Transcript

Audit Keuangan Negara

Audit Keuangan Negara

BAB I PENDAHULUAN

Program subsidi beras bagi masyarakat berpendapatan rendah adalah program nasional pemerintah yang popular dengan sebutan Program RASKIN. Program ini dimulai pada tahun 1998, tepat pada saat Indonesia mengalami krisis pangan. Program RASKIN yang merupakan instruksi Presiden, menyediakan dan menyalurkan beras bersubsidi bagi kelompok masyarakat berpendapatan rendah dan rawan pangan. Tujuan dari Program RASKIN adalah mengurangi beban pengeluaran Rumah Tangga Sasaran Penerima Manfaat Raskin (RTS-PM).

Target dari pelaksanaan Program RASKIN adalah 6T, yaitu tepat sasaran, tepat harga, tepat waktu, tepat mutu, tepat waktu, dan tepat administrasi. Ketepatan sasaran adalah kunci keberhasilan penanggulangan kemiskinan, untuk itu diperlukan itikad dan dukungan seluruh pelaksana di pusat dan daerah. Pemerintah Pusat berperan dalam membuat kebijakan program, sedangkan pelaksanaannya bergantung pada Pemerintah Daerah, sehingga perannya sangat penting dalam peningkatan efektifitas Program RASKIN.

Meskipun Program RASKIN sudah berjalan selama 16 tahun, namun dalam pelaksanaannya masih banyak ditemukan permasalahan. Ironisnya, permasalahan terjadi dalam konteks nasional dan selalu berulang dari waktu ke waktu. Permasalahan klasik yang biasa terjadi adalah adanya kesenjangan data penerima, kualitas dan kuantitas beras yang dibagi serta pengenaan biaya tambahan. Hal tanpa ujung tersebut juga diperparah dengan banyaknya penyelewengan yang dilakukan oleh para oknum. Rentang distribusi yang panjang dan melibatkan banyak pihak menjadi celah bagi beberapa oknum untuk mendapatkan keuntungan

Sebagian masyarakat terkesan ikhlas dengan jumlah dan kualitas beras yang diterima serta harga yang harus mereka bayar. Jarang sekali ada pengaduan yang disampaikan oleh masyarakat kepada para aparat pemerintah sebagai tim pelaksana raskin, walau. Keluhan masyarakat penerima raskin hanya didengar oleh tembok rumah. Masyarakat miskin yang tidak masuk dalam datapun tidak dapat berkata-kata dan hanya bisa menerima. Akan tetapi jika dilihat lebih dalam, kesan menerima yang dilakukan adalah sebuah keterpaksaan untuk menerima.

Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengetahui pelaksanaan program RASKIN di lapangan serta untuk meminimalisir terjadinya penyelewengan adalah dengan menyelenggarakan Audit Social Multi Stakeholder (ASMS). ASMS dilaksanakan oleh Pusat Telaah dan Informasi Regional (PATTIRO). ASMS merupakan proses untuk mengidentifikasi pada titik mana terjadi kebocoran atau kesalahan, untuk mengukur institutional performance dari aspek sosial (non finansial), untuk mengetahui ketepatan pencapaian tujuan sosial, dan untuk mengukur akuntabilitas dan integritas dalam penyelenggaraan program pemerintah.

Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan Program RASKIN di Kabupaten Lombok Tengah, kelompok 3 melakukan penelitian pelaksanaan program RASKIN di Kabupaten Lombok Tengah. Penelitian ini mengacu pada pedoman pelaksanaan ASMS, dengan melibatkan masyarakat, Pemerintah Daerah, LSM, dan DOLOG selaku penyedia layanan di tingkat kabupaten. Penelitian ini dilakukan dengan mengidentifikasi fakta dan data, baik kuantitatif maupun kualitatif, dengan tujuan untuk memetakan komponen apa yang dianggap lemah, sedang dan kuat dalam pelaksanaan program RASKIN, sehingga dapat diberikan rekomendasi untuk memperbaiki pelaksanaan program RASKIN.BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Dasar Hukum

Dasar hukum pelaksanaan program RASKIN adalah sebagai berikut :a. Surat Keputusan Menteri Koordinator Bidang Kesra RI Nomor 54 Tahun 2014 tanggal 17 Oktober 2014 tentang Pedoman Umum Raskin Tahun 2015.b. Surat Menteri Koordinator Bidang Kesra RI Nomor B-195/MENKO/KESRA/X/2014 tanggal 17 Oktober 2014 tentang Pagu Raskin Provinsi 2015.

c. Surat Keputusan Gubernur NTB Nomor 500/252/EKON tanggal 12 Nopember 2014 tentang Pagu Raskin Kabupaten/Kota se NTB Tahun 2015.d. Surat Keputusan Bupati Lombok Tengah Nomor 50 Tahun 2015 tanggal 2 Pebruari 2015 tentang Pembentukan Tim Koordinasi Pelaksanaan Program RASKIN Tingkat Kabupaten Tahun 2015.e. Surat Bupati Lombok Tengah Nomor 400/13/Eko tanggal 20 Januari 2015 tentang Penetapan Pagu Raksin Tahun 2015.2. Gambaran Umum Program RASKINa. Sejarah Program RASKINSebagian besar masyarakat Indonesia mengkonsumsi beras sebagai pangan utama. Komoditi makanan berperan besar dalam menciptakan kemiskinan di bandingkan komoditi bukan makanan seperti perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Hal tersebut menjadi tantangan bagi Pemerintah untuk memerangi kemiskinan dengan mengatasi rasa lapar. Salah satu cara yang dilakukan pemerintah adalah menyediakan dan menyalurkan beras bersubsidi bagi kelompok masyarakat berpendapatan rendah dan rawan pangan, Program ini merupakan implementasi dari Instruksi Presiden tentang kebijakan perberasan nasional. Program ini dimulai pada waktu terjadi krisis pangan pada tahun 1998. Untuk mengatasi krisis tersebut, Pemerintah mengambil kebijakan untuk memberikan subsidi pangan bagi masyarakat melalui Operasi Pasar Khusus (OPK). Pada tahun 2002 program tersebut dilakukan lebih selektif dengan menerapkan sistem targeting, yaitu membatasi sasaran hanya membantu kebutuhan pangan bagi Rumah Tangga Miskin (RTM). Sejak itu Program ini menjadi populer dengan sebutan Program RASKIN, yaitu subsidi beras bagi masyarakat miskin. Pada tahun 2008 Program ini berubah menjadi Program Subsidi Beras Bagi Masyarakat Berpendapatan Rendah. Dengan demikian rumah tangga sasaran Program ini tidak hanya Rumah Tangga Miskin, tetapi meliputi Rumah Tangga Rentan atau Hampir Miskin.

b. Manfaat Program RASKIN

Manfaat program RASKIN adalah peningkatan ketahanan pangan di tingkat rumah tangga sasaran, sekaligus mekanisme perlindungan sosial dan penanggulangan kemiskinan Peningkatan akses pangan baik secara fisik (beras tersedia di TD), maupun ekonomi (harga jual yang terjangkau) kepada RTS. Selain itu, program RASKIN dapat juga bermanfaat sebagai :

Pasar bagi hasil usaha tani padi.

Alat stabilisasi harga beras di pasaran.

Alat pengendalian inflasi melalui intervensi Pemerintah dengan menetapkan harga beras bersubsidi sebesar Rp.1.600,-/ kg, dan menjaga stok pangan nasional.

