ( satu ) tahun dengan Pasal 3 yang
terbukti, dan Asmadinata akan Disenting opinion dengan memutus bebas. Dan
mengatakan bahwa pihak keluarga Muhammad Yaeni harus menyiapkan uang
terimakasih sebesar Rp100.000.000.00 ( seratus juta rupiah ) untuk majlis hakim
berikut panitera pengganti dan Rp 50.000.000.00 ( lima puluh juta ) untuk ketua
majlis lama Lilik Nurani, dan dana tersebut harus di serahkan sebelum lebaran.
Setelah mendapatkan uang dari pihak keluarga Muhammad Yaeni, Heru
kisbandono kembali berjumpa dengan Kartini julianna magdalena marpaung,
42
untuk menyampaikan uang terimakasih dari pihak keluarga Sri Dartutik, yang
terdiri 1 buah paper bag warna hitam putih bertuliskan G2 The house of
blackberry berisi bungkusan kantong plastik kresek warna hitam yang isinya 2 (
dua ) ikat uang pecahan Rp100.000.00 ( seratus ribu rupiah ) dengan rincian 1 (
satu ) ikat lagi terdiri 5 ( lima ) bundel atau sama dengan Rp50.000.000.00 ( lima
puluh juta rupiah ). Namun, sebelum berjumpa dengan Kartini julianna
magdalena marpaung, Heru kisbandono telah mengambil uangnya sejumlah
RP50.000.000.00 ( lima puluh juta ) dan dimasukkan ke dalam Dashboard
mobilnya, dan uang yang Rp100.000.000.00 ( seratus juta rupiah ) akan di
serahkan kepada Kartini julianna magdalena marpaung.
Setelah kartini julianna marpaung setuju dengan uang R100.000.000.00 (
seratus juta rupiah ) dari keluarga Muhammad Yaeni, Heru kisbandono
menyerahkan 1 ( satu ) paper bag warna hitam putih bertuliskan G2 The house of
Blackberry yang berisi uang tunai sebesar Rp100.000.000.00 ( seratus juta rupiah
) datang lah petugas dari Komisi Pemberantasan Tindak pidana korupsi ( KPK )
mengelilingi mobil Suzuki Escudo D-1652-GM milik terdakwa Heru kisbandono,
Kartini Julianna magdalena marpaung dan Sri dartutik berhasil ditangkap petugas
KPK dan ditemukan barang bukti berupa 1 ( satu ) ikat uang terdiri dari 5 ( lima )
bundel sejumlah uang Rp 50.000.000.00 ( lima puluh juta rupiah ), dan 1 ( satu )
buah paper bag warna hitam putih dengan bertuliskan G2 The house of Blackberry
yang berisi kantong plastik kresek warna hitam yang didalamnya berisi 1 ( satu )
ikat uang pecahan Rp100.000.00 ( seartus ribu rupiah ) sebanyak 10 ( sepuluh )
bundel sejumlah Rp100.000.000.00 ( seratus juta rupiah ).
43
Perbuatan Heru kisbandono telah melanggar ketentuan pasal Pasal 12 C
UU Nomor 31 tahun 1999 Jo UU Nomor 20 tahun 2001 tentang Pemberantasan
Tindak pidana korupsi Jo Pasal 55 Ayat ( 1 ) KUHP.
Dasar hukum Tindak Pidana Korupsi dalam perkara ini adalah Pasal 12
huruf C Undang-undang RI Nomor 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang RI
Nomor 20 tahun 2001 yaitu :
“Dipidana dengan penjara seumur hidup atau pidana penjara singkat (
empat ) tahun dan paling lama 20 ( dua puluh ) tahun dan pidana denda
paling lama sedikit Rp 200.000.000.- ( dua ratus juta rupiah ) dan paling
banyak Rp 1.000.000.000.- ( satu milyar rupiah)
c. Hakim yang menerima suap atau janji, padahal di ketahui atau patut di
duga bahwa hadiah atau janji tesebut di berikan untuk mempengaruhi
putusan perkara yang di serahkan kepadanya untuk di adili.
Pasal 55 KUHP menyebutkan :
(1) “Dipidana sebagai pembuat suatu perbuatan pidana
1e. Orang yang melakuka, yang menyuruh melakukan, atau turut
melakukan perbuatan itu.
2e. Orang yang pemberian, perjanjian, salah memakai kekuasaan atau
pengaruh, kekerasan, ancaman atau tipu daya atau dengan memberi
kesempatan, daya upaya atau keterangan, sengaja membujuk untuk
melakukan sesuatu perbutan.
(2) Tentang orang-orang yang tersebut dalam sub 2e itu yang boleh di
pertanggungjawabkan kepadanya hanyalah perbuatan yang dengan
sengaja di bujuk oleh mereka itu, serta dengan akibatnya”.
Dengan Demikian perbuatan yang di lakukan oleh Heru Kisbandono
merupakan jenis tindak pidana korupsi Penyuapan pasif yang artinya adalah
sebagai penerima hadiah atau janji dari oknum lain.
44
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pembuktian Tindak Pidana Korupsi dalam perkara Nomor :
26/pid.sus/2013/TPK.Smg
Adapun alat bukti yang sah dalam hukum acara pidana menurut kitab
undang-undang hukum Acara Pidana pasal 183 dan pasal 184 ayat ( 1 ). Pasal 183
menyatakan “Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seseorang kecuali
apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh
keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah
yang bersalah melakukannya”.
Adapun bunyi pasal 184 ayat ( 1 ) KUHAP menjelaskan bentuk –bentuk yang sah
ialah :
a. Keterangan saksi
b. Keterangan ahli
c. Surat
d. Petunjuk
e. Keterangan terdakwa” (Rizki, 2008, hal. 286)
Alat-alat bukti yang di ajukan oleh penuntut umum dan telah di periksa oleh jaksa
penuntut umum dan telah di periksa oleh Majlis hakim pengadilan Tindak Pidana
Korupsi pada pengadilan Negeri Semarang antara lain :
a. Surat
Alat bukti surat dalam perkara ini sebagaimana di sita secara sah menurut
hukum, terlampir dalam berkas perkara, surat sebagai alat bukti yang sa, yang
merupakan urutan ke -3 oleh pasal 187 KUHAP yang berbunyi : “surat
45
sebagaimana tersebut pada pasal 184 ayat ( 1 ) huruf c di buat atas sumpah jabatan
atau di kuatkan dengan sumpah adalah :
a. “Berita aacara dan surat lain dalam bentuk resmi yang di buat oleh pejabat
umum yang berwenang atau yag di buat di hadapannya, yang memuat
keterangan tentang kejadain atau keadaaan yang di dengar, di lihat atau di
alaminya sendiri, di sertai dengan alasan yang jelas dan tegas tentang
keterangan itu;
b. Surat yang di buat menurut ketentuan peraturan perundang-undangan atau
surat yag di buat oleh pejabat mengenai hal yang termasuk dalam tata
laksana yang menjadi tanggung jawabnya dan yang di peruntukkan bagi
pembuktian sesuatu keadaaan.
c. Suarat keterangan dari seseorang ahli yang memuat pendapat berdasarkan
keahliannya mengenai sesuatu keadaaan yang di minta secara resmi
dariadanya.
d. Surat lain yang hanya dapat berlaku jika ada hubungan nya dengan isi dari
alat pembuktian”
Surat -surat di ataslah yang termasuk kedalam pasal 184 ayat ( 1 ) huruf c.
Selanjutnya pada pasal 187 KUHAP terdapat 4 jenis surat yakni sebagaimana di
cantumkan pada pasal 187 sampai dengan d KUHAP. (marpaung, 2014, hal. 26)
Syarat mutlak dalam mennentukan dapat atau tidaknya suatu surat di
kategorikan sebagai suatu alat bukti yang sah adalah surat-surat itu harus di buat
diatas sumpah jabatan dan di kuatkan dengan sumpah. (Mustika, 1987, hal. 43)
Adapun alat bukti surat di dalam putusan perkara ini adalah sebagai berikut :
1. “1 ( satu ) kartu mahasiswa sekolah tinggi ilmu ekonomi wijaya mulya
Surakarta atas nama Sri Dartutik, NPM 201002181, program jurusan
Manajemen, Alamat: Jl. Bupati Sunarto RT 05/12, Purwodadi.
2. 1( satu ) buku note warna kombinasi hitam dan coklat pada bagian depan
terdapat tu;isan FX: 9548, berisi catatan dalam bentk tulisan tangan.
3. 1 ( satu ) lembar struck BCA tertanggal 02/04/2012 berupa setoran ke
nomor rekening 7960013055 atas nama Heru kisbandono,SH sebesar
RP4.900.000.00 ( empat juta sembilan ratus ).
4. 1 ( satu ) lembar struk BCA tertanggal 02/04/2012 berupa setoran ke
nomor rekening 7960013055 atas nama Heru kisbandono,SH sebesar
Rp100.000.00 ( seratus ribu rupiah.
46
5. 1 ( satu ) lembar struk BCA tertanggal 24/04/2012 berupa setoran ke
nomor rekening 7960013055 atas nama Heru kisbandono,SH sebesar
Rp100.000.00 ( seratus ribu rupiah.
6. 1 ( satu ) lembar struk BCA tertanggal 24/04/2012 berupa setoran ke
nomor rekening 7960013055 atas nama Heru kisbandono,SH sebesar
Rp100.000.00 ( seratus ribu rupiah.
7. 1 ( satu ) lembar struk BCA tertanggal 21/05/2012 berupa setoran ke
nomor rekening 7960013055 atas nama Heru kisbandono,SH sebesar
Rp100.000.00 ( seratus ribu rupiah.
8. 1 ( satu ) lembar struk BCA tertanggal 21/05/2012 berupa setoran ke
nomor rekening 7960013055 atas nama Heru kisbandono,SH sebesar
Rp200.000.00 ( seratus ribu rupiah ).
9. 1 ( satu ) lembar struk BCA tertanggal 21/05/2012 berupa setoran ke
nomor rekening 7960013055 atas nama Heru kisbandono,SH sebesar
Rp55000.000.00 ( lima ratus lima puluh ribu rupiah ).
10. 1 ( satu ) lembar struk BCA tertanggal 02/04/2012 berupa setoran ke
nomor rekening 7960013055 atas nama Heru kisbandono,SH sebesar
Rp450.000.00 ( empat ratus lima puluh ribu rupiah ).
11. 1 ( satu ) lembar struk BCA tertanggal 21/05/2012 berupa setoran ke
nomor rekening 7960013055 atas nama Heru kisbandono,SH sebesar
Rp2500.000.00 ( dua juta limaratus ribu rupiah).
12. 1 ( satu ) lembar struk BCA tertanggal 25/05/2012 berupa setoran ke
nomor rekening 7960013055 atas nama Heru kisbandono,SH sebesar
Rp2500.000.00 ( dua juta limaratus ribu rupiah).
13. 1 ( satu ) lembar struk BCA tertanggal 29/05/2012 berupa setoran ke
nomor rekening 7960013055 atas nama Heru kisbandono,SH sebesar
Rp4900.000.000.00 ( empat juta sembilan ratus ribu rupiah).
14. 1 ( satu ) lembar struk BCA tertanggal 92/05/2012 berupa setoran ke
nomor rekening 7960013055 atas nama Heru kisbandono,SH sebesar
Rp100.000.00 ( seratus ribu rupiah).
15. 1 ( satu ) lembar struk BCA tertanggal 02/04/2012 berupa setoran ke
nomor rekening 7960013055 atas nama Heru kisbandono,SH sebesar
Rp100.000.00 ( seratus ribu rupiah).
16. 1 ( satu ) lembar struk BCA tertanggal 25/06/2012 berupa setoran ke
nomor rekening 7960013055 atas nama Heru kisbandono,SH sebesar
Rp5.000.000.00 ( Lima juta rupiah).
17. 1 ( satu ) lembar struk BCA tertanggal 25/06/2012 berupa setoran ke
nomor rekening 7960013055 atas nama Heru kisbandono,SH sebesar
Rp200.000.00 ( seratus ribu rupiah).
18. 1 ( satu ) lembar struk BCA tertanggal 05/05/2012 berupa setoran ke
nomor rekening 2465276159 atas nama Isnawardi,SH sebesar
Rp200.000.00 ( dua ratus ribu rupiah).
19. 1 ( satu ) lembar struk BCA tertanggal 05/05/2012 berupa setoran ke
nomor rekening 2465276159 atas nama Isnawardi,SH sebesar
Rp4800.00.000.00 ( empat juta delapan ratus ribu rupiah).
47
20. 1 ( satu ) lembar struk BCA tertanggal 27/05/2012 berupa setoran ke
nomor rekening 2465276159 atas nama Isnawardi,SH sebesar
Rp100.000.00 ( seraratus ribu rupiah).
21. 1 ( satu ) lembar struk BCA tertanggal 04/07/2012 berupa setoran ke
nomor rekening 2465276159 atas nama Isnawardi,SH sebesar
Rp200.000.00 ( dua ratus ribu rupiah).
22. 1 ( satu ) lembar struk BCA tertanggal 04/07/2012 berupa setoran ke
nomor rekening 2465276159 atas nama Isnawardi,SH sebesar
Rp1.900.000.00 ( satu juta sembilan ratus ribu rupiah).
23. 1 ( satu ) lembar struk BCA tertanggal 05/07/2012 berupa setoran ke
nomor rekening 2465276159 atas nama Isnawardi,SH sebesar
Rp1000.000.00 ( satu juta rupiah).
24. 1 ( satu ) lembar struk BCA tertanggal 13/08/2012 berupa setoran ke
nomor rekening 2465276159 atas nama Isnawardi,SH sebesar
Rp2.500.000.000.00 ( dua juta lima ratus ribu rupiah)
25. 1 ( satu ) lembar struk BCA tertanggal 13/08/2012 berupa setoran ke
nomor rekening 2465276159 atas nama Isnawardi,SH sebesar
Rp1.350.000.000.00 ( satu juta tiga ratus lima puluh ribu rupiaj ).
26. 1 ( satu ) lembar asli tindisan bukti setoran BCA tertanggal 25 juni 2012
berupa setoran ke nomor rekening 7960013055 atas nama Heru
kisbandono,SH sebesar Rp5.100.000.000.00 ( lima juta seratus ribu
rupiah).
27. 1 ( satu ) lembar asli tindisan bukti setoran BCA tertanggal 13 juli 2012
berupa setoran ke nomor rekening 7960013055 atas nama Heru
kisbandono,SH sebesar Rp5.100.000.000.00 ( lima juta seratus ribu
rupiah).
28. 1 ( satu ) lembar asli tindisan bukti setoran BCA tertanggal 05/05/2012
berupa setoran ke nomor rekening 00604223881 atas nama Prasetyo adhi
nugroho sebesar Rp10.000.000.00 ( sepuluh juta seratus ribu rupiah).
29. 1 ( satu ) buah tahapan BCA dengan nomor rekening 0060423881 atas
nama Prasetyo Adhi Nugroho yang di buka di KCU Scbd.
30. 2 ( dua ) lembar legalisir asli sesuai dengan aslinya surat salinan keputusan
mahkamah agung republik nomor : 194/KMA/SK/XII/2010 tanggal 1
desember 2010.
31. 1 ( satu ) dlembar legalisir sesuai dengan aslinya salinan daftar lampiran
keputusan ketua mahkamah agung republik indonesia nomor :
194/KMA/SK/XII/2010 tanggal 1 desember 2010.
32. 1 ( satu ) lembar legalisir sesuai dengan aslinya surat pernyataan
pelantikan nomor : W12: U1/08/Kp.02.2/VIII/2012 tanggal 9 agustus
2010.
33. 1 ( satu ) lembar legalsir sesuai dengan aslinya Berita Acara pengambilan
sumpah /janji tanggal 31 desember 2010.
34. 2 ( dua ) lembar legalisir sesuai aslinya keputusan Mahkamah agung RI
nomor : 19/DIU/SK/Kp.02.2/VIII/2012 tanggal 9 agustus 2012.
35. 2 ( dua ) lembar legalisir sesuai dengan aslinya keputusan mahkamah
agung RI Nomor : 099/KMA/SK/VIII/2012 tanggal 23 agustus 2012.
