SKRIPSI
“PEMASARAN POLITIK (POLITICAL MARKETING) TOMY
SATRIA YULIANTO (TSY) DALAM MENGHADAPI
PEMILIHAN KEPALA DAERAH DI KABUPATEN
BULUKUMBA PERIODE 2020-2025”
Disusun dan diusulkan oleh:
A.NURUL HIDAYAT
NIM : 105641100216
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
i
PEMASARAN POLITIK (POLITICAL MARKETING) TOMY
SATRIA YULIANTO (TSY) DALAM MENGHADAPI
PEMILIHAN KEPALA DAERAH DI KABUPATEN
BULUKUMBA PERIODE 2020-2025
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan
Disusun dan Diajukan
A.NURUL HIDAYAT
Nomor Stambuk : 105641100216
Kepada
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama Mahasiswa : A.Nurul Hidayat
Nomor Stambuk : 105641100216
Program Studi : Ilmu Pemerintahan
Menyatakan bahwa benar karya ilmiah ini adalah penelitian saya sendiri tanpa
bantuan dari pihak lain atau telah ditulis/dipublikasikan orang lain atau melakukan
plagiat. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian
hari pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik
sesuai aturan yang berlaku, sekalipun itu pencabutan gelar akademik.
Makassar,
Yang Menyatakan,
A.Nurul Hidayat
v
ABSTRAK
A.NURUL HIDAYAT 2020. Pemasaran Politik (Political Marketing) Tomy
Satria Yulianto (Tsy) Dalam Menghadapi Pemilihan Kepala Daerah Di
Kabupaten Bulukumba Periode 2020-2025. (Dibimbing oleh Abdul Kadir Adys
dan Hamrun)
Pemasaran politik adalah serangkaian aktifitas terencana, strategis dan
juga taktis, berdimensi jangka panjang dan jangka pendek, untuk menyebarkan
makna politik kepada para pemilih. Pemasaran terdapat beberapa pendekatan
yaitu push marketing, pull marketing, dan pass marketing. Pendekatan ini
dihunakan untuk mempromosikan pasangan calon kepala daerah kabupaten.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pemasaran Politik (Political
Marketing) Tomy Satria Yulianto (TSY) Dalam Menghadapi Pemilihan Kepela
Daerah di Kabupaten Bulukumba Periode 2020-2025. Jenis penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan tipe penelitian
deskriptif yaitu tidak untuk menguji hipotesa tertentu melainkan untuk
menemukan gambaran mengenai pemasaran politik yang digunakan oleh Tomy
Satria Yulianto (TSY) dalam menghadapi pilkada kabupaten Bulukumba periode
2020-2025. Data dan informasi yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh
dari keterangan informan yaitu orang-orang yang dianggap mengetahui dan bisa
dipercaya dalam memberikan informasi yang akurat dengan menggunakan dua
macam data yaitu data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data dalam
penelitian ini adalah observasi langsung ke lokasi penelitian, wawancara secara
mendalam dan dokumentasi di lokasi penelitian.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Pemasaran Politik (Political
Marketing) Tomy Satria Yulianto (TSY) Dalam Menghadapi Pemilihan Kepala
Daerah Di Kabupaten Bulukumba Periode 2020-2025 menggunakan pendekatan
pemasaran politik (push marketing, pull marketing,dan pass marketing) untuk
menambah lumbung suara miliknya karena pada pemilihan kemarin ada beberapa
janji politik yang tidak direalisasikannya saat menjabat sebagai wakil di periode
sebelumnya.
Kata Kunci : Pemasaran Politik, Tomy Satria Yulianto (TSY).
vi
KATA PENGANTAR
Assalamu ‘Alaikum Warahmatullahi Wabarakatu
Puja dan puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penelitian ini dengan baik. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada
Nabi Muhammad SAW. Adapun judul yang penulis pilih untuk penelitian ini
adalah “Pemasaran Politik (Political Marketing) Tomy Satria Yulianto (TSY)
Dalam Menghadapi Pemilihan Kepala Daerah Di Kabupaten Bulukumba Priode
2020/2025”. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan penelitian ini. Oleh karena
itu, dalam kesempatan kali ini penulis ingin menyampaikan Penghargaan yang
setinggi-tingginya dan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada :
1. Abdul Kadir Adys,SH.,MM selaku dosen pembimbing I yang telah banyak
menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan penulis dalam
penyusunan penelitian ini.
2. Hamrun,S.IP.,M.Si selaku dosen pembimbing II yang telah banyak
menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan penulis dalam
penyusunan penelitian ini.
3. Ibunda Dr. Nuryanti Mustari, S.IP.,M.Si selaku Ketua Jurusan Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik
vii
4. Ahmad Taufik,S.IP.,M.AP Sebagai Penasehat Akademik yang selalu mudah
untuk memberikan tanda tagannya di setiap semester.
5. Bapak Tomy Satria Yulianto selaku Calon Bupati Kabupaten Bulukumba
Periode 2020-2025 mendatang yang telah mengizinkan, membantu dan
meluangkan waktu untuk peneliti mengambil data wawancara penelitian ini.
6. Etta dan Ummyku tercinta serta keluarga besar AmNur (A.Mappisabbi,
A.Nurjannah, A.Nurmala Dewi, A.Afdal, A.Nur Amaliah beserta kakak
iparku Nurdin, Nita Purnama Sari dan Marsunil Makkaraka, dan terkhusus
anakku tercinta A. Muh. Khalil Dzaki), yang selalu memberikan motivasi
dan dukungan baik moral maupun material, serta doa yang tiada henti.
Terima kasih sedalam-dalamnya atas kasih sayang kedua orang tua yang
diberikan kepada penulis yang tidak dapat terlukiskan sehingga penulis
dapat menyelesaikan penelitian ini.
7. Kepada A.Husnul Khatimah, S.Ked sebagai pasangan, yang selalu
menemani, memberi dukungan, motivasi dan selalu menghibur jika ada
masalah menganai skripsiku, terima kasih sudah selalu ada.
8. Kepada Lisda, Nur Rahmat, Irfandi M, Risman Aprianto, dan Hasmilah,
sebagai sahabat yang memberikan saya semangat candatawa, dikala jenuh
menghampiri raga ini dan berpikir untuk berhenti melanjutkan penelitian
ini namun, kehadiran kalian dapat membuat saya kembali fokus pada
penelitian dan terus menggapai impian kita bersama yaitu S.IP
viii
9. Rekan mahasiswa Kelas A angkatan 2016 beserta seluruh angkatan 2016
yang telah memberi saran dan informasi penelitian sehingga penelitian ini
dapat terselesaikan.
10. Kepada kakak sepupu A.Mudassir yang membantu penulis untuk menyusun
dan memberi saran kepada penulis sehingga penelitian ini dapat rampung
sampai sekarang.
11. Terkhusus untuk pribadi saya sendiri yang mampu menjalankan amanah
orang tua walaupun usaha saya saat ini tidak mampu membalas pemberian
orang tua (A.Mappisabbi dan A.Nurjannah). Ucapan saya sebagai ananda ta
“Hanya ini yang dapat bungsu berikan Gelar ini untuk kalian.
12. Terimakasih juga kepada kulkas dua pintu (Surya 16) yang telah setia
menemani penulis saat mengerjakan penelitian.
13. Terimakasih kepada Nanako (motorku) sebagai kuda besi yang menemani
penulis dari semester satu hingga saat ini. Ucapanku Nanako terus
mengabdi.
14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu persatu yang
telah membantu dalam penyelesaian tugas akhir ini, baik secara langsung
maupun tidak langsung.
Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih sangat jauh dari kesempurnaan,
oleh karena itu penulis mengharapkan sumbangan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari berbagai pihak untuk kesempurnaan penelitian ini.
ix
Akhirul kalam, penulis berharap laporan penelitian ini dapat bermanfaat bagi
seluruh kalangan khususnya mahasiswa Ilmu Sosial dan Ilmu Pemerintahan
Universitas Muhammadiyah Makassar.
Makassar, 21 Juli 2020
Penyusun
x
DAFTAR ISI
Halaman Judul ....................................................................................................
Halaman Pengajuan Skripsi ............................................................................... i
Lembar Persetujuan ............................................................................................ ii
Lembar Penerimaan Tim .................................................................................... iii
Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ....................................................... iv
Abstrak ............................................................................................................... v
Kata Pengantar ................................................................................................... vi
Daftar Isi............................................................................................................. x
Daftra Tabel ....................................................................................................... xiii
Daftar Gambar .................................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................. 7
C. Tujuan Penelitian ................................................................................... 8
D. Manfaat Penelitian ................................................................................. 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pemilih Pemula .................................................................................... 9
B. Marketing Politic ................................................................................. 10
1. Definisi ........................................................................................... 10
2. Peranan Marketing Politic ............................................................. 11
3. Pendekatan Marketing dalam Politik ............................................. 21
xi
C. Pemilihan Kepala Daerah (PILKADA) ............................................... 26
1. Definisi ........................................................................................... 26
2. Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah .......................................... 28
D. Kerangka Berpikir ................................................................................ 32
E. Fokus Penelitian ................................................................................... 33
F. Deskripsi Fokus Penelitian .................................................................. 34
BAB III METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Lokasi Penelitian ............................................................... 35
B. Tipe Penelitian ..................................................................................... 35
C. Sumber Data......................................................................................... 36
D. Informan ............................................................................................... 37
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 38
F. Teknik Pengolahan Data ...................................................................... 39
G. Teknik Analisis Data............................................................................ 40
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Objek Penelitian .................................................................. 43
B. Pemasaran Politik (Political Marketing) Tomy Satria Yulianto
(TSY) Dalam Menghadapi Pemilihan Kepala Daerah Di Kabupaten
Bulukumba Priode 2020/2025 ............................................................. 53
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................... 60
B. Saran .................................................................................................... 62
xii
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 64
LAMPIRAN-LAMPIRAN .............................................................................. 67
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Informan Penelitian ............................................................................ 37
Table 4.1 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Bulukumba
Tahun 2010-2017 ..................................................................................... 49
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir .................................................................... 32
Gambar 4.1 Peta Kabupaten Bulukumba ........................................................... 45
Gambar 4.2 Tomy Satria Yulianto (TSY) Calon Bupati Kabupaten
Bulukumba periode 2020-2025............................................................ 50
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemilihan kepala daerah (pilkada) di Indonesia merupakan amanah
langsung dari gerakan reformasi tahun 1998. Menimbang perlunya partisipasi
yang kuat dari masyarakat untuk ikut terlibat langsung dalam pemilihan
pemimpinnya, maka pemilihan kepala daerah menjadi momentum demokrasi
yang paling penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia.
Sebagai wujud implementasi demokrasi, pilkada dimaksudkan tidak saja untuk
memenuhi hasrat mengganti mekanisme lama pemilihan pemimpin dan wakil
rakyat gaya otoriterisme, tetapi juga secara filosofis ingin menggapai
pelaksanaan nilai-nilai demokrasi yang berkelanjutan, yaitu mengembangkan
partisipasi dan responsivitas serta akuntabilitas secara menyeluruh. Bambang
Yudhyono (2001).
Gagasan otonomi daerah pada pelaksanaan UU No.32 Tahun 2004
mengenai pemerintahan daerah yang sangat berkaitan dengan demokratisasi
kehidupan politik dan pemerintah baik lokal maupun ditingkat nasional. Agar
demokrasi bisa terwujud maka daerah harus memiliki kewenangan yang luas
mengurus dan mengatur rumah tangganya sendiri. Sedangkan undang –undang
mengenai pilkada yaitu UU No.10 Tahun 2016 tentang perubahan kedua atas
UU No.1 Tahun 2015 tentang penetapan peraturan pemerintah pengganti UU
No.1 Tahun 2014 tentang pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota. UU No.
10 Tahun (2016).
2
Pemilihan Kepala Daerah merupakan rekrutmen politik dengan
menyeleksi rakyat terhadap tokoh-tokoh yang mencalonkan diri sebagai kepala
daerah baik Gubernur/ wakil Gubernur, Bupati/ wakil Bupati atau Walikota/
wakil Walikota. Aktor utama sistem pemilihan kepala daerah adalah rakyat,
parpol, dan calon kepala daerah. Aktor-aktor tersebut terlibat langsung dalam
kegiatan pemilihan daerah, salah satu fokus untuk menambah hasil suara dari
calon kepala daerah yaitu dengan cara mempengaruhi/mengajak peserta
pemilih pemuda untuk ikut dalam penambahan suara paslon. Denny (2018)
Dari dulu hingga saat ini Pemilihan kepala daerah (Pilkada) di
Indonesia, terus mengalami perubahan format atau sistem pemilihan yang lebih
berkualitas dan demokratis. Pada pilkada bukan hanya modal sistem dan teknis
pelaksanaan saja, calon kepala daerah juga membutuhkan tingkat kedikenalan
(Popularitas) ditengah-tengah masyarakat sebagai wajib pilih. Popularitas
adalah prasyarat mutlak yang wajib dimiliki, meskipun terkadang popularitas
bukanlah faktor penentu kandidat akan memperoleh tingkat kedipilihan
(Elektabilitas) yang tinggi. Usaha menaikkan popularitas dan citra politik
dibutuhkan strategi yang efektif dan terstruktur.
Adapun usaha yang dapat dilakukan untuk menaikkan popularitas yaitu
dengan cara melalui pemasaran. Dalam buku Philip Kotler dan Kevin Lane
Keller (2009,p.5) menjelaskan bahwa “inti dari Pemasaran (Marketing) adalah
mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan manusia dan social”. Salah satu
definisi yang baik dan singkat dari pemasaran “memenuhi kebutuhan dengan
cara yang menguntungkan”. Manajemen pemasaran terjadi ketika setidaknya
3
satu pihak dalam sebuah pertukaran potensial berpikir tentang cara-cara untuk
mencapai respon yang diinginkan pihak lain. Karenanya kita memandangn
manajemen pemasaran (marketing management) sebagai seni dan ilmu
memiliki pasar sasaran dan meraih, mempertahankan, serta menumbuhkan
pelanggan dengan menciptakan, menghyantarkan, dan mengomunikasikan nilai
pelanggan yang unggul. Ada pemasaran terdapat beberapa istilah yang cukup
sering kita dengar yaitu marketing politik, money politik dan cots politik.