Pendorong pertumbuhan ekonomi daerah.

c. Target Program RASKIN

Target program RASKIN adalah 6T, yaitu :

Tepat sasaran

Tepat harga

Tepat jumlah

Tepat mutu

Tepat waktu

Tepat administrasi.

d. Mekanisme dan Alur Distribusi Raskin

Pada prinsipnya penyaluran Raskin dilakukan setiap bulan. Penyaluran Raskin diatur dalam Juklak/Juknis oleh pemerintah daerah setempat. Secara umum, alur pelaksanaan distribusi raskin dapat dilihat pada gambar berikut :

Cek Kualitas / Timbangan

Tanggung Jawab Bulog Tanggung Jawab Pemda

Deskripsi alur distribusi raskin adalah sebagai berikut : 1) Berdasarkan Pagu Raskin, Bupati/ Walikota/ Ketua Tim Koordinasi Raskin Kabupaten/ Kota atau Pejabat yang ditunjuk oleh Bupati/ Walikota menerbitkan Surat Permintaan Alokasi (SPA) kepada Perum BULOG.

2) Berdasarkan SPA, Perum BULOG menerbitkan Surat Perintah Penyerahan Barang/Delivery Order (SPPB/DO) beras untuk masing-masing kecamatan atau desa/kelurahan dengan atau tanpa menunggu peluncuran resmi penyaluran Raskin pada awal tahun.3) Sebelum Penyaluran, dapat dilakukan pengecekan kualitas beras oleh Tim Koordinasi Raskin/Pelaksana Distribusi di Gudang Perum BULOG, yang ditandatangani oleh Perum BULOG dan Tim Koordinasi Raskin Kabupaten / Kota / Kecamatan /Pelaksana Distribusi.

4) Sesuai dengan SPPB/DO maka Perum BULOG menyalurkan beras sampai ke titik distribusi (TD). Di TD dilakukan serah terima beras antara Satker Raskin dengan Tim Koordinasi Raskin/ Pelaksana Distribusi dan dibuat BAST yang ditandatangani oleh kedua belah pihak. 5) Penyaluran Raskin dari Titik Distribusi (TD) ke Titik Bagi (TB)

6) Penyaluran Raskin dari Titik Bagi (TB) ke Rumah Tangga Sasaran Penerima Manfaat (RTS-PM)

Pelaksanaan Penyaluran Raskin dari Titik Distribusi (TD) ke Titik Bagi (TB)Titik Distribusi (TD) adalah fasilitas public sebagai tempat atau lokasi penyerahan Raskin dari Perum BULOG kepada Pelaksana Distribusi Raskin di Desa/Kelurahan, atau lokasi lain yang disepakati secara tertulis oleh Pemerintah kabupaten/Kota dengan Perum BULOG. Sedangkan Titik Bagi (TB) adalah fasilitas publik di desa/kelurahan yang ditetapkan sebagai tempat atau lokasi penyerahan beras Raskin dari Pelaksana Distribusi raskin kepada RTS-PM, termasuk Warung Desa (Wardes), Fasilitas publik termasuk dan tidak terbatas pada Kantor Desa/Lurah, Koperasi, Koramil, Sekolah dan tempat-tempat lain yang disepakati oleh masyarakat. Berikut ini adalah alur distribusi raskin dari TD ke TB :

1. Penyaluran Raskin dari TD ke TB sampai RTS-PM menjadi tanggung jawab pemerintah daerah (provinsi dan kabupaten/kota). 2. Tim Koordinasi Raskin/Pelaksana Distribusi Raskin harus melakukan pengecekan kualitas dan kuantitas beras yang diserahkan oleh Satker Raskin di TD. 3. Apabila kuantitas dan kualitas Raskin tidak sesuai, maka Tim Koordinasi Raskin/ Pelaksana Distribusi harus langsung mengembalikan kepada Perum BULOG dan Perum BULOG dalam waktu selambat-lambatnya 2 x 24 jam, harus menggantinya dengan kualitas dan kuantitas yang sesuai. 4. Penyaluran Raskin dari TD ke TB dan RTS-PM dapat dilakukan secara reguler oleh Kelompok Kerja (Pokja) atau Pelaksana Distribusi, atau melalui Warung Desa, Kelompok Masyarakat dan Padat Karya Raskin.Pelaksanaan Penyaluran Raskin dari TB ke RTS-PM

1. Untuk meminimalkan biaya transportasi penyaluran Raskin dari TB ke RTS-PM maka TB ditetapkan di lokasi yang strategis dan mudah dijangkau oleh RTS-PM. 2. Pelaksanaan penyaluran Raskin dari TB kepada RTS-PM dilakukan oleh Pelaksana Distribusi Raskin dengan menyerahkan Raskin kepada RTS-PM sebanyak 15 kg/ RTS/bulan, selama 12 kali dalam setahun, dicatat dalam DPM-2, selanjutnya dilaporkan kepada Tim Koordinasi Raskin Kabupaten/Kota melalui Tim Koordinasi Raskin Kecamatan.

e. Mekanisme Pelaporan / Pertanggungjawaban Distribusi Raskin

Mekanisme pelaporan/pertannggungjawaban distribusi raskin adalah sebagai berikut :

1) Pelaksana Distribusi Raskin melaporkan pelaksanaan Program RASKIN kepada Tim Koordinasi Raskin Kecamatan secara periodik setiap bulan.

2) Tim Koordinasi Raskin Kecamatan melaporkan pelaksanaan Program RASKIN kepada Tim Koordinasi Raskin Kabupaten/kota secara periodik setiap bulan. 3) Tim Koordinasi Raskin Kabupaten/ kota melaporkan pelaksanaan Program RASKIN kepada Tim Koordinasi Raskin Provinsi secara periodik setiap triwulan, dengan tembusan kepada sekertaris TKPK di Kabupaten/Kota setempat. 4) Tim Koordinasi Raskin Provinsi melaporkan pelaksanaan Program RASKIN kepada Tim Koordinasi Raskin Pusat dengan tembusan kepada sekretaris TKPK Provinsi setempat dan seluruh wakil ketua pelaksana Tim Koordinasi Raskin Pusat secara periodik setiap Semester. f. Mekanisme Pengaduan

Pelaksana distribusi raskin harus siap menyediakan fasilitas untuk menerima pengaduan dari masyarakat terkait dengan pelaksanaan program RASKIN.

1) Pengaduan ditangani berjenjang mulai dari tingkat Kab/Kota, Provinsi, dan Pusat sesuai dengan materi pengaduan dan kewenangannya.2) Batas waktu penyelesaian pengaduan ditentukan dalam pedoman khusus Kemendagri3) Setiap aduan diklasifikasi dan didisposisi kepada instansi yang berwenang

4) Unit pengaduan membuat laporan secara berkala tentang pengaduan yang diterima, tindak lanjut dan rekomendasi untuk perbaikan Program RASKIN.