48
36. 1 ( satu ) lembar legalisir sesuai aslinya surat nomor
W12.U1/2979/KP.04.12/VII/2012 tanggal 29 agustus 2012 perihal
pengiriman BA tanda terima SK pemberhentian sementara Hakim Ad.Hoc
Tipikor sdr Kartini juliana magdalena marpaung,SH.
37. 1 ( satu ) lembar legaisir sesuai dengan aslinya penetapan nomor :
32/Pen.Pid.Sus.2012/PN. Tipikor,Smg tanggal 01 maret 2012 tentang
penunjukkan Hakim Majlis dan panitera untuk menyidangkan dan
mengadili perkara atas nama M yaeni, SH bin H. Sukiman.
38. 1 ( satu ) lembar legalisir sesuai dengan aslinya Penetapan Nomor
32/Pen.Pid.Sus.2012/PN. Tipikor,Smg tanggal 06 juni 2012 tentang
penunjukkan Hakim anggota pengganti sementara untuk menyidangkan
dan mengadili perkara atas nama M yaeni, SH bin H. Sukiman.
39. 1 ( satu ) lembar legalisir sesuai dengan aslinya Penetapan Nomor
32/Pen.Pid.Sus.2012/PN. Tipikor,Smg tanggal 25 juni 2012 tentang
penunjukkan Hakim ketua yang baru untuk menyidangkan dan mengadili
perkara atas nama M yaeni, SH bin H. Sukiman.
40. 1 ( satu ) lembar legalisir sesuai dengan aslinya Penetapan Nomor
32/Pen.Pid.Sus.2012/PN. Tipikor,Smg tanggal 27 agustus 2012 tentang
penunjukkan Majlis Hakim yang baru untuk melanjutkan menyidangkan
dan mengadili perkara atas nama M yaeni, SH bin H. Sukiman.
41. 1 ( satu ) buah buku asli buku pedoman perilaku hakim Mahamah agung
RI 2008.
42. 1 ( satu ) unit mobil toyota Fortuner 2.5 G warna hitam metalik nomor
polisi K 7071 FA tahun pembuatan 2007, nomor rangka :
MROZR696370008802 dan nomor mesin 2KD7473222, dengan
perlengkapan antara lain :
a. 1 ( satu ) unit radio Tape merk Toyota
b. 1 ( satu ) buah ban cadangan
c. 1 ( satu ) buah kunci mobil beserta remote berikut dengan gantungan
dompet warna merah
43. 1 ( satu ) buah surat tanda nomor kendaraan ( STNK ) nomor :
00016654/JG/2008 untuk kendaraan Toyota Fortuner 2.5 G warna hitam
MROZR696370008802 dengan nomor mesin : 2KD7473222 atas nama
Agus sudiharto dengan alamat : tunjungrejo 1/8 MG Yoso, Pati, berlaku
sampai dengan 28 februari 2013.
44. Hand phone merk Blackberry Type 9320 warna hitam dengan IMEI
352493.05.940.4 PIN BB: 2A3DCB8D dan terdapat memory card Type
MicroSD kapasitas 2 GB dengan kode no SD-C02G, Simcard dengan
operator Telkomsel yang mempunyai ICCID: 6210142825626868
45. Hand phone merk Nokia model : 100 type RH-130 warna biru tua, dengan
IMEI : 351655055871012 dan terdapat Simcard dengan operator indosat
yang mempunyai ICCID : 89620130000816992319(76), tanpa memori
card.
46. I ( satu ) buah kardus warna hitam putih yang bertuliskan “G2 The hiuse of
Blackberry” yang berisi uang tunai sebesar RP 100.000.000.00 ( seratus
juta rupiah ) yag diikat dengan karet dan benang warna putih terdiri atas
49
1000 ( seribu ) lembar pecahan Rp100.000.000.00 ( seratus ribu rupiah ),
dan 1 ( satu ) bendel uang tunai senilai Rp50.000.000.00( lima puluh juta
rupiah ) yang di ikat engan karet terdiri atas 497 9 empat ratsu sembilan
puluh tujuh )lembar pecahan rp100.000.000.00 ( seratus ribu rupiah )dan 6
( enam ) lembar pecahan Rp50.000.00( lima pluh ribu rupiah )
47. 1 ( satu ) buah dompet warna coklatyag di dalamnya terdapat :
a. 1 ( satu ) buah surat izin mengemudi ( SIM ) A. No Sim :
6711114210709 atas nama Heru Kisbandono
b. 1 ( satu ) buah surat izin mengemudi ( SIM ) C, No.Sim :
671114211596 atas nama Heru kisbandono
c. 1 ( satu ) buah kartu ATM mandiri warna kuning No Seri
46169941263997001
d. 1 ( satu ) buah kartu ATM mandiri warna kuning No Seri
4616994120816691
e. 1 ( satu ) buah kartu paspor BCA Platinum warna silver No seri
609004507033809
f. 1 ( satu ) buah kartu NPWP Nomor : 06.591.557.1-503.000 atas nama
Heru Kisbandono alamat : Jl, Sriwibowo II No. 3 RT 003 RW 003
Purwoyoso- Ngaliyan, Semarang 50148
g. 1 ( satu ) buah kartu IKADIN warna kuning emas nomor :
225/36/DPP/IKDN/04 Semarang atas nama Heru Kisbandono,SH,MH
h. 1 ( stu ) vbuah kartu Laboratorium klinik CITO Nomor : 545374 atas
nama Heru Kisbandono,SH,MH
i. 1 ( satu ) buah lembar foto copy KTP atas nama Heru
Kisbandono,SH,Mhum nomor KTP 33.7515.181167.0005
48. 1 ( satu ) buah lembar poto copy bill warung DIMSUM hotel horisomn
Semarang No.009945 TABLE No.2 tanggal 16/08.2012 yang di stempel
confirmmed dan araf oleh MOCH. RUM, SE duty manager Hotelhorison
tanggal 28 Agustus 2012
49. 1 ( satu ) lembar foto copy bill warung DIMSUM hotel horison Semarang
00954 TABLE no 4 tanggal 16/08/2012 pukul 21.05 wib Grand Total
154.799.59 Time closed 21.51 yang distempel confirmmed dan di paraf
oleh MOCH RUM,SE selaku duty manager hotel horison tanggal 28
agustus 2012.
50. 1 ( satu ) bendel manifest yang berisi daftar nama penumpang maskapai
Sriwijaya Air pada tanggal 24 januari 2012
51. 1 ( satu ) mobil Suzuki Grand escudo XL-7 AT warna abu – abu metalik
nomor polisi D 1652 GM tahun pembuatan 2003, noor rangka
MHYEJ62531J900418 dan nomor mesin :25A149676.
52. 1( satu ) buah surat tanda nomor kendaraan ( STNK ) nomor
0016654/JG/2008 untuk kendaraan mobil Suzuki Grand escudo XL-7 AT
warna abu – abu metalik nomor polisi D 1652 GM tahun pembuatan 2003,
nomor rangka : MHYEJA6253J900418 dan nomor mesin H25A149676
atas nama YOUNG DO YUN dengan alamat : Jalan Ciminerang No 27
Bandung, berlau sampai dengan 10 oktober 2013.
50
53. CD merk GT-PRO dengan kode no : LH3117 PE24122726 DI. Kapasitas
700 MB warna putih dan terdapat tuisan tangan :CCTV KPK, Yang di
dalamnya terdapat file pengeluaran data CCTV loby lantai 1 yang di
peroleh dari 16CH H2 64 DVR pada ruang posko security lantai 5 Hotel
Horison Semarang pada tanggal 16 Agustus 2012 pukul 19:56:56 sampai
dengan pukul 22:07:56 dengan nama file KPK”16.08.2012.dv4 yang
mempuyai nilai MD 5 Hash 3ca2d1a8ec7d314b3b4fdc9bc1ca8905.
54. CD merk Verbatim dengan kode no : N1130A151D802424A1. Kapasitas
700 MB warna silver dan terdapat tuisan tangan :CCTV WARDIM, Yang
di dalamnya terdapat file pengeluaran data CCTV warung DIMSUM
lantai 1 yang di peroleh dari DVR merk AVTECH dengan type model
AVC787 pada ruang posko security lantai 5 Hotel Horison Semarang pada
tanggal 16 Agustus 2012 pukul 19:56:56 sampai dengan pukul 22:07:56
dengan nama file KPK”16.08.2012.dv4 yang mempuyai nilai MD 5 Hash
e91a7623e0c1cdf36da236da2c3b7f41bbc95.
55. 1 (satu ) lembar asli petikan keputusan presiden reepulik indonesia nomor
: 11/P tahun 2011 tanggal 2 maret 2011 perihal pengangkatan sdr. Heru
Kisbandono,SH,M.Hum sebagai hakim Ad hoc pengadilan tindak pidana
Korupsi tingkat pertama, tertanda DR.H Susilo bambang yudhoyono
selaku presiden Republik indonesia.
56. 2 ( dua ) lembar asli petikan keputusan Mahkamah Agung republik
indonesia Nomor 051/KMA/SK/IV/2011 tanggal 12 april 2011 perihal
penentapan jabatan Sdr Heru kisbandono,SH,M,hum sebagai hakim Ad
hoc pengadilan tindak pidana korupsi tingkat ertama dan di tugaskan
kepada pengadilan negeri Pontianak.
57. 1 ( satu ) lemabr asli surat pernyataan melaksanaan tugas nomor
W17.UI/II64/KP..04.09/V/2011 tanggal 2 mei 2011, yang sisiny
menyatakan bahwa sdr Heru kisbandono,SH,M.Hum terhitung mulai
tanggal 2 mei 2011 telah nyata melaksanakan tugas sebagai Hakim Ad
Hoc Tindak pidana korupsi Pontianak, di tanda tangani oleh DR
Sudharmawatiningsih,SH,M.Hum selaku ketua pengadilan Negeri
Pontianak.
58. 1 ( satu ) lembar asli surat pernyataan menduduki jabatan Noor :
W17.UI.1168/KP.04.09/V/2011 tanggal 2 mei 2011, yang isinya
menyatakan bahwa pada tanggal 2 mei 2011 sdr Heru kisbandono,
SH,M.hum tela menduduki jabatan Hakim Ad Hoc Pengadilan Tindak
Pidana Korupsi Pontianak, yang di tandatangani oleh DR
Sudharmawatiningsih,SH,M.Hum selaku ketua pengadilan Negeri
Pontianak.
59. 1 ( satu ) lembar asli surat pernyataan pelantikan nomor :
W17.UI/117/KP.04.09/V/2011 tanggal 2 mei 2011, yang isinya
menyatakan bahwa sdr Heru Kisbandono,Sh,M,Hum telah ambil
sumpah/janji dan pelantikannya sebagai hakim Ad Hoc pengadilan Tindak
pdana Korupsi Pontianak pada tanggal 2 mei 2011, di tanda tangani DR
Sudharmawatiningsih,SH,M.Hum selaku ketua pengadilan Negeri
Pontianak.
51
60. 1 ( satu ) lembar asli Berita Acara Pengabilan Sumpah Jabatan tanggal 2
mei 2011 atas nama Heru Kisbandono,SH,M.Hum sebagai Hakim Ad Hoc
Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Pontianak di hadapan Dr.
Sudharmawatiningsih,SH,M.Hum selaku pejabat yang mengambil
sumpah, yang di saksikan oleh Rohaniawan dan 2 ( dua ) orang saksi.
61. Hand phone merk Nokia Model : 101 type RM-769 warna abu-abu dengan
IMEI: 35973049548424, IMEI2: 35973049548432 danterdapat simcard
dengan operator Telkomsel yang mempunyai ICCD : 6210148552406678,
tanpa memori card.
62. Handphone merk Samsung model : GT-E1195, IMEI : 352929/059740/4,
S/N: R21C72FVLXJ dan terdapat Simcard dengan Operator Oindosat
yang mempunyai ICCD: 62014000185526935.
63. 1 ( satu ) buah Hand phone merk Nokia N-73 warna putih metalik tampak
depan – cassing hitam tampak belakang, dengan type : RM-133, model :
N-73-1 dengan IMEI:3518251/01/582025/6 code 0529820, FCC ID :
QFXRM-133, IC: 661z-RM 133 dan terdapat memory card Mini SD
kapasitas 128 MB terdapat 1 ( satu ) buah Sim card Telkomsel yang
mmepunyai ICCD : 6210109333400458 dengan nomor Hp :
081393459095
64. 1 ( satu ) buah Handphone merk Samsung model : GT-E2652W SN
RF5B548684W, IMEI 1 : 356655/04/248046/8, IMEI 2:
356655/04/2048046/6, berikut dengan :
a. 1 ( satu ) buah Sim card Telkomsel dengan nomor identitas
621000003980885
b. 1 ( satu ) buah Sim card Telkomsel dengan nomor telkomsel
621000003008913.
65. 1 ( satu ) unit Handphone Blackberry 9700, IMEI : 3524790462664347,
PIN : 2258251 A, berikut dengan 1 ( satu ) buah simcard dengan nomor
idenitas SCM*H12896211202205688012-5.
66. Hard Disk Merk Hitachi, Type/model : HDS721010CLA332, S/N:
JP2940HZ3S9WRC, kapasitas 1 TB yang di gunakan sebagai media
penyimpan pada DVR merk AVTECH dengantype model : VC787
67. 1 ( satu ) bundel ) duplik team penasehat Hukum dalam perkara pidana
No.32/Poid.sus/2012/PN.Smg terdaa M Yaeni,SH bin H.Sukiman tanggal
9 Agustus 2012
68. 1 ( satu ) buah buku agenda sidang hakim pengadilan negeri 2011 atas
nama Kartini Julianna Magdalen Marpaung,SH
69. 1 ( satu ) buah bendel jawaban/tanggapan ( replik) atau Pledoi /Nota
pembelaan terdakwa Suyoto,ST Bin (Alm) Ngusman Nastro redjo
70. 1 ( satu ) buah pledoi team penasehat hukum dalm perkara pidana
No32/pid.sus/2012/PN.Smg atas nama Muhammad Yaeni bin H. Sukiman
tanggal 18 juni 2012
71. 1 ( satu ) buah bendel surat dakwaan No. Reg perk : PDS-
01/PDAD1/Ft/02/2012 an. Terdakwa Muhammad Yaeni,SH Bin H.
Sukiman
52
72. 1 ( satu ) bendel reolik penuntut umum terhadap pembelaan ( Pledoi)
penasehat hukum terdakwa M.Yaeni,SH Bin H Sukiman No reg perk :
PDS-01/P.DADI/Ft.1/2012 tanggal 2 agustus 2012
73. 1 ( satu ) bendel surat tuntutan No. Reg Perk: PDS-01/P.DADI/FT.1/2012
an, Terdakwa Muhammad Yaeni,SH bin H Sukiman
74. 1 ( satu ) bendel Duplik dari terdakwa Pribadi M. Yaeni,SH Bin H
Sukiman tanggak 9 Agustus 2012
75. 1 ( satu ) lembar bukti tramsfer bank mandiri dalam kondisi robek ke
rekening 136001038364 atas nama Bapak Sofiadi,S sebesar Rp5.000.000 (
lima juta rupiah ) tanggal 15 agustus 2012
76. 1 ( satu ) lembar bukti tramsfer bank mandiri dalam kondisi robek ke
rekening 136001038364 atas nama Bapak Sofiadi,S sebesar Rp10.000.000
( sepuluh juta rupiah ) tanggal 14 agustus 2012
77. 1 ( satu ) buah KTP provinsi Jawa Tengah kota Semarang NIK
33.7410.440668.0006 atas nama Kartini julianna magdalena marpaung,SH
berlaku hingga tanggal 04 juni 2016, di tanda tangani oleh Ir. Tata
pradana,MT selaku kepala dinas kependudukan dan pencatatan sipil Kota
Semarang.
