8/2/2019 Asuhan Keperawatan Nutrisi DIDIK
1/14
Asuhan Keperawatan Nutrisi (ASKEP)
KEBUTUHAN NUTRISI
Disusun Oleh:
1. Didik Pamungkas
(S11 013)
2. Dwi Prasetyo (S11
014)
3. Fikers Kartika. S
(S11 015)
4. Galih Jati Kurniawan
(S11 016)
5. Gregorius Christian W
(S11 017)
6. Hanim Rahmawati
(S11 018)
7.Henik Wulansari
(S11 019)8. Heru Setyawan
(S11 020)
9. Ilwan Yulio
(S11 021)
10.Indra Suliswanto
(S11 022)
11.Kurniawan Adi Utomo(S11 023)
12.Laras Setio Anggraini
(S11 024)
http://perawat2020.blogspot.com/2011/06/download-asuhan-keperawatan-nutrisi.htmlhttp://perawat2020.blogspot.com/2011/06/download-asuhan-keperawatan-nutrisi.html8/2/2019 Asuhan Keperawatan Nutrisi DIDIK
2/14
PRODI S1 KEPERAWATAN
STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2011-2012
DIET & NUTRISI
II.1 Definisi Nutrisi
Nutrisi adalah zat-zat gizi atau zat lain yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit,
termasuk keseluruhan proses pemasukan dan pengolahan zat makanan oleh tubuh
manusia yang bertujuan menghasilkan energi yang nantinya akan digunakan untuk
aktivitas tubuh serta mengeluarkan zat sisanya (hasil metabolisme). Nutrisi dapat
dikatakan sebagai ilmu tentang makanan, zat-zat gizi dan zat lain yang terkandung, aksi,
reaksi, dan keseimbangan yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit.
Nutrisi adalah proses pengambilan zat-zat makanan penting (Nancy Nuwer
Konstantinides).
Jumlah dari seluruh interaksi antara organisme dan makanan yang dikonsumsinya
(Cristian dan Gregar 1985).
Dengan kata lain nutrisi adalah apa yang manusia makan dan bagaimana tubuh
menggunakannya.
Masyarakat memperoleh makanan atau nutrien esensial untuk pertumbuhan dan
pertahanan dari seluruh jaringan tubuh dan menormalkan fungsi dari semua proses tubuh.
Nutrien adalah zat kimia organik dan anorganik yang ditemukan dalam makanan dan
diperoleh untuk penggunaan fungsi tubuh.
II.2 EtiologiSeperti telah diuraikan dalam catatan pakar autis ( Nakita, 2002 ) jumlah
penyandang autisme dibandingkan dengan jumlah kelahiran normal dari tahunketahun meningkat tajam sehingga ditahun 2001 lalu sudah mencapai 1 dari100 kelahiran. Peningkatan yang tajam ini tentunya menimbulkan pertanyaan,ada perubahan apa dalam rentang waktu tersebut sehingga kasus terjadinyaautisme bisa meningkat tajam tidak saja di Indonesia tetapi juga di berbagainegara.a. Factor Psikogenik
Ketika autisme pertamakali ditemukan tahun 1943 oleh Leo Kanner,
autisme diperkirakan disebabkan pola asuh yang salah. Kasus-kasusperdana banyak ditemukan pada keluarga kelas menengah dan
http://moveamura.wordpress.com/diet-nutrisi/http://moveamura.wordpress.com/diet-nutrisi/http://moveamura.wordpress.com/diet-nutrisi/8/2/2019 Asuhan Keperawatan Nutrisi DIDIK
3/14
berpendidikan,` yang orangtuanya bersikap dingin dan kaku pada anak.Kanner beranggapan sikap keluarga tersebut kurang memberikan stimulasibagi perkembangan komunikasi anak yang akhirnya menghambatperkembangan kemampuan komunikasi dan interaksi sosial anak. PendapatKanner ini disebut dengan teori Psikogenik yang menerangkan penyebab
autisme dari factor-faktor psikologis, dalam hal ini perlakuan/ pola asuhorangtua. Namun penelitian-penelitian selanjutnya tidak menyepakatipendapat Kanner. Alasannya, teori psikogenik tidak mampu menjelaskanketertinggalan perkembangan kognitif, tingkah laku maupun komunikasianak autis. Penelitian-penelitian selanjutnya lebih memfokuskan kaitanfactor-faktor organik dan lingkungan sebagai penyebab autis. Kalau semulapenyebabnya lebih pada faktor psikologis, maka saat ini bergeser ke factororganik dan lingkungan.
