APLIKASI METODE MENGAJAR GURU
DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS XI
DI MAN 2 BOGOR
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan (S.Pd.)
oleh:
SRI HELVAYANI 1112013000070
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
APLIKASI METODE MENGAJAR GURU DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS XI
DI MAN 2 BOGOR
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
oleh:
Sri Helvayani
NIM 1112013000070
di bawah bimbingan
Pembimbing
Dr. Hindun, M.Pd.
NIP. 19701215 200912 2 001
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019
ABSTRAK
Sri Helvayani, NIM: 1112013000070. Skripsi “Aplikasi Metode Mengajar Guru dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas XI di MAN 2 Bogor”, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Pembimbing Dr. Hindun, M.Pd. 2019.
Penelitian ini tentang aplikasi metode mengajar guru dalam pembelajaran bahasa Indonesia kelas XI di MAN 2 Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui metode mengajar yang diterapkan oleh guru dalam pembelajaran bahasa Indonesia kelas XI di MAN 2 Bogor. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah berupa observasi, angket, dan wawancara.
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada angket yang telah diisi oleh siswa, didapatkan bahwa 96,7% XI MIA 3 dan 93,3% XI IIS 3 menyatakan mereka menyukai metode mengajar yang digunakan oleh guru. Sebesar 70% XI MIA 3 dan 56,7% XI IIS 3 menyatakan guru bahasa Indonesia di MAN 2 Bogor telah menggunakan metode yang bervariasi dalam mengajar.
Hasil angket juga didapatkan bahwa 86,7% XI MIA 3 dan 96,7% XI IIS 3
menyatakan metode yang digunakan guru dapat memudahkan siswa dalam belajar. Selain itu, 80% XI MIA 3 dan 53,3% XI IIS 3 siswa mengaku memahami materi dari metode ceramah yang digunakan oleh guru. Hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa guru bahasa Indonesia di MAN 2 Bogor sudah mengaplikasikan berbagai metode mengajar dalam kelas, seperti metode ceramah, diskusi, latihan-latihan, dan tanya jawab guna menciptakan pembelajaran yang aktif dan menyenangkan.
Kata kunci: Metode Mengajar, Bahasa Indonesia
i
ABSTRACT
Sri Helvayani, NIM: 1112013000070. “The Application of Teaching Method in learning Indonesian Language at XI grade on MAN 2 Bogor”, Indonesia Language and Literature Education Department, Faculty of Tarbiyah and Teacher Training, Syarif Hidayatullah State Islamic University, Jakarta. Advisor Dr. Hindun, M.Pd. 2019.
The research is about the application of teaching method in learning Indonesian Language at XI grade on MAN 2 Bogor. The purpose of this research is to find out the application of teaching method that teachers use in learning Indonesian Language at XI grade on MAN 2 Bogor. The method of the research is descriptive qualitative. The researcher used data’s accumulation in the research, such as: observation, questionnaires, and interviews.
Based on the result of research, the researcher found that 96,7% data from IX grades of Natural Science Program and 93,3% data from IX grades Social Science Program indicate that they fond of the method of teaching their teacher. When it talks about method of teaching’s variation, 70% students from Natural Science Program and 56.7% students from Social Science Program are also said that the Indonesian Language Teacher of MAN 2 Bogor has used variation method in teaching.
The result of questionnaries provides information that 86.7% students from Natural Science Program and 96.7% students from Social Science Program said that the variation methodof teaching facilitates them in learning. Beside that, 80% students from Natural Science Program and 53.3% students from Social Science Program admited that they comprehended the subject when the teacher used the speech method in learning.
Overall, the research shows that the Indonesian Teacher of MAN 2 Bogor has applied any variation method of teaching in learning, so the aim will be succesfull.
Keywords: Method of Teaching, Indonesia Language
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya bagi Allah SWT, Tuhan pemilik jagat raya beserta isinya.
Ucapan syukur penulis haturkan ke hadirat Illahi Rabbi yang Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang, yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya kepada penulis,
akhirnya buah dari segala perjuangan dengan penuh kesabaran telah selesai. Shalawat
dan salam tercurah selalu untuk Nabi Muhammad SAW, suri teladan yang mulia bagi
seluruh umat manusia yang beriman. Kesejahteraan semoga selalu menyertai
keluarga beliau, para sahabat, dan kita sebagai umatnya yang mengharapkan syafaat
darinya di yaumul akhir.
Skripsi ini penulis susun untuk memenuhi tugas yang menjadi salah satu
syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada jurusan Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan skripsi ini tidak sedikit kesulitan
dan aral melintang yang menghambat penulis. Berkat doa, kesungguhan hati, kerja
keras, serta bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak akhirnya skripsi ini dapat
diselesaikan meskipun masih jauh dari kesempurnaan. Pada kesempatan ini dengan
kerendahan hati penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dan memberikan dorongan baik moril maupun materil. Ucapan terima
kasih penulis sampaikan kepada:
1. Dr. Sururin, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Syarif Hidayatullah.
2. Dr. Makyun Subuki, M.Hum. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia.
3. Toto Edidarmo, MA. selaku sekretaris Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia.
4. Dr. Hindun, M.Pd. dosen inspirasi juga selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah banyak meluangkan waktu, pikiran, dan tenaga. Dosen luar biasa yang sabar,
iii
selalu memberikan senyuman, memotivasi, memberikan bimbingan, pengarahan,
dan petunjuk kepada penulis dalam menyusun skripsi ini.
5. Dr. Elvi Susanti, M.Pd. dan Nursyamsiyah, M.Pd. sebagai penguji ujian
munaqasah.
6. Seluruh dosen Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah
memberikan banyak ilmu kepada penulis selama berada di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
7. Pimpinan dan staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan yang telah memberikan keleluasaan dalam peminjaman buku-buku
yang dibutuhkan.
8. Dra. Hj. Nani Ruhyani, M.Pd selaku Kepala Madrasah MAN 2 Bogor yang telah
memberikan izin penulis untuk melakukan penelitian di sekolah.
9. Fuji Lestari, S.Pd. selaku guru Bahasa Indonesia kelas XI di MAN 2 Bogor yang
telah membantu penulis selama penelitian dan memberikan motivasi agar
menyelesaikan skripsi ini.
10. Kedua orang tua, Alm. Bapak Hamnas dan Ibunda Maemunah tercinta yang telah
melimpahkan kasih sayang dan doa yang tidak akan pernah putus dengan segala
ketulusan dan kelembutan hati.
11. Keenam kakak tersayang, Umi Ima, Daday Sujai, Didin Maulana, Budi, Cici
Sukarsih, dan Evi Maspiah yang telah membantu baik materi atau nonmateri,
juga selalu melembutkan hatinya untuk memberikan semangat kepada penulis
agar menyelesaikan skripsi ini.
12. Kedua teman penulis Nur Hamidah dan Puteri Pertiwi yang keberadaannya jauh
tetapi dekat, kegilaannya, ucapan-ucapannya yang terkadang membuat sakit hati,
semuanya menjadi dorongan penulis untuk menyelesaikan skripsi dan
mendapatkan gelar sarjana seperti mereka.
13. Teman-teman seperjuangan akhir PBSI yang saling memberikan bantuan,
dukungan, dan motivasi selama penyusunan skripsi.
Jakarta, April 2019
Penulis
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN MUNAQOSAH
SURAT PERNYATAAN
ABSTRAK ............................................................................................................... i
ABSTRACT .............................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ v
DAFTAR TABEL ................................................................................................. vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah........................................................................................ 4
C. Batasan Masalah ............................................................................................. 5
D. Rumusan Masalah ........................................................................................... 5
E. Tujuan Penelitian ............................................................................................ 5
F. Manfaat Penelitian .......................................................................................... 6
BAB II KAJIAN TEORETIS
A. Hakikat Metode Mengajar Guru ..................................................................... 7 1. Pengertian Metode Mengajar ..................................................................... 7 2. Kedudukan Metode dalam Kegiatan Belajar Mengajar ........................... 13 3. Macam-macam Metode Pembelajaran ..................................................... 16 4. Faktor yang Mempengaruhi Keunggulan Metode ................................... 21 5. Pengertian Guru .............................................................................................. 22
B. Hakikat Kompetensi Pedagogik ................................................................... 26 1. Pengertian Kompetensi Pedagogik .......................................................... 26 2. Ruang Lingkup Kompetensi Pedagogik .................................................. 28
C. Hakikat Kompetensi Profesional Guru ......................................................... 29 1. Pengertian Kompetensi Profesional Guru ................................................ 29 2. Ruang Lingkup Kompetensi Profesional ................................................. 31
D. Hakikat Pembelajaran Bahasa Indonesia ...................................................... 32 1. Pengertian Pembelajaran Bahasa Indonesia............................................. 32
v
2. Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia .................................................. 33 E. Penelitian Relevan ........................................................................................ 34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................................... 36 B. Metode Penelitian ......................................................................................... 36 C. Data dan Sumber Penelitian.......................................................................... 37 D. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................... 38 E. Instrumen Penelitian ..................................................................................... 40 F. Teknik Analisis Data .................................................................................... 40
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Profil Sekolah ............................................................................................... 42 B. Hasil Analisis Data ....................................................................................... 45 C. Pembahasan .................................................................................................. 62
BAB V PENUTUP
A. Simpulan ....................................................................................................... 71 B. Saran ............................................................................................................. 72
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 73
LEMBAR REFERENSI
LAMPIRAN-LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP PENULIS
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Kisi-kisi Angket tentang Aplikasi Mengajar Guru dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia ..................................................... 39
Tabel 2 Daftar Nama dan Mata Pelajaran Tenaga Pendidik ....................... 43
Tabel 3 Nama-nama Responden Angket ..................................................... 47
Tabel 4 Guru bahasa Indonesia menguasai materi dengan baik, sehingga dalam menyampaikan materi cukup jelas ....................................... 49
Tabel 5 Guru bahasa Indonesia menggunakan berbagai macam sumber belajar, seperti buku paket, internet, dan lain-lain ......................... 49
Tabel 6 Guru bahasa Indonesia melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang direncanakan .................................................. 50
Tabel 7 Guru bahasa Indonesia mampu mengelola kelas dengan baik, sehingga pembelajaran berjalan efektif .......................................... 51
Tabel 8 Guru bahasa Indonesia menerangkan materi tanpa melihat dan membaca buku di dalam kelas ....................................................... 51
Tabel 9 Cara mengajar guru bahasa Indonesia membuat saya menyukai pelajaran Bahasa Indonesia ............................................................ 52
Tabel 10 Saya menyukai metode mengajar yang digunakan oleh guru bahasa Indonesia ........................................................................................ 52
Tabel 11 Guru bahasa Indonesia menggunakan metode mengajar yang bervariasi dalam kelas ................................................................... 53
Tabel 12 Metode mengajar guru bahasa Indonesia memudahkan saya dalam belajar bahasa Indonesia ............................................................... 53
Tabel 13 Guru bahasa Indonesia menerapkan metode mengajar yang berbeda sesuai dengan materi yang dipelajari ............................................. 54
Tabel 14 Guru bahasa Indonesia menggunakan metode ceramah untuk memudahkan siswa memahami pelajaran bahasa Indonesia dalam semua materi pelajaran ................................................................... 54
Tabel 15 Guru bahasa Indonesia membiasakan siswa berdiskusi guna memberikan keluasan berpendapat dalam pembelajaran ............... 55
Tabel 16 Guru bahasa Indonesia memberikan kesempatan pada siswa untuk bereksperimen sesuai dengan materi yang dipelajari ..................... 55
vii
Tabel 17 Guru bahasa Indonesia memberikan tugas atau latihan pada siswa dalam proses pembelajaran dan juga pekerjaan rumah .................. 56
Tabel 18 Guru bahasa Indonesia menjelaskan materi disertai dengan cara meragakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses atau benda tertentu yang sedang dipelajari ............................................ 56
Tabel 19 Guru bahasa Indonesia mampu melakukan komunikasi dua arah dengan menggunakan bahasa yang santun atau tanya jawab dengan siswa dalam pembelajaran.............................................................. 57
Tabel 20 Guru bahasa Indonesia tidak menyenangkan ketika mengajar di kelas ................................................................................................ 57
Tabel 21 Saya merasa jenuh belajar di dalam kelas ketika pelajaran bahasa Indonesia......................................................................................... 58
Tabel 22 Guru bahasa Indonesia sangat menyenangkan dalam menyampaikan materi .................................................................... 58
Tabel 23 Saya senang mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru bahasa Indonesia......................................................................................... 59
Tabel 24 Guru bahasa Indonesia menggunakan media dan sumber belajar yang relevan dengan karakteristik siswa dan materi yang dipelajari ........................................................................................................ 59
Tabel 25 Guru bahasa Indonesia mampu menguasai karakteristik siswa ..... 60
Tabel 26 Guru bahasa Indonesia mampu mengidentifikasi kesulitan siswa dalam mata pelajaran bahasa Indonesia ......................................... 60
Tabel 27 Guru bahasa Indonesia memiliki berbagai keterampilan berbahasa Indonesia (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis) ........... 61
Tabel 28 Guru bahasa Indonesia mampu menciptakan suasana belajar yang PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, dan Menyenangkan) ............................................................................. 61
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam
kehidupan. Bangsa yang cerdas adalah bangsa yang berpendidikan. Maju
mundurnya kualitas manusia dapat dilihat dari kualitas pendidikannya.
Pemerintah telah menetapkan tujuan pendidikan untuk menghasilkan manusia
yang berkualitas dalam pendidikan. Adapun tujuan pendidikan menyiapkan
individu agar dapat membentuk manusia berwawasan luas, sehingga mampu
memecahkan permasalahan yang dihadapi serta dapat memberikan solusi
untuk permasalahan tersebut. Pemerintah telah mengemukakan definisi dari
pendidikan dalam undang-undang sebagai berikut:
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.1
Setiap pendidikan diarahkan kepada terbinanya manusia Indonesia
dengan kualifikasi seperti yang tercantum dalam UU RI No. 21 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional yang berbunyi:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdasakan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.2
1 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2012), h. 2.
2 Sistem Pendidikan Nasional, Undang-Undang Republik Indonesia no. 20 tahun 2003 tentang Sistem pendidikan Nasional, (Jakarta: Sistem Pendidikan Nasional, 2003), h. 3.
1
2
Pemerintah menyelenggarakan rangkaian kependidikan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan. Rangkaian kependidikan tersebut salah
satunya pendidikan formal seperti sekolah, mulai dari tingkat kanak-kanak,
sekolah dasar, sekolah menengah sampai perguruan tinggi. Kegiatan belajar
mengajar merupakan kegiatan yang paling pokok dilaksanakan dalam proses
pendidikan di sekolah. Berhasil atau tidaknya siswa dalam pencapaian suatu
tujuan pendidikan bergantung kepada bagaimana proses belajar dan
pembelajaran yang dilakukan oleh guru di sekolah.
Seorang guru memiliki peranan yang sangat penting bagi tercapainya
proses kegiatan belajar mengajar yang efektif dalam dunia pendidikan.
Namun, untuk menciptakan kegiatan belajar mengajar yang efektif tidak
mudah karena adanya beberapa faktor, seperti faktor internal dan eksternal.
Selain faktor internal, faktor eksternal sangat mempengaruhi proses kegiatan
belajar mengajar, salah satunya adalah kompetensi guru.3 Kompetensi inilah
yang harus diperhatikan dan dilaksanakan dengan penuh kesadaran dan
tanggung jawab oleh seorang guru.
Perubahan kurikulum yang dinamis mempengaruhi kinerja guru di
sekolah. Salah satunya yaitu pada tugas guru sebagai pengampu mata
pelajaran. Pada praktiknya, guru mata pelajaran memegang peran penting
dalam pengembangan nilai-nilai kognitif siswa. Berbagai mata pelajaran yang
ada, mata pelajaran bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran
penting dalam pembelajaran di sekolah. Jumlah alokasi waktunya pun
terbilang banyak. Tidak sedikit siswa yang menyatakan bahwa pelajaran
bahasa Indonesia termasuk pelajaran yang menarik perhatian. Namun, selama
ini pola pembelajaran yang digunakan oleh guru membuat siswa merasa
jenuh: pelajaran bahasa yang membosankan, materi yang terus diulang-ulang,
dan metode ceramah. Berdasarkan permasalahan tersebut, penulis
mengklasifisikan masalah menjadi minim dan kurang tepatnya metode
mengajar yang diterapkan oleh guru Bahasa Indonesia dalam proses
pembelajaran, serta siswa yang masih menganggap bahasa Indonesia sebagai
3 Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana, Konsep Strategi Pembelajaran, (Bandung: PT Refika Aditama, 2009), h. 57.
3
mata pelajaran yang membosankan. Jika masalah tersebut terus dibiarkan
maka tujuan pendidikan yang seharusnya tercapai akan mengalami hambatan.
Masalah yang pertama yaitu kurangnya penguasaan metode
mengajar yang diterapkan oleh guru Bahasa Indonesia dalam proses
pembelajaran. Banyak metode mengajar yang harus guru ketahui dan pahami
guna diterapkan dalam pembelajaran. Hal ini dikarenakan berhasil atau
tidaknya tujuan pembelajaran tergantung kepada metode yang dipilih guru.
Namun, masih banyak pendidik yang belum menguasai hal ini sehingga guru
yang tidak piawai memilih metode untuk diterapkan ketika mengajar akan
mengalami hambatan dalam proses pembelajarannya. Metode menjadi salah
satu bagian terpenting tercapainya suatu tujuan tertentu dalam pembelajaran.
Fenomena tersebut, terjadi di salah satu sekolah yang berada di
daerah Leuwisadeng Bogor. Di sekolah tersebut masih ada guru yang
menunjukkan cara mengajarnya sangat terpaku pada proses menghafal. Pada
proses pembelajaran, siswa diminta untuk mendengarkan materi dan
mengerjakan tugas sesuai dengan materi yang disampaikan hari itu. Selain
itu, seringkali siswa diminta mengerjakan tugas tanpa dijelaskan materinya
terlebih dahulu. Proses pembelajaran semacam ini sangat menyulitkan siswa.
Jika proses pembelajaran dilakukan secara terus-menerus seperti ini, maka
siswa akan mengalami masalah dalam proses pembelajaran berupa
ketidakpahamannya terkait materi atau tugas yang diberikan.
Seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi, masalah lain
yang ditemukan oleh penulis adalah masih banyak siswa khususnya di
sekolah Negeri yang berada di daerah Leuwisadeng Bogor beranggapan
bahwa mata pelajaran bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran
yang sangat membosankan. Mereka masih menganggap bahasa Indonesia
sebagai mata pelajaran yang tidak menyenangkan.
Fenomena semacam itu terbukti di SMA Negeri 1 Leuwisadeng yang
menunjukkan bahwa siswa tidak merasa tertarik untuk belajar bahasa
Indonesia. Siswa lebih memilih tidur di kelas, izin untuk pergi ke toilet,
namun sebenarnya mereka jajan di kantin atau sekadar hadir di kelas tanpa
berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran. Jika dibandingkan dengan
4
pelajaran bahasa Inggris, mereka lebih menyukai pelajaran bahasa Inggris
daripada pelajaran bahasa Indonesia dengan alasan pelajaran bahasa Inggris
tidak membosankan dan guru yang mengajar pun tidak monoton. Mereka
berpendapat bahwa semua guru yang mengajar bahasa Indonesia di sekolah
tidak bisa menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, cara mengajar
guru di kelas terlalu monoton, sehingga membuat siswa tidak tertarik untuk
belajar.
Masalah yang sudah penulis paparkan, guru perlu mengoreksi dan
membenahi yang salah terkait dengan cara mengajar. Guru harus mengubah
gaya mengajarnya di kelas terkait dengan hal-hal yang perlu diubah.
Misalnya, jika peserta didik sudah beranggapan cara mengajar guru monoton,
maka guru tersebut harus memikirkan strategi mengajar dan menggunakan
metode lain yang bervariasi agar peserta didik tidak merasa bosan.
Berkaitan dengan masalah yang ada, metode mengajar menjadi salah
satu bagian terpenting dalam kegiatan belajar guna tercapainya suatu tujuan
pembelajaran. Metode mengajar yang sesuai dan diaplikasikan guru akan
membuat siswa tidak merasa bosan belajar di kelas.
Atas dasar permasalahan tersebut, maka seorang guru harus
memperhatikan dalam mengaplikasikan metode mengajar dalam
pembelajaran bahasa Indonesia. Hal ini dikarenakan dalam mengaplikasikan
metode mengajar sangat berpengaruh kepada kegiatan belajar siswa. Jika
metode yang digunakan oleh guru bervariasi, maka siswa tidak akan merasa
bosan. Untuk membuktikan secara benar terkait masalah ini, penulis tertarik
melakukan penelitian tentang “Aplikasi Metode Mengajar Guru dalam
Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas XI di MAN 2 Bogor”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah yang terkait
dengan aplikasi metode mengajar guru dalam pembelajaran bahasa Indonesia
dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Minimnya metode mengajar yang diterapkan oleh guru Bahasa Indonesia
dalam proses pembelajaran.
5
2. Siswa masih menganggap bahasa Indonesia sebagai mata pelajaran yang
membosankan.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas, maka
penelitian ini dibatasi pada:
1. Metode mengajar yang diaplikasikan oleh guru dalam pembelajaran
bahasa Indonesia kelas XI di MAN 2 Bogor pada tahun pelajaran
2017/2018.
2. Tanggapan siswa kelas XI MAN 2 Bogor terhadap cara mengajar dan
metode yang diaplikasikan oleh guru bahasa Indonesia dalam
pembelajaran di kelas.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka penulis dapat merumuskan
masalah penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana metode mengajar yang diaplikasikan oleh guru dalam
pembelajaran bahasa Indonesia kelas XI di MAN 2 Bogor pada tahun
pelajaran 2017/2018?
2. Bagaimana tanggapan siswa kelas XI MAN 2 Bogor terhadap cara
mengajar dan metode yang diaplikasikan oleh guru bahasa Indonesia
dalam pembelajaran di kelas?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini memiliki tujuan
untuk mengetahui bagaimana Aplikasi Metode Mengajar Guru dalam
Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas XI di MAN 2 Bogor.
F. Manfaat Penelitian
6
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik secara teoretis maupun
praktis:
1. Manfaat Teoretis
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
dunia pendidikan dan menambah khazanah keilmuan khususnya guru
bahasa Indonesia.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Sekolah
Sebagai sumbangan pemikiran dalam peningkatan kualitas kegiatan
belajar mengajar dan sebagai penentu kebijakan dalam upaya
meningkatkan motivasi dan prestasi siswa dalam pembelajaran
bahasa Indonesia.
b. Bagi Guru
Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan pengelolaan kelas
yang efisien dan efektif sehingga dapat meningkatkan kondisi belajar
yang menyenangkan bagi siswa pada bidang studi bahasa Indonesia
serta meningkatnya penggunaan metode mengajar yang bervariasi
bagi guru.
c. Bagi Siswa
Memberikan kontribusi untuk senantiasa terpacu dalam belajar
bahasa Indonesia di kelas, serta dalam membentuk pribadi yang
positif. Selain itu, siswa akan lebih termotivasi dalam belajar dengan
adanya kreativitas mengajar yang dimiliki oleh guru.
BAB II
KAJIAN TEORETIS
A. Hakikat Metode Mengajar Guru
1. Pengertian Metode Mengajar
Interaksi antara guru dan peserta didik merupakan hasil dari proses
kegiatan belajar mengajar guna mencapai suatu tujuan pembelajaran. Pada
kegiatan mengajar guru dengan sadar mengatur lingkungan belajar agar
tercipta suasana yang menyenangkan bagi peserta didik. Dengan segala
pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki oleh guru, pengajaran harus
dipersiapkan dengan baik dan sistematis. Jika seorang guru mempersiapkan
pengajaran dengan baik, maka proses pembelajaran pun akan berlangsung
dengan baik.
