BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
“Konsumen, bagaimana dengan perkiraan konsumen yang akan membeli produk
kita? Berapa prakiraan konsumen yang akan menggunakan produk ini jika kita lakukan plan
A? Bagaimana jika plan B kita terapkan? Apakah ada bentuk penanggulangan jika plan A
maupun plan B tidak berhasil dilaksanakan?” Itulah kalimat-kalimat gundah yang seringkali
terdengar di kalangan para pebisnis maupun wirausahawan yang sedang menapaki ranah
perdagangan barang dan jasa dalam sebuah rapat perencanaan strategis mereka di bidang
pemasaran.
Tak diragukan lagi, sasaran dari pebisnis dan wirausahawan tersebut ialah untuk
dapat menjaring konsumen sebanyak-banyaknya agar dapat menggunakan atau membeli
produk mereka.
Berbagai cara telah dilakukan oleh pebisnis dan wirausahawan untuk dapat
menaikkan rating penjualan atas produk mereka, ada sebagian yang berhasil menarik simpati
para konsumen. Namun tidak sedikit pula dari mereka yang akhirnya menemukan kegagalan
dalam perencanaan strategi marketing mereka dan terpuruk akibat sedikitnya minat
konsumen terhadap produk mereka.
Lalu bagaimana sekarang? Permasalahannya ialah, apa yang menyebabkan mereka
menjadi gagal dalam memasarkan produk mereka? Mengapa mereka bisa gagal?
Jawaban dari pertanyaan diatas merupakan satu pertanyaan lagi yang memang sudah
menjadi pertanyaan klasik di dunia perdagangan barang & jasa. Pertanyaan tersebut ialah
bagaimana cara agar konsumen mau dan tertarik untuk membeli produk dari para pebisnis
maupun wirausahawan tersebut?
Memang terlihat sedikit lucu dikarenakan untuk menjawab sebuah pertanyaan kita
dihadapkan pada pertanyaan lagi. Namun, itulah solusi terbaik yang dapat diambil untuk
memecahkan kendala-kendala yang dihadapi ketika sebuah stategi marketing gagal
dijalankan.
Hal inilah yang menjadi dasar untuk dilakukan analisa masalah dalam bentuk
makalah terhadap perilaku konsumen di era globalisasi seperti saat ini.
Perilaku Konsumen | 1
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat didentifikasi permasalahannya,
yakni sebagai berikut :
1. Bagaimana cara memahami perilaku konsumen tentang pandangannya akan suatu produk
yang ada?
2. Pendekatan-pendekatan apa saja yang sebaiknya dilakukan agar kita dapat memahami
seluk beluk perilaku konsumen?
1.3. Maksud & Tujuan Penulisan
Maksud dan tujuan dari penulisan ini ialah untuk mengetahui kecenderungan
perilaku konsumen dalam menyikapi suatu produk dan juga untuk mengetahui cara dan
metode terbaik dalam pemahaman akan perilaku konsumen itu sendiri sehingga para
pebisnis dan juga wirausahawan dapat menerapkan strategi terbaik dalam pemasaran produk
mereka agar diminati oleh konsumen.
Perilaku Konsumen | 2
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengerian Konsumen, Konsumsi dan Perilaku Konsumen
Dalam Ilmu Ekonomi Mikro yang dimaksud dengan konsumen kegiatan konsumen
adalah seseorang atau kelompok yang melakukan serangkaian kegiatan konsumsi barang
atau jasa.
Pengertian lain tentang konsumen adalah orang atau sesuatu yang membutuhkan,
menggunakan dan memanfaatkan barang atau jasa. Konsumen biasa memiliki kebiasaan dan
tikah laku yang berbeda-beda. Di desa berbeda dengan kebiasaan yang ada di kota, tergantug
pada jumlah pendapatan mereka. Konsumen adalah seseorang yang mengkonsumsi suatu
barang atau jasa. Maka konsumsi seseorang itu tergantung pada : pendapatan, pendidikan
kebiasaan dan kebutuhan.
Adapun pengetrian perilaku konsumen, yaitu tingkah laku dari konsumen, dimana
mereka dapat mengilustrasikan untuk membeli, menggunakan, mengevaluasi dan
memperbaiki dan memoerbaiki sutu peroduk dan jasa mereka. Fokus dari perilaku
konsumen adalah bagai mana individu membuat keputusan untuk mengkonsumsi suatau
barang.
Beberapa ahli berikut ini memaparkan pendapatnya tentang definisi perilaku
konsumen,
1. James F Engel
Perilaku konsumen didefinisikan tindak-tindakan individu secara langsung terlibata
dalam usaha memperoleh dan menggunakan barang-barang jasa ekonomi termasuk proses
pengambilan kepustusan yang mendahuli dan menentukan tindakan-tindakan tersebut
(1988:8).
