8/10/2019 askep syndrom steven jhonson
1/43
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sindrom Stevens-Johnson, biasanya disingkatkan sebagai SJS, adalah reaksi buruk
yang sangat gawat terhadap obat. Efek samping obat ini mempengaruhi kulit, terutamaselaput mukosa. Prediksi : mulut, mata, kulit, ginjal, dan anus.
Sindrom ini jarang dijumpai pada usia 3 tahun, kebawah kemudian umurnya
bervariasi dari ringan sampai berat. Pada yang berat kesadarannya menurun, penderita dapat
soporous sampai koma, mulainya penyakit akut dapat disertai gejala prodiomal berupa
demam tinggi, malaise, nyeri kepala, batuk, pilek dan nyeri tenggorokan.
Sindrom Steven Johnson ditemukan oleh dua dokter anak Amerika. A. M. Steven dan
S.C Johnson, 1992 Sindrom Steven Johnson yang bisa disingkat SSJ merupakan reaksi alergi
yang hebat terhadap obat-obatan.
Angka kejadian Sindrom Steven Johnson sebenarnya tidak tinggi hanya sekitar 1-14
per 1 juta penduduk. Sindrom Steven Johnson dapat timbul sebagai gatal-gatal hebat pada
mulanya, diikuti dengan bengkak dan kemerahan pada kulit. Setelah beberapa waktu, bilaobat yang menyebabkan tidak dihentikan, serta dapat timbul demam, sariawan pada mulut,
mata, anus, dan kemaluan serta dapat terjadi luka-luka seperti keropeng pada kulit. Namun
pada keadaan-keadaan kelainan sistem imun seperti HIV dan AIDS angka kejadiannya dapat
meningkat secara tajam.
Dari data diatas penulis tertarik mengangkat kasus Sindrom Steven Johnson karena
Sindrom Steven Johnson sangat berbahaya bahkan dapat menyebabkan kematian. Sindrom
tidak menyerang anak dibawah 3 tahun, dan penyebab Sindrom Steven Johnson sendiri
sangat bervariasi ada yang dari obat-obatan dan dari alergi yang hebat, dan ciri-ciri penyakit
Steven Johnson sendiri gatal-gatal pada kulit dan badan kemerah-merahan dan Sindrom ini
bervariasi ada yang berat dan ada yang ringan.
( Support, Edisi November 2008 )
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Steven Johnson?
2. Apa etiologi dari Steven Johnson?
3. Apa tanda dan gejala Steven Johnson?
4. Apa faktor predisposisi Steven Johnson?
5. Bagaimana patofisiologi dari Steven Johnson?
6. Apa komplikasi dari Steven Johnson?
7. Apa saja pemeriksaan penunjang untuk Steven Johnson?
8. Bagaimana penatalaksanaan untuk sindromSteven Johnson?9. Mengetahui asuhan keperawatan pada penyakit Steven Johnson?
1.3. Tujuan
1. Mengetahui pengertian Steven Johnson?
2. Mengetahui etiologi dari Steven Johnson?
3. Mengetahui faktor predisposisi Steven Johnson?
4. Mengetahui tanda dan gejala Steven Johnson?
5. Mengetahui patofisiologi dari Steven Johnson?
6. Mengetahui komplikasi dari Steven Johnson?
7. Mengetahui pemeriksaan penunjang untuk Steven Johnson?
8. Mengetahui penatalaksanaan untuk SyndromSteven Johnson?9. Mengetahui asuhan keperawatan pada Syndrom Steven Johnson?
8/10/2019 askep syndrom steven jhonson
2/43
1.4. Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan bagi
pembaca tentang Syndrom Steven Johnson.
8/10/2019 askep syndrom steven jhonson
3/43
BAB II
LANDASAN TEORITIS MEDIS
2.1 Pengertian
1. Steven Johnson Adalah sindroma yang mengenai kulit, selaput lendir di
orifisium dan mata dengan keadaan umum bervariasi dari ringan sampai berat,
kelainan pada kulit berupa eritema, vesikel/bula, dapat disertai purpura(
Mochtar Hamzah, 2005 : 147 )
2. Sindrom Steven Johnson adalah sindrom kelainan kulit berupa eritema,
vesikel/bula, dapat disertai purpura yang mengenai kulit, selaput lender di
orifisium dan mata dengan keadaan umum bervariasi dari baik sampai buruk.(
Kapita Selekta Kedokteran, 2000 : 136 )
3.
Sindrom Steven Johnson adalah sindrom yang mengenai kulit, selaput lender di
orifisium dan mata dengan keadaan umum berfariasi dari ringan sampai berat
kelainan pada kulit berupa eritema vesikel / bula, dapat disertai purpura(
Djuanda, Adhi, 2000 : 147 )
4. Sindrom Steven Johnson adalah penyakit kulit akut dan berat yang terdiri dari
erupsi kulit, kelainan dimukosa dan konjungtifitis ( Junadi, 1982: 480 )
5. Sindrom Steven Johnson adalah sindrom kelainan kulit berupa eritema,
vesikel/bula, dapat disertai purpura yang mengenai kulit, selaput lendir yang
orifisium dan mata dengan keadaan umum bervariasi dari baik sampai buruk (
Mansjoer, A. 2000: 136 )
6. Adalah sindrom yang mengenai kulit, selaput lender di orifisium dan mata
dengan keadaan umum bervariasi dari ringan sampai berat, kelainan pada kulit
berupa eritema, vesikel atau bula disertai purpura, kelainan dimukosa dan
konjung
8/10/2019 askep syndrom steven jhonson
4/43
2.2 Etiologi
Etiologi pasti Sindrom Stevens Johnson (SSJ) belum diketahui. Salah satu
penyebabnya ialah alergi obat sistemik, diantaranya penisilin dan semisintetiknya,
streptomisin, sulfonamide, tetrasiklin, antipiretik/analgetik (misalnya : derivate
salisil/pirazolon, metamizol, metampiron, dan parasetamol), klorpromazin,
karbamazepin, kinin, antipirin, dan jamu. Selain itu dapat juga disebabkan oleh infeksi
(bakteri, virus, jamur, parasit), neoplasma, psca vaksinasi, radiasi, dan makanan.
Penyebab belum diketahui dengan pasti, namun beberapa factor yang dapat
dianggap sebagai penyebab adalah:
a) Alergi obat secara sistemik ( misalnya penisilin, analgetik, anti piretik )
Penisilline
Sthreptomicine
Sulfonamide
Tetrasiklin
b) Anti piretik atau analgesic ( derifat, salisil/pirazolon, metamizol, metampiron dan
paracetamol )
Kloepromazin
Karbamazepin
Kirin Antipirin
Tegretol
c) Infeksi mikroorganisme ( bakteri, virus, jamur dan parasit )
d) Neoplasma dan factor endokrin
8/10/2019 askep syndrom steven jhonson
5/43
e) Factor fisik ( sinar matahari, radiasi, sinar-X, penyakit polagen, keganasan,
kehamilan)
f) Makanan (coklat)
2.3 Klasifikasi
Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh, merupakan
organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar 16 % berat tubuh,
pada orang dewasa sekitar 2,7 3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5 1,9 meter persegi.
Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5 mm sampai 6 mm tergantung dari letak, umur dan
jenis kelamin. Kulit tipis terletak pada kelopak mata, penis, labium minus dan kulit
bagian medial lengan atas. Sedangkan kulit tebal terdapat pada telapak tangan, telapak
kaki, punggung, bahu dan bokong.
Secara embriologis kulit berasal dari dua lapis yang berbeda, lapisan luar adalah
epidermis yang merupakan lapisan epitel berasal dari ectoderm sedangkan lapisan
dalam yang berasal dari mesoderm adalah dermis atau korium yang merupakan suatu
lapisan jaringan ikat
1. Lapisan Kulit
a.
