41
BAB III
PENGELOLAAN PKL PADA JALUR PEJALAN KAKI
DI PUSAT KOTA
31 Permasalahan PKL di Jalur Pejalan Kaki
Permasalahan Pedagang Kaki Lima (PKL) sudah tidak asing lagi bagi masyarakat
Pedagang Kaki Lima (PKL) menjadi suatu permasalahan yang sangat fenomenal saat ini
khusus nya di kota-kota besar di indonesia Berkembangnya PKL dipicu oleh gagalnya
pemerintah membangun ekonomi hal ini dapat terlihat dari rendah dan lambatnya
pertumbuhan ekonomi tidak berkembangnya usahandashusaha di sektor riil yang pada akhirnya
menyebabkan meningkatnya jumlah pengangguran Meskipun PKL memberi kesan yang
kotor kumuh dan merusak keindahan kota namun PKL sebenarnya memiliki pengaruh yang
besar bagi pertumbuhan ekonomi kota serta keberadaan PKL sangat dibutuhkan oleh
masyarakat khususnya masyarakat kelas menengah ke bawah Hal ini yang membuat
permasalahan PKL menjadi sebuah dilema tersendiri bagi pemerintah Sampai saat ini belum
ada solusi yang terbaik baik bagi PKL pemerintah ataupun masyarakat Dengan demikian
permasalahan PKL menjadi menarik untuk dikaji dan diharapkan pemerintah dapat
memberikan solusi yang terbaik dalam mengatasi masalah PKL yang ada di Indonesia
terutama di wilayah perkotaan
Beberapa permasalahan PKL yang teejadi di pusat kota antara lain
PKL mempunyai dampak negatif terhadap pembangunan khususnya pembangunan di
wilayah perkotaan
Aktivitas pelaku usaha sektor informalPKL atau disebut dengan ldquohawkersrdquo sering kali
menimbulkan permasalahan dengan tata ruang kota
Pedagang Kaki Lima (PKL) dianggap menghambat pelaksanaan pembangunan dan
merusak keindahan tata ruang kota
Media dagang yang tidak estetis dan tidak tertata dengan baik menimbulkan kesan
semrawut dan kumuh akibatnya menurunnya kualitas visual kota
Lokasi berdagang sebagian PKL yang memakai badan jalan yang tidak semestinya
menimbulkan kemacetan lalu lintas
Lokasi berdagang yang menggunakan daerah fasilitas umum seperti pedestrian trotoar
dan taman menyita hak para pejalan kaki
Upaya Pemerintah dalam Mangatasi Masalah Pedagang Kaki Lima (PKL)
Masalah keberadaan PKL serta upaya untuk menghilangkannya atau menggusurnya
41
sesungguhnya merupakan fenomena lama yang dialami oleh pemerintah di kota-kota besar
Sejak terjadinya krisis ekonomi pembangunan perekonomian daerah dan pengembangan
wilayah sebagai upaya peningkatan pembangunan daerah dan pemerataan pertumbuhan antar
daerah mengalami hambatan dan keterbatasan dalam pemanfaatan sumber daya alam
ketersediaan modal kemitraan pemerintah masyarakat dan dunia usaha Seiring dengan
perkembangan Daerah Perkotaan dan adanya pertumbuhan penduduk yang tinggi dan
kurangnya ketersediaan lapangan kerja dan sarana prasarana dalam jumlah yang banyak
sehingga banyak masyarakat bawah mengambil alternatif untuk berprofesi sebagai PKL
32 Peranan PKL
Kehadiran Pedagang Kaki Lima (PKL) di daerah perkotaan sendiri mempunyai
dampak positif
321 PKL sebagai Penggerak Ekonomi di Sektor Informal Indonesia
Menurut laporan yang disusun oleh World Bank pada tahun 1993sektor formal
terhitung kurang dari 32 dari populasi tenaga kerja sementara68 bekerja di sektor
informal (Frank Weibe 199 dalam Sektor Informalyang Terorganisasi Haryo Winarso dan
Gede Budi) Peran sektor informal di perkotaan sangat strategis sebagai katub pengaman
pengangguran karena tidak dapat tertampung pada sektor formal
Pedagang kaki lima sebagai bagian sektor informal perkotaan istilah pedagang kaki
lima konon berasal dari jaman pemerintahan Rafles Gubernur Jenderal pemerintahan
Kolonial Belanda yaitu dari kata rdquofive feetrdquo yang berarti jalur pejalan kaki di pinggir jalan
selebar 5 (lima) kaki Ruang tersebut digunakan untuk kegiatan berjualan pedagang kecil
sehingga disebut dengan pedagang kaki lima (dalam Widjajanti 200028) Kemudian muncul
beberapa ahli yang mengemukakan defenisi dari pedagang kaki lima diantaranya menurut
McGee (197728) menyebutkan PKL sebagai hawkers adalah orang-orang yang menawarkan
barang-barang atau jasa untuk dijualMenurut Mulyanto (2007) PKL adalah termasuk usaha
kecil yang berorientasi pada laba (profit) layaknya sebuah kewirausahaan(entrepreneurship)
PKL mempunyai cara tersendiri dalam mengelolausahanya agar mendapatkan keuntungan
PKL menjadi manajer tunggal yangmenangani usahanya mulai dari perencanaan usaha
menggerakkan usaha sekaligus mengontrol atau mengendalikan usahanya padahal fungsi-
fungsi manajemen tersebut jarang atau tidak pernah mereka dapatkan dari pendidikan
formalBerikut ini dapat dilihat dampak positif dari adanya PKL (disarikan dari beberapa
penelitian yang pernah dilakukan oleh Rajab 2002 dan IPGI 2001) Dampak Positif
41
1 PKL menjadi katup pengaman bagi masyarakat perekonomian lemah baik sebagai
profesi maupun bagi konsumen untuk memenuhi kebutuhan hidupnya terutama akibat
krisis ekonomi
2 PKL menyediakan kebutuhan barang dan jasa yang relatif murah bagi masyarakat yang
berpenghasilan menengah ke bawah
3 Jumlah yang besar ragam bentuk usaha dan keunikan merupakan potensi yang besar
untuk menghias wajah kota apabila ditata dan diatur dengan baik
4 PKL dapat memberikan rasa aman yang menjadi barrier untuk keamanan aktivitas
pedagang formal karena kontiunitas kegiatannya hampir 24 jam
5 PKL tidak dapat dipisahkan dari unsur budaya dan eksistensinya tidak dapat dihapuskan
6 PKL menyimpan potensi pariwisata yang cukup besar
Berdasarkan dampak yang ditimbulkannya tersebut Dampak positif terlihat dari segi
sosial dan ekonomi karena keberadaan PKL menguntungkan bagi pertumbuhan ekonomi kota
karena sektor informal memiliki karakteristik efisien dan ekonomis Menurut Sethurahman
selaku koordinator penelitian sektor informal yang dilakukan ILO di delapan negara
berkembang karena kemampuan menciptakan surplus bagi investasi dan dapat membantu
meningkatkan pertumbuhan ekonomi Hal ini dikarenakan usaha-usaha sektor informal
bersifat subsisten dan modal yang digunakan kebanyakan berasal dari usaha sendiri Modal
ini sama sekali tidak menghabiskan sumber daya ekonomi yang besarDalam hal ini
eksistensi PKL perlu dipertahankan hanya saja perlu diupayakan meminimalkan dampak
negatif yang ditimbulkannya Oleh karena itu langkah yang dapat dilakukan adalah
menertibkan PKL sehingga fungsinya dalam aspek ekonomi dapat berjalan namun tidak
menimbulkan dampak negatif terhadap kualitas ruang perkotaan Usaha kecil telah
membuktikan dan menjadi tangan yang tersembunyi (invisible hand) bagi perekonomian
Indonesia keluar dari badai krisis Jika dikaji lebih mendalamsetidaknya usaha kecil terutama
sektor informal (sebut PKL) mempunyai tiga peran besar dalam proses pembangunan mulai
dari bidang ekonomi pariwisata dan pendidikan
322 Pemberdayaan Unskilled Workers dalam Kegiatan Usaha PKL
Langkah utama yang dapat ditempuh untuk memberdayakan keberadaan PKL ini
adalah perlu adanya pengakuan secara resmi terhadap keberadaan sektor informal (PKL)
dalam rencana tata ruang kota Hal ini perlu karena rencana tata ruang kota akan dapat
menciptakan penciptaan lingkungan yangaman nyaman serasi dan efisien Hanya saja untuk
mewujudkan hal tersebut perlu diperhatikan terhadap hal-hal antara lain
41
1 Perlu dicermati tentang paradigma PKL selain itu juga perlu dicermati pula mengenai
konsep tentang masyarakat marjinal yang berkaitan dengan usaha PKL Hal ini akan
berkaiatan dengan karakteristik masyarakat PKL terhadap rencana tata ruang
2 Sudah menjadi fakta kenyataan bahwa PKL adalah sesuatu yang luar biasa sehingga
perlu adanya pengaturan secara formal mengingat usaha PKL sifatnya sudah menjadi
bidang pekerjaan walaupun masihdikategorikan sebagai sektor informal dan
mengingat lokasi PKL menempati bagian kota yang secara visual mencolok mata dan
berlokasi pada tempat yang strategis dan bernilai lahan tinggi
3 Perlu adanya ketegasan mengenai peruntukkan atau fungsi ruang kotaapakah ruang
tersebut sebagai ruang publik (jalan ruang terbuka hijau)atau fungsi lainnya sehingga
perlu dicermati kembali konsep keadilandan keseimbangan antara kepentingan publik
(umum) dan kepentingan privat (individu) dalam hal haknya masing-masing terhadap
ruang publik kota
4 Selain penataan fisik kota juga perlu didukung oleh aturan-aturan main yang jelas
berupa peraturan perencanaan pengelolaan pemanfaatan dan pemeliharaan ruang
secara benar dan adil bagi semua pihak
323 PKL Sang Pengembang Wirausaha di Indonesia
Dari sisi ekonomi usaha kecil termasuk didalamnya sektor informal (PKL) berperan
dalam penumbuhan jiwa kewirausahaan Menurut Kasali(2005) manfaat yang dapat
diperoleh dari tumbuhnya jiwa wirausaha dimasyarakat
1 Mendorong pertumbuhan ekonomi sekaligus membuka banyak lapangan kerja
2 Tumbuhnya kreativitas dan inovasi baru dalam melakukan usaha
3 Meningkatkan kualitas kompetisi yang berujung pada nilai tambah masyarakat
4 Menurunkan biaya dan waktu yang timbul akibat ketidakpastian dan
5 Meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Hal ini sejalan dengan pemikiran Rochdale jika suatu negara ingin tumbuh dengan
cepatmaka salah satu yang harus mendapat prioritas pengembangan adalah tumbuhnya jiwa
wirausaha di masyarakat PKL sudah teruji sebagai bibit entrepreneur untuk diberdayakan
menjadi unit usaha baru yang tangguh Berbagai hasil studi sudah membuktikannya
33 Pola Aktivitas PKL di Jalur Pejalan Kaki
41
Selama ini perencanaan ruang kota hanya dibatasi pada ruang-ruang formal saja yang
menampung kegiatan formal Seiring dengan berjalannya waktu keberadaan ruang-ruang
fomal kota tersebut mendorong munculnya kegiatan informal kota salah satunya di sektor
perdagangan yaitu Pedagang Kaki Lima (PKL) sebagai kegiatan pendukung (activity
support) Menurut McGee dan Yeung (1977 25) PKL mempunyai pengertian yang sama
dengan rdquohawkersrdquo yang didefinisikan sebagai orang-orang yang menjajakan barang dan jasa
untuk dijual di tempat yang merupakan ruang untuk kepentingan umum terutama di pinggir
jalan dan trotoar Oleh karena tidak tersedianya ruang informal kota bagi PKL maka PKL
menggunakan ruang publik seperti badan jalan trotoar taman kota di atas saluran drainase
kawasan tepi sungai untuk melakukan aktivitasnya Penggunaan ruang publik tersebut
biasanya terjadi di tempat-tempat strategis seperti diantara aktivitas formal kota
Tidak tertampungnya kegiatan PKL di ruang perkotaan menyebabkan pola dan
struktur kota moderen dan tradisional berbaur menjadi satu sehingga menimbulkan suatu
tampilan yang kontras Bangunan moderen nan megah berdampingan dengan bangunan
sederhana bahkan cenderung kumuh Tampilan fisik dualistik tersebut terjadi di seluruh ruang
kota terutama di kawasan fungsional kota Adapun yang dimaksud sebagai ruang fungsional
kota adalah ruang perkotaan dengan fungsi khusus yang tercermin dari kegiatan utama yang
berlangsung di kawasan tersebut seperti kawasan pendidikan perkantoran kesehatan
perdagangan dan jasa permukiman maupun industri Kehadiran ruang fungsional kota akan
diikuti dengan kehadiran PKL dengan karakteristik yang berbeda-beda Setiap PKL
mempunyai alasan yang berbeda dalam menentukan lokasi maupun jenis aktivitasnya
Karakteristik PKL yang berada di kawasan perkantoran berbeda dengan karakteristik PKL
yang berada di kawasan permukiman Hal ini dapat dilihat berdasarkan karakteristik
aktivitasnya yang meliputi jenis dagangan bentuk fisik sarana dagang waktu berdagang sifat
pelayanan golongan pengguna jasa dan lain sebagainya Selain itu perbedaan karakteristik
PKL dikaitkan juga dengan kegiatan utama yang berlangsung di kawasan fungsional kota
tersebut
34 Pengelolaan PKL pada Jalur Pejalan Kaki
Ada beberapa alasan yang membuat banyak kota-kota gagal mengelola PKL dengan
baik Alasan pertama terkait dengan sikap dan perspektif yang ambivalen alasan yang kedua
menyangkut pemahaman akan persoalan dan akurasi data alasan ketiga menyangkut
ketidakjelasan orang atau lembaga apa yang bertanggung jawab mengelola PKL alasan ke
empat adalah kurangnya interaksi antara komunitas PKL dengan pengambil keputusan
41
Alasan pertama yang terkait dengan sikap dan perspektif yang ambivalen di satu sisi
keberadaan PKL dianggap sebagai penyelamat karena telah menyediakan lapangan kerja
memberikan kemudahan bagi warga untuk mendapatkan barang dengan harga murah
menambah daya tarik kota dan membuat kota menjadi hidup Kontrasnya PKL juga
diangggap sebagai lsquopenyakitrsquo yang membuat kota menjadi semrawut dan kotor
Persoalannya pemerintah daerah umumnya tidak mampu keluar dari situasi ambilvalensi ini
sehingga tidak tahu lagi apakah kebijakan yang harus menyesuaikan diri dengan
perkembangan PKL ataukah PKL yang harus beradaptasi dengan kebijakan penataan kota
yang sudah ada
Alasan fundamental lain menyangkut pemahaman akan persoalan dan akurasi data
Salah satu hambatan yang dihadapi dalam mengatasi masalah PKL di perkotaan adalah tidak
tersedianya statistik di tingkat kota yang lengkap terbarui dan konsisten Bahkan banyak
kota-kota yang tidak memiliki data paling mendasar seperti berapa jumlah PKL yang ada di
wilayahnya pada suatu masa Jika pemerintah tidak mengetahui berapa jumlah PKL siapa
mereka dan tidak pula memahami bagaimana sistem kehidupan yang dijalani PKL akan sulit
bagi pemerintah untuk mendefinisikan apa masalah riil yang terkait dengan PKL dan
akibatnya akan sulit untuk merumuskan solusi yang tepat dan efektif Ketiadaan data dan
informasi ini juga membuat banyak pemerintah daerah cenderung menyepelekan keberadaan
PKL serta membuat kebijakan menjadi salah sasaran
Alasan ketiga menyangkut ketidakjelasan orang atau lembaga apa yang bertanggung
jawab mengelola PKL Sikap ambivalensi tercermin juga dalam kelembagaan pemerintah
daerah yang sering memecah tugas pengelolaan PKL setidaknya kepada dua institusi yaitu
unit pemberdayaan PKL yang biasanya merupakan satu bagian di bawah dinas atau badan
pengembangan usaha kecil dan koperasi Sementara tugas lain adalah tugas penertiban PKL
yang biasanya menjadi tugas pokok dan fungsi (tupoksi) dari lembaga Satuan Polisi Pamong
Praja (Satpol PP) Tanpa kepemimpinan yang kuat dari kepala daerah yang bisa menjalankan
fungsi koordinasi situasi ini ini mendorong upaya pengelolaan PKL menjadi sepotong-
sepotong ad hoc dan tidak konsisten
Alasan yang tidak kalah pentingnya adalah kurangnya interaksi antara komunitas PKL
dengan pengambil keputusan baik dari kalangan birokrasi maupun dengan politisi Di
Banyak kota upaya penanganan masalah PKL sering membuat situasi memburuk bukan
sebaliknya Salah satu sebabnya adalah karena kebijakan tersebut tidak memperoleh
legitimasi dan dukungan dari komunitas PKL itu sendiri Sampai saai ini pemerintah belum
sampai mengajak PKL untuk bersama-sama menata kota Padahal sesungguhnya seluruh
41
elemen masyarakat harus dilibatkan dalam membuat sebuah kebijakan serta pendapat
masyarakat dalam hal ini PKL sudah seharusnya didengar oleh pemerintah khususnya dalam
pembuatan kebijakan mengenai keindahan tata ruang kota Direktur YLBHI-LBH Semarang
Siti Rakhma Mary Herwati mengatakan bahwa sebetulnya PKL mau ditata namun kalau
cara yang dilakukan sewenang-wenang dan tidak manusiawi tentu akan ada penolakan
Untuk itu perlu diskusi intens dari hati ke hati
35 Studi Kasus
351 Kajian PKL di Jalur Pejalan Kaki Kawasan Bundaran Simpang
Lima Semarang
A Analisis Tipologi Ruang Terbuka Publik Kawasan
Ruang terbuka publik di Kawasan Bundaran Simpang Lima berdasarkan tipologinya
meliputi ruang terbuka hijau ruang berlangsungnya aktivitas dan ruang jalur sirkulasi
pedestrian yang merupakan ruang dinamis yang potensial untuk memenuhi kebutuhan
pergerakan komunikasi dan rekreasi bagi warga Kota Semarang maka ruang-ruang ini
seyogyanya harus bersifat terbuka dapat dijangkau dan diakses oleh siapa saja baik secara
kelompok maupun individual dan merupakan ruang untuk aktivitas-aktivitas yang
berlangsung di atasnya
1 Aktivitas Sektor Informal pada Ruang Terbuka Publik Kawasan
Aktivitas sektor informal yang berkembang pada ruang-ruang terbuka publik kawasan
adalah aktivitas perdagangan dan jasa retaileceran yang memungkinkan terjadinya proses
tawar-menawar antara pedagang dan pembeli Sektor informal yang identik disebut sebagai
PKL di kawasan ini menempati hampir seluruh sudut ruang terbuka yang ada baik trotoar-
trotoar kawasan maupun Lapangan Pancasila (trotoar dan tengah lapangan) Fenomena PKL
di Kawasan Bundaran Simpang Lima menunjukkan adanya segregasi social masyarakatnya
Secara tidak langsung terlihat adanya pemisahan yang membuat batasan tersendiri
antara pengguna ekonomi menengah ke bawah (PKL) dan pengguna ekonomi menengah ke
atas (pada bangunan-bangunan komersial perdagangan dan jasa modern di sekelilingnya)
Kehadiran PKL di Kawasan Bundaran Simpang Lima juga mampu menciptakan kehidupan
yang menerus sehingga terhindar dari kematian kawasan pada saat tertentu akan tetapi di sisi
lain kehadiran PKL menyebabkan ketidakteraturan kekumuhan dan kualitas fisik yang buruk
sehingga merusak wajah kota Selain itu PKL yang berjualan di Lapangan Pancasila pada
41
malam hari dengan kehidupan malam dan wanita-wanita penghibur yang berdandan tebal
menciptakan kesan negatif dan memperburuk citra kawasan
Keberadaan sektor PKL yang menempati ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran
Simpang Lima memakai separuh lebih lebar trotoar bahkan seringkali tidak menyisakan
sedikit pun ruang untuk pejalan kaki Ruang-ruang trotoar menjadi tidak dapat berfungsi
sebagaimana mestinya sebagai ruang pemisah antara ruang yang digunakan untuk sirkulasi
pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan Ruang-ruang trotoar tersebut banyak yang beralih
fungsi menjadi lokasi berdagang PKL
Peralihan fungsi trotoar ini menyebabkan terganggunya aktivitas pejalan kaki
sehingga pejalan terpaksa harus menggunakan jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk
berjalan guna menghindari berbagai hambatan di atas trotoar Hal ini menyebabkan pejalan
kaki terpaksa harus berhati-hati jika melangkah terkadang juga harus mengalah berjalan pada
ruang-ruang jalur lambat dan sebagian badan jalan Kondisi ini sangat tidak aman dan
nyaman bagi pejalan kaki ataupun bagi pengendara kendaraan bermotor karena mengganggu
arus lalu lintas dan membahayakan keselamatan jiwa mereka hal seperti ini dapat kita lihat di
depan dan di samping Masjid Baiturrahman di depan Citraland Mall di depan dan di
samping Plasa Simpang Lima di depan dan di samping Kompleks Pertokoan Simpang Lima
di depan dan di samping Ramayana Super Center di depan dan di samping SMKN 7
SemarangKantor Telkom dan di depan Gajahmada Plaza
Pemilihan lokasi PKL dipengaruhi oleh kecenderungan aktivitas PKL yang selalu
menentukan lokasi mendekati pusat-pusat keramaian atau pusat-pusat perdagangan dan jasa
dan lokasi-lokasi yang sering dikunjungi oleh orang banyak dalam kurun waktu tertentu
secara periodik dan menerus Alasan inilah yang kemudian mendasari penentuan lokasi PKL
Kawasan Bundaran Simpang Lima untuk berjualan di trotoar karena ruang-ruang jalur
pedestrian inilah yang dianggap sebagai lokasi yang ramai dikunjungi oleh pejalan kaki yang
melakukan pergerakan dalam mencapai tempat tujuan perjalanannya Begitu juga dengan
ruang Lapangan Pancasila karena selalu ramai dikunjungi pada hari-hari libur dengan rata-
rata pengunjung mencapai 51 ndash 100 oranghari (lihat Tabel D6) dikarenakan kedudukannya
sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya
Adanya keterbatasan lahan yang tidak memungkinkan tertampungnya aktivitas PKL
pada ruang-ruang privat akibat daya membayar lokasi yang rendah mengakibatkan PKL
menempati lokasi-lokasi yang bersifat publik yaitu ruang terbuka publik kawasan Gejala
inilah yang kemudian dikenal dengan fenomena pergeseran fungsi ruang terbuka publik
41
Kawasan Bundaran Simpang Lima menjadi ruang privat Aktivitas PKL menempati ruang-
ruang terbuka public Kawasan Bundaran Simpang Lima seperti pada
a) Trotoar-trotoar Kawasan
Aktivitas PKL menempati ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima
seperti trotoar di depan Masjid Baiturrahman depan Citraland Mall depan Plasa
Simpang Lima depan Kompleks Pertokoan Simpang Lima depan Ramayana SC depan
Kantor TelkomSMKN 7 Semarang dan depan Gajahmada Plaza
Trotoar sebagai jalur pejalan kaki kawasan ini memiliki peran sebagai jalur penghubung
antara aktivitas yang ada Pada ruang terbuka public inilah pengunjung kawasan
melakukan pergerakan berpindah dari satu bangunan ke bangunan yang lain Semisal
pengunjung dari Plasa Simpang Lima memiliki kehendak ingin berpindah menuju
Kompleks Pertokoan Simpang Lima pejalan kaki harus menggunakanmelewati trotoar
yang ada di depan Plasa Simpang Lima untuk sampai pada lokasi yang diharapkan
Begitu juga dengan trotoar-trotoar yang lain Ruang-ruang jalur sirkulasi pedestrian ini
kemudian menjadi lokasi atau tempat berakumulasinya pengunjung kawasan untuk
melakukan pergerakan perpindahan
Kecenderungan aktivitas PKL yang menempati ruang-ruang trotoar yang notabene
merupakan ruang terbuka publik ini dikarenakan PKL selalu menempati ruang-ruang
dengan akumulasi pengunjung kawasan atau ruang ruang yang sering dikunjungi oleh
orang dalam jumlah yang banyak dalam periode waktu tertentu yang terjadi secara terus-
menerusperiodik tertentu
Adapun penyebarannya mengikuti bentukan ruang trotoar yang memanjang mengikuti
jalur sirkulasi utama kawasan Sedangkan apabila menurut waktu berjualan aktivitas
PKL yang menempati ruang-ruang trotoar ini memiliki kecenderungan mengikuti waktu
aktivitas formal yang berlangsung dari pukul 0900 ndash 2100 WIB
Namun dalam perkembangannya pemerintah mengeluarkan SK Walikota Kota
Semarang No 511316 tahun 2001 tentang Penetapan Lahan yang mengatur tentang
lokasi-lokasi dan waktu aktivitas PKL yang diperbolehkan oleh pemerintah pada
Kawasan Bundaran Simpang Lima agar tetap terjaga kerapihan dan estetikakeindahan
wajah kawasannya yaitu PKL yang berjualan di depan Kompleks Pertokoan Simpang
Lima depan Ramayana SC depan Kantor TelkomSMKN 7 Semarang depan
Gajahmada Plaza dan depan Masjid Baiturrahman boleh berjualan dari pukul 1600 ndash
0400 WIB (khusus pada Hari Minggu PKL diijinkan untuk berjualan mulai pukul 0600
ndash 0800 WIB) menempati ruang trotoar dengan luas areal 4 x 6 meter
41
Sampai dengan tahun 2008 PKL di Kawasan Bundaran Simpang Lima mencapai
1536 pedagang dan ada kecenderungan akan terus meningkat dari tahun ke tahun (lihat
Tabel III4) Kecenderungan lokasi PKL pada masa-masa yang akan datang mengikuti
kecenderungan dari perkembangan aktivitas formal kawasan yang ada demikian juga
kecenderungan waktu berdagangnya Melihat kecenderungan aktivitas PKL kawasan
maka SK Walikota Kota Semarang No 511316 tahun 2001 sudah tidak relevan lagi
dan perlu ditinjau kembali sesuai dengan kecenderungan dan kebutuhan yang ada di
lapangan
b) Trotoar Lapangan Pancasila
Lapangan Pancasila yang cenderung ramai dikunjungi pada hari libur sebagai pusat
rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya ini menjadi
alasan yang kuat untuk PKL menempati ruang terbuka publik kawasan ini dengan
asumsi banyaknya warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya yang berpotensi
menjadi calon pembeli
Dengan alasan inilah kemudian banyak PKL yang berjualan pada trotoar Lapangan
Pancasila dengan konsep holiday market yaitu hanya berjualan pada hari libur saja PKL
trotoar lapangan ini hanya berjualan pada hari liburHari Minggu pagi saja mulai pukul
0600 ndash 0900 WIB Adapun pengaturan waktu berdagang aktivitas PKL yang
menempati ruang tengah Lapangan Pancasila ini didasari oleh kepentingan demi
menjaga kebersihan dan estetikakeindahan wajah kawasan Terkadang ada beberapa
PKL yang mulai berjualan dari Hari Sabtu malam dengan alasan untuk lebih banyak lagi
menjaring calon pembeli
Adapun penyebaran aktivitas PKL yang berjualan pada ruang trotoar Lapangan
Pancasila ini memiliki kecenderungan menyebar secara linier mengikuti ketersediaan
ruang trotoar yang berbentuk membulat persegi sebagai bingkai Lapangan Pancasila
dengan display berbagai jenis barang dagangan memanjang yang saling berhadapan
dengan sirkulasi pengunjung kawasan berada di tengah antaranya untuk mempermudah
pembeli memilih barang dagangan yang diperjualbelikan
c) Tengah Lapangan Pancasila
Aktivitas PKL yang berjualan di tengah Lapangan Pancasila sebagai satu-satunya
ruang terbuka publik luas di Kota Semarang memiliki alas an yang kurang lebih sama
dengan alasan PKL yang menempati trotoar lapangan yaitu kondisi lapangan yang
cenderung ramai dikunjungi oleh warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya
sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga kota didukung oleh keberadaan lokasinya yang
41
strategis karena terletak pada tengah-tengah kawasan pusat kota yang dilalui oleh lima
ruas jalan kawasan yang bermuara pada lapangan dan aksesibilitasnya yang tinggi
sehingga mudah dicapai dari segala penjuru kota dan sekitarnya baik menggunakan
moda angkutan pribadi maupun umum
Adapun waktu berjualan PKL tengah lapangan ini juga kurang lebih sama dengan
PKL yang berjualan di trotoar Lapangan Pancasila yaitu pada hari liburMinggu pagi
dari pukul 0600 ndash 0900 WIB Adapun pengaturan waktu berdagang aktivitas PKL yang
menempati ruang tengah Lapangan Pancasila ini kurang lebih sama dengan pengaturan
waktu berdagang PKL yang berjualan pada tepi lapangan
Penyebaran aktivitas PKL yang berjualan di ruang tengah Lapangan Pancasila ini
memiliki kecenderungan yang mengelompok berdasarkan jenis-jenis barang yang
diperdagangkannya Semisal pedagang pakaian akan mengelompok dengan sesama
pedagang pakaian pedagang makanan akan mengelompok dengan sesama pedagang
makanan dan lain sebagainya untuk lebih mempermudah pembeli dalam memilih
barang dagangan yang ditawarkan dengan banyaknya variasi pilihan barang yang
disuguhkan
Sumber Hasil Analisis Dini Tri Haryanti ST 2008
Gambar 31Ruang Aktivitas Sektor Informal Kawasan
Orientasi aktivitas PKL yang semakin menjauh dari Kawasan Bundaran Simpang
Lima berpengaruh pada intensitas jumlah PKL kawasan Jumlah aktivitas PKL kawasan
memiliki kecenderungan akan semakin berkurang karena semakin keluarmenjauh dari
kawasan studi yang identik disebut dengan kawasan pusat kota ini karena merupakan
kawasan-kawasan yang terkonsentrasi atau didominasi oleh aktivitas-aktivitas
perkantoran pendidikan dan pemerintahan
41
Semakin berorientasi ke arah Jalan Pahlawan suasana kawasan akan lebih didominasi
oleh suasana aktivitas pemerintahan dengan bangunan gedung berlian sebagai ciri khas
koridor jalan yang berdinding masif Semakin berorientasi ke arah Jalan Pandanaran
Achmad Yani dan KH Achmad Dahlan suasana kawasan akan banyak didominasi oleh
akivitas-aktivitas perkantoran Semakin berorientasi ke arah Jalan Gajahmada suasana
kawasan didominasi oleh aktivitas-aktivitas perkantoran dan pendidikan Nuansa
kawasan yang ditimbulkan oleh bangkitan dan tarikan aktivitas-aktivitas pemerintahan
pendidikan dan perkantoran ini tentu berbeda dengan nuansa kawasan yang banyak
dipengaruhi oleh bangkitan dan tarikan yang ditimbulkan oleh aktivitas perdagangan dan
jasa kawasan Penggunaan ruang untuk aktivitas yang berbeda-beda di Kawasan
Bundaran Simpang Lima mampu menciptakan nuansa yang berbeda-beda pula
Keberadaan aktivitas perdagangan dan jasa yang terjadi terbukti telah mampu
memberikan kehidupan yang menerus pada kawasan studi seiring dengan perkembangan
aktivitas sektor informal kawasan (PKL) yang hidup sepanjang waktu
Lain halnya dengan keberadaan aktivitas-aktivitas lain yang bersifat formal seperti
perkantoran pendidikan olahraga serta perdagangan dan jasa formal yang hidup pada
waktu-waktu tertentu saja Aktivitas perkantoran hanya hidup dari pagi sampai dengan
jam kantor selesai yang biasanya berlangsung dari pukul 0800 ndash 1700 WIB Aktivitas
olahraga juga biasanya berlangsung di pagi hari (0500 ndash 0900 WIB) atau sore hari saja
(1500 ndash 1800 WIB) Demikian halnya dengan aktivitas pendidikan yang hidup mulai
dari pagi sampai dengan jam pulang sekolah tiba (0700 ndash 1400 WIB) Selebihnya
aktivitas-aktivitas ini akan mati tanpa kegiatan-kegiatan perkantoran olahraga dan
proses belajarmengajar Secara informal aktivitas PKL yang menempati ruang-ruang
trotoar kawasan ruang trotoar dan tengah Lapangan Pancasila yang notabene merupakan
ruang-ruang terbuka publik kawasan yang seyogyanya merupakan ruang-ruang yang
terbuka untuk umum dan masyarakat dapat dengan bebas mengakses ruangruang ini
memiliki karakteristik yang sama yaitu menempati lokasi-lokasi dengan tingkat
aglomerasi pengunjung kawasan yang tinggi atau ramai dikunjungi oleh orang dalam
jumlah yang banyak dalam kurun waktu tertentu secara periodic yang melakukan
kegiatan bersama-sama
Adapun penyebaran masing-masing aktivitas PKL kawasan studi ini
ditentukandibentuk oleh bentukan ruang yang ditempatinya Aktivitas PKL yang
menempati ruang-ruang trotoar memiliki penyebaran yang memanjang secara linier pada
ruang-ruang jalur sirkulasi pedestrian karena dipengaruhi oleh bentukan ruang jalur
41
sirkulasi pejalan kaki yang memanjang mengikuti jalur sirkulasi utama kawasan dengan
display barang dagangan yang ditata berderet secara memanjang pula (sedangkan khusus
untuk PKL yang berjualan pada ruang trotoar di tepi Lapangan Pancasila display barang
dagangan ditata sedemikian rupa secara berderet memanjang dan berhadap-hadapan)
sedangkan aktivitas PKL yang menempati tengah Lapangan Pancasila memiliki
penyebaran yang mengelompok karena memiliki bentukan ruang yang lebih leluasa
dalam pergerakan sesuai dengan karakter ruang sebagai satu-satunya ruang terbuka
publik yang luas di Kota Semarang dengan display barang dagangan yang ditata
sedemukian rupa secara berkelompok berdasarkan jenis-jenis barang dagangannya
dengan maksud untuk mempermudah pembeli memilih jenis barang yang diinginkan
dengan memberikan lebih banyak variasi barang dari beberapa pedagang yang sejenis
Sedangkan perkembangan aktivitas PKL Kawasan Bundaran Simpang Lima
dipengaruhi oleh perkembangan aktivitas perdagangan dan jasa kawasan sebagai
aktivitas yang mendominasi kawasan pusat kota dan kecenderungan aktivitas PKL
memilih lokasi-lokasi dengan karakter ruang sebagai ruang yang memiliki akumulasi
orang dalam jumlah yang banyak pada jangka waktu tertentu secara periodik berada
pada pusat-pusat kegiatanwadah aktivitas-aktivitas kota sehingga sering dikunjungi
warga masyarakat dalam jumlah besar dan memiliki lokasi yang strategis dengan
aksesibilitas yang tinggi sehingga memudahkan pencapaian calon pembeli meski
dilakukan dalam ruang yang relatif sempit dan umumnya tidak memerlukan ketersediaan
adanya fasilitas-fasilitas pelayanan umum
2 Analisis Ruang Jalur Sirkulasi Pedestrian Kawasan
Kawasan Bundaran Simpang Lima memiliki lokasi yang strategis sebagai simpul
pergerakan dari lima ruas jalan yang terdiri atas Jalan Pandanaran Gajahmada KH Achmad
Dahlan Ahmad Yani dan Pahlawan yang bermuara pada sirkulasi di Jalan Simpang Lima
yang mengelilingi Lapangan Pancasila membentuk loop dan menjadi penghubung antara
rdquokota atasrdquo dan rdquokota bawahrdquo Semarang Secara ekonomi maupun transportasi kawasan ini
mempunyai kemampuan berkembang dengan sangat cepat Intensitas lalu-lintas dan volume
kendaraan di kawasan ini tergolong tinggi mengingat aksesibilitasnya yang tinggi pula
dikarenakan pencapaiannya yang mudah dari segala penjuru kawasan dengan moda
kendaraan pribadi maupun umum yang melintasi maupun bertujuan ke kawasan ini (dari data
yang ada menunjukkan volume kendaraan yang bergerak mencapai 17051 buah)
Pembahasan mengenai ruang sirkulasi kawasan ini akan lebih ditekankan pada ruang-
ruang sirkulasi untuk manusiapejalan kaki sebagai ruang terbuka publik kawasan Perilaku
41
pejalan kaki pada ruang-ruang terbuka Kawasan Bundaran Simpang Lima identik selalu
berjalan secara berpasangan atau lebih (berkelompok) memilih jalur dengan jarak terpendek
dan yang dianggap paling nyaman Pergerakan antarbangunan tertinggi pada kawasan adalah
dari Citraland Mall ke Plasa Simpang Lima dan sebaliknya (852 dan 708 pejalan pada jam
puncak sabtu malam) Hal ini menunjukkan bahwa pergerakan pejalan kaki banyak
dipengaruhi oleh bangkitan dan tarikan dari fungsi perdagangan dan jasa di sekitar kawasan
Penyediaan ruang terbuka publik untuk pejalan kakijalur pedestrian di Kawasan
Bundaran Simpang Lima diwujudkan dalam bentuk ruang-ruang trotoar pada muka bangunan
dengan teknik segregasi yang terpisah dari jalur sirkulasi kendaraan dengan tujuan untuk
memberikan arah yang jelas dan menggunakan perkerasan berupa paving Ruang-ruang
trotoar yang dibangun memanjang mengikuti jalurkoridor-koridor jalan pada kawasan studi
dibangun dengan permukaan yang naik-turun dan terputus-putus demi menghormati jalan
masuk kendaraan adalah salah satu bukti betapa perencanaan dan pembangunan yang
dilakukan di Kota Semarang lebih mengutamakan sirkulasi kendaraan dan bukan manusia
Menurut fungsinya adanya kecenderungan sirkulasi kawasan yang berorientasi pada
kendaraan ini seiring dengan munculnya fenomena pergeseran fungsi ruang pejalan kaki
kawasan studi yang merupakan ruang terbuka public menjadi ruang-ruang privat untuk
berjualan PKL yang mengakibatkan keberadaan hak pejalan kaki atas ruang terbuka publik
kawasan yang sehat dan layak secara fisik sering kali terabaikan Hal ini mengakibatkan
semakin sempitnya ruangruang terbuka publik yang manusiawi pada koridor-koridor kelima
ruas jalan dan potensi interaksi sosial pada ruang terbuka publik tersebut pun akan semakin
berkurang
Aktivitas PKL sendiri memiliki kecenderungan untuk menempati ruang ruang antar
aktivitas yang selalu ramai dilewatidikunjungi oleh banyak orang dalam melakukan
pergerakan perpindahan dari aktivitas satu ke aktivitas yang lain atau dari bangunan
perdagangan modern satu ke bangunan perdagangan modern yang lain secara periodik dalam
rentang waktu tertentu sehingga kemudian pilihan ini jatuh kepada jalur-jalur pedestrian
yang notabene merupakan ruang-ruang terbuka publik yang seyogyanya digunakan oleh
pejalan kaki Keberadaan ruang trotoar yang semakin sempit oleh penggunaan ruang PKL
membuat pejalan kaki menjatuhkan pilihan untuk melakukan perjalanan pada ruang-ruang
seperti jalur lambat dan sebagian badan jalan sehingga mengurangi keamanan jiwa dan
kenyamanan pejalan kaki sendiri serta pengguna jalan yang lain (pengendara)
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh pejalan kaki pada ruang-ruang jalur pedestrian
atau trotoar di Kawasan Bundaran Simpang Lima adalah kegiatan berjalan dan berbelanja
41
Sebagian dari pejalan kaki hanya berjalan melintasi trotoar untuk menuju lokasi tujuannya
akan tetapi ada pula sebagian dari pejalan kaki yang berjalan sambil melihat-lihat bahkan ada
yang berbelanja pada PKL
Pejalan kaki di Kawasan Simpang Lima umumnya berjalan secara berombongan
antara 2 ndash 5 orang yang didominasi oleh jenis kelamin perempuan (51) yang memiliki
tujuan untuk rekreasi dan olah raga (33) atau berbelanja (29) dengan usia rata-rata 0 ndash 25
tahun (67) dengan profesi sebagai mahasiswapelajar (31) dan karyawan (25)
Hal tersebut menunjukkan bahwa pengunjung kawasan didominasi oleh anak-anak
muda kaum perempuan karena sebagian besar kaum perempuan inilah yang gemar dengan
aktivitas berlanja sebab kawasan studi didominasi oleh aktivitas perdagangan dan jasa
Pengunjung kawasan identik dengan pengguna ruang terbuka publik kawasan yang
didominasi oleh kaum perempuan dengan usia berkisar antara 0 ndash 25 tahun dengan profesi
sebagai pelajarmahasiswa dan karyawan dengan tujuan untuk melakukan kegiatan
rekreasiolahraga dan berbelanja karena kaum perempuan ini lah yang memiliki sifat dasar
senang berbelanja Usia rata-rata pengunjung yang masih muda dengan profesi pelajar
mahasiswa dan karyawan menunjukkan bahwa pada usia-usia inilah orang relative
membutuhkan rekreasihiburan dan olah raga
Arah pergerakan pejalan kaki pada ruang-ruang terbuka publik kawasan dipengaruhi oleh
tujuannya pada kawasan studi arah pergerakan tersebut adalah
a Tujuan Pergerakan untuk Melakukan Perpindahan Antar bangunan
Tujuan pejalan kaki untuk melakukan pergerakan perpindahan antar bangunan
perdagangan dan jasa modern dilakukan pada ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran
Simpang Lima yang menjadi penghubung antaraktivitas dengan karakter pergerakan
yang memanjang secara linier sepanjang trotoar mengikuti ketersediaan jalur-jalur
sirkulasi utama kawasan
Arah pergerakan pejalan kaki dalam melakukan pergerakan perpindahan
antarbangunan dilakukan secara linier dan memanjang pada trotoar Kawasan
Bundaran Simpang Lima disebabkan oleh bentukan ruang jalur pedestrian yang
memanjang sepanjang jalur sirkulasi utama kawasan
b Tujuan Pergerakan untuk Berbelanja pada PKL Sepanjang Trotoar Kawasan
dan Tepi Lapangan Pancasila
Arah pergerakan pejalan kaki dengan tujuan berbelanja pada PKL sepanjang
trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima memiliki karakter pergerakan linier yang
41
memanjang sedangkan arah pergerakan pejalan kaki dengan tujuan berbelanja pada
PKL di tepi Lapangan Pancasila memiliki arah pergerakan linier yang melingkar
Arah pergerakan pejalan kaki dalam melakukan aktivitas berbelanja pada PKL
sepanjang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima ini disebabkan oleh pengaturan
display barang dagangan PKL yang ditata sedemikian rupa secara berderet linier
searah dan memanjang mengikuti bentukan ruang jalur pedestrian yang ada
Sedangkan arah pergerakan pejalan kaki dengan tujuan berbelanja pada PKL
di tepi Lapangan Pancasila disebabkan oleh display berbagai jenis barang dagangan
yang ditata sedemikian rupa secara linier berhadap-hadapan dan melingkar mengkuti
bentukan ruang jalur pedestrian yang persegi membulat membingkai Lapangan
Pancasila
c Tujuan Pergerakan untuk Melakukan Olahraga Rekreasi dan Hiburan serta Berbe
lanja
Pada PKL di Tengah Lapangan Pancasila Tujuan pejalan kaki untuk
melakukan aktivitas olahraga rekreasi dan hiburan serta berbelanja pada PKL di
tengah Lapangan Pancasila memiliki karakter pergerakan yang curvelinier karena
setiap pergerakan yang dilakukan tidak dibatasi oleh batasan-batasan fisik tertentu
sehingga pergerakan yang terjadi adalah bebas dan tidak beraturan
Arah pergerakan pejalan kaki dalam melakukan aktivitas olahraga rekreasi
dan hiburan serta berbelanja pada PKL di tengah lapangan secara curvelinier ini juga
disebabkan oleh karakter kedatangan pengunjung yang dilakukan secara berpasangan
atau berkelompok
Sumber Hasil Analisis Dini Tri Haryanti ST 2008
Gambar 32Ruang Jalur Sirkulasi Pedestrian Kawasan
41
Aktivitas perdagangan dan jasa kawasan menjadi bangkitan dan tarikan pengunjung
kawasan sehingga meningkatkan intensitas jumlah pejalan kaki pada ruang-ruang terbuka
publik di kawasan ini Keberadaan aktivitas PKL pada sepanjang ruang-ruang trotoar
kawasan seiring dengan tingginya jumlah pergerakan pejalan kaki antarbangunan formal
mengakibatkan pergerakan yang rdquomenerusrdquo dengan pencapaian pada tujuan yang rdquomemutarrdquo
Pergerakan rdquomenerusrdquo yang dimaksud adalah pergerakan pejalan kaki yang dilakukan
pada ruang-ruang terbuka publik kawasan studi dengan tujuan untuk melakukan perpindahan
antarbangunan formal (bangunan perdagangan modern) dan aktivitas berbelanja pada PKL
yang berjualan di sepanjang ruang trotoar kawasan melalui ruang-ruang jalur sirkulasi
pedestrian kawasan yang tersedia secara linier dan memanjang mengikuti jalur sirkulasi
utama (jaringan jalan) kawasan dari satu bangunan ke bangunan yang lain dan dari satu PKL
ke PKL yang lain dengan perjalanan yang tanpa terputusberhenti pada titik lokasi tertentu
meski berhenti pun hanya untuk beberapa saat untuk istirahat dan melihat-lihat dengan lebih
jelas obyek yang dimaksud
Pergerakan pejalan kaki kawasan pada trotoar Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk
berbelanja pada PKL memiliki arah pergerakan yang linier dan memanjang sepanjang jalur
trotar yang disebabkan oleh pengaturan display barang dagangan PKL yang ditata berderet
memanjang sepanjang jalur Pergerakan menerus ini terjadi sebagai akibat dari pergerakan
dengan tujuan untuk melakukan perpindahan antarbangunan melalui ruang-ruang jalur
sirkulasi pejalan sambil melihat-lihat dan berbelanja pada PKL yang berjualan hampir pada
seluruh ruang trotoar kawasan studi Semisal pergerakan pejalan kaki kawasan dengan tujuan
untuk melakukan perpindahan dari bangunan Plasa Simpang Lima menuju Ramayana SC
harus melewati jalur sirkulasi pejalan kaki sepanjang trotoar dari depan Plasa Simpang Lima
Kompleks Pertokoan Simpang Lima dan Ramayana SC yang dipenuhi oleh PKL sambil
melihat-lihat display barang dagangan yang diperjualbelikan maupun sekaligus membelinya
begitu juga dengan pergerakan perpindahan antarbangunan yang lain sehingga dengan
demikian tercipta pergerakan yang menerus
Dari sisi intensitasnya pergerakan pejalan kaki yang menerus ini semakin berkurang
jumlahnya ketika sampai pada ruang sirkulasi pejalan kaki di depan Hotel Ciputra Aktivitas
dan keberadaan PKL hampir tidak ada di sepanjang trotoar di depan bangunan hotel
pergerakan pejalan kaki pun diarahkan menempati ruang-ruang sirkulasi yang bersifat privat
yaitu ruang-ruang sirkulasi pejalan di dalam Mall Ciputra untuk menjaga image dan kesan
rapi pada muka bangunan hotel sesuai dengan peraturan hotel Namun kenyataan yang ada di
41
lapangan masih adanya beberapa pergerakan di depan hotel lebih banyak disebabkan oleh
perilaku dan sifat pejalan kaki kawasan yang cenderung memilih rute terpendek dalam
perjalanannya untuk mencapai tujuan
Sedangkan pencapaian rdquomemutarrdquo yang dimaksud adalah pencapaian tujuan suatu
perjalananpergerakan yang dilakukan oleh pejalan kaki akibat pergerakan yang mengikuti
sistem sirkulasi jalur utama kawasan yang membentuk loop sehingga berdampak pada
pencapaian suatu bangunan formal kawasan dengan arah yang memutar dan melalui beberapa
persimpangan sekaligus Semisal untuk mencapai lokasi tujuan pada Ramayana SC pejalan
kaki dari bangunan Masjid Baiturrahman harus melakukan pergerakan perpindahan dari
bangunan Citraland Mall menuju bangunan Kompleks Pertokoan Simpang Lima baru
kemudian mencapai bangunan Ramayana SC atau dari bangunan Gajahmada Plaza dulu
kemudian menuju bangunan kantor TelkomSMKN 7 Semarang baru mencapai bangunan
Ramayana SC Begitu juga pergerakan-pergerakan dengan tujuan pencapaian pada bangunan-
bangunan formal yang lain
Pergerakan dengan pencapaian rdquomemutarrdquo pada ruang-ruang sirkulasi pejalan kaki
kawasan sebenarnya dapat dicari alternatif lain yaitu dengan dengan memotong jalur
sirkulasi utama Pergerakan memotong jalur ini dapat menjadi alternatif pergerakan yang
dilakukan untuk mencapai pada bangunan yang dituju dengan melalui ruang Lapangan
Pancasila namun pergerakan semacam ini kurang diminati oleh penggunapejalan kaki
kawasan sebab ruang lapangan yang tanpa aktivitas akan terasa lebih panjang dan
membosankan
B Analisis Pola Pemanfaatan Ruang Terbuka Publik Kawasan
1 Analisis Pola Pemanfaatan Ruang dan Aktivitas pada Ruang Terbuka Publik
Kawasan
Sebagaimana yang telah diuraikan dalam tahap analisis ruang dan aktivitas kawasan
bahwa aktivitas-aktivitas yang berlangsung di atas ruang Lapangan Pancasila sebagai ruang
terbuka publik kawasan adalah aktivitas politik peribadatan massal olahraga rekreasi dan
hiburan Aktivitas sector informal yang berlangsung pada ruang terbuka publik kawasan
adalah aktivitas PKL
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan berdasarkan aktivitasnya terpusat
menempati Lapangan pancasila sebagai satu-satunya ruang terbuka publik kota yang menjadi
wadah interaksi sosial masyarakatnya didukung oleh daya tampung ruang yang cukup luas +
4 Ha dengan lokasinya yang strategis terletak di tengah-tengah kawasan pusat kota yang
41
memiliki aksesibilitas yang tinggi sehingga mudah dicapai dari segala penjuru kota
menggunakan berbagai jenis moda kendaraan baik kendaraan pribadi maupun angkutan
umum Pola pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan berdasarkan aktivitasnya pada ruang
Lapangan Pancasila berlangsung secara berkelompok dan masing-masing mengumpul
berdasarkan jenis aktivitasnya sebagai akibat oleh adanya
a) Kecenderungan aktivitas yang berlangsung pada ruang terbuka publik ini adalah
aktivitas-aktivitas yang dilakukan secara berkelompok
b) Melibatkan orang dalam jumlah yang banyak
c) Bentukan ruang yang membentuk persegi membulat dengan daya tamping ruang yang
cukup besar
d) Memungkinkan pergerakan secara bebas dan tidak beraturan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan berdasarkan aktivitas sektor
informalnya didominasi oleh pola pemanfaatan aktivitas PKL yang menempati ruang trotoar
kawasan trotoar dan tengah Lapangan Pancasila yaitu
1) Pola Pemanfaatan Trotoar Sepanjang Tepi Jalan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh
aktivitas PKL sepanjang trotoar kawasan di depan Citraland Mall depan Plasa Simpang
Lima depan Kompleks Pertokoan Simpang Lima depan Ramayana SC depan kantor
TelkomSMKN 7 Semarang depan Gajahmada Plaza dan depan Masjid Baiturrahman
membentuk pola ldquolinier yang memanjangrdquo dikarenakan oleh bentukan ruang-ruang
trotoar ini yang merupakan suatu jalur penghubung secara linier antaraktivitasbangunan
perdagangan dan jasa kawasan pada tepi jalan di muka bangunan sehingga menimbulkan
sejumlah akumulasi pengunjung yang tinggi secara periodic berdasarkan waktu
berlangsungnya aktivitas formal yang memanjang mengikuti pola jalur sirkulasipola
jaringan jalan utama kawasan Adanya beberapa bangunan formal dengan ciri aktivitas
perdagangan dan jasa yang terletak secara berdekatan satu sama lain dalam kawasan ini
maka dengan sendirinya akan menjadi daya tarik yang sangat kuat untuk dikunjungi oleh
calon pembeli yang mengakibatkan timbulnya akumulasi pengunjung pada kawasan
terutama di sekitar kegiatan yang dimaksud
Situasi inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh PKL kawasan studi untuk
mengembangkan usahanya dengan menjaring calon pembeli pada ruangruang di
sepanjang jalur pada muka bangunan ini memanfaatkan peluang banyaknya pejalan yang
melalui sepanjang jalur ini dan mengikuti pola jaringan jalan kawasan agar
41
keberadaannya di sepanjang tepi jalan ini juga dapat terlihat dan menarik para pengendara
pengguna jalan kawasan
Adapun display bebagai jenis barang dagangan PKL yang disuguhkan secara berderet
memanjang pada ruang trotoar ini memberi kemudahan pengunjung kawasan baik
pejalan kaki maupun pengendara untuk dapat lebih jelas melihat dan memilih jenis-jenis
barang yang diperdagangkan
2) Pola Pemanfaatan Trotoar Tepi Lapangan Pancasila
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh
aktivitas PKL sepanjang trotoar Lapangan Pancasila membentuk pola ldquolinier yang
melingkarrdquo dikarenakan oleh bentukan ruang sirkulasi pedestrian lapangan yang
membingkai lapangan dengan bentuk persegi membulat dan pola sirkulasi utama kawasan
yang bermuara pada Lapangan Pancasila dengan membentuk loop Adanya kedudukan
Lapangan Pancasila sebagai satu-satunya ruang terbuka publik yang luas di Kota
Semarang sebagai wadah interaksi sosial yang dimanfaatkan oleh warga masyarakat Kota
Semarang dan sekitarnya untuk melakukan berbagai macam aktivitas seperti olah raga
rekreasi dan hiburan mengakibatkan timbulnya akumulasi pengunjung dalam jumlah
yang besar pada area ini khususnya pada hari liburMinggu pagi sehingga banyak PKL
yang tertarik untuk menempati lokasi ini untuk menjajakan barang dagangannya Display
berbagai jenis barang dagangan disuguhkan secara linier sepanjang trotoar dengan
berhadap-hadapan untuk memberi banyak pilihan dan variasi barang kepada calon
pembeli dengan suasana yang santai dan rekreatif
3) Pola Pemanfaatan Tengah Lapangan Pancasila
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh
aktivitas PKL di tengah Lapangan Pancasila membentuk pola ldquoberkumpul yang
mengelompokrdquo berdasarkan jenis barang dagangannya dikarenakan bentukan ruang
Lapangan Pancasila yang tanpa adanya pembatas fisik antarPKL dengan daya tampung
ruang yang cukup besar sehingga memungkinkan adanya pergerakan pengunjung yang
bebas dan tidak beraturan dan penataan display barang dagangan yang disajikan secara
mengelompok berdasarkan jenis barang dagangannya masing-masing sehingga
memudahkan calon pembeli memilih jenis barang yang diinginkan dengan banyaknya
variasi barang yang disuguhkan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh PKL
akan semakin berkurang intensitasnya apabila semakin menjauh dari kawasan studi
Intensitas pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan oleh aktivitas PKL pada koridor
41
kelima ruas jalan kawasan semakin menurun karena jalan-jalan ini berorientasi pada
aktivitas-aktivitas yang berbeda yang berlangsung pada kelima ruas jalan antara aktivitas
perkantoran pemerintahan dan pendidikan yang ditandai dengan adanya kepadatan
beberapa bangunan fasilitas perkantoran pemerintahan dan pendidikan pada koridor-
koridor kelima ruas jalan ini
Adanya bangkitan aktivitas nonekonomi ini mengakibatkan rendahnya akumulasi
pengunjung kawasan pada tepi jalan-jalan ini Hal inilah yang menjadi alasan mengapa
ruang-ruang trotoar koridor jalan ini kurang diminati oleh PKL meskipun ada beberapa
PKL yang berjualan pada beberapa penggal jalan namun keberadaannya terputus dan
tidak menerus seperti pada keberadaan PKL pada ruang sirkulasi pejalan kaki di
sepanjang trotoar Jalan Pahlawan yang identik sebagai area yang berorientasi pada
aktivitas pemerintahan Jalan KH Achmad Dahlan Pandanaran dan Achmad Yani yang
identik sebagai area yang berorientasi pada aktivitas perkantoran dan Jalan Gajahmada
yang identik sebagai area yang berorientasi pada aktivitas perkantoran dan pendidikan
Menurut kriteria pemilihan lokasinya aktivitas-aktivitas PKL memiliki
kecenderungan menempati lokasi atau ruang-ruang dengan tingkat akumulasi orang yang
melakukan kegiatan secara bersama-sama pada waktu yang relative sama pula Adanya
fungsi kawasan sebagai CBD tentu tidak lepas dari aktivitas perdagangan dan jasa yang
berlangsung di atasnya sehingga menimbulkan sejumlah akumulasi pengunjung yang
tidak sedikit Fenomena tumbuhnya sector informalPKL ini tak lepas dari keberadaan
aktivitas formal yang tumbuh dan berkembang sebagai aktivitas pendukung (activity
support) yang tidak dapat dihindarkan dan digusur begitu saja melainkan diantisipasi dan
diperhitungkan kebutuhan ruangnya
2 Analisis Pola Pemanfaatan Ruang Jalur Sirkulasi Pedestrian Kawasan
Pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan sebagai jalur sirkulasi pejalan kaki
merupakan jenis pemanfaatan sebagai pemenuhan akan kebutuhan ruang pejalan yang
memisahkan ruang pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan kawasan demi meminimalisasi
konflik kepentingan yang dapat mengakibatkan ketidaknyamanan pejalan kaki maupun
pengguna jalan yang lain (pengendara)
Namun dalam perkembangannya ruang-ruang di tepi jalan ini mengalami pergeseran
fungsi ruang menjadi lokasi aktivitas PKL sehingga kemudian pejalan kaki harus
menjatuhkan pilihannya untuk berjalan melalui jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk
mencapai tujuan dalam pergerakannya
41
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima sebagai
ruang sirkulasi pedestrian dibentuk oleh arah pergerakan pejalan yang dipengaruhi oleh
tujuan dalam melakukan perjalanannya
a Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Melakukan Perpindahan Antarbangunan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima dengan
tujuan untuk melakukan pergerakan perpindahan antarbangunan membentuk pola
rdquomenerus yang melingkarrdquo dikarenakan arah pergerakan pejalan yang menerus pada
sepanjang ruang trotoar di muka bangunan kawasan mengikuti pola sirkulasi utama
kawasan yang membentuk loop
Pola pemanfaatan yang rdquomenerusrdquo ini disebabkan oleh kontinuitas pergerakan pejalan
kaki kawasan dalam melakukan perpindahan antar bangunan formal (perdagangan
modern) pada ruang-ruang trotoar sebagai ruang penghubung antaraktivitas formal
kawasan Pola pergerakan pejalan kaki yang menerus ini merupakan bangkitan dari
tarikan aktivitas perdagangan dan jasa formal kawasan yang menjadi alasan pengunjung
melakukan pergerakan berpindah antarbangunan
Pergerakan pejalan yang rdquomenerusrdquo ini juga dipengaruhi oleh keberadaan aktivitas
PKL di sepanjang ruang trotoar kawasan yang memberi kehidupan menerus pada ruang-
ruang ini Pergerakan menerus dilakukan oleh pejalan kaki kawasan secara linier pada
tepi jalan mengikuti pola jaringan jalan utama kawasan dan memanjang menuju lokasi
pencapaian tujuan pergerakan
Pola pemanfaatan ruang yang rdquomelingkarrdquo disebabkan oleh pencapaian tujuan pada
bangunan perdagangan modern kawasan secara memutar Sistem pencapaian bangunan
formal (perdagangan) yang memutar ini dipengaruhi oleh sistem sirkulasi utama kawasan
yang memiliki muara pada Jalan Simpang Lima (Lapangan Pancasila) dan membentuk
loop dimana dalam bentuk pencapaian yang loop ini diperlukan waktu untuk
mencapainya karena harus melewati banyak persimpangan-persimpangan yang
merupakan simpul-simpul bertemunya arus lalu lintas dari kelima ruas jalan kawasan
pada muaranya di Jalan Simpang Lima
b Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Berbelanja pada PKL di Sepanjang
Trotoar Kawasan dan Tepi Lapangan Pancasila Pola pemanfaatan ruang terbuka
publik Kawasan Simpang Lima dengan tujuan untuk berbelanja pada PKL di sepanjang
trotoar kawasan kurang lebih sama dengan pola pemanfaatan ruang dengan tujuan
melakukan perpindahan antarbangunan formal kawasan yaitu membentuk pola rdquomenerus
41
yang melingkarrdquo sepanjang ruang-ruang trotoar pada muka bangunan formal kawasan
mengikuti pola jaringan jalan utama kawasan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh aktivitas PKL pada sepanjang trotoar
kawasan dipengaruhi oleh penataan display berbagai jenis barang dagangan PKL yang
ditata sedemikian rupa berderet secara linier pada muka bangunan dan memanjang
mengikuti bentukan ruang trotoar sehingga mempermudah calon pembeli baik oleh
pejalan kaki maupun pengguna jalan yang lain (pengendara) untuk melihat dan memilih
jenis-jenis barang yang diinginkan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik dengan tujuan berbelanja pada PKL yang
berjualan di tepi Lapangan Pancasila membentuk pola rdquolinier yang melingkarrdquo mengkuti
sistem sirkulasi utama kawasan yang membentuk loop dengan muara sirkulasi pada
lapangan Pola pemanfaatan yang linier dipengaruhi oleh penataan display barang
dagangan yang ditata sedemikian rupa secara linier pada tepi Lapangan Pancasila (trotoar
lapangan) berhadaphadapan dengan sirkulasi pengunjung PKL yang berada pada tengah
ruang trotoar sebagai ruang yang tersisa dari kedua sisi ruang yang digunakan oleh PKL
Pola pemanfaatan ruang yang rdquomelingkarrdquo dipengaruhi oleh bentukan ruang yang
persegi membulat dengan trotoar sebagai pembingkai ruang lapangan Pemanfaatan yang
melingkar ini dibentuk oleh pergerakan pengunjung PKL yang menerus tanpa terputus
pada ruang trotoar tepi Lapangan Pancasila
c Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Melakukan Aktivitas Olahraga Rekreasi dan
Hiburan Berbelanja Pada PKL di Tengah Lapangan Pancasila
Pola pemanfaatan ruang Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk melakukan aktivitas
olahraga rekreasi dan hiburan serta berbelanja pada PKL yang berjualan di tengah
Lapangan Pancasila memiliki pola pergerakan rdquocurvelinierrdquo Aktivitas-aktivitas ini
cenderung dilakukan secara berkelompok mengingat daya tampung ruang lapangan yang
cukup besar sehingga memungkinkan untuk pergerakan yang bebas dan santai dengan
suasana rekreatif dengan arah pergerakan yang tidak beraturan dikarenakan tanpa adanya
bentukan fisik pembatas antaraktivitas kegiatan Aktivitas olahraga yang seringkali
dilakukan menempati ruang Lapangan Pancasila adalah olahraga sepak bola dimana
olahraga ini biasa dilakukan secara berkelompok dengan pergerakan yang tidak beraturan
pada ruang
Sedangkan pergerakan aktivitas rekreasi dan hiburan yang juga cenderung dilakukan
secara berpasanganberkelompok ini dipengaruhi oleh tujuannya untuk melihat-lihat
pemandangansuasana kawasan sehingga membentuk pola pergerakan yang tidak
41
beraturan dan berkelok-kelok dengan sesekali berhenti untuk mengagumi view atau
sekedar untuk mengobrol
Pola pergerakan pejalan kaki pada ruang Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk
berbelanja pada PKL di tengah lapangan mempunyai pola pergerakan rdquocurvelinierrdquo
dipengaruhi oleh bentukan ruang lapangan yang persegi membulat dengan daya tampung
ruang cukup besar dan sistem sirkulasi pengunjung yang memungkinkan arah pergerakan
dengan bebas Aktivitas PKL yang memiliki kecenderungan berkelompok berdasarkan
jenis barang yang diperdagangkan ini berdampak pada penataan display barang sehingga
sistem sirkulasi pengunjung PKL pun pada akhirnya mengikuti pola pemanfaatan ruang
oleh aktivitas PKL dengan pergerakan yang tidak beraturan pada ruang (curvelinier)
dengan suasana rekreatif dan santai
Dengan adanya pergerakan pejalan kaki Kawasan Bundaran Simpang Lima yang
rdquomenerus dan melingkarrdquo membentuk linkage seyogyanya pejalan kaki diberikan ruang
yang layak demi keamanan dan kenyamanan pejalan dan pengguna jalan yang lain
Dengan kecenderungan sifat manusiawi pejalan yang enggan melakukan perjalanan
dengan permukaan yang naik atau menaik solusi yang ditawarkan tentu tidak bisa berupa
jembatan penghubung antarbangunan Sebab selain memerlukan biaya yang tidak sedikit
dapat menghalangi pandanganview suatu kawasan berpotensi menggunakan sebagian
ruang terbuka publik itu sendiri dan keengganan pejalan berjalan pada permukaan yang
naik sebagai sifat dasar pejalan kaki maka alangkah lebih baiknya apabila solusi yang
ditawarkan sebagai ruang untuk pejalan kaki kawasan di luar konteks teknologi adalah
berupa subway yaitu ruang publik untuk pejalan kaki yang dibangun di bawah tanah yang
menjadi penghubung antarbangunan dengan karakteristik berupa terowongan di bawah
tanah bebas dari sirkulasi kendaraan kawasan bebas dari kebisingan akibat intensitas lalu
lintas kawasan yang cukup tinggi mampu menjadi alternatif ruang untuk PKL dan parkir
off street kawasan sekaligus sebagai jalur pedestrian kawasan
41
352 Kajian PKL di Jalur Pejalan Kaki di Jalan Samanhudi Kabupaten Jember
3521 Analisa Konflik Kepentingan
Tabel IV1Analisa Konflik Kepentingan
Sumber Hasil Analisis Maria Kurnia U 2009
41
3522 Analisa Konflik Penggunaan Ruang
Tabel IV2
Analisa Konflik Penggunaan Ruang
Sumber Hasil Analisis Maria Kurnia U 2009
3523 Analisis Konsep Simbiosis Mutualistik
A Analisa Teori
Analisa ini bertujuan menelusuri konflik kepentingan dan konflik penggunaan ruang
melalui kajian teori-teori tentang penataan PKL yang didapatkan dari literature dan penelitian
PKL yang pernah dilakukan sebelumnya Meminimalisir konflik yang terjadi diperlukan
ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun
menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan
Samanhudi dengan kawasan PKL lain
ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL
41
ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun
dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja
namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang
namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan
ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa
jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan
harga antara pedagang formal dan PKL
ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan
pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak
penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi
antar pihak
ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai
dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan
perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang
informal
ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan
persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL
ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan
dalih keamanan
ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan
pejalan kaki dan pengendara kendaraan
ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki
ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL
ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan
ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa
harus saling menumpuk
ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak
ndash Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini
menjadi jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen
B Triangulasi Konsep Simbiosis Mutualistik
Triangulasi konsep simbiosis mutualistik dilakukan untuk mendapatkan konsep-
konsep penataan pedagang kaki lima yang menguntungkan berbagai pihak yang terkait yang
membandingkan antara fakta empiris studi kasus dan teori
41
Mengakui eksistensi PKL didukung dengan program kebijakan untuk mengelola
aktivitas PKL
Penyuluhan pembinaan dan pelatihan untuk PKL
Pemberian bantuan modal dari pemerintah maupun dari sektor swasta (dengan konsep
kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitusaja namun dilakukan kontrol terhadap dana
bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang begitu saja namun dapat dimanfaatkan secara
berkelanjutan
Peningkatan citra kawasan melalui pembentukan karakter khusus PKL di lokasi studi
sehingga membedakan PKL Samanhudi dengan PKL di kawasan lain
Pengelompokkan PKL menurut jenis barang dagangan dan perletaknnya diatur menurut
jenis dagangan toko formal sehingga tidak terjadi perebutan konsumen
Peningkatan citra kawasan sehingga menambah daya tarik pengunjung
Pembentukan Paguyuban Samanhudi yang beranggotakan PKL pedagang formal dan
pihak penengah untuk menyamakan aspirasi antar golongan dan sebagai forum diskusi
Legalitas sektor informal yang diakui oleh pemerintah
Perumusan kebijakan dan peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan
perdagangan informal
Peraturan didukung pengawasan yang ketat sangsi yang jelas dan sosialisasi serta
persamaan persepsi
Perancangan sarana usaha sesuai dengan jenis barang dagangan dan aspirasi PKL
Sosialisasi status ruang PKL
Peningkatan keamanan dan pengawasan untuk mencegah pemerasan tindak kejahatan
lain
Mempertahankan orientasi PKL ke arah bangunan formal
Perbaikan pelebaran dan pemeliharaan jalur pejalan kaki (pedestrian) sebatas ruang
parkir on street sehingga jalur aktif jalan tidak berkurang
Pemisahan yang jelas antara jalur pejalan kaki dan ruang PKL
Pemisahan yang jelas antara jalur pengendara ruang PKL dan jalur pejalan kaki
Mengatur ruang parkir off street di sepanjang jalan untuk mengurangi beban jalan akibat
penyempitan jalan karena adanya pelebaran pedestrian
Perpanjangan sosoran dari bangunan formal sebagai pelindung pejalan kaki dan ruang
PKL sehingga PKL tidak perlu memakai ataptambahan untuk kiosnya
Bentuk sarana usaha berupa meja dorong tanpa atap agar akses visual pencahayaan dan
penghawaan ke bangunan formal tidak terhalang
41
Diberikan jarak setiap 2 kios sebagai akses masuk ke bangunan formal
Mengikutsertakan seluruh pihak terkait dalam penyampaian keputusan
Perancangan dapat mewadahi ruang PKL
Ruang PKL mengikuti arus pergerakan manusia
Pengaturan kebersihan dan ketertiban
C Konsep Legalitas PKL
Adanya pengakuan resmi dari pemerintah terhadap PKL Samanhudi sebagai salah satu
sector ekonomi di kawasan studi melalui surat keputusan resmi Surat keputusan ini
sekaligus mengatur hak kewajiban dan tanggung jawab PKL sebagai kompensasi
perubahan status yang telah diberikan oleh pemerintah
PKL berhak mendapatkan perlindungan hokum dan pinjaman modal dari pemerintah
Namun sebagai sector resmi PKL dikenakan pajak penghasilan dan retribusi Besarnya
pajak Pajak penghasilan dibedakan dari sektorformal Dengan membayar pajak PKL
berhak mendapatkan perlindungan pemerintah dari oknum preman dsb
PKL wajib mendukung program-program penertiban yang dilakukan pemerintah Apabila
PKL melanggar hak dan kewajiban yang telah diputuskan PKL tidak berhak lagi
menempati lapak yang telah dipinjamkan oleh pemerintah Dan dicabut ijin berjualannya
di kawasan Samanhudi
Dalam konsep ini simbiosis mutualistik terjadi antara pemerintah dan PKL dimana PKL
mendapatkan pengakuan perlindungan dan bantuan modal dari pemerintah sementara
pemerintah mendapatkan retribusi pajak penghasilan dan ketertiban dari PKL
D Konsep Pembinaan dan Permodalan
Pedagang kaki lima perlu untuk mendapatkan pembinaan dari pemerintah Kabupaten
Jember untuk meningkatkan kemampuan wirausaha dan peningkatan kualitas barang
dagang dan pelayanan terhadap pembeli konsumen sehingga bias meningkatkan
pendapatan dan aktivitas pedagang kaki lima dapat member nilai tambah serta dapat
memberkan peluang kerja yang dapat mengurangi tingkat pengangguran di Kabupaten
Jember Bentuk pembinaan berupa penyuluhan yang diberikan berkala secara rutin
Program pembinaan diadakan oleh pemerintah
Program pembinaan juga digunakan sebagai sarana pertemuan rutin dan sosialisasi
peraturan-peraturan yang dilakukan pemerintah
Program pembinaan juga dapat dijadikan sarana untuk selalu mengingatkan hak dan
kewajiban serta sangsi yang diterapkan bila PKL melanggar selama beroperasi dikawasan
Samanhudi
41
Program pembinaan memberikan keuntungan kepada PKL dan pemerintah PKL
mendapatkan peningkatan kemampuan dan pemerintah mendapat sarana sosialisasi
Pemberian bantuan modal ini tidak ditujukan kepada semua pedagang kaki lima tetapi
diberikan kepada beberapa pelaku usaha yang memiliki potensi dan criteria yang telah
ditentukan
Pemerintah dalam memberikan bantuan modal ini juga harus bekerja sama dengan
instansi-isntansi lain yang terkait
Pemberian modal dari pihak swasta sangat disarankan
Konsep ini memberikan keuntungan kepada pihak PKL berupa bantuan modal dengan
bunga ringan keuntungan laba pinjaman kepada pemberi modal dan bila pihak swasta
terlibat mendapatkan keuntungan berupa kesempatan untuk periklanan
E Konsep Kelembagaan Paguyuban Samanhudi
Paguyuban Samanhudi merupakan Kelembagaan yang memiliki kewenangan atau
keterikatan dengan pengelolaan dan pembinaan Pedagang Kaki Lima KoridorJalan
SamanhudiPaguyuban ini beranggotakan wakil PKL wakil pedagang formal wakil
pemerintah dari dinas Kebersihan dan Pertamanan Dinas Polisi Pamong Praja Dinas
Pariwisata Dinas Pendapatan dan Dinas LPMK Kabupaten Jemberserta pihak penengah
selaku penasehat dan pihak netral yang diwakili oleh pakar PKL dari universitas tokoh
masyarakat dan pakar PKL lainnya
Peran Paguyuban ini adalah sebagai forum diskusi dari semua pihak untuk menampung
aspirasi dan menetralisasi konflik yang terjadi sehingga setiap aspek dikoridor jalan
Samanhudi dapat melakukan koordinasi dan semua aspirasi dari semua pihak dapat
tersampaikan Fungsi paguyuban juga sebagai sarana mengikutsertakan semua pihak
terkait dalam membuat rancangan peraturan dan sosialisasi peraturan yang telah
ditetapkan pemerintah mengenai PKL kepada semua pihak terkait
Paguyuban juga berfungsi sebagai pihak pengawas bekerja sama dengan pihak kepolisian
dan pamong praja untuk mengawasi segala pelanggaran yang dilakukan oleh semua pihak
terkait Penerapan sangsi harus tegas dan diawasi oleh paguyuban sehingga tidak terjadi
rsquopenyelesaiandamairsquo dari pihak pelanggar dana para penegak peraturan
Paguyuban memberikan keuntungan kepada PKL pedagang formal pemerintah dan
masyarakat berupa kesempatan untuk menyalurkan aspirasi
41
353 Kajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit Kariyadi
Semarang
3531 Analisis Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar
Rumah Sakit dr Kariadi
Analisis karakteristik aktivitas PKL menggunakan metode deskriptif kuantitaif
dan distribusi frekuensi Analisis ini nantinya menunjang untuk analisis selanjutnya
yaitu analisis karakteristik berlokasi PKL Analisis ini meliputi lokasi aktivitas PKL
tempat usaha PKL jenis barang dagangan sarana fisik berdagang pola layanan pola
penyebaran serta status kepemilikan usaha Uraian dari masing-masing analisis
tersebu dipaparkan sebagai berikut
a Lokasi Beraktivitas
Sesuai dengan ruang lingkup spasial dari penelitian ini lokasi yang digunakan
PKL untuk memanfaatkan aktivitas kegiatan utama Rumah Sakit dr Kariadi adalah di
sepanjang penggal Jalan dr Kariadi sebagian Jalan Veteran dan sebagian Jalan dr
Soetomo Mereka berlokasi di penggalpenggal jalan tersebut dikarenakan jalan
tersebut merupakan batas dari kawasan fasilitas kesehatan dan merupakan jalan arteri
sekunder kolektor sekunder dan lokal sekunder yang ramai orang berlalu lalang
lintas kendaraan serta dilewati jalur angkutan umum Kondisi tersebut ditangkap oleh
PKL sebagai peluang untuk mendapatkan konsumen dengan memanfaatkan tingkat
kunjungan yang tinggi dari aktivitas kegiatan utama serta orang yang lalu lalang yang
melintas di penggal jalan-jalan tersebut Untuk lebih jelas mengenai lokasi PKL dapat
dilihat pada Gambar berikut
41
Gambar 33
Lokasi Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Pada lokasi tersebut terbagi menjadi spot-spot yang menjadi lokasi PKl
berdasarkan penggal jalan yang telah disebutkan sebelumnya yaitu Jalan dr Kariadi
Jalan Veteran dan Jalan dr Soetomo Spot-spot tersebut memiliki karakteristik
masing-masing baik dari sisi aktivitas dan ruang usaha PKL maupun dari karakteristik
berlokasinya Di penggal Jalan dr Kariadi terdapat beberapa bagian yang merupakan
lokasi larangan untuk PKL lokasi yang diperbolehkan untuk menggelar dagangan
PKL serta PKL binaan kelurahan yang dikenal dengan istilah PKL orange Pada Jalan
Veteran yang diminati oleh PKL berada di sisi selatan jalan Lokasi tersebut juga
diperbolehkan untuk berdagang PKL sebagai kompensasi penggantian lokasi
penggusuran PKL yang berasal dari Jalan dr Kariadi sisi barat Lokasi yang
seharusnya bersih dari PKL adalah Jalan dr Soetomo karena merupakan jalur merah
Namun lokasi ini tetap diminati untuk berlokasi PKL diantaranya dikarenakan tidak
adanya lokasi lain serta lokasinya yang strategis Kestrategisan tersebut dilihat dari
status jalan yang merupakan jalan utama penghubung ke pusat-pusat aktivitas lainnya
serta akses ke pusat kota maupun ke luar kota sehingga frekuensi kendaraan yang lalu
lalang tinggi Selain itu lokasinya yang dekat dengan kegiatan utama yang ada di
sekitarnya seperti Rumah sakit dr Kariadi perkantoran ataupun permukiman Hal
tersebut dimanfaatkan PKL sebagai peluang mendapatkan konsumen
b Tempat Usaha
41
Lokasi yang diminati PKL tidak menyediakan tempat khusus untuk berdagang
PKL sehingga mereka menggunakan ruang-ruang publik untuk tempat usahanya
seperti di trotoar di atas saluran drainase bahu jalan dan badan jalan Dengan
difungsikannya ruang-ruang publik tersebut menjadi tempat berdagang bagi PKL
berakibat menurunnya fungsi ruang publik tersebut mengurangi citra kawasan serta
menurunnya kualitas lingkungan Oleh pemerintah kota ruang-ruang publik tersebut
dimanfaatkan untuk tempat usaha PKL karena diperlukan tempat usaha di lokasi
tersebut Hal ini sebagai upaya pemerintah untuk mewadahi aktivitas tersebut
Tempat-tempat tersebut dilegalkan menjadi tempat usaha yang diperuntukkan bagi
PKL sesuai dengan peraturan daerah nomor 11 tahun 2000 tentang PKL yang
notabene bertolak belakang dengan peraturan daerah lainnya yang mengatur tentang
ketertiban keindahan dan pertamanan Persentase PKL yang menempati ruang-ruang
publik dapat dilihat pada Gambar berikut ini
Gambar 34
Persentase Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Terdapat pula PKL yang tidak mendapat izin tempat usaha berdagang
khususnya PKLyang berlokasi di daerah larangan untuk PKL serta berdagang pada
waktu yang tidak diperbolehkan sehingga mereka tidak ditarik retribusi dan sewaktu-
waktu dapat ditertibkan oleh aparat penegak tata tertib Namun ketidaktertiban aparat
PKL yang tidak mendapat izin tersebut kadang-kadang juga dipungut retribusi yang
diistilahkan dengan uang keamanan namun frekuensinya tidak teratur PKL dalam
golongan ini jumlahnya minoritas jika dibandingkan dengan PKL yang mendapat izin
tempat usaha Berikut sketsa sebaran PKL menurut tempat usahanya yang dapat
dilihat pada Gambar
41
Gambar 35
Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
c Jenis Barang Dagangan
Dagangan mayoritas yang diperdagangkan oleh PKL di sekitar Rumah Sakit
dr Kariadi adalah jenis barang dagangan makanan seperti warung tegal bakso soto
es buah dan makanan kecil Jenis dagangan tersebut diminati karena PKL mencoba
menangkap aktivitas kegiatan utama yang banyak membutuhkan jenis barang
dagangan makanan
Jenis barang dagangan yang paling minoritas diperdagangkan adalah buah-
buahan Jenis dagangan inipun hanya dijumpai di penggal Jalan dr Kariadi karena di
penggal jalan tersebut terdapat pintu masuk pengunjung rumah sakit Jenis barang
dagangan ini biasanya digunakan sebagai cangkingan atau oleh-oleh untuk membesuk
pasien Namun jenis dagang ini kurang diminati pedagang dikarenakan barangnya
yang mudah busuk tidak mempunyai tempat penyimpanan khusus seperti kulkas
relatif mahal karena rata-rata buah impor serta konsumennya relatif sedikit
Kekurangminatan pedagang untuk menjual jenis dagangan ini dapat dilihat dari
sedikitnya jumlah PKL yang menjual dagangan ini
Jenis barang dagangan lain yang banyak diperdagangkan adalah kelontong
karena berjualan bermacam-macam jenis barang dari rokok makanan kecil air
kemasan bahkan sampai barang kebutuhan mereka yang beraktivitas di kegiatan
41
utama yaitu rumah sakit seperti untuk kebutuhan penunggu pasien yaitu tikar kipas
termos untuk air panas dan jenis barang lainnya
Jenis dagangan yang lain merupakan jenis barang dagangan yang umum
diperdagangkan atau jenis barang dagangannya hampir ada setiap ruas jalan-jalan
besar lokasi PKL lainnya di kota besar yang kebanyakan termasuk dalam jenis barang
dagangan non makanan dan jasa pelayanan seperti warung telekomunikasi bensin
tambal ban voucher pulsa fotocopy Untuk jasa pelayanan fotocopy yang banyak
tersebar di kawasan tersebut terkait dengan adanya kegiatan utama berupa fasilitas
pendidikan seperti Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro akademi
keperawatan dan farmasi sedangkan untuk jenis dagangan umum lainnya terkait
adanya permukiman di sekitar lokasi tersebut Namun ada barang dagangan yang khas
yaitu nisan karena lokasi sekitar Rumah sakit dr Kariadi terdapat tempat pemakaman
umum yang cukup besar yaitu TPU Bergota
Jenis dagangan yang dijual dapat dikatakan tidak semata hanya melayani
untuk aktivitas yang terkait dengan Rumah Sakit dr Kariadi namun juga melayani
terhadap aktivitas lainnya disekitar Rumah Sakit dr Kariadi seperti fasilitas
pendidikan permukiman pemakaman serta perkantoran bahkan aktivitas transportasi
seperti kebutuhan supir angkutan umum dan supir taxi Untuk lebih jelas mengenai
perbandingan jumlah PKL menurut jenis barang dagangan di masing-masing penggal
jalan dapat dilihat pada gambar berikut ini
Gambar 36
Karakteristik Jenis Barang Dagangan Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
41
d Sarana Fisik Berdagang
Masing-masing lokasi memiliki jenis sarana berdagang mayoritas yang
berbeda-beda Pada penggal Jalan dr Kariadi mayoritas PKL di penggal jalan tersebut
menggunakan kios sebagai sarana berdagangnya Kios-kios tersebut awalnya
merupakan warung semi permanen yang disekat-sekat Namun seiring dengan
perkembangan waktu dan adanya praktek sewa tempat usaha maka warung tersebut
dibangun permanen oleh pemiliknya bahkan diantaranya ada yang dilengkapi dengan
kamar mandi serta ruang tidur Hal tersebut dikarenakan sebagian kios juga dijadikan
sebagai tempat tinggal pemiliknya Asal pedagang yang dari luar Kota Semarang serta
biaya yang mengontrak relatif mahal sehingga menjadikan kiosnya sebagai sarana
usaha serta tempat tinggal sekaligus Sarana dagang tersebut telah menyimpang dari
peraturan daerah tentang PKL Latar belakang pendidikan PKL yang sebagian rendah
kemungkinan menjadi penyebab kurangnya pemahaman pedagang terhadap produk
hukum tersebut atau memang mengerti namun sengaja dilanggar karena tidak adanya
upaya pemerintah untuk menertibkan sarana berdagang yang telah melanggar
peraturan tersebut Selain itu ketidaktergantungan PKL terhadap ketersediaan
prasarana penunjang menjadikan PKL dalam beraktivitas tidak mempertimbangkan
aspek tersebut
Selain kios sarana dagangan yang banyak diminati adalah gerobak tenda yaitu
sarana dagangan utamanya gerobak yang ditunjang dengan tenda yang biasanya untuk
tempat makan konsumen Sarana dagang ini dianggap praktis karena mudah
dibongkar pasang serta dipindahkan Terlebih sarana dagang ini sesuai dengan
himbauan pemerintah dalam Perda No 11 tahun 2000 yaitu sarana PKL adalah yang
mudah untuk dibongkar serta dipindahkan
Lain halnya dengan PKL di penggal Jalan dr Soetomo mereka lebih banyak
menggunakan gerobak Hal tersebut dikarenakan lokasi tersebut merupakan lokasi
larangan untuk PKL tapi mereka tetap bertahan di lokasi tersebut dengan alasan tidak
tersedia tempat lain yang strategis untuk berjualan Dengan menggunakan gerobak
memudahkan mereka untuk lari atau berpindah tempat jika ada penertiban oleh aparat
penegak tata tertib
Di penggal Jalan Veteran sama halnya dengan sarana fisik yang digunakan
berdagang oleh PKL di penggal Jalan dr Kariadi Mereka mayoritas menggunakan
41
sarana berdagang berupa kios Mereka menggunakan sarana fisik dagangan kios
permanen yang dianggap aman karena memperoleh izin tempat usaha dari pihak
terkait untuk berdagang Namun sarana dagang yang dibuat permanen tersebut tidak
sesuai dengan perda tentang PKL yang mengharuskan sarana dagang pedagang kaki
lima yang mudah dibongkar dan dipindah-pindah
Sarana fisik dagangan yang kurang diminati adalah mobil Walaupun cukup
fleksibel untuk berpindah-pindah namun biaya untuk operasional sehari-hari cukup
mahal seperti bahan bakar perawatan mobil ataupun untuk pengadaan unit mobil itu
sendiri Hanya terdapat satu PKL yang menggunakan sarana dagangan ini yaitu
berada di penggal Jalan dr Kariadi Namun karena pada waktu penyebaran kuesioner
pedagang ini tidak berada di lokasi maka tidak masuk menjadi responden
e Pola Layanan
Untuk pola pelayanan terdapat tiga aspek yang dibahas yaitu mengenai waktu
layanan
aktivitas PKL serta sifat layanan Berikut uraian dari analisis pola pelayanan tersebut
1 Waktu Layanan
Sesuai waktu aktivitas kegiatan utama yang rata-rata pagi hingga sore hari
seperti fasilitas pendidikan perkantoran serta jam berkunjung dan pemeriksaan rumah
sakit maka mayoritas PKL membuka usahanya pada waktu tersebut yaitu sekitar
pukul 0900 hingga pukul 1600 Namun khusus yang berada di penggal Jalan dr
Kariadi yaitu di sekitar pintu masuk dan lokasi larangan untuk PKL hanya
diperbolehkan untuk berjualan pada sore hingga malam hari yaitu biasanya mereka
membuka usahanya sekitar pukul 1600 hingga 0000 Terdapat beberapa PKL yang
waktu usahanya menyesuaikan dengan waktu pelayanan rumah sakit yang buka 24
jam atau sepanjang hari Hal tersebut dilakukan menangkap peluang menjajakan
barang dagangan untuk kebutuhan aktivis rumah sakit seperti penunggu pasien
pengunjung atau petugas piket atau jaga serta tidak menutup kemungkinan pembeli
dari pengendara yang lalu lalang atau supir transportasi umum
Hal tersebut juga berlaku di penggal jalan yang lain dimana mayoritas
membuka usahanya pada pagi hingga sore hari Hanya minoritas yang membuka
usaha pada sore hingga malam hari serta sepanjang hari Faktor lain yang dapat
mempengaruhi waktu aktivitas PKL selain menyesuaikan waktu aktivitas kegiatan
utama adalah kepemilikan usaha yang merupakan milik pribadi sehingga mereka
membuka usahanya sesuai keinginan mereka
41
Terdapat pula fenomena satu lokasi ditempati oleh dua PKL dengan waktu
layanan yang berbeda PKL yang beraktivitas pada pagi hingga sore mencoba
menagkap peluang dari kunjungan ke kegiatan utama seperti rumah sakit fasilitas
pendidikan perkantoran serta perdagangan informal dan tidak menutup orang yang
lalu lalang melewati jalan-jalan tersebut Lokasi yang dianggap strategis serta
berprospektif tersebut digunakan oleh PKL lain untuk berjualan di tempat yang sama
Hal tersebut dimanfaatkan PKL untuk menangkap peluang dari kegiatan rumah sakit
serta orang yang lalu lalang Selain itu juga menangkap konsumen dari penumpang
bus malam yang melewati Jalan dr Soetomo dimana di jalur tersebut terdapat halte
serta konsumen dari supir angkutan umum yang sedang istirahat sejenak Berikut
pemetaan PKL menurut waktu berdagangnya
Gambar 37Peta Sebaran Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Menurut Waktu Layanan
2 Sifat Layanan
Dari gambar di bawah ini dapat disimpulkan bahwa mayoritas PKL di sekitar
Rumah Sakit dr Kariadi memiliki sifat layanan menetap baik dari segi tempat
berdagangnya yang tetap serta waktu berdagangnya yang sama setiap harinya hal ini
nampak pada sarana fisik dagangan para PKL tersebut yang berupa kios yang
memang tidak bisa dipindah-pindah atau permanen Hanya 13 yang memiliki sifat
layanan semi menetap Berikut persentase PKL menurut sifat layanannya
41
Gambar 38Persentase Sifat Layanan Pedagang Kaki LimaDi Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Sifat layanan semi menetap biasanya PKL yang tempat usahanya yang
merupakan gabungan antara menetap dengan keliling yaitu pada awal waktu
berdagang pada lokasi yang sama tiap harinya namun jika belum habis dagangannya
mereka berkeliling serta jam berdagang yang tidak tetap tiap harinya terkadang hanya
sampai siang karena dagangannya habis Sisanya yang 2 berjualan secara
berkeliling yang diantaranya bertujuan untuk mendekati konsumen serta
memanfaatkan waktu-waktu puncak kegiatan utama rumah sakit seperti waktu
kunjungan menjenguk pasien
f Pola Penyebaran
Pola penyebaran PKL mayoritas mengikuti pola jalan yang ada yaitu linier
Mereka berjualan di bahu-bahu jalan bahkan ada yang berada di atas saluran drainase
Selain itu pola penyebaran tersebut terbentuk karena lokasi yang diperbolehkan untuk
PKL menempati trotoar trotoar sepanjang jalan yang secara otomatis membentuk
linier Alasan lainnya yang diungkapkan oleh pedagang adalah agar dagangannya
mudah dilihat oleh orang yang lalu lalang Namun terdapat beberapa PKL yang
berjualan secara aglomerasi dengan PKL yang berjualannya bergerombol di dekat
pintu masuk pengunjung Rumah Sakit dr Kariadi seperti yang dapat dijumpai di Jalan
dr Kariadi yaitu bergerombol di sekitar pintu masuk pengunjung rumah sakit serta di
Jalan dr Soetomo yang bergerombol di dekat pintu masuk UGD dan pintu masuk ke
Gedung Pavilliun Garuda Hal tersebut dimaksudkan untuk mendekati pengunjung
yang akan masuk ke rumah sakit Hanya sebagian kecil saja yang lokasinya berjauhan
dengan PKL lainnya atau menyebar untuk mengurangi persaingan dengan PKL
lainnya
41
g Kesimpulan Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar
Rumah Sakit dr Kariadi
Tempat usaha tidak terdapatnya tempat yang dikhususkan untuk PKL pemerintah
memfasilitasinya dengan memperbolehkan menempati ruang-ruang publik seperti
trotoar badan atau bahu jalan serta di atas saluran drainase melalui Perda no 11 tahun
2000 Namun hal ini dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan
serta visual kawasan dan tidak optimalnya ruang publik tersebut Mayoritas PKL di
kawasan tersebut telah mengantongi izin tempat usaha dari kelurahan selaku pihak
berwenang
Jenis barang dagangan karakteristik jenis barang dagangan PKL pada umumnya
mengikuti kebutuhan kegiatan utama yaitu aktivitas Rumah Sakit dr Kariadi dan
sekitarnya seperti fasilitas pendidikan perkantoran perdagangan informal
permukiman dan pemakaman Jenis barang dagangan yang mayoritas diperdagangkan
berupa makanan Jenis barang dagangan yang diperdagangkan adalah non makanan
buah-buahan jasa pelayanan serta kelontong Terkait dengan kegiatan utama terdapat
beberapa jeni barang dagangan yang spesifik seperti termos tikar kipas guna
memenuhi kebutuha penunggu pasien
Sarana fisik dagangan mayoritas berupa kios yang dibangun permanen serta
gerobak tenda Menggunakan kios dikarenakan lokasinya yang telah dilegalkan untuk
aktivitas PKL serta terkait pola layanan yang menetap serta pada waktu berdagang
yang tetap Sedangkan gerobak tenda banyak digunakan oleh pedagang makanan
dimana tendanya digunakan sebagai tempat untuk konsumen Untuk bangunan
permanen diantaranya digunakan sebagai tempat tinggal Ketidakketergantungan
PKL terhadap prasarana penunjang sehingga PKL tidak mempertimbangkan aspek
tersebut karena mereka dapat mengusahakan sendiri
Pola pelayanan dari segi waktunya mengikuti waktu aktivitas kegiatan utama yaitu
pagi hingga sore hari sekitar pukul 0900 ndash 1600 serta telah mendapat izin tempat
usaha dari pihak berwenang namun terdapat pula PKL yang beraktivitas sore hingga
malam hari yaitu pukul 1600 ndash 0000 serta sepanjang hari Sifat layanannya menetap
mengingat mayoritas bersarana fisik dagangan berupa kios serta waktu berdagang
yang relatif tetap
Pola penyebaran mayoritas secara linier yaitu mengikuti pola jalan karena lokasi
yang dilegalkan untuk PKL oleh pemerintah menempati ruang-ruang publik seperti
trotoar di atas saluran drainase dan bahu jalan yang notabene mengikuti pola jalan
41
Selain itu terdapat sebagian beraglomerasi di sekitar pintu masuk rumah sakit yang
bertujuan untuk mendekati konsumen dan sisanya menyebar agar mengurangi
saingan
ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun
menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan
Samanhudi dengan kawasan PKL lain
ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL
ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun
dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja
namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang
namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan
ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa
jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan
harga antara pedagang formal dan PKL
ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan
pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak
penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi
antar pihak
ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai
dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan
perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang
informal
ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan
persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL
ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan
dalih keamanan
ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan
pejalan kaki dan pengendara kendaraan
ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki
ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL
ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan
ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa
harus saling menumpuk
41
ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak
Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini menjadi
jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen
41
Pengelolaan PKL
Pengelolaan PKL di Bundaran
Simpang Lima
Lima Semarang
Pengelolaan PKL di
Kabupaten Jember
Pengelolaan PKL di Kawasan Sekitar Rumah
Sakit dr Kariadi Semarang
Mengakui keberadaan PKL dengan
menuangkannya di dalam produk-
produk tata ruang
Penegakan peraturan
perundagangan yang terkait
dengan PKL
Menjalin kerjasama dengan sektor
formal dalam menyediakan ruang
bagi PKL
Menyediakan ruang perkotaan
yang dikhususkan bagi sektor
informal
Peningkatan citra PKL
Pengakuan terhadap eksistensi PKL
Control terhadap dana bantuan
Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo
Penindakan tegas kepada oknum yang
melakukan perampasan hak pada PKL
dengan dalih keamanan
Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk
menampung aktivitas PKL dan pejalan
kaki
Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan
jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir yang tepat
Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal
Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan
jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir
Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL
dan konsumen yang aman dari gangguan
pejalan kaki dan pengendara kendaraan
41
36 Temuan Studi
Temuan studi ini dimana akan menjawab sasaran yang disesuaikan dari contoh kasus yang ada di Indonesia Berikut adalah tabel matrik temuan
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
Mengetahui
permasalahan
PKL di jalur
pejalan kaki
Keberadaan sektor PKL yang menempati ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima memakai separuh lebih lebar trotoar bahkan seringkali tidak menyisakan sedikit pun ruang untuk pejalan kaki Ruang-ruang trotoar menjadi tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya sebagai ruang pemisah antara ruang yang digunakan untuk sirkulasi pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan Ruang-ruang trotoar tersebut banyak yang beralih fungsi menjadi lokasi berdagang PKL
Peralihan fungsi trotoar ini menyebabkan terganggunya aktivitas pejalan kaki sehingga pejalan terpaksa harus menggunakan jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk berjalan guna menghindari berbagai hambatan di atas trotoar Hal ini menyebabkan pejalan kaki terpaksa harus berhati-hati jika melangkah terkadang juga harus mengalah berjalan pada ruang-ruang jalur lambat dan sebagian badan jalan Kondisi ini sangat tidak aman dan
Masalah yang utama itu dari setiap
pedagang kaki lima di Jalur Pejalan Kaki
di Jalan Samanhudi Jember yaitu
Penggusuran Para PKL liar yang tidak
memiliki TDU(Tanda Daftar Usaha)
mereka biasanya akan di gusur dengan
peringatan yang di berikan sampai di
laksanakan penggusuran paksa padahal
Pedagang kaki lima merupakan salah satu
solusi akan masalah tingginya angka
pengangguran dan sedikitnya lapangan
kerja bagi masyarakat berpendidikan
rendah seperti mereka Pemerintah dalam
hal ini tidak dapat menyediakan lahan
pengganti bagi mereka untuk melanjutkan
usaha mereka jika pun ada pemerintah
menyediakan lahan-lahan yang letaknya
kurang strategis yang secara pasti
menurunkan dan mematikan pendapatan
yang mereka dapatkan dan akhirnya
Legalitas lokasi aktivitas
PKL yang biasanya ditempatkan
di dalam ruang publik seperti di
atas trotoar di atas saluran
drainase taman dan ruang publik
lainnya patut dipertanyakan
karena ketidakberdayaannya
peraturan tersebut dalam
menangani PKL Sebagai contoh
di sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi legalitas lokasi untuk
aktivitas PKL yang linier di
sepanjang jalan yang bertempat di
atas drainase Dalam aspek
apapun hal tersebut tidak dapat
dilegalkan terlebih tidak ada
penjelasan mengenai luasan atau
desain yang diperbolehkan PKL
untuk menggelar dasaran pada
dimensi saluran drainase yang
PKL yang menempati
ruang-ruang trotoar
menyebabkan
terganggunya aktivitas
pejalan kaki
Pemerintah tidak dapat
menyediakan lahan
pengganti
Legalitas lokasi aktivitas
PKL yang biasanya
ditempatkan di dalam
ruang publik seperti di atas
trotoar di atas saluran
drainase taman dan ruang
publik patut
dipertanyakan
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
nyaman bagi pejalan kaki ataupun bagi pengendara kendaraan bermotor karena mengganggu arus lalu lintas dan membahayakan keselamatan jiwa mereka hal seperti ini dapat kita lihat di depan dan di samping Masjid Baiturrahman di depan Citraland Mall di depan dan di samping Plasa Simpang Lima di depan dan di samping Kompleks Pertokoan Simpang Lima di depan dan di samping Ramayana Super Center di depan dan di samping SMKN 7 SemarangKantor Telkom dan di depan Gajahmada Plaza
Pemilihan lokasi PKL dipengaruhi oleh kecenderungan aktivitas PKL yang selalu menentukan lokasi mendekati pusat-pusat keramaian atau pusat-pusat perdagangan dan jasa dan lokasi-lokasi yang sering dikunjungi oleh orang banyak dalam kurun waktu tertentu secara periodik dan menerus Alasan inilah yang kemudian mendasari penentuan lokasi PKL Kawasan Bundaran Simpang Lima untuk berjualan di trotoar karena ruang-ruang jalur pedestrian inilah yang
mereka harus gulung tikar dan menjadi
pengangguran yang semakin menambah
permasalahan di Indonesia Pemerintah
harus mencari cara dan tempat yang baik
untuk mereka berdagang ditengah modal
mereka yang kecil agar di sisi lain semua
para pedagang kaki lima tidak hilang
lapangan kerjanya dan bias melanjutkan
kelangsungan hidupnya
ada Selain itu PKL juga
menempati trotoar yang
mengakibatkan bertambahnya
permasalahan yang terdapat di
lokasi tersebut Imbas secara
langsung dirasakan oleh
pengguna trotoar yaitu pedestrian
ketidaknyamanan bahkan tidak
adanya lagi ruang untuk berjalan
di atas trotoar acapkali menjadi
konsekuensi pedestrian yang
trotoarnya diserobot PKL
Aglomerasi aktivitas PKL yang
berlokasi di sekitar pintu masuk
pengunjung Rumah Sakit dr
Kariadi menyebabkan
penumpukan aktivitas seperti
aktivitas keluar masuk
pengunjung aktivitas jual beli
antara PKL dengan konsumen
lalu lintas kendaraan yang sedang
melewati Jalan dr Kariadi serta
angkutan umum yang sedang
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
dianggap sebagai lokasi yang ramai dikunjungi oleh pejalan kaki yang melakukan pergerakan dalam mencapai tempat tujuan perjalanannya Begitu juga dengan ruang Lapangan Pancasila karena selalu ramai dikunjungi pada hari-hari libur dengan rata-rata pengunjung mencapai 51 ndash 100 oranghari dikarenakan kedudukannya sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya
berhenti mencari penumpang
Sekali lagi permasalahan tersebut
disikapi oleh pemerintah dengan
penertiban dan penggusuran yang
hampir tidak pernah berakhir
manis
Mengetahui
peranan PKL
Kehadiran PKL di Kawasan
Bundaran Simpang Lima juga mampu
menciptakan kehidupan yang menerus
sehingga terhindar dari kematian
kawasan pada saat tertentu akan tetapi
di sisi lain kehadiran PKL
menyebabkan ketidakteraturan
kekumuhan dan kualitas fisik yang
buruk sehingga merusak wajah kota
Selain itu PKL yang berjualan di
Lapangan Pancasila pada malam hari
dengan kehidupan malam dan wanita-
wanita penghibur yang berdandan tebal
Tempat pedagang kaki lima bagi
Masyarakat dijalan Samanhudi Jember
sangat penting sebagai penyedia kebutuhan
yang dibutuhkan oleh Masyarakat Jember
Pedangan kaki lima sangat mempengaruhi
pola pasar dan sosial di Jember khususnya
didaerah Jalan Samanhudi Dalam bidang
perekonomian pedagang kaki lima hanya
berpengaruh sebagai produsen yang
penting bagi Masyarakat Jember
mengingat akan Meningkatnya jumlah
Penduduk Mereka cenderung lebih
memilih membeli pada pedagang kaki lima
Usaha PKL yang terus
berkembang pesat menarik PKL
untuk mempekerjakan karyawan
selain tenaga yang dibutuhkan
memang tidak bisa dikerjakan
sendiri terdapat pula pemilik
modal yang menyewa tempat
usaha namun dijadikan usaha
sampingan sehingga tidak
mengelola secara langsung
usahanya namun dengan
mempekerjakan karyawan PKL
yang statusnya sebagai karyawan
Pedangan kaki lima sangat
mempengaruhi pola pasar
dan sosial
harga yang PKL tawarkan
lebih murah dibandingkan
dengan harga di mall
grosir maupun indogrosir
sebagai salah satu
alternatif lapangan
pekerjaan bagi masyarakat
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
menciptakan kesan negatif dan
memperburuk citra kawasan
daripada membeli di supermarket yang
sudah merajalela di kota Jember pada saat
ini mall atau grosir maupun indogrosir
yang banyak tersebar di kota Jember
dikarenakan harga yang mereka tawarkan
lebih murah
sebanyak 10 dimana karyawan
tersebut memanfaatkan PKL
sebagai lapangan pekerjaan
Sehingga bekerja sebagai
karyawan PKL dapat dikatakan
sebagai salah satu alternatif
lapangan pekerjaan bagi
masyarakat
Mengetahui
pola aktivitas
PKL dijalur
pejalan kaki
Aktivitas PKL sendiri
memiliki kecenderungan untuk
menempati ruang ruang antar aktivitas
yang selalu ramai dilewatidikunjungi
oleh banyak orang dalam melakukan
pergerakan perpindahan dari aktivitas
satu ke aktivitas yang lain atau dari
bangunan perdagangan modern satu ke
bangunan perdagangan modern yang
lain secara periodik dalam rentang
waktu tertentu sehingga kemudian
pilihan ini jatuh kepada jalur-jalur
pedestrian yang notabene merupakan
ruang-ruang terbuka publik yang
PKL berdagang dengan menempati
tempat yang tetap dan tidak berpindah-
pindah
Modal dan aset sebagian besar adalah
milik sendiri
Berdagang di Samanhudi merupakan
usaha utama
Alat peraga PKL pada kawasan ini
dapat dibedakan menjadi
ndashAlat peraga semi permanen dari kayu
dan tenda yang bersifat menetap
ndashAlat peraga dengan bangku meja dan
tenda sekaligus sebagai tempat tinggal
ndashAlat peraga beroda namun menetap
Pola Aktivitas pelayanan PKL di
kawasan sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi pada umumnya melayani
pengunjung rumah sakit namun
tidak menutup kemungkinan
konsumennya adalah pengendara
atau orang yang sedang melintasi
jalan tersebut tanpa bermaksud
untuk masuk ke rumah sakit
Selain itu konsumen
yang berasal dari sekitar lokasi
PKL seperti penduduk
permukiman di sekitarnya
pekerja yang bekerja di sektor
Aktivitas PKL memiliki
kecenderungan untuk
menempati ruang ruang
antar aktivitas yang selalu
ramai dilewatidikunjungi
oleh banyak orang dalam
melakukan pergerakan
perpindahan dari aktivitas
satu ke aktivitas yang lain
atau dari bangunan
perdagangan modern satu
ke bangunan perdagangan
modern
Saat berjualan alat peraga
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
seyogyanya digunakan oleh pejalan
kaki Keberadaan ruang trotoar yang
semakin sempit oleh penggunaan ruang
PKL membuat pejalan kaki
menjatuhkan pilihan untuk melakukan
perjalanan pada ruang-ruang seperti
jalur lambat dan sebagian badan jalan
sehingga mengurangi keamanan jiwa
dan kenyamanan pejalan kaki sendiri
serta pengguna jalan yang lain
(pengendara)
Kegiatan-kegiatan yang
dilakukan oleh pejalan kaki pada
ruang-ruang jalur pedestrian atau
trotoar di Kawasan Bundaran Simpang
Lima adalah kegiatan berjalan dan
berbelanja Sebagian dari pejalan kaki
hanya berjalan melintasi trotoar untuk
menuju lokasi tujuannya akan tetapi
ada pula sebagian dari pejalan kaki
yang berjalan sambil melihat-lihat
bahkan ada yang berbelanja pada PKL
ndashAlat peraga beroda namun menetap
dengan bangku dan meja
ndashHanya berupa matras sebagai alas
dagangan yang dapat berpindah
sewaktu-waktu
Alat peraga yang dipakai untuk usaha
tidak seragam dan tidak menggunakan
desain yang baik sehingga terkesan
kumuh kurang bersih dan sangat
mengganggu wajah kota dan menutup
fasade bangunan di belakangnya
Saat berjualan alat peraga kios
sebagian besar menempati badan jalan
dan trotoar
Saat tidak berjualan alat peraga kios
sebagian besar tetap di lokasi jualan
lama berjualan di Samanhudi sebagian
besar antara 6 ndash10 tahun
Terbanyak dari pedagang belum
pernah bekerja di sektor lain dan dari
semula telah menjadi PKL di
Samanhudidi bandingkan denga harga
yang ada di mall Pedagang
lain sehingga tidak ada batasan
pasti mengenai pola pelayanan
para PKL tersebut
Waktu beraktivitas para
PKL umumnya terbagi menjadi
dua sesi PKL yang pertama
adalah pedagang yang aktivitas
berdagangnya pada pagi hingga
siang hari Pedagang yang kedua
merupakan pedagang yang
mempunyai waktu layanan pada
sore hingga malam hari Namun
tidak menutup kemungkinan
terdapat beberapa PKL yang
berdagang dari pagi hingga
malam hari bahkan buka nonstop
mengingat rumah sakit
beraktivitas selama sehari penuh
sehingga mereka mengikuti
aktivitas sektor formal yang ada
di sekitarnya
Waktu berdagang
tersebut juga disesuaikan dengan
kios sebagian besar
menempati badan jalan
dan trotoar
Waktu beraktivitas para
PKL umumnya terbagi
menjadi dua sesi PKL
yang pertama adalah
pedagang yang aktivitas
berdagangnya pada pagi
hingga siang hari
Pedagang yang kedua
merupakan pedagang yang
mempunyai waktu layanan
pada sore hingga malam
hari Namun tidak
menutup kemungkinan
terdapat beberapa PKL
yang berdagang dari pagi
hingga malam hari bahkan
buka nonstop
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
izin usaha yang diberlakukan oleh
petugas kelurahan sebagai pihak
yang berwenang menangani PKL
Untuk lokasi yang dilarang untuk
PKL oleh PKL tetap digunakan
sebagai lokasi untuk berdagang
dengan waktu berdagang setelah
jam kerja yaitu sore hingga
malam hari
Mengetahui
Pengelolaan
PKL di jalur
pejalan kaki
dalam perkembangannya
pemerintah mengeluarkan SK
Walikota Kota Semarang No 511316
tahun 2001 tentang Penetapan Lahan
yang mengatur tentang lokasi-lokasi
dan waktu aktivitas PKL yang
diperbolehkan oleh pemerintah pada
Kawasan Bundaran Simpang Lima
agar tetap terjaga kerapihan dan
estetikakeindahan wajah kawasannya
yaitu PKL yang berjualan di depan
Kompleks Pertokoan Simpang Lima
depan Ramayana SC depan Kantor
Adanya pengakuan resmi dari
pemerintah terhadap PKL Samanhudi
sebagai salah satu sector ekonomi di
kawasan studi melalui surat keputusan
resmi Surat keputusan ini sekaligus
mengatur hak kewajiban dan
tanggung jawab PKL sebagai
kompensasi perubahan status yang
telah diberikan oleh pemerintah
Pedagang kaki lima perlu untuk
mendapatkan pembinaan dari
pemerintah Kabupaten Jember untuk
meningkatkan kemampuan wirausaha
Pemerintah Kota Semarang
berwenang dalam mengatur
keberadaan PKL di ruang Kota
Semarang seperti yang terdapat di
kawasan sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi dengan bentuk
pengelolaan lokasional (stabilitas
atau pengaturan) dan struktural
(perijinan) Dalam pengaturan
tersebut Pemerintah Kota
Semarang menggunakan dasar
hukum berupa Undang-Undang
Peraturan Pemerintah Peraturan
mengatur tentang lokasi-
lokasi dan waktu aktivitas
PKL yang diperbolehkan
oleh pemerintah agar tetap
terjaga kerapihan dan
estetikakeindahan wajah
kawasannya
Pedagang kaki lima perlu
untuk mendapatkan
pembinaan
Pedestrian dirancang ulang
dengan dilebarkan hingga
area parkiran street
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
TelkomSMKN 7 Semarang depan
Gajahmada Plaza dan depan Masjid
Baiturrahman boleh berjualan dari
pukul 1600 ndash 0400 WIB (khusus pada
Hari Minggu PKL diijinkan untuk
berjualan mulai pukul 0600 ndash 0800
WIB) menempati ruang trotoar dengan
luas areal 4 x 6 meter
Sampai dengan tahun 2008
PKL di Kawasan Bundaran Simpang
Lima mencapai 1536 pedagang dan
ada kecenderungan akan terus
meningkat dari tahun ke tahun (lihat
Tabel III4) Kecenderungan lokasi
PKL pada masa-masa yang akan
datang mengikuti kecenderungan dari
perkembangan aktivitas formal
kawasan yang ada demikian juga
kecenderungan waktu berdagangnya
Melihat kecenderungan aktivitas PKL
kawasan maka SK Walikota Kota
Semarang No 511316 tahun 2001
sudah tidak relevan lagi dan perlu
dan peningkatan kualitas barang
dagang dan pelayanan terhadap
pembeli konsumen sehingga bias
meningkatkan pendapatan dan
aktivitas pedagang kaki lima dapat
member nilai tambah serta dapat
memberkan peluang kerja yang dapat
mengurangi tingkat pengangguran di
Kabupaten Jember Bentuk pembinaan
berupa penyuluhan yang diberikan
berkala secara rutin Program
pembinaan diadakan oleh pemerintah
Paguyuban Samanhudi merupakan
Kelembagaan yang memiliki
kewenangan atau keterikatan dengan
pengelolaan dan pembinaan Pedagang
Kaki Lima KoridorJalan
SamanhudiPaguyuban ini
beranggotakan wakil PKL wakil
pedagang formal wakil pemerintah
dari dinas Kebersihan dan
Pertamanan Dinas Polisi Pamong
Praja Dinas Pariwisata Dinas
Daerah dan Surat Keputusan
Walikota Adapun dasar hukum
yang mengatur secara jelas
mengenai aktivitas PKL di Kota
Semarang yang berlaku saat ini
diantaranya adalah sebagai
berikut
1048707 Peraturan Daerah No 11 Tahun
2000 tentang Pengaturan dan
Pembinaan PKL Perda ini
menjelaskan tentang pengaturan
dan pembinaan PKL di Kota
Semarang seperti pengaturan
tempat usaha hak kewajiban dan
larangan untuk PKL Dalam
kaitannya dengan karakteristik
berlokasi aktivitas PKL
dijelaskan dalam Perda ini yang
terdapat dalam pasal 3 yaitu
penempatan lokasi kegiatan PKL
diatur dengan mempertimbangkan
tempat kepentingan untuk umum
lainnya seperti kepentingan untuk
sehingga jalur aktif
kendaraan tidak
mengalami penyempitan
mengatur keberadaan PKL
di ruang Kota dengan
bentuk pengelolaan
lokasional (stabilitas atau
pengaturan) dan struktural
(perijinan)
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
ditinjau kembali sesuai dengan
kecenderungan dan kebutuhan yang
ada di lapangan
Pendapatan dan Dinas LPMK
Kabupaten Jemberserta pihak
penengah selaku penasehat dan pihak
netral yang diwakili oleh pakar PKL
dari universitas tokoh masyarakat dan
pakar PKL lainnya
Penerapan tema khusus pada penataan
PKL kawasan studi agar mempunyai
cirri khas dan dapat mengangkat citra
kawasan dan meningkatkan daya tarik
kawasan Contoh produk khas
jember yang dapat diangkat sebagai
tema adalah tembakau rookk dan
cerutu mengingat Jember sebagai
penghasil tembakau terbesar di Jawa
Kegiatan khas Jember yang dapat
diangkat sebagai tema yaitu Jember
Fashion Carnaval Penerapan tema
dapat diaplikasikan pada sarana usaha
PKL finishing pedestrian perabot
kota dan elemen pendukung lainnya
Pedestrian dirancang ulang dengan
pejalan dan untuk sirkulasi
kendaraan Untuk lebih jelas
mengenai detail isi perda tersebut
dapat dilihat pada Lampiran F
1048707 Surat Keputusan Walikota
Semarang No 51136 Tahun
2001 tentang lokasi PKL di Kota
Semarang dimana di dalamnya
diantaranya mengatur luas area
batas pemakaian area waktu
aktivitas dan tempat aktivitas
PKL Ruas kanan Jalan dr
Kariadi dari arah Jalan Veteran
merupakan lokasi yang
diperbolehkan untuk aktivitas
PKL Lokasi tersebut menempati
trotoar serta bangunan berupa
semi permanen Untuk lebih jelas
mengenai detail isi SK tersebut
dapat dilihat pada Lampiran F
1048707 Perda No 6 Tahun 2004
tentang Rencana Detail Tata
Ruang Kota Semarang Bagian
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
dilebarkan hingga area parkiran street
sehingga jalur aktif kendaraan tidak
mengalami penyempitan Diberikan
perbedaan yang tegas antara ruang
PKL dan ruang pejalan kaki dan jalur
kendaraan berupa perbedaan tinggi
lantaiSehingga dikemudian hari kios
PKL tidak melebar ke segala sisi
Wilayah Kota (BWK) I
(Kecamatan Semarang Tengah
Semarang Timur dan Semarang
Selatan Tahun 2000-2010 Perda
tersebut menjelaskan mengenai
fungsi serta peran BWK I yang
terkait dengan sektor formal di
wilayah tersebut yaitu penjelasan
mengenai fasilitas kesehatan yang
berada khususnya di Kelurahan
Randusari Selain itu dijelaskan
pula kelas Jalan dr Kariadi Jalan
dr Soetomo dan Jalan Veteran
serta jalur transportasi yang
melaluinya
41
sesungguhnya merupakan fenomena lama yang dialami oleh pemerintah di kota-kota besar
Sejak terjadinya krisis ekonomi pembangunan perekonomian daerah dan pengembangan
wilayah sebagai upaya peningkatan pembangunan daerah dan pemerataan pertumbuhan antar
daerah mengalami hambatan dan keterbatasan dalam pemanfaatan sumber daya alam
ketersediaan modal kemitraan pemerintah masyarakat dan dunia usaha Seiring dengan
perkembangan Daerah Perkotaan dan adanya pertumbuhan penduduk yang tinggi dan
kurangnya ketersediaan lapangan kerja dan sarana prasarana dalam jumlah yang banyak
sehingga banyak masyarakat bawah mengambil alternatif untuk berprofesi sebagai PKL
32 Peranan PKL
Kehadiran Pedagang Kaki Lima (PKL) di daerah perkotaan sendiri mempunyai
dampak positif
321 PKL sebagai Penggerak Ekonomi di Sektor Informal Indonesia
Menurut laporan yang disusun oleh World Bank pada tahun 1993sektor formal
terhitung kurang dari 32 dari populasi tenaga kerja sementara68 bekerja di sektor
informal (Frank Weibe 199 dalam Sektor Informalyang Terorganisasi Haryo Winarso dan
Gede Budi) Peran sektor informal di perkotaan sangat strategis sebagai katub pengaman
pengangguran karena tidak dapat tertampung pada sektor formal
Pedagang kaki lima sebagai bagian sektor informal perkotaan istilah pedagang kaki
lima konon berasal dari jaman pemerintahan Rafles Gubernur Jenderal pemerintahan
Kolonial Belanda yaitu dari kata rdquofive feetrdquo yang berarti jalur pejalan kaki di pinggir jalan
selebar 5 (lima) kaki Ruang tersebut digunakan untuk kegiatan berjualan pedagang kecil
sehingga disebut dengan pedagang kaki lima (dalam Widjajanti 200028) Kemudian muncul
beberapa ahli yang mengemukakan defenisi dari pedagang kaki lima diantaranya menurut
McGee (197728) menyebutkan PKL sebagai hawkers adalah orang-orang yang menawarkan
barang-barang atau jasa untuk dijualMenurut Mulyanto (2007) PKL adalah termasuk usaha
kecil yang berorientasi pada laba (profit) layaknya sebuah kewirausahaan(entrepreneurship)
PKL mempunyai cara tersendiri dalam mengelolausahanya agar mendapatkan keuntungan
PKL menjadi manajer tunggal yangmenangani usahanya mulai dari perencanaan usaha
menggerakkan usaha sekaligus mengontrol atau mengendalikan usahanya padahal fungsi-
fungsi manajemen tersebut jarang atau tidak pernah mereka dapatkan dari pendidikan
formalBerikut ini dapat dilihat dampak positif dari adanya PKL (disarikan dari beberapa
penelitian yang pernah dilakukan oleh Rajab 2002 dan IPGI 2001) Dampak Positif
41
1 PKL menjadi katup pengaman bagi masyarakat perekonomian lemah baik sebagai
profesi maupun bagi konsumen untuk memenuhi kebutuhan hidupnya terutama akibat
krisis ekonomi
2 PKL menyediakan kebutuhan barang dan jasa yang relatif murah bagi masyarakat yang
berpenghasilan menengah ke bawah
3 Jumlah yang besar ragam bentuk usaha dan keunikan merupakan potensi yang besar
untuk menghias wajah kota apabila ditata dan diatur dengan baik
4 PKL dapat memberikan rasa aman yang menjadi barrier untuk keamanan aktivitas
pedagang formal karena kontiunitas kegiatannya hampir 24 jam
5 PKL tidak dapat dipisahkan dari unsur budaya dan eksistensinya tidak dapat dihapuskan
6 PKL menyimpan potensi pariwisata yang cukup besar
Berdasarkan dampak yang ditimbulkannya tersebut Dampak positif terlihat dari segi
sosial dan ekonomi karena keberadaan PKL menguntungkan bagi pertumbuhan ekonomi kota
karena sektor informal memiliki karakteristik efisien dan ekonomis Menurut Sethurahman
selaku koordinator penelitian sektor informal yang dilakukan ILO di delapan negara
berkembang karena kemampuan menciptakan surplus bagi investasi dan dapat membantu
meningkatkan pertumbuhan ekonomi Hal ini dikarenakan usaha-usaha sektor informal
bersifat subsisten dan modal yang digunakan kebanyakan berasal dari usaha sendiri Modal
ini sama sekali tidak menghabiskan sumber daya ekonomi yang besarDalam hal ini
eksistensi PKL perlu dipertahankan hanya saja perlu diupayakan meminimalkan dampak
negatif yang ditimbulkannya Oleh karena itu langkah yang dapat dilakukan adalah
menertibkan PKL sehingga fungsinya dalam aspek ekonomi dapat berjalan namun tidak
menimbulkan dampak negatif terhadap kualitas ruang perkotaan Usaha kecil telah
membuktikan dan menjadi tangan yang tersembunyi (invisible hand) bagi perekonomian
Indonesia keluar dari badai krisis Jika dikaji lebih mendalamsetidaknya usaha kecil terutama
sektor informal (sebut PKL) mempunyai tiga peran besar dalam proses pembangunan mulai
dari bidang ekonomi pariwisata dan pendidikan
322 Pemberdayaan Unskilled Workers dalam Kegiatan Usaha PKL
Langkah utama yang dapat ditempuh untuk memberdayakan keberadaan PKL ini
adalah perlu adanya pengakuan secara resmi terhadap keberadaan sektor informal (PKL)
dalam rencana tata ruang kota Hal ini perlu karena rencana tata ruang kota akan dapat
menciptakan penciptaan lingkungan yangaman nyaman serasi dan efisien Hanya saja untuk
mewujudkan hal tersebut perlu diperhatikan terhadap hal-hal antara lain
41
1 Perlu dicermati tentang paradigma PKL selain itu juga perlu dicermati pula mengenai
konsep tentang masyarakat marjinal yang berkaitan dengan usaha PKL Hal ini akan
berkaiatan dengan karakteristik masyarakat PKL terhadap rencana tata ruang
2 Sudah menjadi fakta kenyataan bahwa PKL adalah sesuatu yang luar biasa sehingga
perlu adanya pengaturan secara formal mengingat usaha PKL sifatnya sudah menjadi
bidang pekerjaan walaupun masihdikategorikan sebagai sektor informal dan
mengingat lokasi PKL menempati bagian kota yang secara visual mencolok mata dan
berlokasi pada tempat yang strategis dan bernilai lahan tinggi
3 Perlu adanya ketegasan mengenai peruntukkan atau fungsi ruang kotaapakah ruang
tersebut sebagai ruang publik (jalan ruang terbuka hijau)atau fungsi lainnya sehingga
perlu dicermati kembali konsep keadilandan keseimbangan antara kepentingan publik
(umum) dan kepentingan privat (individu) dalam hal haknya masing-masing terhadap
ruang publik kota
4 Selain penataan fisik kota juga perlu didukung oleh aturan-aturan main yang jelas
berupa peraturan perencanaan pengelolaan pemanfaatan dan pemeliharaan ruang
secara benar dan adil bagi semua pihak
323 PKL Sang Pengembang Wirausaha di Indonesia
Dari sisi ekonomi usaha kecil termasuk didalamnya sektor informal (PKL) berperan
dalam penumbuhan jiwa kewirausahaan Menurut Kasali(2005) manfaat yang dapat
diperoleh dari tumbuhnya jiwa wirausaha dimasyarakat
1 Mendorong pertumbuhan ekonomi sekaligus membuka banyak lapangan kerja
2 Tumbuhnya kreativitas dan inovasi baru dalam melakukan usaha
3 Meningkatkan kualitas kompetisi yang berujung pada nilai tambah masyarakat
4 Menurunkan biaya dan waktu yang timbul akibat ketidakpastian dan
5 Meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Hal ini sejalan dengan pemikiran Rochdale jika suatu negara ingin tumbuh dengan
cepatmaka salah satu yang harus mendapat prioritas pengembangan adalah tumbuhnya jiwa
wirausaha di masyarakat PKL sudah teruji sebagai bibit entrepreneur untuk diberdayakan
menjadi unit usaha baru yang tangguh Berbagai hasil studi sudah membuktikannya
33 Pola Aktivitas PKL di Jalur Pejalan Kaki
41
Selama ini perencanaan ruang kota hanya dibatasi pada ruang-ruang formal saja yang
menampung kegiatan formal Seiring dengan berjalannya waktu keberadaan ruang-ruang
fomal kota tersebut mendorong munculnya kegiatan informal kota salah satunya di sektor
perdagangan yaitu Pedagang Kaki Lima (PKL) sebagai kegiatan pendukung (activity
support) Menurut McGee dan Yeung (1977 25) PKL mempunyai pengertian yang sama
dengan rdquohawkersrdquo yang didefinisikan sebagai orang-orang yang menjajakan barang dan jasa
untuk dijual di tempat yang merupakan ruang untuk kepentingan umum terutama di pinggir
jalan dan trotoar Oleh karena tidak tersedianya ruang informal kota bagi PKL maka PKL
menggunakan ruang publik seperti badan jalan trotoar taman kota di atas saluran drainase
kawasan tepi sungai untuk melakukan aktivitasnya Penggunaan ruang publik tersebut
biasanya terjadi di tempat-tempat strategis seperti diantara aktivitas formal kota
Tidak tertampungnya kegiatan PKL di ruang perkotaan menyebabkan pola dan
struktur kota moderen dan tradisional berbaur menjadi satu sehingga menimbulkan suatu
tampilan yang kontras Bangunan moderen nan megah berdampingan dengan bangunan
sederhana bahkan cenderung kumuh Tampilan fisik dualistik tersebut terjadi di seluruh ruang
kota terutama di kawasan fungsional kota Adapun yang dimaksud sebagai ruang fungsional
kota adalah ruang perkotaan dengan fungsi khusus yang tercermin dari kegiatan utama yang
berlangsung di kawasan tersebut seperti kawasan pendidikan perkantoran kesehatan
perdagangan dan jasa permukiman maupun industri Kehadiran ruang fungsional kota akan
diikuti dengan kehadiran PKL dengan karakteristik yang berbeda-beda Setiap PKL
mempunyai alasan yang berbeda dalam menentukan lokasi maupun jenis aktivitasnya
Karakteristik PKL yang berada di kawasan perkantoran berbeda dengan karakteristik PKL
yang berada di kawasan permukiman Hal ini dapat dilihat berdasarkan karakteristik
aktivitasnya yang meliputi jenis dagangan bentuk fisik sarana dagang waktu berdagang sifat
pelayanan golongan pengguna jasa dan lain sebagainya Selain itu perbedaan karakteristik
PKL dikaitkan juga dengan kegiatan utama yang berlangsung di kawasan fungsional kota
tersebut
34 Pengelolaan PKL pada Jalur Pejalan Kaki
Ada beberapa alasan yang membuat banyak kota-kota gagal mengelola PKL dengan
baik Alasan pertama terkait dengan sikap dan perspektif yang ambivalen alasan yang kedua
menyangkut pemahaman akan persoalan dan akurasi data alasan ketiga menyangkut
ketidakjelasan orang atau lembaga apa yang bertanggung jawab mengelola PKL alasan ke
empat adalah kurangnya interaksi antara komunitas PKL dengan pengambil keputusan
41
Alasan pertama yang terkait dengan sikap dan perspektif yang ambivalen di satu sisi
keberadaan PKL dianggap sebagai penyelamat karena telah menyediakan lapangan kerja
memberikan kemudahan bagi warga untuk mendapatkan barang dengan harga murah
menambah daya tarik kota dan membuat kota menjadi hidup Kontrasnya PKL juga
diangggap sebagai lsquopenyakitrsquo yang membuat kota menjadi semrawut dan kotor
Persoalannya pemerintah daerah umumnya tidak mampu keluar dari situasi ambilvalensi ini
sehingga tidak tahu lagi apakah kebijakan yang harus menyesuaikan diri dengan
perkembangan PKL ataukah PKL yang harus beradaptasi dengan kebijakan penataan kota
yang sudah ada
Alasan fundamental lain menyangkut pemahaman akan persoalan dan akurasi data
Salah satu hambatan yang dihadapi dalam mengatasi masalah PKL di perkotaan adalah tidak
tersedianya statistik di tingkat kota yang lengkap terbarui dan konsisten Bahkan banyak
kota-kota yang tidak memiliki data paling mendasar seperti berapa jumlah PKL yang ada di
wilayahnya pada suatu masa Jika pemerintah tidak mengetahui berapa jumlah PKL siapa
mereka dan tidak pula memahami bagaimana sistem kehidupan yang dijalani PKL akan sulit
bagi pemerintah untuk mendefinisikan apa masalah riil yang terkait dengan PKL dan
akibatnya akan sulit untuk merumuskan solusi yang tepat dan efektif Ketiadaan data dan
informasi ini juga membuat banyak pemerintah daerah cenderung menyepelekan keberadaan
PKL serta membuat kebijakan menjadi salah sasaran
Alasan ketiga menyangkut ketidakjelasan orang atau lembaga apa yang bertanggung
jawab mengelola PKL Sikap ambivalensi tercermin juga dalam kelembagaan pemerintah
daerah yang sering memecah tugas pengelolaan PKL setidaknya kepada dua institusi yaitu
unit pemberdayaan PKL yang biasanya merupakan satu bagian di bawah dinas atau badan
pengembangan usaha kecil dan koperasi Sementara tugas lain adalah tugas penertiban PKL
yang biasanya menjadi tugas pokok dan fungsi (tupoksi) dari lembaga Satuan Polisi Pamong
Praja (Satpol PP) Tanpa kepemimpinan yang kuat dari kepala daerah yang bisa menjalankan
fungsi koordinasi situasi ini ini mendorong upaya pengelolaan PKL menjadi sepotong-
sepotong ad hoc dan tidak konsisten
Alasan yang tidak kalah pentingnya adalah kurangnya interaksi antara komunitas PKL
dengan pengambil keputusan baik dari kalangan birokrasi maupun dengan politisi Di
Banyak kota upaya penanganan masalah PKL sering membuat situasi memburuk bukan
sebaliknya Salah satu sebabnya adalah karena kebijakan tersebut tidak memperoleh
legitimasi dan dukungan dari komunitas PKL itu sendiri Sampai saai ini pemerintah belum
sampai mengajak PKL untuk bersama-sama menata kota Padahal sesungguhnya seluruh
41
elemen masyarakat harus dilibatkan dalam membuat sebuah kebijakan serta pendapat
masyarakat dalam hal ini PKL sudah seharusnya didengar oleh pemerintah khususnya dalam
pembuatan kebijakan mengenai keindahan tata ruang kota Direktur YLBHI-LBH Semarang
Siti Rakhma Mary Herwati mengatakan bahwa sebetulnya PKL mau ditata namun kalau
cara yang dilakukan sewenang-wenang dan tidak manusiawi tentu akan ada penolakan
Untuk itu perlu diskusi intens dari hati ke hati
35 Studi Kasus
351 Kajian PKL di Jalur Pejalan Kaki Kawasan Bundaran Simpang
Lima Semarang
A Analisis Tipologi Ruang Terbuka Publik Kawasan
Ruang terbuka publik di Kawasan Bundaran Simpang Lima berdasarkan tipologinya
meliputi ruang terbuka hijau ruang berlangsungnya aktivitas dan ruang jalur sirkulasi
pedestrian yang merupakan ruang dinamis yang potensial untuk memenuhi kebutuhan
pergerakan komunikasi dan rekreasi bagi warga Kota Semarang maka ruang-ruang ini
seyogyanya harus bersifat terbuka dapat dijangkau dan diakses oleh siapa saja baik secara
kelompok maupun individual dan merupakan ruang untuk aktivitas-aktivitas yang
berlangsung di atasnya
1 Aktivitas Sektor Informal pada Ruang Terbuka Publik Kawasan
Aktivitas sektor informal yang berkembang pada ruang-ruang terbuka publik kawasan
adalah aktivitas perdagangan dan jasa retaileceran yang memungkinkan terjadinya proses
tawar-menawar antara pedagang dan pembeli Sektor informal yang identik disebut sebagai
PKL di kawasan ini menempati hampir seluruh sudut ruang terbuka yang ada baik trotoar-
trotoar kawasan maupun Lapangan Pancasila (trotoar dan tengah lapangan) Fenomena PKL
di Kawasan Bundaran Simpang Lima menunjukkan adanya segregasi social masyarakatnya
Secara tidak langsung terlihat adanya pemisahan yang membuat batasan tersendiri
antara pengguna ekonomi menengah ke bawah (PKL) dan pengguna ekonomi menengah ke
atas (pada bangunan-bangunan komersial perdagangan dan jasa modern di sekelilingnya)
Kehadiran PKL di Kawasan Bundaran Simpang Lima juga mampu menciptakan kehidupan
yang menerus sehingga terhindar dari kematian kawasan pada saat tertentu akan tetapi di sisi
lain kehadiran PKL menyebabkan ketidakteraturan kekumuhan dan kualitas fisik yang buruk
sehingga merusak wajah kota Selain itu PKL yang berjualan di Lapangan Pancasila pada
41
malam hari dengan kehidupan malam dan wanita-wanita penghibur yang berdandan tebal
menciptakan kesan negatif dan memperburuk citra kawasan
Keberadaan sektor PKL yang menempati ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran
Simpang Lima memakai separuh lebih lebar trotoar bahkan seringkali tidak menyisakan
sedikit pun ruang untuk pejalan kaki Ruang-ruang trotoar menjadi tidak dapat berfungsi
sebagaimana mestinya sebagai ruang pemisah antara ruang yang digunakan untuk sirkulasi
pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan Ruang-ruang trotoar tersebut banyak yang beralih
fungsi menjadi lokasi berdagang PKL
Peralihan fungsi trotoar ini menyebabkan terganggunya aktivitas pejalan kaki
sehingga pejalan terpaksa harus menggunakan jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk
berjalan guna menghindari berbagai hambatan di atas trotoar Hal ini menyebabkan pejalan
kaki terpaksa harus berhati-hati jika melangkah terkadang juga harus mengalah berjalan pada
ruang-ruang jalur lambat dan sebagian badan jalan Kondisi ini sangat tidak aman dan
nyaman bagi pejalan kaki ataupun bagi pengendara kendaraan bermotor karena mengganggu
arus lalu lintas dan membahayakan keselamatan jiwa mereka hal seperti ini dapat kita lihat di
depan dan di samping Masjid Baiturrahman di depan Citraland Mall di depan dan di
samping Plasa Simpang Lima di depan dan di samping Kompleks Pertokoan Simpang Lima
di depan dan di samping Ramayana Super Center di depan dan di samping SMKN 7
SemarangKantor Telkom dan di depan Gajahmada Plaza
Pemilihan lokasi PKL dipengaruhi oleh kecenderungan aktivitas PKL yang selalu
menentukan lokasi mendekati pusat-pusat keramaian atau pusat-pusat perdagangan dan jasa
dan lokasi-lokasi yang sering dikunjungi oleh orang banyak dalam kurun waktu tertentu
secara periodik dan menerus Alasan inilah yang kemudian mendasari penentuan lokasi PKL
Kawasan Bundaran Simpang Lima untuk berjualan di trotoar karena ruang-ruang jalur
pedestrian inilah yang dianggap sebagai lokasi yang ramai dikunjungi oleh pejalan kaki yang
melakukan pergerakan dalam mencapai tempat tujuan perjalanannya Begitu juga dengan
ruang Lapangan Pancasila karena selalu ramai dikunjungi pada hari-hari libur dengan rata-
rata pengunjung mencapai 51 ndash 100 oranghari (lihat Tabel D6) dikarenakan kedudukannya
sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya
Adanya keterbatasan lahan yang tidak memungkinkan tertampungnya aktivitas PKL
pada ruang-ruang privat akibat daya membayar lokasi yang rendah mengakibatkan PKL
menempati lokasi-lokasi yang bersifat publik yaitu ruang terbuka publik kawasan Gejala
inilah yang kemudian dikenal dengan fenomena pergeseran fungsi ruang terbuka publik
41
Kawasan Bundaran Simpang Lima menjadi ruang privat Aktivitas PKL menempati ruang-
ruang terbuka public Kawasan Bundaran Simpang Lima seperti pada
a) Trotoar-trotoar Kawasan
Aktivitas PKL menempati ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima
seperti trotoar di depan Masjid Baiturrahman depan Citraland Mall depan Plasa
Simpang Lima depan Kompleks Pertokoan Simpang Lima depan Ramayana SC depan
Kantor TelkomSMKN 7 Semarang dan depan Gajahmada Plaza
Trotoar sebagai jalur pejalan kaki kawasan ini memiliki peran sebagai jalur penghubung
antara aktivitas yang ada Pada ruang terbuka public inilah pengunjung kawasan
melakukan pergerakan berpindah dari satu bangunan ke bangunan yang lain Semisal
pengunjung dari Plasa Simpang Lima memiliki kehendak ingin berpindah menuju
Kompleks Pertokoan Simpang Lima pejalan kaki harus menggunakanmelewati trotoar
yang ada di depan Plasa Simpang Lima untuk sampai pada lokasi yang diharapkan
Begitu juga dengan trotoar-trotoar yang lain Ruang-ruang jalur sirkulasi pedestrian ini
kemudian menjadi lokasi atau tempat berakumulasinya pengunjung kawasan untuk
melakukan pergerakan perpindahan
Kecenderungan aktivitas PKL yang menempati ruang-ruang trotoar yang notabene
merupakan ruang terbuka publik ini dikarenakan PKL selalu menempati ruang-ruang
dengan akumulasi pengunjung kawasan atau ruang ruang yang sering dikunjungi oleh
orang dalam jumlah yang banyak dalam periode waktu tertentu yang terjadi secara terus-
menerusperiodik tertentu
Adapun penyebarannya mengikuti bentukan ruang trotoar yang memanjang mengikuti
jalur sirkulasi utama kawasan Sedangkan apabila menurut waktu berjualan aktivitas
PKL yang menempati ruang-ruang trotoar ini memiliki kecenderungan mengikuti waktu
aktivitas formal yang berlangsung dari pukul 0900 ndash 2100 WIB
Namun dalam perkembangannya pemerintah mengeluarkan SK Walikota Kota
Semarang No 511316 tahun 2001 tentang Penetapan Lahan yang mengatur tentang
lokasi-lokasi dan waktu aktivitas PKL yang diperbolehkan oleh pemerintah pada
Kawasan Bundaran Simpang Lima agar tetap terjaga kerapihan dan estetikakeindahan
wajah kawasannya yaitu PKL yang berjualan di depan Kompleks Pertokoan Simpang
Lima depan Ramayana SC depan Kantor TelkomSMKN 7 Semarang depan
Gajahmada Plaza dan depan Masjid Baiturrahman boleh berjualan dari pukul 1600 ndash
0400 WIB (khusus pada Hari Minggu PKL diijinkan untuk berjualan mulai pukul 0600
ndash 0800 WIB) menempati ruang trotoar dengan luas areal 4 x 6 meter
41
Sampai dengan tahun 2008 PKL di Kawasan Bundaran Simpang Lima mencapai
1536 pedagang dan ada kecenderungan akan terus meningkat dari tahun ke tahun (lihat
Tabel III4) Kecenderungan lokasi PKL pada masa-masa yang akan datang mengikuti
kecenderungan dari perkembangan aktivitas formal kawasan yang ada demikian juga
kecenderungan waktu berdagangnya Melihat kecenderungan aktivitas PKL kawasan
maka SK Walikota Kota Semarang No 511316 tahun 2001 sudah tidak relevan lagi
dan perlu ditinjau kembali sesuai dengan kecenderungan dan kebutuhan yang ada di
lapangan
b) Trotoar Lapangan Pancasila
Lapangan Pancasila yang cenderung ramai dikunjungi pada hari libur sebagai pusat
rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya ini menjadi
alasan yang kuat untuk PKL menempati ruang terbuka publik kawasan ini dengan
asumsi banyaknya warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya yang berpotensi
menjadi calon pembeli
Dengan alasan inilah kemudian banyak PKL yang berjualan pada trotoar Lapangan
Pancasila dengan konsep holiday market yaitu hanya berjualan pada hari libur saja PKL
trotoar lapangan ini hanya berjualan pada hari liburHari Minggu pagi saja mulai pukul
0600 ndash 0900 WIB Adapun pengaturan waktu berdagang aktivitas PKL yang
menempati ruang tengah Lapangan Pancasila ini didasari oleh kepentingan demi
menjaga kebersihan dan estetikakeindahan wajah kawasan Terkadang ada beberapa
PKL yang mulai berjualan dari Hari Sabtu malam dengan alasan untuk lebih banyak lagi
menjaring calon pembeli
Adapun penyebaran aktivitas PKL yang berjualan pada ruang trotoar Lapangan
Pancasila ini memiliki kecenderungan menyebar secara linier mengikuti ketersediaan
ruang trotoar yang berbentuk membulat persegi sebagai bingkai Lapangan Pancasila
dengan display berbagai jenis barang dagangan memanjang yang saling berhadapan
dengan sirkulasi pengunjung kawasan berada di tengah antaranya untuk mempermudah
pembeli memilih barang dagangan yang diperjualbelikan
c) Tengah Lapangan Pancasila
Aktivitas PKL yang berjualan di tengah Lapangan Pancasila sebagai satu-satunya
ruang terbuka publik luas di Kota Semarang memiliki alas an yang kurang lebih sama
dengan alasan PKL yang menempati trotoar lapangan yaitu kondisi lapangan yang
cenderung ramai dikunjungi oleh warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya
sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga kota didukung oleh keberadaan lokasinya yang
41
strategis karena terletak pada tengah-tengah kawasan pusat kota yang dilalui oleh lima
ruas jalan kawasan yang bermuara pada lapangan dan aksesibilitasnya yang tinggi
sehingga mudah dicapai dari segala penjuru kota dan sekitarnya baik menggunakan
moda angkutan pribadi maupun umum
Adapun waktu berjualan PKL tengah lapangan ini juga kurang lebih sama dengan
PKL yang berjualan di trotoar Lapangan Pancasila yaitu pada hari liburMinggu pagi
dari pukul 0600 ndash 0900 WIB Adapun pengaturan waktu berdagang aktivitas PKL yang
menempati ruang tengah Lapangan Pancasila ini kurang lebih sama dengan pengaturan
waktu berdagang PKL yang berjualan pada tepi lapangan
Penyebaran aktivitas PKL yang berjualan di ruang tengah Lapangan Pancasila ini
memiliki kecenderungan yang mengelompok berdasarkan jenis-jenis barang yang
diperdagangkannya Semisal pedagang pakaian akan mengelompok dengan sesama
pedagang pakaian pedagang makanan akan mengelompok dengan sesama pedagang
makanan dan lain sebagainya untuk lebih mempermudah pembeli dalam memilih
barang dagangan yang ditawarkan dengan banyaknya variasi pilihan barang yang
disuguhkan
Sumber Hasil Analisis Dini Tri Haryanti ST 2008
Gambar 31Ruang Aktivitas Sektor Informal Kawasan
Orientasi aktivitas PKL yang semakin menjauh dari Kawasan Bundaran Simpang
Lima berpengaruh pada intensitas jumlah PKL kawasan Jumlah aktivitas PKL kawasan
memiliki kecenderungan akan semakin berkurang karena semakin keluarmenjauh dari
kawasan studi yang identik disebut dengan kawasan pusat kota ini karena merupakan
kawasan-kawasan yang terkonsentrasi atau didominasi oleh aktivitas-aktivitas
perkantoran pendidikan dan pemerintahan
41
Semakin berorientasi ke arah Jalan Pahlawan suasana kawasan akan lebih didominasi
oleh suasana aktivitas pemerintahan dengan bangunan gedung berlian sebagai ciri khas
koridor jalan yang berdinding masif Semakin berorientasi ke arah Jalan Pandanaran
Achmad Yani dan KH Achmad Dahlan suasana kawasan akan banyak didominasi oleh
akivitas-aktivitas perkantoran Semakin berorientasi ke arah Jalan Gajahmada suasana
kawasan didominasi oleh aktivitas-aktivitas perkantoran dan pendidikan Nuansa
kawasan yang ditimbulkan oleh bangkitan dan tarikan aktivitas-aktivitas pemerintahan
pendidikan dan perkantoran ini tentu berbeda dengan nuansa kawasan yang banyak
dipengaruhi oleh bangkitan dan tarikan yang ditimbulkan oleh aktivitas perdagangan dan
jasa kawasan Penggunaan ruang untuk aktivitas yang berbeda-beda di Kawasan
Bundaran Simpang Lima mampu menciptakan nuansa yang berbeda-beda pula
Keberadaan aktivitas perdagangan dan jasa yang terjadi terbukti telah mampu
memberikan kehidupan yang menerus pada kawasan studi seiring dengan perkembangan
aktivitas sektor informal kawasan (PKL) yang hidup sepanjang waktu
Lain halnya dengan keberadaan aktivitas-aktivitas lain yang bersifat formal seperti
perkantoran pendidikan olahraga serta perdagangan dan jasa formal yang hidup pada
waktu-waktu tertentu saja Aktivitas perkantoran hanya hidup dari pagi sampai dengan
jam kantor selesai yang biasanya berlangsung dari pukul 0800 ndash 1700 WIB Aktivitas
olahraga juga biasanya berlangsung di pagi hari (0500 ndash 0900 WIB) atau sore hari saja
(1500 ndash 1800 WIB) Demikian halnya dengan aktivitas pendidikan yang hidup mulai
dari pagi sampai dengan jam pulang sekolah tiba (0700 ndash 1400 WIB) Selebihnya
aktivitas-aktivitas ini akan mati tanpa kegiatan-kegiatan perkantoran olahraga dan
proses belajarmengajar Secara informal aktivitas PKL yang menempati ruang-ruang
trotoar kawasan ruang trotoar dan tengah Lapangan Pancasila yang notabene merupakan
ruang-ruang terbuka publik kawasan yang seyogyanya merupakan ruang-ruang yang
terbuka untuk umum dan masyarakat dapat dengan bebas mengakses ruangruang ini
memiliki karakteristik yang sama yaitu menempati lokasi-lokasi dengan tingkat
aglomerasi pengunjung kawasan yang tinggi atau ramai dikunjungi oleh orang dalam
jumlah yang banyak dalam kurun waktu tertentu secara periodic yang melakukan
kegiatan bersama-sama
Adapun penyebaran masing-masing aktivitas PKL kawasan studi ini
ditentukandibentuk oleh bentukan ruang yang ditempatinya Aktivitas PKL yang
menempati ruang-ruang trotoar memiliki penyebaran yang memanjang secara linier pada
ruang-ruang jalur sirkulasi pedestrian karena dipengaruhi oleh bentukan ruang jalur
41
sirkulasi pejalan kaki yang memanjang mengikuti jalur sirkulasi utama kawasan dengan
display barang dagangan yang ditata berderet secara memanjang pula (sedangkan khusus
untuk PKL yang berjualan pada ruang trotoar di tepi Lapangan Pancasila display barang
dagangan ditata sedemikian rupa secara berderet memanjang dan berhadap-hadapan)
sedangkan aktivitas PKL yang menempati tengah Lapangan Pancasila memiliki
penyebaran yang mengelompok karena memiliki bentukan ruang yang lebih leluasa
dalam pergerakan sesuai dengan karakter ruang sebagai satu-satunya ruang terbuka
publik yang luas di Kota Semarang dengan display barang dagangan yang ditata
sedemukian rupa secara berkelompok berdasarkan jenis-jenis barang dagangannya
dengan maksud untuk mempermudah pembeli memilih jenis barang yang diinginkan
dengan memberikan lebih banyak variasi barang dari beberapa pedagang yang sejenis
Sedangkan perkembangan aktivitas PKL Kawasan Bundaran Simpang Lima
dipengaruhi oleh perkembangan aktivitas perdagangan dan jasa kawasan sebagai
aktivitas yang mendominasi kawasan pusat kota dan kecenderungan aktivitas PKL
memilih lokasi-lokasi dengan karakter ruang sebagai ruang yang memiliki akumulasi
orang dalam jumlah yang banyak pada jangka waktu tertentu secara periodik berada
pada pusat-pusat kegiatanwadah aktivitas-aktivitas kota sehingga sering dikunjungi
warga masyarakat dalam jumlah besar dan memiliki lokasi yang strategis dengan
aksesibilitas yang tinggi sehingga memudahkan pencapaian calon pembeli meski
dilakukan dalam ruang yang relatif sempit dan umumnya tidak memerlukan ketersediaan
adanya fasilitas-fasilitas pelayanan umum
2 Analisis Ruang Jalur Sirkulasi Pedestrian Kawasan
Kawasan Bundaran Simpang Lima memiliki lokasi yang strategis sebagai simpul
pergerakan dari lima ruas jalan yang terdiri atas Jalan Pandanaran Gajahmada KH Achmad
Dahlan Ahmad Yani dan Pahlawan yang bermuara pada sirkulasi di Jalan Simpang Lima
yang mengelilingi Lapangan Pancasila membentuk loop dan menjadi penghubung antara
rdquokota atasrdquo dan rdquokota bawahrdquo Semarang Secara ekonomi maupun transportasi kawasan ini
mempunyai kemampuan berkembang dengan sangat cepat Intensitas lalu-lintas dan volume
kendaraan di kawasan ini tergolong tinggi mengingat aksesibilitasnya yang tinggi pula
dikarenakan pencapaiannya yang mudah dari segala penjuru kawasan dengan moda
kendaraan pribadi maupun umum yang melintasi maupun bertujuan ke kawasan ini (dari data
yang ada menunjukkan volume kendaraan yang bergerak mencapai 17051 buah)
Pembahasan mengenai ruang sirkulasi kawasan ini akan lebih ditekankan pada ruang-
ruang sirkulasi untuk manusiapejalan kaki sebagai ruang terbuka publik kawasan Perilaku
41
pejalan kaki pada ruang-ruang terbuka Kawasan Bundaran Simpang Lima identik selalu
berjalan secara berpasangan atau lebih (berkelompok) memilih jalur dengan jarak terpendek
dan yang dianggap paling nyaman Pergerakan antarbangunan tertinggi pada kawasan adalah
dari Citraland Mall ke Plasa Simpang Lima dan sebaliknya (852 dan 708 pejalan pada jam
puncak sabtu malam) Hal ini menunjukkan bahwa pergerakan pejalan kaki banyak
dipengaruhi oleh bangkitan dan tarikan dari fungsi perdagangan dan jasa di sekitar kawasan
Penyediaan ruang terbuka publik untuk pejalan kakijalur pedestrian di Kawasan
Bundaran Simpang Lima diwujudkan dalam bentuk ruang-ruang trotoar pada muka bangunan
dengan teknik segregasi yang terpisah dari jalur sirkulasi kendaraan dengan tujuan untuk
memberikan arah yang jelas dan menggunakan perkerasan berupa paving Ruang-ruang
trotoar yang dibangun memanjang mengikuti jalurkoridor-koridor jalan pada kawasan studi
dibangun dengan permukaan yang naik-turun dan terputus-putus demi menghormati jalan
masuk kendaraan adalah salah satu bukti betapa perencanaan dan pembangunan yang
dilakukan di Kota Semarang lebih mengutamakan sirkulasi kendaraan dan bukan manusia
Menurut fungsinya adanya kecenderungan sirkulasi kawasan yang berorientasi pada
kendaraan ini seiring dengan munculnya fenomena pergeseran fungsi ruang pejalan kaki
kawasan studi yang merupakan ruang terbuka public menjadi ruang-ruang privat untuk
berjualan PKL yang mengakibatkan keberadaan hak pejalan kaki atas ruang terbuka publik
kawasan yang sehat dan layak secara fisik sering kali terabaikan Hal ini mengakibatkan
semakin sempitnya ruangruang terbuka publik yang manusiawi pada koridor-koridor kelima
ruas jalan dan potensi interaksi sosial pada ruang terbuka publik tersebut pun akan semakin
berkurang
Aktivitas PKL sendiri memiliki kecenderungan untuk menempati ruang ruang antar
aktivitas yang selalu ramai dilewatidikunjungi oleh banyak orang dalam melakukan
pergerakan perpindahan dari aktivitas satu ke aktivitas yang lain atau dari bangunan
perdagangan modern satu ke bangunan perdagangan modern yang lain secara periodik dalam
rentang waktu tertentu sehingga kemudian pilihan ini jatuh kepada jalur-jalur pedestrian
yang notabene merupakan ruang-ruang terbuka publik yang seyogyanya digunakan oleh
pejalan kaki Keberadaan ruang trotoar yang semakin sempit oleh penggunaan ruang PKL
membuat pejalan kaki menjatuhkan pilihan untuk melakukan perjalanan pada ruang-ruang
seperti jalur lambat dan sebagian badan jalan sehingga mengurangi keamanan jiwa dan
kenyamanan pejalan kaki sendiri serta pengguna jalan yang lain (pengendara)
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh pejalan kaki pada ruang-ruang jalur pedestrian
atau trotoar di Kawasan Bundaran Simpang Lima adalah kegiatan berjalan dan berbelanja
41
Sebagian dari pejalan kaki hanya berjalan melintasi trotoar untuk menuju lokasi tujuannya
akan tetapi ada pula sebagian dari pejalan kaki yang berjalan sambil melihat-lihat bahkan ada
yang berbelanja pada PKL
Pejalan kaki di Kawasan Simpang Lima umumnya berjalan secara berombongan
antara 2 ndash 5 orang yang didominasi oleh jenis kelamin perempuan (51) yang memiliki
tujuan untuk rekreasi dan olah raga (33) atau berbelanja (29) dengan usia rata-rata 0 ndash 25
tahun (67) dengan profesi sebagai mahasiswapelajar (31) dan karyawan (25)
Hal tersebut menunjukkan bahwa pengunjung kawasan didominasi oleh anak-anak
muda kaum perempuan karena sebagian besar kaum perempuan inilah yang gemar dengan
aktivitas berlanja sebab kawasan studi didominasi oleh aktivitas perdagangan dan jasa
Pengunjung kawasan identik dengan pengguna ruang terbuka publik kawasan yang
didominasi oleh kaum perempuan dengan usia berkisar antara 0 ndash 25 tahun dengan profesi
sebagai pelajarmahasiswa dan karyawan dengan tujuan untuk melakukan kegiatan
rekreasiolahraga dan berbelanja karena kaum perempuan ini lah yang memiliki sifat dasar
senang berbelanja Usia rata-rata pengunjung yang masih muda dengan profesi pelajar
mahasiswa dan karyawan menunjukkan bahwa pada usia-usia inilah orang relative
membutuhkan rekreasihiburan dan olah raga
Arah pergerakan pejalan kaki pada ruang-ruang terbuka publik kawasan dipengaruhi oleh
tujuannya pada kawasan studi arah pergerakan tersebut adalah
a Tujuan Pergerakan untuk Melakukan Perpindahan Antar bangunan
Tujuan pejalan kaki untuk melakukan pergerakan perpindahan antar bangunan
perdagangan dan jasa modern dilakukan pada ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran
Simpang Lima yang menjadi penghubung antaraktivitas dengan karakter pergerakan
yang memanjang secara linier sepanjang trotoar mengikuti ketersediaan jalur-jalur
sirkulasi utama kawasan
Arah pergerakan pejalan kaki dalam melakukan pergerakan perpindahan
antarbangunan dilakukan secara linier dan memanjang pada trotoar Kawasan
Bundaran Simpang Lima disebabkan oleh bentukan ruang jalur pedestrian yang
memanjang sepanjang jalur sirkulasi utama kawasan
b Tujuan Pergerakan untuk Berbelanja pada PKL Sepanjang Trotoar Kawasan
dan Tepi Lapangan Pancasila
Arah pergerakan pejalan kaki dengan tujuan berbelanja pada PKL sepanjang
trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima memiliki karakter pergerakan linier yang
41
memanjang sedangkan arah pergerakan pejalan kaki dengan tujuan berbelanja pada
PKL di tepi Lapangan Pancasila memiliki arah pergerakan linier yang melingkar
Arah pergerakan pejalan kaki dalam melakukan aktivitas berbelanja pada PKL
sepanjang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima ini disebabkan oleh pengaturan
display barang dagangan PKL yang ditata sedemikian rupa secara berderet linier
searah dan memanjang mengikuti bentukan ruang jalur pedestrian yang ada
Sedangkan arah pergerakan pejalan kaki dengan tujuan berbelanja pada PKL
di tepi Lapangan Pancasila disebabkan oleh display berbagai jenis barang dagangan
yang ditata sedemikian rupa secara linier berhadap-hadapan dan melingkar mengkuti
bentukan ruang jalur pedestrian yang persegi membulat membingkai Lapangan
Pancasila
c Tujuan Pergerakan untuk Melakukan Olahraga Rekreasi dan Hiburan serta Berbe
lanja
Pada PKL di Tengah Lapangan Pancasila Tujuan pejalan kaki untuk
melakukan aktivitas olahraga rekreasi dan hiburan serta berbelanja pada PKL di
tengah Lapangan Pancasila memiliki karakter pergerakan yang curvelinier karena
setiap pergerakan yang dilakukan tidak dibatasi oleh batasan-batasan fisik tertentu
sehingga pergerakan yang terjadi adalah bebas dan tidak beraturan
Arah pergerakan pejalan kaki dalam melakukan aktivitas olahraga rekreasi
dan hiburan serta berbelanja pada PKL di tengah lapangan secara curvelinier ini juga
disebabkan oleh karakter kedatangan pengunjung yang dilakukan secara berpasangan
atau berkelompok
Sumber Hasil Analisis Dini Tri Haryanti ST 2008
Gambar 32Ruang Jalur Sirkulasi Pedestrian Kawasan
41
Aktivitas perdagangan dan jasa kawasan menjadi bangkitan dan tarikan pengunjung
kawasan sehingga meningkatkan intensitas jumlah pejalan kaki pada ruang-ruang terbuka
publik di kawasan ini Keberadaan aktivitas PKL pada sepanjang ruang-ruang trotoar
kawasan seiring dengan tingginya jumlah pergerakan pejalan kaki antarbangunan formal
mengakibatkan pergerakan yang rdquomenerusrdquo dengan pencapaian pada tujuan yang rdquomemutarrdquo
Pergerakan rdquomenerusrdquo yang dimaksud adalah pergerakan pejalan kaki yang dilakukan
pada ruang-ruang terbuka publik kawasan studi dengan tujuan untuk melakukan perpindahan
antarbangunan formal (bangunan perdagangan modern) dan aktivitas berbelanja pada PKL
yang berjualan di sepanjang ruang trotoar kawasan melalui ruang-ruang jalur sirkulasi
pedestrian kawasan yang tersedia secara linier dan memanjang mengikuti jalur sirkulasi
utama (jaringan jalan) kawasan dari satu bangunan ke bangunan yang lain dan dari satu PKL
ke PKL yang lain dengan perjalanan yang tanpa terputusberhenti pada titik lokasi tertentu
meski berhenti pun hanya untuk beberapa saat untuk istirahat dan melihat-lihat dengan lebih
jelas obyek yang dimaksud
Pergerakan pejalan kaki kawasan pada trotoar Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk
berbelanja pada PKL memiliki arah pergerakan yang linier dan memanjang sepanjang jalur
trotar yang disebabkan oleh pengaturan display barang dagangan PKL yang ditata berderet
memanjang sepanjang jalur Pergerakan menerus ini terjadi sebagai akibat dari pergerakan
dengan tujuan untuk melakukan perpindahan antarbangunan melalui ruang-ruang jalur
sirkulasi pejalan sambil melihat-lihat dan berbelanja pada PKL yang berjualan hampir pada
seluruh ruang trotoar kawasan studi Semisal pergerakan pejalan kaki kawasan dengan tujuan
untuk melakukan perpindahan dari bangunan Plasa Simpang Lima menuju Ramayana SC
harus melewati jalur sirkulasi pejalan kaki sepanjang trotoar dari depan Plasa Simpang Lima
Kompleks Pertokoan Simpang Lima dan Ramayana SC yang dipenuhi oleh PKL sambil
melihat-lihat display barang dagangan yang diperjualbelikan maupun sekaligus membelinya
begitu juga dengan pergerakan perpindahan antarbangunan yang lain sehingga dengan
demikian tercipta pergerakan yang menerus
Dari sisi intensitasnya pergerakan pejalan kaki yang menerus ini semakin berkurang
jumlahnya ketika sampai pada ruang sirkulasi pejalan kaki di depan Hotel Ciputra Aktivitas
dan keberadaan PKL hampir tidak ada di sepanjang trotoar di depan bangunan hotel
pergerakan pejalan kaki pun diarahkan menempati ruang-ruang sirkulasi yang bersifat privat
yaitu ruang-ruang sirkulasi pejalan di dalam Mall Ciputra untuk menjaga image dan kesan
rapi pada muka bangunan hotel sesuai dengan peraturan hotel Namun kenyataan yang ada di
41
lapangan masih adanya beberapa pergerakan di depan hotel lebih banyak disebabkan oleh
perilaku dan sifat pejalan kaki kawasan yang cenderung memilih rute terpendek dalam
perjalanannya untuk mencapai tujuan
Sedangkan pencapaian rdquomemutarrdquo yang dimaksud adalah pencapaian tujuan suatu
perjalananpergerakan yang dilakukan oleh pejalan kaki akibat pergerakan yang mengikuti
sistem sirkulasi jalur utama kawasan yang membentuk loop sehingga berdampak pada
pencapaian suatu bangunan formal kawasan dengan arah yang memutar dan melalui beberapa
persimpangan sekaligus Semisal untuk mencapai lokasi tujuan pada Ramayana SC pejalan
kaki dari bangunan Masjid Baiturrahman harus melakukan pergerakan perpindahan dari
bangunan Citraland Mall menuju bangunan Kompleks Pertokoan Simpang Lima baru
kemudian mencapai bangunan Ramayana SC atau dari bangunan Gajahmada Plaza dulu
kemudian menuju bangunan kantor TelkomSMKN 7 Semarang baru mencapai bangunan
Ramayana SC Begitu juga pergerakan-pergerakan dengan tujuan pencapaian pada bangunan-
bangunan formal yang lain
Pergerakan dengan pencapaian rdquomemutarrdquo pada ruang-ruang sirkulasi pejalan kaki
kawasan sebenarnya dapat dicari alternatif lain yaitu dengan dengan memotong jalur
sirkulasi utama Pergerakan memotong jalur ini dapat menjadi alternatif pergerakan yang
dilakukan untuk mencapai pada bangunan yang dituju dengan melalui ruang Lapangan
Pancasila namun pergerakan semacam ini kurang diminati oleh penggunapejalan kaki
kawasan sebab ruang lapangan yang tanpa aktivitas akan terasa lebih panjang dan
membosankan
B Analisis Pola Pemanfaatan Ruang Terbuka Publik Kawasan
1 Analisis Pola Pemanfaatan Ruang dan Aktivitas pada Ruang Terbuka Publik
Kawasan
Sebagaimana yang telah diuraikan dalam tahap analisis ruang dan aktivitas kawasan
bahwa aktivitas-aktivitas yang berlangsung di atas ruang Lapangan Pancasila sebagai ruang
terbuka publik kawasan adalah aktivitas politik peribadatan massal olahraga rekreasi dan
hiburan Aktivitas sector informal yang berlangsung pada ruang terbuka publik kawasan
adalah aktivitas PKL
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan berdasarkan aktivitasnya terpusat
menempati Lapangan pancasila sebagai satu-satunya ruang terbuka publik kota yang menjadi
wadah interaksi sosial masyarakatnya didukung oleh daya tampung ruang yang cukup luas +
4 Ha dengan lokasinya yang strategis terletak di tengah-tengah kawasan pusat kota yang
41
memiliki aksesibilitas yang tinggi sehingga mudah dicapai dari segala penjuru kota
menggunakan berbagai jenis moda kendaraan baik kendaraan pribadi maupun angkutan
umum Pola pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan berdasarkan aktivitasnya pada ruang
Lapangan Pancasila berlangsung secara berkelompok dan masing-masing mengumpul
berdasarkan jenis aktivitasnya sebagai akibat oleh adanya
a) Kecenderungan aktivitas yang berlangsung pada ruang terbuka publik ini adalah
aktivitas-aktivitas yang dilakukan secara berkelompok
b) Melibatkan orang dalam jumlah yang banyak
c) Bentukan ruang yang membentuk persegi membulat dengan daya tamping ruang yang
cukup besar
d) Memungkinkan pergerakan secara bebas dan tidak beraturan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan berdasarkan aktivitas sektor
informalnya didominasi oleh pola pemanfaatan aktivitas PKL yang menempati ruang trotoar
kawasan trotoar dan tengah Lapangan Pancasila yaitu
1) Pola Pemanfaatan Trotoar Sepanjang Tepi Jalan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh
aktivitas PKL sepanjang trotoar kawasan di depan Citraland Mall depan Plasa Simpang
Lima depan Kompleks Pertokoan Simpang Lima depan Ramayana SC depan kantor
TelkomSMKN 7 Semarang depan Gajahmada Plaza dan depan Masjid Baiturrahman
membentuk pola ldquolinier yang memanjangrdquo dikarenakan oleh bentukan ruang-ruang
trotoar ini yang merupakan suatu jalur penghubung secara linier antaraktivitasbangunan
perdagangan dan jasa kawasan pada tepi jalan di muka bangunan sehingga menimbulkan
sejumlah akumulasi pengunjung yang tinggi secara periodic berdasarkan waktu
berlangsungnya aktivitas formal yang memanjang mengikuti pola jalur sirkulasipola
jaringan jalan utama kawasan Adanya beberapa bangunan formal dengan ciri aktivitas
perdagangan dan jasa yang terletak secara berdekatan satu sama lain dalam kawasan ini
maka dengan sendirinya akan menjadi daya tarik yang sangat kuat untuk dikunjungi oleh
calon pembeli yang mengakibatkan timbulnya akumulasi pengunjung pada kawasan
terutama di sekitar kegiatan yang dimaksud
Situasi inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh PKL kawasan studi untuk
mengembangkan usahanya dengan menjaring calon pembeli pada ruangruang di
sepanjang jalur pada muka bangunan ini memanfaatkan peluang banyaknya pejalan yang
melalui sepanjang jalur ini dan mengikuti pola jaringan jalan kawasan agar
41
keberadaannya di sepanjang tepi jalan ini juga dapat terlihat dan menarik para pengendara
pengguna jalan kawasan
Adapun display bebagai jenis barang dagangan PKL yang disuguhkan secara berderet
memanjang pada ruang trotoar ini memberi kemudahan pengunjung kawasan baik
pejalan kaki maupun pengendara untuk dapat lebih jelas melihat dan memilih jenis-jenis
barang yang diperdagangkan
2) Pola Pemanfaatan Trotoar Tepi Lapangan Pancasila
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh
aktivitas PKL sepanjang trotoar Lapangan Pancasila membentuk pola ldquolinier yang
melingkarrdquo dikarenakan oleh bentukan ruang sirkulasi pedestrian lapangan yang
membingkai lapangan dengan bentuk persegi membulat dan pola sirkulasi utama kawasan
yang bermuara pada Lapangan Pancasila dengan membentuk loop Adanya kedudukan
Lapangan Pancasila sebagai satu-satunya ruang terbuka publik yang luas di Kota
Semarang sebagai wadah interaksi sosial yang dimanfaatkan oleh warga masyarakat Kota
Semarang dan sekitarnya untuk melakukan berbagai macam aktivitas seperti olah raga
rekreasi dan hiburan mengakibatkan timbulnya akumulasi pengunjung dalam jumlah
yang besar pada area ini khususnya pada hari liburMinggu pagi sehingga banyak PKL
yang tertarik untuk menempati lokasi ini untuk menjajakan barang dagangannya Display
berbagai jenis barang dagangan disuguhkan secara linier sepanjang trotoar dengan
berhadap-hadapan untuk memberi banyak pilihan dan variasi barang kepada calon
pembeli dengan suasana yang santai dan rekreatif
3) Pola Pemanfaatan Tengah Lapangan Pancasila
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh
aktivitas PKL di tengah Lapangan Pancasila membentuk pola ldquoberkumpul yang
mengelompokrdquo berdasarkan jenis barang dagangannya dikarenakan bentukan ruang
Lapangan Pancasila yang tanpa adanya pembatas fisik antarPKL dengan daya tampung
ruang yang cukup besar sehingga memungkinkan adanya pergerakan pengunjung yang
bebas dan tidak beraturan dan penataan display barang dagangan yang disajikan secara
mengelompok berdasarkan jenis barang dagangannya masing-masing sehingga
memudahkan calon pembeli memilih jenis barang yang diinginkan dengan banyaknya
variasi barang yang disuguhkan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh PKL
akan semakin berkurang intensitasnya apabila semakin menjauh dari kawasan studi
Intensitas pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan oleh aktivitas PKL pada koridor
41
kelima ruas jalan kawasan semakin menurun karena jalan-jalan ini berorientasi pada
aktivitas-aktivitas yang berbeda yang berlangsung pada kelima ruas jalan antara aktivitas
perkantoran pemerintahan dan pendidikan yang ditandai dengan adanya kepadatan
beberapa bangunan fasilitas perkantoran pemerintahan dan pendidikan pada koridor-
koridor kelima ruas jalan ini
Adanya bangkitan aktivitas nonekonomi ini mengakibatkan rendahnya akumulasi
pengunjung kawasan pada tepi jalan-jalan ini Hal inilah yang menjadi alasan mengapa
ruang-ruang trotoar koridor jalan ini kurang diminati oleh PKL meskipun ada beberapa
PKL yang berjualan pada beberapa penggal jalan namun keberadaannya terputus dan
tidak menerus seperti pada keberadaan PKL pada ruang sirkulasi pejalan kaki di
sepanjang trotoar Jalan Pahlawan yang identik sebagai area yang berorientasi pada
aktivitas pemerintahan Jalan KH Achmad Dahlan Pandanaran dan Achmad Yani yang
identik sebagai area yang berorientasi pada aktivitas perkantoran dan Jalan Gajahmada
yang identik sebagai area yang berorientasi pada aktivitas perkantoran dan pendidikan
Menurut kriteria pemilihan lokasinya aktivitas-aktivitas PKL memiliki
kecenderungan menempati lokasi atau ruang-ruang dengan tingkat akumulasi orang yang
melakukan kegiatan secara bersama-sama pada waktu yang relative sama pula Adanya
fungsi kawasan sebagai CBD tentu tidak lepas dari aktivitas perdagangan dan jasa yang
berlangsung di atasnya sehingga menimbulkan sejumlah akumulasi pengunjung yang
tidak sedikit Fenomena tumbuhnya sector informalPKL ini tak lepas dari keberadaan
aktivitas formal yang tumbuh dan berkembang sebagai aktivitas pendukung (activity
support) yang tidak dapat dihindarkan dan digusur begitu saja melainkan diantisipasi dan
diperhitungkan kebutuhan ruangnya
2 Analisis Pola Pemanfaatan Ruang Jalur Sirkulasi Pedestrian Kawasan
Pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan sebagai jalur sirkulasi pejalan kaki
merupakan jenis pemanfaatan sebagai pemenuhan akan kebutuhan ruang pejalan yang
memisahkan ruang pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan kawasan demi meminimalisasi
konflik kepentingan yang dapat mengakibatkan ketidaknyamanan pejalan kaki maupun
pengguna jalan yang lain (pengendara)
Namun dalam perkembangannya ruang-ruang di tepi jalan ini mengalami pergeseran
fungsi ruang menjadi lokasi aktivitas PKL sehingga kemudian pejalan kaki harus
menjatuhkan pilihannya untuk berjalan melalui jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk
mencapai tujuan dalam pergerakannya
41
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima sebagai
ruang sirkulasi pedestrian dibentuk oleh arah pergerakan pejalan yang dipengaruhi oleh
tujuan dalam melakukan perjalanannya
a Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Melakukan Perpindahan Antarbangunan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima dengan
tujuan untuk melakukan pergerakan perpindahan antarbangunan membentuk pola
rdquomenerus yang melingkarrdquo dikarenakan arah pergerakan pejalan yang menerus pada
sepanjang ruang trotoar di muka bangunan kawasan mengikuti pola sirkulasi utama
kawasan yang membentuk loop
Pola pemanfaatan yang rdquomenerusrdquo ini disebabkan oleh kontinuitas pergerakan pejalan
kaki kawasan dalam melakukan perpindahan antar bangunan formal (perdagangan
modern) pada ruang-ruang trotoar sebagai ruang penghubung antaraktivitas formal
kawasan Pola pergerakan pejalan kaki yang menerus ini merupakan bangkitan dari
tarikan aktivitas perdagangan dan jasa formal kawasan yang menjadi alasan pengunjung
melakukan pergerakan berpindah antarbangunan
Pergerakan pejalan yang rdquomenerusrdquo ini juga dipengaruhi oleh keberadaan aktivitas
PKL di sepanjang ruang trotoar kawasan yang memberi kehidupan menerus pada ruang-
ruang ini Pergerakan menerus dilakukan oleh pejalan kaki kawasan secara linier pada
tepi jalan mengikuti pola jaringan jalan utama kawasan dan memanjang menuju lokasi
pencapaian tujuan pergerakan
Pola pemanfaatan ruang yang rdquomelingkarrdquo disebabkan oleh pencapaian tujuan pada
bangunan perdagangan modern kawasan secara memutar Sistem pencapaian bangunan
formal (perdagangan) yang memutar ini dipengaruhi oleh sistem sirkulasi utama kawasan
yang memiliki muara pada Jalan Simpang Lima (Lapangan Pancasila) dan membentuk
loop dimana dalam bentuk pencapaian yang loop ini diperlukan waktu untuk
mencapainya karena harus melewati banyak persimpangan-persimpangan yang
merupakan simpul-simpul bertemunya arus lalu lintas dari kelima ruas jalan kawasan
pada muaranya di Jalan Simpang Lima
b Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Berbelanja pada PKL di Sepanjang
Trotoar Kawasan dan Tepi Lapangan Pancasila Pola pemanfaatan ruang terbuka
publik Kawasan Simpang Lima dengan tujuan untuk berbelanja pada PKL di sepanjang
trotoar kawasan kurang lebih sama dengan pola pemanfaatan ruang dengan tujuan
melakukan perpindahan antarbangunan formal kawasan yaitu membentuk pola rdquomenerus
41
yang melingkarrdquo sepanjang ruang-ruang trotoar pada muka bangunan formal kawasan
mengikuti pola jaringan jalan utama kawasan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh aktivitas PKL pada sepanjang trotoar
kawasan dipengaruhi oleh penataan display berbagai jenis barang dagangan PKL yang
ditata sedemikian rupa berderet secara linier pada muka bangunan dan memanjang
mengikuti bentukan ruang trotoar sehingga mempermudah calon pembeli baik oleh
pejalan kaki maupun pengguna jalan yang lain (pengendara) untuk melihat dan memilih
jenis-jenis barang yang diinginkan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik dengan tujuan berbelanja pada PKL yang
berjualan di tepi Lapangan Pancasila membentuk pola rdquolinier yang melingkarrdquo mengkuti
sistem sirkulasi utama kawasan yang membentuk loop dengan muara sirkulasi pada
lapangan Pola pemanfaatan yang linier dipengaruhi oleh penataan display barang
dagangan yang ditata sedemikian rupa secara linier pada tepi Lapangan Pancasila (trotoar
lapangan) berhadaphadapan dengan sirkulasi pengunjung PKL yang berada pada tengah
ruang trotoar sebagai ruang yang tersisa dari kedua sisi ruang yang digunakan oleh PKL
Pola pemanfaatan ruang yang rdquomelingkarrdquo dipengaruhi oleh bentukan ruang yang
persegi membulat dengan trotoar sebagai pembingkai ruang lapangan Pemanfaatan yang
melingkar ini dibentuk oleh pergerakan pengunjung PKL yang menerus tanpa terputus
pada ruang trotoar tepi Lapangan Pancasila
c Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Melakukan Aktivitas Olahraga Rekreasi dan
Hiburan Berbelanja Pada PKL di Tengah Lapangan Pancasila
Pola pemanfaatan ruang Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk melakukan aktivitas
olahraga rekreasi dan hiburan serta berbelanja pada PKL yang berjualan di tengah
Lapangan Pancasila memiliki pola pergerakan rdquocurvelinierrdquo Aktivitas-aktivitas ini
cenderung dilakukan secara berkelompok mengingat daya tampung ruang lapangan yang
cukup besar sehingga memungkinkan untuk pergerakan yang bebas dan santai dengan
suasana rekreatif dengan arah pergerakan yang tidak beraturan dikarenakan tanpa adanya
bentukan fisik pembatas antaraktivitas kegiatan Aktivitas olahraga yang seringkali
dilakukan menempati ruang Lapangan Pancasila adalah olahraga sepak bola dimana
olahraga ini biasa dilakukan secara berkelompok dengan pergerakan yang tidak beraturan
pada ruang
Sedangkan pergerakan aktivitas rekreasi dan hiburan yang juga cenderung dilakukan
secara berpasanganberkelompok ini dipengaruhi oleh tujuannya untuk melihat-lihat
pemandangansuasana kawasan sehingga membentuk pola pergerakan yang tidak
41
beraturan dan berkelok-kelok dengan sesekali berhenti untuk mengagumi view atau
sekedar untuk mengobrol
Pola pergerakan pejalan kaki pada ruang Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk
berbelanja pada PKL di tengah lapangan mempunyai pola pergerakan rdquocurvelinierrdquo
dipengaruhi oleh bentukan ruang lapangan yang persegi membulat dengan daya tampung
ruang cukup besar dan sistem sirkulasi pengunjung yang memungkinkan arah pergerakan
dengan bebas Aktivitas PKL yang memiliki kecenderungan berkelompok berdasarkan
jenis barang yang diperdagangkan ini berdampak pada penataan display barang sehingga
sistem sirkulasi pengunjung PKL pun pada akhirnya mengikuti pola pemanfaatan ruang
oleh aktivitas PKL dengan pergerakan yang tidak beraturan pada ruang (curvelinier)
dengan suasana rekreatif dan santai
Dengan adanya pergerakan pejalan kaki Kawasan Bundaran Simpang Lima yang
rdquomenerus dan melingkarrdquo membentuk linkage seyogyanya pejalan kaki diberikan ruang
yang layak demi keamanan dan kenyamanan pejalan dan pengguna jalan yang lain
Dengan kecenderungan sifat manusiawi pejalan yang enggan melakukan perjalanan
dengan permukaan yang naik atau menaik solusi yang ditawarkan tentu tidak bisa berupa
jembatan penghubung antarbangunan Sebab selain memerlukan biaya yang tidak sedikit
dapat menghalangi pandanganview suatu kawasan berpotensi menggunakan sebagian
ruang terbuka publik itu sendiri dan keengganan pejalan berjalan pada permukaan yang
naik sebagai sifat dasar pejalan kaki maka alangkah lebih baiknya apabila solusi yang
ditawarkan sebagai ruang untuk pejalan kaki kawasan di luar konteks teknologi adalah
berupa subway yaitu ruang publik untuk pejalan kaki yang dibangun di bawah tanah yang
menjadi penghubung antarbangunan dengan karakteristik berupa terowongan di bawah
tanah bebas dari sirkulasi kendaraan kawasan bebas dari kebisingan akibat intensitas lalu
lintas kawasan yang cukup tinggi mampu menjadi alternatif ruang untuk PKL dan parkir
off street kawasan sekaligus sebagai jalur pedestrian kawasan
41
352 Kajian PKL di Jalur Pejalan Kaki di Jalan Samanhudi Kabupaten Jember
3521 Analisa Konflik Kepentingan
Tabel IV1Analisa Konflik Kepentingan
Sumber Hasil Analisis Maria Kurnia U 2009
41
3522 Analisa Konflik Penggunaan Ruang
Tabel IV2
Analisa Konflik Penggunaan Ruang
Sumber Hasil Analisis Maria Kurnia U 2009
3523 Analisis Konsep Simbiosis Mutualistik
A Analisa Teori
Analisa ini bertujuan menelusuri konflik kepentingan dan konflik penggunaan ruang
melalui kajian teori-teori tentang penataan PKL yang didapatkan dari literature dan penelitian
PKL yang pernah dilakukan sebelumnya Meminimalisir konflik yang terjadi diperlukan
ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun
menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan
Samanhudi dengan kawasan PKL lain
ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL
41
ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun
dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja
namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang
namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan
ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa
jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan
harga antara pedagang formal dan PKL
ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan
pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak
penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi
antar pihak
ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai
dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan
perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang
informal
ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan
persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL
ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan
dalih keamanan
ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan
pejalan kaki dan pengendara kendaraan
ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki
ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL
ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan
ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa
harus saling menumpuk
ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak
ndash Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini
menjadi jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen
B Triangulasi Konsep Simbiosis Mutualistik
Triangulasi konsep simbiosis mutualistik dilakukan untuk mendapatkan konsep-
konsep penataan pedagang kaki lima yang menguntungkan berbagai pihak yang terkait yang
membandingkan antara fakta empiris studi kasus dan teori
41
Mengakui eksistensi PKL didukung dengan program kebijakan untuk mengelola
aktivitas PKL
Penyuluhan pembinaan dan pelatihan untuk PKL
Pemberian bantuan modal dari pemerintah maupun dari sektor swasta (dengan konsep
kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitusaja namun dilakukan kontrol terhadap dana
bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang begitu saja namun dapat dimanfaatkan secara
berkelanjutan
Peningkatan citra kawasan melalui pembentukan karakter khusus PKL di lokasi studi
sehingga membedakan PKL Samanhudi dengan PKL di kawasan lain
Pengelompokkan PKL menurut jenis barang dagangan dan perletaknnya diatur menurut
jenis dagangan toko formal sehingga tidak terjadi perebutan konsumen
Peningkatan citra kawasan sehingga menambah daya tarik pengunjung
Pembentukan Paguyuban Samanhudi yang beranggotakan PKL pedagang formal dan
pihak penengah untuk menyamakan aspirasi antar golongan dan sebagai forum diskusi
Legalitas sektor informal yang diakui oleh pemerintah
Perumusan kebijakan dan peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan
perdagangan informal
Peraturan didukung pengawasan yang ketat sangsi yang jelas dan sosialisasi serta
persamaan persepsi
Perancangan sarana usaha sesuai dengan jenis barang dagangan dan aspirasi PKL
Sosialisasi status ruang PKL
Peningkatan keamanan dan pengawasan untuk mencegah pemerasan tindak kejahatan
lain
Mempertahankan orientasi PKL ke arah bangunan formal
Perbaikan pelebaran dan pemeliharaan jalur pejalan kaki (pedestrian) sebatas ruang
parkir on street sehingga jalur aktif jalan tidak berkurang
Pemisahan yang jelas antara jalur pejalan kaki dan ruang PKL
Pemisahan yang jelas antara jalur pengendara ruang PKL dan jalur pejalan kaki
Mengatur ruang parkir off street di sepanjang jalan untuk mengurangi beban jalan akibat
penyempitan jalan karena adanya pelebaran pedestrian
Perpanjangan sosoran dari bangunan formal sebagai pelindung pejalan kaki dan ruang
PKL sehingga PKL tidak perlu memakai ataptambahan untuk kiosnya
Bentuk sarana usaha berupa meja dorong tanpa atap agar akses visual pencahayaan dan
penghawaan ke bangunan formal tidak terhalang
41
Diberikan jarak setiap 2 kios sebagai akses masuk ke bangunan formal
Mengikutsertakan seluruh pihak terkait dalam penyampaian keputusan
Perancangan dapat mewadahi ruang PKL
Ruang PKL mengikuti arus pergerakan manusia
Pengaturan kebersihan dan ketertiban
C Konsep Legalitas PKL
Adanya pengakuan resmi dari pemerintah terhadap PKL Samanhudi sebagai salah satu
sector ekonomi di kawasan studi melalui surat keputusan resmi Surat keputusan ini
sekaligus mengatur hak kewajiban dan tanggung jawab PKL sebagai kompensasi
perubahan status yang telah diberikan oleh pemerintah
PKL berhak mendapatkan perlindungan hokum dan pinjaman modal dari pemerintah
Namun sebagai sector resmi PKL dikenakan pajak penghasilan dan retribusi Besarnya
pajak Pajak penghasilan dibedakan dari sektorformal Dengan membayar pajak PKL
berhak mendapatkan perlindungan pemerintah dari oknum preman dsb
PKL wajib mendukung program-program penertiban yang dilakukan pemerintah Apabila
PKL melanggar hak dan kewajiban yang telah diputuskan PKL tidak berhak lagi
menempati lapak yang telah dipinjamkan oleh pemerintah Dan dicabut ijin berjualannya
di kawasan Samanhudi
Dalam konsep ini simbiosis mutualistik terjadi antara pemerintah dan PKL dimana PKL
mendapatkan pengakuan perlindungan dan bantuan modal dari pemerintah sementara
pemerintah mendapatkan retribusi pajak penghasilan dan ketertiban dari PKL
D Konsep Pembinaan dan Permodalan
Pedagang kaki lima perlu untuk mendapatkan pembinaan dari pemerintah Kabupaten
Jember untuk meningkatkan kemampuan wirausaha dan peningkatan kualitas barang
dagang dan pelayanan terhadap pembeli konsumen sehingga bias meningkatkan
pendapatan dan aktivitas pedagang kaki lima dapat member nilai tambah serta dapat
memberkan peluang kerja yang dapat mengurangi tingkat pengangguran di Kabupaten
Jember Bentuk pembinaan berupa penyuluhan yang diberikan berkala secara rutin
Program pembinaan diadakan oleh pemerintah
Program pembinaan juga digunakan sebagai sarana pertemuan rutin dan sosialisasi
peraturan-peraturan yang dilakukan pemerintah
Program pembinaan juga dapat dijadikan sarana untuk selalu mengingatkan hak dan
kewajiban serta sangsi yang diterapkan bila PKL melanggar selama beroperasi dikawasan
Samanhudi
41
Program pembinaan memberikan keuntungan kepada PKL dan pemerintah PKL
mendapatkan peningkatan kemampuan dan pemerintah mendapat sarana sosialisasi
Pemberian bantuan modal ini tidak ditujukan kepada semua pedagang kaki lima tetapi
diberikan kepada beberapa pelaku usaha yang memiliki potensi dan criteria yang telah
ditentukan
Pemerintah dalam memberikan bantuan modal ini juga harus bekerja sama dengan
instansi-isntansi lain yang terkait
Pemberian modal dari pihak swasta sangat disarankan
Konsep ini memberikan keuntungan kepada pihak PKL berupa bantuan modal dengan
bunga ringan keuntungan laba pinjaman kepada pemberi modal dan bila pihak swasta
terlibat mendapatkan keuntungan berupa kesempatan untuk periklanan
E Konsep Kelembagaan Paguyuban Samanhudi
Paguyuban Samanhudi merupakan Kelembagaan yang memiliki kewenangan atau
keterikatan dengan pengelolaan dan pembinaan Pedagang Kaki Lima KoridorJalan
SamanhudiPaguyuban ini beranggotakan wakil PKL wakil pedagang formal wakil
pemerintah dari dinas Kebersihan dan Pertamanan Dinas Polisi Pamong Praja Dinas
Pariwisata Dinas Pendapatan dan Dinas LPMK Kabupaten Jemberserta pihak penengah
selaku penasehat dan pihak netral yang diwakili oleh pakar PKL dari universitas tokoh
masyarakat dan pakar PKL lainnya
Peran Paguyuban ini adalah sebagai forum diskusi dari semua pihak untuk menampung
aspirasi dan menetralisasi konflik yang terjadi sehingga setiap aspek dikoridor jalan
Samanhudi dapat melakukan koordinasi dan semua aspirasi dari semua pihak dapat
tersampaikan Fungsi paguyuban juga sebagai sarana mengikutsertakan semua pihak
terkait dalam membuat rancangan peraturan dan sosialisasi peraturan yang telah
ditetapkan pemerintah mengenai PKL kepada semua pihak terkait
Paguyuban juga berfungsi sebagai pihak pengawas bekerja sama dengan pihak kepolisian
dan pamong praja untuk mengawasi segala pelanggaran yang dilakukan oleh semua pihak
terkait Penerapan sangsi harus tegas dan diawasi oleh paguyuban sehingga tidak terjadi
rsquopenyelesaiandamairsquo dari pihak pelanggar dana para penegak peraturan
Paguyuban memberikan keuntungan kepada PKL pedagang formal pemerintah dan
masyarakat berupa kesempatan untuk menyalurkan aspirasi
41
353 Kajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit Kariyadi
Semarang
3531 Analisis Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar
Rumah Sakit dr Kariadi
Analisis karakteristik aktivitas PKL menggunakan metode deskriptif kuantitaif
dan distribusi frekuensi Analisis ini nantinya menunjang untuk analisis selanjutnya
yaitu analisis karakteristik berlokasi PKL Analisis ini meliputi lokasi aktivitas PKL
tempat usaha PKL jenis barang dagangan sarana fisik berdagang pola layanan pola
penyebaran serta status kepemilikan usaha Uraian dari masing-masing analisis
tersebu dipaparkan sebagai berikut
a Lokasi Beraktivitas
Sesuai dengan ruang lingkup spasial dari penelitian ini lokasi yang digunakan
PKL untuk memanfaatkan aktivitas kegiatan utama Rumah Sakit dr Kariadi adalah di
sepanjang penggal Jalan dr Kariadi sebagian Jalan Veteran dan sebagian Jalan dr
Soetomo Mereka berlokasi di penggalpenggal jalan tersebut dikarenakan jalan
tersebut merupakan batas dari kawasan fasilitas kesehatan dan merupakan jalan arteri
sekunder kolektor sekunder dan lokal sekunder yang ramai orang berlalu lalang
lintas kendaraan serta dilewati jalur angkutan umum Kondisi tersebut ditangkap oleh
PKL sebagai peluang untuk mendapatkan konsumen dengan memanfaatkan tingkat
kunjungan yang tinggi dari aktivitas kegiatan utama serta orang yang lalu lalang yang
melintas di penggal jalan-jalan tersebut Untuk lebih jelas mengenai lokasi PKL dapat
dilihat pada Gambar berikut
41
Gambar 33
Lokasi Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Pada lokasi tersebut terbagi menjadi spot-spot yang menjadi lokasi PKl
berdasarkan penggal jalan yang telah disebutkan sebelumnya yaitu Jalan dr Kariadi
Jalan Veteran dan Jalan dr Soetomo Spot-spot tersebut memiliki karakteristik
masing-masing baik dari sisi aktivitas dan ruang usaha PKL maupun dari karakteristik
berlokasinya Di penggal Jalan dr Kariadi terdapat beberapa bagian yang merupakan
lokasi larangan untuk PKL lokasi yang diperbolehkan untuk menggelar dagangan
PKL serta PKL binaan kelurahan yang dikenal dengan istilah PKL orange Pada Jalan
Veteran yang diminati oleh PKL berada di sisi selatan jalan Lokasi tersebut juga
diperbolehkan untuk berdagang PKL sebagai kompensasi penggantian lokasi
penggusuran PKL yang berasal dari Jalan dr Kariadi sisi barat Lokasi yang
seharusnya bersih dari PKL adalah Jalan dr Soetomo karena merupakan jalur merah
Namun lokasi ini tetap diminati untuk berlokasi PKL diantaranya dikarenakan tidak
adanya lokasi lain serta lokasinya yang strategis Kestrategisan tersebut dilihat dari
status jalan yang merupakan jalan utama penghubung ke pusat-pusat aktivitas lainnya
serta akses ke pusat kota maupun ke luar kota sehingga frekuensi kendaraan yang lalu
lalang tinggi Selain itu lokasinya yang dekat dengan kegiatan utama yang ada di
sekitarnya seperti Rumah sakit dr Kariadi perkantoran ataupun permukiman Hal
tersebut dimanfaatkan PKL sebagai peluang mendapatkan konsumen
b Tempat Usaha
41
Lokasi yang diminati PKL tidak menyediakan tempat khusus untuk berdagang
PKL sehingga mereka menggunakan ruang-ruang publik untuk tempat usahanya
seperti di trotoar di atas saluran drainase bahu jalan dan badan jalan Dengan
difungsikannya ruang-ruang publik tersebut menjadi tempat berdagang bagi PKL
berakibat menurunnya fungsi ruang publik tersebut mengurangi citra kawasan serta
menurunnya kualitas lingkungan Oleh pemerintah kota ruang-ruang publik tersebut
dimanfaatkan untuk tempat usaha PKL karena diperlukan tempat usaha di lokasi
tersebut Hal ini sebagai upaya pemerintah untuk mewadahi aktivitas tersebut
Tempat-tempat tersebut dilegalkan menjadi tempat usaha yang diperuntukkan bagi
PKL sesuai dengan peraturan daerah nomor 11 tahun 2000 tentang PKL yang
notabene bertolak belakang dengan peraturan daerah lainnya yang mengatur tentang
ketertiban keindahan dan pertamanan Persentase PKL yang menempati ruang-ruang
publik dapat dilihat pada Gambar berikut ini
Gambar 34
Persentase Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Terdapat pula PKL yang tidak mendapat izin tempat usaha berdagang
khususnya PKLyang berlokasi di daerah larangan untuk PKL serta berdagang pada
waktu yang tidak diperbolehkan sehingga mereka tidak ditarik retribusi dan sewaktu-
waktu dapat ditertibkan oleh aparat penegak tata tertib Namun ketidaktertiban aparat
PKL yang tidak mendapat izin tersebut kadang-kadang juga dipungut retribusi yang
diistilahkan dengan uang keamanan namun frekuensinya tidak teratur PKL dalam
golongan ini jumlahnya minoritas jika dibandingkan dengan PKL yang mendapat izin
tempat usaha Berikut sketsa sebaran PKL menurut tempat usahanya yang dapat
dilihat pada Gambar
41
Gambar 35
Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
c Jenis Barang Dagangan
Dagangan mayoritas yang diperdagangkan oleh PKL di sekitar Rumah Sakit
dr Kariadi adalah jenis barang dagangan makanan seperti warung tegal bakso soto
es buah dan makanan kecil Jenis dagangan tersebut diminati karena PKL mencoba
menangkap aktivitas kegiatan utama yang banyak membutuhkan jenis barang
dagangan makanan
Jenis barang dagangan yang paling minoritas diperdagangkan adalah buah-
buahan Jenis dagangan inipun hanya dijumpai di penggal Jalan dr Kariadi karena di
penggal jalan tersebut terdapat pintu masuk pengunjung rumah sakit Jenis barang
dagangan ini biasanya digunakan sebagai cangkingan atau oleh-oleh untuk membesuk
pasien Namun jenis dagang ini kurang diminati pedagang dikarenakan barangnya
yang mudah busuk tidak mempunyai tempat penyimpanan khusus seperti kulkas
relatif mahal karena rata-rata buah impor serta konsumennya relatif sedikit
Kekurangminatan pedagang untuk menjual jenis dagangan ini dapat dilihat dari
sedikitnya jumlah PKL yang menjual dagangan ini
Jenis barang dagangan lain yang banyak diperdagangkan adalah kelontong
karena berjualan bermacam-macam jenis barang dari rokok makanan kecil air
kemasan bahkan sampai barang kebutuhan mereka yang beraktivitas di kegiatan
41
utama yaitu rumah sakit seperti untuk kebutuhan penunggu pasien yaitu tikar kipas
termos untuk air panas dan jenis barang lainnya
Jenis dagangan yang lain merupakan jenis barang dagangan yang umum
diperdagangkan atau jenis barang dagangannya hampir ada setiap ruas jalan-jalan
besar lokasi PKL lainnya di kota besar yang kebanyakan termasuk dalam jenis barang
dagangan non makanan dan jasa pelayanan seperti warung telekomunikasi bensin
tambal ban voucher pulsa fotocopy Untuk jasa pelayanan fotocopy yang banyak
tersebar di kawasan tersebut terkait dengan adanya kegiatan utama berupa fasilitas
pendidikan seperti Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro akademi
keperawatan dan farmasi sedangkan untuk jenis dagangan umum lainnya terkait
adanya permukiman di sekitar lokasi tersebut Namun ada barang dagangan yang khas
yaitu nisan karena lokasi sekitar Rumah sakit dr Kariadi terdapat tempat pemakaman
umum yang cukup besar yaitu TPU Bergota
Jenis dagangan yang dijual dapat dikatakan tidak semata hanya melayani
untuk aktivitas yang terkait dengan Rumah Sakit dr Kariadi namun juga melayani
terhadap aktivitas lainnya disekitar Rumah Sakit dr Kariadi seperti fasilitas
pendidikan permukiman pemakaman serta perkantoran bahkan aktivitas transportasi
seperti kebutuhan supir angkutan umum dan supir taxi Untuk lebih jelas mengenai
perbandingan jumlah PKL menurut jenis barang dagangan di masing-masing penggal
jalan dapat dilihat pada gambar berikut ini
Gambar 36
Karakteristik Jenis Barang Dagangan Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
41
d Sarana Fisik Berdagang
Masing-masing lokasi memiliki jenis sarana berdagang mayoritas yang
berbeda-beda Pada penggal Jalan dr Kariadi mayoritas PKL di penggal jalan tersebut
menggunakan kios sebagai sarana berdagangnya Kios-kios tersebut awalnya
merupakan warung semi permanen yang disekat-sekat Namun seiring dengan
perkembangan waktu dan adanya praktek sewa tempat usaha maka warung tersebut
dibangun permanen oleh pemiliknya bahkan diantaranya ada yang dilengkapi dengan
kamar mandi serta ruang tidur Hal tersebut dikarenakan sebagian kios juga dijadikan
sebagai tempat tinggal pemiliknya Asal pedagang yang dari luar Kota Semarang serta
biaya yang mengontrak relatif mahal sehingga menjadikan kiosnya sebagai sarana
usaha serta tempat tinggal sekaligus Sarana dagang tersebut telah menyimpang dari
peraturan daerah tentang PKL Latar belakang pendidikan PKL yang sebagian rendah
kemungkinan menjadi penyebab kurangnya pemahaman pedagang terhadap produk
hukum tersebut atau memang mengerti namun sengaja dilanggar karena tidak adanya
upaya pemerintah untuk menertibkan sarana berdagang yang telah melanggar
peraturan tersebut Selain itu ketidaktergantungan PKL terhadap ketersediaan
prasarana penunjang menjadikan PKL dalam beraktivitas tidak mempertimbangkan
aspek tersebut
Selain kios sarana dagangan yang banyak diminati adalah gerobak tenda yaitu
sarana dagangan utamanya gerobak yang ditunjang dengan tenda yang biasanya untuk
tempat makan konsumen Sarana dagang ini dianggap praktis karena mudah
dibongkar pasang serta dipindahkan Terlebih sarana dagang ini sesuai dengan
himbauan pemerintah dalam Perda No 11 tahun 2000 yaitu sarana PKL adalah yang
mudah untuk dibongkar serta dipindahkan
Lain halnya dengan PKL di penggal Jalan dr Soetomo mereka lebih banyak
menggunakan gerobak Hal tersebut dikarenakan lokasi tersebut merupakan lokasi
larangan untuk PKL tapi mereka tetap bertahan di lokasi tersebut dengan alasan tidak
tersedia tempat lain yang strategis untuk berjualan Dengan menggunakan gerobak
memudahkan mereka untuk lari atau berpindah tempat jika ada penertiban oleh aparat
penegak tata tertib
Di penggal Jalan Veteran sama halnya dengan sarana fisik yang digunakan
berdagang oleh PKL di penggal Jalan dr Kariadi Mereka mayoritas menggunakan
41
sarana berdagang berupa kios Mereka menggunakan sarana fisik dagangan kios
permanen yang dianggap aman karena memperoleh izin tempat usaha dari pihak
terkait untuk berdagang Namun sarana dagang yang dibuat permanen tersebut tidak
sesuai dengan perda tentang PKL yang mengharuskan sarana dagang pedagang kaki
lima yang mudah dibongkar dan dipindah-pindah
Sarana fisik dagangan yang kurang diminati adalah mobil Walaupun cukup
fleksibel untuk berpindah-pindah namun biaya untuk operasional sehari-hari cukup
mahal seperti bahan bakar perawatan mobil ataupun untuk pengadaan unit mobil itu
sendiri Hanya terdapat satu PKL yang menggunakan sarana dagangan ini yaitu
berada di penggal Jalan dr Kariadi Namun karena pada waktu penyebaran kuesioner
pedagang ini tidak berada di lokasi maka tidak masuk menjadi responden
e Pola Layanan
Untuk pola pelayanan terdapat tiga aspek yang dibahas yaitu mengenai waktu
layanan
aktivitas PKL serta sifat layanan Berikut uraian dari analisis pola pelayanan tersebut
1 Waktu Layanan
Sesuai waktu aktivitas kegiatan utama yang rata-rata pagi hingga sore hari
seperti fasilitas pendidikan perkantoran serta jam berkunjung dan pemeriksaan rumah
sakit maka mayoritas PKL membuka usahanya pada waktu tersebut yaitu sekitar
pukul 0900 hingga pukul 1600 Namun khusus yang berada di penggal Jalan dr
Kariadi yaitu di sekitar pintu masuk dan lokasi larangan untuk PKL hanya
diperbolehkan untuk berjualan pada sore hingga malam hari yaitu biasanya mereka
membuka usahanya sekitar pukul 1600 hingga 0000 Terdapat beberapa PKL yang
waktu usahanya menyesuaikan dengan waktu pelayanan rumah sakit yang buka 24
jam atau sepanjang hari Hal tersebut dilakukan menangkap peluang menjajakan
barang dagangan untuk kebutuhan aktivis rumah sakit seperti penunggu pasien
pengunjung atau petugas piket atau jaga serta tidak menutup kemungkinan pembeli
dari pengendara yang lalu lalang atau supir transportasi umum
Hal tersebut juga berlaku di penggal jalan yang lain dimana mayoritas
membuka usahanya pada pagi hingga sore hari Hanya minoritas yang membuka
usaha pada sore hingga malam hari serta sepanjang hari Faktor lain yang dapat
mempengaruhi waktu aktivitas PKL selain menyesuaikan waktu aktivitas kegiatan
utama adalah kepemilikan usaha yang merupakan milik pribadi sehingga mereka
membuka usahanya sesuai keinginan mereka
41
Terdapat pula fenomena satu lokasi ditempati oleh dua PKL dengan waktu
layanan yang berbeda PKL yang beraktivitas pada pagi hingga sore mencoba
menagkap peluang dari kunjungan ke kegiatan utama seperti rumah sakit fasilitas
pendidikan perkantoran serta perdagangan informal dan tidak menutup orang yang
lalu lalang melewati jalan-jalan tersebut Lokasi yang dianggap strategis serta
berprospektif tersebut digunakan oleh PKL lain untuk berjualan di tempat yang sama
Hal tersebut dimanfaatkan PKL untuk menangkap peluang dari kegiatan rumah sakit
serta orang yang lalu lalang Selain itu juga menangkap konsumen dari penumpang
bus malam yang melewati Jalan dr Soetomo dimana di jalur tersebut terdapat halte
serta konsumen dari supir angkutan umum yang sedang istirahat sejenak Berikut
pemetaan PKL menurut waktu berdagangnya
Gambar 37Peta Sebaran Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Menurut Waktu Layanan
2 Sifat Layanan
Dari gambar di bawah ini dapat disimpulkan bahwa mayoritas PKL di sekitar
Rumah Sakit dr Kariadi memiliki sifat layanan menetap baik dari segi tempat
berdagangnya yang tetap serta waktu berdagangnya yang sama setiap harinya hal ini
nampak pada sarana fisik dagangan para PKL tersebut yang berupa kios yang
memang tidak bisa dipindah-pindah atau permanen Hanya 13 yang memiliki sifat
layanan semi menetap Berikut persentase PKL menurut sifat layanannya
41
Gambar 38Persentase Sifat Layanan Pedagang Kaki LimaDi Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Sifat layanan semi menetap biasanya PKL yang tempat usahanya yang
merupakan gabungan antara menetap dengan keliling yaitu pada awal waktu
berdagang pada lokasi yang sama tiap harinya namun jika belum habis dagangannya
mereka berkeliling serta jam berdagang yang tidak tetap tiap harinya terkadang hanya
sampai siang karena dagangannya habis Sisanya yang 2 berjualan secara
berkeliling yang diantaranya bertujuan untuk mendekati konsumen serta
memanfaatkan waktu-waktu puncak kegiatan utama rumah sakit seperti waktu
kunjungan menjenguk pasien
f Pola Penyebaran
Pola penyebaran PKL mayoritas mengikuti pola jalan yang ada yaitu linier
Mereka berjualan di bahu-bahu jalan bahkan ada yang berada di atas saluran drainase
Selain itu pola penyebaran tersebut terbentuk karena lokasi yang diperbolehkan untuk
PKL menempati trotoar trotoar sepanjang jalan yang secara otomatis membentuk
linier Alasan lainnya yang diungkapkan oleh pedagang adalah agar dagangannya
mudah dilihat oleh orang yang lalu lalang Namun terdapat beberapa PKL yang
berjualan secara aglomerasi dengan PKL yang berjualannya bergerombol di dekat
pintu masuk pengunjung Rumah Sakit dr Kariadi seperti yang dapat dijumpai di Jalan
dr Kariadi yaitu bergerombol di sekitar pintu masuk pengunjung rumah sakit serta di
Jalan dr Soetomo yang bergerombol di dekat pintu masuk UGD dan pintu masuk ke
Gedung Pavilliun Garuda Hal tersebut dimaksudkan untuk mendekati pengunjung
yang akan masuk ke rumah sakit Hanya sebagian kecil saja yang lokasinya berjauhan
dengan PKL lainnya atau menyebar untuk mengurangi persaingan dengan PKL
lainnya
41
g Kesimpulan Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar
Rumah Sakit dr Kariadi
Tempat usaha tidak terdapatnya tempat yang dikhususkan untuk PKL pemerintah
memfasilitasinya dengan memperbolehkan menempati ruang-ruang publik seperti
trotoar badan atau bahu jalan serta di atas saluran drainase melalui Perda no 11 tahun
2000 Namun hal ini dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan
serta visual kawasan dan tidak optimalnya ruang publik tersebut Mayoritas PKL di
kawasan tersebut telah mengantongi izin tempat usaha dari kelurahan selaku pihak
berwenang
Jenis barang dagangan karakteristik jenis barang dagangan PKL pada umumnya
mengikuti kebutuhan kegiatan utama yaitu aktivitas Rumah Sakit dr Kariadi dan
sekitarnya seperti fasilitas pendidikan perkantoran perdagangan informal
permukiman dan pemakaman Jenis barang dagangan yang mayoritas diperdagangkan
berupa makanan Jenis barang dagangan yang diperdagangkan adalah non makanan
buah-buahan jasa pelayanan serta kelontong Terkait dengan kegiatan utama terdapat
beberapa jeni barang dagangan yang spesifik seperti termos tikar kipas guna
memenuhi kebutuha penunggu pasien
Sarana fisik dagangan mayoritas berupa kios yang dibangun permanen serta
gerobak tenda Menggunakan kios dikarenakan lokasinya yang telah dilegalkan untuk
aktivitas PKL serta terkait pola layanan yang menetap serta pada waktu berdagang
yang tetap Sedangkan gerobak tenda banyak digunakan oleh pedagang makanan
dimana tendanya digunakan sebagai tempat untuk konsumen Untuk bangunan
permanen diantaranya digunakan sebagai tempat tinggal Ketidakketergantungan
PKL terhadap prasarana penunjang sehingga PKL tidak mempertimbangkan aspek
tersebut karena mereka dapat mengusahakan sendiri
Pola pelayanan dari segi waktunya mengikuti waktu aktivitas kegiatan utama yaitu
pagi hingga sore hari sekitar pukul 0900 ndash 1600 serta telah mendapat izin tempat
usaha dari pihak berwenang namun terdapat pula PKL yang beraktivitas sore hingga
malam hari yaitu pukul 1600 ndash 0000 serta sepanjang hari Sifat layanannya menetap
mengingat mayoritas bersarana fisik dagangan berupa kios serta waktu berdagang
yang relatif tetap
Pola penyebaran mayoritas secara linier yaitu mengikuti pola jalan karena lokasi
yang dilegalkan untuk PKL oleh pemerintah menempati ruang-ruang publik seperti
trotoar di atas saluran drainase dan bahu jalan yang notabene mengikuti pola jalan
41
Selain itu terdapat sebagian beraglomerasi di sekitar pintu masuk rumah sakit yang
bertujuan untuk mendekati konsumen dan sisanya menyebar agar mengurangi
saingan
ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun
menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan
Samanhudi dengan kawasan PKL lain
ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL
ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun
dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja
namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang
namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan
ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa
jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan
harga antara pedagang formal dan PKL
ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan
pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak
penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi
antar pihak
ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai
dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan
perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang
informal
ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan
persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL
ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan
dalih keamanan
ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan
pejalan kaki dan pengendara kendaraan
ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki
ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL
ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan
ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa
harus saling menumpuk
41
ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak
Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini menjadi
jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen
41
Pengelolaan PKL
Pengelolaan PKL di Bundaran
Simpang Lima
Lima Semarang
Pengelolaan PKL di
Kabupaten Jember
Pengelolaan PKL di Kawasan Sekitar Rumah
Sakit dr Kariadi Semarang
Mengakui keberadaan PKL dengan
menuangkannya di dalam produk-
produk tata ruang
Penegakan peraturan
perundagangan yang terkait
dengan PKL
Menjalin kerjasama dengan sektor
formal dalam menyediakan ruang
bagi PKL
Menyediakan ruang perkotaan
yang dikhususkan bagi sektor
informal
Peningkatan citra PKL
Pengakuan terhadap eksistensi PKL
Control terhadap dana bantuan
Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo
Penindakan tegas kepada oknum yang
melakukan perampasan hak pada PKL
dengan dalih keamanan
Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk
menampung aktivitas PKL dan pejalan
kaki
Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan
jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir yang tepat
Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal
Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan
jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir
Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL
dan konsumen yang aman dari gangguan
pejalan kaki dan pengendara kendaraan
41
36 Temuan Studi
Temuan studi ini dimana akan menjawab sasaran yang disesuaikan dari contoh kasus yang ada di Indonesia Berikut adalah tabel matrik temuan
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
Mengetahui
permasalahan
PKL di jalur
pejalan kaki
Keberadaan sektor PKL yang menempati ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima memakai separuh lebih lebar trotoar bahkan seringkali tidak menyisakan sedikit pun ruang untuk pejalan kaki Ruang-ruang trotoar menjadi tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya sebagai ruang pemisah antara ruang yang digunakan untuk sirkulasi pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan Ruang-ruang trotoar tersebut banyak yang beralih fungsi menjadi lokasi berdagang PKL
Peralihan fungsi trotoar ini menyebabkan terganggunya aktivitas pejalan kaki sehingga pejalan terpaksa harus menggunakan jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk berjalan guna menghindari berbagai hambatan di atas trotoar Hal ini menyebabkan pejalan kaki terpaksa harus berhati-hati jika melangkah terkadang juga harus mengalah berjalan pada ruang-ruang jalur lambat dan sebagian badan jalan Kondisi ini sangat tidak aman dan
Masalah yang utama itu dari setiap
pedagang kaki lima di Jalur Pejalan Kaki
di Jalan Samanhudi Jember yaitu
Penggusuran Para PKL liar yang tidak
memiliki TDU(Tanda Daftar Usaha)
mereka biasanya akan di gusur dengan
peringatan yang di berikan sampai di
laksanakan penggusuran paksa padahal
Pedagang kaki lima merupakan salah satu
solusi akan masalah tingginya angka
pengangguran dan sedikitnya lapangan
kerja bagi masyarakat berpendidikan
rendah seperti mereka Pemerintah dalam
hal ini tidak dapat menyediakan lahan
pengganti bagi mereka untuk melanjutkan
usaha mereka jika pun ada pemerintah
menyediakan lahan-lahan yang letaknya
kurang strategis yang secara pasti
menurunkan dan mematikan pendapatan
yang mereka dapatkan dan akhirnya
Legalitas lokasi aktivitas
PKL yang biasanya ditempatkan
di dalam ruang publik seperti di
atas trotoar di atas saluran
drainase taman dan ruang publik
lainnya patut dipertanyakan
karena ketidakberdayaannya
peraturan tersebut dalam
menangani PKL Sebagai contoh
di sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi legalitas lokasi untuk
aktivitas PKL yang linier di
sepanjang jalan yang bertempat di
atas drainase Dalam aspek
apapun hal tersebut tidak dapat
dilegalkan terlebih tidak ada
penjelasan mengenai luasan atau
desain yang diperbolehkan PKL
untuk menggelar dasaran pada
dimensi saluran drainase yang
PKL yang menempati
ruang-ruang trotoar
menyebabkan
terganggunya aktivitas
pejalan kaki
Pemerintah tidak dapat
menyediakan lahan
pengganti
Legalitas lokasi aktivitas
PKL yang biasanya
ditempatkan di dalam
ruang publik seperti di atas
trotoar di atas saluran
drainase taman dan ruang
publik patut
dipertanyakan
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
nyaman bagi pejalan kaki ataupun bagi pengendara kendaraan bermotor karena mengganggu arus lalu lintas dan membahayakan keselamatan jiwa mereka hal seperti ini dapat kita lihat di depan dan di samping Masjid Baiturrahman di depan Citraland Mall di depan dan di samping Plasa Simpang Lima di depan dan di samping Kompleks Pertokoan Simpang Lima di depan dan di samping Ramayana Super Center di depan dan di samping SMKN 7 SemarangKantor Telkom dan di depan Gajahmada Plaza
Pemilihan lokasi PKL dipengaruhi oleh kecenderungan aktivitas PKL yang selalu menentukan lokasi mendekati pusat-pusat keramaian atau pusat-pusat perdagangan dan jasa dan lokasi-lokasi yang sering dikunjungi oleh orang banyak dalam kurun waktu tertentu secara periodik dan menerus Alasan inilah yang kemudian mendasari penentuan lokasi PKL Kawasan Bundaran Simpang Lima untuk berjualan di trotoar karena ruang-ruang jalur pedestrian inilah yang
mereka harus gulung tikar dan menjadi
pengangguran yang semakin menambah
permasalahan di Indonesia Pemerintah
harus mencari cara dan tempat yang baik
untuk mereka berdagang ditengah modal
mereka yang kecil agar di sisi lain semua
para pedagang kaki lima tidak hilang
lapangan kerjanya dan bias melanjutkan
kelangsungan hidupnya
ada Selain itu PKL juga
menempati trotoar yang
mengakibatkan bertambahnya
permasalahan yang terdapat di
lokasi tersebut Imbas secara
langsung dirasakan oleh
pengguna trotoar yaitu pedestrian
ketidaknyamanan bahkan tidak
adanya lagi ruang untuk berjalan
di atas trotoar acapkali menjadi
konsekuensi pedestrian yang
trotoarnya diserobot PKL
Aglomerasi aktivitas PKL yang
berlokasi di sekitar pintu masuk
pengunjung Rumah Sakit dr
Kariadi menyebabkan
penumpukan aktivitas seperti
aktivitas keluar masuk
pengunjung aktivitas jual beli
antara PKL dengan konsumen
lalu lintas kendaraan yang sedang
melewati Jalan dr Kariadi serta
angkutan umum yang sedang
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
dianggap sebagai lokasi yang ramai dikunjungi oleh pejalan kaki yang melakukan pergerakan dalam mencapai tempat tujuan perjalanannya Begitu juga dengan ruang Lapangan Pancasila karena selalu ramai dikunjungi pada hari-hari libur dengan rata-rata pengunjung mencapai 51 ndash 100 oranghari dikarenakan kedudukannya sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya
berhenti mencari penumpang
Sekali lagi permasalahan tersebut
disikapi oleh pemerintah dengan
penertiban dan penggusuran yang
hampir tidak pernah berakhir
manis
Mengetahui
peranan PKL
Kehadiran PKL di Kawasan
Bundaran Simpang Lima juga mampu
menciptakan kehidupan yang menerus
sehingga terhindar dari kematian
kawasan pada saat tertentu akan tetapi
di sisi lain kehadiran PKL
menyebabkan ketidakteraturan
kekumuhan dan kualitas fisik yang
buruk sehingga merusak wajah kota
Selain itu PKL yang berjualan di
Lapangan Pancasila pada malam hari
dengan kehidupan malam dan wanita-
wanita penghibur yang berdandan tebal
Tempat pedagang kaki lima bagi
Masyarakat dijalan Samanhudi Jember
sangat penting sebagai penyedia kebutuhan
yang dibutuhkan oleh Masyarakat Jember
Pedangan kaki lima sangat mempengaruhi
pola pasar dan sosial di Jember khususnya
didaerah Jalan Samanhudi Dalam bidang
perekonomian pedagang kaki lima hanya
berpengaruh sebagai produsen yang
penting bagi Masyarakat Jember
mengingat akan Meningkatnya jumlah
Penduduk Mereka cenderung lebih
memilih membeli pada pedagang kaki lima
Usaha PKL yang terus
berkembang pesat menarik PKL
untuk mempekerjakan karyawan
selain tenaga yang dibutuhkan
memang tidak bisa dikerjakan
sendiri terdapat pula pemilik
modal yang menyewa tempat
usaha namun dijadikan usaha
sampingan sehingga tidak
mengelola secara langsung
usahanya namun dengan
mempekerjakan karyawan PKL
yang statusnya sebagai karyawan
Pedangan kaki lima sangat
mempengaruhi pola pasar
dan sosial
harga yang PKL tawarkan
lebih murah dibandingkan
dengan harga di mall
grosir maupun indogrosir
sebagai salah satu
alternatif lapangan
pekerjaan bagi masyarakat
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
menciptakan kesan negatif dan
memperburuk citra kawasan
daripada membeli di supermarket yang
sudah merajalela di kota Jember pada saat
ini mall atau grosir maupun indogrosir
yang banyak tersebar di kota Jember
dikarenakan harga yang mereka tawarkan
lebih murah
sebanyak 10 dimana karyawan
tersebut memanfaatkan PKL
sebagai lapangan pekerjaan
Sehingga bekerja sebagai
karyawan PKL dapat dikatakan
sebagai salah satu alternatif
lapangan pekerjaan bagi
masyarakat
Mengetahui
pola aktivitas
PKL dijalur
pejalan kaki
Aktivitas PKL sendiri
memiliki kecenderungan untuk
menempati ruang ruang antar aktivitas
yang selalu ramai dilewatidikunjungi
oleh banyak orang dalam melakukan
pergerakan perpindahan dari aktivitas
satu ke aktivitas yang lain atau dari
bangunan perdagangan modern satu ke
bangunan perdagangan modern yang
lain secara periodik dalam rentang
waktu tertentu sehingga kemudian
pilihan ini jatuh kepada jalur-jalur
pedestrian yang notabene merupakan
ruang-ruang terbuka publik yang
PKL berdagang dengan menempati
tempat yang tetap dan tidak berpindah-
pindah
Modal dan aset sebagian besar adalah
milik sendiri
Berdagang di Samanhudi merupakan
usaha utama
Alat peraga PKL pada kawasan ini
dapat dibedakan menjadi
ndashAlat peraga semi permanen dari kayu
dan tenda yang bersifat menetap
ndashAlat peraga dengan bangku meja dan
tenda sekaligus sebagai tempat tinggal
ndashAlat peraga beroda namun menetap
Pola Aktivitas pelayanan PKL di
kawasan sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi pada umumnya melayani
pengunjung rumah sakit namun
tidak menutup kemungkinan
konsumennya adalah pengendara
atau orang yang sedang melintasi
jalan tersebut tanpa bermaksud
untuk masuk ke rumah sakit
Selain itu konsumen
yang berasal dari sekitar lokasi
PKL seperti penduduk
permukiman di sekitarnya
pekerja yang bekerja di sektor
Aktivitas PKL memiliki
kecenderungan untuk
menempati ruang ruang
antar aktivitas yang selalu
ramai dilewatidikunjungi
oleh banyak orang dalam
melakukan pergerakan
perpindahan dari aktivitas
satu ke aktivitas yang lain
atau dari bangunan
perdagangan modern satu
ke bangunan perdagangan
modern
Saat berjualan alat peraga
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
seyogyanya digunakan oleh pejalan
kaki Keberadaan ruang trotoar yang
semakin sempit oleh penggunaan ruang
PKL membuat pejalan kaki
menjatuhkan pilihan untuk melakukan
perjalanan pada ruang-ruang seperti
jalur lambat dan sebagian badan jalan
sehingga mengurangi keamanan jiwa
dan kenyamanan pejalan kaki sendiri
serta pengguna jalan yang lain
(pengendara)
Kegiatan-kegiatan yang
dilakukan oleh pejalan kaki pada
ruang-ruang jalur pedestrian atau
trotoar di Kawasan Bundaran Simpang
Lima adalah kegiatan berjalan dan
berbelanja Sebagian dari pejalan kaki
hanya berjalan melintasi trotoar untuk
menuju lokasi tujuannya akan tetapi
ada pula sebagian dari pejalan kaki
yang berjalan sambil melihat-lihat
bahkan ada yang berbelanja pada PKL
ndashAlat peraga beroda namun menetap
dengan bangku dan meja
ndashHanya berupa matras sebagai alas
dagangan yang dapat berpindah
sewaktu-waktu
Alat peraga yang dipakai untuk usaha
tidak seragam dan tidak menggunakan
desain yang baik sehingga terkesan
kumuh kurang bersih dan sangat
mengganggu wajah kota dan menutup
fasade bangunan di belakangnya
Saat berjualan alat peraga kios
sebagian besar menempati badan jalan
dan trotoar
Saat tidak berjualan alat peraga kios
sebagian besar tetap di lokasi jualan
lama berjualan di Samanhudi sebagian
besar antara 6 ndash10 tahun
Terbanyak dari pedagang belum
pernah bekerja di sektor lain dan dari
semula telah menjadi PKL di
Samanhudidi bandingkan denga harga
yang ada di mall Pedagang
lain sehingga tidak ada batasan
pasti mengenai pola pelayanan
para PKL tersebut
Waktu beraktivitas para
PKL umumnya terbagi menjadi
dua sesi PKL yang pertama
adalah pedagang yang aktivitas
berdagangnya pada pagi hingga
siang hari Pedagang yang kedua
merupakan pedagang yang
mempunyai waktu layanan pada
sore hingga malam hari Namun
tidak menutup kemungkinan
terdapat beberapa PKL yang
berdagang dari pagi hingga
malam hari bahkan buka nonstop
mengingat rumah sakit
beraktivitas selama sehari penuh
sehingga mereka mengikuti
aktivitas sektor formal yang ada
di sekitarnya
Waktu berdagang
tersebut juga disesuaikan dengan
kios sebagian besar
menempati badan jalan
dan trotoar
Waktu beraktivitas para
PKL umumnya terbagi
menjadi dua sesi PKL
yang pertama adalah
pedagang yang aktivitas
berdagangnya pada pagi
hingga siang hari
Pedagang yang kedua
merupakan pedagang yang
mempunyai waktu layanan
pada sore hingga malam
hari Namun tidak
menutup kemungkinan
terdapat beberapa PKL
yang berdagang dari pagi
hingga malam hari bahkan
buka nonstop
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
izin usaha yang diberlakukan oleh
petugas kelurahan sebagai pihak
yang berwenang menangani PKL
Untuk lokasi yang dilarang untuk
PKL oleh PKL tetap digunakan
sebagai lokasi untuk berdagang
dengan waktu berdagang setelah
jam kerja yaitu sore hingga
malam hari
Mengetahui
Pengelolaan
PKL di jalur
pejalan kaki
dalam perkembangannya
pemerintah mengeluarkan SK
Walikota Kota Semarang No 511316
tahun 2001 tentang Penetapan Lahan
yang mengatur tentang lokasi-lokasi
dan waktu aktivitas PKL yang
diperbolehkan oleh pemerintah pada
Kawasan Bundaran Simpang Lima
agar tetap terjaga kerapihan dan
estetikakeindahan wajah kawasannya
yaitu PKL yang berjualan di depan
Kompleks Pertokoan Simpang Lima
depan Ramayana SC depan Kantor
Adanya pengakuan resmi dari
pemerintah terhadap PKL Samanhudi
sebagai salah satu sector ekonomi di
kawasan studi melalui surat keputusan
resmi Surat keputusan ini sekaligus
mengatur hak kewajiban dan
tanggung jawab PKL sebagai
kompensasi perubahan status yang
telah diberikan oleh pemerintah
Pedagang kaki lima perlu untuk
mendapatkan pembinaan dari
pemerintah Kabupaten Jember untuk
meningkatkan kemampuan wirausaha
Pemerintah Kota Semarang
berwenang dalam mengatur
keberadaan PKL di ruang Kota
Semarang seperti yang terdapat di
kawasan sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi dengan bentuk
pengelolaan lokasional (stabilitas
atau pengaturan) dan struktural
(perijinan) Dalam pengaturan
tersebut Pemerintah Kota
Semarang menggunakan dasar
hukum berupa Undang-Undang
Peraturan Pemerintah Peraturan
mengatur tentang lokasi-
lokasi dan waktu aktivitas
PKL yang diperbolehkan
oleh pemerintah agar tetap
terjaga kerapihan dan
estetikakeindahan wajah
kawasannya
Pedagang kaki lima perlu
untuk mendapatkan
pembinaan
Pedestrian dirancang ulang
dengan dilebarkan hingga
area parkiran street
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
TelkomSMKN 7 Semarang depan
Gajahmada Plaza dan depan Masjid
Baiturrahman boleh berjualan dari
pukul 1600 ndash 0400 WIB (khusus pada
Hari Minggu PKL diijinkan untuk
berjualan mulai pukul 0600 ndash 0800
WIB) menempati ruang trotoar dengan
luas areal 4 x 6 meter
Sampai dengan tahun 2008
PKL di Kawasan Bundaran Simpang
Lima mencapai 1536 pedagang dan
ada kecenderungan akan terus
meningkat dari tahun ke tahun (lihat
Tabel III4) Kecenderungan lokasi
PKL pada masa-masa yang akan
datang mengikuti kecenderungan dari
perkembangan aktivitas formal
kawasan yang ada demikian juga
kecenderungan waktu berdagangnya
Melihat kecenderungan aktivitas PKL
kawasan maka SK Walikota Kota
Semarang No 511316 tahun 2001
sudah tidak relevan lagi dan perlu
dan peningkatan kualitas barang
dagang dan pelayanan terhadap
pembeli konsumen sehingga bias
meningkatkan pendapatan dan
aktivitas pedagang kaki lima dapat
member nilai tambah serta dapat
memberkan peluang kerja yang dapat
mengurangi tingkat pengangguran di
Kabupaten Jember Bentuk pembinaan
berupa penyuluhan yang diberikan
berkala secara rutin Program
pembinaan diadakan oleh pemerintah
Paguyuban Samanhudi merupakan
Kelembagaan yang memiliki
kewenangan atau keterikatan dengan
pengelolaan dan pembinaan Pedagang
Kaki Lima KoridorJalan
SamanhudiPaguyuban ini
beranggotakan wakil PKL wakil
pedagang formal wakil pemerintah
dari dinas Kebersihan dan
Pertamanan Dinas Polisi Pamong
Praja Dinas Pariwisata Dinas
Daerah dan Surat Keputusan
Walikota Adapun dasar hukum
yang mengatur secara jelas
mengenai aktivitas PKL di Kota
Semarang yang berlaku saat ini
diantaranya adalah sebagai
berikut
1048707 Peraturan Daerah No 11 Tahun
2000 tentang Pengaturan dan
Pembinaan PKL Perda ini
menjelaskan tentang pengaturan
dan pembinaan PKL di Kota
Semarang seperti pengaturan
tempat usaha hak kewajiban dan
larangan untuk PKL Dalam
kaitannya dengan karakteristik
berlokasi aktivitas PKL
dijelaskan dalam Perda ini yang
terdapat dalam pasal 3 yaitu
penempatan lokasi kegiatan PKL
diatur dengan mempertimbangkan
tempat kepentingan untuk umum
lainnya seperti kepentingan untuk
sehingga jalur aktif
kendaraan tidak
mengalami penyempitan
mengatur keberadaan PKL
di ruang Kota dengan
bentuk pengelolaan
lokasional (stabilitas atau
pengaturan) dan struktural
(perijinan)
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
ditinjau kembali sesuai dengan
kecenderungan dan kebutuhan yang
ada di lapangan
Pendapatan dan Dinas LPMK
Kabupaten Jemberserta pihak
penengah selaku penasehat dan pihak
netral yang diwakili oleh pakar PKL
dari universitas tokoh masyarakat dan
pakar PKL lainnya
Penerapan tema khusus pada penataan
PKL kawasan studi agar mempunyai
cirri khas dan dapat mengangkat citra
kawasan dan meningkatkan daya tarik
kawasan Contoh produk khas
jember yang dapat diangkat sebagai
tema adalah tembakau rookk dan
cerutu mengingat Jember sebagai
penghasil tembakau terbesar di Jawa
Kegiatan khas Jember yang dapat
diangkat sebagai tema yaitu Jember
Fashion Carnaval Penerapan tema
dapat diaplikasikan pada sarana usaha
PKL finishing pedestrian perabot
kota dan elemen pendukung lainnya
Pedestrian dirancang ulang dengan
pejalan dan untuk sirkulasi
kendaraan Untuk lebih jelas
mengenai detail isi perda tersebut
dapat dilihat pada Lampiran F
1048707 Surat Keputusan Walikota
Semarang No 51136 Tahun
2001 tentang lokasi PKL di Kota
Semarang dimana di dalamnya
diantaranya mengatur luas area
batas pemakaian area waktu
aktivitas dan tempat aktivitas
PKL Ruas kanan Jalan dr
Kariadi dari arah Jalan Veteran
merupakan lokasi yang
diperbolehkan untuk aktivitas
PKL Lokasi tersebut menempati
trotoar serta bangunan berupa
semi permanen Untuk lebih jelas
mengenai detail isi SK tersebut
dapat dilihat pada Lampiran F
1048707 Perda No 6 Tahun 2004
tentang Rencana Detail Tata
Ruang Kota Semarang Bagian
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
dilebarkan hingga area parkiran street
sehingga jalur aktif kendaraan tidak
mengalami penyempitan Diberikan
perbedaan yang tegas antara ruang
PKL dan ruang pejalan kaki dan jalur
kendaraan berupa perbedaan tinggi
lantaiSehingga dikemudian hari kios
PKL tidak melebar ke segala sisi
Wilayah Kota (BWK) I
(Kecamatan Semarang Tengah
Semarang Timur dan Semarang
Selatan Tahun 2000-2010 Perda
tersebut menjelaskan mengenai
fungsi serta peran BWK I yang
terkait dengan sektor formal di
wilayah tersebut yaitu penjelasan
mengenai fasilitas kesehatan yang
berada khususnya di Kelurahan
Randusari Selain itu dijelaskan
pula kelas Jalan dr Kariadi Jalan
dr Soetomo dan Jalan Veteran
serta jalur transportasi yang
melaluinya
41
1 PKL menjadi katup pengaman bagi masyarakat perekonomian lemah baik sebagai
profesi maupun bagi konsumen untuk memenuhi kebutuhan hidupnya terutama akibat
krisis ekonomi
2 PKL menyediakan kebutuhan barang dan jasa yang relatif murah bagi masyarakat yang
berpenghasilan menengah ke bawah
3 Jumlah yang besar ragam bentuk usaha dan keunikan merupakan potensi yang besar
untuk menghias wajah kota apabila ditata dan diatur dengan baik
4 PKL dapat memberikan rasa aman yang menjadi barrier untuk keamanan aktivitas
pedagang formal karena kontiunitas kegiatannya hampir 24 jam
5 PKL tidak dapat dipisahkan dari unsur budaya dan eksistensinya tidak dapat dihapuskan
6 PKL menyimpan potensi pariwisata yang cukup besar
Berdasarkan dampak yang ditimbulkannya tersebut Dampak positif terlihat dari segi
sosial dan ekonomi karena keberadaan PKL menguntungkan bagi pertumbuhan ekonomi kota
karena sektor informal memiliki karakteristik efisien dan ekonomis Menurut Sethurahman
selaku koordinator penelitian sektor informal yang dilakukan ILO di delapan negara
berkembang karena kemampuan menciptakan surplus bagi investasi dan dapat membantu
meningkatkan pertumbuhan ekonomi Hal ini dikarenakan usaha-usaha sektor informal
bersifat subsisten dan modal yang digunakan kebanyakan berasal dari usaha sendiri Modal
ini sama sekali tidak menghabiskan sumber daya ekonomi yang besarDalam hal ini
eksistensi PKL perlu dipertahankan hanya saja perlu diupayakan meminimalkan dampak
negatif yang ditimbulkannya Oleh karena itu langkah yang dapat dilakukan adalah
menertibkan PKL sehingga fungsinya dalam aspek ekonomi dapat berjalan namun tidak
menimbulkan dampak negatif terhadap kualitas ruang perkotaan Usaha kecil telah
membuktikan dan menjadi tangan yang tersembunyi (invisible hand) bagi perekonomian
Indonesia keluar dari badai krisis Jika dikaji lebih mendalamsetidaknya usaha kecil terutama
sektor informal (sebut PKL) mempunyai tiga peran besar dalam proses pembangunan mulai
dari bidang ekonomi pariwisata dan pendidikan
322 Pemberdayaan Unskilled Workers dalam Kegiatan Usaha PKL
Langkah utama yang dapat ditempuh untuk memberdayakan keberadaan PKL ini
adalah perlu adanya pengakuan secara resmi terhadap keberadaan sektor informal (PKL)
dalam rencana tata ruang kota Hal ini perlu karena rencana tata ruang kota akan dapat
menciptakan penciptaan lingkungan yangaman nyaman serasi dan efisien Hanya saja untuk
mewujudkan hal tersebut perlu diperhatikan terhadap hal-hal antara lain
41
1 Perlu dicermati tentang paradigma PKL selain itu juga perlu dicermati pula mengenai
konsep tentang masyarakat marjinal yang berkaitan dengan usaha PKL Hal ini akan
berkaiatan dengan karakteristik masyarakat PKL terhadap rencana tata ruang
2 Sudah menjadi fakta kenyataan bahwa PKL adalah sesuatu yang luar biasa sehingga
perlu adanya pengaturan secara formal mengingat usaha PKL sifatnya sudah menjadi
bidang pekerjaan walaupun masihdikategorikan sebagai sektor informal dan
mengingat lokasi PKL menempati bagian kota yang secara visual mencolok mata dan
berlokasi pada tempat yang strategis dan bernilai lahan tinggi
3 Perlu adanya ketegasan mengenai peruntukkan atau fungsi ruang kotaapakah ruang
tersebut sebagai ruang publik (jalan ruang terbuka hijau)atau fungsi lainnya sehingga
perlu dicermati kembali konsep keadilandan keseimbangan antara kepentingan publik
(umum) dan kepentingan privat (individu) dalam hal haknya masing-masing terhadap
ruang publik kota
4 Selain penataan fisik kota juga perlu didukung oleh aturan-aturan main yang jelas
berupa peraturan perencanaan pengelolaan pemanfaatan dan pemeliharaan ruang
secara benar dan adil bagi semua pihak
323 PKL Sang Pengembang Wirausaha di Indonesia
Dari sisi ekonomi usaha kecil termasuk didalamnya sektor informal (PKL) berperan
dalam penumbuhan jiwa kewirausahaan Menurut Kasali(2005) manfaat yang dapat
diperoleh dari tumbuhnya jiwa wirausaha dimasyarakat
1 Mendorong pertumbuhan ekonomi sekaligus membuka banyak lapangan kerja
2 Tumbuhnya kreativitas dan inovasi baru dalam melakukan usaha
3 Meningkatkan kualitas kompetisi yang berujung pada nilai tambah masyarakat
4 Menurunkan biaya dan waktu yang timbul akibat ketidakpastian dan
5 Meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Hal ini sejalan dengan pemikiran Rochdale jika suatu negara ingin tumbuh dengan
cepatmaka salah satu yang harus mendapat prioritas pengembangan adalah tumbuhnya jiwa
wirausaha di masyarakat PKL sudah teruji sebagai bibit entrepreneur untuk diberdayakan
menjadi unit usaha baru yang tangguh Berbagai hasil studi sudah membuktikannya
33 Pola Aktivitas PKL di Jalur Pejalan Kaki
41
Selama ini perencanaan ruang kota hanya dibatasi pada ruang-ruang formal saja yang
menampung kegiatan formal Seiring dengan berjalannya waktu keberadaan ruang-ruang
fomal kota tersebut mendorong munculnya kegiatan informal kota salah satunya di sektor
perdagangan yaitu Pedagang Kaki Lima (PKL) sebagai kegiatan pendukung (activity
support) Menurut McGee dan Yeung (1977 25) PKL mempunyai pengertian yang sama
dengan rdquohawkersrdquo yang didefinisikan sebagai orang-orang yang menjajakan barang dan jasa
untuk dijual di tempat yang merupakan ruang untuk kepentingan umum terutama di pinggir
jalan dan trotoar Oleh karena tidak tersedianya ruang informal kota bagi PKL maka PKL
menggunakan ruang publik seperti badan jalan trotoar taman kota di atas saluran drainase
kawasan tepi sungai untuk melakukan aktivitasnya Penggunaan ruang publik tersebut
biasanya terjadi di tempat-tempat strategis seperti diantara aktivitas formal kota
Tidak tertampungnya kegiatan PKL di ruang perkotaan menyebabkan pola dan
struktur kota moderen dan tradisional berbaur menjadi satu sehingga menimbulkan suatu
tampilan yang kontras Bangunan moderen nan megah berdampingan dengan bangunan
sederhana bahkan cenderung kumuh Tampilan fisik dualistik tersebut terjadi di seluruh ruang
kota terutama di kawasan fungsional kota Adapun yang dimaksud sebagai ruang fungsional
kota adalah ruang perkotaan dengan fungsi khusus yang tercermin dari kegiatan utama yang
berlangsung di kawasan tersebut seperti kawasan pendidikan perkantoran kesehatan
perdagangan dan jasa permukiman maupun industri Kehadiran ruang fungsional kota akan
diikuti dengan kehadiran PKL dengan karakteristik yang berbeda-beda Setiap PKL
mempunyai alasan yang berbeda dalam menentukan lokasi maupun jenis aktivitasnya
Karakteristik PKL yang berada di kawasan perkantoran berbeda dengan karakteristik PKL
yang berada di kawasan permukiman Hal ini dapat dilihat berdasarkan karakteristik
aktivitasnya yang meliputi jenis dagangan bentuk fisik sarana dagang waktu berdagang sifat
pelayanan golongan pengguna jasa dan lain sebagainya Selain itu perbedaan karakteristik
PKL dikaitkan juga dengan kegiatan utama yang berlangsung di kawasan fungsional kota
tersebut
34 Pengelolaan PKL pada Jalur Pejalan Kaki
Ada beberapa alasan yang membuat banyak kota-kota gagal mengelola PKL dengan
baik Alasan pertama terkait dengan sikap dan perspektif yang ambivalen alasan yang kedua
menyangkut pemahaman akan persoalan dan akurasi data alasan ketiga menyangkut
ketidakjelasan orang atau lembaga apa yang bertanggung jawab mengelola PKL alasan ke
empat adalah kurangnya interaksi antara komunitas PKL dengan pengambil keputusan
41
Alasan pertama yang terkait dengan sikap dan perspektif yang ambivalen di satu sisi
keberadaan PKL dianggap sebagai penyelamat karena telah menyediakan lapangan kerja
memberikan kemudahan bagi warga untuk mendapatkan barang dengan harga murah
menambah daya tarik kota dan membuat kota menjadi hidup Kontrasnya PKL juga
diangggap sebagai lsquopenyakitrsquo yang membuat kota menjadi semrawut dan kotor
Persoalannya pemerintah daerah umumnya tidak mampu keluar dari situasi ambilvalensi ini
sehingga tidak tahu lagi apakah kebijakan yang harus menyesuaikan diri dengan
perkembangan PKL ataukah PKL yang harus beradaptasi dengan kebijakan penataan kota
yang sudah ada
Alasan fundamental lain menyangkut pemahaman akan persoalan dan akurasi data
Salah satu hambatan yang dihadapi dalam mengatasi masalah PKL di perkotaan adalah tidak
tersedianya statistik di tingkat kota yang lengkap terbarui dan konsisten Bahkan banyak
kota-kota yang tidak memiliki data paling mendasar seperti berapa jumlah PKL yang ada di
wilayahnya pada suatu masa Jika pemerintah tidak mengetahui berapa jumlah PKL siapa
mereka dan tidak pula memahami bagaimana sistem kehidupan yang dijalani PKL akan sulit
bagi pemerintah untuk mendefinisikan apa masalah riil yang terkait dengan PKL dan
akibatnya akan sulit untuk merumuskan solusi yang tepat dan efektif Ketiadaan data dan
informasi ini juga membuat banyak pemerintah daerah cenderung menyepelekan keberadaan
PKL serta membuat kebijakan menjadi salah sasaran
Alasan ketiga menyangkut ketidakjelasan orang atau lembaga apa yang bertanggung
jawab mengelola PKL Sikap ambivalensi tercermin juga dalam kelembagaan pemerintah
daerah yang sering memecah tugas pengelolaan PKL setidaknya kepada dua institusi yaitu
unit pemberdayaan PKL yang biasanya merupakan satu bagian di bawah dinas atau badan
pengembangan usaha kecil dan koperasi Sementara tugas lain adalah tugas penertiban PKL
yang biasanya menjadi tugas pokok dan fungsi (tupoksi) dari lembaga Satuan Polisi Pamong
Praja (Satpol PP) Tanpa kepemimpinan yang kuat dari kepala daerah yang bisa menjalankan
fungsi koordinasi situasi ini ini mendorong upaya pengelolaan PKL menjadi sepotong-
sepotong ad hoc dan tidak konsisten
Alasan yang tidak kalah pentingnya adalah kurangnya interaksi antara komunitas PKL
dengan pengambil keputusan baik dari kalangan birokrasi maupun dengan politisi Di
Banyak kota upaya penanganan masalah PKL sering membuat situasi memburuk bukan
sebaliknya Salah satu sebabnya adalah karena kebijakan tersebut tidak memperoleh
legitimasi dan dukungan dari komunitas PKL itu sendiri Sampai saai ini pemerintah belum
sampai mengajak PKL untuk bersama-sama menata kota Padahal sesungguhnya seluruh
41
elemen masyarakat harus dilibatkan dalam membuat sebuah kebijakan serta pendapat
masyarakat dalam hal ini PKL sudah seharusnya didengar oleh pemerintah khususnya dalam
pembuatan kebijakan mengenai keindahan tata ruang kota Direktur YLBHI-LBH Semarang
Siti Rakhma Mary Herwati mengatakan bahwa sebetulnya PKL mau ditata namun kalau
cara yang dilakukan sewenang-wenang dan tidak manusiawi tentu akan ada penolakan
Untuk itu perlu diskusi intens dari hati ke hati
35 Studi Kasus
351 Kajian PKL di Jalur Pejalan Kaki Kawasan Bundaran Simpang
Lima Semarang
A Analisis Tipologi Ruang Terbuka Publik Kawasan
Ruang terbuka publik di Kawasan Bundaran Simpang Lima berdasarkan tipologinya
meliputi ruang terbuka hijau ruang berlangsungnya aktivitas dan ruang jalur sirkulasi
pedestrian yang merupakan ruang dinamis yang potensial untuk memenuhi kebutuhan
pergerakan komunikasi dan rekreasi bagi warga Kota Semarang maka ruang-ruang ini
seyogyanya harus bersifat terbuka dapat dijangkau dan diakses oleh siapa saja baik secara
kelompok maupun individual dan merupakan ruang untuk aktivitas-aktivitas yang
berlangsung di atasnya
1 Aktivitas Sektor Informal pada Ruang Terbuka Publik Kawasan
Aktivitas sektor informal yang berkembang pada ruang-ruang terbuka publik kawasan
adalah aktivitas perdagangan dan jasa retaileceran yang memungkinkan terjadinya proses
tawar-menawar antara pedagang dan pembeli Sektor informal yang identik disebut sebagai
PKL di kawasan ini menempati hampir seluruh sudut ruang terbuka yang ada baik trotoar-
trotoar kawasan maupun Lapangan Pancasila (trotoar dan tengah lapangan) Fenomena PKL
di Kawasan Bundaran Simpang Lima menunjukkan adanya segregasi social masyarakatnya
Secara tidak langsung terlihat adanya pemisahan yang membuat batasan tersendiri
antara pengguna ekonomi menengah ke bawah (PKL) dan pengguna ekonomi menengah ke
atas (pada bangunan-bangunan komersial perdagangan dan jasa modern di sekelilingnya)
Kehadiran PKL di Kawasan Bundaran Simpang Lima juga mampu menciptakan kehidupan
yang menerus sehingga terhindar dari kematian kawasan pada saat tertentu akan tetapi di sisi
lain kehadiran PKL menyebabkan ketidakteraturan kekumuhan dan kualitas fisik yang buruk
sehingga merusak wajah kota Selain itu PKL yang berjualan di Lapangan Pancasila pada
41
malam hari dengan kehidupan malam dan wanita-wanita penghibur yang berdandan tebal
menciptakan kesan negatif dan memperburuk citra kawasan
Keberadaan sektor PKL yang menempati ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran
Simpang Lima memakai separuh lebih lebar trotoar bahkan seringkali tidak menyisakan
sedikit pun ruang untuk pejalan kaki Ruang-ruang trotoar menjadi tidak dapat berfungsi
sebagaimana mestinya sebagai ruang pemisah antara ruang yang digunakan untuk sirkulasi
pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan Ruang-ruang trotoar tersebut banyak yang beralih
fungsi menjadi lokasi berdagang PKL
Peralihan fungsi trotoar ini menyebabkan terganggunya aktivitas pejalan kaki
sehingga pejalan terpaksa harus menggunakan jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk
berjalan guna menghindari berbagai hambatan di atas trotoar Hal ini menyebabkan pejalan
kaki terpaksa harus berhati-hati jika melangkah terkadang juga harus mengalah berjalan pada
ruang-ruang jalur lambat dan sebagian badan jalan Kondisi ini sangat tidak aman dan
nyaman bagi pejalan kaki ataupun bagi pengendara kendaraan bermotor karena mengganggu
arus lalu lintas dan membahayakan keselamatan jiwa mereka hal seperti ini dapat kita lihat di
depan dan di samping Masjid Baiturrahman di depan Citraland Mall di depan dan di
samping Plasa Simpang Lima di depan dan di samping Kompleks Pertokoan Simpang Lima
di depan dan di samping Ramayana Super Center di depan dan di samping SMKN 7
SemarangKantor Telkom dan di depan Gajahmada Plaza
Pemilihan lokasi PKL dipengaruhi oleh kecenderungan aktivitas PKL yang selalu
menentukan lokasi mendekati pusat-pusat keramaian atau pusat-pusat perdagangan dan jasa
dan lokasi-lokasi yang sering dikunjungi oleh orang banyak dalam kurun waktu tertentu
secara periodik dan menerus Alasan inilah yang kemudian mendasari penentuan lokasi PKL
Kawasan Bundaran Simpang Lima untuk berjualan di trotoar karena ruang-ruang jalur
pedestrian inilah yang dianggap sebagai lokasi yang ramai dikunjungi oleh pejalan kaki yang
melakukan pergerakan dalam mencapai tempat tujuan perjalanannya Begitu juga dengan
ruang Lapangan Pancasila karena selalu ramai dikunjungi pada hari-hari libur dengan rata-
rata pengunjung mencapai 51 ndash 100 oranghari (lihat Tabel D6) dikarenakan kedudukannya
sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya
Adanya keterbatasan lahan yang tidak memungkinkan tertampungnya aktivitas PKL
pada ruang-ruang privat akibat daya membayar lokasi yang rendah mengakibatkan PKL
menempati lokasi-lokasi yang bersifat publik yaitu ruang terbuka publik kawasan Gejala
inilah yang kemudian dikenal dengan fenomena pergeseran fungsi ruang terbuka publik
41
Kawasan Bundaran Simpang Lima menjadi ruang privat Aktivitas PKL menempati ruang-
ruang terbuka public Kawasan Bundaran Simpang Lima seperti pada
a) Trotoar-trotoar Kawasan
Aktivitas PKL menempati ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima
seperti trotoar di depan Masjid Baiturrahman depan Citraland Mall depan Plasa
Simpang Lima depan Kompleks Pertokoan Simpang Lima depan Ramayana SC depan
Kantor TelkomSMKN 7 Semarang dan depan Gajahmada Plaza
Trotoar sebagai jalur pejalan kaki kawasan ini memiliki peran sebagai jalur penghubung
antara aktivitas yang ada Pada ruang terbuka public inilah pengunjung kawasan
melakukan pergerakan berpindah dari satu bangunan ke bangunan yang lain Semisal
pengunjung dari Plasa Simpang Lima memiliki kehendak ingin berpindah menuju
Kompleks Pertokoan Simpang Lima pejalan kaki harus menggunakanmelewati trotoar
yang ada di depan Plasa Simpang Lima untuk sampai pada lokasi yang diharapkan
Begitu juga dengan trotoar-trotoar yang lain Ruang-ruang jalur sirkulasi pedestrian ini
kemudian menjadi lokasi atau tempat berakumulasinya pengunjung kawasan untuk
melakukan pergerakan perpindahan
Kecenderungan aktivitas PKL yang menempati ruang-ruang trotoar yang notabene
merupakan ruang terbuka publik ini dikarenakan PKL selalu menempati ruang-ruang
dengan akumulasi pengunjung kawasan atau ruang ruang yang sering dikunjungi oleh
orang dalam jumlah yang banyak dalam periode waktu tertentu yang terjadi secara terus-
menerusperiodik tertentu
Adapun penyebarannya mengikuti bentukan ruang trotoar yang memanjang mengikuti
jalur sirkulasi utama kawasan Sedangkan apabila menurut waktu berjualan aktivitas
PKL yang menempati ruang-ruang trotoar ini memiliki kecenderungan mengikuti waktu
aktivitas formal yang berlangsung dari pukul 0900 ndash 2100 WIB
Namun dalam perkembangannya pemerintah mengeluarkan SK Walikota Kota
Semarang No 511316 tahun 2001 tentang Penetapan Lahan yang mengatur tentang
lokasi-lokasi dan waktu aktivitas PKL yang diperbolehkan oleh pemerintah pada
Kawasan Bundaran Simpang Lima agar tetap terjaga kerapihan dan estetikakeindahan
wajah kawasannya yaitu PKL yang berjualan di depan Kompleks Pertokoan Simpang
Lima depan Ramayana SC depan Kantor TelkomSMKN 7 Semarang depan
Gajahmada Plaza dan depan Masjid Baiturrahman boleh berjualan dari pukul 1600 ndash
0400 WIB (khusus pada Hari Minggu PKL diijinkan untuk berjualan mulai pukul 0600
ndash 0800 WIB) menempati ruang trotoar dengan luas areal 4 x 6 meter
41
Sampai dengan tahun 2008 PKL di Kawasan Bundaran Simpang Lima mencapai
1536 pedagang dan ada kecenderungan akan terus meningkat dari tahun ke tahun (lihat
Tabel III4) Kecenderungan lokasi PKL pada masa-masa yang akan datang mengikuti
kecenderungan dari perkembangan aktivitas formal kawasan yang ada demikian juga
kecenderungan waktu berdagangnya Melihat kecenderungan aktivitas PKL kawasan
maka SK Walikota Kota Semarang No 511316 tahun 2001 sudah tidak relevan lagi
dan perlu ditinjau kembali sesuai dengan kecenderungan dan kebutuhan yang ada di
lapangan
b) Trotoar Lapangan Pancasila
Lapangan Pancasila yang cenderung ramai dikunjungi pada hari libur sebagai pusat
rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya ini menjadi
alasan yang kuat untuk PKL menempati ruang terbuka publik kawasan ini dengan
asumsi banyaknya warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya yang berpotensi
menjadi calon pembeli
Dengan alasan inilah kemudian banyak PKL yang berjualan pada trotoar Lapangan
Pancasila dengan konsep holiday market yaitu hanya berjualan pada hari libur saja PKL
trotoar lapangan ini hanya berjualan pada hari liburHari Minggu pagi saja mulai pukul
0600 ndash 0900 WIB Adapun pengaturan waktu berdagang aktivitas PKL yang
menempati ruang tengah Lapangan Pancasila ini didasari oleh kepentingan demi
menjaga kebersihan dan estetikakeindahan wajah kawasan Terkadang ada beberapa
PKL yang mulai berjualan dari Hari Sabtu malam dengan alasan untuk lebih banyak lagi
menjaring calon pembeli
Adapun penyebaran aktivitas PKL yang berjualan pada ruang trotoar Lapangan
Pancasila ini memiliki kecenderungan menyebar secara linier mengikuti ketersediaan
ruang trotoar yang berbentuk membulat persegi sebagai bingkai Lapangan Pancasila
dengan display berbagai jenis barang dagangan memanjang yang saling berhadapan
dengan sirkulasi pengunjung kawasan berada di tengah antaranya untuk mempermudah
pembeli memilih barang dagangan yang diperjualbelikan
c) Tengah Lapangan Pancasila
Aktivitas PKL yang berjualan di tengah Lapangan Pancasila sebagai satu-satunya
ruang terbuka publik luas di Kota Semarang memiliki alas an yang kurang lebih sama
dengan alasan PKL yang menempati trotoar lapangan yaitu kondisi lapangan yang
cenderung ramai dikunjungi oleh warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya
sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga kota didukung oleh keberadaan lokasinya yang
41
strategis karena terletak pada tengah-tengah kawasan pusat kota yang dilalui oleh lima
ruas jalan kawasan yang bermuara pada lapangan dan aksesibilitasnya yang tinggi
sehingga mudah dicapai dari segala penjuru kota dan sekitarnya baik menggunakan
moda angkutan pribadi maupun umum
Adapun waktu berjualan PKL tengah lapangan ini juga kurang lebih sama dengan
PKL yang berjualan di trotoar Lapangan Pancasila yaitu pada hari liburMinggu pagi
dari pukul 0600 ndash 0900 WIB Adapun pengaturan waktu berdagang aktivitas PKL yang
menempati ruang tengah Lapangan Pancasila ini kurang lebih sama dengan pengaturan
waktu berdagang PKL yang berjualan pada tepi lapangan
Penyebaran aktivitas PKL yang berjualan di ruang tengah Lapangan Pancasila ini
memiliki kecenderungan yang mengelompok berdasarkan jenis-jenis barang yang
diperdagangkannya Semisal pedagang pakaian akan mengelompok dengan sesama
pedagang pakaian pedagang makanan akan mengelompok dengan sesama pedagang
makanan dan lain sebagainya untuk lebih mempermudah pembeli dalam memilih
barang dagangan yang ditawarkan dengan banyaknya variasi pilihan barang yang
disuguhkan
Sumber Hasil Analisis Dini Tri Haryanti ST 2008
Gambar 31Ruang Aktivitas Sektor Informal Kawasan
Orientasi aktivitas PKL yang semakin menjauh dari Kawasan Bundaran Simpang
Lima berpengaruh pada intensitas jumlah PKL kawasan Jumlah aktivitas PKL kawasan
memiliki kecenderungan akan semakin berkurang karena semakin keluarmenjauh dari
kawasan studi yang identik disebut dengan kawasan pusat kota ini karena merupakan
kawasan-kawasan yang terkonsentrasi atau didominasi oleh aktivitas-aktivitas
perkantoran pendidikan dan pemerintahan
41
Semakin berorientasi ke arah Jalan Pahlawan suasana kawasan akan lebih didominasi
oleh suasana aktivitas pemerintahan dengan bangunan gedung berlian sebagai ciri khas
koridor jalan yang berdinding masif Semakin berorientasi ke arah Jalan Pandanaran
Achmad Yani dan KH Achmad Dahlan suasana kawasan akan banyak didominasi oleh
akivitas-aktivitas perkantoran Semakin berorientasi ke arah Jalan Gajahmada suasana
kawasan didominasi oleh aktivitas-aktivitas perkantoran dan pendidikan Nuansa
kawasan yang ditimbulkan oleh bangkitan dan tarikan aktivitas-aktivitas pemerintahan
pendidikan dan perkantoran ini tentu berbeda dengan nuansa kawasan yang banyak
dipengaruhi oleh bangkitan dan tarikan yang ditimbulkan oleh aktivitas perdagangan dan
jasa kawasan Penggunaan ruang untuk aktivitas yang berbeda-beda di Kawasan
Bundaran Simpang Lima mampu menciptakan nuansa yang berbeda-beda pula
Keberadaan aktivitas perdagangan dan jasa yang terjadi terbukti telah mampu
memberikan kehidupan yang menerus pada kawasan studi seiring dengan perkembangan
aktivitas sektor informal kawasan (PKL) yang hidup sepanjang waktu
Lain halnya dengan keberadaan aktivitas-aktivitas lain yang bersifat formal seperti
perkantoran pendidikan olahraga serta perdagangan dan jasa formal yang hidup pada
waktu-waktu tertentu saja Aktivitas perkantoran hanya hidup dari pagi sampai dengan
jam kantor selesai yang biasanya berlangsung dari pukul 0800 ndash 1700 WIB Aktivitas
olahraga juga biasanya berlangsung di pagi hari (0500 ndash 0900 WIB) atau sore hari saja
(1500 ndash 1800 WIB) Demikian halnya dengan aktivitas pendidikan yang hidup mulai
dari pagi sampai dengan jam pulang sekolah tiba (0700 ndash 1400 WIB) Selebihnya
aktivitas-aktivitas ini akan mati tanpa kegiatan-kegiatan perkantoran olahraga dan
proses belajarmengajar Secara informal aktivitas PKL yang menempati ruang-ruang
trotoar kawasan ruang trotoar dan tengah Lapangan Pancasila yang notabene merupakan
ruang-ruang terbuka publik kawasan yang seyogyanya merupakan ruang-ruang yang
terbuka untuk umum dan masyarakat dapat dengan bebas mengakses ruangruang ini
memiliki karakteristik yang sama yaitu menempati lokasi-lokasi dengan tingkat
aglomerasi pengunjung kawasan yang tinggi atau ramai dikunjungi oleh orang dalam
jumlah yang banyak dalam kurun waktu tertentu secara periodic yang melakukan
kegiatan bersama-sama
Adapun penyebaran masing-masing aktivitas PKL kawasan studi ini
ditentukandibentuk oleh bentukan ruang yang ditempatinya Aktivitas PKL yang
menempati ruang-ruang trotoar memiliki penyebaran yang memanjang secara linier pada
ruang-ruang jalur sirkulasi pedestrian karena dipengaruhi oleh bentukan ruang jalur
41
sirkulasi pejalan kaki yang memanjang mengikuti jalur sirkulasi utama kawasan dengan
display barang dagangan yang ditata berderet secara memanjang pula (sedangkan khusus
untuk PKL yang berjualan pada ruang trotoar di tepi Lapangan Pancasila display barang
dagangan ditata sedemikian rupa secara berderet memanjang dan berhadap-hadapan)
sedangkan aktivitas PKL yang menempati tengah Lapangan Pancasila memiliki
penyebaran yang mengelompok karena memiliki bentukan ruang yang lebih leluasa
dalam pergerakan sesuai dengan karakter ruang sebagai satu-satunya ruang terbuka
publik yang luas di Kota Semarang dengan display barang dagangan yang ditata
sedemukian rupa secara berkelompok berdasarkan jenis-jenis barang dagangannya
dengan maksud untuk mempermudah pembeli memilih jenis barang yang diinginkan
dengan memberikan lebih banyak variasi barang dari beberapa pedagang yang sejenis
Sedangkan perkembangan aktivitas PKL Kawasan Bundaran Simpang Lima
dipengaruhi oleh perkembangan aktivitas perdagangan dan jasa kawasan sebagai
aktivitas yang mendominasi kawasan pusat kota dan kecenderungan aktivitas PKL
memilih lokasi-lokasi dengan karakter ruang sebagai ruang yang memiliki akumulasi
orang dalam jumlah yang banyak pada jangka waktu tertentu secara periodik berada
pada pusat-pusat kegiatanwadah aktivitas-aktivitas kota sehingga sering dikunjungi
warga masyarakat dalam jumlah besar dan memiliki lokasi yang strategis dengan
aksesibilitas yang tinggi sehingga memudahkan pencapaian calon pembeli meski
dilakukan dalam ruang yang relatif sempit dan umumnya tidak memerlukan ketersediaan
adanya fasilitas-fasilitas pelayanan umum
2 Analisis Ruang Jalur Sirkulasi Pedestrian Kawasan
Kawasan Bundaran Simpang Lima memiliki lokasi yang strategis sebagai simpul
pergerakan dari lima ruas jalan yang terdiri atas Jalan Pandanaran Gajahmada KH Achmad
Dahlan Ahmad Yani dan Pahlawan yang bermuara pada sirkulasi di Jalan Simpang Lima
yang mengelilingi Lapangan Pancasila membentuk loop dan menjadi penghubung antara
rdquokota atasrdquo dan rdquokota bawahrdquo Semarang Secara ekonomi maupun transportasi kawasan ini
mempunyai kemampuan berkembang dengan sangat cepat Intensitas lalu-lintas dan volume
kendaraan di kawasan ini tergolong tinggi mengingat aksesibilitasnya yang tinggi pula
dikarenakan pencapaiannya yang mudah dari segala penjuru kawasan dengan moda
kendaraan pribadi maupun umum yang melintasi maupun bertujuan ke kawasan ini (dari data
yang ada menunjukkan volume kendaraan yang bergerak mencapai 17051 buah)
Pembahasan mengenai ruang sirkulasi kawasan ini akan lebih ditekankan pada ruang-
ruang sirkulasi untuk manusiapejalan kaki sebagai ruang terbuka publik kawasan Perilaku
41
pejalan kaki pada ruang-ruang terbuka Kawasan Bundaran Simpang Lima identik selalu
berjalan secara berpasangan atau lebih (berkelompok) memilih jalur dengan jarak terpendek
dan yang dianggap paling nyaman Pergerakan antarbangunan tertinggi pada kawasan adalah
dari Citraland Mall ke Plasa Simpang Lima dan sebaliknya (852 dan 708 pejalan pada jam
puncak sabtu malam) Hal ini menunjukkan bahwa pergerakan pejalan kaki banyak
dipengaruhi oleh bangkitan dan tarikan dari fungsi perdagangan dan jasa di sekitar kawasan
Penyediaan ruang terbuka publik untuk pejalan kakijalur pedestrian di Kawasan
Bundaran Simpang Lima diwujudkan dalam bentuk ruang-ruang trotoar pada muka bangunan
dengan teknik segregasi yang terpisah dari jalur sirkulasi kendaraan dengan tujuan untuk
memberikan arah yang jelas dan menggunakan perkerasan berupa paving Ruang-ruang
trotoar yang dibangun memanjang mengikuti jalurkoridor-koridor jalan pada kawasan studi
dibangun dengan permukaan yang naik-turun dan terputus-putus demi menghormati jalan
masuk kendaraan adalah salah satu bukti betapa perencanaan dan pembangunan yang
dilakukan di Kota Semarang lebih mengutamakan sirkulasi kendaraan dan bukan manusia
Menurut fungsinya adanya kecenderungan sirkulasi kawasan yang berorientasi pada
kendaraan ini seiring dengan munculnya fenomena pergeseran fungsi ruang pejalan kaki
kawasan studi yang merupakan ruang terbuka public menjadi ruang-ruang privat untuk
berjualan PKL yang mengakibatkan keberadaan hak pejalan kaki atas ruang terbuka publik
kawasan yang sehat dan layak secara fisik sering kali terabaikan Hal ini mengakibatkan
semakin sempitnya ruangruang terbuka publik yang manusiawi pada koridor-koridor kelima
ruas jalan dan potensi interaksi sosial pada ruang terbuka publik tersebut pun akan semakin
berkurang
Aktivitas PKL sendiri memiliki kecenderungan untuk menempati ruang ruang antar
aktivitas yang selalu ramai dilewatidikunjungi oleh banyak orang dalam melakukan
pergerakan perpindahan dari aktivitas satu ke aktivitas yang lain atau dari bangunan
perdagangan modern satu ke bangunan perdagangan modern yang lain secara periodik dalam
rentang waktu tertentu sehingga kemudian pilihan ini jatuh kepada jalur-jalur pedestrian
yang notabene merupakan ruang-ruang terbuka publik yang seyogyanya digunakan oleh
pejalan kaki Keberadaan ruang trotoar yang semakin sempit oleh penggunaan ruang PKL
membuat pejalan kaki menjatuhkan pilihan untuk melakukan perjalanan pada ruang-ruang
seperti jalur lambat dan sebagian badan jalan sehingga mengurangi keamanan jiwa dan
kenyamanan pejalan kaki sendiri serta pengguna jalan yang lain (pengendara)
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh pejalan kaki pada ruang-ruang jalur pedestrian
atau trotoar di Kawasan Bundaran Simpang Lima adalah kegiatan berjalan dan berbelanja
41
Sebagian dari pejalan kaki hanya berjalan melintasi trotoar untuk menuju lokasi tujuannya
akan tetapi ada pula sebagian dari pejalan kaki yang berjalan sambil melihat-lihat bahkan ada
yang berbelanja pada PKL
Pejalan kaki di Kawasan Simpang Lima umumnya berjalan secara berombongan
antara 2 ndash 5 orang yang didominasi oleh jenis kelamin perempuan (51) yang memiliki
tujuan untuk rekreasi dan olah raga (33) atau berbelanja (29) dengan usia rata-rata 0 ndash 25
tahun (67) dengan profesi sebagai mahasiswapelajar (31) dan karyawan (25)
Hal tersebut menunjukkan bahwa pengunjung kawasan didominasi oleh anak-anak
muda kaum perempuan karena sebagian besar kaum perempuan inilah yang gemar dengan
aktivitas berlanja sebab kawasan studi didominasi oleh aktivitas perdagangan dan jasa
Pengunjung kawasan identik dengan pengguna ruang terbuka publik kawasan yang
didominasi oleh kaum perempuan dengan usia berkisar antara 0 ndash 25 tahun dengan profesi
sebagai pelajarmahasiswa dan karyawan dengan tujuan untuk melakukan kegiatan
rekreasiolahraga dan berbelanja karena kaum perempuan ini lah yang memiliki sifat dasar
senang berbelanja Usia rata-rata pengunjung yang masih muda dengan profesi pelajar
mahasiswa dan karyawan menunjukkan bahwa pada usia-usia inilah orang relative
membutuhkan rekreasihiburan dan olah raga
Arah pergerakan pejalan kaki pada ruang-ruang terbuka publik kawasan dipengaruhi oleh
tujuannya pada kawasan studi arah pergerakan tersebut adalah
a Tujuan Pergerakan untuk Melakukan Perpindahan Antar bangunan
Tujuan pejalan kaki untuk melakukan pergerakan perpindahan antar bangunan
perdagangan dan jasa modern dilakukan pada ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran
Simpang Lima yang menjadi penghubung antaraktivitas dengan karakter pergerakan
yang memanjang secara linier sepanjang trotoar mengikuti ketersediaan jalur-jalur
sirkulasi utama kawasan
Arah pergerakan pejalan kaki dalam melakukan pergerakan perpindahan
antarbangunan dilakukan secara linier dan memanjang pada trotoar Kawasan
Bundaran Simpang Lima disebabkan oleh bentukan ruang jalur pedestrian yang
memanjang sepanjang jalur sirkulasi utama kawasan
b Tujuan Pergerakan untuk Berbelanja pada PKL Sepanjang Trotoar Kawasan
dan Tepi Lapangan Pancasila
Arah pergerakan pejalan kaki dengan tujuan berbelanja pada PKL sepanjang
trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima memiliki karakter pergerakan linier yang
41
memanjang sedangkan arah pergerakan pejalan kaki dengan tujuan berbelanja pada
PKL di tepi Lapangan Pancasila memiliki arah pergerakan linier yang melingkar
Arah pergerakan pejalan kaki dalam melakukan aktivitas berbelanja pada PKL
sepanjang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima ini disebabkan oleh pengaturan
display barang dagangan PKL yang ditata sedemikian rupa secara berderet linier
searah dan memanjang mengikuti bentukan ruang jalur pedestrian yang ada
Sedangkan arah pergerakan pejalan kaki dengan tujuan berbelanja pada PKL
di tepi Lapangan Pancasila disebabkan oleh display berbagai jenis barang dagangan
yang ditata sedemikian rupa secara linier berhadap-hadapan dan melingkar mengkuti
bentukan ruang jalur pedestrian yang persegi membulat membingkai Lapangan
Pancasila
c Tujuan Pergerakan untuk Melakukan Olahraga Rekreasi dan Hiburan serta Berbe
lanja
Pada PKL di Tengah Lapangan Pancasila Tujuan pejalan kaki untuk
melakukan aktivitas olahraga rekreasi dan hiburan serta berbelanja pada PKL di
tengah Lapangan Pancasila memiliki karakter pergerakan yang curvelinier karena
setiap pergerakan yang dilakukan tidak dibatasi oleh batasan-batasan fisik tertentu
sehingga pergerakan yang terjadi adalah bebas dan tidak beraturan
Arah pergerakan pejalan kaki dalam melakukan aktivitas olahraga rekreasi
dan hiburan serta berbelanja pada PKL di tengah lapangan secara curvelinier ini juga
disebabkan oleh karakter kedatangan pengunjung yang dilakukan secara berpasangan
atau berkelompok
Sumber Hasil Analisis Dini Tri Haryanti ST 2008
Gambar 32Ruang Jalur Sirkulasi Pedestrian Kawasan
41
Aktivitas perdagangan dan jasa kawasan menjadi bangkitan dan tarikan pengunjung
kawasan sehingga meningkatkan intensitas jumlah pejalan kaki pada ruang-ruang terbuka
publik di kawasan ini Keberadaan aktivitas PKL pada sepanjang ruang-ruang trotoar
kawasan seiring dengan tingginya jumlah pergerakan pejalan kaki antarbangunan formal
mengakibatkan pergerakan yang rdquomenerusrdquo dengan pencapaian pada tujuan yang rdquomemutarrdquo
Pergerakan rdquomenerusrdquo yang dimaksud adalah pergerakan pejalan kaki yang dilakukan
pada ruang-ruang terbuka publik kawasan studi dengan tujuan untuk melakukan perpindahan
antarbangunan formal (bangunan perdagangan modern) dan aktivitas berbelanja pada PKL
yang berjualan di sepanjang ruang trotoar kawasan melalui ruang-ruang jalur sirkulasi
pedestrian kawasan yang tersedia secara linier dan memanjang mengikuti jalur sirkulasi
utama (jaringan jalan) kawasan dari satu bangunan ke bangunan yang lain dan dari satu PKL
ke PKL yang lain dengan perjalanan yang tanpa terputusberhenti pada titik lokasi tertentu
meski berhenti pun hanya untuk beberapa saat untuk istirahat dan melihat-lihat dengan lebih
jelas obyek yang dimaksud
Pergerakan pejalan kaki kawasan pada trotoar Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk
berbelanja pada PKL memiliki arah pergerakan yang linier dan memanjang sepanjang jalur
trotar yang disebabkan oleh pengaturan display barang dagangan PKL yang ditata berderet
memanjang sepanjang jalur Pergerakan menerus ini terjadi sebagai akibat dari pergerakan
dengan tujuan untuk melakukan perpindahan antarbangunan melalui ruang-ruang jalur
sirkulasi pejalan sambil melihat-lihat dan berbelanja pada PKL yang berjualan hampir pada
seluruh ruang trotoar kawasan studi Semisal pergerakan pejalan kaki kawasan dengan tujuan
untuk melakukan perpindahan dari bangunan Plasa Simpang Lima menuju Ramayana SC
harus melewati jalur sirkulasi pejalan kaki sepanjang trotoar dari depan Plasa Simpang Lima
Kompleks Pertokoan Simpang Lima dan Ramayana SC yang dipenuhi oleh PKL sambil
melihat-lihat display barang dagangan yang diperjualbelikan maupun sekaligus membelinya
begitu juga dengan pergerakan perpindahan antarbangunan yang lain sehingga dengan
demikian tercipta pergerakan yang menerus
Dari sisi intensitasnya pergerakan pejalan kaki yang menerus ini semakin berkurang
jumlahnya ketika sampai pada ruang sirkulasi pejalan kaki di depan Hotel Ciputra Aktivitas
dan keberadaan PKL hampir tidak ada di sepanjang trotoar di depan bangunan hotel
pergerakan pejalan kaki pun diarahkan menempati ruang-ruang sirkulasi yang bersifat privat
yaitu ruang-ruang sirkulasi pejalan di dalam Mall Ciputra untuk menjaga image dan kesan
rapi pada muka bangunan hotel sesuai dengan peraturan hotel Namun kenyataan yang ada di
41
lapangan masih adanya beberapa pergerakan di depan hotel lebih banyak disebabkan oleh
perilaku dan sifat pejalan kaki kawasan yang cenderung memilih rute terpendek dalam
perjalanannya untuk mencapai tujuan
Sedangkan pencapaian rdquomemutarrdquo yang dimaksud adalah pencapaian tujuan suatu
perjalananpergerakan yang dilakukan oleh pejalan kaki akibat pergerakan yang mengikuti
sistem sirkulasi jalur utama kawasan yang membentuk loop sehingga berdampak pada
pencapaian suatu bangunan formal kawasan dengan arah yang memutar dan melalui beberapa
persimpangan sekaligus Semisal untuk mencapai lokasi tujuan pada Ramayana SC pejalan
kaki dari bangunan Masjid Baiturrahman harus melakukan pergerakan perpindahan dari
bangunan Citraland Mall menuju bangunan Kompleks Pertokoan Simpang Lima baru
kemudian mencapai bangunan Ramayana SC atau dari bangunan Gajahmada Plaza dulu
kemudian menuju bangunan kantor TelkomSMKN 7 Semarang baru mencapai bangunan
Ramayana SC Begitu juga pergerakan-pergerakan dengan tujuan pencapaian pada bangunan-
bangunan formal yang lain
Pergerakan dengan pencapaian rdquomemutarrdquo pada ruang-ruang sirkulasi pejalan kaki
kawasan sebenarnya dapat dicari alternatif lain yaitu dengan dengan memotong jalur
sirkulasi utama Pergerakan memotong jalur ini dapat menjadi alternatif pergerakan yang
dilakukan untuk mencapai pada bangunan yang dituju dengan melalui ruang Lapangan
Pancasila namun pergerakan semacam ini kurang diminati oleh penggunapejalan kaki
kawasan sebab ruang lapangan yang tanpa aktivitas akan terasa lebih panjang dan
membosankan
B Analisis Pola Pemanfaatan Ruang Terbuka Publik Kawasan
1 Analisis Pola Pemanfaatan Ruang dan Aktivitas pada Ruang Terbuka Publik
Kawasan
Sebagaimana yang telah diuraikan dalam tahap analisis ruang dan aktivitas kawasan
bahwa aktivitas-aktivitas yang berlangsung di atas ruang Lapangan Pancasila sebagai ruang
terbuka publik kawasan adalah aktivitas politik peribadatan massal olahraga rekreasi dan
hiburan Aktivitas sector informal yang berlangsung pada ruang terbuka publik kawasan
adalah aktivitas PKL
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan berdasarkan aktivitasnya terpusat
menempati Lapangan pancasila sebagai satu-satunya ruang terbuka publik kota yang menjadi
wadah interaksi sosial masyarakatnya didukung oleh daya tampung ruang yang cukup luas +
4 Ha dengan lokasinya yang strategis terletak di tengah-tengah kawasan pusat kota yang
41
memiliki aksesibilitas yang tinggi sehingga mudah dicapai dari segala penjuru kota
menggunakan berbagai jenis moda kendaraan baik kendaraan pribadi maupun angkutan
umum Pola pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan berdasarkan aktivitasnya pada ruang
Lapangan Pancasila berlangsung secara berkelompok dan masing-masing mengumpul
berdasarkan jenis aktivitasnya sebagai akibat oleh adanya
a) Kecenderungan aktivitas yang berlangsung pada ruang terbuka publik ini adalah
aktivitas-aktivitas yang dilakukan secara berkelompok
b) Melibatkan orang dalam jumlah yang banyak
c) Bentukan ruang yang membentuk persegi membulat dengan daya tamping ruang yang
cukup besar
d) Memungkinkan pergerakan secara bebas dan tidak beraturan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan berdasarkan aktivitas sektor
informalnya didominasi oleh pola pemanfaatan aktivitas PKL yang menempati ruang trotoar
kawasan trotoar dan tengah Lapangan Pancasila yaitu
1) Pola Pemanfaatan Trotoar Sepanjang Tepi Jalan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh
aktivitas PKL sepanjang trotoar kawasan di depan Citraland Mall depan Plasa Simpang
Lima depan Kompleks Pertokoan Simpang Lima depan Ramayana SC depan kantor
TelkomSMKN 7 Semarang depan Gajahmada Plaza dan depan Masjid Baiturrahman
membentuk pola ldquolinier yang memanjangrdquo dikarenakan oleh bentukan ruang-ruang
trotoar ini yang merupakan suatu jalur penghubung secara linier antaraktivitasbangunan
perdagangan dan jasa kawasan pada tepi jalan di muka bangunan sehingga menimbulkan
sejumlah akumulasi pengunjung yang tinggi secara periodic berdasarkan waktu
berlangsungnya aktivitas formal yang memanjang mengikuti pola jalur sirkulasipola
jaringan jalan utama kawasan Adanya beberapa bangunan formal dengan ciri aktivitas
perdagangan dan jasa yang terletak secara berdekatan satu sama lain dalam kawasan ini
maka dengan sendirinya akan menjadi daya tarik yang sangat kuat untuk dikunjungi oleh
calon pembeli yang mengakibatkan timbulnya akumulasi pengunjung pada kawasan
terutama di sekitar kegiatan yang dimaksud
Situasi inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh PKL kawasan studi untuk
mengembangkan usahanya dengan menjaring calon pembeli pada ruangruang di
sepanjang jalur pada muka bangunan ini memanfaatkan peluang banyaknya pejalan yang
melalui sepanjang jalur ini dan mengikuti pola jaringan jalan kawasan agar
41
keberadaannya di sepanjang tepi jalan ini juga dapat terlihat dan menarik para pengendara
pengguna jalan kawasan
Adapun display bebagai jenis barang dagangan PKL yang disuguhkan secara berderet
memanjang pada ruang trotoar ini memberi kemudahan pengunjung kawasan baik
pejalan kaki maupun pengendara untuk dapat lebih jelas melihat dan memilih jenis-jenis
barang yang diperdagangkan
2) Pola Pemanfaatan Trotoar Tepi Lapangan Pancasila
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh
aktivitas PKL sepanjang trotoar Lapangan Pancasila membentuk pola ldquolinier yang
melingkarrdquo dikarenakan oleh bentukan ruang sirkulasi pedestrian lapangan yang
membingkai lapangan dengan bentuk persegi membulat dan pola sirkulasi utama kawasan
yang bermuara pada Lapangan Pancasila dengan membentuk loop Adanya kedudukan
Lapangan Pancasila sebagai satu-satunya ruang terbuka publik yang luas di Kota
Semarang sebagai wadah interaksi sosial yang dimanfaatkan oleh warga masyarakat Kota
Semarang dan sekitarnya untuk melakukan berbagai macam aktivitas seperti olah raga
rekreasi dan hiburan mengakibatkan timbulnya akumulasi pengunjung dalam jumlah
yang besar pada area ini khususnya pada hari liburMinggu pagi sehingga banyak PKL
yang tertarik untuk menempati lokasi ini untuk menjajakan barang dagangannya Display
berbagai jenis barang dagangan disuguhkan secara linier sepanjang trotoar dengan
berhadap-hadapan untuk memberi banyak pilihan dan variasi barang kepada calon
pembeli dengan suasana yang santai dan rekreatif
3) Pola Pemanfaatan Tengah Lapangan Pancasila
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh
aktivitas PKL di tengah Lapangan Pancasila membentuk pola ldquoberkumpul yang
mengelompokrdquo berdasarkan jenis barang dagangannya dikarenakan bentukan ruang
Lapangan Pancasila yang tanpa adanya pembatas fisik antarPKL dengan daya tampung
ruang yang cukup besar sehingga memungkinkan adanya pergerakan pengunjung yang
bebas dan tidak beraturan dan penataan display barang dagangan yang disajikan secara
mengelompok berdasarkan jenis barang dagangannya masing-masing sehingga
memudahkan calon pembeli memilih jenis barang yang diinginkan dengan banyaknya
variasi barang yang disuguhkan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh PKL
akan semakin berkurang intensitasnya apabila semakin menjauh dari kawasan studi
Intensitas pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan oleh aktivitas PKL pada koridor
41
kelima ruas jalan kawasan semakin menurun karena jalan-jalan ini berorientasi pada
aktivitas-aktivitas yang berbeda yang berlangsung pada kelima ruas jalan antara aktivitas
perkantoran pemerintahan dan pendidikan yang ditandai dengan adanya kepadatan
beberapa bangunan fasilitas perkantoran pemerintahan dan pendidikan pada koridor-
koridor kelima ruas jalan ini
Adanya bangkitan aktivitas nonekonomi ini mengakibatkan rendahnya akumulasi
pengunjung kawasan pada tepi jalan-jalan ini Hal inilah yang menjadi alasan mengapa
ruang-ruang trotoar koridor jalan ini kurang diminati oleh PKL meskipun ada beberapa
PKL yang berjualan pada beberapa penggal jalan namun keberadaannya terputus dan
tidak menerus seperti pada keberadaan PKL pada ruang sirkulasi pejalan kaki di
sepanjang trotoar Jalan Pahlawan yang identik sebagai area yang berorientasi pada
aktivitas pemerintahan Jalan KH Achmad Dahlan Pandanaran dan Achmad Yani yang
identik sebagai area yang berorientasi pada aktivitas perkantoran dan Jalan Gajahmada
yang identik sebagai area yang berorientasi pada aktivitas perkantoran dan pendidikan
Menurut kriteria pemilihan lokasinya aktivitas-aktivitas PKL memiliki
kecenderungan menempati lokasi atau ruang-ruang dengan tingkat akumulasi orang yang
melakukan kegiatan secara bersama-sama pada waktu yang relative sama pula Adanya
fungsi kawasan sebagai CBD tentu tidak lepas dari aktivitas perdagangan dan jasa yang
berlangsung di atasnya sehingga menimbulkan sejumlah akumulasi pengunjung yang
tidak sedikit Fenomena tumbuhnya sector informalPKL ini tak lepas dari keberadaan
aktivitas formal yang tumbuh dan berkembang sebagai aktivitas pendukung (activity
support) yang tidak dapat dihindarkan dan digusur begitu saja melainkan diantisipasi dan
diperhitungkan kebutuhan ruangnya
2 Analisis Pola Pemanfaatan Ruang Jalur Sirkulasi Pedestrian Kawasan
Pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan sebagai jalur sirkulasi pejalan kaki
merupakan jenis pemanfaatan sebagai pemenuhan akan kebutuhan ruang pejalan yang
memisahkan ruang pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan kawasan demi meminimalisasi
konflik kepentingan yang dapat mengakibatkan ketidaknyamanan pejalan kaki maupun
pengguna jalan yang lain (pengendara)
Namun dalam perkembangannya ruang-ruang di tepi jalan ini mengalami pergeseran
fungsi ruang menjadi lokasi aktivitas PKL sehingga kemudian pejalan kaki harus
menjatuhkan pilihannya untuk berjalan melalui jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk
mencapai tujuan dalam pergerakannya
41
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima sebagai
ruang sirkulasi pedestrian dibentuk oleh arah pergerakan pejalan yang dipengaruhi oleh
tujuan dalam melakukan perjalanannya
a Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Melakukan Perpindahan Antarbangunan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima dengan
tujuan untuk melakukan pergerakan perpindahan antarbangunan membentuk pola
rdquomenerus yang melingkarrdquo dikarenakan arah pergerakan pejalan yang menerus pada
sepanjang ruang trotoar di muka bangunan kawasan mengikuti pola sirkulasi utama
kawasan yang membentuk loop
Pola pemanfaatan yang rdquomenerusrdquo ini disebabkan oleh kontinuitas pergerakan pejalan
kaki kawasan dalam melakukan perpindahan antar bangunan formal (perdagangan
modern) pada ruang-ruang trotoar sebagai ruang penghubung antaraktivitas formal
kawasan Pola pergerakan pejalan kaki yang menerus ini merupakan bangkitan dari
tarikan aktivitas perdagangan dan jasa formal kawasan yang menjadi alasan pengunjung
melakukan pergerakan berpindah antarbangunan
Pergerakan pejalan yang rdquomenerusrdquo ini juga dipengaruhi oleh keberadaan aktivitas
PKL di sepanjang ruang trotoar kawasan yang memberi kehidupan menerus pada ruang-
ruang ini Pergerakan menerus dilakukan oleh pejalan kaki kawasan secara linier pada
tepi jalan mengikuti pola jaringan jalan utama kawasan dan memanjang menuju lokasi
pencapaian tujuan pergerakan
Pola pemanfaatan ruang yang rdquomelingkarrdquo disebabkan oleh pencapaian tujuan pada
bangunan perdagangan modern kawasan secara memutar Sistem pencapaian bangunan
formal (perdagangan) yang memutar ini dipengaruhi oleh sistem sirkulasi utama kawasan
yang memiliki muara pada Jalan Simpang Lima (Lapangan Pancasila) dan membentuk
loop dimana dalam bentuk pencapaian yang loop ini diperlukan waktu untuk
mencapainya karena harus melewati banyak persimpangan-persimpangan yang
merupakan simpul-simpul bertemunya arus lalu lintas dari kelima ruas jalan kawasan
pada muaranya di Jalan Simpang Lima
b Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Berbelanja pada PKL di Sepanjang
Trotoar Kawasan dan Tepi Lapangan Pancasila Pola pemanfaatan ruang terbuka
publik Kawasan Simpang Lima dengan tujuan untuk berbelanja pada PKL di sepanjang
trotoar kawasan kurang lebih sama dengan pola pemanfaatan ruang dengan tujuan
melakukan perpindahan antarbangunan formal kawasan yaitu membentuk pola rdquomenerus
41
yang melingkarrdquo sepanjang ruang-ruang trotoar pada muka bangunan formal kawasan
mengikuti pola jaringan jalan utama kawasan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh aktivitas PKL pada sepanjang trotoar
kawasan dipengaruhi oleh penataan display berbagai jenis barang dagangan PKL yang
ditata sedemikian rupa berderet secara linier pada muka bangunan dan memanjang
mengikuti bentukan ruang trotoar sehingga mempermudah calon pembeli baik oleh
pejalan kaki maupun pengguna jalan yang lain (pengendara) untuk melihat dan memilih
jenis-jenis barang yang diinginkan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik dengan tujuan berbelanja pada PKL yang
berjualan di tepi Lapangan Pancasila membentuk pola rdquolinier yang melingkarrdquo mengkuti
sistem sirkulasi utama kawasan yang membentuk loop dengan muara sirkulasi pada
lapangan Pola pemanfaatan yang linier dipengaruhi oleh penataan display barang
dagangan yang ditata sedemikian rupa secara linier pada tepi Lapangan Pancasila (trotoar
lapangan) berhadaphadapan dengan sirkulasi pengunjung PKL yang berada pada tengah
ruang trotoar sebagai ruang yang tersisa dari kedua sisi ruang yang digunakan oleh PKL
Pola pemanfaatan ruang yang rdquomelingkarrdquo dipengaruhi oleh bentukan ruang yang
persegi membulat dengan trotoar sebagai pembingkai ruang lapangan Pemanfaatan yang
melingkar ini dibentuk oleh pergerakan pengunjung PKL yang menerus tanpa terputus
pada ruang trotoar tepi Lapangan Pancasila
c Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Melakukan Aktivitas Olahraga Rekreasi dan
Hiburan Berbelanja Pada PKL di Tengah Lapangan Pancasila
Pola pemanfaatan ruang Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk melakukan aktivitas
olahraga rekreasi dan hiburan serta berbelanja pada PKL yang berjualan di tengah
Lapangan Pancasila memiliki pola pergerakan rdquocurvelinierrdquo Aktivitas-aktivitas ini
cenderung dilakukan secara berkelompok mengingat daya tampung ruang lapangan yang
cukup besar sehingga memungkinkan untuk pergerakan yang bebas dan santai dengan
suasana rekreatif dengan arah pergerakan yang tidak beraturan dikarenakan tanpa adanya
bentukan fisik pembatas antaraktivitas kegiatan Aktivitas olahraga yang seringkali
dilakukan menempati ruang Lapangan Pancasila adalah olahraga sepak bola dimana
olahraga ini biasa dilakukan secara berkelompok dengan pergerakan yang tidak beraturan
pada ruang
Sedangkan pergerakan aktivitas rekreasi dan hiburan yang juga cenderung dilakukan
secara berpasanganberkelompok ini dipengaruhi oleh tujuannya untuk melihat-lihat
pemandangansuasana kawasan sehingga membentuk pola pergerakan yang tidak
41
beraturan dan berkelok-kelok dengan sesekali berhenti untuk mengagumi view atau
sekedar untuk mengobrol
Pola pergerakan pejalan kaki pada ruang Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk
berbelanja pada PKL di tengah lapangan mempunyai pola pergerakan rdquocurvelinierrdquo
dipengaruhi oleh bentukan ruang lapangan yang persegi membulat dengan daya tampung
ruang cukup besar dan sistem sirkulasi pengunjung yang memungkinkan arah pergerakan
dengan bebas Aktivitas PKL yang memiliki kecenderungan berkelompok berdasarkan
jenis barang yang diperdagangkan ini berdampak pada penataan display barang sehingga
sistem sirkulasi pengunjung PKL pun pada akhirnya mengikuti pola pemanfaatan ruang
oleh aktivitas PKL dengan pergerakan yang tidak beraturan pada ruang (curvelinier)
dengan suasana rekreatif dan santai
Dengan adanya pergerakan pejalan kaki Kawasan Bundaran Simpang Lima yang
rdquomenerus dan melingkarrdquo membentuk linkage seyogyanya pejalan kaki diberikan ruang
yang layak demi keamanan dan kenyamanan pejalan dan pengguna jalan yang lain
Dengan kecenderungan sifat manusiawi pejalan yang enggan melakukan perjalanan
dengan permukaan yang naik atau menaik solusi yang ditawarkan tentu tidak bisa berupa
jembatan penghubung antarbangunan Sebab selain memerlukan biaya yang tidak sedikit
dapat menghalangi pandanganview suatu kawasan berpotensi menggunakan sebagian
ruang terbuka publik itu sendiri dan keengganan pejalan berjalan pada permukaan yang
naik sebagai sifat dasar pejalan kaki maka alangkah lebih baiknya apabila solusi yang
ditawarkan sebagai ruang untuk pejalan kaki kawasan di luar konteks teknologi adalah
berupa subway yaitu ruang publik untuk pejalan kaki yang dibangun di bawah tanah yang
menjadi penghubung antarbangunan dengan karakteristik berupa terowongan di bawah
tanah bebas dari sirkulasi kendaraan kawasan bebas dari kebisingan akibat intensitas lalu
lintas kawasan yang cukup tinggi mampu menjadi alternatif ruang untuk PKL dan parkir
off street kawasan sekaligus sebagai jalur pedestrian kawasan
41
352 Kajian PKL di Jalur Pejalan Kaki di Jalan Samanhudi Kabupaten Jember
3521 Analisa Konflik Kepentingan
Tabel IV1Analisa Konflik Kepentingan
Sumber Hasil Analisis Maria Kurnia U 2009
41
3522 Analisa Konflik Penggunaan Ruang
Tabel IV2
Analisa Konflik Penggunaan Ruang
Sumber Hasil Analisis Maria Kurnia U 2009
3523 Analisis Konsep Simbiosis Mutualistik
A Analisa Teori
Analisa ini bertujuan menelusuri konflik kepentingan dan konflik penggunaan ruang
melalui kajian teori-teori tentang penataan PKL yang didapatkan dari literature dan penelitian
PKL yang pernah dilakukan sebelumnya Meminimalisir konflik yang terjadi diperlukan
ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun
menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan
Samanhudi dengan kawasan PKL lain
ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL
41
ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun
dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja
namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang
namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan
ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa
jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan
harga antara pedagang formal dan PKL
ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan
pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak
penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi
antar pihak
ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai
dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan
perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang
informal
ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan
persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL
ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan
dalih keamanan
ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan
pejalan kaki dan pengendara kendaraan
ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki
ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL
ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan
ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa
harus saling menumpuk
ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak
ndash Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini
menjadi jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen
B Triangulasi Konsep Simbiosis Mutualistik
Triangulasi konsep simbiosis mutualistik dilakukan untuk mendapatkan konsep-
konsep penataan pedagang kaki lima yang menguntungkan berbagai pihak yang terkait yang
membandingkan antara fakta empiris studi kasus dan teori
41
Mengakui eksistensi PKL didukung dengan program kebijakan untuk mengelola
aktivitas PKL
Penyuluhan pembinaan dan pelatihan untuk PKL
Pemberian bantuan modal dari pemerintah maupun dari sektor swasta (dengan konsep
kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitusaja namun dilakukan kontrol terhadap dana
bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang begitu saja namun dapat dimanfaatkan secara
berkelanjutan
Peningkatan citra kawasan melalui pembentukan karakter khusus PKL di lokasi studi
sehingga membedakan PKL Samanhudi dengan PKL di kawasan lain
Pengelompokkan PKL menurut jenis barang dagangan dan perletaknnya diatur menurut
jenis dagangan toko formal sehingga tidak terjadi perebutan konsumen
Peningkatan citra kawasan sehingga menambah daya tarik pengunjung
Pembentukan Paguyuban Samanhudi yang beranggotakan PKL pedagang formal dan
pihak penengah untuk menyamakan aspirasi antar golongan dan sebagai forum diskusi
Legalitas sektor informal yang diakui oleh pemerintah
Perumusan kebijakan dan peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan
perdagangan informal
Peraturan didukung pengawasan yang ketat sangsi yang jelas dan sosialisasi serta
persamaan persepsi
Perancangan sarana usaha sesuai dengan jenis barang dagangan dan aspirasi PKL
Sosialisasi status ruang PKL
Peningkatan keamanan dan pengawasan untuk mencegah pemerasan tindak kejahatan
lain
Mempertahankan orientasi PKL ke arah bangunan formal
Perbaikan pelebaran dan pemeliharaan jalur pejalan kaki (pedestrian) sebatas ruang
parkir on street sehingga jalur aktif jalan tidak berkurang
Pemisahan yang jelas antara jalur pejalan kaki dan ruang PKL
Pemisahan yang jelas antara jalur pengendara ruang PKL dan jalur pejalan kaki
Mengatur ruang parkir off street di sepanjang jalan untuk mengurangi beban jalan akibat
penyempitan jalan karena adanya pelebaran pedestrian
Perpanjangan sosoran dari bangunan formal sebagai pelindung pejalan kaki dan ruang
PKL sehingga PKL tidak perlu memakai ataptambahan untuk kiosnya
Bentuk sarana usaha berupa meja dorong tanpa atap agar akses visual pencahayaan dan
penghawaan ke bangunan formal tidak terhalang
41
Diberikan jarak setiap 2 kios sebagai akses masuk ke bangunan formal
Mengikutsertakan seluruh pihak terkait dalam penyampaian keputusan
Perancangan dapat mewadahi ruang PKL
Ruang PKL mengikuti arus pergerakan manusia
Pengaturan kebersihan dan ketertiban
C Konsep Legalitas PKL
Adanya pengakuan resmi dari pemerintah terhadap PKL Samanhudi sebagai salah satu
sector ekonomi di kawasan studi melalui surat keputusan resmi Surat keputusan ini
sekaligus mengatur hak kewajiban dan tanggung jawab PKL sebagai kompensasi
perubahan status yang telah diberikan oleh pemerintah
PKL berhak mendapatkan perlindungan hokum dan pinjaman modal dari pemerintah
Namun sebagai sector resmi PKL dikenakan pajak penghasilan dan retribusi Besarnya
pajak Pajak penghasilan dibedakan dari sektorformal Dengan membayar pajak PKL
berhak mendapatkan perlindungan pemerintah dari oknum preman dsb
PKL wajib mendukung program-program penertiban yang dilakukan pemerintah Apabila
PKL melanggar hak dan kewajiban yang telah diputuskan PKL tidak berhak lagi
menempati lapak yang telah dipinjamkan oleh pemerintah Dan dicabut ijin berjualannya
di kawasan Samanhudi
Dalam konsep ini simbiosis mutualistik terjadi antara pemerintah dan PKL dimana PKL
mendapatkan pengakuan perlindungan dan bantuan modal dari pemerintah sementara
pemerintah mendapatkan retribusi pajak penghasilan dan ketertiban dari PKL
D Konsep Pembinaan dan Permodalan
Pedagang kaki lima perlu untuk mendapatkan pembinaan dari pemerintah Kabupaten
Jember untuk meningkatkan kemampuan wirausaha dan peningkatan kualitas barang
dagang dan pelayanan terhadap pembeli konsumen sehingga bias meningkatkan
pendapatan dan aktivitas pedagang kaki lima dapat member nilai tambah serta dapat
memberkan peluang kerja yang dapat mengurangi tingkat pengangguran di Kabupaten
Jember Bentuk pembinaan berupa penyuluhan yang diberikan berkala secara rutin
Program pembinaan diadakan oleh pemerintah
Program pembinaan juga digunakan sebagai sarana pertemuan rutin dan sosialisasi
peraturan-peraturan yang dilakukan pemerintah
Program pembinaan juga dapat dijadikan sarana untuk selalu mengingatkan hak dan
kewajiban serta sangsi yang diterapkan bila PKL melanggar selama beroperasi dikawasan
Samanhudi
41
Program pembinaan memberikan keuntungan kepada PKL dan pemerintah PKL
mendapatkan peningkatan kemampuan dan pemerintah mendapat sarana sosialisasi
Pemberian bantuan modal ini tidak ditujukan kepada semua pedagang kaki lima tetapi
diberikan kepada beberapa pelaku usaha yang memiliki potensi dan criteria yang telah
ditentukan
Pemerintah dalam memberikan bantuan modal ini juga harus bekerja sama dengan
instansi-isntansi lain yang terkait
Pemberian modal dari pihak swasta sangat disarankan
Konsep ini memberikan keuntungan kepada pihak PKL berupa bantuan modal dengan
bunga ringan keuntungan laba pinjaman kepada pemberi modal dan bila pihak swasta
terlibat mendapatkan keuntungan berupa kesempatan untuk periklanan
E Konsep Kelembagaan Paguyuban Samanhudi
Paguyuban Samanhudi merupakan Kelembagaan yang memiliki kewenangan atau
keterikatan dengan pengelolaan dan pembinaan Pedagang Kaki Lima KoridorJalan
SamanhudiPaguyuban ini beranggotakan wakil PKL wakil pedagang formal wakil
pemerintah dari dinas Kebersihan dan Pertamanan Dinas Polisi Pamong Praja Dinas
Pariwisata Dinas Pendapatan dan Dinas LPMK Kabupaten Jemberserta pihak penengah
selaku penasehat dan pihak netral yang diwakili oleh pakar PKL dari universitas tokoh
masyarakat dan pakar PKL lainnya
Peran Paguyuban ini adalah sebagai forum diskusi dari semua pihak untuk menampung
aspirasi dan menetralisasi konflik yang terjadi sehingga setiap aspek dikoridor jalan
Samanhudi dapat melakukan koordinasi dan semua aspirasi dari semua pihak dapat
tersampaikan Fungsi paguyuban juga sebagai sarana mengikutsertakan semua pihak
terkait dalam membuat rancangan peraturan dan sosialisasi peraturan yang telah
ditetapkan pemerintah mengenai PKL kepada semua pihak terkait
Paguyuban juga berfungsi sebagai pihak pengawas bekerja sama dengan pihak kepolisian
dan pamong praja untuk mengawasi segala pelanggaran yang dilakukan oleh semua pihak
terkait Penerapan sangsi harus tegas dan diawasi oleh paguyuban sehingga tidak terjadi
rsquopenyelesaiandamairsquo dari pihak pelanggar dana para penegak peraturan
Paguyuban memberikan keuntungan kepada PKL pedagang formal pemerintah dan
masyarakat berupa kesempatan untuk menyalurkan aspirasi
41
353 Kajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit Kariyadi
Semarang
3531 Analisis Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar
Rumah Sakit dr Kariadi
Analisis karakteristik aktivitas PKL menggunakan metode deskriptif kuantitaif
dan distribusi frekuensi Analisis ini nantinya menunjang untuk analisis selanjutnya
yaitu analisis karakteristik berlokasi PKL Analisis ini meliputi lokasi aktivitas PKL
tempat usaha PKL jenis barang dagangan sarana fisik berdagang pola layanan pola
penyebaran serta status kepemilikan usaha Uraian dari masing-masing analisis
tersebu dipaparkan sebagai berikut
a Lokasi Beraktivitas
Sesuai dengan ruang lingkup spasial dari penelitian ini lokasi yang digunakan
PKL untuk memanfaatkan aktivitas kegiatan utama Rumah Sakit dr Kariadi adalah di
sepanjang penggal Jalan dr Kariadi sebagian Jalan Veteran dan sebagian Jalan dr
Soetomo Mereka berlokasi di penggalpenggal jalan tersebut dikarenakan jalan
tersebut merupakan batas dari kawasan fasilitas kesehatan dan merupakan jalan arteri
sekunder kolektor sekunder dan lokal sekunder yang ramai orang berlalu lalang
lintas kendaraan serta dilewati jalur angkutan umum Kondisi tersebut ditangkap oleh
PKL sebagai peluang untuk mendapatkan konsumen dengan memanfaatkan tingkat
kunjungan yang tinggi dari aktivitas kegiatan utama serta orang yang lalu lalang yang
melintas di penggal jalan-jalan tersebut Untuk lebih jelas mengenai lokasi PKL dapat
dilihat pada Gambar berikut
41
Gambar 33
Lokasi Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Pada lokasi tersebut terbagi menjadi spot-spot yang menjadi lokasi PKl
berdasarkan penggal jalan yang telah disebutkan sebelumnya yaitu Jalan dr Kariadi
Jalan Veteran dan Jalan dr Soetomo Spot-spot tersebut memiliki karakteristik
masing-masing baik dari sisi aktivitas dan ruang usaha PKL maupun dari karakteristik
berlokasinya Di penggal Jalan dr Kariadi terdapat beberapa bagian yang merupakan
lokasi larangan untuk PKL lokasi yang diperbolehkan untuk menggelar dagangan
PKL serta PKL binaan kelurahan yang dikenal dengan istilah PKL orange Pada Jalan
Veteran yang diminati oleh PKL berada di sisi selatan jalan Lokasi tersebut juga
diperbolehkan untuk berdagang PKL sebagai kompensasi penggantian lokasi
penggusuran PKL yang berasal dari Jalan dr Kariadi sisi barat Lokasi yang
seharusnya bersih dari PKL adalah Jalan dr Soetomo karena merupakan jalur merah
Namun lokasi ini tetap diminati untuk berlokasi PKL diantaranya dikarenakan tidak
adanya lokasi lain serta lokasinya yang strategis Kestrategisan tersebut dilihat dari
status jalan yang merupakan jalan utama penghubung ke pusat-pusat aktivitas lainnya
serta akses ke pusat kota maupun ke luar kota sehingga frekuensi kendaraan yang lalu
lalang tinggi Selain itu lokasinya yang dekat dengan kegiatan utama yang ada di
sekitarnya seperti Rumah sakit dr Kariadi perkantoran ataupun permukiman Hal
tersebut dimanfaatkan PKL sebagai peluang mendapatkan konsumen
b Tempat Usaha
41
Lokasi yang diminati PKL tidak menyediakan tempat khusus untuk berdagang
PKL sehingga mereka menggunakan ruang-ruang publik untuk tempat usahanya
seperti di trotoar di atas saluran drainase bahu jalan dan badan jalan Dengan
difungsikannya ruang-ruang publik tersebut menjadi tempat berdagang bagi PKL
berakibat menurunnya fungsi ruang publik tersebut mengurangi citra kawasan serta
menurunnya kualitas lingkungan Oleh pemerintah kota ruang-ruang publik tersebut
dimanfaatkan untuk tempat usaha PKL karena diperlukan tempat usaha di lokasi
tersebut Hal ini sebagai upaya pemerintah untuk mewadahi aktivitas tersebut
Tempat-tempat tersebut dilegalkan menjadi tempat usaha yang diperuntukkan bagi
PKL sesuai dengan peraturan daerah nomor 11 tahun 2000 tentang PKL yang
notabene bertolak belakang dengan peraturan daerah lainnya yang mengatur tentang
ketertiban keindahan dan pertamanan Persentase PKL yang menempati ruang-ruang
publik dapat dilihat pada Gambar berikut ini
Gambar 34
Persentase Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Terdapat pula PKL yang tidak mendapat izin tempat usaha berdagang
khususnya PKLyang berlokasi di daerah larangan untuk PKL serta berdagang pada
waktu yang tidak diperbolehkan sehingga mereka tidak ditarik retribusi dan sewaktu-
waktu dapat ditertibkan oleh aparat penegak tata tertib Namun ketidaktertiban aparat
PKL yang tidak mendapat izin tersebut kadang-kadang juga dipungut retribusi yang
diistilahkan dengan uang keamanan namun frekuensinya tidak teratur PKL dalam
golongan ini jumlahnya minoritas jika dibandingkan dengan PKL yang mendapat izin
tempat usaha Berikut sketsa sebaran PKL menurut tempat usahanya yang dapat
dilihat pada Gambar
41
Gambar 35
Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
c Jenis Barang Dagangan
Dagangan mayoritas yang diperdagangkan oleh PKL di sekitar Rumah Sakit
dr Kariadi adalah jenis barang dagangan makanan seperti warung tegal bakso soto
es buah dan makanan kecil Jenis dagangan tersebut diminati karena PKL mencoba
menangkap aktivitas kegiatan utama yang banyak membutuhkan jenis barang
dagangan makanan
Jenis barang dagangan yang paling minoritas diperdagangkan adalah buah-
buahan Jenis dagangan inipun hanya dijumpai di penggal Jalan dr Kariadi karena di
penggal jalan tersebut terdapat pintu masuk pengunjung rumah sakit Jenis barang
dagangan ini biasanya digunakan sebagai cangkingan atau oleh-oleh untuk membesuk
pasien Namun jenis dagang ini kurang diminati pedagang dikarenakan barangnya
yang mudah busuk tidak mempunyai tempat penyimpanan khusus seperti kulkas
relatif mahal karena rata-rata buah impor serta konsumennya relatif sedikit
Kekurangminatan pedagang untuk menjual jenis dagangan ini dapat dilihat dari
sedikitnya jumlah PKL yang menjual dagangan ini
Jenis barang dagangan lain yang banyak diperdagangkan adalah kelontong
karena berjualan bermacam-macam jenis barang dari rokok makanan kecil air
kemasan bahkan sampai barang kebutuhan mereka yang beraktivitas di kegiatan
41
utama yaitu rumah sakit seperti untuk kebutuhan penunggu pasien yaitu tikar kipas
termos untuk air panas dan jenis barang lainnya
Jenis dagangan yang lain merupakan jenis barang dagangan yang umum
diperdagangkan atau jenis barang dagangannya hampir ada setiap ruas jalan-jalan
besar lokasi PKL lainnya di kota besar yang kebanyakan termasuk dalam jenis barang
dagangan non makanan dan jasa pelayanan seperti warung telekomunikasi bensin
tambal ban voucher pulsa fotocopy Untuk jasa pelayanan fotocopy yang banyak
tersebar di kawasan tersebut terkait dengan adanya kegiatan utama berupa fasilitas
pendidikan seperti Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro akademi
keperawatan dan farmasi sedangkan untuk jenis dagangan umum lainnya terkait
adanya permukiman di sekitar lokasi tersebut Namun ada barang dagangan yang khas
yaitu nisan karena lokasi sekitar Rumah sakit dr Kariadi terdapat tempat pemakaman
umum yang cukup besar yaitu TPU Bergota
Jenis dagangan yang dijual dapat dikatakan tidak semata hanya melayani
untuk aktivitas yang terkait dengan Rumah Sakit dr Kariadi namun juga melayani
terhadap aktivitas lainnya disekitar Rumah Sakit dr Kariadi seperti fasilitas
pendidikan permukiman pemakaman serta perkantoran bahkan aktivitas transportasi
seperti kebutuhan supir angkutan umum dan supir taxi Untuk lebih jelas mengenai
perbandingan jumlah PKL menurut jenis barang dagangan di masing-masing penggal
jalan dapat dilihat pada gambar berikut ini
Gambar 36
Karakteristik Jenis Barang Dagangan Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
41
d Sarana Fisik Berdagang
Masing-masing lokasi memiliki jenis sarana berdagang mayoritas yang
berbeda-beda Pada penggal Jalan dr Kariadi mayoritas PKL di penggal jalan tersebut
menggunakan kios sebagai sarana berdagangnya Kios-kios tersebut awalnya
merupakan warung semi permanen yang disekat-sekat Namun seiring dengan
perkembangan waktu dan adanya praktek sewa tempat usaha maka warung tersebut
dibangun permanen oleh pemiliknya bahkan diantaranya ada yang dilengkapi dengan
kamar mandi serta ruang tidur Hal tersebut dikarenakan sebagian kios juga dijadikan
sebagai tempat tinggal pemiliknya Asal pedagang yang dari luar Kota Semarang serta
biaya yang mengontrak relatif mahal sehingga menjadikan kiosnya sebagai sarana
usaha serta tempat tinggal sekaligus Sarana dagang tersebut telah menyimpang dari
peraturan daerah tentang PKL Latar belakang pendidikan PKL yang sebagian rendah
kemungkinan menjadi penyebab kurangnya pemahaman pedagang terhadap produk
hukum tersebut atau memang mengerti namun sengaja dilanggar karena tidak adanya
upaya pemerintah untuk menertibkan sarana berdagang yang telah melanggar
peraturan tersebut Selain itu ketidaktergantungan PKL terhadap ketersediaan
prasarana penunjang menjadikan PKL dalam beraktivitas tidak mempertimbangkan
aspek tersebut
Selain kios sarana dagangan yang banyak diminati adalah gerobak tenda yaitu
sarana dagangan utamanya gerobak yang ditunjang dengan tenda yang biasanya untuk
tempat makan konsumen Sarana dagang ini dianggap praktis karena mudah
dibongkar pasang serta dipindahkan Terlebih sarana dagang ini sesuai dengan
himbauan pemerintah dalam Perda No 11 tahun 2000 yaitu sarana PKL adalah yang
mudah untuk dibongkar serta dipindahkan
Lain halnya dengan PKL di penggal Jalan dr Soetomo mereka lebih banyak
menggunakan gerobak Hal tersebut dikarenakan lokasi tersebut merupakan lokasi
larangan untuk PKL tapi mereka tetap bertahan di lokasi tersebut dengan alasan tidak
tersedia tempat lain yang strategis untuk berjualan Dengan menggunakan gerobak
memudahkan mereka untuk lari atau berpindah tempat jika ada penertiban oleh aparat
penegak tata tertib
Di penggal Jalan Veteran sama halnya dengan sarana fisik yang digunakan
berdagang oleh PKL di penggal Jalan dr Kariadi Mereka mayoritas menggunakan
41
sarana berdagang berupa kios Mereka menggunakan sarana fisik dagangan kios
permanen yang dianggap aman karena memperoleh izin tempat usaha dari pihak
terkait untuk berdagang Namun sarana dagang yang dibuat permanen tersebut tidak
sesuai dengan perda tentang PKL yang mengharuskan sarana dagang pedagang kaki
lima yang mudah dibongkar dan dipindah-pindah
Sarana fisik dagangan yang kurang diminati adalah mobil Walaupun cukup
fleksibel untuk berpindah-pindah namun biaya untuk operasional sehari-hari cukup
mahal seperti bahan bakar perawatan mobil ataupun untuk pengadaan unit mobil itu
sendiri Hanya terdapat satu PKL yang menggunakan sarana dagangan ini yaitu
berada di penggal Jalan dr Kariadi Namun karena pada waktu penyebaran kuesioner
pedagang ini tidak berada di lokasi maka tidak masuk menjadi responden
e Pola Layanan
Untuk pola pelayanan terdapat tiga aspek yang dibahas yaitu mengenai waktu
layanan
aktivitas PKL serta sifat layanan Berikut uraian dari analisis pola pelayanan tersebut
1 Waktu Layanan
Sesuai waktu aktivitas kegiatan utama yang rata-rata pagi hingga sore hari
seperti fasilitas pendidikan perkantoran serta jam berkunjung dan pemeriksaan rumah
sakit maka mayoritas PKL membuka usahanya pada waktu tersebut yaitu sekitar
pukul 0900 hingga pukul 1600 Namun khusus yang berada di penggal Jalan dr
Kariadi yaitu di sekitar pintu masuk dan lokasi larangan untuk PKL hanya
diperbolehkan untuk berjualan pada sore hingga malam hari yaitu biasanya mereka
membuka usahanya sekitar pukul 1600 hingga 0000 Terdapat beberapa PKL yang
waktu usahanya menyesuaikan dengan waktu pelayanan rumah sakit yang buka 24
jam atau sepanjang hari Hal tersebut dilakukan menangkap peluang menjajakan
barang dagangan untuk kebutuhan aktivis rumah sakit seperti penunggu pasien
pengunjung atau petugas piket atau jaga serta tidak menutup kemungkinan pembeli
dari pengendara yang lalu lalang atau supir transportasi umum
Hal tersebut juga berlaku di penggal jalan yang lain dimana mayoritas
membuka usahanya pada pagi hingga sore hari Hanya minoritas yang membuka
usaha pada sore hingga malam hari serta sepanjang hari Faktor lain yang dapat
mempengaruhi waktu aktivitas PKL selain menyesuaikan waktu aktivitas kegiatan
utama adalah kepemilikan usaha yang merupakan milik pribadi sehingga mereka
membuka usahanya sesuai keinginan mereka
41
Terdapat pula fenomena satu lokasi ditempati oleh dua PKL dengan waktu
layanan yang berbeda PKL yang beraktivitas pada pagi hingga sore mencoba
menagkap peluang dari kunjungan ke kegiatan utama seperti rumah sakit fasilitas
pendidikan perkantoran serta perdagangan informal dan tidak menutup orang yang
lalu lalang melewati jalan-jalan tersebut Lokasi yang dianggap strategis serta
berprospektif tersebut digunakan oleh PKL lain untuk berjualan di tempat yang sama
Hal tersebut dimanfaatkan PKL untuk menangkap peluang dari kegiatan rumah sakit
serta orang yang lalu lalang Selain itu juga menangkap konsumen dari penumpang
bus malam yang melewati Jalan dr Soetomo dimana di jalur tersebut terdapat halte
serta konsumen dari supir angkutan umum yang sedang istirahat sejenak Berikut
pemetaan PKL menurut waktu berdagangnya
Gambar 37Peta Sebaran Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Menurut Waktu Layanan
2 Sifat Layanan
Dari gambar di bawah ini dapat disimpulkan bahwa mayoritas PKL di sekitar
Rumah Sakit dr Kariadi memiliki sifat layanan menetap baik dari segi tempat
berdagangnya yang tetap serta waktu berdagangnya yang sama setiap harinya hal ini
nampak pada sarana fisik dagangan para PKL tersebut yang berupa kios yang
memang tidak bisa dipindah-pindah atau permanen Hanya 13 yang memiliki sifat
layanan semi menetap Berikut persentase PKL menurut sifat layanannya
41
Gambar 38Persentase Sifat Layanan Pedagang Kaki LimaDi Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Sifat layanan semi menetap biasanya PKL yang tempat usahanya yang
merupakan gabungan antara menetap dengan keliling yaitu pada awal waktu
berdagang pada lokasi yang sama tiap harinya namun jika belum habis dagangannya
mereka berkeliling serta jam berdagang yang tidak tetap tiap harinya terkadang hanya
sampai siang karena dagangannya habis Sisanya yang 2 berjualan secara
berkeliling yang diantaranya bertujuan untuk mendekati konsumen serta
memanfaatkan waktu-waktu puncak kegiatan utama rumah sakit seperti waktu
kunjungan menjenguk pasien
f Pola Penyebaran
Pola penyebaran PKL mayoritas mengikuti pola jalan yang ada yaitu linier
Mereka berjualan di bahu-bahu jalan bahkan ada yang berada di atas saluran drainase
Selain itu pola penyebaran tersebut terbentuk karena lokasi yang diperbolehkan untuk
PKL menempati trotoar trotoar sepanjang jalan yang secara otomatis membentuk
linier Alasan lainnya yang diungkapkan oleh pedagang adalah agar dagangannya
mudah dilihat oleh orang yang lalu lalang Namun terdapat beberapa PKL yang
berjualan secara aglomerasi dengan PKL yang berjualannya bergerombol di dekat
pintu masuk pengunjung Rumah Sakit dr Kariadi seperti yang dapat dijumpai di Jalan
dr Kariadi yaitu bergerombol di sekitar pintu masuk pengunjung rumah sakit serta di
Jalan dr Soetomo yang bergerombol di dekat pintu masuk UGD dan pintu masuk ke
Gedung Pavilliun Garuda Hal tersebut dimaksudkan untuk mendekati pengunjung
yang akan masuk ke rumah sakit Hanya sebagian kecil saja yang lokasinya berjauhan
dengan PKL lainnya atau menyebar untuk mengurangi persaingan dengan PKL
lainnya
41
g Kesimpulan Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar
Rumah Sakit dr Kariadi
Tempat usaha tidak terdapatnya tempat yang dikhususkan untuk PKL pemerintah
memfasilitasinya dengan memperbolehkan menempati ruang-ruang publik seperti
trotoar badan atau bahu jalan serta di atas saluran drainase melalui Perda no 11 tahun
2000 Namun hal ini dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan
serta visual kawasan dan tidak optimalnya ruang publik tersebut Mayoritas PKL di
kawasan tersebut telah mengantongi izin tempat usaha dari kelurahan selaku pihak
berwenang
Jenis barang dagangan karakteristik jenis barang dagangan PKL pada umumnya
mengikuti kebutuhan kegiatan utama yaitu aktivitas Rumah Sakit dr Kariadi dan
sekitarnya seperti fasilitas pendidikan perkantoran perdagangan informal
permukiman dan pemakaman Jenis barang dagangan yang mayoritas diperdagangkan
berupa makanan Jenis barang dagangan yang diperdagangkan adalah non makanan
buah-buahan jasa pelayanan serta kelontong Terkait dengan kegiatan utama terdapat
beberapa jeni barang dagangan yang spesifik seperti termos tikar kipas guna
memenuhi kebutuha penunggu pasien
Sarana fisik dagangan mayoritas berupa kios yang dibangun permanen serta
gerobak tenda Menggunakan kios dikarenakan lokasinya yang telah dilegalkan untuk
aktivitas PKL serta terkait pola layanan yang menetap serta pada waktu berdagang
yang tetap Sedangkan gerobak tenda banyak digunakan oleh pedagang makanan
dimana tendanya digunakan sebagai tempat untuk konsumen Untuk bangunan
permanen diantaranya digunakan sebagai tempat tinggal Ketidakketergantungan
PKL terhadap prasarana penunjang sehingga PKL tidak mempertimbangkan aspek
tersebut karena mereka dapat mengusahakan sendiri
Pola pelayanan dari segi waktunya mengikuti waktu aktivitas kegiatan utama yaitu
pagi hingga sore hari sekitar pukul 0900 ndash 1600 serta telah mendapat izin tempat
usaha dari pihak berwenang namun terdapat pula PKL yang beraktivitas sore hingga
malam hari yaitu pukul 1600 ndash 0000 serta sepanjang hari Sifat layanannya menetap
mengingat mayoritas bersarana fisik dagangan berupa kios serta waktu berdagang
yang relatif tetap
Pola penyebaran mayoritas secara linier yaitu mengikuti pola jalan karena lokasi
yang dilegalkan untuk PKL oleh pemerintah menempati ruang-ruang publik seperti
trotoar di atas saluran drainase dan bahu jalan yang notabene mengikuti pola jalan
41
Selain itu terdapat sebagian beraglomerasi di sekitar pintu masuk rumah sakit yang
bertujuan untuk mendekati konsumen dan sisanya menyebar agar mengurangi
saingan
ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun
menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan
Samanhudi dengan kawasan PKL lain
ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL
ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun
dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja
namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang
namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan
ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa
jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan
harga antara pedagang formal dan PKL
ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan
pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak
penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi
antar pihak
ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai
dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan
perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang
informal
ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan
persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL
ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan
dalih keamanan
ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan
pejalan kaki dan pengendara kendaraan
ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki
ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL
ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan
ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa
harus saling menumpuk
41
ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak
Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini menjadi
jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen
41
Pengelolaan PKL
Pengelolaan PKL di Bundaran
Simpang Lima
Lima Semarang
Pengelolaan PKL di
Kabupaten Jember
Pengelolaan PKL di Kawasan Sekitar Rumah
Sakit dr Kariadi Semarang
Mengakui keberadaan PKL dengan
menuangkannya di dalam produk-
produk tata ruang
Penegakan peraturan
perundagangan yang terkait
dengan PKL
Menjalin kerjasama dengan sektor
formal dalam menyediakan ruang
bagi PKL
Menyediakan ruang perkotaan
yang dikhususkan bagi sektor
informal
Peningkatan citra PKL
Pengakuan terhadap eksistensi PKL
Control terhadap dana bantuan
Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo
Penindakan tegas kepada oknum yang
melakukan perampasan hak pada PKL
dengan dalih keamanan
Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk
menampung aktivitas PKL dan pejalan
kaki
Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan
jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir yang tepat
Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal
Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan
jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir
Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL
dan konsumen yang aman dari gangguan
pejalan kaki dan pengendara kendaraan
41
36 Temuan Studi
Temuan studi ini dimana akan menjawab sasaran yang disesuaikan dari contoh kasus yang ada di Indonesia Berikut adalah tabel matrik temuan
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
Mengetahui
permasalahan
PKL di jalur
pejalan kaki
Keberadaan sektor PKL yang menempati ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima memakai separuh lebih lebar trotoar bahkan seringkali tidak menyisakan sedikit pun ruang untuk pejalan kaki Ruang-ruang trotoar menjadi tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya sebagai ruang pemisah antara ruang yang digunakan untuk sirkulasi pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan Ruang-ruang trotoar tersebut banyak yang beralih fungsi menjadi lokasi berdagang PKL
Peralihan fungsi trotoar ini menyebabkan terganggunya aktivitas pejalan kaki sehingga pejalan terpaksa harus menggunakan jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk berjalan guna menghindari berbagai hambatan di atas trotoar Hal ini menyebabkan pejalan kaki terpaksa harus berhati-hati jika melangkah terkadang juga harus mengalah berjalan pada ruang-ruang jalur lambat dan sebagian badan jalan Kondisi ini sangat tidak aman dan
Masalah yang utama itu dari setiap
pedagang kaki lima di Jalur Pejalan Kaki
di Jalan Samanhudi Jember yaitu
Penggusuran Para PKL liar yang tidak
memiliki TDU(Tanda Daftar Usaha)
mereka biasanya akan di gusur dengan
peringatan yang di berikan sampai di
laksanakan penggusuran paksa padahal
Pedagang kaki lima merupakan salah satu
solusi akan masalah tingginya angka
pengangguran dan sedikitnya lapangan
kerja bagi masyarakat berpendidikan
rendah seperti mereka Pemerintah dalam
hal ini tidak dapat menyediakan lahan
pengganti bagi mereka untuk melanjutkan
usaha mereka jika pun ada pemerintah
menyediakan lahan-lahan yang letaknya
kurang strategis yang secara pasti
menurunkan dan mematikan pendapatan
yang mereka dapatkan dan akhirnya
Legalitas lokasi aktivitas
PKL yang biasanya ditempatkan
di dalam ruang publik seperti di
atas trotoar di atas saluran
drainase taman dan ruang publik
lainnya patut dipertanyakan
karena ketidakberdayaannya
peraturan tersebut dalam
menangani PKL Sebagai contoh
di sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi legalitas lokasi untuk
aktivitas PKL yang linier di
sepanjang jalan yang bertempat di
atas drainase Dalam aspek
apapun hal tersebut tidak dapat
dilegalkan terlebih tidak ada
penjelasan mengenai luasan atau
desain yang diperbolehkan PKL
untuk menggelar dasaran pada
dimensi saluran drainase yang
PKL yang menempati
ruang-ruang trotoar
menyebabkan
terganggunya aktivitas
pejalan kaki
Pemerintah tidak dapat
menyediakan lahan
pengganti
Legalitas lokasi aktivitas
PKL yang biasanya
ditempatkan di dalam
ruang publik seperti di atas
trotoar di atas saluran
drainase taman dan ruang
publik patut
dipertanyakan
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
nyaman bagi pejalan kaki ataupun bagi pengendara kendaraan bermotor karena mengganggu arus lalu lintas dan membahayakan keselamatan jiwa mereka hal seperti ini dapat kita lihat di depan dan di samping Masjid Baiturrahman di depan Citraland Mall di depan dan di samping Plasa Simpang Lima di depan dan di samping Kompleks Pertokoan Simpang Lima di depan dan di samping Ramayana Super Center di depan dan di samping SMKN 7 SemarangKantor Telkom dan di depan Gajahmada Plaza
