BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Definisi Gizi
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang
dikonsumsi secara normal melalui proses pencernaan, absobsi, transportasi,
penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk
mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ,
serta menghasilkan energi. (Supariasa, dkk, 2002)
Status gizi adalah keadaan yang diakibatkan oleh status keseimbangan
antara jumlah asupan (intake) zat gizi dan jumlah yang dibutuhkan (requirement)
oleh tubuh untuk berbagai fungsi biologis: (pertumbuhan fisik, perkembangan,
aktivitas, pemeliharaan kesehatan, dan lainnya). (Suyatno, 2009). Status gizi
adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau
perwujudan dari nutrisi dalam bentuk variabel tertentu (Supariasa, dkk, 2001).
Pada gilirannya, zat gizi tersebut menyediakan tenaga bagi tubuh,
mengatur proses dalam tubuh dan membuat lancarnya pertumbuhan serta
memperbaiki jaringan tubuh. Beberapa zat gizi yang disediakan oleh pangan
tersebut disebut zat gizi essential, mengingat kenyataan bahwa unsur-unsur
tersebut tidak dapat dibentuk dalam tubuh, setidak-tidaknya dalam jumlah yang
diperlukan untuk pertumbuhan dan kesihatan yang normal. Jadi zat gizi esensial
yang disediakan untuk tubuh yang dihasilkan dalam pangan, umumnya adalah zat
gizi yang tidak dibentuk dalam tubuh dan harus disediakan dari unsur-unsur
pangan di antaranya adalah asam amino essensial. Semua zat gizi essential
diperlukan untuk memperoleh dan memelihara pertumbuhan, perkembangan dan
kesehatan yang baik. Oleh karena itu, pengetahuan terapan tentang kandungan zat
gizi dalam pangan yang umum dapat diperoleh penduduk di suatu tempat adalah
penting guna merencanakan, menyiapkan dan mengkonsumsi makanan seimbang.
(Moch. Agus Krisno Budiyonto)
Pada umumnya zat gizi dibagi dalm lima kelompok utama, yaitu
karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral. Sedangkan sejumlah pakar juga
Universitas Sumatera Utara
berpendapat air juga merupakan bahagian dalam zat gizi. Hal ini didasarkan
kepada fungsi air dalam metabolism makanan yang cukup penting walaupun air
dapat disediakan di luar bahan pangan. ( Moch. Agus Krisno Budiyonto )
Makan makanan yang beraneka ragam sangat bermanfaat bagi kesehatan.
Makanan yang beraneka ragam yaitu makanan yang mengandung unsur-unsur zat
gizi yang diperlukan tubuh baik kualitas maupun kuantitasnya, dalam pelajaran
ilmu gizi biasa disebut triguna makanan yaitu, makanan yang mengandung zat
tenaga, pembangun dan zat pengatur. Apabila terjadi kekurangan atas
kelengkapan salah satu zat gizi tertentu pada satu jenis makanan, akan dilengkapi
oleh zat gizi serupa dari makanan yang lain. Jadi makan makanan yang beraneka
ragam akan menjamin terpenuhinya kecukupan sumber zat tenaga, zat pembangun
dan zat pengatur.
Tubuh manusia memerlukan sejumlah pangan dan gizi secara tetap, sesuai
dengan standar kecukupan gizi, namun kebutuhan tersebut tidak selalu dapat
terpenuhi. Penduduk yang miskin tidak mendapatkan pangan dan gizi dalam
jumlah yang cukup. Mereka menderita lapar pangan dan gizi, mereka menderita
gizi kurang. (Sri Handajani, 1996).
Keadaan gizi seseorang merupakan gambaran apa yang dikonsumsinya
dalam jangka waktu yang cukup lama. Bila kekurangan itu ringan, tidak akan
dijumpai penyakit defisiensi yang nyata, tetapi akan timbul konsekwensi
fungsional yang lebih ringan dan kadang-kadang tidak disadari kalau hal tersebut
karena faktor gizi. (Ari Agung, 2002).
2.2.Hubungan pangan, gizi, dan pembangunan manusia Indonesia
GBHN telah menetapkan bahwa pembangunan yang sedang kita galakkan
bersama dewasa ini bertujuan untuk membangun manusia seutuhnya dan
membangun masyarakat Indonesia seutuhnya dan membangun masyarakat
Indonesia seluruhnya. Jumlah penduduk yang besar, modal badan fisik biologis
modal rohaniah dan mental, serta potensi efektif bangsa merupakan sebahagian
dari modal pembangunan. Dengan demikian bangsa Indonesia adalah subjek dan
objek dari pembangunan. Membangun manusia Indonesia seutuhnya bearti
Universitas Sumatera Utara
menjamin adanya peningkatan taraf hidup rakyat dari semua lapisan masyarakat
dan golongan. Peningkatan taraf hidup tercermin pada kebutuhan pokok yaitu
pangan, sandang, pemukiman, kesehatan dan pendidikan. Kemajuan usaha
pemenuhan kebutuhan pokok akan merupakan tolok ukur pencapaian
pembangunan. Perlu ditekankan di sini, pengukuran itu tidak hanya kuantitatif,
tetapi lebih diperhatikan kualitatifnya. Keadaan gizi masyarakat tidak lain adalah
pencerminan kualitatif dari pemenuhan kebutuhan pokok akan pangan tersebut.