78. 1( satu ) lembar asli surat kuasa tanggal 20 juli 2010 dari Edi supriyanto
dengan alamat Villa Bekasi indah 2 E3/20 RT.003/RW.013
Kel.Sumberjya Kec. Tambun Selatan, Kab Bekasi kepada saudara Heru
Kisbandono,SH.M.hum dan Trubus Gunung Rujito,SH perihal
permohonan ijin menjual sebidang tanah hak milik No 2347 / Gunung
Pati, seluas 2198 M2, atas nama Kusretnowati yang di tanda tangani
dengan matrai Rp6000 oleh Edi Supriyatno dan Heru
Kisbandono,SH.M.Hum
79. 2 ( dua ) lembar foto kopi surat kepada Ketua Mahkamah agung RI dari
dewan pimpinan Pusat golongan Karya Nomor : B-
110/GOLKAR/III/2011 tanggal 31 maret 201 perihal permohonan
Dukungan peninjauan Kembali yang di tanda tangani oleh
Prof.Dr.Mulaadi,SH selaku ketua dan Idrus Marham selaku sekretaris
Jenderal, yang terdapat stempel biru bertuiskan Di terima oleh Mahkamah
Agung RI 1 april 2011 tertanda Suci
80. 2 ( dua ) lembar foto copy surat kepada Bapak Basrief Arief,SH.M.H
Jaksa agung Ri dari dewan pimpinan pusat golongan karya Nomor : B-
111/GOLKAR/III/2011 tanggal 31 maret 2011 perihal permohonan
penundaan eksekusi yang di tanda tangani oleh Prof.Dr. Muladi,Sh selaku
ketua dan Idrus Marham selaku Sekretaris jenderal, yang terdapat stempel
biru bertuliskan di terima oleh Mahkamah Agunng RI pada tanggal 1 April
2011 tetrtanda Suci.
81. 1 (satu ) lembar foto copi tanda terima kejaksaaan Agung RI perihal surat
dari DPP partai Golkar Nomor : B-111/GOLKAR/III/2011 tanggal 31
maret 2011 perihal permohonan dukungan kembali dengan tujuan Jaksa
Aguung RI yang di terima oleh Risty
53
82. 1 ( satu ) bundel surat tuntutan Kejaksaan Negeri Muara Tebo Reg.Perkara
No : PDS-04/N.5.17/FT.12009 tanggal 9 februri 2010 atas nama terdakwa
H. Nasrun bin Nasir,dkk.
83. 1 ( satu ) buundel foto copi putusan No.1605 k/Pid.sus/2010 tanggal 4
November 2010 dengan terdakwa H.Nasrun bin Nasir, H.M.Fauzi Mansur,
dan A Roni,S.Ag denga pengesahan sesuai aslinya oleh panitera/
Sekretaris Sapta Putra,SH
84. 1 ( satu ) map warna biru dengan tulisan PN Tebo – Jambi T: H Nasrun
Nasir No.77/Pid.B/2009/PN.Tebo.
85. 1 ( satu ) buah buku tabungan tahapan BCA warna biru Nomor
346805.tercantum identitas pada buku : KCP Gatot Subroto, No.rek
7960274401 atas nam Evri wahyu andriastuti, terdapat print out muasi
transaksi dari tanggal 05/10/10 sampai dengan 03/04/12
86. 1 ( satu ) lembar asli tulisan dari sdri Eternelly ( Istri Heru santosa,SH )
kaitan rencana pemeriksaaan sebagai saksi KPK. nomor mahasiswa
09.22.0030 dengan tanggal lahir 10 agustus 1972 untuk program magister
manajemen di Universitas Slamet Riyadi Surakarta, SOLo, Jawa tengah
87. Sebuah kartu mahasiswa atas nama Heru Santosa dengan nomor
mahasiswa 09.22.0030 dengan tanggal lahir 10 agustus 1972 untuk
program magister manajemen di Universitas Slamet Riyadi Surakarta,
SOLo, Jawa tengah
88. 1 ( satu ) buah Buku tabungan asli pada Bank Negara Indonesia ( BNI
Taplus ) atas nama Eternelly dengan nomor rekening 0031360207 pada
Cabang Semarang.
89. 1 ( satu ) buah starter pack XL Axiata dengan nomor 087832291972
90. 1 ( satu ) buah CD-R Verbatim dengan serial number Sn
A3120NH011444466LH yang berisi file dan data penyadapan.
91. 1 ( satu ) buah CD-R Verbatim dengan serial number : SN :
B3120NH)1144459LH, yang berisi file /data penyadapan
92. Print out data/Hard copy untuk 43 ( empat puluh tiga ) transkip dari file
voice suara
93. Print out data/Hard copi untuk 126 ( seratus dua puluh enam ) file sms
94. 1 ( satu ) buah CD-R Verbatim dengan serial Number SN:
MAP7010C07085394A6, yang berisi file /data hasil penyadapan
95. 1 ( satu ) buah CD-R Verbatim dengan serial number : SN
:MAPA240A161737846 yang berisi file / data hasil penyadapan berupa 12
( dua belas ) file soft copy transkip voice / suara
96. Print out data/Hard copi sebanyak 15 ( lima belas ) lembar transkip dari
file voice / suara
97. Print out data / hard copy sebanyak 47 ( empat puluh tujuh ) lembar
transkip dai file SMS
98. 1 ( satu ) buah CD-R Verbatim dengan serial number SN :
A3116NH010159970LH, yang berisi file/data hasil penyadapan
99. 1 ( satu ) buah CD-R Verbatim dengan serial number SN :
B311NH01015975LH, yang berisi file/data hasil penyadapan
100. Print out data / Hard copy sebanyak 4 ( lembar ) transkip file voice suara
54
101. Print out data/Hard copy sebanyak 5 ( lima ) dari file SMS
102. Hand phone merk Black berry type 9300 warna hitam dengan IMEI
354910.04.866468.6 PIN BB 2697CFA9 dan terdapat memory card type
MicroSD merk San disk kapasitas 2 GB dengan kode no:
1102004498DEY, SIM card dengan operator Telkomsel yang mempunyai
ICCID : 6210042552290233
103. hand phone merk Nokia model : X2 -01 type : RM -709 warna hitam
merah, dengan IMEI : 354842048571282, dengan terdapat memory card
type microSD merk V-GEN kapasitas 2 GB dengan kode no W 10763653,
Simcard dengan operator Telkomsel yang mempunyai ICCD :
621014624221070003
104. 1 ( satu ) Hand phone merk Iphone, Model MC637PA, warna Hitam, S/N
: 87124LZKEDG, IMEI : 012762007115521, yang di dalamnya terdapat 1
buah kartu SIM ( Sim card ),dengan operator Telkomsel,dan ICCD: 6210
0225 5202 3833, berikut sarung Hand phone merk: Capdase, warna:
hitam, pemilik Evri wahyu Andreastuti
105. 1 ( satu ) buah Hand phone merk GSM merk Nexian G 169 dengan
warna silver dengan IMEI : 3516110522721226, serial number :
G169C12011607, terdapat Sim card XL ICCD : 89621162172575938-5
106. 1 ( satu ) Hand phone GSM merk nokia warna erah abu –abu dengan
Imei : 355545016250616256849 dengan sim card indosat nomor :
081575608251
107. 1 (satu ) buah hand phone GSM merk Nokia warna abu –abu putih
dengan model 6100 tipe NPL-2 dengan Imei : 350991306749538, sim card
indosat/mentari dengan ICCD: 89620100000018122398
108. Hard disk merk western digital, type/model : WD10EADS-00L5B1, S/N
: WCAU4D884300, kapasitas 1 TB yang di gunakan sebagai media
penyimpan CCTV pengadilan Negeri / Niaga/ Hub. Industrial.Tipikor
Semarang.
109. 1 ( satu ) unit Handphone merk Blackberry 8900 warna hitam dengan
IMEI : 355380317303170831 PIN BB : 20F8b835 Dengan terdapat
memory card type micro SD kapasitas 2 GB, dan terdapat 2 ( dua ) buah
Sim Card yang keduanya operator telkomsel yang mmepunyai ICCD:
621004252527437003 dan 621001152510017401
110. 1 ( satu ) unit hand phone merk Nokia model : 2323C-2 type : RM-543
warna hitam dengan IMEI : 35798/03//29719273 dan terdapat sim card
dengan operator indosat yang mempunyai ICCD :
89620130000283318667(78), tanpa memori card
111. 1 ( satu ) buah hand phone merek nokia warna biru mdel 1202-2 type
RH-112 dengan IMEI : 3569003234739743407 , dengan nonor hand
phone : 0813477820100, pemilik atas nama Sri darwati
112. 1 ( satu ) unit hnd phone merk Samsung model : SGH-C140 warna putih
hitam dengan IMEI : 3555399/01/155914/0 dengan S/N : RW IP510393
W, dan terdapat 1 ( satu ) buah sim card operator indosat yang mmepunyai
ICCD : 62014000148770936 ( 27 ) dan dengan nomor panggil :
085727892063 berikut baterainya, tanpa charger
55
113. 1 ( satu ) buah Sim card Telkomsel yang mempunyai ICCD
6210102632388554 dengan nomor panggil 081326388554
114. 1 (satu) buah hand phone merk Nokia model C1-01 type : RM-607, code
0596366, imei : 353799/04/309542/1, warna bagian depan silver dengan
warna bagian belakang hitam, pada layar terdapat sedikit rusak, di
dalamnya terdpat sebuah batrai noki BL-5C, memiliki kartu sim card
simpati
115. 1 ( satu ) unit Hand phone merk nokia model 2730c-1 type RM -578
warna cashing depan hitam silver dan chasing belakag warna merah
dengan IMEI : 3520220/04/541682/5 dan terdapat 1 ( satu ) buah sim card
dengan operator telkomsel yang mempunyai ICCD :
621000003170635,dengan nomor panggil 081326752889 beserta baterai
nya
116. 1 ( satu ) unit Laptop merk Acer aspire 5583 WXMI wrna silver hitam
dengan S/N : LXAXV)X)56721057210572F2505, SNID : 72102231925,
beserta baterai charger dan tas laptop warna hitam milik ssdr. Kartini
julianna magdalena marpaung
117. 1 ( satu ) bundel rekening koran BCA dengan nomor rekening :
0060423881 atas namaPrasetya adhi nugraha periode 31 mei 2011 sampai
dengan 31 oktober 2012
118. 1 ( satu ) buah hand phone ( HP ) merk Nokia warna hitam model : 1616
-2 type : RH -125, code : 0587505, IMEI : 357378/04/721244/3 berikut
sim card nomor 081328810000
119. 1 ( satu ) lembar asli tindisa slip permohonann pengiriman uang BACA
tanggal 21 november 2012, perihal pengiriman uang secara RTGS
sejumlah RP187.500.000.00 ( seratus delapan puluh tujuh juta lima ratus
ribu rupiah ) dari BCA dengan noor rekening 0810564644 an Bambang
guritni,Sh atau Muhammad Misbah,S.Ag ke BRI nomor rekening 0378-
01-000168.30.6 an KPK qq penampungan sementara uang sitaan, dengan
identitas penyetor atas nama Bambang Guritno
120. Uang tunai senilai Rp 187.500,000.00 ( seratus delapan puluh tujuh juta
lima ratus ribu rupiah )
121. 1 ( satu ) lembar asli tindisan slip penyetoran ( deposit slip ) bank Rakyat
Indonesia tanggal 3 desember 2012, perihal pengiriman uang sejumlah
Rp36.000.000.00 ( tiga puluh enam juta rupiah ) ke BRI no rekening 0378-
01-000168.30.6 an KPK qq penampungan sementara uang sitaan, dengan
identitas penyetor atas nama Bambang agus purnomo”s.
Surat-surat di ataslah yang termasuk pasal 184 ayat (1) sub C. Selanjutnya
pada pasal 187 KUHAP terdapat 4 ( empat ) jenis surat yakni sebagaimana yang
tercantum dalam pasal 187 sub ( butir )a s/d d KUHAP.
56
Syarat mutlak dalam menentukan dapat atau tidaknya suatu surat di
kategorikan sebagai suatu alat bukti yang sah adalah surat-surat itu harus di buat
di atas sumpah jabatan di kuatkan dengan sumpah. (Mustika, 1987, hal. 43)
b.Keterangan saksi
Saksi yang di ajuan oleh Jaksa penuntut umum adalah berjumlah 11 (
sebelas ) orang di antaranya adalah :
1. “Saksi Aminuddin
2. Saksi Suyatmo alias Momo
3. Saksi Heru Santoso
4. Saksi Sri Dartutik Bin Sukiman
5. Saksi Asmadinata
6. Saksi Pragsono
7. Saksi Hartoyo
8. Saksi Agus Yohanes
9. Saksi Muhammad Yaeni
10. Saksi Bambang agus purnomo
11. Saksi Kartini Julinna magdalena marpaung”
Keterangan yang di berikan oleh saksi Amunuddin adalah bahwa saksi
kenal dengan terdakwa Heru Kisbandono ketika melakukan penangkapan
terhadapnya namun saksi tidak mempunyai hubungan keluarga dengannya. Dan
berhubungan dengan peritiswa ini saksi pernah di periksa oleh KPK bahwa saat
itu saksi memberikan saksi yang benar. Dan dalam rangka penyelidikan itu saksi
dan tim KPK juga melakukan penyadapan terhadap nomor-nomor telepon yang di
duga terkait dengan kasus terdakwa, di antaranya percakapan antara terdakwa
dengan Sri dartutik dan di antaranya terdakwa Heru kisbandono dengan Kartini
julianna marpaung serta pihak-pihak lain yang terkait dengan kasus terdakwa
tersebut. bahwa dari hasil penyadapan percakapan pada nonmor telephone di
ketahui adanya upaya dari Sri dartutikk untu melakukan pengurusan perkara
tindak pidana korupsi M. Yaeni melalui terdakwa dan berencana menyerahkan
57
uang sejumlah Rp150.0000.000.00 ( seratus lima puluh juta rupiah ). Bahwa
selain melakukan penangkapan, ketika itu di lakukan pula tindakan pengamanan
barang bukti yang di temukan di dalam mobil Suzuki type Escudo e\warna abu-
abu silver berplat D milik terdakwa yakni berupa uang sejumlah
Rp100.000.000.00 ( seratus juta rupiah ) yang terbungkus dalam sebuah kantong
plastik kresek warna hitam bertuliskan G2 The House of Blackberry yang di
temukan berada di dekat kaki kiri terdakwa dan uang ejumlah Rp50.000.000.00 (
lima puluh juta rupiah yang berada di dalam dashboard mobil). Menurut kerangan
saksi Aminuddin bahwa terdakwa Heru kisbandono cukup kooperatid dan
mengakui kalau uang sejumlah Rp100.000.000.00 ( seratus juta rupiah ) dalam
kantong plastik maupun sejumlah uang Rp50.000.000.00 ( lima puluh juta rupiah
) yang di simpan di dalam dashboard mobil tersebut berasal dari Sri dartutik
terkait pengurusan perkara tindak pidana korupsi yang di lakukan oleh
Muhammad Yaeni, namun terdakwa Heru Kisbandono tidak menjelaskan
mengapa uang Rp50.000.000.00 ( lima puluh juta ) tersebut di simpan di dalam
dashboard mobil. Berdasarkan penyelidikan Tim KPK di ketahui bahwa uang
Rp150.000.000.00 ( seratus lima puluh juta rupiah ) adalah uang yang di berikan
oleh Sri dartutik.
Bahwa menanggapi keterangan saksi Aminuddin tersebut terdakwa Heru
kisbandono menyatakan bahwa keterangan saksi ada yang tidak benar dan karena
itu menolaknya, yakni sepanjang mengenai posisi pendapat majelis hakim yang
akan memutus perkara Muhammad Yaeni, Menurut terdakwa Heru kisbandono
majlis hakim yang mengadili Muhammad Yeni akan memutus dengan komposisi
58
2 ( dua ) hakim memutus masuk dan 1 ( satu ) hakim memutus bebas ( dengan
disenting opinion ), bukan 2 ( dua ) hakim memutus bebas dan 1 ( satu ) hakim
memutus masuk seperti yang di terangkan saksi.
