KONSEP ANALISIS KUANTITATIF DAN PENGUKURAN pH
Yulien Arniansyah113020065
Noviani Eka Mustikasari
Analisis kuantitatif adalah analisis kimia yang menyangkut penentuan jumlah zat tertentu yang ada di dalam suatu sampel (contoh). Beberapa teknik analisis kuantitatif diklasifikasikan atas dasar:a. Pengukuran banyaknya pereaksi
yang diperlukam untuk menyempurnakan suatu reaksi atau banyaknya hasil reaksi yang terbentuk.
b. Pengukuran besarnya sifat listrik (misalnya potensiometri)
c. Pengukuran sifat optis (pengukurn adsorban)Analisis kimia kuantitatif yang
klasik menyangkut analisis gravimetri dan trimetri. Analisis gravimetri zat yang akan ditentukan diubah menjadi bentuk endapan yang sukar larut, selanjutnya dipisahkan dan ditimbang. Sedangkan analisis trimetri yang sering disebut analisis volumetrik, zat yang ditentukan dibiarkan bereaksi dengan suatu pereaksi yang diketahui sebagai larutan standar (baku). Kemudian volume larutan tersebut yang diperlukan untuk dapat bereaksi sempurna tersebut diukur.
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan pH larutan, menentukan konsentrasi dan dapat memilih indikator yang tepat pada larutan untuk titrasi sesuai pH indikator dari larutan tersebut.
Prinsip dari percobaan ini adalah berdasarkan metode Asidimetri dan Alkalimetri, dimana pereaksi
standar bereaksi dengan larutan yang diuji dengan dibantu oleh indikator sebagai petunjuk TAT (Titik Akhir Titrasi)sehingga bereaksi secara kuantitatif. Berdasarkan teori Arrhenius !1884), bahwa apabila suatu elektron melarut, sebagian dari elektrolit ini terurai menjadi partikel positif dan partikel negatif yang disebut ion.
pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. pH diperoleh sebagai hasil negatif logaritma 10 dari konsentrasi ion H+ atau ion OH-
pH = -log [H+]Perhitungan pH larutan basa
tidak dapat langsung ditentukan, tetapi terlebih dahulu kita menentukan nilai pOH. Setelah diketahui maka, nilai pH larutan basa bergantung pada harga kesetimbangan air (Kw).
Kw = [H+] [OH-]Pada keadaan standar (suhu 25oC), harga Kw = 10-14 sehingga pH larutan basa
pH = 14 – pOH(Brady. E. James.1998).
Untuk menentukkan pH dari suatu larutan, ada beberapa cara, yaitu :1. Pengukuran secara elektrometrik.2. Pengukuran secara kolorimetrik.
Pengukuran pH secara elektrometrik adalah pengukuran berdasarkan potensial yang dimiliki oleh larutan, karena dalam larutan terdapat ion H+ atau ion OH- yang berlebihan. Pengukuran itu dilakukan dengan alat yang disebut pH meter.
Artikel Kimia Dasar “Analisis Kuantitatif dan Pengukuran pH”
Pengukuran secara kolorimetrik adalah pengukuran berdasarkan perubahan warna yang dialami oleh bermacam-macam indicator. Perubahan warna itu pada umumnya berdasarkan pada kenyataan, bahwa warna molekul-molekul indicator berbeda daripada warna ion-ion. Jika molekul-molekul itu terurai menjadi ion-ion pH tertentu.
Untuk menetapkan pH suatu cairan dengan cepat terkadang orang-orang mencampurkan beberapa indicator. Setiap kali warna salah satu indicator beralih pada perubahan pH-nya. Untuk campuran indicator-indikator tertentu dibuat orang suatu skala, warna yang menunjukkan warna-warna campuran itu pada suatu pH tertentu (Anonim,2005).
Titrasi adalah cara analisis yang memungkinkan untuk mengukur jumlah zat dari suatu larutan dengan mereaksikan dengan larutan lain yang konsentrasinya diketahui. Karena pengukuran volum memainkan peranan penting dalam titrasi, maka teknik ini juga dikenali dengan analisa volumetrik. Analisa titrimetri merupakan satu dari bagian utama dari kimia analitik dan perhitungannya berdasarkan hubungan stoikhiometri dari reaksi-reaksi kimia.
Titrasi asam basa adalah titrasi yang yang memberikan titik akhir yang cukup tajam dan untuk itu digunakan untuk pengamatan dengan indicator bila pH pada titik ekivalen antara 4 – 10. Demikian juga titik akhir titrasi akan tajam pada titrasi asam atau basa lemah jika pentitrasian asam atau basa kuat dengan perbandingan tetapan disosiasi asam lebih besar dari 104. Selama titrasi asam basa pH larutan berubah secara khas, pH berubah secara drastic bila volume titrannya mencapai titik ekivalen. Kesalahan titik akhir dan pH pada titik ekivalen merupakan tujuan pembuatan kurva titrasi. Kurva ini dapat
dimodifikasi dengan menggunakan pelarut bukan air.