3. Audit Sosial Multi-Stakeholder (ASMS)a. Pengertian ASMSAudit Sosial Multi-stakeholder (ASMS) adalah sebuah metode untuk memfasilitasi assesment terhadap implementasi program-program bantuan sosial pemerintah dengan pendekatan dialog multi-stakeholder. ASMS merupakan modifikasi dari model audit sosial yang banyak digunakan saat ini, yang berasal dari India. Modifikasi ini dilakukan karena, selain ada konteks lokal yang berbeda, juga terdapat tujuan yang berbeda dari audit sosial ASMS ini dengan audit sosial versi orisinal. Modifikasi tersebut dilakukan terutama dengan memasukkan multi-stakeholder (masyarakat, pemerintah dan penyedia pelayanan) sebagai pihak yang terlibat melakukan audit. Ini yang agak berbeda dengan audit sosial orisinal yang umumnya fokusnya lebih diarahkan kepada masyarakat sebagai kelompok penerima manfaat akhir suatu program/pelayanan.b. Tujuan ASMSTujuan dari Audit Sosial Multi-stakeholder ini adalah melakukan penilaian atas implementasi suatu program bantuan sosial pemerintah. Jadi yang hendak dinilai adalah pada tingkat implernentasi atau bagaimana program itu dilaksanakan, bukan menilai hasil akhir atau dampak dari program itu. Pada sisi implementasi program bantuan sosial pemerintah, isu penggunaan dana (budget spending) merupakan suatu isu penting. Karena itu, ASMS ini akan menelusuri anggaran mulai dari uang ditransfer dari pemerintah ke pelaksana program/penyedia pelayanan, distribusi dan pembelanjaan anggaran tersebut, pelaporan penggunaan anggaran hingga isu mekanisme komplain atas kualitas layanan barang/jasa yang dihasilkan dari proses belanja tersebut.

ASMS ini juga bertujuan hendak memetakan pada komponen mana sistem implementasi program bantuan sosial pemerintah tersebut dianggap lemah, dianggap sedang dan dianggap kuat. Dengan diketahuinya hal tersebut, maka diharapkan perbaikan sistem implementasi program-program tersebut dapat lebih fokus. Selain itu ASMS ini dilakukan juga dengan tujuan membangun trust (kepercayaan) antar stakeholder program bantuan sosial. Seperti sering diberitakan saat ini, trust antar stakeholder tersebut saat ini lemah. Dengan ASMS ini, kami berharap bahwa dialog antar stakeholder berjalan lebih baik.c. Instrumen ASMSInstrumen yang digunakan ASMS adalah assessment (riset), pengembangan kapasitas, advokasi, serta aktivitas pendukung bagi 3 aktivitas di atas. ASMS menggunakan pendekatan sebagai berikut :

1) Akuntabilitas sosialPengembangan akuntabilitas sosial terfokus pada keterlibatan masyarakat secara penuh, baik masyarakat sendiri sebagai penerima manfaat langsung (seperti keluarga miskin) maupun melalui CSO yang peduli pada program RASKIN.2) Sistem IntegritasPendekatan ini digunakan untuk memastikan sikap para pelaksana program agar konsisten aturan dan mekanisme yang berlaku dan tidak mengakali peraturan yang bertujuan pada terjadinya penyimpangan dan korupsi serta mengurangi manfaat yang diterima oleh masyarakat.3) Pendidikan AndragogiPendekatan ini menjadi dasar dalam pengembangan dan penguatan kapasitas para pelaku yang terlibat ataupun terkait dengan program yang sangat mempertimbangkan pengetahuan dan pengalaman stakeholder, dan konsisten dengan kebutuhan dan dasar kemampuan.

d. Kerangka Kerja

Instrumen ASMS dibangun berdasar atas 3 kerangka kerja sebagai berikut:

1) Analisis Gap (jarak) Integritas

Integritas dalam pengertian audit sosial adalah tingkat kekuatan/kemampuan suatu sistem kebijakan pemerintah untuk memenuhi mandatnya dan melaksanakan good governance. Sistem yang dimaksud adalah sistem pelaksanaan dari program bantuan sosial pemerintah. Dalam mengukur integritas sistem tersebut, perhatian difokuskan pada Komponen Kebijakan dan Komponen Pelaksanaan. Hal inilah yang menimbulkan gap integritas, dimana dalam kenyataannya suatu kebijakan atau program pemerintah memiliki berbagai permasalahan/persoalan dalam pelaksanaannya.

2) Kerangka Monitoring Integritas dan Akuntabilitas

Kerangka monitoring integritas dan akuntabilitas merupakan kerangka turunan dari Analisa Gap Integritas. Dalam kerangka ini, Komponen Kebijakan dan Komponen Pelaksanaan diturunkan dalam komponen-komponen yang lebih dapat diukur untuk menentukan tingkat integritas suatu sistem.

a) Komponen Kebijakan diturunkan menjadi Komponen Eksistensi Kebijakan, dalam hal ini monitor akan difokuskan pada ada atau tidaknya kebijakan, serta melihat kualitas dan dampak kebijakan.

b) Komponen Pelaksanaan diturunkan dalam dua sisi, yaitu :

Sisi Penawaran (Supply Side) adalah wilayah dimana kerja-kerja pembuatan kebijakan, pelayanan, atau pengelolaan proyek pemerintah dilakukan baik oleh otoritas pemerintah maupun oleh penyedia pelayanan. Komponen Pelaksanaan dalam Sisi Penawaran diterjemahkan menjadi Komponen Efektivitas Pelaksanaan, yang mengukur bagaimana dilaksanakannya kegiatan-kegiatan, dicapainya target, ditujunya kelompok sasaran yang telah ditetapkan oleh desain program/kebijakan.

Sisi Permintaan (Demand Side) adalah wilayah dimana masyarakat (sebagai kelompok sasaran kebijakan, pelayanan, program bantuan) berada dan berinteraksi dengan supply side. Komponen Pelaksanaan dari Sisi Permintaan diterjemahkan menjadi Komponen Akses Masyarakat, dimana akses masyarakat yang makin baik akan memperkuat kualitas pelaksanaan kebijakan atau pelaksanaan desain program bantuan sosial, seperti keterlibatan masyarakat, transparansi informasi, tingkat dialog antara masyarakat dengan penyedia layanan, kapasitas kelompok masyarakat, dan lain-lain.

3) Analisis Rantai Nilai

Digunakan sebagai alat untuk memahami bagaimana kontribusi dari setiap program (program bantuan sosial) terhadap terlaksananya good governance dan tujuan program itu sendiri. Pada analisis rantai, nilai pengukuran dilakukan pada praktek yang dilakukan pada setiap rantai yang berinteraksi dengan program tersebut dengan melibatkan tiga pelaku utama, yaitu pemerintah, penyedia pelayanan, dan masyarakat/pengguna layanan.

Dalam ASMS, rantai nilai yang dianggap penting untuk dimonitor adalah :

a) Rantai nilai transfer adalah proses pengiriman dana dari pemerintah ke service provider atau pengiriman dana antar pemerintah untuk membiayai program bantuan sosial. Isu-isu yang diperhatikan adalah seperti ada tidaknya persyaratan yang harus dipenuhi penerima transfer, dan adakah time frame yang jelas untuk transfer.

b) Rantai nilai distribusi adalah proses konversi dana menjadi suatu bentuk delivelables (barang dan jasa) pada tingkat service provider hingga penyampaian delivelables tersebut pada final beneficiaries yang direncanakan. Isu-isu yang diperhatikan adalah seperti terjadi proses pengalokasian rencana anggaran yang terdokumentasi, apakah ada rencana anggaran tersebut ditaati dalam proses pengadaan barang/jasa, dan sebagainya.

c) Rantai nilai pelaporan adalah proses pertanggungjawaban dari service provider kepada pemerintah dan masyarakat (khususnya final beneficiaries) atas penggunaan dana yang dilakukan. Isu-isu yang diperhatikan adalah seperti apakah ada kepastian terjadi pelaporan, apakah ada proses validasi atas laporan, dan siapa yang dapat terlibat dalam proses pelaporan tersebut.

d) Rantai nilai mekanisme complain adalah proses pengaduan dari masyarakat terutama final beneficiaries baik kepada para penyelenggara layanan atau kepada pemerintah, baik pemerintah daerah maupun pemerintah pusat. Isu-isu yang diperhatikan adalah seperti apakah ada regulasi yang mejamin ruang pengaduan, apakah terdapat unit pengaduan baik di pemerintah ataupun di para penyelenggara layanan, dan apakah ada ruang pengaduan alternatif.

e. Prinsip Kerja

Prinsip kerja dari ASMS adalah:

1) Dialog multi-stakeholder. Dalam hal ini dialog tersebut harus melibatkan stakeholder setidaknya dari 3 kelompok stakeholder secara seimbang. Ketiga kelompok stakeholder tersebut adalah: kelompok pemerintah, kelompok penyedia pelayanan (misalnya: sekolah, penyalur bantuan, Puskesmas dll.) dan kelompok masyarakat (khususnya sasaran penerima manfaat dari bantuan sosial).2) Eksplorasi fakta Proses audit sosial dilakukan sedemikian rupa sehingga setiap pendapat yang muncul dari peserta akan diperiksa oleh peserta lainnya. Pendapat yang dihasilkan adalah pendapat yang telah terverifikasi oleh forum.3) Menilai implementasi program bantuan sosial pemerintah Audit sosial ini menilai pada implementasi, bukan pada desain atau dampak dari program bantuan sosial pemerintah.