Keterangan dari Suyatmo alias Momo menyatakan bahwa dirinya tidak
mengenal terdakwa Heru kisbandono dan tidak pula berhubungan keluarganya,
bahwa sepanjang dengan perkara ini saksi pernah di periksa oleh penyidik KPK ,
saat itu saksi memberikan keterangan yang benar. Saksi merupakan supir dari
Muhammad Yaeni yang bertugas mengantarkan Muhammad Yaeni pada acara-
acara kedinasan maupun acara lain yang akan di hadiri Muhammad Yaeni. Saksi
juga mengetahui jika Sri dartutik merupakan adik kandung dari Muhammad
Yaeni. Pada tanggal 16 agustus 2012 Saksi mengantarkan Sri dartutik ke
Semarang atas perintah Muhammad Yaeni karena akan mengantarkan barang
yang sangat penting kepada seseorang, lalu saat akan memasuki Semarang Sri
dartutik menanyakan kepada saksi di mana kantor BCA, setealah saksi menjawab
di jalan pemuda Semarang, lalu Sri dartutik meminta untuk diantarkan untuk
menuju kesana. Sri dartutik keluar dari mobil melalui pintu mobil sebelah kiri
depan berjalan ke arah belakang dengan membawa tas yang di cangklong di
pundaknya tetapi saksi tidak mengetahui apakah Sri dartutik ada membawa tas
kertas warna putih hitam. Saat di lakukan penangkpan dan pemerikasaan oleh
petugas dari KPK, barulah saksi melihat lagi 1 ( satu ) tas kertas warna hitam
putih yang isinya telihat menggelembung tersebut. bahwa dalam perjalanan nya
ketika sampai di Kaligawe, Kecamatan Sayung, Demak, mobil yang saksi
kendarai di berhentikan oleh KPK dan kemudian saksi dan juga Sri dartutik di
59
bawa kekantor kejaksaan Tinggi Jawa Tengah untuk di lakukan pemeriksaan oleh
Petugas dari KPK. Dan saat di lakukan pemeriksaan oleh petugas KPK, saksi baru
mengetahui jika Sri dartutik baru saja melakukan penyuapan terhadap Hakim
terkait kasus tindak pidana Korupsi yang di duga di lakukan oleh Muhammad
Yaeni.Menimbang, menanggapi keterangan yang di berikan oleh Suyatmo alias
Momo maka terdakwa Heru Kisbandono tidak merasa keberatan.
Keterangan Heru Santosa menyatakan bahwa namun tidak mempunyai
hubungan keluarga atau bertalian darah dengannya. Saksi maupun Sri dartutik
adalah Adik kandung Muhammad Yaeni teman dari terdakwa, bahwa
sehubungan dengan perkara ini saksi pernah di periksa oleh KPK, dan dalam
kesempatan itu saksi memberikan keterangan yang benar. Bahwa saksi
mengetahui jika Muhammad Yaeni terkena kasus Tindak pidana korupsi terkait
dengan penyelewengan atas anggaran pemeliharaan mobil dinas Sekretariat
DPRD kabupaten Grobogan, dan perkara itu di sidangkan di pengadiln Tindak
Pidana Korupsi pada pengadilan Negeri Semarang, dan sesuai informasi yang di
dapatkan saksi dari adik Muhammad yaeni yaitu Sri dartutik, majlis hakim yang
menyidangkan perkara itu mengalami perubahan. Dari yang semula di ketuai oleh
ibu Lilik Nuraini dan anggota Ibu Kartini dan Pak Asmadinata, berubah menjadi
di ketuai oleh Pak Pragsono dan anggota Ibu Kartini dan Pak Asmadinata. Dan
seingat saksi, bahwa Sri dartutik pernah bercerita jika sudah berjumpa dengan
terdakwa Heru Kisbandono untuk meminta bantuan dalam pengurusan perkara
tindak pidana korupsi Muhammad Yaeni. Bahwa yang di maksud dengan
pengurusan kasus tindak pidana Muhammad Yaeni adalah usaha untuk
60
meringankan hukuman yang akan di putuskan oleh majlis hakim kepada
Muhammad Yaeni, bahwa dalam upaya untuk meringankan putusan untuk
Muhammad Yaeni akan ada penyerahan sejumlah uang kepada Majlis hakim yang
menyidangkan perkara Muhammad Yaeni. Dan saksi juga mengetahui jika
terdapat 2 ( dua ) alternatif pengurusan perkara itu, yakni untuk vonis bebas uang
pengurusannya adalah Rp300.000.000.00 ( tiga ratus juta rupiah ) sampai
Rp500.000.000.00 ( lima raus juta rupiah ) dan jika di putus masuk dengan
hukuman ringan yaitu selama 1 ( satu ) tahun maka uang pengurusannya
sejumlah Rp150.000.000.00 ( seratus lima puluh juta rupiah ) sampai dengan
Rp200.000.000.00 ( dua ratus juta rupiah ), Dan seingat saksi yang akhirnya di
sepakati adalah meringankan hukuman Muhammad yaeni hingga hanya di
hukum dengan pidana penjara selama 1 (satu ) tahun dan untuk itu Sri dartutik
akan memberikan uang sejumlah Rp150.000.000.000 ( seratus lima puluh juta
rupiah ) kepada Majlis hakim yang menyidangkan perkara Muhammad Yaeni
tersebut melalui Terdakwa Heru Kisbandono. Dan dari penjelasan Sri dartutik
saksi mengetahui kalau sebagian dari uang yang diserahkan kepada majlis hakim
itu di peroleh dari sumbangan ataupun partisipasi anggota fraksi PDI-P yang di
berikan kepada Muhammad Yaeni dan uang tersebut langsung di berikan oleh
anggota fraksi PDI-P untk diberikan kepada Muhammad Yaeni dan saksi
mengetahui dari ketua Fraksi PDI-P yaitu Bambang Guritno. Dan dari Sri dartutik
juga saksi mengetahui jika 2 ( dua ) dari 3 ( tiga ) hakim yang menyidangkan akan
di mutasikan. Untuk mempertahankan kartini dan Asmadinata agar tetap
meyidangkan perkara tindak pidana korupsi Muhmaad Yaeni maka tersebut di
61
perlukan sejumlah uang, berkisar sekitar Rp20.000.000.000 ( dua puluh juta )
sampai dengan Rp30.000.000.000 ( tiga puluh juta ), untuk pengurusan supaya
tidak dilakukan mutasi terhadap kedua Hakim tersebut. Dan atas keterangan saksi
Heru santosa tersebut, terdakwa tidak menyatakan keberatan.
Keterangan Saksi Sri dartutik binti Sukiman adalah bahwa saksi kenal
dengan terdakwa Heru kisbandomo namun tidak memiliki hubungan keluarga
atau pertalian darah dengannya, saksi merupakan adik kandung dari Muhammad
Yaeni, teman dari terdakwa Heru Kisbandono. Bahwa sehubungan dengan
perkara ini saksi pernah di periksa oleh penyidik KPK, pada kesempatan itu saksi
memberikan keterangan yang benar. Saksi kenal dengan Heru kisbandono adalah
setelah di kenalkan oleh Muhammad Yaeni yakni pada saat Muhammad Yaeni
akan di tahan di Kedung Pane Semarang oleh kejaksaan Negeri Purwodadi pada
tahun 2012, sepengetahuannya saksi, terdakwa berprofesi sebagai hakim Ad Hoc
Pengadilan Tindak Pidana Pontianak, dalam pertemuannya saat itu Muhammad
Yaeni mengatakan jika nanti jika ada sesuatu bisa berkomunikasi dengan Sri
dartutik. Dan setelah itu saksi sering berhubungan dengan terdakwa dalam rangka
meminta petunjuk tentang perkara Muhammad yaeni, dan terdakwa juga banyak
membantu diantaranya membantu mencarikan pengacara untuk Muhammad
Yaeni, membantu membuatkan duplik dan lain-lain. Lalu terdakwa juga
mengatakan kepada saksi jika hakim yang menangani kasus Muhammad Yaeni
mau membantu membebaskan Muhammad Yaeni dengan memberikan sejumlah
uang. Menurut terdakwa inisiatif meminta uang untuk membantu pengurusan
perkara Muhammad Yaeni berasal dari Majlis Hakim yang menyidangkan perkara
62
tindak pidana itu sendiri. Uang itu kabarnya akan di berikan langsung ke majlis
hakim yang terdiri dari 3 ( tiga ) orang, dan yang aktif melakukan komunikasi
dengan terdakwa daam meminta uang itu adalah Hakim Kartini Julianna
magdalena marpaung, dan saksi juga pernah di kenalkan kepada Hakim Kartini
julianna magdalena marpung oleh terdakwa. Bahwa bantuan awalnya yang akan
di berikan berupa putusan bebas untuk Muhammad Yaeni tetapi kemudian
berubah menjadi putusan ringan, yaitu putusan pemidanaan penjara selama 1 (
satu ) tahun. Dan terdakwa juga pernah memberitahukan kepada saksi bahwa
untuk putusan bebas di perlukan uang sejumlah Rp500.000.000.00 ( lima ratus
juta rupiah ) dan untuk keringanan hukuman di perlukan uang sejumlah
Rp200.0000.000.00 (dua ratus juta rupiah ), dan di karenakan putusan yang di
berikan kepada Muhammad Yaeni berupa keringanan hukuman, bukan putusan
bebas saksi sempat menawar kepada terdakwa agar uang yang di berikan kepada
majlis hakim tersebut sejmlah RP100.0000.000.00 ( seratus juta rupiah ) saja,
menyikapi hal tersebut terdakwa mengatakan jika akan membicarakannya terlebih
dahulu dengan majlis hakim. Dan menurut pemberitahuan dari terdakwa bahwa
hakim yang meminta sejumlah uang Rp500.000.000.000 ( lima ratus juta rupiah )
adalah hakim Kartini. Terdakwa juga memberitakan kepada saksi jika 2 ( dua )
diantara hakim yang menangani kasus Muhammad Yaeni akan di mutasikan, dan
agar Hakim Kartini julianna magdalena marpaung dan juga hakim Asmadinata
tetap bisa menyidangkan perkara Muhammad Yaeni maka harus di upayakan agar
mereka tidak di mutasikan dan untuk itu di perlukan dana atau sejumlah uang
Rp30.000.000.00 ( tiga puluh juta rupiah ). Atas permintaan terdakwa, kemudian
63
saksi melakukan pengiriman uang sejumlah RP20.000.000.00 ( dua puluh juta ) ke
rekening bank BCA atas nama Prasetyo adi Nugraha , dan yang Rp10.000.000.00
( sepuluh juta rupiah ) saksi kirimkan ke rekening terdakwa Heru Kisbandono di
bank BCA. Dan terdakwa juga pernah meminta bantuan kepada saksi
mengirimkan uang Rp15.000.0000.00 ( lima belas juta rupiah ) tersebut ke
rekening terdakwa di bank BCA tetapi saksi sudah tidak ingat lagi tanggal dan
saksi mengirimkan uang tersebut dan saksi tidak pula tahu akan di berikan kepada
siapa uang tersebut.dan juga saksi pernah mengirimkan uang sejumlah
RP5.100.000.00 ( lima juta seratus ribu rupiah ) ke rekenng terdakwa di bank
BCA dengan nama penyetor Suyatmo karen apada saat itu di bank BCA sedang
antriannya panjang sehingga saksi menulis di slip setoran tanggal pengiriman,
jumlah uang yang di kirimkan yakni kepada terdakwa sejumah uang tersebut
merupakan bagian uang sejumlah RP15.000.000.00 ( lim belas juta ) rupiah.
Bahwa uang untuk membantu pengurusan kasus Muhamad Yaeni yang telah di
sepakati oleh saksi untuk di berikan kepada majlis Hakim yang menyidangkan
perkara tindak pidana Muhammad Yaeni tersebut melalui terdakwa adalah
sejumlah Rp150.000.000.00 ( seratus lima puluh juta rupiah ) uang ini saksi
serahkan kepada terdakwa pada tanggal 17 agustus 2012 di tempat di depan
kantor BCA di jalan Pemuda Semarang. Di dalam perjalananya saksi di tangkap
oleh petugas dari KPK terkait dengan penyuapan yaitu pemberian uang sejumlah
Rp150.000.000.00 ( seratus lima puluh juta rupiah ) kepada terdakwa yang saksi
lakukan dengan tujuan perkara pidana atas nama Muhammad Yaeni tersebut di
hukum ringan, dan saksi melakukan penyuapan kepada hakim hanya semata –
64
mata karena ingin membantu kakak kandung saksi yakni Muhammad Yaeni.
Berdasarkan atas keterangan dari Sri dartutik terdakwa tidak merasa keberatan.
Keterangan dari saksi Asmadinata bahwa saksi kenal dengan terdakwa
namun tidak bertalian darah ataupun mempunyai hubungan keluarga,bahwa
sehubungan dengan perkara ini saksi pernah di periksa oleh penyidik KPK, pada
kesempatan itu saksi memberikan keterangan yang benar. Saksi mmeberikan
keterangan di hadapan penyidik KPK bahwa adanya penerimaan suap atau
grtaifikasi yang saksi ketahui dari media masaa dilakukan oleh Hakim Kartini
julianna magdalena marpaung dan terdakwa untu mempengaruhi putusan majlis
Hakim yang menyidangkan perkara tindak pidana korupsi atas nama Muhammad
Yaeni. Bahwa saksi kenal dengan Hakim Kartini Julianna Magdalena marpaung
sebagi Hakim Ad Hoc di pengadilan Negeri Semarang dan saksi bersama hakim
yang menyidangkan perkara tindak pidana korupsi mengenai penyimpanagna
anggara pemeliharaan mobil dinas sekretariat DPRD kabupaten Grobogan Atas
nama Muhamad Yaeni. bahwa pada awalnya hakim yang menyidangkan perkara
tersebut adalah lilik Nuraini sebagai ketua Majlis Hakim, dan saksi seerta Hakim
Kartini Juiana magdalena Marpaung selaku anggota. Setelah Lilik Nuraini di
mutasikan ke pengadilan Negeri Tondano, posisinya sebagai ketua di majlis di
gantikan oleh Pragsono sehingga susunann Majlis Hakim yang menyidangkan
perkara tindak pidana Muhammad Yaeni mengalami perubahan yaitu dari
Pragsono sebagai ketua Majlis hakim dan saksi serta Hakim Kartini julianna
magdalena marpaung selaku anggota. Majlis hakim yang di ketuai oleh Lilik
nuraini menyidangkan perkara tindak pidana korupsi atas nama Muhammad
65
Yaeni itu sejak sekitar bulan maret 2012 sampai dengan Juni 2012, sedangkan di
ketuai oleh Pragsono adalah sekitar bulan Juni 2012 sampai dengan Bulan
Agustus 2012, yaitu sejak perkara itu dalam tahap pemeriksaan “tuntutan “
perkara itu sendiri di putus tanggal 27 Agustus 2012 dengan susunan Majlis
hakim yang sudah berbeda, yaitu Pragsono sebagai ketua Majlis Hakim, dan saksi
serta John Halasan butar butar selaku anggota. Perkara oleh penuntut umum di
tuntut dengan pidana penjara selama 2 ( dua ) tahun penjara dan 6 ( enam ) bulan
ini di putuskan dengan memidana terdakwa dengan pidana penjara selama 2 ( dua
) tahun dan 5 ( lima ) bulan. Bahwa saksi pernah berjumpa dengan terdakwa
sebanyak 2 ( dua ) kali, yaitu pertama ketika dikenalkan oleh Hakim Kartini
julianna magdalena marpaung di restoran GAMA Candi Baru Semarang dekat
Akpol Semarang sekira bulan April atau bulan Mei 2012 dan yang kedua pada
saat bertemu di Hotel Agas Solo , terdakwa berprofesi sebagai hakim Ad Hoc di
pengadilan Tindak Pidana korupsi pada Pengadilan Negeri Pontianak Kalimantan
Barat. Saat pertemuan pertama di Restorant Gama terdakwa meminta saksi dan
Kartini julianna magdalena marpaung untuk membantu membebaskan Terdakwa
Muhammad Yaeni. Pada saat terdakwa menyatakan permintaan nya untuk di
bantu itu, Kartini Marpaung telrihat menganggukan dan mengiyakan dan ini saksi
artikan sebagai sikap mengiyakan atau mendukung permintaan terdakwa tersebut,
tetapi saksi mengatakan tidak bisa karena harus melihat dulu bagaimana fakta
yang ada di persidangan dan saksi belum menerima berkas perkara tindak pidana
Korupsi atas nama Muhammad Yaeni tersebut dan juga saksi saksi belum
66
semuanya memberikan keterangan di persidangan. Setelah mengatakan tidak bisa,
tanpa terlebih melihat reaksi dari terdakwa saksi langsung pulang.