Money Politic (Politik uang) adalah suatu upaya mempengaruhi orang lain
(masyarakat) dengan menggunakan imbalan materi atau dapat juga diartikan
jual-beli suara pada proses politik dan kekuasaan serta tindakan membagi-
bagikan uang, baik milik pribadi atau partai untuk mempengaruhi suara
pemilih. Cost Politik yang bermakna “biaya politik”, Uang atau biaya ini
sebenarnya masih dianggap wajar dan normal, dimana setiap kegiatan politik
tentu membutuhkan biaya misalnya biaya pertemuan, iklan, makan minum
dalam pertemua, sampai pada honor para pekerja professional yang terlibat
sebagai anggota tim pemenang masing-masing kandidat. Sedangkan, Nursal
(2004) mengatakan bahwa Political Marketing atau pemasaran politik adalah
serangkaian aktivitas terencana, strategis dan juga taktis, berdimensi jangka
panjang dan jangka pendek, untuk menyebarkan makna politik kepada para
pemilih. Pada penelitian kali ini akan terfokus oleh pemasaran politik yaitu
Push Marketing, Pull Marketing dan Pass Marketing. Sutrisno, dkk (2018).
Pendekatan push marketing yaitu politik yang menggunakan teori
strategi pendekatan pasar yang disebut dengan istilah 3P yaitu push marketing,
4
pull marketing, dan pass marketing. Pendekatan push marketing yaitu adanya
stimulan atau rangsangan yang diberikan oleh pasangan calon kepada pemilih
sehingga mendorong mereka pergi ke Tempat Pengugutang Suara (TPS) dan
mencoblos. Kemudian pull marketing yaitu pembentukan image pasangan
calon sehingga memiliki dampak terhadap pemilih yang diharapkan mempu
membangkitkan sentimen pemilih. Dan pendekatan pass marketing yaitu
strategi yang menggunakan individu atau kelompok untuk mempengaruhi opini
pemilih. cara untuk membuat pasangan calon kepala daerah mencapai
popularitas yaitu dengan kampanye. Nursal (2004).
Pada perayaan pilkada terdapat ciri khas yaitu maraknya berbagai bahan
kampanye dan Alat Peraga Kampanye (APK), seperti spanduk, baliho yang
terpajang dilokasi-lokasi strategis agar mempermuda pemilih untuk melihat
kampanye pasangan calon kepala daerah. Kampanye adalah aktivitas
komunikasi, ditinjau dari aspek kajian komunikasi, Alat Peraga Kampanye
(APK), bahan kampanye, maupun iklan kampanye. Bagi para kandidat yang
ingin mendapatkan publikasi yang luas, maka iklan telah menjadi alat promosi,
baik soal sosok diri maupun program kerja yang akan dikerjakan jika terpilih
dalam pemilu, Hasrullah (2014).
Pada zaman sekarang siapa yang tidak tau mengenai media sosial,
karena segala usia menggunakan teknologi ini. Pada tahun 2019 pengguna
media sosial di Indonesia mencapai 150 juta atau sebesar 56% dari total
populasi, Databoks.katadata.co.id (2019). Penggunaan media sosial yang
terbanyak yaitu pada usia muda dengan persentasi 70%-90%. Meningkatnya
5
penggunaan media sosial juga dialami dibeberapa wilayah di Indonesia salah
satunya di Kabupaten Bulukumba. Jumlah remaja penggunaan media sosial di
Bulukumba sebesar 19.058 orang, Dwi (2017). Dengan jumlah yang sangat
besar ini sehingga media sosial menjadi salah satu wadah promosi untuk
menarik para pemilih terkhusus para pemilih pemula yang banyak menggemari
media sosial.
Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan Denny tentang strategi
politik Ok Arya Zulkarnaen dalam memenangkan Pilkada di Kabupaten
Batubara Tahun 2013 sehingga peneliti tertarik akan melakukan penelitian
yang hampir sama dengan penelitian tersebut. Namun pada penelitian peneliti
kali ini ingin mengetahui Pemasaran Politik (Political Marketing) Tomy Satria
Yulianto (TSY) pada Pemilih Pemula Dalam Menghadapi Pemilihan Kepala
Daerah Di Kabupaten Bulukumba Periode 2020-2025.
Tomy Satria Yulianto (TSY) berhasil terpilih menjadi wakil Bupati
sejak 17 Februari 2016 yang mendampingi A.M. Sukri A Sappewali. Tomy
terjun kedunia politik dimulai dari menjabat sebagai anggota DPRD dapil
Kecamatan Rilau Ale dan Kecamatan Bulukumpa. Tidak berselang lama
Tomy Satria Yulianto (TSY) kembali di percayakan sebagai wakil ketua
DPRD. Selama mengemban amanah sebagai legislator Tomy Satria Yulianto
(TSY) terkenal sangat vokal memperjuangkan aspirasi konsituennya. Tidak
sampai disitu saja, Tomy Satria Yulianto (TSY) hengkang dari partai Demorat
tahun 2017, Tomy Satria Yulianto (TSY) memilih untuk bergabung ke partai
Nasdem dan saat itu juga langsung dipercayakan menjabat Korda Nasdem
6
Bulukumba dan Sinjai. Serta tahun 2018 Tomy Satria Yulianto (TSY) resmi
menjadi Pelasana tugas Nasdem Bulukumba.
Pada pilkada kali ini Tomy Satria Yulianto (TSY) selaku wakil bupati
bertahan didukung langsung oleh AM Sukri Sappewali selaku bupati Kab.
Bulukumba untuk kembali berkompetisi dipanggung politik sebagai calon
bupati periode 2020-2025. Apalagi Bupati petahanan A.M Sukri A Sappewali
tidak lagi ikut berkontestasi pada pesta politik lokal lima tahunan sekali itu.
Namun saat masih menjabat sebagai wakil bupati pada periode sebelumnya
terdapat problem yang dapat mengancam peluang TSY untuk melenggang
mulus di pilkada mendatang. Ada beberapa janji politik yang sulit
direalisasikan oleh AM Sukri Sappewali dan Tomy Satria Yulianto (TSY) yaitu
(1). Pembangunan Sport Center, (2). Pembangunan Waduk, (3). Peningkatan
Target ADD 12%, (4). Pembangunan Gedung Museum Kesenian Daerah, dan
(5). Penataan Honorer Kategori 2 (K2), karena hal ini tidak sedikit masyarakat
yang kecewa pada pasangan politik ini.
Sejauh ini, Tomy Satria Yulianto (TSY) dinilai aktif melakukan
komunikasi langsung dengan masyarakat Bulukumba khusunya pemuda.
Bukan hanya itu Tomy Satria Yulianto (TSY) seringkali tampil dengan gaya
milenial maka dari itu banyak pemilih pemula yang fans dengannya. Apalagi
jumlah pemilih pemula di Kabupaten Bulukumba tidak sedikit yaitu 13.700
orang, Bawaslu.Bulukumba.co.id (2019). Karena popularitas Tomy Satria
Yulianto (TSY) di kalangan pemuda sehingga peneliti mengkhususkan pada
pemilih pemula, dengan pertimbangan yang sangat besar karna jiwa muda dan
7
coba-coba masih mewarnai alur berfikir para pemilih pemula, sebagian besar
dari mereka hanya melihat momen pemilu hanya sebagai ajang partisipasi
dengan memberikan suara kepada partai dan tokoh yang mereka
sukai/gandrungi. Antusiasme mereka untuk datang ke TPS tidak bisa langsung
diterjemahkan bahkan kesadaran politik mereka sudah tinggi. Kebanyakan
pemilih pemula baru sebatas partisipasi parokian semata. Mereka masih
membutuhkan pendewasaan politik sehingga mampu berpartisipasi aktif dan
berkontribusi positif dalam upaya menjaga dan menyuseskan demokratis.
Pemilih pemulah sering kali lebih cenderung memilih tokoh-tokoh besar,
partai-partai besar dan mapan.
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk meneliti mengenai
pemasaran politik (Political Marketing) dalam Pilkada Bupati di Kabupaten
Bulukumba ditengah Pandemi Covid-19, sehingga mengangkat judul:
“Pemasaran Politik (Political Marketing) Tomy Satria Yulianto (TSY)
Dalam Menghadapi Pemilihan Kepala Daerah Di Kabupaten Bulukumba
Periode 2020-2025”.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut yaitu Bagaimana Pemasaran Politik (Political Marketing) Tomy Satria
Yulianto (TSY) Dalam Menghadapi Pemilihan Kepala Daerah Di Kabupaten
Bulukumba Priode 2020/2025 ?
8
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang akan dilakukan peneliti yaitu Peneliti dapat
mengetahui Pemasaran Politik (Political Marketing) Tomy Satria Yulianto
(TSY) Dalam Menghadapi Pemilihan Kepala Daerah Di Kabupaten
Bulukumba Priode 2020/2025.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat bagi peneliti
a. Meningkatkan kompetensi serta pengalaman melakukan sebuah
penelitian ilmia.
b. Sebagai sarana aplikasi ilmu pengetahuan dalam menentukan suatu
permasalahan serta merumuskan permasalahan tersebut dilingkugan
masyarakat.
c. Peneliti dapat mengetahui Pemasaran Politik (Political Marketing)
Tomy Satria Yulianto (TSY) Dalam Menghadapi Pemilihan Kepala
Daerah Di Kabupaten Bulukumba Priode 2020/2025.
2. Manfaat bagi perguruan tinggi
a. Data awal untuk peneliti-peneliti selanjutnya.
b. Melaksanakan Tri Darma Perguruan Tinggi dalam melaksanakan fungsi
atau tugas Perguruan Tinggi sebagai lembaga yang menyelenggarakan
Pendidikan, penelitian, dan pegabdian kepada Masyarakat.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pemilih Pemula
Pemilih pemula berasal dari kalangan pelajar, mahasiswa ataupun
pemilih dengan usia 17-21 tahun. Pemilih pemulah adalah pemilih yang baru
pertama kali memilih karena usianya baru saja memasuki usia ideal pemilih
yaitu 17-21 tahun, pengetahuan mereka juga masih dangkal tentang pemilu.
Pemilih pemula khususnya remaja (berusia 17 tahun) mempunyai nilai
kebudayaan yang santai, bebas, dan cenderung pada hal-hal yang informal dan
mencari kesenangan, oleh karena itu semua hal yang kurang menyenangkan
akan dihindari. Disamping mencari kesenangan, kelompok sebaya adalah
paling penting dalam kehidupan seorang remaja, sehingga bagi seorang remaja
perlu mempunyai kelompok teman sendiri dalam pergaulan, JW Batawi
(2010).
MA Affnaniyati (2011), pemilih pemula sangat unik sebab pemilih
pemula memiliki antusiasme tinggi, relatif lebih rasional, haus akan perubahan
dan tipis akan kadar polusi pragmatisme. Pemilihan politik mereka belum
dipengaruhi oleh motivasi ideologis tertentu dan lebih didorong oleh konteks
dinamika lingkungan politik lokal. Pemilih pemula mudah dipengaruhi
kepentingan-kepentingan tertentu, terutama oleh orang terdekat seperti anggota
keluarga, kerabat dan teman. Selain itu, media massa juga menjadi salah satu
pengaruh yang membuat mereka menentukan paslonnya sendiri.
10
B. Marketing Politik
1. Definisi
Nursal (2004) mengatakan bahwa Political Marketing atau pemasaran
politik adalah serangkaian aktivitas terencana, strategis dan juga taktis,
berdimensi jangka panjang dan jangka pendek, untuk menyebarkan makna
politik kepada para pemilih.
Menurut O' Cass dalam Firmanzah (2008), filosofi marketing
memberikan arahan bagaimana kita bisa menerapkan ilmu marketing dalam
dunia politik. Karena pada dasarnya ilmu marketing melihat bahwa
kebutuhan konsumen (stakeholder) adalah hal terpenting sehingga perlu
diidentifikasi dan dicari bagaimana memenuhi kebutuhan tersebut. Konsep
marketing komersial berdasarkan pada premis bahwa semua perencanaan
dan operasi perusahaan berorientasi pada pemuasan konsumen
(stakeholder).
Menurut Firmanzah (2008), Political Marketing adalah konsep
permanen yang harus dilakukan terus-menerus oleh sebuah partai politik
atau kontestan dalam membangun kepercayaan dan image publik.
Membangun kepercayaan dan image ini hanya bisa dilakukan melalui
hubungan jangka panjang, tidak hanya pada masa kampanye. marketing
politik harus dilihat secara komprehensif:
a. Political Marketing lebih daripada sekadar komunikasi politik,
b. Political Marketing diaplikasikan dalam seluruh proses organisasi partai
politik. Tidak hanya tentang kampanye politik tetapi juga sampai pada
11
tahap bagaimana memformulasikan produk politik melalui
pembangunan simbol, image, platform, dan program yang ditawarkan.
c. Political Marketing menggunakan konsep marketing secara luas, tidak
hanya terbatas pada teknik marketing, namun juga sampai strategi
marketing, dari teknik publikasi, menawarkan ide dan program, dan
desain produk sampai ke market intelligent serta pemrosesan informasi
d. Political Marketing melibatkan banyak disiplin ilmu dalam
pembahasannya, seperti sosiologi dan psikologi. Misalnya produk
politik merupakan fungsi dari pemahaman sosiologis mengenai simbol
dan identitas, sedangkan faktor psikologisnya adalah kedekatan
emosional dan karakter seorang pemimpin, sampai ke aspek rasionalitas
platform partai.
e. Political Marketing bisa diterapkan dalam berbagai situasi politik,
mulai dari pemilihan umum sampai ke proses lobi di parlemen
Sesuai dengan penjelasan di atas maka diketahui bahwa marketing politik
bukan dimaksudkan untuk 'menjual' kontestan pada publik, melainkan
sebagai teknik untuk memelihara hubungan dengan publik agar tercipta
hubungan dua arah yang langgeng.
2. Peran Political Marketing
Menurut Firmanzah (2008), Political Marketing memiliki peran yang
ikut menentukan dalam proses demokratisasi. Di negara-negara maju,
partai-partai politik mengerahkan kemampuan marketing mereka untuk
merebut sebanyak mungkin konstituen. Berbagai teknik yang sebelumnya
12
hanya dipakai dalam dunia bisnis, sekarang ini telah dicangkokkan ke dalam
kehidupan politik. Semakin canggih teknik marketing yang diterapkan
dalam kehidupan politik.