4) Memetakan kekuatan-kelemahan implementasi program bantuan pemerintahDalam hal ini, audit sosial tidak dilakukan untuk mencari kesalahan dalam pelaksanaan suatu program, tetapi dalam audit berusaha menemukan mana titik lemah dari implementasi program bantuan sosial, dan merekomendasikan perbaikan di titik itu.

f. Cakupan/Batasan

Metode Audit Sosial Multi-stakeholder memiliki cakupan sebagai berikut:

1) Metode ASMS ini digunakan untuk melakukan penilaian atas implementasi program-program bantuan sosial pemerintah. Perlu ditekankan bahwa cakupan audit sosial ini pada proses implementasi, bukan pada menilai hasil akhir (output, outcome dan impact) dari program-program bantuan sosial pemerintah.

2) Metode ASMS ini adalah untuk memperoleh pandangan umum yang sifatnya kualitatif dari multi stakeholder (baik/puas; agak baik/agak puas; kurang baik/kurang puas; tidak baik/tidak puas) dari para stakeholder. Bukan untuk memperoleh skor exact dari mereka. Skor yang digunakan disini, hanyalah sebagai media untuk memudahkan pengolahan atas pandangan umum tersebut.

3) Audit Sosial dengan metode ASMS ini bukan seperti audit konvensional yang berusaha menemukan kesalahan/penyelewengan dari suatu proyek/pekerjaan. Namun audit sosial ini adalah untuk memahami (melakukan diagnosa) pada komponen mana dari program yang lemah dan mana yang sudah berjalan baik.

4) Sebagai konsekuensi dari itu, audit sosial ini tidak berusaha menemukan siapa yang salah atau siapa yang benar dalam pelaksanaan program bantuan sosial. Namun audit sosial ini berusaha untuk melihat komponen program mana yang perlu ditingkatkan dan komponen program mana yang perlu dipertahankan.

4. Pelaksanaan Program RASKIN Di Kabupaten Lombok TengahKabupaten Lombok Tengah merupakan salah satu wilayah di Provinsi Nusa Tenggara Barat yang memiliki riwayat masalah konsumsi pangan yang kurang baik dengan persentase prevalensi Kurang Energi Protein (KEP) total yang tinggi di wilayah NTB yakni sebesar 31,43, keadaan produksi pangan yang rendah dan persentase desa miskin yang cukup banyak yakni lebih dari 70 persen.

Berdasarkan pada indikator-indikator tersebut, maka daerah ini memperoleh Nilai Situasi Wilayah yang tinggi di NTB yakni sebesar 12 sehingga ditetapkan sebagai salah satu daerah pelaksanaan Sistem Kewaspadaan Produksi dan Ketersediaan Pangan (SKPP) dalam rangka Pemantauan Situasi Produksi dan Ketersediaan Pangan (PSPKP) (DinasPertanian Tanaman Pangan NTB, 1997). Kondisi ini menempatkan wilayah Kabupaten Lombok Tengah sebagai salah satu wilayah pamantauan ketahanan pangan nasional, sehingga dijadikan sebagai salah satu daerah uji coba pelaksanaan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG). Dalam perkembangan pembangunan pangan, terutama jika dipandang dari aspek ketersediaan pangan wilayah, maka daerah ini menunjukkan perkembangan yang semakin membaik. Walaupun demikian, berdasarkan indikator individu dan indikator komposit kerawanan pangan menunjukkan bahwa Kabupaten Lombok Tengah masih tergolong daerah rawan pangan.

Sasaran Program RASKIN secara nasional untuk Tahun 2015 adalah berkurangnya beban pengeluaran 471.566 RTS dalam mencukupi kebutuhan pangan beras bersubsidi sebanyak 15 Kg/RTS/bulan atau setara 180 kg/RTS/tahun dengan harga tebus Rp 1.600/kg netto di Titik Distribusi (TD). Dari 84.881.880 kg pagu raskin untuk Provinsi NTB, Kabupaten Lombok Tengah mendapatkan pagu raskin sebesar 17.054.100 kg dengan jumlah RTS-PM sebanyak 94.745 KK.

BAB III

PELAKSANAAN AUDIT ASMS1. Ruang Lingkup Pelaksanaan Audit

Pelaksanaan Audit ASMS ini dilakukan dengan melihat bagaimana pelaksanaan Program RASKIN di Kabupaten Lombok Tengah untuk periode Januari Juli 2015.2. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Audit

Audit sosial raskin di Kabupaten Lombok Tengah dilaksanakan pada tanggal 3 - 14 Agustus 2015 pada 2 (dua) kecamatan yaitu Kecamatan Praya dan Kecamatan Jonggat, Kabupaten Lombok Tengah.

3. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam audit ini dilakukan dengan pendekatan personal dengan melakukan wawancara terstruktur terhadap beberapa informan yang dianggap cukup untuk memberikan informasi terkait dengan data yang dibutuhkan.

Informan yang terlibat dalam proses audit ini terdiri dari . orang yang merepresentasikan penerima manfaat, Tim raskin tingkat kelurahan, Tim Koordinasi Raskin Tingkat Kabupaten, Pihak DOLOG dan LSM.

Berikut ini informan Audit raskin di kabupaten Lombok Tengah :

Tabel 1. Daftar Informan Audit Raskin di Kabupaten Lombok Tengah

No.Unsur InformanNama

1.Tim Koordinasi Raskin Tingkat Kabupaten

2.Dolog Kabupaten Lombok Tengah

3.Tim Koordinasi Raskin Tingkat Kelurahan

4.Kepala Lingkungan

5.LSM

6.Penerima Manfaat

BAB IVHASIL ASMS PROGRAM RASKIN1. Penentuan Skor

Skoring yang diberikan adalah sebagai berikut :

1 = Kondisi TIDAK IDEAL yang mungkin terjadi

2 = Kondisi KURANG IDEAL yang mungkin terjadi

3 = Kondisi CUKUP IDEAL yang mungkin terjadi

4 = Kondisi IDEAL yang mungkin terjadi

Penilaian hanya diberikan pada tiga komponen yaitu distribusi, pelaporan dan akses ke masyarakat. Untuk komponen transfer pada program raskin tidak dapat dinilai di tingkat daerah, karena rantai ini dilakukan oleh Pemerintah Pusat kepada penyedia layanan (PERUM BULOG) di tingkat pusat.

