7/16/2019 Artikel Solusi
http://slidepdf.com/reader/full/artikel-solusi 1/25
1
PENGARUH JARAK TANAM DAN DOSIS KOMPOS LIMBAH MEDIA
JAMUR MERANG TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN
KEMBANG KOL (Brassica oleracea. L var botrytis sub var. caul if lora DC) DENGAN TEKNOLOGI MULSA DI DATARAN RENDAH PADA MUSIM
KEMARAU
Oleh:
Netti Nurlenawati, Sulistyo Sidik Purnomo dan Endah Fitriyah
Fakultas Pertanian
Universitas Singaperbangsa Karawang
Abstract:
The objective of the experiment was to get the planting distance and dosage
of mushroom compost waste that gives the best effect on the growth and yield of
cauliflower (Brassica oleracea .L var botrytis sub var. cauliflora DC) with mulch
technology during the dry season in lowland.
Experiment was conducted in Karang Ligar village Telukjambe Karawang
from July to September 2012.
Experimental design used was Split Plot Design with planting distance (J) as
main factor, while dosage of mushroom compost waste (K) as split plot. Planting
distance has 3 levels: j1 : 50 cm x 50 cm, j2 : 60 cm x 40 cm, and j3 : 40 cm x 40 cm.
Dosage of compost has 3 levels: k 1 : 5 tonnes/ha, k 2: 10 tonnes/ha and k 3: 15
tonnes/ha. Each treatment was repeated 3 times.
The result showed:
a. There was an interaction effect of planting distance and dosage of mushroom
compost waste on flower diameter.
b. There was a main effect of planting distance on plant height at 14 days after
planting and yield per plot .c. There was a main effect of dosage of mushroom compost waste on plant height,
number of leaves, stem diameter, the average area per leaf, flower diameter,
curd weight per plant, and yield per plot.
d. Planting distance of 40 cm x 40 cm gave the highest yield (18.26 kg per plot or
30.43 tons per hektare).
7/16/2019 Artikel Solusi
http://slidepdf.com/reader/full/artikel-solusi 2/25
2
e. Compost dosage of 15 tons per hectare gave the highest yield (17.00 kg per plot
or 28.33 tons per hectare).
Keywords: cauliflower plant, planting distance, dosage of mushroom compost waste
PENDAHULUAN
Sayuran merupakan bahan pangan yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat.
Selama ini daerah sentra sayuran terdapat di dataran tinggi, tetapi pada dua tiga tahun
terakhir Kementrian Pertanian (Kementan) Republik Indonesia telah mengembangkan jenis tanaman sayuran dataran tinggi untuk ditanam di dataran rendah yang
dipadukan dengan tanaman pangan lainnya di lima kabupaten di sepanjang Pantai
Utara (Pantura) Provinsi Jawa Barat yaitu Kabupaten Karawang, Subang, Indramayu,
Majalengka dan Cirebon. Walaupun program tersebut cukup ideal, tetapi tampaknya
tidak semua petani tertarik untuk membudidayakan sayuran. Hal ini disebabkan
petani belum terbiasa membudidayakan sayuran, mereka lebih terbiasa menanam
padi, selain belum banyak informasi yang mereka peroleh tentang jenis sayuran yang
menguntungkan mereka juga belum mengenal pasar sayuran, sehingga ada
kekhawatiran tidak berhasil.
Berdasarkan keadaan tersebut ada baiknya apabila memanfaatkan waktu
antara panen padi dan waktu tanam berikutnya dengan cara membudidayakan sayuran
berumur pendek serta memiliki nilai ekonomi yang tinggi sehingga petani
memperoleh tambahan pendapatan. Apabila petani bertanam padi dua kali setahun
yaitu padi – padi - bera, maka waktu yang ideal untuk bertanam sayuran adalah pada
bulan Juni sampai dengan Agustus, setelah panen padi yang kedua. Sedangkan pada
pola tanam padi – padi – padi maka budidaya sayuran dapat dilakukan menggantikan
budidaya padi yang ke tiga sehingga pola tanam tersebut menjadi padi – padi –
sayuran. Dengan pengaturan pola tanam tersebut selain meningkatkan pendapatan
petani juga dapat memotong siklus hidup hama, penyakit dan gulma.
7/16/2019 Artikel Solusi
http://slidepdf.com/reader/full/artikel-solusi 3/25
3
Kembang kol ( Brassica oleracea. L. var botrytis sub var. cauliflora DC )
merupakan tanaman sayuran yang termasuk dalam suku kubis-kubisan atau
Brassicaceae. Tanaman sayuran ini pada awalnya hanya dibudidayakan di dataran
tinggi. Namun saat ini sayuran yang biasanya tumbuh di dataran tinggi ini dapat
dibudidayakan di dataran rendah. Salah satu kultivar kembang kol yang bisa ditanam
di dataran rendah adalah PM 126 F1. Seperti tanaman hibrida lainnya, kultivar PM
126 F1 ini dapat tumbuh dan memberikan hasil dengan baik apabila lingkungan
tumbuhnya baik klimatik maupun edafiknya sesuai dengan syarat tumbuh kembang
kol tersebut.
Berbagai faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman
kembang kol ( Brassica oleracea. L var botrytis sub var. cauliflora DC ), antara lain
kerapatan tanaman, sifat fisik tanah serta ketersediaan air.
Dalam suatu pertanaman sering terjadi persaingan antar tanaman maupun
antara tanaman dengan gulma untuk mendapatkan unsurr hara, air, cahaya matahari
maupun ruang tumbuh. Jika tanaman terlalu rapat maka berpengaruh pada
pertumbuhan tanaman akibat dari menurunnya laju fotosintesis dan perkembangan
daun. Kerapatan tanam sangat mempengaruhi perkembangan vegetatif tanaman dan
juga mempengaruhi tingat produksi panen suatu tanaman (Gardner dkk , 1991).
Semakin rapat suatu populasi tanaman maka semakin sedikit jumlah intensitas
cahaya matahari yang didapat oleh tanaman dan semakin tinggi tingkat kompetisi
antar tanaman untuk mendapatkan sinar matahari tersebut. Di pihak lain dengan
populasi yang tinggi akan meningkatkan kelembaban di sekitar tanaman serta
menurunkan evapotransipari.
Gardner et. al (1991) menyatakan bahwa jika tanaman terlalu rapat maka
berpengaruh pada pertumbuhan tanaman akibat dari menurunnya laju fotosintesis dan
perkembangan daun. Kerapatan tanam sangat mempengaruhi perkembangan vegetatif
tanaman dan juga mempengaruhi tingkat produksi panen suatu tanaman.