2. David L Loundon
Perilaku konsumen dapat didefinisikan sebagai proses pengambilan keputusan dan
aktivitas individu secara fisik yang dilibatkan dalam mengevaluasi, memperoleh,
menggunakan atau dapat mempergunakan barang-barang atau jasa (1984:6).
Perilaku Konsumen | 3
3. Gerald Zaltman
Perilaku konsumen adalah tindakan-tindakan, proses dan hubungan sosial yang di
lakukan oleh individu, kelompok dan organisasi dan mendapatkan, menggunakan suatu
produk atau lainnya sebagai sutu akibat dari pengalaman dengan produk, pelayanan dan
dumber-sumber lainya. (1979:6).
Dari beberapa definisi tersebut di atas maka dapat di tarik suatu kesimpulan bahwa
perilaku konsumen adalah tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu, kelompok, atau
organisasi yang berhubungan dengan proses pengambilan keputusan dalam mendapakan,
menggunakan barang-barang atau jasa ekonimi yang dafat di pengaruhi linkungan.
Perilaku Konsumen | 4
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Perilaku Konsumen dalam Ilmu Ekonomi Mikro
Ilmu ekonomi mikro (sering juga di tulis mikro ekonomi) adalah cabang dari ilmu
ekonomi yang mempelajari perilaku konsumen dan perusahaan dan harga-harga pasa dan
kualitas faktor input, barang atau jasa yang diperjualbelikan. Ekonomi mikro meneliti
bagaimana berbagi keputusan dan perilaku tersebut mepengaruhi penawaran dan permintaan
atas barang dan jasa yang menentukan harga dan bagai mana harga, pada giliran menentukan
penawaran dan permintaan barang dan jasa selanjutnya.
Individu yang melakukan kobinasi atau produk secara optimal, bersama-sama
individunya dipasar, akan membentuk suatu keseimbangan dengan asumsi bahwa semua hal
tetap sama (ceteris peribus).
Konsumen dan konsumsi memiliki pengertian yang merujuk pada sutau pernyataan
yang ada. Konsumen adalah seseorang atau sekelompok yang mengkonsumsi suatu barang
atau jasa. Sedangkan yang dimaksud dengan konsumsi yaitu seseorang atau sekelompok
orang yang mengkosnsumsi barang dan jasa. Konsumsi seseorang tergantung pada
pendapatan, pendidikan kebiasaan dan kebutuhan.
Perilaku konsumen yaitu, perilaku yang kosumen tujukan dalam mencari, menukar,
menggunakan, menilai mengatur, barang atau jasa yang mereka anggap akan memuaskan
kebutuhan mereka.
1. Definisi perilaku konsumen dari para ahli ayitu :
Tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu, kelompok atau organisasi yang
berhubungan dengan proses pengambilan keputusan dalam mendapatkan menggunakan
barang-barang atau jasa ekonomi yang dapat dipengaruhi oleh lingkungan
Definisi lain adalah bagaimana konsumen mau mengelurkan suberdayanya yang
terbatas seperti uang, waktu, tenaga untuk mendafatkan barang atau jasa yang diinginkan.
2. Variable-variabel dalam mempelajari perilaku konsumen yaitu :
a. Variabel Stimulus
Perilaku Konsumen | 5
Variabel stimulus merupakan variabel yang berada di luar diri individu (vaktor
eksternal) yang sangat berpengaruh dalam proses pembelian. Contohnya merek dan
jenis barang, iklan pramuniaga.
b. Variabel Respon
Variabel Respon merupakan hasil aktipasi indifidu sebagai reaksi dari variabel
stimulus. Variablel Respon sangat bergantung pada faktor individu dan kekuatan
stimulus contohnya keputusan membeli barang, pembeli penilaian terhadap barang
c. Variabel Interverning
Variabel Interverning adalah variabvel antara variabel stimulus dan respons
variabel intervening individu, termasuk motif-motif membeli, sikap terhadap suatu
peristiwa, dan persepsi terhadap suatu barang.
3.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen
Ada dua dari faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku consume, yaitu kekuatan
sosial budaya dan kekuatan psokologis. Kekuatan sosial budaya terdiri dari faktor budaya,
tingkat sosial, kelompok anutan (small reference groups) dan keluarga. Sedangkan kekuatan
pisokologis terdieri dari pengalaman belajar, kepribadian, sikap dan keyakinan, gambaran
diri.
