BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Kehidupan manusia dimulai sejak masa janin dalam rahim ibu. Sejak itu,
manusia kecil telah memasuki masa perjuangan hidup yang salah satunya
menghadapi kemungkinan kurangnya zat gizi yang diterima dari ibu yang
mengandungnya. Jika zat gizi yang diterima dari ibunya tidak mencukupi maka
janin tersebut akan mempunyai konsekuensi kurang menguntungkan dalam
kehidupan berikutnya.
Sejarah klasik tentang dampak kurang gizi selama kehamilan terhadap
outcome kehamilan telah banyak didokumentasikan. Fenomena the Dutch Famine
menunjukkan bahwa bayi-bayi yang masa kandungannya (terutama trimester 2
dan 3) jatuh pada saat-saat paceklik mempunyai rata-rata berat badan, panjang
badan, lingkar kepala, dan berat placenta yang lebih rendah dibandingkan bayi-
bayi yang masa kandungannya tidak terpapar masa paceklik dan hal ini terjadi
karena adanya penurunan asupan kalori, protein dan zat gizi essential lainnya.
Gangguan pertumbuhan janin ada 2 yaitu makrosmia dan IUGR (PJT).
Kejadian PJT bervariasi, berkisar 4-8% pada negara maju dan 6-30% pada negara
berkembang. Hal ini perlu menjadi perhatian karena besarnya kecacatan dan
kematian yang terjadi akibat PJT. Pada kasus-kasus PJT yang sangat parah dapat
berakibat janin lahir mati (stillbirth) atau jika bertahan hidup dapat memiliki efek
buruk jangka panjang dalam masa kanak-kanak nantinya.
Kasus-kasus PJT dapat muncul, sekalipun sang ibu dalam kondisi sehat,
meskipun, faktor-faktor kekurangan nutrisi dan perokok adalah yang paling
sering. Menghindari cara hidup berisiko tinggi, makan makanan bergizi, dan
lakukan kontrol kehamilan (prenatal care) secara teratur dapat menekan risiko
munculnya PJT.
1
Gangguan pertumbuhan janin yang lain adalah makrosomia, yaitu Berat
Badan lahir Lebih dari 4 kg. Bayi makrosomia bisa disebabkan empat faktor: 1)
Faktor kondisional, yaitu yang tak diketahui penyebabnya. Misalnya, orangtuanya
memang besar atau karena memang lingkungannya (faktor gizi) yang
memungkinkan bayi mempunyai BBL besar; 2) Ibu hamil menderita diabetes
mellitus; 3) Ibu yang mengalami kelebihan berat badan (obesitas); dan 4) Ibu
yang mengalami kehamilan lebih bulan.
1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umumnya adalah agar pembaca mengetahui, mengerti
dan mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan
“Gangguan pertumbuhan janin”.
1.2.2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khususnya adalah agar pembaca mengetahui, mengerti
dan mampu melaksanakan:
a. Pengkajian keperawatan pada pasien yang mengalami gangguan
pertumbuhan janin.
b. Diagnosa keperawatan pada pasien yang mengalami gangguan
pertumbuhan janin.
c. Intervensi keperawatan pada pasien yang mengalami gangguan
pertumbuhan janin
d. Implementasi keperawatan pada pasien yang mengalami gangguan
pertumbuhan janin
e. Evaluasi keperawatan pada pasien yang mengalami gangguan
pertumbuhan janin
2
1.3. Manfaat
a. Mahasiswa mampu melaksanakan pengkajian keperawatan pada pasien
dengan gangguan pertumbuhan janin.
b. Mahasiswa mampu melaksanakan diagnosa keperawatan pada pasien dengan
gangguan pertumbuhan janin.
c. Mahasiswa mampu melaksanakan intervensi keperawatan pada pasien dengan
gangguan pertumbuhan janin.
d. Mahasiswa mampu melaksanakan implementasi keperawatan pada pasien
dengan gangguan pertumbuhan janin.
e. Mahasiswa mampu melaksanakan evaluasi keperawatan pada pasien dengan
gangguan pertumbuhan janin.