Pemilihan lokasi PKL dipengaruhi oleh kecenderungan aktivitas PKL yang selalu menentukan lokasi mendekati pusat-pusat keramaian atau pusat-pusat perdagangan dan jasa dan lokasi-lokasi yang sering dikunjungi oleh orang banyak dalam kurun waktu tertentu secara periodik dan menerus Alasan inilah yang kemudian mendasari penentuan lokasi PKL Kawasan Bundaran Simpang Lima untuk berjualan di trotoar karena ruang-ruang jalur pedestrian inilah yang
mereka harus gulung tikar dan menjadi
pengangguran yang semakin menambah
permasalahan di Indonesia Pemerintah
harus mencari cara dan tempat yang baik
untuk mereka berdagang ditengah modal
mereka yang kecil agar di sisi lain semua
para pedagang kaki lima tidak hilang
lapangan kerjanya dan bias melanjutkan
kelangsungan hidupnya
ada Selain itu PKL juga
menempati trotoar yang
mengakibatkan bertambahnya
permasalahan yang terdapat di
lokasi tersebut Imbas secara
langsung dirasakan oleh
pengguna trotoar yaitu pedestrian
ketidaknyamanan bahkan tidak
adanya lagi ruang untuk berjalan
di atas trotoar acapkali menjadi
konsekuensi pedestrian yang
trotoarnya diserobot PKL
Aglomerasi aktivitas PKL yang
berlokasi di sekitar pintu masuk
pengunjung Rumah Sakit dr
Kariadi menyebabkan
penumpukan aktivitas seperti
aktivitas keluar masuk
pengunjung aktivitas jual beli
antara PKL dengan konsumen
lalu lintas kendaraan yang sedang
melewati Jalan dr Kariadi serta
angkutan umum yang sedang
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
dianggap sebagai lokasi yang ramai dikunjungi oleh pejalan kaki yang melakukan pergerakan dalam mencapai tempat tujuan perjalanannya Begitu juga dengan ruang Lapangan Pancasila karena selalu ramai dikunjungi pada hari-hari libur dengan rata-rata pengunjung mencapai 51 ndash 100 oranghari dikarenakan kedudukannya sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya
berhenti mencari penumpang
Sekali lagi permasalahan tersebut
disikapi oleh pemerintah dengan
penertiban dan penggusuran yang
hampir tidak pernah berakhir
manis
Mengetahui
peranan PKL
Kehadiran PKL di Kawasan
Bundaran Simpang Lima juga mampu
menciptakan kehidupan yang menerus
sehingga terhindar dari kematian
kawasan pada saat tertentu akan tetapi
di sisi lain kehadiran PKL
menyebabkan ketidakteraturan
kekumuhan dan kualitas fisik yang
buruk sehingga merusak wajah kota
Selain itu PKL yang berjualan di
Lapangan Pancasila pada malam hari
dengan kehidupan malam dan wanita-
wanita penghibur yang berdandan tebal
Tempat pedagang kaki lima bagi
Masyarakat dijalan Samanhudi Jember
sangat penting sebagai penyedia kebutuhan
yang dibutuhkan oleh Masyarakat Jember
Pedangan kaki lima sangat mempengaruhi
pola pasar dan sosial di Jember khususnya
didaerah Jalan Samanhudi Dalam bidang
perekonomian pedagang kaki lima hanya
berpengaruh sebagai produsen yang
penting bagi Masyarakat Jember
mengingat akan Meningkatnya jumlah
Penduduk Mereka cenderung lebih
memilih membeli pada pedagang kaki lima
Usaha PKL yang terus
berkembang pesat menarik PKL
untuk mempekerjakan karyawan
selain tenaga yang dibutuhkan
memang tidak bisa dikerjakan
sendiri terdapat pula pemilik
modal yang menyewa tempat
usaha namun dijadikan usaha
sampingan sehingga tidak
mengelola secara langsung
usahanya namun dengan
mempekerjakan karyawan PKL
yang statusnya sebagai karyawan
Pedangan kaki lima sangat
mempengaruhi pola pasar
dan sosial
harga yang PKL tawarkan
lebih murah dibandingkan
dengan harga di mall
grosir maupun indogrosir
sebagai salah satu
alternatif lapangan
pekerjaan bagi masyarakat
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
menciptakan kesan negatif dan
memperburuk citra kawasan
daripada membeli di supermarket yang
sudah merajalela di kota Jember pada saat
ini mall atau grosir maupun indogrosir
yang banyak tersebar di kota Jember
dikarenakan harga yang mereka tawarkan
lebih murah
sebanyak 10 dimana karyawan
tersebut memanfaatkan PKL
sebagai lapangan pekerjaan
Sehingga bekerja sebagai
karyawan PKL dapat dikatakan
sebagai salah satu alternatif
lapangan pekerjaan bagi
masyarakat
Mengetahui
pola aktivitas
PKL dijalur
pejalan kaki
Aktivitas PKL sendiri
memiliki kecenderungan untuk
menempati ruang ruang antar aktivitas
yang selalu ramai dilewatidikunjungi
oleh banyak orang dalam melakukan
pergerakan perpindahan dari aktivitas
satu ke aktivitas yang lain atau dari
bangunan perdagangan modern satu ke
bangunan perdagangan modern yang
lain secara periodik dalam rentang
waktu tertentu sehingga kemudian
pilihan ini jatuh kepada jalur-jalur
pedestrian yang notabene merupakan
ruang-ruang terbuka publik yang
PKL berdagang dengan menempati
tempat yang tetap dan tidak berpindah-
pindah
Modal dan aset sebagian besar adalah
milik sendiri
Berdagang di Samanhudi merupakan
usaha utama
Alat peraga PKL pada kawasan ini
dapat dibedakan menjadi
ndashAlat peraga semi permanen dari kayu
dan tenda yang bersifat menetap
ndashAlat peraga dengan bangku meja dan
tenda sekaligus sebagai tempat tinggal
ndashAlat peraga beroda namun menetap
Pola Aktivitas pelayanan PKL di
kawasan sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi pada umumnya melayani
pengunjung rumah sakit namun
tidak menutup kemungkinan
konsumennya adalah pengendara
atau orang yang sedang melintasi
jalan tersebut tanpa bermaksud
untuk masuk ke rumah sakit
Selain itu konsumen
yang berasal dari sekitar lokasi
PKL seperti penduduk
permukiman di sekitarnya
pekerja yang bekerja di sektor
Aktivitas PKL memiliki
kecenderungan untuk
menempati ruang ruang
antar aktivitas yang selalu
ramai dilewatidikunjungi
oleh banyak orang dalam
melakukan pergerakan
perpindahan dari aktivitas
satu ke aktivitas yang lain
atau dari bangunan
perdagangan modern satu
ke bangunan perdagangan
modern
Saat berjualan alat peraga
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
seyogyanya digunakan oleh pejalan
kaki Keberadaan ruang trotoar yang
semakin sempit oleh penggunaan ruang
PKL membuat pejalan kaki
menjatuhkan pilihan untuk melakukan
perjalanan pada ruang-ruang seperti
jalur lambat dan sebagian badan jalan
sehingga mengurangi keamanan jiwa
dan kenyamanan pejalan kaki sendiri
serta pengguna jalan yang lain
(pengendara)
Kegiatan-kegiatan yang
dilakukan oleh pejalan kaki pada
ruang-ruang jalur pedestrian atau
trotoar di Kawasan Bundaran Simpang
Lima adalah kegiatan berjalan dan
berbelanja Sebagian dari pejalan kaki
hanya berjalan melintasi trotoar untuk
menuju lokasi tujuannya akan tetapi
ada pula sebagian dari pejalan kaki
yang berjalan sambil melihat-lihat
bahkan ada yang berbelanja pada PKL
ndashAlat peraga beroda namun menetap
dengan bangku dan meja
ndashHanya berupa matras sebagai alas
dagangan yang dapat berpindah
sewaktu-waktu
Alat peraga yang dipakai untuk usaha
tidak seragam dan tidak menggunakan
desain yang baik sehingga terkesan
kumuh kurang bersih dan sangat
mengganggu wajah kota dan menutup
fasade bangunan di belakangnya
Saat berjualan alat peraga kios
sebagian besar menempati badan jalan
dan trotoar
Saat tidak berjualan alat peraga kios
sebagian besar tetap di lokasi jualan
lama berjualan di Samanhudi sebagian
besar antara 6 ndash10 tahun
Terbanyak dari pedagang belum
pernah bekerja di sektor lain dan dari
semula telah menjadi PKL di
Samanhudidi bandingkan denga harga
yang ada di mall Pedagang
lain sehingga tidak ada batasan
pasti mengenai pola pelayanan
para PKL tersebut
Waktu beraktivitas para
PKL umumnya terbagi menjadi
dua sesi PKL yang pertama
adalah pedagang yang aktivitas
berdagangnya pada pagi hingga
siang hari Pedagang yang kedua
merupakan pedagang yang
mempunyai waktu layanan pada
sore hingga malam hari Namun
tidak menutup kemungkinan
terdapat beberapa PKL yang
berdagang dari pagi hingga
malam hari bahkan buka nonstop
mengingat rumah sakit
beraktivitas selama sehari penuh
sehingga mereka mengikuti
aktivitas sektor formal yang ada
di sekitarnya
Waktu berdagang
tersebut juga disesuaikan dengan
kios sebagian besar
menempati badan jalan
dan trotoar
Waktu beraktivitas para
PKL umumnya terbagi
menjadi dua sesi PKL
yang pertama adalah
pedagang yang aktivitas
berdagangnya pada pagi
hingga siang hari
Pedagang yang kedua
merupakan pedagang yang
mempunyai waktu layanan
pada sore hingga malam
hari Namun tidak
menutup kemungkinan
terdapat beberapa PKL
yang berdagang dari pagi
hingga malam hari bahkan
buka nonstop
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
izin usaha yang diberlakukan oleh
petugas kelurahan sebagai pihak
yang berwenang menangani PKL
Untuk lokasi yang dilarang untuk
PKL oleh PKL tetap digunakan
sebagai lokasi untuk berdagang
dengan waktu berdagang setelah
jam kerja yaitu sore hingga
malam hari
Mengetahui
Pengelolaan
PKL di jalur
pejalan kaki
dalam perkembangannya
pemerintah mengeluarkan SK
Walikota Kota Semarang No 511316
tahun 2001 tentang Penetapan Lahan
yang mengatur tentang lokasi-lokasi
dan waktu aktivitas PKL yang
diperbolehkan oleh pemerintah pada
Kawasan Bundaran Simpang Lima
agar tetap terjaga kerapihan dan
estetikakeindahan wajah kawasannya
yaitu PKL yang berjualan di depan
Kompleks Pertokoan Simpang Lima
depan Ramayana SC depan Kantor
Adanya pengakuan resmi dari
pemerintah terhadap PKL Samanhudi
sebagai salah satu sector ekonomi di
kawasan studi melalui surat keputusan
resmi Surat keputusan ini sekaligus
mengatur hak kewajiban dan
tanggung jawab PKL sebagai
kompensasi perubahan status yang
telah diberikan oleh pemerintah
Pedagang kaki lima perlu untuk
mendapatkan pembinaan dari
pemerintah Kabupaten Jember untuk
meningkatkan kemampuan wirausaha
Pemerintah Kota Semarang
berwenang dalam mengatur
keberadaan PKL di ruang Kota
Semarang seperti yang terdapat di
kawasan sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi dengan bentuk
pengelolaan lokasional (stabilitas
atau pengaturan) dan struktural
(perijinan) Dalam pengaturan
tersebut Pemerintah Kota
Semarang menggunakan dasar
hukum berupa Undang-Undang
Peraturan Pemerintah Peraturan
mengatur tentang lokasi-
lokasi dan waktu aktivitas
PKL yang diperbolehkan
oleh pemerintah agar tetap
terjaga kerapihan dan
estetikakeindahan wajah
kawasannya
Pedagang kaki lima perlu
untuk mendapatkan
pembinaan
Pedestrian dirancang ulang
dengan dilebarkan hingga
area parkiran street
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
TelkomSMKN 7 Semarang depan
Gajahmada Plaza dan depan Masjid
Baiturrahman boleh berjualan dari
pukul 1600 ndash 0400 WIB (khusus pada
Hari Minggu PKL diijinkan untuk
berjualan mulai pukul 0600 ndash 0800
WIB) menempati ruang trotoar dengan
luas areal 4 x 6 meter
Sampai dengan tahun 2008
PKL di Kawasan Bundaran Simpang
Lima mencapai 1536 pedagang dan
ada kecenderungan akan terus
meningkat dari tahun ke tahun (lihat
Tabel III4) Kecenderungan lokasi
PKL pada masa-masa yang akan
datang mengikuti kecenderungan dari
perkembangan aktivitas formal
kawasan yang ada demikian juga
kecenderungan waktu berdagangnya
Melihat kecenderungan aktivitas PKL
kawasan maka SK Walikota Kota
Semarang No 511316 tahun 2001
sudah tidak relevan lagi dan perlu
dan peningkatan kualitas barang
dagang dan pelayanan terhadap
pembeli konsumen sehingga bias
meningkatkan pendapatan dan
aktivitas pedagang kaki lima dapat
member nilai tambah serta dapat
memberkan peluang kerja yang dapat
mengurangi tingkat pengangguran di
Kabupaten Jember Bentuk pembinaan
berupa penyuluhan yang diberikan
berkala secara rutin Program
pembinaan diadakan oleh pemerintah
Paguyuban Samanhudi merupakan
Kelembagaan yang memiliki
kewenangan atau keterikatan dengan
pengelolaan dan pembinaan Pedagang
Kaki Lima KoridorJalan
SamanhudiPaguyuban ini
beranggotakan wakil PKL wakil
pedagang formal wakil pemerintah
dari dinas Kebersihan dan
Pertamanan Dinas Polisi Pamong
Praja Dinas Pariwisata Dinas
Daerah dan Surat Keputusan
Walikota Adapun dasar hukum
yang mengatur secara jelas
mengenai aktivitas PKL di Kota
Semarang yang berlaku saat ini
diantaranya adalah sebagai
berikut
1048707 Peraturan Daerah No 11 Tahun
2000 tentang Pengaturan dan
Pembinaan PKL Perda ini
menjelaskan tentang pengaturan
dan pembinaan PKL di Kota
Semarang seperti pengaturan
tempat usaha hak kewajiban dan
larangan untuk PKL Dalam
kaitannya dengan karakteristik
berlokasi aktivitas PKL
dijelaskan dalam Perda ini yang
terdapat dalam pasal 3 yaitu
penempatan lokasi kegiatan PKL
diatur dengan mempertimbangkan
tempat kepentingan untuk umum
lainnya seperti kepentingan untuk
sehingga jalur aktif
kendaraan tidak
mengalami penyempitan
mengatur keberadaan PKL
di ruang Kota dengan
bentuk pengelolaan
lokasional (stabilitas atau
pengaturan) dan struktural
(perijinan)
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
ditinjau kembali sesuai dengan
kecenderungan dan kebutuhan yang
ada di lapangan
Pendapatan dan Dinas LPMK
Kabupaten Jemberserta pihak
penengah selaku penasehat dan pihak
netral yang diwakili oleh pakar PKL
dari universitas tokoh masyarakat dan
pakar PKL lainnya
Penerapan tema khusus pada penataan
PKL kawasan studi agar mempunyai
cirri khas dan dapat mengangkat citra
kawasan dan meningkatkan daya tarik
kawasan Contoh produk khas
jember yang dapat diangkat sebagai
tema adalah tembakau rookk dan
cerutu mengingat Jember sebagai
penghasil tembakau terbesar di Jawa
Kegiatan khas Jember yang dapat
diangkat sebagai tema yaitu Jember
Fashion Carnaval Penerapan tema
dapat diaplikasikan pada sarana usaha
PKL finishing pedestrian perabot
kota dan elemen pendukung lainnya
Pedestrian dirancang ulang dengan
pejalan dan untuk sirkulasi
kendaraan Untuk lebih jelas
mengenai detail isi perda tersebut
dapat dilihat pada Lampiran F
1048707 Surat Keputusan Walikota
Semarang No 51136 Tahun
2001 tentang lokasi PKL di Kota
Semarang dimana di dalamnya
diantaranya mengatur luas area
batas pemakaian area waktu
aktivitas dan tempat aktivitas
PKL Ruas kanan Jalan dr
Kariadi dari arah Jalan Veteran
merupakan lokasi yang
diperbolehkan untuk aktivitas
PKL Lokasi tersebut menempati
trotoar serta bangunan berupa
semi permanen Untuk lebih jelas
mengenai detail isi SK tersebut
dapat dilihat pada Lampiran F
1048707 Perda No 6 Tahun 2004
tentang Rencana Detail Tata
Ruang Kota Semarang Bagian
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
dilebarkan hingga area parkiran street
sehingga jalur aktif kendaraan tidak
mengalami penyempitan Diberikan
perbedaan yang tegas antara ruang
PKL dan ruang pejalan kaki dan jalur
kendaraan berupa perbedaan tinggi
lantaiSehingga dikemudian hari kios
PKL tidak melebar ke segala sisi
Wilayah Kota (BWK) I
(Kecamatan Semarang Tengah
Semarang Timur dan Semarang
Selatan Tahun 2000-2010 Perda
tersebut menjelaskan mengenai
fungsi serta peran BWK I yang
terkait dengan sektor formal di
wilayah tersebut yaitu penjelasan
mengenai fasilitas kesehatan yang
berada khususnya di Kelurahan
Randusari Selain itu dijelaskan
pula kelas Jalan dr Kariadi Jalan
dr Soetomo dan Jalan Veteran
serta jalur transportasi yang
melaluinya
41
1 Perlu dicermati tentang paradigma PKL selain itu juga perlu dicermati pula mengenai
konsep tentang masyarakat marjinal yang berkaitan dengan usaha PKL Hal ini akan
berkaiatan dengan karakteristik masyarakat PKL terhadap rencana tata ruang
2 Sudah menjadi fakta kenyataan bahwa PKL adalah sesuatu yang luar biasa sehingga
perlu adanya pengaturan secara formal mengingat usaha PKL sifatnya sudah menjadi
bidang pekerjaan walaupun masihdikategorikan sebagai sektor informal dan
mengingat lokasi PKL menempati bagian kota yang secara visual mencolok mata dan
berlokasi pada tempat yang strategis dan bernilai lahan tinggi
3 Perlu adanya ketegasan mengenai peruntukkan atau fungsi ruang kotaapakah ruang
tersebut sebagai ruang publik (jalan ruang terbuka hijau)atau fungsi lainnya sehingga
perlu dicermati kembali konsep keadilandan keseimbangan antara kepentingan publik
(umum) dan kepentingan privat (individu) dalam hal haknya masing-masing terhadap
ruang publik kota
4 Selain penataan fisik kota juga perlu didukung oleh aturan-aturan main yang jelas
berupa peraturan perencanaan pengelolaan pemanfaatan dan pemeliharaan ruang
secara benar dan adil bagi semua pihak
323 PKL Sang Pengembang Wirausaha di Indonesia
Dari sisi ekonomi usaha kecil termasuk didalamnya sektor informal (PKL) berperan
dalam penumbuhan jiwa kewirausahaan Menurut Kasali(2005) manfaat yang dapat
diperoleh dari tumbuhnya jiwa wirausaha dimasyarakat
1 Mendorong pertumbuhan ekonomi sekaligus membuka banyak lapangan kerja
2 Tumbuhnya kreativitas dan inovasi baru dalam melakukan usaha
3 Meningkatkan kualitas kompetisi yang berujung pada nilai tambah masyarakat
4 Menurunkan biaya dan waktu yang timbul akibat ketidakpastian dan
5 Meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Hal ini sejalan dengan pemikiran Rochdale jika suatu negara ingin tumbuh dengan
cepatmaka salah satu yang harus mendapat prioritas pengembangan adalah tumbuhnya jiwa
wirausaha di masyarakat PKL sudah teruji sebagai bibit entrepreneur untuk diberdayakan
menjadi unit usaha baru yang tangguh Berbagai hasil studi sudah membuktikannya
33 Pola Aktivitas PKL di Jalur Pejalan Kaki
41
Selama ini perencanaan ruang kota hanya dibatasi pada ruang-ruang formal saja yang
menampung kegiatan formal Seiring dengan berjalannya waktu keberadaan ruang-ruang
fomal kota tersebut mendorong munculnya kegiatan informal kota salah satunya di sektor
perdagangan yaitu Pedagang Kaki Lima (PKL) sebagai kegiatan pendukung (activity
support) Menurut McGee dan Yeung (1977 25) PKL mempunyai pengertian yang sama
dengan rdquohawkersrdquo yang didefinisikan sebagai orang-orang yang menjajakan barang dan jasa
untuk dijual di tempat yang merupakan ruang untuk kepentingan umum terutama di pinggir
jalan dan trotoar Oleh karena tidak tersedianya ruang informal kota bagi PKL maka PKL
menggunakan ruang publik seperti badan jalan trotoar taman kota di atas saluran drainase
kawasan tepi sungai untuk melakukan aktivitasnya Penggunaan ruang publik tersebut
biasanya terjadi di tempat-tempat strategis seperti diantara aktivitas formal kota
Tidak tertampungnya kegiatan PKL di ruang perkotaan menyebabkan pola dan
struktur kota moderen dan tradisional berbaur menjadi satu sehingga menimbulkan suatu
tampilan yang kontras Bangunan moderen nan megah berdampingan dengan bangunan
sederhana bahkan cenderung kumuh Tampilan fisik dualistik tersebut terjadi di seluruh ruang
kota terutama di kawasan fungsional kota Adapun yang dimaksud sebagai ruang fungsional
kota adalah ruang perkotaan dengan fungsi khusus yang tercermin dari kegiatan utama yang
berlangsung di kawasan tersebut seperti kawasan pendidikan perkantoran kesehatan
perdagangan dan jasa permukiman maupun industri Kehadiran ruang fungsional kota akan
diikuti dengan kehadiran PKL dengan karakteristik yang berbeda-beda Setiap PKL
mempunyai alasan yang berbeda dalam menentukan lokasi maupun jenis aktivitasnya
Karakteristik PKL yang berada di kawasan perkantoran berbeda dengan karakteristik PKL
yang berada di kawasan permukiman Hal ini dapat dilihat berdasarkan karakteristik
aktivitasnya yang meliputi jenis dagangan bentuk fisik sarana dagang waktu berdagang sifat
pelayanan golongan pengguna jasa dan lain sebagainya Selain itu perbedaan karakteristik
PKL dikaitkan juga dengan kegiatan utama yang berlangsung di kawasan fungsional kota
tersebut
34 Pengelolaan PKL pada Jalur Pejalan Kaki
Ada beberapa alasan yang membuat banyak kota-kota gagal mengelola PKL dengan
baik Alasan pertama terkait dengan sikap dan perspektif yang ambivalen alasan yang kedua
menyangkut pemahaman akan persoalan dan akurasi data alasan ketiga menyangkut
ketidakjelasan orang atau lembaga apa yang bertanggung jawab mengelola PKL alasan ke
empat adalah kurangnya interaksi antara komunitas PKL dengan pengambil keputusan
41
Alasan pertama yang terkait dengan sikap dan perspektif yang ambivalen di satu sisi
keberadaan PKL dianggap sebagai penyelamat karena telah menyediakan lapangan kerja
memberikan kemudahan bagi warga untuk mendapatkan barang dengan harga murah
menambah daya tarik kota dan membuat kota menjadi hidup Kontrasnya PKL juga
diangggap sebagai lsquopenyakitrsquo yang membuat kota menjadi semrawut dan kotor
Persoalannya pemerintah daerah umumnya tidak mampu keluar dari situasi ambilvalensi ini
sehingga tidak tahu lagi apakah kebijakan yang harus menyesuaikan diri dengan
perkembangan PKL ataukah PKL yang harus beradaptasi dengan kebijakan penataan kota
yang sudah ada
Alasan fundamental lain menyangkut pemahaman akan persoalan dan akurasi data
Salah satu hambatan yang dihadapi dalam mengatasi masalah PKL di perkotaan adalah tidak
tersedianya statistik di tingkat kota yang lengkap terbarui dan konsisten Bahkan banyak
kota-kota yang tidak memiliki data paling mendasar seperti berapa jumlah PKL yang ada di
wilayahnya pada suatu masa Jika pemerintah tidak mengetahui berapa jumlah PKL siapa
mereka dan tidak pula memahami bagaimana sistem kehidupan yang dijalani PKL akan sulit
bagi pemerintah untuk mendefinisikan apa masalah riil yang terkait dengan PKL dan
akibatnya akan sulit untuk merumuskan solusi yang tepat dan efektif Ketiadaan data dan
informasi ini juga membuat banyak pemerintah daerah cenderung menyepelekan keberadaan
PKL serta membuat kebijakan menjadi salah sasaran
Alasan ketiga menyangkut ketidakjelasan orang atau lembaga apa yang bertanggung
jawab mengelola PKL Sikap ambivalensi tercermin juga dalam kelembagaan pemerintah
daerah yang sering memecah tugas pengelolaan PKL setidaknya kepada dua institusi yaitu
unit pemberdayaan PKL yang biasanya merupakan satu bagian di bawah dinas atau badan
pengembangan usaha kecil dan koperasi Sementara tugas lain adalah tugas penertiban PKL
yang biasanya menjadi tugas pokok dan fungsi (tupoksi) dari lembaga Satuan Polisi Pamong
Praja (Satpol PP) Tanpa kepemimpinan yang kuat dari kepala daerah yang bisa menjalankan
fungsi koordinasi situasi ini ini mendorong upaya pengelolaan PKL menjadi sepotong-
sepotong ad hoc dan tidak konsisten
Alasan yang tidak kalah pentingnya adalah kurangnya interaksi antara komunitas PKL
dengan pengambil keputusan baik dari kalangan birokrasi maupun dengan politisi Di
Banyak kota upaya penanganan masalah PKL sering membuat situasi memburuk bukan
sebaliknya Salah satu sebabnya adalah karena kebijakan tersebut tidak memperoleh
legitimasi dan dukungan dari komunitas PKL itu sendiri Sampai saai ini pemerintah belum
sampai mengajak PKL untuk bersama-sama menata kota Padahal sesungguhnya seluruh
41
elemen masyarakat harus dilibatkan dalam membuat sebuah kebijakan serta pendapat
masyarakat dalam hal ini PKL sudah seharusnya didengar oleh pemerintah khususnya dalam
pembuatan kebijakan mengenai keindahan tata ruang kota Direktur YLBHI-LBH Semarang
Siti Rakhma Mary Herwati mengatakan bahwa sebetulnya PKL mau ditata namun kalau
cara yang dilakukan sewenang-wenang dan tidak manusiawi tentu akan ada penolakan
Untuk itu perlu diskusi intens dari hati ke hati
35 Studi Kasus
351 Kajian PKL di Jalur Pejalan Kaki Kawasan Bundaran Simpang
Lima Semarang
A Analisis Tipologi Ruang Terbuka Publik Kawasan
Ruang terbuka publik di Kawasan Bundaran Simpang Lima berdasarkan tipologinya
meliputi ruang terbuka hijau ruang berlangsungnya aktivitas dan ruang jalur sirkulasi
pedestrian yang merupakan ruang dinamis yang potensial untuk memenuhi kebutuhan
pergerakan komunikasi dan rekreasi bagi warga Kota Semarang maka ruang-ruang ini
seyogyanya harus bersifat terbuka dapat dijangkau dan diakses oleh siapa saja baik secara
kelompok maupun individual dan merupakan ruang untuk aktivitas-aktivitas yang
berlangsung di atasnya
1 Aktivitas Sektor Informal pada Ruang Terbuka Publik Kawasan
Aktivitas sektor informal yang berkembang pada ruang-ruang terbuka publik kawasan
adalah aktivitas perdagangan dan jasa retaileceran yang memungkinkan terjadinya proses
tawar-menawar antara pedagang dan pembeli Sektor informal yang identik disebut sebagai
PKL di kawasan ini menempati hampir seluruh sudut ruang terbuka yang ada baik trotoar-
trotoar kawasan maupun Lapangan Pancasila (trotoar dan tengah lapangan) Fenomena PKL
di Kawasan Bundaran Simpang Lima menunjukkan adanya segregasi social masyarakatnya
Secara tidak langsung terlihat adanya pemisahan yang membuat batasan tersendiri
antara pengguna ekonomi menengah ke bawah (PKL) dan pengguna ekonomi menengah ke
atas (pada bangunan-bangunan komersial perdagangan dan jasa modern di sekelilingnya)
Kehadiran PKL di Kawasan Bundaran Simpang Lima juga mampu menciptakan kehidupan
yang menerus sehingga terhindar dari kematian kawasan pada saat tertentu akan tetapi di sisi
lain kehadiran PKL menyebabkan ketidakteraturan kekumuhan dan kualitas fisik yang buruk
sehingga merusak wajah kota Selain itu PKL yang berjualan di Lapangan Pancasila pada
41
malam hari dengan kehidupan malam dan wanita-wanita penghibur yang berdandan tebal
menciptakan kesan negatif dan memperburuk citra kawasan
Keberadaan sektor PKL yang menempati ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran
Simpang Lima memakai separuh lebih lebar trotoar bahkan seringkali tidak menyisakan
sedikit pun ruang untuk pejalan kaki Ruang-ruang trotoar menjadi tidak dapat berfungsi
sebagaimana mestinya sebagai ruang pemisah antara ruang yang digunakan untuk sirkulasi
pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan Ruang-ruang trotoar tersebut banyak yang beralih
fungsi menjadi lokasi berdagang PKL
Peralihan fungsi trotoar ini menyebabkan terganggunya aktivitas pejalan kaki
sehingga pejalan terpaksa harus menggunakan jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk
berjalan guna menghindari berbagai hambatan di atas trotoar Hal ini menyebabkan pejalan
kaki terpaksa harus berhati-hati jika melangkah terkadang juga harus mengalah berjalan pada
ruang-ruang jalur lambat dan sebagian badan jalan Kondisi ini sangat tidak aman dan
nyaman bagi pejalan kaki ataupun bagi pengendara kendaraan bermotor karena mengganggu
arus lalu lintas dan membahayakan keselamatan jiwa mereka hal seperti ini dapat kita lihat di
depan dan di samping Masjid Baiturrahman di depan Citraland Mall di depan dan di
samping Plasa Simpang Lima di depan dan di samping Kompleks Pertokoan Simpang Lima
di depan dan di samping Ramayana Super Center di depan dan di samping SMKN 7
SemarangKantor Telkom dan di depan Gajahmada Plaza
Pemilihan lokasi PKL dipengaruhi oleh kecenderungan aktivitas PKL yang selalu
menentukan lokasi mendekati pusat-pusat keramaian atau pusat-pusat perdagangan dan jasa
dan lokasi-lokasi yang sering dikunjungi oleh orang banyak dalam kurun waktu tertentu
secara periodik dan menerus Alasan inilah yang kemudian mendasari penentuan lokasi PKL
Kawasan Bundaran Simpang Lima untuk berjualan di trotoar karena ruang-ruang jalur
pedestrian inilah yang dianggap sebagai lokasi yang ramai dikunjungi oleh pejalan kaki yang
melakukan pergerakan dalam mencapai tempat tujuan perjalanannya Begitu juga dengan
ruang Lapangan Pancasila karena selalu ramai dikunjungi pada hari-hari libur dengan rata-
rata pengunjung mencapai 51 ndash 100 oranghari (lihat Tabel D6) dikarenakan kedudukannya
sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya
Adanya keterbatasan lahan yang tidak memungkinkan tertampungnya aktivitas PKL
pada ruang-ruang privat akibat daya membayar lokasi yang rendah mengakibatkan PKL
menempati lokasi-lokasi yang bersifat publik yaitu ruang terbuka publik kawasan Gejala
inilah yang kemudian dikenal dengan fenomena pergeseran fungsi ruang terbuka publik
41
Kawasan Bundaran Simpang Lima menjadi ruang privat Aktivitas PKL menempati ruang-
ruang terbuka public Kawasan Bundaran Simpang Lima seperti pada
a) Trotoar-trotoar Kawasan
Aktivitas PKL menempati ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima
seperti trotoar di depan Masjid Baiturrahman depan Citraland Mall depan Plasa
Simpang Lima depan Kompleks Pertokoan Simpang Lima depan Ramayana SC depan
Kantor TelkomSMKN 7 Semarang dan depan Gajahmada Plaza
Trotoar sebagai jalur pejalan kaki kawasan ini memiliki peran sebagai jalur penghubung
antara aktivitas yang ada Pada ruang terbuka public inilah pengunjung kawasan
melakukan pergerakan berpindah dari satu bangunan ke bangunan yang lain Semisal
pengunjung dari Plasa Simpang Lima memiliki kehendak ingin berpindah menuju
Kompleks Pertokoan Simpang Lima pejalan kaki harus menggunakanmelewati trotoar
yang ada di depan Plasa Simpang Lima untuk sampai pada lokasi yang diharapkan
Begitu juga dengan trotoar-trotoar yang lain Ruang-ruang jalur sirkulasi pedestrian ini
kemudian menjadi lokasi atau tempat berakumulasinya pengunjung kawasan untuk
melakukan pergerakan perpindahan
Kecenderungan aktivitas PKL yang menempati ruang-ruang trotoar yang notabene
merupakan ruang terbuka publik ini dikarenakan PKL selalu menempati ruang-ruang
dengan akumulasi pengunjung kawasan atau ruang ruang yang sering dikunjungi oleh
orang dalam jumlah yang banyak dalam periode waktu tertentu yang terjadi secara terus-
menerusperiodik tertentu
Adapun penyebarannya mengikuti bentukan ruang trotoar yang memanjang mengikuti
jalur sirkulasi utama kawasan Sedangkan apabila menurut waktu berjualan aktivitas
PKL yang menempati ruang-ruang trotoar ini memiliki kecenderungan mengikuti waktu
aktivitas formal yang berlangsung dari pukul 0900 ndash 2100 WIB
Namun dalam perkembangannya pemerintah mengeluarkan SK Walikota Kota
Semarang No 511316 tahun 2001 tentang Penetapan Lahan yang mengatur tentang
lokasi-lokasi dan waktu aktivitas PKL yang diperbolehkan oleh pemerintah pada
Kawasan Bundaran Simpang Lima agar tetap terjaga kerapihan dan estetikakeindahan
wajah kawasannya yaitu PKL yang berjualan di depan Kompleks Pertokoan Simpang
Lima depan Ramayana SC depan Kantor TelkomSMKN 7 Semarang depan
Gajahmada Plaza dan depan Masjid Baiturrahman boleh berjualan dari pukul 1600 ndash
0400 WIB (khusus pada Hari Minggu PKL diijinkan untuk berjualan mulai pukul 0600
ndash 0800 WIB) menempati ruang trotoar dengan luas areal 4 x 6 meter
41
Sampai dengan tahun 2008 PKL di Kawasan Bundaran Simpang Lima mencapai
1536 pedagang dan ada kecenderungan akan terus meningkat dari tahun ke tahun (lihat
Tabel III4) Kecenderungan lokasi PKL pada masa-masa yang akan datang mengikuti
kecenderungan dari perkembangan aktivitas formal kawasan yang ada demikian juga
kecenderungan waktu berdagangnya Melihat kecenderungan aktivitas PKL kawasan
maka SK Walikota Kota Semarang No 511316 tahun 2001 sudah tidak relevan lagi
dan perlu ditinjau kembali sesuai dengan kecenderungan dan kebutuhan yang ada di
lapangan
b) Trotoar Lapangan Pancasila
Lapangan Pancasila yang cenderung ramai dikunjungi pada hari libur sebagai pusat
rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya ini menjadi
alasan yang kuat untuk PKL menempati ruang terbuka publik kawasan ini dengan
asumsi banyaknya warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya yang berpotensi
menjadi calon pembeli
Dengan alasan inilah kemudian banyak PKL yang berjualan pada trotoar Lapangan
Pancasila dengan konsep holiday market yaitu hanya berjualan pada hari libur saja PKL
trotoar lapangan ini hanya berjualan pada hari liburHari Minggu pagi saja mulai pukul
0600 ndash 0900 WIB Adapun pengaturan waktu berdagang aktivitas PKL yang
menempati ruang tengah Lapangan Pancasila ini didasari oleh kepentingan demi
menjaga kebersihan dan estetikakeindahan wajah kawasan Terkadang ada beberapa
PKL yang mulai berjualan dari Hari Sabtu malam dengan alasan untuk lebih banyak lagi
menjaring calon pembeli
Adapun penyebaran aktivitas PKL yang berjualan pada ruang trotoar Lapangan
Pancasila ini memiliki kecenderungan menyebar secara linier mengikuti ketersediaan
ruang trotoar yang berbentuk membulat persegi sebagai bingkai Lapangan Pancasila
dengan display berbagai jenis barang dagangan memanjang yang saling berhadapan
dengan sirkulasi pengunjung kawasan berada di tengah antaranya untuk mempermudah
pembeli memilih barang dagangan yang diperjualbelikan
c) Tengah Lapangan Pancasila
Aktivitas PKL yang berjualan di tengah Lapangan Pancasila sebagai satu-satunya
ruang terbuka publik luas di Kota Semarang memiliki alas an yang kurang lebih sama
dengan alasan PKL yang menempati trotoar lapangan yaitu kondisi lapangan yang
cenderung ramai dikunjungi oleh warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya
sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga kota didukung oleh keberadaan lokasinya yang
41
strategis karena terletak pada tengah-tengah kawasan pusat kota yang dilalui oleh lima
ruas jalan kawasan yang bermuara pada lapangan dan aksesibilitasnya yang tinggi
sehingga mudah dicapai dari segala penjuru kota dan sekitarnya baik menggunakan
moda angkutan pribadi maupun umum
Adapun waktu berjualan PKL tengah lapangan ini juga kurang lebih sama dengan
PKL yang berjualan di trotoar Lapangan Pancasila yaitu pada hari liburMinggu pagi
dari pukul 0600 ndash 0900 WIB Adapun pengaturan waktu berdagang aktivitas PKL yang
menempati ruang tengah Lapangan Pancasila ini kurang lebih sama dengan pengaturan
waktu berdagang PKL yang berjualan pada tepi lapangan
Penyebaran aktivitas PKL yang berjualan di ruang tengah Lapangan Pancasila ini
memiliki kecenderungan yang mengelompok berdasarkan jenis-jenis barang yang
diperdagangkannya Semisal pedagang pakaian akan mengelompok dengan sesama
pedagang pakaian pedagang makanan akan mengelompok dengan sesama pedagang
makanan dan lain sebagainya untuk lebih mempermudah pembeli dalam memilih
barang dagangan yang ditawarkan dengan banyaknya variasi pilihan barang yang
disuguhkan
Sumber Hasil Analisis Dini Tri Haryanti ST 2008
Gambar 31Ruang Aktivitas Sektor Informal Kawasan
Orientasi aktivitas PKL yang semakin menjauh dari Kawasan Bundaran Simpang
Lima berpengaruh pada intensitas jumlah PKL kawasan Jumlah aktivitas PKL kawasan
memiliki kecenderungan akan semakin berkurang karena semakin keluarmenjauh dari
kawasan studi yang identik disebut dengan kawasan pusat kota ini karena merupakan
kawasan-kawasan yang terkonsentrasi atau didominasi oleh aktivitas-aktivitas
perkantoran pendidikan dan pemerintahan
41
Semakin berorientasi ke arah Jalan Pahlawan suasana kawasan akan lebih didominasi
oleh suasana aktivitas pemerintahan dengan bangunan gedung berlian sebagai ciri khas
koridor jalan yang berdinding masif Semakin berorientasi ke arah Jalan Pandanaran
Achmad Yani dan KH Achmad Dahlan suasana kawasan akan banyak didominasi oleh
akivitas-aktivitas perkantoran Semakin berorientasi ke arah Jalan Gajahmada suasana
kawasan didominasi oleh aktivitas-aktivitas perkantoran dan pendidikan Nuansa
kawasan yang ditimbulkan oleh bangkitan dan tarikan aktivitas-aktivitas pemerintahan
pendidikan dan perkantoran ini tentu berbeda dengan nuansa kawasan yang banyak
dipengaruhi oleh bangkitan dan tarikan yang ditimbulkan oleh aktivitas perdagangan dan
jasa kawasan Penggunaan ruang untuk aktivitas yang berbeda-beda di Kawasan
Bundaran Simpang Lima mampu menciptakan nuansa yang berbeda-beda pula
Keberadaan aktivitas perdagangan dan jasa yang terjadi terbukti telah mampu
memberikan kehidupan yang menerus pada kawasan studi seiring dengan perkembangan
aktivitas sektor informal kawasan (PKL) yang hidup sepanjang waktu
Lain halnya dengan keberadaan aktivitas-aktivitas lain yang bersifat formal seperti
perkantoran pendidikan olahraga serta perdagangan dan jasa formal yang hidup pada
waktu-waktu tertentu saja Aktivitas perkantoran hanya hidup dari pagi sampai dengan
jam kantor selesai yang biasanya berlangsung dari pukul 0800 ndash 1700 WIB Aktivitas
olahraga juga biasanya berlangsung di pagi hari (0500 ndash 0900 WIB) atau sore hari saja
(1500 ndash 1800 WIB) Demikian halnya dengan aktivitas pendidikan yang hidup mulai
dari pagi sampai dengan jam pulang sekolah tiba (0700 ndash 1400 WIB) Selebihnya
aktivitas-aktivitas ini akan mati tanpa kegiatan-kegiatan perkantoran olahraga dan
proses belajarmengajar Secara informal aktivitas PKL yang menempati ruang-ruang
trotoar kawasan ruang trotoar dan tengah Lapangan Pancasila yang notabene merupakan
ruang-ruang terbuka publik kawasan yang seyogyanya merupakan ruang-ruang yang
terbuka untuk umum dan masyarakat dapat dengan bebas mengakses ruangruang ini
memiliki karakteristik yang sama yaitu menempati lokasi-lokasi dengan tingkat
aglomerasi pengunjung kawasan yang tinggi atau ramai dikunjungi oleh orang dalam
jumlah yang banyak dalam kurun waktu tertentu secara periodic yang melakukan
kegiatan bersama-sama
Adapun penyebaran masing-masing aktivitas PKL kawasan studi ini
ditentukandibentuk oleh bentukan ruang yang ditempatinya Aktivitas PKL yang
menempati ruang-ruang trotoar memiliki penyebaran yang memanjang secara linier pada
ruang-ruang jalur sirkulasi pedestrian karena dipengaruhi oleh bentukan ruang jalur
41
sirkulasi pejalan kaki yang memanjang mengikuti jalur sirkulasi utama kawasan dengan
display barang dagangan yang ditata berderet secara memanjang pula (sedangkan khusus
untuk PKL yang berjualan pada ruang trotoar di tepi Lapangan Pancasila display barang
dagangan ditata sedemikian rupa secara berderet memanjang dan berhadap-hadapan)
sedangkan aktivitas PKL yang menempati tengah Lapangan Pancasila memiliki
penyebaran yang mengelompok karena memiliki bentukan ruang yang lebih leluasa
dalam pergerakan sesuai dengan karakter ruang sebagai satu-satunya ruang terbuka
publik yang luas di Kota Semarang dengan display barang dagangan yang ditata
sedemukian rupa secara berkelompok berdasarkan jenis-jenis barang dagangannya
dengan maksud untuk mempermudah pembeli memilih jenis barang yang diinginkan
dengan memberikan lebih banyak variasi barang dari beberapa pedagang yang sejenis
Sedangkan perkembangan aktivitas PKL Kawasan Bundaran Simpang Lima
dipengaruhi oleh perkembangan aktivitas perdagangan dan jasa kawasan sebagai
aktivitas yang mendominasi kawasan pusat kota dan kecenderungan aktivitas PKL
memilih lokasi-lokasi dengan karakter ruang sebagai ruang yang memiliki akumulasi
orang dalam jumlah yang banyak pada jangka waktu tertentu secara periodik berada
pada pusat-pusat kegiatanwadah aktivitas-aktivitas kota sehingga sering dikunjungi
warga masyarakat dalam jumlah besar dan memiliki lokasi yang strategis dengan
aksesibilitas yang tinggi sehingga memudahkan pencapaian calon pembeli meski
dilakukan dalam ruang yang relatif sempit dan umumnya tidak memerlukan ketersediaan
adanya fasilitas-fasilitas pelayanan umum
2 Analisis Ruang Jalur Sirkulasi Pedestrian Kawasan
Kawasan Bundaran Simpang Lima memiliki lokasi yang strategis sebagai simpul
pergerakan dari lima ruas jalan yang terdiri atas Jalan Pandanaran Gajahmada KH Achmad
Dahlan Ahmad Yani dan Pahlawan yang bermuara pada sirkulasi di Jalan Simpang Lima
yang mengelilingi Lapangan Pancasila membentuk loop dan menjadi penghubung antara
rdquokota atasrdquo dan rdquokota bawahrdquo Semarang Secara ekonomi maupun transportasi kawasan ini
mempunyai kemampuan berkembang dengan sangat cepat Intensitas lalu-lintas dan volume
kendaraan di kawasan ini tergolong tinggi mengingat aksesibilitasnya yang tinggi pula
dikarenakan pencapaiannya yang mudah dari segala penjuru kawasan dengan moda
kendaraan pribadi maupun umum yang melintasi maupun bertujuan ke kawasan ini (dari data
yang ada menunjukkan volume kendaraan yang bergerak mencapai 17051 buah)
Pembahasan mengenai ruang sirkulasi kawasan ini akan lebih ditekankan pada ruang-
ruang sirkulasi untuk manusiapejalan kaki sebagai ruang terbuka publik kawasan Perilaku
41
pejalan kaki pada ruang-ruang terbuka Kawasan Bundaran Simpang Lima identik selalu
berjalan secara berpasangan atau lebih (berkelompok) memilih jalur dengan jarak terpendek
dan yang dianggap paling nyaman Pergerakan antarbangunan tertinggi pada kawasan adalah
dari Citraland Mall ke Plasa Simpang Lima dan sebaliknya (852 dan 708 pejalan pada jam
puncak sabtu malam) Hal ini menunjukkan bahwa pergerakan pejalan kaki banyak
dipengaruhi oleh bangkitan dan tarikan dari fungsi perdagangan dan jasa di sekitar kawasan
Penyediaan ruang terbuka publik untuk pejalan kakijalur pedestrian di Kawasan
Bundaran Simpang Lima diwujudkan dalam bentuk ruang-ruang trotoar pada muka bangunan
dengan teknik segregasi yang terpisah dari jalur sirkulasi kendaraan dengan tujuan untuk
memberikan arah yang jelas dan menggunakan perkerasan berupa paving Ruang-ruang
trotoar yang dibangun memanjang mengikuti jalurkoridor-koridor jalan pada kawasan studi
dibangun dengan permukaan yang naik-turun dan terputus-putus demi menghormati jalan
masuk kendaraan adalah salah satu bukti betapa perencanaan dan pembangunan yang
dilakukan di Kota Semarang lebih mengutamakan sirkulasi kendaraan dan bukan manusia
Menurut fungsinya adanya kecenderungan sirkulasi kawasan yang berorientasi pada
kendaraan ini seiring dengan munculnya fenomena pergeseran fungsi ruang pejalan kaki
kawasan studi yang merupakan ruang terbuka public menjadi ruang-ruang privat untuk
berjualan PKL yang mengakibatkan keberadaan hak pejalan kaki atas ruang terbuka publik
kawasan yang sehat dan layak secara fisik sering kali terabaikan Hal ini mengakibatkan
semakin sempitnya ruangruang terbuka publik yang manusiawi pada koridor-koridor kelima
ruas jalan dan potensi interaksi sosial pada ruang terbuka publik tersebut pun akan semakin
berkurang
Aktivitas PKL sendiri memiliki kecenderungan untuk menempati ruang ruang antar
aktivitas yang selalu ramai dilewatidikunjungi oleh banyak orang dalam melakukan
pergerakan perpindahan dari aktivitas satu ke aktivitas yang lain atau dari bangunan
perdagangan modern satu ke bangunan perdagangan modern yang lain secara periodik dalam
rentang waktu tertentu sehingga kemudian pilihan ini jatuh kepada jalur-jalur pedestrian
yang notabene merupakan ruang-ruang terbuka publik yang seyogyanya digunakan oleh
pejalan kaki Keberadaan ruang trotoar yang semakin sempit oleh penggunaan ruang PKL
membuat pejalan kaki menjatuhkan pilihan untuk melakukan perjalanan pada ruang-ruang
seperti jalur lambat dan sebagian badan jalan sehingga mengurangi keamanan jiwa dan
kenyamanan pejalan kaki sendiri serta pengguna jalan yang lain (pengendara)
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh pejalan kaki pada ruang-ruang jalur pedestrian
atau trotoar di Kawasan Bundaran Simpang Lima adalah kegiatan berjalan dan berbelanja
41
Sebagian dari pejalan kaki hanya berjalan melintasi trotoar untuk menuju lokasi tujuannya
akan tetapi ada pula sebagian dari pejalan kaki yang berjalan sambil melihat-lihat bahkan ada
yang berbelanja pada PKL
Pejalan kaki di Kawasan Simpang Lima umumnya berjalan secara berombongan
antara 2 ndash 5 orang yang didominasi oleh jenis kelamin perempuan (51) yang memiliki
tujuan untuk rekreasi dan olah raga (33) atau berbelanja (29) dengan usia rata-rata 0 ndash 25
tahun (67) dengan profesi sebagai mahasiswapelajar (31) dan karyawan (25)
Hal tersebut menunjukkan bahwa pengunjung kawasan didominasi oleh anak-anak
muda kaum perempuan karena sebagian besar kaum perempuan inilah yang gemar dengan
aktivitas berlanja sebab kawasan studi didominasi oleh aktivitas perdagangan dan jasa
Pengunjung kawasan identik dengan pengguna ruang terbuka publik kawasan yang
didominasi oleh kaum perempuan dengan usia berkisar antara 0 ndash 25 tahun dengan profesi
sebagai pelajarmahasiswa dan karyawan dengan tujuan untuk melakukan kegiatan
rekreasiolahraga dan berbelanja karena kaum perempuan ini lah yang memiliki sifat dasar
senang berbelanja Usia rata-rata pengunjung yang masih muda dengan profesi pelajar
mahasiswa dan karyawan menunjukkan bahwa pada usia-usia inilah orang relative
membutuhkan rekreasihiburan dan olah raga
Arah pergerakan pejalan kaki pada ruang-ruang terbuka publik kawasan dipengaruhi oleh
tujuannya pada kawasan studi arah pergerakan tersebut adalah
a Tujuan Pergerakan untuk Melakukan Perpindahan Antar bangunan
Tujuan pejalan kaki untuk melakukan pergerakan perpindahan antar bangunan
perdagangan dan jasa modern dilakukan pada ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran
Simpang Lima yang menjadi penghubung antaraktivitas dengan karakter pergerakan
yang memanjang secara linier sepanjang trotoar mengikuti ketersediaan jalur-jalur
sirkulasi utama kawasan
Arah pergerakan pejalan kaki dalam melakukan pergerakan perpindahan
antarbangunan dilakukan secara linier dan memanjang pada trotoar Kawasan
Bundaran Simpang Lima disebabkan oleh bentukan ruang jalur pedestrian yang
memanjang sepanjang jalur sirkulasi utama kawasan
b Tujuan Pergerakan untuk Berbelanja pada PKL Sepanjang Trotoar Kawasan
dan Tepi Lapangan Pancasila
Arah pergerakan pejalan kaki dengan tujuan berbelanja pada PKL sepanjang
trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima memiliki karakter pergerakan linier yang
41
memanjang sedangkan arah pergerakan pejalan kaki dengan tujuan berbelanja pada
PKL di tepi Lapangan Pancasila memiliki arah pergerakan linier yang melingkar
Arah pergerakan pejalan kaki dalam melakukan aktivitas berbelanja pada PKL
sepanjang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima ini disebabkan oleh pengaturan
display barang dagangan PKL yang ditata sedemikian rupa secara berderet linier
searah dan memanjang mengikuti bentukan ruang jalur pedestrian yang ada
Sedangkan arah pergerakan pejalan kaki dengan tujuan berbelanja pada PKL
di tepi Lapangan Pancasila disebabkan oleh display berbagai jenis barang dagangan
yang ditata sedemikian rupa secara linier berhadap-hadapan dan melingkar mengkuti
bentukan ruang jalur pedestrian yang persegi membulat membingkai Lapangan
Pancasila
c Tujuan Pergerakan untuk Melakukan Olahraga Rekreasi dan Hiburan serta Berbe
lanja
Pada PKL di Tengah Lapangan Pancasila Tujuan pejalan kaki untuk
melakukan aktivitas olahraga rekreasi dan hiburan serta berbelanja pada PKL di
tengah Lapangan Pancasila memiliki karakter pergerakan yang curvelinier karena
setiap pergerakan yang dilakukan tidak dibatasi oleh batasan-batasan fisik tertentu
sehingga pergerakan yang terjadi adalah bebas dan tidak beraturan
Arah pergerakan pejalan kaki dalam melakukan aktivitas olahraga rekreasi
dan hiburan serta berbelanja pada PKL di tengah lapangan secara curvelinier ini juga
disebabkan oleh karakter kedatangan pengunjung yang dilakukan secara berpasangan
atau berkelompok
Sumber Hasil Analisis Dini Tri Haryanti ST 2008
Gambar 32Ruang Jalur Sirkulasi Pedestrian Kawasan
41
Aktivitas perdagangan dan jasa kawasan menjadi bangkitan dan tarikan pengunjung
kawasan sehingga meningkatkan intensitas jumlah pejalan kaki pada ruang-ruang terbuka
publik di kawasan ini Keberadaan aktivitas PKL pada sepanjang ruang-ruang trotoar
kawasan seiring dengan tingginya jumlah pergerakan pejalan kaki antarbangunan formal
mengakibatkan pergerakan yang rdquomenerusrdquo dengan pencapaian pada tujuan yang rdquomemutarrdquo
Pergerakan rdquomenerusrdquo yang dimaksud adalah pergerakan pejalan kaki yang dilakukan
pada ruang-ruang terbuka publik kawasan studi dengan tujuan untuk melakukan perpindahan
antarbangunan formal (bangunan perdagangan modern) dan aktivitas berbelanja pada PKL
yang berjualan di sepanjang ruang trotoar kawasan melalui ruang-ruang jalur sirkulasi
pedestrian kawasan yang tersedia secara linier dan memanjang mengikuti jalur sirkulasi
utama (jaringan jalan) kawasan dari satu bangunan ke bangunan yang lain dan dari satu PKL
ke PKL yang lain dengan perjalanan yang tanpa terputusberhenti pada titik lokasi tertentu
meski berhenti pun hanya untuk beberapa saat untuk istirahat dan melihat-lihat dengan lebih
jelas obyek yang dimaksud
Pergerakan pejalan kaki kawasan pada trotoar Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk
berbelanja pada PKL memiliki arah pergerakan yang linier dan memanjang sepanjang jalur
trotar yang disebabkan oleh pengaturan display barang dagangan PKL yang ditata berderet
memanjang sepanjang jalur Pergerakan menerus ini terjadi sebagai akibat dari pergerakan
dengan tujuan untuk melakukan perpindahan antarbangunan melalui ruang-ruang jalur
sirkulasi pejalan sambil melihat-lihat dan berbelanja pada PKL yang berjualan hampir pada
seluruh ruang trotoar kawasan studi Semisal pergerakan pejalan kaki kawasan dengan tujuan
untuk melakukan perpindahan dari bangunan Plasa Simpang Lima menuju Ramayana SC
harus melewati jalur sirkulasi pejalan kaki sepanjang trotoar dari depan Plasa Simpang Lima
Kompleks Pertokoan Simpang Lima dan Ramayana SC yang dipenuhi oleh PKL sambil
melihat-lihat display barang dagangan yang diperjualbelikan maupun sekaligus membelinya
begitu juga dengan pergerakan perpindahan antarbangunan yang lain sehingga dengan
demikian tercipta pergerakan yang menerus
Dari sisi intensitasnya pergerakan pejalan kaki yang menerus ini semakin berkurang
jumlahnya ketika sampai pada ruang sirkulasi pejalan kaki di depan Hotel Ciputra Aktivitas
dan keberadaan PKL hampir tidak ada di sepanjang trotoar di depan bangunan hotel
pergerakan pejalan kaki pun diarahkan menempati ruang-ruang sirkulasi yang bersifat privat
yaitu ruang-ruang sirkulasi pejalan di dalam Mall Ciputra untuk menjaga image dan kesan
rapi pada muka bangunan hotel sesuai dengan peraturan hotel Namun kenyataan yang ada di
41
lapangan masih adanya beberapa pergerakan di depan hotel lebih banyak disebabkan oleh
perilaku dan sifat pejalan kaki kawasan yang cenderung memilih rute terpendek dalam
perjalanannya untuk mencapai tujuan
Sedangkan pencapaian rdquomemutarrdquo yang dimaksud adalah pencapaian tujuan suatu
perjalananpergerakan yang dilakukan oleh pejalan kaki akibat pergerakan yang mengikuti
sistem sirkulasi jalur utama kawasan yang membentuk loop sehingga berdampak pada
pencapaian suatu bangunan formal kawasan dengan arah yang memutar dan melalui beberapa
persimpangan sekaligus Semisal untuk mencapai lokasi tujuan pada Ramayana SC pejalan
kaki dari bangunan Masjid Baiturrahman harus melakukan pergerakan perpindahan dari
bangunan Citraland Mall menuju bangunan Kompleks Pertokoan Simpang Lima baru
kemudian mencapai bangunan Ramayana SC atau dari bangunan Gajahmada Plaza dulu
kemudian menuju bangunan kantor TelkomSMKN 7 Semarang baru mencapai bangunan
Ramayana SC Begitu juga pergerakan-pergerakan dengan tujuan pencapaian pada bangunan-
bangunan formal yang lain
Pergerakan dengan pencapaian rdquomemutarrdquo pada ruang-ruang sirkulasi pejalan kaki
kawasan sebenarnya dapat dicari alternatif lain yaitu dengan dengan memotong jalur
sirkulasi utama Pergerakan memotong jalur ini dapat menjadi alternatif pergerakan yang
dilakukan untuk mencapai pada bangunan yang dituju dengan melalui ruang Lapangan
Pancasila namun pergerakan semacam ini kurang diminati oleh penggunapejalan kaki
kawasan sebab ruang lapangan yang tanpa aktivitas akan terasa lebih panjang dan
membosankan
B Analisis Pola Pemanfaatan Ruang Terbuka Publik Kawasan
1 Analisis Pola Pemanfaatan Ruang dan Aktivitas pada Ruang Terbuka Publik
Kawasan
Sebagaimana yang telah diuraikan dalam tahap analisis ruang dan aktivitas kawasan
bahwa aktivitas-aktivitas yang berlangsung di atas ruang Lapangan Pancasila sebagai ruang
terbuka publik kawasan adalah aktivitas politik peribadatan massal olahraga rekreasi dan
hiburan Aktivitas sector informal yang berlangsung pada ruang terbuka publik kawasan
adalah aktivitas PKL
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan berdasarkan aktivitasnya terpusat
menempati Lapangan pancasila sebagai satu-satunya ruang terbuka publik kota yang menjadi
wadah interaksi sosial masyarakatnya didukung oleh daya tampung ruang yang cukup luas +
4 Ha dengan lokasinya yang strategis terletak di tengah-tengah kawasan pusat kota yang
41
memiliki aksesibilitas yang tinggi sehingga mudah dicapai dari segala penjuru kota
menggunakan berbagai jenis moda kendaraan baik kendaraan pribadi maupun angkutan
umum Pola pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan berdasarkan aktivitasnya pada ruang
Lapangan Pancasila berlangsung secara berkelompok dan masing-masing mengumpul
berdasarkan jenis aktivitasnya sebagai akibat oleh adanya
a) Kecenderungan aktivitas yang berlangsung pada ruang terbuka publik ini adalah
aktivitas-aktivitas yang dilakukan secara berkelompok
b) Melibatkan orang dalam jumlah yang banyak
c) Bentukan ruang yang membentuk persegi membulat dengan daya tamping ruang yang
cukup besar
d) Memungkinkan pergerakan secara bebas dan tidak beraturan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan berdasarkan aktivitas sektor
informalnya didominasi oleh pola pemanfaatan aktivitas PKL yang menempati ruang trotoar
kawasan trotoar dan tengah Lapangan Pancasila yaitu
1) Pola Pemanfaatan Trotoar Sepanjang Tepi Jalan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh
aktivitas PKL sepanjang trotoar kawasan di depan Citraland Mall depan Plasa Simpang
Lima depan Kompleks Pertokoan Simpang Lima depan Ramayana SC depan kantor
TelkomSMKN 7 Semarang depan Gajahmada Plaza dan depan Masjid Baiturrahman
membentuk pola ldquolinier yang memanjangrdquo dikarenakan oleh bentukan ruang-ruang
trotoar ini yang merupakan suatu jalur penghubung secara linier antaraktivitasbangunan
perdagangan dan jasa kawasan pada tepi jalan di muka bangunan sehingga menimbulkan
sejumlah akumulasi pengunjung yang tinggi secara periodic berdasarkan waktu
berlangsungnya aktivitas formal yang memanjang mengikuti pola jalur sirkulasipola
jaringan jalan utama kawasan Adanya beberapa bangunan formal dengan ciri aktivitas
perdagangan dan jasa yang terletak secara berdekatan satu sama lain dalam kawasan ini
maka dengan sendirinya akan menjadi daya tarik yang sangat kuat untuk dikunjungi oleh
calon pembeli yang mengakibatkan timbulnya akumulasi pengunjung pada kawasan
terutama di sekitar kegiatan yang dimaksud
Situasi inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh PKL kawasan studi untuk
mengembangkan usahanya dengan menjaring calon pembeli pada ruangruang di
sepanjang jalur pada muka bangunan ini memanfaatkan peluang banyaknya pejalan yang
melalui sepanjang jalur ini dan mengikuti pola jaringan jalan kawasan agar
41
keberadaannya di sepanjang tepi jalan ini juga dapat terlihat dan menarik para pengendara
pengguna jalan kawasan
Adapun display bebagai jenis barang dagangan PKL yang disuguhkan secara berderet
memanjang pada ruang trotoar ini memberi kemudahan pengunjung kawasan baik
pejalan kaki maupun pengendara untuk dapat lebih jelas melihat dan memilih jenis-jenis
barang yang diperdagangkan
2) Pola Pemanfaatan Trotoar Tepi Lapangan Pancasila
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh
aktivitas PKL sepanjang trotoar Lapangan Pancasila membentuk pola ldquolinier yang
melingkarrdquo dikarenakan oleh bentukan ruang sirkulasi pedestrian lapangan yang
membingkai lapangan dengan bentuk persegi membulat dan pola sirkulasi utama kawasan
yang bermuara pada Lapangan Pancasila dengan membentuk loop Adanya kedudukan
Lapangan Pancasila sebagai satu-satunya ruang terbuka publik yang luas di Kota
Semarang sebagai wadah interaksi sosial yang dimanfaatkan oleh warga masyarakat Kota
Semarang dan sekitarnya untuk melakukan berbagai macam aktivitas seperti olah raga
rekreasi dan hiburan mengakibatkan timbulnya akumulasi pengunjung dalam jumlah
yang besar pada area ini khususnya pada hari liburMinggu pagi sehingga banyak PKL
yang tertarik untuk menempati lokasi ini untuk menjajakan barang dagangannya Display
berbagai jenis barang dagangan disuguhkan secara linier sepanjang trotoar dengan
berhadap-hadapan untuk memberi banyak pilihan dan variasi barang kepada calon
pembeli dengan suasana yang santai dan rekreatif
3) Pola Pemanfaatan Tengah Lapangan Pancasila
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh
aktivitas PKL di tengah Lapangan Pancasila membentuk pola ldquoberkumpul yang
mengelompokrdquo berdasarkan jenis barang dagangannya dikarenakan bentukan ruang
Lapangan Pancasila yang tanpa adanya pembatas fisik antarPKL dengan daya tampung
ruang yang cukup besar sehingga memungkinkan adanya pergerakan pengunjung yang
bebas dan tidak beraturan dan penataan display barang dagangan yang disajikan secara
mengelompok berdasarkan jenis barang dagangannya masing-masing sehingga
memudahkan calon pembeli memilih jenis barang yang diinginkan dengan banyaknya
variasi barang yang disuguhkan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh PKL
akan semakin berkurang intensitasnya apabila semakin menjauh dari kawasan studi
Intensitas pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan oleh aktivitas PKL pada koridor
41
kelima ruas jalan kawasan semakin menurun karena jalan-jalan ini berorientasi pada
aktivitas-aktivitas yang berbeda yang berlangsung pada kelima ruas jalan antara aktivitas
perkantoran pemerintahan dan pendidikan yang ditandai dengan adanya kepadatan
beberapa bangunan fasilitas perkantoran pemerintahan dan pendidikan pada koridor-
koridor kelima ruas jalan ini
Adanya bangkitan aktivitas nonekonomi ini mengakibatkan rendahnya akumulasi
pengunjung kawasan pada tepi jalan-jalan ini Hal inilah yang menjadi alasan mengapa
ruang-ruang trotoar koridor jalan ini kurang diminati oleh PKL meskipun ada beberapa
PKL yang berjualan pada beberapa penggal jalan namun keberadaannya terputus dan
tidak menerus seperti pada keberadaan PKL pada ruang sirkulasi pejalan kaki di
sepanjang trotoar Jalan Pahlawan yang identik sebagai area yang berorientasi pada
aktivitas pemerintahan Jalan KH Achmad Dahlan Pandanaran dan Achmad Yani yang
identik sebagai area yang berorientasi pada aktivitas perkantoran dan Jalan Gajahmada
yang identik sebagai area yang berorientasi pada aktivitas perkantoran dan pendidikan
Menurut kriteria pemilihan lokasinya aktivitas-aktivitas PKL memiliki
kecenderungan menempati lokasi atau ruang-ruang dengan tingkat akumulasi orang yang
melakukan kegiatan secara bersama-sama pada waktu yang relative sama pula Adanya
fungsi kawasan sebagai CBD tentu tidak lepas dari aktivitas perdagangan dan jasa yang
berlangsung di atasnya sehingga menimbulkan sejumlah akumulasi pengunjung yang
tidak sedikit Fenomena tumbuhnya sector informalPKL ini tak lepas dari keberadaan
aktivitas formal yang tumbuh dan berkembang sebagai aktivitas pendukung (activity
support) yang tidak dapat dihindarkan dan digusur begitu saja melainkan diantisipasi dan
diperhitungkan kebutuhan ruangnya
2 Analisis Pola Pemanfaatan Ruang Jalur Sirkulasi Pedestrian Kawasan
Pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan sebagai jalur sirkulasi pejalan kaki
merupakan jenis pemanfaatan sebagai pemenuhan akan kebutuhan ruang pejalan yang
memisahkan ruang pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan kawasan demi meminimalisasi
konflik kepentingan yang dapat mengakibatkan ketidaknyamanan pejalan kaki maupun
pengguna jalan yang lain (pengendara)
Namun dalam perkembangannya ruang-ruang di tepi jalan ini mengalami pergeseran
fungsi ruang menjadi lokasi aktivitas PKL sehingga kemudian pejalan kaki harus
menjatuhkan pilihannya untuk berjalan melalui jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk
mencapai tujuan dalam pergerakannya
41
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima sebagai
ruang sirkulasi pedestrian dibentuk oleh arah pergerakan pejalan yang dipengaruhi oleh
tujuan dalam melakukan perjalanannya
a Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Melakukan Perpindahan Antarbangunan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima dengan
tujuan untuk melakukan pergerakan perpindahan antarbangunan membentuk pola
rdquomenerus yang melingkarrdquo dikarenakan arah pergerakan pejalan yang menerus pada
sepanjang ruang trotoar di muka bangunan kawasan mengikuti pola sirkulasi utama
kawasan yang membentuk loop
Pola pemanfaatan yang rdquomenerusrdquo ini disebabkan oleh kontinuitas pergerakan pejalan
kaki kawasan dalam melakukan perpindahan antar bangunan formal (perdagangan
modern) pada ruang-ruang trotoar sebagai ruang penghubung antaraktivitas formal
kawasan Pola pergerakan pejalan kaki yang menerus ini merupakan bangkitan dari
tarikan aktivitas perdagangan dan jasa formal kawasan yang menjadi alasan pengunjung
melakukan pergerakan berpindah antarbangunan
Pergerakan pejalan yang rdquomenerusrdquo ini juga dipengaruhi oleh keberadaan aktivitas
PKL di sepanjang ruang trotoar kawasan yang memberi kehidupan menerus pada ruang-
ruang ini Pergerakan menerus dilakukan oleh pejalan kaki kawasan secara linier pada
tepi jalan mengikuti pola jaringan jalan utama kawasan dan memanjang menuju lokasi
pencapaian tujuan pergerakan
Pola pemanfaatan ruang yang rdquomelingkarrdquo disebabkan oleh pencapaian tujuan pada
bangunan perdagangan modern kawasan secara memutar Sistem pencapaian bangunan
formal (perdagangan) yang memutar ini dipengaruhi oleh sistem sirkulasi utama kawasan
yang memiliki muara pada Jalan Simpang Lima (Lapangan Pancasila) dan membentuk
loop dimana dalam bentuk pencapaian yang loop ini diperlukan waktu untuk
mencapainya karena harus melewati banyak persimpangan-persimpangan yang
merupakan simpul-simpul bertemunya arus lalu lintas dari kelima ruas jalan kawasan
pada muaranya di Jalan Simpang Lima
b Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Berbelanja pada PKL di Sepanjang
Trotoar Kawasan dan Tepi Lapangan Pancasila Pola pemanfaatan ruang terbuka
publik Kawasan Simpang Lima dengan tujuan untuk berbelanja pada PKL di sepanjang
trotoar kawasan kurang lebih sama dengan pola pemanfaatan ruang dengan tujuan
melakukan perpindahan antarbangunan formal kawasan yaitu membentuk pola rdquomenerus
41
yang melingkarrdquo sepanjang ruang-ruang trotoar pada muka bangunan formal kawasan
mengikuti pola jaringan jalan utama kawasan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh aktivitas PKL pada sepanjang trotoar
kawasan dipengaruhi oleh penataan display berbagai jenis barang dagangan PKL yang
ditata sedemikian rupa berderet secara linier pada muka bangunan dan memanjang
mengikuti bentukan ruang trotoar sehingga mempermudah calon pembeli baik oleh
pejalan kaki maupun pengguna jalan yang lain (pengendara) untuk melihat dan memilih
jenis-jenis barang yang diinginkan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik dengan tujuan berbelanja pada PKL yang
berjualan di tepi Lapangan Pancasila membentuk pola rdquolinier yang melingkarrdquo mengkuti
sistem sirkulasi utama kawasan yang membentuk loop dengan muara sirkulasi pada
lapangan Pola pemanfaatan yang linier dipengaruhi oleh penataan display barang
dagangan yang ditata sedemikian rupa secara linier pada tepi Lapangan Pancasila (trotoar
lapangan) berhadaphadapan dengan sirkulasi pengunjung PKL yang berada pada tengah
ruang trotoar sebagai ruang yang tersisa dari kedua sisi ruang yang digunakan oleh PKL
Pola pemanfaatan ruang yang rdquomelingkarrdquo dipengaruhi oleh bentukan ruang yang
persegi membulat dengan trotoar sebagai pembingkai ruang lapangan Pemanfaatan yang
melingkar ini dibentuk oleh pergerakan pengunjung PKL yang menerus tanpa terputus
pada ruang trotoar tepi Lapangan Pancasila
c Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Melakukan Aktivitas Olahraga Rekreasi dan
Hiburan Berbelanja Pada PKL di Tengah Lapangan Pancasila
Pola pemanfaatan ruang Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk melakukan aktivitas
olahraga rekreasi dan hiburan serta berbelanja pada PKL yang berjualan di tengah
Lapangan Pancasila memiliki pola pergerakan rdquocurvelinierrdquo Aktivitas-aktivitas ini
cenderung dilakukan secara berkelompok mengingat daya tampung ruang lapangan yang
cukup besar sehingga memungkinkan untuk pergerakan yang bebas dan santai dengan
suasana rekreatif dengan arah pergerakan yang tidak beraturan dikarenakan tanpa adanya
bentukan fisik pembatas antaraktivitas kegiatan Aktivitas olahraga yang seringkali
dilakukan menempati ruang Lapangan Pancasila adalah olahraga sepak bola dimana
olahraga ini biasa dilakukan secara berkelompok dengan pergerakan yang tidak beraturan
pada ruang
Sedangkan pergerakan aktivitas rekreasi dan hiburan yang juga cenderung dilakukan
secara berpasanganberkelompok ini dipengaruhi oleh tujuannya untuk melihat-lihat
pemandangansuasana kawasan sehingga membentuk pola pergerakan yang tidak
41
beraturan dan berkelok-kelok dengan sesekali berhenti untuk mengagumi view atau
sekedar untuk mengobrol
Pola pergerakan pejalan kaki pada ruang Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk
berbelanja pada PKL di tengah lapangan mempunyai pola pergerakan rdquocurvelinierrdquo
dipengaruhi oleh bentukan ruang lapangan yang persegi membulat dengan daya tampung
ruang cukup besar dan sistem sirkulasi pengunjung yang memungkinkan arah pergerakan
dengan bebas Aktivitas PKL yang memiliki kecenderungan berkelompok berdasarkan
jenis barang yang diperdagangkan ini berdampak pada penataan display barang sehingga
sistem sirkulasi pengunjung PKL pun pada akhirnya mengikuti pola pemanfaatan ruang
oleh aktivitas PKL dengan pergerakan yang tidak beraturan pada ruang (curvelinier)
dengan suasana rekreatif dan santai
Dengan adanya pergerakan pejalan kaki Kawasan Bundaran Simpang Lima yang
rdquomenerus dan melingkarrdquo membentuk linkage seyogyanya pejalan kaki diberikan ruang
yang layak demi keamanan dan kenyamanan pejalan dan pengguna jalan yang lain
Dengan kecenderungan sifat manusiawi pejalan yang enggan melakukan perjalanan
dengan permukaan yang naik atau menaik solusi yang ditawarkan tentu tidak bisa berupa
jembatan penghubung antarbangunan Sebab selain memerlukan biaya yang tidak sedikit
dapat menghalangi pandanganview suatu kawasan berpotensi menggunakan sebagian
ruang terbuka publik itu sendiri dan keengganan pejalan berjalan pada permukaan yang
naik sebagai sifat dasar pejalan kaki maka alangkah lebih baiknya apabila solusi yang
ditawarkan sebagai ruang untuk pejalan kaki kawasan di luar konteks teknologi adalah
berupa subway yaitu ruang publik untuk pejalan kaki yang dibangun di bawah tanah yang
menjadi penghubung antarbangunan dengan karakteristik berupa terowongan di bawah
tanah bebas dari sirkulasi kendaraan kawasan bebas dari kebisingan akibat intensitas lalu
lintas kawasan yang cukup tinggi mampu menjadi alternatif ruang untuk PKL dan parkir
off street kawasan sekaligus sebagai jalur pedestrian kawasan
41
352 Kajian PKL di Jalur Pejalan Kaki di Jalan Samanhudi Kabupaten Jember
3521 Analisa Konflik Kepentingan
Tabel IV1Analisa Konflik Kepentingan
Sumber Hasil Analisis Maria Kurnia U 2009
41
3522 Analisa Konflik Penggunaan Ruang
Tabel IV2
Analisa Konflik Penggunaan Ruang
Sumber Hasil Analisis Maria Kurnia U 2009
3523 Analisis Konsep Simbiosis Mutualistik
A Analisa Teori
Analisa ini bertujuan menelusuri konflik kepentingan dan konflik penggunaan ruang
melalui kajian teori-teori tentang penataan PKL yang didapatkan dari literature dan penelitian
PKL yang pernah dilakukan sebelumnya Meminimalisir konflik yang terjadi diperlukan
ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun
menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan
Samanhudi dengan kawasan PKL lain
ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL
41
ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun
dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja
namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang
namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan
ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa
jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan
harga antara pedagang formal dan PKL
ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan
pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak
penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi
antar pihak
ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai
dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan
perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang
informal
ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan
persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL
ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan
dalih keamanan
ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan
pejalan kaki dan pengendara kendaraan
ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki
ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL
ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan
ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa
harus saling menumpuk
ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak
ndash Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini
menjadi jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen
B Triangulasi Konsep Simbiosis Mutualistik
Triangulasi konsep simbiosis mutualistik dilakukan untuk mendapatkan konsep-
konsep penataan pedagang kaki lima yang menguntungkan berbagai pihak yang terkait yang
membandingkan antara fakta empiris studi kasus dan teori
41
Mengakui eksistensi PKL didukung dengan program kebijakan untuk mengelola
aktivitas PKL
Penyuluhan pembinaan dan pelatihan untuk PKL
Pemberian bantuan modal dari pemerintah maupun dari sektor swasta (dengan konsep
kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitusaja namun dilakukan kontrol terhadap dana
bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang begitu saja namun dapat dimanfaatkan secara
berkelanjutan
Peningkatan citra kawasan melalui pembentukan karakter khusus PKL di lokasi studi
sehingga membedakan PKL Samanhudi dengan PKL di kawasan lain
Pengelompokkan PKL menurut jenis barang dagangan dan perletaknnya diatur menurut
jenis dagangan toko formal sehingga tidak terjadi perebutan konsumen
Peningkatan citra kawasan sehingga menambah daya tarik pengunjung
Pembentukan Paguyuban Samanhudi yang beranggotakan PKL pedagang formal dan
pihak penengah untuk menyamakan aspirasi antar golongan dan sebagai forum diskusi
Legalitas sektor informal yang diakui oleh pemerintah
Perumusan kebijakan dan peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan
perdagangan informal
Peraturan didukung pengawasan yang ketat sangsi yang jelas dan sosialisasi serta
persamaan persepsi
Perancangan sarana usaha sesuai dengan jenis barang dagangan dan aspirasi PKL
Sosialisasi status ruang PKL
Peningkatan keamanan dan pengawasan untuk mencegah pemerasan tindak kejahatan
lain
Mempertahankan orientasi PKL ke arah bangunan formal
Perbaikan pelebaran dan pemeliharaan jalur pejalan kaki (pedestrian) sebatas ruang
parkir on street sehingga jalur aktif jalan tidak berkurang
Pemisahan yang jelas antara jalur pejalan kaki dan ruang PKL
Pemisahan yang jelas antara jalur pengendara ruang PKL dan jalur pejalan kaki
Mengatur ruang parkir off street di sepanjang jalan untuk mengurangi beban jalan akibat
penyempitan jalan karena adanya pelebaran pedestrian
Perpanjangan sosoran dari bangunan formal sebagai pelindung pejalan kaki dan ruang
PKL sehingga PKL tidak perlu memakai ataptambahan untuk kiosnya
Bentuk sarana usaha berupa meja dorong tanpa atap agar akses visual pencahayaan dan
penghawaan ke bangunan formal tidak terhalang
41
Diberikan jarak setiap 2 kios sebagai akses masuk ke bangunan formal
Mengikutsertakan seluruh pihak terkait dalam penyampaian keputusan
Perancangan dapat mewadahi ruang PKL
Ruang PKL mengikuti arus pergerakan manusia
Pengaturan kebersihan dan ketertiban
C Konsep Legalitas PKL
Adanya pengakuan resmi dari pemerintah terhadap PKL Samanhudi sebagai salah satu
sector ekonomi di kawasan studi melalui surat keputusan resmi Surat keputusan ini
sekaligus mengatur hak kewajiban dan tanggung jawab PKL sebagai kompensasi
perubahan status yang telah diberikan oleh pemerintah
PKL berhak mendapatkan perlindungan hokum dan pinjaman modal dari pemerintah
Namun sebagai sector resmi PKL dikenakan pajak penghasilan dan retribusi Besarnya
pajak Pajak penghasilan dibedakan dari sektorformal Dengan membayar pajak PKL
berhak mendapatkan perlindungan pemerintah dari oknum preman dsb
PKL wajib mendukung program-program penertiban yang dilakukan pemerintah Apabila
PKL melanggar hak dan kewajiban yang telah diputuskan PKL tidak berhak lagi
menempati lapak yang telah dipinjamkan oleh pemerintah Dan dicabut ijin berjualannya
di kawasan Samanhudi
Dalam konsep ini simbiosis mutualistik terjadi antara pemerintah dan PKL dimana PKL
mendapatkan pengakuan perlindungan dan bantuan modal dari pemerintah sementara
pemerintah mendapatkan retribusi pajak penghasilan dan ketertiban dari PKL
D Konsep Pembinaan dan Permodalan
Pedagang kaki lima perlu untuk mendapatkan pembinaan dari pemerintah Kabupaten
Jember untuk meningkatkan kemampuan wirausaha dan peningkatan kualitas barang
dagang dan pelayanan terhadap pembeli konsumen sehingga bias meningkatkan
pendapatan dan aktivitas pedagang kaki lima dapat member nilai tambah serta dapat
memberkan peluang kerja yang dapat mengurangi tingkat pengangguran di Kabupaten
Jember Bentuk pembinaan berupa penyuluhan yang diberikan berkala secara rutin
Program pembinaan diadakan oleh pemerintah
Program pembinaan juga digunakan sebagai sarana pertemuan rutin dan sosialisasi
peraturan-peraturan yang dilakukan pemerintah
Program pembinaan juga dapat dijadikan sarana untuk selalu mengingatkan hak dan
kewajiban serta sangsi yang diterapkan bila PKL melanggar selama beroperasi dikawasan
Samanhudi
41
Program pembinaan memberikan keuntungan kepada PKL dan pemerintah PKL
mendapatkan peningkatan kemampuan dan pemerintah mendapat sarana sosialisasi
Pemberian bantuan modal ini tidak ditujukan kepada semua pedagang kaki lima tetapi
diberikan kepada beberapa pelaku usaha yang memiliki potensi dan criteria yang telah
ditentukan
Pemerintah dalam memberikan bantuan modal ini juga harus bekerja sama dengan
instansi-isntansi lain yang terkait
Pemberian modal dari pihak swasta sangat disarankan
Konsep ini memberikan keuntungan kepada pihak PKL berupa bantuan modal dengan
bunga ringan keuntungan laba pinjaman kepada pemberi modal dan bila pihak swasta
terlibat mendapatkan keuntungan berupa kesempatan untuk periklanan
E Konsep Kelembagaan Paguyuban Samanhudi
Paguyuban Samanhudi merupakan Kelembagaan yang memiliki kewenangan atau
keterikatan dengan pengelolaan dan pembinaan Pedagang Kaki Lima KoridorJalan
SamanhudiPaguyuban ini beranggotakan wakil PKL wakil pedagang formal wakil
pemerintah dari dinas Kebersihan dan Pertamanan Dinas Polisi Pamong Praja Dinas
Pariwisata Dinas Pendapatan dan Dinas LPMK Kabupaten Jemberserta pihak penengah
selaku penasehat dan pihak netral yang diwakili oleh pakar PKL dari universitas tokoh
masyarakat dan pakar PKL lainnya
Peran Paguyuban ini adalah sebagai forum diskusi dari semua pihak untuk menampung
aspirasi dan menetralisasi konflik yang terjadi sehingga setiap aspek dikoridor jalan
Samanhudi dapat melakukan koordinasi dan semua aspirasi dari semua pihak dapat
tersampaikan Fungsi paguyuban juga sebagai sarana mengikutsertakan semua pihak
terkait dalam membuat rancangan peraturan dan sosialisasi peraturan yang telah
ditetapkan pemerintah mengenai PKL kepada semua pihak terkait
Paguyuban juga berfungsi sebagai pihak pengawas bekerja sama dengan pihak kepolisian
dan pamong praja untuk mengawasi segala pelanggaran yang dilakukan oleh semua pihak
terkait Penerapan sangsi harus tegas dan diawasi oleh paguyuban sehingga tidak terjadi
rsquopenyelesaiandamairsquo dari pihak pelanggar dana para penegak peraturan
Paguyuban memberikan keuntungan kepada PKL pedagang formal pemerintah dan
masyarakat berupa kesempatan untuk menyalurkan aspirasi
41
353 Kajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit Kariyadi
Semarang
3531 Analisis Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar
Rumah Sakit dr Kariadi
Analisis karakteristik aktivitas PKL menggunakan metode deskriptif kuantitaif
dan distribusi frekuensi Analisis ini nantinya menunjang untuk analisis selanjutnya
yaitu analisis karakteristik berlokasi PKL Analisis ini meliputi lokasi aktivitas PKL
tempat usaha PKL jenis barang dagangan sarana fisik berdagang pola layanan pola
penyebaran serta status kepemilikan usaha Uraian dari masing-masing analisis
tersebu dipaparkan sebagai berikut
a Lokasi Beraktivitas
Sesuai dengan ruang lingkup spasial dari penelitian ini lokasi yang digunakan
PKL untuk memanfaatkan aktivitas kegiatan utama Rumah Sakit dr Kariadi adalah di
sepanjang penggal Jalan dr Kariadi sebagian Jalan Veteran dan sebagian Jalan dr
Soetomo Mereka berlokasi di penggalpenggal jalan tersebut dikarenakan jalan
tersebut merupakan batas dari kawasan fasilitas kesehatan dan merupakan jalan arteri
sekunder kolektor sekunder dan lokal sekunder yang ramai orang berlalu lalang
lintas kendaraan serta dilewati jalur angkutan umum Kondisi tersebut ditangkap oleh
PKL sebagai peluang untuk mendapatkan konsumen dengan memanfaatkan tingkat
kunjungan yang tinggi dari aktivitas kegiatan utama serta orang yang lalu lalang yang
melintas di penggal jalan-jalan tersebut Untuk lebih jelas mengenai lokasi PKL dapat
dilihat pada Gambar berikut
41
Gambar 33
Lokasi Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Pada lokasi tersebut terbagi menjadi spot-spot yang menjadi lokasi PKl
berdasarkan penggal jalan yang telah disebutkan sebelumnya yaitu Jalan dr Kariadi
Jalan Veteran dan Jalan dr Soetomo Spot-spot tersebut memiliki karakteristik
masing-masing baik dari sisi aktivitas dan ruang usaha PKL maupun dari karakteristik
berlokasinya Di penggal Jalan dr Kariadi terdapat beberapa bagian yang merupakan
lokasi larangan untuk PKL lokasi yang diperbolehkan untuk menggelar dagangan
PKL serta PKL binaan kelurahan yang dikenal dengan istilah PKL orange Pada Jalan
Veteran yang diminati oleh PKL berada di sisi selatan jalan Lokasi tersebut juga
diperbolehkan untuk berdagang PKL sebagai kompensasi penggantian lokasi
penggusuran PKL yang berasal dari Jalan dr Kariadi sisi barat Lokasi yang
seharusnya bersih dari PKL adalah Jalan dr Soetomo karena merupakan jalur merah
Namun lokasi ini tetap diminati untuk berlokasi PKL diantaranya dikarenakan tidak
adanya lokasi lain serta lokasinya yang strategis Kestrategisan tersebut dilihat dari
status jalan yang merupakan jalan utama penghubung ke pusat-pusat aktivitas lainnya
serta akses ke pusat kota maupun ke luar kota sehingga frekuensi kendaraan yang lalu
lalang tinggi Selain itu lokasinya yang dekat dengan kegiatan utama yang ada di
sekitarnya seperti Rumah sakit dr Kariadi perkantoran ataupun permukiman Hal
tersebut dimanfaatkan PKL sebagai peluang mendapatkan konsumen
b Tempat Usaha
41
Lokasi yang diminati PKL tidak menyediakan tempat khusus untuk berdagang
PKL sehingga mereka menggunakan ruang-ruang publik untuk tempat usahanya
seperti di trotoar di atas saluran drainase bahu jalan dan badan jalan Dengan
difungsikannya ruang-ruang publik tersebut menjadi tempat berdagang bagi PKL
berakibat menurunnya fungsi ruang publik tersebut mengurangi citra kawasan serta
menurunnya kualitas lingkungan Oleh pemerintah kota ruang-ruang publik tersebut
dimanfaatkan untuk tempat usaha PKL karena diperlukan tempat usaha di lokasi
tersebut Hal ini sebagai upaya pemerintah untuk mewadahi aktivitas tersebut
Tempat-tempat tersebut dilegalkan menjadi tempat usaha yang diperuntukkan bagi
PKL sesuai dengan peraturan daerah nomor 11 tahun 2000 tentang PKL yang
notabene bertolak belakang dengan peraturan daerah lainnya yang mengatur tentang
ketertiban keindahan dan pertamanan Persentase PKL yang menempati ruang-ruang
publik dapat dilihat pada Gambar berikut ini
Gambar 34
Persentase Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Terdapat pula PKL yang tidak mendapat izin tempat usaha berdagang
khususnya PKLyang berlokasi di daerah larangan untuk PKL serta berdagang pada
waktu yang tidak diperbolehkan sehingga mereka tidak ditarik retribusi dan sewaktu-
waktu dapat ditertibkan oleh aparat penegak tata tertib Namun ketidaktertiban aparat
PKL yang tidak mendapat izin tersebut kadang-kadang juga dipungut retribusi yang
diistilahkan dengan uang keamanan namun frekuensinya tidak teratur PKL dalam
golongan ini jumlahnya minoritas jika dibandingkan dengan PKL yang mendapat izin
tempat usaha Berikut sketsa sebaran PKL menurut tempat usahanya yang dapat
dilihat pada Gambar
41
Gambar 35
Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
c Jenis Barang Dagangan
Dagangan mayoritas yang diperdagangkan oleh PKL di sekitar Rumah Sakit
dr Kariadi adalah jenis barang dagangan makanan seperti warung tegal bakso soto
es buah dan makanan kecil Jenis dagangan tersebut diminati karena PKL mencoba
menangkap aktivitas kegiatan utama yang banyak membutuhkan jenis barang
dagangan makanan
Jenis barang dagangan yang paling minoritas diperdagangkan adalah buah-
buahan Jenis dagangan inipun hanya dijumpai di penggal Jalan dr Kariadi karena di
penggal jalan tersebut terdapat pintu masuk pengunjung rumah sakit Jenis barang
dagangan ini biasanya digunakan sebagai cangkingan atau oleh-oleh untuk membesuk
pasien Namun jenis dagang ini kurang diminati pedagang dikarenakan barangnya
yang mudah busuk tidak mempunyai tempat penyimpanan khusus seperti kulkas
relatif mahal karena rata-rata buah impor serta konsumennya relatif sedikit
Kekurangminatan pedagang untuk menjual jenis dagangan ini dapat dilihat dari
sedikitnya jumlah PKL yang menjual dagangan ini
Jenis barang dagangan lain yang banyak diperdagangkan adalah kelontong
karena berjualan bermacam-macam jenis barang dari rokok makanan kecil air
kemasan bahkan sampai barang kebutuhan mereka yang beraktivitas di kegiatan
41
utama yaitu rumah sakit seperti untuk kebutuhan penunggu pasien yaitu tikar kipas
termos untuk air panas dan jenis barang lainnya
Jenis dagangan yang lain merupakan jenis barang dagangan yang umum
diperdagangkan atau jenis barang dagangannya hampir ada setiap ruas jalan-jalan
besar lokasi PKL lainnya di kota besar yang kebanyakan termasuk dalam jenis barang
dagangan non makanan dan jasa pelayanan seperti warung telekomunikasi bensin
tambal ban voucher pulsa fotocopy Untuk jasa pelayanan fotocopy yang banyak
tersebar di kawasan tersebut terkait dengan adanya kegiatan utama berupa fasilitas
pendidikan seperti Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro akademi
keperawatan dan farmasi sedangkan untuk jenis dagangan umum lainnya terkait
adanya permukiman di sekitar lokasi tersebut Namun ada barang dagangan yang khas
yaitu nisan karena lokasi sekitar Rumah sakit dr Kariadi terdapat tempat pemakaman
umum yang cukup besar yaitu TPU Bergota
Jenis dagangan yang dijual dapat dikatakan tidak semata hanya melayani
untuk aktivitas yang terkait dengan Rumah Sakit dr Kariadi namun juga melayani
terhadap aktivitas lainnya disekitar Rumah Sakit dr Kariadi seperti fasilitas
pendidikan permukiman pemakaman serta perkantoran bahkan aktivitas transportasi
seperti kebutuhan supir angkutan umum dan supir taxi Untuk lebih jelas mengenai
perbandingan jumlah PKL menurut jenis barang dagangan di masing-masing penggal
jalan dapat dilihat pada gambar berikut ini
Gambar 36
Karakteristik Jenis Barang Dagangan Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
41
d Sarana Fisik Berdagang
Masing-masing lokasi memiliki jenis sarana berdagang mayoritas yang
berbeda-beda Pada penggal Jalan dr Kariadi mayoritas PKL di penggal jalan tersebut
menggunakan kios sebagai sarana berdagangnya Kios-kios tersebut awalnya
merupakan warung semi permanen yang disekat-sekat Namun seiring dengan
perkembangan waktu dan adanya praktek sewa tempat usaha maka warung tersebut
dibangun permanen oleh pemiliknya bahkan diantaranya ada yang dilengkapi dengan
kamar mandi serta ruang tidur Hal tersebut dikarenakan sebagian kios juga dijadikan
sebagai tempat tinggal pemiliknya Asal pedagang yang dari luar Kota Semarang serta
biaya yang mengontrak relatif mahal sehingga menjadikan kiosnya sebagai sarana
usaha serta tempat tinggal sekaligus Sarana dagang tersebut telah menyimpang dari
peraturan daerah tentang PKL Latar belakang pendidikan PKL yang sebagian rendah
kemungkinan menjadi penyebab kurangnya pemahaman pedagang terhadap produk
hukum tersebut atau memang mengerti namun sengaja dilanggar karena tidak adanya
upaya pemerintah untuk menertibkan sarana berdagang yang telah melanggar
peraturan tersebut Selain itu ketidaktergantungan PKL terhadap ketersediaan
prasarana penunjang menjadikan PKL dalam beraktivitas tidak mempertimbangkan
aspek tersebut
Selain kios sarana dagangan yang banyak diminati adalah gerobak tenda yaitu
sarana dagangan utamanya gerobak yang ditunjang dengan tenda yang biasanya untuk
tempat makan konsumen Sarana dagang ini dianggap praktis karena mudah
dibongkar pasang serta dipindahkan Terlebih sarana dagang ini sesuai dengan
himbauan pemerintah dalam Perda No 11 tahun 2000 yaitu sarana PKL adalah yang
mudah untuk dibongkar serta dipindahkan
Lain halnya dengan PKL di penggal Jalan dr Soetomo mereka lebih banyak
menggunakan gerobak Hal tersebut dikarenakan lokasi tersebut merupakan lokasi
larangan untuk PKL tapi mereka tetap bertahan di lokasi tersebut dengan alasan tidak
tersedia tempat lain yang strategis untuk berjualan Dengan menggunakan gerobak
memudahkan mereka untuk lari atau berpindah tempat jika ada penertiban oleh aparat
penegak tata tertib
Di penggal Jalan Veteran sama halnya dengan sarana fisik yang digunakan
berdagang oleh PKL di penggal Jalan dr Kariadi Mereka mayoritas menggunakan
41
sarana berdagang berupa kios Mereka menggunakan sarana fisik dagangan kios
permanen yang dianggap aman karena memperoleh izin tempat usaha dari pihak
terkait untuk berdagang Namun sarana dagang yang dibuat permanen tersebut tidak
sesuai dengan perda tentang PKL yang mengharuskan sarana dagang pedagang kaki
lima yang mudah dibongkar dan dipindah-pindah
Sarana fisik dagangan yang kurang diminati adalah mobil Walaupun cukup
fleksibel untuk berpindah-pindah namun biaya untuk operasional sehari-hari cukup
mahal seperti bahan bakar perawatan mobil ataupun untuk pengadaan unit mobil itu
sendiri Hanya terdapat satu PKL yang menggunakan sarana dagangan ini yaitu
berada di penggal Jalan dr Kariadi Namun karena pada waktu penyebaran kuesioner
pedagang ini tidak berada di lokasi maka tidak masuk menjadi responden
e Pola Layanan
Untuk pola pelayanan terdapat tiga aspek yang dibahas yaitu mengenai waktu
layanan
aktivitas PKL serta sifat layanan Berikut uraian dari analisis pola pelayanan tersebut
1 Waktu Layanan
Sesuai waktu aktivitas kegiatan utama yang rata-rata pagi hingga sore hari
seperti fasilitas pendidikan perkantoran serta jam berkunjung dan pemeriksaan rumah
sakit maka mayoritas PKL membuka usahanya pada waktu tersebut yaitu sekitar
pukul 0900 hingga pukul 1600 Namun khusus yang berada di penggal Jalan dr
Kariadi yaitu di sekitar pintu masuk dan lokasi larangan untuk PKL hanya
diperbolehkan untuk berjualan pada sore hingga malam hari yaitu biasanya mereka
membuka usahanya sekitar pukul 1600 hingga 0000 Terdapat beberapa PKL yang
waktu usahanya menyesuaikan dengan waktu pelayanan rumah sakit yang buka 24
jam atau sepanjang hari Hal tersebut dilakukan menangkap peluang menjajakan
barang dagangan untuk kebutuhan aktivis rumah sakit seperti penunggu pasien
pengunjung atau petugas piket atau jaga serta tidak menutup kemungkinan pembeli
dari pengendara yang lalu lalang atau supir transportasi umum
Hal tersebut juga berlaku di penggal jalan yang lain dimana mayoritas
membuka usahanya pada pagi hingga sore hari Hanya minoritas yang membuka
usaha pada sore hingga malam hari serta sepanjang hari Faktor lain yang dapat
mempengaruhi waktu aktivitas PKL selain menyesuaikan waktu aktivitas kegiatan
utama adalah kepemilikan usaha yang merupakan milik pribadi sehingga mereka
membuka usahanya sesuai keinginan mereka
41
Terdapat pula fenomena satu lokasi ditempati oleh dua PKL dengan waktu
layanan yang berbeda PKL yang beraktivitas pada pagi hingga sore mencoba
menagkap peluang dari kunjungan ke kegiatan utama seperti rumah sakit fasilitas
pendidikan perkantoran serta perdagangan informal dan tidak menutup orang yang
lalu lalang melewati jalan-jalan tersebut Lokasi yang dianggap strategis serta
berprospektif tersebut digunakan oleh PKL lain untuk berjualan di tempat yang sama
Hal tersebut dimanfaatkan PKL untuk menangkap peluang dari kegiatan rumah sakit
serta orang yang lalu lalang Selain itu juga menangkap konsumen dari penumpang
bus malam yang melewati Jalan dr Soetomo dimana di jalur tersebut terdapat halte
serta konsumen dari supir angkutan umum yang sedang istirahat sejenak Berikut
pemetaan PKL menurut waktu berdagangnya
Gambar 37Peta Sebaran Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Menurut Waktu Layanan
2 Sifat Layanan
Dari gambar di bawah ini dapat disimpulkan bahwa mayoritas PKL di sekitar
Rumah Sakit dr Kariadi memiliki sifat layanan menetap baik dari segi tempat
berdagangnya yang tetap serta waktu berdagangnya yang sama setiap harinya hal ini
nampak pada sarana fisik dagangan para PKL tersebut yang berupa kios yang
memang tidak bisa dipindah-pindah atau permanen Hanya 13 yang memiliki sifat
layanan semi menetap Berikut persentase PKL menurut sifat layanannya
41
Gambar 38Persentase Sifat Layanan Pedagang Kaki LimaDi Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Sifat layanan semi menetap biasanya PKL yang tempat usahanya yang
merupakan gabungan antara menetap dengan keliling yaitu pada awal waktu
berdagang pada lokasi yang sama tiap harinya namun jika belum habis dagangannya
mereka berkeliling serta jam berdagang yang tidak tetap tiap harinya terkadang hanya
sampai siang karena dagangannya habis Sisanya yang 2 berjualan secara
berkeliling yang diantaranya bertujuan untuk mendekati konsumen serta
memanfaatkan waktu-waktu puncak kegiatan utama rumah sakit seperti waktu
kunjungan menjenguk pasien
f Pola Penyebaran
Pola penyebaran PKL mayoritas mengikuti pola jalan yang ada yaitu linier
Mereka berjualan di bahu-bahu jalan bahkan ada yang berada di atas saluran drainase
Selain itu pola penyebaran tersebut terbentuk karena lokasi yang diperbolehkan untuk
PKL menempati trotoar trotoar sepanjang jalan yang secara otomatis membentuk
linier Alasan lainnya yang diungkapkan oleh pedagang adalah agar dagangannya
mudah dilihat oleh orang yang lalu lalang Namun terdapat beberapa PKL yang
berjualan secara aglomerasi dengan PKL yang berjualannya bergerombol di dekat
pintu masuk pengunjung Rumah Sakit dr Kariadi seperti yang dapat dijumpai di Jalan
dr Kariadi yaitu bergerombol di sekitar pintu masuk pengunjung rumah sakit serta di
Jalan dr Soetomo yang bergerombol di dekat pintu masuk UGD dan pintu masuk ke
Gedung Pavilliun Garuda Hal tersebut dimaksudkan untuk mendekati pengunjung
yang akan masuk ke rumah sakit Hanya sebagian kecil saja yang lokasinya berjauhan
dengan PKL lainnya atau menyebar untuk mengurangi persaingan dengan PKL
lainnya
41
g Kesimpulan Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar
Rumah Sakit dr Kariadi
Tempat usaha tidak terdapatnya tempat yang dikhususkan untuk PKL pemerintah
memfasilitasinya dengan memperbolehkan menempati ruang-ruang publik seperti
trotoar badan atau bahu jalan serta di atas saluran drainase melalui Perda no 11 tahun
2000 Namun hal ini dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan
serta visual kawasan dan tidak optimalnya ruang publik tersebut Mayoritas PKL di
kawasan tersebut telah mengantongi izin tempat usaha dari kelurahan selaku pihak
berwenang
Jenis barang dagangan karakteristik jenis barang dagangan PKL pada umumnya
mengikuti kebutuhan kegiatan utama yaitu aktivitas Rumah Sakit dr Kariadi dan
sekitarnya seperti fasilitas pendidikan perkantoran perdagangan informal
permukiman dan pemakaman Jenis barang dagangan yang mayoritas diperdagangkan
berupa makanan Jenis barang dagangan yang diperdagangkan adalah non makanan
buah-buahan jasa pelayanan serta kelontong Terkait dengan kegiatan utama terdapat
beberapa jeni barang dagangan yang spesifik seperti termos tikar kipas guna
memenuhi kebutuha penunggu pasien
Sarana fisik dagangan mayoritas berupa kios yang dibangun permanen serta
gerobak tenda Menggunakan kios dikarenakan lokasinya yang telah dilegalkan untuk
aktivitas PKL serta terkait pola layanan yang menetap serta pada waktu berdagang
yang tetap Sedangkan gerobak tenda banyak digunakan oleh pedagang makanan
dimana tendanya digunakan sebagai tempat untuk konsumen Untuk bangunan
permanen diantaranya digunakan sebagai tempat tinggal Ketidakketergantungan
PKL terhadap prasarana penunjang sehingga PKL tidak mempertimbangkan aspek
tersebut karena mereka dapat mengusahakan sendiri
Pola pelayanan dari segi waktunya mengikuti waktu aktivitas kegiatan utama yaitu
pagi hingga sore hari sekitar pukul 0900 ndash 1600 serta telah mendapat izin tempat
usaha dari pihak berwenang namun terdapat pula PKL yang beraktivitas sore hingga
malam hari yaitu pukul 1600 ndash 0000 serta sepanjang hari Sifat layanannya menetap
mengingat mayoritas bersarana fisik dagangan berupa kios serta waktu berdagang
yang relatif tetap
Pola penyebaran mayoritas secara linier yaitu mengikuti pola jalan karena lokasi
yang dilegalkan untuk PKL oleh pemerintah menempati ruang-ruang publik seperti
trotoar di atas saluran drainase dan bahu jalan yang notabene mengikuti pola jalan
41
Selain itu terdapat sebagian beraglomerasi di sekitar pintu masuk rumah sakit yang
bertujuan untuk mendekati konsumen dan sisanya menyebar agar mengurangi
saingan
ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun
menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan
Samanhudi dengan kawasan PKL lain
ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL
ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun
dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja
namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang
namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan
ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa
jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan
harga antara pedagang formal dan PKL
ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan
pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak
penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi
antar pihak
ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai
dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan
perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang
informal
ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan
persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL
ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan
dalih keamanan
ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan
pejalan kaki dan pengendara kendaraan
ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki
ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL
ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan
ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa
harus saling menumpuk
41
ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak
Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini menjadi
jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen
41
Pengelolaan PKL
Pengelolaan PKL di Bundaran
Simpang Lima
Lima Semarang
Pengelolaan PKL di
Kabupaten Jember
Pengelolaan PKL di Kawasan Sekitar Rumah
Sakit dr Kariadi Semarang
Mengakui keberadaan PKL dengan
menuangkannya di dalam produk-
produk tata ruang
Penegakan peraturan
perundagangan yang terkait
dengan PKL
Menjalin kerjasama dengan sektor
formal dalam menyediakan ruang
bagi PKL
Menyediakan ruang perkotaan
yang dikhususkan bagi sektor
informal
Peningkatan citra PKL
Pengakuan terhadap eksistensi PKL
Control terhadap dana bantuan
Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo
Penindakan tegas kepada oknum yang
melakukan perampasan hak pada PKL
dengan dalih keamanan
Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk
menampung aktivitas PKL dan pejalan
kaki
Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan
jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir yang tepat
Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal
Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan
jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir
Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL
dan konsumen yang aman dari gangguan
pejalan kaki dan pengendara kendaraan
41
36 Temuan Studi
Temuan studi ini dimana akan menjawab sasaran yang disesuaikan dari contoh kasus yang ada di Indonesia Berikut adalah tabel matrik temuan
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
Mengetahui
permasalahan
PKL di jalur
pejalan kaki
Keberadaan sektor PKL yang menempati ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima memakai separuh lebih lebar trotoar bahkan seringkali tidak menyisakan sedikit pun ruang untuk pejalan kaki Ruang-ruang trotoar menjadi tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya sebagai ruang pemisah antara ruang yang digunakan untuk sirkulasi pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan Ruang-ruang trotoar tersebut banyak yang beralih fungsi menjadi lokasi berdagang PKL
Peralihan fungsi trotoar ini menyebabkan terganggunya aktivitas pejalan kaki sehingga pejalan terpaksa harus menggunakan jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk berjalan guna menghindari berbagai hambatan di atas trotoar Hal ini menyebabkan pejalan kaki terpaksa harus berhati-hati jika melangkah terkadang juga harus mengalah berjalan pada ruang-ruang jalur lambat dan sebagian badan jalan Kondisi ini sangat tidak aman dan
Masalah yang utama itu dari setiap
pedagang kaki lima di Jalur Pejalan Kaki
di Jalan Samanhudi Jember yaitu
Penggusuran Para PKL liar yang tidak
memiliki TDU(Tanda Daftar Usaha)
mereka biasanya akan di gusur dengan
peringatan yang di berikan sampai di
laksanakan penggusuran paksa padahal
Pedagang kaki lima merupakan salah satu
solusi akan masalah tingginya angka
pengangguran dan sedikitnya lapangan
kerja bagi masyarakat berpendidikan
rendah seperti mereka Pemerintah dalam
hal ini tidak dapat menyediakan lahan
pengganti bagi mereka untuk melanjutkan
usaha mereka jika pun ada pemerintah
menyediakan lahan-lahan yang letaknya
kurang strategis yang secara pasti
menurunkan dan mematikan pendapatan
yang mereka dapatkan dan akhirnya
Legalitas lokasi aktivitas
PKL yang biasanya ditempatkan
di dalam ruang publik seperti di
atas trotoar di atas saluran
drainase taman dan ruang publik
lainnya patut dipertanyakan
karena ketidakberdayaannya
peraturan tersebut dalam
menangani PKL Sebagai contoh
di sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi legalitas lokasi untuk
aktivitas PKL yang linier di
sepanjang jalan yang bertempat di
atas drainase Dalam aspek
apapun hal tersebut tidak dapat
dilegalkan terlebih tidak ada
penjelasan mengenai luasan atau
desain yang diperbolehkan PKL
untuk menggelar dasaran pada
dimensi saluran drainase yang
PKL yang menempati
ruang-ruang trotoar
menyebabkan
terganggunya aktivitas
pejalan kaki
Pemerintah tidak dapat
menyediakan lahan
pengganti
Legalitas lokasi aktivitas
PKL yang biasanya
ditempatkan di dalam
ruang publik seperti di atas
trotoar di atas saluran
drainase taman dan ruang
publik patut
dipertanyakan
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
nyaman bagi pejalan kaki ataupun bagi pengendara kendaraan bermotor karena mengganggu arus lalu lintas dan membahayakan keselamatan jiwa mereka hal seperti ini dapat kita lihat di depan dan di samping Masjid Baiturrahman di depan Citraland Mall di depan dan di samping Plasa Simpang Lima di depan dan di samping Kompleks Pertokoan Simpang Lima di depan dan di samping Ramayana Super Center di depan dan di samping SMKN 7 SemarangKantor Telkom dan di depan Gajahmada Plaza
Pemilihan lokasi PKL dipengaruhi oleh kecenderungan aktivitas PKL yang selalu menentukan lokasi mendekati pusat-pusat keramaian atau pusat-pusat perdagangan dan jasa dan lokasi-lokasi yang sering dikunjungi oleh orang banyak dalam kurun waktu tertentu secara periodik dan menerus Alasan inilah yang kemudian mendasari penentuan lokasi PKL Kawasan Bundaran Simpang Lima untuk berjualan di trotoar karena ruang-ruang jalur pedestrian inilah yang
mereka harus gulung tikar dan menjadi
pengangguran yang semakin menambah
permasalahan di Indonesia Pemerintah
harus mencari cara dan tempat yang baik
untuk mereka berdagang ditengah modal
mereka yang kecil agar di sisi lain semua
para pedagang kaki lima tidak hilang
lapangan kerjanya dan bias melanjutkan
kelangsungan hidupnya
ada Selain itu PKL juga
menempati trotoar yang
mengakibatkan bertambahnya
permasalahan yang terdapat di
lokasi tersebut Imbas secara
langsung dirasakan oleh
pengguna trotoar yaitu pedestrian
ketidaknyamanan bahkan tidak
adanya lagi ruang untuk berjalan
di atas trotoar acapkali menjadi
konsekuensi pedestrian yang
trotoarnya diserobot PKL
Aglomerasi aktivitas PKL yang
berlokasi di sekitar pintu masuk
pengunjung Rumah Sakit dr
Kariadi menyebabkan
penumpukan aktivitas seperti
aktivitas keluar masuk
pengunjung aktivitas jual beli
antara PKL dengan konsumen
lalu lintas kendaraan yang sedang
melewati Jalan dr Kariadi serta
angkutan umum yang sedang
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
dianggap sebagai lokasi yang ramai dikunjungi oleh pejalan kaki yang melakukan pergerakan dalam mencapai tempat tujuan perjalanannya Begitu juga dengan ruang Lapangan Pancasila karena selalu ramai dikunjungi pada hari-hari libur dengan rata-rata pengunjung mencapai 51 ndash 100 oranghari dikarenakan kedudukannya sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya
berhenti mencari penumpang
Sekali lagi permasalahan tersebut
disikapi oleh pemerintah dengan
penertiban dan penggusuran yang
hampir tidak pernah berakhir
manis
Mengetahui
peranan PKL
Kehadiran PKL di Kawasan
Bundaran Simpang Lima juga mampu
menciptakan kehidupan yang menerus
sehingga terhindar dari kematian
kawasan pada saat tertentu akan tetapi
di sisi lain kehadiran PKL
menyebabkan ketidakteraturan
kekumuhan dan kualitas fisik yang
buruk sehingga merusak wajah kota
Selain itu PKL yang berjualan di
Lapangan Pancasila pada malam hari
dengan kehidupan malam dan wanita-
wanita penghibur yang berdandan tebal
Tempat pedagang kaki lima bagi
Masyarakat dijalan Samanhudi Jember
sangat penting sebagai penyedia kebutuhan
yang dibutuhkan oleh Masyarakat Jember
Pedangan kaki lima sangat mempengaruhi
pola pasar dan sosial di Jember khususnya
didaerah Jalan Samanhudi Dalam bidang
perekonomian pedagang kaki lima hanya
berpengaruh sebagai produsen yang
penting bagi Masyarakat Jember
mengingat akan Meningkatnya jumlah
Penduduk Mereka cenderung lebih
memilih membeli pada pedagang kaki lima
Usaha PKL yang terus
berkembang pesat menarik PKL
untuk mempekerjakan karyawan
selain tenaga yang dibutuhkan
memang tidak bisa dikerjakan
sendiri terdapat pula pemilik
modal yang menyewa tempat
usaha namun dijadikan usaha
sampingan sehingga tidak
mengelola secara langsung
usahanya namun dengan
mempekerjakan karyawan PKL
yang statusnya sebagai karyawan
Pedangan kaki lima sangat
mempengaruhi pola pasar
dan sosial
harga yang PKL tawarkan
lebih murah dibandingkan
dengan harga di mall
grosir maupun indogrosir
sebagai salah satu
alternatif lapangan
pekerjaan bagi masyarakat
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
menciptakan kesan negatif dan
memperburuk citra kawasan
daripada membeli di supermarket yang
sudah merajalela di kota Jember pada saat
ini mall atau grosir maupun indogrosir
yang banyak tersebar di kota Jember
dikarenakan harga yang mereka tawarkan
lebih murah
sebanyak 10 dimana karyawan
tersebut memanfaatkan PKL
sebagai lapangan pekerjaan
Sehingga bekerja sebagai
karyawan PKL dapat dikatakan
sebagai salah satu alternatif
lapangan pekerjaan bagi
masyarakat
Mengetahui
pola aktivitas
PKL dijalur
pejalan kaki
Aktivitas PKL sendiri
memiliki kecenderungan untuk
menempati ruang ruang antar aktivitas
yang selalu ramai dilewatidikunjungi
oleh banyak orang dalam melakukan
pergerakan perpindahan dari aktivitas
satu ke aktivitas yang lain atau dari
bangunan perdagangan modern satu ke
bangunan perdagangan modern yang
lain secara periodik dalam rentang
waktu tertentu sehingga kemudian
pilihan ini jatuh kepada jalur-jalur
pedestrian yang notabene merupakan
ruang-ruang terbuka publik yang
PKL berdagang dengan menempati
tempat yang tetap dan tidak berpindah-
pindah
Modal dan aset sebagian besar adalah
milik sendiri
Berdagang di Samanhudi merupakan
usaha utama
Alat peraga PKL pada kawasan ini
dapat dibedakan menjadi
ndashAlat peraga semi permanen dari kayu
dan tenda yang bersifat menetap
ndashAlat peraga dengan bangku meja dan
tenda sekaligus sebagai tempat tinggal
ndashAlat peraga beroda namun menetap
Pola Aktivitas pelayanan PKL di
kawasan sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi pada umumnya melayani
pengunjung rumah sakit namun
tidak menutup kemungkinan
konsumennya adalah pengendara
atau orang yang sedang melintasi
jalan tersebut tanpa bermaksud
untuk masuk ke rumah sakit
Selain itu konsumen
yang berasal dari sekitar lokasi
PKL seperti penduduk
permukiman di sekitarnya
pekerja yang bekerja di sektor
Aktivitas PKL memiliki
kecenderungan untuk
menempati ruang ruang
antar aktivitas yang selalu
ramai dilewatidikunjungi
oleh banyak orang dalam
melakukan pergerakan
perpindahan dari aktivitas
satu ke aktivitas yang lain
atau dari bangunan
perdagangan modern satu
ke bangunan perdagangan
modern
Saat berjualan alat peraga
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
seyogyanya digunakan oleh pejalan
kaki Keberadaan ruang trotoar yang
semakin sempit oleh penggunaan ruang
PKL membuat pejalan kaki
menjatuhkan pilihan untuk melakukan
perjalanan pada ruang-ruang seperti
jalur lambat dan sebagian badan jalan
sehingga mengurangi keamanan jiwa
dan kenyamanan pejalan kaki sendiri
serta pengguna jalan yang lain
(pengendara)
Kegiatan-kegiatan yang
dilakukan oleh pejalan kaki pada
ruang-ruang jalur pedestrian atau
trotoar di Kawasan Bundaran Simpang
Lima adalah kegiatan berjalan dan
berbelanja Sebagian dari pejalan kaki
hanya berjalan melintasi trotoar untuk
menuju lokasi tujuannya akan tetapi
ada pula sebagian dari pejalan kaki
yang berjalan sambil melihat-lihat
bahkan ada yang berbelanja pada PKL
ndashAlat peraga beroda namun menetap
dengan bangku dan meja
ndashHanya berupa matras sebagai alas
dagangan yang dapat berpindah
sewaktu-waktu
Alat peraga yang dipakai untuk usaha
tidak seragam dan tidak menggunakan
desain yang baik sehingga terkesan
kumuh kurang bersih dan sangat
mengganggu wajah kota dan menutup
fasade bangunan di belakangnya
Saat berjualan alat peraga kios
sebagian besar menempati badan jalan
dan trotoar
Saat tidak berjualan alat peraga kios
sebagian besar tetap di lokasi jualan
lama berjualan di Samanhudi sebagian
besar antara 6 ndash10 tahun
Terbanyak dari pedagang belum
pernah bekerja di sektor lain dan dari
semula telah menjadi PKL di
Samanhudidi bandingkan denga harga
yang ada di mall Pedagang
lain sehingga tidak ada batasan
pasti mengenai pola pelayanan
para PKL tersebut
Waktu beraktivitas para
PKL umumnya terbagi menjadi
dua sesi PKL yang pertama
adalah pedagang yang aktivitas
berdagangnya pada pagi hingga
siang hari Pedagang yang kedua
merupakan pedagang yang
mempunyai waktu layanan pada
sore hingga malam hari Namun
tidak menutup kemungkinan
terdapat beberapa PKL yang
berdagang dari pagi hingga
malam hari bahkan buka nonstop
mengingat rumah sakit
beraktivitas selama sehari penuh
sehingga mereka mengikuti
aktivitas sektor formal yang ada
di sekitarnya
Waktu berdagang
tersebut juga disesuaikan dengan
kios sebagian besar
menempati badan jalan
dan trotoar
Waktu beraktivitas para
PKL umumnya terbagi
menjadi dua sesi PKL
yang pertama adalah
pedagang yang aktivitas
berdagangnya pada pagi
hingga siang hari
Pedagang yang kedua
merupakan pedagang yang
mempunyai waktu layanan
pada sore hingga malam
hari Namun tidak
menutup kemungkinan
terdapat beberapa PKL
yang berdagang dari pagi
hingga malam hari bahkan
buka nonstop
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
izin usaha yang diberlakukan oleh
petugas kelurahan sebagai pihak
yang berwenang menangani PKL
Untuk lokasi yang dilarang untuk
PKL oleh PKL tetap digunakan
sebagai lokasi untuk berdagang
dengan waktu berdagang setelah
jam kerja yaitu sore hingga
malam hari
Mengetahui
Pengelolaan
PKL di jalur
pejalan kaki
dalam perkembangannya
pemerintah mengeluarkan SK
Walikota Kota Semarang No 511316
tahun 2001 tentang Penetapan Lahan
yang mengatur tentang lokasi-lokasi
dan waktu aktivitas PKL yang
diperbolehkan oleh pemerintah pada
Kawasan Bundaran Simpang Lima
agar tetap terjaga kerapihan dan
estetikakeindahan wajah kawasannya
yaitu PKL yang berjualan di depan
Kompleks Pertokoan Simpang Lima
depan Ramayana SC depan Kantor
Adanya pengakuan resmi dari
pemerintah terhadap PKL Samanhudi
sebagai salah satu sector ekonomi di
kawasan studi melalui surat keputusan
resmi Surat keputusan ini sekaligus
mengatur hak kewajiban dan
tanggung jawab PKL sebagai
kompensasi perubahan status yang
telah diberikan oleh pemerintah
Pedagang kaki lima perlu untuk
mendapatkan pembinaan dari
pemerintah Kabupaten Jember untuk
meningkatkan kemampuan wirausaha
Pemerintah Kota Semarang
berwenang dalam mengatur
keberadaan PKL di ruang Kota
Semarang seperti yang terdapat di
kawasan sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi dengan bentuk
pengelolaan lokasional (stabilitas
atau pengaturan) dan struktural
(perijinan) Dalam pengaturan
tersebut Pemerintah Kota
Semarang menggunakan dasar
hukum berupa Undang-Undang
Peraturan Pemerintah Peraturan
mengatur tentang lokasi-
lokasi dan waktu aktivitas
PKL yang diperbolehkan
oleh pemerintah agar tetap
terjaga kerapihan dan
estetikakeindahan wajah
kawasannya
Pedagang kaki lima perlu
untuk mendapatkan
pembinaan
Pedestrian dirancang ulang
dengan dilebarkan hingga
area parkiran street
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
TelkomSMKN 7 Semarang depan
Gajahmada Plaza dan depan Masjid
Baiturrahman boleh berjualan dari
pukul 1600 ndash 0400 WIB (khusus pada
Hari Minggu PKL diijinkan untuk
berjualan mulai pukul 0600 ndash 0800
WIB) menempati ruang trotoar dengan
luas areal 4 x 6 meter
Sampai dengan tahun 2008
PKL di Kawasan Bundaran Simpang
Lima mencapai 1536 pedagang dan
ada kecenderungan akan terus
meningkat dari tahun ke tahun (lihat
Tabel III4) Kecenderungan lokasi
PKL pada masa-masa yang akan
datang mengikuti kecenderungan dari
perkembangan aktivitas formal
kawasan yang ada demikian juga
kecenderungan waktu berdagangnya
Melihat kecenderungan aktivitas PKL
kawasan maka SK Walikota Kota
Semarang No 511316 tahun 2001
sudah tidak relevan lagi dan perlu
dan peningkatan kualitas barang
dagang dan pelayanan terhadap
pembeli konsumen sehingga bias
meningkatkan pendapatan dan
aktivitas pedagang kaki lima dapat
member nilai tambah serta dapat
memberkan peluang kerja yang dapat
mengurangi tingkat pengangguran di
Kabupaten Jember Bentuk pembinaan
berupa penyuluhan yang diberikan
berkala secara rutin Program
pembinaan diadakan oleh pemerintah
Paguyuban Samanhudi merupakan
Kelembagaan yang memiliki
kewenangan atau keterikatan dengan
pengelolaan dan pembinaan Pedagang
Kaki Lima KoridorJalan
SamanhudiPaguyuban ini
beranggotakan wakil PKL wakil
pedagang formal wakil pemerintah
dari dinas Kebersihan dan
Pertamanan Dinas Polisi Pamong
Praja Dinas Pariwisata Dinas
Daerah dan Surat Keputusan
Walikota Adapun dasar hukum
yang mengatur secara jelas
mengenai aktivitas PKL di Kota
Semarang yang berlaku saat ini
diantaranya adalah sebagai
berikut
1048707 Peraturan Daerah No 11 Tahun
2000 tentang Pengaturan dan
Pembinaan PKL Perda ini
menjelaskan tentang pengaturan
dan pembinaan PKL di Kota
Semarang seperti pengaturan
tempat usaha hak kewajiban dan
larangan untuk PKL Dalam
kaitannya dengan karakteristik
berlokasi aktivitas PKL
dijelaskan dalam Perda ini yang
terdapat dalam pasal 3 yaitu
penempatan lokasi kegiatan PKL
diatur dengan mempertimbangkan
tempat kepentingan untuk umum
lainnya seperti kepentingan untuk
sehingga jalur aktif
kendaraan tidak
mengalami penyempitan
mengatur keberadaan PKL
di ruang Kota dengan
bentuk pengelolaan
lokasional (stabilitas atau
pengaturan) dan struktural
(perijinan)
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
ditinjau kembali sesuai dengan
kecenderungan dan kebutuhan yang
ada di lapangan
Pendapatan dan Dinas LPMK
Kabupaten Jemberserta pihak
penengah selaku penasehat dan pihak
netral yang diwakili oleh pakar PKL
dari universitas tokoh masyarakat dan
pakar PKL lainnya
Penerapan tema khusus pada penataan
PKL kawasan studi agar mempunyai
cirri khas dan dapat mengangkat citra
kawasan dan meningkatkan daya tarik
kawasan Contoh produk khas
jember yang dapat diangkat sebagai
tema adalah tembakau rookk dan
cerutu mengingat Jember sebagai
penghasil tembakau terbesar di Jawa
Kegiatan khas Jember yang dapat
diangkat sebagai tema yaitu Jember
Fashion Carnaval Penerapan tema
dapat diaplikasikan pada sarana usaha
PKL finishing pedestrian perabot
kota dan elemen pendukung lainnya
Pedestrian dirancang ulang dengan
pejalan dan untuk sirkulasi
kendaraan Untuk lebih jelas
mengenai detail isi perda tersebut
dapat dilihat pada Lampiran F
1048707 Surat Keputusan Walikota
Semarang No 51136 Tahun
2001 tentang lokasi PKL di Kota
Semarang dimana di dalamnya
diantaranya mengatur luas area
batas pemakaian area waktu
aktivitas dan tempat aktivitas
PKL Ruas kanan Jalan dr
Kariadi dari arah Jalan Veteran
merupakan lokasi yang
diperbolehkan untuk aktivitas
PKL Lokasi tersebut menempati
trotoar serta bangunan berupa
semi permanen Untuk lebih jelas
mengenai detail isi SK tersebut
dapat dilihat pada Lampiran F
1048707 Perda No 6 Tahun 2004
tentang Rencana Detail Tata
Ruang Kota Semarang Bagian
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
dilebarkan hingga area parkiran street
sehingga jalur aktif kendaraan tidak
mengalami penyempitan Diberikan
perbedaan yang tegas antara ruang
PKL dan ruang pejalan kaki dan jalur
kendaraan berupa perbedaan tinggi
lantaiSehingga dikemudian hari kios
PKL tidak melebar ke segala sisi
Wilayah Kota (BWK) I
(Kecamatan Semarang Tengah
Semarang Timur dan Semarang
Selatan Tahun 2000-2010 Perda
tersebut menjelaskan mengenai
fungsi serta peran BWK I yang
terkait dengan sektor formal di
wilayah tersebut yaitu penjelasan
mengenai fasilitas kesehatan yang
berada khususnya di Kelurahan
Randusari Selain itu dijelaskan
pula kelas Jalan dr Kariadi Jalan
dr Soetomo dan Jalan Veteran
serta jalur transportasi yang
melaluinya
41
Selama ini perencanaan ruang kota hanya dibatasi pada ruang-ruang formal saja yang
menampung kegiatan formal Seiring dengan berjalannya waktu keberadaan ruang-ruang
fomal kota tersebut mendorong munculnya kegiatan informal kota salah satunya di sektor
perdagangan yaitu Pedagang Kaki Lima (PKL) sebagai kegiatan pendukung (activity
support) Menurut McGee dan Yeung (1977 25) PKL mempunyai pengertian yang sama
dengan rdquohawkersrdquo yang didefinisikan sebagai orang-orang yang menjajakan barang dan jasa
untuk dijual di tempat yang merupakan ruang untuk kepentingan umum terutama di pinggir
jalan dan trotoar Oleh karena tidak tersedianya ruang informal kota bagi PKL maka PKL
menggunakan ruang publik seperti badan jalan trotoar taman kota di atas saluran drainase
kawasan tepi sungai untuk melakukan aktivitasnya Penggunaan ruang publik tersebut
biasanya terjadi di tempat-tempat strategis seperti diantara aktivitas formal kota
Tidak tertampungnya kegiatan PKL di ruang perkotaan menyebabkan pola dan
struktur kota moderen dan tradisional berbaur menjadi satu sehingga menimbulkan suatu
tampilan yang kontras Bangunan moderen nan megah berdampingan dengan bangunan
sederhana bahkan cenderung kumuh Tampilan fisik dualistik tersebut terjadi di seluruh ruang
kota terutama di kawasan fungsional kota Adapun yang dimaksud sebagai ruang fungsional
kota adalah ruang perkotaan dengan fungsi khusus yang tercermin dari kegiatan utama yang
berlangsung di kawasan tersebut seperti kawasan pendidikan perkantoran kesehatan
perdagangan dan jasa permukiman maupun industri Kehadiran ruang fungsional kota akan
diikuti dengan kehadiran PKL dengan karakteristik yang berbeda-beda Setiap PKL
mempunyai alasan yang berbeda dalam menentukan lokasi maupun jenis aktivitasnya
Karakteristik PKL yang berada di kawasan perkantoran berbeda dengan karakteristik PKL
yang berada di kawasan permukiman Hal ini dapat dilihat berdasarkan karakteristik
aktivitasnya yang meliputi jenis dagangan bentuk fisik sarana dagang waktu berdagang sifat
pelayanan golongan pengguna jasa dan lain sebagainya Selain itu perbedaan karakteristik
PKL dikaitkan juga dengan kegiatan utama yang berlangsung di kawasan fungsional kota
tersebut
34 Pengelolaan PKL pada Jalur Pejalan Kaki
Ada beberapa alasan yang membuat banyak kota-kota gagal mengelola PKL dengan
baik Alasan pertama terkait dengan sikap dan perspektif yang ambivalen alasan yang kedua
menyangkut pemahaman akan persoalan dan akurasi data alasan ketiga menyangkut
ketidakjelasan orang atau lembaga apa yang bertanggung jawab mengelola PKL alasan ke
empat adalah kurangnya interaksi antara komunitas PKL dengan pengambil keputusan
41
Alasan pertama yang terkait dengan sikap dan perspektif yang ambivalen di satu sisi
keberadaan PKL dianggap sebagai penyelamat karena telah menyediakan lapangan kerja
memberikan kemudahan bagi warga untuk mendapatkan barang dengan harga murah
menambah daya tarik kota dan membuat kota menjadi hidup Kontrasnya PKL juga
diangggap sebagai lsquopenyakitrsquo yang membuat kota menjadi semrawut dan kotor
Persoalannya pemerintah daerah umumnya tidak mampu keluar dari situasi ambilvalensi ini
sehingga tidak tahu lagi apakah kebijakan yang harus menyesuaikan diri dengan
perkembangan PKL ataukah PKL yang harus beradaptasi dengan kebijakan penataan kota
yang sudah ada
Alasan fundamental lain menyangkut pemahaman akan persoalan dan akurasi data
Salah satu hambatan yang dihadapi dalam mengatasi masalah PKL di perkotaan adalah tidak
tersedianya statistik di tingkat kota yang lengkap terbarui dan konsisten Bahkan banyak
kota-kota yang tidak memiliki data paling mendasar seperti berapa jumlah PKL yang ada di
wilayahnya pada suatu masa Jika pemerintah tidak mengetahui berapa jumlah PKL siapa
mereka dan tidak pula memahami bagaimana sistem kehidupan yang dijalani PKL akan sulit
bagi pemerintah untuk mendefinisikan apa masalah riil yang terkait dengan PKL dan
akibatnya akan sulit untuk merumuskan solusi yang tepat dan efektif Ketiadaan data dan
informasi ini juga membuat banyak pemerintah daerah cenderung menyepelekan keberadaan
PKL serta membuat kebijakan menjadi salah sasaran
Alasan ketiga menyangkut ketidakjelasan orang atau lembaga apa yang bertanggung
jawab mengelola PKL Sikap ambivalensi tercermin juga dalam kelembagaan pemerintah
daerah yang sering memecah tugas pengelolaan PKL setidaknya kepada dua institusi yaitu
unit pemberdayaan PKL yang biasanya merupakan satu bagian di bawah dinas atau badan
pengembangan usaha kecil dan koperasi Sementara tugas lain adalah tugas penertiban PKL
yang biasanya menjadi tugas pokok dan fungsi (tupoksi) dari lembaga Satuan Polisi Pamong
Praja (Satpol PP) Tanpa kepemimpinan yang kuat dari kepala daerah yang bisa menjalankan
fungsi koordinasi situasi ini ini mendorong upaya pengelolaan PKL menjadi sepotong-
sepotong ad hoc dan tidak konsisten
Alasan yang tidak kalah pentingnya adalah kurangnya interaksi antara komunitas PKL
dengan pengambil keputusan baik dari kalangan birokrasi maupun dengan politisi Di
Banyak kota upaya penanganan masalah PKL sering membuat situasi memburuk bukan
sebaliknya Salah satu sebabnya adalah karena kebijakan tersebut tidak memperoleh
legitimasi dan dukungan dari komunitas PKL itu sendiri Sampai saai ini pemerintah belum
sampai mengajak PKL untuk bersama-sama menata kota Padahal sesungguhnya seluruh
41
elemen masyarakat harus dilibatkan dalam membuat sebuah kebijakan serta pendapat
masyarakat dalam hal ini PKL sudah seharusnya didengar oleh pemerintah khususnya dalam
pembuatan kebijakan mengenai keindahan tata ruang kota Direktur YLBHI-LBH Semarang
Siti Rakhma Mary Herwati mengatakan bahwa sebetulnya PKL mau ditata namun kalau
cara yang dilakukan sewenang-wenang dan tidak manusiawi tentu akan ada penolakan
Untuk itu perlu diskusi intens dari hati ke hati
35 Studi Kasus
351 Kajian PKL di Jalur Pejalan Kaki Kawasan Bundaran Simpang
Lima Semarang
A Analisis Tipologi Ruang Terbuka Publik Kawasan
Ruang terbuka publik di Kawasan Bundaran Simpang Lima berdasarkan tipologinya
meliputi ruang terbuka hijau ruang berlangsungnya aktivitas dan ruang jalur sirkulasi
pedestrian yang merupakan ruang dinamis yang potensial untuk memenuhi kebutuhan
pergerakan komunikasi dan rekreasi bagi warga Kota Semarang maka ruang-ruang ini
seyogyanya harus bersifat terbuka dapat dijangkau dan diakses oleh siapa saja baik secara
kelompok maupun individual dan merupakan ruang untuk aktivitas-aktivitas yang
berlangsung di atasnya
1 Aktivitas Sektor Informal pada Ruang Terbuka Publik Kawasan
Aktivitas sektor informal yang berkembang pada ruang-ruang terbuka publik kawasan
adalah aktivitas perdagangan dan jasa retaileceran yang memungkinkan terjadinya proses
tawar-menawar antara pedagang dan pembeli Sektor informal yang identik disebut sebagai
PKL di kawasan ini menempati hampir seluruh sudut ruang terbuka yang ada baik trotoar-
trotoar kawasan maupun Lapangan Pancasila (trotoar dan tengah lapangan) Fenomena PKL
di Kawasan Bundaran Simpang Lima menunjukkan adanya segregasi social masyarakatnya
Secara tidak langsung terlihat adanya pemisahan yang membuat batasan tersendiri
antara pengguna ekonomi menengah ke bawah (PKL) dan pengguna ekonomi menengah ke
atas (pada bangunan-bangunan komersial perdagangan dan jasa modern di sekelilingnya)
Kehadiran PKL di Kawasan Bundaran Simpang Lima juga mampu menciptakan kehidupan
yang menerus sehingga terhindar dari kematian kawasan pada saat tertentu akan tetapi di sisi
lain kehadiran PKL menyebabkan ketidakteraturan kekumuhan dan kualitas fisik yang buruk
sehingga merusak wajah kota Selain itu PKL yang berjualan di Lapangan Pancasila pada
41
malam hari dengan kehidupan malam dan wanita-wanita penghibur yang berdandan tebal
menciptakan kesan negatif dan memperburuk citra kawasan
Keberadaan sektor PKL yang menempati ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran
Simpang Lima memakai separuh lebih lebar trotoar bahkan seringkali tidak menyisakan
sedikit pun ruang untuk pejalan kaki Ruang-ruang trotoar menjadi tidak dapat berfungsi
sebagaimana mestinya sebagai ruang pemisah antara ruang yang digunakan untuk sirkulasi
pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan Ruang-ruang trotoar tersebut banyak yang beralih
fungsi menjadi lokasi berdagang PKL
Peralihan fungsi trotoar ini menyebabkan terganggunya aktivitas pejalan kaki
sehingga pejalan terpaksa harus menggunakan jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk
berjalan guna menghindari berbagai hambatan di atas trotoar Hal ini menyebabkan pejalan
kaki terpaksa harus berhati-hati jika melangkah terkadang juga harus mengalah berjalan pada
ruang-ruang jalur lambat dan sebagian badan jalan Kondisi ini sangat tidak aman dan
nyaman bagi pejalan kaki ataupun bagi pengendara kendaraan bermotor karena mengganggu
arus lalu lintas dan membahayakan keselamatan jiwa mereka hal seperti ini dapat kita lihat di
depan dan di samping Masjid Baiturrahman di depan Citraland Mall di depan dan di
samping Plasa Simpang Lima di depan dan di samping Kompleks Pertokoan Simpang Lima
di depan dan di samping Ramayana Super Center di depan dan di samping SMKN 7
SemarangKantor Telkom dan di depan Gajahmada Plaza
Pemilihan lokasi PKL dipengaruhi oleh kecenderungan aktivitas PKL yang selalu
menentukan lokasi mendekati pusat-pusat keramaian atau pusat-pusat perdagangan dan jasa
dan lokasi-lokasi yang sering dikunjungi oleh orang banyak dalam kurun waktu tertentu
secara periodik dan menerus Alasan inilah yang kemudian mendasari penentuan lokasi PKL
Kawasan Bundaran Simpang Lima untuk berjualan di trotoar karena ruang-ruang jalur
pedestrian inilah yang dianggap sebagai lokasi yang ramai dikunjungi oleh pejalan kaki yang
melakukan pergerakan dalam mencapai tempat tujuan perjalanannya Begitu juga dengan
ruang Lapangan Pancasila karena selalu ramai dikunjungi pada hari-hari libur dengan rata-
rata pengunjung mencapai 51 ndash 100 oranghari (lihat Tabel D6) dikarenakan kedudukannya
sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya
Adanya keterbatasan lahan yang tidak memungkinkan tertampungnya aktivitas PKL
pada ruang-ruang privat akibat daya membayar lokasi yang rendah mengakibatkan PKL
menempati lokasi-lokasi yang bersifat publik yaitu ruang terbuka publik kawasan Gejala
inilah yang kemudian dikenal dengan fenomena pergeseran fungsi ruang terbuka publik
41
Kawasan Bundaran Simpang Lima menjadi ruang privat Aktivitas PKL menempati ruang-
ruang terbuka public Kawasan Bundaran Simpang Lima seperti pada
a) Trotoar-trotoar Kawasan
Aktivitas PKL menempati ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima
seperti trotoar di depan Masjid Baiturrahman depan Citraland Mall depan Plasa
Simpang Lima depan Kompleks Pertokoan Simpang Lima depan Ramayana SC depan
Kantor TelkomSMKN 7 Semarang dan depan Gajahmada Plaza
Trotoar sebagai jalur pejalan kaki kawasan ini memiliki peran sebagai jalur penghubung
antara aktivitas yang ada Pada ruang terbuka public inilah pengunjung kawasan
melakukan pergerakan berpindah dari satu bangunan ke bangunan yang lain Semisal
pengunjung dari Plasa Simpang Lima memiliki kehendak ingin berpindah menuju
Kompleks Pertokoan Simpang Lima pejalan kaki harus menggunakanmelewati trotoar
yang ada di depan Plasa Simpang Lima untuk sampai pada lokasi yang diharapkan
Begitu juga dengan trotoar-trotoar yang lain Ruang-ruang jalur sirkulasi pedestrian ini
kemudian menjadi lokasi atau tempat berakumulasinya pengunjung kawasan untuk
melakukan pergerakan perpindahan
Kecenderungan aktivitas PKL yang menempati ruang-ruang trotoar yang notabene
merupakan ruang terbuka publik ini dikarenakan PKL selalu menempati ruang-ruang
dengan akumulasi pengunjung kawasan atau ruang ruang yang sering dikunjungi oleh
orang dalam jumlah yang banyak dalam periode waktu tertentu yang terjadi secara terus-
menerusperiodik tertentu
Adapun penyebarannya mengikuti bentukan ruang trotoar yang memanjang mengikuti
jalur sirkulasi utama kawasan Sedangkan apabila menurut waktu berjualan aktivitas
PKL yang menempati ruang-ruang trotoar ini memiliki kecenderungan mengikuti waktu
aktivitas formal yang berlangsung dari pukul 0900 ndash 2100 WIB
Namun dalam perkembangannya pemerintah mengeluarkan SK Walikota Kota
Semarang No 511316 tahun 2001 tentang Penetapan Lahan yang mengatur tentang
lokasi-lokasi dan waktu aktivitas PKL yang diperbolehkan oleh pemerintah pada
Kawasan Bundaran Simpang Lima agar tetap terjaga kerapihan dan estetikakeindahan
wajah kawasannya yaitu PKL yang berjualan di depan Kompleks Pertokoan Simpang
Lima depan Ramayana SC depan Kantor TelkomSMKN 7 Semarang depan
Gajahmada Plaza dan depan Masjid Baiturrahman boleh berjualan dari pukul 1600 ndash
0400 WIB (khusus pada Hari Minggu PKL diijinkan untuk berjualan mulai pukul 0600
ndash 0800 WIB) menempati ruang trotoar dengan luas areal 4 x 6 meter
41
Sampai dengan tahun 2008 PKL di Kawasan Bundaran Simpang Lima mencapai
1536 pedagang dan ada kecenderungan akan terus meningkat dari tahun ke tahun (lihat
Tabel III4) Kecenderungan lokasi PKL pada masa-masa yang akan datang mengikuti
kecenderungan dari perkembangan aktivitas formal kawasan yang ada demikian juga
kecenderungan waktu berdagangnya Melihat kecenderungan aktivitas PKL kawasan
maka SK Walikota Kota Semarang No 511316 tahun 2001 sudah tidak relevan lagi
dan perlu ditinjau kembali sesuai dengan kecenderungan dan kebutuhan yang ada di
lapangan
b) Trotoar Lapangan Pancasila
Lapangan Pancasila yang cenderung ramai dikunjungi pada hari libur sebagai pusat
rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya ini menjadi
alasan yang kuat untuk PKL menempati ruang terbuka publik kawasan ini dengan
asumsi banyaknya warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya yang berpotensi
menjadi calon pembeli
Dengan alasan inilah kemudian banyak PKL yang berjualan pada trotoar Lapangan
Pancasila dengan konsep holiday market yaitu hanya berjualan pada hari libur saja PKL
trotoar lapangan ini hanya berjualan pada hari liburHari Minggu pagi saja mulai pukul
0600 ndash 0900 WIB Adapun pengaturan waktu berdagang aktivitas PKL yang
menempati ruang tengah Lapangan Pancasila ini didasari oleh kepentingan demi
menjaga kebersihan dan estetikakeindahan wajah kawasan Terkadang ada beberapa
PKL yang mulai berjualan dari Hari Sabtu malam dengan alasan untuk lebih banyak lagi
menjaring calon pembeli
Adapun penyebaran aktivitas PKL yang berjualan pada ruang trotoar Lapangan
Pancasila ini memiliki kecenderungan menyebar secara linier mengikuti ketersediaan
ruang trotoar yang berbentuk membulat persegi sebagai bingkai Lapangan Pancasila
dengan display berbagai jenis barang dagangan memanjang yang saling berhadapan
dengan sirkulasi pengunjung kawasan berada di tengah antaranya untuk mempermudah
pembeli memilih barang dagangan yang diperjualbelikan
c) Tengah Lapangan Pancasila
Aktivitas PKL yang berjualan di tengah Lapangan Pancasila sebagai satu-satunya
ruang terbuka publik luas di Kota Semarang memiliki alas an yang kurang lebih sama
dengan alasan PKL yang menempati trotoar lapangan yaitu kondisi lapangan yang
cenderung ramai dikunjungi oleh warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya
sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga kota didukung oleh keberadaan lokasinya yang
41
strategis karena terletak pada tengah-tengah kawasan pusat kota yang dilalui oleh lima
ruas jalan kawasan yang bermuara pada lapangan dan aksesibilitasnya yang tinggi
sehingga mudah dicapai dari segala penjuru kota dan sekitarnya baik menggunakan
moda angkutan pribadi maupun umum
Adapun waktu berjualan PKL tengah lapangan ini juga kurang lebih sama dengan
PKL yang berjualan di trotoar Lapangan Pancasila yaitu pada hari liburMinggu pagi
dari pukul 0600 ndash 0900 WIB Adapun pengaturan waktu berdagang aktivitas PKL yang
menempati ruang tengah Lapangan Pancasila ini kurang lebih sama dengan pengaturan
waktu berdagang PKL yang berjualan pada tepi lapangan
Penyebaran aktivitas PKL yang berjualan di ruang tengah Lapangan Pancasila ini
memiliki kecenderungan yang mengelompok berdasarkan jenis-jenis barang yang
diperdagangkannya Semisal pedagang pakaian akan mengelompok dengan sesama
pedagang pakaian pedagang makanan akan mengelompok dengan sesama pedagang
makanan dan lain sebagainya untuk lebih mempermudah pembeli dalam memilih
barang dagangan yang ditawarkan dengan banyaknya variasi pilihan barang yang
disuguhkan
Sumber Hasil Analisis Dini Tri Haryanti ST 2008
Gambar 31Ruang Aktivitas Sektor Informal Kawasan
Orientasi aktivitas PKL yang semakin menjauh dari Kawasan Bundaran Simpang
Lima berpengaruh pada intensitas jumlah PKL kawasan Jumlah aktivitas PKL kawasan
memiliki kecenderungan akan semakin berkurang karena semakin keluarmenjauh dari
kawasan studi yang identik disebut dengan kawasan pusat kota ini karena merupakan
kawasan-kawasan yang terkonsentrasi atau didominasi oleh aktivitas-aktivitas
perkantoran pendidikan dan pemerintahan
41
Semakin berorientasi ke arah Jalan Pahlawan suasana kawasan akan lebih didominasi
oleh suasana aktivitas pemerintahan dengan bangunan gedung berlian sebagai ciri khas
koridor jalan yang berdinding masif Semakin berorientasi ke arah Jalan Pandanaran
Achmad Yani dan KH Achmad Dahlan suasana kawasan akan banyak didominasi oleh
akivitas-aktivitas perkantoran Semakin berorientasi ke arah Jalan Gajahmada suasana
kawasan didominasi oleh aktivitas-aktivitas perkantoran dan pendidikan Nuansa
kawasan yang ditimbulkan oleh bangkitan dan tarikan aktivitas-aktivitas pemerintahan
pendidikan dan perkantoran ini tentu berbeda dengan nuansa kawasan yang banyak
dipengaruhi oleh bangkitan dan tarikan yang ditimbulkan oleh aktivitas perdagangan dan
jasa kawasan Penggunaan ruang untuk aktivitas yang berbeda-beda di Kawasan
Bundaran Simpang Lima mampu menciptakan nuansa yang berbeda-beda pula
Keberadaan aktivitas perdagangan dan jasa yang terjadi terbukti telah mampu
memberikan kehidupan yang menerus pada kawasan studi seiring dengan perkembangan
aktivitas sektor informal kawasan (PKL) yang hidup sepanjang waktu
Lain halnya dengan keberadaan aktivitas-aktivitas lain yang bersifat formal seperti
perkantoran pendidikan olahraga serta perdagangan dan jasa formal yang hidup pada
waktu-waktu tertentu saja Aktivitas perkantoran hanya hidup dari pagi sampai dengan
jam kantor selesai yang biasanya berlangsung dari pukul 0800 ndash 1700 WIB Aktivitas
olahraga juga biasanya berlangsung di pagi hari (0500 ndash 0900 WIB) atau sore hari saja
(1500 ndash 1800 WIB) Demikian halnya dengan aktivitas pendidikan yang hidup mulai
dari pagi sampai dengan jam pulang sekolah tiba (0700 ndash 1400 WIB) Selebihnya
aktivitas-aktivitas ini akan mati tanpa kegiatan-kegiatan perkantoran olahraga dan
proses belajarmengajar Secara informal aktivitas PKL yang menempati ruang-ruang
trotoar kawasan ruang trotoar dan tengah Lapangan Pancasila yang notabene merupakan
ruang-ruang terbuka publik kawasan yang seyogyanya merupakan ruang-ruang yang
terbuka untuk umum dan masyarakat dapat dengan bebas mengakses ruangruang ini
memiliki karakteristik yang sama yaitu menempati lokasi-lokasi dengan tingkat
aglomerasi pengunjung kawasan yang tinggi atau ramai dikunjungi oleh orang dalam
jumlah yang banyak dalam kurun waktu tertentu secara periodic yang melakukan
kegiatan bersama-sama
Adapun penyebaran masing-masing aktivitas PKL kawasan studi ini
ditentukandibentuk oleh bentukan ruang yang ditempatinya Aktivitas PKL yang
menempati ruang-ruang trotoar memiliki penyebaran yang memanjang secara linier pada
ruang-ruang jalur sirkulasi pedestrian karena dipengaruhi oleh bentukan ruang jalur
41
sirkulasi pejalan kaki yang memanjang mengikuti jalur sirkulasi utama kawasan dengan
display barang dagangan yang ditata berderet secara memanjang pula (sedangkan khusus
untuk PKL yang berjualan pada ruang trotoar di tepi Lapangan Pancasila display barang
dagangan ditata sedemikian rupa secara berderet memanjang dan berhadap-hadapan)
sedangkan aktivitas PKL yang menempati tengah Lapangan Pancasila memiliki
penyebaran yang mengelompok karena memiliki bentukan ruang yang lebih leluasa
dalam pergerakan sesuai dengan karakter ruang sebagai satu-satunya ruang terbuka
publik yang luas di Kota Semarang dengan display barang dagangan yang ditata
sedemukian rupa secara berkelompok berdasarkan jenis-jenis barang dagangannya
dengan maksud untuk mempermudah pembeli memilih jenis barang yang diinginkan
dengan memberikan lebih banyak variasi barang dari beberapa pedagang yang sejenis
Sedangkan perkembangan aktivitas PKL Kawasan Bundaran Simpang Lima
dipengaruhi oleh perkembangan aktivitas perdagangan dan jasa kawasan sebagai
aktivitas yang mendominasi kawasan pusat kota dan kecenderungan aktivitas PKL
memilih lokasi-lokasi dengan karakter ruang sebagai ruang yang memiliki akumulasi
orang dalam jumlah yang banyak pada jangka waktu tertentu secara periodik berada
pada pusat-pusat kegiatanwadah aktivitas-aktivitas kota sehingga sering dikunjungi
warga masyarakat dalam jumlah besar dan memiliki lokasi yang strategis dengan
aksesibilitas yang tinggi sehingga memudahkan pencapaian calon pembeli meski
dilakukan dalam ruang yang relatif sempit dan umumnya tidak memerlukan ketersediaan
adanya fasilitas-fasilitas pelayanan umum
2 Analisis Ruang Jalur Sirkulasi Pedestrian Kawasan
Kawasan Bundaran Simpang Lima memiliki lokasi yang strategis sebagai simpul
pergerakan dari lima ruas jalan yang terdiri atas Jalan Pandanaran Gajahmada KH Achmad
Dahlan Ahmad Yani dan Pahlawan yang bermuara pada sirkulasi di Jalan Simpang Lima
yang mengelilingi Lapangan Pancasila membentuk loop dan menjadi penghubung antara
rdquokota atasrdquo dan rdquokota bawahrdquo Semarang Secara ekonomi maupun transportasi kawasan ini
mempunyai kemampuan berkembang dengan sangat cepat Intensitas lalu-lintas dan volume
kendaraan di kawasan ini tergolong tinggi mengingat aksesibilitasnya yang tinggi pula
dikarenakan pencapaiannya yang mudah dari segala penjuru kawasan dengan moda
kendaraan pribadi maupun umum yang melintasi maupun bertujuan ke kawasan ini (dari data
yang ada menunjukkan volume kendaraan yang bergerak mencapai 17051 buah)
Pembahasan mengenai ruang sirkulasi kawasan ini akan lebih ditekankan pada ruang-
ruang sirkulasi untuk manusiapejalan kaki sebagai ruang terbuka publik kawasan Perilaku
41
pejalan kaki pada ruang-ruang terbuka Kawasan Bundaran Simpang Lima identik selalu
berjalan secara berpasangan atau lebih (berkelompok) memilih jalur dengan jarak terpendek
dan yang dianggap paling nyaman Pergerakan antarbangunan tertinggi pada kawasan adalah
dari Citraland Mall ke Plasa Simpang Lima dan sebaliknya (852 dan 708 pejalan pada jam
puncak sabtu malam) Hal ini menunjukkan bahwa pergerakan pejalan kaki banyak
dipengaruhi oleh bangkitan dan tarikan dari fungsi perdagangan dan jasa di sekitar kawasan
Penyediaan ruang terbuka publik untuk pejalan kakijalur pedestrian di Kawasan
Bundaran Simpang Lima diwujudkan dalam bentuk ruang-ruang trotoar pada muka bangunan
dengan teknik segregasi yang terpisah dari jalur sirkulasi kendaraan dengan tujuan untuk
memberikan arah yang jelas dan menggunakan perkerasan berupa paving Ruang-ruang
trotoar yang dibangun memanjang mengikuti jalurkoridor-koridor jalan pada kawasan studi
dibangun dengan permukaan yang naik-turun dan terputus-putus demi menghormati jalan
masuk kendaraan adalah salah satu bukti betapa perencanaan dan pembangunan yang
dilakukan di Kota Semarang lebih mengutamakan sirkulasi kendaraan dan bukan manusia
Menurut fungsinya adanya kecenderungan sirkulasi kawasan yang berorientasi pada
kendaraan ini seiring dengan munculnya fenomena pergeseran fungsi ruang pejalan kaki
kawasan studi yang merupakan ruang terbuka public menjadi ruang-ruang privat untuk
berjualan PKL yang mengakibatkan keberadaan hak pejalan kaki atas ruang terbuka publik
kawasan yang sehat dan layak secara fisik sering kali terabaikan Hal ini mengakibatkan
semakin sempitnya ruangruang terbuka publik yang manusiawi pada koridor-koridor kelima
ruas jalan dan potensi interaksi sosial pada ruang terbuka publik tersebut pun akan semakin
berkurang
Aktivitas PKL sendiri memiliki kecenderungan untuk menempati ruang ruang antar
aktivitas yang selalu ramai dilewatidikunjungi oleh banyak orang dalam melakukan
pergerakan perpindahan dari aktivitas satu ke aktivitas yang lain atau dari bangunan
perdagangan modern satu ke bangunan perdagangan modern yang lain secara periodik dalam
rentang waktu tertentu sehingga kemudian pilihan ini jatuh kepada jalur-jalur pedestrian
yang notabene merupakan ruang-ruang terbuka publik yang seyogyanya digunakan oleh
pejalan kaki Keberadaan ruang trotoar yang semakin sempit oleh penggunaan ruang PKL
membuat pejalan kaki menjatuhkan pilihan untuk melakukan perjalanan pada ruang-ruang
seperti jalur lambat dan sebagian badan jalan sehingga mengurangi keamanan jiwa dan
kenyamanan pejalan kaki sendiri serta pengguna jalan yang lain (pengendara)
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh pejalan kaki pada ruang-ruang jalur pedestrian
atau trotoar di Kawasan Bundaran Simpang Lima adalah kegiatan berjalan dan berbelanja
41
Sebagian dari pejalan kaki hanya berjalan melintasi trotoar untuk menuju lokasi tujuannya
akan tetapi ada pula sebagian dari pejalan kaki yang berjalan sambil melihat-lihat bahkan ada
yang berbelanja pada PKL
Pejalan kaki di Kawasan Simpang Lima umumnya berjalan secara berombongan
antara 2 ndash 5 orang yang didominasi oleh jenis kelamin perempuan (51) yang memiliki
tujuan untuk rekreasi dan olah raga (33) atau berbelanja (29) dengan usia rata-rata 0 ndash 25
tahun (67) dengan profesi sebagai mahasiswapelajar (31) dan karyawan (25)
Hal tersebut menunjukkan bahwa pengunjung kawasan didominasi oleh anak-anak
muda kaum perempuan karena sebagian besar kaum perempuan inilah yang gemar dengan
aktivitas berlanja sebab kawasan studi didominasi oleh aktivitas perdagangan dan jasa
Pengunjung kawasan identik dengan pengguna ruang terbuka publik kawasan yang
didominasi oleh kaum perempuan dengan usia berkisar antara 0 ndash 25 tahun dengan profesi
sebagai pelajarmahasiswa dan karyawan dengan tujuan untuk melakukan kegiatan
rekreasiolahraga dan berbelanja karena kaum perempuan ini lah yang memiliki sifat dasar
senang berbelanja Usia rata-rata pengunjung yang masih muda dengan profesi pelajar
mahasiswa dan karyawan menunjukkan bahwa pada usia-usia inilah orang relative
membutuhkan rekreasihiburan dan olah raga
Arah pergerakan pejalan kaki pada ruang-ruang terbuka publik kawasan dipengaruhi oleh
tujuannya pada kawasan studi arah pergerakan tersebut adalah
a Tujuan Pergerakan untuk Melakukan Perpindahan Antar bangunan
Tujuan pejalan kaki untuk melakukan pergerakan perpindahan antar bangunan
perdagangan dan jasa modern dilakukan pada ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran
Simpang Lima yang menjadi penghubung antaraktivitas dengan karakter pergerakan
yang memanjang secara linier sepanjang trotoar mengikuti ketersediaan jalur-jalur
sirkulasi utama kawasan
Arah pergerakan pejalan kaki dalam melakukan pergerakan perpindahan
antarbangunan dilakukan secara linier dan memanjang pada trotoar Kawasan
Bundaran Simpang Lima disebabkan oleh bentukan ruang jalur pedestrian yang
memanjang sepanjang jalur sirkulasi utama kawasan
b Tujuan Pergerakan untuk Berbelanja pada PKL Sepanjang Trotoar Kawasan
dan Tepi Lapangan Pancasila
Arah pergerakan pejalan kaki dengan tujuan berbelanja pada PKL sepanjang
trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima memiliki karakter pergerakan linier yang
41
memanjang sedangkan arah pergerakan pejalan kaki dengan tujuan berbelanja pada
PKL di tepi Lapangan Pancasila memiliki arah pergerakan linier yang melingkar
Arah pergerakan pejalan kaki dalam melakukan aktivitas berbelanja pada PKL
sepanjang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima ini disebabkan oleh pengaturan
display barang dagangan PKL yang ditata sedemikian rupa secara berderet linier
searah dan memanjang mengikuti bentukan ruang jalur pedestrian yang ada
Sedangkan arah pergerakan pejalan kaki dengan tujuan berbelanja pada PKL
di tepi Lapangan Pancasila disebabkan oleh display berbagai jenis barang dagangan
yang ditata sedemikian rupa secara linier berhadap-hadapan dan melingkar mengkuti
bentukan ruang jalur pedestrian yang persegi membulat membingkai Lapangan
Pancasila
c Tujuan Pergerakan untuk Melakukan Olahraga Rekreasi dan Hiburan serta Berbe
lanja
Pada PKL di Tengah Lapangan Pancasila Tujuan pejalan kaki untuk
melakukan aktivitas olahraga rekreasi dan hiburan serta berbelanja pada PKL di
tengah Lapangan Pancasila memiliki karakter pergerakan yang curvelinier karena
setiap pergerakan yang dilakukan tidak dibatasi oleh batasan-batasan fisik tertentu
sehingga pergerakan yang terjadi adalah bebas dan tidak beraturan
Arah pergerakan pejalan kaki dalam melakukan aktivitas olahraga rekreasi
dan hiburan serta berbelanja pada PKL di tengah lapangan secara curvelinier ini juga
disebabkan oleh karakter kedatangan pengunjung yang dilakukan secara berpasangan
atau berkelompok
Sumber Hasil Analisis Dini Tri Haryanti ST 2008
Gambar 32Ruang Jalur Sirkulasi Pedestrian Kawasan
41
Aktivitas perdagangan dan jasa kawasan menjadi bangkitan dan tarikan pengunjung
kawasan sehingga meningkatkan intensitas jumlah pejalan kaki pada ruang-ruang terbuka
publik di kawasan ini Keberadaan aktivitas PKL pada sepanjang ruang-ruang trotoar
kawasan seiring dengan tingginya jumlah pergerakan pejalan kaki antarbangunan formal
mengakibatkan pergerakan yang rdquomenerusrdquo dengan pencapaian pada tujuan yang rdquomemutarrdquo
Pergerakan rdquomenerusrdquo yang dimaksud adalah pergerakan pejalan kaki yang dilakukan
pada ruang-ruang terbuka publik kawasan studi dengan tujuan untuk melakukan perpindahan
antarbangunan formal (bangunan perdagangan modern) dan aktivitas berbelanja pada PKL
yang berjualan di sepanjang ruang trotoar kawasan melalui ruang-ruang jalur sirkulasi
pedestrian kawasan yang tersedia secara linier dan memanjang mengikuti jalur sirkulasi
utama (jaringan jalan) kawasan dari satu bangunan ke bangunan yang lain dan dari satu PKL
ke PKL yang lain dengan perjalanan yang tanpa terputusberhenti pada titik lokasi tertentu
meski berhenti pun hanya untuk beberapa saat untuk istirahat dan melihat-lihat dengan lebih
jelas obyek yang dimaksud
Pergerakan pejalan kaki kawasan pada trotoar Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk
berbelanja pada PKL memiliki arah pergerakan yang linier dan memanjang sepanjang jalur
trotar yang disebabkan oleh pengaturan display barang dagangan PKL yang ditata berderet
memanjang sepanjang jalur Pergerakan menerus ini terjadi sebagai akibat dari pergerakan
dengan tujuan untuk melakukan perpindahan antarbangunan melalui ruang-ruang jalur
sirkulasi pejalan sambil melihat-lihat dan berbelanja pada PKL yang berjualan hampir pada
seluruh ruang trotoar kawasan studi Semisal pergerakan pejalan kaki kawasan dengan tujuan
untuk melakukan perpindahan dari bangunan Plasa Simpang Lima menuju Ramayana SC
harus melewati jalur sirkulasi pejalan kaki sepanjang trotoar dari depan Plasa Simpang Lima
Kompleks Pertokoan Simpang Lima dan Ramayana SC yang dipenuhi oleh PKL sambil
melihat-lihat display barang dagangan yang diperjualbelikan maupun sekaligus membelinya
begitu juga dengan pergerakan perpindahan antarbangunan yang lain sehingga dengan
demikian tercipta pergerakan yang menerus
Dari sisi intensitasnya pergerakan pejalan kaki yang menerus ini semakin berkurang
jumlahnya ketika sampai pada ruang sirkulasi pejalan kaki di depan Hotel Ciputra Aktivitas
dan keberadaan PKL hampir tidak ada di sepanjang trotoar di depan bangunan hotel
pergerakan pejalan kaki pun diarahkan menempati ruang-ruang sirkulasi yang bersifat privat
yaitu ruang-ruang sirkulasi pejalan di dalam Mall Ciputra untuk menjaga image dan kesan
rapi pada muka bangunan hotel sesuai dengan peraturan hotel Namun kenyataan yang ada di
41
lapangan masih adanya beberapa pergerakan di depan hotel lebih banyak disebabkan oleh
perilaku dan sifat pejalan kaki kawasan yang cenderung memilih rute terpendek dalam
perjalanannya untuk mencapai tujuan
Sedangkan pencapaian rdquomemutarrdquo yang dimaksud adalah pencapaian tujuan suatu
perjalananpergerakan yang dilakukan oleh pejalan kaki akibat pergerakan yang mengikuti
sistem sirkulasi jalur utama kawasan yang membentuk loop sehingga berdampak pada
pencapaian suatu bangunan formal kawasan dengan arah yang memutar dan melalui beberapa
persimpangan sekaligus Semisal untuk mencapai lokasi tujuan pada Ramayana SC pejalan
kaki dari bangunan Masjid Baiturrahman harus melakukan pergerakan perpindahan dari
bangunan Citraland Mall menuju bangunan Kompleks Pertokoan Simpang Lima baru
kemudian mencapai bangunan Ramayana SC atau dari bangunan Gajahmada Plaza dulu
kemudian menuju bangunan kantor TelkomSMKN 7 Semarang baru mencapai bangunan
Ramayana SC Begitu juga pergerakan-pergerakan dengan tujuan pencapaian pada bangunan-
bangunan formal yang lain
Pergerakan dengan pencapaian rdquomemutarrdquo pada ruang-ruang sirkulasi pejalan kaki
kawasan sebenarnya dapat dicari alternatif lain yaitu dengan dengan memotong jalur
sirkulasi utama Pergerakan memotong jalur ini dapat menjadi alternatif pergerakan yang
dilakukan untuk mencapai pada bangunan yang dituju dengan melalui ruang Lapangan
Pancasila namun pergerakan semacam ini kurang diminati oleh penggunapejalan kaki
kawasan sebab ruang lapangan yang tanpa aktivitas akan terasa lebih panjang dan
membosankan
B Analisis Pola Pemanfaatan Ruang Terbuka Publik Kawasan
1 Analisis Pola Pemanfaatan Ruang dan Aktivitas pada Ruang Terbuka Publik
Kawasan
Sebagaimana yang telah diuraikan dalam tahap analisis ruang dan aktivitas kawasan
bahwa aktivitas-aktivitas yang berlangsung di atas ruang Lapangan Pancasila sebagai ruang
terbuka publik kawasan adalah aktivitas politik peribadatan massal olahraga rekreasi dan
hiburan Aktivitas sector informal yang berlangsung pada ruang terbuka publik kawasan
adalah aktivitas PKL
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan berdasarkan aktivitasnya terpusat
menempati Lapangan pancasila sebagai satu-satunya ruang terbuka publik kota yang menjadi
wadah interaksi sosial masyarakatnya didukung oleh daya tampung ruang yang cukup luas +
4 Ha dengan lokasinya yang strategis terletak di tengah-tengah kawasan pusat kota yang
41
memiliki aksesibilitas yang tinggi sehingga mudah dicapai dari segala penjuru kota
menggunakan berbagai jenis moda kendaraan baik kendaraan pribadi maupun angkutan
umum Pola pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan berdasarkan aktivitasnya pada ruang
Lapangan Pancasila berlangsung secara berkelompok dan masing-masing mengumpul
berdasarkan jenis aktivitasnya sebagai akibat oleh adanya
a) Kecenderungan aktivitas yang berlangsung pada ruang terbuka publik ini adalah
aktivitas-aktivitas yang dilakukan secara berkelompok
b) Melibatkan orang dalam jumlah yang banyak
c) Bentukan ruang yang membentuk persegi membulat dengan daya tamping ruang yang
cukup besar
d) Memungkinkan pergerakan secara bebas dan tidak beraturan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan berdasarkan aktivitas sektor
informalnya didominasi oleh pola pemanfaatan aktivitas PKL yang menempati ruang trotoar
kawasan trotoar dan tengah Lapangan Pancasila yaitu
1) Pola Pemanfaatan Trotoar Sepanjang Tepi Jalan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh
aktivitas PKL sepanjang trotoar kawasan di depan Citraland Mall depan Plasa Simpang
Lima depan Kompleks Pertokoan Simpang Lima depan Ramayana SC depan kantor
TelkomSMKN 7 Semarang depan Gajahmada Plaza dan depan Masjid Baiturrahman
membentuk pola ldquolinier yang memanjangrdquo dikarenakan oleh bentukan ruang-ruang
trotoar ini yang merupakan suatu jalur penghubung secara linier antaraktivitasbangunan
perdagangan dan jasa kawasan pada tepi jalan di muka bangunan sehingga menimbulkan
sejumlah akumulasi pengunjung yang tinggi secara periodic berdasarkan waktu
berlangsungnya aktivitas formal yang memanjang mengikuti pola jalur sirkulasipola
jaringan jalan utama kawasan Adanya beberapa bangunan formal dengan ciri aktivitas
perdagangan dan jasa yang terletak secara berdekatan satu sama lain dalam kawasan ini
maka dengan sendirinya akan menjadi daya tarik yang sangat kuat untuk dikunjungi oleh
calon pembeli yang mengakibatkan timbulnya akumulasi pengunjung pada kawasan
terutama di sekitar kegiatan yang dimaksud
Situasi inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh PKL kawasan studi untuk
mengembangkan usahanya dengan menjaring calon pembeli pada ruangruang di
sepanjang jalur pada muka bangunan ini memanfaatkan peluang banyaknya pejalan yang
melalui sepanjang jalur ini dan mengikuti pola jaringan jalan kawasan agar
41
keberadaannya di sepanjang tepi jalan ini juga dapat terlihat dan menarik para pengendara
pengguna jalan kawasan
Adapun display bebagai jenis barang dagangan PKL yang disuguhkan secara berderet
memanjang pada ruang trotoar ini memberi kemudahan pengunjung kawasan baik
pejalan kaki maupun pengendara untuk dapat lebih jelas melihat dan memilih jenis-jenis
barang yang diperdagangkan
2) Pola Pemanfaatan Trotoar Tepi Lapangan Pancasila
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh
aktivitas PKL sepanjang trotoar Lapangan Pancasila membentuk pola ldquolinier yang
melingkarrdquo dikarenakan oleh bentukan ruang sirkulasi pedestrian lapangan yang
membingkai lapangan dengan bentuk persegi membulat dan pola sirkulasi utama kawasan
yang bermuara pada Lapangan Pancasila dengan membentuk loop Adanya kedudukan
Lapangan Pancasila sebagai satu-satunya ruang terbuka publik yang luas di Kota
Semarang sebagai wadah interaksi sosial yang dimanfaatkan oleh warga masyarakat Kota
Semarang dan sekitarnya untuk melakukan berbagai macam aktivitas seperti olah raga
rekreasi dan hiburan mengakibatkan timbulnya akumulasi pengunjung dalam jumlah
yang besar pada area ini khususnya pada hari liburMinggu pagi sehingga banyak PKL
yang tertarik untuk menempati lokasi ini untuk menjajakan barang dagangannya Display
berbagai jenis barang dagangan disuguhkan secara linier sepanjang trotoar dengan
berhadap-hadapan untuk memberi banyak pilihan dan variasi barang kepada calon
pembeli dengan suasana yang santai dan rekreatif
3) Pola Pemanfaatan Tengah Lapangan Pancasila
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh
aktivitas PKL di tengah Lapangan Pancasila membentuk pola ldquoberkumpul yang
mengelompokrdquo berdasarkan jenis barang dagangannya dikarenakan bentukan ruang
Lapangan Pancasila yang tanpa adanya pembatas fisik antarPKL dengan daya tampung
ruang yang cukup besar sehingga memungkinkan adanya pergerakan pengunjung yang
bebas dan tidak beraturan dan penataan display barang dagangan yang disajikan secara
mengelompok berdasarkan jenis barang dagangannya masing-masing sehingga
memudahkan calon pembeli memilih jenis barang yang diinginkan dengan banyaknya
variasi barang yang disuguhkan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh PKL
akan semakin berkurang intensitasnya apabila semakin menjauh dari kawasan studi
Intensitas pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan oleh aktivitas PKL pada koridor
41
kelima ruas jalan kawasan semakin menurun karena jalan-jalan ini berorientasi pada
aktivitas-aktivitas yang berbeda yang berlangsung pada kelima ruas jalan antara aktivitas
perkantoran pemerintahan dan pendidikan yang ditandai dengan adanya kepadatan
beberapa bangunan fasilitas perkantoran pemerintahan dan pendidikan pada koridor-
koridor kelima ruas jalan ini
Adanya bangkitan aktivitas nonekonomi ini mengakibatkan rendahnya akumulasi
pengunjung kawasan pada tepi jalan-jalan ini Hal inilah yang menjadi alasan mengapa
ruang-ruang trotoar koridor jalan ini kurang diminati oleh PKL meskipun ada beberapa
PKL yang berjualan pada beberapa penggal jalan namun keberadaannya terputus dan
tidak menerus seperti pada keberadaan PKL pada ruang sirkulasi pejalan kaki di
sepanjang trotoar Jalan Pahlawan yang identik sebagai area yang berorientasi pada
aktivitas pemerintahan Jalan KH Achmad Dahlan Pandanaran dan Achmad Yani yang
identik sebagai area yang berorientasi pada aktivitas perkantoran dan Jalan Gajahmada
yang identik sebagai area yang berorientasi pada aktivitas perkantoran dan pendidikan
Menurut kriteria pemilihan lokasinya aktivitas-aktivitas PKL memiliki
kecenderungan menempati lokasi atau ruang-ruang dengan tingkat akumulasi orang yang
melakukan kegiatan secara bersama-sama pada waktu yang relative sama pula Adanya
fungsi kawasan sebagai CBD tentu tidak lepas dari aktivitas perdagangan dan jasa yang
berlangsung di atasnya sehingga menimbulkan sejumlah akumulasi pengunjung yang
tidak sedikit Fenomena tumbuhnya sector informalPKL ini tak lepas dari keberadaan
aktivitas formal yang tumbuh dan berkembang sebagai aktivitas pendukung (activity
support) yang tidak dapat dihindarkan dan digusur begitu saja melainkan diantisipasi dan
diperhitungkan kebutuhan ruangnya
2 Analisis Pola Pemanfaatan Ruang Jalur Sirkulasi Pedestrian Kawasan
Pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan sebagai jalur sirkulasi pejalan kaki
merupakan jenis pemanfaatan sebagai pemenuhan akan kebutuhan ruang pejalan yang
memisahkan ruang pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan kawasan demi meminimalisasi
konflik kepentingan yang dapat mengakibatkan ketidaknyamanan pejalan kaki maupun
pengguna jalan yang lain (pengendara)
Namun dalam perkembangannya ruang-ruang di tepi jalan ini mengalami pergeseran
fungsi ruang menjadi lokasi aktivitas PKL sehingga kemudian pejalan kaki harus
menjatuhkan pilihannya untuk berjalan melalui jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk
mencapai tujuan dalam pergerakannya
41
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima sebagai
ruang sirkulasi pedestrian dibentuk oleh arah pergerakan pejalan yang dipengaruhi oleh
tujuan dalam melakukan perjalanannya
a Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Melakukan Perpindahan Antarbangunan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima dengan
tujuan untuk melakukan pergerakan perpindahan antarbangunan membentuk pola
rdquomenerus yang melingkarrdquo dikarenakan arah pergerakan pejalan yang menerus pada
sepanjang ruang trotoar di muka bangunan kawasan mengikuti pola sirkulasi utama
kawasan yang membentuk loop
Pola pemanfaatan yang rdquomenerusrdquo ini disebabkan oleh kontinuitas pergerakan pejalan
kaki kawasan dalam melakukan perpindahan antar bangunan formal (perdagangan
modern) pada ruang-ruang trotoar sebagai ruang penghubung antaraktivitas formal
kawasan Pola pergerakan pejalan kaki yang menerus ini merupakan bangkitan dari
tarikan aktivitas perdagangan dan jasa formal kawasan yang menjadi alasan pengunjung
melakukan pergerakan berpindah antarbangunan
Pergerakan pejalan yang rdquomenerusrdquo ini juga dipengaruhi oleh keberadaan aktivitas
PKL di sepanjang ruang trotoar kawasan yang memberi kehidupan menerus pada ruang-
ruang ini Pergerakan menerus dilakukan oleh pejalan kaki kawasan secara linier pada
tepi jalan mengikuti pola jaringan jalan utama kawasan dan memanjang menuju lokasi
pencapaian tujuan pergerakan
Pola pemanfaatan ruang yang rdquomelingkarrdquo disebabkan oleh pencapaian tujuan pada
bangunan perdagangan modern kawasan secara memutar Sistem pencapaian bangunan
formal (perdagangan) yang memutar ini dipengaruhi oleh sistem sirkulasi utama kawasan
yang memiliki muara pada Jalan Simpang Lima (Lapangan Pancasila) dan membentuk
loop dimana dalam bentuk pencapaian yang loop ini diperlukan waktu untuk
mencapainya karena harus melewati banyak persimpangan-persimpangan yang
merupakan simpul-simpul bertemunya arus lalu lintas dari kelima ruas jalan kawasan
pada muaranya di Jalan Simpang Lima
b Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Berbelanja pada PKL di Sepanjang
Trotoar Kawasan dan Tepi Lapangan Pancasila Pola pemanfaatan ruang terbuka
publik Kawasan Simpang Lima dengan tujuan untuk berbelanja pada PKL di sepanjang
trotoar kawasan kurang lebih sama dengan pola pemanfaatan ruang dengan tujuan
melakukan perpindahan antarbangunan formal kawasan yaitu membentuk pola rdquomenerus
41
yang melingkarrdquo sepanjang ruang-ruang trotoar pada muka bangunan formal kawasan
mengikuti pola jaringan jalan utama kawasan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh aktivitas PKL pada sepanjang trotoar
kawasan dipengaruhi oleh penataan display berbagai jenis barang dagangan PKL yang
ditata sedemikian rupa berderet secara linier pada muka bangunan dan memanjang
mengikuti bentukan ruang trotoar sehingga mempermudah calon pembeli baik oleh
pejalan kaki maupun pengguna jalan yang lain (pengendara) untuk melihat dan memilih
jenis-jenis barang yang diinginkan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik dengan tujuan berbelanja pada PKL yang
berjualan di tepi Lapangan Pancasila membentuk pola rdquolinier yang melingkarrdquo mengkuti
sistem sirkulasi utama kawasan yang membentuk loop dengan muara sirkulasi pada
lapangan Pola pemanfaatan yang linier dipengaruhi oleh penataan display barang
dagangan yang ditata sedemikian rupa secara linier pada tepi Lapangan Pancasila (trotoar
lapangan) berhadaphadapan dengan sirkulasi pengunjung PKL yang berada pada tengah
ruang trotoar sebagai ruang yang tersisa dari kedua sisi ruang yang digunakan oleh PKL
Pola pemanfaatan ruang yang rdquomelingkarrdquo dipengaruhi oleh bentukan ruang yang
persegi membulat dengan trotoar sebagai pembingkai ruang lapangan Pemanfaatan yang
melingkar ini dibentuk oleh pergerakan pengunjung PKL yang menerus tanpa terputus
pada ruang trotoar tepi Lapangan Pancasila
c Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Melakukan Aktivitas Olahraga Rekreasi dan
Hiburan Berbelanja Pada PKL di Tengah Lapangan Pancasila
Pola pemanfaatan ruang Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk melakukan aktivitas
olahraga rekreasi dan hiburan serta berbelanja pada PKL yang berjualan di tengah
Lapangan Pancasila memiliki pola pergerakan rdquocurvelinierrdquo Aktivitas-aktivitas ini
cenderung dilakukan secara berkelompok mengingat daya tampung ruang lapangan yang
cukup besar sehingga memungkinkan untuk pergerakan yang bebas dan santai dengan
suasana rekreatif dengan arah pergerakan yang tidak beraturan dikarenakan tanpa adanya
bentukan fisik pembatas antaraktivitas kegiatan Aktivitas olahraga yang seringkali
dilakukan menempati ruang Lapangan Pancasila adalah olahraga sepak bola dimana
olahraga ini biasa dilakukan secara berkelompok dengan pergerakan yang tidak beraturan
pada ruang
Sedangkan pergerakan aktivitas rekreasi dan hiburan yang juga cenderung dilakukan
secara berpasanganberkelompok ini dipengaruhi oleh tujuannya untuk melihat-lihat
pemandangansuasana kawasan sehingga membentuk pola pergerakan yang tidak
41
beraturan dan berkelok-kelok dengan sesekali berhenti untuk mengagumi view atau
sekedar untuk mengobrol
Pola pergerakan pejalan kaki pada ruang Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk
berbelanja pada PKL di tengah lapangan mempunyai pola pergerakan rdquocurvelinierrdquo
dipengaruhi oleh bentukan ruang lapangan yang persegi membulat dengan daya tampung
ruang cukup besar dan sistem sirkulasi pengunjung yang memungkinkan arah pergerakan
dengan bebas Aktivitas PKL yang memiliki kecenderungan berkelompok berdasarkan
jenis barang yang diperdagangkan ini berdampak pada penataan display barang sehingga
sistem sirkulasi pengunjung PKL pun pada akhirnya mengikuti pola pemanfaatan ruang
oleh aktivitas PKL dengan pergerakan yang tidak beraturan pada ruang (curvelinier)
dengan suasana rekreatif dan santai
Dengan adanya pergerakan pejalan kaki Kawasan Bundaran Simpang Lima yang
rdquomenerus dan melingkarrdquo membentuk linkage seyogyanya pejalan kaki diberikan ruang
yang layak demi keamanan dan kenyamanan pejalan dan pengguna jalan yang lain
Dengan kecenderungan sifat manusiawi pejalan yang enggan melakukan perjalanan
dengan permukaan yang naik atau menaik solusi yang ditawarkan tentu tidak bisa berupa
jembatan penghubung antarbangunan Sebab selain memerlukan biaya yang tidak sedikit
dapat menghalangi pandanganview suatu kawasan berpotensi menggunakan sebagian
ruang terbuka publik itu sendiri dan keengganan pejalan berjalan pada permukaan yang
naik sebagai sifat dasar pejalan kaki maka alangkah lebih baiknya apabila solusi yang
ditawarkan sebagai ruang untuk pejalan kaki kawasan di luar konteks teknologi adalah
berupa subway yaitu ruang publik untuk pejalan kaki yang dibangun di bawah tanah yang
menjadi penghubung antarbangunan dengan karakteristik berupa terowongan di bawah
tanah bebas dari sirkulasi kendaraan kawasan bebas dari kebisingan akibat intensitas lalu
lintas kawasan yang cukup tinggi mampu menjadi alternatif ruang untuk PKL dan parkir
off street kawasan sekaligus sebagai jalur pedestrian kawasan
41
352 Kajian PKL di Jalur Pejalan Kaki di Jalan Samanhudi Kabupaten Jember
3521 Analisa Konflik Kepentingan
Tabel IV1Analisa Konflik Kepentingan
Sumber Hasil Analisis Maria Kurnia U 2009
41
3522 Analisa Konflik Penggunaan Ruang
Tabel IV2
Analisa Konflik Penggunaan Ruang
Sumber Hasil Analisis Maria Kurnia U 2009
3523 Analisis Konsep Simbiosis Mutualistik
A Analisa Teori
Analisa ini bertujuan menelusuri konflik kepentingan dan konflik penggunaan ruang
melalui kajian teori-teori tentang penataan PKL yang didapatkan dari literature dan penelitian
PKL yang pernah dilakukan sebelumnya Meminimalisir konflik yang terjadi diperlukan
ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun
menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan
Samanhudi dengan kawasan PKL lain
ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL
41
ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun
dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja
namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang
namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan
ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa
jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan
harga antara pedagang formal dan PKL
ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan
pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak
penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi
antar pihak
ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai
dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan
perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang
informal
ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan
persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL
ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan
dalih keamanan
ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan
pejalan kaki dan pengendara kendaraan
ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki
ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL
ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan
ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa
harus saling menumpuk
ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak
ndash Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini
menjadi jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen
B Triangulasi Konsep Simbiosis Mutualistik
Triangulasi konsep simbiosis mutualistik dilakukan untuk mendapatkan konsep-
konsep penataan pedagang kaki lima yang menguntungkan berbagai pihak yang terkait yang
membandingkan antara fakta empiris studi kasus dan teori
41
Mengakui eksistensi PKL didukung dengan program kebijakan untuk mengelola
aktivitas PKL
Penyuluhan pembinaan dan pelatihan untuk PKL
Pemberian bantuan modal dari pemerintah maupun dari sektor swasta (dengan konsep
kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitusaja namun dilakukan kontrol terhadap dana
bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang begitu saja namun dapat dimanfaatkan secara
berkelanjutan
Peningkatan citra kawasan melalui pembentukan karakter khusus PKL di lokasi studi
sehingga membedakan PKL Samanhudi dengan PKL di kawasan lain
Pengelompokkan PKL menurut jenis barang dagangan dan perletaknnya diatur menurut
jenis dagangan toko formal sehingga tidak terjadi perebutan konsumen
Peningkatan citra kawasan sehingga menambah daya tarik pengunjung
Pembentukan Paguyuban Samanhudi yang beranggotakan PKL pedagang formal dan
pihak penengah untuk menyamakan aspirasi antar golongan dan sebagai forum diskusi
Legalitas sektor informal yang diakui oleh pemerintah
Perumusan kebijakan dan peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan
perdagangan informal
Peraturan didukung pengawasan yang ketat sangsi yang jelas dan sosialisasi serta
persamaan persepsi
Perancangan sarana usaha sesuai dengan jenis barang dagangan dan aspirasi PKL
Sosialisasi status ruang PKL
Peningkatan keamanan dan pengawasan untuk mencegah pemerasan tindak kejahatan
lain
Mempertahankan orientasi PKL ke arah bangunan formal
Perbaikan pelebaran dan pemeliharaan jalur pejalan kaki (pedestrian) sebatas ruang
parkir on street sehingga jalur aktif jalan tidak berkurang
Pemisahan yang jelas antara jalur pejalan kaki dan ruang PKL
Pemisahan yang jelas antara jalur pengendara ruang PKL dan jalur pejalan kaki
Mengatur ruang parkir off street di sepanjang jalan untuk mengurangi beban jalan akibat
penyempitan jalan karena adanya pelebaran pedestrian
Perpanjangan sosoran dari bangunan formal sebagai pelindung pejalan kaki dan ruang
PKL sehingga PKL tidak perlu memakai ataptambahan untuk kiosnya
Bentuk sarana usaha berupa meja dorong tanpa atap agar akses visual pencahayaan dan
penghawaan ke bangunan formal tidak terhalang
41
Diberikan jarak setiap 2 kios sebagai akses masuk ke bangunan formal
Mengikutsertakan seluruh pihak terkait dalam penyampaian keputusan
Perancangan dapat mewadahi ruang PKL
Ruang PKL mengikuti arus pergerakan manusia
Pengaturan kebersihan dan ketertiban
C Konsep Legalitas PKL
Adanya pengakuan resmi dari pemerintah terhadap PKL Samanhudi sebagai salah satu
sector ekonomi di kawasan studi melalui surat keputusan resmi Surat keputusan ini
sekaligus mengatur hak kewajiban dan tanggung jawab PKL sebagai kompensasi
perubahan status yang telah diberikan oleh pemerintah
PKL berhak mendapatkan perlindungan hokum dan pinjaman modal dari pemerintah
Namun sebagai sector resmi PKL dikenakan pajak penghasilan dan retribusi Besarnya
pajak Pajak penghasilan dibedakan dari sektorformal Dengan membayar pajak PKL
berhak mendapatkan perlindungan pemerintah dari oknum preman dsb
PKL wajib mendukung program-program penertiban yang dilakukan pemerintah Apabila
PKL melanggar hak dan kewajiban yang telah diputuskan PKL tidak berhak lagi
menempati lapak yang telah dipinjamkan oleh pemerintah Dan dicabut ijin berjualannya
di kawasan Samanhudi
Dalam konsep ini simbiosis mutualistik terjadi antara pemerintah dan PKL dimana PKL
mendapatkan pengakuan perlindungan dan bantuan modal dari pemerintah sementara
pemerintah mendapatkan retribusi pajak penghasilan dan ketertiban dari PKL
D Konsep Pembinaan dan Permodalan
Pedagang kaki lima perlu untuk mendapatkan pembinaan dari pemerintah Kabupaten
Jember untuk meningkatkan kemampuan wirausaha dan peningkatan kualitas barang
dagang dan pelayanan terhadap pembeli konsumen sehingga bias meningkatkan
pendapatan dan aktivitas pedagang kaki lima dapat member nilai tambah serta dapat
memberkan peluang kerja yang dapat mengurangi tingkat pengangguran di Kabupaten
Jember Bentuk pembinaan berupa penyuluhan yang diberikan berkala secara rutin
Program pembinaan diadakan oleh pemerintah
Program pembinaan juga digunakan sebagai sarana pertemuan rutin dan sosialisasi
peraturan-peraturan yang dilakukan pemerintah
Program pembinaan juga dapat dijadikan sarana untuk selalu mengingatkan hak dan
kewajiban serta sangsi yang diterapkan bila PKL melanggar selama beroperasi dikawasan
Samanhudi
41
Program pembinaan memberikan keuntungan kepada PKL dan pemerintah PKL
mendapatkan peningkatan kemampuan dan pemerintah mendapat sarana sosialisasi
Pemberian bantuan modal ini tidak ditujukan kepada semua pedagang kaki lima tetapi
diberikan kepada beberapa pelaku usaha yang memiliki potensi dan criteria yang telah
ditentukan
Pemerintah dalam memberikan bantuan modal ini juga harus bekerja sama dengan
instansi-isntansi lain yang terkait
Pemberian modal dari pihak swasta sangat disarankan
Konsep ini memberikan keuntungan kepada pihak PKL berupa bantuan modal dengan
bunga ringan keuntungan laba pinjaman kepada pemberi modal dan bila pihak swasta
terlibat mendapatkan keuntungan berupa kesempatan untuk periklanan
E Konsep Kelembagaan Paguyuban Samanhudi
Paguyuban Samanhudi merupakan Kelembagaan yang memiliki kewenangan atau
keterikatan dengan pengelolaan dan pembinaan Pedagang Kaki Lima KoridorJalan
SamanhudiPaguyuban ini beranggotakan wakil PKL wakil pedagang formal wakil
pemerintah dari dinas Kebersihan dan Pertamanan Dinas Polisi Pamong Praja Dinas
Pariwisata Dinas Pendapatan dan Dinas LPMK Kabupaten Jemberserta pihak penengah
selaku penasehat dan pihak netral yang diwakili oleh pakar PKL dari universitas tokoh
masyarakat dan pakar PKL lainnya
Peran Paguyuban ini adalah sebagai forum diskusi dari semua pihak untuk menampung
aspirasi dan menetralisasi konflik yang terjadi sehingga setiap aspek dikoridor jalan
Samanhudi dapat melakukan koordinasi dan semua aspirasi dari semua pihak dapat
tersampaikan Fungsi paguyuban juga sebagai sarana mengikutsertakan semua pihak
terkait dalam membuat rancangan peraturan dan sosialisasi peraturan yang telah
ditetapkan pemerintah mengenai PKL kepada semua pihak terkait
Paguyuban juga berfungsi sebagai pihak pengawas bekerja sama dengan pihak kepolisian
dan pamong praja untuk mengawasi segala pelanggaran yang dilakukan oleh semua pihak
terkait Penerapan sangsi harus tegas dan diawasi oleh paguyuban sehingga tidak terjadi
rsquopenyelesaiandamairsquo dari pihak pelanggar dana para penegak peraturan
Paguyuban memberikan keuntungan kepada PKL pedagang formal pemerintah dan
masyarakat berupa kesempatan untuk menyalurkan aspirasi
41
353 Kajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit Kariyadi
Semarang
3531 Analisis Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar
Rumah Sakit dr Kariadi
Analisis karakteristik aktivitas PKL menggunakan metode deskriptif kuantitaif
dan distribusi frekuensi Analisis ini nantinya menunjang untuk analisis selanjutnya
yaitu analisis karakteristik berlokasi PKL Analisis ini meliputi lokasi aktivitas PKL
tempat usaha PKL jenis barang dagangan sarana fisik berdagang pola layanan pola
penyebaran serta status kepemilikan usaha Uraian dari masing-masing analisis
tersebu dipaparkan sebagai berikut
a Lokasi Beraktivitas
Sesuai dengan ruang lingkup spasial dari penelitian ini lokasi yang digunakan
PKL untuk memanfaatkan aktivitas kegiatan utama Rumah Sakit dr Kariadi adalah di
sepanjang penggal Jalan dr Kariadi sebagian Jalan Veteran dan sebagian Jalan dr
Soetomo Mereka berlokasi di penggalpenggal jalan tersebut dikarenakan jalan
tersebut merupakan batas dari kawasan fasilitas kesehatan dan merupakan jalan arteri
sekunder kolektor sekunder dan lokal sekunder yang ramai orang berlalu lalang
lintas kendaraan serta dilewati jalur angkutan umum Kondisi tersebut ditangkap oleh
PKL sebagai peluang untuk mendapatkan konsumen dengan memanfaatkan tingkat
kunjungan yang tinggi dari aktivitas kegiatan utama serta orang yang lalu lalang yang
melintas di penggal jalan-jalan tersebut Untuk lebih jelas mengenai lokasi PKL dapat
dilihat pada Gambar berikut
41
Gambar 33
Lokasi Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Pada lokasi tersebut terbagi menjadi spot-spot yang menjadi lokasi PKl
berdasarkan penggal jalan yang telah disebutkan sebelumnya yaitu Jalan dr Kariadi
Jalan Veteran dan Jalan dr Soetomo Spot-spot tersebut memiliki karakteristik
masing-masing baik dari sisi aktivitas dan ruang usaha PKL maupun dari karakteristik
berlokasinya Di penggal Jalan dr Kariadi terdapat beberapa bagian yang merupakan
lokasi larangan untuk PKL lokasi yang diperbolehkan untuk menggelar dagangan
PKL serta PKL binaan kelurahan yang dikenal dengan istilah PKL orange Pada Jalan
Veteran yang diminati oleh PKL berada di sisi selatan jalan Lokasi tersebut juga
diperbolehkan untuk berdagang PKL sebagai kompensasi penggantian lokasi
penggusuran PKL yang berasal dari Jalan dr Kariadi sisi barat Lokasi yang
seharusnya bersih dari PKL adalah Jalan dr Soetomo karena merupakan jalur merah
Namun lokasi ini tetap diminati untuk berlokasi PKL diantaranya dikarenakan tidak
adanya lokasi lain serta lokasinya yang strategis Kestrategisan tersebut dilihat dari
status jalan yang merupakan jalan utama penghubung ke pusat-pusat aktivitas lainnya
serta akses ke pusat kota maupun ke luar kota sehingga frekuensi kendaraan yang lalu
lalang tinggi Selain itu lokasinya yang dekat dengan kegiatan utama yang ada di
sekitarnya seperti Rumah sakit dr Kariadi perkantoran ataupun permukiman Hal
tersebut dimanfaatkan PKL sebagai peluang mendapatkan konsumen
b Tempat Usaha
41
Lokasi yang diminati PKL tidak menyediakan tempat khusus untuk berdagang
PKL sehingga mereka menggunakan ruang-ruang publik untuk tempat usahanya
seperti di trotoar di atas saluran drainase bahu jalan dan badan jalan Dengan
difungsikannya ruang-ruang publik tersebut menjadi tempat berdagang bagi PKL
berakibat menurunnya fungsi ruang publik tersebut mengurangi citra kawasan serta
menurunnya kualitas lingkungan Oleh pemerintah kota ruang-ruang publik tersebut
dimanfaatkan untuk tempat usaha PKL karena diperlukan tempat usaha di lokasi
tersebut Hal ini sebagai upaya pemerintah untuk mewadahi aktivitas tersebut
Tempat-tempat tersebut dilegalkan menjadi tempat usaha yang diperuntukkan bagi
PKL sesuai dengan peraturan daerah nomor 11 tahun 2000 tentang PKL yang
notabene bertolak belakang dengan peraturan daerah lainnya yang mengatur tentang
ketertiban keindahan dan pertamanan Persentase PKL yang menempati ruang-ruang
publik dapat dilihat pada Gambar berikut ini
Gambar 34
Persentase Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Terdapat pula PKL yang tidak mendapat izin tempat usaha berdagang
khususnya PKLyang berlokasi di daerah larangan untuk PKL serta berdagang pada
waktu yang tidak diperbolehkan sehingga mereka tidak ditarik retribusi dan sewaktu-
waktu dapat ditertibkan oleh aparat penegak tata tertib Namun ketidaktertiban aparat
PKL yang tidak mendapat izin tersebut kadang-kadang juga dipungut retribusi yang
diistilahkan dengan uang keamanan namun frekuensinya tidak teratur PKL dalam
golongan ini jumlahnya minoritas jika dibandingkan dengan PKL yang mendapat izin
tempat usaha Berikut sketsa sebaran PKL menurut tempat usahanya yang dapat
dilihat pada Gambar
41
Gambar 35
Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
c Jenis Barang Dagangan
Dagangan mayoritas yang diperdagangkan oleh PKL di sekitar Rumah Sakit
dr Kariadi adalah jenis barang dagangan makanan seperti warung tegal bakso soto
es buah dan makanan kecil Jenis dagangan tersebut diminati karena PKL mencoba
menangkap aktivitas kegiatan utama yang banyak membutuhkan jenis barang
dagangan makanan
Jenis barang dagangan yang paling minoritas diperdagangkan adalah buah-
buahan Jenis dagangan inipun hanya dijumpai di penggal Jalan dr Kariadi karena di
penggal jalan tersebut terdapat pintu masuk pengunjung rumah sakit Jenis barang
dagangan ini biasanya digunakan sebagai cangkingan atau oleh-oleh untuk membesuk
pasien Namun jenis dagang ini kurang diminati pedagang dikarenakan barangnya
yang mudah busuk tidak mempunyai tempat penyimpanan khusus seperti kulkas
relatif mahal karena rata-rata buah impor serta konsumennya relatif sedikit
Kekurangminatan pedagang untuk menjual jenis dagangan ini dapat dilihat dari
sedikitnya jumlah PKL yang menjual dagangan ini
Jenis barang dagangan lain yang banyak diperdagangkan adalah kelontong
karena berjualan bermacam-macam jenis barang dari rokok makanan kecil air
kemasan bahkan sampai barang kebutuhan mereka yang beraktivitas di kegiatan
41
utama yaitu rumah sakit seperti untuk kebutuhan penunggu pasien yaitu tikar kipas
termos untuk air panas dan jenis barang lainnya
Jenis dagangan yang lain merupakan jenis barang dagangan yang umum
diperdagangkan atau jenis barang dagangannya hampir ada setiap ruas jalan-jalan
besar lokasi PKL lainnya di kota besar yang kebanyakan termasuk dalam jenis barang
dagangan non makanan dan jasa pelayanan seperti warung telekomunikasi bensin
tambal ban voucher pulsa fotocopy Untuk jasa pelayanan fotocopy yang banyak
tersebar di kawasan tersebut terkait dengan adanya kegiatan utama berupa fasilitas
pendidikan seperti Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro akademi
keperawatan dan farmasi sedangkan untuk jenis dagangan umum lainnya terkait
adanya permukiman di sekitar lokasi tersebut Namun ada barang dagangan yang khas
yaitu nisan karena lokasi sekitar Rumah sakit dr Kariadi terdapat tempat pemakaman
umum yang cukup besar yaitu TPU Bergota
Jenis dagangan yang dijual dapat dikatakan tidak semata hanya melayani
untuk aktivitas yang terkait dengan Rumah Sakit dr Kariadi namun juga melayani
terhadap aktivitas lainnya disekitar Rumah Sakit dr Kariadi seperti fasilitas
pendidikan permukiman pemakaman serta perkantoran bahkan aktivitas transportasi
seperti kebutuhan supir angkutan umum dan supir taxi Untuk lebih jelas mengenai
perbandingan jumlah PKL menurut jenis barang dagangan di masing-masing penggal
jalan dapat dilihat pada gambar berikut ini
Gambar 36
Karakteristik Jenis Barang Dagangan Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
41
d Sarana Fisik Berdagang
Masing-masing lokasi memiliki jenis sarana berdagang mayoritas yang
berbeda-beda Pada penggal Jalan dr Kariadi mayoritas PKL di penggal jalan tersebut
menggunakan kios sebagai sarana berdagangnya Kios-kios tersebut awalnya
merupakan warung semi permanen yang disekat-sekat Namun seiring dengan
perkembangan waktu dan adanya praktek sewa tempat usaha maka warung tersebut
dibangun permanen oleh pemiliknya bahkan diantaranya ada yang dilengkapi dengan
kamar mandi serta ruang tidur Hal tersebut dikarenakan sebagian kios juga dijadikan
sebagai tempat tinggal pemiliknya Asal pedagang yang dari luar Kota Semarang serta
biaya yang mengontrak relatif mahal sehingga menjadikan kiosnya sebagai sarana
usaha serta tempat tinggal sekaligus Sarana dagang tersebut telah menyimpang dari
peraturan daerah tentang PKL Latar belakang pendidikan PKL yang sebagian rendah
kemungkinan menjadi penyebab kurangnya pemahaman pedagang terhadap produk
hukum tersebut atau memang mengerti namun sengaja dilanggar karena tidak adanya
upaya pemerintah untuk menertibkan sarana berdagang yang telah melanggar
peraturan tersebut Selain itu ketidaktergantungan PKL terhadap ketersediaan
prasarana penunjang menjadikan PKL dalam beraktivitas tidak mempertimbangkan
aspek tersebut
Selain kios sarana dagangan yang banyak diminati adalah gerobak tenda yaitu
sarana dagangan utamanya gerobak yang ditunjang dengan tenda yang biasanya untuk
tempat makan konsumen Sarana dagang ini dianggap praktis karena mudah
dibongkar pasang serta dipindahkan Terlebih sarana dagang ini sesuai dengan
himbauan pemerintah dalam Perda No 11 tahun 2000 yaitu sarana PKL adalah yang
mudah untuk dibongkar serta dipindahkan
Lain halnya dengan PKL di penggal Jalan dr Soetomo mereka lebih banyak
menggunakan gerobak Hal tersebut dikarenakan lokasi tersebut merupakan lokasi
larangan untuk PKL tapi mereka tetap bertahan di lokasi tersebut dengan alasan tidak
tersedia tempat lain yang strategis untuk berjualan Dengan menggunakan gerobak
memudahkan mereka untuk lari atau berpindah tempat jika ada penertiban oleh aparat
penegak tata tertib
Di penggal Jalan Veteran sama halnya dengan sarana fisik yang digunakan
berdagang oleh PKL di penggal Jalan dr Kariadi Mereka mayoritas menggunakan
41
sarana berdagang berupa kios Mereka menggunakan sarana fisik dagangan kios
permanen yang dianggap aman karena memperoleh izin tempat usaha dari pihak
terkait untuk berdagang Namun sarana dagang yang dibuat permanen tersebut tidak
sesuai dengan perda tentang PKL yang mengharuskan sarana dagang pedagang kaki
lima yang mudah dibongkar dan dipindah-pindah
Sarana fisik dagangan yang kurang diminati adalah mobil Walaupun cukup
fleksibel untuk berpindah-pindah namun biaya untuk operasional sehari-hari cukup
mahal seperti bahan bakar perawatan mobil ataupun untuk pengadaan unit mobil itu
sendiri Hanya terdapat satu PKL yang menggunakan sarana dagangan ini yaitu
berada di penggal Jalan dr Kariadi Namun karena pada waktu penyebaran kuesioner
pedagang ini tidak berada di lokasi maka tidak masuk menjadi responden
e Pola Layanan
Untuk pola pelayanan terdapat tiga aspek yang dibahas yaitu mengenai waktu
layanan
aktivitas PKL serta sifat layanan Berikut uraian dari analisis pola pelayanan tersebut
1 Waktu Layanan
Sesuai waktu aktivitas kegiatan utama yang rata-rata pagi hingga sore hari
seperti fasilitas pendidikan perkantoran serta jam berkunjung dan pemeriksaan rumah
sakit maka mayoritas PKL membuka usahanya pada waktu tersebut yaitu sekitar
pukul 0900 hingga pukul 1600 Namun khusus yang berada di penggal Jalan dr
Kariadi yaitu di sekitar pintu masuk dan lokasi larangan untuk PKL hanya
diperbolehkan untuk berjualan pada sore hingga malam hari yaitu biasanya mereka
membuka usahanya sekitar pukul 1600 hingga 0000 Terdapat beberapa PKL yang
waktu usahanya menyesuaikan dengan waktu pelayanan rumah sakit yang buka 24
jam atau sepanjang hari Hal tersebut dilakukan menangkap peluang menjajakan
barang dagangan untuk kebutuhan aktivis rumah sakit seperti penunggu pasien
pengunjung atau petugas piket atau jaga serta tidak menutup kemungkinan pembeli
dari pengendara yang lalu lalang atau supir transportasi umum
Hal tersebut juga berlaku di penggal jalan yang lain dimana mayoritas
membuka usahanya pada pagi hingga sore hari Hanya minoritas yang membuka
usaha pada sore hingga malam hari serta sepanjang hari Faktor lain yang dapat
mempengaruhi waktu aktivitas PKL selain menyesuaikan waktu aktivitas kegiatan
utama adalah kepemilikan usaha yang merupakan milik pribadi sehingga mereka
membuka usahanya sesuai keinginan mereka
41
Terdapat pula fenomena satu lokasi ditempati oleh dua PKL dengan waktu
layanan yang berbeda PKL yang beraktivitas pada pagi hingga sore mencoba
menagkap peluang dari kunjungan ke kegiatan utama seperti rumah sakit fasilitas
pendidikan perkantoran serta perdagangan informal dan tidak menutup orang yang
lalu lalang melewati jalan-jalan tersebut Lokasi yang dianggap strategis serta
berprospektif tersebut digunakan oleh PKL lain untuk berjualan di tempat yang sama
Hal tersebut dimanfaatkan PKL untuk menangkap peluang dari kegiatan rumah sakit
serta orang yang lalu lalang Selain itu juga menangkap konsumen dari penumpang
bus malam yang melewati Jalan dr Soetomo dimana di jalur tersebut terdapat halte
serta konsumen dari supir angkutan umum yang sedang istirahat sejenak Berikut
pemetaan PKL menurut waktu berdagangnya
Gambar 37Peta Sebaran Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Menurut Waktu Layanan
2 Sifat Layanan
Dari gambar di bawah ini dapat disimpulkan bahwa mayoritas PKL di sekitar
Rumah Sakit dr Kariadi memiliki sifat layanan menetap baik dari segi tempat
berdagangnya yang tetap serta waktu berdagangnya yang sama setiap harinya hal ini
nampak pada sarana fisik dagangan para PKL tersebut yang berupa kios yang
memang tidak bisa dipindah-pindah atau permanen Hanya 13 yang memiliki sifat
layanan semi menetap Berikut persentase PKL menurut sifat layanannya
41
Gambar 38Persentase Sifat Layanan Pedagang Kaki LimaDi Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Sifat layanan semi menetap biasanya PKL yang tempat usahanya yang
merupakan gabungan antara menetap dengan keliling yaitu pada awal waktu
berdagang pada lokasi yang sama tiap harinya namun jika belum habis dagangannya
mereka berkeliling serta jam berdagang yang tidak tetap tiap harinya terkadang hanya
sampai siang karena dagangannya habis Sisanya yang 2 berjualan secara
berkeliling yang diantaranya bertujuan untuk mendekati konsumen serta
memanfaatkan waktu-waktu puncak kegiatan utama rumah sakit seperti waktu
kunjungan menjenguk pasien
f Pola Penyebaran
Pola penyebaran PKL mayoritas mengikuti pola jalan yang ada yaitu linier
Mereka berjualan di bahu-bahu jalan bahkan ada yang berada di atas saluran drainase
Selain itu pola penyebaran tersebut terbentuk karena lokasi yang diperbolehkan untuk
PKL menempati trotoar trotoar sepanjang jalan yang secara otomatis membentuk
linier Alasan lainnya yang diungkapkan oleh pedagang adalah agar dagangannya
mudah dilihat oleh orang yang lalu lalang Namun terdapat beberapa PKL yang
berjualan secara aglomerasi dengan PKL yang berjualannya bergerombol di dekat
pintu masuk pengunjung Rumah Sakit dr Kariadi seperti yang dapat dijumpai di Jalan
dr Kariadi yaitu bergerombol di sekitar pintu masuk pengunjung rumah sakit serta di
Jalan dr Soetomo yang bergerombol di dekat pintu masuk UGD dan pintu masuk ke
Gedung Pavilliun Garuda Hal tersebut dimaksudkan untuk mendekati pengunjung
yang akan masuk ke rumah sakit Hanya sebagian kecil saja yang lokasinya berjauhan
dengan PKL lainnya atau menyebar untuk mengurangi persaingan dengan PKL
lainnya
41
g Kesimpulan Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar
Rumah Sakit dr Kariadi
Tempat usaha tidak terdapatnya tempat yang dikhususkan untuk PKL pemerintah
memfasilitasinya dengan memperbolehkan menempati ruang-ruang publik seperti
trotoar badan atau bahu jalan serta di atas saluran drainase melalui Perda no 11 tahun
2000 Namun hal ini dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan
serta visual kawasan dan tidak optimalnya ruang publik tersebut Mayoritas PKL di
kawasan tersebut telah mengantongi izin tempat usaha dari kelurahan selaku pihak
berwenang
Jenis barang dagangan karakteristik jenis barang dagangan PKL pada umumnya
mengikuti kebutuhan kegiatan utama yaitu aktivitas Rumah Sakit dr Kariadi dan
sekitarnya seperti fasilitas pendidikan perkantoran perdagangan informal
permukiman dan pemakaman Jenis barang dagangan yang mayoritas diperdagangkan
berupa makanan Jenis barang dagangan yang diperdagangkan adalah non makanan
buah-buahan jasa pelayanan serta kelontong Terkait dengan kegiatan utama terdapat
beberapa jeni barang dagangan yang spesifik seperti termos tikar kipas guna
memenuhi kebutuha penunggu pasien
Sarana fisik dagangan mayoritas berupa kios yang dibangun permanen serta
gerobak tenda Menggunakan kios dikarenakan lokasinya yang telah dilegalkan untuk
aktivitas PKL serta terkait pola layanan yang menetap serta pada waktu berdagang
yang tetap Sedangkan gerobak tenda banyak digunakan oleh pedagang makanan
dimana tendanya digunakan sebagai tempat untuk konsumen Untuk bangunan
permanen diantaranya digunakan sebagai tempat tinggal Ketidakketergantungan
PKL terhadap prasarana penunjang sehingga PKL tidak mempertimbangkan aspek
tersebut karena mereka dapat mengusahakan sendiri
Pola pelayanan dari segi waktunya mengikuti waktu aktivitas kegiatan utama yaitu
pagi hingga sore hari sekitar pukul 0900 ndash 1600 serta telah mendapat izin tempat
usaha dari pihak berwenang namun terdapat pula PKL yang beraktivitas sore hingga
malam hari yaitu pukul 1600 ndash 0000 serta sepanjang hari Sifat layanannya menetap
mengingat mayoritas bersarana fisik dagangan berupa kios serta waktu berdagang
yang relatif tetap
Pola penyebaran mayoritas secara linier yaitu mengikuti pola jalan karena lokasi
yang dilegalkan untuk PKL oleh pemerintah menempati ruang-ruang publik seperti
trotoar di atas saluran drainase dan bahu jalan yang notabene mengikuti pola jalan
41
Selain itu terdapat sebagian beraglomerasi di sekitar pintu masuk rumah sakit yang
bertujuan untuk mendekati konsumen dan sisanya menyebar agar mengurangi
saingan
ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun
menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan
Samanhudi dengan kawasan PKL lain
ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL
ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun
dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja
namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang
namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan
ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa
jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan
harga antara pedagang formal dan PKL
ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan
pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak
penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi
antar pihak
ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai
dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan
perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang
informal
ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan
persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL
ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan
dalih keamanan
ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan
pejalan kaki dan pengendara kendaraan
ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki
ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL
ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan
ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa
harus saling menumpuk
41
ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak
Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini menjadi
jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen
41
Pengelolaan PKL
Pengelolaan PKL di Bundaran
Simpang Lima
Lima Semarang
Pengelolaan PKL di
Kabupaten Jember
Pengelolaan PKL di Kawasan Sekitar Rumah
Sakit dr Kariadi Semarang
Mengakui keberadaan PKL dengan
menuangkannya di dalam produk-
produk tata ruang
Penegakan peraturan
perundagangan yang terkait
dengan PKL
Menjalin kerjasama dengan sektor
formal dalam menyediakan ruang
bagi PKL
Menyediakan ruang perkotaan
yang dikhususkan bagi sektor
informal
Peningkatan citra PKL
Pengakuan terhadap eksistensi PKL
Control terhadap dana bantuan
Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo
Penindakan tegas kepada oknum yang
melakukan perampasan hak pada PKL
dengan dalih keamanan
Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk
menampung aktivitas PKL dan pejalan
kaki
Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan
jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir yang tepat
Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal
Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan
jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir
Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL
dan konsumen yang aman dari gangguan
pejalan kaki dan pengendara kendaraan
41
36 Temuan Studi
Temuan studi ini dimana akan menjawab sasaran yang disesuaikan dari contoh kasus yang ada di Indonesia Berikut adalah tabel matrik temuan
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
Mengetahui
permasalahan
PKL di jalur
pejalan kaki
Keberadaan sektor PKL yang menempati ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima memakai separuh lebih lebar trotoar bahkan seringkali tidak menyisakan sedikit pun ruang untuk pejalan kaki Ruang-ruang trotoar menjadi tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya sebagai ruang pemisah antara ruang yang digunakan untuk sirkulasi pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan Ruang-ruang trotoar tersebut banyak yang beralih fungsi menjadi lokasi berdagang PKL
Peralihan fungsi trotoar ini menyebabkan terganggunya aktivitas pejalan kaki sehingga pejalan terpaksa harus menggunakan jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk berjalan guna menghindari berbagai hambatan di atas trotoar Hal ini menyebabkan pejalan kaki terpaksa harus berhati-hati jika melangkah terkadang juga harus mengalah berjalan pada ruang-ruang jalur lambat dan sebagian badan jalan Kondisi ini sangat tidak aman dan
Masalah yang utama itu dari setiap
pedagang kaki lima di Jalur Pejalan Kaki
di Jalan Samanhudi Jember yaitu
Penggusuran Para PKL liar yang tidak
memiliki TDU(Tanda Daftar Usaha)
mereka biasanya akan di gusur dengan
peringatan yang di berikan sampai di
laksanakan penggusuran paksa padahal
Pedagang kaki lima merupakan salah satu
solusi akan masalah tingginya angka
pengangguran dan sedikitnya lapangan
kerja bagi masyarakat berpendidikan
rendah seperti mereka Pemerintah dalam
hal ini tidak dapat menyediakan lahan
pengganti bagi mereka untuk melanjutkan
usaha mereka jika pun ada pemerintah
menyediakan lahan-lahan yang letaknya
kurang strategis yang secara pasti
menurunkan dan mematikan pendapatan
yang mereka dapatkan dan akhirnya
Legalitas lokasi aktivitas
PKL yang biasanya ditempatkan
di dalam ruang publik seperti di
atas trotoar di atas saluran
drainase taman dan ruang publik
lainnya patut dipertanyakan
karena ketidakberdayaannya
peraturan tersebut dalam
menangani PKL Sebagai contoh
di sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi legalitas lokasi untuk
aktivitas PKL yang linier di
sepanjang jalan yang bertempat di
atas drainase Dalam aspek
apapun hal tersebut tidak dapat
dilegalkan terlebih tidak ada
penjelasan mengenai luasan atau
desain yang diperbolehkan PKL
untuk menggelar dasaran pada
dimensi saluran drainase yang
PKL yang menempati
ruang-ruang trotoar
menyebabkan
terganggunya aktivitas
pejalan kaki
Pemerintah tidak dapat
menyediakan lahan
pengganti
Legalitas lokasi aktivitas
PKL yang biasanya
ditempatkan di dalam
ruang publik seperti di atas
trotoar di atas saluran
drainase taman dan ruang
publik patut
dipertanyakan
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
nyaman bagi pejalan kaki ataupun bagi pengendara kendaraan bermotor karena mengganggu arus lalu lintas dan membahayakan keselamatan jiwa mereka hal seperti ini dapat kita lihat di depan dan di samping Masjid Baiturrahman di depan Citraland Mall di depan dan di samping Plasa Simpang Lima di depan dan di samping Kompleks Pertokoan Simpang Lima di depan dan di samping Ramayana Super Center di depan dan di samping SMKN 7 SemarangKantor Telkom dan di depan Gajahmada Plaza
Pemilihan lokasi PKL dipengaruhi oleh kecenderungan aktivitas PKL yang selalu menentukan lokasi mendekati pusat-pusat keramaian atau pusat-pusat perdagangan dan jasa dan lokasi-lokasi yang sering dikunjungi oleh orang banyak dalam kurun waktu tertentu secara periodik dan menerus Alasan inilah yang kemudian mendasari penentuan lokasi PKL Kawasan Bundaran Simpang Lima untuk berjualan di trotoar karena ruang-ruang jalur pedestrian inilah yang
mereka harus gulung tikar dan menjadi
pengangguran yang semakin menambah
permasalahan di Indonesia Pemerintah
harus mencari cara dan tempat yang baik
untuk mereka berdagang ditengah modal
mereka yang kecil agar di sisi lain semua
para pedagang kaki lima tidak hilang
lapangan kerjanya dan bias melanjutkan
kelangsungan hidupnya
ada Selain itu PKL juga
menempati trotoar yang
mengakibatkan bertambahnya
permasalahan yang terdapat di
lokasi tersebut Imbas secara
langsung dirasakan oleh
pengguna trotoar yaitu pedestrian
ketidaknyamanan bahkan tidak
adanya lagi ruang untuk berjalan
di atas trotoar acapkali menjadi
konsekuensi pedestrian yang
trotoarnya diserobot PKL
Aglomerasi aktivitas PKL yang
berlokasi di sekitar pintu masuk
pengunjung Rumah Sakit dr
Kariadi menyebabkan
penumpukan aktivitas seperti
aktivitas keluar masuk
pengunjung aktivitas jual beli
antara PKL dengan konsumen
lalu lintas kendaraan yang sedang
melewati Jalan dr Kariadi serta
angkutan umum yang sedang
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
dianggap sebagai lokasi yang ramai dikunjungi oleh pejalan kaki yang melakukan pergerakan dalam mencapai tempat tujuan perjalanannya Begitu juga dengan ruang Lapangan Pancasila karena selalu ramai dikunjungi pada hari-hari libur dengan rata-rata pengunjung mencapai 51 ndash 100 oranghari dikarenakan kedudukannya sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya
berhenti mencari penumpang
Sekali lagi permasalahan tersebut
disikapi oleh pemerintah dengan
penertiban dan penggusuran yang
hampir tidak pernah berakhir
manis
Mengetahui
peranan PKL
Kehadiran PKL di Kawasan
Bundaran Simpang Lima juga mampu
menciptakan kehidupan yang menerus
sehingga terhindar dari kematian
kawasan pada saat tertentu akan tetapi
di sisi lain kehadiran PKL
menyebabkan ketidakteraturan
kekumuhan dan kualitas fisik yang
buruk sehingga merusak wajah kota
Selain itu PKL yang berjualan di
Lapangan Pancasila pada malam hari
dengan kehidupan malam dan wanita-
wanita penghibur yang berdandan tebal
Tempat pedagang kaki lima bagi
Masyarakat dijalan Samanhudi Jember
sangat penting sebagai penyedia kebutuhan
yang dibutuhkan oleh Masyarakat Jember
Pedangan kaki lima sangat mempengaruhi
pola pasar dan sosial di Jember khususnya
didaerah Jalan Samanhudi Dalam bidang
perekonomian pedagang kaki lima hanya
berpengaruh sebagai produsen yang
penting bagi Masyarakat Jember
mengingat akan Meningkatnya jumlah
Penduduk Mereka cenderung lebih
memilih membeli pada pedagang kaki lima
Usaha PKL yang terus
berkembang pesat menarik PKL
untuk mempekerjakan karyawan
selain tenaga yang dibutuhkan
memang tidak bisa dikerjakan
sendiri terdapat pula pemilik
modal yang menyewa tempat
usaha namun dijadikan usaha
sampingan sehingga tidak
mengelola secara langsung
usahanya namun dengan
mempekerjakan karyawan PKL
yang statusnya sebagai karyawan
Pedangan kaki lima sangat
mempengaruhi pola pasar
dan sosial
harga yang PKL tawarkan
lebih murah dibandingkan
dengan harga di mall
grosir maupun indogrosir
sebagai salah satu
alternatif lapangan
pekerjaan bagi masyarakat
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
menciptakan kesan negatif dan
memperburuk citra kawasan
daripada membeli di supermarket yang
sudah merajalela di kota Jember pada saat
ini mall atau grosir maupun indogrosir
yang banyak tersebar di kota Jember
dikarenakan harga yang mereka tawarkan
lebih murah
sebanyak 10 dimana karyawan
tersebut memanfaatkan PKL
sebagai lapangan pekerjaan
Sehingga bekerja sebagai
karyawan PKL dapat dikatakan
sebagai salah satu alternatif
lapangan pekerjaan bagi
masyarakat
Mengetahui
pola aktivitas
PKL dijalur
pejalan kaki
Aktivitas PKL sendiri
memiliki kecenderungan untuk
menempati ruang ruang antar aktivitas
yang selalu ramai dilewatidikunjungi
oleh banyak orang dalam melakukan
pergerakan perpindahan dari aktivitas
satu ke aktivitas yang lain atau dari
bangunan perdagangan modern satu ke
bangunan perdagangan modern yang
lain secara periodik dalam rentang
waktu tertentu sehingga kemudian
pilihan ini jatuh kepada jalur-jalur
pedestrian yang notabene merupakan
ruang-ruang terbuka publik yang
PKL berdagang dengan menempati
tempat yang tetap dan tidak berpindah-
pindah
Modal dan aset sebagian besar adalah
milik sendiri
Berdagang di Samanhudi merupakan
usaha utama
Alat peraga PKL pada kawasan ini
dapat dibedakan menjadi
ndashAlat peraga semi permanen dari kayu
dan tenda yang bersifat menetap
ndashAlat peraga dengan bangku meja dan
tenda sekaligus sebagai tempat tinggal
ndashAlat peraga beroda namun menetap
Pola Aktivitas pelayanan PKL di
kawasan sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi pada umumnya melayani
pengunjung rumah sakit namun
tidak menutup kemungkinan
konsumennya adalah pengendara
atau orang yang sedang melintasi
jalan tersebut tanpa bermaksud
untuk masuk ke rumah sakit
Selain itu konsumen
yang berasal dari sekitar lokasi
PKL seperti penduduk
permukiman di sekitarnya
pekerja yang bekerja di sektor
Aktivitas PKL memiliki
kecenderungan untuk
menempati ruang ruang
antar aktivitas yang selalu
ramai dilewatidikunjungi
oleh banyak orang dalam
melakukan pergerakan
perpindahan dari aktivitas
satu ke aktivitas yang lain
atau dari bangunan
perdagangan modern satu
ke bangunan perdagangan
modern
Saat berjualan alat peraga
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
seyogyanya digunakan oleh pejalan
kaki Keberadaan ruang trotoar yang
semakin sempit oleh penggunaan ruang
PKL membuat pejalan kaki
menjatuhkan pilihan untuk melakukan
perjalanan pada ruang-ruang seperti
jalur lambat dan sebagian badan jalan
sehingga mengurangi keamanan jiwa
dan kenyamanan pejalan kaki sendiri
serta pengguna jalan yang lain
(pengendara)
Kegiatan-kegiatan yang
dilakukan oleh pejalan kaki pada
ruang-ruang jalur pedestrian atau
trotoar di Kawasan Bundaran Simpang
Lima adalah kegiatan berjalan dan
berbelanja Sebagian dari pejalan kaki
hanya berjalan melintasi trotoar untuk
menuju lokasi tujuannya akan tetapi
ada pula sebagian dari pejalan kaki
yang berjalan sambil melihat-lihat
bahkan ada yang berbelanja pada PKL
ndashAlat peraga beroda namun menetap
dengan bangku dan meja
ndashHanya berupa matras sebagai alas
dagangan yang dapat berpindah
sewaktu-waktu
Alat peraga yang dipakai untuk usaha
tidak seragam dan tidak menggunakan
desain yang baik sehingga terkesan
kumuh kurang bersih dan sangat
mengganggu wajah kota dan menutup
fasade bangunan di belakangnya
Saat berjualan alat peraga kios
sebagian besar menempati badan jalan
dan trotoar
Saat tidak berjualan alat peraga kios
sebagian besar tetap di lokasi jualan
lama berjualan di Samanhudi sebagian
besar antara 6 ndash10 tahun
Terbanyak dari pedagang belum
pernah bekerja di sektor lain dan dari
semula telah menjadi PKL di
Samanhudidi bandingkan denga harga
yang ada di mall Pedagang
lain sehingga tidak ada batasan
pasti mengenai pola pelayanan
para PKL tersebut
Waktu beraktivitas para
PKL umumnya terbagi menjadi
dua sesi PKL yang pertama
adalah pedagang yang aktivitas
berdagangnya pada pagi hingga
siang hari Pedagang yang kedua
merupakan pedagang yang
mempunyai waktu layanan pada
sore hingga malam hari Namun
tidak menutup kemungkinan
terdapat beberapa PKL yang
berdagang dari pagi hingga
malam hari bahkan buka nonstop
mengingat rumah sakit
beraktivitas selama sehari penuh
sehingga mereka mengikuti
aktivitas sektor formal yang ada
di sekitarnya
Waktu berdagang
tersebut juga disesuaikan dengan
kios sebagian besar
menempati badan jalan
dan trotoar
Waktu beraktivitas para
PKL umumnya terbagi
menjadi dua sesi PKL
yang pertama adalah
pedagang yang aktivitas
berdagangnya pada pagi
hingga siang hari
Pedagang yang kedua
merupakan pedagang yang
mempunyai waktu layanan
pada sore hingga malam
hari Namun tidak
menutup kemungkinan
terdapat beberapa PKL
yang berdagang dari pagi
hingga malam hari bahkan
buka nonstop
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
izin usaha yang diberlakukan oleh
petugas kelurahan sebagai pihak
yang berwenang menangani PKL
Untuk lokasi yang dilarang untuk
PKL oleh PKL tetap digunakan
sebagai lokasi untuk berdagang
dengan waktu berdagang setelah
jam kerja yaitu sore hingga
malam hari
Mengetahui
Pengelolaan
PKL di jalur
pejalan kaki
dalam perkembangannya
pemerintah mengeluarkan SK
Walikota Kota Semarang No 511316
tahun 2001 tentang Penetapan Lahan
yang mengatur tentang lokasi-lokasi
dan waktu aktivitas PKL yang
diperbolehkan oleh pemerintah pada
Kawasan Bundaran Simpang Lima
agar tetap terjaga kerapihan dan
estetikakeindahan wajah kawasannya
yaitu PKL yang berjualan di depan
Kompleks Pertokoan Simpang Lima
depan Ramayana SC depan Kantor
Adanya pengakuan resmi dari
pemerintah terhadap PKL Samanhudi
sebagai salah satu sector ekonomi di
kawasan studi melalui surat keputusan
resmi Surat keputusan ini sekaligus
mengatur hak kewajiban dan
tanggung jawab PKL sebagai
kompensasi perubahan status yang
telah diberikan oleh pemerintah
Pedagang kaki lima perlu untuk
mendapatkan pembinaan dari
pemerintah Kabupaten Jember untuk
meningkatkan kemampuan wirausaha
Pemerintah Kota Semarang
berwenang dalam mengatur
keberadaan PKL di ruang Kota
Semarang seperti yang terdapat di
kawasan sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi dengan bentuk
pengelolaan lokasional (stabilitas
atau pengaturan) dan struktural
(perijinan) Dalam pengaturan
tersebut Pemerintah Kota
Semarang menggunakan dasar
hukum berupa Undang-Undang
Peraturan Pemerintah Peraturan
mengatur tentang lokasi-
lokasi dan waktu aktivitas
PKL yang diperbolehkan
oleh pemerintah agar tetap
terjaga kerapihan dan
estetikakeindahan wajah
kawasannya
Pedagang kaki lima perlu
untuk mendapatkan
pembinaan
Pedestrian dirancang ulang
dengan dilebarkan hingga
area parkiran street
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
TelkomSMKN 7 Semarang depan
Gajahmada Plaza dan depan Masjid
Baiturrahman boleh berjualan dari
pukul 1600 ndash 0400 WIB (khusus pada
Hari Minggu PKL diijinkan untuk
berjualan mulai pukul 0600 ndash 0800
WIB) menempati ruang trotoar dengan
luas areal 4 x 6 meter
Sampai dengan tahun 2008
PKL di Kawasan Bundaran Simpang
Lima mencapai 1536 pedagang dan
ada kecenderungan akan terus
meningkat dari tahun ke tahun (lihat
Tabel III4) Kecenderungan lokasi
PKL pada masa-masa yang akan
datang mengikuti kecenderungan dari
perkembangan aktivitas formal
kawasan yang ada demikian juga
kecenderungan waktu berdagangnya
Melihat kecenderungan aktivitas PKL
kawasan maka SK Walikota Kota
Semarang No 511316 tahun 2001
sudah tidak relevan lagi dan perlu
dan peningkatan kualitas barang
dagang dan pelayanan terhadap
pembeli konsumen sehingga bias
meningkatkan pendapatan dan
aktivitas pedagang kaki lima dapat
member nilai tambah serta dapat
memberkan peluang kerja yang dapat
mengurangi tingkat pengangguran di
Kabupaten Jember Bentuk pembinaan
berupa penyuluhan yang diberikan
berkala secara rutin Program
pembinaan diadakan oleh pemerintah
Paguyuban Samanhudi merupakan
Kelembagaan yang memiliki
kewenangan atau keterikatan dengan
pengelolaan dan pembinaan Pedagang
Kaki Lima KoridorJalan
SamanhudiPaguyuban ini
beranggotakan wakil PKL wakil
pedagang formal wakil pemerintah
dari dinas Kebersihan dan
Pertamanan Dinas Polisi Pamong
Praja Dinas Pariwisata Dinas
Daerah dan Surat Keputusan
Walikota Adapun dasar hukum
yang mengatur secara jelas
mengenai aktivitas PKL di Kota
Semarang yang berlaku saat ini
diantaranya adalah sebagai
berikut
1048707 Peraturan Daerah No 11 Tahun
2000 tentang Pengaturan dan
Pembinaan PKL Perda ini
menjelaskan tentang pengaturan
dan pembinaan PKL di Kota
Semarang seperti pengaturan
tempat usaha hak kewajiban dan
larangan untuk PKL Dalam
kaitannya dengan karakteristik
berlokasi aktivitas PKL
dijelaskan dalam Perda ini yang
terdapat dalam pasal 3 yaitu
penempatan lokasi kegiatan PKL
diatur dengan mempertimbangkan
tempat kepentingan untuk umum
lainnya seperti kepentingan untuk
sehingga jalur aktif
kendaraan tidak
mengalami penyempitan
mengatur keberadaan PKL
di ruang Kota dengan
bentuk pengelolaan
lokasional (stabilitas atau
pengaturan) dan struktural
(perijinan)
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
ditinjau kembali sesuai dengan
kecenderungan dan kebutuhan yang
ada di lapangan
Pendapatan dan Dinas LPMK
Kabupaten Jemberserta pihak
penengah selaku penasehat dan pihak
netral yang diwakili oleh pakar PKL
dari universitas tokoh masyarakat dan
pakar PKL lainnya
Penerapan tema khusus pada penataan
PKL kawasan studi agar mempunyai
cirri khas dan dapat mengangkat citra
kawasan dan meningkatkan daya tarik
kawasan Contoh produk khas
jember yang dapat diangkat sebagai
tema adalah tembakau rookk dan
cerutu mengingat Jember sebagai
penghasil tembakau terbesar di Jawa
Kegiatan khas Jember yang dapat
diangkat sebagai tema yaitu Jember
Fashion Carnaval Penerapan tema
dapat diaplikasikan pada sarana usaha
PKL finishing pedestrian perabot
kota dan elemen pendukung lainnya
Pedestrian dirancang ulang dengan
pejalan dan untuk sirkulasi
kendaraan Untuk lebih jelas
mengenai detail isi perda tersebut
dapat dilihat pada Lampiran F
1048707 Surat Keputusan Walikota
Semarang No 51136 Tahun
2001 tentang lokasi PKL di Kota
Semarang dimana di dalamnya
diantaranya mengatur luas area
batas pemakaian area waktu
aktivitas dan tempat aktivitas
PKL Ruas kanan Jalan dr
Kariadi dari arah Jalan Veteran
merupakan lokasi yang
diperbolehkan untuk aktivitas
PKL Lokasi tersebut menempati
trotoar serta bangunan berupa
semi permanen Untuk lebih jelas
mengenai detail isi SK tersebut
dapat dilihat pada Lampiran F
1048707 Perda No 6 Tahun 2004
tentang Rencana Detail Tata
Ruang Kota Semarang Bagian
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
dilebarkan hingga area parkiran street
sehingga jalur aktif kendaraan tidak
mengalami penyempitan Diberikan
perbedaan yang tegas antara ruang
PKL dan ruang pejalan kaki dan jalur
kendaraan berupa perbedaan tinggi
lantaiSehingga dikemudian hari kios
PKL tidak melebar ke segala sisi
Wilayah Kota (BWK) I
(Kecamatan Semarang Tengah
Semarang Timur dan Semarang
Selatan Tahun 2000-2010 Perda
tersebut menjelaskan mengenai
fungsi serta peran BWK I yang
terkait dengan sektor formal di
wilayah tersebut yaitu penjelasan
mengenai fasilitas kesehatan yang
berada khususnya di Kelurahan
Randusari Selain itu dijelaskan
pula kelas Jalan dr Kariadi Jalan
dr Soetomo dan Jalan Veteran
serta jalur transportasi yang
melaluinya
41
Alasan pertama yang terkait dengan sikap dan perspektif yang ambivalen di satu sisi
keberadaan PKL dianggap sebagai penyelamat karena telah menyediakan lapangan kerja
memberikan kemudahan bagi warga untuk mendapatkan barang dengan harga murah
menambah daya tarik kota dan membuat kota menjadi hidup Kontrasnya PKL juga
diangggap sebagai lsquopenyakitrsquo yang membuat kota menjadi semrawut dan kotor
Persoalannya pemerintah daerah umumnya tidak mampu keluar dari situasi ambilvalensi ini
sehingga tidak tahu lagi apakah kebijakan yang harus menyesuaikan diri dengan
perkembangan PKL ataukah PKL yang harus beradaptasi dengan kebijakan penataan kota
yang sudah ada
Alasan fundamental lain menyangkut pemahaman akan persoalan dan akurasi data
Salah satu hambatan yang dihadapi dalam mengatasi masalah PKL di perkotaan adalah tidak
tersedianya statistik di tingkat kota yang lengkap terbarui dan konsisten Bahkan banyak
kota-kota yang tidak memiliki data paling mendasar seperti berapa jumlah PKL yang ada di
wilayahnya pada suatu masa Jika pemerintah tidak mengetahui berapa jumlah PKL siapa
mereka dan tidak pula memahami bagaimana sistem kehidupan yang dijalani PKL akan sulit
bagi pemerintah untuk mendefinisikan apa masalah riil yang terkait dengan PKL dan
akibatnya akan sulit untuk merumuskan solusi yang tepat dan efektif Ketiadaan data dan
informasi ini juga membuat banyak pemerintah daerah cenderung menyepelekan keberadaan
PKL serta membuat kebijakan menjadi salah sasaran
Alasan ketiga menyangkut ketidakjelasan orang atau lembaga apa yang bertanggung
jawab mengelola PKL Sikap ambivalensi tercermin juga dalam kelembagaan pemerintah
daerah yang sering memecah tugas pengelolaan PKL setidaknya kepada dua institusi yaitu
unit pemberdayaan PKL yang biasanya merupakan satu bagian di bawah dinas atau badan
pengembangan usaha kecil dan koperasi Sementara tugas lain adalah tugas penertiban PKL
yang biasanya menjadi tugas pokok dan fungsi (tupoksi) dari lembaga Satuan Polisi Pamong
Praja (Satpol PP) Tanpa kepemimpinan yang kuat dari kepala daerah yang bisa menjalankan
fungsi koordinasi situasi ini ini mendorong upaya pengelolaan PKL menjadi sepotong-
sepotong ad hoc dan tidak konsisten
Alasan yang tidak kalah pentingnya adalah kurangnya interaksi antara komunitas PKL
dengan pengambil keputusan baik dari kalangan birokrasi maupun dengan politisi Di
Banyak kota upaya penanganan masalah PKL sering membuat situasi memburuk bukan
sebaliknya Salah satu sebabnya adalah karena kebijakan tersebut tidak memperoleh
legitimasi dan dukungan dari komunitas PKL itu sendiri Sampai saai ini pemerintah belum
sampai mengajak PKL untuk bersama-sama menata kota Padahal sesungguhnya seluruh
41
elemen masyarakat harus dilibatkan dalam membuat sebuah kebijakan serta pendapat
masyarakat dalam hal ini PKL sudah seharusnya didengar oleh pemerintah khususnya dalam
pembuatan kebijakan mengenai keindahan tata ruang kota Direktur YLBHI-LBH Semarang
Siti Rakhma Mary Herwati mengatakan bahwa sebetulnya PKL mau ditata namun kalau
cara yang dilakukan sewenang-wenang dan tidak manusiawi tentu akan ada penolakan
Untuk itu perlu diskusi intens dari hati ke hati
35 Studi Kasus
351 Kajian PKL di Jalur Pejalan Kaki Kawasan Bundaran Simpang
Lima Semarang
A Analisis Tipologi Ruang Terbuka Publik Kawasan
Ruang terbuka publik di Kawasan Bundaran Simpang Lima berdasarkan tipologinya
meliputi ruang terbuka hijau ruang berlangsungnya aktivitas dan ruang jalur sirkulasi
pedestrian yang merupakan ruang dinamis yang potensial untuk memenuhi kebutuhan
pergerakan komunikasi dan rekreasi bagi warga Kota Semarang maka ruang-ruang ini
seyogyanya harus bersifat terbuka dapat dijangkau dan diakses oleh siapa saja baik secara
kelompok maupun individual dan merupakan ruang untuk aktivitas-aktivitas yang
berlangsung di atasnya
1 Aktivitas Sektor Informal pada Ruang Terbuka Publik Kawasan
Aktivitas sektor informal yang berkembang pada ruang-ruang terbuka publik kawasan
adalah aktivitas perdagangan dan jasa retaileceran yang memungkinkan terjadinya proses
tawar-menawar antara pedagang dan pembeli Sektor informal yang identik disebut sebagai
PKL di kawasan ini menempati hampir seluruh sudut ruang terbuka yang ada baik trotoar-
trotoar kawasan maupun Lapangan Pancasila (trotoar dan tengah lapangan) Fenomena PKL
di Kawasan Bundaran Simpang Lima menunjukkan adanya segregasi social masyarakatnya
Secara tidak langsung terlihat adanya pemisahan yang membuat batasan tersendiri
antara pengguna ekonomi menengah ke bawah (PKL) dan pengguna ekonomi menengah ke
atas (pada bangunan-bangunan komersial perdagangan dan jasa modern di sekelilingnya)
Kehadiran PKL di Kawasan Bundaran Simpang Lima juga mampu menciptakan kehidupan
yang menerus sehingga terhindar dari kematian kawasan pada saat tertentu akan tetapi di sisi
lain kehadiran PKL menyebabkan ketidakteraturan kekumuhan dan kualitas fisik yang buruk
sehingga merusak wajah kota Selain itu PKL yang berjualan di Lapangan Pancasila pada
41
malam hari dengan kehidupan malam dan wanita-wanita penghibur yang berdandan tebal
menciptakan kesan negatif dan memperburuk citra kawasan
Keberadaan sektor PKL yang menempati ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran
Simpang Lima memakai separuh lebih lebar trotoar bahkan seringkali tidak menyisakan
sedikit pun ruang untuk pejalan kaki Ruang-ruang trotoar menjadi tidak dapat berfungsi
sebagaimana mestinya sebagai ruang pemisah antara ruang yang digunakan untuk sirkulasi
pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan Ruang-ruang trotoar tersebut banyak yang beralih
fungsi menjadi lokasi berdagang PKL
Peralihan fungsi trotoar ini menyebabkan terganggunya aktivitas pejalan kaki
sehingga pejalan terpaksa harus menggunakan jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk
berjalan guna menghindari berbagai hambatan di atas trotoar Hal ini menyebabkan pejalan
kaki terpaksa harus berhati-hati jika melangkah terkadang juga harus mengalah berjalan pada
ruang-ruang jalur lambat dan sebagian badan jalan Kondisi ini sangat tidak aman dan
nyaman bagi pejalan kaki ataupun bagi pengendara kendaraan bermotor karena mengganggu
arus lalu lintas dan membahayakan keselamatan jiwa mereka hal seperti ini dapat kita lihat di
depan dan di samping Masjid Baiturrahman di depan Citraland Mall di depan dan di
samping Plasa Simpang Lima di depan dan di samping Kompleks Pertokoan Simpang Lima
di depan dan di samping Ramayana Super Center di depan dan di samping SMKN 7
SemarangKantor Telkom dan di depan Gajahmada Plaza
Pemilihan lokasi PKL dipengaruhi oleh kecenderungan aktivitas PKL yang selalu
menentukan lokasi mendekati pusat-pusat keramaian atau pusat-pusat perdagangan dan jasa
dan lokasi-lokasi yang sering dikunjungi oleh orang banyak dalam kurun waktu tertentu
secara periodik dan menerus Alasan inilah yang kemudian mendasari penentuan lokasi PKL
Kawasan Bundaran Simpang Lima untuk berjualan di trotoar karena ruang-ruang jalur
pedestrian inilah yang dianggap sebagai lokasi yang ramai dikunjungi oleh pejalan kaki yang
melakukan pergerakan dalam mencapai tempat tujuan perjalanannya Begitu juga dengan
ruang Lapangan Pancasila karena selalu ramai dikunjungi pada hari-hari libur dengan rata-
rata pengunjung mencapai 51 ndash 100 oranghari (lihat Tabel D6) dikarenakan kedudukannya
sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya
Adanya keterbatasan lahan yang tidak memungkinkan tertampungnya aktivitas PKL
pada ruang-ruang privat akibat daya membayar lokasi yang rendah mengakibatkan PKL
menempati lokasi-lokasi yang bersifat publik yaitu ruang terbuka publik kawasan Gejala
inilah yang kemudian dikenal dengan fenomena pergeseran fungsi ruang terbuka publik
41
Kawasan Bundaran Simpang Lima menjadi ruang privat Aktivitas PKL menempati ruang-
ruang terbuka public Kawasan Bundaran Simpang Lima seperti pada
a) Trotoar-trotoar Kawasan
Aktivitas PKL menempati ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima
seperti trotoar di depan Masjid Baiturrahman depan Citraland Mall depan Plasa
Simpang Lima depan Kompleks Pertokoan Simpang Lima depan Ramayana SC depan
Kantor TelkomSMKN 7 Semarang dan depan Gajahmada Plaza
Trotoar sebagai jalur pejalan kaki kawasan ini memiliki peran sebagai jalur penghubung
antara aktivitas yang ada Pada ruang terbuka public inilah pengunjung kawasan
melakukan pergerakan berpindah dari satu bangunan ke bangunan yang lain Semisal
pengunjung dari Plasa Simpang Lima memiliki kehendak ingin berpindah menuju
Kompleks Pertokoan Simpang Lima pejalan kaki harus menggunakanmelewati trotoar
yang ada di depan Plasa Simpang Lima untuk sampai pada lokasi yang diharapkan
Begitu juga dengan trotoar-trotoar yang lain Ruang-ruang jalur sirkulasi pedestrian ini
kemudian menjadi lokasi atau tempat berakumulasinya pengunjung kawasan untuk
melakukan pergerakan perpindahan
Kecenderungan aktivitas PKL yang menempati ruang-ruang trotoar yang notabene
merupakan ruang terbuka publik ini dikarenakan PKL selalu menempati ruang-ruang
dengan akumulasi pengunjung kawasan atau ruang ruang yang sering dikunjungi oleh
orang dalam jumlah yang banyak dalam periode waktu tertentu yang terjadi secara terus-
menerusperiodik tertentu
Adapun penyebarannya mengikuti bentukan ruang trotoar yang memanjang mengikuti
jalur sirkulasi utama kawasan Sedangkan apabila menurut waktu berjualan aktivitas
PKL yang menempati ruang-ruang trotoar ini memiliki kecenderungan mengikuti waktu
aktivitas formal yang berlangsung dari pukul 0900 ndash 2100 WIB
Namun dalam perkembangannya pemerintah mengeluarkan SK Walikota Kota
Semarang No 511316 tahun 2001 tentang Penetapan Lahan yang mengatur tentang
lokasi-lokasi dan waktu aktivitas PKL yang diperbolehkan oleh pemerintah pada
Kawasan Bundaran Simpang Lima agar tetap terjaga kerapihan dan estetikakeindahan
wajah kawasannya yaitu PKL yang berjualan di depan Kompleks Pertokoan Simpang
Lima depan Ramayana SC depan Kantor TelkomSMKN 7 Semarang depan
Gajahmada Plaza dan depan Masjid Baiturrahman boleh berjualan dari pukul 1600 ndash
0400 WIB (khusus pada Hari Minggu PKL diijinkan untuk berjualan mulai pukul 0600
ndash 0800 WIB) menempati ruang trotoar dengan luas areal 4 x 6 meter
41
Sampai dengan tahun 2008 PKL di Kawasan Bundaran Simpang Lima mencapai
1536 pedagang dan ada kecenderungan akan terus meningkat dari tahun ke tahun (lihat
Tabel III4) Kecenderungan lokasi PKL pada masa-masa yang akan datang mengikuti
kecenderungan dari perkembangan aktivitas formal kawasan yang ada demikian juga
kecenderungan waktu berdagangnya Melihat kecenderungan aktivitas PKL kawasan
maka SK Walikota Kota Semarang No 511316 tahun 2001 sudah tidak relevan lagi
dan perlu ditinjau kembali sesuai dengan kecenderungan dan kebutuhan yang ada di
lapangan
b) Trotoar Lapangan Pancasila
Lapangan Pancasila yang cenderung ramai dikunjungi pada hari libur sebagai pusat
rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya ini menjadi
alasan yang kuat untuk PKL menempati ruang terbuka publik kawasan ini dengan
asumsi banyaknya warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya yang berpotensi
menjadi calon pembeli
Dengan alasan inilah kemudian banyak PKL yang berjualan pada trotoar Lapangan
Pancasila dengan konsep holiday market yaitu hanya berjualan pada hari libur saja PKL
trotoar lapangan ini hanya berjualan pada hari liburHari Minggu pagi saja mulai pukul
0600 ndash 0900 WIB Adapun pengaturan waktu berdagang aktivitas PKL yang
menempati ruang tengah Lapangan Pancasila ini didasari oleh kepentingan demi
menjaga kebersihan dan estetikakeindahan wajah kawasan Terkadang ada beberapa
PKL yang mulai berjualan dari Hari Sabtu malam dengan alasan untuk lebih banyak lagi
menjaring calon pembeli
Adapun penyebaran aktivitas PKL yang berjualan pada ruang trotoar Lapangan
Pancasila ini memiliki kecenderungan menyebar secara linier mengikuti ketersediaan
ruang trotoar yang berbentuk membulat persegi sebagai bingkai Lapangan Pancasila
dengan display berbagai jenis barang dagangan memanjang yang saling berhadapan
dengan sirkulasi pengunjung kawasan berada di tengah antaranya untuk mempermudah
pembeli memilih barang dagangan yang diperjualbelikan
c) Tengah Lapangan Pancasila
Aktivitas PKL yang berjualan di tengah Lapangan Pancasila sebagai satu-satunya
ruang terbuka publik luas di Kota Semarang memiliki alas an yang kurang lebih sama
dengan alasan PKL yang menempati trotoar lapangan yaitu kondisi lapangan yang
cenderung ramai dikunjungi oleh warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya
sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga kota didukung oleh keberadaan lokasinya yang
41
strategis karena terletak pada tengah-tengah kawasan pusat kota yang dilalui oleh lima
ruas jalan kawasan yang bermuara pada lapangan dan aksesibilitasnya yang tinggi
sehingga mudah dicapai dari segala penjuru kota dan sekitarnya baik menggunakan
moda angkutan pribadi maupun umum
Adapun waktu berjualan PKL tengah lapangan ini juga kurang lebih sama dengan
PKL yang berjualan di trotoar Lapangan Pancasila yaitu pada hari liburMinggu pagi
dari pukul 0600 ndash 0900 WIB Adapun pengaturan waktu berdagang aktivitas PKL yang
menempati ruang tengah Lapangan Pancasila ini kurang lebih sama dengan pengaturan
waktu berdagang PKL yang berjualan pada tepi lapangan
Penyebaran aktivitas PKL yang berjualan di ruang tengah Lapangan Pancasila ini
memiliki kecenderungan yang mengelompok berdasarkan jenis-jenis barang yang
diperdagangkannya Semisal pedagang pakaian akan mengelompok dengan sesama
pedagang pakaian pedagang makanan akan mengelompok dengan sesama pedagang
makanan dan lain sebagainya untuk lebih mempermudah pembeli dalam memilih
barang dagangan yang ditawarkan dengan banyaknya variasi pilihan barang yang
disuguhkan
Sumber Hasil Analisis Dini Tri Haryanti ST 2008
Gambar 31Ruang Aktivitas Sektor Informal Kawasan
Orientasi aktivitas PKL yang semakin menjauh dari Kawasan Bundaran Simpang
Lima berpengaruh pada intensitas jumlah PKL kawasan Jumlah aktivitas PKL kawasan
memiliki kecenderungan akan semakin berkurang karena semakin keluarmenjauh dari
kawasan studi yang identik disebut dengan kawasan pusat kota ini karena merupakan
kawasan-kawasan yang terkonsentrasi atau didominasi oleh aktivitas-aktivitas
perkantoran pendidikan dan pemerintahan
41
Semakin berorientasi ke arah Jalan Pahlawan suasana kawasan akan lebih didominasi
oleh suasana aktivitas pemerintahan dengan bangunan gedung berlian sebagai ciri khas
koridor jalan yang berdinding masif Semakin berorientasi ke arah Jalan Pandanaran
Achmad Yani dan KH Achmad Dahlan suasana kawasan akan banyak didominasi oleh
akivitas-aktivitas perkantoran Semakin berorientasi ke arah Jalan Gajahmada suasana
kawasan didominasi oleh aktivitas-aktivitas perkantoran dan pendidikan Nuansa
kawasan yang ditimbulkan oleh bangkitan dan tarikan aktivitas-aktivitas pemerintahan
pendidikan dan perkantoran ini tentu berbeda dengan nuansa kawasan yang banyak
dipengaruhi oleh bangkitan dan tarikan yang ditimbulkan oleh aktivitas perdagangan dan
jasa kawasan Penggunaan ruang untuk aktivitas yang berbeda-beda di Kawasan
Bundaran Simpang Lima mampu menciptakan nuansa yang berbeda-beda pula
Keberadaan aktivitas perdagangan dan jasa yang terjadi terbukti telah mampu
memberikan kehidupan yang menerus pada kawasan studi seiring dengan perkembangan
aktivitas sektor informal kawasan (PKL) yang hidup sepanjang waktu
Lain halnya dengan keberadaan aktivitas-aktivitas lain yang bersifat formal seperti
perkantoran pendidikan olahraga serta perdagangan dan jasa formal yang hidup pada
waktu-waktu tertentu saja Aktivitas perkantoran hanya hidup dari pagi sampai dengan
jam kantor selesai yang biasanya berlangsung dari pukul 0800 ndash 1700 WIB Aktivitas
olahraga juga biasanya berlangsung di pagi hari (0500 ndash 0900 WIB) atau sore hari saja
(1500 ndash 1800 WIB) Demikian halnya dengan aktivitas pendidikan yang hidup mulai
dari pagi sampai dengan jam pulang sekolah tiba (0700 ndash 1400 WIB) Selebihnya
aktivitas-aktivitas ini akan mati tanpa kegiatan-kegiatan perkantoran olahraga dan
proses belajarmengajar Secara informal aktivitas PKL yang menempati ruang-ruang
trotoar kawasan ruang trotoar dan tengah Lapangan Pancasila yang notabene merupakan
ruang-ruang terbuka publik kawasan yang seyogyanya merupakan ruang-ruang yang
terbuka untuk umum dan masyarakat dapat dengan bebas mengakses ruangruang ini
memiliki karakteristik yang sama yaitu menempati lokasi-lokasi dengan tingkat
aglomerasi pengunjung kawasan yang tinggi atau ramai dikunjungi oleh orang dalam
jumlah yang banyak dalam kurun waktu tertentu secara periodic yang melakukan
kegiatan bersama-sama
Adapun penyebaran masing-masing aktivitas PKL kawasan studi ini
ditentukandibentuk oleh bentukan ruang yang ditempatinya Aktivitas PKL yang
menempati ruang-ruang trotoar memiliki penyebaran yang memanjang secara linier pada
ruang-ruang jalur sirkulasi pedestrian karena dipengaruhi oleh bentukan ruang jalur
41
sirkulasi pejalan kaki yang memanjang mengikuti jalur sirkulasi utama kawasan dengan
display barang dagangan yang ditata berderet secara memanjang pula (sedangkan khusus
untuk PKL yang berjualan pada ruang trotoar di tepi Lapangan Pancasila display barang
dagangan ditata sedemikian rupa secara berderet memanjang dan berhadap-hadapan)
sedangkan aktivitas PKL yang menempati tengah Lapangan Pancasila memiliki
penyebaran yang mengelompok karena memiliki bentukan ruang yang lebih leluasa
dalam pergerakan sesuai dengan karakter ruang sebagai satu-satunya ruang terbuka
publik yang luas di Kota Semarang dengan display barang dagangan yang ditata
sedemukian rupa secara berkelompok berdasarkan jenis-jenis barang dagangannya
dengan maksud untuk mempermudah pembeli memilih jenis barang yang diinginkan
dengan memberikan lebih banyak variasi barang dari beberapa pedagang yang sejenis
Sedangkan perkembangan aktivitas PKL Kawasan Bundaran Simpang Lima
dipengaruhi oleh perkembangan aktivitas perdagangan dan jasa kawasan sebagai
aktivitas yang mendominasi kawasan pusat kota dan kecenderungan aktivitas PKL
memilih lokasi-lokasi dengan karakter ruang sebagai ruang yang memiliki akumulasi
orang dalam jumlah yang banyak pada jangka waktu tertentu secara periodik berada
pada pusat-pusat kegiatanwadah aktivitas-aktivitas kota sehingga sering dikunjungi
warga masyarakat dalam jumlah besar dan memiliki lokasi yang strategis dengan
aksesibilitas yang tinggi sehingga memudahkan pencapaian calon pembeli meski
dilakukan dalam ruang yang relatif sempit dan umumnya tidak memerlukan ketersediaan
adanya fasilitas-fasilitas pelayanan umum
2 Analisis Ruang Jalur Sirkulasi Pedestrian Kawasan
Kawasan Bundaran Simpang Lima memiliki lokasi yang strategis sebagai simpul
pergerakan dari lima ruas jalan yang terdiri atas Jalan Pandanaran Gajahmada KH Achmad
Dahlan Ahmad Yani dan Pahlawan yang bermuara pada sirkulasi di Jalan Simpang Lima
yang mengelilingi Lapangan Pancasila membentuk loop dan menjadi penghubung antara
rdquokota atasrdquo dan rdquokota bawahrdquo Semarang Secara ekonomi maupun transportasi kawasan ini
mempunyai kemampuan berkembang dengan sangat cepat Intensitas lalu-lintas dan volume
kendaraan di kawasan ini tergolong tinggi mengingat aksesibilitasnya yang tinggi pula
dikarenakan pencapaiannya yang mudah dari segala penjuru kawasan dengan moda
kendaraan pribadi maupun umum yang melintasi maupun bertujuan ke kawasan ini (dari data
yang ada menunjukkan volume kendaraan yang bergerak mencapai 17051 buah)
Pembahasan mengenai ruang sirkulasi kawasan ini akan lebih ditekankan pada ruang-
ruang sirkulasi untuk manusiapejalan kaki sebagai ruang terbuka publik kawasan Perilaku
41
pejalan kaki pada ruang-ruang terbuka Kawasan Bundaran Simpang Lima identik selalu
berjalan secara berpasangan atau lebih (berkelompok) memilih jalur dengan jarak terpendek
dan yang dianggap paling nyaman Pergerakan antarbangunan tertinggi pada kawasan adalah
dari Citraland Mall ke Plasa Simpang Lima dan sebaliknya (852 dan 708 pejalan pada jam
puncak sabtu malam) Hal ini menunjukkan bahwa pergerakan pejalan kaki banyak
dipengaruhi oleh bangkitan dan tarikan dari fungsi perdagangan dan jasa di sekitar kawasan
Penyediaan ruang terbuka publik untuk pejalan kakijalur pedestrian di Kawasan
Bundaran Simpang Lima diwujudkan dalam bentuk ruang-ruang trotoar pada muka bangunan
dengan teknik segregasi yang terpisah dari jalur sirkulasi kendaraan dengan tujuan untuk
memberikan arah yang jelas dan menggunakan perkerasan berupa paving Ruang-ruang
trotoar yang dibangun memanjang mengikuti jalurkoridor-koridor jalan pada kawasan studi
dibangun dengan permukaan yang naik-turun dan terputus-putus demi menghormati jalan
masuk kendaraan adalah salah satu bukti betapa perencanaan dan pembangunan yang
dilakukan di Kota Semarang lebih mengutamakan sirkulasi kendaraan dan bukan manusia
Menurut fungsinya adanya kecenderungan sirkulasi kawasan yang berorientasi pada
kendaraan ini seiring dengan munculnya fenomena pergeseran fungsi ruang pejalan kaki
kawasan studi yang merupakan ruang terbuka public menjadi ruang-ruang privat untuk
berjualan PKL yang mengakibatkan keberadaan hak pejalan kaki atas ruang terbuka publik
kawasan yang sehat dan layak secara fisik sering kali terabaikan Hal ini mengakibatkan
semakin sempitnya ruangruang terbuka publik yang manusiawi pada koridor-koridor kelima
ruas jalan dan potensi interaksi sosial pada ruang terbuka publik tersebut pun akan semakin
berkurang
Aktivitas PKL sendiri memiliki kecenderungan untuk menempati ruang ruang antar
aktivitas yang selalu ramai dilewatidikunjungi oleh banyak orang dalam melakukan
pergerakan perpindahan dari aktivitas satu ke aktivitas yang lain atau dari bangunan
perdagangan modern satu ke bangunan perdagangan modern yang lain secara periodik dalam
rentang waktu tertentu sehingga kemudian pilihan ini jatuh kepada jalur-jalur pedestrian
yang notabene merupakan ruang-ruang terbuka publik yang seyogyanya digunakan oleh
pejalan kaki Keberadaan ruang trotoar yang semakin sempit oleh penggunaan ruang PKL
membuat pejalan kaki menjatuhkan pilihan untuk melakukan perjalanan pada ruang-ruang
seperti jalur lambat dan sebagian badan jalan sehingga mengurangi keamanan jiwa dan
kenyamanan pejalan kaki sendiri serta pengguna jalan yang lain (pengendara)
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh pejalan kaki pada ruang-ruang jalur pedestrian
atau trotoar di Kawasan Bundaran Simpang Lima adalah kegiatan berjalan dan berbelanja
41
Sebagian dari pejalan kaki hanya berjalan melintasi trotoar untuk menuju lokasi tujuannya
akan tetapi ada pula sebagian dari pejalan kaki yang berjalan sambil melihat-lihat bahkan ada
yang berbelanja pada PKL
Pejalan kaki di Kawasan Simpang Lima umumnya berjalan secara berombongan
antara 2 ndash 5 orang yang didominasi oleh jenis kelamin perempuan (51) yang memiliki
tujuan untuk rekreasi dan olah raga (33) atau berbelanja (29) dengan usia rata-rata 0 ndash 25
tahun (67) dengan profesi sebagai mahasiswapelajar (31) dan karyawan (25)
Hal tersebut menunjukkan bahwa pengunjung kawasan didominasi oleh anak-anak
muda kaum perempuan karena sebagian besar kaum perempuan inilah yang gemar dengan
aktivitas berlanja sebab kawasan studi didominasi oleh aktivitas perdagangan dan jasa
Pengunjung kawasan identik dengan pengguna ruang terbuka publik kawasan yang
didominasi oleh kaum perempuan dengan usia berkisar antara 0 ndash 25 tahun dengan profesi
sebagai pelajarmahasiswa dan karyawan dengan tujuan untuk melakukan kegiatan
rekreasiolahraga dan berbelanja karena kaum perempuan ini lah yang memiliki sifat dasar
senang berbelanja Usia rata-rata pengunjung yang masih muda dengan profesi pelajar
mahasiswa dan karyawan menunjukkan bahwa pada usia-usia inilah orang relative
membutuhkan rekreasihiburan dan olah raga
Arah pergerakan pejalan kaki pada ruang-ruang terbuka publik kawasan dipengaruhi oleh
tujuannya pada kawasan studi arah pergerakan tersebut adalah
a Tujuan Pergerakan untuk Melakukan Perpindahan Antar bangunan
Tujuan pejalan kaki untuk melakukan pergerakan perpindahan antar bangunan
perdagangan dan jasa modern dilakukan pada ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran
Simpang Lima yang menjadi penghubung antaraktivitas dengan karakter pergerakan
yang memanjang secara linier sepanjang trotoar mengikuti ketersediaan jalur-jalur
sirkulasi utama kawasan
Arah pergerakan pejalan kaki dalam melakukan pergerakan perpindahan
antarbangunan dilakukan secara linier dan memanjang pada trotoar Kawasan
Bundaran Simpang Lima disebabkan oleh bentukan ruang jalur pedestrian yang
memanjang sepanjang jalur sirkulasi utama kawasan
b Tujuan Pergerakan untuk Berbelanja pada PKL Sepanjang Trotoar Kawasan
dan Tepi Lapangan Pancasila
Arah pergerakan pejalan kaki dengan tujuan berbelanja pada PKL sepanjang
trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima memiliki karakter pergerakan linier yang
41
memanjang sedangkan arah pergerakan pejalan kaki dengan tujuan berbelanja pada
PKL di tepi Lapangan Pancasila memiliki arah pergerakan linier yang melingkar
Arah pergerakan pejalan kaki dalam melakukan aktivitas berbelanja pada PKL
sepanjang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima ini disebabkan oleh pengaturan
display barang dagangan PKL yang ditata sedemikian rupa secara berderet linier
searah dan memanjang mengikuti bentukan ruang jalur pedestrian yang ada
Sedangkan arah pergerakan pejalan kaki dengan tujuan berbelanja pada PKL
di tepi Lapangan Pancasila disebabkan oleh display berbagai jenis barang dagangan
yang ditata sedemikian rupa secara linier berhadap-hadapan dan melingkar mengkuti
bentukan ruang jalur pedestrian yang persegi membulat membingkai Lapangan
Pancasila
c Tujuan Pergerakan untuk Melakukan Olahraga Rekreasi dan Hiburan serta Berbe
lanja
Pada PKL di Tengah Lapangan Pancasila Tujuan pejalan kaki untuk
melakukan aktivitas olahraga rekreasi dan hiburan serta berbelanja pada PKL di
tengah Lapangan Pancasila memiliki karakter pergerakan yang curvelinier karena
setiap pergerakan yang dilakukan tidak dibatasi oleh batasan-batasan fisik tertentu
sehingga pergerakan yang terjadi adalah bebas dan tidak beraturan
Arah pergerakan pejalan kaki dalam melakukan aktivitas olahraga rekreasi
dan hiburan serta berbelanja pada PKL di tengah lapangan secara curvelinier ini juga
disebabkan oleh karakter kedatangan pengunjung yang dilakukan secara berpasangan
atau berkelompok
Sumber Hasil Analisis Dini Tri Haryanti ST 2008
Gambar 32Ruang Jalur Sirkulasi Pedestrian Kawasan
41
Aktivitas perdagangan dan jasa kawasan menjadi bangkitan dan tarikan pengunjung
kawasan sehingga meningkatkan intensitas jumlah pejalan kaki pada ruang-ruang terbuka
publik di kawasan ini Keberadaan aktivitas PKL pada sepanjang ruang-ruang trotoar
kawasan seiring dengan tingginya jumlah pergerakan pejalan kaki antarbangunan formal
mengakibatkan pergerakan yang rdquomenerusrdquo dengan pencapaian pada tujuan yang rdquomemutarrdquo
Pergerakan rdquomenerusrdquo yang dimaksud adalah pergerakan pejalan kaki yang dilakukan
pada ruang-ruang terbuka publik kawasan studi dengan tujuan untuk melakukan perpindahan
antarbangunan formal (bangunan perdagangan modern) dan aktivitas berbelanja pada PKL
yang berjualan di sepanjang ruang trotoar kawasan melalui ruang-ruang jalur sirkulasi
pedestrian kawasan yang tersedia secara linier dan memanjang mengikuti jalur sirkulasi
utama (jaringan jalan) kawasan dari satu bangunan ke bangunan yang lain dan dari satu PKL
ke PKL yang lain dengan perjalanan yang tanpa terputusberhenti pada titik lokasi tertentu
meski berhenti pun hanya untuk beberapa saat untuk istirahat dan melihat-lihat dengan lebih
jelas obyek yang dimaksud
Pergerakan pejalan kaki kawasan pada trotoar Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk
berbelanja pada PKL memiliki arah pergerakan yang linier dan memanjang sepanjang jalur
trotar yang disebabkan oleh pengaturan display barang dagangan PKL yang ditata berderet
memanjang sepanjang jalur Pergerakan menerus ini terjadi sebagai akibat dari pergerakan
dengan tujuan untuk melakukan perpindahan antarbangunan melalui ruang-ruang jalur
sirkulasi pejalan sambil melihat-lihat dan berbelanja pada PKL yang berjualan hampir pada
seluruh ruang trotoar kawasan studi Semisal pergerakan pejalan kaki kawasan dengan tujuan
untuk melakukan perpindahan dari bangunan Plasa Simpang Lima menuju Ramayana SC
harus melewati jalur sirkulasi pejalan kaki sepanjang trotoar dari depan Plasa Simpang Lima
Kompleks Pertokoan Simpang Lima dan Ramayana SC yang dipenuhi oleh PKL sambil
melihat-lihat display barang dagangan yang diperjualbelikan maupun sekaligus membelinya
begitu juga dengan pergerakan perpindahan antarbangunan yang lain sehingga dengan
demikian tercipta pergerakan yang menerus
Dari sisi intensitasnya pergerakan pejalan kaki yang menerus ini semakin berkurang
jumlahnya ketika sampai pada ruang sirkulasi pejalan kaki di depan Hotel Ciputra Aktivitas
dan keberadaan PKL hampir tidak ada di sepanjang trotoar di depan bangunan hotel
pergerakan pejalan kaki pun diarahkan menempati ruang-ruang sirkulasi yang bersifat privat
yaitu ruang-ruang sirkulasi pejalan di dalam Mall Ciputra untuk menjaga image dan kesan
rapi pada muka bangunan hotel sesuai dengan peraturan hotel Namun kenyataan yang ada di
41
lapangan masih adanya beberapa pergerakan di depan hotel lebih banyak disebabkan oleh
perilaku dan sifat pejalan kaki kawasan yang cenderung memilih rute terpendek dalam
perjalanannya untuk mencapai tujuan
Sedangkan pencapaian rdquomemutarrdquo yang dimaksud adalah pencapaian tujuan suatu
perjalananpergerakan yang dilakukan oleh pejalan kaki akibat pergerakan yang mengikuti
sistem sirkulasi jalur utama kawasan yang membentuk loop sehingga berdampak pada
pencapaian suatu bangunan formal kawasan dengan arah yang memutar dan melalui beberapa
persimpangan sekaligus Semisal untuk mencapai lokasi tujuan pada Ramayana SC pejalan
kaki dari bangunan Masjid Baiturrahman harus melakukan pergerakan perpindahan dari
bangunan Citraland Mall menuju bangunan Kompleks Pertokoan Simpang Lima baru
kemudian mencapai bangunan Ramayana SC atau dari bangunan Gajahmada Plaza dulu
kemudian menuju bangunan kantor TelkomSMKN 7 Semarang baru mencapai bangunan
Ramayana SC Begitu juga pergerakan-pergerakan dengan tujuan pencapaian pada bangunan-
bangunan formal yang lain
Pergerakan dengan pencapaian rdquomemutarrdquo pada ruang-ruang sirkulasi pejalan kaki
kawasan sebenarnya dapat dicari alternatif lain yaitu dengan dengan memotong jalur
sirkulasi utama Pergerakan memotong jalur ini dapat menjadi alternatif pergerakan yang
dilakukan untuk mencapai pada bangunan yang dituju dengan melalui ruang Lapangan
Pancasila namun pergerakan semacam ini kurang diminati oleh penggunapejalan kaki
kawasan sebab ruang lapangan yang tanpa aktivitas akan terasa lebih panjang dan
membosankan
B Analisis Pola Pemanfaatan Ruang Terbuka Publik Kawasan
1 Analisis Pola Pemanfaatan Ruang dan Aktivitas pada Ruang Terbuka Publik
Kawasan
Sebagaimana yang telah diuraikan dalam tahap analisis ruang dan aktivitas kawasan
bahwa aktivitas-aktivitas yang berlangsung di atas ruang Lapangan Pancasila sebagai ruang
terbuka publik kawasan adalah aktivitas politik peribadatan massal olahraga rekreasi dan
hiburan Aktivitas sector informal yang berlangsung pada ruang terbuka publik kawasan
adalah aktivitas PKL
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan berdasarkan aktivitasnya terpusat
menempati Lapangan pancasila sebagai satu-satunya ruang terbuka publik kota yang menjadi
wadah interaksi sosial masyarakatnya didukung oleh daya tampung ruang yang cukup luas +
4 Ha dengan lokasinya yang strategis terletak di tengah-tengah kawasan pusat kota yang
41
memiliki aksesibilitas yang tinggi sehingga mudah dicapai dari segala penjuru kota
menggunakan berbagai jenis moda kendaraan baik kendaraan pribadi maupun angkutan
umum Pola pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan berdasarkan aktivitasnya pada ruang
Lapangan Pancasila berlangsung secara berkelompok dan masing-masing mengumpul
berdasarkan jenis aktivitasnya sebagai akibat oleh adanya
a) Kecenderungan aktivitas yang berlangsung pada ruang terbuka publik ini adalah
aktivitas-aktivitas yang dilakukan secara berkelompok
b) Melibatkan orang dalam jumlah yang banyak
c) Bentukan ruang yang membentuk persegi membulat dengan daya tamping ruang yang
cukup besar
d) Memungkinkan pergerakan secara bebas dan tidak beraturan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan berdasarkan aktivitas sektor
informalnya didominasi oleh pola pemanfaatan aktivitas PKL yang menempati ruang trotoar
kawasan trotoar dan tengah Lapangan Pancasila yaitu
1) Pola Pemanfaatan Trotoar Sepanjang Tepi Jalan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh
aktivitas PKL sepanjang trotoar kawasan di depan Citraland Mall depan Plasa Simpang
Lima depan Kompleks Pertokoan Simpang Lima depan Ramayana SC depan kantor
TelkomSMKN 7 Semarang depan Gajahmada Plaza dan depan Masjid Baiturrahman
membentuk pola ldquolinier yang memanjangrdquo dikarenakan oleh bentukan ruang-ruang
trotoar ini yang merupakan suatu jalur penghubung secara linier antaraktivitasbangunan
perdagangan dan jasa kawasan pada tepi jalan di muka bangunan sehingga menimbulkan
sejumlah akumulasi pengunjung yang tinggi secara periodic berdasarkan waktu
berlangsungnya aktivitas formal yang memanjang mengikuti pola jalur sirkulasipola
jaringan jalan utama kawasan Adanya beberapa bangunan formal dengan ciri aktivitas
perdagangan dan jasa yang terletak secara berdekatan satu sama lain dalam kawasan ini
maka dengan sendirinya akan menjadi daya tarik yang sangat kuat untuk dikunjungi oleh
calon pembeli yang mengakibatkan timbulnya akumulasi pengunjung pada kawasan
terutama di sekitar kegiatan yang dimaksud
Situasi inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh PKL kawasan studi untuk
mengembangkan usahanya dengan menjaring calon pembeli pada ruangruang di
sepanjang jalur pada muka bangunan ini memanfaatkan peluang banyaknya pejalan yang
melalui sepanjang jalur ini dan mengikuti pola jaringan jalan kawasan agar
41
keberadaannya di sepanjang tepi jalan ini juga dapat terlihat dan menarik para pengendara
pengguna jalan kawasan
Adapun display bebagai jenis barang dagangan PKL yang disuguhkan secara berderet
memanjang pada ruang trotoar ini memberi kemudahan pengunjung kawasan baik
pejalan kaki maupun pengendara untuk dapat lebih jelas melihat dan memilih jenis-jenis
barang yang diperdagangkan
2) Pola Pemanfaatan Trotoar Tepi Lapangan Pancasila
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh
aktivitas PKL sepanjang trotoar Lapangan Pancasila membentuk pola ldquolinier yang
melingkarrdquo dikarenakan oleh bentukan ruang sirkulasi pedestrian lapangan yang
membingkai lapangan dengan bentuk persegi membulat dan pola sirkulasi utama kawasan
yang bermuara pada Lapangan Pancasila dengan membentuk loop Adanya kedudukan
Lapangan Pancasila sebagai satu-satunya ruang terbuka publik yang luas di Kota
Semarang sebagai wadah interaksi sosial yang dimanfaatkan oleh warga masyarakat Kota
Semarang dan sekitarnya untuk melakukan berbagai macam aktivitas seperti olah raga
rekreasi dan hiburan mengakibatkan timbulnya akumulasi pengunjung dalam jumlah
yang besar pada area ini khususnya pada hari liburMinggu pagi sehingga banyak PKL
yang tertarik untuk menempati lokasi ini untuk menjajakan barang dagangannya Display
berbagai jenis barang dagangan disuguhkan secara linier sepanjang trotoar dengan
berhadap-hadapan untuk memberi banyak pilihan dan variasi barang kepada calon
pembeli dengan suasana yang santai dan rekreatif
3) Pola Pemanfaatan Tengah Lapangan Pancasila
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh
aktivitas PKL di tengah Lapangan Pancasila membentuk pola ldquoberkumpul yang
mengelompokrdquo berdasarkan jenis barang dagangannya dikarenakan bentukan ruang
Lapangan Pancasila yang tanpa adanya pembatas fisik antarPKL dengan daya tampung
ruang yang cukup besar sehingga memungkinkan adanya pergerakan pengunjung yang
bebas dan tidak beraturan dan penataan display barang dagangan yang disajikan secara
mengelompok berdasarkan jenis barang dagangannya masing-masing sehingga
memudahkan calon pembeli memilih jenis barang yang diinginkan dengan banyaknya
variasi barang yang disuguhkan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh PKL
akan semakin berkurang intensitasnya apabila semakin menjauh dari kawasan studi
Intensitas pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan oleh aktivitas PKL pada koridor
41
kelima ruas jalan kawasan semakin menurun karena jalan-jalan ini berorientasi pada
aktivitas-aktivitas yang berbeda yang berlangsung pada kelima ruas jalan antara aktivitas
perkantoran pemerintahan dan pendidikan yang ditandai dengan adanya kepadatan
beberapa bangunan fasilitas perkantoran pemerintahan dan pendidikan pada koridor-
koridor kelima ruas jalan ini
Adanya bangkitan aktivitas nonekonomi ini mengakibatkan rendahnya akumulasi
pengunjung kawasan pada tepi jalan-jalan ini Hal inilah yang menjadi alasan mengapa
ruang-ruang trotoar koridor jalan ini kurang diminati oleh PKL meskipun ada beberapa
PKL yang berjualan pada beberapa penggal jalan namun keberadaannya terputus dan
tidak menerus seperti pada keberadaan PKL pada ruang sirkulasi pejalan kaki di
sepanjang trotoar Jalan Pahlawan yang identik sebagai area yang berorientasi pada
aktivitas pemerintahan Jalan KH Achmad Dahlan Pandanaran dan Achmad Yani yang
identik sebagai area yang berorientasi pada aktivitas perkantoran dan Jalan Gajahmada
yang identik sebagai area yang berorientasi pada aktivitas perkantoran dan pendidikan
Menurut kriteria pemilihan lokasinya aktivitas-aktivitas PKL memiliki
kecenderungan menempati lokasi atau ruang-ruang dengan tingkat akumulasi orang yang
melakukan kegiatan secara bersama-sama pada waktu yang relative sama pula Adanya
fungsi kawasan sebagai CBD tentu tidak lepas dari aktivitas perdagangan dan jasa yang
berlangsung di atasnya sehingga menimbulkan sejumlah akumulasi pengunjung yang
tidak sedikit Fenomena tumbuhnya sector informalPKL ini tak lepas dari keberadaan
aktivitas formal yang tumbuh dan berkembang sebagai aktivitas pendukung (activity
support) yang tidak dapat dihindarkan dan digusur begitu saja melainkan diantisipasi dan
diperhitungkan kebutuhan ruangnya
2 Analisis Pola Pemanfaatan Ruang Jalur Sirkulasi Pedestrian Kawasan
Pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan sebagai jalur sirkulasi pejalan kaki
merupakan jenis pemanfaatan sebagai pemenuhan akan kebutuhan ruang pejalan yang
memisahkan ruang pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan kawasan demi meminimalisasi
konflik kepentingan yang dapat mengakibatkan ketidaknyamanan pejalan kaki maupun
pengguna jalan yang lain (pengendara)
Namun dalam perkembangannya ruang-ruang di tepi jalan ini mengalami pergeseran
fungsi ruang menjadi lokasi aktivitas PKL sehingga kemudian pejalan kaki harus
menjatuhkan pilihannya untuk berjalan melalui jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk
mencapai tujuan dalam pergerakannya
41
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima sebagai
ruang sirkulasi pedestrian dibentuk oleh arah pergerakan pejalan yang dipengaruhi oleh
tujuan dalam melakukan perjalanannya
a Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Melakukan Perpindahan Antarbangunan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima dengan
tujuan untuk melakukan pergerakan perpindahan antarbangunan membentuk pola
rdquomenerus yang melingkarrdquo dikarenakan arah pergerakan pejalan yang menerus pada
sepanjang ruang trotoar di muka bangunan kawasan mengikuti pola sirkulasi utama
kawasan yang membentuk loop
Pola pemanfaatan yang rdquomenerusrdquo ini disebabkan oleh kontinuitas pergerakan pejalan
kaki kawasan dalam melakukan perpindahan antar bangunan formal (perdagangan
modern) pada ruang-ruang trotoar sebagai ruang penghubung antaraktivitas formal
kawasan Pola pergerakan pejalan kaki yang menerus ini merupakan bangkitan dari
tarikan aktivitas perdagangan dan jasa formal kawasan yang menjadi alasan pengunjung
melakukan pergerakan berpindah antarbangunan
Pergerakan pejalan yang rdquomenerusrdquo ini juga dipengaruhi oleh keberadaan aktivitas
PKL di sepanjang ruang trotoar kawasan yang memberi kehidupan menerus pada ruang-
ruang ini Pergerakan menerus dilakukan oleh pejalan kaki kawasan secara linier pada
tepi jalan mengikuti pola jaringan jalan utama kawasan dan memanjang menuju lokasi
pencapaian tujuan pergerakan
Pola pemanfaatan ruang yang rdquomelingkarrdquo disebabkan oleh pencapaian tujuan pada
bangunan perdagangan modern kawasan secara memutar Sistem pencapaian bangunan
formal (perdagangan) yang memutar ini dipengaruhi oleh sistem sirkulasi utama kawasan
yang memiliki muara pada Jalan Simpang Lima (Lapangan Pancasila) dan membentuk
loop dimana dalam bentuk pencapaian yang loop ini diperlukan waktu untuk
mencapainya karena harus melewati banyak persimpangan-persimpangan yang
merupakan simpul-simpul bertemunya arus lalu lintas dari kelima ruas jalan kawasan
pada muaranya di Jalan Simpang Lima
b Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Berbelanja pada PKL di Sepanjang
Trotoar Kawasan dan Tepi Lapangan Pancasila Pola pemanfaatan ruang terbuka
publik Kawasan Simpang Lima dengan tujuan untuk berbelanja pada PKL di sepanjang
trotoar kawasan kurang lebih sama dengan pola pemanfaatan ruang dengan tujuan
melakukan perpindahan antarbangunan formal kawasan yaitu membentuk pola rdquomenerus
41
yang melingkarrdquo sepanjang ruang-ruang trotoar pada muka bangunan formal kawasan
mengikuti pola jaringan jalan utama kawasan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh aktivitas PKL pada sepanjang trotoar
kawasan dipengaruhi oleh penataan display berbagai jenis barang dagangan PKL yang
ditata sedemikian rupa berderet secara linier pada muka bangunan dan memanjang
mengikuti bentukan ruang trotoar sehingga mempermudah calon pembeli baik oleh
pejalan kaki maupun pengguna jalan yang lain (pengendara) untuk melihat dan memilih
jenis-jenis barang yang diinginkan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik dengan tujuan berbelanja pada PKL yang
berjualan di tepi Lapangan Pancasila membentuk pola rdquolinier yang melingkarrdquo mengkuti
sistem sirkulasi utama kawasan yang membentuk loop dengan muara sirkulasi pada
lapangan Pola pemanfaatan yang linier dipengaruhi oleh penataan display barang
dagangan yang ditata sedemikian rupa secara linier pada tepi Lapangan Pancasila (trotoar
lapangan) berhadaphadapan dengan sirkulasi pengunjung PKL yang berada pada tengah
ruang trotoar sebagai ruang yang tersisa dari kedua sisi ruang yang digunakan oleh PKL
Pola pemanfaatan ruang yang rdquomelingkarrdquo dipengaruhi oleh bentukan ruang yang
persegi membulat dengan trotoar sebagai pembingkai ruang lapangan Pemanfaatan yang
melingkar ini dibentuk oleh pergerakan pengunjung PKL yang menerus tanpa terputus
pada ruang trotoar tepi Lapangan Pancasila
c Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Melakukan Aktivitas Olahraga Rekreasi dan
Hiburan Berbelanja Pada PKL di Tengah Lapangan Pancasila
Pola pemanfaatan ruang Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk melakukan aktivitas
olahraga rekreasi dan hiburan serta berbelanja pada PKL yang berjualan di tengah
Lapangan Pancasila memiliki pola pergerakan rdquocurvelinierrdquo Aktivitas-aktivitas ini
cenderung dilakukan secara berkelompok mengingat daya tampung ruang lapangan yang
cukup besar sehingga memungkinkan untuk pergerakan yang bebas dan santai dengan
suasana rekreatif dengan arah pergerakan yang tidak beraturan dikarenakan tanpa adanya
bentukan fisik pembatas antaraktivitas kegiatan Aktivitas olahraga yang seringkali
dilakukan menempati ruang Lapangan Pancasila adalah olahraga sepak bola dimana
olahraga ini biasa dilakukan secara berkelompok dengan pergerakan yang tidak beraturan
pada ruang
Sedangkan pergerakan aktivitas rekreasi dan hiburan yang juga cenderung dilakukan
secara berpasanganberkelompok ini dipengaruhi oleh tujuannya untuk melihat-lihat
pemandangansuasana kawasan sehingga membentuk pola pergerakan yang tidak
41
beraturan dan berkelok-kelok dengan sesekali berhenti untuk mengagumi view atau
sekedar untuk mengobrol
Pola pergerakan pejalan kaki pada ruang Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk
berbelanja pada PKL di tengah lapangan mempunyai pola pergerakan rdquocurvelinierrdquo
dipengaruhi oleh bentukan ruang lapangan yang persegi membulat dengan daya tampung
ruang cukup besar dan sistem sirkulasi pengunjung yang memungkinkan arah pergerakan
dengan bebas Aktivitas PKL yang memiliki kecenderungan berkelompok berdasarkan
jenis barang yang diperdagangkan ini berdampak pada penataan display barang sehingga
sistem sirkulasi pengunjung PKL pun pada akhirnya mengikuti pola pemanfaatan ruang
oleh aktivitas PKL dengan pergerakan yang tidak beraturan pada ruang (curvelinier)
dengan suasana rekreatif dan santai
Dengan adanya pergerakan pejalan kaki Kawasan Bundaran Simpang Lima yang
rdquomenerus dan melingkarrdquo membentuk linkage seyogyanya pejalan kaki diberikan ruang
yang layak demi keamanan dan kenyamanan pejalan dan pengguna jalan yang lain
Dengan kecenderungan sifat manusiawi pejalan yang enggan melakukan perjalanan
dengan permukaan yang naik atau menaik solusi yang ditawarkan tentu tidak bisa berupa
jembatan penghubung antarbangunan Sebab selain memerlukan biaya yang tidak sedikit
dapat menghalangi pandanganview suatu kawasan berpotensi menggunakan sebagian
ruang terbuka publik itu sendiri dan keengganan pejalan berjalan pada permukaan yang
naik sebagai sifat dasar pejalan kaki maka alangkah lebih baiknya apabila solusi yang
ditawarkan sebagai ruang untuk pejalan kaki kawasan di luar konteks teknologi adalah
berupa subway yaitu ruang publik untuk pejalan kaki yang dibangun di bawah tanah yang
menjadi penghubung antarbangunan dengan karakteristik berupa terowongan di bawah
tanah bebas dari sirkulasi kendaraan kawasan bebas dari kebisingan akibat intensitas lalu
lintas kawasan yang cukup tinggi mampu menjadi alternatif ruang untuk PKL dan parkir
off street kawasan sekaligus sebagai jalur pedestrian kawasan
41
352 Kajian PKL di Jalur Pejalan Kaki di Jalan Samanhudi Kabupaten Jember
3521 Analisa Konflik Kepentingan
Tabel IV1Analisa Konflik Kepentingan
Sumber Hasil Analisis Maria Kurnia U 2009
41
3522 Analisa Konflik Penggunaan Ruang
Tabel IV2
Analisa Konflik Penggunaan Ruang
Sumber Hasil Analisis Maria Kurnia U 2009
3523 Analisis Konsep Simbiosis Mutualistik
A Analisa Teori
Analisa ini bertujuan menelusuri konflik kepentingan dan konflik penggunaan ruang
melalui kajian teori-teori tentang penataan PKL yang didapatkan dari literature dan penelitian
PKL yang pernah dilakukan sebelumnya Meminimalisir konflik yang terjadi diperlukan
ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun
menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan
Samanhudi dengan kawasan PKL lain
ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL
41
ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun
dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja
namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang
namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan
ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa
jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan
harga antara pedagang formal dan PKL
ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan
pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak
penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi
antar pihak
ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai
dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan
perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang
informal
ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan
persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL
ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan
dalih keamanan
ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan
pejalan kaki dan pengendara kendaraan
ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki
ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL
ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan
ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa
harus saling menumpuk
ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak
ndash Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini
menjadi jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen
B Triangulasi Konsep Simbiosis Mutualistik
Triangulasi konsep simbiosis mutualistik dilakukan untuk mendapatkan konsep-
konsep penataan pedagang kaki lima yang menguntungkan berbagai pihak yang terkait yang
membandingkan antara fakta empiris studi kasus dan teori
41
Mengakui eksistensi PKL didukung dengan program kebijakan untuk mengelola
aktivitas PKL
Penyuluhan pembinaan dan pelatihan untuk PKL
Pemberian bantuan modal dari pemerintah maupun dari sektor swasta (dengan konsep
kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitusaja namun dilakukan kontrol terhadap dana
bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang begitu saja namun dapat dimanfaatkan secara
berkelanjutan
Peningkatan citra kawasan melalui pembentukan karakter khusus PKL di lokasi studi
sehingga membedakan PKL Samanhudi dengan PKL di kawasan lain
Pengelompokkan PKL menurut jenis barang dagangan dan perletaknnya diatur menurut
jenis dagangan toko formal sehingga tidak terjadi perebutan konsumen
Peningkatan citra kawasan sehingga menambah daya tarik pengunjung
Pembentukan Paguyuban Samanhudi yang beranggotakan PKL pedagang formal dan
pihak penengah untuk menyamakan aspirasi antar golongan dan sebagai forum diskusi
Legalitas sektor informal yang diakui oleh pemerintah
Perumusan kebijakan dan peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan
perdagangan informal
Peraturan didukung pengawasan yang ketat sangsi yang jelas dan sosialisasi serta
persamaan persepsi
Perancangan sarana usaha sesuai dengan jenis barang dagangan dan aspirasi PKL
Sosialisasi status ruang PKL
Peningkatan keamanan dan pengawasan untuk mencegah pemerasan tindak kejahatan
lain
Mempertahankan orientasi PKL ke arah bangunan formal
Perbaikan pelebaran dan pemeliharaan jalur pejalan kaki (pedestrian) sebatas ruang
parkir on street sehingga jalur aktif jalan tidak berkurang
Pemisahan yang jelas antara jalur pejalan kaki dan ruang PKL
Pemisahan yang jelas antara jalur pengendara ruang PKL dan jalur pejalan kaki
Mengatur ruang parkir off street di sepanjang jalan untuk mengurangi beban jalan akibat
penyempitan jalan karena adanya pelebaran pedestrian
Perpanjangan sosoran dari bangunan formal sebagai pelindung pejalan kaki dan ruang
PKL sehingga PKL tidak perlu memakai ataptambahan untuk kiosnya
Bentuk sarana usaha berupa meja dorong tanpa atap agar akses visual pencahayaan dan
penghawaan ke bangunan formal tidak terhalang
41
Diberikan jarak setiap 2 kios sebagai akses masuk ke bangunan formal
Mengikutsertakan seluruh pihak terkait dalam penyampaian keputusan
Perancangan dapat mewadahi ruang PKL
Ruang PKL mengikuti arus pergerakan manusia
Pengaturan kebersihan dan ketertiban
C Konsep Legalitas PKL
Adanya pengakuan resmi dari pemerintah terhadap PKL Samanhudi sebagai salah satu
sector ekonomi di kawasan studi melalui surat keputusan resmi Surat keputusan ini
sekaligus mengatur hak kewajiban dan tanggung jawab PKL sebagai kompensasi
perubahan status yang telah diberikan oleh pemerintah
PKL berhak mendapatkan perlindungan hokum dan pinjaman modal dari pemerintah
Namun sebagai sector resmi PKL dikenakan pajak penghasilan dan retribusi Besarnya
pajak Pajak penghasilan dibedakan dari sektorformal Dengan membayar pajak PKL
berhak mendapatkan perlindungan pemerintah dari oknum preman dsb
PKL wajib mendukung program-program penertiban yang dilakukan pemerintah Apabila
PKL melanggar hak dan kewajiban yang telah diputuskan PKL tidak berhak lagi
menempati lapak yang telah dipinjamkan oleh pemerintah Dan dicabut ijin berjualannya
di kawasan Samanhudi
Dalam konsep ini simbiosis mutualistik terjadi antara pemerintah dan PKL dimana PKL
mendapatkan pengakuan perlindungan dan bantuan modal dari pemerintah sementara
pemerintah mendapatkan retribusi pajak penghasilan dan ketertiban dari PKL
D Konsep Pembinaan dan Permodalan
Pedagang kaki lima perlu untuk mendapatkan pembinaan dari pemerintah Kabupaten
Jember untuk meningkatkan kemampuan wirausaha dan peningkatan kualitas barang
dagang dan pelayanan terhadap pembeli konsumen sehingga bias meningkatkan
pendapatan dan aktivitas pedagang kaki lima dapat member nilai tambah serta dapat
memberkan peluang kerja yang dapat mengurangi tingkat pengangguran di Kabupaten
Jember Bentuk pembinaan berupa penyuluhan yang diberikan berkala secara rutin
Program pembinaan diadakan oleh pemerintah
Program pembinaan juga digunakan sebagai sarana pertemuan rutin dan sosialisasi
peraturan-peraturan yang dilakukan pemerintah
Program pembinaan juga dapat dijadikan sarana untuk selalu mengingatkan hak dan
kewajiban serta sangsi yang diterapkan bila PKL melanggar selama beroperasi dikawasan
Samanhudi
41
Program pembinaan memberikan keuntungan kepada PKL dan pemerintah PKL
mendapatkan peningkatan kemampuan dan pemerintah mendapat sarana sosialisasi
Pemberian bantuan modal ini tidak ditujukan kepada semua pedagang kaki lima tetapi
diberikan kepada beberapa pelaku usaha yang memiliki potensi dan criteria yang telah
ditentukan
Pemerintah dalam memberikan bantuan modal ini juga harus bekerja sama dengan
instansi-isntansi lain yang terkait
Pemberian modal dari pihak swasta sangat disarankan
Konsep ini memberikan keuntungan kepada pihak PKL berupa bantuan modal dengan
bunga ringan keuntungan laba pinjaman kepada pemberi modal dan bila pihak swasta
terlibat mendapatkan keuntungan berupa kesempatan untuk periklanan
E Konsep Kelembagaan Paguyuban Samanhudi
Paguyuban Samanhudi merupakan Kelembagaan yang memiliki kewenangan atau
keterikatan dengan pengelolaan dan pembinaan Pedagang Kaki Lima KoridorJalan
SamanhudiPaguyuban ini beranggotakan wakil PKL wakil pedagang formal wakil
pemerintah dari dinas Kebersihan dan Pertamanan Dinas Polisi Pamong Praja Dinas
Pariwisata Dinas Pendapatan dan Dinas LPMK Kabupaten Jemberserta pihak penengah
selaku penasehat dan pihak netral yang diwakili oleh pakar PKL dari universitas tokoh
masyarakat dan pakar PKL lainnya
Peran Paguyuban ini adalah sebagai forum diskusi dari semua pihak untuk menampung
aspirasi dan menetralisasi konflik yang terjadi sehingga setiap aspek dikoridor jalan
Samanhudi dapat melakukan koordinasi dan semua aspirasi dari semua pihak dapat
tersampaikan Fungsi paguyuban juga sebagai sarana mengikutsertakan semua pihak
terkait dalam membuat rancangan peraturan dan sosialisasi peraturan yang telah
ditetapkan pemerintah mengenai PKL kepada semua pihak terkait
Paguyuban juga berfungsi sebagai pihak pengawas bekerja sama dengan pihak kepolisian
dan pamong praja untuk mengawasi segala pelanggaran yang dilakukan oleh semua pihak
terkait Penerapan sangsi harus tegas dan diawasi oleh paguyuban sehingga tidak terjadi
rsquopenyelesaiandamairsquo dari pihak pelanggar dana para penegak peraturan
Paguyuban memberikan keuntungan kepada PKL pedagang formal pemerintah dan
masyarakat berupa kesempatan untuk menyalurkan aspirasi
41
353 Kajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit Kariyadi
Semarang
3531 Analisis Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar
Rumah Sakit dr Kariadi
Analisis karakteristik aktivitas PKL menggunakan metode deskriptif kuantitaif
dan distribusi frekuensi Analisis ini nantinya menunjang untuk analisis selanjutnya
yaitu analisis karakteristik berlokasi PKL Analisis ini meliputi lokasi aktivitas PKL
tempat usaha PKL jenis barang dagangan sarana fisik berdagang pola layanan pola
penyebaran serta status kepemilikan usaha Uraian dari masing-masing analisis
tersebu dipaparkan sebagai berikut
a Lokasi Beraktivitas
Sesuai dengan ruang lingkup spasial dari penelitian ini lokasi yang digunakan
PKL untuk memanfaatkan aktivitas kegiatan utama Rumah Sakit dr Kariadi adalah di
sepanjang penggal Jalan dr Kariadi sebagian Jalan Veteran dan sebagian Jalan dr
Soetomo Mereka berlokasi di penggalpenggal jalan tersebut dikarenakan jalan
tersebut merupakan batas dari kawasan fasilitas kesehatan dan merupakan jalan arteri
sekunder kolektor sekunder dan lokal sekunder yang ramai orang berlalu lalang
lintas kendaraan serta dilewati jalur angkutan umum Kondisi tersebut ditangkap oleh
PKL sebagai peluang untuk mendapatkan konsumen dengan memanfaatkan tingkat
kunjungan yang tinggi dari aktivitas kegiatan utama serta orang yang lalu lalang yang
melintas di penggal jalan-jalan tersebut Untuk lebih jelas mengenai lokasi PKL dapat
dilihat pada Gambar berikut
41
Gambar 33
Lokasi Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Pada lokasi tersebut terbagi menjadi spot-spot yang menjadi lokasi PKl
berdasarkan penggal jalan yang telah disebutkan sebelumnya yaitu Jalan dr Kariadi
Jalan Veteran dan Jalan dr Soetomo Spot-spot tersebut memiliki karakteristik
masing-masing baik dari sisi aktivitas dan ruang usaha PKL maupun dari karakteristik
berlokasinya Di penggal Jalan dr Kariadi terdapat beberapa bagian yang merupakan
lokasi larangan untuk PKL lokasi yang diperbolehkan untuk menggelar dagangan
PKL serta PKL binaan kelurahan yang dikenal dengan istilah PKL orange Pada Jalan
Veteran yang diminati oleh PKL berada di sisi selatan jalan Lokasi tersebut juga
diperbolehkan untuk berdagang PKL sebagai kompensasi penggantian lokasi
penggusuran PKL yang berasal dari Jalan dr Kariadi sisi barat Lokasi yang
seharusnya bersih dari PKL adalah Jalan dr Soetomo karena merupakan jalur merah
Namun lokasi ini tetap diminati untuk berlokasi PKL diantaranya dikarenakan tidak
adanya lokasi lain serta lokasinya yang strategis Kestrategisan tersebut dilihat dari
status jalan yang merupakan jalan utama penghubung ke pusat-pusat aktivitas lainnya
serta akses ke pusat kota maupun ke luar kota sehingga frekuensi kendaraan yang lalu
lalang tinggi Selain itu lokasinya yang dekat dengan kegiatan utama yang ada di
sekitarnya seperti Rumah sakit dr Kariadi perkantoran ataupun permukiman Hal
tersebut dimanfaatkan PKL sebagai peluang mendapatkan konsumen
b Tempat Usaha
41
Lokasi yang diminati PKL tidak menyediakan tempat khusus untuk berdagang
PKL sehingga mereka menggunakan ruang-ruang publik untuk tempat usahanya
seperti di trotoar di atas saluran drainase bahu jalan dan badan jalan Dengan
difungsikannya ruang-ruang publik tersebut menjadi tempat berdagang bagi PKL
berakibat menurunnya fungsi ruang publik tersebut mengurangi citra kawasan serta
menurunnya kualitas lingkungan Oleh pemerintah kota ruang-ruang publik tersebut
dimanfaatkan untuk tempat usaha PKL karena diperlukan tempat usaha di lokasi
tersebut Hal ini sebagai upaya pemerintah untuk mewadahi aktivitas tersebut
Tempat-tempat tersebut dilegalkan menjadi tempat usaha yang diperuntukkan bagi
PKL sesuai dengan peraturan daerah nomor 11 tahun 2000 tentang PKL yang
notabene bertolak belakang dengan peraturan daerah lainnya yang mengatur tentang
ketertiban keindahan dan pertamanan Persentase PKL yang menempati ruang-ruang
publik dapat dilihat pada Gambar berikut ini
Gambar 34
Persentase Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Terdapat pula PKL yang tidak mendapat izin tempat usaha berdagang
khususnya PKLyang berlokasi di daerah larangan untuk PKL serta berdagang pada
waktu yang tidak diperbolehkan sehingga mereka tidak ditarik retribusi dan sewaktu-
waktu dapat ditertibkan oleh aparat penegak tata tertib Namun ketidaktertiban aparat
PKL yang tidak mendapat izin tersebut kadang-kadang juga dipungut retribusi yang
diistilahkan dengan uang keamanan namun frekuensinya tidak teratur PKL dalam
golongan ini jumlahnya minoritas jika dibandingkan dengan PKL yang mendapat izin
tempat usaha Berikut sketsa sebaran PKL menurut tempat usahanya yang dapat
dilihat pada Gambar
41
Gambar 35
Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
c Jenis Barang Dagangan
Dagangan mayoritas yang diperdagangkan oleh PKL di sekitar Rumah Sakit
dr Kariadi adalah jenis barang dagangan makanan seperti warung tegal bakso soto
es buah dan makanan kecil Jenis dagangan tersebut diminati karena PKL mencoba
menangkap aktivitas kegiatan utama yang banyak membutuhkan jenis barang
dagangan makanan
Jenis barang dagangan yang paling minoritas diperdagangkan adalah buah-
buahan Jenis dagangan inipun hanya dijumpai di penggal Jalan dr Kariadi karena di
penggal jalan tersebut terdapat pintu masuk pengunjung rumah sakit Jenis barang
dagangan ini biasanya digunakan sebagai cangkingan atau oleh-oleh untuk membesuk
pasien Namun jenis dagang ini kurang diminati pedagang dikarenakan barangnya
yang mudah busuk tidak mempunyai tempat penyimpanan khusus seperti kulkas
relatif mahal karena rata-rata buah impor serta konsumennya relatif sedikit
Kekurangminatan pedagang untuk menjual jenis dagangan ini dapat dilihat dari
sedikitnya jumlah PKL yang menjual dagangan ini
Jenis barang dagangan lain yang banyak diperdagangkan adalah kelontong
karena berjualan bermacam-macam jenis barang dari rokok makanan kecil air
kemasan bahkan sampai barang kebutuhan mereka yang beraktivitas di kegiatan
41
utama yaitu rumah sakit seperti untuk kebutuhan penunggu pasien yaitu tikar kipas
termos untuk air panas dan jenis barang lainnya
Jenis dagangan yang lain merupakan jenis barang dagangan yang umum
diperdagangkan atau jenis barang dagangannya hampir ada setiap ruas jalan-jalan
besar lokasi PKL lainnya di kota besar yang kebanyakan termasuk dalam jenis barang
dagangan non makanan dan jasa pelayanan seperti warung telekomunikasi bensin
tambal ban voucher pulsa fotocopy Untuk jasa pelayanan fotocopy yang banyak
tersebar di kawasan tersebut terkait dengan adanya kegiatan utama berupa fasilitas
pendidikan seperti Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro akademi
keperawatan dan farmasi sedangkan untuk jenis dagangan umum lainnya terkait
adanya permukiman di sekitar lokasi tersebut Namun ada barang dagangan yang khas
yaitu nisan karena lokasi sekitar Rumah sakit dr Kariadi terdapat tempat pemakaman
umum yang cukup besar yaitu TPU Bergota
Jenis dagangan yang dijual dapat dikatakan tidak semata hanya melayani
untuk aktivitas yang terkait dengan Rumah Sakit dr Kariadi namun juga melayani
terhadap aktivitas lainnya disekitar Rumah Sakit dr Kariadi seperti fasilitas
pendidikan permukiman pemakaman serta perkantoran bahkan aktivitas transportasi
seperti kebutuhan supir angkutan umum dan supir taxi Untuk lebih jelas mengenai
perbandingan jumlah PKL menurut jenis barang dagangan di masing-masing penggal
jalan dapat dilihat pada gambar berikut ini
Gambar 36
Karakteristik Jenis Barang Dagangan Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
41
d Sarana Fisik Berdagang
Masing-masing lokasi memiliki jenis sarana berdagang mayoritas yang
berbeda-beda Pada penggal Jalan dr Kariadi mayoritas PKL di penggal jalan tersebut
menggunakan kios sebagai sarana berdagangnya Kios-kios tersebut awalnya
merupakan warung semi permanen yang disekat-sekat Namun seiring dengan
perkembangan waktu dan adanya praktek sewa tempat usaha maka warung tersebut
dibangun permanen oleh pemiliknya bahkan diantaranya ada yang dilengkapi dengan
kamar mandi serta ruang tidur Hal tersebut dikarenakan sebagian kios juga dijadikan
sebagai tempat tinggal pemiliknya Asal pedagang yang dari luar Kota Semarang serta
biaya yang mengontrak relatif mahal sehingga menjadikan kiosnya sebagai sarana
usaha serta tempat tinggal sekaligus Sarana dagang tersebut telah menyimpang dari
peraturan daerah tentang PKL Latar belakang pendidikan PKL yang sebagian rendah
kemungkinan menjadi penyebab kurangnya pemahaman pedagang terhadap produk
hukum tersebut atau memang mengerti namun sengaja dilanggar karena tidak adanya
upaya pemerintah untuk menertibkan sarana berdagang yang telah melanggar
peraturan tersebut Selain itu ketidaktergantungan PKL terhadap ketersediaan
prasarana penunjang menjadikan PKL dalam beraktivitas tidak mempertimbangkan
aspek tersebut
Selain kios sarana dagangan yang banyak diminati adalah gerobak tenda yaitu
sarana dagangan utamanya gerobak yang ditunjang dengan tenda yang biasanya untuk
tempat makan konsumen Sarana dagang ini dianggap praktis karena mudah
dibongkar pasang serta dipindahkan Terlebih sarana dagang ini sesuai dengan
himbauan pemerintah dalam Perda No 11 tahun 2000 yaitu sarana PKL adalah yang
mudah untuk dibongkar serta dipindahkan
Lain halnya dengan PKL di penggal Jalan dr Soetomo mereka lebih banyak
menggunakan gerobak Hal tersebut dikarenakan lokasi tersebut merupakan lokasi
larangan untuk PKL tapi mereka tetap bertahan di lokasi tersebut dengan alasan tidak
tersedia tempat lain yang strategis untuk berjualan Dengan menggunakan gerobak
memudahkan mereka untuk lari atau berpindah tempat jika ada penertiban oleh aparat
penegak tata tertib
Di penggal Jalan Veteran sama halnya dengan sarana fisik yang digunakan
berdagang oleh PKL di penggal Jalan dr Kariadi Mereka mayoritas menggunakan
41
sarana berdagang berupa kios Mereka menggunakan sarana fisik dagangan kios
permanen yang dianggap aman karena memperoleh izin tempat usaha dari pihak
terkait untuk berdagang Namun sarana dagang yang dibuat permanen tersebut tidak
sesuai dengan perda tentang PKL yang mengharuskan sarana dagang pedagang kaki
lima yang mudah dibongkar dan dipindah-pindah
Sarana fisik dagangan yang kurang diminati adalah mobil Walaupun cukup
fleksibel untuk berpindah-pindah namun biaya untuk operasional sehari-hari cukup
mahal seperti bahan bakar perawatan mobil ataupun untuk pengadaan unit mobil itu
sendiri Hanya terdapat satu PKL yang menggunakan sarana dagangan ini yaitu
berada di penggal Jalan dr Kariadi Namun karena pada waktu penyebaran kuesioner
pedagang ini tidak berada di lokasi maka tidak masuk menjadi responden
e Pola Layanan
Untuk pola pelayanan terdapat tiga aspek yang dibahas yaitu mengenai waktu
layanan
aktivitas PKL serta sifat layanan Berikut uraian dari analisis pola pelayanan tersebut
1 Waktu Layanan
Sesuai waktu aktivitas kegiatan utama yang rata-rata pagi hingga sore hari
seperti fasilitas pendidikan perkantoran serta jam berkunjung dan pemeriksaan rumah
sakit maka mayoritas PKL membuka usahanya pada waktu tersebut yaitu sekitar
pukul 0900 hingga pukul 1600 Namun khusus yang berada di penggal Jalan dr
Kariadi yaitu di sekitar pintu masuk dan lokasi larangan untuk PKL hanya
diperbolehkan untuk berjualan pada sore hingga malam hari yaitu biasanya mereka
membuka usahanya sekitar pukul 1600 hingga 0000 Terdapat beberapa PKL yang
waktu usahanya menyesuaikan dengan waktu pelayanan rumah sakit yang buka 24
jam atau sepanjang hari Hal tersebut dilakukan menangkap peluang menjajakan
barang dagangan untuk kebutuhan aktivis rumah sakit seperti penunggu pasien
pengunjung atau petugas piket atau jaga serta tidak menutup kemungkinan pembeli
dari pengendara yang lalu lalang atau supir transportasi umum
Hal tersebut juga berlaku di penggal jalan yang lain dimana mayoritas
membuka usahanya pada pagi hingga sore hari Hanya minoritas yang membuka
usaha pada sore hingga malam hari serta sepanjang hari Faktor lain yang dapat
mempengaruhi waktu aktivitas PKL selain menyesuaikan waktu aktivitas kegiatan
utama adalah kepemilikan usaha yang merupakan milik pribadi sehingga mereka
membuka usahanya sesuai keinginan mereka
41
Terdapat pula fenomena satu lokasi ditempati oleh dua PKL dengan waktu
layanan yang berbeda PKL yang beraktivitas pada pagi hingga sore mencoba
menagkap peluang dari kunjungan ke kegiatan utama seperti rumah sakit fasilitas
pendidikan perkantoran serta perdagangan informal dan tidak menutup orang yang
lalu lalang melewati jalan-jalan tersebut Lokasi yang dianggap strategis serta
berprospektif tersebut digunakan oleh PKL lain untuk berjualan di tempat yang sama
Hal tersebut dimanfaatkan PKL untuk menangkap peluang dari kegiatan rumah sakit
serta orang yang lalu lalang Selain itu juga menangkap konsumen dari penumpang
bus malam yang melewati Jalan dr Soetomo dimana di jalur tersebut terdapat halte
serta konsumen dari supir angkutan umum yang sedang istirahat sejenak Berikut
pemetaan PKL menurut waktu berdagangnya
Gambar 37Peta Sebaran Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Menurut Waktu Layanan
2 Sifat Layanan
Dari gambar di bawah ini dapat disimpulkan bahwa mayoritas PKL di sekitar
Rumah Sakit dr Kariadi memiliki sifat layanan menetap baik dari segi tempat
berdagangnya yang tetap serta waktu berdagangnya yang sama setiap harinya hal ini
nampak pada sarana fisik dagangan para PKL tersebut yang berupa kios yang
memang tidak bisa dipindah-pindah atau permanen Hanya 13 yang memiliki sifat
layanan semi menetap Berikut persentase PKL menurut sifat layanannya
41
Gambar 38Persentase Sifat Layanan Pedagang Kaki LimaDi Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Sifat layanan semi menetap biasanya PKL yang tempat usahanya yang
merupakan gabungan antara menetap dengan keliling yaitu pada awal waktu
berdagang pada lokasi yang sama tiap harinya namun jika belum habis dagangannya
mereka berkeliling serta jam berdagang yang tidak tetap tiap harinya terkadang hanya
sampai siang karena dagangannya habis Sisanya yang 2 berjualan secara
berkeliling yang diantaranya bertujuan untuk mendekati konsumen serta
memanfaatkan waktu-waktu puncak kegiatan utama rumah sakit seperti waktu
kunjungan menjenguk pasien
f Pola Penyebaran
Pola penyebaran PKL mayoritas mengikuti pola jalan yang ada yaitu linier
Mereka berjualan di bahu-bahu jalan bahkan ada yang berada di atas saluran drainase
Selain itu pola penyebaran tersebut terbentuk karena lokasi yang diperbolehkan untuk
PKL menempati trotoar trotoar sepanjang jalan yang secara otomatis membentuk
linier Alasan lainnya yang diungkapkan oleh pedagang adalah agar dagangannya
mudah dilihat oleh orang yang lalu lalang Namun terdapat beberapa PKL yang
berjualan secara aglomerasi dengan PKL yang berjualannya bergerombol di dekat
pintu masuk pengunjung Rumah Sakit dr Kariadi seperti yang dapat dijumpai di Jalan
dr Kariadi yaitu bergerombol di sekitar pintu masuk pengunjung rumah sakit serta di
Jalan dr Soetomo yang bergerombol di dekat pintu masuk UGD dan pintu masuk ke
Gedung Pavilliun Garuda Hal tersebut dimaksudkan untuk mendekati pengunjung
yang akan masuk ke rumah sakit Hanya sebagian kecil saja yang lokasinya berjauhan
dengan PKL lainnya atau menyebar untuk mengurangi persaingan dengan PKL
lainnya
41
g Kesimpulan Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar
Rumah Sakit dr Kariadi
Tempat usaha tidak terdapatnya tempat yang dikhususkan untuk PKL pemerintah
memfasilitasinya dengan memperbolehkan menempati ruang-ruang publik seperti
trotoar badan atau bahu jalan serta di atas saluran drainase melalui Perda no 11 tahun
2000 Namun hal ini dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan
serta visual kawasan dan tidak optimalnya ruang publik tersebut Mayoritas PKL di
kawasan tersebut telah mengantongi izin tempat usaha dari kelurahan selaku pihak
berwenang
Jenis barang dagangan karakteristik jenis barang dagangan PKL pada umumnya
mengikuti kebutuhan kegiatan utama yaitu aktivitas Rumah Sakit dr Kariadi dan
sekitarnya seperti fasilitas pendidikan perkantoran perdagangan informal
permukiman dan pemakaman Jenis barang dagangan yang mayoritas diperdagangkan
berupa makanan Jenis barang dagangan yang diperdagangkan adalah non makanan
buah-buahan jasa pelayanan serta kelontong Terkait dengan kegiatan utama terdapat
beberapa jeni barang dagangan yang spesifik seperti termos tikar kipas guna
memenuhi kebutuha penunggu pasien
Sarana fisik dagangan mayoritas berupa kios yang dibangun permanen serta
gerobak tenda Menggunakan kios dikarenakan lokasinya yang telah dilegalkan untuk
aktivitas PKL serta terkait pola layanan yang menetap serta pada waktu berdagang
yang tetap Sedangkan gerobak tenda banyak digunakan oleh pedagang makanan
dimana tendanya digunakan sebagai tempat untuk konsumen Untuk bangunan
permanen diantaranya digunakan sebagai tempat tinggal Ketidakketergantungan
PKL terhadap prasarana penunjang sehingga PKL tidak mempertimbangkan aspek
tersebut karena mereka dapat mengusahakan sendiri
Pola pelayanan dari segi waktunya mengikuti waktu aktivitas kegiatan utama yaitu
pagi hingga sore hari sekitar pukul 0900 ndash 1600 serta telah mendapat izin tempat
usaha dari pihak berwenang namun terdapat pula PKL yang beraktivitas sore hingga
malam hari yaitu pukul 1600 ndash 0000 serta sepanjang hari Sifat layanannya menetap
mengingat mayoritas bersarana fisik dagangan berupa kios serta waktu berdagang
yang relatif tetap
Pola penyebaran mayoritas secara linier yaitu mengikuti pola jalan karena lokasi
yang dilegalkan untuk PKL oleh pemerintah menempati ruang-ruang publik seperti
trotoar di atas saluran drainase dan bahu jalan yang notabene mengikuti pola jalan
41
Selain itu terdapat sebagian beraglomerasi di sekitar pintu masuk rumah sakit yang
bertujuan untuk mendekati konsumen dan sisanya menyebar agar mengurangi
saingan
ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun
menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan
Samanhudi dengan kawasan PKL lain
ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL
ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun
dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja
namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang
namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan
ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa
jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan
harga antara pedagang formal dan PKL
ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan
pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak
penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi
antar pihak
ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai
dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan
perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang
informal
ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan
persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL
ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan
dalih keamanan
ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan
pejalan kaki dan pengendara kendaraan
ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki
ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL
ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan
ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa
harus saling menumpuk
41
ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak
Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini menjadi
jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen
41
Pengelolaan PKL
Pengelolaan PKL di Bundaran
Simpang Lima
Lima Semarang
Pengelolaan PKL di
Kabupaten Jember
Pengelolaan PKL di Kawasan Sekitar Rumah
Sakit dr Kariadi Semarang
Mengakui keberadaan PKL dengan
menuangkannya di dalam produk-
produk tata ruang
Penegakan peraturan
perundagangan yang terkait
dengan PKL
Menjalin kerjasama dengan sektor
formal dalam menyediakan ruang
bagi PKL
Menyediakan ruang perkotaan
yang dikhususkan bagi sektor
informal
Peningkatan citra PKL
Pengakuan terhadap eksistensi PKL
Control terhadap dana bantuan
Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo
Penindakan tegas kepada oknum yang
melakukan perampasan hak pada PKL
dengan dalih keamanan
Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk
menampung aktivitas PKL dan pejalan
kaki
Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan
jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir yang tepat
Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal
Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan
jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir
Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL
dan konsumen yang aman dari gangguan
pejalan kaki dan pengendara kendaraan
41
36 Temuan Studi
Temuan studi ini dimana akan menjawab sasaran yang disesuaikan dari contoh kasus yang ada di Indonesia Berikut adalah tabel matrik temuan
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
Mengetahui
permasalahan
PKL di jalur
pejalan kaki
Keberadaan sektor PKL yang menempati ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima memakai separuh lebih lebar trotoar bahkan seringkali tidak menyisakan sedikit pun ruang untuk pejalan kaki Ruang-ruang trotoar menjadi tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya sebagai ruang pemisah antara ruang yang digunakan untuk sirkulasi pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan Ruang-ruang trotoar tersebut banyak yang beralih fungsi menjadi lokasi berdagang PKL
Peralihan fungsi trotoar ini menyebabkan terganggunya aktivitas pejalan kaki sehingga pejalan terpaksa harus menggunakan jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk berjalan guna menghindari berbagai hambatan di atas trotoar Hal ini menyebabkan pejalan kaki terpaksa harus berhati-hati jika melangkah terkadang juga harus mengalah berjalan pada ruang-ruang jalur lambat dan sebagian badan jalan Kondisi ini sangat tidak aman dan
Masalah yang utama itu dari setiap
pedagang kaki lima di Jalur Pejalan Kaki
di Jalan Samanhudi Jember yaitu
Penggusuran Para PKL liar yang tidak
memiliki TDU(Tanda Daftar Usaha)
mereka biasanya akan di gusur dengan
peringatan yang di berikan sampai di
laksanakan penggusuran paksa padahal
Pedagang kaki lima merupakan salah satu
solusi akan masalah tingginya angka
pengangguran dan sedikitnya lapangan
kerja bagi masyarakat berpendidikan
rendah seperti mereka Pemerintah dalam
hal ini tidak dapat menyediakan lahan
pengganti bagi mereka untuk melanjutkan
usaha mereka jika pun ada pemerintah
menyediakan lahan-lahan yang letaknya
kurang strategis yang secara pasti
menurunkan dan mematikan pendapatan
yang mereka dapatkan dan akhirnya
Legalitas lokasi aktivitas
PKL yang biasanya ditempatkan
di dalam ruang publik seperti di
atas trotoar di atas saluran
drainase taman dan ruang publik
lainnya patut dipertanyakan
karena ketidakberdayaannya
peraturan tersebut dalam
menangani PKL Sebagai contoh
di sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi legalitas lokasi untuk
aktivitas PKL yang linier di
sepanjang jalan yang bertempat di
atas drainase Dalam aspek
apapun hal tersebut tidak dapat
dilegalkan terlebih tidak ada
penjelasan mengenai luasan atau
desain yang diperbolehkan PKL
untuk menggelar dasaran pada
dimensi saluran drainase yang
PKL yang menempati
ruang-ruang trotoar
menyebabkan
terganggunya aktivitas
pejalan kaki
Pemerintah tidak dapat
menyediakan lahan
pengganti
Legalitas lokasi aktivitas
PKL yang biasanya
ditempatkan di dalam
ruang publik seperti di atas
trotoar di atas saluran
drainase taman dan ruang
publik patut
dipertanyakan
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
nyaman bagi pejalan kaki ataupun bagi pengendara kendaraan bermotor karena mengganggu arus lalu lintas dan membahayakan keselamatan jiwa mereka hal seperti ini dapat kita lihat di depan dan di samping Masjid Baiturrahman di depan Citraland Mall di depan dan di samping Plasa Simpang Lima di depan dan di samping Kompleks Pertokoan Simpang Lima di depan dan di samping Ramayana Super Center di depan dan di samping SMKN 7 SemarangKantor Telkom dan di depan Gajahmada Plaza
Pemilihan lokasi PKL dipengaruhi oleh kecenderungan aktivitas PKL yang selalu menentukan lokasi mendekati pusat-pusat keramaian atau pusat-pusat perdagangan dan jasa dan lokasi-lokasi yang sering dikunjungi oleh orang banyak dalam kurun waktu tertentu secara periodik dan menerus Alasan inilah yang kemudian mendasari penentuan lokasi PKL Kawasan Bundaran Simpang Lima untuk berjualan di trotoar karena ruang-ruang jalur pedestrian inilah yang
mereka harus gulung tikar dan menjadi
pengangguran yang semakin menambah
permasalahan di Indonesia Pemerintah
harus mencari cara dan tempat yang baik
untuk mereka berdagang ditengah modal
mereka yang kecil agar di sisi lain semua
para pedagang kaki lima tidak hilang
lapangan kerjanya dan bias melanjutkan
kelangsungan hidupnya
ada Selain itu PKL juga
menempati trotoar yang
mengakibatkan bertambahnya
permasalahan yang terdapat di
lokasi tersebut Imbas secara
langsung dirasakan oleh
pengguna trotoar yaitu pedestrian
ketidaknyamanan bahkan tidak
adanya lagi ruang untuk berjalan
di atas trotoar acapkali menjadi
konsekuensi pedestrian yang
trotoarnya diserobot PKL
Aglomerasi aktivitas PKL yang
berlokasi di sekitar pintu masuk
pengunjung Rumah Sakit dr
Kariadi menyebabkan
penumpukan aktivitas seperti
aktivitas keluar masuk
pengunjung aktivitas jual beli
antara PKL dengan konsumen
lalu lintas kendaraan yang sedang
melewati Jalan dr Kariadi serta
angkutan umum yang sedang
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
dianggap sebagai lokasi yang ramai dikunjungi oleh pejalan kaki yang melakukan pergerakan dalam mencapai tempat tujuan perjalanannya Begitu juga dengan ruang Lapangan Pancasila karena selalu ramai dikunjungi pada hari-hari libur dengan rata-rata pengunjung mencapai 51 ndash 100 oranghari dikarenakan kedudukannya sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya
berhenti mencari penumpang
Sekali lagi permasalahan tersebut
disikapi oleh pemerintah dengan
penertiban dan penggusuran yang
hampir tidak pernah berakhir
manis
Mengetahui
peranan PKL
Kehadiran PKL di Kawasan
Bundaran Simpang Lima juga mampu
menciptakan kehidupan yang menerus
sehingga terhindar dari kematian
kawasan pada saat tertentu akan tetapi
di sisi lain kehadiran PKL
menyebabkan ketidakteraturan
kekumuhan dan kualitas fisik yang
buruk sehingga merusak wajah kota
Selain itu PKL yang berjualan di
Lapangan Pancasila pada malam hari
dengan kehidupan malam dan wanita-
wanita penghibur yang berdandan tebal
Tempat pedagang kaki lima bagi
Masyarakat dijalan Samanhudi Jember
sangat penting sebagai penyedia kebutuhan
yang dibutuhkan oleh Masyarakat Jember
Pedangan kaki lima sangat mempengaruhi
pola pasar dan sosial di Jember khususnya
didaerah Jalan Samanhudi Dalam bidang
perekonomian pedagang kaki lima hanya
berpengaruh sebagai produsen yang
penting bagi Masyarakat Jember
mengingat akan Meningkatnya jumlah
Penduduk Mereka cenderung lebih
memilih membeli pada pedagang kaki lima
Usaha PKL yang terus
berkembang pesat menarik PKL
untuk mempekerjakan karyawan
selain tenaga yang dibutuhkan
memang tidak bisa dikerjakan
sendiri terdapat pula pemilik
modal yang menyewa tempat
usaha namun dijadikan usaha
sampingan sehingga tidak
mengelola secara langsung
usahanya namun dengan
mempekerjakan karyawan PKL
yang statusnya sebagai karyawan
Pedangan kaki lima sangat
mempengaruhi pola pasar
dan sosial
harga yang PKL tawarkan
lebih murah dibandingkan
dengan harga di mall
grosir maupun indogrosir
sebagai salah satu
alternatif lapangan
pekerjaan bagi masyarakat
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
menciptakan kesan negatif dan
memperburuk citra kawasan
daripada membeli di supermarket yang
sudah merajalela di kota Jember pada saat
ini mall atau grosir maupun indogrosir
yang banyak tersebar di kota Jember
dikarenakan harga yang mereka tawarkan
lebih murah
sebanyak 10 dimana karyawan
tersebut memanfaatkan PKL
sebagai lapangan pekerjaan
Sehingga bekerja sebagai
karyawan PKL dapat dikatakan
sebagai salah satu alternatif
lapangan pekerjaan bagi
masyarakat
Mengetahui
pola aktivitas
PKL dijalur
pejalan kaki
Aktivitas PKL sendiri
memiliki kecenderungan untuk
menempati ruang ruang antar aktivitas
yang selalu ramai dilewatidikunjungi
oleh banyak orang dalam melakukan
pergerakan perpindahan dari aktivitas
satu ke aktivitas yang lain atau dari
bangunan perdagangan modern satu ke
bangunan perdagangan modern yang
lain secara periodik dalam rentang
waktu tertentu sehingga kemudian
pilihan ini jatuh kepada jalur-jalur
pedestrian yang notabene merupakan
ruang-ruang terbuka publik yang
PKL berdagang dengan menempati
tempat yang tetap dan tidak berpindah-
pindah
Modal dan aset sebagian besar adalah
milik sendiri
Berdagang di Samanhudi merupakan
usaha utama
Alat peraga PKL pada kawasan ini
dapat dibedakan menjadi
ndashAlat peraga semi permanen dari kayu
dan tenda yang bersifat menetap
ndashAlat peraga dengan bangku meja dan
tenda sekaligus sebagai tempat tinggal
ndashAlat peraga beroda namun menetap
Pola Aktivitas pelayanan PKL di
kawasan sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi pada umumnya melayani
pengunjung rumah sakit namun
tidak menutup kemungkinan
konsumennya adalah pengendara
atau orang yang sedang melintasi
jalan tersebut tanpa bermaksud
untuk masuk ke rumah sakit
Selain itu konsumen
yang berasal dari sekitar lokasi
PKL seperti penduduk
permukiman di sekitarnya
pekerja yang bekerja di sektor
Aktivitas PKL memiliki
kecenderungan untuk
menempati ruang ruang
antar aktivitas yang selalu
ramai dilewatidikunjungi
oleh banyak orang dalam
melakukan pergerakan
perpindahan dari aktivitas
satu ke aktivitas yang lain
atau dari bangunan
perdagangan modern satu
ke bangunan perdagangan
modern
Saat berjualan alat peraga
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
seyogyanya digunakan oleh pejalan
kaki Keberadaan ruang trotoar yang
semakin sempit oleh penggunaan ruang
PKL membuat pejalan kaki
menjatuhkan pilihan untuk melakukan
perjalanan pada ruang-ruang seperti
jalur lambat dan sebagian badan jalan
sehingga mengurangi keamanan jiwa
dan kenyamanan pejalan kaki sendiri
serta pengguna jalan yang lain
(pengendara)
Kegiatan-kegiatan yang
dilakukan oleh pejalan kaki pada
ruang-ruang jalur pedestrian atau
trotoar di Kawasan Bundaran Simpang
Lima adalah kegiatan berjalan dan
berbelanja Sebagian dari pejalan kaki
hanya berjalan melintasi trotoar untuk
menuju lokasi tujuannya akan tetapi
ada pula sebagian dari pejalan kaki
yang berjalan sambil melihat-lihat
