Bab 2
Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka ini dimaksudkan sebagai landasan teori yang mendasari
penganalisaan terhadap masalah yang terjadi, dimana dengan menggunakan
landasan teori yang tepat akan mendapatkan hasil analisis yang baik. Oleh karena
itu dalam bab ini akan dibahas mengenai masalah dalam penelitian yang akan
dilakukan, teori–teori yang telah dirumuskan ini pada intinya akan menyangkut
hal-hal sebagai berikut :
1. Perencanaan Produksi
2. Programa Linier
3. Metode Simpleks
4. Metode Transportasi
2.1. Rencana Produksi
2.1.1. Arti dan Maksud Perencanaan Produksi
Seperti kita ketahui perencanaan produksi merupakan salah satu fungsi
manajemen. Dalam perencanaan ditentukan usaha-usaha atau tindakan-tibdakan
yang akan atau perlu diambil oleh pimpinan perusahaan untuk mencapai tujuan
perusahaan, dengan mempertimbangkan masalah-masalah yang mungkin timbul
dimasa yang akan dating. Untuk membuat perencanaan yang baik, maka perlu
diperhatikan masalah intern dan masalah ektern.
Masalah intern adalah masalah yang datangnya dari perusahaan (masih dalam
kekuasaan pimpinan perusahaan), seperti mesin yang digunakan, buruh yang
dikaryakan, bahan yang diperlukan dan sebagainya. Sedangkan masalah ektern
adalah masalah yang datangnya dari luar perusahaan (diluar kekuasaan pimpinan
perusahaan ), seperti insflansi, kebijaksanaan, keadaan politik dan sebaginya.
Mengenai perencanaan ini dapat dibedakan anatara lain : perencanaan usaha yang
bersifat umum (general business planning) dan perencanaan produksi (Production
6
7
Planning). Perencanaan produksi yang bersifat umum (general business planning)
adalah perencanaan kegiatan yang dijalankan oleh setiap perusahaan, baik
perusahaan besar maupun perusahaan kecil, untuk berhasil (suksesnya)
perusahaan mencapai tujuan. Dalam perencanaan ini ditentukan tujuan jangka
panjang yang merupakan masa depan perusahaan yang diharapkan. Oleh karena
itu perlu diperhatikan dan dipertimbangkan keadaan atau situasi faktor-faktor
yang mempengaruhi perkembangan perusahaan dimasa depan seperti situasi
pasar, keperluan-keperluan pabrik (plan requirement) dan pengaruh saingan serta
trend ekonomi.
Perencanaan produksi (production planning) adalah perencanaan dan
pengorganisasian sebelumnya mengenai orang-orang, bahan-bahan pada suatu
periode tertentu dimasa depan sesuai yang diperkirakan atau diramalkan. Barang
yang direncanakan akan diproduksi pada suatu periode dimasa depan harus
memenuhi beberapa syarat yaitu :
1. Bahwa barang tersebut harus dapat diprodusir atau dibuat pada waktu itu.
2. Bahwa barang tersebut harus dapat dikerjakan dengan /oleh pabrik itu.
3. Bahwa barang tersebut harus dapat atau sesuai memenuhi/dicocokan dengan
keinginan pembeli.
Perencanaan agregat adalah suatu terminologi yang akan diaplikasikan pada suatu
sub tingkat perencanaan produksi. Secara spesifik, hal ini terdiri dari:
1. Dalam pembagian terminologi rencana produksi, biasanya untuk 12 bulan
pertama.
2. Agregasi tingkat produksi, ketenaga-kerjaan, lembur, sub kontrak, dan
backlog atau inventory. Keputusan-keputusan untuk perubahan-perubahan
jangka panjang dalam kapasitas, seperti pabrik dan sarana baru, tidak
dipertimbangkan karena lead time secara umum melebihi horison rencana dari
rencana agregat. Pada sisi lain, berbagai hal seperti perpindahan-perpindahan
atau alternatif-alternatif lain dari karyawan antar departemen-departemen
memerlukan data lebih terperinci dibanding dengan yang tersedia pada fase
perencanaan ini yang ditunda sampai MPS atau MRP yang disiapkan.