Masalah gizi yang terjadi pada masa tertentu akan menimbulkan masalah
pembangunan di masa akan datang. Keterlambatan dalam memberikan pelayanan
gizi yang berakibat kerusakan yang sulit bahkan mungkin tak dapat ditolong.
Kiranya tidak terlalu berlebihan walaupun perlu studi yang mendalam, pakar gizi
menyatakan bahwa krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia 2002 ini juga belum
ada tanda-tanda selesai telah menghilangkan potensi bangsa Indonesia satu
generasi, artinya anak-anak yang hidup pada 5 tahun lebih masa krisis ekonomi ini
dikhwatirkan tidak berkembang kemampuan intelektualnya sehingga pada 50
sampai 70 tahun mendatang ketika ia harus memimpin bangsa ini maka akan ada
kemunduran kemampuan satu generasi.
Penundaan pemberian perhatian pemeliharaan gizi yang tepat terhadap
anak-anak akan menurunkan nilai potensi mereka sebagai sumber daya
pembangunan masyarakat dan ekonomi nasional. Anak-anak memerlukan
penanganan serius terutama jaminan ketersediaan zat-zat gizi sedini mungkin. Hal
ini disebabkan oleh beberapa alasan, di antaranya adalah:
I. Kekurangan gizi berakibat meningkatnya angka kesakitan dan
menurunnya produktivitas kerja manusia. Hal ini berarti akan
menambah beban pemerintah untuk meningkatkan fasilitas kesehatan.
II. Kekurangan gizi berakibat menurunnya kualitas kecerdasan manusia
muda yang pandai yang sangat dibutuhkan dalam pembangunan
bangsa.
III. Kurangnya gizi berakibat menurunnya daya tahan manusia untuk
bekerja, yang berarti menurunnya produtktivitas kerja manusia.
Universitas Sumatera Utara
Pelbagai penelitian baik yang dilakukan di luar negeri maupun di
Indonesia menunjukkan bahwa keadaan gizi kurang dapat menghambat aktivitas
kerja yang akan menurunkan produktivitas kerja. Hal ini disebabkan karena
kemampuan kerja seseorang sangat dipengaruhi oleh jumlah energi yang tersedia,
dimana energi tersebut diperoleh dari makanan sehari-hari dan bilamana jumlah
makanan sehari-hari tak memenuhi kebutuhan tubuh, maka energi didapat dari
cadangan tubuh. (Rachmad Soegih dkk, 1987).
Apabila makanan tidak cukup mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan,
dan keadaan ini berlangsung lama, akan menyebabkan perubahan metabolisme
dalam otak, berakibat terjadi ketidakmampuan berfungsi normal. Pada keadaan
yang lebih berat dan kronis, kekurangan gizi menyebabkan pertumbuhan badan
terganggu, badan lebih kecil diikuti dengan ukuran otak yang juga kecil.
(Husaini,1997).
2.3 Macam-Macam Status Gizi
Menurut Supariasa, dkk, (2002) bahwa status gizi terbagi pada dua macam; status
gizi normal dan malnutrisi yaitu:
2.3.1 Status Gizi Normal
Keadaan tubuh yang mencerminkan kesimbangan antara konsumsi dan
penggunaan gizi oleh tubuh (adequate).
2.3.2. Malnutrisi
Keadaan patologis akibat kekurangan atau kelebihan secara relatif maupun
absolut satu atau lebih zat gizi. Ada empat bentuk:
a) Under nutriton: kekurangan konsumsi pangan secara relatif atau
absolut untuk periode tertentu
b) Specific deficiency: kekurangan zat gizi tertentu, misalnya kekurangan
iodium, Fe dll
c) Over nutrition: kelebihan konsumsi pangan untuk periode tertentu
Universitas Sumatera Utara
d) Imbalance: keadaan disproporsi zat gizi, misalnya tinggi kolesterol
karena tidak imbangnya kadar LDL, HDL dan VLDL
2.4 Metode Untuk Mengetahui Keadaan Gizi
2.4.1 Survey:
Digunakan untuk menentukan data dasar (database) gizi dan/atau
menentukan status gizi kelompok populasi tertentu atau menyeluruh, dengan cara
survei cross-sectional.
2.4.2 Surveillence
Dengan ciri khas yaitu monitoring berkelanjutan dari status gizi populasi
tertentu, dimana data dikumpulkan, dianalisis dan digunakan untuk jangka waktu
yang panjang, sehingga dapat mengidentifikasi penyebab malnutrisi.
2.4.3 Penapisan (screening)
Untuk mengidentifikasi individu malnutrisi yang memerlukan intervensi,
dengan cara membandingkan hasil pengukuran-pengukuran individu dengan baku
rujukan (cut off point).