Kartasapoetra (1989) menambahkan bahwa persaingan antar tanaman dalam
mendapatkan air maupun cahaya matahari berpengaruh terhadap pertumbuhan
7/16/2019 Artikel Solusi
http://slidepdf.com/reader/full/artikel-solusi 4/25
4
vegetatif. Sehingga jarak tanam yang lebih lebar akan memacu pertumbuhan vegetatif
tanaman. Jarak tanam yang longgar dapat menghasilkan berat kering brangkasan yang
lebih besar daripada berat kering pada penanaman pada jarak tanam yang rapat. Hal
ini terjadi karena pada jarak tanam yang rapat terjadi kompetisi dalam penggunaan
cahaya matahari yang berpengaruh pula terhadap pengambilan unsur hara, air
maupun udara. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasinya adalah
dengan pengaturan jarak tanam.
Menurut Rukmana (1994) jarak tanam kultivar kembang kol yang bertajuk
lebar adalah 50 cm x 50 cm, sedangkan untuk kultivar yang bertajuk sempit 60 cm x
45 cm.
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pada jarak tanam yang
lebar akan diperoleh hasil per tanaman yang tinggi, tetapi hasil per hektar yang
rendah karena populasinya rendah. Sedangkan pada populasi yang terlalu rapat akan
diperoleh hasil per tanaman yang rendah, tetapi dengan populasi yang tinggi
diharapkan akan diperoleh hasil per hektar yang tinggi.
Kembang kol memiliki akar yang dangkal dan tidak terlalu kuat untuk
melakukan penetrasi serta tidak tahan genangan, sehingga memerlukan tanah yang
cukup poreus, memiliki drainase dan aerasi yang baik. Oleh karena itu pada budidaya
kembang kol biasanya menggunakan kompos. Salah satu kompos yang dapat
dimanfaatkan di daerah pantura adalah yang berasal dari limbah media jamur merang.
Dari hasil penelitian Juliardi dan Suprihatno (1995) diperoleh bahwa dengan
menggunakan 5 ton kompos jerami padi per hektar yang dikombinasikan dengan
anorganik memberikan hasil gabah yang lebih tinggi dibandingkan dengan hanya
diberikan pupuk anorganik saja. Pemberian bahan organik juga dapat memberikan
peningkatan hasil rata-rata 6,1 –
9,4 % dibandingkan tanpa bahan organik. Hal ini
sejalan dengan penedlitian Kuswana (2006) yang menyatakan bahwa pemberian 7,5
ton per hektar kompos limbah media jamur merang yang dikombinasikan dengan
pupuk anorganik dapat meningkatkan hasil gabah kering panen sebesar 3%
dibandingkan tanpa bahan organik.
7/16/2019 Artikel Solusi
http://slidepdf.com/reader/full/artikel-solusi 5/25
5
Hasil penelitian Nurlenawati dkk (2011) menunjukkan bahwa bokashi limbah
media jamur merang sebanyak 10 sampai 20 ton per hektar yang dikombinasikan
dengan pupuk anorganik dapat meningkatkan hasil cabai merah sebesar 41%
dibandingkan dengan perlakuan tanpa bahan organik.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dosis kompos limbah
media jamur yang berbeda diduga akan memberikan pengaruh yang berbeda
terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kembang kol.
Pada populasi yang tinggi, pemberian kompos per tanaman menjadi lebih
rendah dibandingkan dengan populasi yang rendah. Tetapi dengan populasi yang
tinggi akan menurunkan penguapan serta tanah menjadi lebih lembab.
Pada populasi yang rendah, pemberian kompos per tanaman akan menjadi
lebih tinggi sehingga struktur tanah menjadi lebih remah. Selain itu kompos juga
dapat mempertahankan kelembaban tanah.
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa terjadi interaksi antara
jarak tanam dan dosis kompos limbah media jamur merang. Selain itu terdapat salah
satu dosis kompos limbah media jamur merang yang tepat untuk jarak tanam tertentu.
Permasalahan lainnya adalah waktu tanam pada musim kemarau
meningkatkan penguapan, juga menyebabkan meningkatnya suhu tanah. Hal ini
menyebabkan meningkatnya kehilangan air serta unsur hara yang mudah menguap
misalnya nitrogen, padahal tanaman kembang kol memerlukan nitrogen dalam dosis
yang tinggi. Hal ini dapat diatasi dengan pemberian mulsa. Di daerah pesawahan
kebutuhan mulsa ini dapat diatasi dengan pemanfaatan jerami.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan jarak tanam dosis dan
kompos limbah media jamur merang terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman
kembang kol ( Brassica oleracea. L var botrytis sub var. cauliflora DC ) yang
dibudidayakan dengan penggunaan mulsa jerami di dataran rendah pada musim
kemarau.
7/16/2019 Artikel Solusi
http://slidepdf.com/reader/full/artikel-solusi 6/25
6
METODE PENELITIAN
Percobaan ini dilaksanakan di lahan sawah di Desa Karang Ligar Kecamatan
Telukjambe Barat, Karawang. Daerah ini memiliki jenis tanah asosiasi podzolik
kuning dan hidromorf kelabu, tekstur lempung berdebu dengan pH H2O 5,5, kadar
C-organik rendah (1,72 %), N total rendah (0,18 %), C/N rasio rendah (9 %), dan
KTK tinggi (30,16 me/100g). Lokasi percobaan berada pada ketinggian 14 m di atas
permukaan laut. Menurut Schmidt dan Ferguson (1951) tipe iklim untuk Desa
Karangligar Kecamatan Telukjambe Barat Kabupaten Karawang adalah tipe iklim D
(Sedang).
Percobaan dilaksanakan pada musim kemarau 2012 setelah panen padi kedua
yaitu pada awal bulan Juli sampai dengan Agustus 2012. Suhu rata-rata harian selama
percobaan berlangsung antara 21oC sampai 36,4
oC dengan kelembaban relatif udara
berkisar antara 25 % sampai dengan 88 %
Rancangan yang digunakan pada percobaan ini adalah Rancangan Petak
Terpisah (Split Plot Design). Sebagai petak besar ( Main Plot ) adalah jarak tanam
terdiri dari tiga taraf yaitu j1 = 50 cm x 50 cm, j2 = 60 cm x 40 cm, dan j3 = 40 cm x
40 cm. Sedangkan anak petak (Split plot ) adalah adalah dosis kompos limbah media
jamur merang terdiri dari tiga taraf yaitu k 1 = 5 ton/ha, k 2 = 10 ton/ha, k 3 = 15
ton/ha. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali.
Pelaksanaan percobaan meliputi pengolahan tanah, pembuatan kompos
limbah media jamur merang, pembuatan lubang tanam dan pemberian mulsa jerami,
pemberian kompos limbah media jamur merang, penanaman, penyulaman, pemberian
pupuk anorganik, pemeliharaan tanaman dan panen.