1. Kekuatan Sosial Budaya
A. Faktor Budaya
Budaya dafat di deviniskan sebagai hasil kreativiras manusia dari satu generasi ke
generasi lainnya yang sangat menentukan bentuk perilaku dalam kehidupan sebgai
anggota masyarakat.
Implikasi umum dari perubahan budaya untuk ahli permasalahan adalah sebagai berikut :
1. Pisikologis untuk cenderung bebas dari ketidak amanan ekonomis. Konsumen
menunjukan :
a. Kecenderungan kearah meningkatkan kekuatan fisik
b. Kecenderungan kearah personalisasi
Perilaku Konsumen | 6
2. Kecenderungan pada paham antifungisonal
a. Kecenderungan kearah aliran romantis baru
b. Kecenderungan ke arah suatu yang baru dan suatu perubahan
3. Kecenderungan rekasi melawan komplekasi
Konsumen menunjukan :
a. Kecenderungan ke arah hidup sederhana
b. Kecenderungan kembali kepada alam
B. Faktor Kelas Sosial
Kelas sosial didefiniskan sebagai suatu kelompok yang terdiri dari sejumlah orang
yang mempunyai kedudukan yang seimbang dalam masyarakat.
C. Faktor Kelompok Anutan (small refrence group)
Didefinisikan sebagai sutau kelompok orang yang mempengaruhi sikap, pendapat,
norma dan perilaku konsumen. Kelompok ini merupakan kumpulan keluarga, kelompok
atau organisasi tersebut.
D. Faktor Keluarga
Suatu unit masyarakat kecil yang perilaku sangat mempengaruhi dan menentukan
dalam pengambilan keputusan membeli.
2. Kekutan Faktor Pisikologis
A. Faktor Pengalaman Kerja
Belajar adalah satu perubahan perilaku akibat penalaman sebelumnya. Perilaku
konsumen dapat dipelajari karena sangat dipengaruhi oleh pengalam belajarnya.
Pengalaman belajar konsumen akan menentukan tindakan keputisan membeli.
B. Faktor Kepribadian
Kepribadian konsumen sangat ditentukan oleh faktor internal dirinya. Pelayanan
yang di tampilkan pramuniaga toko sangat pila dipengaruhinya.
Perilaku Konsumen | 7
C. Faktor Sikap dan Keyakinan
Sikap dan keyakinan sangat berpengruh dalam menenentukan siatu produk, merk
dan pelayanan. Keyakinan komsumen terhadap sutu merk dapat di ubah mealaui
kominikasi persuasife.
D. Konsep Diri (Self Concept)
Perlu menciptakan sesuatu yang sesuai dengan yang di harapkan oleh konsumen.
3.3 Metode–Metode Penelitian Perilaku Konsumen
1. Macam-macam penelitian konsumen
Ada dua macam penelitian konsumen, yaitu penelitian yang bersifat eksplorasi dan
penelitian tentang kesimpulan konsumen.
a. Penelitian ekplorasi
Metode yang digunakan dalam penelitian ekplorasi konsumen adalah metode
mempengaruhi dan metode memfokuskan kelompok.
1. Metode mempengaruhi konsumen, melalui pemberian sugerti kepada konsumen secara
spontan.
2. Metode memusatkan atau mempokuskan kelompok konsumen. Kelompok konsumen
tersebut mengasosiasi kanya secara bebas terhadap masalah-masalah yang ada dalam
pasal.
b. Pendekatan penelitian konsumen
Penelitian eksplorasi tidak di rencanakan untuk menyimpulkan jawaban dalam
meneliti pertanyaan yang diberikan konsumen. Oleh karena itu, peneliti megenai
kesimpulan konsumen terhadap sutu produk, mereka dan pelayanan itu penting peneliti
kesimpulan konsumen dapat juga digunakan menentukan apa yang mempengaruhi
konsumen.
2. Pendekatan penelitian konsumen
Ada dua pendekatan penelitian, yaitu pendekatan penelitian cross-soctional dan
longitudinal.
a. Pendekatan penelitian cross-sectional
Perilaku Konsumen | 8
Pendekatan ini di maksudkan untuk meneliti aspek-aspek perilaku konsumen yang
menggunakan waktu secara relatif singkat misalnya meneliti perubahan perilaku
konsumen pada watu tertentu mempelajari nilai dan sikap kosumen terhadaf suatu produk
dalm momen waktu tertentu.
b. Pendekatan penelitian logitudinal
Pendekatan ini dimaksud untuk meneliti-aspek perilaku konsumen yang terjadi
dalam beberapa periode waktu tertentu. Misalnya : mengadakan penelitian mengenai
pendekatan masyarakat tentang suatu produk dapat bertahan selama beberapa waktu.