2.5 Jenis Parameter Status Gizi
Ada beberapa jenis parameter yang dilakukan untuk mengukur tubuh
manusia yaitu: umur, berat badan, panjang badan, lingkar lengan atas, lingkar
kepala, lingkar dada, lingkar pinggul dan tebal lemak bawah kulit.
2.5.1 Umur
Faktor umur sangat penting dalam penentuan status gizi. Kesalahan yang
terjadi karena kesalahan ini akan menyebabkan interpretasi status gizi menjadi
salah. Hasil pengukuran berat badan dan panjang tidak akan berarti kalau
penentuan umur yang salah.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan Puslitbang Gizi Bogor (1980), batasan umur yang digunakan
adalah tahun penuh dan untuk anak 0-24 bulan digunakan bulan penuh. Contoh:
Bulan usia penuh, Umur: 4 bulan 5 hari dihitung 4 bulan, dan 3 bulan 27 hari
dihitung 3 bulan.
2.5.2 Berat Badan
Berat badan merupakan pengukuran yang terpenting pada bayi baru lahir.
Dan hal ini digunakan untuk menentukan apakah bayi termasuk normal atau tidak
(Supariasa,dkk, 2002).
Berat badan merupakan hasil peningkatan/penurunan semua jaringan yang ada
pada tubuh antara tulang, otot, lemak, cairan tubuh, dll. Berat badan dipakai
sebagai indikator yang terbaik pada sat ini untuk mengetahui keadaa gizi dan
tumbuh kembang anak. (Soetjiningsih 1998).
Penentuan berat badan dilakukan dengan cara menimbang. Alat yang
digunakan sebaiknya memenuhi persyaratan sebagai berikut: (1) Mudah
digunakan dan dibawa dari satu tempat ke tempat lain, (2) Mudah diperoleh dan
relatif murah harganya, (3) Ketelitian penimbangan maksimum 0,1 kg, (4)
Skalanya mudah dibaca, (5) Aman untuk menimbang balita.
2.5.3 Tinggi Badan
Tinggi badan merupakan ukuran antropometrik kedua yang cukup penting.
Keistimewaannya bahwa ukuran tinggi badan akan meningkat terus pada waktu
pertumbuhan sampai mencapai tinggi yang optimal. Di samping itu tinggi badan
dapat dihitung dengan dibandingkan berat badan dan dapat mengesampingkan
umur.
Cara mengukur panjang badan usia 0-24 bulan yaitu: (1) alat pengukur
diletakkan di atas meja atau tempat yang datar, (2) bayi ditidurkan lurus di dalam
alat pengukur, (3) bagian bawah alat pengukur sebelah kaki digeser sehingga tepat
menyinggung telapak kaki bayi dan skala pada sisi alat ukur dapat dibaca.
Universitas Sumatera Utara
2.5.4 Lingkar Kepala
Lingkar kepala dipakai untuk mengetahui volume intrakranial dan dipakai
untuk menaksir pertumbuhan otak. Apabila kepala tumbuh tidak normal maka
kepala akan mengecil dan menunjukkan retardasi mental sebaliknya bila kepala
membesar kemungkinan ada penyumbatan aliran serebrospinal seperti
hidrosefalus yang akan meningkatkan volume kepala.
2.5.5 Lingkar Lengan Atas
Pengukuran ini mencerminkan tumbuh kembang jaringan lemak dan otot
yang tidak terpengaruh banyak oleh keadaan cairan tubuh dibandingkan berat
badan.
2.5.6 Lipatan Kulit
Tebalnya lipatan kulit bagian triseps dan subskapular menggambarkan
refleksi tubuh kembang jaringan lemak di bawah kulit, yang mencerminkan
kecukupan energi (Soetjiningsih, 1998).
2.6 Penilaian Status Gizi
Macam-macam penilaian status gizi (Supariasa, dkk, 2002)
2.6.1 Penilaian status gizi secara langsung
A. Antropometri
I. Pengertian
Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut
pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam
pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur
dan tingkat gizi.
II. Penggunaan
Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan
asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola
Universitas Sumatera Utara
pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah
air dalam tubuh.
III. Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI)
Salah satu contoh penilaian status gizi dengan antropometri adalah Indeks
Massa Tubuh. Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI)
merupakan alat atau cara yang sederhana untuk memantau status gizi orang
dewasa, khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat
badan. Berat badan kurang dapat meningkatkan resiko terhadap penyakit
infeksi, sedangkan berat badan lebih akan meningkatkan resiko terhadap
penyakit degeneratif. Oleh karena itu, mempertahankan berat badan normal
memungkinkan seseorang dapat mencapai usia harapan hidup yang lebih
panjang.
Untuk memantau indeks masa tubuh orang dewasa digunakan timbangan
berat badan dan pengukur tinggi badan. Penggunaan IMT hanya untuk orang
dewasa berumur di atas 18 tahun dan tidak dapat diterapkan pada bayi, anak,
remaja, ibu hamil, dan olahragawan.