2. Proses Skoring

Berdasarkan data dan fakta di lapangan yang diperoleh dari beberapa pihak antara lain Bagian Administrasi Perekonomian Sekretariat Daerah Lombok Tengah, pihak DOLOG Kabupaten Lombok Tengah sebagai penyedia layanan, Kepala Seksi Kesejahteraan Rakyat Kelurahan, Kepala Lingkungan, LSM, dan Masyarakat, diperoleh hasil sebagai berikut :

Komponen PenilaianPertanyaan KunciFakta

Distribusi- Eksistensi KebijakanApakah peraturan tentang distribusi sudah memadai Bagian Administrasi Perekonomian Setda Lombok Tengah

Tidak ada peraturan bupati yang mengatur tentang distribusi raskin. Pelaksaan raskin hanya mengacu pada Buku Pedoman Teknis Distribusi Raksin Tahun 2012 yang ditandatangani oleh Sekretaris Daerah Kabupaten Lombok Tengah. Namun setiap tahun, Bupati menerbitkan surat tentang Penetapan Pagu Raskin.Untuk tahun 2015, penetapan pagu raskin diatur dalam Surat Bupati Lombok Tengah Nomor 400/13/Eko tanggal 20 Januari 2015. Surat tersebut berisi pagu raskin, jumlah raskin per RTS-PM, harga tebus beras raskin, dan pembagian titik distribusi.

Setiap tahun Bupati juga menetapkan Keputusan Bupati tentang Pembentukan Tim Koordinasi Pelaksanaan Program RASKIN Tingkat Kabupaten.Untuk tahun 2015, pembentukan tim diatur dalam Surat Keputusan Bupati Lombok Tengah Nomor 50 Tahun 2015, tanggal 2 Februari 2015. Surat Keputusan tersebut berisi nama-nama anggota tim, tugas dan fungsi yang harus dilaksanakan oleh tim.Pegawai DOLOG Kab. Lombok TengahDOLOG Kab. Lombok Tengah menggunakan peraturan mengenai distribusi raskin yang ditetapkan oleh BULOG DIVRE NTB. Dalam menentukan pagu raskin, BULOG DIVRE NTB dan DOLOG Kab. Lombok Tengah juga berpedoman pada Surat Gubernur NTB Nomor 500/252/Ekon tentang Pagu Raskin Kabupaten/Kota se NTB Tahun 2015.

Kasi Kesra Kelurahan

Tidak ada peraturan mengenai distribusi raskin.Kepala Lingkungan

Kepala lingkungan tidak membuat keputusan terkait tim pelaksana distribusi raskin. Biasanya Kepala Lingkungan sebagai titik bagi masing-masing lingkungan menunjuk pelaksana distribusi raskin secara lisan kepada warga yang dipercaya.

LSM

Tidak ada peraturan khusus mengenai distribusi raskin baik di tingkat Kabupaten, Kelurahan, maupun Lingkungan.

Konsensus

Tidak ada dasar hukum yang memadahi alur pelaksanaan distribusi baik di tingkat Kabupaten, Kelurahan maupun lingkungan.Aturan tentang pagu raskin tahun bersangkutan, jumlah beras yang dibagi per RTS-PM dan harga beras diakomodir dalam surat Bupati tentang Pagu RaskinKonsensus Skor (1 ( Tidak Ideal )

Distribusi Efektivitas KebijakanApakah peraturan tentang distribusi sudah memadai dari sisi :

Kesenjangan data

Pengawasan

Penyediaan informasi Bagian Administrasi Perekonomian Setda Lombok Tengah

Penetapan RTS-PM didasarkan pada data-data tahun sebelumnya dan disesuaikan dengan data BPJS.

Pengawasan dilakukan oleh Tim Koordinasi Program RASKIN di masing-masing titik distribusi sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan.

Informasi mengenai distribusi raskin dilaksanakan dengan Surat Bupati yang disampaikan kepada masing-masing Kecamatan. Selain itu, Kabupaten juga mengadakan sosialisasi terkait pelaksanaan program RASKIN setiap tahun.Pegawai DOLOG Kab. Lombok Tengah

Pelaksanaan dan pengawasan distribusi raskin sudah berjalan dengan baik, namun dari sisi data masih ada perbedaan antara penerima raskin di lapangan dengan nama-nama yang ada dalam surat penetapan RTS-PM.

Kasi Kesra Kelurahan

Distribusi dan pengawasan raskin sudah dilaksanakan dengan baik, namun masih ada kesenjangan antara penerima raskin dengan data penetapan RTS-PM.

Tidak ada informasi resmi mengenai distribusi raskin, kelurahan hanya menyampaikan informasi kepada Kepala Lingkungan secara lisan.

Kepala Lingkungan

Secara umum, proses distribusi dan pengawasan sudah berjalan dengan baik, namun terkadang ada masalah di lapangan seperti perbedaan penerima raskin di lapangan dengan data yang ada. Hal ini dimaksudkan agar semua warga miskin mendapat raskin, karena tidak semua warga miskin terdata dalam surat penetapan RTS-PM. Pihak kepala lingkungan sudah menyampaikan informasi mengenai kesenjangan data, harga beras, jumlah beras yang akan diterima, kualitas beras dan biaya tambahan kepada masyarakat secara lisan dalam sebuah pertemuan.

LSM

Secara umum, distribusi raskin sudah dapat dilaksanakan dengan baik. Namun masih terdapat perbedaan data antara penerima yang ada di SK Penetapan RTS-PM dengan penerima raskin di lapangan.

Masyarakat Penerima

Masyarakat memperoleh informasi terkait raskin dari mulut ke mulut (secara lisan). Masyarakat mengetahui bahwa terdapat kesenjangan data penerima raskin dari kepala lingkungan. Tidak semua nama KK, tercantum dalam daftar penerima raskin.Jumlah raskin yang diterima oleh masyarakat tidak tentu jumlahnya, tetapi berkisar 5-7 kg per KK.

Harga beras biasanya berkisar antara Rp 1800 2100 per Kg. Harga tersebut sudah termasuk biaya tambahan untuk biaya angkut beras dan plastik untuk membungkus beras.

Kualitas beras yang diterima biasanya kurang bagus, tetapi kadang juga bagus.

Sebagian besar masyarakat menggunakan raskin untuk dikonsumsi, namun ada juga yang menggunakan raskin untuk dijual kembali.

Biasanya pembagian raskin dilaksanakan dua bulan sekali.

Konsensus

Proses distribusi raskin sudah dilaksanakan dengan baik, walaupun pada kenyataannya terjadi kesenjangan data, namun hal tersebut dilakukan untuk memenuhi tujuan sosial yaitu agar semua warga miskin mendapatkan raskin walaupun namanya tidak ada dalam surat penetapan (bagi rata).

Alasan sosial juga menyebabkan pelaksanaan distribusi belum dapat dilaksanakan sesuai dengan ketentuan, misalnya dari jumlah beras yang dibagi per KK seharusnya adalah 15 kg/KK dan waktu pembagian beras yang seharusnya dilakukan sebulan sekali, tetapi dilaksanakan dua bulan sekali.Konsensus Skor ( 3 ( Cukup Ideal )

Distribusi Akses ke MasyarakatBagaimana akses informasi bagi masyarakat tentang biaya tambahan dan kualitas beras?Bagian Administrasi Perekonomian Setda Lombok Tengah

Pemerintah kabupaten sudah melaksanakan sosialisasi terkait dengan distribusi raskin yang dihadiri oleh beberapa kepala dinas, perwakilan dari Bulog, beberapa perwakilan dari kecamatan dan kelurahan, serta Ketua Forum Kepala Desa beserta beberapa anggotanya.

Pegawai DOLOG Kab. Lombok Tengah

Tidak ada sosialisasi mengenai kualitas beras.