Para anggota tim sukses berusaha 'menjual' jago mereka dengan
berbagai cara yang seringkali kita rasakan tak ada bedanya dengan
mengiklankan produk di media, mempromosikan outdoor maupun indoor.
Segala taktik dipakai agar rating jago mereka tinggi dan rakyat memilihnya
di bilik-bilik suara. Selain itu, marketing politik dapat memperbaiki kualitas
hubungan antara kontestan dengan pemilih. Pemilih adalah pihak yang
harus dimengerti, dipahami dan dicarikan jalan pemecahan dari setiap
permasalahan yang dihadapi. Firmanzah (2008)
Political Marketing meletakkan bahwa pemilih adalah subjek, bukan
objek manipulasi dan eksploitasi. Marketing politik tidak hanya bisa
diterapkan di negara-negara maju, di negara-negara berkembang pun
hukum-hukum marketing perlu diterapkan dalam dunia politik untuk
menarik sebanyak mungkin pemberi suara. Firmanzah (2008)
Political Marketing tidak menentukan kemenangan sebuah partai
politik atau kandidat Presiden. Political Marketing hanyalah sebuah metode
dan peralatan bagi partai politik atau calon presiden untuk melakukan
pendekatan kepada publik. Sistematisasi pendekatan yang dilakukan oleh
kandidat perlu dilakukan mengingat selalu terdapat keterbatasan sumber
daya yang dimiliki setiap kandidat. Firmanzah (2008)
13
Persaingan merupakan fenomena yang tidak dapat dihindarkan dalam
iklim demokrasi. Untuk dapat memegang kekuasaan, partai politik atau
seorang kandidat harus memenangkan pemilihan umum dengan perolehan
suara terbanyak di antara kontestan-kontestan lainnya. Firmanzah (2008)
Menurut Firmanzah (2008), dalam kondisi persaingan politik, masing-
masing kontestan membutuhkan cara dan metode yang tepat untuk bisa
memenangkan persaingan. mengukur kemenangan dalam dunia politik
dilakukan dengan melihat siapa yang keluar sebagai pemenang dalam
pemilihan umum. Namun, kemenangan ini juga harus dikaji dan dianalisis
dengan hati-hati mengingat perimbangan kekuasaan yang ada di antara
partai-partai politik.
Kebanyakan Negara berkembang, peran dan fungsi politik dilakukan
oleh sekelompok kecil elit politik. Karena itu, seringkali mekanisme
politiknya sangat ditentukan oleh dinamisitas elit-elit politik. Mobilisasi
massa digerakkan oleh elit-elit politik. Orientasi pada tokoh masih terasa
kuat. Satu tokoh yang berpengaruh akan menentukan berhasil tidaknya
upaya suatu kelompok atau partai dalam perebutan kursi. Kesadaran
masyarakat kelas bawah relatif kecil untuk ikut serta mewarnai kebijakan-
kebijakan publik. Firmanzah (2008)
Masyarakat kelas bawah masih pasif dan lebih banyak menunggu
untuk digerakkan oleh elit politik. Hal ini tentunya membawa konsekuensi
bahwa masyarakat kelas bawah seringkali dijadikan objek politik oleh para
elit. Mobilisasi mereka dilakukan untuk pencapaian tujuan elit politik.
14
Selain itu, konsekuensi dari politik yang sangat tersentralisasi membuat
kontrol sosial sulit dilakukan. Firmanzah (2008)
Fungsi kontrol lebih banyak dilakukan oleh kekuatan-kekuatan oposan
elit politik. Begitu tersentralisasinya sehingga masyarakat lapisan bawah
tidak dapat, atau sulit, mendapatkan informasi. Hal ini menyulitkan mereka
untuk menganalisis apa sebenarnya yang terjadi. Political Marketing dapat
berperan dalam pendistribusian informasi sehingga memudahkan akses pada
informasi yang dulunya sulit dijangkau. Firmanzah (2008)
Besarnya peran para tokoh elit di negara-negara berkembang
memberikan kesan bahwa marketing politik tidak diperlukan. Padahal tidak
demikian. Fungsi political marketing bukan sekadar untuk mempromosikan
tokoh atau tokoh-tokoh partai belaka. Political Marketing juga berfungsi
dalam pembelajaran politik kalangan bawah. Firmanzah (2008)
Tujuan utama interaksi sosial dalam suatu masyarakat adalah
membuat suatu sistem dapat memberdayakan (empowering) dan
memampukan (enabling) masyarakat menjadi kritis. Masyarakat kritis yang
dimaksudkan, dalam hal ini adalah masyarakat yang memiliki landasan dan
kemampuan untuk terus menyikapi dan mengkritisi setiap perkembangan
kondisi yang ada. Sikap kritis ini terutama ditujukan pada setiap kebijakan
dan keputusan elit politik. Firmanzah (2008)
Masyarakat yang kritis adalah masyarakat yang, dalam beberapa hal,
mengetahui dari mana mereka berasal, mengetahui bagaimana evolusi
berjalan untuk mencapai tahapan sekarang, juga, untuk memahami tujuan
15
kolektif yang ingin dicapai. Masyarakat kritis juga masyarakat yang dapat
mengevaluasi setiap aktivitas politik, baik yang dilakukan elit politik, partai
politik atau kontestan individual. Firmanzah (2008)
Menurut Firmanzah (2008), Political Marketing dilihat sebagai suatu
proses yang dapat meningkatkan daya kritis masyarakat dalam berpolitik.
Agar rakyat tidak selalu menjadi korban dan objek manipulasi para elit
politik, masyarakat perlu diberdayakan dan perlu ada kondisi yang
memungkinkan proses pembelajaran politik. Untuk dapat menciptakan
masyarakat yang kritis, marketing politik harus melalui serangkaian
tahapan. Peran dan fungsi marketing politik dalam usaha menciptakan
masyarakat yang kritis dalam dunia politik meliputi:
a. Distribusi Informasi Politik
Political Marketing membantu sebagai media distribusi dan
penyebaran sejumlah hal ke masyarakat luas (Hal ini sangat bertolak
belakang dengan keadaan yang berlaku dalam sistem politik tertutup, di
mana distribusi dan penyebaran informasi serta pengetahuan politiknya
terbatas pada suatu (kelompok tertentu). Dengan demikian, marketing
politik sekaligus merupakan media partisipasi.
Hal pertama yang disebarkan dan diseminasi oleh marketing politik
ke masyarakat adalah informasi dan pengetahuan (knowledge) tentang
politik. Melalui aktivitas marketing seperti Man dan promosi, informasi
serta pengetahuan akan dapat dengan mudah disebarluaskan oleh partai
politik dan kontestan. Tidak hanya informasi tentang partai politik dan
16
kontestan yang tersedia dalam pasar, melainkan informasi tentang
kondisi dan harapan-harapan konstituen pun akan terbuka.
Informasi dan pengetahuan tidak hanya satu arah dari konstituen ke
partai politik, namun juga informasi tentang partai politik yang diterima
konstituen. Kedua belah pihak saling membutuhkan informasi dan
pengetahuan satu sama lain. Political Marketing merupakan aktivitas
yang dilakukan oleh partai politik dan kontestan individu dalam
merancang isu-isu yang akan dilempar ke masyarakat,
mengkomunikasikan solusi yang hendak diterapkan ketika berkuasa,
ideologi partai dan kontrol sosial terhadap partai/individu yang berkuasa.
Marketing politik dilakukan dengan melibatkan media TV, radio,
koran dan pamflet yang mencoba melontarkan semua hal yang perlu
disampaikan kepada publik. Persaingan antarpartai politik, masing-
masing kontestan mencoba bersaing untuk memengaruhi opini publik.
Marketing politik dalam peran ini membuat masyarakat tidak buta
informasi. Mereka tidak lagi memilih asal memilih, melainkan lebih
mempertimbangkan banyak hal ketika memutuskan akan memilih jago
mereka. Melalui media promosi, iklan, konferensi pers, talk show dan
debat publik, partai politik atau kandidat perseorangan dapat
meningkatkan ketersediaan informasi yang nantinya sangat dibutuhkan
oleh pemilih dalam menentukan kandidat mana yang akan dipilih.
Political Marketing juga semakin meningkatkan ketersediaan
informasi politik yang dapat diakses masyarakat. Melalui marketing
17
politik, informasi yang tadinya tertutup dan hanya dikonsumsi sejumlah
elit politik tertentu sekarang menjadi semakin terbuka untuk menjadi
konsumsi publik. Masyarakat pun menjadi semakin mudah mengakses
informasi yang dulunya sulit sekali didapatkan. Melalui pemberitaan,
aktivitas promosi dan iklan partai, jumlah informasi yang tersedia di
masyarakat akan semakin meningkat.
b. Edukasi politik
Masih berkaitan dengan peran informatif, political marketing
berguna untuk proses pembelajaran terbuka bagi setiap elemen yang
terdapat dalam suatu negara. Dari informasi memadai yang mereka
dapatkan, masyarakat niscaya mendapatkan pelajaranpelajaran yang
berfaedah bagi mereka, terutama dalam memilih calon yang tepat.
Pembelajaran ini dapat terwujud karena sesungguhnya masing-
masing pihak akan memetik hasil dari interaksi yang tercipta selama
berlangsungnya proses Political Marketing. Proses pertukaran informasi
membuat masing-masing aktor politik dapat lebih mudah memahami hal-
hal yang diinginkan pihak lain. Partai poiltik dapat belajar untuk
memahami konstituen dan masyarakat secara luas untuk meningkatkan
pemahaman berpolitik.
Political Marketing merupakan aktivitas yang dapat melibatkan
banyak pihak sekaligus. Karena apa pun yang dilakukan aktor politik
akan dapat dilihat, dianalisis, dievaluasi dan dikontrol oleh pihak lain,
sejumlah aktor social dapat menggunakan Political Marketing sebagai
18
media pembelajaran. Bahkan kalangan LSM dapat memanfatkan teori-
teori Political Marketing untuk mendidik masyarakat dalam politik.
Dengan begitu, LSM bisa menyelenggarakan fungsinya sebagai
penyedia informasi politik yang berguna bagi masyarakat. masyarakat
secara luas juga perlu mendapatkan pembelajaran politik. Proses
pembelajaran yang paling bermanfaat bagi kalangan luas adalah
pembelajaran seluruh masyarakat itu sendiri. Dengan political marketing,
masyarakat diajak berkenalan dengan proses demokrasi yang
sesungguhnya.
Masyarakat dapat melakukan proses pembelajaran dari aktivitas-
aktivitas yang tercipta dalam political marketing. masyarakat bisa
mengetahui hak dan kewajiban dalam politik, perilaku para aktor politik,
output atau realisasi janji-janji partai politik atau kandidat individu, dan
semua peraturan yang terkait dalam kehidupan berpolitik.
c. Kesadaran politik
Melalui proses edukasi politik, masyarakat akan sadar akan hak
dan kewajiban politik mereka. Pemberian dan penyediaan informasi
politik membuat masyarakat perlahan dan pasti. penyadaran akan hak
dan kewajiban, diharapkan akan muncul transformasi sosial politik dalam
masyarakat. Transformasi yang paling diharapkan dengan adanya
marketing politik adalah perubahan paradigma. Perubahan ini dapat
terjadi di sisi kontestan (partai politik dan kandidat individu) maupun di
sisi masyarakat luas. Dari sisi kontestan: adanya political marketing dan
19
semakin meningkatnya kesadaran masyarakat luas terhadap hak dan
kewajiban politik mereka, membuat partai politik dan kontestan
individual menjadi lebih berhati-hati dan menempatkan konstituen
sebagai tuan, bukannya sebagai objek yang akan dieksploitasi.
Dengan adanya political marketing, semua anggota masyarakat
akan lebih mampu memahami bentuk politik yang sebenarnya. Segala
yang berlangsung dalam politik adalah 'rahasia umum' dalam batas-batas
tertentu. peran elit politik yang kuat. Mereka mempunyai kekuasaan lebih
besar dalam menentukan gerak jalannya negara dan bangsa.secara umum
political marketing telah membuka keran-keran informasi bagi
masyarakat.
d. Partisipasi dan Keterlibatan Politik
Seiring dengan semakin teredukasinya masyarakat dan semakin
tingginya kesadaran politik masyarakat, semakin meningkat juga
keterlibatan dan partisipasi politik masyarakat. Political Marketing juga
dapat meningkatkan partisipasi dan keterlibatan semua pihak dalam
kehidupan politik.
Political Marketing tidak hanya melibatkan partai-partai politik
dan kontestan individu, melainkan semua lapisan masyarakat termasuk
media dan pers pun terlibat selama periode kampanye maupun periode
non kampanye. Masing-masing pihak berhak ikut serta dalam kehidupa.
berpolitik. Bahkan regulator pun membutuhkan political marketing untuk
20
menangkap aspirasi semua pihak dan menerjemahkannya dalam
peraturan formal yang mengikat para peserta pemilihan umum.
Political Marketing memungkinkan adanya interaksi semua pihak
serta dihindarinya dominasi satu kelompok tertentu. Hal ini membuat
partisipasi dan keterlibatan semua pihak meningkat. Salah satu penyebab
meningkatnya partisipasi dan keterlibatan politik adalah meningkatnya
rasa kepemilikan politik. Dengan semakin terbukanya sistem politik, dan
semakin meningkatnya hak-hak berpolitik.
Masyarakat luas memiliki kesempatan untuk berperan serta
mewarnai kehidupan politik melalui kebebasan bergabung dan
mendirikan suatu partai tertentu. Hal ini memungkinkan semakin
besarnya masyarakat yang tergabung dan berperan aktif dalam suatu
partai politik, keterlibatan dan intensitas dalam kehidupan politik secara
langsung pun semakin meningkat. Dengan semakin meningkatnya
keterlibatan semua pihak dalam kehidupan politik, diharapkan semakin
meningkat pula ikatan dan rasa memiliki pada diri semua elemen di
dalam kehidupan politik.
Political Marketing diyakini dapat meningkatkan ikatan rasional
maupun emosional kontestan dengan para pendukungnya. Serangkaian
aktivitas political marketing membuat hubungan antara kontestan dengan
konstituen menjadi lebih intens. Masyarakat kritis adalah masyarakat
yang mengetahui apa yang diinginkan dan dibutuhkan, juga mengetahui
mengekspresikannya.