3
BAB II
KONSEP PENYAKIT
Proses Pertumbuhan janin dari minggu ke minggu mengalami perkembangan.
Perubahan–perubahan yang terjadi diharapkan dalam keadaan normal
Akan tetapi tidak menutup kemungkinan terjadi penyimpangan – penyimpangan
seperti pertumbuhan janin yang terhambat dan kelainan – kelainan pada janin lainnya.
Banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan janin diantaranya : faktor genetic,
faktor lingkungan dan factor nutrisi.
Gangguan pertumbuhan janin terbagi dua, yaitu makrosomia (bayi lahir besar,
> 4 kg) dan IUGR. IUGR (Intra Uterine Growth Restriction) bisa juga disebut dengan
istilah small for gestational age (SGA) atau Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT).
“Istilah ini menggambarkan kondisi janin lebih kecil dari yang diharapkan sesuai
dengan usia kehamilan, yaitu bayi yang berat badan lahirnya sama dengan atau lebih
rendah dari persentil ke-10 untuk masa kehamilan pada Denver Intrauterine Growth
Curves,” jelas dr. M.S. Nadir Chan, SpOG (K). Artinya janin memiliki berat kurang
dari 90 persen dari keseluruhan (baik ukuran atau berat) dalam usia kehamilan yang
sama, dibandingkan dengan janin normal. Janin dengan PJT dapat terjadi pada janin
dengan usia kehamilan prematur, aterm (cukup bulan) maupun post matur (lebih
bulan). Gangguan pertumbuhan janin dalam kehamilan (=IUGR=FGR) merupakan
kejadian yang sering ditemukan dalam bidang obstetri. Kelainan ini meningkatkan
morbiditas dan mortalitas bayi nomor 2 setelah prematuritas
2.1. Definisi
IUGR adalah ketidaknormalan pertumbuhan dan perkembangan dari
fetus, yang mana terjadi 3-7% dari persalinan, tergantung pada criteria diagnose
yang dipergunakan. Pertumbuhan fetus yang terhambat beresiko tinggi untuk
terjadinya kesakitan dan kematian.
4
Definisi menurut WHO (1969), janin yang mengalami pertumbuhan yang
terhambat adalah janin yang mengalami kegagalan dalam mencapai berat standard
atau ukuran standard yang sesuai dengan usia kehamilannya. Pertumbuhan Janin
Terhambat atau Intra Uterine Growth Restriction adalah suatu keadaan dimana
terjadi gangguan nutrisi dan pertumbuhan janin yang mengakibatkan berat badan
lahir dibawah batasan tertentu dari usia kehamilannya. Menurut Gordon, JO
(2005) pertumbuhan janin terhambat-PJT (Intrauterine growth restriction)
diartikan sebagai suatu kondisi dimana janin berukuran lebih kecil dari standar
ukuran biometri normal pada usia kehamilan. Kadang pula istilah PJT sering
diartikan sebagai kecil untuk masa kehamilan-KMK (small for gestational age).
Janin yang beratnya dibawah presentil ke 10 usia kehamilannya dan
lingkaran perut dibawah presentil ke 2,5. Standar berat badan bayi yang disebut
cukup bulan adalah 2500. Definisi yang sering dipakai adalah bayi-bayi yang
mempunyai berat badan dibawah 10 persentil dari kurva berat badan bayi yang
normal). Dalam 5 tahun terakhir, istilah Retardation pada Intra Uterine Growth
Retardation (IUGR) telah berubah menjadi Restriction oleh karena Retardasi lebih
ditekankan untuk mental.
2.2. Etiologi
Penyebab terjadinya gangguan pertumbuhan pada janin:
a. Penyebab ibu
1) Fisik ibu yang kecil
Nutrisi
Status gizi ibu bukan merupakan yang membatasi kecuali pada
kasus- kasus kelaparan yang ekstrim, kekurangan gizi yang ekstrim
dapat menyebabkan BBLR.
Kenaikan berat tidak adekuat selama kehamilan dapat
menyebabkan PJT.