bahkan ada yang berbelanja pada PKL
ndashAlat peraga beroda namun menetap
dengan bangku dan meja
ndashHanya berupa matras sebagai alas
dagangan yang dapat berpindah
sewaktu-waktu
Alat peraga yang dipakai untuk usaha
tidak seragam dan tidak menggunakan
desain yang baik sehingga terkesan
kumuh kurang bersih dan sangat
mengganggu wajah kota dan menutup
fasade bangunan di belakangnya
Saat berjualan alat peraga kios
sebagian besar menempati badan jalan
dan trotoar
Saat tidak berjualan alat peraga kios
sebagian besar tetap di lokasi jualan
lama berjualan di Samanhudi sebagian
besar antara 6 ndash10 tahun
Terbanyak dari pedagang belum
pernah bekerja di sektor lain dan dari
semula telah menjadi PKL di
Samanhudidi bandingkan denga harga
yang ada di mall Pedagang
lain sehingga tidak ada batasan
pasti mengenai pola pelayanan
para PKL tersebut
Waktu beraktivitas para
PKL umumnya terbagi menjadi
dua sesi PKL yang pertama
adalah pedagang yang aktivitas
berdagangnya pada pagi hingga
siang hari Pedagang yang kedua
merupakan pedagang yang
mempunyai waktu layanan pada
sore hingga malam hari Namun
tidak menutup kemungkinan
terdapat beberapa PKL yang
berdagang dari pagi hingga
malam hari bahkan buka nonstop
mengingat rumah sakit
beraktivitas selama sehari penuh
sehingga mereka mengikuti
aktivitas sektor formal yang ada
di sekitarnya
Waktu berdagang
tersebut juga disesuaikan dengan
kios sebagian besar
menempati badan jalan
dan trotoar
Waktu beraktivitas para
PKL umumnya terbagi
menjadi dua sesi PKL
yang pertama adalah
pedagang yang aktivitas
berdagangnya pada pagi
hingga siang hari
Pedagang yang kedua
merupakan pedagang yang
mempunyai waktu layanan
pada sore hingga malam
hari Namun tidak
menutup kemungkinan
terdapat beberapa PKL
yang berdagang dari pagi
hingga malam hari bahkan
buka nonstop
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
izin usaha yang diberlakukan oleh
petugas kelurahan sebagai pihak
yang berwenang menangani PKL
Untuk lokasi yang dilarang untuk
PKL oleh PKL tetap digunakan
sebagai lokasi untuk berdagang
dengan waktu berdagang setelah
jam kerja yaitu sore hingga
malam hari
Mengetahui
Pengelolaan
PKL di jalur
pejalan kaki
dalam perkembangannya
pemerintah mengeluarkan SK
Walikota Kota Semarang No 511316
tahun 2001 tentang Penetapan Lahan
yang mengatur tentang lokasi-lokasi
dan waktu aktivitas PKL yang
diperbolehkan oleh pemerintah pada
Kawasan Bundaran Simpang Lima
agar tetap terjaga kerapihan dan
estetikakeindahan wajah kawasannya
yaitu PKL yang berjualan di depan
Kompleks Pertokoan Simpang Lima
depan Ramayana SC depan Kantor
Adanya pengakuan resmi dari
pemerintah terhadap PKL Samanhudi
sebagai salah satu sector ekonomi di
kawasan studi melalui surat keputusan
resmi Surat keputusan ini sekaligus
mengatur hak kewajiban dan
tanggung jawab PKL sebagai
kompensasi perubahan status yang
telah diberikan oleh pemerintah
Pedagang kaki lima perlu untuk
mendapatkan pembinaan dari
pemerintah Kabupaten Jember untuk
meningkatkan kemampuan wirausaha
Pemerintah Kota Semarang
berwenang dalam mengatur
keberadaan PKL di ruang Kota
Semarang seperti yang terdapat di
kawasan sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi dengan bentuk
pengelolaan lokasional (stabilitas
atau pengaturan) dan struktural
(perijinan) Dalam pengaturan
tersebut Pemerintah Kota
Semarang menggunakan dasar
hukum berupa Undang-Undang
Peraturan Pemerintah Peraturan
mengatur tentang lokasi-
lokasi dan waktu aktivitas
PKL yang diperbolehkan
oleh pemerintah agar tetap
terjaga kerapihan dan
estetikakeindahan wajah
kawasannya
Pedagang kaki lima perlu
untuk mendapatkan
pembinaan
Pedestrian dirancang ulang
dengan dilebarkan hingga
area parkiran street
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
TelkomSMKN 7 Semarang depan
Gajahmada Plaza dan depan Masjid
Baiturrahman boleh berjualan dari
pukul 1600 ndash 0400 WIB (khusus pada
Hari Minggu PKL diijinkan untuk
berjualan mulai pukul 0600 ndash 0800
WIB) menempati ruang trotoar dengan
luas areal 4 x 6 meter
Sampai dengan tahun 2008
PKL di Kawasan Bundaran Simpang
Lima mencapai 1536 pedagang dan
ada kecenderungan akan terus
meningkat dari tahun ke tahun (lihat
Tabel III4) Kecenderungan lokasi
PKL pada masa-masa yang akan
datang mengikuti kecenderungan dari
perkembangan aktivitas formal
kawasan yang ada demikian juga
kecenderungan waktu berdagangnya
Melihat kecenderungan aktivitas PKL
kawasan maka SK Walikota Kota
Semarang No 511316 tahun 2001
sudah tidak relevan lagi dan perlu
dan peningkatan kualitas barang
dagang dan pelayanan terhadap
pembeli konsumen sehingga bias
meningkatkan pendapatan dan
aktivitas pedagang kaki lima dapat
member nilai tambah serta dapat
memberkan peluang kerja yang dapat
mengurangi tingkat pengangguran di
Kabupaten Jember Bentuk pembinaan
berupa penyuluhan yang diberikan
berkala secara rutin Program
pembinaan diadakan oleh pemerintah
Paguyuban Samanhudi merupakan
Kelembagaan yang memiliki
kewenangan atau keterikatan dengan
pengelolaan dan pembinaan Pedagang
Kaki Lima KoridorJalan
SamanhudiPaguyuban ini
beranggotakan wakil PKL wakil
pedagang formal wakil pemerintah
dari dinas Kebersihan dan
Pertamanan Dinas Polisi Pamong
Praja Dinas Pariwisata Dinas
Daerah dan Surat Keputusan
Walikota Adapun dasar hukum
yang mengatur secara jelas
mengenai aktivitas PKL di Kota
Semarang yang berlaku saat ini
diantaranya adalah sebagai
berikut
1048707 Peraturan Daerah No 11 Tahun
2000 tentang Pengaturan dan
Pembinaan PKL Perda ini
menjelaskan tentang pengaturan
dan pembinaan PKL di Kota
Semarang seperti pengaturan
tempat usaha hak kewajiban dan
larangan untuk PKL Dalam
kaitannya dengan karakteristik
berlokasi aktivitas PKL
dijelaskan dalam Perda ini yang
terdapat dalam pasal 3 yaitu
penempatan lokasi kegiatan PKL
diatur dengan mempertimbangkan
tempat kepentingan untuk umum
lainnya seperti kepentingan untuk
sehingga jalur aktif
kendaraan tidak
mengalami penyempitan
mengatur keberadaan PKL
di ruang Kota dengan
bentuk pengelolaan
lokasional (stabilitas atau
pengaturan) dan struktural
(perijinan)
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
ditinjau kembali sesuai dengan
kecenderungan dan kebutuhan yang
ada di lapangan
Pendapatan dan Dinas LPMK
Kabupaten Jemberserta pihak
penengah selaku penasehat dan pihak
netral yang diwakili oleh pakar PKL
dari universitas tokoh masyarakat dan
pakar PKL lainnya
Penerapan tema khusus pada penataan
PKL kawasan studi agar mempunyai
cirri khas dan dapat mengangkat citra
kawasan dan meningkatkan daya tarik
kawasan Contoh produk khas
jember yang dapat diangkat sebagai
tema adalah tembakau rookk dan
cerutu mengingat Jember sebagai
penghasil tembakau terbesar di Jawa
Kegiatan khas Jember yang dapat
diangkat sebagai tema yaitu Jember
Fashion Carnaval Penerapan tema
dapat diaplikasikan pada sarana usaha
PKL finishing pedestrian perabot
kota dan elemen pendukung lainnya
Pedestrian dirancang ulang dengan
pejalan dan untuk sirkulasi
kendaraan Untuk lebih jelas
mengenai detail isi perda tersebut
dapat dilihat pada Lampiran F
1048707 Surat Keputusan Walikota
Semarang No 51136 Tahun
2001 tentang lokasi PKL di Kota
Semarang dimana di dalamnya
diantaranya mengatur luas area
batas pemakaian area waktu
aktivitas dan tempat aktivitas
PKL Ruas kanan Jalan dr
Kariadi dari arah Jalan Veteran
merupakan lokasi yang
diperbolehkan untuk aktivitas
PKL Lokasi tersebut menempati
trotoar serta bangunan berupa
semi permanen Untuk lebih jelas
mengenai detail isi SK tersebut
dapat dilihat pada Lampiran F
1048707 Perda No 6 Tahun 2004
tentang Rencana Detail Tata
Ruang Kota Semarang Bagian
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
dilebarkan hingga area parkiran street
sehingga jalur aktif kendaraan tidak
mengalami penyempitan Diberikan
perbedaan yang tegas antara ruang
PKL dan ruang pejalan kaki dan jalur
kendaraan berupa perbedaan tinggi
lantaiSehingga dikemudian hari kios
PKL tidak melebar ke segala sisi
Wilayah Kota (BWK) I
(Kecamatan Semarang Tengah
Semarang Timur dan Semarang
Selatan Tahun 2000-2010 Perda
tersebut menjelaskan mengenai
fungsi serta peran BWK I yang
terkait dengan sektor formal di
wilayah tersebut yaitu penjelasan
mengenai fasilitas kesehatan yang
berada khususnya di Kelurahan
Randusari Selain itu dijelaskan
pula kelas Jalan dr Kariadi Jalan
dr Soetomo dan Jalan Veteran
serta jalur transportasi yang
melaluinya
41
elemen masyarakat harus dilibatkan dalam membuat sebuah kebijakan serta pendapat
masyarakat dalam hal ini PKL sudah seharusnya didengar oleh pemerintah khususnya dalam
pembuatan kebijakan mengenai keindahan tata ruang kota Direktur YLBHI-LBH Semarang
Siti Rakhma Mary Herwati mengatakan bahwa sebetulnya PKL mau ditata namun kalau
cara yang dilakukan sewenang-wenang dan tidak manusiawi tentu akan ada penolakan
Untuk itu perlu diskusi intens dari hati ke hati
35 Studi Kasus
351 Kajian PKL di Jalur Pejalan Kaki Kawasan Bundaran Simpang
Lima Semarang
A Analisis Tipologi Ruang Terbuka Publik Kawasan
Ruang terbuka publik di Kawasan Bundaran Simpang Lima berdasarkan tipologinya
meliputi ruang terbuka hijau ruang berlangsungnya aktivitas dan ruang jalur sirkulasi
pedestrian yang merupakan ruang dinamis yang potensial untuk memenuhi kebutuhan
pergerakan komunikasi dan rekreasi bagi warga Kota Semarang maka ruang-ruang ini
seyogyanya harus bersifat terbuka dapat dijangkau dan diakses oleh siapa saja baik secara
kelompok maupun individual dan merupakan ruang untuk aktivitas-aktivitas yang
berlangsung di atasnya
1 Aktivitas Sektor Informal pada Ruang Terbuka Publik Kawasan
Aktivitas sektor informal yang berkembang pada ruang-ruang terbuka publik kawasan
adalah aktivitas perdagangan dan jasa retaileceran yang memungkinkan terjadinya proses
tawar-menawar antara pedagang dan pembeli Sektor informal yang identik disebut sebagai
PKL di kawasan ini menempati hampir seluruh sudut ruang terbuka yang ada baik trotoar-
trotoar kawasan maupun Lapangan Pancasila (trotoar dan tengah lapangan) Fenomena PKL
di Kawasan Bundaran Simpang Lima menunjukkan adanya segregasi social masyarakatnya
Secara tidak langsung terlihat adanya pemisahan yang membuat batasan tersendiri
antara pengguna ekonomi menengah ke bawah (PKL) dan pengguna ekonomi menengah ke
atas (pada bangunan-bangunan komersial perdagangan dan jasa modern di sekelilingnya)
Kehadiran PKL di Kawasan Bundaran Simpang Lima juga mampu menciptakan kehidupan
yang menerus sehingga terhindar dari kematian kawasan pada saat tertentu akan tetapi di sisi
lain kehadiran PKL menyebabkan ketidakteraturan kekumuhan dan kualitas fisik yang buruk
sehingga merusak wajah kota Selain itu PKL yang berjualan di Lapangan Pancasila pada
41
malam hari dengan kehidupan malam dan wanita-wanita penghibur yang berdandan tebal
menciptakan kesan negatif dan memperburuk citra kawasan
Keberadaan sektor PKL yang menempati ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran
Simpang Lima memakai separuh lebih lebar trotoar bahkan seringkali tidak menyisakan
sedikit pun ruang untuk pejalan kaki Ruang-ruang trotoar menjadi tidak dapat berfungsi
sebagaimana mestinya sebagai ruang pemisah antara ruang yang digunakan untuk sirkulasi
pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan Ruang-ruang trotoar tersebut banyak yang beralih
fungsi menjadi lokasi berdagang PKL
Peralihan fungsi trotoar ini menyebabkan terganggunya aktivitas pejalan kaki
sehingga pejalan terpaksa harus menggunakan jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk
berjalan guna menghindari berbagai hambatan di atas trotoar Hal ini menyebabkan pejalan
kaki terpaksa harus berhati-hati jika melangkah terkadang juga harus mengalah berjalan pada
ruang-ruang jalur lambat dan sebagian badan jalan Kondisi ini sangat tidak aman dan
nyaman bagi pejalan kaki ataupun bagi pengendara kendaraan bermotor karena mengganggu
arus lalu lintas dan membahayakan keselamatan jiwa mereka hal seperti ini dapat kita lihat di
depan dan di samping Masjid Baiturrahman di depan Citraland Mall di depan dan di
samping Plasa Simpang Lima di depan dan di samping Kompleks Pertokoan Simpang Lima
di depan dan di samping Ramayana Super Center di depan dan di samping SMKN 7
SemarangKantor Telkom dan di depan Gajahmada Plaza
Pemilihan lokasi PKL dipengaruhi oleh kecenderungan aktivitas PKL yang selalu
menentukan lokasi mendekati pusat-pusat keramaian atau pusat-pusat perdagangan dan jasa
dan lokasi-lokasi yang sering dikunjungi oleh orang banyak dalam kurun waktu tertentu
secara periodik dan menerus Alasan inilah yang kemudian mendasari penentuan lokasi PKL
Kawasan Bundaran Simpang Lima untuk berjualan di trotoar karena ruang-ruang jalur
pedestrian inilah yang dianggap sebagai lokasi yang ramai dikunjungi oleh pejalan kaki yang
melakukan pergerakan dalam mencapai tempat tujuan perjalanannya Begitu juga dengan
ruang Lapangan Pancasila karena selalu ramai dikunjungi pada hari-hari libur dengan rata-
rata pengunjung mencapai 51 ndash 100 oranghari (lihat Tabel D6) dikarenakan kedudukannya
sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya
Adanya keterbatasan lahan yang tidak memungkinkan tertampungnya aktivitas PKL
pada ruang-ruang privat akibat daya membayar lokasi yang rendah mengakibatkan PKL
menempati lokasi-lokasi yang bersifat publik yaitu ruang terbuka publik kawasan Gejala
inilah yang kemudian dikenal dengan fenomena pergeseran fungsi ruang terbuka publik
41
Kawasan Bundaran Simpang Lima menjadi ruang privat Aktivitas PKL menempati ruang-
ruang terbuka public Kawasan Bundaran Simpang Lima seperti pada
a) Trotoar-trotoar Kawasan
Aktivitas PKL menempati ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima
seperti trotoar di depan Masjid Baiturrahman depan Citraland Mall depan Plasa
Simpang Lima depan Kompleks Pertokoan Simpang Lima depan Ramayana SC depan
Kantor TelkomSMKN 7 Semarang dan depan Gajahmada Plaza
Trotoar sebagai jalur pejalan kaki kawasan ini memiliki peran sebagai jalur penghubung
antara aktivitas yang ada Pada ruang terbuka public inilah pengunjung kawasan
melakukan pergerakan berpindah dari satu bangunan ke bangunan yang lain Semisal
pengunjung dari Plasa Simpang Lima memiliki kehendak ingin berpindah menuju
Kompleks Pertokoan Simpang Lima pejalan kaki harus menggunakanmelewati trotoar
yang ada di depan Plasa Simpang Lima untuk sampai pada lokasi yang diharapkan
Begitu juga dengan trotoar-trotoar yang lain Ruang-ruang jalur sirkulasi pedestrian ini
kemudian menjadi lokasi atau tempat berakumulasinya pengunjung kawasan untuk
melakukan pergerakan perpindahan
Kecenderungan aktivitas PKL yang menempati ruang-ruang trotoar yang notabene
merupakan ruang terbuka publik ini dikarenakan PKL selalu menempati ruang-ruang
dengan akumulasi pengunjung kawasan atau ruang ruang yang sering dikunjungi oleh
orang dalam jumlah yang banyak dalam periode waktu tertentu yang terjadi secara terus-
menerusperiodik tertentu
Adapun penyebarannya mengikuti bentukan ruang trotoar yang memanjang mengikuti
jalur sirkulasi utama kawasan Sedangkan apabila menurut waktu berjualan aktivitas
PKL yang menempati ruang-ruang trotoar ini memiliki kecenderungan mengikuti waktu
aktivitas formal yang berlangsung dari pukul 0900 ndash 2100 WIB
Namun dalam perkembangannya pemerintah mengeluarkan SK Walikota Kota
Semarang No 511316 tahun 2001 tentang Penetapan Lahan yang mengatur tentang
lokasi-lokasi dan waktu aktivitas PKL yang diperbolehkan oleh pemerintah pada
Kawasan Bundaran Simpang Lima agar tetap terjaga kerapihan dan estetikakeindahan
wajah kawasannya yaitu PKL yang berjualan di depan Kompleks Pertokoan Simpang
Lima depan Ramayana SC depan Kantor TelkomSMKN 7 Semarang depan
Gajahmada Plaza dan depan Masjid Baiturrahman boleh berjualan dari pukul 1600 ndash
0400 WIB (khusus pada Hari Minggu PKL diijinkan untuk berjualan mulai pukul 0600
ndash 0800 WIB) menempati ruang trotoar dengan luas areal 4 x 6 meter
41
Sampai dengan tahun 2008 PKL di Kawasan Bundaran Simpang Lima mencapai
1536 pedagang dan ada kecenderungan akan terus meningkat dari tahun ke tahun (lihat
Tabel III4) Kecenderungan lokasi PKL pada masa-masa yang akan datang mengikuti
kecenderungan dari perkembangan aktivitas formal kawasan yang ada demikian juga
kecenderungan waktu berdagangnya Melihat kecenderungan aktivitas PKL kawasan
maka SK Walikota Kota Semarang No 511316 tahun 2001 sudah tidak relevan lagi
dan perlu ditinjau kembali sesuai dengan kecenderungan dan kebutuhan yang ada di
lapangan
b) Trotoar Lapangan Pancasila
Lapangan Pancasila yang cenderung ramai dikunjungi pada hari libur sebagai pusat
rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya ini menjadi
alasan yang kuat untuk PKL menempati ruang terbuka publik kawasan ini dengan
asumsi banyaknya warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya yang berpotensi
menjadi calon pembeli
Dengan alasan inilah kemudian banyak PKL yang berjualan pada trotoar Lapangan
Pancasila dengan konsep holiday market yaitu hanya berjualan pada hari libur saja PKL
trotoar lapangan ini hanya berjualan pada hari liburHari Minggu pagi saja mulai pukul
0600 ndash 0900 WIB Adapun pengaturan waktu berdagang aktivitas PKL yang
menempati ruang tengah Lapangan Pancasila ini didasari oleh kepentingan demi
menjaga kebersihan dan estetikakeindahan wajah kawasan Terkadang ada beberapa
PKL yang mulai berjualan dari Hari Sabtu malam dengan alasan untuk lebih banyak lagi
menjaring calon pembeli
Adapun penyebaran aktivitas PKL yang berjualan pada ruang trotoar Lapangan
Pancasila ini memiliki kecenderungan menyebar secara linier mengikuti ketersediaan
ruang trotoar yang berbentuk membulat persegi sebagai bingkai Lapangan Pancasila
dengan display berbagai jenis barang dagangan memanjang yang saling berhadapan
dengan sirkulasi pengunjung kawasan berada di tengah antaranya untuk mempermudah
pembeli memilih barang dagangan yang diperjualbelikan
c) Tengah Lapangan Pancasila
Aktivitas PKL yang berjualan di tengah Lapangan Pancasila sebagai satu-satunya
ruang terbuka publik luas di Kota Semarang memiliki alas an yang kurang lebih sama
dengan alasan PKL yang menempati trotoar lapangan yaitu kondisi lapangan yang
cenderung ramai dikunjungi oleh warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya
sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga kota didukung oleh keberadaan lokasinya yang
41
strategis karena terletak pada tengah-tengah kawasan pusat kota yang dilalui oleh lima
ruas jalan kawasan yang bermuara pada lapangan dan aksesibilitasnya yang tinggi
sehingga mudah dicapai dari segala penjuru kota dan sekitarnya baik menggunakan
moda angkutan pribadi maupun umum
Adapun waktu berjualan PKL tengah lapangan ini juga kurang lebih sama dengan
PKL yang berjualan di trotoar Lapangan Pancasila yaitu pada hari liburMinggu pagi
dari pukul 0600 ndash 0900 WIB Adapun pengaturan waktu berdagang aktivitas PKL yang
menempati ruang tengah Lapangan Pancasila ini kurang lebih sama dengan pengaturan
waktu berdagang PKL yang berjualan pada tepi lapangan
Penyebaran aktivitas PKL yang berjualan di ruang tengah Lapangan Pancasila ini
memiliki kecenderungan yang mengelompok berdasarkan jenis-jenis barang yang
diperdagangkannya Semisal pedagang pakaian akan mengelompok dengan sesama
pedagang pakaian pedagang makanan akan mengelompok dengan sesama pedagang
makanan dan lain sebagainya untuk lebih mempermudah pembeli dalam memilih
barang dagangan yang ditawarkan dengan banyaknya variasi pilihan barang yang
disuguhkan
Sumber Hasil Analisis Dini Tri Haryanti ST 2008
Gambar 31Ruang Aktivitas Sektor Informal Kawasan
Orientasi aktivitas PKL yang semakin menjauh dari Kawasan Bundaran Simpang
Lima berpengaruh pada intensitas jumlah PKL kawasan Jumlah aktivitas PKL kawasan
memiliki kecenderungan akan semakin berkurang karena semakin keluarmenjauh dari
kawasan studi yang identik disebut dengan kawasan pusat kota ini karena merupakan
kawasan-kawasan yang terkonsentrasi atau didominasi oleh aktivitas-aktivitas
perkantoran pendidikan dan pemerintahan
41
Semakin berorientasi ke arah Jalan Pahlawan suasana kawasan akan lebih didominasi
oleh suasana aktivitas pemerintahan dengan bangunan gedung berlian sebagai ciri khas
koridor jalan yang berdinding masif Semakin berorientasi ke arah Jalan Pandanaran
Achmad Yani dan KH Achmad Dahlan suasana kawasan akan banyak didominasi oleh
akivitas-aktivitas perkantoran Semakin berorientasi ke arah Jalan Gajahmada suasana
kawasan didominasi oleh aktivitas-aktivitas perkantoran dan pendidikan Nuansa
kawasan yang ditimbulkan oleh bangkitan dan tarikan aktivitas-aktivitas pemerintahan
pendidikan dan perkantoran ini tentu berbeda dengan nuansa kawasan yang banyak
dipengaruhi oleh bangkitan dan tarikan yang ditimbulkan oleh aktivitas perdagangan dan
jasa kawasan Penggunaan ruang untuk aktivitas yang berbeda-beda di Kawasan
Bundaran Simpang Lima mampu menciptakan nuansa yang berbeda-beda pula
Keberadaan aktivitas perdagangan dan jasa yang terjadi terbukti telah mampu
memberikan kehidupan yang menerus pada kawasan studi seiring dengan perkembangan
aktivitas sektor informal kawasan (PKL) yang hidup sepanjang waktu
Lain halnya dengan keberadaan aktivitas-aktivitas lain yang bersifat formal seperti
perkantoran pendidikan olahraga serta perdagangan dan jasa formal yang hidup pada
waktu-waktu tertentu saja Aktivitas perkantoran hanya hidup dari pagi sampai dengan
jam kantor selesai yang biasanya berlangsung dari pukul 0800 ndash 1700 WIB Aktivitas
olahraga juga biasanya berlangsung di pagi hari (0500 ndash 0900 WIB) atau sore hari saja
(1500 ndash 1800 WIB) Demikian halnya dengan aktivitas pendidikan yang hidup mulai
dari pagi sampai dengan jam pulang sekolah tiba (0700 ndash 1400 WIB) Selebihnya
aktivitas-aktivitas ini akan mati tanpa kegiatan-kegiatan perkantoran olahraga dan
proses belajarmengajar Secara informal aktivitas PKL yang menempati ruang-ruang
trotoar kawasan ruang trotoar dan tengah Lapangan Pancasila yang notabene merupakan
ruang-ruang terbuka publik kawasan yang seyogyanya merupakan ruang-ruang yang
terbuka untuk umum dan masyarakat dapat dengan bebas mengakses ruangruang ini
memiliki karakteristik yang sama yaitu menempati lokasi-lokasi dengan tingkat
aglomerasi pengunjung kawasan yang tinggi atau ramai dikunjungi oleh orang dalam
jumlah yang banyak dalam kurun waktu tertentu secara periodic yang melakukan
kegiatan bersama-sama
Adapun penyebaran masing-masing aktivitas PKL kawasan studi ini
ditentukandibentuk oleh bentukan ruang yang ditempatinya Aktivitas PKL yang
menempati ruang-ruang trotoar memiliki penyebaran yang memanjang secara linier pada
ruang-ruang jalur sirkulasi pedestrian karena dipengaruhi oleh bentukan ruang jalur
41
sirkulasi pejalan kaki yang memanjang mengikuti jalur sirkulasi utama kawasan dengan
display barang dagangan yang ditata berderet secara memanjang pula (sedangkan khusus
untuk PKL yang berjualan pada ruang trotoar di tepi Lapangan Pancasila display barang
dagangan ditata sedemikian rupa secara berderet memanjang dan berhadap-hadapan)
sedangkan aktivitas PKL yang menempati tengah Lapangan Pancasila memiliki
penyebaran yang mengelompok karena memiliki bentukan ruang yang lebih leluasa
dalam pergerakan sesuai dengan karakter ruang sebagai satu-satunya ruang terbuka
publik yang luas di Kota Semarang dengan display barang dagangan yang ditata
sedemukian rupa secara berkelompok berdasarkan jenis-jenis barang dagangannya
dengan maksud untuk mempermudah pembeli memilih jenis barang yang diinginkan
dengan memberikan lebih banyak variasi barang dari beberapa pedagang yang sejenis
Sedangkan perkembangan aktivitas PKL Kawasan Bundaran Simpang Lima
dipengaruhi oleh perkembangan aktivitas perdagangan dan jasa kawasan sebagai
aktivitas yang mendominasi kawasan pusat kota dan kecenderungan aktivitas PKL
memilih lokasi-lokasi dengan karakter ruang sebagai ruang yang memiliki akumulasi
orang dalam jumlah yang banyak pada jangka waktu tertentu secara periodik berada
pada pusat-pusat kegiatanwadah aktivitas-aktivitas kota sehingga sering dikunjungi
warga masyarakat dalam jumlah besar dan memiliki lokasi yang strategis dengan
aksesibilitas yang tinggi sehingga memudahkan pencapaian calon pembeli meski
dilakukan dalam ruang yang relatif sempit dan umumnya tidak memerlukan ketersediaan
adanya fasilitas-fasilitas pelayanan umum
2 Analisis Ruang Jalur Sirkulasi Pedestrian Kawasan
Kawasan Bundaran Simpang Lima memiliki lokasi yang strategis sebagai simpul
pergerakan dari lima ruas jalan yang terdiri atas Jalan Pandanaran Gajahmada KH Achmad
Dahlan Ahmad Yani dan Pahlawan yang bermuara pada sirkulasi di Jalan Simpang Lima
yang mengelilingi Lapangan Pancasila membentuk loop dan menjadi penghubung antara
rdquokota atasrdquo dan rdquokota bawahrdquo Semarang Secara ekonomi maupun transportasi kawasan ini
mempunyai kemampuan berkembang dengan sangat cepat Intensitas lalu-lintas dan volume
kendaraan di kawasan ini tergolong tinggi mengingat aksesibilitasnya yang tinggi pula
dikarenakan pencapaiannya yang mudah dari segala penjuru kawasan dengan moda
kendaraan pribadi maupun umum yang melintasi maupun bertujuan ke kawasan ini (dari data
yang ada menunjukkan volume kendaraan yang bergerak mencapai 17051 buah)
Pembahasan mengenai ruang sirkulasi kawasan ini akan lebih ditekankan pada ruang-
ruang sirkulasi untuk manusiapejalan kaki sebagai ruang terbuka publik kawasan Perilaku
41
pejalan kaki pada ruang-ruang terbuka Kawasan Bundaran Simpang Lima identik selalu
berjalan secara berpasangan atau lebih (berkelompok) memilih jalur dengan jarak terpendek
dan yang dianggap paling nyaman Pergerakan antarbangunan tertinggi pada kawasan adalah
dari Citraland Mall ke Plasa Simpang Lima dan sebaliknya (852 dan 708 pejalan pada jam
puncak sabtu malam) Hal ini menunjukkan bahwa pergerakan pejalan kaki banyak
dipengaruhi oleh bangkitan dan tarikan dari fungsi perdagangan dan jasa di sekitar kawasan
Penyediaan ruang terbuka publik untuk pejalan kakijalur pedestrian di Kawasan
Bundaran Simpang Lima diwujudkan dalam bentuk ruang-ruang trotoar pada muka bangunan
dengan teknik segregasi yang terpisah dari jalur sirkulasi kendaraan dengan tujuan untuk
memberikan arah yang jelas dan menggunakan perkerasan berupa paving Ruang-ruang
trotoar yang dibangun memanjang mengikuti jalurkoridor-koridor jalan pada kawasan studi
dibangun dengan permukaan yang naik-turun dan terputus-putus demi menghormati jalan
masuk kendaraan adalah salah satu bukti betapa perencanaan dan pembangunan yang
dilakukan di Kota Semarang lebih mengutamakan sirkulasi kendaraan dan bukan manusia
Menurut fungsinya adanya kecenderungan sirkulasi kawasan yang berorientasi pada
kendaraan ini seiring dengan munculnya fenomena pergeseran fungsi ruang pejalan kaki
kawasan studi yang merupakan ruang terbuka public menjadi ruang-ruang privat untuk
berjualan PKL yang mengakibatkan keberadaan hak pejalan kaki atas ruang terbuka publik
kawasan yang sehat dan layak secara fisik sering kali terabaikan Hal ini mengakibatkan
semakin sempitnya ruangruang terbuka publik yang manusiawi pada koridor-koridor kelima
ruas jalan dan potensi interaksi sosial pada ruang terbuka publik tersebut pun akan semakin
berkurang
Aktivitas PKL sendiri memiliki kecenderungan untuk menempati ruang ruang antar
aktivitas yang selalu ramai dilewatidikunjungi oleh banyak orang dalam melakukan
pergerakan perpindahan dari aktivitas satu ke aktivitas yang lain atau dari bangunan
perdagangan modern satu ke bangunan perdagangan modern yang lain secara periodik dalam
rentang waktu tertentu sehingga kemudian pilihan ini jatuh kepada jalur-jalur pedestrian
yang notabene merupakan ruang-ruang terbuka publik yang seyogyanya digunakan oleh
pejalan kaki Keberadaan ruang trotoar yang semakin sempit oleh penggunaan ruang PKL
membuat pejalan kaki menjatuhkan pilihan untuk melakukan perjalanan pada ruang-ruang
seperti jalur lambat dan sebagian badan jalan sehingga mengurangi keamanan jiwa dan
kenyamanan pejalan kaki sendiri serta pengguna jalan yang lain (pengendara)
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh pejalan kaki pada ruang-ruang jalur pedestrian
atau trotoar di Kawasan Bundaran Simpang Lima adalah kegiatan berjalan dan berbelanja
41
Sebagian dari pejalan kaki hanya berjalan melintasi trotoar untuk menuju lokasi tujuannya
akan tetapi ada pula sebagian dari pejalan kaki yang berjalan sambil melihat-lihat bahkan ada
yang berbelanja pada PKL
Pejalan kaki di Kawasan Simpang Lima umumnya berjalan secara berombongan
antara 2 ndash 5 orang yang didominasi oleh jenis kelamin perempuan (51) yang memiliki
tujuan untuk rekreasi dan olah raga (33) atau berbelanja (29) dengan usia rata-rata 0 ndash 25
tahun (67) dengan profesi sebagai mahasiswapelajar (31) dan karyawan (25)
Hal tersebut menunjukkan bahwa pengunjung kawasan didominasi oleh anak-anak
muda kaum perempuan karena sebagian besar kaum perempuan inilah yang gemar dengan
aktivitas berlanja sebab kawasan studi didominasi oleh aktivitas perdagangan dan jasa
Pengunjung kawasan identik dengan pengguna ruang terbuka publik kawasan yang
didominasi oleh kaum perempuan dengan usia berkisar antara 0 ndash 25 tahun dengan profesi
sebagai pelajarmahasiswa dan karyawan dengan tujuan untuk melakukan kegiatan
rekreasiolahraga dan berbelanja karena kaum perempuan ini lah yang memiliki sifat dasar
senang berbelanja Usia rata-rata pengunjung yang masih muda dengan profesi pelajar
mahasiswa dan karyawan menunjukkan bahwa pada usia-usia inilah orang relative
membutuhkan rekreasihiburan dan olah raga
Arah pergerakan pejalan kaki pada ruang-ruang terbuka publik kawasan dipengaruhi oleh
tujuannya pada kawasan studi arah pergerakan tersebut adalah
a Tujuan Pergerakan untuk Melakukan Perpindahan Antar bangunan
Tujuan pejalan kaki untuk melakukan pergerakan perpindahan antar bangunan
perdagangan dan jasa modern dilakukan pada ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran
Simpang Lima yang menjadi penghubung antaraktivitas dengan karakter pergerakan
yang memanjang secara linier sepanjang trotoar mengikuti ketersediaan jalur-jalur
sirkulasi utama kawasan
Arah pergerakan pejalan kaki dalam melakukan pergerakan perpindahan
antarbangunan dilakukan secara linier dan memanjang pada trotoar Kawasan
Bundaran Simpang Lima disebabkan oleh bentukan ruang jalur pedestrian yang
memanjang sepanjang jalur sirkulasi utama kawasan
b Tujuan Pergerakan untuk Berbelanja pada PKL Sepanjang Trotoar Kawasan
dan Tepi Lapangan Pancasila
Arah pergerakan pejalan kaki dengan tujuan berbelanja pada PKL sepanjang
trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima memiliki karakter pergerakan linier yang
41
memanjang sedangkan arah pergerakan pejalan kaki dengan tujuan berbelanja pada
PKL di tepi Lapangan Pancasila memiliki arah pergerakan linier yang melingkar
Arah pergerakan pejalan kaki dalam melakukan aktivitas berbelanja pada PKL
sepanjang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima ini disebabkan oleh pengaturan
display barang dagangan PKL yang ditata sedemikian rupa secara berderet linier
searah dan memanjang mengikuti bentukan ruang jalur pedestrian yang ada
Sedangkan arah pergerakan pejalan kaki dengan tujuan berbelanja pada PKL
di tepi Lapangan Pancasila disebabkan oleh display berbagai jenis barang dagangan
yang ditata sedemikian rupa secara linier berhadap-hadapan dan melingkar mengkuti
bentukan ruang jalur pedestrian yang persegi membulat membingkai Lapangan
Pancasila
c Tujuan Pergerakan untuk Melakukan Olahraga Rekreasi dan Hiburan serta Berbe
lanja
Pada PKL di Tengah Lapangan Pancasila Tujuan pejalan kaki untuk
melakukan aktivitas olahraga rekreasi dan hiburan serta berbelanja pada PKL di
tengah Lapangan Pancasila memiliki karakter pergerakan yang curvelinier karena
setiap pergerakan yang dilakukan tidak dibatasi oleh batasan-batasan fisik tertentu
sehingga pergerakan yang terjadi adalah bebas dan tidak beraturan
Arah pergerakan pejalan kaki dalam melakukan aktivitas olahraga rekreasi
dan hiburan serta berbelanja pada PKL di tengah lapangan secara curvelinier ini juga
disebabkan oleh karakter kedatangan pengunjung yang dilakukan secara berpasangan
atau berkelompok
Sumber Hasil Analisis Dini Tri Haryanti ST 2008
Gambar 32Ruang Jalur Sirkulasi Pedestrian Kawasan
41
Aktivitas perdagangan dan jasa kawasan menjadi bangkitan dan tarikan pengunjung
kawasan sehingga meningkatkan intensitas jumlah pejalan kaki pada ruang-ruang terbuka
publik di kawasan ini Keberadaan aktivitas PKL pada sepanjang ruang-ruang trotoar
kawasan seiring dengan tingginya jumlah pergerakan pejalan kaki antarbangunan formal
mengakibatkan pergerakan yang rdquomenerusrdquo dengan pencapaian pada tujuan yang rdquomemutarrdquo
Pergerakan rdquomenerusrdquo yang dimaksud adalah pergerakan pejalan kaki yang dilakukan
pada ruang-ruang terbuka publik kawasan studi dengan tujuan untuk melakukan perpindahan
antarbangunan formal (bangunan perdagangan modern) dan aktivitas berbelanja pada PKL
yang berjualan di sepanjang ruang trotoar kawasan melalui ruang-ruang jalur sirkulasi
pedestrian kawasan yang tersedia secara linier dan memanjang mengikuti jalur sirkulasi
utama (jaringan jalan) kawasan dari satu bangunan ke bangunan yang lain dan dari satu PKL
ke PKL yang lain dengan perjalanan yang tanpa terputusberhenti pada titik lokasi tertentu
meski berhenti pun hanya untuk beberapa saat untuk istirahat dan melihat-lihat dengan lebih
jelas obyek yang dimaksud
Pergerakan pejalan kaki kawasan pada trotoar Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk
berbelanja pada PKL memiliki arah pergerakan yang linier dan memanjang sepanjang jalur
trotar yang disebabkan oleh pengaturan display barang dagangan PKL yang ditata berderet
memanjang sepanjang jalur Pergerakan menerus ini terjadi sebagai akibat dari pergerakan
dengan tujuan untuk melakukan perpindahan antarbangunan melalui ruang-ruang jalur
sirkulasi pejalan sambil melihat-lihat dan berbelanja pada PKL yang berjualan hampir pada
seluruh ruang trotoar kawasan studi Semisal pergerakan pejalan kaki kawasan dengan tujuan
untuk melakukan perpindahan dari bangunan Plasa Simpang Lima menuju Ramayana SC
harus melewati jalur sirkulasi pejalan kaki sepanjang trotoar dari depan Plasa Simpang Lima
Kompleks Pertokoan Simpang Lima dan Ramayana SC yang dipenuhi oleh PKL sambil
melihat-lihat display barang dagangan yang diperjualbelikan maupun sekaligus membelinya
begitu juga dengan pergerakan perpindahan antarbangunan yang lain sehingga dengan
demikian tercipta pergerakan yang menerus
Dari sisi intensitasnya pergerakan pejalan kaki yang menerus ini semakin berkurang
jumlahnya ketika sampai pada ruang sirkulasi pejalan kaki di depan Hotel Ciputra Aktivitas
dan keberadaan PKL hampir tidak ada di sepanjang trotoar di depan bangunan hotel
pergerakan pejalan kaki pun diarahkan menempati ruang-ruang sirkulasi yang bersifat privat
yaitu ruang-ruang sirkulasi pejalan di dalam Mall Ciputra untuk menjaga image dan kesan
rapi pada muka bangunan hotel sesuai dengan peraturan hotel Namun kenyataan yang ada di
41
lapangan masih adanya beberapa pergerakan di depan hotel lebih banyak disebabkan oleh
perilaku dan sifat pejalan kaki kawasan yang cenderung memilih rute terpendek dalam
perjalanannya untuk mencapai tujuan
Sedangkan pencapaian rdquomemutarrdquo yang dimaksud adalah pencapaian tujuan suatu
perjalananpergerakan yang dilakukan oleh pejalan kaki akibat pergerakan yang mengikuti
sistem sirkulasi jalur utama kawasan yang membentuk loop sehingga berdampak pada
pencapaian suatu bangunan formal kawasan dengan arah yang memutar dan melalui beberapa
persimpangan sekaligus Semisal untuk mencapai lokasi tujuan pada Ramayana SC pejalan
kaki dari bangunan Masjid Baiturrahman harus melakukan pergerakan perpindahan dari
bangunan Citraland Mall menuju bangunan Kompleks Pertokoan Simpang Lima baru
kemudian mencapai bangunan Ramayana SC atau dari bangunan Gajahmada Plaza dulu
kemudian menuju bangunan kantor TelkomSMKN 7 Semarang baru mencapai bangunan
Ramayana SC Begitu juga pergerakan-pergerakan dengan tujuan pencapaian pada bangunan-
bangunan formal yang lain
Pergerakan dengan pencapaian rdquomemutarrdquo pada ruang-ruang sirkulasi pejalan kaki
kawasan sebenarnya dapat dicari alternatif lain yaitu dengan dengan memotong jalur
sirkulasi utama Pergerakan memotong jalur ini dapat menjadi alternatif pergerakan yang
dilakukan untuk mencapai pada bangunan yang dituju dengan melalui ruang Lapangan
Pancasila namun pergerakan semacam ini kurang diminati oleh penggunapejalan kaki
kawasan sebab ruang lapangan yang tanpa aktivitas akan terasa lebih panjang dan
membosankan
B Analisis Pola Pemanfaatan Ruang Terbuka Publik Kawasan
1 Analisis Pola Pemanfaatan Ruang dan Aktivitas pada Ruang Terbuka Publik
Kawasan
Sebagaimana yang telah diuraikan dalam tahap analisis ruang dan aktivitas kawasan
bahwa aktivitas-aktivitas yang berlangsung di atas ruang Lapangan Pancasila sebagai ruang
terbuka publik kawasan adalah aktivitas politik peribadatan massal olahraga rekreasi dan
hiburan Aktivitas sector informal yang berlangsung pada ruang terbuka publik kawasan
adalah aktivitas PKL
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan berdasarkan aktivitasnya terpusat
menempati Lapangan pancasila sebagai satu-satunya ruang terbuka publik kota yang menjadi
wadah interaksi sosial masyarakatnya didukung oleh daya tampung ruang yang cukup luas +
4 Ha dengan lokasinya yang strategis terletak di tengah-tengah kawasan pusat kota yang
41
memiliki aksesibilitas yang tinggi sehingga mudah dicapai dari segala penjuru kota
menggunakan berbagai jenis moda kendaraan baik kendaraan pribadi maupun angkutan
umum Pola pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan berdasarkan aktivitasnya pada ruang
Lapangan Pancasila berlangsung secara berkelompok dan masing-masing mengumpul
berdasarkan jenis aktivitasnya sebagai akibat oleh adanya
a) Kecenderungan aktivitas yang berlangsung pada ruang terbuka publik ini adalah
aktivitas-aktivitas yang dilakukan secara berkelompok
b) Melibatkan orang dalam jumlah yang banyak
c) Bentukan ruang yang membentuk persegi membulat dengan daya tamping ruang yang
cukup besar
d) Memungkinkan pergerakan secara bebas dan tidak beraturan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan berdasarkan aktivitas sektor
informalnya didominasi oleh pola pemanfaatan aktivitas PKL yang menempati ruang trotoar
kawasan trotoar dan tengah Lapangan Pancasila yaitu
1) Pola Pemanfaatan Trotoar Sepanjang Tepi Jalan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh
aktivitas PKL sepanjang trotoar kawasan di depan Citraland Mall depan Plasa Simpang
Lima depan Kompleks Pertokoan Simpang Lima depan Ramayana SC depan kantor
TelkomSMKN 7 Semarang depan Gajahmada Plaza dan depan Masjid Baiturrahman
membentuk pola ldquolinier yang memanjangrdquo dikarenakan oleh bentukan ruang-ruang
trotoar ini yang merupakan suatu jalur penghubung secara linier antaraktivitasbangunan
perdagangan dan jasa kawasan pada tepi jalan di muka bangunan sehingga menimbulkan
sejumlah akumulasi pengunjung yang tinggi secara periodic berdasarkan waktu
berlangsungnya aktivitas formal yang memanjang mengikuti pola jalur sirkulasipola
jaringan jalan utama kawasan Adanya beberapa bangunan formal dengan ciri aktivitas
perdagangan dan jasa yang terletak secara berdekatan satu sama lain dalam kawasan ini
maka dengan sendirinya akan menjadi daya tarik yang sangat kuat untuk dikunjungi oleh
calon pembeli yang mengakibatkan timbulnya akumulasi pengunjung pada kawasan
terutama di sekitar kegiatan yang dimaksud
Situasi inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh PKL kawasan studi untuk
mengembangkan usahanya dengan menjaring calon pembeli pada ruangruang di
sepanjang jalur pada muka bangunan ini memanfaatkan peluang banyaknya pejalan yang
melalui sepanjang jalur ini dan mengikuti pola jaringan jalan kawasan agar
41
keberadaannya di sepanjang tepi jalan ini juga dapat terlihat dan menarik para pengendara
pengguna jalan kawasan
Adapun display bebagai jenis barang dagangan PKL yang disuguhkan secara berderet
memanjang pada ruang trotoar ini memberi kemudahan pengunjung kawasan baik
pejalan kaki maupun pengendara untuk dapat lebih jelas melihat dan memilih jenis-jenis
barang yang diperdagangkan
2) Pola Pemanfaatan Trotoar Tepi Lapangan Pancasila
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh
aktivitas PKL sepanjang trotoar Lapangan Pancasila membentuk pola ldquolinier yang
melingkarrdquo dikarenakan oleh bentukan ruang sirkulasi pedestrian lapangan yang
membingkai lapangan dengan bentuk persegi membulat dan pola sirkulasi utama kawasan
yang bermuara pada Lapangan Pancasila dengan membentuk loop Adanya kedudukan
Lapangan Pancasila sebagai satu-satunya ruang terbuka publik yang luas di Kota
Semarang sebagai wadah interaksi sosial yang dimanfaatkan oleh warga masyarakat Kota
Semarang dan sekitarnya untuk melakukan berbagai macam aktivitas seperti olah raga
rekreasi dan hiburan mengakibatkan timbulnya akumulasi pengunjung dalam jumlah
yang besar pada area ini khususnya pada hari liburMinggu pagi sehingga banyak PKL
yang tertarik untuk menempati lokasi ini untuk menjajakan barang dagangannya Display
berbagai jenis barang dagangan disuguhkan secara linier sepanjang trotoar dengan
berhadap-hadapan untuk memberi banyak pilihan dan variasi barang kepada calon
pembeli dengan suasana yang santai dan rekreatif
3) Pola Pemanfaatan Tengah Lapangan Pancasila
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh
aktivitas PKL di tengah Lapangan Pancasila membentuk pola ldquoberkumpul yang
mengelompokrdquo berdasarkan jenis barang dagangannya dikarenakan bentukan ruang
Lapangan Pancasila yang tanpa adanya pembatas fisik antarPKL dengan daya tampung
ruang yang cukup besar sehingga memungkinkan adanya pergerakan pengunjung yang
bebas dan tidak beraturan dan penataan display barang dagangan yang disajikan secara
mengelompok berdasarkan jenis barang dagangannya masing-masing sehingga
memudahkan calon pembeli memilih jenis barang yang diinginkan dengan banyaknya
variasi barang yang disuguhkan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh PKL
akan semakin berkurang intensitasnya apabila semakin menjauh dari kawasan studi
Intensitas pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan oleh aktivitas PKL pada koridor
41
kelima ruas jalan kawasan semakin menurun karena jalan-jalan ini berorientasi pada
aktivitas-aktivitas yang berbeda yang berlangsung pada kelima ruas jalan antara aktivitas
perkantoran pemerintahan dan pendidikan yang ditandai dengan adanya kepadatan
beberapa bangunan fasilitas perkantoran pemerintahan dan pendidikan pada koridor-
koridor kelima ruas jalan ini
Adanya bangkitan aktivitas nonekonomi ini mengakibatkan rendahnya akumulasi
pengunjung kawasan pada tepi jalan-jalan ini Hal inilah yang menjadi alasan mengapa
ruang-ruang trotoar koridor jalan ini kurang diminati oleh PKL meskipun ada beberapa
PKL yang berjualan pada beberapa penggal jalan namun keberadaannya terputus dan
tidak menerus seperti pada keberadaan PKL pada ruang sirkulasi pejalan kaki di
sepanjang trotoar Jalan Pahlawan yang identik sebagai area yang berorientasi pada
aktivitas pemerintahan Jalan KH Achmad Dahlan Pandanaran dan Achmad Yani yang
identik sebagai area yang berorientasi pada aktivitas perkantoran dan Jalan Gajahmada
yang identik sebagai area yang berorientasi pada aktivitas perkantoran dan pendidikan
Menurut kriteria pemilihan lokasinya aktivitas-aktivitas PKL memiliki
kecenderungan menempati lokasi atau ruang-ruang dengan tingkat akumulasi orang yang
melakukan kegiatan secara bersama-sama pada waktu yang relative sama pula Adanya
fungsi kawasan sebagai CBD tentu tidak lepas dari aktivitas perdagangan dan jasa yang
berlangsung di atasnya sehingga menimbulkan sejumlah akumulasi pengunjung yang
tidak sedikit Fenomena tumbuhnya sector informalPKL ini tak lepas dari keberadaan
aktivitas formal yang tumbuh dan berkembang sebagai aktivitas pendukung (activity
support) yang tidak dapat dihindarkan dan digusur begitu saja melainkan diantisipasi dan
diperhitungkan kebutuhan ruangnya
2 Analisis Pola Pemanfaatan Ruang Jalur Sirkulasi Pedestrian Kawasan
Pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan sebagai jalur sirkulasi pejalan kaki
merupakan jenis pemanfaatan sebagai pemenuhan akan kebutuhan ruang pejalan yang
memisahkan ruang pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan kawasan demi meminimalisasi
konflik kepentingan yang dapat mengakibatkan ketidaknyamanan pejalan kaki maupun
pengguna jalan yang lain (pengendara)
Namun dalam perkembangannya ruang-ruang di tepi jalan ini mengalami pergeseran
fungsi ruang menjadi lokasi aktivitas PKL sehingga kemudian pejalan kaki harus
menjatuhkan pilihannya untuk berjalan melalui jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk
mencapai tujuan dalam pergerakannya
41
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima sebagai
ruang sirkulasi pedestrian dibentuk oleh arah pergerakan pejalan yang dipengaruhi oleh
tujuan dalam melakukan perjalanannya
a Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Melakukan Perpindahan Antarbangunan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima dengan
tujuan untuk melakukan pergerakan perpindahan antarbangunan membentuk pola
rdquomenerus yang melingkarrdquo dikarenakan arah pergerakan pejalan yang menerus pada
sepanjang ruang trotoar di muka bangunan kawasan mengikuti pola sirkulasi utama
kawasan yang membentuk loop
Pola pemanfaatan yang rdquomenerusrdquo ini disebabkan oleh kontinuitas pergerakan pejalan
kaki kawasan dalam melakukan perpindahan antar bangunan formal (perdagangan
modern) pada ruang-ruang trotoar sebagai ruang penghubung antaraktivitas formal
kawasan Pola pergerakan pejalan kaki yang menerus ini merupakan bangkitan dari
tarikan aktivitas perdagangan dan jasa formal kawasan yang menjadi alasan pengunjung
melakukan pergerakan berpindah antarbangunan
Pergerakan pejalan yang rdquomenerusrdquo ini juga dipengaruhi oleh keberadaan aktivitas
PKL di sepanjang ruang trotoar kawasan yang memberi kehidupan menerus pada ruang-
ruang ini Pergerakan menerus dilakukan oleh pejalan kaki kawasan secara linier pada
tepi jalan mengikuti pola jaringan jalan utama kawasan dan memanjang menuju lokasi
pencapaian tujuan pergerakan
Pola pemanfaatan ruang yang rdquomelingkarrdquo disebabkan oleh pencapaian tujuan pada
bangunan perdagangan modern kawasan secara memutar Sistem pencapaian bangunan
formal (perdagangan) yang memutar ini dipengaruhi oleh sistem sirkulasi utama kawasan
yang memiliki muara pada Jalan Simpang Lima (Lapangan Pancasila) dan membentuk
loop dimana dalam bentuk pencapaian yang loop ini diperlukan waktu untuk
mencapainya karena harus melewati banyak persimpangan-persimpangan yang
merupakan simpul-simpul bertemunya arus lalu lintas dari kelima ruas jalan kawasan
pada muaranya di Jalan Simpang Lima
b Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Berbelanja pada PKL di Sepanjang
Trotoar Kawasan dan Tepi Lapangan Pancasila Pola pemanfaatan ruang terbuka
publik Kawasan Simpang Lima dengan tujuan untuk berbelanja pada PKL di sepanjang
trotoar kawasan kurang lebih sama dengan pola pemanfaatan ruang dengan tujuan
melakukan perpindahan antarbangunan formal kawasan yaitu membentuk pola rdquomenerus
41
yang melingkarrdquo sepanjang ruang-ruang trotoar pada muka bangunan formal kawasan
mengikuti pola jaringan jalan utama kawasan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh aktivitas PKL pada sepanjang trotoar
kawasan dipengaruhi oleh penataan display berbagai jenis barang dagangan PKL yang
ditata sedemikian rupa berderet secara linier pada muka bangunan dan memanjang
mengikuti bentukan ruang trotoar sehingga mempermudah calon pembeli baik oleh
pejalan kaki maupun pengguna jalan yang lain (pengendara) untuk melihat dan memilih
jenis-jenis barang yang diinginkan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik dengan tujuan berbelanja pada PKL yang
berjualan di tepi Lapangan Pancasila membentuk pola rdquolinier yang melingkarrdquo mengkuti
sistem sirkulasi utama kawasan yang membentuk loop dengan muara sirkulasi pada
lapangan Pola pemanfaatan yang linier dipengaruhi oleh penataan display barang
dagangan yang ditata sedemikian rupa secara linier pada tepi Lapangan Pancasila (trotoar
lapangan) berhadaphadapan dengan sirkulasi pengunjung PKL yang berada pada tengah
ruang trotoar sebagai ruang yang tersisa dari kedua sisi ruang yang digunakan oleh PKL
Pola pemanfaatan ruang yang rdquomelingkarrdquo dipengaruhi oleh bentukan ruang yang
persegi membulat dengan trotoar sebagai pembingkai ruang lapangan Pemanfaatan yang
melingkar ini dibentuk oleh pergerakan pengunjung PKL yang menerus tanpa terputus
pada ruang trotoar tepi Lapangan Pancasila
c Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Melakukan Aktivitas Olahraga Rekreasi dan
Hiburan Berbelanja Pada PKL di Tengah Lapangan Pancasila
Pola pemanfaatan ruang Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk melakukan aktivitas
olahraga rekreasi dan hiburan serta berbelanja pada PKL yang berjualan di tengah
Lapangan Pancasila memiliki pola pergerakan rdquocurvelinierrdquo Aktivitas-aktivitas ini
cenderung dilakukan secara berkelompok mengingat daya tampung ruang lapangan yang
cukup besar sehingga memungkinkan untuk pergerakan yang bebas dan santai dengan
suasana rekreatif dengan arah pergerakan yang tidak beraturan dikarenakan tanpa adanya
bentukan fisik pembatas antaraktivitas kegiatan Aktivitas olahraga yang seringkali
dilakukan menempati ruang Lapangan Pancasila adalah olahraga sepak bola dimana
olahraga ini biasa dilakukan secara berkelompok dengan pergerakan yang tidak beraturan
pada ruang
Sedangkan pergerakan aktivitas rekreasi dan hiburan yang juga cenderung dilakukan
secara berpasanganberkelompok ini dipengaruhi oleh tujuannya untuk melihat-lihat
pemandangansuasana kawasan sehingga membentuk pola pergerakan yang tidak
41
beraturan dan berkelok-kelok dengan sesekali berhenti untuk mengagumi view atau
sekedar untuk mengobrol
Pola pergerakan pejalan kaki pada ruang Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk
berbelanja pada PKL di tengah lapangan mempunyai pola pergerakan rdquocurvelinierrdquo
dipengaruhi oleh bentukan ruang lapangan yang persegi membulat dengan daya tampung
ruang cukup besar dan sistem sirkulasi pengunjung yang memungkinkan arah pergerakan
dengan bebas Aktivitas PKL yang memiliki kecenderungan berkelompok berdasarkan
jenis barang yang diperdagangkan ini berdampak pada penataan display barang sehingga
sistem sirkulasi pengunjung PKL pun pada akhirnya mengikuti pola pemanfaatan ruang
oleh aktivitas PKL dengan pergerakan yang tidak beraturan pada ruang (curvelinier)
dengan suasana rekreatif dan santai
Dengan adanya pergerakan pejalan kaki Kawasan Bundaran Simpang Lima yang
rdquomenerus dan melingkarrdquo membentuk linkage seyogyanya pejalan kaki diberikan ruang
yang layak demi keamanan dan kenyamanan pejalan dan pengguna jalan yang lain
Dengan kecenderungan sifat manusiawi pejalan yang enggan melakukan perjalanan
dengan permukaan yang naik atau menaik solusi yang ditawarkan tentu tidak bisa berupa
jembatan penghubung antarbangunan Sebab selain memerlukan biaya yang tidak sedikit
dapat menghalangi pandanganview suatu kawasan berpotensi menggunakan sebagian
ruang terbuka publik itu sendiri dan keengganan pejalan berjalan pada permukaan yang
naik sebagai sifat dasar pejalan kaki maka alangkah lebih baiknya apabila solusi yang
ditawarkan sebagai ruang untuk pejalan kaki kawasan di luar konteks teknologi adalah
berupa subway yaitu ruang publik untuk pejalan kaki yang dibangun di bawah tanah yang
menjadi penghubung antarbangunan dengan karakteristik berupa terowongan di bawah
tanah bebas dari sirkulasi kendaraan kawasan bebas dari kebisingan akibat intensitas lalu
lintas kawasan yang cukup tinggi mampu menjadi alternatif ruang untuk PKL dan parkir
off street kawasan sekaligus sebagai jalur pedestrian kawasan
41
352 Kajian PKL di Jalur Pejalan Kaki di Jalan Samanhudi Kabupaten Jember
3521 Analisa Konflik Kepentingan
Tabel IV1Analisa Konflik Kepentingan
Sumber Hasil Analisis Maria Kurnia U 2009
41
3522 Analisa Konflik Penggunaan Ruang
Tabel IV2
Analisa Konflik Penggunaan Ruang
Sumber Hasil Analisis Maria Kurnia U 2009
3523 Analisis Konsep Simbiosis Mutualistik
A Analisa Teori
Analisa ini bertujuan menelusuri konflik kepentingan dan konflik penggunaan ruang
melalui kajian teori-teori tentang penataan PKL yang didapatkan dari literature dan penelitian
PKL yang pernah dilakukan sebelumnya Meminimalisir konflik yang terjadi diperlukan
ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun
menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan
Samanhudi dengan kawasan PKL lain
ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL
41
ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun
dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja
namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang
namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan
ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa
jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan
harga antara pedagang formal dan PKL
ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan
pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak
penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi
antar pihak
ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai
dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan
perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang
informal
ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan
persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL
ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan
dalih keamanan
ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan
pejalan kaki dan pengendara kendaraan
ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki
ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL
ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan
ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa
harus saling menumpuk
ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak
ndash Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini
menjadi jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen
B Triangulasi Konsep Simbiosis Mutualistik
Triangulasi konsep simbiosis mutualistik dilakukan untuk mendapatkan konsep-
konsep penataan pedagang kaki lima yang menguntungkan berbagai pihak yang terkait yang
membandingkan antara fakta empiris studi kasus dan teori
41
Mengakui eksistensi PKL didukung dengan program kebijakan untuk mengelola
aktivitas PKL
Penyuluhan pembinaan dan pelatihan untuk PKL
Pemberian bantuan modal dari pemerintah maupun dari sektor swasta (dengan konsep
kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitusaja namun dilakukan kontrol terhadap dana
bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang begitu saja namun dapat dimanfaatkan secara
berkelanjutan
Peningkatan citra kawasan melalui pembentukan karakter khusus PKL di lokasi studi
sehingga membedakan PKL Samanhudi dengan PKL di kawasan lain
Pengelompokkan PKL menurut jenis barang dagangan dan perletaknnya diatur menurut
jenis dagangan toko formal sehingga tidak terjadi perebutan konsumen
Peningkatan citra kawasan sehingga menambah daya tarik pengunjung
Pembentukan Paguyuban Samanhudi yang beranggotakan PKL pedagang formal dan
pihak penengah untuk menyamakan aspirasi antar golongan dan sebagai forum diskusi
Legalitas sektor informal yang diakui oleh pemerintah
Perumusan kebijakan dan peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan
perdagangan informal
Peraturan didukung pengawasan yang ketat sangsi yang jelas dan sosialisasi serta
persamaan persepsi
Perancangan sarana usaha sesuai dengan jenis barang dagangan dan aspirasi PKL
Sosialisasi status ruang PKL
Peningkatan keamanan dan pengawasan untuk mencegah pemerasan tindak kejahatan
lain
Mempertahankan orientasi PKL ke arah bangunan formal
Perbaikan pelebaran dan pemeliharaan jalur pejalan kaki (pedestrian) sebatas ruang
parkir on street sehingga jalur aktif jalan tidak berkurang
Pemisahan yang jelas antara jalur pejalan kaki dan ruang PKL
Pemisahan yang jelas antara jalur pengendara ruang PKL dan jalur pejalan kaki
Mengatur ruang parkir off street di sepanjang jalan untuk mengurangi beban jalan akibat
penyempitan jalan karena adanya pelebaran pedestrian
Perpanjangan sosoran dari bangunan formal sebagai pelindung pejalan kaki dan ruang
PKL sehingga PKL tidak perlu memakai ataptambahan untuk kiosnya
Bentuk sarana usaha berupa meja dorong tanpa atap agar akses visual pencahayaan dan
penghawaan ke bangunan formal tidak terhalang
41
Diberikan jarak setiap 2 kios sebagai akses masuk ke bangunan formal
Mengikutsertakan seluruh pihak terkait dalam penyampaian keputusan
Perancangan dapat mewadahi ruang PKL
Ruang PKL mengikuti arus pergerakan manusia
Pengaturan kebersihan dan ketertiban
C Konsep Legalitas PKL
Adanya pengakuan resmi dari pemerintah terhadap PKL Samanhudi sebagai salah satu
sector ekonomi di kawasan studi melalui surat keputusan resmi Surat keputusan ini
sekaligus mengatur hak kewajiban dan tanggung jawab PKL sebagai kompensasi
perubahan status yang telah diberikan oleh pemerintah
PKL berhak mendapatkan perlindungan hokum dan pinjaman modal dari pemerintah
Namun sebagai sector resmi PKL dikenakan pajak penghasilan dan retribusi Besarnya
pajak Pajak penghasilan dibedakan dari sektorformal Dengan membayar pajak PKL
berhak mendapatkan perlindungan pemerintah dari oknum preman dsb
PKL wajib mendukung program-program penertiban yang dilakukan pemerintah Apabila
PKL melanggar hak dan kewajiban yang telah diputuskan PKL tidak berhak lagi
menempati lapak yang telah dipinjamkan oleh pemerintah Dan dicabut ijin berjualannya
di kawasan Samanhudi
Dalam konsep ini simbiosis mutualistik terjadi antara pemerintah dan PKL dimana PKL
mendapatkan pengakuan perlindungan dan bantuan modal dari pemerintah sementara
pemerintah mendapatkan retribusi pajak penghasilan dan ketertiban dari PKL
D Konsep Pembinaan dan Permodalan
Pedagang kaki lima perlu untuk mendapatkan pembinaan dari pemerintah Kabupaten
Jember untuk meningkatkan kemampuan wirausaha dan peningkatan kualitas barang
dagang dan pelayanan terhadap pembeli konsumen sehingga bias meningkatkan
pendapatan dan aktivitas pedagang kaki lima dapat member nilai tambah serta dapat
memberkan peluang kerja yang dapat mengurangi tingkat pengangguran di Kabupaten
Jember Bentuk pembinaan berupa penyuluhan yang diberikan berkala secara rutin
Program pembinaan diadakan oleh pemerintah
Program pembinaan juga digunakan sebagai sarana pertemuan rutin dan sosialisasi
peraturan-peraturan yang dilakukan pemerintah
Program pembinaan juga dapat dijadikan sarana untuk selalu mengingatkan hak dan
kewajiban serta sangsi yang diterapkan bila PKL melanggar selama beroperasi dikawasan
Samanhudi
41
Program pembinaan memberikan keuntungan kepada PKL dan pemerintah PKL
mendapatkan peningkatan kemampuan dan pemerintah mendapat sarana sosialisasi
Pemberian bantuan modal ini tidak ditujukan kepada semua pedagang kaki lima tetapi
diberikan kepada beberapa pelaku usaha yang memiliki potensi dan criteria yang telah
ditentukan
Pemerintah dalam memberikan bantuan modal ini juga harus bekerja sama dengan
instansi-isntansi lain yang terkait
Pemberian modal dari pihak swasta sangat disarankan
Konsep ini memberikan keuntungan kepada pihak PKL berupa bantuan modal dengan
bunga ringan keuntungan laba pinjaman kepada pemberi modal dan bila pihak swasta
terlibat mendapatkan keuntungan berupa kesempatan untuk periklanan
E Konsep Kelembagaan Paguyuban Samanhudi
Paguyuban Samanhudi merupakan Kelembagaan yang memiliki kewenangan atau
keterikatan dengan pengelolaan dan pembinaan Pedagang Kaki Lima KoridorJalan
SamanhudiPaguyuban ini beranggotakan wakil PKL wakil pedagang formal wakil
pemerintah dari dinas Kebersihan dan Pertamanan Dinas Polisi Pamong Praja Dinas
Pariwisata Dinas Pendapatan dan Dinas LPMK Kabupaten Jemberserta pihak penengah
selaku penasehat dan pihak netral yang diwakili oleh pakar PKL dari universitas tokoh
masyarakat dan pakar PKL lainnya
Peran Paguyuban ini adalah sebagai forum diskusi dari semua pihak untuk menampung
aspirasi dan menetralisasi konflik yang terjadi sehingga setiap aspek dikoridor jalan
Samanhudi dapat melakukan koordinasi dan semua aspirasi dari semua pihak dapat
tersampaikan Fungsi paguyuban juga sebagai sarana mengikutsertakan semua pihak
terkait dalam membuat rancangan peraturan dan sosialisasi peraturan yang telah
ditetapkan pemerintah mengenai PKL kepada semua pihak terkait
Paguyuban juga berfungsi sebagai pihak pengawas bekerja sama dengan pihak kepolisian
dan pamong praja untuk mengawasi segala pelanggaran yang dilakukan oleh semua pihak
terkait Penerapan sangsi harus tegas dan diawasi oleh paguyuban sehingga tidak terjadi
rsquopenyelesaiandamairsquo dari pihak pelanggar dana para penegak peraturan
Paguyuban memberikan keuntungan kepada PKL pedagang formal pemerintah dan
masyarakat berupa kesempatan untuk menyalurkan aspirasi
41
353 Kajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit Kariyadi
Semarang
3531 Analisis Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar
Rumah Sakit dr Kariadi
Analisis karakteristik aktivitas PKL menggunakan metode deskriptif kuantitaif
dan distribusi frekuensi Analisis ini nantinya menunjang untuk analisis selanjutnya
yaitu analisis karakteristik berlokasi PKL Analisis ini meliputi lokasi aktivitas PKL
tempat usaha PKL jenis barang dagangan sarana fisik berdagang pola layanan pola
penyebaran serta status kepemilikan usaha Uraian dari masing-masing analisis
tersebu dipaparkan sebagai berikut
a Lokasi Beraktivitas
Sesuai dengan ruang lingkup spasial dari penelitian ini lokasi yang digunakan
PKL untuk memanfaatkan aktivitas kegiatan utama Rumah Sakit dr Kariadi adalah di
sepanjang penggal Jalan dr Kariadi sebagian Jalan Veteran dan sebagian Jalan dr
Soetomo Mereka berlokasi di penggalpenggal jalan tersebut dikarenakan jalan
tersebut merupakan batas dari kawasan fasilitas kesehatan dan merupakan jalan arteri
sekunder kolektor sekunder dan lokal sekunder yang ramai orang berlalu lalang
lintas kendaraan serta dilewati jalur angkutan umum Kondisi tersebut ditangkap oleh
PKL sebagai peluang untuk mendapatkan konsumen dengan memanfaatkan tingkat
kunjungan yang tinggi dari aktivitas kegiatan utama serta orang yang lalu lalang yang
melintas di penggal jalan-jalan tersebut Untuk lebih jelas mengenai lokasi PKL dapat
dilihat pada Gambar berikut
41
Gambar 33
Lokasi Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Pada lokasi tersebut terbagi menjadi spot-spot yang menjadi lokasi PKl
berdasarkan penggal jalan yang telah disebutkan sebelumnya yaitu Jalan dr Kariadi
Jalan Veteran dan Jalan dr Soetomo Spot-spot tersebut memiliki karakteristik
masing-masing baik dari sisi aktivitas dan ruang usaha PKL maupun dari karakteristik
berlokasinya Di penggal Jalan dr Kariadi terdapat beberapa bagian yang merupakan
lokasi larangan untuk PKL lokasi yang diperbolehkan untuk menggelar dagangan
PKL serta PKL binaan kelurahan yang dikenal dengan istilah PKL orange Pada Jalan
Veteran yang diminati oleh PKL berada di sisi selatan jalan Lokasi tersebut juga
diperbolehkan untuk berdagang PKL sebagai kompensasi penggantian lokasi
penggusuran PKL yang berasal dari Jalan dr Kariadi sisi barat Lokasi yang
seharusnya bersih dari PKL adalah Jalan dr Soetomo karena merupakan jalur merah
Namun lokasi ini tetap diminati untuk berlokasi PKL diantaranya dikarenakan tidak
adanya lokasi lain serta lokasinya yang strategis Kestrategisan tersebut dilihat dari
status jalan yang merupakan jalan utama penghubung ke pusat-pusat aktivitas lainnya
serta akses ke pusat kota maupun ke luar kota sehingga frekuensi kendaraan yang lalu
lalang tinggi Selain itu lokasinya yang dekat dengan kegiatan utama yang ada di
sekitarnya seperti Rumah sakit dr Kariadi perkantoran ataupun permukiman Hal
tersebut dimanfaatkan PKL sebagai peluang mendapatkan konsumen
b Tempat Usaha
41
Lokasi yang diminati PKL tidak menyediakan tempat khusus untuk berdagang
PKL sehingga mereka menggunakan ruang-ruang publik untuk tempat usahanya
seperti di trotoar di atas saluran drainase bahu jalan dan badan jalan Dengan
difungsikannya ruang-ruang publik tersebut menjadi tempat berdagang bagi PKL
berakibat menurunnya fungsi ruang publik tersebut mengurangi citra kawasan serta
menurunnya kualitas lingkungan Oleh pemerintah kota ruang-ruang publik tersebut
dimanfaatkan untuk tempat usaha PKL karena diperlukan tempat usaha di lokasi
tersebut Hal ini sebagai upaya pemerintah untuk mewadahi aktivitas tersebut
Tempat-tempat tersebut dilegalkan menjadi tempat usaha yang diperuntukkan bagi
PKL sesuai dengan peraturan daerah nomor 11 tahun 2000 tentang PKL yang
notabene bertolak belakang dengan peraturan daerah lainnya yang mengatur tentang
ketertiban keindahan dan pertamanan Persentase PKL yang menempati ruang-ruang
publik dapat dilihat pada Gambar berikut ini
Gambar 34
Persentase Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Terdapat pula PKL yang tidak mendapat izin tempat usaha berdagang
khususnya PKLyang berlokasi di daerah larangan untuk PKL serta berdagang pada
waktu yang tidak diperbolehkan sehingga mereka tidak ditarik retribusi dan sewaktu-
waktu dapat ditertibkan oleh aparat penegak tata tertib Namun ketidaktertiban aparat
PKL yang tidak mendapat izin tersebut kadang-kadang juga dipungut retribusi yang
diistilahkan dengan uang keamanan namun frekuensinya tidak teratur PKL dalam
golongan ini jumlahnya minoritas jika dibandingkan dengan PKL yang mendapat izin
tempat usaha Berikut sketsa sebaran PKL menurut tempat usahanya yang dapat
dilihat pada Gambar
41
Gambar 35
Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
c Jenis Barang Dagangan
Dagangan mayoritas yang diperdagangkan oleh PKL di sekitar Rumah Sakit
dr Kariadi adalah jenis barang dagangan makanan seperti warung tegal bakso soto
es buah dan makanan kecil Jenis dagangan tersebut diminati karena PKL mencoba
menangkap aktivitas kegiatan utama yang banyak membutuhkan jenis barang
dagangan makanan
Jenis barang dagangan yang paling minoritas diperdagangkan adalah buah-
buahan Jenis dagangan inipun hanya dijumpai di penggal Jalan dr Kariadi karena di
penggal jalan tersebut terdapat pintu masuk pengunjung rumah sakit Jenis barang
dagangan ini biasanya digunakan sebagai cangkingan atau oleh-oleh untuk membesuk
pasien Namun jenis dagang ini kurang diminati pedagang dikarenakan barangnya
yang mudah busuk tidak mempunyai tempat penyimpanan khusus seperti kulkas
relatif mahal karena rata-rata buah impor serta konsumennya relatif sedikit
Kekurangminatan pedagang untuk menjual jenis dagangan ini dapat dilihat dari
sedikitnya jumlah PKL yang menjual dagangan ini
Jenis barang dagangan lain yang banyak diperdagangkan adalah kelontong
karena berjualan bermacam-macam jenis barang dari rokok makanan kecil air
kemasan bahkan sampai barang kebutuhan mereka yang beraktivitas di kegiatan
41
utama yaitu rumah sakit seperti untuk kebutuhan penunggu pasien yaitu tikar kipas
termos untuk air panas dan jenis barang lainnya
Jenis dagangan yang lain merupakan jenis barang dagangan yang umum
diperdagangkan atau jenis barang dagangannya hampir ada setiap ruas jalan-jalan
besar lokasi PKL lainnya di kota besar yang kebanyakan termasuk dalam jenis barang
dagangan non makanan dan jasa pelayanan seperti warung telekomunikasi bensin
tambal ban voucher pulsa fotocopy Untuk jasa pelayanan fotocopy yang banyak
tersebar di kawasan tersebut terkait dengan adanya kegiatan utama berupa fasilitas
pendidikan seperti Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro akademi
keperawatan dan farmasi sedangkan untuk jenis dagangan umum lainnya terkait
adanya permukiman di sekitar lokasi tersebut Namun ada barang dagangan yang khas
yaitu nisan karena lokasi sekitar Rumah sakit dr Kariadi terdapat tempat pemakaman
umum yang cukup besar yaitu TPU Bergota
Jenis dagangan yang dijual dapat dikatakan tidak semata hanya melayani
untuk aktivitas yang terkait dengan Rumah Sakit dr Kariadi namun juga melayani
terhadap aktivitas lainnya disekitar Rumah Sakit dr Kariadi seperti fasilitas
pendidikan permukiman pemakaman serta perkantoran bahkan aktivitas transportasi
seperti kebutuhan supir angkutan umum dan supir taxi Untuk lebih jelas mengenai
perbandingan jumlah PKL menurut jenis barang dagangan di masing-masing penggal
jalan dapat dilihat pada gambar berikut ini
Gambar 36
Karakteristik Jenis Barang Dagangan Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
41
d Sarana Fisik Berdagang
Masing-masing lokasi memiliki jenis sarana berdagang mayoritas yang
berbeda-beda Pada penggal Jalan dr Kariadi mayoritas PKL di penggal jalan tersebut
menggunakan kios sebagai sarana berdagangnya Kios-kios tersebut awalnya
merupakan warung semi permanen yang disekat-sekat Namun seiring dengan
perkembangan waktu dan adanya praktek sewa tempat usaha maka warung tersebut
dibangun permanen oleh pemiliknya bahkan diantaranya ada yang dilengkapi dengan
kamar mandi serta ruang tidur Hal tersebut dikarenakan sebagian kios juga dijadikan
sebagai tempat tinggal pemiliknya Asal pedagang yang dari luar Kota Semarang serta
biaya yang mengontrak relatif mahal sehingga menjadikan kiosnya sebagai sarana
usaha serta tempat tinggal sekaligus Sarana dagang tersebut telah menyimpang dari
peraturan daerah tentang PKL Latar belakang pendidikan PKL yang sebagian rendah
kemungkinan menjadi penyebab kurangnya pemahaman pedagang terhadap produk
hukum tersebut atau memang mengerti namun sengaja dilanggar karena tidak adanya
upaya pemerintah untuk menertibkan sarana berdagang yang telah melanggar
peraturan tersebut Selain itu ketidaktergantungan PKL terhadap ketersediaan
prasarana penunjang menjadikan PKL dalam beraktivitas tidak mempertimbangkan
aspek tersebut
Selain kios sarana dagangan yang banyak diminati adalah gerobak tenda yaitu
sarana dagangan utamanya gerobak yang ditunjang dengan tenda yang biasanya untuk
tempat makan konsumen Sarana dagang ini dianggap praktis karena mudah
dibongkar pasang serta dipindahkan Terlebih sarana dagang ini sesuai dengan
himbauan pemerintah dalam Perda No 11 tahun 2000 yaitu sarana PKL adalah yang
mudah untuk dibongkar serta dipindahkan
Lain halnya dengan PKL di penggal Jalan dr Soetomo mereka lebih banyak
menggunakan gerobak Hal tersebut dikarenakan lokasi tersebut merupakan lokasi
larangan untuk PKL tapi mereka tetap bertahan di lokasi tersebut dengan alasan tidak
tersedia tempat lain yang strategis untuk berjualan Dengan menggunakan gerobak
memudahkan mereka untuk lari atau berpindah tempat jika ada penertiban oleh aparat
penegak tata tertib
Di penggal Jalan Veteran sama halnya dengan sarana fisik yang digunakan
berdagang oleh PKL di penggal Jalan dr Kariadi Mereka mayoritas menggunakan
41
sarana berdagang berupa kios Mereka menggunakan sarana fisik dagangan kios
permanen yang dianggap aman karena memperoleh izin tempat usaha dari pihak
terkait untuk berdagang Namun sarana dagang yang dibuat permanen tersebut tidak
sesuai dengan perda tentang PKL yang mengharuskan sarana dagang pedagang kaki
lima yang mudah dibongkar dan dipindah-pindah
Sarana fisik dagangan yang kurang diminati adalah mobil Walaupun cukup
fleksibel untuk berpindah-pindah namun biaya untuk operasional sehari-hari cukup
mahal seperti bahan bakar perawatan mobil ataupun untuk pengadaan unit mobil itu
sendiri Hanya terdapat satu PKL yang menggunakan sarana dagangan ini yaitu
berada di penggal Jalan dr Kariadi Namun karena pada waktu penyebaran kuesioner
pedagang ini tidak berada di lokasi maka tidak masuk menjadi responden
e Pola Layanan
Untuk pola pelayanan terdapat tiga aspek yang dibahas yaitu mengenai waktu
layanan
aktivitas PKL serta sifat layanan Berikut uraian dari analisis pola pelayanan tersebut
1 Waktu Layanan
Sesuai waktu aktivitas kegiatan utama yang rata-rata pagi hingga sore hari
seperti fasilitas pendidikan perkantoran serta jam berkunjung dan pemeriksaan rumah
sakit maka mayoritas PKL membuka usahanya pada waktu tersebut yaitu sekitar
pukul 0900 hingga pukul 1600 Namun khusus yang berada di penggal Jalan dr
Kariadi yaitu di sekitar pintu masuk dan lokasi larangan untuk PKL hanya
diperbolehkan untuk berjualan pada sore hingga malam hari yaitu biasanya mereka
membuka usahanya sekitar pukul 1600 hingga 0000 Terdapat beberapa PKL yang
waktu usahanya menyesuaikan dengan waktu pelayanan rumah sakit yang buka 24
jam atau sepanjang hari Hal tersebut dilakukan menangkap peluang menjajakan
barang dagangan untuk kebutuhan aktivis rumah sakit seperti penunggu pasien
pengunjung atau petugas piket atau jaga serta tidak menutup kemungkinan pembeli
dari pengendara yang lalu lalang atau supir transportasi umum
Hal tersebut juga berlaku di penggal jalan yang lain dimana mayoritas
membuka usahanya pada pagi hingga sore hari Hanya minoritas yang membuka
usaha pada sore hingga malam hari serta sepanjang hari Faktor lain yang dapat
mempengaruhi waktu aktivitas PKL selain menyesuaikan waktu aktivitas kegiatan
utama adalah kepemilikan usaha yang merupakan milik pribadi sehingga mereka
membuka usahanya sesuai keinginan mereka
41
Terdapat pula fenomena satu lokasi ditempati oleh dua PKL dengan waktu
layanan yang berbeda PKL yang beraktivitas pada pagi hingga sore mencoba
menagkap peluang dari kunjungan ke kegiatan utama seperti rumah sakit fasilitas
pendidikan perkantoran serta perdagangan informal dan tidak menutup orang yang
lalu lalang melewati jalan-jalan tersebut Lokasi yang dianggap strategis serta
berprospektif tersebut digunakan oleh PKL lain untuk berjualan di tempat yang sama
Hal tersebut dimanfaatkan PKL untuk menangkap peluang dari kegiatan rumah sakit
serta orang yang lalu lalang Selain itu juga menangkap konsumen dari penumpang
bus malam yang melewati Jalan dr Soetomo dimana di jalur tersebut terdapat halte
serta konsumen dari supir angkutan umum yang sedang istirahat sejenak Berikut
pemetaan PKL menurut waktu berdagangnya
Gambar 37Peta Sebaran Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Menurut Waktu Layanan
2 Sifat Layanan
Dari gambar di bawah ini dapat disimpulkan bahwa mayoritas PKL di sekitar
Rumah Sakit dr Kariadi memiliki sifat layanan menetap baik dari segi tempat
berdagangnya yang tetap serta waktu berdagangnya yang sama setiap harinya hal ini
nampak pada sarana fisik dagangan para PKL tersebut yang berupa kios yang
memang tidak bisa dipindah-pindah atau permanen Hanya 13 yang memiliki sifat
layanan semi menetap Berikut persentase PKL menurut sifat layanannya
41
Gambar 38Persentase Sifat Layanan Pedagang Kaki LimaDi Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Sifat layanan semi menetap biasanya PKL yang tempat usahanya yang
merupakan gabungan antara menetap dengan keliling yaitu pada awal waktu
berdagang pada lokasi yang sama tiap harinya namun jika belum habis dagangannya
mereka berkeliling serta jam berdagang yang tidak tetap tiap harinya terkadang hanya
sampai siang karena dagangannya habis Sisanya yang 2 berjualan secara
berkeliling yang diantaranya bertujuan untuk mendekati konsumen serta
memanfaatkan waktu-waktu puncak kegiatan utama rumah sakit seperti waktu
kunjungan menjenguk pasien
f Pola Penyebaran
Pola penyebaran PKL mayoritas mengikuti pola jalan yang ada yaitu linier
Mereka berjualan di bahu-bahu jalan bahkan ada yang berada di atas saluran drainase
Selain itu pola penyebaran tersebut terbentuk karena lokasi yang diperbolehkan untuk
PKL menempati trotoar trotoar sepanjang jalan yang secara otomatis membentuk
linier Alasan lainnya yang diungkapkan oleh pedagang adalah agar dagangannya
mudah dilihat oleh orang yang lalu lalang Namun terdapat beberapa PKL yang
berjualan secara aglomerasi dengan PKL yang berjualannya bergerombol di dekat
pintu masuk pengunjung Rumah Sakit dr Kariadi seperti yang dapat dijumpai di Jalan
dr Kariadi yaitu bergerombol di sekitar pintu masuk pengunjung rumah sakit serta di
Jalan dr Soetomo yang bergerombol di dekat pintu masuk UGD dan pintu masuk ke
Gedung Pavilliun Garuda Hal tersebut dimaksudkan untuk mendekati pengunjung
yang akan masuk ke rumah sakit Hanya sebagian kecil saja yang lokasinya berjauhan
dengan PKL lainnya atau menyebar untuk mengurangi persaingan dengan PKL
lainnya
41
g Kesimpulan Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar
Rumah Sakit dr Kariadi
Tempat usaha tidak terdapatnya tempat yang dikhususkan untuk PKL pemerintah
memfasilitasinya dengan memperbolehkan menempati ruang-ruang publik seperti
trotoar badan atau bahu jalan serta di atas saluran drainase melalui Perda no 11 tahun
2000 Namun hal ini dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan
serta visual kawasan dan tidak optimalnya ruang publik tersebut Mayoritas PKL di
kawasan tersebut telah mengantongi izin tempat usaha dari kelurahan selaku pihak
berwenang
Jenis barang dagangan karakteristik jenis barang dagangan PKL pada umumnya
mengikuti kebutuhan kegiatan utama yaitu aktivitas Rumah Sakit dr Kariadi dan
sekitarnya seperti fasilitas pendidikan perkantoran perdagangan informal
permukiman dan pemakaman Jenis barang dagangan yang mayoritas diperdagangkan
berupa makanan Jenis barang dagangan yang diperdagangkan adalah non makanan
buah-buahan jasa pelayanan serta kelontong Terkait dengan kegiatan utama terdapat
beberapa jeni barang dagangan yang spesifik seperti termos tikar kipas guna
memenuhi kebutuha penunggu pasien
Sarana fisik dagangan mayoritas berupa kios yang dibangun permanen serta
gerobak tenda Menggunakan kios dikarenakan lokasinya yang telah dilegalkan untuk
aktivitas PKL serta terkait pola layanan yang menetap serta pada waktu berdagang
yang tetap Sedangkan gerobak tenda banyak digunakan oleh pedagang makanan
dimana tendanya digunakan sebagai tempat untuk konsumen Untuk bangunan
permanen diantaranya digunakan sebagai tempat tinggal Ketidakketergantungan
PKL terhadap prasarana penunjang sehingga PKL tidak mempertimbangkan aspek
tersebut karena mereka dapat mengusahakan sendiri
Pola pelayanan dari segi waktunya mengikuti waktu aktivitas kegiatan utama yaitu
pagi hingga sore hari sekitar pukul 0900 ndash 1600 serta telah mendapat izin tempat
usaha dari pihak berwenang namun terdapat pula PKL yang beraktivitas sore hingga
malam hari yaitu pukul 1600 ndash 0000 serta sepanjang hari Sifat layanannya menetap
mengingat mayoritas bersarana fisik dagangan berupa kios serta waktu berdagang
yang relatif tetap
Pola penyebaran mayoritas secara linier yaitu mengikuti pola jalan karena lokasi
yang dilegalkan untuk PKL oleh pemerintah menempati ruang-ruang publik seperti
trotoar di atas saluran drainase dan bahu jalan yang notabene mengikuti pola jalan
41
Selain itu terdapat sebagian beraglomerasi di sekitar pintu masuk rumah sakit yang
bertujuan untuk mendekati konsumen dan sisanya menyebar agar mengurangi
saingan
ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun
menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan
Samanhudi dengan kawasan PKL lain
ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL
ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun
dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja
namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang
namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan
ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa
jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan
harga antara pedagang formal dan PKL
ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan
pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak
penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi
antar pihak
ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai
dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan
perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang
informal
ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan
persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL
ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan
dalih keamanan
ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan
pejalan kaki dan pengendara kendaraan
ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki
ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL
ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan
ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa
harus saling menumpuk
41
ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak
Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini menjadi
jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen
41
Pengelolaan PKL
Pengelolaan PKL di Bundaran
Simpang Lima
Lima Semarang
Pengelolaan PKL di
Kabupaten Jember
Pengelolaan PKL di Kawasan Sekitar Rumah
Sakit dr Kariadi Semarang
Mengakui keberadaan PKL dengan
menuangkannya di dalam produk-
produk tata ruang
Penegakan peraturan
perundagangan yang terkait
dengan PKL
Menjalin kerjasama dengan sektor
formal dalam menyediakan ruang
bagi PKL
Menyediakan ruang perkotaan
yang dikhususkan bagi sektor
informal
Peningkatan citra PKL
Pengakuan terhadap eksistensi PKL
Control terhadap dana bantuan
Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo
Penindakan tegas kepada oknum yang
melakukan perampasan hak pada PKL
dengan dalih keamanan
Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk
menampung aktivitas PKL dan pejalan
kaki
Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan
jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir yang tepat
Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal
Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan
jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir
Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL
dan konsumen yang aman dari gangguan
pejalan kaki dan pengendara kendaraan
41
36 Temuan Studi
Temuan studi ini dimana akan menjawab sasaran yang disesuaikan dari contoh kasus yang ada di Indonesia Berikut adalah tabel matrik temuan
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
Mengetahui
permasalahan
PKL di jalur
pejalan kaki
Keberadaan sektor PKL yang menempati ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima memakai separuh lebih lebar trotoar bahkan seringkali tidak menyisakan sedikit pun ruang untuk pejalan kaki Ruang-ruang trotoar menjadi tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya sebagai ruang pemisah antara ruang yang digunakan untuk sirkulasi pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan Ruang-ruang trotoar tersebut banyak yang beralih fungsi menjadi lokasi berdagang PKL
Peralihan fungsi trotoar ini menyebabkan terganggunya aktivitas pejalan kaki sehingga pejalan terpaksa harus menggunakan jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk berjalan guna menghindari berbagai hambatan di atas trotoar Hal ini menyebabkan pejalan kaki terpaksa harus berhati-hati jika melangkah terkadang juga harus mengalah berjalan pada ruang-ruang jalur lambat dan sebagian badan jalan Kondisi ini sangat tidak aman dan
Masalah yang utama itu dari setiap
pedagang kaki lima di Jalur Pejalan Kaki
di Jalan Samanhudi Jember yaitu
Penggusuran Para PKL liar yang tidak
memiliki TDU(Tanda Daftar Usaha)
mereka biasanya akan di gusur dengan
peringatan yang di berikan sampai di
laksanakan penggusuran paksa padahal
Pedagang kaki lima merupakan salah satu
solusi akan masalah tingginya angka
pengangguran dan sedikitnya lapangan
kerja bagi masyarakat berpendidikan
rendah seperti mereka Pemerintah dalam
hal ini tidak dapat menyediakan lahan
pengganti bagi mereka untuk melanjutkan
usaha mereka jika pun ada pemerintah
menyediakan lahan-lahan yang letaknya
kurang strategis yang secara pasti
menurunkan dan mematikan pendapatan
yang mereka dapatkan dan akhirnya
Legalitas lokasi aktivitas
PKL yang biasanya ditempatkan
di dalam ruang publik seperti di
atas trotoar di atas saluran
drainase taman dan ruang publik
lainnya patut dipertanyakan
karena ketidakberdayaannya
peraturan tersebut dalam
menangani PKL Sebagai contoh
di sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi legalitas lokasi untuk
aktivitas PKL yang linier di
sepanjang jalan yang bertempat di
atas drainase Dalam aspek
apapun hal tersebut tidak dapat
dilegalkan terlebih tidak ada
penjelasan mengenai luasan atau
desain yang diperbolehkan PKL
untuk menggelar dasaran pada
dimensi saluran drainase yang
PKL yang menempati
ruang-ruang trotoar
menyebabkan
terganggunya aktivitas
pejalan kaki
Pemerintah tidak dapat
menyediakan lahan
pengganti
Legalitas lokasi aktivitas
PKL yang biasanya
ditempatkan di dalam
ruang publik seperti di atas
trotoar di atas saluran
drainase taman dan ruang
publik patut
dipertanyakan
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
nyaman bagi pejalan kaki ataupun bagi pengendara kendaraan bermotor karena mengganggu arus lalu lintas dan membahayakan keselamatan jiwa mereka hal seperti ini dapat kita lihat di depan dan di samping Masjid Baiturrahman di depan Citraland Mall di depan dan di samping Plasa Simpang Lima di depan dan di samping Kompleks Pertokoan Simpang Lima di depan dan di samping Ramayana Super Center di depan dan di samping SMKN 7 SemarangKantor Telkom dan di depan Gajahmada Plaza
Pemilihan lokasi PKL dipengaruhi oleh kecenderungan aktivitas PKL yang selalu menentukan lokasi mendekati pusat-pusat keramaian atau pusat-pusat perdagangan dan jasa dan lokasi-lokasi yang sering dikunjungi oleh orang banyak dalam kurun waktu tertentu secara periodik dan menerus Alasan inilah yang kemudian mendasari penentuan lokasi PKL Kawasan Bundaran Simpang Lima untuk berjualan di trotoar karena ruang-ruang jalur pedestrian inilah yang
mereka harus gulung tikar dan menjadi
pengangguran yang semakin menambah
permasalahan di Indonesia Pemerintah
harus mencari cara dan tempat yang baik
untuk mereka berdagang ditengah modal
mereka yang kecil agar di sisi lain semua
para pedagang kaki lima tidak hilang
lapangan kerjanya dan bias melanjutkan
kelangsungan hidupnya
ada Selain itu PKL juga
menempati trotoar yang
mengakibatkan bertambahnya
permasalahan yang terdapat di
lokasi tersebut Imbas secara
langsung dirasakan oleh
pengguna trotoar yaitu pedestrian
ketidaknyamanan bahkan tidak
adanya lagi ruang untuk berjalan
di atas trotoar acapkali menjadi
konsekuensi pedestrian yang
trotoarnya diserobot PKL
Aglomerasi aktivitas PKL yang
berlokasi di sekitar pintu masuk
pengunjung Rumah Sakit dr
Kariadi menyebabkan
penumpukan aktivitas seperti
aktivitas keluar masuk
pengunjung aktivitas jual beli
antara PKL dengan konsumen
lalu lintas kendaraan yang sedang
melewati Jalan dr Kariadi serta
angkutan umum yang sedang
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
dianggap sebagai lokasi yang ramai dikunjungi oleh pejalan kaki yang melakukan pergerakan dalam mencapai tempat tujuan perjalanannya Begitu juga dengan ruang Lapangan Pancasila karena selalu ramai dikunjungi pada hari-hari libur dengan rata-rata pengunjung mencapai 51 ndash 100 oranghari dikarenakan kedudukannya sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya
berhenti mencari penumpang
Sekali lagi permasalahan tersebut
disikapi oleh pemerintah dengan
penertiban dan penggusuran yang
hampir tidak pernah berakhir
manis
Mengetahui
peranan PKL
Kehadiran PKL di Kawasan
Bundaran Simpang Lima juga mampu
menciptakan kehidupan yang menerus
sehingga terhindar dari kematian
kawasan pada saat tertentu akan tetapi
di sisi lain kehadiran PKL
menyebabkan ketidakteraturan
kekumuhan dan kualitas fisik yang
buruk sehingga merusak wajah kota
Selain itu PKL yang berjualan di
Lapangan Pancasila pada malam hari
dengan kehidupan malam dan wanita-
wanita penghibur yang berdandan tebal
Tempat pedagang kaki lima bagi
Masyarakat dijalan Samanhudi Jember
sangat penting sebagai penyedia kebutuhan
yang dibutuhkan oleh Masyarakat Jember
Pedangan kaki lima sangat mempengaruhi
pola pasar dan sosial di Jember khususnya
didaerah Jalan Samanhudi Dalam bidang
perekonomian pedagang kaki lima hanya
berpengaruh sebagai produsen yang
penting bagi Masyarakat Jember
mengingat akan Meningkatnya jumlah
Penduduk Mereka cenderung lebih
memilih membeli pada pedagang kaki lima
Usaha PKL yang terus
berkembang pesat menarik PKL
untuk mempekerjakan karyawan
selain tenaga yang dibutuhkan
memang tidak bisa dikerjakan
sendiri terdapat pula pemilik
modal yang menyewa tempat
usaha namun dijadikan usaha
sampingan sehingga tidak
mengelola secara langsung
usahanya namun dengan
mempekerjakan karyawan PKL
yang statusnya sebagai karyawan
Pedangan kaki lima sangat
mempengaruhi pola pasar
dan sosial
harga yang PKL tawarkan
lebih murah dibandingkan
dengan harga di mall
grosir maupun indogrosir
sebagai salah satu
alternatif lapangan
pekerjaan bagi masyarakat
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
menciptakan kesan negatif dan
memperburuk citra kawasan
daripada membeli di supermarket yang
sudah merajalela di kota Jember pada saat
ini mall atau grosir maupun indogrosir
yang banyak tersebar di kota Jember
dikarenakan harga yang mereka tawarkan
lebih murah
sebanyak 10 dimana karyawan
tersebut memanfaatkan PKL
sebagai lapangan pekerjaan
Sehingga bekerja sebagai
karyawan PKL dapat dikatakan
sebagai salah satu alternatif
lapangan pekerjaan bagi
masyarakat
Mengetahui
pola aktivitas
PKL dijalur
pejalan kaki
Aktivitas PKL sendiri
memiliki kecenderungan untuk
menempati ruang ruang antar aktivitas
yang selalu ramai dilewatidikunjungi
oleh banyak orang dalam melakukan
pergerakan perpindahan dari aktivitas
satu ke aktivitas yang lain atau dari
bangunan perdagangan modern satu ke
bangunan perdagangan modern yang
lain secara periodik dalam rentang
waktu tertentu sehingga kemudian
pilihan ini jatuh kepada jalur-jalur
pedestrian yang notabene merupakan
ruang-ruang terbuka publik yang
PKL berdagang dengan menempati
tempat yang tetap dan tidak berpindah-
pindah
Modal dan aset sebagian besar adalah
milik sendiri
Berdagang di Samanhudi merupakan
usaha utama
Alat peraga PKL pada kawasan ini
dapat dibedakan menjadi
ndashAlat peraga semi permanen dari kayu
dan tenda yang bersifat menetap
ndashAlat peraga dengan bangku meja dan
tenda sekaligus sebagai tempat tinggal
ndashAlat peraga beroda namun menetap
Pola Aktivitas pelayanan PKL di
kawasan sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi pada umumnya melayani
pengunjung rumah sakit namun
tidak menutup kemungkinan
konsumennya adalah pengendara
atau orang yang sedang melintasi
jalan tersebut tanpa bermaksud
untuk masuk ke rumah sakit
Selain itu konsumen
yang berasal dari sekitar lokasi
PKL seperti penduduk
permukiman di sekitarnya
pekerja yang bekerja di sektor
Aktivitas PKL memiliki
kecenderungan untuk
menempati ruang ruang
antar aktivitas yang selalu
ramai dilewatidikunjungi
oleh banyak orang dalam
melakukan pergerakan
perpindahan dari aktivitas
satu ke aktivitas yang lain
atau dari bangunan
perdagangan modern satu
ke bangunan perdagangan
modern
Saat berjualan alat peraga
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
seyogyanya digunakan oleh pejalan
kaki Keberadaan ruang trotoar yang
semakin sempit oleh penggunaan ruang
PKL membuat pejalan kaki
menjatuhkan pilihan untuk melakukan
perjalanan pada ruang-ruang seperti
jalur lambat dan sebagian badan jalan
sehingga mengurangi keamanan jiwa
dan kenyamanan pejalan kaki sendiri
serta pengguna jalan yang lain
(pengendara)
Kegiatan-kegiatan yang
dilakukan oleh pejalan kaki pada
ruang-ruang jalur pedestrian atau
trotoar di Kawasan Bundaran Simpang
Lima adalah kegiatan berjalan dan
berbelanja Sebagian dari pejalan kaki
hanya berjalan melintasi trotoar untuk
menuju lokasi tujuannya akan tetapi
ada pula sebagian dari pejalan kaki
yang berjalan sambil melihat-lihat
bahkan ada yang berbelanja pada PKL
ndashAlat peraga beroda namun menetap
dengan bangku dan meja
ndashHanya berupa matras sebagai alas
dagangan yang dapat berpindah
sewaktu-waktu
Alat peraga yang dipakai untuk usaha
tidak seragam dan tidak menggunakan
desain yang baik sehingga terkesan
kumuh kurang bersih dan sangat
mengganggu wajah kota dan menutup
fasade bangunan di belakangnya
Saat berjualan alat peraga kios
sebagian besar menempati badan jalan
dan trotoar
Saat tidak berjualan alat peraga kios
sebagian besar tetap di lokasi jualan
lama berjualan di Samanhudi sebagian
besar antara 6 ndash10 tahun
Terbanyak dari pedagang belum
pernah bekerja di sektor lain dan dari
semula telah menjadi PKL di
Samanhudidi bandingkan denga harga
yang ada di mall Pedagang
lain sehingga tidak ada batasan
pasti mengenai pola pelayanan
para PKL tersebut
Waktu beraktivitas para
PKL umumnya terbagi menjadi
dua sesi PKL yang pertama
adalah pedagang yang aktivitas
berdagangnya pada pagi hingga
siang hari Pedagang yang kedua
merupakan pedagang yang
mempunyai waktu layanan pada
sore hingga malam hari Namun
tidak menutup kemungkinan
terdapat beberapa PKL yang
berdagang dari pagi hingga
malam hari bahkan buka nonstop
mengingat rumah sakit
beraktivitas selama sehari penuh
sehingga mereka mengikuti
aktivitas sektor formal yang ada
di sekitarnya
Waktu berdagang
tersebut juga disesuaikan dengan
kios sebagian besar
menempati badan jalan
dan trotoar
Waktu beraktivitas para
PKL umumnya terbagi
menjadi dua sesi PKL
yang pertama adalah
pedagang yang aktivitas
berdagangnya pada pagi
hingga siang hari
Pedagang yang kedua
merupakan pedagang yang
mempunyai waktu layanan
pada sore hingga malam
hari Namun tidak
menutup kemungkinan
terdapat beberapa PKL
yang berdagang dari pagi
hingga malam hari bahkan
buka nonstop
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
izin usaha yang diberlakukan oleh
petugas kelurahan sebagai pihak
yang berwenang menangani PKL
Untuk lokasi yang dilarang untuk
PKL oleh PKL tetap digunakan
sebagai lokasi untuk berdagang
dengan waktu berdagang setelah
jam kerja yaitu sore hingga
malam hari
Mengetahui
Pengelolaan
PKL di jalur
pejalan kaki
dalam perkembangannya
pemerintah mengeluarkan SK
Walikota Kota Semarang No 511316
tahun 2001 tentang Penetapan Lahan
yang mengatur tentang lokasi-lokasi
dan waktu aktivitas PKL yang
diperbolehkan oleh pemerintah pada
Kawasan Bundaran Simpang Lima
agar tetap terjaga kerapihan dan
estetikakeindahan wajah kawasannya
yaitu PKL yang berjualan di depan
Kompleks Pertokoan Simpang Lima
depan Ramayana SC depan Kantor
Adanya pengakuan resmi dari
pemerintah terhadap PKL Samanhudi
sebagai salah satu sector ekonomi di
kawasan studi melalui surat keputusan
resmi Surat keputusan ini sekaligus
mengatur hak kewajiban dan
tanggung jawab PKL sebagai
kompensasi perubahan status yang
telah diberikan oleh pemerintah
Pedagang kaki lima perlu untuk
mendapatkan pembinaan dari
pemerintah Kabupaten Jember untuk
meningkatkan kemampuan wirausaha
Pemerintah Kota Semarang
berwenang dalam mengatur
keberadaan PKL di ruang Kota
Semarang seperti yang terdapat di
kawasan sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi dengan bentuk
pengelolaan lokasional (stabilitas
atau pengaturan) dan struktural
(perijinan) Dalam pengaturan
tersebut Pemerintah Kota
Semarang menggunakan dasar
hukum berupa Undang-Undang
Peraturan Pemerintah Peraturan
mengatur tentang lokasi-
lokasi dan waktu aktivitas
PKL yang diperbolehkan
oleh pemerintah agar tetap
terjaga kerapihan dan
estetikakeindahan wajah
kawasannya
Pedagang kaki lima perlu
untuk mendapatkan
pembinaan
Pedestrian dirancang ulang
dengan dilebarkan hingga
area parkiran street
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
TelkomSMKN 7 Semarang depan
Gajahmada Plaza dan depan Masjid
Baiturrahman boleh berjualan dari
pukul 1600 ndash 0400 WIB (khusus pada
Hari Minggu PKL diijinkan untuk
berjualan mulai pukul 0600 ndash 0800
WIB) menempati ruang trotoar dengan
luas areal 4 x 6 meter
Sampai dengan tahun 2008
PKL di Kawasan Bundaran Simpang
Lima mencapai 1536 pedagang dan
ada kecenderungan akan terus
meningkat dari tahun ke tahun (lihat
Tabel III4) Kecenderungan lokasi
PKL pada masa-masa yang akan
datang mengikuti kecenderungan dari
perkembangan aktivitas formal
kawasan yang ada demikian juga
kecenderungan waktu berdagangnya
Melihat kecenderungan aktivitas PKL
kawasan maka SK Walikota Kota
Semarang No 511316 tahun 2001
sudah tidak relevan lagi dan perlu
dan peningkatan kualitas barang
dagang dan pelayanan terhadap
pembeli konsumen sehingga bias
meningkatkan pendapatan dan
aktivitas pedagang kaki lima dapat
member nilai tambah serta dapat
memberkan peluang kerja yang dapat
mengurangi tingkat pengangguran di
Kabupaten Jember Bentuk pembinaan
berupa penyuluhan yang diberikan
berkala secara rutin Program
pembinaan diadakan oleh pemerintah
Paguyuban Samanhudi merupakan
Kelembagaan yang memiliki
kewenangan atau keterikatan dengan
pengelolaan dan pembinaan Pedagang
Kaki Lima KoridorJalan
SamanhudiPaguyuban ini
beranggotakan wakil PKL wakil
pedagang formal wakil pemerintah
dari dinas Kebersihan dan
Pertamanan Dinas Polisi Pamong
Praja Dinas Pariwisata Dinas
Daerah dan Surat Keputusan
Walikota Adapun dasar hukum
yang mengatur secara jelas
mengenai aktivitas PKL di Kota
Semarang yang berlaku saat ini
diantaranya adalah sebagai
berikut
1048707 Peraturan Daerah No 11 Tahun
2000 tentang Pengaturan dan
Pembinaan PKL Perda ini
menjelaskan tentang pengaturan
dan pembinaan PKL di Kota
Semarang seperti pengaturan
tempat usaha hak kewajiban dan
larangan untuk PKL Dalam
kaitannya dengan karakteristik
berlokasi aktivitas PKL
dijelaskan dalam Perda ini yang
terdapat dalam pasal 3 yaitu
penempatan lokasi kegiatan PKL
diatur dengan mempertimbangkan
tempat kepentingan untuk umum
lainnya seperti kepentingan untuk
sehingga jalur aktif
kendaraan tidak
mengalami penyempitan
mengatur keberadaan PKL
di ruang Kota dengan
bentuk pengelolaan
lokasional (stabilitas atau
pengaturan) dan struktural
(perijinan)
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
ditinjau kembali sesuai dengan
kecenderungan dan kebutuhan yang
ada di lapangan
Pendapatan dan Dinas LPMK
Kabupaten Jemberserta pihak
penengah selaku penasehat dan pihak
netral yang diwakili oleh pakar PKL
dari universitas tokoh masyarakat dan
pakar PKL lainnya
Penerapan tema khusus pada penataan
PKL kawasan studi agar mempunyai
cirri khas dan dapat mengangkat citra
kawasan dan meningkatkan daya tarik
kawasan Contoh produk khas
jember yang dapat diangkat sebagai
tema adalah tembakau rookk dan
cerutu mengingat Jember sebagai
penghasil tembakau terbesar di Jawa
Kegiatan khas Jember yang dapat
diangkat sebagai tema yaitu Jember
Fashion Carnaval Penerapan tema
dapat diaplikasikan pada sarana usaha
PKL finishing pedestrian perabot
kota dan elemen pendukung lainnya
Pedestrian dirancang ulang dengan
pejalan dan untuk sirkulasi
kendaraan Untuk lebih jelas
mengenai detail isi perda tersebut
dapat dilihat pada Lampiran F
1048707 Surat Keputusan Walikota
Semarang No 51136 Tahun
2001 tentang lokasi PKL di Kota
Semarang dimana di dalamnya
diantaranya mengatur luas area
batas pemakaian area waktu
aktivitas dan tempat aktivitas
PKL Ruas kanan Jalan dr
Kariadi dari arah Jalan Veteran
merupakan lokasi yang
diperbolehkan untuk aktivitas
PKL Lokasi tersebut menempati
trotoar serta bangunan berupa
semi permanen Untuk lebih jelas
mengenai detail isi SK tersebut
dapat dilihat pada Lampiran F
1048707 Perda No 6 Tahun 2004
tentang Rencana Detail Tata
Ruang Kota Semarang Bagian
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
dilebarkan hingga area parkiran street
sehingga jalur aktif kendaraan tidak
mengalami penyempitan Diberikan
perbedaan yang tegas antara ruang
PKL dan ruang pejalan kaki dan jalur
kendaraan berupa perbedaan tinggi
lantaiSehingga dikemudian hari kios
PKL tidak melebar ke segala sisi
Wilayah Kota (BWK) I
(Kecamatan Semarang Tengah
Semarang Timur dan Semarang
Selatan Tahun 2000-2010 Perda
tersebut menjelaskan mengenai
fungsi serta peran BWK I yang
terkait dengan sektor formal di
wilayah tersebut yaitu penjelasan
mengenai fasilitas kesehatan yang
berada khususnya di Kelurahan
Randusari Selain itu dijelaskan
pula kelas Jalan dr Kariadi Jalan
dr Soetomo dan Jalan Veteran
serta jalur transportasi yang
melaluinya
41
malam hari dengan kehidupan malam dan wanita-wanita penghibur yang berdandan tebal
menciptakan kesan negatif dan memperburuk citra kawasan
Keberadaan sektor PKL yang menempati ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran
Simpang Lima memakai separuh lebih lebar trotoar bahkan seringkali tidak menyisakan
sedikit pun ruang untuk pejalan kaki Ruang-ruang trotoar menjadi tidak dapat berfungsi
sebagaimana mestinya sebagai ruang pemisah antara ruang yang digunakan untuk sirkulasi
pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan Ruang-ruang trotoar tersebut banyak yang beralih
fungsi menjadi lokasi berdagang PKL
Peralihan fungsi trotoar ini menyebabkan terganggunya aktivitas pejalan kaki
sehingga pejalan terpaksa harus menggunakan jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk
berjalan guna menghindari berbagai hambatan di atas trotoar Hal ini menyebabkan pejalan
kaki terpaksa harus berhati-hati jika melangkah terkadang juga harus mengalah berjalan pada
ruang-ruang jalur lambat dan sebagian badan jalan Kondisi ini sangat tidak aman dan
nyaman bagi pejalan kaki ataupun bagi pengendara kendaraan bermotor karena mengganggu
arus lalu lintas dan membahayakan keselamatan jiwa mereka hal seperti ini dapat kita lihat di
depan dan di samping Masjid Baiturrahman di depan Citraland Mall di depan dan di
samping Plasa Simpang Lima di depan dan di samping Kompleks Pertokoan Simpang Lima
di depan dan di samping Ramayana Super Center di depan dan di samping SMKN 7
SemarangKantor Telkom dan di depan Gajahmada Plaza
Pemilihan lokasi PKL dipengaruhi oleh kecenderungan aktivitas PKL yang selalu
menentukan lokasi mendekati pusat-pusat keramaian atau pusat-pusat perdagangan dan jasa
dan lokasi-lokasi yang sering dikunjungi oleh orang banyak dalam kurun waktu tertentu
secara periodik dan menerus Alasan inilah yang kemudian mendasari penentuan lokasi PKL
Kawasan Bundaran Simpang Lima untuk berjualan di trotoar karena ruang-ruang jalur
pedestrian inilah yang dianggap sebagai lokasi yang ramai dikunjungi oleh pejalan kaki yang
melakukan pergerakan dalam mencapai tempat tujuan perjalanannya Begitu juga dengan
ruang Lapangan Pancasila karena selalu ramai dikunjungi pada hari-hari libur dengan rata-
rata pengunjung mencapai 51 ndash 100 oranghari (lihat Tabel D6) dikarenakan kedudukannya
sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya
Adanya keterbatasan lahan yang tidak memungkinkan tertampungnya aktivitas PKL
pada ruang-ruang privat akibat daya membayar lokasi yang rendah mengakibatkan PKL
menempati lokasi-lokasi yang bersifat publik yaitu ruang terbuka publik kawasan Gejala
inilah yang kemudian dikenal dengan fenomena pergeseran fungsi ruang terbuka publik
41
Kawasan Bundaran Simpang Lima menjadi ruang privat Aktivitas PKL menempati ruang-
ruang terbuka public Kawasan Bundaran Simpang Lima seperti pada
a) Trotoar-trotoar Kawasan
Aktivitas PKL menempati ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima
seperti trotoar di depan Masjid Baiturrahman depan Citraland Mall depan Plasa
Simpang Lima depan Kompleks Pertokoan Simpang Lima depan Ramayana SC depan
Kantor TelkomSMKN 7 Semarang dan depan Gajahmada Plaza
Trotoar sebagai jalur pejalan kaki kawasan ini memiliki peran sebagai jalur penghubung
antara aktivitas yang ada Pada ruang terbuka public inilah pengunjung kawasan
melakukan pergerakan berpindah dari satu bangunan ke bangunan yang lain Semisal
pengunjung dari Plasa Simpang Lima memiliki kehendak ingin berpindah menuju
Kompleks Pertokoan Simpang Lima pejalan kaki harus menggunakanmelewati trotoar
yang ada di depan Plasa Simpang Lima untuk sampai pada lokasi yang diharapkan
Begitu juga dengan trotoar-trotoar yang lain Ruang-ruang jalur sirkulasi pedestrian ini
kemudian menjadi lokasi atau tempat berakumulasinya pengunjung kawasan untuk
melakukan pergerakan perpindahan
Kecenderungan aktivitas PKL yang menempati ruang-ruang trotoar yang notabene
merupakan ruang terbuka publik ini dikarenakan PKL selalu menempati ruang-ruang
dengan akumulasi pengunjung kawasan atau ruang ruang yang sering dikunjungi oleh
orang dalam jumlah yang banyak dalam periode waktu tertentu yang terjadi secara terus-
menerusperiodik tertentu
Adapun penyebarannya mengikuti bentukan ruang trotoar yang memanjang mengikuti
jalur sirkulasi utama kawasan Sedangkan apabila menurut waktu berjualan aktivitas
PKL yang menempati ruang-ruang trotoar ini memiliki kecenderungan mengikuti waktu
aktivitas formal yang berlangsung dari pukul 0900 ndash 2100 WIB
Namun dalam perkembangannya pemerintah mengeluarkan SK Walikota Kota
Semarang No 511316 tahun 2001 tentang Penetapan Lahan yang mengatur tentang
lokasi-lokasi dan waktu aktivitas PKL yang diperbolehkan oleh pemerintah pada
Kawasan Bundaran Simpang Lima agar tetap terjaga kerapihan dan estetikakeindahan
wajah kawasannya yaitu PKL yang berjualan di depan Kompleks Pertokoan Simpang
Lima depan Ramayana SC depan Kantor TelkomSMKN 7 Semarang depan
Gajahmada Plaza dan depan Masjid Baiturrahman boleh berjualan dari pukul 1600 ndash
0400 WIB (khusus pada Hari Minggu PKL diijinkan untuk berjualan mulai pukul 0600
ndash 0800 WIB) menempati ruang trotoar dengan luas areal 4 x 6 meter
41
Sampai dengan tahun 2008 PKL di Kawasan Bundaran Simpang Lima mencapai
1536 pedagang dan ada kecenderungan akan terus meningkat dari tahun ke tahun (lihat
Tabel III4) Kecenderungan lokasi PKL pada masa-masa yang akan datang mengikuti
kecenderungan dari perkembangan aktivitas formal kawasan yang ada demikian juga
kecenderungan waktu berdagangnya Melihat kecenderungan aktivitas PKL kawasan
maka SK Walikota Kota Semarang No 511316 tahun 2001 sudah tidak relevan lagi
dan perlu ditinjau kembali sesuai dengan kecenderungan dan kebutuhan yang ada di
lapangan
b) Trotoar Lapangan Pancasila
Lapangan Pancasila yang cenderung ramai dikunjungi pada hari libur sebagai pusat
rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya ini menjadi
alasan yang kuat untuk PKL menempati ruang terbuka publik kawasan ini dengan
asumsi banyaknya warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya yang berpotensi
menjadi calon pembeli
Dengan alasan inilah kemudian banyak PKL yang berjualan pada trotoar Lapangan
Pancasila dengan konsep holiday market yaitu hanya berjualan pada hari libur saja PKL
trotoar lapangan ini hanya berjualan pada hari liburHari Minggu pagi saja mulai pukul
0600 ndash 0900 WIB Adapun pengaturan waktu berdagang aktivitas PKL yang
menempati ruang tengah Lapangan Pancasila ini didasari oleh kepentingan demi
menjaga kebersihan dan estetikakeindahan wajah kawasan Terkadang ada beberapa
PKL yang mulai berjualan dari Hari Sabtu malam dengan alasan untuk lebih banyak lagi
menjaring calon pembeli
Adapun penyebaran aktivitas PKL yang berjualan pada ruang trotoar Lapangan
Pancasila ini memiliki kecenderungan menyebar secara linier mengikuti ketersediaan
ruang trotoar yang berbentuk membulat persegi sebagai bingkai Lapangan Pancasila
dengan display berbagai jenis barang dagangan memanjang yang saling berhadapan
dengan sirkulasi pengunjung kawasan berada di tengah antaranya untuk mempermudah
pembeli memilih barang dagangan yang diperjualbelikan
c) Tengah Lapangan Pancasila
Aktivitas PKL yang berjualan di tengah Lapangan Pancasila sebagai satu-satunya
ruang terbuka publik luas di Kota Semarang memiliki alas an yang kurang lebih sama
dengan alasan PKL yang menempati trotoar lapangan yaitu kondisi lapangan yang
cenderung ramai dikunjungi oleh warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya
sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga kota didukung oleh keberadaan lokasinya yang
41
strategis karena terletak pada tengah-tengah kawasan pusat kota yang dilalui oleh lima
ruas jalan kawasan yang bermuara pada lapangan dan aksesibilitasnya yang tinggi
sehingga mudah dicapai dari segala penjuru kota dan sekitarnya baik menggunakan
moda angkutan pribadi maupun umum
Adapun waktu berjualan PKL tengah lapangan ini juga kurang lebih sama dengan
PKL yang berjualan di trotoar Lapangan Pancasila yaitu pada hari liburMinggu pagi
dari pukul 0600 ndash 0900 WIB Adapun pengaturan waktu berdagang aktivitas PKL yang
menempati ruang tengah Lapangan Pancasila ini kurang lebih sama dengan pengaturan
waktu berdagang PKL yang berjualan pada tepi lapangan
Penyebaran aktivitas PKL yang berjualan di ruang tengah Lapangan Pancasila ini
memiliki kecenderungan yang mengelompok berdasarkan jenis-jenis barang yang
diperdagangkannya Semisal pedagang pakaian akan mengelompok dengan sesama
pedagang pakaian pedagang makanan akan mengelompok dengan sesama pedagang
makanan dan lain sebagainya untuk lebih mempermudah pembeli dalam memilih
barang dagangan yang ditawarkan dengan banyaknya variasi pilihan barang yang
disuguhkan
Sumber Hasil Analisis Dini Tri Haryanti ST 2008
Gambar 31Ruang Aktivitas Sektor Informal Kawasan
Orientasi aktivitas PKL yang semakin menjauh dari Kawasan Bundaran Simpang
Lima berpengaruh pada intensitas jumlah PKL kawasan Jumlah aktivitas PKL kawasan
memiliki kecenderungan akan semakin berkurang karena semakin keluarmenjauh dari
kawasan studi yang identik disebut dengan kawasan pusat kota ini karena merupakan
kawasan-kawasan yang terkonsentrasi atau didominasi oleh aktivitas-aktivitas
perkantoran pendidikan dan pemerintahan
41
Semakin berorientasi ke arah Jalan Pahlawan suasana kawasan akan lebih didominasi
oleh suasana aktivitas pemerintahan dengan bangunan gedung berlian sebagai ciri khas
koridor jalan yang berdinding masif Semakin berorientasi ke arah Jalan Pandanaran
Achmad Yani dan KH Achmad Dahlan suasana kawasan akan banyak didominasi oleh
akivitas-aktivitas perkantoran Semakin berorientasi ke arah Jalan Gajahmada suasana
kawasan didominasi oleh aktivitas-aktivitas perkantoran dan pendidikan Nuansa
kawasan yang ditimbulkan oleh bangkitan dan tarikan aktivitas-aktivitas pemerintahan
pendidikan dan perkantoran ini tentu berbeda dengan nuansa kawasan yang banyak
dipengaruhi oleh bangkitan dan tarikan yang ditimbulkan oleh aktivitas perdagangan dan
jasa kawasan Penggunaan ruang untuk aktivitas yang berbeda-beda di Kawasan
Bundaran Simpang Lima mampu menciptakan nuansa yang berbeda-beda pula
Keberadaan aktivitas perdagangan dan jasa yang terjadi terbukti telah mampu
memberikan kehidupan yang menerus pada kawasan studi seiring dengan perkembangan
aktivitas sektor informal kawasan (PKL) yang hidup sepanjang waktu
Lain halnya dengan keberadaan aktivitas-aktivitas lain yang bersifat formal seperti
perkantoran pendidikan olahraga serta perdagangan dan jasa formal yang hidup pada
waktu-waktu tertentu saja Aktivitas perkantoran hanya hidup dari pagi sampai dengan
jam kantor selesai yang biasanya berlangsung dari pukul 0800 ndash 1700 WIB Aktivitas
olahraga juga biasanya berlangsung di pagi hari (0500 ndash 0900 WIB) atau sore hari saja
(1500 ndash 1800 WIB) Demikian halnya dengan aktivitas pendidikan yang hidup mulai
dari pagi sampai dengan jam pulang sekolah tiba (0700 ndash 1400 WIB) Selebihnya
aktivitas-aktivitas ini akan mati tanpa kegiatan-kegiatan perkantoran olahraga dan
proses belajarmengajar Secara informal aktivitas PKL yang menempati ruang-ruang
trotoar kawasan ruang trotoar dan tengah Lapangan Pancasila yang notabene merupakan
ruang-ruang terbuka publik kawasan yang seyogyanya merupakan ruang-ruang yang
terbuka untuk umum dan masyarakat dapat dengan bebas mengakses ruangruang ini
memiliki karakteristik yang sama yaitu menempati lokasi-lokasi dengan tingkat
aglomerasi pengunjung kawasan yang tinggi atau ramai dikunjungi oleh orang dalam
jumlah yang banyak dalam kurun waktu tertentu secara periodic yang melakukan
kegiatan bersama-sama
Adapun penyebaran masing-masing aktivitas PKL kawasan studi ini
ditentukandibentuk oleh bentukan ruang yang ditempatinya Aktivitas PKL yang
menempati ruang-ruang trotoar memiliki penyebaran yang memanjang secara linier pada
ruang-ruang jalur sirkulasi pedestrian karena dipengaruhi oleh bentukan ruang jalur
41
sirkulasi pejalan kaki yang memanjang mengikuti jalur sirkulasi utama kawasan dengan
display barang dagangan yang ditata berderet secara memanjang pula (sedangkan khusus
untuk PKL yang berjualan pada ruang trotoar di tepi Lapangan Pancasila display barang
dagangan ditata sedemikian rupa secara berderet memanjang dan berhadap-hadapan)
sedangkan aktivitas PKL yang menempati tengah Lapangan Pancasila memiliki
penyebaran yang mengelompok karena memiliki bentukan ruang yang lebih leluasa
dalam pergerakan sesuai dengan karakter ruang sebagai satu-satunya ruang terbuka
publik yang luas di Kota Semarang dengan display barang dagangan yang ditata
sedemukian rupa secara berkelompok berdasarkan jenis-jenis barang dagangannya
dengan maksud untuk mempermudah pembeli memilih jenis barang yang diinginkan
dengan memberikan lebih banyak variasi barang dari beberapa pedagang yang sejenis
Sedangkan perkembangan aktivitas PKL Kawasan Bundaran Simpang Lima
dipengaruhi oleh perkembangan aktivitas perdagangan dan jasa kawasan sebagai
aktivitas yang mendominasi kawasan pusat kota dan kecenderungan aktivitas PKL
memilih lokasi-lokasi dengan karakter ruang sebagai ruang yang memiliki akumulasi
orang dalam jumlah yang banyak pada jangka waktu tertentu secara periodik berada
pada pusat-pusat kegiatanwadah aktivitas-aktivitas kota sehingga sering dikunjungi
warga masyarakat dalam jumlah besar dan memiliki lokasi yang strategis dengan
aksesibilitas yang tinggi sehingga memudahkan pencapaian calon pembeli meski
dilakukan dalam ruang yang relatif sempit dan umumnya tidak memerlukan ketersediaan
adanya fasilitas-fasilitas pelayanan umum
2 Analisis Ruang Jalur Sirkulasi Pedestrian Kawasan
Kawasan Bundaran Simpang Lima memiliki lokasi yang strategis sebagai simpul
pergerakan dari lima ruas jalan yang terdiri atas Jalan Pandanaran Gajahmada KH Achmad
Dahlan Ahmad Yani dan Pahlawan yang bermuara pada sirkulasi di Jalan Simpang Lima
yang mengelilingi Lapangan Pancasila membentuk loop dan menjadi penghubung antara
rdquokota atasrdquo dan rdquokota bawahrdquo Semarang Secara ekonomi maupun transportasi kawasan ini
mempunyai kemampuan berkembang dengan sangat cepat Intensitas lalu-lintas dan volume
kendaraan di kawasan ini tergolong tinggi mengingat aksesibilitasnya yang tinggi pula
dikarenakan pencapaiannya yang mudah dari segala penjuru kawasan dengan moda
kendaraan pribadi maupun umum yang melintasi maupun bertujuan ke kawasan ini (dari data
yang ada menunjukkan volume kendaraan yang bergerak mencapai 17051 buah)
Pembahasan mengenai ruang sirkulasi kawasan ini akan lebih ditekankan pada ruang-
ruang sirkulasi untuk manusiapejalan kaki sebagai ruang terbuka publik kawasan Perilaku
41
pejalan kaki pada ruang-ruang terbuka Kawasan Bundaran Simpang Lima identik selalu
berjalan secara berpasangan atau lebih (berkelompok) memilih jalur dengan jarak terpendek
dan yang dianggap paling nyaman Pergerakan antarbangunan tertinggi pada kawasan adalah
dari Citraland Mall ke Plasa Simpang Lima dan sebaliknya (852 dan 708 pejalan pada jam
puncak sabtu malam) Hal ini menunjukkan bahwa pergerakan pejalan kaki banyak
dipengaruhi oleh bangkitan dan tarikan dari fungsi perdagangan dan jasa di sekitar kawasan
Penyediaan ruang terbuka publik untuk pejalan kakijalur pedestrian di Kawasan
Bundaran Simpang Lima diwujudkan dalam bentuk ruang-ruang trotoar pada muka bangunan
dengan teknik segregasi yang terpisah dari jalur sirkulasi kendaraan dengan tujuan untuk
memberikan arah yang jelas dan menggunakan perkerasan berupa paving Ruang-ruang
trotoar yang dibangun memanjang mengikuti jalurkoridor-koridor jalan pada kawasan studi
dibangun dengan permukaan yang naik-turun dan terputus-putus demi menghormati jalan
masuk kendaraan adalah salah satu bukti betapa perencanaan dan pembangunan yang
dilakukan di Kota Semarang lebih mengutamakan sirkulasi kendaraan dan bukan manusia
Menurut fungsinya adanya kecenderungan sirkulasi kawasan yang berorientasi pada
kendaraan ini seiring dengan munculnya fenomena pergeseran fungsi ruang pejalan kaki
kawasan studi yang merupakan ruang terbuka public menjadi ruang-ruang privat untuk
berjualan PKL yang mengakibatkan keberadaan hak pejalan kaki atas ruang terbuka publik
kawasan yang sehat dan layak secara fisik sering kali terabaikan Hal ini mengakibatkan
semakin sempitnya ruangruang terbuka publik yang manusiawi pada koridor-koridor kelima
ruas jalan dan potensi interaksi sosial pada ruang terbuka publik tersebut pun akan semakin
berkurang
Aktivitas PKL sendiri memiliki kecenderungan untuk menempati ruang ruang antar
aktivitas yang selalu ramai dilewatidikunjungi oleh banyak orang dalam melakukan
pergerakan perpindahan dari aktivitas satu ke aktivitas yang lain atau dari bangunan
perdagangan modern satu ke bangunan perdagangan modern yang lain secara periodik dalam
rentang waktu tertentu sehingga kemudian pilihan ini jatuh kepada jalur-jalur pedestrian
yang notabene merupakan ruang-ruang terbuka publik yang seyogyanya digunakan oleh
pejalan kaki Keberadaan ruang trotoar yang semakin sempit oleh penggunaan ruang PKL
membuat pejalan kaki menjatuhkan pilihan untuk melakukan perjalanan pada ruang-ruang
seperti jalur lambat dan sebagian badan jalan sehingga mengurangi keamanan jiwa dan
kenyamanan pejalan kaki sendiri serta pengguna jalan yang lain (pengendara)
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh pejalan kaki pada ruang-ruang jalur pedestrian
atau trotoar di Kawasan Bundaran Simpang Lima adalah kegiatan berjalan dan berbelanja
41
Sebagian dari pejalan kaki hanya berjalan melintasi trotoar untuk menuju lokasi tujuannya
akan tetapi ada pula sebagian dari pejalan kaki yang berjalan sambil melihat-lihat bahkan ada
yang berbelanja pada PKL
Pejalan kaki di Kawasan Simpang Lima umumnya berjalan secara berombongan
antara 2 ndash 5 orang yang didominasi oleh jenis kelamin perempuan (51) yang memiliki
tujuan untuk rekreasi dan olah raga (33) atau berbelanja (29) dengan usia rata-rata 0 ndash 25
tahun (67) dengan profesi sebagai mahasiswapelajar (31) dan karyawan (25)
Hal tersebut menunjukkan bahwa pengunjung kawasan didominasi oleh anak-anak
muda kaum perempuan karena sebagian besar kaum perempuan inilah yang gemar dengan
aktivitas berlanja sebab kawasan studi didominasi oleh aktivitas perdagangan dan jasa
Pengunjung kawasan identik dengan pengguna ruang terbuka publik kawasan yang
didominasi oleh kaum perempuan dengan usia berkisar antara 0 ndash 25 tahun dengan profesi
sebagai pelajarmahasiswa dan karyawan dengan tujuan untuk melakukan kegiatan
rekreasiolahraga dan berbelanja karena kaum perempuan ini lah yang memiliki sifat dasar
senang berbelanja Usia rata-rata pengunjung yang masih muda dengan profesi pelajar
mahasiswa dan karyawan menunjukkan bahwa pada usia-usia inilah orang relative
membutuhkan rekreasihiburan dan olah raga
Arah pergerakan pejalan kaki pada ruang-ruang terbuka publik kawasan dipengaruhi oleh
tujuannya pada kawasan studi arah pergerakan tersebut adalah
a Tujuan Pergerakan untuk Melakukan Perpindahan Antar bangunan
Tujuan pejalan kaki untuk melakukan pergerakan perpindahan antar bangunan
perdagangan dan jasa modern dilakukan pada ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran
Simpang Lima yang menjadi penghubung antaraktivitas dengan karakter pergerakan
yang memanjang secara linier sepanjang trotoar mengikuti ketersediaan jalur-jalur
sirkulasi utama kawasan
Arah pergerakan pejalan kaki dalam melakukan pergerakan perpindahan
antarbangunan dilakukan secara linier dan memanjang pada trotoar Kawasan
Bundaran Simpang Lima disebabkan oleh bentukan ruang jalur pedestrian yang
memanjang sepanjang jalur sirkulasi utama kawasan
b Tujuan Pergerakan untuk Berbelanja pada PKL Sepanjang Trotoar Kawasan
dan Tepi Lapangan Pancasila
Arah pergerakan pejalan kaki dengan tujuan berbelanja pada PKL sepanjang
trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima memiliki karakter pergerakan linier yang
41
memanjang sedangkan arah pergerakan pejalan kaki dengan tujuan berbelanja pada
PKL di tepi Lapangan Pancasila memiliki arah pergerakan linier yang melingkar
Arah pergerakan pejalan kaki dalam melakukan aktivitas berbelanja pada PKL
sepanjang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima ini disebabkan oleh pengaturan
display barang dagangan PKL yang ditata sedemikian rupa secara berderet linier
searah dan memanjang mengikuti bentukan ruang jalur pedestrian yang ada
Sedangkan arah pergerakan pejalan kaki dengan tujuan berbelanja pada PKL
di tepi Lapangan Pancasila disebabkan oleh display berbagai jenis barang dagangan
yang ditata sedemikian rupa secara linier berhadap-hadapan dan melingkar mengkuti
bentukan ruang jalur pedestrian yang persegi membulat membingkai Lapangan
Pancasila
c Tujuan Pergerakan untuk Melakukan Olahraga Rekreasi dan Hiburan serta Berbe
lanja
Pada PKL di Tengah Lapangan Pancasila Tujuan pejalan kaki untuk
melakukan aktivitas olahraga rekreasi dan hiburan serta berbelanja pada PKL di
tengah Lapangan Pancasila memiliki karakter pergerakan yang curvelinier karena
setiap pergerakan yang dilakukan tidak dibatasi oleh batasan-batasan fisik tertentu
sehingga pergerakan yang terjadi adalah bebas dan tidak beraturan
Arah pergerakan pejalan kaki dalam melakukan aktivitas olahraga rekreasi
dan hiburan serta berbelanja pada PKL di tengah lapangan secara curvelinier ini juga
disebabkan oleh karakter kedatangan pengunjung yang dilakukan secara berpasangan
atau berkelompok
Sumber Hasil Analisis Dini Tri Haryanti ST 2008
Gambar 32Ruang Jalur Sirkulasi Pedestrian Kawasan
41
Aktivitas perdagangan dan jasa kawasan menjadi bangkitan dan tarikan pengunjung
kawasan sehingga meningkatkan intensitas jumlah pejalan kaki pada ruang-ruang terbuka
publik di kawasan ini Keberadaan aktivitas PKL pada sepanjang ruang-ruang trotoar
kawasan seiring dengan tingginya jumlah pergerakan pejalan kaki antarbangunan formal
mengakibatkan pergerakan yang rdquomenerusrdquo dengan pencapaian pada tujuan yang rdquomemutarrdquo
Pergerakan rdquomenerusrdquo yang dimaksud adalah pergerakan pejalan kaki yang dilakukan
pada ruang-ruang terbuka publik kawasan studi dengan tujuan untuk melakukan perpindahan
antarbangunan formal (bangunan perdagangan modern) dan aktivitas berbelanja pada PKL
yang berjualan di sepanjang ruang trotoar kawasan melalui ruang-ruang jalur sirkulasi
pedestrian kawasan yang tersedia secara linier dan memanjang mengikuti jalur sirkulasi
utama (jaringan jalan) kawasan dari satu bangunan ke bangunan yang lain dan dari satu PKL
ke PKL yang lain dengan perjalanan yang tanpa terputusberhenti pada titik lokasi tertentu
meski berhenti pun hanya untuk beberapa saat untuk istirahat dan melihat-lihat dengan lebih
jelas obyek yang dimaksud
Pergerakan pejalan kaki kawasan pada trotoar Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk
berbelanja pada PKL memiliki arah pergerakan yang linier dan memanjang sepanjang jalur
trotar yang disebabkan oleh pengaturan display barang dagangan PKL yang ditata berderet
memanjang sepanjang jalur Pergerakan menerus ini terjadi sebagai akibat dari pergerakan
dengan tujuan untuk melakukan perpindahan antarbangunan melalui ruang-ruang jalur
sirkulasi pejalan sambil melihat-lihat dan berbelanja pada PKL yang berjualan hampir pada
seluruh ruang trotoar kawasan studi Semisal pergerakan pejalan kaki kawasan dengan tujuan
untuk melakukan perpindahan dari bangunan Plasa Simpang Lima menuju Ramayana SC
harus melewati jalur sirkulasi pejalan kaki sepanjang trotoar dari depan Plasa Simpang Lima
Kompleks Pertokoan Simpang Lima dan Ramayana SC yang dipenuhi oleh PKL sambil
melihat-lihat display barang dagangan yang diperjualbelikan maupun sekaligus membelinya
begitu juga dengan pergerakan perpindahan antarbangunan yang lain sehingga dengan
demikian tercipta pergerakan yang menerus
Dari sisi intensitasnya pergerakan pejalan kaki yang menerus ini semakin berkurang
jumlahnya ketika sampai pada ruang sirkulasi pejalan kaki di depan Hotel Ciputra Aktivitas
dan keberadaan PKL hampir tidak ada di sepanjang trotoar di depan bangunan hotel
pergerakan pejalan kaki pun diarahkan menempati ruang-ruang sirkulasi yang bersifat privat
yaitu ruang-ruang sirkulasi pejalan di dalam Mall Ciputra untuk menjaga image dan kesan
rapi pada muka bangunan hotel sesuai dengan peraturan hotel Namun kenyataan yang ada di
41
lapangan masih adanya beberapa pergerakan di depan hotel lebih banyak disebabkan oleh
perilaku dan sifat pejalan kaki kawasan yang cenderung memilih rute terpendek dalam
perjalanannya untuk mencapai tujuan
Sedangkan pencapaian rdquomemutarrdquo yang dimaksud adalah pencapaian tujuan suatu
perjalananpergerakan yang dilakukan oleh pejalan kaki akibat pergerakan yang mengikuti
sistem sirkulasi jalur utama kawasan yang membentuk loop sehingga berdampak pada
pencapaian suatu bangunan formal kawasan dengan arah yang memutar dan melalui beberapa
persimpangan sekaligus Semisal untuk mencapai lokasi tujuan pada Ramayana SC pejalan
kaki dari bangunan Masjid Baiturrahman harus melakukan pergerakan perpindahan dari
bangunan Citraland Mall menuju bangunan Kompleks Pertokoan Simpang Lima baru
kemudian mencapai bangunan Ramayana SC atau dari bangunan Gajahmada Plaza dulu
kemudian menuju bangunan kantor TelkomSMKN 7 Semarang baru mencapai bangunan
Ramayana SC Begitu juga pergerakan-pergerakan dengan tujuan pencapaian pada bangunan-
bangunan formal yang lain
Pergerakan dengan pencapaian rdquomemutarrdquo pada ruang-ruang sirkulasi pejalan kaki
kawasan sebenarnya dapat dicari alternatif lain yaitu dengan dengan memotong jalur
sirkulasi utama Pergerakan memotong jalur ini dapat menjadi alternatif pergerakan yang
dilakukan untuk mencapai pada bangunan yang dituju dengan melalui ruang Lapangan
Pancasila namun pergerakan semacam ini kurang diminati oleh penggunapejalan kaki
kawasan sebab ruang lapangan yang tanpa aktivitas akan terasa lebih panjang dan
membosankan
B Analisis Pola Pemanfaatan Ruang Terbuka Publik Kawasan
1 Analisis Pola Pemanfaatan Ruang dan Aktivitas pada Ruang Terbuka Publik
Kawasan
Sebagaimana yang telah diuraikan dalam tahap analisis ruang dan aktivitas kawasan
bahwa aktivitas-aktivitas yang berlangsung di atas ruang Lapangan Pancasila sebagai ruang
terbuka publik kawasan adalah aktivitas politik peribadatan massal olahraga rekreasi dan
hiburan Aktivitas sector informal yang berlangsung pada ruang terbuka publik kawasan
adalah aktivitas PKL
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan berdasarkan aktivitasnya terpusat
menempati Lapangan pancasila sebagai satu-satunya ruang terbuka publik kota yang menjadi
wadah interaksi sosial masyarakatnya didukung oleh daya tampung ruang yang cukup luas +
4 Ha dengan lokasinya yang strategis terletak di tengah-tengah kawasan pusat kota yang
41
memiliki aksesibilitas yang tinggi sehingga mudah dicapai dari segala penjuru kota
menggunakan berbagai jenis moda kendaraan baik kendaraan pribadi maupun angkutan
umum Pola pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan berdasarkan aktivitasnya pada ruang
Lapangan Pancasila berlangsung secara berkelompok dan masing-masing mengumpul
berdasarkan jenis aktivitasnya sebagai akibat oleh adanya
a) Kecenderungan aktivitas yang berlangsung pada ruang terbuka publik ini adalah
aktivitas-aktivitas yang dilakukan secara berkelompok
b) Melibatkan orang dalam jumlah yang banyak
c) Bentukan ruang yang membentuk persegi membulat dengan daya tamping ruang yang
cukup besar
d) Memungkinkan pergerakan secara bebas dan tidak beraturan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan berdasarkan aktivitas sektor
informalnya didominasi oleh pola pemanfaatan aktivitas PKL yang menempati ruang trotoar
kawasan trotoar dan tengah Lapangan Pancasila yaitu
1) Pola Pemanfaatan Trotoar Sepanjang Tepi Jalan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh
aktivitas PKL sepanjang trotoar kawasan di depan Citraland Mall depan Plasa Simpang
Lima depan Kompleks Pertokoan Simpang Lima depan Ramayana SC depan kantor
TelkomSMKN 7 Semarang depan Gajahmada Plaza dan depan Masjid Baiturrahman
membentuk pola ldquolinier yang memanjangrdquo dikarenakan oleh bentukan ruang-ruang
trotoar ini yang merupakan suatu jalur penghubung secara linier antaraktivitasbangunan
perdagangan dan jasa kawasan pada tepi jalan di muka bangunan sehingga menimbulkan
sejumlah akumulasi pengunjung yang tinggi secara periodic berdasarkan waktu
berlangsungnya aktivitas formal yang memanjang mengikuti pola jalur sirkulasipola
jaringan jalan utama kawasan Adanya beberapa bangunan formal dengan ciri aktivitas
perdagangan dan jasa yang terletak secara berdekatan satu sama lain dalam kawasan ini
maka dengan sendirinya akan menjadi daya tarik yang sangat kuat untuk dikunjungi oleh
calon pembeli yang mengakibatkan timbulnya akumulasi pengunjung pada kawasan
terutama di sekitar kegiatan yang dimaksud
Situasi inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh PKL kawasan studi untuk
mengembangkan usahanya dengan menjaring calon pembeli pada ruangruang di
sepanjang jalur pada muka bangunan ini memanfaatkan peluang banyaknya pejalan yang
melalui sepanjang jalur ini dan mengikuti pola jaringan jalan kawasan agar
41
keberadaannya di sepanjang tepi jalan ini juga dapat terlihat dan menarik para pengendara
pengguna jalan kawasan
Adapun display bebagai jenis barang dagangan PKL yang disuguhkan secara berderet
memanjang pada ruang trotoar ini memberi kemudahan pengunjung kawasan baik
pejalan kaki maupun pengendara untuk dapat lebih jelas melihat dan memilih jenis-jenis
barang yang diperdagangkan
2) Pola Pemanfaatan Trotoar Tepi Lapangan Pancasila
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh
aktivitas PKL sepanjang trotoar Lapangan Pancasila membentuk pola ldquolinier yang
melingkarrdquo dikarenakan oleh bentukan ruang sirkulasi pedestrian lapangan yang
membingkai lapangan dengan bentuk persegi membulat dan pola sirkulasi utama kawasan
yang bermuara pada Lapangan Pancasila dengan membentuk loop Adanya kedudukan
Lapangan Pancasila sebagai satu-satunya ruang terbuka publik yang luas di Kota
Semarang sebagai wadah interaksi sosial yang dimanfaatkan oleh warga masyarakat Kota
Semarang dan sekitarnya untuk melakukan berbagai macam aktivitas seperti olah raga
rekreasi dan hiburan mengakibatkan timbulnya akumulasi pengunjung dalam jumlah
yang besar pada area ini khususnya pada hari liburMinggu pagi sehingga banyak PKL
yang tertarik untuk menempati lokasi ini untuk menjajakan barang dagangannya Display
berbagai jenis barang dagangan disuguhkan secara linier sepanjang trotoar dengan
berhadap-hadapan untuk memberi banyak pilihan dan variasi barang kepada calon
pembeli dengan suasana yang santai dan rekreatif
3) Pola Pemanfaatan Tengah Lapangan Pancasila
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh
aktivitas PKL di tengah Lapangan Pancasila membentuk pola ldquoberkumpul yang
mengelompokrdquo berdasarkan jenis barang dagangannya dikarenakan bentukan ruang
Lapangan Pancasila yang tanpa adanya pembatas fisik antarPKL dengan daya tampung
ruang yang cukup besar sehingga memungkinkan adanya pergerakan pengunjung yang
bebas dan tidak beraturan dan penataan display barang dagangan yang disajikan secara
mengelompok berdasarkan jenis barang dagangannya masing-masing sehingga
memudahkan calon pembeli memilih jenis barang yang diinginkan dengan banyaknya
variasi barang yang disuguhkan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh PKL
akan semakin berkurang intensitasnya apabila semakin menjauh dari kawasan studi
Intensitas pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan oleh aktivitas PKL pada koridor
41
kelima ruas jalan kawasan semakin menurun karena jalan-jalan ini berorientasi pada
aktivitas-aktivitas yang berbeda yang berlangsung pada kelima ruas jalan antara aktivitas
perkantoran pemerintahan dan pendidikan yang ditandai dengan adanya kepadatan
beberapa bangunan fasilitas perkantoran pemerintahan dan pendidikan pada koridor-
koridor kelima ruas jalan ini
Adanya bangkitan aktivitas nonekonomi ini mengakibatkan rendahnya akumulasi
pengunjung kawasan pada tepi jalan-jalan ini Hal inilah yang menjadi alasan mengapa
ruang-ruang trotoar koridor jalan ini kurang diminati oleh PKL meskipun ada beberapa
PKL yang berjualan pada beberapa penggal jalan namun keberadaannya terputus dan
tidak menerus seperti pada keberadaan PKL pada ruang sirkulasi pejalan kaki di
sepanjang trotoar Jalan Pahlawan yang identik sebagai area yang berorientasi pada
aktivitas pemerintahan Jalan KH Achmad Dahlan Pandanaran dan Achmad Yani yang
identik sebagai area yang berorientasi pada aktivitas perkantoran dan Jalan Gajahmada
yang identik sebagai area yang berorientasi pada aktivitas perkantoran dan pendidikan
Menurut kriteria pemilihan lokasinya aktivitas-aktivitas PKL memiliki
kecenderungan menempati lokasi atau ruang-ruang dengan tingkat akumulasi orang yang
melakukan kegiatan secara bersama-sama pada waktu yang relative sama pula Adanya
fungsi kawasan sebagai CBD tentu tidak lepas dari aktivitas perdagangan dan jasa yang
berlangsung di atasnya sehingga menimbulkan sejumlah akumulasi pengunjung yang
tidak sedikit Fenomena tumbuhnya sector informalPKL ini tak lepas dari keberadaan
aktivitas formal yang tumbuh dan berkembang sebagai aktivitas pendukung (activity
support) yang tidak dapat dihindarkan dan digusur begitu saja melainkan diantisipasi dan
diperhitungkan kebutuhan ruangnya
2 Analisis Pola Pemanfaatan Ruang Jalur Sirkulasi Pedestrian Kawasan
Pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan sebagai jalur sirkulasi pejalan kaki
merupakan jenis pemanfaatan sebagai pemenuhan akan kebutuhan ruang pejalan yang
memisahkan ruang pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan kawasan demi meminimalisasi
konflik kepentingan yang dapat mengakibatkan ketidaknyamanan pejalan kaki maupun
pengguna jalan yang lain (pengendara)
Namun dalam perkembangannya ruang-ruang di tepi jalan ini mengalami pergeseran
fungsi ruang menjadi lokasi aktivitas PKL sehingga kemudian pejalan kaki harus
menjatuhkan pilihannya untuk berjalan melalui jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk
mencapai tujuan dalam pergerakannya
41
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima sebagai
ruang sirkulasi pedestrian dibentuk oleh arah pergerakan pejalan yang dipengaruhi oleh
tujuan dalam melakukan perjalanannya
a Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Melakukan Perpindahan Antarbangunan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima dengan
tujuan untuk melakukan pergerakan perpindahan antarbangunan membentuk pola
rdquomenerus yang melingkarrdquo dikarenakan arah pergerakan pejalan yang menerus pada
sepanjang ruang trotoar di muka bangunan kawasan mengikuti pola sirkulasi utama
kawasan yang membentuk loop
Pola pemanfaatan yang rdquomenerusrdquo ini disebabkan oleh kontinuitas pergerakan pejalan
kaki kawasan dalam melakukan perpindahan antar bangunan formal (perdagangan
modern) pada ruang-ruang trotoar sebagai ruang penghubung antaraktivitas formal
kawasan Pola pergerakan pejalan kaki yang menerus ini merupakan bangkitan dari
tarikan aktivitas perdagangan dan jasa formal kawasan yang menjadi alasan pengunjung
melakukan pergerakan berpindah antarbangunan
Pergerakan pejalan yang rdquomenerusrdquo ini juga dipengaruhi oleh keberadaan aktivitas
PKL di sepanjang ruang trotoar kawasan yang memberi kehidupan menerus pada ruang-
ruang ini Pergerakan menerus dilakukan oleh pejalan kaki kawasan secara linier pada
tepi jalan mengikuti pola jaringan jalan utama kawasan dan memanjang menuju lokasi
pencapaian tujuan pergerakan
Pola pemanfaatan ruang yang rdquomelingkarrdquo disebabkan oleh pencapaian tujuan pada
bangunan perdagangan modern kawasan secara memutar Sistem pencapaian bangunan
formal (perdagangan) yang memutar ini dipengaruhi oleh sistem sirkulasi utama kawasan
yang memiliki muara pada Jalan Simpang Lima (Lapangan Pancasila) dan membentuk
loop dimana dalam bentuk pencapaian yang loop ini diperlukan waktu untuk
mencapainya karena harus melewati banyak persimpangan-persimpangan yang
merupakan simpul-simpul bertemunya arus lalu lintas dari kelima ruas jalan kawasan
pada muaranya di Jalan Simpang Lima
b Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Berbelanja pada PKL di Sepanjang
Trotoar Kawasan dan Tepi Lapangan Pancasila Pola pemanfaatan ruang terbuka
publik Kawasan Simpang Lima dengan tujuan untuk berbelanja pada PKL di sepanjang
trotoar kawasan kurang lebih sama dengan pola pemanfaatan ruang dengan tujuan
melakukan perpindahan antarbangunan formal kawasan yaitu membentuk pola rdquomenerus
41
yang melingkarrdquo sepanjang ruang-ruang trotoar pada muka bangunan formal kawasan
mengikuti pola jaringan jalan utama kawasan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh aktivitas PKL pada sepanjang trotoar
kawasan dipengaruhi oleh penataan display berbagai jenis barang dagangan PKL yang
ditata sedemikian rupa berderet secara linier pada muka bangunan dan memanjang
mengikuti bentukan ruang trotoar sehingga mempermudah calon pembeli baik oleh
pejalan kaki maupun pengguna jalan yang lain (pengendara) untuk melihat dan memilih
jenis-jenis barang yang diinginkan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik dengan tujuan berbelanja pada PKL yang
berjualan di tepi Lapangan Pancasila membentuk pola rdquolinier yang melingkarrdquo mengkuti
sistem sirkulasi utama kawasan yang membentuk loop dengan muara sirkulasi pada
lapangan Pola pemanfaatan yang linier dipengaruhi oleh penataan display barang
dagangan yang ditata sedemikian rupa secara linier pada tepi Lapangan Pancasila (trotoar
lapangan) berhadaphadapan dengan sirkulasi pengunjung PKL yang berada pada tengah
ruang trotoar sebagai ruang yang tersisa dari kedua sisi ruang yang digunakan oleh PKL
Pola pemanfaatan ruang yang rdquomelingkarrdquo dipengaruhi oleh bentukan ruang yang
persegi membulat dengan trotoar sebagai pembingkai ruang lapangan Pemanfaatan yang
melingkar ini dibentuk oleh pergerakan pengunjung PKL yang menerus tanpa terputus
pada ruang trotoar tepi Lapangan Pancasila
c Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Melakukan Aktivitas Olahraga Rekreasi dan
Hiburan Berbelanja Pada PKL di Tengah Lapangan Pancasila
Pola pemanfaatan ruang Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk melakukan aktivitas
olahraga rekreasi dan hiburan serta berbelanja pada PKL yang berjualan di tengah
Lapangan Pancasila memiliki pola pergerakan rdquocurvelinierrdquo Aktivitas-aktivitas ini
cenderung dilakukan secara berkelompok mengingat daya tampung ruang lapangan yang
cukup besar sehingga memungkinkan untuk pergerakan yang bebas dan santai dengan
suasana rekreatif dengan arah pergerakan yang tidak beraturan dikarenakan tanpa adanya
bentukan fisik pembatas antaraktivitas kegiatan Aktivitas olahraga yang seringkali
dilakukan menempati ruang Lapangan Pancasila adalah olahraga sepak bola dimana
olahraga ini biasa dilakukan secara berkelompok dengan pergerakan yang tidak beraturan
pada ruang
Sedangkan pergerakan aktivitas rekreasi dan hiburan yang juga cenderung dilakukan
secara berpasanganberkelompok ini dipengaruhi oleh tujuannya untuk melihat-lihat
pemandangansuasana kawasan sehingga membentuk pola pergerakan yang tidak
41
beraturan dan berkelok-kelok dengan sesekali berhenti untuk mengagumi view atau
sekedar untuk mengobrol
Pola pergerakan pejalan kaki pada ruang Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk
berbelanja pada PKL di tengah lapangan mempunyai pola pergerakan rdquocurvelinierrdquo
dipengaruhi oleh bentukan ruang lapangan yang persegi membulat dengan daya tampung
ruang cukup besar dan sistem sirkulasi pengunjung yang memungkinkan arah pergerakan
dengan bebas Aktivitas PKL yang memiliki kecenderungan berkelompok berdasarkan
jenis barang yang diperdagangkan ini berdampak pada penataan display barang sehingga
sistem sirkulasi pengunjung PKL pun pada akhirnya mengikuti pola pemanfaatan ruang
oleh aktivitas PKL dengan pergerakan yang tidak beraturan pada ruang (curvelinier)
dengan suasana rekreatif dan santai
Dengan adanya pergerakan pejalan kaki Kawasan Bundaran Simpang Lima yang
rdquomenerus dan melingkarrdquo membentuk linkage seyogyanya pejalan kaki diberikan ruang
yang layak demi keamanan dan kenyamanan pejalan dan pengguna jalan yang lain
Dengan kecenderungan sifat manusiawi pejalan yang enggan melakukan perjalanan
dengan permukaan yang naik atau menaik solusi yang ditawarkan tentu tidak bisa berupa
jembatan penghubung antarbangunan Sebab selain memerlukan biaya yang tidak sedikit
dapat menghalangi pandanganview suatu kawasan berpotensi menggunakan sebagian
ruang terbuka publik itu sendiri dan keengganan pejalan berjalan pada permukaan yang
naik sebagai sifat dasar pejalan kaki maka alangkah lebih baiknya apabila solusi yang
ditawarkan sebagai ruang untuk pejalan kaki kawasan di luar konteks teknologi adalah
berupa subway yaitu ruang publik untuk pejalan kaki yang dibangun di bawah tanah yang
menjadi penghubung antarbangunan dengan karakteristik berupa terowongan di bawah
tanah bebas dari sirkulasi kendaraan kawasan bebas dari kebisingan akibat intensitas lalu
lintas kawasan yang cukup tinggi mampu menjadi alternatif ruang untuk PKL dan parkir
off street kawasan sekaligus sebagai jalur pedestrian kawasan
41
352 Kajian PKL di Jalur Pejalan Kaki di Jalan Samanhudi Kabupaten Jember
3521 Analisa Konflik Kepentingan
Tabel IV1Analisa Konflik Kepentingan
Sumber Hasil Analisis Maria Kurnia U 2009
41
3522 Analisa Konflik Penggunaan Ruang
Tabel IV2
Analisa Konflik Penggunaan Ruang
Sumber Hasil Analisis Maria Kurnia U 2009
3523 Analisis Konsep Simbiosis Mutualistik
A Analisa Teori
Analisa ini bertujuan menelusuri konflik kepentingan dan konflik penggunaan ruang
melalui kajian teori-teori tentang penataan PKL yang didapatkan dari literature dan penelitian
PKL yang pernah dilakukan sebelumnya Meminimalisir konflik yang terjadi diperlukan
ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun
menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan
Samanhudi dengan kawasan PKL lain
ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL
41
ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun
dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja
namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang
namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan
ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa
jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan
harga antara pedagang formal dan PKL
ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan
pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak
penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi
antar pihak
ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai
dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan
perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang
informal
ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan
persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL
ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan
dalih keamanan
ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan
pejalan kaki dan pengendara kendaraan
ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki
ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL
ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan
ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa
harus saling menumpuk
ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak
ndash Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini
menjadi jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen
B Triangulasi Konsep Simbiosis Mutualistik
Triangulasi konsep simbiosis mutualistik dilakukan untuk mendapatkan konsep-
konsep penataan pedagang kaki lima yang menguntungkan berbagai pihak yang terkait yang
membandingkan antara fakta empiris studi kasus dan teori
41
Mengakui eksistensi PKL didukung dengan program kebijakan untuk mengelola
aktivitas PKL
Penyuluhan pembinaan dan pelatihan untuk PKL
Pemberian bantuan modal dari pemerintah maupun dari sektor swasta (dengan konsep
kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitusaja namun dilakukan kontrol terhadap dana
bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang begitu saja namun dapat dimanfaatkan secara
berkelanjutan
Peningkatan citra kawasan melalui pembentukan karakter khusus PKL di lokasi studi
sehingga membedakan PKL Samanhudi dengan PKL di kawasan lain
Pengelompokkan PKL menurut jenis barang dagangan dan perletaknnya diatur menurut
jenis dagangan toko formal sehingga tidak terjadi perebutan konsumen
Peningkatan citra kawasan sehingga menambah daya tarik pengunjung
Pembentukan Paguyuban Samanhudi yang beranggotakan PKL pedagang formal dan
pihak penengah untuk menyamakan aspirasi antar golongan dan sebagai forum diskusi
Legalitas sektor informal yang diakui oleh pemerintah
Perumusan kebijakan dan peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan
perdagangan informal
Peraturan didukung pengawasan yang ketat sangsi yang jelas dan sosialisasi serta
persamaan persepsi
Perancangan sarana usaha sesuai dengan jenis barang dagangan dan aspirasi PKL
Sosialisasi status ruang PKL
Peningkatan keamanan dan pengawasan untuk mencegah pemerasan tindak kejahatan
lain
Mempertahankan orientasi PKL ke arah bangunan formal
Perbaikan pelebaran dan pemeliharaan jalur pejalan kaki (pedestrian) sebatas ruang
parkir on street sehingga jalur aktif jalan tidak berkurang
Pemisahan yang jelas antara jalur pejalan kaki dan ruang PKL
Pemisahan yang jelas antara jalur pengendara ruang PKL dan jalur pejalan kaki
Mengatur ruang parkir off street di sepanjang jalan untuk mengurangi beban jalan akibat
penyempitan jalan karena adanya pelebaran pedestrian
Perpanjangan sosoran dari bangunan formal sebagai pelindung pejalan kaki dan ruang
PKL sehingga PKL tidak perlu memakai ataptambahan untuk kiosnya
Bentuk sarana usaha berupa meja dorong tanpa atap agar akses visual pencahayaan dan
penghawaan ke bangunan formal tidak terhalang
41
Diberikan jarak setiap 2 kios sebagai akses masuk ke bangunan formal
Mengikutsertakan seluruh pihak terkait dalam penyampaian keputusan
Perancangan dapat mewadahi ruang PKL
Ruang PKL mengikuti arus pergerakan manusia
Pengaturan kebersihan dan ketertiban
C Konsep Legalitas PKL
Adanya pengakuan resmi dari pemerintah terhadap PKL Samanhudi sebagai salah satu
sector ekonomi di kawasan studi melalui surat keputusan resmi Surat keputusan ini
sekaligus mengatur hak kewajiban dan tanggung jawab PKL sebagai kompensasi
perubahan status yang telah diberikan oleh pemerintah
PKL berhak mendapatkan perlindungan hokum dan pinjaman modal dari pemerintah
Namun sebagai sector resmi PKL dikenakan pajak penghasilan dan retribusi Besarnya
pajak Pajak penghasilan dibedakan dari sektorformal Dengan membayar pajak PKL
berhak mendapatkan perlindungan pemerintah dari oknum preman dsb
PKL wajib mendukung program-program penertiban yang dilakukan pemerintah Apabila
PKL melanggar hak dan kewajiban yang telah diputuskan PKL tidak berhak lagi
menempati lapak yang telah dipinjamkan oleh pemerintah Dan dicabut ijin berjualannya
di kawasan Samanhudi
Dalam konsep ini simbiosis mutualistik terjadi antara pemerintah dan PKL dimana PKL
mendapatkan pengakuan perlindungan dan bantuan modal dari pemerintah sementara
pemerintah mendapatkan retribusi pajak penghasilan dan ketertiban dari PKL
D Konsep Pembinaan dan Permodalan
Pedagang kaki lima perlu untuk mendapatkan pembinaan dari pemerintah Kabupaten
Jember untuk meningkatkan kemampuan wirausaha dan peningkatan kualitas barang
dagang dan pelayanan terhadap pembeli konsumen sehingga bias meningkatkan
pendapatan dan aktivitas pedagang kaki lima dapat member nilai tambah serta dapat
memberkan peluang kerja yang dapat mengurangi tingkat pengangguran di Kabupaten
Jember Bentuk pembinaan berupa penyuluhan yang diberikan berkala secara rutin
Program pembinaan diadakan oleh pemerintah
Program pembinaan juga digunakan sebagai sarana pertemuan rutin dan sosialisasi
peraturan-peraturan yang dilakukan pemerintah
Program pembinaan juga dapat dijadikan sarana untuk selalu mengingatkan hak dan
kewajiban serta sangsi yang diterapkan bila PKL melanggar selama beroperasi dikawasan
Samanhudi
41
Program pembinaan memberikan keuntungan kepada PKL dan pemerintah PKL
mendapatkan peningkatan kemampuan dan pemerintah mendapat sarana sosialisasi
Pemberian bantuan modal ini tidak ditujukan kepada semua pedagang kaki lima tetapi
diberikan kepada beberapa pelaku usaha yang memiliki potensi dan criteria yang telah
ditentukan
Pemerintah dalam memberikan bantuan modal ini juga harus bekerja sama dengan
instansi-isntansi lain yang terkait
Pemberian modal dari pihak swasta sangat disarankan
Konsep ini memberikan keuntungan kepada pihak PKL berupa bantuan modal dengan
bunga ringan keuntungan laba pinjaman kepada pemberi modal dan bila pihak swasta
terlibat mendapatkan keuntungan berupa kesempatan untuk periklanan
E Konsep Kelembagaan Paguyuban Samanhudi
Paguyuban Samanhudi merupakan Kelembagaan yang memiliki kewenangan atau
keterikatan dengan pengelolaan dan pembinaan Pedagang Kaki Lima KoridorJalan
SamanhudiPaguyuban ini beranggotakan wakil PKL wakil pedagang formal wakil
pemerintah dari dinas Kebersihan dan Pertamanan Dinas Polisi Pamong Praja Dinas
Pariwisata Dinas Pendapatan dan Dinas LPMK Kabupaten Jemberserta pihak penengah
selaku penasehat dan pihak netral yang diwakili oleh pakar PKL dari universitas tokoh
masyarakat dan pakar PKL lainnya
Peran Paguyuban ini adalah sebagai forum diskusi dari semua pihak untuk menampung
aspirasi dan menetralisasi konflik yang terjadi sehingga setiap aspek dikoridor jalan
Samanhudi dapat melakukan koordinasi dan semua aspirasi dari semua pihak dapat
tersampaikan Fungsi paguyuban juga sebagai sarana mengikutsertakan semua pihak
terkait dalam membuat rancangan peraturan dan sosialisasi peraturan yang telah
ditetapkan pemerintah mengenai PKL kepada semua pihak terkait
Paguyuban juga berfungsi sebagai pihak pengawas bekerja sama dengan pihak kepolisian
dan pamong praja untuk mengawasi segala pelanggaran yang dilakukan oleh semua pihak
terkait Penerapan sangsi harus tegas dan diawasi oleh paguyuban sehingga tidak terjadi
rsquopenyelesaiandamairsquo dari pihak pelanggar dana para penegak peraturan
Paguyuban memberikan keuntungan kepada PKL pedagang formal pemerintah dan
masyarakat berupa kesempatan untuk menyalurkan aspirasi
41
353 Kajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit Kariyadi
Semarang
3531 Analisis Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar
Rumah Sakit dr Kariadi
Analisis karakteristik aktivitas PKL menggunakan metode deskriptif kuantitaif
dan distribusi frekuensi Analisis ini nantinya menunjang untuk analisis selanjutnya
yaitu analisis karakteristik berlokasi PKL Analisis ini meliputi lokasi aktivitas PKL
tempat usaha PKL jenis barang dagangan sarana fisik berdagang pola layanan pola
penyebaran serta status kepemilikan usaha Uraian dari masing-masing analisis
tersebu dipaparkan sebagai berikut
a Lokasi Beraktivitas
Sesuai dengan ruang lingkup spasial dari penelitian ini lokasi yang digunakan
PKL untuk memanfaatkan aktivitas kegiatan utama Rumah Sakit dr Kariadi adalah di
sepanjang penggal Jalan dr Kariadi sebagian Jalan Veteran dan sebagian Jalan dr
Soetomo Mereka berlokasi di penggalpenggal jalan tersebut dikarenakan jalan
tersebut merupakan batas dari kawasan fasilitas kesehatan dan merupakan jalan arteri
sekunder kolektor sekunder dan lokal sekunder yang ramai orang berlalu lalang
lintas kendaraan serta dilewati jalur angkutan umum Kondisi tersebut ditangkap oleh
PKL sebagai peluang untuk mendapatkan konsumen dengan memanfaatkan tingkat
kunjungan yang tinggi dari aktivitas kegiatan utama serta orang yang lalu lalang yang
melintas di penggal jalan-jalan tersebut Untuk lebih jelas mengenai lokasi PKL dapat
dilihat pada Gambar berikut
41
Gambar 33
Lokasi Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Pada lokasi tersebut terbagi menjadi spot-spot yang menjadi lokasi PKl
berdasarkan penggal jalan yang telah disebutkan sebelumnya yaitu Jalan dr Kariadi
Jalan Veteran dan Jalan dr Soetomo Spot-spot tersebut memiliki karakteristik
masing-masing baik dari sisi aktivitas dan ruang usaha PKL maupun dari karakteristik
berlokasinya Di penggal Jalan dr Kariadi terdapat beberapa bagian yang merupakan
lokasi larangan untuk PKL lokasi yang diperbolehkan untuk menggelar dagangan
PKL serta PKL binaan kelurahan yang dikenal dengan istilah PKL orange Pada Jalan
Veteran yang diminati oleh PKL berada di sisi selatan jalan Lokasi tersebut juga
diperbolehkan untuk berdagang PKL sebagai kompensasi penggantian lokasi
penggusuran PKL yang berasal dari Jalan dr Kariadi sisi barat Lokasi yang
seharusnya bersih dari PKL adalah Jalan dr Soetomo karena merupakan jalur merah
Namun lokasi ini tetap diminati untuk berlokasi PKL diantaranya dikarenakan tidak
adanya lokasi lain serta lokasinya yang strategis Kestrategisan tersebut dilihat dari
status jalan yang merupakan jalan utama penghubung ke pusat-pusat aktivitas lainnya
serta akses ke pusat kota maupun ke luar kota sehingga frekuensi kendaraan yang lalu
lalang tinggi Selain itu lokasinya yang dekat dengan kegiatan utama yang ada di
sekitarnya seperti Rumah sakit dr Kariadi perkantoran ataupun permukiman Hal
tersebut dimanfaatkan PKL sebagai peluang mendapatkan konsumen
b Tempat Usaha
41
Lokasi yang diminati PKL tidak menyediakan tempat khusus untuk berdagang
PKL sehingga mereka menggunakan ruang-ruang publik untuk tempat usahanya
seperti di trotoar di atas saluran drainase bahu jalan dan badan jalan Dengan
difungsikannya ruang-ruang publik tersebut menjadi tempat berdagang bagi PKL
berakibat menurunnya fungsi ruang publik tersebut mengurangi citra kawasan serta
menurunnya kualitas lingkungan Oleh pemerintah kota ruang-ruang publik tersebut
dimanfaatkan untuk tempat usaha PKL karena diperlukan tempat usaha di lokasi
tersebut Hal ini sebagai upaya pemerintah untuk mewadahi aktivitas tersebut
Tempat-tempat tersebut dilegalkan menjadi tempat usaha yang diperuntukkan bagi
PKL sesuai dengan peraturan daerah nomor 11 tahun 2000 tentang PKL yang
notabene bertolak belakang dengan peraturan daerah lainnya yang mengatur tentang
ketertiban keindahan dan pertamanan Persentase PKL yang menempati ruang-ruang
publik dapat dilihat pada Gambar berikut ini
Gambar 34
Persentase Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Terdapat pula PKL yang tidak mendapat izin tempat usaha berdagang
khususnya PKLyang berlokasi di daerah larangan untuk PKL serta berdagang pada
waktu yang tidak diperbolehkan sehingga mereka tidak ditarik retribusi dan sewaktu-
waktu dapat ditertibkan oleh aparat penegak tata tertib Namun ketidaktertiban aparat
PKL yang tidak mendapat izin tersebut kadang-kadang juga dipungut retribusi yang
diistilahkan dengan uang keamanan namun frekuensinya tidak teratur PKL dalam
golongan ini jumlahnya minoritas jika dibandingkan dengan PKL yang mendapat izin
tempat usaha Berikut sketsa sebaran PKL menurut tempat usahanya yang dapat
dilihat pada Gambar
41
Gambar 35
Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
c Jenis Barang Dagangan
Dagangan mayoritas yang diperdagangkan oleh PKL di sekitar Rumah Sakit
dr Kariadi adalah jenis barang dagangan makanan seperti warung tegal bakso soto
es buah dan makanan kecil Jenis dagangan tersebut diminati karena PKL mencoba
menangkap aktivitas kegiatan utama yang banyak membutuhkan jenis barang
dagangan makanan
Jenis barang dagangan yang paling minoritas diperdagangkan adalah buah-
buahan Jenis dagangan inipun hanya dijumpai di penggal Jalan dr Kariadi karena di
penggal jalan tersebut terdapat pintu masuk pengunjung rumah sakit Jenis barang
dagangan ini biasanya digunakan sebagai cangkingan atau oleh-oleh untuk membesuk
pasien Namun jenis dagang ini kurang diminati pedagang dikarenakan barangnya
yang mudah busuk tidak mempunyai tempat penyimpanan khusus seperti kulkas
relatif mahal karena rata-rata buah impor serta konsumennya relatif sedikit
Kekurangminatan pedagang untuk menjual jenis dagangan ini dapat dilihat dari
sedikitnya jumlah PKL yang menjual dagangan ini
Jenis barang dagangan lain yang banyak diperdagangkan adalah kelontong
karena berjualan bermacam-macam jenis barang dari rokok makanan kecil air
kemasan bahkan sampai barang kebutuhan mereka yang beraktivitas di kegiatan
41
utama yaitu rumah sakit seperti untuk kebutuhan penunggu pasien yaitu tikar kipas
termos untuk air panas dan jenis barang lainnya
Jenis dagangan yang lain merupakan jenis barang dagangan yang umum
diperdagangkan atau jenis barang dagangannya hampir ada setiap ruas jalan-jalan
besar lokasi PKL lainnya di kota besar yang kebanyakan termasuk dalam jenis barang
dagangan non makanan dan jasa pelayanan seperti warung telekomunikasi bensin
tambal ban voucher pulsa fotocopy Untuk jasa pelayanan fotocopy yang banyak
tersebar di kawasan tersebut terkait dengan adanya kegiatan utama berupa fasilitas
pendidikan seperti Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro akademi
keperawatan dan farmasi sedangkan untuk jenis dagangan umum lainnya terkait
adanya permukiman di sekitar lokasi tersebut Namun ada barang dagangan yang khas
yaitu nisan karena lokasi sekitar Rumah sakit dr Kariadi terdapat tempat pemakaman
umum yang cukup besar yaitu TPU Bergota
Jenis dagangan yang dijual dapat dikatakan tidak semata hanya melayani
untuk aktivitas yang terkait dengan Rumah Sakit dr Kariadi namun juga melayani
terhadap aktivitas lainnya disekitar Rumah Sakit dr Kariadi seperti fasilitas
pendidikan permukiman pemakaman serta perkantoran bahkan aktivitas transportasi
seperti kebutuhan supir angkutan umum dan supir taxi Untuk lebih jelas mengenai
perbandingan jumlah PKL menurut jenis barang dagangan di masing-masing penggal
jalan dapat dilihat pada gambar berikut ini
Gambar 36
Karakteristik Jenis Barang Dagangan Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
41
d Sarana Fisik Berdagang
Masing-masing lokasi memiliki jenis sarana berdagang mayoritas yang
berbeda-beda Pada penggal Jalan dr Kariadi mayoritas PKL di penggal jalan tersebut
menggunakan kios sebagai sarana berdagangnya Kios-kios tersebut awalnya
merupakan warung semi permanen yang disekat-sekat Namun seiring dengan
perkembangan waktu dan adanya praktek sewa tempat usaha maka warung tersebut
dibangun permanen oleh pemiliknya bahkan diantaranya ada yang dilengkapi dengan
kamar mandi serta ruang tidur Hal tersebut dikarenakan sebagian kios juga dijadikan
sebagai tempat tinggal pemiliknya Asal pedagang yang dari luar Kota Semarang serta
biaya yang mengontrak relatif mahal sehingga menjadikan kiosnya sebagai sarana
usaha serta tempat tinggal sekaligus Sarana dagang tersebut telah menyimpang dari
peraturan daerah tentang PKL Latar belakang pendidikan PKL yang sebagian rendah
kemungkinan menjadi penyebab kurangnya pemahaman pedagang terhadap produk
hukum tersebut atau memang mengerti namun sengaja dilanggar karena tidak adanya
upaya pemerintah untuk menertibkan sarana berdagang yang telah melanggar
peraturan tersebut Selain itu ketidaktergantungan PKL terhadap ketersediaan
prasarana penunjang menjadikan PKL dalam beraktivitas tidak mempertimbangkan
aspek tersebut
Selain kios sarana dagangan yang banyak diminati adalah gerobak tenda yaitu
sarana dagangan utamanya gerobak yang ditunjang dengan tenda yang biasanya untuk
tempat makan konsumen Sarana dagang ini dianggap praktis karena mudah
dibongkar pasang serta dipindahkan Terlebih sarana dagang ini sesuai dengan
himbauan pemerintah dalam Perda No 11 tahun 2000 yaitu sarana PKL adalah yang
mudah untuk dibongkar serta dipindahkan
Lain halnya dengan PKL di penggal Jalan dr Soetomo mereka lebih banyak
menggunakan gerobak Hal tersebut dikarenakan lokasi tersebut merupakan lokasi
larangan untuk PKL tapi mereka tetap bertahan di lokasi tersebut dengan alasan tidak
tersedia tempat lain yang strategis untuk berjualan Dengan menggunakan gerobak
memudahkan mereka untuk lari atau berpindah tempat jika ada penertiban oleh aparat
penegak tata tertib
Di penggal Jalan Veteran sama halnya dengan sarana fisik yang digunakan
berdagang oleh PKL di penggal Jalan dr Kariadi Mereka mayoritas menggunakan
41
sarana berdagang berupa kios Mereka menggunakan sarana fisik dagangan kios
permanen yang dianggap aman karena memperoleh izin tempat usaha dari pihak
terkait untuk berdagang Namun sarana dagang yang dibuat permanen tersebut tidak
sesuai dengan perda tentang PKL yang mengharuskan sarana dagang pedagang kaki
lima yang mudah dibongkar dan dipindah-pindah
Sarana fisik dagangan yang kurang diminati adalah mobil Walaupun cukup
fleksibel untuk berpindah-pindah namun biaya untuk operasional sehari-hari cukup
mahal seperti bahan bakar perawatan mobil ataupun untuk pengadaan unit mobil itu
sendiri Hanya terdapat satu PKL yang menggunakan sarana dagangan ini yaitu
berada di penggal Jalan dr Kariadi Namun karena pada waktu penyebaran kuesioner
pedagang ini tidak berada di lokasi maka tidak masuk menjadi responden
e Pola Layanan
Untuk pola pelayanan terdapat tiga aspek yang dibahas yaitu mengenai waktu
layanan
aktivitas PKL serta sifat layanan Berikut uraian dari analisis pola pelayanan tersebut
1 Waktu Layanan
Sesuai waktu aktivitas kegiatan utama yang rata-rata pagi hingga sore hari
seperti fasilitas pendidikan perkantoran serta jam berkunjung dan pemeriksaan rumah
sakit maka mayoritas PKL membuka usahanya pada waktu tersebut yaitu sekitar
pukul 0900 hingga pukul 1600 Namun khusus yang berada di penggal Jalan dr
Kariadi yaitu di sekitar pintu masuk dan lokasi larangan untuk PKL hanya
diperbolehkan untuk berjualan pada sore hingga malam hari yaitu biasanya mereka
membuka usahanya sekitar pukul 1600 hingga 0000 Terdapat beberapa PKL yang
waktu usahanya menyesuaikan dengan waktu pelayanan rumah sakit yang buka 24
jam atau sepanjang hari Hal tersebut dilakukan menangkap peluang menjajakan
barang dagangan untuk kebutuhan aktivis rumah sakit seperti penunggu pasien
pengunjung atau petugas piket atau jaga serta tidak menutup kemungkinan pembeli
dari pengendara yang lalu lalang atau supir transportasi umum
Hal tersebut juga berlaku di penggal jalan yang lain dimana mayoritas
membuka usahanya pada pagi hingga sore hari Hanya minoritas yang membuka
usaha pada sore hingga malam hari serta sepanjang hari Faktor lain yang dapat
mempengaruhi waktu aktivitas PKL selain menyesuaikan waktu aktivitas kegiatan
utama adalah kepemilikan usaha yang merupakan milik pribadi sehingga mereka
membuka usahanya sesuai keinginan mereka
41
Terdapat pula fenomena satu lokasi ditempati oleh dua PKL dengan waktu
layanan yang berbeda PKL yang beraktivitas pada pagi hingga sore mencoba
menagkap peluang dari kunjungan ke kegiatan utama seperti rumah sakit fasilitas
pendidikan perkantoran serta perdagangan informal dan tidak menutup orang yang
lalu lalang melewati jalan-jalan tersebut Lokasi yang dianggap strategis serta
berprospektif tersebut digunakan oleh PKL lain untuk berjualan di tempat yang sama
Hal tersebut dimanfaatkan PKL untuk menangkap peluang dari kegiatan rumah sakit
serta orang yang lalu lalang Selain itu juga menangkap konsumen dari penumpang
bus malam yang melewati Jalan dr Soetomo dimana di jalur tersebut terdapat halte
serta konsumen dari supir angkutan umum yang sedang istirahat sejenak Berikut
pemetaan PKL menurut waktu berdagangnya
Gambar 37Peta Sebaran Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Menurut Waktu Layanan
2 Sifat Layanan
Dari gambar di bawah ini dapat disimpulkan bahwa mayoritas PKL di sekitar
Rumah Sakit dr Kariadi memiliki sifat layanan menetap baik dari segi tempat
berdagangnya yang tetap serta waktu berdagangnya yang sama setiap harinya hal ini
nampak pada sarana fisik dagangan para PKL tersebut yang berupa kios yang
memang tidak bisa dipindah-pindah atau permanen Hanya 13 yang memiliki sifat
layanan semi menetap Berikut persentase PKL menurut sifat layanannya
41
Gambar 38Persentase Sifat Layanan Pedagang Kaki LimaDi Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Sifat layanan semi menetap biasanya PKL yang tempat usahanya yang
merupakan gabungan antara menetap dengan keliling yaitu pada awal waktu
berdagang pada lokasi yang sama tiap harinya namun jika belum habis dagangannya
mereka berkeliling serta jam berdagang yang tidak tetap tiap harinya terkadang hanya
sampai siang karena dagangannya habis Sisanya yang 2 berjualan secara
berkeliling yang diantaranya bertujuan untuk mendekati konsumen serta
memanfaatkan waktu-waktu puncak kegiatan utama rumah sakit seperti waktu
kunjungan menjenguk pasien
f Pola Penyebaran
Pola penyebaran PKL mayoritas mengikuti pola jalan yang ada yaitu linier
Mereka berjualan di bahu-bahu jalan bahkan ada yang berada di atas saluran drainase
Selain itu pola penyebaran tersebut terbentuk karena lokasi yang diperbolehkan untuk
PKL menempati trotoar trotoar sepanjang jalan yang secara otomatis membentuk
linier Alasan lainnya yang diungkapkan oleh pedagang adalah agar dagangannya
mudah dilihat oleh orang yang lalu lalang Namun terdapat beberapa PKL yang
berjualan secara aglomerasi dengan PKL yang berjualannya bergerombol di dekat
pintu masuk pengunjung Rumah Sakit dr Kariadi seperti yang dapat dijumpai di Jalan
dr Kariadi yaitu bergerombol di sekitar pintu masuk pengunjung rumah sakit serta di
Jalan dr Soetomo yang bergerombol di dekat pintu masuk UGD dan pintu masuk ke
Gedung Pavilliun Garuda Hal tersebut dimaksudkan untuk mendekati pengunjung
yang akan masuk ke rumah sakit Hanya sebagian kecil saja yang lokasinya berjauhan
dengan PKL lainnya atau menyebar untuk mengurangi persaingan dengan PKL
lainnya
41
g Kesimpulan Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar
Rumah Sakit dr Kariadi
Tempat usaha tidak terdapatnya tempat yang dikhususkan untuk PKL pemerintah
memfasilitasinya dengan memperbolehkan menempati ruang-ruang publik seperti
trotoar badan atau bahu jalan serta di atas saluran drainase melalui Perda no 11 tahun
2000 Namun hal ini dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan
serta visual kawasan dan tidak optimalnya ruang publik tersebut Mayoritas PKL di
kawasan tersebut telah mengantongi izin tempat usaha dari kelurahan selaku pihak
berwenang
Jenis barang dagangan karakteristik jenis barang dagangan PKL pada umumnya
mengikuti kebutuhan kegiatan utama yaitu aktivitas Rumah Sakit dr Kariadi dan
sekitarnya seperti fasilitas pendidikan perkantoran perdagangan informal
permukiman dan pemakaman Jenis barang dagangan yang mayoritas diperdagangkan
berupa makanan Jenis barang dagangan yang diperdagangkan adalah non makanan
buah-buahan jasa pelayanan serta kelontong Terkait dengan kegiatan utama terdapat
beberapa jeni barang dagangan yang spesifik seperti termos tikar kipas guna
memenuhi kebutuha penunggu pasien
Sarana fisik dagangan mayoritas berupa kios yang dibangun permanen serta
gerobak tenda Menggunakan kios dikarenakan lokasinya yang telah dilegalkan untuk
aktivitas PKL serta terkait pola layanan yang menetap serta pada waktu berdagang
yang tetap Sedangkan gerobak tenda banyak digunakan oleh pedagang makanan
dimana tendanya digunakan sebagai tempat untuk konsumen Untuk bangunan
permanen diantaranya digunakan sebagai tempat tinggal Ketidakketergantungan
PKL terhadap prasarana penunjang sehingga PKL tidak mempertimbangkan aspek
tersebut karena mereka dapat mengusahakan sendiri
Pola pelayanan dari segi waktunya mengikuti waktu aktivitas kegiatan utama yaitu
pagi hingga sore hari sekitar pukul 0900 ndash 1600 serta telah mendapat izin tempat
usaha dari pihak berwenang namun terdapat pula PKL yang beraktivitas sore hingga
malam hari yaitu pukul 1600 ndash 0000 serta sepanjang hari Sifat layanannya menetap
mengingat mayoritas bersarana fisik dagangan berupa kios serta waktu berdagang
yang relatif tetap
Pola penyebaran mayoritas secara linier yaitu mengikuti pola jalan karena lokasi
yang dilegalkan untuk PKL oleh pemerintah menempati ruang-ruang publik seperti
trotoar di atas saluran drainase dan bahu jalan yang notabene mengikuti pola jalan
41
Selain itu terdapat sebagian beraglomerasi di sekitar pintu masuk rumah sakit yang
bertujuan untuk mendekati konsumen dan sisanya menyebar agar mengurangi
saingan
ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun
menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan
Samanhudi dengan kawasan PKL lain
ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL
ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun
dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja
namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang
namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan
ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa
jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan
harga antara pedagang formal dan PKL
ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan
pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak
penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi
antar pihak
ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai
dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan
perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang
informal
ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan
persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL
ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan
dalih keamanan
ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan
pejalan kaki dan pengendara kendaraan
ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki
ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL
ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan
ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa
harus saling menumpuk
41
ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak
Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini menjadi
jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen
41
Pengelolaan PKL
Pengelolaan PKL di Bundaran
Simpang Lima
Lima Semarang
Pengelolaan PKL di
Kabupaten Jember
Pengelolaan PKL di Kawasan Sekitar Rumah
Sakit dr Kariadi Semarang
Mengakui keberadaan PKL dengan
menuangkannya di dalam produk-
produk tata ruang
Penegakan peraturan
perundagangan yang terkait
dengan PKL
Menjalin kerjasama dengan sektor
formal dalam menyediakan ruang
bagi PKL
Menyediakan ruang perkotaan
yang dikhususkan bagi sektor
informal
Peningkatan citra PKL
Pengakuan terhadap eksistensi PKL
Control terhadap dana bantuan
Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo
Penindakan tegas kepada oknum yang
melakukan perampasan hak pada PKL
dengan dalih keamanan
Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk
menampung aktivitas PKL dan pejalan
kaki
Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan
jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir yang tepat
Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal
Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan
jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir
Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL
dan konsumen yang aman dari gangguan
pejalan kaki dan pengendara kendaraan
41
36 Temuan Studi
Temuan studi ini dimana akan menjawab sasaran yang disesuaikan dari contoh kasus yang ada di Indonesia Berikut adalah tabel matrik temuan
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
Mengetahui
permasalahan
PKL di jalur
pejalan kaki
Keberadaan sektor PKL yang menempati ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima memakai separuh lebih lebar trotoar bahkan seringkali tidak menyisakan sedikit pun ruang untuk pejalan kaki Ruang-ruang trotoar menjadi tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya sebagai ruang pemisah antara ruang yang digunakan untuk sirkulasi pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan Ruang-ruang trotoar tersebut banyak yang beralih fungsi menjadi lokasi berdagang PKL
Peralihan fungsi trotoar ini menyebabkan terganggunya aktivitas pejalan kaki sehingga pejalan terpaksa harus menggunakan jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk berjalan guna menghindari berbagai hambatan di atas trotoar Hal ini menyebabkan pejalan kaki terpaksa harus berhati-hati jika melangkah terkadang juga harus mengalah berjalan pada ruang-ruang jalur lambat dan sebagian badan jalan Kondisi ini sangat tidak aman dan
Masalah yang utama itu dari setiap
pedagang kaki lima di Jalur Pejalan Kaki
di Jalan Samanhudi Jember yaitu
Penggusuran Para PKL liar yang tidak
memiliki TDU(Tanda Daftar Usaha)
mereka biasanya akan di gusur dengan
peringatan yang di berikan sampai di
laksanakan penggusuran paksa padahal
Pedagang kaki lima merupakan salah satu
solusi akan masalah tingginya angka
pengangguran dan sedikitnya lapangan
kerja bagi masyarakat berpendidikan
rendah seperti mereka Pemerintah dalam
hal ini tidak dapat menyediakan lahan
pengganti bagi mereka untuk melanjutkan
usaha mereka jika pun ada pemerintah
menyediakan lahan-lahan yang letaknya
kurang strategis yang secara pasti
menurunkan dan mematikan pendapatan
yang mereka dapatkan dan akhirnya
Legalitas lokasi aktivitas
PKL yang biasanya ditempatkan
di dalam ruang publik seperti di
atas trotoar di atas saluran
drainase taman dan ruang publik
lainnya patut dipertanyakan
karena ketidakberdayaannya
peraturan tersebut dalam
menangani PKL Sebagai contoh
di sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi legalitas lokasi untuk
aktivitas PKL yang linier di
sepanjang jalan yang bertempat di
atas drainase Dalam aspek
apapun hal tersebut tidak dapat
dilegalkan terlebih tidak ada
penjelasan mengenai luasan atau
desain yang diperbolehkan PKL
untuk menggelar dasaran pada
dimensi saluran drainase yang
PKL yang menempati
ruang-ruang trotoar
menyebabkan
terganggunya aktivitas
pejalan kaki
Pemerintah tidak dapat
menyediakan lahan
pengganti
Legalitas lokasi aktivitas
PKL yang biasanya
ditempatkan di dalam
ruang publik seperti di atas
trotoar di atas saluran
drainase taman dan ruang
publik patut
dipertanyakan
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
nyaman bagi pejalan kaki ataupun bagi pengendara kendaraan bermotor karena mengganggu arus lalu lintas dan membahayakan keselamatan jiwa mereka hal seperti ini dapat kita lihat di depan dan di samping Masjid Baiturrahman di depan Citraland Mall di depan dan di samping Plasa Simpang Lima di depan dan di samping Kompleks Pertokoan Simpang Lima di depan dan di samping Ramayana Super Center di depan dan di samping SMKN 7 SemarangKantor Telkom dan di depan Gajahmada Plaza
Pemilihan lokasi PKL dipengaruhi oleh kecenderungan aktivitas PKL yang selalu menentukan lokasi mendekati pusat-pusat keramaian atau pusat-pusat perdagangan dan jasa dan lokasi-lokasi yang sering dikunjungi oleh orang banyak dalam kurun waktu tertentu secara periodik dan menerus Alasan inilah yang kemudian mendasari penentuan lokasi PKL Kawasan Bundaran Simpang Lima untuk berjualan di trotoar karena ruang-ruang jalur pedestrian inilah yang
mereka harus gulung tikar dan menjadi
pengangguran yang semakin menambah
permasalahan di Indonesia Pemerintah
harus mencari cara dan tempat yang baik
untuk mereka berdagang ditengah modal
mereka yang kecil agar di sisi lain semua
para pedagang kaki lima tidak hilang
lapangan kerjanya dan bias melanjutkan
kelangsungan hidupnya
ada Selain itu PKL juga
menempati trotoar yang
mengakibatkan bertambahnya
permasalahan yang terdapat di
lokasi tersebut Imbas secara
langsung dirasakan oleh
pengguna trotoar yaitu pedestrian
ketidaknyamanan bahkan tidak
adanya lagi ruang untuk berjalan
di atas trotoar acapkali menjadi
konsekuensi pedestrian yang
trotoarnya diserobot PKL
Aglomerasi aktivitas PKL yang
berlokasi di sekitar pintu masuk
pengunjung Rumah Sakit dr
Kariadi menyebabkan
penumpukan aktivitas seperti
aktivitas keluar masuk
pengunjung aktivitas jual beli
antara PKL dengan konsumen
lalu lintas kendaraan yang sedang
melewati Jalan dr Kariadi serta
angkutan umum yang sedang
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
dianggap sebagai lokasi yang ramai dikunjungi oleh pejalan kaki yang melakukan pergerakan dalam mencapai tempat tujuan perjalanannya Begitu juga dengan ruang Lapangan Pancasila karena selalu ramai dikunjungi pada hari-hari libur dengan rata-rata pengunjung mencapai 51 ndash 100 oranghari dikarenakan kedudukannya sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya
berhenti mencari penumpang
Sekali lagi permasalahan tersebut
disikapi oleh pemerintah dengan
penertiban dan penggusuran yang
hampir tidak pernah berakhir
manis
Mengetahui
peranan PKL
Kehadiran PKL di Kawasan
Bundaran Simpang Lima juga mampu
menciptakan kehidupan yang menerus
sehingga terhindar dari kematian
kawasan pada saat tertentu akan tetapi
di sisi lain kehadiran PKL
menyebabkan ketidakteraturan
kekumuhan dan kualitas fisik yang
buruk sehingga merusak wajah kota
Selain itu PKL yang berjualan di
Lapangan Pancasila pada malam hari
dengan kehidupan malam dan wanita-
wanita penghibur yang berdandan tebal
Tempat pedagang kaki lima bagi
Masyarakat dijalan Samanhudi Jember
sangat penting sebagai penyedia kebutuhan
yang dibutuhkan oleh Masyarakat Jember
Pedangan kaki lima sangat mempengaruhi
pola pasar dan sosial di Jember khususnya
didaerah Jalan Samanhudi Dalam bidang
perekonomian pedagang kaki lima hanya
berpengaruh sebagai produsen yang
penting bagi Masyarakat Jember
mengingat akan Meningkatnya jumlah
Penduduk Mereka cenderung lebih
memilih membeli pada pedagang kaki lima
Usaha PKL yang terus
berkembang pesat menarik PKL
untuk mempekerjakan karyawan
selain tenaga yang dibutuhkan
memang tidak bisa dikerjakan
sendiri terdapat pula pemilik
modal yang menyewa tempat
usaha namun dijadikan usaha
sampingan sehingga tidak
mengelola secara langsung
usahanya namun dengan
mempekerjakan karyawan PKL
yang statusnya sebagai karyawan
Pedangan kaki lima sangat
mempengaruhi pola pasar
dan sosial
harga yang PKL tawarkan
lebih murah dibandingkan
dengan harga di mall
grosir maupun indogrosir
sebagai salah satu
alternatif lapangan
pekerjaan bagi masyarakat
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
menciptakan kesan negatif dan
memperburuk citra kawasan
daripada membeli di supermarket yang
sudah merajalela di kota Jember pada saat
ini mall atau grosir maupun indogrosir
yang banyak tersebar di kota Jember
dikarenakan harga yang mereka tawarkan
lebih murah
sebanyak 10 dimana karyawan
tersebut memanfaatkan PKL
sebagai lapangan pekerjaan
Sehingga bekerja sebagai
karyawan PKL dapat dikatakan
sebagai salah satu alternatif
lapangan pekerjaan bagi
masyarakat
Mengetahui
pola aktivitas
PKL dijalur
pejalan kaki
Aktivitas PKL sendiri
memiliki kecenderungan untuk
menempati ruang ruang antar aktivitas
yang selalu ramai dilewatidikunjungi
oleh banyak orang dalam melakukan
pergerakan perpindahan dari aktivitas
satu ke aktivitas yang lain atau dari
bangunan perdagangan modern satu ke
bangunan perdagangan modern yang
lain secara periodik dalam rentang
waktu tertentu sehingga kemudian
pilihan ini jatuh kepada jalur-jalur
pedestrian yang notabene merupakan
ruang-ruang terbuka publik yang
PKL berdagang dengan menempati
tempat yang tetap dan tidak berpindah-
pindah
Modal dan aset sebagian besar adalah
milik sendiri
Berdagang di Samanhudi merupakan
usaha utama
Alat peraga PKL pada kawasan ini
dapat dibedakan menjadi
ndashAlat peraga semi permanen dari kayu
dan tenda yang bersifat menetap
ndashAlat peraga dengan bangku meja dan
tenda sekaligus sebagai tempat tinggal
ndashAlat peraga beroda namun menetap
Pola Aktivitas pelayanan PKL di
kawasan sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi pada umumnya melayani
pengunjung rumah sakit namun
tidak menutup kemungkinan
konsumennya adalah pengendara
atau orang yang sedang melintasi
jalan tersebut tanpa bermaksud
untuk masuk ke rumah sakit
Selain itu konsumen
yang berasal dari sekitar lokasi
PKL seperti penduduk
permukiman di sekitarnya
pekerja yang bekerja di sektor
Aktivitas PKL memiliki
kecenderungan untuk
menempati ruang ruang
antar aktivitas yang selalu
ramai dilewatidikunjungi
oleh banyak orang dalam
melakukan pergerakan
perpindahan dari aktivitas
satu ke aktivitas yang lain
atau dari bangunan
perdagangan modern satu
ke bangunan perdagangan
modern
Saat berjualan alat peraga
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
seyogyanya digunakan oleh pejalan
kaki Keberadaan ruang trotoar yang
semakin sempit oleh penggunaan ruang
PKL membuat pejalan kaki
menjatuhkan pilihan untuk melakukan
perjalanan pada ruang-ruang seperti
jalur lambat dan sebagian badan jalan
sehingga mengurangi keamanan jiwa
dan kenyamanan pejalan kaki sendiri
serta pengguna jalan yang lain
(pengendara)
Kegiatan-kegiatan yang
dilakukan oleh pejalan kaki pada
ruang-ruang jalur pedestrian atau
trotoar di Kawasan Bundaran Simpang
Lima adalah kegiatan berjalan dan
berbelanja Sebagian dari pejalan kaki
hanya berjalan melintasi trotoar untuk
menuju lokasi tujuannya akan tetapi
ada pula sebagian dari pejalan kaki
yang berjalan sambil melihat-lihat
bahkan ada yang berbelanja pada PKL
ndashAlat peraga beroda namun menetap
dengan bangku dan meja
ndashHanya berupa matras sebagai alas
dagangan yang dapat berpindah
sewaktu-waktu
Alat peraga yang dipakai untuk usaha
tidak seragam dan tidak menggunakan
desain yang baik sehingga terkesan
kumuh kurang bersih dan sangat
mengganggu wajah kota dan menutup
fasade bangunan di belakangnya
Saat berjualan alat peraga kios
sebagian besar menempati badan jalan
dan trotoar
Saat tidak berjualan alat peraga kios
sebagian besar tetap di lokasi jualan
lama berjualan di Samanhudi sebagian
besar antara 6 ndash10 tahun
Terbanyak dari pedagang belum
pernah bekerja di sektor lain dan dari
semula telah menjadi PKL di
Samanhudidi bandingkan denga harga
yang ada di mall Pedagang
lain sehingga tidak ada batasan
pasti mengenai pola pelayanan
para PKL tersebut
Waktu beraktivitas para
PKL umumnya terbagi menjadi
dua sesi PKL yang pertama
adalah pedagang yang aktivitas
berdagangnya pada pagi hingga
siang hari Pedagang yang kedua
merupakan pedagang yang
mempunyai waktu layanan pada
sore hingga malam hari Namun
tidak menutup kemungkinan
terdapat beberapa PKL yang
berdagang dari pagi hingga
malam hari bahkan buka nonstop
mengingat rumah sakit
beraktivitas selama sehari penuh
sehingga mereka mengikuti
aktivitas sektor formal yang ada
di sekitarnya
Waktu berdagang
tersebut juga disesuaikan dengan
kios sebagian besar
menempati badan jalan
dan trotoar
Waktu beraktivitas para
PKL umumnya terbagi
menjadi dua sesi PKL
yang pertama adalah
pedagang yang aktivitas
berdagangnya pada pagi
hingga siang hari
Pedagang yang kedua
merupakan pedagang yang
mempunyai waktu layanan
pada sore hingga malam
hari Namun tidak
menutup kemungkinan
terdapat beberapa PKL
yang berdagang dari pagi
hingga malam hari bahkan
buka nonstop
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
izin usaha yang diberlakukan oleh
petugas kelurahan sebagai pihak
yang berwenang menangani PKL
Untuk lokasi yang dilarang untuk
PKL oleh PKL tetap digunakan
sebagai lokasi untuk berdagang
dengan waktu berdagang setelah
jam kerja yaitu sore hingga
malam hari
Mengetahui
Pengelolaan
PKL di jalur
pejalan kaki
dalam perkembangannya
pemerintah mengeluarkan SK
Walikota Kota Semarang No 511316
tahun 2001 tentang Penetapan Lahan
yang mengatur tentang lokasi-lokasi
dan waktu aktivitas PKL yang
diperbolehkan oleh pemerintah pada
Kawasan Bundaran Simpang Lima
agar tetap terjaga kerapihan dan
estetikakeindahan wajah kawasannya
yaitu PKL yang berjualan di depan
Kompleks Pertokoan Simpang Lima
depan Ramayana SC depan Kantor
Adanya pengakuan resmi dari
pemerintah terhadap PKL Samanhudi
sebagai salah satu sector ekonomi di
kawasan studi melalui surat keputusan
resmi Surat keputusan ini sekaligus
mengatur hak kewajiban dan
tanggung jawab PKL sebagai
kompensasi perubahan status yang
telah diberikan oleh pemerintah
Pedagang kaki lima perlu untuk
mendapatkan pembinaan dari
pemerintah Kabupaten Jember untuk
meningkatkan kemampuan wirausaha
Pemerintah Kota Semarang
berwenang dalam mengatur
keberadaan PKL di ruang Kota
Semarang seperti yang terdapat di
kawasan sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi dengan bentuk
pengelolaan lokasional (stabilitas
atau pengaturan) dan struktural
(perijinan) Dalam pengaturan
tersebut Pemerintah Kota
Semarang menggunakan dasar
hukum berupa Undang-Undang
Peraturan Pemerintah Peraturan
mengatur tentang lokasi-
lokasi dan waktu aktivitas
PKL yang diperbolehkan
oleh pemerintah agar tetap
terjaga kerapihan dan
estetikakeindahan wajah
kawasannya
Pedagang kaki lima perlu
untuk mendapatkan
pembinaan
Pedestrian dirancang ulang
dengan dilebarkan hingga
area parkiran street
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
TelkomSMKN 7 Semarang depan
Gajahmada Plaza dan depan Masjid
Baiturrahman boleh berjualan dari
pukul 1600 ndash 0400 WIB (khusus pada
Hari Minggu PKL diijinkan untuk
berjualan mulai pukul 0600 ndash 0800
WIB) menempati ruang trotoar dengan
luas areal 4 x 6 meter
Sampai dengan tahun 2008
PKL di Kawasan Bundaran Simpang
Lima mencapai 1536 pedagang dan
ada kecenderungan akan terus
meningkat dari tahun ke tahun (lihat
Tabel III4) Kecenderungan lokasi
PKL pada masa-masa yang akan
datang mengikuti kecenderungan dari
perkembangan aktivitas formal
kawasan yang ada demikian juga
kecenderungan waktu berdagangnya
Melihat kecenderungan aktivitas PKL
kawasan maka SK Walikota Kota
Semarang No 511316 tahun 2001
sudah tidak relevan lagi dan perlu
dan peningkatan kualitas barang
dagang dan pelayanan terhadap
pembeli konsumen sehingga bias
meningkatkan pendapatan dan
aktivitas pedagang kaki lima dapat
member nilai tambah serta dapat
memberkan peluang kerja yang dapat
mengurangi tingkat pengangguran di
Kabupaten Jember Bentuk pembinaan
berupa penyuluhan yang diberikan
berkala secara rutin Program
pembinaan diadakan oleh pemerintah
Paguyuban Samanhudi merupakan
Kelembagaan yang memiliki
kewenangan atau keterikatan dengan
pengelolaan dan pembinaan Pedagang
Kaki Lima KoridorJalan
SamanhudiPaguyuban ini
beranggotakan wakil PKL wakil
pedagang formal wakil pemerintah
dari dinas Kebersihan dan
Pertamanan Dinas Polisi Pamong
Praja Dinas Pariwisata Dinas
Daerah dan Surat Keputusan
Walikota Adapun dasar hukum
yang mengatur secara jelas
mengenai aktivitas PKL di Kota
Semarang yang berlaku saat ini
diantaranya adalah sebagai
berikut
1048707 Peraturan Daerah No 11 Tahun
2000 tentang Pengaturan dan
Pembinaan PKL Perda ini
menjelaskan tentang pengaturan
dan pembinaan PKL di Kota
Semarang seperti pengaturan
tempat usaha hak kewajiban dan
larangan untuk PKL Dalam
kaitannya dengan karakteristik
berlokasi aktivitas PKL
dijelaskan dalam Perda ini yang
terdapat dalam pasal 3 yaitu
penempatan lokasi kegiatan PKL
diatur dengan mempertimbangkan
tempat kepentingan untuk umum
lainnya seperti kepentingan untuk
sehingga jalur aktif
kendaraan tidak
mengalami penyempitan
mengatur keberadaan PKL
di ruang Kota dengan
bentuk pengelolaan
lokasional (stabilitas atau
pengaturan) dan struktural
(perijinan)
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
ditinjau kembali sesuai dengan
kecenderungan dan kebutuhan yang
ada di lapangan
Pendapatan dan Dinas LPMK
Kabupaten Jemberserta pihak
penengah selaku penasehat dan pihak
netral yang diwakili oleh pakar PKL
dari universitas tokoh masyarakat dan
pakar PKL lainnya
Penerapan tema khusus pada penataan
PKL kawasan studi agar mempunyai
cirri khas dan dapat mengangkat citra
kawasan dan meningkatkan daya tarik
kawasan Contoh produk khas
jember yang dapat diangkat sebagai
tema adalah tembakau rookk dan
cerutu mengingat Jember sebagai
penghasil tembakau terbesar di Jawa
Kegiatan khas Jember yang dapat
diangkat sebagai tema yaitu Jember
Fashion Carnaval Penerapan tema
dapat diaplikasikan pada sarana usaha
PKL finishing pedestrian perabot
kota dan elemen pendukung lainnya
Pedestrian dirancang ulang dengan
pejalan dan untuk sirkulasi
kendaraan Untuk lebih jelas
mengenai detail isi perda tersebut
dapat dilihat pada Lampiran F
1048707 Surat Keputusan Walikota
Semarang No 51136 Tahun
2001 tentang lokasi PKL di Kota
Semarang dimana di dalamnya
diantaranya mengatur luas area
batas pemakaian area waktu
aktivitas dan tempat aktivitas
PKL Ruas kanan Jalan dr
Kariadi dari arah Jalan Veteran
merupakan lokasi yang
diperbolehkan untuk aktivitas
PKL Lokasi tersebut menempati
trotoar serta bangunan berupa
semi permanen Untuk lebih jelas
mengenai detail isi SK tersebut
dapat dilihat pada Lampiran F
1048707 Perda No 6 Tahun 2004
tentang Rencana Detail Tata
Ruang Kota Semarang Bagian
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
dilebarkan hingga area parkiran street
sehingga jalur aktif kendaraan tidak
mengalami penyempitan Diberikan
perbedaan yang tegas antara ruang
PKL dan ruang pejalan kaki dan jalur
kendaraan berupa perbedaan tinggi
lantaiSehingga dikemudian hari kios
PKL tidak melebar ke segala sisi
Wilayah Kota (BWK) I
(Kecamatan Semarang Tengah
Semarang Timur dan Semarang
Selatan Tahun 2000-2010 Perda
tersebut menjelaskan mengenai
fungsi serta peran BWK I yang
terkait dengan sektor formal di
wilayah tersebut yaitu penjelasan
mengenai fasilitas kesehatan yang
berada khususnya di Kelurahan
Randusari Selain itu dijelaskan
pula kelas Jalan dr Kariadi Jalan
dr Soetomo dan Jalan Veteran
serta jalur transportasi yang
melaluinya
41
Kawasan Bundaran Simpang Lima menjadi ruang privat Aktivitas PKL menempati ruang-
ruang terbuka public Kawasan Bundaran Simpang Lima seperti pada
a) Trotoar-trotoar Kawasan
Aktivitas PKL menempati ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima
seperti trotoar di depan Masjid Baiturrahman depan Citraland Mall depan Plasa
Simpang Lima depan Kompleks Pertokoan Simpang Lima depan Ramayana SC depan
Kantor TelkomSMKN 7 Semarang dan depan Gajahmada Plaza
Trotoar sebagai jalur pejalan kaki kawasan ini memiliki peran sebagai jalur penghubung
antara aktivitas yang ada Pada ruang terbuka public inilah pengunjung kawasan
melakukan pergerakan berpindah dari satu bangunan ke bangunan yang lain Semisal
pengunjung dari Plasa Simpang Lima memiliki kehendak ingin berpindah menuju
Kompleks Pertokoan Simpang Lima pejalan kaki harus menggunakanmelewati trotoar
yang ada di depan Plasa Simpang Lima untuk sampai pada lokasi yang diharapkan
Begitu juga dengan trotoar-trotoar yang lain Ruang-ruang jalur sirkulasi pedestrian ini
kemudian menjadi lokasi atau tempat berakumulasinya pengunjung kawasan untuk
melakukan pergerakan perpindahan
Kecenderungan aktivitas PKL yang menempati ruang-ruang trotoar yang notabene
merupakan ruang terbuka publik ini dikarenakan PKL selalu menempati ruang-ruang
dengan akumulasi pengunjung kawasan atau ruang ruang yang sering dikunjungi oleh
orang dalam jumlah yang banyak dalam periode waktu tertentu yang terjadi secara terus-
menerusperiodik tertentu
Adapun penyebarannya mengikuti bentukan ruang trotoar yang memanjang mengikuti
jalur sirkulasi utama kawasan Sedangkan apabila menurut waktu berjualan aktivitas
PKL yang menempati ruang-ruang trotoar ini memiliki kecenderungan mengikuti waktu
aktivitas formal yang berlangsung dari pukul 0900 ndash 2100 WIB
Namun dalam perkembangannya pemerintah mengeluarkan SK Walikota Kota
Semarang No 511316 tahun 2001 tentang Penetapan Lahan yang mengatur tentang
lokasi-lokasi dan waktu aktivitas PKL yang diperbolehkan oleh pemerintah pada
Kawasan Bundaran Simpang Lima agar tetap terjaga kerapihan dan estetikakeindahan
wajah kawasannya yaitu PKL yang berjualan di depan Kompleks Pertokoan Simpang
Lima depan Ramayana SC depan Kantor TelkomSMKN 7 Semarang depan
Gajahmada Plaza dan depan Masjid Baiturrahman boleh berjualan dari pukul 1600 ndash
0400 WIB (khusus pada Hari Minggu PKL diijinkan untuk berjualan mulai pukul 0600
ndash 0800 WIB) menempati ruang trotoar dengan luas areal 4 x 6 meter
41
Sampai dengan tahun 2008 PKL di Kawasan Bundaran Simpang Lima mencapai
1536 pedagang dan ada kecenderungan akan terus meningkat dari tahun ke tahun (lihat
Tabel III4) Kecenderungan lokasi PKL pada masa-masa yang akan datang mengikuti
kecenderungan dari perkembangan aktivitas formal kawasan yang ada demikian juga
kecenderungan waktu berdagangnya Melihat kecenderungan aktivitas PKL kawasan
maka SK Walikota Kota Semarang No 511316 tahun 2001 sudah tidak relevan lagi
dan perlu ditinjau kembali sesuai dengan kecenderungan dan kebutuhan yang ada di
lapangan
b) Trotoar Lapangan Pancasila
Lapangan Pancasila yang cenderung ramai dikunjungi pada hari libur sebagai pusat
rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya ini menjadi
alasan yang kuat untuk PKL menempati ruang terbuka publik kawasan ini dengan
asumsi banyaknya warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya yang berpotensi
menjadi calon pembeli
Dengan alasan inilah kemudian banyak PKL yang berjualan pada trotoar Lapangan
Pancasila dengan konsep holiday market yaitu hanya berjualan pada hari libur saja PKL
trotoar lapangan ini hanya berjualan pada hari liburHari Minggu pagi saja mulai pukul
0600 ndash 0900 WIB Adapun pengaturan waktu berdagang aktivitas PKL yang
menempati ruang tengah Lapangan Pancasila ini didasari oleh kepentingan demi
menjaga kebersihan dan estetikakeindahan wajah kawasan Terkadang ada beberapa
PKL yang mulai berjualan dari Hari Sabtu malam dengan alasan untuk lebih banyak lagi
menjaring calon pembeli
Adapun penyebaran aktivitas PKL yang berjualan pada ruang trotoar Lapangan
Pancasila ini memiliki kecenderungan menyebar secara linier mengikuti ketersediaan
ruang trotoar yang berbentuk membulat persegi sebagai bingkai Lapangan Pancasila
dengan display berbagai jenis barang dagangan memanjang yang saling berhadapan
dengan sirkulasi pengunjung kawasan berada di tengah antaranya untuk mempermudah
pembeli memilih barang dagangan yang diperjualbelikan
c) Tengah Lapangan Pancasila
Aktivitas PKL yang berjualan di tengah Lapangan Pancasila sebagai satu-satunya
ruang terbuka publik luas di Kota Semarang memiliki alas an yang kurang lebih sama
dengan alasan PKL yang menempati trotoar lapangan yaitu kondisi lapangan yang
cenderung ramai dikunjungi oleh warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya
sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga kota didukung oleh keberadaan lokasinya yang
41
strategis karena terletak pada tengah-tengah kawasan pusat kota yang dilalui oleh lima
ruas jalan kawasan yang bermuara pada lapangan dan aksesibilitasnya yang tinggi
sehingga mudah dicapai dari segala penjuru kota dan sekitarnya baik menggunakan
moda angkutan pribadi maupun umum
Adapun waktu berjualan PKL tengah lapangan ini juga kurang lebih sama dengan
PKL yang berjualan di trotoar Lapangan Pancasila yaitu pada hari liburMinggu pagi
dari pukul 0600 ndash 0900 WIB Adapun pengaturan waktu berdagang aktivitas PKL yang
menempati ruang tengah Lapangan Pancasila ini kurang lebih sama dengan pengaturan
waktu berdagang PKL yang berjualan pada tepi lapangan
Penyebaran aktivitas PKL yang berjualan di ruang tengah Lapangan Pancasila ini
memiliki kecenderungan yang mengelompok berdasarkan jenis-jenis barang yang
diperdagangkannya Semisal pedagang pakaian akan mengelompok dengan sesama
pedagang pakaian pedagang makanan akan mengelompok dengan sesama pedagang
makanan dan lain sebagainya untuk lebih mempermudah pembeli dalam memilih
barang dagangan yang ditawarkan dengan banyaknya variasi pilihan barang yang
disuguhkan
Sumber Hasil Analisis Dini Tri Haryanti ST 2008
Gambar 31Ruang Aktivitas Sektor Informal Kawasan
Orientasi aktivitas PKL yang semakin menjauh dari Kawasan Bundaran Simpang
Lima berpengaruh pada intensitas jumlah PKL kawasan Jumlah aktivitas PKL kawasan
memiliki kecenderungan akan semakin berkurang karena semakin keluarmenjauh dari
kawasan studi yang identik disebut dengan kawasan pusat kota ini karena merupakan
kawasan-kawasan yang terkonsentrasi atau didominasi oleh aktivitas-aktivitas
perkantoran pendidikan dan pemerintahan
41
Semakin berorientasi ke arah Jalan Pahlawan suasana kawasan akan lebih didominasi
oleh suasana aktivitas pemerintahan dengan bangunan gedung berlian sebagai ciri khas
koridor jalan yang berdinding masif Semakin berorientasi ke arah Jalan Pandanaran
Achmad Yani dan KH Achmad Dahlan suasana kawasan akan banyak didominasi oleh
akivitas-aktivitas perkantoran Semakin berorientasi ke arah Jalan Gajahmada suasana
kawasan didominasi oleh aktivitas-aktivitas perkantoran dan pendidikan Nuansa
kawasan yang ditimbulkan oleh bangkitan dan tarikan aktivitas-aktivitas pemerintahan
pendidikan dan perkantoran ini tentu berbeda dengan nuansa kawasan yang banyak
dipengaruhi oleh bangkitan dan tarikan yang ditimbulkan oleh aktivitas perdagangan dan
jasa kawasan Penggunaan ruang untuk aktivitas yang berbeda-beda di Kawasan
Bundaran Simpang Lima mampu menciptakan nuansa yang berbeda-beda pula
Keberadaan aktivitas perdagangan dan jasa yang terjadi terbukti telah mampu
memberikan kehidupan yang menerus pada kawasan studi seiring dengan perkembangan
aktivitas sektor informal kawasan (PKL) yang hidup sepanjang waktu
Lain halnya dengan keberadaan aktivitas-aktivitas lain yang bersifat formal seperti
perkantoran pendidikan olahraga serta perdagangan dan jasa formal yang hidup pada
waktu-waktu tertentu saja Aktivitas perkantoran hanya hidup dari pagi sampai dengan
jam kantor selesai yang biasanya berlangsung dari pukul 0800 ndash 1700 WIB Aktivitas
olahraga juga biasanya berlangsung di pagi hari (0500 ndash 0900 WIB) atau sore hari saja
(1500 ndash 1800 WIB) Demikian halnya dengan aktivitas pendidikan yang hidup mulai
dari pagi sampai dengan jam pulang sekolah tiba (0700 ndash 1400 WIB) Selebihnya
aktivitas-aktivitas ini akan mati tanpa kegiatan-kegiatan perkantoran olahraga dan
proses belajarmengajar Secara informal aktivitas PKL yang menempati ruang-ruang
trotoar kawasan ruang trotoar dan tengah Lapangan Pancasila yang notabene merupakan
ruang-ruang terbuka publik kawasan yang seyogyanya merupakan ruang-ruang yang
terbuka untuk umum dan masyarakat dapat dengan bebas mengakses ruangruang ini
memiliki karakteristik yang sama yaitu menempati lokasi-lokasi dengan tingkat
aglomerasi pengunjung kawasan yang tinggi atau ramai dikunjungi oleh orang dalam
jumlah yang banyak dalam kurun waktu tertentu secara periodic yang melakukan
kegiatan bersama-sama
Adapun penyebaran masing-masing aktivitas PKL kawasan studi ini
ditentukandibentuk oleh bentukan ruang yang ditempatinya Aktivitas PKL yang
menempati ruang-ruang trotoar memiliki penyebaran yang memanjang secara linier pada
ruang-ruang jalur sirkulasi pedestrian karena dipengaruhi oleh bentukan ruang jalur
41
sirkulasi pejalan kaki yang memanjang mengikuti jalur sirkulasi utama kawasan dengan
display barang dagangan yang ditata berderet secara memanjang pula (sedangkan khusus
untuk PKL yang berjualan pada ruang trotoar di tepi Lapangan Pancasila display barang
dagangan ditata sedemikian rupa secara berderet memanjang dan berhadap-hadapan)
sedangkan aktivitas PKL yang menempati tengah Lapangan Pancasila memiliki
penyebaran yang mengelompok karena memiliki bentukan ruang yang lebih leluasa
dalam pergerakan sesuai dengan karakter ruang sebagai satu-satunya ruang terbuka
publik yang luas di Kota Semarang dengan display barang dagangan yang ditata
sedemukian rupa secara berkelompok berdasarkan jenis-jenis barang dagangannya
dengan maksud untuk mempermudah pembeli memilih jenis barang yang diinginkan
dengan memberikan lebih banyak variasi barang dari beberapa pedagang yang sejenis
Sedangkan perkembangan aktivitas PKL Kawasan Bundaran Simpang Lima
dipengaruhi oleh perkembangan aktivitas perdagangan dan jasa kawasan sebagai
aktivitas yang mendominasi kawasan pusat kota dan kecenderungan aktivitas PKL
memilih lokasi-lokasi dengan karakter ruang sebagai ruang yang memiliki akumulasi
orang dalam jumlah yang banyak pada jangka waktu tertentu secara periodik berada
pada pusat-pusat kegiatanwadah aktivitas-aktivitas kota sehingga sering dikunjungi
warga masyarakat dalam jumlah besar dan memiliki lokasi yang strategis dengan
aksesibilitas yang tinggi sehingga memudahkan pencapaian calon pembeli meski
dilakukan dalam ruang yang relatif sempit dan umumnya tidak memerlukan ketersediaan
adanya fasilitas-fasilitas pelayanan umum
2 Analisis Ruang Jalur Sirkulasi Pedestrian Kawasan
Kawasan Bundaran Simpang Lima memiliki lokasi yang strategis sebagai simpul
pergerakan dari lima ruas jalan yang terdiri atas Jalan Pandanaran Gajahmada KH Achmad
Dahlan Ahmad Yani dan Pahlawan yang bermuara pada sirkulasi di Jalan Simpang Lima
yang mengelilingi Lapangan Pancasila membentuk loop dan menjadi penghubung antara
rdquokota atasrdquo dan rdquokota bawahrdquo Semarang Secara ekonomi maupun transportasi kawasan ini
mempunyai kemampuan berkembang dengan sangat cepat Intensitas lalu-lintas dan volume
kendaraan di kawasan ini tergolong tinggi mengingat aksesibilitasnya yang tinggi pula
dikarenakan pencapaiannya yang mudah dari segala penjuru kawasan dengan moda
kendaraan pribadi maupun umum yang melintasi maupun bertujuan ke kawasan ini (dari data
yang ada menunjukkan volume kendaraan yang bergerak mencapai 17051 buah)
Pembahasan mengenai ruang sirkulasi kawasan ini akan lebih ditekankan pada ruang-
ruang sirkulasi untuk manusiapejalan kaki sebagai ruang terbuka publik kawasan Perilaku
41
pejalan kaki pada ruang-ruang terbuka Kawasan Bundaran Simpang Lima identik selalu
berjalan secara berpasangan atau lebih (berkelompok) memilih jalur dengan jarak terpendek
dan yang dianggap paling nyaman Pergerakan antarbangunan tertinggi pada kawasan adalah
dari Citraland Mall ke Plasa Simpang Lima dan sebaliknya (852 dan 708 pejalan pada jam
puncak sabtu malam) Hal ini menunjukkan bahwa pergerakan pejalan kaki banyak
dipengaruhi oleh bangkitan dan tarikan dari fungsi perdagangan dan jasa di sekitar kawasan
Penyediaan ruang terbuka publik untuk pejalan kakijalur pedestrian di Kawasan
Bundaran Simpang Lima diwujudkan dalam bentuk ruang-ruang trotoar pada muka bangunan
dengan teknik segregasi yang terpisah dari jalur sirkulasi kendaraan dengan tujuan untuk
memberikan arah yang jelas dan menggunakan perkerasan berupa paving Ruang-ruang
trotoar yang dibangun memanjang mengikuti jalurkoridor-koridor jalan pada kawasan studi
dibangun dengan permukaan yang naik-turun dan terputus-putus demi menghormati jalan
masuk kendaraan adalah salah satu bukti betapa perencanaan dan pembangunan yang
dilakukan di Kota Semarang lebih mengutamakan sirkulasi kendaraan dan bukan manusia
Menurut fungsinya adanya kecenderungan sirkulasi kawasan yang berorientasi pada
kendaraan ini seiring dengan munculnya fenomena pergeseran fungsi ruang pejalan kaki
kawasan studi yang merupakan ruang terbuka public menjadi ruang-ruang privat untuk
berjualan PKL yang mengakibatkan keberadaan hak pejalan kaki atas ruang terbuka publik
kawasan yang sehat dan layak secara fisik sering kali terabaikan Hal ini mengakibatkan
semakin sempitnya ruangruang terbuka publik yang manusiawi pada koridor-koridor kelima
ruas jalan dan potensi interaksi sosial pada ruang terbuka publik tersebut pun akan semakin
berkurang
Aktivitas PKL sendiri memiliki kecenderungan untuk menempati ruang ruang antar
aktivitas yang selalu ramai dilewatidikunjungi oleh banyak orang dalam melakukan
pergerakan perpindahan dari aktivitas satu ke aktivitas yang lain atau dari bangunan
perdagangan modern satu ke bangunan perdagangan modern yang lain secara periodik dalam
rentang waktu tertentu sehingga kemudian pilihan ini jatuh kepada jalur-jalur pedestrian
yang notabene merupakan ruang-ruang terbuka publik yang seyogyanya digunakan oleh
pejalan kaki Keberadaan ruang trotoar yang semakin sempit oleh penggunaan ruang PKL
membuat pejalan kaki menjatuhkan pilihan untuk melakukan perjalanan pada ruang-ruang
seperti jalur lambat dan sebagian badan jalan sehingga mengurangi keamanan jiwa dan
kenyamanan pejalan kaki sendiri serta pengguna jalan yang lain (pengendara)
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh pejalan kaki pada ruang-ruang jalur pedestrian
atau trotoar di Kawasan Bundaran Simpang Lima adalah kegiatan berjalan dan berbelanja
41
Sebagian dari pejalan kaki hanya berjalan melintasi trotoar untuk menuju lokasi tujuannya
akan tetapi ada pula sebagian dari pejalan kaki yang berjalan sambil melihat-lihat bahkan ada
yang berbelanja pada PKL
Pejalan kaki di Kawasan Simpang Lima umumnya berjalan secara berombongan
antara 2 ndash 5 orang yang didominasi oleh jenis kelamin perempuan (51) yang memiliki
tujuan untuk rekreasi dan olah raga (33) atau berbelanja (29) dengan usia rata-rata 0 ndash 25
tahun (67) dengan profesi sebagai mahasiswapelajar (31) dan karyawan (25)
Hal tersebut menunjukkan bahwa pengunjung kawasan didominasi oleh anak-anak
muda kaum perempuan karena sebagian besar kaum perempuan inilah yang gemar dengan
aktivitas berlanja sebab kawasan studi didominasi oleh aktivitas perdagangan dan jasa
Pengunjung kawasan identik dengan pengguna ruang terbuka publik kawasan yang
didominasi oleh kaum perempuan dengan usia berkisar antara 0 ndash 25 tahun dengan profesi
sebagai pelajarmahasiswa dan karyawan dengan tujuan untuk melakukan kegiatan
rekreasiolahraga dan berbelanja karena kaum perempuan ini lah yang memiliki sifat dasar
senang berbelanja Usia rata-rata pengunjung yang masih muda dengan profesi pelajar
mahasiswa dan karyawan menunjukkan bahwa pada usia-usia inilah orang relative
membutuhkan rekreasihiburan dan olah raga
Arah pergerakan pejalan kaki pada ruang-ruang terbuka publik kawasan dipengaruhi oleh
tujuannya pada kawasan studi arah pergerakan tersebut adalah
a Tujuan Pergerakan untuk Melakukan Perpindahan Antar bangunan
Tujuan pejalan kaki untuk melakukan pergerakan perpindahan antar bangunan
perdagangan dan jasa modern dilakukan pada ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran
Simpang Lima yang menjadi penghubung antaraktivitas dengan karakter pergerakan
yang memanjang secara linier sepanjang trotoar mengikuti ketersediaan jalur-jalur
sirkulasi utama kawasan
Arah pergerakan pejalan kaki dalam melakukan pergerakan perpindahan
antarbangunan dilakukan secara linier dan memanjang pada trotoar Kawasan
Bundaran Simpang Lima disebabkan oleh bentukan ruang jalur pedestrian yang
memanjang sepanjang jalur sirkulasi utama kawasan
b Tujuan Pergerakan untuk Berbelanja pada PKL Sepanjang Trotoar Kawasan
dan Tepi Lapangan Pancasila
Arah pergerakan pejalan kaki dengan tujuan berbelanja pada PKL sepanjang
trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima memiliki karakter pergerakan linier yang
41
memanjang sedangkan arah pergerakan pejalan kaki dengan tujuan berbelanja pada
PKL di tepi Lapangan Pancasila memiliki arah pergerakan linier yang melingkar
Arah pergerakan pejalan kaki dalam melakukan aktivitas berbelanja pada PKL
sepanjang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima ini disebabkan oleh pengaturan
display barang dagangan PKL yang ditata sedemikian rupa secara berderet linier
searah dan memanjang mengikuti bentukan ruang jalur pedestrian yang ada
Sedangkan arah pergerakan pejalan kaki dengan tujuan berbelanja pada PKL
di tepi Lapangan Pancasila disebabkan oleh display berbagai jenis barang dagangan
yang ditata sedemikian rupa secara linier berhadap-hadapan dan melingkar mengkuti
bentukan ruang jalur pedestrian yang persegi membulat membingkai Lapangan
Pancasila
c Tujuan Pergerakan untuk Melakukan Olahraga Rekreasi dan Hiburan serta Berbe
lanja
Pada PKL di Tengah Lapangan Pancasila Tujuan pejalan kaki untuk
melakukan aktivitas olahraga rekreasi dan hiburan serta berbelanja pada PKL di
tengah Lapangan Pancasila memiliki karakter pergerakan yang curvelinier karena
setiap pergerakan yang dilakukan tidak dibatasi oleh batasan-batasan fisik tertentu
sehingga pergerakan yang terjadi adalah bebas dan tidak beraturan
Arah pergerakan pejalan kaki dalam melakukan aktivitas olahraga rekreasi
dan hiburan serta berbelanja pada PKL di tengah lapangan secara curvelinier ini juga
disebabkan oleh karakter kedatangan pengunjung yang dilakukan secara berpasangan
atau berkelompok
Sumber Hasil Analisis Dini Tri Haryanti ST 2008
Gambar 32Ruang Jalur Sirkulasi Pedestrian Kawasan
41
Aktivitas perdagangan dan jasa kawasan menjadi bangkitan dan tarikan pengunjung
kawasan sehingga meningkatkan intensitas jumlah pejalan kaki pada ruang-ruang terbuka
publik di kawasan ini Keberadaan aktivitas PKL pada sepanjang ruang-ruang trotoar
kawasan seiring dengan tingginya jumlah pergerakan pejalan kaki antarbangunan formal
mengakibatkan pergerakan yang rdquomenerusrdquo dengan pencapaian pada tujuan yang rdquomemutarrdquo
Pergerakan rdquomenerusrdquo yang dimaksud adalah pergerakan pejalan kaki yang dilakukan
pada ruang-ruang terbuka publik kawasan studi dengan tujuan untuk melakukan perpindahan
antarbangunan formal (bangunan perdagangan modern) dan aktivitas berbelanja pada PKL
yang berjualan di sepanjang ruang trotoar kawasan melalui ruang-ruang jalur sirkulasi
pedestrian kawasan yang tersedia secara linier dan memanjang mengikuti jalur sirkulasi
utama (jaringan jalan) kawasan dari satu bangunan ke bangunan yang lain dan dari satu PKL
ke PKL yang lain dengan perjalanan yang tanpa terputusberhenti pada titik lokasi tertentu
meski berhenti pun hanya untuk beberapa saat untuk istirahat dan melihat-lihat dengan lebih
jelas obyek yang dimaksud
Pergerakan pejalan kaki kawasan pada trotoar Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk
berbelanja pada PKL memiliki arah pergerakan yang linier dan memanjang sepanjang jalur
trotar yang disebabkan oleh pengaturan display barang dagangan PKL yang ditata berderet
memanjang sepanjang jalur Pergerakan menerus ini terjadi sebagai akibat dari pergerakan
dengan tujuan untuk melakukan perpindahan antarbangunan melalui ruang-ruang jalur
sirkulasi pejalan sambil melihat-lihat dan berbelanja pada PKL yang berjualan hampir pada
seluruh ruang trotoar kawasan studi Semisal pergerakan pejalan kaki kawasan dengan tujuan
untuk melakukan perpindahan dari bangunan Plasa Simpang Lima menuju Ramayana SC
harus melewati jalur sirkulasi pejalan kaki sepanjang trotoar dari depan Plasa Simpang Lima
Kompleks Pertokoan Simpang Lima dan Ramayana SC yang dipenuhi oleh PKL sambil
melihat-lihat display barang dagangan yang diperjualbelikan maupun sekaligus membelinya
begitu juga dengan pergerakan perpindahan antarbangunan yang lain sehingga dengan
demikian tercipta pergerakan yang menerus
Dari sisi intensitasnya pergerakan pejalan kaki yang menerus ini semakin berkurang
jumlahnya ketika sampai pada ruang sirkulasi pejalan kaki di depan Hotel Ciputra Aktivitas
dan keberadaan PKL hampir tidak ada di sepanjang trotoar di depan bangunan hotel
pergerakan pejalan kaki pun diarahkan menempati ruang-ruang sirkulasi yang bersifat privat
yaitu ruang-ruang sirkulasi pejalan di dalam Mall Ciputra untuk menjaga image dan kesan
rapi pada muka bangunan hotel sesuai dengan peraturan hotel Namun kenyataan yang ada di
41
lapangan masih adanya beberapa pergerakan di depan hotel lebih banyak disebabkan oleh
perilaku dan sifat pejalan kaki kawasan yang cenderung memilih rute terpendek dalam
perjalanannya untuk mencapai tujuan
Sedangkan pencapaian rdquomemutarrdquo yang dimaksud adalah pencapaian tujuan suatu
perjalananpergerakan yang dilakukan oleh pejalan kaki akibat pergerakan yang mengikuti
sistem sirkulasi jalur utama kawasan yang membentuk loop sehingga berdampak pada
pencapaian suatu bangunan formal kawasan dengan arah yang memutar dan melalui beberapa
persimpangan sekaligus Semisal untuk mencapai lokasi tujuan pada Ramayana SC pejalan
kaki dari bangunan Masjid Baiturrahman harus melakukan pergerakan perpindahan dari
bangunan Citraland Mall menuju bangunan Kompleks Pertokoan Simpang Lima baru
kemudian mencapai bangunan Ramayana SC atau dari bangunan Gajahmada Plaza dulu
kemudian menuju bangunan kantor TelkomSMKN 7 Semarang baru mencapai bangunan
Ramayana SC Begitu juga pergerakan-pergerakan dengan tujuan pencapaian pada bangunan-
bangunan formal yang lain
Pergerakan dengan pencapaian rdquomemutarrdquo pada ruang-ruang sirkulasi pejalan kaki
kawasan sebenarnya dapat dicari alternatif lain yaitu dengan dengan memotong jalur
sirkulasi utama Pergerakan memotong jalur ini dapat menjadi alternatif pergerakan yang
dilakukan untuk mencapai pada bangunan yang dituju dengan melalui ruang Lapangan
Pancasila namun pergerakan semacam ini kurang diminati oleh penggunapejalan kaki
kawasan sebab ruang lapangan yang tanpa aktivitas akan terasa lebih panjang dan
membosankan
B Analisis Pola Pemanfaatan Ruang Terbuka Publik Kawasan
1 Analisis Pola Pemanfaatan Ruang dan Aktivitas pada Ruang Terbuka Publik
Kawasan
Sebagaimana yang telah diuraikan dalam tahap analisis ruang dan aktivitas kawasan
bahwa aktivitas-aktivitas yang berlangsung di atas ruang Lapangan Pancasila sebagai ruang
terbuka publik kawasan adalah aktivitas politik peribadatan massal olahraga rekreasi dan
hiburan Aktivitas sector informal yang berlangsung pada ruang terbuka publik kawasan
adalah aktivitas PKL
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan berdasarkan aktivitasnya terpusat
menempati Lapangan pancasila sebagai satu-satunya ruang terbuka publik kota yang menjadi
wadah interaksi sosial masyarakatnya didukung oleh daya tampung ruang yang cukup luas +
4 Ha dengan lokasinya yang strategis terletak di tengah-tengah kawasan pusat kota yang
41
memiliki aksesibilitas yang tinggi sehingga mudah dicapai dari segala penjuru kota
menggunakan berbagai jenis moda kendaraan baik kendaraan pribadi maupun angkutan
umum Pola pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan berdasarkan aktivitasnya pada ruang
Lapangan Pancasila berlangsung secara berkelompok dan masing-masing mengumpul
berdasarkan jenis aktivitasnya sebagai akibat oleh adanya
a) Kecenderungan aktivitas yang berlangsung pada ruang terbuka publik ini adalah
aktivitas-aktivitas yang dilakukan secara berkelompok
b) Melibatkan orang dalam jumlah yang banyak
c) Bentukan ruang yang membentuk persegi membulat dengan daya tamping ruang yang
cukup besar
d) Memungkinkan pergerakan secara bebas dan tidak beraturan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan berdasarkan aktivitas sektor
informalnya didominasi oleh pola pemanfaatan aktivitas PKL yang menempati ruang trotoar
kawasan trotoar dan tengah Lapangan Pancasila yaitu
1) Pola Pemanfaatan Trotoar Sepanjang Tepi Jalan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh
aktivitas PKL sepanjang trotoar kawasan di depan Citraland Mall depan Plasa Simpang
Lima depan Kompleks Pertokoan Simpang Lima depan Ramayana SC depan kantor
TelkomSMKN 7 Semarang depan Gajahmada Plaza dan depan Masjid Baiturrahman
membentuk pola ldquolinier yang memanjangrdquo dikarenakan oleh bentukan ruang-ruang
trotoar ini yang merupakan suatu jalur penghubung secara linier antaraktivitasbangunan
perdagangan dan jasa kawasan pada tepi jalan di muka bangunan sehingga menimbulkan
sejumlah akumulasi pengunjung yang tinggi secara periodic berdasarkan waktu
berlangsungnya aktivitas formal yang memanjang mengikuti pola jalur sirkulasipola
jaringan jalan utama kawasan Adanya beberapa bangunan formal dengan ciri aktivitas
perdagangan dan jasa yang terletak secara berdekatan satu sama lain dalam kawasan ini
maka dengan sendirinya akan menjadi daya tarik yang sangat kuat untuk dikunjungi oleh
calon pembeli yang mengakibatkan timbulnya akumulasi pengunjung pada kawasan
terutama di sekitar kegiatan yang dimaksud
Situasi inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh PKL kawasan studi untuk
mengembangkan usahanya dengan menjaring calon pembeli pada ruangruang di
sepanjang jalur pada muka bangunan ini memanfaatkan peluang banyaknya pejalan yang
melalui sepanjang jalur ini dan mengikuti pola jaringan jalan kawasan agar
41
keberadaannya di sepanjang tepi jalan ini juga dapat terlihat dan menarik para pengendara
pengguna jalan kawasan
Adapun display bebagai jenis barang dagangan PKL yang disuguhkan secara berderet
memanjang pada ruang trotoar ini memberi kemudahan pengunjung kawasan baik
pejalan kaki maupun pengendara untuk dapat lebih jelas melihat dan memilih jenis-jenis
barang yang diperdagangkan
2) Pola Pemanfaatan Trotoar Tepi Lapangan Pancasila
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh
aktivitas PKL sepanjang trotoar Lapangan Pancasila membentuk pola ldquolinier yang
melingkarrdquo dikarenakan oleh bentukan ruang sirkulasi pedestrian lapangan yang
membingkai lapangan dengan bentuk persegi membulat dan pola sirkulasi utama kawasan
yang bermuara pada Lapangan Pancasila dengan membentuk loop Adanya kedudukan
Lapangan Pancasila sebagai satu-satunya ruang terbuka publik yang luas di Kota
Semarang sebagai wadah interaksi sosial yang dimanfaatkan oleh warga masyarakat Kota
Semarang dan sekitarnya untuk melakukan berbagai macam aktivitas seperti olah raga
rekreasi dan hiburan mengakibatkan timbulnya akumulasi pengunjung dalam jumlah
yang besar pada area ini khususnya pada hari liburMinggu pagi sehingga banyak PKL
yang tertarik untuk menempati lokasi ini untuk menjajakan barang dagangannya Display
berbagai jenis barang dagangan disuguhkan secara linier sepanjang trotoar dengan
berhadap-hadapan untuk memberi banyak pilihan dan variasi barang kepada calon
pembeli dengan suasana yang santai dan rekreatif
3) Pola Pemanfaatan Tengah Lapangan Pancasila
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh
aktivitas PKL di tengah Lapangan Pancasila membentuk pola ldquoberkumpul yang
mengelompokrdquo berdasarkan jenis barang dagangannya dikarenakan bentukan ruang
Lapangan Pancasila yang tanpa adanya pembatas fisik antarPKL dengan daya tampung
ruang yang cukup besar sehingga memungkinkan adanya pergerakan pengunjung yang
bebas dan tidak beraturan dan penataan display barang dagangan yang disajikan secara
mengelompok berdasarkan jenis barang dagangannya masing-masing sehingga
memudahkan calon pembeli memilih jenis barang yang diinginkan dengan banyaknya
variasi barang yang disuguhkan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh PKL
akan semakin berkurang intensitasnya apabila semakin menjauh dari kawasan studi
Intensitas pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan oleh aktivitas PKL pada koridor
41
kelima ruas jalan kawasan semakin menurun karena jalan-jalan ini berorientasi pada
aktivitas-aktivitas yang berbeda yang berlangsung pada kelima ruas jalan antara aktivitas
perkantoran pemerintahan dan pendidikan yang ditandai dengan adanya kepadatan
beberapa bangunan fasilitas perkantoran pemerintahan dan pendidikan pada koridor-
koridor kelima ruas jalan ini
Adanya bangkitan aktivitas nonekonomi ini mengakibatkan rendahnya akumulasi
pengunjung kawasan pada tepi jalan-jalan ini Hal inilah yang menjadi alasan mengapa
ruang-ruang trotoar koridor jalan ini kurang diminati oleh PKL meskipun ada beberapa
PKL yang berjualan pada beberapa penggal jalan namun keberadaannya terputus dan
tidak menerus seperti pada keberadaan PKL pada ruang sirkulasi pejalan kaki di
sepanjang trotoar Jalan Pahlawan yang identik sebagai area yang berorientasi pada
aktivitas pemerintahan Jalan KH Achmad Dahlan Pandanaran dan Achmad Yani yang
identik sebagai area yang berorientasi pada aktivitas perkantoran dan Jalan Gajahmada
yang identik sebagai area yang berorientasi pada aktivitas perkantoran dan pendidikan
Menurut kriteria pemilihan lokasinya aktivitas-aktivitas PKL memiliki
kecenderungan menempati lokasi atau ruang-ruang dengan tingkat akumulasi orang yang
melakukan kegiatan secara bersama-sama pada waktu yang relative sama pula Adanya
fungsi kawasan sebagai CBD tentu tidak lepas dari aktivitas perdagangan dan jasa yang
berlangsung di atasnya sehingga menimbulkan sejumlah akumulasi pengunjung yang
tidak sedikit Fenomena tumbuhnya sector informalPKL ini tak lepas dari keberadaan
aktivitas formal yang tumbuh dan berkembang sebagai aktivitas pendukung (activity
support) yang tidak dapat dihindarkan dan digusur begitu saja melainkan diantisipasi dan
diperhitungkan kebutuhan ruangnya
2 Analisis Pola Pemanfaatan Ruang Jalur Sirkulasi Pedestrian Kawasan
Pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan sebagai jalur sirkulasi pejalan kaki
merupakan jenis pemanfaatan sebagai pemenuhan akan kebutuhan ruang pejalan yang
memisahkan ruang pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan kawasan demi meminimalisasi
konflik kepentingan yang dapat mengakibatkan ketidaknyamanan pejalan kaki maupun
pengguna jalan yang lain (pengendara)
Namun dalam perkembangannya ruang-ruang di tepi jalan ini mengalami pergeseran
fungsi ruang menjadi lokasi aktivitas PKL sehingga kemudian pejalan kaki harus
menjatuhkan pilihannya untuk berjalan melalui jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk
mencapai tujuan dalam pergerakannya
41
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima sebagai
ruang sirkulasi pedestrian dibentuk oleh arah pergerakan pejalan yang dipengaruhi oleh
tujuan dalam melakukan perjalanannya
a Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Melakukan Perpindahan Antarbangunan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima dengan
tujuan untuk melakukan pergerakan perpindahan antarbangunan membentuk pola
rdquomenerus yang melingkarrdquo dikarenakan arah pergerakan pejalan yang menerus pada
sepanjang ruang trotoar di muka bangunan kawasan mengikuti pola sirkulasi utama
kawasan yang membentuk loop
Pola pemanfaatan yang rdquomenerusrdquo ini disebabkan oleh kontinuitas pergerakan pejalan
kaki kawasan dalam melakukan perpindahan antar bangunan formal (perdagangan
modern) pada ruang-ruang trotoar sebagai ruang penghubung antaraktivitas formal
kawasan Pola pergerakan pejalan kaki yang menerus ini merupakan bangkitan dari
tarikan aktivitas perdagangan dan jasa formal kawasan yang menjadi alasan pengunjung
melakukan pergerakan berpindah antarbangunan
Pergerakan pejalan yang rdquomenerusrdquo ini juga dipengaruhi oleh keberadaan aktivitas
PKL di sepanjang ruang trotoar kawasan yang memberi kehidupan menerus pada ruang-
ruang ini Pergerakan menerus dilakukan oleh pejalan kaki kawasan secara linier pada
tepi jalan mengikuti pola jaringan jalan utama kawasan dan memanjang menuju lokasi
pencapaian tujuan pergerakan
Pola pemanfaatan ruang yang rdquomelingkarrdquo disebabkan oleh pencapaian tujuan pada
bangunan perdagangan modern kawasan secara memutar Sistem pencapaian bangunan
formal (perdagangan) yang memutar ini dipengaruhi oleh sistem sirkulasi utama kawasan
yang memiliki muara pada Jalan Simpang Lima (Lapangan Pancasila) dan membentuk
loop dimana dalam bentuk pencapaian yang loop ini diperlukan waktu untuk
mencapainya karena harus melewati banyak persimpangan-persimpangan yang
merupakan simpul-simpul bertemunya arus lalu lintas dari kelima ruas jalan kawasan
pada muaranya di Jalan Simpang Lima
b Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Berbelanja pada PKL di Sepanjang
Trotoar Kawasan dan Tepi Lapangan Pancasila Pola pemanfaatan ruang terbuka
publik Kawasan Simpang Lima dengan tujuan untuk berbelanja pada PKL di sepanjang
trotoar kawasan kurang lebih sama dengan pola pemanfaatan ruang dengan tujuan
melakukan perpindahan antarbangunan formal kawasan yaitu membentuk pola rdquomenerus
41
yang melingkarrdquo sepanjang ruang-ruang trotoar pada muka bangunan formal kawasan
mengikuti pola jaringan jalan utama kawasan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh aktivitas PKL pada sepanjang trotoar
kawasan dipengaruhi oleh penataan display berbagai jenis barang dagangan PKL yang
ditata sedemikian rupa berderet secara linier pada muka bangunan dan memanjang
mengikuti bentukan ruang trotoar sehingga mempermudah calon pembeli baik oleh
pejalan kaki maupun pengguna jalan yang lain (pengendara) untuk melihat dan memilih
jenis-jenis barang yang diinginkan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik dengan tujuan berbelanja pada PKL yang
berjualan di tepi Lapangan Pancasila membentuk pola rdquolinier yang melingkarrdquo mengkuti
sistem sirkulasi utama kawasan yang membentuk loop dengan muara sirkulasi pada
lapangan Pola pemanfaatan yang linier dipengaruhi oleh penataan display barang
dagangan yang ditata sedemikian rupa secara linier pada tepi Lapangan Pancasila (trotoar
lapangan) berhadaphadapan dengan sirkulasi pengunjung PKL yang berada pada tengah
ruang trotoar sebagai ruang yang tersisa dari kedua sisi ruang yang digunakan oleh PKL
Pola pemanfaatan ruang yang rdquomelingkarrdquo dipengaruhi oleh bentukan ruang yang
persegi membulat dengan trotoar sebagai pembingkai ruang lapangan Pemanfaatan yang
melingkar ini dibentuk oleh pergerakan pengunjung PKL yang menerus tanpa terputus
pada ruang trotoar tepi Lapangan Pancasila
c Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Melakukan Aktivitas Olahraga Rekreasi dan
Hiburan Berbelanja Pada PKL di Tengah Lapangan Pancasila
Pola pemanfaatan ruang Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk melakukan aktivitas
olahraga rekreasi dan hiburan serta berbelanja pada PKL yang berjualan di tengah
Lapangan Pancasila memiliki pola pergerakan rdquocurvelinierrdquo Aktivitas-aktivitas ini
cenderung dilakukan secara berkelompok mengingat daya tampung ruang lapangan yang
cukup besar sehingga memungkinkan untuk pergerakan yang bebas dan santai dengan
suasana rekreatif dengan arah pergerakan yang tidak beraturan dikarenakan tanpa adanya
bentukan fisik pembatas antaraktivitas kegiatan Aktivitas olahraga yang seringkali
dilakukan menempati ruang Lapangan Pancasila adalah olahraga sepak bola dimana
olahraga ini biasa dilakukan secara berkelompok dengan pergerakan yang tidak beraturan
pada ruang
Sedangkan pergerakan aktivitas rekreasi dan hiburan yang juga cenderung dilakukan
secara berpasanganberkelompok ini dipengaruhi oleh tujuannya untuk melihat-lihat
pemandangansuasana kawasan sehingga membentuk pola pergerakan yang tidak
41
beraturan dan berkelok-kelok dengan sesekali berhenti untuk mengagumi view atau
sekedar untuk mengobrol
Pola pergerakan pejalan kaki pada ruang Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk
berbelanja pada PKL di tengah lapangan mempunyai pola pergerakan rdquocurvelinierrdquo
dipengaruhi oleh bentukan ruang lapangan yang persegi membulat dengan daya tampung
ruang cukup besar dan sistem sirkulasi pengunjung yang memungkinkan arah pergerakan
dengan bebas Aktivitas PKL yang memiliki kecenderungan berkelompok berdasarkan
jenis barang yang diperdagangkan ini berdampak pada penataan display barang sehingga
sistem sirkulasi pengunjung PKL pun pada akhirnya mengikuti pola pemanfaatan ruang
oleh aktivitas PKL dengan pergerakan yang tidak beraturan pada ruang (curvelinier)
dengan suasana rekreatif dan santai
Dengan adanya pergerakan pejalan kaki Kawasan Bundaran Simpang Lima yang
rdquomenerus dan melingkarrdquo membentuk linkage seyogyanya pejalan kaki diberikan ruang
yang layak demi keamanan dan kenyamanan pejalan dan pengguna jalan yang lain
Dengan kecenderungan sifat manusiawi pejalan yang enggan melakukan perjalanan
dengan permukaan yang naik atau menaik solusi yang ditawarkan tentu tidak bisa berupa
jembatan penghubung antarbangunan Sebab selain memerlukan biaya yang tidak sedikit
dapat menghalangi pandanganview suatu kawasan berpotensi menggunakan sebagian
ruang terbuka publik itu sendiri dan keengganan pejalan berjalan pada permukaan yang
naik sebagai sifat dasar pejalan kaki maka alangkah lebih baiknya apabila solusi yang
ditawarkan sebagai ruang untuk pejalan kaki kawasan di luar konteks teknologi adalah
berupa subway yaitu ruang publik untuk pejalan kaki yang dibangun di bawah tanah yang
menjadi penghubung antarbangunan dengan karakteristik berupa terowongan di bawah
tanah bebas dari sirkulasi kendaraan kawasan bebas dari kebisingan akibat intensitas lalu
lintas kawasan yang cukup tinggi mampu menjadi alternatif ruang untuk PKL dan parkir
off street kawasan sekaligus sebagai jalur pedestrian kawasan
41
352 Kajian PKL di Jalur Pejalan Kaki di Jalan Samanhudi Kabupaten Jember
3521 Analisa Konflik Kepentingan
Tabel IV1Analisa Konflik Kepentingan
Sumber Hasil Analisis Maria Kurnia U 2009
41
3522 Analisa Konflik Penggunaan Ruang
Tabel IV2
Analisa Konflik Penggunaan Ruang
Sumber Hasil Analisis Maria Kurnia U 2009
3523 Analisis Konsep Simbiosis Mutualistik
A Analisa Teori
Analisa ini bertujuan menelusuri konflik kepentingan dan konflik penggunaan ruang
melalui kajian teori-teori tentang penataan PKL yang didapatkan dari literature dan penelitian
PKL yang pernah dilakukan sebelumnya Meminimalisir konflik yang terjadi diperlukan
ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun
menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan
Samanhudi dengan kawasan PKL lain
ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL
41
ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun
dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja
namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang
namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan
ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa
jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan
harga antara pedagang formal dan PKL
ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan
pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak
penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi
antar pihak
ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai
dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan
perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang
informal
ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan
persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL
ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan
dalih keamanan
ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan
pejalan kaki dan pengendara kendaraan
ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki
ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL
ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan
ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa
harus saling menumpuk
ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak
ndash Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini
menjadi jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen
B Triangulasi Konsep Simbiosis Mutualistik
Triangulasi konsep simbiosis mutualistik dilakukan untuk mendapatkan konsep-
konsep penataan pedagang kaki lima yang menguntungkan berbagai pihak yang terkait yang
membandingkan antara fakta empiris studi kasus dan teori
41
Mengakui eksistensi PKL didukung dengan program kebijakan untuk mengelola
aktivitas PKL
Penyuluhan pembinaan dan pelatihan untuk PKL
Pemberian bantuan modal dari pemerintah maupun dari sektor swasta (dengan konsep
kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitusaja namun dilakukan kontrol terhadap dana
bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang begitu saja namun dapat dimanfaatkan secara
berkelanjutan
Peningkatan citra kawasan melalui pembentukan karakter khusus PKL di lokasi studi
sehingga membedakan PKL Samanhudi dengan PKL di kawasan lain
Pengelompokkan PKL menurut jenis barang dagangan dan perletaknnya diatur menurut
jenis dagangan toko formal sehingga tidak terjadi perebutan konsumen
Peningkatan citra kawasan sehingga menambah daya tarik pengunjung
Pembentukan Paguyuban Samanhudi yang beranggotakan PKL pedagang formal dan
pihak penengah untuk menyamakan aspirasi antar golongan dan sebagai forum diskusi
Legalitas sektor informal yang diakui oleh pemerintah
Perumusan kebijakan dan peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan
perdagangan informal
Peraturan didukung pengawasan yang ketat sangsi yang jelas dan sosialisasi serta
persamaan persepsi
Perancangan sarana usaha sesuai dengan jenis barang dagangan dan aspirasi PKL
Sosialisasi status ruang PKL
Peningkatan keamanan dan pengawasan untuk mencegah pemerasan tindak kejahatan
lain
Mempertahankan orientasi PKL ke arah bangunan formal
Perbaikan pelebaran dan pemeliharaan jalur pejalan kaki (pedestrian) sebatas ruang
parkir on street sehingga jalur aktif jalan tidak berkurang
Pemisahan yang jelas antara jalur pejalan kaki dan ruang PKL
Pemisahan yang jelas antara jalur pengendara ruang PKL dan jalur pejalan kaki
Mengatur ruang parkir off street di sepanjang jalan untuk mengurangi beban jalan akibat
penyempitan jalan karena adanya pelebaran pedestrian
Perpanjangan sosoran dari bangunan formal sebagai pelindung pejalan kaki dan ruang
PKL sehingga PKL tidak perlu memakai ataptambahan untuk kiosnya
Bentuk sarana usaha berupa meja dorong tanpa atap agar akses visual pencahayaan dan
penghawaan ke bangunan formal tidak terhalang
41
Diberikan jarak setiap 2 kios sebagai akses masuk ke bangunan formal
Mengikutsertakan seluruh pihak terkait dalam penyampaian keputusan
Perancangan dapat mewadahi ruang PKL
Ruang PKL mengikuti arus pergerakan manusia
Pengaturan kebersihan dan ketertiban
C Konsep Legalitas PKL
Adanya pengakuan resmi dari pemerintah terhadap PKL Samanhudi sebagai salah satu
sector ekonomi di kawasan studi melalui surat keputusan resmi Surat keputusan ini
sekaligus mengatur hak kewajiban dan tanggung jawab PKL sebagai kompensasi
perubahan status yang telah diberikan oleh pemerintah
PKL berhak mendapatkan perlindungan hokum dan pinjaman modal dari pemerintah
Namun sebagai sector resmi PKL dikenakan pajak penghasilan dan retribusi Besarnya
pajak Pajak penghasilan dibedakan dari sektorformal Dengan membayar pajak PKL
berhak mendapatkan perlindungan pemerintah dari oknum preman dsb
PKL wajib mendukung program-program penertiban yang dilakukan pemerintah Apabila
PKL melanggar hak dan kewajiban yang telah diputuskan PKL tidak berhak lagi
menempati lapak yang telah dipinjamkan oleh pemerintah Dan dicabut ijin berjualannya
di kawasan Samanhudi
Dalam konsep ini simbiosis mutualistik terjadi antara pemerintah dan PKL dimana PKL
mendapatkan pengakuan perlindungan dan bantuan modal dari pemerintah sementara
pemerintah mendapatkan retribusi pajak penghasilan dan ketertiban dari PKL
D Konsep Pembinaan dan Permodalan
Pedagang kaki lima perlu untuk mendapatkan pembinaan dari pemerintah Kabupaten
Jember untuk meningkatkan kemampuan wirausaha dan peningkatan kualitas barang
dagang dan pelayanan terhadap pembeli konsumen sehingga bias meningkatkan
pendapatan dan aktivitas pedagang kaki lima dapat member nilai tambah serta dapat
memberkan peluang kerja yang dapat mengurangi tingkat pengangguran di Kabupaten
Jember Bentuk pembinaan berupa penyuluhan yang diberikan berkala secara rutin
Program pembinaan diadakan oleh pemerintah
Program pembinaan juga digunakan sebagai sarana pertemuan rutin dan sosialisasi
peraturan-peraturan yang dilakukan pemerintah
Program pembinaan juga dapat dijadikan sarana untuk selalu mengingatkan hak dan
kewajiban serta sangsi yang diterapkan bila PKL melanggar selama beroperasi dikawasan
Samanhudi
41
Program pembinaan memberikan keuntungan kepada PKL dan pemerintah PKL
mendapatkan peningkatan kemampuan dan pemerintah mendapat sarana sosialisasi
Pemberian bantuan modal ini tidak ditujukan kepada semua pedagang kaki lima tetapi
diberikan kepada beberapa pelaku usaha yang memiliki potensi dan criteria yang telah
ditentukan
Pemerintah dalam memberikan bantuan modal ini juga harus bekerja sama dengan
instansi-isntansi lain yang terkait
Pemberian modal dari pihak swasta sangat disarankan
Konsep ini memberikan keuntungan kepada pihak PKL berupa bantuan modal dengan
bunga ringan keuntungan laba pinjaman kepada pemberi modal dan bila pihak swasta
terlibat mendapatkan keuntungan berupa kesempatan untuk periklanan
E Konsep Kelembagaan Paguyuban Samanhudi
Paguyuban Samanhudi merupakan Kelembagaan yang memiliki kewenangan atau
keterikatan dengan pengelolaan dan pembinaan Pedagang Kaki Lima KoridorJalan
SamanhudiPaguyuban ini beranggotakan wakil PKL wakil pedagang formal wakil
pemerintah dari dinas Kebersihan dan Pertamanan Dinas Polisi Pamong Praja Dinas
Pariwisata Dinas Pendapatan dan Dinas LPMK Kabupaten Jemberserta pihak penengah
selaku penasehat dan pihak netral yang diwakili oleh pakar PKL dari universitas tokoh
masyarakat dan pakar PKL lainnya
Peran Paguyuban ini adalah sebagai forum diskusi dari semua pihak untuk menampung
aspirasi dan menetralisasi konflik yang terjadi sehingga setiap aspek dikoridor jalan
Samanhudi dapat melakukan koordinasi dan semua aspirasi dari semua pihak dapat
tersampaikan Fungsi paguyuban juga sebagai sarana mengikutsertakan semua pihak
terkait dalam membuat rancangan peraturan dan sosialisasi peraturan yang telah
ditetapkan pemerintah mengenai PKL kepada semua pihak terkait
Paguyuban juga berfungsi sebagai pihak pengawas bekerja sama dengan pihak kepolisian
dan pamong praja untuk mengawasi segala pelanggaran yang dilakukan oleh semua pihak
terkait Penerapan sangsi harus tegas dan diawasi oleh paguyuban sehingga tidak terjadi
rsquopenyelesaiandamairsquo dari pihak pelanggar dana para penegak peraturan
Paguyuban memberikan keuntungan kepada PKL pedagang formal pemerintah dan
masyarakat berupa kesempatan untuk menyalurkan aspirasi
41
353 Kajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit Kariyadi
Semarang
3531 Analisis Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar
Rumah Sakit dr Kariadi
Analisis karakteristik aktivitas PKL menggunakan metode deskriptif kuantitaif
dan distribusi frekuensi Analisis ini nantinya menunjang untuk analisis selanjutnya
yaitu analisis karakteristik berlokasi PKL Analisis ini meliputi lokasi aktivitas PKL
tempat usaha PKL jenis barang dagangan sarana fisik berdagang pola layanan pola
penyebaran serta status kepemilikan usaha Uraian dari masing-masing analisis
tersebu dipaparkan sebagai berikut
a Lokasi Beraktivitas
Sesuai dengan ruang lingkup spasial dari penelitian ini lokasi yang digunakan
PKL untuk memanfaatkan aktivitas kegiatan utama Rumah Sakit dr Kariadi adalah di
sepanjang penggal Jalan dr Kariadi sebagian Jalan Veteran dan sebagian Jalan dr
Soetomo Mereka berlokasi di penggalpenggal jalan tersebut dikarenakan jalan
tersebut merupakan batas dari kawasan fasilitas kesehatan dan merupakan jalan arteri
sekunder kolektor sekunder dan lokal sekunder yang ramai orang berlalu lalang
lintas kendaraan serta dilewati jalur angkutan umum Kondisi tersebut ditangkap oleh
PKL sebagai peluang untuk mendapatkan konsumen dengan memanfaatkan tingkat
kunjungan yang tinggi dari aktivitas kegiatan utama serta orang yang lalu lalang yang
melintas di penggal jalan-jalan tersebut Untuk lebih jelas mengenai lokasi PKL dapat
dilihat pada Gambar berikut
41
Gambar 33
Lokasi Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Pada lokasi tersebut terbagi menjadi spot-spot yang menjadi lokasi PKl
berdasarkan penggal jalan yang telah disebutkan sebelumnya yaitu Jalan dr Kariadi
Jalan Veteran dan Jalan dr Soetomo Spot-spot tersebut memiliki karakteristik
masing-masing baik dari sisi aktivitas dan ruang usaha PKL maupun dari karakteristik
berlokasinya Di penggal Jalan dr Kariadi terdapat beberapa bagian yang merupakan
lokasi larangan untuk PKL lokasi yang diperbolehkan untuk menggelar dagangan
PKL serta PKL binaan kelurahan yang dikenal dengan istilah PKL orange Pada Jalan
Veteran yang diminati oleh PKL berada di sisi selatan jalan Lokasi tersebut juga
diperbolehkan untuk berdagang PKL sebagai kompensasi penggantian lokasi
penggusuran PKL yang berasal dari Jalan dr Kariadi sisi barat Lokasi yang
seharusnya bersih dari PKL adalah Jalan dr Soetomo karena merupakan jalur merah
Namun lokasi ini tetap diminati untuk berlokasi PKL diantaranya dikarenakan tidak
adanya lokasi lain serta lokasinya yang strategis Kestrategisan tersebut dilihat dari
status jalan yang merupakan jalan utama penghubung ke pusat-pusat aktivitas lainnya
serta akses ke pusat kota maupun ke luar kota sehingga frekuensi kendaraan yang lalu
lalang tinggi Selain itu lokasinya yang dekat dengan kegiatan utama yang ada di
sekitarnya seperti Rumah sakit dr Kariadi perkantoran ataupun permukiman Hal
tersebut dimanfaatkan PKL sebagai peluang mendapatkan konsumen
b Tempat Usaha
41
Lokasi yang diminati PKL tidak menyediakan tempat khusus untuk berdagang
PKL sehingga mereka menggunakan ruang-ruang publik untuk tempat usahanya
seperti di trotoar di atas saluran drainase bahu jalan dan badan jalan Dengan
difungsikannya ruang-ruang publik tersebut menjadi tempat berdagang bagi PKL
berakibat menurunnya fungsi ruang publik tersebut mengurangi citra kawasan serta
menurunnya kualitas lingkungan Oleh pemerintah kota ruang-ruang publik tersebut
dimanfaatkan untuk tempat usaha PKL karena diperlukan tempat usaha di lokasi
tersebut Hal ini sebagai upaya pemerintah untuk mewadahi aktivitas tersebut
Tempat-tempat tersebut dilegalkan menjadi tempat usaha yang diperuntukkan bagi
PKL sesuai dengan peraturan daerah nomor 11 tahun 2000 tentang PKL yang
notabene bertolak belakang dengan peraturan daerah lainnya yang mengatur tentang
ketertiban keindahan dan pertamanan Persentase PKL yang menempati ruang-ruang
publik dapat dilihat pada Gambar berikut ini
Gambar 34
Persentase Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Terdapat pula PKL yang tidak mendapat izin tempat usaha berdagang
khususnya PKLyang berlokasi di daerah larangan untuk PKL serta berdagang pada
waktu yang tidak diperbolehkan sehingga mereka tidak ditarik retribusi dan sewaktu-
waktu dapat ditertibkan oleh aparat penegak tata tertib Namun ketidaktertiban aparat
PKL yang tidak mendapat izin tersebut kadang-kadang juga dipungut retribusi yang
diistilahkan dengan uang keamanan namun frekuensinya tidak teratur PKL dalam
golongan ini jumlahnya minoritas jika dibandingkan dengan PKL yang mendapat izin
tempat usaha Berikut sketsa sebaran PKL menurut tempat usahanya yang dapat
dilihat pada Gambar
41
Gambar 35
Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
c Jenis Barang Dagangan
Dagangan mayoritas yang diperdagangkan oleh PKL di sekitar Rumah Sakit
dr Kariadi adalah jenis barang dagangan makanan seperti warung tegal bakso soto
es buah dan makanan kecil Jenis dagangan tersebut diminati karena PKL mencoba
menangkap aktivitas kegiatan utama yang banyak membutuhkan jenis barang
dagangan makanan
Jenis barang dagangan yang paling minoritas diperdagangkan adalah buah-
buahan Jenis dagangan inipun hanya dijumpai di penggal Jalan dr Kariadi karena di
penggal jalan tersebut terdapat pintu masuk pengunjung rumah sakit Jenis barang
dagangan ini biasanya digunakan sebagai cangkingan atau oleh-oleh untuk membesuk
pasien Namun jenis dagang ini kurang diminati pedagang dikarenakan barangnya
yang mudah busuk tidak mempunyai tempat penyimpanan khusus seperti kulkas
relatif mahal karena rata-rata buah impor serta konsumennya relatif sedikit
Kekurangminatan pedagang untuk menjual jenis dagangan ini dapat dilihat dari
sedikitnya jumlah PKL yang menjual dagangan ini
Jenis barang dagangan lain yang banyak diperdagangkan adalah kelontong
karena berjualan bermacam-macam jenis barang dari rokok makanan kecil air
kemasan bahkan sampai barang kebutuhan mereka yang beraktivitas di kegiatan
41
utama yaitu rumah sakit seperti untuk kebutuhan penunggu pasien yaitu tikar kipas
termos untuk air panas dan jenis barang lainnya
Jenis dagangan yang lain merupakan jenis barang dagangan yang umum
diperdagangkan atau jenis barang dagangannya hampir ada setiap ruas jalan-jalan
besar lokasi PKL lainnya di kota besar yang kebanyakan termasuk dalam jenis barang
dagangan non makanan dan jasa pelayanan seperti warung telekomunikasi bensin
tambal ban voucher pulsa fotocopy Untuk jasa pelayanan fotocopy yang banyak
tersebar di kawasan tersebut terkait dengan adanya kegiatan utama berupa fasilitas
pendidikan seperti Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro akademi
keperawatan dan farmasi sedangkan untuk jenis dagangan umum lainnya terkait
adanya permukiman di sekitar lokasi tersebut Namun ada barang dagangan yang khas
yaitu nisan karena lokasi sekitar Rumah sakit dr Kariadi terdapat tempat pemakaman
umum yang cukup besar yaitu TPU Bergota
Jenis dagangan yang dijual dapat dikatakan tidak semata hanya melayani
untuk aktivitas yang terkait dengan Rumah Sakit dr Kariadi namun juga melayani
terhadap aktivitas lainnya disekitar Rumah Sakit dr Kariadi seperti fasilitas
pendidikan permukiman pemakaman serta perkantoran bahkan aktivitas transportasi
seperti kebutuhan supir angkutan umum dan supir taxi Untuk lebih jelas mengenai
perbandingan jumlah PKL menurut jenis barang dagangan di masing-masing penggal
jalan dapat dilihat pada gambar berikut ini
Gambar 36
Karakteristik Jenis Barang Dagangan Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
41
d Sarana Fisik Berdagang
Masing-masing lokasi memiliki jenis sarana berdagang mayoritas yang
berbeda-beda Pada penggal Jalan dr Kariadi mayoritas PKL di penggal jalan tersebut
menggunakan kios sebagai sarana berdagangnya Kios-kios tersebut awalnya
merupakan warung semi permanen yang disekat-sekat Namun seiring dengan
perkembangan waktu dan adanya praktek sewa tempat usaha maka warung tersebut
dibangun permanen oleh pemiliknya bahkan diantaranya ada yang dilengkapi dengan
kamar mandi serta ruang tidur Hal tersebut dikarenakan sebagian kios juga dijadikan
sebagai tempat tinggal pemiliknya Asal pedagang yang dari luar Kota Semarang serta
biaya yang mengontrak relatif mahal sehingga menjadikan kiosnya sebagai sarana
usaha serta tempat tinggal sekaligus Sarana dagang tersebut telah menyimpang dari
peraturan daerah tentang PKL Latar belakang pendidikan PKL yang sebagian rendah
kemungkinan menjadi penyebab kurangnya pemahaman pedagang terhadap produk
hukum tersebut atau memang mengerti namun sengaja dilanggar karena tidak adanya
upaya pemerintah untuk menertibkan sarana berdagang yang telah melanggar
peraturan tersebut Selain itu ketidaktergantungan PKL terhadap ketersediaan
prasarana penunjang menjadikan PKL dalam beraktivitas tidak mempertimbangkan
aspek tersebut
Selain kios sarana dagangan yang banyak diminati adalah gerobak tenda yaitu
sarana dagangan utamanya gerobak yang ditunjang dengan tenda yang biasanya untuk
tempat makan konsumen Sarana dagang ini dianggap praktis karena mudah
dibongkar pasang serta dipindahkan Terlebih sarana dagang ini sesuai dengan
himbauan pemerintah dalam Perda No 11 tahun 2000 yaitu sarana PKL adalah yang
mudah untuk dibongkar serta dipindahkan
Lain halnya dengan PKL di penggal Jalan dr Soetomo mereka lebih banyak
menggunakan gerobak Hal tersebut dikarenakan lokasi tersebut merupakan lokasi
larangan untuk PKL tapi mereka tetap bertahan di lokasi tersebut dengan alasan tidak
tersedia tempat lain yang strategis untuk berjualan Dengan menggunakan gerobak
memudahkan mereka untuk lari atau berpindah tempat jika ada penertiban oleh aparat
penegak tata tertib
Di penggal Jalan Veteran sama halnya dengan sarana fisik yang digunakan
berdagang oleh PKL di penggal Jalan dr Kariadi Mereka mayoritas menggunakan
41
sarana berdagang berupa kios Mereka menggunakan sarana fisik dagangan kios
permanen yang dianggap aman karena memperoleh izin tempat usaha dari pihak
terkait untuk berdagang Namun sarana dagang yang dibuat permanen tersebut tidak
sesuai dengan perda tentang PKL yang mengharuskan sarana dagang pedagang kaki
lima yang mudah dibongkar dan dipindah-pindah
Sarana fisik dagangan yang kurang diminati adalah mobil Walaupun cukup
fleksibel untuk berpindah-pindah namun biaya untuk operasional sehari-hari cukup
mahal seperti bahan bakar perawatan mobil ataupun untuk pengadaan unit mobil itu
sendiri Hanya terdapat satu PKL yang menggunakan sarana dagangan ini yaitu
berada di penggal Jalan dr Kariadi Namun karena pada waktu penyebaran kuesioner
pedagang ini tidak berada di lokasi maka tidak masuk menjadi responden
e Pola Layanan
Untuk pola pelayanan terdapat tiga aspek yang dibahas yaitu mengenai waktu
layanan
aktivitas PKL serta sifat layanan Berikut uraian dari analisis pola pelayanan tersebut
1 Waktu Layanan
Sesuai waktu aktivitas kegiatan utama yang rata-rata pagi hingga sore hari
seperti fasilitas pendidikan perkantoran serta jam berkunjung dan pemeriksaan rumah
sakit maka mayoritas PKL membuka usahanya pada waktu tersebut yaitu sekitar
pukul 0900 hingga pukul 1600 Namun khusus yang berada di penggal Jalan dr
Kariadi yaitu di sekitar pintu masuk dan lokasi larangan untuk PKL hanya
diperbolehkan untuk berjualan pada sore hingga malam hari yaitu biasanya mereka
membuka usahanya sekitar pukul 1600 hingga 0000 Terdapat beberapa PKL yang
waktu usahanya menyesuaikan dengan waktu pelayanan rumah sakit yang buka 24
jam atau sepanjang hari Hal tersebut dilakukan menangkap peluang menjajakan
barang dagangan untuk kebutuhan aktivis rumah sakit seperti penunggu pasien
pengunjung atau petugas piket atau jaga serta tidak menutup kemungkinan pembeli
dari pengendara yang lalu lalang atau supir transportasi umum
Hal tersebut juga berlaku di penggal jalan yang lain dimana mayoritas
membuka usahanya pada pagi hingga sore hari Hanya minoritas yang membuka
usaha pada sore hingga malam hari serta sepanjang hari Faktor lain yang dapat
mempengaruhi waktu aktivitas PKL selain menyesuaikan waktu aktivitas kegiatan
utama adalah kepemilikan usaha yang merupakan milik pribadi sehingga mereka
membuka usahanya sesuai keinginan mereka
41
Terdapat pula fenomena satu lokasi ditempati oleh dua PKL dengan waktu
layanan yang berbeda PKL yang beraktivitas pada pagi hingga sore mencoba
menagkap peluang dari kunjungan ke kegiatan utama seperti rumah sakit fasilitas
pendidikan perkantoran serta perdagangan informal dan tidak menutup orang yang
lalu lalang melewati jalan-jalan tersebut Lokasi yang dianggap strategis serta
berprospektif tersebut digunakan oleh PKL lain untuk berjualan di tempat yang sama
Hal tersebut dimanfaatkan PKL untuk menangkap peluang dari kegiatan rumah sakit
serta orang yang lalu lalang Selain itu juga menangkap konsumen dari penumpang
bus malam yang melewati Jalan dr Soetomo dimana di jalur tersebut terdapat halte
serta konsumen dari supir angkutan umum yang sedang istirahat sejenak Berikut
pemetaan PKL menurut waktu berdagangnya
Gambar 37Peta Sebaran Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Menurut Waktu Layanan
2 Sifat Layanan
Dari gambar di bawah ini dapat disimpulkan bahwa mayoritas PKL di sekitar
Rumah Sakit dr Kariadi memiliki sifat layanan menetap baik dari segi tempat
berdagangnya yang tetap serta waktu berdagangnya yang sama setiap harinya hal ini
nampak pada sarana fisik dagangan para PKL tersebut yang berupa kios yang
memang tidak bisa dipindah-pindah atau permanen Hanya 13 yang memiliki sifat
layanan semi menetap Berikut persentase PKL menurut sifat layanannya
41
Gambar 38Persentase Sifat Layanan Pedagang Kaki LimaDi Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Sifat layanan semi menetap biasanya PKL yang tempat usahanya yang
merupakan gabungan antara menetap dengan keliling yaitu pada awal waktu
berdagang pada lokasi yang sama tiap harinya namun jika belum habis dagangannya
mereka berkeliling serta jam berdagang yang tidak tetap tiap harinya terkadang hanya
sampai siang karena dagangannya habis Sisanya yang 2 berjualan secara
berkeliling yang diantaranya bertujuan untuk mendekati konsumen serta
memanfaatkan waktu-waktu puncak kegiatan utama rumah sakit seperti waktu
kunjungan menjenguk pasien
f Pola Penyebaran
Pola penyebaran PKL mayoritas mengikuti pola jalan yang ada yaitu linier
Mereka berjualan di bahu-bahu jalan bahkan ada yang berada di atas saluran drainase
Selain itu pola penyebaran tersebut terbentuk karena lokasi yang diperbolehkan untuk
PKL menempati trotoar trotoar sepanjang jalan yang secara otomatis membentuk
linier Alasan lainnya yang diungkapkan oleh pedagang adalah agar dagangannya
mudah dilihat oleh orang yang lalu lalang Namun terdapat beberapa PKL yang
berjualan secara aglomerasi dengan PKL yang berjualannya bergerombol di dekat
pintu masuk pengunjung Rumah Sakit dr Kariadi seperti yang dapat dijumpai di Jalan
dr Kariadi yaitu bergerombol di sekitar pintu masuk pengunjung rumah sakit serta di
Jalan dr Soetomo yang bergerombol di dekat pintu masuk UGD dan pintu masuk ke
Gedung Pavilliun Garuda Hal tersebut dimaksudkan untuk mendekati pengunjung
yang akan masuk ke rumah sakit Hanya sebagian kecil saja yang lokasinya berjauhan
dengan PKL lainnya atau menyebar untuk mengurangi persaingan dengan PKL
lainnya
41
g Kesimpulan Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar
Rumah Sakit dr Kariadi
Tempat usaha tidak terdapatnya tempat yang dikhususkan untuk PKL pemerintah
memfasilitasinya dengan memperbolehkan menempati ruang-ruang publik seperti
trotoar badan atau bahu jalan serta di atas saluran drainase melalui Perda no 11 tahun
2000 Namun hal ini dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan
serta visual kawasan dan tidak optimalnya ruang publik tersebut Mayoritas PKL di
kawasan tersebut telah mengantongi izin tempat usaha dari kelurahan selaku pihak
berwenang
Jenis barang dagangan karakteristik jenis barang dagangan PKL pada umumnya
mengikuti kebutuhan kegiatan utama yaitu aktivitas Rumah Sakit dr Kariadi dan
sekitarnya seperti fasilitas pendidikan perkantoran perdagangan informal
permukiman dan pemakaman Jenis barang dagangan yang mayoritas diperdagangkan
berupa makanan Jenis barang dagangan yang diperdagangkan adalah non makanan
buah-buahan jasa pelayanan serta kelontong Terkait dengan kegiatan utama terdapat
beberapa jeni barang dagangan yang spesifik seperti termos tikar kipas guna
memenuhi kebutuha penunggu pasien
Sarana fisik dagangan mayoritas berupa kios yang dibangun permanen serta
gerobak tenda Menggunakan kios dikarenakan lokasinya yang telah dilegalkan untuk
aktivitas PKL serta terkait pola layanan yang menetap serta pada waktu berdagang
yang tetap Sedangkan gerobak tenda banyak digunakan oleh pedagang makanan
dimana tendanya digunakan sebagai tempat untuk konsumen Untuk bangunan
permanen diantaranya digunakan sebagai tempat tinggal Ketidakketergantungan
PKL terhadap prasarana penunjang sehingga PKL tidak mempertimbangkan aspek
tersebut karena mereka dapat mengusahakan sendiri
Pola pelayanan dari segi waktunya mengikuti waktu aktivitas kegiatan utama yaitu
pagi hingga sore hari sekitar pukul 0900 ndash 1600 serta telah mendapat izin tempat
usaha dari pihak berwenang namun terdapat pula PKL yang beraktivitas sore hingga
malam hari yaitu pukul 1600 ndash 0000 serta sepanjang hari Sifat layanannya menetap
mengingat mayoritas bersarana fisik dagangan berupa kios serta waktu berdagang
yang relatif tetap
Pola penyebaran mayoritas secara linier yaitu mengikuti pola jalan karena lokasi
yang dilegalkan untuk PKL oleh pemerintah menempati ruang-ruang publik seperti
trotoar di atas saluran drainase dan bahu jalan yang notabene mengikuti pola jalan
41
Selain itu terdapat sebagian beraglomerasi di sekitar pintu masuk rumah sakit yang
bertujuan untuk mendekati konsumen dan sisanya menyebar agar mengurangi
saingan
ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun
menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan
Samanhudi dengan kawasan PKL lain
ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL
ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun
dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja
namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang
namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan
ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa
jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan
harga antara pedagang formal dan PKL
ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan
pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak
penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi
antar pihak
ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai
dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan
perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang
informal
ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan
persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL
ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan
dalih keamanan
ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan
pejalan kaki dan pengendara kendaraan
ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki
ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL
ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan
ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa
harus saling menumpuk
41
ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak
Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini menjadi
jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen
41
Pengelolaan PKL
Pengelolaan PKL di Bundaran
Simpang Lima
Lima Semarang
Pengelolaan PKL di
Kabupaten Jember
Pengelolaan PKL di Kawasan Sekitar Rumah
Sakit dr Kariadi Semarang
Mengakui keberadaan PKL dengan
menuangkannya di dalam produk-
produk tata ruang
Penegakan peraturan
perundagangan yang terkait
dengan PKL
Menjalin kerjasama dengan sektor
formal dalam menyediakan ruang
bagi PKL
Menyediakan ruang perkotaan
yang dikhususkan bagi sektor
informal
Peningkatan citra PKL
Pengakuan terhadap eksistensi PKL
Control terhadap dana bantuan
Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo
Penindakan tegas kepada oknum yang
melakukan perampasan hak pada PKL
dengan dalih keamanan
Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk
menampung aktivitas PKL dan pejalan
kaki
Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan
jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir yang tepat
Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal
Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan
jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir
Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL
dan konsumen yang aman dari gangguan
pejalan kaki dan pengendara kendaraan
41
36 Temuan Studi
Temuan studi ini dimana akan menjawab sasaran yang disesuaikan dari contoh kasus yang ada di Indonesia Berikut adalah tabel matrik temuan
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
Mengetahui
permasalahan
PKL di jalur
pejalan kaki
Keberadaan sektor PKL yang menempati ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima memakai separuh lebih lebar trotoar bahkan seringkali tidak menyisakan sedikit pun ruang untuk pejalan kaki Ruang-ruang trotoar menjadi tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya sebagai ruang pemisah antara ruang yang digunakan untuk sirkulasi pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan Ruang-ruang trotoar tersebut banyak yang beralih fungsi menjadi lokasi berdagang PKL
Peralihan fungsi trotoar ini menyebabkan terganggunya aktivitas pejalan kaki sehingga pejalan terpaksa harus menggunakan jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk berjalan guna menghindari berbagai hambatan di atas trotoar Hal ini menyebabkan pejalan kaki terpaksa harus berhati-hati jika melangkah terkadang juga harus mengalah berjalan pada ruang-ruang jalur lambat dan sebagian badan jalan Kondisi ini sangat tidak aman dan
Masalah yang utama itu dari setiap
pedagang kaki lima di Jalur Pejalan Kaki
di Jalan Samanhudi Jember yaitu
Penggusuran Para PKL liar yang tidak
memiliki TDU(Tanda Daftar Usaha)
mereka biasanya akan di gusur dengan
peringatan yang di berikan sampai di
laksanakan penggusuran paksa padahal
Pedagang kaki lima merupakan salah satu
solusi akan masalah tingginya angka
pengangguran dan sedikitnya lapangan
kerja bagi masyarakat berpendidikan
rendah seperti mereka Pemerintah dalam
hal ini tidak dapat menyediakan lahan
pengganti bagi mereka untuk melanjutkan
usaha mereka jika pun ada pemerintah
menyediakan lahan-lahan yang letaknya
kurang strategis yang secara pasti
menurunkan dan mematikan pendapatan
yang mereka dapatkan dan akhirnya
Legalitas lokasi aktivitas
PKL yang biasanya ditempatkan
di dalam ruang publik seperti di
atas trotoar di atas saluran
drainase taman dan ruang publik
lainnya patut dipertanyakan
karena ketidakberdayaannya
peraturan tersebut dalam
menangani PKL Sebagai contoh
di sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi legalitas lokasi untuk
aktivitas PKL yang linier di
sepanjang jalan yang bertempat di
atas drainase Dalam aspek
apapun hal tersebut tidak dapat
dilegalkan terlebih tidak ada
penjelasan mengenai luasan atau
desain yang diperbolehkan PKL
untuk menggelar dasaran pada
dimensi saluran drainase yang
PKL yang menempati
ruang-ruang trotoar
menyebabkan
terganggunya aktivitas
pejalan kaki
Pemerintah tidak dapat
menyediakan lahan
pengganti
Legalitas lokasi aktivitas
PKL yang biasanya
ditempatkan di dalam
ruang publik seperti di atas
trotoar di atas saluran
drainase taman dan ruang
publik patut
dipertanyakan
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
nyaman bagi pejalan kaki ataupun bagi pengendara kendaraan bermotor karena mengganggu arus lalu lintas dan membahayakan keselamatan jiwa mereka hal seperti ini dapat kita lihat di depan dan di samping Masjid Baiturrahman di depan Citraland Mall di depan dan di samping Plasa Simpang Lima di depan dan di samping Kompleks Pertokoan Simpang Lima di depan dan di samping Ramayana Super Center di depan dan di samping SMKN 7 SemarangKantor Telkom dan di depan Gajahmada Plaza
Pemilihan lokasi PKL dipengaruhi oleh kecenderungan aktivitas PKL yang selalu menentukan lokasi mendekati pusat-pusat keramaian atau pusat-pusat perdagangan dan jasa dan lokasi-lokasi yang sering dikunjungi oleh orang banyak dalam kurun waktu tertentu secara periodik dan menerus Alasan inilah yang kemudian mendasari penentuan lokasi PKL Kawasan Bundaran Simpang Lima untuk berjualan di trotoar karena ruang-ruang jalur pedestrian inilah yang
mereka harus gulung tikar dan menjadi
pengangguran yang semakin menambah
permasalahan di Indonesia Pemerintah
harus mencari cara dan tempat yang baik
untuk mereka berdagang ditengah modal
mereka yang kecil agar di sisi lain semua
para pedagang kaki lima tidak hilang
lapangan kerjanya dan bias melanjutkan
kelangsungan hidupnya
ada Selain itu PKL juga
menempati trotoar yang
mengakibatkan bertambahnya
permasalahan yang terdapat di
lokasi tersebut Imbas secara
langsung dirasakan oleh
pengguna trotoar yaitu pedestrian
ketidaknyamanan bahkan tidak
adanya lagi ruang untuk berjalan
di atas trotoar acapkali menjadi
konsekuensi pedestrian yang
trotoarnya diserobot PKL
Aglomerasi aktivitas PKL yang
berlokasi di sekitar pintu masuk
pengunjung Rumah Sakit dr
Kariadi menyebabkan
penumpukan aktivitas seperti
aktivitas keluar masuk
pengunjung aktivitas jual beli
antara PKL dengan konsumen
lalu lintas kendaraan yang sedang
melewati Jalan dr Kariadi serta
angkutan umum yang sedang
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
dianggap sebagai lokasi yang ramai dikunjungi oleh pejalan kaki yang melakukan pergerakan dalam mencapai tempat tujuan perjalanannya Begitu juga dengan ruang Lapangan Pancasila karena selalu ramai dikunjungi pada hari-hari libur dengan rata-rata pengunjung mencapai 51 ndash 100 oranghari dikarenakan kedudukannya sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya
berhenti mencari penumpang
Sekali lagi permasalahan tersebut
disikapi oleh pemerintah dengan
penertiban dan penggusuran yang
hampir tidak pernah berakhir
manis
Mengetahui
peranan PKL
Kehadiran PKL di Kawasan
Bundaran Simpang Lima juga mampu
menciptakan kehidupan yang menerus
sehingga terhindar dari kematian
kawasan pada saat tertentu akan tetapi
di sisi lain kehadiran PKL
menyebabkan ketidakteraturan
kekumuhan dan kualitas fisik yang
buruk sehingga merusak wajah kota
Selain itu PKL yang berjualan di
Lapangan Pancasila pada malam hari
dengan kehidupan malam dan wanita-
wanita penghibur yang berdandan tebal
Tempat pedagang kaki lima bagi
Masyarakat dijalan Samanhudi Jember
sangat penting sebagai penyedia kebutuhan
yang dibutuhkan oleh Masyarakat Jember
Pedangan kaki lima sangat mempengaruhi
pola pasar dan sosial di Jember khususnya
didaerah Jalan Samanhudi Dalam bidang
perekonomian pedagang kaki lima hanya
berpengaruh sebagai produsen yang
penting bagi Masyarakat Jember
mengingat akan Meningkatnya jumlah
Penduduk Mereka cenderung lebih
memilih membeli pada pedagang kaki lima
Usaha PKL yang terus
berkembang pesat menarik PKL
untuk mempekerjakan karyawan
selain tenaga yang dibutuhkan
memang tidak bisa dikerjakan
sendiri terdapat pula pemilik
modal yang menyewa tempat
usaha namun dijadikan usaha
sampingan sehingga tidak
mengelola secara langsung
usahanya namun dengan
mempekerjakan karyawan PKL
yang statusnya sebagai karyawan
Pedangan kaki lima sangat
mempengaruhi pola pasar
dan sosial
harga yang PKL tawarkan
lebih murah dibandingkan
dengan harga di mall
grosir maupun indogrosir
sebagai salah satu
alternatif lapangan
pekerjaan bagi masyarakat
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
menciptakan kesan negatif dan
memperburuk citra kawasan
daripada membeli di supermarket yang
sudah merajalela di kota Jember pada saat
ini mall atau grosir maupun indogrosir
yang banyak tersebar di kota Jember
dikarenakan harga yang mereka tawarkan
lebih murah
sebanyak 10 dimana karyawan
tersebut memanfaatkan PKL
sebagai lapangan pekerjaan
Sehingga bekerja sebagai
karyawan PKL dapat dikatakan
sebagai salah satu alternatif
lapangan pekerjaan bagi
masyarakat
Mengetahui
pola aktivitas
PKL dijalur
pejalan kaki
Aktivitas PKL sendiri
memiliki kecenderungan untuk
menempati ruang ruang antar aktivitas
yang selalu ramai dilewatidikunjungi
oleh banyak orang dalam melakukan
pergerakan perpindahan dari aktivitas
satu ke aktivitas yang lain atau dari
bangunan perdagangan modern satu ke
bangunan perdagangan modern yang
lain secara periodik dalam rentang
waktu tertentu sehingga kemudian
pilihan ini jatuh kepada jalur-jalur
pedestrian yang notabene merupakan
ruang-ruang terbuka publik yang
PKL berdagang dengan menempati
tempat yang tetap dan tidak berpindah-
pindah
Modal dan aset sebagian besar adalah
milik sendiri
Berdagang di Samanhudi merupakan
usaha utama
Alat peraga PKL pada kawasan ini
dapat dibedakan menjadi
ndashAlat peraga semi permanen dari kayu
dan tenda yang bersifat menetap
ndashAlat peraga dengan bangku meja dan
tenda sekaligus sebagai tempat tinggal
ndashAlat peraga beroda namun menetap
Pola Aktivitas pelayanan PKL di
kawasan sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi pada umumnya melayani
pengunjung rumah sakit namun
tidak menutup kemungkinan
konsumennya adalah pengendara
atau orang yang sedang melintasi
jalan tersebut tanpa bermaksud
untuk masuk ke rumah sakit
Selain itu konsumen
yang berasal dari sekitar lokasi
PKL seperti penduduk
permukiman di sekitarnya
pekerja yang bekerja di sektor
Aktivitas PKL memiliki
kecenderungan untuk
menempati ruang ruang
antar aktivitas yang selalu
ramai dilewatidikunjungi
oleh banyak orang dalam
melakukan pergerakan
perpindahan dari aktivitas
satu ke aktivitas yang lain
atau dari bangunan
perdagangan modern satu
ke bangunan perdagangan
modern
Saat berjualan alat peraga
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
seyogyanya digunakan oleh pejalan
kaki Keberadaan ruang trotoar yang
semakin sempit oleh penggunaan ruang
PKL membuat pejalan kaki
menjatuhkan pilihan untuk melakukan
perjalanan pada ruang-ruang seperti
jalur lambat dan sebagian badan jalan
sehingga mengurangi keamanan jiwa
dan kenyamanan pejalan kaki sendiri
serta pengguna jalan yang lain
(pengendara)
Kegiatan-kegiatan yang
dilakukan oleh pejalan kaki pada
ruang-ruang jalur pedestrian atau
trotoar di Kawasan Bundaran Simpang
Lima adalah kegiatan berjalan dan
berbelanja Sebagian dari pejalan kaki
hanya berjalan melintasi trotoar untuk
menuju lokasi tujuannya akan tetapi
ada pula sebagian dari pejalan kaki
yang berjalan sambil melihat-lihat
bahkan ada yang berbelanja pada PKL
ndashAlat peraga beroda namun menetap
dengan bangku dan meja
ndashHanya berupa matras sebagai alas
dagangan yang dapat berpindah
sewaktu-waktu
Alat peraga yang dipakai untuk usaha
tidak seragam dan tidak menggunakan
desain yang baik sehingga terkesan
kumuh kurang bersih dan sangat
mengganggu wajah kota dan menutup
fasade bangunan di belakangnya
Saat berjualan alat peraga kios
sebagian besar menempati badan jalan
dan trotoar
Saat tidak berjualan alat peraga kios
sebagian besar tetap di lokasi jualan
lama berjualan di Samanhudi sebagian
besar antara 6 ndash10 tahun
Terbanyak dari pedagang belum
pernah bekerja di sektor lain dan dari
semula telah menjadi PKL di
Samanhudidi bandingkan denga harga
yang ada di mall Pedagang
lain sehingga tidak ada batasan
pasti mengenai pola pelayanan
para PKL tersebut
Waktu beraktivitas para
PKL umumnya terbagi menjadi
dua sesi PKL yang pertama
adalah pedagang yang aktivitas
berdagangnya pada pagi hingga
siang hari Pedagang yang kedua
merupakan pedagang yang
mempunyai waktu layanan pada
sore hingga malam hari Namun
tidak menutup kemungkinan
terdapat beberapa PKL yang
berdagang dari pagi hingga
malam hari bahkan buka nonstop
mengingat rumah sakit
beraktivitas selama sehari penuh
sehingga mereka mengikuti
aktivitas sektor formal yang ada
di sekitarnya
Waktu berdagang
tersebut juga disesuaikan dengan
kios sebagian besar
menempati badan jalan
dan trotoar
Waktu beraktivitas para
PKL umumnya terbagi
menjadi dua sesi PKL
yang pertama adalah
pedagang yang aktivitas
berdagangnya pada pagi
hingga siang hari
Pedagang yang kedua
merupakan pedagang yang
mempunyai waktu layanan
pada sore hingga malam
hari Namun tidak
menutup kemungkinan
terdapat beberapa PKL
yang berdagang dari pagi
hingga malam hari bahkan
buka nonstop
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
izin usaha yang diberlakukan oleh
petugas kelurahan sebagai pihak
yang berwenang menangani PKL
Untuk lokasi yang dilarang untuk
PKL oleh PKL tetap digunakan
sebagai lokasi untuk berdagang
dengan waktu berdagang setelah
jam kerja yaitu sore hingga
malam hari
Mengetahui
Pengelolaan
PKL di jalur
pejalan kaki
dalam perkembangannya
pemerintah mengeluarkan SK
Walikota Kota Semarang No 511316
tahun 2001 tentang Penetapan Lahan
yang mengatur tentang lokasi-lokasi
dan waktu aktivitas PKL yang
diperbolehkan oleh pemerintah pada
Kawasan Bundaran Simpang Lima
agar tetap terjaga kerapihan dan
estetikakeindahan wajah kawasannya
yaitu PKL yang berjualan di depan
Kompleks Pertokoan Simpang Lima
depan Ramayana SC depan Kantor
Adanya pengakuan resmi dari
pemerintah terhadap PKL Samanhudi
sebagai salah satu sector ekonomi di
kawasan studi melalui surat keputusan
resmi Surat keputusan ini sekaligus
mengatur hak kewajiban dan
tanggung jawab PKL sebagai
kompensasi perubahan status yang
telah diberikan oleh pemerintah
Pedagang kaki lima perlu untuk
mendapatkan pembinaan dari
pemerintah Kabupaten Jember untuk
meningkatkan kemampuan wirausaha
Pemerintah Kota Semarang
berwenang dalam mengatur
keberadaan PKL di ruang Kota
Semarang seperti yang terdapat di
kawasan sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi dengan bentuk
pengelolaan lokasional (stabilitas
atau pengaturan) dan struktural
(perijinan) Dalam pengaturan
tersebut Pemerintah Kota
Semarang menggunakan dasar
hukum berupa Undang-Undang
Peraturan Pemerintah Peraturan
mengatur tentang lokasi-
lokasi dan waktu aktivitas
PKL yang diperbolehkan
oleh pemerintah agar tetap
terjaga kerapihan dan
estetikakeindahan wajah
kawasannya
Pedagang kaki lima perlu
untuk mendapatkan
pembinaan
Pedestrian dirancang ulang
dengan dilebarkan hingga
area parkiran street
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
TelkomSMKN 7 Semarang depan
Gajahmada Plaza dan depan Masjid
Baiturrahman boleh berjualan dari
pukul 1600 ndash 0400 WIB (khusus pada
Hari Minggu PKL diijinkan untuk
berjualan mulai pukul 0600 ndash 0800
WIB) menempati ruang trotoar dengan
luas areal 4 x 6 meter
Sampai dengan tahun 2008
PKL di Kawasan Bundaran Simpang
Lima mencapai 1536 pedagang dan
ada kecenderungan akan terus
meningkat dari tahun ke tahun (lihat
Tabel III4) Kecenderungan lokasi
PKL pada masa-masa yang akan
datang mengikuti kecenderungan dari
perkembangan aktivitas formal
kawasan yang ada demikian juga
kecenderungan waktu berdagangnya
Melihat kecenderungan aktivitas PKL
kawasan maka SK Walikota Kota
Semarang No 511316 tahun 2001
sudah tidak relevan lagi dan perlu
dan peningkatan kualitas barang
dagang dan pelayanan terhadap
pembeli konsumen sehingga bias
meningkatkan pendapatan dan
aktivitas pedagang kaki lima dapat
member nilai tambah serta dapat
memberkan peluang kerja yang dapat
mengurangi tingkat pengangguran di
Kabupaten Jember Bentuk pembinaan
berupa penyuluhan yang diberikan
berkala secara rutin Program
pembinaan diadakan oleh pemerintah
Paguyuban Samanhudi merupakan
Kelembagaan yang memiliki
kewenangan atau keterikatan dengan
pengelolaan dan pembinaan Pedagang
Kaki Lima KoridorJalan
SamanhudiPaguyuban ini
beranggotakan wakil PKL wakil
pedagang formal wakil pemerintah
dari dinas Kebersihan dan
Pertamanan Dinas Polisi Pamong
Praja Dinas Pariwisata Dinas
Daerah dan Surat Keputusan
Walikota Adapun dasar hukum
yang mengatur secara jelas
mengenai aktivitas PKL di Kota
Semarang yang berlaku saat ini
diantaranya adalah sebagai
berikut
1048707 Peraturan Daerah No 11 Tahun
2000 tentang Pengaturan dan
Pembinaan PKL Perda ini
menjelaskan tentang pengaturan
dan pembinaan PKL di Kota
Semarang seperti pengaturan
tempat usaha hak kewajiban dan
larangan untuk PKL Dalam
kaitannya dengan karakteristik
berlokasi aktivitas PKL
dijelaskan dalam Perda ini yang
terdapat dalam pasal 3 yaitu
penempatan lokasi kegiatan PKL
diatur dengan mempertimbangkan
tempat kepentingan untuk umum
lainnya seperti kepentingan untuk
sehingga jalur aktif
kendaraan tidak
mengalami penyempitan
mengatur keberadaan PKL
di ruang Kota dengan
bentuk pengelolaan
lokasional (stabilitas atau
pengaturan) dan struktural
(perijinan)
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
ditinjau kembali sesuai dengan
kecenderungan dan kebutuhan yang
ada di lapangan
Pendapatan dan Dinas LPMK
Kabupaten Jemberserta pihak
penengah selaku penasehat dan pihak
netral yang diwakili oleh pakar PKL
dari universitas tokoh masyarakat dan
pakar PKL lainnya
Penerapan tema khusus pada penataan
PKL kawasan studi agar mempunyai
cirri khas dan dapat mengangkat citra
kawasan dan meningkatkan daya tarik
kawasan Contoh produk khas
jember yang dapat diangkat sebagai
tema adalah tembakau rookk dan
cerutu mengingat Jember sebagai
penghasil tembakau terbesar di Jawa
Kegiatan khas Jember yang dapat
diangkat sebagai tema yaitu Jember
Fashion Carnaval Penerapan tema
dapat diaplikasikan pada sarana usaha
PKL finishing pedestrian perabot
kota dan elemen pendukung lainnya
Pedestrian dirancang ulang dengan
pejalan dan untuk sirkulasi
kendaraan Untuk lebih jelas
mengenai detail isi perda tersebut
dapat dilihat pada Lampiran F
1048707 Surat Keputusan Walikota
Semarang No 51136 Tahun
2001 tentang lokasi PKL di Kota
Semarang dimana di dalamnya
diantaranya mengatur luas area
batas pemakaian area waktu
aktivitas dan tempat aktivitas
PKL Ruas kanan Jalan dr
Kariadi dari arah Jalan Veteran
merupakan lokasi yang
diperbolehkan untuk aktivitas
PKL Lokasi tersebut menempati
trotoar serta bangunan berupa
semi permanen Untuk lebih jelas
mengenai detail isi SK tersebut
dapat dilihat pada Lampiran F
1048707 Perda No 6 Tahun 2004
tentang Rencana Detail Tata
Ruang Kota Semarang Bagian
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
dilebarkan hingga area parkiran street
sehingga jalur aktif kendaraan tidak
mengalami penyempitan Diberikan
perbedaan yang tegas antara ruang
PKL dan ruang pejalan kaki dan jalur
kendaraan berupa perbedaan tinggi
lantaiSehingga dikemudian hari kios
PKL tidak melebar ke segala sisi
Wilayah Kota (BWK) I
(Kecamatan Semarang Tengah
Semarang Timur dan Semarang
Selatan Tahun 2000-2010 Perda
tersebut menjelaskan mengenai
fungsi serta peran BWK I yang
terkait dengan sektor formal di
wilayah tersebut yaitu penjelasan
mengenai fasilitas kesehatan yang
berada khususnya di Kelurahan
Randusari Selain itu dijelaskan
pula kelas Jalan dr Kariadi Jalan
dr Soetomo dan Jalan Veteran
serta jalur transportasi yang
melaluinya
41
Sampai dengan tahun 2008 PKL di Kawasan Bundaran Simpang Lima mencapai
1536 pedagang dan ada kecenderungan akan terus meningkat dari tahun ke tahun (lihat
Tabel III4) Kecenderungan lokasi PKL pada masa-masa yang akan datang mengikuti
kecenderungan dari perkembangan aktivitas formal kawasan yang ada demikian juga
kecenderungan waktu berdagangnya Melihat kecenderungan aktivitas PKL kawasan
maka SK Walikota Kota Semarang No 511316 tahun 2001 sudah tidak relevan lagi
dan perlu ditinjau kembali sesuai dengan kecenderungan dan kebutuhan yang ada di
lapangan
b) Trotoar Lapangan Pancasila
Lapangan Pancasila yang cenderung ramai dikunjungi pada hari libur sebagai pusat
rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya ini menjadi
alasan yang kuat untuk PKL menempati ruang terbuka publik kawasan ini dengan
asumsi banyaknya warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya yang berpotensi
menjadi calon pembeli
Dengan alasan inilah kemudian banyak PKL yang berjualan pada trotoar Lapangan
Pancasila dengan konsep holiday market yaitu hanya berjualan pada hari libur saja PKL
trotoar lapangan ini hanya berjualan pada hari liburHari Minggu pagi saja mulai pukul
0600 ndash 0900 WIB Adapun pengaturan waktu berdagang aktivitas PKL yang
menempati ruang tengah Lapangan Pancasila ini didasari oleh kepentingan demi
menjaga kebersihan dan estetikakeindahan wajah kawasan Terkadang ada beberapa
PKL yang mulai berjualan dari Hari Sabtu malam dengan alasan untuk lebih banyak lagi
menjaring calon pembeli
Adapun penyebaran aktivitas PKL yang berjualan pada ruang trotoar Lapangan
Pancasila ini memiliki kecenderungan menyebar secara linier mengikuti ketersediaan
ruang trotoar yang berbentuk membulat persegi sebagai bingkai Lapangan Pancasila
dengan display berbagai jenis barang dagangan memanjang yang saling berhadapan
dengan sirkulasi pengunjung kawasan berada di tengah antaranya untuk mempermudah
pembeli memilih barang dagangan yang diperjualbelikan
c) Tengah Lapangan Pancasila
Aktivitas PKL yang berjualan di tengah Lapangan Pancasila sebagai satu-satunya
ruang terbuka publik luas di Kota Semarang memiliki alas an yang kurang lebih sama
dengan alasan PKL yang menempati trotoar lapangan yaitu kondisi lapangan yang
cenderung ramai dikunjungi oleh warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya
sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga kota didukung oleh keberadaan lokasinya yang
41
strategis karena terletak pada tengah-tengah kawasan pusat kota yang dilalui oleh lima
ruas jalan kawasan yang bermuara pada lapangan dan aksesibilitasnya yang tinggi
sehingga mudah dicapai dari segala penjuru kota dan sekitarnya baik menggunakan
moda angkutan pribadi maupun umum
Adapun waktu berjualan PKL tengah lapangan ini juga kurang lebih sama dengan
PKL yang berjualan di trotoar Lapangan Pancasila yaitu pada hari liburMinggu pagi
dari pukul 0600 ndash 0900 WIB Adapun pengaturan waktu berdagang aktivitas PKL yang
menempati ruang tengah Lapangan Pancasila ini kurang lebih sama dengan pengaturan
waktu berdagang PKL yang berjualan pada tepi lapangan
Penyebaran aktivitas PKL yang berjualan di ruang tengah Lapangan Pancasila ini
memiliki kecenderungan yang mengelompok berdasarkan jenis-jenis barang yang
diperdagangkannya Semisal pedagang pakaian akan mengelompok dengan sesama
pedagang pakaian pedagang makanan akan mengelompok dengan sesama pedagang
makanan dan lain sebagainya untuk lebih mempermudah pembeli dalam memilih
barang dagangan yang ditawarkan dengan banyaknya variasi pilihan barang yang
disuguhkan
Sumber Hasil Analisis Dini Tri Haryanti ST 2008
Gambar 31Ruang Aktivitas Sektor Informal Kawasan
Orientasi aktivitas PKL yang semakin menjauh dari Kawasan Bundaran Simpang
Lima berpengaruh pada intensitas jumlah PKL kawasan Jumlah aktivitas PKL kawasan
memiliki kecenderungan akan semakin berkurang karena semakin keluarmenjauh dari
kawasan studi yang identik disebut dengan kawasan pusat kota ini karena merupakan
kawasan-kawasan yang terkonsentrasi atau didominasi oleh aktivitas-aktivitas
perkantoran pendidikan dan pemerintahan
41
Semakin berorientasi ke arah Jalan Pahlawan suasana kawasan akan lebih didominasi
oleh suasana aktivitas pemerintahan dengan bangunan gedung berlian sebagai ciri khas
koridor jalan yang berdinding masif Semakin berorientasi ke arah Jalan Pandanaran
Achmad Yani dan KH Achmad Dahlan suasana kawasan akan banyak didominasi oleh
akivitas-aktivitas perkantoran Semakin berorientasi ke arah Jalan Gajahmada suasana
kawasan didominasi oleh aktivitas-aktivitas perkantoran dan pendidikan Nuansa
kawasan yang ditimbulkan oleh bangkitan dan tarikan aktivitas-aktivitas pemerintahan
pendidikan dan perkantoran ini tentu berbeda dengan nuansa kawasan yang banyak
dipengaruhi oleh bangkitan dan tarikan yang ditimbulkan oleh aktivitas perdagangan dan
jasa kawasan Penggunaan ruang untuk aktivitas yang berbeda-beda di Kawasan
Bundaran Simpang Lima mampu menciptakan nuansa yang berbeda-beda pula
Keberadaan aktivitas perdagangan dan jasa yang terjadi terbukti telah mampu
memberikan kehidupan yang menerus pada kawasan studi seiring dengan perkembangan
aktivitas sektor informal kawasan (PKL) yang hidup sepanjang waktu
Lain halnya dengan keberadaan aktivitas-aktivitas lain yang bersifat formal seperti
perkantoran pendidikan olahraga serta perdagangan dan jasa formal yang hidup pada
waktu-waktu tertentu saja Aktivitas perkantoran hanya hidup dari pagi sampai dengan
jam kantor selesai yang biasanya berlangsung dari pukul 0800 ndash 1700 WIB Aktivitas
olahraga juga biasanya berlangsung di pagi hari (0500 ndash 0900 WIB) atau sore hari saja
(1500 ndash 1800 WIB) Demikian halnya dengan aktivitas pendidikan yang hidup mulai
dari pagi sampai dengan jam pulang sekolah tiba (0700 ndash 1400 WIB) Selebihnya
aktivitas-aktivitas ini akan mati tanpa kegiatan-kegiatan perkantoran olahraga dan
proses belajarmengajar Secara informal aktivitas PKL yang menempati ruang-ruang
trotoar kawasan ruang trotoar dan tengah Lapangan Pancasila yang notabene merupakan
ruang-ruang terbuka publik kawasan yang seyogyanya merupakan ruang-ruang yang
terbuka untuk umum dan masyarakat dapat dengan bebas mengakses ruangruang ini
memiliki karakteristik yang sama yaitu menempati lokasi-lokasi dengan tingkat
aglomerasi pengunjung kawasan yang tinggi atau ramai dikunjungi oleh orang dalam
jumlah yang banyak dalam kurun waktu tertentu secara periodic yang melakukan
kegiatan bersama-sama
Adapun penyebaran masing-masing aktivitas PKL kawasan studi ini
ditentukandibentuk oleh bentukan ruang yang ditempatinya Aktivitas PKL yang
menempati ruang-ruang trotoar memiliki penyebaran yang memanjang secara linier pada
ruang-ruang jalur sirkulasi pedestrian karena dipengaruhi oleh bentukan ruang jalur
41
sirkulasi pejalan kaki yang memanjang mengikuti jalur sirkulasi utama kawasan dengan
display barang dagangan yang ditata berderet secara memanjang pula (sedangkan khusus
untuk PKL yang berjualan pada ruang trotoar di tepi Lapangan Pancasila display barang
dagangan ditata sedemikian rupa secara berderet memanjang dan berhadap-hadapan)
sedangkan aktivitas PKL yang menempati tengah Lapangan Pancasila memiliki
penyebaran yang mengelompok karena memiliki bentukan ruang yang lebih leluasa
dalam pergerakan sesuai dengan karakter ruang sebagai satu-satunya ruang terbuka
publik yang luas di Kota Semarang dengan display barang dagangan yang ditata
sedemukian rupa secara berkelompok berdasarkan jenis-jenis barang dagangannya
dengan maksud untuk mempermudah pembeli memilih jenis barang yang diinginkan
dengan memberikan lebih banyak variasi barang dari beberapa pedagang yang sejenis
Sedangkan perkembangan aktivitas PKL Kawasan Bundaran Simpang Lima
dipengaruhi oleh perkembangan aktivitas perdagangan dan jasa kawasan sebagai
aktivitas yang mendominasi kawasan pusat kota dan kecenderungan aktivitas PKL
memilih lokasi-lokasi dengan karakter ruang sebagai ruang yang memiliki akumulasi
orang dalam jumlah yang banyak pada jangka waktu tertentu secara periodik berada
pada pusat-pusat kegiatanwadah aktivitas-aktivitas kota sehingga sering dikunjungi
warga masyarakat dalam jumlah besar dan memiliki lokasi yang strategis dengan
aksesibilitas yang tinggi sehingga memudahkan pencapaian calon pembeli meski
dilakukan dalam ruang yang relatif sempit dan umumnya tidak memerlukan ketersediaan
adanya fasilitas-fasilitas pelayanan umum
2 Analisis Ruang Jalur Sirkulasi Pedestrian Kawasan
Kawasan Bundaran Simpang Lima memiliki lokasi yang strategis sebagai simpul
pergerakan dari lima ruas jalan yang terdiri atas Jalan Pandanaran Gajahmada KH Achmad
Dahlan Ahmad Yani dan Pahlawan yang bermuara pada sirkulasi di Jalan Simpang Lima
yang mengelilingi Lapangan Pancasila membentuk loop dan menjadi penghubung antara
rdquokota atasrdquo dan rdquokota bawahrdquo Semarang Secara ekonomi maupun transportasi kawasan ini
mempunyai kemampuan berkembang dengan sangat cepat Intensitas lalu-lintas dan volume
kendaraan di kawasan ini tergolong tinggi mengingat aksesibilitasnya yang tinggi pula
dikarenakan pencapaiannya yang mudah dari segala penjuru kawasan dengan moda
kendaraan pribadi maupun umum yang melintasi maupun bertujuan ke kawasan ini (dari data
yang ada menunjukkan volume kendaraan yang bergerak mencapai 17051 buah)
Pembahasan mengenai ruang sirkulasi kawasan ini akan lebih ditekankan pada ruang-
ruang sirkulasi untuk manusiapejalan kaki sebagai ruang terbuka publik kawasan Perilaku
41
pejalan kaki pada ruang-ruang terbuka Kawasan Bundaran Simpang Lima identik selalu
berjalan secara berpasangan atau lebih (berkelompok) memilih jalur dengan jarak terpendek
dan yang dianggap paling nyaman Pergerakan antarbangunan tertinggi pada kawasan adalah
dari Citraland Mall ke Plasa Simpang Lima dan sebaliknya (852 dan 708 pejalan pada jam
puncak sabtu malam) Hal ini menunjukkan bahwa pergerakan pejalan kaki banyak
dipengaruhi oleh bangkitan dan tarikan dari fungsi perdagangan dan jasa di sekitar kawasan
Penyediaan ruang terbuka publik untuk pejalan kakijalur pedestrian di Kawasan
Bundaran Simpang Lima diwujudkan dalam bentuk ruang-ruang trotoar pada muka bangunan
dengan teknik segregasi yang terpisah dari jalur sirkulasi kendaraan dengan tujuan untuk
memberikan arah yang jelas dan menggunakan perkerasan berupa paving Ruang-ruang
trotoar yang dibangun memanjang mengikuti jalurkoridor-koridor jalan pada kawasan studi
dibangun dengan permukaan yang naik-turun dan terputus-putus demi menghormati jalan
masuk kendaraan adalah salah satu bukti betapa perencanaan dan pembangunan yang
dilakukan di Kota Semarang lebih mengutamakan sirkulasi kendaraan dan bukan manusia
Menurut fungsinya adanya kecenderungan sirkulasi kawasan yang berorientasi pada
kendaraan ini seiring dengan munculnya fenomena pergeseran fungsi ruang pejalan kaki
kawasan studi yang merupakan ruang terbuka public menjadi ruang-ruang privat untuk
berjualan PKL yang mengakibatkan keberadaan hak pejalan kaki atas ruang terbuka publik
kawasan yang sehat dan layak secara fisik sering kali terabaikan Hal ini mengakibatkan
semakin sempitnya ruangruang terbuka publik yang manusiawi pada koridor-koridor kelima
ruas jalan dan potensi interaksi sosial pada ruang terbuka publik tersebut pun akan semakin
berkurang
Aktivitas PKL sendiri memiliki kecenderungan untuk menempati ruang ruang antar
aktivitas yang selalu ramai dilewatidikunjungi oleh banyak orang dalam melakukan
pergerakan perpindahan dari aktivitas satu ke aktivitas yang lain atau dari bangunan
perdagangan modern satu ke bangunan perdagangan modern yang lain secara periodik dalam
rentang waktu tertentu sehingga kemudian pilihan ini jatuh kepada jalur-jalur pedestrian
yang notabene merupakan ruang-ruang terbuka publik yang seyogyanya digunakan oleh
pejalan kaki Keberadaan ruang trotoar yang semakin sempit oleh penggunaan ruang PKL
membuat pejalan kaki menjatuhkan pilihan untuk melakukan perjalanan pada ruang-ruang
seperti jalur lambat dan sebagian badan jalan sehingga mengurangi keamanan jiwa dan
kenyamanan pejalan kaki sendiri serta pengguna jalan yang lain (pengendara)
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh pejalan kaki pada ruang-ruang jalur pedestrian
atau trotoar di Kawasan Bundaran Simpang Lima adalah kegiatan berjalan dan berbelanja
41
Sebagian dari pejalan kaki hanya berjalan melintasi trotoar untuk menuju lokasi tujuannya
akan tetapi ada pula sebagian dari pejalan kaki yang berjalan sambil melihat-lihat bahkan ada
yang berbelanja pada PKL
Pejalan kaki di Kawasan Simpang Lima umumnya berjalan secara berombongan
antara 2 ndash 5 orang yang didominasi oleh jenis kelamin perempuan (51) yang memiliki
tujuan untuk rekreasi dan olah raga (33) atau berbelanja (29) dengan usia rata-rata 0 ndash 25
tahun (67) dengan profesi sebagai mahasiswapelajar (31) dan karyawan (25)
Hal tersebut menunjukkan bahwa pengunjung kawasan didominasi oleh anak-anak
muda kaum perempuan karena sebagian besar kaum perempuan inilah yang gemar dengan
aktivitas berlanja sebab kawasan studi didominasi oleh aktivitas perdagangan dan jasa
Pengunjung kawasan identik dengan pengguna ruang terbuka publik kawasan yang
didominasi oleh kaum perempuan dengan usia berkisar antara 0 ndash 25 tahun dengan profesi
sebagai pelajarmahasiswa dan karyawan dengan tujuan untuk melakukan kegiatan
rekreasiolahraga dan berbelanja karena kaum perempuan ini lah yang memiliki sifat dasar
senang berbelanja Usia rata-rata pengunjung yang masih muda dengan profesi pelajar
mahasiswa dan karyawan menunjukkan bahwa pada usia-usia inilah orang relative
membutuhkan rekreasihiburan dan olah raga
Arah pergerakan pejalan kaki pada ruang-ruang terbuka publik kawasan dipengaruhi oleh
tujuannya pada kawasan studi arah pergerakan tersebut adalah
a Tujuan Pergerakan untuk Melakukan Perpindahan Antar bangunan
Tujuan pejalan kaki untuk melakukan pergerakan perpindahan antar bangunan
perdagangan dan jasa modern dilakukan pada ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran
Simpang Lima yang menjadi penghubung antaraktivitas dengan karakter pergerakan
yang memanjang secara linier sepanjang trotoar mengikuti ketersediaan jalur-jalur
sirkulasi utama kawasan
Arah pergerakan pejalan kaki dalam melakukan pergerakan perpindahan
antarbangunan dilakukan secara linier dan memanjang pada trotoar Kawasan
Bundaran Simpang Lima disebabkan oleh bentukan ruang jalur pedestrian yang
memanjang sepanjang jalur sirkulasi utama kawasan
b Tujuan Pergerakan untuk Berbelanja pada PKL Sepanjang Trotoar Kawasan
dan Tepi Lapangan Pancasila
Arah pergerakan pejalan kaki dengan tujuan berbelanja pada PKL sepanjang
trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima memiliki karakter pergerakan linier yang
41
memanjang sedangkan arah pergerakan pejalan kaki dengan tujuan berbelanja pada
PKL di tepi Lapangan Pancasila memiliki arah pergerakan linier yang melingkar
Arah pergerakan pejalan kaki dalam melakukan aktivitas berbelanja pada PKL
sepanjang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima ini disebabkan oleh pengaturan
display barang dagangan PKL yang ditata sedemikian rupa secara berderet linier
searah dan memanjang mengikuti bentukan ruang jalur pedestrian yang ada
Sedangkan arah pergerakan pejalan kaki dengan tujuan berbelanja pada PKL
di tepi Lapangan Pancasila disebabkan oleh display berbagai jenis barang dagangan
yang ditata sedemikian rupa secara linier berhadap-hadapan dan melingkar mengkuti
bentukan ruang jalur pedestrian yang persegi membulat membingkai Lapangan
Pancasila
c Tujuan Pergerakan untuk Melakukan Olahraga Rekreasi dan Hiburan serta Berbe
lanja
Pada PKL di Tengah Lapangan Pancasila Tujuan pejalan kaki untuk
melakukan aktivitas olahraga rekreasi dan hiburan serta berbelanja pada PKL di
tengah Lapangan Pancasila memiliki karakter pergerakan yang curvelinier karena
setiap pergerakan yang dilakukan tidak dibatasi oleh batasan-batasan fisik tertentu
sehingga pergerakan yang terjadi adalah bebas dan tidak beraturan
Arah pergerakan pejalan kaki dalam melakukan aktivitas olahraga rekreasi
dan hiburan serta berbelanja pada PKL di tengah lapangan secara curvelinier ini juga
disebabkan oleh karakter kedatangan pengunjung yang dilakukan secara berpasangan
atau berkelompok
Sumber Hasil Analisis Dini Tri Haryanti ST 2008
Gambar 32Ruang Jalur Sirkulasi Pedestrian Kawasan
41
Aktivitas perdagangan dan jasa kawasan menjadi bangkitan dan tarikan pengunjung
kawasan sehingga meningkatkan intensitas jumlah pejalan kaki pada ruang-ruang terbuka
publik di kawasan ini Keberadaan aktivitas PKL pada sepanjang ruang-ruang trotoar
kawasan seiring dengan tingginya jumlah pergerakan pejalan kaki antarbangunan formal
mengakibatkan pergerakan yang rdquomenerusrdquo dengan pencapaian pada tujuan yang rdquomemutarrdquo
Pergerakan rdquomenerusrdquo yang dimaksud adalah pergerakan pejalan kaki yang dilakukan
pada ruang-ruang terbuka publik kawasan studi dengan tujuan untuk melakukan perpindahan
antarbangunan formal (bangunan perdagangan modern) dan aktivitas berbelanja pada PKL
yang berjualan di sepanjang ruang trotoar kawasan melalui ruang-ruang jalur sirkulasi
pedestrian kawasan yang tersedia secara linier dan memanjang mengikuti jalur sirkulasi
utama (jaringan jalan) kawasan dari satu bangunan ke bangunan yang lain dan dari satu PKL
ke PKL yang lain dengan perjalanan yang tanpa terputusberhenti pada titik lokasi tertentu
meski berhenti pun hanya untuk beberapa saat untuk istirahat dan melihat-lihat dengan lebih
jelas obyek yang dimaksud
Pergerakan pejalan kaki kawasan pada trotoar Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk
berbelanja pada PKL memiliki arah pergerakan yang linier dan memanjang sepanjang jalur
trotar yang disebabkan oleh pengaturan display barang dagangan PKL yang ditata berderet
memanjang sepanjang jalur Pergerakan menerus ini terjadi sebagai akibat dari pergerakan
dengan tujuan untuk melakukan perpindahan antarbangunan melalui ruang-ruang jalur
sirkulasi pejalan sambil melihat-lihat dan berbelanja pada PKL yang berjualan hampir pada
seluruh ruang trotoar kawasan studi Semisal pergerakan pejalan kaki kawasan dengan tujuan
untuk melakukan perpindahan dari bangunan Plasa Simpang Lima menuju Ramayana SC
harus melewati jalur sirkulasi pejalan kaki sepanjang trotoar dari depan Plasa Simpang Lima
Kompleks Pertokoan Simpang Lima dan Ramayana SC yang dipenuhi oleh PKL sambil
melihat-lihat display barang dagangan yang diperjualbelikan maupun sekaligus membelinya
begitu juga dengan pergerakan perpindahan antarbangunan yang lain sehingga dengan
demikian tercipta pergerakan yang menerus
Dari sisi intensitasnya pergerakan pejalan kaki yang menerus ini semakin berkurang
jumlahnya ketika sampai pada ruang sirkulasi pejalan kaki di depan Hotel Ciputra Aktivitas
dan keberadaan PKL hampir tidak ada di sepanjang trotoar di depan bangunan hotel
pergerakan pejalan kaki pun diarahkan menempati ruang-ruang sirkulasi yang bersifat privat
yaitu ruang-ruang sirkulasi pejalan di dalam Mall Ciputra untuk menjaga image dan kesan
rapi pada muka bangunan hotel sesuai dengan peraturan hotel Namun kenyataan yang ada di
41
lapangan masih adanya beberapa pergerakan di depan hotel lebih banyak disebabkan oleh
perilaku dan sifat pejalan kaki kawasan yang cenderung memilih rute terpendek dalam
perjalanannya untuk mencapai tujuan
Sedangkan pencapaian rdquomemutarrdquo yang dimaksud adalah pencapaian tujuan suatu
perjalananpergerakan yang dilakukan oleh pejalan kaki akibat pergerakan yang mengikuti
sistem sirkulasi jalur utama kawasan yang membentuk loop sehingga berdampak pada
pencapaian suatu bangunan formal kawasan dengan arah yang memutar dan melalui beberapa
persimpangan sekaligus Semisal untuk mencapai lokasi tujuan pada Ramayana SC pejalan
kaki dari bangunan Masjid Baiturrahman harus melakukan pergerakan perpindahan dari
bangunan Citraland Mall menuju bangunan Kompleks Pertokoan Simpang Lima baru
kemudian mencapai bangunan Ramayana SC atau dari bangunan Gajahmada Plaza dulu
kemudian menuju bangunan kantor TelkomSMKN 7 Semarang baru mencapai bangunan
Ramayana SC Begitu juga pergerakan-pergerakan dengan tujuan pencapaian pada bangunan-
bangunan formal yang lain
Pergerakan dengan pencapaian rdquomemutarrdquo pada ruang-ruang sirkulasi pejalan kaki
kawasan sebenarnya dapat dicari alternatif lain yaitu dengan dengan memotong jalur
sirkulasi utama Pergerakan memotong jalur ini dapat menjadi alternatif pergerakan yang
dilakukan untuk mencapai pada bangunan yang dituju dengan melalui ruang Lapangan
Pancasila namun pergerakan semacam ini kurang diminati oleh penggunapejalan kaki
kawasan sebab ruang lapangan yang tanpa aktivitas akan terasa lebih panjang dan
membosankan
B Analisis Pola Pemanfaatan Ruang Terbuka Publik Kawasan
1 Analisis Pola Pemanfaatan Ruang dan Aktivitas pada Ruang Terbuka Publik
Kawasan
Sebagaimana yang telah diuraikan dalam tahap analisis ruang dan aktivitas kawasan
bahwa aktivitas-aktivitas yang berlangsung di atas ruang Lapangan Pancasila sebagai ruang
terbuka publik kawasan adalah aktivitas politik peribadatan massal olahraga rekreasi dan