Kasi Kesra Kelurahan

Tidak ada biaya tambahan di titik distribusi. Masyarakat sudah mengetahui bagaimana kualitas beras raskin, sehingga pihak kelurahan tidak perlu memberikan informasi.

Kepala Lingkungan

Nominal dan peruntukan biaya tambahan ditentukan berdasarkan kesepakatan antara kepala lingkungan dan masyarakat dalam sebuah pertemuan. Kepala Lingkungan merasa tidak perlu menyampaikan informasi kualitas beras, karena masyarakat sudah mengetahui hal tersebut.

LSM

Biaya tambahan dikenakan kepada masyarakat penerima raskin untuk menutupi biaya distribusi (plastik, transport, buruh). Nilainya ditetapkan berdasarkan kesepakatan bersama.

Kualitas beras yang dibagikan sudah sesuai dengan peraturan yaitu kualitas medium, walaupun pada kenyataannya kadang beras yang diterima dianggap bagus, dan kadang dianggap tidak layak konsumsi.Masyarakat Penerima

Masyarakat penerima raskin membayar biaya tambahan sesuai dengan kesepakatan. Masyarakat mengetahui penggunaan biaya tambahan tersebut. Tidak ada informasi mengenai kualitas beras.

Konsensus

Biaya tambahan merupakan kesepakatan masyarakat penerima raskin dan informasi penggunaan biaya tambahan juga diketahui oleh masyarakat. Namun untuk informasi mengenai kualitas beras tidak pernah disampaikan kepada masyarakat.Konsensus Skor ( 3 ( Cukup Ideal )

Pelaporan - Eksistensi KebijakanApakah sudah cukup memadai tentang peraturan pelaporan raskin?Bagian Administrasi Perekonomian Setda Lombok Tengah

Tidak ada ketentuan yang mengatur mengenai pelaporan raskin. Semua mengacu pada Buku Pedoman Teknis Distribusi Raskin.Pegawai DOLOG Kab. Lombok Tengah

DOLOG Kab. Lombok Tengah menggunakan peraturan yang ditetapkan oleh BULOG DIVRE NTB, termasuk peraturan mengenai pelaporan.Kasi Kesra Kelurahan

Tidak ada peraturan yang mengatur tentang mekanisme pelaporan.Kepala Lingkungan

Tidak ada peraturan tentang pelaporan

LSM

Tidak ada peraturan yang mengatur mengenai pelaporan raskin baik di tingkat Kabupaten, Kelurahan maupun di tingkat Lingkungan.Konsensus

Peraturan tentang pelaporan hanya ada pada BULOG dan DOLOG, sedangkan pada tingkat Kabupaten, Kelurahan, maupun Lingkungan tidak ada peraturan yang mengatur mengenai mekanisme pelaporan dan jenis laporan yang harus dihasilkan sebagai bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan distribusi raskin.Konsensus Skor ( 1 ( Tidak Ideal )

Pelaporan Efektivitas KebijakanBagaimana penilaian anda tentang pertanggungjawaban dari titik distribusi terendah (lurah, kades, rt, rw) dari publikBagian Administrasi Perekonomian Setda Lombok Tengah

Pelaksana distribusi raskin melaporkan pertanggungjawaban pelaksanaan program RASKIN kepada tim koordinasi raskin secara berjenjang sesuai periode pelaksanaan distribusi, mulai dari tingkat kelurahan sampai dengan tingkat kabupaten. Selanjutnya tim koordinasi raskin kabupaten Lombok Tengah melaporkan pelaksanaan program RASKIN kepada tim koordinasi raskin provinsi secara periodik setiap triwulan.

Pegawai DOLOG Kabupaten Lombok Tengah

Pelaporan/pertanggungjawaban sudah dilaksanakan dengan baik. Pelaporan penerima raskin disesuaikan dengan data penerima yang ada dalam surat penetapan RTS-PM.

Kasi Kesra Kelurahan

Laporan yang ada berupa berita acara serah terima beras dari DOLOG dan kepada Kepala Lingkungan, serta laporan penerima beras raskin.Kepala Lingkungan

Laporan ke pihak Kelurahan hanya berupa daftar nama penerima raskin.LSM

Pelaporan atau pertanggungjawaban pelaksanaan distribusi raskin belum dilaksanakan secara memadai.Masyarakat Penerima

Masyarakat hanya menerima raskin dari pemerintah, tanpa mengetahui pertanggungjawabannya.

Konsensus

Laporan pertanggungjawaban raskin hanya ada dalam bentuk berita acara serah terima beras dan laporan mengenai nama-nama penerima raskin sesuai dengan yang ada dalam surat penetapan RTS-PMKonsensus Skor ( 2 ( Kurang Ideal )

Pelaporan Akses ke MasyarakatBagaimana warga dapat mengakses laporan pelaksanaan distribusi raskin?Bagian Administrasi Perekonomian Setda Lombok Tengah

Laporan pertanggungjawaban distribusi raskin dapat diberikan kepada masyarakat maupun LSM jika mereka meminta.

Pegawai DOLOG Kabupaten Lombok Tengah

Masyarakat dapat mengcopy laporan pertanggungjawaban distribusi raskin.

Kasi Kesra Kelurahan

Masyarakat dapat meminta laporan pertanggungjawaban distribusi raskin jika mereka mau.

Kepala Lingkungan

Laporan pertanggungjawaban dapat diketahui oleh masyarakat.

LSM

Pihak pemerintah tidak menyediakan wadah bagi masyarakat maupun LSM untuk mengakses secara terbuka laporan pertanggungjawaban distribusi raskin, tetapi pemerintah akan memberikan laporan tersebut jika diminta oleh masyarakat atau LSM.

Masyarakat Penerima

Masyarakat tidak pernah mengetahui tentang laporan pertanggungjawaban distribusi raskin.

Konsensus

Pemerintah tidak menyediakan fasilitas agar laporan pelaksanaan distribusi raskin dapat diakses oleh masyarakat secara terbuka. Masyarakat dapat memperoleh daftar nama penerima raskin jika mereka aktif meminta kepada pemerintah.

Konsensus Skor ( 1 ( Tidak Ideal )

Mekanisme Komplain Eksistensi kebijakan-availabilitasSejauh mana peraturan yang ada mampu mendorong mekanisme komplain dan pengelolaan komplain yang efektif?Bagian Administrasi Perekonomian Setda Lombok Tengah

Masalah pengaduan diserahkan kepada Tim Koordinasi Pelaksanaan Program RASKIN. Dalam Surat Keputusan tentang Pembentukan Tim sudah diatur salah satu tugas dan fungsinya adalah penanganan pengaduan.Pegawai DOLOG Kabupaten Lombok Tengah

Tidak ada peraturan khusus yang mengatur mengenai pengaduan, namun kpihak DOLOG sangat terbuka untuk menerima pengaduan dari masyarakat.

Kasi Kesra Kelurahan

Tidak ada peraturan yang mengatur tentang pengaduan, tetapi pihak kelurahan menerima pengaduan dari kepala lingkungan maupun masyarakat dan akan menindaklanjuti setiap pengaduan yang masuk.

Kepala Lingkungan

Tidak ada peraturan mengenai pengaduan, akan tetapi pihak kepala lingkungan menampung semua keluhan masyarakat dan akan menyampaikannya pada pihak kelurahan.