Untuk mengetahui nilai IMT ini, dapat dihitung dengan rumus berikut:
Berat Badan (Kg)
IMT= ----------------------------------------------------
Tinggi Badan(m) x Tinggi Badan(m)
Pada akhirnya diambil kesimpulan, batas ambang IMT untuk Indonesia adalah
sebagai berikut:
Tabel 2.1 IMT Indonesia
Status Kategori IMT
Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat <17,0
Universitas Sumatera Utara
Kurus sekali Kekurangan berat badan tingkat
ringan
17,0 – 18,5
Normal Normal >18,5 – 25,0
Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan >25,0 – 27,0
Obes Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0
Untuk mengukur status gizi anak baru lahir adalah dengan menimbang
berat badannya yaitu : jika ≤ 2500 gram maka dikategorikan BBLR (Berat Badan
Lahir Rendah) jika 2500 – 3900 gram Normal dan jika ≥ 4000 gram dianggap gizi
lebih. Untuk Wanita hamil jika LILA (LLA) atau Lingkar lengan atas.
B. Klinis
I. Pengertian
Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status
gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi
yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada
jaringan epitel (supervicial epithelial tissues) seperti kulit, mata, rambut dan
mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh
seperti kelenjar tiroid.
II. Penggunaan
Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis secara cepat (rapid
clinical surveys). Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-
tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Di samping
itu digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan
melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign) dan gejala (symptom) atau
riwayat penyakit.
C. Biokimia
I. Pengertian
Universitas Sumatera Utara
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji
secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh.
Jaringan tubuh yang digunakan antara lain : darah, urin, tinja dan juga
beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot.
II. Penggunaan
Metode ini digunakan untuk suata peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi
keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak gejala klinis yang kurang
spesifik, maka penentuan kimia faali dapat lebih banyak menolong untuk
menentukan kekurangan gizi yang spesifik.
D. Biofisik
I. Pengertian
Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi
dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat
perubahan struktur dari jaringan.
II. Penggunaan
Umumnya dapat digunaakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja
epidemik (epidemic of night blindnes). Cara yang digunakan adalah tes
adaptasi gelap.
2.6.2 Penilaian gizi secara tidak langsung
Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi tiga yaitu : Survei
Konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi.
A. Survei Konsumsi Makanan
I. Pengertian
Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak
langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi.
Universitas Sumatera Utara
II. Penggunaan
Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran tentang
konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga dan individu. Survei ini
dapat mengidentifikasikan kelebihan dan kekurangan zat gizi.
B. Statistik Vital
I. Pengertian
Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisis dan
beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka
kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang
berhubungan.
II. Penggunaan
Penggunaannya dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator tidak langsung
pengukuran status gizi masyarakat.
C. Faktor Ekologi
I. Pengertian
Bengoa mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan masalah ekologi
sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis dan lingkungan budaya.
Jumlah makanan yang tersedia tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim,
tanah, irigasi dll.
II. Penggunaan
Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat penting untuk mengetahui penyebab
malnutrisi di suatu masyarakat sebagai dasar untuk melakukan program intervensi
gizi.
2.6.3 Klasifikasi Status Gizi
Klasisifikasi status gizi dilakukan dengan menggunakan Skor Simpangan
Baku (z-skor). Dalam hal ini standar deviasi unit (z-skor) digunakan untuk
meneliti dan memantau pertumbuhan. Standar deviasi unit ini digunakan untuk
Universitas Sumatera Utara
mengetahui klasifikasi status gizi seseorang berdasarkan kriteria yang ditetapkan,
antara lain berat badan, umur dan tinggi badan. Rumus perhitungan z-skor adalah:
z - skor = Nilai simpangan baku rujukan
Nilai individu subjek - nilai median baku rujukan
(Supariasa, dkk 2002: 71)
Klasifikasi status gizi berdasarkan perhitungan rumus diatas adalah sebagai
berikut : (1) status gizi obes bila z-skor = >+2 SD ; (2)status gizi lebih bila z-
skor = > +1 SD; (3) status gizi normal bila z-skor = +1 SD sampai -2 SD; (4)
status gizi kurang bila z-skor = -3 SD sampai <-2 SD; dan (5) status gizi
buruk bila z-skor = <-3 SD (WHO NCHS).
2.7 Berat Badan Menurut Umur (BB/U)
2.7.1 Pengertian
Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran
massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitive terhadap perubahan –perubahan yang
mendadak, misalnya karena terserang penyakit infeksi, menurunnnya nafsu makan
atau menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi. Berat badan adalah
parameter antropometri yang sangat labil. (Supariasa, dkk, 2002).
Berat badan menggambarkan jumlah dari protein, lemak, air, dan mineral
pada tulang. Berat badan dapat dipergunakan untuk melihat laju pertumbuhan
fisik maupun status gizi, kecuali terdapat kelainan klinis seperti : dehidrasi, asites,
edema, dan adanya tumor. Disamping itu pula berat badan dapat dipergunakan
sebagai dasar perhitungan dosis obat dan makanan.