21
Masyarakat yang kritis akan melakukan kontrol sosial terhadap
setiap kebijakan dan aktivitas politik yang dilakukan pemerintah maupun
kontestan. Masing-masing pihak akan dapat melakukan kontrol terhadap
pihak lain. Masyarakat yang kritis menuntut adanya praktik politik yang
lebih transparan dan terbuka. Masyarakat tidak hanya memerhatikan hal-
hal yang bersifat nyata dan tampak di permukaan, namun juga perlu
mengetahui proses disusunnya suatu keputusan politik.
3. Pendekatan Pemasaran dalam Politik
Strategi pemasaran politik merupakan berbagai kegiatan atau aktivitas
yang dilakukan oleh kandidat dalam memasarkan muatan-muatan politik,
seperti visi dan misi, idiologi (platform), program dan identitas kontestan
yang akan mengikuti pemilihan umum. Strategi pemasaran politik harus
dilaksanakan dengan maksimal umtuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya.
Menurut Ries dkk (2004), pemasaran politik dilaksanakan dengan
langkah strategis untuk menyampaikan berbagai muatan ide dan gagasan
politik agar masyrakat tidak but ainformasi politik. Rakyat akan semakin
matang dalam mempertimbangkan, memtuskan dan menjatuhkan pilihan
mereka pada hari pemun gutan suara. Salah satu strategi pemsaran politik
dilakasanakan dengan positoining politik, yaitu semua aktivitas untuk
menanamkan kesan di benak konsumen agar mereka bisa membedakan
produk dan jasa yang dihasilkan oleh organisasi.
22
Menanamkan dan menempatkan image dalam benak masyarakat tidak
hanya terbatas pada produk saja dan jasa, karena organisasi perusahaan
secara keseluruhan juga pelu ditambahkan dalam benak konsumen. Hal-hal
seperti kredibilitas dan reputasi dapat digunakan sebagai media untuk
melakukan Positioning. Ketika konsep ini diadopsi dalam iklim persaingan,
kandidat harus mampu menepatkan produk politik dan image politik dalam
benak masyarakat. Untuk dapat tertanam, produk dan image politik harus
memilik sesuatu yang berbeda dibandingkan dengan produk politik lainnya.
Masing-masing kandidat harus berusahan menjadi dominan dan
menguasai benak masyarakat. Posisi yang kuat dalam benak masyarakat
membantu suatu kandidat selalu diingat dan menjadi referensi bagi
masyarakat ketika mereka dihadapkan pada serangkaian pilihan politik.
Menjadi referensi berarti bahwa kandidat tersebut menjadi acuan dan
pertama kali muncul dalam benak masyarakat ketika mereka dihadapkan
pada suatu permasalahan.
Koalisi seringkali muncul sebagai upaya untuk meningkatkan
kekuatan tawar-menawar sekaligus untuk menjaga stabilitas pemerintah.
Dalam konteks inilah kontestan membutuhkan metode dan konsep yang
tepat. Di tengah-tengah era demokratisasi dan kapitalisme, strategi-strategi
marketing merupakan cara yang tepat untuk menghasilkan kemenangan
dalam pemilihan umum.
Tentunya metode dan konsep marketing memerlukan banyak sekali
adaptasi dengan situasi dan kondisi dunia politik. Tidak semua metode
23
marketing dapat langsung digunakan dalam konteks dunia politik. Namun,
partai politik dan kontestan sangat membutuhkan metode efektif untuk bisa
membangun hubungan jangka panjang dengan konstituen dan masyarakat
luas.
Marketing yang diadaptasi dalam dunia politik dapat digunakan untuk
meningkatkan efisiensi dan efektivitas transfer ideologi dan program kerja,
dari kontestan kemasyarakat. Marketing dapat memberikan inspirasi
tentangcara suatu kontestan dalam membuat produk berupa isu dan program
kerja berdasarkan permasalahan-permasalahan yang sedang dihadapi
masyarakat.
Menurut Firmanzah (2008), tidak ubahnya domain aktivitas sosial
lain,dunia politik telah menjadi lebih terbuka dan transparan. Dunia politik
pun tidak kebal terhadap persaingan. Persaingan terjadi untuk
memperebutkan hati konstituen dan membuat mereka memilih kandidat
(partai politik ataukontestan individu) masing-masing selama periode
pemilihan umum.
Firmanzah (2012) menyatakan bahwa terdapat tiga jenis strategi
pendekatan pasar, antara lain adalah:
a. Push-marketing (Mendorong Pemasaran)
Pada strategi ini partai politik berusaha mendapatkan dukungan melalui
stimulan yang diberikan kepada pemilih. Masyarakat perlu mendapatkan
dorongan dan energi untuk pergi ke bilik suara dan memilih kandidat
tersebut. Disamping itu partai politik perlu menyediakan alasan yang
24
rasional maupun emosial kepada pemilih untuk memotivasi mereka agar
mereka bersedia mendukung kandidat tersebut.
b. Pass-marketing (Lulus Pemasaran)
Strategi ini menggunakan individu maupun kelompok yang dapat
mempengaruhi opini pemilih. Sukses tidaknya penggalangan massa akan
sangat ditentukan oleh pemilihan tokoh yang berperan tersebut. Semakin
tepat tokoh yang dipilih, efek yang diraih pun semakin besar dalam
mempengaruhi pendapat.
c. Pull-marketing (Trik Pemasaran)
Strategi ini menitik beratkan pada pembentukan image politik yang
positif. Macdonald (1989) menganjurkan bahwa supaya simbol dan
image politik dapat memiliki dampak yang signifikan., kedua hal tersebut
harus mampu membangkitkan sentimen. Pemilih cenderung memilih
partai yang sama dengan apa yang mereka rasakan.
Pemasaran politik yang dimaksud dalam penelitian ini mengadopsi
Teori Adman Nursal (2004), yang mengemukakan bahwa pada dasarnya
pendekatan pemasaran politik (political marketing), dikembangkan dengan
sembilan model yang disebut dengan 9P: positioning, policy, person, party,
presentation, push marketing, pull marketing, pass marketing dan polling.
Untuk mempersempit kajian maka dalam penelitian ini hanya akan dibahas
tiga strategi yaitu sebagai berikut:
25
a. Push marketing (Mendorong Pemasaran)
Penyampaian produk politik secara langsung kepada para pemilih.
Produk politik tersebut berupa kandidat yang mencalonkan diri pada
suatu pemilihan umum dan kandidat itu sendiri. Strategi push
marketing dilakukan dengan kegiatan kampanye politik secara
langsung seperti pertemuan akbar, pengajian ibu-ibu dan bakti sosial.
b. Pull marketing (Trik Pemasaran)
Penyampaian produk politik dengan memanfaatkan media massa.
Media massa dalam aktivitas pemasaran politik memegang peranan
yang sangat penting dalam memperkenalkan dan menyosialisasikan
kandidat kepada masyarakat luas. Selain itu melalui media massa,
kandidat dapat menyebarluaskan visi, misi dan program mereka
kepada calon pemilih. Strategi pull markteing dilakukan dengan
kampanye politik menggunakan media cetak (surat kabar) maupun
media elektronik (televisi dan radio).
c. Pass marketing (Lulus Pemasaran)
Penyampaian produk politik kepada influencer group atau pihakpihak
yang memiliki pengaruh di masyarakat. Berbagai pihak yang memiliki
pengaruh di masyarakat memiliki nilai strategis bagi kandidat, sebab
dengan adanya daya pengaruh, para tokoh tersebut dapat meneruskan
pesan-pesan politik yang disampaikan kandidat kepada masyarakat
atau komunitasnya. Strategi pass marketing dilakukan dengan
26
menjalin hubungan politik dengan para tokoh agama, tokoh
masyarakat dan tokoh pemuda.
Dalam hal ini kandidat dapat membuat kontrak/perjanjian politik
dengan para tokoh tersebut sebagai suatu ikatan yang kuat, agar ketika
kandidat yang dipasarkan memperoleh kemenangan, maka para tokoh
tersebut dapat menuntut janji-janji politik yang dituangkan dalam
kontrak, untuk kepentingan masyarakat di mana para tokoh tersebut
berdomisili.
C. Pemilihan Kepala Daerah (PILKADA)
1. Definisi
Pemilukada menurut Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005
tentang “Pemilihan, pengesahan pengangkatan, dan pemberhentian Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah adalah sarana pelaksanaan kedaulatan
rakyat di wilayah Propinsi dan Kabupaten/ Kota berdasarkan pancasila dan
UUD 1945 untuk memilih Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.
Pemilihan umum kepala daerah dan wakil kepala daerah
(Pemilukada) merupakan instrumen yang sangat penting dalam
penyelenggaraan pemerintahan daerah berdasarkan prinsip demokrasi di
daerah, karena disinilah wujud bahwa rakyat sebagai pemegang kedaulatan
menentukan kebijakan kenegaraan. Mengandung arti bahwa kekuasaan
tertinggi untuk mengatur pemerintahan negara ada pada rakyat. Melalui
pemilukada, rakyat dapat memilih siapa yang menjadi pemimpin dan
27
wakilnya dalam proses penyaluran aspirasi, yang selanjutnya menentukan
arah masa depan sebuah Negara.
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 pasal 56 ayat (1)
dinyatakan bahwa kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih dalam satu
pasangan calon yang dilaksanakan secara demokratis berdasarkan asas
langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil. Pasangan calon kepala
daerah dan wakil kepala daerah selanjutnya disebut pasangan calon adalah
peserta pemilihan yang diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai
politik yang telah memenuhi persyaratan.
Pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah secara langsung
diatur dalam UU No. 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah no 56 pasal 119
dan Peraturan Pemerintah (PP) No.6/2005 tentang cara pemilihan,
pengesahan, pengangkatan, dan pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil
Kepala Daerah. Secara eksplisit ketentuan tentang pilkada langsung
tercermin dalam cara pemilihan dan asas-asas yang digunakan dalam
penyelenggaraan pilkada. Dalam pasal 56 ayat (1) disebutkan : “Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang
dilaksanakan secara demokratis berdasarkan asas langsung, umum, bebas,
rahasia, jujur dan adil’’.
Berdasarkan uraian diatas proses pilkada langsung memiliki
manfaat bagi pertumbuhan demokrasi, dengan adanya pemilukada langusng
partisiapasi masyarakat lebih terbuaka dalam demokrasi dan dapat memilih
pemimpin sesuai dengan kriteria politik masyarakat, dibanding sistem
28
demokrasi perwakilan yang menentukan pemimpin melalui rekrutment
politik segelintir orang di DPRD. Pilkada langsung bisa memberikan
keterbukan para kandidat-kandidat untuk memperkenalkn diri secara
langsung dan lebih terbuka kepada masyarakat.
2. Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah
Proses pelaksanaan pilkada diatur dalam Undang-undang Nomor
32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah khususnya pada pasal 65 dan
66, dimana dalam pasal 65 ayat (4) dikemukakan bahwa “masa persiapan
pilkada diatur oleh KPUD dengan berpedoman pada Peraturan Daerah”.
Pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah dilaksanakan melalui
masa persiapan, dan tahap pelaksanaan. Pelaksanaan dalam tahap tersebut
meliputi beberapa tahapan, yakni penetapan daftar pemilih, pendaftaran dan
penetapan calon kepala daerah/wakil kepala daerah, kampanye, pemungutan
suara, penghitungan suara, dan penetapan pasangan calon kepala
daerah/wakil kepala daerah terpilih, pengesahan, dan pelantikan.
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004, dalam pasal 56 sampai dengan
pasal 119 berisi prosedur dan mekanisme pemilihan kepala daerah secara
langsung oleh rakyat. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
rangka mempersiapkan pemilihan Kepala Daerah secara langsung antara
lain:
a. Mekanisme dan prosedur pemilihan. Mekanisme ini meliputi seluruh
tahapan pemilihan mulai dari penjaringan bakal calon, pencalonan dan
29
pemilihannya. Keterlibatan lembaga legislatif dan masyarakat dalam
setiap tahapan tersebut diatur jelas dan tegas.
b. Peranan DPRD dalam pemilihan Kepala Daerah. Dominasi peranan
DPRD dalam Pemilukada seperti saat ini, tentu saja akan mengalami
degradasi. Peranan DPRD tidak mengurangi fungsinya sebagai lembaga
legislatif di daerah.
c. Mekanisme pertanggung jawaban Kepala Daerah. Perubahan sistem
pemilihan Kepala Daerah akan mempengaruhi mekanisme pertanggung
jawaban kepala daerah.
d. Hubungan Kepala Daerah dengan DPRD. Pemilihan Kepala Daerah
secara langsung akan berpotensi menimbulkan resistensi terhadap
hubungan antara Kepala Daerah dan DPRD.
e. Hubungan pelaksana pemilihan Kepala Daerah dengan pemilihan
Presiden, anggota DPR, DPRD dan DPD. Dalam satu tahun, di suatu
Kabupaten/ Kota, mungkin terjadi tiga kali pemilihan, yaitu Pemilu
(presiden, DPR, DPRD), pemilihan Gubernur dan Pemilihan Bupati/
Walikota.
Dari Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 pasal 56 ayat (1)
dinyatakan bahwa kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih dalam satu
pasangan calon yang dilaksanakan secara demokratis berdasarkan asas
langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil. Pasangan calon kepala
daerah dan wakil kepala daerah selanjutnya disebut pasangan calon adalah
30
peserta pemilihan yang diusulkan oleh partai Politik atau gabungan partai
politik yang telah memenuhi persyaratan.
Menurut Ibid (20) Dengan lahirnya UU No.32/2004 dan PP No.
6/2005, pilkada langsung merupakan keputusan hukum yang harus
dilaksanakan. Dengan pemilihan langsung, yang menggunakan asasasas
langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil, pilkada langsung layak
disebut sebagai sistem rekrutmen pejabat publik yang hampir memenuhi
parameter demokratis.
Menurut Ibid (110-111) Selain itu pilkada langsung dapat disebut
sebagai praktik politik demokratis apabila memenuhi beberapa prisipinsial,
yakni menggunakan azas-azas yang berlaku dalam recruitment politik yang
terbuka, seperti pemilu legislatif (DPR, DPD, DPRD) dan pemilihan
Presiden Wakil Presiden, yakni azas langsung, umum, bebas, rahasia, dan
jujur dan adil.
a. Langsung, Rakyat sebagai pemilih mempunyai hak untuk memberikan
suaranya secara langsung sesuai dengan kehendak hati nuraninya, tanpa
perantaran.
b. Umum, pada dasarnya semua warga negara yang memenuhi persyaratan
sesuai dengan ketentuan perundangan berhak mengikuti pilkada.