5
Kenaikan berat badan ibu selama kehamilan sebaiknya 9-16 kg.
apabila wanita dengan berat badan kurang harus ditingkatkan
sampai berat badan ideal ditambah dengan 10-12 kg
2) Penyakit ibu kronik
Kondisi ibu yang memiliki hipertensi kronik, penyakit
jantungsianotik, diabetes, serta penyakit vaskular kolagen dapat
menyebabkan PJT. Semua penyakit ini dapat menyebabkan pre-eklampsia
yang dapat membawa ke PJT
3) Kebiasaan seperti merokok, mengkonsumsi alkohol dan narkoba
b. Penyebab janin
1) Infeksi selama kehamilan
Infeksi bakteri, virus, protozoa dapat menyebabkan PJT. Rubela
dan cytomegalovirus (CMV) adalah infeksi yang sering menyebabkan PJT.
2) Kelainan bawaan dan kelainan kromosom
Gangguan terjadi sejak semula pertemuan kromosom, termasuk
kromosom sel.
Kelaianan kromosom seperti trisomi atau triploidi dan
kelainan jantung bawaan yang berat sering berkaitan dengan PJT.
Trisomi 18 berkaitan dengan PJT simetris serta polihidramnion (cairan
ketuban berlebih). Trisomi 13 dan sindroma Turner juga berkaitan dengan
PJT.
3) Pajanan patogen (zat yang berbahaya bagi pertumbuhan janin)
Berbagai macam zat yang bersifat teratogen seperti obat anti
kejang, rokok, narkotik, dan alkohol dapat menyebabkan PJT.
c. Penyebab uterus dan plasenta (ari-ari)
Pada plasenta, gangguan pasokan darah ke uterus atau permukaan
plasenta yang tidak luas dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan yang
serius pada janin. Pelepasan plasenta pada pinggir-pinggirnya dalam
kehamilan muda disertai perdarahan dan pembentukan parut disana (placenta
6
circumvallata) bisa membatasi pertumbuhan janin dan menyebabkan
hambatan pertumbuhan interuterin. Implantasi plasenta pada daerah serviks
bisa menyebabkan pertumbuhan plasenta terbatas. Plasenta yang mempunyai
banyak infark kecil-kecil kehilangan luas permukaan untuk pertukaran dan
merusak pengangkutan substrat yang mencukupi kepada janin. Solusio
plasenta yang kronik mengurangi luas permukaaan fungsionalnya dan dengan
demikian juga dapat menyebabkan hambatan pertumbuhan interuterin pada
janin.
2.3. Manifestasi klinis
PJT dicurigai apabila terdapat riwayat PJT sebelumnya dan ibu dengan
penyakit kronik. Selain itu peningkatan berat badan yang tidak adekuat juga
dapat mengarah ke PJT. Dokter dapat menemukan ukuran rahim yang lebih kecil
dari yang seharusnya.
Bayi-bayi yang dilahirkan dengan PJT biasanya:
a. tampak kurus,
b. pucat,
c. berkulit keriput.
d. Tali pusat umumnya tampak rapuh dan layu dibanding pada bayi normal
yang tampak tebal dan kuat.
PJT muncul sebagai akibat dari berhentinya pertumbuhan jaringan atau
sel. Hal ini terjadi saat janin tidak mendapatkan nutrisi dan oksigenasi yang
cukup untuk perkembangan dan pertumbuhan organ dan jaringan, atau karena
infeksi.
Bayi-bayi yang dilahirkan dengan PJT akan mengalami keadaan berikut
:
Penurunan level oksigenasi
Nilai APGAR rendah (suatu penilaian untuk menolong identifikasi
adaptasi bayi segera setelah lahir)
7
Aspirasi mekonium (tertelannya faeces/tinja bayi pertama di dalam
kandungan) yang dapat berakibat sindrom gawat nafas
Hipoglikemi (kadar gula rendah)
Kesulitan mempertahankan suhu tubuh janin
Polisitemia (kebanyakan sel darah merah)
2.4. Patofisiologi
Secara Klinis IUGR dibagi 3, berdasarkan waktu kapan mulai dan berapa
lamanya pengaruh yang menghambat pertumbuhan itu berlangsung.