Dalam keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan
antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin, maka berat badan berkembang
mengikuti pertambahan umur. Sebaliknya dalam keadaan yang abnormal, terdapat
2 kemungkinan perkembangan berat badan, yaitu dapat berkembang cepat atau
Universitas Sumatera Utara
lebih lambat dari keadaan normal. Berdasarkan karakteristik berat badan ini, maka
indeks berat badan badan menurut umur digunakan sebagai salah satu cara
pengukuran status gizi. Mengingat karakteristik berat badan yang labil, maka
indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini (Current
nutritional status)
2.7.2 Kelebihan dan Kelemahan Indeks BB/U
1. Kelebihan Indeks BB/U
I. Lebih mudah dan lebih cepat dimengerti oleh masyarakat umum
II. Baik untuk mengukur status gizi akut atau kronis
III. Berat badan dapat berfluktuasi
IV. Sangat sensitive terhadap perubahan-perubahan kecil
V. Dapat mendeteksi kegemukan (over weight)
2. Kelemahan Indeks
I. Dapat mengakibatkan interpretasi status gizi yang keliru bila
terdapat edema maupun asites
II. Di daerah pedesaan yang masih terpencil dan tradisional umur
sering sulit ditaksir secara tepat karena pencatatan umur yang
belum baik.
III. Memerlukan data umur yang akurat, terutama untuk anak di bawah
usia lima tahun
IV. Sering terjadi kesalahan dalam pengukuran, seperti pengaruh
pakaian atau gerakan anak pada saat penimbangan
V. Secara operasional sering mengalami hambatan karena masalah
social budaya setempat. Dalam hal ini orang tua tidak mau
menimbang anaknya, karena dianggap seperti barang dagangan,
dan sebagainya.
2.8 Pengertian Belajar
Menurut teori behaviorisme, belajar adalah perubahan tingkah laku
sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon atau perubahan yang
Universitas Sumatera Utara
dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang
baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon (P. Irawan, dkk 1997).
Seseorang dianggap telah belajar bila ia telah mampu menunjukkan
perubahan tingkah laku. Menurut teori ini, yang terpenting adalah masukan/input
yang berupa stimulus dan keluaran atau output berupa respon. Faktor yang
mempengaruhi belajar dalam teori ini adalah penguatan respons (P. Irawan, dkk
1997).
Menurut teori humanistik, belajar adalah untuk memanusiakan manusia
atau dapat dikatakan proses aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Proses belajar
dapat dianggap berhasil bila seorang pelajar telah memahami lingkungannya dan
dirinya sendiri. Faktor yang berpengaruh disini adalah pengalaman konkrit,
pengalaman aktif dan reflektif, konseptualisasi Ilmu pengetahuan dibangun dalam
diri seorang individu melalui proses interaksi yang dan eksperimentasi seorang
pelajar (P. Irawan, dkk 1997).
Asumsi dasar teori ini adalah bahwa setiap orang mempunyai pengalaman
dan pengetahuan di dalam dirinya yang tertata dalam bentuk struktur
kognitif. Proses belajar akan berjalan dengan baik bila materi pelajaran yang baru
beradaptasi (bersinambung) secara “klop” dengan struktur kognitif yang sudah
dimiliki oleh seorang anak (P. Irawan, dkk 1997).
Dari beberapa definisi diatas, dapat dipahami bahwa belajar merupakan
suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan tingkah laku,
sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan dan sebagainya sebagai hasil
dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya.
2.8.1 Prinsip-prinsip Belajar
Proses belajar adalah suatu hal yang kompleks, tetapi dapat juga dianalisa
dan diperinci dalam bentuk prinsip-prinsip atau asas-asas belajar. Hal ini perlu
kita ketahui agar kita memiliki pedoman dan tekhnik belajar yang baik. Prinsip-
prinsip itu adalah :
Universitas Sumatera Utara
1. Belajar harus bertujuan dan terarah. Tujuan akan menuntutnya dalam belajar
untuk mencapai harapan-harapan.
2. Belajar memerlukan bimbingan, baik dari bimbingan guru maupun buku
pelajaran itu sendiri.
Belajar memerlukan pemahaman atas hal-hal yang dipelajari sehingga diperoleh
pengertian-pengertian.
3. Belajar memerlukan latihan dan ulangan agar apa-apa yang telah dipelajari
dapat dikuasainya.
4. Belajar adalah suatu proses aktif dimana terjadi saling pengaruh secara
dinamis antara murid dengan lingkungannya.
5. Belajar harus disertai keinginan dan kemauan yang kuat untuk mencapai
tujuan.
6. Belajar dikatakan berhasil apabila telah sanggup menerapkan kedalam bidang
praktek sehari-hari.
(Zainal Aqib 2002)
2.8.2 Teori-teori Belajar
Teori belajar yang terkenal dalam psikologi ada 3 yaitu:
1. Teori Conditioning
Dalam teori Conditioning belajar merupakan proses perubahan yang terjadi karena
adanya syarat-syarat yang kemudian menimbulkan respon dan reaksi. Yang paling
penting dalam teori ini adalah latihan-latihan yang kontinyu.
2. Teori Connectinism (Thorndike)
Dalam belajar menurut Thorndike melalui dua proses yaitu:
I. Trial and error (mencoba dan gagal)
II. Law of effect yaitu segala tingkah laku yang berakibat pada suatu keadaaan
yang memuaskan, yang diingat dan dipelajari dengan sebaik-baiknya.