Pemilihan yang bersifat umum mengandung makna yang menjamin
kesempatan yang berlaku menyeluruh bagi semua warga negara, tanpa
diskriminasi berdasarkan suku, agama, ras, golongan, jenis kelamin,
kedaerahan, pekerjaan dan status sosial.
31
c. Bebas, setiap warga negara yang berhak memilih bebas menentukan
pilihan tanpa tekanan dan paksaan dari siapapun. Dalam melaksanakan
haknya, setiap warga negara dijamin keamanannya sehingga dapat
memilih sesuai kehendak hati nurani dan kepentingannya.
d. Rahasia, dalam memberikan suaranya, pemilih dijamin dan pilihannya
tidak akan diketahui oleh pihak mana pun dengan jalan apa pun. Pemilih
memberikan suaranya pada surat suara dengan tidak dapat diketahui oleh
orang lain kepada siapa pun suaranya diberikan.
e. Jujur, Dalam penyelenggaraan pilkada, setiap penyelenggara pilkada,
aparat pemerintah, calon/peserta pilkada, pegawas pilkada, pemantau
pilkada, pemilih serta semua pihak yang terkait harus bersikap dan
bertindak jujur sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
f. Adil, dalam penyelenggaraan pilkada, setiap pemilih dan calon/peserta
pilkada mendapat perlakuan yang sama, serta bebas dari kecenderungan
pihak manapun.
Dapat ditarik kesimpulan dengan pemilihan langsung, yang
menggunakan asas-asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil,
pilkada langsung layak disebut sebagai sistem rekrutmen pejabat publik
yang hampir memenuhi parameter demokratis. Keberhasilan pilkada
langsung untuk melahirkan kepemimpinan daerah yang demokratis, sesuai
kehendak dan tuntutan rakyat sangat tergantung pada kritisisme dan
rasioanalitas rakyat sendiri.
32
D. KERANGKA BERPIKIR
Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana marketing politik yang
dilakukan Tomy Satria Yulianto (TSY) dalam Menghadapi Pemilihan Kepala
Daerah Di Kabupaten Bulukumba Priode 2020/2025. Kerangka pikir dalam
penelitian ini disusun sebagai landasan penelitian yaitu untuk menguji teori
mengenai pemasaran politik yang dikemukakan oleh Adman Nursal (2004),
bahwa pemasaran politik dapat dikembangkan dengan push marketing, pull
marketing dan pass marketing.
a. Push Marketing (Mendorong Pemasaran) dilakukan dengan kegiatan
kampanye politik secara langsung seperti pertemuan akbar, pengadaan
pertandingan olahraga antar kecamatan, dan diskusi terbuka di warkop-
warkop tanpa memandang usia.
b. Pull Marketing (Trik Pemasaran) dalam penelitian ini yakni aktivitas
politik dengan memanfaatkan media massa, memperkenalkan dan
mensosialisasikan kandidat kepada masyarakat melalui media massa, dan
menyebarkan visi misi melalui media massa. Dalam hal ini
mensosialisasikan kandidat kepada masyarakat dengan kegiatan-kegiatan
yang dilakukan.
c. Pass Marketing (Lulus Pemasaran) dilakukan dengan Penyampaian
produk politik kepada influencer group atau pihak-pihak yang memiliki
pengaruh di masyarakat. Berbagai pihak yang memiliki pengaruh di
masyarakat memiliki nilai strategis bagi kandidat, sebab dengan adanya
daya pengaruh, para tokoh tersebut dapat meneruskan pesan-pesan politik
33
yang disampaikan kandidat kepada masyarakat atau komunitasnya.
Strategi pass marketing dilakukan dengan menjalin hubungan politik
dengan para tokoh agama, tokoh masyarakat dan tokoh pemuda (Adman
Nursal, 2004). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan Kerangka
Pikir dibawah ini:
Gambar 2.1 Kerangka Pikir.
E. Fokus Penelitian
Fokus penelitian dalam penelitian ini sesuai dengan rumusan masalah
dan tujuan penelitian yaitu untuk menjawab bagaimana Pemasaran Politik
(Political Marketing) Tomy Satria Yulianto (TSY) Dalam Menghadapi
Pemilihan Kepala Daerah Di Kabupaten Bulukumba Priode 2020/2025.
Pilkada Kabupaten Bulukumba
Tahun 2020
Pemasaran Politik (Political Marketing) Tomy Satria Yulianto (TSY) Dalam
Menghadapi Pemilihan Kepala Daerah Di Kabupaten Bulukumba Priode
2020/2025
Mendorong Pemasaran
Trik Pemesaran
Lulus Pemasaran
Pemasaran politik Tomy Satria Yulianto
dalam menghadapi pemilihan kepala
daerah
34
F. Deskripsi Fokus Penelitian
Berdasarkan fokus penelitian yang telah diuraikan peneliti, kemudian
akan di deskripsikan seperti berikut :
1. Push Marketing (Mendorong Pemasaran) adalah penyampaian produk
politik secara langsung kepada para pemilih. Oleh tim kampanye Tomy
Satria Yulianto (TSY).
2. Pull Marketing (Trik Pemasaran) adalah menyampaikan produk politik
dengan memanfaatkan media massa. Oleh tim kampanye Tomy Satria
Yulianto (TSY).
3. Pass Marketing (Lulus Pemasaran)adalah menyampaikan produk politik
kepada influenser group atau pihak-pihak yang memiliki pengaruh di
masyarakat. Oleh tim kampanye Tomy Satria Yulianto (TSY).
35
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan di lakukan dari bulan Juni-Juli setelah mengikuti
seminar proposal. Lokasi penelitian dilaksanakan di Kabupaten Bulukumba,
dengan pertimbangan bahwa lokasi mudah dijangkau. Selain itu banyak proses
pembelajaran di bidang politik yang dapat diambil manfaatnya. penentuan
lokasi penelitian yang penulis tentukan merupakan pemasaran politik Calon
Bupati Tomy Satria Yulianto Di Kabupaten Bulukumba, sehingga penulis
menemukan kemudahan untuk mengetahui Pemasaran Politik (Political
Marketing) Tomy Satria Yulianto (TSY) Dalam Menghadapi Pemilihan Kepala
Daerah Di Kabupaten Bulukumba Periode 2020-2025.
B. Tipe Penelitian
Sugiono, (2013) Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah tipe penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif, yaitu penelitian
yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, dimana
peneliti sebagai instrumen kunci. Penelitian kualitatif digunakan untuk
mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang mengandung makna.
Moleong, (2006) Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah
dalam masyarakat serta situasi-situasi, termasuk tentang hubungan, kegiatan-
kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang
berlangsung. Dalam penelitian kualitatif, Oleh karena itu, analisis data yang
36
dilakukan bersifat induktif berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan dan
kemudian dapat dikonstruksikan menjadi hipotesis atau teori.
Bogdan dan Taylor (1975) dalam Moleong (2005) berpendapat bahwa
penelitian kualitatif bertujuan untuk menghasilkan data deskriptif berupa kata-
kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
Penelitian pendekatan kualitatif dilakukan dengan cara terjun langsung ke
lapangan untuk meneliti obyek kajian. Hal ini ditunjukkan untuk memperoleh
informasi yang mendalam dangan jalan berinteraksi langsung kepada
masyarakat. Prosedur penelitiannya bersifat menjelaskan, menggambarkan dan
menafsirkan hasil penelitian dengan susunan kata dan atau kalimat sebagai
jawaban atas permasalahan yang diteliti Penelitian kualitatif dalam penelitian
ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran dan keterangan-keterangan
secara jelas dan faktual tentang Pemasaran Politik (Political Marketing) Tomy
Satria Yulianto (TSY) Dalam Menghadapi Pemilihan Kepala Daerah Di
Kabupaten Bulukumba Priode 2020/2025.
C. Sumber Data
Sumber data adalah tempat dimana peneliti memperoleh data yang
diperlukan selama melaksanakan penelitian. Adapun sumber data pada
penelitian ini antara lain :
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dengan cara
menggali dari sumper informasi (informan) dan dari catatan lapangan yang
relevan dengan masalah yang diteliti. Dalam penelitian ini, informan
37
informan dipilih dengan mendasar pada subyek yang menguasai
permasalahan, memiliki data serta bersedia memberikan informasi data.
Wawancara dilakukan kepada informan yang telah ditentukan
dengan menggunakan panduan wawancara mengenai Pemasaran Politik
(Political Marketing) Tomy Satria Yulianto (TSY) Dalam Menghadapi
Pemilihan Kepala Daerah Di Kabupaten Bulukumba Priode 2020/2025.
Dimana informan penelitian ditentukan berdasarkan pertimbangan
keperluan penulisan penelitian yang memang mewakili sumber informasi
yang ingin didapatkan oleh penulis.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang digunakan untuk mendukung dan
mencari fakta yang sebenarnya hasil dari wawancara mendalam yang telah
dilakukan maupun mengecek kembali data yang sudah ada sebelumnya.
Data sekunder dalam penelitian ini didapat secara tidak langsung yang
diperlukan untuk melengkapi informasi yang diperoleh dari data primer.
Data sekunder ini berupa bahan-bahan tertulis yang mencakup Undang-
Undang dan peraturan terkait, serta referensi-referensi yang menjadi
panduan.
D. Informan
Dalam penelitian kualitatif, informasi merupakan data yang diperoleh di
lokasi penelitian, dalam naskah atau dokumen, dan dari informan yang telah
ditunjuk sebagai kunci pengayaan sumber data. Dalam penelitian ini informan
penelitian dengan teknik purposive sampling, yaitu pengambilan informan
38
secara tidak acak, tetapi tetapi dengan pertimbangan dan kriteria tertentu.
Adapun informan yang digunakan pada penelitian ini antara lain :
No. Informan Jumlah
1. Tomy Satria Yulianto. 1
2. Tim Kampanye TSY 3
3. Pemilih pemula 5
Tabel 3.1 Informan pada Penelitian
E. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang benar dan akurat sehingga mampu
menjawab permasalahan penelitian, maka pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah:
1. Wawancara mendalam (indepth interview)
Dalam teknik pengumpulan menggunakan wawancara hampir sama
dengan panduan wawancara. Wawancara itu sendiri dibagi menjadi 3
kelompok yaitu wawancara terstruktur, wawancara semi-terstruktur dan
wawancara mendalam (in-depth interview).
Basuki (2006), Namun disini peneliti memilih melakukan wawancara
mendalam, ini bertujuan untuk mengumpulkan informasi yang kompleks,
yang sebagian besar berisi pendapat, sikap, dan pengalaman pribadi untuk
menghindari kehilangan informasi, maka peneliti meminta ijin kepada
informan untuk menggunakan alat perekam. Sebelum dilangsungkan
wawancara mendalam.
39
2. Dokumentasi
Menurut Sugiyono, (2009) Dokumen merupakan catatan peristiwa
yang sudah berlalu. Dokumen yang digunakan peneliti disini berupa foto,
gambar, serta data-data mengenai Pemasaran Politik (Political Marketing)
Tomy Satria Yulianto (TSY) Dalam Menghadapi Pemilihan Kepala
Daerah Di Kabupaten Bulukumba Priode 2020/2025 dari observasi dan
wawancara akan semakin sah dan dapat dipercaya apabila didukung oleh
foto-foto.
F. Teknik Pengolahan Data
Setelah data diperoleh dari lapangan terkumpul maka tahap
berikutnya ialah mengolah data tersebut. Adapun teknik yang digunakan
dalam pengolahan data sebagaimana yang disebutkan Moleong (2006)
meliputi:
1. Editing
Pada tahapan ini, data yang telah terkumpul melalui daftar pertanyaan
(panduan wawancara) ataupun pada wawancara perlu dibaca kembali
untuk melihat apakah ada hal-hal yang masih meragukan dari jawaban
informan. Jadi, editing bertujuan untuk memperbaiki kualitas data dan
menghilangkan keraguan data.
2. Interpretasi
Setelah data yang terkumpul dianalisis dengan teknik statistik hasilnya
harus diinterprestasikan atau ditafsirkan agar kesimpulan-kesimpulan
penting mudah ditangkap oleh pembaca. Interpretasi merupakan
40
penjelasan terperinci tentang arti sebenarnya dari materi yang
dipaparkan, selain itu juga dapat memberikan arti yang lebih luas dari
penemuan penelitian.
G. Teknik Analisis Data
Menurut Bogdan dan Biglen yang dikutip Moleong(2006) analisis
data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan
data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang
dapat dikelola, mensintesisnya, mencari dan menemukan pola,
menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan
apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.
Analisis data merupakan cara seorang peneliti dalam mengelola data
yang telah terkumpul sehingga mendapatkan suatu kesimpulan dari
penelitiannya, karena data yang diperoleh dari suatu penelitian tidak dapat
dipergunakan begitu saja, analisis data menjadi bagian yang amat penting
dalam metode ilmiah, karena dengan analisis data tersebut dapat lebih
berarti dan bermakna dalam memecahkan masalah. Adapun teknik analisa
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Reduksi Data
Reduksi data merupakan proses penyederhanan data, yaitu data yang
diperoleh dari lapangan dituangkan ke dalam bentuk laporan
selanjutnya di reduksi, dirangkum, difokuskan pada hal-hal penting.
Dicari tema dan polanya disusun secara sistematis. Data yang
direduksi memberi gambaran yang tajam tentang hasil pengamatan
41
juga mempermudah peneliti dalam mencari kembali data yang
diperoleh bila diperlukan.
2. Penyajian Data (Display)
Penyajian data dilakukan untuk melihat gambaran keseluruhan atau
bagian-bagian tertentu dari penelitian, dengan membuat penggambaran
secara deskriptif masalah yang diteliti.
3. Triangulasi Data
Selain menggunakan reduksi data peneliti juga menggunakan teknik
Triangulasi sebagai teknik untuk mengecek keabsahan data. Dimana
dalam pengertiannya triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan
data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan
hasil wawancara terhadap objek penelitian (Moloeng, 2004).