a. Type 1, simetrik IUGR atau proporsional (kronis)
Type 1 IUGR menunjuk pada bayi dengan potensi penurunan
pertumbuhan. Type IUGR ini dimulai pada gestasi yang lebih awal, dan
semua fetus ini menurut perbandingan SGA. Lingkar dada dan kepala,
panjang dan beratnya semua dibawah 10 persentil untuk usia kehamilan, tetapi
bayi ini memiliki Indek Ponderal yang normal.Type 1 IUGR merupakan
akibat dari hambatan pertumbuhan pada awal kehamilan. Pada tahapan awal
pertumbuhan embrio fetus, ditandai dengan mitosis pada usia kehamilan 4
sampai dengan 20 minggu yang disebut fase hiperplasti.Apabila ada kondisi
patologis selama fase ini akan mengurangi jumlah sel untuk bayi.
IUGR simetrik terjadi pada 20-30% pada fetus yang mengalami
hambatan pertumbuhan. Keadaan ini disebabkan adanya hambatan mitosis
ketika terjadi infeksi dalam kandungan (misalnya, herpes simplek, rubella,
cytomegalovirus dan toksoplasma), kelainan kromosom, dan kelainan
congenital. Harus diingat, bagaimanapun, fetus yang simetris mungkin secara
aturan kecil dan menderita tetapi tidak semuanya mengalami
ketidaknormalan.
Secara umum, IUGR Type 1 berhubungan dengan prognosisi
yang tidak baik ; ini berhubungan dengan kondisi phatologis yang
menyebabkannya. Weiner dan Wiliamson menunjukkan,ada tidak adanya
8
factor resiko yang diidentifikasi dari ibu, diperkirakan 25% beberapa fetus
yang dinilai, hambatan pertumbuhan yang dimulai lebih awal terjadi pada
aneuploidy. Oleh karena itu, penilaian sample darah pada umbilical
(Percutaneus Umbillical Blood Sampling), betul betul direkomendasikan
untuk mengetahui Karyotype abnormal.
b. Type 2, Asimetrik IUGR atau disproportional (akut)
Type 2 atau Asymetrik, IUGR menunjuk pada hambatan pertumbuhan
pada neonatus dan frekuensi terbanyak berhubungan dengan isufisiensi
uteroplasental. Type 2 IUGR merupakan hasil keterlambatan pertumbuhan
Type 1 dan selalu terjadi sesudah minggu ke 28 dari kehamilan. Seperti yang
dikatakan oleh Vorherr3, pada akhir trimester II, pertumbuhan fetus normal
ditandai dengan adanya Hipertropi. Pada fase hipertropi, secara cepat telah
terjadi peningkatan ukuran sel dan pembentukan lemak, otot, tulang dan
jaringan yang lainnya. Hambatan pertumbuhan fetus yang asimetrik, total
jumlah sel mendekati normal, tetapi sel sel tersebut mengalami
penurunan/pengecilan ukuran. Fetus IUGR asimetris memiliki Indek Ponderal
yang rendah dibandingkan dengan rata rata bawah berat bayi, tetapi ukuran
lingkar kepala dan panjang lengan adalah normal. Pada beberapa kasus
asimetrik IUGR, pertumbuhan fetus adalah normal sampai dengan akhir
Trimester II dan awal Trimeseter III, ketika pertumbuhan kepala tetap normal,
sedangkan pertumbuhan abdominal lambat (Brain Sparring Effect). Type
Asymetris ini merupakan hasil dari mekanisme kompensasi fetus dalam
memberikan reaksi terhadap fase penurunan perfusi plasenta. Terjadinya
pendistribusian ulang dari Fetal Cardiac Output, dengan penurunan aliran ke
otak, hati, dan adrenal dan penurunan cadangan glikogen dan liver mass.
Bagaimanapun, isufisiensi plasenta adalah merugikan selama akhir kehamilan,
pertumbuhan kepala menjadi rata, dan ukurannya mungkin menjadi turun
pada curve pertumbuhan normal.