Pada kegiatan belajar mengajar, guru selalu dituntut untuk dapat
menyampaikan materi pelajaran kepada peserta didiknya, sehingga mereka
dapat menerima, menguasai, dan mengaplikasikannya secara tuntas. Ini
menjadi salah satu tugas yang cukup sulit yang harus dihadapi guru. Hal ini
dikarenakan guru selalu berhadapan dengan makhluk yang bermacam-
macam karakternya. Karakter yang berbeda akan menimbulkan gaya belajar
yang berbeda juga. Selain itu, materi pelajaran yang disampaikan oleh guru
pun akan diterima oleh peserta didik dengan cara yang berbeda sehingga
guru harus mampu memikirkan solusi terkait masalah tersebut.
Tujuan pembelajaran di dalam kelas yang tidak tercapai disebabkan
oleh beberapa masalah yang dihadapi guru, seperti tidak maksimalnya
seorang guru mengelola kelas, kurangnya media pembelajaran,
menggunakan pendekatan yang kurang sesuai, kurangnya penguasaan
materi, dan cara mengajar atau menyampaikan materi kepada peserta didik
kurang maksimal. Di samping itu, metode mengajar pun mempunyai andil
yang cukup besar dalam kegiatan belajar mengajar. Pemilihan metode
mengajar sangat perlu dilakukan oleh guru untuk menghindari suasana
belajar yang monoton. Peserta didik tidak akan merasa bosan jika guru
menggunakan metode mengajar yang bervariasi. Guru harus pandai memilih
7
8
dan menggunakan metode mengajar yang sesuai dengan materi yang akan
disampaikan.
Pada proses pembelajaran, metode mengajar merupakan hal yang
penting digunakan untuk mencapai suatu tujuan belajar. Metode merupakan
suatu cara yang benar-benar harus dipikirkan secara matang oleh guru
karena tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran itu tergantung kepada
metode yang dipilih dan digunakan. Selain itu, metode yang dipilih dan
digunakan oleh guru dalam mengajar berpengaruh kepada sikap penerimaan
peserta didik dalam belajar. Pemilihan metode yang sesuai dengan materi
sangat penting untuk dilakukan oleh guru.
Metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan
rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah
disusun tercapai secara optimal.1 Artinya, metode digunakan untuk
merealisasikan rencana yang sebelumnya telah ditetapkan. Dalam proses
pembelajaran, guru harus menyiapkan segala keperluan untuk melakukan
kegiatan belajar mengajar. Metode mengajar merupakan alat yang akan
membantu untuk menerapkan strategi yang sudah ditetapkan oleh guru.
Metode pembelajaran adalah cara yang ditempuh guru untuk
menciptakan situasi pembelajaran yang menyenangkan dan mendukung bagi
kelancaran proses belajar dan tercapainya prestasi belajar siswa.2 Winarno
Surahmad mengungkapkan bahwa “Metode pembelajaran adalah cara untuk
mempermudah peserta didik mencapai kompetensi tertentu.”3 Selain untuk
menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, prestasi belajar peserta
didik pun menjadi titik tolak penggunaan metode yang harus dipikirkan.
Dengan metode, peserta didik akan lebih terbantu dalam memahami materi
yang disampaikan oleh guru sehingga mereka akan mencapai prestasi
belajar. Di samping itu, peserta didik akan mengetahui kemampuan belajar
dengan metode-metode yang digunakan oleh guru tersebut.
1 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2012), h. 147.
2 Rusmono, Strategi Pembelajaran dengan Problem Based Learning Itu Perlu, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2014), cet. ke-2, h. 24.
3 Iif Khoiru Ahmadi dan Hendro Ari Setyono, Strategi Pembelajaran Berorientasi KTSP, (Jakarta: PT Prestasi Pustakaraya, 2011), cet. ke-1, h. 101.
9
Pada dunia pendidikan, istilah mengajar sudah tidak asing lagi untuk
didengarkan. Mengajar merupakan tugas yang lazim dikerjakan oleh guru di
dalam kelas. Kegiatan mengajar yang dilakukan dalam kelas menciptakan
komunikasi antara guru dan peserta didik. Guru mengajar dan peserta didik
memperhatikan untuk belajar. Kegiatan mengajar yang dilakukan sudah
tentu mempunyai tujuan pembelajaran yang ditetapkan sebelumnya oleh
guru.
Abdul Majid mengatakan dalam bukunya bahwa “Proses belajar
mengajar merupakan interaksi yang dilakukan antara guru dengan perserta
didik dalam suatu pengajaran untuk mewujudkan tujuan yang ditetapkan.”4
Interaksi yang tercipta dengan baik antara guru dan peserta didik di dalam
kelas akan menghasilkan hasil yang baik, yaitu tujuan pembelajaran yang
sudah ditetapkan terlebih dahulu akan tercapai. Berbeda dengan guru dan
peserta didik yang tidak berinteraksi dengan baik akan menghambat
tercapainya tujuan pembelajaran.
Kata teach atau mengajar berasal dari bahasa Inggris kuno, yaitu
taecan. Kata ini berasal dari bahasa Jerman kuno (Old Teutenic), taikjan,
yang berasal dari kata teik, yang berarti memperlihatkan. Kata tersebut
ditemukan juga dalam bahasa Sanskerta, dic, yang dalam bahasa Jerman
kuno dikenal dengan deik. Istilah mengajar (teach) juga berhubungan
dengan token yang berarti tanda atau simbol. Kata token juga berasal dari
bahasa Jerman kuno, taiknom, yaitu pengetahuan dari taikjan. Dalam bahasa
Inggris kuno taecan berarti to teach (mengajar). Dengan demikian, token
dan teach secara historis memiliki keterkaitan. To teach (mengajar) dilihat
dari asal usul katanya berarti memperlihatkan sesuatu kepada seseorang
melalui tanda atau simbol; penggunaan tanda atau simbol itu dimaksudkan
untuk membangkitkan dan menumbuhkan respons mengenai kejadian,
seseorang, observasi, penemuan, dan lain sebagainya.5
Thomas Gordon dalam buku Guru yang Efektif mengatakan
“Mengajar adalah perilaku yang universal, artinya semua orang dapat
4 Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar Kompetensi Guru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), cet. ke-6, h. 135.
5 Wina Sanjaya, Op. Cit., h. 95-96.
10
melakukannya. Orang tua mengajar anaknya, pemimpin mengajar
bawahannya, pelatih mengajar anak asuhannya, suami mengajar istrinya,
dan guru mengajar muridnya.”6 Artinya, mengajar bukan hanya dilakukan
oleh guru kepada peserta didiknya. Setiap orang dapat mengajar di manapun
dan kapanpun kepada orang lain. Pada dunia pendidikan, mengajar
merupakan suatu kegiatan yang lazim yang harus dikuasai dan dilakukan
oleh setiap guru dalam proses penyampaian materi kepada peserta didik.
Dequeliy dan Gazali dalam buku Belajar dan Faktor-faktor yang
Mempengaruhi mendefinisikan “Mengajar adalah menanamkan
pengetahuan pada seseorang dengan cara paling singkat dan tepat.”7
Sedangkan, Oemar Hamalik dalam buku yang berjudul Proses Belajar
Mengajar mengatakan bahwa “Mengajar ialah menyampaikan pengetahuan
kepada siswa didik atau murid di sekolah.”8 Kedua pengertian tersebut
dapat dikatakan bahwa mengajar merupakan proses menyampaikan sesuatu
kepada orang lain berupa pengetahuan atau informasi. Pada proses
mengajar, ada yang menyampaikan dan ada yang menerimanya.
Mengajar merupakan kegiatan yang bukan sekadar memberikan
informasi kepada peserta didik untuk dapat diterimanya. S. Nasution
mengatakan dalam buku yang berjudul Metodologi Pembelajaran Agama
Islam “Mengajar adalah menanamkan pengetahuan kepada murid,
menyampaikan kebudayaan kepada anak, dan aktivitas mengorganisasi atau
mengatur lingkungan dengan sebaik-baiknya dan menghubungkan dengan
anak sehingga terjadi proses belajar-mengajar.”9 Jadi, mengajar merupakan
kegiatan yang mentrasfer segala ilmu dan pengetahuan yang bukan hanya
dari segi materi pelajaran saja melainkan dari berbagai segi, seperti
kebudayaan dan pengalaman hidup yang berkaitan dengan proses belajar
6 Thomas Gordon, Guru yang Efektif, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1990), cet. ke-3, h. 1.
7 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010), cet. ke-5, h.30.
8 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2005), cet. ke-4, h. 44.
9 M. Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Ciputat: Ciputat Pers, 2002), h. 19.
11
mengajar. Mengajar juga harus berarti membantu peserta didik agar
berkembang dan dapat menyesuikan diri dengan lingkungannya.
Sebagai proses menyampaikan atau menanamkan ilmu pengetahuan,
maka mengajar mempunyai beberapa karakteristik, yaitu:10
a. Proses pengajaran berorientasi pada guru (teacher centered)
Pada kegiatan belajar mengajar, guru memegang peran yang sangat
penting. Guru menentukan segalanya. Sehubungan dengan proses
pembelajaran yang berpusat pada guru, maka minimal ada tiga peran
utama yang harus dilakukan guru, yaitu guru sebagai perencana,
penyampai informasi, dan evaluator.
b. Siswa sebagai objek belajar
Peran siswa adalah sebagai penerima informasi yang diberikan guru.
jenis informasi dan pengetahuan yang harus dipelajari kadang-kadang
tidak berpijak dari kebutuhan siswa, baik dari segi pengembangan bakat
maupun dari minat siswa, akan tetapi berangkat dari pandangan apa yang
menurut guru dianggap baik dan bermanfaat.
Sebagai objek belajar, kesempatan siswa untk mengembangkan
kemampuan sesuai dengan minat dan bakatnya, bahkan untuk belajar
sesuai dengan gayanya, sangat terbatas. Sebab, dalam proses
pembelajaran segalanya diatur dan ditentukan oleh guru.
c. Kegiatan pengajaran terjadi pada tempat dan waktu tertentu
Proses pembelajaran berlangsung pada tempat tertentu, misalnya
terjadi di dalam kelas dengan penjadwalan yang ketat, sehingga siswa
hanya belajar manakal ada kelas yang telah didesain sedemikian rupa
sebagai tempat belajar. Demikian juga halnya dengan waktu yang diatur
sangat ketat. Misalnya, manakal waktu belajar suatu materi pelajaran
tertentu telah habis, maka segera siswa akan belajar materi lain sesuai
dengan jadwal yang telah ditetapkan.
d. Tinjauan utama pengajaran adalah penguasaan materi pelajaran
Keberhasilan suatu proses pengajaran diukur dari sejauh mana siswa
dapat menguasai materi pelajaran yang disampaikan guru. materi
10Wina Sanjaya, Op. Cit., h. 96.
12
pelajaran itu sendiri adalah pengetahuan yang bersumber dari mata
pelajaran yang diberikan di sekolah.
Berdasarkan karakteristik di atas, maka tugas guru dalam mengajar
bukan hanya menyampaikan materi saja, akan tetapi guru harus memberikan
pemahaman yang lain terkait dengan pengetahuan dan pengalaman sehingga
tujuan dan masa depan peserta didik menjadi cerah. Hasil dari mengajar
yang dapat dirasakan oleh peserta didik bukan hanya materi tetapi juga
bagaimana peserta didik dapat berpandangan secara luas terkait dengan
kehidupan. Maksudnya adalah materi pelajaran yang diterima oleh peserta
didik bukan hanya untuk diingat, tetapi juga untuk ditumbuhkembangkan
dan diaplikasikan oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.
Metode dan mengajar merupakan dua hal yang berbeda. Pada
pelaksanaan mengajar guru membutuhkan metode untuk mencapai tujuan
pembelajarannya. Oleh karena itu, dalam kegiatan belajar guru harus
mengaplikasikan metode mengajar. Jumanta Hamdayana mengatakan
“Metode mengajar ialah cara yang digunakan oleh guru untuk
menyampaikan pelajaran kepada peserta didik.”11 Guru dalam memilih
metode mengajar harus tepat dengan tujuan dan sasaran yang telah
ditetapkan. Pemilihan metode sangat berpengaruh terhadap hasil yang akan
diperoleh. Selain itu, Jumanta juga mengatakan bahwa “Metode mengajar
yang baik adalah metode yang dapat menumbuhkan kegiatan belajar bagi
peserta didik dan upaya guru dalam memilih metode yang baik merupakan
upaya mempertinggi mutu pengajaran atau pendidikan yang menjadi
tanggung jawabnya.”12 Metode mengajar dipilih dan digunakan oleh guru
harus menyesuaikan dengan materi yang akan dipelajari. Selain itu,
pemilihan dan penggunaan metode ini bertujuan dapat merangsang peserta
didik belajar dalam kelas dengan suasana yang tidak membosankan.
Berdasarkan beberapa pengertian metode yang sudah dijelaskan di
atas, penulis menyimpulkan bahwa metode adalah sebuah cara untuk
menghasilkan sesuatu yang direncanakan dan diharapkan. Tujuan
11 Jumanta Hamdayana, Metodologi Pengajaran, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2016), h. 94. 12 Ibid., h.94.
13
pembelajaran yang dirancang dan diharapkan guru akan tercapai jika hanya
metode yang dipilih dan digunakan tepat dalam mengajar. Penulis
menyimpulkan pengertian mengajar adalah proses menyampaikan sesuatu,
baik orang tua kepada anak, guru ngaji kepada muridnya, juga guru kepada
peserta didiknya. Jadi, metode mengajar adalah cara yang digunakan guru
dalam menyampaikan ilmu pengetahuan kepada peserta didiknya untuk
mencapai tujuan pembelajaran.
2. Kedudukan Metode dalam Kegiatan Belajar Mengajar
Salah satu usaha yang tidak pernah guru tinggalkan adalah
bagaimana memahami kedudukan metode sebagai salah satu komponen
yang ikut ambil bagian bagi keberhasilan kegiatan belajar mengajar.
Kerangka berpikir yang demikian bukanlah suatu hal yang aneh, akan tetapi
nyata. Hal tersebut juga memang benar-benar dipikirkan oleh seorang guru
untuk proses pembelajaran.
Pentingnya peran metode dalam pembelajaran, seorang guru harus
menyadari dan memahami secara benar kedudukan metode dalam kegiatan
belajar mengajar.13 Metode belajar sebagai salah satu cara atau alat agar
tercapainya suatu tujuan pembelajaran perlu diperhatikan oleh guru. Metode
mengajar inilah yang dapat menentukan peserta didik belajar dalam kelas.
Jika guru tidak menggunakan metode mengajar yang tepat, maka peserta
didik dapat dipastikan akan merasakan kejenuhan dalam belajar.
Gary D. Borich dalam bukunya yang berjudul Effective Teaching
Methods menyatakan:
A fourth input to the planning process will be your knowledge of teaching methods. With this knowledge comes an awareness of different teaching strategies with wich you can implement the key and helping behaviors. Also included under teaching methods are your decisions about the following: 1. Appropriate pacing or tempo (the speed at which you introduce
new material). 2. Mode of presentation (direct presentation versus group
discussion versus web based instruction).
13 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2013), cet. ke- 5, h. 72.
14
3. Class arrangement (small groups, full class, independent work). 4. Classroom management (raise hand, speak out).14 Berdasarkan pernyataan tersebut menunjukkan bahwa guru harus
memiliki pengetahuan tentang metode mengajar. Pengetahuan metode
mengajar penting guna tercapainya tujuan pendidikan. Empat keputusan
yang termasuk dalam metode pengajaran dari pernyataan Gary adalah
seorang guru memperkenalkan materi baru, guru dapat presentasi, guru
dapat mengatur kelas, dan guru dapat mengatur ruang kelas agar tercipta
suasana belajar yang tidak membosankan.
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain menyebutkan bahwa lahir
pemahaman tentang kedudukan metode, yaitu:
a. Metode sebagai Alat Motivasi Ekstrinsik
Sebagai salah satu komponen pengajaran, metode menempati
peranan yang tidak kalah pentingnya dari komponen lainnya dalam
kegiatan belajar mengajar. Tidak ada satu pun kegiatan belajar mengajar
yang tidak menggunakan metode pengajaran. Ini berarti guru memahami
benar kedudukan metode sebagai alat motivasi ekstrinsik dalam kegiatan
belajar mengajar. Metode berfungsi sebagai alat perangsang dari luar
yang dapat membangkitkan belajar seseorang.15 Hal ini menunjukkan
bahwa metode memiliki kedudukan penting dalam proses pembelajaran.
Jenuh atau tidaknya peserta didik dalam belajar tergantung kepada
metode yang dipilih dan diaplikasikan guru dalam mengajar di kelas.
b. Metode sebagai Strategi Pengajaran
Pada kegiatan belajar mengajar, tidak semua anak didik mampu
berkosentrasi dalam waktu yang relatif lama. Daya serap anak didik
terhadap materi yang diberikan juga bermacam-macam, ada yang cepat,
sedang, dan lambat. Cepat lambatnya penerimaan peserta didik terhadap
materi pelajaran yang diberikan menghendaki pemberian waktu yang
bervariasi, sehingga penguasaan penuh dapat tercapai. Perbedaan daya
serap peserta didik tersebut memerlukan strategi pengajaran yang tepat.
Oleh karena itu, guru dituntut untuk bisa menerapkan dan menggunakan
14 Gary D. Borich, Effective Teaching Methods, (New Jersey: Pearson Education, Inc. 2014), h. 163.
15 Djamarah, Op. Cit., h.72.
15
metode pembelajaran yang bervariasi.16 Penggunaan metode yang
bervariasi dalam kelas dapat memicu peserta didik belajar dengan
antusias. Peserta didik tidak akan merasakan kebosanan belajar jika
hanya guru dapat memvariasikan metode ketika mengajar. Berbeda
dengan penggunaan metode yang tidak bervariasi, peserta didik akan
mengalami kejenuhan dalam belajar.
c. Metode sebagai Alat untuk Mencapai Tujuan
Tujuan adalah suatu cita-cita yang akan dicapai dalam kegiatan
belajar mengajar. Tujuan adalah pedoman yang memberi arah kegiatan
belajar mengajar akan dibawa. Guru tidak bisa membawa kegiatan
belajar mengajar menurut sekehendak hatinya dan mengabaikan tujuan
yang telah dirumuskan. Tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan
beberapa cara. Metode dalam mengajar merupakan salah satu cara untuk
mencapai tujuan.17 Proses pembelajaran dapat dikatakan berhasil jika
tujuan yang direncanakan guru tercapai. Salah satu cara untuk mencapai
tujuan pembelajaran adalah pemilihan dan penggunaan metode yang
tepat dan sesuai dengan materi yang akan disampaikan.
Penggunaan metode mengajar terkadang guru harus menyesuaikan
dengan kondisi dan suasana kelas. Penggunaan metode juga harus
disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan. Selain itu, jumlah anak
dengan karakternya yang berbeda-beda dapat mempengaruhi penggunaan
metode sehingga dalam perumusan tujuan guru perlu merumuskan dengan
jelas dan dapat diukur. Perumusan tersebut bertujuan agar guru mudah
dalam menentukan metode yang dipilih untuk tercapainya tujuan
pembelajaran. Jadi, dapat dipahami bahwa penggunaan metode yang tepat
dan bervariasi akan dapat dijadikan alat motivasi ekstrinsik dalam kegiatan
belajar mengajar di sekolah.
16 Ibid., h. 73. 17 Ibid., h. 74.
16
3. Macam-macam Metode Pembelajaran
Guru sebagai salah satu sumber belajar berkewajiban untuk
menciptakan lingkungan belajar yang kreatif di dalam kelas. Salah satu
kegiatan yang harus guru lakukan sebelum mengajar adalah memilih dan
menentukan metode yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan
kepada peserta didik. Pemilihan dan penentuan metode mengajar ini
didasarkan kepada peserta didik yang memiliki karakter berbeda-beda.
Peserta didik memiliki daya tangkap atas informasi yang diberikan oleh
guru secara berbeda-beda pula.
Sebelum melakukan proses pembelajaran, guru harus dapat memilih
dan menerapkan berbagai macam metode pengajaran yang ada. Jumanta
Hamdayama mengatakan dalam bukunya yang berjudul Metodologi
Pengajaran bahwa terdapat sejumlah metode pembelajaran yang dapat
dipergunakan oleh guru.18 Metode mengajar yang dapat digunakan oleh
guru dalam pembelajaran, yaitu:
a. Metode Ceramah
Metode ceramah merupakan cara mengajar yang paling
tradisional dan telah lama dilaksanakan oleh guru. Ceramah adalah
penuturan bahan pelajaran secara lisan. Metode ini tidak senantiasa buruk
bila penggunaannya benar-benar disiapkan dengan baik, didukung
dengan alat dan media, serta memperhatikan batas-batas kemunngkinan
penggunaannya.19 Metode ceramah seringkali dianggap sebagai metode
yang membosankan karena secara visual metode ini hanya dilakukan satu
arah. Guru menyampaikan dan peserta didik menerima dan
mendengarkan. Metode ini tidak memberikan siswa keluasan untuk aktif
dalam kelas.
1. Kelebihan metode ceramah
a) Guru mudah menguasai kelas
b) Mudah dilaksanakan
c) Dapat diikuti anak didik dalam jumlah besar
18 Hamdayana, Op. Cit., h. 98. 19 R. Ibrahim dan Nana Syaodih, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010),
cet. ke-3, h. 106.
17
d) Guru mudah menerangkan bahan pembelajaran berjumlah besar
2. Kekurangan metode ceramah
a) Kegiatan pengjaran menjadi verbalisme
b) Anak didik yang lebih tanggap dari sisi visual akan menjadi rugi
dan anak didik yang lebih taggap auditifnya akan lebih besar
menerimanya
c) Jika terlalu lama membosankan
d) Sukar mengontrol sejauh mana pemerolehan belajar anak didik,
dan
e) Menyebabkan anak didik pasif.20
b. Metode Eksperimen
Metode eksperimen adalah metode pemberian kesempatan kepada
anak didik perorangan atau kelompok untuk dilatih melakukan suatu
proses atau percobaan. Dengan metode ini, anak dididk diharapkan
sepenuhnya terlibat merencanakan eksperimen, melakukan eksperimen,
menemukan fakta, mengumpulkan data, mengendalikan variable, dan
memecahkan masalah yang dihadapinya secara nyata.
1. Kelebihan metode eksperimen
a) Membuat anak didik lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan
berdasarkan percobaan yang dilakukan.
b) Anak didik dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan
eksplorasi tentang ilmu dan teknologi.
c) Dapat menjadikan anak didik sebagai manusia yang dapat
membawa perubahan baru dengan penemuan sebahai hasil
percobaannya.
2. Kekurangan metode eksperimen
a) Tidak cukupnya alat-alat percobaan yang mengakibatkan anak
didik tidak memiliki kesempatan untuk bereksperimen.
b) Eksperimen membutuhkan waktu yang lama sehingga pelajaran
terhambat
20 Hamdayana, Op. Cit., h. 97.
18
c) Metode ini lebih sesuai untuk menyajikan bidang ilmu dan
teknologi.21
Metode eksperimen jarang sekali digunakan karena beberapa
kekurangannya. Melihat beberapa fakta bahwa guru yang dapat
menggunakan metode ini adalah guru di sekolah yang memiliki fasilitas
yang lengkap.
c. Metode Pemberian Tugas dan Resitasi
Metode ini dimaksudkan untuk memberi kesempatan kepada
siswa melakukan tugas/kegiatan yang berhubungan dengan pelajaran,
seperti mengerjakan soal-soal, mengumpulkan kliping, dan sebagainya.
Metode ini dapat dilakukan dalam bentuk tugas/kegiatan individual
ataupun kerja kelompok.22
1. Kelebihan metode pemberian tugas dan resitasi
a) Pengetahuan yang anak didik peroleh dari hasil belajar sendiri akan
diingat lebih lama.
b) Anak didik berkesempatan memupuk perkembangan dan
keberanian mengambil inisiatif, bertanggung jawab, dan berdiri
sendiri.