hiburan Aktivitas sector informal yang berlangsung pada ruang terbuka publik kawasan
adalah aktivitas PKL
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan berdasarkan aktivitasnya terpusat
menempati Lapangan pancasila sebagai satu-satunya ruang terbuka publik kota yang menjadi
wadah interaksi sosial masyarakatnya didukung oleh daya tampung ruang yang cukup luas +
4 Ha dengan lokasinya yang strategis terletak di tengah-tengah kawasan pusat kota yang
41
memiliki aksesibilitas yang tinggi sehingga mudah dicapai dari segala penjuru kota
menggunakan berbagai jenis moda kendaraan baik kendaraan pribadi maupun angkutan
umum Pola pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan berdasarkan aktivitasnya pada ruang
Lapangan Pancasila berlangsung secara berkelompok dan masing-masing mengumpul
berdasarkan jenis aktivitasnya sebagai akibat oleh adanya
a) Kecenderungan aktivitas yang berlangsung pada ruang terbuka publik ini adalah
aktivitas-aktivitas yang dilakukan secara berkelompok
b) Melibatkan orang dalam jumlah yang banyak
c) Bentukan ruang yang membentuk persegi membulat dengan daya tamping ruang yang
cukup besar
d) Memungkinkan pergerakan secara bebas dan tidak beraturan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan berdasarkan aktivitas sektor
informalnya didominasi oleh pola pemanfaatan aktivitas PKL yang menempati ruang trotoar
kawasan trotoar dan tengah Lapangan Pancasila yaitu
1) Pola Pemanfaatan Trotoar Sepanjang Tepi Jalan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh
aktivitas PKL sepanjang trotoar kawasan di depan Citraland Mall depan Plasa Simpang
Lima depan Kompleks Pertokoan Simpang Lima depan Ramayana SC depan kantor
TelkomSMKN 7 Semarang depan Gajahmada Plaza dan depan Masjid Baiturrahman
membentuk pola ldquolinier yang memanjangrdquo dikarenakan oleh bentukan ruang-ruang
trotoar ini yang merupakan suatu jalur penghubung secara linier antaraktivitasbangunan
perdagangan dan jasa kawasan pada tepi jalan di muka bangunan sehingga menimbulkan
sejumlah akumulasi pengunjung yang tinggi secara periodic berdasarkan waktu
berlangsungnya aktivitas formal yang memanjang mengikuti pola jalur sirkulasipola
jaringan jalan utama kawasan Adanya beberapa bangunan formal dengan ciri aktivitas
perdagangan dan jasa yang terletak secara berdekatan satu sama lain dalam kawasan ini
maka dengan sendirinya akan menjadi daya tarik yang sangat kuat untuk dikunjungi oleh
calon pembeli yang mengakibatkan timbulnya akumulasi pengunjung pada kawasan
terutama di sekitar kegiatan yang dimaksud
Situasi inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh PKL kawasan studi untuk
mengembangkan usahanya dengan menjaring calon pembeli pada ruangruang di
sepanjang jalur pada muka bangunan ini memanfaatkan peluang banyaknya pejalan yang
melalui sepanjang jalur ini dan mengikuti pola jaringan jalan kawasan agar
41
keberadaannya di sepanjang tepi jalan ini juga dapat terlihat dan menarik para pengendara
pengguna jalan kawasan
Adapun display bebagai jenis barang dagangan PKL yang disuguhkan secara berderet
memanjang pada ruang trotoar ini memberi kemudahan pengunjung kawasan baik
pejalan kaki maupun pengendara untuk dapat lebih jelas melihat dan memilih jenis-jenis
barang yang diperdagangkan
2) Pola Pemanfaatan Trotoar Tepi Lapangan Pancasila
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh
aktivitas PKL sepanjang trotoar Lapangan Pancasila membentuk pola ldquolinier yang
melingkarrdquo dikarenakan oleh bentukan ruang sirkulasi pedestrian lapangan yang
membingkai lapangan dengan bentuk persegi membulat dan pola sirkulasi utama kawasan
yang bermuara pada Lapangan Pancasila dengan membentuk loop Adanya kedudukan
Lapangan Pancasila sebagai satu-satunya ruang terbuka publik yang luas di Kota
Semarang sebagai wadah interaksi sosial yang dimanfaatkan oleh warga masyarakat Kota
Semarang dan sekitarnya untuk melakukan berbagai macam aktivitas seperti olah raga
rekreasi dan hiburan mengakibatkan timbulnya akumulasi pengunjung dalam jumlah
yang besar pada area ini khususnya pada hari liburMinggu pagi sehingga banyak PKL
yang tertarik untuk menempati lokasi ini untuk menjajakan barang dagangannya Display
berbagai jenis barang dagangan disuguhkan secara linier sepanjang trotoar dengan
berhadap-hadapan untuk memberi banyak pilihan dan variasi barang kepada calon
pembeli dengan suasana yang santai dan rekreatif
3) Pola Pemanfaatan Tengah Lapangan Pancasila
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh
aktivitas PKL di tengah Lapangan Pancasila membentuk pola ldquoberkumpul yang
mengelompokrdquo berdasarkan jenis barang dagangannya dikarenakan bentukan ruang
Lapangan Pancasila yang tanpa adanya pembatas fisik antarPKL dengan daya tampung
ruang yang cukup besar sehingga memungkinkan adanya pergerakan pengunjung yang
bebas dan tidak beraturan dan penataan display barang dagangan yang disajikan secara
mengelompok berdasarkan jenis barang dagangannya masing-masing sehingga
memudahkan calon pembeli memilih jenis barang yang diinginkan dengan banyaknya
variasi barang yang disuguhkan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh PKL
akan semakin berkurang intensitasnya apabila semakin menjauh dari kawasan studi
Intensitas pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan oleh aktivitas PKL pada koridor
41
kelima ruas jalan kawasan semakin menurun karena jalan-jalan ini berorientasi pada
aktivitas-aktivitas yang berbeda yang berlangsung pada kelima ruas jalan antara aktivitas
perkantoran pemerintahan dan pendidikan yang ditandai dengan adanya kepadatan
beberapa bangunan fasilitas perkantoran pemerintahan dan pendidikan pada koridor-
koridor kelima ruas jalan ini
Adanya bangkitan aktivitas nonekonomi ini mengakibatkan rendahnya akumulasi
pengunjung kawasan pada tepi jalan-jalan ini Hal inilah yang menjadi alasan mengapa
ruang-ruang trotoar koridor jalan ini kurang diminati oleh PKL meskipun ada beberapa
PKL yang berjualan pada beberapa penggal jalan namun keberadaannya terputus dan
tidak menerus seperti pada keberadaan PKL pada ruang sirkulasi pejalan kaki di
sepanjang trotoar Jalan Pahlawan yang identik sebagai area yang berorientasi pada
aktivitas pemerintahan Jalan KH Achmad Dahlan Pandanaran dan Achmad Yani yang
identik sebagai area yang berorientasi pada aktivitas perkantoran dan Jalan Gajahmada
yang identik sebagai area yang berorientasi pada aktivitas perkantoran dan pendidikan
Menurut kriteria pemilihan lokasinya aktivitas-aktivitas PKL memiliki
kecenderungan menempati lokasi atau ruang-ruang dengan tingkat akumulasi orang yang
melakukan kegiatan secara bersama-sama pada waktu yang relative sama pula Adanya
fungsi kawasan sebagai CBD tentu tidak lepas dari aktivitas perdagangan dan jasa yang
berlangsung di atasnya sehingga menimbulkan sejumlah akumulasi pengunjung yang
tidak sedikit Fenomena tumbuhnya sector informalPKL ini tak lepas dari keberadaan
aktivitas formal yang tumbuh dan berkembang sebagai aktivitas pendukung (activity
support) yang tidak dapat dihindarkan dan digusur begitu saja melainkan diantisipasi dan
diperhitungkan kebutuhan ruangnya
2 Analisis Pola Pemanfaatan Ruang Jalur Sirkulasi Pedestrian Kawasan
Pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan sebagai jalur sirkulasi pejalan kaki
merupakan jenis pemanfaatan sebagai pemenuhan akan kebutuhan ruang pejalan yang
memisahkan ruang pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan kawasan demi meminimalisasi
konflik kepentingan yang dapat mengakibatkan ketidaknyamanan pejalan kaki maupun
pengguna jalan yang lain (pengendara)
Namun dalam perkembangannya ruang-ruang di tepi jalan ini mengalami pergeseran
fungsi ruang menjadi lokasi aktivitas PKL sehingga kemudian pejalan kaki harus
menjatuhkan pilihannya untuk berjalan melalui jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk
mencapai tujuan dalam pergerakannya
41
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima sebagai
ruang sirkulasi pedestrian dibentuk oleh arah pergerakan pejalan yang dipengaruhi oleh
tujuan dalam melakukan perjalanannya
a Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Melakukan Perpindahan Antarbangunan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima dengan
tujuan untuk melakukan pergerakan perpindahan antarbangunan membentuk pola
rdquomenerus yang melingkarrdquo dikarenakan arah pergerakan pejalan yang menerus pada
sepanjang ruang trotoar di muka bangunan kawasan mengikuti pola sirkulasi utama
kawasan yang membentuk loop
Pola pemanfaatan yang rdquomenerusrdquo ini disebabkan oleh kontinuitas pergerakan pejalan
kaki kawasan dalam melakukan perpindahan antar bangunan formal (perdagangan
modern) pada ruang-ruang trotoar sebagai ruang penghubung antaraktivitas formal
kawasan Pola pergerakan pejalan kaki yang menerus ini merupakan bangkitan dari
tarikan aktivitas perdagangan dan jasa formal kawasan yang menjadi alasan pengunjung
melakukan pergerakan berpindah antarbangunan
Pergerakan pejalan yang rdquomenerusrdquo ini juga dipengaruhi oleh keberadaan aktivitas
PKL di sepanjang ruang trotoar kawasan yang memberi kehidupan menerus pada ruang-
ruang ini Pergerakan menerus dilakukan oleh pejalan kaki kawasan secara linier pada
tepi jalan mengikuti pola jaringan jalan utama kawasan dan memanjang menuju lokasi
pencapaian tujuan pergerakan
Pola pemanfaatan ruang yang rdquomelingkarrdquo disebabkan oleh pencapaian tujuan pada
bangunan perdagangan modern kawasan secara memutar Sistem pencapaian bangunan
formal (perdagangan) yang memutar ini dipengaruhi oleh sistem sirkulasi utama kawasan
yang memiliki muara pada Jalan Simpang Lima (Lapangan Pancasila) dan membentuk
loop dimana dalam bentuk pencapaian yang loop ini diperlukan waktu untuk
mencapainya karena harus melewati banyak persimpangan-persimpangan yang
merupakan simpul-simpul bertemunya arus lalu lintas dari kelima ruas jalan kawasan
pada muaranya di Jalan Simpang Lima
b Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Berbelanja pada PKL di Sepanjang
Trotoar Kawasan dan Tepi Lapangan Pancasila Pola pemanfaatan ruang terbuka
publik Kawasan Simpang Lima dengan tujuan untuk berbelanja pada PKL di sepanjang
trotoar kawasan kurang lebih sama dengan pola pemanfaatan ruang dengan tujuan
melakukan perpindahan antarbangunan formal kawasan yaitu membentuk pola rdquomenerus
41
yang melingkarrdquo sepanjang ruang-ruang trotoar pada muka bangunan formal kawasan
mengikuti pola jaringan jalan utama kawasan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh aktivitas PKL pada sepanjang trotoar
kawasan dipengaruhi oleh penataan display berbagai jenis barang dagangan PKL yang
ditata sedemikian rupa berderet secara linier pada muka bangunan dan memanjang
mengikuti bentukan ruang trotoar sehingga mempermudah calon pembeli baik oleh
pejalan kaki maupun pengguna jalan yang lain (pengendara) untuk melihat dan memilih
jenis-jenis barang yang diinginkan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik dengan tujuan berbelanja pada PKL yang
berjualan di tepi Lapangan Pancasila membentuk pola rdquolinier yang melingkarrdquo mengkuti
sistem sirkulasi utama kawasan yang membentuk loop dengan muara sirkulasi pada
lapangan Pola pemanfaatan yang linier dipengaruhi oleh penataan display barang
dagangan yang ditata sedemikian rupa secara linier pada tepi Lapangan Pancasila (trotoar
lapangan) berhadaphadapan dengan sirkulasi pengunjung PKL yang berada pada tengah
ruang trotoar sebagai ruang yang tersisa dari kedua sisi ruang yang digunakan oleh PKL
Pola pemanfaatan ruang yang rdquomelingkarrdquo dipengaruhi oleh bentukan ruang yang
persegi membulat dengan trotoar sebagai pembingkai ruang lapangan Pemanfaatan yang
melingkar ini dibentuk oleh pergerakan pengunjung PKL yang menerus tanpa terputus
pada ruang trotoar tepi Lapangan Pancasila
c Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Melakukan Aktivitas Olahraga Rekreasi dan
Hiburan Berbelanja Pada PKL di Tengah Lapangan Pancasila
Pola pemanfaatan ruang Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk melakukan aktivitas
olahraga rekreasi dan hiburan serta berbelanja pada PKL yang berjualan di tengah
Lapangan Pancasila memiliki pola pergerakan rdquocurvelinierrdquo Aktivitas-aktivitas ini
cenderung dilakukan secara berkelompok mengingat daya tampung ruang lapangan yang
cukup besar sehingga memungkinkan untuk pergerakan yang bebas dan santai dengan
suasana rekreatif dengan arah pergerakan yang tidak beraturan dikarenakan tanpa adanya
bentukan fisik pembatas antaraktivitas kegiatan Aktivitas olahraga yang seringkali
dilakukan menempati ruang Lapangan Pancasila adalah olahraga sepak bola dimana
olahraga ini biasa dilakukan secara berkelompok dengan pergerakan yang tidak beraturan
pada ruang
Sedangkan pergerakan aktivitas rekreasi dan hiburan yang juga cenderung dilakukan
secara berpasanganberkelompok ini dipengaruhi oleh tujuannya untuk melihat-lihat
pemandangansuasana kawasan sehingga membentuk pola pergerakan yang tidak
41
beraturan dan berkelok-kelok dengan sesekali berhenti untuk mengagumi view atau
sekedar untuk mengobrol
Pola pergerakan pejalan kaki pada ruang Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk
berbelanja pada PKL di tengah lapangan mempunyai pola pergerakan rdquocurvelinierrdquo
dipengaruhi oleh bentukan ruang lapangan yang persegi membulat dengan daya tampung
ruang cukup besar dan sistem sirkulasi pengunjung yang memungkinkan arah pergerakan
dengan bebas Aktivitas PKL yang memiliki kecenderungan berkelompok berdasarkan
jenis barang yang diperdagangkan ini berdampak pada penataan display barang sehingga
sistem sirkulasi pengunjung PKL pun pada akhirnya mengikuti pola pemanfaatan ruang
oleh aktivitas PKL dengan pergerakan yang tidak beraturan pada ruang (curvelinier)
dengan suasana rekreatif dan santai
Dengan adanya pergerakan pejalan kaki Kawasan Bundaran Simpang Lima yang
rdquomenerus dan melingkarrdquo membentuk linkage seyogyanya pejalan kaki diberikan ruang
yang layak demi keamanan dan kenyamanan pejalan dan pengguna jalan yang lain
Dengan kecenderungan sifat manusiawi pejalan yang enggan melakukan perjalanan
dengan permukaan yang naik atau menaik solusi yang ditawarkan tentu tidak bisa berupa
jembatan penghubung antarbangunan Sebab selain memerlukan biaya yang tidak sedikit
dapat menghalangi pandanganview suatu kawasan berpotensi menggunakan sebagian
ruang terbuka publik itu sendiri dan keengganan pejalan berjalan pada permukaan yang
naik sebagai sifat dasar pejalan kaki maka alangkah lebih baiknya apabila solusi yang
ditawarkan sebagai ruang untuk pejalan kaki kawasan di luar konteks teknologi adalah
berupa subway yaitu ruang publik untuk pejalan kaki yang dibangun di bawah tanah yang
menjadi penghubung antarbangunan dengan karakteristik berupa terowongan di bawah
tanah bebas dari sirkulasi kendaraan kawasan bebas dari kebisingan akibat intensitas lalu
lintas kawasan yang cukup tinggi mampu menjadi alternatif ruang untuk PKL dan parkir
off street kawasan sekaligus sebagai jalur pedestrian kawasan
41
352 Kajian PKL di Jalur Pejalan Kaki di Jalan Samanhudi Kabupaten Jember
3521 Analisa Konflik Kepentingan
Tabel IV1Analisa Konflik Kepentingan
Sumber Hasil Analisis Maria Kurnia U 2009
41
3522 Analisa Konflik Penggunaan Ruang
Tabel IV2
Analisa Konflik Penggunaan Ruang
Sumber Hasil Analisis Maria Kurnia U 2009
3523 Analisis Konsep Simbiosis Mutualistik
A Analisa Teori
Analisa ini bertujuan menelusuri konflik kepentingan dan konflik penggunaan ruang
melalui kajian teori-teori tentang penataan PKL yang didapatkan dari literature dan penelitian
PKL yang pernah dilakukan sebelumnya Meminimalisir konflik yang terjadi diperlukan
ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun
menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan
Samanhudi dengan kawasan PKL lain
ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL
41
ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun
dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja
namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang
namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan
ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa
jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan
harga antara pedagang formal dan PKL
ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan
pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak
penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi
antar pihak
ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai
dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan
perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang
informal
ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan
persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL
ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan
dalih keamanan
ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan
pejalan kaki dan pengendara kendaraan
ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki
ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL
ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan
ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa
harus saling menumpuk
ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak
ndash Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini
menjadi jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen
B Triangulasi Konsep Simbiosis Mutualistik
Triangulasi konsep simbiosis mutualistik dilakukan untuk mendapatkan konsep-
konsep penataan pedagang kaki lima yang menguntungkan berbagai pihak yang terkait yang
membandingkan antara fakta empiris studi kasus dan teori
41
Mengakui eksistensi PKL didukung dengan program kebijakan untuk mengelola
aktivitas PKL
Penyuluhan pembinaan dan pelatihan untuk PKL
Pemberian bantuan modal dari pemerintah maupun dari sektor swasta (dengan konsep
kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitusaja namun dilakukan kontrol terhadap dana
bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang begitu saja namun dapat dimanfaatkan secara
berkelanjutan
Peningkatan citra kawasan melalui pembentukan karakter khusus PKL di lokasi studi
sehingga membedakan PKL Samanhudi dengan PKL di kawasan lain
Pengelompokkan PKL menurut jenis barang dagangan dan perletaknnya diatur menurut
jenis dagangan toko formal sehingga tidak terjadi perebutan konsumen
Peningkatan citra kawasan sehingga menambah daya tarik pengunjung
Pembentukan Paguyuban Samanhudi yang beranggotakan PKL pedagang formal dan
pihak penengah untuk menyamakan aspirasi antar golongan dan sebagai forum diskusi
Legalitas sektor informal yang diakui oleh pemerintah
Perumusan kebijakan dan peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan
perdagangan informal
Peraturan didukung pengawasan yang ketat sangsi yang jelas dan sosialisasi serta
persamaan persepsi
Perancangan sarana usaha sesuai dengan jenis barang dagangan dan aspirasi PKL
Sosialisasi status ruang PKL
Peningkatan keamanan dan pengawasan untuk mencegah pemerasan tindak kejahatan
lain
Mempertahankan orientasi PKL ke arah bangunan formal
Perbaikan pelebaran dan pemeliharaan jalur pejalan kaki (pedestrian) sebatas ruang
parkir on street sehingga jalur aktif jalan tidak berkurang
Pemisahan yang jelas antara jalur pejalan kaki dan ruang PKL
Pemisahan yang jelas antara jalur pengendara ruang PKL dan jalur pejalan kaki
Mengatur ruang parkir off street di sepanjang jalan untuk mengurangi beban jalan akibat
penyempitan jalan karena adanya pelebaran pedestrian
Perpanjangan sosoran dari bangunan formal sebagai pelindung pejalan kaki dan ruang
PKL sehingga PKL tidak perlu memakai ataptambahan untuk kiosnya
Bentuk sarana usaha berupa meja dorong tanpa atap agar akses visual pencahayaan dan
penghawaan ke bangunan formal tidak terhalang
41
Diberikan jarak setiap 2 kios sebagai akses masuk ke bangunan formal
Mengikutsertakan seluruh pihak terkait dalam penyampaian keputusan
Perancangan dapat mewadahi ruang PKL
Ruang PKL mengikuti arus pergerakan manusia
Pengaturan kebersihan dan ketertiban
C Konsep Legalitas PKL
Adanya pengakuan resmi dari pemerintah terhadap PKL Samanhudi sebagai salah satu
sector ekonomi di kawasan studi melalui surat keputusan resmi Surat keputusan ini
sekaligus mengatur hak kewajiban dan tanggung jawab PKL sebagai kompensasi
perubahan status yang telah diberikan oleh pemerintah
PKL berhak mendapatkan perlindungan hokum dan pinjaman modal dari pemerintah
Namun sebagai sector resmi PKL dikenakan pajak penghasilan dan retribusi Besarnya
pajak Pajak penghasilan dibedakan dari sektorformal Dengan membayar pajak PKL
berhak mendapatkan perlindungan pemerintah dari oknum preman dsb
PKL wajib mendukung program-program penertiban yang dilakukan pemerintah Apabila
PKL melanggar hak dan kewajiban yang telah diputuskan PKL tidak berhak lagi
menempati lapak yang telah dipinjamkan oleh pemerintah Dan dicabut ijin berjualannya
di kawasan Samanhudi
Dalam konsep ini simbiosis mutualistik terjadi antara pemerintah dan PKL dimana PKL
mendapatkan pengakuan perlindungan dan bantuan modal dari pemerintah sementara
pemerintah mendapatkan retribusi pajak penghasilan dan ketertiban dari PKL
D Konsep Pembinaan dan Permodalan
Pedagang kaki lima perlu untuk mendapatkan pembinaan dari pemerintah Kabupaten
Jember untuk meningkatkan kemampuan wirausaha dan peningkatan kualitas barang
dagang dan pelayanan terhadap pembeli konsumen sehingga bias meningkatkan
pendapatan dan aktivitas pedagang kaki lima dapat member nilai tambah serta dapat
memberkan peluang kerja yang dapat mengurangi tingkat pengangguran di Kabupaten
Jember Bentuk pembinaan berupa penyuluhan yang diberikan berkala secara rutin
Program pembinaan diadakan oleh pemerintah
Program pembinaan juga digunakan sebagai sarana pertemuan rutin dan sosialisasi
peraturan-peraturan yang dilakukan pemerintah
Program pembinaan juga dapat dijadikan sarana untuk selalu mengingatkan hak dan
kewajiban serta sangsi yang diterapkan bila PKL melanggar selama beroperasi dikawasan
Samanhudi
41
Program pembinaan memberikan keuntungan kepada PKL dan pemerintah PKL
mendapatkan peningkatan kemampuan dan pemerintah mendapat sarana sosialisasi
Pemberian bantuan modal ini tidak ditujukan kepada semua pedagang kaki lima tetapi
diberikan kepada beberapa pelaku usaha yang memiliki potensi dan criteria yang telah
ditentukan
Pemerintah dalam memberikan bantuan modal ini juga harus bekerja sama dengan
instansi-isntansi lain yang terkait
Pemberian modal dari pihak swasta sangat disarankan
Konsep ini memberikan keuntungan kepada pihak PKL berupa bantuan modal dengan
bunga ringan keuntungan laba pinjaman kepada pemberi modal dan bila pihak swasta
terlibat mendapatkan keuntungan berupa kesempatan untuk periklanan
E Konsep Kelembagaan Paguyuban Samanhudi
Paguyuban Samanhudi merupakan Kelembagaan yang memiliki kewenangan atau
keterikatan dengan pengelolaan dan pembinaan Pedagang Kaki Lima KoridorJalan
SamanhudiPaguyuban ini beranggotakan wakil PKL wakil pedagang formal wakil
pemerintah dari dinas Kebersihan dan Pertamanan Dinas Polisi Pamong Praja Dinas
Pariwisata Dinas Pendapatan dan Dinas LPMK Kabupaten Jemberserta pihak penengah
selaku penasehat dan pihak netral yang diwakili oleh pakar PKL dari universitas tokoh
masyarakat dan pakar PKL lainnya
Peran Paguyuban ini adalah sebagai forum diskusi dari semua pihak untuk menampung
aspirasi dan menetralisasi konflik yang terjadi sehingga setiap aspek dikoridor jalan
Samanhudi dapat melakukan koordinasi dan semua aspirasi dari semua pihak dapat
tersampaikan Fungsi paguyuban juga sebagai sarana mengikutsertakan semua pihak
terkait dalam membuat rancangan peraturan dan sosialisasi peraturan yang telah
ditetapkan pemerintah mengenai PKL kepada semua pihak terkait
Paguyuban juga berfungsi sebagai pihak pengawas bekerja sama dengan pihak kepolisian
dan pamong praja untuk mengawasi segala pelanggaran yang dilakukan oleh semua pihak
terkait Penerapan sangsi harus tegas dan diawasi oleh paguyuban sehingga tidak terjadi
rsquopenyelesaiandamairsquo dari pihak pelanggar dana para penegak peraturan
Paguyuban memberikan keuntungan kepada PKL pedagang formal pemerintah dan
masyarakat berupa kesempatan untuk menyalurkan aspirasi
41
353 Kajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit Kariyadi
Semarang
3531 Analisis Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar
Rumah Sakit dr Kariadi
Analisis karakteristik aktivitas PKL menggunakan metode deskriptif kuantitaif
dan distribusi frekuensi Analisis ini nantinya menunjang untuk analisis selanjutnya
yaitu analisis karakteristik berlokasi PKL Analisis ini meliputi lokasi aktivitas PKL
tempat usaha PKL jenis barang dagangan sarana fisik berdagang pola layanan pola
penyebaran serta status kepemilikan usaha Uraian dari masing-masing analisis
tersebu dipaparkan sebagai berikut
a Lokasi Beraktivitas
Sesuai dengan ruang lingkup spasial dari penelitian ini lokasi yang digunakan
PKL untuk memanfaatkan aktivitas kegiatan utama Rumah Sakit dr Kariadi adalah di
sepanjang penggal Jalan dr Kariadi sebagian Jalan Veteran dan sebagian Jalan dr
Soetomo Mereka berlokasi di penggalpenggal jalan tersebut dikarenakan jalan
tersebut merupakan batas dari kawasan fasilitas kesehatan dan merupakan jalan arteri
sekunder kolektor sekunder dan lokal sekunder yang ramai orang berlalu lalang
lintas kendaraan serta dilewati jalur angkutan umum Kondisi tersebut ditangkap oleh
PKL sebagai peluang untuk mendapatkan konsumen dengan memanfaatkan tingkat
kunjungan yang tinggi dari aktivitas kegiatan utama serta orang yang lalu lalang yang
melintas di penggal jalan-jalan tersebut Untuk lebih jelas mengenai lokasi PKL dapat
dilihat pada Gambar berikut
41
Gambar 33
Lokasi Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Pada lokasi tersebut terbagi menjadi spot-spot yang menjadi lokasi PKl
berdasarkan penggal jalan yang telah disebutkan sebelumnya yaitu Jalan dr Kariadi
Jalan Veteran dan Jalan dr Soetomo Spot-spot tersebut memiliki karakteristik
masing-masing baik dari sisi aktivitas dan ruang usaha PKL maupun dari karakteristik
berlokasinya Di penggal Jalan dr Kariadi terdapat beberapa bagian yang merupakan
lokasi larangan untuk PKL lokasi yang diperbolehkan untuk menggelar dagangan
PKL serta PKL binaan kelurahan yang dikenal dengan istilah PKL orange Pada Jalan
Veteran yang diminati oleh PKL berada di sisi selatan jalan Lokasi tersebut juga
diperbolehkan untuk berdagang PKL sebagai kompensasi penggantian lokasi
penggusuran PKL yang berasal dari Jalan dr Kariadi sisi barat Lokasi yang
seharusnya bersih dari PKL adalah Jalan dr Soetomo karena merupakan jalur merah
Namun lokasi ini tetap diminati untuk berlokasi PKL diantaranya dikarenakan tidak
adanya lokasi lain serta lokasinya yang strategis Kestrategisan tersebut dilihat dari
status jalan yang merupakan jalan utama penghubung ke pusat-pusat aktivitas lainnya
serta akses ke pusat kota maupun ke luar kota sehingga frekuensi kendaraan yang lalu
lalang tinggi Selain itu lokasinya yang dekat dengan kegiatan utama yang ada di
sekitarnya seperti Rumah sakit dr Kariadi perkantoran ataupun permukiman Hal
tersebut dimanfaatkan PKL sebagai peluang mendapatkan konsumen
b Tempat Usaha
41
Lokasi yang diminati PKL tidak menyediakan tempat khusus untuk berdagang
PKL sehingga mereka menggunakan ruang-ruang publik untuk tempat usahanya
seperti di trotoar di atas saluran drainase bahu jalan dan badan jalan Dengan
difungsikannya ruang-ruang publik tersebut menjadi tempat berdagang bagi PKL
berakibat menurunnya fungsi ruang publik tersebut mengurangi citra kawasan serta
menurunnya kualitas lingkungan Oleh pemerintah kota ruang-ruang publik tersebut
dimanfaatkan untuk tempat usaha PKL karena diperlukan tempat usaha di lokasi
tersebut Hal ini sebagai upaya pemerintah untuk mewadahi aktivitas tersebut
Tempat-tempat tersebut dilegalkan menjadi tempat usaha yang diperuntukkan bagi
PKL sesuai dengan peraturan daerah nomor 11 tahun 2000 tentang PKL yang
notabene bertolak belakang dengan peraturan daerah lainnya yang mengatur tentang
ketertiban keindahan dan pertamanan Persentase PKL yang menempati ruang-ruang
publik dapat dilihat pada Gambar berikut ini
Gambar 34
Persentase Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Terdapat pula PKL yang tidak mendapat izin tempat usaha berdagang
khususnya PKLyang berlokasi di daerah larangan untuk PKL serta berdagang pada
waktu yang tidak diperbolehkan sehingga mereka tidak ditarik retribusi dan sewaktu-
waktu dapat ditertibkan oleh aparat penegak tata tertib Namun ketidaktertiban aparat
PKL yang tidak mendapat izin tersebut kadang-kadang juga dipungut retribusi yang
diistilahkan dengan uang keamanan namun frekuensinya tidak teratur PKL dalam
golongan ini jumlahnya minoritas jika dibandingkan dengan PKL yang mendapat izin
tempat usaha Berikut sketsa sebaran PKL menurut tempat usahanya yang dapat
dilihat pada Gambar
41
Gambar 35
Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
c Jenis Barang Dagangan
Dagangan mayoritas yang diperdagangkan oleh PKL di sekitar Rumah Sakit
dr Kariadi adalah jenis barang dagangan makanan seperti warung tegal bakso soto
es buah dan makanan kecil Jenis dagangan tersebut diminati karena PKL mencoba
menangkap aktivitas kegiatan utama yang banyak membutuhkan jenis barang
dagangan makanan
Jenis barang dagangan yang paling minoritas diperdagangkan adalah buah-
buahan Jenis dagangan inipun hanya dijumpai di penggal Jalan dr Kariadi karena di
penggal jalan tersebut terdapat pintu masuk pengunjung rumah sakit Jenis barang
dagangan ini biasanya digunakan sebagai cangkingan atau oleh-oleh untuk membesuk
pasien Namun jenis dagang ini kurang diminati pedagang dikarenakan barangnya
yang mudah busuk tidak mempunyai tempat penyimpanan khusus seperti kulkas
relatif mahal karena rata-rata buah impor serta konsumennya relatif sedikit
Kekurangminatan pedagang untuk menjual jenis dagangan ini dapat dilihat dari
sedikitnya jumlah PKL yang menjual dagangan ini
Jenis barang dagangan lain yang banyak diperdagangkan adalah kelontong
karena berjualan bermacam-macam jenis barang dari rokok makanan kecil air
kemasan bahkan sampai barang kebutuhan mereka yang beraktivitas di kegiatan
41
utama yaitu rumah sakit seperti untuk kebutuhan penunggu pasien yaitu tikar kipas
termos untuk air panas dan jenis barang lainnya
Jenis dagangan yang lain merupakan jenis barang dagangan yang umum
diperdagangkan atau jenis barang dagangannya hampir ada setiap ruas jalan-jalan
besar lokasi PKL lainnya di kota besar yang kebanyakan termasuk dalam jenis barang
dagangan non makanan dan jasa pelayanan seperti warung telekomunikasi bensin
tambal ban voucher pulsa fotocopy Untuk jasa pelayanan fotocopy yang banyak
tersebar di kawasan tersebut terkait dengan adanya kegiatan utama berupa fasilitas
pendidikan seperti Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro akademi
keperawatan dan farmasi sedangkan untuk jenis dagangan umum lainnya terkait
adanya permukiman di sekitar lokasi tersebut Namun ada barang dagangan yang khas
yaitu nisan karena lokasi sekitar Rumah sakit dr Kariadi terdapat tempat pemakaman
umum yang cukup besar yaitu TPU Bergota
Jenis dagangan yang dijual dapat dikatakan tidak semata hanya melayani
untuk aktivitas yang terkait dengan Rumah Sakit dr Kariadi namun juga melayani
terhadap aktivitas lainnya disekitar Rumah Sakit dr Kariadi seperti fasilitas
pendidikan permukiman pemakaman serta perkantoran bahkan aktivitas transportasi
seperti kebutuhan supir angkutan umum dan supir taxi Untuk lebih jelas mengenai
perbandingan jumlah PKL menurut jenis barang dagangan di masing-masing penggal
jalan dapat dilihat pada gambar berikut ini
Gambar 36
Karakteristik Jenis Barang Dagangan Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
41
d Sarana Fisik Berdagang
Masing-masing lokasi memiliki jenis sarana berdagang mayoritas yang
berbeda-beda Pada penggal Jalan dr Kariadi mayoritas PKL di penggal jalan tersebut
menggunakan kios sebagai sarana berdagangnya Kios-kios tersebut awalnya
merupakan warung semi permanen yang disekat-sekat Namun seiring dengan
perkembangan waktu dan adanya praktek sewa tempat usaha maka warung tersebut
dibangun permanen oleh pemiliknya bahkan diantaranya ada yang dilengkapi dengan
kamar mandi serta ruang tidur Hal tersebut dikarenakan sebagian kios juga dijadikan
sebagai tempat tinggal pemiliknya Asal pedagang yang dari luar Kota Semarang serta
biaya yang mengontrak relatif mahal sehingga menjadikan kiosnya sebagai sarana
usaha serta tempat tinggal sekaligus Sarana dagang tersebut telah menyimpang dari
peraturan daerah tentang PKL Latar belakang pendidikan PKL yang sebagian rendah
kemungkinan menjadi penyebab kurangnya pemahaman pedagang terhadap produk
hukum tersebut atau memang mengerti namun sengaja dilanggar karena tidak adanya
upaya pemerintah untuk menertibkan sarana berdagang yang telah melanggar
peraturan tersebut Selain itu ketidaktergantungan PKL terhadap ketersediaan
prasarana penunjang menjadikan PKL dalam beraktivitas tidak mempertimbangkan
aspek tersebut
Selain kios sarana dagangan yang banyak diminati adalah gerobak tenda yaitu
sarana dagangan utamanya gerobak yang ditunjang dengan tenda yang biasanya untuk
tempat makan konsumen Sarana dagang ini dianggap praktis karena mudah
dibongkar pasang serta dipindahkan Terlebih sarana dagang ini sesuai dengan
himbauan pemerintah dalam Perda No 11 tahun 2000 yaitu sarana PKL adalah yang
mudah untuk dibongkar serta dipindahkan
Lain halnya dengan PKL di penggal Jalan dr Soetomo mereka lebih banyak
menggunakan gerobak Hal tersebut dikarenakan lokasi tersebut merupakan lokasi
larangan untuk PKL tapi mereka tetap bertahan di lokasi tersebut dengan alasan tidak
tersedia tempat lain yang strategis untuk berjualan Dengan menggunakan gerobak
memudahkan mereka untuk lari atau berpindah tempat jika ada penertiban oleh aparat
penegak tata tertib
Di penggal Jalan Veteran sama halnya dengan sarana fisik yang digunakan
berdagang oleh PKL di penggal Jalan dr Kariadi Mereka mayoritas menggunakan
41
sarana berdagang berupa kios Mereka menggunakan sarana fisik dagangan kios
permanen yang dianggap aman karena memperoleh izin tempat usaha dari pihak
terkait untuk berdagang Namun sarana dagang yang dibuat permanen tersebut tidak
sesuai dengan perda tentang PKL yang mengharuskan sarana dagang pedagang kaki
lima yang mudah dibongkar dan dipindah-pindah
Sarana fisik dagangan yang kurang diminati adalah mobil Walaupun cukup
fleksibel untuk berpindah-pindah namun biaya untuk operasional sehari-hari cukup
mahal seperti bahan bakar perawatan mobil ataupun untuk pengadaan unit mobil itu
sendiri Hanya terdapat satu PKL yang menggunakan sarana dagangan ini yaitu
berada di penggal Jalan dr Kariadi Namun karena pada waktu penyebaran kuesioner
pedagang ini tidak berada di lokasi maka tidak masuk menjadi responden
e Pola Layanan
Untuk pola pelayanan terdapat tiga aspek yang dibahas yaitu mengenai waktu
layanan
aktivitas PKL serta sifat layanan Berikut uraian dari analisis pola pelayanan tersebut
1 Waktu Layanan
Sesuai waktu aktivitas kegiatan utama yang rata-rata pagi hingga sore hari
seperti fasilitas pendidikan perkantoran serta jam berkunjung dan pemeriksaan rumah
sakit maka mayoritas PKL membuka usahanya pada waktu tersebut yaitu sekitar
pukul 0900 hingga pukul 1600 Namun khusus yang berada di penggal Jalan dr
Kariadi yaitu di sekitar pintu masuk dan lokasi larangan untuk PKL hanya
diperbolehkan untuk berjualan pada sore hingga malam hari yaitu biasanya mereka
membuka usahanya sekitar pukul 1600 hingga 0000 Terdapat beberapa PKL yang
waktu usahanya menyesuaikan dengan waktu pelayanan rumah sakit yang buka 24
jam atau sepanjang hari Hal tersebut dilakukan menangkap peluang menjajakan
barang dagangan untuk kebutuhan aktivis rumah sakit seperti penunggu pasien
pengunjung atau petugas piket atau jaga serta tidak menutup kemungkinan pembeli
dari pengendara yang lalu lalang atau supir transportasi umum
Hal tersebut juga berlaku di penggal jalan yang lain dimana mayoritas
membuka usahanya pada pagi hingga sore hari Hanya minoritas yang membuka
usaha pada sore hingga malam hari serta sepanjang hari Faktor lain yang dapat
mempengaruhi waktu aktivitas PKL selain menyesuaikan waktu aktivitas kegiatan
utama adalah kepemilikan usaha yang merupakan milik pribadi sehingga mereka
membuka usahanya sesuai keinginan mereka
41
Terdapat pula fenomena satu lokasi ditempati oleh dua PKL dengan waktu
layanan yang berbeda PKL yang beraktivitas pada pagi hingga sore mencoba
menagkap peluang dari kunjungan ke kegiatan utama seperti rumah sakit fasilitas
pendidikan perkantoran serta perdagangan informal dan tidak menutup orang yang
lalu lalang melewati jalan-jalan tersebut Lokasi yang dianggap strategis serta
berprospektif tersebut digunakan oleh PKL lain untuk berjualan di tempat yang sama
Hal tersebut dimanfaatkan PKL untuk menangkap peluang dari kegiatan rumah sakit
serta orang yang lalu lalang Selain itu juga menangkap konsumen dari penumpang
bus malam yang melewati Jalan dr Soetomo dimana di jalur tersebut terdapat halte
serta konsumen dari supir angkutan umum yang sedang istirahat sejenak Berikut
pemetaan PKL menurut waktu berdagangnya
Gambar 37Peta Sebaran Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Menurut Waktu Layanan
2 Sifat Layanan
Dari gambar di bawah ini dapat disimpulkan bahwa mayoritas PKL di sekitar
Rumah Sakit dr Kariadi memiliki sifat layanan menetap baik dari segi tempat
berdagangnya yang tetap serta waktu berdagangnya yang sama setiap harinya hal ini
nampak pada sarana fisik dagangan para PKL tersebut yang berupa kios yang
memang tidak bisa dipindah-pindah atau permanen Hanya 13 yang memiliki sifat
layanan semi menetap Berikut persentase PKL menurut sifat layanannya
41
Gambar 38Persentase Sifat Layanan Pedagang Kaki LimaDi Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Sifat layanan semi menetap biasanya PKL yang tempat usahanya yang
merupakan gabungan antara menetap dengan keliling yaitu pada awal waktu
berdagang pada lokasi yang sama tiap harinya namun jika belum habis dagangannya
mereka berkeliling serta jam berdagang yang tidak tetap tiap harinya terkadang hanya
sampai siang karena dagangannya habis Sisanya yang 2 berjualan secara
berkeliling yang diantaranya bertujuan untuk mendekati konsumen serta
memanfaatkan waktu-waktu puncak kegiatan utama rumah sakit seperti waktu
kunjungan menjenguk pasien
f Pola Penyebaran
Pola penyebaran PKL mayoritas mengikuti pola jalan yang ada yaitu linier
Mereka berjualan di bahu-bahu jalan bahkan ada yang berada di atas saluran drainase
Selain itu pola penyebaran tersebut terbentuk karena lokasi yang diperbolehkan untuk
PKL menempati trotoar trotoar sepanjang jalan yang secara otomatis membentuk
linier Alasan lainnya yang diungkapkan oleh pedagang adalah agar dagangannya
mudah dilihat oleh orang yang lalu lalang Namun terdapat beberapa PKL yang
berjualan secara aglomerasi dengan PKL yang berjualannya bergerombol di dekat
pintu masuk pengunjung Rumah Sakit dr Kariadi seperti yang dapat dijumpai di Jalan
dr Kariadi yaitu bergerombol di sekitar pintu masuk pengunjung rumah sakit serta di
Jalan dr Soetomo yang bergerombol di dekat pintu masuk UGD dan pintu masuk ke
Gedung Pavilliun Garuda Hal tersebut dimaksudkan untuk mendekati pengunjung
yang akan masuk ke rumah sakit Hanya sebagian kecil saja yang lokasinya berjauhan
dengan PKL lainnya atau menyebar untuk mengurangi persaingan dengan PKL
lainnya
41
g Kesimpulan Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar
Rumah Sakit dr Kariadi
Tempat usaha tidak terdapatnya tempat yang dikhususkan untuk PKL pemerintah
memfasilitasinya dengan memperbolehkan menempati ruang-ruang publik seperti
trotoar badan atau bahu jalan serta di atas saluran drainase melalui Perda no 11 tahun
2000 Namun hal ini dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan
serta visual kawasan dan tidak optimalnya ruang publik tersebut Mayoritas PKL di
kawasan tersebut telah mengantongi izin tempat usaha dari kelurahan selaku pihak
berwenang
Jenis barang dagangan karakteristik jenis barang dagangan PKL pada umumnya
mengikuti kebutuhan kegiatan utama yaitu aktivitas Rumah Sakit dr Kariadi dan
sekitarnya seperti fasilitas pendidikan perkantoran perdagangan informal
permukiman dan pemakaman Jenis barang dagangan yang mayoritas diperdagangkan
berupa makanan Jenis barang dagangan yang diperdagangkan adalah non makanan
buah-buahan jasa pelayanan serta kelontong Terkait dengan kegiatan utama terdapat
beberapa jeni barang dagangan yang spesifik seperti termos tikar kipas guna
memenuhi kebutuha penunggu pasien
Sarana fisik dagangan mayoritas berupa kios yang dibangun permanen serta
gerobak tenda Menggunakan kios dikarenakan lokasinya yang telah dilegalkan untuk
aktivitas PKL serta terkait pola layanan yang menetap serta pada waktu berdagang
yang tetap Sedangkan gerobak tenda banyak digunakan oleh pedagang makanan
dimana tendanya digunakan sebagai tempat untuk konsumen Untuk bangunan
permanen diantaranya digunakan sebagai tempat tinggal Ketidakketergantungan
PKL terhadap prasarana penunjang sehingga PKL tidak mempertimbangkan aspek
tersebut karena mereka dapat mengusahakan sendiri
Pola pelayanan dari segi waktunya mengikuti waktu aktivitas kegiatan utama yaitu
pagi hingga sore hari sekitar pukul 0900 ndash 1600 serta telah mendapat izin tempat
usaha dari pihak berwenang namun terdapat pula PKL yang beraktivitas sore hingga
malam hari yaitu pukul 1600 ndash 0000 serta sepanjang hari Sifat layanannya menetap
mengingat mayoritas bersarana fisik dagangan berupa kios serta waktu berdagang
yang relatif tetap
Pola penyebaran mayoritas secara linier yaitu mengikuti pola jalan karena lokasi
yang dilegalkan untuk PKL oleh pemerintah menempati ruang-ruang publik seperti
trotoar di atas saluran drainase dan bahu jalan yang notabene mengikuti pola jalan
41
Selain itu terdapat sebagian beraglomerasi di sekitar pintu masuk rumah sakit yang
bertujuan untuk mendekati konsumen dan sisanya menyebar agar mengurangi
saingan
ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun
menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan
Samanhudi dengan kawasan PKL lain
ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL
ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun
dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja
namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang
namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan
ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa
jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan
harga antara pedagang formal dan PKL
ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan
pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak
penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi
antar pihak
ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai
dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan
perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang
informal
ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan
persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL
ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan
dalih keamanan
ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan
pejalan kaki dan pengendara kendaraan
ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki
ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL
ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan
ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa
harus saling menumpuk
41
ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak
Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini menjadi
jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen
41
Pengelolaan PKL
Pengelolaan PKL di Bundaran
Simpang Lima
Lima Semarang
Pengelolaan PKL di
Kabupaten Jember
Pengelolaan PKL di Kawasan Sekitar Rumah
Sakit dr Kariadi Semarang
Mengakui keberadaan PKL dengan
menuangkannya di dalam produk-
produk tata ruang
Penegakan peraturan
perundagangan yang terkait
dengan PKL
Menjalin kerjasama dengan sektor
formal dalam menyediakan ruang
bagi PKL
Menyediakan ruang perkotaan
yang dikhususkan bagi sektor
informal
Peningkatan citra PKL
Pengakuan terhadap eksistensi PKL
Control terhadap dana bantuan
Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo
Penindakan tegas kepada oknum yang
melakukan perampasan hak pada PKL
dengan dalih keamanan
Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk
menampung aktivitas PKL dan pejalan
kaki
Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan
jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir yang tepat
Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal
Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan
jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir
Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL
dan konsumen yang aman dari gangguan
pejalan kaki dan pengendara kendaraan
41
36 Temuan Studi
Temuan studi ini dimana akan menjawab sasaran yang disesuaikan dari contoh kasus yang ada di Indonesia Berikut adalah tabel matrik temuan
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
Mengetahui
permasalahan
PKL di jalur
pejalan kaki
Keberadaan sektor PKL yang menempati ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima memakai separuh lebih lebar trotoar bahkan seringkali tidak menyisakan sedikit pun ruang untuk pejalan kaki Ruang-ruang trotoar menjadi tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya sebagai ruang pemisah antara ruang yang digunakan untuk sirkulasi pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan Ruang-ruang trotoar tersebut banyak yang beralih fungsi menjadi lokasi berdagang PKL
Peralihan fungsi trotoar ini menyebabkan terganggunya aktivitas pejalan kaki sehingga pejalan terpaksa harus menggunakan jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk berjalan guna menghindari berbagai hambatan di atas trotoar Hal ini menyebabkan pejalan kaki terpaksa harus berhati-hati jika melangkah terkadang juga harus mengalah berjalan pada ruang-ruang jalur lambat dan sebagian badan jalan Kondisi ini sangat tidak aman dan
Masalah yang utama itu dari setiap
pedagang kaki lima di Jalur Pejalan Kaki
di Jalan Samanhudi Jember yaitu
Penggusuran Para PKL liar yang tidak
memiliki TDU(Tanda Daftar Usaha)
mereka biasanya akan di gusur dengan
peringatan yang di berikan sampai di
laksanakan penggusuran paksa padahal
Pedagang kaki lima merupakan salah satu
solusi akan masalah tingginya angka
pengangguran dan sedikitnya lapangan
kerja bagi masyarakat berpendidikan
rendah seperti mereka Pemerintah dalam
hal ini tidak dapat menyediakan lahan
pengganti bagi mereka untuk melanjutkan
usaha mereka jika pun ada pemerintah
menyediakan lahan-lahan yang letaknya
kurang strategis yang secara pasti
menurunkan dan mematikan pendapatan
yang mereka dapatkan dan akhirnya
Legalitas lokasi aktivitas
PKL yang biasanya ditempatkan
di dalam ruang publik seperti di
atas trotoar di atas saluran
drainase taman dan ruang publik
lainnya patut dipertanyakan
karena ketidakberdayaannya
peraturan tersebut dalam
menangani PKL Sebagai contoh
di sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi legalitas lokasi untuk
aktivitas PKL yang linier di
sepanjang jalan yang bertempat di
atas drainase Dalam aspek
apapun hal tersebut tidak dapat
dilegalkan terlebih tidak ada
penjelasan mengenai luasan atau
desain yang diperbolehkan PKL
untuk menggelar dasaran pada
dimensi saluran drainase yang
PKL yang menempati
ruang-ruang trotoar
menyebabkan
terganggunya aktivitas
pejalan kaki
Pemerintah tidak dapat
menyediakan lahan
pengganti
Legalitas lokasi aktivitas
PKL yang biasanya
ditempatkan di dalam
ruang publik seperti di atas
trotoar di atas saluran
drainase taman dan ruang
publik patut
dipertanyakan
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
nyaman bagi pejalan kaki ataupun bagi pengendara kendaraan bermotor karena mengganggu arus lalu lintas dan membahayakan keselamatan jiwa mereka hal seperti ini dapat kita lihat di depan dan di samping Masjid Baiturrahman di depan Citraland Mall di depan dan di samping Plasa Simpang Lima di depan dan di samping Kompleks Pertokoan Simpang Lima di depan dan di samping Ramayana Super Center di depan dan di samping SMKN 7 SemarangKantor Telkom dan di depan Gajahmada Plaza
Pemilihan lokasi PKL dipengaruhi oleh kecenderungan aktivitas PKL yang selalu menentukan lokasi mendekati pusat-pusat keramaian atau pusat-pusat perdagangan dan jasa dan lokasi-lokasi yang sering dikunjungi oleh orang banyak dalam kurun waktu tertentu secara periodik dan menerus Alasan inilah yang kemudian mendasari penentuan lokasi PKL Kawasan Bundaran Simpang Lima untuk berjualan di trotoar karena ruang-ruang jalur pedestrian inilah yang
mereka harus gulung tikar dan menjadi
pengangguran yang semakin menambah
permasalahan di Indonesia Pemerintah
harus mencari cara dan tempat yang baik
untuk mereka berdagang ditengah modal
mereka yang kecil agar di sisi lain semua
para pedagang kaki lima tidak hilang
lapangan kerjanya dan bias melanjutkan
kelangsungan hidupnya
ada Selain itu PKL juga
menempati trotoar yang
mengakibatkan bertambahnya
permasalahan yang terdapat di
lokasi tersebut Imbas secara
langsung dirasakan oleh
pengguna trotoar yaitu pedestrian
ketidaknyamanan bahkan tidak
adanya lagi ruang untuk berjalan
di atas trotoar acapkali menjadi
konsekuensi pedestrian yang
trotoarnya diserobot PKL
Aglomerasi aktivitas PKL yang
berlokasi di sekitar pintu masuk
pengunjung Rumah Sakit dr
Kariadi menyebabkan
penumpukan aktivitas seperti
aktivitas keluar masuk
pengunjung aktivitas jual beli
antara PKL dengan konsumen
lalu lintas kendaraan yang sedang
melewati Jalan dr Kariadi serta
angkutan umum yang sedang
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
dianggap sebagai lokasi yang ramai dikunjungi oleh pejalan kaki yang melakukan pergerakan dalam mencapai tempat tujuan perjalanannya Begitu juga dengan ruang Lapangan Pancasila karena selalu ramai dikunjungi pada hari-hari libur dengan rata-rata pengunjung mencapai 51 ndash 100 oranghari dikarenakan kedudukannya sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya
berhenti mencari penumpang
Sekali lagi permasalahan tersebut
disikapi oleh pemerintah dengan
penertiban dan penggusuran yang
hampir tidak pernah berakhir
manis
Mengetahui
peranan PKL
Kehadiran PKL di Kawasan
Bundaran Simpang Lima juga mampu
menciptakan kehidupan yang menerus
sehingga terhindar dari kematian
kawasan pada saat tertentu akan tetapi
di sisi lain kehadiran PKL
menyebabkan ketidakteraturan
kekumuhan dan kualitas fisik yang
buruk sehingga merusak wajah kota
Selain itu PKL yang berjualan di
Lapangan Pancasila pada malam hari
dengan kehidupan malam dan wanita-
wanita penghibur yang berdandan tebal
Tempat pedagang kaki lima bagi
Masyarakat dijalan Samanhudi Jember
sangat penting sebagai penyedia kebutuhan
yang dibutuhkan oleh Masyarakat Jember
Pedangan kaki lima sangat mempengaruhi
pola pasar dan sosial di Jember khususnya
didaerah Jalan Samanhudi Dalam bidang
perekonomian pedagang kaki lima hanya
berpengaruh sebagai produsen yang
penting bagi Masyarakat Jember
mengingat akan Meningkatnya jumlah
Penduduk Mereka cenderung lebih
memilih membeli pada pedagang kaki lima
Usaha PKL yang terus
berkembang pesat menarik PKL
untuk mempekerjakan karyawan
selain tenaga yang dibutuhkan
memang tidak bisa dikerjakan
sendiri terdapat pula pemilik
modal yang menyewa tempat
usaha namun dijadikan usaha
sampingan sehingga tidak
mengelola secara langsung
usahanya namun dengan
mempekerjakan karyawan PKL
yang statusnya sebagai karyawan
Pedangan kaki lima sangat
mempengaruhi pola pasar
dan sosial
harga yang PKL tawarkan
lebih murah dibandingkan
dengan harga di mall
grosir maupun indogrosir
sebagai salah satu
alternatif lapangan
pekerjaan bagi masyarakat
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
menciptakan kesan negatif dan
memperburuk citra kawasan
daripada membeli di supermarket yang
sudah merajalela di kota Jember pada saat
ini mall atau grosir maupun indogrosir
yang banyak tersebar di kota Jember
dikarenakan harga yang mereka tawarkan
lebih murah
sebanyak 10 dimana karyawan
tersebut memanfaatkan PKL
sebagai lapangan pekerjaan
Sehingga bekerja sebagai
karyawan PKL dapat dikatakan
sebagai salah satu alternatif
lapangan pekerjaan bagi
masyarakat
Mengetahui
pola aktivitas
PKL dijalur
pejalan kaki
Aktivitas PKL sendiri
memiliki kecenderungan untuk
menempati ruang ruang antar aktivitas
yang selalu ramai dilewatidikunjungi
oleh banyak orang dalam melakukan
pergerakan perpindahan dari aktivitas
satu ke aktivitas yang lain atau dari
bangunan perdagangan modern satu ke
bangunan perdagangan modern yang
lain secara periodik dalam rentang
waktu tertentu sehingga kemudian
pilihan ini jatuh kepada jalur-jalur
pedestrian yang notabene merupakan
ruang-ruang terbuka publik yang
PKL berdagang dengan menempati
tempat yang tetap dan tidak berpindah-
pindah
Modal dan aset sebagian besar adalah
milik sendiri
Berdagang di Samanhudi merupakan
usaha utama
Alat peraga PKL pada kawasan ini
dapat dibedakan menjadi
ndashAlat peraga semi permanen dari kayu
dan tenda yang bersifat menetap
ndashAlat peraga dengan bangku meja dan
tenda sekaligus sebagai tempat tinggal
ndashAlat peraga beroda namun menetap
Pola Aktivitas pelayanan PKL di
kawasan sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi pada umumnya melayani
pengunjung rumah sakit namun
tidak menutup kemungkinan
konsumennya adalah pengendara
atau orang yang sedang melintasi
jalan tersebut tanpa bermaksud
untuk masuk ke rumah sakit
Selain itu konsumen
yang berasal dari sekitar lokasi
PKL seperti penduduk
permukiman di sekitarnya
pekerja yang bekerja di sektor
Aktivitas PKL memiliki
kecenderungan untuk
menempati ruang ruang
antar aktivitas yang selalu
ramai dilewatidikunjungi
oleh banyak orang dalam
melakukan pergerakan
perpindahan dari aktivitas
satu ke aktivitas yang lain
atau dari bangunan
perdagangan modern satu
ke bangunan perdagangan
modern
Saat berjualan alat peraga
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
seyogyanya digunakan oleh pejalan
kaki Keberadaan ruang trotoar yang
semakin sempit oleh penggunaan ruang
PKL membuat pejalan kaki
menjatuhkan pilihan untuk melakukan
perjalanan pada ruang-ruang seperti
jalur lambat dan sebagian badan jalan
sehingga mengurangi keamanan jiwa
dan kenyamanan pejalan kaki sendiri
serta pengguna jalan yang lain
(pengendara)
Kegiatan-kegiatan yang
dilakukan oleh pejalan kaki pada
ruang-ruang jalur pedestrian atau
trotoar di Kawasan Bundaran Simpang
Lima adalah kegiatan berjalan dan
berbelanja Sebagian dari pejalan kaki
hanya berjalan melintasi trotoar untuk
menuju lokasi tujuannya akan tetapi
ada pula sebagian dari pejalan kaki
yang berjalan sambil melihat-lihat
bahkan ada yang berbelanja pada PKL
ndashAlat peraga beroda namun menetap
dengan bangku dan meja
ndashHanya berupa matras sebagai alas
dagangan yang dapat berpindah
sewaktu-waktu
Alat peraga yang dipakai untuk usaha
tidak seragam dan tidak menggunakan
desain yang baik sehingga terkesan
kumuh kurang bersih dan sangat
mengganggu wajah kota dan menutup
fasade bangunan di belakangnya
Saat berjualan alat peraga kios
sebagian besar menempati badan jalan
dan trotoar
Saat tidak berjualan alat peraga kios
sebagian besar tetap di lokasi jualan
lama berjualan di Samanhudi sebagian
besar antara 6 ndash10 tahun
Terbanyak dari pedagang belum
pernah bekerja di sektor lain dan dari
semula telah menjadi PKL di
Samanhudidi bandingkan denga harga
yang ada di mall Pedagang
lain sehingga tidak ada batasan
pasti mengenai pola pelayanan
para PKL tersebut
Waktu beraktivitas para
PKL umumnya terbagi menjadi
dua sesi PKL yang pertama
adalah pedagang yang aktivitas
berdagangnya pada pagi hingga
siang hari Pedagang yang kedua
merupakan pedagang yang
mempunyai waktu layanan pada
sore hingga malam hari Namun
tidak menutup kemungkinan
terdapat beberapa PKL yang
berdagang dari pagi hingga
malam hari bahkan buka nonstop
mengingat rumah sakit
beraktivitas selama sehari penuh
sehingga mereka mengikuti
aktivitas sektor formal yang ada
di sekitarnya
Waktu berdagang
tersebut juga disesuaikan dengan
kios sebagian besar
menempati badan jalan
dan trotoar
Waktu beraktivitas para
PKL umumnya terbagi
menjadi dua sesi PKL
yang pertama adalah
pedagang yang aktivitas
berdagangnya pada pagi
hingga siang hari
Pedagang yang kedua
merupakan pedagang yang
mempunyai waktu layanan
pada sore hingga malam
hari Namun tidak
menutup kemungkinan
terdapat beberapa PKL
yang berdagang dari pagi
hingga malam hari bahkan
buka nonstop
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
izin usaha yang diberlakukan oleh
petugas kelurahan sebagai pihak
yang berwenang menangani PKL
Untuk lokasi yang dilarang untuk
PKL oleh PKL tetap digunakan
sebagai lokasi untuk berdagang
dengan waktu berdagang setelah
jam kerja yaitu sore hingga
malam hari
Mengetahui
Pengelolaan
PKL di jalur
pejalan kaki
dalam perkembangannya
pemerintah mengeluarkan SK
Walikota Kota Semarang No 511316
tahun 2001 tentang Penetapan Lahan
yang mengatur tentang lokasi-lokasi
dan waktu aktivitas PKL yang
diperbolehkan oleh pemerintah pada
Kawasan Bundaran Simpang Lima
agar tetap terjaga kerapihan dan
estetikakeindahan wajah kawasannya
yaitu PKL yang berjualan di depan
Kompleks Pertokoan Simpang Lima
depan Ramayana SC depan Kantor
Adanya pengakuan resmi dari
pemerintah terhadap PKL Samanhudi
sebagai salah satu sector ekonomi di
kawasan studi melalui surat keputusan
resmi Surat keputusan ini sekaligus
mengatur hak kewajiban dan
tanggung jawab PKL sebagai
kompensasi perubahan status yang
telah diberikan oleh pemerintah
Pedagang kaki lima perlu untuk
mendapatkan pembinaan dari
pemerintah Kabupaten Jember untuk
meningkatkan kemampuan wirausaha
Pemerintah Kota Semarang
berwenang dalam mengatur
keberadaan PKL di ruang Kota
Semarang seperti yang terdapat di
kawasan sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi dengan bentuk
pengelolaan lokasional (stabilitas
atau pengaturan) dan struktural
(perijinan) Dalam pengaturan
tersebut Pemerintah Kota
Semarang menggunakan dasar
hukum berupa Undang-Undang
Peraturan Pemerintah Peraturan
mengatur tentang lokasi-
lokasi dan waktu aktivitas
PKL yang diperbolehkan
oleh pemerintah agar tetap
terjaga kerapihan dan
estetikakeindahan wajah
kawasannya
Pedagang kaki lima perlu
untuk mendapatkan
pembinaan
Pedestrian dirancang ulang
dengan dilebarkan hingga
area parkiran street
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
TelkomSMKN 7 Semarang depan
Gajahmada Plaza dan depan Masjid
Baiturrahman boleh berjualan dari
pukul 1600 ndash 0400 WIB (khusus pada
Hari Minggu PKL diijinkan untuk
berjualan mulai pukul 0600 ndash 0800
WIB) menempati ruang trotoar dengan
luas areal 4 x 6 meter
Sampai dengan tahun 2008
PKL di Kawasan Bundaran Simpang
Lima mencapai 1536 pedagang dan
ada kecenderungan akan terus
meningkat dari tahun ke tahun (lihat
Tabel III4) Kecenderungan lokasi
PKL pada masa-masa yang akan
datang mengikuti kecenderungan dari
perkembangan aktivitas formal
kawasan yang ada demikian juga
kecenderungan waktu berdagangnya
Melihat kecenderungan aktivitas PKL
kawasan maka SK Walikota Kota
Semarang No 511316 tahun 2001
sudah tidak relevan lagi dan perlu
dan peningkatan kualitas barang
dagang dan pelayanan terhadap
pembeli konsumen sehingga bias
meningkatkan pendapatan dan
aktivitas pedagang kaki lima dapat
member nilai tambah serta dapat
memberkan peluang kerja yang dapat
mengurangi tingkat pengangguran di
Kabupaten Jember Bentuk pembinaan
berupa penyuluhan yang diberikan
berkala secara rutin Program
pembinaan diadakan oleh pemerintah
Paguyuban Samanhudi merupakan
Kelembagaan yang memiliki
kewenangan atau keterikatan dengan
pengelolaan dan pembinaan Pedagang
Kaki Lima KoridorJalan
SamanhudiPaguyuban ini
beranggotakan wakil PKL wakil
pedagang formal wakil pemerintah
dari dinas Kebersihan dan
Pertamanan Dinas Polisi Pamong
Praja Dinas Pariwisata Dinas
Daerah dan Surat Keputusan
Walikota Adapun dasar hukum
yang mengatur secara jelas
mengenai aktivitas PKL di Kota
Semarang yang berlaku saat ini
diantaranya adalah sebagai
berikut
1048707 Peraturan Daerah No 11 Tahun
2000 tentang Pengaturan dan
Pembinaan PKL Perda ini
menjelaskan tentang pengaturan
dan pembinaan PKL di Kota
Semarang seperti pengaturan
tempat usaha hak kewajiban dan
larangan untuk PKL Dalam
kaitannya dengan karakteristik
berlokasi aktivitas PKL
dijelaskan dalam Perda ini yang
terdapat dalam pasal 3 yaitu
penempatan lokasi kegiatan PKL
diatur dengan mempertimbangkan
tempat kepentingan untuk umum
lainnya seperti kepentingan untuk
sehingga jalur aktif
kendaraan tidak
mengalami penyempitan
mengatur keberadaan PKL
di ruang Kota dengan
bentuk pengelolaan
lokasional (stabilitas atau
pengaturan) dan struktural
(perijinan)
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
ditinjau kembali sesuai dengan
kecenderungan dan kebutuhan yang
ada di lapangan
Pendapatan dan Dinas LPMK
Kabupaten Jemberserta pihak
penengah selaku penasehat dan pihak
netral yang diwakili oleh pakar PKL
dari universitas tokoh masyarakat dan
pakar PKL lainnya
Penerapan tema khusus pada penataan
PKL kawasan studi agar mempunyai
cirri khas dan dapat mengangkat citra
kawasan dan meningkatkan daya tarik
kawasan Contoh produk khas
jember yang dapat diangkat sebagai
tema adalah tembakau rookk dan
cerutu mengingat Jember sebagai
penghasil tembakau terbesar di Jawa
Kegiatan khas Jember yang dapat
diangkat sebagai tema yaitu Jember
Fashion Carnaval Penerapan tema
dapat diaplikasikan pada sarana usaha
PKL finishing pedestrian perabot
kota dan elemen pendukung lainnya
Pedestrian dirancang ulang dengan
pejalan dan untuk sirkulasi
kendaraan Untuk lebih jelas
mengenai detail isi perda tersebut
dapat dilihat pada Lampiran F
1048707 Surat Keputusan Walikota
Semarang No 51136 Tahun
2001 tentang lokasi PKL di Kota
Semarang dimana di dalamnya
diantaranya mengatur luas area
batas pemakaian area waktu
aktivitas dan tempat aktivitas
PKL Ruas kanan Jalan dr
Kariadi dari arah Jalan Veteran
merupakan lokasi yang
diperbolehkan untuk aktivitas
PKL Lokasi tersebut menempati
trotoar serta bangunan berupa
semi permanen Untuk lebih jelas
mengenai detail isi SK tersebut
dapat dilihat pada Lampiran F
1048707 Perda No 6 Tahun 2004
tentang Rencana Detail Tata
Ruang Kota Semarang Bagian
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
dilebarkan hingga area parkiran street
sehingga jalur aktif kendaraan tidak
mengalami penyempitan Diberikan
perbedaan yang tegas antara ruang
PKL dan ruang pejalan kaki dan jalur
kendaraan berupa perbedaan tinggi
lantaiSehingga dikemudian hari kios
PKL tidak melebar ke segala sisi
Wilayah Kota (BWK) I
(Kecamatan Semarang Tengah
Semarang Timur dan Semarang
Selatan Tahun 2000-2010 Perda
tersebut menjelaskan mengenai
fungsi serta peran BWK I yang
terkait dengan sektor formal di
wilayah tersebut yaitu penjelasan
mengenai fasilitas kesehatan yang
berada khususnya di Kelurahan
Randusari Selain itu dijelaskan
pula kelas Jalan dr Kariadi Jalan
dr Soetomo dan Jalan Veteran
serta jalur transportasi yang
melaluinya
41
strategis karena terletak pada tengah-tengah kawasan pusat kota yang dilalui oleh lima
ruas jalan kawasan yang bermuara pada lapangan dan aksesibilitasnya yang tinggi
sehingga mudah dicapai dari segala penjuru kota dan sekitarnya baik menggunakan
moda angkutan pribadi maupun umum
Adapun waktu berjualan PKL tengah lapangan ini juga kurang lebih sama dengan
PKL yang berjualan di trotoar Lapangan Pancasila yaitu pada hari liburMinggu pagi
dari pukul 0600 ndash 0900 WIB Adapun pengaturan waktu berdagang aktivitas PKL yang
menempati ruang tengah Lapangan Pancasila ini kurang lebih sama dengan pengaturan
waktu berdagang PKL yang berjualan pada tepi lapangan
Penyebaran aktivitas PKL yang berjualan di ruang tengah Lapangan Pancasila ini
memiliki kecenderungan yang mengelompok berdasarkan jenis-jenis barang yang
diperdagangkannya Semisal pedagang pakaian akan mengelompok dengan sesama
pedagang pakaian pedagang makanan akan mengelompok dengan sesama pedagang
makanan dan lain sebagainya untuk lebih mempermudah pembeli dalam memilih
barang dagangan yang ditawarkan dengan banyaknya variasi pilihan barang yang
disuguhkan
Sumber Hasil Analisis Dini Tri Haryanti ST 2008
Gambar 31Ruang Aktivitas Sektor Informal Kawasan
Orientasi aktivitas PKL yang semakin menjauh dari Kawasan Bundaran Simpang
Lima berpengaruh pada intensitas jumlah PKL kawasan Jumlah aktivitas PKL kawasan
memiliki kecenderungan akan semakin berkurang karena semakin keluarmenjauh dari
kawasan studi yang identik disebut dengan kawasan pusat kota ini karena merupakan
kawasan-kawasan yang terkonsentrasi atau didominasi oleh aktivitas-aktivitas
perkantoran pendidikan dan pemerintahan
41
Semakin berorientasi ke arah Jalan Pahlawan suasana kawasan akan lebih didominasi
oleh suasana aktivitas pemerintahan dengan bangunan gedung berlian sebagai ciri khas
koridor jalan yang berdinding masif Semakin berorientasi ke arah Jalan Pandanaran
Achmad Yani dan KH Achmad Dahlan suasana kawasan akan banyak didominasi oleh
akivitas-aktivitas perkantoran Semakin berorientasi ke arah Jalan Gajahmada suasana
kawasan didominasi oleh aktivitas-aktivitas perkantoran dan pendidikan Nuansa
kawasan yang ditimbulkan oleh bangkitan dan tarikan aktivitas-aktivitas pemerintahan
pendidikan dan perkantoran ini tentu berbeda dengan nuansa kawasan yang banyak
dipengaruhi oleh bangkitan dan tarikan yang ditimbulkan oleh aktivitas perdagangan dan
jasa kawasan Penggunaan ruang untuk aktivitas yang berbeda-beda di Kawasan
Bundaran Simpang Lima mampu menciptakan nuansa yang berbeda-beda pula
Keberadaan aktivitas perdagangan dan jasa yang terjadi terbukti telah mampu
memberikan kehidupan yang menerus pada kawasan studi seiring dengan perkembangan
aktivitas sektor informal kawasan (PKL) yang hidup sepanjang waktu
Lain halnya dengan keberadaan aktivitas-aktivitas lain yang bersifat formal seperti
perkantoran pendidikan olahraga serta perdagangan dan jasa formal yang hidup pada
waktu-waktu tertentu saja Aktivitas perkantoran hanya hidup dari pagi sampai dengan
jam kantor selesai yang biasanya berlangsung dari pukul 0800 ndash 1700 WIB Aktivitas
olahraga juga biasanya berlangsung di pagi hari (0500 ndash 0900 WIB) atau sore hari saja
(1500 ndash 1800 WIB) Demikian halnya dengan aktivitas pendidikan yang hidup mulai
dari pagi sampai dengan jam pulang sekolah tiba (0700 ndash 1400 WIB) Selebihnya
aktivitas-aktivitas ini akan mati tanpa kegiatan-kegiatan perkantoran olahraga dan
proses belajarmengajar Secara informal aktivitas PKL yang menempati ruang-ruang
trotoar kawasan ruang trotoar dan tengah Lapangan Pancasila yang notabene merupakan
ruang-ruang terbuka publik kawasan yang seyogyanya merupakan ruang-ruang yang
terbuka untuk umum dan masyarakat dapat dengan bebas mengakses ruangruang ini
memiliki karakteristik yang sama yaitu menempati lokasi-lokasi dengan tingkat
aglomerasi pengunjung kawasan yang tinggi atau ramai dikunjungi oleh orang dalam
jumlah yang banyak dalam kurun waktu tertentu secara periodic yang melakukan
kegiatan bersama-sama
Adapun penyebaran masing-masing aktivitas PKL kawasan studi ini
ditentukandibentuk oleh bentukan ruang yang ditempatinya Aktivitas PKL yang
menempati ruang-ruang trotoar memiliki penyebaran yang memanjang secara linier pada
ruang-ruang jalur sirkulasi pedestrian karena dipengaruhi oleh bentukan ruang jalur
41
sirkulasi pejalan kaki yang memanjang mengikuti jalur sirkulasi utama kawasan dengan
display barang dagangan yang ditata berderet secara memanjang pula (sedangkan khusus
untuk PKL yang berjualan pada ruang trotoar di tepi Lapangan Pancasila display barang
dagangan ditata sedemikian rupa secara berderet memanjang dan berhadap-hadapan)
sedangkan aktivitas PKL yang menempati tengah Lapangan Pancasila memiliki
penyebaran yang mengelompok karena memiliki bentukan ruang yang lebih leluasa
dalam pergerakan sesuai dengan karakter ruang sebagai satu-satunya ruang terbuka
publik yang luas di Kota Semarang dengan display barang dagangan yang ditata
sedemukian rupa secara berkelompok berdasarkan jenis-jenis barang dagangannya
dengan maksud untuk mempermudah pembeli memilih jenis barang yang diinginkan
dengan memberikan lebih banyak variasi barang dari beberapa pedagang yang sejenis
Sedangkan perkembangan aktivitas PKL Kawasan Bundaran Simpang Lima
dipengaruhi oleh perkembangan aktivitas perdagangan dan jasa kawasan sebagai
aktivitas yang mendominasi kawasan pusat kota dan kecenderungan aktivitas PKL
memilih lokasi-lokasi dengan karakter ruang sebagai ruang yang memiliki akumulasi
orang dalam jumlah yang banyak pada jangka waktu tertentu secara periodik berada
pada pusat-pusat kegiatanwadah aktivitas-aktivitas kota sehingga sering dikunjungi
warga masyarakat dalam jumlah besar dan memiliki lokasi yang strategis dengan
aksesibilitas yang tinggi sehingga memudahkan pencapaian calon pembeli meski
dilakukan dalam ruang yang relatif sempit dan umumnya tidak memerlukan ketersediaan
adanya fasilitas-fasilitas pelayanan umum
2 Analisis Ruang Jalur Sirkulasi Pedestrian Kawasan
Kawasan Bundaran Simpang Lima memiliki lokasi yang strategis sebagai simpul
pergerakan dari lima ruas jalan yang terdiri atas Jalan Pandanaran Gajahmada KH Achmad
Dahlan Ahmad Yani dan Pahlawan yang bermuara pada sirkulasi di Jalan Simpang Lima
yang mengelilingi Lapangan Pancasila membentuk loop dan menjadi penghubung antara
rdquokota atasrdquo dan rdquokota bawahrdquo Semarang Secara ekonomi maupun transportasi kawasan ini
mempunyai kemampuan berkembang dengan sangat cepat Intensitas lalu-lintas dan volume
kendaraan di kawasan ini tergolong tinggi mengingat aksesibilitasnya yang tinggi pula
dikarenakan pencapaiannya yang mudah dari segala penjuru kawasan dengan moda
kendaraan pribadi maupun umum yang melintasi maupun bertujuan ke kawasan ini (dari data
yang ada menunjukkan volume kendaraan yang bergerak mencapai 17051 buah)
Pembahasan mengenai ruang sirkulasi kawasan ini akan lebih ditekankan pada ruang-
ruang sirkulasi untuk manusiapejalan kaki sebagai ruang terbuka publik kawasan Perilaku
41
pejalan kaki pada ruang-ruang terbuka Kawasan Bundaran Simpang Lima identik selalu
berjalan secara berpasangan atau lebih (berkelompok) memilih jalur dengan jarak terpendek
dan yang dianggap paling nyaman Pergerakan antarbangunan tertinggi pada kawasan adalah
dari Citraland Mall ke Plasa Simpang Lima dan sebaliknya (852 dan 708 pejalan pada jam
puncak sabtu malam) Hal ini menunjukkan bahwa pergerakan pejalan kaki banyak
dipengaruhi oleh bangkitan dan tarikan dari fungsi perdagangan dan jasa di sekitar kawasan
Penyediaan ruang terbuka publik untuk pejalan kakijalur pedestrian di Kawasan
Bundaran Simpang Lima diwujudkan dalam bentuk ruang-ruang trotoar pada muka bangunan
dengan teknik segregasi yang terpisah dari jalur sirkulasi kendaraan dengan tujuan untuk
memberikan arah yang jelas dan menggunakan perkerasan berupa paving Ruang-ruang
trotoar yang dibangun memanjang mengikuti jalurkoridor-koridor jalan pada kawasan studi
dibangun dengan permukaan yang naik-turun dan terputus-putus demi menghormati jalan
masuk kendaraan adalah salah satu bukti betapa perencanaan dan pembangunan yang
dilakukan di Kota Semarang lebih mengutamakan sirkulasi kendaraan dan bukan manusia
Menurut fungsinya adanya kecenderungan sirkulasi kawasan yang berorientasi pada
kendaraan ini seiring dengan munculnya fenomena pergeseran fungsi ruang pejalan kaki
kawasan studi yang merupakan ruang terbuka public menjadi ruang-ruang privat untuk
berjualan PKL yang mengakibatkan keberadaan hak pejalan kaki atas ruang terbuka publik
kawasan yang sehat dan layak secara fisik sering kali terabaikan Hal ini mengakibatkan
semakin sempitnya ruangruang terbuka publik yang manusiawi pada koridor-koridor kelima
ruas jalan dan potensi interaksi sosial pada ruang terbuka publik tersebut pun akan semakin
berkurang
Aktivitas PKL sendiri memiliki kecenderungan untuk menempati ruang ruang antar
aktivitas yang selalu ramai dilewatidikunjungi oleh banyak orang dalam melakukan
pergerakan perpindahan dari aktivitas satu ke aktivitas yang lain atau dari bangunan
perdagangan modern satu ke bangunan perdagangan modern yang lain secara periodik dalam
rentang waktu tertentu sehingga kemudian pilihan ini jatuh kepada jalur-jalur pedestrian
yang notabene merupakan ruang-ruang terbuka publik yang seyogyanya digunakan oleh
pejalan kaki Keberadaan ruang trotoar yang semakin sempit oleh penggunaan ruang PKL
membuat pejalan kaki menjatuhkan pilihan untuk melakukan perjalanan pada ruang-ruang
seperti jalur lambat dan sebagian badan jalan sehingga mengurangi keamanan jiwa dan
kenyamanan pejalan kaki sendiri serta pengguna jalan yang lain (pengendara)
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh pejalan kaki pada ruang-ruang jalur pedestrian
atau trotoar di Kawasan Bundaran Simpang Lima adalah kegiatan berjalan dan berbelanja
41
Sebagian dari pejalan kaki hanya berjalan melintasi trotoar untuk menuju lokasi tujuannya
akan tetapi ada pula sebagian dari pejalan kaki yang berjalan sambil melihat-lihat bahkan ada
yang berbelanja pada PKL
Pejalan kaki di Kawasan Simpang Lima umumnya berjalan secara berombongan
antara 2 ndash 5 orang yang didominasi oleh jenis kelamin perempuan (51) yang memiliki
tujuan untuk rekreasi dan olah raga (33) atau berbelanja (29) dengan usia rata-rata 0 ndash 25
tahun (67) dengan profesi sebagai mahasiswapelajar (31) dan karyawan (25)
Hal tersebut menunjukkan bahwa pengunjung kawasan didominasi oleh anak-anak
muda kaum perempuan karena sebagian besar kaum perempuan inilah yang gemar dengan
aktivitas berlanja sebab kawasan studi didominasi oleh aktivitas perdagangan dan jasa
Pengunjung kawasan identik dengan pengguna ruang terbuka publik kawasan yang
didominasi oleh kaum perempuan dengan usia berkisar antara 0 ndash 25 tahun dengan profesi
sebagai pelajarmahasiswa dan karyawan dengan tujuan untuk melakukan kegiatan
rekreasiolahraga dan berbelanja karena kaum perempuan ini lah yang memiliki sifat dasar
senang berbelanja Usia rata-rata pengunjung yang masih muda dengan profesi pelajar
mahasiswa dan karyawan menunjukkan bahwa pada usia-usia inilah orang relative
membutuhkan rekreasihiburan dan olah raga
Arah pergerakan pejalan kaki pada ruang-ruang terbuka publik kawasan dipengaruhi oleh
tujuannya pada kawasan studi arah pergerakan tersebut adalah
a Tujuan Pergerakan untuk Melakukan Perpindahan Antar bangunan
Tujuan pejalan kaki untuk melakukan pergerakan perpindahan antar bangunan
perdagangan dan jasa modern dilakukan pada ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran
Simpang Lima yang menjadi penghubung antaraktivitas dengan karakter pergerakan
yang memanjang secara linier sepanjang trotoar mengikuti ketersediaan jalur-jalur
sirkulasi utama kawasan
Arah pergerakan pejalan kaki dalam melakukan pergerakan perpindahan
antarbangunan dilakukan secara linier dan memanjang pada trotoar Kawasan
Bundaran Simpang Lima disebabkan oleh bentukan ruang jalur pedestrian yang
memanjang sepanjang jalur sirkulasi utama kawasan
b Tujuan Pergerakan untuk Berbelanja pada PKL Sepanjang Trotoar Kawasan
dan Tepi Lapangan Pancasila
Arah pergerakan pejalan kaki dengan tujuan berbelanja pada PKL sepanjang
trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima memiliki karakter pergerakan linier yang
41
memanjang sedangkan arah pergerakan pejalan kaki dengan tujuan berbelanja pada
PKL di tepi Lapangan Pancasila memiliki arah pergerakan linier yang melingkar
Arah pergerakan pejalan kaki dalam melakukan aktivitas berbelanja pada PKL
sepanjang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima ini disebabkan oleh pengaturan
display barang dagangan PKL yang ditata sedemikian rupa secara berderet linier
searah dan memanjang mengikuti bentukan ruang jalur pedestrian yang ada
Sedangkan arah pergerakan pejalan kaki dengan tujuan berbelanja pada PKL
di tepi Lapangan Pancasila disebabkan oleh display berbagai jenis barang dagangan
yang ditata sedemikian rupa secara linier berhadap-hadapan dan melingkar mengkuti
bentukan ruang jalur pedestrian yang persegi membulat membingkai Lapangan
Pancasila
c Tujuan Pergerakan untuk Melakukan Olahraga Rekreasi dan Hiburan serta Berbe
lanja
Pada PKL di Tengah Lapangan Pancasila Tujuan pejalan kaki untuk
melakukan aktivitas olahraga rekreasi dan hiburan serta berbelanja pada PKL di
tengah Lapangan Pancasila memiliki karakter pergerakan yang curvelinier karena
setiap pergerakan yang dilakukan tidak dibatasi oleh batasan-batasan fisik tertentu
sehingga pergerakan yang terjadi adalah bebas dan tidak beraturan
Arah pergerakan pejalan kaki dalam melakukan aktivitas olahraga rekreasi
dan hiburan serta berbelanja pada PKL di tengah lapangan secara curvelinier ini juga
disebabkan oleh karakter kedatangan pengunjung yang dilakukan secara berpasangan
atau berkelompok
Sumber Hasil Analisis Dini Tri Haryanti ST 2008
Gambar 32Ruang Jalur Sirkulasi Pedestrian Kawasan
41
Aktivitas perdagangan dan jasa kawasan menjadi bangkitan dan tarikan pengunjung
kawasan sehingga meningkatkan intensitas jumlah pejalan kaki pada ruang-ruang terbuka
publik di kawasan ini Keberadaan aktivitas PKL pada sepanjang ruang-ruang trotoar
kawasan seiring dengan tingginya jumlah pergerakan pejalan kaki antarbangunan formal
mengakibatkan pergerakan yang rdquomenerusrdquo dengan pencapaian pada tujuan yang rdquomemutarrdquo
Pergerakan rdquomenerusrdquo yang dimaksud adalah pergerakan pejalan kaki yang dilakukan
pada ruang-ruang terbuka publik kawasan studi dengan tujuan untuk melakukan perpindahan
antarbangunan formal (bangunan perdagangan modern) dan aktivitas berbelanja pada PKL
yang berjualan di sepanjang ruang trotoar kawasan melalui ruang-ruang jalur sirkulasi
pedestrian kawasan yang tersedia secara linier dan memanjang mengikuti jalur sirkulasi
utama (jaringan jalan) kawasan dari satu bangunan ke bangunan yang lain dan dari satu PKL
ke PKL yang lain dengan perjalanan yang tanpa terputusberhenti pada titik lokasi tertentu
meski berhenti pun hanya untuk beberapa saat untuk istirahat dan melihat-lihat dengan lebih
jelas obyek yang dimaksud
Pergerakan pejalan kaki kawasan pada trotoar Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk
berbelanja pada PKL memiliki arah pergerakan yang linier dan memanjang sepanjang jalur
trotar yang disebabkan oleh pengaturan display barang dagangan PKL yang ditata berderet
memanjang sepanjang jalur Pergerakan menerus ini terjadi sebagai akibat dari pergerakan
dengan tujuan untuk melakukan perpindahan antarbangunan melalui ruang-ruang jalur
sirkulasi pejalan sambil melihat-lihat dan berbelanja pada PKL yang berjualan hampir pada
seluruh ruang trotoar kawasan studi Semisal pergerakan pejalan kaki kawasan dengan tujuan
untuk melakukan perpindahan dari bangunan Plasa Simpang Lima menuju Ramayana SC
harus melewati jalur sirkulasi pejalan kaki sepanjang trotoar dari depan Plasa Simpang Lima
Kompleks Pertokoan Simpang Lima dan Ramayana SC yang dipenuhi oleh PKL sambil
melihat-lihat display barang dagangan yang diperjualbelikan maupun sekaligus membelinya
begitu juga dengan pergerakan perpindahan antarbangunan yang lain sehingga dengan
demikian tercipta pergerakan yang menerus
Dari sisi intensitasnya pergerakan pejalan kaki yang menerus ini semakin berkurang
jumlahnya ketika sampai pada ruang sirkulasi pejalan kaki di depan Hotel Ciputra Aktivitas
dan keberadaan PKL hampir tidak ada di sepanjang trotoar di depan bangunan hotel
pergerakan pejalan kaki pun diarahkan menempati ruang-ruang sirkulasi yang bersifat privat
yaitu ruang-ruang sirkulasi pejalan di dalam Mall Ciputra untuk menjaga image dan kesan
rapi pada muka bangunan hotel sesuai dengan peraturan hotel Namun kenyataan yang ada di
41
lapangan masih adanya beberapa pergerakan di depan hotel lebih banyak disebabkan oleh
perilaku dan sifat pejalan kaki kawasan yang cenderung memilih rute terpendek dalam
perjalanannya untuk mencapai tujuan
Sedangkan pencapaian rdquomemutarrdquo yang dimaksud adalah pencapaian tujuan suatu
perjalananpergerakan yang dilakukan oleh pejalan kaki akibat pergerakan yang mengikuti
sistem sirkulasi jalur utama kawasan yang membentuk loop sehingga berdampak pada
pencapaian suatu bangunan formal kawasan dengan arah yang memutar dan melalui beberapa
persimpangan sekaligus Semisal untuk mencapai lokasi tujuan pada Ramayana SC pejalan
kaki dari bangunan Masjid Baiturrahman harus melakukan pergerakan perpindahan dari
bangunan Citraland Mall menuju bangunan Kompleks Pertokoan Simpang Lima baru
kemudian mencapai bangunan Ramayana SC atau dari bangunan Gajahmada Plaza dulu
kemudian menuju bangunan kantor TelkomSMKN 7 Semarang baru mencapai bangunan
Ramayana SC Begitu juga pergerakan-pergerakan dengan tujuan pencapaian pada bangunan-
bangunan formal yang lain
Pergerakan dengan pencapaian rdquomemutarrdquo pada ruang-ruang sirkulasi pejalan kaki
kawasan sebenarnya dapat dicari alternatif lain yaitu dengan dengan memotong jalur
sirkulasi utama Pergerakan memotong jalur ini dapat menjadi alternatif pergerakan yang
dilakukan untuk mencapai pada bangunan yang dituju dengan melalui ruang Lapangan
Pancasila namun pergerakan semacam ini kurang diminati oleh penggunapejalan kaki
kawasan sebab ruang lapangan yang tanpa aktivitas akan terasa lebih panjang dan
membosankan
B Analisis Pola Pemanfaatan Ruang Terbuka Publik Kawasan
1 Analisis Pola Pemanfaatan Ruang dan Aktivitas pada Ruang Terbuka Publik
Kawasan
Sebagaimana yang telah diuraikan dalam tahap analisis ruang dan aktivitas kawasan
bahwa aktivitas-aktivitas yang berlangsung di atas ruang Lapangan Pancasila sebagai ruang
terbuka publik kawasan adalah aktivitas politik peribadatan massal olahraga rekreasi dan
hiburan Aktivitas sector informal yang berlangsung pada ruang terbuka publik kawasan
adalah aktivitas PKL
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan berdasarkan aktivitasnya terpusat
menempati Lapangan pancasila sebagai satu-satunya ruang terbuka publik kota yang menjadi
wadah interaksi sosial masyarakatnya didukung oleh daya tampung ruang yang cukup luas +
4 Ha dengan lokasinya yang strategis terletak di tengah-tengah kawasan pusat kota yang
41
memiliki aksesibilitas yang tinggi sehingga mudah dicapai dari segala penjuru kota
menggunakan berbagai jenis moda kendaraan baik kendaraan pribadi maupun angkutan
umum Pola pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan berdasarkan aktivitasnya pada ruang
Lapangan Pancasila berlangsung secara berkelompok dan masing-masing mengumpul
berdasarkan jenis aktivitasnya sebagai akibat oleh adanya
a) Kecenderungan aktivitas yang berlangsung pada ruang terbuka publik ini adalah
aktivitas-aktivitas yang dilakukan secara berkelompok
b) Melibatkan orang dalam jumlah yang banyak
c) Bentukan ruang yang membentuk persegi membulat dengan daya tamping ruang yang
cukup besar
d) Memungkinkan pergerakan secara bebas dan tidak beraturan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan berdasarkan aktivitas sektor
informalnya didominasi oleh pola pemanfaatan aktivitas PKL yang menempati ruang trotoar
kawasan trotoar dan tengah Lapangan Pancasila yaitu
1) Pola Pemanfaatan Trotoar Sepanjang Tepi Jalan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh
aktivitas PKL sepanjang trotoar kawasan di depan Citraland Mall depan Plasa Simpang
Lima depan Kompleks Pertokoan Simpang Lima depan Ramayana SC depan kantor
TelkomSMKN 7 Semarang depan Gajahmada Plaza dan depan Masjid Baiturrahman
membentuk pola ldquolinier yang memanjangrdquo dikarenakan oleh bentukan ruang-ruang
trotoar ini yang merupakan suatu jalur penghubung secara linier antaraktivitasbangunan
perdagangan dan jasa kawasan pada tepi jalan di muka bangunan sehingga menimbulkan
sejumlah akumulasi pengunjung yang tinggi secara periodic berdasarkan waktu
berlangsungnya aktivitas formal yang memanjang mengikuti pola jalur sirkulasipola
jaringan jalan utama kawasan Adanya beberapa bangunan formal dengan ciri aktivitas
perdagangan dan jasa yang terletak secara berdekatan satu sama lain dalam kawasan ini
maka dengan sendirinya akan menjadi daya tarik yang sangat kuat untuk dikunjungi oleh
calon pembeli yang mengakibatkan timbulnya akumulasi pengunjung pada kawasan
terutama di sekitar kegiatan yang dimaksud
Situasi inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh PKL kawasan studi untuk
mengembangkan usahanya dengan menjaring calon pembeli pada ruangruang di
sepanjang jalur pada muka bangunan ini memanfaatkan peluang banyaknya pejalan yang
melalui sepanjang jalur ini dan mengikuti pola jaringan jalan kawasan agar
41
keberadaannya di sepanjang tepi jalan ini juga dapat terlihat dan menarik para pengendara
pengguna jalan kawasan
Adapun display bebagai jenis barang dagangan PKL yang disuguhkan secara berderet
memanjang pada ruang trotoar ini memberi kemudahan pengunjung kawasan baik
pejalan kaki maupun pengendara untuk dapat lebih jelas melihat dan memilih jenis-jenis
barang yang diperdagangkan
2) Pola Pemanfaatan Trotoar Tepi Lapangan Pancasila
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh
aktivitas PKL sepanjang trotoar Lapangan Pancasila membentuk pola ldquolinier yang
melingkarrdquo dikarenakan oleh bentukan ruang sirkulasi pedestrian lapangan yang
membingkai lapangan dengan bentuk persegi membulat dan pola sirkulasi utama kawasan
yang bermuara pada Lapangan Pancasila dengan membentuk loop Adanya kedudukan
Lapangan Pancasila sebagai satu-satunya ruang terbuka publik yang luas di Kota
Semarang sebagai wadah interaksi sosial yang dimanfaatkan oleh warga masyarakat Kota
Semarang dan sekitarnya untuk melakukan berbagai macam aktivitas seperti olah raga
rekreasi dan hiburan mengakibatkan timbulnya akumulasi pengunjung dalam jumlah
yang besar pada area ini khususnya pada hari liburMinggu pagi sehingga banyak PKL
yang tertarik untuk menempati lokasi ini untuk menjajakan barang dagangannya Display
berbagai jenis barang dagangan disuguhkan secara linier sepanjang trotoar dengan
berhadap-hadapan untuk memberi banyak pilihan dan variasi barang kepada calon
pembeli dengan suasana yang santai dan rekreatif
3) Pola Pemanfaatan Tengah Lapangan Pancasila
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh
aktivitas PKL di tengah Lapangan Pancasila membentuk pola ldquoberkumpul yang
mengelompokrdquo berdasarkan jenis barang dagangannya dikarenakan bentukan ruang
Lapangan Pancasila yang tanpa adanya pembatas fisik antarPKL dengan daya tampung
ruang yang cukup besar sehingga memungkinkan adanya pergerakan pengunjung yang
bebas dan tidak beraturan dan penataan display barang dagangan yang disajikan secara
mengelompok berdasarkan jenis barang dagangannya masing-masing sehingga
memudahkan calon pembeli memilih jenis barang yang diinginkan dengan banyaknya
variasi barang yang disuguhkan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh PKL
akan semakin berkurang intensitasnya apabila semakin menjauh dari kawasan studi
Intensitas pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan oleh aktivitas PKL pada koridor
41
kelima ruas jalan kawasan semakin menurun karena jalan-jalan ini berorientasi pada
aktivitas-aktivitas yang berbeda yang berlangsung pada kelima ruas jalan antara aktivitas
perkantoran pemerintahan dan pendidikan yang ditandai dengan adanya kepadatan
beberapa bangunan fasilitas perkantoran pemerintahan dan pendidikan pada koridor-
koridor kelima ruas jalan ini
Adanya bangkitan aktivitas nonekonomi ini mengakibatkan rendahnya akumulasi
pengunjung kawasan pada tepi jalan-jalan ini Hal inilah yang menjadi alasan mengapa
ruang-ruang trotoar koridor jalan ini kurang diminati oleh PKL meskipun ada beberapa
PKL yang berjualan pada beberapa penggal jalan namun keberadaannya terputus dan
tidak menerus seperti pada keberadaan PKL pada ruang sirkulasi pejalan kaki di
sepanjang trotoar Jalan Pahlawan yang identik sebagai area yang berorientasi pada
aktivitas pemerintahan Jalan KH Achmad Dahlan Pandanaran dan Achmad Yani yang
identik sebagai area yang berorientasi pada aktivitas perkantoran dan Jalan Gajahmada
yang identik sebagai area yang berorientasi pada aktivitas perkantoran dan pendidikan
Menurut kriteria pemilihan lokasinya aktivitas-aktivitas PKL memiliki
kecenderungan menempati lokasi atau ruang-ruang dengan tingkat akumulasi orang yang
melakukan kegiatan secara bersama-sama pada waktu yang relative sama pula Adanya
fungsi kawasan sebagai CBD tentu tidak lepas dari aktivitas perdagangan dan jasa yang
berlangsung di atasnya sehingga menimbulkan sejumlah akumulasi pengunjung yang
tidak sedikit Fenomena tumbuhnya sector informalPKL ini tak lepas dari keberadaan
aktivitas formal yang tumbuh dan berkembang sebagai aktivitas pendukung (activity
support) yang tidak dapat dihindarkan dan digusur begitu saja melainkan diantisipasi dan
diperhitungkan kebutuhan ruangnya
2 Analisis Pola Pemanfaatan Ruang Jalur Sirkulasi Pedestrian Kawasan
Pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan sebagai jalur sirkulasi pejalan kaki
merupakan jenis pemanfaatan sebagai pemenuhan akan kebutuhan ruang pejalan yang
memisahkan ruang pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan kawasan demi meminimalisasi
konflik kepentingan yang dapat mengakibatkan ketidaknyamanan pejalan kaki maupun
pengguna jalan yang lain (pengendara)
Namun dalam perkembangannya ruang-ruang di tepi jalan ini mengalami pergeseran
fungsi ruang menjadi lokasi aktivitas PKL sehingga kemudian pejalan kaki harus
menjatuhkan pilihannya untuk berjalan melalui jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk
mencapai tujuan dalam pergerakannya
41
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima sebagai
ruang sirkulasi pedestrian dibentuk oleh arah pergerakan pejalan yang dipengaruhi oleh
tujuan dalam melakukan perjalanannya
a Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Melakukan Perpindahan Antarbangunan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima dengan
tujuan untuk melakukan pergerakan perpindahan antarbangunan membentuk pola
rdquomenerus yang melingkarrdquo dikarenakan arah pergerakan pejalan yang menerus pada
sepanjang ruang trotoar di muka bangunan kawasan mengikuti pola sirkulasi utama
kawasan yang membentuk loop
Pola pemanfaatan yang rdquomenerusrdquo ini disebabkan oleh kontinuitas pergerakan pejalan
kaki kawasan dalam melakukan perpindahan antar bangunan formal (perdagangan
modern) pada ruang-ruang trotoar sebagai ruang penghubung antaraktivitas formal
kawasan Pola pergerakan pejalan kaki yang menerus ini merupakan bangkitan dari
tarikan aktivitas perdagangan dan jasa formal kawasan yang menjadi alasan pengunjung
melakukan pergerakan berpindah antarbangunan
Pergerakan pejalan yang rdquomenerusrdquo ini juga dipengaruhi oleh keberadaan aktivitas
PKL di sepanjang ruang trotoar kawasan yang memberi kehidupan menerus pada ruang-
ruang ini Pergerakan menerus dilakukan oleh pejalan kaki kawasan secara linier pada
tepi jalan mengikuti pola jaringan jalan utama kawasan dan memanjang menuju lokasi
pencapaian tujuan pergerakan
Pola pemanfaatan ruang yang rdquomelingkarrdquo disebabkan oleh pencapaian tujuan pada
bangunan perdagangan modern kawasan secara memutar Sistem pencapaian bangunan
formal (perdagangan) yang memutar ini dipengaruhi oleh sistem sirkulasi utama kawasan
yang memiliki muara pada Jalan Simpang Lima (Lapangan Pancasila) dan membentuk
loop dimana dalam bentuk pencapaian yang loop ini diperlukan waktu untuk
mencapainya karena harus melewati banyak persimpangan-persimpangan yang
merupakan simpul-simpul bertemunya arus lalu lintas dari kelima ruas jalan kawasan
pada muaranya di Jalan Simpang Lima
b Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Berbelanja pada PKL di Sepanjang
Trotoar Kawasan dan Tepi Lapangan Pancasila Pola pemanfaatan ruang terbuka
publik Kawasan Simpang Lima dengan tujuan untuk berbelanja pada PKL di sepanjang
trotoar kawasan kurang lebih sama dengan pola pemanfaatan ruang dengan tujuan
melakukan perpindahan antarbangunan formal kawasan yaitu membentuk pola rdquomenerus
41
yang melingkarrdquo sepanjang ruang-ruang trotoar pada muka bangunan formal kawasan
mengikuti pola jaringan jalan utama kawasan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh aktivitas PKL pada sepanjang trotoar
kawasan dipengaruhi oleh penataan display berbagai jenis barang dagangan PKL yang
ditata sedemikian rupa berderet secara linier pada muka bangunan dan memanjang
mengikuti bentukan ruang trotoar sehingga mempermudah calon pembeli baik oleh
pejalan kaki maupun pengguna jalan yang lain (pengendara) untuk melihat dan memilih
jenis-jenis barang yang diinginkan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik dengan tujuan berbelanja pada PKL yang
berjualan di tepi Lapangan Pancasila membentuk pola rdquolinier yang melingkarrdquo mengkuti
sistem sirkulasi utama kawasan yang membentuk loop dengan muara sirkulasi pada
lapangan Pola pemanfaatan yang linier dipengaruhi oleh penataan display barang
dagangan yang ditata sedemikian rupa secara linier pada tepi Lapangan Pancasila (trotoar
lapangan) berhadaphadapan dengan sirkulasi pengunjung PKL yang berada pada tengah
ruang trotoar sebagai ruang yang tersisa dari kedua sisi ruang yang digunakan oleh PKL
Pola pemanfaatan ruang yang rdquomelingkarrdquo dipengaruhi oleh bentukan ruang yang
persegi membulat dengan trotoar sebagai pembingkai ruang lapangan Pemanfaatan yang
melingkar ini dibentuk oleh pergerakan pengunjung PKL yang menerus tanpa terputus
pada ruang trotoar tepi Lapangan Pancasila
c Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Melakukan Aktivitas Olahraga Rekreasi dan
Hiburan Berbelanja Pada PKL di Tengah Lapangan Pancasila
Pola pemanfaatan ruang Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk melakukan aktivitas
olahraga rekreasi dan hiburan serta berbelanja pada PKL yang berjualan di tengah
Lapangan Pancasila memiliki pola pergerakan rdquocurvelinierrdquo Aktivitas-aktivitas ini
cenderung dilakukan secara berkelompok mengingat daya tampung ruang lapangan yang
cukup besar sehingga memungkinkan untuk pergerakan yang bebas dan santai dengan
suasana rekreatif dengan arah pergerakan yang tidak beraturan dikarenakan tanpa adanya
bentukan fisik pembatas antaraktivitas kegiatan Aktivitas olahraga yang seringkali
dilakukan menempati ruang Lapangan Pancasila adalah olahraga sepak bola dimana
olahraga ini biasa dilakukan secara berkelompok dengan pergerakan yang tidak beraturan
pada ruang
Sedangkan pergerakan aktivitas rekreasi dan hiburan yang juga cenderung dilakukan
secara berpasanganberkelompok ini dipengaruhi oleh tujuannya untuk melihat-lihat
pemandangansuasana kawasan sehingga membentuk pola pergerakan yang tidak
41
beraturan dan berkelok-kelok dengan sesekali berhenti untuk mengagumi view atau
sekedar untuk mengobrol
Pola pergerakan pejalan kaki pada ruang Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk
berbelanja pada PKL di tengah lapangan mempunyai pola pergerakan rdquocurvelinierrdquo
dipengaruhi oleh bentukan ruang lapangan yang persegi membulat dengan daya tampung
ruang cukup besar dan sistem sirkulasi pengunjung yang memungkinkan arah pergerakan
dengan bebas Aktivitas PKL yang memiliki kecenderungan berkelompok berdasarkan
jenis barang yang diperdagangkan ini berdampak pada penataan display barang sehingga
sistem sirkulasi pengunjung PKL pun pada akhirnya mengikuti pola pemanfaatan ruang
oleh aktivitas PKL dengan pergerakan yang tidak beraturan pada ruang (curvelinier)
dengan suasana rekreatif dan santai
Dengan adanya pergerakan pejalan kaki Kawasan Bundaran Simpang Lima yang
rdquomenerus dan melingkarrdquo membentuk linkage seyogyanya pejalan kaki diberikan ruang
yang layak demi keamanan dan kenyamanan pejalan dan pengguna jalan yang lain
Dengan kecenderungan sifat manusiawi pejalan yang enggan melakukan perjalanan
dengan permukaan yang naik atau menaik solusi yang ditawarkan tentu tidak bisa berupa
jembatan penghubung antarbangunan Sebab selain memerlukan biaya yang tidak sedikit
dapat menghalangi pandanganview suatu kawasan berpotensi menggunakan sebagian
ruang terbuka publik itu sendiri dan keengganan pejalan berjalan pada permukaan yang
naik sebagai sifat dasar pejalan kaki maka alangkah lebih baiknya apabila solusi yang
ditawarkan sebagai ruang untuk pejalan kaki kawasan di luar konteks teknologi adalah
berupa subway yaitu ruang publik untuk pejalan kaki yang dibangun di bawah tanah yang
menjadi penghubung antarbangunan dengan karakteristik berupa terowongan di bawah
tanah bebas dari sirkulasi kendaraan kawasan bebas dari kebisingan akibat intensitas lalu
lintas kawasan yang cukup tinggi mampu menjadi alternatif ruang untuk PKL dan parkir
off street kawasan sekaligus sebagai jalur pedestrian kawasan
41
352 Kajian PKL di Jalur Pejalan Kaki di Jalan Samanhudi Kabupaten Jember
3521 Analisa Konflik Kepentingan
Tabel IV1Analisa Konflik Kepentingan
Sumber Hasil Analisis Maria Kurnia U 2009
41
3522 Analisa Konflik Penggunaan Ruang
Tabel IV2
Analisa Konflik Penggunaan Ruang
Sumber Hasil Analisis Maria Kurnia U 2009
3523 Analisis Konsep Simbiosis Mutualistik
A Analisa Teori
Analisa ini bertujuan menelusuri konflik kepentingan dan konflik penggunaan ruang
melalui kajian teori-teori tentang penataan PKL yang didapatkan dari literature dan penelitian
PKL yang pernah dilakukan sebelumnya Meminimalisir konflik yang terjadi diperlukan
ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun
menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan
Samanhudi dengan kawasan PKL lain
ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL
41
ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun
dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja
namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang
namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan
ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa
jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan
harga antara pedagang formal dan PKL
ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan
pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak
penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi
antar pihak
ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai
dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan
perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang
informal
ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan
persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL
ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan
dalih keamanan
ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan
pejalan kaki dan pengendara kendaraan
ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki
ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL
ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan
ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa
harus saling menumpuk
ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak
ndash Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini
menjadi jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen
B Triangulasi Konsep Simbiosis Mutualistik
Triangulasi konsep simbiosis mutualistik dilakukan untuk mendapatkan konsep-
konsep penataan pedagang kaki lima yang menguntungkan berbagai pihak yang terkait yang
membandingkan antara fakta empiris studi kasus dan teori
41
Mengakui eksistensi PKL didukung dengan program kebijakan untuk mengelola
aktivitas PKL
Penyuluhan pembinaan dan pelatihan untuk PKL
Pemberian bantuan modal dari pemerintah maupun dari sektor swasta (dengan konsep
kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitusaja namun dilakukan kontrol terhadap dana
bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang begitu saja namun dapat dimanfaatkan secara
berkelanjutan
Peningkatan citra kawasan melalui pembentukan karakter khusus PKL di lokasi studi
sehingga membedakan PKL Samanhudi dengan PKL di kawasan lain
Pengelompokkan PKL menurut jenis barang dagangan dan perletaknnya diatur menurut
jenis dagangan toko formal sehingga tidak terjadi perebutan konsumen
Peningkatan citra kawasan sehingga menambah daya tarik pengunjung
Pembentukan Paguyuban Samanhudi yang beranggotakan PKL pedagang formal dan
pihak penengah untuk menyamakan aspirasi antar golongan dan sebagai forum diskusi
Legalitas sektor informal yang diakui oleh pemerintah
Perumusan kebijakan dan peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan
perdagangan informal
Peraturan didukung pengawasan yang ketat sangsi yang jelas dan sosialisasi serta
persamaan persepsi
Perancangan sarana usaha sesuai dengan jenis barang dagangan dan aspirasi PKL
Sosialisasi status ruang PKL
Peningkatan keamanan dan pengawasan untuk mencegah pemerasan tindak kejahatan
lain
Mempertahankan orientasi PKL ke arah bangunan formal
Perbaikan pelebaran dan pemeliharaan jalur pejalan kaki (pedestrian) sebatas ruang
parkir on street sehingga jalur aktif jalan tidak berkurang
Pemisahan yang jelas antara jalur pejalan kaki dan ruang PKL
Pemisahan yang jelas antara jalur pengendara ruang PKL dan jalur pejalan kaki
Mengatur ruang parkir off street di sepanjang jalan untuk mengurangi beban jalan akibat
penyempitan jalan karena adanya pelebaran pedestrian
Perpanjangan sosoran dari bangunan formal sebagai pelindung pejalan kaki dan ruang
PKL sehingga PKL tidak perlu memakai ataptambahan untuk kiosnya
Bentuk sarana usaha berupa meja dorong tanpa atap agar akses visual pencahayaan dan
penghawaan ke bangunan formal tidak terhalang
41
Diberikan jarak setiap 2 kios sebagai akses masuk ke bangunan formal
Mengikutsertakan seluruh pihak terkait dalam penyampaian keputusan
Perancangan dapat mewadahi ruang PKL
Ruang PKL mengikuti arus pergerakan manusia
Pengaturan kebersihan dan ketertiban
C Konsep Legalitas PKL
Adanya pengakuan resmi dari pemerintah terhadap PKL Samanhudi sebagai salah satu
sector ekonomi di kawasan studi melalui surat keputusan resmi Surat keputusan ini
sekaligus mengatur hak kewajiban dan tanggung jawab PKL sebagai kompensasi
perubahan status yang telah diberikan oleh pemerintah
PKL berhak mendapatkan perlindungan hokum dan pinjaman modal dari pemerintah
Namun sebagai sector resmi PKL dikenakan pajak penghasilan dan retribusi Besarnya
pajak Pajak penghasilan dibedakan dari sektorformal Dengan membayar pajak PKL
berhak mendapatkan perlindungan pemerintah dari oknum preman dsb
PKL wajib mendukung program-program penertiban yang dilakukan pemerintah Apabila
PKL melanggar hak dan kewajiban yang telah diputuskan PKL tidak berhak lagi
menempati lapak yang telah dipinjamkan oleh pemerintah Dan dicabut ijin berjualannya
di kawasan Samanhudi
Dalam konsep ini simbiosis mutualistik terjadi antara pemerintah dan PKL dimana PKL
mendapatkan pengakuan perlindungan dan bantuan modal dari pemerintah sementara
pemerintah mendapatkan retribusi pajak penghasilan dan ketertiban dari PKL
D Konsep Pembinaan dan Permodalan
Pedagang kaki lima perlu untuk mendapatkan pembinaan dari pemerintah Kabupaten
Jember untuk meningkatkan kemampuan wirausaha dan peningkatan kualitas barang
dagang dan pelayanan terhadap pembeli konsumen sehingga bias meningkatkan
pendapatan dan aktivitas pedagang kaki lima dapat member nilai tambah serta dapat
memberkan peluang kerja yang dapat mengurangi tingkat pengangguran di Kabupaten
Jember Bentuk pembinaan berupa penyuluhan yang diberikan berkala secara rutin
Program pembinaan diadakan oleh pemerintah
Program pembinaan juga digunakan sebagai sarana pertemuan rutin dan sosialisasi
peraturan-peraturan yang dilakukan pemerintah
Program pembinaan juga dapat dijadikan sarana untuk selalu mengingatkan hak dan
kewajiban serta sangsi yang diterapkan bila PKL melanggar selama beroperasi dikawasan
Samanhudi
41
Program pembinaan memberikan keuntungan kepada PKL dan pemerintah PKL
mendapatkan peningkatan kemampuan dan pemerintah mendapat sarana sosialisasi
Pemberian bantuan modal ini tidak ditujukan kepada semua pedagang kaki lima tetapi
diberikan kepada beberapa pelaku usaha yang memiliki potensi dan criteria yang telah
ditentukan
Pemerintah dalam memberikan bantuan modal ini juga harus bekerja sama dengan
instansi-isntansi lain yang terkait
Pemberian modal dari pihak swasta sangat disarankan
Konsep ini memberikan keuntungan kepada pihak PKL berupa bantuan modal dengan
bunga ringan keuntungan laba pinjaman kepada pemberi modal dan bila pihak swasta
terlibat mendapatkan keuntungan berupa kesempatan untuk periklanan
E Konsep Kelembagaan Paguyuban Samanhudi
Paguyuban Samanhudi merupakan Kelembagaan yang memiliki kewenangan atau
keterikatan dengan pengelolaan dan pembinaan Pedagang Kaki Lima KoridorJalan
SamanhudiPaguyuban ini beranggotakan wakil PKL wakil pedagang formal wakil
pemerintah dari dinas Kebersihan dan Pertamanan Dinas Polisi Pamong Praja Dinas
Pariwisata Dinas Pendapatan dan Dinas LPMK Kabupaten Jemberserta pihak penengah
selaku penasehat dan pihak netral yang diwakili oleh pakar PKL dari universitas tokoh
masyarakat dan pakar PKL lainnya
Peran Paguyuban ini adalah sebagai forum diskusi dari semua pihak untuk menampung
aspirasi dan menetralisasi konflik yang terjadi sehingga setiap aspek dikoridor jalan
Samanhudi dapat melakukan koordinasi dan semua aspirasi dari semua pihak dapat
tersampaikan Fungsi paguyuban juga sebagai sarana mengikutsertakan semua pihak
terkait dalam membuat rancangan peraturan dan sosialisasi peraturan yang telah
ditetapkan pemerintah mengenai PKL kepada semua pihak terkait
Paguyuban juga berfungsi sebagai pihak pengawas bekerja sama dengan pihak kepolisian
dan pamong praja untuk mengawasi segala pelanggaran yang dilakukan oleh semua pihak
terkait Penerapan sangsi harus tegas dan diawasi oleh paguyuban sehingga tidak terjadi
rsquopenyelesaiandamairsquo dari pihak pelanggar dana para penegak peraturan
Paguyuban memberikan keuntungan kepada PKL pedagang formal pemerintah dan
masyarakat berupa kesempatan untuk menyalurkan aspirasi
41
353 Kajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit Kariyadi
Semarang
3531 Analisis Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar
Rumah Sakit dr Kariadi
Analisis karakteristik aktivitas PKL menggunakan metode deskriptif kuantitaif
dan distribusi frekuensi Analisis ini nantinya menunjang untuk analisis selanjutnya
yaitu analisis karakteristik berlokasi PKL Analisis ini meliputi lokasi aktivitas PKL
tempat usaha PKL jenis barang dagangan sarana fisik berdagang pola layanan pola
penyebaran serta status kepemilikan usaha Uraian dari masing-masing analisis
tersebu dipaparkan sebagai berikut
a Lokasi Beraktivitas
Sesuai dengan ruang lingkup spasial dari penelitian ini lokasi yang digunakan
PKL untuk memanfaatkan aktivitas kegiatan utama Rumah Sakit dr Kariadi adalah di
sepanjang penggal Jalan dr Kariadi sebagian Jalan Veteran dan sebagian Jalan dr
Soetomo Mereka berlokasi di penggalpenggal jalan tersebut dikarenakan jalan
tersebut merupakan batas dari kawasan fasilitas kesehatan dan merupakan jalan arteri
sekunder kolektor sekunder dan lokal sekunder yang ramai orang berlalu lalang
lintas kendaraan serta dilewati jalur angkutan umum Kondisi tersebut ditangkap oleh
PKL sebagai peluang untuk mendapatkan konsumen dengan memanfaatkan tingkat
kunjungan yang tinggi dari aktivitas kegiatan utama serta orang yang lalu lalang yang
melintas di penggal jalan-jalan tersebut Untuk lebih jelas mengenai lokasi PKL dapat
dilihat pada Gambar berikut
41
Gambar 33
Lokasi Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Pada lokasi tersebut terbagi menjadi spot-spot yang menjadi lokasi PKl
berdasarkan penggal jalan yang telah disebutkan sebelumnya yaitu Jalan dr Kariadi
Jalan Veteran dan Jalan dr Soetomo Spot-spot tersebut memiliki karakteristik
masing-masing baik dari sisi aktivitas dan ruang usaha PKL maupun dari karakteristik
berlokasinya Di penggal Jalan dr Kariadi terdapat beberapa bagian yang merupakan
lokasi larangan untuk PKL lokasi yang diperbolehkan untuk menggelar dagangan
PKL serta PKL binaan kelurahan yang dikenal dengan istilah PKL orange Pada Jalan
Veteran yang diminati oleh PKL berada di sisi selatan jalan Lokasi tersebut juga
diperbolehkan untuk berdagang PKL sebagai kompensasi penggantian lokasi
penggusuran PKL yang berasal dari Jalan dr Kariadi sisi barat Lokasi yang
seharusnya bersih dari PKL adalah Jalan dr Soetomo karena merupakan jalur merah
Namun lokasi ini tetap diminati untuk berlokasi PKL diantaranya dikarenakan tidak
adanya lokasi lain serta lokasinya yang strategis Kestrategisan tersebut dilihat dari
status jalan yang merupakan jalan utama penghubung ke pusat-pusat aktivitas lainnya
serta akses ke pusat kota maupun ke luar kota sehingga frekuensi kendaraan yang lalu
lalang tinggi Selain itu lokasinya yang dekat dengan kegiatan utama yang ada di
sekitarnya seperti Rumah sakit dr Kariadi perkantoran ataupun permukiman Hal
tersebut dimanfaatkan PKL sebagai peluang mendapatkan konsumen
b Tempat Usaha
41
Lokasi yang diminati PKL tidak menyediakan tempat khusus untuk berdagang
PKL sehingga mereka menggunakan ruang-ruang publik untuk tempat usahanya
seperti di trotoar di atas saluran drainase bahu jalan dan badan jalan Dengan
difungsikannya ruang-ruang publik tersebut menjadi tempat berdagang bagi PKL
berakibat menurunnya fungsi ruang publik tersebut mengurangi citra kawasan serta
menurunnya kualitas lingkungan Oleh pemerintah kota ruang-ruang publik tersebut
dimanfaatkan untuk tempat usaha PKL karena diperlukan tempat usaha di lokasi
tersebut Hal ini sebagai upaya pemerintah untuk mewadahi aktivitas tersebut
Tempat-tempat tersebut dilegalkan menjadi tempat usaha yang diperuntukkan bagi
PKL sesuai dengan peraturan daerah nomor 11 tahun 2000 tentang PKL yang
notabene bertolak belakang dengan peraturan daerah lainnya yang mengatur tentang
ketertiban keindahan dan pertamanan Persentase PKL yang menempati ruang-ruang
publik dapat dilihat pada Gambar berikut ini
Gambar 34
Persentase Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Terdapat pula PKL yang tidak mendapat izin tempat usaha berdagang
khususnya PKLyang berlokasi di daerah larangan untuk PKL serta berdagang pada
waktu yang tidak diperbolehkan sehingga mereka tidak ditarik retribusi dan sewaktu-
waktu dapat ditertibkan oleh aparat penegak tata tertib Namun ketidaktertiban aparat
PKL yang tidak mendapat izin tersebut kadang-kadang juga dipungut retribusi yang
diistilahkan dengan uang keamanan namun frekuensinya tidak teratur PKL dalam
golongan ini jumlahnya minoritas jika dibandingkan dengan PKL yang mendapat izin
tempat usaha Berikut sketsa sebaran PKL menurut tempat usahanya yang dapat
dilihat pada Gambar
41
Gambar 35
Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
c Jenis Barang Dagangan
Dagangan mayoritas yang diperdagangkan oleh PKL di sekitar Rumah Sakit
dr Kariadi adalah jenis barang dagangan makanan seperti warung tegal bakso soto
es buah dan makanan kecil Jenis dagangan tersebut diminati karena PKL mencoba
menangkap aktivitas kegiatan utama yang banyak membutuhkan jenis barang
dagangan makanan
Jenis barang dagangan yang paling minoritas diperdagangkan adalah buah-
buahan Jenis dagangan inipun hanya dijumpai di penggal Jalan dr Kariadi karena di
penggal jalan tersebut terdapat pintu masuk pengunjung rumah sakit Jenis barang
dagangan ini biasanya digunakan sebagai cangkingan atau oleh-oleh untuk membesuk
pasien Namun jenis dagang ini kurang diminati pedagang dikarenakan barangnya
yang mudah busuk tidak mempunyai tempat penyimpanan khusus seperti kulkas
relatif mahal karena rata-rata buah impor serta konsumennya relatif sedikit
Kekurangminatan pedagang untuk menjual jenis dagangan ini dapat dilihat dari
sedikitnya jumlah PKL yang menjual dagangan ini
Jenis barang dagangan lain yang banyak diperdagangkan adalah kelontong
karena berjualan bermacam-macam jenis barang dari rokok makanan kecil air
kemasan bahkan sampai barang kebutuhan mereka yang beraktivitas di kegiatan
41
utama yaitu rumah sakit seperti untuk kebutuhan penunggu pasien yaitu tikar kipas
termos untuk air panas dan jenis barang lainnya
Jenis dagangan yang lain merupakan jenis barang dagangan yang umum
diperdagangkan atau jenis barang dagangannya hampir ada setiap ruas jalan-jalan
besar lokasi PKL lainnya di kota besar yang kebanyakan termasuk dalam jenis barang
dagangan non makanan dan jasa pelayanan seperti warung telekomunikasi bensin
tambal ban voucher pulsa fotocopy Untuk jasa pelayanan fotocopy yang banyak
tersebar di kawasan tersebut terkait dengan adanya kegiatan utama berupa fasilitas
pendidikan seperti Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro akademi
keperawatan dan farmasi sedangkan untuk jenis dagangan umum lainnya terkait
adanya permukiman di sekitar lokasi tersebut Namun ada barang dagangan yang khas
yaitu nisan karena lokasi sekitar Rumah sakit dr Kariadi terdapat tempat pemakaman
umum yang cukup besar yaitu TPU Bergota
Jenis dagangan yang dijual dapat dikatakan tidak semata hanya melayani
untuk aktivitas yang terkait dengan Rumah Sakit dr Kariadi namun juga melayani
terhadap aktivitas lainnya disekitar Rumah Sakit dr Kariadi seperti fasilitas
pendidikan permukiman pemakaman serta perkantoran bahkan aktivitas transportasi
seperti kebutuhan supir angkutan umum dan supir taxi Untuk lebih jelas mengenai
perbandingan jumlah PKL menurut jenis barang dagangan di masing-masing penggal
jalan dapat dilihat pada gambar berikut ini
Gambar 36
Karakteristik Jenis Barang Dagangan Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
41
d Sarana Fisik Berdagang
Masing-masing lokasi memiliki jenis sarana berdagang mayoritas yang
berbeda-beda Pada penggal Jalan dr Kariadi mayoritas PKL di penggal jalan tersebut
menggunakan kios sebagai sarana berdagangnya Kios-kios tersebut awalnya
merupakan warung semi permanen yang disekat-sekat Namun seiring dengan
perkembangan waktu dan adanya praktek sewa tempat usaha maka warung tersebut
dibangun permanen oleh pemiliknya bahkan diantaranya ada yang dilengkapi dengan
kamar mandi serta ruang tidur Hal tersebut dikarenakan sebagian kios juga dijadikan
sebagai tempat tinggal pemiliknya Asal pedagang yang dari luar Kota Semarang serta
biaya yang mengontrak relatif mahal sehingga menjadikan kiosnya sebagai sarana
usaha serta tempat tinggal sekaligus Sarana dagang tersebut telah menyimpang dari
peraturan daerah tentang PKL Latar belakang pendidikan PKL yang sebagian rendah
kemungkinan menjadi penyebab kurangnya pemahaman pedagang terhadap produk
hukum tersebut atau memang mengerti namun sengaja dilanggar karena tidak adanya
upaya pemerintah untuk menertibkan sarana berdagang yang telah melanggar
peraturan tersebut Selain itu ketidaktergantungan PKL terhadap ketersediaan
prasarana penunjang menjadikan PKL dalam beraktivitas tidak mempertimbangkan
aspek tersebut
Selain kios sarana dagangan yang banyak diminati adalah gerobak tenda yaitu
sarana dagangan utamanya gerobak yang ditunjang dengan tenda yang biasanya untuk
tempat makan konsumen Sarana dagang ini dianggap praktis karena mudah
dibongkar pasang serta dipindahkan Terlebih sarana dagang ini sesuai dengan
himbauan pemerintah dalam Perda No 11 tahun 2000 yaitu sarana PKL adalah yang
mudah untuk dibongkar serta dipindahkan
Lain halnya dengan PKL di penggal Jalan dr Soetomo mereka lebih banyak
menggunakan gerobak Hal tersebut dikarenakan lokasi tersebut merupakan lokasi
larangan untuk PKL tapi mereka tetap bertahan di lokasi tersebut dengan alasan tidak
tersedia tempat lain yang strategis untuk berjualan Dengan menggunakan gerobak
memudahkan mereka untuk lari atau berpindah tempat jika ada penertiban oleh aparat
penegak tata tertib
Di penggal Jalan Veteran sama halnya dengan sarana fisik yang digunakan
berdagang oleh PKL di penggal Jalan dr Kariadi Mereka mayoritas menggunakan
41
sarana berdagang berupa kios Mereka menggunakan sarana fisik dagangan kios
permanen yang dianggap aman karena memperoleh izin tempat usaha dari pihak
terkait untuk berdagang Namun sarana dagang yang dibuat permanen tersebut tidak
sesuai dengan perda tentang PKL yang mengharuskan sarana dagang pedagang kaki
lima yang mudah dibongkar dan dipindah-pindah
Sarana fisik dagangan yang kurang diminati adalah mobil Walaupun cukup
fleksibel untuk berpindah-pindah namun biaya untuk operasional sehari-hari cukup
mahal seperti bahan bakar perawatan mobil ataupun untuk pengadaan unit mobil itu
sendiri Hanya terdapat satu PKL yang menggunakan sarana dagangan ini yaitu
berada di penggal Jalan dr Kariadi Namun karena pada waktu penyebaran kuesioner
pedagang ini tidak berada di lokasi maka tidak masuk menjadi responden
e Pola Layanan
Untuk pola pelayanan terdapat tiga aspek yang dibahas yaitu mengenai waktu
layanan
aktivitas PKL serta sifat layanan Berikut uraian dari analisis pola pelayanan tersebut
1 Waktu Layanan
Sesuai waktu aktivitas kegiatan utama yang rata-rata pagi hingga sore hari
seperti fasilitas pendidikan perkantoran serta jam berkunjung dan pemeriksaan rumah
sakit maka mayoritas PKL membuka usahanya pada waktu tersebut yaitu sekitar
pukul 0900 hingga pukul 1600 Namun khusus yang berada di penggal Jalan dr
Kariadi yaitu di sekitar pintu masuk dan lokasi larangan untuk PKL hanya
diperbolehkan untuk berjualan pada sore hingga malam hari yaitu biasanya mereka
membuka usahanya sekitar pukul 1600 hingga 0000 Terdapat beberapa PKL yang
waktu usahanya menyesuaikan dengan waktu pelayanan rumah sakit yang buka 24
jam atau sepanjang hari Hal tersebut dilakukan menangkap peluang menjajakan
barang dagangan untuk kebutuhan aktivis rumah sakit seperti penunggu pasien
pengunjung atau petugas piket atau jaga serta tidak menutup kemungkinan pembeli
dari pengendara yang lalu lalang atau supir transportasi umum
Hal tersebut juga berlaku di penggal jalan yang lain dimana mayoritas
membuka usahanya pada pagi hingga sore hari Hanya minoritas yang membuka
usaha pada sore hingga malam hari serta sepanjang hari Faktor lain yang dapat
mempengaruhi waktu aktivitas PKL selain menyesuaikan waktu aktivitas kegiatan
utama adalah kepemilikan usaha yang merupakan milik pribadi sehingga mereka
membuka usahanya sesuai keinginan mereka
41
Terdapat pula fenomena satu lokasi ditempati oleh dua PKL dengan waktu
layanan yang berbeda PKL yang beraktivitas pada pagi hingga sore mencoba
menagkap peluang dari kunjungan ke kegiatan utama seperti rumah sakit fasilitas
pendidikan perkantoran serta perdagangan informal dan tidak menutup orang yang
lalu lalang melewati jalan-jalan tersebut Lokasi yang dianggap strategis serta
berprospektif tersebut digunakan oleh PKL lain untuk berjualan di tempat yang sama
Hal tersebut dimanfaatkan PKL untuk menangkap peluang dari kegiatan rumah sakit
serta orang yang lalu lalang Selain itu juga menangkap konsumen dari penumpang
bus malam yang melewati Jalan dr Soetomo dimana di jalur tersebut terdapat halte
serta konsumen dari supir angkutan umum yang sedang istirahat sejenak Berikut
pemetaan PKL menurut waktu berdagangnya
Gambar 37Peta Sebaran Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Menurut Waktu Layanan
2 Sifat Layanan
Dari gambar di bawah ini dapat disimpulkan bahwa mayoritas PKL di sekitar
Rumah Sakit dr Kariadi memiliki sifat layanan menetap baik dari segi tempat
berdagangnya yang tetap serta waktu berdagangnya yang sama setiap harinya hal ini
nampak pada sarana fisik dagangan para PKL tersebut yang berupa kios yang
memang tidak bisa dipindah-pindah atau permanen Hanya 13 yang memiliki sifat
layanan semi menetap Berikut persentase PKL menurut sifat layanannya
41
Gambar 38Persentase Sifat Layanan Pedagang Kaki LimaDi Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Sifat layanan semi menetap biasanya PKL yang tempat usahanya yang
merupakan gabungan antara menetap dengan keliling yaitu pada awal waktu
berdagang pada lokasi yang sama tiap harinya namun jika belum habis dagangannya
mereka berkeliling serta jam berdagang yang tidak tetap tiap harinya terkadang hanya
sampai siang karena dagangannya habis Sisanya yang 2 berjualan secara
berkeliling yang diantaranya bertujuan untuk mendekati konsumen serta
memanfaatkan waktu-waktu puncak kegiatan utama rumah sakit seperti waktu
kunjungan menjenguk pasien
f Pola Penyebaran
Pola penyebaran PKL mayoritas mengikuti pola jalan yang ada yaitu linier
Mereka berjualan di bahu-bahu jalan bahkan ada yang berada di atas saluran drainase
Selain itu pola penyebaran tersebut terbentuk karena lokasi yang diperbolehkan untuk
PKL menempati trotoar trotoar sepanjang jalan yang secara otomatis membentuk
linier Alasan lainnya yang diungkapkan oleh pedagang adalah agar dagangannya
mudah dilihat oleh orang yang lalu lalang Namun terdapat beberapa PKL yang
berjualan secara aglomerasi dengan PKL yang berjualannya bergerombol di dekat
pintu masuk pengunjung Rumah Sakit dr Kariadi seperti yang dapat dijumpai di Jalan
dr Kariadi yaitu bergerombol di sekitar pintu masuk pengunjung rumah sakit serta di
Jalan dr Soetomo yang bergerombol di dekat pintu masuk UGD dan pintu masuk ke
Gedung Pavilliun Garuda Hal tersebut dimaksudkan untuk mendekati pengunjung
yang akan masuk ke rumah sakit Hanya sebagian kecil saja yang lokasinya berjauhan
dengan PKL lainnya atau menyebar untuk mengurangi persaingan dengan PKL
lainnya
41
g Kesimpulan Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar
Rumah Sakit dr Kariadi
Tempat usaha tidak terdapatnya tempat yang dikhususkan untuk PKL pemerintah
memfasilitasinya dengan memperbolehkan menempati ruang-ruang publik seperti
trotoar badan atau bahu jalan serta di atas saluran drainase melalui Perda no 11 tahun
2000 Namun hal ini dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan
serta visual kawasan dan tidak optimalnya ruang publik tersebut Mayoritas PKL di
kawasan tersebut telah mengantongi izin tempat usaha dari kelurahan selaku pihak
berwenang
Jenis barang dagangan karakteristik jenis barang dagangan PKL pada umumnya
mengikuti kebutuhan kegiatan utama yaitu aktivitas Rumah Sakit dr Kariadi dan
sekitarnya seperti fasilitas pendidikan perkantoran perdagangan informal
permukiman dan pemakaman Jenis barang dagangan yang mayoritas diperdagangkan
berupa makanan Jenis barang dagangan yang diperdagangkan adalah non makanan
buah-buahan jasa pelayanan serta kelontong Terkait dengan kegiatan utama terdapat
beberapa jeni barang dagangan yang spesifik seperti termos tikar kipas guna
memenuhi kebutuha penunggu pasien
Sarana fisik dagangan mayoritas berupa kios yang dibangun permanen serta
gerobak tenda Menggunakan kios dikarenakan lokasinya yang telah dilegalkan untuk
aktivitas PKL serta terkait pola layanan yang menetap serta pada waktu berdagang
yang tetap Sedangkan gerobak tenda banyak digunakan oleh pedagang makanan
dimana tendanya digunakan sebagai tempat untuk konsumen Untuk bangunan
permanen diantaranya digunakan sebagai tempat tinggal Ketidakketergantungan
PKL terhadap prasarana penunjang sehingga PKL tidak mempertimbangkan aspek
tersebut karena mereka dapat mengusahakan sendiri
Pola pelayanan dari segi waktunya mengikuti waktu aktivitas kegiatan utama yaitu
pagi hingga sore hari sekitar pukul 0900 ndash 1600 serta telah mendapat izin tempat
usaha dari pihak berwenang namun terdapat pula PKL yang beraktivitas sore hingga
malam hari yaitu pukul 1600 ndash 0000 serta sepanjang hari Sifat layanannya menetap
mengingat mayoritas bersarana fisik dagangan berupa kios serta waktu berdagang
yang relatif tetap
Pola penyebaran mayoritas secara linier yaitu mengikuti pola jalan karena lokasi
yang dilegalkan untuk PKL oleh pemerintah menempati ruang-ruang publik seperti
trotoar di atas saluran drainase dan bahu jalan yang notabene mengikuti pola jalan
41
Selain itu terdapat sebagian beraglomerasi di sekitar pintu masuk rumah sakit yang
bertujuan untuk mendekati konsumen dan sisanya menyebar agar mengurangi
saingan
ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun
menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan
Samanhudi dengan kawasan PKL lain
ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL
ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun
dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja
namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang
namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan
ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa
jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan
harga antara pedagang formal dan PKL
ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan
pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak
penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi
antar pihak
ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai
dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan
perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang
informal
ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan
persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL
ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan
dalih keamanan
ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan
pejalan kaki dan pengendara kendaraan
ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki
ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL
ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan
ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa
harus saling menumpuk
41
ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak
Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini menjadi
jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen
41
Pengelolaan PKL
Pengelolaan PKL di Bundaran
Simpang Lima
Lima Semarang
Pengelolaan PKL di
Kabupaten Jember
Pengelolaan PKL di Kawasan Sekitar Rumah
Sakit dr Kariadi Semarang
Mengakui keberadaan PKL dengan
menuangkannya di dalam produk-
produk tata ruang
Penegakan peraturan
perundagangan yang terkait
dengan PKL
Menjalin kerjasama dengan sektor
formal dalam menyediakan ruang
bagi PKL
Menyediakan ruang perkotaan
yang dikhususkan bagi sektor
informal
Peningkatan citra PKL
Pengakuan terhadap eksistensi PKL
Control terhadap dana bantuan
Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo
Penindakan tegas kepada oknum yang
melakukan perampasan hak pada PKL
dengan dalih keamanan
Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk
menampung aktivitas PKL dan pejalan
kaki
Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan
jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir yang tepat
Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal
Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan
jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir
Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL
dan konsumen yang aman dari gangguan
pejalan kaki dan pengendara kendaraan
41
36 Temuan Studi
Temuan studi ini dimana akan menjawab sasaran yang disesuaikan dari contoh kasus yang ada di Indonesia Berikut adalah tabel matrik temuan
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
Mengetahui
permasalahan
PKL di jalur
pejalan kaki
Keberadaan sektor PKL yang menempati ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima memakai separuh lebih lebar trotoar bahkan seringkali tidak menyisakan sedikit pun ruang untuk pejalan kaki Ruang-ruang trotoar menjadi tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya sebagai ruang pemisah antara ruang yang digunakan untuk sirkulasi pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan Ruang-ruang trotoar tersebut banyak yang beralih fungsi menjadi lokasi berdagang PKL
Peralihan fungsi trotoar ini menyebabkan terganggunya aktivitas pejalan kaki sehingga pejalan terpaksa harus menggunakan jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk berjalan guna menghindari berbagai hambatan di atas trotoar Hal ini menyebabkan pejalan kaki terpaksa harus berhati-hati jika melangkah terkadang juga harus mengalah berjalan pada ruang-ruang jalur lambat dan sebagian badan jalan Kondisi ini sangat tidak aman dan
Masalah yang utama itu dari setiap
pedagang kaki lima di Jalur Pejalan Kaki
di Jalan Samanhudi Jember yaitu
Penggusuran Para PKL liar yang tidak
memiliki TDU(Tanda Daftar Usaha)
mereka biasanya akan di gusur dengan
peringatan yang di berikan sampai di
laksanakan penggusuran paksa padahal
Pedagang kaki lima merupakan salah satu
solusi akan masalah tingginya angka
pengangguran dan sedikitnya lapangan
kerja bagi masyarakat berpendidikan
rendah seperti mereka Pemerintah dalam
hal ini tidak dapat menyediakan lahan
pengganti bagi mereka untuk melanjutkan
usaha mereka jika pun ada pemerintah
menyediakan lahan-lahan yang letaknya
kurang strategis yang secara pasti
menurunkan dan mematikan pendapatan
yang mereka dapatkan dan akhirnya
Legalitas lokasi aktivitas
PKL yang biasanya ditempatkan
di dalam ruang publik seperti di
atas trotoar di atas saluran
drainase taman dan ruang publik
lainnya patut dipertanyakan
karena ketidakberdayaannya
peraturan tersebut dalam
menangani PKL Sebagai contoh
di sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi legalitas lokasi untuk
aktivitas PKL yang linier di
sepanjang jalan yang bertempat di
atas drainase Dalam aspek
apapun hal tersebut tidak dapat
dilegalkan terlebih tidak ada
penjelasan mengenai luasan atau
desain yang diperbolehkan PKL
untuk menggelar dasaran pada
dimensi saluran drainase yang
PKL yang menempati
ruang-ruang trotoar
menyebabkan
terganggunya aktivitas
pejalan kaki
Pemerintah tidak dapat
menyediakan lahan
pengganti
Legalitas lokasi aktivitas
PKL yang biasanya
ditempatkan di dalam
ruang publik seperti di atas
trotoar di atas saluran
drainase taman dan ruang
publik patut
dipertanyakan
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
nyaman bagi pejalan kaki ataupun bagi pengendara kendaraan bermotor karena mengganggu arus lalu lintas dan membahayakan keselamatan jiwa mereka hal seperti ini dapat kita lihat di depan dan di samping Masjid Baiturrahman di depan Citraland Mall di depan dan di samping Plasa Simpang Lima di depan dan di samping Kompleks Pertokoan Simpang Lima di depan dan di samping Ramayana Super Center di depan dan di samping SMKN 7 SemarangKantor Telkom dan di depan Gajahmada Plaza
Pemilihan lokasi PKL dipengaruhi oleh kecenderungan aktivitas PKL yang selalu menentukan lokasi mendekati pusat-pusat keramaian atau pusat-pusat perdagangan dan jasa dan lokasi-lokasi yang sering dikunjungi oleh orang banyak dalam kurun waktu tertentu secara periodik dan menerus Alasan inilah yang kemudian mendasari penentuan lokasi PKL Kawasan Bundaran Simpang Lima untuk berjualan di trotoar karena ruang-ruang jalur pedestrian inilah yang
mereka harus gulung tikar dan menjadi
pengangguran yang semakin menambah
permasalahan di Indonesia Pemerintah
harus mencari cara dan tempat yang baik
untuk mereka berdagang ditengah modal
mereka yang kecil agar di sisi lain semua
para pedagang kaki lima tidak hilang
lapangan kerjanya dan bias melanjutkan
kelangsungan hidupnya
ada Selain itu PKL juga
menempati trotoar yang
mengakibatkan bertambahnya
permasalahan yang terdapat di
lokasi tersebut Imbas secara
langsung dirasakan oleh
pengguna trotoar yaitu pedestrian
ketidaknyamanan bahkan tidak
adanya lagi ruang untuk berjalan
di atas trotoar acapkali menjadi
konsekuensi pedestrian yang
trotoarnya diserobot PKL
Aglomerasi aktivitas PKL yang
berlokasi di sekitar pintu masuk
pengunjung Rumah Sakit dr
Kariadi menyebabkan
penumpukan aktivitas seperti
aktivitas keluar masuk
pengunjung aktivitas jual beli
antara PKL dengan konsumen
lalu lintas kendaraan yang sedang
melewati Jalan dr Kariadi serta
angkutan umum yang sedang
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
dianggap sebagai lokasi yang ramai dikunjungi oleh pejalan kaki yang melakukan pergerakan dalam mencapai tempat tujuan perjalanannya Begitu juga dengan ruang Lapangan Pancasila karena selalu ramai dikunjungi pada hari-hari libur dengan rata-rata pengunjung mencapai 51 ndash 100 oranghari dikarenakan kedudukannya sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya
berhenti mencari penumpang
Sekali lagi permasalahan tersebut
disikapi oleh pemerintah dengan
penertiban dan penggusuran yang
hampir tidak pernah berakhir
manis
Mengetahui
peranan PKL
Kehadiran PKL di Kawasan
Bundaran Simpang Lima juga mampu
menciptakan kehidupan yang menerus
sehingga terhindar dari kematian
kawasan pada saat tertentu akan tetapi
di sisi lain kehadiran PKL
menyebabkan ketidakteraturan
kekumuhan dan kualitas fisik yang
buruk sehingga merusak wajah kota
Selain itu PKL yang berjualan di
Lapangan Pancasila pada malam hari
dengan kehidupan malam dan wanita-
wanita penghibur yang berdandan tebal
Tempat pedagang kaki lima bagi
Masyarakat dijalan Samanhudi Jember
sangat penting sebagai penyedia kebutuhan
yang dibutuhkan oleh Masyarakat Jember
Pedangan kaki lima sangat mempengaruhi
pola pasar dan sosial di Jember khususnya
didaerah Jalan Samanhudi Dalam bidang
perekonomian pedagang kaki lima hanya
berpengaruh sebagai produsen yang
penting bagi Masyarakat Jember
mengingat akan Meningkatnya jumlah
Penduduk Mereka cenderung lebih
memilih membeli pada pedagang kaki lima
Usaha PKL yang terus
berkembang pesat menarik PKL
untuk mempekerjakan karyawan
selain tenaga yang dibutuhkan
memang tidak bisa dikerjakan
sendiri terdapat pula pemilik
modal yang menyewa tempat
usaha namun dijadikan usaha
sampingan sehingga tidak
mengelola secara langsung
usahanya namun dengan
mempekerjakan karyawan PKL
yang statusnya sebagai karyawan
Pedangan kaki lima sangat
mempengaruhi pola pasar
dan sosial
harga yang PKL tawarkan
lebih murah dibandingkan
dengan harga di mall
grosir maupun indogrosir
sebagai salah satu
alternatif lapangan
pekerjaan bagi masyarakat
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
menciptakan kesan negatif dan
memperburuk citra kawasan
daripada membeli di supermarket yang
sudah merajalela di kota Jember pada saat
ini mall atau grosir maupun indogrosir
yang banyak tersebar di kota Jember
dikarenakan harga yang mereka tawarkan
lebih murah
sebanyak 10 dimana karyawan
tersebut memanfaatkan PKL
sebagai lapangan pekerjaan
Sehingga bekerja sebagai
karyawan PKL dapat dikatakan
sebagai salah satu alternatif
lapangan pekerjaan bagi
masyarakat
Mengetahui
pola aktivitas
PKL dijalur
pejalan kaki
Aktivitas PKL sendiri
memiliki kecenderungan untuk
menempati ruang ruang antar aktivitas
yang selalu ramai dilewatidikunjungi
oleh banyak orang dalam melakukan
pergerakan perpindahan dari aktivitas
satu ke aktivitas yang lain atau dari
bangunan perdagangan modern satu ke
bangunan perdagangan modern yang
lain secara periodik dalam rentang
waktu tertentu sehingga kemudian
pilihan ini jatuh kepada jalur-jalur
pedestrian yang notabene merupakan
ruang-ruang terbuka publik yang
PKL berdagang dengan menempati
tempat yang tetap dan tidak berpindah-
pindah
Modal dan aset sebagian besar adalah
milik sendiri
Berdagang di Samanhudi merupakan
usaha utama
Alat peraga PKL pada kawasan ini
dapat dibedakan menjadi
ndashAlat peraga semi permanen dari kayu
dan tenda yang bersifat menetap
ndashAlat peraga dengan bangku meja dan
tenda sekaligus sebagai tempat tinggal
ndashAlat peraga beroda namun menetap
Pola Aktivitas pelayanan PKL di
kawasan sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi pada umumnya melayani
pengunjung rumah sakit namun
tidak menutup kemungkinan
konsumennya adalah pengendara
atau orang yang sedang melintasi
jalan tersebut tanpa bermaksud
untuk masuk ke rumah sakit
Selain itu konsumen
yang berasal dari sekitar lokasi
PKL seperti penduduk
permukiman di sekitarnya
pekerja yang bekerja di sektor
Aktivitas PKL memiliki
kecenderungan untuk
menempati ruang ruang
antar aktivitas yang selalu
ramai dilewatidikunjungi
oleh banyak orang dalam
melakukan pergerakan
perpindahan dari aktivitas
satu ke aktivitas yang lain
atau dari bangunan
perdagangan modern satu
ke bangunan perdagangan
modern
Saat berjualan alat peraga
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
seyogyanya digunakan oleh pejalan
kaki Keberadaan ruang trotoar yang
semakin sempit oleh penggunaan ruang
PKL membuat pejalan kaki
menjatuhkan pilihan untuk melakukan
perjalanan pada ruang-ruang seperti
jalur lambat dan sebagian badan jalan
sehingga mengurangi keamanan jiwa
dan kenyamanan pejalan kaki sendiri
serta pengguna jalan yang lain
(pengendara)
Kegiatan-kegiatan yang
dilakukan oleh pejalan kaki pada
ruang-ruang jalur pedestrian atau
trotoar di Kawasan Bundaran Simpang
Lima adalah kegiatan berjalan dan
berbelanja Sebagian dari pejalan kaki
hanya berjalan melintasi trotoar untuk
menuju lokasi tujuannya akan tetapi
ada pula sebagian dari pejalan kaki
yang berjalan sambil melihat-lihat
bahkan ada yang berbelanja pada PKL
ndashAlat peraga beroda namun menetap
dengan bangku dan meja
ndashHanya berupa matras sebagai alas
dagangan yang dapat berpindah
sewaktu-waktu
Alat peraga yang dipakai untuk usaha
tidak seragam dan tidak menggunakan
desain yang baik sehingga terkesan
kumuh kurang bersih dan sangat
mengganggu wajah kota dan menutup
fasade bangunan di belakangnya
Saat berjualan alat peraga kios
sebagian besar menempati badan jalan
dan trotoar
Saat tidak berjualan alat peraga kios
sebagian besar tetap di lokasi jualan
lama berjualan di Samanhudi sebagian
besar antara 6 ndash10 tahun
Terbanyak dari pedagang belum
pernah bekerja di sektor lain dan dari
semula telah menjadi PKL di
Samanhudidi bandingkan denga harga
yang ada di mall Pedagang
lain sehingga tidak ada batasan
pasti mengenai pola pelayanan
para PKL tersebut
Waktu beraktivitas para
PKL umumnya terbagi menjadi
dua sesi PKL yang pertama
adalah pedagang yang aktivitas
berdagangnya pada pagi hingga
siang hari Pedagang yang kedua
merupakan pedagang yang
mempunyai waktu layanan pada
sore hingga malam hari Namun
tidak menutup kemungkinan
terdapat beberapa PKL yang
berdagang dari pagi hingga
malam hari bahkan buka nonstop
mengingat rumah sakit
beraktivitas selama sehari penuh
sehingga mereka mengikuti
aktivitas sektor formal yang ada
di sekitarnya
Waktu berdagang
tersebut juga disesuaikan dengan
kios sebagian besar
menempati badan jalan
dan trotoar
Waktu beraktivitas para
PKL umumnya terbagi
menjadi dua sesi PKL
yang pertama adalah
pedagang yang aktivitas
berdagangnya pada pagi
hingga siang hari
Pedagang yang kedua
merupakan pedagang yang
mempunyai waktu layanan
pada sore hingga malam
hari Namun tidak
menutup kemungkinan
terdapat beberapa PKL
yang berdagang dari pagi
hingga malam hari bahkan
buka nonstop
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
izin usaha yang diberlakukan oleh
petugas kelurahan sebagai pihak
yang berwenang menangani PKL
Untuk lokasi yang dilarang untuk
PKL oleh PKL tetap digunakan
sebagai lokasi untuk berdagang
dengan waktu berdagang setelah
jam kerja yaitu sore hingga
malam hari
Mengetahui
Pengelolaan
PKL di jalur
pejalan kaki
dalam perkembangannya
pemerintah mengeluarkan SK
Walikota Kota Semarang No 511316
tahun 2001 tentang Penetapan Lahan
yang mengatur tentang lokasi-lokasi
dan waktu aktivitas PKL yang
diperbolehkan oleh pemerintah pada
Kawasan Bundaran Simpang Lima
agar tetap terjaga kerapihan dan
estetikakeindahan wajah kawasannya
yaitu PKL yang berjualan di depan
Kompleks Pertokoan Simpang Lima
depan Ramayana SC depan Kantor
Adanya pengakuan resmi dari
pemerintah terhadap PKL Samanhudi
sebagai salah satu sector ekonomi di
kawasan studi melalui surat keputusan
resmi Surat keputusan ini sekaligus
mengatur hak kewajiban dan
tanggung jawab PKL sebagai
kompensasi perubahan status yang
telah diberikan oleh pemerintah
Pedagang kaki lima perlu untuk
mendapatkan pembinaan dari
pemerintah Kabupaten Jember untuk
meningkatkan kemampuan wirausaha
Pemerintah Kota Semarang
berwenang dalam mengatur
keberadaan PKL di ruang Kota
Semarang seperti yang terdapat di
kawasan sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi dengan bentuk
pengelolaan lokasional (stabilitas
atau pengaturan) dan struktural
(perijinan) Dalam pengaturan
tersebut Pemerintah Kota
Semarang menggunakan dasar
hukum berupa Undang-Undang
Peraturan Pemerintah Peraturan
mengatur tentang lokasi-
lokasi dan waktu aktivitas
PKL yang diperbolehkan
oleh pemerintah agar tetap
terjaga kerapihan dan
estetikakeindahan wajah
kawasannya
Pedagang kaki lima perlu
untuk mendapatkan
pembinaan
Pedestrian dirancang ulang
dengan dilebarkan hingga
area parkiran street
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
TelkomSMKN 7 Semarang depan
Gajahmada Plaza dan depan Masjid
Baiturrahman boleh berjualan dari
pukul 1600 ndash 0400 WIB (khusus pada
Hari Minggu PKL diijinkan untuk
berjualan mulai pukul 0600 ndash 0800
WIB) menempati ruang trotoar dengan
luas areal 4 x 6 meter
Sampai dengan tahun 2008
PKL di Kawasan Bundaran Simpang
Lima mencapai 1536 pedagang dan
ada kecenderungan akan terus
meningkat dari tahun ke tahun (lihat
Tabel III4) Kecenderungan lokasi
PKL pada masa-masa yang akan
datang mengikuti kecenderungan dari
perkembangan aktivitas formal
kawasan yang ada demikian juga
kecenderungan waktu berdagangnya
Melihat kecenderungan aktivitas PKL
kawasan maka SK Walikota Kota
Semarang No 511316 tahun 2001
sudah tidak relevan lagi dan perlu
dan peningkatan kualitas barang
dagang dan pelayanan terhadap
pembeli konsumen sehingga bias
meningkatkan pendapatan dan
aktivitas pedagang kaki lima dapat
member nilai tambah serta dapat
memberkan peluang kerja yang dapat
mengurangi tingkat pengangguran di
Kabupaten Jember Bentuk pembinaan
berupa penyuluhan yang diberikan
berkala secara rutin Program
pembinaan diadakan oleh pemerintah
Paguyuban Samanhudi merupakan
Kelembagaan yang memiliki
kewenangan atau keterikatan dengan
pengelolaan dan pembinaan Pedagang
Kaki Lima KoridorJalan
SamanhudiPaguyuban ini
beranggotakan wakil PKL wakil
pedagang formal wakil pemerintah
dari dinas Kebersihan dan
Pertamanan Dinas Polisi Pamong
Praja Dinas Pariwisata Dinas
Daerah dan Surat Keputusan
Walikota Adapun dasar hukum
yang mengatur secara jelas
mengenai aktivitas PKL di Kota
Semarang yang berlaku saat ini
diantaranya adalah sebagai
berikut
1048707 Peraturan Daerah No 11 Tahun
2000 tentang Pengaturan dan
Pembinaan PKL Perda ini
menjelaskan tentang pengaturan
dan pembinaan PKL di Kota
Semarang seperti pengaturan
tempat usaha hak kewajiban dan
larangan untuk PKL Dalam
kaitannya dengan karakteristik
berlokasi aktivitas PKL
dijelaskan dalam Perda ini yang
terdapat dalam pasal 3 yaitu
penempatan lokasi kegiatan PKL
diatur dengan mempertimbangkan
tempat kepentingan untuk umum
lainnya seperti kepentingan untuk
sehingga jalur aktif
kendaraan tidak
mengalami penyempitan
mengatur keberadaan PKL
di ruang Kota dengan
bentuk pengelolaan
lokasional (stabilitas atau
pengaturan) dan struktural
(perijinan)
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
ditinjau kembali sesuai dengan
kecenderungan dan kebutuhan yang
ada di lapangan
Pendapatan dan Dinas LPMK
Kabupaten Jemberserta pihak
penengah selaku penasehat dan pihak
netral yang diwakili oleh pakar PKL
dari universitas tokoh masyarakat dan
pakar PKL lainnya
Penerapan tema khusus pada penataan
PKL kawasan studi agar mempunyai
cirri khas dan dapat mengangkat citra
kawasan dan meningkatkan daya tarik
kawasan Contoh produk khas
jember yang dapat diangkat sebagai
tema adalah tembakau rookk dan
cerutu mengingat Jember sebagai
penghasil tembakau terbesar di Jawa
Kegiatan khas Jember yang dapat
diangkat sebagai tema yaitu Jember
Fashion Carnaval Penerapan tema
dapat diaplikasikan pada sarana usaha
PKL finishing pedestrian perabot
kota dan elemen pendukung lainnya
Pedestrian dirancang ulang dengan
pejalan dan untuk sirkulasi
kendaraan Untuk lebih jelas
mengenai detail isi perda tersebut
dapat dilihat pada Lampiran F
1048707 Surat Keputusan Walikota
Semarang No 51136 Tahun
2001 tentang lokasi PKL di Kota
Semarang dimana di dalamnya
diantaranya mengatur luas area
batas pemakaian area waktu
aktivitas dan tempat aktivitas
PKL Ruas kanan Jalan dr
Kariadi dari arah Jalan Veteran
merupakan lokasi yang
diperbolehkan untuk aktivitas
PKL Lokasi tersebut menempati
trotoar serta bangunan berupa
semi permanen Untuk lebih jelas
mengenai detail isi SK tersebut
dapat dilihat pada Lampiran F
1048707 Perda No 6 Tahun 2004
tentang Rencana Detail Tata
Ruang Kota Semarang Bagian
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
dilebarkan hingga area parkiran street
sehingga jalur aktif kendaraan tidak
mengalami penyempitan Diberikan
perbedaan yang tegas antara ruang
PKL dan ruang pejalan kaki dan jalur
kendaraan berupa perbedaan tinggi
lantaiSehingga dikemudian hari kios
PKL tidak melebar ke segala sisi
Wilayah Kota (BWK) I
(Kecamatan Semarang Tengah
Semarang Timur dan Semarang
Selatan Tahun 2000-2010 Perda
tersebut menjelaskan mengenai
fungsi serta peran BWK I yang
terkait dengan sektor formal di
wilayah tersebut yaitu penjelasan
mengenai fasilitas kesehatan yang
berada khususnya di Kelurahan
Randusari Selain itu dijelaskan
pula kelas Jalan dr Kariadi Jalan
dr Soetomo dan Jalan Veteran
serta jalur transportasi yang
melaluinya
41
Semakin berorientasi ke arah Jalan Pahlawan suasana kawasan akan lebih didominasi
oleh suasana aktivitas pemerintahan dengan bangunan gedung berlian sebagai ciri khas
koridor jalan yang berdinding masif Semakin berorientasi ke arah Jalan Pandanaran
Achmad Yani dan KH Achmad Dahlan suasana kawasan akan banyak didominasi oleh
akivitas-aktivitas perkantoran Semakin berorientasi ke arah Jalan Gajahmada suasana
kawasan didominasi oleh aktivitas-aktivitas perkantoran dan pendidikan Nuansa
kawasan yang ditimbulkan oleh bangkitan dan tarikan aktivitas-aktivitas pemerintahan
pendidikan dan perkantoran ini tentu berbeda dengan nuansa kawasan yang banyak
dipengaruhi oleh bangkitan dan tarikan yang ditimbulkan oleh aktivitas perdagangan dan
jasa kawasan Penggunaan ruang untuk aktivitas yang berbeda-beda di Kawasan
Bundaran Simpang Lima mampu menciptakan nuansa yang berbeda-beda pula
Keberadaan aktivitas perdagangan dan jasa yang terjadi terbukti telah mampu
memberikan kehidupan yang menerus pada kawasan studi seiring dengan perkembangan
aktivitas sektor informal kawasan (PKL) yang hidup sepanjang waktu
Lain halnya dengan keberadaan aktivitas-aktivitas lain yang bersifat formal seperti
perkantoran pendidikan olahraga serta perdagangan dan jasa formal yang hidup pada
waktu-waktu tertentu saja Aktivitas perkantoran hanya hidup dari pagi sampai dengan
jam kantor selesai yang biasanya berlangsung dari pukul 0800 ndash 1700 WIB Aktivitas
olahraga juga biasanya berlangsung di pagi hari (0500 ndash 0900 WIB) atau sore hari saja
(1500 ndash 1800 WIB) Demikian halnya dengan aktivitas pendidikan yang hidup mulai
dari pagi sampai dengan jam pulang sekolah tiba (0700 ndash 1400 WIB) Selebihnya
aktivitas-aktivitas ini akan mati tanpa kegiatan-kegiatan perkantoran olahraga dan
proses belajarmengajar Secara informal aktivitas PKL yang menempati ruang-ruang
trotoar kawasan ruang trotoar dan tengah Lapangan Pancasila yang notabene merupakan
ruang-ruang terbuka publik kawasan yang seyogyanya merupakan ruang-ruang yang
terbuka untuk umum dan masyarakat dapat dengan bebas mengakses ruangruang ini
memiliki karakteristik yang sama yaitu menempati lokasi-lokasi dengan tingkat
aglomerasi pengunjung kawasan yang tinggi atau ramai dikunjungi oleh orang dalam
jumlah yang banyak dalam kurun waktu tertentu secara periodic yang melakukan
kegiatan bersama-sama
Adapun penyebaran masing-masing aktivitas PKL kawasan studi ini
ditentukandibentuk oleh bentukan ruang yang ditempatinya Aktivitas PKL yang
menempati ruang-ruang trotoar memiliki penyebaran yang memanjang secara linier pada
ruang-ruang jalur sirkulasi pedestrian karena dipengaruhi oleh bentukan ruang jalur
41
sirkulasi pejalan kaki yang memanjang mengikuti jalur sirkulasi utama kawasan dengan
display barang dagangan yang ditata berderet secara memanjang pula (sedangkan khusus
untuk PKL yang berjualan pada ruang trotoar di tepi Lapangan Pancasila display barang
dagangan ditata sedemikian rupa secara berderet memanjang dan berhadap-hadapan)
sedangkan aktivitas PKL yang menempati tengah Lapangan Pancasila memiliki
penyebaran yang mengelompok karena memiliki bentukan ruang yang lebih leluasa
dalam pergerakan sesuai dengan karakter ruang sebagai satu-satunya ruang terbuka
publik yang luas di Kota Semarang dengan display barang dagangan yang ditata
sedemukian rupa secara berkelompok berdasarkan jenis-jenis barang dagangannya
dengan maksud untuk mempermudah pembeli memilih jenis barang yang diinginkan
dengan memberikan lebih banyak variasi barang dari beberapa pedagang yang sejenis
Sedangkan perkembangan aktivitas PKL Kawasan Bundaran Simpang Lima
dipengaruhi oleh perkembangan aktivitas perdagangan dan jasa kawasan sebagai
aktivitas yang mendominasi kawasan pusat kota dan kecenderungan aktivitas PKL
memilih lokasi-lokasi dengan karakter ruang sebagai ruang yang memiliki akumulasi
orang dalam jumlah yang banyak pada jangka waktu tertentu secara periodik berada
pada pusat-pusat kegiatanwadah aktivitas-aktivitas kota sehingga sering dikunjungi
warga masyarakat dalam jumlah besar dan memiliki lokasi yang strategis dengan
aksesibilitas yang tinggi sehingga memudahkan pencapaian calon pembeli meski
dilakukan dalam ruang yang relatif sempit dan umumnya tidak memerlukan ketersediaan
adanya fasilitas-fasilitas pelayanan umum
2 Analisis Ruang Jalur Sirkulasi Pedestrian Kawasan
Kawasan Bundaran Simpang Lima memiliki lokasi yang strategis sebagai simpul
pergerakan dari lima ruas jalan yang terdiri atas Jalan Pandanaran Gajahmada KH Achmad
Dahlan Ahmad Yani dan Pahlawan yang bermuara pada sirkulasi di Jalan Simpang Lima
yang mengelilingi Lapangan Pancasila membentuk loop dan menjadi penghubung antara
rdquokota atasrdquo dan rdquokota bawahrdquo Semarang Secara ekonomi maupun transportasi kawasan ini
mempunyai kemampuan berkembang dengan sangat cepat Intensitas lalu-lintas dan volume
kendaraan di kawasan ini tergolong tinggi mengingat aksesibilitasnya yang tinggi pula
dikarenakan pencapaiannya yang mudah dari segala penjuru kawasan dengan moda
kendaraan pribadi maupun umum yang melintasi maupun bertujuan ke kawasan ini (dari data
yang ada menunjukkan volume kendaraan yang bergerak mencapai 17051 buah)
Pembahasan mengenai ruang sirkulasi kawasan ini akan lebih ditekankan pada ruang-
ruang sirkulasi untuk manusiapejalan kaki sebagai ruang terbuka publik kawasan Perilaku
41
pejalan kaki pada ruang-ruang terbuka Kawasan Bundaran Simpang Lima identik selalu
berjalan secara berpasangan atau lebih (berkelompok) memilih jalur dengan jarak terpendek
dan yang dianggap paling nyaman Pergerakan antarbangunan tertinggi pada kawasan adalah
dari Citraland Mall ke Plasa Simpang Lima dan sebaliknya (852 dan 708 pejalan pada jam
puncak sabtu malam) Hal ini menunjukkan bahwa pergerakan pejalan kaki banyak
dipengaruhi oleh bangkitan dan tarikan dari fungsi perdagangan dan jasa di sekitar kawasan
Penyediaan ruang terbuka publik untuk pejalan kakijalur pedestrian di Kawasan
Bundaran Simpang Lima diwujudkan dalam bentuk ruang-ruang trotoar pada muka bangunan
dengan teknik segregasi yang terpisah dari jalur sirkulasi kendaraan dengan tujuan untuk
memberikan arah yang jelas dan menggunakan perkerasan berupa paving Ruang-ruang
trotoar yang dibangun memanjang mengikuti jalurkoridor-koridor jalan pada kawasan studi
dibangun dengan permukaan yang naik-turun dan terputus-putus demi menghormati jalan
masuk kendaraan adalah salah satu bukti betapa perencanaan dan pembangunan yang
dilakukan di Kota Semarang lebih mengutamakan sirkulasi kendaraan dan bukan manusia
Menurut fungsinya adanya kecenderungan sirkulasi kawasan yang berorientasi pada
kendaraan ini seiring dengan munculnya fenomena pergeseran fungsi ruang pejalan kaki
kawasan studi yang merupakan ruang terbuka public menjadi ruang-ruang privat untuk
berjualan PKL yang mengakibatkan keberadaan hak pejalan kaki atas ruang terbuka publik
kawasan yang sehat dan layak secara fisik sering kali terabaikan Hal ini mengakibatkan
semakin sempitnya ruangruang terbuka publik yang manusiawi pada koridor-koridor kelima
ruas jalan dan potensi interaksi sosial pada ruang terbuka publik tersebut pun akan semakin
berkurang
Aktivitas PKL sendiri memiliki kecenderungan untuk menempati ruang ruang antar
aktivitas yang selalu ramai dilewatidikunjungi oleh banyak orang dalam melakukan
pergerakan perpindahan dari aktivitas satu ke aktivitas yang lain atau dari bangunan
perdagangan modern satu ke bangunan perdagangan modern yang lain secara periodik dalam
rentang waktu tertentu sehingga kemudian pilihan ini jatuh kepada jalur-jalur pedestrian
yang notabene merupakan ruang-ruang terbuka publik yang seyogyanya digunakan oleh
pejalan kaki Keberadaan ruang trotoar yang semakin sempit oleh penggunaan ruang PKL
membuat pejalan kaki menjatuhkan pilihan untuk melakukan perjalanan pada ruang-ruang
seperti jalur lambat dan sebagian badan jalan sehingga mengurangi keamanan jiwa dan
kenyamanan pejalan kaki sendiri serta pengguna jalan yang lain (pengendara)
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh pejalan kaki pada ruang-ruang jalur pedestrian
atau trotoar di Kawasan Bundaran Simpang Lima adalah kegiatan berjalan dan berbelanja
41
Sebagian dari pejalan kaki hanya berjalan melintasi trotoar untuk menuju lokasi tujuannya
akan tetapi ada pula sebagian dari pejalan kaki yang berjalan sambil melihat-lihat bahkan ada
yang berbelanja pada PKL
Pejalan kaki di Kawasan Simpang Lima umumnya berjalan secara berombongan
antara 2 ndash 5 orang yang didominasi oleh jenis kelamin perempuan (51) yang memiliki
tujuan untuk rekreasi dan olah raga (33) atau berbelanja (29) dengan usia rata-rata 0 ndash 25
tahun (67) dengan profesi sebagai mahasiswapelajar (31) dan karyawan (25)
Hal tersebut menunjukkan bahwa pengunjung kawasan didominasi oleh anak-anak
muda kaum perempuan karena sebagian besar kaum perempuan inilah yang gemar dengan
aktivitas berlanja sebab kawasan studi didominasi oleh aktivitas perdagangan dan jasa
Pengunjung kawasan identik dengan pengguna ruang terbuka publik kawasan yang
didominasi oleh kaum perempuan dengan usia berkisar antara 0 ndash 25 tahun dengan profesi
sebagai pelajarmahasiswa dan karyawan dengan tujuan untuk melakukan kegiatan
rekreasiolahraga dan berbelanja karena kaum perempuan ini lah yang memiliki sifat dasar
senang berbelanja Usia rata-rata pengunjung yang masih muda dengan profesi pelajar
mahasiswa dan karyawan menunjukkan bahwa pada usia-usia inilah orang relative
membutuhkan rekreasihiburan dan olah raga
Arah pergerakan pejalan kaki pada ruang-ruang terbuka publik kawasan dipengaruhi oleh
tujuannya pada kawasan studi arah pergerakan tersebut adalah
a Tujuan Pergerakan untuk Melakukan Perpindahan Antar bangunan
Tujuan pejalan kaki untuk melakukan pergerakan perpindahan antar bangunan
perdagangan dan jasa modern dilakukan pada ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran
Simpang Lima yang menjadi penghubung antaraktivitas dengan karakter pergerakan
yang memanjang secara linier sepanjang trotoar mengikuti ketersediaan jalur-jalur
sirkulasi utama kawasan
Arah pergerakan pejalan kaki dalam melakukan pergerakan perpindahan
antarbangunan dilakukan secara linier dan memanjang pada trotoar Kawasan
Bundaran Simpang Lima disebabkan oleh bentukan ruang jalur pedestrian yang
memanjang sepanjang jalur sirkulasi utama kawasan
b Tujuan Pergerakan untuk Berbelanja pada PKL Sepanjang Trotoar Kawasan
dan Tepi Lapangan Pancasila
Arah pergerakan pejalan kaki dengan tujuan berbelanja pada PKL sepanjang
trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima memiliki karakter pergerakan linier yang
41
memanjang sedangkan arah pergerakan pejalan kaki dengan tujuan berbelanja pada
PKL di tepi Lapangan Pancasila memiliki arah pergerakan linier yang melingkar
Arah pergerakan pejalan kaki dalam melakukan aktivitas berbelanja pada PKL
sepanjang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima ini disebabkan oleh pengaturan
display barang dagangan PKL yang ditata sedemikian rupa secara berderet linier
searah dan memanjang mengikuti bentukan ruang jalur pedestrian yang ada
Sedangkan arah pergerakan pejalan kaki dengan tujuan berbelanja pada PKL
di tepi Lapangan Pancasila disebabkan oleh display berbagai jenis barang dagangan
yang ditata sedemikian rupa secara linier berhadap-hadapan dan melingkar mengkuti
bentukan ruang jalur pedestrian yang persegi membulat membingkai Lapangan
Pancasila
c Tujuan Pergerakan untuk Melakukan Olahraga Rekreasi dan Hiburan serta Berbe
lanja
Pada PKL di Tengah Lapangan Pancasila Tujuan pejalan kaki untuk
melakukan aktivitas olahraga rekreasi dan hiburan serta berbelanja pada PKL di
tengah Lapangan Pancasila memiliki karakter pergerakan yang curvelinier karena
setiap pergerakan yang dilakukan tidak dibatasi oleh batasan-batasan fisik tertentu
sehingga pergerakan yang terjadi adalah bebas dan tidak beraturan
Arah pergerakan pejalan kaki dalam melakukan aktivitas olahraga rekreasi
dan hiburan serta berbelanja pada PKL di tengah lapangan secara curvelinier ini juga
disebabkan oleh karakter kedatangan pengunjung yang dilakukan secara berpasangan
atau berkelompok
Sumber Hasil Analisis Dini Tri Haryanti ST 2008
Gambar 32Ruang Jalur Sirkulasi Pedestrian Kawasan
41
Aktivitas perdagangan dan jasa kawasan menjadi bangkitan dan tarikan pengunjung
kawasan sehingga meningkatkan intensitas jumlah pejalan kaki pada ruang-ruang terbuka
publik di kawasan ini Keberadaan aktivitas PKL pada sepanjang ruang-ruang trotoar
kawasan seiring dengan tingginya jumlah pergerakan pejalan kaki antarbangunan formal
mengakibatkan pergerakan yang rdquomenerusrdquo dengan pencapaian pada tujuan yang rdquomemutarrdquo
Pergerakan rdquomenerusrdquo yang dimaksud adalah pergerakan pejalan kaki yang dilakukan
pada ruang-ruang terbuka publik kawasan studi dengan tujuan untuk melakukan perpindahan
antarbangunan formal (bangunan perdagangan modern) dan aktivitas berbelanja pada PKL
yang berjualan di sepanjang ruang trotoar kawasan melalui ruang-ruang jalur sirkulasi
pedestrian kawasan yang tersedia secara linier dan memanjang mengikuti jalur sirkulasi
utama (jaringan jalan) kawasan dari satu bangunan ke bangunan yang lain dan dari satu PKL
ke PKL yang lain dengan perjalanan yang tanpa terputusberhenti pada titik lokasi tertentu
meski berhenti pun hanya untuk beberapa saat untuk istirahat dan melihat-lihat dengan lebih
jelas obyek yang dimaksud
Pergerakan pejalan kaki kawasan pada trotoar Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk
berbelanja pada PKL memiliki arah pergerakan yang linier dan memanjang sepanjang jalur
trotar yang disebabkan oleh pengaturan display barang dagangan PKL yang ditata berderet
memanjang sepanjang jalur Pergerakan menerus ini terjadi sebagai akibat dari pergerakan
dengan tujuan untuk melakukan perpindahan antarbangunan melalui ruang-ruang jalur
sirkulasi pejalan sambil melihat-lihat dan berbelanja pada PKL yang berjualan hampir pada
seluruh ruang trotoar kawasan studi Semisal pergerakan pejalan kaki kawasan dengan tujuan
untuk melakukan perpindahan dari bangunan Plasa Simpang Lima menuju Ramayana SC
harus melewati jalur sirkulasi pejalan kaki sepanjang trotoar dari depan Plasa Simpang Lima
Kompleks Pertokoan Simpang Lima dan Ramayana SC yang dipenuhi oleh PKL sambil
melihat-lihat display barang dagangan yang diperjualbelikan maupun sekaligus membelinya
begitu juga dengan pergerakan perpindahan antarbangunan yang lain sehingga dengan
demikian tercipta pergerakan yang menerus
Dari sisi intensitasnya pergerakan pejalan kaki yang menerus ini semakin berkurang
jumlahnya ketika sampai pada ruang sirkulasi pejalan kaki di depan Hotel Ciputra Aktivitas
dan keberadaan PKL hampir tidak ada di sepanjang trotoar di depan bangunan hotel
pergerakan pejalan kaki pun diarahkan menempati ruang-ruang sirkulasi yang bersifat privat
yaitu ruang-ruang sirkulasi pejalan di dalam Mall Ciputra untuk menjaga image dan kesan
rapi pada muka bangunan hotel sesuai dengan peraturan hotel Namun kenyataan yang ada di
41
lapangan masih adanya beberapa pergerakan di depan hotel lebih banyak disebabkan oleh
perilaku dan sifat pejalan kaki kawasan yang cenderung memilih rute terpendek dalam
perjalanannya untuk mencapai tujuan
Sedangkan pencapaian rdquomemutarrdquo yang dimaksud adalah pencapaian tujuan suatu
perjalananpergerakan yang dilakukan oleh pejalan kaki akibat pergerakan yang mengikuti
sistem sirkulasi jalur utama kawasan yang membentuk loop sehingga berdampak pada
pencapaian suatu bangunan formal kawasan dengan arah yang memutar dan melalui beberapa
persimpangan sekaligus Semisal untuk mencapai lokasi tujuan pada Ramayana SC pejalan
kaki dari bangunan Masjid Baiturrahman harus melakukan pergerakan perpindahan dari
bangunan Citraland Mall menuju bangunan Kompleks Pertokoan Simpang Lima baru
kemudian mencapai bangunan Ramayana SC atau dari bangunan Gajahmada Plaza dulu
kemudian menuju bangunan kantor TelkomSMKN 7 Semarang baru mencapai bangunan
Ramayana SC Begitu juga pergerakan-pergerakan dengan tujuan pencapaian pada bangunan-
bangunan formal yang lain
Pergerakan dengan pencapaian rdquomemutarrdquo pada ruang-ruang sirkulasi pejalan kaki
kawasan sebenarnya dapat dicari alternatif lain yaitu dengan dengan memotong jalur
sirkulasi utama Pergerakan memotong jalur ini dapat menjadi alternatif pergerakan yang
dilakukan untuk mencapai pada bangunan yang dituju dengan melalui ruang Lapangan
Pancasila namun pergerakan semacam ini kurang diminati oleh penggunapejalan kaki
kawasan sebab ruang lapangan yang tanpa aktivitas akan terasa lebih panjang dan
membosankan
B Analisis Pola Pemanfaatan Ruang Terbuka Publik Kawasan
1 Analisis Pola Pemanfaatan Ruang dan Aktivitas pada Ruang Terbuka Publik
Kawasan
Sebagaimana yang telah diuraikan dalam tahap analisis ruang dan aktivitas kawasan
bahwa aktivitas-aktivitas yang berlangsung di atas ruang Lapangan Pancasila sebagai ruang
terbuka publik kawasan adalah aktivitas politik peribadatan massal olahraga rekreasi dan
hiburan Aktivitas sector informal yang berlangsung pada ruang terbuka publik kawasan
adalah aktivitas PKL
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan berdasarkan aktivitasnya terpusat
menempati Lapangan pancasila sebagai satu-satunya ruang terbuka publik kota yang menjadi
wadah interaksi sosial masyarakatnya didukung oleh daya tampung ruang yang cukup luas +
4 Ha dengan lokasinya yang strategis terletak di tengah-tengah kawasan pusat kota yang
41
memiliki aksesibilitas yang tinggi sehingga mudah dicapai dari segala penjuru kota
menggunakan berbagai jenis moda kendaraan baik kendaraan pribadi maupun angkutan
umum Pola pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan berdasarkan aktivitasnya pada ruang
Lapangan Pancasila berlangsung secara berkelompok dan masing-masing mengumpul
berdasarkan jenis aktivitasnya sebagai akibat oleh adanya
a) Kecenderungan aktivitas yang berlangsung pada ruang terbuka publik ini adalah
aktivitas-aktivitas yang dilakukan secara berkelompok
b) Melibatkan orang dalam jumlah yang banyak
c) Bentukan ruang yang membentuk persegi membulat dengan daya tamping ruang yang
cukup besar
d) Memungkinkan pergerakan secara bebas dan tidak beraturan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan berdasarkan aktivitas sektor
informalnya didominasi oleh pola pemanfaatan aktivitas PKL yang menempati ruang trotoar
kawasan trotoar dan tengah Lapangan Pancasila yaitu
1) Pola Pemanfaatan Trotoar Sepanjang Tepi Jalan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh
aktivitas PKL sepanjang trotoar kawasan di depan Citraland Mall depan Plasa Simpang
Lima depan Kompleks Pertokoan Simpang Lima depan Ramayana SC depan kantor
TelkomSMKN 7 Semarang depan Gajahmada Plaza dan depan Masjid Baiturrahman
membentuk pola ldquolinier yang memanjangrdquo dikarenakan oleh bentukan ruang-ruang
trotoar ini yang merupakan suatu jalur penghubung secara linier antaraktivitasbangunan
perdagangan dan jasa kawasan pada tepi jalan di muka bangunan sehingga menimbulkan
sejumlah akumulasi pengunjung yang tinggi secara periodic berdasarkan waktu
berlangsungnya aktivitas formal yang memanjang mengikuti pola jalur sirkulasipola
jaringan jalan utama kawasan Adanya beberapa bangunan formal dengan ciri aktivitas
perdagangan dan jasa yang terletak secara berdekatan satu sama lain dalam kawasan ini
maka dengan sendirinya akan menjadi daya tarik yang sangat kuat untuk dikunjungi oleh
calon pembeli yang mengakibatkan timbulnya akumulasi pengunjung pada kawasan
terutama di sekitar kegiatan yang dimaksud
Situasi inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh PKL kawasan studi untuk
mengembangkan usahanya dengan menjaring calon pembeli pada ruangruang di
sepanjang jalur pada muka bangunan ini memanfaatkan peluang banyaknya pejalan yang
melalui sepanjang jalur ini dan mengikuti pola jaringan jalan kawasan agar
41
keberadaannya di sepanjang tepi jalan ini juga dapat terlihat dan menarik para pengendara
pengguna jalan kawasan
Adapun display bebagai jenis barang dagangan PKL yang disuguhkan secara berderet
memanjang pada ruang trotoar ini memberi kemudahan pengunjung kawasan baik
pejalan kaki maupun pengendara untuk dapat lebih jelas melihat dan memilih jenis-jenis
barang yang diperdagangkan
2) Pola Pemanfaatan Trotoar Tepi Lapangan Pancasila
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh
aktivitas PKL sepanjang trotoar Lapangan Pancasila membentuk pola ldquolinier yang
melingkarrdquo dikarenakan oleh bentukan ruang sirkulasi pedestrian lapangan yang
membingkai lapangan dengan bentuk persegi membulat dan pola sirkulasi utama kawasan
yang bermuara pada Lapangan Pancasila dengan membentuk loop Adanya kedudukan
Lapangan Pancasila sebagai satu-satunya ruang terbuka publik yang luas di Kota
Semarang sebagai wadah interaksi sosial yang dimanfaatkan oleh warga masyarakat Kota
Semarang dan sekitarnya untuk melakukan berbagai macam aktivitas seperti olah raga
rekreasi dan hiburan mengakibatkan timbulnya akumulasi pengunjung dalam jumlah
yang besar pada area ini khususnya pada hari liburMinggu pagi sehingga banyak PKL
yang tertarik untuk menempati lokasi ini untuk menjajakan barang dagangannya Display
berbagai jenis barang dagangan disuguhkan secara linier sepanjang trotoar dengan
berhadap-hadapan untuk memberi banyak pilihan dan variasi barang kepada calon
pembeli dengan suasana yang santai dan rekreatif
3) Pola Pemanfaatan Tengah Lapangan Pancasila
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh
aktivitas PKL di tengah Lapangan Pancasila membentuk pola ldquoberkumpul yang
mengelompokrdquo berdasarkan jenis barang dagangannya dikarenakan bentukan ruang
Lapangan Pancasila yang tanpa adanya pembatas fisik antarPKL dengan daya tampung
ruang yang cukup besar sehingga memungkinkan adanya pergerakan pengunjung yang
bebas dan tidak beraturan dan penataan display barang dagangan yang disajikan secara
mengelompok berdasarkan jenis barang dagangannya masing-masing sehingga
memudahkan calon pembeli memilih jenis barang yang diinginkan dengan banyaknya
variasi barang yang disuguhkan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh PKL
akan semakin berkurang intensitasnya apabila semakin menjauh dari kawasan studi
Intensitas pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan oleh aktivitas PKL pada koridor
41
kelima ruas jalan kawasan semakin menurun karena jalan-jalan ini berorientasi pada
aktivitas-aktivitas yang berbeda yang berlangsung pada kelima ruas jalan antara aktivitas
perkantoran pemerintahan dan pendidikan yang ditandai dengan adanya kepadatan
beberapa bangunan fasilitas perkantoran pemerintahan dan pendidikan pada koridor-
koridor kelima ruas jalan ini
Adanya bangkitan aktivitas nonekonomi ini mengakibatkan rendahnya akumulasi
pengunjung kawasan pada tepi jalan-jalan ini Hal inilah yang menjadi alasan mengapa
ruang-ruang trotoar koridor jalan ini kurang diminati oleh PKL meskipun ada beberapa
PKL yang berjualan pada beberapa penggal jalan namun keberadaannya terputus dan
tidak menerus seperti pada keberadaan PKL pada ruang sirkulasi pejalan kaki di
sepanjang trotoar Jalan Pahlawan yang identik sebagai area yang berorientasi pada
aktivitas pemerintahan Jalan KH Achmad Dahlan Pandanaran dan Achmad Yani yang
identik sebagai area yang berorientasi pada aktivitas perkantoran dan Jalan Gajahmada
yang identik sebagai area yang berorientasi pada aktivitas perkantoran dan pendidikan
Menurut kriteria pemilihan lokasinya aktivitas-aktivitas PKL memiliki
kecenderungan menempati lokasi atau ruang-ruang dengan tingkat akumulasi orang yang
melakukan kegiatan secara bersama-sama pada waktu yang relative sama pula Adanya
fungsi kawasan sebagai CBD tentu tidak lepas dari aktivitas perdagangan dan jasa yang
berlangsung di atasnya sehingga menimbulkan sejumlah akumulasi pengunjung yang
tidak sedikit Fenomena tumbuhnya sector informalPKL ini tak lepas dari keberadaan
aktivitas formal yang tumbuh dan berkembang sebagai aktivitas pendukung (activity
support) yang tidak dapat dihindarkan dan digusur begitu saja melainkan diantisipasi dan
diperhitungkan kebutuhan ruangnya
2 Analisis Pola Pemanfaatan Ruang Jalur Sirkulasi Pedestrian Kawasan
Pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan sebagai jalur sirkulasi pejalan kaki
merupakan jenis pemanfaatan sebagai pemenuhan akan kebutuhan ruang pejalan yang
memisahkan ruang pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan kawasan demi meminimalisasi
konflik kepentingan yang dapat mengakibatkan ketidaknyamanan pejalan kaki maupun
pengguna jalan yang lain (pengendara)
Namun dalam perkembangannya ruang-ruang di tepi jalan ini mengalami pergeseran
fungsi ruang menjadi lokasi aktivitas PKL sehingga kemudian pejalan kaki harus
menjatuhkan pilihannya untuk berjalan melalui jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk
mencapai tujuan dalam pergerakannya
41
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima sebagai
ruang sirkulasi pedestrian dibentuk oleh arah pergerakan pejalan yang dipengaruhi oleh
tujuan dalam melakukan perjalanannya
a Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Melakukan Perpindahan Antarbangunan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima dengan
tujuan untuk melakukan pergerakan perpindahan antarbangunan membentuk pola
rdquomenerus yang melingkarrdquo dikarenakan arah pergerakan pejalan yang menerus pada
sepanjang ruang trotoar di muka bangunan kawasan mengikuti pola sirkulasi utama
kawasan yang membentuk loop
Pola pemanfaatan yang rdquomenerusrdquo ini disebabkan oleh kontinuitas pergerakan pejalan
kaki kawasan dalam melakukan perpindahan antar bangunan formal (perdagangan
modern) pada ruang-ruang trotoar sebagai ruang penghubung antaraktivitas formal
kawasan Pola pergerakan pejalan kaki yang menerus ini merupakan bangkitan dari
tarikan aktivitas perdagangan dan jasa formal kawasan yang menjadi alasan pengunjung
melakukan pergerakan berpindah antarbangunan
Pergerakan pejalan yang rdquomenerusrdquo ini juga dipengaruhi oleh keberadaan aktivitas
PKL di sepanjang ruang trotoar kawasan yang memberi kehidupan menerus pada ruang-
ruang ini Pergerakan menerus dilakukan oleh pejalan kaki kawasan secara linier pada
tepi jalan mengikuti pola jaringan jalan utama kawasan dan memanjang menuju lokasi
pencapaian tujuan pergerakan
Pola pemanfaatan ruang yang rdquomelingkarrdquo disebabkan oleh pencapaian tujuan pada
bangunan perdagangan modern kawasan secara memutar Sistem pencapaian bangunan
formal (perdagangan) yang memutar ini dipengaruhi oleh sistem sirkulasi utama kawasan
yang memiliki muara pada Jalan Simpang Lima (Lapangan Pancasila) dan membentuk
loop dimana dalam bentuk pencapaian yang loop ini diperlukan waktu untuk
mencapainya karena harus melewati banyak persimpangan-persimpangan yang
merupakan simpul-simpul bertemunya arus lalu lintas dari kelima ruas jalan kawasan
pada muaranya di Jalan Simpang Lima
b Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Berbelanja pada PKL di Sepanjang
Trotoar Kawasan dan Tepi Lapangan Pancasila Pola pemanfaatan ruang terbuka
publik Kawasan Simpang Lima dengan tujuan untuk berbelanja pada PKL di sepanjang
trotoar kawasan kurang lebih sama dengan pola pemanfaatan ruang dengan tujuan
melakukan perpindahan antarbangunan formal kawasan yaitu membentuk pola rdquomenerus
41
yang melingkarrdquo sepanjang ruang-ruang trotoar pada muka bangunan formal kawasan
mengikuti pola jaringan jalan utama kawasan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh aktivitas PKL pada sepanjang trotoar
kawasan dipengaruhi oleh penataan display berbagai jenis barang dagangan PKL yang
ditata sedemikian rupa berderet secara linier pada muka bangunan dan memanjang
mengikuti bentukan ruang trotoar sehingga mempermudah calon pembeli baik oleh
pejalan kaki maupun pengguna jalan yang lain (pengendara) untuk melihat dan memilih
jenis-jenis barang yang diinginkan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik dengan tujuan berbelanja pada PKL yang
berjualan di tepi Lapangan Pancasila membentuk pola rdquolinier yang melingkarrdquo mengkuti
sistem sirkulasi utama kawasan yang membentuk loop dengan muara sirkulasi pada
lapangan Pola pemanfaatan yang linier dipengaruhi oleh penataan display barang
dagangan yang ditata sedemikian rupa secara linier pada tepi Lapangan Pancasila (trotoar
lapangan) berhadaphadapan dengan sirkulasi pengunjung PKL yang berada pada tengah
ruang trotoar sebagai ruang yang tersisa dari kedua sisi ruang yang digunakan oleh PKL
Pola pemanfaatan ruang yang rdquomelingkarrdquo dipengaruhi oleh bentukan ruang yang
persegi membulat dengan trotoar sebagai pembingkai ruang lapangan Pemanfaatan yang
melingkar ini dibentuk oleh pergerakan pengunjung PKL yang menerus tanpa terputus
pada ruang trotoar tepi Lapangan Pancasila
c Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Melakukan Aktivitas Olahraga Rekreasi dan
Hiburan Berbelanja Pada PKL di Tengah Lapangan Pancasila
Pola pemanfaatan ruang Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk melakukan aktivitas
olahraga rekreasi dan hiburan serta berbelanja pada PKL yang berjualan di tengah
Lapangan Pancasila memiliki pola pergerakan rdquocurvelinierrdquo Aktivitas-aktivitas ini
cenderung dilakukan secara berkelompok mengingat daya tampung ruang lapangan yang
cukup besar sehingga memungkinkan untuk pergerakan yang bebas dan santai dengan
suasana rekreatif dengan arah pergerakan yang tidak beraturan dikarenakan tanpa adanya
bentukan fisik pembatas antaraktivitas kegiatan Aktivitas olahraga yang seringkali
dilakukan menempati ruang Lapangan Pancasila adalah olahraga sepak bola dimana
olahraga ini biasa dilakukan secara berkelompok dengan pergerakan yang tidak beraturan
pada ruang
Sedangkan pergerakan aktivitas rekreasi dan hiburan yang juga cenderung dilakukan
secara berpasanganberkelompok ini dipengaruhi oleh tujuannya untuk melihat-lihat
pemandangansuasana kawasan sehingga membentuk pola pergerakan yang tidak
41
beraturan dan berkelok-kelok dengan sesekali berhenti untuk mengagumi view atau
sekedar untuk mengobrol
Pola pergerakan pejalan kaki pada ruang Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk
berbelanja pada PKL di tengah lapangan mempunyai pola pergerakan rdquocurvelinierrdquo
dipengaruhi oleh bentukan ruang lapangan yang persegi membulat dengan daya tampung
ruang cukup besar dan sistem sirkulasi pengunjung yang memungkinkan arah pergerakan
dengan bebas Aktivitas PKL yang memiliki kecenderungan berkelompok berdasarkan
jenis barang yang diperdagangkan ini berdampak pada penataan display barang sehingga
sistem sirkulasi pengunjung PKL pun pada akhirnya mengikuti pola pemanfaatan ruang
oleh aktivitas PKL dengan pergerakan yang tidak beraturan pada ruang (curvelinier)
dengan suasana rekreatif dan santai
Dengan adanya pergerakan pejalan kaki Kawasan Bundaran Simpang Lima yang
rdquomenerus dan melingkarrdquo membentuk linkage seyogyanya pejalan kaki diberikan ruang
yang layak demi keamanan dan kenyamanan pejalan dan pengguna jalan yang lain
Dengan kecenderungan sifat manusiawi pejalan yang enggan melakukan perjalanan
dengan permukaan yang naik atau menaik solusi yang ditawarkan tentu tidak bisa berupa
jembatan penghubung antarbangunan Sebab selain memerlukan biaya yang tidak sedikit
dapat menghalangi pandanganview suatu kawasan berpotensi menggunakan sebagian
ruang terbuka publik itu sendiri dan keengganan pejalan berjalan pada permukaan yang
naik sebagai sifat dasar pejalan kaki maka alangkah lebih baiknya apabila solusi yang
ditawarkan sebagai ruang untuk pejalan kaki kawasan di luar konteks teknologi adalah
berupa subway yaitu ruang publik untuk pejalan kaki yang dibangun di bawah tanah yang
menjadi penghubung antarbangunan dengan karakteristik berupa terowongan di bawah
tanah bebas dari sirkulasi kendaraan kawasan bebas dari kebisingan akibat intensitas lalu
lintas kawasan yang cukup tinggi mampu menjadi alternatif ruang untuk PKL dan parkir
off street kawasan sekaligus sebagai jalur pedestrian kawasan
41
352 Kajian PKL di Jalur Pejalan Kaki di Jalan Samanhudi Kabupaten Jember
3521 Analisa Konflik Kepentingan
Tabel IV1Analisa Konflik Kepentingan
Sumber Hasil Analisis Maria Kurnia U 2009
41
3522 Analisa Konflik Penggunaan Ruang
Tabel IV2
Analisa Konflik Penggunaan Ruang
Sumber Hasil Analisis Maria Kurnia U 2009
3523 Analisis Konsep Simbiosis Mutualistik
A Analisa Teori
Analisa ini bertujuan menelusuri konflik kepentingan dan konflik penggunaan ruang
melalui kajian teori-teori tentang penataan PKL yang didapatkan dari literature dan penelitian
PKL yang pernah dilakukan sebelumnya Meminimalisir konflik yang terjadi diperlukan
ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun
menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan
Samanhudi dengan kawasan PKL lain
ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL
41
ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun
dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja
namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang
namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan
ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa
jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan
harga antara pedagang formal dan PKL
ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan
pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak
penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi
antar pihak
ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai
dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan
perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang
informal
ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan
persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL
ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan
dalih keamanan
ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan
pejalan kaki dan pengendara kendaraan
ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki
ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL
ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan
ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa
harus saling menumpuk
ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak
ndash Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini
menjadi jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen
B Triangulasi Konsep Simbiosis Mutualistik
Triangulasi konsep simbiosis mutualistik dilakukan untuk mendapatkan konsep-
konsep penataan pedagang kaki lima yang menguntungkan berbagai pihak yang terkait yang
membandingkan antara fakta empiris studi kasus dan teori
41
Mengakui eksistensi PKL didukung dengan program kebijakan untuk mengelola
aktivitas PKL
Penyuluhan pembinaan dan pelatihan untuk PKL
Pemberian bantuan modal dari pemerintah maupun dari sektor swasta (dengan konsep
kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitusaja namun dilakukan kontrol terhadap dana
bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang begitu saja namun dapat dimanfaatkan secara
berkelanjutan
Peningkatan citra kawasan melalui pembentukan karakter khusus PKL di lokasi studi
sehingga membedakan PKL Samanhudi dengan PKL di kawasan lain
Pengelompokkan PKL menurut jenis barang dagangan dan perletaknnya diatur menurut
jenis dagangan toko formal sehingga tidak terjadi perebutan konsumen
Peningkatan citra kawasan sehingga menambah daya tarik pengunjung
Pembentukan Paguyuban Samanhudi yang beranggotakan PKL pedagang formal dan
pihak penengah untuk menyamakan aspirasi antar golongan dan sebagai forum diskusi
Legalitas sektor informal yang diakui oleh pemerintah
Perumusan kebijakan dan peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan
perdagangan informal
Peraturan didukung pengawasan yang ketat sangsi yang jelas dan sosialisasi serta
persamaan persepsi
Perancangan sarana usaha sesuai dengan jenis barang dagangan dan aspirasi PKL
Sosialisasi status ruang PKL
Peningkatan keamanan dan pengawasan untuk mencegah pemerasan tindak kejahatan
lain
Mempertahankan orientasi PKL ke arah bangunan formal
Perbaikan pelebaran dan pemeliharaan jalur pejalan kaki (pedestrian) sebatas ruang
parkir on street sehingga jalur aktif jalan tidak berkurang
Pemisahan yang jelas antara jalur pejalan kaki dan ruang PKL
Pemisahan yang jelas antara jalur pengendara ruang PKL dan jalur pejalan kaki
Mengatur ruang parkir off street di sepanjang jalan untuk mengurangi beban jalan akibat
penyempitan jalan karena adanya pelebaran pedestrian
Perpanjangan sosoran dari bangunan formal sebagai pelindung pejalan kaki dan ruang
PKL sehingga PKL tidak perlu memakai ataptambahan untuk kiosnya
Bentuk sarana usaha berupa meja dorong tanpa atap agar akses visual pencahayaan dan
penghawaan ke bangunan formal tidak terhalang
41
Diberikan jarak setiap 2 kios sebagai akses masuk ke bangunan formal
Mengikutsertakan seluruh pihak terkait dalam penyampaian keputusan
Perancangan dapat mewadahi ruang PKL
Ruang PKL mengikuti arus pergerakan manusia
Pengaturan kebersihan dan ketertiban
C Konsep Legalitas PKL
Adanya pengakuan resmi dari pemerintah terhadap PKL Samanhudi sebagai salah satu
sector ekonomi di kawasan studi melalui surat keputusan resmi Surat keputusan ini
sekaligus mengatur hak kewajiban dan tanggung jawab PKL sebagai kompensasi
perubahan status yang telah diberikan oleh pemerintah
PKL berhak mendapatkan perlindungan hokum dan pinjaman modal dari pemerintah
Namun sebagai sector resmi PKL dikenakan pajak penghasilan dan retribusi Besarnya
pajak Pajak penghasilan dibedakan dari sektorformal Dengan membayar pajak PKL
berhak mendapatkan perlindungan pemerintah dari oknum preman dsb
PKL wajib mendukung program-program penertiban yang dilakukan pemerintah Apabila
PKL melanggar hak dan kewajiban yang telah diputuskan PKL tidak berhak lagi
menempati lapak yang telah dipinjamkan oleh pemerintah Dan dicabut ijin berjualannya
di kawasan Samanhudi
Dalam konsep ini simbiosis mutualistik terjadi antara pemerintah dan PKL dimana PKL
mendapatkan pengakuan perlindungan dan bantuan modal dari pemerintah sementara
pemerintah mendapatkan retribusi pajak penghasilan dan ketertiban dari PKL
D Konsep Pembinaan dan Permodalan
Pedagang kaki lima perlu untuk mendapatkan pembinaan dari pemerintah Kabupaten
Jember untuk meningkatkan kemampuan wirausaha dan peningkatan kualitas barang
dagang dan pelayanan terhadap pembeli konsumen sehingga bias meningkatkan
pendapatan dan aktivitas pedagang kaki lima dapat member nilai tambah serta dapat
memberkan peluang kerja yang dapat mengurangi tingkat pengangguran di Kabupaten
Jember Bentuk pembinaan berupa penyuluhan yang diberikan berkala secara rutin
Program pembinaan diadakan oleh pemerintah
Program pembinaan juga digunakan sebagai sarana pertemuan rutin dan sosialisasi
peraturan-peraturan yang dilakukan pemerintah
Program pembinaan juga dapat dijadikan sarana untuk selalu mengingatkan hak dan
kewajiban serta sangsi yang diterapkan bila PKL melanggar selama beroperasi dikawasan
Samanhudi
41
Program pembinaan memberikan keuntungan kepada PKL dan pemerintah PKL
mendapatkan peningkatan kemampuan dan pemerintah mendapat sarana sosialisasi
Pemberian bantuan modal ini tidak ditujukan kepada semua pedagang kaki lima tetapi
diberikan kepada beberapa pelaku usaha yang memiliki potensi dan criteria yang telah
ditentukan
Pemerintah dalam memberikan bantuan modal ini juga harus bekerja sama dengan
instansi-isntansi lain yang terkait
Pemberian modal dari pihak swasta sangat disarankan
Konsep ini memberikan keuntungan kepada pihak PKL berupa bantuan modal dengan
bunga ringan keuntungan laba pinjaman kepada pemberi modal dan bila pihak swasta
terlibat mendapatkan keuntungan berupa kesempatan untuk periklanan
E Konsep Kelembagaan Paguyuban Samanhudi
Paguyuban Samanhudi merupakan Kelembagaan yang memiliki kewenangan atau
keterikatan dengan pengelolaan dan pembinaan Pedagang Kaki Lima KoridorJalan
SamanhudiPaguyuban ini beranggotakan wakil PKL wakil pedagang formal wakil
pemerintah dari dinas Kebersihan dan Pertamanan Dinas Polisi Pamong Praja Dinas
Pariwisata Dinas Pendapatan dan Dinas LPMK Kabupaten Jemberserta pihak penengah
selaku penasehat dan pihak netral yang diwakili oleh pakar PKL dari universitas tokoh
masyarakat dan pakar PKL lainnya
Peran Paguyuban ini adalah sebagai forum diskusi dari semua pihak untuk menampung
aspirasi dan menetralisasi konflik yang terjadi sehingga setiap aspek dikoridor jalan
Samanhudi dapat melakukan koordinasi dan semua aspirasi dari semua pihak dapat
tersampaikan Fungsi paguyuban juga sebagai sarana mengikutsertakan semua pihak
terkait dalam membuat rancangan peraturan dan sosialisasi peraturan yang telah
ditetapkan pemerintah mengenai PKL kepada semua pihak terkait
Paguyuban juga berfungsi sebagai pihak pengawas bekerja sama dengan pihak kepolisian
dan pamong praja untuk mengawasi segala pelanggaran yang dilakukan oleh semua pihak
terkait Penerapan sangsi harus tegas dan diawasi oleh paguyuban sehingga tidak terjadi
rsquopenyelesaiandamairsquo dari pihak pelanggar dana para penegak peraturan
Paguyuban memberikan keuntungan kepada PKL pedagang formal pemerintah dan
masyarakat berupa kesempatan untuk menyalurkan aspirasi
41
353 Kajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit Kariyadi
Semarang
3531 Analisis Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar
Rumah Sakit dr Kariadi
Analisis karakteristik aktivitas PKL menggunakan metode deskriptif kuantitaif
dan distribusi frekuensi Analisis ini nantinya menunjang untuk analisis selanjutnya
yaitu analisis karakteristik berlokasi PKL Analisis ini meliputi lokasi aktivitas PKL
tempat usaha PKL jenis barang dagangan sarana fisik berdagang pola layanan pola
penyebaran serta status kepemilikan usaha Uraian dari masing-masing analisis
tersebu dipaparkan sebagai berikut
a Lokasi Beraktivitas
Sesuai dengan ruang lingkup spasial dari penelitian ini lokasi yang digunakan
PKL untuk memanfaatkan aktivitas kegiatan utama Rumah Sakit dr Kariadi adalah di
sepanjang penggal Jalan dr Kariadi sebagian Jalan Veteran dan sebagian Jalan dr
Soetomo Mereka berlokasi di penggalpenggal jalan tersebut dikarenakan jalan
tersebut merupakan batas dari kawasan fasilitas kesehatan dan merupakan jalan arteri
sekunder kolektor sekunder dan lokal sekunder yang ramai orang berlalu lalang
lintas kendaraan serta dilewati jalur angkutan umum Kondisi tersebut ditangkap oleh
PKL sebagai peluang untuk mendapatkan konsumen dengan memanfaatkan tingkat
kunjungan yang tinggi dari aktivitas kegiatan utama serta orang yang lalu lalang yang
melintas di penggal jalan-jalan tersebut Untuk lebih jelas mengenai lokasi PKL dapat
dilihat pada Gambar berikut
41
Gambar 33
Lokasi Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Pada lokasi tersebut terbagi menjadi spot-spot yang menjadi lokasi PKl
berdasarkan penggal jalan yang telah disebutkan sebelumnya yaitu Jalan dr Kariadi
Jalan Veteran dan Jalan dr Soetomo Spot-spot tersebut memiliki karakteristik
masing-masing baik dari sisi aktivitas dan ruang usaha PKL maupun dari karakteristik
berlokasinya Di penggal Jalan dr Kariadi terdapat beberapa bagian yang merupakan
lokasi larangan untuk PKL lokasi yang diperbolehkan untuk menggelar dagangan
PKL serta PKL binaan kelurahan yang dikenal dengan istilah PKL orange Pada Jalan
Veteran yang diminati oleh PKL berada di sisi selatan jalan Lokasi tersebut juga
diperbolehkan untuk berdagang PKL sebagai kompensasi penggantian lokasi
penggusuran PKL yang berasal dari Jalan dr Kariadi sisi barat Lokasi yang
seharusnya bersih dari PKL adalah Jalan dr Soetomo karena merupakan jalur merah
Namun lokasi ini tetap diminati untuk berlokasi PKL diantaranya dikarenakan tidak
adanya lokasi lain serta lokasinya yang strategis Kestrategisan tersebut dilihat dari
status jalan yang merupakan jalan utama penghubung ke pusat-pusat aktivitas lainnya
serta akses ke pusat kota maupun ke luar kota sehingga frekuensi kendaraan yang lalu
lalang tinggi Selain itu lokasinya yang dekat dengan kegiatan utama yang ada di
sekitarnya seperti Rumah sakit dr Kariadi perkantoran ataupun permukiman Hal
tersebut dimanfaatkan PKL sebagai peluang mendapatkan konsumen
b Tempat Usaha
41
Lokasi yang diminati PKL tidak menyediakan tempat khusus untuk berdagang
PKL sehingga mereka menggunakan ruang-ruang publik untuk tempat usahanya
seperti di trotoar di atas saluran drainase bahu jalan dan badan jalan Dengan
difungsikannya ruang-ruang publik tersebut menjadi tempat berdagang bagi PKL
berakibat menurunnya fungsi ruang publik tersebut mengurangi citra kawasan serta
menurunnya kualitas lingkungan Oleh pemerintah kota ruang-ruang publik tersebut
dimanfaatkan untuk tempat usaha PKL karena diperlukan tempat usaha di lokasi
tersebut Hal ini sebagai upaya pemerintah untuk mewadahi aktivitas tersebut
Tempat-tempat tersebut dilegalkan menjadi tempat usaha yang diperuntukkan bagi
PKL sesuai dengan peraturan daerah nomor 11 tahun 2000 tentang PKL yang
notabene bertolak belakang dengan peraturan daerah lainnya yang mengatur tentang
ketertiban keindahan dan pertamanan Persentase PKL yang menempati ruang-ruang
publik dapat dilihat pada Gambar berikut ini
Gambar 34
Persentase Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Terdapat pula PKL yang tidak mendapat izin tempat usaha berdagang
khususnya PKLyang berlokasi di daerah larangan untuk PKL serta berdagang pada
waktu yang tidak diperbolehkan sehingga mereka tidak ditarik retribusi dan sewaktu-
waktu dapat ditertibkan oleh aparat penegak tata tertib Namun ketidaktertiban aparat
PKL yang tidak mendapat izin tersebut kadang-kadang juga dipungut retribusi yang
diistilahkan dengan uang keamanan namun frekuensinya tidak teratur PKL dalam
golongan ini jumlahnya minoritas jika dibandingkan dengan PKL yang mendapat izin
tempat usaha Berikut sketsa sebaran PKL menurut tempat usahanya yang dapat
dilihat pada Gambar
41
Gambar 35
Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
c Jenis Barang Dagangan
Dagangan mayoritas yang diperdagangkan oleh PKL di sekitar Rumah Sakit
dr Kariadi adalah jenis barang dagangan makanan seperti warung tegal bakso soto
es buah dan makanan kecil Jenis dagangan tersebut diminati karena PKL mencoba
menangkap aktivitas kegiatan utama yang banyak membutuhkan jenis barang
dagangan makanan
Jenis barang dagangan yang paling minoritas diperdagangkan adalah buah-
buahan Jenis dagangan inipun hanya dijumpai di penggal Jalan dr Kariadi karena di
penggal jalan tersebut terdapat pintu masuk pengunjung rumah sakit Jenis barang
dagangan ini biasanya digunakan sebagai cangkingan atau oleh-oleh untuk membesuk
pasien Namun jenis dagang ini kurang diminati pedagang dikarenakan barangnya
yang mudah busuk tidak mempunyai tempat penyimpanan khusus seperti kulkas
relatif mahal karena rata-rata buah impor serta konsumennya relatif sedikit
Kekurangminatan pedagang untuk menjual jenis dagangan ini dapat dilihat dari
sedikitnya jumlah PKL yang menjual dagangan ini
Jenis barang dagangan lain yang banyak diperdagangkan adalah kelontong
karena berjualan bermacam-macam jenis barang dari rokok makanan kecil air
kemasan bahkan sampai barang kebutuhan mereka yang beraktivitas di kegiatan
41
utama yaitu rumah sakit seperti untuk kebutuhan penunggu pasien yaitu tikar kipas
termos untuk air panas dan jenis barang lainnya
Jenis dagangan yang lain merupakan jenis barang dagangan yang umum
diperdagangkan atau jenis barang dagangannya hampir ada setiap ruas jalan-jalan
besar lokasi PKL lainnya di kota besar yang kebanyakan termasuk dalam jenis barang
dagangan non makanan dan jasa pelayanan seperti warung telekomunikasi bensin
tambal ban voucher pulsa fotocopy Untuk jasa pelayanan fotocopy yang banyak
tersebar di kawasan tersebut terkait dengan adanya kegiatan utama berupa fasilitas
pendidikan seperti Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro akademi
keperawatan dan farmasi sedangkan untuk jenis dagangan umum lainnya terkait
adanya permukiman di sekitar lokasi tersebut Namun ada barang dagangan yang khas
yaitu nisan karena lokasi sekitar Rumah sakit dr Kariadi terdapat tempat pemakaman
umum yang cukup besar yaitu TPU Bergota
Jenis dagangan yang dijual dapat dikatakan tidak semata hanya melayani
untuk aktivitas yang terkait dengan Rumah Sakit dr Kariadi namun juga melayani
terhadap aktivitas lainnya disekitar Rumah Sakit dr Kariadi seperti fasilitas
pendidikan permukiman pemakaman serta perkantoran bahkan aktivitas transportasi
seperti kebutuhan supir angkutan umum dan supir taxi Untuk lebih jelas mengenai
perbandingan jumlah PKL menurut jenis barang dagangan di masing-masing penggal
jalan dapat dilihat pada gambar berikut ini
Gambar 36
Karakteristik Jenis Barang Dagangan Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
41
d Sarana Fisik Berdagang
Masing-masing lokasi memiliki jenis sarana berdagang mayoritas yang
berbeda-beda Pada penggal Jalan dr Kariadi mayoritas PKL di penggal jalan tersebut
menggunakan kios sebagai sarana berdagangnya Kios-kios tersebut awalnya
merupakan warung semi permanen yang disekat-sekat Namun seiring dengan
perkembangan waktu dan adanya praktek sewa tempat usaha maka warung tersebut
dibangun permanen oleh pemiliknya bahkan diantaranya ada yang dilengkapi dengan
kamar mandi serta ruang tidur Hal tersebut dikarenakan sebagian kios juga dijadikan
sebagai tempat tinggal pemiliknya Asal pedagang yang dari luar Kota Semarang serta
biaya yang mengontrak relatif mahal sehingga menjadikan kiosnya sebagai sarana
usaha serta tempat tinggal sekaligus Sarana dagang tersebut telah menyimpang dari
peraturan daerah tentang PKL Latar belakang pendidikan PKL yang sebagian rendah
kemungkinan menjadi penyebab kurangnya pemahaman pedagang terhadap produk
hukum tersebut atau memang mengerti namun sengaja dilanggar karena tidak adanya
upaya pemerintah untuk menertibkan sarana berdagang yang telah melanggar
peraturan tersebut Selain itu ketidaktergantungan PKL terhadap ketersediaan
prasarana penunjang menjadikan PKL dalam beraktivitas tidak mempertimbangkan
aspek tersebut
Selain kios sarana dagangan yang banyak diminati adalah gerobak tenda yaitu
sarana dagangan utamanya gerobak yang ditunjang dengan tenda yang biasanya untuk
tempat makan konsumen Sarana dagang ini dianggap praktis karena mudah
dibongkar pasang serta dipindahkan Terlebih sarana dagang ini sesuai dengan
himbauan pemerintah dalam Perda No 11 tahun 2000 yaitu sarana PKL adalah yang
mudah untuk dibongkar serta dipindahkan
Lain halnya dengan PKL di penggal Jalan dr Soetomo mereka lebih banyak
menggunakan gerobak Hal tersebut dikarenakan lokasi tersebut merupakan lokasi
larangan untuk PKL tapi mereka tetap bertahan di lokasi tersebut dengan alasan tidak
tersedia tempat lain yang strategis untuk berjualan Dengan menggunakan gerobak
memudahkan mereka untuk lari atau berpindah tempat jika ada penertiban oleh aparat
penegak tata tertib
Di penggal Jalan Veteran sama halnya dengan sarana fisik yang digunakan
berdagang oleh PKL di penggal Jalan dr Kariadi Mereka mayoritas menggunakan
41
sarana berdagang berupa kios Mereka menggunakan sarana fisik dagangan kios
permanen yang dianggap aman karena memperoleh izin tempat usaha dari pihak
terkait untuk berdagang Namun sarana dagang yang dibuat permanen tersebut tidak
sesuai dengan perda tentang PKL yang mengharuskan sarana dagang pedagang kaki
lima yang mudah dibongkar dan dipindah-pindah
Sarana fisik dagangan yang kurang diminati adalah mobil Walaupun cukup
fleksibel untuk berpindah-pindah namun biaya untuk operasional sehari-hari cukup
mahal seperti bahan bakar perawatan mobil ataupun untuk pengadaan unit mobil itu
sendiri Hanya terdapat satu PKL yang menggunakan sarana dagangan ini yaitu
berada di penggal Jalan dr Kariadi Namun karena pada waktu penyebaran kuesioner
pedagang ini tidak berada di lokasi maka tidak masuk menjadi responden
e Pola Layanan
Untuk pola pelayanan terdapat tiga aspek yang dibahas yaitu mengenai waktu
layanan
aktivitas PKL serta sifat layanan Berikut uraian dari analisis pola pelayanan tersebut
1 Waktu Layanan
Sesuai waktu aktivitas kegiatan utama yang rata-rata pagi hingga sore hari
seperti fasilitas pendidikan perkantoran serta jam berkunjung dan pemeriksaan rumah
sakit maka mayoritas PKL membuka usahanya pada waktu tersebut yaitu sekitar
pukul 0900 hingga pukul 1600 Namun khusus yang berada di penggal Jalan dr
Kariadi yaitu di sekitar pintu masuk dan lokasi larangan untuk PKL hanya
diperbolehkan untuk berjualan pada sore hingga malam hari yaitu biasanya mereka
membuka usahanya sekitar pukul 1600 hingga 0000 Terdapat beberapa PKL yang
waktu usahanya menyesuaikan dengan waktu pelayanan rumah sakit yang buka 24
jam atau sepanjang hari Hal tersebut dilakukan menangkap peluang menjajakan
barang dagangan untuk kebutuhan aktivis rumah sakit seperti penunggu pasien
pengunjung atau petugas piket atau jaga serta tidak menutup kemungkinan pembeli
dari pengendara yang lalu lalang atau supir transportasi umum
Hal tersebut juga berlaku di penggal jalan yang lain dimana mayoritas
membuka usahanya pada pagi hingga sore hari Hanya minoritas yang membuka
usaha pada sore hingga malam hari serta sepanjang hari Faktor lain yang dapat
mempengaruhi waktu aktivitas PKL selain menyesuaikan waktu aktivitas kegiatan
utama adalah kepemilikan usaha yang merupakan milik pribadi sehingga mereka
membuka usahanya sesuai keinginan mereka
41
Terdapat pula fenomena satu lokasi ditempati oleh dua PKL dengan waktu
layanan yang berbeda PKL yang beraktivitas pada pagi hingga sore mencoba
menagkap peluang dari kunjungan ke kegiatan utama seperti rumah sakit fasilitas
pendidikan perkantoran serta perdagangan informal dan tidak menutup orang yang
lalu lalang melewati jalan-jalan tersebut Lokasi yang dianggap strategis serta
berprospektif tersebut digunakan oleh PKL lain untuk berjualan di tempat yang sama
Hal tersebut dimanfaatkan PKL untuk menangkap peluang dari kegiatan rumah sakit
serta orang yang lalu lalang Selain itu juga menangkap konsumen dari penumpang
bus malam yang melewati Jalan dr Soetomo dimana di jalur tersebut terdapat halte
serta konsumen dari supir angkutan umum yang sedang istirahat sejenak Berikut
pemetaan PKL menurut waktu berdagangnya
Gambar 37Peta Sebaran Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Menurut Waktu Layanan
2 Sifat Layanan
Dari gambar di bawah ini dapat disimpulkan bahwa mayoritas PKL di sekitar
Rumah Sakit dr Kariadi memiliki sifat layanan menetap baik dari segi tempat
berdagangnya yang tetap serta waktu berdagangnya yang sama setiap harinya hal ini
nampak pada sarana fisik dagangan para PKL tersebut yang berupa kios yang
memang tidak bisa dipindah-pindah atau permanen Hanya 13 yang memiliki sifat
layanan semi menetap Berikut persentase PKL menurut sifat layanannya
41
Gambar 38Persentase Sifat Layanan Pedagang Kaki LimaDi Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Sifat layanan semi menetap biasanya PKL yang tempat usahanya yang
merupakan gabungan antara menetap dengan keliling yaitu pada awal waktu
berdagang pada lokasi yang sama tiap harinya namun jika belum habis dagangannya
mereka berkeliling serta jam berdagang yang tidak tetap tiap harinya terkadang hanya
sampai siang karena dagangannya habis Sisanya yang 2 berjualan secara
berkeliling yang diantaranya bertujuan untuk mendekati konsumen serta
memanfaatkan waktu-waktu puncak kegiatan utama rumah sakit seperti waktu
kunjungan menjenguk pasien
f Pola Penyebaran
Pola penyebaran PKL mayoritas mengikuti pola jalan yang ada yaitu linier
Mereka berjualan di bahu-bahu jalan bahkan ada yang berada di atas saluran drainase
Selain itu pola penyebaran tersebut terbentuk karena lokasi yang diperbolehkan untuk
PKL menempati trotoar trotoar sepanjang jalan yang secara otomatis membentuk
linier Alasan lainnya yang diungkapkan oleh pedagang adalah agar dagangannya
mudah dilihat oleh orang yang lalu lalang Namun terdapat beberapa PKL yang
berjualan secara aglomerasi dengan PKL yang berjualannya bergerombol di dekat
pintu masuk pengunjung Rumah Sakit dr Kariadi seperti yang dapat dijumpai di Jalan
dr Kariadi yaitu bergerombol di sekitar pintu masuk pengunjung rumah sakit serta di
Jalan dr Soetomo yang bergerombol di dekat pintu masuk UGD dan pintu masuk ke
Gedung Pavilliun Garuda Hal tersebut dimaksudkan untuk mendekati pengunjung
yang akan masuk ke rumah sakit Hanya sebagian kecil saja yang lokasinya berjauhan
dengan PKL lainnya atau menyebar untuk mengurangi persaingan dengan PKL
lainnya
41
g Kesimpulan Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar
Rumah Sakit dr Kariadi
Tempat usaha tidak terdapatnya tempat yang dikhususkan untuk PKL pemerintah
memfasilitasinya dengan memperbolehkan menempati ruang-ruang publik seperti
trotoar badan atau bahu jalan serta di atas saluran drainase melalui Perda no 11 tahun
2000 Namun hal ini dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan
serta visual kawasan dan tidak optimalnya ruang publik tersebut Mayoritas PKL di
kawasan tersebut telah mengantongi izin tempat usaha dari kelurahan selaku pihak
berwenang
Jenis barang dagangan karakteristik jenis barang dagangan PKL pada umumnya
mengikuti kebutuhan kegiatan utama yaitu aktivitas Rumah Sakit dr Kariadi dan
sekitarnya seperti fasilitas pendidikan perkantoran perdagangan informal
permukiman dan pemakaman Jenis barang dagangan yang mayoritas diperdagangkan
berupa makanan Jenis barang dagangan yang diperdagangkan adalah non makanan
buah-buahan jasa pelayanan serta kelontong Terkait dengan kegiatan utama terdapat
beberapa jeni barang dagangan yang spesifik seperti termos tikar kipas guna
memenuhi kebutuha penunggu pasien
Sarana fisik dagangan mayoritas berupa kios yang dibangun permanen serta
gerobak tenda Menggunakan kios dikarenakan lokasinya yang telah dilegalkan untuk
aktivitas PKL serta terkait pola layanan yang menetap serta pada waktu berdagang
yang tetap Sedangkan gerobak tenda banyak digunakan oleh pedagang makanan
dimana tendanya digunakan sebagai tempat untuk konsumen Untuk bangunan
permanen diantaranya digunakan sebagai tempat tinggal Ketidakketergantungan
PKL terhadap prasarana penunjang sehingga PKL tidak mempertimbangkan aspek
tersebut karena mereka dapat mengusahakan sendiri
Pola pelayanan dari segi waktunya mengikuti waktu aktivitas kegiatan utama yaitu
pagi hingga sore hari sekitar pukul 0900 ndash 1600 serta telah mendapat izin tempat
usaha dari pihak berwenang namun terdapat pula PKL yang beraktivitas sore hingga
malam hari yaitu pukul 1600 ndash 0000 serta sepanjang hari Sifat layanannya menetap
mengingat mayoritas bersarana fisik dagangan berupa kios serta waktu berdagang
yang relatif tetap
Pola penyebaran mayoritas secara linier yaitu mengikuti pola jalan karena lokasi
yang dilegalkan untuk PKL oleh pemerintah menempati ruang-ruang publik seperti
trotoar di atas saluran drainase dan bahu jalan yang notabene mengikuti pola jalan
41
Selain itu terdapat sebagian beraglomerasi di sekitar pintu masuk rumah sakit yang
bertujuan untuk mendekati konsumen dan sisanya menyebar agar mengurangi
saingan
ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun
menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan
Samanhudi dengan kawasan PKL lain
ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL
ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun
dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja
namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang
namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan
ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa
jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan
harga antara pedagang formal dan PKL
ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan
pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak
penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi
antar pihak
ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai
dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan
perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang
informal
ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan
persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL
ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan
dalih keamanan
ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan
pejalan kaki dan pengendara kendaraan
ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki
ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL
ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan
ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa
harus saling menumpuk
41
ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak
Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini menjadi
jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen
41
Pengelolaan PKL
Pengelolaan PKL di Bundaran
Simpang Lima
Lima Semarang
Pengelolaan PKL di
Kabupaten Jember
Pengelolaan PKL di Kawasan Sekitar Rumah
Sakit dr Kariadi Semarang
Mengakui keberadaan PKL dengan
menuangkannya di dalam produk-
produk tata ruang
Penegakan peraturan
perundagangan yang terkait
dengan PKL
Menjalin kerjasama dengan sektor
formal dalam menyediakan ruang
bagi PKL
Menyediakan ruang perkotaan
yang dikhususkan bagi sektor
informal
Peningkatan citra PKL
Pengakuan terhadap eksistensi PKL
Control terhadap dana bantuan
Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo
Penindakan tegas kepada oknum yang
melakukan perampasan hak pada PKL
dengan dalih keamanan
Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk
menampung aktivitas PKL dan pejalan
kaki
Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan
jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir yang tepat
Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal
Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan
jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir
Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL
dan konsumen yang aman dari gangguan
pejalan kaki dan pengendara kendaraan
41
36 Temuan Studi
Temuan studi ini dimana akan menjawab sasaran yang disesuaikan dari contoh kasus yang ada di Indonesia Berikut adalah tabel matrik temuan
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
Mengetahui
permasalahan
PKL di jalur
pejalan kaki
Keberadaan sektor PKL yang menempati ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima memakai separuh lebih lebar trotoar bahkan seringkali tidak menyisakan sedikit pun ruang untuk pejalan kaki Ruang-ruang trotoar menjadi tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya sebagai ruang pemisah antara ruang yang digunakan untuk sirkulasi pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan Ruang-ruang trotoar tersebut banyak yang beralih fungsi menjadi lokasi berdagang PKL
Peralihan fungsi trotoar ini menyebabkan terganggunya aktivitas pejalan kaki sehingga pejalan terpaksa harus menggunakan jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk berjalan guna menghindari berbagai hambatan di atas trotoar Hal ini menyebabkan pejalan kaki terpaksa harus berhati-hati jika melangkah terkadang juga harus mengalah berjalan pada ruang-ruang jalur lambat dan sebagian badan jalan Kondisi ini sangat tidak aman dan
Masalah yang utama itu dari setiap
pedagang kaki lima di Jalur Pejalan Kaki
di Jalan Samanhudi Jember yaitu
Penggusuran Para PKL liar yang tidak
memiliki TDU(Tanda Daftar Usaha)
mereka biasanya akan di gusur dengan
peringatan yang di berikan sampai di
laksanakan penggusuran paksa padahal
Pedagang kaki lima merupakan salah satu
solusi akan masalah tingginya angka
pengangguran dan sedikitnya lapangan
kerja bagi masyarakat berpendidikan
rendah seperti mereka Pemerintah dalam
hal ini tidak dapat menyediakan lahan
pengganti bagi mereka untuk melanjutkan
usaha mereka jika pun ada pemerintah
menyediakan lahan-lahan yang letaknya
kurang strategis yang secara pasti
menurunkan dan mematikan pendapatan
yang mereka dapatkan dan akhirnya
Legalitas lokasi aktivitas
PKL yang biasanya ditempatkan
di dalam ruang publik seperti di
atas trotoar di atas saluran
drainase taman dan ruang publik
lainnya patut dipertanyakan
karena ketidakberdayaannya
peraturan tersebut dalam
menangani PKL Sebagai contoh
di sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi legalitas lokasi untuk
aktivitas PKL yang linier di
sepanjang jalan yang bertempat di
atas drainase Dalam aspek
apapun hal tersebut tidak dapat
dilegalkan terlebih tidak ada
penjelasan mengenai luasan atau
desain yang diperbolehkan PKL
untuk menggelar dasaran pada
dimensi saluran drainase yang
PKL yang menempati
ruang-ruang trotoar
menyebabkan
terganggunya aktivitas
pejalan kaki
Pemerintah tidak dapat
menyediakan lahan
pengganti
Legalitas lokasi aktivitas
PKL yang biasanya
ditempatkan di dalam
ruang publik seperti di atas
trotoar di atas saluran
drainase taman dan ruang
publik patut
dipertanyakan
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
nyaman bagi pejalan kaki ataupun bagi pengendara kendaraan bermotor karena mengganggu arus lalu lintas dan membahayakan keselamatan jiwa mereka hal seperti ini dapat kita lihat di depan dan di samping Masjid Baiturrahman di depan Citraland Mall di depan dan di samping Plasa Simpang Lima di depan dan di samping Kompleks Pertokoan Simpang Lima di depan dan di samping Ramayana Super Center di depan dan di samping SMKN 7 SemarangKantor Telkom dan di depan Gajahmada Plaza
Pemilihan lokasi PKL dipengaruhi oleh kecenderungan aktivitas PKL yang selalu menentukan lokasi mendekati pusat-pusat keramaian atau pusat-pusat perdagangan dan jasa dan lokasi-lokasi yang sering dikunjungi oleh orang banyak dalam kurun waktu tertentu secara periodik dan menerus Alasan inilah yang kemudian mendasari penentuan lokasi PKL Kawasan Bundaran Simpang Lima untuk berjualan di trotoar karena ruang-ruang jalur pedestrian inilah yang
mereka harus gulung tikar dan menjadi
pengangguran yang semakin menambah
permasalahan di Indonesia Pemerintah
harus mencari cara dan tempat yang baik
untuk mereka berdagang ditengah modal
mereka yang kecil agar di sisi lain semua
para pedagang kaki lima tidak hilang
lapangan kerjanya dan bias melanjutkan
kelangsungan hidupnya
ada Selain itu PKL juga
menempati trotoar yang
mengakibatkan bertambahnya
permasalahan yang terdapat di
lokasi tersebut Imbas secara
langsung dirasakan oleh
pengguna trotoar yaitu pedestrian
ketidaknyamanan bahkan tidak
adanya lagi ruang untuk berjalan
di atas trotoar acapkali menjadi
konsekuensi pedestrian yang
trotoarnya diserobot PKL
Aglomerasi aktivitas PKL yang
berlokasi di sekitar pintu masuk
pengunjung Rumah Sakit dr
Kariadi menyebabkan
penumpukan aktivitas seperti
aktivitas keluar masuk
pengunjung aktivitas jual beli
antara PKL dengan konsumen
lalu lintas kendaraan yang sedang
melewati Jalan dr Kariadi serta
angkutan umum yang sedang
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
dianggap sebagai lokasi yang ramai dikunjungi oleh pejalan kaki yang melakukan pergerakan dalam mencapai tempat tujuan perjalanannya Begitu juga dengan ruang Lapangan Pancasila karena selalu ramai dikunjungi pada hari-hari libur dengan rata-rata pengunjung mencapai 51 ndash 100 oranghari dikarenakan kedudukannya sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya
berhenti mencari penumpang
Sekali lagi permasalahan tersebut
disikapi oleh pemerintah dengan
penertiban dan penggusuran yang
hampir tidak pernah berakhir
manis
Mengetahui
peranan PKL
Kehadiran PKL di Kawasan
Bundaran Simpang Lima juga mampu
menciptakan kehidupan yang menerus
sehingga terhindar dari kematian
kawasan pada saat tertentu akan tetapi
di sisi lain kehadiran PKL
menyebabkan ketidakteraturan
kekumuhan dan kualitas fisik yang
buruk sehingga merusak wajah kota
Selain itu PKL yang berjualan di
Lapangan Pancasila pada malam hari
dengan kehidupan malam dan wanita-
wanita penghibur yang berdandan tebal
Tempat pedagang kaki lima bagi
Masyarakat dijalan Samanhudi Jember
sangat penting sebagai penyedia kebutuhan
yang dibutuhkan oleh Masyarakat Jember
Pedangan kaki lima sangat mempengaruhi
pola pasar dan sosial di Jember khususnya
didaerah Jalan Samanhudi Dalam bidang
perekonomian pedagang kaki lima hanya
berpengaruh sebagai produsen yang
penting bagi Masyarakat Jember
mengingat akan Meningkatnya jumlah
Penduduk Mereka cenderung lebih
memilih membeli pada pedagang kaki lima
Usaha PKL yang terus
berkembang pesat menarik PKL
untuk mempekerjakan karyawan
selain tenaga yang dibutuhkan
memang tidak bisa dikerjakan
sendiri terdapat pula pemilik
modal yang menyewa tempat
usaha namun dijadikan usaha
sampingan sehingga tidak
mengelola secara langsung
usahanya namun dengan
mempekerjakan karyawan PKL
yang statusnya sebagai karyawan
Pedangan kaki lima sangat
mempengaruhi pola pasar
dan sosial
harga yang PKL tawarkan
lebih murah dibandingkan
dengan harga di mall
grosir maupun indogrosir
sebagai salah satu
alternatif lapangan
pekerjaan bagi masyarakat
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
menciptakan kesan negatif dan
memperburuk citra kawasan
daripada membeli di supermarket yang
sudah merajalela di kota Jember pada saat
ini mall atau grosir maupun indogrosir
yang banyak tersebar di kota Jember
dikarenakan harga yang mereka tawarkan
lebih murah
sebanyak 10 dimana karyawan
tersebut memanfaatkan PKL
sebagai lapangan pekerjaan
Sehingga bekerja sebagai
karyawan PKL dapat dikatakan
sebagai salah satu alternatif
lapangan pekerjaan bagi
masyarakat
Mengetahui
pola aktivitas
PKL dijalur
pejalan kaki
Aktivitas PKL sendiri
memiliki kecenderungan untuk
menempati ruang ruang antar aktivitas
yang selalu ramai dilewatidikunjungi
oleh banyak orang dalam melakukan
pergerakan perpindahan dari aktivitas
satu ke aktivitas yang lain atau dari
bangunan perdagangan modern satu ke
bangunan perdagangan modern yang
lain secara periodik dalam rentang
waktu tertentu sehingga kemudian
pilihan ini jatuh kepada jalur-jalur
pedestrian yang notabene merupakan
ruang-ruang terbuka publik yang
PKL berdagang dengan menempati
tempat yang tetap dan tidak berpindah-
pindah
Modal dan aset sebagian besar adalah
milik sendiri
Berdagang di Samanhudi merupakan
usaha utama
Alat peraga PKL pada kawasan ini
dapat dibedakan menjadi
ndashAlat peraga semi permanen dari kayu
dan tenda yang bersifat menetap
ndashAlat peraga dengan bangku meja dan
tenda sekaligus sebagai tempat tinggal
ndashAlat peraga beroda namun menetap
Pola Aktivitas pelayanan PKL di
kawasan sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi pada umumnya melayani
pengunjung rumah sakit namun
tidak menutup kemungkinan
konsumennya adalah pengendara
atau orang yang sedang melintasi
jalan tersebut tanpa bermaksud
untuk masuk ke rumah sakit
Selain itu konsumen
yang berasal dari sekitar lokasi
PKL seperti penduduk
permukiman di sekitarnya
pekerja yang bekerja di sektor
Aktivitas PKL memiliki
kecenderungan untuk
menempati ruang ruang
antar aktivitas yang selalu
ramai dilewatidikunjungi
oleh banyak orang dalam
melakukan pergerakan
perpindahan dari aktivitas
satu ke aktivitas yang lain
atau dari bangunan
perdagangan modern satu
ke bangunan perdagangan
modern
Saat berjualan alat peraga
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
seyogyanya digunakan oleh pejalan
kaki Keberadaan ruang trotoar yang
semakin sempit oleh penggunaan ruang
PKL membuat pejalan kaki
menjatuhkan pilihan untuk melakukan
perjalanan pada ruang-ruang seperti
jalur lambat dan sebagian badan jalan
sehingga mengurangi keamanan jiwa
dan kenyamanan pejalan kaki sendiri
serta pengguna jalan yang lain
(pengendara)
Kegiatan-kegiatan yang
dilakukan oleh pejalan kaki pada
ruang-ruang jalur pedestrian atau
trotoar di Kawasan Bundaran Simpang
Lima adalah kegiatan berjalan dan
berbelanja Sebagian dari pejalan kaki
hanya berjalan melintasi trotoar untuk
menuju lokasi tujuannya akan tetapi
ada pula sebagian dari pejalan kaki
yang berjalan sambil melihat-lihat
bahkan ada yang berbelanja pada PKL
ndashAlat peraga beroda namun menetap
dengan bangku dan meja
ndashHanya berupa matras sebagai alas
dagangan yang dapat berpindah
sewaktu-waktu
Alat peraga yang dipakai untuk usaha
tidak seragam dan tidak menggunakan
desain yang baik sehingga terkesan
kumuh kurang bersih dan sangat
mengganggu wajah kota dan menutup
fasade bangunan di belakangnya
Saat berjualan alat peraga kios
sebagian besar menempati badan jalan
dan trotoar
Saat tidak berjualan alat peraga kios
sebagian besar tetap di lokasi jualan
lama berjualan di Samanhudi sebagian
besar antara 6 ndash10 tahun
Terbanyak dari pedagang belum
pernah bekerja di sektor lain dan dari
semula telah menjadi PKL di
Samanhudidi bandingkan denga harga
yang ada di mall Pedagang
lain sehingga tidak ada batasan
pasti mengenai pola pelayanan
para PKL tersebut
Waktu beraktivitas para
PKL umumnya terbagi menjadi
dua sesi PKL yang pertama
adalah pedagang yang aktivitas
berdagangnya pada pagi hingga
siang hari Pedagang yang kedua
merupakan pedagang yang
mempunyai waktu layanan pada
sore hingga malam hari Namun
tidak menutup kemungkinan
terdapat beberapa PKL yang
berdagang dari pagi hingga
malam hari bahkan buka nonstop
mengingat rumah sakit
beraktivitas selama sehari penuh
sehingga mereka mengikuti
aktivitas sektor formal yang ada
di sekitarnya
Waktu berdagang
tersebut juga disesuaikan dengan
kios sebagian besar
menempati badan jalan
dan trotoar
Waktu beraktivitas para
PKL umumnya terbagi
menjadi dua sesi PKL
yang pertama adalah
pedagang yang aktivitas
berdagangnya pada pagi
hingga siang hari
Pedagang yang kedua
merupakan pedagang yang
mempunyai waktu layanan
pada sore hingga malam
hari Namun tidak
menutup kemungkinan
terdapat beberapa PKL
yang berdagang dari pagi
hingga malam hari bahkan
buka nonstop
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
izin usaha yang diberlakukan oleh
petugas kelurahan sebagai pihak
yang berwenang menangani PKL
Untuk lokasi yang dilarang untuk
PKL oleh PKL tetap digunakan
sebagai lokasi untuk berdagang
dengan waktu berdagang setelah
jam kerja yaitu sore hingga
malam hari
Mengetahui
Pengelolaan
PKL di jalur
pejalan kaki
dalam perkembangannya
pemerintah mengeluarkan SK
Walikota Kota Semarang No 511316
tahun 2001 tentang Penetapan Lahan
yang mengatur tentang lokasi-lokasi
dan waktu aktivitas PKL yang
diperbolehkan oleh pemerintah pada
Kawasan Bundaran Simpang Lima
agar tetap terjaga kerapihan dan
estetikakeindahan wajah kawasannya
yaitu PKL yang berjualan di depan
Kompleks Pertokoan Simpang Lima
depan Ramayana SC depan Kantor
Adanya pengakuan resmi dari
pemerintah terhadap PKL Samanhudi
sebagai salah satu sector ekonomi di
kawasan studi melalui surat keputusan
resmi Surat keputusan ini sekaligus
mengatur hak kewajiban dan
tanggung jawab PKL sebagai
kompensasi perubahan status yang
telah diberikan oleh pemerintah
Pedagang kaki lima perlu untuk
mendapatkan pembinaan dari
pemerintah Kabupaten Jember untuk
meningkatkan kemampuan wirausaha
Pemerintah Kota Semarang
berwenang dalam mengatur
keberadaan PKL di ruang Kota
Semarang seperti yang terdapat di
kawasan sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi dengan bentuk
pengelolaan lokasional (stabilitas
atau pengaturan) dan struktural
(perijinan) Dalam pengaturan
tersebut Pemerintah Kota
Semarang menggunakan dasar
hukum berupa Undang-Undang
Peraturan Pemerintah Peraturan
mengatur tentang lokasi-
lokasi dan waktu aktivitas
PKL yang diperbolehkan
oleh pemerintah agar tetap
terjaga kerapihan dan
estetikakeindahan wajah
kawasannya
Pedagang kaki lima perlu
untuk mendapatkan
pembinaan
Pedestrian dirancang ulang
dengan dilebarkan hingga
area parkiran street
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
TelkomSMKN 7 Semarang depan
Gajahmada Plaza dan depan Masjid
Baiturrahman boleh berjualan dari
pukul 1600 ndash 0400 WIB (khusus pada
Hari Minggu PKL diijinkan untuk
berjualan mulai pukul 0600 ndash 0800
WIB) menempati ruang trotoar dengan
luas areal 4 x 6 meter
Sampai dengan tahun 2008
PKL di Kawasan Bundaran Simpang
Lima mencapai 1536 pedagang dan
ada kecenderungan akan terus
meningkat dari tahun ke tahun (lihat
Tabel III4) Kecenderungan lokasi
PKL pada masa-masa yang akan
datang mengikuti kecenderungan dari
perkembangan aktivitas formal
kawasan yang ada demikian juga
kecenderungan waktu berdagangnya
Melihat kecenderungan aktivitas PKL
kawasan maka SK Walikota Kota
Semarang No 511316 tahun 2001
sudah tidak relevan lagi dan perlu
dan peningkatan kualitas barang
dagang dan pelayanan terhadap
pembeli konsumen sehingga bias
meningkatkan pendapatan dan
aktivitas pedagang kaki lima dapat
member nilai tambah serta dapat
memberkan peluang kerja yang dapat
mengurangi tingkat pengangguran di
Kabupaten Jember Bentuk pembinaan
berupa penyuluhan yang diberikan
berkala secara rutin Program
pembinaan diadakan oleh pemerintah
Paguyuban Samanhudi merupakan
Kelembagaan yang memiliki
kewenangan atau keterikatan dengan
pengelolaan dan pembinaan Pedagang
Kaki Lima KoridorJalan
SamanhudiPaguyuban ini
beranggotakan wakil PKL wakil
pedagang formal wakil pemerintah
dari dinas Kebersihan dan
Pertamanan Dinas Polisi Pamong
Praja Dinas Pariwisata Dinas
Daerah dan Surat Keputusan
Walikota Adapun dasar hukum
yang mengatur secara jelas
mengenai aktivitas PKL di Kota
Semarang yang berlaku saat ini
diantaranya adalah sebagai
berikut
1048707 Peraturan Daerah No 11 Tahun
2000 tentang Pengaturan dan
Pembinaan PKL Perda ini
menjelaskan tentang pengaturan
dan pembinaan PKL di Kota
Semarang seperti pengaturan
tempat usaha hak kewajiban dan
larangan untuk PKL Dalam
kaitannya dengan karakteristik
berlokasi aktivitas PKL
dijelaskan dalam Perda ini yang
terdapat dalam pasal 3 yaitu
penempatan lokasi kegiatan PKL
diatur dengan mempertimbangkan
tempat kepentingan untuk umum
lainnya seperti kepentingan untuk
sehingga jalur aktif
kendaraan tidak
mengalami penyempitan
mengatur keberadaan PKL
di ruang Kota dengan
bentuk pengelolaan
lokasional (stabilitas atau
pengaturan) dan struktural
(perijinan)
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
ditinjau kembali sesuai dengan
kecenderungan dan kebutuhan yang
ada di lapangan
Pendapatan dan Dinas LPMK
Kabupaten Jemberserta pihak
penengah selaku penasehat dan pihak
netral yang diwakili oleh pakar PKL
dari universitas tokoh masyarakat dan
pakar PKL lainnya
Penerapan tema khusus pada penataan
PKL kawasan studi agar mempunyai
cirri khas dan dapat mengangkat citra
kawasan dan meningkatkan daya tarik
kawasan Contoh produk khas
jember yang dapat diangkat sebagai
tema adalah tembakau rookk dan
cerutu mengingat Jember sebagai
penghasil tembakau terbesar di Jawa
Kegiatan khas Jember yang dapat
diangkat sebagai tema yaitu Jember
Fashion Carnaval Penerapan tema
dapat diaplikasikan pada sarana usaha
PKL finishing pedestrian perabot
kota dan elemen pendukung lainnya
Pedestrian dirancang ulang dengan
pejalan dan untuk sirkulasi
kendaraan Untuk lebih jelas
mengenai detail isi perda tersebut
dapat dilihat pada Lampiran F
1048707 Surat Keputusan Walikota
Semarang No 51136 Tahun
2001 tentang lokasi PKL di Kota
Semarang dimana di dalamnya
diantaranya mengatur luas area
batas pemakaian area waktu
aktivitas dan tempat aktivitas
PKL Ruas kanan Jalan dr
Kariadi dari arah Jalan Veteran
merupakan lokasi yang
diperbolehkan untuk aktivitas
PKL Lokasi tersebut menempati
trotoar serta bangunan berupa
semi permanen Untuk lebih jelas
mengenai detail isi SK tersebut
dapat dilihat pada Lampiran F
1048707 Perda No 6 Tahun 2004
tentang Rencana Detail Tata
Ruang Kota Semarang Bagian
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
dilebarkan hingga area parkiran street
sehingga jalur aktif kendaraan tidak
mengalami penyempitan Diberikan
perbedaan yang tegas antara ruang
PKL dan ruang pejalan kaki dan jalur
kendaraan berupa perbedaan tinggi
lantaiSehingga dikemudian hari kios
PKL tidak melebar ke segala sisi
Wilayah Kota (BWK) I
(Kecamatan Semarang Tengah
Semarang Timur dan Semarang
Selatan Tahun 2000-2010 Perda
tersebut menjelaskan mengenai
fungsi serta peran BWK I yang
terkait dengan sektor formal di
wilayah tersebut yaitu penjelasan
mengenai fasilitas kesehatan yang
berada khususnya di Kelurahan
Randusari Selain itu dijelaskan
pula kelas Jalan dr Kariadi Jalan
dr Soetomo dan Jalan Veteran
serta jalur transportasi yang
melaluinya
41
sirkulasi pejalan kaki yang memanjang mengikuti jalur sirkulasi utama kawasan dengan
display barang dagangan yang ditata berderet secara memanjang pula (sedangkan khusus
untuk PKL yang berjualan pada ruang trotoar di tepi Lapangan Pancasila display barang
dagangan ditata sedemikian rupa secara berderet memanjang dan berhadap-hadapan)
sedangkan aktivitas PKL yang menempati tengah Lapangan Pancasila memiliki
penyebaran yang mengelompok karena memiliki bentukan ruang yang lebih leluasa
dalam pergerakan sesuai dengan karakter ruang sebagai satu-satunya ruang terbuka
publik yang luas di Kota Semarang dengan display barang dagangan yang ditata
sedemukian rupa secara berkelompok berdasarkan jenis-jenis barang dagangannya
dengan maksud untuk mempermudah pembeli memilih jenis barang yang diinginkan
dengan memberikan lebih banyak variasi barang dari beberapa pedagang yang sejenis
Sedangkan perkembangan aktivitas PKL Kawasan Bundaran Simpang Lima
dipengaruhi oleh perkembangan aktivitas perdagangan dan jasa kawasan sebagai
aktivitas yang mendominasi kawasan pusat kota dan kecenderungan aktivitas PKL
memilih lokasi-lokasi dengan karakter ruang sebagai ruang yang memiliki akumulasi
orang dalam jumlah yang banyak pada jangka waktu tertentu secara periodik berada
pada pusat-pusat kegiatanwadah aktivitas-aktivitas kota sehingga sering dikunjungi
warga masyarakat dalam jumlah besar dan memiliki lokasi yang strategis dengan
aksesibilitas yang tinggi sehingga memudahkan pencapaian calon pembeli meski
dilakukan dalam ruang yang relatif sempit dan umumnya tidak memerlukan ketersediaan
adanya fasilitas-fasilitas pelayanan umum
2 Analisis Ruang Jalur Sirkulasi Pedestrian Kawasan
Kawasan Bundaran Simpang Lima memiliki lokasi yang strategis sebagai simpul
pergerakan dari lima ruas jalan yang terdiri atas Jalan Pandanaran Gajahmada KH Achmad
Dahlan Ahmad Yani dan Pahlawan yang bermuara pada sirkulasi di Jalan Simpang Lima
yang mengelilingi Lapangan Pancasila membentuk loop dan menjadi penghubung antara
rdquokota atasrdquo dan rdquokota bawahrdquo Semarang Secara ekonomi maupun transportasi kawasan ini
mempunyai kemampuan berkembang dengan sangat cepat Intensitas lalu-lintas dan volume
kendaraan di kawasan ini tergolong tinggi mengingat aksesibilitasnya yang tinggi pula
dikarenakan pencapaiannya yang mudah dari segala penjuru kawasan dengan moda
kendaraan pribadi maupun umum yang melintasi maupun bertujuan ke kawasan ini (dari data
yang ada menunjukkan volume kendaraan yang bergerak mencapai 17051 buah)
Pembahasan mengenai ruang sirkulasi kawasan ini akan lebih ditekankan pada ruang-
ruang sirkulasi untuk manusiapejalan kaki sebagai ruang terbuka publik kawasan Perilaku
41
pejalan kaki pada ruang-ruang terbuka Kawasan Bundaran Simpang Lima identik selalu
berjalan secara berpasangan atau lebih (berkelompok) memilih jalur dengan jarak terpendek
dan yang dianggap paling nyaman Pergerakan antarbangunan tertinggi pada kawasan adalah
dari Citraland Mall ke Plasa Simpang Lima dan sebaliknya (852 dan 708 pejalan pada jam
puncak sabtu malam) Hal ini menunjukkan bahwa pergerakan pejalan kaki banyak
dipengaruhi oleh bangkitan dan tarikan dari fungsi perdagangan dan jasa di sekitar kawasan
Penyediaan ruang terbuka publik untuk pejalan kakijalur pedestrian di Kawasan
Bundaran Simpang Lima diwujudkan dalam bentuk ruang-ruang trotoar pada muka bangunan
dengan teknik segregasi yang terpisah dari jalur sirkulasi kendaraan dengan tujuan untuk
memberikan arah yang jelas dan menggunakan perkerasan berupa paving Ruang-ruang
trotoar yang dibangun memanjang mengikuti jalurkoridor-koridor jalan pada kawasan studi
dibangun dengan permukaan yang naik-turun dan terputus-putus demi menghormati jalan
masuk kendaraan adalah salah satu bukti betapa perencanaan dan pembangunan yang
dilakukan di Kota Semarang lebih mengutamakan sirkulasi kendaraan dan bukan manusia
Menurut fungsinya adanya kecenderungan sirkulasi kawasan yang berorientasi pada
kendaraan ini seiring dengan munculnya fenomena pergeseran fungsi ruang pejalan kaki
kawasan studi yang merupakan ruang terbuka public menjadi ruang-ruang privat untuk
berjualan PKL yang mengakibatkan keberadaan hak pejalan kaki atas ruang terbuka publik
kawasan yang sehat dan layak secara fisik sering kali terabaikan Hal ini mengakibatkan
semakin sempitnya ruangruang terbuka publik yang manusiawi pada koridor-koridor kelima
ruas jalan dan potensi interaksi sosial pada ruang terbuka publik tersebut pun akan semakin
berkurang
Aktivitas PKL sendiri memiliki kecenderungan untuk menempati ruang ruang antar
aktivitas yang selalu ramai dilewatidikunjungi oleh banyak orang dalam melakukan
pergerakan perpindahan dari aktivitas satu ke aktivitas yang lain atau dari bangunan
perdagangan modern satu ke bangunan perdagangan modern yang lain secara periodik dalam
rentang waktu tertentu sehingga kemudian pilihan ini jatuh kepada jalur-jalur pedestrian
yang notabene merupakan ruang-ruang terbuka publik yang seyogyanya digunakan oleh
pejalan kaki Keberadaan ruang trotoar yang semakin sempit oleh penggunaan ruang PKL
membuat pejalan kaki menjatuhkan pilihan untuk melakukan perjalanan pada ruang-ruang
seperti jalur lambat dan sebagian badan jalan sehingga mengurangi keamanan jiwa dan
kenyamanan pejalan kaki sendiri serta pengguna jalan yang lain (pengendara)
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh pejalan kaki pada ruang-ruang jalur pedestrian
atau trotoar di Kawasan Bundaran Simpang Lima adalah kegiatan berjalan dan berbelanja
41
Sebagian dari pejalan kaki hanya berjalan melintasi trotoar untuk menuju lokasi tujuannya
akan tetapi ada pula sebagian dari pejalan kaki yang berjalan sambil melihat-lihat bahkan ada
yang berbelanja pada PKL
Pejalan kaki di Kawasan Simpang Lima umumnya berjalan secara berombongan
antara 2 ndash 5 orang yang didominasi oleh jenis kelamin perempuan (51) yang memiliki
tujuan untuk rekreasi dan olah raga (33) atau berbelanja (29) dengan usia rata-rata 0 ndash 25
tahun (67) dengan profesi sebagai mahasiswapelajar (31) dan karyawan (25)
Hal tersebut menunjukkan bahwa pengunjung kawasan didominasi oleh anak-anak
muda kaum perempuan karena sebagian besar kaum perempuan inilah yang gemar dengan
aktivitas berlanja sebab kawasan studi didominasi oleh aktivitas perdagangan dan jasa
Pengunjung kawasan identik dengan pengguna ruang terbuka publik kawasan yang
didominasi oleh kaum perempuan dengan usia berkisar antara 0 ndash 25 tahun dengan profesi
sebagai pelajarmahasiswa dan karyawan dengan tujuan untuk melakukan kegiatan
rekreasiolahraga dan berbelanja karena kaum perempuan ini lah yang memiliki sifat dasar
senang berbelanja Usia rata-rata pengunjung yang masih muda dengan profesi pelajar
mahasiswa dan karyawan menunjukkan bahwa pada usia-usia inilah orang relative
membutuhkan rekreasihiburan dan olah raga
Arah pergerakan pejalan kaki pada ruang-ruang terbuka publik kawasan dipengaruhi oleh
tujuannya pada kawasan studi arah pergerakan tersebut adalah
a Tujuan Pergerakan untuk Melakukan Perpindahan Antar bangunan
Tujuan pejalan kaki untuk melakukan pergerakan perpindahan antar bangunan
perdagangan dan jasa modern dilakukan pada ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran
Simpang Lima yang menjadi penghubung antaraktivitas dengan karakter pergerakan
yang memanjang secara linier sepanjang trotoar mengikuti ketersediaan jalur-jalur
sirkulasi utama kawasan
Arah pergerakan pejalan kaki dalam melakukan pergerakan perpindahan
antarbangunan dilakukan secara linier dan memanjang pada trotoar Kawasan
Bundaran Simpang Lima disebabkan oleh bentukan ruang jalur pedestrian yang
memanjang sepanjang jalur sirkulasi utama kawasan
b Tujuan Pergerakan untuk Berbelanja pada PKL Sepanjang Trotoar Kawasan
dan Tepi Lapangan Pancasila
Arah pergerakan pejalan kaki dengan tujuan berbelanja pada PKL sepanjang
trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima memiliki karakter pergerakan linier yang
41
memanjang sedangkan arah pergerakan pejalan kaki dengan tujuan berbelanja pada
PKL di tepi Lapangan Pancasila memiliki arah pergerakan linier yang melingkar
Arah pergerakan pejalan kaki dalam melakukan aktivitas berbelanja pada PKL
sepanjang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima ini disebabkan oleh pengaturan
display barang dagangan PKL yang ditata sedemikian rupa secara berderet linier
searah dan memanjang mengikuti bentukan ruang jalur pedestrian yang ada
Sedangkan arah pergerakan pejalan kaki dengan tujuan berbelanja pada PKL
di tepi Lapangan Pancasila disebabkan oleh display berbagai jenis barang dagangan
yang ditata sedemikian rupa secara linier berhadap-hadapan dan melingkar mengkuti
bentukan ruang jalur pedestrian yang persegi membulat membingkai Lapangan
Pancasila
c Tujuan Pergerakan untuk Melakukan Olahraga Rekreasi dan Hiburan serta Berbe
lanja
Pada PKL di Tengah Lapangan Pancasila Tujuan pejalan kaki untuk
melakukan aktivitas olahraga rekreasi dan hiburan serta berbelanja pada PKL di
tengah Lapangan Pancasila memiliki karakter pergerakan yang curvelinier karena
setiap pergerakan yang dilakukan tidak dibatasi oleh batasan-batasan fisik tertentu
sehingga pergerakan yang terjadi adalah bebas dan tidak beraturan
Arah pergerakan pejalan kaki dalam melakukan aktivitas olahraga rekreasi
dan hiburan serta berbelanja pada PKL di tengah lapangan secara curvelinier ini juga
disebabkan oleh karakter kedatangan pengunjung yang dilakukan secara berpasangan
atau berkelompok
Sumber Hasil Analisis Dini Tri Haryanti ST 2008
Gambar 32Ruang Jalur Sirkulasi Pedestrian Kawasan
41
Aktivitas perdagangan dan jasa kawasan menjadi bangkitan dan tarikan pengunjung
kawasan sehingga meningkatkan intensitas jumlah pejalan kaki pada ruang-ruang terbuka
publik di kawasan ini Keberadaan aktivitas PKL pada sepanjang ruang-ruang trotoar
kawasan seiring dengan tingginya jumlah pergerakan pejalan kaki antarbangunan formal
mengakibatkan pergerakan yang rdquomenerusrdquo dengan pencapaian pada tujuan yang rdquomemutarrdquo
Pergerakan rdquomenerusrdquo yang dimaksud adalah pergerakan pejalan kaki yang dilakukan
pada ruang-ruang terbuka publik kawasan studi dengan tujuan untuk melakukan perpindahan
antarbangunan formal (bangunan perdagangan modern) dan aktivitas berbelanja pada PKL
yang berjualan di sepanjang ruang trotoar kawasan melalui ruang-ruang jalur sirkulasi
pedestrian kawasan yang tersedia secara linier dan memanjang mengikuti jalur sirkulasi
utama (jaringan jalan) kawasan dari satu bangunan ke bangunan yang lain dan dari satu PKL
ke PKL yang lain dengan perjalanan yang tanpa terputusberhenti pada titik lokasi tertentu
meski berhenti pun hanya untuk beberapa saat untuk istirahat dan melihat-lihat dengan lebih
jelas obyek yang dimaksud
Pergerakan pejalan kaki kawasan pada trotoar Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk
berbelanja pada PKL memiliki arah pergerakan yang linier dan memanjang sepanjang jalur
trotar yang disebabkan oleh pengaturan display barang dagangan PKL yang ditata berderet
memanjang sepanjang jalur Pergerakan menerus ini terjadi sebagai akibat dari pergerakan
dengan tujuan untuk melakukan perpindahan antarbangunan melalui ruang-ruang jalur
sirkulasi pejalan sambil melihat-lihat dan berbelanja pada PKL yang berjualan hampir pada
seluruh ruang trotoar kawasan studi Semisal pergerakan pejalan kaki kawasan dengan tujuan
untuk melakukan perpindahan dari bangunan Plasa Simpang Lima menuju Ramayana SC
harus melewati jalur sirkulasi pejalan kaki sepanjang trotoar dari depan Plasa Simpang Lima
Kompleks Pertokoan Simpang Lima dan Ramayana SC yang dipenuhi oleh PKL sambil
melihat-lihat display barang dagangan yang diperjualbelikan maupun sekaligus membelinya
begitu juga dengan pergerakan perpindahan antarbangunan yang lain sehingga dengan
demikian tercipta pergerakan yang menerus
Dari sisi intensitasnya pergerakan pejalan kaki yang menerus ini semakin berkurang
jumlahnya ketika sampai pada ruang sirkulasi pejalan kaki di depan Hotel Ciputra Aktivitas
dan keberadaan PKL hampir tidak ada di sepanjang trotoar di depan bangunan hotel
pergerakan pejalan kaki pun diarahkan menempati ruang-ruang sirkulasi yang bersifat privat
yaitu ruang-ruang sirkulasi pejalan di dalam Mall Ciputra untuk menjaga image dan kesan
rapi pada muka bangunan hotel sesuai dengan peraturan hotel Namun kenyataan yang ada di
41
lapangan masih adanya beberapa pergerakan di depan hotel lebih banyak disebabkan oleh
perilaku dan sifat pejalan kaki kawasan yang cenderung memilih rute terpendek dalam
perjalanannya untuk mencapai tujuan
Sedangkan pencapaian rdquomemutarrdquo yang dimaksud adalah pencapaian tujuan suatu
perjalananpergerakan yang dilakukan oleh pejalan kaki akibat pergerakan yang mengikuti
sistem sirkulasi jalur utama kawasan yang membentuk loop sehingga berdampak pada
pencapaian suatu bangunan formal kawasan dengan arah yang memutar dan melalui beberapa
persimpangan sekaligus Semisal untuk mencapai lokasi tujuan pada Ramayana SC pejalan
kaki dari bangunan Masjid Baiturrahman harus melakukan pergerakan perpindahan dari
bangunan Citraland Mall menuju bangunan Kompleks Pertokoan Simpang Lima baru
kemudian mencapai bangunan Ramayana SC atau dari bangunan Gajahmada Plaza dulu
kemudian menuju bangunan kantor TelkomSMKN 7 Semarang baru mencapai bangunan
Ramayana SC Begitu juga pergerakan-pergerakan dengan tujuan pencapaian pada bangunan-
bangunan formal yang lain
Pergerakan dengan pencapaian rdquomemutarrdquo pada ruang-ruang sirkulasi pejalan kaki
kawasan sebenarnya dapat dicari alternatif lain yaitu dengan dengan memotong jalur
sirkulasi utama Pergerakan memotong jalur ini dapat menjadi alternatif pergerakan yang
dilakukan untuk mencapai pada bangunan yang dituju dengan melalui ruang Lapangan
Pancasila namun pergerakan semacam ini kurang diminati oleh penggunapejalan kaki
kawasan sebab ruang lapangan yang tanpa aktivitas akan terasa lebih panjang dan
membosankan
B Analisis Pola Pemanfaatan Ruang Terbuka Publik Kawasan
1 Analisis Pola Pemanfaatan Ruang dan Aktivitas pada Ruang Terbuka Publik
Kawasan
Sebagaimana yang telah diuraikan dalam tahap analisis ruang dan aktivitas kawasan
bahwa aktivitas-aktivitas yang berlangsung di atas ruang Lapangan Pancasila sebagai ruang
terbuka publik kawasan adalah aktivitas politik peribadatan massal olahraga rekreasi dan
hiburan Aktivitas sector informal yang berlangsung pada ruang terbuka publik kawasan
adalah aktivitas PKL
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan berdasarkan aktivitasnya terpusat
menempati Lapangan pancasila sebagai satu-satunya ruang terbuka publik kota yang menjadi
wadah interaksi sosial masyarakatnya didukung oleh daya tampung ruang yang cukup luas +
4 Ha dengan lokasinya yang strategis terletak di tengah-tengah kawasan pusat kota yang
41
memiliki aksesibilitas yang tinggi sehingga mudah dicapai dari segala penjuru kota
menggunakan berbagai jenis moda kendaraan baik kendaraan pribadi maupun angkutan
umum Pola pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan berdasarkan aktivitasnya pada ruang
Lapangan Pancasila berlangsung secara berkelompok dan masing-masing mengumpul
berdasarkan jenis aktivitasnya sebagai akibat oleh adanya
a) Kecenderungan aktivitas yang berlangsung pada ruang terbuka publik ini adalah
aktivitas-aktivitas yang dilakukan secara berkelompok
b) Melibatkan orang dalam jumlah yang banyak
c) Bentukan ruang yang membentuk persegi membulat dengan daya tamping ruang yang
cukup besar
d) Memungkinkan pergerakan secara bebas dan tidak beraturan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan berdasarkan aktivitas sektor
informalnya didominasi oleh pola pemanfaatan aktivitas PKL yang menempati ruang trotoar
kawasan trotoar dan tengah Lapangan Pancasila yaitu
1) Pola Pemanfaatan Trotoar Sepanjang Tepi Jalan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh
aktivitas PKL sepanjang trotoar kawasan di depan Citraland Mall depan Plasa Simpang
Lima depan Kompleks Pertokoan Simpang Lima depan Ramayana SC depan kantor
TelkomSMKN 7 Semarang depan Gajahmada Plaza dan depan Masjid Baiturrahman
membentuk pola ldquolinier yang memanjangrdquo dikarenakan oleh bentukan ruang-ruang
trotoar ini yang merupakan suatu jalur penghubung secara linier antaraktivitasbangunan
perdagangan dan jasa kawasan pada tepi jalan di muka bangunan sehingga menimbulkan
sejumlah akumulasi pengunjung yang tinggi secara periodic berdasarkan waktu
berlangsungnya aktivitas formal yang memanjang mengikuti pola jalur sirkulasipola
jaringan jalan utama kawasan Adanya beberapa bangunan formal dengan ciri aktivitas
perdagangan dan jasa yang terletak secara berdekatan satu sama lain dalam kawasan ini
maka dengan sendirinya akan menjadi daya tarik yang sangat kuat untuk dikunjungi oleh
calon pembeli yang mengakibatkan timbulnya akumulasi pengunjung pada kawasan
terutama di sekitar kegiatan yang dimaksud
Situasi inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh PKL kawasan studi untuk
mengembangkan usahanya dengan menjaring calon pembeli pada ruangruang di
sepanjang jalur pada muka bangunan ini memanfaatkan peluang banyaknya pejalan yang
melalui sepanjang jalur ini dan mengikuti pola jaringan jalan kawasan agar
41
keberadaannya di sepanjang tepi jalan ini juga dapat terlihat dan menarik para pengendara
pengguna jalan kawasan
Adapun display bebagai jenis barang dagangan PKL yang disuguhkan secara berderet
memanjang pada ruang trotoar ini memberi kemudahan pengunjung kawasan baik
pejalan kaki maupun pengendara untuk dapat lebih jelas melihat dan memilih jenis-jenis
barang yang diperdagangkan
2) Pola Pemanfaatan Trotoar Tepi Lapangan Pancasila
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh
aktivitas PKL sepanjang trotoar Lapangan Pancasila membentuk pola ldquolinier yang
melingkarrdquo dikarenakan oleh bentukan ruang sirkulasi pedestrian lapangan yang
membingkai lapangan dengan bentuk persegi membulat dan pola sirkulasi utama kawasan
yang bermuara pada Lapangan Pancasila dengan membentuk loop Adanya kedudukan
Lapangan Pancasila sebagai satu-satunya ruang terbuka publik yang luas di Kota
Semarang sebagai wadah interaksi sosial yang dimanfaatkan oleh warga masyarakat Kota
Semarang dan sekitarnya untuk melakukan berbagai macam aktivitas seperti olah raga
rekreasi dan hiburan mengakibatkan timbulnya akumulasi pengunjung dalam jumlah
yang besar pada area ini khususnya pada hari liburMinggu pagi sehingga banyak PKL
yang tertarik untuk menempati lokasi ini untuk menjajakan barang dagangannya Display
berbagai jenis barang dagangan disuguhkan secara linier sepanjang trotoar dengan
berhadap-hadapan untuk memberi banyak pilihan dan variasi barang kepada calon
pembeli dengan suasana yang santai dan rekreatif
3) Pola Pemanfaatan Tengah Lapangan Pancasila
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh
aktivitas PKL di tengah Lapangan Pancasila membentuk pola ldquoberkumpul yang
mengelompokrdquo berdasarkan jenis barang dagangannya dikarenakan bentukan ruang
Lapangan Pancasila yang tanpa adanya pembatas fisik antarPKL dengan daya tampung
ruang yang cukup besar sehingga memungkinkan adanya pergerakan pengunjung yang
bebas dan tidak beraturan dan penataan display barang dagangan yang disajikan secara
mengelompok berdasarkan jenis barang dagangannya masing-masing sehingga
memudahkan calon pembeli memilih jenis barang yang diinginkan dengan banyaknya
variasi barang yang disuguhkan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh PKL
akan semakin berkurang intensitasnya apabila semakin menjauh dari kawasan studi
Intensitas pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan oleh aktivitas PKL pada koridor
41
kelima ruas jalan kawasan semakin menurun karena jalan-jalan ini berorientasi pada
aktivitas-aktivitas yang berbeda yang berlangsung pada kelima ruas jalan antara aktivitas
perkantoran pemerintahan dan pendidikan yang ditandai dengan adanya kepadatan
beberapa bangunan fasilitas perkantoran pemerintahan dan pendidikan pada koridor-
koridor kelima ruas jalan ini
Adanya bangkitan aktivitas nonekonomi ini mengakibatkan rendahnya akumulasi
pengunjung kawasan pada tepi jalan-jalan ini Hal inilah yang menjadi alasan mengapa
ruang-ruang trotoar koridor jalan ini kurang diminati oleh PKL meskipun ada beberapa
PKL yang berjualan pada beberapa penggal jalan namun keberadaannya terputus dan
tidak menerus seperti pada keberadaan PKL pada ruang sirkulasi pejalan kaki di
sepanjang trotoar Jalan Pahlawan yang identik sebagai area yang berorientasi pada
aktivitas pemerintahan Jalan KH Achmad Dahlan Pandanaran dan Achmad Yani yang
identik sebagai area yang berorientasi pada aktivitas perkantoran dan Jalan Gajahmada
yang identik sebagai area yang berorientasi pada aktivitas perkantoran dan pendidikan
Menurut kriteria pemilihan lokasinya aktivitas-aktivitas PKL memiliki
kecenderungan menempati lokasi atau ruang-ruang dengan tingkat akumulasi orang yang
melakukan kegiatan secara bersama-sama pada waktu yang relative sama pula Adanya
fungsi kawasan sebagai CBD tentu tidak lepas dari aktivitas perdagangan dan jasa yang
berlangsung di atasnya sehingga menimbulkan sejumlah akumulasi pengunjung yang
tidak sedikit Fenomena tumbuhnya sector informalPKL ini tak lepas dari keberadaan
aktivitas formal yang tumbuh dan berkembang sebagai aktivitas pendukung (activity
support) yang tidak dapat dihindarkan dan digusur begitu saja melainkan diantisipasi dan
diperhitungkan kebutuhan ruangnya
2 Analisis Pola Pemanfaatan Ruang Jalur Sirkulasi Pedestrian Kawasan
Pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan sebagai jalur sirkulasi pejalan kaki
merupakan jenis pemanfaatan sebagai pemenuhan akan kebutuhan ruang pejalan yang
memisahkan ruang pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan kawasan demi meminimalisasi
konflik kepentingan yang dapat mengakibatkan ketidaknyamanan pejalan kaki maupun
pengguna jalan yang lain (pengendara)
Namun dalam perkembangannya ruang-ruang di tepi jalan ini mengalami pergeseran
fungsi ruang menjadi lokasi aktivitas PKL sehingga kemudian pejalan kaki harus
menjatuhkan pilihannya untuk berjalan melalui jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk
mencapai tujuan dalam pergerakannya
41
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima sebagai
ruang sirkulasi pedestrian dibentuk oleh arah pergerakan pejalan yang dipengaruhi oleh
tujuan dalam melakukan perjalanannya
a Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Melakukan Perpindahan Antarbangunan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima dengan
tujuan untuk melakukan pergerakan perpindahan antarbangunan membentuk pola
rdquomenerus yang melingkarrdquo dikarenakan arah pergerakan pejalan yang menerus pada
sepanjang ruang trotoar di muka bangunan kawasan mengikuti pola sirkulasi utama
kawasan yang membentuk loop
Pola pemanfaatan yang rdquomenerusrdquo ini disebabkan oleh kontinuitas pergerakan pejalan
kaki kawasan dalam melakukan perpindahan antar bangunan formal (perdagangan
modern) pada ruang-ruang trotoar sebagai ruang penghubung antaraktivitas formal
kawasan Pola pergerakan pejalan kaki yang menerus ini merupakan bangkitan dari
tarikan aktivitas perdagangan dan jasa formal kawasan yang menjadi alasan pengunjung
melakukan pergerakan berpindah antarbangunan
Pergerakan pejalan yang rdquomenerusrdquo ini juga dipengaruhi oleh keberadaan aktivitas
PKL di sepanjang ruang trotoar kawasan yang memberi kehidupan menerus pada ruang-
ruang ini Pergerakan menerus dilakukan oleh pejalan kaki kawasan secara linier pada
tepi jalan mengikuti pola jaringan jalan utama kawasan dan memanjang menuju lokasi
pencapaian tujuan pergerakan
Pola pemanfaatan ruang yang rdquomelingkarrdquo disebabkan oleh pencapaian tujuan pada
bangunan perdagangan modern kawasan secara memutar Sistem pencapaian bangunan
formal (perdagangan) yang memutar ini dipengaruhi oleh sistem sirkulasi utama kawasan
yang memiliki muara pada Jalan Simpang Lima (Lapangan Pancasila) dan membentuk
loop dimana dalam bentuk pencapaian yang loop ini diperlukan waktu untuk
mencapainya karena harus melewati banyak persimpangan-persimpangan yang
merupakan simpul-simpul bertemunya arus lalu lintas dari kelima ruas jalan kawasan
pada muaranya di Jalan Simpang Lima
b Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Berbelanja pada PKL di Sepanjang
Trotoar Kawasan dan Tepi Lapangan Pancasila Pola pemanfaatan ruang terbuka
publik Kawasan Simpang Lima dengan tujuan untuk berbelanja pada PKL di sepanjang
trotoar kawasan kurang lebih sama dengan pola pemanfaatan ruang dengan tujuan
melakukan perpindahan antarbangunan formal kawasan yaitu membentuk pola rdquomenerus
41
yang melingkarrdquo sepanjang ruang-ruang trotoar pada muka bangunan formal kawasan
mengikuti pola jaringan jalan utama kawasan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh aktivitas PKL pada sepanjang trotoar
kawasan dipengaruhi oleh penataan display berbagai jenis barang dagangan PKL yang
ditata sedemikian rupa berderet secara linier pada muka bangunan dan memanjang
mengikuti bentukan ruang trotoar sehingga mempermudah calon pembeli baik oleh
pejalan kaki maupun pengguna jalan yang lain (pengendara) untuk melihat dan memilih
jenis-jenis barang yang diinginkan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik dengan tujuan berbelanja pada PKL yang
berjualan di tepi Lapangan Pancasila membentuk pola rdquolinier yang melingkarrdquo mengkuti
sistem sirkulasi utama kawasan yang membentuk loop dengan muara sirkulasi pada
lapangan Pola pemanfaatan yang linier dipengaruhi oleh penataan display barang
dagangan yang ditata sedemikian rupa secara linier pada tepi Lapangan Pancasila (trotoar
lapangan) berhadaphadapan dengan sirkulasi pengunjung PKL yang berada pada tengah
ruang trotoar sebagai ruang yang tersisa dari kedua sisi ruang yang digunakan oleh PKL
Pola pemanfaatan ruang yang rdquomelingkarrdquo dipengaruhi oleh bentukan ruang yang
persegi membulat dengan trotoar sebagai pembingkai ruang lapangan Pemanfaatan yang
melingkar ini dibentuk oleh pergerakan pengunjung PKL yang menerus tanpa terputus
pada ruang trotoar tepi Lapangan Pancasila
c Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Melakukan Aktivitas Olahraga Rekreasi dan
Hiburan Berbelanja Pada PKL di Tengah Lapangan Pancasila
Pola pemanfaatan ruang Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk melakukan aktivitas
olahraga rekreasi dan hiburan serta berbelanja pada PKL yang berjualan di tengah
Lapangan Pancasila memiliki pola pergerakan rdquocurvelinierrdquo Aktivitas-aktivitas ini
cenderung dilakukan secara berkelompok mengingat daya tampung ruang lapangan yang
cukup besar sehingga memungkinkan untuk pergerakan yang bebas dan santai dengan
suasana rekreatif dengan arah pergerakan yang tidak beraturan dikarenakan tanpa adanya
bentukan fisik pembatas antaraktivitas kegiatan Aktivitas olahraga yang seringkali
dilakukan menempati ruang Lapangan Pancasila adalah olahraga sepak bola dimana
olahraga ini biasa dilakukan secara berkelompok dengan pergerakan yang tidak beraturan
pada ruang
Sedangkan pergerakan aktivitas rekreasi dan hiburan yang juga cenderung dilakukan
secara berpasanganberkelompok ini dipengaruhi oleh tujuannya untuk melihat-lihat
pemandangansuasana kawasan sehingga membentuk pola pergerakan yang tidak
41
beraturan dan berkelok-kelok dengan sesekali berhenti untuk mengagumi view atau
sekedar untuk mengobrol
Pola pergerakan pejalan kaki pada ruang Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk
berbelanja pada PKL di tengah lapangan mempunyai pola pergerakan rdquocurvelinierrdquo
dipengaruhi oleh bentukan ruang lapangan yang persegi membulat dengan daya tampung
ruang cukup besar dan sistem sirkulasi pengunjung yang memungkinkan arah pergerakan
dengan bebas Aktivitas PKL yang memiliki kecenderungan berkelompok berdasarkan
jenis barang yang diperdagangkan ini berdampak pada penataan display barang sehingga
sistem sirkulasi pengunjung PKL pun pada akhirnya mengikuti pola pemanfaatan ruang
oleh aktivitas PKL dengan pergerakan yang tidak beraturan pada ruang (curvelinier)
dengan suasana rekreatif dan santai
Dengan adanya pergerakan pejalan kaki Kawasan Bundaran Simpang Lima yang
rdquomenerus dan melingkarrdquo membentuk linkage seyogyanya pejalan kaki diberikan ruang
yang layak demi keamanan dan kenyamanan pejalan dan pengguna jalan yang lain
Dengan kecenderungan sifat manusiawi pejalan yang enggan melakukan perjalanan
dengan permukaan yang naik atau menaik solusi yang ditawarkan tentu tidak bisa berupa
jembatan penghubung antarbangunan Sebab selain memerlukan biaya yang tidak sedikit
dapat menghalangi pandanganview suatu kawasan berpotensi menggunakan sebagian
ruang terbuka publik itu sendiri dan keengganan pejalan berjalan pada permukaan yang
naik sebagai sifat dasar pejalan kaki maka alangkah lebih baiknya apabila solusi yang
ditawarkan sebagai ruang untuk pejalan kaki kawasan di luar konteks teknologi adalah
berupa subway yaitu ruang publik untuk pejalan kaki yang dibangun di bawah tanah yang
menjadi penghubung antarbangunan dengan karakteristik berupa terowongan di bawah
tanah bebas dari sirkulasi kendaraan kawasan bebas dari kebisingan akibat intensitas lalu
lintas kawasan yang cukup tinggi mampu menjadi alternatif ruang untuk PKL dan parkir
off street kawasan sekaligus sebagai jalur pedestrian kawasan
41
352 Kajian PKL di Jalur Pejalan Kaki di Jalan Samanhudi Kabupaten Jember
3521 Analisa Konflik Kepentingan
Tabel IV1Analisa Konflik Kepentingan
Sumber Hasil Analisis Maria Kurnia U 2009
41
3522 Analisa Konflik Penggunaan Ruang
Tabel IV2
Analisa Konflik Penggunaan Ruang
Sumber Hasil Analisis Maria Kurnia U 2009
3523 Analisis Konsep Simbiosis Mutualistik
A Analisa Teori
Analisa ini bertujuan menelusuri konflik kepentingan dan konflik penggunaan ruang
melalui kajian teori-teori tentang penataan PKL yang didapatkan dari literature dan penelitian
PKL yang pernah dilakukan sebelumnya Meminimalisir konflik yang terjadi diperlukan
ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun
menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan
Samanhudi dengan kawasan PKL lain
ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL
41
ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun
dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja
namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang
namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan
ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa
jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan
harga antara pedagang formal dan PKL
ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan
pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak
penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi
antar pihak
ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai
dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan
perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang
informal
ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan
persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL
ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan
dalih keamanan
ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan
pejalan kaki dan pengendara kendaraan
ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki
ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL
ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan
ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa
harus saling menumpuk
ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak
ndash Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini
menjadi jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen
B Triangulasi Konsep Simbiosis Mutualistik
Triangulasi konsep simbiosis mutualistik dilakukan untuk mendapatkan konsep-
konsep penataan pedagang kaki lima yang menguntungkan berbagai pihak yang terkait yang
membandingkan antara fakta empiris studi kasus dan teori
41
Mengakui eksistensi PKL didukung dengan program kebijakan untuk mengelola
aktivitas PKL
Penyuluhan pembinaan dan pelatihan untuk PKL
Pemberian bantuan modal dari pemerintah maupun dari sektor swasta (dengan konsep
kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitusaja namun dilakukan kontrol terhadap dana
bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang begitu saja namun dapat dimanfaatkan secara
berkelanjutan
Peningkatan citra kawasan melalui pembentukan karakter khusus PKL di lokasi studi
sehingga membedakan PKL Samanhudi dengan PKL di kawasan lain
Pengelompokkan PKL menurut jenis barang dagangan dan perletaknnya diatur menurut
jenis dagangan toko formal sehingga tidak terjadi perebutan konsumen
Peningkatan citra kawasan sehingga menambah daya tarik pengunjung
Pembentukan Paguyuban Samanhudi yang beranggotakan PKL pedagang formal dan
pihak penengah untuk menyamakan aspirasi antar golongan dan sebagai forum diskusi
Legalitas sektor informal yang diakui oleh pemerintah
Perumusan kebijakan dan peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan
perdagangan informal
Peraturan didukung pengawasan yang ketat sangsi yang jelas dan sosialisasi serta
persamaan persepsi
Perancangan sarana usaha sesuai dengan jenis barang dagangan dan aspirasi PKL
Sosialisasi status ruang PKL
Peningkatan keamanan dan pengawasan untuk mencegah pemerasan tindak kejahatan
lain
Mempertahankan orientasi PKL ke arah bangunan formal
Perbaikan pelebaran dan pemeliharaan jalur pejalan kaki (pedestrian) sebatas ruang
parkir on street sehingga jalur aktif jalan tidak berkurang
Pemisahan yang jelas antara jalur pejalan kaki dan ruang PKL
Pemisahan yang jelas antara jalur pengendara ruang PKL dan jalur pejalan kaki
Mengatur ruang parkir off street di sepanjang jalan untuk mengurangi beban jalan akibat
penyempitan jalan karena adanya pelebaran pedestrian
Perpanjangan sosoran dari bangunan formal sebagai pelindung pejalan kaki dan ruang
PKL sehingga PKL tidak perlu memakai ataptambahan untuk kiosnya
Bentuk sarana usaha berupa meja dorong tanpa atap agar akses visual pencahayaan dan
penghawaan ke bangunan formal tidak terhalang
41
Diberikan jarak setiap 2 kios sebagai akses masuk ke bangunan formal
Mengikutsertakan seluruh pihak terkait dalam penyampaian keputusan
Perancangan dapat mewadahi ruang PKL
Ruang PKL mengikuti arus pergerakan manusia
Pengaturan kebersihan dan ketertiban
C Konsep Legalitas PKL
Adanya pengakuan resmi dari pemerintah terhadap PKL Samanhudi sebagai salah satu
sector ekonomi di kawasan studi melalui surat keputusan resmi Surat keputusan ini
sekaligus mengatur hak kewajiban dan tanggung jawab PKL sebagai kompensasi
perubahan status yang telah diberikan oleh pemerintah
PKL berhak mendapatkan perlindungan hokum dan pinjaman modal dari pemerintah
Namun sebagai sector resmi PKL dikenakan pajak penghasilan dan retribusi Besarnya
pajak Pajak penghasilan dibedakan dari sektorformal Dengan membayar pajak PKL
berhak mendapatkan perlindungan pemerintah dari oknum preman dsb
PKL wajib mendukung program-program penertiban yang dilakukan pemerintah Apabila
PKL melanggar hak dan kewajiban yang telah diputuskan PKL tidak berhak lagi
menempati lapak yang telah dipinjamkan oleh pemerintah Dan dicabut ijin berjualannya
di kawasan Samanhudi
Dalam konsep ini simbiosis mutualistik terjadi antara pemerintah dan PKL dimana PKL
mendapatkan pengakuan perlindungan dan bantuan modal dari pemerintah sementara
pemerintah mendapatkan retribusi pajak penghasilan dan ketertiban dari PKL
D Konsep Pembinaan dan Permodalan
Pedagang kaki lima perlu untuk mendapatkan pembinaan dari pemerintah Kabupaten
Jember untuk meningkatkan kemampuan wirausaha dan peningkatan kualitas barang
dagang dan pelayanan terhadap pembeli konsumen sehingga bias meningkatkan
pendapatan dan aktivitas pedagang kaki lima dapat member nilai tambah serta dapat
memberkan peluang kerja yang dapat mengurangi tingkat pengangguran di Kabupaten
Jember Bentuk pembinaan berupa penyuluhan yang diberikan berkala secara rutin
Program pembinaan diadakan oleh pemerintah
Program pembinaan juga digunakan sebagai sarana pertemuan rutin dan sosialisasi
peraturan-peraturan yang dilakukan pemerintah
Program pembinaan juga dapat dijadikan sarana untuk selalu mengingatkan hak dan
kewajiban serta sangsi yang diterapkan bila PKL melanggar selama beroperasi dikawasan
Samanhudi
41
Program pembinaan memberikan keuntungan kepada PKL dan pemerintah PKL
mendapatkan peningkatan kemampuan dan pemerintah mendapat sarana sosialisasi
Pemberian bantuan modal ini tidak ditujukan kepada semua pedagang kaki lima tetapi
diberikan kepada beberapa pelaku usaha yang memiliki potensi dan criteria yang telah
ditentukan
Pemerintah dalam memberikan bantuan modal ini juga harus bekerja sama dengan
instansi-isntansi lain yang terkait
Pemberian modal dari pihak swasta sangat disarankan
Konsep ini memberikan keuntungan kepada pihak PKL berupa bantuan modal dengan
bunga ringan keuntungan laba pinjaman kepada pemberi modal dan bila pihak swasta
terlibat mendapatkan keuntungan berupa kesempatan untuk periklanan
E Konsep Kelembagaan Paguyuban Samanhudi
Paguyuban Samanhudi merupakan Kelembagaan yang memiliki kewenangan atau
keterikatan dengan pengelolaan dan pembinaan Pedagang Kaki Lima KoridorJalan
SamanhudiPaguyuban ini beranggotakan wakil PKL wakil pedagang formal wakil
pemerintah dari dinas Kebersihan dan Pertamanan Dinas Polisi Pamong Praja Dinas
Pariwisata Dinas Pendapatan dan Dinas LPMK Kabupaten Jemberserta pihak penengah
selaku penasehat dan pihak netral yang diwakili oleh pakar PKL dari universitas tokoh
masyarakat dan pakar PKL lainnya
Peran Paguyuban ini adalah sebagai forum diskusi dari semua pihak untuk menampung
aspirasi dan menetralisasi konflik yang terjadi sehingga setiap aspek dikoridor jalan
Samanhudi dapat melakukan koordinasi dan semua aspirasi dari semua pihak dapat
tersampaikan Fungsi paguyuban juga sebagai sarana mengikutsertakan semua pihak
terkait dalam membuat rancangan peraturan dan sosialisasi peraturan yang telah
ditetapkan pemerintah mengenai PKL kepada semua pihak terkait
Paguyuban juga berfungsi sebagai pihak pengawas bekerja sama dengan pihak kepolisian
dan pamong praja untuk mengawasi segala pelanggaran yang dilakukan oleh semua pihak
terkait Penerapan sangsi harus tegas dan diawasi oleh paguyuban sehingga tidak terjadi
rsquopenyelesaiandamairsquo dari pihak pelanggar dana para penegak peraturan
Paguyuban memberikan keuntungan kepada PKL pedagang formal pemerintah dan
masyarakat berupa kesempatan untuk menyalurkan aspirasi
41
353 Kajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit Kariyadi
Semarang
3531 Analisis Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar
Rumah Sakit dr Kariadi
Analisis karakteristik aktivitas PKL menggunakan metode deskriptif kuantitaif
dan distribusi frekuensi Analisis ini nantinya menunjang untuk analisis selanjutnya
yaitu analisis karakteristik berlokasi PKL Analisis ini meliputi lokasi aktivitas PKL
tempat usaha PKL jenis barang dagangan sarana fisik berdagang pola layanan pola
penyebaran serta status kepemilikan usaha Uraian dari masing-masing analisis
tersebu dipaparkan sebagai berikut
a Lokasi Beraktivitas
Sesuai dengan ruang lingkup spasial dari penelitian ini lokasi yang digunakan
PKL untuk memanfaatkan aktivitas kegiatan utama Rumah Sakit dr Kariadi adalah di
sepanjang penggal Jalan dr Kariadi sebagian Jalan Veteran dan sebagian Jalan dr
Soetomo Mereka berlokasi di penggalpenggal jalan tersebut dikarenakan jalan
tersebut merupakan batas dari kawasan fasilitas kesehatan dan merupakan jalan arteri
sekunder kolektor sekunder dan lokal sekunder yang ramai orang berlalu lalang
lintas kendaraan serta dilewati jalur angkutan umum Kondisi tersebut ditangkap oleh
PKL sebagai peluang untuk mendapatkan konsumen dengan memanfaatkan tingkat
kunjungan yang tinggi dari aktivitas kegiatan utama serta orang yang lalu lalang yang
melintas di penggal jalan-jalan tersebut Untuk lebih jelas mengenai lokasi PKL dapat
dilihat pada Gambar berikut
41
Gambar 33
Lokasi Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Pada lokasi tersebut terbagi menjadi spot-spot yang menjadi lokasi PKl
berdasarkan penggal jalan yang telah disebutkan sebelumnya yaitu Jalan dr Kariadi
Jalan Veteran dan Jalan dr Soetomo Spot-spot tersebut memiliki karakteristik
masing-masing baik dari sisi aktivitas dan ruang usaha PKL maupun dari karakteristik
berlokasinya Di penggal Jalan dr Kariadi terdapat beberapa bagian yang merupakan
lokasi larangan untuk PKL lokasi yang diperbolehkan untuk menggelar dagangan
PKL serta PKL binaan kelurahan yang dikenal dengan istilah PKL orange Pada Jalan
Veteran yang diminati oleh PKL berada di sisi selatan jalan Lokasi tersebut juga
diperbolehkan untuk berdagang PKL sebagai kompensasi penggantian lokasi
penggusuran PKL yang berasal dari Jalan dr Kariadi sisi barat Lokasi yang
seharusnya bersih dari PKL adalah Jalan dr Soetomo karena merupakan jalur merah
Namun lokasi ini tetap diminati untuk berlokasi PKL diantaranya dikarenakan tidak
adanya lokasi lain serta lokasinya yang strategis Kestrategisan tersebut dilihat dari
status jalan yang merupakan jalan utama penghubung ke pusat-pusat aktivitas lainnya
serta akses ke pusat kota maupun ke luar kota sehingga frekuensi kendaraan yang lalu
lalang tinggi Selain itu lokasinya yang dekat dengan kegiatan utama yang ada di
sekitarnya seperti Rumah sakit dr Kariadi perkantoran ataupun permukiman Hal
tersebut dimanfaatkan PKL sebagai peluang mendapatkan konsumen
b Tempat Usaha
41
Lokasi yang diminati PKL tidak menyediakan tempat khusus untuk berdagang
PKL sehingga mereka menggunakan ruang-ruang publik untuk tempat usahanya
seperti di trotoar di atas saluran drainase bahu jalan dan badan jalan Dengan
difungsikannya ruang-ruang publik tersebut menjadi tempat berdagang bagi PKL
berakibat menurunnya fungsi ruang publik tersebut mengurangi citra kawasan serta
menurunnya kualitas lingkungan Oleh pemerintah kota ruang-ruang publik tersebut
dimanfaatkan untuk tempat usaha PKL karena diperlukan tempat usaha di lokasi
tersebut Hal ini sebagai upaya pemerintah untuk mewadahi aktivitas tersebut
Tempat-tempat tersebut dilegalkan menjadi tempat usaha yang diperuntukkan bagi
PKL sesuai dengan peraturan daerah nomor 11 tahun 2000 tentang PKL yang
notabene bertolak belakang dengan peraturan daerah lainnya yang mengatur tentang
ketertiban keindahan dan pertamanan Persentase PKL yang menempati ruang-ruang
publik dapat dilihat pada Gambar berikut ini
Gambar 34
Persentase Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Terdapat pula PKL yang tidak mendapat izin tempat usaha berdagang
khususnya PKLyang berlokasi di daerah larangan untuk PKL serta berdagang pada
waktu yang tidak diperbolehkan sehingga mereka tidak ditarik retribusi dan sewaktu-
waktu dapat ditertibkan oleh aparat penegak tata tertib Namun ketidaktertiban aparat
PKL yang tidak mendapat izin tersebut kadang-kadang juga dipungut retribusi yang
diistilahkan dengan uang keamanan namun frekuensinya tidak teratur PKL dalam
golongan ini jumlahnya minoritas jika dibandingkan dengan PKL yang mendapat izin
tempat usaha Berikut sketsa sebaran PKL menurut tempat usahanya yang dapat
dilihat pada Gambar
41
Gambar 35
Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
c Jenis Barang Dagangan
Dagangan mayoritas yang diperdagangkan oleh PKL di sekitar Rumah Sakit
dr Kariadi adalah jenis barang dagangan makanan seperti warung tegal bakso soto
es buah dan makanan kecil Jenis dagangan tersebut diminati karena PKL mencoba
menangkap aktivitas kegiatan utama yang banyak membutuhkan jenis barang
dagangan makanan
Jenis barang dagangan yang paling minoritas diperdagangkan adalah buah-
buahan Jenis dagangan inipun hanya dijumpai di penggal Jalan dr Kariadi karena di
penggal jalan tersebut terdapat pintu masuk pengunjung rumah sakit Jenis barang
dagangan ini biasanya digunakan sebagai cangkingan atau oleh-oleh untuk membesuk
pasien Namun jenis dagang ini kurang diminati pedagang dikarenakan barangnya
yang mudah busuk tidak mempunyai tempat penyimpanan khusus seperti kulkas
relatif mahal karena rata-rata buah impor serta konsumennya relatif sedikit
Kekurangminatan pedagang untuk menjual jenis dagangan ini dapat dilihat dari
sedikitnya jumlah PKL yang menjual dagangan ini
Jenis barang dagangan lain yang banyak diperdagangkan adalah kelontong
karena berjualan bermacam-macam jenis barang dari rokok makanan kecil air
kemasan bahkan sampai barang kebutuhan mereka yang beraktivitas di kegiatan
41
utama yaitu rumah sakit seperti untuk kebutuhan penunggu pasien yaitu tikar kipas
termos untuk air panas dan jenis barang lainnya
Jenis dagangan yang lain merupakan jenis barang dagangan yang umum
diperdagangkan atau jenis barang dagangannya hampir ada setiap ruas jalan-jalan
besar lokasi PKL lainnya di kota besar yang kebanyakan termasuk dalam jenis barang
dagangan non makanan dan jasa pelayanan seperti warung telekomunikasi bensin
tambal ban voucher pulsa fotocopy Untuk jasa pelayanan fotocopy yang banyak
tersebar di kawasan tersebut terkait dengan adanya kegiatan utama berupa fasilitas
pendidikan seperti Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro akademi
keperawatan dan farmasi sedangkan untuk jenis dagangan umum lainnya terkait
adanya permukiman di sekitar lokasi tersebut Namun ada barang dagangan yang khas
yaitu nisan karena lokasi sekitar Rumah sakit dr Kariadi terdapat tempat pemakaman
umum yang cukup besar yaitu TPU Bergota
Jenis dagangan yang dijual dapat dikatakan tidak semata hanya melayani
untuk aktivitas yang terkait dengan Rumah Sakit dr Kariadi namun juga melayani
terhadap aktivitas lainnya disekitar Rumah Sakit dr Kariadi seperti fasilitas
pendidikan permukiman pemakaman serta perkantoran bahkan aktivitas transportasi
seperti kebutuhan supir angkutan umum dan supir taxi Untuk lebih jelas mengenai
perbandingan jumlah PKL menurut jenis barang dagangan di masing-masing penggal
jalan dapat dilihat pada gambar berikut ini
Gambar 36
Karakteristik Jenis Barang Dagangan Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
41
d Sarana Fisik Berdagang
Masing-masing lokasi memiliki jenis sarana berdagang mayoritas yang
berbeda-beda Pada penggal Jalan dr Kariadi mayoritas PKL di penggal jalan tersebut
menggunakan kios sebagai sarana berdagangnya Kios-kios tersebut awalnya
merupakan warung semi permanen yang disekat-sekat Namun seiring dengan
perkembangan waktu dan adanya praktek sewa tempat usaha maka warung tersebut
dibangun permanen oleh pemiliknya bahkan diantaranya ada yang dilengkapi dengan
kamar mandi serta ruang tidur Hal tersebut dikarenakan sebagian kios juga dijadikan
sebagai tempat tinggal pemiliknya Asal pedagang yang dari luar Kota Semarang serta
biaya yang mengontrak relatif mahal sehingga menjadikan kiosnya sebagai sarana
usaha serta tempat tinggal sekaligus Sarana dagang tersebut telah menyimpang dari
peraturan daerah tentang PKL Latar belakang pendidikan PKL yang sebagian rendah
kemungkinan menjadi penyebab kurangnya pemahaman pedagang terhadap produk
hukum tersebut atau memang mengerti namun sengaja dilanggar karena tidak adanya
upaya pemerintah untuk menertibkan sarana berdagang yang telah melanggar
peraturan tersebut Selain itu ketidaktergantungan PKL terhadap ketersediaan
prasarana penunjang menjadikan PKL dalam beraktivitas tidak mempertimbangkan
aspek tersebut
Selain kios sarana dagangan yang banyak diminati adalah gerobak tenda yaitu
sarana dagangan utamanya gerobak yang ditunjang dengan tenda yang biasanya untuk
tempat makan konsumen Sarana dagang ini dianggap praktis karena mudah
dibongkar pasang serta dipindahkan Terlebih sarana dagang ini sesuai dengan
himbauan pemerintah dalam Perda No 11 tahun 2000 yaitu sarana PKL adalah yang
mudah untuk dibongkar serta dipindahkan
Lain halnya dengan PKL di penggal Jalan dr Soetomo mereka lebih banyak
menggunakan gerobak Hal tersebut dikarenakan lokasi tersebut merupakan lokasi
larangan untuk PKL tapi mereka tetap bertahan di lokasi tersebut dengan alasan tidak
tersedia tempat lain yang strategis untuk berjualan Dengan menggunakan gerobak
memudahkan mereka untuk lari atau berpindah tempat jika ada penertiban oleh aparat
penegak tata tertib
Di penggal Jalan Veteran sama halnya dengan sarana fisik yang digunakan
berdagang oleh PKL di penggal Jalan dr Kariadi Mereka mayoritas menggunakan
41
sarana berdagang berupa kios Mereka menggunakan sarana fisik dagangan kios
permanen yang dianggap aman karena memperoleh izin tempat usaha dari pihak
terkait untuk berdagang Namun sarana dagang yang dibuat permanen tersebut tidak
sesuai dengan perda tentang PKL yang mengharuskan sarana dagang pedagang kaki
lima yang mudah dibongkar dan dipindah-pindah
Sarana fisik dagangan yang kurang diminati adalah mobil Walaupun cukup
fleksibel untuk berpindah-pindah namun biaya untuk operasional sehari-hari cukup
mahal seperti bahan bakar perawatan mobil ataupun untuk pengadaan unit mobil itu
sendiri Hanya terdapat satu PKL yang menggunakan sarana dagangan ini yaitu
berada di penggal Jalan dr Kariadi Namun karena pada waktu penyebaran kuesioner
pedagang ini tidak berada di lokasi maka tidak masuk menjadi responden
e Pola Layanan
Untuk pola pelayanan terdapat tiga aspek yang dibahas yaitu mengenai waktu
layanan
aktivitas PKL serta sifat layanan Berikut uraian dari analisis pola pelayanan tersebut
1 Waktu Layanan
Sesuai waktu aktivitas kegiatan utama yang rata-rata pagi hingga sore hari
seperti fasilitas pendidikan perkantoran serta jam berkunjung dan pemeriksaan rumah
sakit maka mayoritas PKL membuka usahanya pada waktu tersebut yaitu sekitar
pukul 0900 hingga pukul 1600 Namun khusus yang berada di penggal Jalan dr
Kariadi yaitu di sekitar pintu masuk dan lokasi larangan untuk PKL hanya
diperbolehkan untuk berjualan pada sore hingga malam hari yaitu biasanya mereka
membuka usahanya sekitar pukul 1600 hingga 0000 Terdapat beberapa PKL yang
waktu usahanya menyesuaikan dengan waktu pelayanan rumah sakit yang buka 24
jam atau sepanjang hari Hal tersebut dilakukan menangkap peluang menjajakan
barang dagangan untuk kebutuhan aktivis rumah sakit seperti penunggu pasien
pengunjung atau petugas piket atau jaga serta tidak menutup kemungkinan pembeli
dari pengendara yang lalu lalang atau supir transportasi umum
Hal tersebut juga berlaku di penggal jalan yang lain dimana mayoritas
membuka usahanya pada pagi hingga sore hari Hanya minoritas yang membuka
usaha pada sore hingga malam hari serta sepanjang hari Faktor lain yang dapat
mempengaruhi waktu aktivitas PKL selain menyesuaikan waktu aktivitas kegiatan
utama adalah kepemilikan usaha yang merupakan milik pribadi sehingga mereka
membuka usahanya sesuai keinginan mereka
41
Terdapat pula fenomena satu lokasi ditempati oleh dua PKL dengan waktu
layanan yang berbeda PKL yang beraktivitas pada pagi hingga sore mencoba
menagkap peluang dari kunjungan ke kegiatan utama seperti rumah sakit fasilitas
pendidikan perkantoran serta perdagangan informal dan tidak menutup orang yang
lalu lalang melewati jalan-jalan tersebut Lokasi yang dianggap strategis serta
berprospektif tersebut digunakan oleh PKL lain untuk berjualan di tempat yang sama
Hal tersebut dimanfaatkan PKL untuk menangkap peluang dari kegiatan rumah sakit
serta orang yang lalu lalang Selain itu juga menangkap konsumen dari penumpang
bus malam yang melewati Jalan dr Soetomo dimana di jalur tersebut terdapat halte
serta konsumen dari supir angkutan umum yang sedang istirahat sejenak Berikut
pemetaan PKL menurut waktu berdagangnya
Gambar 37Peta Sebaran Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Menurut Waktu Layanan
2 Sifat Layanan
Dari gambar di bawah ini dapat disimpulkan bahwa mayoritas PKL di sekitar
Rumah Sakit dr Kariadi memiliki sifat layanan menetap baik dari segi tempat
berdagangnya yang tetap serta waktu berdagangnya yang sama setiap harinya hal ini
nampak pada sarana fisik dagangan para PKL tersebut yang berupa kios yang
memang tidak bisa dipindah-pindah atau permanen Hanya 13 yang memiliki sifat
layanan semi menetap Berikut persentase PKL menurut sifat layanannya
41
Gambar 38Persentase Sifat Layanan Pedagang Kaki LimaDi Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Sifat layanan semi menetap biasanya PKL yang tempat usahanya yang
merupakan gabungan antara menetap dengan keliling yaitu pada awal waktu
berdagang pada lokasi yang sama tiap harinya namun jika belum habis dagangannya
mereka berkeliling serta jam berdagang yang tidak tetap tiap harinya terkadang hanya
sampai siang karena dagangannya habis Sisanya yang 2 berjualan secara
berkeliling yang diantaranya bertujuan untuk mendekati konsumen serta
memanfaatkan waktu-waktu puncak kegiatan utama rumah sakit seperti waktu
kunjungan menjenguk pasien
f Pola Penyebaran
Pola penyebaran PKL mayoritas mengikuti pola jalan yang ada yaitu linier
Mereka berjualan di bahu-bahu jalan bahkan ada yang berada di atas saluran drainase
Selain itu pola penyebaran tersebut terbentuk karena lokasi yang diperbolehkan untuk
PKL menempati trotoar trotoar sepanjang jalan yang secara otomatis membentuk
linier Alasan lainnya yang diungkapkan oleh pedagang adalah agar dagangannya
mudah dilihat oleh orang yang lalu lalang Namun terdapat beberapa PKL yang
berjualan secara aglomerasi dengan PKL yang berjualannya bergerombol di dekat
pintu masuk pengunjung Rumah Sakit dr Kariadi seperti yang dapat dijumpai di Jalan
dr Kariadi yaitu bergerombol di sekitar pintu masuk pengunjung rumah sakit serta di
Jalan dr Soetomo yang bergerombol di dekat pintu masuk UGD dan pintu masuk ke
Gedung Pavilliun Garuda Hal tersebut dimaksudkan untuk mendekati pengunjung
yang akan masuk ke rumah sakit Hanya sebagian kecil saja yang lokasinya berjauhan
dengan PKL lainnya atau menyebar untuk mengurangi persaingan dengan PKL
lainnya
41
g Kesimpulan Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar
Rumah Sakit dr Kariadi
Tempat usaha tidak terdapatnya tempat yang dikhususkan untuk PKL pemerintah
memfasilitasinya dengan memperbolehkan menempati ruang-ruang publik seperti
trotoar badan atau bahu jalan serta di atas saluran drainase melalui Perda no 11 tahun
2000 Namun hal ini dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan
serta visual kawasan dan tidak optimalnya ruang publik tersebut Mayoritas PKL di
kawasan tersebut telah mengantongi izin tempat usaha dari kelurahan selaku pihak
berwenang
Jenis barang dagangan karakteristik jenis barang dagangan PKL pada umumnya
mengikuti kebutuhan kegiatan utama yaitu aktivitas Rumah Sakit dr Kariadi dan
sekitarnya seperti fasilitas pendidikan perkantoran perdagangan informal
permukiman dan pemakaman Jenis barang dagangan yang mayoritas diperdagangkan
berupa makanan Jenis barang dagangan yang diperdagangkan adalah non makanan
buah-buahan jasa pelayanan serta kelontong Terkait dengan kegiatan utama terdapat
beberapa jeni barang dagangan yang spesifik seperti termos tikar kipas guna
memenuhi kebutuha penunggu pasien
Sarana fisik dagangan mayoritas berupa kios yang dibangun permanen serta
gerobak tenda Menggunakan kios dikarenakan lokasinya yang telah dilegalkan untuk
aktivitas PKL serta terkait pola layanan yang menetap serta pada waktu berdagang
yang tetap Sedangkan gerobak tenda banyak digunakan oleh pedagang makanan
dimana tendanya digunakan sebagai tempat untuk konsumen Untuk bangunan
permanen diantaranya digunakan sebagai tempat tinggal Ketidakketergantungan
PKL terhadap prasarana penunjang sehingga PKL tidak mempertimbangkan aspek
tersebut karena mereka dapat mengusahakan sendiri
Pola pelayanan dari segi waktunya mengikuti waktu aktivitas kegiatan utama yaitu
pagi hingga sore hari sekitar pukul 0900 ndash 1600 serta telah mendapat izin tempat
usaha dari pihak berwenang namun terdapat pula PKL yang beraktivitas sore hingga
malam hari yaitu pukul 1600 ndash 0000 serta sepanjang hari Sifat layanannya menetap
mengingat mayoritas bersarana fisik dagangan berupa kios serta waktu berdagang
yang relatif tetap
Pola penyebaran mayoritas secara linier yaitu mengikuti pola jalan karena lokasi
yang dilegalkan untuk PKL oleh pemerintah menempati ruang-ruang publik seperti
trotoar di atas saluran drainase dan bahu jalan yang notabene mengikuti pola jalan
41
Selain itu terdapat sebagian beraglomerasi di sekitar pintu masuk rumah sakit yang
bertujuan untuk mendekati konsumen dan sisanya menyebar agar mengurangi
saingan
ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun
menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan
Samanhudi dengan kawasan PKL lain
ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL
ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun
dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja
namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang
namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan
ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa
jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan
harga antara pedagang formal dan PKL
ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan
pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak
penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi
antar pihak
ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai
dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan
perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang
informal
ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan
persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL
ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan
dalih keamanan
ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan
pejalan kaki dan pengendara kendaraan
ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki
ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL
ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan
ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa
harus saling menumpuk
41
ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak
Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini menjadi
jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen
41
Pengelolaan PKL
Pengelolaan PKL di Bundaran
Simpang Lima
Lima Semarang
Pengelolaan PKL di
Kabupaten Jember
Pengelolaan PKL di Kawasan Sekitar Rumah
Sakit dr Kariadi Semarang
Mengakui keberadaan PKL dengan
menuangkannya di dalam produk-
produk tata ruang
Penegakan peraturan
perundagangan yang terkait
dengan PKL
Menjalin kerjasama dengan sektor
formal dalam menyediakan ruang
bagi PKL
Menyediakan ruang perkotaan
yang dikhususkan bagi sektor
informal
Peningkatan citra PKL
Pengakuan terhadap eksistensi PKL
Control terhadap dana bantuan
Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo
Penindakan tegas kepada oknum yang
melakukan perampasan hak pada PKL
dengan dalih keamanan
Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk
menampung aktivitas PKL dan pejalan
kaki
Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan
jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir yang tepat
Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal
Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan
jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir
Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL
dan konsumen yang aman dari gangguan
pejalan kaki dan pengendara kendaraan
41
36 Temuan Studi
Temuan studi ini dimana akan menjawab sasaran yang disesuaikan dari contoh kasus yang ada di Indonesia Berikut adalah tabel matrik temuan
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
Mengetahui
permasalahan
PKL di jalur
pejalan kaki
Keberadaan sektor PKL yang menempati ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima memakai separuh lebih lebar trotoar bahkan seringkali tidak menyisakan sedikit pun ruang untuk pejalan kaki Ruang-ruang trotoar menjadi tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya sebagai ruang pemisah antara ruang yang digunakan untuk sirkulasi pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan Ruang-ruang trotoar tersebut banyak yang beralih fungsi menjadi lokasi berdagang PKL
Peralihan fungsi trotoar ini menyebabkan terganggunya aktivitas pejalan kaki sehingga pejalan terpaksa harus menggunakan jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk berjalan guna menghindari berbagai hambatan di atas trotoar Hal ini menyebabkan pejalan kaki terpaksa harus berhati-hati jika melangkah terkadang juga harus mengalah berjalan pada ruang-ruang jalur lambat dan sebagian badan jalan Kondisi ini sangat tidak aman dan
Masalah yang utama itu dari setiap
pedagang kaki lima di Jalur Pejalan Kaki
di Jalan Samanhudi Jember yaitu
Penggusuran Para PKL liar yang tidak
memiliki TDU(Tanda Daftar Usaha)
mereka biasanya akan di gusur dengan
peringatan yang di berikan sampai di
laksanakan penggusuran paksa padahal
Pedagang kaki lima merupakan salah satu
solusi akan masalah tingginya angka
pengangguran dan sedikitnya lapangan
kerja bagi masyarakat berpendidikan
rendah seperti mereka Pemerintah dalam
hal ini tidak dapat menyediakan lahan
pengganti bagi mereka untuk melanjutkan
usaha mereka jika pun ada pemerintah
menyediakan lahan-lahan yang letaknya
kurang strategis yang secara pasti
menurunkan dan mematikan pendapatan
yang mereka dapatkan dan akhirnya
Legalitas lokasi aktivitas
PKL yang biasanya ditempatkan
di dalam ruang publik seperti di
atas trotoar di atas saluran
drainase taman dan ruang publik
lainnya patut dipertanyakan
karena ketidakberdayaannya
peraturan tersebut dalam
menangani PKL Sebagai contoh
di sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi legalitas lokasi untuk
aktivitas PKL yang linier di
sepanjang jalan yang bertempat di
atas drainase Dalam aspek
apapun hal tersebut tidak dapat
dilegalkan terlebih tidak ada
penjelasan mengenai luasan atau
desain yang diperbolehkan PKL
untuk menggelar dasaran pada
dimensi saluran drainase yang
PKL yang menempati
ruang-ruang trotoar
menyebabkan
terganggunya aktivitas
pejalan kaki
Pemerintah tidak dapat
menyediakan lahan
pengganti
Legalitas lokasi aktivitas
PKL yang biasanya
ditempatkan di dalam
ruang publik seperti di atas
trotoar di atas saluran
drainase taman dan ruang
publik patut
dipertanyakan
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
nyaman bagi pejalan kaki ataupun bagi pengendara kendaraan bermotor karena mengganggu arus lalu lintas dan membahayakan keselamatan jiwa mereka hal seperti ini dapat kita lihat di depan dan di samping Masjid Baiturrahman di depan Citraland Mall di depan dan di samping Plasa Simpang Lima di depan dan di samping Kompleks Pertokoan Simpang Lima di depan dan di samping Ramayana Super Center di depan dan di samping SMKN 7 SemarangKantor Telkom dan di depan Gajahmada Plaza
Pemilihan lokasi PKL dipengaruhi oleh kecenderungan aktivitas PKL yang selalu menentukan lokasi mendekati pusat-pusat keramaian atau pusat-pusat perdagangan dan jasa dan lokasi-lokasi yang sering dikunjungi oleh orang banyak dalam kurun waktu tertentu secara periodik dan menerus Alasan inilah yang kemudian mendasari penentuan lokasi PKL Kawasan Bundaran Simpang Lima untuk berjualan di trotoar karena ruang-ruang jalur pedestrian inilah yang
mereka harus gulung tikar dan menjadi
pengangguran yang semakin menambah
permasalahan di Indonesia Pemerintah
harus mencari cara dan tempat yang baik
untuk mereka berdagang ditengah modal
mereka yang kecil agar di sisi lain semua
para pedagang kaki lima tidak hilang
lapangan kerjanya dan bias melanjutkan
kelangsungan hidupnya
ada Selain itu PKL juga
menempati trotoar yang
mengakibatkan bertambahnya
permasalahan yang terdapat di
lokasi tersebut Imbas secara
langsung dirasakan oleh
pengguna trotoar yaitu pedestrian
ketidaknyamanan bahkan tidak
adanya lagi ruang untuk berjalan
di atas trotoar acapkali menjadi
konsekuensi pedestrian yang
trotoarnya diserobot PKL
Aglomerasi aktivitas PKL yang
berlokasi di sekitar pintu masuk
pengunjung Rumah Sakit dr
Kariadi menyebabkan
penumpukan aktivitas seperti
aktivitas keluar masuk
pengunjung aktivitas jual beli
antara PKL dengan konsumen
lalu lintas kendaraan yang sedang
melewati Jalan dr Kariadi serta
angkutan umum yang sedang
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
dianggap sebagai lokasi yang ramai dikunjungi oleh pejalan kaki yang melakukan pergerakan dalam mencapai tempat tujuan perjalanannya Begitu juga dengan ruang Lapangan Pancasila karena selalu ramai dikunjungi pada hari-hari libur dengan rata-rata pengunjung mencapai 51 ndash 100 oranghari dikarenakan kedudukannya sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya
berhenti mencari penumpang
Sekali lagi permasalahan tersebut
disikapi oleh pemerintah dengan
penertiban dan penggusuran yang
hampir tidak pernah berakhir
manis
Mengetahui
peranan PKL
Kehadiran PKL di Kawasan
Bundaran Simpang Lima juga mampu
menciptakan kehidupan yang menerus
sehingga terhindar dari kematian
kawasan pada saat tertentu akan tetapi
di sisi lain kehadiran PKL
menyebabkan ketidakteraturan
kekumuhan dan kualitas fisik yang
buruk sehingga merusak wajah kota
Selain itu PKL yang berjualan di
Lapangan Pancasila pada malam hari
dengan kehidupan malam dan wanita-
wanita penghibur yang berdandan tebal
Tempat pedagang kaki lima bagi
Masyarakat dijalan Samanhudi Jember
sangat penting sebagai penyedia kebutuhan
yang dibutuhkan oleh Masyarakat Jember
Pedangan kaki lima sangat mempengaruhi
pola pasar dan sosial di Jember khususnya
didaerah Jalan Samanhudi Dalam bidang
perekonomian pedagang kaki lima hanya
berpengaruh sebagai produsen yang
penting bagi Masyarakat Jember
mengingat akan Meningkatnya jumlah
Penduduk Mereka cenderung lebih
memilih membeli pada pedagang kaki lima
Usaha PKL yang terus
berkembang pesat menarik PKL
untuk mempekerjakan karyawan
selain tenaga yang dibutuhkan
memang tidak bisa dikerjakan
sendiri terdapat pula pemilik
modal yang menyewa tempat
usaha namun dijadikan usaha
sampingan sehingga tidak
mengelola secara langsung
usahanya namun dengan
mempekerjakan karyawan PKL
yang statusnya sebagai karyawan
Pedangan kaki lima sangat
mempengaruhi pola pasar
dan sosial
harga yang PKL tawarkan
lebih murah dibandingkan
dengan harga di mall
grosir maupun indogrosir
sebagai salah satu
alternatif lapangan
pekerjaan bagi masyarakat
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
menciptakan kesan negatif dan
memperburuk citra kawasan
daripada membeli di supermarket yang
sudah merajalela di kota Jember pada saat
ini mall atau grosir maupun indogrosir
yang banyak tersebar di kota Jember
dikarenakan harga yang mereka tawarkan
lebih murah
sebanyak 10 dimana karyawan
tersebut memanfaatkan PKL
sebagai lapangan pekerjaan
Sehingga bekerja sebagai
karyawan PKL dapat dikatakan
sebagai salah satu alternatif
lapangan pekerjaan bagi
masyarakat
Mengetahui
pola aktivitas
PKL dijalur
pejalan kaki
Aktivitas PKL sendiri
memiliki kecenderungan untuk
menempati ruang ruang antar aktivitas
yang selalu ramai dilewatidikunjungi
oleh banyak orang dalam melakukan
pergerakan perpindahan dari aktivitas
satu ke aktivitas yang lain atau dari
bangunan perdagangan modern satu ke
bangunan perdagangan modern yang
lain secara periodik dalam rentang
waktu tertentu sehingga kemudian
pilihan ini jatuh kepada jalur-jalur
pedestrian yang notabene merupakan
ruang-ruang terbuka publik yang
PKL berdagang dengan menempati
tempat yang tetap dan tidak berpindah-
pindah
Modal dan aset sebagian besar adalah
milik sendiri
Berdagang di Samanhudi merupakan
usaha utama
Alat peraga PKL pada kawasan ini
dapat dibedakan menjadi
ndashAlat peraga semi permanen dari kayu
dan tenda yang bersifat menetap
ndashAlat peraga dengan bangku meja dan
tenda sekaligus sebagai tempat tinggal
ndashAlat peraga beroda namun menetap
Pola Aktivitas pelayanan PKL di
kawasan sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi pada umumnya melayani
pengunjung rumah sakit namun
tidak menutup kemungkinan
konsumennya adalah pengendara
atau orang yang sedang melintasi
jalan tersebut tanpa bermaksud
untuk masuk ke rumah sakit
Selain itu konsumen
yang berasal dari sekitar lokasi
PKL seperti penduduk
permukiman di sekitarnya
pekerja yang bekerja di sektor
Aktivitas PKL memiliki
kecenderungan untuk
menempati ruang ruang
antar aktivitas yang selalu
ramai dilewatidikunjungi
oleh banyak orang dalam
melakukan pergerakan
perpindahan dari aktivitas
satu ke aktivitas yang lain
atau dari bangunan
perdagangan modern satu
ke bangunan perdagangan
modern
Saat berjualan alat peraga
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
seyogyanya digunakan oleh pejalan
kaki Keberadaan ruang trotoar yang
semakin sempit oleh penggunaan ruang
PKL membuat pejalan kaki
menjatuhkan pilihan untuk melakukan
perjalanan pada ruang-ruang seperti
jalur lambat dan sebagian badan jalan
sehingga mengurangi keamanan jiwa
dan kenyamanan pejalan kaki sendiri
serta pengguna jalan yang lain
(pengendara)
Kegiatan-kegiatan yang
dilakukan oleh pejalan kaki pada
ruang-ruang jalur pedestrian atau
trotoar di Kawasan Bundaran Simpang
Lima adalah kegiatan berjalan dan
berbelanja Sebagian dari pejalan kaki
hanya berjalan melintasi trotoar untuk
menuju lokasi tujuannya akan tetapi
ada pula sebagian dari pejalan kaki
yang berjalan sambil melihat-lihat
bahkan ada yang berbelanja pada PKL
ndashAlat peraga beroda namun menetap
dengan bangku dan meja
ndashHanya berupa matras sebagai alas
dagangan yang dapat berpindah
sewaktu-waktu
Alat peraga yang dipakai untuk usaha
tidak seragam dan tidak menggunakan
desain yang baik sehingga terkesan
kumuh kurang bersih dan sangat
mengganggu wajah kota dan menutup
fasade bangunan di belakangnya
Saat berjualan alat peraga kios
sebagian besar menempati badan jalan
dan trotoar
Saat tidak berjualan alat peraga kios
sebagian besar tetap di lokasi jualan
lama berjualan di Samanhudi sebagian
besar antara 6 ndash10 tahun
Terbanyak dari pedagang belum
pernah bekerja di sektor lain dan dari
semula telah menjadi PKL di
Samanhudidi bandingkan denga harga
yang ada di mall Pedagang
lain sehingga tidak ada batasan
pasti mengenai pola pelayanan
para PKL tersebut
Waktu beraktivitas para
PKL umumnya terbagi menjadi
dua sesi PKL yang pertama
adalah pedagang yang aktivitas
berdagangnya pada pagi hingga
siang hari Pedagang yang kedua
merupakan pedagang yang
mempunyai waktu layanan pada
sore hingga malam hari Namun
tidak menutup kemungkinan
terdapat beberapa PKL yang
berdagang dari pagi hingga
malam hari bahkan buka nonstop
mengingat rumah sakit
beraktivitas selama sehari penuh
sehingga mereka mengikuti
aktivitas sektor formal yang ada
di sekitarnya
Waktu berdagang
tersebut juga disesuaikan dengan
kios sebagian besar
menempati badan jalan
dan trotoar
Waktu beraktivitas para
PKL umumnya terbagi
menjadi dua sesi PKL
yang pertama adalah
pedagang yang aktivitas
berdagangnya pada pagi
hingga siang hari
Pedagang yang kedua
merupakan pedagang yang
mempunyai waktu layanan
pada sore hingga malam
hari Namun tidak
menutup kemungkinan
terdapat beberapa PKL
yang berdagang dari pagi
hingga malam hari bahkan
buka nonstop
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
izin usaha yang diberlakukan oleh
petugas kelurahan sebagai pihak
yang berwenang menangani PKL
Untuk lokasi yang dilarang untuk
PKL oleh PKL tetap digunakan
sebagai lokasi untuk berdagang
dengan waktu berdagang setelah
jam kerja yaitu sore hingga
malam hari
Mengetahui
Pengelolaan
PKL di jalur
pejalan kaki
dalam perkembangannya
pemerintah mengeluarkan SK
Walikota Kota Semarang No 511316
tahun 2001 tentang Penetapan Lahan
yang mengatur tentang lokasi-lokasi
dan waktu aktivitas PKL yang
diperbolehkan oleh pemerintah pada
Kawasan Bundaran Simpang Lima
agar tetap terjaga kerapihan dan
estetikakeindahan wajah kawasannya
yaitu PKL yang berjualan di depan
Kompleks Pertokoan Simpang Lima
depan Ramayana SC depan Kantor
Adanya pengakuan resmi dari
pemerintah terhadap PKL Samanhudi
sebagai salah satu sector ekonomi di
kawasan studi melalui surat keputusan
resmi Surat keputusan ini sekaligus
mengatur hak kewajiban dan
tanggung jawab PKL sebagai
kompensasi perubahan status yang
telah diberikan oleh pemerintah
Pedagang kaki lima perlu untuk
mendapatkan pembinaan dari
pemerintah Kabupaten Jember untuk
meningkatkan kemampuan wirausaha
Pemerintah Kota Semarang
berwenang dalam mengatur
keberadaan PKL di ruang Kota
Semarang seperti yang terdapat di
kawasan sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi dengan bentuk
pengelolaan lokasional (stabilitas