LSM

Tidak ada peraturan yang mewadahi mengenai mekanisme pengaduan dan tindak lanjut.Konsensus

Tidak ada peraturan yang mengatur mengenai mekanisme pengaduanKonsensus Skor ( 1 ( Tidak Ideal )

Mekanisme Komplain Efektivitas KebijakanSejauhmana kemampuan kelurahan/desa menangani komplain tentang kualitas raskin?Bagian Administrasi Perekonomian Setda Lombok Tengah

Dalam hal ini ada komitmen bersama antara pemda dan BULOG untuk menyelesaikan komplain/komplain dari masyarakat dengan membentuk Pusat Komplain Masyarakat yang masih berada di bawah TKPKD (Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah).

Pegawai DOLOG Kabupaten Lombok Tengah

BULOG menangani pengaduan masyarakat terkait raskin dan segera ditindak lanjuti sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Sebagian besar pengaduan mengenai kualitas beras ditindaklanjuti dengan mengganti beras dengan beras yang kualitasnya lebih baik.Kasi Kesra Kelurahan

Kelurahan menerima komplain tentang kualitas beras dari kepala lingkungan. Kepala lingkungan akan mengembalikan beras yang kualitasnya kurang baik dan kami akan meneruskannya ke DOLOG.

Kepala Lingkungan

Pada dasarnya kepala lingkungan menerima setiap komplain masyarakat tentang distribusi raskin, terutama mengenai kualitas raskin. Biasanya sebelum dibagikan kepada penerima raskin, kepala lingkungan beserta beberapa orang warga akan mengecek kualitas raskin terlebih dahulu, jika kualitasnya dianggap kurang baik, maka mereka akan mengembalikannya ke pihak kelurahan untuk ditukar pada DOLOG. Sejauh ini, pihak DOLOG selalu mau menerima ketika raskin kami kembalikan dan menukarnya dengan raskin yang memiliki kualitas yang lebih baik. LSM

Masyarakat tidak familiar dengan mekanisme pengaduan terkait kualitas raskin. Dalam perkembangannya, diharapkan masyarakat menjadi lebih aktif. Pihak pemerintah diharapkan juga segera menindaklanjuti setiap pengaduan yang ada.Masyarakat Penerima

Masyarakat tidak memahami tata cara penyampaian pengaduan terkait pelaksanaan raskin. Pada kenyataannya masyarakat biasanya menyampaikan keluhan mereka pada Kepala Lingkungan.Konsensus

Kelurahan dan kepala lingkungan sudah bersikap terbuka dalam menerima komplain dari masyarakat, dan menindaklanjuti/menyelesaikan komplain tersebut dengan baik.

Konsensus Skor ( 3 ( Cukup Ideal )

Mekanisme Komplain Akses ke MasyarakatBagaimana akses warga dalam menyampaikan komplain di tingkat kelurahan/desa terkait dengan :

Pengetahuan tata cara

Kemampuan mengaksesBagian Administrasi Perekonomian Setda Lombok Tengah

Informasi mengenai mekanisme pengaduan sudah disampaikan pada saat sosialisasi mengenai distribusi raskin.Pegawai DOLOG Kabupaten Lombok Tengah

BULOG/DOLOG tidak melakukan sosialisasi mengenai tata cara pengaduan kepada masyarakat.

Kasi Kesra Kelurahan

Kelurahan tidak pernah menginformasikan kepada masyarakat mengenai mekanisme pengaduan, karena masyarakat tidak pernah menyampaikan pengaduan mengenai raskin secara langsung kepada pihak kelurahan, biasanya diwakili oleh kepala lingkungan.

Kepala Lingkungan

Kepala lingkungan tidak pernah menyampaikan informasi tentang tata cara pengaduan kepada masyarakat, namun mereka menerima setiap keluhan dari masyarakat.

LSM

Masyarakat belum mengetahui dan belum dapat mengakses informasi tentang tata cara komplain secara luas. Hal ini membuka peluang terjadinya penyelewengan dan penyalahgunaan bantuan raskin.

Masyarakat Penerima

Akses masyarakat mengenai tata cara komplain terkait raskin masih sangat kurang. Hal ini terkendala pula oleh ketidakmauan dan ketidakmampuan masyarakat penerima raskin untuk menyampaikan komplain.

Konsensus

Masyarakat tidak mengetahui mekanisme penyampaian komplain kepada DOLOG atau tim pelaksana raskin tingkat kabupaten. Sebagian besar komplain dilakukan secara kolektif dan hanya disampaikan pada Kepala Lingkungan.

Konsensus Skor ( 1 ( Tidak Ideal )

3. Hasil Skor per Pertanyaan Kunci

Hasil skoring sesuai dengan data dan fakta dari beberapa pihak, dapat dirangkum berdasarkan pertanyaan kunci dalam tabel berikut :

Komponen PenilaianEksistensi KebijakanSkorEfektivitas KebijakanSkorAkses MasyarakatSkor

Transfer

DistribusiApakah peraturan tentang distribusi sudah memadai 1Apakah peraturan tentang distribusi sudah memadai 3Bagaimana akses informasi bagi masyarakat tentang biaya tambahan dan kualitas beras?3

Pelaporan Apakah peraturan tentang pelaporan raskin sudah cukup memadai?1Bagaimana penilaian anda tentang pertanggungjawaban dari titik distribusi terendah (Lurah/Kades/RT/RW) dari publik2Bagaimana warga dapat mengakses laporan pelaksanaan distribusi raskin?1

Mekanisme Komplain Sejauh mana peraturan yang ada mampu mendorong mekanisme komplain dan pengelolaan komplain yang efektif?1Sejauhmana kemampuan kelurahan/desa menangani komplain tentang kualitas raskin?3Bagaimana akses warga mengenai tata cara menyampaikan pengaduan di tingkat kelurahan/desa?1

4. Interpretasi Skor

Interpretasi skor adalah proses menempatkan setiap komponen penilaian apakah masuk kategori tinggi, sedang, atau rendah berdasarkan skor yang diperolehnya. Masing-masing kategori akan dibedakan berdasarkan warna. Warna PUTIH menunjukkan skor tinggi, warna ABU-ABU menunjukkan skor sedang, dan warna HITAM menunjukkan skor rendah.Penjelasan masing-masing kategori akan dijelaskan dalam tabel berikut :

KategoriSkorDeskripsi Perkiraan Kondisi

Rendah1Kondisi integritas dari sistem/institusi rendah, dimana diperkirakan sebagian besar komponen sistem belum terbangun untuk mengarah tercapainya program dan good governance, sebagian besar tindakan yang diharapkan juga belum dilakukan.

Sedang2Kondisi integritas dari sistem/institusi sedang, dimana diperkirakan bahwa sistem sudah mulai mengarah pada tercapainya tujuan program dan good governance, namun masih terdapat komponen yang dalam jumlah signifikan belum mendukung. Perbaikan yang diperlukan mungkin cukup banyak dan signifikan. Jika hal tersebut tidak dilakukan, maka tujuan program dan good governance tidak akan tercapai.

Tinggi3-4Kondisi ini menggambarkan bahwa sistem/institusi diperkirakan sudah cukup mantap dan mengarah pada tercapainya tujuan program dan terwujudnya kondisi good governance. Perbaikan masih diperlukan namun jumlahnya tidak signifikan, dan pada umumnya bukan pada backbone, tetapi pada komponen pendukung saja.