Pada pereaksi asam basa, proton ditrasnfer dari suatu molekul ke molekwul lain. Dalam air proton biasanya tersolvasi sebagai H3
+O. reaksi asam basa bersifat reversible. Reaksi ini dapat digambarkan sebagai berikut:HA+H2O H3
+O+A- air sebagai basaB + H2O BH+ + OH- air sebagai asam
Pekerjaan yang bersifat rutin sebagai penitrasi sample asam biasanya dipakai larutan NaOH yang merupakan larutan baku sekunder, sedangkan untuk menitrasi larutan sample basa digunakan larutan HCl, yang juga adalah larutan baku sekunder. Larutan-larutan NaOH dan HCl disebut sebagai larutan kerja (working solutions) yang harus dibakukan oleh larutan-larutan baku primernya masing-masing. Penetapan kadar sample dengan titrasinya oleh larutan baku primer dapat dilakukan , akan tetapi tentunya memerluksn biaya yang relatif tinggi. Konsentrasi-konsentrasi yang digunakan umumnya berkisar antara 0,05 – 0,20 N.
Larutan NaOH biasa dibakukan oleh larutan baku primer seperti : asam oksalat atau kalium dihidrigen ftalat. Larutan HCl biasanya dibakukan oleh larutan-larutan baku primer seperti: boraks atau Na2CO3.
Titrasi asam lemah dengan basa lemah atau sebaliknya, perubahan indicator tidak menghasilkan suatu perubahan warna yang jelas. Untuk titrasi tersebut harus digunakan cara-cara instrumental seperti : konduktometris, potensiometri dan spektometri.
H3O+ + OH-2H2O
Indikator adalah suatu zat, yang warnanya berbeda-beda sesuai dengan konsentrasi ion hidrogen. Indikator umumnya merupakan suatu asam atau basa organik lemah, yang dipakai dalam larutan yang sangat encer. Asam atau
Kuantitatif Dan Pengukuran pH
basa indikator yang tak terdisosiasi mempunyai warna yang berbeda dengan hasil disosiasinya. Dalam hal ini, indikator itu adalah suatu asam, Hind, disosiasi berlangsung menurut kesetimbangan.
Hind ↔ H+ + Ind-
Warna anion indikator Ind-,berbeda dari asam indikatornya. Jika suatu larutan ditambahkan indikator asam, yaitu mengandung ion-ion hidrogen dalam jumlah besar, kesetimbangan bergeser ke arah kiri, yaitu warna asam indikator yang tak terdisosiasi menjadi terlihat. Tetapi jika larutan menjadi basa, yaitu ion-ion hidrogen dihilangkan, kesetimbangan akan bergeser ke arah pembentukan anioin indikator, dan warna larutan berubah. Dalam beberapa hal, kita mungkin perlu menguji apakah suatu larutan asam atau basa.
Indikator asam basa adalah zat yang berubah warnanya atau membentuk fluoresen atau kekeruhan pada suatu range (trayek) pH tertentu. Indikator asam basa terletak pada titik ekivalen dan ukuran dari pH. Zat-zat indikator dapat berupa asam atau basa, larut, stabil dan menunjukkan perubahan warna yang kuat serta biasanya adalah zat organik. Perubahan warna disebabkan oleh resonansi isomer elektron. Berbagai indikator mempunyai ketetapan indikator yang berbeda dan akibatnya mereka menunjukkan warna pada range pH yang berbeda.
Indikator asam basa secara garis besar dapat diklasifikasikan dalam tiga golongan:1. Indikator ftalein dan indikator
sulfoftalein2. Indikator azo3. Indikator trifenilmetana4. Indikator ftalein
Larutan baku primer adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui dengan pasti.
Larutan baku primer dapat dibuat dengan cara penimbangan zatnya lalu dilarutkan dalam sejumlah pelarut (air). Larutan baku ini sangat bergantung pada jenis zat yang ditimbangnya/dibuat.
Larutan yang dibuat dari zat yang memenuhi syarat-syarat tertentu disebut larutan baku primer. Syarat agar suatu zat menjadi larutan baku primer adalah:1. Mudah diperoleh, dimurnikan,
dikeringkan (jika mungkin pada suhu 110-1200C) dan disimpan dalam keadaan murni.
2. Tidak bersifat higroskopis dan tidak berubah berat dalam penimbangan di udara.
3. Zat tersebut dapat diuji kadar pengotornya dengan uji kualitatif dan kepekaan tertentu.
4. Sedapat mungkin mempunyai massa relatif dan massa ekivalen yang besar, sehingga kesalahan karena penimbangan dapat diabaikan.