atau pengaturan) dan struktural
(perijinan) Dalam pengaturan
tersebut Pemerintah Kota
Semarang menggunakan dasar
hukum berupa Undang-Undang
Peraturan Pemerintah Peraturan
mengatur tentang lokasi-
lokasi dan waktu aktivitas
PKL yang diperbolehkan
oleh pemerintah agar tetap
terjaga kerapihan dan
estetikakeindahan wajah
kawasannya
Pedagang kaki lima perlu
untuk mendapatkan
pembinaan
Pedestrian dirancang ulang
dengan dilebarkan hingga
area parkiran street
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
TelkomSMKN 7 Semarang depan
Gajahmada Plaza dan depan Masjid
Baiturrahman boleh berjualan dari
pukul 1600 ndash 0400 WIB (khusus pada
Hari Minggu PKL diijinkan untuk
berjualan mulai pukul 0600 ndash 0800
WIB) menempati ruang trotoar dengan
luas areal 4 x 6 meter
Sampai dengan tahun 2008
PKL di Kawasan Bundaran Simpang
Lima mencapai 1536 pedagang dan
ada kecenderungan akan terus
meningkat dari tahun ke tahun (lihat
Tabel III4) Kecenderungan lokasi
PKL pada masa-masa yang akan
datang mengikuti kecenderungan dari
perkembangan aktivitas formal
kawasan yang ada demikian juga
kecenderungan waktu berdagangnya
Melihat kecenderungan aktivitas PKL
kawasan maka SK Walikota Kota
Semarang No 511316 tahun 2001
sudah tidak relevan lagi dan perlu
dan peningkatan kualitas barang
dagang dan pelayanan terhadap
pembeli konsumen sehingga bias
meningkatkan pendapatan dan
aktivitas pedagang kaki lima dapat
member nilai tambah serta dapat
memberkan peluang kerja yang dapat
mengurangi tingkat pengangguran di
Kabupaten Jember Bentuk pembinaan
berupa penyuluhan yang diberikan
berkala secara rutin Program
pembinaan diadakan oleh pemerintah
Paguyuban Samanhudi merupakan
Kelembagaan yang memiliki
kewenangan atau keterikatan dengan
pengelolaan dan pembinaan Pedagang
Kaki Lima KoridorJalan
SamanhudiPaguyuban ini
beranggotakan wakil PKL wakil
pedagang formal wakil pemerintah
dari dinas Kebersihan dan
Pertamanan Dinas Polisi Pamong
Praja Dinas Pariwisata Dinas
Daerah dan Surat Keputusan
Walikota Adapun dasar hukum
yang mengatur secara jelas
mengenai aktivitas PKL di Kota
Semarang yang berlaku saat ini
diantaranya adalah sebagai
berikut
1048707 Peraturan Daerah No 11 Tahun
2000 tentang Pengaturan dan
Pembinaan PKL Perda ini
menjelaskan tentang pengaturan
dan pembinaan PKL di Kota
Semarang seperti pengaturan
tempat usaha hak kewajiban dan
larangan untuk PKL Dalam
kaitannya dengan karakteristik
berlokasi aktivitas PKL
dijelaskan dalam Perda ini yang
terdapat dalam pasal 3 yaitu
penempatan lokasi kegiatan PKL
diatur dengan mempertimbangkan
tempat kepentingan untuk umum
lainnya seperti kepentingan untuk
sehingga jalur aktif
kendaraan tidak
mengalami penyempitan
mengatur keberadaan PKL
di ruang Kota dengan
bentuk pengelolaan
lokasional (stabilitas atau
pengaturan) dan struktural
(perijinan)
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
ditinjau kembali sesuai dengan
kecenderungan dan kebutuhan yang
ada di lapangan
Pendapatan dan Dinas LPMK
Kabupaten Jemberserta pihak
penengah selaku penasehat dan pihak
netral yang diwakili oleh pakar PKL
dari universitas tokoh masyarakat dan
pakar PKL lainnya
Penerapan tema khusus pada penataan
PKL kawasan studi agar mempunyai
cirri khas dan dapat mengangkat citra
kawasan dan meningkatkan daya tarik
kawasan Contoh produk khas
jember yang dapat diangkat sebagai
tema adalah tembakau rookk dan
cerutu mengingat Jember sebagai
penghasil tembakau terbesar di Jawa
Kegiatan khas Jember yang dapat
diangkat sebagai tema yaitu Jember
Fashion Carnaval Penerapan tema
dapat diaplikasikan pada sarana usaha
PKL finishing pedestrian perabot
kota dan elemen pendukung lainnya
Pedestrian dirancang ulang dengan
pejalan dan untuk sirkulasi
kendaraan Untuk lebih jelas
mengenai detail isi perda tersebut
dapat dilihat pada Lampiran F
1048707 Surat Keputusan Walikota
Semarang No 51136 Tahun
2001 tentang lokasi PKL di Kota
Semarang dimana di dalamnya
diantaranya mengatur luas area
batas pemakaian area waktu
aktivitas dan tempat aktivitas
PKL Ruas kanan Jalan dr
Kariadi dari arah Jalan Veteran
merupakan lokasi yang
diperbolehkan untuk aktivitas
PKL Lokasi tersebut menempati
trotoar serta bangunan berupa
semi permanen Untuk lebih jelas
mengenai detail isi SK tersebut
dapat dilihat pada Lampiran F
1048707 Perda No 6 Tahun 2004
tentang Rencana Detail Tata
Ruang Kota Semarang Bagian
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
dilebarkan hingga area parkiran street
sehingga jalur aktif kendaraan tidak
mengalami penyempitan Diberikan
perbedaan yang tegas antara ruang
PKL dan ruang pejalan kaki dan jalur
kendaraan berupa perbedaan tinggi
lantaiSehingga dikemudian hari kios
PKL tidak melebar ke segala sisi
Wilayah Kota (BWK) I
(Kecamatan Semarang Tengah
Semarang Timur dan Semarang
Selatan Tahun 2000-2010 Perda
tersebut menjelaskan mengenai
fungsi serta peran BWK I yang
terkait dengan sektor formal di
wilayah tersebut yaitu penjelasan
mengenai fasilitas kesehatan yang
berada khususnya di Kelurahan
Randusari Selain itu dijelaskan
pula kelas Jalan dr Kariadi Jalan
dr Soetomo dan Jalan Veteran
serta jalur transportasi yang
melaluinya
41
pejalan kaki pada ruang-ruang terbuka Kawasan Bundaran Simpang Lima identik selalu
berjalan secara berpasangan atau lebih (berkelompok) memilih jalur dengan jarak terpendek
dan yang dianggap paling nyaman Pergerakan antarbangunan tertinggi pada kawasan adalah
dari Citraland Mall ke Plasa Simpang Lima dan sebaliknya (852 dan 708 pejalan pada jam
puncak sabtu malam) Hal ini menunjukkan bahwa pergerakan pejalan kaki banyak
dipengaruhi oleh bangkitan dan tarikan dari fungsi perdagangan dan jasa di sekitar kawasan
Penyediaan ruang terbuka publik untuk pejalan kakijalur pedestrian di Kawasan
Bundaran Simpang Lima diwujudkan dalam bentuk ruang-ruang trotoar pada muka bangunan
dengan teknik segregasi yang terpisah dari jalur sirkulasi kendaraan dengan tujuan untuk
memberikan arah yang jelas dan menggunakan perkerasan berupa paving Ruang-ruang
trotoar yang dibangun memanjang mengikuti jalurkoridor-koridor jalan pada kawasan studi
dibangun dengan permukaan yang naik-turun dan terputus-putus demi menghormati jalan
masuk kendaraan adalah salah satu bukti betapa perencanaan dan pembangunan yang
dilakukan di Kota Semarang lebih mengutamakan sirkulasi kendaraan dan bukan manusia
Menurut fungsinya adanya kecenderungan sirkulasi kawasan yang berorientasi pada
kendaraan ini seiring dengan munculnya fenomena pergeseran fungsi ruang pejalan kaki
kawasan studi yang merupakan ruang terbuka public menjadi ruang-ruang privat untuk
berjualan PKL yang mengakibatkan keberadaan hak pejalan kaki atas ruang terbuka publik
kawasan yang sehat dan layak secara fisik sering kali terabaikan Hal ini mengakibatkan
semakin sempitnya ruangruang terbuka publik yang manusiawi pada koridor-koridor kelima
ruas jalan dan potensi interaksi sosial pada ruang terbuka publik tersebut pun akan semakin
berkurang
Aktivitas PKL sendiri memiliki kecenderungan untuk menempati ruang ruang antar
aktivitas yang selalu ramai dilewatidikunjungi oleh banyak orang dalam melakukan
pergerakan perpindahan dari aktivitas satu ke aktivitas yang lain atau dari bangunan
perdagangan modern satu ke bangunan perdagangan modern yang lain secara periodik dalam
rentang waktu tertentu sehingga kemudian pilihan ini jatuh kepada jalur-jalur pedestrian
yang notabene merupakan ruang-ruang terbuka publik yang seyogyanya digunakan oleh
pejalan kaki Keberadaan ruang trotoar yang semakin sempit oleh penggunaan ruang PKL
membuat pejalan kaki menjatuhkan pilihan untuk melakukan perjalanan pada ruang-ruang
seperti jalur lambat dan sebagian badan jalan sehingga mengurangi keamanan jiwa dan
kenyamanan pejalan kaki sendiri serta pengguna jalan yang lain (pengendara)
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh pejalan kaki pada ruang-ruang jalur pedestrian
atau trotoar di Kawasan Bundaran Simpang Lima adalah kegiatan berjalan dan berbelanja
41
Sebagian dari pejalan kaki hanya berjalan melintasi trotoar untuk menuju lokasi tujuannya
akan tetapi ada pula sebagian dari pejalan kaki yang berjalan sambil melihat-lihat bahkan ada
yang berbelanja pada PKL
Pejalan kaki di Kawasan Simpang Lima umumnya berjalan secara berombongan
antara 2 ndash 5 orang yang didominasi oleh jenis kelamin perempuan (51) yang memiliki
tujuan untuk rekreasi dan olah raga (33) atau berbelanja (29) dengan usia rata-rata 0 ndash 25
tahun (67) dengan profesi sebagai mahasiswapelajar (31) dan karyawan (25)
Hal tersebut menunjukkan bahwa pengunjung kawasan didominasi oleh anak-anak
muda kaum perempuan karena sebagian besar kaum perempuan inilah yang gemar dengan
aktivitas berlanja sebab kawasan studi didominasi oleh aktivitas perdagangan dan jasa
Pengunjung kawasan identik dengan pengguna ruang terbuka publik kawasan yang
didominasi oleh kaum perempuan dengan usia berkisar antara 0 ndash 25 tahun dengan profesi
sebagai pelajarmahasiswa dan karyawan dengan tujuan untuk melakukan kegiatan
rekreasiolahraga dan berbelanja karena kaum perempuan ini lah yang memiliki sifat dasar
senang berbelanja Usia rata-rata pengunjung yang masih muda dengan profesi pelajar
mahasiswa dan karyawan menunjukkan bahwa pada usia-usia inilah orang relative
membutuhkan rekreasihiburan dan olah raga
Arah pergerakan pejalan kaki pada ruang-ruang terbuka publik kawasan dipengaruhi oleh
tujuannya pada kawasan studi arah pergerakan tersebut adalah
a Tujuan Pergerakan untuk Melakukan Perpindahan Antar bangunan
Tujuan pejalan kaki untuk melakukan pergerakan perpindahan antar bangunan
perdagangan dan jasa modern dilakukan pada ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran
Simpang Lima yang menjadi penghubung antaraktivitas dengan karakter pergerakan
yang memanjang secara linier sepanjang trotoar mengikuti ketersediaan jalur-jalur
sirkulasi utama kawasan
Arah pergerakan pejalan kaki dalam melakukan pergerakan perpindahan
antarbangunan dilakukan secara linier dan memanjang pada trotoar Kawasan
Bundaran Simpang Lima disebabkan oleh bentukan ruang jalur pedestrian yang
memanjang sepanjang jalur sirkulasi utama kawasan
b Tujuan Pergerakan untuk Berbelanja pada PKL Sepanjang Trotoar Kawasan
dan Tepi Lapangan Pancasila
Arah pergerakan pejalan kaki dengan tujuan berbelanja pada PKL sepanjang
trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima memiliki karakter pergerakan linier yang
41
memanjang sedangkan arah pergerakan pejalan kaki dengan tujuan berbelanja pada
PKL di tepi Lapangan Pancasila memiliki arah pergerakan linier yang melingkar
Arah pergerakan pejalan kaki dalam melakukan aktivitas berbelanja pada PKL
sepanjang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima ini disebabkan oleh pengaturan
display barang dagangan PKL yang ditata sedemikian rupa secara berderet linier
searah dan memanjang mengikuti bentukan ruang jalur pedestrian yang ada
Sedangkan arah pergerakan pejalan kaki dengan tujuan berbelanja pada PKL
di tepi Lapangan Pancasila disebabkan oleh display berbagai jenis barang dagangan
yang ditata sedemikian rupa secara linier berhadap-hadapan dan melingkar mengkuti
bentukan ruang jalur pedestrian yang persegi membulat membingkai Lapangan
Pancasila
c Tujuan Pergerakan untuk Melakukan Olahraga Rekreasi dan Hiburan serta Berbe
lanja
Pada PKL di Tengah Lapangan Pancasila Tujuan pejalan kaki untuk
melakukan aktivitas olahraga rekreasi dan hiburan serta berbelanja pada PKL di
tengah Lapangan Pancasila memiliki karakter pergerakan yang curvelinier karena
setiap pergerakan yang dilakukan tidak dibatasi oleh batasan-batasan fisik tertentu
sehingga pergerakan yang terjadi adalah bebas dan tidak beraturan
Arah pergerakan pejalan kaki dalam melakukan aktivitas olahraga rekreasi
dan hiburan serta berbelanja pada PKL di tengah lapangan secara curvelinier ini juga
disebabkan oleh karakter kedatangan pengunjung yang dilakukan secara berpasangan
atau berkelompok
Sumber Hasil Analisis Dini Tri Haryanti ST 2008
Gambar 32Ruang Jalur Sirkulasi Pedestrian Kawasan
41
Aktivitas perdagangan dan jasa kawasan menjadi bangkitan dan tarikan pengunjung
kawasan sehingga meningkatkan intensitas jumlah pejalan kaki pada ruang-ruang terbuka
publik di kawasan ini Keberadaan aktivitas PKL pada sepanjang ruang-ruang trotoar
kawasan seiring dengan tingginya jumlah pergerakan pejalan kaki antarbangunan formal
mengakibatkan pergerakan yang rdquomenerusrdquo dengan pencapaian pada tujuan yang rdquomemutarrdquo
Pergerakan rdquomenerusrdquo yang dimaksud adalah pergerakan pejalan kaki yang dilakukan
pada ruang-ruang terbuka publik kawasan studi dengan tujuan untuk melakukan perpindahan
antarbangunan formal (bangunan perdagangan modern) dan aktivitas berbelanja pada PKL
yang berjualan di sepanjang ruang trotoar kawasan melalui ruang-ruang jalur sirkulasi
pedestrian kawasan yang tersedia secara linier dan memanjang mengikuti jalur sirkulasi
utama (jaringan jalan) kawasan dari satu bangunan ke bangunan yang lain dan dari satu PKL
ke PKL yang lain dengan perjalanan yang tanpa terputusberhenti pada titik lokasi tertentu
meski berhenti pun hanya untuk beberapa saat untuk istirahat dan melihat-lihat dengan lebih
jelas obyek yang dimaksud
Pergerakan pejalan kaki kawasan pada trotoar Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk
berbelanja pada PKL memiliki arah pergerakan yang linier dan memanjang sepanjang jalur
trotar yang disebabkan oleh pengaturan display barang dagangan PKL yang ditata berderet
memanjang sepanjang jalur Pergerakan menerus ini terjadi sebagai akibat dari pergerakan
dengan tujuan untuk melakukan perpindahan antarbangunan melalui ruang-ruang jalur
sirkulasi pejalan sambil melihat-lihat dan berbelanja pada PKL yang berjualan hampir pada
seluruh ruang trotoar kawasan studi Semisal pergerakan pejalan kaki kawasan dengan tujuan
untuk melakukan perpindahan dari bangunan Plasa Simpang Lima menuju Ramayana SC
harus melewati jalur sirkulasi pejalan kaki sepanjang trotoar dari depan Plasa Simpang Lima
Kompleks Pertokoan Simpang Lima dan Ramayana SC yang dipenuhi oleh PKL sambil
melihat-lihat display barang dagangan yang diperjualbelikan maupun sekaligus membelinya
begitu juga dengan pergerakan perpindahan antarbangunan yang lain sehingga dengan
demikian tercipta pergerakan yang menerus
Dari sisi intensitasnya pergerakan pejalan kaki yang menerus ini semakin berkurang
jumlahnya ketika sampai pada ruang sirkulasi pejalan kaki di depan Hotel Ciputra Aktivitas
dan keberadaan PKL hampir tidak ada di sepanjang trotoar di depan bangunan hotel
pergerakan pejalan kaki pun diarahkan menempati ruang-ruang sirkulasi yang bersifat privat
yaitu ruang-ruang sirkulasi pejalan di dalam Mall Ciputra untuk menjaga image dan kesan
rapi pada muka bangunan hotel sesuai dengan peraturan hotel Namun kenyataan yang ada di
41
lapangan masih adanya beberapa pergerakan di depan hotel lebih banyak disebabkan oleh
perilaku dan sifat pejalan kaki kawasan yang cenderung memilih rute terpendek dalam
perjalanannya untuk mencapai tujuan
Sedangkan pencapaian rdquomemutarrdquo yang dimaksud adalah pencapaian tujuan suatu
perjalananpergerakan yang dilakukan oleh pejalan kaki akibat pergerakan yang mengikuti
sistem sirkulasi jalur utama kawasan yang membentuk loop sehingga berdampak pada
pencapaian suatu bangunan formal kawasan dengan arah yang memutar dan melalui beberapa
persimpangan sekaligus Semisal untuk mencapai lokasi tujuan pada Ramayana SC pejalan
kaki dari bangunan Masjid Baiturrahman harus melakukan pergerakan perpindahan dari
bangunan Citraland Mall menuju bangunan Kompleks Pertokoan Simpang Lima baru
kemudian mencapai bangunan Ramayana SC atau dari bangunan Gajahmada Plaza dulu
kemudian menuju bangunan kantor TelkomSMKN 7 Semarang baru mencapai bangunan
Ramayana SC Begitu juga pergerakan-pergerakan dengan tujuan pencapaian pada bangunan-
bangunan formal yang lain
Pergerakan dengan pencapaian rdquomemutarrdquo pada ruang-ruang sirkulasi pejalan kaki
kawasan sebenarnya dapat dicari alternatif lain yaitu dengan dengan memotong jalur
sirkulasi utama Pergerakan memotong jalur ini dapat menjadi alternatif pergerakan yang
dilakukan untuk mencapai pada bangunan yang dituju dengan melalui ruang Lapangan
Pancasila namun pergerakan semacam ini kurang diminati oleh penggunapejalan kaki
kawasan sebab ruang lapangan yang tanpa aktivitas akan terasa lebih panjang dan
membosankan
B Analisis Pola Pemanfaatan Ruang Terbuka Publik Kawasan
1 Analisis Pola Pemanfaatan Ruang dan Aktivitas pada Ruang Terbuka Publik
Kawasan
Sebagaimana yang telah diuraikan dalam tahap analisis ruang dan aktivitas kawasan
bahwa aktivitas-aktivitas yang berlangsung di atas ruang Lapangan Pancasila sebagai ruang
terbuka publik kawasan adalah aktivitas politik peribadatan massal olahraga rekreasi dan
hiburan Aktivitas sector informal yang berlangsung pada ruang terbuka publik kawasan
adalah aktivitas PKL
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan berdasarkan aktivitasnya terpusat
menempati Lapangan pancasila sebagai satu-satunya ruang terbuka publik kota yang menjadi
wadah interaksi sosial masyarakatnya didukung oleh daya tampung ruang yang cukup luas +
4 Ha dengan lokasinya yang strategis terletak di tengah-tengah kawasan pusat kota yang
41
memiliki aksesibilitas yang tinggi sehingga mudah dicapai dari segala penjuru kota
menggunakan berbagai jenis moda kendaraan baik kendaraan pribadi maupun angkutan
umum Pola pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan berdasarkan aktivitasnya pada ruang
Lapangan Pancasila berlangsung secara berkelompok dan masing-masing mengumpul
berdasarkan jenis aktivitasnya sebagai akibat oleh adanya
a) Kecenderungan aktivitas yang berlangsung pada ruang terbuka publik ini adalah
aktivitas-aktivitas yang dilakukan secara berkelompok
b) Melibatkan orang dalam jumlah yang banyak
c) Bentukan ruang yang membentuk persegi membulat dengan daya tamping ruang yang
cukup besar
d) Memungkinkan pergerakan secara bebas dan tidak beraturan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan berdasarkan aktivitas sektor
informalnya didominasi oleh pola pemanfaatan aktivitas PKL yang menempati ruang trotoar
kawasan trotoar dan tengah Lapangan Pancasila yaitu
1) Pola Pemanfaatan Trotoar Sepanjang Tepi Jalan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh
aktivitas PKL sepanjang trotoar kawasan di depan Citraland Mall depan Plasa Simpang
Lima depan Kompleks Pertokoan Simpang Lima depan Ramayana SC depan kantor
TelkomSMKN 7 Semarang depan Gajahmada Plaza dan depan Masjid Baiturrahman
membentuk pola ldquolinier yang memanjangrdquo dikarenakan oleh bentukan ruang-ruang
trotoar ini yang merupakan suatu jalur penghubung secara linier antaraktivitasbangunan
perdagangan dan jasa kawasan pada tepi jalan di muka bangunan sehingga menimbulkan
sejumlah akumulasi pengunjung yang tinggi secara periodic berdasarkan waktu
berlangsungnya aktivitas formal yang memanjang mengikuti pola jalur sirkulasipola
jaringan jalan utama kawasan Adanya beberapa bangunan formal dengan ciri aktivitas
perdagangan dan jasa yang terletak secara berdekatan satu sama lain dalam kawasan ini
maka dengan sendirinya akan menjadi daya tarik yang sangat kuat untuk dikunjungi oleh
calon pembeli yang mengakibatkan timbulnya akumulasi pengunjung pada kawasan
terutama di sekitar kegiatan yang dimaksud
Situasi inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh PKL kawasan studi untuk
mengembangkan usahanya dengan menjaring calon pembeli pada ruangruang di
sepanjang jalur pada muka bangunan ini memanfaatkan peluang banyaknya pejalan yang
melalui sepanjang jalur ini dan mengikuti pola jaringan jalan kawasan agar
41
keberadaannya di sepanjang tepi jalan ini juga dapat terlihat dan menarik para pengendara
pengguna jalan kawasan
Adapun display bebagai jenis barang dagangan PKL yang disuguhkan secara berderet
memanjang pada ruang trotoar ini memberi kemudahan pengunjung kawasan baik
pejalan kaki maupun pengendara untuk dapat lebih jelas melihat dan memilih jenis-jenis
barang yang diperdagangkan
2) Pola Pemanfaatan Trotoar Tepi Lapangan Pancasila
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh
aktivitas PKL sepanjang trotoar Lapangan Pancasila membentuk pola ldquolinier yang
melingkarrdquo dikarenakan oleh bentukan ruang sirkulasi pedestrian lapangan yang
membingkai lapangan dengan bentuk persegi membulat dan pola sirkulasi utama kawasan
yang bermuara pada Lapangan Pancasila dengan membentuk loop Adanya kedudukan
Lapangan Pancasila sebagai satu-satunya ruang terbuka publik yang luas di Kota
Semarang sebagai wadah interaksi sosial yang dimanfaatkan oleh warga masyarakat Kota
Semarang dan sekitarnya untuk melakukan berbagai macam aktivitas seperti olah raga
rekreasi dan hiburan mengakibatkan timbulnya akumulasi pengunjung dalam jumlah
yang besar pada area ini khususnya pada hari liburMinggu pagi sehingga banyak PKL
yang tertarik untuk menempati lokasi ini untuk menjajakan barang dagangannya Display
berbagai jenis barang dagangan disuguhkan secara linier sepanjang trotoar dengan
berhadap-hadapan untuk memberi banyak pilihan dan variasi barang kepada calon
pembeli dengan suasana yang santai dan rekreatif
3) Pola Pemanfaatan Tengah Lapangan Pancasila
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh
aktivitas PKL di tengah Lapangan Pancasila membentuk pola ldquoberkumpul yang
mengelompokrdquo berdasarkan jenis barang dagangannya dikarenakan bentukan ruang
Lapangan Pancasila yang tanpa adanya pembatas fisik antarPKL dengan daya tampung
ruang yang cukup besar sehingga memungkinkan adanya pergerakan pengunjung yang
bebas dan tidak beraturan dan penataan display barang dagangan yang disajikan secara
mengelompok berdasarkan jenis barang dagangannya masing-masing sehingga
memudahkan calon pembeli memilih jenis barang yang diinginkan dengan banyaknya
variasi barang yang disuguhkan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh PKL
akan semakin berkurang intensitasnya apabila semakin menjauh dari kawasan studi
Intensitas pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan oleh aktivitas PKL pada koridor
41
kelima ruas jalan kawasan semakin menurun karena jalan-jalan ini berorientasi pada
aktivitas-aktivitas yang berbeda yang berlangsung pada kelima ruas jalan antara aktivitas
perkantoran pemerintahan dan pendidikan yang ditandai dengan adanya kepadatan
beberapa bangunan fasilitas perkantoran pemerintahan dan pendidikan pada koridor-
koridor kelima ruas jalan ini
Adanya bangkitan aktivitas nonekonomi ini mengakibatkan rendahnya akumulasi
pengunjung kawasan pada tepi jalan-jalan ini Hal inilah yang menjadi alasan mengapa
ruang-ruang trotoar koridor jalan ini kurang diminati oleh PKL meskipun ada beberapa
PKL yang berjualan pada beberapa penggal jalan namun keberadaannya terputus dan
tidak menerus seperti pada keberadaan PKL pada ruang sirkulasi pejalan kaki di
sepanjang trotoar Jalan Pahlawan yang identik sebagai area yang berorientasi pada
aktivitas pemerintahan Jalan KH Achmad Dahlan Pandanaran dan Achmad Yani yang
identik sebagai area yang berorientasi pada aktivitas perkantoran dan Jalan Gajahmada
yang identik sebagai area yang berorientasi pada aktivitas perkantoran dan pendidikan
Menurut kriteria pemilihan lokasinya aktivitas-aktivitas PKL memiliki
kecenderungan menempati lokasi atau ruang-ruang dengan tingkat akumulasi orang yang
melakukan kegiatan secara bersama-sama pada waktu yang relative sama pula Adanya
fungsi kawasan sebagai CBD tentu tidak lepas dari aktivitas perdagangan dan jasa yang
berlangsung di atasnya sehingga menimbulkan sejumlah akumulasi pengunjung yang
tidak sedikit Fenomena tumbuhnya sector informalPKL ini tak lepas dari keberadaan
aktivitas formal yang tumbuh dan berkembang sebagai aktivitas pendukung (activity
support) yang tidak dapat dihindarkan dan digusur begitu saja melainkan diantisipasi dan
diperhitungkan kebutuhan ruangnya
2 Analisis Pola Pemanfaatan Ruang Jalur Sirkulasi Pedestrian Kawasan
Pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan sebagai jalur sirkulasi pejalan kaki
merupakan jenis pemanfaatan sebagai pemenuhan akan kebutuhan ruang pejalan yang
memisahkan ruang pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan kawasan demi meminimalisasi
konflik kepentingan yang dapat mengakibatkan ketidaknyamanan pejalan kaki maupun
pengguna jalan yang lain (pengendara)
Namun dalam perkembangannya ruang-ruang di tepi jalan ini mengalami pergeseran
fungsi ruang menjadi lokasi aktivitas PKL sehingga kemudian pejalan kaki harus
menjatuhkan pilihannya untuk berjalan melalui jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk
mencapai tujuan dalam pergerakannya
41
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima sebagai
ruang sirkulasi pedestrian dibentuk oleh arah pergerakan pejalan yang dipengaruhi oleh
tujuan dalam melakukan perjalanannya
a Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Melakukan Perpindahan Antarbangunan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima dengan
tujuan untuk melakukan pergerakan perpindahan antarbangunan membentuk pola
rdquomenerus yang melingkarrdquo dikarenakan arah pergerakan pejalan yang menerus pada
sepanjang ruang trotoar di muka bangunan kawasan mengikuti pola sirkulasi utama
kawasan yang membentuk loop
Pola pemanfaatan yang rdquomenerusrdquo ini disebabkan oleh kontinuitas pergerakan pejalan
kaki kawasan dalam melakukan perpindahan antar bangunan formal (perdagangan
modern) pada ruang-ruang trotoar sebagai ruang penghubung antaraktivitas formal
kawasan Pola pergerakan pejalan kaki yang menerus ini merupakan bangkitan dari
tarikan aktivitas perdagangan dan jasa formal kawasan yang menjadi alasan pengunjung
melakukan pergerakan berpindah antarbangunan
Pergerakan pejalan yang rdquomenerusrdquo ini juga dipengaruhi oleh keberadaan aktivitas
PKL di sepanjang ruang trotoar kawasan yang memberi kehidupan menerus pada ruang-
ruang ini Pergerakan menerus dilakukan oleh pejalan kaki kawasan secara linier pada
tepi jalan mengikuti pola jaringan jalan utama kawasan dan memanjang menuju lokasi
pencapaian tujuan pergerakan
Pola pemanfaatan ruang yang rdquomelingkarrdquo disebabkan oleh pencapaian tujuan pada
bangunan perdagangan modern kawasan secara memutar Sistem pencapaian bangunan
formal (perdagangan) yang memutar ini dipengaruhi oleh sistem sirkulasi utama kawasan
yang memiliki muara pada Jalan Simpang Lima (Lapangan Pancasila) dan membentuk
loop dimana dalam bentuk pencapaian yang loop ini diperlukan waktu untuk
mencapainya karena harus melewati banyak persimpangan-persimpangan yang
merupakan simpul-simpul bertemunya arus lalu lintas dari kelima ruas jalan kawasan
pada muaranya di Jalan Simpang Lima
b Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Berbelanja pada PKL di Sepanjang
Trotoar Kawasan dan Tepi Lapangan Pancasila Pola pemanfaatan ruang terbuka
publik Kawasan Simpang Lima dengan tujuan untuk berbelanja pada PKL di sepanjang
trotoar kawasan kurang lebih sama dengan pola pemanfaatan ruang dengan tujuan
melakukan perpindahan antarbangunan formal kawasan yaitu membentuk pola rdquomenerus
41
yang melingkarrdquo sepanjang ruang-ruang trotoar pada muka bangunan formal kawasan
mengikuti pola jaringan jalan utama kawasan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh aktivitas PKL pada sepanjang trotoar
kawasan dipengaruhi oleh penataan display berbagai jenis barang dagangan PKL yang
ditata sedemikian rupa berderet secara linier pada muka bangunan dan memanjang
mengikuti bentukan ruang trotoar sehingga mempermudah calon pembeli baik oleh
pejalan kaki maupun pengguna jalan yang lain (pengendara) untuk melihat dan memilih
jenis-jenis barang yang diinginkan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik dengan tujuan berbelanja pada PKL yang
berjualan di tepi Lapangan Pancasila membentuk pola rdquolinier yang melingkarrdquo mengkuti
sistem sirkulasi utama kawasan yang membentuk loop dengan muara sirkulasi pada
lapangan Pola pemanfaatan yang linier dipengaruhi oleh penataan display barang
dagangan yang ditata sedemikian rupa secara linier pada tepi Lapangan Pancasila (trotoar
lapangan) berhadaphadapan dengan sirkulasi pengunjung PKL yang berada pada tengah
ruang trotoar sebagai ruang yang tersisa dari kedua sisi ruang yang digunakan oleh PKL
Pola pemanfaatan ruang yang rdquomelingkarrdquo dipengaruhi oleh bentukan ruang yang
persegi membulat dengan trotoar sebagai pembingkai ruang lapangan Pemanfaatan yang
melingkar ini dibentuk oleh pergerakan pengunjung PKL yang menerus tanpa terputus
pada ruang trotoar tepi Lapangan Pancasila
c Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Melakukan Aktivitas Olahraga Rekreasi dan
Hiburan Berbelanja Pada PKL di Tengah Lapangan Pancasila
Pola pemanfaatan ruang Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk melakukan aktivitas
olahraga rekreasi dan hiburan serta berbelanja pada PKL yang berjualan di tengah
Lapangan Pancasila memiliki pola pergerakan rdquocurvelinierrdquo Aktivitas-aktivitas ini
cenderung dilakukan secara berkelompok mengingat daya tampung ruang lapangan yang
cukup besar sehingga memungkinkan untuk pergerakan yang bebas dan santai dengan
suasana rekreatif dengan arah pergerakan yang tidak beraturan dikarenakan tanpa adanya
bentukan fisik pembatas antaraktivitas kegiatan Aktivitas olahraga yang seringkali
dilakukan menempati ruang Lapangan Pancasila adalah olahraga sepak bola dimana
olahraga ini biasa dilakukan secara berkelompok dengan pergerakan yang tidak beraturan
pada ruang
Sedangkan pergerakan aktivitas rekreasi dan hiburan yang juga cenderung dilakukan
secara berpasanganberkelompok ini dipengaruhi oleh tujuannya untuk melihat-lihat
pemandangansuasana kawasan sehingga membentuk pola pergerakan yang tidak
41
beraturan dan berkelok-kelok dengan sesekali berhenti untuk mengagumi view atau
sekedar untuk mengobrol
Pola pergerakan pejalan kaki pada ruang Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk
berbelanja pada PKL di tengah lapangan mempunyai pola pergerakan rdquocurvelinierrdquo
dipengaruhi oleh bentukan ruang lapangan yang persegi membulat dengan daya tampung
ruang cukup besar dan sistem sirkulasi pengunjung yang memungkinkan arah pergerakan
dengan bebas Aktivitas PKL yang memiliki kecenderungan berkelompok berdasarkan
jenis barang yang diperdagangkan ini berdampak pada penataan display barang sehingga
sistem sirkulasi pengunjung PKL pun pada akhirnya mengikuti pola pemanfaatan ruang
oleh aktivitas PKL dengan pergerakan yang tidak beraturan pada ruang (curvelinier)
dengan suasana rekreatif dan santai
Dengan adanya pergerakan pejalan kaki Kawasan Bundaran Simpang Lima yang
rdquomenerus dan melingkarrdquo membentuk linkage seyogyanya pejalan kaki diberikan ruang
yang layak demi keamanan dan kenyamanan pejalan dan pengguna jalan yang lain
Dengan kecenderungan sifat manusiawi pejalan yang enggan melakukan perjalanan
dengan permukaan yang naik atau menaik solusi yang ditawarkan tentu tidak bisa berupa
jembatan penghubung antarbangunan Sebab selain memerlukan biaya yang tidak sedikit
dapat menghalangi pandanganview suatu kawasan berpotensi menggunakan sebagian
ruang terbuka publik itu sendiri dan keengganan pejalan berjalan pada permukaan yang
naik sebagai sifat dasar pejalan kaki maka alangkah lebih baiknya apabila solusi yang
ditawarkan sebagai ruang untuk pejalan kaki kawasan di luar konteks teknologi adalah
berupa subway yaitu ruang publik untuk pejalan kaki yang dibangun di bawah tanah yang
menjadi penghubung antarbangunan dengan karakteristik berupa terowongan di bawah
tanah bebas dari sirkulasi kendaraan kawasan bebas dari kebisingan akibat intensitas lalu
lintas kawasan yang cukup tinggi mampu menjadi alternatif ruang untuk PKL dan parkir
off street kawasan sekaligus sebagai jalur pedestrian kawasan
41
352 Kajian PKL di Jalur Pejalan Kaki di Jalan Samanhudi Kabupaten Jember
3521 Analisa Konflik Kepentingan
Tabel IV1Analisa Konflik Kepentingan
Sumber Hasil Analisis Maria Kurnia U 2009
41
3522 Analisa Konflik Penggunaan Ruang
Tabel IV2
Analisa Konflik Penggunaan Ruang
Sumber Hasil Analisis Maria Kurnia U 2009
3523 Analisis Konsep Simbiosis Mutualistik
A Analisa Teori
Analisa ini bertujuan menelusuri konflik kepentingan dan konflik penggunaan ruang
melalui kajian teori-teori tentang penataan PKL yang didapatkan dari literature dan penelitian
PKL yang pernah dilakukan sebelumnya Meminimalisir konflik yang terjadi diperlukan
ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun
menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan
Samanhudi dengan kawasan PKL lain
ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL
41
ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun
dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja
namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang
namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan
ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa
jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan
harga antara pedagang formal dan PKL
ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan
pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak
penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi
antar pihak
ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai
dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan
perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang
informal
ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan
persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL
ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan
dalih keamanan
ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan
pejalan kaki dan pengendara kendaraan
ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki
ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL
ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan
ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa
harus saling menumpuk
ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak
ndash Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini
menjadi jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen
B Triangulasi Konsep Simbiosis Mutualistik
Triangulasi konsep simbiosis mutualistik dilakukan untuk mendapatkan konsep-
konsep penataan pedagang kaki lima yang menguntungkan berbagai pihak yang terkait yang
membandingkan antara fakta empiris studi kasus dan teori
41
Mengakui eksistensi PKL didukung dengan program kebijakan untuk mengelola
aktivitas PKL
Penyuluhan pembinaan dan pelatihan untuk PKL
Pemberian bantuan modal dari pemerintah maupun dari sektor swasta (dengan konsep
kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitusaja namun dilakukan kontrol terhadap dana
bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang begitu saja namun dapat dimanfaatkan secara
berkelanjutan
Peningkatan citra kawasan melalui pembentukan karakter khusus PKL di lokasi studi
sehingga membedakan PKL Samanhudi dengan PKL di kawasan lain
Pengelompokkan PKL menurut jenis barang dagangan dan perletaknnya diatur menurut
jenis dagangan toko formal sehingga tidak terjadi perebutan konsumen
Peningkatan citra kawasan sehingga menambah daya tarik pengunjung
Pembentukan Paguyuban Samanhudi yang beranggotakan PKL pedagang formal dan
pihak penengah untuk menyamakan aspirasi antar golongan dan sebagai forum diskusi
Legalitas sektor informal yang diakui oleh pemerintah
Perumusan kebijakan dan peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan
perdagangan informal
Peraturan didukung pengawasan yang ketat sangsi yang jelas dan sosialisasi serta
persamaan persepsi
Perancangan sarana usaha sesuai dengan jenis barang dagangan dan aspirasi PKL
Sosialisasi status ruang PKL
Peningkatan keamanan dan pengawasan untuk mencegah pemerasan tindak kejahatan
lain
Mempertahankan orientasi PKL ke arah bangunan formal
Perbaikan pelebaran dan pemeliharaan jalur pejalan kaki (pedestrian) sebatas ruang
parkir on street sehingga jalur aktif jalan tidak berkurang
Pemisahan yang jelas antara jalur pejalan kaki dan ruang PKL
Pemisahan yang jelas antara jalur pengendara ruang PKL dan jalur pejalan kaki
Mengatur ruang parkir off street di sepanjang jalan untuk mengurangi beban jalan akibat
penyempitan jalan karena adanya pelebaran pedestrian
Perpanjangan sosoran dari bangunan formal sebagai pelindung pejalan kaki dan ruang
PKL sehingga PKL tidak perlu memakai ataptambahan untuk kiosnya
Bentuk sarana usaha berupa meja dorong tanpa atap agar akses visual pencahayaan dan
penghawaan ke bangunan formal tidak terhalang
41
Diberikan jarak setiap 2 kios sebagai akses masuk ke bangunan formal
Mengikutsertakan seluruh pihak terkait dalam penyampaian keputusan
Perancangan dapat mewadahi ruang PKL
Ruang PKL mengikuti arus pergerakan manusia
Pengaturan kebersihan dan ketertiban
C Konsep Legalitas PKL
Adanya pengakuan resmi dari pemerintah terhadap PKL Samanhudi sebagai salah satu
sector ekonomi di kawasan studi melalui surat keputusan resmi Surat keputusan ini
sekaligus mengatur hak kewajiban dan tanggung jawab PKL sebagai kompensasi
perubahan status yang telah diberikan oleh pemerintah
PKL berhak mendapatkan perlindungan hokum dan pinjaman modal dari pemerintah
Namun sebagai sector resmi PKL dikenakan pajak penghasilan dan retribusi Besarnya
pajak Pajak penghasilan dibedakan dari sektorformal Dengan membayar pajak PKL
berhak mendapatkan perlindungan pemerintah dari oknum preman dsb
PKL wajib mendukung program-program penertiban yang dilakukan pemerintah Apabila
PKL melanggar hak dan kewajiban yang telah diputuskan PKL tidak berhak lagi
menempati lapak yang telah dipinjamkan oleh pemerintah Dan dicabut ijin berjualannya
di kawasan Samanhudi
Dalam konsep ini simbiosis mutualistik terjadi antara pemerintah dan PKL dimana PKL
mendapatkan pengakuan perlindungan dan bantuan modal dari pemerintah sementara
pemerintah mendapatkan retribusi pajak penghasilan dan ketertiban dari PKL
D Konsep Pembinaan dan Permodalan
Pedagang kaki lima perlu untuk mendapatkan pembinaan dari pemerintah Kabupaten
Jember untuk meningkatkan kemampuan wirausaha dan peningkatan kualitas barang
dagang dan pelayanan terhadap pembeli konsumen sehingga bias meningkatkan
pendapatan dan aktivitas pedagang kaki lima dapat member nilai tambah serta dapat
memberkan peluang kerja yang dapat mengurangi tingkat pengangguran di Kabupaten
Jember Bentuk pembinaan berupa penyuluhan yang diberikan berkala secara rutin
Program pembinaan diadakan oleh pemerintah
Program pembinaan juga digunakan sebagai sarana pertemuan rutin dan sosialisasi
peraturan-peraturan yang dilakukan pemerintah
Program pembinaan juga dapat dijadikan sarana untuk selalu mengingatkan hak dan
kewajiban serta sangsi yang diterapkan bila PKL melanggar selama beroperasi dikawasan
Samanhudi
41
Program pembinaan memberikan keuntungan kepada PKL dan pemerintah PKL
mendapatkan peningkatan kemampuan dan pemerintah mendapat sarana sosialisasi
Pemberian bantuan modal ini tidak ditujukan kepada semua pedagang kaki lima tetapi
diberikan kepada beberapa pelaku usaha yang memiliki potensi dan criteria yang telah
ditentukan
Pemerintah dalam memberikan bantuan modal ini juga harus bekerja sama dengan
instansi-isntansi lain yang terkait
Pemberian modal dari pihak swasta sangat disarankan
Konsep ini memberikan keuntungan kepada pihak PKL berupa bantuan modal dengan
bunga ringan keuntungan laba pinjaman kepada pemberi modal dan bila pihak swasta
terlibat mendapatkan keuntungan berupa kesempatan untuk periklanan
E Konsep Kelembagaan Paguyuban Samanhudi
Paguyuban Samanhudi merupakan Kelembagaan yang memiliki kewenangan atau
keterikatan dengan pengelolaan dan pembinaan Pedagang Kaki Lima KoridorJalan
SamanhudiPaguyuban ini beranggotakan wakil PKL wakil pedagang formal wakil
pemerintah dari dinas Kebersihan dan Pertamanan Dinas Polisi Pamong Praja Dinas
Pariwisata Dinas Pendapatan dan Dinas LPMK Kabupaten Jemberserta pihak penengah
selaku penasehat dan pihak netral yang diwakili oleh pakar PKL dari universitas tokoh
masyarakat dan pakar PKL lainnya
Peran Paguyuban ini adalah sebagai forum diskusi dari semua pihak untuk menampung
aspirasi dan menetralisasi konflik yang terjadi sehingga setiap aspek dikoridor jalan
Samanhudi dapat melakukan koordinasi dan semua aspirasi dari semua pihak dapat
tersampaikan Fungsi paguyuban juga sebagai sarana mengikutsertakan semua pihak
terkait dalam membuat rancangan peraturan dan sosialisasi peraturan yang telah
ditetapkan pemerintah mengenai PKL kepada semua pihak terkait
Paguyuban juga berfungsi sebagai pihak pengawas bekerja sama dengan pihak kepolisian
dan pamong praja untuk mengawasi segala pelanggaran yang dilakukan oleh semua pihak
terkait Penerapan sangsi harus tegas dan diawasi oleh paguyuban sehingga tidak terjadi
rsquopenyelesaiandamairsquo dari pihak pelanggar dana para penegak peraturan
Paguyuban memberikan keuntungan kepada PKL pedagang formal pemerintah dan
masyarakat berupa kesempatan untuk menyalurkan aspirasi
41
353 Kajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit Kariyadi
Semarang
3531 Analisis Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar
Rumah Sakit dr Kariadi
Analisis karakteristik aktivitas PKL menggunakan metode deskriptif kuantitaif
dan distribusi frekuensi Analisis ini nantinya menunjang untuk analisis selanjutnya
yaitu analisis karakteristik berlokasi PKL Analisis ini meliputi lokasi aktivitas PKL
tempat usaha PKL jenis barang dagangan sarana fisik berdagang pola layanan pola
penyebaran serta status kepemilikan usaha Uraian dari masing-masing analisis
tersebu dipaparkan sebagai berikut
a Lokasi Beraktivitas
Sesuai dengan ruang lingkup spasial dari penelitian ini lokasi yang digunakan
PKL untuk memanfaatkan aktivitas kegiatan utama Rumah Sakit dr Kariadi adalah di
sepanjang penggal Jalan dr Kariadi sebagian Jalan Veteran dan sebagian Jalan dr
Soetomo Mereka berlokasi di penggalpenggal jalan tersebut dikarenakan jalan
tersebut merupakan batas dari kawasan fasilitas kesehatan dan merupakan jalan arteri
sekunder kolektor sekunder dan lokal sekunder yang ramai orang berlalu lalang
lintas kendaraan serta dilewati jalur angkutan umum Kondisi tersebut ditangkap oleh
PKL sebagai peluang untuk mendapatkan konsumen dengan memanfaatkan tingkat
kunjungan yang tinggi dari aktivitas kegiatan utama serta orang yang lalu lalang yang
melintas di penggal jalan-jalan tersebut Untuk lebih jelas mengenai lokasi PKL dapat
dilihat pada Gambar berikut
41
Gambar 33
Lokasi Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Pada lokasi tersebut terbagi menjadi spot-spot yang menjadi lokasi PKl
berdasarkan penggal jalan yang telah disebutkan sebelumnya yaitu Jalan dr Kariadi
Jalan Veteran dan Jalan dr Soetomo Spot-spot tersebut memiliki karakteristik
masing-masing baik dari sisi aktivitas dan ruang usaha PKL maupun dari karakteristik
berlokasinya Di penggal Jalan dr Kariadi terdapat beberapa bagian yang merupakan
lokasi larangan untuk PKL lokasi yang diperbolehkan untuk menggelar dagangan
PKL serta PKL binaan kelurahan yang dikenal dengan istilah PKL orange Pada Jalan
Veteran yang diminati oleh PKL berada di sisi selatan jalan Lokasi tersebut juga
diperbolehkan untuk berdagang PKL sebagai kompensasi penggantian lokasi
penggusuran PKL yang berasal dari Jalan dr Kariadi sisi barat Lokasi yang
seharusnya bersih dari PKL adalah Jalan dr Soetomo karena merupakan jalur merah
Namun lokasi ini tetap diminati untuk berlokasi PKL diantaranya dikarenakan tidak
adanya lokasi lain serta lokasinya yang strategis Kestrategisan tersebut dilihat dari
status jalan yang merupakan jalan utama penghubung ke pusat-pusat aktivitas lainnya
serta akses ke pusat kota maupun ke luar kota sehingga frekuensi kendaraan yang lalu
lalang tinggi Selain itu lokasinya yang dekat dengan kegiatan utama yang ada di
sekitarnya seperti Rumah sakit dr Kariadi perkantoran ataupun permukiman Hal
tersebut dimanfaatkan PKL sebagai peluang mendapatkan konsumen
b Tempat Usaha
41
Lokasi yang diminati PKL tidak menyediakan tempat khusus untuk berdagang
PKL sehingga mereka menggunakan ruang-ruang publik untuk tempat usahanya
seperti di trotoar di atas saluran drainase bahu jalan dan badan jalan Dengan
difungsikannya ruang-ruang publik tersebut menjadi tempat berdagang bagi PKL
berakibat menurunnya fungsi ruang publik tersebut mengurangi citra kawasan serta
menurunnya kualitas lingkungan Oleh pemerintah kota ruang-ruang publik tersebut
dimanfaatkan untuk tempat usaha PKL karena diperlukan tempat usaha di lokasi
tersebut Hal ini sebagai upaya pemerintah untuk mewadahi aktivitas tersebut
Tempat-tempat tersebut dilegalkan menjadi tempat usaha yang diperuntukkan bagi
PKL sesuai dengan peraturan daerah nomor 11 tahun 2000 tentang PKL yang
notabene bertolak belakang dengan peraturan daerah lainnya yang mengatur tentang
ketertiban keindahan dan pertamanan Persentase PKL yang menempati ruang-ruang
publik dapat dilihat pada Gambar berikut ini
Gambar 34
Persentase Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Terdapat pula PKL yang tidak mendapat izin tempat usaha berdagang
khususnya PKLyang berlokasi di daerah larangan untuk PKL serta berdagang pada
waktu yang tidak diperbolehkan sehingga mereka tidak ditarik retribusi dan sewaktu-
waktu dapat ditertibkan oleh aparat penegak tata tertib Namun ketidaktertiban aparat
PKL yang tidak mendapat izin tersebut kadang-kadang juga dipungut retribusi yang
diistilahkan dengan uang keamanan namun frekuensinya tidak teratur PKL dalam
golongan ini jumlahnya minoritas jika dibandingkan dengan PKL yang mendapat izin
tempat usaha Berikut sketsa sebaran PKL menurut tempat usahanya yang dapat
dilihat pada Gambar
41
Gambar 35
Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
c Jenis Barang Dagangan
Dagangan mayoritas yang diperdagangkan oleh PKL di sekitar Rumah Sakit
dr Kariadi adalah jenis barang dagangan makanan seperti warung tegal bakso soto
es buah dan makanan kecil Jenis dagangan tersebut diminati karena PKL mencoba
menangkap aktivitas kegiatan utama yang banyak membutuhkan jenis barang
dagangan makanan
Jenis barang dagangan yang paling minoritas diperdagangkan adalah buah-
buahan Jenis dagangan inipun hanya dijumpai di penggal Jalan dr Kariadi karena di
penggal jalan tersebut terdapat pintu masuk pengunjung rumah sakit Jenis barang
dagangan ini biasanya digunakan sebagai cangkingan atau oleh-oleh untuk membesuk
pasien Namun jenis dagang ini kurang diminati pedagang dikarenakan barangnya
yang mudah busuk tidak mempunyai tempat penyimpanan khusus seperti kulkas
relatif mahal karena rata-rata buah impor serta konsumennya relatif sedikit
Kekurangminatan pedagang untuk menjual jenis dagangan ini dapat dilihat dari
sedikitnya jumlah PKL yang menjual dagangan ini
Jenis barang dagangan lain yang banyak diperdagangkan adalah kelontong
karena berjualan bermacam-macam jenis barang dari rokok makanan kecil air
kemasan bahkan sampai barang kebutuhan mereka yang beraktivitas di kegiatan
41
utama yaitu rumah sakit seperti untuk kebutuhan penunggu pasien yaitu tikar kipas
termos untuk air panas dan jenis barang lainnya
Jenis dagangan yang lain merupakan jenis barang dagangan yang umum
diperdagangkan atau jenis barang dagangannya hampir ada setiap ruas jalan-jalan
besar lokasi PKL lainnya di kota besar yang kebanyakan termasuk dalam jenis barang
dagangan non makanan dan jasa pelayanan seperti warung telekomunikasi bensin
tambal ban voucher pulsa fotocopy Untuk jasa pelayanan fotocopy yang banyak
tersebar di kawasan tersebut terkait dengan adanya kegiatan utama berupa fasilitas
pendidikan seperti Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro akademi
keperawatan dan farmasi sedangkan untuk jenis dagangan umum lainnya terkait
adanya permukiman di sekitar lokasi tersebut Namun ada barang dagangan yang khas
yaitu nisan karena lokasi sekitar Rumah sakit dr Kariadi terdapat tempat pemakaman
umum yang cukup besar yaitu TPU Bergota
Jenis dagangan yang dijual dapat dikatakan tidak semata hanya melayani
untuk aktivitas yang terkait dengan Rumah Sakit dr Kariadi namun juga melayani
terhadap aktivitas lainnya disekitar Rumah Sakit dr Kariadi seperti fasilitas
pendidikan permukiman pemakaman serta perkantoran bahkan aktivitas transportasi
seperti kebutuhan supir angkutan umum dan supir taxi Untuk lebih jelas mengenai
perbandingan jumlah PKL menurut jenis barang dagangan di masing-masing penggal
jalan dapat dilihat pada gambar berikut ini
Gambar 36
Karakteristik Jenis Barang Dagangan Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
41
d Sarana Fisik Berdagang
Masing-masing lokasi memiliki jenis sarana berdagang mayoritas yang
berbeda-beda Pada penggal Jalan dr Kariadi mayoritas PKL di penggal jalan tersebut
menggunakan kios sebagai sarana berdagangnya Kios-kios tersebut awalnya
merupakan warung semi permanen yang disekat-sekat Namun seiring dengan
perkembangan waktu dan adanya praktek sewa tempat usaha maka warung tersebut
dibangun permanen oleh pemiliknya bahkan diantaranya ada yang dilengkapi dengan
kamar mandi serta ruang tidur Hal tersebut dikarenakan sebagian kios juga dijadikan
sebagai tempat tinggal pemiliknya Asal pedagang yang dari luar Kota Semarang serta
biaya yang mengontrak relatif mahal sehingga menjadikan kiosnya sebagai sarana
usaha serta tempat tinggal sekaligus Sarana dagang tersebut telah menyimpang dari
peraturan daerah tentang PKL Latar belakang pendidikan PKL yang sebagian rendah
kemungkinan menjadi penyebab kurangnya pemahaman pedagang terhadap produk
hukum tersebut atau memang mengerti namun sengaja dilanggar karena tidak adanya
upaya pemerintah untuk menertibkan sarana berdagang yang telah melanggar
peraturan tersebut Selain itu ketidaktergantungan PKL terhadap ketersediaan
prasarana penunjang menjadikan PKL dalam beraktivitas tidak mempertimbangkan
aspek tersebut
Selain kios sarana dagangan yang banyak diminati adalah gerobak tenda yaitu
sarana dagangan utamanya gerobak yang ditunjang dengan tenda yang biasanya untuk
tempat makan konsumen Sarana dagang ini dianggap praktis karena mudah
dibongkar pasang serta dipindahkan Terlebih sarana dagang ini sesuai dengan
himbauan pemerintah dalam Perda No 11 tahun 2000 yaitu sarana PKL adalah yang
mudah untuk dibongkar serta dipindahkan
Lain halnya dengan PKL di penggal Jalan dr Soetomo mereka lebih banyak
menggunakan gerobak Hal tersebut dikarenakan lokasi tersebut merupakan lokasi
larangan untuk PKL tapi mereka tetap bertahan di lokasi tersebut dengan alasan tidak
tersedia tempat lain yang strategis untuk berjualan Dengan menggunakan gerobak
memudahkan mereka untuk lari atau berpindah tempat jika ada penertiban oleh aparat
penegak tata tertib
Di penggal Jalan Veteran sama halnya dengan sarana fisik yang digunakan
berdagang oleh PKL di penggal Jalan dr Kariadi Mereka mayoritas menggunakan
41
sarana berdagang berupa kios Mereka menggunakan sarana fisik dagangan kios
permanen yang dianggap aman karena memperoleh izin tempat usaha dari pihak
terkait untuk berdagang Namun sarana dagang yang dibuat permanen tersebut tidak
sesuai dengan perda tentang PKL yang mengharuskan sarana dagang pedagang kaki
lima yang mudah dibongkar dan dipindah-pindah
Sarana fisik dagangan yang kurang diminati adalah mobil Walaupun cukup
fleksibel untuk berpindah-pindah namun biaya untuk operasional sehari-hari cukup
mahal seperti bahan bakar perawatan mobil ataupun untuk pengadaan unit mobil itu
sendiri Hanya terdapat satu PKL yang menggunakan sarana dagangan ini yaitu
berada di penggal Jalan dr Kariadi Namun karena pada waktu penyebaran kuesioner
pedagang ini tidak berada di lokasi maka tidak masuk menjadi responden
e Pola Layanan
Untuk pola pelayanan terdapat tiga aspek yang dibahas yaitu mengenai waktu
layanan
aktivitas PKL serta sifat layanan Berikut uraian dari analisis pola pelayanan tersebut
1 Waktu Layanan
Sesuai waktu aktivitas kegiatan utama yang rata-rata pagi hingga sore hari
seperti fasilitas pendidikan perkantoran serta jam berkunjung dan pemeriksaan rumah
sakit maka mayoritas PKL membuka usahanya pada waktu tersebut yaitu sekitar
pukul 0900 hingga pukul 1600 Namun khusus yang berada di penggal Jalan dr
Kariadi yaitu di sekitar pintu masuk dan lokasi larangan untuk PKL hanya
diperbolehkan untuk berjualan pada sore hingga malam hari yaitu biasanya mereka
membuka usahanya sekitar pukul 1600 hingga 0000 Terdapat beberapa PKL yang
waktu usahanya menyesuaikan dengan waktu pelayanan rumah sakit yang buka 24
jam atau sepanjang hari Hal tersebut dilakukan menangkap peluang menjajakan
barang dagangan untuk kebutuhan aktivis rumah sakit seperti penunggu pasien
pengunjung atau petugas piket atau jaga serta tidak menutup kemungkinan pembeli
dari pengendara yang lalu lalang atau supir transportasi umum
Hal tersebut juga berlaku di penggal jalan yang lain dimana mayoritas
membuka usahanya pada pagi hingga sore hari Hanya minoritas yang membuka
usaha pada sore hingga malam hari serta sepanjang hari Faktor lain yang dapat
mempengaruhi waktu aktivitas PKL selain menyesuaikan waktu aktivitas kegiatan
utama adalah kepemilikan usaha yang merupakan milik pribadi sehingga mereka
membuka usahanya sesuai keinginan mereka
41
Terdapat pula fenomena satu lokasi ditempati oleh dua PKL dengan waktu
layanan yang berbeda PKL yang beraktivitas pada pagi hingga sore mencoba
menagkap peluang dari kunjungan ke kegiatan utama seperti rumah sakit fasilitas
pendidikan perkantoran serta perdagangan informal dan tidak menutup orang yang
lalu lalang melewati jalan-jalan tersebut Lokasi yang dianggap strategis serta
berprospektif tersebut digunakan oleh PKL lain untuk berjualan di tempat yang sama
Hal tersebut dimanfaatkan PKL untuk menangkap peluang dari kegiatan rumah sakit
serta orang yang lalu lalang Selain itu juga menangkap konsumen dari penumpang
bus malam yang melewati Jalan dr Soetomo dimana di jalur tersebut terdapat halte
serta konsumen dari supir angkutan umum yang sedang istirahat sejenak Berikut
pemetaan PKL menurut waktu berdagangnya
Gambar 37Peta Sebaran Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Menurut Waktu Layanan
2 Sifat Layanan
Dari gambar di bawah ini dapat disimpulkan bahwa mayoritas PKL di sekitar
Rumah Sakit dr Kariadi memiliki sifat layanan menetap baik dari segi tempat
berdagangnya yang tetap serta waktu berdagangnya yang sama setiap harinya hal ini
nampak pada sarana fisik dagangan para PKL tersebut yang berupa kios yang
memang tidak bisa dipindah-pindah atau permanen Hanya 13 yang memiliki sifat
layanan semi menetap Berikut persentase PKL menurut sifat layanannya
41
Gambar 38Persentase Sifat Layanan Pedagang Kaki LimaDi Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Sifat layanan semi menetap biasanya PKL yang tempat usahanya yang
merupakan gabungan antara menetap dengan keliling yaitu pada awal waktu
berdagang pada lokasi yang sama tiap harinya namun jika belum habis dagangannya
mereka berkeliling serta jam berdagang yang tidak tetap tiap harinya terkadang hanya
sampai siang karena dagangannya habis Sisanya yang 2 berjualan secara
berkeliling yang diantaranya bertujuan untuk mendekati konsumen serta
memanfaatkan waktu-waktu puncak kegiatan utama rumah sakit seperti waktu
kunjungan menjenguk pasien
f Pola Penyebaran
Pola penyebaran PKL mayoritas mengikuti pola jalan yang ada yaitu linier
Mereka berjualan di bahu-bahu jalan bahkan ada yang berada di atas saluran drainase
Selain itu pola penyebaran tersebut terbentuk karena lokasi yang diperbolehkan untuk
PKL menempati trotoar trotoar sepanjang jalan yang secara otomatis membentuk
linier Alasan lainnya yang diungkapkan oleh pedagang adalah agar dagangannya
mudah dilihat oleh orang yang lalu lalang Namun terdapat beberapa PKL yang
berjualan secara aglomerasi dengan PKL yang berjualannya bergerombol di dekat
pintu masuk pengunjung Rumah Sakit dr Kariadi seperti yang dapat dijumpai di Jalan
dr Kariadi yaitu bergerombol di sekitar pintu masuk pengunjung rumah sakit serta di
Jalan dr Soetomo yang bergerombol di dekat pintu masuk UGD dan pintu masuk ke
Gedung Pavilliun Garuda Hal tersebut dimaksudkan untuk mendekati pengunjung
yang akan masuk ke rumah sakit Hanya sebagian kecil saja yang lokasinya berjauhan
dengan PKL lainnya atau menyebar untuk mengurangi persaingan dengan PKL
lainnya
41
g Kesimpulan Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar
Rumah Sakit dr Kariadi
Tempat usaha tidak terdapatnya tempat yang dikhususkan untuk PKL pemerintah
memfasilitasinya dengan memperbolehkan menempati ruang-ruang publik seperti
trotoar badan atau bahu jalan serta di atas saluran drainase melalui Perda no 11 tahun
2000 Namun hal ini dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan
serta visual kawasan dan tidak optimalnya ruang publik tersebut Mayoritas PKL di
kawasan tersebut telah mengantongi izin tempat usaha dari kelurahan selaku pihak
berwenang
Jenis barang dagangan karakteristik jenis barang dagangan PKL pada umumnya
mengikuti kebutuhan kegiatan utama yaitu aktivitas Rumah Sakit dr Kariadi dan
sekitarnya seperti fasilitas pendidikan perkantoran perdagangan informal
permukiman dan pemakaman Jenis barang dagangan yang mayoritas diperdagangkan
berupa makanan Jenis barang dagangan yang diperdagangkan adalah non makanan
buah-buahan jasa pelayanan serta kelontong Terkait dengan kegiatan utama terdapat
beberapa jeni barang dagangan yang spesifik seperti termos tikar kipas guna
memenuhi kebutuha penunggu pasien
Sarana fisik dagangan mayoritas berupa kios yang dibangun permanen serta
gerobak tenda Menggunakan kios dikarenakan lokasinya yang telah dilegalkan untuk
aktivitas PKL serta terkait pola layanan yang menetap serta pada waktu berdagang
yang tetap Sedangkan gerobak tenda banyak digunakan oleh pedagang makanan
dimana tendanya digunakan sebagai tempat untuk konsumen Untuk bangunan
permanen diantaranya digunakan sebagai tempat tinggal Ketidakketergantungan
PKL terhadap prasarana penunjang sehingga PKL tidak mempertimbangkan aspek
tersebut karena mereka dapat mengusahakan sendiri
Pola pelayanan dari segi waktunya mengikuti waktu aktivitas kegiatan utama yaitu
pagi hingga sore hari sekitar pukul 0900 ndash 1600 serta telah mendapat izin tempat
usaha dari pihak berwenang namun terdapat pula PKL yang beraktivitas sore hingga
malam hari yaitu pukul 1600 ndash 0000 serta sepanjang hari Sifat layanannya menetap
mengingat mayoritas bersarana fisik dagangan berupa kios serta waktu berdagang
yang relatif tetap
Pola penyebaran mayoritas secara linier yaitu mengikuti pola jalan karena lokasi
yang dilegalkan untuk PKL oleh pemerintah menempati ruang-ruang publik seperti
trotoar di atas saluran drainase dan bahu jalan yang notabene mengikuti pola jalan
41
Selain itu terdapat sebagian beraglomerasi di sekitar pintu masuk rumah sakit yang
bertujuan untuk mendekati konsumen dan sisanya menyebar agar mengurangi
saingan
ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun
menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan
Samanhudi dengan kawasan PKL lain
ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL
ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun
dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja
namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang
namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan
ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa
jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan
harga antara pedagang formal dan PKL
ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan
pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak
penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi
antar pihak
ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai
dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan
perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang
informal
ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan
persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL
ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan
dalih keamanan
ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan
pejalan kaki dan pengendara kendaraan
ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki
ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL
ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan
ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa
harus saling menumpuk
41
ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak
Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini menjadi
jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen
41
Pengelolaan PKL
Pengelolaan PKL di Bundaran
Simpang Lima
Lima Semarang
Pengelolaan PKL di
Kabupaten Jember
Pengelolaan PKL di Kawasan Sekitar Rumah
Sakit dr Kariadi Semarang
Mengakui keberadaan PKL dengan
menuangkannya di dalam produk-
produk tata ruang
Penegakan peraturan
perundagangan yang terkait
dengan PKL
Menjalin kerjasama dengan sektor
formal dalam menyediakan ruang
bagi PKL
Menyediakan ruang perkotaan
yang dikhususkan bagi sektor
informal
Peningkatan citra PKL
Pengakuan terhadap eksistensi PKL
Control terhadap dana bantuan
Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo
Penindakan tegas kepada oknum yang
melakukan perampasan hak pada PKL
dengan dalih keamanan
Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk
menampung aktivitas PKL dan pejalan
kaki
Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan
jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir yang tepat
Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal
Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan
jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir
Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL
dan konsumen yang aman dari gangguan
pejalan kaki dan pengendara kendaraan
41
36 Temuan Studi
Temuan studi ini dimana akan menjawab sasaran yang disesuaikan dari contoh kasus yang ada di Indonesia Berikut adalah tabel matrik temuan
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
Mengetahui
permasalahan
PKL di jalur
pejalan kaki
Keberadaan sektor PKL yang menempati ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima memakai separuh lebih lebar trotoar bahkan seringkali tidak menyisakan sedikit pun ruang untuk pejalan kaki Ruang-ruang trotoar menjadi tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya sebagai ruang pemisah antara ruang yang digunakan untuk sirkulasi pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan Ruang-ruang trotoar tersebut banyak yang beralih fungsi menjadi lokasi berdagang PKL
Peralihan fungsi trotoar ini menyebabkan terganggunya aktivitas pejalan kaki sehingga pejalan terpaksa harus menggunakan jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk berjalan guna menghindari berbagai hambatan di atas trotoar Hal ini menyebabkan pejalan kaki terpaksa harus berhati-hati jika melangkah terkadang juga harus mengalah berjalan pada ruang-ruang jalur lambat dan sebagian badan jalan Kondisi ini sangat tidak aman dan
Masalah yang utama itu dari setiap
pedagang kaki lima di Jalur Pejalan Kaki
di Jalan Samanhudi Jember yaitu
Penggusuran Para PKL liar yang tidak
memiliki TDU(Tanda Daftar Usaha)
mereka biasanya akan di gusur dengan
peringatan yang di berikan sampai di
laksanakan penggusuran paksa padahal
Pedagang kaki lima merupakan salah satu
solusi akan masalah tingginya angka
pengangguran dan sedikitnya lapangan
kerja bagi masyarakat berpendidikan
rendah seperti mereka Pemerintah dalam
hal ini tidak dapat menyediakan lahan
pengganti bagi mereka untuk melanjutkan
usaha mereka jika pun ada pemerintah
menyediakan lahan-lahan yang letaknya
kurang strategis yang secara pasti
menurunkan dan mematikan pendapatan
yang mereka dapatkan dan akhirnya
Legalitas lokasi aktivitas
PKL yang biasanya ditempatkan
di dalam ruang publik seperti di
atas trotoar di atas saluran
drainase taman dan ruang publik
lainnya patut dipertanyakan
karena ketidakberdayaannya
peraturan tersebut dalam
menangani PKL Sebagai contoh
di sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi legalitas lokasi untuk
aktivitas PKL yang linier di
sepanjang jalan yang bertempat di
atas drainase Dalam aspek
apapun hal tersebut tidak dapat
dilegalkan terlebih tidak ada
penjelasan mengenai luasan atau
desain yang diperbolehkan PKL
untuk menggelar dasaran pada
dimensi saluran drainase yang
PKL yang menempati
ruang-ruang trotoar
menyebabkan
terganggunya aktivitas
pejalan kaki
Pemerintah tidak dapat
menyediakan lahan
pengganti
Legalitas lokasi aktivitas
PKL yang biasanya
ditempatkan di dalam
ruang publik seperti di atas
trotoar di atas saluran
drainase taman dan ruang
publik patut
dipertanyakan
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
nyaman bagi pejalan kaki ataupun bagi pengendara kendaraan bermotor karena mengganggu arus lalu lintas dan membahayakan keselamatan jiwa mereka hal seperti ini dapat kita lihat di depan dan di samping Masjid Baiturrahman di depan Citraland Mall di depan dan di samping Plasa Simpang Lima di depan dan di samping Kompleks Pertokoan Simpang Lima di depan dan di samping Ramayana Super Center di depan dan di samping SMKN 7 SemarangKantor Telkom dan di depan Gajahmada Plaza
Pemilihan lokasi PKL dipengaruhi oleh kecenderungan aktivitas PKL yang selalu menentukan lokasi mendekati pusat-pusat keramaian atau pusat-pusat perdagangan dan jasa dan lokasi-lokasi yang sering dikunjungi oleh orang banyak dalam kurun waktu tertentu secara periodik dan menerus Alasan inilah yang kemudian mendasari penentuan lokasi PKL Kawasan Bundaran Simpang Lima untuk berjualan di trotoar karena ruang-ruang jalur pedestrian inilah yang
mereka harus gulung tikar dan menjadi
pengangguran yang semakin menambah
permasalahan di Indonesia Pemerintah
harus mencari cara dan tempat yang baik
untuk mereka berdagang ditengah modal
mereka yang kecil agar di sisi lain semua
para pedagang kaki lima tidak hilang
lapangan kerjanya dan bias melanjutkan
kelangsungan hidupnya
ada Selain itu PKL juga
menempati trotoar yang
mengakibatkan bertambahnya
permasalahan yang terdapat di
lokasi tersebut Imbas secara
langsung dirasakan oleh
pengguna trotoar yaitu pedestrian
ketidaknyamanan bahkan tidak
adanya lagi ruang untuk berjalan
di atas trotoar acapkali menjadi
konsekuensi pedestrian yang
trotoarnya diserobot PKL
Aglomerasi aktivitas PKL yang
berlokasi di sekitar pintu masuk
pengunjung Rumah Sakit dr
Kariadi menyebabkan
penumpukan aktivitas seperti
aktivitas keluar masuk
pengunjung aktivitas jual beli
antara PKL dengan konsumen
lalu lintas kendaraan yang sedang
melewati Jalan dr Kariadi serta
angkutan umum yang sedang
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
dianggap sebagai lokasi yang ramai dikunjungi oleh pejalan kaki yang melakukan pergerakan dalam mencapai tempat tujuan perjalanannya Begitu juga dengan ruang Lapangan Pancasila karena selalu ramai dikunjungi pada hari-hari libur dengan rata-rata pengunjung mencapai 51 ndash 100 oranghari dikarenakan kedudukannya sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya
berhenti mencari penumpang
Sekali lagi permasalahan tersebut
disikapi oleh pemerintah dengan
penertiban dan penggusuran yang
hampir tidak pernah berakhir
manis
Mengetahui
peranan PKL
Kehadiran PKL di Kawasan
Bundaran Simpang Lima juga mampu
menciptakan kehidupan yang menerus
sehingga terhindar dari kematian
kawasan pada saat tertentu akan tetapi
di sisi lain kehadiran PKL
menyebabkan ketidakteraturan
kekumuhan dan kualitas fisik yang
buruk sehingga merusak wajah kota
Selain itu PKL yang berjualan di
Lapangan Pancasila pada malam hari
dengan kehidupan malam dan wanita-
wanita penghibur yang berdandan tebal
Tempat pedagang kaki lima bagi
Masyarakat dijalan Samanhudi Jember
sangat penting sebagai penyedia kebutuhan
yang dibutuhkan oleh Masyarakat Jember
Pedangan kaki lima sangat mempengaruhi
pola pasar dan sosial di Jember khususnya
didaerah Jalan Samanhudi Dalam bidang
perekonomian pedagang kaki lima hanya
berpengaruh sebagai produsen yang
penting bagi Masyarakat Jember
mengingat akan Meningkatnya jumlah
Penduduk Mereka cenderung lebih
memilih membeli pada pedagang kaki lima
Usaha PKL yang terus
berkembang pesat menarik PKL
untuk mempekerjakan karyawan
selain tenaga yang dibutuhkan
memang tidak bisa dikerjakan
sendiri terdapat pula pemilik
modal yang menyewa tempat
usaha namun dijadikan usaha
sampingan sehingga tidak
mengelola secara langsung
usahanya namun dengan
mempekerjakan karyawan PKL
yang statusnya sebagai karyawan
Pedangan kaki lima sangat
mempengaruhi pola pasar
dan sosial
harga yang PKL tawarkan
lebih murah dibandingkan
dengan harga di mall
grosir maupun indogrosir
sebagai salah satu
alternatif lapangan
pekerjaan bagi masyarakat
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
menciptakan kesan negatif dan
memperburuk citra kawasan
daripada membeli di supermarket yang
sudah merajalela di kota Jember pada saat
ini mall atau grosir maupun indogrosir
yang banyak tersebar di kota Jember
dikarenakan harga yang mereka tawarkan
lebih murah
sebanyak 10 dimana karyawan
tersebut memanfaatkan PKL
sebagai lapangan pekerjaan
Sehingga bekerja sebagai
karyawan PKL dapat dikatakan
sebagai salah satu alternatif
lapangan pekerjaan bagi
masyarakat
Mengetahui
pola aktivitas
PKL dijalur
pejalan kaki
Aktivitas PKL sendiri
memiliki kecenderungan untuk
menempati ruang ruang antar aktivitas
yang selalu ramai dilewatidikunjungi
oleh banyak orang dalam melakukan
pergerakan perpindahan dari aktivitas
satu ke aktivitas yang lain atau dari
bangunan perdagangan modern satu ke
bangunan perdagangan modern yang
lain secara periodik dalam rentang
waktu tertentu sehingga kemudian
pilihan ini jatuh kepada jalur-jalur
pedestrian yang notabene merupakan
ruang-ruang terbuka publik yang
PKL berdagang dengan menempati
tempat yang tetap dan tidak berpindah-
pindah
Modal dan aset sebagian besar adalah
milik sendiri
Berdagang di Samanhudi merupakan
usaha utama
Alat peraga PKL pada kawasan ini
dapat dibedakan menjadi
ndashAlat peraga semi permanen dari kayu
dan tenda yang bersifat menetap
ndashAlat peraga dengan bangku meja dan
tenda sekaligus sebagai tempat tinggal
ndashAlat peraga beroda namun menetap
Pola Aktivitas pelayanan PKL di
kawasan sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi pada umumnya melayani
pengunjung rumah sakit namun
tidak menutup kemungkinan
konsumennya adalah pengendara
atau orang yang sedang melintasi
jalan tersebut tanpa bermaksud
untuk masuk ke rumah sakit
Selain itu konsumen
yang berasal dari sekitar lokasi
PKL seperti penduduk
permukiman di sekitarnya
pekerja yang bekerja di sektor
Aktivitas PKL memiliki
kecenderungan untuk
menempati ruang ruang
antar aktivitas yang selalu
ramai dilewatidikunjungi
oleh banyak orang dalam
melakukan pergerakan
perpindahan dari aktivitas
satu ke aktivitas yang lain
atau dari bangunan
perdagangan modern satu
ke bangunan perdagangan
modern
Saat berjualan alat peraga
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
seyogyanya digunakan oleh pejalan
kaki Keberadaan ruang trotoar yang
semakin sempit oleh penggunaan ruang
PKL membuat pejalan kaki
menjatuhkan pilihan untuk melakukan
perjalanan pada ruang-ruang seperti
jalur lambat dan sebagian badan jalan
sehingga mengurangi keamanan jiwa
dan kenyamanan pejalan kaki sendiri
serta pengguna jalan yang lain
(pengendara)
Kegiatan-kegiatan yang
dilakukan oleh pejalan kaki pada
ruang-ruang jalur pedestrian atau
trotoar di Kawasan Bundaran Simpang
Lima adalah kegiatan berjalan dan
berbelanja Sebagian dari pejalan kaki
hanya berjalan melintasi trotoar untuk
menuju lokasi tujuannya akan tetapi
ada pula sebagian dari pejalan kaki
yang berjalan sambil melihat-lihat
bahkan ada yang berbelanja pada PKL
ndashAlat peraga beroda namun menetap
dengan bangku dan meja
ndashHanya berupa matras sebagai alas
dagangan yang dapat berpindah
sewaktu-waktu
Alat peraga yang dipakai untuk usaha
tidak seragam dan tidak menggunakan
desain yang baik sehingga terkesan
kumuh kurang bersih dan sangat
mengganggu wajah kota dan menutup
fasade bangunan di belakangnya
Saat berjualan alat peraga kios
sebagian besar menempati badan jalan
dan trotoar
Saat tidak berjualan alat peraga kios
sebagian besar tetap di lokasi jualan
lama berjualan di Samanhudi sebagian
besar antara 6 ndash10 tahun
Terbanyak dari pedagang belum
pernah bekerja di sektor lain dan dari
semula telah menjadi PKL di
Samanhudidi bandingkan denga harga
yang ada di mall Pedagang
lain sehingga tidak ada batasan
pasti mengenai pola pelayanan
para PKL tersebut
Waktu beraktivitas para
PKL umumnya terbagi menjadi
dua sesi PKL yang pertama
adalah pedagang yang aktivitas
berdagangnya pada pagi hingga
siang hari Pedagang yang kedua
merupakan pedagang yang
mempunyai waktu layanan pada
sore hingga malam hari Namun
tidak menutup kemungkinan
terdapat beberapa PKL yang
berdagang dari pagi hingga
malam hari bahkan buka nonstop
mengingat rumah sakit
beraktivitas selama sehari penuh
sehingga mereka mengikuti
aktivitas sektor formal yang ada
di sekitarnya
Waktu berdagang
tersebut juga disesuaikan dengan
kios sebagian besar
menempati badan jalan
dan trotoar
Waktu beraktivitas para
PKL umumnya terbagi
menjadi dua sesi PKL
yang pertama adalah
pedagang yang aktivitas
berdagangnya pada pagi
hingga siang hari
Pedagang yang kedua
merupakan pedagang yang
mempunyai waktu layanan
pada sore hingga malam
hari Namun tidak
menutup kemungkinan
terdapat beberapa PKL
yang berdagang dari pagi
hingga malam hari bahkan
buka nonstop
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
izin usaha yang diberlakukan oleh
petugas kelurahan sebagai pihak
yang berwenang menangani PKL
Untuk lokasi yang dilarang untuk
PKL oleh PKL tetap digunakan
sebagai lokasi untuk berdagang
dengan waktu berdagang setelah
jam kerja yaitu sore hingga
malam hari
Mengetahui
Pengelolaan
PKL di jalur
pejalan kaki
dalam perkembangannya
pemerintah mengeluarkan SK
Walikota Kota Semarang No 511316
tahun 2001 tentang Penetapan Lahan
yang mengatur tentang lokasi-lokasi
dan waktu aktivitas PKL yang
diperbolehkan oleh pemerintah pada
Kawasan Bundaran Simpang Lima
agar tetap terjaga kerapihan dan
estetikakeindahan wajah kawasannya
yaitu PKL yang berjualan di depan
Kompleks Pertokoan Simpang Lima
depan Ramayana SC depan Kantor
Adanya pengakuan resmi dari
pemerintah terhadap PKL Samanhudi
sebagai salah satu sector ekonomi di
kawasan studi melalui surat keputusan
resmi Surat keputusan ini sekaligus
mengatur hak kewajiban dan
tanggung jawab PKL sebagai
kompensasi perubahan status yang
telah diberikan oleh pemerintah
Pedagang kaki lima perlu untuk
mendapatkan pembinaan dari
pemerintah Kabupaten Jember untuk
meningkatkan kemampuan wirausaha
Pemerintah Kota Semarang
berwenang dalam mengatur
keberadaan PKL di ruang Kota
Semarang seperti yang terdapat di
kawasan sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi dengan bentuk
pengelolaan lokasional (stabilitas
atau pengaturan) dan struktural
(perijinan) Dalam pengaturan
tersebut Pemerintah Kota
Semarang menggunakan dasar
hukum berupa Undang-Undang
Peraturan Pemerintah Peraturan
mengatur tentang lokasi-
lokasi dan waktu aktivitas
PKL yang diperbolehkan
oleh pemerintah agar tetap
terjaga kerapihan dan
estetikakeindahan wajah
kawasannya
Pedagang kaki lima perlu
untuk mendapatkan
pembinaan
Pedestrian dirancang ulang
dengan dilebarkan hingga
area parkiran street
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
TelkomSMKN 7 Semarang depan
Gajahmada Plaza dan depan Masjid
Baiturrahman boleh berjualan dari
pukul 1600 ndash 0400 WIB (khusus pada
Hari Minggu PKL diijinkan untuk
berjualan mulai pukul 0600 ndash 0800
WIB) menempati ruang trotoar dengan
luas areal 4 x 6 meter
Sampai dengan tahun 2008
PKL di Kawasan Bundaran Simpang
Lima mencapai 1536 pedagang dan
ada kecenderungan akan terus
meningkat dari tahun ke tahun (lihat
Tabel III4) Kecenderungan lokasi
PKL pada masa-masa yang akan
datang mengikuti kecenderungan dari
perkembangan aktivitas formal
kawasan yang ada demikian juga
kecenderungan waktu berdagangnya
Melihat kecenderungan aktivitas PKL
kawasan maka SK Walikota Kota
Semarang No 511316 tahun 2001
sudah tidak relevan lagi dan perlu
dan peningkatan kualitas barang
dagang dan pelayanan terhadap
pembeli konsumen sehingga bias
meningkatkan pendapatan dan
aktivitas pedagang kaki lima dapat
member nilai tambah serta dapat
memberkan peluang kerja yang dapat
mengurangi tingkat pengangguran di
Kabupaten Jember Bentuk pembinaan
berupa penyuluhan yang diberikan
berkala secara rutin Program
pembinaan diadakan oleh pemerintah
Paguyuban Samanhudi merupakan
Kelembagaan yang memiliki
kewenangan atau keterikatan dengan
pengelolaan dan pembinaan Pedagang
Kaki Lima KoridorJalan
SamanhudiPaguyuban ini
beranggotakan wakil PKL wakil
pedagang formal wakil pemerintah
dari dinas Kebersihan dan
Pertamanan Dinas Polisi Pamong
Praja Dinas Pariwisata Dinas
Daerah dan Surat Keputusan
Walikota Adapun dasar hukum
yang mengatur secara jelas
mengenai aktivitas PKL di Kota
Semarang yang berlaku saat ini
diantaranya adalah sebagai
berikut
1048707 Peraturan Daerah No 11 Tahun
2000 tentang Pengaturan dan
Pembinaan PKL Perda ini
menjelaskan tentang pengaturan
dan pembinaan PKL di Kota
Semarang seperti pengaturan
tempat usaha hak kewajiban dan
larangan untuk PKL Dalam
kaitannya dengan karakteristik
berlokasi aktivitas PKL
dijelaskan dalam Perda ini yang
terdapat dalam pasal 3 yaitu
penempatan lokasi kegiatan PKL
diatur dengan mempertimbangkan
tempat kepentingan untuk umum
lainnya seperti kepentingan untuk
sehingga jalur aktif
kendaraan tidak
mengalami penyempitan
mengatur keberadaan PKL
di ruang Kota dengan
bentuk pengelolaan
lokasional (stabilitas atau
pengaturan) dan struktural
(perijinan)
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
ditinjau kembali sesuai dengan
kecenderungan dan kebutuhan yang
ada di lapangan
Pendapatan dan Dinas LPMK
Kabupaten Jemberserta pihak
penengah selaku penasehat dan pihak
netral yang diwakili oleh pakar PKL
dari universitas tokoh masyarakat dan
pakar PKL lainnya
Penerapan tema khusus pada penataan
PKL kawasan studi agar mempunyai
cirri khas dan dapat mengangkat citra
kawasan dan meningkatkan daya tarik
kawasan Contoh produk khas
jember yang dapat diangkat sebagai
tema adalah tembakau rookk dan
cerutu mengingat Jember sebagai
penghasil tembakau terbesar di Jawa
Kegiatan khas Jember yang dapat
diangkat sebagai tema yaitu Jember
Fashion Carnaval Penerapan tema
dapat diaplikasikan pada sarana usaha
PKL finishing pedestrian perabot
kota dan elemen pendukung lainnya
Pedestrian dirancang ulang dengan
pejalan dan untuk sirkulasi
kendaraan Untuk lebih jelas
mengenai detail isi perda tersebut
dapat dilihat pada Lampiran F
1048707 Surat Keputusan Walikota
Semarang No 51136 Tahun
2001 tentang lokasi PKL di Kota
Semarang dimana di dalamnya
diantaranya mengatur luas area
batas pemakaian area waktu
aktivitas dan tempat aktivitas
PKL Ruas kanan Jalan dr
Kariadi dari arah Jalan Veteran
merupakan lokasi yang
diperbolehkan untuk aktivitas
PKL Lokasi tersebut menempati
trotoar serta bangunan berupa
semi permanen Untuk lebih jelas
mengenai detail isi SK tersebut
dapat dilihat pada Lampiran F
1048707 Perda No 6 Tahun 2004
tentang Rencana Detail Tata
Ruang Kota Semarang Bagian
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
dilebarkan hingga area parkiran street
sehingga jalur aktif kendaraan tidak
mengalami penyempitan Diberikan
perbedaan yang tegas antara ruang
PKL dan ruang pejalan kaki dan jalur
kendaraan berupa perbedaan tinggi
lantaiSehingga dikemudian hari kios
PKL tidak melebar ke segala sisi
Wilayah Kota (BWK) I
(Kecamatan Semarang Tengah
Semarang Timur dan Semarang
Selatan Tahun 2000-2010 Perda
tersebut menjelaskan mengenai
fungsi serta peran BWK I yang
terkait dengan sektor formal di
wilayah tersebut yaitu penjelasan
mengenai fasilitas kesehatan yang
berada khususnya di Kelurahan
Randusari Selain itu dijelaskan
pula kelas Jalan dr Kariadi Jalan
dr Soetomo dan Jalan Veteran
serta jalur transportasi yang
melaluinya
41
Sebagian dari pejalan kaki hanya berjalan melintasi trotoar untuk menuju lokasi tujuannya
akan tetapi ada pula sebagian dari pejalan kaki yang berjalan sambil melihat-lihat bahkan ada
yang berbelanja pada PKL
Pejalan kaki di Kawasan Simpang Lima umumnya berjalan secara berombongan
antara 2 ndash 5 orang yang didominasi oleh jenis kelamin perempuan (51) yang memiliki
tujuan untuk rekreasi dan olah raga (33) atau berbelanja (29) dengan usia rata-rata 0 ndash 25
tahun (67) dengan profesi sebagai mahasiswapelajar (31) dan karyawan (25)
Hal tersebut menunjukkan bahwa pengunjung kawasan didominasi oleh anak-anak
muda kaum perempuan karena sebagian besar kaum perempuan inilah yang gemar dengan
aktivitas berlanja sebab kawasan studi didominasi oleh aktivitas perdagangan dan jasa
Pengunjung kawasan identik dengan pengguna ruang terbuka publik kawasan yang
didominasi oleh kaum perempuan dengan usia berkisar antara 0 ndash 25 tahun dengan profesi
sebagai pelajarmahasiswa dan karyawan dengan tujuan untuk melakukan kegiatan
rekreasiolahraga dan berbelanja karena kaum perempuan ini lah yang memiliki sifat dasar
senang berbelanja Usia rata-rata pengunjung yang masih muda dengan profesi pelajar
mahasiswa dan karyawan menunjukkan bahwa pada usia-usia inilah orang relative
membutuhkan rekreasihiburan dan olah raga
Arah pergerakan pejalan kaki pada ruang-ruang terbuka publik kawasan dipengaruhi oleh
tujuannya pada kawasan studi arah pergerakan tersebut adalah
a Tujuan Pergerakan untuk Melakukan Perpindahan Antar bangunan
Tujuan pejalan kaki untuk melakukan pergerakan perpindahan antar bangunan
perdagangan dan jasa modern dilakukan pada ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran
Simpang Lima yang menjadi penghubung antaraktivitas dengan karakter pergerakan
yang memanjang secara linier sepanjang trotoar mengikuti ketersediaan jalur-jalur
sirkulasi utama kawasan
Arah pergerakan pejalan kaki dalam melakukan pergerakan perpindahan
antarbangunan dilakukan secara linier dan memanjang pada trotoar Kawasan
Bundaran Simpang Lima disebabkan oleh bentukan ruang jalur pedestrian yang
memanjang sepanjang jalur sirkulasi utama kawasan
b Tujuan Pergerakan untuk Berbelanja pada PKL Sepanjang Trotoar Kawasan
dan Tepi Lapangan Pancasila
Arah pergerakan pejalan kaki dengan tujuan berbelanja pada PKL sepanjang
trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima memiliki karakter pergerakan linier yang
41
memanjang sedangkan arah pergerakan pejalan kaki dengan tujuan berbelanja pada
PKL di tepi Lapangan Pancasila memiliki arah pergerakan linier yang melingkar
Arah pergerakan pejalan kaki dalam melakukan aktivitas berbelanja pada PKL
sepanjang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima ini disebabkan oleh pengaturan
display barang dagangan PKL yang ditata sedemikian rupa secara berderet linier
searah dan memanjang mengikuti bentukan ruang jalur pedestrian yang ada
Sedangkan arah pergerakan pejalan kaki dengan tujuan berbelanja pada PKL
di tepi Lapangan Pancasila disebabkan oleh display berbagai jenis barang dagangan
yang ditata sedemikian rupa secara linier berhadap-hadapan dan melingkar mengkuti
bentukan ruang jalur pedestrian yang persegi membulat membingkai Lapangan
Pancasila
c Tujuan Pergerakan untuk Melakukan Olahraga Rekreasi dan Hiburan serta Berbe
lanja
Pada PKL di Tengah Lapangan Pancasila Tujuan pejalan kaki untuk
melakukan aktivitas olahraga rekreasi dan hiburan serta berbelanja pada PKL di
tengah Lapangan Pancasila memiliki karakter pergerakan yang curvelinier karena
setiap pergerakan yang dilakukan tidak dibatasi oleh batasan-batasan fisik tertentu
sehingga pergerakan yang terjadi adalah bebas dan tidak beraturan
Arah pergerakan pejalan kaki dalam melakukan aktivitas olahraga rekreasi
dan hiburan serta berbelanja pada PKL di tengah lapangan secara curvelinier ini juga
disebabkan oleh karakter kedatangan pengunjung yang dilakukan secara berpasangan
atau berkelompok
Sumber Hasil Analisis Dini Tri Haryanti ST 2008
Gambar 32Ruang Jalur Sirkulasi Pedestrian Kawasan
41
Aktivitas perdagangan dan jasa kawasan menjadi bangkitan dan tarikan pengunjung
kawasan sehingga meningkatkan intensitas jumlah pejalan kaki pada ruang-ruang terbuka
publik di kawasan ini Keberadaan aktivitas PKL pada sepanjang ruang-ruang trotoar
kawasan seiring dengan tingginya jumlah pergerakan pejalan kaki antarbangunan formal
mengakibatkan pergerakan yang rdquomenerusrdquo dengan pencapaian pada tujuan yang rdquomemutarrdquo
Pergerakan rdquomenerusrdquo yang dimaksud adalah pergerakan pejalan kaki yang dilakukan
pada ruang-ruang terbuka publik kawasan studi dengan tujuan untuk melakukan perpindahan
antarbangunan formal (bangunan perdagangan modern) dan aktivitas berbelanja pada PKL
yang berjualan di sepanjang ruang trotoar kawasan melalui ruang-ruang jalur sirkulasi
pedestrian kawasan yang tersedia secara linier dan memanjang mengikuti jalur sirkulasi
utama (jaringan jalan) kawasan dari satu bangunan ke bangunan yang lain dan dari satu PKL
ke PKL yang lain dengan perjalanan yang tanpa terputusberhenti pada titik lokasi tertentu
meski berhenti pun hanya untuk beberapa saat untuk istirahat dan melihat-lihat dengan lebih
jelas obyek yang dimaksud
Pergerakan pejalan kaki kawasan pada trotoar Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk
berbelanja pada PKL memiliki arah pergerakan yang linier dan memanjang sepanjang jalur
trotar yang disebabkan oleh pengaturan display barang dagangan PKL yang ditata berderet
memanjang sepanjang jalur Pergerakan menerus ini terjadi sebagai akibat dari pergerakan
dengan tujuan untuk melakukan perpindahan antarbangunan melalui ruang-ruang jalur
sirkulasi pejalan sambil melihat-lihat dan berbelanja pada PKL yang berjualan hampir pada
seluruh ruang trotoar kawasan studi Semisal pergerakan pejalan kaki kawasan dengan tujuan
untuk melakukan perpindahan dari bangunan Plasa Simpang Lima menuju Ramayana SC
harus melewati jalur sirkulasi pejalan kaki sepanjang trotoar dari depan Plasa Simpang Lima
Kompleks Pertokoan Simpang Lima dan Ramayana SC yang dipenuhi oleh PKL sambil
melihat-lihat display barang dagangan yang diperjualbelikan maupun sekaligus membelinya
begitu juga dengan pergerakan perpindahan antarbangunan yang lain sehingga dengan
demikian tercipta pergerakan yang menerus
Dari sisi intensitasnya pergerakan pejalan kaki yang menerus ini semakin berkurang
jumlahnya ketika sampai pada ruang sirkulasi pejalan kaki di depan Hotel Ciputra Aktivitas
dan keberadaan PKL hampir tidak ada di sepanjang trotoar di depan bangunan hotel
pergerakan pejalan kaki pun diarahkan menempati ruang-ruang sirkulasi yang bersifat privat
yaitu ruang-ruang sirkulasi pejalan di dalam Mall Ciputra untuk menjaga image dan kesan
rapi pada muka bangunan hotel sesuai dengan peraturan hotel Namun kenyataan yang ada di
41
lapangan masih adanya beberapa pergerakan di depan hotel lebih banyak disebabkan oleh
perilaku dan sifat pejalan kaki kawasan yang cenderung memilih rute terpendek dalam
perjalanannya untuk mencapai tujuan
Sedangkan pencapaian rdquomemutarrdquo yang dimaksud adalah pencapaian tujuan suatu
perjalananpergerakan yang dilakukan oleh pejalan kaki akibat pergerakan yang mengikuti
sistem sirkulasi jalur utama kawasan yang membentuk loop sehingga berdampak pada
pencapaian suatu bangunan formal kawasan dengan arah yang memutar dan melalui beberapa
persimpangan sekaligus Semisal untuk mencapai lokasi tujuan pada Ramayana SC pejalan
kaki dari bangunan Masjid Baiturrahman harus melakukan pergerakan perpindahan dari
bangunan Citraland Mall menuju bangunan Kompleks Pertokoan Simpang Lima baru
kemudian mencapai bangunan Ramayana SC atau dari bangunan Gajahmada Plaza dulu
kemudian menuju bangunan kantor TelkomSMKN 7 Semarang baru mencapai bangunan
Ramayana SC Begitu juga pergerakan-pergerakan dengan tujuan pencapaian pada bangunan-
bangunan formal yang lain
Pergerakan dengan pencapaian rdquomemutarrdquo pada ruang-ruang sirkulasi pejalan kaki
kawasan sebenarnya dapat dicari alternatif lain yaitu dengan dengan memotong jalur
sirkulasi utama Pergerakan memotong jalur ini dapat menjadi alternatif pergerakan yang
dilakukan untuk mencapai pada bangunan yang dituju dengan melalui ruang Lapangan
Pancasila namun pergerakan semacam ini kurang diminati oleh penggunapejalan kaki
kawasan sebab ruang lapangan yang tanpa aktivitas akan terasa lebih panjang dan
membosankan
B Analisis Pola Pemanfaatan Ruang Terbuka Publik Kawasan
1 Analisis Pola Pemanfaatan Ruang dan Aktivitas pada Ruang Terbuka Publik
Kawasan
Sebagaimana yang telah diuraikan dalam tahap analisis ruang dan aktivitas kawasan
bahwa aktivitas-aktivitas yang berlangsung di atas ruang Lapangan Pancasila sebagai ruang
terbuka publik kawasan adalah aktivitas politik peribadatan massal olahraga rekreasi dan
hiburan Aktivitas sector informal yang berlangsung pada ruang terbuka publik kawasan
adalah aktivitas PKL
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan berdasarkan aktivitasnya terpusat
menempati Lapangan pancasila sebagai satu-satunya ruang terbuka publik kota yang menjadi
wadah interaksi sosial masyarakatnya didukung oleh daya tampung ruang yang cukup luas +
4 Ha dengan lokasinya yang strategis terletak di tengah-tengah kawasan pusat kota yang
41
memiliki aksesibilitas yang tinggi sehingga mudah dicapai dari segala penjuru kota
menggunakan berbagai jenis moda kendaraan baik kendaraan pribadi maupun angkutan
umum Pola pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan berdasarkan aktivitasnya pada ruang
Lapangan Pancasila berlangsung secara berkelompok dan masing-masing mengumpul
berdasarkan jenis aktivitasnya sebagai akibat oleh adanya
a) Kecenderungan aktivitas yang berlangsung pada ruang terbuka publik ini adalah
aktivitas-aktivitas yang dilakukan secara berkelompok
b) Melibatkan orang dalam jumlah yang banyak
c) Bentukan ruang yang membentuk persegi membulat dengan daya tamping ruang yang
cukup besar
d) Memungkinkan pergerakan secara bebas dan tidak beraturan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan berdasarkan aktivitas sektor
informalnya didominasi oleh pola pemanfaatan aktivitas PKL yang menempati ruang trotoar
kawasan trotoar dan tengah Lapangan Pancasila yaitu
1) Pola Pemanfaatan Trotoar Sepanjang Tepi Jalan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh
aktivitas PKL sepanjang trotoar kawasan di depan Citraland Mall depan Plasa Simpang
Lima depan Kompleks Pertokoan Simpang Lima depan Ramayana SC depan kantor
TelkomSMKN 7 Semarang depan Gajahmada Plaza dan depan Masjid Baiturrahman
membentuk pola ldquolinier yang memanjangrdquo dikarenakan oleh bentukan ruang-ruang
trotoar ini yang merupakan suatu jalur penghubung secara linier antaraktivitasbangunan
perdagangan dan jasa kawasan pada tepi jalan di muka bangunan sehingga menimbulkan
sejumlah akumulasi pengunjung yang tinggi secara periodic berdasarkan waktu
berlangsungnya aktivitas formal yang memanjang mengikuti pola jalur sirkulasipola
jaringan jalan utama kawasan Adanya beberapa bangunan formal dengan ciri aktivitas
perdagangan dan jasa yang terletak secara berdekatan satu sama lain dalam kawasan ini
maka dengan sendirinya akan menjadi daya tarik yang sangat kuat untuk dikunjungi oleh
calon pembeli yang mengakibatkan timbulnya akumulasi pengunjung pada kawasan
terutama di sekitar kegiatan yang dimaksud
Situasi inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh PKL kawasan studi untuk
mengembangkan usahanya dengan menjaring calon pembeli pada ruangruang di
sepanjang jalur pada muka bangunan ini memanfaatkan peluang banyaknya pejalan yang
melalui sepanjang jalur ini dan mengikuti pola jaringan jalan kawasan agar
41
keberadaannya di sepanjang tepi jalan ini juga dapat terlihat dan menarik para pengendara
pengguna jalan kawasan
Adapun display bebagai jenis barang dagangan PKL yang disuguhkan secara berderet
memanjang pada ruang trotoar ini memberi kemudahan pengunjung kawasan baik
pejalan kaki maupun pengendara untuk dapat lebih jelas melihat dan memilih jenis-jenis
barang yang diperdagangkan
2) Pola Pemanfaatan Trotoar Tepi Lapangan Pancasila
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh
aktivitas PKL sepanjang trotoar Lapangan Pancasila membentuk pola ldquolinier yang
melingkarrdquo dikarenakan oleh bentukan ruang sirkulasi pedestrian lapangan yang
membingkai lapangan dengan bentuk persegi membulat dan pola sirkulasi utama kawasan
yang bermuara pada Lapangan Pancasila dengan membentuk loop Adanya kedudukan
Lapangan Pancasila sebagai satu-satunya ruang terbuka publik yang luas di Kota
Semarang sebagai wadah interaksi sosial yang dimanfaatkan oleh warga masyarakat Kota
Semarang dan sekitarnya untuk melakukan berbagai macam aktivitas seperti olah raga
rekreasi dan hiburan mengakibatkan timbulnya akumulasi pengunjung dalam jumlah
yang besar pada area ini khususnya pada hari liburMinggu pagi sehingga banyak PKL
yang tertarik untuk menempati lokasi ini untuk menjajakan barang dagangannya Display
berbagai jenis barang dagangan disuguhkan secara linier sepanjang trotoar dengan
berhadap-hadapan untuk memberi banyak pilihan dan variasi barang kepada calon
pembeli dengan suasana yang santai dan rekreatif
3) Pola Pemanfaatan Tengah Lapangan Pancasila
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh
aktivitas PKL di tengah Lapangan Pancasila membentuk pola ldquoberkumpul yang
mengelompokrdquo berdasarkan jenis barang dagangannya dikarenakan bentukan ruang
Lapangan Pancasila yang tanpa adanya pembatas fisik antarPKL dengan daya tampung
ruang yang cukup besar sehingga memungkinkan adanya pergerakan pengunjung yang
bebas dan tidak beraturan dan penataan display barang dagangan yang disajikan secara
mengelompok berdasarkan jenis barang dagangannya masing-masing sehingga
memudahkan calon pembeli memilih jenis barang yang diinginkan dengan banyaknya
variasi barang yang disuguhkan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh PKL
akan semakin berkurang intensitasnya apabila semakin menjauh dari kawasan studi
Intensitas pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan oleh aktivitas PKL pada koridor
41
kelima ruas jalan kawasan semakin menurun karena jalan-jalan ini berorientasi pada
aktivitas-aktivitas yang berbeda yang berlangsung pada kelima ruas jalan antara aktivitas
perkantoran pemerintahan dan pendidikan yang ditandai dengan adanya kepadatan
beberapa bangunan fasilitas perkantoran pemerintahan dan pendidikan pada koridor-
koridor kelima ruas jalan ini
Adanya bangkitan aktivitas nonekonomi ini mengakibatkan rendahnya akumulasi
pengunjung kawasan pada tepi jalan-jalan ini Hal inilah yang menjadi alasan mengapa
ruang-ruang trotoar koridor jalan ini kurang diminati oleh PKL meskipun ada beberapa
PKL yang berjualan pada beberapa penggal jalan namun keberadaannya terputus dan
tidak menerus seperti pada keberadaan PKL pada ruang sirkulasi pejalan kaki di
sepanjang trotoar Jalan Pahlawan yang identik sebagai area yang berorientasi pada
aktivitas pemerintahan Jalan KH Achmad Dahlan Pandanaran dan Achmad Yani yang
identik sebagai area yang berorientasi pada aktivitas perkantoran dan Jalan Gajahmada
yang identik sebagai area yang berorientasi pada aktivitas perkantoran dan pendidikan
Menurut kriteria pemilihan lokasinya aktivitas-aktivitas PKL memiliki
kecenderungan menempati lokasi atau ruang-ruang dengan tingkat akumulasi orang yang
melakukan kegiatan secara bersama-sama pada waktu yang relative sama pula Adanya
fungsi kawasan sebagai CBD tentu tidak lepas dari aktivitas perdagangan dan jasa yang
berlangsung di atasnya sehingga menimbulkan sejumlah akumulasi pengunjung yang
tidak sedikit Fenomena tumbuhnya sector informalPKL ini tak lepas dari keberadaan
aktivitas formal yang tumbuh dan berkembang sebagai aktivitas pendukung (activity
support) yang tidak dapat dihindarkan dan digusur begitu saja melainkan diantisipasi dan
diperhitungkan kebutuhan ruangnya
2 Analisis Pola Pemanfaatan Ruang Jalur Sirkulasi Pedestrian Kawasan
Pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan sebagai jalur sirkulasi pejalan kaki
merupakan jenis pemanfaatan sebagai pemenuhan akan kebutuhan ruang pejalan yang
memisahkan ruang pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan kawasan demi meminimalisasi
konflik kepentingan yang dapat mengakibatkan ketidaknyamanan pejalan kaki maupun
pengguna jalan yang lain (pengendara)
Namun dalam perkembangannya ruang-ruang di tepi jalan ini mengalami pergeseran
fungsi ruang menjadi lokasi aktivitas PKL sehingga kemudian pejalan kaki harus
menjatuhkan pilihannya untuk berjalan melalui jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk
mencapai tujuan dalam pergerakannya
41
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima sebagai
ruang sirkulasi pedestrian dibentuk oleh arah pergerakan pejalan yang dipengaruhi oleh
tujuan dalam melakukan perjalanannya
a Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Melakukan Perpindahan Antarbangunan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima dengan
tujuan untuk melakukan pergerakan perpindahan antarbangunan membentuk pola
rdquomenerus yang melingkarrdquo dikarenakan arah pergerakan pejalan yang menerus pada
sepanjang ruang trotoar di muka bangunan kawasan mengikuti pola sirkulasi utama
kawasan yang membentuk loop
Pola pemanfaatan yang rdquomenerusrdquo ini disebabkan oleh kontinuitas pergerakan pejalan
kaki kawasan dalam melakukan perpindahan antar bangunan formal (perdagangan
modern) pada ruang-ruang trotoar sebagai ruang penghubung antaraktivitas formal
kawasan Pola pergerakan pejalan kaki yang menerus ini merupakan bangkitan dari
tarikan aktivitas perdagangan dan jasa formal kawasan yang menjadi alasan pengunjung
melakukan pergerakan berpindah antarbangunan
Pergerakan pejalan yang rdquomenerusrdquo ini juga dipengaruhi oleh keberadaan aktivitas
PKL di sepanjang ruang trotoar kawasan yang memberi kehidupan menerus pada ruang-
ruang ini Pergerakan menerus dilakukan oleh pejalan kaki kawasan secara linier pada
tepi jalan mengikuti pola jaringan jalan utama kawasan dan memanjang menuju lokasi
pencapaian tujuan pergerakan
Pola pemanfaatan ruang yang rdquomelingkarrdquo disebabkan oleh pencapaian tujuan pada
bangunan perdagangan modern kawasan secara memutar Sistem pencapaian bangunan
formal (perdagangan) yang memutar ini dipengaruhi oleh sistem sirkulasi utama kawasan
yang memiliki muara pada Jalan Simpang Lima (Lapangan Pancasila) dan membentuk
loop dimana dalam bentuk pencapaian yang loop ini diperlukan waktu untuk
mencapainya karena harus melewati banyak persimpangan-persimpangan yang
merupakan simpul-simpul bertemunya arus lalu lintas dari kelima ruas jalan kawasan
pada muaranya di Jalan Simpang Lima
b Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Berbelanja pada PKL di Sepanjang
Trotoar Kawasan dan Tepi Lapangan Pancasila Pola pemanfaatan ruang terbuka
publik Kawasan Simpang Lima dengan tujuan untuk berbelanja pada PKL di sepanjang
trotoar kawasan kurang lebih sama dengan pola pemanfaatan ruang dengan tujuan
melakukan perpindahan antarbangunan formal kawasan yaitu membentuk pola rdquomenerus
41
yang melingkarrdquo sepanjang ruang-ruang trotoar pada muka bangunan formal kawasan
mengikuti pola jaringan jalan utama kawasan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh aktivitas PKL pada sepanjang trotoar
kawasan dipengaruhi oleh penataan display berbagai jenis barang dagangan PKL yang
ditata sedemikian rupa berderet secara linier pada muka bangunan dan memanjang
mengikuti bentukan ruang trotoar sehingga mempermudah calon pembeli baik oleh
pejalan kaki maupun pengguna jalan yang lain (pengendara) untuk melihat dan memilih
jenis-jenis barang yang diinginkan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik dengan tujuan berbelanja pada PKL yang
berjualan di tepi Lapangan Pancasila membentuk pola rdquolinier yang melingkarrdquo mengkuti
sistem sirkulasi utama kawasan yang membentuk loop dengan muara sirkulasi pada
lapangan Pola pemanfaatan yang linier dipengaruhi oleh penataan display barang
dagangan yang ditata sedemikian rupa secara linier pada tepi Lapangan Pancasila (trotoar
lapangan) berhadaphadapan dengan sirkulasi pengunjung PKL yang berada pada tengah
ruang trotoar sebagai ruang yang tersisa dari kedua sisi ruang yang digunakan oleh PKL
Pola pemanfaatan ruang yang rdquomelingkarrdquo dipengaruhi oleh bentukan ruang yang
persegi membulat dengan trotoar sebagai pembingkai ruang lapangan Pemanfaatan yang
melingkar ini dibentuk oleh pergerakan pengunjung PKL yang menerus tanpa terputus
pada ruang trotoar tepi Lapangan Pancasila
c Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Melakukan Aktivitas Olahraga Rekreasi dan
Hiburan Berbelanja Pada PKL di Tengah Lapangan Pancasila
Pola pemanfaatan ruang Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk melakukan aktivitas
olahraga rekreasi dan hiburan serta berbelanja pada PKL yang berjualan di tengah
Lapangan Pancasila memiliki pola pergerakan rdquocurvelinierrdquo Aktivitas-aktivitas ini
cenderung dilakukan secara berkelompok mengingat daya tampung ruang lapangan yang
cukup besar sehingga memungkinkan untuk pergerakan yang bebas dan santai dengan
suasana rekreatif dengan arah pergerakan yang tidak beraturan dikarenakan tanpa adanya
bentukan fisik pembatas antaraktivitas kegiatan Aktivitas olahraga yang seringkali
dilakukan menempati ruang Lapangan Pancasila adalah olahraga sepak bola dimana
olahraga ini biasa dilakukan secara berkelompok dengan pergerakan yang tidak beraturan
pada ruang
Sedangkan pergerakan aktivitas rekreasi dan hiburan yang juga cenderung dilakukan
secara berpasanganberkelompok ini dipengaruhi oleh tujuannya untuk melihat-lihat
pemandangansuasana kawasan sehingga membentuk pola pergerakan yang tidak
41
beraturan dan berkelok-kelok dengan sesekali berhenti untuk mengagumi view atau
sekedar untuk mengobrol
Pola pergerakan pejalan kaki pada ruang Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk
berbelanja pada PKL di tengah lapangan mempunyai pola pergerakan rdquocurvelinierrdquo
dipengaruhi oleh bentukan ruang lapangan yang persegi membulat dengan daya tampung
ruang cukup besar dan sistem sirkulasi pengunjung yang memungkinkan arah pergerakan
dengan bebas Aktivitas PKL yang memiliki kecenderungan berkelompok berdasarkan
jenis barang yang diperdagangkan ini berdampak pada penataan display barang sehingga
sistem sirkulasi pengunjung PKL pun pada akhirnya mengikuti pola pemanfaatan ruang
oleh aktivitas PKL dengan pergerakan yang tidak beraturan pada ruang (curvelinier)
dengan suasana rekreatif dan santai
Dengan adanya pergerakan pejalan kaki Kawasan Bundaran Simpang Lima yang
rdquomenerus dan melingkarrdquo membentuk linkage seyogyanya pejalan kaki diberikan ruang
yang layak demi keamanan dan kenyamanan pejalan dan pengguna jalan yang lain
Dengan kecenderungan sifat manusiawi pejalan yang enggan melakukan perjalanan
dengan permukaan yang naik atau menaik solusi yang ditawarkan tentu tidak bisa berupa
jembatan penghubung antarbangunan Sebab selain memerlukan biaya yang tidak sedikit
dapat menghalangi pandanganview suatu kawasan berpotensi menggunakan sebagian
ruang terbuka publik itu sendiri dan keengganan pejalan berjalan pada permukaan yang
naik sebagai sifat dasar pejalan kaki maka alangkah lebih baiknya apabila solusi yang
ditawarkan sebagai ruang untuk pejalan kaki kawasan di luar konteks teknologi adalah
berupa subway yaitu ruang publik untuk pejalan kaki yang dibangun di bawah tanah yang
menjadi penghubung antarbangunan dengan karakteristik berupa terowongan di bawah
tanah bebas dari sirkulasi kendaraan kawasan bebas dari kebisingan akibat intensitas lalu
lintas kawasan yang cukup tinggi mampu menjadi alternatif ruang untuk PKL dan parkir
off street kawasan sekaligus sebagai jalur pedestrian kawasan
41
352 Kajian PKL di Jalur Pejalan Kaki di Jalan Samanhudi Kabupaten Jember
3521 Analisa Konflik Kepentingan
Tabel IV1Analisa Konflik Kepentingan
Sumber Hasil Analisis Maria Kurnia U 2009
41
3522 Analisa Konflik Penggunaan Ruang
Tabel IV2
Analisa Konflik Penggunaan Ruang
Sumber Hasil Analisis Maria Kurnia U 2009
3523 Analisis Konsep Simbiosis Mutualistik
A Analisa Teori
Analisa ini bertujuan menelusuri konflik kepentingan dan konflik penggunaan ruang
melalui kajian teori-teori tentang penataan PKL yang didapatkan dari literature dan penelitian
PKL yang pernah dilakukan sebelumnya Meminimalisir konflik yang terjadi diperlukan
ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun
menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan
Samanhudi dengan kawasan PKL lain
ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL
41
ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun
dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja
namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang
namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan
ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa
jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan
harga antara pedagang formal dan PKL
ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan
pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak
penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi
antar pihak
ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai
dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan
perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang
informal
ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan
persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL
ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan
dalih keamanan
ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan
pejalan kaki dan pengendara kendaraan
ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki
ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL
ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan
ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa
harus saling menumpuk
ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak
ndash Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini
menjadi jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen
B Triangulasi Konsep Simbiosis Mutualistik
Triangulasi konsep simbiosis mutualistik dilakukan untuk mendapatkan konsep-
konsep penataan pedagang kaki lima yang menguntungkan berbagai pihak yang terkait yang
membandingkan antara fakta empiris studi kasus dan teori
41
Mengakui eksistensi PKL didukung dengan program kebijakan untuk mengelola
aktivitas PKL
Penyuluhan pembinaan dan pelatihan untuk PKL
Pemberian bantuan modal dari pemerintah maupun dari sektor swasta (dengan konsep
kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitusaja namun dilakukan kontrol terhadap dana
bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang begitu saja namun dapat dimanfaatkan secara
berkelanjutan
Peningkatan citra kawasan melalui pembentukan karakter khusus PKL di lokasi studi
sehingga membedakan PKL Samanhudi dengan PKL di kawasan lain
Pengelompokkan PKL menurut jenis barang dagangan dan perletaknnya diatur menurut
jenis dagangan toko formal sehingga tidak terjadi perebutan konsumen
Peningkatan citra kawasan sehingga menambah daya tarik pengunjung
Pembentukan Paguyuban Samanhudi yang beranggotakan PKL pedagang formal dan
pihak penengah untuk menyamakan aspirasi antar golongan dan sebagai forum diskusi
Legalitas sektor informal yang diakui oleh pemerintah
Perumusan kebijakan dan peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan
perdagangan informal
Peraturan didukung pengawasan yang ketat sangsi yang jelas dan sosialisasi serta
persamaan persepsi
Perancangan sarana usaha sesuai dengan jenis barang dagangan dan aspirasi PKL
Sosialisasi status ruang PKL
Peningkatan keamanan dan pengawasan untuk mencegah pemerasan tindak kejahatan
lain
Mempertahankan orientasi PKL ke arah bangunan formal
Perbaikan pelebaran dan pemeliharaan jalur pejalan kaki (pedestrian) sebatas ruang
parkir on street sehingga jalur aktif jalan tidak berkurang
Pemisahan yang jelas antara jalur pejalan kaki dan ruang PKL
Pemisahan yang jelas antara jalur pengendara ruang PKL dan jalur pejalan kaki
Mengatur ruang parkir off street di sepanjang jalan untuk mengurangi beban jalan akibat
penyempitan jalan karena adanya pelebaran pedestrian
Perpanjangan sosoran dari bangunan formal sebagai pelindung pejalan kaki dan ruang
PKL sehingga PKL tidak perlu memakai ataptambahan untuk kiosnya
Bentuk sarana usaha berupa meja dorong tanpa atap agar akses visual pencahayaan dan
penghawaan ke bangunan formal tidak terhalang
41
Diberikan jarak setiap 2 kios sebagai akses masuk ke bangunan formal
Mengikutsertakan seluruh pihak terkait dalam penyampaian keputusan
Perancangan dapat mewadahi ruang PKL
Ruang PKL mengikuti arus pergerakan manusia
Pengaturan kebersihan dan ketertiban
C Konsep Legalitas PKL
Adanya pengakuan resmi dari pemerintah terhadap PKL Samanhudi sebagai salah satu
sector ekonomi di kawasan studi melalui surat keputusan resmi Surat keputusan ini
sekaligus mengatur hak kewajiban dan tanggung jawab PKL sebagai kompensasi
perubahan status yang telah diberikan oleh pemerintah
PKL berhak mendapatkan perlindungan hokum dan pinjaman modal dari pemerintah
Namun sebagai sector resmi PKL dikenakan pajak penghasilan dan retribusi Besarnya
pajak Pajak penghasilan dibedakan dari sektorformal Dengan membayar pajak PKL
berhak mendapatkan perlindungan pemerintah dari oknum preman dsb
PKL wajib mendukung program-program penertiban yang dilakukan pemerintah Apabila
PKL melanggar hak dan kewajiban yang telah diputuskan PKL tidak berhak lagi
menempati lapak yang telah dipinjamkan oleh pemerintah Dan dicabut ijin berjualannya
di kawasan Samanhudi
Dalam konsep ini simbiosis mutualistik terjadi antara pemerintah dan PKL dimana PKL
mendapatkan pengakuan perlindungan dan bantuan modal dari pemerintah sementara
pemerintah mendapatkan retribusi pajak penghasilan dan ketertiban dari PKL
D Konsep Pembinaan dan Permodalan
Pedagang kaki lima perlu untuk mendapatkan pembinaan dari pemerintah Kabupaten
Jember untuk meningkatkan kemampuan wirausaha dan peningkatan kualitas barang
dagang dan pelayanan terhadap pembeli konsumen sehingga bias meningkatkan
pendapatan dan aktivitas pedagang kaki lima dapat member nilai tambah serta dapat
memberkan peluang kerja yang dapat mengurangi tingkat pengangguran di Kabupaten
Jember Bentuk pembinaan berupa penyuluhan yang diberikan berkala secara rutin
Program pembinaan diadakan oleh pemerintah
Program pembinaan juga digunakan sebagai sarana pertemuan rutin dan sosialisasi
peraturan-peraturan yang dilakukan pemerintah
Program pembinaan juga dapat dijadikan sarana untuk selalu mengingatkan hak dan
kewajiban serta sangsi yang diterapkan bila PKL melanggar selama beroperasi dikawasan
Samanhudi
41
Program pembinaan memberikan keuntungan kepada PKL dan pemerintah PKL
mendapatkan peningkatan kemampuan dan pemerintah mendapat sarana sosialisasi
Pemberian bantuan modal ini tidak ditujukan kepada semua pedagang kaki lima tetapi
diberikan kepada beberapa pelaku usaha yang memiliki potensi dan criteria yang telah
ditentukan
Pemerintah dalam memberikan bantuan modal ini juga harus bekerja sama dengan
instansi-isntansi lain yang terkait
Pemberian modal dari pihak swasta sangat disarankan
Konsep ini memberikan keuntungan kepada pihak PKL berupa bantuan modal dengan
bunga ringan keuntungan laba pinjaman kepada pemberi modal dan bila pihak swasta
terlibat mendapatkan keuntungan berupa kesempatan untuk periklanan
E Konsep Kelembagaan Paguyuban Samanhudi
Paguyuban Samanhudi merupakan Kelembagaan yang memiliki kewenangan atau
keterikatan dengan pengelolaan dan pembinaan Pedagang Kaki Lima KoridorJalan
SamanhudiPaguyuban ini beranggotakan wakil PKL wakil pedagang formal wakil
pemerintah dari dinas Kebersihan dan Pertamanan Dinas Polisi Pamong Praja Dinas
Pariwisata Dinas Pendapatan dan Dinas LPMK Kabupaten Jemberserta pihak penengah
selaku penasehat dan pihak netral yang diwakili oleh pakar PKL dari universitas tokoh
masyarakat dan pakar PKL lainnya
Peran Paguyuban ini adalah sebagai forum diskusi dari semua pihak untuk menampung
aspirasi dan menetralisasi konflik yang terjadi sehingga setiap aspek dikoridor jalan
Samanhudi dapat melakukan koordinasi dan semua aspirasi dari semua pihak dapat
tersampaikan Fungsi paguyuban juga sebagai sarana mengikutsertakan semua pihak
terkait dalam membuat rancangan peraturan dan sosialisasi peraturan yang telah
ditetapkan pemerintah mengenai PKL kepada semua pihak terkait
Paguyuban juga berfungsi sebagai pihak pengawas bekerja sama dengan pihak kepolisian
dan pamong praja untuk mengawasi segala pelanggaran yang dilakukan oleh semua pihak
terkait Penerapan sangsi harus tegas dan diawasi oleh paguyuban sehingga tidak terjadi
rsquopenyelesaiandamairsquo dari pihak pelanggar dana para penegak peraturan
Paguyuban memberikan keuntungan kepada PKL pedagang formal pemerintah dan
masyarakat berupa kesempatan untuk menyalurkan aspirasi
41
353 Kajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit Kariyadi
Semarang
3531 Analisis Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar
Rumah Sakit dr Kariadi
Analisis karakteristik aktivitas PKL menggunakan metode deskriptif kuantitaif
dan distribusi frekuensi Analisis ini nantinya menunjang untuk analisis selanjutnya
yaitu analisis karakteristik berlokasi PKL Analisis ini meliputi lokasi aktivitas PKL
tempat usaha PKL jenis barang dagangan sarana fisik berdagang pola layanan pola
penyebaran serta status kepemilikan usaha Uraian dari masing-masing analisis
tersebu dipaparkan sebagai berikut
a Lokasi Beraktivitas
Sesuai dengan ruang lingkup spasial dari penelitian ini lokasi yang digunakan
PKL untuk memanfaatkan aktivitas kegiatan utama Rumah Sakit dr Kariadi adalah di
sepanjang penggal Jalan dr Kariadi sebagian Jalan Veteran dan sebagian Jalan dr
Soetomo Mereka berlokasi di penggalpenggal jalan tersebut dikarenakan jalan
tersebut merupakan batas dari kawasan fasilitas kesehatan dan merupakan jalan arteri
sekunder kolektor sekunder dan lokal sekunder yang ramai orang berlalu lalang
lintas kendaraan serta dilewati jalur angkutan umum Kondisi tersebut ditangkap oleh
PKL sebagai peluang untuk mendapatkan konsumen dengan memanfaatkan tingkat
kunjungan yang tinggi dari aktivitas kegiatan utama serta orang yang lalu lalang yang
melintas di penggal jalan-jalan tersebut Untuk lebih jelas mengenai lokasi PKL dapat
dilihat pada Gambar berikut
41
Gambar 33
Lokasi Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Pada lokasi tersebut terbagi menjadi spot-spot yang menjadi lokasi PKl
berdasarkan penggal jalan yang telah disebutkan sebelumnya yaitu Jalan dr Kariadi
Jalan Veteran dan Jalan dr Soetomo Spot-spot tersebut memiliki karakteristik
masing-masing baik dari sisi aktivitas dan ruang usaha PKL maupun dari karakteristik
berlokasinya Di penggal Jalan dr Kariadi terdapat beberapa bagian yang merupakan
lokasi larangan untuk PKL lokasi yang diperbolehkan untuk menggelar dagangan
PKL serta PKL binaan kelurahan yang dikenal dengan istilah PKL orange Pada Jalan
Veteran yang diminati oleh PKL berada di sisi selatan jalan Lokasi tersebut juga
diperbolehkan untuk berdagang PKL sebagai kompensasi penggantian lokasi
penggusuran PKL yang berasal dari Jalan dr Kariadi sisi barat Lokasi yang
seharusnya bersih dari PKL adalah Jalan dr Soetomo karena merupakan jalur merah
Namun lokasi ini tetap diminati untuk berlokasi PKL diantaranya dikarenakan tidak
adanya lokasi lain serta lokasinya yang strategis Kestrategisan tersebut dilihat dari
status jalan yang merupakan jalan utama penghubung ke pusat-pusat aktivitas lainnya
serta akses ke pusat kota maupun ke luar kota sehingga frekuensi kendaraan yang lalu
lalang tinggi Selain itu lokasinya yang dekat dengan kegiatan utama yang ada di
sekitarnya seperti Rumah sakit dr Kariadi perkantoran ataupun permukiman Hal
tersebut dimanfaatkan PKL sebagai peluang mendapatkan konsumen
b Tempat Usaha
41
Lokasi yang diminati PKL tidak menyediakan tempat khusus untuk berdagang
PKL sehingga mereka menggunakan ruang-ruang publik untuk tempat usahanya
seperti di trotoar di atas saluran drainase bahu jalan dan badan jalan Dengan
difungsikannya ruang-ruang publik tersebut menjadi tempat berdagang bagi PKL
berakibat menurunnya fungsi ruang publik tersebut mengurangi citra kawasan serta
menurunnya kualitas lingkungan Oleh pemerintah kota ruang-ruang publik tersebut
dimanfaatkan untuk tempat usaha PKL karena diperlukan tempat usaha di lokasi
tersebut Hal ini sebagai upaya pemerintah untuk mewadahi aktivitas tersebut
Tempat-tempat tersebut dilegalkan menjadi tempat usaha yang diperuntukkan bagi
PKL sesuai dengan peraturan daerah nomor 11 tahun 2000 tentang PKL yang
notabene bertolak belakang dengan peraturan daerah lainnya yang mengatur tentang
ketertiban keindahan dan pertamanan Persentase PKL yang menempati ruang-ruang
publik dapat dilihat pada Gambar berikut ini
Gambar 34
Persentase Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Terdapat pula PKL yang tidak mendapat izin tempat usaha berdagang
khususnya PKLyang berlokasi di daerah larangan untuk PKL serta berdagang pada
waktu yang tidak diperbolehkan sehingga mereka tidak ditarik retribusi dan sewaktu-
waktu dapat ditertibkan oleh aparat penegak tata tertib Namun ketidaktertiban aparat
PKL yang tidak mendapat izin tersebut kadang-kadang juga dipungut retribusi yang
diistilahkan dengan uang keamanan namun frekuensinya tidak teratur PKL dalam
golongan ini jumlahnya minoritas jika dibandingkan dengan PKL yang mendapat izin
tempat usaha Berikut sketsa sebaran PKL menurut tempat usahanya yang dapat
dilihat pada Gambar
41
Gambar 35
Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
c Jenis Barang Dagangan
Dagangan mayoritas yang diperdagangkan oleh PKL di sekitar Rumah Sakit
dr Kariadi adalah jenis barang dagangan makanan seperti warung tegal bakso soto
es buah dan makanan kecil Jenis dagangan tersebut diminati karena PKL mencoba
menangkap aktivitas kegiatan utama yang banyak membutuhkan jenis barang
dagangan makanan
Jenis barang dagangan yang paling minoritas diperdagangkan adalah buah-
buahan Jenis dagangan inipun hanya dijumpai di penggal Jalan dr Kariadi karena di
penggal jalan tersebut terdapat pintu masuk pengunjung rumah sakit Jenis barang
dagangan ini biasanya digunakan sebagai cangkingan atau oleh-oleh untuk membesuk
pasien Namun jenis dagang ini kurang diminati pedagang dikarenakan barangnya
yang mudah busuk tidak mempunyai tempat penyimpanan khusus seperti kulkas
relatif mahal karena rata-rata buah impor serta konsumennya relatif sedikit
Kekurangminatan pedagang untuk menjual jenis dagangan ini dapat dilihat dari
sedikitnya jumlah PKL yang menjual dagangan ini
Jenis barang dagangan lain yang banyak diperdagangkan adalah kelontong
karena berjualan bermacam-macam jenis barang dari rokok makanan kecil air
kemasan bahkan sampai barang kebutuhan mereka yang beraktivitas di kegiatan
41
utama yaitu rumah sakit seperti untuk kebutuhan penunggu pasien yaitu tikar kipas
termos untuk air panas dan jenis barang lainnya
Jenis dagangan yang lain merupakan jenis barang dagangan yang umum
diperdagangkan atau jenis barang dagangannya hampir ada setiap ruas jalan-jalan
besar lokasi PKL lainnya di kota besar yang kebanyakan termasuk dalam jenis barang
dagangan non makanan dan jasa pelayanan seperti warung telekomunikasi bensin
tambal ban voucher pulsa fotocopy Untuk jasa pelayanan fotocopy yang banyak
tersebar di kawasan tersebut terkait dengan adanya kegiatan utama berupa fasilitas
pendidikan seperti Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro akademi
keperawatan dan farmasi sedangkan untuk jenis dagangan umum lainnya terkait
adanya permukiman di sekitar lokasi tersebut Namun ada barang dagangan yang khas
yaitu nisan karena lokasi sekitar Rumah sakit dr Kariadi terdapat tempat pemakaman
umum yang cukup besar yaitu TPU Bergota
Jenis dagangan yang dijual dapat dikatakan tidak semata hanya melayani
untuk aktivitas yang terkait dengan Rumah Sakit dr Kariadi namun juga melayani
terhadap aktivitas lainnya disekitar Rumah Sakit dr Kariadi seperti fasilitas
pendidikan permukiman pemakaman serta perkantoran bahkan aktivitas transportasi
seperti kebutuhan supir angkutan umum dan supir taxi Untuk lebih jelas mengenai
perbandingan jumlah PKL menurut jenis barang dagangan di masing-masing penggal
jalan dapat dilihat pada gambar berikut ini
Gambar 36
Karakteristik Jenis Barang Dagangan Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
41
d Sarana Fisik Berdagang
Masing-masing lokasi memiliki jenis sarana berdagang mayoritas yang
berbeda-beda Pada penggal Jalan dr Kariadi mayoritas PKL di penggal jalan tersebut
menggunakan kios sebagai sarana berdagangnya Kios-kios tersebut awalnya
merupakan warung semi permanen yang disekat-sekat Namun seiring dengan
perkembangan waktu dan adanya praktek sewa tempat usaha maka warung tersebut
dibangun permanen oleh pemiliknya bahkan diantaranya ada yang dilengkapi dengan
kamar mandi serta ruang tidur Hal tersebut dikarenakan sebagian kios juga dijadikan
sebagai tempat tinggal pemiliknya Asal pedagang yang dari luar Kota Semarang serta
biaya yang mengontrak relatif mahal sehingga menjadikan kiosnya sebagai sarana
usaha serta tempat tinggal sekaligus Sarana dagang tersebut telah menyimpang dari
peraturan daerah tentang PKL Latar belakang pendidikan PKL yang sebagian rendah
kemungkinan menjadi penyebab kurangnya pemahaman pedagang terhadap produk
hukum tersebut atau memang mengerti namun sengaja dilanggar karena tidak adanya
upaya pemerintah untuk menertibkan sarana berdagang yang telah melanggar
peraturan tersebut Selain itu ketidaktergantungan PKL terhadap ketersediaan
prasarana penunjang menjadikan PKL dalam beraktivitas tidak mempertimbangkan
aspek tersebut
Selain kios sarana dagangan yang banyak diminati adalah gerobak tenda yaitu
sarana dagangan utamanya gerobak yang ditunjang dengan tenda yang biasanya untuk
tempat makan konsumen Sarana dagang ini dianggap praktis karena mudah
dibongkar pasang serta dipindahkan Terlebih sarana dagang ini sesuai dengan
himbauan pemerintah dalam Perda No 11 tahun 2000 yaitu sarana PKL adalah yang
mudah untuk dibongkar serta dipindahkan
Lain halnya dengan PKL di penggal Jalan dr Soetomo mereka lebih banyak
menggunakan gerobak Hal tersebut dikarenakan lokasi tersebut merupakan lokasi
larangan untuk PKL tapi mereka tetap bertahan di lokasi tersebut dengan alasan tidak
tersedia tempat lain yang strategis untuk berjualan Dengan menggunakan gerobak
memudahkan mereka untuk lari atau berpindah tempat jika ada penertiban oleh aparat
penegak tata tertib
Di penggal Jalan Veteran sama halnya dengan sarana fisik yang digunakan
berdagang oleh PKL di penggal Jalan dr Kariadi Mereka mayoritas menggunakan
41
sarana berdagang berupa kios Mereka menggunakan sarana fisik dagangan kios
permanen yang dianggap aman karena memperoleh izin tempat usaha dari pihak
terkait untuk berdagang Namun sarana dagang yang dibuat permanen tersebut tidak
sesuai dengan perda tentang PKL yang mengharuskan sarana dagang pedagang kaki
lima yang mudah dibongkar dan dipindah-pindah
Sarana fisik dagangan yang kurang diminati adalah mobil Walaupun cukup
fleksibel untuk berpindah-pindah namun biaya untuk operasional sehari-hari cukup
mahal seperti bahan bakar perawatan mobil ataupun untuk pengadaan unit mobil itu
sendiri Hanya terdapat satu PKL yang menggunakan sarana dagangan ini yaitu
berada di penggal Jalan dr Kariadi Namun karena pada waktu penyebaran kuesioner
pedagang ini tidak berada di lokasi maka tidak masuk menjadi responden
e Pola Layanan
Untuk pola pelayanan terdapat tiga aspek yang dibahas yaitu mengenai waktu
layanan
aktivitas PKL serta sifat layanan Berikut uraian dari analisis pola pelayanan tersebut
1 Waktu Layanan
Sesuai waktu aktivitas kegiatan utama yang rata-rata pagi hingga sore hari
seperti fasilitas pendidikan perkantoran serta jam berkunjung dan pemeriksaan rumah
sakit maka mayoritas PKL membuka usahanya pada waktu tersebut yaitu sekitar
pukul 0900 hingga pukul 1600 Namun khusus yang berada di penggal Jalan dr
Kariadi yaitu di sekitar pintu masuk dan lokasi larangan untuk PKL hanya
diperbolehkan untuk berjualan pada sore hingga malam hari yaitu biasanya mereka
membuka usahanya sekitar pukul 1600 hingga 0000 Terdapat beberapa PKL yang
waktu usahanya menyesuaikan dengan waktu pelayanan rumah sakit yang buka 24
jam atau sepanjang hari Hal tersebut dilakukan menangkap peluang menjajakan
barang dagangan untuk kebutuhan aktivis rumah sakit seperti penunggu pasien
pengunjung atau petugas piket atau jaga serta tidak menutup kemungkinan pembeli
dari pengendara yang lalu lalang atau supir transportasi umum
Hal tersebut juga berlaku di penggal jalan yang lain dimana mayoritas
membuka usahanya pada pagi hingga sore hari Hanya minoritas yang membuka
usaha pada sore hingga malam hari serta sepanjang hari Faktor lain yang dapat
mempengaruhi waktu aktivitas PKL selain menyesuaikan waktu aktivitas kegiatan
utama adalah kepemilikan usaha yang merupakan milik pribadi sehingga mereka
membuka usahanya sesuai keinginan mereka
41
Terdapat pula fenomena satu lokasi ditempati oleh dua PKL dengan waktu
layanan yang berbeda PKL yang beraktivitas pada pagi hingga sore mencoba
menagkap peluang dari kunjungan ke kegiatan utama seperti rumah sakit fasilitas
pendidikan perkantoran serta perdagangan informal dan tidak menutup orang yang
lalu lalang melewati jalan-jalan tersebut Lokasi yang dianggap strategis serta
berprospektif tersebut digunakan oleh PKL lain untuk berjualan di tempat yang sama
Hal tersebut dimanfaatkan PKL untuk menangkap peluang dari kegiatan rumah sakit
serta orang yang lalu lalang Selain itu juga menangkap konsumen dari penumpang
bus malam yang melewati Jalan dr Soetomo dimana di jalur tersebut terdapat halte
serta konsumen dari supir angkutan umum yang sedang istirahat sejenak Berikut
pemetaan PKL menurut waktu berdagangnya
Gambar 37Peta Sebaran Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Menurut Waktu Layanan
2 Sifat Layanan
Dari gambar di bawah ini dapat disimpulkan bahwa mayoritas PKL di sekitar
Rumah Sakit dr Kariadi memiliki sifat layanan menetap baik dari segi tempat
berdagangnya yang tetap serta waktu berdagangnya yang sama setiap harinya hal ini
nampak pada sarana fisik dagangan para PKL tersebut yang berupa kios yang
memang tidak bisa dipindah-pindah atau permanen Hanya 13 yang memiliki sifat
layanan semi menetap Berikut persentase PKL menurut sifat layanannya
41
Gambar 38Persentase Sifat Layanan Pedagang Kaki LimaDi Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Sifat layanan semi menetap biasanya PKL yang tempat usahanya yang
merupakan gabungan antara menetap dengan keliling yaitu pada awal waktu
berdagang pada lokasi yang sama tiap harinya namun jika belum habis dagangannya
mereka berkeliling serta jam berdagang yang tidak tetap tiap harinya terkadang hanya
sampai siang karena dagangannya habis Sisanya yang 2 berjualan secara
berkeliling yang diantaranya bertujuan untuk mendekati konsumen serta
memanfaatkan waktu-waktu puncak kegiatan utama rumah sakit seperti waktu
kunjungan menjenguk pasien
f Pola Penyebaran
Pola penyebaran PKL mayoritas mengikuti pola jalan yang ada yaitu linier
Mereka berjualan di bahu-bahu jalan bahkan ada yang berada di atas saluran drainase
Selain itu pola penyebaran tersebut terbentuk karena lokasi yang diperbolehkan untuk
PKL menempati trotoar trotoar sepanjang jalan yang secara otomatis membentuk
linier Alasan lainnya yang diungkapkan oleh pedagang adalah agar dagangannya
mudah dilihat oleh orang yang lalu lalang Namun terdapat beberapa PKL yang
berjualan secara aglomerasi dengan PKL yang berjualannya bergerombol di dekat
pintu masuk pengunjung Rumah Sakit dr Kariadi seperti yang dapat dijumpai di Jalan
dr Kariadi yaitu bergerombol di sekitar pintu masuk pengunjung rumah sakit serta di
Jalan dr Soetomo yang bergerombol di dekat pintu masuk UGD dan pintu masuk ke
Gedung Pavilliun Garuda Hal tersebut dimaksudkan untuk mendekati pengunjung
yang akan masuk ke rumah sakit Hanya sebagian kecil saja yang lokasinya berjauhan
dengan PKL lainnya atau menyebar untuk mengurangi persaingan dengan PKL
lainnya
41
g Kesimpulan Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar
Rumah Sakit dr Kariadi
Tempat usaha tidak terdapatnya tempat yang dikhususkan untuk PKL pemerintah
memfasilitasinya dengan memperbolehkan menempati ruang-ruang publik seperti
trotoar badan atau bahu jalan serta di atas saluran drainase melalui Perda no 11 tahun
2000 Namun hal ini dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan
serta visual kawasan dan tidak optimalnya ruang publik tersebut Mayoritas PKL di
kawasan tersebut telah mengantongi izin tempat usaha dari kelurahan selaku pihak
berwenang
Jenis barang dagangan karakteristik jenis barang dagangan PKL pada umumnya
mengikuti kebutuhan kegiatan utama yaitu aktivitas Rumah Sakit dr Kariadi dan
sekitarnya seperti fasilitas pendidikan perkantoran perdagangan informal
permukiman dan pemakaman Jenis barang dagangan yang mayoritas diperdagangkan
berupa makanan Jenis barang dagangan yang diperdagangkan adalah non makanan
buah-buahan jasa pelayanan serta kelontong Terkait dengan kegiatan utama terdapat
beberapa jeni barang dagangan yang spesifik seperti termos tikar kipas guna
memenuhi kebutuha penunggu pasien
Sarana fisik dagangan mayoritas berupa kios yang dibangun permanen serta
gerobak tenda Menggunakan kios dikarenakan lokasinya yang telah dilegalkan untuk
aktivitas PKL serta terkait pola layanan yang menetap serta pada waktu berdagang
yang tetap Sedangkan gerobak tenda banyak digunakan oleh pedagang makanan
dimana tendanya digunakan sebagai tempat untuk konsumen Untuk bangunan
permanen diantaranya digunakan sebagai tempat tinggal Ketidakketergantungan
PKL terhadap prasarana penunjang sehingga PKL tidak mempertimbangkan aspek
tersebut karena mereka dapat mengusahakan sendiri
Pola pelayanan dari segi waktunya mengikuti waktu aktivitas kegiatan utama yaitu
pagi hingga sore hari sekitar pukul 0900 ndash 1600 serta telah mendapat izin tempat
usaha dari pihak berwenang namun terdapat pula PKL yang beraktivitas sore hingga
malam hari yaitu pukul 1600 ndash 0000 serta sepanjang hari Sifat layanannya menetap
mengingat mayoritas bersarana fisik dagangan berupa kios serta waktu berdagang
yang relatif tetap
Pola penyebaran mayoritas secara linier yaitu mengikuti pola jalan karena lokasi
yang dilegalkan untuk PKL oleh pemerintah menempati ruang-ruang publik seperti
trotoar di atas saluran drainase dan bahu jalan yang notabene mengikuti pola jalan
41
Selain itu terdapat sebagian beraglomerasi di sekitar pintu masuk rumah sakit yang
bertujuan untuk mendekati konsumen dan sisanya menyebar agar mengurangi
saingan
ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun
menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan
Samanhudi dengan kawasan PKL lain
ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL
ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun
dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja
namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang
namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan
ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa
jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan
harga antara pedagang formal dan PKL
ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan
pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak
penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi
antar pihak
ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai
dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan
perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang
informal
ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan
persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL
ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan
dalih keamanan
ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan
pejalan kaki dan pengendara kendaraan
ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki
ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL
ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan
ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa
harus saling menumpuk
41
ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak
Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini menjadi
jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen
41
Pengelolaan PKL
Pengelolaan PKL di Bundaran
Simpang Lima
Lima Semarang
Pengelolaan PKL di
Kabupaten Jember
Pengelolaan PKL di Kawasan Sekitar Rumah
Sakit dr Kariadi Semarang
Mengakui keberadaan PKL dengan
menuangkannya di dalam produk-
produk tata ruang
Penegakan peraturan
perundagangan yang terkait
dengan PKL
Menjalin kerjasama dengan sektor
formal dalam menyediakan ruang
bagi PKL
Menyediakan ruang perkotaan
yang dikhususkan bagi sektor
informal
Peningkatan citra PKL
Pengakuan terhadap eksistensi PKL
Control terhadap dana bantuan
Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo
Penindakan tegas kepada oknum yang
melakukan perampasan hak pada PKL
dengan dalih keamanan
Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk
menampung aktivitas PKL dan pejalan
kaki
Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan
jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir yang tepat
Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal
Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan
jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir
Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL
dan konsumen yang aman dari gangguan
pejalan kaki dan pengendara kendaraan
41
36 Temuan Studi
Temuan studi ini dimana akan menjawab sasaran yang disesuaikan dari contoh kasus yang ada di Indonesia Berikut adalah tabel matrik temuan
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
Mengetahui
permasalahan
PKL di jalur
pejalan kaki
Keberadaan sektor PKL yang menempati ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima memakai separuh lebih lebar trotoar bahkan seringkali tidak menyisakan sedikit pun ruang untuk pejalan kaki Ruang-ruang trotoar menjadi tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya sebagai ruang pemisah antara ruang yang digunakan untuk sirkulasi pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan Ruang-ruang trotoar tersebut banyak yang beralih fungsi menjadi lokasi berdagang PKL
Peralihan fungsi trotoar ini menyebabkan terganggunya aktivitas pejalan kaki sehingga pejalan terpaksa harus menggunakan jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk berjalan guna menghindari berbagai hambatan di atas trotoar Hal ini menyebabkan pejalan kaki terpaksa harus berhati-hati jika melangkah terkadang juga harus mengalah berjalan pada ruang-ruang jalur lambat dan sebagian badan jalan Kondisi ini sangat tidak aman dan
Masalah yang utama itu dari setiap
pedagang kaki lima di Jalur Pejalan Kaki
di Jalan Samanhudi Jember yaitu
Penggusuran Para PKL liar yang tidak
memiliki TDU(Tanda Daftar Usaha)
mereka biasanya akan di gusur dengan
peringatan yang di berikan sampai di
laksanakan penggusuran paksa padahal
Pedagang kaki lima merupakan salah satu
solusi akan masalah tingginya angka
pengangguran dan sedikitnya lapangan
kerja bagi masyarakat berpendidikan
rendah seperti mereka Pemerintah dalam
hal ini tidak dapat menyediakan lahan
pengganti bagi mereka untuk melanjutkan
usaha mereka jika pun ada pemerintah
menyediakan lahan-lahan yang letaknya
kurang strategis yang secara pasti
menurunkan dan mematikan pendapatan
yang mereka dapatkan dan akhirnya
Legalitas lokasi aktivitas
PKL yang biasanya ditempatkan
di dalam ruang publik seperti di
atas trotoar di atas saluran
drainase taman dan ruang publik
lainnya patut dipertanyakan
karena ketidakberdayaannya
peraturan tersebut dalam
menangani PKL Sebagai contoh
di sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi legalitas lokasi untuk
aktivitas PKL yang linier di
sepanjang jalan yang bertempat di
atas drainase Dalam aspek
apapun hal tersebut tidak dapat
dilegalkan terlebih tidak ada
penjelasan mengenai luasan atau
desain yang diperbolehkan PKL
untuk menggelar dasaran pada
dimensi saluran drainase yang
PKL yang menempati
ruang-ruang trotoar
menyebabkan
terganggunya aktivitas
pejalan kaki
Pemerintah tidak dapat
menyediakan lahan
pengganti
Legalitas lokasi aktivitas
PKL yang biasanya
ditempatkan di dalam
ruang publik seperti di atas
trotoar di atas saluran
drainase taman dan ruang
publik patut
dipertanyakan
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
nyaman bagi pejalan kaki ataupun bagi pengendara kendaraan bermotor karena mengganggu arus lalu lintas dan membahayakan keselamatan jiwa mereka hal seperti ini dapat kita lihat di depan dan di samping Masjid Baiturrahman di depan Citraland Mall di depan dan di samping Plasa Simpang Lima di depan dan di samping Kompleks Pertokoan Simpang Lima di depan dan di samping Ramayana Super Center di depan dan di samping SMKN 7 SemarangKantor Telkom dan di depan Gajahmada Plaza
Pemilihan lokasi PKL dipengaruhi oleh kecenderungan aktivitas PKL yang selalu menentukan lokasi mendekati pusat-pusat keramaian atau pusat-pusat perdagangan dan jasa dan lokasi-lokasi yang sering dikunjungi oleh orang banyak dalam kurun waktu tertentu secara periodik dan menerus Alasan inilah yang kemudian mendasari penentuan lokasi PKL Kawasan Bundaran Simpang Lima untuk berjualan di trotoar karena ruang-ruang jalur pedestrian inilah yang
mereka harus gulung tikar dan menjadi
pengangguran yang semakin menambah
permasalahan di Indonesia Pemerintah
harus mencari cara dan tempat yang baik
untuk mereka berdagang ditengah modal
mereka yang kecil agar di sisi lain semua
para pedagang kaki lima tidak hilang
lapangan kerjanya dan bias melanjutkan
kelangsungan hidupnya
ada Selain itu PKL juga
menempati trotoar yang
mengakibatkan bertambahnya
permasalahan yang terdapat di
lokasi tersebut Imbas secara
langsung dirasakan oleh
pengguna trotoar yaitu pedestrian
ketidaknyamanan bahkan tidak
adanya lagi ruang untuk berjalan
di atas trotoar acapkali menjadi
konsekuensi pedestrian yang
trotoarnya diserobot PKL
Aglomerasi aktivitas PKL yang
berlokasi di sekitar pintu masuk
pengunjung Rumah Sakit dr
Kariadi menyebabkan
penumpukan aktivitas seperti
aktivitas keluar masuk
pengunjung aktivitas jual beli
antara PKL dengan konsumen
lalu lintas kendaraan yang sedang
melewati Jalan dr Kariadi serta
angkutan umum yang sedang
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
dianggap sebagai lokasi yang ramai dikunjungi oleh pejalan kaki yang melakukan pergerakan dalam mencapai tempat tujuan perjalanannya Begitu juga dengan ruang Lapangan Pancasila karena selalu ramai dikunjungi pada hari-hari libur dengan rata-rata pengunjung mencapai 51 ndash 100 oranghari dikarenakan kedudukannya sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya
berhenti mencari penumpang
Sekali lagi permasalahan tersebut
disikapi oleh pemerintah dengan
penertiban dan penggusuran yang
hampir tidak pernah berakhir
manis
Mengetahui
peranan PKL
Kehadiran PKL di Kawasan
Bundaran Simpang Lima juga mampu
menciptakan kehidupan yang menerus
sehingga terhindar dari kematian
kawasan pada saat tertentu akan tetapi
di sisi lain kehadiran PKL
menyebabkan ketidakteraturan
kekumuhan dan kualitas fisik yang
buruk sehingga merusak wajah kota
Selain itu PKL yang berjualan di
Lapangan Pancasila pada malam hari
dengan kehidupan malam dan wanita-
wanita penghibur yang berdandan tebal
Tempat pedagang kaki lima bagi
Masyarakat dijalan Samanhudi Jember
sangat penting sebagai penyedia kebutuhan
yang dibutuhkan oleh Masyarakat Jember
Pedangan kaki lima sangat mempengaruhi
pola pasar dan sosial di Jember khususnya
didaerah Jalan Samanhudi Dalam bidang
perekonomian pedagang kaki lima hanya
berpengaruh sebagai produsen yang
penting bagi Masyarakat Jember
mengingat akan Meningkatnya jumlah
Penduduk Mereka cenderung lebih
memilih membeli pada pedagang kaki lima
Usaha PKL yang terus
berkembang pesat menarik PKL
untuk mempekerjakan karyawan
selain tenaga yang dibutuhkan
memang tidak bisa dikerjakan
sendiri terdapat pula pemilik
modal yang menyewa tempat
usaha namun dijadikan usaha
sampingan sehingga tidak
mengelola secara langsung
usahanya namun dengan
mempekerjakan karyawan PKL
yang statusnya sebagai karyawan
Pedangan kaki lima sangat
mempengaruhi pola pasar
dan sosial
harga yang PKL tawarkan
lebih murah dibandingkan
dengan harga di mall
grosir maupun indogrosir
sebagai salah satu
alternatif lapangan
pekerjaan bagi masyarakat
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
menciptakan kesan negatif dan
memperburuk citra kawasan
daripada membeli di supermarket yang
sudah merajalela di kota Jember pada saat
ini mall atau grosir maupun indogrosir
yang banyak tersebar di kota Jember
dikarenakan harga yang mereka tawarkan
lebih murah
sebanyak 10 dimana karyawan
tersebut memanfaatkan PKL
sebagai lapangan pekerjaan
Sehingga bekerja sebagai
karyawan PKL dapat dikatakan
sebagai salah satu alternatif
lapangan pekerjaan bagi
masyarakat
Mengetahui
pola aktivitas
PKL dijalur
pejalan kaki
Aktivitas PKL sendiri
memiliki kecenderungan untuk
menempati ruang ruang antar aktivitas
yang selalu ramai dilewatidikunjungi
oleh banyak orang dalam melakukan
pergerakan perpindahan dari aktivitas
satu ke aktivitas yang lain atau dari
bangunan perdagangan modern satu ke
bangunan perdagangan modern yang
lain secara periodik dalam rentang
waktu tertentu sehingga kemudian
pilihan ini jatuh kepada jalur-jalur
pedestrian yang notabene merupakan
ruang-ruang terbuka publik yang
PKL berdagang dengan menempati
tempat yang tetap dan tidak berpindah-
pindah
Modal dan aset sebagian besar adalah
milik sendiri
Berdagang di Samanhudi merupakan
usaha utama
Alat peraga PKL pada kawasan ini
dapat dibedakan menjadi
ndashAlat peraga semi permanen dari kayu
dan tenda yang bersifat menetap
ndashAlat peraga dengan bangku meja dan
tenda sekaligus sebagai tempat tinggal
ndashAlat peraga beroda namun menetap
Pola Aktivitas pelayanan PKL di
kawasan sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi pada umumnya melayani
pengunjung rumah sakit namun
tidak menutup kemungkinan
konsumennya adalah pengendara
atau orang yang sedang melintasi
jalan tersebut tanpa bermaksud
untuk masuk ke rumah sakit
Selain itu konsumen
yang berasal dari sekitar lokasi
PKL seperti penduduk
permukiman di sekitarnya
pekerja yang bekerja di sektor
Aktivitas PKL memiliki
kecenderungan untuk
menempati ruang ruang
antar aktivitas yang selalu
ramai dilewatidikunjungi
oleh banyak orang dalam
melakukan pergerakan
perpindahan dari aktivitas
satu ke aktivitas yang lain
atau dari bangunan
perdagangan modern satu
ke bangunan perdagangan
modern
Saat berjualan alat peraga
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
seyogyanya digunakan oleh pejalan
kaki Keberadaan ruang trotoar yang
semakin sempit oleh penggunaan ruang
PKL membuat pejalan kaki
menjatuhkan pilihan untuk melakukan
perjalanan pada ruang-ruang seperti
jalur lambat dan sebagian badan jalan
sehingga mengurangi keamanan jiwa
dan kenyamanan pejalan kaki sendiri
serta pengguna jalan yang lain
(pengendara)
Kegiatan-kegiatan yang
dilakukan oleh pejalan kaki pada
ruang-ruang jalur pedestrian atau
trotoar di Kawasan Bundaran Simpang
Lima adalah kegiatan berjalan dan
berbelanja Sebagian dari pejalan kaki
hanya berjalan melintasi trotoar untuk
menuju lokasi tujuannya akan tetapi
ada pula sebagian dari pejalan kaki
yang berjalan sambil melihat-lihat
bahkan ada yang berbelanja pada PKL
ndashAlat peraga beroda namun menetap
dengan bangku dan meja
ndashHanya berupa matras sebagai alas
dagangan yang dapat berpindah
sewaktu-waktu
Alat peraga yang dipakai untuk usaha
tidak seragam dan tidak menggunakan
desain yang baik sehingga terkesan
kumuh kurang bersih dan sangat
mengganggu wajah kota dan menutup
fasade bangunan di belakangnya
Saat berjualan alat peraga kios
sebagian besar menempati badan jalan
dan trotoar
Saat tidak berjualan alat peraga kios
sebagian besar tetap di lokasi jualan
lama berjualan di Samanhudi sebagian
besar antara 6 ndash10 tahun
Terbanyak dari pedagang belum
pernah bekerja di sektor lain dan dari
semula telah menjadi PKL di
Samanhudidi bandingkan denga harga
yang ada di mall Pedagang
lain sehingga tidak ada batasan
pasti mengenai pola pelayanan
para PKL tersebut
Waktu beraktivitas para
PKL umumnya terbagi menjadi
dua sesi PKL yang pertama
adalah pedagang yang aktivitas
berdagangnya pada pagi hingga
siang hari Pedagang yang kedua
merupakan pedagang yang
mempunyai waktu layanan pada
sore hingga malam hari Namun
tidak menutup kemungkinan
terdapat beberapa PKL yang
berdagang dari pagi hingga
malam hari bahkan buka nonstop
mengingat rumah sakit
beraktivitas selama sehari penuh
sehingga mereka mengikuti
aktivitas sektor formal yang ada
di sekitarnya
Waktu berdagang
tersebut juga disesuaikan dengan
kios sebagian besar
menempati badan jalan
dan trotoar
Waktu beraktivitas para
PKL umumnya terbagi
menjadi dua sesi PKL
yang pertama adalah
pedagang yang aktivitas
berdagangnya pada pagi
hingga siang hari
Pedagang yang kedua
merupakan pedagang yang
mempunyai waktu layanan
pada sore hingga malam
hari Namun tidak
menutup kemungkinan
terdapat beberapa PKL
yang berdagang dari pagi
hingga malam hari bahkan
buka nonstop
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
izin usaha yang diberlakukan oleh
petugas kelurahan sebagai pihak
yang berwenang menangani PKL
Untuk lokasi yang dilarang untuk
PKL oleh PKL tetap digunakan
sebagai lokasi untuk berdagang
dengan waktu berdagang setelah
jam kerja yaitu sore hingga
malam hari
Mengetahui
Pengelolaan
PKL di jalur
pejalan kaki
dalam perkembangannya
pemerintah mengeluarkan SK
Walikota Kota Semarang No 511316
tahun 2001 tentang Penetapan Lahan
yang mengatur tentang lokasi-lokasi
dan waktu aktivitas PKL yang
diperbolehkan oleh pemerintah pada
Kawasan Bundaran Simpang Lima
agar tetap terjaga kerapihan dan
estetikakeindahan wajah kawasannya
yaitu PKL yang berjualan di depan
Kompleks Pertokoan Simpang Lima
depan Ramayana SC depan Kantor
Adanya pengakuan resmi dari
pemerintah terhadap PKL Samanhudi
sebagai salah satu sector ekonomi di
kawasan studi melalui surat keputusan
resmi Surat keputusan ini sekaligus
mengatur hak kewajiban dan
tanggung jawab PKL sebagai
kompensasi perubahan status yang
telah diberikan oleh pemerintah
Pedagang kaki lima perlu untuk
mendapatkan pembinaan dari
pemerintah Kabupaten Jember untuk
meningkatkan kemampuan wirausaha
Pemerintah Kota Semarang
berwenang dalam mengatur
keberadaan PKL di ruang Kota
Semarang seperti yang terdapat di
kawasan sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi dengan bentuk
pengelolaan lokasional (stabilitas
atau pengaturan) dan struktural
(perijinan) Dalam pengaturan
tersebut Pemerintah Kota
Semarang menggunakan dasar
hukum berupa Undang-Undang
Peraturan Pemerintah Peraturan
mengatur tentang lokasi-
lokasi dan waktu aktivitas
PKL yang diperbolehkan
oleh pemerintah agar tetap
terjaga kerapihan dan
estetikakeindahan wajah
kawasannya
Pedagang kaki lima perlu
untuk mendapatkan
pembinaan
Pedestrian dirancang ulang
dengan dilebarkan hingga
area parkiran street
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
TelkomSMKN 7 Semarang depan
Gajahmada Plaza dan depan Masjid
Baiturrahman boleh berjualan dari
pukul 1600 ndash 0400 WIB (khusus pada
Hari Minggu PKL diijinkan untuk
berjualan mulai pukul 0600 ndash 0800
WIB) menempati ruang trotoar dengan
luas areal 4 x 6 meter
Sampai dengan tahun 2008
PKL di Kawasan Bundaran Simpang
Lima mencapai 1536 pedagang dan
ada kecenderungan akan terus
meningkat dari tahun ke tahun (lihat
Tabel III4) Kecenderungan lokasi
PKL pada masa-masa yang akan
datang mengikuti kecenderungan dari
perkembangan aktivitas formal
kawasan yang ada demikian juga
kecenderungan waktu berdagangnya
Melihat kecenderungan aktivitas PKL
kawasan maka SK Walikota Kota
Semarang No 511316 tahun 2001
sudah tidak relevan lagi dan perlu
dan peningkatan kualitas barang
dagang dan pelayanan terhadap
pembeli konsumen sehingga bias
meningkatkan pendapatan dan
aktivitas pedagang kaki lima dapat
member nilai tambah serta dapat
memberkan peluang kerja yang dapat
mengurangi tingkat pengangguran di
Kabupaten Jember Bentuk pembinaan
berupa penyuluhan yang diberikan
berkala secara rutin Program
pembinaan diadakan oleh pemerintah
Paguyuban Samanhudi merupakan
Kelembagaan yang memiliki
kewenangan atau keterikatan dengan
pengelolaan dan pembinaan Pedagang
Kaki Lima KoridorJalan
SamanhudiPaguyuban ini
beranggotakan wakil PKL wakil
pedagang formal wakil pemerintah
dari dinas Kebersihan dan
Pertamanan Dinas Polisi Pamong
Praja Dinas Pariwisata Dinas
Daerah dan Surat Keputusan
Walikota Adapun dasar hukum
yang mengatur secara jelas
mengenai aktivitas PKL di Kota
Semarang yang berlaku saat ini
diantaranya adalah sebagai
berikut
1048707 Peraturan Daerah No 11 Tahun
2000 tentang Pengaturan dan
Pembinaan PKL Perda ini
menjelaskan tentang pengaturan
dan pembinaan PKL di Kota
Semarang seperti pengaturan
tempat usaha hak kewajiban dan
larangan untuk PKL Dalam
kaitannya dengan karakteristik
berlokasi aktivitas PKL
dijelaskan dalam Perda ini yang
terdapat dalam pasal 3 yaitu
penempatan lokasi kegiatan PKL
diatur dengan mempertimbangkan
tempat kepentingan untuk umum
lainnya seperti kepentingan untuk
sehingga jalur aktif
kendaraan tidak
mengalami penyempitan
mengatur keberadaan PKL
di ruang Kota dengan
bentuk pengelolaan
lokasional (stabilitas atau
pengaturan) dan struktural
(perijinan)
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
ditinjau kembali sesuai dengan
kecenderungan dan kebutuhan yang
ada di lapangan
Pendapatan dan Dinas LPMK
Kabupaten Jemberserta pihak
penengah selaku penasehat dan pihak
netral yang diwakili oleh pakar PKL
dari universitas tokoh masyarakat dan
pakar PKL lainnya
Penerapan tema khusus pada penataan
PKL kawasan studi agar mempunyai
cirri khas dan dapat mengangkat citra
kawasan dan meningkatkan daya tarik
kawasan Contoh produk khas
jember yang dapat diangkat sebagai
tema adalah tembakau rookk dan
cerutu mengingat Jember sebagai
penghasil tembakau terbesar di Jawa
Kegiatan khas Jember yang dapat
diangkat sebagai tema yaitu Jember
Fashion Carnaval Penerapan tema
dapat diaplikasikan pada sarana usaha
PKL finishing pedestrian perabot
kota dan elemen pendukung lainnya
Pedestrian dirancang ulang dengan
pejalan dan untuk sirkulasi
kendaraan Untuk lebih jelas
mengenai detail isi perda tersebut
dapat dilihat pada Lampiran F
1048707 Surat Keputusan Walikota
Semarang No 51136 Tahun
2001 tentang lokasi PKL di Kota
Semarang dimana di dalamnya
diantaranya mengatur luas area
batas pemakaian area waktu
aktivitas dan tempat aktivitas
PKL Ruas kanan Jalan dr
Kariadi dari arah Jalan Veteran
merupakan lokasi yang
diperbolehkan untuk aktivitas
PKL Lokasi tersebut menempati
trotoar serta bangunan berupa
semi permanen Untuk lebih jelas
mengenai detail isi SK tersebut
dapat dilihat pada Lampiran F
1048707 Perda No 6 Tahun 2004
tentang Rencana Detail Tata
Ruang Kota Semarang Bagian
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
dilebarkan hingga area parkiran street
sehingga jalur aktif kendaraan tidak
mengalami penyempitan Diberikan
perbedaan yang tegas antara ruang
PKL dan ruang pejalan kaki dan jalur
kendaraan berupa perbedaan tinggi
lantaiSehingga dikemudian hari kios
PKL tidak melebar ke segala sisi
Wilayah Kota (BWK) I
(Kecamatan Semarang Tengah
Semarang Timur dan Semarang
Selatan Tahun 2000-2010 Perda
tersebut menjelaskan mengenai
fungsi serta peran BWK I yang
terkait dengan sektor formal di
wilayah tersebut yaitu penjelasan
mengenai fasilitas kesehatan yang
berada khususnya di Kelurahan
Randusari Selain itu dijelaskan
pula kelas Jalan dr Kariadi Jalan
dr Soetomo dan Jalan Veteran
serta jalur transportasi yang
melaluinya
41
memanjang sedangkan arah pergerakan pejalan kaki dengan tujuan berbelanja pada
PKL di tepi Lapangan Pancasila memiliki arah pergerakan linier yang melingkar
Arah pergerakan pejalan kaki dalam melakukan aktivitas berbelanja pada PKL
sepanjang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima ini disebabkan oleh pengaturan
display barang dagangan PKL yang ditata sedemikian rupa secara berderet linier
searah dan memanjang mengikuti bentukan ruang jalur pedestrian yang ada
Sedangkan arah pergerakan pejalan kaki dengan tujuan berbelanja pada PKL
di tepi Lapangan Pancasila disebabkan oleh display berbagai jenis barang dagangan
yang ditata sedemikian rupa secara linier berhadap-hadapan dan melingkar mengkuti
bentukan ruang jalur pedestrian yang persegi membulat membingkai Lapangan
Pancasila
c Tujuan Pergerakan untuk Melakukan Olahraga Rekreasi dan Hiburan serta Berbe
lanja
Pada PKL di Tengah Lapangan Pancasila Tujuan pejalan kaki untuk
melakukan aktivitas olahraga rekreasi dan hiburan serta berbelanja pada PKL di
tengah Lapangan Pancasila memiliki karakter pergerakan yang curvelinier karena
setiap pergerakan yang dilakukan tidak dibatasi oleh batasan-batasan fisik tertentu
sehingga pergerakan yang terjadi adalah bebas dan tidak beraturan
Arah pergerakan pejalan kaki dalam melakukan aktivitas olahraga rekreasi
dan hiburan serta berbelanja pada PKL di tengah lapangan secara curvelinier ini juga
disebabkan oleh karakter kedatangan pengunjung yang dilakukan secara berpasangan
atau berkelompok
Sumber Hasil Analisis Dini Tri Haryanti ST 2008
Gambar 32Ruang Jalur Sirkulasi Pedestrian Kawasan
41
Aktivitas perdagangan dan jasa kawasan menjadi bangkitan dan tarikan pengunjung
kawasan sehingga meningkatkan intensitas jumlah pejalan kaki pada ruang-ruang terbuka
publik di kawasan ini Keberadaan aktivitas PKL pada sepanjang ruang-ruang trotoar
kawasan seiring dengan tingginya jumlah pergerakan pejalan kaki antarbangunan formal
mengakibatkan pergerakan yang rdquomenerusrdquo dengan pencapaian pada tujuan yang rdquomemutarrdquo
Pergerakan rdquomenerusrdquo yang dimaksud adalah pergerakan pejalan kaki yang dilakukan
pada ruang-ruang terbuka publik kawasan studi dengan tujuan untuk melakukan perpindahan
antarbangunan formal (bangunan perdagangan modern) dan aktivitas berbelanja pada PKL
yang berjualan di sepanjang ruang trotoar kawasan melalui ruang-ruang jalur sirkulasi
pedestrian kawasan yang tersedia secara linier dan memanjang mengikuti jalur sirkulasi
utama (jaringan jalan) kawasan dari satu bangunan ke bangunan yang lain dan dari satu PKL
ke PKL yang lain dengan perjalanan yang tanpa terputusberhenti pada titik lokasi tertentu
meski berhenti pun hanya untuk beberapa saat untuk istirahat dan melihat-lihat dengan lebih
jelas obyek yang dimaksud
Pergerakan pejalan kaki kawasan pada trotoar Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk
berbelanja pada PKL memiliki arah pergerakan yang linier dan memanjang sepanjang jalur
trotar yang disebabkan oleh pengaturan display barang dagangan PKL yang ditata berderet
memanjang sepanjang jalur Pergerakan menerus ini terjadi sebagai akibat dari pergerakan
dengan tujuan untuk melakukan perpindahan antarbangunan melalui ruang-ruang jalur
sirkulasi pejalan sambil melihat-lihat dan berbelanja pada PKL yang berjualan hampir pada
seluruh ruang trotoar kawasan studi Semisal pergerakan pejalan kaki kawasan dengan tujuan
untuk melakukan perpindahan dari bangunan Plasa Simpang Lima menuju Ramayana SC
harus melewati jalur sirkulasi pejalan kaki sepanjang trotoar dari depan Plasa Simpang Lima
Kompleks Pertokoan Simpang Lima dan Ramayana SC yang dipenuhi oleh PKL sambil
melihat-lihat display barang dagangan yang diperjualbelikan maupun sekaligus membelinya
begitu juga dengan pergerakan perpindahan antarbangunan yang lain sehingga dengan
demikian tercipta pergerakan yang menerus
Dari sisi intensitasnya pergerakan pejalan kaki yang menerus ini semakin berkurang
jumlahnya ketika sampai pada ruang sirkulasi pejalan kaki di depan Hotel Ciputra Aktivitas
dan keberadaan PKL hampir tidak ada di sepanjang trotoar di depan bangunan hotel
pergerakan pejalan kaki pun diarahkan menempati ruang-ruang sirkulasi yang bersifat privat
yaitu ruang-ruang sirkulasi pejalan di dalam Mall Ciputra untuk menjaga image dan kesan
rapi pada muka bangunan hotel sesuai dengan peraturan hotel Namun kenyataan yang ada di
41
lapangan masih adanya beberapa pergerakan di depan hotel lebih banyak disebabkan oleh
perilaku dan sifat pejalan kaki kawasan yang cenderung memilih rute terpendek dalam
perjalanannya untuk mencapai tujuan
Sedangkan pencapaian rdquomemutarrdquo yang dimaksud adalah pencapaian tujuan suatu
perjalananpergerakan yang dilakukan oleh pejalan kaki akibat pergerakan yang mengikuti
sistem sirkulasi jalur utama kawasan yang membentuk loop sehingga berdampak pada
pencapaian suatu bangunan formal kawasan dengan arah yang memutar dan melalui beberapa
persimpangan sekaligus Semisal untuk mencapai lokasi tujuan pada Ramayana SC pejalan
kaki dari bangunan Masjid Baiturrahman harus melakukan pergerakan perpindahan dari
bangunan Citraland Mall menuju bangunan Kompleks Pertokoan Simpang Lima baru
kemudian mencapai bangunan Ramayana SC atau dari bangunan Gajahmada Plaza dulu
kemudian menuju bangunan kantor TelkomSMKN 7 Semarang baru mencapai bangunan
Ramayana SC Begitu juga pergerakan-pergerakan dengan tujuan pencapaian pada bangunan-
bangunan formal yang lain
Pergerakan dengan pencapaian rdquomemutarrdquo pada ruang-ruang sirkulasi pejalan kaki
kawasan sebenarnya dapat dicari alternatif lain yaitu dengan dengan memotong jalur
sirkulasi utama Pergerakan memotong jalur ini dapat menjadi alternatif pergerakan yang
dilakukan untuk mencapai pada bangunan yang dituju dengan melalui ruang Lapangan
Pancasila namun pergerakan semacam ini kurang diminati oleh penggunapejalan kaki
kawasan sebab ruang lapangan yang tanpa aktivitas akan terasa lebih panjang dan
membosankan
B Analisis Pola Pemanfaatan Ruang Terbuka Publik Kawasan
1 Analisis Pola Pemanfaatan Ruang dan Aktivitas pada Ruang Terbuka Publik
Kawasan
Sebagaimana yang telah diuraikan dalam tahap analisis ruang dan aktivitas kawasan
bahwa aktivitas-aktivitas yang berlangsung di atas ruang Lapangan Pancasila sebagai ruang
terbuka publik kawasan adalah aktivitas politik peribadatan massal olahraga rekreasi dan
hiburan Aktivitas sector informal yang berlangsung pada ruang terbuka publik kawasan
adalah aktivitas PKL
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan berdasarkan aktivitasnya terpusat
menempati Lapangan pancasila sebagai satu-satunya ruang terbuka publik kota yang menjadi
wadah interaksi sosial masyarakatnya didukung oleh daya tampung ruang yang cukup luas +
4 Ha dengan lokasinya yang strategis terletak di tengah-tengah kawasan pusat kota yang
41
memiliki aksesibilitas yang tinggi sehingga mudah dicapai dari segala penjuru kota
menggunakan berbagai jenis moda kendaraan baik kendaraan pribadi maupun angkutan
umum Pola pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan berdasarkan aktivitasnya pada ruang
Lapangan Pancasila berlangsung secara berkelompok dan masing-masing mengumpul
berdasarkan jenis aktivitasnya sebagai akibat oleh adanya
a) Kecenderungan aktivitas yang berlangsung pada ruang terbuka publik ini adalah
aktivitas-aktivitas yang dilakukan secara berkelompok
b) Melibatkan orang dalam jumlah yang banyak
c) Bentukan ruang yang membentuk persegi membulat dengan daya tamping ruang yang
cukup besar
d) Memungkinkan pergerakan secara bebas dan tidak beraturan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan berdasarkan aktivitas sektor
informalnya didominasi oleh pola pemanfaatan aktivitas PKL yang menempati ruang trotoar
kawasan trotoar dan tengah Lapangan Pancasila yaitu
1) Pola Pemanfaatan Trotoar Sepanjang Tepi Jalan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh
aktivitas PKL sepanjang trotoar kawasan di depan Citraland Mall depan Plasa Simpang
Lima depan Kompleks Pertokoan Simpang Lima depan Ramayana SC depan kantor
TelkomSMKN 7 Semarang depan Gajahmada Plaza dan depan Masjid Baiturrahman
membentuk pola ldquolinier yang memanjangrdquo dikarenakan oleh bentukan ruang-ruang
trotoar ini yang merupakan suatu jalur penghubung secara linier antaraktivitasbangunan
perdagangan dan jasa kawasan pada tepi jalan di muka bangunan sehingga menimbulkan
sejumlah akumulasi pengunjung yang tinggi secara periodic berdasarkan waktu
berlangsungnya aktivitas formal yang memanjang mengikuti pola jalur sirkulasipola
jaringan jalan utama kawasan Adanya beberapa bangunan formal dengan ciri aktivitas
perdagangan dan jasa yang terletak secara berdekatan satu sama lain dalam kawasan ini
maka dengan sendirinya akan menjadi daya tarik yang sangat kuat untuk dikunjungi oleh
calon pembeli yang mengakibatkan timbulnya akumulasi pengunjung pada kawasan
terutama di sekitar kegiatan yang dimaksud
Situasi inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh PKL kawasan studi untuk
mengembangkan usahanya dengan menjaring calon pembeli pada ruangruang di
sepanjang jalur pada muka bangunan ini memanfaatkan peluang banyaknya pejalan yang
melalui sepanjang jalur ini dan mengikuti pola jaringan jalan kawasan agar
41
keberadaannya di sepanjang tepi jalan ini juga dapat terlihat dan menarik para pengendara
pengguna jalan kawasan
Adapun display bebagai jenis barang dagangan PKL yang disuguhkan secara berderet
memanjang pada ruang trotoar ini memberi kemudahan pengunjung kawasan baik
pejalan kaki maupun pengendara untuk dapat lebih jelas melihat dan memilih jenis-jenis
barang yang diperdagangkan
2) Pola Pemanfaatan Trotoar Tepi Lapangan Pancasila
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh
aktivitas PKL sepanjang trotoar Lapangan Pancasila membentuk pola ldquolinier yang
melingkarrdquo dikarenakan oleh bentukan ruang sirkulasi pedestrian lapangan yang
membingkai lapangan dengan bentuk persegi membulat dan pola sirkulasi utama kawasan
yang bermuara pada Lapangan Pancasila dengan membentuk loop Adanya kedudukan
Lapangan Pancasila sebagai satu-satunya ruang terbuka publik yang luas di Kota
Semarang sebagai wadah interaksi sosial yang dimanfaatkan oleh warga masyarakat Kota
Semarang dan sekitarnya untuk melakukan berbagai macam aktivitas seperti olah raga
rekreasi dan hiburan mengakibatkan timbulnya akumulasi pengunjung dalam jumlah
yang besar pada area ini khususnya pada hari liburMinggu pagi sehingga banyak PKL
yang tertarik untuk menempati lokasi ini untuk menjajakan barang dagangannya Display
berbagai jenis barang dagangan disuguhkan secara linier sepanjang trotoar dengan
berhadap-hadapan untuk memberi banyak pilihan dan variasi barang kepada calon
pembeli dengan suasana yang santai dan rekreatif
3) Pola Pemanfaatan Tengah Lapangan Pancasila
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh
aktivitas PKL di tengah Lapangan Pancasila membentuk pola ldquoberkumpul yang
mengelompokrdquo berdasarkan jenis barang dagangannya dikarenakan bentukan ruang
Lapangan Pancasila yang tanpa adanya pembatas fisik antarPKL dengan daya tampung
ruang yang cukup besar sehingga memungkinkan adanya pergerakan pengunjung yang
bebas dan tidak beraturan dan penataan display barang dagangan yang disajikan secara
mengelompok berdasarkan jenis barang dagangannya masing-masing sehingga
memudahkan calon pembeli memilih jenis barang yang diinginkan dengan banyaknya
variasi barang yang disuguhkan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh PKL
akan semakin berkurang intensitasnya apabila semakin menjauh dari kawasan studi
Intensitas pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan oleh aktivitas PKL pada koridor
41
kelima ruas jalan kawasan semakin menurun karena jalan-jalan ini berorientasi pada
aktivitas-aktivitas yang berbeda yang berlangsung pada kelima ruas jalan antara aktivitas
perkantoran pemerintahan dan pendidikan yang ditandai dengan adanya kepadatan
beberapa bangunan fasilitas perkantoran pemerintahan dan pendidikan pada koridor-
koridor kelima ruas jalan ini
Adanya bangkitan aktivitas nonekonomi ini mengakibatkan rendahnya akumulasi
pengunjung kawasan pada tepi jalan-jalan ini Hal inilah yang menjadi alasan mengapa
ruang-ruang trotoar koridor jalan ini kurang diminati oleh PKL meskipun ada beberapa
PKL yang berjualan pada beberapa penggal jalan namun keberadaannya terputus dan
tidak menerus seperti pada keberadaan PKL pada ruang sirkulasi pejalan kaki di
sepanjang trotoar Jalan Pahlawan yang identik sebagai area yang berorientasi pada
aktivitas pemerintahan Jalan KH Achmad Dahlan Pandanaran dan Achmad Yani yang
identik sebagai area yang berorientasi pada aktivitas perkantoran dan Jalan Gajahmada
yang identik sebagai area yang berorientasi pada aktivitas perkantoran dan pendidikan
Menurut kriteria pemilihan lokasinya aktivitas-aktivitas PKL memiliki
kecenderungan menempati lokasi atau ruang-ruang dengan tingkat akumulasi orang yang
melakukan kegiatan secara bersama-sama pada waktu yang relative sama pula Adanya
fungsi kawasan sebagai CBD tentu tidak lepas dari aktivitas perdagangan dan jasa yang
berlangsung di atasnya sehingga menimbulkan sejumlah akumulasi pengunjung yang
tidak sedikit Fenomena tumbuhnya sector informalPKL ini tak lepas dari keberadaan
aktivitas formal yang tumbuh dan berkembang sebagai aktivitas pendukung (activity
support) yang tidak dapat dihindarkan dan digusur begitu saja melainkan diantisipasi dan
diperhitungkan kebutuhan ruangnya
2 Analisis Pola Pemanfaatan Ruang Jalur Sirkulasi Pedestrian Kawasan
Pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan sebagai jalur sirkulasi pejalan kaki
merupakan jenis pemanfaatan sebagai pemenuhan akan kebutuhan ruang pejalan yang
memisahkan ruang pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan kawasan demi meminimalisasi
konflik kepentingan yang dapat mengakibatkan ketidaknyamanan pejalan kaki maupun
pengguna jalan yang lain (pengendara)
Namun dalam perkembangannya ruang-ruang di tepi jalan ini mengalami pergeseran
fungsi ruang menjadi lokasi aktivitas PKL sehingga kemudian pejalan kaki harus
menjatuhkan pilihannya untuk berjalan melalui jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk
mencapai tujuan dalam pergerakannya
41
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima sebagai
ruang sirkulasi pedestrian dibentuk oleh arah pergerakan pejalan yang dipengaruhi oleh
tujuan dalam melakukan perjalanannya
a Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Melakukan Perpindahan Antarbangunan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima dengan
tujuan untuk melakukan pergerakan perpindahan antarbangunan membentuk pola
rdquomenerus yang melingkarrdquo dikarenakan arah pergerakan pejalan yang menerus pada
sepanjang ruang trotoar di muka bangunan kawasan mengikuti pola sirkulasi utama
kawasan yang membentuk loop
Pola pemanfaatan yang rdquomenerusrdquo ini disebabkan oleh kontinuitas pergerakan pejalan
kaki kawasan dalam melakukan perpindahan antar bangunan formal (perdagangan
modern) pada ruang-ruang trotoar sebagai ruang penghubung antaraktivitas formal
kawasan Pola pergerakan pejalan kaki yang menerus ini merupakan bangkitan dari
tarikan aktivitas perdagangan dan jasa formal kawasan yang menjadi alasan pengunjung
melakukan pergerakan berpindah antarbangunan
Pergerakan pejalan yang rdquomenerusrdquo ini juga dipengaruhi oleh keberadaan aktivitas
PKL di sepanjang ruang trotoar kawasan yang memberi kehidupan menerus pada ruang-
ruang ini Pergerakan menerus dilakukan oleh pejalan kaki kawasan secara linier pada
tepi jalan mengikuti pola jaringan jalan utama kawasan dan memanjang menuju lokasi
pencapaian tujuan pergerakan
Pola pemanfaatan ruang yang rdquomelingkarrdquo disebabkan oleh pencapaian tujuan pada
bangunan perdagangan modern kawasan secara memutar Sistem pencapaian bangunan
formal (perdagangan) yang memutar ini dipengaruhi oleh sistem sirkulasi utama kawasan
yang memiliki muara pada Jalan Simpang Lima (Lapangan Pancasila) dan membentuk
loop dimana dalam bentuk pencapaian yang loop ini diperlukan waktu untuk
mencapainya karena harus melewati banyak persimpangan-persimpangan yang
merupakan simpul-simpul bertemunya arus lalu lintas dari kelima ruas jalan kawasan
pada muaranya di Jalan Simpang Lima
b Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Berbelanja pada PKL di Sepanjang
Trotoar Kawasan dan Tepi Lapangan Pancasila Pola pemanfaatan ruang terbuka
publik Kawasan Simpang Lima dengan tujuan untuk berbelanja pada PKL di sepanjang
trotoar kawasan kurang lebih sama dengan pola pemanfaatan ruang dengan tujuan
melakukan perpindahan antarbangunan formal kawasan yaitu membentuk pola rdquomenerus
41
yang melingkarrdquo sepanjang ruang-ruang trotoar pada muka bangunan formal kawasan
mengikuti pola jaringan jalan utama kawasan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh aktivitas PKL pada sepanjang trotoar
kawasan dipengaruhi oleh penataan display berbagai jenis barang dagangan PKL yang
ditata sedemikian rupa berderet secara linier pada muka bangunan dan memanjang
mengikuti bentukan ruang trotoar sehingga mempermudah calon pembeli baik oleh
pejalan kaki maupun pengguna jalan yang lain (pengendara) untuk melihat dan memilih
jenis-jenis barang yang diinginkan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik dengan tujuan berbelanja pada PKL yang
berjualan di tepi Lapangan Pancasila membentuk pola rdquolinier yang melingkarrdquo mengkuti
sistem sirkulasi utama kawasan yang membentuk loop dengan muara sirkulasi pada
lapangan Pola pemanfaatan yang linier dipengaruhi oleh penataan display barang
dagangan yang ditata sedemikian rupa secara linier pada tepi Lapangan Pancasila (trotoar
lapangan) berhadaphadapan dengan sirkulasi pengunjung PKL yang berada pada tengah
ruang trotoar sebagai ruang yang tersisa dari kedua sisi ruang yang digunakan oleh PKL
Pola pemanfaatan ruang yang rdquomelingkarrdquo dipengaruhi oleh bentukan ruang yang
persegi membulat dengan trotoar sebagai pembingkai ruang lapangan Pemanfaatan yang
melingkar ini dibentuk oleh pergerakan pengunjung PKL yang menerus tanpa terputus
pada ruang trotoar tepi Lapangan Pancasila
c Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Melakukan Aktivitas Olahraga Rekreasi dan
Hiburan Berbelanja Pada PKL di Tengah Lapangan Pancasila
Pola pemanfaatan ruang Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk melakukan aktivitas
olahraga rekreasi dan hiburan serta berbelanja pada PKL yang berjualan di tengah
Lapangan Pancasila memiliki pola pergerakan rdquocurvelinierrdquo Aktivitas-aktivitas ini
cenderung dilakukan secara berkelompok mengingat daya tampung ruang lapangan yang
cukup besar sehingga memungkinkan untuk pergerakan yang bebas dan santai dengan
suasana rekreatif dengan arah pergerakan yang tidak beraturan dikarenakan tanpa adanya
bentukan fisik pembatas antaraktivitas kegiatan Aktivitas olahraga yang seringkali
dilakukan menempati ruang Lapangan Pancasila adalah olahraga sepak bola dimana
olahraga ini biasa dilakukan secara berkelompok dengan pergerakan yang tidak beraturan
pada ruang
Sedangkan pergerakan aktivitas rekreasi dan hiburan yang juga cenderung dilakukan
secara berpasanganberkelompok ini dipengaruhi oleh tujuannya untuk melihat-lihat
pemandangansuasana kawasan sehingga membentuk pola pergerakan yang tidak
41
beraturan dan berkelok-kelok dengan sesekali berhenti untuk mengagumi view atau
sekedar untuk mengobrol
Pola pergerakan pejalan kaki pada ruang Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk
berbelanja pada PKL di tengah lapangan mempunyai pola pergerakan rdquocurvelinierrdquo
dipengaruhi oleh bentukan ruang lapangan yang persegi membulat dengan daya tampung
ruang cukup besar dan sistem sirkulasi pengunjung yang memungkinkan arah pergerakan
dengan bebas Aktivitas PKL yang memiliki kecenderungan berkelompok berdasarkan
jenis barang yang diperdagangkan ini berdampak pada penataan display barang sehingga
sistem sirkulasi pengunjung PKL pun pada akhirnya mengikuti pola pemanfaatan ruang
oleh aktivitas PKL dengan pergerakan yang tidak beraturan pada ruang (curvelinier)
dengan suasana rekreatif dan santai
Dengan adanya pergerakan pejalan kaki Kawasan Bundaran Simpang Lima yang
rdquomenerus dan melingkarrdquo membentuk linkage seyogyanya pejalan kaki diberikan ruang
yang layak demi keamanan dan kenyamanan pejalan dan pengguna jalan yang lain
Dengan kecenderungan sifat manusiawi pejalan yang enggan melakukan perjalanan
dengan permukaan yang naik atau menaik solusi yang ditawarkan tentu tidak bisa berupa
jembatan penghubung antarbangunan Sebab selain memerlukan biaya yang tidak sedikit
dapat menghalangi pandanganview suatu kawasan berpotensi menggunakan sebagian
ruang terbuka publik itu sendiri dan keengganan pejalan berjalan pada permukaan yang
naik sebagai sifat dasar pejalan kaki maka alangkah lebih baiknya apabila solusi yang
ditawarkan sebagai ruang untuk pejalan kaki kawasan di luar konteks teknologi adalah
berupa subway yaitu ruang publik untuk pejalan kaki yang dibangun di bawah tanah yang
menjadi penghubung antarbangunan dengan karakteristik berupa terowongan di bawah
tanah bebas dari sirkulasi kendaraan kawasan bebas dari kebisingan akibat intensitas lalu
lintas kawasan yang cukup tinggi mampu menjadi alternatif ruang untuk PKL dan parkir
off street kawasan sekaligus sebagai jalur pedestrian kawasan
41
352 Kajian PKL di Jalur Pejalan Kaki di Jalan Samanhudi Kabupaten Jember
3521 Analisa Konflik Kepentingan
Tabel IV1Analisa Konflik Kepentingan
Sumber Hasil Analisis Maria Kurnia U 2009
41
3522 Analisa Konflik Penggunaan Ruang
Tabel IV2
Analisa Konflik Penggunaan Ruang
Sumber Hasil Analisis Maria Kurnia U 2009
3523 Analisis Konsep Simbiosis Mutualistik
A Analisa Teori
Analisa ini bertujuan menelusuri konflik kepentingan dan konflik penggunaan ruang
melalui kajian teori-teori tentang penataan PKL yang didapatkan dari literature dan penelitian
PKL yang pernah dilakukan sebelumnya Meminimalisir konflik yang terjadi diperlukan
ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun
menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan
Samanhudi dengan kawasan PKL lain
ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL
41
ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun
dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja
namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang
namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan
ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa
jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan
harga antara pedagang formal dan PKL
ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan
pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak
penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi
antar pihak
ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai
dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan
perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang
informal
ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan
persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL
ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan
dalih keamanan
ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan
pejalan kaki dan pengendara kendaraan
ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki
ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL
ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan
ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa
harus saling menumpuk
ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak
ndash Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini
menjadi jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen
B Triangulasi Konsep Simbiosis Mutualistik
Triangulasi konsep simbiosis mutualistik dilakukan untuk mendapatkan konsep-
konsep penataan pedagang kaki lima yang menguntungkan berbagai pihak yang terkait yang
membandingkan antara fakta empiris studi kasus dan teori
41
Mengakui eksistensi PKL didukung dengan program kebijakan untuk mengelola
aktivitas PKL
Penyuluhan pembinaan dan pelatihan untuk PKL
Pemberian bantuan modal dari pemerintah maupun dari sektor swasta (dengan konsep
kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitusaja namun dilakukan kontrol terhadap dana
bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang begitu saja namun dapat dimanfaatkan secara
berkelanjutan
Peningkatan citra kawasan melalui pembentukan karakter khusus PKL di lokasi studi
sehingga membedakan PKL Samanhudi dengan PKL di kawasan lain
Pengelompokkan PKL menurut jenis barang dagangan dan perletaknnya diatur menurut
jenis dagangan toko formal sehingga tidak terjadi perebutan konsumen
Peningkatan citra kawasan sehingga menambah daya tarik pengunjung
Pembentukan Paguyuban Samanhudi yang beranggotakan PKL pedagang formal dan
pihak penengah untuk menyamakan aspirasi antar golongan dan sebagai forum diskusi
Legalitas sektor informal yang diakui oleh pemerintah
Perumusan kebijakan dan peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan
perdagangan informal
Peraturan didukung pengawasan yang ketat sangsi yang jelas dan sosialisasi serta
persamaan persepsi
Perancangan sarana usaha sesuai dengan jenis barang dagangan dan aspirasi PKL
Sosialisasi status ruang PKL
Peningkatan keamanan dan pengawasan untuk mencegah pemerasan tindak kejahatan
lain
Mempertahankan orientasi PKL ke arah bangunan formal
Perbaikan pelebaran dan pemeliharaan jalur pejalan kaki (pedestrian) sebatas ruang
parkir on street sehingga jalur aktif jalan tidak berkurang
Pemisahan yang jelas antara jalur pejalan kaki dan ruang PKL
Pemisahan yang jelas antara jalur pengendara ruang PKL dan jalur pejalan kaki
Mengatur ruang parkir off street di sepanjang jalan untuk mengurangi beban jalan akibat
penyempitan jalan karena adanya pelebaran pedestrian
Perpanjangan sosoran dari bangunan formal sebagai pelindung pejalan kaki dan ruang
PKL sehingga PKL tidak perlu memakai ataptambahan untuk kiosnya
Bentuk sarana usaha berupa meja dorong tanpa atap agar akses visual pencahayaan dan
penghawaan ke bangunan formal tidak terhalang
41
Diberikan jarak setiap 2 kios sebagai akses masuk ke bangunan formal
Mengikutsertakan seluruh pihak terkait dalam penyampaian keputusan
Perancangan dapat mewadahi ruang PKL
Ruang PKL mengikuti arus pergerakan manusia
Pengaturan kebersihan dan ketertiban
C Konsep Legalitas PKL
Adanya pengakuan resmi dari pemerintah terhadap PKL Samanhudi sebagai salah satu
sector ekonomi di kawasan studi melalui surat keputusan resmi Surat keputusan ini
sekaligus mengatur hak kewajiban dan tanggung jawab PKL sebagai kompensasi
perubahan status yang telah diberikan oleh pemerintah
PKL berhak mendapatkan perlindungan hokum dan pinjaman modal dari pemerintah
Namun sebagai sector resmi PKL dikenakan pajak penghasilan dan retribusi Besarnya
pajak Pajak penghasilan dibedakan dari sektorformal Dengan membayar pajak PKL
berhak mendapatkan perlindungan pemerintah dari oknum preman dsb
PKL wajib mendukung program-program penertiban yang dilakukan pemerintah Apabila
PKL melanggar hak dan kewajiban yang telah diputuskan PKL tidak berhak lagi
menempati lapak yang telah dipinjamkan oleh pemerintah Dan dicabut ijin berjualannya
di kawasan Samanhudi
Dalam konsep ini simbiosis mutualistik terjadi antara pemerintah dan PKL dimana PKL
mendapatkan pengakuan perlindungan dan bantuan modal dari pemerintah sementara
pemerintah mendapatkan retribusi pajak penghasilan dan ketertiban dari PKL
D Konsep Pembinaan dan Permodalan
Pedagang kaki lima perlu untuk mendapatkan pembinaan dari pemerintah Kabupaten
Jember untuk meningkatkan kemampuan wirausaha dan peningkatan kualitas barang
dagang dan pelayanan terhadap pembeli konsumen sehingga bias meningkatkan
pendapatan dan aktivitas pedagang kaki lima dapat member nilai tambah serta dapat
memberkan peluang kerja yang dapat mengurangi tingkat pengangguran di Kabupaten
Jember Bentuk pembinaan berupa penyuluhan yang diberikan berkala secara rutin
Program pembinaan diadakan oleh pemerintah
Program pembinaan juga digunakan sebagai sarana pertemuan rutin dan sosialisasi
peraturan-peraturan yang dilakukan pemerintah
Program pembinaan juga dapat dijadikan sarana untuk selalu mengingatkan hak dan
kewajiban serta sangsi yang diterapkan bila PKL melanggar selama beroperasi dikawasan
Samanhudi
41
Program pembinaan memberikan keuntungan kepada PKL dan pemerintah PKL
mendapatkan peningkatan kemampuan dan pemerintah mendapat sarana sosialisasi
Pemberian bantuan modal ini tidak ditujukan kepada semua pedagang kaki lima tetapi
diberikan kepada beberapa pelaku usaha yang memiliki potensi dan criteria yang telah
ditentukan
Pemerintah dalam memberikan bantuan modal ini juga harus bekerja sama dengan
instansi-isntansi lain yang terkait
Pemberian modal dari pihak swasta sangat disarankan
Konsep ini memberikan keuntungan kepada pihak PKL berupa bantuan modal dengan
bunga ringan keuntungan laba pinjaman kepada pemberi modal dan bila pihak swasta
terlibat mendapatkan keuntungan berupa kesempatan untuk periklanan
E Konsep Kelembagaan Paguyuban Samanhudi
Paguyuban Samanhudi merupakan Kelembagaan yang memiliki kewenangan atau
keterikatan dengan pengelolaan dan pembinaan Pedagang Kaki Lima KoridorJalan
SamanhudiPaguyuban ini beranggotakan wakil PKL wakil pedagang formal wakil
pemerintah dari dinas Kebersihan dan Pertamanan Dinas Polisi Pamong Praja Dinas
Pariwisata Dinas Pendapatan dan Dinas LPMK Kabupaten Jemberserta pihak penengah
selaku penasehat dan pihak netral yang diwakili oleh pakar PKL dari universitas tokoh
masyarakat dan pakar PKL lainnya
Peran Paguyuban ini adalah sebagai forum diskusi dari semua pihak untuk menampung
aspirasi dan menetralisasi konflik yang terjadi sehingga setiap aspek dikoridor jalan
Samanhudi dapat melakukan koordinasi dan semua aspirasi dari semua pihak dapat
tersampaikan Fungsi paguyuban juga sebagai sarana mengikutsertakan semua pihak
terkait dalam membuat rancangan peraturan dan sosialisasi peraturan yang telah
ditetapkan pemerintah mengenai PKL kepada semua pihak terkait
Paguyuban juga berfungsi sebagai pihak pengawas bekerja sama dengan pihak kepolisian
dan pamong praja untuk mengawasi segala pelanggaran yang dilakukan oleh semua pihak
terkait Penerapan sangsi harus tegas dan diawasi oleh paguyuban sehingga tidak terjadi
rsquopenyelesaiandamairsquo dari pihak pelanggar dana para penegak peraturan
Paguyuban memberikan keuntungan kepada PKL pedagang formal pemerintah dan
masyarakat berupa kesempatan untuk menyalurkan aspirasi
41
353 Kajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit Kariyadi
Semarang
3531 Analisis Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar
Rumah Sakit dr Kariadi
Analisis karakteristik aktivitas PKL menggunakan metode deskriptif kuantitaif
dan distribusi frekuensi Analisis ini nantinya menunjang untuk analisis selanjutnya
yaitu analisis karakteristik berlokasi PKL Analisis ini meliputi lokasi aktivitas PKL
tempat usaha PKL jenis barang dagangan sarana fisik berdagang pola layanan pola
penyebaran serta status kepemilikan usaha Uraian dari masing-masing analisis
tersebu dipaparkan sebagai berikut
a Lokasi Beraktivitas
Sesuai dengan ruang lingkup spasial dari penelitian ini lokasi yang digunakan
PKL untuk memanfaatkan aktivitas kegiatan utama Rumah Sakit dr Kariadi adalah di
sepanjang penggal Jalan dr Kariadi sebagian Jalan Veteran dan sebagian Jalan dr
Soetomo Mereka berlokasi di penggalpenggal jalan tersebut dikarenakan jalan
tersebut merupakan batas dari kawasan fasilitas kesehatan dan merupakan jalan arteri
sekunder kolektor sekunder dan lokal sekunder yang ramai orang berlalu lalang
lintas kendaraan serta dilewati jalur angkutan umum Kondisi tersebut ditangkap oleh
PKL sebagai peluang untuk mendapatkan konsumen dengan memanfaatkan tingkat
kunjungan yang tinggi dari aktivitas kegiatan utama serta orang yang lalu lalang yang
melintas di penggal jalan-jalan tersebut Untuk lebih jelas mengenai lokasi PKL dapat
dilihat pada Gambar berikut
41
Gambar 33
Lokasi Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Pada lokasi tersebut terbagi menjadi spot-spot yang menjadi lokasi PKl
berdasarkan penggal jalan yang telah disebutkan sebelumnya yaitu Jalan dr Kariadi
Jalan Veteran dan Jalan dr Soetomo Spot-spot tersebut memiliki karakteristik
masing-masing baik dari sisi aktivitas dan ruang usaha PKL maupun dari karakteristik
berlokasinya Di penggal Jalan dr Kariadi terdapat beberapa bagian yang merupakan
lokasi larangan untuk PKL lokasi yang diperbolehkan untuk menggelar dagangan
PKL serta PKL binaan kelurahan yang dikenal dengan istilah PKL orange Pada Jalan
Veteran yang diminati oleh PKL berada di sisi selatan jalan Lokasi tersebut juga
diperbolehkan untuk berdagang PKL sebagai kompensasi penggantian lokasi
penggusuran PKL yang berasal dari Jalan dr Kariadi sisi barat Lokasi yang
seharusnya bersih dari PKL adalah Jalan dr Soetomo karena merupakan jalur merah
Namun lokasi ini tetap diminati untuk berlokasi PKL diantaranya dikarenakan tidak
adanya lokasi lain serta lokasinya yang strategis Kestrategisan tersebut dilihat dari
status jalan yang merupakan jalan utama penghubung ke pusat-pusat aktivitas lainnya
serta akses ke pusat kota maupun ke luar kota sehingga frekuensi kendaraan yang lalu
lalang tinggi Selain itu lokasinya yang dekat dengan kegiatan utama yang ada di
sekitarnya seperti Rumah sakit dr Kariadi perkantoran ataupun permukiman Hal
tersebut dimanfaatkan PKL sebagai peluang mendapatkan konsumen
b Tempat Usaha
41
Lokasi yang diminati PKL tidak menyediakan tempat khusus untuk berdagang
PKL sehingga mereka menggunakan ruang-ruang publik untuk tempat usahanya
seperti di trotoar di atas saluran drainase bahu jalan dan badan jalan Dengan
difungsikannya ruang-ruang publik tersebut menjadi tempat berdagang bagi PKL
berakibat menurunnya fungsi ruang publik tersebut mengurangi citra kawasan serta
menurunnya kualitas lingkungan Oleh pemerintah kota ruang-ruang publik tersebut
dimanfaatkan untuk tempat usaha PKL karena diperlukan tempat usaha di lokasi
tersebut Hal ini sebagai upaya pemerintah untuk mewadahi aktivitas tersebut
Tempat-tempat tersebut dilegalkan menjadi tempat usaha yang diperuntukkan bagi
PKL sesuai dengan peraturan daerah nomor 11 tahun 2000 tentang PKL yang
notabene bertolak belakang dengan peraturan daerah lainnya yang mengatur tentang
ketertiban keindahan dan pertamanan Persentase PKL yang menempati ruang-ruang
publik dapat dilihat pada Gambar berikut ini
Gambar 34
Persentase Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Terdapat pula PKL yang tidak mendapat izin tempat usaha berdagang
khususnya PKLyang berlokasi di daerah larangan untuk PKL serta berdagang pada
waktu yang tidak diperbolehkan sehingga mereka tidak ditarik retribusi dan sewaktu-
waktu dapat ditertibkan oleh aparat penegak tata tertib Namun ketidaktertiban aparat
PKL yang tidak mendapat izin tersebut kadang-kadang juga dipungut retribusi yang
diistilahkan dengan uang keamanan namun frekuensinya tidak teratur PKL dalam
golongan ini jumlahnya minoritas jika dibandingkan dengan PKL yang mendapat izin
tempat usaha Berikut sketsa sebaran PKL menurut tempat usahanya yang dapat
dilihat pada Gambar
41
Gambar 35
Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
c Jenis Barang Dagangan
Dagangan mayoritas yang diperdagangkan oleh PKL di sekitar Rumah Sakit
dr Kariadi adalah jenis barang dagangan makanan seperti warung tegal bakso soto
es buah dan makanan kecil Jenis dagangan tersebut diminati karena PKL mencoba
menangkap aktivitas kegiatan utama yang banyak membutuhkan jenis barang
dagangan makanan
Jenis barang dagangan yang paling minoritas diperdagangkan adalah buah-
buahan Jenis dagangan inipun hanya dijumpai di penggal Jalan dr Kariadi karena di
penggal jalan tersebut terdapat pintu masuk pengunjung rumah sakit Jenis barang
dagangan ini biasanya digunakan sebagai cangkingan atau oleh-oleh untuk membesuk
pasien Namun jenis dagang ini kurang diminati pedagang dikarenakan barangnya
yang mudah busuk tidak mempunyai tempat penyimpanan khusus seperti kulkas
relatif mahal karena rata-rata buah impor serta konsumennya relatif sedikit
Kekurangminatan pedagang untuk menjual jenis dagangan ini dapat dilihat dari
sedikitnya jumlah PKL yang menjual dagangan ini
Jenis barang dagangan lain yang banyak diperdagangkan adalah kelontong
karena berjualan bermacam-macam jenis barang dari rokok makanan kecil air
kemasan bahkan sampai barang kebutuhan mereka yang beraktivitas di kegiatan
41
utama yaitu rumah sakit seperti untuk kebutuhan penunggu pasien yaitu tikar kipas
termos untuk air panas dan jenis barang lainnya
Jenis dagangan yang lain merupakan jenis barang dagangan yang umum
diperdagangkan atau jenis barang dagangannya hampir ada setiap ruas jalan-jalan
besar lokasi PKL lainnya di kota besar yang kebanyakan termasuk dalam jenis barang
dagangan non makanan dan jasa pelayanan seperti warung telekomunikasi bensin
tambal ban voucher pulsa fotocopy Untuk jasa pelayanan fotocopy yang banyak
tersebar di kawasan tersebut terkait dengan adanya kegiatan utama berupa fasilitas
pendidikan seperti Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro akademi
keperawatan dan farmasi sedangkan untuk jenis dagangan umum lainnya terkait
adanya permukiman di sekitar lokasi tersebut Namun ada barang dagangan yang khas
yaitu nisan karena lokasi sekitar Rumah sakit dr Kariadi terdapat tempat pemakaman
umum yang cukup besar yaitu TPU Bergota
Jenis dagangan yang dijual dapat dikatakan tidak semata hanya melayani
untuk aktivitas yang terkait dengan Rumah Sakit dr Kariadi namun juga melayani
terhadap aktivitas lainnya disekitar Rumah Sakit dr Kariadi seperti fasilitas
pendidikan permukiman pemakaman serta perkantoran bahkan aktivitas transportasi
seperti kebutuhan supir angkutan umum dan supir taxi Untuk lebih jelas mengenai
perbandingan jumlah PKL menurut jenis barang dagangan di masing-masing penggal
jalan dapat dilihat pada gambar berikut ini
Gambar 36
Karakteristik Jenis Barang Dagangan Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
41
d Sarana Fisik Berdagang
Masing-masing lokasi memiliki jenis sarana berdagang mayoritas yang
berbeda-beda Pada penggal Jalan dr Kariadi mayoritas PKL di penggal jalan tersebut
menggunakan kios sebagai sarana berdagangnya Kios-kios tersebut awalnya
merupakan warung semi permanen yang disekat-sekat Namun seiring dengan
perkembangan waktu dan adanya praktek sewa tempat usaha maka warung tersebut
dibangun permanen oleh pemiliknya bahkan diantaranya ada yang dilengkapi dengan
kamar mandi serta ruang tidur Hal tersebut dikarenakan sebagian kios juga dijadikan
sebagai tempat tinggal pemiliknya Asal pedagang yang dari luar Kota Semarang serta
biaya yang mengontrak relatif mahal sehingga menjadikan kiosnya sebagai sarana
usaha serta tempat tinggal sekaligus Sarana dagang tersebut telah menyimpang dari
peraturan daerah tentang PKL Latar belakang pendidikan PKL yang sebagian rendah
kemungkinan menjadi penyebab kurangnya pemahaman pedagang terhadap produk
hukum tersebut atau memang mengerti namun sengaja dilanggar karena tidak adanya
upaya pemerintah untuk menertibkan sarana berdagang yang telah melanggar
peraturan tersebut Selain itu ketidaktergantungan PKL terhadap ketersediaan
prasarana penunjang menjadikan PKL dalam beraktivitas tidak mempertimbangkan
aspek tersebut
Selain kios sarana dagangan yang banyak diminati adalah gerobak tenda yaitu
sarana dagangan utamanya gerobak yang ditunjang dengan tenda yang biasanya untuk
tempat makan konsumen Sarana dagang ini dianggap praktis karena mudah
dibongkar pasang serta dipindahkan Terlebih sarana dagang ini sesuai dengan
himbauan pemerintah dalam Perda No 11 tahun 2000 yaitu sarana PKL adalah yang
mudah untuk dibongkar serta dipindahkan
Lain halnya dengan PKL di penggal Jalan dr Soetomo mereka lebih banyak
menggunakan gerobak Hal tersebut dikarenakan lokasi tersebut merupakan lokasi
larangan untuk PKL tapi mereka tetap bertahan di lokasi tersebut dengan alasan tidak
tersedia tempat lain yang strategis untuk berjualan Dengan menggunakan gerobak
memudahkan mereka untuk lari atau berpindah tempat jika ada penertiban oleh aparat
penegak tata tertib
Di penggal Jalan Veteran sama halnya dengan sarana fisik yang digunakan
berdagang oleh PKL di penggal Jalan dr Kariadi Mereka mayoritas menggunakan
41
sarana berdagang berupa kios Mereka menggunakan sarana fisik dagangan kios
permanen yang dianggap aman karena memperoleh izin tempat usaha dari pihak
terkait untuk berdagang Namun sarana dagang yang dibuat permanen tersebut tidak
sesuai dengan perda tentang PKL yang mengharuskan sarana dagang pedagang kaki
lima yang mudah dibongkar dan dipindah-pindah
Sarana fisik dagangan yang kurang diminati adalah mobil Walaupun cukup
fleksibel untuk berpindah-pindah namun biaya untuk operasional sehari-hari cukup
mahal seperti bahan bakar perawatan mobil ataupun untuk pengadaan unit mobil itu
sendiri Hanya terdapat satu PKL yang menggunakan sarana dagangan ini yaitu
berada di penggal Jalan dr Kariadi Namun karena pada waktu penyebaran kuesioner
pedagang ini tidak berada di lokasi maka tidak masuk menjadi responden
e Pola Layanan
Untuk pola pelayanan terdapat tiga aspek yang dibahas yaitu mengenai waktu
layanan
aktivitas PKL serta sifat layanan Berikut uraian dari analisis pola pelayanan tersebut
1 Waktu Layanan
Sesuai waktu aktivitas kegiatan utama yang rata-rata pagi hingga sore hari
seperti fasilitas pendidikan perkantoran serta jam berkunjung dan pemeriksaan rumah
sakit maka mayoritas PKL membuka usahanya pada waktu tersebut yaitu sekitar
pukul 0900 hingga pukul 1600 Namun khusus yang berada di penggal Jalan dr
Kariadi yaitu di sekitar pintu masuk dan lokasi larangan untuk PKL hanya
diperbolehkan untuk berjualan pada sore hingga malam hari yaitu biasanya mereka
membuka usahanya sekitar pukul 1600 hingga 0000 Terdapat beberapa PKL yang
waktu usahanya menyesuaikan dengan waktu pelayanan rumah sakit yang buka 24
jam atau sepanjang hari Hal tersebut dilakukan menangkap peluang menjajakan
barang dagangan untuk kebutuhan aktivis rumah sakit seperti penunggu pasien
pengunjung atau petugas piket atau jaga serta tidak menutup kemungkinan pembeli
dari pengendara yang lalu lalang atau supir transportasi umum
Hal tersebut juga berlaku di penggal jalan yang lain dimana mayoritas
membuka usahanya pada pagi hingga sore hari Hanya minoritas yang membuka
usaha pada sore hingga malam hari serta sepanjang hari Faktor lain yang dapat
mempengaruhi waktu aktivitas PKL selain menyesuaikan waktu aktivitas kegiatan
utama adalah kepemilikan usaha yang merupakan milik pribadi sehingga mereka
membuka usahanya sesuai keinginan mereka
41
Terdapat pula fenomena satu lokasi ditempati oleh dua PKL dengan waktu
layanan yang berbeda PKL yang beraktivitas pada pagi hingga sore mencoba
menagkap peluang dari kunjungan ke kegiatan utama seperti rumah sakit fasilitas
pendidikan perkantoran serta perdagangan informal dan tidak menutup orang yang
lalu lalang melewati jalan-jalan tersebut Lokasi yang dianggap strategis serta
berprospektif tersebut digunakan oleh PKL lain untuk berjualan di tempat yang sama
Hal tersebut dimanfaatkan PKL untuk menangkap peluang dari kegiatan rumah sakit
serta orang yang lalu lalang Selain itu juga menangkap konsumen dari penumpang
bus malam yang melewati Jalan dr Soetomo dimana di jalur tersebut terdapat halte
serta konsumen dari supir angkutan umum yang sedang istirahat sejenak Berikut
pemetaan PKL menurut waktu berdagangnya
Gambar 37Peta Sebaran Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Menurut Waktu Layanan
2 Sifat Layanan
Dari gambar di bawah ini dapat disimpulkan bahwa mayoritas PKL di sekitar
Rumah Sakit dr Kariadi memiliki sifat layanan menetap baik dari segi tempat
berdagangnya yang tetap serta waktu berdagangnya yang sama setiap harinya hal ini
nampak pada sarana fisik dagangan para PKL tersebut yang berupa kios yang
memang tidak bisa dipindah-pindah atau permanen Hanya 13 yang memiliki sifat
layanan semi menetap Berikut persentase PKL menurut sifat layanannya
41
Gambar 38Persentase Sifat Layanan Pedagang Kaki LimaDi Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Sifat layanan semi menetap biasanya PKL yang tempat usahanya yang
merupakan gabungan antara menetap dengan keliling yaitu pada awal waktu
berdagang pada lokasi yang sama tiap harinya namun jika belum habis dagangannya
mereka berkeliling serta jam berdagang yang tidak tetap tiap harinya terkadang hanya
sampai siang karena dagangannya habis Sisanya yang 2 berjualan secara
berkeliling yang diantaranya bertujuan untuk mendekati konsumen serta
memanfaatkan waktu-waktu puncak kegiatan utama rumah sakit seperti waktu
kunjungan menjenguk pasien
f Pola Penyebaran
Pola penyebaran PKL mayoritas mengikuti pola jalan yang ada yaitu linier
Mereka berjualan di bahu-bahu jalan bahkan ada yang berada di atas saluran drainase
Selain itu pola penyebaran tersebut terbentuk karena lokasi yang diperbolehkan untuk
PKL menempati trotoar trotoar sepanjang jalan yang secara otomatis membentuk
linier Alasan lainnya yang diungkapkan oleh pedagang adalah agar dagangannya
mudah dilihat oleh orang yang lalu lalang Namun terdapat beberapa PKL yang
berjualan secara aglomerasi dengan PKL yang berjualannya bergerombol di dekat
pintu masuk pengunjung Rumah Sakit dr Kariadi seperti yang dapat dijumpai di Jalan
dr Kariadi yaitu bergerombol di sekitar pintu masuk pengunjung rumah sakit serta di
Jalan dr Soetomo yang bergerombol di dekat pintu masuk UGD dan pintu masuk ke
Gedung Pavilliun Garuda Hal tersebut dimaksudkan untuk mendekati pengunjung
yang akan masuk ke rumah sakit Hanya sebagian kecil saja yang lokasinya berjauhan
dengan PKL lainnya atau menyebar untuk mengurangi persaingan dengan PKL
lainnya
41
g Kesimpulan Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar
Rumah Sakit dr Kariadi
Tempat usaha tidak terdapatnya tempat yang dikhususkan untuk PKL pemerintah
memfasilitasinya dengan memperbolehkan menempati ruang-ruang publik seperti
trotoar badan atau bahu jalan serta di atas saluran drainase melalui Perda no 11 tahun
2000 Namun hal ini dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan
serta visual kawasan dan tidak optimalnya ruang publik tersebut Mayoritas PKL di
kawasan tersebut telah mengantongi izin tempat usaha dari kelurahan selaku pihak
berwenang
Jenis barang dagangan karakteristik jenis barang dagangan PKL pada umumnya
mengikuti kebutuhan kegiatan utama yaitu aktivitas Rumah Sakit dr Kariadi dan
sekitarnya seperti fasilitas pendidikan perkantoran perdagangan informal
permukiman dan pemakaman Jenis barang dagangan yang mayoritas diperdagangkan
berupa makanan Jenis barang dagangan yang diperdagangkan adalah non makanan
buah-buahan jasa pelayanan serta kelontong Terkait dengan kegiatan utama terdapat
beberapa jeni barang dagangan yang spesifik seperti termos tikar kipas guna
memenuhi kebutuha penunggu pasien
Sarana fisik dagangan mayoritas berupa kios yang dibangun permanen serta
gerobak tenda Menggunakan kios dikarenakan lokasinya yang telah dilegalkan untuk
aktivitas PKL serta terkait pola layanan yang menetap serta pada waktu berdagang
yang tetap Sedangkan gerobak tenda banyak digunakan oleh pedagang makanan
dimana tendanya digunakan sebagai tempat untuk konsumen Untuk bangunan
permanen diantaranya digunakan sebagai tempat tinggal Ketidakketergantungan
PKL terhadap prasarana penunjang sehingga PKL tidak mempertimbangkan aspek
tersebut karena mereka dapat mengusahakan sendiri
Pola pelayanan dari segi waktunya mengikuti waktu aktivitas kegiatan utama yaitu
pagi hingga sore hari sekitar pukul 0900 ndash 1600 serta telah mendapat izin tempat
usaha dari pihak berwenang namun terdapat pula PKL yang beraktivitas sore hingga
malam hari yaitu pukul 1600 ndash 0000 serta sepanjang hari Sifat layanannya menetap
mengingat mayoritas bersarana fisik dagangan berupa kios serta waktu berdagang
yang relatif tetap
Pola penyebaran mayoritas secara linier yaitu mengikuti pola jalan karena lokasi
yang dilegalkan untuk PKL oleh pemerintah menempati ruang-ruang publik seperti
trotoar di atas saluran drainase dan bahu jalan yang notabene mengikuti pola jalan
41
Selain itu terdapat sebagian beraglomerasi di sekitar pintu masuk rumah sakit yang
bertujuan untuk mendekati konsumen dan sisanya menyebar agar mengurangi
saingan
ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun
menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan
Samanhudi dengan kawasan PKL lain
ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL
ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun
dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja
namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang
namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan
ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa
jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan
harga antara pedagang formal dan PKL
ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan
pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak
penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi
antar pihak
ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai
dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan
perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang
informal
ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan
persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL
ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan
dalih keamanan
ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan
pejalan kaki dan pengendara kendaraan
ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki
ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL
ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan
ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa
harus saling menumpuk
41
ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak
Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini menjadi
jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen
41
Pengelolaan PKL
Pengelolaan PKL di Bundaran
Simpang Lima
Lima Semarang
Pengelolaan PKL di
Kabupaten Jember
Pengelolaan PKL di Kawasan Sekitar Rumah
Sakit dr Kariadi Semarang
Mengakui keberadaan PKL dengan
menuangkannya di dalam produk-
produk tata ruang
Penegakan peraturan
perundagangan yang terkait
dengan PKL
Menjalin kerjasama dengan sektor
formal dalam menyediakan ruang
bagi PKL
Menyediakan ruang perkotaan
yang dikhususkan bagi sektor
informal
Peningkatan citra PKL
Pengakuan terhadap eksistensi PKL
Control terhadap dana bantuan
Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo
Penindakan tegas kepada oknum yang
melakukan perampasan hak pada PKL
dengan dalih keamanan
Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk
menampung aktivitas PKL dan pejalan
kaki
Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan
jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir yang tepat
Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal
Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan
jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir
Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL
dan konsumen yang aman dari gangguan
pejalan kaki dan pengendara kendaraan
41
36 Temuan Studi
Temuan studi ini dimana akan menjawab sasaran yang disesuaikan dari contoh kasus yang ada di Indonesia Berikut adalah tabel matrik temuan
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
Mengetahui
permasalahan
PKL di jalur
pejalan kaki
Keberadaan sektor PKL yang menempati ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima memakai separuh lebih lebar trotoar bahkan seringkali tidak menyisakan sedikit pun ruang untuk pejalan kaki Ruang-ruang trotoar menjadi tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya sebagai ruang pemisah antara ruang yang digunakan untuk sirkulasi pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan Ruang-ruang trotoar tersebut banyak yang beralih fungsi menjadi lokasi berdagang PKL
Peralihan fungsi trotoar ini menyebabkan terganggunya aktivitas pejalan kaki sehingga pejalan terpaksa harus menggunakan jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk berjalan guna menghindari berbagai hambatan di atas trotoar Hal ini menyebabkan pejalan kaki terpaksa harus berhati-hati jika melangkah terkadang juga harus mengalah berjalan pada ruang-ruang jalur lambat dan sebagian badan jalan Kondisi ini sangat tidak aman dan
Masalah yang utama itu dari setiap
pedagang kaki lima di Jalur Pejalan Kaki
di Jalan Samanhudi Jember yaitu
Penggusuran Para PKL liar yang tidak
memiliki TDU(Tanda Daftar Usaha)
mereka biasanya akan di gusur dengan
peringatan yang di berikan sampai di
laksanakan penggusuran paksa padahal
Pedagang kaki lima merupakan salah satu
solusi akan masalah tingginya angka
pengangguran dan sedikitnya lapangan
kerja bagi masyarakat berpendidikan
rendah seperti mereka Pemerintah dalam
hal ini tidak dapat menyediakan lahan
pengganti bagi mereka untuk melanjutkan
usaha mereka jika pun ada pemerintah
menyediakan lahan-lahan yang letaknya
kurang strategis yang secara pasti
menurunkan dan mematikan pendapatan
yang mereka dapatkan dan akhirnya
Legalitas lokasi aktivitas
PKL yang biasanya ditempatkan
di dalam ruang publik seperti di
atas trotoar di atas saluran
drainase taman dan ruang publik
lainnya patut dipertanyakan
karena ketidakberdayaannya
peraturan tersebut dalam
menangani PKL Sebagai contoh
di sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi legalitas lokasi untuk
aktivitas PKL yang linier di
sepanjang jalan yang bertempat di
atas drainase Dalam aspek
apapun hal tersebut tidak dapat
dilegalkan terlebih tidak ada
penjelasan mengenai luasan atau
desain yang diperbolehkan PKL
untuk menggelar dasaran pada
dimensi saluran drainase yang
PKL yang menempati
ruang-ruang trotoar
menyebabkan
terganggunya aktivitas
pejalan kaki
Pemerintah tidak dapat
menyediakan lahan
pengganti
Legalitas lokasi aktivitas
PKL yang biasanya
ditempatkan di dalam
ruang publik seperti di atas
trotoar di atas saluran
drainase taman dan ruang
publik patut
dipertanyakan
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
nyaman bagi pejalan kaki ataupun bagi pengendara kendaraan bermotor karena mengganggu arus lalu lintas dan membahayakan keselamatan jiwa mereka hal seperti ini dapat kita lihat di depan dan di samping Masjid Baiturrahman di depan Citraland Mall di depan dan di samping Plasa Simpang Lima di depan dan di samping Kompleks Pertokoan Simpang Lima di depan dan di samping Ramayana Super Center di depan dan di samping SMKN 7 SemarangKantor Telkom dan di depan Gajahmada Plaza
Pemilihan lokasi PKL dipengaruhi oleh kecenderungan aktivitas PKL yang selalu menentukan lokasi mendekati pusat-pusat keramaian atau pusat-pusat perdagangan dan jasa dan lokasi-lokasi yang sering dikunjungi oleh orang banyak dalam kurun waktu tertentu secara periodik dan menerus Alasan inilah yang kemudian mendasari penentuan lokasi PKL Kawasan Bundaran Simpang Lima untuk berjualan di trotoar karena ruang-ruang jalur pedestrian inilah yang
mereka harus gulung tikar dan menjadi
pengangguran yang semakin menambah
permasalahan di Indonesia Pemerintah
harus mencari cara dan tempat yang baik
untuk mereka berdagang ditengah modal
mereka yang kecil agar di sisi lain semua
para pedagang kaki lima tidak hilang
lapangan kerjanya dan bias melanjutkan
kelangsungan hidupnya
ada Selain itu PKL juga
menempati trotoar yang
mengakibatkan bertambahnya
permasalahan yang terdapat di
lokasi tersebut Imbas secara
langsung dirasakan oleh
pengguna trotoar yaitu pedestrian
ketidaknyamanan bahkan tidak
adanya lagi ruang untuk berjalan
di atas trotoar acapkali menjadi
konsekuensi pedestrian yang
trotoarnya diserobot PKL
Aglomerasi aktivitas PKL yang
berlokasi di sekitar pintu masuk
pengunjung Rumah Sakit dr
Kariadi menyebabkan
penumpukan aktivitas seperti
aktivitas keluar masuk
pengunjung aktivitas jual beli
antara PKL dengan konsumen
lalu lintas kendaraan yang sedang
melewati Jalan dr Kariadi serta
angkutan umum yang sedang
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
dianggap sebagai lokasi yang ramai dikunjungi oleh pejalan kaki yang melakukan pergerakan dalam mencapai tempat tujuan perjalanannya Begitu juga dengan ruang Lapangan Pancasila karena selalu ramai dikunjungi pada hari-hari libur dengan rata-rata pengunjung mencapai 51 ndash 100 oranghari dikarenakan kedudukannya sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya
berhenti mencari penumpang
Sekali lagi permasalahan tersebut
disikapi oleh pemerintah dengan
penertiban dan penggusuran yang
hampir tidak pernah berakhir
manis
Mengetahui
peranan PKL
Kehadiran PKL di Kawasan
Bundaran Simpang Lima juga mampu
menciptakan kehidupan yang menerus
sehingga terhindar dari kematian
kawasan pada saat tertentu akan tetapi
di sisi lain kehadiran PKL
menyebabkan ketidakteraturan
kekumuhan dan kualitas fisik yang
buruk sehingga merusak wajah kota
Selain itu PKL yang berjualan di
Lapangan Pancasila pada malam hari
dengan kehidupan malam dan wanita-
wanita penghibur yang berdandan tebal
Tempat pedagang kaki lima bagi
Masyarakat dijalan Samanhudi Jember
sangat penting sebagai penyedia kebutuhan
yang dibutuhkan oleh Masyarakat Jember
Pedangan kaki lima sangat mempengaruhi
pola pasar dan sosial di Jember khususnya
didaerah Jalan Samanhudi Dalam bidang
perekonomian pedagang kaki lima hanya
berpengaruh sebagai produsen yang
penting bagi Masyarakat Jember
mengingat akan Meningkatnya jumlah
Penduduk Mereka cenderung lebih
memilih membeli pada pedagang kaki lima
Usaha PKL yang terus
berkembang pesat menarik PKL
untuk mempekerjakan karyawan
selain tenaga yang dibutuhkan
memang tidak bisa dikerjakan
sendiri terdapat pula pemilik
modal yang menyewa tempat
usaha namun dijadikan usaha
sampingan sehingga tidak
mengelola secara langsung
usahanya namun dengan
mempekerjakan karyawan PKL
yang statusnya sebagai karyawan
Pedangan kaki lima sangat
mempengaruhi pola pasar
dan sosial
harga yang PKL tawarkan
lebih murah dibandingkan
dengan harga di mall
grosir maupun indogrosir
sebagai salah satu
alternatif lapangan
pekerjaan bagi masyarakat
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
menciptakan kesan negatif dan
memperburuk citra kawasan
daripada membeli di supermarket yang
sudah merajalela di kota Jember pada saat
ini mall atau grosir maupun indogrosir
yang banyak tersebar di kota Jember
dikarenakan harga yang mereka tawarkan
lebih murah
sebanyak 10 dimana karyawan
tersebut memanfaatkan PKL
sebagai lapangan pekerjaan
Sehingga bekerja sebagai
karyawan PKL dapat dikatakan
sebagai salah satu alternatif
lapangan pekerjaan bagi
masyarakat
Mengetahui
pola aktivitas
PKL dijalur
pejalan kaki
Aktivitas PKL sendiri
memiliki kecenderungan untuk
menempati ruang ruang antar aktivitas
yang selalu ramai dilewatidikunjungi
oleh banyak orang dalam melakukan
pergerakan perpindahan dari aktivitas
satu ke aktivitas yang lain atau dari
bangunan perdagangan modern satu ke
bangunan perdagangan modern yang
lain secara periodik dalam rentang
waktu tertentu sehingga kemudian
pilihan ini jatuh kepada jalur-jalur
pedestrian yang notabene merupakan
ruang-ruang terbuka publik yang
PKL berdagang dengan menempati
tempat yang tetap dan tidak berpindah-
pindah
Modal dan aset sebagian besar adalah
milik sendiri
Berdagang di Samanhudi merupakan
usaha utama
Alat peraga PKL pada kawasan ini
dapat dibedakan menjadi
ndashAlat peraga semi permanen dari kayu
dan tenda yang bersifat menetap
ndashAlat peraga dengan bangku meja dan
tenda sekaligus sebagai tempat tinggal
ndashAlat peraga beroda namun menetap
Pola Aktivitas pelayanan PKL di
kawasan sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi pada umumnya melayani
pengunjung rumah sakit namun
tidak menutup kemungkinan
konsumennya adalah pengendara
atau orang yang sedang melintasi
jalan tersebut tanpa bermaksud
untuk masuk ke rumah sakit
Selain itu konsumen
yang berasal dari sekitar lokasi
PKL seperti penduduk
permukiman di sekitarnya
pekerja yang bekerja di sektor
Aktivitas PKL memiliki
kecenderungan untuk
menempati ruang ruang
antar aktivitas yang selalu
ramai dilewatidikunjungi
oleh banyak orang dalam
melakukan pergerakan
perpindahan dari aktivitas
satu ke aktivitas yang lain
atau dari bangunan
perdagangan modern satu
ke bangunan perdagangan
modern
Saat berjualan alat peraga
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
seyogyanya digunakan oleh pejalan
kaki Keberadaan ruang trotoar yang
semakin sempit oleh penggunaan ruang
PKL membuat pejalan kaki
menjatuhkan pilihan untuk melakukan
perjalanan pada ruang-ruang seperti
jalur lambat dan sebagian badan jalan
sehingga mengurangi keamanan jiwa
dan kenyamanan pejalan kaki sendiri
serta pengguna jalan yang lain
(pengendara)
Kegiatan-kegiatan yang
dilakukan oleh pejalan kaki pada
ruang-ruang jalur pedestrian atau
trotoar di Kawasan Bundaran Simpang
Lima adalah kegiatan berjalan dan
berbelanja Sebagian dari pejalan kaki
hanya berjalan melintasi trotoar untuk
menuju lokasi tujuannya akan tetapi
ada pula sebagian dari pejalan kaki
yang berjalan sambil melihat-lihat
bahkan ada yang berbelanja pada PKL
ndashAlat peraga beroda namun menetap
dengan bangku dan meja
ndashHanya berupa matras sebagai alas
dagangan yang dapat berpindah
sewaktu-waktu
Alat peraga yang dipakai untuk usaha
tidak seragam dan tidak menggunakan
desain yang baik sehingga terkesan
kumuh kurang bersih dan sangat
mengganggu wajah kota dan menutup
fasade bangunan di belakangnya
Saat berjualan alat peraga kios
sebagian besar menempati badan jalan
dan trotoar
Saat tidak berjualan alat peraga kios
sebagian besar tetap di lokasi jualan
lama berjualan di Samanhudi sebagian
besar antara 6 ndash10 tahun
Terbanyak dari pedagang belum
pernah bekerja di sektor lain dan dari
semula telah menjadi PKL di
Samanhudidi bandingkan denga harga
yang ada di mall Pedagang
lain sehingga tidak ada batasan
pasti mengenai pola pelayanan
para PKL tersebut
Waktu beraktivitas para
PKL umumnya terbagi menjadi
dua sesi PKL yang pertama
adalah pedagang yang aktivitas
berdagangnya pada pagi hingga
siang hari Pedagang yang kedua
merupakan pedagang yang
mempunyai waktu layanan pada
sore hingga malam hari Namun
tidak menutup kemungkinan
terdapat beberapa PKL yang
berdagang dari pagi hingga
malam hari bahkan buka nonstop
mengingat rumah sakit
beraktivitas selama sehari penuh
sehingga mereka mengikuti
aktivitas sektor formal yang ada
di sekitarnya
Waktu berdagang
tersebut juga disesuaikan dengan
kios sebagian besar
menempati badan jalan
dan trotoar
Waktu beraktivitas para
PKL umumnya terbagi
menjadi dua sesi PKL
yang pertama adalah
pedagang yang aktivitas
berdagangnya pada pagi
hingga siang hari
Pedagang yang kedua
merupakan pedagang yang
mempunyai waktu layanan
pada sore hingga malam
hari Namun tidak
menutup kemungkinan
terdapat beberapa PKL
yang berdagang dari pagi
hingga malam hari bahkan
buka nonstop
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
izin usaha yang diberlakukan oleh
petugas kelurahan sebagai pihak
yang berwenang menangani PKL
Untuk lokasi yang dilarang untuk
PKL oleh PKL tetap digunakan
sebagai lokasi untuk berdagang
dengan waktu berdagang setelah
jam kerja yaitu sore hingga
malam hari
Mengetahui
Pengelolaan
PKL di jalur
pejalan kaki
dalam perkembangannya
pemerintah mengeluarkan SK
Walikota Kota Semarang No 511316
tahun 2001 tentang Penetapan Lahan
yang mengatur tentang lokasi-lokasi
dan waktu aktivitas PKL yang
diperbolehkan oleh pemerintah pada
Kawasan Bundaran Simpang Lima
agar tetap terjaga kerapihan dan
estetikakeindahan wajah kawasannya
yaitu PKL yang berjualan di depan
Kompleks Pertokoan Simpang Lima
depan Ramayana SC depan Kantor
Adanya pengakuan resmi dari
pemerintah terhadap PKL Samanhudi
sebagai salah satu sector ekonomi di
kawasan studi melalui surat keputusan
resmi Surat keputusan ini sekaligus
mengatur hak kewajiban dan
tanggung jawab PKL sebagai
kompensasi perubahan status yang
telah diberikan oleh pemerintah
Pedagang kaki lima perlu untuk
mendapatkan pembinaan dari
pemerintah Kabupaten Jember untuk
meningkatkan kemampuan wirausaha
Pemerintah Kota Semarang
berwenang dalam mengatur
keberadaan PKL di ruang Kota
Semarang seperti yang terdapat di
kawasan sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi dengan bentuk
pengelolaan lokasional (stabilitas
atau pengaturan) dan struktural
(perijinan) Dalam pengaturan
tersebut Pemerintah Kota
Semarang menggunakan dasar
hukum berupa Undang-Undang
Peraturan Pemerintah Peraturan
mengatur tentang lokasi-
lokasi dan waktu aktivitas
PKL yang diperbolehkan
oleh pemerintah agar tetap
terjaga kerapihan dan
estetikakeindahan wajah
kawasannya
Pedagang kaki lima perlu
untuk mendapatkan
pembinaan
Pedestrian dirancang ulang
dengan dilebarkan hingga
area parkiran street
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
TelkomSMKN 7 Semarang depan
Gajahmada Plaza dan depan Masjid
Baiturrahman boleh berjualan dari
pukul 1600 ndash 0400 WIB (khusus pada
Hari Minggu PKL diijinkan untuk
berjualan mulai pukul 0600 ndash 0800
WIB) menempati ruang trotoar dengan
luas areal 4 x 6 meter
Sampai dengan tahun 2008
PKL di Kawasan Bundaran Simpang
Lima mencapai 1536 pedagang dan
ada kecenderungan akan terus
meningkat dari tahun ke tahun (lihat
Tabel III4) Kecenderungan lokasi
PKL pada masa-masa yang akan
datang mengikuti kecenderungan dari
perkembangan aktivitas formal
kawasan yang ada demikian juga
kecenderungan waktu berdagangnya
Melihat kecenderungan aktivitas PKL
kawasan maka SK Walikota Kota
Semarang No 511316 tahun 2001
sudah tidak relevan lagi dan perlu
dan peningkatan kualitas barang
dagang dan pelayanan terhadap
pembeli konsumen sehingga bias
meningkatkan pendapatan dan
aktivitas pedagang kaki lima dapat
member nilai tambah serta dapat
memberkan peluang kerja yang dapat
mengurangi tingkat pengangguran di
Kabupaten Jember Bentuk pembinaan
berupa penyuluhan yang diberikan
berkala secara rutin Program
pembinaan diadakan oleh pemerintah
Paguyuban Samanhudi merupakan
Kelembagaan yang memiliki
kewenangan atau keterikatan dengan
pengelolaan dan pembinaan Pedagang
Kaki Lima KoridorJalan
SamanhudiPaguyuban ini
beranggotakan wakil PKL wakil
pedagang formal wakil pemerintah
dari dinas Kebersihan dan
Pertamanan Dinas Polisi Pamong
Praja Dinas Pariwisata Dinas
Daerah dan Surat Keputusan
Walikota Adapun dasar hukum
yang mengatur secara jelas
mengenai aktivitas PKL di Kota
Semarang yang berlaku saat ini
diantaranya adalah sebagai
berikut
1048707 Peraturan Daerah No 11 Tahun
2000 tentang Pengaturan dan
Pembinaan PKL Perda ini
menjelaskan tentang pengaturan
dan pembinaan PKL di Kota
Semarang seperti pengaturan
tempat usaha hak kewajiban dan
larangan untuk PKL Dalam
kaitannya dengan karakteristik
berlokasi aktivitas PKL
dijelaskan dalam Perda ini yang
terdapat dalam pasal 3 yaitu
penempatan lokasi kegiatan PKL
diatur dengan mempertimbangkan
tempat kepentingan untuk umum
lainnya seperti kepentingan untuk
sehingga jalur aktif
kendaraan tidak
mengalami penyempitan
mengatur keberadaan PKL
di ruang Kota dengan
bentuk pengelolaan
lokasional (stabilitas atau
pengaturan) dan struktural
(perijinan)
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
ditinjau kembali sesuai dengan
kecenderungan dan kebutuhan yang
ada di lapangan
Pendapatan dan Dinas LPMK
Kabupaten Jemberserta pihak
penengah selaku penasehat dan pihak
netral yang diwakili oleh pakar PKL
dari universitas tokoh masyarakat dan
pakar PKL lainnya
Penerapan tema khusus pada penataan
PKL kawasan studi agar mempunyai
cirri khas dan dapat mengangkat citra
kawasan dan meningkatkan daya tarik
kawasan Contoh produk khas
jember yang dapat diangkat sebagai
tema adalah tembakau rookk dan
cerutu mengingat Jember sebagai
penghasil tembakau terbesar di Jawa
Kegiatan khas Jember yang dapat
diangkat sebagai tema yaitu Jember
Fashion Carnaval Penerapan tema
dapat diaplikasikan pada sarana usaha
PKL finishing pedestrian perabot
kota dan elemen pendukung lainnya
Pedestrian dirancang ulang dengan
pejalan dan untuk sirkulasi
kendaraan Untuk lebih jelas
mengenai detail isi perda tersebut
dapat dilihat pada Lampiran F
1048707 Surat Keputusan Walikota
Semarang No 51136 Tahun
2001 tentang lokasi PKL di Kota
Semarang dimana di dalamnya
diantaranya mengatur luas area
batas pemakaian area waktu
aktivitas dan tempat aktivitas
PKL Ruas kanan Jalan dr
Kariadi dari arah Jalan Veteran
merupakan lokasi yang
diperbolehkan untuk aktivitas
PKL Lokasi tersebut menempati
trotoar serta bangunan berupa
semi permanen Untuk lebih jelas
mengenai detail isi SK tersebut
dapat dilihat pada Lampiran F
1048707 Perda No 6 Tahun 2004
tentang Rencana Detail Tata
Ruang Kota Semarang Bagian
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
dilebarkan hingga area parkiran street
sehingga jalur aktif kendaraan tidak
mengalami penyempitan Diberikan
perbedaan yang tegas antara ruang
PKL dan ruang pejalan kaki dan jalur
kendaraan berupa perbedaan tinggi
lantaiSehingga dikemudian hari kios
PKL tidak melebar ke segala sisi
Wilayah Kota (BWK) I
(Kecamatan Semarang Tengah
Semarang Timur dan Semarang
Selatan Tahun 2000-2010 Perda
tersebut menjelaskan mengenai
fungsi serta peran BWK I yang
terkait dengan sektor formal di
wilayah tersebut yaitu penjelasan
mengenai fasilitas kesehatan yang
berada khususnya di Kelurahan
Randusari Selain itu dijelaskan
pula kelas Jalan dr Kariadi Jalan
dr Soetomo dan Jalan Veteran
serta jalur transportasi yang
melaluinya
41
Aktivitas perdagangan dan jasa kawasan menjadi bangkitan dan tarikan pengunjung
kawasan sehingga meningkatkan intensitas jumlah pejalan kaki pada ruang-ruang terbuka
publik di kawasan ini Keberadaan aktivitas PKL pada sepanjang ruang-ruang trotoar
kawasan seiring dengan tingginya jumlah pergerakan pejalan kaki antarbangunan formal
mengakibatkan pergerakan yang rdquomenerusrdquo dengan pencapaian pada tujuan yang rdquomemutarrdquo
Pergerakan rdquomenerusrdquo yang dimaksud adalah pergerakan pejalan kaki yang dilakukan
pada ruang-ruang terbuka publik kawasan studi dengan tujuan untuk melakukan perpindahan
antarbangunan formal (bangunan perdagangan modern) dan aktivitas berbelanja pada PKL
yang berjualan di sepanjang ruang trotoar kawasan melalui ruang-ruang jalur sirkulasi
pedestrian kawasan yang tersedia secara linier dan memanjang mengikuti jalur sirkulasi
utama (jaringan jalan) kawasan dari satu bangunan ke bangunan yang lain dan dari satu PKL
ke PKL yang lain dengan perjalanan yang tanpa terputusberhenti pada titik lokasi tertentu
meski berhenti pun hanya untuk beberapa saat untuk istirahat dan melihat-lihat dengan lebih
jelas obyek yang dimaksud
Pergerakan pejalan kaki kawasan pada trotoar Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk
berbelanja pada PKL memiliki arah pergerakan yang linier dan memanjang sepanjang jalur
trotar yang disebabkan oleh pengaturan display barang dagangan PKL yang ditata berderet
memanjang sepanjang jalur Pergerakan menerus ini terjadi sebagai akibat dari pergerakan
dengan tujuan untuk melakukan perpindahan antarbangunan melalui ruang-ruang jalur
sirkulasi pejalan sambil melihat-lihat dan berbelanja pada PKL yang berjualan hampir pada
seluruh ruang trotoar kawasan studi Semisal pergerakan pejalan kaki kawasan dengan tujuan
untuk melakukan perpindahan dari bangunan Plasa Simpang Lima menuju Ramayana SC
harus melewati jalur sirkulasi pejalan kaki sepanjang trotoar dari depan Plasa Simpang Lima
Kompleks Pertokoan Simpang Lima dan Ramayana SC yang dipenuhi oleh PKL sambil
melihat-lihat display barang dagangan yang diperjualbelikan maupun sekaligus membelinya
begitu juga dengan pergerakan perpindahan antarbangunan yang lain sehingga dengan
demikian tercipta pergerakan yang menerus
Dari sisi intensitasnya pergerakan pejalan kaki yang menerus ini semakin berkurang
jumlahnya ketika sampai pada ruang sirkulasi pejalan kaki di depan Hotel Ciputra Aktivitas
dan keberadaan PKL hampir tidak ada di sepanjang trotoar di depan bangunan hotel
pergerakan pejalan kaki pun diarahkan menempati ruang-ruang sirkulasi yang bersifat privat
yaitu ruang-ruang sirkulasi pejalan di dalam Mall Ciputra untuk menjaga image dan kesan
rapi pada muka bangunan hotel sesuai dengan peraturan hotel Namun kenyataan yang ada di
41
lapangan masih adanya beberapa pergerakan di depan hotel lebih banyak disebabkan oleh
perilaku dan sifat pejalan kaki kawasan yang cenderung memilih rute terpendek dalam
perjalanannya untuk mencapai tujuan
Sedangkan pencapaian rdquomemutarrdquo yang dimaksud adalah pencapaian tujuan suatu
perjalananpergerakan yang dilakukan oleh pejalan kaki akibat pergerakan yang mengikuti
sistem sirkulasi jalur utama kawasan yang membentuk loop sehingga berdampak pada
pencapaian suatu bangunan formal kawasan dengan arah yang memutar dan melalui beberapa
persimpangan sekaligus Semisal untuk mencapai lokasi tujuan pada Ramayana SC pejalan
kaki dari bangunan Masjid Baiturrahman harus melakukan pergerakan perpindahan dari
bangunan Citraland Mall menuju bangunan Kompleks Pertokoan Simpang Lima baru
kemudian mencapai bangunan Ramayana SC atau dari bangunan Gajahmada Plaza dulu
kemudian menuju bangunan kantor TelkomSMKN 7 Semarang baru mencapai bangunan
Ramayana SC Begitu juga pergerakan-pergerakan dengan tujuan pencapaian pada bangunan-
bangunan formal yang lain
Pergerakan dengan pencapaian rdquomemutarrdquo pada ruang-ruang sirkulasi pejalan kaki
kawasan sebenarnya dapat dicari alternatif lain yaitu dengan dengan memotong jalur
sirkulasi utama Pergerakan memotong jalur ini dapat menjadi alternatif pergerakan yang
dilakukan untuk mencapai pada bangunan yang dituju dengan melalui ruang Lapangan
Pancasila namun pergerakan semacam ini kurang diminati oleh penggunapejalan kaki
kawasan sebab ruang lapangan yang tanpa aktivitas akan terasa lebih panjang dan
membosankan
B Analisis Pola Pemanfaatan Ruang Terbuka Publik Kawasan
1 Analisis Pola Pemanfaatan Ruang dan Aktivitas pada Ruang Terbuka Publik
Kawasan
Sebagaimana yang telah diuraikan dalam tahap analisis ruang dan aktivitas kawasan
bahwa aktivitas-aktivitas yang berlangsung di atas ruang Lapangan Pancasila sebagai ruang
terbuka publik kawasan adalah aktivitas politik peribadatan massal olahraga rekreasi dan
hiburan Aktivitas sector informal yang berlangsung pada ruang terbuka publik kawasan
adalah aktivitas PKL
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan berdasarkan aktivitasnya terpusat
menempati Lapangan pancasila sebagai satu-satunya ruang terbuka publik kota yang menjadi
wadah interaksi sosial masyarakatnya didukung oleh daya tampung ruang yang cukup luas +
4 Ha dengan lokasinya yang strategis terletak di tengah-tengah kawasan pusat kota yang
41
memiliki aksesibilitas yang tinggi sehingga mudah dicapai dari segala penjuru kota
menggunakan berbagai jenis moda kendaraan baik kendaraan pribadi maupun angkutan
umum Pola pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan berdasarkan aktivitasnya pada ruang
Lapangan Pancasila berlangsung secara berkelompok dan masing-masing mengumpul
berdasarkan jenis aktivitasnya sebagai akibat oleh adanya
a) Kecenderungan aktivitas yang berlangsung pada ruang terbuka publik ini adalah
aktivitas-aktivitas yang dilakukan secara berkelompok
b) Melibatkan orang dalam jumlah yang banyak
c) Bentukan ruang yang membentuk persegi membulat dengan daya tamping ruang yang
cukup besar
d) Memungkinkan pergerakan secara bebas dan tidak beraturan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan berdasarkan aktivitas sektor
informalnya didominasi oleh pola pemanfaatan aktivitas PKL yang menempati ruang trotoar
kawasan trotoar dan tengah Lapangan Pancasila yaitu
1) Pola Pemanfaatan Trotoar Sepanjang Tepi Jalan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh
aktivitas PKL sepanjang trotoar kawasan di depan Citraland Mall depan Plasa Simpang
Lima depan Kompleks Pertokoan Simpang Lima depan Ramayana SC depan kantor
TelkomSMKN 7 Semarang depan Gajahmada Plaza dan depan Masjid Baiturrahman
membentuk pola ldquolinier yang memanjangrdquo dikarenakan oleh bentukan ruang-ruang
trotoar ini yang merupakan suatu jalur penghubung secara linier antaraktivitasbangunan
perdagangan dan jasa kawasan pada tepi jalan di muka bangunan sehingga menimbulkan
sejumlah akumulasi pengunjung yang tinggi secara periodic berdasarkan waktu
berlangsungnya aktivitas formal yang memanjang mengikuti pola jalur sirkulasipola
jaringan jalan utama kawasan Adanya beberapa bangunan formal dengan ciri aktivitas
perdagangan dan jasa yang terletak secara berdekatan satu sama lain dalam kawasan ini
maka dengan sendirinya akan menjadi daya tarik yang sangat kuat untuk dikunjungi oleh
calon pembeli yang mengakibatkan timbulnya akumulasi pengunjung pada kawasan
terutama di sekitar kegiatan yang dimaksud
Situasi inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh PKL kawasan studi untuk
mengembangkan usahanya dengan menjaring calon pembeli pada ruangruang di
sepanjang jalur pada muka bangunan ini memanfaatkan peluang banyaknya pejalan yang
melalui sepanjang jalur ini dan mengikuti pola jaringan jalan kawasan agar
41
keberadaannya di sepanjang tepi jalan ini juga dapat terlihat dan menarik para pengendara
pengguna jalan kawasan
Adapun display bebagai jenis barang dagangan PKL yang disuguhkan secara berderet
memanjang pada ruang trotoar ini memberi kemudahan pengunjung kawasan baik
pejalan kaki maupun pengendara untuk dapat lebih jelas melihat dan memilih jenis-jenis
barang yang diperdagangkan
2) Pola Pemanfaatan Trotoar Tepi Lapangan Pancasila
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh
aktivitas PKL sepanjang trotoar Lapangan Pancasila membentuk pola ldquolinier yang
melingkarrdquo dikarenakan oleh bentukan ruang sirkulasi pedestrian lapangan yang
membingkai lapangan dengan bentuk persegi membulat dan pola sirkulasi utama kawasan
yang bermuara pada Lapangan Pancasila dengan membentuk loop Adanya kedudukan
Lapangan Pancasila sebagai satu-satunya ruang terbuka publik yang luas di Kota
Semarang sebagai wadah interaksi sosial yang dimanfaatkan oleh warga masyarakat Kota
Semarang dan sekitarnya untuk melakukan berbagai macam aktivitas seperti olah raga
rekreasi dan hiburan mengakibatkan timbulnya akumulasi pengunjung dalam jumlah
yang besar pada area ini khususnya pada hari liburMinggu pagi sehingga banyak PKL
yang tertarik untuk menempati lokasi ini untuk menjajakan barang dagangannya Display
berbagai jenis barang dagangan disuguhkan secara linier sepanjang trotoar dengan
berhadap-hadapan untuk memberi banyak pilihan dan variasi barang kepada calon
pembeli dengan suasana yang santai dan rekreatif
3) Pola Pemanfaatan Tengah Lapangan Pancasila
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh
aktivitas PKL di tengah Lapangan Pancasila membentuk pola ldquoberkumpul yang
mengelompokrdquo berdasarkan jenis barang dagangannya dikarenakan bentukan ruang
Lapangan Pancasila yang tanpa adanya pembatas fisik antarPKL dengan daya tampung
ruang yang cukup besar sehingga memungkinkan adanya pergerakan pengunjung yang
bebas dan tidak beraturan dan penataan display barang dagangan yang disajikan secara
mengelompok berdasarkan jenis barang dagangannya masing-masing sehingga
memudahkan calon pembeli memilih jenis barang yang diinginkan dengan banyaknya
variasi barang yang disuguhkan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh PKL
akan semakin berkurang intensitasnya apabila semakin menjauh dari kawasan studi
Intensitas pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan oleh aktivitas PKL pada koridor
41
kelima ruas jalan kawasan semakin menurun karena jalan-jalan ini berorientasi pada
aktivitas-aktivitas yang berbeda yang berlangsung pada kelima ruas jalan antara aktivitas
perkantoran pemerintahan dan pendidikan yang ditandai dengan adanya kepadatan
beberapa bangunan fasilitas perkantoran pemerintahan dan pendidikan pada koridor-
koridor kelima ruas jalan ini
Adanya bangkitan aktivitas nonekonomi ini mengakibatkan rendahnya akumulasi
pengunjung kawasan pada tepi jalan-jalan ini Hal inilah yang menjadi alasan mengapa
ruang-ruang trotoar koridor jalan ini kurang diminati oleh PKL meskipun ada beberapa
PKL yang berjualan pada beberapa penggal jalan namun keberadaannya terputus dan
tidak menerus seperti pada keberadaan PKL pada ruang sirkulasi pejalan kaki di
sepanjang trotoar Jalan Pahlawan yang identik sebagai area yang berorientasi pada
aktivitas pemerintahan Jalan KH Achmad Dahlan Pandanaran dan Achmad Yani yang
identik sebagai area yang berorientasi pada aktivitas perkantoran dan Jalan Gajahmada
yang identik sebagai area yang berorientasi pada aktivitas perkantoran dan pendidikan
Menurut kriteria pemilihan lokasinya aktivitas-aktivitas PKL memiliki
kecenderungan menempati lokasi atau ruang-ruang dengan tingkat akumulasi orang yang
melakukan kegiatan secara bersama-sama pada waktu yang relative sama pula Adanya
fungsi kawasan sebagai CBD tentu tidak lepas dari aktivitas perdagangan dan jasa yang
berlangsung di atasnya sehingga menimbulkan sejumlah akumulasi pengunjung yang
tidak sedikit Fenomena tumbuhnya sector informalPKL ini tak lepas dari keberadaan
aktivitas formal yang tumbuh dan berkembang sebagai aktivitas pendukung (activity
support) yang tidak dapat dihindarkan dan digusur begitu saja melainkan diantisipasi dan
diperhitungkan kebutuhan ruangnya
2 Analisis Pola Pemanfaatan Ruang Jalur Sirkulasi Pedestrian Kawasan
Pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan sebagai jalur sirkulasi pejalan kaki
merupakan jenis pemanfaatan sebagai pemenuhan akan kebutuhan ruang pejalan yang
memisahkan ruang pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan kawasan demi meminimalisasi
konflik kepentingan yang dapat mengakibatkan ketidaknyamanan pejalan kaki maupun
pengguna jalan yang lain (pengendara)
Namun dalam perkembangannya ruang-ruang di tepi jalan ini mengalami pergeseran
fungsi ruang menjadi lokasi aktivitas PKL sehingga kemudian pejalan kaki harus
menjatuhkan pilihannya untuk berjalan melalui jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk
mencapai tujuan dalam pergerakannya
41
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima sebagai
ruang sirkulasi pedestrian dibentuk oleh arah pergerakan pejalan yang dipengaruhi oleh
tujuan dalam melakukan perjalanannya
a Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Melakukan Perpindahan Antarbangunan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima dengan
tujuan untuk melakukan pergerakan perpindahan antarbangunan membentuk pola
rdquomenerus yang melingkarrdquo dikarenakan arah pergerakan pejalan yang menerus pada
sepanjang ruang trotoar di muka bangunan kawasan mengikuti pola sirkulasi utama
kawasan yang membentuk loop
Pola pemanfaatan yang rdquomenerusrdquo ini disebabkan oleh kontinuitas pergerakan pejalan
kaki kawasan dalam melakukan perpindahan antar bangunan formal (perdagangan
modern) pada ruang-ruang trotoar sebagai ruang penghubung antaraktivitas formal
kawasan Pola pergerakan pejalan kaki yang menerus ini merupakan bangkitan dari
tarikan aktivitas perdagangan dan jasa formal kawasan yang menjadi alasan pengunjung
melakukan pergerakan berpindah antarbangunan
Pergerakan pejalan yang rdquomenerusrdquo ini juga dipengaruhi oleh keberadaan aktivitas
PKL di sepanjang ruang trotoar kawasan yang memberi kehidupan menerus pada ruang-
ruang ini Pergerakan menerus dilakukan oleh pejalan kaki kawasan secara linier pada
tepi jalan mengikuti pola jaringan jalan utama kawasan dan memanjang menuju lokasi
pencapaian tujuan pergerakan
Pola pemanfaatan ruang yang rdquomelingkarrdquo disebabkan oleh pencapaian tujuan pada
bangunan perdagangan modern kawasan secara memutar Sistem pencapaian bangunan
formal (perdagangan) yang memutar ini dipengaruhi oleh sistem sirkulasi utama kawasan
yang memiliki muara pada Jalan Simpang Lima (Lapangan Pancasila) dan membentuk
loop dimana dalam bentuk pencapaian yang loop ini diperlukan waktu untuk
mencapainya karena harus melewati banyak persimpangan-persimpangan yang
merupakan simpul-simpul bertemunya arus lalu lintas dari kelima ruas jalan kawasan
pada muaranya di Jalan Simpang Lima
b Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Berbelanja pada PKL di Sepanjang
Trotoar Kawasan dan Tepi Lapangan Pancasila Pola pemanfaatan ruang terbuka
publik Kawasan Simpang Lima dengan tujuan untuk berbelanja pada PKL di sepanjang
trotoar kawasan kurang lebih sama dengan pola pemanfaatan ruang dengan tujuan
melakukan perpindahan antarbangunan formal kawasan yaitu membentuk pola rdquomenerus
41
yang melingkarrdquo sepanjang ruang-ruang trotoar pada muka bangunan formal kawasan
mengikuti pola jaringan jalan utama kawasan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh aktivitas PKL pada sepanjang trotoar
kawasan dipengaruhi oleh penataan display berbagai jenis barang dagangan PKL yang
ditata sedemikian rupa berderet secara linier pada muka bangunan dan memanjang
mengikuti bentukan ruang trotoar sehingga mempermudah calon pembeli baik oleh
pejalan kaki maupun pengguna jalan yang lain (pengendara) untuk melihat dan memilih
jenis-jenis barang yang diinginkan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik dengan tujuan berbelanja pada PKL yang
berjualan di tepi Lapangan Pancasila membentuk pola rdquolinier yang melingkarrdquo mengkuti
sistem sirkulasi utama kawasan yang membentuk loop dengan muara sirkulasi pada
lapangan Pola pemanfaatan yang linier dipengaruhi oleh penataan display barang
dagangan yang ditata sedemikian rupa secara linier pada tepi Lapangan Pancasila (trotoar
lapangan) berhadaphadapan dengan sirkulasi pengunjung PKL yang berada pada tengah
ruang trotoar sebagai ruang yang tersisa dari kedua sisi ruang yang digunakan oleh PKL
Pola pemanfaatan ruang yang rdquomelingkarrdquo dipengaruhi oleh bentukan ruang yang
persegi membulat dengan trotoar sebagai pembingkai ruang lapangan Pemanfaatan yang
melingkar ini dibentuk oleh pergerakan pengunjung PKL yang menerus tanpa terputus
pada ruang trotoar tepi Lapangan Pancasila
c Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Melakukan Aktivitas Olahraga Rekreasi dan
Hiburan Berbelanja Pada PKL di Tengah Lapangan Pancasila
Pola pemanfaatan ruang Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk melakukan aktivitas
olahraga rekreasi dan hiburan serta berbelanja pada PKL yang berjualan di tengah
Lapangan Pancasila memiliki pola pergerakan rdquocurvelinierrdquo Aktivitas-aktivitas ini
cenderung dilakukan secara berkelompok mengingat daya tampung ruang lapangan yang
cukup besar sehingga memungkinkan untuk pergerakan yang bebas dan santai dengan
suasana rekreatif dengan arah pergerakan yang tidak beraturan dikarenakan tanpa adanya
bentukan fisik pembatas antaraktivitas kegiatan Aktivitas olahraga yang seringkali
dilakukan menempati ruang Lapangan Pancasila adalah olahraga sepak bola dimana
olahraga ini biasa dilakukan secara berkelompok dengan pergerakan yang tidak beraturan
pada ruang
Sedangkan pergerakan aktivitas rekreasi dan hiburan yang juga cenderung dilakukan
secara berpasanganberkelompok ini dipengaruhi oleh tujuannya untuk melihat-lihat
pemandangansuasana kawasan sehingga membentuk pola pergerakan yang tidak
41
beraturan dan berkelok-kelok dengan sesekali berhenti untuk mengagumi view atau
sekedar untuk mengobrol
Pola pergerakan pejalan kaki pada ruang Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk
berbelanja pada PKL di tengah lapangan mempunyai pola pergerakan rdquocurvelinierrdquo
dipengaruhi oleh bentukan ruang lapangan yang persegi membulat dengan daya tampung
ruang cukup besar dan sistem sirkulasi pengunjung yang memungkinkan arah pergerakan
dengan bebas Aktivitas PKL yang memiliki kecenderungan berkelompok berdasarkan
jenis barang yang diperdagangkan ini berdampak pada penataan display barang sehingga
sistem sirkulasi pengunjung PKL pun pada akhirnya mengikuti pola pemanfaatan ruang
oleh aktivitas PKL dengan pergerakan yang tidak beraturan pada ruang (curvelinier)
dengan suasana rekreatif dan santai
Dengan adanya pergerakan pejalan kaki Kawasan Bundaran Simpang Lima yang
rdquomenerus dan melingkarrdquo membentuk linkage seyogyanya pejalan kaki diberikan ruang
yang layak demi keamanan dan kenyamanan pejalan dan pengguna jalan yang lain
Dengan kecenderungan sifat manusiawi pejalan yang enggan melakukan perjalanan
dengan permukaan yang naik atau menaik solusi yang ditawarkan tentu tidak bisa berupa
jembatan penghubung antarbangunan Sebab selain memerlukan biaya yang tidak sedikit
dapat menghalangi pandanganview suatu kawasan berpotensi menggunakan sebagian
ruang terbuka publik itu sendiri dan keengganan pejalan berjalan pada permukaan yang
naik sebagai sifat dasar pejalan kaki maka alangkah lebih baiknya apabila solusi yang
ditawarkan sebagai ruang untuk pejalan kaki kawasan di luar konteks teknologi adalah
berupa subway yaitu ruang publik untuk pejalan kaki yang dibangun di bawah tanah yang
menjadi penghubung antarbangunan dengan karakteristik berupa terowongan di bawah
tanah bebas dari sirkulasi kendaraan kawasan bebas dari kebisingan akibat intensitas lalu
lintas kawasan yang cukup tinggi mampu menjadi alternatif ruang untuk PKL dan parkir
off street kawasan sekaligus sebagai jalur pedestrian kawasan
41
352 Kajian PKL di Jalur Pejalan Kaki di Jalan Samanhudi Kabupaten Jember
3521 Analisa Konflik Kepentingan
Tabel IV1Analisa Konflik Kepentingan
Sumber Hasil Analisis Maria Kurnia U 2009
41
3522 Analisa Konflik Penggunaan Ruang
Tabel IV2
Analisa Konflik Penggunaan Ruang
Sumber Hasil Analisis Maria Kurnia U 2009
3523 Analisis Konsep Simbiosis Mutualistik
A Analisa Teori
Analisa ini bertujuan menelusuri konflik kepentingan dan konflik penggunaan ruang
melalui kajian teori-teori tentang penataan PKL yang didapatkan dari literature dan penelitian
PKL yang pernah dilakukan sebelumnya Meminimalisir konflik yang terjadi diperlukan
ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun
menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan
Samanhudi dengan kawasan PKL lain
ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL
41
ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun
dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja
namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang
namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan
ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa
jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan
harga antara pedagang formal dan PKL
ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan
pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak
penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi
antar pihak
ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai
dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan
perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang
informal
ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan
persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL
ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan
dalih keamanan
ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan
pejalan kaki dan pengendara kendaraan
ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki
ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL
ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan
ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa
harus saling menumpuk
ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak
ndash Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini
menjadi jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen
B Triangulasi Konsep Simbiosis Mutualistik
Triangulasi konsep simbiosis mutualistik dilakukan untuk mendapatkan konsep-
konsep penataan pedagang kaki lima yang menguntungkan berbagai pihak yang terkait yang
membandingkan antara fakta empiris studi kasus dan teori
41
Mengakui eksistensi PKL didukung dengan program kebijakan untuk mengelola
aktivitas PKL
Penyuluhan pembinaan dan pelatihan untuk PKL
Pemberian bantuan modal dari pemerintah maupun dari sektor swasta (dengan konsep
kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitusaja namun dilakukan kontrol terhadap dana
bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang begitu saja namun dapat dimanfaatkan secara
berkelanjutan
Peningkatan citra kawasan melalui pembentukan karakter khusus PKL di lokasi studi
sehingga membedakan PKL Samanhudi dengan PKL di kawasan lain
Pengelompokkan PKL menurut jenis barang dagangan dan perletaknnya diatur menurut
jenis dagangan toko formal sehingga tidak terjadi perebutan konsumen
Peningkatan citra kawasan sehingga menambah daya tarik pengunjung
Pembentukan Paguyuban Samanhudi yang beranggotakan PKL pedagang formal dan
pihak penengah untuk menyamakan aspirasi antar golongan dan sebagai forum diskusi
Legalitas sektor informal yang diakui oleh pemerintah
Perumusan kebijakan dan peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan
perdagangan informal
Peraturan didukung pengawasan yang ketat sangsi yang jelas dan sosialisasi serta
persamaan persepsi
Perancangan sarana usaha sesuai dengan jenis barang dagangan dan aspirasi PKL
Sosialisasi status ruang PKL
Peningkatan keamanan dan pengawasan untuk mencegah pemerasan tindak kejahatan
lain
Mempertahankan orientasi PKL ke arah bangunan formal
Perbaikan pelebaran dan pemeliharaan jalur pejalan kaki (pedestrian) sebatas ruang
parkir on street sehingga jalur aktif jalan tidak berkurang
Pemisahan yang jelas antara jalur pejalan kaki dan ruang PKL
Pemisahan yang jelas antara jalur pengendara ruang PKL dan jalur pejalan kaki
Mengatur ruang parkir off street di sepanjang jalan untuk mengurangi beban jalan akibat
penyempitan jalan karena adanya pelebaran pedestrian
Perpanjangan sosoran dari bangunan formal sebagai pelindung pejalan kaki dan ruang
PKL sehingga PKL tidak perlu memakai ataptambahan untuk kiosnya
Bentuk sarana usaha berupa meja dorong tanpa atap agar akses visual pencahayaan dan
penghawaan ke bangunan formal tidak terhalang
41
Diberikan jarak setiap 2 kios sebagai akses masuk ke bangunan formal
Mengikutsertakan seluruh pihak terkait dalam penyampaian keputusan
Perancangan dapat mewadahi ruang PKL
Ruang PKL mengikuti arus pergerakan manusia
Pengaturan kebersihan dan ketertiban
C Konsep Legalitas PKL
Adanya pengakuan resmi dari pemerintah terhadap PKL Samanhudi sebagai salah satu
sector ekonomi di kawasan studi melalui surat keputusan resmi Surat keputusan ini
sekaligus mengatur hak kewajiban dan tanggung jawab PKL sebagai kompensasi
perubahan status yang telah diberikan oleh pemerintah
PKL berhak mendapatkan perlindungan hokum dan pinjaman modal dari pemerintah
Namun sebagai sector resmi PKL dikenakan pajak penghasilan dan retribusi Besarnya
pajak Pajak penghasilan dibedakan dari sektorformal Dengan membayar pajak PKL
berhak mendapatkan perlindungan pemerintah dari oknum preman dsb
PKL wajib mendukung program-program penertiban yang dilakukan pemerintah Apabila
PKL melanggar hak dan kewajiban yang telah diputuskan PKL tidak berhak lagi
menempati lapak yang telah dipinjamkan oleh pemerintah Dan dicabut ijin berjualannya
di kawasan Samanhudi
Dalam konsep ini simbiosis mutualistik terjadi antara pemerintah dan PKL dimana PKL
mendapatkan pengakuan perlindungan dan bantuan modal dari pemerintah sementara
pemerintah mendapatkan retribusi pajak penghasilan dan ketertiban dari PKL
D Konsep Pembinaan dan Permodalan
Pedagang kaki lima perlu untuk mendapatkan pembinaan dari pemerintah Kabupaten
Jember untuk meningkatkan kemampuan wirausaha dan peningkatan kualitas barang
dagang dan pelayanan terhadap pembeli konsumen sehingga bias meningkatkan
pendapatan dan aktivitas pedagang kaki lima dapat member nilai tambah serta dapat
memberkan peluang kerja yang dapat mengurangi tingkat pengangguran di Kabupaten
Jember Bentuk pembinaan berupa penyuluhan yang diberikan berkala secara rutin
Program pembinaan diadakan oleh pemerintah
Program pembinaan juga digunakan sebagai sarana pertemuan rutin dan sosialisasi
peraturan-peraturan yang dilakukan pemerintah
Program pembinaan juga dapat dijadikan sarana untuk selalu mengingatkan hak dan
kewajiban serta sangsi yang diterapkan bila PKL melanggar selama beroperasi dikawasan
Samanhudi
41
Program pembinaan memberikan keuntungan kepada PKL dan pemerintah PKL
mendapatkan peningkatan kemampuan dan pemerintah mendapat sarana sosialisasi
Pemberian bantuan modal ini tidak ditujukan kepada semua pedagang kaki lima tetapi
diberikan kepada beberapa pelaku usaha yang memiliki potensi dan criteria yang telah
ditentukan
Pemerintah dalam memberikan bantuan modal ini juga harus bekerja sama dengan
instansi-isntansi lain yang terkait
Pemberian modal dari pihak swasta sangat disarankan
Konsep ini memberikan keuntungan kepada pihak PKL berupa bantuan modal dengan
bunga ringan keuntungan laba pinjaman kepada pemberi modal dan bila pihak swasta
terlibat mendapatkan keuntungan berupa kesempatan untuk periklanan
E Konsep Kelembagaan Paguyuban Samanhudi
Paguyuban Samanhudi merupakan Kelembagaan yang memiliki kewenangan atau
keterikatan dengan pengelolaan dan pembinaan Pedagang Kaki Lima KoridorJalan
SamanhudiPaguyuban ini beranggotakan wakil PKL wakil pedagang formal wakil
pemerintah dari dinas Kebersihan dan Pertamanan Dinas Polisi Pamong Praja Dinas
Pariwisata Dinas Pendapatan dan Dinas LPMK Kabupaten Jemberserta pihak penengah
selaku penasehat dan pihak netral yang diwakili oleh pakar PKL dari universitas tokoh
masyarakat dan pakar PKL lainnya
Peran Paguyuban ini adalah sebagai forum diskusi dari semua pihak untuk menampung
aspirasi dan menetralisasi konflik yang terjadi sehingga setiap aspek dikoridor jalan
Samanhudi dapat melakukan koordinasi dan semua aspirasi dari semua pihak dapat
tersampaikan Fungsi paguyuban juga sebagai sarana mengikutsertakan semua pihak
terkait dalam membuat rancangan peraturan dan sosialisasi peraturan yang telah
ditetapkan pemerintah mengenai PKL kepada semua pihak terkait
Paguyuban juga berfungsi sebagai pihak pengawas bekerja sama dengan pihak kepolisian
dan pamong praja untuk mengawasi segala pelanggaran yang dilakukan oleh semua pihak
terkait Penerapan sangsi harus tegas dan diawasi oleh paguyuban sehingga tidak terjadi
rsquopenyelesaiandamairsquo dari pihak pelanggar dana para penegak peraturan
Paguyuban memberikan keuntungan kepada PKL pedagang formal pemerintah dan
masyarakat berupa kesempatan untuk menyalurkan aspirasi
41
353 Kajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit Kariyadi
Semarang
3531 Analisis Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar
Rumah Sakit dr Kariadi
Analisis karakteristik aktivitas PKL menggunakan metode deskriptif kuantitaif
dan distribusi frekuensi Analisis ini nantinya menunjang untuk analisis selanjutnya
yaitu analisis karakteristik berlokasi PKL Analisis ini meliputi lokasi aktivitas PKL
tempat usaha PKL jenis barang dagangan sarana fisik berdagang pola layanan pola
penyebaran serta status kepemilikan usaha Uraian dari masing-masing analisis
tersebu dipaparkan sebagai berikut
a Lokasi Beraktivitas
Sesuai dengan ruang lingkup spasial dari penelitian ini lokasi yang digunakan
PKL untuk memanfaatkan aktivitas kegiatan utama Rumah Sakit dr Kariadi adalah di
sepanjang penggal Jalan dr Kariadi sebagian Jalan Veteran dan sebagian Jalan dr
Soetomo Mereka berlokasi di penggalpenggal jalan tersebut dikarenakan jalan
tersebut merupakan batas dari kawasan fasilitas kesehatan dan merupakan jalan arteri
sekunder kolektor sekunder dan lokal sekunder yang ramai orang berlalu lalang
lintas kendaraan serta dilewati jalur angkutan umum Kondisi tersebut ditangkap oleh
PKL sebagai peluang untuk mendapatkan konsumen dengan memanfaatkan tingkat
kunjungan yang tinggi dari aktivitas kegiatan utama serta orang yang lalu lalang yang
melintas di penggal jalan-jalan tersebut Untuk lebih jelas mengenai lokasi PKL dapat
dilihat pada Gambar berikut
41
Gambar 33
Lokasi Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Pada lokasi tersebut terbagi menjadi spot-spot yang menjadi lokasi PKl
berdasarkan penggal jalan yang telah disebutkan sebelumnya yaitu Jalan dr Kariadi
Jalan Veteran dan Jalan dr Soetomo Spot-spot tersebut memiliki karakteristik
masing-masing baik dari sisi aktivitas dan ruang usaha PKL maupun dari karakteristik
berlokasinya Di penggal Jalan dr Kariadi terdapat beberapa bagian yang merupakan
lokasi larangan untuk PKL lokasi yang diperbolehkan untuk menggelar dagangan
PKL serta PKL binaan kelurahan yang dikenal dengan istilah PKL orange Pada Jalan
Veteran yang diminati oleh PKL berada di sisi selatan jalan Lokasi tersebut juga
diperbolehkan untuk berdagang PKL sebagai kompensasi penggantian lokasi
penggusuran PKL yang berasal dari Jalan dr Kariadi sisi barat Lokasi yang
seharusnya bersih dari PKL adalah Jalan dr Soetomo karena merupakan jalur merah
Namun lokasi ini tetap diminati untuk berlokasi PKL diantaranya dikarenakan tidak
adanya lokasi lain serta lokasinya yang strategis Kestrategisan tersebut dilihat dari
status jalan yang merupakan jalan utama penghubung ke pusat-pusat aktivitas lainnya
serta akses ke pusat kota maupun ke luar kota sehingga frekuensi kendaraan yang lalu
lalang tinggi Selain itu lokasinya yang dekat dengan kegiatan utama yang ada di
sekitarnya seperti Rumah sakit dr Kariadi perkantoran ataupun permukiman Hal
tersebut dimanfaatkan PKL sebagai peluang mendapatkan konsumen
b Tempat Usaha
41
Lokasi yang diminati PKL tidak menyediakan tempat khusus untuk berdagang
PKL sehingga mereka menggunakan ruang-ruang publik untuk tempat usahanya
seperti di trotoar di atas saluran drainase bahu jalan dan badan jalan Dengan
difungsikannya ruang-ruang publik tersebut menjadi tempat berdagang bagi PKL
berakibat menurunnya fungsi ruang publik tersebut mengurangi citra kawasan serta
menurunnya kualitas lingkungan Oleh pemerintah kota ruang-ruang publik tersebut
dimanfaatkan untuk tempat usaha PKL karena diperlukan tempat usaha di lokasi
tersebut Hal ini sebagai upaya pemerintah untuk mewadahi aktivitas tersebut
Tempat-tempat tersebut dilegalkan menjadi tempat usaha yang diperuntukkan bagi
PKL sesuai dengan peraturan daerah nomor 11 tahun 2000 tentang PKL yang
notabene bertolak belakang dengan peraturan daerah lainnya yang mengatur tentang
ketertiban keindahan dan pertamanan Persentase PKL yang menempati ruang-ruang
publik dapat dilihat pada Gambar berikut ini
Gambar 34
Persentase Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Terdapat pula PKL yang tidak mendapat izin tempat usaha berdagang
khususnya PKLyang berlokasi di daerah larangan untuk PKL serta berdagang pada
waktu yang tidak diperbolehkan sehingga mereka tidak ditarik retribusi dan sewaktu-
waktu dapat ditertibkan oleh aparat penegak tata tertib Namun ketidaktertiban aparat
PKL yang tidak mendapat izin tersebut kadang-kadang juga dipungut retribusi yang
diistilahkan dengan uang keamanan namun frekuensinya tidak teratur PKL dalam
golongan ini jumlahnya minoritas jika dibandingkan dengan PKL yang mendapat izin
tempat usaha Berikut sketsa sebaran PKL menurut tempat usahanya yang dapat
dilihat pada Gambar
41
Gambar 35
Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
c Jenis Barang Dagangan
Dagangan mayoritas yang diperdagangkan oleh PKL di sekitar Rumah Sakit
dr Kariadi adalah jenis barang dagangan makanan seperti warung tegal bakso soto
es buah dan makanan kecil Jenis dagangan tersebut diminati karena PKL mencoba
menangkap aktivitas kegiatan utama yang banyak membutuhkan jenis barang
dagangan makanan
Jenis barang dagangan yang paling minoritas diperdagangkan adalah buah-
buahan Jenis dagangan inipun hanya dijumpai di penggal Jalan dr Kariadi karena di
penggal jalan tersebut terdapat pintu masuk pengunjung rumah sakit Jenis barang
dagangan ini biasanya digunakan sebagai cangkingan atau oleh-oleh untuk membesuk
pasien Namun jenis dagang ini kurang diminati pedagang dikarenakan barangnya
yang mudah busuk tidak mempunyai tempat penyimpanan khusus seperti kulkas
relatif mahal karena rata-rata buah impor serta konsumennya relatif sedikit
Kekurangminatan pedagang untuk menjual jenis dagangan ini dapat dilihat dari
sedikitnya jumlah PKL yang menjual dagangan ini
Jenis barang dagangan lain yang banyak diperdagangkan adalah kelontong
karena berjualan bermacam-macam jenis barang dari rokok makanan kecil air
kemasan bahkan sampai barang kebutuhan mereka yang beraktivitas di kegiatan
41
utama yaitu rumah sakit seperti untuk kebutuhan penunggu pasien yaitu tikar kipas
termos untuk air panas dan jenis barang lainnya
Jenis dagangan yang lain merupakan jenis barang dagangan yang umum
diperdagangkan atau jenis barang dagangannya hampir ada setiap ruas jalan-jalan
besar lokasi PKL lainnya di kota besar yang kebanyakan termasuk dalam jenis barang
dagangan non makanan dan jasa pelayanan seperti warung telekomunikasi bensin
tambal ban voucher pulsa fotocopy Untuk jasa pelayanan fotocopy yang banyak
tersebar di kawasan tersebut terkait dengan adanya kegiatan utama berupa fasilitas
pendidikan seperti Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro akademi
keperawatan dan farmasi sedangkan untuk jenis dagangan umum lainnya terkait
adanya permukiman di sekitar lokasi tersebut Namun ada barang dagangan yang khas
yaitu nisan karena lokasi sekitar Rumah sakit dr Kariadi terdapat tempat pemakaman
umum yang cukup besar yaitu TPU Bergota
Jenis dagangan yang dijual dapat dikatakan tidak semata hanya melayani
untuk aktivitas yang terkait dengan Rumah Sakit dr Kariadi namun juga melayani
terhadap aktivitas lainnya disekitar Rumah Sakit dr Kariadi seperti fasilitas
pendidikan permukiman pemakaman serta perkantoran bahkan aktivitas transportasi
seperti kebutuhan supir angkutan umum dan supir taxi Untuk lebih jelas mengenai
perbandingan jumlah PKL menurut jenis barang dagangan di masing-masing penggal
jalan dapat dilihat pada gambar berikut ini
Gambar 36
Karakteristik Jenis Barang Dagangan Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
41
d Sarana Fisik Berdagang
Masing-masing lokasi memiliki jenis sarana berdagang mayoritas yang
berbeda-beda Pada penggal Jalan dr Kariadi mayoritas PKL di penggal jalan tersebut
menggunakan kios sebagai sarana berdagangnya Kios-kios tersebut awalnya
merupakan warung semi permanen yang disekat-sekat Namun seiring dengan
perkembangan waktu dan adanya praktek sewa tempat usaha maka warung tersebut
dibangun permanen oleh pemiliknya bahkan diantaranya ada yang dilengkapi dengan
kamar mandi serta ruang tidur Hal tersebut dikarenakan sebagian kios juga dijadikan
sebagai tempat tinggal pemiliknya Asal pedagang yang dari luar Kota Semarang serta
biaya yang mengontrak relatif mahal sehingga menjadikan kiosnya sebagai sarana
usaha serta tempat tinggal sekaligus Sarana dagang tersebut telah menyimpang dari
peraturan daerah tentang PKL Latar belakang pendidikan PKL yang sebagian rendah
kemungkinan menjadi penyebab kurangnya pemahaman pedagang terhadap produk
hukum tersebut atau memang mengerti namun sengaja dilanggar karena tidak adanya
upaya pemerintah untuk menertibkan sarana berdagang yang telah melanggar
peraturan tersebut Selain itu ketidaktergantungan PKL terhadap ketersediaan
prasarana penunjang menjadikan PKL dalam beraktivitas tidak mempertimbangkan
aspek tersebut
Selain kios sarana dagangan yang banyak diminati adalah gerobak tenda yaitu
sarana dagangan utamanya gerobak yang ditunjang dengan tenda yang biasanya untuk
tempat makan konsumen Sarana dagang ini dianggap praktis karena mudah
dibongkar pasang serta dipindahkan Terlebih sarana dagang ini sesuai dengan
himbauan pemerintah dalam Perda No 11 tahun 2000 yaitu sarana PKL adalah yang
mudah untuk dibongkar serta dipindahkan
Lain halnya dengan PKL di penggal Jalan dr Soetomo mereka lebih banyak
menggunakan gerobak Hal tersebut dikarenakan lokasi tersebut merupakan lokasi
larangan untuk PKL tapi mereka tetap bertahan di lokasi tersebut dengan alasan tidak
tersedia tempat lain yang strategis untuk berjualan Dengan menggunakan gerobak
memudahkan mereka untuk lari atau berpindah tempat jika ada penertiban oleh aparat
penegak tata tertib
Di penggal Jalan Veteran sama halnya dengan sarana fisik yang digunakan
berdagang oleh PKL di penggal Jalan dr Kariadi Mereka mayoritas menggunakan
41
sarana berdagang berupa kios Mereka menggunakan sarana fisik dagangan kios
permanen yang dianggap aman karena memperoleh izin tempat usaha dari pihak
terkait untuk berdagang Namun sarana dagang yang dibuat permanen tersebut tidak
sesuai dengan perda tentang PKL yang mengharuskan sarana dagang pedagang kaki
lima yang mudah dibongkar dan dipindah-pindah
Sarana fisik dagangan yang kurang diminati adalah mobil Walaupun cukup
fleksibel untuk berpindah-pindah namun biaya untuk operasional sehari-hari cukup
mahal seperti bahan bakar perawatan mobil ataupun untuk pengadaan unit mobil itu
sendiri Hanya terdapat satu PKL yang menggunakan sarana dagangan ini yaitu
berada di penggal Jalan dr Kariadi Namun karena pada waktu penyebaran kuesioner
pedagang ini tidak berada di lokasi maka tidak masuk menjadi responden
e Pola Layanan
Untuk pola pelayanan terdapat tiga aspek yang dibahas yaitu mengenai waktu
layanan
aktivitas PKL serta sifat layanan Berikut uraian dari analisis pola pelayanan tersebut
1 Waktu Layanan
Sesuai waktu aktivitas kegiatan utama yang rata-rata pagi hingga sore hari
seperti fasilitas pendidikan perkantoran serta jam berkunjung dan pemeriksaan rumah
sakit maka mayoritas PKL membuka usahanya pada waktu tersebut yaitu sekitar
pukul 0900 hingga pukul 1600 Namun khusus yang berada di penggal Jalan dr
Kariadi yaitu di sekitar pintu masuk dan lokasi larangan untuk PKL hanya
diperbolehkan untuk berjualan pada sore hingga malam hari yaitu biasanya mereka
membuka usahanya sekitar pukul 1600 hingga 0000 Terdapat beberapa PKL yang
waktu usahanya menyesuaikan dengan waktu pelayanan rumah sakit yang buka 24
jam atau sepanjang hari Hal tersebut dilakukan menangkap peluang menjajakan
barang dagangan untuk kebutuhan aktivis rumah sakit seperti penunggu pasien
pengunjung atau petugas piket atau jaga serta tidak menutup kemungkinan pembeli
dari pengendara yang lalu lalang atau supir transportasi umum
Hal tersebut juga berlaku di penggal jalan yang lain dimana mayoritas
membuka usahanya pada pagi hingga sore hari Hanya minoritas yang membuka
usaha pada sore hingga malam hari serta sepanjang hari Faktor lain yang dapat
mempengaruhi waktu aktivitas PKL selain menyesuaikan waktu aktivitas kegiatan
utama adalah kepemilikan usaha yang merupakan milik pribadi sehingga mereka
membuka usahanya sesuai keinginan mereka
41
Terdapat pula fenomena satu lokasi ditempati oleh dua PKL dengan waktu
layanan yang berbeda PKL yang beraktivitas pada pagi hingga sore mencoba
menagkap peluang dari kunjungan ke kegiatan utama seperti rumah sakit fasilitas
pendidikan perkantoran serta perdagangan informal dan tidak menutup orang yang
lalu lalang melewati jalan-jalan tersebut Lokasi yang dianggap strategis serta
berprospektif tersebut digunakan oleh PKL lain untuk berjualan di tempat yang sama
Hal tersebut dimanfaatkan PKL untuk menangkap peluang dari kegiatan rumah sakit
serta orang yang lalu lalang Selain itu juga menangkap konsumen dari penumpang
bus malam yang melewati Jalan dr Soetomo dimana di jalur tersebut terdapat halte
serta konsumen dari supir angkutan umum yang sedang istirahat sejenak Berikut
pemetaan PKL menurut waktu berdagangnya
Gambar 37Peta Sebaran Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Menurut Waktu Layanan
2 Sifat Layanan
Dari gambar di bawah ini dapat disimpulkan bahwa mayoritas PKL di sekitar
Rumah Sakit dr Kariadi memiliki sifat layanan menetap baik dari segi tempat
berdagangnya yang tetap serta waktu berdagangnya yang sama setiap harinya hal ini
nampak pada sarana fisik dagangan para PKL tersebut yang berupa kios yang
memang tidak bisa dipindah-pindah atau permanen Hanya 13 yang memiliki sifat
layanan semi menetap Berikut persentase PKL menurut sifat layanannya
41
Gambar 38Persentase Sifat Layanan Pedagang Kaki LimaDi Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Sifat layanan semi menetap biasanya PKL yang tempat usahanya yang
merupakan gabungan antara menetap dengan keliling yaitu pada awal waktu
berdagang pada lokasi yang sama tiap harinya namun jika belum habis dagangannya
mereka berkeliling serta jam berdagang yang tidak tetap tiap harinya terkadang hanya
sampai siang karena dagangannya habis Sisanya yang 2 berjualan secara
berkeliling yang diantaranya bertujuan untuk mendekati konsumen serta
memanfaatkan waktu-waktu puncak kegiatan utama rumah sakit seperti waktu
kunjungan menjenguk pasien
f Pola Penyebaran
Pola penyebaran PKL mayoritas mengikuti pola jalan yang ada yaitu linier
Mereka berjualan di bahu-bahu jalan bahkan ada yang berada di atas saluran drainase
Selain itu pola penyebaran tersebut terbentuk karena lokasi yang diperbolehkan untuk
PKL menempati trotoar trotoar sepanjang jalan yang secara otomatis membentuk
linier Alasan lainnya yang diungkapkan oleh pedagang adalah agar dagangannya
mudah dilihat oleh orang yang lalu lalang Namun terdapat beberapa PKL yang
berjualan secara aglomerasi dengan PKL yang berjualannya bergerombol di dekat
pintu masuk pengunjung Rumah Sakit dr Kariadi seperti yang dapat dijumpai di Jalan
dr Kariadi yaitu bergerombol di sekitar pintu masuk pengunjung rumah sakit serta di
Jalan dr Soetomo yang bergerombol di dekat pintu masuk UGD dan pintu masuk ke
Gedung Pavilliun Garuda Hal tersebut dimaksudkan untuk mendekati pengunjung
yang akan masuk ke rumah sakit Hanya sebagian kecil saja yang lokasinya berjauhan
dengan PKL lainnya atau menyebar untuk mengurangi persaingan dengan PKL
lainnya
41
g Kesimpulan Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar
Rumah Sakit dr Kariadi
Tempat usaha tidak terdapatnya tempat yang dikhususkan untuk PKL pemerintah
memfasilitasinya dengan memperbolehkan menempati ruang-ruang publik seperti
trotoar badan atau bahu jalan serta di atas saluran drainase melalui Perda no 11 tahun
2000 Namun hal ini dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan
serta visual kawasan dan tidak optimalnya ruang publik tersebut Mayoritas PKL di
kawasan tersebut telah mengantongi izin tempat usaha dari kelurahan selaku pihak
berwenang
Jenis barang dagangan karakteristik jenis barang dagangan PKL pada umumnya
mengikuti kebutuhan kegiatan utama yaitu aktivitas Rumah Sakit dr Kariadi dan
sekitarnya seperti fasilitas pendidikan perkantoran perdagangan informal
permukiman dan pemakaman Jenis barang dagangan yang mayoritas diperdagangkan
berupa makanan Jenis barang dagangan yang diperdagangkan adalah non makanan
buah-buahan jasa pelayanan serta kelontong Terkait dengan kegiatan utama terdapat
beberapa jeni barang dagangan yang spesifik seperti termos tikar kipas guna
memenuhi kebutuha penunggu pasien
Sarana fisik dagangan mayoritas berupa kios yang dibangun permanen serta
gerobak tenda Menggunakan kios dikarenakan lokasinya yang telah dilegalkan untuk
aktivitas PKL serta terkait pola layanan yang menetap serta pada waktu berdagang
yang tetap Sedangkan gerobak tenda banyak digunakan oleh pedagang makanan
dimana tendanya digunakan sebagai tempat untuk konsumen Untuk bangunan
permanen diantaranya digunakan sebagai tempat tinggal Ketidakketergantungan
PKL terhadap prasarana penunjang sehingga PKL tidak mempertimbangkan aspek
tersebut karena mereka dapat mengusahakan sendiri
Pola pelayanan dari segi waktunya mengikuti waktu aktivitas kegiatan utama yaitu
pagi hingga sore hari sekitar pukul 0900 ndash 1600 serta telah mendapat izin tempat
usaha dari pihak berwenang namun terdapat pula PKL yang beraktivitas sore hingga
malam hari yaitu pukul 1600 ndash 0000 serta sepanjang hari Sifat layanannya menetap
mengingat mayoritas bersarana fisik dagangan berupa kios serta waktu berdagang
yang relatif tetap
Pola penyebaran mayoritas secara linier yaitu mengikuti pola jalan karena lokasi
yang dilegalkan untuk PKL oleh pemerintah menempati ruang-ruang publik seperti
trotoar di atas saluran drainase dan bahu jalan yang notabene mengikuti pola jalan
41
Selain itu terdapat sebagian beraglomerasi di sekitar pintu masuk rumah sakit yang
bertujuan untuk mendekati konsumen dan sisanya menyebar agar mengurangi
saingan
ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun
menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan
Samanhudi dengan kawasan PKL lain
ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL
ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun
dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja
namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang
namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan
ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa
jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan
harga antara pedagang formal dan PKL
ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan
pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak
penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi
antar pihak
ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai
dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan
perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang
informal
ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan
persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL
ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan
dalih keamanan
ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan
pejalan kaki dan pengendara kendaraan
ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki
ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL
ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan
ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa
harus saling menumpuk
41
ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak
Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini menjadi
jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen
41
Pengelolaan PKL
Pengelolaan PKL di Bundaran
Simpang Lima
Lima Semarang
Pengelolaan PKL di
Kabupaten Jember
Pengelolaan PKL di Kawasan Sekitar Rumah
Sakit dr Kariadi Semarang
Mengakui keberadaan PKL dengan
menuangkannya di dalam produk-
produk tata ruang
Penegakan peraturan
perundagangan yang terkait
dengan PKL
Menjalin kerjasama dengan sektor
formal dalam menyediakan ruang
bagi PKL
Menyediakan ruang perkotaan
yang dikhususkan bagi sektor
informal
Peningkatan citra PKL
Pengakuan terhadap eksistensi PKL
Control terhadap dana bantuan
Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo
Penindakan tegas kepada oknum yang
melakukan perampasan hak pada PKL
dengan dalih keamanan
Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk
menampung aktivitas PKL dan pejalan
kaki
Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan
jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir yang tepat
Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal
Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan
jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir
Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL
dan konsumen yang aman dari gangguan
pejalan kaki dan pengendara kendaraan
41
36 Temuan Studi
Temuan studi ini dimana akan menjawab sasaran yang disesuaikan dari contoh kasus yang ada di Indonesia Berikut adalah tabel matrik temuan
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
Mengetahui
permasalahan
PKL di jalur
pejalan kaki
Keberadaan sektor PKL yang menempati ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima memakai separuh lebih lebar trotoar bahkan seringkali tidak menyisakan sedikit pun ruang untuk pejalan kaki Ruang-ruang trotoar menjadi tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya sebagai ruang pemisah antara ruang yang digunakan untuk sirkulasi pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan Ruang-ruang trotoar tersebut banyak yang beralih fungsi menjadi lokasi berdagang PKL
Peralihan fungsi trotoar ini menyebabkan terganggunya aktivitas pejalan kaki sehingga pejalan terpaksa harus menggunakan jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk berjalan guna menghindari berbagai hambatan di atas trotoar Hal ini menyebabkan pejalan kaki terpaksa harus berhati-hati jika melangkah terkadang juga harus mengalah berjalan pada ruang-ruang jalur lambat dan sebagian badan jalan Kondisi ini sangat tidak aman dan
Masalah yang utama itu dari setiap
pedagang kaki lima di Jalur Pejalan Kaki
di Jalan Samanhudi Jember yaitu
Penggusuran Para PKL liar yang tidak
memiliki TDU(Tanda Daftar Usaha)
mereka biasanya akan di gusur dengan
peringatan yang di berikan sampai di
laksanakan penggusuran paksa padahal
Pedagang kaki lima merupakan salah satu
solusi akan masalah tingginya angka
pengangguran dan sedikitnya lapangan
kerja bagi masyarakat berpendidikan
rendah seperti mereka Pemerintah dalam
hal ini tidak dapat menyediakan lahan
pengganti bagi mereka untuk melanjutkan
usaha mereka jika pun ada pemerintah
menyediakan lahan-lahan yang letaknya
kurang strategis yang secara pasti
menurunkan dan mematikan pendapatan
yang mereka dapatkan dan akhirnya
Legalitas lokasi aktivitas
PKL yang biasanya ditempatkan
di dalam ruang publik seperti di
atas trotoar di atas saluran
drainase taman dan ruang publik
lainnya patut dipertanyakan
karena ketidakberdayaannya
peraturan tersebut dalam
menangani PKL Sebagai contoh
di sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi legalitas lokasi untuk
aktivitas PKL yang linier di
sepanjang jalan yang bertempat di
atas drainase Dalam aspek
apapun hal tersebut tidak dapat
dilegalkan terlebih tidak ada
penjelasan mengenai luasan atau
desain yang diperbolehkan PKL
untuk menggelar dasaran pada
dimensi saluran drainase yang
PKL yang menempati
ruang-ruang trotoar
menyebabkan
terganggunya aktivitas
pejalan kaki
Pemerintah tidak dapat
menyediakan lahan
pengganti
Legalitas lokasi aktivitas
PKL yang biasanya
ditempatkan di dalam
ruang publik seperti di atas
trotoar di atas saluran
drainase taman dan ruang
publik patut
dipertanyakan
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
nyaman bagi pejalan kaki ataupun bagi pengendara kendaraan bermotor karena mengganggu arus lalu lintas dan membahayakan keselamatan jiwa mereka hal seperti ini dapat kita lihat di depan dan di samping Masjid Baiturrahman di depan Citraland Mall di depan dan di samping Plasa Simpang Lima di depan dan di samping Kompleks Pertokoan Simpang Lima di depan dan di samping Ramayana Super Center di depan dan di samping SMKN 7 SemarangKantor Telkom dan di depan Gajahmada Plaza
Pemilihan lokasi PKL dipengaruhi oleh kecenderungan aktivitas PKL yang selalu menentukan lokasi mendekati pusat-pusat keramaian atau pusat-pusat perdagangan dan jasa dan lokasi-lokasi yang sering dikunjungi oleh orang banyak dalam kurun waktu tertentu secara periodik dan menerus Alasan inilah yang kemudian mendasari penentuan lokasi PKL Kawasan Bundaran Simpang Lima untuk berjualan di trotoar karena ruang-ruang jalur pedestrian inilah yang
mereka harus gulung tikar dan menjadi
pengangguran yang semakin menambah
permasalahan di Indonesia Pemerintah
harus mencari cara dan tempat yang baik
untuk mereka berdagang ditengah modal
mereka yang kecil agar di sisi lain semua
para pedagang kaki lima tidak hilang
lapangan kerjanya dan bias melanjutkan
kelangsungan hidupnya
ada Selain itu PKL juga
menempati trotoar yang
mengakibatkan bertambahnya
permasalahan yang terdapat di
lokasi tersebut Imbas secara
langsung dirasakan oleh
pengguna trotoar yaitu pedestrian
ketidaknyamanan bahkan tidak
adanya lagi ruang untuk berjalan
di atas trotoar acapkali menjadi
konsekuensi pedestrian yang
trotoarnya diserobot PKL
Aglomerasi aktivitas PKL yang
berlokasi di sekitar pintu masuk
pengunjung Rumah Sakit dr
Kariadi menyebabkan
penumpukan aktivitas seperti
aktivitas keluar masuk
pengunjung aktivitas jual beli
antara PKL dengan konsumen
lalu lintas kendaraan yang sedang
melewati Jalan dr Kariadi serta
angkutan umum yang sedang
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
dianggap sebagai lokasi yang ramai dikunjungi oleh pejalan kaki yang melakukan pergerakan dalam mencapai tempat tujuan perjalanannya Begitu juga dengan ruang Lapangan Pancasila karena selalu ramai dikunjungi pada hari-hari libur dengan rata-rata pengunjung mencapai 51 ndash 100 oranghari dikarenakan kedudukannya sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya
berhenti mencari penumpang
Sekali lagi permasalahan tersebut
disikapi oleh pemerintah dengan
penertiban dan penggusuran yang
hampir tidak pernah berakhir
manis
Mengetahui
peranan PKL
Kehadiran PKL di Kawasan
Bundaran Simpang Lima juga mampu
menciptakan kehidupan yang menerus
sehingga terhindar dari kematian
kawasan pada saat tertentu akan tetapi
di sisi lain kehadiran PKL
menyebabkan ketidakteraturan
kekumuhan dan kualitas fisik yang
buruk sehingga merusak wajah kota
Selain itu PKL yang berjualan di
Lapangan Pancasila pada malam hari
dengan kehidupan malam dan wanita-
wanita penghibur yang berdandan tebal
Tempat pedagang kaki lima bagi
Masyarakat dijalan Samanhudi Jember
sangat penting sebagai penyedia kebutuhan
yang dibutuhkan oleh Masyarakat Jember
Pedangan kaki lima sangat mempengaruhi
pola pasar dan sosial di Jember khususnya
didaerah Jalan Samanhudi Dalam bidang
perekonomian pedagang kaki lima hanya
berpengaruh sebagai produsen yang
penting bagi Masyarakat Jember
mengingat akan Meningkatnya jumlah
Penduduk Mereka cenderung lebih
memilih membeli pada pedagang kaki lima
Usaha PKL yang terus
berkembang pesat menarik PKL
untuk mempekerjakan karyawan
selain tenaga yang dibutuhkan
memang tidak bisa dikerjakan
sendiri terdapat pula pemilik
modal yang menyewa tempat
usaha namun dijadikan usaha
sampingan sehingga tidak
mengelola secara langsung
usahanya namun dengan
mempekerjakan karyawan PKL
yang statusnya sebagai karyawan
Pedangan kaki lima sangat
mempengaruhi pola pasar
dan sosial
harga yang PKL tawarkan
lebih murah dibandingkan
dengan harga di mall
grosir maupun indogrosir
sebagai salah satu
alternatif lapangan
pekerjaan bagi masyarakat
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
menciptakan kesan negatif dan
memperburuk citra kawasan
daripada membeli di supermarket yang
sudah merajalela di kota Jember pada saat
ini mall atau grosir maupun indogrosir
yang banyak tersebar di kota Jember
dikarenakan harga yang mereka tawarkan
lebih murah
sebanyak 10 dimana karyawan
tersebut memanfaatkan PKL
sebagai lapangan pekerjaan
Sehingga bekerja sebagai
karyawan PKL dapat dikatakan
sebagai salah satu alternatif
lapangan pekerjaan bagi
masyarakat
Mengetahui
pola aktivitas
PKL dijalur
pejalan kaki
Aktivitas PKL sendiri
memiliki kecenderungan untuk
menempati ruang ruang antar aktivitas
yang selalu ramai dilewatidikunjungi
oleh banyak orang dalam melakukan
pergerakan perpindahan dari aktivitas
satu ke aktivitas yang lain atau dari
bangunan perdagangan modern satu ke
bangunan perdagangan modern yang
lain secara periodik dalam rentang
waktu tertentu sehingga kemudian
pilihan ini jatuh kepada jalur-jalur
pedestrian yang notabene merupakan
ruang-ruang terbuka publik yang
PKL berdagang dengan menempati
tempat yang tetap dan tidak berpindah-
pindah
Modal dan aset sebagian besar adalah
milik sendiri
Berdagang di Samanhudi merupakan
usaha utama
Alat peraga PKL pada kawasan ini
dapat dibedakan menjadi
ndashAlat peraga semi permanen dari kayu
dan tenda yang bersifat menetap
ndashAlat peraga dengan bangku meja dan
tenda sekaligus sebagai tempat tinggal
ndashAlat peraga beroda namun menetap
Pola Aktivitas pelayanan PKL di
kawasan sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi pada umumnya melayani
pengunjung rumah sakit namun
tidak menutup kemungkinan
konsumennya adalah pengendara
atau orang yang sedang melintasi
jalan tersebut tanpa bermaksud
untuk masuk ke rumah sakit
Selain itu konsumen
yang berasal dari sekitar lokasi
PKL seperti penduduk
permukiman di sekitarnya
pekerja yang bekerja di sektor
Aktivitas PKL memiliki
kecenderungan untuk
menempati ruang ruang
antar aktivitas yang selalu
ramai dilewatidikunjungi
oleh banyak orang dalam
melakukan pergerakan
perpindahan dari aktivitas
satu ke aktivitas yang lain
atau dari bangunan
perdagangan modern satu
ke bangunan perdagangan
modern
Saat berjualan alat peraga
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
seyogyanya digunakan oleh pejalan
kaki Keberadaan ruang trotoar yang
semakin sempit oleh penggunaan ruang
PKL membuat pejalan kaki
menjatuhkan pilihan untuk melakukan
perjalanan pada ruang-ruang seperti
jalur lambat dan sebagian badan jalan
sehingga mengurangi keamanan jiwa
dan kenyamanan pejalan kaki sendiri
serta pengguna jalan yang lain
(pengendara)
Kegiatan-kegiatan yang
dilakukan oleh pejalan kaki pada
ruang-ruang jalur pedestrian atau
trotoar di Kawasan Bundaran Simpang
Lima adalah kegiatan berjalan dan
berbelanja Sebagian dari pejalan kaki
hanya berjalan melintasi trotoar untuk
menuju lokasi tujuannya akan tetapi
ada pula sebagian dari pejalan kaki
yang berjalan sambil melihat-lihat
bahkan ada yang berbelanja pada PKL
ndashAlat peraga beroda namun menetap
dengan bangku dan meja
ndashHanya berupa matras sebagai alas
dagangan yang dapat berpindah
sewaktu-waktu
Alat peraga yang dipakai untuk usaha
tidak seragam dan tidak menggunakan
desain yang baik sehingga terkesan
kumuh kurang bersih dan sangat
mengganggu wajah kota dan menutup
fasade bangunan di belakangnya
Saat berjualan alat peraga kios
sebagian besar menempati badan jalan
dan trotoar
Saat tidak berjualan alat peraga kios
sebagian besar tetap di lokasi jualan
lama berjualan di Samanhudi sebagian
besar antara 6 ndash10 tahun
Terbanyak dari pedagang belum
pernah bekerja di sektor lain dan dari
semula telah menjadi PKL di
Samanhudidi bandingkan denga harga
yang ada di mall Pedagang
lain sehingga tidak ada batasan
pasti mengenai pola pelayanan
para PKL tersebut
Waktu beraktivitas para
PKL umumnya terbagi menjadi
dua sesi PKL yang pertama
adalah pedagang yang aktivitas
berdagangnya pada pagi hingga
siang hari Pedagang yang kedua
merupakan pedagang yang
mempunyai waktu layanan pada
sore hingga malam hari Namun
tidak menutup kemungkinan
terdapat beberapa PKL yang
berdagang dari pagi hingga
malam hari bahkan buka nonstop
mengingat rumah sakit
beraktivitas selama sehari penuh
sehingga mereka mengikuti
aktivitas sektor formal yang ada
di sekitarnya
Waktu berdagang
tersebut juga disesuaikan dengan
kios sebagian besar
menempati badan jalan
dan trotoar
Waktu beraktivitas para
PKL umumnya terbagi
menjadi dua sesi PKL
yang pertama adalah
pedagang yang aktivitas
berdagangnya pada pagi
hingga siang hari
Pedagang yang kedua
merupakan pedagang yang
mempunyai waktu layanan
pada sore hingga malam
hari Namun tidak
menutup kemungkinan
terdapat beberapa PKL
yang berdagang dari pagi
hingga malam hari bahkan
buka nonstop
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
izin usaha yang diberlakukan oleh
petugas kelurahan sebagai pihak
yang berwenang menangani PKL
Untuk lokasi yang dilarang untuk
PKL oleh PKL tetap digunakan
sebagai lokasi untuk berdagang
dengan waktu berdagang setelah
jam kerja yaitu sore hingga
malam hari
Mengetahui
Pengelolaan
PKL di jalur
pejalan kaki
dalam perkembangannya
pemerintah mengeluarkan SK
Walikota Kota Semarang No 511316
tahun 2001 tentang Penetapan Lahan
yang mengatur tentang lokasi-lokasi
dan waktu aktivitas PKL yang
diperbolehkan oleh pemerintah pada
Kawasan Bundaran Simpang Lima
agar tetap terjaga kerapihan dan
estetikakeindahan wajah kawasannya
yaitu PKL yang berjualan di depan
Kompleks Pertokoan Simpang Lima
depan Ramayana SC depan Kantor
Adanya pengakuan resmi dari
pemerintah terhadap PKL Samanhudi
sebagai salah satu sector ekonomi di
kawasan studi melalui surat keputusan
resmi Surat keputusan ini sekaligus
mengatur hak kewajiban dan
tanggung jawab PKL sebagai
kompensasi perubahan status yang
telah diberikan oleh pemerintah
Pedagang kaki lima perlu untuk
mendapatkan pembinaan dari
pemerintah Kabupaten Jember untuk
meningkatkan kemampuan wirausaha
Pemerintah Kota Semarang
berwenang dalam mengatur
keberadaan PKL di ruang Kota
Semarang seperti yang terdapat di
kawasan sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi dengan bentuk
pengelolaan lokasional (stabilitas
atau pengaturan) dan struktural
(perijinan) Dalam pengaturan
tersebut Pemerintah Kota
Semarang menggunakan dasar
hukum berupa Undang-Undang
Peraturan Pemerintah Peraturan
mengatur tentang lokasi-
lokasi dan waktu aktivitas
PKL yang diperbolehkan
oleh pemerintah agar tetap
terjaga kerapihan dan
estetikakeindahan wajah
kawasannya
Pedagang kaki lima perlu
untuk mendapatkan
pembinaan
Pedestrian dirancang ulang
dengan dilebarkan hingga
area parkiran street
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
TelkomSMKN 7 Semarang depan
Gajahmada Plaza dan depan Masjid
Baiturrahman boleh berjualan dari
pukul 1600 ndash 0400 WIB (khusus pada
Hari Minggu PKL diijinkan untuk
berjualan mulai pukul 0600 ndash 0800
WIB) menempati ruang trotoar dengan
luas areal 4 x 6 meter
Sampai dengan tahun 2008
PKL di Kawasan Bundaran Simpang
Lima mencapai 1536 pedagang dan
ada kecenderungan akan terus
meningkat dari tahun ke tahun (lihat
Tabel III4) Kecenderungan lokasi
PKL pada masa-masa yang akan
datang mengikuti kecenderungan dari
perkembangan aktivitas formal
kawasan yang ada demikian juga
kecenderungan waktu berdagangnya
Melihat kecenderungan aktivitas PKL
kawasan maka SK Walikota Kota
Semarang No 511316 tahun 2001
sudah tidak relevan lagi dan perlu
dan peningkatan kualitas barang
dagang dan pelayanan terhadap
pembeli konsumen sehingga bias
meningkatkan pendapatan dan
aktivitas pedagang kaki lima dapat
member nilai tambah serta dapat
memberkan peluang kerja yang dapat
mengurangi tingkat pengangguran di
Kabupaten Jember Bentuk pembinaan
berupa penyuluhan yang diberikan
berkala secara rutin Program
pembinaan diadakan oleh pemerintah
Paguyuban Samanhudi merupakan
Kelembagaan yang memiliki
kewenangan atau keterikatan dengan
pengelolaan dan pembinaan Pedagang
Kaki Lima KoridorJalan
SamanhudiPaguyuban ini
beranggotakan wakil PKL wakil
pedagang formal wakil pemerintah
dari dinas Kebersihan dan
Pertamanan Dinas Polisi Pamong
Praja Dinas Pariwisata Dinas
Daerah dan Surat Keputusan
Walikota Adapun dasar hukum
yang mengatur secara jelas
mengenai aktivitas PKL di Kota
Semarang yang berlaku saat ini
diantaranya adalah sebagai
berikut
1048707 Peraturan Daerah No 11 Tahun
2000 tentang Pengaturan dan
Pembinaan PKL Perda ini
menjelaskan tentang pengaturan
dan pembinaan PKL di Kota
Semarang seperti pengaturan
tempat usaha hak kewajiban dan
larangan untuk PKL Dalam
kaitannya dengan karakteristik
berlokasi aktivitas PKL
dijelaskan dalam Perda ini yang
terdapat dalam pasal 3 yaitu
penempatan lokasi kegiatan PKL
diatur dengan mempertimbangkan
tempat kepentingan untuk umum
lainnya seperti kepentingan untuk
sehingga jalur aktif
kendaraan tidak
mengalami penyempitan
mengatur keberadaan PKL
di ruang Kota dengan
bentuk pengelolaan
lokasional (stabilitas atau
pengaturan) dan struktural
(perijinan)
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
ditinjau kembali sesuai dengan
kecenderungan dan kebutuhan yang
ada di lapangan
Pendapatan dan Dinas LPMK
Kabupaten Jemberserta pihak
penengah selaku penasehat dan pihak
netral yang diwakili oleh pakar PKL
dari universitas tokoh masyarakat dan
pakar PKL lainnya
Penerapan tema khusus pada penataan
PKL kawasan studi agar mempunyai
cirri khas dan dapat mengangkat citra
kawasan dan meningkatkan daya tarik
kawasan Contoh produk khas
jember yang dapat diangkat sebagai
tema adalah tembakau rookk dan
cerutu mengingat Jember sebagai
penghasil tembakau terbesar di Jawa
Kegiatan khas Jember yang dapat
diangkat sebagai tema yaitu Jember
Fashion Carnaval Penerapan tema
dapat diaplikasikan pada sarana usaha
PKL finishing pedestrian perabot
kota dan elemen pendukung lainnya
Pedestrian dirancang ulang dengan
pejalan dan untuk sirkulasi
kendaraan Untuk lebih jelas
mengenai detail isi perda tersebut
dapat dilihat pada Lampiran F
1048707 Surat Keputusan Walikota
Semarang No 51136 Tahun
2001 tentang lokasi PKL di Kota
Semarang dimana di dalamnya
diantaranya mengatur luas area
batas pemakaian area waktu
aktivitas dan tempat aktivitas
PKL Ruas kanan Jalan dr
Kariadi dari arah Jalan Veteran
merupakan lokasi yang
diperbolehkan untuk aktivitas
PKL Lokasi tersebut menempati
trotoar serta bangunan berupa
semi permanen Untuk lebih jelas
mengenai detail isi SK tersebut
dapat dilihat pada Lampiran F
1048707 Perda No 6 Tahun 2004
tentang Rencana Detail Tata
Ruang Kota Semarang Bagian
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
dilebarkan hingga area parkiran street
sehingga jalur aktif kendaraan tidak
mengalami penyempitan Diberikan
perbedaan yang tegas antara ruang
PKL dan ruang pejalan kaki dan jalur
kendaraan berupa perbedaan tinggi
lantaiSehingga dikemudian hari kios
PKL tidak melebar ke segala sisi
Wilayah Kota (BWK) I
(Kecamatan Semarang Tengah
Semarang Timur dan Semarang
Selatan Tahun 2000-2010 Perda
tersebut menjelaskan mengenai
fungsi serta peran BWK I yang
terkait dengan sektor formal di
wilayah tersebut yaitu penjelasan
mengenai fasilitas kesehatan yang
berada khususnya di Kelurahan
Randusari Selain itu dijelaskan
pula kelas Jalan dr Kariadi Jalan
dr Soetomo dan Jalan Veteran
serta jalur transportasi yang
melaluinya
41
lapangan masih adanya beberapa pergerakan di depan hotel lebih banyak disebabkan oleh
perilaku dan sifat pejalan kaki kawasan yang cenderung memilih rute terpendek dalam
perjalanannya untuk mencapai tujuan
Sedangkan pencapaian rdquomemutarrdquo yang dimaksud adalah pencapaian tujuan suatu
perjalananpergerakan yang dilakukan oleh pejalan kaki akibat pergerakan yang mengikuti
sistem sirkulasi jalur utama kawasan yang membentuk loop sehingga berdampak pada
pencapaian suatu bangunan formal kawasan dengan arah yang memutar dan melalui beberapa
persimpangan sekaligus Semisal untuk mencapai lokasi tujuan pada Ramayana SC pejalan
kaki dari bangunan Masjid Baiturrahman harus melakukan pergerakan perpindahan dari
bangunan Citraland Mall menuju bangunan Kompleks Pertokoan Simpang Lima baru
kemudian mencapai bangunan Ramayana SC atau dari bangunan Gajahmada Plaza dulu
kemudian menuju bangunan kantor TelkomSMKN 7 Semarang baru mencapai bangunan
Ramayana SC Begitu juga pergerakan-pergerakan dengan tujuan pencapaian pada bangunan-
bangunan formal yang lain
Pergerakan dengan pencapaian rdquomemutarrdquo pada ruang-ruang sirkulasi pejalan kaki
kawasan sebenarnya dapat dicari alternatif lain yaitu dengan dengan memotong jalur
sirkulasi utama Pergerakan memotong jalur ini dapat menjadi alternatif pergerakan yang
dilakukan untuk mencapai pada bangunan yang dituju dengan melalui ruang Lapangan
Pancasila namun pergerakan semacam ini kurang diminati oleh penggunapejalan kaki
kawasan sebab ruang lapangan yang tanpa aktivitas akan terasa lebih panjang dan
membosankan
B Analisis Pola Pemanfaatan Ruang Terbuka Publik Kawasan
1 Analisis Pola Pemanfaatan Ruang dan Aktivitas pada Ruang Terbuka Publik
Kawasan
Sebagaimana yang telah diuraikan dalam tahap analisis ruang dan aktivitas kawasan
bahwa aktivitas-aktivitas yang berlangsung di atas ruang Lapangan Pancasila sebagai ruang
terbuka publik kawasan adalah aktivitas politik peribadatan massal olahraga rekreasi dan
hiburan Aktivitas sector informal yang berlangsung pada ruang terbuka publik kawasan
adalah aktivitas PKL
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan berdasarkan aktivitasnya terpusat
menempati Lapangan pancasila sebagai satu-satunya ruang terbuka publik kota yang menjadi
wadah interaksi sosial masyarakatnya didukung oleh daya tampung ruang yang cukup luas +
4 Ha dengan lokasinya yang strategis terletak di tengah-tengah kawasan pusat kota yang
41
memiliki aksesibilitas yang tinggi sehingga mudah dicapai dari segala penjuru kota
menggunakan berbagai jenis moda kendaraan baik kendaraan pribadi maupun angkutan
umum Pola pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan berdasarkan aktivitasnya pada ruang
Lapangan Pancasila berlangsung secara berkelompok dan masing-masing mengumpul
berdasarkan jenis aktivitasnya sebagai akibat oleh adanya
a) Kecenderungan aktivitas yang berlangsung pada ruang terbuka publik ini adalah
aktivitas-aktivitas yang dilakukan secara berkelompok
b) Melibatkan orang dalam jumlah yang banyak
c) Bentukan ruang yang membentuk persegi membulat dengan daya tamping ruang yang
cukup besar
d) Memungkinkan pergerakan secara bebas dan tidak beraturan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan berdasarkan aktivitas sektor
informalnya didominasi oleh pola pemanfaatan aktivitas PKL yang menempati ruang trotoar
kawasan trotoar dan tengah Lapangan Pancasila yaitu
1) Pola Pemanfaatan Trotoar Sepanjang Tepi Jalan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh
aktivitas PKL sepanjang trotoar kawasan di depan Citraland Mall depan Plasa Simpang
Lima depan Kompleks Pertokoan Simpang Lima depan Ramayana SC depan kantor
TelkomSMKN 7 Semarang depan Gajahmada Plaza dan depan Masjid Baiturrahman
membentuk pola ldquolinier yang memanjangrdquo dikarenakan oleh bentukan ruang-ruang
trotoar ini yang merupakan suatu jalur penghubung secara linier antaraktivitasbangunan
perdagangan dan jasa kawasan pada tepi jalan di muka bangunan sehingga menimbulkan
sejumlah akumulasi pengunjung yang tinggi secara periodic berdasarkan waktu
berlangsungnya aktivitas formal yang memanjang mengikuti pola jalur sirkulasipola
jaringan jalan utama kawasan Adanya beberapa bangunan formal dengan ciri aktivitas
perdagangan dan jasa yang terletak secara berdekatan satu sama lain dalam kawasan ini
maka dengan sendirinya akan menjadi daya tarik yang sangat kuat untuk dikunjungi oleh
calon pembeli yang mengakibatkan timbulnya akumulasi pengunjung pada kawasan
terutama di sekitar kegiatan yang dimaksud
Situasi inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh PKL kawasan studi untuk
mengembangkan usahanya dengan menjaring calon pembeli pada ruangruang di
sepanjang jalur pada muka bangunan ini memanfaatkan peluang banyaknya pejalan yang
melalui sepanjang jalur ini dan mengikuti pola jaringan jalan kawasan agar
41
keberadaannya di sepanjang tepi jalan ini juga dapat terlihat dan menarik para pengendara
pengguna jalan kawasan
Adapun display bebagai jenis barang dagangan PKL yang disuguhkan secara berderet
memanjang pada ruang trotoar ini memberi kemudahan pengunjung kawasan baik
pejalan kaki maupun pengendara untuk dapat lebih jelas melihat dan memilih jenis-jenis
barang yang diperdagangkan
2) Pola Pemanfaatan Trotoar Tepi Lapangan Pancasila
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh
aktivitas PKL sepanjang trotoar Lapangan Pancasila membentuk pola ldquolinier yang
melingkarrdquo dikarenakan oleh bentukan ruang sirkulasi pedestrian lapangan yang
membingkai lapangan dengan bentuk persegi membulat dan pola sirkulasi utama kawasan
yang bermuara pada Lapangan Pancasila dengan membentuk loop Adanya kedudukan
Lapangan Pancasila sebagai satu-satunya ruang terbuka publik yang luas di Kota
Semarang sebagai wadah interaksi sosial yang dimanfaatkan oleh warga masyarakat Kota
Semarang dan sekitarnya untuk melakukan berbagai macam aktivitas seperti olah raga
rekreasi dan hiburan mengakibatkan timbulnya akumulasi pengunjung dalam jumlah
yang besar pada area ini khususnya pada hari liburMinggu pagi sehingga banyak PKL
yang tertarik untuk menempati lokasi ini untuk menjajakan barang dagangannya Display
berbagai jenis barang dagangan disuguhkan secara linier sepanjang trotoar dengan
berhadap-hadapan untuk memberi banyak pilihan dan variasi barang kepada calon
pembeli dengan suasana yang santai dan rekreatif
3) Pola Pemanfaatan Tengah Lapangan Pancasila
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh
aktivitas PKL di tengah Lapangan Pancasila membentuk pola ldquoberkumpul yang
mengelompokrdquo berdasarkan jenis barang dagangannya dikarenakan bentukan ruang
Lapangan Pancasila yang tanpa adanya pembatas fisik antarPKL dengan daya tampung
ruang yang cukup besar sehingga memungkinkan adanya pergerakan pengunjung yang
bebas dan tidak beraturan dan penataan display barang dagangan yang disajikan secara
mengelompok berdasarkan jenis barang dagangannya masing-masing sehingga
memudahkan calon pembeli memilih jenis barang yang diinginkan dengan banyaknya
variasi barang yang disuguhkan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh PKL
akan semakin berkurang intensitasnya apabila semakin menjauh dari kawasan studi
Intensitas pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan oleh aktivitas PKL pada koridor
41
kelima ruas jalan kawasan semakin menurun karena jalan-jalan ini berorientasi pada
aktivitas-aktivitas yang berbeda yang berlangsung pada kelima ruas jalan antara aktivitas
perkantoran pemerintahan dan pendidikan yang ditandai dengan adanya kepadatan
beberapa bangunan fasilitas perkantoran pemerintahan dan pendidikan pada koridor-
koridor kelima ruas jalan ini
Adanya bangkitan aktivitas nonekonomi ini mengakibatkan rendahnya akumulasi
pengunjung kawasan pada tepi jalan-jalan ini Hal inilah yang menjadi alasan mengapa
ruang-ruang trotoar koridor jalan ini kurang diminati oleh PKL meskipun ada beberapa
PKL yang berjualan pada beberapa penggal jalan namun keberadaannya terputus dan
tidak menerus seperti pada keberadaan PKL pada ruang sirkulasi pejalan kaki di
sepanjang trotoar Jalan Pahlawan yang identik sebagai area yang berorientasi pada