Pengolahan tanah dilakukan dua minggu sebelum tanam, dengan cara tanah
dibajak, digaru, kemudian dicangkul sedalam 20-30cm sebanyak dua kali sehingga
tanah menjadi gembur kemudian diratakan. Setelah itu diberikan kapur pertanian
sesuai kebutuhan. Selanjutnya lahan percobaan dibagi menjadi tiga blok sesuai
dengan banyaknya ulangan, jarak antar blok 75 cm. Pada tiap blok dibuat tiga petak
utama. Setiap petak utama dibuat plot-plot dengan ukuran 3 m x 2 m sesuai dengan
7/16/2019 Artikel Solusi
http://slidepdf.com/reader/full/artikel-solusi 7/25
7
banyaknya anak petak, antar plot dibuat saluran drainase sedalam 15 cm dengan lebar
50 cm.
Pembuatan kompos limbah media jamur merang dilakukan dengan cara
limbah media jamur merang dihamparkan di atas karung, kemudian dikeringanginkan
selama satu bulan. Berdasarkan hasil analisis Laboratorium Kesuburan Tanah dan
Nutrisi Tanaman Jurusan Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Fakultas Pertanian
Universitas Padjajaran (UNPAD) Bandung (2012) kompos limbah media jamur
merang tersebut mengandung kadar C-organik 10,42 % dan CN rasio 8,76 serta unsur
hara makro yaitu 1,19%, N, 3,83% P2O5, serta 0,96% K 2O.
Lubang tanam dibuat sehari sebelum tanam dengan ukuran 30 cm x 30 xm x
30 cm. Setelah itu jerami padi yang telah kering dihamparkan di atas petakan
dengan ketebalan 5 cm atau setara dengan 5 kg per petak. Kompos diberikan sesuai
perlakuan dengan cara dimasukan ke dalam lubang tanam pada saat tanam.
Penanaman dilakukan setelah bibit berdaun 3 helai. Satu bibit di tanam di
dalam lubang tanam dan segera disiram sampai tanah menjadi lembab. Penyulaman
dilakukan pada 4 sampai dengan 7 hari setelah tanam. Penyulaman dilakukan sebagai
pengganti tanaman yang rusak atau mati.
Pupuk yang diberikan yaitu pupuk ZA, Urea dan KCl. Dosis pupuk
anorganik adalah Urea sebanyak 220 kg per hektar, 470 kg per hektar, dan 225 kg per
hektar. Pada percobaan ini tidak diberikan pupuk fosfat mengingat kandungan P
total di lahan percobaan ini tinggi. Pemupukan tidak dilakukan sekaligus namun
secara bertahap dengan 3 kali pemupukan susulan. Sebagai pupuk dasar adalah 188
kg/ha ZA, 88 kg/ha urea, 90 kg/ha KCl. Pupuk susulan I diberikan 7-10 hst terdiri
dari ZA 94 kg/ha, urea 44 kg/ha dan KCl 45 kg/ha. Pupuk susulan II diberikan 20
hst terdiri atas ZA 94 kg/ha, urea 44 kg/ha, KCl 45 kg/ha. Pupuk susulan III
diberikan 30-35 hst terdiri atas ZA 94 kg/ha, Urea 44 kg/ha, dan KCl 45 kg/ha.
Pemeliharaaan tanaman meliputi penyiraman, pengendalian hama dan gulma.
Penyiraman dilakukan 2 kali sehari terutama pada saat tanaman berada pada fase
7/16/2019 Artikel Solusi
http://slidepdf.com/reader/full/artikel-solusi 8/25
8
pertumbuhan awal dan pembentukan bunga. Selama percobaan dilaksanakan tidak
ditemukan adanya serangan penyakit. Hama yang menyerang adalah ulat plutella
( Plutella xylostella L), ulat croci (Crocidolomia binotalis Zeller ) dan belalang
(Valanga nigricornis). Hama ulat dikendalikan secara kimiawi yaitu menggunakan
Insektisida Decis 25 EC. Sedangkan belalang dikendalikan secara mekanis karena
populasinya sedikit.
Selain hama, terdapat juga organisme pengganggu tanaman lainnya berupa
gulma. Jenis gulma yang berada di lokasi percobaan yaitu rumput teki (Cyperus
rotundus), jukut kakawatan (Cynodon dactilon) , cacabean ( Ludwigia octovalvis),
papayungan (Fimbrystilis litoralis, dan Fimbrystilis millicea). Pengendalian gulma
dilakukan secara mekanik yaitu dengan cara penyiangan/ mencabut gulma.
Penyiangan gulma dilakukan tiga kali yaitu pada saat tanaman berumur pada 18, 25
dan 32 hst.
Pemanenan kembang kol dilakukan saat massa bunga mencapai ukuran
maksimal dan mampat yaitu pada saat tanaman berumur 40 sampai dengan 54 hst.
Pengamatan utama meliputi tinggi tanaman, jumlah daun per tanaman,
diameter batang, luas per helai daun, diameter bunga, berat bunga per tanaman serta
berat bunga per petak. Pengamatan dilakukan terhadap 5 tanaman sampel per petak.
Sedangkan untuk menunjang pengamatan utama dilakukan juga pengamatan pada
berat kering tanaman akar dan analisis serapan hara di akhir fase pertumbuhan
vegetatif.
Pengaruh perlakuan pada pengamatan utama dianalisis dengan sidik ragam
dan apabila uji F taraf 5% signifikan, maka untuk mengetahui perlakuan yang paling
baik dilanjutkan dengan uji lanjut Beda Nyata Terkecil pada taraf 5%.
7/16/2019 Artikel Solusi
http://slidepdf.com/reader/full/artikel-solusi 9/25
9
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pengamatan Utama
Pengamatan utama yaitu hasil pengamatan yang datanya diuji dan dianalisis
secara statistik meliputi : .tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, diameter
bunga, luas daun per tanaman, berat segar per tanaman, dan berat segar bunga per
tanaman.
Tinggi Tanaman
Tidak terdapat pengaruh interaksi yang nyata antara jarak tanam dan dosis
kompos limbah media jamur merang terhadap tinggi tanaman kembang kol dari
umur 7 sampai dengan 28 hst.
Tabel 1. Pengaruh jarak tanam dan dosis kompos limbah media jamur merang
terhadap tinggi tanaman kembang kol ( Brassica oleracea L. var botrytis sub
var. cauliflora DC ) kultivar PM 126 F1pada umur 7, 14, 21 dan 28 hst
PerlakuanRata-rata tinggi tanaman (cm) pada umur
7 hst 14 hst 21 hst 28 hstJarak tanam (J) j1 = 50 cm x 50 cm
j2 = 60 cm x 40 cm
j3 = 40 cm x 40 cm
13,53a
11,63a
13,77a
18,28a
16,13 b
16,13 b
22,47a
20,00a
22,81a
27,37a
24,27a
29,54a
Koefisien Keragaman (%) 11,10 13,80 11,97 9,22
Dosis kompos limbah media
jamur merang (K)
k 1 = 5 ton per hektar k 2 = 10 ton per hektar
k 3 = 15 ton per hektar
12,65a
12,89a
13,39a
16,16c
16,77 b
17,62a
20,32c
21,80 b
23,16
a
24,24c
27,51 b
29,42
a
Koefisien Keragaman (%) 5,04 9,91 3,44 5,25
Keterangan : Nilai rata-rata pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji Beda Nyata Terkecil taraf
5%.