Pendekatan penelitian longitudinal dilakukan pada periode waktu yang relative
lama, sedangkan pendekatan penelitian cross-sctional menggnakan waktu yang relative
singkat atau sesaat.
3. Metode-metode pengumpulan informasi konsumen
Ada tiga metode pengumpulan informasi kosumen, yaitu metode observasi,
ekspresimen dan survei.
a. Metode observasi
Salah satu mempelajair konsumen adalah dengan cara mengobservasi perilakunya
yang tampak, misalnya mengamati kebiasaan konsumen member produk merk tertentu,
sikap dan penilaiyan konsumen terhadap suatu produk atau merk, jenis-jenis yang paling
disukai oleh konsumen .
b. Metode ekspesimen
Metode ini merupakan metode pengumpulan dengan cara mengadakan ekspresimen
atau percobaan terhadap situasi. Misalnya: mengukur pengaruh situasi khusus terhadap sikap
dan prilaku membeli.
Metode ekspresimen terdiri dari eksperimen laboratorium, dan eksperimen lapangan.
Metode eksperimen laboratorium. Percobaan yang dilakukan dilaboratorium adalah untuk
mengontrol variabel-variabel dari luar. Misanya : mengadakan percobaan terhadap kesukaan
konsumen.
Sedangkan metode eksperimen lapangan dilakukan untuk mengetahui respon
konsumen terhadap sutu produk, merek baru yang di perkenalkan atau dipasarkan. Dapat
juga untuk mengetahui pengaruh harga, iklan terhadap pemasaran produk, atau merek baru.
Perilaku Konsumen | 9
c. Metode Survai
Metode pengumpukan data atau informasi konsumen melakukan partisipsi secara
aktif. Ada tiga teknik dalam metode survai, yaitu wawancara pribadi (personal interview),
survai melalui telepon (teleponsuveys), dan survai melalui surat (mail surveys)
3.4 Roda Analisis Konsumen
Roda analisis konsumen adalah kerangka kerja yang digunakan marketer untuk
meneliti, menganalisis, dan memahami perilaku konsumen agar dapat menciptakan strategi
pemasaran yang lebih baik. Roda analisis konsumen terdiri dari tiga elemen: afeksi dan
kognisi, lingkungan, dan perilaku.
Afeksi dan Kognitif
Elemen pertama adalah afeksi dan kognisi. Afeksi merujuk pada perasaan konsumen
terhadap suatu stimuli atau kejadian, misalnya apakah konsumen menyukai sebuah produk
atau tidak. Kognisi mengacu pada pemikiran konsumen, misalnya apa yang dipercaya
konsumen dari suatu produk. Afeksi dan kognisi berasal dari sistem yang disebut sistem
afeksi dan sistem kognisi. Meskipun berbeda, namun keduanya memiliki keterkaitan yang
sangat kuat dan saling memengaruhi.
Manusia dapat merasakan empat tipe respons afektif: emosi, perasaan tertentu,mood,
dan evaluasi. Setiap tipe tersebut dapat berupa respons positif atau negatif. Keempat tipe
afeksi ini berbeda dalam hal pengaruhnya terhadap tubuh dan intensitas perasaan yang
dirasakan. Semakin kuat intensitasnya, semakin besar pengaruh perasaan itu terhadap tubuh,
misalnya terjadi peningkatan tekanan darah, kecepatan pernapasan, keluarnya air mata, atau
rasa sakit di perut. Bila intensitasnya lemah, maka pengaruhnya pada tubuh tidak akan
terasa.
Sistem kognisi terdiri dari lima proses mental, yaitu: memahami, mengevaluasi,
merencanakan, memilih, dan berpikir. Proses memahami adalah proses menginterpretasi
atau menentukan arti dari aspek tertentu yang terdapat dalam sebuah lingkungan.
mengevaluasi berarti menentukan apakah sebuah aspek dalam lingkungan tertentu itu baik
atau buruk, positif atau negatif, disukai atau tidak disukai. Merencanakan berarti
menentukan bagaimana memecahkan sebuah masalah untuk mencapai suatu tujuan. Memilih
berarti membandingkan alternatif solusi dari sebuah masalah dan menentukan alternatif
Perilaku Konsumen | 10
terbaik, sedangkan berpikir adalah aktifitas kognisi yang terjadi dalam ke empat proses yang
disebutkan sebelumnya.