Keterangan Saksi Pragsono bahwa saksi kenal dengan terdakwa namun
tidak mempunyai hubungan keluarga dengannya, saksi mengenalnya sejak tahun
2006 atau tahun 2007 karena terdakwa berprofesi sebagai pengacara. Sekarang ini
setahu saksi ia berprofesi sebagai Hakim Ad Hoc di Pengadilan Tindak Pidana
Korupsi Negeri Pontianak Kalimantan Barat. Bahwa sehubungan dengan perkara
ini saksi pernah di periksa oleh KPK pada kesempatan itu saksi memberikan
keterangan yang benar. Saksi pernah menyidangkan perkara atas nama
Muhammad Yaeni dalam perkara tindak pidana korupsi pemeliharaan kendaraan
dinas Sekretariat DPRD Grobogan dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2008
yang di sidangkan pengadilan Negeri Semarang, dimana waktu itu saksi menjadi
Ketua Majlis Hakim menggantikan Ketua majlis sebelumnya yang di mutasikan,
Lilik Nuraini, dengan anggota yang terdiri dari Asmadinata dan Kartini julianna
magdalena marpaung. Bahwa saksi mulai menyidangkan perkara Muhammad
Yaeni tersebut sejak bulan Juli 2012. Ketika itu persidangannya sudah memasuki
tahap pembacaan Pledoi dari Muhammad Yaeni. Secara keseluruhan saksi
menyidangkan perkara Muhammad Yaeni tersebut sebanyak 4 ( empat ) kali yaitu
dari acara pembacaan pledoi, pembacaan replik, pembacaan duplik dan
pembacaan putusan. Di suatu hari yang sudah tidak lagi di ingat oleh saksi ada
seseorang yang tidak saksi kenal menelepon saksi dan kemudian ternyata kalau ia
adalah terdakwa yang ketika itu ingin mengatakan mau menghadap saksi. Hal itu
terjadi setelah acara pembacaan pledoi perkara Muhammad Yaeni, lalu beberapa
67
hari kemudian terdakwa datang ke ruangan saksi dan meminta untuk agar
Muhammad Yaeni bisa di putus bebas, namun saksi tidak menyanggupinya
dengan alasan bahwa terdakwa Muhammad Yaeni telah menggunakan hak atas
pemeliharaan yang di salahgunakan. Lalu setelah beberapa hari setelah terdakwa
Heru kisbandono mendatangi saksi, Hakim kartini julianna magdalena marpaung
dan juga Asmadinata mendatangi saksi, lalu saksi menceritakan jika Heru
Kisbandono telah mendatangi saksi dan meminta agar saksi memutus bebas
perkara Muhammad Yaeni, lalu Kartini julianna magdalena marpaung meminta
saksi agar menuruti keinginan terdakwa Heru kisbandono dengan dalih bahwa
Saksi dan Heru Kisbandono sudah kenal sejak lama, agar Muhammad yaeni bisa
diputus bebas. Beberapa hari kemudian saksi melihat hakim kartini julianna
magdalena marpaung sedang berada di lorong lalu saksi mengatakan kepada
Kartini julinna magdalena marpaung untuk tidak berbicara kepada Heru
kisbandono melalui Handphone, karena saat itu saksi telah menyadari jika
handphone nya telah di sadap. Dan saksi bermaksud untuk memperingati sebagai
sesama teman karena sebagai hakim harus bersifat netral, setelah beberapa hari
kemudian saksi menemui kartini julinna magdalena marpaung dan juga
Asmadinata di ruangannya dan saat itu Asmadinata mengatakan bahwa “saya
bebas pak, dan ibu Kartini masuk ikut bapak” dan perkataan Asmadinata saat itu
di respon dengan anggukan kepala oleh Kartini julianna magdalena marpaung.
Keterangan Saksi Hartoyo bahwa saksi tidak kenal dengan terdakwa tidak
pula mmepunyai hubungan keluarga dengannya, sehubungan denga kasus ini
saksi pernah di periksa oleh Penyidik KPK pada kesempatan itu saksi
68
memberikan keterangan yang benar. Bahwa saksi menerangkan kepada penyidik
KPK dalam berita acara pemeriksaan saksi yaitu terkait dengan tindak pidana
korupsi penyuapan yang terjadi pada tanggal 17 agustus 2012 dimana hakim
Kartini julinna magdalena marpaung dan terdakwa di tangkap oleh petugas dari
KPK karena menerima suap berupa pemberian uang terkait putusan perkara tindak
pidana korupsi atas nama Muhammad Yaeni yang di sidangkan oleh Hakim
Kartini julianna magdalena marpaung di pengadilan tindak pidana korupsi di
pengadilan negeri Semarang.bahwa pada saat penangkapan hakim Kartini Juliana
magdalensa marpaung pada tanggl 17 agustus 2012 saksi mengungkapkan bahwa
saksi melihat mobil Suzuki escudo pindah ke parkiran tengah depan kantor
pengadilan Negeri Semarang di bawah pohon Beringin. Saksi melihat Kartini
julinna magdalena marpaung menuju ke Mobil Suzuki Escudo, dan sebelum itu
saksi menyampaikan bahwa putusannya terbukti lalu Kartini julinna magdalena
marpaung menjawab iya terbukti. Saksi pada saat itu berusaha untuk
mengingatkan Kartini julianna magdalena marpaung dan terdakwa berteman dan
di beberapa waktu yang lalu kartini julinna magdalena marpaung pernah
menelpone saksi mengenai berkas perkara Muhammad Yaeni sehingga saksi
berpikiran bahwa terdakwa pasti mengharapkan sesuatu dari putusan Muhammad
Yaeni. Saat saksi akan pulang, saksi melihat Mobil Grand Livina milik Kartini
julinna marpaung masuk kedalam halaman kantor Pengadilan Negeri Semarang
diikuti oleh mobil Toyota avanza warna hitam, setelah itu saksi melihat proses
penangkapan terhadap Kartini Julinna magdalena Marpaung dan saksi melihat
Kartini julinna magdalena marpaung di bawa kerumah wakil Ketua Pengadilan
69
Negeri Semarang. bahwa pada saat Kartini julianna magdalena marpaung di
tangkap oleh petugas KPK, kerangka putusan perkara Muhammad Yaeni belum
sepenuhnya jadi dan masih berada pada saksi.
Keterangan Saksi Agus Yohanes, bahwa saksi kenal dengan terdakwa
namun tidak memiliki hubungan keluarga dengan terdakwa. Saksi mengenalnya
sejak tahun 2011, pada saat ia mendaftar sebagai calon wakil bupati Grobogan
melalui partai PDI-P tetapi terdakwa hanya mengambil formulir pendaftaran.
Bahwa sehubungan dengan masalah ini saksi pernah di periksa oleh Penyidik
KPK dan dalam kesempatan itu saksi memberikan keterangan yang benar. Bahwa
saksi mengetahui jika Muhammad Yaeni pernah terlibat aktif dalam perkara
tindak pidana korupsi berupa penyelewengan anggaran pemeliharaan kendaraan
mobil dinas Sekretariat DPRD Kabupaten Grobogan Tahun anggran 2006-2008
yang di tangani oleh kejaksaan Negeri Purwodadi dan kemudian pada tahun 2011
perkara atas nama Muhammad Yaeni di sidangkan di pegadilan Tindak Pidana
Korupsi pada pengadilan negeri Semarang. bahwa saksi pernah menyerahkan
uang sejumlah Rp2.500.000.00 ( dua juta lima ratus ribu rupiah ) untuk bantuan
Muhammad Yaeni tersebut kepada Bambang Guritno yaitu ketua Fraksi PDI-P
Kabupaten Grobogan di ruang kerja Bambang Guritno. Dan di ketahui oleh saksi
bahwa Muhammad yaeni meminta bantuan kepada fraksi PDI-P DPRD
kabupaten Grobogan untuk memberikan bantuan sebesar RP2.500.000.00 ( dua
juta lima ratus ribu ) yaitu saksi Agus siswanto, Bambang Guritno, Sri sumarni,
Retno widiastuti, H buchori, Edi Widharto, Tri wiratni, Heru Santosa dan Sri
Budiati. Dan selain kepada rekan-rekan fraksi PDI-P Muhammad Yaeni juga ada
70
meminta bantuan uang dari Misbah yaitu anggota DPRD Kabupaten Grobogan
dari Fraksi PPP. Dan sepengrtahun saksi bahwa rekan-rekan dari anggota DPRD
kabupaten Grobogan juga memberikan bantuan kepada Muhammad Yaeni dan
uang yang di berikan kepada MUHammad Yaeni sejumlah Rp41.500.000.00 (
empat puluh satu juta lima ratus ribu rupiah )
Keterangan Muhammad Yaeni, bahwa saksi kenal dengan terdakwa
namun tidak mempunyai hubungan keluarga, bahwa sehubungan dengan perkara
ini saksi pernah di periksa oleh KPK dan pada kesempatan itu saksi memberikan
keterangan yang benar. Bahwa pada saat saksi menjabat sebagai ketua DPRD
Kabupaten Grobogan saksi di periksa di kejaksaan Negeri Purwodadi yang
kemudian saksi disidangkan sebagai terdakwa dalam perkara tindak pidana
korupsi terkait dengan penyelewengan anggaran pemeliharaan kendaraan mobil
dinas Sekretariat DPRD Kabupaten Grobogan tahun anggaran 2006-2008 di
pengadilan Negeri Semarang. dan majlis hakim yang menyidangkan perkara
tindak pidana korupsi penyelewengan anggaran pemeliharaan mobil dinas
sekretariat DPRD Kabupaten Grobogan tahnu anggran 2006-2008 adalah Lilik
Nuraini sebagai ketua majlis hakim denan anggota Majlis Yaitu Asmadinata dan
juga Kartini julianna magdalena marpaung. Dan saat masih dalam proses
persidangan ada pergantian majlis hakim yang menyidangkan perkara saksi yaitu
ketua majlis Hakim dari Lilik Nuraini menjadi Hakim Pragsono dan dengan
anggota majlis yang masih sama. Setelah itu saat saksi di periksa di kejaksaan
Negeri Purwodadi saksi pernah menceritakannya kepada terdakwa, yakni pada
saat saksi bertemu dengannya di bandara A. Yani Semarang pada sekitar awal
71
bulan januari 2012. Pembicaraa tentang ksus saksi itu bermula dari terdakwa
menyampaikan kepada terdakwa kasus tersebut adalah mengenai dugaan tindak
pidana korupsi yang di duga dilakukan oleh saksi dan pada saat itu terdakwa
mengatakan jika akan di bahas pada pertemuan yang berikutnya. Dipertemuan
berikutnya saksi menjumpai terdakwa dan menceritakan kronologis secara umum
dan saksi hanya meminta pendapat dari terdakwa atas kasus tersebut, ketika itu
saksi belum di tetapkan sebagai tersangka oleh kejaksaan negeri Purwodadi.
Namun setelah itu saksi mendapatkan panggilan lagi dari kejaksaan negeri
purwodadi bahwa saksi telah di tetapkan sebagai tersangka, dan akan di tahan Di
LP Kedung Pane Semarang. dan sepengetahun saksi Bahwa terdakwa adalah
seorang pengacara tetapi pada saat pertemuan terakhir saksi di ketahui sebagai
Hakim Ad hoc Tipikor di Pontianak.
Keterangan saksi Bambang agus purnomo, bahwa menanggapi
keterangan saksi Bambang Agus purnomo tersebut terdakwa menyatakan bahwa
keterangan saksi yang mengatakan bahwa terdakwa lulus berkat bantuannya
setealah memberikan uang sebesar RpRp85.000.000.00 ( delapan puluh lima juta
rupiah ) kepada Siti Cholisoh adalah hak yang tidak benar dan membuat terdakwa
sangat tersinggung. Terdakwa lulus bukan karena bantuan dari saksi tetapi kaena
terdakwa memang mempunyai kemampuan karena telah berpengalaman sebagai
pengacara selama 20 ( dua puluh ) tahun dan yang mewawancarai terdakwa pada
saat ujian test Hakim Ad hoc tersebut adalah Hakim Agung yang mmepunyai
kredibilitas yang tinggi.
72
Keterangan Saksi Kartini Julinna magdalena marpaung, bahwa saksi
mengenal terdakwa namun tidak memiliki hubungan keluarga dengan terdakwa.
Saksi mengenal terdakwa sebagai tema sasama Hakim Ad Hoc. Bahwa
sehubungan dengan perkara ini maka saksi di periksa oleh KPK, pada saat tanggal
17 Agustus 2012 saksi di periksa oleh penyidik KPK di kejaksaan Tinggi Jawa
tengah tersebut terkait dengan adanya dugaan penyuapan Majelis Hakim yang
menyidangkan perkara tindak pidana Korupsi atas nama Muhammad yaeni di
pengadilan tindak pidana Korupsi pada pengadilan Negeri Semarang, yang di
duga menerima suap tersebut adalah saksi. Bahwa pada saat terdakwa meminta
kepada Saksi untuk membantu dalam putusan perkara tindak pidana korupsi atas
nama Muhammad Yaeni, sidang Muhammad yaeni sudah memasuki tahap “acara
pembacaan pledoi dari penasihat Hukum muhammad Yaeni. Saksi bersama
terdakwa sering bertemu dengan terdakwa di karena kan memiliki mempunyau
kepentingan yaitu sedang melakukan upaya untuk kenaikan gaji ke -13 bersama
dengan terdakwa dan rekan-rekan Hakim Ad Hoc lainnya. Bahwa setelah selesai
mengikuti upacara Hari proklamasi Kemerdekaan RI, Terdakwa Heru Kisbandono
telah datang ke Pengadilan Negeri dan bermaksud untuk berjumpa dengan Kartini
julianna marpaung, di karenakan saksi menderita sakit vertigo dan tidak bisa
berdiri terlalu lama akhirnya saksi dan terdakwa masuk kedalam mobil Suzuki
Escudo tersebut, saksi duduk di kursi barisan belakang, saat kemudian saksi mau
keluar, tiba- tiba datang beberapa orang dan langsung mengetuk kaca jendela
mobil terdakwa. Dan orang-orang tersebut lalu langsung menggeledah saksi dan
pada saat itu saksi baru mengetahui bahwa yang melakukan penggeledahan saksi
73
dan pada saat itu petugas KPK, dan saksi bersama terdakwa di tangkap dan di
bawa ke kejaksaan Tinggi Jawa tengah karena di duga menerima suap dari
keluarga Muhammad yaeni terkait putusan perkara tindak pidana korupsi
Muhammad yaeni.
Dalam pasal 1 angka 27 KUHAP dinyatakan. “keterangan saksi adalah
salah satu alat bukti dalam perkara pidana yang berupa keterangan dari saksi
mengenai peristiwa pidana yang ia dengar sendiri, lihat sendiri, dan ia alami
sendiri dengan menyebutkan alasan dari pengetahuannya itu”.
Keterangan saksi yang bernilai sebagai bukti yaitu :
a. Yang saksi lihat sendiri
b. Saksi denger sendiri
c. Saksi alami sendiri
d. Pendapat atau alasan dari kesaksian
Dari keterangan saksi yang di ungkapkan para saksi memberikan
keterangan di hadapan majelis hakim terlebih dahulu di ambil sumpah sumpah
nya menurut agama dan kepercayaannya masing –masing, berartri dalam proses
nya di lakukan oleh majlis Hakim di persidangan telah sesuai dengan ketentuan
Pasal 160 ayat (3) KUHAP yang berbunyi :
“sebelum memberikan keterngan saksi wajib mengucapkan sumpah janji menurut
agama nya masing –masing bahwa ia akan memberikan keterangan yang
sebenarnya dan tidak lain dari pada yang sebenarnya.
74
3. Keterangan Ahli
Keterangan Ahli adalah keterangan yang di berikan seseorang yang memiliki
keahlian khusus tentang hal yang di perlukan untuk membuat tentang sesuatu
perkara pidana guna kepentinga pemeriksaan
4. Petunjuk
Hal ini di atur dalam pasal 188 KUHAP yang berbunyi :
(1) Petunjuk adalah perbuatan, kejadian atau keadaaan yang karena
persesuainnya baik antara yang satu dengan yang lain, maupun dengan
tidak pidana itu sendiri menandakan bahwa telah terjadi suatu tindak
pidana dan siapa pelakunya.