Berdasarkan hasil skoring dan disesuaikan dengan tabel interpretasi data, maka diperoleh matriks penilaian sebagai berikut :

Komponen PenilaianEksistensi KebijakanEfektivitas KebijakanAkses Masyarakat

Transfer

Distribusi133

Pelaporan 121

Mekanisme Komplain 131

5. Analisis Deskriptif atas SkorBerdasarkan matriks penilaian di atas, dapat diperoleh analisis deskriptif sebagai berikut:

a. Pada pelaksanaan Program RASKIN di Kabupaten Lombok Tengah, tidak ada kebijakan yang mengatur/mengakomodir semua rantai nilai (distribusi, pelaporan dan mekanisme komplain) baik di tingkat Kabupaten, Kelurahan maupun Lingkungan. Pelaksanaan program atau kegiatan pemerintah seharusnya memiliki payung hukum. Berkaitan dengan hal tersebut, Kabupaten Lombok Tengah seharusnya membuat peraturan tentang petunjuk teknis distribusi raskin, yang merupakan turunan dari Keputusan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Nomor 54 Tahun 2014 tentang Pedoman Umum Raskin Tahun 2015. Peraturan yang ada di tingkat Kabupaten seharusnya juga mengakomodir pelaksanaan distribusi raskin pada tingkat kelurahan dan lingkungan, sehingga dapat menjadi acuan bagi Kelurahan/Lingkungan dalam pelaksanaan distribusi raskin. b. Efektivitas pelaksanaan untuk rantai distribusi dan mekanisme komplain adalah tinggi. Walaupun tidak ada peraturan yang melandasi, tetapi pelaksanaan distribusi raskin secara umum dapat berjalan dengan baik, begitu pula dengan pengaduan dari masyarakat yang ditampung dan ditindaklanjuti dengan baik oleh pihak Kepala Lingkungan, Kelurahan dan DOLOG. Peran aktif masyarakat, Kepala Lingkungan, Kelurahan, dan DOLOG sangat mendorong efektifitas pelaksanaan mekanisme pengaduan. Sejauh ini belum terlihat peran pihak Kabupaten dalam menerima maupun menindaklanjuti pengaduan dari masyakarat, dan hal tersebut harus mendapat perhatian. Walaupun masuk kategori tinggi, tetapi masih banyak hal yang harus diperbaiki, khususnya terkait dengan perbedaan antara data penerima raskin dan realita penerima raskin di lapangan. Ketidaksesuaian data menyebabkan timbulnya permasalahan yang lain seperti pembagian jumlah beras yang tidak sesuai ketentuan.Efektivitas pelaksanaan untuk rantai pelaporan adalah sedang, hal ini disebabkan tidak ada ketentuan yang mengatur pertanggungjawaban dengan jelas baik dari sisi mekanisme maupun jenis laporan yang harus dibuat masing-masing titik pertanggungjawaban. Namun kesadaran untuk membuat pertanggungjawaban sudah diwujudkan dalam bentuk penyampaian berita acara serah terima raskin dan laporan nama-nama penerima raskin.c. Akses masyarakat untuk rantai nilai pelaporan dan mekanisme komplain masih sangat rendah. Pemerintah belum memberi ruang kepada masyarakat untuk mengakses laporan pertanggungjawaban pelaksanaan distribusi raskin. Pemerintah juga tidak memberikan informasi mengenai mekanisme komplain secara memadai.

Namun akses masyarakat untuk rantai nilai distribusi sudah cukup tinggi. Hal ini disebabkan pihak Kepala Lingkungan memiliki kesadaran untuk secara aktif menyampaikan segala informasi terkait distribusi raskin kepada masyarakat.d. Rantai pelaporan memiliki skor rendah untuk eksistensi kebijakan dan akses masyarakat, dan memiliki skor sedang untuk efektivitas pelaksanaan. Hal ini menunjukkan bahwa pelaporan pertanggungjawaban distribusi raskin masih belum berjalan dengan baik. Pemerintah perlu melakukan pembenahan dengan segera, baik dari sisi peraturan, penyusunan dan penyampaian laporan maupun penyediaan fasilitas bagi masyarakat untuk mengakses laporan pertanggungjawaban tersebut.

BAB VSIMPULAN DAN REKOMENDASI

1. Simpulan

Berdasarkan hasil skoring, interpretasi skor dan analisis deskriptif di atas, dapat diambil simpulan sebagai berikut :

a. Secara umum pelaksanaan distribusi raskin di Kabupaten Lombok Tengah sudah berjalan dengan baik, walaupun dengan alasan meredam gejolak sosial, penerima raskin di lapangan tidak sesuai dengan daftar penerima sehingga jumlah raskin yang diterima lebih sedikit dari jumlah yang sudah ditentukan (bagi rata).b. Distribusi raskin yang belum sesuai dengan ketentuan menyebabkan pelaksanaan program raskin belum tepat sasaran, tepat harga, tepat jumlah, tepat mutu, tepat waktu dan tepat administrasi.c. Pelaksanaan distribusi raskin yang belum sepenuhnya sesuai dengan ketentuan memperlihatkan bahwa integritas para pelaksana program raskin belum dapat diacungi jempol. Masih banyak peraturan yang dimainkan dengan alasan sosial, tentu saja mengurangi manfaat yang diterima oleh masyarakat.

d. Peraturan dan akses masyarakat harus mendapat prioritas utama dalam pembenahan dan perbaikan program. Hasil skoring pada komponen penilaian peraturan memperlihatkan bahwa akuntabilitas pelaksanaan program raskin masih sangat buruk. Akses yang lemah terhadap peraturan membatasi pengawasan terhadap pelaksanaan program raskin.e. Penguatan dan pengembangan kapasistas pelaksana raskin seharusnya mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Namun jika menilik hasil skoring, maka pendidikan andragogi bagi para pelaksana distribusi raskin belum terlihat. Permasalahan yang stagnan dan terus berulang menunjukkan bahwa para pelaksana distribusi raskin belum belajar dari pengalaman tahun-tahun sebelumnya.2. Rekomendasi

Berdasarkan simpulan di atas, maka rekomendasi yang dapat diberikan adalah sebagi berikut :

a. Pihak Kabupaten harus menunjukkan peran yang lebih baik, antara lain dengan membuat peraturan yang dapat menjadi payung hukum dalam pelaksanaan program RASKIN. Hal ini untuk meningkatkan integritas dan akuntabilitas pelaksanaan program raskin, meminimalisir penyalahgunaan kewenangan serta mewujudkan good governance.b. Pemerintah harus secara terbuka memberikan segala informasi yang berkaitan dengan program RASKIN dan memberikan ruang bagi masyarakat untuk dapat mengakses segala hal yang berkaitan dengan pelaksanaan program, seperti informasi distribusi dan pelaporan pertanggungjawban distribusi raskin, serta memberikan fasilitas pengaduan bagi masyarakat. Hal ini dapat dilakukan dengan mendirikan komunitas pada level masyarakat dan memfasilitasi dialog antara masyarakat sebagai penerima manfaat program dengan pemerintah sebagai penyelenggara program serta stakeholder lain yang terlibat.c. Data yang digunakan sebagai dasar penetapan RTS-PM adalah data BPS tahun 2008. Sebaiknya penetapan RTS-PM dievaluasi setiap 2-5 tahun sekali, untuk meningkatkan ketepatan penerima RTS-PM.

d. Fungsi pengawasan baik dari Tim Pelaksana Raskin tingkat Kabupaten, LSM, maupun masyarakat sebaiknya mulai dijalankan lagi untuk menjamin pelaksanaan distribusi raskin dapat mencapai target 6T.

Nota Timbang, GD1K, Surat Jalan

RTS - PM

Titik Distribusi - BAST (Kelurahan)

Titik Bagi Kaling

Truk Angkut

DOLOG Loteng

PENGADAAN

Tim Raskin

BULOG DIVRE

SPA

Pemerintah Kota / Kab

Tanggung Jawab BULOG

Tanggung Jawab PEMDA

Cek Kualitas/ Timbangan

1

2

4

3

6

5

Audit Social Multi StakeholderPage 30


Recommended