5. Zat tersebut harus mudah larut dalam pelarut yang dipilih.
6. Reaksi yang berlangsung dengan pereaksi tersebut harus bersifat stoikiometrik dan langsung. kesalahan titrasi harus dapat diabaikan atau dapat ditentukan secara tepat dan mudah.
Larutan baku primer biasanya dibuat hanya sedikit, penimbangan yang dilakukan pun harus teliti, dan dilarutkan dengan volume yang akurat. Pembuatan larutan baku primer ini biasanya dilakukan dalam labu ukur yang volumenya tertentu. Zat yang dapat dibuat sebagai larutan baku primer adalah asam oksalat, Boraks, asam benzoat(C6H5COOH), K2Cr2O7, AS2O3, NaCl.
Konsentrasi larutan baku yang digunakan dapat berupa molaritas (jumlah mol zat terlarut dalam satu liter
Artikel Kimia Dasar “Analisis Kuantitatif dan Pengukuran pH”
larutan) dan normalitas(jumlah ekivalen zat terlarut dalam satu liter larutan). Satuan molaritas merupakan satuan dasar yang digunakan secara internasional, sedangkan satuan normalitas biasa juga dilakukan dalam analisis karena dapat memudahkan perhitungan.
Larutan baku sekunder adalah larutan yang konsentrsinya diperoleh dengan cara mentitrasi dengan larutan standar primer, biasanya melelui metode titrimetri. Contoh: AgNO3, KmnO4, Fe(SO4)2. Zat yang dapat digunakan untuk larutan baku sekunder, biasanyana memiliki karakteristik seperti:1. Tidak mudah diperoleh dalam bentuk
murni ataupun dalam keadaan yang diketehui kemurniannya.
2. Zat tidak mudah dikeringkan, higrokopis, menyerap uap air, menyerap CO2 pada waktu penimbangan.
3. Derajat kemurnian lebih rendah daripada larutan baku primer.
4. Mempunyai BE yang tinggi untuk memperkecil pada saat kesalahan penimbangan.
5. Larutannya relatif stabil dalam penyimpanan.
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah gelas kimia, buret, labu takar, corong, botol semprot, kertas lakmus, indikator universal, pH meter, erlemeyer, statif dan klem.
Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah PP, MM, NaOH, HCl, Na2B4O7, CH3COOH, H2C2O4, air sirup, air sabun mandi, air sabun cuci tangan, air kopi, dan air garam.a. Alkalimetri
Gambar 1. Alkalimetri
Percobaan pertama masukkan larutan HCl pada buret sampai titik nol. Kemudian pipetelah 20 mL larutan boraks (Na2B4O7) masukkan kedalam erlenmeyer lalu tambahkan 2 tetes metil merah (MM), kocok kemudian titrasikan dengan HCl pada buret sampai berubah warna menjadi merah muda, lakukan duplo (dua kali percobaan). Percobaan kedua sama seperti percobaan pertama tetapi ganti 20 mL Na2B4O7 dengan 25 mL NaOH lakukan duplo. Percobaan ketiga ganti larutan HCl pada buret dengan larutan NaOH. Setelah itu pipetlah larutan 25 mL CH3COOH, masukkan dalam erlenmeyer, dan tambahkan 2 tetes phenolphtalein kemudian titrasikan dengan larutan NaOH hingga berwarna merah muda.b. Asidimetri
Gambar 2. AsidimetriPercobaan pertama masukkan
larutan NaOH pada buret sampai titik nol. Kemudian pipetelah 20 mL larutan oksalat (H2C2O4) masukkan kedalam erlenmeyer lalu tambahkan 2 tetes phenolptalein (PP), kocok kemudian titrasikan dengan NaOH pada buret sampai berubah warna menjadi merah muda, lakukan duplo (dua kali percobaan). Percobaan kedua sama seperti percobaan pertama tetapi ganti 20 mL H2C2O4 dengan 25 mL HCl lakukan duplo. Percobaan ketiga ganti larutan HCl pada buret dengan larutan NaOH. Setelah itu pipetlah larutan 25 mL CH3COOH, masukkan dalam erlenmeyer, dan tambahkan 2 tetes phenolphtalein kemudian titrasikan
Kuantitatif Dan Pengukuran pH
dengan larutan NaOH hingga berwarna merah muda.c. Kertas Lakmus
Lakmus Merah Lakmus BiruGambar 3. Kertas LakmusSediakan air sirup (sampel A),