9
Diperkirakan, 70% - 80% hambatan pada pertumbuhan fetus adalah
type 2. IUGR ini seringkali berhubungan dengan penyakit ibu seperti
Hipertensi kronis, gangguan ginjal, Diabetus Mellitus dengan vaskulopaty,
dan yang lainnya.
c. Intermediate IUGR
IUGR Intermediate menunjuk pada hambatan pertumbuhan yang
merupakan kombinasi Type 1 dan Type 2. Gangguan pertumbuhan pada type
ini diperkirakan terjadi selama fase pertengahan pertumbuhan- pada fase
hyperplasia dan hipertropi- yang mana terjadi pada usia kehamilan 20-28
minggu. Pada fase ini, terjadi penurunan kecepatan mitosis dan peningkatan
yang progesif secara menyeluruh pada ukuran sel. Bentuk IUGR ini
keadannya tidak sebanyak jika dibandingkan dengan type1 dan 2,
diperkirakan sekitar 5- 10%, dari semua hambatan pertumbuhan fetus.
Hipertensi kronis, Lupus Nepritis, atau penyakit vascular ibu yang
lainnya, menjadi berat dan jika terjadi lebih awal pada timeser II akan
mengakibatkan Intermediate IUGR dengan pertumbuhan simetrik dan tidak
memberikan efek Brain Sparring.
2.5. Pemeriksaan penunjang
d. Pemeriksaan tinggi fundus (rahim).
Dokter dapat mengetahui keadaan PJT dari pertambahan ukuran
rahim ibu (tingginya rahim yang diukur dari puncak rahim sampai batas
tulang kemaluan). Dalam 2 kali pemeriksaan apabila tidak terjadi kenaikan,
dapat di curigai adanya hambatan.
e. Pemeriksaan USG (ultrasonografi).
Pemeriksaan ultrasonografi (USG) diperlukan untuk mengukur
pertumbuhan janin. Selain itu USG juga dapat digunakan untuk melihat
kelainan organ yang terjadi. Pengukuran lingkar kepala, panjang tulang
paha, dan lingkar perut dapat dilakukan untuk menilai pertumbuhan janin
10
melalui USG. Penggunaan ultrasound doppler dapat digunakan untuk
melihat aliran dari pembuluh darah arteri umbilikalis.
f. Pemeriksaan Rutin
Pada saat kehamilan, pemeriksaan rutin sangat penting dilakukan
agar kondisi ibu dan janin dapat selalu terpantau. Termasuk, jika ada kondisi
PJT, dapat diketahui sedini mungkin. Setiap ibu hamil dianjurkan melakukan
pemeriksaan setiap 4 minggu sampai dengan usia kehamilan 28 minggu.
Kemudian, dari minggu ke 28-36, pemeriksaan dilakukan setidaknya setiap 2
minggu sekali.
Selanjutnya, lakukan pemeriksaan setiap 1 minggu sampai dengan
usia kelahiran atau 40 minggu. Semakin besar usia kehamilan, semakin
mungkin pula terjadi hambatan/gangguan. Jadi,pemeriksaan harus dilakukan
lebih sering seiring dengan bertambahnya usia kehamilan.
2.6. Komplikasi
PJT yang tidak segera diberi tindakan penanganan dokter dapat
menyebabkan bahaya bagi janin hingga menyebabkan kematian. Kondisi ini
disebabkan karena terjadinya kondisi asupan nutrisi dan oksigenasi yang tidak
lancar pada janin. Jika ternyata hambatan tersebut masih bisa di tangani
kehamilan bisa dilanjutkan dengan pantauan dokter, sebaliknya jika sudah tidak
bisa ditangani maka dokter akan mengambil tindakan dengan memaksa bayi
untuk dilahirkan melalui operasi meski belum pada waktunya.