aktivitas pemerintahan Jalan KH Achmad Dahlan Pandanaran dan Achmad Yani yang
identik sebagai area yang berorientasi pada aktivitas perkantoran dan Jalan Gajahmada
yang identik sebagai area yang berorientasi pada aktivitas perkantoran dan pendidikan
Menurut kriteria pemilihan lokasinya aktivitas-aktivitas PKL memiliki
kecenderungan menempati lokasi atau ruang-ruang dengan tingkat akumulasi orang yang
melakukan kegiatan secara bersama-sama pada waktu yang relative sama pula Adanya
fungsi kawasan sebagai CBD tentu tidak lepas dari aktivitas perdagangan dan jasa yang
berlangsung di atasnya sehingga menimbulkan sejumlah akumulasi pengunjung yang
tidak sedikit Fenomena tumbuhnya sector informalPKL ini tak lepas dari keberadaan
aktivitas formal yang tumbuh dan berkembang sebagai aktivitas pendukung (activity
support) yang tidak dapat dihindarkan dan digusur begitu saja melainkan diantisipasi dan
diperhitungkan kebutuhan ruangnya
2 Analisis Pola Pemanfaatan Ruang Jalur Sirkulasi Pedestrian Kawasan
Pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan sebagai jalur sirkulasi pejalan kaki
merupakan jenis pemanfaatan sebagai pemenuhan akan kebutuhan ruang pejalan yang
memisahkan ruang pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan kawasan demi meminimalisasi
konflik kepentingan yang dapat mengakibatkan ketidaknyamanan pejalan kaki maupun
pengguna jalan yang lain (pengendara)
Namun dalam perkembangannya ruang-ruang di tepi jalan ini mengalami pergeseran
fungsi ruang menjadi lokasi aktivitas PKL sehingga kemudian pejalan kaki harus
menjatuhkan pilihannya untuk berjalan melalui jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk
mencapai tujuan dalam pergerakannya
41
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima sebagai
ruang sirkulasi pedestrian dibentuk oleh arah pergerakan pejalan yang dipengaruhi oleh
tujuan dalam melakukan perjalanannya
a Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Melakukan Perpindahan Antarbangunan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima dengan
tujuan untuk melakukan pergerakan perpindahan antarbangunan membentuk pola
rdquomenerus yang melingkarrdquo dikarenakan arah pergerakan pejalan yang menerus pada
sepanjang ruang trotoar di muka bangunan kawasan mengikuti pola sirkulasi utama
kawasan yang membentuk loop
Pola pemanfaatan yang rdquomenerusrdquo ini disebabkan oleh kontinuitas pergerakan pejalan
kaki kawasan dalam melakukan perpindahan antar bangunan formal (perdagangan
modern) pada ruang-ruang trotoar sebagai ruang penghubung antaraktivitas formal
kawasan Pola pergerakan pejalan kaki yang menerus ini merupakan bangkitan dari
tarikan aktivitas perdagangan dan jasa formal kawasan yang menjadi alasan pengunjung
melakukan pergerakan berpindah antarbangunan
Pergerakan pejalan yang rdquomenerusrdquo ini juga dipengaruhi oleh keberadaan aktivitas
PKL di sepanjang ruang trotoar kawasan yang memberi kehidupan menerus pada ruang-
ruang ini Pergerakan menerus dilakukan oleh pejalan kaki kawasan secara linier pada
tepi jalan mengikuti pola jaringan jalan utama kawasan dan memanjang menuju lokasi
pencapaian tujuan pergerakan
Pola pemanfaatan ruang yang rdquomelingkarrdquo disebabkan oleh pencapaian tujuan pada
bangunan perdagangan modern kawasan secara memutar Sistem pencapaian bangunan
formal (perdagangan) yang memutar ini dipengaruhi oleh sistem sirkulasi utama kawasan
yang memiliki muara pada Jalan Simpang Lima (Lapangan Pancasila) dan membentuk
loop dimana dalam bentuk pencapaian yang loop ini diperlukan waktu untuk
mencapainya karena harus melewati banyak persimpangan-persimpangan yang
merupakan simpul-simpul bertemunya arus lalu lintas dari kelima ruas jalan kawasan
pada muaranya di Jalan Simpang Lima
b Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Berbelanja pada PKL di Sepanjang
Trotoar Kawasan dan Tepi Lapangan Pancasila Pola pemanfaatan ruang terbuka
publik Kawasan Simpang Lima dengan tujuan untuk berbelanja pada PKL di sepanjang
trotoar kawasan kurang lebih sama dengan pola pemanfaatan ruang dengan tujuan
melakukan perpindahan antarbangunan formal kawasan yaitu membentuk pola rdquomenerus
41
yang melingkarrdquo sepanjang ruang-ruang trotoar pada muka bangunan formal kawasan
mengikuti pola jaringan jalan utama kawasan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh aktivitas PKL pada sepanjang trotoar
kawasan dipengaruhi oleh penataan display berbagai jenis barang dagangan PKL yang
ditata sedemikian rupa berderet secara linier pada muka bangunan dan memanjang
mengikuti bentukan ruang trotoar sehingga mempermudah calon pembeli baik oleh
pejalan kaki maupun pengguna jalan yang lain (pengendara) untuk melihat dan memilih
jenis-jenis barang yang diinginkan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik dengan tujuan berbelanja pada PKL yang
berjualan di tepi Lapangan Pancasila membentuk pola rdquolinier yang melingkarrdquo mengkuti
sistem sirkulasi utama kawasan yang membentuk loop dengan muara sirkulasi pada
lapangan Pola pemanfaatan yang linier dipengaruhi oleh penataan display barang
dagangan yang ditata sedemikian rupa secara linier pada tepi Lapangan Pancasila (trotoar
lapangan) berhadaphadapan dengan sirkulasi pengunjung PKL yang berada pada tengah
ruang trotoar sebagai ruang yang tersisa dari kedua sisi ruang yang digunakan oleh PKL
Pola pemanfaatan ruang yang rdquomelingkarrdquo dipengaruhi oleh bentukan ruang yang
persegi membulat dengan trotoar sebagai pembingkai ruang lapangan Pemanfaatan yang
melingkar ini dibentuk oleh pergerakan pengunjung PKL yang menerus tanpa terputus
pada ruang trotoar tepi Lapangan Pancasila
c Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Melakukan Aktivitas Olahraga Rekreasi dan
Hiburan Berbelanja Pada PKL di Tengah Lapangan Pancasila
Pola pemanfaatan ruang Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk melakukan aktivitas
olahraga rekreasi dan hiburan serta berbelanja pada PKL yang berjualan di tengah
Lapangan Pancasila memiliki pola pergerakan rdquocurvelinierrdquo Aktivitas-aktivitas ini
cenderung dilakukan secara berkelompok mengingat daya tampung ruang lapangan yang
cukup besar sehingga memungkinkan untuk pergerakan yang bebas dan santai dengan
suasana rekreatif dengan arah pergerakan yang tidak beraturan dikarenakan tanpa adanya
bentukan fisik pembatas antaraktivitas kegiatan Aktivitas olahraga yang seringkali
dilakukan menempati ruang Lapangan Pancasila adalah olahraga sepak bola dimana
olahraga ini biasa dilakukan secara berkelompok dengan pergerakan yang tidak beraturan
pada ruang
Sedangkan pergerakan aktivitas rekreasi dan hiburan yang juga cenderung dilakukan
secara berpasanganberkelompok ini dipengaruhi oleh tujuannya untuk melihat-lihat
pemandangansuasana kawasan sehingga membentuk pola pergerakan yang tidak
41
beraturan dan berkelok-kelok dengan sesekali berhenti untuk mengagumi view atau
sekedar untuk mengobrol
Pola pergerakan pejalan kaki pada ruang Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk
berbelanja pada PKL di tengah lapangan mempunyai pola pergerakan rdquocurvelinierrdquo
dipengaruhi oleh bentukan ruang lapangan yang persegi membulat dengan daya tampung
ruang cukup besar dan sistem sirkulasi pengunjung yang memungkinkan arah pergerakan
dengan bebas Aktivitas PKL yang memiliki kecenderungan berkelompok berdasarkan
jenis barang yang diperdagangkan ini berdampak pada penataan display barang sehingga
sistem sirkulasi pengunjung PKL pun pada akhirnya mengikuti pola pemanfaatan ruang
oleh aktivitas PKL dengan pergerakan yang tidak beraturan pada ruang (curvelinier)
dengan suasana rekreatif dan santai
Dengan adanya pergerakan pejalan kaki Kawasan Bundaran Simpang Lima yang
rdquomenerus dan melingkarrdquo membentuk linkage seyogyanya pejalan kaki diberikan ruang
yang layak demi keamanan dan kenyamanan pejalan dan pengguna jalan yang lain
Dengan kecenderungan sifat manusiawi pejalan yang enggan melakukan perjalanan
dengan permukaan yang naik atau menaik solusi yang ditawarkan tentu tidak bisa berupa
jembatan penghubung antarbangunan Sebab selain memerlukan biaya yang tidak sedikit
dapat menghalangi pandanganview suatu kawasan berpotensi menggunakan sebagian
ruang terbuka publik itu sendiri dan keengganan pejalan berjalan pada permukaan yang
naik sebagai sifat dasar pejalan kaki maka alangkah lebih baiknya apabila solusi yang
ditawarkan sebagai ruang untuk pejalan kaki kawasan di luar konteks teknologi adalah
berupa subway yaitu ruang publik untuk pejalan kaki yang dibangun di bawah tanah yang
menjadi penghubung antarbangunan dengan karakteristik berupa terowongan di bawah
tanah bebas dari sirkulasi kendaraan kawasan bebas dari kebisingan akibat intensitas lalu
lintas kawasan yang cukup tinggi mampu menjadi alternatif ruang untuk PKL dan parkir
off street kawasan sekaligus sebagai jalur pedestrian kawasan
41
352 Kajian PKL di Jalur Pejalan Kaki di Jalan Samanhudi Kabupaten Jember
3521 Analisa Konflik Kepentingan
Tabel IV1Analisa Konflik Kepentingan
Sumber Hasil Analisis Maria Kurnia U 2009
41
3522 Analisa Konflik Penggunaan Ruang
Tabel IV2
Analisa Konflik Penggunaan Ruang
Sumber Hasil Analisis Maria Kurnia U 2009
3523 Analisis Konsep Simbiosis Mutualistik
A Analisa Teori
Analisa ini bertujuan menelusuri konflik kepentingan dan konflik penggunaan ruang
melalui kajian teori-teori tentang penataan PKL yang didapatkan dari literature dan penelitian
PKL yang pernah dilakukan sebelumnya Meminimalisir konflik yang terjadi diperlukan
ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun
menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan
Samanhudi dengan kawasan PKL lain
ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL
41
ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun
dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja
namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang
namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan
ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa
jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan
harga antara pedagang formal dan PKL
ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan
pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak
penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi
antar pihak
ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai
dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan
perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang
informal
ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan
persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL
ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan
dalih keamanan
ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan
pejalan kaki dan pengendara kendaraan
ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki
ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL
ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan
ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa
harus saling menumpuk
ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak
ndash Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini
menjadi jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen
B Triangulasi Konsep Simbiosis Mutualistik
Triangulasi konsep simbiosis mutualistik dilakukan untuk mendapatkan konsep-
konsep penataan pedagang kaki lima yang menguntungkan berbagai pihak yang terkait yang
membandingkan antara fakta empiris studi kasus dan teori
41
Mengakui eksistensi PKL didukung dengan program kebijakan untuk mengelola
aktivitas PKL
Penyuluhan pembinaan dan pelatihan untuk PKL
Pemberian bantuan modal dari pemerintah maupun dari sektor swasta (dengan konsep
kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitusaja namun dilakukan kontrol terhadap dana
bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang begitu saja namun dapat dimanfaatkan secara
berkelanjutan
Peningkatan citra kawasan melalui pembentukan karakter khusus PKL di lokasi studi
sehingga membedakan PKL Samanhudi dengan PKL di kawasan lain
Pengelompokkan PKL menurut jenis barang dagangan dan perletaknnya diatur menurut
jenis dagangan toko formal sehingga tidak terjadi perebutan konsumen
Peningkatan citra kawasan sehingga menambah daya tarik pengunjung
Pembentukan Paguyuban Samanhudi yang beranggotakan PKL pedagang formal dan
pihak penengah untuk menyamakan aspirasi antar golongan dan sebagai forum diskusi
Legalitas sektor informal yang diakui oleh pemerintah
Perumusan kebijakan dan peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan
perdagangan informal
Peraturan didukung pengawasan yang ketat sangsi yang jelas dan sosialisasi serta
persamaan persepsi
Perancangan sarana usaha sesuai dengan jenis barang dagangan dan aspirasi PKL
Sosialisasi status ruang PKL
Peningkatan keamanan dan pengawasan untuk mencegah pemerasan tindak kejahatan
lain
Mempertahankan orientasi PKL ke arah bangunan formal
Perbaikan pelebaran dan pemeliharaan jalur pejalan kaki (pedestrian) sebatas ruang
parkir on street sehingga jalur aktif jalan tidak berkurang
Pemisahan yang jelas antara jalur pejalan kaki dan ruang PKL
Pemisahan yang jelas antara jalur pengendara ruang PKL dan jalur pejalan kaki
Mengatur ruang parkir off street di sepanjang jalan untuk mengurangi beban jalan akibat
penyempitan jalan karena adanya pelebaran pedestrian
Perpanjangan sosoran dari bangunan formal sebagai pelindung pejalan kaki dan ruang
PKL sehingga PKL tidak perlu memakai ataptambahan untuk kiosnya
Bentuk sarana usaha berupa meja dorong tanpa atap agar akses visual pencahayaan dan
penghawaan ke bangunan formal tidak terhalang
41
Diberikan jarak setiap 2 kios sebagai akses masuk ke bangunan formal
Mengikutsertakan seluruh pihak terkait dalam penyampaian keputusan
Perancangan dapat mewadahi ruang PKL
Ruang PKL mengikuti arus pergerakan manusia
Pengaturan kebersihan dan ketertiban
C Konsep Legalitas PKL
Adanya pengakuan resmi dari pemerintah terhadap PKL Samanhudi sebagai salah satu
sector ekonomi di kawasan studi melalui surat keputusan resmi Surat keputusan ini
sekaligus mengatur hak kewajiban dan tanggung jawab PKL sebagai kompensasi
perubahan status yang telah diberikan oleh pemerintah
PKL berhak mendapatkan perlindungan hokum dan pinjaman modal dari pemerintah
Namun sebagai sector resmi PKL dikenakan pajak penghasilan dan retribusi Besarnya
pajak Pajak penghasilan dibedakan dari sektorformal Dengan membayar pajak PKL
berhak mendapatkan perlindungan pemerintah dari oknum preman dsb
PKL wajib mendukung program-program penertiban yang dilakukan pemerintah Apabila
PKL melanggar hak dan kewajiban yang telah diputuskan PKL tidak berhak lagi
menempati lapak yang telah dipinjamkan oleh pemerintah Dan dicabut ijin berjualannya
di kawasan Samanhudi
Dalam konsep ini simbiosis mutualistik terjadi antara pemerintah dan PKL dimana PKL
mendapatkan pengakuan perlindungan dan bantuan modal dari pemerintah sementara
pemerintah mendapatkan retribusi pajak penghasilan dan ketertiban dari PKL
D Konsep Pembinaan dan Permodalan
Pedagang kaki lima perlu untuk mendapatkan pembinaan dari pemerintah Kabupaten
Jember untuk meningkatkan kemampuan wirausaha dan peningkatan kualitas barang
dagang dan pelayanan terhadap pembeli konsumen sehingga bias meningkatkan
pendapatan dan aktivitas pedagang kaki lima dapat member nilai tambah serta dapat
memberkan peluang kerja yang dapat mengurangi tingkat pengangguran di Kabupaten
Jember Bentuk pembinaan berupa penyuluhan yang diberikan berkala secara rutin
Program pembinaan diadakan oleh pemerintah
Program pembinaan juga digunakan sebagai sarana pertemuan rutin dan sosialisasi
peraturan-peraturan yang dilakukan pemerintah
Program pembinaan juga dapat dijadikan sarana untuk selalu mengingatkan hak dan
kewajiban serta sangsi yang diterapkan bila PKL melanggar selama beroperasi dikawasan
Samanhudi
41
Program pembinaan memberikan keuntungan kepada PKL dan pemerintah PKL
mendapatkan peningkatan kemampuan dan pemerintah mendapat sarana sosialisasi
Pemberian bantuan modal ini tidak ditujukan kepada semua pedagang kaki lima tetapi
diberikan kepada beberapa pelaku usaha yang memiliki potensi dan criteria yang telah
ditentukan
Pemerintah dalam memberikan bantuan modal ini juga harus bekerja sama dengan
instansi-isntansi lain yang terkait
Pemberian modal dari pihak swasta sangat disarankan
Konsep ini memberikan keuntungan kepada pihak PKL berupa bantuan modal dengan
bunga ringan keuntungan laba pinjaman kepada pemberi modal dan bila pihak swasta
terlibat mendapatkan keuntungan berupa kesempatan untuk periklanan
E Konsep Kelembagaan Paguyuban Samanhudi
Paguyuban Samanhudi merupakan Kelembagaan yang memiliki kewenangan atau
keterikatan dengan pengelolaan dan pembinaan Pedagang Kaki Lima KoridorJalan
SamanhudiPaguyuban ini beranggotakan wakil PKL wakil pedagang formal wakil
pemerintah dari dinas Kebersihan dan Pertamanan Dinas Polisi Pamong Praja Dinas
Pariwisata Dinas Pendapatan dan Dinas LPMK Kabupaten Jemberserta pihak penengah
selaku penasehat dan pihak netral yang diwakili oleh pakar PKL dari universitas tokoh
masyarakat dan pakar PKL lainnya
Peran Paguyuban ini adalah sebagai forum diskusi dari semua pihak untuk menampung
aspirasi dan menetralisasi konflik yang terjadi sehingga setiap aspek dikoridor jalan
Samanhudi dapat melakukan koordinasi dan semua aspirasi dari semua pihak dapat
tersampaikan Fungsi paguyuban juga sebagai sarana mengikutsertakan semua pihak
terkait dalam membuat rancangan peraturan dan sosialisasi peraturan yang telah
ditetapkan pemerintah mengenai PKL kepada semua pihak terkait
Paguyuban juga berfungsi sebagai pihak pengawas bekerja sama dengan pihak kepolisian
dan pamong praja untuk mengawasi segala pelanggaran yang dilakukan oleh semua pihak
terkait Penerapan sangsi harus tegas dan diawasi oleh paguyuban sehingga tidak terjadi
rsquopenyelesaiandamairsquo dari pihak pelanggar dana para penegak peraturan
Paguyuban memberikan keuntungan kepada PKL pedagang formal pemerintah dan
masyarakat berupa kesempatan untuk menyalurkan aspirasi
41
353 Kajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit Kariyadi
Semarang
3531 Analisis Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar
Rumah Sakit dr Kariadi
Analisis karakteristik aktivitas PKL menggunakan metode deskriptif kuantitaif
dan distribusi frekuensi Analisis ini nantinya menunjang untuk analisis selanjutnya
yaitu analisis karakteristik berlokasi PKL Analisis ini meliputi lokasi aktivitas PKL
tempat usaha PKL jenis barang dagangan sarana fisik berdagang pola layanan pola
penyebaran serta status kepemilikan usaha Uraian dari masing-masing analisis
tersebu dipaparkan sebagai berikut
a Lokasi Beraktivitas
Sesuai dengan ruang lingkup spasial dari penelitian ini lokasi yang digunakan
PKL untuk memanfaatkan aktivitas kegiatan utama Rumah Sakit dr Kariadi adalah di
sepanjang penggal Jalan dr Kariadi sebagian Jalan Veteran dan sebagian Jalan dr
Soetomo Mereka berlokasi di penggalpenggal jalan tersebut dikarenakan jalan
tersebut merupakan batas dari kawasan fasilitas kesehatan dan merupakan jalan arteri
sekunder kolektor sekunder dan lokal sekunder yang ramai orang berlalu lalang
lintas kendaraan serta dilewati jalur angkutan umum Kondisi tersebut ditangkap oleh
PKL sebagai peluang untuk mendapatkan konsumen dengan memanfaatkan tingkat
kunjungan yang tinggi dari aktivitas kegiatan utama serta orang yang lalu lalang yang
melintas di penggal jalan-jalan tersebut Untuk lebih jelas mengenai lokasi PKL dapat
dilihat pada Gambar berikut
41
Gambar 33
Lokasi Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Pada lokasi tersebut terbagi menjadi spot-spot yang menjadi lokasi PKl
berdasarkan penggal jalan yang telah disebutkan sebelumnya yaitu Jalan dr Kariadi
Jalan Veteran dan Jalan dr Soetomo Spot-spot tersebut memiliki karakteristik
masing-masing baik dari sisi aktivitas dan ruang usaha PKL maupun dari karakteristik
berlokasinya Di penggal Jalan dr Kariadi terdapat beberapa bagian yang merupakan
lokasi larangan untuk PKL lokasi yang diperbolehkan untuk menggelar dagangan
PKL serta PKL binaan kelurahan yang dikenal dengan istilah PKL orange Pada Jalan
Veteran yang diminati oleh PKL berada di sisi selatan jalan Lokasi tersebut juga
diperbolehkan untuk berdagang PKL sebagai kompensasi penggantian lokasi
penggusuran PKL yang berasal dari Jalan dr Kariadi sisi barat Lokasi yang
seharusnya bersih dari PKL adalah Jalan dr Soetomo karena merupakan jalur merah
Namun lokasi ini tetap diminati untuk berlokasi PKL diantaranya dikarenakan tidak
adanya lokasi lain serta lokasinya yang strategis Kestrategisan tersebut dilihat dari
status jalan yang merupakan jalan utama penghubung ke pusat-pusat aktivitas lainnya
serta akses ke pusat kota maupun ke luar kota sehingga frekuensi kendaraan yang lalu
lalang tinggi Selain itu lokasinya yang dekat dengan kegiatan utama yang ada di
sekitarnya seperti Rumah sakit dr Kariadi perkantoran ataupun permukiman Hal
tersebut dimanfaatkan PKL sebagai peluang mendapatkan konsumen
b Tempat Usaha
41
Lokasi yang diminati PKL tidak menyediakan tempat khusus untuk berdagang
PKL sehingga mereka menggunakan ruang-ruang publik untuk tempat usahanya
seperti di trotoar di atas saluran drainase bahu jalan dan badan jalan Dengan
difungsikannya ruang-ruang publik tersebut menjadi tempat berdagang bagi PKL
berakibat menurunnya fungsi ruang publik tersebut mengurangi citra kawasan serta
menurunnya kualitas lingkungan Oleh pemerintah kota ruang-ruang publik tersebut
dimanfaatkan untuk tempat usaha PKL karena diperlukan tempat usaha di lokasi
tersebut Hal ini sebagai upaya pemerintah untuk mewadahi aktivitas tersebut
Tempat-tempat tersebut dilegalkan menjadi tempat usaha yang diperuntukkan bagi
PKL sesuai dengan peraturan daerah nomor 11 tahun 2000 tentang PKL yang
notabene bertolak belakang dengan peraturan daerah lainnya yang mengatur tentang
ketertiban keindahan dan pertamanan Persentase PKL yang menempati ruang-ruang
publik dapat dilihat pada Gambar berikut ini
Gambar 34
Persentase Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Terdapat pula PKL yang tidak mendapat izin tempat usaha berdagang
khususnya PKLyang berlokasi di daerah larangan untuk PKL serta berdagang pada
waktu yang tidak diperbolehkan sehingga mereka tidak ditarik retribusi dan sewaktu-
waktu dapat ditertibkan oleh aparat penegak tata tertib Namun ketidaktertiban aparat
PKL yang tidak mendapat izin tersebut kadang-kadang juga dipungut retribusi yang
diistilahkan dengan uang keamanan namun frekuensinya tidak teratur PKL dalam
golongan ini jumlahnya minoritas jika dibandingkan dengan PKL yang mendapat izin
tempat usaha Berikut sketsa sebaran PKL menurut tempat usahanya yang dapat
dilihat pada Gambar
41
Gambar 35
Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
c Jenis Barang Dagangan
Dagangan mayoritas yang diperdagangkan oleh PKL di sekitar Rumah Sakit
dr Kariadi adalah jenis barang dagangan makanan seperti warung tegal bakso soto
es buah dan makanan kecil Jenis dagangan tersebut diminati karena PKL mencoba
menangkap aktivitas kegiatan utama yang banyak membutuhkan jenis barang
dagangan makanan
Jenis barang dagangan yang paling minoritas diperdagangkan adalah buah-
buahan Jenis dagangan inipun hanya dijumpai di penggal Jalan dr Kariadi karena di
penggal jalan tersebut terdapat pintu masuk pengunjung rumah sakit Jenis barang
dagangan ini biasanya digunakan sebagai cangkingan atau oleh-oleh untuk membesuk
pasien Namun jenis dagang ini kurang diminati pedagang dikarenakan barangnya
yang mudah busuk tidak mempunyai tempat penyimpanan khusus seperti kulkas
relatif mahal karena rata-rata buah impor serta konsumennya relatif sedikit
Kekurangminatan pedagang untuk menjual jenis dagangan ini dapat dilihat dari
sedikitnya jumlah PKL yang menjual dagangan ini
Jenis barang dagangan lain yang banyak diperdagangkan adalah kelontong
karena berjualan bermacam-macam jenis barang dari rokok makanan kecil air
kemasan bahkan sampai barang kebutuhan mereka yang beraktivitas di kegiatan
41
utama yaitu rumah sakit seperti untuk kebutuhan penunggu pasien yaitu tikar kipas
termos untuk air panas dan jenis barang lainnya
Jenis dagangan yang lain merupakan jenis barang dagangan yang umum
diperdagangkan atau jenis barang dagangannya hampir ada setiap ruas jalan-jalan
besar lokasi PKL lainnya di kota besar yang kebanyakan termasuk dalam jenis barang
dagangan non makanan dan jasa pelayanan seperti warung telekomunikasi bensin
tambal ban voucher pulsa fotocopy Untuk jasa pelayanan fotocopy yang banyak
tersebar di kawasan tersebut terkait dengan adanya kegiatan utama berupa fasilitas
pendidikan seperti Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro akademi
keperawatan dan farmasi sedangkan untuk jenis dagangan umum lainnya terkait
adanya permukiman di sekitar lokasi tersebut Namun ada barang dagangan yang khas
yaitu nisan karena lokasi sekitar Rumah sakit dr Kariadi terdapat tempat pemakaman
umum yang cukup besar yaitu TPU Bergota
Jenis dagangan yang dijual dapat dikatakan tidak semata hanya melayani
untuk aktivitas yang terkait dengan Rumah Sakit dr Kariadi namun juga melayani
terhadap aktivitas lainnya disekitar Rumah Sakit dr Kariadi seperti fasilitas
pendidikan permukiman pemakaman serta perkantoran bahkan aktivitas transportasi
seperti kebutuhan supir angkutan umum dan supir taxi Untuk lebih jelas mengenai
perbandingan jumlah PKL menurut jenis barang dagangan di masing-masing penggal
jalan dapat dilihat pada gambar berikut ini
Gambar 36
Karakteristik Jenis Barang Dagangan Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
41
d Sarana Fisik Berdagang
Masing-masing lokasi memiliki jenis sarana berdagang mayoritas yang
berbeda-beda Pada penggal Jalan dr Kariadi mayoritas PKL di penggal jalan tersebut
menggunakan kios sebagai sarana berdagangnya Kios-kios tersebut awalnya
merupakan warung semi permanen yang disekat-sekat Namun seiring dengan
perkembangan waktu dan adanya praktek sewa tempat usaha maka warung tersebut
dibangun permanen oleh pemiliknya bahkan diantaranya ada yang dilengkapi dengan
kamar mandi serta ruang tidur Hal tersebut dikarenakan sebagian kios juga dijadikan
sebagai tempat tinggal pemiliknya Asal pedagang yang dari luar Kota Semarang serta
biaya yang mengontrak relatif mahal sehingga menjadikan kiosnya sebagai sarana
usaha serta tempat tinggal sekaligus Sarana dagang tersebut telah menyimpang dari
peraturan daerah tentang PKL Latar belakang pendidikan PKL yang sebagian rendah
kemungkinan menjadi penyebab kurangnya pemahaman pedagang terhadap produk
hukum tersebut atau memang mengerti namun sengaja dilanggar karena tidak adanya
upaya pemerintah untuk menertibkan sarana berdagang yang telah melanggar
peraturan tersebut Selain itu ketidaktergantungan PKL terhadap ketersediaan
prasarana penunjang menjadikan PKL dalam beraktivitas tidak mempertimbangkan
aspek tersebut
Selain kios sarana dagangan yang banyak diminati adalah gerobak tenda yaitu
sarana dagangan utamanya gerobak yang ditunjang dengan tenda yang biasanya untuk
tempat makan konsumen Sarana dagang ini dianggap praktis karena mudah
dibongkar pasang serta dipindahkan Terlebih sarana dagang ini sesuai dengan
himbauan pemerintah dalam Perda No 11 tahun 2000 yaitu sarana PKL adalah yang
mudah untuk dibongkar serta dipindahkan
Lain halnya dengan PKL di penggal Jalan dr Soetomo mereka lebih banyak
menggunakan gerobak Hal tersebut dikarenakan lokasi tersebut merupakan lokasi
larangan untuk PKL tapi mereka tetap bertahan di lokasi tersebut dengan alasan tidak
tersedia tempat lain yang strategis untuk berjualan Dengan menggunakan gerobak
memudahkan mereka untuk lari atau berpindah tempat jika ada penertiban oleh aparat
penegak tata tertib
Di penggal Jalan Veteran sama halnya dengan sarana fisik yang digunakan
berdagang oleh PKL di penggal Jalan dr Kariadi Mereka mayoritas menggunakan
41
sarana berdagang berupa kios Mereka menggunakan sarana fisik dagangan kios
permanen yang dianggap aman karena memperoleh izin tempat usaha dari pihak
terkait untuk berdagang Namun sarana dagang yang dibuat permanen tersebut tidak
sesuai dengan perda tentang PKL yang mengharuskan sarana dagang pedagang kaki
lima yang mudah dibongkar dan dipindah-pindah
Sarana fisik dagangan yang kurang diminati adalah mobil Walaupun cukup
fleksibel untuk berpindah-pindah namun biaya untuk operasional sehari-hari cukup
mahal seperti bahan bakar perawatan mobil ataupun untuk pengadaan unit mobil itu
sendiri Hanya terdapat satu PKL yang menggunakan sarana dagangan ini yaitu
berada di penggal Jalan dr Kariadi Namun karena pada waktu penyebaran kuesioner
pedagang ini tidak berada di lokasi maka tidak masuk menjadi responden
e Pola Layanan
Untuk pola pelayanan terdapat tiga aspek yang dibahas yaitu mengenai waktu
layanan
aktivitas PKL serta sifat layanan Berikut uraian dari analisis pola pelayanan tersebut
1 Waktu Layanan
Sesuai waktu aktivitas kegiatan utama yang rata-rata pagi hingga sore hari
seperti fasilitas pendidikan perkantoran serta jam berkunjung dan pemeriksaan rumah
sakit maka mayoritas PKL membuka usahanya pada waktu tersebut yaitu sekitar
pukul 0900 hingga pukul 1600 Namun khusus yang berada di penggal Jalan dr
Kariadi yaitu di sekitar pintu masuk dan lokasi larangan untuk PKL hanya
diperbolehkan untuk berjualan pada sore hingga malam hari yaitu biasanya mereka
membuka usahanya sekitar pukul 1600 hingga 0000 Terdapat beberapa PKL yang
waktu usahanya menyesuaikan dengan waktu pelayanan rumah sakit yang buka 24
jam atau sepanjang hari Hal tersebut dilakukan menangkap peluang menjajakan
barang dagangan untuk kebutuhan aktivis rumah sakit seperti penunggu pasien
pengunjung atau petugas piket atau jaga serta tidak menutup kemungkinan pembeli
dari pengendara yang lalu lalang atau supir transportasi umum
Hal tersebut juga berlaku di penggal jalan yang lain dimana mayoritas
membuka usahanya pada pagi hingga sore hari Hanya minoritas yang membuka
usaha pada sore hingga malam hari serta sepanjang hari Faktor lain yang dapat
mempengaruhi waktu aktivitas PKL selain menyesuaikan waktu aktivitas kegiatan
utama adalah kepemilikan usaha yang merupakan milik pribadi sehingga mereka
membuka usahanya sesuai keinginan mereka
41
Terdapat pula fenomena satu lokasi ditempati oleh dua PKL dengan waktu
layanan yang berbeda PKL yang beraktivitas pada pagi hingga sore mencoba
menagkap peluang dari kunjungan ke kegiatan utama seperti rumah sakit fasilitas
pendidikan perkantoran serta perdagangan informal dan tidak menutup orang yang
lalu lalang melewati jalan-jalan tersebut Lokasi yang dianggap strategis serta
berprospektif tersebut digunakan oleh PKL lain untuk berjualan di tempat yang sama
Hal tersebut dimanfaatkan PKL untuk menangkap peluang dari kegiatan rumah sakit
serta orang yang lalu lalang Selain itu juga menangkap konsumen dari penumpang
bus malam yang melewati Jalan dr Soetomo dimana di jalur tersebut terdapat halte
serta konsumen dari supir angkutan umum yang sedang istirahat sejenak Berikut
pemetaan PKL menurut waktu berdagangnya
Gambar 37Peta Sebaran Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Menurut Waktu Layanan
2 Sifat Layanan
Dari gambar di bawah ini dapat disimpulkan bahwa mayoritas PKL di sekitar
Rumah Sakit dr Kariadi memiliki sifat layanan menetap baik dari segi tempat
berdagangnya yang tetap serta waktu berdagangnya yang sama setiap harinya hal ini
nampak pada sarana fisik dagangan para PKL tersebut yang berupa kios yang
memang tidak bisa dipindah-pindah atau permanen Hanya 13 yang memiliki sifat
layanan semi menetap Berikut persentase PKL menurut sifat layanannya
41
Gambar 38Persentase Sifat Layanan Pedagang Kaki LimaDi Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Sifat layanan semi menetap biasanya PKL yang tempat usahanya yang
merupakan gabungan antara menetap dengan keliling yaitu pada awal waktu
berdagang pada lokasi yang sama tiap harinya namun jika belum habis dagangannya
mereka berkeliling serta jam berdagang yang tidak tetap tiap harinya terkadang hanya
sampai siang karena dagangannya habis Sisanya yang 2 berjualan secara
berkeliling yang diantaranya bertujuan untuk mendekati konsumen serta
memanfaatkan waktu-waktu puncak kegiatan utama rumah sakit seperti waktu
kunjungan menjenguk pasien
f Pola Penyebaran
Pola penyebaran PKL mayoritas mengikuti pola jalan yang ada yaitu linier
Mereka berjualan di bahu-bahu jalan bahkan ada yang berada di atas saluran drainase
Selain itu pola penyebaran tersebut terbentuk karena lokasi yang diperbolehkan untuk
PKL menempati trotoar trotoar sepanjang jalan yang secara otomatis membentuk
linier Alasan lainnya yang diungkapkan oleh pedagang adalah agar dagangannya
mudah dilihat oleh orang yang lalu lalang Namun terdapat beberapa PKL yang
berjualan secara aglomerasi dengan PKL yang berjualannya bergerombol di dekat
pintu masuk pengunjung Rumah Sakit dr Kariadi seperti yang dapat dijumpai di Jalan
dr Kariadi yaitu bergerombol di sekitar pintu masuk pengunjung rumah sakit serta di
Jalan dr Soetomo yang bergerombol di dekat pintu masuk UGD dan pintu masuk ke
Gedung Pavilliun Garuda Hal tersebut dimaksudkan untuk mendekati pengunjung
yang akan masuk ke rumah sakit Hanya sebagian kecil saja yang lokasinya berjauhan
dengan PKL lainnya atau menyebar untuk mengurangi persaingan dengan PKL
lainnya
41
g Kesimpulan Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar
Rumah Sakit dr Kariadi
Tempat usaha tidak terdapatnya tempat yang dikhususkan untuk PKL pemerintah
memfasilitasinya dengan memperbolehkan menempati ruang-ruang publik seperti
trotoar badan atau bahu jalan serta di atas saluran drainase melalui Perda no 11 tahun
2000 Namun hal ini dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan
serta visual kawasan dan tidak optimalnya ruang publik tersebut Mayoritas PKL di
kawasan tersebut telah mengantongi izin tempat usaha dari kelurahan selaku pihak
berwenang
Jenis barang dagangan karakteristik jenis barang dagangan PKL pada umumnya
mengikuti kebutuhan kegiatan utama yaitu aktivitas Rumah Sakit dr Kariadi dan
sekitarnya seperti fasilitas pendidikan perkantoran perdagangan informal
permukiman dan pemakaman Jenis barang dagangan yang mayoritas diperdagangkan
berupa makanan Jenis barang dagangan yang diperdagangkan adalah non makanan
buah-buahan jasa pelayanan serta kelontong Terkait dengan kegiatan utama terdapat
beberapa jeni barang dagangan yang spesifik seperti termos tikar kipas guna
memenuhi kebutuha penunggu pasien
Sarana fisik dagangan mayoritas berupa kios yang dibangun permanen serta
gerobak tenda Menggunakan kios dikarenakan lokasinya yang telah dilegalkan untuk
aktivitas PKL serta terkait pola layanan yang menetap serta pada waktu berdagang
yang tetap Sedangkan gerobak tenda banyak digunakan oleh pedagang makanan
dimana tendanya digunakan sebagai tempat untuk konsumen Untuk bangunan
permanen diantaranya digunakan sebagai tempat tinggal Ketidakketergantungan
PKL terhadap prasarana penunjang sehingga PKL tidak mempertimbangkan aspek
tersebut karena mereka dapat mengusahakan sendiri
Pola pelayanan dari segi waktunya mengikuti waktu aktivitas kegiatan utama yaitu
pagi hingga sore hari sekitar pukul 0900 ndash 1600 serta telah mendapat izin tempat
usaha dari pihak berwenang namun terdapat pula PKL yang beraktivitas sore hingga
malam hari yaitu pukul 1600 ndash 0000 serta sepanjang hari Sifat layanannya menetap
mengingat mayoritas bersarana fisik dagangan berupa kios serta waktu berdagang
yang relatif tetap
Pola penyebaran mayoritas secara linier yaitu mengikuti pola jalan karena lokasi
yang dilegalkan untuk PKL oleh pemerintah menempati ruang-ruang publik seperti
trotoar di atas saluran drainase dan bahu jalan yang notabene mengikuti pola jalan
41
Selain itu terdapat sebagian beraglomerasi di sekitar pintu masuk rumah sakit yang
bertujuan untuk mendekati konsumen dan sisanya menyebar agar mengurangi
saingan
ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun
menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan
Samanhudi dengan kawasan PKL lain
ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL
ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun
dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja
namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang
namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan
ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa
jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan
harga antara pedagang formal dan PKL
ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan
pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak
penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi
antar pihak
ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai
dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan
perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang
informal
ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan
persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL
ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan
dalih keamanan
ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan
pejalan kaki dan pengendara kendaraan
ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki
ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL
ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan
ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa
harus saling menumpuk
41
ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak
Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini menjadi
jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen
41
Pengelolaan PKL
Pengelolaan PKL di Bundaran
Simpang Lima
Lima Semarang
Pengelolaan PKL di
Kabupaten Jember
Pengelolaan PKL di Kawasan Sekitar Rumah
Sakit dr Kariadi Semarang
Mengakui keberadaan PKL dengan
menuangkannya di dalam produk-
produk tata ruang
Penegakan peraturan
perundagangan yang terkait
dengan PKL
Menjalin kerjasama dengan sektor
formal dalam menyediakan ruang
bagi PKL
Menyediakan ruang perkotaan
yang dikhususkan bagi sektor
informal
Peningkatan citra PKL
Pengakuan terhadap eksistensi PKL
Control terhadap dana bantuan
Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo
Penindakan tegas kepada oknum yang
melakukan perampasan hak pada PKL
dengan dalih keamanan
Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk
menampung aktivitas PKL dan pejalan
kaki
Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan
jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir yang tepat
Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal
Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan
jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir
Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL
dan konsumen yang aman dari gangguan
pejalan kaki dan pengendara kendaraan
41
36 Temuan Studi
Temuan studi ini dimana akan menjawab sasaran yang disesuaikan dari contoh kasus yang ada di Indonesia Berikut adalah tabel matrik temuan
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
Mengetahui
permasalahan
PKL di jalur
pejalan kaki
Keberadaan sektor PKL yang menempati ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima memakai separuh lebih lebar trotoar bahkan seringkali tidak menyisakan sedikit pun ruang untuk pejalan kaki Ruang-ruang trotoar menjadi tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya sebagai ruang pemisah antara ruang yang digunakan untuk sirkulasi pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan Ruang-ruang trotoar tersebut banyak yang beralih fungsi menjadi lokasi berdagang PKL
Peralihan fungsi trotoar ini menyebabkan terganggunya aktivitas pejalan kaki sehingga pejalan terpaksa harus menggunakan jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk berjalan guna menghindari berbagai hambatan di atas trotoar Hal ini menyebabkan pejalan kaki terpaksa harus berhati-hati jika melangkah terkadang juga harus mengalah berjalan pada ruang-ruang jalur lambat dan sebagian badan jalan Kondisi ini sangat tidak aman dan
Masalah yang utama itu dari setiap
pedagang kaki lima di Jalur Pejalan Kaki
di Jalan Samanhudi Jember yaitu
Penggusuran Para PKL liar yang tidak
memiliki TDU(Tanda Daftar Usaha)
mereka biasanya akan di gusur dengan
peringatan yang di berikan sampai di
laksanakan penggusuran paksa padahal
Pedagang kaki lima merupakan salah satu
solusi akan masalah tingginya angka
pengangguran dan sedikitnya lapangan
kerja bagi masyarakat berpendidikan
rendah seperti mereka Pemerintah dalam
hal ini tidak dapat menyediakan lahan
pengganti bagi mereka untuk melanjutkan
usaha mereka jika pun ada pemerintah
menyediakan lahan-lahan yang letaknya
kurang strategis yang secara pasti
menurunkan dan mematikan pendapatan
yang mereka dapatkan dan akhirnya
Legalitas lokasi aktivitas
PKL yang biasanya ditempatkan
di dalam ruang publik seperti di
atas trotoar di atas saluran
drainase taman dan ruang publik
lainnya patut dipertanyakan
karena ketidakberdayaannya
peraturan tersebut dalam
menangani PKL Sebagai contoh
di sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi legalitas lokasi untuk
aktivitas PKL yang linier di
sepanjang jalan yang bertempat di
atas drainase Dalam aspek
apapun hal tersebut tidak dapat
dilegalkan terlebih tidak ada
penjelasan mengenai luasan atau
desain yang diperbolehkan PKL
untuk menggelar dasaran pada
dimensi saluran drainase yang
PKL yang menempati
ruang-ruang trotoar
menyebabkan
terganggunya aktivitas
pejalan kaki
Pemerintah tidak dapat
menyediakan lahan
pengganti
Legalitas lokasi aktivitas
PKL yang biasanya
ditempatkan di dalam
ruang publik seperti di atas
trotoar di atas saluran
drainase taman dan ruang
publik patut
dipertanyakan
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
nyaman bagi pejalan kaki ataupun bagi pengendara kendaraan bermotor karena mengganggu arus lalu lintas dan membahayakan keselamatan jiwa mereka hal seperti ini dapat kita lihat di depan dan di samping Masjid Baiturrahman di depan Citraland Mall di depan dan di samping Plasa Simpang Lima di depan dan di samping Kompleks Pertokoan Simpang Lima di depan dan di samping Ramayana Super Center di depan dan di samping SMKN 7 SemarangKantor Telkom dan di depan Gajahmada Plaza
Pemilihan lokasi PKL dipengaruhi oleh kecenderungan aktivitas PKL yang selalu menentukan lokasi mendekati pusat-pusat keramaian atau pusat-pusat perdagangan dan jasa dan lokasi-lokasi yang sering dikunjungi oleh orang banyak dalam kurun waktu tertentu secara periodik dan menerus Alasan inilah yang kemudian mendasari penentuan lokasi PKL Kawasan Bundaran Simpang Lima untuk berjualan di trotoar karena ruang-ruang jalur pedestrian inilah yang
mereka harus gulung tikar dan menjadi
pengangguran yang semakin menambah
permasalahan di Indonesia Pemerintah
harus mencari cara dan tempat yang baik
untuk mereka berdagang ditengah modal
mereka yang kecil agar di sisi lain semua
para pedagang kaki lima tidak hilang
lapangan kerjanya dan bias melanjutkan
kelangsungan hidupnya
ada Selain itu PKL juga
menempati trotoar yang
mengakibatkan bertambahnya
permasalahan yang terdapat di
lokasi tersebut Imbas secara
langsung dirasakan oleh
pengguna trotoar yaitu pedestrian
ketidaknyamanan bahkan tidak
adanya lagi ruang untuk berjalan
di atas trotoar acapkali menjadi
konsekuensi pedestrian yang
trotoarnya diserobot PKL
Aglomerasi aktivitas PKL yang
berlokasi di sekitar pintu masuk
pengunjung Rumah Sakit dr
Kariadi menyebabkan
penumpukan aktivitas seperti
aktivitas keluar masuk
pengunjung aktivitas jual beli
antara PKL dengan konsumen
lalu lintas kendaraan yang sedang
melewati Jalan dr Kariadi serta
angkutan umum yang sedang
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
dianggap sebagai lokasi yang ramai dikunjungi oleh pejalan kaki yang melakukan pergerakan dalam mencapai tempat tujuan perjalanannya Begitu juga dengan ruang Lapangan Pancasila karena selalu ramai dikunjungi pada hari-hari libur dengan rata-rata pengunjung mencapai 51 ndash 100 oranghari dikarenakan kedudukannya sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya
berhenti mencari penumpang
Sekali lagi permasalahan tersebut
disikapi oleh pemerintah dengan
penertiban dan penggusuran yang
hampir tidak pernah berakhir
manis
Mengetahui
peranan PKL
Kehadiran PKL di Kawasan
Bundaran Simpang Lima juga mampu
menciptakan kehidupan yang menerus
sehingga terhindar dari kematian
kawasan pada saat tertentu akan tetapi
di sisi lain kehadiran PKL
menyebabkan ketidakteraturan
kekumuhan dan kualitas fisik yang
buruk sehingga merusak wajah kota
Selain itu PKL yang berjualan di
Lapangan Pancasila pada malam hari
dengan kehidupan malam dan wanita-
wanita penghibur yang berdandan tebal
Tempat pedagang kaki lima bagi
Masyarakat dijalan Samanhudi Jember
sangat penting sebagai penyedia kebutuhan
yang dibutuhkan oleh Masyarakat Jember
Pedangan kaki lima sangat mempengaruhi
pola pasar dan sosial di Jember khususnya
didaerah Jalan Samanhudi Dalam bidang
perekonomian pedagang kaki lima hanya
berpengaruh sebagai produsen yang
penting bagi Masyarakat Jember
mengingat akan Meningkatnya jumlah
Penduduk Mereka cenderung lebih
memilih membeli pada pedagang kaki lima
Usaha PKL yang terus
berkembang pesat menarik PKL
untuk mempekerjakan karyawan
selain tenaga yang dibutuhkan
memang tidak bisa dikerjakan
sendiri terdapat pula pemilik
modal yang menyewa tempat
usaha namun dijadikan usaha
sampingan sehingga tidak
mengelola secara langsung
usahanya namun dengan
mempekerjakan karyawan PKL
yang statusnya sebagai karyawan
Pedangan kaki lima sangat
mempengaruhi pola pasar
dan sosial
harga yang PKL tawarkan
lebih murah dibandingkan
dengan harga di mall
grosir maupun indogrosir
sebagai salah satu
alternatif lapangan
pekerjaan bagi masyarakat
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
menciptakan kesan negatif dan
memperburuk citra kawasan
daripada membeli di supermarket yang
sudah merajalela di kota Jember pada saat
ini mall atau grosir maupun indogrosir
yang banyak tersebar di kota Jember
dikarenakan harga yang mereka tawarkan
lebih murah
sebanyak 10 dimana karyawan
tersebut memanfaatkan PKL
sebagai lapangan pekerjaan
Sehingga bekerja sebagai
karyawan PKL dapat dikatakan
sebagai salah satu alternatif
lapangan pekerjaan bagi
masyarakat
Mengetahui
pola aktivitas
PKL dijalur
pejalan kaki
Aktivitas PKL sendiri
memiliki kecenderungan untuk
menempati ruang ruang antar aktivitas
yang selalu ramai dilewatidikunjungi
oleh banyak orang dalam melakukan
pergerakan perpindahan dari aktivitas
satu ke aktivitas yang lain atau dari
bangunan perdagangan modern satu ke
bangunan perdagangan modern yang
lain secara periodik dalam rentang
waktu tertentu sehingga kemudian
pilihan ini jatuh kepada jalur-jalur
pedestrian yang notabene merupakan
ruang-ruang terbuka publik yang
PKL berdagang dengan menempati
tempat yang tetap dan tidak berpindah-
pindah
Modal dan aset sebagian besar adalah
milik sendiri
Berdagang di Samanhudi merupakan
usaha utama
Alat peraga PKL pada kawasan ini
dapat dibedakan menjadi
ndashAlat peraga semi permanen dari kayu
dan tenda yang bersifat menetap
ndashAlat peraga dengan bangku meja dan
tenda sekaligus sebagai tempat tinggal
ndashAlat peraga beroda namun menetap
Pola Aktivitas pelayanan PKL di
kawasan sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi pada umumnya melayani
pengunjung rumah sakit namun
tidak menutup kemungkinan
konsumennya adalah pengendara
atau orang yang sedang melintasi
jalan tersebut tanpa bermaksud
untuk masuk ke rumah sakit
Selain itu konsumen
yang berasal dari sekitar lokasi
PKL seperti penduduk
permukiman di sekitarnya
pekerja yang bekerja di sektor
Aktivitas PKL memiliki
kecenderungan untuk
menempati ruang ruang
antar aktivitas yang selalu
ramai dilewatidikunjungi
oleh banyak orang dalam
melakukan pergerakan
perpindahan dari aktivitas
satu ke aktivitas yang lain
atau dari bangunan
perdagangan modern satu
ke bangunan perdagangan
modern
Saat berjualan alat peraga
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
seyogyanya digunakan oleh pejalan
kaki Keberadaan ruang trotoar yang
semakin sempit oleh penggunaan ruang
PKL membuat pejalan kaki
menjatuhkan pilihan untuk melakukan
perjalanan pada ruang-ruang seperti
jalur lambat dan sebagian badan jalan
sehingga mengurangi keamanan jiwa
dan kenyamanan pejalan kaki sendiri
serta pengguna jalan yang lain
(pengendara)
Kegiatan-kegiatan yang
dilakukan oleh pejalan kaki pada
ruang-ruang jalur pedestrian atau
trotoar di Kawasan Bundaran Simpang
Lima adalah kegiatan berjalan dan
berbelanja Sebagian dari pejalan kaki
hanya berjalan melintasi trotoar untuk
menuju lokasi tujuannya akan tetapi
ada pula sebagian dari pejalan kaki
yang berjalan sambil melihat-lihat
bahkan ada yang berbelanja pada PKL
ndashAlat peraga beroda namun menetap
dengan bangku dan meja
ndashHanya berupa matras sebagai alas
dagangan yang dapat berpindah
sewaktu-waktu
Alat peraga yang dipakai untuk usaha
tidak seragam dan tidak menggunakan
desain yang baik sehingga terkesan
kumuh kurang bersih dan sangat
mengganggu wajah kota dan menutup
fasade bangunan di belakangnya
Saat berjualan alat peraga kios
sebagian besar menempati badan jalan
dan trotoar
Saat tidak berjualan alat peraga kios
sebagian besar tetap di lokasi jualan
lama berjualan di Samanhudi sebagian
besar antara 6 ndash10 tahun
Terbanyak dari pedagang belum
pernah bekerja di sektor lain dan dari
semula telah menjadi PKL di
Samanhudidi bandingkan denga harga
yang ada di mall Pedagang
lain sehingga tidak ada batasan
pasti mengenai pola pelayanan
para PKL tersebut
Waktu beraktivitas para
PKL umumnya terbagi menjadi
dua sesi PKL yang pertama
adalah pedagang yang aktivitas
berdagangnya pada pagi hingga
siang hari Pedagang yang kedua
merupakan pedagang yang
mempunyai waktu layanan pada
sore hingga malam hari Namun
tidak menutup kemungkinan
terdapat beberapa PKL yang
berdagang dari pagi hingga
malam hari bahkan buka nonstop
mengingat rumah sakit
beraktivitas selama sehari penuh
sehingga mereka mengikuti
aktivitas sektor formal yang ada
di sekitarnya
Waktu berdagang
tersebut juga disesuaikan dengan
kios sebagian besar
menempati badan jalan
dan trotoar
Waktu beraktivitas para
PKL umumnya terbagi
menjadi dua sesi PKL
yang pertama adalah
pedagang yang aktivitas
berdagangnya pada pagi
hingga siang hari
Pedagang yang kedua
merupakan pedagang yang
mempunyai waktu layanan
pada sore hingga malam
hari Namun tidak
menutup kemungkinan
terdapat beberapa PKL
yang berdagang dari pagi
hingga malam hari bahkan
buka nonstop
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
izin usaha yang diberlakukan oleh
petugas kelurahan sebagai pihak
yang berwenang menangani PKL
Untuk lokasi yang dilarang untuk
PKL oleh PKL tetap digunakan
sebagai lokasi untuk berdagang
dengan waktu berdagang setelah
jam kerja yaitu sore hingga
malam hari
Mengetahui
Pengelolaan
PKL di jalur
pejalan kaki
dalam perkembangannya
pemerintah mengeluarkan SK
Walikota Kota Semarang No 511316
tahun 2001 tentang Penetapan Lahan
yang mengatur tentang lokasi-lokasi
dan waktu aktivitas PKL yang
diperbolehkan oleh pemerintah pada
Kawasan Bundaran Simpang Lima
agar tetap terjaga kerapihan dan
estetikakeindahan wajah kawasannya
yaitu PKL yang berjualan di depan
Kompleks Pertokoan Simpang Lima
depan Ramayana SC depan Kantor
Adanya pengakuan resmi dari
pemerintah terhadap PKL Samanhudi
sebagai salah satu sector ekonomi di
kawasan studi melalui surat keputusan
resmi Surat keputusan ini sekaligus
mengatur hak kewajiban dan
tanggung jawab PKL sebagai
kompensasi perubahan status yang
telah diberikan oleh pemerintah
Pedagang kaki lima perlu untuk
mendapatkan pembinaan dari
pemerintah Kabupaten Jember untuk
meningkatkan kemampuan wirausaha
Pemerintah Kota Semarang
berwenang dalam mengatur
keberadaan PKL di ruang Kota
Semarang seperti yang terdapat di
kawasan sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi dengan bentuk
pengelolaan lokasional (stabilitas
atau pengaturan) dan struktural
(perijinan) Dalam pengaturan
tersebut Pemerintah Kota
Semarang menggunakan dasar
hukum berupa Undang-Undang
Peraturan Pemerintah Peraturan
mengatur tentang lokasi-
lokasi dan waktu aktivitas
PKL yang diperbolehkan
oleh pemerintah agar tetap
terjaga kerapihan dan
estetikakeindahan wajah
kawasannya
Pedagang kaki lima perlu
untuk mendapatkan
pembinaan
Pedestrian dirancang ulang
dengan dilebarkan hingga
area parkiran street
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
TelkomSMKN 7 Semarang depan
Gajahmada Plaza dan depan Masjid
Baiturrahman boleh berjualan dari
pukul 1600 ndash 0400 WIB (khusus pada
Hari Minggu PKL diijinkan untuk
berjualan mulai pukul 0600 ndash 0800
WIB) menempati ruang trotoar dengan
luas areal 4 x 6 meter
Sampai dengan tahun 2008
PKL di Kawasan Bundaran Simpang
Lima mencapai 1536 pedagang dan
ada kecenderungan akan terus
meningkat dari tahun ke tahun (lihat
Tabel III4) Kecenderungan lokasi
PKL pada masa-masa yang akan
datang mengikuti kecenderungan dari
perkembangan aktivitas formal
kawasan yang ada demikian juga
kecenderungan waktu berdagangnya
Melihat kecenderungan aktivitas PKL
kawasan maka SK Walikota Kota
Semarang No 511316 tahun 2001
sudah tidak relevan lagi dan perlu
dan peningkatan kualitas barang
dagang dan pelayanan terhadap
pembeli konsumen sehingga bias
meningkatkan pendapatan dan
aktivitas pedagang kaki lima dapat
member nilai tambah serta dapat
memberkan peluang kerja yang dapat
mengurangi tingkat pengangguran di
Kabupaten Jember Bentuk pembinaan
berupa penyuluhan yang diberikan
berkala secara rutin Program
pembinaan diadakan oleh pemerintah
Paguyuban Samanhudi merupakan
Kelembagaan yang memiliki
kewenangan atau keterikatan dengan
pengelolaan dan pembinaan Pedagang
Kaki Lima KoridorJalan
SamanhudiPaguyuban ini
beranggotakan wakil PKL wakil
pedagang formal wakil pemerintah
dari dinas Kebersihan dan
Pertamanan Dinas Polisi Pamong
Praja Dinas Pariwisata Dinas
Daerah dan Surat Keputusan
Walikota Adapun dasar hukum
yang mengatur secara jelas
mengenai aktivitas PKL di Kota
Semarang yang berlaku saat ini
diantaranya adalah sebagai
berikut
1048707 Peraturan Daerah No 11 Tahun
2000 tentang Pengaturan dan
Pembinaan PKL Perda ini
menjelaskan tentang pengaturan
dan pembinaan PKL di Kota
Semarang seperti pengaturan
tempat usaha hak kewajiban dan
larangan untuk PKL Dalam
kaitannya dengan karakteristik
berlokasi aktivitas PKL
dijelaskan dalam Perda ini yang
terdapat dalam pasal 3 yaitu
penempatan lokasi kegiatan PKL
diatur dengan mempertimbangkan
tempat kepentingan untuk umum
lainnya seperti kepentingan untuk
sehingga jalur aktif
kendaraan tidak
mengalami penyempitan
mengatur keberadaan PKL
di ruang Kota dengan
bentuk pengelolaan
lokasional (stabilitas atau
pengaturan) dan struktural
(perijinan)
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
ditinjau kembali sesuai dengan
kecenderungan dan kebutuhan yang
ada di lapangan
Pendapatan dan Dinas LPMK
Kabupaten Jemberserta pihak
penengah selaku penasehat dan pihak
netral yang diwakili oleh pakar PKL
dari universitas tokoh masyarakat dan
pakar PKL lainnya
Penerapan tema khusus pada penataan
PKL kawasan studi agar mempunyai
cirri khas dan dapat mengangkat citra
kawasan dan meningkatkan daya tarik
kawasan Contoh produk khas
jember yang dapat diangkat sebagai
tema adalah tembakau rookk dan
cerutu mengingat Jember sebagai
penghasil tembakau terbesar di Jawa
Kegiatan khas Jember yang dapat
diangkat sebagai tema yaitu Jember
Fashion Carnaval Penerapan tema
dapat diaplikasikan pada sarana usaha
PKL finishing pedestrian perabot
kota dan elemen pendukung lainnya
Pedestrian dirancang ulang dengan
pejalan dan untuk sirkulasi
kendaraan Untuk lebih jelas
mengenai detail isi perda tersebut
dapat dilihat pada Lampiran F
1048707 Surat Keputusan Walikota
Semarang No 51136 Tahun
2001 tentang lokasi PKL di Kota
Semarang dimana di dalamnya
diantaranya mengatur luas area
batas pemakaian area waktu
aktivitas dan tempat aktivitas
PKL Ruas kanan Jalan dr
Kariadi dari arah Jalan Veteran
merupakan lokasi yang
diperbolehkan untuk aktivitas
PKL Lokasi tersebut menempati
trotoar serta bangunan berupa
semi permanen Untuk lebih jelas
mengenai detail isi SK tersebut
dapat dilihat pada Lampiran F
1048707 Perda No 6 Tahun 2004
tentang Rencana Detail Tata
Ruang Kota Semarang Bagian
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
dilebarkan hingga area parkiran street
sehingga jalur aktif kendaraan tidak
mengalami penyempitan Diberikan
perbedaan yang tegas antara ruang
PKL dan ruang pejalan kaki dan jalur
kendaraan berupa perbedaan tinggi
lantaiSehingga dikemudian hari kios
PKL tidak melebar ke segala sisi
Wilayah Kota (BWK) I
(Kecamatan Semarang Tengah
Semarang Timur dan Semarang
Selatan Tahun 2000-2010 Perda
tersebut menjelaskan mengenai
fungsi serta peran BWK I yang
terkait dengan sektor formal di
wilayah tersebut yaitu penjelasan
mengenai fasilitas kesehatan yang
berada khususnya di Kelurahan
Randusari Selain itu dijelaskan
pula kelas Jalan dr Kariadi Jalan
dr Soetomo dan Jalan Veteran
serta jalur transportasi yang
melaluinya
41
memiliki aksesibilitas yang tinggi sehingga mudah dicapai dari segala penjuru kota
menggunakan berbagai jenis moda kendaraan baik kendaraan pribadi maupun angkutan
umum Pola pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan berdasarkan aktivitasnya pada ruang
Lapangan Pancasila berlangsung secara berkelompok dan masing-masing mengumpul
berdasarkan jenis aktivitasnya sebagai akibat oleh adanya
a) Kecenderungan aktivitas yang berlangsung pada ruang terbuka publik ini adalah
aktivitas-aktivitas yang dilakukan secara berkelompok
b) Melibatkan orang dalam jumlah yang banyak
c) Bentukan ruang yang membentuk persegi membulat dengan daya tamping ruang yang
cukup besar
d) Memungkinkan pergerakan secara bebas dan tidak beraturan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan berdasarkan aktivitas sektor
informalnya didominasi oleh pola pemanfaatan aktivitas PKL yang menempati ruang trotoar
kawasan trotoar dan tengah Lapangan Pancasila yaitu
1) Pola Pemanfaatan Trotoar Sepanjang Tepi Jalan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh
aktivitas PKL sepanjang trotoar kawasan di depan Citraland Mall depan Plasa Simpang
Lima depan Kompleks Pertokoan Simpang Lima depan Ramayana SC depan kantor
TelkomSMKN 7 Semarang depan Gajahmada Plaza dan depan Masjid Baiturrahman
membentuk pola ldquolinier yang memanjangrdquo dikarenakan oleh bentukan ruang-ruang
trotoar ini yang merupakan suatu jalur penghubung secara linier antaraktivitasbangunan
perdagangan dan jasa kawasan pada tepi jalan di muka bangunan sehingga menimbulkan
sejumlah akumulasi pengunjung yang tinggi secara periodic berdasarkan waktu
berlangsungnya aktivitas formal yang memanjang mengikuti pola jalur sirkulasipola
jaringan jalan utama kawasan Adanya beberapa bangunan formal dengan ciri aktivitas
perdagangan dan jasa yang terletak secara berdekatan satu sama lain dalam kawasan ini
maka dengan sendirinya akan menjadi daya tarik yang sangat kuat untuk dikunjungi oleh
calon pembeli yang mengakibatkan timbulnya akumulasi pengunjung pada kawasan
terutama di sekitar kegiatan yang dimaksud
Situasi inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh PKL kawasan studi untuk
mengembangkan usahanya dengan menjaring calon pembeli pada ruangruang di
sepanjang jalur pada muka bangunan ini memanfaatkan peluang banyaknya pejalan yang
melalui sepanjang jalur ini dan mengikuti pola jaringan jalan kawasan agar
41
keberadaannya di sepanjang tepi jalan ini juga dapat terlihat dan menarik para pengendara
pengguna jalan kawasan
Adapun display bebagai jenis barang dagangan PKL yang disuguhkan secara berderet
memanjang pada ruang trotoar ini memberi kemudahan pengunjung kawasan baik
pejalan kaki maupun pengendara untuk dapat lebih jelas melihat dan memilih jenis-jenis
barang yang diperdagangkan
2) Pola Pemanfaatan Trotoar Tepi Lapangan Pancasila
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh
aktivitas PKL sepanjang trotoar Lapangan Pancasila membentuk pola ldquolinier yang
melingkarrdquo dikarenakan oleh bentukan ruang sirkulasi pedestrian lapangan yang
membingkai lapangan dengan bentuk persegi membulat dan pola sirkulasi utama kawasan
yang bermuara pada Lapangan Pancasila dengan membentuk loop Adanya kedudukan
Lapangan Pancasila sebagai satu-satunya ruang terbuka publik yang luas di Kota
Semarang sebagai wadah interaksi sosial yang dimanfaatkan oleh warga masyarakat Kota
Semarang dan sekitarnya untuk melakukan berbagai macam aktivitas seperti olah raga
rekreasi dan hiburan mengakibatkan timbulnya akumulasi pengunjung dalam jumlah
yang besar pada area ini khususnya pada hari liburMinggu pagi sehingga banyak PKL
yang tertarik untuk menempati lokasi ini untuk menjajakan barang dagangannya Display
berbagai jenis barang dagangan disuguhkan secara linier sepanjang trotoar dengan
berhadap-hadapan untuk memberi banyak pilihan dan variasi barang kepada calon
pembeli dengan suasana yang santai dan rekreatif
3) Pola Pemanfaatan Tengah Lapangan Pancasila
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh
aktivitas PKL di tengah Lapangan Pancasila membentuk pola ldquoberkumpul yang
mengelompokrdquo berdasarkan jenis barang dagangannya dikarenakan bentukan ruang
Lapangan Pancasila yang tanpa adanya pembatas fisik antarPKL dengan daya tampung
ruang yang cukup besar sehingga memungkinkan adanya pergerakan pengunjung yang
bebas dan tidak beraturan dan penataan display barang dagangan yang disajikan secara
mengelompok berdasarkan jenis barang dagangannya masing-masing sehingga
memudahkan calon pembeli memilih jenis barang yang diinginkan dengan banyaknya
variasi barang yang disuguhkan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh PKL
akan semakin berkurang intensitasnya apabila semakin menjauh dari kawasan studi
Intensitas pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan oleh aktivitas PKL pada koridor
41
kelima ruas jalan kawasan semakin menurun karena jalan-jalan ini berorientasi pada
aktivitas-aktivitas yang berbeda yang berlangsung pada kelima ruas jalan antara aktivitas
perkantoran pemerintahan dan pendidikan yang ditandai dengan adanya kepadatan
beberapa bangunan fasilitas perkantoran pemerintahan dan pendidikan pada koridor-
koridor kelima ruas jalan ini
Adanya bangkitan aktivitas nonekonomi ini mengakibatkan rendahnya akumulasi
pengunjung kawasan pada tepi jalan-jalan ini Hal inilah yang menjadi alasan mengapa
ruang-ruang trotoar koridor jalan ini kurang diminati oleh PKL meskipun ada beberapa
PKL yang berjualan pada beberapa penggal jalan namun keberadaannya terputus dan
tidak menerus seperti pada keberadaan PKL pada ruang sirkulasi pejalan kaki di
sepanjang trotoar Jalan Pahlawan yang identik sebagai area yang berorientasi pada
aktivitas pemerintahan Jalan KH Achmad Dahlan Pandanaran dan Achmad Yani yang
identik sebagai area yang berorientasi pada aktivitas perkantoran dan Jalan Gajahmada
yang identik sebagai area yang berorientasi pada aktivitas perkantoran dan pendidikan
Menurut kriteria pemilihan lokasinya aktivitas-aktivitas PKL memiliki
kecenderungan menempati lokasi atau ruang-ruang dengan tingkat akumulasi orang yang
melakukan kegiatan secara bersama-sama pada waktu yang relative sama pula Adanya
fungsi kawasan sebagai CBD tentu tidak lepas dari aktivitas perdagangan dan jasa yang
berlangsung di atasnya sehingga menimbulkan sejumlah akumulasi pengunjung yang
tidak sedikit Fenomena tumbuhnya sector informalPKL ini tak lepas dari keberadaan
aktivitas formal yang tumbuh dan berkembang sebagai aktivitas pendukung (activity
support) yang tidak dapat dihindarkan dan digusur begitu saja melainkan diantisipasi dan
diperhitungkan kebutuhan ruangnya
2 Analisis Pola Pemanfaatan Ruang Jalur Sirkulasi Pedestrian Kawasan
Pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan sebagai jalur sirkulasi pejalan kaki
merupakan jenis pemanfaatan sebagai pemenuhan akan kebutuhan ruang pejalan yang
memisahkan ruang pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan kawasan demi meminimalisasi
konflik kepentingan yang dapat mengakibatkan ketidaknyamanan pejalan kaki maupun
pengguna jalan yang lain (pengendara)
Namun dalam perkembangannya ruang-ruang di tepi jalan ini mengalami pergeseran
fungsi ruang menjadi lokasi aktivitas PKL sehingga kemudian pejalan kaki harus
menjatuhkan pilihannya untuk berjalan melalui jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk
mencapai tujuan dalam pergerakannya
41
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima sebagai
ruang sirkulasi pedestrian dibentuk oleh arah pergerakan pejalan yang dipengaruhi oleh
tujuan dalam melakukan perjalanannya
a Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Melakukan Perpindahan Antarbangunan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima dengan
tujuan untuk melakukan pergerakan perpindahan antarbangunan membentuk pola
rdquomenerus yang melingkarrdquo dikarenakan arah pergerakan pejalan yang menerus pada
sepanjang ruang trotoar di muka bangunan kawasan mengikuti pola sirkulasi utama
kawasan yang membentuk loop
Pola pemanfaatan yang rdquomenerusrdquo ini disebabkan oleh kontinuitas pergerakan pejalan
kaki kawasan dalam melakukan perpindahan antar bangunan formal (perdagangan
modern) pada ruang-ruang trotoar sebagai ruang penghubung antaraktivitas formal
kawasan Pola pergerakan pejalan kaki yang menerus ini merupakan bangkitan dari
tarikan aktivitas perdagangan dan jasa formal kawasan yang menjadi alasan pengunjung
melakukan pergerakan berpindah antarbangunan
Pergerakan pejalan yang rdquomenerusrdquo ini juga dipengaruhi oleh keberadaan aktivitas
PKL di sepanjang ruang trotoar kawasan yang memberi kehidupan menerus pada ruang-
ruang ini Pergerakan menerus dilakukan oleh pejalan kaki kawasan secara linier pada
tepi jalan mengikuti pola jaringan jalan utama kawasan dan memanjang menuju lokasi
pencapaian tujuan pergerakan
Pola pemanfaatan ruang yang rdquomelingkarrdquo disebabkan oleh pencapaian tujuan pada
bangunan perdagangan modern kawasan secara memutar Sistem pencapaian bangunan
formal (perdagangan) yang memutar ini dipengaruhi oleh sistem sirkulasi utama kawasan
yang memiliki muara pada Jalan Simpang Lima (Lapangan Pancasila) dan membentuk
loop dimana dalam bentuk pencapaian yang loop ini diperlukan waktu untuk
mencapainya karena harus melewati banyak persimpangan-persimpangan yang
merupakan simpul-simpul bertemunya arus lalu lintas dari kelima ruas jalan kawasan
pada muaranya di Jalan Simpang Lima
b Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Berbelanja pada PKL di Sepanjang
Trotoar Kawasan dan Tepi Lapangan Pancasila Pola pemanfaatan ruang terbuka
publik Kawasan Simpang Lima dengan tujuan untuk berbelanja pada PKL di sepanjang
trotoar kawasan kurang lebih sama dengan pola pemanfaatan ruang dengan tujuan
melakukan perpindahan antarbangunan formal kawasan yaitu membentuk pola rdquomenerus
41
yang melingkarrdquo sepanjang ruang-ruang trotoar pada muka bangunan formal kawasan
mengikuti pola jaringan jalan utama kawasan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh aktivitas PKL pada sepanjang trotoar
kawasan dipengaruhi oleh penataan display berbagai jenis barang dagangan PKL yang
ditata sedemikian rupa berderet secara linier pada muka bangunan dan memanjang
mengikuti bentukan ruang trotoar sehingga mempermudah calon pembeli baik oleh
pejalan kaki maupun pengguna jalan yang lain (pengendara) untuk melihat dan memilih
jenis-jenis barang yang diinginkan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik dengan tujuan berbelanja pada PKL yang
berjualan di tepi Lapangan Pancasila membentuk pola rdquolinier yang melingkarrdquo mengkuti
sistem sirkulasi utama kawasan yang membentuk loop dengan muara sirkulasi pada
lapangan Pola pemanfaatan yang linier dipengaruhi oleh penataan display barang
dagangan yang ditata sedemikian rupa secara linier pada tepi Lapangan Pancasila (trotoar
lapangan) berhadaphadapan dengan sirkulasi pengunjung PKL yang berada pada tengah
ruang trotoar sebagai ruang yang tersisa dari kedua sisi ruang yang digunakan oleh PKL
Pola pemanfaatan ruang yang rdquomelingkarrdquo dipengaruhi oleh bentukan ruang yang
persegi membulat dengan trotoar sebagai pembingkai ruang lapangan Pemanfaatan yang
melingkar ini dibentuk oleh pergerakan pengunjung PKL yang menerus tanpa terputus
pada ruang trotoar tepi Lapangan Pancasila
c Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Melakukan Aktivitas Olahraga Rekreasi dan
Hiburan Berbelanja Pada PKL di Tengah Lapangan Pancasila
Pola pemanfaatan ruang Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk melakukan aktivitas
olahraga rekreasi dan hiburan serta berbelanja pada PKL yang berjualan di tengah
Lapangan Pancasila memiliki pola pergerakan rdquocurvelinierrdquo Aktivitas-aktivitas ini
cenderung dilakukan secara berkelompok mengingat daya tampung ruang lapangan yang
cukup besar sehingga memungkinkan untuk pergerakan yang bebas dan santai dengan
suasana rekreatif dengan arah pergerakan yang tidak beraturan dikarenakan tanpa adanya
bentukan fisik pembatas antaraktivitas kegiatan Aktivitas olahraga yang seringkali
dilakukan menempati ruang Lapangan Pancasila adalah olahraga sepak bola dimana
olahraga ini biasa dilakukan secara berkelompok dengan pergerakan yang tidak beraturan
pada ruang
Sedangkan pergerakan aktivitas rekreasi dan hiburan yang juga cenderung dilakukan
secara berpasanganberkelompok ini dipengaruhi oleh tujuannya untuk melihat-lihat
pemandangansuasana kawasan sehingga membentuk pola pergerakan yang tidak
41
beraturan dan berkelok-kelok dengan sesekali berhenti untuk mengagumi view atau
sekedar untuk mengobrol
Pola pergerakan pejalan kaki pada ruang Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk
berbelanja pada PKL di tengah lapangan mempunyai pola pergerakan rdquocurvelinierrdquo
dipengaruhi oleh bentukan ruang lapangan yang persegi membulat dengan daya tampung
ruang cukup besar dan sistem sirkulasi pengunjung yang memungkinkan arah pergerakan
dengan bebas Aktivitas PKL yang memiliki kecenderungan berkelompok berdasarkan
jenis barang yang diperdagangkan ini berdampak pada penataan display barang sehingga
sistem sirkulasi pengunjung PKL pun pada akhirnya mengikuti pola pemanfaatan ruang
oleh aktivitas PKL dengan pergerakan yang tidak beraturan pada ruang (curvelinier)
dengan suasana rekreatif dan santai
Dengan adanya pergerakan pejalan kaki Kawasan Bundaran Simpang Lima yang
rdquomenerus dan melingkarrdquo membentuk linkage seyogyanya pejalan kaki diberikan ruang
yang layak demi keamanan dan kenyamanan pejalan dan pengguna jalan yang lain
Dengan kecenderungan sifat manusiawi pejalan yang enggan melakukan perjalanan
dengan permukaan yang naik atau menaik solusi yang ditawarkan tentu tidak bisa berupa
jembatan penghubung antarbangunan Sebab selain memerlukan biaya yang tidak sedikit
dapat menghalangi pandanganview suatu kawasan berpotensi menggunakan sebagian
ruang terbuka publik itu sendiri dan keengganan pejalan berjalan pada permukaan yang
naik sebagai sifat dasar pejalan kaki maka alangkah lebih baiknya apabila solusi yang
ditawarkan sebagai ruang untuk pejalan kaki kawasan di luar konteks teknologi adalah
berupa subway yaitu ruang publik untuk pejalan kaki yang dibangun di bawah tanah yang
menjadi penghubung antarbangunan dengan karakteristik berupa terowongan di bawah
tanah bebas dari sirkulasi kendaraan kawasan bebas dari kebisingan akibat intensitas lalu
lintas kawasan yang cukup tinggi mampu menjadi alternatif ruang untuk PKL dan parkir
off street kawasan sekaligus sebagai jalur pedestrian kawasan
41
352 Kajian PKL di Jalur Pejalan Kaki di Jalan Samanhudi Kabupaten Jember
3521 Analisa Konflik Kepentingan
Tabel IV1Analisa Konflik Kepentingan
Sumber Hasil Analisis Maria Kurnia U 2009
41
3522 Analisa Konflik Penggunaan Ruang
Tabel IV2
Analisa Konflik Penggunaan Ruang
Sumber Hasil Analisis Maria Kurnia U 2009
3523 Analisis Konsep Simbiosis Mutualistik
A Analisa Teori
Analisa ini bertujuan menelusuri konflik kepentingan dan konflik penggunaan ruang
melalui kajian teori-teori tentang penataan PKL yang didapatkan dari literature dan penelitian
PKL yang pernah dilakukan sebelumnya Meminimalisir konflik yang terjadi diperlukan
ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun
menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan
Samanhudi dengan kawasan PKL lain
ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL
41
ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun
dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja
namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang
namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan
ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa
jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan
harga antara pedagang formal dan PKL
ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan
pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak
penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi
antar pihak
ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai
dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan
perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang
informal
ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan
persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL
ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan
dalih keamanan
ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan
pejalan kaki dan pengendara kendaraan
ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki
ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL
ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan
ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa
harus saling menumpuk
ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak
ndash Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini
menjadi jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen
B Triangulasi Konsep Simbiosis Mutualistik
Triangulasi konsep simbiosis mutualistik dilakukan untuk mendapatkan konsep-
konsep penataan pedagang kaki lima yang menguntungkan berbagai pihak yang terkait yang
membandingkan antara fakta empiris studi kasus dan teori
41
Mengakui eksistensi PKL didukung dengan program kebijakan untuk mengelola
aktivitas PKL
Penyuluhan pembinaan dan pelatihan untuk PKL
Pemberian bantuan modal dari pemerintah maupun dari sektor swasta (dengan konsep
kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitusaja namun dilakukan kontrol terhadap dana
bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang begitu saja namun dapat dimanfaatkan secara
berkelanjutan
Peningkatan citra kawasan melalui pembentukan karakter khusus PKL di lokasi studi
sehingga membedakan PKL Samanhudi dengan PKL di kawasan lain
Pengelompokkan PKL menurut jenis barang dagangan dan perletaknnya diatur menurut
jenis dagangan toko formal sehingga tidak terjadi perebutan konsumen
Peningkatan citra kawasan sehingga menambah daya tarik pengunjung
Pembentukan Paguyuban Samanhudi yang beranggotakan PKL pedagang formal dan
pihak penengah untuk menyamakan aspirasi antar golongan dan sebagai forum diskusi
Legalitas sektor informal yang diakui oleh pemerintah
Perumusan kebijakan dan peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan
perdagangan informal
Peraturan didukung pengawasan yang ketat sangsi yang jelas dan sosialisasi serta
persamaan persepsi
Perancangan sarana usaha sesuai dengan jenis barang dagangan dan aspirasi PKL
Sosialisasi status ruang PKL
Peningkatan keamanan dan pengawasan untuk mencegah pemerasan tindak kejahatan
lain
Mempertahankan orientasi PKL ke arah bangunan formal
Perbaikan pelebaran dan pemeliharaan jalur pejalan kaki (pedestrian) sebatas ruang
parkir on street sehingga jalur aktif jalan tidak berkurang
Pemisahan yang jelas antara jalur pejalan kaki dan ruang PKL
Pemisahan yang jelas antara jalur pengendara ruang PKL dan jalur pejalan kaki
Mengatur ruang parkir off street di sepanjang jalan untuk mengurangi beban jalan akibat
penyempitan jalan karena adanya pelebaran pedestrian
Perpanjangan sosoran dari bangunan formal sebagai pelindung pejalan kaki dan ruang
PKL sehingga PKL tidak perlu memakai ataptambahan untuk kiosnya
Bentuk sarana usaha berupa meja dorong tanpa atap agar akses visual pencahayaan dan
penghawaan ke bangunan formal tidak terhalang
41
Diberikan jarak setiap 2 kios sebagai akses masuk ke bangunan formal
Mengikutsertakan seluruh pihak terkait dalam penyampaian keputusan
Perancangan dapat mewadahi ruang PKL
Ruang PKL mengikuti arus pergerakan manusia
Pengaturan kebersihan dan ketertiban
C Konsep Legalitas PKL
Adanya pengakuan resmi dari pemerintah terhadap PKL Samanhudi sebagai salah satu
sector ekonomi di kawasan studi melalui surat keputusan resmi Surat keputusan ini
sekaligus mengatur hak kewajiban dan tanggung jawab PKL sebagai kompensasi
perubahan status yang telah diberikan oleh pemerintah
PKL berhak mendapatkan perlindungan hokum dan pinjaman modal dari pemerintah
Namun sebagai sector resmi PKL dikenakan pajak penghasilan dan retribusi Besarnya
pajak Pajak penghasilan dibedakan dari sektorformal Dengan membayar pajak PKL
berhak mendapatkan perlindungan pemerintah dari oknum preman dsb
PKL wajib mendukung program-program penertiban yang dilakukan pemerintah Apabila
PKL melanggar hak dan kewajiban yang telah diputuskan PKL tidak berhak lagi
menempati lapak yang telah dipinjamkan oleh pemerintah Dan dicabut ijin berjualannya
di kawasan Samanhudi
Dalam konsep ini simbiosis mutualistik terjadi antara pemerintah dan PKL dimana PKL
mendapatkan pengakuan perlindungan dan bantuan modal dari pemerintah sementara
pemerintah mendapatkan retribusi pajak penghasilan dan ketertiban dari PKL
D Konsep Pembinaan dan Permodalan
Pedagang kaki lima perlu untuk mendapatkan pembinaan dari pemerintah Kabupaten
Jember untuk meningkatkan kemampuan wirausaha dan peningkatan kualitas barang
dagang dan pelayanan terhadap pembeli konsumen sehingga bias meningkatkan
pendapatan dan aktivitas pedagang kaki lima dapat member nilai tambah serta dapat
memberkan peluang kerja yang dapat mengurangi tingkat pengangguran di Kabupaten
Jember Bentuk pembinaan berupa penyuluhan yang diberikan berkala secara rutin
Program pembinaan diadakan oleh pemerintah
Program pembinaan juga digunakan sebagai sarana pertemuan rutin dan sosialisasi
peraturan-peraturan yang dilakukan pemerintah
Program pembinaan juga dapat dijadikan sarana untuk selalu mengingatkan hak dan
kewajiban serta sangsi yang diterapkan bila PKL melanggar selama beroperasi dikawasan
Samanhudi
41
Program pembinaan memberikan keuntungan kepada PKL dan pemerintah PKL
mendapatkan peningkatan kemampuan dan pemerintah mendapat sarana sosialisasi
Pemberian bantuan modal ini tidak ditujukan kepada semua pedagang kaki lima tetapi
diberikan kepada beberapa pelaku usaha yang memiliki potensi dan criteria yang telah
ditentukan
Pemerintah dalam memberikan bantuan modal ini juga harus bekerja sama dengan
instansi-isntansi lain yang terkait
Pemberian modal dari pihak swasta sangat disarankan
Konsep ini memberikan keuntungan kepada pihak PKL berupa bantuan modal dengan
bunga ringan keuntungan laba pinjaman kepada pemberi modal dan bila pihak swasta
terlibat mendapatkan keuntungan berupa kesempatan untuk periklanan
E Konsep Kelembagaan Paguyuban Samanhudi
Paguyuban Samanhudi merupakan Kelembagaan yang memiliki kewenangan atau
keterikatan dengan pengelolaan dan pembinaan Pedagang Kaki Lima KoridorJalan
SamanhudiPaguyuban ini beranggotakan wakil PKL wakil pedagang formal wakil
pemerintah dari dinas Kebersihan dan Pertamanan Dinas Polisi Pamong Praja Dinas
Pariwisata Dinas Pendapatan dan Dinas LPMK Kabupaten Jemberserta pihak penengah
selaku penasehat dan pihak netral yang diwakili oleh pakar PKL dari universitas tokoh
masyarakat dan pakar PKL lainnya
Peran Paguyuban ini adalah sebagai forum diskusi dari semua pihak untuk menampung
aspirasi dan menetralisasi konflik yang terjadi sehingga setiap aspek dikoridor jalan
Samanhudi dapat melakukan koordinasi dan semua aspirasi dari semua pihak dapat
tersampaikan Fungsi paguyuban juga sebagai sarana mengikutsertakan semua pihak
terkait dalam membuat rancangan peraturan dan sosialisasi peraturan yang telah
ditetapkan pemerintah mengenai PKL kepada semua pihak terkait
Paguyuban juga berfungsi sebagai pihak pengawas bekerja sama dengan pihak kepolisian
dan pamong praja untuk mengawasi segala pelanggaran yang dilakukan oleh semua pihak
terkait Penerapan sangsi harus tegas dan diawasi oleh paguyuban sehingga tidak terjadi
rsquopenyelesaiandamairsquo dari pihak pelanggar dana para penegak peraturan
Paguyuban memberikan keuntungan kepada PKL pedagang formal pemerintah dan
masyarakat berupa kesempatan untuk menyalurkan aspirasi
41
353 Kajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit Kariyadi
Semarang
3531 Analisis Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar
Rumah Sakit dr Kariadi
Analisis karakteristik aktivitas PKL menggunakan metode deskriptif kuantitaif
dan distribusi frekuensi Analisis ini nantinya menunjang untuk analisis selanjutnya
yaitu analisis karakteristik berlokasi PKL Analisis ini meliputi lokasi aktivitas PKL
tempat usaha PKL jenis barang dagangan sarana fisik berdagang pola layanan pola
penyebaran serta status kepemilikan usaha Uraian dari masing-masing analisis
tersebu dipaparkan sebagai berikut
a Lokasi Beraktivitas
Sesuai dengan ruang lingkup spasial dari penelitian ini lokasi yang digunakan
PKL untuk memanfaatkan aktivitas kegiatan utama Rumah Sakit dr Kariadi adalah di
sepanjang penggal Jalan dr Kariadi sebagian Jalan Veteran dan sebagian Jalan dr
Soetomo Mereka berlokasi di penggalpenggal jalan tersebut dikarenakan jalan
tersebut merupakan batas dari kawasan fasilitas kesehatan dan merupakan jalan arteri
sekunder kolektor sekunder dan lokal sekunder yang ramai orang berlalu lalang
lintas kendaraan serta dilewati jalur angkutan umum Kondisi tersebut ditangkap oleh
PKL sebagai peluang untuk mendapatkan konsumen dengan memanfaatkan tingkat
kunjungan yang tinggi dari aktivitas kegiatan utama serta orang yang lalu lalang yang
melintas di penggal jalan-jalan tersebut Untuk lebih jelas mengenai lokasi PKL dapat
dilihat pada Gambar berikut
41
Gambar 33
Lokasi Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Pada lokasi tersebut terbagi menjadi spot-spot yang menjadi lokasi PKl
berdasarkan penggal jalan yang telah disebutkan sebelumnya yaitu Jalan dr Kariadi
Jalan Veteran dan Jalan dr Soetomo Spot-spot tersebut memiliki karakteristik
masing-masing baik dari sisi aktivitas dan ruang usaha PKL maupun dari karakteristik
berlokasinya Di penggal Jalan dr Kariadi terdapat beberapa bagian yang merupakan
lokasi larangan untuk PKL lokasi yang diperbolehkan untuk menggelar dagangan
PKL serta PKL binaan kelurahan yang dikenal dengan istilah PKL orange Pada Jalan
Veteran yang diminati oleh PKL berada di sisi selatan jalan Lokasi tersebut juga
diperbolehkan untuk berdagang PKL sebagai kompensasi penggantian lokasi
penggusuran PKL yang berasal dari Jalan dr Kariadi sisi barat Lokasi yang
seharusnya bersih dari PKL adalah Jalan dr Soetomo karena merupakan jalur merah
Namun lokasi ini tetap diminati untuk berlokasi PKL diantaranya dikarenakan tidak
adanya lokasi lain serta lokasinya yang strategis Kestrategisan tersebut dilihat dari
status jalan yang merupakan jalan utama penghubung ke pusat-pusat aktivitas lainnya
serta akses ke pusat kota maupun ke luar kota sehingga frekuensi kendaraan yang lalu
lalang tinggi Selain itu lokasinya yang dekat dengan kegiatan utama yang ada di
sekitarnya seperti Rumah sakit dr Kariadi perkantoran ataupun permukiman Hal
tersebut dimanfaatkan PKL sebagai peluang mendapatkan konsumen
b Tempat Usaha
41
Lokasi yang diminati PKL tidak menyediakan tempat khusus untuk berdagang
PKL sehingga mereka menggunakan ruang-ruang publik untuk tempat usahanya
seperti di trotoar di atas saluran drainase bahu jalan dan badan jalan Dengan
difungsikannya ruang-ruang publik tersebut menjadi tempat berdagang bagi PKL
berakibat menurunnya fungsi ruang publik tersebut mengurangi citra kawasan serta
menurunnya kualitas lingkungan Oleh pemerintah kota ruang-ruang publik tersebut
dimanfaatkan untuk tempat usaha PKL karena diperlukan tempat usaha di lokasi
tersebut Hal ini sebagai upaya pemerintah untuk mewadahi aktivitas tersebut
Tempat-tempat tersebut dilegalkan menjadi tempat usaha yang diperuntukkan bagi
PKL sesuai dengan peraturan daerah nomor 11 tahun 2000 tentang PKL yang
notabene bertolak belakang dengan peraturan daerah lainnya yang mengatur tentang
ketertiban keindahan dan pertamanan Persentase PKL yang menempati ruang-ruang
publik dapat dilihat pada Gambar berikut ini
Gambar 34
Persentase Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Terdapat pula PKL yang tidak mendapat izin tempat usaha berdagang
khususnya PKLyang berlokasi di daerah larangan untuk PKL serta berdagang pada
waktu yang tidak diperbolehkan sehingga mereka tidak ditarik retribusi dan sewaktu-
waktu dapat ditertibkan oleh aparat penegak tata tertib Namun ketidaktertiban aparat
PKL yang tidak mendapat izin tersebut kadang-kadang juga dipungut retribusi yang
diistilahkan dengan uang keamanan namun frekuensinya tidak teratur PKL dalam
golongan ini jumlahnya minoritas jika dibandingkan dengan PKL yang mendapat izin
tempat usaha Berikut sketsa sebaran PKL menurut tempat usahanya yang dapat
dilihat pada Gambar
41
Gambar 35
Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
c Jenis Barang Dagangan
Dagangan mayoritas yang diperdagangkan oleh PKL di sekitar Rumah Sakit
dr Kariadi adalah jenis barang dagangan makanan seperti warung tegal bakso soto
es buah dan makanan kecil Jenis dagangan tersebut diminati karena PKL mencoba
menangkap aktivitas kegiatan utama yang banyak membutuhkan jenis barang
dagangan makanan
Jenis barang dagangan yang paling minoritas diperdagangkan adalah buah-
buahan Jenis dagangan inipun hanya dijumpai di penggal Jalan dr Kariadi karena di
penggal jalan tersebut terdapat pintu masuk pengunjung rumah sakit Jenis barang
dagangan ini biasanya digunakan sebagai cangkingan atau oleh-oleh untuk membesuk
pasien Namun jenis dagang ini kurang diminati pedagang dikarenakan barangnya
yang mudah busuk tidak mempunyai tempat penyimpanan khusus seperti kulkas
relatif mahal karena rata-rata buah impor serta konsumennya relatif sedikit
Kekurangminatan pedagang untuk menjual jenis dagangan ini dapat dilihat dari
sedikitnya jumlah PKL yang menjual dagangan ini
Jenis barang dagangan lain yang banyak diperdagangkan adalah kelontong
karena berjualan bermacam-macam jenis barang dari rokok makanan kecil air
kemasan bahkan sampai barang kebutuhan mereka yang beraktivitas di kegiatan
41
utama yaitu rumah sakit seperti untuk kebutuhan penunggu pasien yaitu tikar kipas
termos untuk air panas dan jenis barang lainnya
Jenis dagangan yang lain merupakan jenis barang dagangan yang umum
diperdagangkan atau jenis barang dagangannya hampir ada setiap ruas jalan-jalan
besar lokasi PKL lainnya di kota besar yang kebanyakan termasuk dalam jenis barang
dagangan non makanan dan jasa pelayanan seperti warung telekomunikasi bensin
tambal ban voucher pulsa fotocopy Untuk jasa pelayanan fotocopy yang banyak
tersebar di kawasan tersebut terkait dengan adanya kegiatan utama berupa fasilitas
pendidikan seperti Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro akademi
keperawatan dan farmasi sedangkan untuk jenis dagangan umum lainnya terkait
adanya permukiman di sekitar lokasi tersebut Namun ada barang dagangan yang khas
yaitu nisan karena lokasi sekitar Rumah sakit dr Kariadi terdapat tempat pemakaman
umum yang cukup besar yaitu TPU Bergota
Jenis dagangan yang dijual dapat dikatakan tidak semata hanya melayani
untuk aktivitas yang terkait dengan Rumah Sakit dr Kariadi namun juga melayani
terhadap aktivitas lainnya disekitar Rumah Sakit dr Kariadi seperti fasilitas
pendidikan permukiman pemakaman serta perkantoran bahkan aktivitas transportasi
seperti kebutuhan supir angkutan umum dan supir taxi Untuk lebih jelas mengenai
perbandingan jumlah PKL menurut jenis barang dagangan di masing-masing penggal
jalan dapat dilihat pada gambar berikut ini
Gambar 36
Karakteristik Jenis Barang Dagangan Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
41
d Sarana Fisik Berdagang
Masing-masing lokasi memiliki jenis sarana berdagang mayoritas yang
berbeda-beda Pada penggal Jalan dr Kariadi mayoritas PKL di penggal jalan tersebut
menggunakan kios sebagai sarana berdagangnya Kios-kios tersebut awalnya
merupakan warung semi permanen yang disekat-sekat Namun seiring dengan
perkembangan waktu dan adanya praktek sewa tempat usaha maka warung tersebut
dibangun permanen oleh pemiliknya bahkan diantaranya ada yang dilengkapi dengan
kamar mandi serta ruang tidur Hal tersebut dikarenakan sebagian kios juga dijadikan
sebagai tempat tinggal pemiliknya Asal pedagang yang dari luar Kota Semarang serta
biaya yang mengontrak relatif mahal sehingga menjadikan kiosnya sebagai sarana
usaha serta tempat tinggal sekaligus Sarana dagang tersebut telah menyimpang dari
peraturan daerah tentang PKL Latar belakang pendidikan PKL yang sebagian rendah
kemungkinan menjadi penyebab kurangnya pemahaman pedagang terhadap produk
hukum tersebut atau memang mengerti namun sengaja dilanggar karena tidak adanya
upaya pemerintah untuk menertibkan sarana berdagang yang telah melanggar
peraturan tersebut Selain itu ketidaktergantungan PKL terhadap ketersediaan
prasarana penunjang menjadikan PKL dalam beraktivitas tidak mempertimbangkan
aspek tersebut
Selain kios sarana dagangan yang banyak diminati adalah gerobak tenda yaitu
sarana dagangan utamanya gerobak yang ditunjang dengan tenda yang biasanya untuk
tempat makan konsumen Sarana dagang ini dianggap praktis karena mudah
dibongkar pasang serta dipindahkan Terlebih sarana dagang ini sesuai dengan
himbauan pemerintah dalam Perda No 11 tahun 2000 yaitu sarana PKL adalah yang
mudah untuk dibongkar serta dipindahkan
Lain halnya dengan PKL di penggal Jalan dr Soetomo mereka lebih banyak
menggunakan gerobak Hal tersebut dikarenakan lokasi tersebut merupakan lokasi
larangan untuk PKL tapi mereka tetap bertahan di lokasi tersebut dengan alasan tidak
tersedia tempat lain yang strategis untuk berjualan Dengan menggunakan gerobak
memudahkan mereka untuk lari atau berpindah tempat jika ada penertiban oleh aparat
penegak tata tertib
Di penggal Jalan Veteran sama halnya dengan sarana fisik yang digunakan
berdagang oleh PKL di penggal Jalan dr Kariadi Mereka mayoritas menggunakan
41
sarana berdagang berupa kios Mereka menggunakan sarana fisik dagangan kios
permanen yang dianggap aman karena memperoleh izin tempat usaha dari pihak
terkait untuk berdagang Namun sarana dagang yang dibuat permanen tersebut tidak
sesuai dengan perda tentang PKL yang mengharuskan sarana dagang pedagang kaki
lima yang mudah dibongkar dan dipindah-pindah
Sarana fisik dagangan yang kurang diminati adalah mobil Walaupun cukup
fleksibel untuk berpindah-pindah namun biaya untuk operasional sehari-hari cukup
mahal seperti bahan bakar perawatan mobil ataupun untuk pengadaan unit mobil itu
sendiri Hanya terdapat satu PKL yang menggunakan sarana dagangan ini yaitu
berada di penggal Jalan dr Kariadi Namun karena pada waktu penyebaran kuesioner
pedagang ini tidak berada di lokasi maka tidak masuk menjadi responden
e Pola Layanan
Untuk pola pelayanan terdapat tiga aspek yang dibahas yaitu mengenai waktu
layanan
aktivitas PKL serta sifat layanan Berikut uraian dari analisis pola pelayanan tersebut
1 Waktu Layanan
Sesuai waktu aktivitas kegiatan utama yang rata-rata pagi hingga sore hari
seperti fasilitas pendidikan perkantoran serta jam berkunjung dan pemeriksaan rumah
sakit maka mayoritas PKL membuka usahanya pada waktu tersebut yaitu sekitar
pukul 0900 hingga pukul 1600 Namun khusus yang berada di penggal Jalan dr
Kariadi yaitu di sekitar pintu masuk dan lokasi larangan untuk PKL hanya
diperbolehkan untuk berjualan pada sore hingga malam hari yaitu biasanya mereka
membuka usahanya sekitar pukul 1600 hingga 0000 Terdapat beberapa PKL yang
waktu usahanya menyesuaikan dengan waktu pelayanan rumah sakit yang buka 24
jam atau sepanjang hari Hal tersebut dilakukan menangkap peluang menjajakan
barang dagangan untuk kebutuhan aktivis rumah sakit seperti penunggu pasien
pengunjung atau petugas piket atau jaga serta tidak menutup kemungkinan pembeli
dari pengendara yang lalu lalang atau supir transportasi umum
Hal tersebut juga berlaku di penggal jalan yang lain dimana mayoritas
membuka usahanya pada pagi hingga sore hari Hanya minoritas yang membuka
usaha pada sore hingga malam hari serta sepanjang hari Faktor lain yang dapat
mempengaruhi waktu aktivitas PKL selain menyesuaikan waktu aktivitas kegiatan
utama adalah kepemilikan usaha yang merupakan milik pribadi sehingga mereka
membuka usahanya sesuai keinginan mereka
41
Terdapat pula fenomena satu lokasi ditempati oleh dua PKL dengan waktu
layanan yang berbeda PKL yang beraktivitas pada pagi hingga sore mencoba
menagkap peluang dari kunjungan ke kegiatan utama seperti rumah sakit fasilitas
pendidikan perkantoran serta perdagangan informal dan tidak menutup orang yang
lalu lalang melewati jalan-jalan tersebut Lokasi yang dianggap strategis serta
berprospektif tersebut digunakan oleh PKL lain untuk berjualan di tempat yang sama
Hal tersebut dimanfaatkan PKL untuk menangkap peluang dari kegiatan rumah sakit
serta orang yang lalu lalang Selain itu juga menangkap konsumen dari penumpang
bus malam yang melewati Jalan dr Soetomo dimana di jalur tersebut terdapat halte
serta konsumen dari supir angkutan umum yang sedang istirahat sejenak Berikut
pemetaan PKL menurut waktu berdagangnya
Gambar 37Peta Sebaran Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Menurut Waktu Layanan
2 Sifat Layanan
Dari gambar di bawah ini dapat disimpulkan bahwa mayoritas PKL di sekitar
Rumah Sakit dr Kariadi memiliki sifat layanan menetap baik dari segi tempat
berdagangnya yang tetap serta waktu berdagangnya yang sama setiap harinya hal ini
nampak pada sarana fisik dagangan para PKL tersebut yang berupa kios yang
memang tidak bisa dipindah-pindah atau permanen Hanya 13 yang memiliki sifat
layanan semi menetap Berikut persentase PKL menurut sifat layanannya
41
Gambar 38Persentase Sifat Layanan Pedagang Kaki LimaDi Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Sifat layanan semi menetap biasanya PKL yang tempat usahanya yang
merupakan gabungan antara menetap dengan keliling yaitu pada awal waktu
berdagang pada lokasi yang sama tiap harinya namun jika belum habis dagangannya
mereka berkeliling serta jam berdagang yang tidak tetap tiap harinya terkadang hanya
sampai siang karena dagangannya habis Sisanya yang 2 berjualan secara
berkeliling yang diantaranya bertujuan untuk mendekati konsumen serta
memanfaatkan waktu-waktu puncak kegiatan utama rumah sakit seperti waktu
kunjungan menjenguk pasien
f Pola Penyebaran
Pola penyebaran PKL mayoritas mengikuti pola jalan yang ada yaitu linier
Mereka berjualan di bahu-bahu jalan bahkan ada yang berada di atas saluran drainase
Selain itu pola penyebaran tersebut terbentuk karena lokasi yang diperbolehkan untuk
PKL menempati trotoar trotoar sepanjang jalan yang secara otomatis membentuk
linier Alasan lainnya yang diungkapkan oleh pedagang adalah agar dagangannya
mudah dilihat oleh orang yang lalu lalang Namun terdapat beberapa PKL yang
berjualan secara aglomerasi dengan PKL yang berjualannya bergerombol di dekat
pintu masuk pengunjung Rumah Sakit dr Kariadi seperti yang dapat dijumpai di Jalan
dr Kariadi yaitu bergerombol di sekitar pintu masuk pengunjung rumah sakit serta di
Jalan dr Soetomo yang bergerombol di dekat pintu masuk UGD dan pintu masuk ke
Gedung Pavilliun Garuda Hal tersebut dimaksudkan untuk mendekati pengunjung
yang akan masuk ke rumah sakit Hanya sebagian kecil saja yang lokasinya berjauhan
dengan PKL lainnya atau menyebar untuk mengurangi persaingan dengan PKL
lainnya
41
g Kesimpulan Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar
Rumah Sakit dr Kariadi
Tempat usaha tidak terdapatnya tempat yang dikhususkan untuk PKL pemerintah
memfasilitasinya dengan memperbolehkan menempati ruang-ruang publik seperti
trotoar badan atau bahu jalan serta di atas saluran drainase melalui Perda no 11 tahun
2000 Namun hal ini dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan
serta visual kawasan dan tidak optimalnya ruang publik tersebut Mayoritas PKL di
kawasan tersebut telah mengantongi izin tempat usaha dari kelurahan selaku pihak
berwenang
Jenis barang dagangan karakteristik jenis barang dagangan PKL pada umumnya
mengikuti kebutuhan kegiatan utama yaitu aktivitas Rumah Sakit dr Kariadi dan
sekitarnya seperti fasilitas pendidikan perkantoran perdagangan informal
permukiman dan pemakaman Jenis barang dagangan yang mayoritas diperdagangkan
berupa makanan Jenis barang dagangan yang diperdagangkan adalah non makanan
buah-buahan jasa pelayanan serta kelontong Terkait dengan kegiatan utama terdapat
beberapa jeni barang dagangan yang spesifik seperti termos tikar kipas guna
memenuhi kebutuha penunggu pasien
Sarana fisik dagangan mayoritas berupa kios yang dibangun permanen serta
gerobak tenda Menggunakan kios dikarenakan lokasinya yang telah dilegalkan untuk
aktivitas PKL serta terkait pola layanan yang menetap serta pada waktu berdagang
yang tetap Sedangkan gerobak tenda banyak digunakan oleh pedagang makanan
dimana tendanya digunakan sebagai tempat untuk konsumen Untuk bangunan
permanen diantaranya digunakan sebagai tempat tinggal Ketidakketergantungan
PKL terhadap prasarana penunjang sehingga PKL tidak mempertimbangkan aspek
tersebut karena mereka dapat mengusahakan sendiri
Pola pelayanan dari segi waktunya mengikuti waktu aktivitas kegiatan utama yaitu
pagi hingga sore hari sekitar pukul 0900 ndash 1600 serta telah mendapat izin tempat
usaha dari pihak berwenang namun terdapat pula PKL yang beraktivitas sore hingga
malam hari yaitu pukul 1600 ndash 0000 serta sepanjang hari Sifat layanannya menetap
mengingat mayoritas bersarana fisik dagangan berupa kios serta waktu berdagang
yang relatif tetap
Pola penyebaran mayoritas secara linier yaitu mengikuti pola jalan karena lokasi
yang dilegalkan untuk PKL oleh pemerintah menempati ruang-ruang publik seperti
trotoar di atas saluran drainase dan bahu jalan yang notabene mengikuti pola jalan
41
Selain itu terdapat sebagian beraglomerasi di sekitar pintu masuk rumah sakit yang
bertujuan untuk mendekati konsumen dan sisanya menyebar agar mengurangi
saingan
ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun
menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan
Samanhudi dengan kawasan PKL lain
ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL
ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun
dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja
namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang
namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan
ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa
jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan
harga antara pedagang formal dan PKL
ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan
pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak
penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi
antar pihak
ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai
dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan
perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang
informal
ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan
persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL
ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan
dalih keamanan
ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan
pejalan kaki dan pengendara kendaraan
ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki
ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL
ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan
ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa
harus saling menumpuk
41
ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak
Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini menjadi
jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen
41
Pengelolaan PKL
Pengelolaan PKL di Bundaran
Simpang Lima
Lima Semarang
Pengelolaan PKL di
Kabupaten Jember
Pengelolaan PKL di Kawasan Sekitar Rumah
Sakit dr Kariadi Semarang
Mengakui keberadaan PKL dengan
menuangkannya di dalam produk-
produk tata ruang
Penegakan peraturan
perundagangan yang terkait
dengan PKL
Menjalin kerjasama dengan sektor
formal dalam menyediakan ruang
bagi PKL
Menyediakan ruang perkotaan
yang dikhususkan bagi sektor
informal
Peningkatan citra PKL
Pengakuan terhadap eksistensi PKL
Control terhadap dana bantuan
Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo
Penindakan tegas kepada oknum yang
melakukan perampasan hak pada PKL
dengan dalih keamanan
Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk
menampung aktivitas PKL dan pejalan
kaki
Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan
jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir yang tepat
Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal
Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan
jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir
Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL
dan konsumen yang aman dari gangguan
pejalan kaki dan pengendara kendaraan
41
36 Temuan Studi
Temuan studi ini dimana akan menjawab sasaran yang disesuaikan dari contoh kasus yang ada di Indonesia Berikut adalah tabel matrik temuan
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
Mengetahui
permasalahan
PKL di jalur
pejalan kaki
Keberadaan sektor PKL yang menempati ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima memakai separuh lebih lebar trotoar bahkan seringkali tidak menyisakan sedikit pun ruang untuk pejalan kaki Ruang-ruang trotoar menjadi tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya sebagai ruang pemisah antara ruang yang digunakan untuk sirkulasi pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan Ruang-ruang trotoar tersebut banyak yang beralih fungsi menjadi lokasi berdagang PKL
Peralihan fungsi trotoar ini menyebabkan terganggunya aktivitas pejalan kaki sehingga pejalan terpaksa harus menggunakan jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk berjalan guna menghindari berbagai hambatan di atas trotoar Hal ini menyebabkan pejalan kaki terpaksa harus berhati-hati jika melangkah terkadang juga harus mengalah berjalan pada ruang-ruang jalur lambat dan sebagian badan jalan Kondisi ini sangat tidak aman dan
Masalah yang utama itu dari setiap
pedagang kaki lima di Jalur Pejalan Kaki
di Jalan Samanhudi Jember yaitu
Penggusuran Para PKL liar yang tidak
memiliki TDU(Tanda Daftar Usaha)
mereka biasanya akan di gusur dengan
peringatan yang di berikan sampai di
laksanakan penggusuran paksa padahal
Pedagang kaki lima merupakan salah satu
solusi akan masalah tingginya angka
pengangguran dan sedikitnya lapangan
kerja bagi masyarakat berpendidikan
rendah seperti mereka Pemerintah dalam
hal ini tidak dapat menyediakan lahan
pengganti bagi mereka untuk melanjutkan
usaha mereka jika pun ada pemerintah
menyediakan lahan-lahan yang letaknya
kurang strategis yang secara pasti
menurunkan dan mematikan pendapatan
yang mereka dapatkan dan akhirnya
Legalitas lokasi aktivitas
PKL yang biasanya ditempatkan
di dalam ruang publik seperti di
atas trotoar di atas saluran
drainase taman dan ruang publik
lainnya patut dipertanyakan
karena ketidakberdayaannya
peraturan tersebut dalam
menangani PKL Sebagai contoh
di sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi legalitas lokasi untuk
aktivitas PKL yang linier di
sepanjang jalan yang bertempat di
atas drainase Dalam aspek
apapun hal tersebut tidak dapat
dilegalkan terlebih tidak ada
penjelasan mengenai luasan atau
desain yang diperbolehkan PKL
untuk menggelar dasaran pada
dimensi saluran drainase yang
PKL yang menempati
ruang-ruang trotoar
menyebabkan
terganggunya aktivitas
pejalan kaki
Pemerintah tidak dapat
menyediakan lahan
pengganti
Legalitas lokasi aktivitas
PKL yang biasanya
ditempatkan di dalam
ruang publik seperti di atas
trotoar di atas saluran
drainase taman dan ruang
publik patut
dipertanyakan
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
nyaman bagi pejalan kaki ataupun bagi pengendara kendaraan bermotor karena mengganggu arus lalu lintas dan membahayakan keselamatan jiwa mereka hal seperti ini dapat kita lihat di depan dan di samping Masjid Baiturrahman di depan Citraland Mall di depan dan di samping Plasa Simpang Lima di depan dan di samping Kompleks Pertokoan Simpang Lima di depan dan di samping Ramayana Super Center di depan dan di samping SMKN 7 SemarangKantor Telkom dan di depan Gajahmada Plaza
Pemilihan lokasi PKL dipengaruhi oleh kecenderungan aktivitas PKL yang selalu menentukan lokasi mendekati pusat-pusat keramaian atau pusat-pusat perdagangan dan jasa dan lokasi-lokasi yang sering dikunjungi oleh orang banyak dalam kurun waktu tertentu secara periodik dan menerus Alasan inilah yang kemudian mendasari penentuan lokasi PKL Kawasan Bundaran Simpang Lima untuk berjualan di trotoar karena ruang-ruang jalur pedestrian inilah yang
mereka harus gulung tikar dan menjadi
pengangguran yang semakin menambah
permasalahan di Indonesia Pemerintah
harus mencari cara dan tempat yang baik
untuk mereka berdagang ditengah modal
mereka yang kecil agar di sisi lain semua
para pedagang kaki lima tidak hilang
lapangan kerjanya dan bias melanjutkan
kelangsungan hidupnya
ada Selain itu PKL juga
menempati trotoar yang
mengakibatkan bertambahnya
permasalahan yang terdapat di
lokasi tersebut Imbas secara
langsung dirasakan oleh
pengguna trotoar yaitu pedestrian
ketidaknyamanan bahkan tidak
adanya lagi ruang untuk berjalan
di atas trotoar acapkali menjadi
konsekuensi pedestrian yang
trotoarnya diserobot PKL
Aglomerasi aktivitas PKL yang
berlokasi di sekitar pintu masuk
pengunjung Rumah Sakit dr
Kariadi menyebabkan
penumpukan aktivitas seperti
aktivitas keluar masuk
pengunjung aktivitas jual beli
antara PKL dengan konsumen
lalu lintas kendaraan yang sedang
melewati Jalan dr Kariadi serta
angkutan umum yang sedang
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
dianggap sebagai lokasi yang ramai dikunjungi oleh pejalan kaki yang melakukan pergerakan dalam mencapai tempat tujuan perjalanannya Begitu juga dengan ruang Lapangan Pancasila karena selalu ramai dikunjungi pada hari-hari libur dengan rata-rata pengunjung mencapai 51 ndash 100 oranghari dikarenakan kedudukannya sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya
berhenti mencari penumpang
Sekali lagi permasalahan tersebut
disikapi oleh pemerintah dengan
penertiban dan penggusuran yang
hampir tidak pernah berakhir
manis
Mengetahui
peranan PKL
Kehadiran PKL di Kawasan
Bundaran Simpang Lima juga mampu
menciptakan kehidupan yang menerus
sehingga terhindar dari kematian
kawasan pada saat tertentu akan tetapi
di sisi lain kehadiran PKL
menyebabkan ketidakteraturan
kekumuhan dan kualitas fisik yang
buruk sehingga merusak wajah kota
Selain itu PKL yang berjualan di
Lapangan Pancasila pada malam hari
dengan kehidupan malam dan wanita-
wanita penghibur yang berdandan tebal
Tempat pedagang kaki lima bagi
Masyarakat dijalan Samanhudi Jember
sangat penting sebagai penyedia kebutuhan
yang dibutuhkan oleh Masyarakat Jember
Pedangan kaki lima sangat mempengaruhi
pola pasar dan sosial di Jember khususnya
didaerah Jalan Samanhudi Dalam bidang
perekonomian pedagang kaki lima hanya
berpengaruh sebagai produsen yang
penting bagi Masyarakat Jember
mengingat akan Meningkatnya jumlah
Penduduk Mereka cenderung lebih
memilih membeli pada pedagang kaki lima
Usaha PKL yang terus
berkembang pesat menarik PKL
untuk mempekerjakan karyawan
selain tenaga yang dibutuhkan
memang tidak bisa dikerjakan
sendiri terdapat pula pemilik
modal yang menyewa tempat
usaha namun dijadikan usaha
sampingan sehingga tidak
mengelola secara langsung
usahanya namun dengan
mempekerjakan karyawan PKL
yang statusnya sebagai karyawan
Pedangan kaki lima sangat
mempengaruhi pola pasar
dan sosial
harga yang PKL tawarkan
lebih murah dibandingkan
dengan harga di mall
grosir maupun indogrosir
sebagai salah satu
alternatif lapangan
pekerjaan bagi masyarakat
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
menciptakan kesan negatif dan
memperburuk citra kawasan
daripada membeli di supermarket yang
sudah merajalela di kota Jember pada saat
ini mall atau grosir maupun indogrosir
yang banyak tersebar di kota Jember
dikarenakan harga yang mereka tawarkan
lebih murah
sebanyak 10 dimana karyawan
tersebut memanfaatkan PKL
sebagai lapangan pekerjaan
Sehingga bekerja sebagai
karyawan PKL dapat dikatakan
sebagai salah satu alternatif
lapangan pekerjaan bagi
masyarakat
Mengetahui
pola aktivitas
PKL dijalur
pejalan kaki
Aktivitas PKL sendiri
memiliki kecenderungan untuk
menempati ruang ruang antar aktivitas
yang selalu ramai dilewatidikunjungi
oleh banyak orang dalam melakukan
pergerakan perpindahan dari aktivitas
satu ke aktivitas yang lain atau dari
bangunan perdagangan modern satu ke
bangunan perdagangan modern yang
lain secara periodik dalam rentang
waktu tertentu sehingga kemudian
pilihan ini jatuh kepada jalur-jalur
pedestrian yang notabene merupakan
ruang-ruang terbuka publik yang
PKL berdagang dengan menempati
tempat yang tetap dan tidak berpindah-
pindah
Modal dan aset sebagian besar adalah
milik sendiri
Berdagang di Samanhudi merupakan
usaha utama
Alat peraga PKL pada kawasan ini
dapat dibedakan menjadi
ndashAlat peraga semi permanen dari kayu
dan tenda yang bersifat menetap
ndashAlat peraga dengan bangku meja dan
tenda sekaligus sebagai tempat tinggal
ndashAlat peraga beroda namun menetap
Pola Aktivitas pelayanan PKL di
kawasan sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi pada umumnya melayani
pengunjung rumah sakit namun
tidak menutup kemungkinan
konsumennya adalah pengendara
atau orang yang sedang melintasi
jalan tersebut tanpa bermaksud
untuk masuk ke rumah sakit
Selain itu konsumen
yang berasal dari sekitar lokasi
PKL seperti penduduk
permukiman di sekitarnya
pekerja yang bekerja di sektor
Aktivitas PKL memiliki
kecenderungan untuk
menempati ruang ruang
antar aktivitas yang selalu
ramai dilewatidikunjungi
oleh banyak orang dalam
melakukan pergerakan
perpindahan dari aktivitas
satu ke aktivitas yang lain
atau dari bangunan
perdagangan modern satu
ke bangunan perdagangan
modern
Saat berjualan alat peraga
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
seyogyanya digunakan oleh pejalan
kaki Keberadaan ruang trotoar yang
semakin sempit oleh penggunaan ruang
PKL membuat pejalan kaki
menjatuhkan pilihan untuk melakukan
perjalanan pada ruang-ruang seperti
jalur lambat dan sebagian badan jalan
sehingga mengurangi keamanan jiwa
dan kenyamanan pejalan kaki sendiri
serta pengguna jalan yang lain
(pengendara)
Kegiatan-kegiatan yang
dilakukan oleh pejalan kaki pada
ruang-ruang jalur pedestrian atau
trotoar di Kawasan Bundaran Simpang
Lima adalah kegiatan berjalan dan
berbelanja Sebagian dari pejalan kaki
hanya berjalan melintasi trotoar untuk
menuju lokasi tujuannya akan tetapi
ada pula sebagian dari pejalan kaki
yang berjalan sambil melihat-lihat
bahkan ada yang berbelanja pada PKL
ndashAlat peraga beroda namun menetap
dengan bangku dan meja
ndashHanya berupa matras sebagai alas
dagangan yang dapat berpindah
sewaktu-waktu
Alat peraga yang dipakai untuk usaha
tidak seragam dan tidak menggunakan
desain yang baik sehingga terkesan
kumuh kurang bersih dan sangat
mengganggu wajah kota dan menutup
fasade bangunan di belakangnya
Saat berjualan alat peraga kios
sebagian besar menempati badan jalan
dan trotoar
Saat tidak berjualan alat peraga kios
sebagian besar tetap di lokasi jualan
lama berjualan di Samanhudi sebagian
besar antara 6 ndash10 tahun
Terbanyak dari pedagang belum
pernah bekerja di sektor lain dan dari
semula telah menjadi PKL di
Samanhudidi bandingkan denga harga
yang ada di mall Pedagang
lain sehingga tidak ada batasan
pasti mengenai pola pelayanan
para PKL tersebut
Waktu beraktivitas para
PKL umumnya terbagi menjadi
dua sesi PKL yang pertama
adalah pedagang yang aktivitas
berdagangnya pada pagi hingga
siang hari Pedagang yang kedua
merupakan pedagang yang
mempunyai waktu layanan pada
sore hingga malam hari Namun
tidak menutup kemungkinan
terdapat beberapa PKL yang
berdagang dari pagi hingga
malam hari bahkan buka nonstop
mengingat rumah sakit
beraktivitas selama sehari penuh
sehingga mereka mengikuti
aktivitas sektor formal yang ada
di sekitarnya
Waktu berdagang
tersebut juga disesuaikan dengan
kios sebagian besar
menempati badan jalan
dan trotoar
Waktu beraktivitas para
PKL umumnya terbagi
menjadi dua sesi PKL
yang pertama adalah
pedagang yang aktivitas
berdagangnya pada pagi
hingga siang hari
Pedagang yang kedua
merupakan pedagang yang
mempunyai waktu layanan
pada sore hingga malam
hari Namun tidak
menutup kemungkinan
terdapat beberapa PKL
yang berdagang dari pagi
hingga malam hari bahkan
buka nonstop
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
izin usaha yang diberlakukan oleh
petugas kelurahan sebagai pihak
yang berwenang menangani PKL
Untuk lokasi yang dilarang untuk
PKL oleh PKL tetap digunakan
sebagai lokasi untuk berdagang
dengan waktu berdagang setelah
jam kerja yaitu sore hingga
malam hari
Mengetahui
Pengelolaan
PKL di jalur
pejalan kaki
dalam perkembangannya
pemerintah mengeluarkan SK
Walikota Kota Semarang No 511316
tahun 2001 tentang Penetapan Lahan
yang mengatur tentang lokasi-lokasi
dan waktu aktivitas PKL yang
diperbolehkan oleh pemerintah pada
Kawasan Bundaran Simpang Lima
agar tetap terjaga kerapihan dan
estetikakeindahan wajah kawasannya
yaitu PKL yang berjualan di depan
Kompleks Pertokoan Simpang Lima
depan Ramayana SC depan Kantor
Adanya pengakuan resmi dari
pemerintah terhadap PKL Samanhudi
sebagai salah satu sector ekonomi di
kawasan studi melalui surat keputusan
resmi Surat keputusan ini sekaligus
mengatur hak kewajiban dan
tanggung jawab PKL sebagai
kompensasi perubahan status yang
telah diberikan oleh pemerintah
Pedagang kaki lima perlu untuk
mendapatkan pembinaan dari
pemerintah Kabupaten Jember untuk
meningkatkan kemampuan wirausaha
Pemerintah Kota Semarang
berwenang dalam mengatur
keberadaan PKL di ruang Kota
Semarang seperti yang terdapat di
kawasan sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi dengan bentuk
pengelolaan lokasional (stabilitas
atau pengaturan) dan struktural
(perijinan) Dalam pengaturan
tersebut Pemerintah Kota
Semarang menggunakan dasar
hukum berupa Undang-Undang
Peraturan Pemerintah Peraturan
mengatur tentang lokasi-
lokasi dan waktu aktivitas
PKL yang diperbolehkan
oleh pemerintah agar tetap
terjaga kerapihan dan
estetikakeindahan wajah
kawasannya
Pedagang kaki lima perlu
untuk mendapatkan
pembinaan
Pedestrian dirancang ulang
dengan dilebarkan hingga
area parkiran street
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
TelkomSMKN 7 Semarang depan
Gajahmada Plaza dan depan Masjid
Baiturrahman boleh berjualan dari
pukul 1600 ndash 0400 WIB (khusus pada
Hari Minggu PKL diijinkan untuk
berjualan mulai pukul 0600 ndash 0800
WIB) menempati ruang trotoar dengan
luas areal 4 x 6 meter
Sampai dengan tahun 2008
PKL di Kawasan Bundaran Simpang
Lima mencapai 1536 pedagang dan
ada kecenderungan akan terus
meningkat dari tahun ke tahun (lihat
Tabel III4) Kecenderungan lokasi
PKL pada masa-masa yang akan
datang mengikuti kecenderungan dari
perkembangan aktivitas formal
kawasan yang ada demikian juga
kecenderungan waktu berdagangnya
Melihat kecenderungan aktivitas PKL
kawasan maka SK Walikota Kota
Semarang No 511316 tahun 2001
sudah tidak relevan lagi dan perlu
dan peningkatan kualitas barang
dagang dan pelayanan terhadap
pembeli konsumen sehingga bias
meningkatkan pendapatan dan
aktivitas pedagang kaki lima dapat
member nilai tambah serta dapat
memberkan peluang kerja yang dapat
mengurangi tingkat pengangguran di
Kabupaten Jember Bentuk pembinaan
berupa penyuluhan yang diberikan
berkala secara rutin Program
pembinaan diadakan oleh pemerintah
Paguyuban Samanhudi merupakan
Kelembagaan yang memiliki
kewenangan atau keterikatan dengan
pengelolaan dan pembinaan Pedagang
Kaki Lima KoridorJalan
SamanhudiPaguyuban ini
beranggotakan wakil PKL wakil
pedagang formal wakil pemerintah
dari dinas Kebersihan dan
Pertamanan Dinas Polisi Pamong
Praja Dinas Pariwisata Dinas
Daerah dan Surat Keputusan
Walikota Adapun dasar hukum
yang mengatur secara jelas
mengenai aktivitas PKL di Kota
Semarang yang berlaku saat ini
diantaranya adalah sebagai
berikut
1048707 Peraturan Daerah No 11 Tahun
2000 tentang Pengaturan dan
Pembinaan PKL Perda ini
menjelaskan tentang pengaturan
dan pembinaan PKL di Kota
Semarang seperti pengaturan
tempat usaha hak kewajiban dan
larangan untuk PKL Dalam
kaitannya dengan karakteristik
berlokasi aktivitas PKL
dijelaskan dalam Perda ini yang
terdapat dalam pasal 3 yaitu
penempatan lokasi kegiatan PKL
diatur dengan mempertimbangkan
tempat kepentingan untuk umum
lainnya seperti kepentingan untuk
sehingga jalur aktif
kendaraan tidak
mengalami penyempitan
mengatur keberadaan PKL
di ruang Kota dengan
bentuk pengelolaan
lokasional (stabilitas atau
pengaturan) dan struktural
(perijinan)
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
ditinjau kembali sesuai dengan
kecenderungan dan kebutuhan yang
ada di lapangan
Pendapatan dan Dinas LPMK
Kabupaten Jemberserta pihak
penengah selaku penasehat dan pihak
netral yang diwakili oleh pakar PKL
dari universitas tokoh masyarakat dan
pakar PKL lainnya
Penerapan tema khusus pada penataan
PKL kawasan studi agar mempunyai
cirri khas dan dapat mengangkat citra
kawasan dan meningkatkan daya tarik
kawasan Contoh produk khas
jember yang dapat diangkat sebagai
tema adalah tembakau rookk dan
cerutu mengingat Jember sebagai
penghasil tembakau terbesar di Jawa
Kegiatan khas Jember yang dapat
diangkat sebagai tema yaitu Jember
Fashion Carnaval Penerapan tema
dapat diaplikasikan pada sarana usaha
PKL finishing pedestrian perabot
kota dan elemen pendukung lainnya
Pedestrian dirancang ulang dengan
pejalan dan untuk sirkulasi
kendaraan Untuk lebih jelas
mengenai detail isi perda tersebut
dapat dilihat pada Lampiran F
1048707 Surat Keputusan Walikota
Semarang No 51136 Tahun
2001 tentang lokasi PKL di Kota
Semarang dimana di dalamnya
diantaranya mengatur luas area
batas pemakaian area waktu
aktivitas dan tempat aktivitas
PKL Ruas kanan Jalan dr
Kariadi dari arah Jalan Veteran
merupakan lokasi yang
diperbolehkan untuk aktivitas
PKL Lokasi tersebut menempati
trotoar serta bangunan berupa
semi permanen Untuk lebih jelas
mengenai detail isi SK tersebut
dapat dilihat pada Lampiran F
1048707 Perda No 6 Tahun 2004
tentang Rencana Detail Tata
Ruang Kota Semarang Bagian
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
dilebarkan hingga area parkiran street
sehingga jalur aktif kendaraan tidak
mengalami penyempitan Diberikan
perbedaan yang tegas antara ruang
PKL dan ruang pejalan kaki dan jalur
kendaraan berupa perbedaan tinggi
lantaiSehingga dikemudian hari kios
PKL tidak melebar ke segala sisi
Wilayah Kota (BWK) I
(Kecamatan Semarang Tengah
Semarang Timur dan Semarang
Selatan Tahun 2000-2010 Perda
tersebut menjelaskan mengenai
fungsi serta peran BWK I yang
terkait dengan sektor formal di
wilayah tersebut yaitu penjelasan
mengenai fasilitas kesehatan yang
berada khususnya di Kelurahan
Randusari Selain itu dijelaskan
pula kelas Jalan dr Kariadi Jalan
dr Soetomo dan Jalan Veteran
serta jalur transportasi yang
melaluinya
41
keberadaannya di sepanjang tepi jalan ini juga dapat terlihat dan menarik para pengendara
pengguna jalan kawasan
Adapun display bebagai jenis barang dagangan PKL yang disuguhkan secara berderet
memanjang pada ruang trotoar ini memberi kemudahan pengunjung kawasan baik
pejalan kaki maupun pengendara untuk dapat lebih jelas melihat dan memilih jenis-jenis
barang yang diperdagangkan
2) Pola Pemanfaatan Trotoar Tepi Lapangan Pancasila
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh
aktivitas PKL sepanjang trotoar Lapangan Pancasila membentuk pola ldquolinier yang
melingkarrdquo dikarenakan oleh bentukan ruang sirkulasi pedestrian lapangan yang
membingkai lapangan dengan bentuk persegi membulat dan pola sirkulasi utama kawasan
yang bermuara pada Lapangan Pancasila dengan membentuk loop Adanya kedudukan
Lapangan Pancasila sebagai satu-satunya ruang terbuka publik yang luas di Kota
Semarang sebagai wadah interaksi sosial yang dimanfaatkan oleh warga masyarakat Kota
Semarang dan sekitarnya untuk melakukan berbagai macam aktivitas seperti olah raga
rekreasi dan hiburan mengakibatkan timbulnya akumulasi pengunjung dalam jumlah
yang besar pada area ini khususnya pada hari liburMinggu pagi sehingga banyak PKL
yang tertarik untuk menempati lokasi ini untuk menjajakan barang dagangannya Display
berbagai jenis barang dagangan disuguhkan secara linier sepanjang trotoar dengan
berhadap-hadapan untuk memberi banyak pilihan dan variasi barang kepada calon
pembeli dengan suasana yang santai dan rekreatif
3) Pola Pemanfaatan Tengah Lapangan Pancasila
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh
aktivitas PKL di tengah Lapangan Pancasila membentuk pola ldquoberkumpul yang
mengelompokrdquo berdasarkan jenis barang dagangannya dikarenakan bentukan ruang
Lapangan Pancasila yang tanpa adanya pembatas fisik antarPKL dengan daya tampung
ruang yang cukup besar sehingga memungkinkan adanya pergerakan pengunjung yang
bebas dan tidak beraturan dan penataan display barang dagangan yang disajikan secara
mengelompok berdasarkan jenis barang dagangannya masing-masing sehingga
memudahkan calon pembeli memilih jenis barang yang diinginkan dengan banyaknya
variasi barang yang disuguhkan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima oleh PKL
akan semakin berkurang intensitasnya apabila semakin menjauh dari kawasan studi
Intensitas pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan oleh aktivitas PKL pada koridor
41
kelima ruas jalan kawasan semakin menurun karena jalan-jalan ini berorientasi pada
aktivitas-aktivitas yang berbeda yang berlangsung pada kelima ruas jalan antara aktivitas
perkantoran pemerintahan dan pendidikan yang ditandai dengan adanya kepadatan
beberapa bangunan fasilitas perkantoran pemerintahan dan pendidikan pada koridor-
koridor kelima ruas jalan ini
Adanya bangkitan aktivitas nonekonomi ini mengakibatkan rendahnya akumulasi
pengunjung kawasan pada tepi jalan-jalan ini Hal inilah yang menjadi alasan mengapa
ruang-ruang trotoar koridor jalan ini kurang diminati oleh PKL meskipun ada beberapa
PKL yang berjualan pada beberapa penggal jalan namun keberadaannya terputus dan
tidak menerus seperti pada keberadaan PKL pada ruang sirkulasi pejalan kaki di
sepanjang trotoar Jalan Pahlawan yang identik sebagai area yang berorientasi pada
aktivitas pemerintahan Jalan KH Achmad Dahlan Pandanaran dan Achmad Yani yang
identik sebagai area yang berorientasi pada aktivitas perkantoran dan Jalan Gajahmada
yang identik sebagai area yang berorientasi pada aktivitas perkantoran dan pendidikan
Menurut kriteria pemilihan lokasinya aktivitas-aktivitas PKL memiliki
kecenderungan menempati lokasi atau ruang-ruang dengan tingkat akumulasi orang yang
melakukan kegiatan secara bersama-sama pada waktu yang relative sama pula Adanya
fungsi kawasan sebagai CBD tentu tidak lepas dari aktivitas perdagangan dan jasa yang
berlangsung di atasnya sehingga menimbulkan sejumlah akumulasi pengunjung yang
tidak sedikit Fenomena tumbuhnya sector informalPKL ini tak lepas dari keberadaan
aktivitas formal yang tumbuh dan berkembang sebagai aktivitas pendukung (activity
support) yang tidak dapat dihindarkan dan digusur begitu saja melainkan diantisipasi dan
diperhitungkan kebutuhan ruangnya
2 Analisis Pola Pemanfaatan Ruang Jalur Sirkulasi Pedestrian Kawasan
Pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan sebagai jalur sirkulasi pejalan kaki
merupakan jenis pemanfaatan sebagai pemenuhan akan kebutuhan ruang pejalan yang
memisahkan ruang pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan kawasan demi meminimalisasi
konflik kepentingan yang dapat mengakibatkan ketidaknyamanan pejalan kaki maupun
pengguna jalan yang lain (pengendara)
Namun dalam perkembangannya ruang-ruang di tepi jalan ini mengalami pergeseran
fungsi ruang menjadi lokasi aktivitas PKL sehingga kemudian pejalan kaki harus
menjatuhkan pilihannya untuk berjalan melalui jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk
mencapai tujuan dalam pergerakannya
41
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima sebagai
ruang sirkulasi pedestrian dibentuk oleh arah pergerakan pejalan yang dipengaruhi oleh
tujuan dalam melakukan perjalanannya
a Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Melakukan Perpindahan Antarbangunan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima dengan
tujuan untuk melakukan pergerakan perpindahan antarbangunan membentuk pola
rdquomenerus yang melingkarrdquo dikarenakan arah pergerakan pejalan yang menerus pada
sepanjang ruang trotoar di muka bangunan kawasan mengikuti pola sirkulasi utama
kawasan yang membentuk loop
Pola pemanfaatan yang rdquomenerusrdquo ini disebabkan oleh kontinuitas pergerakan pejalan
kaki kawasan dalam melakukan perpindahan antar bangunan formal (perdagangan
modern) pada ruang-ruang trotoar sebagai ruang penghubung antaraktivitas formal
kawasan Pola pergerakan pejalan kaki yang menerus ini merupakan bangkitan dari
tarikan aktivitas perdagangan dan jasa formal kawasan yang menjadi alasan pengunjung
melakukan pergerakan berpindah antarbangunan
Pergerakan pejalan yang rdquomenerusrdquo ini juga dipengaruhi oleh keberadaan aktivitas
PKL di sepanjang ruang trotoar kawasan yang memberi kehidupan menerus pada ruang-
ruang ini Pergerakan menerus dilakukan oleh pejalan kaki kawasan secara linier pada
tepi jalan mengikuti pola jaringan jalan utama kawasan dan memanjang menuju lokasi
pencapaian tujuan pergerakan
Pola pemanfaatan ruang yang rdquomelingkarrdquo disebabkan oleh pencapaian tujuan pada
bangunan perdagangan modern kawasan secara memutar Sistem pencapaian bangunan
formal (perdagangan) yang memutar ini dipengaruhi oleh sistem sirkulasi utama kawasan
yang memiliki muara pada Jalan Simpang Lima (Lapangan Pancasila) dan membentuk
loop dimana dalam bentuk pencapaian yang loop ini diperlukan waktu untuk
mencapainya karena harus melewati banyak persimpangan-persimpangan yang
merupakan simpul-simpul bertemunya arus lalu lintas dari kelima ruas jalan kawasan
pada muaranya di Jalan Simpang Lima
b Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Berbelanja pada PKL di Sepanjang
Trotoar Kawasan dan Tepi Lapangan Pancasila Pola pemanfaatan ruang terbuka
publik Kawasan Simpang Lima dengan tujuan untuk berbelanja pada PKL di sepanjang
trotoar kawasan kurang lebih sama dengan pola pemanfaatan ruang dengan tujuan
melakukan perpindahan antarbangunan formal kawasan yaitu membentuk pola rdquomenerus
41
yang melingkarrdquo sepanjang ruang-ruang trotoar pada muka bangunan formal kawasan
mengikuti pola jaringan jalan utama kawasan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh aktivitas PKL pada sepanjang trotoar
kawasan dipengaruhi oleh penataan display berbagai jenis barang dagangan PKL yang
ditata sedemikian rupa berderet secara linier pada muka bangunan dan memanjang
mengikuti bentukan ruang trotoar sehingga mempermudah calon pembeli baik oleh
pejalan kaki maupun pengguna jalan yang lain (pengendara) untuk melihat dan memilih
jenis-jenis barang yang diinginkan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik dengan tujuan berbelanja pada PKL yang
berjualan di tepi Lapangan Pancasila membentuk pola rdquolinier yang melingkarrdquo mengkuti
sistem sirkulasi utama kawasan yang membentuk loop dengan muara sirkulasi pada
lapangan Pola pemanfaatan yang linier dipengaruhi oleh penataan display barang
dagangan yang ditata sedemikian rupa secara linier pada tepi Lapangan Pancasila (trotoar
lapangan) berhadaphadapan dengan sirkulasi pengunjung PKL yang berada pada tengah
ruang trotoar sebagai ruang yang tersisa dari kedua sisi ruang yang digunakan oleh PKL
Pola pemanfaatan ruang yang rdquomelingkarrdquo dipengaruhi oleh bentukan ruang yang
persegi membulat dengan trotoar sebagai pembingkai ruang lapangan Pemanfaatan yang
melingkar ini dibentuk oleh pergerakan pengunjung PKL yang menerus tanpa terputus
pada ruang trotoar tepi Lapangan Pancasila
c Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Melakukan Aktivitas Olahraga Rekreasi dan
Hiburan Berbelanja Pada PKL di Tengah Lapangan Pancasila
Pola pemanfaatan ruang Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk melakukan aktivitas
olahraga rekreasi dan hiburan serta berbelanja pada PKL yang berjualan di tengah
Lapangan Pancasila memiliki pola pergerakan rdquocurvelinierrdquo Aktivitas-aktivitas ini
cenderung dilakukan secara berkelompok mengingat daya tampung ruang lapangan yang
cukup besar sehingga memungkinkan untuk pergerakan yang bebas dan santai dengan
suasana rekreatif dengan arah pergerakan yang tidak beraturan dikarenakan tanpa adanya
bentukan fisik pembatas antaraktivitas kegiatan Aktivitas olahraga yang seringkali
dilakukan menempati ruang Lapangan Pancasila adalah olahraga sepak bola dimana
olahraga ini biasa dilakukan secara berkelompok dengan pergerakan yang tidak beraturan
pada ruang
Sedangkan pergerakan aktivitas rekreasi dan hiburan yang juga cenderung dilakukan
secara berpasanganberkelompok ini dipengaruhi oleh tujuannya untuk melihat-lihat
pemandangansuasana kawasan sehingga membentuk pola pergerakan yang tidak
41
beraturan dan berkelok-kelok dengan sesekali berhenti untuk mengagumi view atau
sekedar untuk mengobrol
Pola pergerakan pejalan kaki pada ruang Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk
berbelanja pada PKL di tengah lapangan mempunyai pola pergerakan rdquocurvelinierrdquo
dipengaruhi oleh bentukan ruang lapangan yang persegi membulat dengan daya tampung
ruang cukup besar dan sistem sirkulasi pengunjung yang memungkinkan arah pergerakan
dengan bebas Aktivitas PKL yang memiliki kecenderungan berkelompok berdasarkan
jenis barang yang diperdagangkan ini berdampak pada penataan display barang sehingga
sistem sirkulasi pengunjung PKL pun pada akhirnya mengikuti pola pemanfaatan ruang
oleh aktivitas PKL dengan pergerakan yang tidak beraturan pada ruang (curvelinier)
dengan suasana rekreatif dan santai
Dengan adanya pergerakan pejalan kaki Kawasan Bundaran Simpang Lima yang
rdquomenerus dan melingkarrdquo membentuk linkage seyogyanya pejalan kaki diberikan ruang
yang layak demi keamanan dan kenyamanan pejalan dan pengguna jalan yang lain
Dengan kecenderungan sifat manusiawi pejalan yang enggan melakukan perjalanan
dengan permukaan yang naik atau menaik solusi yang ditawarkan tentu tidak bisa berupa
jembatan penghubung antarbangunan Sebab selain memerlukan biaya yang tidak sedikit
dapat menghalangi pandanganview suatu kawasan berpotensi menggunakan sebagian
ruang terbuka publik itu sendiri dan keengganan pejalan berjalan pada permukaan yang
naik sebagai sifat dasar pejalan kaki maka alangkah lebih baiknya apabila solusi yang
ditawarkan sebagai ruang untuk pejalan kaki kawasan di luar konteks teknologi adalah
berupa subway yaitu ruang publik untuk pejalan kaki yang dibangun di bawah tanah yang
menjadi penghubung antarbangunan dengan karakteristik berupa terowongan di bawah
tanah bebas dari sirkulasi kendaraan kawasan bebas dari kebisingan akibat intensitas lalu
lintas kawasan yang cukup tinggi mampu menjadi alternatif ruang untuk PKL dan parkir
off street kawasan sekaligus sebagai jalur pedestrian kawasan
41
352 Kajian PKL di Jalur Pejalan Kaki di Jalan Samanhudi Kabupaten Jember
3521 Analisa Konflik Kepentingan
Tabel IV1Analisa Konflik Kepentingan
Sumber Hasil Analisis Maria Kurnia U 2009
41
3522 Analisa Konflik Penggunaan Ruang
Tabel IV2
Analisa Konflik Penggunaan Ruang
Sumber Hasil Analisis Maria Kurnia U 2009
3523 Analisis Konsep Simbiosis Mutualistik
A Analisa Teori
Analisa ini bertujuan menelusuri konflik kepentingan dan konflik penggunaan ruang
melalui kajian teori-teori tentang penataan PKL yang didapatkan dari literature dan penelitian
PKL yang pernah dilakukan sebelumnya Meminimalisir konflik yang terjadi diperlukan
ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun
menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan
Samanhudi dengan kawasan PKL lain
ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL
41
ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun
dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja
namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang
namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan
ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa
jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan
harga antara pedagang formal dan PKL
ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan
pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak
penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi
antar pihak
ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai
dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan
perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang
informal
ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan
persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL
ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan
dalih keamanan
ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan
pejalan kaki dan pengendara kendaraan
ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki
ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL
ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan
ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa
harus saling menumpuk
ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak
ndash Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini
menjadi jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen
B Triangulasi Konsep Simbiosis Mutualistik
Triangulasi konsep simbiosis mutualistik dilakukan untuk mendapatkan konsep-
konsep penataan pedagang kaki lima yang menguntungkan berbagai pihak yang terkait yang
membandingkan antara fakta empiris studi kasus dan teori
41
Mengakui eksistensi PKL didukung dengan program kebijakan untuk mengelola
aktivitas PKL
Penyuluhan pembinaan dan pelatihan untuk PKL
Pemberian bantuan modal dari pemerintah maupun dari sektor swasta (dengan konsep
kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitusaja namun dilakukan kontrol terhadap dana
bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang begitu saja namun dapat dimanfaatkan secara
berkelanjutan
Peningkatan citra kawasan melalui pembentukan karakter khusus PKL di lokasi studi
sehingga membedakan PKL Samanhudi dengan PKL di kawasan lain
Pengelompokkan PKL menurut jenis barang dagangan dan perletaknnya diatur menurut
jenis dagangan toko formal sehingga tidak terjadi perebutan konsumen
Peningkatan citra kawasan sehingga menambah daya tarik pengunjung
Pembentukan Paguyuban Samanhudi yang beranggotakan PKL pedagang formal dan
pihak penengah untuk menyamakan aspirasi antar golongan dan sebagai forum diskusi
Legalitas sektor informal yang diakui oleh pemerintah
Perumusan kebijakan dan peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan
perdagangan informal
Peraturan didukung pengawasan yang ketat sangsi yang jelas dan sosialisasi serta
persamaan persepsi
Perancangan sarana usaha sesuai dengan jenis barang dagangan dan aspirasi PKL
Sosialisasi status ruang PKL
Peningkatan keamanan dan pengawasan untuk mencegah pemerasan tindak kejahatan
lain
Mempertahankan orientasi PKL ke arah bangunan formal
Perbaikan pelebaran dan pemeliharaan jalur pejalan kaki (pedestrian) sebatas ruang
parkir on street sehingga jalur aktif jalan tidak berkurang
Pemisahan yang jelas antara jalur pejalan kaki dan ruang PKL
Pemisahan yang jelas antara jalur pengendara ruang PKL dan jalur pejalan kaki
Mengatur ruang parkir off street di sepanjang jalan untuk mengurangi beban jalan akibat
penyempitan jalan karena adanya pelebaran pedestrian
Perpanjangan sosoran dari bangunan formal sebagai pelindung pejalan kaki dan ruang
PKL sehingga PKL tidak perlu memakai ataptambahan untuk kiosnya
Bentuk sarana usaha berupa meja dorong tanpa atap agar akses visual pencahayaan dan
penghawaan ke bangunan formal tidak terhalang
41
Diberikan jarak setiap 2 kios sebagai akses masuk ke bangunan formal
Mengikutsertakan seluruh pihak terkait dalam penyampaian keputusan
Perancangan dapat mewadahi ruang PKL
Ruang PKL mengikuti arus pergerakan manusia
Pengaturan kebersihan dan ketertiban
C Konsep Legalitas PKL
Adanya pengakuan resmi dari pemerintah terhadap PKL Samanhudi sebagai salah satu
sector ekonomi di kawasan studi melalui surat keputusan resmi Surat keputusan ini
sekaligus mengatur hak kewajiban dan tanggung jawab PKL sebagai kompensasi
perubahan status yang telah diberikan oleh pemerintah
PKL berhak mendapatkan perlindungan hokum dan pinjaman modal dari pemerintah
Namun sebagai sector resmi PKL dikenakan pajak penghasilan dan retribusi Besarnya
pajak Pajak penghasilan dibedakan dari sektorformal Dengan membayar pajak PKL
berhak mendapatkan perlindungan pemerintah dari oknum preman dsb
PKL wajib mendukung program-program penertiban yang dilakukan pemerintah Apabila
PKL melanggar hak dan kewajiban yang telah diputuskan PKL tidak berhak lagi
menempati lapak yang telah dipinjamkan oleh pemerintah Dan dicabut ijin berjualannya
di kawasan Samanhudi
Dalam konsep ini simbiosis mutualistik terjadi antara pemerintah dan PKL dimana PKL
mendapatkan pengakuan perlindungan dan bantuan modal dari pemerintah sementara
pemerintah mendapatkan retribusi pajak penghasilan dan ketertiban dari PKL
D Konsep Pembinaan dan Permodalan
Pedagang kaki lima perlu untuk mendapatkan pembinaan dari pemerintah Kabupaten
Jember untuk meningkatkan kemampuan wirausaha dan peningkatan kualitas barang
dagang dan pelayanan terhadap pembeli konsumen sehingga bias meningkatkan
pendapatan dan aktivitas pedagang kaki lima dapat member nilai tambah serta dapat
memberkan peluang kerja yang dapat mengurangi tingkat pengangguran di Kabupaten
Jember Bentuk pembinaan berupa penyuluhan yang diberikan berkala secara rutin
Program pembinaan diadakan oleh pemerintah
Program pembinaan juga digunakan sebagai sarana pertemuan rutin dan sosialisasi
peraturan-peraturan yang dilakukan pemerintah
Program pembinaan juga dapat dijadikan sarana untuk selalu mengingatkan hak dan
kewajiban serta sangsi yang diterapkan bila PKL melanggar selama beroperasi dikawasan
Samanhudi
41
Program pembinaan memberikan keuntungan kepada PKL dan pemerintah PKL
mendapatkan peningkatan kemampuan dan pemerintah mendapat sarana sosialisasi
Pemberian bantuan modal ini tidak ditujukan kepada semua pedagang kaki lima tetapi
diberikan kepada beberapa pelaku usaha yang memiliki potensi dan criteria yang telah
ditentukan
Pemerintah dalam memberikan bantuan modal ini juga harus bekerja sama dengan
instansi-isntansi lain yang terkait
Pemberian modal dari pihak swasta sangat disarankan
Konsep ini memberikan keuntungan kepada pihak PKL berupa bantuan modal dengan
bunga ringan keuntungan laba pinjaman kepada pemberi modal dan bila pihak swasta
terlibat mendapatkan keuntungan berupa kesempatan untuk periklanan
E Konsep Kelembagaan Paguyuban Samanhudi
Paguyuban Samanhudi merupakan Kelembagaan yang memiliki kewenangan atau
keterikatan dengan pengelolaan dan pembinaan Pedagang Kaki Lima KoridorJalan
SamanhudiPaguyuban ini beranggotakan wakil PKL wakil pedagang formal wakil
pemerintah dari dinas Kebersihan dan Pertamanan Dinas Polisi Pamong Praja Dinas
Pariwisata Dinas Pendapatan dan Dinas LPMK Kabupaten Jemberserta pihak penengah
selaku penasehat dan pihak netral yang diwakili oleh pakar PKL dari universitas tokoh
masyarakat dan pakar PKL lainnya
Peran Paguyuban ini adalah sebagai forum diskusi dari semua pihak untuk menampung
aspirasi dan menetralisasi konflik yang terjadi sehingga setiap aspek dikoridor jalan
Samanhudi dapat melakukan koordinasi dan semua aspirasi dari semua pihak dapat
tersampaikan Fungsi paguyuban juga sebagai sarana mengikutsertakan semua pihak
terkait dalam membuat rancangan peraturan dan sosialisasi peraturan yang telah
ditetapkan pemerintah mengenai PKL kepada semua pihak terkait
Paguyuban juga berfungsi sebagai pihak pengawas bekerja sama dengan pihak kepolisian
dan pamong praja untuk mengawasi segala pelanggaran yang dilakukan oleh semua pihak
terkait Penerapan sangsi harus tegas dan diawasi oleh paguyuban sehingga tidak terjadi
rsquopenyelesaiandamairsquo dari pihak pelanggar dana para penegak peraturan
Paguyuban memberikan keuntungan kepada PKL pedagang formal pemerintah dan
masyarakat berupa kesempatan untuk menyalurkan aspirasi
41
353 Kajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit Kariyadi
Semarang
3531 Analisis Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar
Rumah Sakit dr Kariadi
Analisis karakteristik aktivitas PKL menggunakan metode deskriptif kuantitaif
dan distribusi frekuensi Analisis ini nantinya menunjang untuk analisis selanjutnya
yaitu analisis karakteristik berlokasi PKL Analisis ini meliputi lokasi aktivitas PKL
tempat usaha PKL jenis barang dagangan sarana fisik berdagang pola layanan pola
penyebaran serta status kepemilikan usaha Uraian dari masing-masing analisis
tersebu dipaparkan sebagai berikut
a Lokasi Beraktivitas
Sesuai dengan ruang lingkup spasial dari penelitian ini lokasi yang digunakan
PKL untuk memanfaatkan aktivitas kegiatan utama Rumah Sakit dr Kariadi adalah di
sepanjang penggal Jalan dr Kariadi sebagian Jalan Veteran dan sebagian Jalan dr
Soetomo Mereka berlokasi di penggalpenggal jalan tersebut dikarenakan jalan
tersebut merupakan batas dari kawasan fasilitas kesehatan dan merupakan jalan arteri
sekunder kolektor sekunder dan lokal sekunder yang ramai orang berlalu lalang
lintas kendaraan serta dilewati jalur angkutan umum Kondisi tersebut ditangkap oleh
PKL sebagai peluang untuk mendapatkan konsumen dengan memanfaatkan tingkat
kunjungan yang tinggi dari aktivitas kegiatan utama serta orang yang lalu lalang yang
melintas di penggal jalan-jalan tersebut Untuk lebih jelas mengenai lokasi PKL dapat
dilihat pada Gambar berikut
41
Gambar 33
Lokasi Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Pada lokasi tersebut terbagi menjadi spot-spot yang menjadi lokasi PKl
berdasarkan penggal jalan yang telah disebutkan sebelumnya yaitu Jalan dr Kariadi
Jalan Veteran dan Jalan dr Soetomo Spot-spot tersebut memiliki karakteristik
masing-masing baik dari sisi aktivitas dan ruang usaha PKL maupun dari karakteristik
berlokasinya Di penggal Jalan dr Kariadi terdapat beberapa bagian yang merupakan
lokasi larangan untuk PKL lokasi yang diperbolehkan untuk menggelar dagangan
PKL serta PKL binaan kelurahan yang dikenal dengan istilah PKL orange Pada Jalan
Veteran yang diminati oleh PKL berada di sisi selatan jalan Lokasi tersebut juga
diperbolehkan untuk berdagang PKL sebagai kompensasi penggantian lokasi
penggusuran PKL yang berasal dari Jalan dr Kariadi sisi barat Lokasi yang
seharusnya bersih dari PKL adalah Jalan dr Soetomo karena merupakan jalur merah
Namun lokasi ini tetap diminati untuk berlokasi PKL diantaranya dikarenakan tidak
adanya lokasi lain serta lokasinya yang strategis Kestrategisan tersebut dilihat dari
status jalan yang merupakan jalan utama penghubung ke pusat-pusat aktivitas lainnya
serta akses ke pusat kota maupun ke luar kota sehingga frekuensi kendaraan yang lalu
lalang tinggi Selain itu lokasinya yang dekat dengan kegiatan utama yang ada di
sekitarnya seperti Rumah sakit dr Kariadi perkantoran ataupun permukiman Hal
tersebut dimanfaatkan PKL sebagai peluang mendapatkan konsumen
b Tempat Usaha
41
Lokasi yang diminati PKL tidak menyediakan tempat khusus untuk berdagang
PKL sehingga mereka menggunakan ruang-ruang publik untuk tempat usahanya
seperti di trotoar di atas saluran drainase bahu jalan dan badan jalan Dengan
difungsikannya ruang-ruang publik tersebut menjadi tempat berdagang bagi PKL
berakibat menurunnya fungsi ruang publik tersebut mengurangi citra kawasan serta
menurunnya kualitas lingkungan Oleh pemerintah kota ruang-ruang publik tersebut
dimanfaatkan untuk tempat usaha PKL karena diperlukan tempat usaha di lokasi
tersebut Hal ini sebagai upaya pemerintah untuk mewadahi aktivitas tersebut
Tempat-tempat tersebut dilegalkan menjadi tempat usaha yang diperuntukkan bagi
PKL sesuai dengan peraturan daerah nomor 11 tahun 2000 tentang PKL yang
notabene bertolak belakang dengan peraturan daerah lainnya yang mengatur tentang
ketertiban keindahan dan pertamanan Persentase PKL yang menempati ruang-ruang
publik dapat dilihat pada Gambar berikut ini
Gambar 34
Persentase Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Terdapat pula PKL yang tidak mendapat izin tempat usaha berdagang
khususnya PKLyang berlokasi di daerah larangan untuk PKL serta berdagang pada
waktu yang tidak diperbolehkan sehingga mereka tidak ditarik retribusi dan sewaktu-
waktu dapat ditertibkan oleh aparat penegak tata tertib Namun ketidaktertiban aparat
PKL yang tidak mendapat izin tersebut kadang-kadang juga dipungut retribusi yang
diistilahkan dengan uang keamanan namun frekuensinya tidak teratur PKL dalam
golongan ini jumlahnya minoritas jika dibandingkan dengan PKL yang mendapat izin
tempat usaha Berikut sketsa sebaran PKL menurut tempat usahanya yang dapat
dilihat pada Gambar
41
Gambar 35
Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
c Jenis Barang Dagangan
Dagangan mayoritas yang diperdagangkan oleh PKL di sekitar Rumah Sakit
dr Kariadi adalah jenis barang dagangan makanan seperti warung tegal bakso soto
es buah dan makanan kecil Jenis dagangan tersebut diminati karena PKL mencoba
menangkap aktivitas kegiatan utama yang banyak membutuhkan jenis barang
dagangan makanan
Jenis barang dagangan yang paling minoritas diperdagangkan adalah buah-
buahan Jenis dagangan inipun hanya dijumpai di penggal Jalan dr Kariadi karena di
penggal jalan tersebut terdapat pintu masuk pengunjung rumah sakit Jenis barang
dagangan ini biasanya digunakan sebagai cangkingan atau oleh-oleh untuk membesuk
pasien Namun jenis dagang ini kurang diminati pedagang dikarenakan barangnya
yang mudah busuk tidak mempunyai tempat penyimpanan khusus seperti kulkas
relatif mahal karena rata-rata buah impor serta konsumennya relatif sedikit
Kekurangminatan pedagang untuk menjual jenis dagangan ini dapat dilihat dari
sedikitnya jumlah PKL yang menjual dagangan ini
Jenis barang dagangan lain yang banyak diperdagangkan adalah kelontong
karena berjualan bermacam-macam jenis barang dari rokok makanan kecil air
kemasan bahkan sampai barang kebutuhan mereka yang beraktivitas di kegiatan
41
utama yaitu rumah sakit seperti untuk kebutuhan penunggu pasien yaitu tikar kipas
termos untuk air panas dan jenis barang lainnya
Jenis dagangan yang lain merupakan jenis barang dagangan yang umum
diperdagangkan atau jenis barang dagangannya hampir ada setiap ruas jalan-jalan
besar lokasi PKL lainnya di kota besar yang kebanyakan termasuk dalam jenis barang
dagangan non makanan dan jasa pelayanan seperti warung telekomunikasi bensin
tambal ban voucher pulsa fotocopy Untuk jasa pelayanan fotocopy yang banyak
tersebar di kawasan tersebut terkait dengan adanya kegiatan utama berupa fasilitas
pendidikan seperti Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro akademi
keperawatan dan farmasi sedangkan untuk jenis dagangan umum lainnya terkait
adanya permukiman di sekitar lokasi tersebut Namun ada barang dagangan yang khas
yaitu nisan karena lokasi sekitar Rumah sakit dr Kariadi terdapat tempat pemakaman
umum yang cukup besar yaitu TPU Bergota
Jenis dagangan yang dijual dapat dikatakan tidak semata hanya melayani
untuk aktivitas yang terkait dengan Rumah Sakit dr Kariadi namun juga melayani
terhadap aktivitas lainnya disekitar Rumah Sakit dr Kariadi seperti fasilitas
pendidikan permukiman pemakaman serta perkantoran bahkan aktivitas transportasi
seperti kebutuhan supir angkutan umum dan supir taxi Untuk lebih jelas mengenai
perbandingan jumlah PKL menurut jenis barang dagangan di masing-masing penggal
jalan dapat dilihat pada gambar berikut ini
Gambar 36
Karakteristik Jenis Barang Dagangan Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
41
d Sarana Fisik Berdagang
Masing-masing lokasi memiliki jenis sarana berdagang mayoritas yang
berbeda-beda Pada penggal Jalan dr Kariadi mayoritas PKL di penggal jalan tersebut
menggunakan kios sebagai sarana berdagangnya Kios-kios tersebut awalnya
merupakan warung semi permanen yang disekat-sekat Namun seiring dengan
perkembangan waktu dan adanya praktek sewa tempat usaha maka warung tersebut
dibangun permanen oleh pemiliknya bahkan diantaranya ada yang dilengkapi dengan
kamar mandi serta ruang tidur Hal tersebut dikarenakan sebagian kios juga dijadikan
sebagai tempat tinggal pemiliknya Asal pedagang yang dari luar Kota Semarang serta
biaya yang mengontrak relatif mahal sehingga menjadikan kiosnya sebagai sarana
usaha serta tempat tinggal sekaligus Sarana dagang tersebut telah menyimpang dari
peraturan daerah tentang PKL Latar belakang pendidikan PKL yang sebagian rendah
kemungkinan menjadi penyebab kurangnya pemahaman pedagang terhadap produk
hukum tersebut atau memang mengerti namun sengaja dilanggar karena tidak adanya
upaya pemerintah untuk menertibkan sarana berdagang yang telah melanggar
peraturan tersebut Selain itu ketidaktergantungan PKL terhadap ketersediaan
prasarana penunjang menjadikan PKL dalam beraktivitas tidak mempertimbangkan
aspek tersebut
Selain kios sarana dagangan yang banyak diminati adalah gerobak tenda yaitu
sarana dagangan utamanya gerobak yang ditunjang dengan tenda yang biasanya untuk
tempat makan konsumen Sarana dagang ini dianggap praktis karena mudah
dibongkar pasang serta dipindahkan Terlebih sarana dagang ini sesuai dengan
himbauan pemerintah dalam Perda No 11 tahun 2000 yaitu sarana PKL adalah yang
mudah untuk dibongkar serta dipindahkan
Lain halnya dengan PKL di penggal Jalan dr Soetomo mereka lebih banyak
menggunakan gerobak Hal tersebut dikarenakan lokasi tersebut merupakan lokasi
larangan untuk PKL tapi mereka tetap bertahan di lokasi tersebut dengan alasan tidak
tersedia tempat lain yang strategis untuk berjualan Dengan menggunakan gerobak
memudahkan mereka untuk lari atau berpindah tempat jika ada penertiban oleh aparat
penegak tata tertib
Di penggal Jalan Veteran sama halnya dengan sarana fisik yang digunakan
berdagang oleh PKL di penggal Jalan dr Kariadi Mereka mayoritas menggunakan
41
sarana berdagang berupa kios Mereka menggunakan sarana fisik dagangan kios
permanen yang dianggap aman karena memperoleh izin tempat usaha dari pihak
terkait untuk berdagang Namun sarana dagang yang dibuat permanen tersebut tidak
sesuai dengan perda tentang PKL yang mengharuskan sarana dagang pedagang kaki
lima yang mudah dibongkar dan dipindah-pindah
Sarana fisik dagangan yang kurang diminati adalah mobil Walaupun cukup
fleksibel untuk berpindah-pindah namun biaya untuk operasional sehari-hari cukup
mahal seperti bahan bakar perawatan mobil ataupun untuk pengadaan unit mobil itu
sendiri Hanya terdapat satu PKL yang menggunakan sarana dagangan ini yaitu
berada di penggal Jalan dr Kariadi Namun karena pada waktu penyebaran kuesioner
pedagang ini tidak berada di lokasi maka tidak masuk menjadi responden
e Pola Layanan
Untuk pola pelayanan terdapat tiga aspek yang dibahas yaitu mengenai waktu
layanan
aktivitas PKL serta sifat layanan Berikut uraian dari analisis pola pelayanan tersebut
1 Waktu Layanan
Sesuai waktu aktivitas kegiatan utama yang rata-rata pagi hingga sore hari
seperti fasilitas pendidikan perkantoran serta jam berkunjung dan pemeriksaan rumah
sakit maka mayoritas PKL membuka usahanya pada waktu tersebut yaitu sekitar
pukul 0900 hingga pukul 1600 Namun khusus yang berada di penggal Jalan dr
Kariadi yaitu di sekitar pintu masuk dan lokasi larangan untuk PKL hanya
diperbolehkan untuk berjualan pada sore hingga malam hari yaitu biasanya mereka
membuka usahanya sekitar pukul 1600 hingga 0000 Terdapat beberapa PKL yang
waktu usahanya menyesuaikan dengan waktu pelayanan rumah sakit yang buka 24
jam atau sepanjang hari Hal tersebut dilakukan menangkap peluang menjajakan
barang dagangan untuk kebutuhan aktivis rumah sakit seperti penunggu pasien
pengunjung atau petugas piket atau jaga serta tidak menutup kemungkinan pembeli
dari pengendara yang lalu lalang atau supir transportasi umum
Hal tersebut juga berlaku di penggal jalan yang lain dimana mayoritas
membuka usahanya pada pagi hingga sore hari Hanya minoritas yang membuka
usaha pada sore hingga malam hari serta sepanjang hari Faktor lain yang dapat
mempengaruhi waktu aktivitas PKL selain menyesuaikan waktu aktivitas kegiatan
utama adalah kepemilikan usaha yang merupakan milik pribadi sehingga mereka
membuka usahanya sesuai keinginan mereka
41
Terdapat pula fenomena satu lokasi ditempati oleh dua PKL dengan waktu
layanan yang berbeda PKL yang beraktivitas pada pagi hingga sore mencoba
menagkap peluang dari kunjungan ke kegiatan utama seperti rumah sakit fasilitas
pendidikan perkantoran serta perdagangan informal dan tidak menutup orang yang
lalu lalang melewati jalan-jalan tersebut Lokasi yang dianggap strategis serta
berprospektif tersebut digunakan oleh PKL lain untuk berjualan di tempat yang sama
Hal tersebut dimanfaatkan PKL untuk menangkap peluang dari kegiatan rumah sakit
serta orang yang lalu lalang Selain itu juga menangkap konsumen dari penumpang
bus malam yang melewati Jalan dr Soetomo dimana di jalur tersebut terdapat halte
serta konsumen dari supir angkutan umum yang sedang istirahat sejenak Berikut
pemetaan PKL menurut waktu berdagangnya
Gambar 37Peta Sebaran Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Menurut Waktu Layanan
2 Sifat Layanan
Dari gambar di bawah ini dapat disimpulkan bahwa mayoritas PKL di sekitar
Rumah Sakit dr Kariadi memiliki sifat layanan menetap baik dari segi tempat
berdagangnya yang tetap serta waktu berdagangnya yang sama setiap harinya hal ini
nampak pada sarana fisik dagangan para PKL tersebut yang berupa kios yang
memang tidak bisa dipindah-pindah atau permanen Hanya 13 yang memiliki sifat
layanan semi menetap Berikut persentase PKL menurut sifat layanannya
41
Gambar 38Persentase Sifat Layanan Pedagang Kaki LimaDi Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Sifat layanan semi menetap biasanya PKL yang tempat usahanya yang
merupakan gabungan antara menetap dengan keliling yaitu pada awal waktu
berdagang pada lokasi yang sama tiap harinya namun jika belum habis dagangannya
mereka berkeliling serta jam berdagang yang tidak tetap tiap harinya terkadang hanya
sampai siang karena dagangannya habis Sisanya yang 2 berjualan secara
berkeliling yang diantaranya bertujuan untuk mendekati konsumen serta
memanfaatkan waktu-waktu puncak kegiatan utama rumah sakit seperti waktu
kunjungan menjenguk pasien
f Pola Penyebaran
Pola penyebaran PKL mayoritas mengikuti pola jalan yang ada yaitu linier
Mereka berjualan di bahu-bahu jalan bahkan ada yang berada di atas saluran drainase
Selain itu pola penyebaran tersebut terbentuk karena lokasi yang diperbolehkan untuk
PKL menempati trotoar trotoar sepanjang jalan yang secara otomatis membentuk
linier Alasan lainnya yang diungkapkan oleh pedagang adalah agar dagangannya
mudah dilihat oleh orang yang lalu lalang Namun terdapat beberapa PKL yang
berjualan secara aglomerasi dengan PKL yang berjualannya bergerombol di dekat
pintu masuk pengunjung Rumah Sakit dr Kariadi seperti yang dapat dijumpai di Jalan
dr Kariadi yaitu bergerombol di sekitar pintu masuk pengunjung rumah sakit serta di
Jalan dr Soetomo yang bergerombol di dekat pintu masuk UGD dan pintu masuk ke
Gedung Pavilliun Garuda Hal tersebut dimaksudkan untuk mendekati pengunjung
yang akan masuk ke rumah sakit Hanya sebagian kecil saja yang lokasinya berjauhan
dengan PKL lainnya atau menyebar untuk mengurangi persaingan dengan PKL
lainnya
41
g Kesimpulan Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar
Rumah Sakit dr Kariadi
Tempat usaha tidak terdapatnya tempat yang dikhususkan untuk PKL pemerintah
memfasilitasinya dengan memperbolehkan menempati ruang-ruang publik seperti
trotoar badan atau bahu jalan serta di atas saluran drainase melalui Perda no 11 tahun
2000 Namun hal ini dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan
serta visual kawasan dan tidak optimalnya ruang publik tersebut Mayoritas PKL di
kawasan tersebut telah mengantongi izin tempat usaha dari kelurahan selaku pihak
berwenang
Jenis barang dagangan karakteristik jenis barang dagangan PKL pada umumnya
mengikuti kebutuhan kegiatan utama yaitu aktivitas Rumah Sakit dr Kariadi dan
sekitarnya seperti fasilitas pendidikan perkantoran perdagangan informal
permukiman dan pemakaman Jenis barang dagangan yang mayoritas diperdagangkan
berupa makanan Jenis barang dagangan yang diperdagangkan adalah non makanan
buah-buahan jasa pelayanan serta kelontong Terkait dengan kegiatan utama terdapat
beberapa jeni barang dagangan yang spesifik seperti termos tikar kipas guna
memenuhi kebutuha penunggu pasien
Sarana fisik dagangan mayoritas berupa kios yang dibangun permanen serta
gerobak tenda Menggunakan kios dikarenakan lokasinya yang telah dilegalkan untuk
aktivitas PKL serta terkait pola layanan yang menetap serta pada waktu berdagang
yang tetap Sedangkan gerobak tenda banyak digunakan oleh pedagang makanan
dimana tendanya digunakan sebagai tempat untuk konsumen Untuk bangunan
permanen diantaranya digunakan sebagai tempat tinggal Ketidakketergantungan
PKL terhadap prasarana penunjang sehingga PKL tidak mempertimbangkan aspek
tersebut karena mereka dapat mengusahakan sendiri
Pola pelayanan dari segi waktunya mengikuti waktu aktivitas kegiatan utama yaitu
pagi hingga sore hari sekitar pukul 0900 ndash 1600 serta telah mendapat izin tempat
usaha dari pihak berwenang namun terdapat pula PKL yang beraktivitas sore hingga
malam hari yaitu pukul 1600 ndash 0000 serta sepanjang hari Sifat layanannya menetap
mengingat mayoritas bersarana fisik dagangan berupa kios serta waktu berdagang
yang relatif tetap
Pola penyebaran mayoritas secara linier yaitu mengikuti pola jalan karena lokasi
yang dilegalkan untuk PKL oleh pemerintah menempati ruang-ruang publik seperti
trotoar di atas saluran drainase dan bahu jalan yang notabene mengikuti pola jalan
41
Selain itu terdapat sebagian beraglomerasi di sekitar pintu masuk rumah sakit yang
bertujuan untuk mendekati konsumen dan sisanya menyebar agar mengurangi
saingan
ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun
menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan
Samanhudi dengan kawasan PKL lain
ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL
ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun
dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja
namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang
namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan
ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa
jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan
harga antara pedagang formal dan PKL
ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan
pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak
penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi
antar pihak
ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai
dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan
perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang
informal
ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan
persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL
ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan
dalih keamanan
ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan
pejalan kaki dan pengendara kendaraan
ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki
ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL
ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan
ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa
harus saling menumpuk
41
ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak
Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini menjadi
jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen
41
Pengelolaan PKL
Pengelolaan PKL di Bundaran
Simpang Lima
Lima Semarang
Pengelolaan PKL di
Kabupaten Jember
Pengelolaan PKL di Kawasan Sekitar Rumah
Sakit dr Kariadi Semarang
Mengakui keberadaan PKL dengan
menuangkannya di dalam produk-
produk tata ruang
Penegakan peraturan
perundagangan yang terkait
dengan PKL
Menjalin kerjasama dengan sektor
formal dalam menyediakan ruang
bagi PKL
Menyediakan ruang perkotaan
yang dikhususkan bagi sektor
informal
Peningkatan citra PKL
Pengakuan terhadap eksistensi PKL
Control terhadap dana bantuan
Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo
Penindakan tegas kepada oknum yang
melakukan perampasan hak pada PKL
dengan dalih keamanan
Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk
menampung aktivitas PKL dan pejalan
kaki
Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan
jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir yang tepat
Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal
Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan
jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir
Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL
dan konsumen yang aman dari gangguan
pejalan kaki dan pengendara kendaraan
41
36 Temuan Studi
Temuan studi ini dimana akan menjawab sasaran yang disesuaikan dari contoh kasus yang ada di Indonesia Berikut adalah tabel matrik temuan
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
Mengetahui
permasalahan
PKL di jalur
pejalan kaki
Keberadaan sektor PKL yang menempati ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima memakai separuh lebih lebar trotoar bahkan seringkali tidak menyisakan sedikit pun ruang untuk pejalan kaki Ruang-ruang trotoar menjadi tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya sebagai ruang pemisah antara ruang yang digunakan untuk sirkulasi pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan Ruang-ruang trotoar tersebut banyak yang beralih fungsi menjadi lokasi berdagang PKL
Peralihan fungsi trotoar ini menyebabkan terganggunya aktivitas pejalan kaki sehingga pejalan terpaksa harus menggunakan jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk berjalan guna menghindari berbagai hambatan di atas trotoar Hal ini menyebabkan pejalan kaki terpaksa harus berhati-hati jika melangkah terkadang juga harus mengalah berjalan pada ruang-ruang jalur lambat dan sebagian badan jalan Kondisi ini sangat tidak aman dan
Masalah yang utama itu dari setiap
pedagang kaki lima di Jalur Pejalan Kaki
di Jalan Samanhudi Jember yaitu
Penggusuran Para PKL liar yang tidak
memiliki TDU(Tanda Daftar Usaha)
mereka biasanya akan di gusur dengan
peringatan yang di berikan sampai di
laksanakan penggusuran paksa padahal
Pedagang kaki lima merupakan salah satu
solusi akan masalah tingginya angka
pengangguran dan sedikitnya lapangan
kerja bagi masyarakat berpendidikan
rendah seperti mereka Pemerintah dalam
hal ini tidak dapat menyediakan lahan
pengganti bagi mereka untuk melanjutkan
usaha mereka jika pun ada pemerintah
menyediakan lahan-lahan yang letaknya
kurang strategis yang secara pasti
menurunkan dan mematikan pendapatan
yang mereka dapatkan dan akhirnya
Legalitas lokasi aktivitas
PKL yang biasanya ditempatkan
di dalam ruang publik seperti di
atas trotoar di atas saluran
drainase taman dan ruang publik
lainnya patut dipertanyakan
karena ketidakberdayaannya
peraturan tersebut dalam
menangani PKL Sebagai contoh
di sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi legalitas lokasi untuk
aktivitas PKL yang linier di
sepanjang jalan yang bertempat di
atas drainase Dalam aspek
apapun hal tersebut tidak dapat
dilegalkan terlebih tidak ada
penjelasan mengenai luasan atau
desain yang diperbolehkan PKL
untuk menggelar dasaran pada
dimensi saluran drainase yang
PKL yang menempati
ruang-ruang trotoar
menyebabkan
terganggunya aktivitas
pejalan kaki
Pemerintah tidak dapat
menyediakan lahan
pengganti
Legalitas lokasi aktivitas
PKL yang biasanya
ditempatkan di dalam
ruang publik seperti di atas
trotoar di atas saluran
drainase taman dan ruang
publik patut
dipertanyakan
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
nyaman bagi pejalan kaki ataupun bagi pengendara kendaraan bermotor karena mengganggu arus lalu lintas dan membahayakan keselamatan jiwa mereka hal seperti ini dapat kita lihat di depan dan di samping Masjid Baiturrahman di depan Citraland Mall di depan dan di samping Plasa Simpang Lima di depan dan di samping Kompleks Pertokoan Simpang Lima di depan dan di samping Ramayana Super Center di depan dan di samping SMKN 7 SemarangKantor Telkom dan di depan Gajahmada Plaza
Pemilihan lokasi PKL dipengaruhi oleh kecenderungan aktivitas PKL yang selalu menentukan lokasi mendekati pusat-pusat keramaian atau pusat-pusat perdagangan dan jasa dan lokasi-lokasi yang sering dikunjungi oleh orang banyak dalam kurun waktu tertentu secara periodik dan menerus Alasan inilah yang kemudian mendasari penentuan lokasi PKL Kawasan Bundaran Simpang Lima untuk berjualan di trotoar karena ruang-ruang jalur pedestrian inilah yang
mereka harus gulung tikar dan menjadi
pengangguran yang semakin menambah
permasalahan di Indonesia Pemerintah
harus mencari cara dan tempat yang baik
untuk mereka berdagang ditengah modal
mereka yang kecil agar di sisi lain semua
para pedagang kaki lima tidak hilang
lapangan kerjanya dan bias melanjutkan
kelangsungan hidupnya
ada Selain itu PKL juga
menempati trotoar yang
mengakibatkan bertambahnya
permasalahan yang terdapat di
lokasi tersebut Imbas secara
langsung dirasakan oleh
pengguna trotoar yaitu pedestrian
ketidaknyamanan bahkan tidak
adanya lagi ruang untuk berjalan
di atas trotoar acapkali menjadi
konsekuensi pedestrian yang
trotoarnya diserobot PKL
Aglomerasi aktivitas PKL yang
berlokasi di sekitar pintu masuk
pengunjung Rumah Sakit dr
Kariadi menyebabkan
penumpukan aktivitas seperti
aktivitas keluar masuk
pengunjung aktivitas jual beli
antara PKL dengan konsumen
lalu lintas kendaraan yang sedang
melewati Jalan dr Kariadi serta
angkutan umum yang sedang
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
dianggap sebagai lokasi yang ramai dikunjungi oleh pejalan kaki yang melakukan pergerakan dalam mencapai tempat tujuan perjalanannya Begitu juga dengan ruang Lapangan Pancasila karena selalu ramai dikunjungi pada hari-hari libur dengan rata-rata pengunjung mencapai 51 ndash 100 oranghari dikarenakan kedudukannya sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya
berhenti mencari penumpang
Sekali lagi permasalahan tersebut
disikapi oleh pemerintah dengan
penertiban dan penggusuran yang
hampir tidak pernah berakhir
manis
Mengetahui
peranan PKL
Kehadiran PKL di Kawasan
Bundaran Simpang Lima juga mampu
menciptakan kehidupan yang menerus
sehingga terhindar dari kematian
kawasan pada saat tertentu akan tetapi
di sisi lain kehadiran PKL
menyebabkan ketidakteraturan
kekumuhan dan kualitas fisik yang
buruk sehingga merusak wajah kota
Selain itu PKL yang berjualan di
Lapangan Pancasila pada malam hari
dengan kehidupan malam dan wanita-
wanita penghibur yang berdandan tebal
Tempat pedagang kaki lima bagi
Masyarakat dijalan Samanhudi Jember
sangat penting sebagai penyedia kebutuhan
yang dibutuhkan oleh Masyarakat Jember
Pedangan kaki lima sangat mempengaruhi
pola pasar dan sosial di Jember khususnya
didaerah Jalan Samanhudi Dalam bidang
perekonomian pedagang kaki lima hanya
berpengaruh sebagai produsen yang
penting bagi Masyarakat Jember
mengingat akan Meningkatnya jumlah
Penduduk Mereka cenderung lebih
memilih membeli pada pedagang kaki lima
Usaha PKL yang terus
berkembang pesat menarik PKL
untuk mempekerjakan karyawan
selain tenaga yang dibutuhkan
memang tidak bisa dikerjakan
sendiri terdapat pula pemilik
modal yang menyewa tempat
usaha namun dijadikan usaha
sampingan sehingga tidak
mengelola secara langsung
usahanya namun dengan
mempekerjakan karyawan PKL
yang statusnya sebagai karyawan
Pedangan kaki lima sangat
mempengaruhi pola pasar
dan sosial
harga yang PKL tawarkan
lebih murah dibandingkan
dengan harga di mall
grosir maupun indogrosir
sebagai salah satu
alternatif lapangan
pekerjaan bagi masyarakat
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
menciptakan kesan negatif dan
memperburuk citra kawasan
daripada membeli di supermarket yang
sudah merajalela di kota Jember pada saat
ini mall atau grosir maupun indogrosir
yang banyak tersebar di kota Jember
dikarenakan harga yang mereka tawarkan
lebih murah
sebanyak 10 dimana karyawan
tersebut memanfaatkan PKL
sebagai lapangan pekerjaan
Sehingga bekerja sebagai
karyawan PKL dapat dikatakan
sebagai salah satu alternatif
lapangan pekerjaan bagi
masyarakat
Mengetahui
pola aktivitas
PKL dijalur
pejalan kaki
Aktivitas PKL sendiri
memiliki kecenderungan untuk
menempati ruang ruang antar aktivitas
yang selalu ramai dilewatidikunjungi
oleh banyak orang dalam melakukan
pergerakan perpindahan dari aktivitas
satu ke aktivitas yang lain atau dari
bangunan perdagangan modern satu ke
bangunan perdagangan modern yang
lain secara periodik dalam rentang
waktu tertentu sehingga kemudian
pilihan ini jatuh kepada jalur-jalur
pedestrian yang notabene merupakan
ruang-ruang terbuka publik yang
PKL berdagang dengan menempati
tempat yang tetap dan tidak berpindah-
pindah
Modal dan aset sebagian besar adalah
milik sendiri
Berdagang di Samanhudi merupakan
usaha utama
Alat peraga PKL pada kawasan ini
dapat dibedakan menjadi
ndashAlat peraga semi permanen dari kayu
dan tenda yang bersifat menetap
ndashAlat peraga dengan bangku meja dan
tenda sekaligus sebagai tempat tinggal
ndashAlat peraga beroda namun menetap
Pola Aktivitas pelayanan PKL di
kawasan sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi pada umumnya melayani
pengunjung rumah sakit namun
tidak menutup kemungkinan
konsumennya adalah pengendara
atau orang yang sedang melintasi
jalan tersebut tanpa bermaksud
untuk masuk ke rumah sakit
Selain itu konsumen
yang berasal dari sekitar lokasi
PKL seperti penduduk
permukiman di sekitarnya
pekerja yang bekerja di sektor
Aktivitas PKL memiliki
kecenderungan untuk
menempati ruang ruang
antar aktivitas yang selalu
ramai dilewatidikunjungi
oleh banyak orang dalam
melakukan pergerakan
perpindahan dari aktivitas
satu ke aktivitas yang lain
atau dari bangunan
perdagangan modern satu
ke bangunan perdagangan
modern
Saat berjualan alat peraga
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
seyogyanya digunakan oleh pejalan
kaki Keberadaan ruang trotoar yang
semakin sempit oleh penggunaan ruang
PKL membuat pejalan kaki
menjatuhkan pilihan untuk melakukan
perjalanan pada ruang-ruang seperti
jalur lambat dan sebagian badan jalan
sehingga mengurangi keamanan jiwa
dan kenyamanan pejalan kaki sendiri
serta pengguna jalan yang lain
(pengendara)
Kegiatan-kegiatan yang
dilakukan oleh pejalan kaki pada
ruang-ruang jalur pedestrian atau
trotoar di Kawasan Bundaran Simpang
Lima adalah kegiatan berjalan dan
berbelanja Sebagian dari pejalan kaki
hanya berjalan melintasi trotoar untuk
menuju lokasi tujuannya akan tetapi
ada pula sebagian dari pejalan kaki
yang berjalan sambil melihat-lihat
bahkan ada yang berbelanja pada PKL
ndashAlat peraga beroda namun menetap
dengan bangku dan meja
ndashHanya berupa matras sebagai alas
dagangan yang dapat berpindah
sewaktu-waktu
Alat peraga yang dipakai untuk usaha
tidak seragam dan tidak menggunakan
desain yang baik sehingga terkesan
kumuh kurang bersih dan sangat
mengganggu wajah kota dan menutup
fasade bangunan di belakangnya
Saat berjualan alat peraga kios
sebagian besar menempati badan jalan
dan trotoar
Saat tidak berjualan alat peraga kios
sebagian besar tetap di lokasi jualan
lama berjualan di Samanhudi sebagian
besar antara 6 ndash10 tahun
Terbanyak dari pedagang belum
pernah bekerja di sektor lain dan dari
semula telah menjadi PKL di
Samanhudidi bandingkan denga harga
yang ada di mall Pedagang
lain sehingga tidak ada batasan
pasti mengenai pola pelayanan
para PKL tersebut
Waktu beraktivitas para
PKL umumnya terbagi menjadi
dua sesi PKL yang pertama
adalah pedagang yang aktivitas
berdagangnya pada pagi hingga
siang hari Pedagang yang kedua
merupakan pedagang yang
mempunyai waktu layanan pada
sore hingga malam hari Namun
tidak menutup kemungkinan
terdapat beberapa PKL yang
berdagang dari pagi hingga
malam hari bahkan buka nonstop
mengingat rumah sakit
beraktivitas selama sehari penuh
sehingga mereka mengikuti
aktivitas sektor formal yang ada
di sekitarnya
Waktu berdagang
tersebut juga disesuaikan dengan
kios sebagian besar
menempati badan jalan
dan trotoar
Waktu beraktivitas para
PKL umumnya terbagi
menjadi dua sesi PKL
yang pertama adalah
pedagang yang aktivitas
berdagangnya pada pagi
hingga siang hari
Pedagang yang kedua
merupakan pedagang yang
mempunyai waktu layanan
pada sore hingga malam
hari Namun tidak
menutup kemungkinan
terdapat beberapa PKL
yang berdagang dari pagi
hingga malam hari bahkan
buka nonstop
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
izin usaha yang diberlakukan oleh
petugas kelurahan sebagai pihak
yang berwenang menangani PKL
Untuk lokasi yang dilarang untuk
PKL oleh PKL tetap digunakan
sebagai lokasi untuk berdagang
dengan waktu berdagang setelah
jam kerja yaitu sore hingga
malam hari
Mengetahui
Pengelolaan
PKL di jalur
pejalan kaki
dalam perkembangannya
pemerintah mengeluarkan SK
Walikota Kota Semarang No 511316
tahun 2001 tentang Penetapan Lahan
yang mengatur tentang lokasi-lokasi
dan waktu aktivitas PKL yang
diperbolehkan oleh pemerintah pada
Kawasan Bundaran Simpang Lima
agar tetap terjaga kerapihan dan
estetikakeindahan wajah kawasannya
yaitu PKL yang berjualan di depan
Kompleks Pertokoan Simpang Lima
depan Ramayana SC depan Kantor
Adanya pengakuan resmi dari
pemerintah terhadap PKL Samanhudi
sebagai salah satu sector ekonomi di
kawasan studi melalui surat keputusan
resmi Surat keputusan ini sekaligus
mengatur hak kewajiban dan
tanggung jawab PKL sebagai
kompensasi perubahan status yang
telah diberikan oleh pemerintah
Pedagang kaki lima perlu untuk
mendapatkan pembinaan dari
pemerintah Kabupaten Jember untuk
meningkatkan kemampuan wirausaha
Pemerintah Kota Semarang
berwenang dalam mengatur
keberadaan PKL di ruang Kota
Semarang seperti yang terdapat di
kawasan sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi dengan bentuk
pengelolaan lokasional (stabilitas
atau pengaturan) dan struktural
(perijinan) Dalam pengaturan
tersebut Pemerintah Kota
Semarang menggunakan dasar
hukum berupa Undang-Undang
Peraturan Pemerintah Peraturan
mengatur tentang lokasi-
lokasi dan waktu aktivitas
PKL yang diperbolehkan
oleh pemerintah agar tetap
terjaga kerapihan dan
estetikakeindahan wajah
kawasannya
Pedagang kaki lima perlu
untuk mendapatkan
pembinaan
Pedestrian dirancang ulang
dengan dilebarkan hingga
area parkiran street
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
TelkomSMKN 7 Semarang depan
Gajahmada Plaza dan depan Masjid
Baiturrahman boleh berjualan dari
pukul 1600 ndash 0400 WIB (khusus pada
Hari Minggu PKL diijinkan untuk
berjualan mulai pukul 0600 ndash 0800
WIB) menempati ruang trotoar dengan
luas areal 4 x 6 meter
Sampai dengan tahun 2008
PKL di Kawasan Bundaran Simpang
Lima mencapai 1536 pedagang dan
ada kecenderungan akan terus
meningkat dari tahun ke tahun (lihat
Tabel III4) Kecenderungan lokasi
PKL pada masa-masa yang akan
datang mengikuti kecenderungan dari
perkembangan aktivitas formal
kawasan yang ada demikian juga
kecenderungan waktu berdagangnya
Melihat kecenderungan aktivitas PKL
kawasan maka SK Walikota Kota
Semarang No 511316 tahun 2001
sudah tidak relevan lagi dan perlu
dan peningkatan kualitas barang
dagang dan pelayanan terhadap
pembeli konsumen sehingga bias
meningkatkan pendapatan dan
aktivitas pedagang kaki lima dapat
member nilai tambah serta dapat
memberkan peluang kerja yang dapat
mengurangi tingkat pengangguran di
Kabupaten Jember Bentuk pembinaan
berupa penyuluhan yang diberikan
berkala secara rutin Program
pembinaan diadakan oleh pemerintah
Paguyuban Samanhudi merupakan
Kelembagaan yang memiliki
kewenangan atau keterikatan dengan
pengelolaan dan pembinaan Pedagang
Kaki Lima KoridorJalan
SamanhudiPaguyuban ini
beranggotakan wakil PKL wakil
pedagang formal wakil pemerintah
dari dinas Kebersihan dan
Pertamanan Dinas Polisi Pamong
Praja Dinas Pariwisata Dinas
Daerah dan Surat Keputusan
Walikota Adapun dasar hukum
yang mengatur secara jelas
mengenai aktivitas PKL di Kota
Semarang yang berlaku saat ini
diantaranya adalah sebagai
berikut
1048707 Peraturan Daerah No 11 Tahun
2000 tentang Pengaturan dan
Pembinaan PKL Perda ini
menjelaskan tentang pengaturan
dan pembinaan PKL di Kota
Semarang seperti pengaturan
tempat usaha hak kewajiban dan
larangan untuk PKL Dalam
kaitannya dengan karakteristik
berlokasi aktivitas PKL
dijelaskan dalam Perda ini yang
terdapat dalam pasal 3 yaitu
penempatan lokasi kegiatan PKL
diatur dengan mempertimbangkan
tempat kepentingan untuk umum
lainnya seperti kepentingan untuk
sehingga jalur aktif
kendaraan tidak
mengalami penyempitan
mengatur keberadaan PKL
di ruang Kota dengan
bentuk pengelolaan
lokasional (stabilitas atau
pengaturan) dan struktural
(perijinan)
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
ditinjau kembali sesuai dengan
kecenderungan dan kebutuhan yang
ada di lapangan
Pendapatan dan Dinas LPMK
Kabupaten Jemberserta pihak
penengah selaku penasehat dan pihak
netral yang diwakili oleh pakar PKL
dari universitas tokoh masyarakat dan
pakar PKL lainnya
Penerapan tema khusus pada penataan
PKL kawasan studi agar mempunyai
cirri khas dan dapat mengangkat citra
kawasan dan meningkatkan daya tarik
kawasan Contoh produk khas
jember yang dapat diangkat sebagai
tema adalah tembakau rookk dan
cerutu mengingat Jember sebagai
penghasil tembakau terbesar di Jawa
Kegiatan khas Jember yang dapat
diangkat sebagai tema yaitu Jember
Fashion Carnaval Penerapan tema
dapat diaplikasikan pada sarana usaha
PKL finishing pedestrian perabot
kota dan elemen pendukung lainnya
Pedestrian dirancang ulang dengan
pejalan dan untuk sirkulasi
kendaraan Untuk lebih jelas
mengenai detail isi perda tersebut
dapat dilihat pada Lampiran F
1048707 Surat Keputusan Walikota
Semarang No 51136 Tahun
2001 tentang lokasi PKL di Kota
Semarang dimana di dalamnya
diantaranya mengatur luas area
batas pemakaian area waktu
aktivitas dan tempat aktivitas
PKL Ruas kanan Jalan dr
Kariadi dari arah Jalan Veteran
merupakan lokasi yang
diperbolehkan untuk aktivitas
PKL Lokasi tersebut menempati
trotoar serta bangunan berupa
semi permanen Untuk lebih jelas
mengenai detail isi SK tersebut
dapat dilihat pada Lampiran F
1048707 Perda No 6 Tahun 2004
tentang Rencana Detail Tata
Ruang Kota Semarang Bagian
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
dilebarkan hingga area parkiran street
sehingga jalur aktif kendaraan tidak
mengalami penyempitan Diberikan
perbedaan yang tegas antara ruang
PKL dan ruang pejalan kaki dan jalur
kendaraan berupa perbedaan tinggi
lantaiSehingga dikemudian hari kios
PKL tidak melebar ke segala sisi
Wilayah Kota (BWK) I
(Kecamatan Semarang Tengah
Semarang Timur dan Semarang
Selatan Tahun 2000-2010 Perda
tersebut menjelaskan mengenai
fungsi serta peran BWK I yang
terkait dengan sektor formal di
wilayah tersebut yaitu penjelasan
mengenai fasilitas kesehatan yang
berada khususnya di Kelurahan
Randusari Selain itu dijelaskan
pula kelas Jalan dr Kariadi Jalan
dr Soetomo dan Jalan Veteran
serta jalur transportasi yang
melaluinya
41
kelima ruas jalan kawasan semakin menurun karena jalan-jalan ini berorientasi pada
aktivitas-aktivitas yang berbeda yang berlangsung pada kelima ruas jalan antara aktivitas
perkantoran pemerintahan dan pendidikan yang ditandai dengan adanya kepadatan
beberapa bangunan fasilitas perkantoran pemerintahan dan pendidikan pada koridor-
koridor kelima ruas jalan ini
Adanya bangkitan aktivitas nonekonomi ini mengakibatkan rendahnya akumulasi
pengunjung kawasan pada tepi jalan-jalan ini Hal inilah yang menjadi alasan mengapa
ruang-ruang trotoar koridor jalan ini kurang diminati oleh PKL meskipun ada beberapa
PKL yang berjualan pada beberapa penggal jalan namun keberadaannya terputus dan
tidak menerus seperti pada keberadaan PKL pada ruang sirkulasi pejalan kaki di
sepanjang trotoar Jalan Pahlawan yang identik sebagai area yang berorientasi pada
aktivitas pemerintahan Jalan KH Achmad Dahlan Pandanaran dan Achmad Yani yang
identik sebagai area yang berorientasi pada aktivitas perkantoran dan Jalan Gajahmada
yang identik sebagai area yang berorientasi pada aktivitas perkantoran dan pendidikan
Menurut kriteria pemilihan lokasinya aktivitas-aktivitas PKL memiliki
kecenderungan menempati lokasi atau ruang-ruang dengan tingkat akumulasi orang yang
melakukan kegiatan secara bersama-sama pada waktu yang relative sama pula Adanya
fungsi kawasan sebagai CBD tentu tidak lepas dari aktivitas perdagangan dan jasa yang
berlangsung di atasnya sehingga menimbulkan sejumlah akumulasi pengunjung yang
tidak sedikit Fenomena tumbuhnya sector informalPKL ini tak lepas dari keberadaan
aktivitas formal yang tumbuh dan berkembang sebagai aktivitas pendukung (activity
support) yang tidak dapat dihindarkan dan digusur begitu saja melainkan diantisipasi dan
diperhitungkan kebutuhan ruangnya
2 Analisis Pola Pemanfaatan Ruang Jalur Sirkulasi Pedestrian Kawasan
Pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan sebagai jalur sirkulasi pejalan kaki
merupakan jenis pemanfaatan sebagai pemenuhan akan kebutuhan ruang pejalan yang
memisahkan ruang pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan kawasan demi meminimalisasi
konflik kepentingan yang dapat mengakibatkan ketidaknyamanan pejalan kaki maupun
pengguna jalan yang lain (pengendara)
Namun dalam perkembangannya ruang-ruang di tepi jalan ini mengalami pergeseran
fungsi ruang menjadi lokasi aktivitas PKL sehingga kemudian pejalan kaki harus
menjatuhkan pilihannya untuk berjalan melalui jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk
mencapai tujuan dalam pergerakannya
41
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima sebagai
ruang sirkulasi pedestrian dibentuk oleh arah pergerakan pejalan yang dipengaruhi oleh
tujuan dalam melakukan perjalanannya
a Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Melakukan Perpindahan Antarbangunan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima dengan
tujuan untuk melakukan pergerakan perpindahan antarbangunan membentuk pola
rdquomenerus yang melingkarrdquo dikarenakan arah pergerakan pejalan yang menerus pada
sepanjang ruang trotoar di muka bangunan kawasan mengikuti pola sirkulasi utama
kawasan yang membentuk loop
Pola pemanfaatan yang rdquomenerusrdquo ini disebabkan oleh kontinuitas pergerakan pejalan
kaki kawasan dalam melakukan perpindahan antar bangunan formal (perdagangan
modern) pada ruang-ruang trotoar sebagai ruang penghubung antaraktivitas formal
kawasan Pola pergerakan pejalan kaki yang menerus ini merupakan bangkitan dari
tarikan aktivitas perdagangan dan jasa formal kawasan yang menjadi alasan pengunjung
melakukan pergerakan berpindah antarbangunan
Pergerakan pejalan yang rdquomenerusrdquo ini juga dipengaruhi oleh keberadaan aktivitas
PKL di sepanjang ruang trotoar kawasan yang memberi kehidupan menerus pada ruang-
ruang ini Pergerakan menerus dilakukan oleh pejalan kaki kawasan secara linier pada
tepi jalan mengikuti pola jaringan jalan utama kawasan dan memanjang menuju lokasi
pencapaian tujuan pergerakan
Pola pemanfaatan ruang yang rdquomelingkarrdquo disebabkan oleh pencapaian tujuan pada
bangunan perdagangan modern kawasan secara memutar Sistem pencapaian bangunan
formal (perdagangan) yang memutar ini dipengaruhi oleh sistem sirkulasi utama kawasan
yang memiliki muara pada Jalan Simpang Lima (Lapangan Pancasila) dan membentuk
loop dimana dalam bentuk pencapaian yang loop ini diperlukan waktu untuk
mencapainya karena harus melewati banyak persimpangan-persimpangan yang
merupakan simpul-simpul bertemunya arus lalu lintas dari kelima ruas jalan kawasan
pada muaranya di Jalan Simpang Lima
b Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Berbelanja pada PKL di Sepanjang
Trotoar Kawasan dan Tepi Lapangan Pancasila Pola pemanfaatan ruang terbuka
publik Kawasan Simpang Lima dengan tujuan untuk berbelanja pada PKL di sepanjang
trotoar kawasan kurang lebih sama dengan pola pemanfaatan ruang dengan tujuan
melakukan perpindahan antarbangunan formal kawasan yaitu membentuk pola rdquomenerus
41
yang melingkarrdquo sepanjang ruang-ruang trotoar pada muka bangunan formal kawasan
mengikuti pola jaringan jalan utama kawasan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh aktivitas PKL pada sepanjang trotoar
kawasan dipengaruhi oleh penataan display berbagai jenis barang dagangan PKL yang
ditata sedemikian rupa berderet secara linier pada muka bangunan dan memanjang
mengikuti bentukan ruang trotoar sehingga mempermudah calon pembeli baik oleh
pejalan kaki maupun pengguna jalan yang lain (pengendara) untuk melihat dan memilih
jenis-jenis barang yang diinginkan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik dengan tujuan berbelanja pada PKL yang
berjualan di tepi Lapangan Pancasila membentuk pola rdquolinier yang melingkarrdquo mengkuti
sistem sirkulasi utama kawasan yang membentuk loop dengan muara sirkulasi pada
lapangan Pola pemanfaatan yang linier dipengaruhi oleh penataan display barang
dagangan yang ditata sedemikian rupa secara linier pada tepi Lapangan Pancasila (trotoar
lapangan) berhadaphadapan dengan sirkulasi pengunjung PKL yang berada pada tengah
ruang trotoar sebagai ruang yang tersisa dari kedua sisi ruang yang digunakan oleh PKL
Pola pemanfaatan ruang yang rdquomelingkarrdquo dipengaruhi oleh bentukan ruang yang
persegi membulat dengan trotoar sebagai pembingkai ruang lapangan Pemanfaatan yang
melingkar ini dibentuk oleh pergerakan pengunjung PKL yang menerus tanpa terputus
pada ruang trotoar tepi Lapangan Pancasila
c Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Melakukan Aktivitas Olahraga Rekreasi dan
Hiburan Berbelanja Pada PKL di Tengah Lapangan Pancasila
Pola pemanfaatan ruang Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk melakukan aktivitas
olahraga rekreasi dan hiburan serta berbelanja pada PKL yang berjualan di tengah
Lapangan Pancasila memiliki pola pergerakan rdquocurvelinierrdquo Aktivitas-aktivitas ini
cenderung dilakukan secara berkelompok mengingat daya tampung ruang lapangan yang
cukup besar sehingga memungkinkan untuk pergerakan yang bebas dan santai dengan
suasana rekreatif dengan arah pergerakan yang tidak beraturan dikarenakan tanpa adanya
bentukan fisik pembatas antaraktivitas kegiatan Aktivitas olahraga yang seringkali
dilakukan menempati ruang Lapangan Pancasila adalah olahraga sepak bola dimana
olahraga ini biasa dilakukan secara berkelompok dengan pergerakan yang tidak beraturan
pada ruang
Sedangkan pergerakan aktivitas rekreasi dan hiburan yang juga cenderung dilakukan
secara berpasanganberkelompok ini dipengaruhi oleh tujuannya untuk melihat-lihat
pemandangansuasana kawasan sehingga membentuk pola pergerakan yang tidak
41
beraturan dan berkelok-kelok dengan sesekali berhenti untuk mengagumi view atau
sekedar untuk mengobrol
Pola pergerakan pejalan kaki pada ruang Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk
berbelanja pada PKL di tengah lapangan mempunyai pola pergerakan rdquocurvelinierrdquo
dipengaruhi oleh bentukan ruang lapangan yang persegi membulat dengan daya tampung
ruang cukup besar dan sistem sirkulasi pengunjung yang memungkinkan arah pergerakan
dengan bebas Aktivitas PKL yang memiliki kecenderungan berkelompok berdasarkan
jenis barang yang diperdagangkan ini berdampak pada penataan display barang sehingga
sistem sirkulasi pengunjung PKL pun pada akhirnya mengikuti pola pemanfaatan ruang
oleh aktivitas PKL dengan pergerakan yang tidak beraturan pada ruang (curvelinier)
dengan suasana rekreatif dan santai
Dengan adanya pergerakan pejalan kaki Kawasan Bundaran Simpang Lima yang
rdquomenerus dan melingkarrdquo membentuk linkage seyogyanya pejalan kaki diberikan ruang
yang layak demi keamanan dan kenyamanan pejalan dan pengguna jalan yang lain
Dengan kecenderungan sifat manusiawi pejalan yang enggan melakukan perjalanan
dengan permukaan yang naik atau menaik solusi yang ditawarkan tentu tidak bisa berupa
jembatan penghubung antarbangunan Sebab selain memerlukan biaya yang tidak sedikit
dapat menghalangi pandanganview suatu kawasan berpotensi menggunakan sebagian
ruang terbuka publik itu sendiri dan keengganan pejalan berjalan pada permukaan yang
naik sebagai sifat dasar pejalan kaki maka alangkah lebih baiknya apabila solusi yang
ditawarkan sebagai ruang untuk pejalan kaki kawasan di luar konteks teknologi adalah
berupa subway yaitu ruang publik untuk pejalan kaki yang dibangun di bawah tanah yang
menjadi penghubung antarbangunan dengan karakteristik berupa terowongan di bawah
tanah bebas dari sirkulasi kendaraan kawasan bebas dari kebisingan akibat intensitas lalu
lintas kawasan yang cukup tinggi mampu menjadi alternatif ruang untuk PKL dan parkir
off street kawasan sekaligus sebagai jalur pedestrian kawasan
41
352 Kajian PKL di Jalur Pejalan Kaki di Jalan Samanhudi Kabupaten Jember
3521 Analisa Konflik Kepentingan
Tabel IV1Analisa Konflik Kepentingan
Sumber Hasil Analisis Maria Kurnia U 2009
41
3522 Analisa Konflik Penggunaan Ruang
Tabel IV2
Analisa Konflik Penggunaan Ruang
Sumber Hasil Analisis Maria Kurnia U 2009
3523 Analisis Konsep Simbiosis Mutualistik
A Analisa Teori
Analisa ini bertujuan menelusuri konflik kepentingan dan konflik penggunaan ruang
melalui kajian teori-teori tentang penataan PKL yang didapatkan dari literature dan penelitian
PKL yang pernah dilakukan sebelumnya Meminimalisir konflik yang terjadi diperlukan
ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun
menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan
Samanhudi dengan kawasan PKL lain
ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL
41
ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun
dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja
namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang
namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan
ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa
jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan
harga antara pedagang formal dan PKL
ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan
pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak
penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi
antar pihak
ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai
dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan
perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang
informal
ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan
persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL
ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan
dalih keamanan
ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan
pejalan kaki dan pengendara kendaraan
ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki
ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL
ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan
ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa
harus saling menumpuk
ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak
ndash Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini
menjadi jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen
B Triangulasi Konsep Simbiosis Mutualistik
Triangulasi konsep simbiosis mutualistik dilakukan untuk mendapatkan konsep-
konsep penataan pedagang kaki lima yang menguntungkan berbagai pihak yang terkait yang
membandingkan antara fakta empiris studi kasus dan teori
41
Mengakui eksistensi PKL didukung dengan program kebijakan untuk mengelola
aktivitas PKL
Penyuluhan pembinaan dan pelatihan untuk PKL
Pemberian bantuan modal dari pemerintah maupun dari sektor swasta (dengan konsep
kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitusaja namun dilakukan kontrol terhadap dana
bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang begitu saja namun dapat dimanfaatkan secara
berkelanjutan
Peningkatan citra kawasan melalui pembentukan karakter khusus PKL di lokasi studi
sehingga membedakan PKL Samanhudi dengan PKL di kawasan lain
Pengelompokkan PKL menurut jenis barang dagangan dan perletaknnya diatur menurut
jenis dagangan toko formal sehingga tidak terjadi perebutan konsumen
Peningkatan citra kawasan sehingga menambah daya tarik pengunjung
Pembentukan Paguyuban Samanhudi yang beranggotakan PKL pedagang formal dan
pihak penengah untuk menyamakan aspirasi antar golongan dan sebagai forum diskusi
Legalitas sektor informal yang diakui oleh pemerintah
Perumusan kebijakan dan peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan
perdagangan informal
Peraturan didukung pengawasan yang ketat sangsi yang jelas dan sosialisasi serta
persamaan persepsi
Perancangan sarana usaha sesuai dengan jenis barang dagangan dan aspirasi PKL
Sosialisasi status ruang PKL
Peningkatan keamanan dan pengawasan untuk mencegah pemerasan tindak kejahatan
lain
Mempertahankan orientasi PKL ke arah bangunan formal
Perbaikan pelebaran dan pemeliharaan jalur pejalan kaki (pedestrian) sebatas ruang
parkir on street sehingga jalur aktif jalan tidak berkurang
Pemisahan yang jelas antara jalur pejalan kaki dan ruang PKL
Pemisahan yang jelas antara jalur pengendara ruang PKL dan jalur pejalan kaki
Mengatur ruang parkir off street di sepanjang jalan untuk mengurangi beban jalan akibat
penyempitan jalan karena adanya pelebaran pedestrian
Perpanjangan sosoran dari bangunan formal sebagai pelindung pejalan kaki dan ruang
PKL sehingga PKL tidak perlu memakai ataptambahan untuk kiosnya
Bentuk sarana usaha berupa meja dorong tanpa atap agar akses visual pencahayaan dan
penghawaan ke bangunan formal tidak terhalang
41
Diberikan jarak setiap 2 kios sebagai akses masuk ke bangunan formal
Mengikutsertakan seluruh pihak terkait dalam penyampaian keputusan
Perancangan dapat mewadahi ruang PKL
Ruang PKL mengikuti arus pergerakan manusia
Pengaturan kebersihan dan ketertiban
C Konsep Legalitas PKL
Adanya pengakuan resmi dari pemerintah terhadap PKL Samanhudi sebagai salah satu
sector ekonomi di kawasan studi melalui surat keputusan resmi Surat keputusan ini
sekaligus mengatur hak kewajiban dan tanggung jawab PKL sebagai kompensasi
perubahan status yang telah diberikan oleh pemerintah
PKL berhak mendapatkan perlindungan hokum dan pinjaman modal dari pemerintah
Namun sebagai sector resmi PKL dikenakan pajak penghasilan dan retribusi Besarnya
pajak Pajak penghasilan dibedakan dari sektorformal Dengan membayar pajak PKL
berhak mendapatkan perlindungan pemerintah dari oknum preman dsb
PKL wajib mendukung program-program penertiban yang dilakukan pemerintah Apabila
PKL melanggar hak dan kewajiban yang telah diputuskan PKL tidak berhak lagi
menempati lapak yang telah dipinjamkan oleh pemerintah Dan dicabut ijin berjualannya
di kawasan Samanhudi
Dalam konsep ini simbiosis mutualistik terjadi antara pemerintah dan PKL dimana PKL
mendapatkan pengakuan perlindungan dan bantuan modal dari pemerintah sementara
pemerintah mendapatkan retribusi pajak penghasilan dan ketertiban dari PKL
D Konsep Pembinaan dan Permodalan
Pedagang kaki lima perlu untuk mendapatkan pembinaan dari pemerintah Kabupaten
Jember untuk meningkatkan kemampuan wirausaha dan peningkatan kualitas barang
dagang dan pelayanan terhadap pembeli konsumen sehingga bias meningkatkan
pendapatan dan aktivitas pedagang kaki lima dapat member nilai tambah serta dapat
memberkan peluang kerja yang dapat mengurangi tingkat pengangguran di Kabupaten
Jember Bentuk pembinaan berupa penyuluhan yang diberikan berkala secara rutin
Program pembinaan diadakan oleh pemerintah
Program pembinaan juga digunakan sebagai sarana pertemuan rutin dan sosialisasi
peraturan-peraturan yang dilakukan pemerintah
Program pembinaan juga dapat dijadikan sarana untuk selalu mengingatkan hak dan
kewajiban serta sangsi yang diterapkan bila PKL melanggar selama beroperasi dikawasan
Samanhudi
41
Program pembinaan memberikan keuntungan kepada PKL dan pemerintah PKL
mendapatkan peningkatan kemampuan dan pemerintah mendapat sarana sosialisasi
Pemberian bantuan modal ini tidak ditujukan kepada semua pedagang kaki lima tetapi
diberikan kepada beberapa pelaku usaha yang memiliki potensi dan criteria yang telah
ditentukan
Pemerintah dalam memberikan bantuan modal ini juga harus bekerja sama dengan
instansi-isntansi lain yang terkait
Pemberian modal dari pihak swasta sangat disarankan
Konsep ini memberikan keuntungan kepada pihak PKL berupa bantuan modal dengan
bunga ringan keuntungan laba pinjaman kepada pemberi modal dan bila pihak swasta
terlibat mendapatkan keuntungan berupa kesempatan untuk periklanan
E Konsep Kelembagaan Paguyuban Samanhudi
Paguyuban Samanhudi merupakan Kelembagaan yang memiliki kewenangan atau
keterikatan dengan pengelolaan dan pembinaan Pedagang Kaki Lima KoridorJalan
SamanhudiPaguyuban ini beranggotakan wakil PKL wakil pedagang formal wakil
pemerintah dari dinas Kebersihan dan Pertamanan Dinas Polisi Pamong Praja Dinas
Pariwisata Dinas Pendapatan dan Dinas LPMK Kabupaten Jemberserta pihak penengah
selaku penasehat dan pihak netral yang diwakili oleh pakar PKL dari universitas tokoh
masyarakat dan pakar PKL lainnya
Peran Paguyuban ini adalah sebagai forum diskusi dari semua pihak untuk menampung
aspirasi dan menetralisasi konflik yang terjadi sehingga setiap aspek dikoridor jalan
Samanhudi dapat melakukan koordinasi dan semua aspirasi dari semua pihak dapat
tersampaikan Fungsi paguyuban juga sebagai sarana mengikutsertakan semua pihak
terkait dalam membuat rancangan peraturan dan sosialisasi peraturan yang telah
ditetapkan pemerintah mengenai PKL kepada semua pihak terkait
Paguyuban juga berfungsi sebagai pihak pengawas bekerja sama dengan pihak kepolisian
dan pamong praja untuk mengawasi segala pelanggaran yang dilakukan oleh semua pihak
terkait Penerapan sangsi harus tegas dan diawasi oleh paguyuban sehingga tidak terjadi
rsquopenyelesaiandamairsquo dari pihak pelanggar dana para penegak peraturan
Paguyuban memberikan keuntungan kepada PKL pedagang formal pemerintah dan
masyarakat berupa kesempatan untuk menyalurkan aspirasi
41
353 Kajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit Kariyadi
Semarang
3531 Analisis Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar
Rumah Sakit dr Kariadi
Analisis karakteristik aktivitas PKL menggunakan metode deskriptif kuantitaif
dan distribusi frekuensi Analisis ini nantinya menunjang untuk analisis selanjutnya
yaitu analisis karakteristik berlokasi PKL Analisis ini meliputi lokasi aktivitas PKL
tempat usaha PKL jenis barang dagangan sarana fisik berdagang pola layanan pola
penyebaran serta status kepemilikan usaha Uraian dari masing-masing analisis
tersebu dipaparkan sebagai berikut
a Lokasi Beraktivitas
Sesuai dengan ruang lingkup spasial dari penelitian ini lokasi yang digunakan
PKL untuk memanfaatkan aktivitas kegiatan utama Rumah Sakit dr Kariadi adalah di
sepanjang penggal Jalan dr Kariadi sebagian Jalan Veteran dan sebagian Jalan dr
Soetomo Mereka berlokasi di penggalpenggal jalan tersebut dikarenakan jalan
tersebut merupakan batas dari kawasan fasilitas kesehatan dan merupakan jalan arteri
sekunder kolektor sekunder dan lokal sekunder yang ramai orang berlalu lalang
lintas kendaraan serta dilewati jalur angkutan umum Kondisi tersebut ditangkap oleh
PKL sebagai peluang untuk mendapatkan konsumen dengan memanfaatkan tingkat
kunjungan yang tinggi dari aktivitas kegiatan utama serta orang yang lalu lalang yang
melintas di penggal jalan-jalan tersebut Untuk lebih jelas mengenai lokasi PKL dapat
dilihat pada Gambar berikut
41
Gambar 33
Lokasi Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Pada lokasi tersebut terbagi menjadi spot-spot yang menjadi lokasi PKl
berdasarkan penggal jalan yang telah disebutkan sebelumnya yaitu Jalan dr Kariadi
Jalan Veteran dan Jalan dr Soetomo Spot-spot tersebut memiliki karakteristik
masing-masing baik dari sisi aktivitas dan ruang usaha PKL maupun dari karakteristik
berlokasinya Di penggal Jalan dr Kariadi terdapat beberapa bagian yang merupakan
lokasi larangan untuk PKL lokasi yang diperbolehkan untuk menggelar dagangan
PKL serta PKL binaan kelurahan yang dikenal dengan istilah PKL orange Pada Jalan
Veteran yang diminati oleh PKL berada di sisi selatan jalan Lokasi tersebut juga
diperbolehkan untuk berdagang PKL sebagai kompensasi penggantian lokasi
penggusuran PKL yang berasal dari Jalan dr Kariadi sisi barat Lokasi yang
seharusnya bersih dari PKL adalah Jalan dr Soetomo karena merupakan jalur merah
Namun lokasi ini tetap diminati untuk berlokasi PKL diantaranya dikarenakan tidak
adanya lokasi lain serta lokasinya yang strategis Kestrategisan tersebut dilihat dari
status jalan yang merupakan jalan utama penghubung ke pusat-pusat aktivitas lainnya
serta akses ke pusat kota maupun ke luar kota sehingga frekuensi kendaraan yang lalu
lalang tinggi Selain itu lokasinya yang dekat dengan kegiatan utama yang ada di
sekitarnya seperti Rumah sakit dr Kariadi perkantoran ataupun permukiman Hal
tersebut dimanfaatkan PKL sebagai peluang mendapatkan konsumen
b Tempat Usaha
41
Lokasi yang diminati PKL tidak menyediakan tempat khusus untuk berdagang
PKL sehingga mereka menggunakan ruang-ruang publik untuk tempat usahanya
seperti di trotoar di atas saluran drainase bahu jalan dan badan jalan Dengan
difungsikannya ruang-ruang publik tersebut menjadi tempat berdagang bagi PKL
berakibat menurunnya fungsi ruang publik tersebut mengurangi citra kawasan serta
menurunnya kualitas lingkungan Oleh pemerintah kota ruang-ruang publik tersebut
dimanfaatkan untuk tempat usaha PKL karena diperlukan tempat usaha di lokasi
tersebut Hal ini sebagai upaya pemerintah untuk mewadahi aktivitas tersebut
Tempat-tempat tersebut dilegalkan menjadi tempat usaha yang diperuntukkan bagi
PKL sesuai dengan peraturan daerah nomor 11 tahun 2000 tentang PKL yang
notabene bertolak belakang dengan peraturan daerah lainnya yang mengatur tentang
ketertiban keindahan dan pertamanan Persentase PKL yang menempati ruang-ruang
publik dapat dilihat pada Gambar berikut ini
Gambar 34
Persentase Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Terdapat pula PKL yang tidak mendapat izin tempat usaha berdagang
khususnya PKLyang berlokasi di daerah larangan untuk PKL serta berdagang pada
waktu yang tidak diperbolehkan sehingga mereka tidak ditarik retribusi dan sewaktu-
waktu dapat ditertibkan oleh aparat penegak tata tertib Namun ketidaktertiban aparat
PKL yang tidak mendapat izin tersebut kadang-kadang juga dipungut retribusi yang
diistilahkan dengan uang keamanan namun frekuensinya tidak teratur PKL dalam
golongan ini jumlahnya minoritas jika dibandingkan dengan PKL yang mendapat izin
tempat usaha Berikut sketsa sebaran PKL menurut tempat usahanya yang dapat
dilihat pada Gambar
41
Gambar 35
Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
c Jenis Barang Dagangan
Dagangan mayoritas yang diperdagangkan oleh PKL di sekitar Rumah Sakit
dr Kariadi adalah jenis barang dagangan makanan seperti warung tegal bakso soto
es buah dan makanan kecil Jenis dagangan tersebut diminati karena PKL mencoba
menangkap aktivitas kegiatan utama yang banyak membutuhkan jenis barang
dagangan makanan
Jenis barang dagangan yang paling minoritas diperdagangkan adalah buah-
buahan Jenis dagangan inipun hanya dijumpai di penggal Jalan dr Kariadi karena di
penggal jalan tersebut terdapat pintu masuk pengunjung rumah sakit Jenis barang
dagangan ini biasanya digunakan sebagai cangkingan atau oleh-oleh untuk membesuk
pasien Namun jenis dagang ini kurang diminati pedagang dikarenakan barangnya
yang mudah busuk tidak mempunyai tempat penyimpanan khusus seperti kulkas
relatif mahal karena rata-rata buah impor serta konsumennya relatif sedikit
Kekurangminatan pedagang untuk menjual jenis dagangan ini dapat dilihat dari
sedikitnya jumlah PKL yang menjual dagangan ini
Jenis barang dagangan lain yang banyak diperdagangkan adalah kelontong
karena berjualan bermacam-macam jenis barang dari rokok makanan kecil air
kemasan bahkan sampai barang kebutuhan mereka yang beraktivitas di kegiatan
41
utama yaitu rumah sakit seperti untuk kebutuhan penunggu pasien yaitu tikar kipas
termos untuk air panas dan jenis barang lainnya
Jenis dagangan yang lain merupakan jenis barang dagangan yang umum
diperdagangkan atau jenis barang dagangannya hampir ada setiap ruas jalan-jalan
besar lokasi PKL lainnya di kota besar yang kebanyakan termasuk dalam jenis barang
dagangan non makanan dan jasa pelayanan seperti warung telekomunikasi bensin
tambal ban voucher pulsa fotocopy Untuk jasa pelayanan fotocopy yang banyak
tersebar di kawasan tersebut terkait dengan adanya kegiatan utama berupa fasilitas
pendidikan seperti Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro akademi
keperawatan dan farmasi sedangkan untuk jenis dagangan umum lainnya terkait
adanya permukiman di sekitar lokasi tersebut Namun ada barang dagangan yang khas
yaitu nisan karena lokasi sekitar Rumah sakit dr Kariadi terdapat tempat pemakaman
umum yang cukup besar yaitu TPU Bergota
Jenis dagangan yang dijual dapat dikatakan tidak semata hanya melayani
untuk aktivitas yang terkait dengan Rumah Sakit dr Kariadi namun juga melayani
terhadap aktivitas lainnya disekitar Rumah Sakit dr Kariadi seperti fasilitas
pendidikan permukiman pemakaman serta perkantoran bahkan aktivitas transportasi
seperti kebutuhan supir angkutan umum dan supir taxi Untuk lebih jelas mengenai
perbandingan jumlah PKL menurut jenis barang dagangan di masing-masing penggal
jalan dapat dilihat pada gambar berikut ini
Gambar 36
Karakteristik Jenis Barang Dagangan Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
41
d Sarana Fisik Berdagang
Masing-masing lokasi memiliki jenis sarana berdagang mayoritas yang
berbeda-beda Pada penggal Jalan dr Kariadi mayoritas PKL di penggal jalan tersebut
menggunakan kios sebagai sarana berdagangnya Kios-kios tersebut awalnya
merupakan warung semi permanen yang disekat-sekat Namun seiring dengan
perkembangan waktu dan adanya praktek sewa tempat usaha maka warung tersebut
dibangun permanen oleh pemiliknya bahkan diantaranya ada yang dilengkapi dengan
kamar mandi serta ruang tidur Hal tersebut dikarenakan sebagian kios juga dijadikan
sebagai tempat tinggal pemiliknya Asal pedagang yang dari luar Kota Semarang serta
biaya yang mengontrak relatif mahal sehingga menjadikan kiosnya sebagai sarana
usaha serta tempat tinggal sekaligus Sarana dagang tersebut telah menyimpang dari
peraturan daerah tentang PKL Latar belakang pendidikan PKL yang sebagian rendah
kemungkinan menjadi penyebab kurangnya pemahaman pedagang terhadap produk
hukum tersebut atau memang mengerti namun sengaja dilanggar karena tidak adanya
upaya pemerintah untuk menertibkan sarana berdagang yang telah melanggar
peraturan tersebut Selain itu ketidaktergantungan PKL terhadap ketersediaan
prasarana penunjang menjadikan PKL dalam beraktivitas tidak mempertimbangkan
aspek tersebut
Selain kios sarana dagangan yang banyak diminati adalah gerobak tenda yaitu
sarana dagangan utamanya gerobak yang ditunjang dengan tenda yang biasanya untuk
tempat makan konsumen Sarana dagang ini dianggap praktis karena mudah
dibongkar pasang serta dipindahkan Terlebih sarana dagang ini sesuai dengan
himbauan pemerintah dalam Perda No 11 tahun 2000 yaitu sarana PKL adalah yang
mudah untuk dibongkar serta dipindahkan
Lain halnya dengan PKL di penggal Jalan dr Soetomo mereka lebih banyak
menggunakan gerobak Hal tersebut dikarenakan lokasi tersebut merupakan lokasi
larangan untuk PKL tapi mereka tetap bertahan di lokasi tersebut dengan alasan tidak
tersedia tempat lain yang strategis untuk berjualan Dengan menggunakan gerobak
memudahkan mereka untuk lari atau berpindah tempat jika ada penertiban oleh aparat
penegak tata tertib
Di penggal Jalan Veteran sama halnya dengan sarana fisik yang digunakan
berdagang oleh PKL di penggal Jalan dr Kariadi Mereka mayoritas menggunakan
41
sarana berdagang berupa kios Mereka menggunakan sarana fisik dagangan kios
permanen yang dianggap aman karena memperoleh izin tempat usaha dari pihak
terkait untuk berdagang Namun sarana dagang yang dibuat permanen tersebut tidak
sesuai dengan perda tentang PKL yang mengharuskan sarana dagang pedagang kaki
lima yang mudah dibongkar dan dipindah-pindah
Sarana fisik dagangan yang kurang diminati adalah mobil Walaupun cukup
fleksibel untuk berpindah-pindah namun biaya untuk operasional sehari-hari cukup
mahal seperti bahan bakar perawatan mobil ataupun untuk pengadaan unit mobil itu
sendiri Hanya terdapat satu PKL yang menggunakan sarana dagangan ini yaitu
berada di penggal Jalan dr Kariadi Namun karena pada waktu penyebaran kuesioner
pedagang ini tidak berada di lokasi maka tidak masuk menjadi responden
e Pola Layanan
Untuk pola pelayanan terdapat tiga aspek yang dibahas yaitu mengenai waktu
layanan
aktivitas PKL serta sifat layanan Berikut uraian dari analisis pola pelayanan tersebut
1 Waktu Layanan
Sesuai waktu aktivitas kegiatan utama yang rata-rata pagi hingga sore hari
seperti fasilitas pendidikan perkantoran serta jam berkunjung dan pemeriksaan rumah
sakit maka mayoritas PKL membuka usahanya pada waktu tersebut yaitu sekitar
pukul 0900 hingga pukul 1600 Namun khusus yang berada di penggal Jalan dr
Kariadi yaitu di sekitar pintu masuk dan lokasi larangan untuk PKL hanya
diperbolehkan untuk berjualan pada sore hingga malam hari yaitu biasanya mereka
membuka usahanya sekitar pukul 1600 hingga 0000 Terdapat beberapa PKL yang
waktu usahanya menyesuaikan dengan waktu pelayanan rumah sakit yang buka 24
jam atau sepanjang hari Hal tersebut dilakukan menangkap peluang menjajakan
barang dagangan untuk kebutuhan aktivis rumah sakit seperti penunggu pasien
pengunjung atau petugas piket atau jaga serta tidak menutup kemungkinan pembeli
dari pengendara yang lalu lalang atau supir transportasi umum
Hal tersebut juga berlaku di penggal jalan yang lain dimana mayoritas
membuka usahanya pada pagi hingga sore hari Hanya minoritas yang membuka
usaha pada sore hingga malam hari serta sepanjang hari Faktor lain yang dapat
mempengaruhi waktu aktivitas PKL selain menyesuaikan waktu aktivitas kegiatan
utama adalah kepemilikan usaha yang merupakan milik pribadi sehingga mereka
membuka usahanya sesuai keinginan mereka
41
Terdapat pula fenomena satu lokasi ditempati oleh dua PKL dengan waktu
layanan yang berbeda PKL yang beraktivitas pada pagi hingga sore mencoba
menagkap peluang dari kunjungan ke kegiatan utama seperti rumah sakit fasilitas
pendidikan perkantoran serta perdagangan informal dan tidak menutup orang yang
lalu lalang melewati jalan-jalan tersebut Lokasi yang dianggap strategis serta
berprospektif tersebut digunakan oleh PKL lain untuk berjualan di tempat yang sama
Hal tersebut dimanfaatkan PKL untuk menangkap peluang dari kegiatan rumah sakit
serta orang yang lalu lalang Selain itu juga menangkap konsumen dari penumpang
bus malam yang melewati Jalan dr Soetomo dimana di jalur tersebut terdapat halte
serta konsumen dari supir angkutan umum yang sedang istirahat sejenak Berikut
pemetaan PKL menurut waktu berdagangnya
Gambar 37Peta Sebaran Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Menurut Waktu Layanan
2 Sifat Layanan
Dari gambar di bawah ini dapat disimpulkan bahwa mayoritas PKL di sekitar
Rumah Sakit dr Kariadi memiliki sifat layanan menetap baik dari segi tempat
berdagangnya yang tetap serta waktu berdagangnya yang sama setiap harinya hal ini
nampak pada sarana fisik dagangan para PKL tersebut yang berupa kios yang
memang tidak bisa dipindah-pindah atau permanen Hanya 13 yang memiliki sifat
layanan semi menetap Berikut persentase PKL menurut sifat layanannya
41
Gambar 38Persentase Sifat Layanan Pedagang Kaki LimaDi Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Sifat layanan semi menetap biasanya PKL yang tempat usahanya yang
merupakan gabungan antara menetap dengan keliling yaitu pada awal waktu
berdagang pada lokasi yang sama tiap harinya namun jika belum habis dagangannya
mereka berkeliling serta jam berdagang yang tidak tetap tiap harinya terkadang hanya
sampai siang karena dagangannya habis Sisanya yang 2 berjualan secara
berkeliling yang diantaranya bertujuan untuk mendekati konsumen serta
memanfaatkan waktu-waktu puncak kegiatan utama rumah sakit seperti waktu
kunjungan menjenguk pasien
f Pola Penyebaran
Pola penyebaran PKL mayoritas mengikuti pola jalan yang ada yaitu linier
Mereka berjualan di bahu-bahu jalan bahkan ada yang berada di atas saluran drainase
Selain itu pola penyebaran tersebut terbentuk karena lokasi yang diperbolehkan untuk
PKL menempati trotoar trotoar sepanjang jalan yang secara otomatis membentuk
linier Alasan lainnya yang diungkapkan oleh pedagang adalah agar dagangannya
mudah dilihat oleh orang yang lalu lalang Namun terdapat beberapa PKL yang
berjualan secara aglomerasi dengan PKL yang berjualannya bergerombol di dekat
pintu masuk pengunjung Rumah Sakit dr Kariadi seperti yang dapat dijumpai di Jalan
dr Kariadi yaitu bergerombol di sekitar pintu masuk pengunjung rumah sakit serta di
Jalan dr Soetomo yang bergerombol di dekat pintu masuk UGD dan pintu masuk ke
Gedung Pavilliun Garuda Hal tersebut dimaksudkan untuk mendekati pengunjung
yang akan masuk ke rumah sakit Hanya sebagian kecil saja yang lokasinya berjauhan
dengan PKL lainnya atau menyebar untuk mengurangi persaingan dengan PKL
lainnya
41
g Kesimpulan Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar
Rumah Sakit dr Kariadi
Tempat usaha tidak terdapatnya tempat yang dikhususkan untuk PKL pemerintah
memfasilitasinya dengan memperbolehkan menempati ruang-ruang publik seperti
trotoar badan atau bahu jalan serta di atas saluran drainase melalui Perda no 11 tahun
2000 Namun hal ini dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan
serta visual kawasan dan tidak optimalnya ruang publik tersebut Mayoritas PKL di
kawasan tersebut telah mengantongi izin tempat usaha dari kelurahan selaku pihak
berwenang
Jenis barang dagangan karakteristik jenis barang dagangan PKL pada umumnya
mengikuti kebutuhan kegiatan utama yaitu aktivitas Rumah Sakit dr Kariadi dan
sekitarnya seperti fasilitas pendidikan perkantoran perdagangan informal
permukiman dan pemakaman Jenis barang dagangan yang mayoritas diperdagangkan
berupa makanan Jenis barang dagangan yang diperdagangkan adalah non makanan
buah-buahan jasa pelayanan serta kelontong Terkait dengan kegiatan utama terdapat
beberapa jeni barang dagangan yang spesifik seperti termos tikar kipas guna
memenuhi kebutuha penunggu pasien
Sarana fisik dagangan mayoritas berupa kios yang dibangun permanen serta
gerobak tenda Menggunakan kios dikarenakan lokasinya yang telah dilegalkan untuk
aktivitas PKL serta terkait pola layanan yang menetap serta pada waktu berdagang
yang tetap Sedangkan gerobak tenda banyak digunakan oleh pedagang makanan
dimana tendanya digunakan sebagai tempat untuk konsumen Untuk bangunan
permanen diantaranya digunakan sebagai tempat tinggal Ketidakketergantungan
PKL terhadap prasarana penunjang sehingga PKL tidak mempertimbangkan aspek
tersebut karena mereka dapat mengusahakan sendiri
Pola pelayanan dari segi waktunya mengikuti waktu aktivitas kegiatan utama yaitu
pagi hingga sore hari sekitar pukul 0900 ndash 1600 serta telah mendapat izin tempat
usaha dari pihak berwenang namun terdapat pula PKL yang beraktivitas sore hingga
malam hari yaitu pukul 1600 ndash 0000 serta sepanjang hari Sifat layanannya menetap
mengingat mayoritas bersarana fisik dagangan berupa kios serta waktu berdagang
yang relatif tetap
Pola penyebaran mayoritas secara linier yaitu mengikuti pola jalan karena lokasi
yang dilegalkan untuk PKL oleh pemerintah menempati ruang-ruang publik seperti
trotoar di atas saluran drainase dan bahu jalan yang notabene mengikuti pola jalan
41
Selain itu terdapat sebagian beraglomerasi di sekitar pintu masuk rumah sakit yang
bertujuan untuk mendekati konsumen dan sisanya menyebar agar mengurangi
saingan
ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun
menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan
Samanhudi dengan kawasan PKL lain
ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL
ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun
dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja
namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang
namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan
ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa
jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan
harga antara pedagang formal dan PKL
ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan
pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak
penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi
antar pihak
ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai
dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan
perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang
informal
ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan
persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL
ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan
dalih keamanan
ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan
pejalan kaki dan pengendara kendaraan
ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki
ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL
ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan
ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa
harus saling menumpuk
41
ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak
Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini menjadi
jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen
41
Pengelolaan PKL
Pengelolaan PKL di Bundaran
Simpang Lima
Lima Semarang
Pengelolaan PKL di
Kabupaten Jember
Pengelolaan PKL di Kawasan Sekitar Rumah
Sakit dr Kariadi Semarang
Mengakui keberadaan PKL dengan
menuangkannya di dalam produk-
produk tata ruang
Penegakan peraturan
perundagangan yang terkait
dengan PKL
Menjalin kerjasama dengan sektor
formal dalam menyediakan ruang
bagi PKL
Menyediakan ruang perkotaan
yang dikhususkan bagi sektor
informal
Peningkatan citra PKL
Pengakuan terhadap eksistensi PKL
Control terhadap dana bantuan
Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo
Penindakan tegas kepada oknum yang
melakukan perampasan hak pada PKL
dengan dalih keamanan
Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk
menampung aktivitas PKL dan pejalan
kaki
Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan
jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir yang tepat
Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal
Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan
jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir
Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL
dan konsumen yang aman dari gangguan
pejalan kaki dan pengendara kendaraan
41
36 Temuan Studi
Temuan studi ini dimana akan menjawab sasaran yang disesuaikan dari contoh kasus yang ada di Indonesia Berikut adalah tabel matrik temuan
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
Mengetahui
permasalahan
PKL di jalur
pejalan kaki
Keberadaan sektor PKL yang menempati ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima memakai separuh lebih lebar trotoar bahkan seringkali tidak menyisakan sedikit pun ruang untuk pejalan kaki Ruang-ruang trotoar menjadi tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya sebagai ruang pemisah antara ruang yang digunakan untuk sirkulasi pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan Ruang-ruang trotoar tersebut banyak yang beralih fungsi menjadi lokasi berdagang PKL
Peralihan fungsi trotoar ini menyebabkan terganggunya aktivitas pejalan kaki sehingga pejalan terpaksa harus menggunakan jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk berjalan guna menghindari berbagai hambatan di atas trotoar Hal ini menyebabkan pejalan kaki terpaksa harus berhati-hati jika melangkah terkadang juga harus mengalah berjalan pada ruang-ruang jalur lambat dan sebagian badan jalan Kondisi ini sangat tidak aman dan
Masalah yang utama itu dari setiap
pedagang kaki lima di Jalur Pejalan Kaki
di Jalan Samanhudi Jember yaitu
Penggusuran Para PKL liar yang tidak
memiliki TDU(Tanda Daftar Usaha)
mereka biasanya akan di gusur dengan
peringatan yang di berikan sampai di
laksanakan penggusuran paksa padahal
Pedagang kaki lima merupakan salah satu
solusi akan masalah tingginya angka
pengangguran dan sedikitnya lapangan
kerja bagi masyarakat berpendidikan
rendah seperti mereka Pemerintah dalam
hal ini tidak dapat menyediakan lahan
pengganti bagi mereka untuk melanjutkan
usaha mereka jika pun ada pemerintah
menyediakan lahan-lahan yang letaknya
kurang strategis yang secara pasti
menurunkan dan mematikan pendapatan
yang mereka dapatkan dan akhirnya
Legalitas lokasi aktivitas
PKL yang biasanya ditempatkan
di dalam ruang publik seperti di
atas trotoar di atas saluran
drainase taman dan ruang publik
lainnya patut dipertanyakan
karena ketidakberdayaannya
peraturan tersebut dalam
menangani PKL Sebagai contoh
di sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi legalitas lokasi untuk
aktivitas PKL yang linier di
sepanjang jalan yang bertempat di
atas drainase Dalam aspek
apapun hal tersebut tidak dapat
dilegalkan terlebih tidak ada
penjelasan mengenai luasan atau
desain yang diperbolehkan PKL
untuk menggelar dasaran pada
dimensi saluran drainase yang
PKL yang menempati
ruang-ruang trotoar
menyebabkan
terganggunya aktivitas
pejalan kaki
Pemerintah tidak dapat
menyediakan lahan
pengganti
Legalitas lokasi aktivitas
PKL yang biasanya
ditempatkan di dalam
ruang publik seperti di atas
trotoar di atas saluran
drainase taman dan ruang
publik patut
dipertanyakan
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
nyaman bagi pejalan kaki ataupun bagi pengendara kendaraan bermotor karena mengganggu arus lalu lintas dan membahayakan keselamatan jiwa mereka hal seperti ini dapat kita lihat di depan dan di samping Masjid Baiturrahman di depan Citraland Mall di depan dan di samping Plasa Simpang Lima di depan dan di samping Kompleks Pertokoan Simpang Lima di depan dan di samping Ramayana Super Center di depan dan di samping SMKN 7 SemarangKantor Telkom dan di depan Gajahmada Plaza
Pemilihan lokasi PKL dipengaruhi oleh kecenderungan aktivitas PKL yang selalu menentukan lokasi mendekati pusat-pusat keramaian atau pusat-pusat perdagangan dan jasa dan lokasi-lokasi yang sering dikunjungi oleh orang banyak dalam kurun waktu tertentu secara periodik dan menerus Alasan inilah yang kemudian mendasari penentuan lokasi PKL Kawasan Bundaran Simpang Lima untuk berjualan di trotoar karena ruang-ruang jalur pedestrian inilah yang
mereka harus gulung tikar dan menjadi
pengangguran yang semakin menambah
permasalahan di Indonesia Pemerintah
harus mencari cara dan tempat yang baik
untuk mereka berdagang ditengah modal
mereka yang kecil agar di sisi lain semua
para pedagang kaki lima tidak hilang
lapangan kerjanya dan bias melanjutkan
kelangsungan hidupnya
ada Selain itu PKL juga
menempati trotoar yang
mengakibatkan bertambahnya
permasalahan yang terdapat di
lokasi tersebut Imbas secara
langsung dirasakan oleh
pengguna trotoar yaitu pedestrian
ketidaknyamanan bahkan tidak
adanya lagi ruang untuk berjalan
di atas trotoar acapkali menjadi
konsekuensi pedestrian yang
trotoarnya diserobot PKL
Aglomerasi aktivitas PKL yang
berlokasi di sekitar pintu masuk
pengunjung Rumah Sakit dr
Kariadi menyebabkan
penumpukan aktivitas seperti
aktivitas keluar masuk
pengunjung aktivitas jual beli
antara PKL dengan konsumen
lalu lintas kendaraan yang sedang
melewati Jalan dr Kariadi serta
angkutan umum yang sedang
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
dianggap sebagai lokasi yang ramai dikunjungi oleh pejalan kaki yang melakukan pergerakan dalam mencapai tempat tujuan perjalanannya Begitu juga dengan ruang Lapangan Pancasila karena selalu ramai dikunjungi pada hari-hari libur dengan rata-rata pengunjung mencapai 51 ndash 100 oranghari dikarenakan kedudukannya sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya
berhenti mencari penumpang
Sekali lagi permasalahan tersebut
disikapi oleh pemerintah dengan
penertiban dan penggusuran yang
hampir tidak pernah berakhir
manis
Mengetahui
peranan PKL
Kehadiran PKL di Kawasan
Bundaran Simpang Lima juga mampu
menciptakan kehidupan yang menerus
sehingga terhindar dari kematian
kawasan pada saat tertentu akan tetapi
di sisi lain kehadiran PKL
menyebabkan ketidakteraturan
kekumuhan dan kualitas fisik yang
buruk sehingga merusak wajah kota
Selain itu PKL yang berjualan di
Lapangan Pancasila pada malam hari
dengan kehidupan malam dan wanita-
wanita penghibur yang berdandan tebal
Tempat pedagang kaki lima bagi
Masyarakat dijalan Samanhudi Jember
sangat penting sebagai penyedia kebutuhan
yang dibutuhkan oleh Masyarakat Jember
Pedangan kaki lima sangat mempengaruhi
pola pasar dan sosial di Jember khususnya
didaerah Jalan Samanhudi Dalam bidang
perekonomian pedagang kaki lima hanya
berpengaruh sebagai produsen yang
penting bagi Masyarakat Jember
mengingat akan Meningkatnya jumlah
Penduduk Mereka cenderung lebih
memilih membeli pada pedagang kaki lima
Usaha PKL yang terus
berkembang pesat menarik PKL
untuk mempekerjakan karyawan
selain tenaga yang dibutuhkan
memang tidak bisa dikerjakan
sendiri terdapat pula pemilik
modal yang menyewa tempat
usaha namun dijadikan usaha
sampingan sehingga tidak
mengelola secara langsung
usahanya namun dengan
mempekerjakan karyawan PKL
yang statusnya sebagai karyawan
Pedangan kaki lima sangat
mempengaruhi pola pasar
dan sosial
harga yang PKL tawarkan
lebih murah dibandingkan
dengan harga di mall
grosir maupun indogrosir
sebagai salah satu
alternatif lapangan
pekerjaan bagi masyarakat
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
menciptakan kesan negatif dan
memperburuk citra kawasan
daripada membeli di supermarket yang
sudah merajalela di kota Jember pada saat
ini mall atau grosir maupun indogrosir
yang banyak tersebar di kota Jember
dikarenakan harga yang mereka tawarkan
lebih murah
sebanyak 10 dimana karyawan
tersebut memanfaatkan PKL
sebagai lapangan pekerjaan
Sehingga bekerja sebagai
karyawan PKL dapat dikatakan
sebagai salah satu alternatif
lapangan pekerjaan bagi
masyarakat
Mengetahui
pola aktivitas
PKL dijalur
pejalan kaki
Aktivitas PKL sendiri
memiliki kecenderungan untuk
menempati ruang ruang antar aktivitas
yang selalu ramai dilewatidikunjungi
oleh banyak orang dalam melakukan
pergerakan perpindahan dari aktivitas
satu ke aktivitas yang lain atau dari
bangunan perdagangan modern satu ke
bangunan perdagangan modern yang
lain secara periodik dalam rentang
waktu tertentu sehingga kemudian
pilihan ini jatuh kepada jalur-jalur
pedestrian yang notabene merupakan
ruang-ruang terbuka publik yang
PKL berdagang dengan menempati
tempat yang tetap dan tidak berpindah-
pindah
Modal dan aset sebagian besar adalah
milik sendiri
Berdagang di Samanhudi merupakan
usaha utama
Alat peraga PKL pada kawasan ini
dapat dibedakan menjadi
ndashAlat peraga semi permanen dari kayu
dan tenda yang bersifat menetap
ndashAlat peraga dengan bangku meja dan
tenda sekaligus sebagai tempat tinggal
ndashAlat peraga beroda namun menetap
Pola Aktivitas pelayanan PKL di
kawasan sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi pada umumnya melayani
pengunjung rumah sakit namun
tidak menutup kemungkinan
konsumennya adalah pengendara
atau orang yang sedang melintasi
jalan tersebut tanpa bermaksud
untuk masuk ke rumah sakit
Selain itu konsumen
yang berasal dari sekitar lokasi
PKL seperti penduduk
permukiman di sekitarnya
pekerja yang bekerja di sektor
Aktivitas PKL memiliki
kecenderungan untuk
menempati ruang ruang
antar aktivitas yang selalu
ramai dilewatidikunjungi
oleh banyak orang dalam
melakukan pergerakan
perpindahan dari aktivitas
satu ke aktivitas yang lain
atau dari bangunan
perdagangan modern satu
ke bangunan perdagangan
modern
Saat berjualan alat peraga
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
seyogyanya digunakan oleh pejalan
kaki Keberadaan ruang trotoar yang
semakin sempit oleh penggunaan ruang
PKL membuat pejalan kaki
menjatuhkan pilihan untuk melakukan
perjalanan pada ruang-ruang seperti
jalur lambat dan sebagian badan jalan
sehingga mengurangi keamanan jiwa
dan kenyamanan pejalan kaki sendiri
serta pengguna jalan yang lain
(pengendara)
Kegiatan-kegiatan yang
dilakukan oleh pejalan kaki pada
ruang-ruang jalur pedestrian atau
trotoar di Kawasan Bundaran Simpang
Lima adalah kegiatan berjalan dan
berbelanja Sebagian dari pejalan kaki
hanya berjalan melintasi trotoar untuk
menuju lokasi tujuannya akan tetapi
ada pula sebagian dari pejalan kaki
yang berjalan sambil melihat-lihat
bahkan ada yang berbelanja pada PKL
ndashAlat peraga beroda namun menetap
dengan bangku dan meja
ndashHanya berupa matras sebagai alas
dagangan yang dapat berpindah
sewaktu-waktu
Alat peraga yang dipakai untuk usaha
tidak seragam dan tidak menggunakan
desain yang baik sehingga terkesan
kumuh kurang bersih dan sangat
mengganggu wajah kota dan menutup
fasade bangunan di belakangnya
Saat berjualan alat peraga kios
sebagian besar menempati badan jalan
dan trotoar
Saat tidak berjualan alat peraga kios
sebagian besar tetap di lokasi jualan
lama berjualan di Samanhudi sebagian
besar antara 6 ndash10 tahun
Terbanyak dari pedagang belum
pernah bekerja di sektor lain dan dari
semula telah menjadi PKL di
Samanhudidi bandingkan denga harga
yang ada di mall Pedagang
lain sehingga tidak ada batasan
pasti mengenai pola pelayanan
para PKL tersebut
Waktu beraktivitas para
PKL umumnya terbagi menjadi
dua sesi PKL yang pertama
adalah pedagang yang aktivitas
berdagangnya pada pagi hingga
siang hari Pedagang yang kedua
merupakan pedagang yang
mempunyai waktu layanan pada
sore hingga malam hari Namun
tidak menutup kemungkinan
terdapat beberapa PKL yang
berdagang dari pagi hingga
malam hari bahkan buka nonstop
mengingat rumah sakit
beraktivitas selama sehari penuh
sehingga mereka mengikuti
aktivitas sektor formal yang ada
di sekitarnya
Waktu berdagang
tersebut juga disesuaikan dengan
kios sebagian besar
menempati badan jalan
dan trotoar
Waktu beraktivitas para
PKL umumnya terbagi
menjadi dua sesi PKL
yang pertama adalah
pedagang yang aktivitas
berdagangnya pada pagi
hingga siang hari
Pedagang yang kedua
merupakan pedagang yang
mempunyai waktu layanan
pada sore hingga malam
hari Namun tidak
menutup kemungkinan
terdapat beberapa PKL
yang berdagang dari pagi
hingga malam hari bahkan
buka nonstop
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
izin usaha yang diberlakukan oleh
petugas kelurahan sebagai pihak
yang berwenang menangani PKL
Untuk lokasi yang dilarang untuk
PKL oleh PKL tetap digunakan
sebagai lokasi untuk berdagang
dengan waktu berdagang setelah
jam kerja yaitu sore hingga
malam hari
Mengetahui
Pengelolaan
PKL di jalur
pejalan kaki
dalam perkembangannya
pemerintah mengeluarkan SK
Walikota Kota Semarang No 511316
tahun 2001 tentang Penetapan Lahan
yang mengatur tentang lokasi-lokasi
dan waktu aktivitas PKL yang
diperbolehkan oleh pemerintah pada
Kawasan Bundaran Simpang Lima
agar tetap terjaga kerapihan dan
estetikakeindahan wajah kawasannya
yaitu PKL yang berjualan di depan
Kompleks Pertokoan Simpang Lima
depan Ramayana SC depan Kantor
Adanya pengakuan resmi dari
pemerintah terhadap PKL Samanhudi
sebagai salah satu sector ekonomi di
kawasan studi melalui surat keputusan
resmi Surat keputusan ini sekaligus
mengatur hak kewajiban dan
tanggung jawab PKL sebagai
kompensasi perubahan status yang
telah diberikan oleh pemerintah
Pedagang kaki lima perlu untuk
mendapatkan pembinaan dari
pemerintah Kabupaten Jember untuk
meningkatkan kemampuan wirausaha
Pemerintah Kota Semarang
berwenang dalam mengatur
keberadaan PKL di ruang Kota
Semarang seperti yang terdapat di
kawasan sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi dengan bentuk
pengelolaan lokasional (stabilitas
atau pengaturan) dan struktural
(perijinan) Dalam pengaturan
tersebut Pemerintah Kota
Semarang menggunakan dasar
hukum berupa Undang-Undang
Peraturan Pemerintah Peraturan
mengatur tentang lokasi-
lokasi dan waktu aktivitas
PKL yang diperbolehkan
oleh pemerintah agar tetap
terjaga kerapihan dan
estetikakeindahan wajah
kawasannya
Pedagang kaki lima perlu
untuk mendapatkan
pembinaan
Pedestrian dirancang ulang
dengan dilebarkan hingga
area parkiran street
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
TelkomSMKN 7 Semarang depan
Gajahmada Plaza dan depan Masjid
Baiturrahman boleh berjualan dari
pukul 1600 ndash 0400 WIB (khusus pada
Hari Minggu PKL diijinkan untuk
berjualan mulai pukul 0600 ndash 0800
WIB) menempati ruang trotoar dengan
luas areal 4 x 6 meter
Sampai dengan tahun 2008
PKL di Kawasan Bundaran Simpang
Lima mencapai 1536 pedagang dan
ada kecenderungan akan terus
meningkat dari tahun ke tahun (lihat
Tabel III4) Kecenderungan lokasi
PKL pada masa-masa yang akan
datang mengikuti kecenderungan dari
perkembangan aktivitas formal
kawasan yang ada demikian juga
kecenderungan waktu berdagangnya
Melihat kecenderungan aktivitas PKL
kawasan maka SK Walikota Kota
Semarang No 511316 tahun 2001
sudah tidak relevan lagi dan perlu
dan peningkatan kualitas barang
dagang dan pelayanan terhadap
pembeli konsumen sehingga bias
meningkatkan pendapatan dan
aktivitas pedagang kaki lima dapat
member nilai tambah serta dapat
memberkan peluang kerja yang dapat
mengurangi tingkat pengangguran di
Kabupaten Jember Bentuk pembinaan
berupa penyuluhan yang diberikan
berkala secara rutin Program
pembinaan diadakan oleh pemerintah
Paguyuban Samanhudi merupakan
Kelembagaan yang memiliki
kewenangan atau keterikatan dengan
pengelolaan dan pembinaan Pedagang
Kaki Lima KoridorJalan
SamanhudiPaguyuban ini
beranggotakan wakil PKL wakil
pedagang formal wakil pemerintah
dari dinas Kebersihan dan
Pertamanan Dinas Polisi Pamong
Praja Dinas Pariwisata Dinas
Daerah dan Surat Keputusan
Walikota Adapun dasar hukum
yang mengatur secara jelas
mengenai aktivitas PKL di Kota
Semarang yang berlaku saat ini
diantaranya adalah sebagai
berikut
1048707 Peraturan Daerah No 11 Tahun
2000 tentang Pengaturan dan
Pembinaan PKL Perda ini
menjelaskan tentang pengaturan
dan pembinaan PKL di Kota
Semarang seperti pengaturan
tempat usaha hak kewajiban dan
larangan untuk PKL Dalam
kaitannya dengan karakteristik
berlokasi aktivitas PKL
dijelaskan dalam Perda ini yang
terdapat dalam pasal 3 yaitu
penempatan lokasi kegiatan PKL
diatur dengan mempertimbangkan
tempat kepentingan untuk umum
lainnya seperti kepentingan untuk
sehingga jalur aktif
kendaraan tidak
mengalami penyempitan
mengatur keberadaan PKL
di ruang Kota dengan
bentuk pengelolaan
lokasional (stabilitas atau
pengaturan) dan struktural
(perijinan)
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
ditinjau kembali sesuai dengan
kecenderungan dan kebutuhan yang
ada di lapangan
Pendapatan dan Dinas LPMK
Kabupaten Jemberserta pihak
penengah selaku penasehat dan pihak
netral yang diwakili oleh pakar PKL
dari universitas tokoh masyarakat dan
pakar PKL lainnya
Penerapan tema khusus pada penataan
PKL kawasan studi agar mempunyai
cirri khas dan dapat mengangkat citra
kawasan dan meningkatkan daya tarik
kawasan Contoh produk khas
jember yang dapat diangkat sebagai
tema adalah tembakau rookk dan
cerutu mengingat Jember sebagai
penghasil tembakau terbesar di Jawa
Kegiatan khas Jember yang dapat
diangkat sebagai tema yaitu Jember
Fashion Carnaval Penerapan tema
dapat diaplikasikan pada sarana usaha
PKL finishing pedestrian perabot
kota dan elemen pendukung lainnya
Pedestrian dirancang ulang dengan
pejalan dan untuk sirkulasi
kendaraan Untuk lebih jelas
mengenai detail isi perda tersebut
dapat dilihat pada Lampiran F
1048707 Surat Keputusan Walikota
Semarang No 51136 Tahun
2001 tentang lokasi PKL di Kota
Semarang dimana di dalamnya
diantaranya mengatur luas area
batas pemakaian area waktu
aktivitas dan tempat aktivitas
PKL Ruas kanan Jalan dr
Kariadi dari arah Jalan Veteran
merupakan lokasi yang
diperbolehkan untuk aktivitas
PKL Lokasi tersebut menempati
trotoar serta bangunan berupa
semi permanen Untuk lebih jelas
mengenai detail isi SK tersebut
dapat dilihat pada Lampiran F
1048707 Perda No 6 Tahun 2004
tentang Rencana Detail Tata
Ruang Kota Semarang Bagian
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
dilebarkan hingga area parkiran street
sehingga jalur aktif kendaraan tidak
mengalami penyempitan Diberikan
perbedaan yang tegas antara ruang
PKL dan ruang pejalan kaki dan jalur
kendaraan berupa perbedaan tinggi
lantaiSehingga dikemudian hari kios
PKL tidak melebar ke segala sisi
Wilayah Kota (BWK) I
(Kecamatan Semarang Tengah
Semarang Timur dan Semarang
Selatan Tahun 2000-2010 Perda
tersebut menjelaskan mengenai
fungsi serta peran BWK I yang
terkait dengan sektor formal di
wilayah tersebut yaitu penjelasan
mengenai fasilitas kesehatan yang
berada khususnya di Kelurahan
Randusari Selain itu dijelaskan
pula kelas Jalan dr Kariadi Jalan
dr Soetomo dan Jalan Veteran
serta jalur transportasi yang
melaluinya
41
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima sebagai
ruang sirkulasi pedestrian dibentuk oleh arah pergerakan pejalan yang dipengaruhi oleh
tujuan dalam melakukan perjalanannya
a Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Melakukan Perpindahan Antarbangunan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik Kawasan Bundaran Simpang Lima dengan
tujuan untuk melakukan pergerakan perpindahan antarbangunan membentuk pola
rdquomenerus yang melingkarrdquo dikarenakan arah pergerakan pejalan yang menerus pada
sepanjang ruang trotoar di muka bangunan kawasan mengikuti pola sirkulasi utama
kawasan yang membentuk loop
Pola pemanfaatan yang rdquomenerusrdquo ini disebabkan oleh kontinuitas pergerakan pejalan
kaki kawasan dalam melakukan perpindahan antar bangunan formal (perdagangan
modern) pada ruang-ruang trotoar sebagai ruang penghubung antaraktivitas formal
kawasan Pola pergerakan pejalan kaki yang menerus ini merupakan bangkitan dari
tarikan aktivitas perdagangan dan jasa formal kawasan yang menjadi alasan pengunjung
melakukan pergerakan berpindah antarbangunan
Pergerakan pejalan yang rdquomenerusrdquo ini juga dipengaruhi oleh keberadaan aktivitas
PKL di sepanjang ruang trotoar kawasan yang memberi kehidupan menerus pada ruang-
ruang ini Pergerakan menerus dilakukan oleh pejalan kaki kawasan secara linier pada
tepi jalan mengikuti pola jaringan jalan utama kawasan dan memanjang menuju lokasi
pencapaian tujuan pergerakan
Pola pemanfaatan ruang yang rdquomelingkarrdquo disebabkan oleh pencapaian tujuan pada
bangunan perdagangan modern kawasan secara memutar Sistem pencapaian bangunan
formal (perdagangan) yang memutar ini dipengaruhi oleh sistem sirkulasi utama kawasan
yang memiliki muara pada Jalan Simpang Lima (Lapangan Pancasila) dan membentuk
loop dimana dalam bentuk pencapaian yang loop ini diperlukan waktu untuk
mencapainya karena harus melewati banyak persimpangan-persimpangan yang
merupakan simpul-simpul bertemunya arus lalu lintas dari kelima ruas jalan kawasan
pada muaranya di Jalan Simpang Lima
b Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Berbelanja pada PKL di Sepanjang
Trotoar Kawasan dan Tepi Lapangan Pancasila Pola pemanfaatan ruang terbuka
publik Kawasan Simpang Lima dengan tujuan untuk berbelanja pada PKL di sepanjang
trotoar kawasan kurang lebih sama dengan pola pemanfaatan ruang dengan tujuan
melakukan perpindahan antarbangunan formal kawasan yaitu membentuk pola rdquomenerus
41
yang melingkarrdquo sepanjang ruang-ruang trotoar pada muka bangunan formal kawasan
mengikuti pola jaringan jalan utama kawasan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh aktivitas PKL pada sepanjang trotoar
kawasan dipengaruhi oleh penataan display berbagai jenis barang dagangan PKL yang
ditata sedemikian rupa berderet secara linier pada muka bangunan dan memanjang
mengikuti bentukan ruang trotoar sehingga mempermudah calon pembeli baik oleh
pejalan kaki maupun pengguna jalan yang lain (pengendara) untuk melihat dan memilih
jenis-jenis barang yang diinginkan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik dengan tujuan berbelanja pada PKL yang
berjualan di tepi Lapangan Pancasila membentuk pola rdquolinier yang melingkarrdquo mengkuti
sistem sirkulasi utama kawasan yang membentuk loop dengan muara sirkulasi pada
lapangan Pola pemanfaatan yang linier dipengaruhi oleh penataan display barang
dagangan yang ditata sedemikian rupa secara linier pada tepi Lapangan Pancasila (trotoar
lapangan) berhadaphadapan dengan sirkulasi pengunjung PKL yang berada pada tengah
ruang trotoar sebagai ruang yang tersisa dari kedua sisi ruang yang digunakan oleh PKL
Pola pemanfaatan ruang yang rdquomelingkarrdquo dipengaruhi oleh bentukan ruang yang
persegi membulat dengan trotoar sebagai pembingkai ruang lapangan Pemanfaatan yang
melingkar ini dibentuk oleh pergerakan pengunjung PKL yang menerus tanpa terputus
pada ruang trotoar tepi Lapangan Pancasila
c Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Melakukan Aktivitas Olahraga Rekreasi dan
Hiburan Berbelanja Pada PKL di Tengah Lapangan Pancasila
Pola pemanfaatan ruang Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk melakukan aktivitas
olahraga rekreasi dan hiburan serta berbelanja pada PKL yang berjualan di tengah
Lapangan Pancasila memiliki pola pergerakan rdquocurvelinierrdquo Aktivitas-aktivitas ini
cenderung dilakukan secara berkelompok mengingat daya tampung ruang lapangan yang
cukup besar sehingga memungkinkan untuk pergerakan yang bebas dan santai dengan
suasana rekreatif dengan arah pergerakan yang tidak beraturan dikarenakan tanpa adanya
bentukan fisik pembatas antaraktivitas kegiatan Aktivitas olahraga yang seringkali
dilakukan menempati ruang Lapangan Pancasila adalah olahraga sepak bola dimana
olahraga ini biasa dilakukan secara berkelompok dengan pergerakan yang tidak beraturan
pada ruang
Sedangkan pergerakan aktivitas rekreasi dan hiburan yang juga cenderung dilakukan
secara berpasanganberkelompok ini dipengaruhi oleh tujuannya untuk melihat-lihat
pemandangansuasana kawasan sehingga membentuk pola pergerakan yang tidak
41
beraturan dan berkelok-kelok dengan sesekali berhenti untuk mengagumi view atau
sekedar untuk mengobrol
Pola pergerakan pejalan kaki pada ruang Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk
berbelanja pada PKL di tengah lapangan mempunyai pola pergerakan rdquocurvelinierrdquo
dipengaruhi oleh bentukan ruang lapangan yang persegi membulat dengan daya tampung
ruang cukup besar dan sistem sirkulasi pengunjung yang memungkinkan arah pergerakan
dengan bebas Aktivitas PKL yang memiliki kecenderungan berkelompok berdasarkan
jenis barang yang diperdagangkan ini berdampak pada penataan display barang sehingga
sistem sirkulasi pengunjung PKL pun pada akhirnya mengikuti pola pemanfaatan ruang
oleh aktivitas PKL dengan pergerakan yang tidak beraturan pada ruang (curvelinier)
dengan suasana rekreatif dan santai
Dengan adanya pergerakan pejalan kaki Kawasan Bundaran Simpang Lima yang
rdquomenerus dan melingkarrdquo membentuk linkage seyogyanya pejalan kaki diberikan ruang
yang layak demi keamanan dan kenyamanan pejalan dan pengguna jalan yang lain
Dengan kecenderungan sifat manusiawi pejalan yang enggan melakukan perjalanan
dengan permukaan yang naik atau menaik solusi yang ditawarkan tentu tidak bisa berupa
jembatan penghubung antarbangunan Sebab selain memerlukan biaya yang tidak sedikit
dapat menghalangi pandanganview suatu kawasan berpotensi menggunakan sebagian
ruang terbuka publik itu sendiri dan keengganan pejalan berjalan pada permukaan yang
naik sebagai sifat dasar pejalan kaki maka alangkah lebih baiknya apabila solusi yang
ditawarkan sebagai ruang untuk pejalan kaki kawasan di luar konteks teknologi adalah
berupa subway yaitu ruang publik untuk pejalan kaki yang dibangun di bawah tanah yang
menjadi penghubung antarbangunan dengan karakteristik berupa terowongan di bawah
tanah bebas dari sirkulasi kendaraan kawasan bebas dari kebisingan akibat intensitas lalu
lintas kawasan yang cukup tinggi mampu menjadi alternatif ruang untuk PKL dan parkir
off street kawasan sekaligus sebagai jalur pedestrian kawasan
41
352 Kajian PKL di Jalur Pejalan Kaki di Jalan Samanhudi Kabupaten Jember
3521 Analisa Konflik Kepentingan
Tabel IV1Analisa Konflik Kepentingan
Sumber Hasil Analisis Maria Kurnia U 2009
41
3522 Analisa Konflik Penggunaan Ruang
Tabel IV2
Analisa Konflik Penggunaan Ruang
Sumber Hasil Analisis Maria Kurnia U 2009
3523 Analisis Konsep Simbiosis Mutualistik
A Analisa Teori
Analisa ini bertujuan menelusuri konflik kepentingan dan konflik penggunaan ruang
melalui kajian teori-teori tentang penataan PKL yang didapatkan dari literature dan penelitian
PKL yang pernah dilakukan sebelumnya Meminimalisir konflik yang terjadi diperlukan
ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun
menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan
Samanhudi dengan kawasan PKL lain
ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL
41
ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun
dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja
namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang
namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan
ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa
jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan
harga antara pedagang formal dan PKL
ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan
pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak
penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi
antar pihak
ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai
dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan
perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang
informal
ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan
persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL
ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan
dalih keamanan
ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan
pejalan kaki dan pengendara kendaraan
ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki
ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL
ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan
ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa
harus saling menumpuk
ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak
ndash Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini
menjadi jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen
B Triangulasi Konsep Simbiosis Mutualistik
Triangulasi konsep simbiosis mutualistik dilakukan untuk mendapatkan konsep-
konsep penataan pedagang kaki lima yang menguntungkan berbagai pihak yang terkait yang
membandingkan antara fakta empiris studi kasus dan teori
41
Mengakui eksistensi PKL didukung dengan program kebijakan untuk mengelola
aktivitas PKL
Penyuluhan pembinaan dan pelatihan untuk PKL
Pemberian bantuan modal dari pemerintah maupun dari sektor swasta (dengan konsep
kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitusaja namun dilakukan kontrol terhadap dana
bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang begitu saja namun dapat dimanfaatkan secara
berkelanjutan
Peningkatan citra kawasan melalui pembentukan karakter khusus PKL di lokasi studi
sehingga membedakan PKL Samanhudi dengan PKL di kawasan lain
Pengelompokkan PKL menurut jenis barang dagangan dan perletaknnya diatur menurut
jenis dagangan toko formal sehingga tidak terjadi perebutan konsumen
Peningkatan citra kawasan sehingga menambah daya tarik pengunjung
Pembentukan Paguyuban Samanhudi yang beranggotakan PKL pedagang formal dan
pihak penengah untuk menyamakan aspirasi antar golongan dan sebagai forum diskusi
Legalitas sektor informal yang diakui oleh pemerintah
Perumusan kebijakan dan peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan
perdagangan informal
Peraturan didukung pengawasan yang ketat sangsi yang jelas dan sosialisasi serta
persamaan persepsi
Perancangan sarana usaha sesuai dengan jenis barang dagangan dan aspirasi PKL
Sosialisasi status ruang PKL
Peningkatan keamanan dan pengawasan untuk mencegah pemerasan tindak kejahatan
lain
Mempertahankan orientasi PKL ke arah bangunan formal
Perbaikan pelebaran dan pemeliharaan jalur pejalan kaki (pedestrian) sebatas ruang
parkir on street sehingga jalur aktif jalan tidak berkurang
Pemisahan yang jelas antara jalur pejalan kaki dan ruang PKL
Pemisahan yang jelas antara jalur pengendara ruang PKL dan jalur pejalan kaki
Mengatur ruang parkir off street di sepanjang jalan untuk mengurangi beban jalan akibat
penyempitan jalan karena adanya pelebaran pedestrian
Perpanjangan sosoran dari bangunan formal sebagai pelindung pejalan kaki dan ruang
PKL sehingga PKL tidak perlu memakai ataptambahan untuk kiosnya
Bentuk sarana usaha berupa meja dorong tanpa atap agar akses visual pencahayaan dan
penghawaan ke bangunan formal tidak terhalang
41
Diberikan jarak setiap 2 kios sebagai akses masuk ke bangunan formal
Mengikutsertakan seluruh pihak terkait dalam penyampaian keputusan
Perancangan dapat mewadahi ruang PKL
Ruang PKL mengikuti arus pergerakan manusia
Pengaturan kebersihan dan ketertiban
C Konsep Legalitas PKL
Adanya pengakuan resmi dari pemerintah terhadap PKL Samanhudi sebagai salah satu
sector ekonomi di kawasan studi melalui surat keputusan resmi Surat keputusan ini
sekaligus mengatur hak kewajiban dan tanggung jawab PKL sebagai kompensasi
perubahan status yang telah diberikan oleh pemerintah
PKL berhak mendapatkan perlindungan hokum dan pinjaman modal dari pemerintah
Namun sebagai sector resmi PKL dikenakan pajak penghasilan dan retribusi Besarnya
pajak Pajak penghasilan dibedakan dari sektorformal Dengan membayar pajak PKL
berhak mendapatkan perlindungan pemerintah dari oknum preman dsb
PKL wajib mendukung program-program penertiban yang dilakukan pemerintah Apabila
PKL melanggar hak dan kewajiban yang telah diputuskan PKL tidak berhak lagi
menempati lapak yang telah dipinjamkan oleh pemerintah Dan dicabut ijin berjualannya
di kawasan Samanhudi
Dalam konsep ini simbiosis mutualistik terjadi antara pemerintah dan PKL dimana PKL
mendapatkan pengakuan perlindungan dan bantuan modal dari pemerintah sementara
pemerintah mendapatkan retribusi pajak penghasilan dan ketertiban dari PKL
D Konsep Pembinaan dan Permodalan
Pedagang kaki lima perlu untuk mendapatkan pembinaan dari pemerintah Kabupaten
Jember untuk meningkatkan kemampuan wirausaha dan peningkatan kualitas barang
dagang dan pelayanan terhadap pembeli konsumen sehingga bias meningkatkan
pendapatan dan aktivitas pedagang kaki lima dapat member nilai tambah serta dapat
memberkan peluang kerja yang dapat mengurangi tingkat pengangguran di Kabupaten
Jember Bentuk pembinaan berupa penyuluhan yang diberikan berkala secara rutin
Program pembinaan diadakan oleh pemerintah
Program pembinaan juga digunakan sebagai sarana pertemuan rutin dan sosialisasi
peraturan-peraturan yang dilakukan pemerintah
Program pembinaan juga dapat dijadikan sarana untuk selalu mengingatkan hak dan
kewajiban serta sangsi yang diterapkan bila PKL melanggar selama beroperasi dikawasan
Samanhudi
41
Program pembinaan memberikan keuntungan kepada PKL dan pemerintah PKL
mendapatkan peningkatan kemampuan dan pemerintah mendapat sarana sosialisasi
Pemberian bantuan modal ini tidak ditujukan kepada semua pedagang kaki lima tetapi
diberikan kepada beberapa pelaku usaha yang memiliki potensi dan criteria yang telah
ditentukan
Pemerintah dalam memberikan bantuan modal ini juga harus bekerja sama dengan
instansi-isntansi lain yang terkait
Pemberian modal dari pihak swasta sangat disarankan
Konsep ini memberikan keuntungan kepada pihak PKL berupa bantuan modal dengan
bunga ringan keuntungan laba pinjaman kepada pemberi modal dan bila pihak swasta
terlibat mendapatkan keuntungan berupa kesempatan untuk periklanan
E Konsep Kelembagaan Paguyuban Samanhudi
Paguyuban Samanhudi merupakan Kelembagaan yang memiliki kewenangan atau
keterikatan dengan pengelolaan dan pembinaan Pedagang Kaki Lima KoridorJalan
SamanhudiPaguyuban ini beranggotakan wakil PKL wakil pedagang formal wakil
pemerintah dari dinas Kebersihan dan Pertamanan Dinas Polisi Pamong Praja Dinas
Pariwisata Dinas Pendapatan dan Dinas LPMK Kabupaten Jemberserta pihak penengah
selaku penasehat dan pihak netral yang diwakili oleh pakar PKL dari universitas tokoh
masyarakat dan pakar PKL lainnya
Peran Paguyuban ini adalah sebagai forum diskusi dari semua pihak untuk menampung
aspirasi dan menetralisasi konflik yang terjadi sehingga setiap aspek dikoridor jalan
Samanhudi dapat melakukan koordinasi dan semua aspirasi dari semua pihak dapat
tersampaikan Fungsi paguyuban juga sebagai sarana mengikutsertakan semua pihak
terkait dalam membuat rancangan peraturan dan sosialisasi peraturan yang telah
ditetapkan pemerintah mengenai PKL kepada semua pihak terkait
Paguyuban juga berfungsi sebagai pihak pengawas bekerja sama dengan pihak kepolisian
dan pamong praja untuk mengawasi segala pelanggaran yang dilakukan oleh semua pihak
terkait Penerapan sangsi harus tegas dan diawasi oleh paguyuban sehingga tidak terjadi
rsquopenyelesaiandamairsquo dari pihak pelanggar dana para penegak peraturan
Paguyuban memberikan keuntungan kepada PKL pedagang formal pemerintah dan
masyarakat berupa kesempatan untuk menyalurkan aspirasi
41
353 Kajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit Kariyadi
Semarang
3531 Analisis Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar
Rumah Sakit dr Kariadi
Analisis karakteristik aktivitas PKL menggunakan metode deskriptif kuantitaif
dan distribusi frekuensi Analisis ini nantinya menunjang untuk analisis selanjutnya
yaitu analisis karakteristik berlokasi PKL Analisis ini meliputi lokasi aktivitas PKL
tempat usaha PKL jenis barang dagangan sarana fisik berdagang pola layanan pola
penyebaran serta status kepemilikan usaha Uraian dari masing-masing analisis
tersebu dipaparkan sebagai berikut
a Lokasi Beraktivitas
Sesuai dengan ruang lingkup spasial dari penelitian ini lokasi yang digunakan
PKL untuk memanfaatkan aktivitas kegiatan utama Rumah Sakit dr Kariadi adalah di
sepanjang penggal Jalan dr Kariadi sebagian Jalan Veteran dan sebagian Jalan dr
Soetomo Mereka berlokasi di penggalpenggal jalan tersebut dikarenakan jalan
tersebut merupakan batas dari kawasan fasilitas kesehatan dan merupakan jalan arteri
sekunder kolektor sekunder dan lokal sekunder yang ramai orang berlalu lalang
lintas kendaraan serta dilewati jalur angkutan umum Kondisi tersebut ditangkap oleh
PKL sebagai peluang untuk mendapatkan konsumen dengan memanfaatkan tingkat
kunjungan yang tinggi dari aktivitas kegiatan utama serta orang yang lalu lalang yang
melintas di penggal jalan-jalan tersebut Untuk lebih jelas mengenai lokasi PKL dapat
dilihat pada Gambar berikut
41
Gambar 33
Lokasi Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Pada lokasi tersebut terbagi menjadi spot-spot yang menjadi lokasi PKl
berdasarkan penggal jalan yang telah disebutkan sebelumnya yaitu Jalan dr Kariadi
Jalan Veteran dan Jalan dr Soetomo Spot-spot tersebut memiliki karakteristik
masing-masing baik dari sisi aktivitas dan ruang usaha PKL maupun dari karakteristik
berlokasinya Di penggal Jalan dr Kariadi terdapat beberapa bagian yang merupakan
lokasi larangan untuk PKL lokasi yang diperbolehkan untuk menggelar dagangan
PKL serta PKL binaan kelurahan yang dikenal dengan istilah PKL orange Pada Jalan
Veteran yang diminati oleh PKL berada di sisi selatan jalan Lokasi tersebut juga
diperbolehkan untuk berdagang PKL sebagai kompensasi penggantian lokasi
penggusuran PKL yang berasal dari Jalan dr Kariadi sisi barat Lokasi yang
seharusnya bersih dari PKL adalah Jalan dr Soetomo karena merupakan jalur merah
Namun lokasi ini tetap diminati untuk berlokasi PKL diantaranya dikarenakan tidak
adanya lokasi lain serta lokasinya yang strategis Kestrategisan tersebut dilihat dari
status jalan yang merupakan jalan utama penghubung ke pusat-pusat aktivitas lainnya
serta akses ke pusat kota maupun ke luar kota sehingga frekuensi kendaraan yang lalu
lalang tinggi Selain itu lokasinya yang dekat dengan kegiatan utama yang ada di
sekitarnya seperti Rumah sakit dr Kariadi perkantoran ataupun permukiman Hal
tersebut dimanfaatkan PKL sebagai peluang mendapatkan konsumen
b Tempat Usaha
41
Lokasi yang diminati PKL tidak menyediakan tempat khusus untuk berdagang
PKL sehingga mereka menggunakan ruang-ruang publik untuk tempat usahanya
seperti di trotoar di atas saluran drainase bahu jalan dan badan jalan Dengan
difungsikannya ruang-ruang publik tersebut menjadi tempat berdagang bagi PKL
berakibat menurunnya fungsi ruang publik tersebut mengurangi citra kawasan serta
menurunnya kualitas lingkungan Oleh pemerintah kota ruang-ruang publik tersebut
dimanfaatkan untuk tempat usaha PKL karena diperlukan tempat usaha di lokasi
tersebut Hal ini sebagai upaya pemerintah untuk mewadahi aktivitas tersebut
Tempat-tempat tersebut dilegalkan menjadi tempat usaha yang diperuntukkan bagi
PKL sesuai dengan peraturan daerah nomor 11 tahun 2000 tentang PKL yang
notabene bertolak belakang dengan peraturan daerah lainnya yang mengatur tentang
ketertiban keindahan dan pertamanan Persentase PKL yang menempati ruang-ruang
publik dapat dilihat pada Gambar berikut ini
Gambar 34
Persentase Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Terdapat pula PKL yang tidak mendapat izin tempat usaha berdagang
khususnya PKLyang berlokasi di daerah larangan untuk PKL serta berdagang pada
waktu yang tidak diperbolehkan sehingga mereka tidak ditarik retribusi dan sewaktu-
waktu dapat ditertibkan oleh aparat penegak tata tertib Namun ketidaktertiban aparat
PKL yang tidak mendapat izin tersebut kadang-kadang juga dipungut retribusi yang
diistilahkan dengan uang keamanan namun frekuensinya tidak teratur PKL dalam
golongan ini jumlahnya minoritas jika dibandingkan dengan PKL yang mendapat izin
tempat usaha Berikut sketsa sebaran PKL menurut tempat usahanya yang dapat
dilihat pada Gambar
41
Gambar 35
Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
c Jenis Barang Dagangan
Dagangan mayoritas yang diperdagangkan oleh PKL di sekitar Rumah Sakit
dr Kariadi adalah jenis barang dagangan makanan seperti warung tegal bakso soto
es buah dan makanan kecil Jenis dagangan tersebut diminati karena PKL mencoba
menangkap aktivitas kegiatan utama yang banyak membutuhkan jenis barang
dagangan makanan
Jenis barang dagangan yang paling minoritas diperdagangkan adalah buah-
buahan Jenis dagangan inipun hanya dijumpai di penggal Jalan dr Kariadi karena di
penggal jalan tersebut terdapat pintu masuk pengunjung rumah sakit Jenis barang
dagangan ini biasanya digunakan sebagai cangkingan atau oleh-oleh untuk membesuk
pasien Namun jenis dagang ini kurang diminati pedagang dikarenakan barangnya
yang mudah busuk tidak mempunyai tempat penyimpanan khusus seperti kulkas
relatif mahal karena rata-rata buah impor serta konsumennya relatif sedikit
Kekurangminatan pedagang untuk menjual jenis dagangan ini dapat dilihat dari
sedikitnya jumlah PKL yang menjual dagangan ini
Jenis barang dagangan lain yang banyak diperdagangkan adalah kelontong
karena berjualan bermacam-macam jenis barang dari rokok makanan kecil air
kemasan bahkan sampai barang kebutuhan mereka yang beraktivitas di kegiatan
41
utama yaitu rumah sakit seperti untuk kebutuhan penunggu pasien yaitu tikar kipas
termos untuk air panas dan jenis barang lainnya
Jenis dagangan yang lain merupakan jenis barang dagangan yang umum
diperdagangkan atau jenis barang dagangannya hampir ada setiap ruas jalan-jalan
besar lokasi PKL lainnya di kota besar yang kebanyakan termasuk dalam jenis barang
dagangan non makanan dan jasa pelayanan seperti warung telekomunikasi bensin
tambal ban voucher pulsa fotocopy Untuk jasa pelayanan fotocopy yang banyak
tersebar di kawasan tersebut terkait dengan adanya kegiatan utama berupa fasilitas
pendidikan seperti Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro akademi
keperawatan dan farmasi sedangkan untuk jenis dagangan umum lainnya terkait
adanya permukiman di sekitar lokasi tersebut Namun ada barang dagangan yang khas
yaitu nisan karena lokasi sekitar Rumah sakit dr Kariadi terdapat tempat pemakaman
umum yang cukup besar yaitu TPU Bergota
Jenis dagangan yang dijual dapat dikatakan tidak semata hanya melayani
untuk aktivitas yang terkait dengan Rumah Sakit dr Kariadi namun juga melayani
terhadap aktivitas lainnya disekitar Rumah Sakit dr Kariadi seperti fasilitas
pendidikan permukiman pemakaman serta perkantoran bahkan aktivitas transportasi
seperti kebutuhan supir angkutan umum dan supir taxi Untuk lebih jelas mengenai
perbandingan jumlah PKL menurut jenis barang dagangan di masing-masing penggal
jalan dapat dilihat pada gambar berikut ini
Gambar 36
Karakteristik Jenis Barang Dagangan Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
41
d Sarana Fisik Berdagang
Masing-masing lokasi memiliki jenis sarana berdagang mayoritas yang
berbeda-beda Pada penggal Jalan dr Kariadi mayoritas PKL di penggal jalan tersebut
menggunakan kios sebagai sarana berdagangnya Kios-kios tersebut awalnya
merupakan warung semi permanen yang disekat-sekat Namun seiring dengan
perkembangan waktu dan adanya praktek sewa tempat usaha maka warung tersebut
dibangun permanen oleh pemiliknya bahkan diantaranya ada yang dilengkapi dengan
kamar mandi serta ruang tidur Hal tersebut dikarenakan sebagian kios juga dijadikan
sebagai tempat tinggal pemiliknya Asal pedagang yang dari luar Kota Semarang serta
biaya yang mengontrak relatif mahal sehingga menjadikan kiosnya sebagai sarana
usaha serta tempat tinggal sekaligus Sarana dagang tersebut telah menyimpang dari
peraturan daerah tentang PKL Latar belakang pendidikan PKL yang sebagian rendah
kemungkinan menjadi penyebab kurangnya pemahaman pedagang terhadap produk
hukum tersebut atau memang mengerti namun sengaja dilanggar karena tidak adanya
upaya pemerintah untuk menertibkan sarana berdagang yang telah melanggar
peraturan tersebut Selain itu ketidaktergantungan PKL terhadap ketersediaan
prasarana penunjang menjadikan PKL dalam beraktivitas tidak mempertimbangkan
aspek tersebut
Selain kios sarana dagangan yang banyak diminati adalah gerobak tenda yaitu
sarana dagangan utamanya gerobak yang ditunjang dengan tenda yang biasanya untuk
tempat makan konsumen Sarana dagang ini dianggap praktis karena mudah
dibongkar pasang serta dipindahkan Terlebih sarana dagang ini sesuai dengan
himbauan pemerintah dalam Perda No 11 tahun 2000 yaitu sarana PKL adalah yang
mudah untuk dibongkar serta dipindahkan
Lain halnya dengan PKL di penggal Jalan dr Soetomo mereka lebih banyak
menggunakan gerobak Hal tersebut dikarenakan lokasi tersebut merupakan lokasi
larangan untuk PKL tapi mereka tetap bertahan di lokasi tersebut dengan alasan tidak
tersedia tempat lain yang strategis untuk berjualan Dengan menggunakan gerobak
memudahkan mereka untuk lari atau berpindah tempat jika ada penertiban oleh aparat
penegak tata tertib
Di penggal Jalan Veteran sama halnya dengan sarana fisik yang digunakan
berdagang oleh PKL di penggal Jalan dr Kariadi Mereka mayoritas menggunakan
41
sarana berdagang berupa kios Mereka menggunakan sarana fisik dagangan kios
permanen yang dianggap aman karena memperoleh izin tempat usaha dari pihak
terkait untuk berdagang Namun sarana dagang yang dibuat permanen tersebut tidak
sesuai dengan perda tentang PKL yang mengharuskan sarana dagang pedagang kaki
lima yang mudah dibongkar dan dipindah-pindah
Sarana fisik dagangan yang kurang diminati adalah mobil Walaupun cukup
fleksibel untuk berpindah-pindah namun biaya untuk operasional sehari-hari cukup
mahal seperti bahan bakar perawatan mobil ataupun untuk pengadaan unit mobil itu
sendiri Hanya terdapat satu PKL yang menggunakan sarana dagangan ini yaitu
berada di penggal Jalan dr Kariadi Namun karena pada waktu penyebaran kuesioner
pedagang ini tidak berada di lokasi maka tidak masuk menjadi responden
e Pola Layanan
Untuk pola pelayanan terdapat tiga aspek yang dibahas yaitu mengenai waktu
layanan
aktivitas PKL serta sifat layanan Berikut uraian dari analisis pola pelayanan tersebut
1 Waktu Layanan
Sesuai waktu aktivitas kegiatan utama yang rata-rata pagi hingga sore hari
seperti fasilitas pendidikan perkantoran serta jam berkunjung dan pemeriksaan rumah
sakit maka mayoritas PKL membuka usahanya pada waktu tersebut yaitu sekitar
pukul 0900 hingga pukul 1600 Namun khusus yang berada di penggal Jalan dr
Kariadi yaitu di sekitar pintu masuk dan lokasi larangan untuk PKL hanya
diperbolehkan untuk berjualan pada sore hingga malam hari yaitu biasanya mereka
membuka usahanya sekitar pukul 1600 hingga 0000 Terdapat beberapa PKL yang
waktu usahanya menyesuaikan dengan waktu pelayanan rumah sakit yang buka 24
jam atau sepanjang hari Hal tersebut dilakukan menangkap peluang menjajakan
barang dagangan untuk kebutuhan aktivis rumah sakit seperti penunggu pasien
pengunjung atau petugas piket atau jaga serta tidak menutup kemungkinan pembeli
dari pengendara yang lalu lalang atau supir transportasi umum
Hal tersebut juga berlaku di penggal jalan yang lain dimana mayoritas
membuka usahanya pada pagi hingga sore hari Hanya minoritas yang membuka
usaha pada sore hingga malam hari serta sepanjang hari Faktor lain yang dapat
mempengaruhi waktu aktivitas PKL selain menyesuaikan waktu aktivitas kegiatan
utama adalah kepemilikan usaha yang merupakan milik pribadi sehingga mereka
membuka usahanya sesuai keinginan mereka
41
Terdapat pula fenomena satu lokasi ditempati oleh dua PKL dengan waktu
layanan yang berbeda PKL yang beraktivitas pada pagi hingga sore mencoba
menagkap peluang dari kunjungan ke kegiatan utama seperti rumah sakit fasilitas
pendidikan perkantoran serta perdagangan informal dan tidak menutup orang yang
lalu lalang melewati jalan-jalan tersebut Lokasi yang dianggap strategis serta
berprospektif tersebut digunakan oleh PKL lain untuk berjualan di tempat yang sama
Hal tersebut dimanfaatkan PKL untuk menangkap peluang dari kegiatan rumah sakit
serta orang yang lalu lalang Selain itu juga menangkap konsumen dari penumpang
bus malam yang melewati Jalan dr Soetomo dimana di jalur tersebut terdapat halte
serta konsumen dari supir angkutan umum yang sedang istirahat sejenak Berikut
pemetaan PKL menurut waktu berdagangnya
Gambar 37Peta Sebaran Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Menurut Waktu Layanan
2 Sifat Layanan
Dari gambar di bawah ini dapat disimpulkan bahwa mayoritas PKL di sekitar
Rumah Sakit dr Kariadi memiliki sifat layanan menetap baik dari segi tempat
berdagangnya yang tetap serta waktu berdagangnya yang sama setiap harinya hal ini
nampak pada sarana fisik dagangan para PKL tersebut yang berupa kios yang
memang tidak bisa dipindah-pindah atau permanen Hanya 13 yang memiliki sifat
layanan semi menetap Berikut persentase PKL menurut sifat layanannya
41
Gambar 38Persentase Sifat Layanan Pedagang Kaki LimaDi Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Sifat layanan semi menetap biasanya PKL yang tempat usahanya yang
merupakan gabungan antara menetap dengan keliling yaitu pada awal waktu
berdagang pada lokasi yang sama tiap harinya namun jika belum habis dagangannya
mereka berkeliling serta jam berdagang yang tidak tetap tiap harinya terkadang hanya
sampai siang karena dagangannya habis Sisanya yang 2 berjualan secara
berkeliling yang diantaranya bertujuan untuk mendekati konsumen serta
memanfaatkan waktu-waktu puncak kegiatan utama rumah sakit seperti waktu
kunjungan menjenguk pasien
f Pola Penyebaran
Pola penyebaran PKL mayoritas mengikuti pola jalan yang ada yaitu linier
Mereka berjualan di bahu-bahu jalan bahkan ada yang berada di atas saluran drainase
Selain itu pola penyebaran tersebut terbentuk karena lokasi yang diperbolehkan untuk
PKL menempati trotoar trotoar sepanjang jalan yang secara otomatis membentuk
linier Alasan lainnya yang diungkapkan oleh pedagang adalah agar dagangannya
mudah dilihat oleh orang yang lalu lalang Namun terdapat beberapa PKL yang
berjualan secara aglomerasi dengan PKL yang berjualannya bergerombol di dekat
pintu masuk pengunjung Rumah Sakit dr Kariadi seperti yang dapat dijumpai di Jalan
dr Kariadi yaitu bergerombol di sekitar pintu masuk pengunjung rumah sakit serta di
Jalan dr Soetomo yang bergerombol di dekat pintu masuk UGD dan pintu masuk ke
Gedung Pavilliun Garuda Hal tersebut dimaksudkan untuk mendekati pengunjung
yang akan masuk ke rumah sakit Hanya sebagian kecil saja yang lokasinya berjauhan
dengan PKL lainnya atau menyebar untuk mengurangi persaingan dengan PKL
lainnya
41
g Kesimpulan Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar
Rumah Sakit dr Kariadi
Tempat usaha tidak terdapatnya tempat yang dikhususkan untuk PKL pemerintah
memfasilitasinya dengan memperbolehkan menempati ruang-ruang publik seperti
trotoar badan atau bahu jalan serta di atas saluran drainase melalui Perda no 11 tahun
2000 Namun hal ini dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan
serta visual kawasan dan tidak optimalnya ruang publik tersebut Mayoritas PKL di
kawasan tersebut telah mengantongi izin tempat usaha dari kelurahan selaku pihak
berwenang
Jenis barang dagangan karakteristik jenis barang dagangan PKL pada umumnya
mengikuti kebutuhan kegiatan utama yaitu aktivitas Rumah Sakit dr Kariadi dan
sekitarnya seperti fasilitas pendidikan perkantoran perdagangan informal
permukiman dan pemakaman Jenis barang dagangan yang mayoritas diperdagangkan
berupa makanan Jenis barang dagangan yang diperdagangkan adalah non makanan
buah-buahan jasa pelayanan serta kelontong Terkait dengan kegiatan utama terdapat
beberapa jeni barang dagangan yang spesifik seperti termos tikar kipas guna
memenuhi kebutuha penunggu pasien
Sarana fisik dagangan mayoritas berupa kios yang dibangun permanen serta
gerobak tenda Menggunakan kios dikarenakan lokasinya yang telah dilegalkan untuk
aktivitas PKL serta terkait pola layanan yang menetap serta pada waktu berdagang
yang tetap Sedangkan gerobak tenda banyak digunakan oleh pedagang makanan
dimana tendanya digunakan sebagai tempat untuk konsumen Untuk bangunan
permanen diantaranya digunakan sebagai tempat tinggal Ketidakketergantungan
PKL terhadap prasarana penunjang sehingga PKL tidak mempertimbangkan aspek
tersebut karena mereka dapat mengusahakan sendiri
Pola pelayanan dari segi waktunya mengikuti waktu aktivitas kegiatan utama yaitu
pagi hingga sore hari sekitar pukul 0900 ndash 1600 serta telah mendapat izin tempat
usaha dari pihak berwenang namun terdapat pula PKL yang beraktivitas sore hingga
malam hari yaitu pukul 1600 ndash 0000 serta sepanjang hari Sifat layanannya menetap
mengingat mayoritas bersarana fisik dagangan berupa kios serta waktu berdagang
yang relatif tetap
Pola penyebaran mayoritas secara linier yaitu mengikuti pola jalan karena lokasi
yang dilegalkan untuk PKL oleh pemerintah menempati ruang-ruang publik seperti
trotoar di atas saluran drainase dan bahu jalan yang notabene mengikuti pola jalan
41
Selain itu terdapat sebagian beraglomerasi di sekitar pintu masuk rumah sakit yang
bertujuan untuk mendekati konsumen dan sisanya menyebar agar mengurangi
saingan
ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun
menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan
Samanhudi dengan kawasan PKL lain
ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL
ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun
dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja
namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang
namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan
ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa
jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan
harga antara pedagang formal dan PKL
ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan
pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak
penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi
antar pihak
ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai
dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan
perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang
informal
ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan
persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL
ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan
dalih keamanan
ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan
pejalan kaki dan pengendara kendaraan
ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki
ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL
ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan
ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa
harus saling menumpuk
41
ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak
Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini menjadi
jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen
41
Pengelolaan PKL
Pengelolaan PKL di Bundaran
Simpang Lima
Lima Semarang
Pengelolaan PKL di
Kabupaten Jember
Pengelolaan PKL di Kawasan Sekitar Rumah
Sakit dr Kariadi Semarang
Mengakui keberadaan PKL dengan
menuangkannya di dalam produk-
produk tata ruang
Penegakan peraturan
perundagangan yang terkait
dengan PKL
Menjalin kerjasama dengan sektor
formal dalam menyediakan ruang
bagi PKL
Menyediakan ruang perkotaan
yang dikhususkan bagi sektor
informal
Peningkatan citra PKL
Pengakuan terhadap eksistensi PKL
Control terhadap dana bantuan
Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo
Penindakan tegas kepada oknum yang
melakukan perampasan hak pada PKL
dengan dalih keamanan
Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk
menampung aktivitas PKL dan pejalan
kaki
Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan
jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir yang tepat
Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal
Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan
jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir
Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL
dan konsumen yang aman dari gangguan
pejalan kaki dan pengendara kendaraan
41
36 Temuan Studi
Temuan studi ini dimana akan menjawab sasaran yang disesuaikan dari contoh kasus yang ada di Indonesia Berikut adalah tabel matrik temuan
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
Mengetahui
permasalahan
PKL di jalur
pejalan kaki
Keberadaan sektor PKL yang menempati ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima memakai separuh lebih lebar trotoar bahkan seringkali tidak menyisakan sedikit pun ruang untuk pejalan kaki Ruang-ruang trotoar menjadi tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya sebagai ruang pemisah antara ruang yang digunakan untuk sirkulasi pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan Ruang-ruang trotoar tersebut banyak yang beralih fungsi menjadi lokasi berdagang PKL
Peralihan fungsi trotoar ini menyebabkan terganggunya aktivitas pejalan kaki sehingga pejalan terpaksa harus menggunakan jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk berjalan guna menghindari berbagai hambatan di atas trotoar Hal ini menyebabkan pejalan kaki terpaksa harus berhati-hati jika melangkah terkadang juga harus mengalah berjalan pada ruang-ruang jalur lambat dan sebagian badan jalan Kondisi ini sangat tidak aman dan
Masalah yang utama itu dari setiap
pedagang kaki lima di Jalur Pejalan Kaki
di Jalan Samanhudi Jember yaitu
Penggusuran Para PKL liar yang tidak
memiliki TDU(Tanda Daftar Usaha)
mereka biasanya akan di gusur dengan
peringatan yang di berikan sampai di
laksanakan penggusuran paksa padahal
Pedagang kaki lima merupakan salah satu
solusi akan masalah tingginya angka
pengangguran dan sedikitnya lapangan
kerja bagi masyarakat berpendidikan
rendah seperti mereka Pemerintah dalam
hal ini tidak dapat menyediakan lahan
pengganti bagi mereka untuk melanjutkan
usaha mereka jika pun ada pemerintah
menyediakan lahan-lahan yang letaknya
kurang strategis yang secara pasti
menurunkan dan mematikan pendapatan
yang mereka dapatkan dan akhirnya
Legalitas lokasi aktivitas
PKL yang biasanya ditempatkan
di dalam ruang publik seperti di
atas trotoar di atas saluran
drainase taman dan ruang publik
lainnya patut dipertanyakan
karena ketidakberdayaannya
peraturan tersebut dalam
menangani PKL Sebagai contoh
di sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi legalitas lokasi untuk
aktivitas PKL yang linier di
sepanjang jalan yang bertempat di
atas drainase Dalam aspek
apapun hal tersebut tidak dapat
dilegalkan terlebih tidak ada
penjelasan mengenai luasan atau
desain yang diperbolehkan PKL
untuk menggelar dasaran pada
dimensi saluran drainase yang
PKL yang menempati
ruang-ruang trotoar
menyebabkan
terganggunya aktivitas
pejalan kaki
Pemerintah tidak dapat
menyediakan lahan
pengganti
Legalitas lokasi aktivitas
PKL yang biasanya
ditempatkan di dalam
ruang publik seperti di atas
trotoar di atas saluran
drainase taman dan ruang
publik patut
dipertanyakan
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
nyaman bagi pejalan kaki ataupun bagi pengendara kendaraan bermotor karena mengganggu arus lalu lintas dan membahayakan keselamatan jiwa mereka hal seperti ini dapat kita lihat di depan dan di samping Masjid Baiturrahman di depan Citraland Mall di depan dan di samping Plasa Simpang Lima di depan dan di samping Kompleks Pertokoan Simpang Lima di depan dan di samping Ramayana Super Center di depan dan di samping SMKN 7 SemarangKantor Telkom dan di depan Gajahmada Plaza
Pemilihan lokasi PKL dipengaruhi oleh kecenderungan aktivitas PKL yang selalu menentukan lokasi mendekati pusat-pusat keramaian atau pusat-pusat perdagangan dan jasa dan lokasi-lokasi yang sering dikunjungi oleh orang banyak dalam kurun waktu tertentu secara periodik dan menerus Alasan inilah yang kemudian mendasari penentuan lokasi PKL Kawasan Bundaran Simpang Lima untuk berjualan di trotoar karena ruang-ruang jalur pedestrian inilah yang
mereka harus gulung tikar dan menjadi
pengangguran yang semakin menambah
permasalahan di Indonesia Pemerintah
harus mencari cara dan tempat yang baik
untuk mereka berdagang ditengah modal
mereka yang kecil agar di sisi lain semua
para pedagang kaki lima tidak hilang
lapangan kerjanya dan bias melanjutkan
kelangsungan hidupnya
ada Selain itu PKL juga
menempati trotoar yang
mengakibatkan bertambahnya
permasalahan yang terdapat di
lokasi tersebut Imbas secara
langsung dirasakan oleh
pengguna trotoar yaitu pedestrian
ketidaknyamanan bahkan tidak
adanya lagi ruang untuk berjalan
di atas trotoar acapkali menjadi
konsekuensi pedestrian yang
trotoarnya diserobot PKL
Aglomerasi aktivitas PKL yang
berlokasi di sekitar pintu masuk
pengunjung Rumah Sakit dr
Kariadi menyebabkan
penumpukan aktivitas seperti
aktivitas keluar masuk
pengunjung aktivitas jual beli
antara PKL dengan konsumen
lalu lintas kendaraan yang sedang
melewati Jalan dr Kariadi serta
angkutan umum yang sedang
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
dianggap sebagai lokasi yang ramai dikunjungi oleh pejalan kaki yang melakukan pergerakan dalam mencapai tempat tujuan perjalanannya Begitu juga dengan ruang Lapangan Pancasila karena selalu ramai dikunjungi pada hari-hari libur dengan rata-rata pengunjung mencapai 51 ndash 100 oranghari dikarenakan kedudukannya sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya
berhenti mencari penumpang
Sekali lagi permasalahan tersebut
disikapi oleh pemerintah dengan
penertiban dan penggusuran yang
hampir tidak pernah berakhir
manis
Mengetahui
peranan PKL
Kehadiran PKL di Kawasan
Bundaran Simpang Lima juga mampu
menciptakan kehidupan yang menerus
sehingga terhindar dari kematian
kawasan pada saat tertentu akan tetapi
di sisi lain kehadiran PKL
menyebabkan ketidakteraturan
kekumuhan dan kualitas fisik yang
buruk sehingga merusak wajah kota
Selain itu PKL yang berjualan di
Lapangan Pancasila pada malam hari
dengan kehidupan malam dan wanita-
wanita penghibur yang berdandan tebal
Tempat pedagang kaki lima bagi
Masyarakat dijalan Samanhudi Jember
sangat penting sebagai penyedia kebutuhan
yang dibutuhkan oleh Masyarakat Jember
Pedangan kaki lima sangat mempengaruhi
pola pasar dan sosial di Jember khususnya
didaerah Jalan Samanhudi Dalam bidang
perekonomian pedagang kaki lima hanya
berpengaruh sebagai produsen yang
penting bagi Masyarakat Jember
mengingat akan Meningkatnya jumlah
Penduduk Mereka cenderung lebih
memilih membeli pada pedagang kaki lima
Usaha PKL yang terus
berkembang pesat menarik PKL
untuk mempekerjakan karyawan
selain tenaga yang dibutuhkan
memang tidak bisa dikerjakan
sendiri terdapat pula pemilik
modal yang menyewa tempat
usaha namun dijadikan usaha
sampingan sehingga tidak
mengelola secara langsung
usahanya namun dengan
mempekerjakan karyawan PKL
yang statusnya sebagai karyawan
Pedangan kaki lima sangat
mempengaruhi pola pasar
dan sosial
harga yang PKL tawarkan
lebih murah dibandingkan
dengan harga di mall
grosir maupun indogrosir
sebagai salah satu
alternatif lapangan
pekerjaan bagi masyarakat
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
menciptakan kesan negatif dan
memperburuk citra kawasan
daripada membeli di supermarket yang
sudah merajalela di kota Jember pada saat
ini mall atau grosir maupun indogrosir
yang banyak tersebar di kota Jember
dikarenakan harga yang mereka tawarkan
lebih murah
sebanyak 10 dimana karyawan
tersebut memanfaatkan PKL
sebagai lapangan pekerjaan
Sehingga bekerja sebagai
karyawan PKL dapat dikatakan
sebagai salah satu alternatif
lapangan pekerjaan bagi
masyarakat
Mengetahui
pola aktivitas
PKL dijalur
pejalan kaki
Aktivitas PKL sendiri
memiliki kecenderungan untuk
menempati ruang ruang antar aktivitas
yang selalu ramai dilewatidikunjungi
oleh banyak orang dalam melakukan
pergerakan perpindahan dari aktivitas
satu ke aktivitas yang lain atau dari
bangunan perdagangan modern satu ke
bangunan perdagangan modern yang
lain secara periodik dalam rentang
waktu tertentu sehingga kemudian
pilihan ini jatuh kepada jalur-jalur
pedestrian yang notabene merupakan
ruang-ruang terbuka publik yang
PKL berdagang dengan menempati
tempat yang tetap dan tidak berpindah-
pindah
Modal dan aset sebagian besar adalah
milik sendiri
Berdagang di Samanhudi merupakan
usaha utama
Alat peraga PKL pada kawasan ini
dapat dibedakan menjadi
ndashAlat peraga semi permanen dari kayu
dan tenda yang bersifat menetap
ndashAlat peraga dengan bangku meja dan
tenda sekaligus sebagai tempat tinggal
ndashAlat peraga beroda namun menetap
Pola Aktivitas pelayanan PKL di
kawasan sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi pada umumnya melayani
pengunjung rumah sakit namun
tidak menutup kemungkinan
konsumennya adalah pengendara
atau orang yang sedang melintasi
jalan tersebut tanpa bermaksud
untuk masuk ke rumah sakit
Selain itu konsumen
yang berasal dari sekitar lokasi
PKL seperti penduduk
permukiman di sekitarnya
pekerja yang bekerja di sektor
Aktivitas PKL memiliki
kecenderungan untuk
menempati ruang ruang
antar aktivitas yang selalu
ramai dilewatidikunjungi
oleh banyak orang dalam
melakukan pergerakan
perpindahan dari aktivitas
satu ke aktivitas yang lain
atau dari bangunan
perdagangan modern satu
ke bangunan perdagangan
modern
Saat berjualan alat peraga
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
seyogyanya digunakan oleh pejalan
kaki Keberadaan ruang trotoar yang
semakin sempit oleh penggunaan ruang
PKL membuat pejalan kaki
menjatuhkan pilihan untuk melakukan
perjalanan pada ruang-ruang seperti
jalur lambat dan sebagian badan jalan
sehingga mengurangi keamanan jiwa
dan kenyamanan pejalan kaki sendiri
serta pengguna jalan yang lain
(pengendara)
Kegiatan-kegiatan yang
dilakukan oleh pejalan kaki pada
ruang-ruang jalur pedestrian atau
trotoar di Kawasan Bundaran Simpang
Lima adalah kegiatan berjalan dan
berbelanja Sebagian dari pejalan kaki
hanya berjalan melintasi trotoar untuk
menuju lokasi tujuannya akan tetapi
ada pula sebagian dari pejalan kaki
yang berjalan sambil melihat-lihat
bahkan ada yang berbelanja pada PKL
ndashAlat peraga beroda namun menetap
dengan bangku dan meja
ndashHanya berupa matras sebagai alas
dagangan yang dapat berpindah
sewaktu-waktu
Alat peraga yang dipakai untuk usaha
tidak seragam dan tidak menggunakan
desain yang baik sehingga terkesan
kumuh kurang bersih dan sangat
mengganggu wajah kota dan menutup
fasade bangunan di belakangnya
Saat berjualan alat peraga kios
sebagian besar menempati badan jalan
dan trotoar
Saat tidak berjualan alat peraga kios
sebagian besar tetap di lokasi jualan
lama berjualan di Samanhudi sebagian
besar antara 6 ndash10 tahun
Terbanyak dari pedagang belum
pernah bekerja di sektor lain dan dari
semula telah menjadi PKL di
Samanhudidi bandingkan denga harga
yang ada di mall Pedagang
lain sehingga tidak ada batasan
pasti mengenai pola pelayanan
para PKL tersebut
Waktu beraktivitas para
PKL umumnya terbagi menjadi
dua sesi PKL yang pertama
adalah pedagang yang aktivitas
berdagangnya pada pagi hingga
siang hari Pedagang yang kedua
merupakan pedagang yang
mempunyai waktu layanan pada
sore hingga malam hari Namun
tidak menutup kemungkinan
terdapat beberapa PKL yang
berdagang dari pagi hingga
malam hari bahkan buka nonstop
mengingat rumah sakit
beraktivitas selama sehari penuh
sehingga mereka mengikuti
aktivitas sektor formal yang ada
di sekitarnya
Waktu berdagang
tersebut juga disesuaikan dengan
kios sebagian besar
menempati badan jalan
dan trotoar
Waktu beraktivitas para
PKL umumnya terbagi
menjadi dua sesi PKL
yang pertama adalah
pedagang yang aktivitas
berdagangnya pada pagi
hingga siang hari
Pedagang yang kedua
merupakan pedagang yang
mempunyai waktu layanan
pada sore hingga malam
hari Namun tidak
menutup kemungkinan
terdapat beberapa PKL
yang berdagang dari pagi
hingga malam hari bahkan
buka nonstop
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
izin usaha yang diberlakukan oleh
petugas kelurahan sebagai pihak
yang berwenang menangani PKL
Untuk lokasi yang dilarang untuk
PKL oleh PKL tetap digunakan
sebagai lokasi untuk berdagang
dengan waktu berdagang setelah
jam kerja yaitu sore hingga
malam hari
Mengetahui
Pengelolaan
PKL di jalur
pejalan kaki
dalam perkembangannya
pemerintah mengeluarkan SK
Walikota Kota Semarang No 511316
tahun 2001 tentang Penetapan Lahan
yang mengatur tentang lokasi-lokasi
dan waktu aktivitas PKL yang
diperbolehkan oleh pemerintah pada
Kawasan Bundaran Simpang Lima
agar tetap terjaga kerapihan dan
estetikakeindahan wajah kawasannya
yaitu PKL yang berjualan di depan
Kompleks Pertokoan Simpang Lima
depan Ramayana SC depan Kantor
Adanya pengakuan resmi dari
pemerintah terhadap PKL Samanhudi
sebagai salah satu sector ekonomi di
kawasan studi melalui surat keputusan
resmi Surat keputusan ini sekaligus
mengatur hak kewajiban dan
tanggung jawab PKL sebagai
kompensasi perubahan status yang
telah diberikan oleh pemerintah
Pedagang kaki lima perlu untuk
mendapatkan pembinaan dari
pemerintah Kabupaten Jember untuk
meningkatkan kemampuan wirausaha
Pemerintah Kota Semarang
berwenang dalam mengatur
keberadaan PKL di ruang Kota
Semarang seperti yang terdapat di
kawasan sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi dengan bentuk
pengelolaan lokasional (stabilitas
atau pengaturan) dan struktural
(perijinan) Dalam pengaturan
tersebut Pemerintah Kota
Semarang menggunakan dasar
hukum berupa Undang-Undang
Peraturan Pemerintah Peraturan
mengatur tentang lokasi-
lokasi dan waktu aktivitas
PKL yang diperbolehkan
oleh pemerintah agar tetap
terjaga kerapihan dan
estetikakeindahan wajah
kawasannya
Pedagang kaki lima perlu
untuk mendapatkan
pembinaan
Pedestrian dirancang ulang
dengan dilebarkan hingga
area parkiran street
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
TelkomSMKN 7 Semarang depan
Gajahmada Plaza dan depan Masjid
Baiturrahman boleh berjualan dari
pukul 1600 ndash 0400 WIB (khusus pada
Hari Minggu PKL diijinkan untuk
berjualan mulai pukul 0600 ndash 0800
WIB) menempati ruang trotoar dengan
luas areal 4 x 6 meter
Sampai dengan tahun 2008
PKL di Kawasan Bundaran Simpang
Lima mencapai 1536 pedagang dan
ada kecenderungan akan terus
meningkat dari tahun ke tahun (lihat
Tabel III4) Kecenderungan lokasi
PKL pada masa-masa yang akan
datang mengikuti kecenderungan dari
perkembangan aktivitas formal
kawasan yang ada demikian juga
kecenderungan waktu berdagangnya
Melihat kecenderungan aktivitas PKL
kawasan maka SK Walikota Kota
Semarang No 511316 tahun 2001
sudah tidak relevan lagi dan perlu
dan peningkatan kualitas barang
dagang dan pelayanan terhadap
pembeli konsumen sehingga bias
meningkatkan pendapatan dan
aktivitas pedagang kaki lima dapat
member nilai tambah serta dapat
memberkan peluang kerja yang dapat
mengurangi tingkat pengangguran di
Kabupaten Jember Bentuk pembinaan
berupa penyuluhan yang diberikan
berkala secara rutin Program
pembinaan diadakan oleh pemerintah
Paguyuban Samanhudi merupakan
Kelembagaan yang memiliki
kewenangan atau keterikatan dengan
pengelolaan dan pembinaan Pedagang
Kaki Lima KoridorJalan
SamanhudiPaguyuban ini
beranggotakan wakil PKL wakil
pedagang formal wakil pemerintah
dari dinas Kebersihan dan
Pertamanan Dinas Polisi Pamong
Praja Dinas Pariwisata Dinas
Daerah dan Surat Keputusan
Walikota Adapun dasar hukum
yang mengatur secara jelas
mengenai aktivitas PKL di Kota
Semarang yang berlaku saat ini
diantaranya adalah sebagai
berikut
1048707 Peraturan Daerah No 11 Tahun
2000 tentang Pengaturan dan
Pembinaan PKL Perda ini
menjelaskan tentang pengaturan
dan pembinaan PKL di Kota
Semarang seperti pengaturan
tempat usaha hak kewajiban dan
larangan untuk PKL Dalam
kaitannya dengan karakteristik
berlokasi aktivitas PKL
dijelaskan dalam Perda ini yang
terdapat dalam pasal 3 yaitu
penempatan lokasi kegiatan PKL
diatur dengan mempertimbangkan
tempat kepentingan untuk umum
lainnya seperti kepentingan untuk
sehingga jalur aktif
kendaraan tidak
mengalami penyempitan
mengatur keberadaan PKL
di ruang Kota dengan
bentuk pengelolaan
lokasional (stabilitas atau
pengaturan) dan struktural
(perijinan)
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
ditinjau kembali sesuai dengan
kecenderungan dan kebutuhan yang
ada di lapangan
Pendapatan dan Dinas LPMK
Kabupaten Jemberserta pihak
penengah selaku penasehat dan pihak
netral yang diwakili oleh pakar PKL
dari universitas tokoh masyarakat dan
pakar PKL lainnya
Penerapan tema khusus pada penataan
PKL kawasan studi agar mempunyai
cirri khas dan dapat mengangkat citra
kawasan dan meningkatkan daya tarik
kawasan Contoh produk khas
jember yang dapat diangkat sebagai
tema adalah tembakau rookk dan
cerutu mengingat Jember sebagai
penghasil tembakau terbesar di Jawa
Kegiatan khas Jember yang dapat
diangkat sebagai tema yaitu Jember
Fashion Carnaval Penerapan tema
dapat diaplikasikan pada sarana usaha
PKL finishing pedestrian perabot
kota dan elemen pendukung lainnya
Pedestrian dirancang ulang dengan
pejalan dan untuk sirkulasi
kendaraan Untuk lebih jelas
mengenai detail isi perda tersebut
dapat dilihat pada Lampiran F
1048707 Surat Keputusan Walikota
Semarang No 51136 Tahun
2001 tentang lokasi PKL di Kota
Semarang dimana di dalamnya
diantaranya mengatur luas area
batas pemakaian area waktu
aktivitas dan tempat aktivitas
PKL Ruas kanan Jalan dr
Kariadi dari arah Jalan Veteran
merupakan lokasi yang
diperbolehkan untuk aktivitas
PKL Lokasi tersebut menempati
trotoar serta bangunan berupa
semi permanen Untuk lebih jelas
mengenai detail isi SK tersebut
dapat dilihat pada Lampiran F
1048707 Perda No 6 Tahun 2004
tentang Rencana Detail Tata
Ruang Kota Semarang Bagian
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
dilebarkan hingga area parkiran street
sehingga jalur aktif kendaraan tidak
mengalami penyempitan Diberikan
perbedaan yang tegas antara ruang
PKL dan ruang pejalan kaki dan jalur
kendaraan berupa perbedaan tinggi
lantaiSehingga dikemudian hari kios
PKL tidak melebar ke segala sisi
Wilayah Kota (BWK) I
(Kecamatan Semarang Tengah
Semarang Timur dan Semarang
Selatan Tahun 2000-2010 Perda
tersebut menjelaskan mengenai
fungsi serta peran BWK I yang
terkait dengan sektor formal di
wilayah tersebut yaitu penjelasan
mengenai fasilitas kesehatan yang
berada khususnya di Kelurahan
Randusari Selain itu dijelaskan
pula kelas Jalan dr Kariadi Jalan
dr Soetomo dan Jalan Veteran
serta jalur transportasi yang
melaluinya
41
yang melingkarrdquo sepanjang ruang-ruang trotoar pada muka bangunan formal kawasan
mengikuti pola jaringan jalan utama kawasan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh aktivitas PKL pada sepanjang trotoar
kawasan dipengaruhi oleh penataan display berbagai jenis barang dagangan PKL yang
ditata sedemikian rupa berderet secara linier pada muka bangunan dan memanjang
mengikuti bentukan ruang trotoar sehingga mempermudah calon pembeli baik oleh
pejalan kaki maupun pengguna jalan yang lain (pengendara) untuk melihat dan memilih
jenis-jenis barang yang diinginkan
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik dengan tujuan berbelanja pada PKL yang
berjualan di tepi Lapangan Pancasila membentuk pola rdquolinier yang melingkarrdquo mengkuti
sistem sirkulasi utama kawasan yang membentuk loop dengan muara sirkulasi pada
lapangan Pola pemanfaatan yang linier dipengaruhi oleh penataan display barang
dagangan yang ditata sedemikian rupa secara linier pada tepi Lapangan Pancasila (trotoar
lapangan) berhadaphadapan dengan sirkulasi pengunjung PKL yang berada pada tengah
ruang trotoar sebagai ruang yang tersisa dari kedua sisi ruang yang digunakan oleh PKL
Pola pemanfaatan ruang yang rdquomelingkarrdquo dipengaruhi oleh bentukan ruang yang
persegi membulat dengan trotoar sebagai pembingkai ruang lapangan Pemanfaatan yang
melingkar ini dibentuk oleh pergerakan pengunjung PKL yang menerus tanpa terputus
pada ruang trotoar tepi Lapangan Pancasila
c Pemanfaatan Berdasarkan Tujuan Melakukan Aktivitas Olahraga Rekreasi dan
Hiburan Berbelanja Pada PKL di Tengah Lapangan Pancasila
Pola pemanfaatan ruang Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk melakukan aktivitas
olahraga rekreasi dan hiburan serta berbelanja pada PKL yang berjualan di tengah
Lapangan Pancasila memiliki pola pergerakan rdquocurvelinierrdquo Aktivitas-aktivitas ini
cenderung dilakukan secara berkelompok mengingat daya tampung ruang lapangan yang
cukup besar sehingga memungkinkan untuk pergerakan yang bebas dan santai dengan
suasana rekreatif dengan arah pergerakan yang tidak beraturan dikarenakan tanpa adanya
bentukan fisik pembatas antaraktivitas kegiatan Aktivitas olahraga yang seringkali
dilakukan menempati ruang Lapangan Pancasila adalah olahraga sepak bola dimana
olahraga ini biasa dilakukan secara berkelompok dengan pergerakan yang tidak beraturan
pada ruang
Sedangkan pergerakan aktivitas rekreasi dan hiburan yang juga cenderung dilakukan
secara berpasanganberkelompok ini dipengaruhi oleh tujuannya untuk melihat-lihat
pemandangansuasana kawasan sehingga membentuk pola pergerakan yang tidak
41
beraturan dan berkelok-kelok dengan sesekali berhenti untuk mengagumi view atau
sekedar untuk mengobrol
Pola pergerakan pejalan kaki pada ruang Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk
berbelanja pada PKL di tengah lapangan mempunyai pola pergerakan rdquocurvelinierrdquo
dipengaruhi oleh bentukan ruang lapangan yang persegi membulat dengan daya tampung
ruang cukup besar dan sistem sirkulasi pengunjung yang memungkinkan arah pergerakan
dengan bebas Aktivitas PKL yang memiliki kecenderungan berkelompok berdasarkan
jenis barang yang diperdagangkan ini berdampak pada penataan display barang sehingga
sistem sirkulasi pengunjung PKL pun pada akhirnya mengikuti pola pemanfaatan ruang
oleh aktivitas PKL dengan pergerakan yang tidak beraturan pada ruang (curvelinier)
dengan suasana rekreatif dan santai
Dengan adanya pergerakan pejalan kaki Kawasan Bundaran Simpang Lima yang
rdquomenerus dan melingkarrdquo membentuk linkage seyogyanya pejalan kaki diberikan ruang
yang layak demi keamanan dan kenyamanan pejalan dan pengguna jalan yang lain
Dengan kecenderungan sifat manusiawi pejalan yang enggan melakukan perjalanan
dengan permukaan yang naik atau menaik solusi yang ditawarkan tentu tidak bisa berupa
jembatan penghubung antarbangunan Sebab selain memerlukan biaya yang tidak sedikit
dapat menghalangi pandanganview suatu kawasan berpotensi menggunakan sebagian
ruang terbuka publik itu sendiri dan keengganan pejalan berjalan pada permukaan yang
naik sebagai sifat dasar pejalan kaki maka alangkah lebih baiknya apabila solusi yang
ditawarkan sebagai ruang untuk pejalan kaki kawasan di luar konteks teknologi adalah
berupa subway yaitu ruang publik untuk pejalan kaki yang dibangun di bawah tanah yang
menjadi penghubung antarbangunan dengan karakteristik berupa terowongan di bawah
tanah bebas dari sirkulasi kendaraan kawasan bebas dari kebisingan akibat intensitas lalu