b. Factor biologis dan lingkunganPada factor bilogis dan lingkungan terdapat beberapa teori yang dapatmembuat seseorang menjadi penderita autisme. Teori-teori tersebut antara
lain :1) Teori kelebihan opioid
Opioid adalah zat yang dapat menstimulasi perubahan perilaku. Zat inimeningkat kadarnya didalam tubuh penderita autisme.
2) Teori Gulten-CaseinKonsumsi makanan dengan kadar gluten dan casein akan memperparahautisme yang diderita. Zat yang terkandung didalam gluten maupuncasein akan menyebabkan seseorang menderita penyakit celiac, dimanapenyakit tersebut akan memicu gejala autisme.
3) Genetik (heriditer) Alergi dapat diturunkan dari orang tua atau kakek/nenek padapenderita . Bila ada orang tua menderita alergi kita harus mewaspadaitanda alergi pada anak sejak dini. Bila ada salah satu orang tua yangmenderita gejala alergi maka dapat menurunkan resiko pada anaksekitar 20 40%, ke dua orang tua alergi resiko meningkat menjadi 40 80%. Sedangkan bila tidak ada riwayat alergi pada kedua orang tuamaka resikonya adalah 5 15%. Pada kasus terakhir ini bisa saja terjadibila nenek, kakek atau saudara dekat orang tuanya mengalami alergi.
4) Teori Autoimun dan Alergi makananAlergi pada suatu makanan menyebabkan hipersensitifitas pada tubuhseseorang. Reaksi tersebut diperantarai oleh mekanisme yang bersifat
imunologi, farmakologi, toksin dan neurology yang pada akhirnya dapatmengakibatkan gangguan fungsi otak.5) Teori Infeksi karena virus Vaksinasi
Penggunaan vaksin MMR (Mumps, Measles, Rubella) yang disuntikkanpada saat anak berusia 16 bulan tersebut mengandung zat kimiaberbahaya yang mengandung zat pengawet thimerosal denganethilmerkuri didalamnya yang diketahui sebagai penyebab utamasindrom autisme.
6) Teori kelainan saluran cerna (Hipermeabilitas Intestinal/Leaky Gut)Pada bayi baru lahir sel yang mengandung IgA, Imunoglobulin utama disekresi eksternal, jarang ditemui di saluran cerna, belum sempurnanya
saluran cerna pada anak mengakibatkan integritas mukosa usus danperistaltic yang merupakan pelindung masuknya allergen ke dalam tubuh
8/2/2019 Asuhan Keperawatan Nutrisi DIDIK
4/14
tidak mampu menahan masuknya allergen tersebut. Pada usus imatur(tidak matang) sistem pertahanan tubuh tersebut masih lemah dan gagalberfungsi sehingga memudahkan alergen masuk ke dalam tubuh.
7) Teori kekurangan Vitamin, mineral dan nutrisi tertentuAdanya defisiensi zinc pada penderita autisme sehingga menyebabkan
gangguan metabolism melationin dalam tubuh dimana melationintersebut digunakan dalam mendetoksifikasi logam berat dalam tubuhyang dapat mengakibatkann kerusakan otak.
II.3 Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala dapat dilihat berdasarkan DSM-IV dengan cara seksama
mengamati perilaku anak dalam berkomunikasi, bertingkah laku dan tingkat
perkembangannya.yakni yang terdapat pada penderita autisme dengan
membedakan usia anak. Tanda dan gejala tersebut dapat terlihat sejak bayidan harus diwaspadai.