Epidermis
Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler..Epidermis terdiri
atas lima lapisan (dari lapisan yang paling atas sampai yang terdalam) : Stratum
Korneum,Stratum Lusidum,Stratum Granulosum,Stratum Spinosum,Stratum
Basale (Stratum Germinativum),
8/10/2019 askep syndrom steven jhonson
6/43
8/10/2019 askep syndrom steven jhonson
7/43
4.Fungsi Imun
Terdapat dua macam tipe imunitas yaitu :
a.Imunitas alami (natural)
Imunitas alami akan memberikan respons nonspesipik terhadap setiap
penterang asing tanpa memperhatikan komposisi penyerang tersebut. Dasar
dari mekanisme pertahanan alami berupa kemampuan untuk membeda kan
antara diri sendiri dan bukan diri sendiri. Sawar fisik mencakup kulit serta
membrane mukosa yang utuh sehingga mikroorganisme pathogen dapat
dicegah agar tidak masuk ke dalam tubuh, dan silia pada traktus respiratorius
bersama respons batuk serta bersin yang bekerja sebagai filter dan
membersihkan saluran nafas atas dari mikroorganisme pathogen sebelum
mikroorganisme tersebut dapat menginvasi tubuh lebih lanjut.
Sawar kimia seperti getah lambung yang sam, enzim dalam air mata
serta air liur (saliva) dan substansi dalam secret kelenjar sebasea serta
lakrimalis, bekerja dengan cara nonspesifik unuk menghancurkan bakteri dan
jamur yang menginvasi tubuh. Sel darah putih atau leukosit turut serta dalam
respons imun humoral maupun seluler. Leukosit granuler atau granulosit yang
mencakup neutrofil, eusinofil, dan basofil.
b.Imunitas didapat (akuisita)
Imunitas yang didapat (acquired immunity) terdiri atas respons
imunyang tidak dijumpai pada saat lahir tetapi akan diperoleh kemudian dalam
hidup seseorang. Imunitas ini didapat biasanya terjadi setelah seseorang
8/10/2019 askep syndrom steven jhonson
8/43
terjangkit penyakit atau mendapatkan imunisasi yang menghasilkan respons
imunyang bersifat protektif. Pada imunitas yang didapat aktif, pertahanan
imunologo akan dibentuk tubuh orang yang dilindungi oleh imunitas tersebut.
Imunitas ini biasanya berlangsung selama bertahun tahun atau bahkan
seumur hidup. Imunitas didapat yang pasif merupakan imunitas temporer yang
ditransmisikan dari sumber lain yang sudah memiliki kekebalan setelah
penderita sakit atau menjalani imunisasi. Gama globulin dan antiserum yang
didapat dari plasma darah rang yang memiliki imunitas didapatkan dalam
keadaan darurat untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit ketika resiko
terjangkit suatu penyakit tertentu cukup besar.
c.Stadium Respons Imun
Terdapat empat stadium yang batasnya jelas dalam suatu respons imun,
keempat stadium tersebut yaitu :Stadium pengenalan, Stadium proliferasi,
Stadium respons, Stadium efektor,
faktorfaktor yang memepengaruhi system imunUsia ,Jenis kelamin, Nutrisi,
Penyakit, Faktorfaktor psikoneuro-imunologi, Obatobatan.
d. Antigen
Terdapat beberpa teori tentang mekanisma yang digunakan limfosit B
untuk mengenali antigen penyerang dan kemudian bereaksi dengan
memproduksi antibody yang tepat. Sebagian antigen memiliki kemampuan
untuk memicu pembentukan antibody secara langsung oleh limfosit B,
sementara sebagian lainnya memerlukan bantuan selsel T. sel T merupakan
bagian dari system surveilans yang tersebar diseluruh tubuh, dengan bantuan
8/10/2019 askep syndrom steven jhonson
9/43
makrofag maka limfosit T akan manganali antigen dari penyerang asing.
Limfosit T mengambil pesan antigenic atau cetak biru (blueprint) antigen dan
kemudian kembali ke nodus limfatikus yang terdekat dengan pesan tersebut.
e. Antibody
Limfosit B yang disimpan dalam nodus limfatikus, dibagi lagi menjadi
ribuan klon yang masing masing bersifatrespnsif terhadap suatu kelompok
tunggal antigen dengan karakteristik yang hamper identik. Pesan antigenic
yang dibawa kembali ke nodus limfatikus akan menstimulasi kln spesifik
limfosit B untuk membesar, membelah diri, dan memperbanyak diri dan
berdiferensiasi menjadi sel sel plasma yang dapat memproduksi antibody
spesifik terhadap antigen.
Antibody merupakan protein besar yang dinamakan immunoglobulin,
setiap molekul antibody terdiri atas dua subunit yang mengandung rantai
peptide ringan dan berat. Beberapa karakteristik immunoglobulin yaitu antara
lain , Ig G (75 % dari total imunoglobulin), Ig A (15 % dari total
imunoglobulin), Ig M (10 % dari total imunoglobulin), Ig D (0,2 % dari total
imunoglobulin),Ig E (0,004 % dari total imunoglobulin)
f. Respons Imun Seluler
Reaksi seluler dimulai leh pemhikatan antigen dengan reseptor antigen
pada permukaan sel T. sel T akan membawa cetak biru atau pesan antigenic ke
nodus limfatikus tempat produksi sel sel T yang lain distimulasi. Sebagian
sel T tetap berada dalam nodus limfatikus dan mempertahankan memri untuk
antigen tersebut. Sedangkan sebagian sel T lainnya akan bermigrasi dari nodus
8/10/2019 askep syndrom steven jhonson
10/43
limfatikus ke dalam system sirkulasi umum dan akhirnya ke jaringan tempat
sel tersebut berada.
Terdapat dua klasifikasi utama sel T efektor yang turut serta dalam
menghancurkan mikroorgansme asing. Sel T killer atau sitotoksik menyerang
antigen sacara langsung dengan mengubah membrane sel dan menyebabkan
lisis sel. Sel sel hipersensitifitas tipe lambat melindungi tubuh melalui
produksi dan pelepasan limfosit. Limfokin yang termasuk dalam kelompok
glikoprotein yang lebih besar dan dikenal dengan nama sitokin, dapat
merekrut, mengaktifkan serta mengatur limfosit dan sel sel darah putih
lainnya.
Limfosit lain yang membantu dalam memerangi mikroorganisme yaitu
limfosit null dan sel natural killer (NK). Limfosit null, merupakan
subpolpulasi limfosit yang kurang mengandung cirri cirri khas dari limfosit
B dan T. Sel NK yang mewakili suppulasi limfosit lainnya tanpa karakteristik
sel B dan T yang akan mempertahankan tubuh terhadap mikroorganisme dan
beberapa tipe sel malignan. Sel NK dapat membunuh langsung
mikroorganisme penginvasi dan menghasilkan sitokin.
2.4 Patofisiologis
Patogenesisnya belum jelas, kemungkinan disebabkan oleh reaksi hipersensitif
tipe III dan IV. Reaksi tipe III terjadi akibat terbentuknya komplek antigen antibodi
yang membentuk mikro-presitipasi sehingga terjadi aktifitas sistem komplemen.
Akibatnya terjadi akumulasi neutrofil yang kemudian melepaskan lisozim dan
menyebabkan kerusakan jaringan pada organ sasaran (target organ). Reaksi
hipersentifitas tipe IV terjadi akibat limfosit T yang tersintesisasi berkontak kembali
8/10/2019 askep syndrom steven jhonson
11/43
dengan antigen yang sama kemudian limfokin dilepaskan sehingga terjadi reaksi
radang (Djuanda, 2000: 147) .
karena proses hipersensitivitas, maka terjadi kerusakan kulit sehingga terjadi
Kegagalan fungsi kulit yang menyebabkan kehilangan cairan, Stres hormonal diikuti
peningkatan resisitensi terhadap insulin, hiperglikemia dan glukosuriat, Kegagalan
termoregulasi, Kegagalan fungsi imun, Infeksi.