Fungsi utama dari sistem kognisi adalah untuk menginterpretasi, membuat masuk
akal, dan mengerti aspek tertentu dari pengalaman yang dialami konsumen. Fungsi kedua
adalah memproses interpretasi menjadi sebuah task kognitif seperti mengidentifikasi sasaran
dan tujuan, mengembangkan dan mengevaluasi pilihan alternatif untuk memenuhi tujuan
tersebut, memilih alternatif, dan melaksanakan alternatif itu.
Besar kecilnya intensitas proses sistem kognitif berbeda-beda tergantung
konsumennya, produknya, atau situasinya. Konsumen tidak selalu melakukan aktifitas
kognisi secara ekstensif, dalam beberapa kasus, konsumen bahkan tidak banyak berpikir
sebelum membeli sebuah produk.
3.5 Teori Perilaku Konsumen
Teori perilaku konsumen dapat dibedakan dalam dua macam pendekatan :
pendekatan nilai guna (utiliti) dan pendekatan nilai guna ordinal.
Dalam pendekatan nilai guna cardinal dianggap manfaat atau kenikmatan yang
diperoleh seorang konsumen dapat dinyatakan secara kuantintatif. Berdasarkan kepada
pemisalan ini, dan dengan anggapan bahwa konsumen akan memaksimalkan kepuasan yang
dapat dicapainya, diterangkan bagaimana seseorang akan menentukan kosumennya keatas
berbagai jenis barang yang terdapat dipasar. Dalam pendekatan nilai guna ordinal,manfaat
atau kenikmatan yang diperoleh dari masyarakat yang dikonsumsi barang-barang tidak
dikuantifikasi.
1. Pendekatan nilai guna (Utility) Kardinal
Pendekatan nilai guna (Utility) Kardinal atau sering disebut dengan teori nilai
subyektif : dianggap manfaat atau kenikmatan yang diperoleh seorang konsumen dapat
dinyatakan secara kuantitif / dapat diukur, dimana keseimbangan konsumen dalam
memaksimumkan kepuasan atas konsumsi berbagai macam barang, dilihat dari seberapa
besar uang yang dikeluarkan untuk membeli unit tambahan dari berbagai jenis barang akan
memberikan nilai guna marginal yang sama besarnya. Oleh karena itu keseimbangan
konsumen dapat dicari dengan pendekatan kuantitatif.
Kepuasan seorang konsumen dalam mengkonsumsi suatu barang dapat diukur
dengan satuan kepuasan. Misalnya: mata uang.
Perilaku Konsumen | 11
Setiap tambahan satu unit barang yang dikonsumsi akan menambah kepuasan yang
diperoleh konsumen tersebut dalam jumlah tertentu.
Kepuasan marginal (marginal utility). Tambahan kepuasan yang diperoleh dari
penambahan jumlah barang yang dikonsumsi. Hukum tambahan kepuasan yang semakin
menurun (The Law of Diminishing Marginal Utility). Besarnya kepuasan marginal akan
selalu menurun dengan bertambahnya jumlah barang yang dikonsumsi secara terus menerus.
2. Pendekatan nilai guna ordinal
Pendekatan nilai guna ordinal atau sering juga disebut analisis Kurva indeference :
manfaat yang diperoleh masyarakat dari mengkonsumsikan barang-barang tidak kuantitif /
tidak dapat diukur. Pendakatan ini muncul karena adanya keterbatasan - keterbatasan yang
ada pada pendekatan cardinal, meskipun bukan berarti pendekatan cardinal tidak memiliki
kelebihan.
Kelemahan pendekatan ordinal, yaitu kepuasan konsumen dari mengkonsumsi
barang dapat diukur dengan satuan kepuasan. Pada kenyataannya pengukuran semacam ini
sulit dilakukan.
Persamaan cardinal dan ordinal yaitu sama-sama menjelaskan tindakan konsumen
dalam mengkonsumsi barang-barang yang harganya tertentu dengan pendapatan konsumen
yang tertentu pula agar konsumen mencapai tujuannya (maximum utility).
Perbedaan kardinal dan ordinal, yaitu ada pada nilai guna (utility). Kardinal
menganggap bahwa besarnya utility dapat dinyatakan dalam bilangan/angka. Sedangkan
analisis ordinal besarnya utility dapat dinyatakan dalam bilangan / angka.
Analisis cardinal mengunakan alat analisis yang dinamakan marginal utiliy
(pendekatan marginal). Sedangkan analisis ordinal menggunakan analisis indifferent curve
atau kurva kepuasan sama.
Tingkah laku seorang konsumen untuk memiliki barang-barang yang akan
memaksimalkan kepuasan ditunjukan dengan bantuan kurva kepuasan sama, yaitu kurva yang
menggambarkan gabungan barang yang akan memberikan nilai guna (kepuasan yang sama).