7/16/2019 Artikel Solusi
http://slidepdf.com/reader/full/artikel-solusi 10/25
10
Pada umur 7 hst belum tampak adanya pengaruh yang nyata dari masing-
masing faktor terhadap tinggi tanaman, namun pengaruh mandiri mulai tampak sejak
umur 14 hst. Pada 14 hst baik jarak tanam maupun dosis kompos limbah media
tanam jamur merang berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman kembang kol. Jarak
tanam 50 cm x 50 cm memberikan tinggi tanaman terbaik berbeda nyata dengan jarak
tanam 60 cm x 40 cm dan 40 cm x 40 cm. Sedangkan pada umur yang sama dosis
kompos limbah media jamur merang yang memberikan tingi tanaman tertinggi adalah
dosis 15 ton per hektar berbeda nyata dengan dosis 5 ton per hektar maupun 10 ton
per hektar.
Pada umur 21 dan 28 hst, jarak tanam tidak memberikan pengaruh secara
nyata terhadap tinggi tanaman, sedangkan dosis kompos limbah media jamur merang
memberikan pengaruh yang nyata. Dosis kompos yang memberikan tinggi tanaman
tertinggi adalah 15 ton per hektar serta berbeda nyata dengan perlakuan dosis kompos
lainnya.
Jumlah Daun
Tidak terdapat pengaruh interaksi yang nyata antara jarak tanam dan dosis
kompos limbah media jamur merang terhadap jumlah daun kembang kol dari umur
7 sampai dengan 28 hst. Namun demikian terdapat pengaruh mandiri faktor dosis
kompos limbah media jamur merang.
Dari mulai umur 7 sampai dengan 28 hst faktor jarak tanam tidak
memperlihatkan pengaruh yang nyata terhadap jumlah daun tanaman kembang kol,
sebaliknya faktor dosis kompos limbah media tanam jamur merang memberikan
pengaruh yang nyata terhadap jumlah daun tanaman kembang kol.
7/16/2019 Artikel Solusi
http://slidepdf.com/reader/full/artikel-solusi 11/25
11
Tabel 2. Pengaruh jarak tanam dan dosis kompos limbah media tanam jamur
merang terhadap jumlah daun kembang kol ( Brassica oleracea L. var
botrytis sub var. cauliflora DC ) kultivar PM 126 F1
PerlakuanRata-rata jumlah daun (lembar) pada umur
7 hst 14 hst 21 hst 28 hst
Jarak tanam (J)
1 = 50 cm x 50 cm
2 = 60 cm x 40 cm
3 = 40 cm x 40 cm
4,10a
4,26a
4,69a
6,80a
6,41a
6,49a
8,50a
8,37a
8,49a
11,00a
10,30a
11,70a
Koefisien Keragaman (%) 11,83 21,52 8,61 15,30
Dosis kompos limbah mediaamur merang (K)k 1 = 5 ton per hektar
k 2 = 10 ton per hektar
k 3 = 15 ton per hektar
4,11 b
4,29 b
4,61a
6,22 b
6,51 b
6,94a
8,07 b
8,39 b
8,89a
10,33 b
10,87 b
12,01a
Koefisien Keragaman (%) 7,40 4,84 5,47 4,80
Keterangan : Nilai rata-rata pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji Beda Nyata Terkecil taraf
5%.
Dari Tabel 2 tampak dosis kompos limbah media tanam jamur merang yang
memberikan rata-rata jumlah daun tertinggi adalah dosis kompos limbah media tanam
jamur merang 15 ton per hektar, berbeda nyata dengan pemberian kompos 5 ton per
hektar maupun 10 ton per hektar.
4.1.2.1 Diameter Batang
Tidak terdapat pengaruh interaksi antara jarak tanam dan dosis kompos
limbah media jamur merang terhadap diameter batang tanaman kembang kol.
Tidak terdapat pengaruh mandiri jarak tanam terhadap diameter batang, namun
demikian terdapat pengaruh mandiri dosis kompos limbah media jamur merang
terhadap diameter batang dari 7 sampai dengan 28 hst.
7/16/2019 Artikel Solusi
http://slidepdf.com/reader/full/artikel-solusi 12/25
12
Tabel 3. Pengaruh jarak tanam dan dosis kompos limbah media tanam jamur merang
terhadap diameter batang kembang kol ( Brassica oleracea L. var botrytis
sub var. cauliflora DC ) kultivar PM 126 F1
PerlakuanRata-rata diameter batang (mm) pada umur
7 hst 14 hst 21 hst 28 hst
Jarak tanam (J)
1 = 50 cm x 50 cm
2 = 60 cm x 40 cm
3 = 40 cm x 40 cm
2,80a
3,00a
3,23a
3,80a
3,40a
4,06a
5,20a
4,80a
5,39a
8,30a
6,90a
7,94a
Koefisien Keragaman (%) 19,96 19,82 9,50 13,77
Dosis kompos limbah media
amur merang (K)
k 1 = 5 ton per hektar k 2 = 10 ton per hektar k 3 = 15 ton per hektar
2,87
b
3,02ab
3,14
a
3,63
b
3,79a
3,91a
4,80
c
5,12 b
5,53a
7,01
c
7,73 b
8,38a
Koefisien Keragaman (%) 6,88 14,27 5,47 5,71
Keterangan : Nilai rata-rata pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang samamenunjukkan tidak berbeda nyata pada uji Beda Nyata Terkecil taraf
5%.
Pada umur 7 dan 14 hst dosis kompos 15 ton per hektar memberikan diameter
batang terbesar berbeda nyata dengan dosis kompos 5 ton per hektar. Demikian juga
pada 21 dan 28 hst dosis kompos 15 ton per hektar memberikan diameter batang
terbesar berbeda nyata dengan perlakuan kompos lainnya.
Rata-rata Luas per Helai Daun
Tidak terdapat pengaruh interaksi antara jarak tanam dan dosis kompos
limbah media jamur merang terhadap luas per helai daun tanaman kembang kol.
Tidak terdapat pengaruh mandiri jarak tanam terhadap luas daun tanaman kembang
kol, namun demikian terdapat pengaruh mandiri dosis kompos limbah media jamur
merang terhadap luas per helai daun saat panen.