3. Teori Psikology Gestalt
Dalam teori ini mempunyai pandangan bahwa dalam belajar faktor pemahaman
atau pengertian (insight) merupakan faktor yang penting. Dengan belajar dapat
memahami/mengerti hubungan antara pengetahuan dan pengalaman. Selain itu
Universitas Sumatera Utara
dalam belajar pribadi atau organisme memegang peranan yang paling sentral.
Belajar tidak hanya dilakukan secara reaktif-mekanis belaka; tetapi dilakukan
dengan sadar, bermotif dan bertujuan (Mudzakir dan Sutrisno 1997: 153-154).
2.8.3 Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang
dikembangkan melalui mata pelajaran, umumnya ditujukan dengan nilai yang
diberikan oleh guru (Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001).
Prestasi belajar merupakan hasil dari proses kegiatan belajar. Untuk mengetahui
prestasi belajar dapat dilakukan melalui proses penilaian hasil belajar dengan
menggunakan tes maupun evaluasi (A. Zainul dan N. Nasution, 1997).
Dari pendapat ahli di atas mengenai prestasi belajar dapat disimpulkan
bahwa pretasi belajar adalah kemampuan seseorang pada bidang tertentu dalam
mencapai tingkat kedewasaan yang langsung dapat diukur dengan tes.
Penilaian ini dapat berupa angka atau huruf. Sedangkan yang diungkap
dalam penelitian ini adalah pretasi belajar anak-anak sekolah dasar Swasta
Muhammadiyah, Pasar 1, Kota Medan.
2.8.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Menurut Slameto (2003) faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi dapat
digolongkan kedalam dua golongan yaitu faktor internal yang bersumber pada diri
siswa dan faktor eksternal yang bersumber dari luar diri siswa. Faktor internal
terdiri dari kecerdasan atau intelegensi, perhatian, bakat , minat, motivasi,
kematangan, kesiapan dan kelelahan. Sedangkan faktor eksternal terdiri dari
lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.
Faktor-faktor tersebut meliputi:
1. Faktor internal (faktor dalam diri manusia)
Faktor ini meliputi:
A.Faktor fisiologi (yang bersifat fisik) yang meliputi:
Universitas Sumatera Utara
I) Karena sakit
Seorang yang sakit akan mengalami kelemahan fisiknya, sehingga saraf sensoris
dan motorisnya lemah. Akibatnya ransangan yang diterima melalui inderanya
lama, sarafnya akan bertambah lemah, sehingga ia tidak dapat masuk sekolah
untuk beberapa hari, yang mengakibatkan ia tertinggal dalam pelajarannya.
II) Karena kurang sehat
Anak yang kurang sehat dapat mengalami kesulitan belajar, sebab ia mudah
capek, mengantuk, pusing, daya konsentrasinya hilang, kurang semangat, dan
pikirannya terganggu. Karena hal-hal tersebut penerimaan dan respon terhadap
pelajaran berkurang, saraf otak tidak mampu bekerja secara optimal dalam
memproses, mengelola,menginterprestasi dan mengorganisasi materi pelajaran
melalui inderanya sehingga ia tidak dapat memahami makna materi yang
dipelajarinya.
III) Karena cacat tubuh
Cacat tubuh dibedakan atas dua golongan, yaitu :
a. Cacat tubuh yang ringan seperti kurang pendengaran, kurang
penglihatan, dan gangguan psikomotor.
b. Cacat tubuh yang tetap (serius) seperti buta, tuli, bisu dan sebagainya.
Bagi seseorang yang memiliki cacat tubuh ringan masih dapat mengikuti
pendidikan umum, dengan syarat guru memperhatikan dan memperlakukan siswa
dengan wajar. Sedangkan bagi orang yang memiliki cacat tubuh serius harus
mengikuti pendidikan di tempat khusus seperti Sekolah Luar Biasa (SLB).
B. Faktor psikologi (faktor yang bersifat rohani)
Faktor psikologi meliputi:
I) Intelegensi
Setiap orang memiliki tingkat IQ yang berbeda-beda. Seseorang yang memiliki IQ
110-140 dapat digolongkan cerdas, dan yang memiliki IQ 140 keatas tergolong
jenius. Golongan ini mempunyai potensi untuk dapat menyelesaikan pendidikan
Universitas Sumatera Utara
di Perguruan Tinggi. Seseorang yang memiliki IQ kurang dari 90 tergolong lemah
mental, mereka inilah yang banyak mengalami kesulitan belajar.
II) Bakat
Bakat adalah potensi atau kecakapan dasar yang dibawa sejak lahir. Setiap
individu mempunyai bakat yang berbeda-beda. Seseorang akan lebih mudah
mempelajari sesuatu yang sesuai dengan bakatnya. Apabila seseorang harus
mempelajari sesuatu yang tidak sesuai dengan bakatnya.
ia akan cepat bosan, mudah putus asa dan tidak senang. Hal-hal tersebut akan
tampak pada anak suka mengganggu kelas, berbuat gaduh, tidak mau pelajaran
sehingga nialinya rendah.