air sabun mandi (Sampel B), air sabun cuci tangan (Sampel 1), air kopi (Sampel 2), dan air garam (Sampel 3) yang akan digunakan sebagai sampel yang akan diuji menggunakan kertas lakmus. Caranya celupkan setengah dari kertas lakmus merah kedalam sampel, bila lakmus berubah warna menjadi biru berarti larutan tersebut adalah bersifat basa, sebaliknya pada lakmus biru bila berubea menjadi merah berarti larutan tersebut bersifat asam. Bila lakmus merah setelah dicelupkan kedalam sampel tidak berubah warna berarti ada kemungkinan larutan tersebut bersifat asam, begitu juga sebaliknya pada lakmus biru bila tidak berubah berarti bersifat basa. Tetapi bila pada suatu sampel kedua warna lakmus tidak berubah maka ada kemungkinan larutan tersebut bersifat netral.d. pH Indikator
Gambar 4. pH IndikatorSediakan air sirup (sampel A),
air sabun mandi (Sampel B), air sabun cuci tangan (Sampel 1), air kopi (Sampel 2), dan air garam (Sampel 3) yang akan digunakan sebagai sampel yang akan diuji menggunakan pH Indikator. Masukkan pH indikator kedalam sampel, sampai ada perubahan pada ujung batang pH indikator, lalu cocokkan dengan warna yang ada pada
tempat pH indikator tersebut untuk menentukan skala / nilai pH larutan tersebut.e. Pengukuran pH menggunakan pH
Meter
pH Meter
Gambar 5. pH MeterSediakan air sirup (sampel A),
air sabun mandi (Sampel B), air sabun cuci tangan (Sampel 1), air kopi (Sampel 2), dan air garam (Sampel 3) yang akan digunakan sebagai sampel yang akan diuji menggunakan pH Meter. Kemudian buka botol yang berisi deionized water pada batang pH meter, tapi sebelum dimasukkan kedalam larutan sampel bilas pH meter tersebut dengan menggunakan buffer. Berdasarkan percobaan sebelumnya bila larutan tersebut pH nya asam, maka bilas terlebih dahulu dengan buffer asam kemudian masukka kedalam sampel. Setelah itu bersihkan dengan aquades, baru tutup kembali dengan botol yang berisi deionized water. Hal yang sama juga dilakukan pada sampel-sampel selanjutnya.
Tabel Hasil PengamatanNo Percobaan Hasil1 Alkalimetri a. Percobaan 1
NHCl = 0,2 N
b. Percobaan 2NNaOH= 0,072 N
c. %cuka =
2 Asidimetri a. Percobaan 1NNaOH= 0,185 N
b. Percobaan 2NHCl= 0,294 N
c. %cuka=15,54%
Artikel Kimia Dasar “Analisis Kuantitatif dan Pengukuran pH”
3 pH Meter a. Sampel A pH = 2,53 (asam)
b. Sampel B pH (tidak dihitung)
c. Sampel 1 pH = 5,96 (asam)
d. Sampel 2 pH = 5,4 (asam)
e. Sampel 3 pH = 6,26 (asam / mendekati netral)
4 pH Indikator
a. Sampel A pH = 3 (asam)
b. Sampel B pH = 11 (basa)
c. Sampel 1 pH = 6 (asam / mendekati netral)
d. Sampel 2 pH = 5 (asam)
e. Sampel 3 pH = 6 (asam / mendekati netral)
5 Kertas Lakmus
a. Sampel A- Lakmus merah Merah (tetap)- Lakmus biru Merah (berubah menjadi asam)
b. Sampel B- Lakmus merah Biru (berubah menjadi basa)- Lakmus biru Biru (tetap)
c. Sampel 1- Lakmus merah
Merah (tetap)- Lakmus biru Biru (tetap)
d. Sampel 2- Lakmus merah Merah (tetap)- Lakmus biru Merah (berubah menjadi asam)
e. Sampel 3- Lakmus merah Merah (tetap)- Lakmus biru Merah (berubah menjadi asam)
(Sumber: Yulien Arniansyah, Meja 8, 2011)Keterangan:Sampel A = sirupSampel B = larutan sabun mandiSampel 1 = larutan garamSampel 2 = larutan kopiSampel 3 = larutan sabun cuci tangan
Titrasi adalah cara analisis yang memungkinkan untuk mengukur jumlah zat dari suatu larutan dengan mereaksikan dengan larutan lain yang konsentrasinya telah diketahui.
Titik akhir titrasi adalah titik dimana volume perubahan warna indikator nampak oleh pengamat. Sedangkan titik ekivalen adalah titik dimana ion H+ = H-, yaitu pada saat terjadi perubahan warna pada larutan tetapi hanya berlangsung sementara (berubah menjadi bening kembali).
Larutan baku adalah larutan dari suatu zat yang telah diketahui konsentrasinya. Larutan baku ada dua macam, yaitu larutan baku primer dan larutan baku sekunder. Larutan baku primer adalah larutan tersebut dapat langsung digunakan untuk menentukan konsentrasi larutan lain. Larutan baku
Kuantitatif Dan Pengukuran pH
sekunder adalah larutan yang dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi larutan lain, tetapi harus d standarkan terlebih dahulu dengan larutan baku primer.