1. Reaksi Hipersensitif tipe III
Hal ini terjadi sewaktu komplek antigen antibodi yang bersirkulasi dalam
darah mengendap didalam pembuluh darah atau jaringan sebelah hilir. Antibodi
tidak ditujukan kepada jaringan tersebut, tetapi terperangkap dalam jaringan
kapilernya. Pada beberapa kasus antigen asing dapat melekat ke jaringan
menyebabkan terbentuknya kompleks antigen antibodi ditempat tersebut. Reaksi
tipe III mengaktifkan komplemen dan degranulasi sel mast sehingga terjadi
kerusakan jaringan atau kapiler ditempat terjadinya rekasi tersebut. Neutrofil
tertarik ke daerah tersebut dan mulai memfagositosis sel-sel yang rusak sehingga
terjadi pelepasan enzim-enzim sel serta penimbunan sisa sel. Hal ini
menyebabkan siklus peradangan berlanjut (Corwin, 2000: 72).
2. Reaksi Hipersensitif Tipe IV
Pada reaksi ini diperantarai oleh sel T, terjadi pengaktifan sel T penghasil
Limfokin atau sitotoksik oleh suatu antigen sehingga terjadi penghancuran sel-sel
yang bersangkutan. Reaksi yang diperantarai oleh sel ini bersifat lambat (delayed)
memerlukan waktu 14 jam sampai 27 jam untuk terbentuknya.
8/10/2019 askep syndrom steven jhonson
12/43
PATHWAY
Alergi obat2an, infeksi mikroorganisme, neoplasma dan faktor endokrin, faktor fisik dan
makanan
Masuk ke dalam tubuh
Sel B dan plasma cel
Antigen berikatan dengan antibodi (Ig M dan Ig G)
Komplek imun
Deposit pembuluh darah
Mengaktifkan komplemen & degranulasi sel mast
Neutrofil tertarik kedaerah infeksi
Kerusakan jaringan inflamasi merangsang kelemahan fisik
kapiler/ organ akumulasi neutrofil peningkatan lemas
Kerusakan nociseptor permeabilitas vaskulersubmukosa : lidah reaksi radang impuls
intake in adekuat kelainan kulit respon inflamasi MK: ggn Aktivitas
MK: ggn nutrisi & eritema
MK:gangguan MK : Gangguan
integritas kulit rasa nyaman
nyeri
8/10/2019 askep syndrom steven jhonson
13/43
2.5 Tanda dan Gejala
Sindrom ini jarang dijumpai pada usia 3 tahun kebawah. Keadaan umumnya
bervariasi dari ringan sampai berat. Pada yang berat kesadarannya menurun, penderita
dapat soporous sampai koma. Mulainya penyakit akut dapat disertai gejala prodromal
berupa demam tinggi, malaise, nyeri kepala, batuk, pilek dan nyeri tenggorokan.
Pada sindrom ini terlihat adanya trias kelainan berupa:
1. Kelainan kulit
Kelainan kulit terdiri dari eritema, vesikel dan bula. Vesikel dan bula kemudian
memecah sehingga terjadi erosi yang luas. Disamping itu dapat juga terjadi purpura.
Pada bentuk yang berat kelainannya generalisata.
2. Kelainan selaput lendir di orifisium
Kelainan selaput lendir yang tersering ialah pada mukosa mulut (100%) kemudian
disusul oleh kelainan dilubang alat genital (50%) sedangkan dilubang hidung dan anus
jarang (masing-masing 8% dan 4%).
Kelainan berupa vesikel dan bula yang cepat memecah sehingga menjadi erosi dan
ekskoriasi dan krusta kehitaman. Juga dalam terbentuk pseudomembran. Di bibir
kelainan yang sering tampak yaitu krusta berwarna hitam yang tebal.
Kelainan dimukosa dapat juga terdapat difaring, traktus respiratorius bagian atas dan
esopfagus. Stomatitis ini dapat menyebabkan penderita sukar tidak dapat menelan.
Adanya pseudomembran di faring dapat menyebabkan keluhan sukar bernafas.
3. Kelainan mata
Kelainan mata merupakan 80% diantara semua kasus yang tersering ialah
konjungtivitis kataralis. Selain itu juga dapat berupa kongjungtivitis purulen,
perdarahan, ulkus kornea, iritis dan iridosiklitis. Disamping trias kelainan tersebut
dapat pula terdapat kelainan lain, misalnya: nefritis dan onikolisis.
8/10/2019 askep syndrom steven jhonson
14/43
2.6 Penatalaksanaan
1. Kortikosteroid
Bila keadaan umum baik dan lesi tidak menyeluruh cukup diobati dengan
prednisone 30-40 mg sehari. Namun bila keadaan umumnya buruk dan lesi
menyeluruh harus diobati secara tepat dan cepat. Kortikosteroid merupakan tindakan
file-saving dan digunakan deksametason intravena dengan dosis permulaan 4-6 x 5
mg sehari.
Umumnya masa kritis diatasi dalam beberapa hari. Pasien steven-Johnson
berat harus segera dirawat dan diberikan deksametason 65 mg intravena. Setelah
masa krisis teratasi, keadaan umum membaik, tidak timbul lesi baru, lesi lama
mengalami involusi, dosis diturunkan secara cepat, setiap hari diturunkan 5 mg.
Setelah dosis mencapai 5 mg sehari, deksametason intravena diganti dengan tablet
kortikosteroid, misalnya prednisone yang diberikan keesokan harinya dengan dosis 20
mg sehari, sehari kemudian diturunkan lagi menjadi 10 mg kemudian obat tersebut
dihentikan. Lama pengobatan kira-kira 10 hari.
Seminggu setelah pemberian kortikosteroid dilakukan pemeriksaan elektrolit
(K, Na dan Cl). Bila ada gangguan harus diatasi, misalnya bila terjadi hipokalemia
diberikan KCL 3 x 500 mg/hari dan diet rendah garam bila terjadi hipermatremia.
Untuk mengatasi efek katabolik dari kortikosteroid diberikan diet tinggi
protein/anabolik seperti nandrolok dekanoat dan nanadrolon. Fenilpropionat dosis 25-
50 mg untuk dewasa (dosis untuk anak tergantung berat badan).
2. Antibiotik
Untuk mencegah terjadinya infeksi misalnya bronkopneumonia yang dapat
menyebabkan kematian, dapat diberi antibiotic yang jarang menyebabkan alergi,
berspektrum luas dan bersifat bakteriosidal misalnya gentamisin dengan dosis 2 x 80
mg.
3.
Infus dan tranfusi darah
Pengaturan keseimbangan cairan/elektrolit dan nutrisi penting karena pasien
sukar atau tidak dapat menelan akibat lesi dimulut dan tenggorokan serta kesadaran
dapat menurun. Untuk itu dapat diberikan infus misalnya glukosa 5 % dan larutan
Darrow. Bila terapi tidak memberi perbaikan dalam 2-3 hari, maka dapat diberikan
8/10/2019 askep syndrom steven jhonson
15/43
transfusi darah sebanyak 300 cc selama 2 hari berturut-turut, terutama pada kasus
yang disertai purpura yang luas. Pada kasus dengan purpura yang luas dapat pula
ditambahkan vitamin C 500 mg atau 1000 mg intravena sehari dan hemostatik.
4. Topikal
Terapi topical untuk lesi di mulut dapat berupa kenalog in oral base. Untuk
lesi di kulit yang erosif dapat diberikan sufratulle atau krim sulfadiazine perak.
2.7 Komplikasi
Bronkopneumonia (16%), sepsis, kehilangan cairan/darah, gangguan
keseimbangan elektrolit, syok, dan kebutaan karena gangguan lakrimasi.