lintas kawasan yang cukup tinggi mampu menjadi alternatif ruang untuk PKL dan parkir
off street kawasan sekaligus sebagai jalur pedestrian kawasan
41
352 Kajian PKL di Jalur Pejalan Kaki di Jalan Samanhudi Kabupaten Jember
3521 Analisa Konflik Kepentingan
Tabel IV1Analisa Konflik Kepentingan
Sumber Hasil Analisis Maria Kurnia U 2009
41
3522 Analisa Konflik Penggunaan Ruang
Tabel IV2
Analisa Konflik Penggunaan Ruang
Sumber Hasil Analisis Maria Kurnia U 2009
3523 Analisis Konsep Simbiosis Mutualistik
A Analisa Teori
Analisa ini bertujuan menelusuri konflik kepentingan dan konflik penggunaan ruang
melalui kajian teori-teori tentang penataan PKL yang didapatkan dari literature dan penelitian
PKL yang pernah dilakukan sebelumnya Meminimalisir konflik yang terjadi diperlukan
ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun
menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan
Samanhudi dengan kawasan PKL lain
ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL
41
ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun
dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja
namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang
namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan
ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa
jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan
harga antara pedagang formal dan PKL
ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan
pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak
penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi
antar pihak
ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai
dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan
perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang
informal
ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan
persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL
ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan
dalih keamanan
ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan
pejalan kaki dan pengendara kendaraan
ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki
ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL
ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan
ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa
harus saling menumpuk
ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak
ndash Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini
menjadi jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen
B Triangulasi Konsep Simbiosis Mutualistik
Triangulasi konsep simbiosis mutualistik dilakukan untuk mendapatkan konsep-
konsep penataan pedagang kaki lima yang menguntungkan berbagai pihak yang terkait yang
membandingkan antara fakta empiris studi kasus dan teori
41
Mengakui eksistensi PKL didukung dengan program kebijakan untuk mengelola
aktivitas PKL
Penyuluhan pembinaan dan pelatihan untuk PKL
Pemberian bantuan modal dari pemerintah maupun dari sektor swasta (dengan konsep
kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitusaja namun dilakukan kontrol terhadap dana
bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang begitu saja namun dapat dimanfaatkan secara
berkelanjutan
Peningkatan citra kawasan melalui pembentukan karakter khusus PKL di lokasi studi
sehingga membedakan PKL Samanhudi dengan PKL di kawasan lain
Pengelompokkan PKL menurut jenis barang dagangan dan perletaknnya diatur menurut
jenis dagangan toko formal sehingga tidak terjadi perebutan konsumen
Peningkatan citra kawasan sehingga menambah daya tarik pengunjung
Pembentukan Paguyuban Samanhudi yang beranggotakan PKL pedagang formal dan
pihak penengah untuk menyamakan aspirasi antar golongan dan sebagai forum diskusi
Legalitas sektor informal yang diakui oleh pemerintah
Perumusan kebijakan dan peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan
perdagangan informal
Peraturan didukung pengawasan yang ketat sangsi yang jelas dan sosialisasi serta
persamaan persepsi
Perancangan sarana usaha sesuai dengan jenis barang dagangan dan aspirasi PKL
Sosialisasi status ruang PKL
Peningkatan keamanan dan pengawasan untuk mencegah pemerasan tindak kejahatan
lain
Mempertahankan orientasi PKL ke arah bangunan formal
Perbaikan pelebaran dan pemeliharaan jalur pejalan kaki (pedestrian) sebatas ruang
parkir on street sehingga jalur aktif jalan tidak berkurang
Pemisahan yang jelas antara jalur pejalan kaki dan ruang PKL
Pemisahan yang jelas antara jalur pengendara ruang PKL dan jalur pejalan kaki
Mengatur ruang parkir off street di sepanjang jalan untuk mengurangi beban jalan akibat
penyempitan jalan karena adanya pelebaran pedestrian
Perpanjangan sosoran dari bangunan formal sebagai pelindung pejalan kaki dan ruang
PKL sehingga PKL tidak perlu memakai ataptambahan untuk kiosnya
Bentuk sarana usaha berupa meja dorong tanpa atap agar akses visual pencahayaan dan
penghawaan ke bangunan formal tidak terhalang
41
Diberikan jarak setiap 2 kios sebagai akses masuk ke bangunan formal
Mengikutsertakan seluruh pihak terkait dalam penyampaian keputusan
Perancangan dapat mewadahi ruang PKL
Ruang PKL mengikuti arus pergerakan manusia
Pengaturan kebersihan dan ketertiban
C Konsep Legalitas PKL
Adanya pengakuan resmi dari pemerintah terhadap PKL Samanhudi sebagai salah satu
sector ekonomi di kawasan studi melalui surat keputusan resmi Surat keputusan ini
sekaligus mengatur hak kewajiban dan tanggung jawab PKL sebagai kompensasi
perubahan status yang telah diberikan oleh pemerintah
PKL berhak mendapatkan perlindungan hokum dan pinjaman modal dari pemerintah
Namun sebagai sector resmi PKL dikenakan pajak penghasilan dan retribusi Besarnya
pajak Pajak penghasilan dibedakan dari sektorformal Dengan membayar pajak PKL
berhak mendapatkan perlindungan pemerintah dari oknum preman dsb
PKL wajib mendukung program-program penertiban yang dilakukan pemerintah Apabila
PKL melanggar hak dan kewajiban yang telah diputuskan PKL tidak berhak lagi
menempati lapak yang telah dipinjamkan oleh pemerintah Dan dicabut ijin berjualannya
di kawasan Samanhudi
Dalam konsep ini simbiosis mutualistik terjadi antara pemerintah dan PKL dimana PKL
mendapatkan pengakuan perlindungan dan bantuan modal dari pemerintah sementara
pemerintah mendapatkan retribusi pajak penghasilan dan ketertiban dari PKL
D Konsep Pembinaan dan Permodalan
Pedagang kaki lima perlu untuk mendapatkan pembinaan dari pemerintah Kabupaten
Jember untuk meningkatkan kemampuan wirausaha dan peningkatan kualitas barang
dagang dan pelayanan terhadap pembeli konsumen sehingga bias meningkatkan
pendapatan dan aktivitas pedagang kaki lima dapat member nilai tambah serta dapat
memberkan peluang kerja yang dapat mengurangi tingkat pengangguran di Kabupaten
Jember Bentuk pembinaan berupa penyuluhan yang diberikan berkala secara rutin
Program pembinaan diadakan oleh pemerintah
Program pembinaan juga digunakan sebagai sarana pertemuan rutin dan sosialisasi
peraturan-peraturan yang dilakukan pemerintah
Program pembinaan juga dapat dijadikan sarana untuk selalu mengingatkan hak dan
kewajiban serta sangsi yang diterapkan bila PKL melanggar selama beroperasi dikawasan
Samanhudi
41
Program pembinaan memberikan keuntungan kepada PKL dan pemerintah PKL
mendapatkan peningkatan kemampuan dan pemerintah mendapat sarana sosialisasi
Pemberian bantuan modal ini tidak ditujukan kepada semua pedagang kaki lima tetapi
diberikan kepada beberapa pelaku usaha yang memiliki potensi dan criteria yang telah
ditentukan
Pemerintah dalam memberikan bantuan modal ini juga harus bekerja sama dengan
instansi-isntansi lain yang terkait
Pemberian modal dari pihak swasta sangat disarankan
Konsep ini memberikan keuntungan kepada pihak PKL berupa bantuan modal dengan
bunga ringan keuntungan laba pinjaman kepada pemberi modal dan bila pihak swasta
terlibat mendapatkan keuntungan berupa kesempatan untuk periklanan
E Konsep Kelembagaan Paguyuban Samanhudi
Paguyuban Samanhudi merupakan Kelembagaan yang memiliki kewenangan atau
keterikatan dengan pengelolaan dan pembinaan Pedagang Kaki Lima KoridorJalan
SamanhudiPaguyuban ini beranggotakan wakil PKL wakil pedagang formal wakil
pemerintah dari dinas Kebersihan dan Pertamanan Dinas Polisi Pamong Praja Dinas
Pariwisata Dinas Pendapatan dan Dinas LPMK Kabupaten Jemberserta pihak penengah
selaku penasehat dan pihak netral yang diwakili oleh pakar PKL dari universitas tokoh
masyarakat dan pakar PKL lainnya
Peran Paguyuban ini adalah sebagai forum diskusi dari semua pihak untuk menampung
aspirasi dan menetralisasi konflik yang terjadi sehingga setiap aspek dikoridor jalan
Samanhudi dapat melakukan koordinasi dan semua aspirasi dari semua pihak dapat
tersampaikan Fungsi paguyuban juga sebagai sarana mengikutsertakan semua pihak
terkait dalam membuat rancangan peraturan dan sosialisasi peraturan yang telah
ditetapkan pemerintah mengenai PKL kepada semua pihak terkait
Paguyuban juga berfungsi sebagai pihak pengawas bekerja sama dengan pihak kepolisian
dan pamong praja untuk mengawasi segala pelanggaran yang dilakukan oleh semua pihak
terkait Penerapan sangsi harus tegas dan diawasi oleh paguyuban sehingga tidak terjadi
rsquopenyelesaiandamairsquo dari pihak pelanggar dana para penegak peraturan
Paguyuban memberikan keuntungan kepada PKL pedagang formal pemerintah dan
masyarakat berupa kesempatan untuk menyalurkan aspirasi
41
353 Kajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit Kariyadi
Semarang
3531 Analisis Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar
Rumah Sakit dr Kariadi
Analisis karakteristik aktivitas PKL menggunakan metode deskriptif kuantitaif
dan distribusi frekuensi Analisis ini nantinya menunjang untuk analisis selanjutnya
yaitu analisis karakteristik berlokasi PKL Analisis ini meliputi lokasi aktivitas PKL
tempat usaha PKL jenis barang dagangan sarana fisik berdagang pola layanan pola
penyebaran serta status kepemilikan usaha Uraian dari masing-masing analisis
tersebu dipaparkan sebagai berikut
a Lokasi Beraktivitas
Sesuai dengan ruang lingkup spasial dari penelitian ini lokasi yang digunakan
PKL untuk memanfaatkan aktivitas kegiatan utama Rumah Sakit dr Kariadi adalah di
sepanjang penggal Jalan dr Kariadi sebagian Jalan Veteran dan sebagian Jalan dr
Soetomo Mereka berlokasi di penggalpenggal jalan tersebut dikarenakan jalan
tersebut merupakan batas dari kawasan fasilitas kesehatan dan merupakan jalan arteri
sekunder kolektor sekunder dan lokal sekunder yang ramai orang berlalu lalang
lintas kendaraan serta dilewati jalur angkutan umum Kondisi tersebut ditangkap oleh
PKL sebagai peluang untuk mendapatkan konsumen dengan memanfaatkan tingkat
kunjungan yang tinggi dari aktivitas kegiatan utama serta orang yang lalu lalang yang
melintas di penggal jalan-jalan tersebut Untuk lebih jelas mengenai lokasi PKL dapat
dilihat pada Gambar berikut
41
Gambar 33
Lokasi Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Pada lokasi tersebut terbagi menjadi spot-spot yang menjadi lokasi PKl
berdasarkan penggal jalan yang telah disebutkan sebelumnya yaitu Jalan dr Kariadi
Jalan Veteran dan Jalan dr Soetomo Spot-spot tersebut memiliki karakteristik
masing-masing baik dari sisi aktivitas dan ruang usaha PKL maupun dari karakteristik
berlokasinya Di penggal Jalan dr Kariadi terdapat beberapa bagian yang merupakan
lokasi larangan untuk PKL lokasi yang diperbolehkan untuk menggelar dagangan
PKL serta PKL binaan kelurahan yang dikenal dengan istilah PKL orange Pada Jalan
Veteran yang diminati oleh PKL berada di sisi selatan jalan Lokasi tersebut juga
diperbolehkan untuk berdagang PKL sebagai kompensasi penggantian lokasi
penggusuran PKL yang berasal dari Jalan dr Kariadi sisi barat Lokasi yang
seharusnya bersih dari PKL adalah Jalan dr Soetomo karena merupakan jalur merah
Namun lokasi ini tetap diminati untuk berlokasi PKL diantaranya dikarenakan tidak
adanya lokasi lain serta lokasinya yang strategis Kestrategisan tersebut dilihat dari
status jalan yang merupakan jalan utama penghubung ke pusat-pusat aktivitas lainnya
serta akses ke pusat kota maupun ke luar kota sehingga frekuensi kendaraan yang lalu
lalang tinggi Selain itu lokasinya yang dekat dengan kegiatan utama yang ada di
sekitarnya seperti Rumah sakit dr Kariadi perkantoran ataupun permukiman Hal
tersebut dimanfaatkan PKL sebagai peluang mendapatkan konsumen
b Tempat Usaha
41
Lokasi yang diminati PKL tidak menyediakan tempat khusus untuk berdagang
PKL sehingga mereka menggunakan ruang-ruang publik untuk tempat usahanya
seperti di trotoar di atas saluran drainase bahu jalan dan badan jalan Dengan
difungsikannya ruang-ruang publik tersebut menjadi tempat berdagang bagi PKL
berakibat menurunnya fungsi ruang publik tersebut mengurangi citra kawasan serta
menurunnya kualitas lingkungan Oleh pemerintah kota ruang-ruang publik tersebut
dimanfaatkan untuk tempat usaha PKL karena diperlukan tempat usaha di lokasi
tersebut Hal ini sebagai upaya pemerintah untuk mewadahi aktivitas tersebut
Tempat-tempat tersebut dilegalkan menjadi tempat usaha yang diperuntukkan bagi
PKL sesuai dengan peraturan daerah nomor 11 tahun 2000 tentang PKL yang
notabene bertolak belakang dengan peraturan daerah lainnya yang mengatur tentang
ketertiban keindahan dan pertamanan Persentase PKL yang menempati ruang-ruang
publik dapat dilihat pada Gambar berikut ini
Gambar 34
Persentase Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Terdapat pula PKL yang tidak mendapat izin tempat usaha berdagang
khususnya PKLyang berlokasi di daerah larangan untuk PKL serta berdagang pada
waktu yang tidak diperbolehkan sehingga mereka tidak ditarik retribusi dan sewaktu-
waktu dapat ditertibkan oleh aparat penegak tata tertib Namun ketidaktertiban aparat
PKL yang tidak mendapat izin tersebut kadang-kadang juga dipungut retribusi yang
diistilahkan dengan uang keamanan namun frekuensinya tidak teratur PKL dalam
golongan ini jumlahnya minoritas jika dibandingkan dengan PKL yang mendapat izin
tempat usaha Berikut sketsa sebaran PKL menurut tempat usahanya yang dapat
dilihat pada Gambar
41
Gambar 35
Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
c Jenis Barang Dagangan
Dagangan mayoritas yang diperdagangkan oleh PKL di sekitar Rumah Sakit
dr Kariadi adalah jenis barang dagangan makanan seperti warung tegal bakso soto
es buah dan makanan kecil Jenis dagangan tersebut diminati karena PKL mencoba
menangkap aktivitas kegiatan utama yang banyak membutuhkan jenis barang
dagangan makanan
Jenis barang dagangan yang paling minoritas diperdagangkan adalah buah-
buahan Jenis dagangan inipun hanya dijumpai di penggal Jalan dr Kariadi karena di
penggal jalan tersebut terdapat pintu masuk pengunjung rumah sakit Jenis barang
dagangan ini biasanya digunakan sebagai cangkingan atau oleh-oleh untuk membesuk
pasien Namun jenis dagang ini kurang diminati pedagang dikarenakan barangnya
yang mudah busuk tidak mempunyai tempat penyimpanan khusus seperti kulkas
relatif mahal karena rata-rata buah impor serta konsumennya relatif sedikit
Kekurangminatan pedagang untuk menjual jenis dagangan ini dapat dilihat dari
sedikitnya jumlah PKL yang menjual dagangan ini
Jenis barang dagangan lain yang banyak diperdagangkan adalah kelontong
karena berjualan bermacam-macam jenis barang dari rokok makanan kecil air
kemasan bahkan sampai barang kebutuhan mereka yang beraktivitas di kegiatan
41
utama yaitu rumah sakit seperti untuk kebutuhan penunggu pasien yaitu tikar kipas
termos untuk air panas dan jenis barang lainnya
Jenis dagangan yang lain merupakan jenis barang dagangan yang umum
diperdagangkan atau jenis barang dagangannya hampir ada setiap ruas jalan-jalan
besar lokasi PKL lainnya di kota besar yang kebanyakan termasuk dalam jenis barang
dagangan non makanan dan jasa pelayanan seperti warung telekomunikasi bensin
tambal ban voucher pulsa fotocopy Untuk jasa pelayanan fotocopy yang banyak
tersebar di kawasan tersebut terkait dengan adanya kegiatan utama berupa fasilitas
pendidikan seperti Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro akademi
keperawatan dan farmasi sedangkan untuk jenis dagangan umum lainnya terkait
adanya permukiman di sekitar lokasi tersebut Namun ada barang dagangan yang khas
yaitu nisan karena lokasi sekitar Rumah sakit dr Kariadi terdapat tempat pemakaman
umum yang cukup besar yaitu TPU Bergota
Jenis dagangan yang dijual dapat dikatakan tidak semata hanya melayani
untuk aktivitas yang terkait dengan Rumah Sakit dr Kariadi namun juga melayani
terhadap aktivitas lainnya disekitar Rumah Sakit dr Kariadi seperti fasilitas
pendidikan permukiman pemakaman serta perkantoran bahkan aktivitas transportasi
seperti kebutuhan supir angkutan umum dan supir taxi Untuk lebih jelas mengenai
perbandingan jumlah PKL menurut jenis barang dagangan di masing-masing penggal
jalan dapat dilihat pada gambar berikut ini
Gambar 36
Karakteristik Jenis Barang Dagangan Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
41
d Sarana Fisik Berdagang
Masing-masing lokasi memiliki jenis sarana berdagang mayoritas yang
berbeda-beda Pada penggal Jalan dr Kariadi mayoritas PKL di penggal jalan tersebut
menggunakan kios sebagai sarana berdagangnya Kios-kios tersebut awalnya
merupakan warung semi permanen yang disekat-sekat Namun seiring dengan
perkembangan waktu dan adanya praktek sewa tempat usaha maka warung tersebut
dibangun permanen oleh pemiliknya bahkan diantaranya ada yang dilengkapi dengan
kamar mandi serta ruang tidur Hal tersebut dikarenakan sebagian kios juga dijadikan
sebagai tempat tinggal pemiliknya Asal pedagang yang dari luar Kota Semarang serta
biaya yang mengontrak relatif mahal sehingga menjadikan kiosnya sebagai sarana
usaha serta tempat tinggal sekaligus Sarana dagang tersebut telah menyimpang dari
peraturan daerah tentang PKL Latar belakang pendidikan PKL yang sebagian rendah
kemungkinan menjadi penyebab kurangnya pemahaman pedagang terhadap produk
hukum tersebut atau memang mengerti namun sengaja dilanggar karena tidak adanya
upaya pemerintah untuk menertibkan sarana berdagang yang telah melanggar
peraturan tersebut Selain itu ketidaktergantungan PKL terhadap ketersediaan
prasarana penunjang menjadikan PKL dalam beraktivitas tidak mempertimbangkan
aspek tersebut
Selain kios sarana dagangan yang banyak diminati adalah gerobak tenda yaitu
sarana dagangan utamanya gerobak yang ditunjang dengan tenda yang biasanya untuk
tempat makan konsumen Sarana dagang ini dianggap praktis karena mudah
dibongkar pasang serta dipindahkan Terlebih sarana dagang ini sesuai dengan
himbauan pemerintah dalam Perda No 11 tahun 2000 yaitu sarana PKL adalah yang
mudah untuk dibongkar serta dipindahkan
Lain halnya dengan PKL di penggal Jalan dr Soetomo mereka lebih banyak
menggunakan gerobak Hal tersebut dikarenakan lokasi tersebut merupakan lokasi
larangan untuk PKL tapi mereka tetap bertahan di lokasi tersebut dengan alasan tidak
tersedia tempat lain yang strategis untuk berjualan Dengan menggunakan gerobak
memudahkan mereka untuk lari atau berpindah tempat jika ada penertiban oleh aparat
penegak tata tertib
Di penggal Jalan Veteran sama halnya dengan sarana fisik yang digunakan
berdagang oleh PKL di penggal Jalan dr Kariadi Mereka mayoritas menggunakan
41
sarana berdagang berupa kios Mereka menggunakan sarana fisik dagangan kios
permanen yang dianggap aman karena memperoleh izin tempat usaha dari pihak
terkait untuk berdagang Namun sarana dagang yang dibuat permanen tersebut tidak
sesuai dengan perda tentang PKL yang mengharuskan sarana dagang pedagang kaki
lima yang mudah dibongkar dan dipindah-pindah
Sarana fisik dagangan yang kurang diminati adalah mobil Walaupun cukup
fleksibel untuk berpindah-pindah namun biaya untuk operasional sehari-hari cukup
mahal seperti bahan bakar perawatan mobil ataupun untuk pengadaan unit mobil itu
sendiri Hanya terdapat satu PKL yang menggunakan sarana dagangan ini yaitu
berada di penggal Jalan dr Kariadi Namun karena pada waktu penyebaran kuesioner
pedagang ini tidak berada di lokasi maka tidak masuk menjadi responden
e Pola Layanan
Untuk pola pelayanan terdapat tiga aspek yang dibahas yaitu mengenai waktu
layanan
aktivitas PKL serta sifat layanan Berikut uraian dari analisis pola pelayanan tersebut
1 Waktu Layanan
Sesuai waktu aktivitas kegiatan utama yang rata-rata pagi hingga sore hari
seperti fasilitas pendidikan perkantoran serta jam berkunjung dan pemeriksaan rumah
sakit maka mayoritas PKL membuka usahanya pada waktu tersebut yaitu sekitar
pukul 0900 hingga pukul 1600 Namun khusus yang berada di penggal Jalan dr
Kariadi yaitu di sekitar pintu masuk dan lokasi larangan untuk PKL hanya
diperbolehkan untuk berjualan pada sore hingga malam hari yaitu biasanya mereka
membuka usahanya sekitar pukul 1600 hingga 0000 Terdapat beberapa PKL yang
waktu usahanya menyesuaikan dengan waktu pelayanan rumah sakit yang buka 24
jam atau sepanjang hari Hal tersebut dilakukan menangkap peluang menjajakan
barang dagangan untuk kebutuhan aktivis rumah sakit seperti penunggu pasien
pengunjung atau petugas piket atau jaga serta tidak menutup kemungkinan pembeli
dari pengendara yang lalu lalang atau supir transportasi umum
Hal tersebut juga berlaku di penggal jalan yang lain dimana mayoritas
membuka usahanya pada pagi hingga sore hari Hanya minoritas yang membuka
usaha pada sore hingga malam hari serta sepanjang hari Faktor lain yang dapat
mempengaruhi waktu aktivitas PKL selain menyesuaikan waktu aktivitas kegiatan
utama adalah kepemilikan usaha yang merupakan milik pribadi sehingga mereka
membuka usahanya sesuai keinginan mereka
41
Terdapat pula fenomena satu lokasi ditempati oleh dua PKL dengan waktu
layanan yang berbeda PKL yang beraktivitas pada pagi hingga sore mencoba
menagkap peluang dari kunjungan ke kegiatan utama seperti rumah sakit fasilitas
pendidikan perkantoran serta perdagangan informal dan tidak menutup orang yang
lalu lalang melewati jalan-jalan tersebut Lokasi yang dianggap strategis serta
berprospektif tersebut digunakan oleh PKL lain untuk berjualan di tempat yang sama
Hal tersebut dimanfaatkan PKL untuk menangkap peluang dari kegiatan rumah sakit
serta orang yang lalu lalang Selain itu juga menangkap konsumen dari penumpang
bus malam yang melewati Jalan dr Soetomo dimana di jalur tersebut terdapat halte
serta konsumen dari supir angkutan umum yang sedang istirahat sejenak Berikut
pemetaan PKL menurut waktu berdagangnya
Gambar 37Peta Sebaran Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Menurut Waktu Layanan
2 Sifat Layanan
Dari gambar di bawah ini dapat disimpulkan bahwa mayoritas PKL di sekitar
Rumah Sakit dr Kariadi memiliki sifat layanan menetap baik dari segi tempat
berdagangnya yang tetap serta waktu berdagangnya yang sama setiap harinya hal ini
nampak pada sarana fisik dagangan para PKL tersebut yang berupa kios yang
memang tidak bisa dipindah-pindah atau permanen Hanya 13 yang memiliki sifat
layanan semi menetap Berikut persentase PKL menurut sifat layanannya
41
Gambar 38Persentase Sifat Layanan Pedagang Kaki LimaDi Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Sifat layanan semi menetap biasanya PKL yang tempat usahanya yang
merupakan gabungan antara menetap dengan keliling yaitu pada awal waktu
berdagang pada lokasi yang sama tiap harinya namun jika belum habis dagangannya
mereka berkeliling serta jam berdagang yang tidak tetap tiap harinya terkadang hanya
sampai siang karena dagangannya habis Sisanya yang 2 berjualan secara
berkeliling yang diantaranya bertujuan untuk mendekati konsumen serta
memanfaatkan waktu-waktu puncak kegiatan utama rumah sakit seperti waktu
kunjungan menjenguk pasien
f Pola Penyebaran
Pola penyebaran PKL mayoritas mengikuti pola jalan yang ada yaitu linier
Mereka berjualan di bahu-bahu jalan bahkan ada yang berada di atas saluran drainase
Selain itu pola penyebaran tersebut terbentuk karena lokasi yang diperbolehkan untuk
PKL menempati trotoar trotoar sepanjang jalan yang secara otomatis membentuk
linier Alasan lainnya yang diungkapkan oleh pedagang adalah agar dagangannya
mudah dilihat oleh orang yang lalu lalang Namun terdapat beberapa PKL yang
berjualan secara aglomerasi dengan PKL yang berjualannya bergerombol di dekat
pintu masuk pengunjung Rumah Sakit dr Kariadi seperti yang dapat dijumpai di Jalan
dr Kariadi yaitu bergerombol di sekitar pintu masuk pengunjung rumah sakit serta di
Jalan dr Soetomo yang bergerombol di dekat pintu masuk UGD dan pintu masuk ke
Gedung Pavilliun Garuda Hal tersebut dimaksudkan untuk mendekati pengunjung
yang akan masuk ke rumah sakit Hanya sebagian kecil saja yang lokasinya berjauhan
dengan PKL lainnya atau menyebar untuk mengurangi persaingan dengan PKL
lainnya
41
g Kesimpulan Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar
Rumah Sakit dr Kariadi
Tempat usaha tidak terdapatnya tempat yang dikhususkan untuk PKL pemerintah
memfasilitasinya dengan memperbolehkan menempati ruang-ruang publik seperti
trotoar badan atau bahu jalan serta di atas saluran drainase melalui Perda no 11 tahun
2000 Namun hal ini dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan
serta visual kawasan dan tidak optimalnya ruang publik tersebut Mayoritas PKL di
kawasan tersebut telah mengantongi izin tempat usaha dari kelurahan selaku pihak
berwenang
Jenis barang dagangan karakteristik jenis barang dagangan PKL pada umumnya
mengikuti kebutuhan kegiatan utama yaitu aktivitas Rumah Sakit dr Kariadi dan
sekitarnya seperti fasilitas pendidikan perkantoran perdagangan informal
permukiman dan pemakaman Jenis barang dagangan yang mayoritas diperdagangkan
berupa makanan Jenis barang dagangan yang diperdagangkan adalah non makanan
buah-buahan jasa pelayanan serta kelontong Terkait dengan kegiatan utama terdapat
beberapa jeni barang dagangan yang spesifik seperti termos tikar kipas guna
memenuhi kebutuha penunggu pasien
Sarana fisik dagangan mayoritas berupa kios yang dibangun permanen serta
gerobak tenda Menggunakan kios dikarenakan lokasinya yang telah dilegalkan untuk
aktivitas PKL serta terkait pola layanan yang menetap serta pada waktu berdagang
yang tetap Sedangkan gerobak tenda banyak digunakan oleh pedagang makanan
dimana tendanya digunakan sebagai tempat untuk konsumen Untuk bangunan
permanen diantaranya digunakan sebagai tempat tinggal Ketidakketergantungan
PKL terhadap prasarana penunjang sehingga PKL tidak mempertimbangkan aspek
tersebut karena mereka dapat mengusahakan sendiri
Pola pelayanan dari segi waktunya mengikuti waktu aktivitas kegiatan utama yaitu
pagi hingga sore hari sekitar pukul 0900 ndash 1600 serta telah mendapat izin tempat
usaha dari pihak berwenang namun terdapat pula PKL yang beraktivitas sore hingga
malam hari yaitu pukul 1600 ndash 0000 serta sepanjang hari Sifat layanannya menetap
mengingat mayoritas bersarana fisik dagangan berupa kios serta waktu berdagang
yang relatif tetap
Pola penyebaran mayoritas secara linier yaitu mengikuti pola jalan karena lokasi
yang dilegalkan untuk PKL oleh pemerintah menempati ruang-ruang publik seperti
trotoar di atas saluran drainase dan bahu jalan yang notabene mengikuti pola jalan
41
Selain itu terdapat sebagian beraglomerasi di sekitar pintu masuk rumah sakit yang
bertujuan untuk mendekati konsumen dan sisanya menyebar agar mengurangi
saingan
ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun
menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan
Samanhudi dengan kawasan PKL lain
ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL
ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun
dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja
namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang
namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan
ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa
jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan
harga antara pedagang formal dan PKL
ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan
pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak
penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi
antar pihak
ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai
dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan
perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang
informal
ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan
persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL
ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan
dalih keamanan
ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan
pejalan kaki dan pengendara kendaraan
ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki
ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL
ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan
ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa
harus saling menumpuk
41
ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak
Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini menjadi
jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen
41
Pengelolaan PKL
Pengelolaan PKL di Bundaran
Simpang Lima
Lima Semarang
Pengelolaan PKL di
Kabupaten Jember
Pengelolaan PKL di Kawasan Sekitar Rumah
Sakit dr Kariadi Semarang
Mengakui keberadaan PKL dengan
menuangkannya di dalam produk-
produk tata ruang
Penegakan peraturan
perundagangan yang terkait
dengan PKL
Menjalin kerjasama dengan sektor
formal dalam menyediakan ruang
bagi PKL
Menyediakan ruang perkotaan
yang dikhususkan bagi sektor
informal
Peningkatan citra PKL
Pengakuan terhadap eksistensi PKL
Control terhadap dana bantuan
Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo
Penindakan tegas kepada oknum yang
melakukan perampasan hak pada PKL
dengan dalih keamanan
Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk
menampung aktivitas PKL dan pejalan
kaki
Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan
jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir yang tepat
Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal
Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan
jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir
Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL
dan konsumen yang aman dari gangguan
pejalan kaki dan pengendara kendaraan
41
36 Temuan Studi
Temuan studi ini dimana akan menjawab sasaran yang disesuaikan dari contoh kasus yang ada di Indonesia Berikut adalah tabel matrik temuan
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
Mengetahui
permasalahan
PKL di jalur
pejalan kaki
Keberadaan sektor PKL yang menempati ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima memakai separuh lebih lebar trotoar bahkan seringkali tidak menyisakan sedikit pun ruang untuk pejalan kaki Ruang-ruang trotoar menjadi tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya sebagai ruang pemisah antara ruang yang digunakan untuk sirkulasi pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan Ruang-ruang trotoar tersebut banyak yang beralih fungsi menjadi lokasi berdagang PKL
Peralihan fungsi trotoar ini menyebabkan terganggunya aktivitas pejalan kaki sehingga pejalan terpaksa harus menggunakan jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk berjalan guna menghindari berbagai hambatan di atas trotoar Hal ini menyebabkan pejalan kaki terpaksa harus berhati-hati jika melangkah terkadang juga harus mengalah berjalan pada ruang-ruang jalur lambat dan sebagian badan jalan Kondisi ini sangat tidak aman dan
Masalah yang utama itu dari setiap
pedagang kaki lima di Jalur Pejalan Kaki
di Jalan Samanhudi Jember yaitu
Penggusuran Para PKL liar yang tidak
memiliki TDU(Tanda Daftar Usaha)
mereka biasanya akan di gusur dengan
peringatan yang di berikan sampai di
laksanakan penggusuran paksa padahal
Pedagang kaki lima merupakan salah satu
solusi akan masalah tingginya angka
pengangguran dan sedikitnya lapangan
kerja bagi masyarakat berpendidikan
rendah seperti mereka Pemerintah dalam
hal ini tidak dapat menyediakan lahan
pengganti bagi mereka untuk melanjutkan
usaha mereka jika pun ada pemerintah
menyediakan lahan-lahan yang letaknya
kurang strategis yang secara pasti
menurunkan dan mematikan pendapatan
yang mereka dapatkan dan akhirnya
Legalitas lokasi aktivitas
PKL yang biasanya ditempatkan
di dalam ruang publik seperti di
atas trotoar di atas saluran
drainase taman dan ruang publik
lainnya patut dipertanyakan
karena ketidakberdayaannya
peraturan tersebut dalam
menangani PKL Sebagai contoh
di sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi legalitas lokasi untuk
aktivitas PKL yang linier di
sepanjang jalan yang bertempat di
atas drainase Dalam aspek
apapun hal tersebut tidak dapat
dilegalkan terlebih tidak ada
penjelasan mengenai luasan atau
desain yang diperbolehkan PKL
untuk menggelar dasaran pada
dimensi saluran drainase yang
PKL yang menempati
ruang-ruang trotoar
menyebabkan
terganggunya aktivitas
pejalan kaki
Pemerintah tidak dapat
menyediakan lahan
pengganti
Legalitas lokasi aktivitas
PKL yang biasanya
ditempatkan di dalam
ruang publik seperti di atas
trotoar di atas saluran
drainase taman dan ruang
publik patut
dipertanyakan
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
nyaman bagi pejalan kaki ataupun bagi pengendara kendaraan bermotor karena mengganggu arus lalu lintas dan membahayakan keselamatan jiwa mereka hal seperti ini dapat kita lihat di depan dan di samping Masjid Baiturrahman di depan Citraland Mall di depan dan di samping Plasa Simpang Lima di depan dan di samping Kompleks Pertokoan Simpang Lima di depan dan di samping Ramayana Super Center di depan dan di samping SMKN 7 SemarangKantor Telkom dan di depan Gajahmada Plaza
Pemilihan lokasi PKL dipengaruhi oleh kecenderungan aktivitas PKL yang selalu menentukan lokasi mendekati pusat-pusat keramaian atau pusat-pusat perdagangan dan jasa dan lokasi-lokasi yang sering dikunjungi oleh orang banyak dalam kurun waktu tertentu secara periodik dan menerus Alasan inilah yang kemudian mendasari penentuan lokasi PKL Kawasan Bundaran Simpang Lima untuk berjualan di trotoar karena ruang-ruang jalur pedestrian inilah yang
mereka harus gulung tikar dan menjadi
pengangguran yang semakin menambah
permasalahan di Indonesia Pemerintah
harus mencari cara dan tempat yang baik
untuk mereka berdagang ditengah modal
mereka yang kecil agar di sisi lain semua
para pedagang kaki lima tidak hilang
lapangan kerjanya dan bias melanjutkan
kelangsungan hidupnya
ada Selain itu PKL juga
menempati trotoar yang
mengakibatkan bertambahnya
permasalahan yang terdapat di
lokasi tersebut Imbas secara
langsung dirasakan oleh
pengguna trotoar yaitu pedestrian
ketidaknyamanan bahkan tidak
adanya lagi ruang untuk berjalan
di atas trotoar acapkali menjadi
konsekuensi pedestrian yang
trotoarnya diserobot PKL
Aglomerasi aktivitas PKL yang
berlokasi di sekitar pintu masuk
pengunjung Rumah Sakit dr
Kariadi menyebabkan
penumpukan aktivitas seperti
aktivitas keluar masuk
pengunjung aktivitas jual beli
antara PKL dengan konsumen
lalu lintas kendaraan yang sedang
melewati Jalan dr Kariadi serta
angkutan umum yang sedang
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
dianggap sebagai lokasi yang ramai dikunjungi oleh pejalan kaki yang melakukan pergerakan dalam mencapai tempat tujuan perjalanannya Begitu juga dengan ruang Lapangan Pancasila karena selalu ramai dikunjungi pada hari-hari libur dengan rata-rata pengunjung mencapai 51 ndash 100 oranghari dikarenakan kedudukannya sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya
berhenti mencari penumpang
Sekali lagi permasalahan tersebut
disikapi oleh pemerintah dengan
penertiban dan penggusuran yang
hampir tidak pernah berakhir
manis
Mengetahui
peranan PKL
Kehadiran PKL di Kawasan
Bundaran Simpang Lima juga mampu
menciptakan kehidupan yang menerus
sehingga terhindar dari kematian
kawasan pada saat tertentu akan tetapi
di sisi lain kehadiran PKL
menyebabkan ketidakteraturan
kekumuhan dan kualitas fisik yang
buruk sehingga merusak wajah kota
Selain itu PKL yang berjualan di
Lapangan Pancasila pada malam hari
dengan kehidupan malam dan wanita-
wanita penghibur yang berdandan tebal
Tempat pedagang kaki lima bagi
Masyarakat dijalan Samanhudi Jember
sangat penting sebagai penyedia kebutuhan
yang dibutuhkan oleh Masyarakat Jember
Pedangan kaki lima sangat mempengaruhi
pola pasar dan sosial di Jember khususnya
didaerah Jalan Samanhudi Dalam bidang
perekonomian pedagang kaki lima hanya
berpengaruh sebagai produsen yang
penting bagi Masyarakat Jember
mengingat akan Meningkatnya jumlah
Penduduk Mereka cenderung lebih
memilih membeli pada pedagang kaki lima
Usaha PKL yang terus
berkembang pesat menarik PKL
untuk mempekerjakan karyawan
selain tenaga yang dibutuhkan
memang tidak bisa dikerjakan
sendiri terdapat pula pemilik
modal yang menyewa tempat
usaha namun dijadikan usaha
sampingan sehingga tidak
mengelola secara langsung
usahanya namun dengan
mempekerjakan karyawan PKL
yang statusnya sebagai karyawan
Pedangan kaki lima sangat
mempengaruhi pola pasar
dan sosial
harga yang PKL tawarkan
lebih murah dibandingkan
dengan harga di mall
grosir maupun indogrosir
sebagai salah satu
alternatif lapangan
pekerjaan bagi masyarakat
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
menciptakan kesan negatif dan
memperburuk citra kawasan
daripada membeli di supermarket yang
sudah merajalela di kota Jember pada saat
ini mall atau grosir maupun indogrosir
yang banyak tersebar di kota Jember
dikarenakan harga yang mereka tawarkan
lebih murah
sebanyak 10 dimana karyawan
tersebut memanfaatkan PKL
sebagai lapangan pekerjaan
Sehingga bekerja sebagai
karyawan PKL dapat dikatakan
sebagai salah satu alternatif
lapangan pekerjaan bagi
masyarakat
Mengetahui
pola aktivitas
PKL dijalur
pejalan kaki
Aktivitas PKL sendiri
memiliki kecenderungan untuk
menempati ruang ruang antar aktivitas
yang selalu ramai dilewatidikunjungi
oleh banyak orang dalam melakukan
pergerakan perpindahan dari aktivitas
satu ke aktivitas yang lain atau dari
bangunan perdagangan modern satu ke
bangunan perdagangan modern yang
lain secara periodik dalam rentang
waktu tertentu sehingga kemudian
pilihan ini jatuh kepada jalur-jalur
pedestrian yang notabene merupakan
ruang-ruang terbuka publik yang
PKL berdagang dengan menempati
tempat yang tetap dan tidak berpindah-
pindah
Modal dan aset sebagian besar adalah
milik sendiri
Berdagang di Samanhudi merupakan
usaha utama
Alat peraga PKL pada kawasan ini
dapat dibedakan menjadi
ndashAlat peraga semi permanen dari kayu
dan tenda yang bersifat menetap
ndashAlat peraga dengan bangku meja dan
tenda sekaligus sebagai tempat tinggal
ndashAlat peraga beroda namun menetap
Pola Aktivitas pelayanan PKL di
kawasan sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi pada umumnya melayani
pengunjung rumah sakit namun
tidak menutup kemungkinan
konsumennya adalah pengendara
atau orang yang sedang melintasi
jalan tersebut tanpa bermaksud
untuk masuk ke rumah sakit
Selain itu konsumen
yang berasal dari sekitar lokasi
PKL seperti penduduk
permukiman di sekitarnya
pekerja yang bekerja di sektor
Aktivitas PKL memiliki
kecenderungan untuk
menempati ruang ruang
antar aktivitas yang selalu
ramai dilewatidikunjungi
oleh banyak orang dalam
melakukan pergerakan
perpindahan dari aktivitas
satu ke aktivitas yang lain
atau dari bangunan
perdagangan modern satu
ke bangunan perdagangan
modern
Saat berjualan alat peraga
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
seyogyanya digunakan oleh pejalan
kaki Keberadaan ruang trotoar yang
semakin sempit oleh penggunaan ruang
PKL membuat pejalan kaki
menjatuhkan pilihan untuk melakukan
perjalanan pada ruang-ruang seperti
jalur lambat dan sebagian badan jalan
sehingga mengurangi keamanan jiwa
dan kenyamanan pejalan kaki sendiri
serta pengguna jalan yang lain
(pengendara)
Kegiatan-kegiatan yang
dilakukan oleh pejalan kaki pada
ruang-ruang jalur pedestrian atau
trotoar di Kawasan Bundaran Simpang
Lima adalah kegiatan berjalan dan
berbelanja Sebagian dari pejalan kaki
hanya berjalan melintasi trotoar untuk
menuju lokasi tujuannya akan tetapi
ada pula sebagian dari pejalan kaki
yang berjalan sambil melihat-lihat
bahkan ada yang berbelanja pada PKL
ndashAlat peraga beroda namun menetap
dengan bangku dan meja
ndashHanya berupa matras sebagai alas
dagangan yang dapat berpindah
sewaktu-waktu
Alat peraga yang dipakai untuk usaha
tidak seragam dan tidak menggunakan
desain yang baik sehingga terkesan
kumuh kurang bersih dan sangat
mengganggu wajah kota dan menutup
fasade bangunan di belakangnya
Saat berjualan alat peraga kios
sebagian besar menempati badan jalan
dan trotoar
Saat tidak berjualan alat peraga kios
sebagian besar tetap di lokasi jualan
lama berjualan di Samanhudi sebagian
besar antara 6 ndash10 tahun
Terbanyak dari pedagang belum
pernah bekerja di sektor lain dan dari
semula telah menjadi PKL di
Samanhudidi bandingkan denga harga
yang ada di mall Pedagang
lain sehingga tidak ada batasan
pasti mengenai pola pelayanan
para PKL tersebut
Waktu beraktivitas para
PKL umumnya terbagi menjadi
dua sesi PKL yang pertama
adalah pedagang yang aktivitas
berdagangnya pada pagi hingga
siang hari Pedagang yang kedua
merupakan pedagang yang
mempunyai waktu layanan pada
sore hingga malam hari Namun
tidak menutup kemungkinan
terdapat beberapa PKL yang
berdagang dari pagi hingga
malam hari bahkan buka nonstop
mengingat rumah sakit
beraktivitas selama sehari penuh
sehingga mereka mengikuti
aktivitas sektor formal yang ada
di sekitarnya
Waktu berdagang
tersebut juga disesuaikan dengan
kios sebagian besar
menempati badan jalan
dan trotoar
Waktu beraktivitas para
PKL umumnya terbagi
menjadi dua sesi PKL
yang pertama adalah
pedagang yang aktivitas
berdagangnya pada pagi
hingga siang hari
Pedagang yang kedua
merupakan pedagang yang
mempunyai waktu layanan
pada sore hingga malam
hari Namun tidak
menutup kemungkinan
terdapat beberapa PKL
yang berdagang dari pagi
hingga malam hari bahkan
buka nonstop
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
izin usaha yang diberlakukan oleh
petugas kelurahan sebagai pihak
yang berwenang menangani PKL
Untuk lokasi yang dilarang untuk
PKL oleh PKL tetap digunakan
sebagai lokasi untuk berdagang
dengan waktu berdagang setelah
jam kerja yaitu sore hingga
malam hari
Mengetahui
Pengelolaan
PKL di jalur
pejalan kaki
dalam perkembangannya
pemerintah mengeluarkan SK
Walikota Kota Semarang No 511316
tahun 2001 tentang Penetapan Lahan
yang mengatur tentang lokasi-lokasi
dan waktu aktivitas PKL yang
diperbolehkan oleh pemerintah pada
Kawasan Bundaran Simpang Lima
agar tetap terjaga kerapihan dan
estetikakeindahan wajah kawasannya
yaitu PKL yang berjualan di depan
Kompleks Pertokoan Simpang Lima
depan Ramayana SC depan Kantor
Adanya pengakuan resmi dari
pemerintah terhadap PKL Samanhudi
sebagai salah satu sector ekonomi di
kawasan studi melalui surat keputusan
resmi Surat keputusan ini sekaligus
mengatur hak kewajiban dan
tanggung jawab PKL sebagai
kompensasi perubahan status yang
telah diberikan oleh pemerintah
Pedagang kaki lima perlu untuk
mendapatkan pembinaan dari
pemerintah Kabupaten Jember untuk
meningkatkan kemampuan wirausaha
Pemerintah Kota Semarang
berwenang dalam mengatur
keberadaan PKL di ruang Kota
Semarang seperti yang terdapat di
kawasan sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi dengan bentuk
pengelolaan lokasional (stabilitas
atau pengaturan) dan struktural
(perijinan) Dalam pengaturan
tersebut Pemerintah Kota
Semarang menggunakan dasar
hukum berupa Undang-Undang
Peraturan Pemerintah Peraturan
mengatur tentang lokasi-
lokasi dan waktu aktivitas
PKL yang diperbolehkan
oleh pemerintah agar tetap
terjaga kerapihan dan
estetikakeindahan wajah
kawasannya
Pedagang kaki lima perlu
untuk mendapatkan
pembinaan
Pedestrian dirancang ulang
dengan dilebarkan hingga
area parkiran street
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
TelkomSMKN 7 Semarang depan
Gajahmada Plaza dan depan Masjid
Baiturrahman boleh berjualan dari
pukul 1600 ndash 0400 WIB (khusus pada
Hari Minggu PKL diijinkan untuk
berjualan mulai pukul 0600 ndash 0800
WIB) menempati ruang trotoar dengan
luas areal 4 x 6 meter
Sampai dengan tahun 2008
PKL di Kawasan Bundaran Simpang
Lima mencapai 1536 pedagang dan
ada kecenderungan akan terus
meningkat dari tahun ke tahun (lihat
Tabel III4) Kecenderungan lokasi
PKL pada masa-masa yang akan
datang mengikuti kecenderungan dari
perkembangan aktivitas formal
kawasan yang ada demikian juga
kecenderungan waktu berdagangnya
Melihat kecenderungan aktivitas PKL
kawasan maka SK Walikota Kota
Semarang No 511316 tahun 2001
sudah tidak relevan lagi dan perlu
dan peningkatan kualitas barang
dagang dan pelayanan terhadap
pembeli konsumen sehingga bias
meningkatkan pendapatan dan
aktivitas pedagang kaki lima dapat
member nilai tambah serta dapat
memberkan peluang kerja yang dapat
mengurangi tingkat pengangguran di
Kabupaten Jember Bentuk pembinaan
berupa penyuluhan yang diberikan
berkala secara rutin Program
pembinaan diadakan oleh pemerintah
Paguyuban Samanhudi merupakan
Kelembagaan yang memiliki
kewenangan atau keterikatan dengan
pengelolaan dan pembinaan Pedagang
Kaki Lima KoridorJalan
SamanhudiPaguyuban ini
beranggotakan wakil PKL wakil
pedagang formal wakil pemerintah
dari dinas Kebersihan dan
Pertamanan Dinas Polisi Pamong
Praja Dinas Pariwisata Dinas
Daerah dan Surat Keputusan
Walikota Adapun dasar hukum
yang mengatur secara jelas
mengenai aktivitas PKL di Kota
Semarang yang berlaku saat ini
diantaranya adalah sebagai
berikut
1048707 Peraturan Daerah No 11 Tahun
2000 tentang Pengaturan dan
Pembinaan PKL Perda ini
menjelaskan tentang pengaturan
dan pembinaan PKL di Kota
Semarang seperti pengaturan
tempat usaha hak kewajiban dan
larangan untuk PKL Dalam
kaitannya dengan karakteristik
berlokasi aktivitas PKL
dijelaskan dalam Perda ini yang
terdapat dalam pasal 3 yaitu
penempatan lokasi kegiatan PKL
diatur dengan mempertimbangkan
tempat kepentingan untuk umum
lainnya seperti kepentingan untuk
sehingga jalur aktif
kendaraan tidak
mengalami penyempitan
mengatur keberadaan PKL
di ruang Kota dengan
bentuk pengelolaan
lokasional (stabilitas atau
pengaturan) dan struktural
(perijinan)
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
ditinjau kembali sesuai dengan
kecenderungan dan kebutuhan yang
ada di lapangan
Pendapatan dan Dinas LPMK
Kabupaten Jemberserta pihak
penengah selaku penasehat dan pihak
netral yang diwakili oleh pakar PKL
dari universitas tokoh masyarakat dan
pakar PKL lainnya
Penerapan tema khusus pada penataan
PKL kawasan studi agar mempunyai
cirri khas dan dapat mengangkat citra
kawasan dan meningkatkan daya tarik
kawasan Contoh produk khas
jember yang dapat diangkat sebagai
tema adalah tembakau rookk dan
cerutu mengingat Jember sebagai
penghasil tembakau terbesar di Jawa
Kegiatan khas Jember yang dapat
diangkat sebagai tema yaitu Jember
Fashion Carnaval Penerapan tema
dapat diaplikasikan pada sarana usaha
PKL finishing pedestrian perabot
kota dan elemen pendukung lainnya
Pedestrian dirancang ulang dengan
pejalan dan untuk sirkulasi
kendaraan Untuk lebih jelas
mengenai detail isi perda tersebut
dapat dilihat pada Lampiran F
1048707 Surat Keputusan Walikota
Semarang No 51136 Tahun
2001 tentang lokasi PKL di Kota
Semarang dimana di dalamnya
diantaranya mengatur luas area
batas pemakaian area waktu
aktivitas dan tempat aktivitas
PKL Ruas kanan Jalan dr
Kariadi dari arah Jalan Veteran
merupakan lokasi yang
diperbolehkan untuk aktivitas
PKL Lokasi tersebut menempati
trotoar serta bangunan berupa
semi permanen Untuk lebih jelas
mengenai detail isi SK tersebut
dapat dilihat pada Lampiran F
1048707 Perda No 6 Tahun 2004
tentang Rencana Detail Tata
Ruang Kota Semarang Bagian
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
dilebarkan hingga area parkiran street
sehingga jalur aktif kendaraan tidak
mengalami penyempitan Diberikan
perbedaan yang tegas antara ruang
PKL dan ruang pejalan kaki dan jalur
kendaraan berupa perbedaan tinggi
lantaiSehingga dikemudian hari kios
PKL tidak melebar ke segala sisi
Wilayah Kota (BWK) I
(Kecamatan Semarang Tengah
Semarang Timur dan Semarang
Selatan Tahun 2000-2010 Perda
tersebut menjelaskan mengenai
fungsi serta peran BWK I yang
terkait dengan sektor formal di
wilayah tersebut yaitu penjelasan
mengenai fasilitas kesehatan yang
berada khususnya di Kelurahan
Randusari Selain itu dijelaskan
pula kelas Jalan dr Kariadi Jalan
dr Soetomo dan Jalan Veteran
serta jalur transportasi yang
melaluinya
41
beraturan dan berkelok-kelok dengan sesekali berhenti untuk mengagumi view atau
sekedar untuk mengobrol
Pola pergerakan pejalan kaki pada ruang Lapangan Pancasila dengan tujuan untuk
berbelanja pada PKL di tengah lapangan mempunyai pola pergerakan rdquocurvelinierrdquo
dipengaruhi oleh bentukan ruang lapangan yang persegi membulat dengan daya tampung
ruang cukup besar dan sistem sirkulasi pengunjung yang memungkinkan arah pergerakan
dengan bebas Aktivitas PKL yang memiliki kecenderungan berkelompok berdasarkan
jenis barang yang diperdagangkan ini berdampak pada penataan display barang sehingga
sistem sirkulasi pengunjung PKL pun pada akhirnya mengikuti pola pemanfaatan ruang
oleh aktivitas PKL dengan pergerakan yang tidak beraturan pada ruang (curvelinier)
dengan suasana rekreatif dan santai
Dengan adanya pergerakan pejalan kaki Kawasan Bundaran Simpang Lima yang
rdquomenerus dan melingkarrdquo membentuk linkage seyogyanya pejalan kaki diberikan ruang
yang layak demi keamanan dan kenyamanan pejalan dan pengguna jalan yang lain
Dengan kecenderungan sifat manusiawi pejalan yang enggan melakukan perjalanan
dengan permukaan yang naik atau menaik solusi yang ditawarkan tentu tidak bisa berupa
jembatan penghubung antarbangunan Sebab selain memerlukan biaya yang tidak sedikit
dapat menghalangi pandanganview suatu kawasan berpotensi menggunakan sebagian
ruang terbuka publik itu sendiri dan keengganan pejalan berjalan pada permukaan yang
naik sebagai sifat dasar pejalan kaki maka alangkah lebih baiknya apabila solusi yang
ditawarkan sebagai ruang untuk pejalan kaki kawasan di luar konteks teknologi adalah
berupa subway yaitu ruang publik untuk pejalan kaki yang dibangun di bawah tanah yang
menjadi penghubung antarbangunan dengan karakteristik berupa terowongan di bawah
tanah bebas dari sirkulasi kendaraan kawasan bebas dari kebisingan akibat intensitas lalu
lintas kawasan yang cukup tinggi mampu menjadi alternatif ruang untuk PKL dan parkir
off street kawasan sekaligus sebagai jalur pedestrian kawasan
41
352 Kajian PKL di Jalur Pejalan Kaki di Jalan Samanhudi Kabupaten Jember
3521 Analisa Konflik Kepentingan
Tabel IV1Analisa Konflik Kepentingan
Sumber Hasil Analisis Maria Kurnia U 2009
41
3522 Analisa Konflik Penggunaan Ruang
Tabel IV2
Analisa Konflik Penggunaan Ruang
Sumber Hasil Analisis Maria Kurnia U 2009
3523 Analisis Konsep Simbiosis Mutualistik
A Analisa Teori
Analisa ini bertujuan menelusuri konflik kepentingan dan konflik penggunaan ruang
melalui kajian teori-teori tentang penataan PKL yang didapatkan dari literature dan penelitian
PKL yang pernah dilakukan sebelumnya Meminimalisir konflik yang terjadi diperlukan
ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun
menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan
Samanhudi dengan kawasan PKL lain
ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL
41
ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun
dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja
namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang
namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan
ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa
jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan
harga antara pedagang formal dan PKL
ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan
pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak
penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi
antar pihak
ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai
dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan
perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang
informal
ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan
persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL
ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan
dalih keamanan
ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan
pejalan kaki dan pengendara kendaraan
ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki
ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL
ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan
ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa
harus saling menumpuk
ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak
ndash Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini
menjadi jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen
B Triangulasi Konsep Simbiosis Mutualistik
Triangulasi konsep simbiosis mutualistik dilakukan untuk mendapatkan konsep-
konsep penataan pedagang kaki lima yang menguntungkan berbagai pihak yang terkait yang
membandingkan antara fakta empiris studi kasus dan teori
41
Mengakui eksistensi PKL didukung dengan program kebijakan untuk mengelola
aktivitas PKL
Penyuluhan pembinaan dan pelatihan untuk PKL
Pemberian bantuan modal dari pemerintah maupun dari sektor swasta (dengan konsep
kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitusaja namun dilakukan kontrol terhadap dana
bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang begitu saja namun dapat dimanfaatkan secara
berkelanjutan
Peningkatan citra kawasan melalui pembentukan karakter khusus PKL di lokasi studi
sehingga membedakan PKL Samanhudi dengan PKL di kawasan lain
Pengelompokkan PKL menurut jenis barang dagangan dan perletaknnya diatur menurut
jenis dagangan toko formal sehingga tidak terjadi perebutan konsumen
Peningkatan citra kawasan sehingga menambah daya tarik pengunjung
Pembentukan Paguyuban Samanhudi yang beranggotakan PKL pedagang formal dan
pihak penengah untuk menyamakan aspirasi antar golongan dan sebagai forum diskusi
Legalitas sektor informal yang diakui oleh pemerintah
Perumusan kebijakan dan peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan
perdagangan informal
Peraturan didukung pengawasan yang ketat sangsi yang jelas dan sosialisasi serta
persamaan persepsi
Perancangan sarana usaha sesuai dengan jenis barang dagangan dan aspirasi PKL
Sosialisasi status ruang PKL
Peningkatan keamanan dan pengawasan untuk mencegah pemerasan tindak kejahatan
lain
Mempertahankan orientasi PKL ke arah bangunan formal
Perbaikan pelebaran dan pemeliharaan jalur pejalan kaki (pedestrian) sebatas ruang
parkir on street sehingga jalur aktif jalan tidak berkurang
Pemisahan yang jelas antara jalur pejalan kaki dan ruang PKL
Pemisahan yang jelas antara jalur pengendara ruang PKL dan jalur pejalan kaki
Mengatur ruang parkir off street di sepanjang jalan untuk mengurangi beban jalan akibat
penyempitan jalan karena adanya pelebaran pedestrian
Perpanjangan sosoran dari bangunan formal sebagai pelindung pejalan kaki dan ruang
PKL sehingga PKL tidak perlu memakai ataptambahan untuk kiosnya
Bentuk sarana usaha berupa meja dorong tanpa atap agar akses visual pencahayaan dan
penghawaan ke bangunan formal tidak terhalang
41
Diberikan jarak setiap 2 kios sebagai akses masuk ke bangunan formal
Mengikutsertakan seluruh pihak terkait dalam penyampaian keputusan
Perancangan dapat mewadahi ruang PKL
Ruang PKL mengikuti arus pergerakan manusia
Pengaturan kebersihan dan ketertiban
C Konsep Legalitas PKL
Adanya pengakuan resmi dari pemerintah terhadap PKL Samanhudi sebagai salah satu
sector ekonomi di kawasan studi melalui surat keputusan resmi Surat keputusan ini
sekaligus mengatur hak kewajiban dan tanggung jawab PKL sebagai kompensasi
perubahan status yang telah diberikan oleh pemerintah
PKL berhak mendapatkan perlindungan hokum dan pinjaman modal dari pemerintah
Namun sebagai sector resmi PKL dikenakan pajak penghasilan dan retribusi Besarnya
pajak Pajak penghasilan dibedakan dari sektorformal Dengan membayar pajak PKL
berhak mendapatkan perlindungan pemerintah dari oknum preman dsb
PKL wajib mendukung program-program penertiban yang dilakukan pemerintah Apabila
PKL melanggar hak dan kewajiban yang telah diputuskan PKL tidak berhak lagi
menempati lapak yang telah dipinjamkan oleh pemerintah Dan dicabut ijin berjualannya
di kawasan Samanhudi
Dalam konsep ini simbiosis mutualistik terjadi antara pemerintah dan PKL dimana PKL
mendapatkan pengakuan perlindungan dan bantuan modal dari pemerintah sementara
pemerintah mendapatkan retribusi pajak penghasilan dan ketertiban dari PKL
D Konsep Pembinaan dan Permodalan
Pedagang kaki lima perlu untuk mendapatkan pembinaan dari pemerintah Kabupaten
Jember untuk meningkatkan kemampuan wirausaha dan peningkatan kualitas barang
dagang dan pelayanan terhadap pembeli konsumen sehingga bias meningkatkan
pendapatan dan aktivitas pedagang kaki lima dapat member nilai tambah serta dapat
memberkan peluang kerja yang dapat mengurangi tingkat pengangguran di Kabupaten
Jember Bentuk pembinaan berupa penyuluhan yang diberikan berkala secara rutin
Program pembinaan diadakan oleh pemerintah
Program pembinaan juga digunakan sebagai sarana pertemuan rutin dan sosialisasi
peraturan-peraturan yang dilakukan pemerintah
Program pembinaan juga dapat dijadikan sarana untuk selalu mengingatkan hak dan
kewajiban serta sangsi yang diterapkan bila PKL melanggar selama beroperasi dikawasan
Samanhudi
41
Program pembinaan memberikan keuntungan kepada PKL dan pemerintah PKL
mendapatkan peningkatan kemampuan dan pemerintah mendapat sarana sosialisasi
Pemberian bantuan modal ini tidak ditujukan kepada semua pedagang kaki lima tetapi
diberikan kepada beberapa pelaku usaha yang memiliki potensi dan criteria yang telah
ditentukan
Pemerintah dalam memberikan bantuan modal ini juga harus bekerja sama dengan
instansi-isntansi lain yang terkait
Pemberian modal dari pihak swasta sangat disarankan
Konsep ini memberikan keuntungan kepada pihak PKL berupa bantuan modal dengan
bunga ringan keuntungan laba pinjaman kepada pemberi modal dan bila pihak swasta
terlibat mendapatkan keuntungan berupa kesempatan untuk periklanan
E Konsep Kelembagaan Paguyuban Samanhudi
Paguyuban Samanhudi merupakan Kelembagaan yang memiliki kewenangan atau
keterikatan dengan pengelolaan dan pembinaan Pedagang Kaki Lima KoridorJalan
SamanhudiPaguyuban ini beranggotakan wakil PKL wakil pedagang formal wakil
pemerintah dari dinas Kebersihan dan Pertamanan Dinas Polisi Pamong Praja Dinas
Pariwisata Dinas Pendapatan dan Dinas LPMK Kabupaten Jemberserta pihak penengah
selaku penasehat dan pihak netral yang diwakili oleh pakar PKL dari universitas tokoh
masyarakat dan pakar PKL lainnya
Peran Paguyuban ini adalah sebagai forum diskusi dari semua pihak untuk menampung
aspirasi dan menetralisasi konflik yang terjadi sehingga setiap aspek dikoridor jalan
Samanhudi dapat melakukan koordinasi dan semua aspirasi dari semua pihak dapat
tersampaikan Fungsi paguyuban juga sebagai sarana mengikutsertakan semua pihak
terkait dalam membuat rancangan peraturan dan sosialisasi peraturan yang telah
ditetapkan pemerintah mengenai PKL kepada semua pihak terkait
Paguyuban juga berfungsi sebagai pihak pengawas bekerja sama dengan pihak kepolisian
dan pamong praja untuk mengawasi segala pelanggaran yang dilakukan oleh semua pihak
terkait Penerapan sangsi harus tegas dan diawasi oleh paguyuban sehingga tidak terjadi
rsquopenyelesaiandamairsquo dari pihak pelanggar dana para penegak peraturan
Paguyuban memberikan keuntungan kepada PKL pedagang formal pemerintah dan
masyarakat berupa kesempatan untuk menyalurkan aspirasi
41
353 Kajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit Kariyadi
Semarang
3531 Analisis Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar
Rumah Sakit dr Kariadi
Analisis karakteristik aktivitas PKL menggunakan metode deskriptif kuantitaif
dan distribusi frekuensi Analisis ini nantinya menunjang untuk analisis selanjutnya
yaitu analisis karakteristik berlokasi PKL Analisis ini meliputi lokasi aktivitas PKL
tempat usaha PKL jenis barang dagangan sarana fisik berdagang pola layanan pola
penyebaran serta status kepemilikan usaha Uraian dari masing-masing analisis
tersebu dipaparkan sebagai berikut
a Lokasi Beraktivitas
Sesuai dengan ruang lingkup spasial dari penelitian ini lokasi yang digunakan
PKL untuk memanfaatkan aktivitas kegiatan utama Rumah Sakit dr Kariadi adalah di
sepanjang penggal Jalan dr Kariadi sebagian Jalan Veteran dan sebagian Jalan dr
Soetomo Mereka berlokasi di penggalpenggal jalan tersebut dikarenakan jalan
tersebut merupakan batas dari kawasan fasilitas kesehatan dan merupakan jalan arteri
sekunder kolektor sekunder dan lokal sekunder yang ramai orang berlalu lalang
lintas kendaraan serta dilewati jalur angkutan umum Kondisi tersebut ditangkap oleh
PKL sebagai peluang untuk mendapatkan konsumen dengan memanfaatkan tingkat
kunjungan yang tinggi dari aktivitas kegiatan utama serta orang yang lalu lalang yang
melintas di penggal jalan-jalan tersebut Untuk lebih jelas mengenai lokasi PKL dapat
dilihat pada Gambar berikut
41
Gambar 33
Lokasi Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Pada lokasi tersebut terbagi menjadi spot-spot yang menjadi lokasi PKl
berdasarkan penggal jalan yang telah disebutkan sebelumnya yaitu Jalan dr Kariadi
Jalan Veteran dan Jalan dr Soetomo Spot-spot tersebut memiliki karakteristik
masing-masing baik dari sisi aktivitas dan ruang usaha PKL maupun dari karakteristik
berlokasinya Di penggal Jalan dr Kariadi terdapat beberapa bagian yang merupakan
lokasi larangan untuk PKL lokasi yang diperbolehkan untuk menggelar dagangan
PKL serta PKL binaan kelurahan yang dikenal dengan istilah PKL orange Pada Jalan
Veteran yang diminati oleh PKL berada di sisi selatan jalan Lokasi tersebut juga
diperbolehkan untuk berdagang PKL sebagai kompensasi penggantian lokasi
penggusuran PKL yang berasal dari Jalan dr Kariadi sisi barat Lokasi yang
seharusnya bersih dari PKL adalah Jalan dr Soetomo karena merupakan jalur merah
Namun lokasi ini tetap diminati untuk berlokasi PKL diantaranya dikarenakan tidak
adanya lokasi lain serta lokasinya yang strategis Kestrategisan tersebut dilihat dari
status jalan yang merupakan jalan utama penghubung ke pusat-pusat aktivitas lainnya
serta akses ke pusat kota maupun ke luar kota sehingga frekuensi kendaraan yang lalu
lalang tinggi Selain itu lokasinya yang dekat dengan kegiatan utama yang ada di
sekitarnya seperti Rumah sakit dr Kariadi perkantoran ataupun permukiman Hal
tersebut dimanfaatkan PKL sebagai peluang mendapatkan konsumen
b Tempat Usaha
41
Lokasi yang diminati PKL tidak menyediakan tempat khusus untuk berdagang
PKL sehingga mereka menggunakan ruang-ruang publik untuk tempat usahanya
seperti di trotoar di atas saluran drainase bahu jalan dan badan jalan Dengan
difungsikannya ruang-ruang publik tersebut menjadi tempat berdagang bagi PKL
berakibat menurunnya fungsi ruang publik tersebut mengurangi citra kawasan serta
menurunnya kualitas lingkungan Oleh pemerintah kota ruang-ruang publik tersebut
dimanfaatkan untuk tempat usaha PKL karena diperlukan tempat usaha di lokasi
tersebut Hal ini sebagai upaya pemerintah untuk mewadahi aktivitas tersebut
Tempat-tempat tersebut dilegalkan menjadi tempat usaha yang diperuntukkan bagi
PKL sesuai dengan peraturan daerah nomor 11 tahun 2000 tentang PKL yang
notabene bertolak belakang dengan peraturan daerah lainnya yang mengatur tentang
ketertiban keindahan dan pertamanan Persentase PKL yang menempati ruang-ruang
publik dapat dilihat pada Gambar berikut ini
Gambar 34
Persentase Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Terdapat pula PKL yang tidak mendapat izin tempat usaha berdagang
khususnya PKLyang berlokasi di daerah larangan untuk PKL serta berdagang pada
waktu yang tidak diperbolehkan sehingga mereka tidak ditarik retribusi dan sewaktu-
waktu dapat ditertibkan oleh aparat penegak tata tertib Namun ketidaktertiban aparat
PKL yang tidak mendapat izin tersebut kadang-kadang juga dipungut retribusi yang
diistilahkan dengan uang keamanan namun frekuensinya tidak teratur PKL dalam
golongan ini jumlahnya minoritas jika dibandingkan dengan PKL yang mendapat izin
tempat usaha Berikut sketsa sebaran PKL menurut tempat usahanya yang dapat
dilihat pada Gambar
41
Gambar 35
Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
c Jenis Barang Dagangan
Dagangan mayoritas yang diperdagangkan oleh PKL di sekitar Rumah Sakit
dr Kariadi adalah jenis barang dagangan makanan seperti warung tegal bakso soto
es buah dan makanan kecil Jenis dagangan tersebut diminati karena PKL mencoba
menangkap aktivitas kegiatan utama yang banyak membutuhkan jenis barang
dagangan makanan
Jenis barang dagangan yang paling minoritas diperdagangkan adalah buah-
buahan Jenis dagangan inipun hanya dijumpai di penggal Jalan dr Kariadi karena di
penggal jalan tersebut terdapat pintu masuk pengunjung rumah sakit Jenis barang
dagangan ini biasanya digunakan sebagai cangkingan atau oleh-oleh untuk membesuk
pasien Namun jenis dagang ini kurang diminati pedagang dikarenakan barangnya
yang mudah busuk tidak mempunyai tempat penyimpanan khusus seperti kulkas
relatif mahal karena rata-rata buah impor serta konsumennya relatif sedikit
Kekurangminatan pedagang untuk menjual jenis dagangan ini dapat dilihat dari
sedikitnya jumlah PKL yang menjual dagangan ini
Jenis barang dagangan lain yang banyak diperdagangkan adalah kelontong
karena berjualan bermacam-macam jenis barang dari rokok makanan kecil air
kemasan bahkan sampai barang kebutuhan mereka yang beraktivitas di kegiatan
41
utama yaitu rumah sakit seperti untuk kebutuhan penunggu pasien yaitu tikar kipas
termos untuk air panas dan jenis barang lainnya
Jenis dagangan yang lain merupakan jenis barang dagangan yang umum
diperdagangkan atau jenis barang dagangannya hampir ada setiap ruas jalan-jalan
besar lokasi PKL lainnya di kota besar yang kebanyakan termasuk dalam jenis barang
dagangan non makanan dan jasa pelayanan seperti warung telekomunikasi bensin
tambal ban voucher pulsa fotocopy Untuk jasa pelayanan fotocopy yang banyak
tersebar di kawasan tersebut terkait dengan adanya kegiatan utama berupa fasilitas
pendidikan seperti Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro akademi
keperawatan dan farmasi sedangkan untuk jenis dagangan umum lainnya terkait
adanya permukiman di sekitar lokasi tersebut Namun ada barang dagangan yang khas
yaitu nisan karena lokasi sekitar Rumah sakit dr Kariadi terdapat tempat pemakaman
umum yang cukup besar yaitu TPU Bergota
Jenis dagangan yang dijual dapat dikatakan tidak semata hanya melayani
untuk aktivitas yang terkait dengan Rumah Sakit dr Kariadi namun juga melayani
terhadap aktivitas lainnya disekitar Rumah Sakit dr Kariadi seperti fasilitas
pendidikan permukiman pemakaman serta perkantoran bahkan aktivitas transportasi
seperti kebutuhan supir angkutan umum dan supir taxi Untuk lebih jelas mengenai
perbandingan jumlah PKL menurut jenis barang dagangan di masing-masing penggal
jalan dapat dilihat pada gambar berikut ini
Gambar 36
Karakteristik Jenis Barang Dagangan Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
41
d Sarana Fisik Berdagang
Masing-masing lokasi memiliki jenis sarana berdagang mayoritas yang
berbeda-beda Pada penggal Jalan dr Kariadi mayoritas PKL di penggal jalan tersebut
menggunakan kios sebagai sarana berdagangnya Kios-kios tersebut awalnya
merupakan warung semi permanen yang disekat-sekat Namun seiring dengan
perkembangan waktu dan adanya praktek sewa tempat usaha maka warung tersebut
dibangun permanen oleh pemiliknya bahkan diantaranya ada yang dilengkapi dengan
kamar mandi serta ruang tidur Hal tersebut dikarenakan sebagian kios juga dijadikan
sebagai tempat tinggal pemiliknya Asal pedagang yang dari luar Kota Semarang serta
biaya yang mengontrak relatif mahal sehingga menjadikan kiosnya sebagai sarana
usaha serta tempat tinggal sekaligus Sarana dagang tersebut telah menyimpang dari
peraturan daerah tentang PKL Latar belakang pendidikan PKL yang sebagian rendah
kemungkinan menjadi penyebab kurangnya pemahaman pedagang terhadap produk
hukum tersebut atau memang mengerti namun sengaja dilanggar karena tidak adanya
upaya pemerintah untuk menertibkan sarana berdagang yang telah melanggar
peraturan tersebut Selain itu ketidaktergantungan PKL terhadap ketersediaan
prasarana penunjang menjadikan PKL dalam beraktivitas tidak mempertimbangkan
aspek tersebut
Selain kios sarana dagangan yang banyak diminati adalah gerobak tenda yaitu
sarana dagangan utamanya gerobak yang ditunjang dengan tenda yang biasanya untuk
tempat makan konsumen Sarana dagang ini dianggap praktis karena mudah
dibongkar pasang serta dipindahkan Terlebih sarana dagang ini sesuai dengan
himbauan pemerintah dalam Perda No 11 tahun 2000 yaitu sarana PKL adalah yang
mudah untuk dibongkar serta dipindahkan
Lain halnya dengan PKL di penggal Jalan dr Soetomo mereka lebih banyak
menggunakan gerobak Hal tersebut dikarenakan lokasi tersebut merupakan lokasi
larangan untuk PKL tapi mereka tetap bertahan di lokasi tersebut dengan alasan tidak
tersedia tempat lain yang strategis untuk berjualan Dengan menggunakan gerobak
memudahkan mereka untuk lari atau berpindah tempat jika ada penertiban oleh aparat
penegak tata tertib
Di penggal Jalan Veteran sama halnya dengan sarana fisik yang digunakan
berdagang oleh PKL di penggal Jalan dr Kariadi Mereka mayoritas menggunakan
41
sarana berdagang berupa kios Mereka menggunakan sarana fisik dagangan kios
permanen yang dianggap aman karena memperoleh izin tempat usaha dari pihak
terkait untuk berdagang Namun sarana dagang yang dibuat permanen tersebut tidak
sesuai dengan perda tentang PKL yang mengharuskan sarana dagang pedagang kaki
lima yang mudah dibongkar dan dipindah-pindah
Sarana fisik dagangan yang kurang diminati adalah mobil Walaupun cukup
fleksibel untuk berpindah-pindah namun biaya untuk operasional sehari-hari cukup
mahal seperti bahan bakar perawatan mobil ataupun untuk pengadaan unit mobil itu
sendiri Hanya terdapat satu PKL yang menggunakan sarana dagangan ini yaitu
berada di penggal Jalan dr Kariadi Namun karena pada waktu penyebaran kuesioner
pedagang ini tidak berada di lokasi maka tidak masuk menjadi responden
e Pola Layanan
Untuk pola pelayanan terdapat tiga aspek yang dibahas yaitu mengenai waktu
layanan
aktivitas PKL serta sifat layanan Berikut uraian dari analisis pola pelayanan tersebut
1 Waktu Layanan
Sesuai waktu aktivitas kegiatan utama yang rata-rata pagi hingga sore hari
seperti fasilitas pendidikan perkantoran serta jam berkunjung dan pemeriksaan rumah
sakit maka mayoritas PKL membuka usahanya pada waktu tersebut yaitu sekitar
pukul 0900 hingga pukul 1600 Namun khusus yang berada di penggal Jalan dr
Kariadi yaitu di sekitar pintu masuk dan lokasi larangan untuk PKL hanya
diperbolehkan untuk berjualan pada sore hingga malam hari yaitu biasanya mereka
membuka usahanya sekitar pukul 1600 hingga 0000 Terdapat beberapa PKL yang
waktu usahanya menyesuaikan dengan waktu pelayanan rumah sakit yang buka 24
jam atau sepanjang hari Hal tersebut dilakukan menangkap peluang menjajakan
barang dagangan untuk kebutuhan aktivis rumah sakit seperti penunggu pasien
pengunjung atau petugas piket atau jaga serta tidak menutup kemungkinan pembeli
dari pengendara yang lalu lalang atau supir transportasi umum
Hal tersebut juga berlaku di penggal jalan yang lain dimana mayoritas
membuka usahanya pada pagi hingga sore hari Hanya minoritas yang membuka
usaha pada sore hingga malam hari serta sepanjang hari Faktor lain yang dapat
mempengaruhi waktu aktivitas PKL selain menyesuaikan waktu aktivitas kegiatan
utama adalah kepemilikan usaha yang merupakan milik pribadi sehingga mereka
membuka usahanya sesuai keinginan mereka
41
Terdapat pula fenomena satu lokasi ditempati oleh dua PKL dengan waktu
layanan yang berbeda PKL yang beraktivitas pada pagi hingga sore mencoba
menagkap peluang dari kunjungan ke kegiatan utama seperti rumah sakit fasilitas
pendidikan perkantoran serta perdagangan informal dan tidak menutup orang yang
lalu lalang melewati jalan-jalan tersebut Lokasi yang dianggap strategis serta
berprospektif tersebut digunakan oleh PKL lain untuk berjualan di tempat yang sama
Hal tersebut dimanfaatkan PKL untuk menangkap peluang dari kegiatan rumah sakit
serta orang yang lalu lalang Selain itu juga menangkap konsumen dari penumpang
bus malam yang melewati Jalan dr Soetomo dimana di jalur tersebut terdapat halte
serta konsumen dari supir angkutan umum yang sedang istirahat sejenak Berikut
pemetaan PKL menurut waktu berdagangnya
Gambar 37Peta Sebaran Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Menurut Waktu Layanan
2 Sifat Layanan
Dari gambar di bawah ini dapat disimpulkan bahwa mayoritas PKL di sekitar
Rumah Sakit dr Kariadi memiliki sifat layanan menetap baik dari segi tempat
berdagangnya yang tetap serta waktu berdagangnya yang sama setiap harinya hal ini
nampak pada sarana fisik dagangan para PKL tersebut yang berupa kios yang
memang tidak bisa dipindah-pindah atau permanen Hanya 13 yang memiliki sifat
layanan semi menetap Berikut persentase PKL menurut sifat layanannya
41
Gambar 38Persentase Sifat Layanan Pedagang Kaki LimaDi Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Sifat layanan semi menetap biasanya PKL yang tempat usahanya yang
merupakan gabungan antara menetap dengan keliling yaitu pada awal waktu
berdagang pada lokasi yang sama tiap harinya namun jika belum habis dagangannya
mereka berkeliling serta jam berdagang yang tidak tetap tiap harinya terkadang hanya
sampai siang karena dagangannya habis Sisanya yang 2 berjualan secara
berkeliling yang diantaranya bertujuan untuk mendekati konsumen serta
memanfaatkan waktu-waktu puncak kegiatan utama rumah sakit seperti waktu
kunjungan menjenguk pasien
f Pola Penyebaran
Pola penyebaran PKL mayoritas mengikuti pola jalan yang ada yaitu linier
Mereka berjualan di bahu-bahu jalan bahkan ada yang berada di atas saluran drainase
Selain itu pola penyebaran tersebut terbentuk karena lokasi yang diperbolehkan untuk
PKL menempati trotoar trotoar sepanjang jalan yang secara otomatis membentuk
linier Alasan lainnya yang diungkapkan oleh pedagang adalah agar dagangannya
mudah dilihat oleh orang yang lalu lalang Namun terdapat beberapa PKL yang
berjualan secara aglomerasi dengan PKL yang berjualannya bergerombol di dekat
pintu masuk pengunjung Rumah Sakit dr Kariadi seperti yang dapat dijumpai di Jalan
dr Kariadi yaitu bergerombol di sekitar pintu masuk pengunjung rumah sakit serta di
Jalan dr Soetomo yang bergerombol di dekat pintu masuk UGD dan pintu masuk ke
Gedung Pavilliun Garuda Hal tersebut dimaksudkan untuk mendekati pengunjung
yang akan masuk ke rumah sakit Hanya sebagian kecil saja yang lokasinya berjauhan
dengan PKL lainnya atau menyebar untuk mengurangi persaingan dengan PKL
lainnya
41
g Kesimpulan Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar
Rumah Sakit dr Kariadi
Tempat usaha tidak terdapatnya tempat yang dikhususkan untuk PKL pemerintah
memfasilitasinya dengan memperbolehkan menempati ruang-ruang publik seperti
trotoar badan atau bahu jalan serta di atas saluran drainase melalui Perda no 11 tahun
2000 Namun hal ini dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan
serta visual kawasan dan tidak optimalnya ruang publik tersebut Mayoritas PKL di
kawasan tersebut telah mengantongi izin tempat usaha dari kelurahan selaku pihak
berwenang
Jenis barang dagangan karakteristik jenis barang dagangan PKL pada umumnya
mengikuti kebutuhan kegiatan utama yaitu aktivitas Rumah Sakit dr Kariadi dan
sekitarnya seperti fasilitas pendidikan perkantoran perdagangan informal
permukiman dan pemakaman Jenis barang dagangan yang mayoritas diperdagangkan
berupa makanan Jenis barang dagangan yang diperdagangkan adalah non makanan
buah-buahan jasa pelayanan serta kelontong Terkait dengan kegiatan utama terdapat
beberapa jeni barang dagangan yang spesifik seperti termos tikar kipas guna
memenuhi kebutuha penunggu pasien
Sarana fisik dagangan mayoritas berupa kios yang dibangun permanen serta
gerobak tenda Menggunakan kios dikarenakan lokasinya yang telah dilegalkan untuk
aktivitas PKL serta terkait pola layanan yang menetap serta pada waktu berdagang
yang tetap Sedangkan gerobak tenda banyak digunakan oleh pedagang makanan
dimana tendanya digunakan sebagai tempat untuk konsumen Untuk bangunan
permanen diantaranya digunakan sebagai tempat tinggal Ketidakketergantungan
PKL terhadap prasarana penunjang sehingga PKL tidak mempertimbangkan aspek
tersebut karena mereka dapat mengusahakan sendiri
Pola pelayanan dari segi waktunya mengikuti waktu aktivitas kegiatan utama yaitu
pagi hingga sore hari sekitar pukul 0900 ndash 1600 serta telah mendapat izin tempat
usaha dari pihak berwenang namun terdapat pula PKL yang beraktivitas sore hingga
malam hari yaitu pukul 1600 ndash 0000 serta sepanjang hari Sifat layanannya menetap
mengingat mayoritas bersarana fisik dagangan berupa kios serta waktu berdagang
yang relatif tetap
Pola penyebaran mayoritas secara linier yaitu mengikuti pola jalan karena lokasi
yang dilegalkan untuk PKL oleh pemerintah menempati ruang-ruang publik seperti
trotoar di atas saluran drainase dan bahu jalan yang notabene mengikuti pola jalan
41
Selain itu terdapat sebagian beraglomerasi di sekitar pintu masuk rumah sakit yang
bertujuan untuk mendekati konsumen dan sisanya menyebar agar mengurangi
saingan
ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun
menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan
Samanhudi dengan kawasan PKL lain
ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL
ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun
dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja
namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang
namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan
ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa
jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan
harga antara pedagang formal dan PKL
ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan
pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak
penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi
antar pihak
ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai
dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan
perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang
informal
ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan
persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL
ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan
dalih keamanan
ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan
pejalan kaki dan pengendara kendaraan
ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki
ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL
ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan
ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa
harus saling menumpuk
41
ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak
Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini menjadi
jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen
41
Pengelolaan PKL
Pengelolaan PKL di Bundaran
Simpang Lima
Lima Semarang
Pengelolaan PKL di
Kabupaten Jember
Pengelolaan PKL di Kawasan Sekitar Rumah
Sakit dr Kariadi Semarang
Mengakui keberadaan PKL dengan
menuangkannya di dalam produk-
produk tata ruang
Penegakan peraturan
perundagangan yang terkait
dengan PKL
Menjalin kerjasama dengan sektor
formal dalam menyediakan ruang
bagi PKL
Menyediakan ruang perkotaan
yang dikhususkan bagi sektor
informal
Peningkatan citra PKL
Pengakuan terhadap eksistensi PKL
Control terhadap dana bantuan
Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo
Penindakan tegas kepada oknum yang
melakukan perampasan hak pada PKL
dengan dalih keamanan
Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk
menampung aktivitas PKL dan pejalan
kaki
Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan
jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir yang tepat
Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal
Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan
jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir
Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL
dan konsumen yang aman dari gangguan
pejalan kaki dan pengendara kendaraan
41
36 Temuan Studi
Temuan studi ini dimana akan menjawab sasaran yang disesuaikan dari contoh kasus yang ada di Indonesia Berikut adalah tabel matrik temuan
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
Mengetahui
permasalahan
PKL di jalur
pejalan kaki
Keberadaan sektor PKL yang menempati ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima memakai separuh lebih lebar trotoar bahkan seringkali tidak menyisakan sedikit pun ruang untuk pejalan kaki Ruang-ruang trotoar menjadi tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya sebagai ruang pemisah antara ruang yang digunakan untuk sirkulasi pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan Ruang-ruang trotoar tersebut banyak yang beralih fungsi menjadi lokasi berdagang PKL
Peralihan fungsi trotoar ini menyebabkan terganggunya aktivitas pejalan kaki sehingga pejalan terpaksa harus menggunakan jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk berjalan guna menghindari berbagai hambatan di atas trotoar Hal ini menyebabkan pejalan kaki terpaksa harus berhati-hati jika melangkah terkadang juga harus mengalah berjalan pada ruang-ruang jalur lambat dan sebagian badan jalan Kondisi ini sangat tidak aman dan
Masalah yang utama itu dari setiap
pedagang kaki lima di Jalur Pejalan Kaki
di Jalan Samanhudi Jember yaitu
Penggusuran Para PKL liar yang tidak
memiliki TDU(Tanda Daftar Usaha)
mereka biasanya akan di gusur dengan
peringatan yang di berikan sampai di
laksanakan penggusuran paksa padahal
Pedagang kaki lima merupakan salah satu
solusi akan masalah tingginya angka
pengangguran dan sedikitnya lapangan
kerja bagi masyarakat berpendidikan
rendah seperti mereka Pemerintah dalam
hal ini tidak dapat menyediakan lahan
pengganti bagi mereka untuk melanjutkan
usaha mereka jika pun ada pemerintah
menyediakan lahan-lahan yang letaknya
kurang strategis yang secara pasti
menurunkan dan mematikan pendapatan
yang mereka dapatkan dan akhirnya
Legalitas lokasi aktivitas
PKL yang biasanya ditempatkan
di dalam ruang publik seperti di
atas trotoar di atas saluran
drainase taman dan ruang publik
lainnya patut dipertanyakan
karena ketidakberdayaannya
peraturan tersebut dalam
menangani PKL Sebagai contoh
di sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi legalitas lokasi untuk
aktivitas PKL yang linier di
sepanjang jalan yang bertempat di
atas drainase Dalam aspek
apapun hal tersebut tidak dapat
dilegalkan terlebih tidak ada
penjelasan mengenai luasan atau
desain yang diperbolehkan PKL
untuk menggelar dasaran pada
dimensi saluran drainase yang
PKL yang menempati
ruang-ruang trotoar
menyebabkan
terganggunya aktivitas
pejalan kaki
Pemerintah tidak dapat
menyediakan lahan
pengganti
Legalitas lokasi aktivitas
PKL yang biasanya
ditempatkan di dalam
ruang publik seperti di atas
trotoar di atas saluran
drainase taman dan ruang
publik patut
dipertanyakan
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
nyaman bagi pejalan kaki ataupun bagi pengendara kendaraan bermotor karena mengganggu arus lalu lintas dan membahayakan keselamatan jiwa mereka hal seperti ini dapat kita lihat di depan dan di samping Masjid Baiturrahman di depan Citraland Mall di depan dan di samping Plasa Simpang Lima di depan dan di samping Kompleks Pertokoan Simpang Lima di depan dan di samping Ramayana Super Center di depan dan di samping SMKN 7 SemarangKantor Telkom dan di depan Gajahmada Plaza
Pemilihan lokasi PKL dipengaruhi oleh kecenderungan aktivitas PKL yang selalu menentukan lokasi mendekati pusat-pusat keramaian atau pusat-pusat perdagangan dan jasa dan lokasi-lokasi yang sering dikunjungi oleh orang banyak dalam kurun waktu tertentu secara periodik dan menerus Alasan inilah yang kemudian mendasari penentuan lokasi PKL Kawasan Bundaran Simpang Lima untuk berjualan di trotoar karena ruang-ruang jalur pedestrian inilah yang
mereka harus gulung tikar dan menjadi
pengangguran yang semakin menambah
permasalahan di Indonesia Pemerintah
harus mencari cara dan tempat yang baik
untuk mereka berdagang ditengah modal
mereka yang kecil agar di sisi lain semua
para pedagang kaki lima tidak hilang
lapangan kerjanya dan bias melanjutkan
kelangsungan hidupnya
ada Selain itu PKL juga
menempati trotoar yang
mengakibatkan bertambahnya
permasalahan yang terdapat di
lokasi tersebut Imbas secara
langsung dirasakan oleh
pengguna trotoar yaitu pedestrian
ketidaknyamanan bahkan tidak
adanya lagi ruang untuk berjalan
di atas trotoar acapkali menjadi
konsekuensi pedestrian yang
trotoarnya diserobot PKL
Aglomerasi aktivitas PKL yang
berlokasi di sekitar pintu masuk
pengunjung Rumah Sakit dr
Kariadi menyebabkan
penumpukan aktivitas seperti
aktivitas keluar masuk
pengunjung aktivitas jual beli
antara PKL dengan konsumen
lalu lintas kendaraan yang sedang
melewati Jalan dr Kariadi serta
angkutan umum yang sedang
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
dianggap sebagai lokasi yang ramai dikunjungi oleh pejalan kaki yang melakukan pergerakan dalam mencapai tempat tujuan perjalanannya Begitu juga dengan ruang Lapangan Pancasila karena selalu ramai dikunjungi pada hari-hari libur dengan rata-rata pengunjung mencapai 51 ndash 100 oranghari dikarenakan kedudukannya sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya
berhenti mencari penumpang
Sekali lagi permasalahan tersebut
disikapi oleh pemerintah dengan
penertiban dan penggusuran yang
hampir tidak pernah berakhir
manis
Mengetahui
peranan PKL
Kehadiran PKL di Kawasan
Bundaran Simpang Lima juga mampu
menciptakan kehidupan yang menerus
sehingga terhindar dari kematian
kawasan pada saat tertentu akan tetapi
di sisi lain kehadiran PKL
menyebabkan ketidakteraturan
kekumuhan dan kualitas fisik yang
buruk sehingga merusak wajah kota
Selain itu PKL yang berjualan di
Lapangan Pancasila pada malam hari
dengan kehidupan malam dan wanita-
wanita penghibur yang berdandan tebal
Tempat pedagang kaki lima bagi
Masyarakat dijalan Samanhudi Jember
sangat penting sebagai penyedia kebutuhan
yang dibutuhkan oleh Masyarakat Jember
Pedangan kaki lima sangat mempengaruhi
pola pasar dan sosial di Jember khususnya
didaerah Jalan Samanhudi Dalam bidang
perekonomian pedagang kaki lima hanya
berpengaruh sebagai produsen yang
penting bagi Masyarakat Jember
mengingat akan Meningkatnya jumlah
Penduduk Mereka cenderung lebih
memilih membeli pada pedagang kaki lima
Usaha PKL yang terus
berkembang pesat menarik PKL
untuk mempekerjakan karyawan
selain tenaga yang dibutuhkan
memang tidak bisa dikerjakan
sendiri terdapat pula pemilik
modal yang menyewa tempat
usaha namun dijadikan usaha
sampingan sehingga tidak
mengelola secara langsung
usahanya namun dengan
mempekerjakan karyawan PKL
yang statusnya sebagai karyawan
Pedangan kaki lima sangat
mempengaruhi pola pasar
dan sosial
harga yang PKL tawarkan
lebih murah dibandingkan
dengan harga di mall
grosir maupun indogrosir
sebagai salah satu
alternatif lapangan
pekerjaan bagi masyarakat
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
menciptakan kesan negatif dan
memperburuk citra kawasan
daripada membeli di supermarket yang
sudah merajalela di kota Jember pada saat
ini mall atau grosir maupun indogrosir
yang banyak tersebar di kota Jember
dikarenakan harga yang mereka tawarkan
lebih murah
sebanyak 10 dimana karyawan
tersebut memanfaatkan PKL
sebagai lapangan pekerjaan
Sehingga bekerja sebagai
karyawan PKL dapat dikatakan
sebagai salah satu alternatif
lapangan pekerjaan bagi
masyarakat
Mengetahui
pola aktivitas
PKL dijalur
pejalan kaki
Aktivitas PKL sendiri
memiliki kecenderungan untuk
menempati ruang ruang antar aktivitas
yang selalu ramai dilewatidikunjungi
oleh banyak orang dalam melakukan
pergerakan perpindahan dari aktivitas
satu ke aktivitas yang lain atau dari
bangunan perdagangan modern satu ke
bangunan perdagangan modern yang
lain secara periodik dalam rentang
waktu tertentu sehingga kemudian
pilihan ini jatuh kepada jalur-jalur
pedestrian yang notabene merupakan
ruang-ruang terbuka publik yang
PKL berdagang dengan menempati
tempat yang tetap dan tidak berpindah-
pindah
Modal dan aset sebagian besar adalah
milik sendiri
Berdagang di Samanhudi merupakan
usaha utama
Alat peraga PKL pada kawasan ini
dapat dibedakan menjadi
ndashAlat peraga semi permanen dari kayu
dan tenda yang bersifat menetap
ndashAlat peraga dengan bangku meja dan
tenda sekaligus sebagai tempat tinggal
ndashAlat peraga beroda namun menetap
Pola Aktivitas pelayanan PKL di
kawasan sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi pada umumnya melayani
pengunjung rumah sakit namun
tidak menutup kemungkinan
konsumennya adalah pengendara
atau orang yang sedang melintasi
jalan tersebut tanpa bermaksud
untuk masuk ke rumah sakit
Selain itu konsumen
yang berasal dari sekitar lokasi
PKL seperti penduduk
permukiman di sekitarnya
pekerja yang bekerja di sektor
Aktivitas PKL memiliki
kecenderungan untuk
menempati ruang ruang
antar aktivitas yang selalu
ramai dilewatidikunjungi
oleh banyak orang dalam
melakukan pergerakan
perpindahan dari aktivitas
satu ke aktivitas yang lain
atau dari bangunan
perdagangan modern satu
ke bangunan perdagangan
modern
Saat berjualan alat peraga
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
seyogyanya digunakan oleh pejalan
kaki Keberadaan ruang trotoar yang
semakin sempit oleh penggunaan ruang
PKL membuat pejalan kaki
menjatuhkan pilihan untuk melakukan
perjalanan pada ruang-ruang seperti
jalur lambat dan sebagian badan jalan
sehingga mengurangi keamanan jiwa
dan kenyamanan pejalan kaki sendiri
serta pengguna jalan yang lain
(pengendara)
Kegiatan-kegiatan yang
dilakukan oleh pejalan kaki pada
ruang-ruang jalur pedestrian atau
trotoar di Kawasan Bundaran Simpang
Lima adalah kegiatan berjalan dan
berbelanja Sebagian dari pejalan kaki
hanya berjalan melintasi trotoar untuk
menuju lokasi tujuannya akan tetapi
ada pula sebagian dari pejalan kaki
yang berjalan sambil melihat-lihat
bahkan ada yang berbelanja pada PKL
ndashAlat peraga beroda namun menetap
dengan bangku dan meja
ndashHanya berupa matras sebagai alas
dagangan yang dapat berpindah
sewaktu-waktu
Alat peraga yang dipakai untuk usaha
tidak seragam dan tidak menggunakan
desain yang baik sehingga terkesan
kumuh kurang bersih dan sangat
mengganggu wajah kota dan menutup
fasade bangunan di belakangnya
Saat berjualan alat peraga kios
sebagian besar menempati badan jalan
dan trotoar
Saat tidak berjualan alat peraga kios
sebagian besar tetap di lokasi jualan
lama berjualan di Samanhudi sebagian
besar antara 6 ndash10 tahun
Terbanyak dari pedagang belum
pernah bekerja di sektor lain dan dari
semula telah menjadi PKL di
Samanhudidi bandingkan denga harga
yang ada di mall Pedagang
lain sehingga tidak ada batasan
pasti mengenai pola pelayanan
para PKL tersebut
Waktu beraktivitas para
PKL umumnya terbagi menjadi
dua sesi PKL yang pertama
adalah pedagang yang aktivitas
berdagangnya pada pagi hingga
siang hari Pedagang yang kedua
merupakan pedagang yang
mempunyai waktu layanan pada
sore hingga malam hari Namun
tidak menutup kemungkinan
terdapat beberapa PKL yang
berdagang dari pagi hingga
malam hari bahkan buka nonstop
mengingat rumah sakit
beraktivitas selama sehari penuh
sehingga mereka mengikuti
aktivitas sektor formal yang ada
di sekitarnya
Waktu berdagang
tersebut juga disesuaikan dengan
kios sebagian besar
menempati badan jalan
dan trotoar
Waktu beraktivitas para
PKL umumnya terbagi
menjadi dua sesi PKL
yang pertama adalah
pedagang yang aktivitas
berdagangnya pada pagi
hingga siang hari
Pedagang yang kedua
merupakan pedagang yang
mempunyai waktu layanan
pada sore hingga malam
hari Namun tidak
menutup kemungkinan
terdapat beberapa PKL
yang berdagang dari pagi
hingga malam hari bahkan
buka nonstop
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
izin usaha yang diberlakukan oleh
petugas kelurahan sebagai pihak
yang berwenang menangani PKL
Untuk lokasi yang dilarang untuk
PKL oleh PKL tetap digunakan
sebagai lokasi untuk berdagang
dengan waktu berdagang setelah
jam kerja yaitu sore hingga
malam hari
Mengetahui
Pengelolaan
PKL di jalur
pejalan kaki
dalam perkembangannya
pemerintah mengeluarkan SK
Walikota Kota Semarang No 511316
tahun 2001 tentang Penetapan Lahan
yang mengatur tentang lokasi-lokasi
dan waktu aktivitas PKL yang
diperbolehkan oleh pemerintah pada
Kawasan Bundaran Simpang Lima
agar tetap terjaga kerapihan dan
estetikakeindahan wajah kawasannya
yaitu PKL yang berjualan di depan
Kompleks Pertokoan Simpang Lima
depan Ramayana SC depan Kantor
Adanya pengakuan resmi dari
pemerintah terhadap PKL Samanhudi
sebagai salah satu sector ekonomi di
kawasan studi melalui surat keputusan
resmi Surat keputusan ini sekaligus
mengatur hak kewajiban dan
tanggung jawab PKL sebagai
kompensasi perubahan status yang
telah diberikan oleh pemerintah
Pedagang kaki lima perlu untuk
mendapatkan pembinaan dari
pemerintah Kabupaten Jember untuk
meningkatkan kemampuan wirausaha
Pemerintah Kota Semarang
berwenang dalam mengatur
keberadaan PKL di ruang Kota
Semarang seperti yang terdapat di
kawasan sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi dengan bentuk
pengelolaan lokasional (stabilitas
atau pengaturan) dan struktural
(perijinan) Dalam pengaturan
tersebut Pemerintah Kota
Semarang menggunakan dasar
hukum berupa Undang-Undang
Peraturan Pemerintah Peraturan
mengatur tentang lokasi-
lokasi dan waktu aktivitas
PKL yang diperbolehkan
oleh pemerintah agar tetap
terjaga kerapihan dan
estetikakeindahan wajah
kawasannya
Pedagang kaki lima perlu
untuk mendapatkan
pembinaan
Pedestrian dirancang ulang
dengan dilebarkan hingga
area parkiran street
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
TelkomSMKN 7 Semarang depan
Gajahmada Plaza dan depan Masjid
Baiturrahman boleh berjualan dari
pukul 1600 ndash 0400 WIB (khusus pada
Hari Minggu PKL diijinkan untuk
berjualan mulai pukul 0600 ndash 0800
WIB) menempati ruang trotoar dengan
luas areal 4 x 6 meter
Sampai dengan tahun 2008
PKL di Kawasan Bundaran Simpang
Lima mencapai 1536 pedagang dan
ada kecenderungan akan terus
meningkat dari tahun ke tahun (lihat
Tabel III4) Kecenderungan lokasi
PKL pada masa-masa yang akan
datang mengikuti kecenderungan dari
perkembangan aktivitas formal
kawasan yang ada demikian juga
kecenderungan waktu berdagangnya
Melihat kecenderungan aktivitas PKL
kawasan maka SK Walikota Kota
Semarang No 511316 tahun 2001
sudah tidak relevan lagi dan perlu
dan peningkatan kualitas barang
dagang dan pelayanan terhadap
pembeli konsumen sehingga bias
meningkatkan pendapatan dan
aktivitas pedagang kaki lima dapat
member nilai tambah serta dapat
memberkan peluang kerja yang dapat
mengurangi tingkat pengangguran di
Kabupaten Jember Bentuk pembinaan
berupa penyuluhan yang diberikan
berkala secara rutin Program
pembinaan diadakan oleh pemerintah
Paguyuban Samanhudi merupakan
Kelembagaan yang memiliki
kewenangan atau keterikatan dengan
pengelolaan dan pembinaan Pedagang
Kaki Lima KoridorJalan
SamanhudiPaguyuban ini
beranggotakan wakil PKL wakil
pedagang formal wakil pemerintah
dari dinas Kebersihan dan
Pertamanan Dinas Polisi Pamong
Praja Dinas Pariwisata Dinas
Daerah dan Surat Keputusan
Walikota Adapun dasar hukum
yang mengatur secara jelas
mengenai aktivitas PKL di Kota
Semarang yang berlaku saat ini
diantaranya adalah sebagai
berikut
1048707 Peraturan Daerah No 11 Tahun
2000 tentang Pengaturan dan
Pembinaan PKL Perda ini
menjelaskan tentang pengaturan
dan pembinaan PKL di Kota
Semarang seperti pengaturan
tempat usaha hak kewajiban dan
larangan untuk PKL Dalam
kaitannya dengan karakteristik
berlokasi aktivitas PKL
dijelaskan dalam Perda ini yang
terdapat dalam pasal 3 yaitu
penempatan lokasi kegiatan PKL
diatur dengan mempertimbangkan
tempat kepentingan untuk umum
lainnya seperti kepentingan untuk
sehingga jalur aktif
kendaraan tidak
mengalami penyempitan
mengatur keberadaan PKL
di ruang Kota dengan
bentuk pengelolaan
lokasional (stabilitas atau
pengaturan) dan struktural
(perijinan)
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
ditinjau kembali sesuai dengan
kecenderungan dan kebutuhan yang
ada di lapangan
Pendapatan dan Dinas LPMK
Kabupaten Jemberserta pihak
penengah selaku penasehat dan pihak
netral yang diwakili oleh pakar PKL
dari universitas tokoh masyarakat dan
pakar PKL lainnya
Penerapan tema khusus pada penataan
PKL kawasan studi agar mempunyai
cirri khas dan dapat mengangkat citra
kawasan dan meningkatkan daya tarik
kawasan Contoh produk khas
jember yang dapat diangkat sebagai
tema adalah tembakau rookk dan
cerutu mengingat Jember sebagai
penghasil tembakau terbesar di Jawa
Kegiatan khas Jember yang dapat
diangkat sebagai tema yaitu Jember
Fashion Carnaval Penerapan tema
dapat diaplikasikan pada sarana usaha
PKL finishing pedestrian perabot
kota dan elemen pendukung lainnya
Pedestrian dirancang ulang dengan
pejalan dan untuk sirkulasi
kendaraan Untuk lebih jelas
mengenai detail isi perda tersebut
dapat dilihat pada Lampiran F
1048707 Surat Keputusan Walikota
Semarang No 51136 Tahun
2001 tentang lokasi PKL di Kota
Semarang dimana di dalamnya
diantaranya mengatur luas area
batas pemakaian area waktu
aktivitas dan tempat aktivitas
PKL Ruas kanan Jalan dr
Kariadi dari arah Jalan Veteran
merupakan lokasi yang
diperbolehkan untuk aktivitas
PKL Lokasi tersebut menempati
trotoar serta bangunan berupa
semi permanen Untuk lebih jelas
mengenai detail isi SK tersebut
dapat dilihat pada Lampiran F
1048707 Perda No 6 Tahun 2004
tentang Rencana Detail Tata
Ruang Kota Semarang Bagian
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
dilebarkan hingga area parkiran street
sehingga jalur aktif kendaraan tidak
mengalami penyempitan Diberikan
perbedaan yang tegas antara ruang
PKL dan ruang pejalan kaki dan jalur
kendaraan berupa perbedaan tinggi
lantaiSehingga dikemudian hari kios
PKL tidak melebar ke segala sisi
Wilayah Kota (BWK) I
(Kecamatan Semarang Tengah
Semarang Timur dan Semarang
Selatan Tahun 2000-2010 Perda
tersebut menjelaskan mengenai
fungsi serta peran BWK I yang
terkait dengan sektor formal di
wilayah tersebut yaitu penjelasan
mengenai fasilitas kesehatan yang
berada khususnya di Kelurahan
Randusari Selain itu dijelaskan
pula kelas Jalan dr Kariadi Jalan
dr Soetomo dan Jalan Veteran
serta jalur transportasi yang
melaluinya
41
352 Kajian PKL di Jalur Pejalan Kaki di Jalan Samanhudi Kabupaten Jember
3521 Analisa Konflik Kepentingan
Tabel IV1Analisa Konflik Kepentingan
Sumber Hasil Analisis Maria Kurnia U 2009
41
3522 Analisa Konflik Penggunaan Ruang
Tabel IV2
Analisa Konflik Penggunaan Ruang
Sumber Hasil Analisis Maria Kurnia U 2009
3523 Analisis Konsep Simbiosis Mutualistik
A Analisa Teori
Analisa ini bertujuan menelusuri konflik kepentingan dan konflik penggunaan ruang
melalui kajian teori-teori tentang penataan PKL yang didapatkan dari literature dan penelitian
PKL yang pernah dilakukan sebelumnya Meminimalisir konflik yang terjadi diperlukan
ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun
menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan
Samanhudi dengan kawasan PKL lain
ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL
41
ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun
dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja
namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang
namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan
ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa
jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan
harga antara pedagang formal dan PKL
ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan
pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak
penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi
antar pihak
ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai
dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan
perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang
informal
ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan
persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL
ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan
dalih keamanan
ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan
pejalan kaki dan pengendara kendaraan
ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki
ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL
ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan
ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa
harus saling menumpuk
ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak
ndash Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini
menjadi jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen
B Triangulasi Konsep Simbiosis Mutualistik
Triangulasi konsep simbiosis mutualistik dilakukan untuk mendapatkan konsep-
konsep penataan pedagang kaki lima yang menguntungkan berbagai pihak yang terkait yang
membandingkan antara fakta empiris studi kasus dan teori
41
Mengakui eksistensi PKL didukung dengan program kebijakan untuk mengelola
aktivitas PKL
Penyuluhan pembinaan dan pelatihan untuk PKL
Pemberian bantuan modal dari pemerintah maupun dari sektor swasta (dengan konsep
kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitusaja namun dilakukan kontrol terhadap dana
bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang begitu saja namun dapat dimanfaatkan secara
berkelanjutan
Peningkatan citra kawasan melalui pembentukan karakter khusus PKL di lokasi studi
sehingga membedakan PKL Samanhudi dengan PKL di kawasan lain
Pengelompokkan PKL menurut jenis barang dagangan dan perletaknnya diatur menurut
jenis dagangan toko formal sehingga tidak terjadi perebutan konsumen
Peningkatan citra kawasan sehingga menambah daya tarik pengunjung
Pembentukan Paguyuban Samanhudi yang beranggotakan PKL pedagang formal dan
pihak penengah untuk menyamakan aspirasi antar golongan dan sebagai forum diskusi
Legalitas sektor informal yang diakui oleh pemerintah
Perumusan kebijakan dan peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan
perdagangan informal
Peraturan didukung pengawasan yang ketat sangsi yang jelas dan sosialisasi serta
persamaan persepsi
Perancangan sarana usaha sesuai dengan jenis barang dagangan dan aspirasi PKL
Sosialisasi status ruang PKL
Peningkatan keamanan dan pengawasan untuk mencegah pemerasan tindak kejahatan
lain
Mempertahankan orientasi PKL ke arah bangunan formal
Perbaikan pelebaran dan pemeliharaan jalur pejalan kaki (pedestrian) sebatas ruang
parkir on street sehingga jalur aktif jalan tidak berkurang
Pemisahan yang jelas antara jalur pejalan kaki dan ruang PKL
Pemisahan yang jelas antara jalur pengendara ruang PKL dan jalur pejalan kaki
Mengatur ruang parkir off street di sepanjang jalan untuk mengurangi beban jalan akibat
penyempitan jalan karena adanya pelebaran pedestrian
Perpanjangan sosoran dari bangunan formal sebagai pelindung pejalan kaki dan ruang
PKL sehingga PKL tidak perlu memakai ataptambahan untuk kiosnya
Bentuk sarana usaha berupa meja dorong tanpa atap agar akses visual pencahayaan dan
penghawaan ke bangunan formal tidak terhalang
41
Diberikan jarak setiap 2 kios sebagai akses masuk ke bangunan formal
Mengikutsertakan seluruh pihak terkait dalam penyampaian keputusan
Perancangan dapat mewadahi ruang PKL
Ruang PKL mengikuti arus pergerakan manusia
Pengaturan kebersihan dan ketertiban
C Konsep Legalitas PKL
Adanya pengakuan resmi dari pemerintah terhadap PKL Samanhudi sebagai salah satu
sector ekonomi di kawasan studi melalui surat keputusan resmi Surat keputusan ini
sekaligus mengatur hak kewajiban dan tanggung jawab PKL sebagai kompensasi
perubahan status yang telah diberikan oleh pemerintah
PKL berhak mendapatkan perlindungan hokum dan pinjaman modal dari pemerintah
Namun sebagai sector resmi PKL dikenakan pajak penghasilan dan retribusi Besarnya
pajak Pajak penghasilan dibedakan dari sektorformal Dengan membayar pajak PKL
berhak mendapatkan perlindungan pemerintah dari oknum preman dsb
PKL wajib mendukung program-program penertiban yang dilakukan pemerintah Apabila
PKL melanggar hak dan kewajiban yang telah diputuskan PKL tidak berhak lagi
menempati lapak yang telah dipinjamkan oleh pemerintah Dan dicabut ijin berjualannya
di kawasan Samanhudi
Dalam konsep ini simbiosis mutualistik terjadi antara pemerintah dan PKL dimana PKL
mendapatkan pengakuan perlindungan dan bantuan modal dari pemerintah sementara
pemerintah mendapatkan retribusi pajak penghasilan dan ketertiban dari PKL
D Konsep Pembinaan dan Permodalan
Pedagang kaki lima perlu untuk mendapatkan pembinaan dari pemerintah Kabupaten
Jember untuk meningkatkan kemampuan wirausaha dan peningkatan kualitas barang
dagang dan pelayanan terhadap pembeli konsumen sehingga bias meningkatkan
pendapatan dan aktivitas pedagang kaki lima dapat member nilai tambah serta dapat
memberkan peluang kerja yang dapat mengurangi tingkat pengangguran di Kabupaten
Jember Bentuk pembinaan berupa penyuluhan yang diberikan berkala secara rutin
Program pembinaan diadakan oleh pemerintah
Program pembinaan juga digunakan sebagai sarana pertemuan rutin dan sosialisasi
peraturan-peraturan yang dilakukan pemerintah
Program pembinaan juga dapat dijadikan sarana untuk selalu mengingatkan hak dan
kewajiban serta sangsi yang diterapkan bila PKL melanggar selama beroperasi dikawasan
Samanhudi
41
Program pembinaan memberikan keuntungan kepada PKL dan pemerintah PKL
mendapatkan peningkatan kemampuan dan pemerintah mendapat sarana sosialisasi
Pemberian bantuan modal ini tidak ditujukan kepada semua pedagang kaki lima tetapi
diberikan kepada beberapa pelaku usaha yang memiliki potensi dan criteria yang telah
ditentukan
Pemerintah dalam memberikan bantuan modal ini juga harus bekerja sama dengan
instansi-isntansi lain yang terkait
Pemberian modal dari pihak swasta sangat disarankan
Konsep ini memberikan keuntungan kepada pihak PKL berupa bantuan modal dengan
bunga ringan keuntungan laba pinjaman kepada pemberi modal dan bila pihak swasta
terlibat mendapatkan keuntungan berupa kesempatan untuk periklanan
E Konsep Kelembagaan Paguyuban Samanhudi
Paguyuban Samanhudi merupakan Kelembagaan yang memiliki kewenangan atau
keterikatan dengan pengelolaan dan pembinaan Pedagang Kaki Lima KoridorJalan
SamanhudiPaguyuban ini beranggotakan wakil PKL wakil pedagang formal wakil
pemerintah dari dinas Kebersihan dan Pertamanan Dinas Polisi Pamong Praja Dinas
Pariwisata Dinas Pendapatan dan Dinas LPMK Kabupaten Jemberserta pihak penengah
selaku penasehat dan pihak netral yang diwakili oleh pakar PKL dari universitas tokoh
masyarakat dan pakar PKL lainnya
Peran Paguyuban ini adalah sebagai forum diskusi dari semua pihak untuk menampung
aspirasi dan menetralisasi konflik yang terjadi sehingga setiap aspek dikoridor jalan
Samanhudi dapat melakukan koordinasi dan semua aspirasi dari semua pihak dapat
tersampaikan Fungsi paguyuban juga sebagai sarana mengikutsertakan semua pihak
terkait dalam membuat rancangan peraturan dan sosialisasi peraturan yang telah
ditetapkan pemerintah mengenai PKL kepada semua pihak terkait
Paguyuban juga berfungsi sebagai pihak pengawas bekerja sama dengan pihak kepolisian
dan pamong praja untuk mengawasi segala pelanggaran yang dilakukan oleh semua pihak
terkait Penerapan sangsi harus tegas dan diawasi oleh paguyuban sehingga tidak terjadi
rsquopenyelesaiandamairsquo dari pihak pelanggar dana para penegak peraturan
Paguyuban memberikan keuntungan kepada PKL pedagang formal pemerintah dan
masyarakat berupa kesempatan untuk menyalurkan aspirasi
41
353 Kajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit Kariyadi
Semarang
3531 Analisis Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar
Rumah Sakit dr Kariadi
Analisis karakteristik aktivitas PKL menggunakan metode deskriptif kuantitaif
dan distribusi frekuensi Analisis ini nantinya menunjang untuk analisis selanjutnya
yaitu analisis karakteristik berlokasi PKL Analisis ini meliputi lokasi aktivitas PKL
tempat usaha PKL jenis barang dagangan sarana fisik berdagang pola layanan pola
penyebaran serta status kepemilikan usaha Uraian dari masing-masing analisis
tersebu dipaparkan sebagai berikut
a Lokasi Beraktivitas
Sesuai dengan ruang lingkup spasial dari penelitian ini lokasi yang digunakan
PKL untuk memanfaatkan aktivitas kegiatan utama Rumah Sakit dr Kariadi adalah di
sepanjang penggal Jalan dr Kariadi sebagian Jalan Veteran dan sebagian Jalan dr
Soetomo Mereka berlokasi di penggalpenggal jalan tersebut dikarenakan jalan
tersebut merupakan batas dari kawasan fasilitas kesehatan dan merupakan jalan arteri
sekunder kolektor sekunder dan lokal sekunder yang ramai orang berlalu lalang
lintas kendaraan serta dilewati jalur angkutan umum Kondisi tersebut ditangkap oleh
PKL sebagai peluang untuk mendapatkan konsumen dengan memanfaatkan tingkat
kunjungan yang tinggi dari aktivitas kegiatan utama serta orang yang lalu lalang yang
melintas di penggal jalan-jalan tersebut Untuk lebih jelas mengenai lokasi PKL dapat
dilihat pada Gambar berikut
41
Gambar 33
Lokasi Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Pada lokasi tersebut terbagi menjadi spot-spot yang menjadi lokasi PKl
berdasarkan penggal jalan yang telah disebutkan sebelumnya yaitu Jalan dr Kariadi
Jalan Veteran dan Jalan dr Soetomo Spot-spot tersebut memiliki karakteristik
masing-masing baik dari sisi aktivitas dan ruang usaha PKL maupun dari karakteristik
berlokasinya Di penggal Jalan dr Kariadi terdapat beberapa bagian yang merupakan
lokasi larangan untuk PKL lokasi yang diperbolehkan untuk menggelar dagangan
PKL serta PKL binaan kelurahan yang dikenal dengan istilah PKL orange Pada Jalan
Veteran yang diminati oleh PKL berada di sisi selatan jalan Lokasi tersebut juga
diperbolehkan untuk berdagang PKL sebagai kompensasi penggantian lokasi
penggusuran PKL yang berasal dari Jalan dr Kariadi sisi barat Lokasi yang
seharusnya bersih dari PKL adalah Jalan dr Soetomo karena merupakan jalur merah
Namun lokasi ini tetap diminati untuk berlokasi PKL diantaranya dikarenakan tidak
adanya lokasi lain serta lokasinya yang strategis Kestrategisan tersebut dilihat dari
status jalan yang merupakan jalan utama penghubung ke pusat-pusat aktivitas lainnya
serta akses ke pusat kota maupun ke luar kota sehingga frekuensi kendaraan yang lalu
lalang tinggi Selain itu lokasinya yang dekat dengan kegiatan utama yang ada di
sekitarnya seperti Rumah sakit dr Kariadi perkantoran ataupun permukiman Hal
tersebut dimanfaatkan PKL sebagai peluang mendapatkan konsumen
b Tempat Usaha
41
Lokasi yang diminati PKL tidak menyediakan tempat khusus untuk berdagang
PKL sehingga mereka menggunakan ruang-ruang publik untuk tempat usahanya
seperti di trotoar di atas saluran drainase bahu jalan dan badan jalan Dengan
difungsikannya ruang-ruang publik tersebut menjadi tempat berdagang bagi PKL
berakibat menurunnya fungsi ruang publik tersebut mengurangi citra kawasan serta
menurunnya kualitas lingkungan Oleh pemerintah kota ruang-ruang publik tersebut
dimanfaatkan untuk tempat usaha PKL karena diperlukan tempat usaha di lokasi
tersebut Hal ini sebagai upaya pemerintah untuk mewadahi aktivitas tersebut
Tempat-tempat tersebut dilegalkan menjadi tempat usaha yang diperuntukkan bagi
PKL sesuai dengan peraturan daerah nomor 11 tahun 2000 tentang PKL yang
notabene bertolak belakang dengan peraturan daerah lainnya yang mengatur tentang
ketertiban keindahan dan pertamanan Persentase PKL yang menempati ruang-ruang
publik dapat dilihat pada Gambar berikut ini
Gambar 34
Persentase Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Terdapat pula PKL yang tidak mendapat izin tempat usaha berdagang
khususnya PKLyang berlokasi di daerah larangan untuk PKL serta berdagang pada
waktu yang tidak diperbolehkan sehingga mereka tidak ditarik retribusi dan sewaktu-
waktu dapat ditertibkan oleh aparat penegak tata tertib Namun ketidaktertiban aparat
PKL yang tidak mendapat izin tersebut kadang-kadang juga dipungut retribusi yang
diistilahkan dengan uang keamanan namun frekuensinya tidak teratur PKL dalam
golongan ini jumlahnya minoritas jika dibandingkan dengan PKL yang mendapat izin
tempat usaha Berikut sketsa sebaran PKL menurut tempat usahanya yang dapat
dilihat pada Gambar
41
Gambar 35
Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
c Jenis Barang Dagangan
Dagangan mayoritas yang diperdagangkan oleh PKL di sekitar Rumah Sakit
dr Kariadi adalah jenis barang dagangan makanan seperti warung tegal bakso soto
es buah dan makanan kecil Jenis dagangan tersebut diminati karena PKL mencoba
menangkap aktivitas kegiatan utama yang banyak membutuhkan jenis barang
dagangan makanan
Jenis barang dagangan yang paling minoritas diperdagangkan adalah buah-
buahan Jenis dagangan inipun hanya dijumpai di penggal Jalan dr Kariadi karena di
penggal jalan tersebut terdapat pintu masuk pengunjung rumah sakit Jenis barang
dagangan ini biasanya digunakan sebagai cangkingan atau oleh-oleh untuk membesuk
pasien Namun jenis dagang ini kurang diminati pedagang dikarenakan barangnya
yang mudah busuk tidak mempunyai tempat penyimpanan khusus seperti kulkas
relatif mahal karena rata-rata buah impor serta konsumennya relatif sedikit
Kekurangminatan pedagang untuk menjual jenis dagangan ini dapat dilihat dari
sedikitnya jumlah PKL yang menjual dagangan ini
Jenis barang dagangan lain yang banyak diperdagangkan adalah kelontong
karena berjualan bermacam-macam jenis barang dari rokok makanan kecil air
kemasan bahkan sampai barang kebutuhan mereka yang beraktivitas di kegiatan
41
utama yaitu rumah sakit seperti untuk kebutuhan penunggu pasien yaitu tikar kipas
termos untuk air panas dan jenis barang lainnya
Jenis dagangan yang lain merupakan jenis barang dagangan yang umum
diperdagangkan atau jenis barang dagangannya hampir ada setiap ruas jalan-jalan
besar lokasi PKL lainnya di kota besar yang kebanyakan termasuk dalam jenis barang
dagangan non makanan dan jasa pelayanan seperti warung telekomunikasi bensin
tambal ban voucher pulsa fotocopy Untuk jasa pelayanan fotocopy yang banyak
tersebar di kawasan tersebut terkait dengan adanya kegiatan utama berupa fasilitas
pendidikan seperti Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro akademi
keperawatan dan farmasi sedangkan untuk jenis dagangan umum lainnya terkait
adanya permukiman di sekitar lokasi tersebut Namun ada barang dagangan yang khas
yaitu nisan karena lokasi sekitar Rumah sakit dr Kariadi terdapat tempat pemakaman
umum yang cukup besar yaitu TPU Bergota
Jenis dagangan yang dijual dapat dikatakan tidak semata hanya melayani
untuk aktivitas yang terkait dengan Rumah Sakit dr Kariadi namun juga melayani
terhadap aktivitas lainnya disekitar Rumah Sakit dr Kariadi seperti fasilitas
pendidikan permukiman pemakaman serta perkantoran bahkan aktivitas transportasi
seperti kebutuhan supir angkutan umum dan supir taxi Untuk lebih jelas mengenai
perbandingan jumlah PKL menurut jenis barang dagangan di masing-masing penggal
jalan dapat dilihat pada gambar berikut ini
Gambar 36
Karakteristik Jenis Barang Dagangan Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
41
d Sarana Fisik Berdagang
Masing-masing lokasi memiliki jenis sarana berdagang mayoritas yang
berbeda-beda Pada penggal Jalan dr Kariadi mayoritas PKL di penggal jalan tersebut
menggunakan kios sebagai sarana berdagangnya Kios-kios tersebut awalnya
merupakan warung semi permanen yang disekat-sekat Namun seiring dengan
perkembangan waktu dan adanya praktek sewa tempat usaha maka warung tersebut
dibangun permanen oleh pemiliknya bahkan diantaranya ada yang dilengkapi dengan
kamar mandi serta ruang tidur Hal tersebut dikarenakan sebagian kios juga dijadikan
sebagai tempat tinggal pemiliknya Asal pedagang yang dari luar Kota Semarang serta
biaya yang mengontrak relatif mahal sehingga menjadikan kiosnya sebagai sarana
usaha serta tempat tinggal sekaligus Sarana dagang tersebut telah menyimpang dari
peraturan daerah tentang PKL Latar belakang pendidikan PKL yang sebagian rendah
kemungkinan menjadi penyebab kurangnya pemahaman pedagang terhadap produk
hukum tersebut atau memang mengerti namun sengaja dilanggar karena tidak adanya
upaya pemerintah untuk menertibkan sarana berdagang yang telah melanggar
peraturan tersebut Selain itu ketidaktergantungan PKL terhadap ketersediaan
prasarana penunjang menjadikan PKL dalam beraktivitas tidak mempertimbangkan
aspek tersebut
Selain kios sarana dagangan yang banyak diminati adalah gerobak tenda yaitu
sarana dagangan utamanya gerobak yang ditunjang dengan tenda yang biasanya untuk
tempat makan konsumen Sarana dagang ini dianggap praktis karena mudah
dibongkar pasang serta dipindahkan Terlebih sarana dagang ini sesuai dengan
himbauan pemerintah dalam Perda No 11 tahun 2000 yaitu sarana PKL adalah yang
mudah untuk dibongkar serta dipindahkan
Lain halnya dengan PKL di penggal Jalan dr Soetomo mereka lebih banyak
menggunakan gerobak Hal tersebut dikarenakan lokasi tersebut merupakan lokasi
larangan untuk PKL tapi mereka tetap bertahan di lokasi tersebut dengan alasan tidak
tersedia tempat lain yang strategis untuk berjualan Dengan menggunakan gerobak
memudahkan mereka untuk lari atau berpindah tempat jika ada penertiban oleh aparat
penegak tata tertib
Di penggal Jalan Veteran sama halnya dengan sarana fisik yang digunakan
berdagang oleh PKL di penggal Jalan dr Kariadi Mereka mayoritas menggunakan
41
sarana berdagang berupa kios Mereka menggunakan sarana fisik dagangan kios
permanen yang dianggap aman karena memperoleh izin tempat usaha dari pihak
terkait untuk berdagang Namun sarana dagang yang dibuat permanen tersebut tidak
sesuai dengan perda tentang PKL yang mengharuskan sarana dagang pedagang kaki
lima yang mudah dibongkar dan dipindah-pindah
Sarana fisik dagangan yang kurang diminati adalah mobil Walaupun cukup
fleksibel untuk berpindah-pindah namun biaya untuk operasional sehari-hari cukup
mahal seperti bahan bakar perawatan mobil ataupun untuk pengadaan unit mobil itu
sendiri Hanya terdapat satu PKL yang menggunakan sarana dagangan ini yaitu
berada di penggal Jalan dr Kariadi Namun karena pada waktu penyebaran kuesioner
pedagang ini tidak berada di lokasi maka tidak masuk menjadi responden
e Pola Layanan
Untuk pola pelayanan terdapat tiga aspek yang dibahas yaitu mengenai waktu
layanan
aktivitas PKL serta sifat layanan Berikut uraian dari analisis pola pelayanan tersebut
1 Waktu Layanan
Sesuai waktu aktivitas kegiatan utama yang rata-rata pagi hingga sore hari
seperti fasilitas pendidikan perkantoran serta jam berkunjung dan pemeriksaan rumah
sakit maka mayoritas PKL membuka usahanya pada waktu tersebut yaitu sekitar
pukul 0900 hingga pukul 1600 Namun khusus yang berada di penggal Jalan dr
Kariadi yaitu di sekitar pintu masuk dan lokasi larangan untuk PKL hanya
diperbolehkan untuk berjualan pada sore hingga malam hari yaitu biasanya mereka
membuka usahanya sekitar pukul 1600 hingga 0000 Terdapat beberapa PKL yang
waktu usahanya menyesuaikan dengan waktu pelayanan rumah sakit yang buka 24
jam atau sepanjang hari Hal tersebut dilakukan menangkap peluang menjajakan
barang dagangan untuk kebutuhan aktivis rumah sakit seperti penunggu pasien
pengunjung atau petugas piket atau jaga serta tidak menutup kemungkinan pembeli
dari pengendara yang lalu lalang atau supir transportasi umum
Hal tersebut juga berlaku di penggal jalan yang lain dimana mayoritas
membuka usahanya pada pagi hingga sore hari Hanya minoritas yang membuka
usaha pada sore hingga malam hari serta sepanjang hari Faktor lain yang dapat
mempengaruhi waktu aktivitas PKL selain menyesuaikan waktu aktivitas kegiatan
utama adalah kepemilikan usaha yang merupakan milik pribadi sehingga mereka
membuka usahanya sesuai keinginan mereka
41
Terdapat pula fenomena satu lokasi ditempati oleh dua PKL dengan waktu
layanan yang berbeda PKL yang beraktivitas pada pagi hingga sore mencoba
menagkap peluang dari kunjungan ke kegiatan utama seperti rumah sakit fasilitas
pendidikan perkantoran serta perdagangan informal dan tidak menutup orang yang
lalu lalang melewati jalan-jalan tersebut Lokasi yang dianggap strategis serta
berprospektif tersebut digunakan oleh PKL lain untuk berjualan di tempat yang sama
Hal tersebut dimanfaatkan PKL untuk menangkap peluang dari kegiatan rumah sakit
serta orang yang lalu lalang Selain itu juga menangkap konsumen dari penumpang
bus malam yang melewati Jalan dr Soetomo dimana di jalur tersebut terdapat halte
serta konsumen dari supir angkutan umum yang sedang istirahat sejenak Berikut
pemetaan PKL menurut waktu berdagangnya
Gambar 37Peta Sebaran Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Menurut Waktu Layanan
2 Sifat Layanan
Dari gambar di bawah ini dapat disimpulkan bahwa mayoritas PKL di sekitar
Rumah Sakit dr Kariadi memiliki sifat layanan menetap baik dari segi tempat
berdagangnya yang tetap serta waktu berdagangnya yang sama setiap harinya hal ini
nampak pada sarana fisik dagangan para PKL tersebut yang berupa kios yang
memang tidak bisa dipindah-pindah atau permanen Hanya 13 yang memiliki sifat
layanan semi menetap Berikut persentase PKL menurut sifat layanannya
41
Gambar 38Persentase Sifat Layanan Pedagang Kaki LimaDi Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Sifat layanan semi menetap biasanya PKL yang tempat usahanya yang
merupakan gabungan antara menetap dengan keliling yaitu pada awal waktu
berdagang pada lokasi yang sama tiap harinya namun jika belum habis dagangannya
mereka berkeliling serta jam berdagang yang tidak tetap tiap harinya terkadang hanya
sampai siang karena dagangannya habis Sisanya yang 2 berjualan secara
berkeliling yang diantaranya bertujuan untuk mendekati konsumen serta
memanfaatkan waktu-waktu puncak kegiatan utama rumah sakit seperti waktu
kunjungan menjenguk pasien
f Pola Penyebaran
Pola penyebaran PKL mayoritas mengikuti pola jalan yang ada yaitu linier
Mereka berjualan di bahu-bahu jalan bahkan ada yang berada di atas saluran drainase
Selain itu pola penyebaran tersebut terbentuk karena lokasi yang diperbolehkan untuk
PKL menempati trotoar trotoar sepanjang jalan yang secara otomatis membentuk
linier Alasan lainnya yang diungkapkan oleh pedagang adalah agar dagangannya
mudah dilihat oleh orang yang lalu lalang Namun terdapat beberapa PKL yang
berjualan secara aglomerasi dengan PKL yang berjualannya bergerombol di dekat
pintu masuk pengunjung Rumah Sakit dr Kariadi seperti yang dapat dijumpai di Jalan
dr Kariadi yaitu bergerombol di sekitar pintu masuk pengunjung rumah sakit serta di
Jalan dr Soetomo yang bergerombol di dekat pintu masuk UGD dan pintu masuk ke
Gedung Pavilliun Garuda Hal tersebut dimaksudkan untuk mendekati pengunjung
yang akan masuk ke rumah sakit Hanya sebagian kecil saja yang lokasinya berjauhan
dengan PKL lainnya atau menyebar untuk mengurangi persaingan dengan PKL
lainnya
41
g Kesimpulan Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar
Rumah Sakit dr Kariadi
Tempat usaha tidak terdapatnya tempat yang dikhususkan untuk PKL pemerintah
memfasilitasinya dengan memperbolehkan menempati ruang-ruang publik seperti
trotoar badan atau bahu jalan serta di atas saluran drainase melalui Perda no 11 tahun
2000 Namun hal ini dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan
serta visual kawasan dan tidak optimalnya ruang publik tersebut Mayoritas PKL di
kawasan tersebut telah mengantongi izin tempat usaha dari kelurahan selaku pihak
berwenang
Jenis barang dagangan karakteristik jenis barang dagangan PKL pada umumnya
mengikuti kebutuhan kegiatan utama yaitu aktivitas Rumah Sakit dr Kariadi dan
sekitarnya seperti fasilitas pendidikan perkantoran perdagangan informal
permukiman dan pemakaman Jenis barang dagangan yang mayoritas diperdagangkan
berupa makanan Jenis barang dagangan yang diperdagangkan adalah non makanan
buah-buahan jasa pelayanan serta kelontong Terkait dengan kegiatan utama terdapat
beberapa jeni barang dagangan yang spesifik seperti termos tikar kipas guna
memenuhi kebutuha penunggu pasien
Sarana fisik dagangan mayoritas berupa kios yang dibangun permanen serta
gerobak tenda Menggunakan kios dikarenakan lokasinya yang telah dilegalkan untuk
aktivitas PKL serta terkait pola layanan yang menetap serta pada waktu berdagang
yang tetap Sedangkan gerobak tenda banyak digunakan oleh pedagang makanan
dimana tendanya digunakan sebagai tempat untuk konsumen Untuk bangunan
permanen diantaranya digunakan sebagai tempat tinggal Ketidakketergantungan
PKL terhadap prasarana penunjang sehingga PKL tidak mempertimbangkan aspek
tersebut karena mereka dapat mengusahakan sendiri
Pola pelayanan dari segi waktunya mengikuti waktu aktivitas kegiatan utama yaitu
pagi hingga sore hari sekitar pukul 0900 ndash 1600 serta telah mendapat izin tempat
usaha dari pihak berwenang namun terdapat pula PKL yang beraktivitas sore hingga
malam hari yaitu pukul 1600 ndash 0000 serta sepanjang hari Sifat layanannya menetap
mengingat mayoritas bersarana fisik dagangan berupa kios serta waktu berdagang
yang relatif tetap
Pola penyebaran mayoritas secara linier yaitu mengikuti pola jalan karena lokasi
yang dilegalkan untuk PKL oleh pemerintah menempati ruang-ruang publik seperti
trotoar di atas saluran drainase dan bahu jalan yang notabene mengikuti pola jalan
41
Selain itu terdapat sebagian beraglomerasi di sekitar pintu masuk rumah sakit yang
bertujuan untuk mendekati konsumen dan sisanya menyebar agar mengurangi
saingan
ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun
menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan
Samanhudi dengan kawasan PKL lain
ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL
ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun
dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja
namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang
namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan
ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa
jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan
harga antara pedagang formal dan PKL
ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan
pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak
penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi
antar pihak
ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai
dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan
perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang
informal
ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan
persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL
ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan
dalih keamanan
ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan
pejalan kaki dan pengendara kendaraan
ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki
ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL
ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan
ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa
harus saling menumpuk
41
ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak
Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini menjadi
jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen
41
Pengelolaan PKL
Pengelolaan PKL di Bundaran
Simpang Lima
Lima Semarang
Pengelolaan PKL di
Kabupaten Jember
Pengelolaan PKL di Kawasan Sekitar Rumah
Sakit dr Kariadi Semarang
Mengakui keberadaan PKL dengan
menuangkannya di dalam produk-
produk tata ruang
Penegakan peraturan
perundagangan yang terkait
dengan PKL
Menjalin kerjasama dengan sektor
formal dalam menyediakan ruang
bagi PKL
Menyediakan ruang perkotaan
yang dikhususkan bagi sektor
informal
Peningkatan citra PKL
Pengakuan terhadap eksistensi PKL
Control terhadap dana bantuan
Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo
Penindakan tegas kepada oknum yang
melakukan perampasan hak pada PKL
dengan dalih keamanan
Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk
menampung aktivitas PKL dan pejalan
kaki
Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan
jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir yang tepat
Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal
Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan
jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir
Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL
dan konsumen yang aman dari gangguan
pejalan kaki dan pengendara kendaraan
41
36 Temuan Studi
Temuan studi ini dimana akan menjawab sasaran yang disesuaikan dari contoh kasus yang ada di Indonesia Berikut adalah tabel matrik temuan
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
Mengetahui
permasalahan
PKL di jalur
pejalan kaki
Keberadaan sektor PKL yang menempati ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima memakai separuh lebih lebar trotoar bahkan seringkali tidak menyisakan sedikit pun ruang untuk pejalan kaki Ruang-ruang trotoar menjadi tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya sebagai ruang pemisah antara ruang yang digunakan untuk sirkulasi pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan Ruang-ruang trotoar tersebut banyak yang beralih fungsi menjadi lokasi berdagang PKL
Peralihan fungsi trotoar ini menyebabkan terganggunya aktivitas pejalan kaki sehingga pejalan terpaksa harus menggunakan jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk berjalan guna menghindari berbagai hambatan di atas trotoar Hal ini menyebabkan pejalan kaki terpaksa harus berhati-hati jika melangkah terkadang juga harus mengalah berjalan pada ruang-ruang jalur lambat dan sebagian badan jalan Kondisi ini sangat tidak aman dan
Masalah yang utama itu dari setiap
pedagang kaki lima di Jalur Pejalan Kaki
di Jalan Samanhudi Jember yaitu
Penggusuran Para PKL liar yang tidak
memiliki TDU(Tanda Daftar Usaha)
mereka biasanya akan di gusur dengan
peringatan yang di berikan sampai di
laksanakan penggusuran paksa padahal
Pedagang kaki lima merupakan salah satu
solusi akan masalah tingginya angka
pengangguran dan sedikitnya lapangan
kerja bagi masyarakat berpendidikan
rendah seperti mereka Pemerintah dalam
hal ini tidak dapat menyediakan lahan
pengganti bagi mereka untuk melanjutkan
usaha mereka jika pun ada pemerintah
menyediakan lahan-lahan yang letaknya
kurang strategis yang secara pasti
menurunkan dan mematikan pendapatan
yang mereka dapatkan dan akhirnya
Legalitas lokasi aktivitas
PKL yang biasanya ditempatkan
di dalam ruang publik seperti di
atas trotoar di atas saluran
drainase taman dan ruang publik
lainnya patut dipertanyakan
karena ketidakberdayaannya
peraturan tersebut dalam
menangani PKL Sebagai contoh
di sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi legalitas lokasi untuk
aktivitas PKL yang linier di
sepanjang jalan yang bertempat di
atas drainase Dalam aspek
apapun hal tersebut tidak dapat
dilegalkan terlebih tidak ada
penjelasan mengenai luasan atau
desain yang diperbolehkan PKL
untuk menggelar dasaran pada
dimensi saluran drainase yang
PKL yang menempati
ruang-ruang trotoar
menyebabkan
terganggunya aktivitas
pejalan kaki
Pemerintah tidak dapat
menyediakan lahan
pengganti
Legalitas lokasi aktivitas
PKL yang biasanya
ditempatkan di dalam
ruang publik seperti di atas
trotoar di atas saluran
drainase taman dan ruang
publik patut
dipertanyakan
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
nyaman bagi pejalan kaki ataupun bagi pengendara kendaraan bermotor karena mengganggu arus lalu lintas dan membahayakan keselamatan jiwa mereka hal seperti ini dapat kita lihat di depan dan di samping Masjid Baiturrahman di depan Citraland Mall di depan dan di samping Plasa Simpang Lima di depan dan di samping Kompleks Pertokoan Simpang Lima di depan dan di samping Ramayana Super Center di depan dan di samping SMKN 7 SemarangKantor Telkom dan di depan Gajahmada Plaza
Pemilihan lokasi PKL dipengaruhi oleh kecenderungan aktivitas PKL yang selalu menentukan lokasi mendekati pusat-pusat keramaian atau pusat-pusat perdagangan dan jasa dan lokasi-lokasi yang sering dikunjungi oleh orang banyak dalam kurun waktu tertentu secara periodik dan menerus Alasan inilah yang kemudian mendasari penentuan lokasi PKL Kawasan Bundaran Simpang Lima untuk berjualan di trotoar karena ruang-ruang jalur pedestrian inilah yang
mereka harus gulung tikar dan menjadi
pengangguran yang semakin menambah
permasalahan di Indonesia Pemerintah
harus mencari cara dan tempat yang baik
untuk mereka berdagang ditengah modal
mereka yang kecil agar di sisi lain semua
para pedagang kaki lima tidak hilang
lapangan kerjanya dan bias melanjutkan
kelangsungan hidupnya
ada Selain itu PKL juga
menempati trotoar yang
mengakibatkan bertambahnya
permasalahan yang terdapat di
lokasi tersebut Imbas secara
langsung dirasakan oleh
pengguna trotoar yaitu pedestrian
ketidaknyamanan bahkan tidak
adanya lagi ruang untuk berjalan
di atas trotoar acapkali menjadi
konsekuensi pedestrian yang
trotoarnya diserobot PKL
Aglomerasi aktivitas PKL yang
berlokasi di sekitar pintu masuk
pengunjung Rumah Sakit dr
Kariadi menyebabkan
penumpukan aktivitas seperti
aktivitas keluar masuk
pengunjung aktivitas jual beli
antara PKL dengan konsumen
lalu lintas kendaraan yang sedang
melewati Jalan dr Kariadi serta
angkutan umum yang sedang
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
dianggap sebagai lokasi yang ramai dikunjungi oleh pejalan kaki yang melakukan pergerakan dalam mencapai tempat tujuan perjalanannya Begitu juga dengan ruang Lapangan Pancasila karena selalu ramai dikunjungi pada hari-hari libur dengan rata-rata pengunjung mencapai 51 ndash 100 oranghari dikarenakan kedudukannya sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya
berhenti mencari penumpang
Sekali lagi permasalahan tersebut
disikapi oleh pemerintah dengan
penertiban dan penggusuran yang
hampir tidak pernah berakhir
manis
Mengetahui
peranan PKL
Kehadiran PKL di Kawasan
Bundaran Simpang Lima juga mampu
menciptakan kehidupan yang menerus
sehingga terhindar dari kematian
kawasan pada saat tertentu akan tetapi
di sisi lain kehadiran PKL
menyebabkan ketidakteraturan
kekumuhan dan kualitas fisik yang
buruk sehingga merusak wajah kota
Selain itu PKL yang berjualan di
Lapangan Pancasila pada malam hari
dengan kehidupan malam dan wanita-
wanita penghibur yang berdandan tebal
Tempat pedagang kaki lima bagi
Masyarakat dijalan Samanhudi Jember
sangat penting sebagai penyedia kebutuhan
yang dibutuhkan oleh Masyarakat Jember
Pedangan kaki lima sangat mempengaruhi
pola pasar dan sosial di Jember khususnya
didaerah Jalan Samanhudi Dalam bidang
perekonomian pedagang kaki lima hanya
berpengaruh sebagai produsen yang
penting bagi Masyarakat Jember
mengingat akan Meningkatnya jumlah
Penduduk Mereka cenderung lebih
memilih membeli pada pedagang kaki lima
Usaha PKL yang terus
berkembang pesat menarik PKL
untuk mempekerjakan karyawan
selain tenaga yang dibutuhkan
memang tidak bisa dikerjakan
sendiri terdapat pula pemilik
modal yang menyewa tempat
usaha namun dijadikan usaha
sampingan sehingga tidak
mengelola secara langsung
usahanya namun dengan
mempekerjakan karyawan PKL
yang statusnya sebagai karyawan
Pedangan kaki lima sangat
mempengaruhi pola pasar
dan sosial
harga yang PKL tawarkan
lebih murah dibandingkan
dengan harga di mall
grosir maupun indogrosir
sebagai salah satu
alternatif lapangan
pekerjaan bagi masyarakat
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
menciptakan kesan negatif dan
memperburuk citra kawasan
daripada membeli di supermarket yang
sudah merajalela di kota Jember pada saat
ini mall atau grosir maupun indogrosir
yang banyak tersebar di kota Jember
dikarenakan harga yang mereka tawarkan
lebih murah
sebanyak 10 dimana karyawan
tersebut memanfaatkan PKL
sebagai lapangan pekerjaan
Sehingga bekerja sebagai
karyawan PKL dapat dikatakan
sebagai salah satu alternatif
lapangan pekerjaan bagi
masyarakat
Mengetahui
pola aktivitas
PKL dijalur
pejalan kaki
Aktivitas PKL sendiri
memiliki kecenderungan untuk
menempati ruang ruang antar aktivitas
yang selalu ramai dilewatidikunjungi
oleh banyak orang dalam melakukan
pergerakan perpindahan dari aktivitas
satu ke aktivitas yang lain atau dari
bangunan perdagangan modern satu ke
bangunan perdagangan modern yang
lain secara periodik dalam rentang
waktu tertentu sehingga kemudian
pilihan ini jatuh kepada jalur-jalur
pedestrian yang notabene merupakan
ruang-ruang terbuka publik yang
PKL berdagang dengan menempati
tempat yang tetap dan tidak berpindah-
pindah
Modal dan aset sebagian besar adalah
milik sendiri
Berdagang di Samanhudi merupakan
usaha utama
Alat peraga PKL pada kawasan ini
dapat dibedakan menjadi
ndashAlat peraga semi permanen dari kayu
dan tenda yang bersifat menetap
ndashAlat peraga dengan bangku meja dan
tenda sekaligus sebagai tempat tinggal
ndashAlat peraga beroda namun menetap
Pola Aktivitas pelayanan PKL di
kawasan sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi pada umumnya melayani
pengunjung rumah sakit namun
tidak menutup kemungkinan
konsumennya adalah pengendara
atau orang yang sedang melintasi
jalan tersebut tanpa bermaksud
untuk masuk ke rumah sakit
Selain itu konsumen
yang berasal dari sekitar lokasi
PKL seperti penduduk
permukiman di sekitarnya
pekerja yang bekerja di sektor
Aktivitas PKL memiliki
kecenderungan untuk
menempati ruang ruang
antar aktivitas yang selalu
ramai dilewatidikunjungi
oleh banyak orang dalam
melakukan pergerakan
perpindahan dari aktivitas
satu ke aktivitas yang lain
atau dari bangunan
perdagangan modern satu
ke bangunan perdagangan
modern
Saat berjualan alat peraga
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
seyogyanya digunakan oleh pejalan
kaki Keberadaan ruang trotoar yang
semakin sempit oleh penggunaan ruang
PKL membuat pejalan kaki
menjatuhkan pilihan untuk melakukan
perjalanan pada ruang-ruang seperti
jalur lambat dan sebagian badan jalan
sehingga mengurangi keamanan jiwa
dan kenyamanan pejalan kaki sendiri
serta pengguna jalan yang lain
(pengendara)
Kegiatan-kegiatan yang
dilakukan oleh pejalan kaki pada
ruang-ruang jalur pedestrian atau
trotoar di Kawasan Bundaran Simpang
Lima adalah kegiatan berjalan dan
berbelanja Sebagian dari pejalan kaki
hanya berjalan melintasi trotoar untuk
menuju lokasi tujuannya akan tetapi
ada pula sebagian dari pejalan kaki
yang berjalan sambil melihat-lihat
bahkan ada yang berbelanja pada PKL
ndashAlat peraga beroda namun menetap
dengan bangku dan meja
ndashHanya berupa matras sebagai alas
dagangan yang dapat berpindah
sewaktu-waktu
Alat peraga yang dipakai untuk usaha
tidak seragam dan tidak menggunakan
desain yang baik sehingga terkesan
kumuh kurang bersih dan sangat
mengganggu wajah kota dan menutup
fasade bangunan di belakangnya
Saat berjualan alat peraga kios
sebagian besar menempati badan jalan
dan trotoar
Saat tidak berjualan alat peraga kios
sebagian besar tetap di lokasi jualan
lama berjualan di Samanhudi sebagian
besar antara 6 ndash10 tahun
Terbanyak dari pedagang belum
pernah bekerja di sektor lain dan dari
semula telah menjadi PKL di
Samanhudidi bandingkan denga harga
yang ada di mall Pedagang
lain sehingga tidak ada batasan
pasti mengenai pola pelayanan
para PKL tersebut
Waktu beraktivitas para
PKL umumnya terbagi menjadi
dua sesi PKL yang pertama
adalah pedagang yang aktivitas
berdagangnya pada pagi hingga
siang hari Pedagang yang kedua
merupakan pedagang yang
mempunyai waktu layanan pada
sore hingga malam hari Namun
tidak menutup kemungkinan
terdapat beberapa PKL yang
berdagang dari pagi hingga
malam hari bahkan buka nonstop
mengingat rumah sakit
beraktivitas selama sehari penuh
sehingga mereka mengikuti
aktivitas sektor formal yang ada
di sekitarnya
Waktu berdagang
tersebut juga disesuaikan dengan
kios sebagian besar
menempati badan jalan
dan trotoar
Waktu beraktivitas para
PKL umumnya terbagi
menjadi dua sesi PKL
yang pertama adalah
pedagang yang aktivitas
berdagangnya pada pagi
hingga siang hari
Pedagang yang kedua
merupakan pedagang yang
mempunyai waktu layanan
pada sore hingga malam
hari Namun tidak
menutup kemungkinan
terdapat beberapa PKL
yang berdagang dari pagi
hingga malam hari bahkan
buka nonstop
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
izin usaha yang diberlakukan oleh
petugas kelurahan sebagai pihak
yang berwenang menangani PKL
Untuk lokasi yang dilarang untuk
PKL oleh PKL tetap digunakan
sebagai lokasi untuk berdagang
dengan waktu berdagang setelah
jam kerja yaitu sore hingga
malam hari
Mengetahui
Pengelolaan
PKL di jalur
pejalan kaki
dalam perkembangannya
pemerintah mengeluarkan SK
Walikota Kota Semarang No 511316
tahun 2001 tentang Penetapan Lahan
yang mengatur tentang lokasi-lokasi
dan waktu aktivitas PKL yang
diperbolehkan oleh pemerintah pada
Kawasan Bundaran Simpang Lima
agar tetap terjaga kerapihan dan
estetikakeindahan wajah kawasannya
yaitu PKL yang berjualan di depan
Kompleks Pertokoan Simpang Lima
depan Ramayana SC depan Kantor
Adanya pengakuan resmi dari
pemerintah terhadap PKL Samanhudi
sebagai salah satu sector ekonomi di
kawasan studi melalui surat keputusan
resmi Surat keputusan ini sekaligus
mengatur hak kewajiban dan
tanggung jawab PKL sebagai
kompensasi perubahan status yang
telah diberikan oleh pemerintah
Pedagang kaki lima perlu untuk
mendapatkan pembinaan dari
pemerintah Kabupaten Jember untuk
meningkatkan kemampuan wirausaha
Pemerintah Kota Semarang
berwenang dalam mengatur
keberadaan PKL di ruang Kota
Semarang seperti yang terdapat di
kawasan sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi dengan bentuk
pengelolaan lokasional (stabilitas
atau pengaturan) dan struktural
(perijinan) Dalam pengaturan
tersebut Pemerintah Kota
Semarang menggunakan dasar
hukum berupa Undang-Undang
Peraturan Pemerintah Peraturan
mengatur tentang lokasi-
lokasi dan waktu aktivitas
PKL yang diperbolehkan
oleh pemerintah agar tetap
terjaga kerapihan dan
estetikakeindahan wajah
kawasannya
Pedagang kaki lima perlu
untuk mendapatkan
pembinaan
Pedestrian dirancang ulang
dengan dilebarkan hingga
area parkiran street
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
TelkomSMKN 7 Semarang depan
Gajahmada Plaza dan depan Masjid
Baiturrahman boleh berjualan dari
pukul 1600 ndash 0400 WIB (khusus pada
Hari Minggu PKL diijinkan untuk
berjualan mulai pukul 0600 ndash 0800
WIB) menempati ruang trotoar dengan
luas areal 4 x 6 meter
Sampai dengan tahun 2008
PKL di Kawasan Bundaran Simpang
Lima mencapai 1536 pedagang dan
ada kecenderungan akan terus
meningkat dari tahun ke tahun (lihat
Tabel III4) Kecenderungan lokasi
PKL pada masa-masa yang akan
datang mengikuti kecenderungan dari
perkembangan aktivitas formal
kawasan yang ada demikian juga
kecenderungan waktu berdagangnya
Melihat kecenderungan aktivitas PKL
kawasan maka SK Walikota Kota
Semarang No 511316 tahun 2001
sudah tidak relevan lagi dan perlu
dan peningkatan kualitas barang
dagang dan pelayanan terhadap
pembeli konsumen sehingga bias
meningkatkan pendapatan dan
aktivitas pedagang kaki lima dapat
member nilai tambah serta dapat
memberkan peluang kerja yang dapat
mengurangi tingkat pengangguran di
Kabupaten Jember Bentuk pembinaan
berupa penyuluhan yang diberikan
berkala secara rutin Program
pembinaan diadakan oleh pemerintah
Paguyuban Samanhudi merupakan
Kelembagaan yang memiliki
kewenangan atau keterikatan dengan
pengelolaan dan pembinaan Pedagang
Kaki Lima KoridorJalan
SamanhudiPaguyuban ini
beranggotakan wakil PKL wakil
pedagang formal wakil pemerintah
dari dinas Kebersihan dan
Pertamanan Dinas Polisi Pamong
Praja Dinas Pariwisata Dinas
Daerah dan Surat Keputusan
Walikota Adapun dasar hukum
yang mengatur secara jelas
mengenai aktivitas PKL di Kota
Semarang yang berlaku saat ini
diantaranya adalah sebagai
berikut
1048707 Peraturan Daerah No 11 Tahun
2000 tentang Pengaturan dan
Pembinaan PKL Perda ini
menjelaskan tentang pengaturan
dan pembinaan PKL di Kota
Semarang seperti pengaturan
tempat usaha hak kewajiban dan
larangan untuk PKL Dalam
kaitannya dengan karakteristik
berlokasi aktivitas PKL
dijelaskan dalam Perda ini yang
terdapat dalam pasal 3 yaitu
penempatan lokasi kegiatan PKL
diatur dengan mempertimbangkan
tempat kepentingan untuk umum
lainnya seperti kepentingan untuk
sehingga jalur aktif
kendaraan tidak
mengalami penyempitan
mengatur keberadaan PKL
di ruang Kota dengan
bentuk pengelolaan
lokasional (stabilitas atau
pengaturan) dan struktural
(perijinan)
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
ditinjau kembali sesuai dengan
kecenderungan dan kebutuhan yang
ada di lapangan
Pendapatan dan Dinas LPMK
Kabupaten Jemberserta pihak
penengah selaku penasehat dan pihak
netral yang diwakili oleh pakar PKL
dari universitas tokoh masyarakat dan
pakar PKL lainnya
Penerapan tema khusus pada penataan
PKL kawasan studi agar mempunyai
cirri khas dan dapat mengangkat citra
kawasan dan meningkatkan daya tarik
kawasan Contoh produk khas
jember yang dapat diangkat sebagai
tema adalah tembakau rookk dan
cerutu mengingat Jember sebagai
penghasil tembakau terbesar di Jawa
Kegiatan khas Jember yang dapat
diangkat sebagai tema yaitu Jember
Fashion Carnaval Penerapan tema
dapat diaplikasikan pada sarana usaha
PKL finishing pedestrian perabot
kota dan elemen pendukung lainnya
Pedestrian dirancang ulang dengan
pejalan dan untuk sirkulasi
kendaraan Untuk lebih jelas
mengenai detail isi perda tersebut
dapat dilihat pada Lampiran F
1048707 Surat Keputusan Walikota
Semarang No 51136 Tahun
2001 tentang lokasi PKL di Kota
Semarang dimana di dalamnya
diantaranya mengatur luas area
batas pemakaian area waktu
aktivitas dan tempat aktivitas
PKL Ruas kanan Jalan dr
Kariadi dari arah Jalan Veteran
merupakan lokasi yang
diperbolehkan untuk aktivitas
PKL Lokasi tersebut menempati
trotoar serta bangunan berupa
semi permanen Untuk lebih jelas
mengenai detail isi SK tersebut
dapat dilihat pada Lampiran F
1048707 Perda No 6 Tahun 2004
tentang Rencana Detail Tata
Ruang Kota Semarang Bagian
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
dilebarkan hingga area parkiran street
sehingga jalur aktif kendaraan tidak
mengalami penyempitan Diberikan
perbedaan yang tegas antara ruang
PKL dan ruang pejalan kaki dan jalur
kendaraan berupa perbedaan tinggi
lantaiSehingga dikemudian hari kios
PKL tidak melebar ke segala sisi
Wilayah Kota (BWK) I
(Kecamatan Semarang Tengah
Semarang Timur dan Semarang
Selatan Tahun 2000-2010 Perda
tersebut menjelaskan mengenai
fungsi serta peran BWK I yang
terkait dengan sektor formal di
wilayah tersebut yaitu penjelasan
mengenai fasilitas kesehatan yang
berada khususnya di Kelurahan
Randusari Selain itu dijelaskan
pula kelas Jalan dr Kariadi Jalan
dr Soetomo dan Jalan Veteran
serta jalur transportasi yang
melaluinya
41
3522 Analisa Konflik Penggunaan Ruang
Tabel IV2
Analisa Konflik Penggunaan Ruang
Sumber Hasil Analisis Maria Kurnia U 2009
3523 Analisis Konsep Simbiosis Mutualistik
A Analisa Teori
Analisa ini bertujuan menelusuri konflik kepentingan dan konflik penggunaan ruang
melalui kajian teori-teori tentang penataan PKL yang didapatkan dari literature dan penelitian
PKL yang pernah dilakukan sebelumnya Meminimalisir konflik yang terjadi diperlukan
ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun
menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan
Samanhudi dengan kawasan PKL lain
ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL
41
ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun
dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja
namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang
namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan
ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa
jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan
harga antara pedagang formal dan PKL
ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan
pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak
penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi
antar pihak
ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai
dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan
perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang
informal
ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan
persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL
ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan
dalih keamanan
ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan
pejalan kaki dan pengendara kendaraan
ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki
ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL
ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan
ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa
harus saling menumpuk
ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak
ndash Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini
menjadi jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen
B Triangulasi Konsep Simbiosis Mutualistik
Triangulasi konsep simbiosis mutualistik dilakukan untuk mendapatkan konsep-
konsep penataan pedagang kaki lima yang menguntungkan berbagai pihak yang terkait yang
membandingkan antara fakta empiris studi kasus dan teori
41
Mengakui eksistensi PKL didukung dengan program kebijakan untuk mengelola
aktivitas PKL
Penyuluhan pembinaan dan pelatihan untuk PKL
Pemberian bantuan modal dari pemerintah maupun dari sektor swasta (dengan konsep
kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitusaja namun dilakukan kontrol terhadap dana
bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang begitu saja namun dapat dimanfaatkan secara
berkelanjutan
Peningkatan citra kawasan melalui pembentukan karakter khusus PKL di lokasi studi
sehingga membedakan PKL Samanhudi dengan PKL di kawasan lain
Pengelompokkan PKL menurut jenis barang dagangan dan perletaknnya diatur menurut
jenis dagangan toko formal sehingga tidak terjadi perebutan konsumen
Peningkatan citra kawasan sehingga menambah daya tarik pengunjung
Pembentukan Paguyuban Samanhudi yang beranggotakan PKL pedagang formal dan
pihak penengah untuk menyamakan aspirasi antar golongan dan sebagai forum diskusi
Legalitas sektor informal yang diakui oleh pemerintah
Perumusan kebijakan dan peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan
perdagangan informal
Peraturan didukung pengawasan yang ketat sangsi yang jelas dan sosialisasi serta
persamaan persepsi
Perancangan sarana usaha sesuai dengan jenis barang dagangan dan aspirasi PKL
Sosialisasi status ruang PKL
Peningkatan keamanan dan pengawasan untuk mencegah pemerasan tindak kejahatan
lain
Mempertahankan orientasi PKL ke arah bangunan formal
Perbaikan pelebaran dan pemeliharaan jalur pejalan kaki (pedestrian) sebatas ruang
parkir on street sehingga jalur aktif jalan tidak berkurang
Pemisahan yang jelas antara jalur pejalan kaki dan ruang PKL
Pemisahan yang jelas antara jalur pengendara ruang PKL dan jalur pejalan kaki
Mengatur ruang parkir off street di sepanjang jalan untuk mengurangi beban jalan akibat
penyempitan jalan karena adanya pelebaran pedestrian
Perpanjangan sosoran dari bangunan formal sebagai pelindung pejalan kaki dan ruang
PKL sehingga PKL tidak perlu memakai ataptambahan untuk kiosnya
Bentuk sarana usaha berupa meja dorong tanpa atap agar akses visual pencahayaan dan
penghawaan ke bangunan formal tidak terhalang
41
Diberikan jarak setiap 2 kios sebagai akses masuk ke bangunan formal
Mengikutsertakan seluruh pihak terkait dalam penyampaian keputusan
Perancangan dapat mewadahi ruang PKL
Ruang PKL mengikuti arus pergerakan manusia
Pengaturan kebersihan dan ketertiban
C Konsep Legalitas PKL
Adanya pengakuan resmi dari pemerintah terhadap PKL Samanhudi sebagai salah satu
sector ekonomi di kawasan studi melalui surat keputusan resmi Surat keputusan ini
sekaligus mengatur hak kewajiban dan tanggung jawab PKL sebagai kompensasi
perubahan status yang telah diberikan oleh pemerintah
PKL berhak mendapatkan perlindungan hokum dan pinjaman modal dari pemerintah
Namun sebagai sector resmi PKL dikenakan pajak penghasilan dan retribusi Besarnya
pajak Pajak penghasilan dibedakan dari sektorformal Dengan membayar pajak PKL
berhak mendapatkan perlindungan pemerintah dari oknum preman dsb
PKL wajib mendukung program-program penertiban yang dilakukan pemerintah Apabila
PKL melanggar hak dan kewajiban yang telah diputuskan PKL tidak berhak lagi
menempati lapak yang telah dipinjamkan oleh pemerintah Dan dicabut ijin berjualannya
di kawasan Samanhudi
Dalam konsep ini simbiosis mutualistik terjadi antara pemerintah dan PKL dimana PKL
mendapatkan pengakuan perlindungan dan bantuan modal dari pemerintah sementara
pemerintah mendapatkan retribusi pajak penghasilan dan ketertiban dari PKL
D Konsep Pembinaan dan Permodalan
Pedagang kaki lima perlu untuk mendapatkan pembinaan dari pemerintah Kabupaten
Jember untuk meningkatkan kemampuan wirausaha dan peningkatan kualitas barang
dagang dan pelayanan terhadap pembeli konsumen sehingga bias meningkatkan
pendapatan dan aktivitas pedagang kaki lima dapat member nilai tambah serta dapat
memberkan peluang kerja yang dapat mengurangi tingkat pengangguran di Kabupaten
Jember Bentuk pembinaan berupa penyuluhan yang diberikan berkala secara rutin
Program pembinaan diadakan oleh pemerintah
Program pembinaan juga digunakan sebagai sarana pertemuan rutin dan sosialisasi
peraturan-peraturan yang dilakukan pemerintah
Program pembinaan juga dapat dijadikan sarana untuk selalu mengingatkan hak dan
kewajiban serta sangsi yang diterapkan bila PKL melanggar selama beroperasi dikawasan
Samanhudi
41
Program pembinaan memberikan keuntungan kepada PKL dan pemerintah PKL
mendapatkan peningkatan kemampuan dan pemerintah mendapat sarana sosialisasi
Pemberian bantuan modal ini tidak ditujukan kepada semua pedagang kaki lima tetapi
diberikan kepada beberapa pelaku usaha yang memiliki potensi dan criteria yang telah
ditentukan
Pemerintah dalam memberikan bantuan modal ini juga harus bekerja sama dengan
instansi-isntansi lain yang terkait
Pemberian modal dari pihak swasta sangat disarankan
Konsep ini memberikan keuntungan kepada pihak PKL berupa bantuan modal dengan
bunga ringan keuntungan laba pinjaman kepada pemberi modal dan bila pihak swasta
terlibat mendapatkan keuntungan berupa kesempatan untuk periklanan
E Konsep Kelembagaan Paguyuban Samanhudi
Paguyuban Samanhudi merupakan Kelembagaan yang memiliki kewenangan atau
keterikatan dengan pengelolaan dan pembinaan Pedagang Kaki Lima KoridorJalan
SamanhudiPaguyuban ini beranggotakan wakil PKL wakil pedagang formal wakil
pemerintah dari dinas Kebersihan dan Pertamanan Dinas Polisi Pamong Praja Dinas
Pariwisata Dinas Pendapatan dan Dinas LPMK Kabupaten Jemberserta pihak penengah
selaku penasehat dan pihak netral yang diwakili oleh pakar PKL dari universitas tokoh
masyarakat dan pakar PKL lainnya
Peran Paguyuban ini adalah sebagai forum diskusi dari semua pihak untuk menampung
aspirasi dan menetralisasi konflik yang terjadi sehingga setiap aspek dikoridor jalan
Samanhudi dapat melakukan koordinasi dan semua aspirasi dari semua pihak dapat
tersampaikan Fungsi paguyuban juga sebagai sarana mengikutsertakan semua pihak
terkait dalam membuat rancangan peraturan dan sosialisasi peraturan yang telah
ditetapkan pemerintah mengenai PKL kepada semua pihak terkait
Paguyuban juga berfungsi sebagai pihak pengawas bekerja sama dengan pihak kepolisian
dan pamong praja untuk mengawasi segala pelanggaran yang dilakukan oleh semua pihak
terkait Penerapan sangsi harus tegas dan diawasi oleh paguyuban sehingga tidak terjadi
rsquopenyelesaiandamairsquo dari pihak pelanggar dana para penegak peraturan
Paguyuban memberikan keuntungan kepada PKL pedagang formal pemerintah dan
masyarakat berupa kesempatan untuk menyalurkan aspirasi
41
353 Kajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit Kariyadi
Semarang
3531 Analisis Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar
Rumah Sakit dr Kariadi
Analisis karakteristik aktivitas PKL menggunakan metode deskriptif kuantitaif
dan distribusi frekuensi Analisis ini nantinya menunjang untuk analisis selanjutnya
yaitu analisis karakteristik berlokasi PKL Analisis ini meliputi lokasi aktivitas PKL
tempat usaha PKL jenis barang dagangan sarana fisik berdagang pola layanan pola
penyebaran serta status kepemilikan usaha Uraian dari masing-masing analisis
tersebu dipaparkan sebagai berikut
a Lokasi Beraktivitas
Sesuai dengan ruang lingkup spasial dari penelitian ini lokasi yang digunakan
PKL untuk memanfaatkan aktivitas kegiatan utama Rumah Sakit dr Kariadi adalah di
sepanjang penggal Jalan dr Kariadi sebagian Jalan Veteran dan sebagian Jalan dr
Soetomo Mereka berlokasi di penggalpenggal jalan tersebut dikarenakan jalan
tersebut merupakan batas dari kawasan fasilitas kesehatan dan merupakan jalan arteri
sekunder kolektor sekunder dan lokal sekunder yang ramai orang berlalu lalang
lintas kendaraan serta dilewati jalur angkutan umum Kondisi tersebut ditangkap oleh
PKL sebagai peluang untuk mendapatkan konsumen dengan memanfaatkan tingkat
kunjungan yang tinggi dari aktivitas kegiatan utama serta orang yang lalu lalang yang
melintas di penggal jalan-jalan tersebut Untuk lebih jelas mengenai lokasi PKL dapat
dilihat pada Gambar berikut
41
Gambar 33
Lokasi Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Pada lokasi tersebut terbagi menjadi spot-spot yang menjadi lokasi PKl
berdasarkan penggal jalan yang telah disebutkan sebelumnya yaitu Jalan dr Kariadi
Jalan Veteran dan Jalan dr Soetomo Spot-spot tersebut memiliki karakteristik
masing-masing baik dari sisi aktivitas dan ruang usaha PKL maupun dari karakteristik
berlokasinya Di penggal Jalan dr Kariadi terdapat beberapa bagian yang merupakan
lokasi larangan untuk PKL lokasi yang diperbolehkan untuk menggelar dagangan
PKL serta PKL binaan kelurahan yang dikenal dengan istilah PKL orange Pada Jalan
Veteran yang diminati oleh PKL berada di sisi selatan jalan Lokasi tersebut juga
diperbolehkan untuk berdagang PKL sebagai kompensasi penggantian lokasi
penggusuran PKL yang berasal dari Jalan dr Kariadi sisi barat Lokasi yang
seharusnya bersih dari PKL adalah Jalan dr Soetomo karena merupakan jalur merah
Namun lokasi ini tetap diminati untuk berlokasi PKL diantaranya dikarenakan tidak
adanya lokasi lain serta lokasinya yang strategis Kestrategisan tersebut dilihat dari
status jalan yang merupakan jalan utama penghubung ke pusat-pusat aktivitas lainnya
serta akses ke pusat kota maupun ke luar kota sehingga frekuensi kendaraan yang lalu
lalang tinggi Selain itu lokasinya yang dekat dengan kegiatan utama yang ada di
sekitarnya seperti Rumah sakit dr Kariadi perkantoran ataupun permukiman Hal
tersebut dimanfaatkan PKL sebagai peluang mendapatkan konsumen
b Tempat Usaha
41
Lokasi yang diminati PKL tidak menyediakan tempat khusus untuk berdagang
PKL sehingga mereka menggunakan ruang-ruang publik untuk tempat usahanya
seperti di trotoar di atas saluran drainase bahu jalan dan badan jalan Dengan
difungsikannya ruang-ruang publik tersebut menjadi tempat berdagang bagi PKL
berakibat menurunnya fungsi ruang publik tersebut mengurangi citra kawasan serta
menurunnya kualitas lingkungan Oleh pemerintah kota ruang-ruang publik tersebut
dimanfaatkan untuk tempat usaha PKL karena diperlukan tempat usaha di lokasi
tersebut Hal ini sebagai upaya pemerintah untuk mewadahi aktivitas tersebut
Tempat-tempat tersebut dilegalkan menjadi tempat usaha yang diperuntukkan bagi
PKL sesuai dengan peraturan daerah nomor 11 tahun 2000 tentang PKL yang
notabene bertolak belakang dengan peraturan daerah lainnya yang mengatur tentang
ketertiban keindahan dan pertamanan Persentase PKL yang menempati ruang-ruang
publik dapat dilihat pada Gambar berikut ini
Gambar 34
Persentase Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Terdapat pula PKL yang tidak mendapat izin tempat usaha berdagang
khususnya PKLyang berlokasi di daerah larangan untuk PKL serta berdagang pada
waktu yang tidak diperbolehkan sehingga mereka tidak ditarik retribusi dan sewaktu-
waktu dapat ditertibkan oleh aparat penegak tata tertib Namun ketidaktertiban aparat
PKL yang tidak mendapat izin tersebut kadang-kadang juga dipungut retribusi yang
diistilahkan dengan uang keamanan namun frekuensinya tidak teratur PKL dalam
golongan ini jumlahnya minoritas jika dibandingkan dengan PKL yang mendapat izin
tempat usaha Berikut sketsa sebaran PKL menurut tempat usahanya yang dapat
dilihat pada Gambar
41
Gambar 35
Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
c Jenis Barang Dagangan
Dagangan mayoritas yang diperdagangkan oleh PKL di sekitar Rumah Sakit
dr Kariadi adalah jenis barang dagangan makanan seperti warung tegal bakso soto
es buah dan makanan kecil Jenis dagangan tersebut diminati karena PKL mencoba
menangkap aktivitas kegiatan utama yang banyak membutuhkan jenis barang
dagangan makanan
Jenis barang dagangan yang paling minoritas diperdagangkan adalah buah-
buahan Jenis dagangan inipun hanya dijumpai di penggal Jalan dr Kariadi karena di
penggal jalan tersebut terdapat pintu masuk pengunjung rumah sakit Jenis barang
dagangan ini biasanya digunakan sebagai cangkingan atau oleh-oleh untuk membesuk
pasien Namun jenis dagang ini kurang diminati pedagang dikarenakan barangnya
yang mudah busuk tidak mempunyai tempat penyimpanan khusus seperti kulkas
relatif mahal karena rata-rata buah impor serta konsumennya relatif sedikit
Kekurangminatan pedagang untuk menjual jenis dagangan ini dapat dilihat dari
sedikitnya jumlah PKL yang menjual dagangan ini
Jenis barang dagangan lain yang banyak diperdagangkan adalah kelontong
karena berjualan bermacam-macam jenis barang dari rokok makanan kecil air
kemasan bahkan sampai barang kebutuhan mereka yang beraktivitas di kegiatan
41
utama yaitu rumah sakit seperti untuk kebutuhan penunggu pasien yaitu tikar kipas
termos untuk air panas dan jenis barang lainnya
Jenis dagangan yang lain merupakan jenis barang dagangan yang umum
diperdagangkan atau jenis barang dagangannya hampir ada setiap ruas jalan-jalan
besar lokasi PKL lainnya di kota besar yang kebanyakan termasuk dalam jenis barang
dagangan non makanan dan jasa pelayanan seperti warung telekomunikasi bensin
tambal ban voucher pulsa fotocopy Untuk jasa pelayanan fotocopy yang banyak
tersebar di kawasan tersebut terkait dengan adanya kegiatan utama berupa fasilitas
pendidikan seperti Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro akademi
keperawatan dan farmasi sedangkan untuk jenis dagangan umum lainnya terkait
adanya permukiman di sekitar lokasi tersebut Namun ada barang dagangan yang khas
yaitu nisan karena lokasi sekitar Rumah sakit dr Kariadi terdapat tempat pemakaman
umum yang cukup besar yaitu TPU Bergota
Jenis dagangan yang dijual dapat dikatakan tidak semata hanya melayani
untuk aktivitas yang terkait dengan Rumah Sakit dr Kariadi namun juga melayani
terhadap aktivitas lainnya disekitar Rumah Sakit dr Kariadi seperti fasilitas
pendidikan permukiman pemakaman serta perkantoran bahkan aktivitas transportasi
seperti kebutuhan supir angkutan umum dan supir taxi Untuk lebih jelas mengenai
perbandingan jumlah PKL menurut jenis barang dagangan di masing-masing penggal
jalan dapat dilihat pada gambar berikut ini
Gambar 36
Karakteristik Jenis Barang Dagangan Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
41
d Sarana Fisik Berdagang
Masing-masing lokasi memiliki jenis sarana berdagang mayoritas yang
berbeda-beda Pada penggal Jalan dr Kariadi mayoritas PKL di penggal jalan tersebut
menggunakan kios sebagai sarana berdagangnya Kios-kios tersebut awalnya
merupakan warung semi permanen yang disekat-sekat Namun seiring dengan
perkembangan waktu dan adanya praktek sewa tempat usaha maka warung tersebut
dibangun permanen oleh pemiliknya bahkan diantaranya ada yang dilengkapi dengan
kamar mandi serta ruang tidur Hal tersebut dikarenakan sebagian kios juga dijadikan
sebagai tempat tinggal pemiliknya Asal pedagang yang dari luar Kota Semarang serta
biaya yang mengontrak relatif mahal sehingga menjadikan kiosnya sebagai sarana
usaha serta tempat tinggal sekaligus Sarana dagang tersebut telah menyimpang dari
peraturan daerah tentang PKL Latar belakang pendidikan PKL yang sebagian rendah
kemungkinan menjadi penyebab kurangnya pemahaman pedagang terhadap produk
hukum tersebut atau memang mengerti namun sengaja dilanggar karena tidak adanya
upaya pemerintah untuk menertibkan sarana berdagang yang telah melanggar
peraturan tersebut Selain itu ketidaktergantungan PKL terhadap ketersediaan
prasarana penunjang menjadikan PKL dalam beraktivitas tidak mempertimbangkan
aspek tersebut
Selain kios sarana dagangan yang banyak diminati adalah gerobak tenda yaitu
sarana dagangan utamanya gerobak yang ditunjang dengan tenda yang biasanya untuk
tempat makan konsumen Sarana dagang ini dianggap praktis karena mudah
dibongkar pasang serta dipindahkan Terlebih sarana dagang ini sesuai dengan
himbauan pemerintah dalam Perda No 11 tahun 2000 yaitu sarana PKL adalah yang
mudah untuk dibongkar serta dipindahkan
Lain halnya dengan PKL di penggal Jalan dr Soetomo mereka lebih banyak
menggunakan gerobak Hal tersebut dikarenakan lokasi tersebut merupakan lokasi
larangan untuk PKL tapi mereka tetap bertahan di lokasi tersebut dengan alasan tidak
tersedia tempat lain yang strategis untuk berjualan Dengan menggunakan gerobak
memudahkan mereka untuk lari atau berpindah tempat jika ada penertiban oleh aparat
penegak tata tertib
Di penggal Jalan Veteran sama halnya dengan sarana fisik yang digunakan
berdagang oleh PKL di penggal Jalan dr Kariadi Mereka mayoritas menggunakan
41
sarana berdagang berupa kios Mereka menggunakan sarana fisik dagangan kios
permanen yang dianggap aman karena memperoleh izin tempat usaha dari pihak
terkait untuk berdagang Namun sarana dagang yang dibuat permanen tersebut tidak
sesuai dengan perda tentang PKL yang mengharuskan sarana dagang pedagang kaki
lima yang mudah dibongkar dan dipindah-pindah
Sarana fisik dagangan yang kurang diminati adalah mobil Walaupun cukup
fleksibel untuk berpindah-pindah namun biaya untuk operasional sehari-hari cukup
mahal seperti bahan bakar perawatan mobil ataupun untuk pengadaan unit mobil itu
sendiri Hanya terdapat satu PKL yang menggunakan sarana dagangan ini yaitu
berada di penggal Jalan dr Kariadi Namun karena pada waktu penyebaran kuesioner
pedagang ini tidak berada di lokasi maka tidak masuk menjadi responden
e Pola Layanan
Untuk pola pelayanan terdapat tiga aspek yang dibahas yaitu mengenai waktu
layanan
aktivitas PKL serta sifat layanan Berikut uraian dari analisis pola pelayanan tersebut
1 Waktu Layanan
Sesuai waktu aktivitas kegiatan utama yang rata-rata pagi hingga sore hari
seperti fasilitas pendidikan perkantoran serta jam berkunjung dan pemeriksaan rumah
sakit maka mayoritas PKL membuka usahanya pada waktu tersebut yaitu sekitar
pukul 0900 hingga pukul 1600 Namun khusus yang berada di penggal Jalan dr
Kariadi yaitu di sekitar pintu masuk dan lokasi larangan untuk PKL hanya
diperbolehkan untuk berjualan pada sore hingga malam hari yaitu biasanya mereka
membuka usahanya sekitar pukul 1600 hingga 0000 Terdapat beberapa PKL yang
waktu usahanya menyesuaikan dengan waktu pelayanan rumah sakit yang buka 24
jam atau sepanjang hari Hal tersebut dilakukan menangkap peluang menjajakan
barang dagangan untuk kebutuhan aktivis rumah sakit seperti penunggu pasien
pengunjung atau petugas piket atau jaga serta tidak menutup kemungkinan pembeli
dari pengendara yang lalu lalang atau supir transportasi umum
Hal tersebut juga berlaku di penggal jalan yang lain dimana mayoritas
membuka usahanya pada pagi hingga sore hari Hanya minoritas yang membuka
usaha pada sore hingga malam hari serta sepanjang hari Faktor lain yang dapat
mempengaruhi waktu aktivitas PKL selain menyesuaikan waktu aktivitas kegiatan
utama adalah kepemilikan usaha yang merupakan milik pribadi sehingga mereka
membuka usahanya sesuai keinginan mereka
41
Terdapat pula fenomena satu lokasi ditempati oleh dua PKL dengan waktu
layanan yang berbeda PKL yang beraktivitas pada pagi hingga sore mencoba
menagkap peluang dari kunjungan ke kegiatan utama seperti rumah sakit fasilitas
pendidikan perkantoran serta perdagangan informal dan tidak menutup orang yang
lalu lalang melewati jalan-jalan tersebut Lokasi yang dianggap strategis serta
berprospektif tersebut digunakan oleh PKL lain untuk berjualan di tempat yang sama
Hal tersebut dimanfaatkan PKL untuk menangkap peluang dari kegiatan rumah sakit
serta orang yang lalu lalang Selain itu juga menangkap konsumen dari penumpang
bus malam yang melewati Jalan dr Soetomo dimana di jalur tersebut terdapat halte
serta konsumen dari supir angkutan umum yang sedang istirahat sejenak Berikut
pemetaan PKL menurut waktu berdagangnya
Gambar 37Peta Sebaran Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Menurut Waktu Layanan
2 Sifat Layanan
Dari gambar di bawah ini dapat disimpulkan bahwa mayoritas PKL di sekitar
Rumah Sakit dr Kariadi memiliki sifat layanan menetap baik dari segi tempat
berdagangnya yang tetap serta waktu berdagangnya yang sama setiap harinya hal ini
nampak pada sarana fisik dagangan para PKL tersebut yang berupa kios yang
memang tidak bisa dipindah-pindah atau permanen Hanya 13 yang memiliki sifat
layanan semi menetap Berikut persentase PKL menurut sifat layanannya
41
Gambar 38Persentase Sifat Layanan Pedagang Kaki LimaDi Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Sifat layanan semi menetap biasanya PKL yang tempat usahanya yang
merupakan gabungan antara menetap dengan keliling yaitu pada awal waktu
berdagang pada lokasi yang sama tiap harinya namun jika belum habis dagangannya
mereka berkeliling serta jam berdagang yang tidak tetap tiap harinya terkadang hanya
sampai siang karena dagangannya habis Sisanya yang 2 berjualan secara
berkeliling yang diantaranya bertujuan untuk mendekati konsumen serta
memanfaatkan waktu-waktu puncak kegiatan utama rumah sakit seperti waktu
kunjungan menjenguk pasien
f Pola Penyebaran
Pola penyebaran PKL mayoritas mengikuti pola jalan yang ada yaitu linier
Mereka berjualan di bahu-bahu jalan bahkan ada yang berada di atas saluran drainase
Selain itu pola penyebaran tersebut terbentuk karena lokasi yang diperbolehkan untuk
PKL menempati trotoar trotoar sepanjang jalan yang secara otomatis membentuk
linier Alasan lainnya yang diungkapkan oleh pedagang adalah agar dagangannya
mudah dilihat oleh orang yang lalu lalang Namun terdapat beberapa PKL yang
berjualan secara aglomerasi dengan PKL yang berjualannya bergerombol di dekat
pintu masuk pengunjung Rumah Sakit dr Kariadi seperti yang dapat dijumpai di Jalan
dr Kariadi yaitu bergerombol di sekitar pintu masuk pengunjung rumah sakit serta di
Jalan dr Soetomo yang bergerombol di dekat pintu masuk UGD dan pintu masuk ke
Gedung Pavilliun Garuda Hal tersebut dimaksudkan untuk mendekati pengunjung
yang akan masuk ke rumah sakit Hanya sebagian kecil saja yang lokasinya berjauhan
dengan PKL lainnya atau menyebar untuk mengurangi persaingan dengan PKL
lainnya
41
g Kesimpulan Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar
Rumah Sakit dr Kariadi
Tempat usaha tidak terdapatnya tempat yang dikhususkan untuk PKL pemerintah
memfasilitasinya dengan memperbolehkan menempati ruang-ruang publik seperti
trotoar badan atau bahu jalan serta di atas saluran drainase melalui Perda no 11 tahun
2000 Namun hal ini dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan
serta visual kawasan dan tidak optimalnya ruang publik tersebut Mayoritas PKL di
kawasan tersebut telah mengantongi izin tempat usaha dari kelurahan selaku pihak
berwenang
Jenis barang dagangan karakteristik jenis barang dagangan PKL pada umumnya
mengikuti kebutuhan kegiatan utama yaitu aktivitas Rumah Sakit dr Kariadi dan
sekitarnya seperti fasilitas pendidikan perkantoran perdagangan informal
permukiman dan pemakaman Jenis barang dagangan yang mayoritas diperdagangkan
berupa makanan Jenis barang dagangan yang diperdagangkan adalah non makanan
buah-buahan jasa pelayanan serta kelontong Terkait dengan kegiatan utama terdapat
beberapa jeni barang dagangan yang spesifik seperti termos tikar kipas guna
memenuhi kebutuha penunggu pasien
Sarana fisik dagangan mayoritas berupa kios yang dibangun permanen serta
gerobak tenda Menggunakan kios dikarenakan lokasinya yang telah dilegalkan untuk
aktivitas PKL serta terkait pola layanan yang menetap serta pada waktu berdagang
yang tetap Sedangkan gerobak tenda banyak digunakan oleh pedagang makanan
dimana tendanya digunakan sebagai tempat untuk konsumen Untuk bangunan
permanen diantaranya digunakan sebagai tempat tinggal Ketidakketergantungan
PKL terhadap prasarana penunjang sehingga PKL tidak mempertimbangkan aspek
tersebut karena mereka dapat mengusahakan sendiri
Pola pelayanan dari segi waktunya mengikuti waktu aktivitas kegiatan utama yaitu
pagi hingga sore hari sekitar pukul 0900 ndash 1600 serta telah mendapat izin tempat
usaha dari pihak berwenang namun terdapat pula PKL yang beraktivitas sore hingga
malam hari yaitu pukul 1600 ndash 0000 serta sepanjang hari Sifat layanannya menetap
mengingat mayoritas bersarana fisik dagangan berupa kios serta waktu berdagang
yang relatif tetap
Pola penyebaran mayoritas secara linier yaitu mengikuti pola jalan karena lokasi
yang dilegalkan untuk PKL oleh pemerintah menempati ruang-ruang publik seperti
trotoar di atas saluran drainase dan bahu jalan yang notabene mengikuti pola jalan
41
Selain itu terdapat sebagian beraglomerasi di sekitar pintu masuk rumah sakit yang
bertujuan untuk mendekati konsumen dan sisanya menyebar agar mengurangi
saingan
ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun
menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan
Samanhudi dengan kawasan PKL lain
ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL
ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun
dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja
namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang
namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan
ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa
jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan
harga antara pedagang formal dan PKL
ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan
pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak
penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi
antar pihak
ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai
dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan
perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang
informal
ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan
persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL
ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan
dalih keamanan
ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan
pejalan kaki dan pengendara kendaraan
ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki
ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL
ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan
ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa
harus saling menumpuk
41
ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak
Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini menjadi
jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen
41
Pengelolaan PKL
Pengelolaan PKL di Bundaran
Simpang Lima
Lima Semarang
Pengelolaan PKL di
Kabupaten Jember
Pengelolaan PKL di Kawasan Sekitar Rumah
Sakit dr Kariadi Semarang
Mengakui keberadaan PKL dengan
menuangkannya di dalam produk-
produk tata ruang
Penegakan peraturan
perundagangan yang terkait
dengan PKL
Menjalin kerjasama dengan sektor
formal dalam menyediakan ruang
bagi PKL
Menyediakan ruang perkotaan
yang dikhususkan bagi sektor
informal
Peningkatan citra PKL
Pengakuan terhadap eksistensi PKL
Control terhadap dana bantuan
Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo
Penindakan tegas kepada oknum yang
melakukan perampasan hak pada PKL
dengan dalih keamanan
Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk
menampung aktivitas PKL dan pejalan
kaki
Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan
jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir yang tepat
Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal
Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan
jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir
Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL
dan konsumen yang aman dari gangguan
pejalan kaki dan pengendara kendaraan
41
36 Temuan Studi
Temuan studi ini dimana akan menjawab sasaran yang disesuaikan dari contoh kasus yang ada di Indonesia Berikut adalah tabel matrik temuan
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
Mengetahui
permasalahan
PKL di jalur
pejalan kaki
Keberadaan sektor PKL yang menempati ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima memakai separuh lebih lebar trotoar bahkan seringkali tidak menyisakan sedikit pun ruang untuk pejalan kaki Ruang-ruang trotoar menjadi tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya sebagai ruang pemisah antara ruang yang digunakan untuk sirkulasi pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan Ruang-ruang trotoar tersebut banyak yang beralih fungsi menjadi lokasi berdagang PKL
Peralihan fungsi trotoar ini menyebabkan terganggunya aktivitas pejalan kaki sehingga pejalan terpaksa harus menggunakan jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk berjalan guna menghindari berbagai hambatan di atas trotoar Hal ini menyebabkan pejalan kaki terpaksa harus berhati-hati jika melangkah terkadang juga harus mengalah berjalan pada ruang-ruang jalur lambat dan sebagian badan jalan Kondisi ini sangat tidak aman dan
Masalah yang utama itu dari setiap
pedagang kaki lima di Jalur Pejalan Kaki
di Jalan Samanhudi Jember yaitu
Penggusuran Para PKL liar yang tidak
memiliki TDU(Tanda Daftar Usaha)
mereka biasanya akan di gusur dengan
peringatan yang di berikan sampai di
laksanakan penggusuran paksa padahal
Pedagang kaki lima merupakan salah satu
solusi akan masalah tingginya angka
pengangguran dan sedikitnya lapangan
kerja bagi masyarakat berpendidikan
rendah seperti mereka Pemerintah dalam
hal ini tidak dapat menyediakan lahan
pengganti bagi mereka untuk melanjutkan
usaha mereka jika pun ada pemerintah
menyediakan lahan-lahan yang letaknya
kurang strategis yang secara pasti
menurunkan dan mematikan pendapatan
yang mereka dapatkan dan akhirnya
Legalitas lokasi aktivitas
PKL yang biasanya ditempatkan
di dalam ruang publik seperti di
atas trotoar di atas saluran
drainase taman dan ruang publik
lainnya patut dipertanyakan
karena ketidakberdayaannya
peraturan tersebut dalam
menangani PKL Sebagai contoh
di sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi legalitas lokasi untuk
aktivitas PKL yang linier di
sepanjang jalan yang bertempat di
atas drainase Dalam aspek
apapun hal tersebut tidak dapat
dilegalkan terlebih tidak ada
penjelasan mengenai luasan atau
desain yang diperbolehkan PKL
untuk menggelar dasaran pada
dimensi saluran drainase yang
PKL yang menempati
ruang-ruang trotoar
menyebabkan
terganggunya aktivitas
pejalan kaki
Pemerintah tidak dapat
menyediakan lahan
pengganti
Legalitas lokasi aktivitas
PKL yang biasanya
ditempatkan di dalam
ruang publik seperti di atas
trotoar di atas saluran
drainase taman dan ruang
publik patut
dipertanyakan
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
nyaman bagi pejalan kaki ataupun bagi pengendara kendaraan bermotor karena mengganggu arus lalu lintas dan membahayakan keselamatan jiwa mereka hal seperti ini dapat kita lihat di depan dan di samping Masjid Baiturrahman di depan Citraland Mall di depan dan di samping Plasa Simpang Lima di depan dan di samping Kompleks Pertokoan Simpang Lima di depan dan di samping Ramayana Super Center di depan dan di samping SMKN 7 SemarangKantor Telkom dan di depan Gajahmada Plaza
Pemilihan lokasi PKL dipengaruhi oleh kecenderungan aktivitas PKL yang selalu menentukan lokasi mendekati pusat-pusat keramaian atau pusat-pusat perdagangan dan jasa dan lokasi-lokasi yang sering dikunjungi oleh orang banyak dalam kurun waktu tertentu secara periodik dan menerus Alasan inilah yang kemudian mendasari penentuan lokasi PKL Kawasan Bundaran Simpang Lima untuk berjualan di trotoar karena ruang-ruang jalur pedestrian inilah yang
mereka harus gulung tikar dan menjadi
pengangguran yang semakin menambah
permasalahan di Indonesia Pemerintah
harus mencari cara dan tempat yang baik
untuk mereka berdagang ditengah modal
mereka yang kecil agar di sisi lain semua
para pedagang kaki lima tidak hilang
lapangan kerjanya dan bias melanjutkan
kelangsungan hidupnya
ada Selain itu PKL juga
menempati trotoar yang
mengakibatkan bertambahnya
permasalahan yang terdapat di
lokasi tersebut Imbas secara
langsung dirasakan oleh
pengguna trotoar yaitu pedestrian
ketidaknyamanan bahkan tidak
adanya lagi ruang untuk berjalan
di atas trotoar acapkali menjadi
konsekuensi pedestrian yang
trotoarnya diserobot PKL
Aglomerasi aktivitas PKL yang
berlokasi di sekitar pintu masuk
pengunjung Rumah Sakit dr
Kariadi menyebabkan
penumpukan aktivitas seperti
aktivitas keluar masuk
pengunjung aktivitas jual beli
antara PKL dengan konsumen
lalu lintas kendaraan yang sedang
melewati Jalan dr Kariadi serta
angkutan umum yang sedang
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
dianggap sebagai lokasi yang ramai dikunjungi oleh pejalan kaki yang melakukan pergerakan dalam mencapai tempat tujuan perjalanannya Begitu juga dengan ruang Lapangan Pancasila karena selalu ramai dikunjungi pada hari-hari libur dengan rata-rata pengunjung mencapai 51 ndash 100 oranghari dikarenakan kedudukannya sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya
berhenti mencari penumpang
Sekali lagi permasalahan tersebut
disikapi oleh pemerintah dengan
penertiban dan penggusuran yang
hampir tidak pernah berakhir
manis
Mengetahui
peranan PKL
Kehadiran PKL di Kawasan
Bundaran Simpang Lima juga mampu
menciptakan kehidupan yang menerus
sehingga terhindar dari kematian
kawasan pada saat tertentu akan tetapi
di sisi lain kehadiran PKL
menyebabkan ketidakteraturan
kekumuhan dan kualitas fisik yang
buruk sehingga merusak wajah kota
Selain itu PKL yang berjualan di
Lapangan Pancasila pada malam hari
dengan kehidupan malam dan wanita-
wanita penghibur yang berdandan tebal
Tempat pedagang kaki lima bagi
Masyarakat dijalan Samanhudi Jember
sangat penting sebagai penyedia kebutuhan
yang dibutuhkan oleh Masyarakat Jember
Pedangan kaki lima sangat mempengaruhi
pola pasar dan sosial di Jember khususnya
didaerah Jalan Samanhudi Dalam bidang
perekonomian pedagang kaki lima hanya
berpengaruh sebagai produsen yang
penting bagi Masyarakat Jember
mengingat akan Meningkatnya jumlah
Penduduk Mereka cenderung lebih
memilih membeli pada pedagang kaki lima
Usaha PKL yang terus
berkembang pesat menarik PKL
untuk mempekerjakan karyawan
selain tenaga yang dibutuhkan
memang tidak bisa dikerjakan
sendiri terdapat pula pemilik
modal yang menyewa tempat
usaha namun dijadikan usaha
sampingan sehingga tidak
mengelola secara langsung
usahanya namun dengan
mempekerjakan karyawan PKL
yang statusnya sebagai karyawan
Pedangan kaki lima sangat
mempengaruhi pola pasar
dan sosial
harga yang PKL tawarkan
lebih murah dibandingkan
dengan harga di mall
grosir maupun indogrosir
sebagai salah satu
alternatif lapangan
pekerjaan bagi masyarakat
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
menciptakan kesan negatif dan
memperburuk citra kawasan
daripada membeli di supermarket yang
sudah merajalela di kota Jember pada saat
ini mall atau grosir maupun indogrosir
yang banyak tersebar di kota Jember
dikarenakan harga yang mereka tawarkan
lebih murah
sebanyak 10 dimana karyawan
tersebut memanfaatkan PKL
sebagai lapangan pekerjaan
Sehingga bekerja sebagai
karyawan PKL dapat dikatakan
sebagai salah satu alternatif
lapangan pekerjaan bagi
masyarakat
Mengetahui
pola aktivitas
PKL dijalur
pejalan kaki
Aktivitas PKL sendiri
memiliki kecenderungan untuk
menempati ruang ruang antar aktivitas
yang selalu ramai dilewatidikunjungi
oleh banyak orang dalam melakukan
pergerakan perpindahan dari aktivitas
satu ke aktivitas yang lain atau dari
bangunan perdagangan modern satu ke
bangunan perdagangan modern yang
lain secara periodik dalam rentang
waktu tertentu sehingga kemudian
pilihan ini jatuh kepada jalur-jalur
pedestrian yang notabene merupakan
ruang-ruang terbuka publik yang
PKL berdagang dengan menempati
tempat yang tetap dan tidak berpindah-
pindah
Modal dan aset sebagian besar adalah
milik sendiri
Berdagang di Samanhudi merupakan
usaha utama
Alat peraga PKL pada kawasan ini
dapat dibedakan menjadi
ndashAlat peraga semi permanen dari kayu
dan tenda yang bersifat menetap
ndashAlat peraga dengan bangku meja dan
tenda sekaligus sebagai tempat tinggal
ndashAlat peraga beroda namun menetap
Pola Aktivitas pelayanan PKL di
kawasan sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi pada umumnya melayani
pengunjung rumah sakit namun
tidak menutup kemungkinan
konsumennya adalah pengendara
atau orang yang sedang melintasi
jalan tersebut tanpa bermaksud
untuk masuk ke rumah sakit
Selain itu konsumen
yang berasal dari sekitar lokasi
PKL seperti penduduk
permukiman di sekitarnya
pekerja yang bekerja di sektor
Aktivitas PKL memiliki
kecenderungan untuk
menempati ruang ruang
antar aktivitas yang selalu
ramai dilewatidikunjungi
oleh banyak orang dalam
melakukan pergerakan
perpindahan dari aktivitas
satu ke aktivitas yang lain
atau dari bangunan
perdagangan modern satu
ke bangunan perdagangan
modern
Saat berjualan alat peraga
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
seyogyanya digunakan oleh pejalan
kaki Keberadaan ruang trotoar yang
semakin sempit oleh penggunaan ruang
PKL membuat pejalan kaki
menjatuhkan pilihan untuk melakukan
perjalanan pada ruang-ruang seperti
jalur lambat dan sebagian badan jalan
sehingga mengurangi keamanan jiwa
dan kenyamanan pejalan kaki sendiri
serta pengguna jalan yang lain
(pengendara)
Kegiatan-kegiatan yang
dilakukan oleh pejalan kaki pada
ruang-ruang jalur pedestrian atau
trotoar di Kawasan Bundaran Simpang
Lima adalah kegiatan berjalan dan
berbelanja Sebagian dari pejalan kaki
hanya berjalan melintasi trotoar untuk
menuju lokasi tujuannya akan tetapi
ada pula sebagian dari pejalan kaki
yang berjalan sambil melihat-lihat
bahkan ada yang berbelanja pada PKL
ndashAlat peraga beroda namun menetap
dengan bangku dan meja
ndashHanya berupa matras sebagai alas
dagangan yang dapat berpindah
sewaktu-waktu
Alat peraga yang dipakai untuk usaha
tidak seragam dan tidak menggunakan
desain yang baik sehingga terkesan
kumuh kurang bersih dan sangat
mengganggu wajah kota dan menutup
fasade bangunan di belakangnya
Saat berjualan alat peraga kios
sebagian besar menempati badan jalan
dan trotoar
Saat tidak berjualan alat peraga kios
sebagian besar tetap di lokasi jualan
lama berjualan di Samanhudi sebagian
besar antara 6 ndash10 tahun
Terbanyak dari pedagang belum
pernah bekerja di sektor lain dan dari
semula telah menjadi PKL di
Samanhudidi bandingkan denga harga
yang ada di mall Pedagang
lain sehingga tidak ada batasan
pasti mengenai pola pelayanan
para PKL tersebut
Waktu beraktivitas para
PKL umumnya terbagi menjadi
dua sesi PKL yang pertama
adalah pedagang yang aktivitas
berdagangnya pada pagi hingga
siang hari Pedagang yang kedua
merupakan pedagang yang
mempunyai waktu layanan pada
sore hingga malam hari Namun
tidak menutup kemungkinan
terdapat beberapa PKL yang
berdagang dari pagi hingga
malam hari bahkan buka nonstop
mengingat rumah sakit
beraktivitas selama sehari penuh
sehingga mereka mengikuti
aktivitas sektor formal yang ada
di sekitarnya
Waktu berdagang
tersebut juga disesuaikan dengan
kios sebagian besar
menempati badan jalan
dan trotoar
Waktu beraktivitas para
PKL umumnya terbagi
menjadi dua sesi PKL
yang pertama adalah
pedagang yang aktivitas
berdagangnya pada pagi
hingga siang hari
Pedagang yang kedua
merupakan pedagang yang
mempunyai waktu layanan
pada sore hingga malam
hari Namun tidak
menutup kemungkinan
terdapat beberapa PKL
yang berdagang dari pagi
hingga malam hari bahkan
buka nonstop
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
izin usaha yang diberlakukan oleh
petugas kelurahan sebagai pihak
yang berwenang menangani PKL
Untuk lokasi yang dilarang untuk
PKL oleh PKL tetap digunakan
sebagai lokasi untuk berdagang
dengan waktu berdagang setelah
jam kerja yaitu sore hingga
malam hari
Mengetahui
Pengelolaan
PKL di jalur
pejalan kaki
dalam perkembangannya
pemerintah mengeluarkan SK
Walikota Kota Semarang No 511316
tahun 2001 tentang Penetapan Lahan
yang mengatur tentang lokasi-lokasi
dan waktu aktivitas PKL yang
diperbolehkan oleh pemerintah pada
Kawasan Bundaran Simpang Lima
agar tetap terjaga kerapihan dan
estetikakeindahan wajah kawasannya
yaitu PKL yang berjualan di depan
Kompleks Pertokoan Simpang Lima
depan Ramayana SC depan Kantor
Adanya pengakuan resmi dari
pemerintah terhadap PKL Samanhudi
sebagai salah satu sector ekonomi di
kawasan studi melalui surat keputusan
resmi Surat keputusan ini sekaligus
mengatur hak kewajiban dan
tanggung jawab PKL sebagai
kompensasi perubahan status yang
telah diberikan oleh pemerintah
Pedagang kaki lima perlu untuk
mendapatkan pembinaan dari
pemerintah Kabupaten Jember untuk
meningkatkan kemampuan wirausaha
Pemerintah Kota Semarang
berwenang dalam mengatur
keberadaan PKL di ruang Kota
Semarang seperti yang terdapat di
kawasan sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi dengan bentuk
pengelolaan lokasional (stabilitas
atau pengaturan) dan struktural
(perijinan) Dalam pengaturan
tersebut Pemerintah Kota
Semarang menggunakan dasar
hukum berupa Undang-Undang
Peraturan Pemerintah Peraturan
mengatur tentang lokasi-
lokasi dan waktu aktivitas
PKL yang diperbolehkan
oleh pemerintah agar tetap
terjaga kerapihan dan
estetikakeindahan wajah
kawasannya
Pedagang kaki lima perlu
untuk mendapatkan
pembinaan
Pedestrian dirancang ulang
dengan dilebarkan hingga
area parkiran street
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
TelkomSMKN 7 Semarang depan
Gajahmada Plaza dan depan Masjid
Baiturrahman boleh berjualan dari
pukul 1600 ndash 0400 WIB (khusus pada
Hari Minggu PKL diijinkan untuk
berjualan mulai pukul 0600 ndash 0800
WIB) menempati ruang trotoar dengan
luas areal 4 x 6 meter
Sampai dengan tahun 2008
PKL di Kawasan Bundaran Simpang
Lima mencapai 1536 pedagang dan
ada kecenderungan akan terus
meningkat dari tahun ke tahun (lihat
Tabel III4) Kecenderungan lokasi
PKL pada masa-masa yang akan
datang mengikuti kecenderungan dari
perkembangan aktivitas formal
kawasan yang ada demikian juga
kecenderungan waktu berdagangnya
Melihat kecenderungan aktivitas PKL
kawasan maka SK Walikota Kota
Semarang No 511316 tahun 2001
sudah tidak relevan lagi dan perlu
dan peningkatan kualitas barang
dagang dan pelayanan terhadap
pembeli konsumen sehingga bias
meningkatkan pendapatan dan
aktivitas pedagang kaki lima dapat
member nilai tambah serta dapat
memberkan peluang kerja yang dapat
mengurangi tingkat pengangguran di
Kabupaten Jember Bentuk pembinaan
berupa penyuluhan yang diberikan
berkala secara rutin Program
pembinaan diadakan oleh pemerintah
Paguyuban Samanhudi merupakan
Kelembagaan yang memiliki
kewenangan atau keterikatan dengan
pengelolaan dan pembinaan Pedagang
Kaki Lima KoridorJalan
SamanhudiPaguyuban ini
beranggotakan wakil PKL wakil
pedagang formal wakil pemerintah
dari dinas Kebersihan dan
Pertamanan Dinas Polisi Pamong
Praja Dinas Pariwisata Dinas
Daerah dan Surat Keputusan
Walikota Adapun dasar hukum
yang mengatur secara jelas
mengenai aktivitas PKL di Kota
Semarang yang berlaku saat ini
diantaranya adalah sebagai
berikut
1048707 Peraturan Daerah No 11 Tahun
2000 tentang Pengaturan dan
Pembinaan PKL Perda ini
menjelaskan tentang pengaturan
dan pembinaan PKL di Kota
Semarang seperti pengaturan
tempat usaha hak kewajiban dan
larangan untuk PKL Dalam
kaitannya dengan karakteristik
berlokasi aktivitas PKL
dijelaskan dalam Perda ini yang
terdapat dalam pasal 3 yaitu
penempatan lokasi kegiatan PKL
diatur dengan mempertimbangkan
tempat kepentingan untuk umum
lainnya seperti kepentingan untuk
sehingga jalur aktif
kendaraan tidak
mengalami penyempitan
mengatur keberadaan PKL
di ruang Kota dengan
bentuk pengelolaan
lokasional (stabilitas atau
pengaturan) dan struktural
(perijinan)
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
ditinjau kembali sesuai dengan
kecenderungan dan kebutuhan yang
ada di lapangan
Pendapatan dan Dinas LPMK
Kabupaten Jemberserta pihak
penengah selaku penasehat dan pihak
netral yang diwakili oleh pakar PKL
dari universitas tokoh masyarakat dan
pakar PKL lainnya
Penerapan tema khusus pada penataan
PKL kawasan studi agar mempunyai
cirri khas dan dapat mengangkat citra
kawasan dan meningkatkan daya tarik
kawasan Contoh produk khas
jember yang dapat diangkat sebagai
tema adalah tembakau rookk dan
cerutu mengingat Jember sebagai
penghasil tembakau terbesar di Jawa
Kegiatan khas Jember yang dapat
diangkat sebagai tema yaitu Jember
Fashion Carnaval Penerapan tema
dapat diaplikasikan pada sarana usaha
PKL finishing pedestrian perabot
kota dan elemen pendukung lainnya
Pedestrian dirancang ulang dengan
pejalan dan untuk sirkulasi
kendaraan Untuk lebih jelas
mengenai detail isi perda tersebut
dapat dilihat pada Lampiran F
1048707 Surat Keputusan Walikota
Semarang No 51136 Tahun
2001 tentang lokasi PKL di Kota
Semarang dimana di dalamnya
diantaranya mengatur luas area
batas pemakaian area waktu
aktivitas dan tempat aktivitas
PKL Ruas kanan Jalan dr
Kariadi dari arah Jalan Veteran
merupakan lokasi yang
diperbolehkan untuk aktivitas
PKL Lokasi tersebut menempati
trotoar serta bangunan berupa
semi permanen Untuk lebih jelas
mengenai detail isi SK tersebut
dapat dilihat pada Lampiran F
1048707 Perda No 6 Tahun 2004
tentang Rencana Detail Tata
Ruang Kota Semarang Bagian
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
dilebarkan hingga area parkiran street
sehingga jalur aktif kendaraan tidak
mengalami penyempitan Diberikan
perbedaan yang tegas antara ruang
PKL dan ruang pejalan kaki dan jalur
kendaraan berupa perbedaan tinggi
lantaiSehingga dikemudian hari kios
PKL tidak melebar ke segala sisi
Wilayah Kota (BWK) I
(Kecamatan Semarang Tengah
Semarang Timur dan Semarang
Selatan Tahun 2000-2010 Perda
tersebut menjelaskan mengenai
fungsi serta peran BWK I yang
terkait dengan sektor formal di
wilayah tersebut yaitu penjelasan
mengenai fasilitas kesehatan yang
berada khususnya di Kelurahan
Randusari Selain itu dijelaskan
pula kelas Jalan dr Kariadi Jalan
dr Soetomo dan Jalan Veteran
serta jalur transportasi yang
melaluinya
41
ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun
dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja
namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang
namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan
ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa
jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan
harga antara pedagang formal dan PKL
ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan
pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak
penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi
antar pihak
ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai
dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan
perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang
informal
ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan
persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL
ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan
dalih keamanan
ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan
pejalan kaki dan pengendara kendaraan
ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki
ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL
ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan
ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa
harus saling menumpuk
ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak
ndash Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini
menjadi jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen
B Triangulasi Konsep Simbiosis Mutualistik
Triangulasi konsep simbiosis mutualistik dilakukan untuk mendapatkan konsep-
konsep penataan pedagang kaki lima yang menguntungkan berbagai pihak yang terkait yang
membandingkan antara fakta empiris studi kasus dan teori
41
Mengakui eksistensi PKL didukung dengan program kebijakan untuk mengelola
aktivitas PKL
Penyuluhan pembinaan dan pelatihan untuk PKL
Pemberian bantuan modal dari pemerintah maupun dari sektor swasta (dengan konsep
kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitusaja namun dilakukan kontrol terhadap dana
bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang begitu saja namun dapat dimanfaatkan secara
berkelanjutan
Peningkatan citra kawasan melalui pembentukan karakter khusus PKL di lokasi studi
sehingga membedakan PKL Samanhudi dengan PKL di kawasan lain
Pengelompokkan PKL menurut jenis barang dagangan dan perletaknnya diatur menurut
jenis dagangan toko formal sehingga tidak terjadi perebutan konsumen
Peningkatan citra kawasan sehingga menambah daya tarik pengunjung
Pembentukan Paguyuban Samanhudi yang beranggotakan PKL pedagang formal dan
pihak penengah untuk menyamakan aspirasi antar golongan dan sebagai forum diskusi
Legalitas sektor informal yang diakui oleh pemerintah
Perumusan kebijakan dan peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan
perdagangan informal
Peraturan didukung pengawasan yang ketat sangsi yang jelas dan sosialisasi serta
persamaan persepsi
Perancangan sarana usaha sesuai dengan jenis barang dagangan dan aspirasi PKL
Sosialisasi status ruang PKL
Peningkatan keamanan dan pengawasan untuk mencegah pemerasan tindak kejahatan
lain
Mempertahankan orientasi PKL ke arah bangunan formal
Perbaikan pelebaran dan pemeliharaan jalur pejalan kaki (pedestrian) sebatas ruang
parkir on street sehingga jalur aktif jalan tidak berkurang
Pemisahan yang jelas antara jalur pejalan kaki dan ruang PKL
Pemisahan yang jelas antara jalur pengendara ruang PKL dan jalur pejalan kaki
Mengatur ruang parkir off street di sepanjang jalan untuk mengurangi beban jalan akibat
penyempitan jalan karena adanya pelebaran pedestrian
Perpanjangan sosoran dari bangunan formal sebagai pelindung pejalan kaki dan ruang
PKL sehingga PKL tidak perlu memakai ataptambahan untuk kiosnya
Bentuk sarana usaha berupa meja dorong tanpa atap agar akses visual pencahayaan dan
penghawaan ke bangunan formal tidak terhalang
41
Diberikan jarak setiap 2 kios sebagai akses masuk ke bangunan formal
Mengikutsertakan seluruh pihak terkait dalam penyampaian keputusan
Perancangan dapat mewadahi ruang PKL
Ruang PKL mengikuti arus pergerakan manusia
Pengaturan kebersihan dan ketertiban
C Konsep Legalitas PKL
Adanya pengakuan resmi dari pemerintah terhadap PKL Samanhudi sebagai salah satu
sector ekonomi di kawasan studi melalui surat keputusan resmi Surat keputusan ini
sekaligus mengatur hak kewajiban dan tanggung jawab PKL sebagai kompensasi
perubahan status yang telah diberikan oleh pemerintah
PKL berhak mendapatkan perlindungan hokum dan pinjaman modal dari pemerintah
Namun sebagai sector resmi PKL dikenakan pajak penghasilan dan retribusi Besarnya
pajak Pajak penghasilan dibedakan dari sektorformal Dengan membayar pajak PKL
berhak mendapatkan perlindungan pemerintah dari oknum preman dsb
PKL wajib mendukung program-program penertiban yang dilakukan pemerintah Apabila
PKL melanggar hak dan kewajiban yang telah diputuskan PKL tidak berhak lagi
menempati lapak yang telah dipinjamkan oleh pemerintah Dan dicabut ijin berjualannya
di kawasan Samanhudi
Dalam konsep ini simbiosis mutualistik terjadi antara pemerintah dan PKL dimana PKL
mendapatkan pengakuan perlindungan dan bantuan modal dari pemerintah sementara
pemerintah mendapatkan retribusi pajak penghasilan dan ketertiban dari PKL
D Konsep Pembinaan dan Permodalan
Pedagang kaki lima perlu untuk mendapatkan pembinaan dari pemerintah Kabupaten
Jember untuk meningkatkan kemampuan wirausaha dan peningkatan kualitas barang
dagang dan pelayanan terhadap pembeli konsumen sehingga bias meningkatkan
pendapatan dan aktivitas pedagang kaki lima dapat member nilai tambah serta dapat
memberkan peluang kerja yang dapat mengurangi tingkat pengangguran di Kabupaten
Jember Bentuk pembinaan berupa penyuluhan yang diberikan berkala secara rutin
Program pembinaan diadakan oleh pemerintah
Program pembinaan juga digunakan sebagai sarana pertemuan rutin dan sosialisasi
peraturan-peraturan yang dilakukan pemerintah
Program pembinaan juga dapat dijadikan sarana untuk selalu mengingatkan hak dan
kewajiban serta sangsi yang diterapkan bila PKL melanggar selama beroperasi dikawasan
Samanhudi
41
Program pembinaan memberikan keuntungan kepada PKL dan pemerintah PKL
mendapatkan peningkatan kemampuan dan pemerintah mendapat sarana sosialisasi
Pemberian bantuan modal ini tidak ditujukan kepada semua pedagang kaki lima tetapi
diberikan kepada beberapa pelaku usaha yang memiliki potensi dan criteria yang telah
ditentukan
Pemerintah dalam memberikan bantuan modal ini juga harus bekerja sama dengan
instansi-isntansi lain yang terkait
Pemberian modal dari pihak swasta sangat disarankan
Konsep ini memberikan keuntungan kepada pihak PKL berupa bantuan modal dengan
bunga ringan keuntungan laba pinjaman kepada pemberi modal dan bila pihak swasta
terlibat mendapatkan keuntungan berupa kesempatan untuk periklanan
E Konsep Kelembagaan Paguyuban Samanhudi
Paguyuban Samanhudi merupakan Kelembagaan yang memiliki kewenangan atau
keterikatan dengan pengelolaan dan pembinaan Pedagang Kaki Lima KoridorJalan
SamanhudiPaguyuban ini beranggotakan wakil PKL wakil pedagang formal wakil
pemerintah dari dinas Kebersihan dan Pertamanan Dinas Polisi Pamong Praja Dinas
Pariwisata Dinas Pendapatan dan Dinas LPMK Kabupaten Jemberserta pihak penengah
selaku penasehat dan pihak netral yang diwakili oleh pakar PKL dari universitas tokoh
masyarakat dan pakar PKL lainnya
Peran Paguyuban ini adalah sebagai forum diskusi dari semua pihak untuk menampung
aspirasi dan menetralisasi konflik yang terjadi sehingga setiap aspek dikoridor jalan
Samanhudi dapat melakukan koordinasi dan semua aspirasi dari semua pihak dapat
tersampaikan Fungsi paguyuban juga sebagai sarana mengikutsertakan semua pihak
terkait dalam membuat rancangan peraturan dan sosialisasi peraturan yang telah
ditetapkan pemerintah mengenai PKL kepada semua pihak terkait
Paguyuban juga berfungsi sebagai pihak pengawas bekerja sama dengan pihak kepolisian
dan pamong praja untuk mengawasi segala pelanggaran yang dilakukan oleh semua pihak
terkait Penerapan sangsi harus tegas dan diawasi oleh paguyuban sehingga tidak terjadi
rsquopenyelesaiandamairsquo dari pihak pelanggar dana para penegak peraturan
Paguyuban memberikan keuntungan kepada PKL pedagang formal pemerintah dan
masyarakat berupa kesempatan untuk menyalurkan aspirasi
41
353 Kajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit Kariyadi
Semarang
3531 Analisis Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar
Rumah Sakit dr Kariadi
Analisis karakteristik aktivitas PKL menggunakan metode deskriptif kuantitaif
dan distribusi frekuensi Analisis ini nantinya menunjang untuk analisis selanjutnya
yaitu analisis karakteristik berlokasi PKL Analisis ini meliputi lokasi aktivitas PKL
tempat usaha PKL jenis barang dagangan sarana fisik berdagang pola layanan pola
penyebaran serta status kepemilikan usaha Uraian dari masing-masing analisis
tersebu dipaparkan sebagai berikut
a Lokasi Beraktivitas
Sesuai dengan ruang lingkup spasial dari penelitian ini lokasi yang digunakan
PKL untuk memanfaatkan aktivitas kegiatan utama Rumah Sakit dr Kariadi adalah di
sepanjang penggal Jalan dr Kariadi sebagian Jalan Veteran dan sebagian Jalan dr
Soetomo Mereka berlokasi di penggalpenggal jalan tersebut dikarenakan jalan
tersebut merupakan batas dari kawasan fasilitas kesehatan dan merupakan jalan arteri
sekunder kolektor sekunder dan lokal sekunder yang ramai orang berlalu lalang
lintas kendaraan serta dilewati jalur angkutan umum Kondisi tersebut ditangkap oleh
PKL sebagai peluang untuk mendapatkan konsumen dengan memanfaatkan tingkat
kunjungan yang tinggi dari aktivitas kegiatan utama serta orang yang lalu lalang yang
melintas di penggal jalan-jalan tersebut Untuk lebih jelas mengenai lokasi PKL dapat
dilihat pada Gambar berikut
41
Gambar 33
Lokasi Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Pada lokasi tersebut terbagi menjadi spot-spot yang menjadi lokasi PKl
berdasarkan penggal jalan yang telah disebutkan sebelumnya yaitu Jalan dr Kariadi
Jalan Veteran dan Jalan dr Soetomo Spot-spot tersebut memiliki karakteristik
masing-masing baik dari sisi aktivitas dan ruang usaha PKL maupun dari karakteristik
berlokasinya Di penggal Jalan dr Kariadi terdapat beberapa bagian yang merupakan
lokasi larangan untuk PKL lokasi yang diperbolehkan untuk menggelar dagangan
PKL serta PKL binaan kelurahan yang dikenal dengan istilah PKL orange Pada Jalan
Veteran yang diminati oleh PKL berada di sisi selatan jalan Lokasi tersebut juga
diperbolehkan untuk berdagang PKL sebagai kompensasi penggantian lokasi
penggusuran PKL yang berasal dari Jalan dr Kariadi sisi barat Lokasi yang
seharusnya bersih dari PKL adalah Jalan dr Soetomo karena merupakan jalur merah
Namun lokasi ini tetap diminati untuk berlokasi PKL diantaranya dikarenakan tidak
adanya lokasi lain serta lokasinya yang strategis Kestrategisan tersebut dilihat dari
status jalan yang merupakan jalan utama penghubung ke pusat-pusat aktivitas lainnya
serta akses ke pusat kota maupun ke luar kota sehingga frekuensi kendaraan yang lalu
lalang tinggi Selain itu lokasinya yang dekat dengan kegiatan utama yang ada di
sekitarnya seperti Rumah sakit dr Kariadi perkantoran ataupun permukiman Hal
tersebut dimanfaatkan PKL sebagai peluang mendapatkan konsumen
b Tempat Usaha
41
Lokasi yang diminati PKL tidak menyediakan tempat khusus untuk berdagang
PKL sehingga mereka menggunakan ruang-ruang publik untuk tempat usahanya
seperti di trotoar di atas saluran drainase bahu jalan dan badan jalan Dengan
difungsikannya ruang-ruang publik tersebut menjadi tempat berdagang bagi PKL
berakibat menurunnya fungsi ruang publik tersebut mengurangi citra kawasan serta
menurunnya kualitas lingkungan Oleh pemerintah kota ruang-ruang publik tersebut
dimanfaatkan untuk tempat usaha PKL karena diperlukan tempat usaha di lokasi
tersebut Hal ini sebagai upaya pemerintah untuk mewadahi aktivitas tersebut
Tempat-tempat tersebut dilegalkan menjadi tempat usaha yang diperuntukkan bagi
PKL sesuai dengan peraturan daerah nomor 11 tahun 2000 tentang PKL yang
notabene bertolak belakang dengan peraturan daerah lainnya yang mengatur tentang
ketertiban keindahan dan pertamanan Persentase PKL yang menempati ruang-ruang
publik dapat dilihat pada Gambar berikut ini
Gambar 34
Persentase Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Terdapat pula PKL yang tidak mendapat izin tempat usaha berdagang
khususnya PKLyang berlokasi di daerah larangan untuk PKL serta berdagang pada
waktu yang tidak diperbolehkan sehingga mereka tidak ditarik retribusi dan sewaktu-
waktu dapat ditertibkan oleh aparat penegak tata tertib Namun ketidaktertiban aparat
PKL yang tidak mendapat izin tersebut kadang-kadang juga dipungut retribusi yang
diistilahkan dengan uang keamanan namun frekuensinya tidak teratur PKL dalam
golongan ini jumlahnya minoritas jika dibandingkan dengan PKL yang mendapat izin
tempat usaha Berikut sketsa sebaran PKL menurut tempat usahanya yang dapat
dilihat pada Gambar
41
Gambar 35
Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
c Jenis Barang Dagangan
Dagangan mayoritas yang diperdagangkan oleh PKL di sekitar Rumah Sakit
dr Kariadi adalah jenis barang dagangan makanan seperti warung tegal bakso soto
es buah dan makanan kecil Jenis dagangan tersebut diminati karena PKL mencoba
menangkap aktivitas kegiatan utama yang banyak membutuhkan jenis barang
dagangan makanan
Jenis barang dagangan yang paling minoritas diperdagangkan adalah buah-
buahan Jenis dagangan inipun hanya dijumpai di penggal Jalan dr Kariadi karena di
penggal jalan tersebut terdapat pintu masuk pengunjung rumah sakit Jenis barang
dagangan ini biasanya digunakan sebagai cangkingan atau oleh-oleh untuk membesuk
pasien Namun jenis dagang ini kurang diminati pedagang dikarenakan barangnya
yang mudah busuk tidak mempunyai tempat penyimpanan khusus seperti kulkas
relatif mahal karena rata-rata buah impor serta konsumennya relatif sedikit
Kekurangminatan pedagang untuk menjual jenis dagangan ini dapat dilihat dari
sedikitnya jumlah PKL yang menjual dagangan ini
Jenis barang dagangan lain yang banyak diperdagangkan adalah kelontong
karena berjualan bermacam-macam jenis barang dari rokok makanan kecil air
kemasan bahkan sampai barang kebutuhan mereka yang beraktivitas di kegiatan
41
utama yaitu rumah sakit seperti untuk kebutuhan penunggu pasien yaitu tikar kipas
termos untuk air panas dan jenis barang lainnya
Jenis dagangan yang lain merupakan jenis barang dagangan yang umum
diperdagangkan atau jenis barang dagangannya hampir ada setiap ruas jalan-jalan
besar lokasi PKL lainnya di kota besar yang kebanyakan termasuk dalam jenis barang
dagangan non makanan dan jasa pelayanan seperti warung telekomunikasi bensin
tambal ban voucher pulsa fotocopy Untuk jasa pelayanan fotocopy yang banyak
tersebar di kawasan tersebut terkait dengan adanya kegiatan utama berupa fasilitas
pendidikan seperti Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro akademi
keperawatan dan farmasi sedangkan untuk jenis dagangan umum lainnya terkait
adanya permukiman di sekitar lokasi tersebut Namun ada barang dagangan yang khas
yaitu nisan karena lokasi sekitar Rumah sakit dr Kariadi terdapat tempat pemakaman
umum yang cukup besar yaitu TPU Bergota
Jenis dagangan yang dijual dapat dikatakan tidak semata hanya melayani
untuk aktivitas yang terkait dengan Rumah Sakit dr Kariadi namun juga melayani
terhadap aktivitas lainnya disekitar Rumah Sakit dr Kariadi seperti fasilitas
pendidikan permukiman pemakaman serta perkantoran bahkan aktivitas transportasi
seperti kebutuhan supir angkutan umum dan supir taxi Untuk lebih jelas mengenai
perbandingan jumlah PKL menurut jenis barang dagangan di masing-masing penggal
jalan dapat dilihat pada gambar berikut ini
Gambar 36
Karakteristik Jenis Barang Dagangan Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
41
d Sarana Fisik Berdagang
Masing-masing lokasi memiliki jenis sarana berdagang mayoritas yang
berbeda-beda Pada penggal Jalan dr Kariadi mayoritas PKL di penggal jalan tersebut
menggunakan kios sebagai sarana berdagangnya Kios-kios tersebut awalnya
merupakan warung semi permanen yang disekat-sekat Namun seiring dengan
perkembangan waktu dan adanya praktek sewa tempat usaha maka warung tersebut
dibangun permanen oleh pemiliknya bahkan diantaranya ada yang dilengkapi dengan
kamar mandi serta ruang tidur Hal tersebut dikarenakan sebagian kios juga dijadikan
sebagai tempat tinggal pemiliknya Asal pedagang yang dari luar Kota Semarang serta
biaya yang mengontrak relatif mahal sehingga menjadikan kiosnya sebagai sarana
usaha serta tempat tinggal sekaligus Sarana dagang tersebut telah menyimpang dari
peraturan daerah tentang PKL Latar belakang pendidikan PKL yang sebagian rendah
kemungkinan menjadi penyebab kurangnya pemahaman pedagang terhadap produk
hukum tersebut atau memang mengerti namun sengaja dilanggar karena tidak adanya
upaya pemerintah untuk menertibkan sarana berdagang yang telah melanggar
peraturan tersebut Selain itu ketidaktergantungan PKL terhadap ketersediaan
prasarana penunjang menjadikan PKL dalam beraktivitas tidak mempertimbangkan
aspek tersebut
Selain kios sarana dagangan yang banyak diminati adalah gerobak tenda yaitu
sarana dagangan utamanya gerobak yang ditunjang dengan tenda yang biasanya untuk
tempat makan konsumen Sarana dagang ini dianggap praktis karena mudah
dibongkar pasang serta dipindahkan Terlebih sarana dagang ini sesuai dengan
himbauan pemerintah dalam Perda No 11 tahun 2000 yaitu sarana PKL adalah yang
mudah untuk dibongkar serta dipindahkan
Lain halnya dengan PKL di penggal Jalan dr Soetomo mereka lebih banyak
menggunakan gerobak Hal tersebut dikarenakan lokasi tersebut merupakan lokasi
larangan untuk PKL tapi mereka tetap bertahan di lokasi tersebut dengan alasan tidak
tersedia tempat lain yang strategis untuk berjualan Dengan menggunakan gerobak
memudahkan mereka untuk lari atau berpindah tempat jika ada penertiban oleh aparat
penegak tata tertib
Di penggal Jalan Veteran sama halnya dengan sarana fisik yang digunakan
berdagang oleh PKL di penggal Jalan dr Kariadi Mereka mayoritas menggunakan
41
sarana berdagang berupa kios Mereka menggunakan sarana fisik dagangan kios
permanen yang dianggap aman karena memperoleh izin tempat usaha dari pihak
terkait untuk berdagang Namun sarana dagang yang dibuat permanen tersebut tidak
sesuai dengan perda tentang PKL yang mengharuskan sarana dagang pedagang kaki
lima yang mudah dibongkar dan dipindah-pindah
Sarana fisik dagangan yang kurang diminati adalah mobil Walaupun cukup
fleksibel untuk berpindah-pindah namun biaya untuk operasional sehari-hari cukup
mahal seperti bahan bakar perawatan mobil ataupun untuk pengadaan unit mobil itu
sendiri Hanya terdapat satu PKL yang menggunakan sarana dagangan ini yaitu
berada di penggal Jalan dr Kariadi Namun karena pada waktu penyebaran kuesioner
pedagang ini tidak berada di lokasi maka tidak masuk menjadi responden
e Pola Layanan
Untuk pola pelayanan terdapat tiga aspek yang dibahas yaitu mengenai waktu
layanan
aktivitas PKL serta sifat layanan Berikut uraian dari analisis pola pelayanan tersebut
1 Waktu Layanan
Sesuai waktu aktivitas kegiatan utama yang rata-rata pagi hingga sore hari
seperti fasilitas pendidikan perkantoran serta jam berkunjung dan pemeriksaan rumah
sakit maka mayoritas PKL membuka usahanya pada waktu tersebut yaitu sekitar
pukul 0900 hingga pukul 1600 Namun khusus yang berada di penggal Jalan dr
Kariadi yaitu di sekitar pintu masuk dan lokasi larangan untuk PKL hanya
diperbolehkan untuk berjualan pada sore hingga malam hari yaitu biasanya mereka
membuka usahanya sekitar pukul 1600 hingga 0000 Terdapat beberapa PKL yang
waktu usahanya menyesuaikan dengan waktu pelayanan rumah sakit yang buka 24
jam atau sepanjang hari Hal tersebut dilakukan menangkap peluang menjajakan
barang dagangan untuk kebutuhan aktivis rumah sakit seperti penunggu pasien
pengunjung atau petugas piket atau jaga serta tidak menutup kemungkinan pembeli
dari pengendara yang lalu lalang atau supir transportasi umum
Hal tersebut juga berlaku di penggal jalan yang lain dimana mayoritas
membuka usahanya pada pagi hingga sore hari Hanya minoritas yang membuka
usaha pada sore hingga malam hari serta sepanjang hari Faktor lain yang dapat
mempengaruhi waktu aktivitas PKL selain menyesuaikan waktu aktivitas kegiatan
utama adalah kepemilikan usaha yang merupakan milik pribadi sehingga mereka
membuka usahanya sesuai keinginan mereka
41
Terdapat pula fenomena satu lokasi ditempati oleh dua PKL dengan waktu
layanan yang berbeda PKL yang beraktivitas pada pagi hingga sore mencoba
menagkap peluang dari kunjungan ke kegiatan utama seperti rumah sakit fasilitas
pendidikan perkantoran serta perdagangan informal dan tidak menutup orang yang
lalu lalang melewati jalan-jalan tersebut Lokasi yang dianggap strategis serta
berprospektif tersebut digunakan oleh PKL lain untuk berjualan di tempat yang sama
Hal tersebut dimanfaatkan PKL untuk menangkap peluang dari kegiatan rumah sakit
serta orang yang lalu lalang Selain itu juga menangkap konsumen dari penumpang
bus malam yang melewati Jalan dr Soetomo dimana di jalur tersebut terdapat halte
serta konsumen dari supir angkutan umum yang sedang istirahat sejenak Berikut
pemetaan PKL menurut waktu berdagangnya
Gambar 37Peta Sebaran Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Menurut Waktu Layanan
2 Sifat Layanan
Dari gambar di bawah ini dapat disimpulkan bahwa mayoritas PKL di sekitar
Rumah Sakit dr Kariadi memiliki sifat layanan menetap baik dari segi tempat
berdagangnya yang tetap serta waktu berdagangnya yang sama setiap harinya hal ini
nampak pada sarana fisik dagangan para PKL tersebut yang berupa kios yang
memang tidak bisa dipindah-pindah atau permanen Hanya 13 yang memiliki sifat
layanan semi menetap Berikut persentase PKL menurut sifat layanannya
41
Gambar 38Persentase Sifat Layanan Pedagang Kaki LimaDi Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Sifat layanan semi menetap biasanya PKL yang tempat usahanya yang
merupakan gabungan antara menetap dengan keliling yaitu pada awal waktu
berdagang pada lokasi yang sama tiap harinya namun jika belum habis dagangannya
mereka berkeliling serta jam berdagang yang tidak tetap tiap harinya terkadang hanya
sampai siang karena dagangannya habis Sisanya yang 2 berjualan secara
berkeliling yang diantaranya bertujuan untuk mendekati konsumen serta
memanfaatkan waktu-waktu puncak kegiatan utama rumah sakit seperti waktu
kunjungan menjenguk pasien
f Pola Penyebaran
Pola penyebaran PKL mayoritas mengikuti pola jalan yang ada yaitu linier
Mereka berjualan di bahu-bahu jalan bahkan ada yang berada di atas saluran drainase
Selain itu pola penyebaran tersebut terbentuk karena lokasi yang diperbolehkan untuk
PKL menempati trotoar trotoar sepanjang jalan yang secara otomatis membentuk
linier Alasan lainnya yang diungkapkan oleh pedagang adalah agar dagangannya
mudah dilihat oleh orang yang lalu lalang Namun terdapat beberapa PKL yang
berjualan secara aglomerasi dengan PKL yang berjualannya bergerombol di dekat
pintu masuk pengunjung Rumah Sakit dr Kariadi seperti yang dapat dijumpai di Jalan
dr Kariadi yaitu bergerombol di sekitar pintu masuk pengunjung rumah sakit serta di
Jalan dr Soetomo yang bergerombol di dekat pintu masuk UGD dan pintu masuk ke
Gedung Pavilliun Garuda Hal tersebut dimaksudkan untuk mendekati pengunjung
yang akan masuk ke rumah sakit Hanya sebagian kecil saja yang lokasinya berjauhan
dengan PKL lainnya atau menyebar untuk mengurangi persaingan dengan PKL
lainnya
41
g Kesimpulan Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar
Rumah Sakit dr Kariadi
Tempat usaha tidak terdapatnya tempat yang dikhususkan untuk PKL pemerintah
memfasilitasinya dengan memperbolehkan menempati ruang-ruang publik seperti
trotoar badan atau bahu jalan serta di atas saluran drainase melalui Perda no 11 tahun
2000 Namun hal ini dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan
serta visual kawasan dan tidak optimalnya ruang publik tersebut Mayoritas PKL di
kawasan tersebut telah mengantongi izin tempat usaha dari kelurahan selaku pihak
berwenang
Jenis barang dagangan karakteristik jenis barang dagangan PKL pada umumnya
mengikuti kebutuhan kegiatan utama yaitu aktivitas Rumah Sakit dr Kariadi dan
sekitarnya seperti fasilitas pendidikan perkantoran perdagangan informal
permukiman dan pemakaman Jenis barang dagangan yang mayoritas diperdagangkan
berupa makanan Jenis barang dagangan yang diperdagangkan adalah non makanan
buah-buahan jasa pelayanan serta kelontong Terkait dengan kegiatan utama terdapat
beberapa jeni barang dagangan yang spesifik seperti termos tikar kipas guna
memenuhi kebutuha penunggu pasien
Sarana fisik dagangan mayoritas berupa kios yang dibangun permanen serta
gerobak tenda Menggunakan kios dikarenakan lokasinya yang telah dilegalkan untuk
aktivitas PKL serta terkait pola layanan yang menetap serta pada waktu berdagang
yang tetap Sedangkan gerobak tenda banyak digunakan oleh pedagang makanan
dimana tendanya digunakan sebagai tempat untuk konsumen Untuk bangunan
permanen diantaranya digunakan sebagai tempat tinggal Ketidakketergantungan
PKL terhadap prasarana penunjang sehingga PKL tidak mempertimbangkan aspek
tersebut karena mereka dapat mengusahakan sendiri
Pola pelayanan dari segi waktunya mengikuti waktu aktivitas kegiatan utama yaitu
pagi hingga sore hari sekitar pukul 0900 ndash 1600 serta telah mendapat izin tempat
usaha dari pihak berwenang namun terdapat pula PKL yang beraktivitas sore hingga
malam hari yaitu pukul 1600 ndash 0000 serta sepanjang hari Sifat layanannya menetap
mengingat mayoritas bersarana fisik dagangan berupa kios serta waktu berdagang
yang relatif tetap
Pola penyebaran mayoritas secara linier yaitu mengikuti pola jalan karena lokasi
yang dilegalkan untuk PKL oleh pemerintah menempati ruang-ruang publik seperti
trotoar di atas saluran drainase dan bahu jalan yang notabene mengikuti pola jalan
41
Selain itu terdapat sebagian beraglomerasi di sekitar pintu masuk rumah sakit yang
bertujuan untuk mendekati konsumen dan sisanya menyebar agar mengurangi
saingan
ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun
menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan
Samanhudi dengan kawasan PKL lain
ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL
ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun
dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja
namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang
namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan
ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa
jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan
harga antara pedagang formal dan PKL
ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan
pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak
penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi
antar pihak
ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai
dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan
perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang
informal
ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan
persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL
ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan
dalih keamanan
ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan
pejalan kaki dan pengendara kendaraan
ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki
ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL
ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan
ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa
harus saling menumpuk
41
ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak
Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini menjadi
jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen
41
Pengelolaan PKL
Pengelolaan PKL di Bundaran
Simpang Lima
Lima Semarang
Pengelolaan PKL di
Kabupaten Jember
Pengelolaan PKL di Kawasan Sekitar Rumah
Sakit dr Kariadi Semarang
Mengakui keberadaan PKL dengan
menuangkannya di dalam produk-
produk tata ruang
Penegakan peraturan
perundagangan yang terkait
dengan PKL
Menjalin kerjasama dengan sektor
formal dalam menyediakan ruang
bagi PKL
Menyediakan ruang perkotaan
yang dikhususkan bagi sektor
informal
Peningkatan citra PKL
Pengakuan terhadap eksistensi PKL
Control terhadap dana bantuan
Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo
Penindakan tegas kepada oknum yang
melakukan perampasan hak pada PKL
dengan dalih keamanan
Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk
menampung aktivitas PKL dan pejalan
kaki
Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan
jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir yang tepat
Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal
Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan
jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir
Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL
dan konsumen yang aman dari gangguan
pejalan kaki dan pengendara kendaraan
41
36 Temuan Studi
Temuan studi ini dimana akan menjawab sasaran yang disesuaikan dari contoh kasus yang ada di Indonesia Berikut adalah tabel matrik temuan
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
Mengetahui
permasalahan
PKL di jalur
pejalan kaki
Keberadaan sektor PKL yang menempati ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima memakai separuh lebih lebar trotoar bahkan seringkali tidak menyisakan sedikit pun ruang untuk pejalan kaki Ruang-ruang trotoar menjadi tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya sebagai ruang pemisah antara ruang yang digunakan untuk sirkulasi pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan Ruang-ruang trotoar tersebut banyak yang beralih fungsi menjadi lokasi berdagang PKL
Peralihan fungsi trotoar ini menyebabkan terganggunya aktivitas pejalan kaki sehingga pejalan terpaksa harus menggunakan jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk berjalan guna menghindari berbagai hambatan di atas trotoar Hal ini menyebabkan pejalan kaki terpaksa harus berhati-hati jika melangkah terkadang juga harus mengalah berjalan pada ruang-ruang jalur lambat dan sebagian badan jalan Kondisi ini sangat tidak aman dan
Masalah yang utama itu dari setiap
pedagang kaki lima di Jalur Pejalan Kaki
di Jalan Samanhudi Jember yaitu
Penggusuran Para PKL liar yang tidak
memiliki TDU(Tanda Daftar Usaha)
mereka biasanya akan di gusur dengan
peringatan yang di berikan sampai di
laksanakan penggusuran paksa padahal
Pedagang kaki lima merupakan salah satu
solusi akan masalah tingginya angka
pengangguran dan sedikitnya lapangan
kerja bagi masyarakat berpendidikan
rendah seperti mereka Pemerintah dalam
hal ini tidak dapat menyediakan lahan
pengganti bagi mereka untuk melanjutkan
usaha mereka jika pun ada pemerintah
menyediakan lahan-lahan yang letaknya
kurang strategis yang secara pasti
menurunkan dan mematikan pendapatan
yang mereka dapatkan dan akhirnya
Legalitas lokasi aktivitas
PKL yang biasanya ditempatkan
di dalam ruang publik seperti di
atas trotoar di atas saluran
drainase taman dan ruang publik
lainnya patut dipertanyakan
karena ketidakberdayaannya
peraturan tersebut dalam
menangani PKL Sebagai contoh
di sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi legalitas lokasi untuk
aktivitas PKL yang linier di
sepanjang jalan yang bertempat di
atas drainase Dalam aspek
apapun hal tersebut tidak dapat
dilegalkan terlebih tidak ada
penjelasan mengenai luasan atau
desain yang diperbolehkan PKL
untuk menggelar dasaran pada
dimensi saluran drainase yang
PKL yang menempati
ruang-ruang trotoar
menyebabkan
terganggunya aktivitas
pejalan kaki
Pemerintah tidak dapat
menyediakan lahan
pengganti
Legalitas lokasi aktivitas
PKL yang biasanya
ditempatkan di dalam
ruang publik seperti di atas
trotoar di atas saluran
drainase taman dan ruang
publik patut
dipertanyakan
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
nyaman bagi pejalan kaki ataupun bagi pengendara kendaraan bermotor karena mengganggu arus lalu lintas dan membahayakan keselamatan jiwa mereka hal seperti ini dapat kita lihat di depan dan di samping Masjid Baiturrahman di depan Citraland Mall di depan dan di samping Plasa Simpang Lima di depan dan di samping Kompleks Pertokoan Simpang Lima di depan dan di samping Ramayana Super Center di depan dan di samping SMKN 7 SemarangKantor Telkom dan di depan Gajahmada Plaza
Pemilihan lokasi PKL dipengaruhi oleh kecenderungan aktivitas PKL yang selalu menentukan lokasi mendekati pusat-pusat keramaian atau pusat-pusat perdagangan dan jasa dan lokasi-lokasi yang sering dikunjungi oleh orang banyak dalam kurun waktu tertentu secara periodik dan menerus Alasan inilah yang kemudian mendasari penentuan lokasi PKL Kawasan Bundaran Simpang Lima untuk berjualan di trotoar karena ruang-ruang jalur pedestrian inilah yang
mereka harus gulung tikar dan menjadi
pengangguran yang semakin menambah
permasalahan di Indonesia Pemerintah
harus mencari cara dan tempat yang baik
untuk mereka berdagang ditengah modal
mereka yang kecil agar di sisi lain semua
para pedagang kaki lima tidak hilang
lapangan kerjanya dan bias melanjutkan
kelangsungan hidupnya
ada Selain itu PKL juga
menempati trotoar yang
mengakibatkan bertambahnya
permasalahan yang terdapat di
lokasi tersebut Imbas secara
langsung dirasakan oleh
pengguna trotoar yaitu pedestrian
ketidaknyamanan bahkan tidak
adanya lagi ruang untuk berjalan
di atas trotoar acapkali menjadi
konsekuensi pedestrian yang
trotoarnya diserobot PKL
Aglomerasi aktivitas PKL yang
berlokasi di sekitar pintu masuk
pengunjung Rumah Sakit dr
Kariadi menyebabkan
penumpukan aktivitas seperti
aktivitas keluar masuk
pengunjung aktivitas jual beli
antara PKL dengan konsumen
lalu lintas kendaraan yang sedang
melewati Jalan dr Kariadi serta
angkutan umum yang sedang
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
dianggap sebagai lokasi yang ramai dikunjungi oleh pejalan kaki yang melakukan pergerakan dalam mencapai tempat tujuan perjalanannya Begitu juga dengan ruang Lapangan Pancasila karena selalu ramai dikunjungi pada hari-hari libur dengan rata-rata pengunjung mencapai 51 ndash 100 oranghari dikarenakan kedudukannya sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya
berhenti mencari penumpang
Sekali lagi permasalahan tersebut
disikapi oleh pemerintah dengan
penertiban dan penggusuran yang
hampir tidak pernah berakhir
manis
Mengetahui
peranan PKL
Kehadiran PKL di Kawasan
Bundaran Simpang Lima juga mampu
menciptakan kehidupan yang menerus
sehingga terhindar dari kematian
kawasan pada saat tertentu akan tetapi
di sisi lain kehadiran PKL
menyebabkan ketidakteraturan
kekumuhan dan kualitas fisik yang
buruk sehingga merusak wajah kota
Selain itu PKL yang berjualan di
Lapangan Pancasila pada malam hari
dengan kehidupan malam dan wanita-
wanita penghibur yang berdandan tebal
Tempat pedagang kaki lima bagi
Masyarakat dijalan Samanhudi Jember
sangat penting sebagai penyedia kebutuhan
yang dibutuhkan oleh Masyarakat Jember
Pedangan kaki lima sangat mempengaruhi
pola pasar dan sosial di Jember khususnya
didaerah Jalan Samanhudi Dalam bidang
perekonomian pedagang kaki lima hanya
berpengaruh sebagai produsen yang
penting bagi Masyarakat Jember
mengingat akan Meningkatnya jumlah
Penduduk Mereka cenderung lebih
memilih membeli pada pedagang kaki lima
Usaha PKL yang terus
berkembang pesat menarik PKL
untuk mempekerjakan karyawan
selain tenaga yang dibutuhkan
memang tidak bisa dikerjakan
sendiri terdapat pula pemilik
modal yang menyewa tempat
usaha namun dijadikan usaha
sampingan sehingga tidak
mengelola secara langsung
usahanya namun dengan
mempekerjakan karyawan PKL
yang statusnya sebagai karyawan
Pedangan kaki lima sangat
mempengaruhi pola pasar
dan sosial
harga yang PKL tawarkan
lebih murah dibandingkan
dengan harga di mall
grosir maupun indogrosir
sebagai salah satu
alternatif lapangan
pekerjaan bagi masyarakat
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
menciptakan kesan negatif dan
memperburuk citra kawasan
daripada membeli di supermarket yang
sudah merajalela di kota Jember pada saat
ini mall atau grosir maupun indogrosir
yang banyak tersebar di kota Jember
dikarenakan harga yang mereka tawarkan
lebih murah
sebanyak 10 dimana karyawan
tersebut memanfaatkan PKL
sebagai lapangan pekerjaan
Sehingga bekerja sebagai
karyawan PKL dapat dikatakan
sebagai salah satu alternatif
lapangan pekerjaan bagi
masyarakat
Mengetahui
pola aktivitas
PKL dijalur
pejalan kaki
Aktivitas PKL sendiri
memiliki kecenderungan untuk
menempati ruang ruang antar aktivitas
yang selalu ramai dilewatidikunjungi
oleh banyak orang dalam melakukan
pergerakan perpindahan dari aktivitas
satu ke aktivitas yang lain atau dari
bangunan perdagangan modern satu ke
bangunan perdagangan modern yang
lain secara periodik dalam rentang
waktu tertentu sehingga kemudian
pilihan ini jatuh kepada jalur-jalur
pedestrian yang notabene merupakan
ruang-ruang terbuka publik yang
PKL berdagang dengan menempati
tempat yang tetap dan tidak berpindah-
pindah
Modal dan aset sebagian besar adalah
milik sendiri
Berdagang di Samanhudi merupakan
usaha utama
Alat peraga PKL pada kawasan ini
dapat dibedakan menjadi
ndashAlat peraga semi permanen dari kayu
dan tenda yang bersifat menetap
ndashAlat peraga dengan bangku meja dan
tenda sekaligus sebagai tempat tinggal
ndashAlat peraga beroda namun menetap
Pola Aktivitas pelayanan PKL di
kawasan sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi pada umumnya melayani
pengunjung rumah sakit namun
tidak menutup kemungkinan
konsumennya adalah pengendara
atau orang yang sedang melintasi
jalan tersebut tanpa bermaksud
untuk masuk ke rumah sakit
Selain itu konsumen
yang berasal dari sekitar lokasi
PKL seperti penduduk
permukiman di sekitarnya
pekerja yang bekerja di sektor
Aktivitas PKL memiliki
kecenderungan untuk
menempati ruang ruang
antar aktivitas yang selalu
ramai dilewatidikunjungi
oleh banyak orang dalam
melakukan pergerakan
perpindahan dari aktivitas
satu ke aktivitas yang lain
atau dari bangunan
perdagangan modern satu
ke bangunan perdagangan
modern
Saat berjualan alat peraga
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
seyogyanya digunakan oleh pejalan
kaki Keberadaan ruang trotoar yang
semakin sempit oleh penggunaan ruang
PKL membuat pejalan kaki
menjatuhkan pilihan untuk melakukan
perjalanan pada ruang-ruang seperti
jalur lambat dan sebagian badan jalan
sehingga mengurangi keamanan jiwa
dan kenyamanan pejalan kaki sendiri
serta pengguna jalan yang lain
(pengendara)
Kegiatan-kegiatan yang
dilakukan oleh pejalan kaki pada
ruang-ruang jalur pedestrian atau
trotoar di Kawasan Bundaran Simpang
Lima adalah kegiatan berjalan dan
berbelanja Sebagian dari pejalan kaki
hanya berjalan melintasi trotoar untuk
menuju lokasi tujuannya akan tetapi
ada pula sebagian dari pejalan kaki
yang berjalan sambil melihat-lihat
bahkan ada yang berbelanja pada PKL
ndashAlat peraga beroda namun menetap
dengan bangku dan meja
ndashHanya berupa matras sebagai alas
dagangan yang dapat berpindah
sewaktu-waktu
Alat peraga yang dipakai untuk usaha
tidak seragam dan tidak menggunakan
desain yang baik sehingga terkesan
kumuh kurang bersih dan sangat
mengganggu wajah kota dan menutup
fasade bangunan di belakangnya
Saat berjualan alat peraga kios
sebagian besar menempati badan jalan
dan trotoar
Saat tidak berjualan alat peraga kios
sebagian besar tetap di lokasi jualan
lama berjualan di Samanhudi sebagian
besar antara 6 ndash10 tahun
Terbanyak dari pedagang belum
pernah bekerja di sektor lain dan dari
semula telah menjadi PKL di
Samanhudidi bandingkan denga harga
yang ada di mall Pedagang
lain sehingga tidak ada batasan
pasti mengenai pola pelayanan
para PKL tersebut
Waktu beraktivitas para
PKL umumnya terbagi menjadi
dua sesi PKL yang pertama
adalah pedagang yang aktivitas
berdagangnya pada pagi hingga
siang hari Pedagang yang kedua
merupakan pedagang yang
mempunyai waktu layanan pada
sore hingga malam hari Namun
tidak menutup kemungkinan
terdapat beberapa PKL yang
berdagang dari pagi hingga
malam hari bahkan buka nonstop
mengingat rumah sakit
beraktivitas selama sehari penuh
sehingga mereka mengikuti
aktivitas sektor formal yang ada
di sekitarnya
Waktu berdagang
tersebut juga disesuaikan dengan
kios sebagian besar
menempati badan jalan
dan trotoar
Waktu beraktivitas para
PKL umumnya terbagi
menjadi dua sesi PKL
yang pertama adalah
pedagang yang aktivitas
berdagangnya pada pagi
hingga siang hari
Pedagang yang kedua
merupakan pedagang yang
mempunyai waktu layanan
pada sore hingga malam
hari Namun tidak
menutup kemungkinan
terdapat beberapa PKL
yang berdagang dari pagi
hingga malam hari bahkan
buka nonstop
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
izin usaha yang diberlakukan oleh
petugas kelurahan sebagai pihak
yang berwenang menangani PKL
Untuk lokasi yang dilarang untuk
PKL oleh PKL tetap digunakan
sebagai lokasi untuk berdagang
dengan waktu berdagang setelah
jam kerja yaitu sore hingga
malam hari
Mengetahui
Pengelolaan
PKL di jalur
pejalan kaki
dalam perkembangannya
pemerintah mengeluarkan SK
Walikota Kota Semarang No 511316
tahun 2001 tentang Penetapan Lahan
yang mengatur tentang lokasi-lokasi
dan waktu aktivitas PKL yang
diperbolehkan oleh pemerintah pada
Kawasan Bundaran Simpang Lima
agar tetap terjaga kerapihan dan
estetikakeindahan wajah kawasannya
yaitu PKL yang berjualan di depan
Kompleks Pertokoan Simpang Lima
depan Ramayana SC depan Kantor
Adanya pengakuan resmi dari
pemerintah terhadap PKL Samanhudi
sebagai salah satu sector ekonomi di
kawasan studi melalui surat keputusan
resmi Surat keputusan ini sekaligus
mengatur hak kewajiban dan
tanggung jawab PKL sebagai
kompensasi perubahan status yang
telah diberikan oleh pemerintah
Pedagang kaki lima perlu untuk
mendapatkan pembinaan dari
pemerintah Kabupaten Jember untuk
meningkatkan kemampuan wirausaha
Pemerintah Kota Semarang
berwenang dalam mengatur
keberadaan PKL di ruang Kota
Semarang seperti yang terdapat di
kawasan sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi dengan bentuk
pengelolaan lokasional (stabilitas
atau pengaturan) dan struktural
(perijinan) Dalam pengaturan
tersebut Pemerintah Kota
Semarang menggunakan dasar
hukum berupa Undang-Undang
Peraturan Pemerintah Peraturan
mengatur tentang lokasi-
lokasi dan waktu aktivitas
PKL yang diperbolehkan
oleh pemerintah agar tetap
terjaga kerapihan dan
estetikakeindahan wajah
kawasannya
Pedagang kaki lima perlu
untuk mendapatkan
pembinaan
Pedestrian dirancang ulang
dengan dilebarkan hingga
area parkiran street
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
TelkomSMKN 7 Semarang depan
Gajahmada Plaza dan depan Masjid
Baiturrahman boleh berjualan dari
pukul 1600 ndash 0400 WIB (khusus pada
Hari Minggu PKL diijinkan untuk
berjualan mulai pukul 0600 ndash 0800
WIB) menempati ruang trotoar dengan
luas areal 4 x 6 meter
Sampai dengan tahun 2008
PKL di Kawasan Bundaran Simpang
Lima mencapai 1536 pedagang dan
ada kecenderungan akan terus
meningkat dari tahun ke tahun (lihat
Tabel III4) Kecenderungan lokasi
PKL pada masa-masa yang akan
datang mengikuti kecenderungan dari
perkembangan aktivitas formal
kawasan yang ada demikian juga
kecenderungan waktu berdagangnya
Melihat kecenderungan aktivitas PKL
kawasan maka SK Walikota Kota
Semarang No 511316 tahun 2001
sudah tidak relevan lagi dan perlu
dan peningkatan kualitas barang
dagang dan pelayanan terhadap
pembeli konsumen sehingga bias
meningkatkan pendapatan dan
aktivitas pedagang kaki lima dapat
member nilai tambah serta dapat
memberkan peluang kerja yang dapat
mengurangi tingkat pengangguran di
Kabupaten Jember Bentuk pembinaan
berupa penyuluhan yang diberikan
berkala secara rutin Program
pembinaan diadakan oleh pemerintah
Paguyuban Samanhudi merupakan
Kelembagaan yang memiliki
kewenangan atau keterikatan dengan
pengelolaan dan pembinaan Pedagang
Kaki Lima KoridorJalan
SamanhudiPaguyuban ini
beranggotakan wakil PKL wakil
pedagang formal wakil pemerintah
dari dinas Kebersihan dan
Pertamanan Dinas Polisi Pamong
Praja Dinas Pariwisata Dinas
Daerah dan Surat Keputusan
Walikota Adapun dasar hukum
yang mengatur secara jelas
mengenai aktivitas PKL di Kota
Semarang yang berlaku saat ini
diantaranya adalah sebagai
berikut
1048707 Peraturan Daerah No 11 Tahun
2000 tentang Pengaturan dan
Pembinaan PKL Perda ini
menjelaskan tentang pengaturan
dan pembinaan PKL di Kota
Semarang seperti pengaturan
tempat usaha hak kewajiban dan
larangan untuk PKL Dalam
kaitannya dengan karakteristik
berlokasi aktivitas PKL
dijelaskan dalam Perda ini yang
terdapat dalam pasal 3 yaitu
penempatan lokasi kegiatan PKL
diatur dengan mempertimbangkan
tempat kepentingan untuk umum
lainnya seperti kepentingan untuk
sehingga jalur aktif
kendaraan tidak
mengalami penyempitan
mengatur keberadaan PKL
di ruang Kota dengan
bentuk pengelolaan
lokasional (stabilitas atau
pengaturan) dan struktural
(perijinan)
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
ditinjau kembali sesuai dengan
kecenderungan dan kebutuhan yang
ada di lapangan
Pendapatan dan Dinas LPMK
Kabupaten Jemberserta pihak
penengah selaku penasehat dan pihak
netral yang diwakili oleh pakar PKL
dari universitas tokoh masyarakat dan
pakar PKL lainnya
Penerapan tema khusus pada penataan
PKL kawasan studi agar mempunyai
cirri khas dan dapat mengangkat citra
kawasan dan meningkatkan daya tarik
kawasan Contoh produk khas
jember yang dapat diangkat sebagai
tema adalah tembakau rookk dan
cerutu mengingat Jember sebagai
penghasil tembakau terbesar di Jawa
Kegiatan khas Jember yang dapat
diangkat sebagai tema yaitu Jember
Fashion Carnaval Penerapan tema
dapat diaplikasikan pada sarana usaha
PKL finishing pedestrian perabot
kota dan elemen pendukung lainnya
Pedestrian dirancang ulang dengan
pejalan dan untuk sirkulasi
kendaraan Untuk lebih jelas
mengenai detail isi perda tersebut
dapat dilihat pada Lampiran F
1048707 Surat Keputusan Walikota
Semarang No 51136 Tahun
2001 tentang lokasi PKL di Kota
Semarang dimana di dalamnya
diantaranya mengatur luas area
batas pemakaian area waktu
aktivitas dan tempat aktivitas
PKL Ruas kanan Jalan dr
Kariadi dari arah Jalan Veteran
merupakan lokasi yang
diperbolehkan untuk aktivitas
PKL Lokasi tersebut menempati
trotoar serta bangunan berupa
semi permanen Untuk lebih jelas
mengenai detail isi SK tersebut
dapat dilihat pada Lampiran F
1048707 Perda No 6 Tahun 2004
tentang Rencana Detail Tata
Ruang Kota Semarang Bagian
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
dilebarkan hingga area parkiran street
sehingga jalur aktif kendaraan tidak
mengalami penyempitan Diberikan
perbedaan yang tegas antara ruang
PKL dan ruang pejalan kaki dan jalur
kendaraan berupa perbedaan tinggi
lantaiSehingga dikemudian hari kios
PKL tidak melebar ke segala sisi
Wilayah Kota (BWK) I
(Kecamatan Semarang Tengah
Semarang Timur dan Semarang
Selatan Tahun 2000-2010 Perda
tersebut menjelaskan mengenai
fungsi serta peran BWK I yang
terkait dengan sektor formal di
wilayah tersebut yaitu penjelasan
mengenai fasilitas kesehatan yang
berada khususnya di Kelurahan
Randusari Selain itu dijelaskan
pula kelas Jalan dr Kariadi Jalan
dr Soetomo dan Jalan Veteran
serta jalur transportasi yang
melaluinya
41
Mengakui eksistensi PKL didukung dengan program kebijakan untuk mengelola
aktivitas PKL
Penyuluhan pembinaan dan pelatihan untuk PKL
Pemberian bantuan modal dari pemerintah maupun dari sektor swasta (dengan konsep
kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitusaja namun dilakukan kontrol terhadap dana
bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang begitu saja namun dapat dimanfaatkan secara
berkelanjutan
Peningkatan citra kawasan melalui pembentukan karakter khusus PKL di lokasi studi
sehingga membedakan PKL Samanhudi dengan PKL di kawasan lain
Pengelompokkan PKL menurut jenis barang dagangan dan perletaknnya diatur menurut
jenis dagangan toko formal sehingga tidak terjadi perebutan konsumen
Peningkatan citra kawasan sehingga menambah daya tarik pengunjung
Pembentukan Paguyuban Samanhudi yang beranggotakan PKL pedagang formal dan
pihak penengah untuk menyamakan aspirasi antar golongan dan sebagai forum diskusi
Legalitas sektor informal yang diakui oleh pemerintah
Perumusan kebijakan dan peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan
perdagangan informal
Peraturan didukung pengawasan yang ketat sangsi yang jelas dan sosialisasi serta
persamaan persepsi
Perancangan sarana usaha sesuai dengan jenis barang dagangan dan aspirasi PKL
Sosialisasi status ruang PKL
Peningkatan keamanan dan pengawasan untuk mencegah pemerasan tindak kejahatan
lain
Mempertahankan orientasi PKL ke arah bangunan formal
Perbaikan pelebaran dan pemeliharaan jalur pejalan kaki (pedestrian) sebatas ruang
parkir on street sehingga jalur aktif jalan tidak berkurang
Pemisahan yang jelas antara jalur pejalan kaki dan ruang PKL
Pemisahan yang jelas antara jalur pengendara ruang PKL dan jalur pejalan kaki
Mengatur ruang parkir off street di sepanjang jalan untuk mengurangi beban jalan akibat
penyempitan jalan karena adanya pelebaran pedestrian
Perpanjangan sosoran dari bangunan formal sebagai pelindung pejalan kaki dan ruang
PKL sehingga PKL tidak perlu memakai ataptambahan untuk kiosnya
Bentuk sarana usaha berupa meja dorong tanpa atap agar akses visual pencahayaan dan
penghawaan ke bangunan formal tidak terhalang
41
Diberikan jarak setiap 2 kios sebagai akses masuk ke bangunan formal
Mengikutsertakan seluruh pihak terkait dalam penyampaian keputusan
Perancangan dapat mewadahi ruang PKL
Ruang PKL mengikuti arus pergerakan manusia
Pengaturan kebersihan dan ketertiban
C Konsep Legalitas PKL
Adanya pengakuan resmi dari pemerintah terhadap PKL Samanhudi sebagai salah satu
sector ekonomi di kawasan studi melalui surat keputusan resmi Surat keputusan ini
sekaligus mengatur hak kewajiban dan tanggung jawab PKL sebagai kompensasi
perubahan status yang telah diberikan oleh pemerintah
PKL berhak mendapatkan perlindungan hokum dan pinjaman modal dari pemerintah
Namun sebagai sector resmi PKL dikenakan pajak penghasilan dan retribusi Besarnya
pajak Pajak penghasilan dibedakan dari sektorformal Dengan membayar pajak PKL
berhak mendapatkan perlindungan pemerintah dari oknum preman dsb
PKL wajib mendukung program-program penertiban yang dilakukan pemerintah Apabila
PKL melanggar hak dan kewajiban yang telah diputuskan PKL tidak berhak lagi
menempati lapak yang telah dipinjamkan oleh pemerintah Dan dicabut ijin berjualannya
di kawasan Samanhudi
Dalam konsep ini simbiosis mutualistik terjadi antara pemerintah dan PKL dimana PKL
mendapatkan pengakuan perlindungan dan bantuan modal dari pemerintah sementara
pemerintah mendapatkan retribusi pajak penghasilan dan ketertiban dari PKL
D Konsep Pembinaan dan Permodalan
Pedagang kaki lima perlu untuk mendapatkan pembinaan dari pemerintah Kabupaten
Jember untuk meningkatkan kemampuan wirausaha dan peningkatan kualitas barang
dagang dan pelayanan terhadap pembeli konsumen sehingga bias meningkatkan
pendapatan dan aktivitas pedagang kaki lima dapat member nilai tambah serta dapat
memberkan peluang kerja yang dapat mengurangi tingkat pengangguran di Kabupaten
Jember Bentuk pembinaan berupa penyuluhan yang diberikan berkala secara rutin
Program pembinaan diadakan oleh pemerintah
Program pembinaan juga digunakan sebagai sarana pertemuan rutin dan sosialisasi
peraturan-peraturan yang dilakukan pemerintah
Program pembinaan juga dapat dijadikan sarana untuk selalu mengingatkan hak dan
kewajiban serta sangsi yang diterapkan bila PKL melanggar selama beroperasi dikawasan
Samanhudi
41
Program pembinaan memberikan keuntungan kepada PKL dan pemerintah PKL
mendapatkan peningkatan kemampuan dan pemerintah mendapat sarana sosialisasi
Pemberian bantuan modal ini tidak ditujukan kepada semua pedagang kaki lima tetapi
diberikan kepada beberapa pelaku usaha yang memiliki potensi dan criteria yang telah
ditentukan
Pemerintah dalam memberikan bantuan modal ini juga harus bekerja sama dengan
instansi-isntansi lain yang terkait
Pemberian modal dari pihak swasta sangat disarankan
Konsep ini memberikan keuntungan kepada pihak PKL berupa bantuan modal dengan
bunga ringan keuntungan laba pinjaman kepada pemberi modal dan bila pihak swasta
terlibat mendapatkan keuntungan berupa kesempatan untuk periklanan
E Konsep Kelembagaan Paguyuban Samanhudi
Paguyuban Samanhudi merupakan Kelembagaan yang memiliki kewenangan atau
keterikatan dengan pengelolaan dan pembinaan Pedagang Kaki Lima KoridorJalan
SamanhudiPaguyuban ini beranggotakan wakil PKL wakil pedagang formal wakil
pemerintah dari dinas Kebersihan dan Pertamanan Dinas Polisi Pamong Praja Dinas
Pariwisata Dinas Pendapatan dan Dinas LPMK Kabupaten Jemberserta pihak penengah
selaku penasehat dan pihak netral yang diwakili oleh pakar PKL dari universitas tokoh
masyarakat dan pakar PKL lainnya
Peran Paguyuban ini adalah sebagai forum diskusi dari semua pihak untuk menampung
aspirasi dan menetralisasi konflik yang terjadi sehingga setiap aspek dikoridor jalan
Samanhudi dapat melakukan koordinasi dan semua aspirasi dari semua pihak dapat
tersampaikan Fungsi paguyuban juga sebagai sarana mengikutsertakan semua pihak
terkait dalam membuat rancangan peraturan dan sosialisasi peraturan yang telah
ditetapkan pemerintah mengenai PKL kepada semua pihak terkait
Paguyuban juga berfungsi sebagai pihak pengawas bekerja sama dengan pihak kepolisian
dan pamong praja untuk mengawasi segala pelanggaran yang dilakukan oleh semua pihak
terkait Penerapan sangsi harus tegas dan diawasi oleh paguyuban sehingga tidak terjadi
rsquopenyelesaiandamairsquo dari pihak pelanggar dana para penegak peraturan
Paguyuban memberikan keuntungan kepada PKL pedagang formal pemerintah dan
masyarakat berupa kesempatan untuk menyalurkan aspirasi
41
353 Kajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit Kariyadi
Semarang
3531 Analisis Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar
Rumah Sakit dr Kariadi
Analisis karakteristik aktivitas PKL menggunakan metode deskriptif kuantitaif
dan distribusi frekuensi Analisis ini nantinya menunjang untuk analisis selanjutnya
yaitu analisis karakteristik berlokasi PKL Analisis ini meliputi lokasi aktivitas PKL
tempat usaha PKL jenis barang dagangan sarana fisik berdagang pola layanan pola
penyebaran serta status kepemilikan usaha Uraian dari masing-masing analisis
tersebu dipaparkan sebagai berikut
a Lokasi Beraktivitas
Sesuai dengan ruang lingkup spasial dari penelitian ini lokasi yang digunakan
PKL untuk memanfaatkan aktivitas kegiatan utama Rumah Sakit dr Kariadi adalah di
sepanjang penggal Jalan dr Kariadi sebagian Jalan Veteran dan sebagian Jalan dr
Soetomo Mereka berlokasi di penggalpenggal jalan tersebut dikarenakan jalan
tersebut merupakan batas dari kawasan fasilitas kesehatan dan merupakan jalan arteri
sekunder kolektor sekunder dan lokal sekunder yang ramai orang berlalu lalang
lintas kendaraan serta dilewati jalur angkutan umum Kondisi tersebut ditangkap oleh
PKL sebagai peluang untuk mendapatkan konsumen dengan memanfaatkan tingkat
kunjungan yang tinggi dari aktivitas kegiatan utama serta orang yang lalu lalang yang
melintas di penggal jalan-jalan tersebut Untuk lebih jelas mengenai lokasi PKL dapat
dilihat pada Gambar berikut
41
Gambar 33
Lokasi Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Pada lokasi tersebut terbagi menjadi spot-spot yang menjadi lokasi PKl
berdasarkan penggal jalan yang telah disebutkan sebelumnya yaitu Jalan dr Kariadi
Jalan Veteran dan Jalan dr Soetomo Spot-spot tersebut memiliki karakteristik
masing-masing baik dari sisi aktivitas dan ruang usaha PKL maupun dari karakteristik
berlokasinya Di penggal Jalan dr Kariadi terdapat beberapa bagian yang merupakan
lokasi larangan untuk PKL lokasi yang diperbolehkan untuk menggelar dagangan
PKL serta PKL binaan kelurahan yang dikenal dengan istilah PKL orange Pada Jalan
Veteran yang diminati oleh PKL berada di sisi selatan jalan Lokasi tersebut juga
diperbolehkan untuk berdagang PKL sebagai kompensasi penggantian lokasi
penggusuran PKL yang berasal dari Jalan dr Kariadi sisi barat Lokasi yang
seharusnya bersih dari PKL adalah Jalan dr Soetomo karena merupakan jalur merah
Namun lokasi ini tetap diminati untuk berlokasi PKL diantaranya dikarenakan tidak
adanya lokasi lain serta lokasinya yang strategis Kestrategisan tersebut dilihat dari
status jalan yang merupakan jalan utama penghubung ke pusat-pusat aktivitas lainnya
serta akses ke pusat kota maupun ke luar kota sehingga frekuensi kendaraan yang lalu
lalang tinggi Selain itu lokasinya yang dekat dengan kegiatan utama yang ada di
sekitarnya seperti Rumah sakit dr Kariadi perkantoran ataupun permukiman Hal
tersebut dimanfaatkan PKL sebagai peluang mendapatkan konsumen
b Tempat Usaha
41
Lokasi yang diminati PKL tidak menyediakan tempat khusus untuk berdagang
PKL sehingga mereka menggunakan ruang-ruang publik untuk tempat usahanya
seperti di trotoar di atas saluran drainase bahu jalan dan badan jalan Dengan
difungsikannya ruang-ruang publik tersebut menjadi tempat berdagang bagi PKL
berakibat menurunnya fungsi ruang publik tersebut mengurangi citra kawasan serta
menurunnya kualitas lingkungan Oleh pemerintah kota ruang-ruang publik tersebut
dimanfaatkan untuk tempat usaha PKL karena diperlukan tempat usaha di lokasi
tersebut Hal ini sebagai upaya pemerintah untuk mewadahi aktivitas tersebut
Tempat-tempat tersebut dilegalkan menjadi tempat usaha yang diperuntukkan bagi
PKL sesuai dengan peraturan daerah nomor 11 tahun 2000 tentang PKL yang
notabene bertolak belakang dengan peraturan daerah lainnya yang mengatur tentang
ketertiban keindahan dan pertamanan Persentase PKL yang menempati ruang-ruang
publik dapat dilihat pada Gambar berikut ini
Gambar 34
Persentase Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Terdapat pula PKL yang tidak mendapat izin tempat usaha berdagang
khususnya PKLyang berlokasi di daerah larangan untuk PKL serta berdagang pada
waktu yang tidak diperbolehkan sehingga mereka tidak ditarik retribusi dan sewaktu-
waktu dapat ditertibkan oleh aparat penegak tata tertib Namun ketidaktertiban aparat
PKL yang tidak mendapat izin tersebut kadang-kadang juga dipungut retribusi yang
diistilahkan dengan uang keamanan namun frekuensinya tidak teratur PKL dalam
golongan ini jumlahnya minoritas jika dibandingkan dengan PKL yang mendapat izin
tempat usaha Berikut sketsa sebaran PKL menurut tempat usahanya yang dapat
dilihat pada Gambar
41
Gambar 35
Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
c Jenis Barang Dagangan
Dagangan mayoritas yang diperdagangkan oleh PKL di sekitar Rumah Sakit
dr Kariadi adalah jenis barang dagangan makanan seperti warung tegal bakso soto
es buah dan makanan kecil Jenis dagangan tersebut diminati karena PKL mencoba
menangkap aktivitas kegiatan utama yang banyak membutuhkan jenis barang
dagangan makanan
Jenis barang dagangan yang paling minoritas diperdagangkan adalah buah-
buahan Jenis dagangan inipun hanya dijumpai di penggal Jalan dr Kariadi karena di
penggal jalan tersebut terdapat pintu masuk pengunjung rumah sakit Jenis barang
dagangan ini biasanya digunakan sebagai cangkingan atau oleh-oleh untuk membesuk
pasien Namun jenis dagang ini kurang diminati pedagang dikarenakan barangnya
yang mudah busuk tidak mempunyai tempat penyimpanan khusus seperti kulkas
relatif mahal karena rata-rata buah impor serta konsumennya relatif sedikit
Kekurangminatan pedagang untuk menjual jenis dagangan ini dapat dilihat dari
sedikitnya jumlah PKL yang menjual dagangan ini
Jenis barang dagangan lain yang banyak diperdagangkan adalah kelontong
karena berjualan bermacam-macam jenis barang dari rokok makanan kecil air
kemasan bahkan sampai barang kebutuhan mereka yang beraktivitas di kegiatan
41
utama yaitu rumah sakit seperti untuk kebutuhan penunggu pasien yaitu tikar kipas
termos untuk air panas dan jenis barang lainnya
Jenis dagangan yang lain merupakan jenis barang dagangan yang umum
diperdagangkan atau jenis barang dagangannya hampir ada setiap ruas jalan-jalan
besar lokasi PKL lainnya di kota besar yang kebanyakan termasuk dalam jenis barang
dagangan non makanan dan jasa pelayanan seperti warung telekomunikasi bensin
tambal ban voucher pulsa fotocopy Untuk jasa pelayanan fotocopy yang banyak
tersebar di kawasan tersebut terkait dengan adanya kegiatan utama berupa fasilitas
pendidikan seperti Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro akademi
keperawatan dan farmasi sedangkan untuk jenis dagangan umum lainnya terkait
adanya permukiman di sekitar lokasi tersebut Namun ada barang dagangan yang khas
yaitu nisan karena lokasi sekitar Rumah sakit dr Kariadi terdapat tempat pemakaman
umum yang cukup besar yaitu TPU Bergota
Jenis dagangan yang dijual dapat dikatakan tidak semata hanya melayani
untuk aktivitas yang terkait dengan Rumah Sakit dr Kariadi namun juga melayani
terhadap aktivitas lainnya disekitar Rumah Sakit dr Kariadi seperti fasilitas
pendidikan permukiman pemakaman serta perkantoran bahkan aktivitas transportasi
seperti kebutuhan supir angkutan umum dan supir taxi Untuk lebih jelas mengenai
perbandingan jumlah PKL menurut jenis barang dagangan di masing-masing penggal
jalan dapat dilihat pada gambar berikut ini
Gambar 36
Karakteristik Jenis Barang Dagangan Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
41
d Sarana Fisik Berdagang
Masing-masing lokasi memiliki jenis sarana berdagang mayoritas yang
berbeda-beda Pada penggal Jalan dr Kariadi mayoritas PKL di penggal jalan tersebut
menggunakan kios sebagai sarana berdagangnya Kios-kios tersebut awalnya
merupakan warung semi permanen yang disekat-sekat Namun seiring dengan
perkembangan waktu dan adanya praktek sewa tempat usaha maka warung tersebut
dibangun permanen oleh pemiliknya bahkan diantaranya ada yang dilengkapi dengan
kamar mandi serta ruang tidur Hal tersebut dikarenakan sebagian kios juga dijadikan
sebagai tempat tinggal pemiliknya Asal pedagang yang dari luar Kota Semarang serta
biaya yang mengontrak relatif mahal sehingga menjadikan kiosnya sebagai sarana
usaha serta tempat tinggal sekaligus Sarana dagang tersebut telah menyimpang dari
peraturan daerah tentang PKL Latar belakang pendidikan PKL yang sebagian rendah
kemungkinan menjadi penyebab kurangnya pemahaman pedagang terhadap produk
hukum tersebut atau memang mengerti namun sengaja dilanggar karena tidak adanya
upaya pemerintah untuk menertibkan sarana berdagang yang telah melanggar
peraturan tersebut Selain itu ketidaktergantungan PKL terhadap ketersediaan
prasarana penunjang menjadikan PKL dalam beraktivitas tidak mempertimbangkan
aspek tersebut
Selain kios sarana dagangan yang banyak diminati adalah gerobak tenda yaitu
sarana dagangan utamanya gerobak yang ditunjang dengan tenda yang biasanya untuk
tempat makan konsumen Sarana dagang ini dianggap praktis karena mudah
dibongkar pasang serta dipindahkan Terlebih sarana dagang ini sesuai dengan
himbauan pemerintah dalam Perda No 11 tahun 2000 yaitu sarana PKL adalah yang
mudah untuk dibongkar serta dipindahkan
Lain halnya dengan PKL di penggal Jalan dr Soetomo mereka lebih banyak
menggunakan gerobak Hal tersebut dikarenakan lokasi tersebut merupakan lokasi
larangan untuk PKL tapi mereka tetap bertahan di lokasi tersebut dengan alasan tidak
tersedia tempat lain yang strategis untuk berjualan Dengan menggunakan gerobak
memudahkan mereka untuk lari atau berpindah tempat jika ada penertiban oleh aparat
penegak tata tertib
Di penggal Jalan Veteran sama halnya dengan sarana fisik yang digunakan
berdagang oleh PKL di penggal Jalan dr Kariadi Mereka mayoritas menggunakan
41
sarana berdagang berupa kios Mereka menggunakan sarana fisik dagangan kios
permanen yang dianggap aman karena memperoleh izin tempat usaha dari pihak
terkait untuk berdagang Namun sarana dagang yang dibuat permanen tersebut tidak
sesuai dengan perda tentang PKL yang mengharuskan sarana dagang pedagang kaki
lima yang mudah dibongkar dan dipindah-pindah
Sarana fisik dagangan yang kurang diminati adalah mobil Walaupun cukup
fleksibel untuk berpindah-pindah namun biaya untuk operasional sehari-hari cukup
mahal seperti bahan bakar perawatan mobil ataupun untuk pengadaan unit mobil itu
sendiri Hanya terdapat satu PKL yang menggunakan sarana dagangan ini yaitu
berada di penggal Jalan dr Kariadi Namun karena pada waktu penyebaran kuesioner
pedagang ini tidak berada di lokasi maka tidak masuk menjadi responden
e Pola Layanan
Untuk pola pelayanan terdapat tiga aspek yang dibahas yaitu mengenai waktu
layanan
aktivitas PKL serta sifat layanan Berikut uraian dari analisis pola pelayanan tersebut
1 Waktu Layanan
Sesuai waktu aktivitas kegiatan utama yang rata-rata pagi hingga sore hari
seperti fasilitas pendidikan perkantoran serta jam berkunjung dan pemeriksaan rumah
sakit maka mayoritas PKL membuka usahanya pada waktu tersebut yaitu sekitar
pukul 0900 hingga pukul 1600 Namun khusus yang berada di penggal Jalan dr
Kariadi yaitu di sekitar pintu masuk dan lokasi larangan untuk PKL hanya
diperbolehkan untuk berjualan pada sore hingga malam hari yaitu biasanya mereka
membuka usahanya sekitar pukul 1600 hingga 0000 Terdapat beberapa PKL yang
waktu usahanya menyesuaikan dengan waktu pelayanan rumah sakit yang buka 24
jam atau sepanjang hari Hal tersebut dilakukan menangkap peluang menjajakan
barang dagangan untuk kebutuhan aktivis rumah sakit seperti penunggu pasien
pengunjung atau petugas piket atau jaga serta tidak menutup kemungkinan pembeli
dari pengendara yang lalu lalang atau supir transportasi umum
Hal tersebut juga berlaku di penggal jalan yang lain dimana mayoritas
membuka usahanya pada pagi hingga sore hari Hanya minoritas yang membuka
usaha pada sore hingga malam hari serta sepanjang hari Faktor lain yang dapat
mempengaruhi waktu aktivitas PKL selain menyesuaikan waktu aktivitas kegiatan
utama adalah kepemilikan usaha yang merupakan milik pribadi sehingga mereka
membuka usahanya sesuai keinginan mereka
41
Terdapat pula fenomena satu lokasi ditempati oleh dua PKL dengan waktu
layanan yang berbeda PKL yang beraktivitas pada pagi hingga sore mencoba
menagkap peluang dari kunjungan ke kegiatan utama seperti rumah sakit fasilitas
pendidikan perkantoran serta perdagangan informal dan tidak menutup orang yang
lalu lalang melewati jalan-jalan tersebut Lokasi yang dianggap strategis serta
berprospektif tersebut digunakan oleh PKL lain untuk berjualan di tempat yang sama
Hal tersebut dimanfaatkan PKL untuk menangkap peluang dari kegiatan rumah sakit
serta orang yang lalu lalang Selain itu juga menangkap konsumen dari penumpang
bus malam yang melewati Jalan dr Soetomo dimana di jalur tersebut terdapat halte
serta konsumen dari supir angkutan umum yang sedang istirahat sejenak Berikut
pemetaan PKL menurut waktu berdagangnya
Gambar 37Peta Sebaran Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Menurut Waktu Layanan
2 Sifat Layanan
Dari gambar di bawah ini dapat disimpulkan bahwa mayoritas PKL di sekitar
Rumah Sakit dr Kariadi memiliki sifat layanan menetap baik dari segi tempat
berdagangnya yang tetap serta waktu berdagangnya yang sama setiap harinya hal ini
nampak pada sarana fisik dagangan para PKL tersebut yang berupa kios yang
memang tidak bisa dipindah-pindah atau permanen Hanya 13 yang memiliki sifat
layanan semi menetap Berikut persentase PKL menurut sifat layanannya
41
Gambar 38Persentase Sifat Layanan Pedagang Kaki LimaDi Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Sifat layanan semi menetap biasanya PKL yang tempat usahanya yang
merupakan gabungan antara menetap dengan keliling yaitu pada awal waktu
berdagang pada lokasi yang sama tiap harinya namun jika belum habis dagangannya
mereka berkeliling serta jam berdagang yang tidak tetap tiap harinya terkadang hanya
sampai siang karena dagangannya habis Sisanya yang 2 berjualan secara
berkeliling yang diantaranya bertujuan untuk mendekati konsumen serta
memanfaatkan waktu-waktu puncak kegiatan utama rumah sakit seperti waktu
kunjungan menjenguk pasien
f Pola Penyebaran
Pola penyebaran PKL mayoritas mengikuti pola jalan yang ada yaitu linier
Mereka berjualan di bahu-bahu jalan bahkan ada yang berada di atas saluran drainase
Selain itu pola penyebaran tersebut terbentuk karena lokasi yang diperbolehkan untuk
PKL menempati trotoar trotoar sepanjang jalan yang secara otomatis membentuk
linier Alasan lainnya yang diungkapkan oleh pedagang adalah agar dagangannya
mudah dilihat oleh orang yang lalu lalang Namun terdapat beberapa PKL yang
berjualan secara aglomerasi dengan PKL yang berjualannya bergerombol di dekat
pintu masuk pengunjung Rumah Sakit dr Kariadi seperti yang dapat dijumpai di Jalan
dr Kariadi yaitu bergerombol di sekitar pintu masuk pengunjung rumah sakit serta di
Jalan dr Soetomo yang bergerombol di dekat pintu masuk UGD dan pintu masuk ke
Gedung Pavilliun Garuda Hal tersebut dimaksudkan untuk mendekati pengunjung
yang akan masuk ke rumah sakit Hanya sebagian kecil saja yang lokasinya berjauhan
dengan PKL lainnya atau menyebar untuk mengurangi persaingan dengan PKL
lainnya
41
g Kesimpulan Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar
Rumah Sakit dr Kariadi
Tempat usaha tidak terdapatnya tempat yang dikhususkan untuk PKL pemerintah
memfasilitasinya dengan memperbolehkan menempati ruang-ruang publik seperti
trotoar badan atau bahu jalan serta di atas saluran drainase melalui Perda no 11 tahun
2000 Namun hal ini dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan
serta visual kawasan dan tidak optimalnya ruang publik tersebut Mayoritas PKL di
kawasan tersebut telah mengantongi izin tempat usaha dari kelurahan selaku pihak
berwenang
Jenis barang dagangan karakteristik jenis barang dagangan PKL pada umumnya
mengikuti kebutuhan kegiatan utama yaitu aktivitas Rumah Sakit dr Kariadi dan
sekitarnya seperti fasilitas pendidikan perkantoran perdagangan informal
permukiman dan pemakaman Jenis barang dagangan yang mayoritas diperdagangkan
berupa makanan Jenis barang dagangan yang diperdagangkan adalah non makanan
buah-buahan jasa pelayanan serta kelontong Terkait dengan kegiatan utama terdapat
beberapa jeni barang dagangan yang spesifik seperti termos tikar kipas guna
memenuhi kebutuha penunggu pasien
Sarana fisik dagangan mayoritas berupa kios yang dibangun permanen serta
gerobak tenda Menggunakan kios dikarenakan lokasinya yang telah dilegalkan untuk
aktivitas PKL serta terkait pola layanan yang menetap serta pada waktu berdagang
yang tetap Sedangkan gerobak tenda banyak digunakan oleh pedagang makanan
dimana tendanya digunakan sebagai tempat untuk konsumen Untuk bangunan
permanen diantaranya digunakan sebagai tempat tinggal Ketidakketergantungan
PKL terhadap prasarana penunjang sehingga PKL tidak mempertimbangkan aspek
tersebut karena mereka dapat mengusahakan sendiri
Pola pelayanan dari segi waktunya mengikuti waktu aktivitas kegiatan utama yaitu
pagi hingga sore hari sekitar pukul 0900 ndash 1600 serta telah mendapat izin tempat
usaha dari pihak berwenang namun terdapat pula PKL yang beraktivitas sore hingga
malam hari yaitu pukul 1600 ndash 0000 serta sepanjang hari Sifat layanannya menetap
mengingat mayoritas bersarana fisik dagangan berupa kios serta waktu berdagang
yang relatif tetap
Pola penyebaran mayoritas secara linier yaitu mengikuti pola jalan karena lokasi
yang dilegalkan untuk PKL oleh pemerintah menempati ruang-ruang publik seperti
trotoar di atas saluran drainase dan bahu jalan yang notabene mengikuti pola jalan
41
Selain itu terdapat sebagian beraglomerasi di sekitar pintu masuk rumah sakit yang
bertujuan untuk mendekati konsumen dan sisanya menyebar agar mengurangi
saingan
ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun
menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan
Samanhudi dengan kawasan PKL lain
ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL
ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun
dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja
namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang
namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan
ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa
jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan
harga antara pedagang formal dan PKL
ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan
pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak
penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi
antar pihak
ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai
dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan
perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang
informal
ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan
persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL
ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan
dalih keamanan
ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan
pejalan kaki dan pengendara kendaraan
ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki
ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL
ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan
ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa
harus saling menumpuk
41
ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak
Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini menjadi
jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen
41
Pengelolaan PKL
Pengelolaan PKL di Bundaran
Simpang Lima
Lima Semarang
Pengelolaan PKL di
Kabupaten Jember
Pengelolaan PKL di Kawasan Sekitar Rumah
Sakit dr Kariadi Semarang
Mengakui keberadaan PKL dengan
menuangkannya di dalam produk-
produk tata ruang
Penegakan peraturan
perundagangan yang terkait
dengan PKL
Menjalin kerjasama dengan sektor
formal dalam menyediakan ruang
bagi PKL
Menyediakan ruang perkotaan
yang dikhususkan bagi sektor
informal
Peningkatan citra PKL
Pengakuan terhadap eksistensi PKL
Control terhadap dana bantuan
Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo
Penindakan tegas kepada oknum yang
melakukan perampasan hak pada PKL
dengan dalih keamanan
Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk
menampung aktivitas PKL dan pejalan
kaki
Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan
jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir yang tepat
Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal
Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan
jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir
Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL
dan konsumen yang aman dari gangguan
pejalan kaki dan pengendara kendaraan
41
36 Temuan Studi
Temuan studi ini dimana akan menjawab sasaran yang disesuaikan dari contoh kasus yang ada di Indonesia Berikut adalah tabel matrik temuan
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
Mengetahui
permasalahan
PKL di jalur
pejalan kaki
Keberadaan sektor PKL yang menempati ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima memakai separuh lebih lebar trotoar bahkan seringkali tidak menyisakan sedikit pun ruang untuk pejalan kaki Ruang-ruang trotoar menjadi tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya sebagai ruang pemisah antara ruang yang digunakan untuk sirkulasi pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan Ruang-ruang trotoar tersebut banyak yang beralih fungsi menjadi lokasi berdagang PKL
Peralihan fungsi trotoar ini menyebabkan terganggunya aktivitas pejalan kaki sehingga pejalan terpaksa harus menggunakan jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk berjalan guna menghindari berbagai hambatan di atas trotoar Hal ini menyebabkan pejalan kaki terpaksa harus berhati-hati jika melangkah terkadang juga harus mengalah berjalan pada ruang-ruang jalur lambat dan sebagian badan jalan Kondisi ini sangat tidak aman dan
Masalah yang utama itu dari setiap
pedagang kaki lima di Jalur Pejalan Kaki
di Jalan Samanhudi Jember yaitu
Penggusuran Para PKL liar yang tidak
memiliki TDU(Tanda Daftar Usaha)
mereka biasanya akan di gusur dengan
peringatan yang di berikan sampai di
laksanakan penggusuran paksa padahal
Pedagang kaki lima merupakan salah satu
solusi akan masalah tingginya angka
pengangguran dan sedikitnya lapangan
kerja bagi masyarakat berpendidikan
rendah seperti mereka Pemerintah dalam
hal ini tidak dapat menyediakan lahan
pengganti bagi mereka untuk melanjutkan
usaha mereka jika pun ada pemerintah
menyediakan lahan-lahan yang letaknya
kurang strategis yang secara pasti
menurunkan dan mematikan pendapatan
yang mereka dapatkan dan akhirnya
Legalitas lokasi aktivitas
PKL yang biasanya ditempatkan
di dalam ruang publik seperti di
atas trotoar di atas saluran
drainase taman dan ruang publik
lainnya patut dipertanyakan
karena ketidakberdayaannya
peraturan tersebut dalam
menangani PKL Sebagai contoh
di sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi legalitas lokasi untuk
aktivitas PKL yang linier di
sepanjang jalan yang bertempat di
atas drainase Dalam aspek
apapun hal tersebut tidak dapat
dilegalkan terlebih tidak ada
penjelasan mengenai luasan atau
desain yang diperbolehkan PKL
untuk menggelar dasaran pada
dimensi saluran drainase yang
PKL yang menempati
ruang-ruang trotoar
menyebabkan
terganggunya aktivitas
pejalan kaki
Pemerintah tidak dapat
menyediakan lahan
pengganti
Legalitas lokasi aktivitas
PKL yang biasanya
ditempatkan di dalam
ruang publik seperti di atas
trotoar di atas saluran
drainase taman dan ruang
publik patut
dipertanyakan
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
nyaman bagi pejalan kaki ataupun bagi pengendara kendaraan bermotor karena mengganggu arus lalu lintas dan membahayakan keselamatan jiwa mereka hal seperti ini dapat kita lihat di depan dan di samping Masjid Baiturrahman di depan Citraland Mall di depan dan di samping Plasa Simpang Lima di depan dan di samping Kompleks Pertokoan Simpang Lima di depan dan di samping Ramayana Super Center di depan dan di samping SMKN 7 SemarangKantor Telkom dan di depan Gajahmada Plaza
Pemilihan lokasi PKL dipengaruhi oleh kecenderungan aktivitas PKL yang selalu menentukan lokasi mendekati pusat-pusat keramaian atau pusat-pusat perdagangan dan jasa dan lokasi-lokasi yang sering dikunjungi oleh orang banyak dalam kurun waktu tertentu secara periodik dan menerus Alasan inilah yang kemudian mendasari penentuan lokasi PKL Kawasan Bundaran Simpang Lima untuk berjualan di trotoar karena ruang-ruang jalur pedestrian inilah yang
mereka harus gulung tikar dan menjadi
pengangguran yang semakin menambah
permasalahan di Indonesia Pemerintah
harus mencari cara dan tempat yang baik
untuk mereka berdagang ditengah modal
mereka yang kecil agar di sisi lain semua
para pedagang kaki lima tidak hilang
lapangan kerjanya dan bias melanjutkan
kelangsungan hidupnya
ada Selain itu PKL juga
menempati trotoar yang
mengakibatkan bertambahnya
permasalahan yang terdapat di
lokasi tersebut Imbas secara
langsung dirasakan oleh
pengguna trotoar yaitu pedestrian
ketidaknyamanan bahkan tidak
adanya lagi ruang untuk berjalan
di atas trotoar acapkali menjadi
konsekuensi pedestrian yang
trotoarnya diserobot PKL
Aglomerasi aktivitas PKL yang
berlokasi di sekitar pintu masuk
pengunjung Rumah Sakit dr
Kariadi menyebabkan
penumpukan aktivitas seperti
aktivitas keluar masuk
pengunjung aktivitas jual beli
antara PKL dengan konsumen
lalu lintas kendaraan yang sedang
melewati Jalan dr Kariadi serta
angkutan umum yang sedang
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
dianggap sebagai lokasi yang ramai dikunjungi oleh pejalan kaki yang melakukan pergerakan dalam mencapai tempat tujuan perjalanannya Begitu juga dengan ruang Lapangan Pancasila karena selalu ramai dikunjungi pada hari-hari libur dengan rata-rata pengunjung mencapai 51 ndash 100 oranghari dikarenakan kedudukannya sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya
berhenti mencari penumpang
Sekali lagi permasalahan tersebut
disikapi oleh pemerintah dengan
penertiban dan penggusuran yang
hampir tidak pernah berakhir
manis
Mengetahui
peranan PKL
Kehadiran PKL di Kawasan
Bundaran Simpang Lima juga mampu
menciptakan kehidupan yang menerus
sehingga terhindar dari kematian
kawasan pada saat tertentu akan tetapi
di sisi lain kehadiran PKL
menyebabkan ketidakteraturan
kekumuhan dan kualitas fisik yang
buruk sehingga merusak wajah kota
Selain itu PKL yang berjualan di
Lapangan Pancasila pada malam hari
dengan kehidupan malam dan wanita-
wanita penghibur yang berdandan tebal
Tempat pedagang kaki lima bagi
Masyarakat dijalan Samanhudi Jember
sangat penting sebagai penyedia kebutuhan
yang dibutuhkan oleh Masyarakat Jember
Pedangan kaki lima sangat mempengaruhi
pola pasar dan sosial di Jember khususnya
didaerah Jalan Samanhudi Dalam bidang
perekonomian pedagang kaki lima hanya
berpengaruh sebagai produsen yang
penting bagi Masyarakat Jember
mengingat akan Meningkatnya jumlah
Penduduk Mereka cenderung lebih
memilih membeli pada pedagang kaki lima
Usaha PKL yang terus
berkembang pesat menarik PKL
untuk mempekerjakan karyawan
selain tenaga yang dibutuhkan
memang tidak bisa dikerjakan
sendiri terdapat pula pemilik
modal yang menyewa tempat
usaha namun dijadikan usaha
sampingan sehingga tidak
mengelola secara langsung
usahanya namun dengan
mempekerjakan karyawan PKL
yang statusnya sebagai karyawan
Pedangan kaki lima sangat
mempengaruhi pola pasar
dan sosial
harga yang PKL tawarkan
lebih murah dibandingkan
dengan harga di mall
grosir maupun indogrosir
sebagai salah satu
alternatif lapangan
pekerjaan bagi masyarakat
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
menciptakan kesan negatif dan
memperburuk citra kawasan
daripada membeli di supermarket yang
sudah merajalela di kota Jember pada saat
ini mall atau grosir maupun indogrosir
yang banyak tersebar di kota Jember
dikarenakan harga yang mereka tawarkan
lebih murah
sebanyak 10 dimana karyawan
tersebut memanfaatkan PKL
sebagai lapangan pekerjaan
Sehingga bekerja sebagai
karyawan PKL dapat dikatakan
sebagai salah satu alternatif
lapangan pekerjaan bagi
masyarakat
Mengetahui
pola aktivitas
PKL dijalur
pejalan kaki
Aktivitas PKL sendiri
memiliki kecenderungan untuk
menempati ruang ruang antar aktivitas
yang selalu ramai dilewatidikunjungi
oleh banyak orang dalam melakukan
pergerakan perpindahan dari aktivitas
satu ke aktivitas yang lain atau dari
bangunan perdagangan modern satu ke
bangunan perdagangan modern yang
lain secara periodik dalam rentang
waktu tertentu sehingga kemudian
pilihan ini jatuh kepada jalur-jalur
pedestrian yang notabene merupakan
ruang-ruang terbuka publik yang
PKL berdagang dengan menempati
tempat yang tetap dan tidak berpindah-
pindah
Modal dan aset sebagian besar adalah
milik sendiri
Berdagang di Samanhudi merupakan
usaha utama
Alat peraga PKL pada kawasan ini
dapat dibedakan menjadi
ndashAlat peraga semi permanen dari kayu
dan tenda yang bersifat menetap
ndashAlat peraga dengan bangku meja dan
tenda sekaligus sebagai tempat tinggal
ndashAlat peraga beroda namun menetap
Pola Aktivitas pelayanan PKL di
kawasan sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi pada umumnya melayani
pengunjung rumah sakit namun
tidak menutup kemungkinan
konsumennya adalah pengendara
atau orang yang sedang melintasi
jalan tersebut tanpa bermaksud
untuk masuk ke rumah sakit
Selain itu konsumen
yang berasal dari sekitar lokasi
PKL seperti penduduk
permukiman di sekitarnya
pekerja yang bekerja di sektor
Aktivitas PKL memiliki
kecenderungan untuk
menempati ruang ruang
antar aktivitas yang selalu
ramai dilewatidikunjungi
oleh banyak orang dalam
melakukan pergerakan
perpindahan dari aktivitas
satu ke aktivitas yang lain
atau dari bangunan
perdagangan modern satu
ke bangunan perdagangan
modern
Saat berjualan alat peraga
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
seyogyanya digunakan oleh pejalan
kaki Keberadaan ruang trotoar yang
semakin sempit oleh penggunaan ruang
PKL membuat pejalan kaki
menjatuhkan pilihan untuk melakukan
perjalanan pada ruang-ruang seperti
jalur lambat dan sebagian badan jalan
sehingga mengurangi keamanan jiwa
dan kenyamanan pejalan kaki sendiri
serta pengguna jalan yang lain
(pengendara)
Kegiatan-kegiatan yang
dilakukan oleh pejalan kaki pada
ruang-ruang jalur pedestrian atau
trotoar di Kawasan Bundaran Simpang
Lima adalah kegiatan berjalan dan
berbelanja Sebagian dari pejalan kaki
hanya berjalan melintasi trotoar untuk
menuju lokasi tujuannya akan tetapi
ada pula sebagian dari pejalan kaki
yang berjalan sambil melihat-lihat
bahkan ada yang berbelanja pada PKL
ndashAlat peraga beroda namun menetap
dengan bangku dan meja
ndashHanya berupa matras sebagai alas
dagangan yang dapat berpindah
sewaktu-waktu
Alat peraga yang dipakai untuk usaha
tidak seragam dan tidak menggunakan
desain yang baik sehingga terkesan
kumuh kurang bersih dan sangat
mengganggu wajah kota dan menutup
fasade bangunan di belakangnya
Saat berjualan alat peraga kios
sebagian besar menempati badan jalan
dan trotoar
Saat tidak berjualan alat peraga kios
sebagian besar tetap di lokasi jualan
lama berjualan di Samanhudi sebagian
besar antara 6 ndash10 tahun
Terbanyak dari pedagang belum
pernah bekerja di sektor lain dan dari
semula telah menjadi PKL di
Samanhudidi bandingkan denga harga
yang ada di mall Pedagang
lain sehingga tidak ada batasan
pasti mengenai pola pelayanan
para PKL tersebut
Waktu beraktivitas para
PKL umumnya terbagi menjadi
dua sesi PKL yang pertama
adalah pedagang yang aktivitas
berdagangnya pada pagi hingga
siang hari Pedagang yang kedua
merupakan pedagang yang
mempunyai waktu layanan pada
sore hingga malam hari Namun
tidak menutup kemungkinan
terdapat beberapa PKL yang
berdagang dari pagi hingga
malam hari bahkan buka nonstop
mengingat rumah sakit
beraktivitas selama sehari penuh
sehingga mereka mengikuti
aktivitas sektor formal yang ada
di sekitarnya
Waktu berdagang
tersebut juga disesuaikan dengan
kios sebagian besar
menempati badan jalan
dan trotoar
Waktu beraktivitas para
PKL umumnya terbagi
menjadi dua sesi PKL
yang pertama adalah
pedagang yang aktivitas
berdagangnya pada pagi
hingga siang hari
Pedagang yang kedua
merupakan pedagang yang
mempunyai waktu layanan
pada sore hingga malam
hari Namun tidak
menutup kemungkinan
terdapat beberapa PKL
yang berdagang dari pagi
hingga malam hari bahkan
buka nonstop
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
izin usaha yang diberlakukan oleh
petugas kelurahan sebagai pihak
yang berwenang menangani PKL
Untuk lokasi yang dilarang untuk
PKL oleh PKL tetap digunakan
sebagai lokasi untuk berdagang
dengan waktu berdagang setelah
jam kerja yaitu sore hingga
malam hari
Mengetahui
Pengelolaan
PKL di jalur
pejalan kaki
dalam perkembangannya
pemerintah mengeluarkan SK
Walikota Kota Semarang No 511316
tahun 2001 tentang Penetapan Lahan
yang mengatur tentang lokasi-lokasi
dan waktu aktivitas PKL yang
diperbolehkan oleh pemerintah pada
Kawasan Bundaran Simpang Lima
agar tetap terjaga kerapihan dan
estetikakeindahan wajah kawasannya
yaitu PKL yang berjualan di depan
Kompleks Pertokoan Simpang Lima
depan Ramayana SC depan Kantor
Adanya pengakuan resmi dari
pemerintah terhadap PKL Samanhudi
sebagai salah satu sector ekonomi di
kawasan studi melalui surat keputusan
resmi Surat keputusan ini sekaligus
mengatur hak kewajiban dan
tanggung jawab PKL sebagai
kompensasi perubahan status yang
telah diberikan oleh pemerintah
Pedagang kaki lima perlu untuk
mendapatkan pembinaan dari
pemerintah Kabupaten Jember untuk
meningkatkan kemampuan wirausaha
Pemerintah Kota Semarang
berwenang dalam mengatur
keberadaan PKL di ruang Kota
Semarang seperti yang terdapat di
kawasan sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi dengan bentuk
pengelolaan lokasional (stabilitas
atau pengaturan) dan struktural
(perijinan) Dalam pengaturan
tersebut Pemerintah Kota
Semarang menggunakan dasar
hukum berupa Undang-Undang
Peraturan Pemerintah Peraturan
mengatur tentang lokasi-
lokasi dan waktu aktivitas
PKL yang diperbolehkan
oleh pemerintah agar tetap
terjaga kerapihan dan
estetikakeindahan wajah
kawasannya
Pedagang kaki lima perlu
untuk mendapatkan
pembinaan
Pedestrian dirancang ulang
dengan dilebarkan hingga
area parkiran street
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
TelkomSMKN 7 Semarang depan
Gajahmada Plaza dan depan Masjid
Baiturrahman boleh berjualan dari
pukul 1600 ndash 0400 WIB (khusus pada
Hari Minggu PKL diijinkan untuk
berjualan mulai pukul 0600 ndash 0800
WIB) menempati ruang trotoar dengan
luas areal 4 x 6 meter
Sampai dengan tahun 2008
PKL di Kawasan Bundaran Simpang
Lima mencapai 1536 pedagang dan
ada kecenderungan akan terus
meningkat dari tahun ke tahun (lihat
Tabel III4) Kecenderungan lokasi
PKL pada masa-masa yang akan
datang mengikuti kecenderungan dari
perkembangan aktivitas formal
kawasan yang ada demikian juga
kecenderungan waktu berdagangnya
Melihat kecenderungan aktivitas PKL
kawasan maka SK Walikota Kota
Semarang No 511316 tahun 2001
sudah tidak relevan lagi dan perlu
dan peningkatan kualitas barang
dagang dan pelayanan terhadap
pembeli konsumen sehingga bias
meningkatkan pendapatan dan
aktivitas pedagang kaki lima dapat
member nilai tambah serta dapat
memberkan peluang kerja yang dapat
mengurangi tingkat pengangguran di
Kabupaten Jember Bentuk pembinaan
berupa penyuluhan yang diberikan
berkala secara rutin Program
pembinaan diadakan oleh pemerintah
Paguyuban Samanhudi merupakan
Kelembagaan yang memiliki
kewenangan atau keterikatan dengan
pengelolaan dan pembinaan Pedagang
Kaki Lima KoridorJalan
SamanhudiPaguyuban ini
beranggotakan wakil PKL wakil
pedagang formal wakil pemerintah
dari dinas Kebersihan dan
Pertamanan Dinas Polisi Pamong
Praja Dinas Pariwisata Dinas
Daerah dan Surat Keputusan
Walikota Adapun dasar hukum
yang mengatur secara jelas
mengenai aktivitas PKL di Kota
Semarang yang berlaku saat ini
diantaranya adalah sebagai
berikut
1048707 Peraturan Daerah No 11 Tahun
2000 tentang Pengaturan dan
Pembinaan PKL Perda ini
menjelaskan tentang pengaturan
dan pembinaan PKL di Kota
Semarang seperti pengaturan
tempat usaha hak kewajiban dan
larangan untuk PKL Dalam
kaitannya dengan karakteristik
berlokasi aktivitas PKL
dijelaskan dalam Perda ini yang
terdapat dalam pasal 3 yaitu
penempatan lokasi kegiatan PKL
diatur dengan mempertimbangkan
tempat kepentingan untuk umum
lainnya seperti kepentingan untuk
sehingga jalur aktif
kendaraan tidak
mengalami penyempitan
mengatur keberadaan PKL
di ruang Kota dengan
bentuk pengelolaan
lokasional (stabilitas atau
pengaturan) dan struktural
(perijinan)
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
ditinjau kembali sesuai dengan
kecenderungan dan kebutuhan yang
ada di lapangan
Pendapatan dan Dinas LPMK
Kabupaten Jemberserta pihak
penengah selaku penasehat dan pihak
netral yang diwakili oleh pakar PKL
dari universitas tokoh masyarakat dan
pakar PKL lainnya
Penerapan tema khusus pada penataan
PKL kawasan studi agar mempunyai
cirri khas dan dapat mengangkat citra
kawasan dan meningkatkan daya tarik
kawasan Contoh produk khas
jember yang dapat diangkat sebagai
tema adalah tembakau rookk dan
cerutu mengingat Jember sebagai
penghasil tembakau terbesar di Jawa
Kegiatan khas Jember yang dapat
diangkat sebagai tema yaitu Jember
Fashion Carnaval Penerapan tema
dapat diaplikasikan pada sarana usaha
PKL finishing pedestrian perabot
kota dan elemen pendukung lainnya
Pedestrian dirancang ulang dengan
pejalan dan untuk sirkulasi
kendaraan Untuk lebih jelas
mengenai detail isi perda tersebut
dapat dilihat pada Lampiran F
1048707 Surat Keputusan Walikota
Semarang No 51136 Tahun
2001 tentang lokasi PKL di Kota
Semarang dimana di dalamnya
diantaranya mengatur luas area
batas pemakaian area waktu
aktivitas dan tempat aktivitas
PKL Ruas kanan Jalan dr
Kariadi dari arah Jalan Veteran
merupakan lokasi yang
diperbolehkan untuk aktivitas
PKL Lokasi tersebut menempati
trotoar serta bangunan berupa
semi permanen Untuk lebih jelas
mengenai detail isi SK tersebut
dapat dilihat pada Lampiran F
1048707 Perda No 6 Tahun 2004
tentang Rencana Detail Tata
Ruang Kota Semarang Bagian
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
dilebarkan hingga area parkiran street
sehingga jalur aktif kendaraan tidak
mengalami penyempitan Diberikan
perbedaan yang tegas antara ruang
PKL dan ruang pejalan kaki dan jalur
kendaraan berupa perbedaan tinggi
lantaiSehingga dikemudian hari kios
PKL tidak melebar ke segala sisi
Wilayah Kota (BWK) I
(Kecamatan Semarang Tengah
Semarang Timur dan Semarang
Selatan Tahun 2000-2010 Perda
tersebut menjelaskan mengenai
fungsi serta peran BWK I yang
terkait dengan sektor formal di
wilayah tersebut yaitu penjelasan
mengenai fasilitas kesehatan yang
berada khususnya di Kelurahan
Randusari Selain itu dijelaskan
pula kelas Jalan dr Kariadi Jalan
dr Soetomo dan Jalan Veteran
serta jalur transportasi yang
melaluinya
41
Diberikan jarak setiap 2 kios sebagai akses masuk ke bangunan formal
Mengikutsertakan seluruh pihak terkait dalam penyampaian keputusan
Perancangan dapat mewadahi ruang PKL
Ruang PKL mengikuti arus pergerakan manusia
Pengaturan kebersihan dan ketertiban
C Konsep Legalitas PKL
Adanya pengakuan resmi dari pemerintah terhadap PKL Samanhudi sebagai salah satu
sector ekonomi di kawasan studi melalui surat keputusan resmi Surat keputusan ini
sekaligus mengatur hak kewajiban dan tanggung jawab PKL sebagai kompensasi
perubahan status yang telah diberikan oleh pemerintah
PKL berhak mendapatkan perlindungan hokum dan pinjaman modal dari pemerintah
Namun sebagai sector resmi PKL dikenakan pajak penghasilan dan retribusi Besarnya
pajak Pajak penghasilan dibedakan dari sektorformal Dengan membayar pajak PKL
berhak mendapatkan perlindungan pemerintah dari oknum preman dsb
PKL wajib mendukung program-program penertiban yang dilakukan pemerintah Apabila
PKL melanggar hak dan kewajiban yang telah diputuskan PKL tidak berhak lagi
menempati lapak yang telah dipinjamkan oleh pemerintah Dan dicabut ijin berjualannya
di kawasan Samanhudi
Dalam konsep ini simbiosis mutualistik terjadi antara pemerintah dan PKL dimana PKL
mendapatkan pengakuan perlindungan dan bantuan modal dari pemerintah sementara
pemerintah mendapatkan retribusi pajak penghasilan dan ketertiban dari PKL
D Konsep Pembinaan dan Permodalan
Pedagang kaki lima perlu untuk mendapatkan pembinaan dari pemerintah Kabupaten
Jember untuk meningkatkan kemampuan wirausaha dan peningkatan kualitas barang
dagang dan pelayanan terhadap pembeli konsumen sehingga bias meningkatkan
pendapatan dan aktivitas pedagang kaki lima dapat member nilai tambah serta dapat
memberkan peluang kerja yang dapat mengurangi tingkat pengangguran di Kabupaten
Jember Bentuk pembinaan berupa penyuluhan yang diberikan berkala secara rutin
Program pembinaan diadakan oleh pemerintah
Program pembinaan juga digunakan sebagai sarana pertemuan rutin dan sosialisasi
peraturan-peraturan yang dilakukan pemerintah
Program pembinaan juga dapat dijadikan sarana untuk selalu mengingatkan hak dan
kewajiban serta sangsi yang diterapkan bila PKL melanggar selama beroperasi dikawasan
Samanhudi
41
Program pembinaan memberikan keuntungan kepada PKL dan pemerintah PKL
mendapatkan peningkatan kemampuan dan pemerintah mendapat sarana sosialisasi
Pemberian bantuan modal ini tidak ditujukan kepada semua pedagang kaki lima tetapi
diberikan kepada beberapa pelaku usaha yang memiliki potensi dan criteria yang telah
ditentukan
Pemerintah dalam memberikan bantuan modal ini juga harus bekerja sama dengan
instansi-isntansi lain yang terkait
Pemberian modal dari pihak swasta sangat disarankan
Konsep ini memberikan keuntungan kepada pihak PKL berupa bantuan modal dengan
bunga ringan keuntungan laba pinjaman kepada pemberi modal dan bila pihak swasta
terlibat mendapatkan keuntungan berupa kesempatan untuk periklanan
E Konsep Kelembagaan Paguyuban Samanhudi
Paguyuban Samanhudi merupakan Kelembagaan yang memiliki kewenangan atau
keterikatan dengan pengelolaan dan pembinaan Pedagang Kaki Lima KoridorJalan
SamanhudiPaguyuban ini beranggotakan wakil PKL wakil pedagang formal wakil
pemerintah dari dinas Kebersihan dan Pertamanan Dinas Polisi Pamong Praja Dinas
Pariwisata Dinas Pendapatan dan Dinas LPMK Kabupaten Jemberserta pihak penengah
selaku penasehat dan pihak netral yang diwakili oleh pakar PKL dari universitas tokoh
masyarakat dan pakar PKL lainnya
Peran Paguyuban ini adalah sebagai forum diskusi dari semua pihak untuk menampung
aspirasi dan menetralisasi konflik yang terjadi sehingga setiap aspek dikoridor jalan
Samanhudi dapat melakukan koordinasi dan semua aspirasi dari semua pihak dapat
tersampaikan Fungsi paguyuban juga sebagai sarana mengikutsertakan semua pihak
terkait dalam membuat rancangan peraturan dan sosialisasi peraturan yang telah
ditetapkan pemerintah mengenai PKL kepada semua pihak terkait
Paguyuban juga berfungsi sebagai pihak pengawas bekerja sama dengan pihak kepolisian
dan pamong praja untuk mengawasi segala pelanggaran yang dilakukan oleh semua pihak
terkait Penerapan sangsi harus tegas dan diawasi oleh paguyuban sehingga tidak terjadi
rsquopenyelesaiandamairsquo dari pihak pelanggar dana para penegak peraturan
Paguyuban memberikan keuntungan kepada PKL pedagang formal pemerintah dan
masyarakat berupa kesempatan untuk menyalurkan aspirasi
41
353 Kajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit Kariyadi
Semarang
3531 Analisis Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar
Rumah Sakit dr Kariadi
Analisis karakteristik aktivitas PKL menggunakan metode deskriptif kuantitaif
dan distribusi frekuensi Analisis ini nantinya menunjang untuk analisis selanjutnya
yaitu analisis karakteristik berlokasi PKL Analisis ini meliputi lokasi aktivitas PKL
tempat usaha PKL jenis barang dagangan sarana fisik berdagang pola layanan pola
penyebaran serta status kepemilikan usaha Uraian dari masing-masing analisis
tersebu dipaparkan sebagai berikut
a Lokasi Beraktivitas
Sesuai dengan ruang lingkup spasial dari penelitian ini lokasi yang digunakan
PKL untuk memanfaatkan aktivitas kegiatan utama Rumah Sakit dr Kariadi adalah di
sepanjang penggal Jalan dr Kariadi sebagian Jalan Veteran dan sebagian Jalan dr
Soetomo Mereka berlokasi di penggalpenggal jalan tersebut dikarenakan jalan
tersebut merupakan batas dari kawasan fasilitas kesehatan dan merupakan jalan arteri
sekunder kolektor sekunder dan lokal sekunder yang ramai orang berlalu lalang
lintas kendaraan serta dilewati jalur angkutan umum Kondisi tersebut ditangkap oleh
PKL sebagai peluang untuk mendapatkan konsumen dengan memanfaatkan tingkat
kunjungan yang tinggi dari aktivitas kegiatan utama serta orang yang lalu lalang yang
melintas di penggal jalan-jalan tersebut Untuk lebih jelas mengenai lokasi PKL dapat
dilihat pada Gambar berikut
41
Gambar 33
Lokasi Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Pada lokasi tersebut terbagi menjadi spot-spot yang menjadi lokasi PKl
berdasarkan penggal jalan yang telah disebutkan sebelumnya yaitu Jalan dr Kariadi
Jalan Veteran dan Jalan dr Soetomo Spot-spot tersebut memiliki karakteristik
masing-masing baik dari sisi aktivitas dan ruang usaha PKL maupun dari karakteristik
berlokasinya Di penggal Jalan dr Kariadi terdapat beberapa bagian yang merupakan
lokasi larangan untuk PKL lokasi yang diperbolehkan untuk menggelar dagangan
PKL serta PKL binaan kelurahan yang dikenal dengan istilah PKL orange Pada Jalan
Veteran yang diminati oleh PKL berada di sisi selatan jalan Lokasi tersebut juga
diperbolehkan untuk berdagang PKL sebagai kompensasi penggantian lokasi
penggusuran PKL yang berasal dari Jalan dr Kariadi sisi barat Lokasi yang
seharusnya bersih dari PKL adalah Jalan dr Soetomo karena merupakan jalur merah
Namun lokasi ini tetap diminati untuk berlokasi PKL diantaranya dikarenakan tidak
adanya lokasi lain serta lokasinya yang strategis Kestrategisan tersebut dilihat dari
status jalan yang merupakan jalan utama penghubung ke pusat-pusat aktivitas lainnya
serta akses ke pusat kota maupun ke luar kota sehingga frekuensi kendaraan yang lalu
lalang tinggi Selain itu lokasinya yang dekat dengan kegiatan utama yang ada di
sekitarnya seperti Rumah sakit dr Kariadi perkantoran ataupun permukiman Hal
tersebut dimanfaatkan PKL sebagai peluang mendapatkan konsumen
b Tempat Usaha
41
Lokasi yang diminati PKL tidak menyediakan tempat khusus untuk berdagang
PKL sehingga mereka menggunakan ruang-ruang publik untuk tempat usahanya
seperti di trotoar di atas saluran drainase bahu jalan dan badan jalan Dengan
difungsikannya ruang-ruang publik tersebut menjadi tempat berdagang bagi PKL
berakibat menurunnya fungsi ruang publik tersebut mengurangi citra kawasan serta
menurunnya kualitas lingkungan Oleh pemerintah kota ruang-ruang publik tersebut
dimanfaatkan untuk tempat usaha PKL karena diperlukan tempat usaha di lokasi
tersebut Hal ini sebagai upaya pemerintah untuk mewadahi aktivitas tersebut
Tempat-tempat tersebut dilegalkan menjadi tempat usaha yang diperuntukkan bagi
PKL sesuai dengan peraturan daerah nomor 11 tahun 2000 tentang PKL yang
notabene bertolak belakang dengan peraturan daerah lainnya yang mengatur tentang
ketertiban keindahan dan pertamanan Persentase PKL yang menempati ruang-ruang
publik dapat dilihat pada Gambar berikut ini
Gambar 34
Persentase Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Terdapat pula PKL yang tidak mendapat izin tempat usaha berdagang
khususnya PKLyang berlokasi di daerah larangan untuk PKL serta berdagang pada
waktu yang tidak diperbolehkan sehingga mereka tidak ditarik retribusi dan sewaktu-
waktu dapat ditertibkan oleh aparat penegak tata tertib Namun ketidaktertiban aparat
PKL yang tidak mendapat izin tersebut kadang-kadang juga dipungut retribusi yang
diistilahkan dengan uang keamanan namun frekuensinya tidak teratur PKL dalam
golongan ini jumlahnya minoritas jika dibandingkan dengan PKL yang mendapat izin
tempat usaha Berikut sketsa sebaran PKL menurut tempat usahanya yang dapat
dilihat pada Gambar
41
Gambar 35
Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
c Jenis Barang Dagangan
Dagangan mayoritas yang diperdagangkan oleh PKL di sekitar Rumah Sakit
dr Kariadi adalah jenis barang dagangan makanan seperti warung tegal bakso soto
es buah dan makanan kecil Jenis dagangan tersebut diminati karena PKL mencoba
menangkap aktivitas kegiatan utama yang banyak membutuhkan jenis barang
dagangan makanan
Jenis barang dagangan yang paling minoritas diperdagangkan adalah buah-
buahan Jenis dagangan inipun hanya dijumpai di penggal Jalan dr Kariadi karena di
penggal jalan tersebut terdapat pintu masuk pengunjung rumah sakit Jenis barang
dagangan ini biasanya digunakan sebagai cangkingan atau oleh-oleh untuk membesuk
pasien Namun jenis dagang ini kurang diminati pedagang dikarenakan barangnya
yang mudah busuk tidak mempunyai tempat penyimpanan khusus seperti kulkas
relatif mahal karena rata-rata buah impor serta konsumennya relatif sedikit
Kekurangminatan pedagang untuk menjual jenis dagangan ini dapat dilihat dari
sedikitnya jumlah PKL yang menjual dagangan ini