7/16/2019 Artikel Solusi
http://slidepdf.com/reader/full/artikel-solusi 13/25
13
Tabel 4. Pengaruh jarak tanam dan dosis kompos limbah media tanam jamur
merang terhadap rata-rata luas per helai daun tanaman kembang kol
( Brassica oleracea L. var botrytis sub var. cauliflora DC ) kultivar PM 126F1
Perlakuan Rata-rata luas per helai daun (cm2)
Jarak tanam (J)
1 = 50 cm x 50 cm
2 = 60 cm x 40 cm
3 = 40 cm x 40 cm
357,49a
338.49a
339,45a
Koefisien Keragaman (%) 6,97
Dosis kompos limbah media
amur merang (K)k 1 = 5 ton per hektar
k 2 = 10 ton per hektar k 3 = 15 ton per hektar
301,74 b
357,90a
375,79a
Koefisien Keragaman (%) 8,99
Keterangan : Nilai rata-rata pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang samamenunjukkan tidak berbeda nyata pada uji Beda Nyata Terkecil taraf
5%.
Dari hasil uji Beda Nyata Terkecil pada taraf 5% yang terdapat pada Tabel 4
tampak bahwa rata-rata luas per helai daun tertinggi diperoleh dari perlakuan dosis
kompos limbah media jamur merang 15 ton per hektar berbeda nyata dengan dosis
kompos 5 ton per hektar tetapi tidak berbeda nyata dengan dosis kompos 10 ton per
hektar.
4.1.2.2 Diameter Bunga
Terdapat pengaruh interaksi antara jarak tanam dan dosis kompos limbahmedia jamur merang terhadap diameter bunga kembang kol. Tidak terdapat
pengaruh mandiri jarak tanam terhadap luas daun tanaman kembang kol, namun dosis
kompos limbah media jamur merang memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
diameter bunga kembang kol.
7/16/2019 Artikel Solusi
http://slidepdf.com/reader/full/artikel-solusi 14/25
14
Hasil uji Beda Nyata Terkecil diameter kembang kol terdapat pada Tabel 5.
Pada jarak tanam 50 cm x 50 cm dan jarak tanam 60 cm x 40 cm dosis kompos 15 ton
per hektar memberikan diameter bunga terbesar berbeda nyata dengan dosis kompos
5 ton per hektar. Sedangkan pada jarak tanam 40 cm x 40 cm semua dosis kompos
memberikan diameter yang tidak berbeda nyata.
Tabel 5. Pengaruh interaksi antara jarak tanam dan dosis kompos limbah media
tanam jamur merang terhadap diameter bunga kembang kol ( Brassicaoleracea L. var botrytis sub var. cauliflora DC ) kultivar PM 126 F1
Dosis kompos
(K)
Rata-rata diameter bunga (cm)
Jarak tanam (J)
j1 (50 cm x 50 cm) j2 (60 cm x 40 cm) j3 (40 cm x 40 cm)
k 1 (5 ton per
hektar)
13,02
A
12,45
A
13,20a
A
k 2 (10 ton per
hektar)
14,03a
A
13,16a
A
13,50a
A
k 3 (15 ton per
hektar)
14,33a
A
13,73a
A
14,01a
A
CV(a) =8,82%
CV(b) = 3,44 %
Keterangan : Nilai rata-rata pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang samamenunjukkan tidak berbeda nyata pada uji Beda Nyata Terkecil taraf
5%. Huruf besar berlaku horizontal, huruf kecil berlaku vertikal.
4.1.2.3 Berat Bunga per Tanaman
Tidak terdapat pengaruh interaksi antara jarak tanam dan dosis kompos
limbah media jamur merang terhadap berat bunga per tanaman kembang kol. Tidak
terdapat pengaruh mandiri jarak tanam terhadap berat bunga per tanaman kembang
kol, namun demikian terdapat pengaruh mandiri dosis kompos limbah media jamur
merang terhadap variabel yang sama.
7/16/2019 Artikel Solusi
http://slidepdf.com/reader/full/artikel-solusi 15/25
15
Hasil uji Beda Nyata Terkecil rata-rata berat bunga tanaman kembang kol
terdapat pada Tabel 6.
Berat bunga per tanaman yang paling tinggi diperoleh dari perlakuan dosis
kompos 15 ton per hektar berbeda nyata dengan kedua dosis lainnya.
Tabel 6. Pengaruh jarak tanam dan dosis kompos limbah media jamur merangterhadap berat bunga per tanaman kembang kol ( Brassica oleracea L. var
botrytis sub var. cauliflora DC ) kultivar PM 126 F1
Perlakuan Berat bunga per tanaman (kg)
Jarak tanam (J)
1 = 50 cm x 50 cm
2 = 60 cm x 40 cm
3 = 40 cm x 40 cm
0,51 a 0,49
a
0,53a
Koefisien Keragaman 9,50
Dosis kompos limbah
media jamur merang (K)
k 1 = 5 ton per hektar k 2 = 10 ton per hektar
k 3 = 15 ton per hektar
0,44c
0,50 b
0,59a
Koefisien Keragaman 11,50Keterangan : Nilai rata-rata pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji Beda Nyata Terkecil taraf
5%.
Berat Bunga per Petak
Tidak terdapat pengaruh interaksi antara jarak tanam dan dosis kompos
limbah media jamur merang terhadap berat bunga kembang kol per petak. Namun
terdapat pengaruh mandiri baik dari jarak tanam maupun dosis kompos limbah media
jamur merang terhadap variabel yang sama.
Hasil uji Beda Nyata Terkecil rata-rata berat bunga tanaman kembang kol
per petak terdapat pada Tabel 7.
7/16/2019 Artikel Solusi
http://slidepdf.com/reader/full/artikel-solusi 16/25
16
Jarak tanam yang memberikan hasil tertinggi berupa berat bunga per petak
adalah jarak tanam 40 cm x 40 cm berbeda nyata dengan kedua jarak tanam lainnya,
sedangkan perlakuan dosis kompos yang memberikan hasil tertinggi adalah dosis 15
ton per hektar berbeda nyata dengan kedua dosis lainnya.
Tabel 7. Pengaruh jarak tanam dan dosis kompos limbah media jamur merangterhadap berat bunga per petak tanaman kembang kol ( Brassica oleracea
L. var botrytis sub var. cauliflora DC ) kultivar PM 126 F1
PerlakuanBerat bunga per petak
(kg)
Jarak tanam (J)
1 = 50 cm x 50 cm
2 = 60 cm x 40 cm
3 = 40 cm x 40 cm
13,31 b
12,99 b
18,26 a
Koefisien Keragaman 18,93
Dosis kompos limbah media jamur merang (K)k 1 = 5 ton per hektar k 2 = 10 ton per hektar k 3 = 15 ton per hektar
13,01 c14,56 b
17,00 a
Koefisien Keragaman 9,28
Keterangan : Nilai rata-rata pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang samamenunjukkan tidak berbeda nyata pada uji Beda Nyata Terkecil taraf
5%.