2. Kekurangan metode pemberian tugas dan resitasi
a) Memicu adanya penipuan yang dilakukan anak didik.
b) Terkadang tugas dikerjakan oleh orang lain tanpa pengawasan.
c) Sukar memberikan tugas yang memenuhi perbedaan individual.
d. Metode Diskusi
Metode diskusi adalah cara penyajian pelajaran, di mana siswa-
siswa dihadapkan kepada suatu masalah yang bisa berupa pernyataan
atau pertanyaan yang bersifat problematis untuk dibahas dan dipecahkan
bersama. Di dalam diskusi ini proses belajar mengajar terjadi, di mana
interaksi antara dua atau lebih individu yang terlibat saling tukar
menukar pengalaman, informasi, memecahkan masalah, dan terjadi
21 Ibid., h. 100. 22 Ibrahim, Op. Cit., h. 107.
19
dengan aktif.23 Metode diskusi dapat dijadikan salah satu metode yang
memicu peserta didik aktif dalam kelas untuk mengembangkan
keberanian dalam bercakap dan mengungkapkan pendapatnya.
1. Kelebihan metode diskusi
a) Merangsang kreativitas anak didik dalam bentuk ide, gagasan-
prakarsa, dan terobosan baru dalam pemecahan masalah.
b) Mengembangkan sikap menghargai pendapat orang lain.
c) Memperluas wawasan.
d) Membina untuk terbiasa musyawarah untuk mufakat dalam
memecahkan suatu masalah.
2. Kekurangan Metode Diskusi
a) Pembicaraan terkadang menyimpang, sehingga butuh waktu
panjang.
b) Tidak dapat dipakai pada kelompok yang besar.
c) Peserta mendapat informasi terbatas.
d) Mungkin dikuasai oleh orang-orang yang pandai berbicara atau
ingin menonjolkan diri.24
e. Metode Sosiodrama
Metode sosiodrama atau bermain peran merupakan metode yang
sering digunakan dalam mengajarkan nilai-nilai dan memecahkan
masalah-masalah yang dihadapi dalam hubungan sosial dengan orang-
orang di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Dalam
pelaksanaannya, siswa-siswa diberi berbagai peran tertentu dan
melaksanakan peran tersebut, serta mendiskusikannya di kelas.25
1. Kelebihan Metode Sosiodrama
a) Siswa melatih dirinya untuk memahami dan mengingat isi bahan
yang akan didramakan.
b) Siswa akan terlatih untuk berinisiatif dan berkereatif.
c) Bakat yang terdapat pada siswa akan terlihat dan dapat dipupuk.
d) Akan memunculkan sikap kerja sama antarpemain.
23 Djamarah, Op. Cit., h. 87. 24 Ibid., h. 88. 25 Ibrahim, Op.Cit., h. 107.
20
e) Siswa akan berlatih menerima dan membagi tanggung jawab.
2. Kekurangan Metode Sosiodrama
a) Sebagian besar anak yang tidak ikut bermain drama akan kurang
kreatif.
b) Banyak memakan waktu dalam kelas.
c) Memerlukan tempat yang cukup luas.
d) Membuat kelas lain terganggu oleh suara pemain dan tepukan
penonton dalam kelas.26
f. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan
meragakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi,
atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik sebenarnya ataupun
tiruan yang sering disertai dengan penjelasan lisan.27
1. Kelebihan Metode Demonstrasi
a) Membuat pengajaran lebih jelas.
b) Siswa lebih mudah memahami apa yang dipelajari.
c) Proses pengajaran lebih menarik.
d) Siswa dirangsang untuk aktif mengamati.
2. Kekurangan Metode Demonstrasi
a) Memerlukan keterampilan guru secara khusus.
b) Memerlukan fasilitas dan biaya yang memadai.
c) Memerlukan persiapan yang matang dan waktu yang panjang.28
g. Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah metode mengajar yang
memungkinkan terjadinya komunikasi langsung yang bersifat dua arah
sebab pada saat yang sama terjadi dialog antara guru dan siswa. Guru
bertanya siswa menjawab atau siswa bertanya guru menjawab.29
1. Kelebihan Metode Tanya Jawab
a) Pertanyaan dapat menarik dan memusatkan perhatian siswa.
26 Djamarah, Op. Cit., h. 90. 27 Ibid., h.90. 28 Ibid., h. 91. 29 Ibrahim, Op. Cit., h. 106.
21
b) Merangsang siswa untuk melatih dan mengembangkan daya piker,
termasuk ingatan.
c) Mengembangkan keberanian dan keterampilan siswa dalam
menjawab dan mengemukakan pendapat.
2. Kekurangan Metode Tanya Jawab
a) Terkadang siswa merasa takut, apalagi guru kurang mendorong
siswa untuk berani.
b) Tidak mudah membuat pertanyaan yang sesuai dengan tingkat
berpikir dan mudah dipahami siswa.
c) Waktu sering banyak terbuang apabila siswa tidak dapat menjawab
pertanyaan.
d) Tidak cukup waktu untuk memberikan pertanyaan kepada siswa
karena jumlah siswa yang banyak.30
4. Faktor yang Memengaruhi Keunggulan Metode
Keunggulan suatu metode terletak pada beberapa faktor yang berpengaruh,
yaitu:
a. Tujuan; karena adanya tujuan pengajaran yang ditetapkan secara
terperinci sehingga menuntut untuk memilih metode yang cocok dengan
pembahasan guna mencapai tujuan tersebut.
b. Karakteristik siswa; adanya perbedaan karakteristik siswa yang
dipengaruhi oleh berbagai faktor menjadi pertimbangan guru dalam
memilih metode supaya siswa yang berkarakteristik berbeda tersebut
dapat menerima materi yang disampaikan.
c. Situasi dan kondisi; situasi dan kondisi menjadi pertimbangan penting
dalam pemilihan metode.
d. Kemampuan dan pribadi guru; Guru yang mempunyai kemampuan
bicara yang baik dengan gaya dan gerak, irama dan tekanan suara yang
bervariasi bisa menggunakan metode ceramah.
30 Djamarah, Op. Cit., h. 95.
22
e. Sarana dan prasarana; sekolah yang mempunyai sarana dan prasarana
memadai akan memudahkan guru dalam memilih metode yang
bervariasi.31
Pada hakikatnya, sebuah metode tidak ada yang sempurna. Metode
pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dan
kekurangan yang ada pada sebuah metode dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Oleh karena itu, guru harus pandai memilih sebuah metode yang akan
digunakan dalam kelas untuk menyampaikan materi.
5. Pengertian Guru
Pada dunia pendidikan, guru merupakan bagian terpenting dalam
proses belajar mengajar, di jalur pendidikan formal, informal, atau
nonformal. Setiap upaya peningkatan kualitas pendidikan di tanah air, guru
tidak dapat dilepaskan dari berbagai hal yang berkaitan dengan eksistensi
mereka.32 Guru sebagai salah satu unsur dalam kegiatan belajar mengajar
memiliki posisi yang sangat menentukan keberhasilan pembelajaran. Hal ini
karena peran dan tugas guru yang harus menciptakan peserta didik yang
cerdas, berwawasan luas, dan berakhlak mulia.
Pentingnya peran dan fungsi guru dalam upaya meningkatkan mutu
pendidikan nasional, maka pemerintah menerbitkan UU nomor 14 Tahun
2005 tentang Guru dan Dosen. Barnawi dan Mohammad Arifin dalam buku
Etika dan Profesi Kependidikan mengatakan “UU tersebut telah
meningkatkan kedudukan guru dan dosen sebagai tenaga professional
dengan visi terwujudnya penyelenggaraan pembelajaran sesuai dengan
prinsip-prinsip profesionalitas untuk memenuhi hak yang sama bagi setiap
warga negara dalam memperoleh pendidikan yang bermutu.”33 Artinya
bahwa kedudukan guru dan dosen sangat penting dalam pendidikan,
terutama dalam peningkatan hasil belajar peserta didik.
31 Basyiruddin Usman, Op. Cit., h. 32. 32 Hamdayana, Op. Cit., h. 1. 33 Barnawi dan Mohammad Arifin, Etika dan Profesi Kependidikan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media, 2012), cet. ke-1, h. 14
23
Pada proses pembelajaran, guru bukan hanya sebagai pengajar yang
hanya memberikan ilmunya kepada peserta didik, bukan juga sebagai
pelatih yang hanya melatih sesuatu kepada peserta didiknya, tetapi yang
terpenting guru harus menjadi sorang pendidik yang harus menuntun peserta
didiknya ke arah yang lebih baik. Seorang guru memiliki tugas yang sangat
serius untuk mengantarkan peserta didiknya kepada tujuan yang dicita-
citakan.
Menurut Roestiyah pada buku yang berjudul Guru Profesional dan
Implementasi Kurikulum, guru adalah seorang yang berdiri di depan kelas
untuk menyampaikan ilmu pengetahuan.34 Pada dunia pendidikan, guru
dipandang sebagai orang yang memberikan ilmu di dalam kelas. Guru
adalah orang yang mengajar, meyampaikan materi pelajaran, dan
memberikan pekerjaan rumah kepada peserta didiknya. Seorang guru
mempunyai tugas untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dalam semua
aspek. Guru dituntut segala hal terkait proses pembelajaran untuk
menciptakan peserta didik yang cerdas. Berawal dari bertutur kata, bersikap,
dan cara mengajar. Hal ini dikarenakan guru harus menjadi cerminan untuk
peserta didiknya.
Pupuh Fathurrohman dan Aa Suryana dalam buku Guru Profesional
mengatakan bahwa guru adalah ujung tombak dalam proses belajar
mengajar.35 Guru merupakan pusat bagi perubahan sikap peserta didik.
Guru yang memegang peranan sangat penting untuk membuat siswa
memahami dengan apa yang diajarkannya. Mengingat akan perbedaan
karakteristik yang dimiliki siswa menjadikan guru dituntut untuk memiiki
banyak ide dalam hal mengajar. Tujuannya adalah untuk menjauhkan siswa
dari rasa bosan dalam belajar.
Undang-undang Guru dan Dosen Pasal 4 menjelaskan kedudukan guru sebagai tenaga profesional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) berfungsi meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran dan berfungsi meningkatkan mutu pendidikan nasional. Maksud dari guru sebagai agen pembelajaran (learning
34 Syafruddin Nurdin dan Basyiruddin Usman, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), cet. ke-1, h. 7.
35 Pupuh Fathurrohman dan Aa Suryana, Guru Profesional, (Bandung: PT Refika Aditama, 2012), cet. ke-1, h. 13.
24
agent) adalah peran guru antara lain sebagai fasilitator, motivator, pemacu, perekayasa pembelajaran, dan pemberi inspirasi belajar bagi peserta didik.36 Penjelasan tersebut menafsirkan bahwa guru sebagai fasilitator
maksudnya adalah tugas guru bukan hanya sekadar menyampaikan materi
kepada peserta didik, melainkan guru juga harus melayani segala kebutuhan
peserta didik dalam proses belajar. Motivator artinya seorang guru harus
bisa mendorong peserta didik untuk melakukan kegiatan yang berkaitan
dengan belajar, kemudian guru juga harus menjadi pemacu dalam kegiatan
belajar supaya kompetensi peserta didik dapat meningkat. Guru disebut
sebagai perekayasa pembelajaran artinya bahwa guru harus bisa
memanfaatkan sarana dan prasarana yang menunjang bagi kebutuhan
peserta didik, misalnya memanfaatkan media, sumber, dan metode
mengajar. Selain itu, dalam pembelajaran seorang guru juga harus
memberikan inspirasi kepada peserta didik agar berpandangan luas.
Beberapa penjelasan tentang guru tersebut, penulis menyimpulkan
bahwa guru adalah tokoh sentral yang berperan penting dalam dunia
pendidikan dan mempunyai tugas mengajar, melatih, dan mendidik guna
menghasilkan peserta didik yang berwawasan luas, berkualitas, dan
berakhlak baik.
Guru merupakan salah satu tokoh penting dalam dunia pendidikan.
Menjadi seorang guru tidak mudah, perlu ada kesadaran sungguh-sungguh
yang timbul dalam diri. Adapun persyaratan untuk memenuhi menjadi
seorang guru, yaitu:
a. Harus memiliki bakat sebagai guru
b. Harus memiliki keahlian sebagai guru
c. Memiliki kepribadian yang baik dan terintegrasi
d. Memiliki mental yang sehat
e. Berbadan sehat
f. Memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas
g. Guru adalah manusia berjiwa Pancasila
36 Barnawi, Op. Cit., h. 69.
25
h. Guru adalah seorang warga negara yang baik.37
Di sekolah, figur guru merupakan pribadi kunci. Gurulah panutan
utama bagi anak didik. Semua sikap dan perilaku guru akan dilihat,
didengar, dan ditiru oleh anak didik. Guru mempunyai wewenang dan
tanggung jawab untuk mendidikkan anak didik. Guru mempunyai hak
otoritas untuk membimbing dan mengarahkan anak didik agar menjadi
manusia yang berilmu pengetahuan di masa depan.38 Menjadi seorang guru
sangat tidak mudah. Tuntutan tugas yang diberikan harus dilakukan dengan
kesadaran penuh dalam hatinya. Menjadi guru harus berdasarkan tuntutan
dalam jiwanya. Seseorang yang menjadi guru harus memiliki kepribadian
yang baik agar bisa digugu dan ditiru oleh peserta didiknya. Tidak dapat
dipungkiri bahwa peserta didik akan lebih senang kepada guru yang
mempunyai sikap dan kepribadian yang baik.
Syaiful Bahri Djamarah mengatakan bahwa Frend W. Hart telah
melakukan penelitian terhadap 3.725 orang anak didik HIG HTS School di
Amerika Serikat. Pada hasil penelitiannya itu, dia menyimpulkan dengan
mengemukakan sepuluh sikap yang baik dan disenangi anak didik, yaitu:
a. Suka menolong pekerjaan sekolah dan menerangkan pelajaran dengan
jelas dan mendalam serta menggunakan contoh-contoh yang baik dalam
mengajar.
b. Periang dan gembira, memiliki perasaan humor dan suka menerima
lelucon atas dirinya.
c. Bersikap bersahabat, merasa sebagai anggota dalam kelompok kelas.
d. Menaruh perhatian dan memahami anak didiknya.
e. Berusaha agar pekerjaan menarik, dapat membangkitkan keinginan-
keinginan bekerja sama dengan anak didik.
f. Tegas, sanggup menguasai kelas dan dapat membangkitkan rasa hormat
pada anak didik.
37 Departemen Agama RI, Wawasan Tugas Guru dan Tenaga Kependidikan, (Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2005), h. 66.
38 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2011), cet. ke-3, h. 105.
26
g. Tidak ada yang lebih disenangi, tak pilih kasih, dan taka da anak emas
atau anak tiri.
h. Tidak suka mengomel, mencela, dan sarkastis.
i. Anak didik benar-benar merasakan bahwa ia mendapatkan sesuatu dari
guru.
j. Mempunyai pribadi yang dapat diambil contoh dari pihak anak didik dan
masyarakat lingkungannya.39
Penjelasan tersebut menunjukkan bahwa menjadi seorang guru harus
memiliki pribadi yang dapat disenangi oleh peserta didik. Guru yang
berhasil adalah guru yang disenangi oleh peserta didiknya. Guru yang dapat
menyampaikan materi dengan lantang dan jelas, memiliki kepribadian yang
lembut dan tegas, daya interaksi dengan peserta didik tinggi, dan memiliki
jiwa humor.
B. Hakikat Kompetensi Pedagogik
1. Pengertian Kompetensi Pedagogik
Dalam dunia pendidikan, guru sebagai seseorang yang dapat
dijadikan contoh untuk perubahan perilaku peserta didik dituntut untuk
memiliki berbagai kompetensi. Salah satu kompetensi yang harus dimiliki
oleh seorang guru adalah kompetensi pedagogik. Hal ini tertuang dalam
undang-undang sebagai berikut:
Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat (3) butir a dikemukakan bahwa kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.40 Berdasarkan pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa kompetensi
pedagogik penting dimiliki oleh guru untuk mengelola hal-hal yang
berkaitan dengan pembelajaran peserta didik. Penguasaan kompetensi ini
39 Ibid., h. 105-106. 40 E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2012), cet. ke-6, h. 75.
27
juga dimaksudkan agar guru dapat memahami peserta didik dan
merencanakan pelaksanaan pembelajaran di kelas menjadi efektif.
Pengertian lain menyatakan bahwa kompetensi pedagogik adalah
sejumlah kemampuan guru yang berkaitan dengan ilmu dan seni mengajar
siswa.41 Hal ini menunjukkan bahwa mengajar membutuhkan kemampuan
dan kesenian yang bertujuan agar pembelajaran di kelas dapat dikuasai dan
tidak membosankan. Kompetensi pedagogik perlu dimiliki oleh guru yang
bertugas mengajar, melatih, dan mendidik siswa agar menjadi manusia yang
berilmu dan berwawasan luas juga dapat merealisasikannya di kehidupan
sehari-hari.
Kompetensi yang harus dikuasai seorang guru/ pendidik, yaitu:
a. Menguasai karakteristik peserta didik, dari aspek fisik, moral, spiritual,
sosial, cultural, emosional, dan intelektual.
b. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik.
c. Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang
diajarkan.
d. Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik.
e. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan
pembelajaran.
f. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.
g. Berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan peserta didik.
h. Menyelenggarakan penilaian evaluasi proses dan hasil belajar.
i. Memanfaatkan hasil penilaian utuk kepentingan pembelajaran.
j. Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.42
Kompetensi pedagogik guru-guru terutama dalam mengelola
pembelajaran perlu mendapatkan perhatian serius. Hal ini penting karena
pendidikan di Indonesia dilihat dan dirasakan kurang berhasil dari aspek
41 Fachruddin Saudagar dan Ali Idrus, Pengembangan Profesionalitas Guru, (Jakarta: Gaung Persada, 2011), cet. ke-3, h. 33.
42 Nanang Hanafiah dan Cucu Cucu Suhana, Konsep Strategi Pembelajaran, (Bandung: PT Rafika Aditama, 2009), h. 104.
28
pedagogik. Sekolah nampak lebih mekanis sehingga peserta didik
cenderung lemah karena tidak mempunyai dunianya sendiri.
Trevor Wright dalam bukunya How to be a Brilliant Teacher
menyatakan:43
The good teacher makes things interesting. The bad teacher is boring. In our efforts to improve, we must move beyond seeing these as matters of personality and recognize their pedagogical centrality. For us as teachers, there is nothing impertinent or trivial about these judgements.
Pernyataan tersebut mengungkapkan bahwa guru yang baik
menciptakan sesuatu yang menarik. Guru yang tidak baik adalah yang
membosankan. Pada pembelajaran, penilaian seperti itu sering ditunjukkan
kepada seorang guru yang mengajar. Berdasarkan hal ini, kemampuan
pedagogik harus dimiliki oleh guru guna meningkatkan upaya kualitas
kepribadian guru dalam mengajar.
2. Ruang Lingkup Kompetensi Pedagogik
Berdasarkan beberapa pengertian yang sudah dijelaskan di atas, maka guru
mempunyai kemampuan sebagai berikut:
a. Menguasai landasan mengajar.
b. Menguasai ilmu mengajar.
c. Mengenal siswa.
d. Menguasai teori motivasi.
e. Mengenal lingkungan masyarakat.
f. Menguasai penyusunan kurikulum,
g. Menguasai teknik penyusunan RPP.
h. Menguasai pengetahuan evaluasi pembelajaran, dll..44
Tugas utama seorang guru adalah mengajar, melatih, dan mendidik
peserta didik di dalam kelas ataupun di luar kelas. Guru harus memiliki
kompetensi pedagogik karena dituntut untuk menguasai pengajaran dalam
kelas. Kompetensi pedagogik dapat dikatakan sebagai kemampuan guru
43 Trevor Wright, How to be a Brilliant Teacher, (Madison Ave: Routledge, 2009), h. 13. 44 Nanang Hanafiah, Op. Cit., h. 34.
29
dalam mengelola pembelajaran yang berhubungan dengan peserta didik
secara langsung. Berdasarkan hal tersebut seorang guru sangat penting
memiliki kompetensi pedagogik.
C. Hakikat Kompetensi Profesional Guru
1. Pengertian Kompetensi Profesional Guru
Kompetensi guru berkaitan erat dengan profesional, di mana seorang
guru harus profesional dalam segala kegiatan sesuai dengan profesi.
Kompetensi guru merupakan kemampuan seorang guru dalam
melaksanakan kewajiban-kewajibannya secara bertanggung jawab dan
layak. Mc. Leod dalam buku Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan
Baru mengemukakan bahwa kata “profesional” aslinya adalah kata sifat dari
kata profession (pekerjaan) yang berarti sangat mampu melakukan
pekerjaan.45 Hal tersebut menunjukkan bahwa seorang guru perlu memiliki
kompetensi profesional agar pekerjaan yang dimilikinya dapat dilaksanakan
dengan semestinya.
Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat 3 butir
C dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi profesional
adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan
mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi
standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.46
Selain itu, kompetensi ini juga tertuang dalam Undang-Undang No. 14
tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yang menyatakan bahwa guru
profesional harus memiliki kualifikasi akademik minimal S1 atau D-IV dan
memiliki empat standar kompetensi, yakni kompetensi pedagogis,
professional, kepribadian, dan sosial. Keempat kompetensi tersebut
kemudian dijabarkan dalam Peraturan pemerintahan No. 19 tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan.47 Hal ini menunjukkan bahwa seorang
guru yang dapat dikatakan sebagai guru profesional adalah guru yang
45 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), cet. ke-18, h. 229.
46 Mulyasa, Op. Cit., h. 135. 47Marselus R. Payong, Sertifikasi Profesi Guru: Konsep Dasar, Problematika, dan
Implementasinya, (Jakarta: PT Indeks, 2011), cet. ke-1, h. 28.
30
minimal memiliki pendidikan S1 atau D-IV. Selain itu, guru profesional
juga berhubungan langsung dengan kinerja yang dilakukannya.
Kompetensi profesional yang harus dimiliki oleh guru, yaitu:
a. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang
mendukung mata pelajaran yang diajarkan.
b. Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran
yang diajarkan.
c. Mengembangkan materi pembelajaran yang diajarkan secara kreatif.
d. Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan
melakukan tindakan reflektif.
e. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
mengembangkan diri.48
Sikap profesional guru perlu dimiliki oleh setiap guru sebagai kunci
pokok kelancaran dan kesuksesan proses pembelajaran di sekolah. Hal ini
dikarenakan hanya guru yang profesional yang bisa menciptakan situasi
aktif siswa dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu, guru profesional juga
harus memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik. William Littlewood
dalam bukunya yang berjudul Communicative Language Teaching
menyatakan:
The teacher might hope to achieve through communicative activity in the classroom, since this will determine his own attitude towards it and what place he gives it in his overall methodology. The purpose is they provide ‘whole-task practice’, they improve motivation, they allow natural learning, and they can create a context which supports learning.49 Pernyataan tersebut mengungkapkan yang dimaksud dengan tujuan
komunikasi yang baik itu, yaitu guru dapat memberikan tugas praktik, guru
dapat meningkatkan motivasi, proses pembelajaran yang berlangsung secara
alami, dan guru dapat menciptakan konteks yang mendukung pembelajaran.
48 Nanang Hanafiah, Op. Cit., h. 105. 49 William Littlewood, Communicative Language Teaching, (Melbourne: Cambridge
University Press, 1981), h. 17.