(2) Petunjuk sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) hanya dapat di
peroleh dari :
a. Keterangan saksi
b. Surat
c. Keterangan terdakwa
(3) Penilaian atas kekutan pembuktian dari suatu petunjuk dalam setiap
keadaan tertentu di lakukan oleh hakim dengan arif lagi bijaksana setelah
ia mengadakan pemeriksaan dengan penuh kecermatan dan keseksamaan
berdasarkan hati nurani.
Adami chazawi mengungkapkan persyaratan suatu petunjuk adalah
sebagai berikut : a. Adanya perbuatan, kejadian dan keadaan yang
bersesuaian. Perbuatan, kejadian, dan keadaan merupakan fakta-fakta yang
75
menunjukkan tentang terjadinya tindak pidana, menunjukkan terdakwa
bersalah karena melakukan tindak pidana tersebut.
b.Ada dua persesuaian, yaitu persesuain antara masing –masing perbuatan,
kejadian, dan keadaan satu sama lain ataupun persesuaian antara
perbuatan, kejadian, atau keadaan dengan tindak pidana yang di
dakwakan.
c. Persesuaian yang demikian itu menanadakan atau menunjukkan adanya
dua hal yaitu menunjukkan bahwa benar telah terjadi suatu tindak pidana
dan menunjukkan siapa pelakunya. Unsur ini merupakan kesimpulan
bekerjanya proses pembentukan alat bukti petunjuk yang sekaligus
merupakan tujuan dari alat bukti petunjuk.
d. Hanya dapat di bentuk melalui tiga alat bukti yaitu keterangan saksi,
surat dan keterangan terdakwa, sesuai dengan asas minimum pembuktian
yang di abstraksi dari pasal 183 KUHAP, selayak nya petunjuk harus ada
dua alat bukti.
5. Keterangan Terdakwa
Bahwa terdakwa mengetahui dan menyadari perbuatannya salah dan
sudah melanggar hukum dan terdakwa sangat menyesali perbuatan yang sudah di
lakukan tersebut.
Dalam perkara ini penuntut umum mengajukan empat alat bukti. Lima
alat bukti tersebut telah sesuai dengan pasal 183 KUHAP yang menyatakan “
Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana seseorang kecuali apabila dengan
76
sekurang-kurang nya 2 ( dua ) alat bukti yang sah ia peroleh suatu tindak pidana
benar-benar terjadi dan bahwa terdakwa bersalah melakukannya. Dari data yang
telah di ungkapkan bahwa alat-alat bukti yang di ajukan oleh penuntut umum
telah sesuai dengan ketentuan pasal 184 ayat ( 1) yang menyatakan alat-alat bukti
yang sah adalah sebagai berikut :
1. Keterangan saksi
2. Keterangan ahli
3. Surat
4. Petunjuk
5. Keterangan terdakwa.
77
B. Pertimbangan Hakim dalam Memutuskan perkara Pidana Nomor :
26/Pid.sus/2013/PT.TPK.Smg
Putusan akhir hakim merupakan tahap akhir dalam persidangan sebelum
eksekusi, yaitu hakim atau majelis hakim menetapkan putusannya dalam suatu
perkara sesudah melalui tahap pemeriksaan. Berpatokan pada praktik peradilan
maka putusan hakim merupakan “putusan yang diucapkan oleh hakim karena
jabatannya dalam persidangan perkara pidana yang terbuka untuk umum setelah
melalui proses dan procedural hukum acara pidana pada umumnya berisikan amar
pemidanaan atau bebas atau pelepasan dari segala tuntutan hukum dibuat dalam
bentuk tertulis dengan tujuan menyelesaikan perkara. (Mulyadi, 2007, hal. 127)
Dalam perkara, keyakinan hakim merupakan hal yang sangat fundamental bagi
hakim dalam memutus perkara. Sehubungan dengan hal tersebut, sangat perlu
penulis membahas tentang pertimbangan hakim dan dasar pertimbangan hakim
dalam memeriksa dan memutus perkara Nomor : 26/Pid.sus/2013/PT.TPK.Smg”.
Peraturan perundang-undangan Nomor 48 Tahun 2009 tentang
Kekuasaan Kehakiman, menentukan jika para hakim memiliki kebebasan
dalam memberikan putusan, akan tetapi Pasal 50 Undang-Undang No. 48
Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman menekankan kepada seluruh
hakim jika memberikan putusan pada terdakwa harus meletakkan kaidah-
kaidah dan landasan pokok putusan, juga wajib meletakkan peraturan tertentu
dari undang-undang yang berkenaan dengan ketentuan peraturan tak tertulis
yang menjadi titik pokok untuk mengadili.
78
Dengan lengkapnya bagian-bagian perbuatan jahat yang dilakukan
terdakwa, Hakim wajib menggaris bawahi apa saja aspek “sosial”, “yuridis”, dan
“filosofis”. Hakim Pengadilan Tinggi Semarang yang mengadili permasalahan ini
mengambil keputusan dengan terdakwa yang pada Jaksa Penuntut Umum di
dakwaan Kesatunya telah terbukti melanggar Pasal 12 huruf C Undang-undang
Nomor 20 tahun 2001 tentang perubahan atas Undang-undang Nomor 31 tahun
1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Jo Pasal 55 ayat (1) ke ( 1
)KUHP, Ketentuan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 dan ketentuan hukum
lain yang berkaitan dengan peradilan perkara ini.
Penjatuhan pidana terhadap pelaku harus menitikberatkan kepada apa saja
hal tidak benar yang diperbuat. Hal ini berdasarkan asas kesalahan. Barda Nawawi
Arief mengungkapkan, syarat pemidanaan di sebuah putusan berbalik dari suatu
tonggak yang fundamental yaitu merujuk pada “asas legalitas” (merupakan asas
kemasyarakatan) dan asas kesalahan (merupakan asas kemanusiaan) (arief, 2014,
hal. 94)
Menurut (prakoso, 1988, hal. 22) Tujuan penjatuhan pidana terhadap
0otrang yang tidak mematuhi peraturan adalah untuk memberikan suatu rasa
ketidak enakan, dengan tujuan pada jiwa, kebebasan, harta benda, hak-hak
ataupun pada hargadirinya, sebagai perhitungan dari perbuatan yang telah
dibuatnya sehingga diharapkan segera insyaf. Pada dasarnya Hakim dalam
memberikan sanksi pada terdakwa harus tahu maksud dari pemberian sanksinya
atau dengan maksud lain memahami tujuan yang ingin dikenakan kepada orang
yang telah berprilaku menyimpang. (Sudaro, 1990, hal. 100)
79
Diwaktu pemeriksaan ditutup, hakim melakukan rapat sederhana untuk
memberikan kesimpulan dan jika perlu rapat diadakan sesudah terdakwa , saksi,
pengacar/advokat, jaksa penuntut umum dan pengunjung sidang pergi dari
ruangan. Pasal 182 ayat 5 KUHAP, mengatur jika saat rapat tersebut, ketua
majelis hakim menyuguhkan pertanyaan dimulai dari hakim paling muda hingga
hakim tertua, selanjutnya yang paling terakhir menyampaikan idenya yaitu hakim
ketua majelis dan semua masukkan disertai dengan alasan dan segala
pertimbangan. Pasal 182 ayat 6 KUHAP mennetukkan jika sebisa mungkin rapat
majelis adalah hasil bulat, namun jika tidak bisa, maka ditempuh dua cara, yaitu :
a. Putusan diambil dengan suara terbanyak
b. Jika pada huruf a tidak dapat diperoleh putusan, yang dipilih ialah
pendapat hakim yang paling meringankan untuk terdakwa.
Pelaksanaan jalannya penetapan keputusan dicatat dalam buku himpunan
putusan yang disediakan secara tertentu untuk hal penting. Saat pertimbangan
hukum dipengadilan yang ditetapkan majelis hakim kepada terdakwa, pada
perkara “Nomor : 26/Pid.Sus/2013/PT.TPK.Smg,” Majelis hakim menetapkan
pertimbangan-pertimbangan hukum yang dijadikan landasan utama, secara umum
dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Membaca dan mempelajari berkas perkara
2. Mendengarkan keterangan saksi dam keterangan terdakwa
3. Mendengarkan tuntutan Jaksa Penuntut Umum (JPU)
4. Mendengarkan pembelaan terdakwa
5. Menimbang perbuatan dan kesalahan
Kendala atau kerumitan yang dijumpai hakim dalam penjatuhan
putusan berasal dari faktor penyebab, seperti pembelayang terlalu berlebihan
80
dalam memberikan pembelaan dan pembela yang selalu melebih-lebihkan
keterangan, keterangan saksi yang dibuat-buat, serta adanya ketidak sesuaian
kerangan saksi yang satu dengan saksi berikutnya, dan masalah yang sering
dihadapi adalah tidak lengkapnya bukti materil yang seharusnya menjadi alat
bukti saat dipengadilan.
Hakim sebagai perpanjangan tangan dari pemerintah untuk melaksanakan
aturan berdasarkan asas demi keadilan saat memberikan putusan terhadap
peristiwa yang diadilinya tetap beracuan kepada aturan yang ada dalam
undang-undang dan memakai pertimbangan berdasarkan data-data serta para saksi
yang bisa dipegang keterangannya. (kehakiman, 1981, hal. 86)
Berhubung dengan masalah pidana ini, hal yang sangat penting pada ranah
hukum pidana yaitu kemungkinan-kemungkinan untuk memberikan penjatuhan
nestapa. Apabila hal utama itu diperinci secara mendalam bisa digambarkan pada
hukum pidana ada tiga pokok pembahasan yaitu :”
1. Tentang perbuatan yang dilarang
2. Tentang orang yang melanggar larangan itu
3. Tentang pidana yang diancam kepada di pelanggar”
Terdakwa tidak melulu dinyatakan salah dan diberi sanksi, namun harus
diperkuat oleh alat bukti yang sah. Keberadaan alat bukti setidaknya harus bisa
meyakinkan Hakim akan kesalahan yang telah dilakukan terdakwa. Selanjutnya
barulah pidana diberikan. Pasal 183 KUHAP menerangkan jika hakim tidak boleh
memberikan sanksi kepada seorang kecuali apabila ada se dua alat bukti yang sah,
hakim berkeyakinan jika suatu perbuatan yang dilarang telah benar dilakukan dan
terdakwa yang melakukannya dengan salah. Maksud setidaknya dua alat bukti
81
yang sah tersebut adalah paling sedikit dua alat bukti dari lima alat bukti sah
menurut hukum acara pidana.
Hakim dalam memberikan sanksi pada saat rangka menjamin kebenaran,
keadilan, dan kepastian hukum bagi seorang. Jadi, btidak untuk balas dendam,
rutinitas pekerjaan ataupun bersifat formalitas. Namun bila kembali pada tujuan
hukum acara pidana, secara singkatnya adalah untuk menemukan kebenaran yang
sesungguhnya. Hakikatnya tujuan hukum acara pidana adalah mencari dan
menemukan kebenaran materil hanya bagian dari tujuan antara tujuan akhir yaitu
menjadi tujuan seluruh ketertiban hukum Indonesia, dalam menggapai puncak
warga negara yang tertib, dan sejahtera. (waluyo, 2014, hal. 89)
Rendahnya kesadaran hukum menjadi tonggak utama, dimana para pihak
yang berperkara di pengadilan bukan untuk mencari keadilan namun untuk
memenangkan perkara dan mengalahkan pihak lainnya. Sehingga, sering
terdengar di telinga masyarakat jika ada beberapa pihak yang enggan untuk
melaksanakan putusan pengadilan, lazimnya mereka yang tidak mau
melaksanakan putusan pengadilan merupakan pihak yang merasa di kalahkan.
Dan yang menjadi masalah besar pengadilan tidak tidak bersikap responsif,
kurang tanggap dalam merespon kepentingan masyarakat biasa ( ordinary citizen )
adalah di sebabkan kemampuan hakim yang bersifat umum, dan hanya memahami
serta menguasai hukum secara umum tanpa mengetahui secara detail mengenai
duduk permasalahn suatu perkara. (sandiki, 2016, hal. 70)
Berdasarkan telaah yang penulis lakukan terhadap putusan perkara Nomor
: 26/Pid.Sus/2013/PT.TPK.Smg maka penulis mendapatkan kesimpulan bahwa
82
Hakim dalam Pengadilan Tinggi Semarang Tingkat II dengan terdakwa yang
melakukan Tindak Pidana korupsi Yaitu Heru Kisbandono. Hakim pengadilan
Tinggi Semarang telah menjatuhkan putusan dengan pertimbangan sebagai
berikut :
Terdakwa telah di dakwa oleh Jaksa Penuntut Umum melakukan Tindak
Pidana Yaitu :
1. Dakwaan primer yakni terdakwa melanggar Pasal 12 Huruf C Undang –
undang RI Nomor 31 tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi sebagaimana telah di ubah dengan dengan Undang-undang
Nomor 20 tahun 2001 tentang Pembertansana Tindak Pidana Korupsi Jo
Pasal 55 ayat ( 1 ) KUHP.
2. Dakwaan Subsidair yakni terdakwa melanggar Pasal 6 ayat ( 2 ) Jo pasal
6 ayat ( 1 ) huruf a Undang – undang RI Nomor 31 tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah di ubah dengan
Undang – undang Nomor 20 tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi Jo Pasal 55 ayat ( 1 ) ke – 1 KUHP.
Menimbang, bahwa oleh karena dakwaan Penuntut Umum di susun
dalam bentuk subsidairs maka majlis Hakim akan mempertimbangkan dakwaan
Primier lebih dahulu dan apabila dakwaan Primier telah terbukti maka dakwaan
subsidair tidakperlu lagi di pertimbangkan, akan tetapi apabila dakwaan primair
tidak terbukti, maka majlis hakim harus mempertimbangkan dakwaan selanjutnya.
Pada dakwaan primer terdakwa Heru kisbandono telah di dakwa dengan
melanggar Pasal 12 Huruf C Undang -undang nomor 31 tahun 1999 sebagaimana
83
yang telah di perbarui dengan Undang-undang nomor 20 tahun 2001 tentang
pemberantasan tindak pidana korupsi Jo Pasal 55 KUHP jo Undang-undang
Nomor 8 tahun 1981 tentang KUHAP dan pasal lain dari peraturan perundang -
undang lainnya.
Dasar hukum Tindak Pidana Korupsi dalam perkara ini adalah pasal 12
huruf C Undang-undang RI Nomor 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana korupsi sebagaimana telah di ubah dengan Undang-undang RI Nomor 20
tahun 2001 yaitu :
“Dipidana dengan penjara seumur hidup atau pidana penjara singkat (
empat ) tahun dan paling lama 20 ( dua puluh ) tahun dan pidana denda
paling lama sedikit Rp 200.000.000.- ( dua ratus juta rupiah ) dan paling
banyak Rp 1.000.000.000.- ( satu milyar rupiah)
c. Hakim yang menerima suap atau janji, padahal di ketahui atau patut di
duga bahwa hadiah atau janji tesebut di berikan untuk mempengaruhi
putusan perkara yang di serahkan kepadanya untuk di adili”.
Pasal 55 KUHP menyebutkan :
(3) “Dipidana sebagai pembuat suatu perbuatan pidana
1e. Orang yang melakuka, yang menyuruh melakukan, atau turut
melakukan perbuatan itu.
2e. Orang yang pemberian, perjanjian, salah memakai kekuasaan atau
pengaruh, kekerasan, ancaman atau tipu daya atau dengan memberi
kesempatan, daya upaya atau keterangan, sengaja membujuk untuk
melakukan sesuatu perbutan.
(4) Tentang orang – orang yang tersebut dalam sub 2e itu yang boleh di
pertanggungjawabkan kepadanya hanyalah perbuatan yang dengan
sengaja di bujuk oleh mereka itu, serta dengan akibatnya.
1. Hakim
2. Menerima hadiah atau janji
3. Di ketahui atau patut di duga bahwa hadiah tersebut di berikan untuk
mempengaruhi putusan perkara yang di serahkan kepadanya.”