USIA TANDA DAN GEJALA AWAL
0 6bulan
Bayi tampak terlalu tenang ( jarang menangis) Terlalu sensitif, cepat terganggu/terusik Gerakan tangan dan kaki berlebihan terutama bilamandi Tidak babbling Tidak ditemukan senyum sosial diatas 10 minggu Tidak ada kontak mata diatas umur 3 bulan Perkembangan motor kasar/halus sering tampak normal
6 12bulan
Bayi tampak terlalu tenang ( jarang menangis) Terlalu sensitif, cepat terganggu/terusik Gerakan tangan dan kaki berlebihan Sulit bila digendong Tidak babbling Menggigit tangan dan badan orang lain secara berlebihan Tidak ditemukan senyum sosial Tidak ada kontak mata Perkembangan motor kasar/halus sering tampak normal
1 2tahun
Kaku bila digendong
Tidak mau bermain permainan sederhana (ciluk ba, da-da)
Tidak mengeluarkan kata
Tidak tertarik pada boneka
Memperhatikan tangannya sendiri
Terdapat keterlambatan dalam perkembangan motor kasar/halus
Mungkin tidak dapat menerima makanan cair
2 3tahun
Tidak tertarik untuk bersosialisasi dengan anak lain
Melihat orang sebagai benda
Kontak mata terbatas
Tertarik pada benda tertentu
Kaku bila digendong
4 5tahun
Sering didapatkan ekolalia (membeo)
Mengeluarkan suara yang aneh (nada tinggi atau datar)
Marah bila rutinitas yang seharusnya berubah
Menyakiti diri sendiri (membenturkan kepala) dan temper tantrum
8/2/2019 Asuhan Keperawatan Nutrisi DIDIK
5/14
Namun, selain tanda dan gejala awal yang dapat dilihat diatas, terdapat juga
beberapa gejala umum yang pasti dapat terlihat apabila seseorang menderita
autisme. Gejala tersebut adalah sebagai berikut :
1. Perkembangan Sosial
Penderita autisme mengalami kerusakan interaksi social dan seringkalikurang perhatian terhadap lingkungan sekitarnya. Berikut adalah
karakteristik (tanda dan gejala) sehubungan dengan gangguan (kerusakan)
interaksi social penderita autisme :
a. Menolak / menghindar untuk beratatap muka
b. Tidak menoleh jika dipanggil, sehingga seringkali diduga tuli
c. Menolak atau merasa tidak senang jika dipeluk
d. Bila menginginkan sesuatu, menarik tangan orang terdekat dan berharap
orang tersebut melakukan sesuatu untuknya.
e. Hidup dalam dunianya sendiri (tidak mau berbagi kesenangannya denganorang lain).
f. Menjauh bila didekati saat ia sedang bermain
2. Komunikasi
Sepertiga atau setengah dari individu yang menderita autisme kemampuan
perkembangan komunikasi alaminya tidak terjadi, baik secara verbal
maupun non-verbal. Gangguan komunikasi tersebut dikarakteristikkan
dengan antara lain :
a. Kemampuan berbahasa mengalami keterlambatan atau sama sekali tidak
dapat terjadi.b. Menggunakan kata tanpa menghubungkan dengan arti yang lazim
digunakan.
c. Berkomunikasi dengan menggunakan bahasa tubuh dan hanya dapat
berkomunikasi dalam waktu singkat.
d. Kata-kata tidak dapat dimengerti orang lain.
e. Tidak menggunakan kata dalam konteks yang sesuai.
f. Ekolia (meniru/membeo), menirukan kata, kalimat atau lagu tanpa tahu
artinya.
g. Bicara monoton seperti robot.
h. Mimik datar.
3. Bermain
Penderita autis mengalami gangguan bermain, karakteristinya antara lain :
a. Bermain sangat monoton dan aneh misalnya menderetkan sabun
menjadi satu deretan yang panjang, memutar bola pada mainan mobil
dan mengamati dengan seksama dalam jangka waktu lama.
b. Ada kelekatan dengan benda tertentu seperti kertas, gambar, kartu atau
guling, terus dipegang dibawa kemana saja dia pergi.
c. Bila senang satu mainan tidak mau mainan lainnya.
8/2/2019 Asuhan Keperawatan Nutrisi DIDIK
6/14
d. Tidak menyukai boneka, tetapi lebih menyukai benda yang kurang
menarik seperti botol, gelang karet, baterai atau benda lainnya
e. Tidak spontan / reflek dan tidak dapat berimajinasi dalam bermain. Tidak
dapat meniru tindakan temannya dan tidak dapat memulai permainan
yang bersifat pura pura.f. Sering memperhatikan jari-jarinya sendiri, kipas angin yang berputar atau
angin yang bergerak.
g. Perilaku yang ritualistik sering terjadi sulit mengubah rutinitas sehari hari,
misalnya bila bermain harus melakukan urut-urutan tertentu, bila
bepergian harus melalui rute yang sama.