Indikator adalah suatu zat, yang warnanya berbeda-beda sesuai dengan konsentrasi ion hidrogen. Contohnya adalah lakmus, phenolphtalein, methyl red, methyl blue, bromthymolblue, dll.
Asidimetri adalah menentukan konsentrasi asam menggunakan larutan baku basa. Sedangkan alkalimetri adalah menentukan konsentrasi basa menggunakan larutan baku asam.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pada praktikum kali yang menyebabkan kesalahan pada saat titrasi yaitu, ketidaktelitian pada saat pembuatan larutan baku H2C2O4 (asam oksalat) terjadi kesalahan perhitungan, sehingga pada saat proses titrasinya pun salah, selain itu juga ketidaktelitian dalam mengukur larutan yang akan di titrasi dan pada saat mengamati perubahan warna pada saat titrasi, yang menyebabkan warna menjadi merah muda pekat.
Pengukuran pH larutan dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu dengan meggunakan kertas lakmus, dengan menggunakan pH Indikator, dan dengan menggunakan pH meter. Namun tingkat ketelitian dalam pengukurannya berbeda-beda. Seperti pada kertas lakmus hanya dapat menggolongkan suatu zat tersebut termasuk larutan asam / basa. Caranya dengan mencelupkan kertas lakmus yang berwarna merah dan biru pada sampel, lalu amati perubahan yang terjadi. Kemudian pada pH indikator pengukurannya lebih sedikit akurat dibanding dengan kertas lakmus, karena tidak hanya menentukan suatu sampel termasuk larutan asam atau basa tetapi kita dapat melihat angka / satuan dari pH dari sampel tersebut. Cara penggunaannya sama seperti kertas
lakmus, celupkan pada larutan sampel kemudian amati perubahan warnanya. Namun yang lebih akurat adalah dengan menggunakan pH meter, karena dengan menggunakan pH meter kita dapat mengetahui nilai pH suatu larutan sampai dua desimal, maka tingkat ketelitian / keakuratannya sangat tinggi. Cara penggunaannya adalah buka botol yang berisi deionized water pada batang pH meter, tapi sebelum dimasukkan kedalam larutan sampel bilas pH meter tersebut dengan menggunakan buffer. Berdasarkan percobaan sebelumnya bila larutan tersebut pH nya asam, maka bilas terlebih dahulu dengan buffer asam kemudian masukkan kedalam sampel, begitu juga sebaliknya. Setelah itu bersihkan dengan aquades, baru tutup kembali dengan botol yang berisi deionized water. Hal yang sama juga dilakukan pada sampel-sampel selanjutnya. Larutan buffer yang digunakan ada 2 yaitu larutan buffer asam dan larutan buffer basa yang dihunakan untuk membilas elektroda yang terdapat pada pH meter, tujuannya agar elektroda terbiasa dengan pH asam / basa tersebut dan untuk meringankan kerja elektroda dalam mehukur pH. Tetapi pada hasil pengukuran sampel 1, pada pengukuran menggunakan kertas lakmus menunjukkan bahwa larutan tersebut netral (pH = ±7) karena tidak terjadi perubahan warna pada kedua ketras lakmus, tetapi setelah di ukur menggunakan pH meter, pH nya adalah 5,96 (lebih cenderung ke asam). Hal ini dapat di sebabkan pada saat melakukan percobaan, praktikan melakukan kesalahan karena kurang bersih saat menggunakan alat (pH meter) pada saat melakukan pengukuran tersebut.
pH pada air sabun mandi dan sabun cuci tangan terjadi berdasarkan kegunaannya tersendiri. Seperti pada air sabun mandi memiliki pH basa karena
Artikel Kimia Dasar “Analisis Kuantitatif dan Pengukuran pH”
selain untuk membersihkan dari kotoran tetapi berfungsi untuk melembabkan kulit. Sedangkan pada sabun pencuci tangan memiliki pH asam dan mendekati netral, karena larutan asam berfungsi untuk membersihkan kotoran dan membuat tangan kita steril, karena pHnya yang mendekati normal.
Analisis kualitatif adalah analisis yang menyatakan kandungan / zat apa saja yang terkandung dalam suatu sampel (contoh). Analisis kuantitatif adalah analisis yang menyatakan penentuan jumlah zat tertentu yang terkandung dalam suatu sampel (contoh).
Phenolphtalein adalah salah satu indikator yang digunakan untuk menentukan konsentrasi larutan basa. Metil merah adalah salah satu indikator yang digunakan untuk menentukan konsentrasi larutan asam. Jadi bila kedua indikator di tukar (pp + larutan asam dan mm + larutan basa), maka tidak akan terjadi reaksi pada larutan tersebut.