31
2. Ruang Lingkup Kompetensi Profesional
Cooper menyatakan ada empat komponen kompetensi profesional,
yaitu (a) mempunyai pengetahuan tentang belajar dan tingkah laku manusia,
(b) mempunyai pengetahuan dan menguasai bidang studi yang dibinanya,
(c) mempunyai sikap yang tepat tentang diri sendiri, sekolah, teman sejawat,
dan bidang studi yang dibinanya, dan (d) mempunyai keterampilan dalam
teknik mengajar.50 Seorang guru dapat dikatakan sebagai guru professional
jika memiliki pengetahuan yang luas berkaitan dengan pekerjaannya,
mengampu mata pelajaran yang sesuai dengan pendidikannya, bersikap
dengan tepat dalam menghadapi diri sendiri dan pekerjaan, dan juga
menguasai keterampilan dalam mengajar.
Menurut Depdikbud, ada 10 kemampuan dasar yang harus dimiliki
guru, yaitu:
a. Penguasaan bahan pelajaran beserta konsep-konsep dasar keilmuannya.
b. Pengelolaan program belajar mengajar.
c. Pengelolaan kelas.
d. Penggunaan media dan sumber pembelajaran.
e. Penguasaan landasan-landasan kependidikan.
f. Pengelolaan interaksi belajar mengajar.
g. Penilaian prestasi siswa.
h. Pengenalan fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan.
i. Pengenalan dan penyelenggaraan administrasi sekolah.
j. Pemahaman prinsip-prinsip dan pemanfaatan hasil penelitian pendidikan
untuk kepentingan peningkatan mutu pengajaran.51
Guru mata pelajaran bahasa Indonesia yang profesional harus
menguasai bidang ilmu yang diampu. Menguasai materi dalam mengajar,
dapat mengelola kelas dengan baik, memiliki berbagai ide untuk mengajar,
berinteraksi dengan siswa, dan sebagainya.
50 Fachruddin, Op. Cit., h. 55. 51 Ibid., h. 55.
32
D. Hakikat Pembelajaran Bahasa Indonesia
1. Pengertian Pembelajaran Bahasa Indonesia
Pembelajaran merupakan suatu hal yang berbeda dengan kegiatan
mengajar atau belajar. Mengajar dapat dikatakan sebagai kegiatan yang
dilakukan oleh guru kepada peserta didik, atau kegiatan yang dilakukan oleh
dua orang atau lebih, sedangkan belajar merupakan suatu usaha yang
dilakukan seseorang untuk mendapatkan informasi atau ilmu. Belajar dapat
dilakukan dengan membaca buku, artikel, pengalaman, dan apapun yang
menghasilkan berupa ilmu.
Isriani Hardini dan Dewi Puspitasari dalam buku Strategi
Pembelajaran Terpadu: Teori, Konsep, dan Implementasi menyatakan
bahwa pembelajaran adalah suatu aktivitas yang dengan sengaja untuk
memodifikasi sebagai kondisi yang diarahkan untuk tercapainya suatu
tujuan, yaitu tercapainya tujuan kurikulum.52 Pembelajaran dapat kita
pahami sebagai proses belajar mengajar di mana di dalamnya ada interaksi
yang dilahirkan antara guru dan peserta didik untuk mencapai tujuan yang
ditentukan.
Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia
karena bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan dalam kehidupan
sehari-hari. Dengan bahasa, seseorang dapat menyampaikan ide, pikiran,
perasaan atau informasi kepada orang lain, baik secara lisan maupun tulisan.
Bahasa dapat digunakan pada sebagian besar aktivitas manusia, tanpa
bahasa manusia tidak dapat mengungkapkan perasaannya, menyampaikan
keinginan, dan juga memberikan saran dan pendapat.
Bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran penting yang harus
dipelajari dari jenjang SD, SMP, dan SMA bahkan perguruan tinggi. Puji
Santosa dan Muhammad Jaruki dalam buku Mahir Berbahasa Indonesia:
Baik, Benar, dan Santun menyatakan bahwa bahasa Indonesia adalah mata
kuliah dasar umum di setiap perguruan tinggi yang wajib diikuti oleh
52 Isriani Hardini dan Dewi Puspitasari, Strategi Pembelajaran Terpadu: Teori, Konsep, dan Implementasi, (Yogyakarta: Familia, 2012), cet. ke-1, h. 10.
33
mahasiswa sebagai mata kuliah pengembangan kepribadian (MPK).53 Mata
pelajaran bahasa Indonesia wajib diikuti dengan tujuan peserta didik yang
berbangsa Indonesia dapat membentuk kepribadian bangsa yang berbudaya,
berkarakter, berbudi pekerti mulia, beradab, dan bermartabat.
Pada penjelasan pembelajaran dan bahasa Indonesia dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran bahasa Indonesia merupakan salah satu
kegiatan yang sangat penting dilakukan dalam pendidikan dari jenjang
sekolah dasar sampai perguruan tinggi guna membentuk kepribadian peserta
didik menjadi bangsa yang berbudaya, berkarakter, berbudi pekerti mulia,
beradab, dan bermartabat.
2. Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia
Mata pelajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik
memiliki kemampuan sebagai berikut:
a. Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis.
b. Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonseia sebagai bahasa persatuan dan bahasa Negara.
c. Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan.
d. Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial.
e. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa.
f. Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khasanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.54
53 Puji Santosa dan Muhammad Jaruki, Mahir Berbahasa Indonesia: Baik, Benar, dan Santun, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2016), cet. ke-1, h. 1.
54 Dindin Ridwanudin, Bahasa Indonesia, (Ciputat: UIN Press, 2015), cet. ke-1, h. 124.
34
E. Hasil-hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian yang dilakukan oleh penulis berjudul Aplikasi Metode
Mengajar Guru dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas XI di MAN 2
Bogor. Penelitian ini ditulis dengan menggunakan penelitian kualitatif
deskriptif di mana penulis meneliti cara mengajar guru dengan perpaduan
kompetensi pedagogik dan profesional dalam mengaplikasikan metode
mengajar. Terkait dengan judul penelitian tersebut terdapat beberapa penelitian
yang relevan sebagai berikut:
1. Penelitian relevan pertama dilakukan oleh Fitri Rahayu mahasiswa Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial, Universitas Lampung, 2016 dengan judul Pengaruh Persepsi Siswa
tentang Metode Mengajar Guru dan Motivasi Belajar Siswa terhadap Hasil
Belajar IPS Terpadu melalui Aktivitas Belajar Siswa Kelas VIII di SMP
Negeri 1 Dente Teladas Kabupaten Tulang Bawang Tahun Pelajaran
2015/2016. Hasil dari penelitian yang ia lakukan adalah bahwa ada
pengaruh persepsi siswa tentang metode mengajar guru terhadap aktivitas
belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Dente Teladas Tahun Pelajaran
2015/2016. Metode mengajar guru sangat berpengaruh terhadap aktivitas
belajar siswa. Penelitian ini juga menyatakan bahwa apabila guru
menggunakan metode yang bervariasi dalam pembelajaran maka siswa akan
aktif dan tidak mudah bosan. Selain itu, suasana belajar yang tercipta
menyenangkan.
2. Penelitian relevan kedua dilakukan oleh Rini Rianti mahasiswa Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan, Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah,
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, 2017 dengan judul Efektivitas
Metode Simulasiterhadap Keterampilan Menyimak Cerita dalam
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas V MI Jamiatul Khaerat
Malengkeri Kota Makassar. Penelitian ini menggunakan pendekatan
kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata hasil keterampilan
menyimak cerita dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas V MI
Jamiatul Khaerat Malengkeri Kota Makassar pada kelompok eksperimen
35
setelah diberikan pembelajaran dengan metode simulasi meningkat dari
57,35 menjadi 86,76.
3. Penelitian relevan yang lain dilakukan oleh Nur Lutfi Trianto mahasiswa
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Jurusan Pendidikan Bahasa dan
sastra Indonesia, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017
dengan judul Kompetensi Pedagogik Guru Bahasa Indonesia (Studi Kasus
pada Guru SMP Al Fath). Metode penelitian yang digunakan adalah
kualitatif. Hasil dari penelitian yang ia lakukan adalah guru Bahasa
Indonesia SMP Al Fath telah memiliki kompetensi pedagogik yang baik.
Guru telah mampu merencanakan proses kegiatan pembelajaran dan
memiliki pengalaman mengajar yang baik, guru Bahasa Indonesia SMP Al
Fath telah melaksanakan sertifikasi guru dan telah memiliki akta IV
(mengajar) secara profesional, dan aktif untuk melaksanakan program
Musyawarah Guru Mata pelajaran (MGMP) sebagai upaya yang dilakukan
di SMP Al Fath.
Berdasarkan beberapa penelitian yang penuliskan paparkan dapat
disimpulkan bahwa penelitian-penelitian tersebut tidaklah sama dengan apa
yang dilakukan oleh penulis. Ada perbedaan antara penelitian yang dilakukan
oleh penulis yang berjudul Aplikasi Metode Mengajar Guru dalam
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas XI MAN 2 Bogor. Penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui bagaimana penerapan metode mengajar guru
dalam pembelajaran. Sejauh ini, belum ada penelitian yang membahas aplikasi
metode mengajar guru dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Dengan
demikian, hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan khazanah baru
dan dapat dijadikan pengembangan dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia di sekolah.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di MAN 2 Bogor yang beralamat di Jalan Raya
Leuwiliang-Leuwisadeng KM. 04, Sibanteng, Leuwisadeng, Bogor, Jawa
Barat. Adapun penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2017-Maret
2019.
B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini
adalah penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Bogdan dan Taylor
dalam buku Metodologi Penelitian Pendidikan mendefinisikan “Metodologi
kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang
diamati.”1 Penelitian deskriptif ditujukan untuk memaparkan dan
menggambarkan dan memetakan fakta-fakta berdasarkan cara pandang atau
kerangka berpikir tertentu.
Sumanto dalam buku Metode Penelitian Pendidikan mengemukakan
bahwa metode deksriptif berusaha menggambarkan dan menginterprestasi apa
yang ada atau mengenai kondisi atau hubungan yang ada, pendapat pendapat
yang sedang berkembang, proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek
yang tetrjadi, atau kecenderungan yang tengah berkembang.2 Data deskriptif
pada umumnya dikumpulkan melalui suatu survei angket, wawancara, atau
observasi.3 Dari pengertian tersebut dapat diuraikan bahwa penelitian kualitatif
merupakan penelitian yang dilakukan dengan cara terjun langsung di lapangan
dan dalam penelitian tersebut menghasilkan data deskriptif.
1 S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2013), cet. ke-8, h. 36.
2 Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2011), cet. ke-10, h. 100.
3 Hamid Darmadi, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: CV Alfabeta, 2011), cet. ke-2, h.7.
36
37
Penggunaan metode kualitatif dalam penelitian ini dimaksudkan karena
data yang dihasilkan yaitu berupa jawaban-jawaban siswa dari angket dan
daftar pertanyaan wawancara yang disediakan oleh penulis. Hal ini dilakukan
penulis untuk melihat bagaimanakah Aplikasi Metode Mengajar Guru dalam
Pembelajaran Bahasa Indonesia kelas XI di MAN 2 Bogor.
C. Data dan Sumber Penelitian
Data adalah sekumpulan fakta tentang suatu fenomena, baik berupa
angka-angka (bilangan) ataupun berupa kategori, seperti senang, tidak senang,
baik, buruk, berhasil, gagal, tinggi, rendah, yang dapat diolah menjadi
informasi.4 Data penelitian ini adalah data tertulis berupa hasil jawaban angket
yang sudah diisi oleh siswa kelas XI MAN 2 Bogor yang dipilih secara acak.
Kelas XI MAN 2 Bogor memiliki 6 rombongan belajar dengan jumlah
keseluruhan 230 siswa. Rombongan belajar tersebut, yaitu 3 kelas XI IPA
disebut sebagai MIA yang terdiri dari MIA 1 yang berjumlah 38 siswa, MIA 2
yang berjumlah 38 siswa, dan MIA 3 yang berjumlah 39 siswa. Kelas XI IPS
disebut sebagai IIS yang terdiri dari 3 kelas, yaitu IIS 1 yang berjumlah 39
siswa, IIS 2 yang berjumlah 38 siswa, dan IIS 3 yang berjumlah 38 siswa.
Penulis memilih 2 kelas, yaitu MIA 3 dan IIS 3 yang didapatkan
secara acak dari 6 kelas yang ada dengan cara mengambil gulungan kertas
untuk diobservasi dan diberikan angket. Angket yang disebar berjumlah 60,
yaitu 30 angket untuk siswa kelas XI MIA 3 dan 30 angket untuk siswa kelas
XI IIS 3. Selain itu, penulis mengambil data wawancara dari 10 siswa di kelas
XI berbeda yang dipilih secara acak berdasarkan absen kelas XI MAN 2
Bogor. 10 siswa tersebut terdiri dari 2 siswa kelas XI MIA 1, 3 siswa kelas XI
MIA 2, 3 siswa kelas XI IIS 1, dan 2 siswa kelas XI IIS 2. Data wawancara
diambil sebagai data tambahan untuk memperkuat data hasil angket yang
disebar terkait proses pembelajaran dan metode mengajar yang diaplikasikan
oleh guru dalam kelas. Sumber data penelitian ini adalah siswa kelas XI di
MAN 2 Bogor.
4 Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan: Metode dan Paradigma Baru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), cet. ke-1, h. 191.
38
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis dalam penelitian ini:
1. Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematis
terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian.5 Pengamatan pada
penelitian ini terjadi secara langsung di mana penulis mengamati atau
mencatat objek di tempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa. Penulis
melakukan observasi atau pengamatan langsung terhadap kondisi siswa di
MAN 2 Bogor pada pembelajaran di dalam kelas. Selain itu, penulis juga
mengamati guru terhadap cara mengajar dan metode yang digunakan di
dalam kelas.
2. Angket
Angket adalah salah satu teknik pengumpul data yang berbentuk
kumpulan pertanyaan.6 Bentuk pertanyaan dalam angket dapat dibedakan
atas dua jenis, yaitu pertanyaan terbuka (open questions) dan pertanyaan
tertutup (closed questions).7 Pada penelitian ini, penulis memberikan angket
tertutup kepada siswa yang berisi 25 pernyataan dengan pilihan jawaban ya
atau tidak yang merujuk pada skala Guttman untuk mengetahui terkait
Aplikasi Metode Mengajar Guru dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia
kelas XI MAN 2 Bogor.
3. Wawancara
Pengumpulan data selanjutnya yang dilakukan oleh penulis adalah
wawancara. Wawancara dilakukan untuk mendapatkan data tambahan yang
akurat dari objek penelitian. Wawancara berisi sejumlah pertanyaan atau
pernyataan yang meminta untuk dijawab atau direspon oleh responden.
Nana Syaodih dalam buku Metode Penelitian Pendidikan mengemukakan
bahwa isi pertanyaan atau pernyataan bisa mencakup fakta, data,
pengetahuan, konsep, pendapat, persepsi atau evaluasi responden berkenaan
5 Margono, op.cit., h. 158. 6 Hadeli, Metode Penelitian Kependidikan, (Ciputat: Quantum Teaching, 2006), cet. ke-1, h.
75. 7 Ibid., h. 78.
39
dengan fokus masalah atau variabel-variabel yang dikaji dalam penelitian.8
Pada tahap ini penulis memberikan beberapa pertanyaan yang sudah
terstruktur untuk dijawab dengan sebenar-benarnya oleh orang yang sudah
ditentukan untuk diwawancarai.
Teknik wawancara ini dilakukan oleh penulis kepada siswa kelas XI
dan guru bahasa Indonesia di MAN 2 Bogor. Wawancara terhadap siswa
dilakukan untuk mendapatkan data mengenai proses pembelajaran bahasa
Indonesia di dalam kelas, seperti kesukaan terhadap mata pelajaran bahasa
Indonesia, cara mengajar guru, dan metode yang digunakan atau diterapkan
oleh guru dalam kelas. Wawancara terhadap guru dilakukan untuk
mendapatkan data terkait metode yang digunakan dalam mengajar beserta
kendala yang dihadapi dalam pengaplikasiannya dalam kelas.
Penulis mengklasifikasikan kisi-kisi angket tentang Aplikasi Metode
Mengajar Guru dalam Pelajaran Bahasa Indonesia ke dalam bentuk tabel.
Berikut ini kisi-kisi angket yang penulis rumuskan sesuai dengan judul
penelitian.
Tabel 1
Kisi-kisi Angket Aplikasi Metode Mengajar Guru dalam Pembelajaran
Bahasa Indonesia
No Indikator Banyak
Butir
Nomor pada
Angket
1. Metode mengajar guru bahasa
Indonesia. 7
8, 10, 11, 12,
13, 14, 15
2. Kompetensi pedagogik dan profesional
guru. 11
1, 2, 3, 4, 5, 16,
21, 22, 23, 24,
25
3. Tanggapan siswa terhadap pelajaran
dan guru bahasa Indonesia. 7
6, 7, 9, 17, 18,
19, 20
8 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2018), cet. ke-8, h. 216.
40
Tabel tersebut menunjukkan bahwa angket yang ditulis oleh penulis
secara keseluruhan berjumlah 25 pernyataan yang diklasifikasikan menjadi
3 bagian. Pertama, angket yang ditulis terkait dengan metode mengajar guru
bahasa Indonesia yang berjumlah 7 butir pernyataan, yaitu nomor 8, 10, 11,
12, 13, 14, dan 15. Metode mengajar berkaitan dengan dua kompetensi yang
harus dimiliki oleh guru, oleh karena itu bagian kedua dari klasifikasi
angket terkait kompetensi pedagogik dan profesional guru. Pada bagian ini
berjumlah 11 butir pernyataan, yaitu nomor 1, 2, 3, 4, 5, 16, 21, 22, 23, 24,
dan 25. Bagian ketiga terkait dengan tanggapan siswa terhadap pelajaran
dan guru bahasa Indonesia yang berjumlah 7 butir, yaitu nomor 6, 7, 9, 17,
18, 19, dan 20.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang penulis gunakan untuk memperoleh data
yang valid mengenai Aplikasi Metode Mengajar Guru adalah berbentuk
angket. Angket yang digunakan terdiri dari 25 pernyataan yang disebarkan
sebanyak 60 angket pada siswa kelas XI MAN 2 Bogor, yaitu 30 angket untuk
kelas XI MIA 3 dan 30 angket untuk kelas XI IIS 3 yang dipilih secara acak
menggunakan gulungan kertas. Data lain yang penulis gunakan sebagai data
tambahan untuk penelitian yaitu berupa instrumen wawancara. Penulis
mewawancarai guru bahasa Indonesia dengan mengajukan 15 pertanyaan
terkait metode mengajar. Selain itu, penulis juga mewawancarai 10 siswa kelas
XI MAN 2 Bogor, yaitu 2 siswa kelas XI MIA 1, 3 siswa kelas XI MIA 2, 3
siswa kelas XI IIS 1, dan 2 siswa kelas XI IIS 2. Penulis mengajukan 5
pertanyaan kepada siswa mengenai pembelajaraan bahasa Indonesia di dalam
kelas.
F. Teknik Analisis Data
Setelah angket tentang aplikasi metode mengajar guru pada pelajaran
bahasa Indonesia selesai diisi oleh responden dan terkumpul dengan lengkap,
penulis melakukan tahap selanjutnya dengan mengecek data tersebut dari
semua pernyataan tertulis. Setelah itu, data yang sudah dicek dipisahkan dalam
41
dua kategori pilihan jawaban, lalu dihitung datanya menggunakan rumus
sebagai berikut:
𝑃 = 𝑓𝑁
× 100%
Keterangan:
P : angka persentase
f : frekuensi yang sedang dicari persentasenya
N : Number of Cases (jumlah frekuensi/banyaknya individu)9
9 Anas Sudiyono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012), cet. ke-24, h. 43.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Profil Sekolah MAN 2 Bogor
1. Sejarah Singkat Sekolah
Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Leuwiliang Kabupaten Bogor
berdiri pada tahun 1995 dengan Surat Keputusan Menteri Agama Republik
Indonesia Nomor 5154 tahun 1995. Agustus 1982 dimulai Perencanaan
pembukaan MAN, persiapan untuk tahun pelajaran 1983–1984 dengan
dipelopori oleh beberapa guru dan alumni MTsN Babakansirna.
Pada tahun pelajaran pertama (1983/1984) sudah mempunyai tanah
wakaf dari Bapak H. Hafidz Ma’mur seluas 1118 M2. Pada tahun 1985
didirikan Yayasan Al-Manar untuk menaungi madrasah ini. Setelah berjalan
tiga tahun, Madrasah Aliyah Al-Manar ini telah mempunyai kelas yang
lengkap (kelas I, II, dan III), sementara bangunan masih menumpang.
Pada tahun 1993/1994 datang tawaran dari Depag untuk penegerian
Madrasah Aliyah Swasta. Tawaran ini segera mendapat sambutan positif
pimpinan dan guru MA AL-Manar yang akhirnya menghasilkan Madrasah
Aliyah Negeri Leuwiliang.
2. Visi dan Misi MAN 2 Bogor
Visi : "Unggul dalam Prestasi, Mulia dalam Akhlak"
Misi :
1) Mewujudkan pendidikan yang menghasilkan lulusan cerdas, terampil,
beriman, bertakwa dan memiliki keunggulan kompetitif;
2) Meningkatkan penyelenggaraan proses pembelajaran aktif, kreatif,
efektif, dan menyenangkan;
3) Mewujudkan fasilitas madrasah yang relevan, mutakhir dan berwawasan
ke depan;
4) Mewujudkan lembaga madrasah yang Islami, berkualitas, populis, dan
mandiri;
5) Meningkatkan ciri khas agama Islam dalam pendidikan di madrasah.
42
43
3. Tenaga Pendidik MAN 2 Bogor
Tenaga pendidik di MAN 2 Bogor berjumlah 44 pendidik, terdiri
dari 30 pendidik laki-laki dan 14 pendidik perempuan. Staff tata usaha
berjumlah 17 tenaga tata usaha dengan tugasnya masing-masing.