4. Perilaku
Anak dengan autisme mengalami gangguan dalam perilaku sehari-harinya,karakteristiknya antara lain :
a. Sering dianggap sebagai anak yang senang kerapian harus
menempatkan barang tertentu pada tempatnya
b. Anak dapat terlihat hiperaktif misalnya bila masuk dalam rumah yang
baru pertama kali ia datang, ia akan membuka semua pintu, berjalan
kesana kemari, berlari-lari tak tentu arah.
c. Mengulang suatu gerakan tertentu atau repetitive behavior
(menggerakkan tangannya seperti burung terbang). Ia juga sering
menyakiti diri sendiri seperti memukul kepala atau membenturkan kepaladi dinding
d. Dapat menjadi sangat hiperaktif atau sangat pasif (pendiam), duduk diam
bengong dengan tatap mata kosong. Marah tanpa alasan yang masuk
akal. Amat sangat menaruh perhatian pada satu benda, ide, aktifitas
ataupun orang. Tidak dapat menunjukkan akal sehatnya. Dapat sangat
agresif ke orang lain atau dirinya sendiri.
e. Gangguan kognitif, tidur, gangguan makan dan gangguan perilaku
lainnya.
5. Perasaan dan Emosi
Gangguan perasaan dan emosi juga dialami oleh penderita autisme,
gangguan tersebut dikarakteristikkan dengan antara lain :
a. Tertawa-tawa sendiri, menangis atau marah tanpa sebab nyata
b. Sering mengamuk tak terkendali (temper tantrum), terutama bila tidak
mendapatkan sesuatu yang diinginkan
c. Sering mengamuk tak terkendali (temper tantrum) bila keinginannya tidak
didapatkannya, bahkan bisa menjadi agresif dan merusak.
d. Tidak dapat berbagi perasaan (empati) dengan anak lain
6. Persepsi Sensoris
8/2/2019 Asuhan Keperawatan Nutrisi DIDIK
7/14
Gangguan persepsi sensoris juga terdapat oleh penderita autisme dengan
karakteristik sebagai berikut :
a. Sensitif terhadap cahaya, pendengaran, sentuhan, penciuman dan rasa
(lidah) dari mulai ringan sampai berat.
b. Menggigit, menjilat atau mencium mainan atau benda apa sajac. Bila mendengar suara keras, menutup telinga.
d. Menangis setiap kali dicuci rambutnya.
e. Merasa tidak nyaman bila diberi pakaian tertentu.
f. Tidak menyukai rabaan atau pelukan, Bila digendong sering merosot atau
melepaskan diri dari pelukan.
II.4 Komplikasi
Ada beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada penderita autisme.
Komplikasi tersebut terutama berimbas pada gangguan tumbuh kembang dari
penderita autisme. Beberapa komplikasi tersebut adalah :
a. Gangguan Nutrisi (Gizi)
Nutrisi yang kurang atau yang lebih dikenal dengan malnutrisi adalah salah
satu komplikasi yang dapat terjadi pada penderita autism. Hal ini
disebabkan karena penderita autis tidak dapat makan makanan tertentu
yang mengandung gluten seperti : biscuit, mie, roti dan segala bentukkemasan lain dari terigu. Penderita autis juga tidak dapat memakan
makanan atau minuman dengan kandungan casein seperti : susu sapi, keju,
mozzarella, butter ataupun permen. Anak autis juga cenderung malas
makan sehingga asupan makanan yang masuk tidak adekuat. Untuk itu
diperlukan diet yang tepat bagi penderita autis.
b. Gangguan Metabolisme system pembuangan racun dan logam berat
c. Gangguan metabolisme khususnya terjadi pada metabolism melationin,
dimana metabolism tersebut berfungsi sebagai detoksifikasi logam berat
yang masuk kedalam tubuh. Adanya kegagalan pada metabolism melationin
mengakibatkan system pembuangan racun dan logam berat di dalam tubuh
menjadi terganggu.