Perilaku konsumen merupakan hal-hal yang mendasari konsumen untuk membuat
keputusan pembelian. Untuk barang berharga jual rendah (low involvement) proses
pengambilan keputusan dilakukan dengan mudah, sedangkan untuk barang berharga jual
Perilaku Konsumen | 12
tinggi (high involvement) proses pengambilan keputusan dilakukan dengan pertimbangan
yang matang.
Perilaku konsumen menitikberatkan pada aktivitas yang berhubungan dengan
konsumsi dari individu. Perilaku konsumen berhubungan dengan alasan dan tekanan yang
mempengaruhi pemilihan, pembelian, penggunaan, dan pembuangan barang dan jasa yang
bertujuan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan pribadi.
Menurut Handi Irawan, Perilaku Konsumen Indonesia dikategorikan menjadi
sepuluh, yaitu :
1. Berpikir jangka pendek (short term perspective)
Ternyata sebagian besar konsumen Indonesia hanya berpikir jangka pendek dan sulit
untuk diajak berpikir jangka panjang, salah satu cirinya adalah dengan mencari yang serba
instant.
2. Tidak terencana (dominated by unplanned behavior)
Hal ini tercermin pada kebiasaan impulse buying, yaitu membeli produk yang
kelihatan menarik (tanpa perencanaan sebelumnnya).
3. Suka berkumpul
Masyarakat Indonesia mempunnyai kebiasaan suka berkumpul (sosialisasi). Salah
satu indicator terkini adalah situs social networking seperti Facebook dan Twitter sangat
diminati dan digunakan secara luas di Indonesia.
4. Gagap teknologi (not adaptive to high technology)
Sebagian besar konsumen Indonesia tidak begitu menguasai teknologi tinggi. Hanya
sebatas pengguna biasa dan hanya menggunakan fitur yang umum digunakan kebanyakan
pengguna lain.
5. Berorientasi pada konteks (context, not content oriented)
Perilaku Konsumen | 13
Konsumen kita cenderung menilai dan memilih sesuatu dari tampilan luarnya.
Dengan begitu,konteks-konteks yang meliputi suatu hal justru lebih menarik ketimbang hal
itu sendiri.
6. Suka buatan Luar Negeri (receptive to COO effect)
Sebagian konsumen Indonesia juga lebih menyukai produk luar negeri daripada
produk dalam negeri, karna bias dibilang kualitasnya juga lebih bagus dibanding produk di
Indonesia.
7. Beragama (religious)
Konsumen Indonesia sangat peduli terhadap isu agama. Inilah salah satu karakter
khas konsumen Indonesia yang percaya pada ajaran agamanya. Konsumen akan lebih
percaya jika perkataan itu dikemukakan oleh seorang tokoh agama, ulama atau pendeta.
Konsumen juga suka dengan produk yang mengusung simbol-simbol agama.
8. Gengsi (putting prestige as important motive)
Konsumen Indonesia amat getol dengan gengsi. Banyak yang ingin cepat naik
“status” walau belum waktunya. Saking pentingnya urusan gengsi ini, mobil-mobil mewah
pun tetap laris terjual di negeri kita pada saat krisis ekonomi sekalipun. Menurut Handi
Irawan D,ada tiga budaya yang menyebabkan gengsi. Konsumen Indonesia suka
bersosialisasi sehingga mendorong orang untuk pamer. Budaya feodal yang masih melekat
sehingga menciptakan kelas-kelas sosial dan akhirnya terjadi “pemberontakan” untuk cepat
naik kelas. Masyarakat kita mengukur kesuksesan dengn materi dan jabatan sehingga
mendorong untuk saling pamer.
9. Budaya lokal (strong in subculture)
Sekalipun konsumen Indonesia gengsi dan menyukai produk luar negeri, namun
unsur fanatisme kedaerahan-nya ternyata cukup tinggi. Ini bukan berarti bertentangan
dengan hukum perilaku yang lain.
10.Kurang peduli lingkungan (low consciousness towards environment)
Perilaku Konsumen | 14
Salah satu karakter konsumen Indonesia yang unik adalah kekurangpedulian mereka
terhadap isu lingkungan. Tetapi jika melihat prospek kedepan kepedulian konsumen
terhadap lingkungan akan semakin meningkat, terutama mereka yang tinggal di perkotaan
begitu pula dengan kalangan menengah atas relatif lebih mudah paham dengan isu
lingkungan. Lagi pula mereka pun memiliki daya beli terhadap harga premium sehingga
akan lebih mudah memasarkan produk dengan tema ramah lingkungan terhadap mereka.