Sindrom steven johnson sering menimbulkan komplikasi, antara lain sebagai berikut:
Kehilangan cairan dan darah
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, Shock
Oftalmologiulserasi kornea, uveitis anterior, panophthalmitis, kebutaan
Gastroenterologi -Esophageal strictures
Genitourinaria nekrosis tubular ginjal, gagal ginjal, penile scarring, stenosis
vagina
Pulmonaripneumonia, bronchopneumoni
Kutaneus timbulnya jaringan parut dan kerusakan kulit permanen, infeksi kulit
sekunder
Infeksi sitemik, sepsis
2.8 Pemeriksaan Diagnostik
1. Laboratorium
Bila ditemukan leukositosis penyebab kemungkinan dari infeksi
Bila eosinophilia penyebab kemungkinan alergi
Histopatologi
8/10/2019 askep syndrom steven jhonson
16/43
Infiltrasi sel ononuklear di sekitar pembuluh darah dermis superficial
Edema dan extravasasi sel darah merah di dermis papilar.
Degenerasi hidrofik lapisan absalis sampai terbentuk vesikel subepidermal
Nekrosis sel epidermal dan kadang-kadang dianeksa
Spongiosis dan edema intrasel di epidermis
Imunologi
Deposit IgM dan C3 di pembuluh darah dermal superficial dan pada pembulih
darah yang mengalami kerusakan
Terdapat komplek imun yang mengandung IgG, IgM, IgA secara tersendiri atau
dalam kombinasi
2.9Prognosis penyakit
Tes SCORTEN adalah tes untuk menskoring derajat keparahan Sindroma Steven
Johnson. Perhitungan dilakukan dalam 24 jam untuk memprediksi kematian. Adanya
penampakan dari tiap hal dibawah ini mendapat skor 1, dan jumlah dari poin-poin inilah yang
dinamakan angka SCORTEN dengan maksimum skor 7. Penampakan yang diukur : umur
lebih dari 40 tahun, adanya keganasan, nadi lebih dari 120 kali per menit, kadar glukosa lebih
dari 252 mEq/L5, luas permukaan tubuh yang terkena lebih dari 10 % (Gustiawan, 2010,
Menurut Siregar, RS (2005, hlm.142) prognosis umumnya baik, dapat sembuh secara
sempurna bergantung pada perawatan dan cepatnya mendapat terapi yang tepat. Jika terdapat
purpura, prognosisnya lebih buruk, angka kematian lebih kurang 5-15 % karena purpura
dapat menyebabkan pendarahan kecil didalam kulit, membran mukosa, atau permukaan
serosa tetapi dapat menyebabkan terjadinya lesi bercorak anular atau serpiginosa dan
biasanya terjadi setelah penyakit menular yang ditandai dengan gejala demam, anemia, dan
pendarahan kulit simetris yang timbul mendadak serta cepat meluas pada ekstrimitas bawah,
sring ditandai dengan ganggren dan trombosis intravaskuler yang luas.
8/10/2019 askep syndrom steven jhonson
17/43
BAB III
LANDASAN TEORITIS KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1. Identitas
Kaji nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/bangsa, pendidikan,
pekerjaan, alamat, dan nomor register.
2. Riwayat Kesehatan
- Keluhan Utama
Kaji apa alasan klien membutuhkan pelayanan kesehatan
- Riwayat Kesehatan Sekarang
Kaji bagaimana kondisi klien saat dilakukan pengkajian. Klien dengan Steven Johnson
biasanya mengeluhkan dema, malaise, kulit merah dan gatal, nyeri kepala, batuk, pilek, dan
sakit tenggorokan.
- Riwayat Kesehatan Dahulu
Kaji riwayat alergi makanan klien, riwayat konsumsi obat-obatan dahulu, riwayat penyakit
yang sebelumnya dialami klien.
- Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji apakah di dalam keluarga klien, ada yang mengalami penyakit yang sama.
- Riwayat Psikososial
Kaji bagaimana hubungan klien dengan keluarganya dan interaksi sosial.
3. Pola Fungsional Gordon
- Pola persepsi kesehatan - manajemen kesehatan
: pada pola ini kita mengkaji:
a. Bagaimanakah pandangan klien terhadap penyakitnya?
b. Apakah klien klien memiliki riwayat merokok, alkohol, dan konsumsi obat-obatan tertentu?
c. Bagaimakah pandangan klien terhadap pentingnya kesehatan?
: pada klien dengan Steven Johnson, biasanya penting dikaji riwayat konsumsi obat-obatan
tertentu.
- Pola nutrisi - metabolik
: pada pola ini kita mengkaji:
a. Bagaimanakah pola makan dan minum klien sebelum dan selama dirawat di rumah sakit?
b. Kaji apakah klien alergi terhadap makanan tertentu?
c. Apakah klien menghabiskan makanan yang diberikan oleh rumah sakit?
d. Kaji makanan dan minuman kesukaan klien?
e. Apakah klien mengalami mual dan muntah?
f. Bagaimana dengan BB klien, apakah mengalami penurunan atau sebaliknya?
8/10/2019 askep syndrom steven jhonson
18/43
: pada klien dengan Steven Johnson, biasanya mengalami penurunan nafsu makan, sariawan
pada mulut, dan kesulitan menelan.
- Pola eliminasi
: pada pola ini kita mengkaji:
a. Bagaimanakah pola BAB dan BAK klien ?
b. Apakah klien menggunakan alat bantu untuk eliminasi?
c. Kaji konsistensi BAB dan BAK klien
d. Apakah klien merasakan nyeri saat BAB dan BAK?
: Klien dengan Steven Johnson, biasanya akan mengalami retensi urin, konstipasi,
membutuhkan bantuan untuk eliminasi dari keluarga atau perawat.
- Pola aktivitas - latihan
: pada pola ini kita mengkaji:
a. Bagaimanakah perubahan pola aktivitas klien ketika dirawat di rumah sakit?
b. Kaji aktivitas yang dapat dilakukan klien secara mandiri
c. Kaji tingkat ketergantungan klien
0 = mandiri
1 = membutuhkan alat bantu
2 = membutuhkan pengawasan
3 = membutuhkan bantuan dari orang lain4 = ketergantungan
d. Apakah klien mengeluh mudah lelah?
: Klien dengan Steven Johnson biasanya tampak gelisah dan merasa lemas, sehingga sulit
untuk beraktifitas.
- Pola istirahat - tidur
: pada pola ini kita mengkaji:
a. Apakah klien mengalami gangguang tidur?
b. Apakah klien mengkonsumsi obat tidur/penenang?
c. Apakah klien memiliki kebiasaan tertentu sebelum tidur?
: Klien dengan Steven Johnson, akan mengalami kesulitan untuk tidur dan istirahat karena
nyeri yang dirasakan, rasa panas dan gatal-gatal pada kulit.
- Pola kognitif - persepsi
: pada pola ini kita mengkaji:
a. Kaji tingkat kesadaran klien
b. Bagaimanakah fungsi penglihatan dan pendengaran klien, apakah mengalami perubahan?
8/10/2019 askep syndrom steven jhonson
19/43
8/10/2019 askep syndrom steven jhonson
20/43
- Data fokus:
DS: gatal-gatal pada kulit, sulit menelan, pandangan kabur, aktifitas menurun
DO: kemerah-merahan, memegang tenggorokan, tampak gelisah, tampak lemas dalam
beraktifitas.
5. Pemeriksaan Laboratorium dan Penunjang
Laboratorium : leukositosis atau esosinefilia
Histopatologi : infiltrat sel mononuklear, oedema dan ekstravasasi sel darah merah,
degenerasi lapisan basalis, nekrosis sel epidermal, spongiosis dan edema intrasel di
epidermis.
Imunologi : deposis IgM dan C3 serta terdapat komplek imun yang mengandung IgG,
IgM, IgA
3.2 DIAGNOSA1. Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan kulit
2. Gangguan integritas kulit berhungan dengan kerusakan permukaan kulit karena destruksi
lapisan kulit
3. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan perpindahan cairan dari
intravaskuler ke dalam rongga interstisial, hilangnya cairan secara evaporasi, rusaknya
jaringan kulit akibat luka.
4. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesulitan menelan.
5. Gangguan intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.6. Infeksi berhubungan dengan hilangnya barier/perlindungan kulit
7. Gangguan citra tubuh : penampilan peran berhubungan dengan krisis situasi, kecacatan,
kejadian traumatic
3.3 Intervensi1. Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan kulit
Tujuan : Nyeri dapat dikontrol atau hilang
Kriteria hasil :
Klien melaporkan nyeri berkurang
Skala nyeri 0-2
Klien dapat beristirahat Ekspresi wajah rileks
RR : 16 - 20 x/menit
TD : 100-130/60-90 mmHg
N : 6090 x/menit
No Intervensi Rasional
8/10/2019 askep syndrom steven jhonson
21/43
1 Kaji tingkat skala nyeri 110,
lokasi dan intensitas nyeri
Untuk mengetahui tingkat nyeri klien dan
merupakan data dasar untuk memberikan
intervensi
2 Kaji tanda-tanda vital (TD, RR, N) Untuk memonitor keadaan klien dan
mengetahui terjadinaya syok neurologik
3 Anjurkan dan ajarkan klien tehnik
relaksasi nafas dalam, distraksi,
imajinasi
Untuk mengurangi persepsi nyeri,
meningkatkan relaksasi dan menurunkan
ketegangan otot
4 Tingkatkan periode tidur tanpa
gangguan
Kekurangan tidur dapat meningkatkan
persepsi nyeri
5 Kendalikan faktor lingkungan yangdapat mempengaruhi respon pasien
terhadap ketidaknyamanan
Lingkungan yang tenang dapatmenjadikan pasien dapat istirahat.
6 Kolaborasi dalam pemberian obat
analgetik
Membantu mengurangi atau
menghilangkan nyeri
2. Gangguan integritas kulit berhungan dengan kerusakan permukaan kulit karena destruksi
lapisan kulit
Tujuan : integritas kulit menunjukkan regenerasi jaringanKriteria hasil :
Luka mencapai penyembuhan tepat pada waktunya dan bebas dari purulen
Tidak ada tanda-tanda infeksi (nyeri, merah, bengkak, panas, fungsio lesi)
Kulit membaik/ terjadi regenerasi jaringan
TD : 100-130/60-90 mmHg N : 6090 x/menit
Suhu : 36,5- 37, 4 C
No Intervensi Rasional
1 Kaji ukuran, warna luka,
perhatikan jaringan nekrotik dan
kondisi sekitar luka
Memberikan informasi dasar tentang
kondisi luka
2 Berikan perawatan luka yang tepat
dan tindakan kontrol infeksi
Meningkatkan pemulihan dan menurunkan
risiko infeksi
3 Berikan lingkungan yang lembab
dengan kompres
Lingkungan yang lembab memberikan
kondisi optimum bagi penyembuhan luka
8/10/2019 askep syndrom steven jhonson
22/43
4 Dorong klien untuk istirahat Untuk mendukung pertahanan tubuh
5 Tingkatkan masukan nutrisi,
protein dan karbiohidrat
Untuk meningkatkan pembentukan
granulasi yang normal dan kesembuhan
6 Kolaborasi pemberian obatsistemik
Memperlancar terapi dan mempercepatproses penyembuhan
3. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan perpindahan cairan dari
intravaskuler ke dalam rongga interstisial dan rusaknya jaringan kulit akibat luka.
Tujuan : Tidak terjadi kekurangan volume cairan
Kriteria hasil :
Haluaran urine individu adekuat (0,5-1,0 mg/kg BB/jam)
Turgor kulit baik
Urin jernih dan berwarna kuning
Membran mukosa lembab TD normal (100-130/60-90 mmHg)
Denyut nadi (60-90 x/menit)
Kadar elektrolit serum dalam batas normal
No Intervensi Rasional
1 Kaji dan catat turgor kulit Untuk mengetahui keseimbangan cairan
tubuh
2 Observasi tanda vital Untuk memonitor keadaan umum klien
3 Monitor dan catat cairan yang
masuk dan keluar
Agar keseimbangan cairan tubuh klien
terpantau
4 Timbang BB klien setiap hari Penggantian cairan tergantung pada BB
klien
5 Berikan penggantian cairan IV
yang dihitung, elektrolit, plasma,
albumin
Resusitasi cairan menggantikan kehilangan
cairan/elektrolit dan mencegah komplikasi
6 Awasi pemeriksaan laboratorium
(Hb/Ht, natrium urine random)
Mengidentifikasi kehilangan darah atau
kerusakan sel darah merah, dan kebutuhanpenggantian cairan dan elektrolit
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesulitan
menelan.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi
Kriteria hasil :
Tidak terjadi penurunan BB/BB ideal
Nafsu makan meningkat Lesi di bibir atau mulut tidak ada
8/10/2019 askep syndrom steven jhonson
23/43
Makanan yang disediakan 80% dihabiskan
No Intervensi Rasional
1 Monitor intake dan output nutrisi Untuk mengetahui pemasukan danpengeluaran makanan
2 Kaji terhadap malnutrisi dengan
mengukur tinggi dan BB
Memberikan pengukuran objektif terhadap
status nutrisi
3 Jaga kebersihan mulut untuk
menambah nafsu makan pasien
Mulut yang bersih memungkinkan
peningkatan nafsu makan
4 Berikan makan sedikit tapi sering
hingga jumlah asupan nutrisitercukupi
Makanan dalam porsi kecil mudah
dikonsumsi oleh klien dan mencegahterjadinya anoreksia.
5 Berikan makanan untuk pasien
dalam bentuk hangat dan sedian
lunak/bubur
Memudahkan pasien dalam menelan
makanan
6 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan kebutuhan nutsi klien
Agar kebutuhan nutrisi klien terpenuhi
7 Kolaborasi dengan tim medis
tentang makanan pengganti
(enteral /parenteral)
Memberikan dukungan nutrisi bila klien
tidak bisa mengkonsumsi jumlah yang
cukup banyak peroral.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
Tujuan : Klien dapat bertoleransi terhadap aktivitas
Kriteria Hasil : Klien mengatakan peningkatan toleransi aktivitas
No Intervensi Rasional
1 Kaji respon individu terhadap
aktivitas
Untuk mengetahui tingkat kemampuan
individu dalam pemenuhan aktivitas
sehari-hari.