8
3. Permintaan yang tidak terduga, seperti satu pola musiman. Perusahaan
berhadapan dengan permasalahan yang muncul dengan permintaan tidak
terduga dapat mencoba untuk menstabilkan agregat demand dengan mengubah
lini produk atau oleh usaha-usaha pemasaran khusus. Bagaimanapun, karena
kebanyakan perusahaan tidak mungkin sepenuhnya menstabilkan permintaan
dengan ukuran-ukuran tersebut, dan permasalahan dalam merencanakan
produksi untuk mencukupi sisa permintaan yang diminta.
Perencanaan produksi membutuhkan pertimbangan dan ketelitian yang terinci
dalam menganalisis kebijaksanaan, karena perencanaan ini merupakan dasar
penentuan bagi manajer dalam rangka mencapai tujuan perusahaan. Perencanaan
produksi ini merupakan suatu fungsi yang menentukan batas-batas (level) dari
kegiatan perusahaan pabrik dimasa yang akan dating. Berdasarkan rencana-
rencana produksi yang telah disusun, pimpinan perusahaan dapat menentukan
langkah-langkah sebagai berikut : bagian dari rencana strategis perusahaan dan
dibuat secara harmonis dengan rencana bisnis (Bussiness Planning) dan rencana
pemasaran (Marketing Planning). Perencanaan produksi dapat disrtikan
menentukan tingkat / rate produksi pabrik yang dinyatakan secara agregat
Karakter dari perencanaan produksi biasanya tidak dirinci, rencana dibuat untuk
family atau kelompok produk. Dan satuan yang digunakan dapat berbeda antara
satu perusahaan dengan perusahaan lainya, seperti ton, gallon waktu produksi
standar, satuan uang, dll. Namun, hal ini juga tergantung pada tipe bisnis apakah
Make to Order atau Make to Stock.
Perencanaan dibuat untuk seluruh produk yang menggunakan sumber yang sama,
tanpa dirinci kedalam masing-masing produk yang berbeda (end item)
Untuk menghadapi demand yang tidak tetap atau berpola musiman dapat
digunakan beberapa strategi yaitu :
- Produksi pada tingkat konstan (tenaga kerja tetap)
- Produksi sesuai demand (Tenaga kerja berubah sesuai demand)
- Mix strategi atau gabungan
9
Tujuan dari perencanaan produksi agregat :
- Mengatur strategi produksi
- Memproduksi sesuai demand
- Memproduksi pada kegiatan konstan
- Menentukan kebutuhan sumber daya yang meliputi tenega kerj, material,
fasilitas, peralatan, dan dana
- Menjadi langkah awal bagi seluruh kegiatan produksi
Lima strategi yang dapat diikuti untuk mencukupi permintaan tak terduga dengan
menggunakan perencanaan agregat :
1. Melakukan variasi produksi dengan menentukan persamaan antara produksi
dengan demand masing-masing, bulan dan melakukan hiring atau layoff
terhdapa tenaga kerja. Ha ini mungkin melibatkan pertukaran jumlah shift.
2. Mempertahankan jumlah karyawan yang sama masing-masing bulan, tetapi
melakukan variasi output dengan overtime atau undertime. Undertime berarti
lebih banyak karyawan ditahan daripada diperlukan untuk mendukung tingkat
produksi yang direncanakan.
3. Menghasilkan pada tingkat tarip tetap dan membiarkan inventory diakumulasi
selama periode slack demand dan dihabiskan selama periode permintaan
puncak. Atau mengijinkan backlog untuk ditingkatkan selama periode
permintaan puncak dan berkurang selama periode slack demand..
4. Menghasilkan kontrak tambahan dan tingkat tarip tetap lebih sedikit selama
periode permintaan slack demand dan lebih banyak selama periode
permintaan puncak.
5. Beberapa kombinasi dari strategi 1sampai 4.
10
Semua alternatif-alternatif ini melibatkan biaya-biaya tertentu. Sasaran dari
perencanaan agregat adalah untuk menentukan rencana yang akan memperkecil
biaya-biaya tersebut.
Dalam pemilihan metoda – metoda perencanaan agregat, memungkinkan
perusahaan memilih pada salah satu metoda tersebut.alasan mengapa perusahaan
menentukan pada pemilihan metoda perencanaan agregat adalah :
a. Mudah dalam pengolahan data.
Dengan menggunakan satuan agregat maka pengolahan data tidak dilakukan
untuk setiap periode produk individu. Dan keuntungan lainnya apabila produk
tersebut banyak jenisnya.
b. ketelitian hasil yang didapat.
Dengan ketidakrumitan pada perhitungan perencanaan agregat, maka
ketelitian hasil yang didapat akan semakin baik.
c. Kemampuan dalam melihat.