d. Gangguan penyerapan dan pencernaan makanan
Gangguan ini dapat terjadi sebagai akibat lanjutan dari ketidak matangan
(imaturitas) usus selama dalam masa kehamilan. Hal ini berkaitan dengan
nutrisi yang dikonsumsi oleh ibu hamil tersebut. Imaturitas usus tersebut
berlanjut hingga mengakibatkan gangguan pada proses mekanik pada
proses peristaltic dan penyerapan di mukosa usus.
e. Gangguan system kekebalan tubuh
8/2/2019 Asuhan Keperawatan Nutrisi DIDIK
8/14
Gangguan ini terjadi akibat lanjutan dari system imun tubuh yang menurun
akibat tidak adekuatnya nutrisi pada masa kehamilan dan adanya gangguan
pada system syaraf di otak.
f. Kerusakan Komunikasi Verbal Persisten
Kerusakan komunikasi verbal menetap dapat terjadi apabila gejala klinisdari gangguan bucara caik verbal amaupun non-verbal tidak dapat
ditanggulangi dengan baik. Penderita akan mengalami kesulitan untuk
berinteraksi dan berbicara dengan orang lain akibat dari keterlambatan
bicara atau tidak bicara sama sekali yang ia alami sejak usia dini dalam
waktu lama.
g. Gangguan sosial
Isolasi sosial merupakan salah satu komplikasi yang terjadi akibat dari
gejala klinis pada gangguan interaksi sosial yang tidak ditindak
lanjuti. Penderita akan mengalami keterbatasan dalam bersosialisasidengan lingkungan sekitarnya dan aktualisasi diri.
II.5 Diagnostic Test
Mendiagnosis autisme dapat dilakukan dengan menggunakan klarifikasi yang
disebut sebagai Zero to threes Diagnostic Classification of Mental Health and
Development Disorder of Infancy and early Childhood. DC-0-3 menggunakankonsep bahwa proses diagnosis adalah proses berkelanjutan dan terus
menerus, sehingga dokter yang merawat dalam pertambahan usia dapat
mendalami tanda, gejala dan diagnosis pada anak. Diagnosis tidak dapat
ditegakkan secara cepat, tapi harus melalui pengamatan yang cermat dan
berulang-ulang. Dalam penegakkan diagnosis harus berkerjasama dengan
orangtua dengan mengamati perkembangan hubungan anak dengan orangtua
dan lingkungannya.
Konsep DC 0-3 tersebut digunakan karena pengalaman kesulitan dalam
mendiagnosis Autis atau gangguan perilaku sejenisnya di bawah 3 tahun,
khususnya yang mempunyai gejala yang belum jelas. Faktor inilah yang
menyulitkan apabila anak didiagnosis autism terlalu dini, padahal dalam
perkembangannya mungkin saja gangguan perkembanagn tersebut ada
kecenderungan membaik atau menghilang. Sehingga kalau anaknya
didiagnosis Autism adalah sesuatu yang berat bagi orang tua, seolah-olah
sudah tidak harapan bagi si anak.
a. MSDD (Multisystem Developmental Disorders)
MSDD (Multisystem Developmental Disorders) adalah diagnosis
gangguan perkembangan dalam hal kesanggupannya berhubungan,
berkomunikasi, bermain dan belajar. Gangguan MSDD tidak menetap
8/2/2019 Asuhan Keperawatan Nutrisi DIDIK
9/14
seperti gangguan pada Autistis Spectrum Disorders, tetapi sangat
mungkin untuk terjadi perubahan dan perbaikkan. Pengertian MSDD
meliputi gangguan sensoris multipel dan interaksi sensori motor. Gejala
MSDD meliputi : gangguan dalam berhubungan sosial dan emosional
dengan orang tua atau pengasuh, gangguan dalam mempertahankan danmengembangkan komunikai, gangguan dalam proses auditory dan
gangguan dalam proses berbagai sensori lain atau koordinasi motorik.
b. Pervasive Developmental Disorders Screening Test PDDST II.