3.5 Konsep Elastisitas
Dalam ilmu ekonomi, elastisitas adalah perbandingan perubahan proporsional dari
sebuah variabel dengan perubahan variable lainnya. Dengan kata lain, elastisitas mengukur
seberapa besar besar kepekaan atau reaksi konsumen terhadap perubahan harga. Elastisitas
juga merupakan salah satu konsep penting untuk memahami beragam permasalahan di
bidang ekonomi. Konsep elastisitas sering dipakai sebagai dasar analisis ekonomi, seperti
dalam menganalisis permintaan, penawaran, penerimaan pajak, maupun distribusi
kemakmuran.
Elastisitas Harga Permintaan (Price Elasticity of Demand) adalah tingkat perubahan
permintaan terhadap barang/jasa, yang diakibatkan perubahan harga barang/jasa
tersebut. Besar atau kecilnya tingkat perubahan tersebut dapat diukur dengan angka-
angka yang disebut koefisien elastisitas.
Elastisitas Silang (Cross Elasticity) menunjukkan hubungan antara jumlah barang
yang diminta terhadap perubahan harga barang lain yang mempunyai hubungan
dengan barang tersebut. Hubungan tersebut dapat bersifat pengganti, dapat pula
bersifat pelengkap.
Terdapat tiga macam respons prubahan permintaan suatu barang.
1. Elastisitas silang positif
Peningkatan harga barang A menyebabkan peningkatan jumlah permintaan
barang B. Sebagai contoh, peningkatan harga kopi meningkatkan permintaan terhadap
teh. Kopi dan teh merupakan dua barang yang dapat saling menggantikan (barang
substitutif).
Perilaku Konsumen | 15
2. Elastisitas silang negatif
Peningkatan harga barang A mengakibatkan turunnya permintaan barang B.
Sebagai contoh, peningkatan harga bensin mengakibatkan penurunan permintaan
terhadap kendaraan bermotor. Kedua barang tersebut bersifat komplementer
(pelengkap).
3. Elastisitas silang nol
Peningkatan harga barang A tidak akan mengakibatkan perubahan permintaan
barang B. Dalam kaus semacam ini, kedua macam barang tidak saling berkaitan.
Sebagai contoh, kenaikan harga kopi tidak akan berpengaruh terhadap permintaan
kendaraan bermotor.
Elastisitas pendapatan adalah suatu perubahan (peningkatan/penurunan) daripada
pendapatan konsumer yang akan berpengaruh terhadap permintaan berbagai barang,
besarnya pengaruh perubahan tersebut diukur dengan apa yang di sebut elistisitas
pendapatan
Perilaku Konsumen | 16
BAB IV
STUDI KASUS
Sebagai contoh kasus, dalam diskusi kali ini akan diangkat tema tentang blackberry
vs android sebagai acuan (contoh nyata) konsumenisme di masyarakat.
Alasan mengapa tema ini diangkat adalah karena melihat dari sisi melonjaknya
permintaan terhadap sebuah alat komunikasi yang bersangkutan dengan persaingan pemasaran.
Tidak dipungkiri memang kedua produk tersebut adalah produk yang sedang booming di
masyarakat terutama pada kalangan remaja. Terdapat beberapa perbandingan yang signifikan,
mungkin baik di sisi aplikasi maupun sisi kelebihannya untuk membantu proses kegiatan
berkomunikasi dengan orang di seluruh penjuru dunia.
Produk Blackberry.
Peminat ponsel Blackberry memang sekarang sedang tinggi-tingginya. Produk asal
Kanada ini memang terbukti ampuh dalam merebut pasar dunia. Di Indonesia pun ponsel merek
ini mampu membuat trend di kalangan masyarakat. Dari kalangan artis, pejabat, bahkan
masyarakat biasa pun banyak menjadi pengguna ponsel Blackberry. Tapi dari begitu populernya
Blackberry di mata masyarakat, apakah anda tahu kelebihan dan kekurangan ponsel Blackberry?
Untuk itu kami ingin menjelaskan apa sebenarnya kelebihan Blackberry dan apa
Kelemahannya. Agar kita tidak hanya mengikuti arus, namun biarlah kebutuhan menjadi
pertimbangan dalam memutuskan apakah Blackberry benar-benar menjadi kebutuhan dan solusi
bagi anda.
Hadirnya ponsel android di Indonesia mampu menarik banyak minat masyarakat
khususnya dikalangan remaja untuk berbondong-bondong mencoba produk baru ini. Karena
banyaknya aplikasi di android yang menawarkan sesuatu yang berbeda di banding produk
Perilaku Konsumen | 17
sebelumnya. Biasanya produk ini dipakai oleh kalangan gamers. Android membuat gebrakan
baru dengan banyaknya versi dan penambahan aplikasi yang semakin canggih dan diminati.