Komplikasi pada PJT dapat terjadi pada janin dan ibu :
a. Janin
Antenatal : gagal nafas dan kematian janin
Intranatal : hipoksia dan asidosis
Setelah lahir :
Langsung:
Asfiksia
11
Hipoglikemi
Aspirasi mekonium
DIC
Hipotermi
Perdarahan pada paru
Polisitemia
Hiperviskositas sindrom
Gangguan gastrointestinal
Tidak langsung
Pada simetris PJT keterlambatan perkembangan dimulai dari
lambat dari sejak kelahiran, sedangkan asimetris PJT dimulai sejak bayi
lahir di mana terdapat kegagalan neurologi dan intelektualitas. Tapi
prognosis terburuk ialah PJT yang disebabkan oleh infeksi kongenital dan
kelainan kromosom.
b. Ibu
Preeklampsi
Penyakit jantung
Malnutrisi
2.7. Penatalaksanaan
Langkah pertama dalam menangani PJT adalah mengenali pasien-pasien
yang mempunyai resiko tinggi untuk mengandung janin kecil. Langkah kedua
adalah membedakan janin PJT atau malnutrisi dengan janin yang kecil tetapi
sehat. Langkah ketiga adalah menciptakan metode adekuat untuk pengawasan
janin pada pasien-pasien PJT dan melakukan persalinan di bawah kondisi
optimal. Untuk mengenali pasien-pasien dengan resiko tinggi untuk mengandung
janin kecil, diperlukan riwayat obstetrik yang terinci seperti hipertensi kronik,
penyakit ginjal ibu dan riwayat mengandung bayi kecil pada kehamilan
sebelumnya. Selain itu diperlukan pemeriksaan USG. Pada USG harus dilakukan
12
taksiran usia gestasi untuk menegakkan taksiran usia gestasi secara klinis.
Kemudian ukuran-ukuran yang didapatkan pada pemeriksaan tersebut
disesuaikan dengan usia gestasinya. Pertumbuhan janin yang suboptimal
menunjukkan bahwa pasien tersebut mengandung janin PJT.
Tatalaksana kehamilan dengan PJT bertujuan, karena tidak ada terapi
yang paling efektif sejauh ini, adalah untuk melahirkan bayi yang sudah cukup
usia dalam kondisi terbaiknya dan meminimalisasi risiko pada ibu. Tatalaksana
yang harus dilakukan adalah :
a) PJT pada saat dekat waktu melahirkan. Yang harus dilakukan adalah segera
dilahirkan
b) PJT jauh sebelum waktu melahirkan. Kelainan organ harus dicari pada janin
ini, dan bila kelainan kromosom dicurigai maka amniosintesis (pemeriksaan
cairan ketuban) atau pengambilan sampel plasenta, dan pemeriksaan darah
janin dianjurkan.
Tatalaksana umum :
Setelah mencari adanya cacat bawaan dan kelainan kromosom serta
infeksi dalam kehamilan maka aktivitas fisik harus dibatasi disertai dengan
nutrisi yang baik. Tirah baring dengan posisi miring ke kiri, Perbaiki nutrisi
dengan menambah 300 kal perhari, Ibu dianjurkan untuk berhenti merokok
dan mengkonsumsi alkohol, Menggunakan aspirin dalam jumlah kecil dapat
membantu dalam beberapa kasus IUGR Apabila istirahat di rumah tidak dapat
dilakukan maka harus segera dirawat di rumah sakit. Pengawasan pada janin
termasuk diantaranya adalah melihat pergerakan janin serta pertumbuhan
janin menggunakan USG setiap 3-4minggu
Tatalaksana khusus :
Pada PJT yang terjadi jauh sebelum waktunya dilahirkan, hanya terapi
suportif yang dapat dilakukan. Apabila penyebabnya adalah nutrisi ibu hamil
tidak adekuat maka nutrisi harus diperbaiki. Pada wanita hamil perokok berat,
penggunaan narkotik dan alkohol, maka semuanya harus dihentikan.