Denzin dalam (Moloeng, 2004), membedakan empat macam
triangulasi diantaranya dengan memanfaatkan penggunaan sumber,
metode, penyidik dan teori. Pada penelitian ini, dari keempat macam
triangulasi tersebut, peneliti hanya menggunakan teknik pemeriksaan
dengan memanfaatkan sumber. Triangulasi dengan sumber artinya
membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu
informasi penelitian kualitatif (Patton,1987). Adapun untuk mencapai
kepercayaan itu, maka ditempuh langkah sebagai berikut:
1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil
wawancara,
42
2. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan
apa yang dikatakan secara pribadi,
3. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi
penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu,
4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan
berbagai pendapat dan pandangan masyarakat dari berbagai kelas,
dan
5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang
berkaitan.
Sementara itu, dalam catatan Tedi Cahyono dilengkapi bahwa dalam
riset kualitatif triangulasi merupakan proses yang harus dilalui oleh
seorang peneliti disamping proses lainnya, dimana proses ini
menentukan aspek validitas informasi yang diperoleh untuk kemudian
disusun dalam suatu penelitian.
4. Pengambilan Kesimpulan (Verifikasi).
Pengambilan kesimpulan dilakukan dengan cara menyimpulkan hasil
penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan pada tahap penyajian
data. KesimpSulan yang diambil merupakan jawaban dari
permasalahan yang diteliti.
43
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Objek Penelitian
a. Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Bulukumba
Sejarah tentang penamaan “Bulukumba“, konon masih bersumber dari
dua kata dalam bahasa Bugis yaitu “Buluku“ dan “Mupa” yang dalam
bahasa Indonesia berarti “masih gunung milik saya atau tetap gunung
milik saya“. Mitos ini pertama kali muncul pada abad ke – 16 Masehi
ketika terjadi perang saudara antara dua kerajaan besar di Sulawesi yaitu
kerajaan Gowa dan kerajaan Bone, batas Bukit yang bernama Karampuang
Raja Bone masih mengklaim bahwa bukit Karampuan ( Wilayah ini
didekat perbatasan Kab. Bulukumba dan Kab. Sinjai mengklaim masih
Bukitnya, yang merupakan barisan lereng bukit dari Gunung Lompo
Battang,oleh pihak kerajaan Gowa sebagai batas wilayah kekuasaannya.
Namun, pihak kerajaan Bone berkeras mempertahankan sebagai wilayah
kekuasaannya mulai dari barat sampai selatan. Berawal dari peristiwa
tersebut kemudian tercetuslah kalimat dalam bahasa Bugis “Bulukumupa”,
yang kemudian pada tingkatan dialeg tertentu mengalami perubahan
proses bunyi menjadi “Bulukumba”.
Akhirnya setelah dilakukan seminar sehari pada tanggal 28 Maret
1994 dengan narasumber Prof. Dr. H. Ahmad Mattulada (ahli sejarah dan
budaya), maka ditetapkanlah hari jadi Kabupaten Bulukumba, yaitu
tanggal 4 Februari 1960 melalui Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 1994.
44
Secara yuridis formal Kabupaten Bulukumba resmi menjadi daerah tingkat
II setelah ditetapkan Lambang Daerah Kabupaten Bulukumba oleh DPRD
Kabupaten Bulukumba pada tanggal 4 Februari 1960 dan selanjutnya
dilakukan pelantikan bupati pertama, yaitu Andi Patarai pada tanggal 12
Februari 1960.
Dalam pembahasan ini, ada empat bagian yang diurai, yakni keadaan
geografi, keadaan pemerintahan, visi-misi Kabupaten Bulukumba dan
keadaan demografi. Lebih lanjut akan diuraikan dibawah ini :
1. Keadaan Geografi
Kabupaten Bulukumba berada di 153 Km dari Makassar Ibukota
Provinsi Sulawesi Selatan terletak di bagian selatan dari jazirah
Sulawesi Selatan dengan luas wilayah kabupaten 1.154,67 km2 atau
1,85% dari luas wilayah Provinsi Sulawesi Selatan, yang secara
kewilayahan Kabupaten Bulukumba berada pada kondisi empat
dimensi, yakni dataran tinggi pada kakigunung Bawakaraeng-
Lompobattang, dataran rendah, pantai dan laut lepas. Dari 10
kecamatan yang ada, semua dapat ditempuh dengan mudah dan
ditunjang dengan infrastruktur jalan kabupaten yang memadai.
Kecamatan yang terjauh dari ibukota kabupaten yakni Kecamatan
Kajang.
Secara geografis, Bulukumba terletak pada koordinat antara 5⁰20”
sampai 5⁰40” Lintang Selatan dan 119⁰50” sampai 120⁰28” Bujur
Timur. Adapun batas Administrasi Bulukumba adalah :
45
Batas Utara : Kabupaten Sinjai
Batas Timur : Teluk Bone
Batas Selatan : Laut Flores
Batas Barat : Kabupaten Bantaeng
Kabupaten Bulukumba terbagi dalam 10 Kecamatan yang
meliputi 126 desa/kelurahan yang terdiri dari 24 kelurahan dan 102
desa. Ditinjau dari 10 kecamatan terdapat 2 kecamatan yang luas,
yaitu Kecamatan Gatarang dan Kecamatan Bulukumpa, masing-
masing 173,51 Km2 dan 171,33 Km
2, sekitar 29,87 % dari luas
Kabupaten Bulukumba, kemudian kecamatan terkecil adalah
kecamatan Ujung Bulu yang berlokasi ibu kota Kabupatan (Kota
Bulukumba) dengan luas wilayah 14,44 Km2 atau 1,25 % dari luas
wilayah Kabupaten Bulukumba.
Gambar 4.1 Peta Kabupaten Bulukumba
Sumber : https://bulukumbakab.go.id/peta-bulukumba
46
2. Keadaan Pemerintahan
Pemerintah kabupaten bulukumba membawahi 10 (sepuluh)
kecamatan definitive dan terbagi ke dalam 27 kelurahan dan 109 desa.
Kondisi PNS pemda pada tahun 2015, di bulukumba terdapat 7.598
PNS. Ditinjau menurut pendidikan, pendidikan PNS lebih baik
dibandingkan pendidikan pekerja pada umumnya yaitu mereka yang
berpendidikan rendah (SD dan SLTP sederajat) hanya 1,95 persen,
sementara yang berpendidikan SMA 14,11 persen dan
diploma/universitas mencapai 83,94 persen. Dilihat dari
kepangkatannya, 59,41 persen PNS bergolongan III, sedangkan PS
golongan I hanya sebesar 1,43 persen.
Kelengkapan pemerintah sebagai mitra pemerintah (eksekutif),
dibantu oleh legislative (DPRD) degan persoil organisasi yang cukup
lengkap dan telah menghasilkann berbagai keputusan yang dituangkan
dalam berbagai perda (peraturan daerah). Anggota Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Bulukumba Periode 2009-2015
terdiri dari 40 orang yang meliputi: 1 orang Ketua DPRD, 2 orang
Wakil Ketua, 4 orang Ketua Komisi, 4 orang Wakil Ketua Komisi, 4
orang Sekretaris Komisi (masing-masing untuk Komisi A, B, C, dan
D), dan anggota Komisi masing-masing: Komisi A, B, dan C
sebanyak 6 orang, serta Komisi D sebanyak 7 orang.
47
3. Visi-Misi Kabupaten Bulukumba
Visi
Adapun visi Pemerintah Kabupaten Bulukumba yaitu “Sejahterakan
Masyarakat Bulukumba dengan Membangun Desa, Menata Kota,
melalui Kemandirian Lokal yang Bernafaskan Keagamaan”. Visi di
atas dapat didefinisikan sebagai berikut:
Membangun Desa, pembangunan yang dilaksanakan pada semua
bidang kehidupan dengan titik berat bidang ekonomi, sosial, dan
budaya. Pemanfaatan potensi sumberdaya sehingga secara langsung
maupun tidak langsung memberikan kontribusi terhadap peningkatan
kesejahteraan.
Menata Kota, dapat didefinisikan sebagai upaya yang dilakukan
oleh pemerintah daerah melalui penataan, pemanfaatan, dan
pengendalian ruang kota untuk mewujudkan struktur dan pola ruang
kota sebagai pusat permukiman, pemerintahan, jasa, pelayanan sosial,
dan pusat pertumbuhan ekonomi.
Kemandirian Lokal, yaitu kemampuan untuk memanfaatkan
potensi sumberdaya ekonomi, politik, sosial, dan budaya secara
optimal yang memerlukan penanganan secara efisien, efektif, dan
berkesinambungan yang bermuara pada pemenuhan kebutuhan hidup.
Bernafaskan Keagamaan, menegaskan bahwa agama sebagai acuam
utama dalam proses aktualisasi nilai-nilai budaya dalam rangka proses
adaptasi terhadap dinamika lingkungan strategis. Proses pembangunan
48
berjalan dengan berlandaskan pada tatanan keagamaan yang
membentuk prilaku manusia religius dengan nilai-nilai spritual dan
tetap melekat pada kehidupan masyarakat.
Misi
Misi ini menggambarkan keberadaan dan penetapan tujuan dan
sasaran yang tepat serta menggambarkan keadaan yang ingin
diwujudkan. Untuk mewujudkan pernyataan visi tersebut di atas, kami
implementasikan dalam beberapa misi, sebagai berikut:
1. Berkembangnya kapasitas masyarakat Bulukumba agar mampu
meningkatkan produktivitasnya secara berkesinambungan dan
demokratis.
2. Mendorong serta memfasilitasi tumbuh-kembangnya
kelembagaan masyarakat pada semua bidang kehidupan dengan
memberikan perhatian utama kepada pembangunan
perekonomian daerah yang memicu pertumbuhan kesempatan
berusaha dan kesempatan kerja.
3. Mengembangkan daerah melalui pemanfaatan potensi dan
sumberdaya kabupaten sedemikian rupa, sehingga secara
langsung mapun tidak langsung memberikan kontribusi terhadap
pencapaian sasaran pembangunan Provinsi Sulawesi Selatan,
serta berdampak positif terhadap pengembangan kawasan sekitar.
4. Peningkatan kualitas pelayanan pemerintahan yang partisipatif,
transparan, dan akuntabel.
49
5. Meningkatkan pengamalan nilai-nilai agama dan budaya terhadap
segenap aspek kehidupan kemasyarakatan.
4. Keadaan Demografi
Jumlah Penduduk kabupaten Bulukumba pada tahun 2017 tercatat
415.7013 Jiwa terdiri dari laki-laki sebanyak 196.426 jiwa dan
perempuan sebanyak 219.287 jiwa yang tersebar di sepuluh
kecamatan. Dari Sepuluh kecamatan, kecamatan Gantarang yang
mempunyai jumlah penduduk terbesar yaitu 75.055 jiwa atau 18.06%
sedangkan kecamatan Bontotiro menjadi kecamatan dengan jumlah
penduduk terkecil yaitu 21.742 jiwa atau 5,23%. Untuk lengkapnya
dapat dilihat pada table berikut:
No. Kecamatan
Jumlah Penduduk (Jiwa) Laju Pertumbuhan
penduduk (%)
2010 2016 2017 2010-
2017
2016-
2017
1. Gantarang 71.158 74.582 75.055 5,48 0,63
2. Ujungbulu 48.126 53.764 54.675 13,61 1,69
3. Ujungloe 39.533 41.397 41.654 5,37 0,62
4. Bontobahari 23.976 25.233 25.409 5,98 0,70
5. Bontotori 22.808 21.916 21.742 4,67 0,79
6. Herlang 24.128 24.560 24.958 1,95 0,15
7. Kajang 47.080 48.635 48.827 3,71 0,39
8. Bulukumpa 50.835 52.259 52.422 3,12 0,31
9. RilauAle 37.809 39.775 40.051 5,93 0,09
10. Kindang 29.815 31.108 31.280 4,91 0,55
Bulukumba 395.268 413.229 415.713 5,17
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten
Bulukumba Tahun 2010-2017
Sumber : Bulukumba Dalam angka 2018
50
b. Profil Tomy Satria Yulianto (TSY)
Gambar 4.2 Tomy Satria Yulianto (TSY) Calon Bupati Kabupaten
Bulukumba
Sumber : Instagram Tomy Satria Yulianto
Tomy Satria Yulianto anak keenam dari 7 bersaudara terdiri dari 3
saudara laki-laki dan 4 saudara perempuan, dari pasangan Puang
H.Sangkala dan (almarhuma) Ibu Nining, beliau lahir di Bulukumba,
Sulawesi Selatan pada 14 Juli 1974. Beliau menghabiskan masa kecilnya
di Butta Panrita Lopi, sebelum berpetualang ke daerah lain untuk
meneruskan pendidikan dan karir. Beliau tercatat sebagai alumnus SDN
No. 61 Balle Anging Bulukumba (1980 – 1986), SMPN Tanete
Bulukumba (1986 – 1989), SMAN Tanete Bulukumba (1989 – 1992), dan
51
program Sarjana Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Hasanuddin (1994 -2000).
Di samping pendidikan formal, Tomy Satria Yulianto juga memiliki
cukup banyak pengalaman pendidikan non-formal, baik dilevel nasional
maupun international. Beberapa diantaranya, sebagai fasilitator Policy and
Practice Forum tentang undang-Undang Desa (Jakarta, 2014), fasilitator
Lokakarya Penyusunan Rencana Strategic TNC (Minneapolis – USA,
2014), pelatihan Kepemimpinan Pemuda (Bangkok, 2014), Pelatihan
Penyusunan Perencanaan dan Penganggaran Daerah (Bogor, 2012),
Lokakarya Internasional Strategi Peningkatan Kapasitas SDM (Nebraska –
USA, 2012), Lokakarya Internasional Isu Masyarakat Adat dan
Masyarakat Lokal ( Denver – USA, 2011), Lokakarya Internasional
Penyusunan Strategi Keberlanjutan Program Konservasi (Bali, 2011),
English Writing Skills Learning Centre Wacana University (Salatiga,
2011), Lokakarya Kemitraan Konservasi dan Pembelajaran Pengelolaan
Sumber Daya Alam (Guilin, China, 2007), dan TOT Pembangunan Tata
Kelola Pemerintahan (Surabaya, 2002).
Pengalaman organisasi Tomy Satria Yulianto pun tercatat cukup
membanggakan. Ia diketahui pernah menjabat sebagai Pengurus
Himpunan Mahasiswa Ilmu Politik Fisip Unhas (1995 – 1996), Ketua
Himpunan Mahasiswa Ilmu Politik Fisip Unhas (1996 – 1997 ), Wakil
Ketua Dewan Perwakilan Mahasiswa Fisip Unhas ( 1997 – 1998 ),
Pengurus Ikatan Pelajar Mahasiswa (IPMAH) Bulukumba (1998 –
52
1999), dan Penasehat Presiden ( CEO ) The Nature Conservancy – TNC
Arlington, US, 2014.