Berat Kering Akar Tanaman dan Serapan Hara
Hasil analisis berat kering akar tanaman yang dilakukan oleh Balai Penelitian
Tanaman Sayuran (2012) menunjukkan bahwa pada tanaman sampel pemberian
kompos dapat meningkatkan berat kering akar tanaman. Sedangkan tanaman sampel
yang diambil dari jarak tanam terapat (40 cm x 40 cm) memiliki berat akar tertinggi,
sedangkan berat akar terendah diperoleh dari tanaman sampel dengan jarak tanam 60
cm x 40 cm.
Pada setiap jarak tanam serapan hara tanaman sampel terhadap unsur nitrogen
dan kalium yang tertinggi diperoleh dari tanaman sampel yang diberi kompos 15 ton
7/16/2019 Artikel Solusi
http://slidepdf.com/reader/full/artikel-solusi 17/25
17
per hektar. Jika dibandingkan sampel dari ketiga jarak tanam yang berbeda, tanaman
sampel dari jarak tanam 50 cm x 50 cm mendapatkan serapan hara N dan K tertinggi,
sedangkan serapan hara terendah diperoleh dari tanaman sampel dengan jarak tanam
60 cm x 40 cm.
Tabel 8. Rata-rata berat kering akar dan serapan hara per tanaman kembang kol( Brassica oleracea L. var botrytis sub var. cauliflora DC ) kultivar PM 126
F1
Jarak
tanam Dosis kompos Rata-rata Rata-rata serapan hara(ton per hektar) berat kering akar (mg per tanaman)
(g) N K
j1 k1(5) 0,96 321,70 194,20
k2 (10) 1,08 340,57 222,97
k3 (15) 1,27 730,60 511,80
Rata-rata pada j1 1,00 428,54 288,08
j2 k1 (5) 0,36 61,97 38,83
k2 (10) 0,98 248,07 151,20
k3 (15) 1,60 384,57 255,53
Rata-rata pada j2 0,98 231,53 148,52
j3 k1 (5) 0,53 94,00 80,63
k2 (10) 1,38 188,00 136,73
k3 (15) 2,26 516,67 354,30
Rata-rata pada j3 1,39 266,22 190,56
Pembahasan
1. Keadaan Lingkungan Awal Lokasi Percobaan serta Pengaruhnya terhadap
Kembang Kol
Tanaman kembang kol termasuk tanaman sayuran yang memerlukan hara
tinggi serta perlu kecukupan air. Oleh karena itu menurut Rukmana (1994) tanaman
kembang kol harus ditanam pada tanah dengan pengairan dan drainase yang
7/16/2019 Artikel Solusi
http://slidepdf.com/reader/full/artikel-solusi 18/25
18
memadai. Tanaman ini menyaratkan tanah harus subur, gembur dan mengandung
banyak bahan organik. Tanah tidak boleh kekurangan magnesium (Mg), molibdenum
(Mo) dan boron (Bo) kecuali jika ketiga unsur hara mikro tersebut ditambahkan dari
pupuk.
Lahan yang dijadikan tempat percobaan merupakan lahan sawah yang
memiliki kandungan C-organik rendah. Menurut Handayanto (1999), sistem
pertanian bisa menjadi sustainable (berkelanjutan) jika kandungan bahan organik
tanah lebih dari 2 %. Berdasarkan hal itu maka tanah tersebut memerlukan asupan
bahan organik. Kompos Limbah media jamur merang memiliki kandungan N yang
sangat tinggi, P2O5 dan K 2O yang sangat rendah, tetapi yang paling penting
penambahan kompos limbah media tanam jamur merang sebagai bahan organik
diharapkan memperbaiki sifat fisik dan biologi tanah serta menambah unsur hara
mikro.
Kompos limbah media jamur merang yang digunakan dalam penelitian ini
memiliki C/N rasio yang rendah yaitu 8,7. Hal ini menunjukkan bahwa kompos
tersebut sudah terdekomposisi dengan sempurna. Menurut Sutedjo (2008) akhir
fermentasi rasio C/N kompos adalah sebesar 15 – 17. Sedangkan Sutanto (2002)
menyatakan bahwa bahan organik yang mengalami proses pengomposan baik dan
telah menjadi pupuk organik yang stabil mempunyai rasio C/N kurang dari 15.
Pemberian kompos dapat menurunkan suhu tanah dan meningkatkan
kelembaban tanah. Hal ini sejalan dengan pendapat Simamora dan Salundik (2008)
yang menyatakan bahwa salah satu fungsi kompos adalah meningkatkan kapasitas
mengikat air, sehingga sangat sesuai jika digunakan di lahan kering pada musim
kemarau.
Tipe iklim di lokasi penelitian menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson
(1951 ) yang dikutip oleh Kartasapoetra (2006) termasuk tipe iklim sedang, namun
karena percobaan ini dilakukan pada musim kemarau, maka lingkungan juga relatif
kering. Selama percobaan hujan hanya turun satu kali yaitu pada saat tanaman
kembang kol berumur 8 hst. Suhu dan kelembaban relatif udara kurang sesuai untuk
7/16/2019 Artikel Solusi
http://slidepdf.com/reader/full/artikel-solusi 19/25
19
pertumbuhan tanaman kembang kol. Walaupun kembang kol kultivar PM 126 F1 ini
termasuk jenis yang adaptif di dataran rendah, tapi untuk dapat tumbuh dan
berkembang dengan baik tanaman ini memerlukan kondisi lingkungan yang
optimum. Menurut Rukmana (1994) suhu yang ideal bagi tanaman kembang kol
adalah 15,5 sampai dengan 24oC, dengan kelembaban optimum antara 80 sampai
90%. Hal ini menyebabkan pertumbuhan dan hasil tanaman kembang kol tidak
maksimal. Menurut deskripsi kembang kol kultivar PM 126 F1 memiliki tinggi
tanaman 51,1 cm sedangkan rata-rata tinggi tanaman tertinggi hasil percobaan hanya
sekitar 29 cm.
Demikian juga berat bunga per tanaman pada deskripsi mencapai 1 sampai 1,5
kg sedangkan hasil percobaan berat bunga tertinggi hanya mencapai 0,59 kg. Hal
ini diduga suhu udara yang tinggi sehingga menghambat proses metabolisme
tanaman. Menurut Salisbury dan Ross (1992) pada suhu yang tinggi stomata akan
menutup dan menghambat masuknya CO2 ke dalam daun, sehingga terjadi penurunan
efisiensi fotosintesis. Hal ini menyebabkan pertumbuhan dan hasil tanaman kembang
kol tidak maksimal.