Aplikasi di bidang pangan adalah untuk menentukan persen boraks yang terkandung dalam bakso, membuat garam dapur (NaCl) dari campuran NaOH dan HCl, dapat memilh zat apa yang dapat digunakan pada makanan dan berapa kadar maksimumnya.
Berdasarkan percobaan ini dapat disimpulkan bahwa Asidimetri adalah penentuan ketetapan asam dengan menggunakan larutan baku basa yang pada percobaan ini menentukan konsentrasi asam oksalat dengan menggunakan NaOH. Asidimetri adalah penentuan ketetapan basa dengan menggunakan larutan baku asam yang pada percobaan ini akan dicari konsentrasi Na2B4O7 dengan menggunakan HCl. Detiap larutan memiliki pH yang berbeda-beda. Larutan yang bersifat asam memiliki pH 0 - <7 (kurang dari 7), sedangkan larutan
yang bersifat basa memiliki pH (lebih dari 7) 7> - 14.
Saran dari penulis adalah agar lebih teliti saat melakukan percobaan ini, agar tidak terjadi kesalahan pada percobaan tersebut. Selain itu bagi praktikan dihimbau untuk berhati-hati dalam menggunakan alat dan bahan pada percobaan di laboratorium.
DAFTAR PUSTAKA
Anonym.2007.AnalisisHKualitatif.http://id.wikipedia.org//wiki/Kimia_Analitik..28 Oktober 2011
Anonym.2007.Titrasi Asam Basa.http://id.wikipedia.org/wiki/pH.28 Oktober 2011
Brady.E.J.1999.Kimia Universitas Asas dan Struktur. Edisi Kelima, Jilid Kesatu. Binarupa Aksara, Jakarta.Indonesia.
Hiskia.Achmad.1993.Dasar-dasar Praktikum Kimia untuk Universitas.PT Gelora Aksara Pratama.Jakarta.Indonesia.
Muthiawati.N.H.2011.Larutan Baku Primer.http://catatankimia.com/catatan/larutan-baku - primer.html .3 November 2011
Prafitryane.2009.Larutan Baku Sekunder [Kimia Analisis Dasar].http://yanneparkeybum.wordpress.com/2010/11/11/larutan-baku-sekunder-kimia-analisis-dasar/. 3 November 2011
Kuantitatif Dan Pengukuran pH
Lampiran
a. Larutan boraks Na2B4O7
m = Massa zat relarut x 1000 gram Mr massa pelarut
0,05 = gram x 1000 gram 202 250 mL
gram = 2,525 gram
b. Larutan oksalat H2C2O4
m = Massa zat relarut x 1000 gram Mr massa pelarut
0,1 = gram x 1000 gram 90 250 mL
gram = 2,25 gram
c. Alkalimetri
VNa2B4O7 = 20 mL VHCl5 = 5 mLNNa2B4O7 = 0,05 NNHCl = 20 mL x 0,05
5 mL = 0,2 N
VHCl = 9 mLVnaO = 25 mLNHCL = 0,2 NNNaOH = 9 mL x0,2
25 mL = 0,072 N
VNaOH = 8,7 mL
V CH3COOH = 25 mLNNaOH = 0,072 MFP = 1000 = 4
25% cuka =FPx(V.N)NaOH x MrCuka x 100%
Vcuka x 10004 x (8,7 . 0,072) x 60 x 100 %
25 x 1000= 6%
d. Asidimetri
VNaOH = 10,75 mLVH2S2O4 = 20 mLNH2C2O4 = 0,1 NNNaOH = 20 mL x 0,1
10,75= 0,18 N
VNaOH = 32 mLVHCl = 25 mLNNaOH = 0,18 NNHCl = 32 mL x 0,18
25 mL= 0,23 N
VNaOH = 6,5 mLVCH3COOH = 25 mLNNaOH = 0,18 NFP = 1000 = 4
25% cuka =FPx(V.N)NaOH x MrCuka x 100%
Vcuka x 10004 x (6,5 . 0,23) x 60 x 100 %
25 x 1000= 1,4%
Artikel Kimia Dasar “Analisis Kuantitatif dan Pengukuran pH”
Lampiran InternetProses analisis untuk menentukan jumlah yang tidak diketahui dari suatu zat, dengan
mengukur volume larutan pereaksi yang diperlukan untuk reaksi sempurna
disebut analisis volumetri. Analisis ini juga menyangkut pengukuran volume gas.