13
Proses melahirkan :
Pematangan paru harus dilakukan pada janin prematur. Pengawasan
ketat selama melahirkan harus dilakukan untuk mencegah komplikasi setelah
melahirkan. Operasi caesar dilakukan apabila terjadi distress janin serta
perawatan intensif neonatal care segera setelah dilahirkan sebaiknya
dilakukan. Kemungkinan kejadian distress janin selama melahirkan meningkat
pada PJT karena umumnya PJT banyak disebabkan oleh insufisiensi plasenta
yang diperparah dengan proses melahirkan.
kondisi bayi.
Janin dengan PJT memiliki risiko untuk hipoksia perinatal
(kekurangan oksigen setelah melahirkan) dan aspirasi mekonium (terhisap
cairan mekonium). PJT yang parah dapat mengakibatkan hipotermia (suhu
tubuh turun) dan hipoglikemia (gula darah berkurang).
Pada umumnya PJT simetris dalam jangka waktu lama dapat
mengakibatkan pertumbuhan bayi yang terlambat setelah dilahirkan, dimana
janin dengan PJT asimetris lebih dapat “catch-up” pertumbuhan setelah
dilahirkan.
14
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1. Pengkajian
BB < 2500 gram, PB < 45 cm, LK < 33 cm, LD < 30 cm
Masa gestasi < 37 minggu
Kepala lebih besar dari pada badan, kulit tipis transparan, mengkilap dan
licin
Lanugo (bulu-bulu halus) banyak terdapat terutama pada daerah dahi,
pelipis, telinga dan lengan, lemak subkutan kurang, ubun-ubun dan sutura
lebar
Genetalia belum sempurna, pada wanita labia minora belum tertutup oleh
labia mayora, pada laki-laki testis belum turun.
Tulang rawan telinga belum sempurna, rajah tangan belum sempurna
Pembuluh darah kulit banyak terlihat, peristaltik usus dapat terlihat
Rambut tipis, halus, teranyam, puting susu belum terbentuk dengan baik
Bayi kecil, posisi masih posisi fetal, pergerakan kurang dan lemah
Banyak tidur, tangis lemah, pernafasan belum teratur dan sering mengalami
apnea, otot masih hipotonik
Reflek tonus leher lemah, reflek menghisap, menelan dan batuk belum
sempurna
Kulit berselubung verniks kaseosa tipis/tak ada,
Kulit pucat bernoda mekonium, kering, keriput, tipis
Jaringan lemak di bawah kulit tipis, bayi tampak gesit, aktif dan kuat
Tali pusat berwarna kuning kehijauan
15
3.1. Diagnosa keperawatan
Potensial cedera (asfiksia, aspirasi mekonium, hipoglikemia, suhu tubuh
tidak stabil, polisitemia) yang berhubungan dengan retardasi pertumbuhan
intrauntrein.
3.2. Intervensi
Diagnose
keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional
potensial cedera
(asfiksia,
aspirasi
mekonium,
hipoglikemia,
suhu tubuh tidak
stabil,
polisitemia)
yang
berhubungan
dengan retardasi
pertumbuhan
intrauntrein.
Bayi dapat
mempertahanka
n pernapasan
stabil dalam
batas
normal.Bayi
aktif tidak
terdapat tanda
kekurangan
oksigen. Bayi
dapat menerima
pemberian
makan secara
dini.
Siapkan alat
resusitasi untuk
mengatasi asfiksia
saat kelahiran
Segera periksa dan
kerjakan
pengisapan lender
bila mekonium
terdapat dalam
amnion
Berikan suhu
lingkungan yang
netral. Penanganan
segera terhadap
komplikasi
Membantu bayi
untuk mampu
bernafas secara
spontan dan teratur
Menghindari
resiko keracunan
bayi akibat
mekonium terdapat
dalam
amnion. Bayi baru
lahir sangat sensitif
dengan suhu
lingkungan.
Agar tidak terjadi
komplikasi yang
lebih lanjut
16
3.3. Implementasi
Pelaksanaan asuhan keperawatan ini merupakan realisasi dari rencana
tindakan keperawatan yang diberikan kepada klien.
3.4. Evaluasi
Tahap evaluasi dalam proses keperawatan mencakup pencapaian terhadap
tujuan apakah masalah teratasi atau tidak, dan apabila tidak berhasil perlu dikaji,
direncanakan dan dilaksanakan dalam jangka waktu panjang dan pendek
tergantung respon dalam keefektifan intervensi.