2. Pengaruh Jarak Tanam terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman
Kembang Kol
Dari hasil analisis, pada umumnya jarak tanam tidak berpengaruh secara
mandiri terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kembang kol, kecuali pada tinggi
tanaman 14 hst, dan berat segar bunga per petak. Tidak berpengaruhnya jarak tanam
tersebut menandakan bahwa belum terdapat kompetisi antar tanaman, sekalipun pada
jarak tanam yang paling rapat. Pada jarak tanam yang rapat biasanya terjadi kompetisi
sinar matahari, unsur hara, air, dan ruang tumbuh. Pada masa pertumbuhan
tampaknya tidak ada kompetisi secara nyata karena tanaman kembang kol merupakan
tanaman yang pendek. Pada jarak tanam 40 cm x 40 cm (jarak tanam terapat) tidak
ada tanaman yang tajuknya saling menutupi. Selain itu kebutuhan hara terpenuhi,
serta penyiramanpun tetap dilakukan secara rutin.
7/16/2019 Artikel Solusi
http://slidepdf.com/reader/full/artikel-solusi 20/25
20
Jarak tanam mempengaruhi berat segar bunga per petak. Jarak tanam
yang paling rapat yaitu 40 cm x 40 cm memberikan hasil tertinggi, karena
memiliki populasi yang lebih tinggi dibandingkan kedua jarak tanam lainnya.
Menurut Musa dkk. (2007) dengan pengaturan jarak tanam yang baik, maka
pemanfaatan ruang yang ada bagi pertumbuhan tanaman dan kapasitas
penyangga terhadap peristiwa yang merugikan dapat diefisienkan.
3. Pengaruh Dosis Kompos Limbah Media Jamur Merang terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kembang Kol
Dosis kompos mempengaruhi secara nyata seluruh variabel pengamatan.
Dosis kompos 15 ton per hektar memberikan pertumbuhan dan hasil terbaik. Dari
pengamatan penunjang berat akar tertinggi diperoleh pada tanaman sampel yang
diberikan kompos 15 ton per hektar. Hal ini menunjukkan bahwa dengan pemberian
kompos yang tinggi maka sifat fisik tanah sawah dapat diperbaiki. Faktor pembatas
dalam percobaan ini bukan unsur hara dan jumlah air yang diberikan, tetapi keadaan
lingkungan yang kering, serta sifat fisik tanah yang buruk. Dalam keadaan suhu
udara yang tinggi maka penguapanpun menjadi tinggi, sehingga seringkali air yang
diberikan akan lebih cepat menguap sebelum air terserap oleh tanah. Walaupun
setiap petakan diberikan mulsa jerami setebal 5 cm, namun pada tanah yang
memiliki struktur berat pergerakan air secara vertikal tetap lamban, sehingga
penyerapan air oleh tanahpun menjadi lamban. Tampaknya penambahan kompos
sebagai bahan organik menyebabkan tanah sawah yang berstruktur berat menjadi
lebih remah. Infiltrasi dapat diperbaiki sehingga tanah lebih cepat dapat menyerap
air. Demikian juga aerasi tanah menjadi lebih baik karena porositas tanah bertambah
akibat terbentuknya agregat, sehingga mempermudah tumbuh kembangnya akar.
Semakin baik perkembangan akar maka semakin tinggi kemampuan
menyerap hara. Hal ini ditunjukkan pada Tabel 8. Pada tabel tersebut tampak bahwa
serapan hara nitrogen dan kalium tertinggi adalah pada tanaman sampel dengan dosis
kompos 15 ton per hektar. Nitrogen dan kalium adalah unsur makro yang
7/16/2019 Artikel Solusi
http://slidepdf.com/reader/full/artikel-solusi 21/25
21
mempengaruhi pertumbuhan dan hasil. Nitrogen berpengaruh dalam sintesis asam
amino, protein, asam nukleat, dan koenzim. Protein mempunyai fungsi penting
dalam pertumbuhan sel vegetatif tanaman sebagai katalisator dan pengatur
metabolisme (Grunes dan Allaway, 1985). Protein merupakan bagian dari
protoplasma, sehingga adanya unsur N akan mendorong pertumbuhan tanaman di atas
permukaan tanah. Sedangkan kalium terlibat dalam banyak proses biokimia dan
fisiologi yang sangat vital bagi pertumbuhan dan hasil tanaman, serta ketahanan
terhadap cekaman (Marshner dan Cakmak dalam Ali Munawar, 2011). Unsur kalium
esensial dalam fotosintesis karena terlibat di dalam sintesis ATP, produksi dalam
aktivitas enzim-enzim fotosintesis, penyerapan CO2 melalui mulut daun, dan berperan
selama fosforilasi di dalam kloroplas, selain itu K juga terlibat dalam pengangkutan
hasil-hasil fotosintesis dari daun melalui floem ke jaringan organ reproduktif dan
penyimpan (buah, biji, umbi, dan lain-lain) (Havlin et al , 2005). Pada tanaman
sayuran pasokan K dapat memperbaiki ukuran, warna, dan rasa (Munawar, 2011).
4. Pengaruh Interaksi Jarak Tanam dan Dosis Kompos Limbah Media Jamur
Merang terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kembang Kol
Terdapat pengaruh interaksi antara jarak tanam dan dosis kompos limbah
media jamur merang terhadap diameter bunga kembang kol.
Pada jarak tanam 50 cm x 50 cm (j1) dan 60 cm x 40 cm (j2) diameter bunga
tertinggi terdapat pada dosis kompos 15 ton per hektar, berbeda nyata dengan dosis
kompos 5 ton per hektar. Hal ini sejalan dengan serapan hara. Tabel 8 menunjukkan
bahwa serapan hara khususnya K pada j1 dan j2 penambahan dosis kompos dari k 1 ke
k 3 menyebabkan serapan haranya meningkat. Menurut Hasan Basri Jumin (1989)
salah satu faktor yang mempengaruhi penyerapan hara oleh akar adalah serapan air.
Fungsi air bagi tanaman adalah sebagai pelarut dalam proses fotosintesis dan proses
hidrolitik, bagian esensial dalam menstabilkan turgor sel tanaman, pengatur suhu bagi
tanaman, merupakan unsur penting dari protoplasma terutama pada jaringan
meristematik serta transport bagi garam-garam, gas dan material lainnya dalam tubuh
7/16/2019 Artikel Solusi
http://slidepdf.com/reader/full/artikel-solusi 22/25
22
tanaman (Jumin, 1989). Salah satu faktor yang mempengaruhi penyerapan air oleh
tanaman adalah sirkulasi udara tanah (aerasi tanah). Hal ini dapat menjelaskan
penyebab tercapainya diameter bunga tertinggi pada dosis kompos 15 ton per hektar.