Produk ini diperkirakan bisa di sejajarkan dengan aplikasi yang terdapat di dalam produk
Blackberry.
Keunggulan dan kelemahan Blackberry dan Android
1. Performance
Blackberry : Cepat dan stabil. Namun terkadang sering terjadi phone-hang yang
mengharuskan Anda mengeluarkan baterai dari tempatnya dan yang paling merepotkan adalah
proses re-boot yang menghabiskan waktu sekitar 3-8 menit.
Android: Sangat cepat. Belum ada keluhan tentang phone-hang yang mengharuskan
baterai di keluar secara paksa dari tempatnya, kecuali jika menggganti SIM card. Proses re-boot
berlangsung cepat.
2. Baterai
Blackberry : Umur baterai BB memang luar biasa. Ya, wajar saja karena BB tidak
banyak melakukan proses berbagai aplikasi seperti pada Android.
Android : Tergolong boros, terkadang bisa sampai satu hari. Namun harus diingat
bahwa ponsel Android memakai baterai untuk banyak hal. Contohnya jika Anda memakai ponsel
Android untuk browsing web atau melihat video sampai dengan 1 jam, pastinya membutuhkan
daya baterai lebih. Dan, bisakah BlackBerry melakukan hal yang sama selama itu?
3. Email
Blackberry : Email pada BB memang menjadi andalan RIM. Gmail pada BB pun
telah dioptimalkan fungsinya, tapi tentu saja tidak sebaik pada Android.
Android : Apa yang Anda ragukan dari Gmail buatan Google yang dijalankan pada
Android yang juga buatan Google?
4. User Interface (UI)
Blackberry : Membosankan.
Perilaku Konsumen | 18
Android : Anda bahkan tidak akan merasa lelah untuk menjelajah setiap sudut ponsel
Android. Dijamin.
5. Web Browsing
Blackberry : Sangat melelahkan karena Anda harus mengakui itu.
Android : Disinilah letak kelebihan Android. Android menjadi pemenang jika
dibandingkan dengan semua mobile OS. Jika membandingkan web browsing pada Android
dengan Blackberry, seperti siang dan malam saja. Jauh berbeda.
6. Aplikasi
Blackberry : Blackberry memang memiliki segudang aplikasi, tapi di saat yang sama
iPhone juga semakin jauh meninggalkan Blackberry. Jadi lebih baik melihat apa yang bisa
dilakukan Blackberry untuk menyusul ketertinggalannya di belakang iPhone OS dan Android.
Android : Semakin banyak aplikasi yang dulunya hanya ada di iOS, kini sudah ada
versi Android-nya. Pesaing sebenarnya dari Android adalah iPhone, bukan Blackberry
Perilaku Konsumen | 19
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Perilaku konsumen adalah tingkah laku dari konsumen, dimana mereka dapat
mengilustrasikan suatu produk dan jasa mereka/satu tindakan-tindakan, proses hubungan
sosial yang dilakukan oleh individu, kelompok dan organisasi dalam mendapatkan,
menggunakan sutu produk atau lainnya sebagai suatu akibat dari pengalaman, dengan
mempelajari 3 variabel perilaku konsumen.
Perilaku konsumen merupakan hal-hal yang mendasari konsumen untuk membuat
keputusan pembelian. Untuk barang berharga jual rendah (low involvement) proses
pengambilan keputusan dilakukan dengan mudah, sedangkan untuk barang berharga jual
tinggi (high involvement) proses pengambilan keputusan dilakukan dengan pertimbangan
yang matang.
Perilaku konsumen sendiri dapat di definisikan sebagai interaksi dinamis dari
pengaruh dan kesadaran, perilaku, dan lingkungan dimana manusia melakuk.an pertukaran
aspek hidupnya. Dalam kata lain perilaku konsumen mengikutkan pikiran dan perasaan yang
dialami manusia dan aksi yang dilakukan saat proses konsumsi
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen yaitu : kekuatan
sosial budaya dan kekuatan pisikologis. Metode yang digunakan dalam penelitian perilaku
konsumen dan metode memusatkan atau memfokuskan kelompok konsume.
Teori tingkah laku konsumen menerangkan tentang perilaku konsumen dipasaran,
yaitu menerangakan sikap konsumen dalam membeli dan memilih barang yang akan
dibelinya. Teori ini dikembangkan dalam dua bentuk : teori utility dan analisis kepuasan
sama.
4.2 Saran
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, sangat penyusun
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Perilaku Konsumen | 20