Tabel 2
Daftar Nama dan Mata Pelajaran Tenaga Pendidik
No. Nama Pendidik Mata Pelajaran
1. Dra. Hj. Nani Ruhyani, M.Pd (Kepala MAN) Ekonomi
2. Drs. Syarif Mughni, M.A Qurdis 3. Prapti Wahyuning, S.Pd Kimia 4. H. Kankan Sukendar, S.Ag, M.Pd. B. Indonesia 5. R. Yayan Purwana, S.Pd Biologi 6. Farouq Muhajir, S.Ag B. Arab 7. Hendra, M.Pd B. Inggris 8. A. Burhanudin H, S.Ag Fiqih/Ilmu Hadis 9. Dedeh Kurniasih, S.Pd PKN 10. Drs. Ahmad Nasyruddin KTA 11. Drs. A. Supriadi B. Indonesia 12. A. Jufri Hasyim, S.Ag Al-Quran H. 13. Cecep Epi Karwapi,S.Pd B. Inggris 14. Dicky Ardiansyah, S.Pd Fisika dan Kriya 15. Wawan Setiawan, S.Pd Geografi 16. Wira Sukmana M, S.Pd, M.Pd Sejarah 17. Yosef Budiman, S.Pd, M.Com Ekonomi & PKN 18 Sri Andayani Eva F, S.Pd B. Jerman 19 Imam Subhqi, S.Si Fisika 20 Nurmuladi, S.Ag B. Arab 21 Ihat Solihat Kurdi, S.Pt Matematika 22 Iqbal Hidayat Noor, S.Pd B. Inggris 23 Ahmad Satiri, S.E.I Ekonomi 24 Supriadi, S.Ag, M.Pd. TIK 25 Tulus Pamuji Santoso, S.Pd, M.Pd Matematika 26 Susilawati, S.Pd Matematika 27 Dra. Hj. Uken Sukaesih Akidah Ahlak
44
28 Saep Sukandar, S.Ag. Sosiologi 29 Achmadi, S.E. Ekonomi & Sejarah 30 Ade Rohman Penjasorkes 31 Muhamad Yusuf, S.Kom TIK dan Kriya 32 Fuji Lestari, S.Pd B. Indonesia 33 Ahmad Yani, S.Pd.I SBK 34 Edi Supriadi, S.Pd Penjasorkes 35 Purwodiyono Haryo, S.Pd Penjasorkes 36 Wita Anisa, S.Pd Geografi 37 Euis Holisoh, S.Ag. Fiqih 38 Eva Fahruddin, S.S. B. Arab 39 Neng Friesda JF, S.Pd. Biologi 40 Toni Iskandar, S.Pd.I SKI 41 Abdul Majid, S.Ag. Al-Quran H. 42 Idawati Apriyani, S.Pd.I. Akidah Ahlak 43 Drs. AH. Sahroni Sejarah 44 Brammanto Pratama Baskara, S.Si Matematika
4. Sarana dan Prasarana MAN 2 Bogor
Sarana dan prasarana yang ada di MAN 2 Bogor cukup lengkap dan
memadai, seperti:
1) Laboratorium Bahasa
2) Laboratorium Komputer/TI
3) Laboratorium Kesenian
4) Hotspot Area
5) Sarana Olah Raga (lapangan tenis, lapangan basket, dan lapangan sepak
bola/futsal)
6) Perpustakaan
7) Ruang UKS
8) Ruang OSIS
9) Musala
10) Kantin dan Koperasi
11) Lahan Parkir
12) Taman
45
5. Ekstrakurikuler MAN 2 Bogor
1) Bidang Olah Raga
a. Sepak Bola dan Futsal
b. Tenis Meja
c. Bola Voli
d. Pencak Silat Cimande
e. Bola Basket
f. Bulutangkis
2) Bidang Keterampilan Berbahasa
a. English Study Club (ESC)
b. American Native Speaker (Peace Corp)
3) Bidang Kesenian
a. Paduan Suara
b. PADEMANG (Padepokan Seni MAN Leuwiliang: marching band)
c. Seni Baca Al-Qur’an
d. Vokal grup
e. Band
4) Bidang Keahlian/Ilmiah
a. Majalah Dinding/Mading
b. Karya Ilmiah Remaja (KIR)
5) Bidang Sosial/Kemasyarakatan
a. Palang Merah Remaja (PMR)
b. Pramuka
B. Hasil Analisis Data
1. Observasi
Tahap observasi ini dilakukan dengan cara mengamati langsung
proses kegiatan belajar mengajar kelas XI MIA 3 dan IIS 3 MAN 2
Bogor. Penulis melakukan pengamatan terhadap cara belajar siswa pada
mata pelajaran bahasa Indonesia dan juga cara mengajar guru terkait
metode yang digunakan di dalam kelas.
46
Pada pembelajaran, penulis melihat guru selalu menyampaikan
kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran kepada siswa sebelum
mengenalkan materi yang akan mereka bahas. Setelah itu, guru mulai
memperkenalkan materi dengan cara merangsang siswa agar mereka
dapat bersikap aktif dalam kelas. Selama proses pembelajaran, ketika
guru sedang menyampaikan materi di kelas MIA 3 atau IIS 3 penulis
melihat seluruh siswa memperhatikan, namun sesekali perhatian mereka
bias dengan cara mengobrol, bermain handphone, menulis, dan bahkan
ada yang menyandarkan sebagian tubuhnya di atas meja. Hal itu biasa
terlihat pada saat guru menyampaikan materi dengan notabene
menggunakan metode ceramah. Setelah materi disampaikan, guru
merangsang siswa lagi dengan cara memberikan kuis terkait materi di
setiap pembelajaran berlangsung, seperti memberikan teka-teki soal yang
harus dijawab oleh siswa. Terbukti, hal tersebut memicu semangat siswa
lagi untuk memperhatikan guru dan belajar. Siswa terlihat aktif dengan
selalu menjawab pertanyaan guru mengenai materi yang sedang
dipelajari. Selain itu, siswa juga antusias ketika guru meminta untuk
membaca materi yang ditayangkan dalam layar power point.
Pada saat mengajar, guru selalu menerapkan metode ceramah
dalam menyampaikan materi kepada siswa dengan menggunakan layar
power point. Selain itu, guru juga selalu menerapkan kebiasaan diskusi
untuk memicu keaktifan siswa dalam berbicara. Tidak hanya itu, guru
juga selalu merangsang siswa untuk bertanya atau sebaliknya guru yang
bertanya kepada siswa. Pada pembelajaran, guru melakukan komunikasi
dua arah dengan baik.
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, penulis
menyatakan bahwa siswa mempunyai antusiasme yang baik terhadap
pelajaran bahasa Indonesia, tetapi dalam proses pembelajaran terutama
ketika guru menyampaikan materi dengan metode ceramah ada sebagian
siswa cenderung belum bisa fokus untuk memerhatikan guru. Hal ini
menunjukkan bahwa meskipun guru sudah menggunakan power point
untuk mempermudah belajar siswa itu tidak menjamin mereka untuk
47
memberikan perhatian penuh terhadap guru. Selain itu, guru juga harus
lebih mampu menguasai kelas agar bisa lebih terkondisikan dengan baik
ketika kegiatan belajar mengajar di dalam kelas berlangsung.
Pada akhir pembelajaran, guru selalu memberikan kesempatan
siswa untuk bertanya kembali terkait dengan materi yang dipelajari.
Setelah itu, guru menindaklanjuti pembelajaran untuk pertemuan yang
akan datang. Guru juga selalu memberikan tugas kepada siswa untuk
dikerjakan di rumah.
2. Angket
Analisis data mengenai Aplikasi Metode Mengajar Guru dalam
Pembelajaran Bahasa Indonesia diambil dari hasil angket yang disebarkan
kepada enam puluh responden (siswa), yaitu tiga puluh siswa kelas XI MIA
3 dan tiga puluh siswa kelas XI IIS 3 yang tersusun dalam bentuk tabel.
Adapun nama-nama responden sebagai berikut:
Tabel 3
Nama-nama Responden Angket
No. Nama Responden
MIA 3 IIS 3
1. Agus Salim Adlya Rahman NA
2. Asif Kasyiful Qurub Ahmad Fauzi
3. Fahmi Cece
4. Muhammad Abdul Muiz Fadli Ridwan Khanafi
5. Muhammad Agaf Ikhsan Fadilah
6. Muhammad Aji Fajar Mubayyin Allawi
7. Muhammad Rizki Muttaqin Muhammad Agam
8. Naufal Muhammad Fikri
9. Rifky Syahada Putra Novan Firdaus
10. Syahril Khoer Raihan Adi Putra
11. Tri Wahyudi Septian Riko Affandi
12. Wildansyah Salim Fadilah M.
48
13. Zidan Azkia Alfiatun Nisa
14. Alifia Nurul Hasna Alfitri
15. Dea Safitri Ano Firdatul
16. Defatwa Aulia Dea Ovani
17. Tiara Azzahra Fadla Musyarofah
18. Erlin Nurul P. Fifi Dwiyanti
19. Fadia Dinda Karina
20. Hesti Fujianti Meta Sazahra
21. Lidia Listiawati Mia Fitri Soleha
22. Muna Mufida Neng Lusi Febriani
23. Mutia Nurul Azkiah Nina Herlina
24. Nursyamsiah Nuril Hakim Setiawan
25. Nurtika Jamilah Riska Permata Sari
26. Siti Alifa Maulida Safira Nur Azizah
27. Siti Maryam Siti Nurfadilah
28 Susan Rahmawati Tirsa Aisyah
29. Tanti Susilawati Vira Mutiara
30. Yossi Irawati Viola Santika
Data yang telah dikumpulkan, dianalisis untuk mendapatkan hasil
kesimpulan yang baik. Data yang diperoleh dari hasil jawaban angket,
kemudian diolah menggunakan rumus yang sudah ditentukan untuk mencari
angka persentase. Rumus yang digunakan oleh penulis mengacu pada buku
Anas Sudiyono dengan judul buku Pengantar Statistik Pendidikan, di mana
hasil angket tersebut penulis cantumkan dalam bentuk tabel persentase
sebagai berikut:
Keterangan:
MIA 3 : kelas XI IPA 3 MAN 2 Bogor
IIS 3 : kelas XI IPS 3 MAN 2 Bogor
f : frekuensi yang sedang dicari persentasenya
49
Tabel 4
Guru bahasa Indonesia menguasai materi dengan baik, sehingga dalam
menyampaikan materi cukup jelas
Alternatif Jawaban MIA 3 IIS 3
F % f %
Ya 30 100% 30 100%
Tidak 0 0% 0 0%
Jumlah 30 100% 30 100%
Pada persentase tabel tersebut, terlihat bahwa siswa kelas MIA 3 dan
IIS 3 menyatakan bahwa 100% guru bahasa Indonesia menguasai materi
dengan baik, sehingga dalam menyampaikan materi jelas. Dari 60 siswa
yang mengisi angket, tidak ada satu pun yang menyatakan bahwa guru
bahasa Indonesia tidak menguasai materi dengan baik. Hal itu terlihat jelas
dengan hasil persentasenya sebesar 0%. Hasil persentase tersebut
menunjukkan bahwa guru Bahasa Indonesia MAN 2 Bogor memiliki
kompetensi profesional dalam cara mengajar.
Tabel 5
Guru bahasa Indonesia menggunakan berbagai macam sumber
belajar, seperti buku paket, internet, dan lain-lain
Alternatif Jawaban MIA 3 IIS 3
F % f %
Ya 29 96,7% 29 96,7%
Tidak 1 3,3% 1 3,3%
Jumlah 30 100% 30 100%
Pada tabel tersebut, kelas MIA 3 dan IIS 3 menyatakan bahwa guru
bahasa Indonesia menggunakan berbagai macam sumber belajar dengan
jumlah persentase yang sama, yaitu sebesar 96,7%. Namun, ada juga siswa
di kelas MIA 3 dan IIS 3 yang menyatakan bahwa guru tidak menggunakan
berbagai sumber belajar dengan jumlah persentase yang sama juga, yaitu
50
sebesar 3,3%. Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa guru Bahasa
Indonesia MAN 2 Bogor tidak selalu menggunakan berbagai macam sumber
belajar. Materi pelajaran bisa menjadi salah satu faktor penyebab guru tidak
menggunakan sumber belajar yang bermacam-macam.
Tabel 6
Guru bahasa Indonesia melaksanakan pembelajaran sesuai dengan
alokasi waktu yang direncanakan
Alternatif Jawaban MIA 3 IIS 3
F % f %
Ya 24 80% 10 33,3 %
Tidak 6 20% 20 66,7%
Jumlah 30 100% 30 100%
Berdasarkan tabel tersebut, terdapat perbedaan pendapat. Persentase
sebesar 80% siswa kelas MIA 3 dan persentase sebesar 33,3% siswa IIS 3
menyatakan bahwa guru bahasa Indonesia melaksanakan pembelajaran
sesuai dengan alokasi waktu yang direncanakan. Persentase sebesar 20%
siswa kelas MIA 3 dan persentase sebesar 66,7% siswa kelas IIS 3
menyatakan bahwa guru bahasa Indonesia tidak melaksanakan pembelajaran
sesuai dengan alokasi waktu yang direncanakan. Kedua kelas tersebut
mempunyai jawaban yang berbanding terbalik. Hasil persentase tersebut
menunjukkan bahwa guru Bahasa Indonesia MAN 2 Bogor belum
memperhatikan pelaksaan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang
ditentukan. Seorang guru profesional harus mampu menyesuaikan
pembelajaran dengan alokasi waktu.
51
Tabel 7
Guru bahasa Indonesia mampu mengelola kelas dengan baik, sehingga
pembelajaran berjalan efektif
Alternatif Jawaban MIA 3 IIS 3
F % f %
Ya 25 83,3% 24 80%
Tidak 5 16,7% 6 20%
Jumlah 30 100% 30 100%
Berdasarkan tabel tersebut, terlihat ada perbedaan hasil persentase di
antara kelas MIA 3 dan IIS 3, tetapi sama-sama menunjukkan guru bahasa
Indonesia mampu mengelola kelas dengan baik, sehingga pembelajaran
berjalan efektif dengan jumlah persentase sebesar 83,3% dan 80%.
Persentase yang menunjukkan bahwa guru tidak mampu mengelola kelas
dengan baik sebesar 16,7% dan 20%.
Tabel 8
Guru bahasa Indonesia menerangkan materi tanpa melihat dan
membaca buku di dalam kelas
Alternatif Jawaban MIA 3 IIS 3
F % f %
Ya 12 40% 12 40%
Tidak 18 60% 18 60%
Jumlah 30 100% 30 100%
Pada tabel tersebut, terlihat persentase yang sama, yaitu sebesar 40%
siswa kelas MIA 3 dan IIS 3 menyatakan bahwa guru bahasa Indonesia
menerangkan materi tanpa melihat buku, sedangkan sebesar 60% siswa
menyatakan guru menerangkan materi dengan melihat buku. Hal ini
menunjukkan bahwa guru Bahasa Indonesia MAN 2 Bogor dalam proses
pembelajaran masih menggunakan buku dalam menyampaikan materi.
52
Tabel 9
Cara mengajar guru bahasa Indonesia membuat saya menyukai
pelajaran bahasa Indonesia
Alternatif Jawaban MIA 3 IIS 3
F % f %
Ya 26 86,7% 24 80%
Tidak 4 13,3% 6 20%
Jumlah 30 100% 30 100%
Pada tabel tersebut, terlihat bahwa sebesar 86,7% dan 80% siswa
menyukai pelajaran bahasa Indonesia karena cara mengajar guru bahasa
Indonesia. Akan tetapi, persentase sebesar 13,3% dan 20% siswa menyukai
bahasa Indonesia bukan hanya karena dengan cara mengajar guru bahasa
Indonesia saja.
Tabel 10
Saya menyukai metode mengajar yang digunakan oleh guru bahasa
Indonesia
Alternatif Jawaban MIA 3 IIS 3
F % f %
Ya 29 96,7% 28 93,3%
Tidak 1 3,3% 2 6,7%
Jumlah 30 100% 30 100%
Pada tabel tersebut, hasil persentase hampir mencapai angka
sempurna bahwa siswa menyukai metode mengajar yang digunakan oleh
guru bahasa Indonesia, yaitu sebesar 96,7% dan 93,3%. Hanya ada 3,3%
dan 6,7% saja yang tidak menyukai metode mengajar guru bahasa
Indonesia.
53
Tabel 11
Guru bahasa Indonesia menggunakan metode mengajar yang
bervariasi dalam kelas
Alternatif Jawaban MIA 3 IIS 3
F % f %
Ya 21 70% 17 56,7%
Tidak 9 30% 13 43,3%
Jumlah 30 100% 30 100%
Berdasarkan tabel tersebut, ada sedikit selisih mengenai guru bahasa
Indonesia menggunakan metode mengajar yang bervariasi dalam kelas.
Akan tetapi, hasil persentase kedua kelas tersebut sebesar 70% dan 56,7%
menujukkan bahwa guru menggunakan metode mengajar yang bervariasi.
Persentase yang menunjukkan bahwa guru tidak menggunakan metode
mengajar bervariasi dalam kelas, yaitu sebesar 30% dan 43,3%.
Tabel 12
Metode mengajar guru bahasa Indonesia memudahkan saya dalam
belajar bahasa Indonesia
Alternatif Jawaban MIA 3 IIS 3
F % f %
Ya 26 86,7% 29 96,7%
Tidak 4 13,3% 1 3,3%
Jumlah 30 100% 30 100%
Berdasarkan tabel tersebut, sebesar 86,7% dan 96,7% siswa
menyatakan bahwa metode mengajar guru bahasa Indonesia memudahkan
mereka dalam belajar. Akan tetapi, hasil persentase sebesar 13,3% dan 3,3%
menunjukkan bahwa metode mengajar guru bahasa Indonesia tidak
memudahkan siswa dalam belajar. Hal ini membuktikan bahwa masih ada
siswa yang kurang memahami pelajaran dengan penerapan metode yang
digunakan guru dalam kelas.
54
Tabel 13
Guru bahasa Indonesia menerapkan metode mengajar yang berbeda
sesuai dengan materi yang dipelajari
Alternatif Jawaban MIA 3 IIS 3
F % f %
Ya 21 70% 13 43,3%
Tidak 9 30% 17 56,7%
Jumlah 30 100% 30 100%
Tabel tersebut menunjukkan hasil yang berbanding terbalik terkait
guru bahasa Indonesia menerapkan metode mengajar yang berbeda. Kelas
MIA 3 sebesar 70%, sedangkan IIS 3 sebesar 43,3% menyatakan guru
bahasa Indonesia menerapkan metode mengajar yang berbeda sesuai dengan
materi. Sebesar 30% dan 56,7% siswa menyatakan guru tidak menerapkan
metode mengajar yang sesuai dengan materi.
Tabel 14
Guru bahasa Indonesia menggunakan metode ceramah untuk
memudahkan siswa memahami pelajaran bahasa Indonesia dalam
semua materi pelajaran
Alternatif Jawaban MIA 3 IIS 3
F % f %
Ya 24 80% 16 53,3%
Tidak 6 20% 14 46,7%
Jumlah 30 100% 30 100%
Berdasarkan tabel tersebut, persentase sebesar 80% di kelas MIA 3
menyatakan bahwa siswa mudah memahami pelajaran bahasa Indonesia
dengan metode ceramah yang guru terapkan dalam pembelajaran.
Persentase sebesar 20% menunjukkan bahwa masih ada siswa yang
menyatakan bahwa metode ceramah guru tidak memudahkan siswa dalam
memahami pelajaran. Berbeda dengan kelas IIS 3 yang mempunyai selisih
antara siswa memahami atau tidak dengan penerapan metode ceramah guru.
55
Siswa yang menyatakan bahwa guru menggunakan metode ceramah untuk
memudahkan siswa memahami pelajaran, yaitu sebesar 53,3% dan tidak
memudahkan siswa dalam memahami pelajaran sebesar 46,7%. Hal ini
menunjukkan bahwa metode ceramah yang diterapkan oleh guru Bahasa
Indonesia di kelas MIA 3 dan IIS 3 mendapatkan respon yang berbeda.
Artinya, tidak semua siswa mudah memahami materi pelajaran dengan
metode ceramah. Seorang guru dapat menerapkan metode mengajar yang
berbeda untuk menyampaikan materi agar dapat dipahami oleh siswa.
Tabel 15
Guru bahasa Indonesia membiasakan siswa berdiskusi guna
memberikan keluasan berpendapat dalam pembelajaran
Alternatif Jawaban MIA 3 IIS 3
f % f %
Ya 27 90% 20 66,7%
Tidak 3 10% 10 33,3%
Jumlah 30 100% 30 100%
Berdasarkan tabel tersebut, hasil persentase kelas MIA 3 lebih besar,
yaitu 90% dibandingkan kelas IIS 3 sebesar 66,7% yang menyatakan bahwa
guru bahasa Indonesia membiasakan siswa berdiskusi. Hal itu menjukkan
bahwa kelas MIA 3 lebih aktif dalam berdiskusi dibandingkan dengan kelas
IIS 3. Persentase sebesar 10% kelas MIA 3 dan sebesar 33,3% siswa
memilih bahwa guru tidak membiasakan diskusi guna memberikan keluasan
berpendapat dalam pembelajaran.
Tabel 16
Guru bahasa Indonesia memberikan kesempatan pada siswa untuk
bereksperimen sesuai dengan materi yang dipelajari
Alternatif Jawaban MIA 3 IIS 3
f % f %
Ya 21 70% 29 96,7%
Tidak 9 30% 1 3,3%
Jumlah 30 100% 30 100%
56
Berdasarkan tabel tersebut, hasil persetase menunjukkan bahwa
siswa diberikan kesempatan untuk bereksperimen sesuai dengan materi yang
dipelajari oleh guru. Hal itu terlihat dengan persentase sebesar 70% di kelas
dan 96,7% siswa bereksperimen dengan materi yang sesuai. Akan tetapi,
persentase sebesar 30% dan 3,3% siswa menunjukkan bahwa guru tidak
memberikan kesempatan bereksperimen kepada mereka.
Tabel 17
Guru bahasa Indonesia memberikan tugas atau latihan pada siswa
dalam proses pembelajaran dan juga pekerjaan rumah
Alternatif Jawaban MIA 3 IIS 3
f % f %
Ya 24 80% 28 93,3%
Tidak 6 20% 2 6,7%
Jumlah 30 100% 30 100%
Berdasarkan tabel tersebut, hasil persentase menunjukkan bahwa
guru selalu memberikan tugas pada proses pembelajaran atau sebagai tugas
rumah. Hal ini dapat dilihat dari hasil persentase sebesar 80% dan 93,3%
siswa yang menyatakan guru memberikan tugas di sekolah dan juga rumah.
Ada juga siswa yang menyatakan guru tidak memberikan tugas di sekolah
atau di rumah, yaitu dengan hasil persentase sebesar 20% dan 6,7%.
Tabel 18
Guru bahasa Indonesia menjelaskan materi disertai dengan cara
meragakan atau mempertunjukkan suatu proses atau benda tertentu
yang sedang dipelajari kepada siswa
Alternatif Jawaban MIA 3 IIS 3
f % f %
Ya 21 70% 22 73,3%
Tidak 9 30% 8 26,7%
Jumlah 30 100% 30 100%
57
Berdasarkan tabel tersebut, hasil persentase sebesar 70% dan 73,3%
menunjukkan bahwa guru menjelaskan materi dengan cara meragakan atau
mempertunjukkan suatu proses atau benda tertentu yang sedang dipelajari
kepada siswa. Hasil persentase yang kurang pun, yaitu sebesar 30% dan
26,7% siswa menyatakan guru tidak meragakan atau mempertunjukkan sutu
proses atau benda tertentu yang sedang dipelajari sesuai dengan materi.
Tabel 19
Guru bahasa Indonesia mampu melakukan komunikasi dua arah
dengan menggunakan bahasa yang santun atau tanya jawab dengan
siswa dalam pembelajaran
Alternatif Jawaban MIA 3 IIS 3
f % f %
Ya 28 93,3% 29 96,7%
Tidak 2 6,7% 1 3,3%
Jumlah 30 100% 30 100%
Berdasarkan tabel tersebut, dapat dilihat bahwa hasil persentase
siswa yang menyatakan bahwa guru bahasa Indonesia mampu melakukan
komunikasi menggunakan bahasa yang santun dengan siswa dalam
pembelajaran sangat tinggi, yaitu sebesar 93,3% dan 96,7%. Siswa yang
menyatakan bahwa guru tidak mampu melakukan komunikasi menggunakan
bahasa santun, yaitu sebesar 6,7% dan 3,3% saja.
Tabel 20
Guru bahasa Indonesia saya tidak menyenangkan ketika mengajar di
dalam kelas
Alternatif Jawaban MIA 3 IIS 3
f % f %
Ya 1 3,3% 0 0%
Tidak 29 96,7% 30 100%
Jumlah 30 100% 30 100%
58
Berdasarkan tabel tersebut, dapat dilihat hasil persentase siswa yang
menyatakan guru bahasa Indonesia tidak menyenangkan ketika mengajar di
kelas, yaitu sebesar 3,3% di kelas MIA 3 dan 0% di kelas IIS 3, sedangkan
persentase sebesar 96,7% dan 100% siswa menyatakan guru bahasa
Indonesia menyenangkan ketika mengajar di kelas.
Tabel 21
Saya merasa jenuh belajar di dalam kelas ketika pelajaran bahasa
Indonesia
Alternatif Jawaban MIA 3 IIS 3
f % f %
Ya 4 13,3% 2 6,7%
Tidak 26 86,7% 28 93,3%
Jumlah 30 100% 30 100%
Berdasarkan tabel tersebut, dapat dilihat bahwa persentase siswa
yang merasa jenuh belajar bahasa Indonesia dalam kelas sangat kecil, yaitu
sebesar 13,3% dan 6,7%, sedangkan hampir seluruh siswa merasa tidak
jenuh belajar bahasa Indonesia di dalam kelas dengan hasil persentase
sebesar 86,7% dan 93,3%.