Tekad Suami Siti Isniyah Hatibu, S.IP ini untuk mengabdi pada
kampung halaman tercinta diakui telah lama tumbuh dan semakin menguat
dalam beberapa tahun belakangan. Hal tersebut terbukti pada pileg 2014
lalu ketika ia memberanikan diri berjuang sebagai calon anggota DPRD
Kab. Bulukumba dan Sukses mendapatkan kepercayaan masyarakat di
dapilnya yakni Kecamatan Bulukumpa dan Kecamatan Rilau Ale. Bukan
hanya itu, di periode pertamnya sebagai legislator, ia langsung dipercaya
menjadi Wakil Ketua DPRD. Selama mengemban amanah sebagai wakil
rakyat, ia dikenal sangat vokal memperjuangkan aspirasi konstituennya,.
Kini, Tomy Satria Yulianto kembali membuktikan tekadnya untuk menata
pembangunan dan pemerintahan Butta Panrita Lopi. Bersama A.M. Sukri
Sappewali, ia mendapatkan mandat masyarakat untuk memimpin belaku
selaku Wakil Bupati masa bakti 2016-2021.
B. Pemasaran Politik (Political Marketing) Tomy Satria Yulianto (TSY)
Dalam Menghadapi Pemilihan Kepala Daerah Di Kabupaten Bulukumba
Priode 2020/2025
Menurut Adam Nursal (2004) mengatakan bahwa Political Marketing
atau pemasaran politik adalah serangkaian aktivitas terencana, strategis dan
juga taktis, berdimensi jangka panjang dan jangka pendek, untuk menyebarkan
makna politik kepada para pemilih. Dari aktifitas politik, pemasaran politik
yang dimaksudkan adalah penyebarluasan informasi tentang kandidat, partai
53
dan program yang dilakukan oleh aktor-aktor politik melalui saluran-saluran
komunikasi tertentu yang ditujukan kepada segmen (sasaran) tertentu dengan
tujuan mengubah wawasan, pengetahuan, sikap dan perilaku para calon
pemilih sesuai keinginan pemberi informasi.
Dalam konteks ini, Tomy Satria Yulianto masih menjabat sebagai wakil
bupati dan sebelum menjabat sebagai wakil bupati beliau sedang menjabat
sebagai anggota DPRD dapil kecamatan Rilauale dan Bulukumpa, tidak
berselang lama beliau kembali dipercaya menjadi wakil ketua DPRD selama
mengemban amanah sebagai legislator Tomy Satria Yulianto (TSY) terkenal
sangat vokal memperjuangkan aspirasi konsituennya. Tidak sampai disitu saja,
Tomy Satria Yulianto (TSY) hengkang dari partai Demorat tahun 2017, Tomy
Satria Yulianto (TSY) memilih untuk bergabung ke partai Nasdem dan saat itu
juga langsung dipercayakan menjabat Korda Nasdem Bulukumba dan Sinjai.
Serta tahun 2018 Tomy Satria Yulianto (TSY) resmi menjadi Pelaksana tugas
Nasdem Bulukumba. Hal ini membuat beliau cukup dikenal dikalangan
masyarakat kebupaten Bulukumba.
Maka dari itu, tidaklah menjadi suatu yang sulit jika dikaji secara
pemasaran politik yang dilakukan oleh Tomy Satria Yulianto dan Tim
Kemenangannya untuk maju sebagai Bupati kabupaten Bulukumba periode
2020/2025. Namun saat beliau menjabat sebagai wakil bupati pada periode saat
ini ada beberapa janji politik yang sulit direalisasikan yaitu (1). Pembangunan
Sport Center, (2). Pembangunan Waduk, (3). Peningkatan Target ADD 12%,
(4). Pembangunan Gedung Museum Kesenian Daerah, dan (5). Penataan
54
Honorer Kategori 2 (K2), karena hal ini tidak sedikit masyarakat yang kecewa
pada pasangan politik ini. Dengan adanya masalah ini masyarakat ragu unutk
kembali memilih Tomy Satria Yulianto ditambah lagi dengan wakilnya yang
bukan orang asli kabupaten Bulukumba sehingga masyarakat enggan
memilihnya.
Oleh karena itu, Tomy Satria Yulianto memperkuat pemasaran politiknya
agar masyarakat yang kecewa dapat kembali mempercayainya. Bukan hanya
itu saja, beliau juga menambah pemilihnya dengan cara mengajak pemilih
pemulah yang jumlahnya mencapai 40%. Kondisi ini dibenarkan oleh Tomy
Satria Yulianto (TSY) sendiri. Berikut wawancara penulis dengan Tomy Satria
Yulianto (TSY) terkait pemasaran politik adalah sebagai berikut :
“Tidak ada ji secara khusus terkait bagaimana-bagaimananya, cuman karena
adanya kesadaran 40 % pemilih di Bulukumba itu adalah pemilih milenial, kita
berusaha menjangkau apa kepentingannya mereka. Mereka sekarang rata-rata
adalah pemilih independen.” (Hasil wawancara TSY, Selasa, 7 Juli 2020)
Kondisi ini dibenarkan oleh Pemilih Pemula yang mengutarakan
pendapatnya kepada penulis. Berikut wawancara penulis terkait pemasaran
politik TSY adalah sebagai berikut :
“Memang banyak pemilih pemula yang menggamri beliau karena saat saya
pergi ke Bira saya melihat banyak kaum milenial yang berkumpul dengan
beliau. Jika di pikir saat itu bukanlah malam minggu (malamnya anak
muda) tapi saya melihat dominan anak milenial yang ada di sekitar beliau
dan saling bercengkrama” (Hasil wawancara MI (Pemilih Pemula) Rabu, 8
Juli 2020)
Pemasaran politik yang dikemukakan oleh Adman Nursal (2004), bahwa
pemasaran politik dapat dikembangkan dengan push marketing, pull marketing
dan pass marketing.
55
a. Push Marketing (Mendorong Pemasaran) dilakukan dengan kegiatan
kampanye politik secara langsung seperti pertemuan akbar, pengadaan
pertandingan olahraga antar kecamatan, dan diskusi terbuka di warkop-
warkop tanpa memandang usia.
Tomy Satria Yulianto (TSY) benar melakukan Push Marketing
dengan cara menghadiri pertandingan olehraga (Random League 2019 di
Tanete Kabupaten Bulukumba, Bira Sunset Run 2019 dan Kejuaran
Bulutangkis Bulukumba Open 2019) dan Melakukan diskusi terbuka di
tempat umum (warkop) maka dari itu, beliau banyak digemari oleh
pemuda. Kondisi ini dibenarkan oleh Tim Kampanye TSY kepada penulis.
Berikut wawancara penulis terkait Push Marketing TSY adalah sebagai
berikut :
“Pak Tomy sangat terbuka dikalangan masyarakat Bulukumba entah itu
saat beliau bekerja ataupun di depan umum. Tidak hanya itu beliau juga
welcome saat ada acara pertandingan beliau tetap menyempatkan waktu
salah satunya menghadiri pertandingan Random League 2019 di Tanete
Kabupaten Bulukumba, Bira Sunset Run 2019 dan Kejuaran Bulutangkis
Bulukumba Open 2019. Beliau tidak memakai pakaian formalnya
melainkan beliau datang dengan pakai yang sesuai dengan acara tersebut
dan berbaur dengan siapa saja tanpa memperlihatkan bahwa beliau adalah
seorang wakil bupati Bulukumba ” (Hasil wawancara KA Rabu, 8 Juli
2020)
Kondisi tersebut juga di benarkan oleh Pemili Pemulah
mengutarakan pendapatnya terkait push marketing TSY kepada penulis.
Berikut wawancara penulis adalah sebagai berikut :
“Saya pernah melihat bapak Tomy Satria Yulianto yang datang ke tempat
umum (Warkop) yang notabenenya orang ke-2 terpandang di kabupaten
Bulukumba datang ke warkop berpenampilan Staylis ala milenial jaman
sekarang. Awalnya saya tidak percaya banya beliau adalah wakil bupati,
tapi satelah melihat jelas ternyata itu adalah Pak Wakil Bupati. Tidak
56
hanya datang untuk membeli kopi saja melaikan beliau mengajak para
pemuda untuk berdiskusi lepas dalam satu meja, tidak hanya itu beliau
juga tanpa malu-malu menyanyi di depan umum.” (Hasil wawancara MA
Selasa, 7 Juli 2020)
b. Pull Marketing (Trik Pemasaran) dalam penelitian ini yakni aktivitas
politik dengan memanfaatkan media massa, memperkenalkan dan
mensosialisasikan kandidat kepada masyarakat melalui media massa, dan
menyebarkan visi misi melalui media massa. Dalam hal ini
mensosialisasikan kandidat kepada masyarakat dengan kegiatan-kegiatan
yang dilakukan.
Kondisi ini dibenarkan oleh Tomy Satria Yulianto (TSY) yang
melakukan pemasaran politik Pull Marketing dan mengutarakan sendiri
pada penulis. Berikut wawancara penulis dengan Tomy Satria Yulianto
(TSY) terkait pull marketing adalah sebagai berikut :
“Saya tidak lagi mencoba melakukan pendekatan-pendekatan dengan gaya
lama. Makanya kita melakukan pendekatan yang dia sukai. Pendekatannya
antara lain yang mereka sukai adalah instagram, fecebook dan social
media lainnya. Adapun bahasa-bahasa yang digunakan adalah bahasa-
bahasa yang tidak serius tetapi terkadang juga bahasa yang sangat bersifat
cair, yang tidak mengacu lagi kepada teori, tidak menyampaikan
informasi-informasi kita lagi dengan packaging yang formal karena
mereka juga membutuhkan figure yang sesuai dengan karakter mereka
(Pemilih pemula) kalo mereka membutuhkan figure dengan karakter yang
mereka butuhkan kita juga harus berusaha tidak dengan konsep pencitraan,
betul-betul mereka melihat kita menampilkan personalitas yang original.
Anak-anak muda milenial suka dengan penampilan yang original tidak
dibuat-buat dengan berpura-pura menjadi anak muda tapi karna memang
kita mampu memahami mulai dari gaya mereka, model komunikasi
mereka, pesan-pesan yang mereka butuhkan seperti apa itu yang harus kita
lakukan. Selain itu kita harus berusaha untuk masuk pada kegiatan-
kegiatan mereka yang mereka sukai entah itu menjadi content creator,
mereka juga sekarang berusaha mencari konstribusi-konstribusi baik
dibidang sosial dan aspek-aspek kreatif yang lain. Berusaha
mengakomodir kepentingan-kepentingan mereka, bukan hanya momentum
pilkada saja yang kita lakukan akan tetapi sebelum momentum pilkada kita
57
sudah lakukan artinya bahwa originalitas ini, bukan dibuat-buat hanya
menjelang pilkada tetapi karena memang kita mampu menyelami mereka.
Anak-anak muda sekarang tidak lagi membutuhkan pemimpin yang formal
tetapi mereka suka berinteraksi melalui whatsapp, facebook, instagram,
wechat direct communication yang tidak lagi harus ada protocol-
protokoler tapi mereka bisa langsung chat langsung melalui aplikasi yang
ada di handpone kita masing-masing dan mereka suka dengan cara-cara
seperti itu. Itulah pemasaran politik yang pertama tampilkan politik
originalitas anda dan jadilah pemimpin yang tidak bersifat original sekali
tetapi membuka ruang-ruang mereka. Tapi ingat mampu menyelami apa
tujuan dan kepentingan mereka dengan bahasa yang meraka pergunakan
juga selama ini seperti itu toh dinda” (Hasil wawancara TSY Selasa,7 Juli
2020)
Kondisi ini dibenarkan oleh Pemilih Pemula yang mengutarakan
pendapatnya mengenai pull marketing TSY kepada penulis. Berikut
wawancara penulis adalah sebagai berikut :
“Saya adalah salah satu pengikut media social bapak Tomy Satria
Yulianto. Beliau sangat rajin memperbarui snapgram di instagram dan
facebooknya dengan menampilkan kegiatannya setiap saat. Saya pernah
juga melihat unggahan foto di akun facebooknya yang sedang berinteraksi
dengan anak-anak kecil, menggendong anak kecil serta makan bersama
dengan masyarakat di pinggir sawah dan banyak lagi foto social yang
beliau lakukan. Dengan hal ini membuktikan bahwa beliau sangat dekat
dengan masyarakatnya.” (Hasil wawancara KM Rabu, 7 Juli 2020)
Kondisi ini juga dibenarkan oleh Pemilih Pemula yang
mengutarakan pendapatnya mengenai pull marketing TSY pada penulis.
Berikut wawancara penulis adalah sebagai berikut :
“Saya sering melihat social media teman yang menandai pak Tomy Satria
Yulianto dengan berbagai dukungan ataupun foto beliau yang sedang
melakukan kegiatan soasial maupun sedang diskusi lepas di tempat umum.
Dengan waktu yang sama pula beliau menanggapi postingan tersebut.”
(Hasil wawancara MAA Rabu, 8 Juli 2020)
Kondisi ini dibenarkan oleh Tim Kampanye TSY mengutarakan
pendapatnya mengenai pull marketing TSY kepada penulis. Berikut
wawancara penulis adalah sebagai berikut :
58
“Bapak Tomy Satria Yulianto (TSY) adalah orang yang ramah dan mudah
berkomunikasi kepada masyarakat entah itu lewat media social maupun
ketemu langsung tanpa janjian. Saya juga pernah menghubungi beliau
hanya untuk memberitahunya kalau ada seseorang ingin bertemu
dengannya serta mewawancarainya, tanpa pemikiran yang panjang beliau
langsung mengatakan sampaikan saja bilang langsung ke rujab nanti saya
ketemu dirumah. ” (Hasil wawancara MAW Rabu, 8 Juli 2020)
c. Pass Marketing (Lulus Pemasaran) dilakukan Penyampaian produk politik
kepada influencer group atau pihak-pihak yang memiliki pengaruh di
masyarakat. Berbagai pihak yang memiliki pengaruh di masyarakat
memiliki nilai strategis bagi kandidat, sebab dengan adanya daya
pengaruh, para tokoh tersebut dapat meneruskan pesan-pesan politik yang
disampaikan kandidat kepada masyarakat atau komunitasnya. Strategi pass
marketing dilakukan dengan menjalin hubungan politik dengan para tokoh
agama, tokoh masyarakat dan tokoh pemuda (Adman Nursal, 2004).