Dengan memilih dan melaksanakan mekanisme dari perencanaan agregat,
maka akan terlihat maksud yang diungkapkan.
Dengan memperhatikan uraian diatas, maka metoda perencanaan produksi relative
diterapkan pada metoda transfortasi, yaitu metoda yang digunakan untuk program
linier sederhana. Bila diperhatikan bahwa masalah perencanaan produksi agregat
sebagai usaha untuk mengalokasikan supply untuk memenuhi permintaan, maka
metoda transfortasi adalah tepat untuk memecahkan permasalahan tersebut.
Metode ini adalah suatu model yang menggambarkan atau mengasumsikan bahwa
beban kerja ( work force ) berjalan konstan, dan juga tidak adanya perekrutan (
hiring ) tenaga kerja pada saat rentang perencanaan.
Dalam menghadapi demand yang berfluktuasi, strategi metode perencanaan
produksi agregat yang menghadapi meliputi:
1. Produksi bervariasi mengikuti tingkat demand yang terjadi, yaitu:
a. Dengan menambah atau mengurangi tenaga kerja, atau mengubah jumlah
shift
11
b. Dengan melakukan lembur atau mengurangi jumlah waktu kerja.
2. Produksi pada tingkat konstan, yaitu:
a. Dengan menumpuk jumlah tenaga kerja, tetapi melakukan lembur atau
mengurangi jumlah waktu kerja.
b. Dengan menambah atau mengurangi sub-kontrak.
3. Kombinasi strategi-strategi diatas
4. Metode program Linier (Transprotasi).
2.1.2. Biaya-biaya Mempengaruhi Perencanaan Agregat
Biaya-biaya utama yang mempengaruhi perencanaan agregat dibahas di potongan
ini.
Biaya Hiring.
Untuk menemukan dan memilih lamaran, biaya-biaya terjadi pengiklanan,
wawancara, penyelidikan rujukan-rujukan, dan pengujian-pengujian fisik. Ketika
peminta telah terpilih, terdapat biaya-biaya yang dipersiapkan, upah-upah kantor
penempatan tenaga kerja, dan pelatihan. Biaya-biaya pelatihan meliputi upah
karyawan selama pelatihan, membayar mandor atau pelatih lain, dan produksi
cacat dari bahan. Jika karyawan melakukan pemberhentian sementara hingga
batas tertentu, hanya sebagian dari biaya-biaya ini terjadi.
Jika karyawan baru disewakan untuk memulai shift tambah, maka pada umumnya
terdapat satu premi giliran di dalam tingkat upah. Juga, pekerja tak langsung dan
para pengawas tambahan akan diperlukan.
Biaya-biaya Layoff
Hukum untuk asuransi pengangguran bervariasi dari satu tempat ke tempat lain,
tetapi satu perkumpulan yang mempunyai satu catatan kestabilan dalam ketenaga-
kerjaan secara umum harus membayar premi-premi kompensasi pengangguran
lebih tinggi.
12
Biaya-biaya Lembur dan Undertime
Di dalam perencanaan agregat, lembur direncanakan untuk meningkatkan output.
Overtime pada umumnya dibayar pada satu penilaian permium, biasanya 50
persen di atas normal. Jika lembur digunakan secara ekstensif, ketidakhadiran
pada umumnya meningkat.
Bila lebih banyak pekerja dipekerjakan dibanding dengan diperlukan oleh tingkat
produksi yang direncanakan, perbedaan antar waktu karyawan tersedia dan waktu
karyawan yang diperlukan disebut undertime. Jika ongkos undertime tidak
memadai; sama dengan banyaknya jam dari undertime dikalikan dengan tingkat
upah jaminan sosial lebih.
Biaya Subkontrak
Berhubungan dengan proses produksi yang dilibatkan, salah satu arahnya ialah
mengenai permintaan puncak melaui penanganan subkontrak dari pekerjaan.
Biaya yang terjadi adalah harga yang dibayarkan kepada penjual ditambah biaya-
biaya muatan. Satu biaya tambahan bisa tentang pembuatan alat pengiriman
sampai penjual dan pengembalian.
2.1.3. Metode Perencanaan Agregat
Metode Heuristik
Metode Heuristik untuk menyelesaikan permasalahan adalah salah satu aplikasi
dari satu set aturan solusi terbaik tetapi belum tentu merupakan solusi optimal.