PDDST-II adalah salah satu alat skrening yang telah dikembangkan oleh
Siegel B. dari Pervasive Developmental Disorders Clinic and Laboratory,
Amerika Serikat sejak tahun 1997. Perangkat ini banyak digunakan di
berbagai pusat terapi gangguan perliaku di dunia. Beberapa penelitian
menunjukkan hasil yang cukup baik sebagai alat bantu diagnosis atau
skrening Autis.Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan untuk mendeteksi dan mendiagnosis
anak dengan kelainan autisme adalah berdasarkan pengamatan langsung dan
tidak langsung (melalui wawancara orangtua atau anamnesa). Tetapi terdapat
beberapa pemeriksaan yang dapat menunjang diagnosis yang dapat digunakan
sebagai dasar intervensi dan strategi pengobatan. Sehingga pemeriksaan
penunjang laboratorium hanya untuk kepentiangan strategi penatalaksanaan
semata dan bukan sebagai alat diagnosis.
Bila terdapat gangguan pendengaran harus dilakukan beberapa
pemeriksaan seperti :a. Audio gram and Typanogram.
b. EEG untuk memeriksa gelombang otak yang mennujukkan gangguan
kejang yang diindikasikan pada kelainan tumor dan gangguan otak.
c. Screening gangguan metabolic yakni pemeriksaan darah dan urine untuk
melihat metabolisme makanan di dalam tubuh dan pengaruhnya pada
tumbuh kembang anak. Beberapa spectrum autism dapat disembuhkan
dengan diet khusus.
d. MRI (Magnetic Resonance Imaging) dan CAT Scans (Computer Assited
Axial Tomography)
Keduanya sangat menolong untuk mendiagnosis kelainan struktur otak,
karena dapat melihat struktur otak secara lebih detail. Pemeriksaan genetic
dengan melalui pemeriksaan darah adalah untuk melihat kelainan genetik,
yang dapat menyebabkan gangguan perkembangan. Beberapa penelitian
menunjukkkan bahwa penderita autism telah dapat ditemukan pola DNA
dalam tubuhnya.
II. 6 Penatalaksanaan Klinis pada Pasien dengan Autisme
Penatalaksanaan keperawatan yang dapat dilakukan adalah dengan terapi
secara rutin pada anak atau penderita autisme. terapi tersebut dapat berupa
8/2/2019 Asuhan Keperawatan Nutrisi DIDIK
10/14
terapi behavior dan terapi nutrisi untuk menunjang kebutuhan nutrisi dari
penderita autis.
II.6.1 Terapi Behaviour pada penderita autisme
a. Applied Behavioral Analysis (ABA)
ABA adalah jenis terapi yang telah lama dipakai , telah dilakukanpenelitian dan didisain khusus untuk anak dengan autisme. Sistem
yang dipakai adalah memberi pelatihan khusus pada anak dengan
memberikan positive reinforcement (hadiah/pujian). Jenis terapi ini
bias diukur kemajuannya. Saat ini terapi inilah yang paling banyak
dipakai di Indonesia.
b. Terapi Wicara
Hampir semua anak dengan autisme mempunyai kesulitan dalam
bicara dan berbahasa. Biasanya hal inilah yang paling menonjol,
banyak pula individu autistic yang non-verbal atau kemampuanbicaranya sangat kurang.
Kadang-kadang bicaranya cukup berkembang, namun mereka tidak
mampu untuk memakai bicaranya untuk berkomunikasi/berinteraksi
dengan orang lain.
c. Terapi Okupasi
Hampir semua anak autistik mempunyai keterlambatan dalam
perkembangan motorik halus. Gerak-geriknya kaku dan kasar,
mereka kesulitan untuk memegang pinsil dengan cara yang benar,
kesulitan untuk memegang sendok dan menyuap makanankemulutnya, dan lain sebagainya. Dalam hal ini terapi okupasi sangat
penting untuk melatih mempergunakan otot -otot halusnya dengan
benar.
d. Terapi Fisik
Autisme adalah suatu gangguan perkembangan pervasif. Banyak
diantara individu autistik mempunyai gangguan perkembangan dalam
motorik kasarnya.