Menurut (Hadikusuma, 2013, hal. 144)Hakim artinya orang yang
mengadili perkara dalam pengadilan atau mahkamah, Hakim juga berarti
84
pengadilan. Yang menjadi subjek di dalam pasal tersebut adalah hakim. Lalu
berdasarkan fakta di Pengadilan bahwa Terdakwa Heru Kisbandono merupakan
seorang Hakim Ad Hoc Pengadilan Tindak Pidana pada Pengadilan Negeri
Pontianak, yang telah menerima suap dari keluarga terdakwa Muhammad Yaeni
yang diberikan oleh Sri dartutik.
Menerima hadiah adalah menerima sesuatu yang bernilai uang atau
ekonomis, Menerima hadiah atau janji adalah sebuah hadiah yang di berikan oleh
oknum kepada Hakim dengan tujuan bisa mempengaruhi hakim tersebut.
Unsur “Padahal di ketahui atau patut di duga bahwa hadiah atau janji”
tersebut di berikan untuk mempengaruhi putusan perkara yang di serahkan
kepadanya untuk di adili, berdasarkan hasil telaah penulis, dan dengan segala
rangkaian peristiwa dalam perkara “Nomor : 26/Pidsus/2013/PT.TPK.Smg”
terdakwa menyadari jika uang yang di terima dari Sri dartutik yang selanjutnya di
serahkan kepada Hakim Kartini julianna Magdalena marpaung merupakan upaya
untuk majlis hakim yang mengadili perkara Muhammad Yaeni memberikan
keringanan hukuman.
Sesuai di dalam perkara ini terdakwa Heru Kisbandono telah menerima
uang sejumlah RP150.000.000.00 ( seratus lima puluh juta rupiah ) padahal yang
bersangkutan mengetahui jika maksud pemberian hadiah tersebut agar bisa
mempengaruhi dan membuat Hakim menjadi memberikan putusan bebas atau
ringan kepada terdakwa.
Unsur yang melakukan, menyuruh melakukan atau turut serta melakukan,
menurut ketentuan pasal 55 KUHP di sebut sebagai dader sesuatu perbuatan
85
pidana adalah “orang yang melakukan, menyuruh melakukandan yang turut serta
melakukan suatu perbuatan pidana”. Orang yang melakukan di sebut (pleger )
adalah sebagai pelaku peserta ( made dader ) yaitu seseorang yang sendirian telah
berbuat mewujudkan semua unsur-unsur dari tindak pidana. Orang yang
menyuruh ( doen plegger ) adalah seseorang yang tidak melakukan sendiri
perbuatan perbuatan pidana tersebut, akan tetapi menyuruh orang lain, sehingga
dalam hal ini sedikitnya ada dua orang bersama sama melakukan, dalam arti kata,
bahwa orang itu bersama-sama melakukan tindak pidana, sedikit-dikit nya
masing-masing Harus melakukan salah satu unsur dari tindak pidana. Mengenai
uraian Pasal 55 ayat ke ( 1) KUHP merupakan sub unsur alternatif, sehingga salah
satu sub unsur saja terpenuhi, maka unsur bersama-samanya di anggap telah ada.
Menurut hemat majlis hakim dari hasil pengamatannya. Ternyata pada diri
maupun maupun perrbuatan terdakwa tidak terdapat alasan pembenar maupun
perbuatan terdakwa tidak terdapat adanya alasan pemaaf, yang dapat
menghilangkan sifat melawan hukum alam perbuatan terdakwa, maupun yang
menghapuskan pidana bagi terdakwa, maka oleh karena itu haruslah di nyatakan
bersalah “secara bersama-sama telah melakukan tindak pidana korupsi” dan oleh
karena itu terdakwa harus mempertenggung jawabkan perbuatannta secara pidana.
Menimbang bahwa jaksa penuntut umum mengajukan memori banding
menyatakan keberatan-keberatan yang pada pokoknya sebagai berikut :
a. Bahwa putusan hakim tingkat pertama yang menjatukan pidana
penjara terhadap terdakwa Heru kisabandono dengan pidana selama 6 (
86
enam ) tahun penjara terlalu ringan dan kurang memenuhi rasa
keadilan masayarakat.
b. Bahwa putusan majlis hakim tersebut tidak memadai hak di lihat dari
segi edukatif preventif, korektif maupun represif.
Menimbang bahwa terdakwa beserta dan juga penasehat hukumnya
mengajukan memori banding menyatakan keberatan yang pada pokoknya sebagai
berikut :
a. “Bahwa terdakwa adalah satu-satu nya tulang punggung keluarga
b. Terdakwa masih punya tanggungan anak istri‟
c. Terdakwa memohon kepada majlis hakim pengadilan tinggi Semarang
untuk melakukan pengurangan pidana yang di jatuhkan kepadanya. “
Menimbang bahwa dalam mencari dan menentukan kebenaran materiil (
kebenaran yang hakiki ) sebagai tujuan utama penjatuhan putusan ini, maka
setelah majlis hakim tingkat banding membaca dan mempertimbangkan secara
seksama dengan jelas berkas perkara beserta berita acara persidangan, alat-alat
bukti yang di ajukan dalam persidangan surat-surat yang berhubungan dengan
perkara tersebut, salinan resmi putusan pengadilan tindak pidana korupsi pada
pengadilan negeri Semarang tanggal 18 maret 2013, Nomor
127/Pidsus/2012/PN.Tipikor.SMg serta memori banding dari jaksa penuntut
umum dan penasihat hukum terdakwa yang secara garis besar tidak di temukan
adanya fakta-fakta baru dan ternyata juga telah dipertimbangkan majlis hakim
tingkat pertama dalam putusannya dengan benar. dengan demikian majlis hakim
tingkat banding sependapat denganpertimbangan hakim tingkat pertama dalam
87
putusannya bahwa terdakwa telah terbukti dengan sah dan meyakinkan bersalah
melakukan tinak pidana sebagaimna yang di dakwakan kepadanya dalam dakwaan
nya sehingga dakwakan tersebut di ambil alih dan di jadikan pertimbangan majlis
hakim tingkat banding dalam memutus perkara ini di tingkat banding. Namun
demikian majlis hakim tingkat banding perlu memperbaiki pidana yang di
jatuhkan kepada terdakwa.
Menimbang bahwa pertimbangan majlis hakim tingkat pertama
sebagaiman ayang telah di muat da dalam putusan Pengadilan Tindak pidana
korupsi Semarang telah mmepertimbangkan tentang unsur yang membertatkan
dan meringankan, oleh karena itu majlis hakim Bnading menambah hal-hal antara
lain:
1. “Bahwa terdakwa sebaga penegak hukum seharusnya memberikan contoh
yang baik kepada terdakwa
2. Terdakwa mantan pengacara yang di angkat sebagai Hakim Ad hoc
seharusnya mengetahui hal-hal yang tidak di lakukan bagi seorang hakim
3. Sebagai hakim Ad hoc terdakwa harus bisa menambah citra hakim
tersebut
4. Terdakwa berperan aktif dalam proses terjadinya penyuapan tersebut
5. Hukuman / pidana yang di jatuhkan oleh pengadilan tingkat pertama di
rasa tidak adil dan hukuman tersebut harus setimpal dengan perbuatan
terdakwa, dan juga putusan ini harus dipandang sebagai tanggapan dari
memori banding tersebut”.
Menimbang bahwa tidak ada alasan pembenar untuk mengeluarkan
terdakwa dari tahanan maka terdakwa harus di nyatakan tetap didalam tahanan.
Menimbang oleh karena terdakwa tetap di jatuhi pidana, maka kepadanya
harus di bebani untuk membayar biaya perkara pada tingkat peradilan.
Mengingat pasal 12 huruf C undang-undang nomor 31 tahun 1999 Jo
Undang-undang nomor 20 tahun 2001 tentang pemberntasan tindak pidana
88
korupsi jo pasal 55 KUHP jo undang –undang nomor 8 tahun 1981 tentang
KUHAP dan pasal –pasal lainnya dari peraturan perundang – undangan.
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan majlis hakim pengadilan tinggi
Semarang mengadili, Kemudian hakim juga harus mempertimbangkan hal-hal
yang memberatkan dan meringankan atas diri terdakwa, adapun hal-hal yang
memberatkan dan meringankan terdakwa dalam perkara Nomor
:26/Pidsus/2013/PT.TPK.Smg
Hal-hal yang memberatkan :
1. “Tindak pidana tersebut di lakukan oleh terdakwa di saat pemerintahdan
Rakyat Indonesia dengan gencar-gencar mengupayakan pemberntasan
korupsi.
2. Sebagai seorang hakim Ad Hoc yang keberadaanya justru sangat di
harapkan memberantas korupsi, terdakwa sangat tidak patut melakukan
perbuatan tersebut”.
Hal yang meringankan :
1. “Terdakwa mengakui terus terang perbuatannya
2. Terdakwa bersikap sopan
3. Di persidangan, terdakwa menyatakan rasa bersalah dan penyesalannya
telah melakukan tindak pidana
4. Terdakwa mempunyai tanggungan keluarga
5. Terdakwa telah mengungkapkan peranan Hakim kartini Julinna dalam
perkara Korupsi”.
Dalam hal-hal yang memberatkan dan meringankan terdakwa dalam
ketentuan Pasal 197 ayat (1) huruf f KUHAP dinyatakan “Pasal peraturan
perundang-undangan yang menjadi dasar pemidanaan atau tindakan dan Pasal
peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar hukum dari putusan disertai
89
keadaan yang memberatkan dan meringankan terdakwa”. Oleh sebab suatu
perbuatan yang oleh aturan diancam dengan hukum pidana, selalu terdiri dari
beberapa bagian, yang merupakan syarat bagi dapatnya perbuatan itu dikenakan
hukuman “(elemen dari delick)”, maka tiap-tiap bagian itu harus ditinjau, apakah
sudah dianggap terjadi.
Sebagai asumsi awal dapat dikemukakan bahwa hakim dalam
menjatuhkan putusan cenderung lebih banyak menggunakan pertimbangan yang
bersifat yuridis dibandingkan pertimbangan non yuridis. Dalam memberikan
telaah kepada pertimbangan hakim dalam berbagai putusannya akan diihatnya
pada dua kategori. Kategori pertama akan dilihat dari segi pertimbangan yang
bersifat yuridis dan kedua adalah pertimbangan yang bersifat non yuridis.
(Muhammad, 2006, hal. 124)
a) Pertimbangan yang bersifat yuridis
Pertimbangan yang bersifat yuridis adalah pertimbangan hakim
yang didasarkan pada fakta-fakta yuridis yang terungkap di dalam
persidangan oleh undang-undang telah ditetapkan sebagai hal yang harus
dimuat di dalam putusan. Adapun pertimbangan hakim yang digolongkan
sebagai pertimbangan yuridis yaitu dilihat dari dakwaan jaksa penuntut
umum, keterangan terdakwa, keterangan saksi, barang-barang bukti, dan
pasal-pasal peraturan hukum pidana
b) Pertimbangan yang bersifat non yuridis
Keadaan-keadaan yang digolongkan sebagai pertimbangan yang
bersifat non yuridis yaitu latar belakang peraturan pidana, akibat perbuatan
90
pidana, kondisi diri terdakwa, keadaan sosial ekonomi terdakwa, dan
faktor agama terdakwa.
Tujuan dilakukannya pertimbangan oleh Majelis Hakim agar dapat
menselaraskan terhadap tindak pidana yang dilakukan oleh terdakwa, dengan
akibat yang dilakukan dari tindak pidana yang telah terjadi beserta sanksi
hukumannya. Maka kemudian Majelis Hakim akan mempertimbangkannya.
Harus diingat bahwa pertimbangan hakim dalam suatu putusan yang
mengandung penghukuman terdakwa, harus ditujukan kepada hal terbuktinya
peristiwa pidana yang dituduhkan kepada terdakwa. (marpaung, 2014, hal. 149)
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut diatas, maka Majelis
Hakim Pengadilan tinggi Semarang pada perkara Nomor :
26/Pid.sus/2013/PT.TPK.Smg memutuskan atau mengadili sebagai berikut: “
1. Menyatakan bahwa HERU KISBANDONO tersebut, terbukti secara sah
dan meyakinkan besalah melakuka tindak pidana korupsi secara bersama -
sama.
2. Menjatuhkan pidana penjara terhadap terdakwa selama 8 ( delapan ) tahun
dan pidana denda sebesar Rp.200.000.000.- ( dua ratus juta Rupiah ),
dengan ketentuan bahwa bila denda ini tidak di bayar di ganti dengan
pidana kurungan seama ( empat ) tahun.
3. Menyatakan bahwa terdakwa tetap di berada daam tahanan Rumah
tahanan Negeri ( Rutan )
91
4. Menetapkan bahwa penahanan yang telah di jalani terdakwa hingga saat
putusan ini beroleh kekutan hukum yang tetap, di kurangkan dari pidana
yang di jatuhkan kepadanya”.
Menurut Pasal 197 huruf e KUHAP salah satu yang harus dimuat dalam
surat putusan pemidanaan adalah Pasal peraturan perundang-undangan yang
menjadi dasar pemidanaan. Pasal-pasal yang didakwakan oleh Penuntut Umum
menjadi dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan. Keseluruhan
putusan hakim yang diteliti dalam penulisan ini, memuat pertimbangan tentang
pasal-pasal tindak pidana korupsi.
Sesudah putusan pemidanaan diucapkan, hakim ketua sidang wajib
memberitahukan kepada terdakwa tentang apa yang menjadi haknya, yaitu
a. “Hak segera menerima atau segera menolak putusan
b. Hak mempelajari putusan hakim sebelum menyatakan dan menerima atau
menolak putusan, dalam tenggang waktu yang ditentukan yaitu tujuh hari
setelah putusan dijatuhkan atau setelah putusan diberitahukan kepada
terdakwa yang tidak hadir
c. Hak meminta penangguhan pelaksanaan putusan dalam tenggang waktu
yang ditentukan oleh undang-undang untuk dapat mengajukan grasi,
dalam hal menerima isi putusan
d. Hak meminta banding dalam tenggang waktu tujuh hari setelah putusan
dijatuhkan atau setelah putusan diberitahukan kepada terdakwa yang
belum hadir
92
e. Hak segera mencabut pernyataan bahwa selama perkara banding belum
putus oleh pengdilan tinggi, permintaan banding adapt dicabut sewaktu-
waktu dan dalam hal sudah dicabut, namun permintaan banding dalam
perkara itu tidak boleh diajukan lagi.” (Hamzah, 1996, hal. 279-280)
Mengacu pada putusan” Nomor : 26/Pid.sus/2013/PT.TPK.Smg” , Penulis
berpendapat bahwa putusan tersebut belum mencerminkan rasa keadilan karena
Majelis Hakim dalam menerapkan hukum terhadap terdakwa Heru Kisbandono
dengan Pasal 12 huruf C Undang-undang nomor 31 tahun 1999 sebagaimana telah
di perbarui dengan Undang-undang Nomor 20 tahun 2001 Jo Pasal 55 ayat (1) ke
(1)KUHP kurang tepat mengingat bahwa maksud dan ketentuan Pasal 12 Huruf C
UU Tipikor adalah melakukan pemidanaan terhadap Hakim yang menerima Suap
( bentuknya hadiah atau janji ) sebagai penyuapan pasif , dengan unsur –unsurnya
adalah : Subjek pelaku tindak pidana nya adalah Hakim ( Pemeriksa Perkara )
Unsur Objektif : Perbuatannya menerima ( hadiah) atau menerim ( janji ) ,
objeknya hadiah atau janji, Unsur Subjektif nya : berkaitan dengan Kesalahan
berupa di ketahui atau patut di duga ( pro parte dolus culpa ) bahwa hadiah atau
janji tersebut di berikan untuk mempengaruhi putusan perkara yang di serahkan
kepadanya atau di adili.
Jika di telaah lebih lanjut berdasarkan fakta-fakta diatas maka perbuatan
terdakwa atas nama Heru Kisbandono, tidak memenuhi unsur-unsur dalam
dakwaa primer. Seyogyanya yang terbukti adalah terpenuhi salah satu dari
dakwaan subsidair yaitu Pasal 6 ayat (1) huruf a Undang-undang RI Nomor 31
93
tahun 1999 Jo Undang-undang Nomor 20 tahun 2001 tentang pemberantasan
tindak piana korupsi Jo Pasal 55 ke-1 KUHP.