Keuntungannya adalah lebih sederhana dan tidak memerlukan proses
terkomputerisasi. Langkah-langkah aplikasi permasalahan perencanaan agregat
Langkah 1. Kembang;kan agregat perencanaan untuk produksi, ketenaga-kerjaan,
lembur, kontrak tambahan, dan menginventarisir dalam membuat pemenuhan
permintaan dan tidak melebihi batas kapasitas.
Langkah 2. Menentukan ongkos perencanaan.
Langkah 3. Menerima rencana atau kembali ke langkah 1
13
2.2. Teknik Pemecahan Model Programa Linier
Pada dasarnya, metode-metode yang dikembangkan untuk memecahkan model
programa linier ditujukan untuk mencari solusi dari beberapa alternatif solusi
yang dibentuk oleh persamaan –persamaan pembatas sehingga diperoleh nilai
fungsi tujuan yang optimum.
Ada dua cara yang bisa digunakan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan
programa linier yang akan diselesaikan itu hanya mmepunyai dua buah variabel.
Walaupun demikian, cara ini telah memberikan satu petunjuk bahwa untuk
memecahkan persoalan-persoalan programa linier, kita hanya perlu
memperhatikan titik ekstrem (titik terjauh) pada ruang solusi atau daerah fisibel.
Petunjuk ini telah menjadi kunci dalam mengembangkan motode simpleks.
Metoda simpleks merupakan teknik yang paling berhasil dikembangkan untuk
memecahkan persoalan program linier yang mempunyai lebih dari dua variabel
keputusan dan pembatas. Algoritma simpleks ini diterangkan dengan
menggunakan logika secara aljabar matriks, sedemikian sehingga operasi
perhitungan dapat dibuat lebih efesien.
2.2.1. Programa Linier Simpleks Methode
Programa linier (LP) adalah suatu teknik matematis yang digunakan untuk
meminimasi atau memaksimasi suatu fungsi linier objektif terhadap variabel-
variabel nonnegative. Dalam perencanaan tersebut digunakan untuk memutuskan
tentang aktivitas tertentu (diharapkan) untuk dilakukan dan bagaimana
kekurangan sumber daya dialokasikan sedemikian rupa sehingga sasaran seperti
biaya-biaya minimum atau laba maksimum akan dicapai. LP dikembangkan pada
tahun 1947 oleh satu kelompok Rand Corporation yang bekerja untuk Angkatan
udara U.S., dan sejak itu teknik ini telah diberlakukan untuk cakupan yang luas
tentang permasalahan perencanaan di dalam industri, pemerintahan, dan seluruh
penjuru dunia militer. Tidak sama dengan metode heuristik, yang tidak menjamin
satu pemecahan optimal, LP berlaku untuk perencanaan agregat mengerjakan
menjamin satu rencana biaya-biaya minimum.
14
Pendekatannya adalah sebagai berikut:
Langkah 1. Gambarkan satu set peubah keputusan, seperti pengukuran produksi,
inventori, dan tenaga kerja, jumlah tenaga kerja untuk hire atau layoff, dan
kuatitas untuk sub kontrak.
Langkah 2. Kembangkan satu ungkapan yang memberi biaya-biaya total sebagai
fungsi variabel-variabel ini.
Langkah 3. Gambarkan satu set kendala-kendala yang memerlukan bahwa
permintaan-permintaan akan dicukupi, safety stock yang diperhatikan, dan
kendala-kendala daya dalam kapasitas.
Langkah 4. Gunakan satu prosedur iteratif yang disebut Metode simpleks untuk
menentukan nilai-nilai peubah keputusan yang akan memperkecil biaya-biaya
total yang berfungsi untuk memenuhi pembatas-pembatas.
2.2.2. Metode Transportasi
Metode transportasi dinamakan demikian karena metode ini seringkali digunakan
dalam proses determinasi perencanaan minimasi biaya untuk pengiriman suatu
komoditas dari sejumlah sumber ke sejumlah tujuan. Masalah ini dapat
diselesaikan dengan tujuan umum metode simpleks, tetapi secara sederhana,
teknik terkomputerisasi secara lebih efisien dikembangkan untuk menyelesaikan
permasalahan transportasi. Beberapa masalah perencanaan agregat dapat
diformulasikan dalam bentuk persamaan matematis untuk permasalahan
transportasi, dan kemudian, dapat diselesaikan dengan metode yang sama.