Proses mengukur volume larutan yang terdapat dalam buret yang ditambahkan ke
dalam larutan lain yang diketahui volumenya sampai terjadi reaksi sempurna
disebut titrasi. Larutan yang diketahui konsentrasinya disebut larutan standard. Proses
penentuan konsentrasi larutan standard disebut “menstandardkan” atau
“membakukan”. Larutan standard adalah larutan yang diketahui konsentrasinya, yang
akan digunakan pada analisis volumetrik. Ada cara dalam menstandardkan larutan
yaitu:
1. Pembuatan langsung larutan dengan melarutkan suatu zat murni dengan berat
tertentu, kemudian diencerkan sampai memperoleh volume tertentu secara tepat.
Larutan ini disebut larutan standard primer, sedangkan zat yang digunakan
disebut standard primer.
2. Larutan yang konsentrasinya tidak dapat diketahui dengan cara menimbang zat
kemudian melarutkannya untuk memperoleh volume tertentu, tetapi dapat
distandardkan dengan larutan standard primer, disebutlarutan standard sekunder.
- Larutan standard sekunder (larutan baku sekunder)
Larutan standar sekunder adalah larutan yang konsentrasinya diperoleh dengan cara
mentitrasi dengan larutan standar primer, biasanya melalui metode titrimetri. Contoh:
AgNO3, KMnO4, Fe(SO4)2. Zat yang dapat digunakan untuk larutan baku sekunder,
biasanya memiliki karakteristik seperti di bawah ini:
1. Tidak mudah diperoleh dalam bentuk murni ataupun dalam keadaan yang diketahui
kemurniannya.
2. Zatnya tidak mudah dikeringkan, higrokopis, menyerap uap air, menyerap CO2 pada
waktu penimbangan
3. Derajat kemurnian lebih rendah daripada larutan baku primer
Kuantitatif Dan Pengukuran pH
4. Mempunyai BE yang tinggi untuk memperkecil kesalahan penimbangan
5. Larutannya relatif stabil dalam penyimpanan
Permanganometri adalah titrasi redoks yang menggunakan KMnO4 (oksidator kuat)
sebagai titran. Dalam permanganometri tidak dipeerlukan indikator , karena titran
bertindak sebagai indikator (auto indikator). Kalium permanganat bukan larutan baku
primer, maka larutan KMnO4 harus distandarisasi, antara lain dengan arsen(III) oksida
(As2O3) dan Natrium oksalat (Na2C2O4). Permanganometri dapat digunakan untuk
penentuan kadar besi, kalsium dan hidrogen peroksida. Pada penentuan besi, pada
bijih besi mula-mula dilarutkan dalam asam klorida, kemudian semua besi direduksi
menjadi Fe2+, baru dititrasi secara permanganometri. Sedangkan pada penetapan
kalsium, mula-mula .kalsium diendapkan sebagai kalsium oksalat kemudian endapan
dilarutkan dan oksalatnya dititrasi dengan permanganat.
Titrasi dengan iodium ada dua macam yaitu iodimetri (secara langsung), dan iodometri
(cara tidak langsung). Dalam iodimetri iodin digunakan sebagai oksidator, sedangkan
dalam iodometri ion iodida digunakan sebagai reduktor. Baik dalam iodometri ataupun
iodimetri penentuan titik akhir titrasi didasarkan adanya I2 yang bebas. Dalam
iodometri digunakan larutan tiosulfat untuk mentitrasi iodium yang dibebaskan.
Larutan natrium tiosulfat merupakan standar sekunder dan dapat distandarisasi
dengan kalium dikromat atau kalium iodidat.
Larutan standar yang digunakan dalam kebanyakan proses iodometri adalah natrium
tiosulfat. Garam ini biasanya berbentuk sabagai pentahidrat Na2S2O3.5H2O. larutan
tidak boleh distandarisasi dengan penimbangan secara langsung, tetapi harus
distandarisasi dengan standar primer, larutan natrium tiosulfat tidak stabil untuk waktu
yang lama. Tembaga murni dapat digunakan sebagi standar primer untuk natrium
tiosulfat ( Day & Underwood, 2002 ).
Artikel Kimia Dasar “Analisis Kuantitatif dan Pengukuran pH”
-Tugas Kimia Analisis Dasar-
Oleh: Prafitryane L.A.S. (10060309006) Farmasi A 2009
Larutan Baku Primer
kimia analisis ,
titrasi
by S Hamdani
“Larutan baku adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui dengan pasti”
Larutan baku dapat dibuat dengan cara penimbangan zatnya lalu dilarutkan dalam
sejumlah pelarut(air). Larutan baku ini sangat bergantung pada jenis zat yang
ditimbangnya/dibuat.
Larutan yang dibuat dari zat yang memenuhi syarat-syarat tertentu disebut larutan
baku primer. Syarat agar suatu zat menjadi larutan baku primer adalah:
1. Mudah diperoleh, dimurnikan, dikeringkan (jika mungkin pada suhu 110-1200C)
dan disimpan dalam keadaan murni.