Tabel 22
Guru bahasa Indonesia sangat menyenangkan dalam menyampaikan
materi
Alternatif Jawaban MIA 3 IIS 3
f % f %
Ya 28 93,3% 26 86,7%
Tidak 2 6,7% 4 13,3%
Jumlah 30 100% 30 100%
Berdasarkan tabel tersebut, hasil persentase sebesar 93,3% dan
86,7% menunjukkan bahwa guru bahasa Indonesia sangat menyenangkan
dalam menyampaikan materi. Siswa yang menyatakan bahwa guru bahasa
59
Indonesia tidak menyenangkan dalam menyampaikan materi, yaitu sebesar
6,7% dan 13,3%.
Tabel 23
Saya senang mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru bahasa
Indonesia
Alternatif Jawaban MIA 3 IIS 3
f % f %
Ya 11 36,7% 21 70%
Tidak 19 63,3% 9 30%
Jumlah 30 100% 30 100%
Berdasarkan tabel tersebut, terdapat perbedaan hasil persentase
antara kelas MIA 3 dan IIS 3. Hasil persentase dalam tabel sebesar 36,7%
siswa kelas MIA 3 senang mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru
bahasa Bahasa Indonesia. Persentase tersebut lebih kecil dibandingkan
dengan siswa kelas IIS 3 yang senang mengerjakan tugas dari guru, yaitu
sebesar 70%. Pada kelas MIA 3, siswa yang tidak senang mengerjakan
tugas-tugas bahasa Indonesia adalah sebesar 63,3%, sedangkan siswa di
kelas IIS 3 hanya 30%.
Tabel 24
Guru bahasa Indonesia menggunakan media dan sumber belajar yang
relevan dengan karakteristik siswa dan materi yang dipelajari
Alternatif Jawaban MIA 3 IIS 3
f % f %
Ya 27 90% 29 96,7%
Tidak 3 10% 1 3,3%
Jumlah 30 100% 30 100%
Berdasarkan tabel tersebut, hasil persentase yang menunjukkan
bahwa guru bahasa bahasa Indonesia menggunakan media dan sumber
belajar yang relevan dengan materi, yaitu sebesar 90% dan 96,7%. Akan
60
tetapi, ada juga siswa yang menyatakan bahwa guru bahasa Indonesia tidak
menggunakan media dan sumber belajar yang releva dengan materi.
Persentase siswa yang menytaakan hal tersebut, yaitu sebesar 10% dan
3,3%.
Tabel 25
Guru bahasa Indonesia mampu menguasai karakteristik siswa
Alternatif Jawaban MIA 3 IIS 3
f % f %
Ya 10 33,3% 13 43,3%
Tidak 20 66,7% 17 56,7%
Jumlah 30 100% 30 100%
Berdasarkan tabel tersebut, hasil persentase menunjukkan bahwa
guru bahasa Indonesia kurang mampu menguasai karakteristik siswa ketika
belajar di dalam kelas. Hal itu dapat terlihat dari persentase positif lebih
kecil dibanding persentase negatif, yaitu sebesar 33.3% dan 43.3% siswa
yang menyatakan guru bahasa Indonesia mampu menguasai karakteristik
siswa, sedangkan persentase yang lebih besar adalah 66.7% dan 56.7%
siswa menyatakan guru bahasa Indonesia kurang mampu menguasai
karakteristik siswa dalam belajar di kelas.
Tabel 26
Guru bahasa Indonesia mampu mengidentifikasi kesulitan siswa
terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia
Alternatif Jawaban MIA 3 IIS 3
f % f %
Ya 19 63,3% 16 53,3%
Tidak 11 36,7% 14 46,7%
Jumlah 30 100% 30 100%
Berdasarkan tabel tersebut, hasil persentase menunjukkan bahwa
guru bahasa Indonesia mampu mengidentifikasi kesulitan belajar siswa
terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia. Hal itu terlihat dari angka
61
persentase, yaitu sebesar 63,3% dan 53,3% siswa menyatakan guru mampu
mengidentifikasi kesulitan belajar siswa terhadap mata pelajaran bahasa
Indonesia. Persentase siswa yang menyatakan guru kurang mampu atau
tidak mampu dalam menidentifikasi kesulitan belajar siswa, yaiti sebesar
36,7% dan 46,7%.
Tabel 27
Guru bahasa Indonesia memiliki berbagai keterampilan berbahasa
Indonesia (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis)
Alternatif Jawaban MIA 3 IIS 3
f % f %
Ya 27 90% 27 90%
Tidak 3 10% 3 10%
Jumlah 30 100% 30 100%
Berdasarkan tabel tersebut, hasil persentase menunjukkan bahwa
kelas MIA 3 dan IIS 3 mempunyai pandangan yang sama terhadap guru
bahasa Indonesia yang memiliki berbagai keterampilan berbahasa Indonesia
(menyimak, berbicara, membaca, dan menulis). Hal itu dapat dilihat pada
persentase sebesar 90% siswa menyatakan guru memiliki berbagai
keterampilan berbahasa, sedangkan sebesar 30% siswa menyatakan guru
tidak memiliki keterampilan berbahasa Indonesia.
Tabel 28
Guru bahasa Indonesia mampu menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan
Alternatif Jawaban MIA 3 IIS 3
f % f %
Ya 26 86,7% 24 80%
Tidak 4 13,3% 6 20%
Jumlah 30 100% 30 100%
62
Berdasarkan tabel tersebut, hasil persentase sebesar 86,7% dan 80%
siswa menunjukkan bahwa guru bahasa Indonesia mampu menciptakan
suasana belajar yang menyenangkan. Siswa yang menyatakan bahwa guru
bahasa Indonesia tidak mampu menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan, yaitu sebesar 13.3% dan 20%.
3. Wawancara
Tahap wawancara dilakukan penulis kepada siswa kelas XI dan guru
bahasa Indonesia MAN 2 Bogor. Teknik wawancara ini dilakukan dengan
cara memilih nama siswa yang penulis peroleh dari data absen. Penulis
memilih 10 siswa dari kelas berbeda untuk diwawancarai, yaitu 2 siswa
kelas XI MIA 1, 3 siswa kelas XI MIA 2, 3 siswa kelas XI IIS 1, dan 2
siswa kelas XI IIS 2. Penulis mewawancarai mereka mengenai proses
pembelajaran bahasa Indonesia yang dilakukan di dalam kelas. Berdasarkan
data wawancara para siswa menyatakan bahwa metode mengajar yang
diterapkan guru telah sesuai dengan materi. Selain itu, guru menjelaskan
materi dengan jelas, guru dapat berinteraksi dengan siswa, dan guru juga
mampu menyesuaikan suasana dalam kelas sehingga siswa tidak merasakan
suasana belajar yang membosankan.
C. Pembahasan
Pada proses pembelajaran, suasana belajar aktif dan menyenangkan
adalah sesuatu yang diharapkan oleh siswa. Siswa cenderung merasa bosan
belajar di kelas ketika seorang guru tidak menerapkan metode pembelajaran
yang merangsang ketertarikan dan motivasi siswa. Seorang guru harus
menerapkan berbagai macam metode mengajar guna menciptakan
pembelajaran yang aktif dan tidak membosankan.
Berdasarkan hasil data analisis penulis, dapat diketahui bahwa guru
bahasa Indonesia mampu menciptakan proses pembelajaran dengan baik. Ia
menerapkan metode yang bervariasi dalam mengajar sehingga siswa tidak
merasakan kejenuhan belajar bahasa Indonesia. Selain metode mengajar, unsur
lain yang mendukung proses pembelajaran diperhatikan oleh guru bahasa
63
Indonesia di MAN 2 Bogor, seperti penguasaan materi, penggunaan media
belajar, melibatkan siswa sebagai sumber belajar, dan lain-lain. Hal itu
dibuktikan oleh hasil angket yang disebar kepada siswa MAN 2 Bogor terkait
pembelajaran bahasa Indonesia.
Sebagaimana data yang sudah dihasilkan bahwa aplikasi metode
mengajar berkaitan dengan kemampuan seorang guru profesional. Terbukti
100% guru bahasa Indonesia di MAN 2 Bogor menguasai materi dengan baik,
sehingga dalam menyampaikan materi jelas. Guru bahasa Indonesia
menggunakan berbagai macam sumber belajar dengan jumlah persentase yang
sama, yaitu sebesar 96,7%. Namun, sebesar 3,3% siswa menyatakan bahwa
guru tidak menggunakan berbagai sumber belajar. Selain itu, siswa
menyatakan guru bahasa Indonesia melaksanakan pembelajaran sesuai dengan
alokasi waktu yang direncanakan sebesar 80% dan 33,3%. Sedangkan sebesar
20% dan 66,7% siswa menyatakan bahwa guru bahasa Indonesia tidak
melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang direncanakan.
Guru bahasa bahasa Indonesia menggunakan media dan sumber belajar yang
relevan dengan materi, yaitu sebesar 90% dan 96,7%. Akan tetapi, sebesar 10%
dan 3,3% siswa menyatakan bahwa guru bahasa Indonesia tidak menggunakan
media dan sumber belajar yang relevan dengan materi. Jumlah persentase
sebesar 83,3% dan 80% siswa menyatakan bahawa guru bahasa Indonesia
mampu mengelola kelas dengan baik sehingga pembelajaran berjalan efektif.
Siswa yang menyatakan bahwa guru tidak mampu mengelola kelas dengan
baik sebesar 16,7% dan 20%. Sebesar 90% siswa menyatakan guru memiliki
berbagai keterampilan berbahasa, sedangkan sebesar 30% siswa menyatakan
guru tidak memiliki keterampilan berbahasa Indonesia.
Metode dan cara mengajar dalam proses pembelajaran pun menjadi
salah satu acuan siswa untuk menumbuhkan motivasi belajar. Hasil sebesar
40% siswa menyatakan bahwa guru bahasa Indonesia menerangkan materi
tanpa melihat buku, sedangkan sebesar 60% siswa menyatakan guru
menerangkan materi dengan melihat buku. Sebesar 86,7% dan 80% siswa
menyukai cara mengajar guru dalam pelajaran bahasa Indonesia. Sedangkan
sebesar 13,3% dan 20% siswa tidak menyukai cara mengajar guru dalam
64
pelajaran bahasa Indonesia. Guru bahasa Indonesia tidak menyenangkan ketika
mengajar di kelas, yaitu sebesar 3,3% dan 0%, sedangkan persentase sebesar
96,7% dan 100% siswa menyatakan guru bahasa Indonesia menyenangkan
ketika mengajar di kelas. Sebanyak 93,3% dan 86,7% menunjukkan bahwa
guru bahasa Indonesia sangat menyenangkan dalam menyampaikan materi.
Siswa yang menyatakan bahwa guru bahasa Indonesia tidak menyenangkan
dalam menyampaikan materi, yaitu sebesar 6,7% dan 13,3%.
Siswa menyukai metode mengajar yang digunakan oleh guru bahasa
Indonesia, yaitu sebesar 96,7% dan 93,3%. Hanya ada 3,3% dan 6,7% saja
yang tidak menyukai metode mengajar guru bahasa Indonesia. Sebesar 70%
dan 56,7% menujukkan bahwa guru menggunakan metode mengajar yang
bervariasi. Sedangkan sebesar 30% dan 43,3% menunjukkan bahwa guru tidak
menggunakan metode mengajar bervariasi dalam kelas. Sebesar 86,7% dan
96,7% siswa menyatakan bahwa metode mengajar guru bahasa Indonesia
memudahkan mereka dalam belajar. Akan tetapi, hasil sebesar 13,3% dan 3,3%
menunjukkan bahwa metode mengajar guru bahasa Indonesia tidak
memudahkan siswa dalam belajar. Hal ini membuktikan bahwa masih ada
siswa yang kurang memahami pelajaran dengan penerapan metode yang
digunakan guru dalam kelas. Ada keterkaitan antara metode dengan materi
pelajaran. Jika metode yang dipilih sesuai dengan materi maka kemungkinan
besar tujuan pelajaran akan tercapai. Dari hasil angket sebesar 70% dan 43,3%
siswa menyatakan guru bahasa Indonesia menerapkan metode mengajar yang
berbeda sesuai dengan materi. Sebesar 30% dan 56,7% siswa menyatakan guru
tidak menerapkan metode mengajar yang sesuai dengan materi.
Guru bahasa Indonesia di MAN 2 Bogor selalu menerapkan beberapa
macam metode pembelajaran, seperti metode ceramah, diskusi, eksperimen,
dan latihan-latihan. Hal ini dapat dilihat dari hasil angket sebesar persentase
sebesar 80% dan 53,3% menyatakan bahwa siswa mudah memahami pelajaran
bahasa Indonesia dengan metode ceramah. Sedangkan sebesar 20% dan 46,7%
menunjukkan bahwa metode ceramah guru tidak memudahkan siswa dalam
memahami pelajaran. Guru membiasakan siswa berdiskusi dengan hasil
persentase sebesar 90% dan 66,7%. Persentase sebesar 10% dan 33,3% siswa
65
memilih bahwa guru tidak membiasakan diskusi guna memberikan keluasan
berpendapat dalam pembelajaran. hasil persentase sebesar 70% dan 96,7%
siswa diberikan kesempatan untuk bereksperimen sesuai dengan materi yang
dipelajari. Akan tetapi, persentase sebesar 30% dan 3,3% siswa menunjukkan
bahwa guru tidak memberikan kesempatan bereksperimen kepada mereka.
Sebesar 80% dan 93,3% siswa yang menyatakan guru memberikan tugas di
sekolah dan juga di rumah. Sedangkan siswa yang menyatakan guru tidak
memberikan tugas di sekolah atau di rumah, yaitu sebesar 20% dan 6,7%. Hal
ini terbukti bahwa guru selalu memberikan latihan-latihan.
Keberhasilan dalam proses pembelajaran tidak dapat dicapai jika
seorang guru tidak berkomunikasi dengan baik kepada siswa. Siswa cenderung
mudah tidak paham jika penyampaian materi atau komunikasi antara guru dan
siswa tidak baik. Komunikasi menjadi hal yang penting di dalam kelas.
Sebanyak 93,3% dan 96,7% siswa menyatakan guru bahasa Indonesia di MAN
2 Bogor mampu melakukan komunikasi menggunakan bahasa yang santun
dengan siswa. Siswa yang menyatakan bahwa guru tidak mampu melakukan
komunikasi menggunakan bahasa santun, yaitu sebesar 6,7% dan 3,3% saja.
Dalam pembelajaran, guru harus mampu menguasai karakter siswa-siswanya
agar penyampaian materi dapat diterima oleh mereka secara marata. Sebanyak
33,3% dan 43,3% siswa menyatakan guru bahasa Indonesia mampu menguasai
karakter mareka, sedangkan sebanyak 66,7% dan 56,7% siswa menyatakan
guru bahasa Indonesia kurang mampu menguasai karakteristik siswa dalam
belajar di kelas. Hal ini menunjukkan bahwa guru bahasa Indonesia di MAN 2
harus bisa meningkatkan kemampuannya dalam penguasaan karakter.
Guru bahasa Indonesia mampu mengidentifikasi kesulitan belajar siswa
terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia. Hal itu terlihat dari angka
persentase, yaitu sebesar 63,3% dan 53,3% siswa menyatakan guru mampu
mengidentifikasi kesulitan belajar siswa terhadap mata pelajaran bahasa
Indonesia. Persentase siswa yang menyatakan guru kurang mampu atau tidak
mampu dalam menidentifikasi kesulitan belajar siswa, yaiti sebesar 36,7% dan
46,7%. Selain itu, guru bahasa Indonesia dituntut memiliki berbagai
keterampilan. Guru bahasa Indonesia di MAN 2 Bogor memiliki berbagai
66
keterampilan berbahasa Indonesia (menyimak, berbicara, membaca, dan
menulis). Hal itu dapat dilihat pada persentase sebesar 90% siswa menyatakan
guru memiliki berbagai keterampilan berbahasa, sedangkan sebesar 30% siswa
menyatakan guru tidak memiliki keterampilan berbahasa Indonesia.
Pada proses pembelajaran, guru harus mampu menciptakan suasana
belajar yang tidak membosankan. Hasil persentase sebesar 86,7% dan 80%
siswa MAN 2 Bogor menunjukkan bahwa guru bahasa Indonesia di sekolah
tersebut mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Siswa yang
menyatakan bahwa guru bahasa Indonesia tidak mampu menciptakan suasana
belajar yang menyenangkan, yaitu sebesar 13,3% dan 20%. Hal itu terbukti
bahwa kebanyakan siswa merasakan proses pembelajaran menyenangkan yang
dilakukan oleh guru bahasa Indonesia.
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada angket yang telah diisi
oleh siswa, didapatkan bahwa 96,7% XI MIA 3 dan 93,3% XI IIS 3
menyatakan mereka menyukai metode mengajar yang digunakan oleh guru.
Sebesar 70% XI MIA 3 dan 56,7% XI IIS 3 menyatakan guru bahasa Indonesia
di MAN 2 Bogor telah menggunakan metode yang bervariasi dalam mengajar.
Hasil angket juga didapatkan bahwa 86,7% XI MIA 3 dan 96,7% XI IIS
3 menyatakan metode yang digunakan guru dapat memudahkan siswa dalam
belajar. Selain itu, 80% XI MIA 3 dan 53,3% XI IIS 3 siswa mengaku
memahami materi dari metode ceramah yang guru gunakan. Hasil yang
didapatkan menunjukkan bahwa guru bahasa Indonesia di MAN 2 Bogor sudah
mengaplikasikan berbagai metode mengajar dalam kelas guna menciptakan
pembelajaran yang aktif dan menyenangkan.
Cara mengajar guru dan penerapan metode pembelajaran dalam kelas
sangat berkaitan satu sama lain. Pembelajaran dalam kelas tidak akan berjalan
dengan efektif jika guru menggunakan hanya dengan satu metode. Jadi, dalam
proses pembelajaran guru harus menerapkan berbagai metode mengajar agar
tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Rek
apitu
lasi
Has
il A
ngke
t
No.
Pe
rnya
taan
Ang
ket
Ket
eran
gan
Has
il A
ngke
t M
IA 3
IIS
3
f %
f
%
1.
Gur
u ba
hasa
Ind
ones
ia m
engu
asai
mat
eri
deng
an b
aik,
sehi
ngga
dal
am m
enya
mpa
ikan
mat
eri c
ukup
jela
s
Ya
30
100%
30
10
0%
Tida
k 0
0%
0 0%
Ju
mla
h 30
10
0%
30
100%
2.
Gur
u ba
hasa
Ind
ones
ia m
engg
unak
an b
erba
gai
mac
am
sum
ber b
elaj
ar, s
eper
ti bu
ku p
aket
, int
erne
t, da
n la
in-la
in
Ya
29
96,7
%
29
96,7
%
Tida
k 1
3,3%
1
3,3%
Ju
mla
h 30
10
0%
30
100%
3.
Gur
u ba
hasa
In
done
sia
mel
aksa
naka
n pe
mbe
laja
ran
sesu
ai d
enga
n al
okas
i wak
tu y
ang
dire
ncan
akan
Ya
24
80%
10
33
,3%
Ti
dak
6 20
%
20
66,7
%
Jum
lah
30
100%
30
10
0%
4.
Gur
u ba
hasa
Ind
ones
ia m
ampu
men
gelo
la k
elas
den
gan
baik
, seh
ingg
a pe
mbe
laja
ran
berja
lan
efek
tif
Ya
25
83,3
%
24
80%
Ti
dak
5 16
,7%
6
20%
Ju
mla
h 30
10
0%
30
100%
5.
Gur
u ba
hasa
In
done
sia
men
eran
gkan
m
ater
i ta
npa
mel
ihat
dan
mem
baca
buk
u di
dal
am k
elas
Ya
12
40%
12
40
%
Tida
k 18
60
%
18
60%
Ju
mla
h 30
10
0%
30
100%
6.
Car
a m
enga
jar
guru
bah
asa
Indo
nesi
a m
embu
at s
aya
men
yuka
i pel
ajar
an b
ahas
a In
done
sia
Ya
26
86,7
%
24
80%
Ti
dak
4 13
,3%
6
20%
Ju
mla
h 30
10
0%
30
100%
7.
Saya
men
yuka
i m
etod
e m
enga
jar
yang
dig
unak
an o
leh
guru
bah
asa
Indo
nesi
a
Ya
29
96,7
%
28
93,3
%
Tida
k 1
3,3%
2
6,7%
Ju
mla
h 30
10
0%
30
100%
8.
Gur
u ba
hasa
Ind
ones
ia m
engg
unak
an m
etod
e m
enga
jar
yang
ber
varia
si d
alam
kel
as
Ya
21
70%
17
56
,7%
Ti
dak
9 30
%
13
43,3
%
Jum
lah
30
100%
30
10
0%
67
No.
Pe
rnya
taan
Ang
ket
Ket
eran
gan
Has
il A
ngke
t M
IA 3
IIS
3
f %
f
%
9.
Met
ode
men
gaja
r gu
ru B
ahas
a In
done
sia
mem
udah
kan
saya
dal
am b
elaj
ar b
ahas
a In
done
sia
Ya
26
86,7
%
29
96,7
%
Tida
k 4
13,3
%
1 3,
3%
Jum
lah
30
100%
30
10
0%
10.
Gur
u ba
hasa
Ind
ones
ia m
ener
apka
n m
etod
e m
enga
jar
yang
ber
beda
sesu
ai d
enga
n m
ater
i yan
g di
pela
jari
Ya
21
70%
13
43
,3%
Ti
dak
9 30
%
17
56,7
%
Jum
lah
30
100%
30
10
0%
11.
Gur
u ba
hasa
Ind
ones
ia m
engg
unak
an m
etod
e ce
ram
ah
untu
k m
emud
ahka
n si
swa
mem
aham
i pe
laja
ran
baha
sa
Indo
nesi
a da
lam
sem
ua m
ater
i pel
ajar
an
Ya
24
80%
16
53
,3%
Ti
dak
6 20
%
14
46,7
%
Jum
lah
30
100%
30
10
0%
12.
Gur
u ba
hasa
Ind
ones
ia m
embi
asak
an s
isw
a be
rdis
kusi
guna
m
embe
rikan
ke
luas
an
berp
enda
pat
dala
m
pem
bela
jara
n
Ya
27
90%
20
66
,7%
Ti
dak
3 10
%
10
33,3
%
Jum
lah
30
100%
30
10
0%
13.
Gur
u ba
hasa
Ind
ones
ia m
embe
rikan
kes
empa
tan
pada
sisw
a un
tuk
bere
kspe
rimen
ses
uai
deng
an m
ater
i ya
ng
dipe
laja
ri
Ya
21
70%
29
96
,7%
Ti
dak
9 30
%
1 3,
3%
Jum
lah
30
100%
30
10
0%
14.
Gur
u ba
hasa
Ind
ones
ia m
embe
rikan
tug
as a
tau
latih
an
pada
si
swa
dala
m
pros
es
pem
bela
jara
n da
n ju
ga
peke
rjaan
rum
ah
Ya
24
80%
28
93
,3%
Ti
dak
6 20
%
2 6,
7%
Jum
lah
30
100%
30
10
0%
68
No.
Pe
rnya
taan
Ang
ket
Ket
eran
gan
Has
il A
ngke
t M
IA 3
IIS
3
f %
f
%
15.
Gur
u ba
hasa
In
done
sia
men
jela
skan
m
ater
i di
serta
i de
ngan
car
a m
erag
akan
ata
u m
empe
rtunj
ukka
n su
atu
pros
es a
tau
bend
a te
rtent
u ya
ng s
edan
g di
pela
jari
kepa
da
sisw
a
Ya
21
70%
22
73
,3%
Ti
dak
9 30
%
8 26
,7%
Jum
lah
30
100%
30
10
0%
16.
Gur
u ba
hasa
Ind
ones
ia m
ampu
mel
akuk
an k
omun
ikas
i
dua
arah
den
gan
men
ggun
akan
bah
asa
yang
san
tun
atau
tany
a ja
wab
den
gan
sisw
a da
lam
pem
bela
jara
n
Ya
28
93,3
%
29
96,7
%
Tida
k 2
6,7%
1
3,3%
Ju
mla
h 30
10
0%
30
100%
17.