Adapun unsur-unsur yang meliputi pada Pasal 6 ayat (1) huruf a, adalah
1. Unsur setiap orang, maksudnya adalah setiap manusia yang mampu
dipertanggungjawabkan atas perbuatan dan kesalahannya, tidak
memandang dari segi pekerjaan ataupun jabatan.
2. Memberi atau menjanjikan suatu kepada Hakim, maksudnya adalah unsur
ini terpenuhi dimana peran terdakwa sebagai perantara antara keluarga
terdakwa Muhammad yaeni dengan hakim yang menangani perkara
korupsi terdakwa, dengan aktif mewujudkan terjadinya perbuatan memberi
atau menjanjikan sesuatu kepada hakim, yaitu dengan meneruskan
pemberian atau pelaksanaan janji berupa sejumlah uang kepada hakim
anggota pemeriksa perkara yakni Hakim Kartini julianna magdalena
marpaung.
3. Unsur dengan maksud untuk mempengaruhi putusan perkara yang
diserahkan kepadanya untuk diadili, unsur yang dimaksud adalah berarti
adanya nilai kesengajaan dari terdakwa atas perbuatannya untuk
memberikan atau menjanjikansesuatu kepada hakim, dimana kesengajaan
di tujukan untuk mempengaruhi putusan yang diserahkan kepada hakim
yang bersangkutan untuk diadili.
Dengan mengamati serangkaian perbuatan yang dilakukan oleh terdawa
Heru kisbandono dari awal hingga akhir maka unsur pasal 6 ini telah terpenuhi.
faktanya dalam kasus ini terdakwa atas nama Heru kisabandono telah melakukan
94
perbuatan yang ditujukan untuk mempengaruhi putusan perkara berupa
keringanan hukuman atas nama Muhammad yaeni, dimana perbuatan yang
dilakukan adalah perbuatan pelaksanaan , yakni perbuatan-perbuatan yang secara
langsung mengarah pada terjadinya delik memberikan atau menjanjikan sesuatu
kepada hakim, dimana perbuatan terdakwa adalah menerima uang dari keluarga
Muhammad yaeni untuk diserahkan kepada hakim yang mengadili kasusnya.
Menurut (Ellidar chaidir dan Suparto, 2017, hal. 5) imparsialitas hakim
haruslah terlihat dengan konkrit gagasannya, bahwa sesungguhnya para hakim
akan memberikan dasar hukum yang relevan sesuai dengan fakta dan hukum
dimuka persidangan, bukan malah berdasarkan keterkaitan dengan suatu pihak
yang berperkara, bukan pula menjadi pemutus perkaranya sendiri. Imparsialitas
proses pada persidangan hanya bisa dilakukan, jika hakim dapat melepaskan diri
dari konflik kepentingan atau faktor semanagt pertemanan ( collegial ) dengan
pihak yang berperkara, maka oleh sebab itu jika hakim tidak bisa bersikap netra
maka seharusnya mengundurkan diri dari proses persidangan jika dilanjutkan
akan memunculkan potensi imparsialitas.
Dalam menentukan strafmaat Hakim harus menerapkan asas
proposionalitas untuk mengukur berat ringannya pidana, dimana pidana yang di
jatuhkan berdasarkan pada teori : “let punishment fit to offense and guilty” dalam
rangka tercapainya rasa keadilan bagi terdakwa dan masyarakat .Dalam putusan
Pengadilan Negeri Semarang asas Proporsionalitas ini tidak tercermin dalam
vonis, dimana terdakwa hanya di jatuhi pidana penjara selama 6 ( enam ) tahun
dan pidana denda sebesar Rp 200.000.000.00 ( dua ratus juta ) dengan ketentuan
95
di ganti dengan pidana kurungan selama 4 ( empat ) bulan, dan Putusan
Pengadilan Tinggi memperbaiki putusan dari Pengadilan Negeri berupa :
menjatuhkan Pidana Penjara terhadap terdakwa selama 8 ( delapan ) tahun dan
pidana denda sebesar Rp200.000.000.00 ( dua ratus juta rupiah ), dengan
ketentuan bahwa bila denda tidak di bayar maka diganti dengan pidana kurungan
selama 4 ( empat ) bulan dan dalam putusan Pengadilan Tinggi masih kurang
memperhatikan asas Proporsionalitas.
96
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian dari pembahasan, maka penulis menyimpulkan di
antaranya sebagai berikut :
1. Pembuktian terhadap tindak pidana korupsi dalam perkara Nomor :
26/Pid.sus/2013/PT.TPK.Smg yang di lakukan oleh Hakim tingkat
banding. Perbuatan terdakwa Pada dakwaan primer terdakwa Heru
kisbandono telah di dakwa dengan melanggar Pasal 12 Huruf C Undang -
undang Nomor 31 tahun 1999 sebagaimana yang telah di perbarui dengan
Undang-undang nomor 20 tahun 2001 tentang pemberantasan tindak
pidana korupsi Jo Pasal 55 KUHP jo Undang-undang Nomor 8 tahun
1981 tentang KUHAP dan pasal lain dari peraturan perundang -undang
lainnya. Telah terpenuhi dan terbukti secara sah dan juga telah di kaitkan
dengan keterangan saksi, Surat, Petunjuk maupun keterangan terdakwa
telah sesuai dengan ketentuan alat bukti pada pasal 184 KUHAP yang
mulanya di ajukan oleh penuntut umum di awali dengan alat bukti surat,
keterangan saksi, keterangan ahli, petunjuk dan keterangan terdakwa telah
berjalan sesuai dan benar.
2. Pertimbangan hukum Majlis hakim dalam memutuskan perkara tindak
pidana Korupsi dalam perkara Nomor : 26/pid.sus/2013/PT.TPK.Smg
terhadap terdakwa terlebih dahulu telah di pertimbangkan segala fakta -
97
fakta yang di ungkapkan di persidangan di antaranya mengenai
pembuktian yang dilakukan oleh jaksa penuntut umum dengan
menghadirkan saksi-saksi dan mengajukan barang bukti di persidangan,
sehingga dapat membuktikan kesalahannya yang di dakwakan kepada
terdakwa. Dan majlis hakim telah mempertimbangkan keterangan dari
terdakwa sendiri yang telah mengakuinya. Sebelum menjatuhkan putusan
kepada terdakwa majlis hakim terlebih dahulu mempertimbang kan hal-hal
yang membertakan dan meringankan terdakwa, yang nantinya akan
menjadi bahan pertimbangan hakim dalam menjatuhkan pidana kepada
terdakwa agar pidana yang di jatuhkan kepada terdakwa sesuai dengan
rasa keadilan bagi terdakwa dan masyarakat sesuai dengan Asas
Proporsionalitas.
B.Saran
Berdasarkan Kesimpulan tersebut maka penulis menyarankan beberapa hal
sebagai berikut :
1. Kepada Jaksa Penuntut Umum agar dapat menerapkan pasal sesuai
dengan kondisi yang sebenarnya terjadi, dan membuktikan sesuai
dengan pasal yang telah di dakwakan kepada terdakwa sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang terjadi.
2. Kepada Majlis Hakim agar mempertimbangkan bukti-bukti yang ada
sekurang-kurangnya dalam alat bukti tersebut yang diajukan oleh Jaksa
Penuntut Umum sehingga penjatuhan pidana kepada terdakwa sesuai
98
dengan rasa keadilan dan kepatutan tidak bertentangan dengan hukum
dan peraturan perundang-undangan.
99
DAFTAR PUSTAKA
1. Buku-buku
Buku panduan penulisan skripsi. (2014). Pekanbaru: UIR press.
alatas, S. h. (1996). Sosiologi korupsi. Jakarta: Rineka cipta.
anshoruddin, H. (2004). hukum pembuktian menurut hukum acara islam dan
hukum positif . Yogyakarta: Pustaka pelajar.
arief, B. n. (2014). Bunga rampai kebijakan hukum pidana. Jakarta: Penerbit
Kencana.
arto, M. (2004). praktek perkara perdata pada pengadilan agama, cet v.
Yogyakarta: pustaka pelajar.
Atmasasmita, R. (2003). Pengantar Hukum kejahatan bisnis. Jakarta: Kencana.
Chazawi, A. (2008). Hukum Pembuktian Tindak Pidana Korupsi. Bandung :
Alumni Bandung.
chazawi, A. (2018). Hukum pembuktian tindak pidana korupsi edisi revisi.
Malang : Media nusa creative.
Dahlan. (2015). Distorsi beban pembuktian dalam tindak pidana korupsi menurut
sistem pembuktian. Jurnal hukum samudera keadilan, 73.
Djaja, E. (2013). Memberantas korupsi bersama KPK. Jakarta: Sinar grafika.
Djoko prakoso, dkk. (1987). kejahatan -kejahatb yang merugikan dan
membahayakan negara. Jakarta: PT bina aksara.
Dwidja Priyatno Dan Kristian. (2017). Kebijakan formulasi sistem pertanggung
jawaban Pidana. Bandung: Sinar grafika.
Gultom, M. (2018). Suatu analisis tentang tindak pidana korupsi di indonesia .
Bandung: Refika Aditama Bandung.
Hadikusuma, H. (2013). Tentang bahsa Hukum indonesia . Bandung: PT Alumni.
hafiz, j. (2013). Korupsi perspektif HAN . Jakarta: Sinar grafika.
hamzah, A. (1983). korupsi indonesai masalah dan pemecahannya. Jakarta: Pt
Gramedia.
100
Hamzah, A. (1996). Hukum Acara Pidana Indonesia , edisi revisi. Jakarta: Sapta
artha Jaya.
hamzah, A. (2006). hukum acara pidana . jakarta: rineka cipta.
hamzah, A. (2007). Pemberantasan korupsi melalui hukum pidana nasional dan
internasional. Jakarta: PT raja GRafindo.
harahap, M. y. (2000). Pembahasan permasalahan dan penerapan KUHP.
Jakarta: Sinar grafika.
Hartanti, E. (2005 ). Tindak pidana Korupsi. Semarang: Sinar grafika.
Hiariej, E. O. (2012). Teori dan hukum pembuktian . Yogyakarta: Erlangga.
Huda, M. N. (2012). Hukum pidana tindak pidana Korupsi dan pembaharuan
hukum pidana. Pekanbaru: Uir Press.
huda, M. N. (2014). Tindak pidana korupsi. Pekanbaru: UIR press.
kehakiman, d. (1981). pedoman pelaksanaan KUHAP. Jakarta: Yaysan
Pengayoman.
kpk, T. (n.d.). Panduan melawan korupsi tentang pahami dulu baru melawan.
Kristian dan yopi gunawan. (2015). tindak pidana korupsi kajian terhadap
harmonisasi antara Hukum nasional dan The United convention Against
Corruption ( UNCAC ). Bandung: PT Refika Adithama Bandung.
kritiana, Y. (2016). Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Perspektif hukum
progresif. Jakarta: Thafa Media.
marpaung, L. (2014). Proses pembuktian perkara pidana ( penyelidikan &
penyidikan ). Jakarta : Sinar grafika.
Moeljatno. (2008). asas -asas hukum pidana. Jakarta: Sinar grafika.
Muhammad, R. (2006). Potret Lembaga Pengadilan Indonesia. Yogyakarta: Pt
Raja GRafindo.
Mulyadi, L. (2007). Kompilasi huum pidana dalam perspektif teoritis dan praktik
peradilan. Bandung: Mandar maju.
mulyadi, L. (2012). Hukum Acara Pidana. Bandung : PT Citra Aditya Bakti.
101
Mustika, D. P. (1987). Dasar - dasar ilmu kedokteran dan kehakiman. Jakarta:
Bina Aksara.
poernomo, B. (1984). Pertumbuhan hukum penyimpangan di luar kodifikasi
hukum pidana. Jakarta: Bina Aksara.
prakoso, D. (1988). Hukum penitensir di Indonesia . Yogyakarta: Liberty.
prodjohamidjojo, M. (n.d.). Penerapan pembuktian terbalik dalam delik korupsi.
Bandung: CV Mandar maju.
rahardjo, S. (1983). Masalah penegakan suatu hkum suatu tinjauan sosiologis.
Bandung: Sinar baru.
Ridwan. (2014). upaya pencegahan tindak pidana korupsi melalui peran serta
masayarakat . Kanun jurnal ilmu hukum .
Rizki, G. M. (2008). kitab undang-undang hukum acara pidana. Jakarta: Permata
press.
Rocky marbun dkk. (2012). Kamus hukum lengkap mencangkup istilah hukum
dan perundang-undangan. Jakarta: Transmedia Jakarta.
Rohim. (2011). Modus operanditindak pidana korupsi. Jakarta: Sinar grafika.
Rosita, Hari Sasangka dan Lili. (2003). Hukum pembuktian dalam perkara
pidana. Bandung: Mandar maju.
rukmini, M. (2014). Aspek Hukum pidana dan kriminologi. Bandung : PT Alumni.
soekanto, S. (2007). Pengantar penelitian hukum. Jakarta: UI press.
Soerjono soekanto dan Sri mamudji. (2002). Penelitian hukum normatif. Jakarta:
Sinar grafika.
Sudaro. (1990). Hukum pidana I. Semarang: Yayasan Semarang.
Surachmin dan Suhandi. (2012). strategi dan teknik korupsi. Jakarta: Sinar
grafika.
Suteki dan Galang Taufani. (2017). Metodologi penelitian hukum . Semarang: PT
raja Grafindo.
Suyatno. (2005). Korupsi, kolusi dan nepotisme. Jakarta: Pustaka sinar harapan.
Syamsudin, A. (2011). tindak pidana khusus. Jakarta: Pena amulti media.
102
Teguh sulista, Aria zanetti. (2011). Hukum pidana: Horizon baru pasca
Reformasi. Jakarta: PT Raja Grafindo.
waluyo, B. (2014). pidana dan pemidanaan . Jakarta: Sinar grafika.
2. Jurnal
Arlina, S. (2018). Perindungan konsumen dalam transaksi jual beli online produk
kosmetik ( pemutih wajah ) yang mengandung zat berbahaya berdasarkan
UU No 8 tahun 1999. UIR Law Review, 2.
bahri, S. (2015). Kajian dalam kajian hukum islam . Kanun jurnal ilmu hukum ,
608.
Ellidar chaidir dan Suparto. (2017). perlunya pengawasan terhadap kode etik dan
perilaku hakim konstitusi dalam rangka menjaga martabat dan
kehormatannya. UIr Law Review volume 01 nomor 02, 5.
Fadjar, H. M. (2001). penegakan hukum korupsi dan pemerintahan yang bersih.
Jurnal widya yuridka vol 9 No 1 FH universitas widya gama, 31.
hidayah, A. N. (2018). analisis apek hukum tindak pidana korupsi dalam rangka
pendidikan anti korupsi. Jurnal kosmik hukum .
Huda, M. N. (2013). Asas Pembuktian Terbalik Tindak pidana pencucian uang
dalam globalisasi Hukum. Supremasi Hukum .
Indonesia, k. A. (2014). Optimalisasi Pemberantasan Korupsi di Indonesia. Jurnal
Yuridis, 169.
qadapi, M. (2017). analisis kriminologi terjadinya korupsi gaji pegawai negeri
sipil fiktifdi pemerintahan kabupaten Lampung. Jurnal fakultas hukum.
wiarti, J. (2017). langkah untuk mengembabalikan kerugian negara ( perspektif
analisis terhadap hukum ). UIR Law Review volume 01, nomor 01, 2.
Zul akrial dan Heni Susanti. (2017). Analisis terhadap korporasi sebagai suatu
subyek hukum didalam undang-undang no 32 tahun 2009 tentang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. UIR Law review, 6.
3. Skripsi
sandiki, N. (2016). tinjauan penyelesaian sengketa melalui mediasi di Pengadilan
dalam perkara No:39/Pdt.G/2013/PN.Slk ( studi kasus ). Pekanbaru:
Fakultas Hukum Universitas ISlam RIau.
103
4. Undang-undang
Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi
Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Kitab undang-undang
Hukum Acara Pidana