Kadang-kadang tonus ototnya lembek sehingga jalannya kurang
kuat. Keseimbangan tubuhnya kurang bagus. Fisioterapi dan terapi
integrasi sensoris akan sangat banyak menolong untuk menguatkan
otot-ototnya dan memperbaiki keseimbangan tubuhnya.
e. Terapi Sosial
Kekurangan yang paling mendasar bagi individu autisme adalah
dalam bidang komunikasi dan interaksi . Banyak anak-anak ini
membutuhkan pertolongan dalam ketrampilan berkomunikasi 2 arah,
membuat teman dan main bersama ditempat bermain. Seorang
terqapis sosial membantu dengan memberikan fasilitas pada mereka
untuk bergaul dengan teman-teman sebaya dan mengajari cara2nya.
f. Terapi Bermain
8/2/2019 Asuhan Keperawatan Nutrisi DIDIK
11/14
Meskipun terdengarnya aneh, seorang anak autistik membutuhkan
pertolongan dalam belajar bermain. Bermain dengan teman sebaya
berguna untuk belajar bicara, komunikasi dan interaksi social.
Seorang terapis bermain bisa membantu anak dalam hal ini dengan
teknik-teknik tertentu.g. Terapi Perilaku
Anak autistik seringkali merasa frustrasi. Teman-temannya seringkali
tidak memahami mereka, mereka merasa sulit mengekspresikan
kebutuhannya, Mereka banyak yang hipersensitif terhadap suara,
cahaya dan sentuhan. Tak heran bila mereka sering mengamuk.
Seorang terapis perilaku terlatih untuk mencari latar belakang dari
perilaku negatif tersebut dan mencari solusinya dengan
merekomendasikan perubahan lingkungan dan rutin anak tersebut
untuk memperbaiki perilakunya,h. Terapi Perkembangan
Floortime, Son-rise dan RDI (Relationship Developmental
Intervention) dianggap sebagai terapi perkembangan. Artinya anak
dipelajari minatnya, kekuatannya dan tingkat perkembangannya,
kemudian ditingkatkan kemampuan sosial, emosional dan
Intelektualnya. Terapi perkembangan berbeda dengan terapi perilaku
seperti ABA yang lebih mengajarkan ketrampilan yang lebih spesifik.
i. Terapi Visual
Individu autistik lebih mudah belajar dengan melihat (visuallearners/visual thinkers). Hal ini dipakai untuk mengembangkan
metode belajar komunikasi melalui gambar-gambar, misalnya dengan
metode PECS ( Picture Exchange Communication System).
Beberapa video games bisa juga dipakai untuk mengembangkan
ketrampilan komunikasi.
j. Terapi Biomedik
Terapi biomedik menemukan bahwa gejala-gejala anak autisme
diperparah oleh adanya gangguan metabolisme yang akan
berdampak pada gangguan fungsi otak. Oleh karena itu anak-anak
ini diperiksa secara intensif, pemeriksaan, darah, urin, feses, dan
rambut. Semua hal abnormal yang ditemukan dibereskan, sehingga
otak menjadi bersih dari gangguan. Lebih banyak penderita autis
mengalami kemajuan bila mendapatkan terapi yang komprehensif,
yaitu terapi dari luar dan dari dalam tubuh sendiri (biomedis).
II.6.2 Terapi Diet dan Nutrisi pada penderita autisme
a. Diet bebas ikan
Sebisa mungkin hindari pemberian ikan-ikanan pada anak penderita
autisme. hal ini disebabkan kandungan logam beratnya yang tinggi
akibat pencemaran lingkungan yang terdapat pada ikan terutama
8/2/2019 Asuhan Keperawatan Nutrisi DIDIK
12/14
ikan laut.jenis ikan yang dapat diberikan hanya : ikan salmon, ikan
tuna, ikan makarel / tenggiri.
b. Diet bebas gula
Membatasi asupan gula baik asupan gula yang berasal dari gula
murni maupun gula buatan.Jenis Gula Gula yang tidak diberikan Gula pengganti
Gula murni Gula pasir, syrup,
minuman yang
berkarbonasi dan jus buah
dalam kemasan.
Jus buah alami tanpa gula, gula
palem namun dengan jumlah yang
sedikit dan hanya untuk dicampur
kedalam pembuatan kue, gula buah
(fruktosa) namun tidak dalam
frekuensi sering.
Gula
buatan
Gula dari saccharine,
aspartame seperti
Tropicana slim dan equal.
Gula stevia, gula gyserin, dan gula
jagung (gula sarbitol) dengan
penggunaan secara bergantian.