2 Bantu klien dalam memenuhi
aktivitas sehari-hari dengan
tingkat keterbatasan yang dimiliki
klien
Energi yang dikeluarkan lebih optimal
3 Jelaskan pentingnya pembatasan
aktivitas
Pembatasan aktivitas penting untuk
membatasi energi yang dikeluarkan, karena
energi penting untuk membantu proses
metabolisme tubuh
8/10/2019 askep syndrom steven jhonson
24/43
4 Libatkan keluarga dalam
pemenuhan aktivitas klien
Klien mendapat dukungan psikologi dari
keluarga
6. Resiko infeksi berhubungan dengan hilangnya barier/perlindungan kulitTujuan : Tidak terjadi infeksi lokal atau sistemik
Kriteria hasil :
Tidak ada tanda-tanda infeksi (merah, bengkak, panas, nyeri, fungsio lesi)
Leukosit (5000 - 10000/mm3)
Suhu tubuh dalam batas normal (36,5 - 37,4 C)
RR : 1620 x/menit
TD : 100-139/60-96 mmHh
N : 60100 x/menit
Luka mencapai penyembuhan tepat waktu, bebas dari purulen dan tidak demam
No Intervensi Rasional
1 Monitor tanda-tanda vital Perubahan tanda vital secara drastis
merupakan komplikasi lanjut untuk terjadinya
infeksi
2 Observasi keadaan luka setiap
hari
Untuk mengidentifikasi adanya penyembuhan
3 Jaga agar luka tetap bersih atau
steril
Menurunkan resiko inspeksi dan untuk
mencegah terjadinya kontaminasi silang
4 Lakukan perawatan luka setiap
hari (kompres luka dengan NaCl)
dan bersihkan jaringan nekrotik
Untuk mempercepat penyembuhan
5 Berikan perawatan pada mata Mata dapat membengkak oleh drainase luka
6 Tingkatkan asupan nutrsisi Nutrisi mempengaruhi sintesis protein dan
fotositosis
7 Batasi pengunjung dan anjurkan
pada keluarga/pengunjung untuk
mencuci tangan sebelum kontak
langsung dengan klien
Untuk mencegah terjadinya kontaminasi
silang
8 Pantau hitung leukosit, hasil
kultur dan tes sensitivitas
Peningkatan leukosit menunjukkan infeksi,
pemeriksaan kultur dan sensitivitas
menunjukkan mikroorganisme yang ada dan
antibiotic yang tepat diberikan
9 Kolaborasi berikan antibiotic Mengurangi jumlah bakteri
7. Gangguan citra tubuh : penampilan peran berhubungan dengan krisis situasi, kecacatan,
kejadian traumatic
Tujuan : terjadi perbaikan penampilan peran
Kriteria hasil :
Klien tidak berperasaan negative tentang dirinya
Klien menyatakan penerimaan situasi diri
Klien tidak takut/malu berinteraksi dengan orang lain
Klien bicara dengan keluarga terdekat tentang situasi/ perubahan yang terjadi
8/10/2019 askep syndrom steven jhonson
25/43
No Intervensi Rasional
1 Kaji makna kehilangan/perubahan
pada pasien/orang terdekat
Episode traumatic mengakibatkan
perubahan tiba-tiba
2 Terima dan akui ekspresi frustasi,
ketergatnungan, marah, kedukaan.Perhatikan perilaku menarik diri
dan penggunaan penyangkalan
Penerimaan perasaan sebagai respons
normal terhadap apa yang terjadimembantu perbaikan
3 Bersikap realistis dan positif
selama pengobatan, pada
penyuluhan kesehatan dan
menyusun tujuan dalam
keterbatasan
Meingkatkan kepercayaan dan
mengadakan hubungan antara pasien dan
perawat
4 Berikan harapan dalam parameter
situasi individu
Meningkatkan perilaku positif dan
memberikan kesempatan untuk menyusu
tujuan dan rencana untuk masa depan
berdasarkan realita5 Berikan penguatan positif terhadap
kemajuan dan dorong usaha untuk
mengikuti tujuan rehabilitasi
Kata-kata penguatan dapat mendukung
terjadinya perilaku koping positif
6 Dorong interaksi keluarga dan
dengan tim medis rehabilitasi
Mempertahankan /membuka garis
komunikasi dan memberikan dukungan
terus-menerus pada pasien dan keluarga
8/10/2019 askep syndrom steven jhonson
26/43
BAB IV
TINJAUAN KASUS
KASUS
Seorang anak usia 5 Tahun di bawa ke RS. Sari Mutiara dengan Keluhan Sakit Kepala,
batuk,Pilek dan demam dengan Temperatur 390C, sulit menelan dikarenakan adanya lesi di
bibir dan nyeri tenggorokan, muncul bintik-bintik merah, eritema di seluruh tubuh dan wajah,
tidak selera makan, mual dan muntah. TTV : RR 28 x/i, HR 80 x/i. Turgor Kulit Jele. Ibu
mengatakan BB anak menurun dari 25 kg menjadi 22 kg dalam waktu 2 bulan dan anak tidak
selesara makan.
4.1 PengkajianFORMAT PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA SISTEM INTEGUMEN PADA Valen Zega
I. BIODATA
A. Identitas Pasien
Nama :Valen Zega
Umur : 5 Tahun
Status Kesehatan : Sakit
Agama : Kristen Protestan
Pendidikan : -
Pekerjaan : -
Alamat : Jln. Bhakti Luhur
Tanggal Masuk : 1 desember 2014
No. Register : 11112014
Ruang/Kamar : II/Rajawali
Golongan Darah : AB
Tanggal Masuk : 1 desember 2014
Tanggal Pengkajian : 2 desember 2014
Diagnosa Medis : Sindrom Stevens Jhonson
8/10/2019 askep syndrom steven jhonson
27/43
B. Penanggung Jawab Pasien / Keluarga Terdekat
Nama : Jhon Irwan zega
Pekerjaan : Wiraswasta
Hubungan dengan pasien : Ayah pasienAlamat : Jln. Bhakti Luhur
C. Keluhan Utama : Sakit kepala, batuk, pilek,demam, sulit menelan, nyeri
tenggorokan,muncul bintik-bintik merah pada kulit, tidak selera makan, mual, muntah, berat
badan menurun (sebelum 25kg, sesudah 22kg)
II. RESUME
TTV :
Temp : 390C
Nadi : 80x/menit
RR : 28x/menit
BB : 22 kg
III. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
1. Faktor Pencentus : alergi obat
2. Lamanya keluhan : 2 bulan
3. Bagaimana yang dirasakan : nyeri
4. Bagaimana yang dilihat : adanya bintik-bintik merah
5. Faktor yang memperberat : garukan
6. Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya sendiri : mengaruk
7. Upaya yang dilakukan oleh orang lain : membawa ke rumah sakit
8. Pola nutrisi
- Diet : Bubur
- Nafsu makan : menurun
- Mual : ada
- Muntah : ada
- Frekuensi makan : 2 kali/ hari
- Jumlah makanan dan minuman :
makan : 1/2 piring / makan
8/10/2019 askep syndrom steven jhonson
28/43
Minum : 5 gelas (250 ml/gls)
- Berat badan : 22 kg
- Tinggi badan : 100 cm
D. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
1. Penyakit yang pernah dialami
a. Masa kanan-kanak : flu
b. Riwayat kecelakaan : tidak ada
c. Pernah dirawat : tidak
d. Pernah operasi : tidak
2. Riwayat Alergi
a. Tipe alergi : alergi tipe III dan IV
b. Reaksi : nyeri yang hebat
c. Tindakan : menggaruk
3. Kebiasaan : main bola
4. Imunisasi : imunisasi campak dan polio
5. Pola nutrisi
Diet : Nasi biasa
Nafsu Makan : berkurang
Mual : ada
Muntah : ada
Frekuensi makan : 2kali/ hari
Jumlah makanan dan minuman :
Makan : 1/2 piring
Minum : 5gelas (250 ml/gls)
Berat Badan : 22 kg
Tinggi Badan : 100 cm
E. Riwayat Kesehatan Keluarga :
1. Orang tua : tidak ada
2. Saudara Kandung : tidak ada
3. Penyakit keturunan yang ada : tidak ada
4. Anggota keluarga yang meninggal : tidak ada
8/10/2019 askep syndrom steven jhonson