2. Tidak bersifat higroskopis dan tidak berubah berat dalam penimbangan di
udara.
3. Zat tersebut dapat diuji kadar pengotornya dengan uji kualitatif dan kepekaan
tertentu.
4. Sedapat mungkin mempunyai massa relatif dan massa ekivalen yang besar,
sehingga kesalahan karena penimbangan dapat diabaikan.
5. Zat tersebut harus mudah larut dalam pelarut yang dipilih
6. Reaksi yang berlangsung dengan pereaksi tersebut harus bersifat stoikiometrik
dan langsung. kesalahan titrasi harus dapat diabaikan atau dapat ditentukan
secara tepat dan mudah.
Larutan baku primer biasanya dibuat hanya sedikit, penimbangan yang dilakukanpun
harus teliti, dan dilarutkan dengan volume yang akurat. Pembuatan larutan baku
primer ini biasanya dilakukan dalam labu ukur yang volumenya tertentu. Zat yang
dapat dibuat sebagai larutan baku primer adalah asam oksalat, Boraks, asam
benzoat(C6H5COOH), K2Cr2O7, AS2O3, NaCl.
Kuantitatif Dan Pengukuran pH
Konsentrasi larutan baku yang digunakan dapat berupa molaritas(jumlah mol zat
terlarut dalam satu liter larutan) dan normalitas(jumlah ekivalen zat terlarut dalam
satu liter larutan). Satuan molaritas merupakan satuan dasar yang digunakan secara
internasional, sedangkan satuan normalitas biasa juga dilakukan dalam analisis karena
dapat memudahkan perhitungan.
Membuat Larutan Baku Primer
Tentukan dahulu berapa banyak larutan yang akan dibuat, zat apa yang akan
dibuat menjadi larutan baku primer, dan berapa besar konsentrasinya.
Misalnya 100 cm3 larutan asam oksalat 0,1 M.
Setelah itu hitung berapa massa yang harus ditimbang dan siapkan peralatan
sesuai yang diperlukan (gelas kimia kecil atau botol timbang, corong pendek,
batang pengaduk , botol semprot, labu ukur sesuai dengan volume yang akan
dibuat). Keadaan alat harus bersih dan siap untuk segera dipakai.
Timbang zat sesuai dengan perhitungan dan timbang dengan teliti (sampai 4
desimal) dalam gelas kimia kecil atau botol timbang, lalu catat hasil
penimbangan tersebut dengan baik untuk menentukan konsentrasi secara
akurat.
Siapkan wadah(labu ukur) untuk melarutkan dan pada ujung (mulut labu ukur)
diletakkan corong pendek.
Larutkan zat dengan sedikit air dan aduk sampai sebanyak mungkin zat padat
tersebut larut, jika sudah tidak dapat larut lagi tuangkan larutan ini ke dalam
labu ukur yang sudah siap(di atas) dan lanjutkan pelarutan sampai semua zat
padat terlarut.
Setelah semua zat padat terlarut bilas gelas kimia kecil atau botol timbang
tersebut dan air dan air bilasannya dimasukan dalam labu ukur. Setelah itu
lakukan pembilasan dengan cara gelas kimia kecil atau botol timbang dan
batang pengaduk dipegang dengan tangan kiri dan letakkan di atas corong
pendek yang di bawahnya terdapat labu ukur, lalu semprotkan air dari botol
semprot pada gelas kimia tersebut. Hati-hati penyemprotan air ini jangan
sampai airnya terpercik ke luar. Lakukan ini minimal 3 kali, lalu letakkan gelas
kimia kecil dan semprot batang pengaduknya lalu angkat batang pengaduk
dan simpan. Bilas juga corongnya 3 kali baru corong diangkat perlahan-lahan
sambil tangkainya dibilas.
Isikan air sampai mendekati tanda batas lalu keringkan bagian dalam di atas
larutan dengan kertas isap(hati-hati jangan sampai kertas isap masuk dalam
larutan).
Tanda bataskan labu dengan cara meneteskan air dari pipet tetes yang bagian
luarnya kering ke atas larutan. Tutup labu dan aduk-aduk campuran dengan
cara pegang tutup labu dengan jari tangan dan ujung labu yang lain diletakan
pada tangan. Gerak-gerakkan tangan turun naik sebanyak 10 kali maka
larutahn baku primer siap untuk digunakan.
Artikel Kimia Dasar “Analisis Kuantitatif dan Pengukuran pH”
Lakukan juga pembuatan larutan baku primer untuk larutan boraks. Setelah
ditimbang, boraks ini ditambahkan air lalu dipanaskan dengan sedikit air
sampai boraks larut , lalu tambahkan lagi sedikit air dan biarkan mendingin
baru dilarutkan seperti di atas.
disusun oleh : Nur Holifah Muhtiawati
Farmasi UNISBA