(sumber : Diet anak autis, 2008)
c. Diet bebas jamur
Diet ini bertujuan untuk mencegah timbulnya kembali infeksi jamur
dalam usus. Sesuai dengan namanya, semua jenis makanan yang
diolah dengan proses fermentasi tidak diberikan. Jenis makanan
tersebut seperti :
Kecap
Tauco
Keju
Kue yang dibuat dengan menggunakan soda pengembang,
vermipan, atau sejenisnya.
Makanan yang sudah lama disimpan atau buah-buahan yang
dikeringkan.
Hindarkan makanan yang dibuat melalui peragian (tempe, roti,
dan lain-lain)
d. Diet bebas GFCF (Gluten free Casein free)
Diet ini adalah diet dengan menghindarkan semua produk yang
mengandung gluten dan casein.
Diet Makanan yang tidak diberikan Makanan pengganti
Bebas
gluten
Biscuit, mie, roti, kue-kue, snack
dan segala jenis makanan lain
yang mengandung tepung terigu.
Hindarkan beras ketan karena
mengandung gluten yang cukup
tinggi.
Makanan yang mengandung
tepung beras, tepung larut
atau tepung tapioca.
Bebas Makanan atau minuman yang
8/2/2019 Asuhan Keperawatan Nutrisi DIDIK
13/14
Casein mengandung susu sapi seperti:
keju, mozzarella, butter, permen
susu, es krim, yoghurt, sancks dll.
(sumber : Diet anak autis, 2008)
e. Diet bebas zat aditif
Jangan memberikan makanan dengan zat aditif atau makanan yang
mengandung campuran bahan-bahan kimia.
Zat aditif Makanan yang
dihindari
Makanan pengganti
Pengawet
(preservatives)
Makanan olahan :
sosis, kornet, nugget,
bakso olahan dan
makanan olahan
lainnya.
Gunakan makan yang
dimasak secara alami.
Gunakan pengganti warna
makanan dengan bahan-
bahan alami seperti : daun
pandan, daun suji, kunyit dan
bit.
Pewarna
(colouring)
Penyedap
(flavouring)
Pengemulsi
(sumber : Diet anak autis, 2008)
f. Diet bebas fenol dan salisilat
Jenis diet Makanan yang tidak
diberikan
Makanan pengganti
Diet bebas fenol Terkandung dalam
buah-buahan
berwarna cerah
seperti : anggur, ceri,
plum, prun, apel,
almond dll.
Ganti buah-buahan tersebut
dengan buah-buahan yang
betakaroten seperti : pepaya,
mangga, bit, kiwi, nanas dan
wortel. Perbanyak memakan
sayur-sayuran sebagai penambah
serat agar anak tidak susah buang
air besar karena keterbatasan
konsumsi buah.
Diet bebas
salisilat
Terdapat pada jeruk
dan tomat
(sumber : (Diet anak autis)
g. Diet rotasi dan eliminasi
Sebagian besar penderita autisme mempunyai alergi makanan akibat
penumpukan makanan yang sama akibat konsumsi yang berlebihan,
maka perlu dilakukan rotasi makanan dan eliminasi yakni dengan
menggunakan Makanan yang bervariasi. Setelah di tes pada makanan,
apabila IgG dalam kadar rendah, makanan tersebut dapat diberikan
dengan minimal rotasi empat kali. Maka harus dibuat daftar susunan menu
makanan bagi penderita autis.
h. Suplemen makanan
8/2/2019 Asuhan Keperawatan Nutrisi DIDIK
14/14
Penderita autis umumnya mengalami defisiensi vitamin dan mineral akibat
perlakuan diet yang cukup ketat. Dengan demikian, dibutuhkan suplemen
makanan seperti :
Kalsium (calcium citrate)
Magnesium (magnesium glycinate)Zinc
Selenium
Vitamin A
Vitamin B kompleks
Vitamin B6 dosis tinggi atau dalam bentuk jadi P5P
Vitamin C dosis tinggi (bentuk esters) dan vitamin E
Multimineral yang tidak mengandung copper dan manganese
asam lemak esensial yang mengandung omega 3 & 6dan asam amino
kolostrum dan enzim probiotikmethylsulfonylmethane dan ubiquinone
yeast control, biotin, taurin, dan reduced L-glutathione.