Gur
u ba
hasa
Indo
nesi
a sa
ya ti
dak
men
yena
ngka
n ke
tika
men
gaja
r di d
alam
kel
as
Ya
1 3,
3%
0 0%
Ti
dak
29
96,7
%
30
100%
Ju
mla
h 30
10
0%
30
100%
18.
Saya
m
eras
a je
nuh
bela
jar
di
dala
m
kela
s ke
tika
pela
jara
n ba
hasa
Indo
nesi
a
Ya
4 13
,3%
2
6,7%
Ti
dak
26
86,7
%
28
93,3
%
Jum
lah
30
100%
30
10
0%
19.
Gur
u ba
hasa
Ind
ones
ia s
anga
t m
enye
nang
kan
dala
m
men
yam
paik
an m
ater
i
Ya
28
93,3
%
26
86,7
%
Tida
k 2
6,7%
4
13,3
%
Jum
lah
30
100%
30
10
0%
20.
Saya
sen
ang
men
gerja
kan
tuga
s-tu
gas
yang
dib
erik
an
guru
bah
asa
Indo
nesi
a
Ya
11
36,7
%
21
70%
Ti
dak
19
63,3
%
9 30
%
Jum
lah
30
100%
30
10
0%
21.
Gur
u ba
hasa
Indo
nesi
a m
engg
unak
an m
edia
dan
sum
ber
bela
jar
yang
rel
evan
den
gan
kara
kter
istik
sis
wa
dan
mat
eri y
ang
dipe
laja
ri
Ya
27
90%
29
96
,7%
Ti
dak
3 10
%
1 3,
3%
Jum
lah
30
100%
30
10
0%
69
No.
Pe
rnya
taan
Ang
ket
Ket
eran
gan
Has
il A
ngke
t M
IA 3
IIS
3
f %
f
%
22.
Gur
u ba
hasa
Ind
ones
ia m
ampu
men
guas
ai k
arak
teris
tik
sisw
a
Ya
10
33,3
%
13
43,3
%
Tida
k 20
66
,7%
17
56
,7%
Ju
mla
h 30
10
0%
30
100%
23.
Gur
u ba
hasa
In
done
sia
mam
pu
men
gide
ntifi
kasi
kesu
litan
si
swa
terh
adap
m
ata
pela
jara
n ba
hasa
Indo
nesi
a
Ya
19
63,3
%
16
53,3
%
Tida
k 11
36
,7%
14
46
,7%
Ju
mla
h 30
10
0%
30
100%
24.
Gur
u ba
hasa
Ind
ones
ia m
emili
ki b
erba
gai k
eter
ampi
lan
berb
ahas
a In
done
sia
(men
yim
ak,
berb
icar
a, m
emba
ca,
dan
men
ulis
)
Ya
27
90%
27
90
%
Tida
k 3
10%
3
10%
Ju
mla
h 30
10
0%
30
100%
25.
Gur
u ba
hasa
Ind
ones
ia m
ampu
men
cipt
akan
sua
sana
bela
jar y
ang
men
yena
ngka
n
Ya
26
86,7
%
24
80%
Ti
dak
4 13
,3%
6
20%
Ju
mla
h 30
10
0%
30
100%
70
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah didapatkan dari siswa kelas XI MAN 2
Bogor, penulis menyimpulkan:
1. Guru Bahasa Indonesia kelas XI di MAN 2 Bogor telah menerapkan metode
yang sesuai dengan materi. Pada proses pembelajaran, guru Bahasa
Indonesia menerapkan metode mengajar yang berbeda-beda, seperti
ceramah, diskusi, eksperimen, dan latihan-latihan. Berdasarkan data angket,
70% siswa kelas XI MIA 3 dan 56,7% siswa kelas IIS 3 menyatakan bahwa
guru Bahasa Indonesia menggunakan metode yang bervariasi. Selain itu,
penyesuaian antara metode dan materi yang akan dipelajari pun diperhatikan
oleh guru.
2. Aplikasi metode mengajar yang dilakukan oleh guru sangat berpengaruh
pada siswa dalam proses pembelajaran di dalam kelas. Guru Bahasa
Indonesia kelas XI di MAN 2 Bogor mempunyai kemampuan dalam
mengaplikasikan metode mengajar guna menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan dalam proses pembelajaran. Hal ini terbukti bahwa dalam
proses pembelajaran 86,7% siswa kelas XI MIA 3 dan 80% siswa kelas XI
IIS 3 di MAN 2 Bogor menyatakan senang belajar bahasa Indonesia. Selain
itu, metode mengajar yang diterapkan oleh guru juga disukai oleh siswa
dengan data 96,7% siswa kelas XI MIA 3 dan 93,3% siswa kelas XI IIS 3 di
MAN 2 Bogor menyatakan menyukai metode mengajar yang diterapkan
oleh guru Bahasa Indonesia.
71
72
B. SARAN
Berdasarkan simpulan yang telah dipaparkan di atas, terdapat beberapa saran
yang ingin disampaikan oleh penulis:
1. Guru harus mampu mengembangkan keterampilan cara mengajar sehingga
dapat menciptakan suasana pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, dan
menyenangkan bagi siswa.
2. Pihak sekolah hendaknya memfasilitasi guru dengan cara pengadaan forum
diskusi, seminar atau yang lainnya guna mengembangkan kreativitas
keterampilan mengajar.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Iif Khoiru dan Hendro Ari Setyono. Strategi Pembelajaran Berorientasi KTSP. Jakarta: PT Prestasi Pustakaraya. Cet. ke-1, 2011.
Arifin, Zainal. Penelitian Pendidikan: Metode dan Paradigma Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Cet. ke-1, 2011.
Barnawi dan Mohammad Arifin. Etika dan Profesi Kependidikan. Yogyakarta: Ar Ruzz Media. Cet. ke-1, 2012.
Borich, Gary D. Effective Teaching Methods. New Jersey: Pearson Education, Inc. 2014.
Darmadi, Hamid. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: CV Alfabeta. Cet. ke-2, 2011.
Departemen Agama RI. Wawasan Tugas Guru dan Tenaga Kependidikan. Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam. 2005.
Djamarah, Syaiful Bahri. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta. Cet. ke-3, 2011.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta. Cet. ke- 5, 2013.
Fathurrohman, Pupuh dan Aa Suryana. Guru Profesional. Bandung: PT Refika Aditama. Cet. ke-1, 2012.
Gordon, Thomas. Guru yang Efektif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Cet. ke-3, 1990.
Hadeli. Metode Penelitian Kependidikan. Ciputat: Quantum Teaching. Cet. ke-1, 2006.
Hamalik, Oemar. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara. Cet. ke-4, 2005.
Hamdayana, Jumanta. Metodologi Pengajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Cet. ke-2, 2017.
Hanafiah, Nanang dan Cucu Suhana. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Refika Aditama. Cet. ke-2, 2010.
Hardini, Isriani dan Dewi Puspitasari. Strategi Pembelajaran Terpadu: Teori, Konsep, dan Implementasi. Yogyakarta: Familia. Cet. ke-1, 2012.
73
Ibrahim, R. dan Nana Syaodih. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta. Cet. ke-3, 2010.
Littlewood, William. Communicative Language Teaching. Melbourne: Cambridge University Press, 1981.
Mahmud. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: CV Pustaka Setia. Cet. ke-10, 2011.
Majid, Abdul. Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Cet. ke-6, 2009.
Margono, S.. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta. Cet. ke-8. 2013.
Mulyasa, E.. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Cet. ke-6, 2012.
Nurdin, Syafruddin dan Basyiruddin Usman. Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum. Jakarta: Ciputat Pers. Cet. ke-1, 2002.
Payong, Marselus R.. Sertifikasi Profesi Guru: Konsep Dasar, Problematika, dan Implementasinya. Jakarta: PT Indeks. Cet. ke-1, 2011.
Ridwanudin, Dindin. Bahasa Indonesia. Ciputat: UIN Press. Cet. ke-1, 2015.
Rusmono. Strategi Pembelajaran dengan Problem Based Learning Itu Perlu. Bogor: Ghalia Indonesia. Cet. ke-2, 2014.
Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group. Cet. Ke-2. 2017.
Santosa, Puji dan Muhammad Jaruki. Mahir Berbahasa Indonesia: Baik, Benar, dan Santun. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Cet. ke-1, 2016.
Saudagar, Fachruddin dan Ali Idrus. Pengembangan Profesionalitas Guru. Jakarta: Gaung Persada. Cet. ke-3, 2011.
Slameto. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: PT Rineka Cipta. Cet. ke-5, 2010.
Sudiyono, Anas. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Cet. ke-24, 2012.
Sukmadinata, Nana Syaodih. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Cet. ke-8, 2012.
Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Cet. ke-18, 2013.
74
Usman, M. Basyiruddin. Metodologi Pembelajaran Agama Islam. Jakarta: Ciputat Pers. Cet. ke-1, 2002.
Wright, Trevor. How to be a Brilliant Teacher. Madison Ave: Routledge, 2009.
75
ANGKET
Petunjuk Pengisian Angket
1. Jawablah setiap pernyataan berikut dengan memilih salah satu alternatif jawaban YA dan
TIDAK dengan menyontreng (√) jawaban yang sesuai.
2. Angket ini bertujuan ilmiah dalam rangka penyelesaian karya ilmiah/skripsi.
3. Tulislah identitas Anda dengan benar.
Identitas responden
Nama :
Kelas :
Bidang Pelajaran :
No Pernyataan YA TIDAK
1. Guru bahasa Indonesia menguasai materi dengan baik, sehingga
dalam menyampaikan materi cukup jelas.
2. Guru bahasa Indonesia menggunakan berbagai macam sumber
belajar, seperti buku paket, internet, dan lain-lain.
3. Guru bahasa Indonesia melaksanakan pembelajaran sesuai dengan
alokasi waktu yang direncanakan.
4. Guru bahasa Indonesia mampu mengelola kelas dengan baik,
sehingga pembelajaran berjalan efektif.
5. Guru bahasa Indonesia menerangkan materi tanpa melihat dan
membaca buku di dalam kelas.
6. Cara mengajar guru bahasa Indonesia membuat saya menyukai
pelajaran bahasa Indonesia.
7. Saya menyukai metode mengajar yang digunakan oleh guru bahasa
Indonesia.
8. Guru bahasa Indonesia menggunakan metode mengajar yang
bervariasi dalam kelas.
9. Metode mengajar guru bahasa Indonesia memudahkan saya dalam
belajar bahasa Indonesia.
10. Guru bahasa Indonesia menerapkan metode mengajar yang berbeda
sesuai dengan materi yang dipelajari.
11. Guru bahasa Indonesia menggunakan metode ceramah untuk
memudahkan siswa memahami pelajaran bahasa Indonesia dalam
semua materi pelajaran.
12. Guru bahasa Indonesia membiasakan siswa berdiskusi guna
memberikan keluasan berpendapat dalam pembelajaran.
13. Guru bahasa Indonesia memberikan kesempatan pada siswa untuk
bereksperimen sesuai dengan materi yang dipelajari.
14. Guru bahasa Indonesia memberikan tugas atau latihan pada siswa
dalam proses pembelajaran dan juga pekerjaan rumah.
15. Guru bahasa Indonesia menjelaskan materi disertai dengan cara
meragakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses atau
benda tertentu yang sedang dipelajari.
16. Guru bahasa Indonesia mampu melakukan komunikasi dua arah
dengan menggunakan bahasa yang santun atau tanya jawab dengan
siswa dalam pembelajaran.
17. Guru bahasa Indonesia saya tidak menyenangkan ketika mengajar di
dalam kelas.
18. Saya merasa jenuh belajar di dalam kelas ketika pelajaran bahasa
Indonesia.
19. Guru bahasa Indonesia sangat menyenangkan dalam menyampaikan
materi.
20. Saya senang mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru bahasa
Indonesia.
21. Guru bahasa Indonesia menggunakan media dan sumber belajar yang
relevan dengan karakteristik siswa dan materi yang dipelajari.
22. Guru bahasa Indonesia mampu menguasai karakteristik siswa.
23. Guru bahasa Indonesia mampu mengidentifikasi kesulitan siswa
dalam mata pelajaran bahasa Indonesia.
24. Guru bahasa Indonesia memiliki berbagai keterampilan berbahasa
Indonesia (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis).
25. Guru bahasa Indonesia mampu menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan.
DAFTAR WAWANCARA GURU
1. Apakah Ibu memformulasikan tujuan pembelajaran dalam RPP sesuai dengan kurikulum
atau silabus?
2. Apakah Ibu menyampaikan tujuan pembelajaran kepada siswa di dalam kelas?
3. Apakah Ibu membuat rencana kegiatan pembelajaran?
4. Apakah Ibu menggunakan media pembelajaran sesuai dengan materi yang akan
dipelajari?
5. Apakah Ibu melibatkan siswa sebagai sumber belajar?
6. Apakah Ibu mengenal metode-metode pembelajaran bahasa Indonesia? Mohon sebutkan
yang Ibu ketahui!
7. Apakah semua metode yang disebutkan oleh Ibu tadi pernah digunakan dalam mengajar
di kelas?
8. Apakah metode yang digunakan ketika mengajar sesuai dengan yang ditulis dalam RPP?
9. Metode mengajar apa yang belum pernah Ibu gunakan di kelas?
10. Metode mengajar apa yang sering Ibu gunakan di kelas?
11. Variasi metode apa saja yang biasa Ibu gunakan ketika mengajar?
12. Menurut Ibu, metode apa yang mudah diterapkan dalam pembelajaran?
13. Menurut Ibu, metode apa yang sulit diterapkan dalam pembelajaran?
14. Bagaimana respon siswa dalam belajar bahasa Indonesia dengan metode yang digunakan?
15. Apa kendala yang dihadapi ketika mengaplikasikan metode mengajar dalam
pembelajaran bahasa Indonesia?
DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA SISWA
1. Apakah Anda menyukai mata pelajaran bahasa Indonesia? Berikan alasannya!
2. Bagaimana pembelajaran bahasa Indonesia di dalam kelas?
3. Bagaimana cara mengajar guru di dalam kelas?
4. Apa saja metode pembelajaran yang digunakan guru ketika mengajar?
5. Menurut Anda, apakah metode mengajar yang diaplikasikan guru sudah tepat di dalam
kelas?
HASIL WAWANCARA GURU
Nama : Fuji Lestari, S.Pd.
Tempat : MAN 2 Bogor
Hari/tanggal : Rabu, 27 Desember 2017
Penulis : “Assalamualaikum wr. wb.”
Guru : “Waalaikum salam wr. wb.”
Penulis : “Bu, langsung saja saya ingin mewawancarai ibu terkait proses pembelajaran dan juga metode yang digunakan ibu dalam kelas ketika mengajar.”
Guru : “Oh iya, boleh. Silahkan.”
Penulis : “Baik, bu. Langsung pertanyaan pertama saja. Apakah Ibu memformulasikan tujuan pembelajaran dalam RPP sesuai dengan kurikulum atau silabus?
Guru : “Oh iya, tentu. Karena kan RPP itu dibuat berdasarkan silabus ya. Jadi, tujuan pembelajaran yang ada di RPP harus sesuai dengan yang ada di silabus.”
Penulis : “Lalu, ketika mengajar apakah Ibu menyampaikan tujuan pembelajaran kepada
siswa di dalam kelas?”
Guru : “Iyalah. Siswa kan harus mengetahui apa tujuan dari pembelajaran yang akan
disampaikan pada hari itu. Tujuannya kan agar mereka mendapatkan gambaran
mengenai pelajaran itu.”
Penulis : “Apakah Ibu membuat rencana kegiatan pembelajaran sebelum mengajar?”
Guru : “ Tentu. Rencana pembelajaran itu selalu saya buat dalam bentuk RPP.”
Penulis : “Apakah Ibu menggunakan media pembelajaran sesuai dengan materi yang akan
dipelajari?”
Guru : “Tidak selalu. Karena kan jika pembelajaran hanya bagian siswa presentasi saja
tidak menggunakan media. Jadi, kadang cukup mendengarkan cerita guru saja.”
Penulis : “Apakah Ibu melibatkan siswa sebagai sumber belajar ketika mengajar di dalam
kelas?
Guru : “Oh iya. Itu kan memang sudah harus ya? Pada kurikulum 2013 itu keterlibatan
siswa sangat dibutuhkan karena diharapkan siswa mampu berperan aktif dalam
kegiatan pembelajaran. Jadi, kalau dalam kelas mereka itu harus aktif meski
hanya berbicara sedikit.”
Penulis : “Oh begitu bu. Lalu, dalam pembelajaran itu membutuhkan metode. Apakah Ibu
mengenal metode-metode pembelajaran bahasa Indonesia? Mohon sebutkan yang
ibu ketahui!
Guru : “Iya, metode sangat diperlukan dalam mengajar. Metode itu kan banyak ya? Ada
diskusi, partisipatori, eksperimen, resitasi, tanya jawab, cooperative learning,
membaca, think-share pair, ceramah yang sudah sering digunakan, dan banyak
lagi ya.”
Penulis : “Apakah semua metode yang disebutkan oleh Ibu tadi pernah digunakan dalam
mengajar di kelas?
Guru : “Iya, pernah. Metode yang digunakan itu ya sesuai dengan materi yang akan
disampaikan. Contohnya, dalam teks negosiasi saya menggunakan metode
pastisipatori agar siswa berperan akti alam keterampilan berbicara. Pemakaian
metode itu kan tujuannya agar siswa tidak jenuh dalam belajar.”
Penulis : “Baik bu. Kemuadian, apakah metode yang digunakan ketika mengajar sesuai
dengan yang ditulis dalam RPP?”
Guru : “Iya, sesuai. Karena RPP sudah menggambarkan kegiatan yang akan dilakukan
siswa dalam kelas.”
Penulis : “Metode mengajar apa yang belum pernah Ibu gunakan di kelas?”
Guru : “Metode apa ya? Metode tematik kali ya salah satunya.”
Penulis : “Oh gitu bu. Lalu, metode mengajar apa yang sering Ibu gunakan di kelas?”
Guru : “Metode ceramah sudah pasti. Diskusi, tanya jawab, eksperimen juga pernah,
beberapa metode cooperative learning. Kalau diskusi sering dilakukan karena
untuk memicu siswa berperan aktif mengaluarkan pendapatnya.”
Penulis : “Variasi metode apa saja yang biasa Ibu gunakan ketika mengajar?”
Guru : “Kalau untuk variasi banyak ya? Kadang kan saya juga tidak hanya
menyampaikan materi saja. Tetapi, siswa juga harus bisa ikut serta. Berbicara
dalam kelas. Jadi, kadang dalam kelas saya selalu menyisipkan games di sela-sela
pembelajaran.”
Penulis : “Oh begitu. Baik bu, lalu menurut Ibu, metode apa yang mudah diterapkan
dalam pembelajaran?”
Guru : “Ceramah, diskusi, dan tanya jawab. Penugasan juga. Karena metode-metode
tersebut itu selalu diterapkan dalam pembelajaran. Kita menyampaikan materi
dengan ceramah, lalu siswa berdiskusi untuk mengeksplor materi, tanya jawab
untuk memancing mereka mencari sesuatu yang belum diketahuinya. Gitu.”
Penulis : “Menurut Ibu, metode apa yang sulit diterapkan dalam pembelajaran?”
Guru : “Membaca kali ya? Karena siswa-siswa sekarang itu sering merasa cepat bosan
membaca buku. Apalagi kan bahasa Indonesia teksnya banyak.”
Penulis : “Oh, begitu bu. Terkait pembelajaran, bagaimana respon siswa dalam belajar
bahasa Indonesia dengan metode yang digunakan?”
Guru : “Alhamdulillah, selama ini sih mereka antusias setiap kali saya mengajar dengan
metode yang saya terapkan dalam kelas. Apalagi jika materinya yang mereka
senangi. Antusias dan aktifnya luar biasa.”
Penulis : “Yang terakhir bu, apa kendala yang dihadapi ketika mengaplikasikan metode
mengajar dalam pembelajaran bahasa Indonesia?”
Guru : “Kendala ya? Tidak ada kendala yang sulit sih Alhamdulillah. Paling kalau
anak-anak gaduh aja. Itu pun ga sering sih. Biasa anak-anak sekolah sekarang kan
begitu. Bagaimana kita mencari cara saja agar mereka dapat belajar dengan efektif
lagi dalam kelas.”
Penulis : “Baik, bu. Terima kasih karena sudah meluangkan waktu untuk diwawancarai
oleh saya. Wassalamualaikum wr. wb.”
Guru : “Oh ya, sama-sama. Wa’alaikum salam wr. wb.”
HASIL WAWANCARA
Wawancara dengan siswa
Nama : Muhammad Asem Alhadid
Kelas : XI MIA 2
Tempat : MAN 2 Bogor
Tanggal : 26 Desember 2017
Tanya : “Assalamualaikum wr. wb.”
Jawab : “Waalaikum salam wr. wb.”
Tanya : “Perkenalkan saya Eva dari UIN Jakarta. Saya ingin mewawancarai kamu terkait pembelajaran bahasa Indonesia. Siapa nama kamu?”
Jawab : “Oh iya, boleh. Nama saya Muhammad Asem Alhadid.”
Tanya : “Oh Asem Alhadid. Langsung saja ya, apakah kamu suka mata pelajaran bahasa Indonesia?”
Jawab : “Kalau menurut saya pribadi sih, kadang saya suka kadang juga tidak tergantung dengan mood saya juga. Pertama, kurang sukanya itu kalau udah disuruh baca banyak. Nah, kalau masalah sukanya itu terhadap gurunya, dari cara menyampaikannya itu saya suka.”
Tanya : “Baik. Pertanyaan kedua, bagaimana pembelajaran bahasa Indonesia di dalam kelas?”
Jawab : “Menurut saya, pembelajaran bahasa Indonesia di kelas itu cukup baik. Guru yang mengajarkannya juga engga monoton gitu. Interaksi kami di dalam kelas itu, guru sering berinteraksi gitu tidak hanya guru menyampaikan tapi kadang juga murid.”
Tanya : “Menurutmu, bagaimana cara mengajar guru di dalam kelas?”
Jawab : “Cara mengajar guru cukup baik. Metode yang digunakan dia tau bagaimana suasana di dalam kelas. Jadi guru menyesuaikan metode dengan suasana dan materi juga.”
Tanya : “Apa saja metode pembelajaran yang digunakan guru dalam kelas?”
Jawab : “Iya, seperti yang sudah saya sampaikan itu sesuai materi. Contohnya, kaya minggu depan itu materi drama, berarti praktek.”
Tanya : “Apakah menurut kamu metode mengajar yang diaplikasikan guru dalam kelas itu sudah tepat?”
Jawab : “Menurut saya pribadi sih sudah tepat. Soalnya sesuai materi yang diajarkan.”
Tanya : “Baik. Terima kasih atas waktunya. Wassalamualaikum wr. wb.”
Jawab : “Waalaikum salam wr. wb.”
HASIL WAWANCARA
Wawancara dengan siswa
Nama : Rifah
Kelas : XI MIA 1
Tempat : MAN 2 Bogor
Tanggal : 26 Desember 2017
Tanya : “Assalamualaikum wr. wb.”
Jawab : “Waalaikum salam wr. wb.”
Tanya : “Saya Eva dari UIN Jakarta. Saya ingin mewawancarai kamu. Siapa nama kamu?”
Jawab : “Sebelumnya perkenalkan nama saya Rifah.”
Tanya : “Oh Rifah. Saya ingin mewawancarai mengenai pelajaran bahasa Indonesia. Pertama, apakah kamu suka mata pelajaran bahasa Indonesia?”