III) Minat
Tidak adanya minat seorang anak terhadap suatu pelajaran akan timbul kesulitan
belajar. Belajar yang tidak ada minatnya mungkin tidak sesuai dengan bakatnya,
tidak sesuai dengan kebutuhanya, tidak sesuai dengan kecakapan dan akan
menimbulkan problema pada diri anak. Ada tidaknya minat terhadap suatu
pelajaran dapat dilihat dari cara mengikuti pelajaran, lengkap tidaknya catatan
dan aktif tidaknya dalam proses pembelajaran.
IV) Motivasi
Motivasi sabagai faktor dalam (batin) berfungsi menimbulkan, mendasari dan
mengarahkan perbuatan belajar. Motivasi dapat menentukan baik tidaknya dalam
mencapai tujuan, sehimgga semakin besar motivasinya akan semakin besar
kesuksesan belajarnya. Seorang yang besar motivasinya akan giat berusaha,
tampak gigih, tidak mau menyerah dan giat membaca buku-buku untuk
meningkatkan prestasinya. Sebaliknya mereka yang motivasinya lemah, tampak
acuh tak acuh, mudah putus asa, perhatianya tidak tertuju pada pelajaran, suka
menggangu kelas dan sering meninggalkan pelajaran. Akibatnya mereka banyak
mengalami kesulitan belajar.
VI) Faktor kesehatan mental
Dalam belajar tidak hanya menyangkut segi intelek, tetapi juga menyangkut segi
kesehatan mental dan emosional. Hubungan kesehatan mental dengan belajar
adalah timbal balik. Kesehatan mental dan ketenangan emosi akan menimbulkan
Universitas Sumatera Utara
hasil belajar yang baik demikian juga belajar yang selalu sukses akan membawa
harga diri seseorang. Bila harga diri tumbuh akan merupakan faktor adanya
kesehatan mental. Individu di dalam hidupnya selalu mempunyai kebutuhan-
kebutuhan
dan dorongan-dorongan, seperti : memperoleh penghargaan, dapat kepercayaan,
rasa aman, rasa kemesraan, dan lain-lain. Apabila kebutuhan itu tidak terpenuhi
akan membawa masalah-masalah emosional dan akan menimbulkan kesulitan
belajar.
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri siswa, faktor ini
meliputi :
A. Lingkungan Keluarga
Keluarga merupakan pusat pendidikan yang utama dan pertama. Yang
termasuk faktor ini antara lain :
I) Perhatian Orang tua
Dalam lingkungan keluarga setiap individu atau siswa memerlukan perhatian
orang tua dalam mencapai prestasi belajarnya. Karena perhatian orang tua ini akan
menentukan seseorang siswa dapat mencapai prestasi belajar yang tinggi.
Perhatian orang tua diwujudkan dalam hal kasih sayang, memberi nasihat-nasihat
dan sebagainya.
II) Keadaan ekonomi orang tua
Keadaan ekonomi keluarga juga mempengaruhi prestasi belajar siswa,kadang kala
siswa merasa kurang percaya diri dengan keadaan ekonomi keluarganya. Akan
tetapi ada juga siswa yang keadaan ekonominya baik, tetapi prestasi prestasi
belajarnya rendah atau sebaliknya siswa yang keadaan ekonominya rendah malah
mendapat prestasi belajar yang tinggi.
III) Hubungan antara anggota keluarga
Dalam keluarga harus terjadi hubungan yang harmonis antar personil yang ada.
Dengan adanya hubungan yang harmonis antara anggota keluarga akan mendapat
Universitas Sumatera Utara
kedamaian, ketenangan dan ketentraman. Hal ini dapat menciptakan kondisi
belajar yang baik, sehingga prestasi belajar siswa dapat tercapai dengan baik pula.
B. Lingkungan Sekolah
Yang dimaksud sekolah adalah guru, alat-alatan yaitu factor alat dan kondisi
gedung :
I) Guru, yang meliputi :
Guru merupakan salah satu faktor lingkungan sekolah yang berperan penting
dalam mencapai prestasi belajar siswa. Guru sebagai subjek dalam pendidikan
yang bertugas untuk mentransfer ilmu kepada siswa, maka seorang guru harus
dapat menguasai bahan pelajaran yang akan ditransfer dan dapat menyampaikan
dengan baik serta dapat menguasai dan mengontrol kondisi kelas siswa.
II) Faktor alat
Alat pelajaran yang kurang lengkap membuat penyajian kurang efektif. Terutama
pelajaran yang bersifat praktikum, kurangnya alat laboratotium akan banyak
menimbulkan kesulitan siswa dalam belajar dan guru cenderung menggunakan
metode ceramah yang menimbulkan kepasifan bagi siswa sehingga tidak menutup
kemungkinan akan menghambat prestasi belajar siswa.