29/43
F. Pola Kebiasaan Sehari-hari :
1. Biologis
No POLA SEBELUM
MASUK RS
SESUDAH
MASUH RS1 Nutrisi :
Makanan yang disukai
Diet
Nafsu makan
Lain-lain
Coklat
Nasi
Menurun
Tidak ada
Tidak ada
Bubur
Normal
Tidak ada
2 Minum :
Pola minum
Jenis minuman
Banyaknya
Minuman yang disukai
5 gelas
Air putih
1,25 L
The
7 gelas
Teh, air
putih,susu
1,75 L
Teh,susu
3 Pola istirahat/tidur :
Waktu tidur
Siang
Malam
Lama tidur
Kebiasaan tidur malam
Kebiasaan tidur siang
Kesulitan tidur
Cara mengatasinya
Tidak ada
20.00 - 05.00 wib
7 Jam/hari
Terganggu
Terganggu
(+)
Tidak ada
13.00-14.00 Wib
20.0006.00
Wib
9 jam/hari
Mulai bisa tidur
Bisa tidur
Menurun
Tidak ada
4 Pola eliminasi fekal/BAB:
Frekuensi
Konsistensi
Warna
Waktu (pagi,siang,malam)
2 kali/ hari
Cair
Kuning
Pagi dan siang
2 kali/ hari
Padat
Kuning
Pagi dan siang
5 Pola eliminasi urin/BAK :
Frekuensi
Banyaknya/Jumlah
3 kali/ hari
800 cc
5 kali/ hari
900 cc
8/10/2019 askep syndrom steven jhonson
30/43
Kejernihannya/Warna
Bau
Kelainan
Kuning
Khas
Tidak ada
Kuning
Khas
Tidak ada
6 Pola Aktivitas :Bekerja di
Jarak tempat kerja dari
rumah
Kendaraan yang dipakai
Jumlah jam kerja/hari
--
-
-
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
7 Kebersihan diri / personal
hygiene
Kebiasaan mandi
Menggosok gigi
Mencuci rambut
Memotong kuku
1-2 x / hari
2 kali/hari
1/hari
1x/2bulan
3 x / hari
3 Kali/ Hari
3 Kali/hari
1 kali/bulan
8 Pola Rekreasi / Aktivitas
Tempat hiburan/liburan
Jenis olahraga
Frekuensi olahraga
Jenis pekerjaan
Jumlah jam kerja
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Pelajar
-
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
G. Riwayat Lingkungan
a. Kebersihan lingkungan rumah : Kurang Bersih
b. Bahaya : Penumpukan Sampah
c. Polusi lingkungan rumah : Polusi Kendaraan
H. Riwayat / Keadaan Psikologis / Sosial / Spiritual
1. Bahasa yang digunakan : Bahasa Indonesia
2. Persepsi terhadap penyakit : Tidak Sembuh
3. Pola pikir dan persepsi kesulitan yang dialami : Negatif, tidak bisa sembuh
8/10/2019 askep syndrom steven jhonson
31/43
8/10/2019 askep syndrom steven jhonson
32/43
a. Kepala dan rambut dan wajah
Kepala : Pasien mengeluh sakit
Bentuk kepala : Bulat
Ukuran : Simetris
Posisi : Simetris
Warna Rambut : Hitam
Bentuk Rambut : keriting
Kebersihan Kulit kepala : ada ketombe
Warna : putih
Struktur wajah : Oval
b. Mata
Bentuk : Sipit (Simetris)
Sclera : normal
Konjungtiva : Ananemis
Pupil : isokor
Fungsi penglihatan : normal
Retina : normal
c. Hidung / Penciuman
Bentuk : simetris
Peradangan : tidak ada
Perdarahan : tidak ada
Cairan : tidak ada
Fungsi penciuman : baik
Lubang hidung : simetris
Polip : tidak ada
Sinusitis : tidak ada
Pernah mengalami flu : pernah
d. Telinga / Pendegaran
Bentuk : normal
Peradangan : tidak ada
Perdarahan : tidak ada
Cairan : tidak ada
8/10/2019 askep syndrom steven jhonson
33/43
Fungsi pendegaran : baik
Alat bantu pendengaran : tidak
e. Rongga mulut dan Faring Keadaan bibir : lesi
Mukosa gigi : kering
Keadaan gusi dan gigi : kering
Kesulitan menelan : ada
Alat bantu bicara : tidak ada
Gigi : kotor
Tonsil / faring : tidak ada (Normal)
Peradangan : tidak ada
Perdarahan : tidak ada
Laring : Normal
Peradangan : tidak ada
Fungsi pengecapan : baik
f. Leher
Kelenjar getah bening : Normal
Kelenjar tiroid : Normal
Vena jugularis : normal
Kekakuan : Tidak ada
g. Thorax
Bentuk rongga : simetris
Bunyi nafas : tidak ada
Irama pernafasan : Normal
Bunyi jantung : tidak ada Nyeri dada : tidak ada
h. Abdomen
Bentuk : simetris
Turgor kulit : jelek
Massa / cairan : tidak ada
Hepar : baik
Ginjal : normal
8/10/2019 askep syndrom steven jhonson
34/43
Bising usus : normal
i. Perineum / Genetalia
Kebersihan perineum : bersih Perdarahan : tidak ada
Peradangan : tidak ada
Haemoroid : tidak ada
Alat genetalia : bersih
j. Sirkulasi
Suara jantung : Normal
Suara jantung tambahan : tidak ada
Palpitasi : normal
Perubahan warna kulit, kuku, bibir : ada
Edema jaringan : tidak ada
Nadi : tidak Normal
k. Neurologis
Memori saat ini : Normal
Memori yang lalu : Normal
Keluhan pusing : ada
Lama tidur : 7 jam
Gangguan tidur : (+)
Genggaman tangan kiri/kanan : melemah
l. Muskuloskletal
Pergerakan ekstremitas : lemah
Kekuatan otot : menurun Fraktur : tidak ada
Kelainan tulang belakang : tidak ada
Traksi / spalk/ gips : tidak ada
m. Pencernaan
Mulut : kotor dan kering
Tenggorokan : nyeri
Abdomen : normal
8/10/2019 askep syndrom steven jhonson
35/43
Nafsu makan : menurun
Porsi makan :1/2piring
n. Eliminasi
Pola BAB : 2 kali/Hari
Konstipasi : tidak ada
Diare : tidak ada
Riwayat perdarahan : tidak ada
Pola BAK : 5 kali/hari
Jumlah urin : 900 cc
Inkontinensia : mampu
Karakter urin : bau ke kuning-kuningan
Hematuria : tidak ada
Peradangan : tidak ada
Nyeri / rasa terbakar / kesulitan BAK : ada
o. Integumen
Turgor kulit : jelek
Tekstur kulit : kering
Kelembapan : kering
Lesi : (+)
Jaringan parut : tidak ada
Suhu : 390C
Edema : tidak ada Eritema : Kemerahan
8/10/2019 askep syndrom steven jhonson
36/43
PENGKAJIAN
A. Analisa data
No. Data Etiologi Problem1. DS :
Demam
Mual & muntah
Nyeri tenggorokan
DO
Suhu 390C
RR 28 x/i
Turgor kulit jelek
Eritema Seluruh
tubuh
Tidak adekuat intake cairan,
Hipertermi
Kekurangan Volume
Cairan
2.
DS :
Nyeri Tenggorokan
Sakit kepala
DO :
Wajah meringis
Lesi di bibir
Eritema
RR 28x/i
Inflamasi pada kulit Nyeri
3
DS :
mual dan muntah
sulit menelan
tidak selera makan
DO :
lesi di bibir
Nyeri Tenggorokan
Intake tidak adekuat karena
adanya lesi
Nutrisi kurang dari
kebutuhan
4 DO : eritema Gangguan integritas
8/10/2019 askep syndrom steven jhonson
37/43
Bintik-bintik merah
pada kulit dan wajah
Kulit kering
kulit
4.2 Diagnosa
1. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan kerusakan jaringan kulit ditandai
dengan suhu 390C, turgor kulit jelek,lesi di bibir,RR 28x/i, HR : 80x/i.
2. Nyeri berhubungan dengan inflamasi pada kulit ditandai dengan wajah meringis,nyeri
tenggorokan,lesi di bibir,sakit kepala, Eritema, RR 28x/i
3. Perubahan pola nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake tidak adekuat
karena adanya lesi ditandai dengan nyeri tenggorokan,sulit menelan,mual dan muntah,BB 25
kg menurun menjadi 22 kg, tidak selera makan
4. gangguan integritas kulit b/d eritema d/d bintik-bintik merah pada kulit dan wajah, kulit
kering
4.3.Prioritas Masalah
1. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan kerusakan jaringan kulit ditandai
dengan suhu 390C, turgor kulit jelek,lesi di bibir,RR 28x/i, HR : 80x/i.