Ciri-ciri permasalahan transportasi adalah sebagai berikut :
1. Terdapat sejumlah sumber dan sejumlah tujuan tertentu.
2. Kuantitas komoditas atau barang yang didistribusikan dari setiap sumber dan
yang diminta oleh setiap tujuan, besarnya tertentu.
3. Komoditas yang dikirim atau diangkut dari suatu sumber ke suatu tujuan,
besarnya sesuai dengan permintaan dan atau kapasitas sumber.
4. Ongkos pengangkutan komoditas dari suatu sumber ke suatu tujuan, besarnya
tertentu.
15
2.2.2.1. Keseimbangan Metode Transportasi
Suatu model trasnportasi dikatakan seimbang apabila total supply ( sumber ) sama
dengan total demand ( tujuan ). Dengan kata lain :
ai = bj
Dalam permasalahan yang sebenarnya, batasan ini tidak selalu terpenuhi atau
dengan kata lain, jumlah supply yang tersedia mungkin lebih besar atau lebih kecil
dari pada jumlah yang diminta. Jika hal ini terjadi, maka model permasalahannya
disebut sebagi model yang tidak seimbang ( unbalanced ). Batasan diatas
dikemukakan hanya karena ia menjadi dasar dalam pengembangan teknik
transportasi. Namun, setiap persoalan teransportasi dapat dibuat seimbang dengan
cara memasukkan variable artificial ( semu ). Jika jumlah demand melebihi
jumlah supply, maka dibuat suatu sumber dummy yang akan men-supply
kekurangan tersebut, yaitu sebanyak bj ai.
2.2.2.2. Penyelesaian Metode Transportasi.
Untuk pengerjaan dengan metode transportasi digunakan metode least Square
Method (metode ongkos terkecil), dimana demand harus terpenuhi, sebaliknya
kapasitas tidak mesti terpenuhi. Prioritas yang harus dipenuhi adalah Reguler
Time, jika ada sisa dilihat ongkos yang paling kecil lalu simpan kelebihan tersebut
tetapi harus disesuaikan dengan kapasitas periode yang akan dipilih.
Contoh 2.1
Perusahaan memproyeksikan demand dan kapasitas pada regular time, dan
subkontrak untuk per 4 bulan ke depan seperti yang ditunjukkan pada tabel 6.5.
Biaya untuk memproduksi satu unit pada regular time adalah $10, pada overtime
$15, dan sub kontrak $17. Ongkos inventory adalah $1 per unit pada penyimpanan
di akhir perempat bulan. Tidak ada kekurangan kapasitas yang diperbolehkan.
Inventory awal dan akhir adalah nol.
16
Tabel 2.1. Data untuk Rencana Agregat, Metode Transportasi.
Periode Demand Kapasitas Kapasitas KapasitasRt Ot Sk
1 38 50 20 302 80 50 20 303 130 50 20 304 98 50 20 30
Total 200 80 120
Sumber : Smith, Spencer B, 1989, “Computer Based Production and Inventory Control”
Langkah awal adalah menyiapkan tabel model transportasi, seperti pada tabel 2.2.
Sumber diletakkan pada sisi kanan bawah, maka 3 kolom pertama dihubungkan
dengan penyediaan produk pada kuarter pertama oleh produksi regular time,
produksi over time, dan sub kontrak. Angka-angka pada sisi kanan menunjukkan
kapasitas untuk sumber tersebut. Angka-angka di seberang bawah menunjukkan
kebutuhan setelah membuat penyesuaian inventory. Pada sudut kanan bawah
untuk masing-masing sel adalah ongkos untuk memenuhi suatu unit demand
untuk menghubungkan kuarter dengan kolom dari sumber dihubungkan dengan
baris. Jadi, sebagai contoh, ongkos pada baris pertama dan kolom pertama adalah
$10, ongkos untuk produksi satu unit pada reguler time pada kuarter pertama
untuk memenuhi demand pada kuarter pertama. Baris pertama – sel kolom kedua
menunjukkan ongkos untuk meproduksi satu unit pada regular time pada kuarter
pertama dengan menyertakan inventory satu kuarter untuk memenuhi demand
pada kuarter kedua. Ongkos simpan adalah $1 per unit kuarter, total ongkos
adalah $10 + $1 = $11. Dengan tidak memperbolehkan adanya kekurangan
kapasitas, maka tidak mungkin untuk memproduksi unit-unit pada kuarter kedua
untuk memenuhi demand pada kuarter pertama, jadi sel yang menunjukkan
sumber kuarter kedua pada kolom kebutuhan kuarter pertama ditunda, seperti
halnya sumber kuarter ketiga pada kolom kuarter kedua.