Adapun hasil dari asuhan keperawatan yang bisa dicapai adalah potensial
cedera (asfiksia, aspirasi mekonium, hipoglikemia, suhu tubuh tidak stabil,
polisitemia) yang berhubungan dengan retardasi pertumbuhan intrauntrein tidak
terjadi.
17
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Proses Pertumbuhan janin dari minggu ke minggu mengalami
perkembangan. Perubahan – perubahan yang terjadi diharapkan dalam keadaan
normal. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan terjadi penyimpangan –
penyimpangan seperti pertumbuhan janin yang terhambat dan kelainan – kelainan
pada janin lainnya. Banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan janin
diantaranya : faktor genetic, faktor lingkungan dan factor nutrisi. Gangguan
pertumbuhan janin terbagi dua, yaitu makrosomia (bayi lahir besar, > 4 kg) dan
IUGR. IUGR (Intra Uterine Growth Restriction) bisa juga disebut dengan istilah
small for gestational age (SGA) atau Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT). Janin
memiliki berat kurang dari 90 persen dari keseluruhan (baik ukuran atau berat)
dalam usia kehamilan yang sama, dibandingkan dengan janin normal. Janin
dengan PJT dapat terjadi pada janin dengan usia kehamilan prematur, aterm
(cukup bulan) maupun post matur (lebih bulan).
Jadi ada dua komponen penting pada gangguan pertumbuhan janin
yaitu:
1. Berat badan lahir di bawah presentil ke-10
2. Adanya faktor patologis yang menyebabkan gangguan pertumbuhan.
Sedangkan pada SGA ada dua komponen yang berpengaruh yaitu:
1. Berat badan lahir di bawah presentil ke-7
2. Tidak adanya proses patologis.
4.2. Saran
Kita sebagai tenaga kesehatan (keperawatan ) harus meningkatkan kualitas
pelayanan pada maternal maupun neonatal sehingga dapat mengurangi insiden
terjadinya gangguan pertumbuhan pada janin.
18
DAFTAR PUSTAKA
Wikojosastro H, Abdul Bari Saifuddin, Triatmojo Rachimhadhi. Dalam: Buku Ajar
Ilmu Kebidanan, edisi ke 5. Jakarta; Balai Penerbit FKUI. 1999: 781-83.
Resnik R. High Risk Pregnancy. In: Emedicine journal obstetrics and gynekology.
Volume 99. No: 3. Maret 2003.
Retardasi Pertumbuhan dalam Rahim (Intrauterine Growth Retardation-IUGR).
Dalam http://www.kehamilan.klikdokter.com. Diakses tanggal 14 Januari
2009
Leveno KJ, Cunningham FG, Norman F. Alexander GJM, Blomm SL, Casey BM.
Dashe JS, Shefield JS, Yost NP. In: William Manual of Obstetrics. Edisi
2003. The University of Texas Southwestern Medical Centre at Dallas.
2003:743-760
Konar H. In : D. C Dutta Text Book of Obstetrics Including Perinatology and
Contraception. Edisi ke-4. 1998:496-501
Alkalay A. In :St. IUGR. Dalam http://www.google.com. Diakses tanggal 23 Oktober
2008
Harper T. Fetal Growth Restriction. Dalam http://www.emedicine.com. Diakses
tanggal 24 Oktober 2008.
Pertumbuhan Janin Terhambat. Dalam http://www.botefilia.com. Diakses tanggal 14
Januari 2009.
Waspadai Pertumbuhan Janin Terlambat (PJT). Dalam http://www.kafebalita.com.
Diakses tanggal 14 Januari 2009.
Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT). Dalam http://www.klikdokter.com. Diakses
tanggal 14 Januari 2009
Kurang Gizi pada Ibu Hamil: Ancaman pada Janin. Dalam http://www.persagi.dkk-
bpp.com. Kamis, 01 April 2008. Diakses tanggal 14 Januari 2009.
19