III) Kondisi gedung
Kondisi gedung terutama ditunjukkan pada ruang kelas atau ruang tempat proses
belajar mengajar. Ruang harus memenuhi syarat kesehatan seperti;
a) Ruang harus berjendela, ventilasi cukup, udara segar dan sinar dapat masuk
ruangan
b) Dinding harus bersih, putih, tidak terlihat kotor
c) Lantai tidak becek, licin atau kotor
d) Keadaan gedung yang jauh dari keramaian seperti pasar, bengkel, pabrik, dan
lain-lain, sehingga siswa mudah konsentrasi dalam belajar. Apabila beberapa hal
diatas tidak terpenuhi maka situasi belajar akan kurang baik.
Universitas Sumatera Utara
C.Faktor Media Massa dan Lingkungan Sosial (Masyarakat)
I) Faktor media massa meliputi ; bioskop, televisi, surat kabar, majalah, buku-
buku komik yang ada disekeliling kita. Hal-hal itu yang akan menghambat belajar
apabila terlalu banyak waktu yang dipergunakan, hingga lupa tugas belajar.
II) Lingkungan sosial
a) Teman bergaul berpengaruh sangat besar bagi anak-anak. Maka kewajiban
orang tua adalah mengawasi dan memberi pengertian untuk mengurangi pergaulan
yang dapat memberikan dampak negatif bagianak tersebut.
b) Lingkungan tetangga dapat memberi motivasi bagi anak untuk belajar apabila
terdiri dari pelajar, mahasiswa, dokter. Begitu juga sebaliknya,apabila lingkungan
tetangga adalah orang yang tidak sekolah,menganggur, akan sangat berpengaruh
bagi anak.
c) Aktivitas dalam masyarakat juga dapat berpengaruh dalam belajar anak. Peran
orang tua disini adalah memberikan pengarahan kepada anak agar kegiatan diluar
belajar dapat diikuti tanpa melupakan tugas belajarnya.
2.8.5 Pengukuran Prestasi Belajar
Pengukuran adalah pemberian angka kepada suatu atribut atau
karakteristik tertentu yang dimiliki oleh seseorang, hal atau obyek tertentu
menurut aturan atau formulasi yang jelas (A. Zainul dan N. Nasution, 1997: 5).
Jadi pengukuran prestasi belajar adalah pemberian angka atau skala
tertentu menurut suatu aturan atau formula tertentu terhadap penguasaan
pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan melalui pelajaran. Pengukuran
ini digunakan oleh seorang pendidik atau guru untuk melakukan penilaian
terhadap hasil belajar anak didiknya, baik menggunakan instrumen tes maupun
non tes. Tes adalah suatu pernyataan atau tugas atau seperangkat tugas yang
direncanakan untuk memperoleh informasi tentang atribut pendidikan yang setiap
butir pertanyaan atau tugas tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan tertentu
yang dianggap benar (A. Zainul dan N. Nasution, 1997).
Instrumen non tes lebih ditekankan pada sikap seorang anak didik,
misalnya sopan santun, budi pekerti dan hubungan sosial dengan teman dan
Universitas Sumatera Utara
lingkungan. Penilaian hasil belajar dapat dilakukan dengan baik dan benar bila
menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar dengan
menggunakan tes sebagai alat ukurnya. Secara garis besar penilaian dapat dibagi
menjadi dua, yaitu penilaian formatif dan penilaian sumatif. Penilaian formatif
digunakan untuk memantau sejauh manakah proses pendidikan telah berjalan
sebagaimana yang direncanakan. Sedangkan penilaian sumatif dilakukan untuk
mengetahui sejauh mana peserta didik telah dapat berpindah dari satu unit keunit
berikutnya (A. Zainul dan N. Nasution, 1997).
2.9 Pengaruh Status Gizi terhadap Prestasi Belajar
Status gizi adalah pengukuran kadar gizi dalam tubuh seseorang yang
dapat diukur dengan skala berat bedan. Berat badan dapat menentukan terhadap
asupan makanan apa yang dikonsumsi seseorang. Hal ini tentu berhubungan
dengan kecukupan gizi yang sesuai baik dalam hal kualitas maupun kuantitas zat-
zat gizi sesuai dengan kebutuhan faali tubuh.
Pada usia anak sekolah kebutuhan energi diperlukan untuk kegiatan sehari-
hari maupun untuk proses metabolisme tubuh. Kebutuhan protein meningkat
karena proses tumbuh kembang berlangsung cepat. Apabila asupan energi terbatas
atau kurang, protein akan dipergunakan sebagai energi. Kebutuhan protein usia
10-12 tahun adalah 50 g/hari, 13-15 tahun sebesar 57 g/hari dan usia 16-18 tahun
adalah 55 g/hari.
Kebutuhan energi sangat dibutuhkan pada proses pembelajaran anak,
karena pada proses belajar ilmu pengetahuan yang diterima berhubungan dengan
jasmaniah yang diperoleh melalui panca indera, sehingga apabila salah satu panca
inderanya rusak maka anak tidak akan sempurna menerima pelajaran yang
berdampak terhadap buruknya prestasi belajar mereka. Anak dengan status gizi
kurang atau buruk selain mengalami hambatan pertumbuhan fisik juga akan
mengalami gangguan belajar antara lain berupa penurunan prestasi akademik di
sekolah.
Universitas Sumatera Utara