Jawab : “Suka atau tidak suka itu biasa. Karena kalau kita ga belajar itu dan kalau emang belajar apa ya, kadang-kadang suka bosan karena dari SD sampai SMA itu materinya itu-itu lagi hanya diulang-ulang dan diperdalam doang. Tapi kan sangat perlu untuk dipelajari karena dalam aktivitasnya itu penggunaan kata atau interaksi sama teman-teman pelajaran bahasa Indonesia itu sangat dibutuhkan dan dipraktekkan.”
Tanya : “Baik. Pertanyaan kedua, bagaimana pembelajaran bahasa Indonesia di dalam kelas?”
Jawab : “Pembelajaran bahasa Indonesia di dalam kelas itu, gimana ya? Gurunya juga sangat rajin. Datang tepat waktu dan beres pelajarannya juga tepat waktu. Metode yang digunakannya juga sangat bervarian. Banyak. Kadang ngajak berinteraksi, kadang-kadang ngajak ngobrol. Mengajukan suatu kalimat yang membuat mereka bertanya, jadi memang seru sih bahasa Indonesia.”
Tanya : “Bagaimana cara mengajar guru di dalam kelas?”
Jawab : “Cara mengajar guru di dalam kelas itu, Indonesia dari SMP sampai sekarang, saya belum merasakan guru bahasa Indonesia itu pada galak. Indonesia itu pada baik guru-gurunya. Mengerti posisi muridnya itu seperti apa, kalau murid ngantuk dan bosen diajaknya seperti gimana.”
Tanya : “Apa saja metode pembelajaran yang digunakan guru ketika mengajar?”
Jawab : “Kalau metode itu sesuai dengan materi ya. Sesuai materi yang ada di bahasa Indonesia. Kalau materinya puisi, kita suka buat musikalisasi puisi. Kalau debat, ya kita praktik debat. Kalau observasi, kita praktik observasi. Gitu kan? Kadang-kadang kan suka buat kelompok kecil juga membahas suatu hal sampai tuntas.”
Tanya : “Apakah metode mengajar yang diaplikasikan guru sudah tepat dalam kelas?”
Jawab : “Untuk tepat ga tepat, saya bingung. Tapi itu sudah sangat saya suka metodenya.”
Tanya : “Baik. Terima kasih atas waktunya. Wassalamualaikum wr. wb.”
Jawab : “Waalaikum salam wr. wb.”
HASIL WAWANCARA
Wawancara dengan siswa
Nama : Astri Apriyani
Kelas : XI IIS 1
Tempat : MAN 2 Bogor
Tanggal : 26 Desember 2017
Tanya : “Assalamualaikum wr. wb.”
Jawab : “Waalaikum salam wr. wb.”
Tanya : “Perkenalkan saya Eva dari UIN Jakarta. Saya ingin mewawancarai kamu terkait pembelajaran bahasa Indonesia. Siapa nama kamu?”
Jawab : “Nama saya Astri Apriyani.”
Tanya : “Langsung saja ya, apakah kamu menyukai mata pelajaran bahasa Indonesia?”
Jawab : “Iya, saya suka dengan mata pelajaran bahasa Indonesia karena dari cara guru mengajarnya itu membuat murid itu asik dan tidak boring. Suka disisipin dengan nasehat-nasehat juga. Terus saya juga suka dengan menulis, misalnya biografi.”
Tanya : “Bagaimana pembelajaran bahasa Indonesia di dalam kelas?”
Jawab : “Di dalam kelas cukup mengasyikan sih. Kadang diselingi juga candaan. Ke murid-muridnya jadi ga boring.”
Tanya : “Menurutmu, bagaimana cara mengajar guru di dalam kelas?”
Jawab : “Biasanya sih suka ngadain tanya jawab juga. Terus kadang diskusi biar murid juga belajar berbicara di depan orang banyak. Biar siswa aktif di kelas.”
Tanya : “Lalu, apa saja metode pembelajaran yang digunakan guru ketika mengajar?”
Jawab : “Biasanya sih, pertama itu menerangkan materinya, terus tanya jawab. Kadang juga misalkan membahas tentang materi siapa yang tahu? Jadi, engga ngejelasin sendiri. Dia juga ngajak siswanya untuk ngasih pendapat misalnya pengertian diskusi itu seperti apa. Jadi memberikan kesempatan kepada murid untuk menjelaskannya juga.”
Tanya : “Terakhir, apakah metode mengajar yang diaplikasikan guru dalam kelas itu sudah tepat?”
Jawab : “Menurut saya sih itu sudah cukup tepat. Siswa juga diajak untuk berinteraksi biar aktif juga di kelasnya. Dan juga suasananya itu engga bikin boring.”
Tanya : “Baik. Terima kasih atas waktunya. Wassalamualaikum wr. wb.”
Jawab : “Waalaikum salam wr. wb.”
HASIL WAWANCARA
Wawancara dengan siswa
Nama : Wira Eka Yuliana
Kelas : XI IIS 1
Tempat : MAN 2 Bogor
Tanggal : 26 Desember 2017
Tanya : “Assalamualaikum wr. wb.”
Jawab : “Waalaikum salam wr. wb.”
Tanya : “Perkenalkan saya Eva dari UIN Jakarta. Saya ingin mewawancarai mengenai pembelajaran bahasa Indonesia. Siapa nama kamu?”
Jawab : “Nama saya Wira Eka Yuliana.”
Tanya : “Langsung saja ya, pertanyaan pertama apakah kamu menyukai mata pelajaran bahasa Indonesia?”
Jawab : “Iya, saya menyukainya. Awalnya dulu saya tidak suka, tapi karena ada guru yang memotivasi saya untuk suka bahasa Indonesia, cara ngajarnya yang bagus, jadi saya suka.”
Tanya : “Lalu yang kedua, bagaimana pembelajaran bahasa Indonesia di dalam kelas?”
Jawab : “Asik, seru, terus gurunya juga lucu engga bikin orang boring. Terus ngajarnya juga menyesuaikan dengan suasana.”
Tanya : “Menurutmu, bagaimana cara mengajar guru di dalam kelas?”
Jawab : “Metodenya? Mengajarnya misalkan kalau ada sesuatu susunan struktur teks negosiasi, itu suka siapa yang tahu? Nanti disuruh maju ke depan , entar dikasih nilai, itu tuh yang bikin anak-anak jadi lebih semangat lagi karena dapat nilai.”
Tanya : “Apa saja metode pembelajaran yang digunakan guru ketika mengajar?”
Jawab : “Itu menyesuaikan dengan pelajaran. Kalau misalkan lagi diskusi, ya berarti diskusi. Kalau misalkan lagi disuruh buat puisi ya berarti buat sendiri-sendiri, maju ke depan.”
Tanya : “Apakah metode mengajar yang diaplikasikan guru sudah tepat di dalam kelas?”
Jawab : “Iya, sudah. Menurut saya sudah banget. Soalnya baik banget. Sesuai banget dengan metode yang ada.”
Tanya : “Baik. Terima kasih atas waktunya. Wassalamualaikum wr. wb.”
Jawab : “Waalaikum salam wr. wb.”
HASIL WAWANCARA
Wawancara dengan siswa
Nama : Fifi Sulistiawati Dewi
Kelas : XI MIA 1
Tempat : MAN 2 Bogor
Tanggal : 26 Desember 2017
Tanya : “Assalamualaikum wr. wb.”
Jawab : “Waalaikum salam wr. wb.”
Tanya : “Perkenalkan saya Eva dari UIN Jakarta. Saya ingin mewawancarai kamu terkait pembelajaran bahasa Indonesia. Siapa nama kamu?”
Jawab : “Nama saya Fifi Sulistiawati Dewi.”
Tanya : “Baik, Fifi. Langsung saja, apakah kamu menyukai mata pelajaran bahasa Indonesia?”
Jawab : “Ya, sangat menyukai. Karena dari SD itu yang saya suka pertama karena pelajaran bahasa Indonesia dipentingkan. Saya pernah ga suka sama bahasa Indonesia, tapi semenjak gurunya asik, jadi sekarang saya suka.”
Tanya : Lalu, pertanyaan kedua, bagaimana pembelajaran bahasa Indonesia di dalam kelas?”
Jawab : “Alhamdulillah sangat baik. Pertama, emang gurunya baik. Terus sopan juga gurunya. Terus dia juga masuk ke materi gitu menyampaikannya.”
Tanya : “Yang ketiga, bagaimana cara mengajar guru di dalam kelas?”
Jawab : “Sangat baik. Interaksinya, menjelaskannya sangat lantang gitu. Jelas.”
Tanya : “Apa saja metode pembelajaran yang digunakan guru dalam kelas ketika mengajar?”
Jawab : “Metodenya itu, pernah meneliti. Observasi.”
Tanya : “Apakah menurut kamu metode mengajar yang diaplikasikan guru dalam kelas itu sudah tepat?”
Jawab : “Alhamdulillah sudah sesuai dengan materi.”
Tanya : “Baik. Terima kasih atas waktunya. Wassalamualaikum wr. wb.”
Jawab : “Waalaikum salam wr. wb.”
HASIL WAWANCARA
Wawancara dengan siswa
Nama : Annisa Juliana Putri
Kelas : XI IIS 2
Tempat : MAN 2 Bogor
Tanggal : 26 Desember 2017
Tanya : “Assalamualaikum wr. wb.”
Jawab : “Waalaikum salam wr. wb.”
Tanya : “Perkenalkan nama saya Eva dari UIN Jakarta. Saya bermaksud mewawancarai kamu. Siapa nama kamu?
Jawab : “Nama saya Annisa Juliana Putri.
Tanya : “Baik, Annisa. Langsung saja ya, apakah kamu menyukai mata pelajaran bahasa Indonesia?”
Jawab : “Suka karena pelajaran bahasa Indonesia itu menyenangkan gitu. Terus gurunya juga ga bikin kita BT. Terus, melatih kita untuk lebih apa ya? Lebih aktif.”
Tanya : “Baik. Pertanyaan kedua, bagaimana pembelajaran bahasa Indonesia di dalam kelas?”
Jawab : “Asik. Karena itu juga tergantung gurunya ya. Kalau misalnya waktu SMP itu gurunya gimana ya kurang berinteraksi dengan murid. Jadi kurang suka. Tapi, pas udah masuk SMA itu nemui sosok guru yang gimana ya? Yang bisa membuat kita bangkit gitu, sadar pentingnya bahasa Indonesia.”
Tanya : “Lalu yang ketiga, bagaimana cara mengajar guru di dalam kelas?”
Jawab : “Asik. Ga bikin kita BT. Suka ngasih motivasi. Terus lucu juga gurunya kadang-kadang.”
Tanya : “Apa saja metode pembelajaran yang digunakan guru dalam kelas ketika mengajar?”
Jawab : “Itu tergantung materinya. Kalau misalkan materinya debat ya kita praktik debat. Kalau misalnya disuruh neliti kayak observasi, puisi.”
Tanya : “Apakah metode mengajar yang diaplikasikan guru dalam kelas itu sudah tepat?”
Jawab : “Tepat sih menurut aku. Gimana ya? Sesuai dengan materi.”
Tanya : “Baik. Terima kasih atas waktunya. Wassalamualaikum wr. wb.”
Jawab : “Waalaikum salam wr. wb.”
HASIL WAWANCARA
Wawancara dengan siswa
Nama : Tedi
Kelas : XI MIA 2
Tempat : MAN 2 Bogor
Tanggal : 26 Desember 2017
Tanya : “Assalamualaikum wr. wb.”
Jawab : “Waalaikum salam wr. wb.”
Tanya : “Perkenalkan nama saya Eva dari UIN Jakarta. Saya ingin mewawancarai kamu terkait pembelajaran bahasa Indonesia. Siapa nama kamu?
Jawab : “Iya, nama pribadi itu sangat simpel ya. Tedi.”
Tanya : “Oh Tedi. Kita langsung saja ya, pertanyaan pertama apakah kamu menyukai mata pelajaran bahasa Indonesia?”
Jawab : “Kalau menurut pribadi, apa ya? Suka ga suka sih. Yang pertama sukanya memang kita wajib untuk dalam bahasa itu kita harus bisa bahasa Indonesia yang baik dan benar. Mana penempatan kaidah-kaidahnya, mana yang bener dan salah. Ga sukanya, yang pertama gitu, dari SD, SMP, MAN gitu sama aja pembahasannya itu lagi-itu lagi. Maksudnya ga ada yang lebih meningkat. Ya ada yang meningkat, tapi ke situ arahnya.”
Tanya : “Lalu yang kedua, bagaimana pembelajaran bahasa Indonesia di dalam kelas?”
Jawab : “Alhamdulillah, sedikit seneng sedikit ngeri juga. Yang pertama senengnya dalam hal pengalaman baru ya? Yang pertama dalam praktik itu, ibu tuh mendekatkan kita untuk bisa. Misalnya praktik ceramah, anak tuh harus bisa ceramah ke depan. Itu mau lima menit mau berapa menit yang penting harus bisa ke depan. Yang ga senengnya ya itu, kayak koran aja kata anak-anak mah. Jadi, boring.”
Tanya : “Yang ketiga, bagaimana cara mengajar guru di dalam kelas?”
Jawab : “Asik juga. Banyak serius. Ya gitu, jujur ya ada juga anak-anak di kelas yang tidur, ya itu namanya juga orang beda-beda ya. Kalau menurut pribadi saya mah lebih seru aja kayak penjelasan itu lebih mengena gitu penjelasan guru. Lebih mendingan diskusi dari gurunya. Beda-beda watak sih.”
Tanya : “Keempat, apa saja metode pembelajaran yang digunakan guru dalam kelas?”
Jawab : “Ya, metodenya itu. Diskusi pernah. Yang pertama apa ya? Praktik. Kalau di kelas saya mah kebanyakan praktik sih kalau ibu mah. Tapi banyak materi juga sih. Terkadang ibu metodenya suka menceritakan kehidupannya semasa kuliah untuk motivasi.”
Tanya : “Yang terakhir, apakah menurut kamu metode mengajar yang diaplikasikan guru dalam kelas itu sudah tepat?”
Jawab : “Menurut saya mah standar aja ya. Seperti normalnya guru-guru biasa, pada umumnya seperti itulah. Tetapi, yang lebih positifnya, ya itu penekanan kepada anak-anak gitu agar bisa berani ke depan, mentalnya, keberanian juga, terus dari segi bahasa juga diperbaiki sama ibu, ini ada yang salah, bahasa ini kurang baku nih, kalian ini salah loh, di sini salah, ini yang baiknya.”
Tanya : “Baik Tedi, terima kasih atas waktunya. Wassalamualaikum wr. wb.”
Jawab : “Waalaikum salam wr. wb.”
HASIL WAWANCARA
Wawancara dengan siswa
Nama : Muhammad Bushiri
Kelas : XI MIA 2
Tempat : MAN 2 Bogor
Tanggal : 26 Desember 2017
Tanya : “Assalamualaikum wr. wb.”
Jawab : “Waalaikum salam wr. wb.”
Tanya : “Perkenalkan saya Eva dari UIN Jakarta. Saya ingin mewawancarai terkait pembelajaran bahasa Indonesia. Siapakah nama kamu?
Jawab : “Nama saya Muhammad Bushiri.”
Tanya : “Muhammad Bushiri. Langsung saja ya pertanyaan pertama, apakah kamu menyukai mata pelajaran bahasa Indonesia?”
Jawab : “Suka. Cuma sekadar suka. Karena ya mungkin kita bisa lebih tau bagaimana cara menggunakan bahasa baku dan bagaimana menggunakan bahasa itu sesuai dengan apa yang seharusnya kita lakukan. Kayak misalnya jadi MC atau kita bicara dengan orang tua dan dengan teman sebaya. Bisa lebih taulah.”
Tanya : “Baik, yang kedua, bagaimana pembelajaran bahasa Indonesia di dalam kelas?”
Jawab : “Ga nentu sih. Kadang kita juga ngerasa bosen karena mungkin guru itu guru bahasa Indonesia kita kebanyakan menjelaskan. Jadi, ga ada interaksi audiens dengan gurunya. Jadi, Cuma guru menjelaskan terus menerus tanpa ada interaksi sama sekali. Nah, di situ mungkin saya sendiri mungkin ngerasa, ah ini ngebosenin nih. Ya kadang boring gitu. Cuma ada pas sukanya juga nih, kadang langsung praktik nih, kayak kemarin kan kita ada bagian drama tuh di
pelajaran bahasa Indonesia. Kita langsung bener-bener guru itu teh ngadain praktik drama. Jadi langsung, nah itu yang bikin seru.”
Tanya : “Yang ketiga, bagaimana cara mengajar guru di dalam kelas?”
Jawab : “Cara mengajarnya ya? Normal sih, ga beda dengan guru-guru yang lain. kadang mungkin seharusnya kayak gitu, ngasih materi, menjelaskan, setelah itu diujiankan. Cuma ga terlalu sering sih. Cuma ya normal gitu.”
Tanya : “Yang keempat, apa saja metode pembelajaran yang digunakan guru ketika mengajar?”
Jawab : “Kadang, pernah pake metode diskusi. Cuma emang kebanyakan sih ga diskusi, kebanyakan Cuma emang si guru itu teh ngasih materi, setelah itu menjelaskan. Udah gitu selesai.”
Tanya : “Yang terakhir, apakah metode mengajar yang diaplikasikan guru dalam kelas itu sudah tepat?”
Jawab : “Kalau masalah tepat sih kurang tau. Cuma pas-pas aja menurut say amah karena kadang materi itu benar-benar tersampaikan dan itu nempel di otak siswa.”
Tanya : “Baik. Terima kasih atas waktunya. Wassalamualaikum wr. wb.”
Jawab : “Waalaikum salam wr. wb.”
HASIL WAWANCARA
Wawancara dengan siswa
Nama : Luthfia
Kelas : XI IIS 2
Tempat : MAN 2 Bogor
Tanggal : 26 Desember 2017
Tanya : “Assalamualaikum wr. wb.”
Jawab : “Waalaikum salam wr. wb.”
Tanya : “Perkenalkan saya Eva dari UIN Jakarta. Saya ingin mewawancarai kamu mengenai pembelajaran bahasa Indonesia. Siapakah nama kamu?
Jawab : “Luthfia.”
Tanya : “Luthifia, oke. Kita langsung saja ya pertanyaan pertama, apakah kamu menyukai mata pelajaran bahasa Indonesia?”
Jawab : “Lumayan. Karena menyenangkan gurunya juga. Lumayan asiklah. Ga sukanya pas diskusi. Karena boring gitu.”
Tanya : “Baik, yang kedua, bagaimana pembelajaran bahasa Indonesia di dalam kelas?”
Jawab : “Cukup baik dan jelas.”
Tanya : “Yang ketiga, bagaimana cara mengajar guru di dalam kelas?”
Jawab : “Lumayan menyenangkan dan membuat kita lebih mengerti bahasa Indonesia itu seperti apa.”
Tanya : “Yang keempat, apa saja metode pembelajaran yang digunakan guru ketika mengajar?”
Jawab : “Metodenya seperti diskusi, debat, dan biasanya presentasi.”
Tanya : “Yang kelima, apakah metode mengajar yang diaplikasikan guru sudah tepat dalam kelas?”
Jawab : “Sudah tepat sekali, seperti materi debat kita diajarkan debat itu seperti apa.”
Tanya : “Baik. Terima kasih atas waktunya. Wassalamualaikum wr. wb.”
Jawab : “Waalaikum salam wr. wb.”
HASIL WAWANCARA
Wawancara dengan siswa
Nama : Regi Irawan
Kelas : XI IIS 1
Tempat : MAN 2 Bogor
Tanggal : 26 Desember 2017
Tanya : “Assalamualaikum wr. wb.”
Jawab : “Waalaikum salam wr. wb.”
Tanya : “Perkenalkan saya Eva dari UIN Jakarta. Saya ingin mewawancarai kamu terkait dengan pembelajaran bahasa Indonesia. Siapakah nama kamu?
Jawab : “Nama saya Regi Irawan.”
Tanya : “Baik, Regi Irawan. Langsung saja ya pertanyaan pertama, apakah kamu menyukai mata pelajaran bahasa Indonesia?”
Jawab : “Oh, alhamdulillah kalau bahasa Indonesia saya suka karena kan dalam bahasa Indonesia itu menjunjung tinggi, apa bahasa Indonesia itu diperdalam ya? Terus bahasa Indonesia juga ada yang namanya pelajaran tentang puisi-puisi, kebetulan saya juga seorang puitis. Gurunya favorit banget. Soalnya dia itu sebelum belajar itu ngasih motivasi kita dulu kira-kira lima belas menit. Jadi, belajarnya juga dia engga terlalu terpaku dengan buku. Jadi, yang penting dia itu masuk dengan materi yang sedang dibahas.”
Tanya : “Baik, yang kedua, bagaimana pembelajaran bahasa Indonesia di dalam kelas?”
Jawab : “Lumayan asik juga sih. Soalnya dia juga ahli kayaknya ya kan?”
Tanya : “Yang ketiga, bagaimana cara mengajar guru di dalam kelas?”
Jawab : “Cara mengajarnya itu ya itu tadi kan saya sudah menyebutkan, yang pertama itu dia ngasih motivasi dulu lima belas menit, kemudian langsung
masuk materi pelajaran tapi itu dia tuh cara mengajarnya ga terlalu yerpaku dengan guru agar misalnya murid-murid itu tidak bosan. Dia itu sesekali bertanya, melemparkan sebuah pertanyaan kepada siswa ataupun siswa yang bertanya kepada guru.”
Tanya : “Lalu yang keempat, apa saja metode pembelajaran yang digunakan guru ketika mengajar?”
Jawab : “Metodenya itu dia ga hanya memberikan materi tetapi dia juga apa ya misalnya menghargai murid-murid bertanya terus murid-murid ada pernyataan, jadi misalnya ada yang salah nih gurunya itu, jadi dia memberikan kesempatan kepada murid-murid untuk meluruskan. Jadi, wah itu lumayan asik juga. Jadi kita ga bosen di dalam kelas. Untuk metodenya itu tergantung sesuai dengan materi.”
Tanya : “Yang terakhir, apakah metode mengajar yang diaplikasikan guru sudah tepat menurut kamu?”
Jawab : “Kalau menurut saya sih sudah tepat karena kan anak-anak zaman sekarang itu ya, khususnya saya juga kalau misalnya guru terlalu terpaku sama guru, terlalu terpaku dengan ucapan-ucapannya sendiri, emang lumayan bosen juga di kelas. Jadi, kalau guru seperti itu saya lumayan suka juga.”
Tanya : “Baik. Terima kasih atas waktunya. Wassalamualaikum wr. wb.”
Jawab : “Waalaikum salam wr. wb.”
RIWAYAT PENULIS
Sri Helvayani, lahir di Bogor, 19 November 1993. Putri terakhir
dari tujuh bersaudara dari Alm. Bapak Hamnas dan Ibu
Maemunah. Ia menuntaskan pendidikan tingkat Sekolah Dasar di
MI Mathlaul Anwar Pilar, Bogor tahun 2006. Kemudian, ia
melanjutkan Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1
Leuwiliang, Bogor tahun 2009. Pendidikan jenjang Sekolah Menengah Atas ia
tempuh di SMA Negeri 1 Leuwiliang, Bogor tahun 2012. Setelah lulus SMA pada
tahun 2012, ia melanjutkan pendidikannya di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Semasa duduk di bangku Sekolah Dasar, ia menjadi salah satu siswa yang aktif
mengikuti lomba dan olimpiade. Sekolah di tingkat SMP, ia menjadi anggota
Pasukan Khusus Paskibra. Masa SMA, ia sering mengikuti lomba-lomba puisi
tingkat SMA/sederajat dan aktif di organisasi ROHIS. Ia sempat mengajar di
lembaga Bimbel Bina Dakwah Leuwiliang Bogor. Selain itu, ia juga pernah
menjadi juri lomba debat tingkat SMP Kota Tangerang Selatan dalam acara
Sekolah Adiwiyata Kota Tangerang Selatan. Saat ini, ia menjadi tenaga pendidik
tidak tetap di SMP IT Nidaul Ummah Ciampea – Bogor.