Sedangkan pada jarak tanam 40 cm x 40 cm penambahan dosis kompos tidak dapat
meningkatkan diameter bunga secara nyata. Pada saat tanaman berbunga, mulai
terjadi kompetisi dalam penggunaan ruang tumbuh. Walaupun serapan haranya
tinggi akan tetapi jarak tanamnya sempit, maka diameter bunganya tidak akan
mencapai maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. 2010. Jenis Tanah di kabupaten
Karawang. Karawang.
Balai Penelitian Tanaman Sayuran. 2004. Profil Komoditas Kubis. Departemen
Pertanian, Jakarta.
Laboratorium Penguji Balai Penelitian Tanaman Sayuran. 2012. Hasil Analisis
Tanah. Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Bandung
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. 1991. Kesuburan Tanah. Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan., Jakarta.
Gardner, F.,P.,R.B.Peace, dan R.L.Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya.
Universitas Indonesia (UI) Press. Jakarta.
Gomes, K. A. dan A. A. Gomes. 1995. Prosedur Statistik untuk Penelitian Pertanian
Edisi Kedua (Terjemahan). UI Press, Jakarta.
Grunes. D. L. and W. H. Allaway. 1985. Nutritional Quality of plants in Relation to
Fertilizer Use. p : 589-616. in Englstad O. P (ed.) Fertilizer Technology and
Use Soil Science Society of America Inc. Madison Wiscounsin.
Hanafiah, K. A. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta
Harjadi, S.S. 1979. Pengantar Agronomi. Jakarta.
Harjowigeno, S. 2003. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Akademika Pressindo,
Jakarta.
7/16/2019 Artikel Solusi
http://slidepdf.com/reader/full/artikel-solusi 23/25
23
Hasibuan, B. E. 2008. Pupuk Dan Pemupukan. Fakultas Pertanian , USU. Medan.
Hegde, D.M. and B.S, Dwivedi. 1993. Integrated Nutrient Supply and Managementas a Strategy To Meet Nutrient Demand In : Fert News. 38: 49-59.
Jumin, H.B. 1992. Ekologi Tanaman, Suatu Pendekatan Fisiologis. Penerbit CV
Rajawali, Jakarta.
Kartasapoetra, AG. 2006. Klimatologi (Pengaruh Iklim Terhadap Tanah dan
Tanaman). Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.
Kementerian Pertanian. 2011. Kementan Kembangkan Sayuran Dataran Rendah.
Jawa Barat. http://www.florabiz.net/news/kemtan-kembangkan-tanaman-
sayuran-dataran-rendah.html. (Diakses tanggal 21 Pebruari 2012)
Kuswana, N. 2006. Pengaruh Kombinasi Kompos Limbah Jamur Merang dan Pupuk
Majemuk NPK terhadap Pertumbuhan dan Hasil Padi (Oryza sativa L.)Varietas Cibogo. (Skripsi). Universitas Singaperbangsa Karawang,
Karawang.
Lingga dan Marsono. 2003. Pupuk dan Pemupukan. Penebar Swadaya, Jakarta.
Mariano, A.S.A. 2003. Pengaruh Pupuk Phonska dan Mulsa Jerami terhadap
Beberapa Sifat Fisik dan Kimia Tanah serta Produksi Kedelai (Glycine L.
Merr). Program Studi Ilmu Tanah , Departemen Tanah, Fakultas Pertanian,
IPB, Bogor.
Munawar. 2011. Kesuburan Tanaman dan Nutrisi Tanaman. IPB Press, Bogor.
Nasih, 2006. Kategori Pupuk. http://nasih midia
yunomo.staff.ugm.ac.id/p/002%20kat.htm (Diakses tanggal 27 maret 2010)
Nurlenawati, N., A. Jannah, Nimih. 2011. Respon Pertumbuhan dan Hasil Tanaman
Cabai Merah (Capsicum annuum L.) Varietas Prabu terhadap Berbagai Dosis
Pupuk Fosfat dan Bokashi Jerami Limbah Jamur Merang. Majalah Ilmiah
Solusi Vol 9 No. 18, Maret- Mei 2011.
Perum Jasa Tirta II. 2012. Data Curah Hujan Kecamatan Telukjambe Barat selama10 Tahun Terakhir. Purwakarta.
PT East West. 2010. Deskripsi Kembang Kol ( Brassica oleraceae var botrytis L sub
var cauliflora kultivar PM 126 F1.
Rahayu, Y.S., N.Nurlenawati, E. Fitriyah. 2012. Respon Pertumbuhan dan Hasil
Tanaman Kembang Kol (( Brassica oleracea. L Var botrytis sub var.
7/16/2019 Artikel Solusi
http://slidepdf.com/reader/full/artikel-solusi 24/25
24
cauliflora DC ) terhadap Dosis Nitrogen dan Pupuk Kandang Sapi di Dataran
Rendah pada Musim Kemarau. Laporan Penelitian. LPPM-Unsika.
Karawang
Resiworo, D. 1992. Pengendalian Gulma dengan Pengaturan Jarak Tanam dan Cara
Penyiangan pada Pertanaman Kedelai. Prosiding Konferensi Himpunan Ilmu
Gulma Indonesia. Ujung Pandang.
Rukmana, R. 1994. Budidaya Kubis Bunga dan Brokoli. Penerbit Kanisius ,Yogyakarta.
Salisbury, B dan C.W. Ross. 1992. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2 (Terjemahan).Penerbit ITB, Bandung.
Sarief, E.S. 1984. Ilmu Tanah Pertanian. Pustaka Buana, Bandung.
Simamora, S. , Salundik. 2008. Meningkatkan Kualitas Kompos. Agro Media,
Jakarta.
Simanungkalit, et al., 2006. Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian BadanPenelitian dan Pengembangan Pertanian .
Supardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. IPB, Bogor.
Susila, A. D. 2006. Panduan Budidaya Tanaman Sayuran. Agroforestry andSustainable Vegetable Production in Southeast Asian Wathershed Project
.SANREM- CRSP- USAID.
Sutanto. R. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Yogyakarta: Kanisius.
Sutedjo, MM. 2008. Pupuk dan Cara Pemupukan. Jakarta: Rineka Cipta.
Suyatno, P.T. 2011. Pengaruh Dosis Pupuk Majemuk NPK dan Kompos Limbah
Media Jamur Merang terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kacang
Hijau (Vigna radiata L). Varietas Walet. Skripsi. UniversitasSingaperbangsa Karawang.
Syekhfani. 2002. Peran Bahan Organik Dalam Menunjang Pertanian Berkelanjutan.
Pelatihan Pembentukan Wirausaha Pupuk Bokashi, Pakan Ternak, danIndustri Batako Berbasis Pemanfaatan Sampah Kota. Malang, 29 Juni – 10
Juli 2002.
7/16/2019 Artikel Solusi
http://slidepdf.com/reader/full/artikel-solusi 25/25
Umboh, H.A. 2002. Petunjuk Penggunaan Mulsa. PT. Penebar Swadaya, Jakarta.