2. Nyeri berhubungan dengan inflamasi pada kulit ditandai dengan wajah meringis,nyeri
tenggorokan,lesi di bibir,sakit kepala, Eritema, RR 28x/i
3. Perubahan pola nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake tidak adekuat
karena adanya lesi ditandai dengan nyeri tenggorokan,sulit menelan,mual dan muntah,BB 25
kg menurun menjadi 22 kg, tidak selera makan
4. gangguan integritas kulit b/d eritema d/d bintik-bintik merah pada kulit dan wajah, kulit
kering
8/10/2019 askep syndrom steven jhonson
38/43
8/10/2019 askep syndrom steven jhonson
39/43
8/10/2019 askep syndrom steven jhonson
40/43
kunjungan pasien
3 3/12/2014 Nutrisi kurang dari
kebutuhan b/d intake
tidak adekuat karena
adanya lesi d/d nyeri
tenggorokan,sulitmenelan,mual dan
muntah,BB 25 kg
menurun menjadi 22
kg, tidak selera makan
Tujuan :nutrisi
klien terpenuhi
KH :
Tidak terjadi
penurunanBB/BB ideal
Nafsu makan
meningkat
Makanan
yang disediakan
80% dihabiskan
Anjurkan
keluarga untuk
membersihkan
mulut klien
sebelum dansesudah makan
Berikan
makan dan
makanan sedikit
tapi sering
Hidangkan
makanan dalam
keadaan hangat
Untuk
meningkatkan
nafsu makan dan
memberikan rasa
Membantu
mencegah distensi
gaster
danmeningkatkan
pemasukan
Meningkatkan
nafsu makan
Jam 09.00 wib
Menganjurkan
keluarga untuk
membersihkan
mulut klien.engajarkan cara
membersihkan
mulut
Jam 10.00 wib
Memberikan
makanan sedikit
tapi sering
Jam 11.30 wibMemberikan
makanan hangat
Subjek :
Nyeri tenggorokan
Sulit menelan
Mual
muntah
Objek :
Ansietas (+)BB turun 3 kg
Assestment :
Belum Teratasi
Planning :
Intervensi 1-3
diulangi
8/10/2019 askep syndrom steven jhonson
41/43
4 3/12/2014 Gangguan integritas
kulit b/d eritema d/d
bintik-bintik merah
pada kulit dan wajah,
kulit kering,Turgor
Jelek,
Kulit Kemabali
Normal
KH :
Tidak ada
bintik-bintik
merah pada kulit
dan wajah
Turgor
membaik
Kulit lembab
Pertahankan
seprei bersih,
kering dan tidak
berkerut
Kaji Kulit
Setiap hari.
Catat warna,
turgor sirkulasi
dan sensasi.
Gambarkan lesi
dan amati
Kolaborasi
Berikan matrasatau tempat
tidur busa
/flotasi
Friksi kulit
disebabkan oleh
kain yang berkerut
dan basah yang
menyebabkan
iritasi dan
potensial terhadap
infeksi
Menentukan
garis dasar dimana
perubahan pada
status dapat
dibandingkan dan
melakukan
intervensi tepat.
Menurunkan
iskemia jaringan,
mengurangitekanan pada
kulit, jaringan dan
lesi
Jam 09.50 wib
Mengganti seprei
lama dengan
seprei baru
Jam 09.55 wib
Jam 09.50
Memberikan
matras
Subjek:
--
Objek
Turgor mulai
membaik
Bintik-bintik
merah pada kulit dan
wajah
Kulit melai
membaik
Assestment :
Belum teratasi
Planning :
Ulangi intervensi 1-3
8/10/2019 askep syndrom steven jhonson
42/43
BAB V
PENUTUP
A. KesimpulanSistem imunitas atau Pertahanan dalam tubuh manusia yang berfungsi melindungi tubuh
manusia dari masuknya infeksi baik itu virus, bakteri, protozoa maupun penyakit. Apabilapertahanan tubuh manusia tidak dapat mengenali antigen yang masuk kedalam tubuh maka
akan meyebabkan penyakit sistem imun dan hematologi seperti salah satunya Syndrom
Steven Johnson atau yang biasanya disebut dengan penyakit kulit yang sangat parah atau akut
berat. Penyakit ini disebabkan oleh adanya reaksi hipersensitivitas terhadap obat, infeksi
virus, bakteri, radiasi, makanan dan sebagainya. Apabila mengalami penyakit ini maka akan
mengalami tanda dan gejala seperti adanya eritema, vesikel, bula, selaput lendir orifisium,
dan kelainan pada mata. Sedangkan penatalaksanaan yang dapat dilakukan adalah dengan
tiga (3) cara yaitu dengan penatalaksanaan umum, khusus sistemik dan topikal.
Adapun asuhan keperawatan yang akan dilakukan mencakup pengkajian, diagnosa
keperawatan, rencana asuhan keperawatan dan evaluasi. Pengkajian yang dapat kita lakukan
adalah mencakup inspeksi kulit, inspeksi mulut, kemampuan menelan, TTV, sistempernafasan, nutrisi / berat badan, dan tingkat nyeri. Berdasarkan pengkajian diatas maka
dapat diangkat empat (4) diagnosa sekaligus menyusun rencana asuhan keperawatan
berdasarkan diagnosa ini yaitu gangguan integritas kulit yang b.d dengan inflamasi dermal
dan epidermal, gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kesulitan menelan,
gangguan rasa nyaman nyeri b.d inflamasi pada kulit, gangguan intoleransi aktivitas b.d
kelemahan fisik, dan gangguan persepsi sensori; kurang penglihatan b.d konjungtivitis.
B. SaranBerdasarkan kesimpulan diatas, maka penyusun mengambil saran dalam rangak
meningkatkan pelayanan asuhan keperawatan. Adapun saran-saran adalah sebagai berikut :
1. Pasien
Apabila sudah mengetahui dan memahami gejala dari penyakit steven johnson
hendaknya segera membawa pasien kerumah sakit agar dapat dilakukan tindakan
keperawatan.
2. Perawat
Bagi seorang perawat sebaiknya harus memahami dan mengerti baik secara teoritis
maupun praktek tentang penyakit steven johnson agar dapat melakukan tindakan
keperawatan.
3. Rumah Sakit
Bagi rumah sakit hendaknya melengkapi fasilitas rumah sakit sehingga pada penderita
steven johnson mendapatkan ruangan dan fasilitas medis yang seharusnya ada sehingga dapatmelakukan tindakan keperawatan untuk mengurangi dari gejala dan komplikasi penyakit
steven johnson.
8/10/2019 askep syndrom steven jhonson
43/43
DAFTAR PUSTAKA
Askep Pasien Dengan Gangguan Sistem Integumen, Sister School Program Dinas
Kesehatan Propinsi Jateng Semarang, 2004
Carpenito, Lynda Jual, 2004 Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Jakarta : EGCCorwin, Elizabeth. J. 2001.Buku Saku Patofisiologi.Jakarta: EGC.
Doenges, Marilyn E, 2002,Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi III, Jakarta : EGC
Doenges. 2000.Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3.Jakarta: EGC.
Hamzah, Mochtar. 2005.Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi 4.Jakarta: Balai
Penerbit FKUI.
Price dan Wilson. 1991.Patofisiologi Konsep Klinik Proses-Proses Penyakit Edisi
2.Jakarta: EGC.
Price, Sylvia Anderson 1995,Patofisiologi : Konsep Klinis ProsesProses Penyakit.
Edisi IV, Jakarta : EG
Smeltzer, Suzanne C. 2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &Suddarth, edisi 8, volume 3.Buku Kedokteran EGC : Jakarta.
Tim Penyusun. 1982.Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2.Jakarta: Media Aesculapius.
Tim Penyusun. 2000.Kapita Selekta Kedokteran 2.Jakarta: Media Aesculapius.
Mansjoer, Arif. 2000.Kapita Selekta Kedokteran edisi 3, jilid 2.Media
Aesculapius : Jakarta