17
Tabel 2.2. Formulasi Rencana Agregat Metode Transportasi
Periode 1 2 3 4 Capacity
1Reguler Time 10 11 12 13 50Over Time 15 16 17 18 20Subkontrak 17 18 19 20 30
2Reguler Time 10 11 12 50Over Time 15 16 17 20Subkontrak 17 18 19 30
3Reguler Time 10 11 50Over Time 15 16 20Subkontrak 17 18 30
4Reguler Time 10 50Over Time 15 20Subkontrak 17 30
Demand 38 80 130 98
Sumber : Smith, Spencer B, 1989, “Computer Based Production and Inventory Control”
Permasalahan sekarang dapat diselesaikan dengan metode transportasi dari linier
programming. Bagaimanapun, dikarenakan struktur khusus pada permasalahan,
hal ini membutuhkan prosedur yang lebih sederhana. Dimulai dengan kolom
pertama pada sisi kiri. Carilah sel dengan ongkos terkecil. Bagilah dengan jumlah
terkecil dari kolom kebutuhan atau baris tersedia. Pada kasus ini, nilai ini
membagi 38 unit untuk sel reguler time pertama pada kolom kebutuhan kuarter
pertama. Lakukan dengan menulis 38 pada sudut kiri teratas dari sel. Jika angka
ini tidak dapat mencukupi total kebutuhan untuk kolom tersebut, temukan kembali
sel dengan ongkos terkecil selanjutnya dan ulangi langkah tersebut. Lanjutkan
sampai total kebutuhan untuk kolom tersebut terpenuhi dan ulangi langkah
tersebut untuk kolom berikutnya. Ingat bahwa kapasitas untuk beberapa baris siap
di reduksi untuk dibagi-bagi ke dalam kolom yang diutamakan. Lihat pada kolom
kuarter kedua, dengan kebutuhan 80, 50 dibagi untuk kuarter kedua sel regular
time dengan masing-masing ongkos $0, sisa 30 untuk dibagikan. Ongkos terkecil
selanjutnya pada kuarter pertama regular time adalah $11. Maka 38 unit dari total
50 telah dibagikan pada setiap baris, tersisa 12 unit di sisi kiri. Kemudian , bagi 12
unit untuk kuarter pertama regular time. Tambahkan sisa 18 unit untuk sel ongkos
terkecil selanjutnya yaitu overtime pada kuarter kedua. Lakukan proses untuk
kolom selanjutnya dan lanjutkan langkah ini sampai semua kolom dapat
dilengkapi. tabel 2.3 menunjukkan model transportasi dengan pembagian yang
telah lengkap. Ringkasan solusi ditunjukkan pada tabel 2.4
18
Tabel 2.3. Solusi Rencana Agregat Metode Transportasi
Periode Periode 1 2 3 4 CapacityReguler Time 38 10 12 11 12 13 50
1 Over Time 15 16 20 17 18 20Subkontrak 17 18 19 20 30Reguler Time 10 10 11 12 50
2 Over Time 18 15 2 16 17 20Subkontrak 17 8 18 19 30Reguler Time 50 10 11 50
3 Over Time 20 15 16 20Subkontrak 30 17 18 30Reguler Time 50 10 50
4 Over Time 20 15 20Subkontrak 28 17 30
Demand 38 80 130 98
Sumber : Smith, Spencer B, 1989, “Computer Based Production and Inventory Control”
Tabel 2.4. SummaryPeriode Rt Ot Sk Total Demand Ending
Suuply Inventory1 50 20 0 70 38 322 50 20 8 78 80 303 50 20 30 100 130 04 50 20 28 98 98 0
Total 200 80 66 346 346 62
Sumber : Smith, Spencer B, 1989, “Computer Based Production and Inventory Control”
Total Cost = $10 X 200 + $15 X 80 + $17 X 66 + $1 X 62
= $ 4,384
Jika terdapat inventory awal positif dan dibutuhkan inventory akhir, hal ini dapat
dihitung dengan cara membagi inventory awal dengan demand pada kuarter
pertama dan menambahkan inventory akhir yang dibutuhkan dengan demand pada
kuarter keempat.