Pemasaran politik Tomy Satria Yulianto (TSY) melakukan Pass
Marketing dengan cara menggandeng Ketua KONI Bulukumba sekaligus
ketua KSP BERKAT karena diyakini tokon ini sangat di kenali di
kalangan masyarakat, sehingga Tomy Satria Yulianto menjadikannya
sebagai pendamping untuk melenggang mulus di Pilkada Kabupaten
Bulukumba periode ini. Tidak dipungikiri lagi bahwa Calon Wakil Bupati
ini memiliki banyak peminat karena Kantor BERKATnya memiliki 77
cabang dan tersebar di 7 provinsi, salah satunya terdapat cabang di
kabupaten Bulukumba dan tersebar di berbagai kecamatan yang ada
disana. Kondisi ini dibenarkan oleh Tim Kampanye TSY yang
59
mengutarakan pendapatnya mengenai pass marketing TSY pada penulis.
Berikut wawancara penulis adalah sebagai berikut :
“Memang A.Makkasau (Calon wakil Bupati TSY) itu memang baik, beliau
adalah Ketua KSP. BERKAT sekaligus menjabat sebagai ketua KONI
Bulukumba. Apalagi Kantor Berkat banyak cabangnya di kecamatan dan
hampir di semua desa di Bulukumba. Apalagi pak Tomy Satria Yulianto
memang disukai sama pemilih milenial artinya itu pak Tomy Satria
Yulianto tidak membeda-bedakan entah itu orang tersebut berada di pihak
lawan dipihaknya begitu pula dengan A.Makksau. Saya lihat kemarin
A.Makkasau waktu menghadiri peresmian posko induk. Dia juga sangat
terbuka dengan masyarakat terus juga cara berbicara A.Makkasau dengan
masyarakat tidak pernah menyinggu sesuatu yang tidak berkaitan dengan
lawan politik. A.Makkasau juga disukai kelompok-kelompok anak muda
artinya biarpun dibagian musik dan apapun itu beliau bisa berbaur apalagi
A.Makkasau meminta semua Tim Kampanye Kacamatayyamo (Tomy
Satria Yulianto dan Ir.H.A. Makkasau MM) menyampaikan agar tidak
memasang baliho maupun spanduk pada pepohonan (memaku) karena
dapat merusak pohon, A.Makkasau memesan agar pemasangan baliho
maupun spanduk harus buatkan tiang sekalipun itu baliho kecil. Oleh
karena itu komunitas pecinta alam memberi nilai plus pada pasangan ini.”
(Hasil wawancara AA Kamis, 9 Juli 2020)
60
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penerapan pemasaran politik telah menjadi suatu fenomena, tidak hanya
dalam ilmu politik, tetapi juga memunculkan berbagai ragam pertanyaan para
pemasar yang selama ini sudah terbiasa dalam konteks dunia usaha. Tentunya
terdapat beberapa asumsi-asumsi yang mesti dilihat dalam memahami
pemasaran politik. Jadi, isu politik bukan sekedar produk yang di
perdagangkan, melainkan menyangkut pula keterkaitan simbol dan nilai yang
menghubungkan individu-individu. Dalam hal ini, polirik lebih dilihat sebagai
aktivitas sosial untuk menegaskan identitas masyarakat.
Kontestasi Pemilihan Kepala Daerah di Indonesia dari dulu hingga
sekarang semakin meningkat dalam hal penerapan pemasaran politik. Tingkat
persaingan antar peserta calon kepala daerah dalam memperebutkan suara
pemilih semakin ketat, berbagai cara dilakukan baik rasional sampai irasional
kerap digunakan untuk memenangkan pertarungan. Kompetisi yang semakin
ketat itu mengharuskan setiap para paslon menggunakan pemasaran politik
yang lebih baik.
Kehadiran Tomy Satria Yulianto (TSY) pada panggung politik di
kabupaten Bulukumba sudah menjadi hal lumrah karena beliau sudah muncul
sebelumnya pada pemilihan DPRD dapil kecamatan Rilauale dan Bulukumpa,
menjabat sebagai wakil ketua DPRD serta maju dalam kontes pilkada periode
yang lalu bersama A.Sukri A.Sappewali. Namun, selama lima tahun menjabat
61
sebagai wakil bupati kabupaten Bulukumba ada beberapa janji politik yang
tidak terealisasikan sehingga banyak pemilihnya yang kecewa dan
memungkinkan suara pilihnya berkurang.
Berdasarkan penelitian ini, maka penulis menyimpulkan beberapa hal
terkait dengan political marketing yang dilakukan oleh Tomy Satria Yulianto
(TSY), antara lain yaitu :
1. Pemasaran Politik Tomy Satria Yulianto tidak menggunakan lagi
pemasaran politiknya yang lama tetapi beliau menggunakan pemasaran
politik yang baru dengan cara menarik pemilih milenial yang jumlahnya
cukup besar sebanyak 40%, dengan banyaknya suara pemilih milenial
(pemilih pemula) dan untuk mengembalikan kepercayaan suara pemilih
sebelumnya yang sempat kecewa. Maka dari itu Tomy Satria Yulianto
menampilkan sisi originalnya agar tidak terkesan sedang melakukan
pencitraan saat pilkada saja.
2. Dengan ketokohan dan citra Tomy Satria Yulianto(TSY) sebagai sosok
yang ramah, bergaya milenial dan apa adanya, oleh karena itu banyak
masyarakat diberbagai kalangan utamanya anak muda. Karena ketokohan
tersebut membuat komunikasi yang terbangun dengan masyarakat dan
kelompok-kelompok organisasi. Sehingga, dalam tahap segmentasi
pemasaran politik tidak terjadi kesulitan dalam membangun komunikasi
dan kerjasama dalam hal pemilihan kepala daerah di kabupaten
Bulukumba.
62
3. Kalimat KACAMATAYYAMO adalah suatu simbolis untuk dukungan
Tomy Satria Yulianto (TSY) dalam melakukan pemasaran politik kepada
pemilihnya. Lantaran Tomy Satria Yulianto dan Wakilnya sama-sama
menggunakan kaca mata yang maknanya meperjelas tujuan dan harapan
kedepannya.
4. Pemasaran politik Tomy Satria Yulianto (TSY) menggunakan direct
communication kepada masyarakat utamanya pada anak muda yaitu
dengan menggunakan bahasa-bahasa yang tidak serius tetapi terkadang
juga bahasa yang sangat bersifat cair, yang tidak mengacu lagi kepada
teori dan tidak menyampaikan informasi-informasi dengan packaging yang
formal agar mereka mudah mencernanya.
5. Tomy Satria Yulianto(TSY) juga melakukan pemasaran politik dengan
cara aktif mengunggah setiap kegiatannya di akun social medianya
(Instagram, Facebook, Twiter, Whatsapp dan sebagainya). Tidak menutup
kemungkinan semua kalangan menggunakn handpone yang notabenenya
tersedia social media sehingga mereka dapat langsung melihat kegiatan
TSY dan dapat berkomunikasi secara langsung dengannya melalui
personal chat.
B. Saran
Adapun saran penulis terkait dengan penelitian Pemasaran Politik
(political Marketing) Tomy Satria Yulianto (TSY) dalam menghadapi
Pemilihan Kepala Daerah di Kabupaten Bulukumba Periode 2020/2025,
diantaranya, yaitu :
63
1. Seharusnya Tomy Satria Yulianto (TSY) tidak hanya memanfaatkan
pemilih milenial saja sebagai mesin politik untuk menambah lumbung
suara, tetapi harus mempertahankan pemilihnya pada periode
sebelumnya agar lumbung suaranya tidak berkurang. Sehingga tidak
terlihat mengutamakan pemilih milenial saja meskipun jumlah pemilih
pemula sebanyak 40%.
2. Sebaiknya Tomy Satria Yulianto (TSY) memilih wakil bupati yang putra
asli Bulukumba, sama halnya mencoreng personality orang Bulukumba
artinya tidak ada seorangpun yang bias mendampingi Tomy Satria
Yulianto (TSY) dalam kompetisi politik ini.
3. Seandainya Tomy Satria Yulianto (TSY) berhasil terpilih dalam
kompetisi pilkada ini penulis harapkan semua janji politiknya
terealisasikan agar kesalahan sebelumnya tidak terulang lagi di periode
ini dan tidak membuat pemilihnya kecewa.
4. Pada penelitian ini memiliki kekurang yaitu waktu penelitian sehinggga
penelitian ini hanya mengacu pada pemasaran politik TSY dalam
menghadapi Pemilihan Kepala Daerah periode 2020-2025.
64
DAFTAR PUSTAKA
Andi Ayatullah Ahmad, Hafied Cangara, Hasrullah. 2017 “Pembatasan
Kampanye Dan Rendahnya Partisipasi Pemilihan Pada Pilkada
Serentank 2015 Di Tiga Kabupaten Di Sulawesi Selatan”. Jurnal
Komunikasi KAREBA, 6(2):63-71.
www.journal.unhas.ac.id/index.php/kareba/articel/view/5165 diakses
3 oktober 2019 [22.06 wita].
Andi Dwi Wahyu Batari. 2017. “Kekuatan Politik Media Sosial Dalam
Pemenangan Bupati dan Wakil Bupati pada Pemeilihan Kepala
Daerah Serentak Kabupaten Bulukumba Tahun 2015”
https://core.ac.uk/download/pdf/89564725.pdf diakses 29 Juni 2020
[15.30 wita]
Bambang Yudhoyono, (2001), Otonomi Daerah, Pustaka Harapan, Jakarta, hal
20.
Basuki. 2006. Metode Penelitian. Jakarta: wedatama widya sastra
Denny. 2018. “Strategi Politik Ok Arya Sulkarnaen dalam memenangkan pilkada
di Kabupaten Batu Bara tahun 2013”.
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/4872 diakses 3 oktober
2019 [22.06 wita]
Firmanzah. 2008. Marketing Politik. Antara Pemahaman dan Realitas. Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia.
Firmanzah. 2012. Marketing Politik. Antara Pemahaman dan Realitas. Jakarta:
Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Ibid (20)
Ibid, hal (110-111)
JW Batawi. 2010. “Tingkat kesadaran Politik Pemilih Pemula dalam Pilkada;
suatu Refleksi School-Based democracy Education (Studi Kasus
Pilkada Kabupaten Halmahera Timur Provinsi Maluku Utara Tahun
2010)” http://www.academia.edu/download/35918874/2.pdf diakses
tanggal 8 Juni 2020 [11.28 wita]
MA Afnaniyati. 2010. “Pengaruh Tingkat Pendidikan Pemilih Pemila Terhadap
Angka Golput pada Pilkada Lamongan 2010 di Kec. Kedungpring
Kab. Lamongan” http://digilib.uinsby.ac.id/8961/ diakses tanggal 8
Juni 2020 [10.18 wita]
Moleong, Lexy. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif, (Edisi Revisi). Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Moleong, Lexy J. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Rosda Karya Bandung
Nursal, Adman. 2004. Political Marketing. Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama
Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 tentang “Pemilihan, Pengesahan
Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala
Daerah.
Penggunaan media sosial di Indonesia pada tahun 2019.
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/02/08/berapa-
pengguna-media-sosial-indonesia diakses 29 Juni 2020 [14.30 wita].
65
Peraturan Bupati Nomor 33 Tahun 2019 Tentang Rencana Kerja Pemerintah
Daerah Kabupaten Bulukumba Tahun 2020. Pemerintah Kabupaten
Bulukumba Tahun 2019.
http://jdih.bulukumbakab.go.id/2019/12/20/peraturan-bupati-
bulukumba-nomor-33-tahun-2019 diakses 13 Juli 2020 [21.00 wita]
Sutrisno, dkk. 2018 “Komparasi Teori Marketing Politik 4p Menurut Niffenegger
dan 3p Menurut Adman Nausal”. JPPUMA: Jurnal Ilmu Pemerintahan
dan Sosial politik UMA (Juournal of Governance dan Political Social
UMA), 6(2): 106-111.
www.ojs.uma.ac.id/index.php/jppuma/article/view/1617 diakses 3
oktober 2019 [22.06 wita].
Sugiyono. 2013. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Undang- undang tentang pemilihan gubernur, bupati dan walikota.
https://mkri.id/public/content/jdih/UU_Nomor_10_Tahun_2016.pdf
diakses 11 oktober 2019 [15.24 wita].
Undang-Undang Nomor. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.
66
LAMPIRAN-LAMPIRAN
(DOKUMENTASI PENELITIAN DAN SURAT PENELITIAN)
1. Wawancara Bersama Tomy Satria Yulianto (TSY) Calon Bupati Bulukumba
Periode 2020/2025.
67
2. Wawancara bersama Tim Kampanye Tomy Satria Yulianto (TSY).
Tim Kampanye Tomy Satria Yulianto (TSY), A.Khaerul Akbar (32 Tahun)
68
Tim Kampanye Tomy Satria Yulianto (TSY), Muh.Achsan Wijaya
( 25 tahun )
Tim Kampanye Tomy Satria Yulianto (TSY), Andi Agung (46 tahun)
69
3. Wawancara bersama Pemilih Pemula di Kabupaten Bulukumba.
Pemilih Pemula Muh. Adsir (20 tahun)
Pemilih Pemula Maulia Aprilia Anwar (17 tahun)
70
Pemilih Pemula A.Khaerul Makmum (18 tahun)
Pemilih Pemula A.Maulana Indra (18 Tahun)
Pemilih Pemula Ahmad Dani (19 tahun)
71
4. Beberapa bentuk dukungan masyarakat dari berbagai kalangan usia utamanya
pemilih pemula dalam bentuk postingan media sosialnya yang menandai akun
Tomy Satria Yulianto (TSY)
72
73
Sumber : Akun instagram @TomySatriaYulianto
Sumber : akun facebook Tomy Satria Yulianto
74
Sumber : Akun Youtube Sahabat TSY
75
Sumber : Akun Instagram @TomySatriaYulianto
76
Sumber: akun istagram @Tomysatriayulianto yang di tandai oleh akun
@officialkbms