Jenis barang dagangan lain yang banyak diperdagangkan adalah kelontong
karena berjualan bermacam-macam jenis barang dari rokok makanan kecil air
kemasan bahkan sampai barang kebutuhan mereka yang beraktivitas di kegiatan
41
utama yaitu rumah sakit seperti untuk kebutuhan penunggu pasien yaitu tikar kipas
termos untuk air panas dan jenis barang lainnya
Jenis dagangan yang lain merupakan jenis barang dagangan yang umum
diperdagangkan atau jenis barang dagangannya hampir ada setiap ruas jalan-jalan
besar lokasi PKL lainnya di kota besar yang kebanyakan termasuk dalam jenis barang
dagangan non makanan dan jasa pelayanan seperti warung telekomunikasi bensin
tambal ban voucher pulsa fotocopy Untuk jasa pelayanan fotocopy yang banyak
tersebar di kawasan tersebut terkait dengan adanya kegiatan utama berupa fasilitas
pendidikan seperti Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro akademi
keperawatan dan farmasi sedangkan untuk jenis dagangan umum lainnya terkait
adanya permukiman di sekitar lokasi tersebut Namun ada barang dagangan yang khas
yaitu nisan karena lokasi sekitar Rumah sakit dr Kariadi terdapat tempat pemakaman
umum yang cukup besar yaitu TPU Bergota
Jenis dagangan yang dijual dapat dikatakan tidak semata hanya melayani
untuk aktivitas yang terkait dengan Rumah Sakit dr Kariadi namun juga melayani
terhadap aktivitas lainnya disekitar Rumah Sakit dr Kariadi seperti fasilitas
pendidikan permukiman pemakaman serta perkantoran bahkan aktivitas transportasi
seperti kebutuhan supir angkutan umum dan supir taxi Untuk lebih jelas mengenai
perbandingan jumlah PKL menurut jenis barang dagangan di masing-masing penggal
jalan dapat dilihat pada gambar berikut ini
Gambar 36
Karakteristik Jenis Barang Dagangan Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
41
d Sarana Fisik Berdagang
Masing-masing lokasi memiliki jenis sarana berdagang mayoritas yang
berbeda-beda Pada penggal Jalan dr Kariadi mayoritas PKL di penggal jalan tersebut
menggunakan kios sebagai sarana berdagangnya Kios-kios tersebut awalnya
merupakan warung semi permanen yang disekat-sekat Namun seiring dengan
perkembangan waktu dan adanya praktek sewa tempat usaha maka warung tersebut
dibangun permanen oleh pemiliknya bahkan diantaranya ada yang dilengkapi dengan
kamar mandi serta ruang tidur Hal tersebut dikarenakan sebagian kios juga dijadikan
sebagai tempat tinggal pemiliknya Asal pedagang yang dari luar Kota Semarang serta
biaya yang mengontrak relatif mahal sehingga menjadikan kiosnya sebagai sarana
usaha serta tempat tinggal sekaligus Sarana dagang tersebut telah menyimpang dari
peraturan daerah tentang PKL Latar belakang pendidikan PKL yang sebagian rendah
kemungkinan menjadi penyebab kurangnya pemahaman pedagang terhadap produk
hukum tersebut atau memang mengerti namun sengaja dilanggar karena tidak adanya
upaya pemerintah untuk menertibkan sarana berdagang yang telah melanggar
peraturan tersebut Selain itu ketidaktergantungan PKL terhadap ketersediaan
prasarana penunjang menjadikan PKL dalam beraktivitas tidak mempertimbangkan
aspek tersebut
Selain kios sarana dagangan yang banyak diminati adalah gerobak tenda yaitu
sarana dagangan utamanya gerobak yang ditunjang dengan tenda yang biasanya untuk
tempat makan konsumen Sarana dagang ini dianggap praktis karena mudah
dibongkar pasang serta dipindahkan Terlebih sarana dagang ini sesuai dengan
himbauan pemerintah dalam Perda No 11 tahun 2000 yaitu sarana PKL adalah yang
mudah untuk dibongkar serta dipindahkan
Lain halnya dengan PKL di penggal Jalan dr Soetomo mereka lebih banyak
menggunakan gerobak Hal tersebut dikarenakan lokasi tersebut merupakan lokasi
larangan untuk PKL tapi mereka tetap bertahan di lokasi tersebut dengan alasan tidak
tersedia tempat lain yang strategis untuk berjualan Dengan menggunakan gerobak
memudahkan mereka untuk lari atau berpindah tempat jika ada penertiban oleh aparat
penegak tata tertib
Di penggal Jalan Veteran sama halnya dengan sarana fisik yang digunakan
berdagang oleh PKL di penggal Jalan dr Kariadi Mereka mayoritas menggunakan
41
sarana berdagang berupa kios Mereka menggunakan sarana fisik dagangan kios
permanen yang dianggap aman karena memperoleh izin tempat usaha dari pihak
terkait untuk berdagang Namun sarana dagang yang dibuat permanen tersebut tidak
sesuai dengan perda tentang PKL yang mengharuskan sarana dagang pedagang kaki
lima yang mudah dibongkar dan dipindah-pindah
Sarana fisik dagangan yang kurang diminati adalah mobil Walaupun cukup
fleksibel untuk berpindah-pindah namun biaya untuk operasional sehari-hari cukup
mahal seperti bahan bakar perawatan mobil ataupun untuk pengadaan unit mobil itu
sendiri Hanya terdapat satu PKL yang menggunakan sarana dagangan ini yaitu
berada di penggal Jalan dr Kariadi Namun karena pada waktu penyebaran kuesioner
pedagang ini tidak berada di lokasi maka tidak masuk menjadi responden
e Pola Layanan
Untuk pola pelayanan terdapat tiga aspek yang dibahas yaitu mengenai waktu
layanan
aktivitas PKL serta sifat layanan Berikut uraian dari analisis pola pelayanan tersebut
1 Waktu Layanan
Sesuai waktu aktivitas kegiatan utama yang rata-rata pagi hingga sore hari
seperti fasilitas pendidikan perkantoran serta jam berkunjung dan pemeriksaan rumah
sakit maka mayoritas PKL membuka usahanya pada waktu tersebut yaitu sekitar
pukul 0900 hingga pukul 1600 Namun khusus yang berada di penggal Jalan dr
Kariadi yaitu di sekitar pintu masuk dan lokasi larangan untuk PKL hanya
diperbolehkan untuk berjualan pada sore hingga malam hari yaitu biasanya mereka
membuka usahanya sekitar pukul 1600 hingga 0000 Terdapat beberapa PKL yang
waktu usahanya menyesuaikan dengan waktu pelayanan rumah sakit yang buka 24
jam atau sepanjang hari Hal tersebut dilakukan menangkap peluang menjajakan
barang dagangan untuk kebutuhan aktivis rumah sakit seperti penunggu pasien
pengunjung atau petugas piket atau jaga serta tidak menutup kemungkinan pembeli
dari pengendara yang lalu lalang atau supir transportasi umum
Hal tersebut juga berlaku di penggal jalan yang lain dimana mayoritas
membuka usahanya pada pagi hingga sore hari Hanya minoritas yang membuka
usaha pada sore hingga malam hari serta sepanjang hari Faktor lain yang dapat
mempengaruhi waktu aktivitas PKL selain menyesuaikan waktu aktivitas kegiatan
utama adalah kepemilikan usaha yang merupakan milik pribadi sehingga mereka
membuka usahanya sesuai keinginan mereka
41
Terdapat pula fenomena satu lokasi ditempati oleh dua PKL dengan waktu
layanan yang berbeda PKL yang beraktivitas pada pagi hingga sore mencoba
menagkap peluang dari kunjungan ke kegiatan utama seperti rumah sakit fasilitas
pendidikan perkantoran serta perdagangan informal dan tidak menutup orang yang
lalu lalang melewati jalan-jalan tersebut Lokasi yang dianggap strategis serta
berprospektif tersebut digunakan oleh PKL lain untuk berjualan di tempat yang sama
Hal tersebut dimanfaatkan PKL untuk menangkap peluang dari kegiatan rumah sakit
serta orang yang lalu lalang Selain itu juga menangkap konsumen dari penumpang
bus malam yang melewati Jalan dr Soetomo dimana di jalur tersebut terdapat halte
serta konsumen dari supir angkutan umum yang sedang istirahat sejenak Berikut
pemetaan PKL menurut waktu berdagangnya
Gambar 37Peta Sebaran Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Menurut Waktu Layanan
2 Sifat Layanan
Dari gambar di bawah ini dapat disimpulkan bahwa mayoritas PKL di sekitar
Rumah Sakit dr Kariadi memiliki sifat layanan menetap baik dari segi tempat
berdagangnya yang tetap serta waktu berdagangnya yang sama setiap harinya hal ini
nampak pada sarana fisik dagangan para PKL tersebut yang berupa kios yang
memang tidak bisa dipindah-pindah atau permanen Hanya 13 yang memiliki sifat
layanan semi menetap Berikut persentase PKL menurut sifat layanannya
41
Gambar 38Persentase Sifat Layanan Pedagang Kaki LimaDi Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Sifat layanan semi menetap biasanya PKL yang tempat usahanya yang
merupakan gabungan antara menetap dengan keliling yaitu pada awal waktu
berdagang pada lokasi yang sama tiap harinya namun jika belum habis dagangannya
mereka berkeliling serta jam berdagang yang tidak tetap tiap harinya terkadang hanya
sampai siang karena dagangannya habis Sisanya yang 2 berjualan secara
berkeliling yang diantaranya bertujuan untuk mendekati konsumen serta
memanfaatkan waktu-waktu puncak kegiatan utama rumah sakit seperti waktu
kunjungan menjenguk pasien
f Pola Penyebaran
Pola penyebaran PKL mayoritas mengikuti pola jalan yang ada yaitu linier
Mereka berjualan di bahu-bahu jalan bahkan ada yang berada di atas saluran drainase
Selain itu pola penyebaran tersebut terbentuk karena lokasi yang diperbolehkan untuk
PKL menempati trotoar trotoar sepanjang jalan yang secara otomatis membentuk
linier Alasan lainnya yang diungkapkan oleh pedagang adalah agar dagangannya
mudah dilihat oleh orang yang lalu lalang Namun terdapat beberapa PKL yang
berjualan secara aglomerasi dengan PKL yang berjualannya bergerombol di dekat
pintu masuk pengunjung Rumah Sakit dr Kariadi seperti yang dapat dijumpai di Jalan
dr Kariadi yaitu bergerombol di sekitar pintu masuk pengunjung rumah sakit serta di
Jalan dr Soetomo yang bergerombol di dekat pintu masuk UGD dan pintu masuk ke
Gedung Pavilliun Garuda Hal tersebut dimaksudkan untuk mendekati pengunjung
yang akan masuk ke rumah sakit Hanya sebagian kecil saja yang lokasinya berjauhan
dengan PKL lainnya atau menyebar untuk mengurangi persaingan dengan PKL
lainnya
41
g Kesimpulan Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar
Rumah Sakit dr Kariadi
Tempat usaha tidak terdapatnya tempat yang dikhususkan untuk PKL pemerintah
memfasilitasinya dengan memperbolehkan menempati ruang-ruang publik seperti
trotoar badan atau bahu jalan serta di atas saluran drainase melalui Perda no 11 tahun
2000 Namun hal ini dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan
serta visual kawasan dan tidak optimalnya ruang publik tersebut Mayoritas PKL di
kawasan tersebut telah mengantongi izin tempat usaha dari kelurahan selaku pihak
berwenang
Jenis barang dagangan karakteristik jenis barang dagangan PKL pada umumnya
mengikuti kebutuhan kegiatan utama yaitu aktivitas Rumah Sakit dr Kariadi dan
sekitarnya seperti fasilitas pendidikan perkantoran perdagangan informal
permukiman dan pemakaman Jenis barang dagangan yang mayoritas diperdagangkan
berupa makanan Jenis barang dagangan yang diperdagangkan adalah non makanan
buah-buahan jasa pelayanan serta kelontong Terkait dengan kegiatan utama terdapat
beberapa jeni barang dagangan yang spesifik seperti termos tikar kipas guna
memenuhi kebutuha penunggu pasien
Sarana fisik dagangan mayoritas berupa kios yang dibangun permanen serta
gerobak tenda Menggunakan kios dikarenakan lokasinya yang telah dilegalkan untuk
aktivitas PKL serta terkait pola layanan yang menetap serta pada waktu berdagang
yang tetap Sedangkan gerobak tenda banyak digunakan oleh pedagang makanan
dimana tendanya digunakan sebagai tempat untuk konsumen Untuk bangunan
permanen diantaranya digunakan sebagai tempat tinggal Ketidakketergantungan
PKL terhadap prasarana penunjang sehingga PKL tidak mempertimbangkan aspek
tersebut karena mereka dapat mengusahakan sendiri
Pola pelayanan dari segi waktunya mengikuti waktu aktivitas kegiatan utama yaitu
pagi hingga sore hari sekitar pukul 0900 ndash 1600 serta telah mendapat izin tempat
usaha dari pihak berwenang namun terdapat pula PKL yang beraktivitas sore hingga
malam hari yaitu pukul 1600 ndash 0000 serta sepanjang hari Sifat layanannya menetap
mengingat mayoritas bersarana fisik dagangan berupa kios serta waktu berdagang
yang relatif tetap
Pola penyebaran mayoritas secara linier yaitu mengikuti pola jalan karena lokasi
yang dilegalkan untuk PKL oleh pemerintah menempati ruang-ruang publik seperti
trotoar di atas saluran drainase dan bahu jalan yang notabene mengikuti pola jalan
41
Selain itu terdapat sebagian beraglomerasi di sekitar pintu masuk rumah sakit yang
bertujuan untuk mendekati konsumen dan sisanya menyebar agar mengurangi
saingan
ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun
menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan
Samanhudi dengan kawasan PKL lain
ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL
ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun
dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja
namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang
namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan
ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa
jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan
harga antara pedagang formal dan PKL
ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan
pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak
penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi
antar pihak
ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai
dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan
perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang
informal
ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan
persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL
ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan
dalih keamanan
ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan
pejalan kaki dan pengendara kendaraan
ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki
ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL
ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan
ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa
harus saling menumpuk
41
ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak
Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini menjadi
jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen
41
Pengelolaan PKL
Pengelolaan PKL di Bundaran
Simpang Lima
Lima Semarang
Pengelolaan PKL di
Kabupaten Jember
Pengelolaan PKL di Kawasan Sekitar Rumah
Sakit dr Kariadi Semarang
Mengakui keberadaan PKL dengan
menuangkannya di dalam produk-
produk tata ruang
Penegakan peraturan
perundagangan yang terkait
dengan PKL
Menjalin kerjasama dengan sektor
formal dalam menyediakan ruang
bagi PKL
Menyediakan ruang perkotaan
yang dikhususkan bagi sektor
informal
Peningkatan citra PKL
Pengakuan terhadap eksistensi PKL
Control terhadap dana bantuan
Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo
Penindakan tegas kepada oknum yang
melakukan perampasan hak pada PKL
dengan dalih keamanan
Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk
menampung aktivitas PKL dan pejalan
kaki
Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan
jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir yang tepat
Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal
Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan
jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir
Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL
dan konsumen yang aman dari gangguan
pejalan kaki dan pengendara kendaraan
41
36 Temuan Studi
Temuan studi ini dimana akan menjawab sasaran yang disesuaikan dari contoh kasus yang ada di Indonesia Berikut adalah tabel matrik temuan
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
Mengetahui
permasalahan
PKL di jalur
pejalan kaki
Keberadaan sektor PKL yang menempati ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima memakai separuh lebih lebar trotoar bahkan seringkali tidak menyisakan sedikit pun ruang untuk pejalan kaki Ruang-ruang trotoar menjadi tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya sebagai ruang pemisah antara ruang yang digunakan untuk sirkulasi pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan Ruang-ruang trotoar tersebut banyak yang beralih fungsi menjadi lokasi berdagang PKL
Peralihan fungsi trotoar ini menyebabkan terganggunya aktivitas pejalan kaki sehingga pejalan terpaksa harus menggunakan jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk berjalan guna menghindari berbagai hambatan di atas trotoar Hal ini menyebabkan pejalan kaki terpaksa harus berhati-hati jika melangkah terkadang juga harus mengalah berjalan pada ruang-ruang jalur lambat dan sebagian badan jalan Kondisi ini sangat tidak aman dan
Masalah yang utama itu dari setiap
pedagang kaki lima di Jalur Pejalan Kaki
di Jalan Samanhudi Jember yaitu
Penggusuran Para PKL liar yang tidak
memiliki TDU(Tanda Daftar Usaha)
mereka biasanya akan di gusur dengan
peringatan yang di berikan sampai di
laksanakan penggusuran paksa padahal
Pedagang kaki lima merupakan salah satu
solusi akan masalah tingginya angka
pengangguran dan sedikitnya lapangan
kerja bagi masyarakat berpendidikan
rendah seperti mereka Pemerintah dalam
hal ini tidak dapat menyediakan lahan
pengganti bagi mereka untuk melanjutkan
usaha mereka jika pun ada pemerintah
menyediakan lahan-lahan yang letaknya
kurang strategis yang secara pasti
menurunkan dan mematikan pendapatan
yang mereka dapatkan dan akhirnya
Legalitas lokasi aktivitas
PKL yang biasanya ditempatkan
di dalam ruang publik seperti di
atas trotoar di atas saluran
drainase taman dan ruang publik
lainnya patut dipertanyakan
karena ketidakberdayaannya
peraturan tersebut dalam
menangani PKL Sebagai contoh
di sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi legalitas lokasi untuk
aktivitas PKL yang linier di
sepanjang jalan yang bertempat di
atas drainase Dalam aspek
apapun hal tersebut tidak dapat
dilegalkan terlebih tidak ada
penjelasan mengenai luasan atau
desain yang diperbolehkan PKL
untuk menggelar dasaran pada
dimensi saluran drainase yang
PKL yang menempati
ruang-ruang trotoar
menyebabkan
terganggunya aktivitas
pejalan kaki
Pemerintah tidak dapat
menyediakan lahan
pengganti
Legalitas lokasi aktivitas
PKL yang biasanya
ditempatkan di dalam
ruang publik seperti di atas
trotoar di atas saluran
drainase taman dan ruang
publik patut
dipertanyakan
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
nyaman bagi pejalan kaki ataupun bagi pengendara kendaraan bermotor karena mengganggu arus lalu lintas dan membahayakan keselamatan jiwa mereka hal seperti ini dapat kita lihat di depan dan di samping Masjid Baiturrahman di depan Citraland Mall di depan dan di samping Plasa Simpang Lima di depan dan di samping Kompleks Pertokoan Simpang Lima di depan dan di samping Ramayana Super Center di depan dan di samping SMKN 7 SemarangKantor Telkom dan di depan Gajahmada Plaza
Pemilihan lokasi PKL dipengaruhi oleh kecenderungan aktivitas PKL yang selalu menentukan lokasi mendekati pusat-pusat keramaian atau pusat-pusat perdagangan dan jasa dan lokasi-lokasi yang sering dikunjungi oleh orang banyak dalam kurun waktu tertentu secara periodik dan menerus Alasan inilah yang kemudian mendasari penentuan lokasi PKL Kawasan Bundaran Simpang Lima untuk berjualan di trotoar karena ruang-ruang jalur pedestrian inilah yang
mereka harus gulung tikar dan menjadi
pengangguran yang semakin menambah
permasalahan di Indonesia Pemerintah
harus mencari cara dan tempat yang baik
untuk mereka berdagang ditengah modal
mereka yang kecil agar di sisi lain semua
para pedagang kaki lima tidak hilang
lapangan kerjanya dan bias melanjutkan
kelangsungan hidupnya
ada Selain itu PKL juga
menempati trotoar yang
mengakibatkan bertambahnya
permasalahan yang terdapat di
lokasi tersebut Imbas secara
langsung dirasakan oleh
pengguna trotoar yaitu pedestrian
ketidaknyamanan bahkan tidak
adanya lagi ruang untuk berjalan
di atas trotoar acapkali menjadi
konsekuensi pedestrian yang
trotoarnya diserobot PKL
Aglomerasi aktivitas PKL yang
berlokasi di sekitar pintu masuk
pengunjung Rumah Sakit dr
Kariadi menyebabkan
penumpukan aktivitas seperti
aktivitas keluar masuk
pengunjung aktivitas jual beli
antara PKL dengan konsumen
lalu lintas kendaraan yang sedang
melewati Jalan dr Kariadi serta
angkutan umum yang sedang
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
dianggap sebagai lokasi yang ramai dikunjungi oleh pejalan kaki yang melakukan pergerakan dalam mencapai tempat tujuan perjalanannya Begitu juga dengan ruang Lapangan Pancasila karena selalu ramai dikunjungi pada hari-hari libur dengan rata-rata pengunjung mencapai 51 ndash 100 oranghari dikarenakan kedudukannya sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya
berhenti mencari penumpang
Sekali lagi permasalahan tersebut
disikapi oleh pemerintah dengan
penertiban dan penggusuran yang
hampir tidak pernah berakhir
manis
Mengetahui
peranan PKL
Kehadiran PKL di Kawasan
Bundaran Simpang Lima juga mampu
menciptakan kehidupan yang menerus
sehingga terhindar dari kematian
kawasan pada saat tertentu akan tetapi
di sisi lain kehadiran PKL
menyebabkan ketidakteraturan
kekumuhan dan kualitas fisik yang
buruk sehingga merusak wajah kota
Selain itu PKL yang berjualan di
Lapangan Pancasila pada malam hari
dengan kehidupan malam dan wanita-
wanita penghibur yang berdandan tebal
Tempat pedagang kaki lima bagi
Masyarakat dijalan Samanhudi Jember
sangat penting sebagai penyedia kebutuhan
yang dibutuhkan oleh Masyarakat Jember
Pedangan kaki lima sangat mempengaruhi
pola pasar dan sosial di Jember khususnya
didaerah Jalan Samanhudi Dalam bidang
perekonomian pedagang kaki lima hanya
berpengaruh sebagai produsen yang
penting bagi Masyarakat Jember
mengingat akan Meningkatnya jumlah
Penduduk Mereka cenderung lebih
memilih membeli pada pedagang kaki lima
Usaha PKL yang terus
berkembang pesat menarik PKL
untuk mempekerjakan karyawan
selain tenaga yang dibutuhkan
memang tidak bisa dikerjakan
sendiri terdapat pula pemilik
modal yang menyewa tempat
usaha namun dijadikan usaha
sampingan sehingga tidak
mengelola secara langsung
usahanya namun dengan
mempekerjakan karyawan PKL
yang statusnya sebagai karyawan
Pedangan kaki lima sangat
mempengaruhi pola pasar
dan sosial
harga yang PKL tawarkan
lebih murah dibandingkan
dengan harga di mall
grosir maupun indogrosir
sebagai salah satu
alternatif lapangan
pekerjaan bagi masyarakat
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
menciptakan kesan negatif dan
memperburuk citra kawasan
daripada membeli di supermarket yang
sudah merajalela di kota Jember pada saat
ini mall atau grosir maupun indogrosir
yang banyak tersebar di kota Jember
dikarenakan harga yang mereka tawarkan
lebih murah
sebanyak 10 dimana karyawan
tersebut memanfaatkan PKL
sebagai lapangan pekerjaan
Sehingga bekerja sebagai
karyawan PKL dapat dikatakan
sebagai salah satu alternatif
lapangan pekerjaan bagi
masyarakat
Mengetahui
pola aktivitas
PKL dijalur
pejalan kaki
Aktivitas PKL sendiri
memiliki kecenderungan untuk
menempati ruang ruang antar aktivitas
yang selalu ramai dilewatidikunjungi
oleh banyak orang dalam melakukan
pergerakan perpindahan dari aktivitas
satu ke aktivitas yang lain atau dari
bangunan perdagangan modern satu ke
bangunan perdagangan modern yang
lain secara periodik dalam rentang
waktu tertentu sehingga kemudian
pilihan ini jatuh kepada jalur-jalur
pedestrian yang notabene merupakan
ruang-ruang terbuka publik yang
PKL berdagang dengan menempati
tempat yang tetap dan tidak berpindah-
pindah
Modal dan aset sebagian besar adalah
milik sendiri
Berdagang di Samanhudi merupakan
usaha utama
Alat peraga PKL pada kawasan ini
dapat dibedakan menjadi
ndashAlat peraga semi permanen dari kayu
dan tenda yang bersifat menetap
ndashAlat peraga dengan bangku meja dan
tenda sekaligus sebagai tempat tinggal
ndashAlat peraga beroda namun menetap
Pola Aktivitas pelayanan PKL di
kawasan sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi pada umumnya melayani
pengunjung rumah sakit namun
tidak menutup kemungkinan
konsumennya adalah pengendara
atau orang yang sedang melintasi
jalan tersebut tanpa bermaksud
untuk masuk ke rumah sakit
Selain itu konsumen
yang berasal dari sekitar lokasi
PKL seperti penduduk
permukiman di sekitarnya
pekerja yang bekerja di sektor
Aktivitas PKL memiliki
kecenderungan untuk
menempati ruang ruang
antar aktivitas yang selalu
ramai dilewatidikunjungi
oleh banyak orang dalam
melakukan pergerakan
perpindahan dari aktivitas
satu ke aktivitas yang lain
atau dari bangunan
perdagangan modern satu
ke bangunan perdagangan
modern
Saat berjualan alat peraga
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
seyogyanya digunakan oleh pejalan
kaki Keberadaan ruang trotoar yang
semakin sempit oleh penggunaan ruang
PKL membuat pejalan kaki
menjatuhkan pilihan untuk melakukan
perjalanan pada ruang-ruang seperti
jalur lambat dan sebagian badan jalan
sehingga mengurangi keamanan jiwa
dan kenyamanan pejalan kaki sendiri
serta pengguna jalan yang lain
(pengendara)
Kegiatan-kegiatan yang
dilakukan oleh pejalan kaki pada
ruang-ruang jalur pedestrian atau
trotoar di Kawasan Bundaran Simpang
Lima adalah kegiatan berjalan dan
berbelanja Sebagian dari pejalan kaki
hanya berjalan melintasi trotoar untuk
menuju lokasi tujuannya akan tetapi
ada pula sebagian dari pejalan kaki
yang berjalan sambil melihat-lihat
bahkan ada yang berbelanja pada PKL
ndashAlat peraga beroda namun menetap
dengan bangku dan meja
ndashHanya berupa matras sebagai alas
dagangan yang dapat berpindah
sewaktu-waktu
Alat peraga yang dipakai untuk usaha
tidak seragam dan tidak menggunakan
desain yang baik sehingga terkesan
kumuh kurang bersih dan sangat
mengganggu wajah kota dan menutup
fasade bangunan di belakangnya
Saat berjualan alat peraga kios
sebagian besar menempati badan jalan
dan trotoar
Saat tidak berjualan alat peraga kios
sebagian besar tetap di lokasi jualan
lama berjualan di Samanhudi sebagian
besar antara 6 ndash10 tahun
Terbanyak dari pedagang belum
pernah bekerja di sektor lain dan dari
semula telah menjadi PKL di
Samanhudidi bandingkan denga harga
yang ada di mall Pedagang
lain sehingga tidak ada batasan
pasti mengenai pola pelayanan
para PKL tersebut
Waktu beraktivitas para
PKL umumnya terbagi menjadi
dua sesi PKL yang pertama
adalah pedagang yang aktivitas
berdagangnya pada pagi hingga
siang hari Pedagang yang kedua
merupakan pedagang yang
mempunyai waktu layanan pada
sore hingga malam hari Namun
tidak menutup kemungkinan
terdapat beberapa PKL yang
berdagang dari pagi hingga
malam hari bahkan buka nonstop
mengingat rumah sakit
beraktivitas selama sehari penuh
sehingga mereka mengikuti
aktivitas sektor formal yang ada
di sekitarnya
Waktu berdagang
tersebut juga disesuaikan dengan
kios sebagian besar
menempati badan jalan
dan trotoar
Waktu beraktivitas para
PKL umumnya terbagi
menjadi dua sesi PKL
yang pertama adalah
pedagang yang aktivitas
berdagangnya pada pagi
hingga siang hari
Pedagang yang kedua
merupakan pedagang yang
mempunyai waktu layanan
pada sore hingga malam
hari Namun tidak
menutup kemungkinan
terdapat beberapa PKL
yang berdagang dari pagi
hingga malam hari bahkan
buka nonstop
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
izin usaha yang diberlakukan oleh
petugas kelurahan sebagai pihak
yang berwenang menangani PKL
Untuk lokasi yang dilarang untuk
PKL oleh PKL tetap digunakan
sebagai lokasi untuk berdagang
dengan waktu berdagang setelah
jam kerja yaitu sore hingga
malam hari
Mengetahui
Pengelolaan
PKL di jalur
pejalan kaki
dalam perkembangannya
pemerintah mengeluarkan SK
Walikota Kota Semarang No 511316
tahun 2001 tentang Penetapan Lahan
yang mengatur tentang lokasi-lokasi
dan waktu aktivitas PKL yang
diperbolehkan oleh pemerintah pada
Kawasan Bundaran Simpang Lima
agar tetap terjaga kerapihan dan
estetikakeindahan wajah kawasannya
yaitu PKL yang berjualan di depan
Kompleks Pertokoan Simpang Lima
depan Ramayana SC depan Kantor
Adanya pengakuan resmi dari
pemerintah terhadap PKL Samanhudi
sebagai salah satu sector ekonomi di
kawasan studi melalui surat keputusan
resmi Surat keputusan ini sekaligus
mengatur hak kewajiban dan
tanggung jawab PKL sebagai
kompensasi perubahan status yang
telah diberikan oleh pemerintah
Pedagang kaki lima perlu untuk
mendapatkan pembinaan dari
pemerintah Kabupaten Jember untuk
meningkatkan kemampuan wirausaha
Pemerintah Kota Semarang
berwenang dalam mengatur
keberadaan PKL di ruang Kota
Semarang seperti yang terdapat di
kawasan sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi dengan bentuk
pengelolaan lokasional (stabilitas
atau pengaturan) dan struktural
(perijinan) Dalam pengaturan
tersebut Pemerintah Kota
Semarang menggunakan dasar
hukum berupa Undang-Undang
Peraturan Pemerintah Peraturan
mengatur tentang lokasi-
lokasi dan waktu aktivitas
PKL yang diperbolehkan
oleh pemerintah agar tetap
terjaga kerapihan dan
estetikakeindahan wajah
kawasannya
Pedagang kaki lima perlu
untuk mendapatkan
pembinaan
Pedestrian dirancang ulang
dengan dilebarkan hingga
area parkiran street
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
TelkomSMKN 7 Semarang depan
Gajahmada Plaza dan depan Masjid
Baiturrahman boleh berjualan dari
pukul 1600 ndash 0400 WIB (khusus pada
Hari Minggu PKL diijinkan untuk
berjualan mulai pukul 0600 ndash 0800
WIB) menempati ruang trotoar dengan
luas areal 4 x 6 meter
Sampai dengan tahun 2008
PKL di Kawasan Bundaran Simpang
Lima mencapai 1536 pedagang dan
ada kecenderungan akan terus
meningkat dari tahun ke tahun (lihat
Tabel III4) Kecenderungan lokasi
PKL pada masa-masa yang akan
datang mengikuti kecenderungan dari
perkembangan aktivitas formal
kawasan yang ada demikian juga
kecenderungan waktu berdagangnya
Melihat kecenderungan aktivitas PKL
kawasan maka SK Walikota Kota
Semarang No 511316 tahun 2001
sudah tidak relevan lagi dan perlu
dan peningkatan kualitas barang
dagang dan pelayanan terhadap
pembeli konsumen sehingga bias
meningkatkan pendapatan dan
aktivitas pedagang kaki lima dapat
member nilai tambah serta dapat
memberkan peluang kerja yang dapat
mengurangi tingkat pengangguran di
Kabupaten Jember Bentuk pembinaan
berupa penyuluhan yang diberikan
berkala secara rutin Program
pembinaan diadakan oleh pemerintah
Paguyuban Samanhudi merupakan
Kelembagaan yang memiliki
kewenangan atau keterikatan dengan
pengelolaan dan pembinaan Pedagang
Kaki Lima KoridorJalan
SamanhudiPaguyuban ini
beranggotakan wakil PKL wakil
pedagang formal wakil pemerintah
dari dinas Kebersihan dan
Pertamanan Dinas Polisi Pamong
Praja Dinas Pariwisata Dinas
Daerah dan Surat Keputusan
Walikota Adapun dasar hukum
yang mengatur secara jelas
mengenai aktivitas PKL di Kota
Semarang yang berlaku saat ini
diantaranya adalah sebagai
berikut
1048707 Peraturan Daerah No 11 Tahun
2000 tentang Pengaturan dan
Pembinaan PKL Perda ini
menjelaskan tentang pengaturan
dan pembinaan PKL di Kota
Semarang seperti pengaturan
tempat usaha hak kewajiban dan
larangan untuk PKL Dalam
kaitannya dengan karakteristik
berlokasi aktivitas PKL
dijelaskan dalam Perda ini yang
terdapat dalam pasal 3 yaitu
penempatan lokasi kegiatan PKL
diatur dengan mempertimbangkan
tempat kepentingan untuk umum
lainnya seperti kepentingan untuk
sehingga jalur aktif
kendaraan tidak
mengalami penyempitan
mengatur keberadaan PKL
di ruang Kota dengan
bentuk pengelolaan
lokasional (stabilitas atau
pengaturan) dan struktural
(perijinan)
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
ditinjau kembali sesuai dengan
kecenderungan dan kebutuhan yang
ada di lapangan
Pendapatan dan Dinas LPMK
Kabupaten Jemberserta pihak
penengah selaku penasehat dan pihak
netral yang diwakili oleh pakar PKL
dari universitas tokoh masyarakat dan
pakar PKL lainnya
Penerapan tema khusus pada penataan
PKL kawasan studi agar mempunyai
cirri khas dan dapat mengangkat citra
kawasan dan meningkatkan daya tarik
kawasan Contoh produk khas
jember yang dapat diangkat sebagai
tema adalah tembakau rookk dan
cerutu mengingat Jember sebagai
penghasil tembakau terbesar di Jawa
Kegiatan khas Jember yang dapat
diangkat sebagai tema yaitu Jember
Fashion Carnaval Penerapan tema
dapat diaplikasikan pada sarana usaha
PKL finishing pedestrian perabot
kota dan elemen pendukung lainnya
Pedestrian dirancang ulang dengan
pejalan dan untuk sirkulasi
kendaraan Untuk lebih jelas
mengenai detail isi perda tersebut
dapat dilihat pada Lampiran F
1048707 Surat Keputusan Walikota
Semarang No 51136 Tahun
2001 tentang lokasi PKL di Kota
Semarang dimana di dalamnya
diantaranya mengatur luas area
batas pemakaian area waktu
aktivitas dan tempat aktivitas
PKL Ruas kanan Jalan dr
Kariadi dari arah Jalan Veteran
merupakan lokasi yang
diperbolehkan untuk aktivitas
PKL Lokasi tersebut menempati
trotoar serta bangunan berupa
semi permanen Untuk lebih jelas
mengenai detail isi SK tersebut
dapat dilihat pada Lampiran F
1048707 Perda No 6 Tahun 2004
tentang Rencana Detail Tata
Ruang Kota Semarang Bagian
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
dilebarkan hingga area parkiran street
sehingga jalur aktif kendaraan tidak
mengalami penyempitan Diberikan
perbedaan yang tegas antara ruang
PKL dan ruang pejalan kaki dan jalur
kendaraan berupa perbedaan tinggi
lantaiSehingga dikemudian hari kios
PKL tidak melebar ke segala sisi
Wilayah Kota (BWK) I
(Kecamatan Semarang Tengah
Semarang Timur dan Semarang
Selatan Tahun 2000-2010 Perda
tersebut menjelaskan mengenai
fungsi serta peran BWK I yang
terkait dengan sektor formal di
wilayah tersebut yaitu penjelasan
mengenai fasilitas kesehatan yang
berada khususnya di Kelurahan
Randusari Selain itu dijelaskan
pula kelas Jalan dr Kariadi Jalan
dr Soetomo dan Jalan Veteran
serta jalur transportasi yang
melaluinya
41
Program pembinaan memberikan keuntungan kepada PKL dan pemerintah PKL
mendapatkan peningkatan kemampuan dan pemerintah mendapat sarana sosialisasi
Pemberian bantuan modal ini tidak ditujukan kepada semua pedagang kaki lima tetapi
diberikan kepada beberapa pelaku usaha yang memiliki potensi dan criteria yang telah
ditentukan
Pemerintah dalam memberikan bantuan modal ini juga harus bekerja sama dengan
instansi-isntansi lain yang terkait
Pemberian modal dari pihak swasta sangat disarankan
Konsep ini memberikan keuntungan kepada pihak PKL berupa bantuan modal dengan
bunga ringan keuntungan laba pinjaman kepada pemberi modal dan bila pihak swasta
terlibat mendapatkan keuntungan berupa kesempatan untuk periklanan
E Konsep Kelembagaan Paguyuban Samanhudi
Paguyuban Samanhudi merupakan Kelembagaan yang memiliki kewenangan atau
keterikatan dengan pengelolaan dan pembinaan Pedagang Kaki Lima KoridorJalan
SamanhudiPaguyuban ini beranggotakan wakil PKL wakil pedagang formal wakil
pemerintah dari dinas Kebersihan dan Pertamanan Dinas Polisi Pamong Praja Dinas
Pariwisata Dinas Pendapatan dan Dinas LPMK Kabupaten Jemberserta pihak penengah
selaku penasehat dan pihak netral yang diwakili oleh pakar PKL dari universitas tokoh
masyarakat dan pakar PKL lainnya
Peran Paguyuban ini adalah sebagai forum diskusi dari semua pihak untuk menampung
aspirasi dan menetralisasi konflik yang terjadi sehingga setiap aspek dikoridor jalan
Samanhudi dapat melakukan koordinasi dan semua aspirasi dari semua pihak dapat
tersampaikan Fungsi paguyuban juga sebagai sarana mengikutsertakan semua pihak
terkait dalam membuat rancangan peraturan dan sosialisasi peraturan yang telah
ditetapkan pemerintah mengenai PKL kepada semua pihak terkait
Paguyuban juga berfungsi sebagai pihak pengawas bekerja sama dengan pihak kepolisian
dan pamong praja untuk mengawasi segala pelanggaran yang dilakukan oleh semua pihak
terkait Penerapan sangsi harus tegas dan diawasi oleh paguyuban sehingga tidak terjadi
rsquopenyelesaiandamairsquo dari pihak pelanggar dana para penegak peraturan
Paguyuban memberikan keuntungan kepada PKL pedagang formal pemerintah dan
masyarakat berupa kesempatan untuk menyalurkan aspirasi
41
353 Kajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit Kariyadi
Semarang
3531 Analisis Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar
Rumah Sakit dr Kariadi
Analisis karakteristik aktivitas PKL menggunakan metode deskriptif kuantitaif
dan distribusi frekuensi Analisis ini nantinya menunjang untuk analisis selanjutnya
yaitu analisis karakteristik berlokasi PKL Analisis ini meliputi lokasi aktivitas PKL
tempat usaha PKL jenis barang dagangan sarana fisik berdagang pola layanan pola
penyebaran serta status kepemilikan usaha Uraian dari masing-masing analisis
tersebu dipaparkan sebagai berikut
a Lokasi Beraktivitas
Sesuai dengan ruang lingkup spasial dari penelitian ini lokasi yang digunakan
PKL untuk memanfaatkan aktivitas kegiatan utama Rumah Sakit dr Kariadi adalah di
sepanjang penggal Jalan dr Kariadi sebagian Jalan Veteran dan sebagian Jalan dr
Soetomo Mereka berlokasi di penggalpenggal jalan tersebut dikarenakan jalan
tersebut merupakan batas dari kawasan fasilitas kesehatan dan merupakan jalan arteri
sekunder kolektor sekunder dan lokal sekunder yang ramai orang berlalu lalang
lintas kendaraan serta dilewati jalur angkutan umum Kondisi tersebut ditangkap oleh
PKL sebagai peluang untuk mendapatkan konsumen dengan memanfaatkan tingkat
kunjungan yang tinggi dari aktivitas kegiatan utama serta orang yang lalu lalang yang
melintas di penggal jalan-jalan tersebut Untuk lebih jelas mengenai lokasi PKL dapat
dilihat pada Gambar berikut
41
Gambar 33
Lokasi Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Pada lokasi tersebut terbagi menjadi spot-spot yang menjadi lokasi PKl
berdasarkan penggal jalan yang telah disebutkan sebelumnya yaitu Jalan dr Kariadi
Jalan Veteran dan Jalan dr Soetomo Spot-spot tersebut memiliki karakteristik
masing-masing baik dari sisi aktivitas dan ruang usaha PKL maupun dari karakteristik
berlokasinya Di penggal Jalan dr Kariadi terdapat beberapa bagian yang merupakan
lokasi larangan untuk PKL lokasi yang diperbolehkan untuk menggelar dagangan
PKL serta PKL binaan kelurahan yang dikenal dengan istilah PKL orange Pada Jalan
Veteran yang diminati oleh PKL berada di sisi selatan jalan Lokasi tersebut juga
diperbolehkan untuk berdagang PKL sebagai kompensasi penggantian lokasi
penggusuran PKL yang berasal dari Jalan dr Kariadi sisi barat Lokasi yang
seharusnya bersih dari PKL adalah Jalan dr Soetomo karena merupakan jalur merah
Namun lokasi ini tetap diminati untuk berlokasi PKL diantaranya dikarenakan tidak
adanya lokasi lain serta lokasinya yang strategis Kestrategisan tersebut dilihat dari
status jalan yang merupakan jalan utama penghubung ke pusat-pusat aktivitas lainnya
serta akses ke pusat kota maupun ke luar kota sehingga frekuensi kendaraan yang lalu
lalang tinggi Selain itu lokasinya yang dekat dengan kegiatan utama yang ada di
sekitarnya seperti Rumah sakit dr Kariadi perkantoran ataupun permukiman Hal
tersebut dimanfaatkan PKL sebagai peluang mendapatkan konsumen
b Tempat Usaha
41
Lokasi yang diminati PKL tidak menyediakan tempat khusus untuk berdagang
PKL sehingga mereka menggunakan ruang-ruang publik untuk tempat usahanya
seperti di trotoar di atas saluran drainase bahu jalan dan badan jalan Dengan
difungsikannya ruang-ruang publik tersebut menjadi tempat berdagang bagi PKL
berakibat menurunnya fungsi ruang publik tersebut mengurangi citra kawasan serta
menurunnya kualitas lingkungan Oleh pemerintah kota ruang-ruang publik tersebut
dimanfaatkan untuk tempat usaha PKL karena diperlukan tempat usaha di lokasi
tersebut Hal ini sebagai upaya pemerintah untuk mewadahi aktivitas tersebut
Tempat-tempat tersebut dilegalkan menjadi tempat usaha yang diperuntukkan bagi
PKL sesuai dengan peraturan daerah nomor 11 tahun 2000 tentang PKL yang
notabene bertolak belakang dengan peraturan daerah lainnya yang mengatur tentang
ketertiban keindahan dan pertamanan Persentase PKL yang menempati ruang-ruang
publik dapat dilihat pada Gambar berikut ini
Gambar 34
Persentase Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Terdapat pula PKL yang tidak mendapat izin tempat usaha berdagang
khususnya PKLyang berlokasi di daerah larangan untuk PKL serta berdagang pada
waktu yang tidak diperbolehkan sehingga mereka tidak ditarik retribusi dan sewaktu-
waktu dapat ditertibkan oleh aparat penegak tata tertib Namun ketidaktertiban aparat
PKL yang tidak mendapat izin tersebut kadang-kadang juga dipungut retribusi yang
diistilahkan dengan uang keamanan namun frekuensinya tidak teratur PKL dalam
golongan ini jumlahnya minoritas jika dibandingkan dengan PKL yang mendapat izin
tempat usaha Berikut sketsa sebaran PKL menurut tempat usahanya yang dapat
dilihat pada Gambar
41
Gambar 35
Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
c Jenis Barang Dagangan
Dagangan mayoritas yang diperdagangkan oleh PKL di sekitar Rumah Sakit
dr Kariadi adalah jenis barang dagangan makanan seperti warung tegal bakso soto
es buah dan makanan kecil Jenis dagangan tersebut diminati karena PKL mencoba
menangkap aktivitas kegiatan utama yang banyak membutuhkan jenis barang
dagangan makanan
Jenis barang dagangan yang paling minoritas diperdagangkan adalah buah-
buahan Jenis dagangan inipun hanya dijumpai di penggal Jalan dr Kariadi karena di
penggal jalan tersebut terdapat pintu masuk pengunjung rumah sakit Jenis barang
dagangan ini biasanya digunakan sebagai cangkingan atau oleh-oleh untuk membesuk
pasien Namun jenis dagang ini kurang diminati pedagang dikarenakan barangnya
yang mudah busuk tidak mempunyai tempat penyimpanan khusus seperti kulkas
relatif mahal karena rata-rata buah impor serta konsumennya relatif sedikit
Kekurangminatan pedagang untuk menjual jenis dagangan ini dapat dilihat dari
sedikitnya jumlah PKL yang menjual dagangan ini
Jenis barang dagangan lain yang banyak diperdagangkan adalah kelontong
karena berjualan bermacam-macam jenis barang dari rokok makanan kecil air
kemasan bahkan sampai barang kebutuhan mereka yang beraktivitas di kegiatan
41
utama yaitu rumah sakit seperti untuk kebutuhan penunggu pasien yaitu tikar kipas
termos untuk air panas dan jenis barang lainnya
Jenis dagangan yang lain merupakan jenis barang dagangan yang umum
diperdagangkan atau jenis barang dagangannya hampir ada setiap ruas jalan-jalan
besar lokasi PKL lainnya di kota besar yang kebanyakan termasuk dalam jenis barang
dagangan non makanan dan jasa pelayanan seperti warung telekomunikasi bensin
tambal ban voucher pulsa fotocopy Untuk jasa pelayanan fotocopy yang banyak
tersebar di kawasan tersebut terkait dengan adanya kegiatan utama berupa fasilitas
pendidikan seperti Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro akademi
keperawatan dan farmasi sedangkan untuk jenis dagangan umum lainnya terkait
adanya permukiman di sekitar lokasi tersebut Namun ada barang dagangan yang khas
yaitu nisan karena lokasi sekitar Rumah sakit dr Kariadi terdapat tempat pemakaman
umum yang cukup besar yaitu TPU Bergota
Jenis dagangan yang dijual dapat dikatakan tidak semata hanya melayani
untuk aktivitas yang terkait dengan Rumah Sakit dr Kariadi namun juga melayani
terhadap aktivitas lainnya disekitar Rumah Sakit dr Kariadi seperti fasilitas
pendidikan permukiman pemakaman serta perkantoran bahkan aktivitas transportasi
seperti kebutuhan supir angkutan umum dan supir taxi Untuk lebih jelas mengenai
perbandingan jumlah PKL menurut jenis barang dagangan di masing-masing penggal
jalan dapat dilihat pada gambar berikut ini
Gambar 36
Karakteristik Jenis Barang Dagangan Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
41
d Sarana Fisik Berdagang
Masing-masing lokasi memiliki jenis sarana berdagang mayoritas yang
berbeda-beda Pada penggal Jalan dr Kariadi mayoritas PKL di penggal jalan tersebut
menggunakan kios sebagai sarana berdagangnya Kios-kios tersebut awalnya
merupakan warung semi permanen yang disekat-sekat Namun seiring dengan
perkembangan waktu dan adanya praktek sewa tempat usaha maka warung tersebut
dibangun permanen oleh pemiliknya bahkan diantaranya ada yang dilengkapi dengan
kamar mandi serta ruang tidur Hal tersebut dikarenakan sebagian kios juga dijadikan
sebagai tempat tinggal pemiliknya Asal pedagang yang dari luar Kota Semarang serta
biaya yang mengontrak relatif mahal sehingga menjadikan kiosnya sebagai sarana
usaha serta tempat tinggal sekaligus Sarana dagang tersebut telah menyimpang dari
peraturan daerah tentang PKL Latar belakang pendidikan PKL yang sebagian rendah
kemungkinan menjadi penyebab kurangnya pemahaman pedagang terhadap produk
hukum tersebut atau memang mengerti namun sengaja dilanggar karena tidak adanya
upaya pemerintah untuk menertibkan sarana berdagang yang telah melanggar
peraturan tersebut Selain itu ketidaktergantungan PKL terhadap ketersediaan
prasarana penunjang menjadikan PKL dalam beraktivitas tidak mempertimbangkan
aspek tersebut
Selain kios sarana dagangan yang banyak diminati adalah gerobak tenda yaitu
sarana dagangan utamanya gerobak yang ditunjang dengan tenda yang biasanya untuk
tempat makan konsumen Sarana dagang ini dianggap praktis karena mudah
dibongkar pasang serta dipindahkan Terlebih sarana dagang ini sesuai dengan
himbauan pemerintah dalam Perda No 11 tahun 2000 yaitu sarana PKL adalah yang
mudah untuk dibongkar serta dipindahkan
Lain halnya dengan PKL di penggal Jalan dr Soetomo mereka lebih banyak
menggunakan gerobak Hal tersebut dikarenakan lokasi tersebut merupakan lokasi
larangan untuk PKL tapi mereka tetap bertahan di lokasi tersebut dengan alasan tidak
tersedia tempat lain yang strategis untuk berjualan Dengan menggunakan gerobak
memudahkan mereka untuk lari atau berpindah tempat jika ada penertiban oleh aparat
penegak tata tertib
Di penggal Jalan Veteran sama halnya dengan sarana fisik yang digunakan
berdagang oleh PKL di penggal Jalan dr Kariadi Mereka mayoritas menggunakan
41
sarana berdagang berupa kios Mereka menggunakan sarana fisik dagangan kios
permanen yang dianggap aman karena memperoleh izin tempat usaha dari pihak
terkait untuk berdagang Namun sarana dagang yang dibuat permanen tersebut tidak
sesuai dengan perda tentang PKL yang mengharuskan sarana dagang pedagang kaki
lima yang mudah dibongkar dan dipindah-pindah
Sarana fisik dagangan yang kurang diminati adalah mobil Walaupun cukup
fleksibel untuk berpindah-pindah namun biaya untuk operasional sehari-hari cukup
mahal seperti bahan bakar perawatan mobil ataupun untuk pengadaan unit mobil itu
sendiri Hanya terdapat satu PKL yang menggunakan sarana dagangan ini yaitu
berada di penggal Jalan dr Kariadi Namun karena pada waktu penyebaran kuesioner
pedagang ini tidak berada di lokasi maka tidak masuk menjadi responden
e Pola Layanan
Untuk pola pelayanan terdapat tiga aspek yang dibahas yaitu mengenai waktu
layanan
aktivitas PKL serta sifat layanan Berikut uraian dari analisis pola pelayanan tersebut
1 Waktu Layanan
Sesuai waktu aktivitas kegiatan utama yang rata-rata pagi hingga sore hari
seperti fasilitas pendidikan perkantoran serta jam berkunjung dan pemeriksaan rumah
sakit maka mayoritas PKL membuka usahanya pada waktu tersebut yaitu sekitar
pukul 0900 hingga pukul 1600 Namun khusus yang berada di penggal Jalan dr
Kariadi yaitu di sekitar pintu masuk dan lokasi larangan untuk PKL hanya
diperbolehkan untuk berjualan pada sore hingga malam hari yaitu biasanya mereka
membuka usahanya sekitar pukul 1600 hingga 0000 Terdapat beberapa PKL yang
waktu usahanya menyesuaikan dengan waktu pelayanan rumah sakit yang buka 24
jam atau sepanjang hari Hal tersebut dilakukan menangkap peluang menjajakan
barang dagangan untuk kebutuhan aktivis rumah sakit seperti penunggu pasien
pengunjung atau petugas piket atau jaga serta tidak menutup kemungkinan pembeli
dari pengendara yang lalu lalang atau supir transportasi umum
Hal tersebut juga berlaku di penggal jalan yang lain dimana mayoritas
membuka usahanya pada pagi hingga sore hari Hanya minoritas yang membuka
usaha pada sore hingga malam hari serta sepanjang hari Faktor lain yang dapat
mempengaruhi waktu aktivitas PKL selain menyesuaikan waktu aktivitas kegiatan
utama adalah kepemilikan usaha yang merupakan milik pribadi sehingga mereka
membuka usahanya sesuai keinginan mereka
41
Terdapat pula fenomena satu lokasi ditempati oleh dua PKL dengan waktu
layanan yang berbeda PKL yang beraktivitas pada pagi hingga sore mencoba
menagkap peluang dari kunjungan ke kegiatan utama seperti rumah sakit fasilitas
pendidikan perkantoran serta perdagangan informal dan tidak menutup orang yang
lalu lalang melewati jalan-jalan tersebut Lokasi yang dianggap strategis serta
berprospektif tersebut digunakan oleh PKL lain untuk berjualan di tempat yang sama
Hal tersebut dimanfaatkan PKL untuk menangkap peluang dari kegiatan rumah sakit
serta orang yang lalu lalang Selain itu juga menangkap konsumen dari penumpang
bus malam yang melewati Jalan dr Soetomo dimana di jalur tersebut terdapat halte
serta konsumen dari supir angkutan umum yang sedang istirahat sejenak Berikut
pemetaan PKL menurut waktu berdagangnya
Gambar 37Peta Sebaran Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Menurut Waktu Layanan
2 Sifat Layanan
Dari gambar di bawah ini dapat disimpulkan bahwa mayoritas PKL di sekitar
Rumah Sakit dr Kariadi memiliki sifat layanan menetap baik dari segi tempat
berdagangnya yang tetap serta waktu berdagangnya yang sama setiap harinya hal ini
nampak pada sarana fisik dagangan para PKL tersebut yang berupa kios yang
memang tidak bisa dipindah-pindah atau permanen Hanya 13 yang memiliki sifat
layanan semi menetap Berikut persentase PKL menurut sifat layanannya
41
Gambar 38Persentase Sifat Layanan Pedagang Kaki LimaDi Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Sifat layanan semi menetap biasanya PKL yang tempat usahanya yang
merupakan gabungan antara menetap dengan keliling yaitu pada awal waktu
berdagang pada lokasi yang sama tiap harinya namun jika belum habis dagangannya
mereka berkeliling serta jam berdagang yang tidak tetap tiap harinya terkadang hanya
sampai siang karena dagangannya habis Sisanya yang 2 berjualan secara
berkeliling yang diantaranya bertujuan untuk mendekati konsumen serta
memanfaatkan waktu-waktu puncak kegiatan utama rumah sakit seperti waktu
kunjungan menjenguk pasien
f Pola Penyebaran
Pola penyebaran PKL mayoritas mengikuti pola jalan yang ada yaitu linier
Mereka berjualan di bahu-bahu jalan bahkan ada yang berada di atas saluran drainase
Selain itu pola penyebaran tersebut terbentuk karena lokasi yang diperbolehkan untuk
PKL menempati trotoar trotoar sepanjang jalan yang secara otomatis membentuk
linier Alasan lainnya yang diungkapkan oleh pedagang adalah agar dagangannya
mudah dilihat oleh orang yang lalu lalang Namun terdapat beberapa PKL yang
berjualan secara aglomerasi dengan PKL yang berjualannya bergerombol di dekat
pintu masuk pengunjung Rumah Sakit dr Kariadi seperti yang dapat dijumpai di Jalan
dr Kariadi yaitu bergerombol di sekitar pintu masuk pengunjung rumah sakit serta di
Jalan dr Soetomo yang bergerombol di dekat pintu masuk UGD dan pintu masuk ke
Gedung Pavilliun Garuda Hal tersebut dimaksudkan untuk mendekati pengunjung
yang akan masuk ke rumah sakit Hanya sebagian kecil saja yang lokasinya berjauhan
dengan PKL lainnya atau menyebar untuk mengurangi persaingan dengan PKL
lainnya
41
g Kesimpulan Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar
Rumah Sakit dr Kariadi
Tempat usaha tidak terdapatnya tempat yang dikhususkan untuk PKL pemerintah
memfasilitasinya dengan memperbolehkan menempati ruang-ruang publik seperti
trotoar badan atau bahu jalan serta di atas saluran drainase melalui Perda no 11 tahun
2000 Namun hal ini dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan
serta visual kawasan dan tidak optimalnya ruang publik tersebut Mayoritas PKL di
kawasan tersebut telah mengantongi izin tempat usaha dari kelurahan selaku pihak
berwenang
Jenis barang dagangan karakteristik jenis barang dagangan PKL pada umumnya
mengikuti kebutuhan kegiatan utama yaitu aktivitas Rumah Sakit dr Kariadi dan
sekitarnya seperti fasilitas pendidikan perkantoran perdagangan informal
permukiman dan pemakaman Jenis barang dagangan yang mayoritas diperdagangkan
berupa makanan Jenis barang dagangan yang diperdagangkan adalah non makanan
buah-buahan jasa pelayanan serta kelontong Terkait dengan kegiatan utama terdapat
beberapa jeni barang dagangan yang spesifik seperti termos tikar kipas guna
memenuhi kebutuha penunggu pasien
Sarana fisik dagangan mayoritas berupa kios yang dibangun permanen serta
gerobak tenda Menggunakan kios dikarenakan lokasinya yang telah dilegalkan untuk
aktivitas PKL serta terkait pola layanan yang menetap serta pada waktu berdagang
yang tetap Sedangkan gerobak tenda banyak digunakan oleh pedagang makanan
dimana tendanya digunakan sebagai tempat untuk konsumen Untuk bangunan
permanen diantaranya digunakan sebagai tempat tinggal Ketidakketergantungan
PKL terhadap prasarana penunjang sehingga PKL tidak mempertimbangkan aspek
tersebut karena mereka dapat mengusahakan sendiri
Pola pelayanan dari segi waktunya mengikuti waktu aktivitas kegiatan utama yaitu
pagi hingga sore hari sekitar pukul 0900 ndash 1600 serta telah mendapat izin tempat
usaha dari pihak berwenang namun terdapat pula PKL yang beraktivitas sore hingga
malam hari yaitu pukul 1600 ndash 0000 serta sepanjang hari Sifat layanannya menetap
mengingat mayoritas bersarana fisik dagangan berupa kios serta waktu berdagang
yang relatif tetap
Pola penyebaran mayoritas secara linier yaitu mengikuti pola jalan karena lokasi
yang dilegalkan untuk PKL oleh pemerintah menempati ruang-ruang publik seperti
trotoar di atas saluran drainase dan bahu jalan yang notabene mengikuti pola jalan
41
Selain itu terdapat sebagian beraglomerasi di sekitar pintu masuk rumah sakit yang
bertujuan untuk mendekati konsumen dan sisanya menyebar agar mengurangi
saingan
ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun
menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan
Samanhudi dengan kawasan PKL lain
ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL
ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun
dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja
namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang
namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan
ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa
jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan
harga antara pedagang formal dan PKL
ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan
pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak
penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi
antar pihak
ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai
dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan
perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang
informal
ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan
persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL
ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan
dalih keamanan
ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan
pejalan kaki dan pengendara kendaraan
ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki
ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL
ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan
ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa
harus saling menumpuk
41
ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak
Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini menjadi
jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen
41
Pengelolaan PKL
Pengelolaan PKL di Bundaran
Simpang Lima
Lima Semarang
Pengelolaan PKL di
Kabupaten Jember
Pengelolaan PKL di Kawasan Sekitar Rumah
Sakit dr Kariadi Semarang
Mengakui keberadaan PKL dengan
menuangkannya di dalam produk-
produk tata ruang
Penegakan peraturan
perundagangan yang terkait
dengan PKL
Menjalin kerjasama dengan sektor
formal dalam menyediakan ruang
bagi PKL
Menyediakan ruang perkotaan
yang dikhususkan bagi sektor
informal
Peningkatan citra PKL
Pengakuan terhadap eksistensi PKL
Control terhadap dana bantuan
Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo
Penindakan tegas kepada oknum yang
melakukan perampasan hak pada PKL
dengan dalih keamanan
Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk
menampung aktivitas PKL dan pejalan
kaki
Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan
jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir yang tepat
Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal
Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan
jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir
Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL
dan konsumen yang aman dari gangguan
pejalan kaki dan pengendara kendaraan
41
36 Temuan Studi
Temuan studi ini dimana akan menjawab sasaran yang disesuaikan dari contoh kasus yang ada di Indonesia Berikut adalah tabel matrik temuan
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
Mengetahui
permasalahan
PKL di jalur
pejalan kaki
Keberadaan sektor PKL yang menempati ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima memakai separuh lebih lebar trotoar bahkan seringkali tidak menyisakan sedikit pun ruang untuk pejalan kaki Ruang-ruang trotoar menjadi tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya sebagai ruang pemisah antara ruang yang digunakan untuk sirkulasi pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan Ruang-ruang trotoar tersebut banyak yang beralih fungsi menjadi lokasi berdagang PKL
Peralihan fungsi trotoar ini menyebabkan terganggunya aktivitas pejalan kaki sehingga pejalan terpaksa harus menggunakan jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk berjalan guna menghindari berbagai hambatan di atas trotoar Hal ini menyebabkan pejalan kaki terpaksa harus berhati-hati jika melangkah terkadang juga harus mengalah berjalan pada ruang-ruang jalur lambat dan sebagian badan jalan Kondisi ini sangat tidak aman dan
Masalah yang utama itu dari setiap
pedagang kaki lima di Jalur Pejalan Kaki
di Jalan Samanhudi Jember yaitu
Penggusuran Para PKL liar yang tidak
memiliki TDU(Tanda Daftar Usaha)
mereka biasanya akan di gusur dengan
peringatan yang di berikan sampai di
laksanakan penggusuran paksa padahal
Pedagang kaki lima merupakan salah satu
solusi akan masalah tingginya angka
pengangguran dan sedikitnya lapangan
kerja bagi masyarakat berpendidikan
rendah seperti mereka Pemerintah dalam
hal ini tidak dapat menyediakan lahan
pengganti bagi mereka untuk melanjutkan
usaha mereka jika pun ada pemerintah
menyediakan lahan-lahan yang letaknya
kurang strategis yang secara pasti
menurunkan dan mematikan pendapatan
yang mereka dapatkan dan akhirnya
Legalitas lokasi aktivitas
PKL yang biasanya ditempatkan
di dalam ruang publik seperti di
atas trotoar di atas saluran
drainase taman dan ruang publik
lainnya patut dipertanyakan
karena ketidakberdayaannya
peraturan tersebut dalam
menangani PKL Sebagai contoh
di sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi legalitas lokasi untuk
aktivitas PKL yang linier di
sepanjang jalan yang bertempat di
atas drainase Dalam aspek
apapun hal tersebut tidak dapat
dilegalkan terlebih tidak ada
penjelasan mengenai luasan atau
desain yang diperbolehkan PKL
untuk menggelar dasaran pada
dimensi saluran drainase yang
PKL yang menempati
ruang-ruang trotoar
menyebabkan
terganggunya aktivitas
pejalan kaki
Pemerintah tidak dapat
menyediakan lahan
pengganti
Legalitas lokasi aktivitas
PKL yang biasanya
ditempatkan di dalam
ruang publik seperti di atas
trotoar di atas saluran
drainase taman dan ruang
publik patut
dipertanyakan
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
nyaman bagi pejalan kaki ataupun bagi pengendara kendaraan bermotor karena mengganggu arus lalu lintas dan membahayakan keselamatan jiwa mereka hal seperti ini dapat kita lihat di depan dan di samping Masjid Baiturrahman di depan Citraland Mall di depan dan di samping Plasa Simpang Lima di depan dan di samping Kompleks Pertokoan Simpang Lima di depan dan di samping Ramayana Super Center di depan dan di samping SMKN 7 SemarangKantor Telkom dan di depan Gajahmada Plaza
Pemilihan lokasi PKL dipengaruhi oleh kecenderungan aktivitas PKL yang selalu menentukan lokasi mendekati pusat-pusat keramaian atau pusat-pusat perdagangan dan jasa dan lokasi-lokasi yang sering dikunjungi oleh orang banyak dalam kurun waktu tertentu secara periodik dan menerus Alasan inilah yang kemudian mendasari penentuan lokasi PKL Kawasan Bundaran Simpang Lima untuk berjualan di trotoar karena ruang-ruang jalur pedestrian inilah yang
mereka harus gulung tikar dan menjadi
pengangguran yang semakin menambah
permasalahan di Indonesia Pemerintah
harus mencari cara dan tempat yang baik
untuk mereka berdagang ditengah modal
mereka yang kecil agar di sisi lain semua
para pedagang kaki lima tidak hilang
lapangan kerjanya dan bias melanjutkan
kelangsungan hidupnya
ada Selain itu PKL juga
menempati trotoar yang
mengakibatkan bertambahnya
permasalahan yang terdapat di
lokasi tersebut Imbas secara
langsung dirasakan oleh
pengguna trotoar yaitu pedestrian
ketidaknyamanan bahkan tidak
adanya lagi ruang untuk berjalan
di atas trotoar acapkali menjadi
konsekuensi pedestrian yang
trotoarnya diserobot PKL
Aglomerasi aktivitas PKL yang
berlokasi di sekitar pintu masuk
pengunjung Rumah Sakit dr
Kariadi menyebabkan
penumpukan aktivitas seperti
aktivitas keluar masuk
pengunjung aktivitas jual beli
antara PKL dengan konsumen
lalu lintas kendaraan yang sedang
melewati Jalan dr Kariadi serta
angkutan umum yang sedang
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
dianggap sebagai lokasi yang ramai dikunjungi oleh pejalan kaki yang melakukan pergerakan dalam mencapai tempat tujuan perjalanannya Begitu juga dengan ruang Lapangan Pancasila karena selalu ramai dikunjungi pada hari-hari libur dengan rata-rata pengunjung mencapai 51 ndash 100 oranghari dikarenakan kedudukannya sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya
berhenti mencari penumpang
Sekali lagi permasalahan tersebut
disikapi oleh pemerintah dengan
penertiban dan penggusuran yang
hampir tidak pernah berakhir
manis
Mengetahui
peranan PKL
Kehadiran PKL di Kawasan
Bundaran Simpang Lima juga mampu
menciptakan kehidupan yang menerus
sehingga terhindar dari kematian
kawasan pada saat tertentu akan tetapi
di sisi lain kehadiran PKL
menyebabkan ketidakteraturan
kekumuhan dan kualitas fisik yang
buruk sehingga merusak wajah kota
Selain itu PKL yang berjualan di
Lapangan Pancasila pada malam hari
dengan kehidupan malam dan wanita-
wanita penghibur yang berdandan tebal
Tempat pedagang kaki lima bagi
Masyarakat dijalan Samanhudi Jember
sangat penting sebagai penyedia kebutuhan
yang dibutuhkan oleh Masyarakat Jember
Pedangan kaki lima sangat mempengaruhi
pola pasar dan sosial di Jember khususnya
didaerah Jalan Samanhudi Dalam bidang
perekonomian pedagang kaki lima hanya
berpengaruh sebagai produsen yang
penting bagi Masyarakat Jember
mengingat akan Meningkatnya jumlah
Penduduk Mereka cenderung lebih
memilih membeli pada pedagang kaki lima
Usaha PKL yang terus
berkembang pesat menarik PKL
untuk mempekerjakan karyawan
selain tenaga yang dibutuhkan
memang tidak bisa dikerjakan
sendiri terdapat pula pemilik
modal yang menyewa tempat
usaha namun dijadikan usaha
sampingan sehingga tidak
mengelola secara langsung
usahanya namun dengan
mempekerjakan karyawan PKL
yang statusnya sebagai karyawan
Pedangan kaki lima sangat
mempengaruhi pola pasar
dan sosial
harga yang PKL tawarkan
lebih murah dibandingkan
dengan harga di mall
grosir maupun indogrosir
sebagai salah satu
alternatif lapangan
pekerjaan bagi masyarakat
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
menciptakan kesan negatif dan
memperburuk citra kawasan
daripada membeli di supermarket yang
sudah merajalela di kota Jember pada saat
ini mall atau grosir maupun indogrosir
yang banyak tersebar di kota Jember
dikarenakan harga yang mereka tawarkan
lebih murah
sebanyak 10 dimana karyawan
tersebut memanfaatkan PKL
sebagai lapangan pekerjaan
Sehingga bekerja sebagai
karyawan PKL dapat dikatakan
sebagai salah satu alternatif
lapangan pekerjaan bagi
masyarakat
Mengetahui
pola aktivitas
PKL dijalur
pejalan kaki
Aktivitas PKL sendiri
memiliki kecenderungan untuk
menempati ruang ruang antar aktivitas
yang selalu ramai dilewatidikunjungi
oleh banyak orang dalam melakukan
pergerakan perpindahan dari aktivitas
satu ke aktivitas yang lain atau dari
bangunan perdagangan modern satu ke
bangunan perdagangan modern yang
lain secara periodik dalam rentang
waktu tertentu sehingga kemudian
pilihan ini jatuh kepada jalur-jalur
pedestrian yang notabene merupakan
ruang-ruang terbuka publik yang
PKL berdagang dengan menempati
tempat yang tetap dan tidak berpindah-
pindah
Modal dan aset sebagian besar adalah
milik sendiri
Berdagang di Samanhudi merupakan
usaha utama
Alat peraga PKL pada kawasan ini
dapat dibedakan menjadi
ndashAlat peraga semi permanen dari kayu
dan tenda yang bersifat menetap
ndashAlat peraga dengan bangku meja dan
tenda sekaligus sebagai tempat tinggal
ndashAlat peraga beroda namun menetap
Pola Aktivitas pelayanan PKL di
kawasan sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi pada umumnya melayani
pengunjung rumah sakit namun
tidak menutup kemungkinan
konsumennya adalah pengendara
atau orang yang sedang melintasi
jalan tersebut tanpa bermaksud
untuk masuk ke rumah sakit
Selain itu konsumen
yang berasal dari sekitar lokasi
PKL seperti penduduk
permukiman di sekitarnya
pekerja yang bekerja di sektor
Aktivitas PKL memiliki
kecenderungan untuk
menempati ruang ruang
antar aktivitas yang selalu
ramai dilewatidikunjungi
oleh banyak orang dalam
melakukan pergerakan
perpindahan dari aktivitas
satu ke aktivitas yang lain
atau dari bangunan
perdagangan modern satu
ke bangunan perdagangan
modern
Saat berjualan alat peraga
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
seyogyanya digunakan oleh pejalan
kaki Keberadaan ruang trotoar yang
semakin sempit oleh penggunaan ruang
PKL membuat pejalan kaki
menjatuhkan pilihan untuk melakukan
perjalanan pada ruang-ruang seperti
jalur lambat dan sebagian badan jalan
sehingga mengurangi keamanan jiwa
dan kenyamanan pejalan kaki sendiri
serta pengguna jalan yang lain
(pengendara)
Kegiatan-kegiatan yang
dilakukan oleh pejalan kaki pada
ruang-ruang jalur pedestrian atau
trotoar di Kawasan Bundaran Simpang
Lima adalah kegiatan berjalan dan
berbelanja Sebagian dari pejalan kaki
hanya berjalan melintasi trotoar untuk
menuju lokasi tujuannya akan tetapi
ada pula sebagian dari pejalan kaki
yang berjalan sambil melihat-lihat
bahkan ada yang berbelanja pada PKL
ndashAlat peraga beroda namun menetap
dengan bangku dan meja
ndashHanya berupa matras sebagai alas
dagangan yang dapat berpindah
sewaktu-waktu
Alat peraga yang dipakai untuk usaha
tidak seragam dan tidak menggunakan
desain yang baik sehingga terkesan
kumuh kurang bersih dan sangat
mengganggu wajah kota dan menutup
fasade bangunan di belakangnya
Saat berjualan alat peraga kios
sebagian besar menempati badan jalan
dan trotoar
Saat tidak berjualan alat peraga kios
sebagian besar tetap di lokasi jualan
lama berjualan di Samanhudi sebagian
besar antara 6 ndash10 tahun
Terbanyak dari pedagang belum
pernah bekerja di sektor lain dan dari
semula telah menjadi PKL di
Samanhudidi bandingkan denga harga
yang ada di mall Pedagang
lain sehingga tidak ada batasan
pasti mengenai pola pelayanan
para PKL tersebut
Waktu beraktivitas para
PKL umumnya terbagi menjadi
dua sesi PKL yang pertama
adalah pedagang yang aktivitas
berdagangnya pada pagi hingga
siang hari Pedagang yang kedua
merupakan pedagang yang
mempunyai waktu layanan pada
sore hingga malam hari Namun
tidak menutup kemungkinan
terdapat beberapa PKL yang
berdagang dari pagi hingga
malam hari bahkan buka nonstop
mengingat rumah sakit
beraktivitas selama sehari penuh
sehingga mereka mengikuti
aktivitas sektor formal yang ada
di sekitarnya
Waktu berdagang
tersebut juga disesuaikan dengan
kios sebagian besar
menempati badan jalan
dan trotoar
Waktu beraktivitas para
PKL umumnya terbagi
menjadi dua sesi PKL
yang pertama adalah
pedagang yang aktivitas
berdagangnya pada pagi
hingga siang hari
Pedagang yang kedua
merupakan pedagang yang
mempunyai waktu layanan
pada sore hingga malam
hari Namun tidak
menutup kemungkinan
terdapat beberapa PKL
yang berdagang dari pagi
hingga malam hari bahkan
buka nonstop
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
izin usaha yang diberlakukan oleh
petugas kelurahan sebagai pihak
yang berwenang menangani PKL
Untuk lokasi yang dilarang untuk
PKL oleh PKL tetap digunakan
sebagai lokasi untuk berdagang
dengan waktu berdagang setelah
jam kerja yaitu sore hingga
malam hari
Mengetahui
Pengelolaan
PKL di jalur
pejalan kaki
dalam perkembangannya
pemerintah mengeluarkan SK
Walikota Kota Semarang No 511316
tahun 2001 tentang Penetapan Lahan
yang mengatur tentang lokasi-lokasi
dan waktu aktivitas PKL yang
diperbolehkan oleh pemerintah pada
Kawasan Bundaran Simpang Lima
agar tetap terjaga kerapihan dan
estetikakeindahan wajah kawasannya
yaitu PKL yang berjualan di depan
Kompleks Pertokoan Simpang Lima
depan Ramayana SC depan Kantor
Adanya pengakuan resmi dari
pemerintah terhadap PKL Samanhudi
sebagai salah satu sector ekonomi di
kawasan studi melalui surat keputusan
resmi Surat keputusan ini sekaligus
mengatur hak kewajiban dan
tanggung jawab PKL sebagai
kompensasi perubahan status yang
telah diberikan oleh pemerintah
Pedagang kaki lima perlu untuk
mendapatkan pembinaan dari
pemerintah Kabupaten Jember untuk
meningkatkan kemampuan wirausaha
Pemerintah Kota Semarang
berwenang dalam mengatur
keberadaan PKL di ruang Kota
Semarang seperti yang terdapat di
kawasan sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi dengan bentuk
pengelolaan lokasional (stabilitas
atau pengaturan) dan struktural
(perijinan) Dalam pengaturan
tersebut Pemerintah Kota
Semarang menggunakan dasar
hukum berupa Undang-Undang
Peraturan Pemerintah Peraturan
mengatur tentang lokasi-
lokasi dan waktu aktivitas
PKL yang diperbolehkan
oleh pemerintah agar tetap
terjaga kerapihan dan
estetikakeindahan wajah
kawasannya
Pedagang kaki lima perlu
untuk mendapatkan
pembinaan
Pedestrian dirancang ulang
dengan dilebarkan hingga
area parkiran street
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
TelkomSMKN 7 Semarang depan
Gajahmada Plaza dan depan Masjid
Baiturrahman boleh berjualan dari
pukul 1600 ndash 0400 WIB (khusus pada
Hari Minggu PKL diijinkan untuk
berjualan mulai pukul 0600 ndash 0800
WIB) menempati ruang trotoar dengan
luas areal 4 x 6 meter
Sampai dengan tahun 2008
PKL di Kawasan Bundaran Simpang
Lima mencapai 1536 pedagang dan
ada kecenderungan akan terus
meningkat dari tahun ke tahun (lihat
Tabel III4) Kecenderungan lokasi
PKL pada masa-masa yang akan
datang mengikuti kecenderungan dari
perkembangan aktivitas formal
kawasan yang ada demikian juga
kecenderungan waktu berdagangnya
Melihat kecenderungan aktivitas PKL
kawasan maka SK Walikota Kota
Semarang No 511316 tahun 2001
sudah tidak relevan lagi dan perlu
dan peningkatan kualitas barang
dagang dan pelayanan terhadap
pembeli konsumen sehingga bias
meningkatkan pendapatan dan
aktivitas pedagang kaki lima dapat
member nilai tambah serta dapat
memberkan peluang kerja yang dapat
mengurangi tingkat pengangguran di
Kabupaten Jember Bentuk pembinaan
berupa penyuluhan yang diberikan
berkala secara rutin Program
pembinaan diadakan oleh pemerintah
Paguyuban Samanhudi merupakan
Kelembagaan yang memiliki
kewenangan atau keterikatan dengan
pengelolaan dan pembinaan Pedagang
Kaki Lima KoridorJalan
SamanhudiPaguyuban ini
beranggotakan wakil PKL wakil
pedagang formal wakil pemerintah
dari dinas Kebersihan dan
Pertamanan Dinas Polisi Pamong
Praja Dinas Pariwisata Dinas
Daerah dan Surat Keputusan
Walikota Adapun dasar hukum
yang mengatur secara jelas
mengenai aktivitas PKL di Kota
Semarang yang berlaku saat ini
diantaranya adalah sebagai
berikut
1048707 Peraturan Daerah No 11 Tahun
2000 tentang Pengaturan dan
Pembinaan PKL Perda ini
menjelaskan tentang pengaturan
dan pembinaan PKL di Kota
Semarang seperti pengaturan
tempat usaha hak kewajiban dan
larangan untuk PKL Dalam
kaitannya dengan karakteristik
berlokasi aktivitas PKL
dijelaskan dalam Perda ini yang
terdapat dalam pasal 3 yaitu
penempatan lokasi kegiatan PKL
diatur dengan mempertimbangkan
tempat kepentingan untuk umum
lainnya seperti kepentingan untuk
sehingga jalur aktif
kendaraan tidak
mengalami penyempitan
mengatur keberadaan PKL
di ruang Kota dengan
bentuk pengelolaan
lokasional (stabilitas atau
pengaturan) dan struktural
(perijinan)
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
ditinjau kembali sesuai dengan
kecenderungan dan kebutuhan yang
ada di lapangan
Pendapatan dan Dinas LPMK
Kabupaten Jemberserta pihak
penengah selaku penasehat dan pihak
netral yang diwakili oleh pakar PKL
dari universitas tokoh masyarakat dan
pakar PKL lainnya
Penerapan tema khusus pada penataan
PKL kawasan studi agar mempunyai
cirri khas dan dapat mengangkat citra
kawasan dan meningkatkan daya tarik
kawasan Contoh produk khas
jember yang dapat diangkat sebagai
tema adalah tembakau rookk dan
cerutu mengingat Jember sebagai
penghasil tembakau terbesar di Jawa
Kegiatan khas Jember yang dapat
diangkat sebagai tema yaitu Jember
Fashion Carnaval Penerapan tema
dapat diaplikasikan pada sarana usaha
PKL finishing pedestrian perabot
kota dan elemen pendukung lainnya
Pedestrian dirancang ulang dengan
pejalan dan untuk sirkulasi
kendaraan Untuk lebih jelas
mengenai detail isi perda tersebut
dapat dilihat pada Lampiran F
1048707 Surat Keputusan Walikota
Semarang No 51136 Tahun
2001 tentang lokasi PKL di Kota
Semarang dimana di dalamnya
diantaranya mengatur luas area
batas pemakaian area waktu
aktivitas dan tempat aktivitas
PKL Ruas kanan Jalan dr
Kariadi dari arah Jalan Veteran
merupakan lokasi yang
diperbolehkan untuk aktivitas
PKL Lokasi tersebut menempati
trotoar serta bangunan berupa
semi permanen Untuk lebih jelas
mengenai detail isi SK tersebut
dapat dilihat pada Lampiran F
1048707 Perda No 6 Tahun 2004
tentang Rencana Detail Tata
Ruang Kota Semarang Bagian
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
dilebarkan hingga area parkiran street
sehingga jalur aktif kendaraan tidak
mengalami penyempitan Diberikan
perbedaan yang tegas antara ruang
PKL dan ruang pejalan kaki dan jalur
kendaraan berupa perbedaan tinggi
lantaiSehingga dikemudian hari kios
PKL tidak melebar ke segala sisi
Wilayah Kota (BWK) I
(Kecamatan Semarang Tengah
Semarang Timur dan Semarang
Selatan Tahun 2000-2010 Perda
tersebut menjelaskan mengenai
fungsi serta peran BWK I yang
terkait dengan sektor formal di
wilayah tersebut yaitu penjelasan
mengenai fasilitas kesehatan yang
berada khususnya di Kelurahan
Randusari Selain itu dijelaskan
pula kelas Jalan dr Kariadi Jalan
dr Soetomo dan Jalan Veteran
serta jalur transportasi yang
melaluinya
41
353 Kajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit Kariyadi
Semarang
3531 Analisis Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar
Rumah Sakit dr Kariadi
Analisis karakteristik aktivitas PKL menggunakan metode deskriptif kuantitaif
dan distribusi frekuensi Analisis ini nantinya menunjang untuk analisis selanjutnya
yaitu analisis karakteristik berlokasi PKL Analisis ini meliputi lokasi aktivitas PKL
tempat usaha PKL jenis barang dagangan sarana fisik berdagang pola layanan pola
penyebaran serta status kepemilikan usaha Uraian dari masing-masing analisis
tersebu dipaparkan sebagai berikut
a Lokasi Beraktivitas
Sesuai dengan ruang lingkup spasial dari penelitian ini lokasi yang digunakan
PKL untuk memanfaatkan aktivitas kegiatan utama Rumah Sakit dr Kariadi adalah di
sepanjang penggal Jalan dr Kariadi sebagian Jalan Veteran dan sebagian Jalan dr
Soetomo Mereka berlokasi di penggalpenggal jalan tersebut dikarenakan jalan
tersebut merupakan batas dari kawasan fasilitas kesehatan dan merupakan jalan arteri
sekunder kolektor sekunder dan lokal sekunder yang ramai orang berlalu lalang
lintas kendaraan serta dilewati jalur angkutan umum Kondisi tersebut ditangkap oleh
PKL sebagai peluang untuk mendapatkan konsumen dengan memanfaatkan tingkat
kunjungan yang tinggi dari aktivitas kegiatan utama serta orang yang lalu lalang yang
melintas di penggal jalan-jalan tersebut Untuk lebih jelas mengenai lokasi PKL dapat
dilihat pada Gambar berikut
41
Gambar 33
Lokasi Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Pada lokasi tersebut terbagi menjadi spot-spot yang menjadi lokasi PKl
berdasarkan penggal jalan yang telah disebutkan sebelumnya yaitu Jalan dr Kariadi
Jalan Veteran dan Jalan dr Soetomo Spot-spot tersebut memiliki karakteristik
masing-masing baik dari sisi aktivitas dan ruang usaha PKL maupun dari karakteristik
berlokasinya Di penggal Jalan dr Kariadi terdapat beberapa bagian yang merupakan
lokasi larangan untuk PKL lokasi yang diperbolehkan untuk menggelar dagangan
PKL serta PKL binaan kelurahan yang dikenal dengan istilah PKL orange Pada Jalan
Veteran yang diminati oleh PKL berada di sisi selatan jalan Lokasi tersebut juga
diperbolehkan untuk berdagang PKL sebagai kompensasi penggantian lokasi
penggusuran PKL yang berasal dari Jalan dr Kariadi sisi barat Lokasi yang
seharusnya bersih dari PKL adalah Jalan dr Soetomo karena merupakan jalur merah
Namun lokasi ini tetap diminati untuk berlokasi PKL diantaranya dikarenakan tidak
adanya lokasi lain serta lokasinya yang strategis Kestrategisan tersebut dilihat dari
status jalan yang merupakan jalan utama penghubung ke pusat-pusat aktivitas lainnya
serta akses ke pusat kota maupun ke luar kota sehingga frekuensi kendaraan yang lalu
lalang tinggi Selain itu lokasinya yang dekat dengan kegiatan utama yang ada di
sekitarnya seperti Rumah sakit dr Kariadi perkantoran ataupun permukiman Hal
tersebut dimanfaatkan PKL sebagai peluang mendapatkan konsumen
b Tempat Usaha
41
Lokasi yang diminati PKL tidak menyediakan tempat khusus untuk berdagang
PKL sehingga mereka menggunakan ruang-ruang publik untuk tempat usahanya
seperti di trotoar di atas saluran drainase bahu jalan dan badan jalan Dengan
difungsikannya ruang-ruang publik tersebut menjadi tempat berdagang bagi PKL
berakibat menurunnya fungsi ruang publik tersebut mengurangi citra kawasan serta
menurunnya kualitas lingkungan Oleh pemerintah kota ruang-ruang publik tersebut
dimanfaatkan untuk tempat usaha PKL karena diperlukan tempat usaha di lokasi
tersebut Hal ini sebagai upaya pemerintah untuk mewadahi aktivitas tersebut
Tempat-tempat tersebut dilegalkan menjadi tempat usaha yang diperuntukkan bagi
PKL sesuai dengan peraturan daerah nomor 11 tahun 2000 tentang PKL yang
notabene bertolak belakang dengan peraturan daerah lainnya yang mengatur tentang
ketertiban keindahan dan pertamanan Persentase PKL yang menempati ruang-ruang
publik dapat dilihat pada Gambar berikut ini
Gambar 34
Persentase Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Terdapat pula PKL yang tidak mendapat izin tempat usaha berdagang
khususnya PKLyang berlokasi di daerah larangan untuk PKL serta berdagang pada
waktu yang tidak diperbolehkan sehingga mereka tidak ditarik retribusi dan sewaktu-
waktu dapat ditertibkan oleh aparat penegak tata tertib Namun ketidaktertiban aparat
PKL yang tidak mendapat izin tersebut kadang-kadang juga dipungut retribusi yang
diistilahkan dengan uang keamanan namun frekuensinya tidak teratur PKL dalam
golongan ini jumlahnya minoritas jika dibandingkan dengan PKL yang mendapat izin
tempat usaha Berikut sketsa sebaran PKL menurut tempat usahanya yang dapat
dilihat pada Gambar
41
Gambar 35
Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
c Jenis Barang Dagangan
Dagangan mayoritas yang diperdagangkan oleh PKL di sekitar Rumah Sakit
dr Kariadi adalah jenis barang dagangan makanan seperti warung tegal bakso soto
es buah dan makanan kecil Jenis dagangan tersebut diminati karena PKL mencoba
menangkap aktivitas kegiatan utama yang banyak membutuhkan jenis barang
dagangan makanan
Jenis barang dagangan yang paling minoritas diperdagangkan adalah buah-
buahan Jenis dagangan inipun hanya dijumpai di penggal Jalan dr Kariadi karena di
penggal jalan tersebut terdapat pintu masuk pengunjung rumah sakit Jenis barang
dagangan ini biasanya digunakan sebagai cangkingan atau oleh-oleh untuk membesuk
pasien Namun jenis dagang ini kurang diminati pedagang dikarenakan barangnya
yang mudah busuk tidak mempunyai tempat penyimpanan khusus seperti kulkas
relatif mahal karena rata-rata buah impor serta konsumennya relatif sedikit
Kekurangminatan pedagang untuk menjual jenis dagangan ini dapat dilihat dari
sedikitnya jumlah PKL yang menjual dagangan ini
Jenis barang dagangan lain yang banyak diperdagangkan adalah kelontong
karena berjualan bermacam-macam jenis barang dari rokok makanan kecil air
kemasan bahkan sampai barang kebutuhan mereka yang beraktivitas di kegiatan
41
utama yaitu rumah sakit seperti untuk kebutuhan penunggu pasien yaitu tikar kipas
termos untuk air panas dan jenis barang lainnya
Jenis dagangan yang lain merupakan jenis barang dagangan yang umum
diperdagangkan atau jenis barang dagangannya hampir ada setiap ruas jalan-jalan
besar lokasi PKL lainnya di kota besar yang kebanyakan termasuk dalam jenis barang
dagangan non makanan dan jasa pelayanan seperti warung telekomunikasi bensin
tambal ban voucher pulsa fotocopy Untuk jasa pelayanan fotocopy yang banyak
tersebar di kawasan tersebut terkait dengan adanya kegiatan utama berupa fasilitas
pendidikan seperti Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro akademi
keperawatan dan farmasi sedangkan untuk jenis dagangan umum lainnya terkait
adanya permukiman di sekitar lokasi tersebut Namun ada barang dagangan yang khas
yaitu nisan karena lokasi sekitar Rumah sakit dr Kariadi terdapat tempat pemakaman
umum yang cukup besar yaitu TPU Bergota
Jenis dagangan yang dijual dapat dikatakan tidak semata hanya melayani
untuk aktivitas yang terkait dengan Rumah Sakit dr Kariadi namun juga melayani
terhadap aktivitas lainnya disekitar Rumah Sakit dr Kariadi seperti fasilitas
pendidikan permukiman pemakaman serta perkantoran bahkan aktivitas transportasi
seperti kebutuhan supir angkutan umum dan supir taxi Untuk lebih jelas mengenai
perbandingan jumlah PKL menurut jenis barang dagangan di masing-masing penggal
jalan dapat dilihat pada gambar berikut ini
Gambar 36
Karakteristik Jenis Barang Dagangan Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
41
d Sarana Fisik Berdagang
Masing-masing lokasi memiliki jenis sarana berdagang mayoritas yang
berbeda-beda Pada penggal Jalan dr Kariadi mayoritas PKL di penggal jalan tersebut
menggunakan kios sebagai sarana berdagangnya Kios-kios tersebut awalnya
merupakan warung semi permanen yang disekat-sekat Namun seiring dengan
perkembangan waktu dan adanya praktek sewa tempat usaha maka warung tersebut
dibangun permanen oleh pemiliknya bahkan diantaranya ada yang dilengkapi dengan
kamar mandi serta ruang tidur Hal tersebut dikarenakan sebagian kios juga dijadikan
sebagai tempat tinggal pemiliknya Asal pedagang yang dari luar Kota Semarang serta
biaya yang mengontrak relatif mahal sehingga menjadikan kiosnya sebagai sarana
usaha serta tempat tinggal sekaligus Sarana dagang tersebut telah menyimpang dari
peraturan daerah tentang PKL Latar belakang pendidikan PKL yang sebagian rendah
kemungkinan menjadi penyebab kurangnya pemahaman pedagang terhadap produk
hukum tersebut atau memang mengerti namun sengaja dilanggar karena tidak adanya
upaya pemerintah untuk menertibkan sarana berdagang yang telah melanggar
peraturan tersebut Selain itu ketidaktergantungan PKL terhadap ketersediaan
prasarana penunjang menjadikan PKL dalam beraktivitas tidak mempertimbangkan
aspek tersebut
Selain kios sarana dagangan yang banyak diminati adalah gerobak tenda yaitu
sarana dagangan utamanya gerobak yang ditunjang dengan tenda yang biasanya untuk
tempat makan konsumen Sarana dagang ini dianggap praktis karena mudah
dibongkar pasang serta dipindahkan Terlebih sarana dagang ini sesuai dengan
himbauan pemerintah dalam Perda No 11 tahun 2000 yaitu sarana PKL adalah yang
mudah untuk dibongkar serta dipindahkan
Lain halnya dengan PKL di penggal Jalan dr Soetomo mereka lebih banyak
menggunakan gerobak Hal tersebut dikarenakan lokasi tersebut merupakan lokasi
larangan untuk PKL tapi mereka tetap bertahan di lokasi tersebut dengan alasan tidak
tersedia tempat lain yang strategis untuk berjualan Dengan menggunakan gerobak
memudahkan mereka untuk lari atau berpindah tempat jika ada penertiban oleh aparat
penegak tata tertib
Di penggal Jalan Veteran sama halnya dengan sarana fisik yang digunakan
berdagang oleh PKL di penggal Jalan dr Kariadi Mereka mayoritas menggunakan
41
sarana berdagang berupa kios Mereka menggunakan sarana fisik dagangan kios
permanen yang dianggap aman karena memperoleh izin tempat usaha dari pihak
terkait untuk berdagang Namun sarana dagang yang dibuat permanen tersebut tidak
sesuai dengan perda tentang PKL yang mengharuskan sarana dagang pedagang kaki
lima yang mudah dibongkar dan dipindah-pindah
Sarana fisik dagangan yang kurang diminati adalah mobil Walaupun cukup
fleksibel untuk berpindah-pindah namun biaya untuk operasional sehari-hari cukup
mahal seperti bahan bakar perawatan mobil ataupun untuk pengadaan unit mobil itu
sendiri Hanya terdapat satu PKL yang menggunakan sarana dagangan ini yaitu
berada di penggal Jalan dr Kariadi Namun karena pada waktu penyebaran kuesioner
pedagang ini tidak berada di lokasi maka tidak masuk menjadi responden
e Pola Layanan
Untuk pola pelayanan terdapat tiga aspek yang dibahas yaitu mengenai waktu
layanan
aktivitas PKL serta sifat layanan Berikut uraian dari analisis pola pelayanan tersebut
1 Waktu Layanan
Sesuai waktu aktivitas kegiatan utama yang rata-rata pagi hingga sore hari
seperti fasilitas pendidikan perkantoran serta jam berkunjung dan pemeriksaan rumah
sakit maka mayoritas PKL membuka usahanya pada waktu tersebut yaitu sekitar
pukul 0900 hingga pukul 1600 Namun khusus yang berada di penggal Jalan dr
Kariadi yaitu di sekitar pintu masuk dan lokasi larangan untuk PKL hanya
diperbolehkan untuk berjualan pada sore hingga malam hari yaitu biasanya mereka
membuka usahanya sekitar pukul 1600 hingga 0000 Terdapat beberapa PKL yang
waktu usahanya menyesuaikan dengan waktu pelayanan rumah sakit yang buka 24
jam atau sepanjang hari Hal tersebut dilakukan menangkap peluang menjajakan
barang dagangan untuk kebutuhan aktivis rumah sakit seperti penunggu pasien
pengunjung atau petugas piket atau jaga serta tidak menutup kemungkinan pembeli
dari pengendara yang lalu lalang atau supir transportasi umum
Hal tersebut juga berlaku di penggal jalan yang lain dimana mayoritas
membuka usahanya pada pagi hingga sore hari Hanya minoritas yang membuka
usaha pada sore hingga malam hari serta sepanjang hari Faktor lain yang dapat
mempengaruhi waktu aktivitas PKL selain menyesuaikan waktu aktivitas kegiatan
utama adalah kepemilikan usaha yang merupakan milik pribadi sehingga mereka
membuka usahanya sesuai keinginan mereka
41
Terdapat pula fenomena satu lokasi ditempati oleh dua PKL dengan waktu
layanan yang berbeda PKL yang beraktivitas pada pagi hingga sore mencoba
menagkap peluang dari kunjungan ke kegiatan utama seperti rumah sakit fasilitas
pendidikan perkantoran serta perdagangan informal dan tidak menutup orang yang
lalu lalang melewati jalan-jalan tersebut Lokasi yang dianggap strategis serta
berprospektif tersebut digunakan oleh PKL lain untuk berjualan di tempat yang sama
Hal tersebut dimanfaatkan PKL untuk menangkap peluang dari kegiatan rumah sakit
serta orang yang lalu lalang Selain itu juga menangkap konsumen dari penumpang
bus malam yang melewati Jalan dr Soetomo dimana di jalur tersebut terdapat halte
serta konsumen dari supir angkutan umum yang sedang istirahat sejenak Berikut
pemetaan PKL menurut waktu berdagangnya
Gambar 37Peta Sebaran Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Menurut Waktu Layanan
2 Sifat Layanan
Dari gambar di bawah ini dapat disimpulkan bahwa mayoritas PKL di sekitar
Rumah Sakit dr Kariadi memiliki sifat layanan menetap baik dari segi tempat
berdagangnya yang tetap serta waktu berdagangnya yang sama setiap harinya hal ini
nampak pada sarana fisik dagangan para PKL tersebut yang berupa kios yang
memang tidak bisa dipindah-pindah atau permanen Hanya 13 yang memiliki sifat
layanan semi menetap Berikut persentase PKL menurut sifat layanannya
41
Gambar 38Persentase Sifat Layanan Pedagang Kaki LimaDi Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Sifat layanan semi menetap biasanya PKL yang tempat usahanya yang
merupakan gabungan antara menetap dengan keliling yaitu pada awal waktu
berdagang pada lokasi yang sama tiap harinya namun jika belum habis dagangannya
mereka berkeliling serta jam berdagang yang tidak tetap tiap harinya terkadang hanya
sampai siang karena dagangannya habis Sisanya yang 2 berjualan secara
berkeliling yang diantaranya bertujuan untuk mendekati konsumen serta
memanfaatkan waktu-waktu puncak kegiatan utama rumah sakit seperti waktu
kunjungan menjenguk pasien
f Pola Penyebaran
Pola penyebaran PKL mayoritas mengikuti pola jalan yang ada yaitu linier
Mereka berjualan di bahu-bahu jalan bahkan ada yang berada di atas saluran drainase
Selain itu pola penyebaran tersebut terbentuk karena lokasi yang diperbolehkan untuk
PKL menempati trotoar trotoar sepanjang jalan yang secara otomatis membentuk
linier Alasan lainnya yang diungkapkan oleh pedagang adalah agar dagangannya
mudah dilihat oleh orang yang lalu lalang Namun terdapat beberapa PKL yang
berjualan secara aglomerasi dengan PKL yang berjualannya bergerombol di dekat
pintu masuk pengunjung Rumah Sakit dr Kariadi seperti yang dapat dijumpai di Jalan
dr Kariadi yaitu bergerombol di sekitar pintu masuk pengunjung rumah sakit serta di
Jalan dr Soetomo yang bergerombol di dekat pintu masuk UGD dan pintu masuk ke
Gedung Pavilliun Garuda Hal tersebut dimaksudkan untuk mendekati pengunjung
yang akan masuk ke rumah sakit Hanya sebagian kecil saja yang lokasinya berjauhan
dengan PKL lainnya atau menyebar untuk mengurangi persaingan dengan PKL
lainnya
41
g Kesimpulan Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar
Rumah Sakit dr Kariadi
Tempat usaha tidak terdapatnya tempat yang dikhususkan untuk PKL pemerintah
memfasilitasinya dengan memperbolehkan menempati ruang-ruang publik seperti
trotoar badan atau bahu jalan serta di atas saluran drainase melalui Perda no 11 tahun
2000 Namun hal ini dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan
serta visual kawasan dan tidak optimalnya ruang publik tersebut Mayoritas PKL di
kawasan tersebut telah mengantongi izin tempat usaha dari kelurahan selaku pihak
berwenang
Jenis barang dagangan karakteristik jenis barang dagangan PKL pada umumnya
mengikuti kebutuhan kegiatan utama yaitu aktivitas Rumah Sakit dr Kariadi dan
sekitarnya seperti fasilitas pendidikan perkantoran perdagangan informal
permukiman dan pemakaman Jenis barang dagangan yang mayoritas diperdagangkan
berupa makanan Jenis barang dagangan yang diperdagangkan adalah non makanan
buah-buahan jasa pelayanan serta kelontong Terkait dengan kegiatan utama terdapat
beberapa jeni barang dagangan yang spesifik seperti termos tikar kipas guna
memenuhi kebutuha penunggu pasien
Sarana fisik dagangan mayoritas berupa kios yang dibangun permanen serta
gerobak tenda Menggunakan kios dikarenakan lokasinya yang telah dilegalkan untuk
aktivitas PKL serta terkait pola layanan yang menetap serta pada waktu berdagang
yang tetap Sedangkan gerobak tenda banyak digunakan oleh pedagang makanan
dimana tendanya digunakan sebagai tempat untuk konsumen Untuk bangunan
permanen diantaranya digunakan sebagai tempat tinggal Ketidakketergantungan
PKL terhadap prasarana penunjang sehingga PKL tidak mempertimbangkan aspek
tersebut karena mereka dapat mengusahakan sendiri
Pola pelayanan dari segi waktunya mengikuti waktu aktivitas kegiatan utama yaitu
pagi hingga sore hari sekitar pukul 0900 ndash 1600 serta telah mendapat izin tempat
usaha dari pihak berwenang namun terdapat pula PKL yang beraktivitas sore hingga
malam hari yaitu pukul 1600 ndash 0000 serta sepanjang hari Sifat layanannya menetap
mengingat mayoritas bersarana fisik dagangan berupa kios serta waktu berdagang
yang relatif tetap
Pola penyebaran mayoritas secara linier yaitu mengikuti pola jalan karena lokasi
yang dilegalkan untuk PKL oleh pemerintah menempati ruang-ruang publik seperti
trotoar di atas saluran drainase dan bahu jalan yang notabene mengikuti pola jalan
41
Selain itu terdapat sebagian beraglomerasi di sekitar pintu masuk rumah sakit yang
bertujuan untuk mendekati konsumen dan sisanya menyebar agar mengurangi
saingan
ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun
menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan
Samanhudi dengan kawasan PKL lain
ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL
ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun
dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja
namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang
namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan
ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa
jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan
harga antara pedagang formal dan PKL
ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan
pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak
penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi
antar pihak
ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai
dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan
perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang
informal
ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan
persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL
ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan
dalih keamanan
ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan
pejalan kaki dan pengendara kendaraan
ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki
ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL
ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan
ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa
harus saling menumpuk
41
ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak
Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini menjadi
jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen
41
Pengelolaan PKL
Pengelolaan PKL di Bundaran
Simpang Lima
Lima Semarang
Pengelolaan PKL di
Kabupaten Jember
Pengelolaan PKL di Kawasan Sekitar Rumah
Sakit dr Kariadi Semarang
Mengakui keberadaan PKL dengan
menuangkannya di dalam produk-
produk tata ruang
Penegakan peraturan
perundagangan yang terkait
dengan PKL
Menjalin kerjasama dengan sektor
formal dalam menyediakan ruang
bagi PKL
Menyediakan ruang perkotaan
yang dikhususkan bagi sektor
informal
Peningkatan citra PKL
Pengakuan terhadap eksistensi PKL
Control terhadap dana bantuan
Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo
Penindakan tegas kepada oknum yang
melakukan perampasan hak pada PKL
dengan dalih keamanan
Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk
menampung aktivitas PKL dan pejalan
kaki
Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan
jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir yang tepat
Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal
Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan
jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir
Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL
dan konsumen yang aman dari gangguan
pejalan kaki dan pengendara kendaraan
41
36 Temuan Studi
Temuan studi ini dimana akan menjawab sasaran yang disesuaikan dari contoh kasus yang ada di Indonesia Berikut adalah tabel matrik temuan
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
Mengetahui
permasalahan
PKL di jalur
pejalan kaki
Keberadaan sektor PKL yang menempati ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima memakai separuh lebih lebar trotoar bahkan seringkali tidak menyisakan sedikit pun ruang untuk pejalan kaki Ruang-ruang trotoar menjadi tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya sebagai ruang pemisah antara ruang yang digunakan untuk sirkulasi pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan Ruang-ruang trotoar tersebut banyak yang beralih fungsi menjadi lokasi berdagang PKL
Peralihan fungsi trotoar ini menyebabkan terganggunya aktivitas pejalan kaki sehingga pejalan terpaksa harus menggunakan jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk berjalan guna menghindari berbagai hambatan di atas trotoar Hal ini menyebabkan pejalan kaki terpaksa harus berhati-hati jika melangkah terkadang juga harus mengalah berjalan pada ruang-ruang jalur lambat dan sebagian badan jalan Kondisi ini sangat tidak aman dan
Masalah yang utama itu dari setiap
pedagang kaki lima di Jalur Pejalan Kaki
di Jalan Samanhudi Jember yaitu
Penggusuran Para PKL liar yang tidak
memiliki TDU(Tanda Daftar Usaha)
mereka biasanya akan di gusur dengan
peringatan yang di berikan sampai di
laksanakan penggusuran paksa padahal
Pedagang kaki lima merupakan salah satu
solusi akan masalah tingginya angka
pengangguran dan sedikitnya lapangan
kerja bagi masyarakat berpendidikan
rendah seperti mereka Pemerintah dalam
hal ini tidak dapat menyediakan lahan
pengganti bagi mereka untuk melanjutkan
usaha mereka jika pun ada pemerintah
menyediakan lahan-lahan yang letaknya
kurang strategis yang secara pasti
menurunkan dan mematikan pendapatan
yang mereka dapatkan dan akhirnya
Legalitas lokasi aktivitas
PKL yang biasanya ditempatkan
di dalam ruang publik seperti di
atas trotoar di atas saluran
drainase taman dan ruang publik
lainnya patut dipertanyakan
karena ketidakberdayaannya
peraturan tersebut dalam
menangani PKL Sebagai contoh
di sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi legalitas lokasi untuk
aktivitas PKL yang linier di
sepanjang jalan yang bertempat di
atas drainase Dalam aspek
apapun hal tersebut tidak dapat
dilegalkan terlebih tidak ada
penjelasan mengenai luasan atau
desain yang diperbolehkan PKL
untuk menggelar dasaran pada
dimensi saluran drainase yang
PKL yang menempati
ruang-ruang trotoar
menyebabkan
terganggunya aktivitas
pejalan kaki
Pemerintah tidak dapat
menyediakan lahan
pengganti
Legalitas lokasi aktivitas
PKL yang biasanya
ditempatkan di dalam
ruang publik seperti di atas
trotoar di atas saluran
drainase taman dan ruang
publik patut
dipertanyakan
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
nyaman bagi pejalan kaki ataupun bagi pengendara kendaraan bermotor karena mengganggu arus lalu lintas dan membahayakan keselamatan jiwa mereka hal seperti ini dapat kita lihat di depan dan di samping Masjid Baiturrahman di depan Citraland Mall di depan dan di samping Plasa Simpang Lima di depan dan di samping Kompleks Pertokoan Simpang Lima di depan dan di samping Ramayana Super Center di depan dan di samping SMKN 7 SemarangKantor Telkom dan di depan Gajahmada Plaza
Pemilihan lokasi PKL dipengaruhi oleh kecenderungan aktivitas PKL yang selalu menentukan lokasi mendekati pusat-pusat keramaian atau pusat-pusat perdagangan dan jasa dan lokasi-lokasi yang sering dikunjungi oleh orang banyak dalam kurun waktu tertentu secara periodik dan menerus Alasan inilah yang kemudian mendasari penentuan lokasi PKL Kawasan Bundaran Simpang Lima untuk berjualan di trotoar karena ruang-ruang jalur pedestrian inilah yang
mereka harus gulung tikar dan menjadi
pengangguran yang semakin menambah
permasalahan di Indonesia Pemerintah
harus mencari cara dan tempat yang baik
untuk mereka berdagang ditengah modal
mereka yang kecil agar di sisi lain semua
para pedagang kaki lima tidak hilang
lapangan kerjanya dan bias melanjutkan
kelangsungan hidupnya
ada Selain itu PKL juga
menempati trotoar yang
mengakibatkan bertambahnya
permasalahan yang terdapat di
lokasi tersebut Imbas secara
langsung dirasakan oleh
pengguna trotoar yaitu pedestrian
ketidaknyamanan bahkan tidak
adanya lagi ruang untuk berjalan
di atas trotoar acapkali menjadi
konsekuensi pedestrian yang
trotoarnya diserobot PKL
Aglomerasi aktivitas PKL yang
berlokasi di sekitar pintu masuk
pengunjung Rumah Sakit dr
Kariadi menyebabkan
penumpukan aktivitas seperti
aktivitas keluar masuk
pengunjung aktivitas jual beli
antara PKL dengan konsumen
lalu lintas kendaraan yang sedang
melewati Jalan dr Kariadi serta
angkutan umum yang sedang
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
dianggap sebagai lokasi yang ramai dikunjungi oleh pejalan kaki yang melakukan pergerakan dalam mencapai tempat tujuan perjalanannya Begitu juga dengan ruang Lapangan Pancasila karena selalu ramai dikunjungi pada hari-hari libur dengan rata-rata pengunjung mencapai 51 ndash 100 oranghari dikarenakan kedudukannya sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya
berhenti mencari penumpang
Sekali lagi permasalahan tersebut
disikapi oleh pemerintah dengan
penertiban dan penggusuran yang
hampir tidak pernah berakhir
manis
Mengetahui
peranan PKL
Kehadiran PKL di Kawasan
Bundaran Simpang Lima juga mampu
menciptakan kehidupan yang menerus
sehingga terhindar dari kematian
kawasan pada saat tertentu akan tetapi
di sisi lain kehadiran PKL
menyebabkan ketidakteraturan
kekumuhan dan kualitas fisik yang
buruk sehingga merusak wajah kota
Selain itu PKL yang berjualan di
Lapangan Pancasila pada malam hari
dengan kehidupan malam dan wanita-
wanita penghibur yang berdandan tebal
Tempat pedagang kaki lima bagi
Masyarakat dijalan Samanhudi Jember
sangat penting sebagai penyedia kebutuhan
yang dibutuhkan oleh Masyarakat Jember
Pedangan kaki lima sangat mempengaruhi
pola pasar dan sosial di Jember khususnya
didaerah Jalan Samanhudi Dalam bidang
perekonomian pedagang kaki lima hanya
berpengaruh sebagai produsen yang
penting bagi Masyarakat Jember
mengingat akan Meningkatnya jumlah
Penduduk Mereka cenderung lebih
memilih membeli pada pedagang kaki lima
Usaha PKL yang terus
berkembang pesat menarik PKL
untuk mempekerjakan karyawan
selain tenaga yang dibutuhkan
memang tidak bisa dikerjakan
sendiri terdapat pula pemilik
modal yang menyewa tempat
usaha namun dijadikan usaha
sampingan sehingga tidak
mengelola secara langsung
usahanya namun dengan
mempekerjakan karyawan PKL
yang statusnya sebagai karyawan
Pedangan kaki lima sangat
mempengaruhi pola pasar
dan sosial
harga yang PKL tawarkan
lebih murah dibandingkan
dengan harga di mall
grosir maupun indogrosir
sebagai salah satu
alternatif lapangan
pekerjaan bagi masyarakat
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
menciptakan kesan negatif dan
memperburuk citra kawasan
daripada membeli di supermarket yang
sudah merajalela di kota Jember pada saat
ini mall atau grosir maupun indogrosir
yang banyak tersebar di kota Jember
dikarenakan harga yang mereka tawarkan
lebih murah
sebanyak 10 dimana karyawan
tersebut memanfaatkan PKL
sebagai lapangan pekerjaan
Sehingga bekerja sebagai
karyawan PKL dapat dikatakan
sebagai salah satu alternatif
lapangan pekerjaan bagi
masyarakat
Mengetahui
pola aktivitas
PKL dijalur
pejalan kaki
Aktivitas PKL sendiri
memiliki kecenderungan untuk
menempati ruang ruang antar aktivitas
yang selalu ramai dilewatidikunjungi
oleh banyak orang dalam melakukan
pergerakan perpindahan dari aktivitas
satu ke aktivitas yang lain atau dari
bangunan perdagangan modern satu ke
bangunan perdagangan modern yang
lain secara periodik dalam rentang
waktu tertentu sehingga kemudian
pilihan ini jatuh kepada jalur-jalur
pedestrian yang notabene merupakan
ruang-ruang terbuka publik yang
PKL berdagang dengan menempati
tempat yang tetap dan tidak berpindah-
pindah
Modal dan aset sebagian besar adalah
milik sendiri
Berdagang di Samanhudi merupakan
usaha utama
Alat peraga PKL pada kawasan ini
dapat dibedakan menjadi
ndashAlat peraga semi permanen dari kayu
dan tenda yang bersifat menetap
ndashAlat peraga dengan bangku meja dan
tenda sekaligus sebagai tempat tinggal
ndashAlat peraga beroda namun menetap
Pola Aktivitas pelayanan PKL di
kawasan sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi pada umumnya melayani
pengunjung rumah sakit namun
tidak menutup kemungkinan
konsumennya adalah pengendara
atau orang yang sedang melintasi
jalan tersebut tanpa bermaksud
untuk masuk ke rumah sakit
Selain itu konsumen
yang berasal dari sekitar lokasi
PKL seperti penduduk
permukiman di sekitarnya
pekerja yang bekerja di sektor
Aktivitas PKL memiliki
kecenderungan untuk
menempati ruang ruang
antar aktivitas yang selalu
ramai dilewatidikunjungi
oleh banyak orang dalam
melakukan pergerakan
perpindahan dari aktivitas
satu ke aktivitas yang lain
atau dari bangunan
perdagangan modern satu
ke bangunan perdagangan
modern
Saat berjualan alat peraga
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
seyogyanya digunakan oleh pejalan
kaki Keberadaan ruang trotoar yang
semakin sempit oleh penggunaan ruang
PKL membuat pejalan kaki
menjatuhkan pilihan untuk melakukan
perjalanan pada ruang-ruang seperti
jalur lambat dan sebagian badan jalan
sehingga mengurangi keamanan jiwa
dan kenyamanan pejalan kaki sendiri
serta pengguna jalan yang lain
(pengendara)
Kegiatan-kegiatan yang
dilakukan oleh pejalan kaki pada
ruang-ruang jalur pedestrian atau
trotoar di Kawasan Bundaran Simpang
Lima adalah kegiatan berjalan dan
berbelanja Sebagian dari pejalan kaki
hanya berjalan melintasi trotoar untuk
menuju lokasi tujuannya akan tetapi
ada pula sebagian dari pejalan kaki
yang berjalan sambil melihat-lihat
bahkan ada yang berbelanja pada PKL
ndashAlat peraga beroda namun menetap
dengan bangku dan meja
ndashHanya berupa matras sebagai alas
dagangan yang dapat berpindah
sewaktu-waktu
Alat peraga yang dipakai untuk usaha
tidak seragam dan tidak menggunakan
desain yang baik sehingga terkesan
kumuh kurang bersih dan sangat
mengganggu wajah kota dan menutup
fasade bangunan di belakangnya
Saat berjualan alat peraga kios
sebagian besar menempati badan jalan
dan trotoar
Saat tidak berjualan alat peraga kios
sebagian besar tetap di lokasi jualan
lama berjualan di Samanhudi sebagian
besar antara 6 ndash10 tahun
Terbanyak dari pedagang belum
pernah bekerja di sektor lain dan dari
semula telah menjadi PKL di
Samanhudidi bandingkan denga harga
yang ada di mall Pedagang
lain sehingga tidak ada batasan
pasti mengenai pola pelayanan
para PKL tersebut
Waktu beraktivitas para
PKL umumnya terbagi menjadi
dua sesi PKL yang pertama
adalah pedagang yang aktivitas
berdagangnya pada pagi hingga
siang hari Pedagang yang kedua
merupakan pedagang yang
mempunyai waktu layanan pada
sore hingga malam hari Namun
tidak menutup kemungkinan
terdapat beberapa PKL yang
berdagang dari pagi hingga
malam hari bahkan buka nonstop
mengingat rumah sakit
beraktivitas selama sehari penuh
sehingga mereka mengikuti
aktivitas sektor formal yang ada
di sekitarnya
Waktu berdagang
tersebut juga disesuaikan dengan
kios sebagian besar
menempati badan jalan
dan trotoar
Waktu beraktivitas para
PKL umumnya terbagi
menjadi dua sesi PKL
yang pertama adalah
pedagang yang aktivitas
berdagangnya pada pagi
hingga siang hari
Pedagang yang kedua
merupakan pedagang yang
mempunyai waktu layanan
pada sore hingga malam
hari Namun tidak
menutup kemungkinan
terdapat beberapa PKL
yang berdagang dari pagi
hingga malam hari bahkan
buka nonstop
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
izin usaha yang diberlakukan oleh
petugas kelurahan sebagai pihak
yang berwenang menangani PKL
Untuk lokasi yang dilarang untuk
PKL oleh PKL tetap digunakan
sebagai lokasi untuk berdagang
dengan waktu berdagang setelah
jam kerja yaitu sore hingga
malam hari
Mengetahui
Pengelolaan
PKL di jalur
pejalan kaki
dalam perkembangannya
pemerintah mengeluarkan SK
Walikota Kota Semarang No 511316
tahun 2001 tentang Penetapan Lahan
yang mengatur tentang lokasi-lokasi
dan waktu aktivitas PKL yang
diperbolehkan oleh pemerintah pada
Kawasan Bundaran Simpang Lima
agar tetap terjaga kerapihan dan
estetikakeindahan wajah kawasannya
yaitu PKL yang berjualan di depan
Kompleks Pertokoan Simpang Lima
depan Ramayana SC depan Kantor
Adanya pengakuan resmi dari
pemerintah terhadap PKL Samanhudi
sebagai salah satu sector ekonomi di
kawasan studi melalui surat keputusan
resmi Surat keputusan ini sekaligus
mengatur hak kewajiban dan
tanggung jawab PKL sebagai
kompensasi perubahan status yang
telah diberikan oleh pemerintah
Pedagang kaki lima perlu untuk
mendapatkan pembinaan dari
pemerintah Kabupaten Jember untuk
meningkatkan kemampuan wirausaha
Pemerintah Kota Semarang
berwenang dalam mengatur
keberadaan PKL di ruang Kota
Semarang seperti yang terdapat di
kawasan sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi dengan bentuk
pengelolaan lokasional (stabilitas
atau pengaturan) dan struktural
(perijinan) Dalam pengaturan
tersebut Pemerintah Kota
Semarang menggunakan dasar
hukum berupa Undang-Undang
Peraturan Pemerintah Peraturan
mengatur tentang lokasi-
lokasi dan waktu aktivitas
PKL yang diperbolehkan
oleh pemerintah agar tetap
terjaga kerapihan dan
estetikakeindahan wajah
kawasannya
Pedagang kaki lima perlu
untuk mendapatkan
pembinaan
Pedestrian dirancang ulang
dengan dilebarkan hingga
area parkiran street
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
TelkomSMKN 7 Semarang depan
Gajahmada Plaza dan depan Masjid
Baiturrahman boleh berjualan dari
pukul 1600 ndash 0400 WIB (khusus pada
Hari Minggu PKL diijinkan untuk
berjualan mulai pukul 0600 ndash 0800
WIB) menempati ruang trotoar dengan
luas areal 4 x 6 meter
Sampai dengan tahun 2008
PKL di Kawasan Bundaran Simpang
Lima mencapai 1536 pedagang dan
ada kecenderungan akan terus
meningkat dari tahun ke tahun (lihat
Tabel III4) Kecenderungan lokasi
PKL pada masa-masa yang akan
datang mengikuti kecenderungan dari
perkembangan aktivitas formal
kawasan yang ada demikian juga
kecenderungan waktu berdagangnya
Melihat kecenderungan aktivitas PKL
kawasan maka SK Walikota Kota
Semarang No 511316 tahun 2001
sudah tidak relevan lagi dan perlu
dan peningkatan kualitas barang
dagang dan pelayanan terhadap
pembeli konsumen sehingga bias
meningkatkan pendapatan dan
aktivitas pedagang kaki lima dapat
member nilai tambah serta dapat
memberkan peluang kerja yang dapat
mengurangi tingkat pengangguran di
Kabupaten Jember Bentuk pembinaan
berupa penyuluhan yang diberikan
berkala secara rutin Program
pembinaan diadakan oleh pemerintah
Paguyuban Samanhudi merupakan
Kelembagaan yang memiliki
kewenangan atau keterikatan dengan
pengelolaan dan pembinaan Pedagang
Kaki Lima KoridorJalan
SamanhudiPaguyuban ini
beranggotakan wakil PKL wakil
pedagang formal wakil pemerintah
dari dinas Kebersihan dan
Pertamanan Dinas Polisi Pamong
Praja Dinas Pariwisata Dinas
Daerah dan Surat Keputusan
Walikota Adapun dasar hukum
yang mengatur secara jelas
mengenai aktivitas PKL di Kota
Semarang yang berlaku saat ini
diantaranya adalah sebagai
berikut
1048707 Peraturan Daerah No 11 Tahun
2000 tentang Pengaturan dan
Pembinaan PKL Perda ini
menjelaskan tentang pengaturan
dan pembinaan PKL di Kota
Semarang seperti pengaturan
tempat usaha hak kewajiban dan
larangan untuk PKL Dalam
kaitannya dengan karakteristik
berlokasi aktivitas PKL
dijelaskan dalam Perda ini yang
terdapat dalam pasal 3 yaitu
penempatan lokasi kegiatan PKL
diatur dengan mempertimbangkan
tempat kepentingan untuk umum
lainnya seperti kepentingan untuk
sehingga jalur aktif
kendaraan tidak
mengalami penyempitan
mengatur keberadaan PKL
di ruang Kota dengan
bentuk pengelolaan
lokasional (stabilitas atau
pengaturan) dan struktural
(perijinan)
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
ditinjau kembali sesuai dengan
kecenderungan dan kebutuhan yang
ada di lapangan
Pendapatan dan Dinas LPMK
Kabupaten Jemberserta pihak
penengah selaku penasehat dan pihak
netral yang diwakili oleh pakar PKL
dari universitas tokoh masyarakat dan
pakar PKL lainnya
Penerapan tema khusus pada penataan
PKL kawasan studi agar mempunyai
cirri khas dan dapat mengangkat citra
kawasan dan meningkatkan daya tarik
kawasan Contoh produk khas
jember yang dapat diangkat sebagai
tema adalah tembakau rookk dan
cerutu mengingat Jember sebagai
penghasil tembakau terbesar di Jawa
Kegiatan khas Jember yang dapat
diangkat sebagai tema yaitu Jember
Fashion Carnaval Penerapan tema
dapat diaplikasikan pada sarana usaha
PKL finishing pedestrian perabot
kota dan elemen pendukung lainnya
Pedestrian dirancang ulang dengan
pejalan dan untuk sirkulasi
kendaraan Untuk lebih jelas
mengenai detail isi perda tersebut
dapat dilihat pada Lampiran F
1048707 Surat Keputusan Walikota
Semarang No 51136 Tahun
2001 tentang lokasi PKL di Kota
Semarang dimana di dalamnya
diantaranya mengatur luas area
batas pemakaian area waktu
aktivitas dan tempat aktivitas
PKL Ruas kanan Jalan dr
Kariadi dari arah Jalan Veteran
merupakan lokasi yang
diperbolehkan untuk aktivitas
PKL Lokasi tersebut menempati
trotoar serta bangunan berupa
semi permanen Untuk lebih jelas
mengenai detail isi SK tersebut
dapat dilihat pada Lampiran F
1048707 Perda No 6 Tahun 2004
tentang Rencana Detail Tata
Ruang Kota Semarang Bagian
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
dilebarkan hingga area parkiran street
sehingga jalur aktif kendaraan tidak
mengalami penyempitan Diberikan
perbedaan yang tegas antara ruang
PKL dan ruang pejalan kaki dan jalur
kendaraan berupa perbedaan tinggi
lantaiSehingga dikemudian hari kios
PKL tidak melebar ke segala sisi
Wilayah Kota (BWK) I
(Kecamatan Semarang Tengah
Semarang Timur dan Semarang
Selatan Tahun 2000-2010 Perda
tersebut menjelaskan mengenai
fungsi serta peran BWK I yang
terkait dengan sektor formal di
wilayah tersebut yaitu penjelasan
mengenai fasilitas kesehatan yang
berada khususnya di Kelurahan
Randusari Selain itu dijelaskan
pula kelas Jalan dr Kariadi Jalan
dr Soetomo dan Jalan Veteran
serta jalur transportasi yang
melaluinya
41
Gambar 33
Lokasi Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Pada lokasi tersebut terbagi menjadi spot-spot yang menjadi lokasi PKl
berdasarkan penggal jalan yang telah disebutkan sebelumnya yaitu Jalan dr Kariadi
Jalan Veteran dan Jalan dr Soetomo Spot-spot tersebut memiliki karakteristik
masing-masing baik dari sisi aktivitas dan ruang usaha PKL maupun dari karakteristik
berlokasinya Di penggal Jalan dr Kariadi terdapat beberapa bagian yang merupakan
lokasi larangan untuk PKL lokasi yang diperbolehkan untuk menggelar dagangan
PKL serta PKL binaan kelurahan yang dikenal dengan istilah PKL orange Pada Jalan
Veteran yang diminati oleh PKL berada di sisi selatan jalan Lokasi tersebut juga
diperbolehkan untuk berdagang PKL sebagai kompensasi penggantian lokasi
penggusuran PKL yang berasal dari Jalan dr Kariadi sisi barat Lokasi yang
seharusnya bersih dari PKL adalah Jalan dr Soetomo karena merupakan jalur merah
Namun lokasi ini tetap diminati untuk berlokasi PKL diantaranya dikarenakan tidak
adanya lokasi lain serta lokasinya yang strategis Kestrategisan tersebut dilihat dari
status jalan yang merupakan jalan utama penghubung ke pusat-pusat aktivitas lainnya
serta akses ke pusat kota maupun ke luar kota sehingga frekuensi kendaraan yang lalu
lalang tinggi Selain itu lokasinya yang dekat dengan kegiatan utama yang ada di
sekitarnya seperti Rumah sakit dr Kariadi perkantoran ataupun permukiman Hal
tersebut dimanfaatkan PKL sebagai peluang mendapatkan konsumen
b Tempat Usaha
41
Lokasi yang diminati PKL tidak menyediakan tempat khusus untuk berdagang
PKL sehingga mereka menggunakan ruang-ruang publik untuk tempat usahanya
seperti di trotoar di atas saluran drainase bahu jalan dan badan jalan Dengan
difungsikannya ruang-ruang publik tersebut menjadi tempat berdagang bagi PKL
berakibat menurunnya fungsi ruang publik tersebut mengurangi citra kawasan serta
menurunnya kualitas lingkungan Oleh pemerintah kota ruang-ruang publik tersebut
dimanfaatkan untuk tempat usaha PKL karena diperlukan tempat usaha di lokasi
tersebut Hal ini sebagai upaya pemerintah untuk mewadahi aktivitas tersebut
Tempat-tempat tersebut dilegalkan menjadi tempat usaha yang diperuntukkan bagi
PKL sesuai dengan peraturan daerah nomor 11 tahun 2000 tentang PKL yang
notabene bertolak belakang dengan peraturan daerah lainnya yang mengatur tentang
ketertiban keindahan dan pertamanan Persentase PKL yang menempati ruang-ruang
publik dapat dilihat pada Gambar berikut ini
Gambar 34
Persentase Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Terdapat pula PKL yang tidak mendapat izin tempat usaha berdagang
khususnya PKLyang berlokasi di daerah larangan untuk PKL serta berdagang pada
waktu yang tidak diperbolehkan sehingga mereka tidak ditarik retribusi dan sewaktu-
waktu dapat ditertibkan oleh aparat penegak tata tertib Namun ketidaktertiban aparat
PKL yang tidak mendapat izin tersebut kadang-kadang juga dipungut retribusi yang
diistilahkan dengan uang keamanan namun frekuensinya tidak teratur PKL dalam
golongan ini jumlahnya minoritas jika dibandingkan dengan PKL yang mendapat izin
tempat usaha Berikut sketsa sebaran PKL menurut tempat usahanya yang dapat
dilihat pada Gambar
41
Gambar 35
Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
c Jenis Barang Dagangan
Dagangan mayoritas yang diperdagangkan oleh PKL di sekitar Rumah Sakit
dr Kariadi adalah jenis barang dagangan makanan seperti warung tegal bakso soto
es buah dan makanan kecil Jenis dagangan tersebut diminati karena PKL mencoba
menangkap aktivitas kegiatan utama yang banyak membutuhkan jenis barang
dagangan makanan
Jenis barang dagangan yang paling minoritas diperdagangkan adalah buah-
buahan Jenis dagangan inipun hanya dijumpai di penggal Jalan dr Kariadi karena di
penggal jalan tersebut terdapat pintu masuk pengunjung rumah sakit Jenis barang
dagangan ini biasanya digunakan sebagai cangkingan atau oleh-oleh untuk membesuk
pasien Namun jenis dagang ini kurang diminati pedagang dikarenakan barangnya
yang mudah busuk tidak mempunyai tempat penyimpanan khusus seperti kulkas
relatif mahal karena rata-rata buah impor serta konsumennya relatif sedikit
Kekurangminatan pedagang untuk menjual jenis dagangan ini dapat dilihat dari
sedikitnya jumlah PKL yang menjual dagangan ini
Jenis barang dagangan lain yang banyak diperdagangkan adalah kelontong
karena berjualan bermacam-macam jenis barang dari rokok makanan kecil air
kemasan bahkan sampai barang kebutuhan mereka yang beraktivitas di kegiatan
41
utama yaitu rumah sakit seperti untuk kebutuhan penunggu pasien yaitu tikar kipas
termos untuk air panas dan jenis barang lainnya
Jenis dagangan yang lain merupakan jenis barang dagangan yang umum
diperdagangkan atau jenis barang dagangannya hampir ada setiap ruas jalan-jalan
besar lokasi PKL lainnya di kota besar yang kebanyakan termasuk dalam jenis barang
dagangan non makanan dan jasa pelayanan seperti warung telekomunikasi bensin
tambal ban voucher pulsa fotocopy Untuk jasa pelayanan fotocopy yang banyak
tersebar di kawasan tersebut terkait dengan adanya kegiatan utama berupa fasilitas
pendidikan seperti Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro akademi
keperawatan dan farmasi sedangkan untuk jenis dagangan umum lainnya terkait
adanya permukiman di sekitar lokasi tersebut Namun ada barang dagangan yang khas
yaitu nisan karena lokasi sekitar Rumah sakit dr Kariadi terdapat tempat pemakaman
umum yang cukup besar yaitu TPU Bergota
Jenis dagangan yang dijual dapat dikatakan tidak semata hanya melayani
untuk aktivitas yang terkait dengan Rumah Sakit dr Kariadi namun juga melayani
terhadap aktivitas lainnya disekitar Rumah Sakit dr Kariadi seperti fasilitas
pendidikan permukiman pemakaman serta perkantoran bahkan aktivitas transportasi
seperti kebutuhan supir angkutan umum dan supir taxi Untuk lebih jelas mengenai
perbandingan jumlah PKL menurut jenis barang dagangan di masing-masing penggal
jalan dapat dilihat pada gambar berikut ini
Gambar 36
Karakteristik Jenis Barang Dagangan Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
41
d Sarana Fisik Berdagang
Masing-masing lokasi memiliki jenis sarana berdagang mayoritas yang
berbeda-beda Pada penggal Jalan dr Kariadi mayoritas PKL di penggal jalan tersebut
menggunakan kios sebagai sarana berdagangnya Kios-kios tersebut awalnya
merupakan warung semi permanen yang disekat-sekat Namun seiring dengan
perkembangan waktu dan adanya praktek sewa tempat usaha maka warung tersebut
dibangun permanen oleh pemiliknya bahkan diantaranya ada yang dilengkapi dengan
kamar mandi serta ruang tidur Hal tersebut dikarenakan sebagian kios juga dijadikan
sebagai tempat tinggal pemiliknya Asal pedagang yang dari luar Kota Semarang serta
biaya yang mengontrak relatif mahal sehingga menjadikan kiosnya sebagai sarana
usaha serta tempat tinggal sekaligus Sarana dagang tersebut telah menyimpang dari
peraturan daerah tentang PKL Latar belakang pendidikan PKL yang sebagian rendah
kemungkinan menjadi penyebab kurangnya pemahaman pedagang terhadap produk
hukum tersebut atau memang mengerti namun sengaja dilanggar karena tidak adanya
upaya pemerintah untuk menertibkan sarana berdagang yang telah melanggar
peraturan tersebut Selain itu ketidaktergantungan PKL terhadap ketersediaan
prasarana penunjang menjadikan PKL dalam beraktivitas tidak mempertimbangkan
aspek tersebut
Selain kios sarana dagangan yang banyak diminati adalah gerobak tenda yaitu
sarana dagangan utamanya gerobak yang ditunjang dengan tenda yang biasanya untuk
tempat makan konsumen Sarana dagang ini dianggap praktis karena mudah
dibongkar pasang serta dipindahkan Terlebih sarana dagang ini sesuai dengan
himbauan pemerintah dalam Perda No 11 tahun 2000 yaitu sarana PKL adalah yang
mudah untuk dibongkar serta dipindahkan
Lain halnya dengan PKL di penggal Jalan dr Soetomo mereka lebih banyak
menggunakan gerobak Hal tersebut dikarenakan lokasi tersebut merupakan lokasi
larangan untuk PKL tapi mereka tetap bertahan di lokasi tersebut dengan alasan tidak
tersedia tempat lain yang strategis untuk berjualan Dengan menggunakan gerobak
memudahkan mereka untuk lari atau berpindah tempat jika ada penertiban oleh aparat
penegak tata tertib
Di penggal Jalan Veteran sama halnya dengan sarana fisik yang digunakan
berdagang oleh PKL di penggal Jalan dr Kariadi Mereka mayoritas menggunakan
41
sarana berdagang berupa kios Mereka menggunakan sarana fisik dagangan kios
permanen yang dianggap aman karena memperoleh izin tempat usaha dari pihak
terkait untuk berdagang Namun sarana dagang yang dibuat permanen tersebut tidak
sesuai dengan perda tentang PKL yang mengharuskan sarana dagang pedagang kaki
lima yang mudah dibongkar dan dipindah-pindah
Sarana fisik dagangan yang kurang diminati adalah mobil Walaupun cukup
fleksibel untuk berpindah-pindah namun biaya untuk operasional sehari-hari cukup
mahal seperti bahan bakar perawatan mobil ataupun untuk pengadaan unit mobil itu
sendiri Hanya terdapat satu PKL yang menggunakan sarana dagangan ini yaitu
berada di penggal Jalan dr Kariadi Namun karena pada waktu penyebaran kuesioner
pedagang ini tidak berada di lokasi maka tidak masuk menjadi responden
e Pola Layanan
Untuk pola pelayanan terdapat tiga aspek yang dibahas yaitu mengenai waktu
layanan
aktivitas PKL serta sifat layanan Berikut uraian dari analisis pola pelayanan tersebut
1 Waktu Layanan
Sesuai waktu aktivitas kegiatan utama yang rata-rata pagi hingga sore hari
seperti fasilitas pendidikan perkantoran serta jam berkunjung dan pemeriksaan rumah
sakit maka mayoritas PKL membuka usahanya pada waktu tersebut yaitu sekitar
pukul 0900 hingga pukul 1600 Namun khusus yang berada di penggal Jalan dr
Kariadi yaitu di sekitar pintu masuk dan lokasi larangan untuk PKL hanya
diperbolehkan untuk berjualan pada sore hingga malam hari yaitu biasanya mereka
membuka usahanya sekitar pukul 1600 hingga 0000 Terdapat beberapa PKL yang
waktu usahanya menyesuaikan dengan waktu pelayanan rumah sakit yang buka 24
jam atau sepanjang hari Hal tersebut dilakukan menangkap peluang menjajakan
barang dagangan untuk kebutuhan aktivis rumah sakit seperti penunggu pasien
pengunjung atau petugas piket atau jaga serta tidak menutup kemungkinan pembeli
dari pengendara yang lalu lalang atau supir transportasi umum
Hal tersebut juga berlaku di penggal jalan yang lain dimana mayoritas
membuka usahanya pada pagi hingga sore hari Hanya minoritas yang membuka
usaha pada sore hingga malam hari serta sepanjang hari Faktor lain yang dapat
mempengaruhi waktu aktivitas PKL selain menyesuaikan waktu aktivitas kegiatan
utama adalah kepemilikan usaha yang merupakan milik pribadi sehingga mereka
membuka usahanya sesuai keinginan mereka
41
Terdapat pula fenomena satu lokasi ditempati oleh dua PKL dengan waktu
layanan yang berbeda PKL yang beraktivitas pada pagi hingga sore mencoba
menagkap peluang dari kunjungan ke kegiatan utama seperti rumah sakit fasilitas
pendidikan perkantoran serta perdagangan informal dan tidak menutup orang yang
lalu lalang melewati jalan-jalan tersebut Lokasi yang dianggap strategis serta
berprospektif tersebut digunakan oleh PKL lain untuk berjualan di tempat yang sama
Hal tersebut dimanfaatkan PKL untuk menangkap peluang dari kegiatan rumah sakit
serta orang yang lalu lalang Selain itu juga menangkap konsumen dari penumpang
bus malam yang melewati Jalan dr Soetomo dimana di jalur tersebut terdapat halte
serta konsumen dari supir angkutan umum yang sedang istirahat sejenak Berikut
pemetaan PKL menurut waktu berdagangnya
Gambar 37Peta Sebaran Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Menurut Waktu Layanan
2 Sifat Layanan
Dari gambar di bawah ini dapat disimpulkan bahwa mayoritas PKL di sekitar
Rumah Sakit dr Kariadi memiliki sifat layanan menetap baik dari segi tempat
berdagangnya yang tetap serta waktu berdagangnya yang sama setiap harinya hal ini
nampak pada sarana fisik dagangan para PKL tersebut yang berupa kios yang
memang tidak bisa dipindah-pindah atau permanen Hanya 13 yang memiliki sifat
layanan semi menetap Berikut persentase PKL menurut sifat layanannya
41
Gambar 38Persentase Sifat Layanan Pedagang Kaki LimaDi Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Sifat layanan semi menetap biasanya PKL yang tempat usahanya yang
merupakan gabungan antara menetap dengan keliling yaitu pada awal waktu
berdagang pada lokasi yang sama tiap harinya namun jika belum habis dagangannya
mereka berkeliling serta jam berdagang yang tidak tetap tiap harinya terkadang hanya
sampai siang karena dagangannya habis Sisanya yang 2 berjualan secara
berkeliling yang diantaranya bertujuan untuk mendekati konsumen serta
memanfaatkan waktu-waktu puncak kegiatan utama rumah sakit seperti waktu
kunjungan menjenguk pasien
f Pola Penyebaran
Pola penyebaran PKL mayoritas mengikuti pola jalan yang ada yaitu linier
Mereka berjualan di bahu-bahu jalan bahkan ada yang berada di atas saluran drainase
Selain itu pola penyebaran tersebut terbentuk karena lokasi yang diperbolehkan untuk
PKL menempati trotoar trotoar sepanjang jalan yang secara otomatis membentuk
linier Alasan lainnya yang diungkapkan oleh pedagang adalah agar dagangannya
mudah dilihat oleh orang yang lalu lalang Namun terdapat beberapa PKL yang
berjualan secara aglomerasi dengan PKL yang berjualannya bergerombol di dekat
pintu masuk pengunjung Rumah Sakit dr Kariadi seperti yang dapat dijumpai di Jalan
dr Kariadi yaitu bergerombol di sekitar pintu masuk pengunjung rumah sakit serta di
Jalan dr Soetomo yang bergerombol di dekat pintu masuk UGD dan pintu masuk ke
Gedung Pavilliun Garuda Hal tersebut dimaksudkan untuk mendekati pengunjung
yang akan masuk ke rumah sakit Hanya sebagian kecil saja yang lokasinya berjauhan
dengan PKL lainnya atau menyebar untuk mengurangi persaingan dengan PKL
lainnya
41
g Kesimpulan Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar
Rumah Sakit dr Kariadi
Tempat usaha tidak terdapatnya tempat yang dikhususkan untuk PKL pemerintah
memfasilitasinya dengan memperbolehkan menempati ruang-ruang publik seperti
trotoar badan atau bahu jalan serta di atas saluran drainase melalui Perda no 11 tahun
2000 Namun hal ini dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan
serta visual kawasan dan tidak optimalnya ruang publik tersebut Mayoritas PKL di
kawasan tersebut telah mengantongi izin tempat usaha dari kelurahan selaku pihak
berwenang
Jenis barang dagangan karakteristik jenis barang dagangan PKL pada umumnya
mengikuti kebutuhan kegiatan utama yaitu aktivitas Rumah Sakit dr Kariadi dan
sekitarnya seperti fasilitas pendidikan perkantoran perdagangan informal
permukiman dan pemakaman Jenis barang dagangan yang mayoritas diperdagangkan
berupa makanan Jenis barang dagangan yang diperdagangkan adalah non makanan
buah-buahan jasa pelayanan serta kelontong Terkait dengan kegiatan utama terdapat
beberapa jeni barang dagangan yang spesifik seperti termos tikar kipas guna
memenuhi kebutuha penunggu pasien
Sarana fisik dagangan mayoritas berupa kios yang dibangun permanen serta
gerobak tenda Menggunakan kios dikarenakan lokasinya yang telah dilegalkan untuk
aktivitas PKL serta terkait pola layanan yang menetap serta pada waktu berdagang
yang tetap Sedangkan gerobak tenda banyak digunakan oleh pedagang makanan
dimana tendanya digunakan sebagai tempat untuk konsumen Untuk bangunan
permanen diantaranya digunakan sebagai tempat tinggal Ketidakketergantungan
PKL terhadap prasarana penunjang sehingga PKL tidak mempertimbangkan aspek
tersebut karena mereka dapat mengusahakan sendiri
Pola pelayanan dari segi waktunya mengikuti waktu aktivitas kegiatan utama yaitu
pagi hingga sore hari sekitar pukul 0900 ndash 1600 serta telah mendapat izin tempat
usaha dari pihak berwenang namun terdapat pula PKL yang beraktivitas sore hingga
malam hari yaitu pukul 1600 ndash 0000 serta sepanjang hari Sifat layanannya menetap
mengingat mayoritas bersarana fisik dagangan berupa kios serta waktu berdagang
yang relatif tetap
Pola penyebaran mayoritas secara linier yaitu mengikuti pola jalan karena lokasi
yang dilegalkan untuk PKL oleh pemerintah menempati ruang-ruang publik seperti
trotoar di atas saluran drainase dan bahu jalan yang notabene mengikuti pola jalan
41
Selain itu terdapat sebagian beraglomerasi di sekitar pintu masuk rumah sakit yang
bertujuan untuk mendekati konsumen dan sisanya menyebar agar mengurangi
saingan
ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun
menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan
Samanhudi dengan kawasan PKL lain
ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL
ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun
dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja
namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang
namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan
ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa
jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan
harga antara pedagang formal dan PKL
ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan
pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak
penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi
antar pihak
ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai
dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan
perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang
informal
ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan
persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL
ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan
dalih keamanan
ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan
pejalan kaki dan pengendara kendaraan
ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki
ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL
ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan
ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa
harus saling menumpuk
41
ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak
Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini menjadi
jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen
41
Pengelolaan PKL
Pengelolaan PKL di Bundaran
Simpang Lima
Lima Semarang
Pengelolaan PKL di
Kabupaten Jember
Pengelolaan PKL di Kawasan Sekitar Rumah
Sakit dr Kariadi Semarang
Mengakui keberadaan PKL dengan
menuangkannya di dalam produk-
produk tata ruang
Penegakan peraturan
perundagangan yang terkait
dengan PKL
Menjalin kerjasama dengan sektor
formal dalam menyediakan ruang
bagi PKL
Menyediakan ruang perkotaan
yang dikhususkan bagi sektor
informal
Peningkatan citra PKL
Pengakuan terhadap eksistensi PKL
Control terhadap dana bantuan
Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo
Penindakan tegas kepada oknum yang
melakukan perampasan hak pada PKL
dengan dalih keamanan
Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk
menampung aktivitas PKL dan pejalan
kaki
Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan
jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir yang tepat
Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal
Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan
jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir
Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL
dan konsumen yang aman dari gangguan
pejalan kaki dan pengendara kendaraan
41
36 Temuan Studi
Temuan studi ini dimana akan menjawab sasaran yang disesuaikan dari contoh kasus yang ada di Indonesia Berikut adalah tabel matrik temuan
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
Mengetahui
permasalahan
PKL di jalur
pejalan kaki
Keberadaan sektor PKL yang menempati ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima memakai separuh lebih lebar trotoar bahkan seringkali tidak menyisakan sedikit pun ruang untuk pejalan kaki Ruang-ruang trotoar menjadi tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya sebagai ruang pemisah antara ruang yang digunakan untuk sirkulasi pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan Ruang-ruang trotoar tersebut banyak yang beralih fungsi menjadi lokasi berdagang PKL
Peralihan fungsi trotoar ini menyebabkan terganggunya aktivitas pejalan kaki sehingga pejalan terpaksa harus menggunakan jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk berjalan guna menghindari berbagai hambatan di atas trotoar Hal ini menyebabkan pejalan kaki terpaksa harus berhati-hati jika melangkah terkadang juga harus mengalah berjalan pada ruang-ruang jalur lambat dan sebagian badan jalan Kondisi ini sangat tidak aman dan
Masalah yang utama itu dari setiap
pedagang kaki lima di Jalur Pejalan Kaki
di Jalan Samanhudi Jember yaitu
Penggusuran Para PKL liar yang tidak
memiliki TDU(Tanda Daftar Usaha)
mereka biasanya akan di gusur dengan
peringatan yang di berikan sampai di
laksanakan penggusuran paksa padahal
Pedagang kaki lima merupakan salah satu
solusi akan masalah tingginya angka
pengangguran dan sedikitnya lapangan
kerja bagi masyarakat berpendidikan
rendah seperti mereka Pemerintah dalam
hal ini tidak dapat menyediakan lahan
pengganti bagi mereka untuk melanjutkan
usaha mereka jika pun ada pemerintah
menyediakan lahan-lahan yang letaknya
kurang strategis yang secara pasti
menurunkan dan mematikan pendapatan
yang mereka dapatkan dan akhirnya
Legalitas lokasi aktivitas
PKL yang biasanya ditempatkan
di dalam ruang publik seperti di
atas trotoar di atas saluran
drainase taman dan ruang publik
lainnya patut dipertanyakan
karena ketidakberdayaannya
peraturan tersebut dalam
menangani PKL Sebagai contoh
di sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi legalitas lokasi untuk
aktivitas PKL yang linier di
sepanjang jalan yang bertempat di
atas drainase Dalam aspek
apapun hal tersebut tidak dapat
dilegalkan terlebih tidak ada
penjelasan mengenai luasan atau
desain yang diperbolehkan PKL
untuk menggelar dasaran pada
dimensi saluran drainase yang
PKL yang menempati
ruang-ruang trotoar
menyebabkan
terganggunya aktivitas
pejalan kaki
Pemerintah tidak dapat
menyediakan lahan
pengganti
Legalitas lokasi aktivitas
PKL yang biasanya
ditempatkan di dalam
ruang publik seperti di atas
trotoar di atas saluran
drainase taman dan ruang
publik patut
dipertanyakan
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
nyaman bagi pejalan kaki ataupun bagi pengendara kendaraan bermotor karena mengganggu arus lalu lintas dan membahayakan keselamatan jiwa mereka hal seperti ini dapat kita lihat di depan dan di samping Masjid Baiturrahman di depan Citraland Mall di depan dan di samping Plasa Simpang Lima di depan dan di samping Kompleks Pertokoan Simpang Lima di depan dan di samping Ramayana Super Center di depan dan di samping SMKN 7 SemarangKantor Telkom dan di depan Gajahmada Plaza
Pemilihan lokasi PKL dipengaruhi oleh kecenderungan aktivitas PKL yang selalu menentukan lokasi mendekati pusat-pusat keramaian atau pusat-pusat perdagangan dan jasa dan lokasi-lokasi yang sering dikunjungi oleh orang banyak dalam kurun waktu tertentu secara periodik dan menerus Alasan inilah yang kemudian mendasari penentuan lokasi PKL Kawasan Bundaran Simpang Lima untuk berjualan di trotoar karena ruang-ruang jalur pedestrian inilah yang
mereka harus gulung tikar dan menjadi
pengangguran yang semakin menambah
permasalahan di Indonesia Pemerintah
harus mencari cara dan tempat yang baik
untuk mereka berdagang ditengah modal
mereka yang kecil agar di sisi lain semua
para pedagang kaki lima tidak hilang
lapangan kerjanya dan bias melanjutkan
kelangsungan hidupnya
ada Selain itu PKL juga
menempati trotoar yang
mengakibatkan bertambahnya
permasalahan yang terdapat di
lokasi tersebut Imbas secara
langsung dirasakan oleh
pengguna trotoar yaitu pedestrian
ketidaknyamanan bahkan tidak
adanya lagi ruang untuk berjalan
di atas trotoar acapkali menjadi
konsekuensi pedestrian yang
trotoarnya diserobot PKL
Aglomerasi aktivitas PKL yang
berlokasi di sekitar pintu masuk
pengunjung Rumah Sakit dr
Kariadi menyebabkan
penumpukan aktivitas seperti
aktivitas keluar masuk
pengunjung aktivitas jual beli
antara PKL dengan konsumen
lalu lintas kendaraan yang sedang
melewati Jalan dr Kariadi serta
angkutan umum yang sedang
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
dianggap sebagai lokasi yang ramai dikunjungi oleh pejalan kaki yang melakukan pergerakan dalam mencapai tempat tujuan perjalanannya Begitu juga dengan ruang Lapangan Pancasila karena selalu ramai dikunjungi pada hari-hari libur dengan rata-rata pengunjung mencapai 51 ndash 100 oranghari dikarenakan kedudukannya sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya
berhenti mencari penumpang
Sekali lagi permasalahan tersebut
disikapi oleh pemerintah dengan
penertiban dan penggusuran yang
hampir tidak pernah berakhir
manis
Mengetahui
peranan PKL
Kehadiran PKL di Kawasan
Bundaran Simpang Lima juga mampu
menciptakan kehidupan yang menerus
sehingga terhindar dari kematian
kawasan pada saat tertentu akan tetapi
di sisi lain kehadiran PKL
menyebabkan ketidakteraturan
kekumuhan dan kualitas fisik yang
buruk sehingga merusak wajah kota
Selain itu PKL yang berjualan di
Lapangan Pancasila pada malam hari
dengan kehidupan malam dan wanita-
wanita penghibur yang berdandan tebal
Tempat pedagang kaki lima bagi
Masyarakat dijalan Samanhudi Jember
sangat penting sebagai penyedia kebutuhan
yang dibutuhkan oleh Masyarakat Jember
Pedangan kaki lima sangat mempengaruhi
pola pasar dan sosial di Jember khususnya
didaerah Jalan Samanhudi Dalam bidang
perekonomian pedagang kaki lima hanya
berpengaruh sebagai produsen yang
penting bagi Masyarakat Jember
mengingat akan Meningkatnya jumlah
Penduduk Mereka cenderung lebih
memilih membeli pada pedagang kaki lima
Usaha PKL yang terus
berkembang pesat menarik PKL
untuk mempekerjakan karyawan
selain tenaga yang dibutuhkan
memang tidak bisa dikerjakan
sendiri terdapat pula pemilik
modal yang menyewa tempat
usaha namun dijadikan usaha
sampingan sehingga tidak
mengelola secara langsung
usahanya namun dengan
mempekerjakan karyawan PKL
yang statusnya sebagai karyawan
Pedangan kaki lima sangat
mempengaruhi pola pasar
dan sosial
harga yang PKL tawarkan
lebih murah dibandingkan
dengan harga di mall
grosir maupun indogrosir
sebagai salah satu
alternatif lapangan
pekerjaan bagi masyarakat
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
menciptakan kesan negatif dan
memperburuk citra kawasan
daripada membeli di supermarket yang
sudah merajalela di kota Jember pada saat
ini mall atau grosir maupun indogrosir
yang banyak tersebar di kota Jember
dikarenakan harga yang mereka tawarkan
lebih murah
sebanyak 10 dimana karyawan
tersebut memanfaatkan PKL
sebagai lapangan pekerjaan
Sehingga bekerja sebagai
karyawan PKL dapat dikatakan
sebagai salah satu alternatif
lapangan pekerjaan bagi
masyarakat
Mengetahui
pola aktivitas
PKL dijalur
pejalan kaki
Aktivitas PKL sendiri
memiliki kecenderungan untuk
menempati ruang ruang antar aktivitas
yang selalu ramai dilewatidikunjungi
oleh banyak orang dalam melakukan
pergerakan perpindahan dari aktivitas
satu ke aktivitas yang lain atau dari
bangunan perdagangan modern satu ke
bangunan perdagangan modern yang
lain secara periodik dalam rentang
waktu tertentu sehingga kemudian
pilihan ini jatuh kepada jalur-jalur
pedestrian yang notabene merupakan
ruang-ruang terbuka publik yang
PKL berdagang dengan menempati
tempat yang tetap dan tidak berpindah-
pindah
Modal dan aset sebagian besar adalah
milik sendiri
Berdagang di Samanhudi merupakan
usaha utama
Alat peraga PKL pada kawasan ini
dapat dibedakan menjadi
ndashAlat peraga semi permanen dari kayu
dan tenda yang bersifat menetap
ndashAlat peraga dengan bangku meja dan
tenda sekaligus sebagai tempat tinggal
ndashAlat peraga beroda namun menetap
Pola Aktivitas pelayanan PKL di
kawasan sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi pada umumnya melayani
pengunjung rumah sakit namun
tidak menutup kemungkinan
konsumennya adalah pengendara
atau orang yang sedang melintasi
jalan tersebut tanpa bermaksud
untuk masuk ke rumah sakit
Selain itu konsumen
yang berasal dari sekitar lokasi
PKL seperti penduduk
permukiman di sekitarnya
pekerja yang bekerja di sektor
Aktivitas PKL memiliki
kecenderungan untuk
menempati ruang ruang
antar aktivitas yang selalu
ramai dilewatidikunjungi
oleh banyak orang dalam
melakukan pergerakan
perpindahan dari aktivitas
satu ke aktivitas yang lain
atau dari bangunan
perdagangan modern satu
ke bangunan perdagangan
modern
Saat berjualan alat peraga
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
seyogyanya digunakan oleh pejalan
kaki Keberadaan ruang trotoar yang
semakin sempit oleh penggunaan ruang
PKL membuat pejalan kaki
menjatuhkan pilihan untuk melakukan
perjalanan pada ruang-ruang seperti
jalur lambat dan sebagian badan jalan
sehingga mengurangi keamanan jiwa
dan kenyamanan pejalan kaki sendiri
serta pengguna jalan yang lain
(pengendara)
Kegiatan-kegiatan yang
dilakukan oleh pejalan kaki pada
ruang-ruang jalur pedestrian atau
trotoar di Kawasan Bundaran Simpang
Lima adalah kegiatan berjalan dan
berbelanja Sebagian dari pejalan kaki
hanya berjalan melintasi trotoar untuk
menuju lokasi tujuannya akan tetapi
ada pula sebagian dari pejalan kaki
yang berjalan sambil melihat-lihat
bahkan ada yang berbelanja pada PKL
ndashAlat peraga beroda namun menetap
dengan bangku dan meja
ndashHanya berupa matras sebagai alas
dagangan yang dapat berpindah
sewaktu-waktu
Alat peraga yang dipakai untuk usaha
tidak seragam dan tidak menggunakan
desain yang baik sehingga terkesan
kumuh kurang bersih dan sangat
mengganggu wajah kota dan menutup
fasade bangunan di belakangnya
Saat berjualan alat peraga kios
sebagian besar menempati badan jalan
dan trotoar
Saat tidak berjualan alat peraga kios
sebagian besar tetap di lokasi jualan
lama berjualan di Samanhudi sebagian
besar antara 6 ndash10 tahun
Terbanyak dari pedagang belum
pernah bekerja di sektor lain dan dari
semula telah menjadi PKL di
Samanhudidi bandingkan denga harga
yang ada di mall Pedagang
lain sehingga tidak ada batasan
pasti mengenai pola pelayanan
para PKL tersebut
Waktu beraktivitas para
PKL umumnya terbagi menjadi
dua sesi PKL yang pertama
adalah pedagang yang aktivitas
berdagangnya pada pagi hingga
siang hari Pedagang yang kedua
merupakan pedagang yang
mempunyai waktu layanan pada
sore hingga malam hari Namun
tidak menutup kemungkinan
terdapat beberapa PKL yang
berdagang dari pagi hingga
malam hari bahkan buka nonstop
mengingat rumah sakit
beraktivitas selama sehari penuh
sehingga mereka mengikuti
aktivitas sektor formal yang ada
di sekitarnya
Waktu berdagang
tersebut juga disesuaikan dengan
kios sebagian besar
menempati badan jalan
dan trotoar
Waktu beraktivitas para
PKL umumnya terbagi
menjadi dua sesi PKL
yang pertama adalah
pedagang yang aktivitas
berdagangnya pada pagi
hingga siang hari
Pedagang yang kedua
merupakan pedagang yang
mempunyai waktu layanan
pada sore hingga malam
hari Namun tidak
menutup kemungkinan
terdapat beberapa PKL
yang berdagang dari pagi
hingga malam hari bahkan
buka nonstop
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
izin usaha yang diberlakukan oleh
petugas kelurahan sebagai pihak
yang berwenang menangani PKL
Untuk lokasi yang dilarang untuk
PKL oleh PKL tetap digunakan
sebagai lokasi untuk berdagang
dengan waktu berdagang setelah
jam kerja yaitu sore hingga
malam hari
Mengetahui
Pengelolaan
PKL di jalur
pejalan kaki
dalam perkembangannya
pemerintah mengeluarkan SK
Walikota Kota Semarang No 511316
tahun 2001 tentang Penetapan Lahan
yang mengatur tentang lokasi-lokasi
dan waktu aktivitas PKL yang
diperbolehkan oleh pemerintah pada
Kawasan Bundaran Simpang Lima
agar tetap terjaga kerapihan dan
estetikakeindahan wajah kawasannya
yaitu PKL yang berjualan di depan
Kompleks Pertokoan Simpang Lima
depan Ramayana SC depan Kantor
Adanya pengakuan resmi dari
pemerintah terhadap PKL Samanhudi
sebagai salah satu sector ekonomi di
kawasan studi melalui surat keputusan
resmi Surat keputusan ini sekaligus
mengatur hak kewajiban dan
tanggung jawab PKL sebagai
kompensasi perubahan status yang
telah diberikan oleh pemerintah
Pedagang kaki lima perlu untuk
mendapatkan pembinaan dari
pemerintah Kabupaten Jember untuk
meningkatkan kemampuan wirausaha
Pemerintah Kota Semarang
berwenang dalam mengatur
keberadaan PKL di ruang Kota
Semarang seperti yang terdapat di
kawasan sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi dengan bentuk
pengelolaan lokasional (stabilitas
atau pengaturan) dan struktural
(perijinan) Dalam pengaturan
tersebut Pemerintah Kota
Semarang menggunakan dasar
hukum berupa Undang-Undang
Peraturan Pemerintah Peraturan
mengatur tentang lokasi-
lokasi dan waktu aktivitas
PKL yang diperbolehkan
oleh pemerintah agar tetap
terjaga kerapihan dan
estetikakeindahan wajah
kawasannya
Pedagang kaki lima perlu
untuk mendapatkan
pembinaan
Pedestrian dirancang ulang
dengan dilebarkan hingga
area parkiran street
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
TelkomSMKN 7 Semarang depan
Gajahmada Plaza dan depan Masjid
Baiturrahman boleh berjualan dari
pukul 1600 ndash 0400 WIB (khusus pada
Hari Minggu PKL diijinkan untuk
berjualan mulai pukul 0600 ndash 0800
WIB) menempati ruang trotoar dengan
luas areal 4 x 6 meter
Sampai dengan tahun 2008
PKL di Kawasan Bundaran Simpang
Lima mencapai 1536 pedagang dan
ada kecenderungan akan terus
meningkat dari tahun ke tahun (lihat
Tabel III4) Kecenderungan lokasi
PKL pada masa-masa yang akan
datang mengikuti kecenderungan dari
perkembangan aktivitas formal
kawasan yang ada demikian juga
kecenderungan waktu berdagangnya
Melihat kecenderungan aktivitas PKL
kawasan maka SK Walikota Kota
Semarang No 511316 tahun 2001
sudah tidak relevan lagi dan perlu
dan peningkatan kualitas barang
dagang dan pelayanan terhadap
pembeli konsumen sehingga bias
meningkatkan pendapatan dan
aktivitas pedagang kaki lima dapat
member nilai tambah serta dapat
memberkan peluang kerja yang dapat
mengurangi tingkat pengangguran di
Kabupaten Jember Bentuk pembinaan
berupa penyuluhan yang diberikan
berkala secara rutin Program
pembinaan diadakan oleh pemerintah
Paguyuban Samanhudi merupakan
Kelembagaan yang memiliki
kewenangan atau keterikatan dengan
pengelolaan dan pembinaan Pedagang
Kaki Lima KoridorJalan
SamanhudiPaguyuban ini
beranggotakan wakil PKL wakil
pedagang formal wakil pemerintah
dari dinas Kebersihan dan
Pertamanan Dinas Polisi Pamong
Praja Dinas Pariwisata Dinas
Daerah dan Surat Keputusan
Walikota Adapun dasar hukum
yang mengatur secara jelas
mengenai aktivitas PKL di Kota
Semarang yang berlaku saat ini
diantaranya adalah sebagai
berikut
1048707 Peraturan Daerah No 11 Tahun
2000 tentang Pengaturan dan
Pembinaan PKL Perda ini
menjelaskan tentang pengaturan
dan pembinaan PKL di Kota
Semarang seperti pengaturan
tempat usaha hak kewajiban dan
larangan untuk PKL Dalam
kaitannya dengan karakteristik
berlokasi aktivitas PKL
dijelaskan dalam Perda ini yang
terdapat dalam pasal 3 yaitu
penempatan lokasi kegiatan PKL
diatur dengan mempertimbangkan
tempat kepentingan untuk umum
lainnya seperti kepentingan untuk
sehingga jalur aktif
kendaraan tidak
mengalami penyempitan
mengatur keberadaan PKL
di ruang Kota dengan
bentuk pengelolaan
lokasional (stabilitas atau
pengaturan) dan struktural
(perijinan)
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
ditinjau kembali sesuai dengan
kecenderungan dan kebutuhan yang
ada di lapangan
Pendapatan dan Dinas LPMK
Kabupaten Jemberserta pihak
penengah selaku penasehat dan pihak
netral yang diwakili oleh pakar PKL
dari universitas tokoh masyarakat dan
pakar PKL lainnya
Penerapan tema khusus pada penataan
PKL kawasan studi agar mempunyai
cirri khas dan dapat mengangkat citra
kawasan dan meningkatkan daya tarik
kawasan Contoh produk khas
jember yang dapat diangkat sebagai
tema adalah tembakau rookk dan
cerutu mengingat Jember sebagai
penghasil tembakau terbesar di Jawa
Kegiatan khas Jember yang dapat
diangkat sebagai tema yaitu Jember
Fashion Carnaval Penerapan tema
dapat diaplikasikan pada sarana usaha
PKL finishing pedestrian perabot
kota dan elemen pendukung lainnya
Pedestrian dirancang ulang dengan
pejalan dan untuk sirkulasi
kendaraan Untuk lebih jelas
mengenai detail isi perda tersebut
dapat dilihat pada Lampiran F
1048707 Surat Keputusan Walikota
Semarang No 51136 Tahun
2001 tentang lokasi PKL di Kota
Semarang dimana di dalamnya
diantaranya mengatur luas area
batas pemakaian area waktu
aktivitas dan tempat aktivitas
PKL Ruas kanan Jalan dr
Kariadi dari arah Jalan Veteran
merupakan lokasi yang
diperbolehkan untuk aktivitas
PKL Lokasi tersebut menempati
trotoar serta bangunan berupa
semi permanen Untuk lebih jelas
mengenai detail isi SK tersebut
dapat dilihat pada Lampiran F
1048707 Perda No 6 Tahun 2004
tentang Rencana Detail Tata
Ruang Kota Semarang Bagian
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
dilebarkan hingga area parkiran street
sehingga jalur aktif kendaraan tidak
mengalami penyempitan Diberikan
perbedaan yang tegas antara ruang
PKL dan ruang pejalan kaki dan jalur
kendaraan berupa perbedaan tinggi
lantaiSehingga dikemudian hari kios
PKL tidak melebar ke segala sisi
Wilayah Kota (BWK) I
(Kecamatan Semarang Tengah
Semarang Timur dan Semarang
Selatan Tahun 2000-2010 Perda
tersebut menjelaskan mengenai
fungsi serta peran BWK I yang
terkait dengan sektor formal di
wilayah tersebut yaitu penjelasan
mengenai fasilitas kesehatan yang
berada khususnya di Kelurahan
Randusari Selain itu dijelaskan
pula kelas Jalan dr Kariadi Jalan
dr Soetomo dan Jalan Veteran
serta jalur transportasi yang
melaluinya
41
Lokasi yang diminati PKL tidak menyediakan tempat khusus untuk berdagang
PKL sehingga mereka menggunakan ruang-ruang publik untuk tempat usahanya
seperti di trotoar di atas saluran drainase bahu jalan dan badan jalan Dengan
difungsikannya ruang-ruang publik tersebut menjadi tempat berdagang bagi PKL
berakibat menurunnya fungsi ruang publik tersebut mengurangi citra kawasan serta
menurunnya kualitas lingkungan Oleh pemerintah kota ruang-ruang publik tersebut
dimanfaatkan untuk tempat usaha PKL karena diperlukan tempat usaha di lokasi
tersebut Hal ini sebagai upaya pemerintah untuk mewadahi aktivitas tersebut
Tempat-tempat tersebut dilegalkan menjadi tempat usaha yang diperuntukkan bagi
PKL sesuai dengan peraturan daerah nomor 11 tahun 2000 tentang PKL yang
notabene bertolak belakang dengan peraturan daerah lainnya yang mengatur tentang
ketertiban keindahan dan pertamanan Persentase PKL yang menempati ruang-ruang
publik dapat dilihat pada Gambar berikut ini
Gambar 34
Persentase Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Terdapat pula PKL yang tidak mendapat izin tempat usaha berdagang
khususnya PKLyang berlokasi di daerah larangan untuk PKL serta berdagang pada
waktu yang tidak diperbolehkan sehingga mereka tidak ditarik retribusi dan sewaktu-
waktu dapat ditertibkan oleh aparat penegak tata tertib Namun ketidaktertiban aparat
PKL yang tidak mendapat izin tersebut kadang-kadang juga dipungut retribusi yang
diistilahkan dengan uang keamanan namun frekuensinya tidak teratur PKL dalam
golongan ini jumlahnya minoritas jika dibandingkan dengan PKL yang mendapat izin
tempat usaha Berikut sketsa sebaran PKL menurut tempat usahanya yang dapat
dilihat pada Gambar
41
Gambar 35
Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
c Jenis Barang Dagangan
Dagangan mayoritas yang diperdagangkan oleh PKL di sekitar Rumah Sakit
dr Kariadi adalah jenis barang dagangan makanan seperti warung tegal bakso soto
es buah dan makanan kecil Jenis dagangan tersebut diminati karena PKL mencoba
menangkap aktivitas kegiatan utama yang banyak membutuhkan jenis barang
dagangan makanan
Jenis barang dagangan yang paling minoritas diperdagangkan adalah buah-
buahan Jenis dagangan inipun hanya dijumpai di penggal Jalan dr Kariadi karena di
penggal jalan tersebut terdapat pintu masuk pengunjung rumah sakit Jenis barang
dagangan ini biasanya digunakan sebagai cangkingan atau oleh-oleh untuk membesuk
pasien Namun jenis dagang ini kurang diminati pedagang dikarenakan barangnya
yang mudah busuk tidak mempunyai tempat penyimpanan khusus seperti kulkas
relatif mahal karena rata-rata buah impor serta konsumennya relatif sedikit
Kekurangminatan pedagang untuk menjual jenis dagangan ini dapat dilihat dari
sedikitnya jumlah PKL yang menjual dagangan ini
Jenis barang dagangan lain yang banyak diperdagangkan adalah kelontong
karena berjualan bermacam-macam jenis barang dari rokok makanan kecil air
kemasan bahkan sampai barang kebutuhan mereka yang beraktivitas di kegiatan
41
utama yaitu rumah sakit seperti untuk kebutuhan penunggu pasien yaitu tikar kipas
termos untuk air panas dan jenis barang lainnya
Jenis dagangan yang lain merupakan jenis barang dagangan yang umum
diperdagangkan atau jenis barang dagangannya hampir ada setiap ruas jalan-jalan
besar lokasi PKL lainnya di kota besar yang kebanyakan termasuk dalam jenis barang
dagangan non makanan dan jasa pelayanan seperti warung telekomunikasi bensin
tambal ban voucher pulsa fotocopy Untuk jasa pelayanan fotocopy yang banyak
tersebar di kawasan tersebut terkait dengan adanya kegiatan utama berupa fasilitas
pendidikan seperti Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro akademi
keperawatan dan farmasi sedangkan untuk jenis dagangan umum lainnya terkait
adanya permukiman di sekitar lokasi tersebut Namun ada barang dagangan yang khas
yaitu nisan karena lokasi sekitar Rumah sakit dr Kariadi terdapat tempat pemakaman
umum yang cukup besar yaitu TPU Bergota
Jenis dagangan yang dijual dapat dikatakan tidak semata hanya melayani
untuk aktivitas yang terkait dengan Rumah Sakit dr Kariadi namun juga melayani
terhadap aktivitas lainnya disekitar Rumah Sakit dr Kariadi seperti fasilitas
pendidikan permukiman pemakaman serta perkantoran bahkan aktivitas transportasi
seperti kebutuhan supir angkutan umum dan supir taxi Untuk lebih jelas mengenai
perbandingan jumlah PKL menurut jenis barang dagangan di masing-masing penggal
jalan dapat dilihat pada gambar berikut ini
Gambar 36
Karakteristik Jenis Barang Dagangan Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
41
d Sarana Fisik Berdagang
Masing-masing lokasi memiliki jenis sarana berdagang mayoritas yang
berbeda-beda Pada penggal Jalan dr Kariadi mayoritas PKL di penggal jalan tersebut
menggunakan kios sebagai sarana berdagangnya Kios-kios tersebut awalnya
merupakan warung semi permanen yang disekat-sekat Namun seiring dengan
perkembangan waktu dan adanya praktek sewa tempat usaha maka warung tersebut
dibangun permanen oleh pemiliknya bahkan diantaranya ada yang dilengkapi dengan
kamar mandi serta ruang tidur Hal tersebut dikarenakan sebagian kios juga dijadikan
sebagai tempat tinggal pemiliknya Asal pedagang yang dari luar Kota Semarang serta
biaya yang mengontrak relatif mahal sehingga menjadikan kiosnya sebagai sarana
usaha serta tempat tinggal sekaligus Sarana dagang tersebut telah menyimpang dari
peraturan daerah tentang PKL Latar belakang pendidikan PKL yang sebagian rendah
kemungkinan menjadi penyebab kurangnya pemahaman pedagang terhadap produk
hukum tersebut atau memang mengerti namun sengaja dilanggar karena tidak adanya
upaya pemerintah untuk menertibkan sarana berdagang yang telah melanggar
peraturan tersebut Selain itu ketidaktergantungan PKL terhadap ketersediaan
prasarana penunjang menjadikan PKL dalam beraktivitas tidak mempertimbangkan
aspek tersebut
Selain kios sarana dagangan yang banyak diminati adalah gerobak tenda yaitu
sarana dagangan utamanya gerobak yang ditunjang dengan tenda yang biasanya untuk
tempat makan konsumen Sarana dagang ini dianggap praktis karena mudah
dibongkar pasang serta dipindahkan Terlebih sarana dagang ini sesuai dengan
himbauan pemerintah dalam Perda No 11 tahun 2000 yaitu sarana PKL adalah yang
mudah untuk dibongkar serta dipindahkan
Lain halnya dengan PKL di penggal Jalan dr Soetomo mereka lebih banyak
menggunakan gerobak Hal tersebut dikarenakan lokasi tersebut merupakan lokasi
larangan untuk PKL tapi mereka tetap bertahan di lokasi tersebut dengan alasan tidak
tersedia tempat lain yang strategis untuk berjualan Dengan menggunakan gerobak
memudahkan mereka untuk lari atau berpindah tempat jika ada penertiban oleh aparat
penegak tata tertib
Di penggal Jalan Veteran sama halnya dengan sarana fisik yang digunakan
berdagang oleh PKL di penggal Jalan dr Kariadi Mereka mayoritas menggunakan
41
sarana berdagang berupa kios Mereka menggunakan sarana fisik dagangan kios
permanen yang dianggap aman karena memperoleh izin tempat usaha dari pihak
terkait untuk berdagang Namun sarana dagang yang dibuat permanen tersebut tidak
sesuai dengan perda tentang PKL yang mengharuskan sarana dagang pedagang kaki
lima yang mudah dibongkar dan dipindah-pindah
Sarana fisik dagangan yang kurang diminati adalah mobil Walaupun cukup
fleksibel untuk berpindah-pindah namun biaya untuk operasional sehari-hari cukup
mahal seperti bahan bakar perawatan mobil ataupun untuk pengadaan unit mobil itu
sendiri Hanya terdapat satu PKL yang menggunakan sarana dagangan ini yaitu
berada di penggal Jalan dr Kariadi Namun karena pada waktu penyebaran kuesioner
pedagang ini tidak berada di lokasi maka tidak masuk menjadi responden
e Pola Layanan
Untuk pola pelayanan terdapat tiga aspek yang dibahas yaitu mengenai waktu
layanan
aktivitas PKL serta sifat layanan Berikut uraian dari analisis pola pelayanan tersebut
1 Waktu Layanan
Sesuai waktu aktivitas kegiatan utama yang rata-rata pagi hingga sore hari
seperti fasilitas pendidikan perkantoran serta jam berkunjung dan pemeriksaan rumah
sakit maka mayoritas PKL membuka usahanya pada waktu tersebut yaitu sekitar
pukul 0900 hingga pukul 1600 Namun khusus yang berada di penggal Jalan dr
Kariadi yaitu di sekitar pintu masuk dan lokasi larangan untuk PKL hanya
diperbolehkan untuk berjualan pada sore hingga malam hari yaitu biasanya mereka
membuka usahanya sekitar pukul 1600 hingga 0000 Terdapat beberapa PKL yang
waktu usahanya menyesuaikan dengan waktu pelayanan rumah sakit yang buka 24
jam atau sepanjang hari Hal tersebut dilakukan menangkap peluang menjajakan
barang dagangan untuk kebutuhan aktivis rumah sakit seperti penunggu pasien
pengunjung atau petugas piket atau jaga serta tidak menutup kemungkinan pembeli
dari pengendara yang lalu lalang atau supir transportasi umum
Hal tersebut juga berlaku di penggal jalan yang lain dimana mayoritas
membuka usahanya pada pagi hingga sore hari Hanya minoritas yang membuka
usaha pada sore hingga malam hari serta sepanjang hari Faktor lain yang dapat
mempengaruhi waktu aktivitas PKL selain menyesuaikan waktu aktivitas kegiatan
utama adalah kepemilikan usaha yang merupakan milik pribadi sehingga mereka
membuka usahanya sesuai keinginan mereka
41
Terdapat pula fenomena satu lokasi ditempati oleh dua PKL dengan waktu
layanan yang berbeda PKL yang beraktivitas pada pagi hingga sore mencoba
menagkap peluang dari kunjungan ke kegiatan utama seperti rumah sakit fasilitas
pendidikan perkantoran serta perdagangan informal dan tidak menutup orang yang
lalu lalang melewati jalan-jalan tersebut Lokasi yang dianggap strategis serta
berprospektif tersebut digunakan oleh PKL lain untuk berjualan di tempat yang sama
Hal tersebut dimanfaatkan PKL untuk menangkap peluang dari kegiatan rumah sakit
serta orang yang lalu lalang Selain itu juga menangkap konsumen dari penumpang
bus malam yang melewati Jalan dr Soetomo dimana di jalur tersebut terdapat halte
serta konsumen dari supir angkutan umum yang sedang istirahat sejenak Berikut
pemetaan PKL menurut waktu berdagangnya
Gambar 37Peta Sebaran Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Menurut Waktu Layanan
2 Sifat Layanan
Dari gambar di bawah ini dapat disimpulkan bahwa mayoritas PKL di sekitar
Rumah Sakit dr Kariadi memiliki sifat layanan menetap baik dari segi tempat
berdagangnya yang tetap serta waktu berdagangnya yang sama setiap harinya hal ini
nampak pada sarana fisik dagangan para PKL tersebut yang berupa kios yang
memang tidak bisa dipindah-pindah atau permanen Hanya 13 yang memiliki sifat
layanan semi menetap Berikut persentase PKL menurut sifat layanannya
41
Gambar 38Persentase Sifat Layanan Pedagang Kaki LimaDi Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Sifat layanan semi menetap biasanya PKL yang tempat usahanya yang
merupakan gabungan antara menetap dengan keliling yaitu pada awal waktu
berdagang pada lokasi yang sama tiap harinya namun jika belum habis dagangannya
mereka berkeliling serta jam berdagang yang tidak tetap tiap harinya terkadang hanya
sampai siang karena dagangannya habis Sisanya yang 2 berjualan secara
berkeliling yang diantaranya bertujuan untuk mendekati konsumen serta
memanfaatkan waktu-waktu puncak kegiatan utama rumah sakit seperti waktu
kunjungan menjenguk pasien
f Pola Penyebaran
Pola penyebaran PKL mayoritas mengikuti pola jalan yang ada yaitu linier
Mereka berjualan di bahu-bahu jalan bahkan ada yang berada di atas saluran drainase
Selain itu pola penyebaran tersebut terbentuk karena lokasi yang diperbolehkan untuk
PKL menempati trotoar trotoar sepanjang jalan yang secara otomatis membentuk
linier Alasan lainnya yang diungkapkan oleh pedagang adalah agar dagangannya
mudah dilihat oleh orang yang lalu lalang Namun terdapat beberapa PKL yang
berjualan secara aglomerasi dengan PKL yang berjualannya bergerombol di dekat
pintu masuk pengunjung Rumah Sakit dr Kariadi seperti yang dapat dijumpai di Jalan
dr Kariadi yaitu bergerombol di sekitar pintu masuk pengunjung rumah sakit serta di
Jalan dr Soetomo yang bergerombol di dekat pintu masuk UGD dan pintu masuk ke
Gedung Pavilliun Garuda Hal tersebut dimaksudkan untuk mendekati pengunjung
yang akan masuk ke rumah sakit Hanya sebagian kecil saja yang lokasinya berjauhan
dengan PKL lainnya atau menyebar untuk mengurangi persaingan dengan PKL
lainnya
41
g Kesimpulan Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar
Rumah Sakit dr Kariadi
Tempat usaha tidak terdapatnya tempat yang dikhususkan untuk PKL pemerintah
memfasilitasinya dengan memperbolehkan menempati ruang-ruang publik seperti
trotoar badan atau bahu jalan serta di atas saluran drainase melalui Perda no 11 tahun
2000 Namun hal ini dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan
serta visual kawasan dan tidak optimalnya ruang publik tersebut Mayoritas PKL di
kawasan tersebut telah mengantongi izin tempat usaha dari kelurahan selaku pihak
berwenang
Jenis barang dagangan karakteristik jenis barang dagangan PKL pada umumnya
mengikuti kebutuhan kegiatan utama yaitu aktivitas Rumah Sakit dr Kariadi dan
sekitarnya seperti fasilitas pendidikan perkantoran perdagangan informal
permukiman dan pemakaman Jenis barang dagangan yang mayoritas diperdagangkan
berupa makanan Jenis barang dagangan yang diperdagangkan adalah non makanan
buah-buahan jasa pelayanan serta kelontong Terkait dengan kegiatan utama terdapat
beberapa jeni barang dagangan yang spesifik seperti termos tikar kipas guna
memenuhi kebutuha penunggu pasien
Sarana fisik dagangan mayoritas berupa kios yang dibangun permanen serta
gerobak tenda Menggunakan kios dikarenakan lokasinya yang telah dilegalkan untuk
aktivitas PKL serta terkait pola layanan yang menetap serta pada waktu berdagang
yang tetap Sedangkan gerobak tenda banyak digunakan oleh pedagang makanan
dimana tendanya digunakan sebagai tempat untuk konsumen Untuk bangunan
permanen diantaranya digunakan sebagai tempat tinggal Ketidakketergantungan
PKL terhadap prasarana penunjang sehingga PKL tidak mempertimbangkan aspek
tersebut karena mereka dapat mengusahakan sendiri
Pola pelayanan dari segi waktunya mengikuti waktu aktivitas kegiatan utama yaitu
pagi hingga sore hari sekitar pukul 0900 ndash 1600 serta telah mendapat izin tempat
usaha dari pihak berwenang namun terdapat pula PKL yang beraktivitas sore hingga
malam hari yaitu pukul 1600 ndash 0000 serta sepanjang hari Sifat layanannya menetap
mengingat mayoritas bersarana fisik dagangan berupa kios serta waktu berdagang
yang relatif tetap
Pola penyebaran mayoritas secara linier yaitu mengikuti pola jalan karena lokasi
yang dilegalkan untuk PKL oleh pemerintah menempati ruang-ruang publik seperti
trotoar di atas saluran drainase dan bahu jalan yang notabene mengikuti pola jalan
41
Selain itu terdapat sebagian beraglomerasi di sekitar pintu masuk rumah sakit yang
bertujuan untuk mendekati konsumen dan sisanya menyebar agar mengurangi
saingan
ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun
menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan
Samanhudi dengan kawasan PKL lain
ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL
ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun
dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja
namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang
namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan
ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa
jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan
harga antara pedagang formal dan PKL
ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan
pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak
penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi
antar pihak
ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai
dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan
perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang
informal
ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan
persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL
ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan
dalih keamanan
ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan
pejalan kaki dan pengendara kendaraan
ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki
ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL
ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan
ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa
harus saling menumpuk
41
ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak
Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini menjadi
jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen
41
Pengelolaan PKL
Pengelolaan PKL di Bundaran
Simpang Lima
Lima Semarang
Pengelolaan PKL di
Kabupaten Jember
Pengelolaan PKL di Kawasan Sekitar Rumah
Sakit dr Kariadi Semarang
Mengakui keberadaan PKL dengan
menuangkannya di dalam produk-
produk tata ruang
Penegakan peraturan
perundagangan yang terkait
dengan PKL
Menjalin kerjasama dengan sektor
formal dalam menyediakan ruang
bagi PKL
Menyediakan ruang perkotaan
yang dikhususkan bagi sektor
informal
Peningkatan citra PKL
Pengakuan terhadap eksistensi PKL
Control terhadap dana bantuan
Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo
Penindakan tegas kepada oknum yang
melakukan perampasan hak pada PKL
dengan dalih keamanan
Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk
menampung aktivitas PKL dan pejalan
kaki
Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan
jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir yang tepat
Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal
Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan
jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir
Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL
dan konsumen yang aman dari gangguan
pejalan kaki dan pengendara kendaraan
41
36 Temuan Studi
Temuan studi ini dimana akan menjawab sasaran yang disesuaikan dari contoh kasus yang ada di Indonesia Berikut adalah tabel matrik temuan
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
Mengetahui
permasalahan
PKL di jalur
pejalan kaki
Keberadaan sektor PKL yang menempati ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima memakai separuh lebih lebar trotoar bahkan seringkali tidak menyisakan sedikit pun ruang untuk pejalan kaki Ruang-ruang trotoar menjadi tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya sebagai ruang pemisah antara ruang yang digunakan untuk sirkulasi pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan Ruang-ruang trotoar tersebut banyak yang beralih fungsi menjadi lokasi berdagang PKL
Peralihan fungsi trotoar ini menyebabkan terganggunya aktivitas pejalan kaki sehingga pejalan terpaksa harus menggunakan jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk berjalan guna menghindari berbagai hambatan di atas trotoar Hal ini menyebabkan pejalan kaki terpaksa harus berhati-hati jika melangkah terkadang juga harus mengalah berjalan pada ruang-ruang jalur lambat dan sebagian badan jalan Kondisi ini sangat tidak aman dan
Masalah yang utama itu dari setiap
pedagang kaki lima di Jalur Pejalan Kaki
di Jalan Samanhudi Jember yaitu
Penggusuran Para PKL liar yang tidak
memiliki TDU(Tanda Daftar Usaha)
mereka biasanya akan di gusur dengan
peringatan yang di berikan sampai di
laksanakan penggusuran paksa padahal
Pedagang kaki lima merupakan salah satu
solusi akan masalah tingginya angka
pengangguran dan sedikitnya lapangan
kerja bagi masyarakat berpendidikan
rendah seperti mereka Pemerintah dalam
hal ini tidak dapat menyediakan lahan
pengganti bagi mereka untuk melanjutkan
usaha mereka jika pun ada pemerintah
menyediakan lahan-lahan yang letaknya
kurang strategis yang secara pasti
menurunkan dan mematikan pendapatan
yang mereka dapatkan dan akhirnya
Legalitas lokasi aktivitas
PKL yang biasanya ditempatkan
di dalam ruang publik seperti di
atas trotoar di atas saluran
drainase taman dan ruang publik
lainnya patut dipertanyakan
karena ketidakberdayaannya
peraturan tersebut dalam
menangani PKL Sebagai contoh
di sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi legalitas lokasi untuk
aktivitas PKL yang linier di
sepanjang jalan yang bertempat di
atas drainase Dalam aspek
apapun hal tersebut tidak dapat
dilegalkan terlebih tidak ada
penjelasan mengenai luasan atau
desain yang diperbolehkan PKL
untuk menggelar dasaran pada
dimensi saluran drainase yang
PKL yang menempati
ruang-ruang trotoar
menyebabkan
terganggunya aktivitas
pejalan kaki
Pemerintah tidak dapat
menyediakan lahan
pengganti
Legalitas lokasi aktivitas
PKL yang biasanya
ditempatkan di dalam
ruang publik seperti di atas
trotoar di atas saluran
drainase taman dan ruang
publik patut
dipertanyakan
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
nyaman bagi pejalan kaki ataupun bagi pengendara kendaraan bermotor karena mengganggu arus lalu lintas dan membahayakan keselamatan jiwa mereka hal seperti ini dapat kita lihat di depan dan di samping Masjid Baiturrahman di depan Citraland Mall di depan dan di samping Plasa Simpang Lima di depan dan di samping Kompleks Pertokoan Simpang Lima di depan dan di samping Ramayana Super Center di depan dan di samping SMKN 7 SemarangKantor Telkom dan di depan Gajahmada Plaza
Pemilihan lokasi PKL dipengaruhi oleh kecenderungan aktivitas PKL yang selalu menentukan lokasi mendekati pusat-pusat keramaian atau pusat-pusat perdagangan dan jasa dan lokasi-lokasi yang sering dikunjungi oleh orang banyak dalam kurun waktu tertentu secara periodik dan menerus Alasan inilah yang kemudian mendasari penentuan lokasi PKL Kawasan Bundaran Simpang Lima untuk berjualan di trotoar karena ruang-ruang jalur pedestrian inilah yang
mereka harus gulung tikar dan menjadi
pengangguran yang semakin menambah
permasalahan di Indonesia Pemerintah
harus mencari cara dan tempat yang baik
untuk mereka berdagang ditengah modal
mereka yang kecil agar di sisi lain semua
para pedagang kaki lima tidak hilang
lapangan kerjanya dan bias melanjutkan
kelangsungan hidupnya
ada Selain itu PKL juga
menempati trotoar yang
mengakibatkan bertambahnya
permasalahan yang terdapat di
lokasi tersebut Imbas secara
langsung dirasakan oleh
pengguna trotoar yaitu pedestrian
ketidaknyamanan bahkan tidak
adanya lagi ruang untuk berjalan
di atas trotoar acapkali menjadi
konsekuensi pedestrian yang
trotoarnya diserobot PKL
Aglomerasi aktivitas PKL yang
berlokasi di sekitar pintu masuk
pengunjung Rumah Sakit dr
Kariadi menyebabkan
penumpukan aktivitas seperti
aktivitas keluar masuk
pengunjung aktivitas jual beli
antara PKL dengan konsumen
lalu lintas kendaraan yang sedang
melewati Jalan dr Kariadi serta
angkutan umum yang sedang
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
dianggap sebagai lokasi yang ramai dikunjungi oleh pejalan kaki yang melakukan pergerakan dalam mencapai tempat tujuan perjalanannya Begitu juga dengan ruang Lapangan Pancasila karena selalu ramai dikunjungi pada hari-hari libur dengan rata-rata pengunjung mencapai 51 ndash 100 oranghari dikarenakan kedudukannya sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya
berhenti mencari penumpang
Sekali lagi permasalahan tersebut
disikapi oleh pemerintah dengan
penertiban dan penggusuran yang
hampir tidak pernah berakhir
manis
Mengetahui
peranan PKL
Kehadiran PKL di Kawasan
Bundaran Simpang Lima juga mampu
menciptakan kehidupan yang menerus
sehingga terhindar dari kematian
kawasan pada saat tertentu akan tetapi
di sisi lain kehadiran PKL
menyebabkan ketidakteraturan
kekumuhan dan kualitas fisik yang
buruk sehingga merusak wajah kota
Selain itu PKL yang berjualan di
Lapangan Pancasila pada malam hari
dengan kehidupan malam dan wanita-
wanita penghibur yang berdandan tebal
Tempat pedagang kaki lima bagi
Masyarakat dijalan Samanhudi Jember
sangat penting sebagai penyedia kebutuhan
yang dibutuhkan oleh Masyarakat Jember
Pedangan kaki lima sangat mempengaruhi
pola pasar dan sosial di Jember khususnya
didaerah Jalan Samanhudi Dalam bidang
perekonomian pedagang kaki lima hanya
berpengaruh sebagai produsen yang
penting bagi Masyarakat Jember
mengingat akan Meningkatnya jumlah
Penduduk Mereka cenderung lebih
memilih membeli pada pedagang kaki lima
Usaha PKL yang terus
berkembang pesat menarik PKL
untuk mempekerjakan karyawan
selain tenaga yang dibutuhkan
memang tidak bisa dikerjakan
sendiri terdapat pula pemilik
modal yang menyewa tempat
usaha namun dijadikan usaha
sampingan sehingga tidak
mengelola secara langsung
usahanya namun dengan
mempekerjakan karyawan PKL
yang statusnya sebagai karyawan
Pedangan kaki lima sangat
mempengaruhi pola pasar
dan sosial
harga yang PKL tawarkan
lebih murah dibandingkan
dengan harga di mall
grosir maupun indogrosir
sebagai salah satu
alternatif lapangan
pekerjaan bagi masyarakat
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
menciptakan kesan negatif dan
memperburuk citra kawasan
daripada membeli di supermarket yang
sudah merajalela di kota Jember pada saat
ini mall atau grosir maupun indogrosir
yang banyak tersebar di kota Jember
dikarenakan harga yang mereka tawarkan
lebih murah
sebanyak 10 dimana karyawan
tersebut memanfaatkan PKL
sebagai lapangan pekerjaan
Sehingga bekerja sebagai
karyawan PKL dapat dikatakan
sebagai salah satu alternatif
lapangan pekerjaan bagi
masyarakat
Mengetahui
pola aktivitas
PKL dijalur
pejalan kaki
Aktivitas PKL sendiri
memiliki kecenderungan untuk
menempati ruang ruang antar aktivitas
yang selalu ramai dilewatidikunjungi
oleh banyak orang dalam melakukan
pergerakan perpindahan dari aktivitas
satu ke aktivitas yang lain atau dari
bangunan perdagangan modern satu ke
bangunan perdagangan modern yang
lain secara periodik dalam rentang
waktu tertentu sehingga kemudian
pilihan ini jatuh kepada jalur-jalur
pedestrian yang notabene merupakan
ruang-ruang terbuka publik yang
PKL berdagang dengan menempati
tempat yang tetap dan tidak berpindah-
pindah
Modal dan aset sebagian besar adalah
milik sendiri
Berdagang di Samanhudi merupakan
usaha utama
Alat peraga PKL pada kawasan ini
dapat dibedakan menjadi
ndashAlat peraga semi permanen dari kayu
dan tenda yang bersifat menetap
ndashAlat peraga dengan bangku meja dan
tenda sekaligus sebagai tempat tinggal
ndashAlat peraga beroda namun menetap
Pola Aktivitas pelayanan PKL di
kawasan sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi pada umumnya melayani
pengunjung rumah sakit namun
tidak menutup kemungkinan
konsumennya adalah pengendara
atau orang yang sedang melintasi
jalan tersebut tanpa bermaksud
untuk masuk ke rumah sakit
Selain itu konsumen
yang berasal dari sekitar lokasi
PKL seperti penduduk
permukiman di sekitarnya
pekerja yang bekerja di sektor
Aktivitas PKL memiliki
kecenderungan untuk
menempati ruang ruang
antar aktivitas yang selalu
ramai dilewatidikunjungi
oleh banyak orang dalam
melakukan pergerakan
perpindahan dari aktivitas
satu ke aktivitas yang lain
atau dari bangunan
perdagangan modern satu
ke bangunan perdagangan
modern
Saat berjualan alat peraga
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
seyogyanya digunakan oleh pejalan
kaki Keberadaan ruang trotoar yang
semakin sempit oleh penggunaan ruang
PKL membuat pejalan kaki
menjatuhkan pilihan untuk melakukan
perjalanan pada ruang-ruang seperti
jalur lambat dan sebagian badan jalan
sehingga mengurangi keamanan jiwa
dan kenyamanan pejalan kaki sendiri
serta pengguna jalan yang lain
(pengendara)
Kegiatan-kegiatan yang
dilakukan oleh pejalan kaki pada
ruang-ruang jalur pedestrian atau
trotoar di Kawasan Bundaran Simpang
Lima adalah kegiatan berjalan dan
berbelanja Sebagian dari pejalan kaki
hanya berjalan melintasi trotoar untuk
menuju lokasi tujuannya akan tetapi
ada pula sebagian dari pejalan kaki
yang berjalan sambil melihat-lihat
bahkan ada yang berbelanja pada PKL
ndashAlat peraga beroda namun menetap
dengan bangku dan meja
ndashHanya berupa matras sebagai alas
dagangan yang dapat berpindah
sewaktu-waktu
Alat peraga yang dipakai untuk usaha
tidak seragam dan tidak menggunakan
desain yang baik sehingga terkesan
kumuh kurang bersih dan sangat
mengganggu wajah kota dan menutup
fasade bangunan di belakangnya
Saat berjualan alat peraga kios
sebagian besar menempati badan jalan
dan trotoar
Saat tidak berjualan alat peraga kios
sebagian besar tetap di lokasi jualan
lama berjualan di Samanhudi sebagian
besar antara 6 ndash10 tahun
Terbanyak dari pedagang belum
pernah bekerja di sektor lain dan dari
semula telah menjadi PKL di
Samanhudidi bandingkan denga harga
yang ada di mall Pedagang
lain sehingga tidak ada batasan
pasti mengenai pola pelayanan
para PKL tersebut
Waktu beraktivitas para
PKL umumnya terbagi menjadi
dua sesi PKL yang pertama
adalah pedagang yang aktivitas
berdagangnya pada pagi hingga
siang hari Pedagang yang kedua
merupakan pedagang yang
mempunyai waktu layanan pada
sore hingga malam hari Namun
tidak menutup kemungkinan
terdapat beberapa PKL yang
berdagang dari pagi hingga
malam hari bahkan buka nonstop
mengingat rumah sakit
beraktivitas selama sehari penuh
sehingga mereka mengikuti
aktivitas sektor formal yang ada
di sekitarnya
Waktu berdagang
tersebut juga disesuaikan dengan
kios sebagian besar
menempati badan jalan
dan trotoar
Waktu beraktivitas para
PKL umumnya terbagi
menjadi dua sesi PKL
yang pertama adalah
pedagang yang aktivitas
berdagangnya pada pagi
hingga siang hari
Pedagang yang kedua
merupakan pedagang yang
mempunyai waktu layanan
pada sore hingga malam
hari Namun tidak
menutup kemungkinan
terdapat beberapa PKL
yang berdagang dari pagi
hingga malam hari bahkan
buka nonstop
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
izin usaha yang diberlakukan oleh
petugas kelurahan sebagai pihak
yang berwenang menangani PKL
Untuk lokasi yang dilarang untuk
PKL oleh PKL tetap digunakan
sebagai lokasi untuk berdagang
dengan waktu berdagang setelah
jam kerja yaitu sore hingga
malam hari
Mengetahui
Pengelolaan
PKL di jalur
pejalan kaki
dalam perkembangannya
pemerintah mengeluarkan SK
Walikota Kota Semarang No 511316
tahun 2001 tentang Penetapan Lahan
yang mengatur tentang lokasi-lokasi
dan waktu aktivitas PKL yang
diperbolehkan oleh pemerintah pada
Kawasan Bundaran Simpang Lima
agar tetap terjaga kerapihan dan
estetikakeindahan wajah kawasannya
yaitu PKL yang berjualan di depan
Kompleks Pertokoan Simpang Lima
depan Ramayana SC depan Kantor
Adanya pengakuan resmi dari
pemerintah terhadap PKL Samanhudi
sebagai salah satu sector ekonomi di
kawasan studi melalui surat keputusan
resmi Surat keputusan ini sekaligus
mengatur hak kewajiban dan
tanggung jawab PKL sebagai
kompensasi perubahan status yang
telah diberikan oleh pemerintah
Pedagang kaki lima perlu untuk
mendapatkan pembinaan dari
pemerintah Kabupaten Jember untuk
meningkatkan kemampuan wirausaha
Pemerintah Kota Semarang
berwenang dalam mengatur
keberadaan PKL di ruang Kota
Semarang seperti yang terdapat di
kawasan sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi dengan bentuk
pengelolaan lokasional (stabilitas
atau pengaturan) dan struktural
(perijinan) Dalam pengaturan
tersebut Pemerintah Kota
Semarang menggunakan dasar
hukum berupa Undang-Undang
Peraturan Pemerintah Peraturan
mengatur tentang lokasi-
lokasi dan waktu aktivitas
PKL yang diperbolehkan
oleh pemerintah agar tetap
terjaga kerapihan dan
estetikakeindahan wajah
kawasannya
Pedagang kaki lima perlu
untuk mendapatkan
pembinaan
Pedestrian dirancang ulang
dengan dilebarkan hingga
area parkiran street
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
TelkomSMKN 7 Semarang depan
Gajahmada Plaza dan depan Masjid
Baiturrahman boleh berjualan dari
pukul 1600 ndash 0400 WIB (khusus pada
Hari Minggu PKL diijinkan untuk
berjualan mulai pukul 0600 ndash 0800
WIB) menempati ruang trotoar dengan
luas areal 4 x 6 meter
Sampai dengan tahun 2008
PKL di Kawasan Bundaran Simpang
Lima mencapai 1536 pedagang dan
ada kecenderungan akan terus
meningkat dari tahun ke tahun (lihat
Tabel III4) Kecenderungan lokasi
PKL pada masa-masa yang akan
datang mengikuti kecenderungan dari
perkembangan aktivitas formal
kawasan yang ada demikian juga
kecenderungan waktu berdagangnya
Melihat kecenderungan aktivitas PKL
kawasan maka SK Walikota Kota
Semarang No 511316 tahun 2001
sudah tidak relevan lagi dan perlu
dan peningkatan kualitas barang
dagang dan pelayanan terhadap
pembeli konsumen sehingga bias
meningkatkan pendapatan dan
aktivitas pedagang kaki lima dapat
member nilai tambah serta dapat
memberkan peluang kerja yang dapat
mengurangi tingkat pengangguran di
Kabupaten Jember Bentuk pembinaan
berupa penyuluhan yang diberikan
berkala secara rutin Program
pembinaan diadakan oleh pemerintah
Paguyuban Samanhudi merupakan
Kelembagaan yang memiliki
kewenangan atau keterikatan dengan
pengelolaan dan pembinaan Pedagang
Kaki Lima KoridorJalan
SamanhudiPaguyuban ini
beranggotakan wakil PKL wakil
pedagang formal wakil pemerintah
dari dinas Kebersihan dan
Pertamanan Dinas Polisi Pamong
Praja Dinas Pariwisata Dinas
Daerah dan Surat Keputusan
Walikota Adapun dasar hukum
yang mengatur secara jelas
mengenai aktivitas PKL di Kota
Semarang yang berlaku saat ini
diantaranya adalah sebagai
berikut
1048707 Peraturan Daerah No 11 Tahun
2000 tentang Pengaturan dan
Pembinaan PKL Perda ini
menjelaskan tentang pengaturan
dan pembinaan PKL di Kota
Semarang seperti pengaturan
tempat usaha hak kewajiban dan
larangan untuk PKL Dalam
kaitannya dengan karakteristik
berlokasi aktivitas PKL
dijelaskan dalam Perda ini yang
terdapat dalam pasal 3 yaitu
penempatan lokasi kegiatan PKL
diatur dengan mempertimbangkan
tempat kepentingan untuk umum
lainnya seperti kepentingan untuk
sehingga jalur aktif
kendaraan tidak
mengalami penyempitan
mengatur keberadaan PKL
di ruang Kota dengan
bentuk pengelolaan
lokasional (stabilitas atau
pengaturan) dan struktural
(perijinan)
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
ditinjau kembali sesuai dengan
kecenderungan dan kebutuhan yang
ada di lapangan
Pendapatan dan Dinas LPMK
Kabupaten Jemberserta pihak
penengah selaku penasehat dan pihak
netral yang diwakili oleh pakar PKL
dari universitas tokoh masyarakat dan
pakar PKL lainnya
Penerapan tema khusus pada penataan
PKL kawasan studi agar mempunyai
cirri khas dan dapat mengangkat citra
kawasan dan meningkatkan daya tarik
kawasan Contoh produk khas
jember yang dapat diangkat sebagai
tema adalah tembakau rookk dan
cerutu mengingat Jember sebagai
penghasil tembakau terbesar di Jawa
Kegiatan khas Jember yang dapat
diangkat sebagai tema yaitu Jember
Fashion Carnaval Penerapan tema
dapat diaplikasikan pada sarana usaha
PKL finishing pedestrian perabot
kota dan elemen pendukung lainnya
Pedestrian dirancang ulang dengan
pejalan dan untuk sirkulasi
kendaraan Untuk lebih jelas
mengenai detail isi perda tersebut
dapat dilihat pada Lampiran F
1048707 Surat Keputusan Walikota
Semarang No 51136 Tahun
2001 tentang lokasi PKL di Kota
Semarang dimana di dalamnya
diantaranya mengatur luas area
batas pemakaian area waktu
aktivitas dan tempat aktivitas
PKL Ruas kanan Jalan dr
Kariadi dari arah Jalan Veteran
merupakan lokasi yang
diperbolehkan untuk aktivitas
PKL Lokasi tersebut menempati
trotoar serta bangunan berupa
semi permanen Untuk lebih jelas
mengenai detail isi SK tersebut
dapat dilihat pada Lampiran F
1048707 Perda No 6 Tahun 2004
tentang Rencana Detail Tata
Ruang Kota Semarang Bagian
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
dilebarkan hingga area parkiran street
sehingga jalur aktif kendaraan tidak
mengalami penyempitan Diberikan
perbedaan yang tegas antara ruang
PKL dan ruang pejalan kaki dan jalur
kendaraan berupa perbedaan tinggi
lantaiSehingga dikemudian hari kios
PKL tidak melebar ke segala sisi
Wilayah Kota (BWK) I
(Kecamatan Semarang Tengah
Semarang Timur dan Semarang
Selatan Tahun 2000-2010 Perda
tersebut menjelaskan mengenai
fungsi serta peran BWK I yang
terkait dengan sektor formal di
wilayah tersebut yaitu penjelasan
mengenai fasilitas kesehatan yang
berada khususnya di Kelurahan
Randusari Selain itu dijelaskan
pula kelas Jalan dr Kariadi Jalan
dr Soetomo dan Jalan Veteran
serta jalur transportasi yang
melaluinya
41
Gambar 35
Tempat Usaha Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
c Jenis Barang Dagangan
Dagangan mayoritas yang diperdagangkan oleh PKL di sekitar Rumah Sakit
dr Kariadi adalah jenis barang dagangan makanan seperti warung tegal bakso soto
es buah dan makanan kecil Jenis dagangan tersebut diminati karena PKL mencoba
menangkap aktivitas kegiatan utama yang banyak membutuhkan jenis barang
dagangan makanan
Jenis barang dagangan yang paling minoritas diperdagangkan adalah buah-
buahan Jenis dagangan inipun hanya dijumpai di penggal Jalan dr Kariadi karena di
penggal jalan tersebut terdapat pintu masuk pengunjung rumah sakit Jenis barang
dagangan ini biasanya digunakan sebagai cangkingan atau oleh-oleh untuk membesuk
pasien Namun jenis dagang ini kurang diminati pedagang dikarenakan barangnya
yang mudah busuk tidak mempunyai tempat penyimpanan khusus seperti kulkas
relatif mahal karena rata-rata buah impor serta konsumennya relatif sedikit
Kekurangminatan pedagang untuk menjual jenis dagangan ini dapat dilihat dari
sedikitnya jumlah PKL yang menjual dagangan ini
Jenis barang dagangan lain yang banyak diperdagangkan adalah kelontong
karena berjualan bermacam-macam jenis barang dari rokok makanan kecil air
kemasan bahkan sampai barang kebutuhan mereka yang beraktivitas di kegiatan
41
utama yaitu rumah sakit seperti untuk kebutuhan penunggu pasien yaitu tikar kipas
termos untuk air panas dan jenis barang lainnya
Jenis dagangan yang lain merupakan jenis barang dagangan yang umum
diperdagangkan atau jenis barang dagangannya hampir ada setiap ruas jalan-jalan
besar lokasi PKL lainnya di kota besar yang kebanyakan termasuk dalam jenis barang
dagangan non makanan dan jasa pelayanan seperti warung telekomunikasi bensin
tambal ban voucher pulsa fotocopy Untuk jasa pelayanan fotocopy yang banyak
tersebar di kawasan tersebut terkait dengan adanya kegiatan utama berupa fasilitas
pendidikan seperti Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro akademi
keperawatan dan farmasi sedangkan untuk jenis dagangan umum lainnya terkait
adanya permukiman di sekitar lokasi tersebut Namun ada barang dagangan yang khas
yaitu nisan karena lokasi sekitar Rumah sakit dr Kariadi terdapat tempat pemakaman
umum yang cukup besar yaitu TPU Bergota
Jenis dagangan yang dijual dapat dikatakan tidak semata hanya melayani
untuk aktivitas yang terkait dengan Rumah Sakit dr Kariadi namun juga melayani
terhadap aktivitas lainnya disekitar Rumah Sakit dr Kariadi seperti fasilitas
pendidikan permukiman pemakaman serta perkantoran bahkan aktivitas transportasi
seperti kebutuhan supir angkutan umum dan supir taxi Untuk lebih jelas mengenai
perbandingan jumlah PKL menurut jenis barang dagangan di masing-masing penggal
jalan dapat dilihat pada gambar berikut ini
Gambar 36
Karakteristik Jenis Barang Dagangan Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
41
d Sarana Fisik Berdagang
Masing-masing lokasi memiliki jenis sarana berdagang mayoritas yang
berbeda-beda Pada penggal Jalan dr Kariadi mayoritas PKL di penggal jalan tersebut
menggunakan kios sebagai sarana berdagangnya Kios-kios tersebut awalnya
merupakan warung semi permanen yang disekat-sekat Namun seiring dengan
perkembangan waktu dan adanya praktek sewa tempat usaha maka warung tersebut
dibangun permanen oleh pemiliknya bahkan diantaranya ada yang dilengkapi dengan
kamar mandi serta ruang tidur Hal tersebut dikarenakan sebagian kios juga dijadikan
sebagai tempat tinggal pemiliknya Asal pedagang yang dari luar Kota Semarang serta
biaya yang mengontrak relatif mahal sehingga menjadikan kiosnya sebagai sarana
usaha serta tempat tinggal sekaligus Sarana dagang tersebut telah menyimpang dari
peraturan daerah tentang PKL Latar belakang pendidikan PKL yang sebagian rendah
kemungkinan menjadi penyebab kurangnya pemahaman pedagang terhadap produk
hukum tersebut atau memang mengerti namun sengaja dilanggar karena tidak adanya
upaya pemerintah untuk menertibkan sarana berdagang yang telah melanggar
peraturan tersebut Selain itu ketidaktergantungan PKL terhadap ketersediaan
prasarana penunjang menjadikan PKL dalam beraktivitas tidak mempertimbangkan
aspek tersebut
Selain kios sarana dagangan yang banyak diminati adalah gerobak tenda yaitu
sarana dagangan utamanya gerobak yang ditunjang dengan tenda yang biasanya untuk
tempat makan konsumen Sarana dagang ini dianggap praktis karena mudah
dibongkar pasang serta dipindahkan Terlebih sarana dagang ini sesuai dengan
himbauan pemerintah dalam Perda No 11 tahun 2000 yaitu sarana PKL adalah yang
mudah untuk dibongkar serta dipindahkan
Lain halnya dengan PKL di penggal Jalan dr Soetomo mereka lebih banyak
menggunakan gerobak Hal tersebut dikarenakan lokasi tersebut merupakan lokasi
larangan untuk PKL tapi mereka tetap bertahan di lokasi tersebut dengan alasan tidak
tersedia tempat lain yang strategis untuk berjualan Dengan menggunakan gerobak
memudahkan mereka untuk lari atau berpindah tempat jika ada penertiban oleh aparat
penegak tata tertib
Di penggal Jalan Veteran sama halnya dengan sarana fisik yang digunakan
berdagang oleh PKL di penggal Jalan dr Kariadi Mereka mayoritas menggunakan
41
sarana berdagang berupa kios Mereka menggunakan sarana fisik dagangan kios
permanen yang dianggap aman karena memperoleh izin tempat usaha dari pihak
terkait untuk berdagang Namun sarana dagang yang dibuat permanen tersebut tidak
sesuai dengan perda tentang PKL yang mengharuskan sarana dagang pedagang kaki
lima yang mudah dibongkar dan dipindah-pindah
Sarana fisik dagangan yang kurang diminati adalah mobil Walaupun cukup
fleksibel untuk berpindah-pindah namun biaya untuk operasional sehari-hari cukup
mahal seperti bahan bakar perawatan mobil ataupun untuk pengadaan unit mobil itu
sendiri Hanya terdapat satu PKL yang menggunakan sarana dagangan ini yaitu
berada di penggal Jalan dr Kariadi Namun karena pada waktu penyebaran kuesioner
pedagang ini tidak berada di lokasi maka tidak masuk menjadi responden
e Pola Layanan
Untuk pola pelayanan terdapat tiga aspek yang dibahas yaitu mengenai waktu
layanan
aktivitas PKL serta sifat layanan Berikut uraian dari analisis pola pelayanan tersebut
1 Waktu Layanan
Sesuai waktu aktivitas kegiatan utama yang rata-rata pagi hingga sore hari
seperti fasilitas pendidikan perkantoran serta jam berkunjung dan pemeriksaan rumah
sakit maka mayoritas PKL membuka usahanya pada waktu tersebut yaitu sekitar
pukul 0900 hingga pukul 1600 Namun khusus yang berada di penggal Jalan dr
Kariadi yaitu di sekitar pintu masuk dan lokasi larangan untuk PKL hanya
diperbolehkan untuk berjualan pada sore hingga malam hari yaitu biasanya mereka
membuka usahanya sekitar pukul 1600 hingga 0000 Terdapat beberapa PKL yang
waktu usahanya menyesuaikan dengan waktu pelayanan rumah sakit yang buka 24
jam atau sepanjang hari Hal tersebut dilakukan menangkap peluang menjajakan
barang dagangan untuk kebutuhan aktivis rumah sakit seperti penunggu pasien
pengunjung atau petugas piket atau jaga serta tidak menutup kemungkinan pembeli
dari pengendara yang lalu lalang atau supir transportasi umum
Hal tersebut juga berlaku di penggal jalan yang lain dimana mayoritas
membuka usahanya pada pagi hingga sore hari Hanya minoritas yang membuka
usaha pada sore hingga malam hari serta sepanjang hari Faktor lain yang dapat
mempengaruhi waktu aktivitas PKL selain menyesuaikan waktu aktivitas kegiatan
utama adalah kepemilikan usaha yang merupakan milik pribadi sehingga mereka
membuka usahanya sesuai keinginan mereka
41
Terdapat pula fenomena satu lokasi ditempati oleh dua PKL dengan waktu
layanan yang berbeda PKL yang beraktivitas pada pagi hingga sore mencoba
menagkap peluang dari kunjungan ke kegiatan utama seperti rumah sakit fasilitas
pendidikan perkantoran serta perdagangan informal dan tidak menutup orang yang
lalu lalang melewati jalan-jalan tersebut Lokasi yang dianggap strategis serta
berprospektif tersebut digunakan oleh PKL lain untuk berjualan di tempat yang sama
Hal tersebut dimanfaatkan PKL untuk menangkap peluang dari kegiatan rumah sakit
serta orang yang lalu lalang Selain itu juga menangkap konsumen dari penumpang
bus malam yang melewati Jalan dr Soetomo dimana di jalur tersebut terdapat halte
serta konsumen dari supir angkutan umum yang sedang istirahat sejenak Berikut
pemetaan PKL menurut waktu berdagangnya
Gambar 37Peta Sebaran Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Menurut Waktu Layanan
2 Sifat Layanan
Dari gambar di bawah ini dapat disimpulkan bahwa mayoritas PKL di sekitar
Rumah Sakit dr Kariadi memiliki sifat layanan menetap baik dari segi tempat
berdagangnya yang tetap serta waktu berdagangnya yang sama setiap harinya hal ini
nampak pada sarana fisik dagangan para PKL tersebut yang berupa kios yang
memang tidak bisa dipindah-pindah atau permanen Hanya 13 yang memiliki sifat
layanan semi menetap Berikut persentase PKL menurut sifat layanannya
41
Gambar 38Persentase Sifat Layanan Pedagang Kaki LimaDi Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Sifat layanan semi menetap biasanya PKL yang tempat usahanya yang
merupakan gabungan antara menetap dengan keliling yaitu pada awal waktu
berdagang pada lokasi yang sama tiap harinya namun jika belum habis dagangannya
mereka berkeliling serta jam berdagang yang tidak tetap tiap harinya terkadang hanya
sampai siang karena dagangannya habis Sisanya yang 2 berjualan secara
berkeliling yang diantaranya bertujuan untuk mendekati konsumen serta
memanfaatkan waktu-waktu puncak kegiatan utama rumah sakit seperti waktu
kunjungan menjenguk pasien
f Pola Penyebaran
Pola penyebaran PKL mayoritas mengikuti pola jalan yang ada yaitu linier
Mereka berjualan di bahu-bahu jalan bahkan ada yang berada di atas saluran drainase
Selain itu pola penyebaran tersebut terbentuk karena lokasi yang diperbolehkan untuk
PKL menempati trotoar trotoar sepanjang jalan yang secara otomatis membentuk
linier Alasan lainnya yang diungkapkan oleh pedagang adalah agar dagangannya
mudah dilihat oleh orang yang lalu lalang Namun terdapat beberapa PKL yang
berjualan secara aglomerasi dengan PKL yang berjualannya bergerombol di dekat
pintu masuk pengunjung Rumah Sakit dr Kariadi seperti yang dapat dijumpai di Jalan
dr Kariadi yaitu bergerombol di sekitar pintu masuk pengunjung rumah sakit serta di
Jalan dr Soetomo yang bergerombol di dekat pintu masuk UGD dan pintu masuk ke
Gedung Pavilliun Garuda Hal tersebut dimaksudkan untuk mendekati pengunjung
yang akan masuk ke rumah sakit Hanya sebagian kecil saja yang lokasinya berjauhan
dengan PKL lainnya atau menyebar untuk mengurangi persaingan dengan PKL
lainnya
41
g Kesimpulan Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar
Rumah Sakit dr Kariadi
Tempat usaha tidak terdapatnya tempat yang dikhususkan untuk PKL pemerintah
memfasilitasinya dengan memperbolehkan menempati ruang-ruang publik seperti
trotoar badan atau bahu jalan serta di atas saluran drainase melalui Perda no 11 tahun
2000 Namun hal ini dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan
serta visual kawasan dan tidak optimalnya ruang publik tersebut Mayoritas PKL di
kawasan tersebut telah mengantongi izin tempat usaha dari kelurahan selaku pihak
berwenang
Jenis barang dagangan karakteristik jenis barang dagangan PKL pada umumnya
mengikuti kebutuhan kegiatan utama yaitu aktivitas Rumah Sakit dr Kariadi dan
sekitarnya seperti fasilitas pendidikan perkantoran perdagangan informal
permukiman dan pemakaman Jenis barang dagangan yang mayoritas diperdagangkan
berupa makanan Jenis barang dagangan yang diperdagangkan adalah non makanan
buah-buahan jasa pelayanan serta kelontong Terkait dengan kegiatan utama terdapat
beberapa jeni barang dagangan yang spesifik seperti termos tikar kipas guna
memenuhi kebutuha penunggu pasien
Sarana fisik dagangan mayoritas berupa kios yang dibangun permanen serta
gerobak tenda Menggunakan kios dikarenakan lokasinya yang telah dilegalkan untuk
aktivitas PKL serta terkait pola layanan yang menetap serta pada waktu berdagang
yang tetap Sedangkan gerobak tenda banyak digunakan oleh pedagang makanan
dimana tendanya digunakan sebagai tempat untuk konsumen Untuk bangunan
permanen diantaranya digunakan sebagai tempat tinggal Ketidakketergantungan
PKL terhadap prasarana penunjang sehingga PKL tidak mempertimbangkan aspek
tersebut karena mereka dapat mengusahakan sendiri
Pola pelayanan dari segi waktunya mengikuti waktu aktivitas kegiatan utama yaitu
pagi hingga sore hari sekitar pukul 0900 ndash 1600 serta telah mendapat izin tempat
usaha dari pihak berwenang namun terdapat pula PKL yang beraktivitas sore hingga
malam hari yaitu pukul 1600 ndash 0000 serta sepanjang hari Sifat layanannya menetap
mengingat mayoritas bersarana fisik dagangan berupa kios serta waktu berdagang
yang relatif tetap
Pola penyebaran mayoritas secara linier yaitu mengikuti pola jalan karena lokasi
yang dilegalkan untuk PKL oleh pemerintah menempati ruang-ruang publik seperti
trotoar di atas saluran drainase dan bahu jalan yang notabene mengikuti pola jalan
41
Selain itu terdapat sebagian beraglomerasi di sekitar pintu masuk rumah sakit yang
bertujuan untuk mendekati konsumen dan sisanya menyebar agar mengurangi
saingan
ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun
menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan
Samanhudi dengan kawasan PKL lain
ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL
ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun
dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja
namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang
namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan
ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa
jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan
harga antara pedagang formal dan PKL
ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan
pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak
penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi
antar pihak
ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai
dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan
perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang
informal
ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan
persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL
ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan
dalih keamanan
ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan
pejalan kaki dan pengendara kendaraan
ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki
ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL
ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan
ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa
harus saling menumpuk
41
ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak
Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini menjadi
jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen
41
Pengelolaan PKL
Pengelolaan PKL di Bundaran
Simpang Lima
Lima Semarang
Pengelolaan PKL di
Kabupaten Jember
Pengelolaan PKL di Kawasan Sekitar Rumah
Sakit dr Kariadi Semarang
Mengakui keberadaan PKL dengan
menuangkannya di dalam produk-
produk tata ruang
Penegakan peraturan
perundagangan yang terkait
dengan PKL
Menjalin kerjasama dengan sektor
formal dalam menyediakan ruang
bagi PKL
Menyediakan ruang perkotaan
yang dikhususkan bagi sektor
informal
Peningkatan citra PKL
Pengakuan terhadap eksistensi PKL
Control terhadap dana bantuan
Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo
Penindakan tegas kepada oknum yang
melakukan perampasan hak pada PKL
dengan dalih keamanan
Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk
menampung aktivitas PKL dan pejalan
kaki
Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan
jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir yang tepat
Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal
Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan
jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir
Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL
dan konsumen yang aman dari gangguan
pejalan kaki dan pengendara kendaraan
41
36 Temuan Studi
Temuan studi ini dimana akan menjawab sasaran yang disesuaikan dari contoh kasus yang ada di Indonesia Berikut adalah tabel matrik temuan
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
Mengetahui
permasalahan
PKL di jalur
pejalan kaki
Keberadaan sektor PKL yang menempati ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima memakai separuh lebih lebar trotoar bahkan seringkali tidak menyisakan sedikit pun ruang untuk pejalan kaki Ruang-ruang trotoar menjadi tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya sebagai ruang pemisah antara ruang yang digunakan untuk sirkulasi pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan Ruang-ruang trotoar tersebut banyak yang beralih fungsi menjadi lokasi berdagang PKL
Peralihan fungsi trotoar ini menyebabkan terganggunya aktivitas pejalan kaki sehingga pejalan terpaksa harus menggunakan jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk berjalan guna menghindari berbagai hambatan di atas trotoar Hal ini menyebabkan pejalan kaki terpaksa harus berhati-hati jika melangkah terkadang juga harus mengalah berjalan pada ruang-ruang jalur lambat dan sebagian badan jalan Kondisi ini sangat tidak aman dan
Masalah yang utama itu dari setiap
pedagang kaki lima di Jalur Pejalan Kaki
di Jalan Samanhudi Jember yaitu
Penggusuran Para PKL liar yang tidak
memiliki TDU(Tanda Daftar Usaha)
mereka biasanya akan di gusur dengan
peringatan yang di berikan sampai di
laksanakan penggusuran paksa padahal
Pedagang kaki lima merupakan salah satu
solusi akan masalah tingginya angka
pengangguran dan sedikitnya lapangan
kerja bagi masyarakat berpendidikan
rendah seperti mereka Pemerintah dalam
hal ini tidak dapat menyediakan lahan
pengganti bagi mereka untuk melanjutkan
usaha mereka jika pun ada pemerintah
menyediakan lahan-lahan yang letaknya
kurang strategis yang secara pasti
menurunkan dan mematikan pendapatan
yang mereka dapatkan dan akhirnya
Legalitas lokasi aktivitas
PKL yang biasanya ditempatkan
di dalam ruang publik seperti di
atas trotoar di atas saluran
drainase taman dan ruang publik
lainnya patut dipertanyakan
karena ketidakberdayaannya
peraturan tersebut dalam
menangani PKL Sebagai contoh
di sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi legalitas lokasi untuk
aktivitas PKL yang linier di
sepanjang jalan yang bertempat di
atas drainase Dalam aspek
apapun hal tersebut tidak dapat
dilegalkan terlebih tidak ada
penjelasan mengenai luasan atau
desain yang diperbolehkan PKL
untuk menggelar dasaran pada
dimensi saluran drainase yang
PKL yang menempati
ruang-ruang trotoar
menyebabkan
terganggunya aktivitas
pejalan kaki
Pemerintah tidak dapat
menyediakan lahan
pengganti
Legalitas lokasi aktivitas
PKL yang biasanya
ditempatkan di dalam
ruang publik seperti di atas
trotoar di atas saluran
drainase taman dan ruang
publik patut
dipertanyakan
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
nyaman bagi pejalan kaki ataupun bagi pengendara kendaraan bermotor karena mengganggu arus lalu lintas dan membahayakan keselamatan jiwa mereka hal seperti ini dapat kita lihat di depan dan di samping Masjid Baiturrahman di depan Citraland Mall di depan dan di samping Plasa Simpang Lima di depan dan di samping Kompleks Pertokoan Simpang Lima di depan dan di samping Ramayana Super Center di depan dan di samping SMKN 7 SemarangKantor Telkom dan di depan Gajahmada Plaza
Pemilihan lokasi PKL dipengaruhi oleh kecenderungan aktivitas PKL yang selalu menentukan lokasi mendekati pusat-pusat keramaian atau pusat-pusat perdagangan dan jasa dan lokasi-lokasi yang sering dikunjungi oleh orang banyak dalam kurun waktu tertentu secara periodik dan menerus Alasan inilah yang kemudian mendasari penentuan lokasi PKL Kawasan Bundaran Simpang Lima untuk berjualan di trotoar karena ruang-ruang jalur pedestrian inilah yang
mereka harus gulung tikar dan menjadi
pengangguran yang semakin menambah
permasalahan di Indonesia Pemerintah
harus mencari cara dan tempat yang baik
untuk mereka berdagang ditengah modal
mereka yang kecil agar di sisi lain semua
para pedagang kaki lima tidak hilang
lapangan kerjanya dan bias melanjutkan
kelangsungan hidupnya
ada Selain itu PKL juga
menempati trotoar yang
mengakibatkan bertambahnya
permasalahan yang terdapat di
lokasi tersebut Imbas secara
langsung dirasakan oleh
pengguna trotoar yaitu pedestrian
ketidaknyamanan bahkan tidak
adanya lagi ruang untuk berjalan
di atas trotoar acapkali menjadi
konsekuensi pedestrian yang
trotoarnya diserobot PKL
Aglomerasi aktivitas PKL yang
berlokasi di sekitar pintu masuk
pengunjung Rumah Sakit dr
Kariadi menyebabkan
penumpukan aktivitas seperti
aktivitas keluar masuk
pengunjung aktivitas jual beli
antara PKL dengan konsumen
lalu lintas kendaraan yang sedang
melewati Jalan dr Kariadi serta
angkutan umum yang sedang
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
dianggap sebagai lokasi yang ramai dikunjungi oleh pejalan kaki yang melakukan pergerakan dalam mencapai tempat tujuan perjalanannya Begitu juga dengan ruang Lapangan Pancasila karena selalu ramai dikunjungi pada hari-hari libur dengan rata-rata pengunjung mencapai 51 ndash 100 oranghari dikarenakan kedudukannya sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya
berhenti mencari penumpang
Sekali lagi permasalahan tersebut
disikapi oleh pemerintah dengan
penertiban dan penggusuran yang
hampir tidak pernah berakhir
manis
Mengetahui
peranan PKL
Kehadiran PKL di Kawasan
Bundaran Simpang Lima juga mampu
menciptakan kehidupan yang menerus
sehingga terhindar dari kematian
kawasan pada saat tertentu akan tetapi
di sisi lain kehadiran PKL
menyebabkan ketidakteraturan
kekumuhan dan kualitas fisik yang
buruk sehingga merusak wajah kota
Selain itu PKL yang berjualan di
Lapangan Pancasila pada malam hari
dengan kehidupan malam dan wanita-
wanita penghibur yang berdandan tebal
Tempat pedagang kaki lima bagi
Masyarakat dijalan Samanhudi Jember
sangat penting sebagai penyedia kebutuhan
yang dibutuhkan oleh Masyarakat Jember
Pedangan kaki lima sangat mempengaruhi
pola pasar dan sosial di Jember khususnya
didaerah Jalan Samanhudi Dalam bidang
perekonomian pedagang kaki lima hanya
berpengaruh sebagai produsen yang
penting bagi Masyarakat Jember
mengingat akan Meningkatnya jumlah
Penduduk Mereka cenderung lebih
memilih membeli pada pedagang kaki lima
Usaha PKL yang terus
berkembang pesat menarik PKL
untuk mempekerjakan karyawan
selain tenaga yang dibutuhkan
memang tidak bisa dikerjakan
sendiri terdapat pula pemilik
modal yang menyewa tempat
usaha namun dijadikan usaha
sampingan sehingga tidak
mengelola secara langsung
usahanya namun dengan
mempekerjakan karyawan PKL
yang statusnya sebagai karyawan
Pedangan kaki lima sangat
mempengaruhi pola pasar
dan sosial
harga yang PKL tawarkan
lebih murah dibandingkan
dengan harga di mall
grosir maupun indogrosir
sebagai salah satu
alternatif lapangan
pekerjaan bagi masyarakat
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
menciptakan kesan negatif dan
memperburuk citra kawasan
daripada membeli di supermarket yang
sudah merajalela di kota Jember pada saat
ini mall atau grosir maupun indogrosir
yang banyak tersebar di kota Jember
dikarenakan harga yang mereka tawarkan
lebih murah
sebanyak 10 dimana karyawan
tersebut memanfaatkan PKL
sebagai lapangan pekerjaan
Sehingga bekerja sebagai
karyawan PKL dapat dikatakan
sebagai salah satu alternatif
lapangan pekerjaan bagi
masyarakat
Mengetahui
pola aktivitas
PKL dijalur
pejalan kaki
Aktivitas PKL sendiri
memiliki kecenderungan untuk
menempati ruang ruang antar aktivitas
yang selalu ramai dilewatidikunjungi
oleh banyak orang dalam melakukan
pergerakan perpindahan dari aktivitas
satu ke aktivitas yang lain atau dari
bangunan perdagangan modern satu ke
bangunan perdagangan modern yang
lain secara periodik dalam rentang
waktu tertentu sehingga kemudian
pilihan ini jatuh kepada jalur-jalur
pedestrian yang notabene merupakan
ruang-ruang terbuka publik yang
PKL berdagang dengan menempati
tempat yang tetap dan tidak berpindah-
pindah
Modal dan aset sebagian besar adalah
milik sendiri
Berdagang di Samanhudi merupakan
usaha utama
Alat peraga PKL pada kawasan ini
dapat dibedakan menjadi
ndashAlat peraga semi permanen dari kayu
dan tenda yang bersifat menetap
ndashAlat peraga dengan bangku meja dan
tenda sekaligus sebagai tempat tinggal
ndashAlat peraga beroda namun menetap
Pola Aktivitas pelayanan PKL di
kawasan sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi pada umumnya melayani
pengunjung rumah sakit namun
tidak menutup kemungkinan
konsumennya adalah pengendara
atau orang yang sedang melintasi
jalan tersebut tanpa bermaksud
untuk masuk ke rumah sakit
Selain itu konsumen
yang berasal dari sekitar lokasi
PKL seperti penduduk
permukiman di sekitarnya
pekerja yang bekerja di sektor
Aktivitas PKL memiliki
kecenderungan untuk
menempati ruang ruang
antar aktivitas yang selalu
ramai dilewatidikunjungi
oleh banyak orang dalam
melakukan pergerakan
perpindahan dari aktivitas
satu ke aktivitas yang lain
atau dari bangunan
perdagangan modern satu
ke bangunan perdagangan
modern
Saat berjualan alat peraga
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
seyogyanya digunakan oleh pejalan
kaki Keberadaan ruang trotoar yang
semakin sempit oleh penggunaan ruang
PKL membuat pejalan kaki
menjatuhkan pilihan untuk melakukan
perjalanan pada ruang-ruang seperti
jalur lambat dan sebagian badan jalan
sehingga mengurangi keamanan jiwa
dan kenyamanan pejalan kaki sendiri
serta pengguna jalan yang lain
(pengendara)
Kegiatan-kegiatan yang
dilakukan oleh pejalan kaki pada
ruang-ruang jalur pedestrian atau
trotoar di Kawasan Bundaran Simpang
Lima adalah kegiatan berjalan dan
berbelanja Sebagian dari pejalan kaki
hanya berjalan melintasi trotoar untuk
menuju lokasi tujuannya akan tetapi
ada pula sebagian dari pejalan kaki
yang berjalan sambil melihat-lihat
bahkan ada yang berbelanja pada PKL
ndashAlat peraga beroda namun menetap
dengan bangku dan meja
ndashHanya berupa matras sebagai alas
dagangan yang dapat berpindah
sewaktu-waktu
Alat peraga yang dipakai untuk usaha
tidak seragam dan tidak menggunakan
desain yang baik sehingga terkesan
kumuh kurang bersih dan sangat
mengganggu wajah kota dan menutup
fasade bangunan di belakangnya
Saat berjualan alat peraga kios
sebagian besar menempati badan jalan
dan trotoar
Saat tidak berjualan alat peraga kios
sebagian besar tetap di lokasi jualan
lama berjualan di Samanhudi sebagian
besar antara 6 ndash10 tahun
Terbanyak dari pedagang belum
pernah bekerja di sektor lain dan dari
semula telah menjadi PKL di
Samanhudidi bandingkan denga harga
yang ada di mall Pedagang
lain sehingga tidak ada batasan
pasti mengenai pola pelayanan
para PKL tersebut
Waktu beraktivitas para
PKL umumnya terbagi menjadi
dua sesi PKL yang pertama
adalah pedagang yang aktivitas
berdagangnya pada pagi hingga
siang hari Pedagang yang kedua
merupakan pedagang yang
mempunyai waktu layanan pada
sore hingga malam hari Namun
tidak menutup kemungkinan
terdapat beberapa PKL yang
berdagang dari pagi hingga
malam hari bahkan buka nonstop
mengingat rumah sakit
beraktivitas selama sehari penuh
sehingga mereka mengikuti
aktivitas sektor formal yang ada
di sekitarnya
Waktu berdagang
tersebut juga disesuaikan dengan
kios sebagian besar
menempati badan jalan
dan trotoar
Waktu beraktivitas para
PKL umumnya terbagi
menjadi dua sesi PKL
yang pertama adalah
pedagang yang aktivitas
berdagangnya pada pagi
hingga siang hari
Pedagang yang kedua
merupakan pedagang yang
mempunyai waktu layanan
pada sore hingga malam
hari Namun tidak
menutup kemungkinan
terdapat beberapa PKL
yang berdagang dari pagi
hingga malam hari bahkan
buka nonstop
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
izin usaha yang diberlakukan oleh
petugas kelurahan sebagai pihak
yang berwenang menangani PKL
Untuk lokasi yang dilarang untuk
PKL oleh PKL tetap digunakan
sebagai lokasi untuk berdagang
dengan waktu berdagang setelah
jam kerja yaitu sore hingga
malam hari
Mengetahui
Pengelolaan
PKL di jalur
pejalan kaki
dalam perkembangannya
pemerintah mengeluarkan SK
Walikota Kota Semarang No 511316
tahun 2001 tentang Penetapan Lahan
yang mengatur tentang lokasi-lokasi
dan waktu aktivitas PKL yang
diperbolehkan oleh pemerintah pada
Kawasan Bundaran Simpang Lima
agar tetap terjaga kerapihan dan
estetikakeindahan wajah kawasannya
yaitu PKL yang berjualan di depan
Kompleks Pertokoan Simpang Lima
depan Ramayana SC depan Kantor
Adanya pengakuan resmi dari
pemerintah terhadap PKL Samanhudi
sebagai salah satu sector ekonomi di
kawasan studi melalui surat keputusan
resmi Surat keputusan ini sekaligus
mengatur hak kewajiban dan
tanggung jawab PKL sebagai
kompensasi perubahan status yang
telah diberikan oleh pemerintah
Pedagang kaki lima perlu untuk
mendapatkan pembinaan dari
pemerintah Kabupaten Jember untuk
meningkatkan kemampuan wirausaha
Pemerintah Kota Semarang
berwenang dalam mengatur
keberadaan PKL di ruang Kota
Semarang seperti yang terdapat di
kawasan sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi dengan bentuk
pengelolaan lokasional (stabilitas
atau pengaturan) dan struktural
(perijinan) Dalam pengaturan
tersebut Pemerintah Kota
Semarang menggunakan dasar
hukum berupa Undang-Undang
Peraturan Pemerintah Peraturan
mengatur tentang lokasi-
lokasi dan waktu aktivitas
PKL yang diperbolehkan
oleh pemerintah agar tetap
terjaga kerapihan dan
estetikakeindahan wajah
kawasannya
Pedagang kaki lima perlu
untuk mendapatkan
pembinaan
Pedestrian dirancang ulang
dengan dilebarkan hingga
area parkiran street
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
TelkomSMKN 7 Semarang depan
Gajahmada Plaza dan depan Masjid
Baiturrahman boleh berjualan dari
pukul 1600 ndash 0400 WIB (khusus pada
Hari Minggu PKL diijinkan untuk
berjualan mulai pukul 0600 ndash 0800
WIB) menempati ruang trotoar dengan
luas areal 4 x 6 meter
Sampai dengan tahun 2008
PKL di Kawasan Bundaran Simpang
Lima mencapai 1536 pedagang dan
ada kecenderungan akan terus
meningkat dari tahun ke tahun (lihat
Tabel III4) Kecenderungan lokasi
PKL pada masa-masa yang akan
datang mengikuti kecenderungan dari
perkembangan aktivitas formal
kawasan yang ada demikian juga
kecenderungan waktu berdagangnya
Melihat kecenderungan aktivitas PKL
kawasan maka SK Walikota Kota
Semarang No 511316 tahun 2001
sudah tidak relevan lagi dan perlu
dan peningkatan kualitas barang
dagang dan pelayanan terhadap
pembeli konsumen sehingga bias
meningkatkan pendapatan dan
aktivitas pedagang kaki lima dapat
member nilai tambah serta dapat
memberkan peluang kerja yang dapat
mengurangi tingkat pengangguran di
Kabupaten Jember Bentuk pembinaan
berupa penyuluhan yang diberikan
berkala secara rutin Program
pembinaan diadakan oleh pemerintah
Paguyuban Samanhudi merupakan
Kelembagaan yang memiliki
kewenangan atau keterikatan dengan
pengelolaan dan pembinaan Pedagang
Kaki Lima KoridorJalan
SamanhudiPaguyuban ini
beranggotakan wakil PKL wakil
pedagang formal wakil pemerintah
dari dinas Kebersihan dan
Pertamanan Dinas Polisi Pamong
Praja Dinas Pariwisata Dinas
Daerah dan Surat Keputusan
Walikota Adapun dasar hukum
yang mengatur secara jelas
mengenai aktivitas PKL di Kota
Semarang yang berlaku saat ini
diantaranya adalah sebagai
berikut
1048707 Peraturan Daerah No 11 Tahun
2000 tentang Pengaturan dan
Pembinaan PKL Perda ini
menjelaskan tentang pengaturan
dan pembinaan PKL di Kota
Semarang seperti pengaturan
tempat usaha hak kewajiban dan
larangan untuk PKL Dalam
kaitannya dengan karakteristik
berlokasi aktivitas PKL
dijelaskan dalam Perda ini yang
terdapat dalam pasal 3 yaitu
penempatan lokasi kegiatan PKL
diatur dengan mempertimbangkan
tempat kepentingan untuk umum
lainnya seperti kepentingan untuk
sehingga jalur aktif
kendaraan tidak
mengalami penyempitan
mengatur keberadaan PKL
di ruang Kota dengan
bentuk pengelolaan
lokasional (stabilitas atau
pengaturan) dan struktural
(perijinan)
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
ditinjau kembali sesuai dengan
kecenderungan dan kebutuhan yang
ada di lapangan
Pendapatan dan Dinas LPMK
Kabupaten Jemberserta pihak
penengah selaku penasehat dan pihak
netral yang diwakili oleh pakar PKL
dari universitas tokoh masyarakat dan
pakar PKL lainnya
Penerapan tema khusus pada penataan
PKL kawasan studi agar mempunyai
cirri khas dan dapat mengangkat citra
kawasan dan meningkatkan daya tarik
kawasan Contoh produk khas
jember yang dapat diangkat sebagai
tema adalah tembakau rookk dan
cerutu mengingat Jember sebagai
penghasil tembakau terbesar di Jawa
Kegiatan khas Jember yang dapat
diangkat sebagai tema yaitu Jember
Fashion Carnaval Penerapan tema
dapat diaplikasikan pada sarana usaha
PKL finishing pedestrian perabot
kota dan elemen pendukung lainnya
Pedestrian dirancang ulang dengan
pejalan dan untuk sirkulasi
kendaraan Untuk lebih jelas
mengenai detail isi perda tersebut
dapat dilihat pada Lampiran F
1048707 Surat Keputusan Walikota
Semarang No 51136 Tahun
2001 tentang lokasi PKL di Kota
Semarang dimana di dalamnya
diantaranya mengatur luas area
batas pemakaian area waktu
aktivitas dan tempat aktivitas
PKL Ruas kanan Jalan dr
Kariadi dari arah Jalan Veteran
merupakan lokasi yang
diperbolehkan untuk aktivitas
PKL Lokasi tersebut menempati
trotoar serta bangunan berupa
semi permanen Untuk lebih jelas
mengenai detail isi SK tersebut
dapat dilihat pada Lampiran F
1048707 Perda No 6 Tahun 2004
tentang Rencana Detail Tata
Ruang Kota Semarang Bagian
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
dilebarkan hingga area parkiran street
sehingga jalur aktif kendaraan tidak
mengalami penyempitan Diberikan
perbedaan yang tegas antara ruang
PKL dan ruang pejalan kaki dan jalur
kendaraan berupa perbedaan tinggi
lantaiSehingga dikemudian hari kios
PKL tidak melebar ke segala sisi
Wilayah Kota (BWK) I
(Kecamatan Semarang Tengah
Semarang Timur dan Semarang
Selatan Tahun 2000-2010 Perda
tersebut menjelaskan mengenai
fungsi serta peran BWK I yang
terkait dengan sektor formal di
wilayah tersebut yaitu penjelasan
mengenai fasilitas kesehatan yang
berada khususnya di Kelurahan
Randusari Selain itu dijelaskan
pula kelas Jalan dr Kariadi Jalan
dr Soetomo dan Jalan Veteran
serta jalur transportasi yang
melaluinya
41
utama yaitu rumah sakit seperti untuk kebutuhan penunggu pasien yaitu tikar kipas
termos untuk air panas dan jenis barang lainnya
Jenis dagangan yang lain merupakan jenis barang dagangan yang umum
diperdagangkan atau jenis barang dagangannya hampir ada setiap ruas jalan-jalan
besar lokasi PKL lainnya di kota besar yang kebanyakan termasuk dalam jenis barang
dagangan non makanan dan jasa pelayanan seperti warung telekomunikasi bensin
tambal ban voucher pulsa fotocopy Untuk jasa pelayanan fotocopy yang banyak
tersebar di kawasan tersebut terkait dengan adanya kegiatan utama berupa fasilitas
pendidikan seperti Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro akademi
keperawatan dan farmasi sedangkan untuk jenis dagangan umum lainnya terkait
adanya permukiman di sekitar lokasi tersebut Namun ada barang dagangan yang khas
yaitu nisan karena lokasi sekitar Rumah sakit dr Kariadi terdapat tempat pemakaman
umum yang cukup besar yaitu TPU Bergota
Jenis dagangan yang dijual dapat dikatakan tidak semata hanya melayani
untuk aktivitas yang terkait dengan Rumah Sakit dr Kariadi namun juga melayani
terhadap aktivitas lainnya disekitar Rumah Sakit dr Kariadi seperti fasilitas
pendidikan permukiman pemakaman serta perkantoran bahkan aktivitas transportasi
seperti kebutuhan supir angkutan umum dan supir taxi Untuk lebih jelas mengenai
perbandingan jumlah PKL menurut jenis barang dagangan di masing-masing penggal
jalan dapat dilihat pada gambar berikut ini
Gambar 36
Karakteristik Jenis Barang Dagangan Pedagang Kaki Lima
Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
41
d Sarana Fisik Berdagang
Masing-masing lokasi memiliki jenis sarana berdagang mayoritas yang
berbeda-beda Pada penggal Jalan dr Kariadi mayoritas PKL di penggal jalan tersebut
menggunakan kios sebagai sarana berdagangnya Kios-kios tersebut awalnya
merupakan warung semi permanen yang disekat-sekat Namun seiring dengan
perkembangan waktu dan adanya praktek sewa tempat usaha maka warung tersebut
dibangun permanen oleh pemiliknya bahkan diantaranya ada yang dilengkapi dengan
kamar mandi serta ruang tidur Hal tersebut dikarenakan sebagian kios juga dijadikan
sebagai tempat tinggal pemiliknya Asal pedagang yang dari luar Kota Semarang serta
biaya yang mengontrak relatif mahal sehingga menjadikan kiosnya sebagai sarana
usaha serta tempat tinggal sekaligus Sarana dagang tersebut telah menyimpang dari
peraturan daerah tentang PKL Latar belakang pendidikan PKL yang sebagian rendah
kemungkinan menjadi penyebab kurangnya pemahaman pedagang terhadap produk
hukum tersebut atau memang mengerti namun sengaja dilanggar karena tidak adanya
upaya pemerintah untuk menertibkan sarana berdagang yang telah melanggar
peraturan tersebut Selain itu ketidaktergantungan PKL terhadap ketersediaan
prasarana penunjang menjadikan PKL dalam beraktivitas tidak mempertimbangkan
aspek tersebut
Selain kios sarana dagangan yang banyak diminati adalah gerobak tenda yaitu
sarana dagangan utamanya gerobak yang ditunjang dengan tenda yang biasanya untuk
tempat makan konsumen Sarana dagang ini dianggap praktis karena mudah
dibongkar pasang serta dipindahkan Terlebih sarana dagang ini sesuai dengan
himbauan pemerintah dalam Perda No 11 tahun 2000 yaitu sarana PKL adalah yang
mudah untuk dibongkar serta dipindahkan
Lain halnya dengan PKL di penggal Jalan dr Soetomo mereka lebih banyak
menggunakan gerobak Hal tersebut dikarenakan lokasi tersebut merupakan lokasi
larangan untuk PKL tapi mereka tetap bertahan di lokasi tersebut dengan alasan tidak
tersedia tempat lain yang strategis untuk berjualan Dengan menggunakan gerobak
memudahkan mereka untuk lari atau berpindah tempat jika ada penertiban oleh aparat
penegak tata tertib
Di penggal Jalan Veteran sama halnya dengan sarana fisik yang digunakan
berdagang oleh PKL di penggal Jalan dr Kariadi Mereka mayoritas menggunakan
41
sarana berdagang berupa kios Mereka menggunakan sarana fisik dagangan kios
permanen yang dianggap aman karena memperoleh izin tempat usaha dari pihak
terkait untuk berdagang Namun sarana dagang yang dibuat permanen tersebut tidak
sesuai dengan perda tentang PKL yang mengharuskan sarana dagang pedagang kaki
lima yang mudah dibongkar dan dipindah-pindah
Sarana fisik dagangan yang kurang diminati adalah mobil Walaupun cukup
fleksibel untuk berpindah-pindah namun biaya untuk operasional sehari-hari cukup
mahal seperti bahan bakar perawatan mobil ataupun untuk pengadaan unit mobil itu
sendiri Hanya terdapat satu PKL yang menggunakan sarana dagangan ini yaitu
berada di penggal Jalan dr Kariadi Namun karena pada waktu penyebaran kuesioner
pedagang ini tidak berada di lokasi maka tidak masuk menjadi responden
e Pola Layanan
Untuk pola pelayanan terdapat tiga aspek yang dibahas yaitu mengenai waktu
layanan
aktivitas PKL serta sifat layanan Berikut uraian dari analisis pola pelayanan tersebut
1 Waktu Layanan
Sesuai waktu aktivitas kegiatan utama yang rata-rata pagi hingga sore hari
seperti fasilitas pendidikan perkantoran serta jam berkunjung dan pemeriksaan rumah
sakit maka mayoritas PKL membuka usahanya pada waktu tersebut yaitu sekitar
pukul 0900 hingga pukul 1600 Namun khusus yang berada di penggal Jalan dr
Kariadi yaitu di sekitar pintu masuk dan lokasi larangan untuk PKL hanya
diperbolehkan untuk berjualan pada sore hingga malam hari yaitu biasanya mereka
membuka usahanya sekitar pukul 1600 hingga 0000 Terdapat beberapa PKL yang
waktu usahanya menyesuaikan dengan waktu pelayanan rumah sakit yang buka 24
jam atau sepanjang hari Hal tersebut dilakukan menangkap peluang menjajakan
barang dagangan untuk kebutuhan aktivis rumah sakit seperti penunggu pasien
pengunjung atau petugas piket atau jaga serta tidak menutup kemungkinan pembeli
dari pengendara yang lalu lalang atau supir transportasi umum
Hal tersebut juga berlaku di penggal jalan yang lain dimana mayoritas
membuka usahanya pada pagi hingga sore hari Hanya minoritas yang membuka
usaha pada sore hingga malam hari serta sepanjang hari Faktor lain yang dapat
mempengaruhi waktu aktivitas PKL selain menyesuaikan waktu aktivitas kegiatan
utama adalah kepemilikan usaha yang merupakan milik pribadi sehingga mereka
membuka usahanya sesuai keinginan mereka
41
Terdapat pula fenomena satu lokasi ditempati oleh dua PKL dengan waktu
layanan yang berbeda PKL yang beraktivitas pada pagi hingga sore mencoba
menagkap peluang dari kunjungan ke kegiatan utama seperti rumah sakit fasilitas
pendidikan perkantoran serta perdagangan informal dan tidak menutup orang yang
lalu lalang melewati jalan-jalan tersebut Lokasi yang dianggap strategis serta
berprospektif tersebut digunakan oleh PKL lain untuk berjualan di tempat yang sama
Hal tersebut dimanfaatkan PKL untuk menangkap peluang dari kegiatan rumah sakit
serta orang yang lalu lalang Selain itu juga menangkap konsumen dari penumpang
bus malam yang melewati Jalan dr Soetomo dimana di jalur tersebut terdapat halte
serta konsumen dari supir angkutan umum yang sedang istirahat sejenak Berikut
pemetaan PKL menurut waktu berdagangnya
Gambar 37Peta Sebaran Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Menurut Waktu Layanan
2 Sifat Layanan
Dari gambar di bawah ini dapat disimpulkan bahwa mayoritas PKL di sekitar
Rumah Sakit dr Kariadi memiliki sifat layanan menetap baik dari segi tempat
berdagangnya yang tetap serta waktu berdagangnya yang sama setiap harinya hal ini
nampak pada sarana fisik dagangan para PKL tersebut yang berupa kios yang
memang tidak bisa dipindah-pindah atau permanen Hanya 13 yang memiliki sifat
layanan semi menetap Berikut persentase PKL menurut sifat layanannya
41
Gambar 38Persentase Sifat Layanan Pedagang Kaki LimaDi Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Sifat layanan semi menetap biasanya PKL yang tempat usahanya yang
merupakan gabungan antara menetap dengan keliling yaitu pada awal waktu
berdagang pada lokasi yang sama tiap harinya namun jika belum habis dagangannya
mereka berkeliling serta jam berdagang yang tidak tetap tiap harinya terkadang hanya
sampai siang karena dagangannya habis Sisanya yang 2 berjualan secara
berkeliling yang diantaranya bertujuan untuk mendekati konsumen serta
memanfaatkan waktu-waktu puncak kegiatan utama rumah sakit seperti waktu
kunjungan menjenguk pasien
f Pola Penyebaran
Pola penyebaran PKL mayoritas mengikuti pola jalan yang ada yaitu linier
Mereka berjualan di bahu-bahu jalan bahkan ada yang berada di atas saluran drainase
Selain itu pola penyebaran tersebut terbentuk karena lokasi yang diperbolehkan untuk
PKL menempati trotoar trotoar sepanjang jalan yang secara otomatis membentuk
linier Alasan lainnya yang diungkapkan oleh pedagang adalah agar dagangannya
mudah dilihat oleh orang yang lalu lalang Namun terdapat beberapa PKL yang
berjualan secara aglomerasi dengan PKL yang berjualannya bergerombol di dekat
pintu masuk pengunjung Rumah Sakit dr Kariadi seperti yang dapat dijumpai di Jalan
dr Kariadi yaitu bergerombol di sekitar pintu masuk pengunjung rumah sakit serta di
Jalan dr Soetomo yang bergerombol di dekat pintu masuk UGD dan pintu masuk ke
Gedung Pavilliun Garuda Hal tersebut dimaksudkan untuk mendekati pengunjung
yang akan masuk ke rumah sakit Hanya sebagian kecil saja yang lokasinya berjauhan
dengan PKL lainnya atau menyebar untuk mengurangi persaingan dengan PKL
lainnya
41
g Kesimpulan Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar
Rumah Sakit dr Kariadi
Tempat usaha tidak terdapatnya tempat yang dikhususkan untuk PKL pemerintah
memfasilitasinya dengan memperbolehkan menempati ruang-ruang publik seperti
trotoar badan atau bahu jalan serta di atas saluran drainase melalui Perda no 11 tahun
2000 Namun hal ini dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan
serta visual kawasan dan tidak optimalnya ruang publik tersebut Mayoritas PKL di
kawasan tersebut telah mengantongi izin tempat usaha dari kelurahan selaku pihak
berwenang
Jenis barang dagangan karakteristik jenis barang dagangan PKL pada umumnya
mengikuti kebutuhan kegiatan utama yaitu aktivitas Rumah Sakit dr Kariadi dan
sekitarnya seperti fasilitas pendidikan perkantoran perdagangan informal
permukiman dan pemakaman Jenis barang dagangan yang mayoritas diperdagangkan
berupa makanan Jenis barang dagangan yang diperdagangkan adalah non makanan
buah-buahan jasa pelayanan serta kelontong Terkait dengan kegiatan utama terdapat
beberapa jeni barang dagangan yang spesifik seperti termos tikar kipas guna
memenuhi kebutuha penunggu pasien
Sarana fisik dagangan mayoritas berupa kios yang dibangun permanen serta
gerobak tenda Menggunakan kios dikarenakan lokasinya yang telah dilegalkan untuk
aktivitas PKL serta terkait pola layanan yang menetap serta pada waktu berdagang
yang tetap Sedangkan gerobak tenda banyak digunakan oleh pedagang makanan
dimana tendanya digunakan sebagai tempat untuk konsumen Untuk bangunan
permanen diantaranya digunakan sebagai tempat tinggal Ketidakketergantungan
PKL terhadap prasarana penunjang sehingga PKL tidak mempertimbangkan aspek
tersebut karena mereka dapat mengusahakan sendiri
Pola pelayanan dari segi waktunya mengikuti waktu aktivitas kegiatan utama yaitu
pagi hingga sore hari sekitar pukul 0900 ndash 1600 serta telah mendapat izin tempat
usaha dari pihak berwenang namun terdapat pula PKL yang beraktivitas sore hingga
malam hari yaitu pukul 1600 ndash 0000 serta sepanjang hari Sifat layanannya menetap
mengingat mayoritas bersarana fisik dagangan berupa kios serta waktu berdagang
yang relatif tetap
Pola penyebaran mayoritas secara linier yaitu mengikuti pola jalan karena lokasi
yang dilegalkan untuk PKL oleh pemerintah menempati ruang-ruang publik seperti
trotoar di atas saluran drainase dan bahu jalan yang notabene mengikuti pola jalan
41
Selain itu terdapat sebagian beraglomerasi di sekitar pintu masuk rumah sakit yang
bertujuan untuk mendekati konsumen dan sisanya menyebar agar mengurangi
saingan
ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun
menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan
Samanhudi dengan kawasan PKL lain
ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL
ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun
dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja
namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang
namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan
ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa
jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan
harga antara pedagang formal dan PKL
ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan
pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak
penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi
antar pihak
ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai
dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan
perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang
informal
ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan
persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL
ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan
dalih keamanan
ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan
pejalan kaki dan pengendara kendaraan
ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki
ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL
ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan
ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa
harus saling menumpuk
41
ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak
Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini menjadi
jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen
41
Pengelolaan PKL
Pengelolaan PKL di Bundaran
Simpang Lima
Lima Semarang
Pengelolaan PKL di
Kabupaten Jember
Pengelolaan PKL di Kawasan Sekitar Rumah
Sakit dr Kariadi Semarang
Mengakui keberadaan PKL dengan
menuangkannya di dalam produk-
produk tata ruang
Penegakan peraturan
perundagangan yang terkait
dengan PKL
Menjalin kerjasama dengan sektor
formal dalam menyediakan ruang
bagi PKL
Menyediakan ruang perkotaan
yang dikhususkan bagi sektor
informal
Peningkatan citra PKL
Pengakuan terhadap eksistensi PKL
Control terhadap dana bantuan
Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo
Penindakan tegas kepada oknum yang
melakukan perampasan hak pada PKL
dengan dalih keamanan
Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk
menampung aktivitas PKL dan pejalan
kaki
Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan
jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir yang tepat
Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal
Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan
jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir
Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL
dan konsumen yang aman dari gangguan
pejalan kaki dan pengendara kendaraan
41
36 Temuan Studi
Temuan studi ini dimana akan menjawab sasaran yang disesuaikan dari contoh kasus yang ada di Indonesia Berikut adalah tabel matrik temuan
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
Mengetahui
permasalahan
PKL di jalur
pejalan kaki
Keberadaan sektor PKL yang menempati ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima memakai separuh lebih lebar trotoar bahkan seringkali tidak menyisakan sedikit pun ruang untuk pejalan kaki Ruang-ruang trotoar menjadi tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya sebagai ruang pemisah antara ruang yang digunakan untuk sirkulasi pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan Ruang-ruang trotoar tersebut banyak yang beralih fungsi menjadi lokasi berdagang PKL
Peralihan fungsi trotoar ini menyebabkan terganggunya aktivitas pejalan kaki sehingga pejalan terpaksa harus menggunakan jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk berjalan guna menghindari berbagai hambatan di atas trotoar Hal ini menyebabkan pejalan kaki terpaksa harus berhati-hati jika melangkah terkadang juga harus mengalah berjalan pada ruang-ruang jalur lambat dan sebagian badan jalan Kondisi ini sangat tidak aman dan
Masalah yang utama itu dari setiap
pedagang kaki lima di Jalur Pejalan Kaki
di Jalan Samanhudi Jember yaitu
Penggusuran Para PKL liar yang tidak
memiliki TDU(Tanda Daftar Usaha)
mereka biasanya akan di gusur dengan
peringatan yang di berikan sampai di
laksanakan penggusuran paksa padahal
Pedagang kaki lima merupakan salah satu
solusi akan masalah tingginya angka
pengangguran dan sedikitnya lapangan
kerja bagi masyarakat berpendidikan
rendah seperti mereka Pemerintah dalam
hal ini tidak dapat menyediakan lahan
pengganti bagi mereka untuk melanjutkan
usaha mereka jika pun ada pemerintah
menyediakan lahan-lahan yang letaknya
kurang strategis yang secara pasti
menurunkan dan mematikan pendapatan
yang mereka dapatkan dan akhirnya
Legalitas lokasi aktivitas
PKL yang biasanya ditempatkan
di dalam ruang publik seperti di
atas trotoar di atas saluran
drainase taman dan ruang publik
lainnya patut dipertanyakan
karena ketidakberdayaannya
peraturan tersebut dalam
menangani PKL Sebagai contoh
di sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi legalitas lokasi untuk
aktivitas PKL yang linier di
sepanjang jalan yang bertempat di
atas drainase Dalam aspek
apapun hal tersebut tidak dapat
dilegalkan terlebih tidak ada
penjelasan mengenai luasan atau
desain yang diperbolehkan PKL
untuk menggelar dasaran pada
dimensi saluran drainase yang
PKL yang menempati
ruang-ruang trotoar
menyebabkan
terganggunya aktivitas
pejalan kaki
Pemerintah tidak dapat
menyediakan lahan
pengganti
Legalitas lokasi aktivitas
PKL yang biasanya
ditempatkan di dalam
ruang publik seperti di atas
trotoar di atas saluran
drainase taman dan ruang
publik patut
dipertanyakan
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
nyaman bagi pejalan kaki ataupun bagi pengendara kendaraan bermotor karena mengganggu arus lalu lintas dan membahayakan keselamatan jiwa mereka hal seperti ini dapat kita lihat di depan dan di samping Masjid Baiturrahman di depan Citraland Mall di depan dan di samping Plasa Simpang Lima di depan dan di samping Kompleks Pertokoan Simpang Lima di depan dan di samping Ramayana Super Center di depan dan di samping SMKN 7 SemarangKantor Telkom dan di depan Gajahmada Plaza
Pemilihan lokasi PKL dipengaruhi oleh kecenderungan aktivitas PKL yang selalu menentukan lokasi mendekati pusat-pusat keramaian atau pusat-pusat perdagangan dan jasa dan lokasi-lokasi yang sering dikunjungi oleh orang banyak dalam kurun waktu tertentu secara periodik dan menerus Alasan inilah yang kemudian mendasari penentuan lokasi PKL Kawasan Bundaran Simpang Lima untuk berjualan di trotoar karena ruang-ruang jalur pedestrian inilah yang
mereka harus gulung tikar dan menjadi
pengangguran yang semakin menambah
permasalahan di Indonesia Pemerintah
harus mencari cara dan tempat yang baik
untuk mereka berdagang ditengah modal
mereka yang kecil agar di sisi lain semua
para pedagang kaki lima tidak hilang
lapangan kerjanya dan bias melanjutkan
kelangsungan hidupnya
ada Selain itu PKL juga
menempati trotoar yang
mengakibatkan bertambahnya
permasalahan yang terdapat di
lokasi tersebut Imbas secara
langsung dirasakan oleh
pengguna trotoar yaitu pedestrian
ketidaknyamanan bahkan tidak
adanya lagi ruang untuk berjalan
di atas trotoar acapkali menjadi
konsekuensi pedestrian yang
trotoarnya diserobot PKL
Aglomerasi aktivitas PKL yang
berlokasi di sekitar pintu masuk
pengunjung Rumah Sakit dr
Kariadi menyebabkan
penumpukan aktivitas seperti
aktivitas keluar masuk
pengunjung aktivitas jual beli
antara PKL dengan konsumen
lalu lintas kendaraan yang sedang
melewati Jalan dr Kariadi serta
angkutan umum yang sedang
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
dianggap sebagai lokasi yang ramai dikunjungi oleh pejalan kaki yang melakukan pergerakan dalam mencapai tempat tujuan perjalanannya Begitu juga dengan ruang Lapangan Pancasila karena selalu ramai dikunjungi pada hari-hari libur dengan rata-rata pengunjung mencapai 51 ndash 100 oranghari dikarenakan kedudukannya sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya
berhenti mencari penumpang
Sekali lagi permasalahan tersebut
disikapi oleh pemerintah dengan
penertiban dan penggusuran yang
hampir tidak pernah berakhir
manis
Mengetahui
peranan PKL
Kehadiran PKL di Kawasan
Bundaran Simpang Lima juga mampu
menciptakan kehidupan yang menerus
sehingga terhindar dari kematian
kawasan pada saat tertentu akan tetapi
di sisi lain kehadiran PKL
menyebabkan ketidakteraturan
kekumuhan dan kualitas fisik yang
buruk sehingga merusak wajah kota
Selain itu PKL yang berjualan di
Lapangan Pancasila pada malam hari
dengan kehidupan malam dan wanita-
wanita penghibur yang berdandan tebal
Tempat pedagang kaki lima bagi
Masyarakat dijalan Samanhudi Jember
sangat penting sebagai penyedia kebutuhan
yang dibutuhkan oleh Masyarakat Jember
Pedangan kaki lima sangat mempengaruhi
pola pasar dan sosial di Jember khususnya
didaerah Jalan Samanhudi Dalam bidang
perekonomian pedagang kaki lima hanya
berpengaruh sebagai produsen yang
penting bagi Masyarakat Jember
mengingat akan Meningkatnya jumlah
Penduduk Mereka cenderung lebih
memilih membeli pada pedagang kaki lima
Usaha PKL yang terus
berkembang pesat menarik PKL
untuk mempekerjakan karyawan
selain tenaga yang dibutuhkan
memang tidak bisa dikerjakan
sendiri terdapat pula pemilik
modal yang menyewa tempat
usaha namun dijadikan usaha
sampingan sehingga tidak
mengelola secara langsung
usahanya namun dengan
mempekerjakan karyawan PKL
yang statusnya sebagai karyawan
Pedangan kaki lima sangat
mempengaruhi pola pasar
dan sosial
harga yang PKL tawarkan
lebih murah dibandingkan
dengan harga di mall
grosir maupun indogrosir
sebagai salah satu
alternatif lapangan
pekerjaan bagi masyarakat
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
menciptakan kesan negatif dan
memperburuk citra kawasan
daripada membeli di supermarket yang
sudah merajalela di kota Jember pada saat
ini mall atau grosir maupun indogrosir
yang banyak tersebar di kota Jember
dikarenakan harga yang mereka tawarkan
lebih murah
sebanyak 10 dimana karyawan
tersebut memanfaatkan PKL
sebagai lapangan pekerjaan
Sehingga bekerja sebagai
karyawan PKL dapat dikatakan
sebagai salah satu alternatif
lapangan pekerjaan bagi
masyarakat
Mengetahui
pola aktivitas
PKL dijalur
pejalan kaki
Aktivitas PKL sendiri
memiliki kecenderungan untuk
menempati ruang ruang antar aktivitas
yang selalu ramai dilewatidikunjungi
oleh banyak orang dalam melakukan
pergerakan perpindahan dari aktivitas
satu ke aktivitas yang lain atau dari
bangunan perdagangan modern satu ke
bangunan perdagangan modern yang
lain secara periodik dalam rentang
waktu tertentu sehingga kemudian
pilihan ini jatuh kepada jalur-jalur
pedestrian yang notabene merupakan
ruang-ruang terbuka publik yang
PKL berdagang dengan menempati
tempat yang tetap dan tidak berpindah-
pindah
Modal dan aset sebagian besar adalah
milik sendiri
Berdagang di Samanhudi merupakan
usaha utama
Alat peraga PKL pada kawasan ini
dapat dibedakan menjadi
ndashAlat peraga semi permanen dari kayu
dan tenda yang bersifat menetap
ndashAlat peraga dengan bangku meja dan
tenda sekaligus sebagai tempat tinggal
ndashAlat peraga beroda namun menetap
Pola Aktivitas pelayanan PKL di
kawasan sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi pada umumnya melayani
pengunjung rumah sakit namun
tidak menutup kemungkinan
konsumennya adalah pengendara
atau orang yang sedang melintasi
jalan tersebut tanpa bermaksud
untuk masuk ke rumah sakit
Selain itu konsumen
yang berasal dari sekitar lokasi
PKL seperti penduduk
permukiman di sekitarnya
pekerja yang bekerja di sektor
Aktivitas PKL memiliki
kecenderungan untuk
menempati ruang ruang
antar aktivitas yang selalu
ramai dilewatidikunjungi
oleh banyak orang dalam
melakukan pergerakan
perpindahan dari aktivitas
satu ke aktivitas yang lain
atau dari bangunan
perdagangan modern satu
ke bangunan perdagangan
modern
Saat berjualan alat peraga
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
seyogyanya digunakan oleh pejalan
kaki Keberadaan ruang trotoar yang
semakin sempit oleh penggunaan ruang
PKL membuat pejalan kaki
menjatuhkan pilihan untuk melakukan
perjalanan pada ruang-ruang seperti
jalur lambat dan sebagian badan jalan
sehingga mengurangi keamanan jiwa
dan kenyamanan pejalan kaki sendiri
serta pengguna jalan yang lain
(pengendara)
Kegiatan-kegiatan yang
dilakukan oleh pejalan kaki pada
ruang-ruang jalur pedestrian atau
trotoar di Kawasan Bundaran Simpang
Lima adalah kegiatan berjalan dan
berbelanja Sebagian dari pejalan kaki
hanya berjalan melintasi trotoar untuk
menuju lokasi tujuannya akan tetapi
ada pula sebagian dari pejalan kaki
yang berjalan sambil melihat-lihat
bahkan ada yang berbelanja pada PKL
ndashAlat peraga beroda namun menetap
dengan bangku dan meja
ndashHanya berupa matras sebagai alas
dagangan yang dapat berpindah
sewaktu-waktu
Alat peraga yang dipakai untuk usaha
tidak seragam dan tidak menggunakan
desain yang baik sehingga terkesan
kumuh kurang bersih dan sangat
mengganggu wajah kota dan menutup
fasade bangunan di belakangnya
Saat berjualan alat peraga kios
sebagian besar menempati badan jalan
dan trotoar
Saat tidak berjualan alat peraga kios
sebagian besar tetap di lokasi jualan
lama berjualan di Samanhudi sebagian
besar antara 6 ndash10 tahun
Terbanyak dari pedagang belum
pernah bekerja di sektor lain dan dari
semula telah menjadi PKL di
Samanhudidi bandingkan denga harga
yang ada di mall Pedagang
lain sehingga tidak ada batasan
pasti mengenai pola pelayanan
para PKL tersebut
Waktu beraktivitas para
PKL umumnya terbagi menjadi
dua sesi PKL yang pertama
adalah pedagang yang aktivitas
berdagangnya pada pagi hingga
siang hari Pedagang yang kedua
merupakan pedagang yang
mempunyai waktu layanan pada
sore hingga malam hari Namun
tidak menutup kemungkinan
terdapat beberapa PKL yang
berdagang dari pagi hingga
malam hari bahkan buka nonstop
mengingat rumah sakit
beraktivitas selama sehari penuh
sehingga mereka mengikuti
aktivitas sektor formal yang ada
di sekitarnya
Waktu berdagang
tersebut juga disesuaikan dengan
kios sebagian besar
menempati badan jalan
dan trotoar
Waktu beraktivitas para
PKL umumnya terbagi
menjadi dua sesi PKL
yang pertama adalah
pedagang yang aktivitas
berdagangnya pada pagi
hingga siang hari
Pedagang yang kedua
merupakan pedagang yang
mempunyai waktu layanan
pada sore hingga malam
hari Namun tidak
menutup kemungkinan
terdapat beberapa PKL
yang berdagang dari pagi
hingga malam hari bahkan
buka nonstop
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
izin usaha yang diberlakukan oleh
petugas kelurahan sebagai pihak
yang berwenang menangani PKL
Untuk lokasi yang dilarang untuk
PKL oleh PKL tetap digunakan
sebagai lokasi untuk berdagang
dengan waktu berdagang setelah
jam kerja yaitu sore hingga
malam hari
Mengetahui
Pengelolaan
PKL di jalur
pejalan kaki
dalam perkembangannya
pemerintah mengeluarkan SK
Walikota Kota Semarang No 511316
tahun 2001 tentang Penetapan Lahan
yang mengatur tentang lokasi-lokasi
dan waktu aktivitas PKL yang
diperbolehkan oleh pemerintah pada
Kawasan Bundaran Simpang Lima
agar tetap terjaga kerapihan dan
estetikakeindahan wajah kawasannya
yaitu PKL yang berjualan di depan
Kompleks Pertokoan Simpang Lima
depan Ramayana SC depan Kantor
Adanya pengakuan resmi dari
pemerintah terhadap PKL Samanhudi
sebagai salah satu sector ekonomi di
kawasan studi melalui surat keputusan
resmi Surat keputusan ini sekaligus
mengatur hak kewajiban dan
tanggung jawab PKL sebagai
kompensasi perubahan status yang
telah diberikan oleh pemerintah
Pedagang kaki lima perlu untuk
mendapatkan pembinaan dari
pemerintah Kabupaten Jember untuk
meningkatkan kemampuan wirausaha
Pemerintah Kota Semarang
berwenang dalam mengatur
keberadaan PKL di ruang Kota
Semarang seperti yang terdapat di
kawasan sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi dengan bentuk
pengelolaan lokasional (stabilitas
atau pengaturan) dan struktural
(perijinan) Dalam pengaturan
tersebut Pemerintah Kota
Semarang menggunakan dasar
hukum berupa Undang-Undang
Peraturan Pemerintah Peraturan
mengatur tentang lokasi-
lokasi dan waktu aktivitas
PKL yang diperbolehkan
oleh pemerintah agar tetap
terjaga kerapihan dan
estetikakeindahan wajah
kawasannya
Pedagang kaki lima perlu
untuk mendapatkan
pembinaan
Pedestrian dirancang ulang
dengan dilebarkan hingga
area parkiran street
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
TelkomSMKN 7 Semarang depan
Gajahmada Plaza dan depan Masjid
Baiturrahman boleh berjualan dari
pukul 1600 ndash 0400 WIB (khusus pada
Hari Minggu PKL diijinkan untuk
berjualan mulai pukul 0600 ndash 0800
WIB) menempati ruang trotoar dengan
luas areal 4 x 6 meter
Sampai dengan tahun 2008
PKL di Kawasan Bundaran Simpang
Lima mencapai 1536 pedagang dan
ada kecenderungan akan terus
meningkat dari tahun ke tahun (lihat
Tabel III4) Kecenderungan lokasi
PKL pada masa-masa yang akan
datang mengikuti kecenderungan dari
perkembangan aktivitas formal
kawasan yang ada demikian juga
kecenderungan waktu berdagangnya
Melihat kecenderungan aktivitas PKL
kawasan maka SK Walikota Kota
Semarang No 511316 tahun 2001
sudah tidak relevan lagi dan perlu
dan peningkatan kualitas barang
dagang dan pelayanan terhadap
pembeli konsumen sehingga bias
meningkatkan pendapatan dan
aktivitas pedagang kaki lima dapat
member nilai tambah serta dapat
memberkan peluang kerja yang dapat
mengurangi tingkat pengangguran di
Kabupaten Jember Bentuk pembinaan
berupa penyuluhan yang diberikan
berkala secara rutin Program
pembinaan diadakan oleh pemerintah
Paguyuban Samanhudi merupakan
Kelembagaan yang memiliki
kewenangan atau keterikatan dengan
pengelolaan dan pembinaan Pedagang
Kaki Lima KoridorJalan
SamanhudiPaguyuban ini
beranggotakan wakil PKL wakil
pedagang formal wakil pemerintah
dari dinas Kebersihan dan
Pertamanan Dinas Polisi Pamong
Praja Dinas Pariwisata Dinas
Daerah dan Surat Keputusan
Walikota Adapun dasar hukum
yang mengatur secara jelas
mengenai aktivitas PKL di Kota
Semarang yang berlaku saat ini
diantaranya adalah sebagai
berikut
1048707 Peraturan Daerah No 11 Tahun
2000 tentang Pengaturan dan
Pembinaan PKL Perda ini
menjelaskan tentang pengaturan
dan pembinaan PKL di Kota
Semarang seperti pengaturan
tempat usaha hak kewajiban dan
larangan untuk PKL Dalam
kaitannya dengan karakteristik
berlokasi aktivitas PKL
dijelaskan dalam Perda ini yang
terdapat dalam pasal 3 yaitu
penempatan lokasi kegiatan PKL
diatur dengan mempertimbangkan
tempat kepentingan untuk umum
lainnya seperti kepentingan untuk
sehingga jalur aktif
kendaraan tidak
mengalami penyempitan
mengatur keberadaan PKL
di ruang Kota dengan
bentuk pengelolaan
lokasional (stabilitas atau
pengaturan) dan struktural
(perijinan)
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
ditinjau kembali sesuai dengan
kecenderungan dan kebutuhan yang
ada di lapangan
Pendapatan dan Dinas LPMK
Kabupaten Jemberserta pihak
penengah selaku penasehat dan pihak
netral yang diwakili oleh pakar PKL
dari universitas tokoh masyarakat dan
pakar PKL lainnya
Penerapan tema khusus pada penataan
PKL kawasan studi agar mempunyai
cirri khas dan dapat mengangkat citra
kawasan dan meningkatkan daya tarik
kawasan Contoh produk khas
jember yang dapat diangkat sebagai
tema adalah tembakau rookk dan
cerutu mengingat Jember sebagai
penghasil tembakau terbesar di Jawa
Kegiatan khas Jember yang dapat
diangkat sebagai tema yaitu Jember
Fashion Carnaval Penerapan tema
dapat diaplikasikan pada sarana usaha
PKL finishing pedestrian perabot
kota dan elemen pendukung lainnya
Pedestrian dirancang ulang dengan
pejalan dan untuk sirkulasi
kendaraan Untuk lebih jelas
mengenai detail isi perda tersebut
dapat dilihat pada Lampiran F
1048707 Surat Keputusan Walikota
Semarang No 51136 Tahun
2001 tentang lokasi PKL di Kota
Semarang dimana di dalamnya
diantaranya mengatur luas area
batas pemakaian area waktu
aktivitas dan tempat aktivitas
PKL Ruas kanan Jalan dr
Kariadi dari arah Jalan Veteran
merupakan lokasi yang
diperbolehkan untuk aktivitas
PKL Lokasi tersebut menempati
trotoar serta bangunan berupa
semi permanen Untuk lebih jelas
mengenai detail isi SK tersebut
dapat dilihat pada Lampiran F
1048707 Perda No 6 Tahun 2004
tentang Rencana Detail Tata
Ruang Kota Semarang Bagian
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
dilebarkan hingga area parkiran street
sehingga jalur aktif kendaraan tidak
mengalami penyempitan Diberikan
perbedaan yang tegas antara ruang
PKL dan ruang pejalan kaki dan jalur
kendaraan berupa perbedaan tinggi
lantaiSehingga dikemudian hari kios
PKL tidak melebar ke segala sisi
Wilayah Kota (BWK) I
(Kecamatan Semarang Tengah
Semarang Timur dan Semarang
Selatan Tahun 2000-2010 Perda
tersebut menjelaskan mengenai
fungsi serta peran BWK I yang
terkait dengan sektor formal di
wilayah tersebut yaitu penjelasan
mengenai fasilitas kesehatan yang
berada khususnya di Kelurahan
Randusari Selain itu dijelaskan
pula kelas Jalan dr Kariadi Jalan
dr Soetomo dan Jalan Veteran
serta jalur transportasi yang
melaluinya
41
d Sarana Fisik Berdagang
Masing-masing lokasi memiliki jenis sarana berdagang mayoritas yang
berbeda-beda Pada penggal Jalan dr Kariadi mayoritas PKL di penggal jalan tersebut
menggunakan kios sebagai sarana berdagangnya Kios-kios tersebut awalnya
merupakan warung semi permanen yang disekat-sekat Namun seiring dengan
perkembangan waktu dan adanya praktek sewa tempat usaha maka warung tersebut
dibangun permanen oleh pemiliknya bahkan diantaranya ada yang dilengkapi dengan
kamar mandi serta ruang tidur Hal tersebut dikarenakan sebagian kios juga dijadikan
sebagai tempat tinggal pemiliknya Asal pedagang yang dari luar Kota Semarang serta
biaya yang mengontrak relatif mahal sehingga menjadikan kiosnya sebagai sarana
usaha serta tempat tinggal sekaligus Sarana dagang tersebut telah menyimpang dari
peraturan daerah tentang PKL Latar belakang pendidikan PKL yang sebagian rendah
kemungkinan menjadi penyebab kurangnya pemahaman pedagang terhadap produk
hukum tersebut atau memang mengerti namun sengaja dilanggar karena tidak adanya
upaya pemerintah untuk menertibkan sarana berdagang yang telah melanggar
peraturan tersebut Selain itu ketidaktergantungan PKL terhadap ketersediaan
prasarana penunjang menjadikan PKL dalam beraktivitas tidak mempertimbangkan
aspek tersebut
Selain kios sarana dagangan yang banyak diminati adalah gerobak tenda yaitu
sarana dagangan utamanya gerobak yang ditunjang dengan tenda yang biasanya untuk
tempat makan konsumen Sarana dagang ini dianggap praktis karena mudah
dibongkar pasang serta dipindahkan Terlebih sarana dagang ini sesuai dengan
himbauan pemerintah dalam Perda No 11 tahun 2000 yaitu sarana PKL adalah yang
mudah untuk dibongkar serta dipindahkan
Lain halnya dengan PKL di penggal Jalan dr Soetomo mereka lebih banyak
menggunakan gerobak Hal tersebut dikarenakan lokasi tersebut merupakan lokasi
larangan untuk PKL tapi mereka tetap bertahan di lokasi tersebut dengan alasan tidak
tersedia tempat lain yang strategis untuk berjualan Dengan menggunakan gerobak
memudahkan mereka untuk lari atau berpindah tempat jika ada penertiban oleh aparat
penegak tata tertib
Di penggal Jalan Veteran sama halnya dengan sarana fisik yang digunakan
berdagang oleh PKL di penggal Jalan dr Kariadi Mereka mayoritas menggunakan
41
sarana berdagang berupa kios Mereka menggunakan sarana fisik dagangan kios
permanen yang dianggap aman karena memperoleh izin tempat usaha dari pihak
terkait untuk berdagang Namun sarana dagang yang dibuat permanen tersebut tidak
sesuai dengan perda tentang PKL yang mengharuskan sarana dagang pedagang kaki
lima yang mudah dibongkar dan dipindah-pindah
Sarana fisik dagangan yang kurang diminati adalah mobil Walaupun cukup
fleksibel untuk berpindah-pindah namun biaya untuk operasional sehari-hari cukup
mahal seperti bahan bakar perawatan mobil ataupun untuk pengadaan unit mobil itu
sendiri Hanya terdapat satu PKL yang menggunakan sarana dagangan ini yaitu
berada di penggal Jalan dr Kariadi Namun karena pada waktu penyebaran kuesioner
pedagang ini tidak berada di lokasi maka tidak masuk menjadi responden
e Pola Layanan
Untuk pola pelayanan terdapat tiga aspek yang dibahas yaitu mengenai waktu
layanan
aktivitas PKL serta sifat layanan Berikut uraian dari analisis pola pelayanan tersebut
1 Waktu Layanan
Sesuai waktu aktivitas kegiatan utama yang rata-rata pagi hingga sore hari
seperti fasilitas pendidikan perkantoran serta jam berkunjung dan pemeriksaan rumah
sakit maka mayoritas PKL membuka usahanya pada waktu tersebut yaitu sekitar
pukul 0900 hingga pukul 1600 Namun khusus yang berada di penggal Jalan dr
Kariadi yaitu di sekitar pintu masuk dan lokasi larangan untuk PKL hanya
diperbolehkan untuk berjualan pada sore hingga malam hari yaitu biasanya mereka
membuka usahanya sekitar pukul 1600 hingga 0000 Terdapat beberapa PKL yang
waktu usahanya menyesuaikan dengan waktu pelayanan rumah sakit yang buka 24
jam atau sepanjang hari Hal tersebut dilakukan menangkap peluang menjajakan
barang dagangan untuk kebutuhan aktivis rumah sakit seperti penunggu pasien
pengunjung atau petugas piket atau jaga serta tidak menutup kemungkinan pembeli
dari pengendara yang lalu lalang atau supir transportasi umum
Hal tersebut juga berlaku di penggal jalan yang lain dimana mayoritas
membuka usahanya pada pagi hingga sore hari Hanya minoritas yang membuka
usaha pada sore hingga malam hari serta sepanjang hari Faktor lain yang dapat
mempengaruhi waktu aktivitas PKL selain menyesuaikan waktu aktivitas kegiatan
utama adalah kepemilikan usaha yang merupakan milik pribadi sehingga mereka
membuka usahanya sesuai keinginan mereka
41
Terdapat pula fenomena satu lokasi ditempati oleh dua PKL dengan waktu
layanan yang berbeda PKL yang beraktivitas pada pagi hingga sore mencoba
menagkap peluang dari kunjungan ke kegiatan utama seperti rumah sakit fasilitas
pendidikan perkantoran serta perdagangan informal dan tidak menutup orang yang
lalu lalang melewati jalan-jalan tersebut Lokasi yang dianggap strategis serta
berprospektif tersebut digunakan oleh PKL lain untuk berjualan di tempat yang sama
Hal tersebut dimanfaatkan PKL untuk menangkap peluang dari kegiatan rumah sakit
serta orang yang lalu lalang Selain itu juga menangkap konsumen dari penumpang
bus malam yang melewati Jalan dr Soetomo dimana di jalur tersebut terdapat halte
serta konsumen dari supir angkutan umum yang sedang istirahat sejenak Berikut
pemetaan PKL menurut waktu berdagangnya
Gambar 37Peta Sebaran Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Menurut Waktu Layanan
2 Sifat Layanan
Dari gambar di bawah ini dapat disimpulkan bahwa mayoritas PKL di sekitar
Rumah Sakit dr Kariadi memiliki sifat layanan menetap baik dari segi tempat
berdagangnya yang tetap serta waktu berdagangnya yang sama setiap harinya hal ini
nampak pada sarana fisik dagangan para PKL tersebut yang berupa kios yang
memang tidak bisa dipindah-pindah atau permanen Hanya 13 yang memiliki sifat
layanan semi menetap Berikut persentase PKL menurut sifat layanannya
41
Gambar 38Persentase Sifat Layanan Pedagang Kaki LimaDi Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Sifat layanan semi menetap biasanya PKL yang tempat usahanya yang
merupakan gabungan antara menetap dengan keliling yaitu pada awal waktu
berdagang pada lokasi yang sama tiap harinya namun jika belum habis dagangannya
mereka berkeliling serta jam berdagang yang tidak tetap tiap harinya terkadang hanya
sampai siang karena dagangannya habis Sisanya yang 2 berjualan secara
berkeliling yang diantaranya bertujuan untuk mendekati konsumen serta
memanfaatkan waktu-waktu puncak kegiatan utama rumah sakit seperti waktu
kunjungan menjenguk pasien
f Pola Penyebaran
Pola penyebaran PKL mayoritas mengikuti pola jalan yang ada yaitu linier
Mereka berjualan di bahu-bahu jalan bahkan ada yang berada di atas saluran drainase
Selain itu pola penyebaran tersebut terbentuk karena lokasi yang diperbolehkan untuk
PKL menempati trotoar trotoar sepanjang jalan yang secara otomatis membentuk
linier Alasan lainnya yang diungkapkan oleh pedagang adalah agar dagangannya
mudah dilihat oleh orang yang lalu lalang Namun terdapat beberapa PKL yang
berjualan secara aglomerasi dengan PKL yang berjualannya bergerombol di dekat
pintu masuk pengunjung Rumah Sakit dr Kariadi seperti yang dapat dijumpai di Jalan
dr Kariadi yaitu bergerombol di sekitar pintu masuk pengunjung rumah sakit serta di
Jalan dr Soetomo yang bergerombol di dekat pintu masuk UGD dan pintu masuk ke
Gedung Pavilliun Garuda Hal tersebut dimaksudkan untuk mendekati pengunjung
yang akan masuk ke rumah sakit Hanya sebagian kecil saja yang lokasinya berjauhan
dengan PKL lainnya atau menyebar untuk mengurangi persaingan dengan PKL
lainnya
41
g Kesimpulan Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar
Rumah Sakit dr Kariadi
Tempat usaha tidak terdapatnya tempat yang dikhususkan untuk PKL pemerintah
memfasilitasinya dengan memperbolehkan menempati ruang-ruang publik seperti
trotoar badan atau bahu jalan serta di atas saluran drainase melalui Perda no 11 tahun
2000 Namun hal ini dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan
serta visual kawasan dan tidak optimalnya ruang publik tersebut Mayoritas PKL di
kawasan tersebut telah mengantongi izin tempat usaha dari kelurahan selaku pihak
berwenang
Jenis barang dagangan karakteristik jenis barang dagangan PKL pada umumnya
mengikuti kebutuhan kegiatan utama yaitu aktivitas Rumah Sakit dr Kariadi dan
sekitarnya seperti fasilitas pendidikan perkantoran perdagangan informal
permukiman dan pemakaman Jenis barang dagangan yang mayoritas diperdagangkan
berupa makanan Jenis barang dagangan yang diperdagangkan adalah non makanan
buah-buahan jasa pelayanan serta kelontong Terkait dengan kegiatan utama terdapat
beberapa jeni barang dagangan yang spesifik seperti termos tikar kipas guna
memenuhi kebutuha penunggu pasien
Sarana fisik dagangan mayoritas berupa kios yang dibangun permanen serta
gerobak tenda Menggunakan kios dikarenakan lokasinya yang telah dilegalkan untuk
aktivitas PKL serta terkait pola layanan yang menetap serta pada waktu berdagang
yang tetap Sedangkan gerobak tenda banyak digunakan oleh pedagang makanan
dimana tendanya digunakan sebagai tempat untuk konsumen Untuk bangunan
permanen diantaranya digunakan sebagai tempat tinggal Ketidakketergantungan
PKL terhadap prasarana penunjang sehingga PKL tidak mempertimbangkan aspek
tersebut karena mereka dapat mengusahakan sendiri
Pola pelayanan dari segi waktunya mengikuti waktu aktivitas kegiatan utama yaitu
pagi hingga sore hari sekitar pukul 0900 ndash 1600 serta telah mendapat izin tempat
usaha dari pihak berwenang namun terdapat pula PKL yang beraktivitas sore hingga
malam hari yaitu pukul 1600 ndash 0000 serta sepanjang hari Sifat layanannya menetap
mengingat mayoritas bersarana fisik dagangan berupa kios serta waktu berdagang
yang relatif tetap
Pola penyebaran mayoritas secara linier yaitu mengikuti pola jalan karena lokasi
yang dilegalkan untuk PKL oleh pemerintah menempati ruang-ruang publik seperti
trotoar di atas saluran drainase dan bahu jalan yang notabene mengikuti pola jalan
41
Selain itu terdapat sebagian beraglomerasi di sekitar pintu masuk rumah sakit yang
bertujuan untuk mendekati konsumen dan sisanya menyebar agar mengurangi
saingan
ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun
menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan
Samanhudi dengan kawasan PKL lain
ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL
ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun
dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja
namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang
namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan
ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa
jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan
harga antara pedagang formal dan PKL
ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan
pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak
penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi
antar pihak
ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai
dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan
perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang
informal
ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan
persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL
ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan
dalih keamanan
ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan
pejalan kaki dan pengendara kendaraan
ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki
ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL
ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan
ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa
harus saling menumpuk
41
ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak
Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini menjadi
jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen
41
Pengelolaan PKL
Pengelolaan PKL di Bundaran
Simpang Lima
Lima Semarang
Pengelolaan PKL di
Kabupaten Jember
Pengelolaan PKL di Kawasan Sekitar Rumah
Sakit dr Kariadi Semarang
Mengakui keberadaan PKL dengan
menuangkannya di dalam produk-
produk tata ruang
Penegakan peraturan
perundagangan yang terkait
dengan PKL
Menjalin kerjasama dengan sektor
formal dalam menyediakan ruang
bagi PKL
Menyediakan ruang perkotaan
yang dikhususkan bagi sektor
informal
Peningkatan citra PKL
Pengakuan terhadap eksistensi PKL
Control terhadap dana bantuan
Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo
Penindakan tegas kepada oknum yang
melakukan perampasan hak pada PKL
dengan dalih keamanan
Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk
menampung aktivitas PKL dan pejalan
kaki
Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan
jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir yang tepat
Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal
Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan
jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir
Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL
dan konsumen yang aman dari gangguan
pejalan kaki dan pengendara kendaraan
41
36 Temuan Studi
Temuan studi ini dimana akan menjawab sasaran yang disesuaikan dari contoh kasus yang ada di Indonesia Berikut adalah tabel matrik temuan
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
Mengetahui
permasalahan
PKL di jalur
pejalan kaki
Keberadaan sektor PKL yang menempati ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima memakai separuh lebih lebar trotoar bahkan seringkali tidak menyisakan sedikit pun ruang untuk pejalan kaki Ruang-ruang trotoar menjadi tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya sebagai ruang pemisah antara ruang yang digunakan untuk sirkulasi pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan Ruang-ruang trotoar tersebut banyak yang beralih fungsi menjadi lokasi berdagang PKL
Peralihan fungsi trotoar ini menyebabkan terganggunya aktivitas pejalan kaki sehingga pejalan terpaksa harus menggunakan jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk berjalan guna menghindari berbagai hambatan di atas trotoar Hal ini menyebabkan pejalan kaki terpaksa harus berhati-hati jika melangkah terkadang juga harus mengalah berjalan pada ruang-ruang jalur lambat dan sebagian badan jalan Kondisi ini sangat tidak aman dan
Masalah yang utama itu dari setiap
pedagang kaki lima di Jalur Pejalan Kaki
di Jalan Samanhudi Jember yaitu
Penggusuran Para PKL liar yang tidak
memiliki TDU(Tanda Daftar Usaha)
mereka biasanya akan di gusur dengan
peringatan yang di berikan sampai di
laksanakan penggusuran paksa padahal
Pedagang kaki lima merupakan salah satu
solusi akan masalah tingginya angka
pengangguran dan sedikitnya lapangan
kerja bagi masyarakat berpendidikan
rendah seperti mereka Pemerintah dalam
hal ini tidak dapat menyediakan lahan
pengganti bagi mereka untuk melanjutkan
usaha mereka jika pun ada pemerintah
menyediakan lahan-lahan yang letaknya
kurang strategis yang secara pasti
menurunkan dan mematikan pendapatan
yang mereka dapatkan dan akhirnya
Legalitas lokasi aktivitas
PKL yang biasanya ditempatkan
di dalam ruang publik seperti di
atas trotoar di atas saluran
drainase taman dan ruang publik
lainnya patut dipertanyakan
karena ketidakberdayaannya
peraturan tersebut dalam
menangani PKL Sebagai contoh
di sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi legalitas lokasi untuk
aktivitas PKL yang linier di
sepanjang jalan yang bertempat di
atas drainase Dalam aspek
apapun hal tersebut tidak dapat
dilegalkan terlebih tidak ada
penjelasan mengenai luasan atau
desain yang diperbolehkan PKL
untuk menggelar dasaran pada
dimensi saluran drainase yang
PKL yang menempati
ruang-ruang trotoar
menyebabkan
terganggunya aktivitas
pejalan kaki
Pemerintah tidak dapat
menyediakan lahan
pengganti
Legalitas lokasi aktivitas
PKL yang biasanya
ditempatkan di dalam
ruang publik seperti di atas
trotoar di atas saluran
drainase taman dan ruang
publik patut
dipertanyakan
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
nyaman bagi pejalan kaki ataupun bagi pengendara kendaraan bermotor karena mengganggu arus lalu lintas dan membahayakan keselamatan jiwa mereka hal seperti ini dapat kita lihat di depan dan di samping Masjid Baiturrahman di depan Citraland Mall di depan dan di samping Plasa Simpang Lima di depan dan di samping Kompleks Pertokoan Simpang Lima di depan dan di samping Ramayana Super Center di depan dan di samping SMKN 7 SemarangKantor Telkom dan di depan Gajahmada Plaza
Pemilihan lokasi PKL dipengaruhi oleh kecenderungan aktivitas PKL yang selalu menentukan lokasi mendekati pusat-pusat keramaian atau pusat-pusat perdagangan dan jasa dan lokasi-lokasi yang sering dikunjungi oleh orang banyak dalam kurun waktu tertentu secara periodik dan menerus Alasan inilah yang kemudian mendasari penentuan lokasi PKL Kawasan Bundaran Simpang Lima untuk berjualan di trotoar karena ruang-ruang jalur pedestrian inilah yang
mereka harus gulung tikar dan menjadi
pengangguran yang semakin menambah
permasalahan di Indonesia Pemerintah
harus mencari cara dan tempat yang baik
untuk mereka berdagang ditengah modal
mereka yang kecil agar di sisi lain semua
para pedagang kaki lima tidak hilang
lapangan kerjanya dan bias melanjutkan
kelangsungan hidupnya
ada Selain itu PKL juga
menempati trotoar yang
mengakibatkan bertambahnya
permasalahan yang terdapat di
lokasi tersebut Imbas secara
langsung dirasakan oleh
pengguna trotoar yaitu pedestrian
ketidaknyamanan bahkan tidak
adanya lagi ruang untuk berjalan
di atas trotoar acapkali menjadi
konsekuensi pedestrian yang
trotoarnya diserobot PKL
Aglomerasi aktivitas PKL yang
berlokasi di sekitar pintu masuk
pengunjung Rumah Sakit dr
Kariadi menyebabkan
penumpukan aktivitas seperti
aktivitas keluar masuk
pengunjung aktivitas jual beli
antara PKL dengan konsumen
lalu lintas kendaraan yang sedang
melewati Jalan dr Kariadi serta
angkutan umum yang sedang
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
dianggap sebagai lokasi yang ramai dikunjungi oleh pejalan kaki yang melakukan pergerakan dalam mencapai tempat tujuan perjalanannya Begitu juga dengan ruang Lapangan Pancasila karena selalu ramai dikunjungi pada hari-hari libur dengan rata-rata pengunjung mencapai 51 ndash 100 oranghari dikarenakan kedudukannya sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya
berhenti mencari penumpang
Sekali lagi permasalahan tersebut
disikapi oleh pemerintah dengan
penertiban dan penggusuran yang
hampir tidak pernah berakhir
manis
Mengetahui
peranan PKL
Kehadiran PKL di Kawasan
Bundaran Simpang Lima juga mampu
menciptakan kehidupan yang menerus
sehingga terhindar dari kematian
kawasan pada saat tertentu akan tetapi
di sisi lain kehadiran PKL
menyebabkan ketidakteraturan
kekumuhan dan kualitas fisik yang
buruk sehingga merusak wajah kota
Selain itu PKL yang berjualan di
Lapangan Pancasila pada malam hari
dengan kehidupan malam dan wanita-
wanita penghibur yang berdandan tebal
Tempat pedagang kaki lima bagi
Masyarakat dijalan Samanhudi Jember
sangat penting sebagai penyedia kebutuhan
yang dibutuhkan oleh Masyarakat Jember
Pedangan kaki lima sangat mempengaruhi
pola pasar dan sosial di Jember khususnya
didaerah Jalan Samanhudi Dalam bidang
perekonomian pedagang kaki lima hanya
berpengaruh sebagai produsen yang
penting bagi Masyarakat Jember
mengingat akan Meningkatnya jumlah
Penduduk Mereka cenderung lebih
memilih membeli pada pedagang kaki lima
Usaha PKL yang terus
berkembang pesat menarik PKL
untuk mempekerjakan karyawan
selain tenaga yang dibutuhkan
memang tidak bisa dikerjakan
sendiri terdapat pula pemilik
modal yang menyewa tempat
usaha namun dijadikan usaha
sampingan sehingga tidak
mengelola secara langsung
usahanya namun dengan
mempekerjakan karyawan PKL
yang statusnya sebagai karyawan
Pedangan kaki lima sangat
mempengaruhi pola pasar
dan sosial
harga yang PKL tawarkan
lebih murah dibandingkan
dengan harga di mall
grosir maupun indogrosir
sebagai salah satu
alternatif lapangan
pekerjaan bagi masyarakat
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
menciptakan kesan negatif dan
memperburuk citra kawasan
daripada membeli di supermarket yang
sudah merajalela di kota Jember pada saat
ini mall atau grosir maupun indogrosir
yang banyak tersebar di kota Jember
dikarenakan harga yang mereka tawarkan
lebih murah
sebanyak 10 dimana karyawan
tersebut memanfaatkan PKL
sebagai lapangan pekerjaan
Sehingga bekerja sebagai
karyawan PKL dapat dikatakan
sebagai salah satu alternatif
lapangan pekerjaan bagi
masyarakat
Mengetahui
pola aktivitas
PKL dijalur
pejalan kaki
Aktivitas PKL sendiri
memiliki kecenderungan untuk
menempati ruang ruang antar aktivitas
yang selalu ramai dilewatidikunjungi
oleh banyak orang dalam melakukan
pergerakan perpindahan dari aktivitas
satu ke aktivitas yang lain atau dari
bangunan perdagangan modern satu ke
bangunan perdagangan modern yang
lain secara periodik dalam rentang
waktu tertentu sehingga kemudian
pilihan ini jatuh kepada jalur-jalur
pedestrian yang notabene merupakan
ruang-ruang terbuka publik yang
PKL berdagang dengan menempati
tempat yang tetap dan tidak berpindah-
pindah
Modal dan aset sebagian besar adalah
milik sendiri
Berdagang di Samanhudi merupakan
usaha utama
Alat peraga PKL pada kawasan ini
dapat dibedakan menjadi
ndashAlat peraga semi permanen dari kayu
dan tenda yang bersifat menetap
ndashAlat peraga dengan bangku meja dan
tenda sekaligus sebagai tempat tinggal
ndashAlat peraga beroda namun menetap
Pola Aktivitas pelayanan PKL di
kawasan sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi pada umumnya melayani
pengunjung rumah sakit namun
tidak menutup kemungkinan
konsumennya adalah pengendara
atau orang yang sedang melintasi
jalan tersebut tanpa bermaksud
untuk masuk ke rumah sakit
Selain itu konsumen
yang berasal dari sekitar lokasi
PKL seperti penduduk
permukiman di sekitarnya
pekerja yang bekerja di sektor
Aktivitas PKL memiliki
kecenderungan untuk
menempati ruang ruang
antar aktivitas yang selalu
ramai dilewatidikunjungi
oleh banyak orang dalam
melakukan pergerakan
perpindahan dari aktivitas
satu ke aktivitas yang lain
atau dari bangunan
perdagangan modern satu
ke bangunan perdagangan
modern
Saat berjualan alat peraga
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
seyogyanya digunakan oleh pejalan
kaki Keberadaan ruang trotoar yang
semakin sempit oleh penggunaan ruang
PKL membuat pejalan kaki
menjatuhkan pilihan untuk melakukan
perjalanan pada ruang-ruang seperti
jalur lambat dan sebagian badan jalan
sehingga mengurangi keamanan jiwa
dan kenyamanan pejalan kaki sendiri
serta pengguna jalan yang lain
(pengendara)
Kegiatan-kegiatan yang
dilakukan oleh pejalan kaki pada
ruang-ruang jalur pedestrian atau
trotoar di Kawasan Bundaran Simpang
Lima adalah kegiatan berjalan dan
berbelanja Sebagian dari pejalan kaki
hanya berjalan melintasi trotoar untuk
menuju lokasi tujuannya akan tetapi
ada pula sebagian dari pejalan kaki
yang berjalan sambil melihat-lihat
bahkan ada yang berbelanja pada PKL
ndashAlat peraga beroda namun menetap
dengan bangku dan meja
ndashHanya berupa matras sebagai alas
dagangan yang dapat berpindah
sewaktu-waktu
Alat peraga yang dipakai untuk usaha
tidak seragam dan tidak menggunakan
desain yang baik sehingga terkesan
kumuh kurang bersih dan sangat
mengganggu wajah kota dan menutup
fasade bangunan di belakangnya
Saat berjualan alat peraga kios
sebagian besar menempati badan jalan
dan trotoar
Saat tidak berjualan alat peraga kios
sebagian besar tetap di lokasi jualan
lama berjualan di Samanhudi sebagian
besar antara 6 ndash10 tahun
Terbanyak dari pedagang belum
pernah bekerja di sektor lain dan dari
semula telah menjadi PKL di
Samanhudidi bandingkan denga harga
yang ada di mall Pedagang
lain sehingga tidak ada batasan
pasti mengenai pola pelayanan
para PKL tersebut
Waktu beraktivitas para
PKL umumnya terbagi menjadi
dua sesi PKL yang pertama
adalah pedagang yang aktivitas
berdagangnya pada pagi hingga
siang hari Pedagang yang kedua
merupakan pedagang yang
mempunyai waktu layanan pada
sore hingga malam hari Namun
tidak menutup kemungkinan
terdapat beberapa PKL yang
berdagang dari pagi hingga
malam hari bahkan buka nonstop
mengingat rumah sakit
beraktivitas selama sehari penuh
sehingga mereka mengikuti
aktivitas sektor formal yang ada
di sekitarnya
Waktu berdagang
tersebut juga disesuaikan dengan
kios sebagian besar
menempati badan jalan
dan trotoar
Waktu beraktivitas para
PKL umumnya terbagi
menjadi dua sesi PKL
yang pertama adalah
pedagang yang aktivitas
berdagangnya pada pagi
hingga siang hari
Pedagang yang kedua
merupakan pedagang yang
mempunyai waktu layanan
pada sore hingga malam
hari Namun tidak
menutup kemungkinan
terdapat beberapa PKL
yang berdagang dari pagi
hingga malam hari bahkan
buka nonstop
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
izin usaha yang diberlakukan oleh
petugas kelurahan sebagai pihak
yang berwenang menangani PKL
Untuk lokasi yang dilarang untuk
PKL oleh PKL tetap digunakan
sebagai lokasi untuk berdagang
dengan waktu berdagang setelah
jam kerja yaitu sore hingga
malam hari
Mengetahui
Pengelolaan
PKL di jalur
pejalan kaki
dalam perkembangannya
pemerintah mengeluarkan SK
Walikota Kota Semarang No 511316
tahun 2001 tentang Penetapan Lahan
yang mengatur tentang lokasi-lokasi
dan waktu aktivitas PKL yang
diperbolehkan oleh pemerintah pada
Kawasan Bundaran Simpang Lima
agar tetap terjaga kerapihan dan
estetikakeindahan wajah kawasannya
yaitu PKL yang berjualan di depan
Kompleks Pertokoan Simpang Lima
depan Ramayana SC depan Kantor
Adanya pengakuan resmi dari
pemerintah terhadap PKL Samanhudi
sebagai salah satu sector ekonomi di
kawasan studi melalui surat keputusan
resmi Surat keputusan ini sekaligus
mengatur hak kewajiban dan
tanggung jawab PKL sebagai
kompensasi perubahan status yang
telah diberikan oleh pemerintah
Pedagang kaki lima perlu untuk
mendapatkan pembinaan dari
pemerintah Kabupaten Jember untuk
meningkatkan kemampuan wirausaha
Pemerintah Kota Semarang
berwenang dalam mengatur
keberadaan PKL di ruang Kota
Semarang seperti yang terdapat di
kawasan sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi dengan bentuk
pengelolaan lokasional (stabilitas
atau pengaturan) dan struktural
(perijinan) Dalam pengaturan
tersebut Pemerintah Kota
Semarang menggunakan dasar
hukum berupa Undang-Undang
Peraturan Pemerintah Peraturan
mengatur tentang lokasi-
lokasi dan waktu aktivitas
PKL yang diperbolehkan
oleh pemerintah agar tetap
terjaga kerapihan dan
estetikakeindahan wajah
kawasannya
Pedagang kaki lima perlu
untuk mendapatkan
pembinaan
Pedestrian dirancang ulang
dengan dilebarkan hingga
area parkiran street
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
TelkomSMKN 7 Semarang depan
Gajahmada Plaza dan depan Masjid
Baiturrahman boleh berjualan dari
pukul 1600 ndash 0400 WIB (khusus pada
Hari Minggu PKL diijinkan untuk
berjualan mulai pukul 0600 ndash 0800
WIB) menempati ruang trotoar dengan
luas areal 4 x 6 meter
Sampai dengan tahun 2008
PKL di Kawasan Bundaran Simpang
Lima mencapai 1536 pedagang dan
ada kecenderungan akan terus
meningkat dari tahun ke tahun (lihat
Tabel III4) Kecenderungan lokasi
PKL pada masa-masa yang akan
datang mengikuti kecenderungan dari
perkembangan aktivitas formal
kawasan yang ada demikian juga
kecenderungan waktu berdagangnya
Melihat kecenderungan aktivitas PKL
kawasan maka SK Walikota Kota
Semarang No 511316 tahun 2001
sudah tidak relevan lagi dan perlu
dan peningkatan kualitas barang
dagang dan pelayanan terhadap
pembeli konsumen sehingga bias
meningkatkan pendapatan dan
aktivitas pedagang kaki lima dapat
member nilai tambah serta dapat
memberkan peluang kerja yang dapat
mengurangi tingkat pengangguran di
Kabupaten Jember Bentuk pembinaan
berupa penyuluhan yang diberikan
berkala secara rutin Program
pembinaan diadakan oleh pemerintah
Paguyuban Samanhudi merupakan
Kelembagaan yang memiliki
kewenangan atau keterikatan dengan
pengelolaan dan pembinaan Pedagang
Kaki Lima KoridorJalan
SamanhudiPaguyuban ini
beranggotakan wakil PKL wakil
pedagang formal wakil pemerintah
dari dinas Kebersihan dan
Pertamanan Dinas Polisi Pamong
Praja Dinas Pariwisata Dinas
Daerah dan Surat Keputusan
Walikota Adapun dasar hukum
yang mengatur secara jelas
mengenai aktivitas PKL di Kota
Semarang yang berlaku saat ini
diantaranya adalah sebagai
berikut
1048707 Peraturan Daerah No 11 Tahun
2000 tentang Pengaturan dan
Pembinaan PKL Perda ini
menjelaskan tentang pengaturan
dan pembinaan PKL di Kota
Semarang seperti pengaturan
tempat usaha hak kewajiban dan
larangan untuk PKL Dalam
kaitannya dengan karakteristik
berlokasi aktivitas PKL
dijelaskan dalam Perda ini yang
terdapat dalam pasal 3 yaitu
penempatan lokasi kegiatan PKL
diatur dengan mempertimbangkan
tempat kepentingan untuk umum
lainnya seperti kepentingan untuk
sehingga jalur aktif
kendaraan tidak
mengalami penyempitan
mengatur keberadaan PKL
di ruang Kota dengan
bentuk pengelolaan
lokasional (stabilitas atau
pengaturan) dan struktural
(perijinan)
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
ditinjau kembali sesuai dengan
kecenderungan dan kebutuhan yang
ada di lapangan
Pendapatan dan Dinas LPMK
Kabupaten Jemberserta pihak
penengah selaku penasehat dan pihak
netral yang diwakili oleh pakar PKL
dari universitas tokoh masyarakat dan
pakar PKL lainnya
Penerapan tema khusus pada penataan
PKL kawasan studi agar mempunyai
cirri khas dan dapat mengangkat citra
kawasan dan meningkatkan daya tarik
kawasan Contoh produk khas
jember yang dapat diangkat sebagai
tema adalah tembakau rookk dan
cerutu mengingat Jember sebagai
penghasil tembakau terbesar di Jawa
Kegiatan khas Jember yang dapat
diangkat sebagai tema yaitu Jember
Fashion Carnaval Penerapan tema
dapat diaplikasikan pada sarana usaha
PKL finishing pedestrian perabot
kota dan elemen pendukung lainnya
Pedestrian dirancang ulang dengan
pejalan dan untuk sirkulasi
kendaraan Untuk lebih jelas
mengenai detail isi perda tersebut
dapat dilihat pada Lampiran F
1048707 Surat Keputusan Walikota
Semarang No 51136 Tahun
2001 tentang lokasi PKL di Kota
Semarang dimana di dalamnya
diantaranya mengatur luas area
batas pemakaian area waktu
aktivitas dan tempat aktivitas
PKL Ruas kanan Jalan dr
Kariadi dari arah Jalan Veteran
merupakan lokasi yang
diperbolehkan untuk aktivitas
PKL Lokasi tersebut menempati
trotoar serta bangunan berupa
semi permanen Untuk lebih jelas
mengenai detail isi SK tersebut
dapat dilihat pada Lampiran F
1048707 Perda No 6 Tahun 2004
tentang Rencana Detail Tata
Ruang Kota Semarang Bagian
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
dilebarkan hingga area parkiran street
sehingga jalur aktif kendaraan tidak
mengalami penyempitan Diberikan
perbedaan yang tegas antara ruang
PKL dan ruang pejalan kaki dan jalur
kendaraan berupa perbedaan tinggi
lantaiSehingga dikemudian hari kios
PKL tidak melebar ke segala sisi
Wilayah Kota (BWK) I
(Kecamatan Semarang Tengah
Semarang Timur dan Semarang
Selatan Tahun 2000-2010 Perda
tersebut menjelaskan mengenai
fungsi serta peran BWK I yang
terkait dengan sektor formal di
wilayah tersebut yaitu penjelasan
mengenai fasilitas kesehatan yang
berada khususnya di Kelurahan
Randusari Selain itu dijelaskan
pula kelas Jalan dr Kariadi Jalan
dr Soetomo dan Jalan Veteran
serta jalur transportasi yang
melaluinya
41
sarana berdagang berupa kios Mereka menggunakan sarana fisik dagangan kios
permanen yang dianggap aman karena memperoleh izin tempat usaha dari pihak
terkait untuk berdagang Namun sarana dagang yang dibuat permanen tersebut tidak
sesuai dengan perda tentang PKL yang mengharuskan sarana dagang pedagang kaki
lima yang mudah dibongkar dan dipindah-pindah
Sarana fisik dagangan yang kurang diminati adalah mobil Walaupun cukup
fleksibel untuk berpindah-pindah namun biaya untuk operasional sehari-hari cukup
mahal seperti bahan bakar perawatan mobil ataupun untuk pengadaan unit mobil itu
sendiri Hanya terdapat satu PKL yang menggunakan sarana dagangan ini yaitu
berada di penggal Jalan dr Kariadi Namun karena pada waktu penyebaran kuesioner
pedagang ini tidak berada di lokasi maka tidak masuk menjadi responden
e Pola Layanan
Untuk pola pelayanan terdapat tiga aspek yang dibahas yaitu mengenai waktu
layanan
aktivitas PKL serta sifat layanan Berikut uraian dari analisis pola pelayanan tersebut
1 Waktu Layanan
Sesuai waktu aktivitas kegiatan utama yang rata-rata pagi hingga sore hari
seperti fasilitas pendidikan perkantoran serta jam berkunjung dan pemeriksaan rumah
sakit maka mayoritas PKL membuka usahanya pada waktu tersebut yaitu sekitar
pukul 0900 hingga pukul 1600 Namun khusus yang berada di penggal Jalan dr
Kariadi yaitu di sekitar pintu masuk dan lokasi larangan untuk PKL hanya
diperbolehkan untuk berjualan pada sore hingga malam hari yaitu biasanya mereka
membuka usahanya sekitar pukul 1600 hingga 0000 Terdapat beberapa PKL yang
waktu usahanya menyesuaikan dengan waktu pelayanan rumah sakit yang buka 24
jam atau sepanjang hari Hal tersebut dilakukan menangkap peluang menjajakan
barang dagangan untuk kebutuhan aktivis rumah sakit seperti penunggu pasien
pengunjung atau petugas piket atau jaga serta tidak menutup kemungkinan pembeli
dari pengendara yang lalu lalang atau supir transportasi umum
Hal tersebut juga berlaku di penggal jalan yang lain dimana mayoritas
membuka usahanya pada pagi hingga sore hari Hanya minoritas yang membuka
usaha pada sore hingga malam hari serta sepanjang hari Faktor lain yang dapat
mempengaruhi waktu aktivitas PKL selain menyesuaikan waktu aktivitas kegiatan
utama adalah kepemilikan usaha yang merupakan milik pribadi sehingga mereka
membuka usahanya sesuai keinginan mereka
41
Terdapat pula fenomena satu lokasi ditempati oleh dua PKL dengan waktu
layanan yang berbeda PKL yang beraktivitas pada pagi hingga sore mencoba
menagkap peluang dari kunjungan ke kegiatan utama seperti rumah sakit fasilitas
pendidikan perkantoran serta perdagangan informal dan tidak menutup orang yang
lalu lalang melewati jalan-jalan tersebut Lokasi yang dianggap strategis serta
berprospektif tersebut digunakan oleh PKL lain untuk berjualan di tempat yang sama
Hal tersebut dimanfaatkan PKL untuk menangkap peluang dari kegiatan rumah sakit
serta orang yang lalu lalang Selain itu juga menangkap konsumen dari penumpang
bus malam yang melewati Jalan dr Soetomo dimana di jalur tersebut terdapat halte
serta konsumen dari supir angkutan umum yang sedang istirahat sejenak Berikut
pemetaan PKL menurut waktu berdagangnya
Gambar 37Peta Sebaran Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Menurut Waktu Layanan
2 Sifat Layanan
Dari gambar di bawah ini dapat disimpulkan bahwa mayoritas PKL di sekitar
Rumah Sakit dr Kariadi memiliki sifat layanan menetap baik dari segi tempat
berdagangnya yang tetap serta waktu berdagangnya yang sama setiap harinya hal ini
nampak pada sarana fisik dagangan para PKL tersebut yang berupa kios yang
memang tidak bisa dipindah-pindah atau permanen Hanya 13 yang memiliki sifat
layanan semi menetap Berikut persentase PKL menurut sifat layanannya
41
Gambar 38Persentase Sifat Layanan Pedagang Kaki LimaDi Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Sifat layanan semi menetap biasanya PKL yang tempat usahanya yang
merupakan gabungan antara menetap dengan keliling yaitu pada awal waktu
berdagang pada lokasi yang sama tiap harinya namun jika belum habis dagangannya
mereka berkeliling serta jam berdagang yang tidak tetap tiap harinya terkadang hanya
sampai siang karena dagangannya habis Sisanya yang 2 berjualan secara
berkeliling yang diantaranya bertujuan untuk mendekati konsumen serta
memanfaatkan waktu-waktu puncak kegiatan utama rumah sakit seperti waktu
kunjungan menjenguk pasien
f Pola Penyebaran
Pola penyebaran PKL mayoritas mengikuti pola jalan yang ada yaitu linier
Mereka berjualan di bahu-bahu jalan bahkan ada yang berada di atas saluran drainase
Selain itu pola penyebaran tersebut terbentuk karena lokasi yang diperbolehkan untuk
PKL menempati trotoar trotoar sepanjang jalan yang secara otomatis membentuk
linier Alasan lainnya yang diungkapkan oleh pedagang adalah agar dagangannya
mudah dilihat oleh orang yang lalu lalang Namun terdapat beberapa PKL yang
berjualan secara aglomerasi dengan PKL yang berjualannya bergerombol di dekat
pintu masuk pengunjung Rumah Sakit dr Kariadi seperti yang dapat dijumpai di Jalan
dr Kariadi yaitu bergerombol di sekitar pintu masuk pengunjung rumah sakit serta di
Jalan dr Soetomo yang bergerombol di dekat pintu masuk UGD dan pintu masuk ke
Gedung Pavilliun Garuda Hal tersebut dimaksudkan untuk mendekati pengunjung
yang akan masuk ke rumah sakit Hanya sebagian kecil saja yang lokasinya berjauhan
dengan PKL lainnya atau menyebar untuk mengurangi persaingan dengan PKL
lainnya
41
g Kesimpulan Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar
Rumah Sakit dr Kariadi
Tempat usaha tidak terdapatnya tempat yang dikhususkan untuk PKL pemerintah
memfasilitasinya dengan memperbolehkan menempati ruang-ruang publik seperti
trotoar badan atau bahu jalan serta di atas saluran drainase melalui Perda no 11 tahun
2000 Namun hal ini dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan
serta visual kawasan dan tidak optimalnya ruang publik tersebut Mayoritas PKL di
kawasan tersebut telah mengantongi izin tempat usaha dari kelurahan selaku pihak
berwenang
Jenis barang dagangan karakteristik jenis barang dagangan PKL pada umumnya
mengikuti kebutuhan kegiatan utama yaitu aktivitas Rumah Sakit dr Kariadi dan
sekitarnya seperti fasilitas pendidikan perkantoran perdagangan informal
permukiman dan pemakaman Jenis barang dagangan yang mayoritas diperdagangkan
berupa makanan Jenis barang dagangan yang diperdagangkan adalah non makanan
buah-buahan jasa pelayanan serta kelontong Terkait dengan kegiatan utama terdapat
beberapa jeni barang dagangan yang spesifik seperti termos tikar kipas guna
memenuhi kebutuha penunggu pasien
Sarana fisik dagangan mayoritas berupa kios yang dibangun permanen serta
gerobak tenda Menggunakan kios dikarenakan lokasinya yang telah dilegalkan untuk
aktivitas PKL serta terkait pola layanan yang menetap serta pada waktu berdagang
yang tetap Sedangkan gerobak tenda banyak digunakan oleh pedagang makanan
dimana tendanya digunakan sebagai tempat untuk konsumen Untuk bangunan
permanen diantaranya digunakan sebagai tempat tinggal Ketidakketergantungan
PKL terhadap prasarana penunjang sehingga PKL tidak mempertimbangkan aspek
tersebut karena mereka dapat mengusahakan sendiri
Pola pelayanan dari segi waktunya mengikuti waktu aktivitas kegiatan utama yaitu
pagi hingga sore hari sekitar pukul 0900 ndash 1600 serta telah mendapat izin tempat
usaha dari pihak berwenang namun terdapat pula PKL yang beraktivitas sore hingga
malam hari yaitu pukul 1600 ndash 0000 serta sepanjang hari Sifat layanannya menetap
mengingat mayoritas bersarana fisik dagangan berupa kios serta waktu berdagang
yang relatif tetap
Pola penyebaran mayoritas secara linier yaitu mengikuti pola jalan karena lokasi
yang dilegalkan untuk PKL oleh pemerintah menempati ruang-ruang publik seperti
trotoar di atas saluran drainase dan bahu jalan yang notabene mengikuti pola jalan
41
Selain itu terdapat sebagian beraglomerasi di sekitar pintu masuk rumah sakit yang
bertujuan untuk mendekati konsumen dan sisanya menyebar agar mengurangi
saingan
ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun
menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan
Samanhudi dengan kawasan PKL lain
ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL
ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun
dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja
namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang
namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan
ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa
jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan
harga antara pedagang formal dan PKL
ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan
pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak
penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi
antar pihak
ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai
dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan
perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang
informal
ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan
persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL
ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan
dalih keamanan
ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan
pejalan kaki dan pengendara kendaraan
ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki
ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL
ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan
ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa
harus saling menumpuk
41
ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak
Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini menjadi
jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen
41
Pengelolaan PKL
Pengelolaan PKL di Bundaran
Simpang Lima
Lima Semarang
Pengelolaan PKL di
Kabupaten Jember
Pengelolaan PKL di Kawasan Sekitar Rumah
Sakit dr Kariadi Semarang
Mengakui keberadaan PKL dengan
menuangkannya di dalam produk-
produk tata ruang
Penegakan peraturan
perundagangan yang terkait
dengan PKL
Menjalin kerjasama dengan sektor
formal dalam menyediakan ruang
bagi PKL
Menyediakan ruang perkotaan
yang dikhususkan bagi sektor
informal
Peningkatan citra PKL
Pengakuan terhadap eksistensi PKL
Control terhadap dana bantuan
Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo
Penindakan tegas kepada oknum yang
melakukan perampasan hak pada PKL
dengan dalih keamanan
Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk
menampung aktivitas PKL dan pejalan
kaki
Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan
jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir yang tepat
Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal
Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan
jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir
Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL
dan konsumen yang aman dari gangguan
pejalan kaki dan pengendara kendaraan
41
36 Temuan Studi
Temuan studi ini dimana akan menjawab sasaran yang disesuaikan dari contoh kasus yang ada di Indonesia Berikut adalah tabel matrik temuan
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
Mengetahui
permasalahan
PKL di jalur
pejalan kaki
Keberadaan sektor PKL yang menempati ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima memakai separuh lebih lebar trotoar bahkan seringkali tidak menyisakan sedikit pun ruang untuk pejalan kaki Ruang-ruang trotoar menjadi tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya sebagai ruang pemisah antara ruang yang digunakan untuk sirkulasi pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan Ruang-ruang trotoar tersebut banyak yang beralih fungsi menjadi lokasi berdagang PKL
Peralihan fungsi trotoar ini menyebabkan terganggunya aktivitas pejalan kaki sehingga pejalan terpaksa harus menggunakan jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk berjalan guna menghindari berbagai hambatan di atas trotoar Hal ini menyebabkan pejalan kaki terpaksa harus berhati-hati jika melangkah terkadang juga harus mengalah berjalan pada ruang-ruang jalur lambat dan sebagian badan jalan Kondisi ini sangat tidak aman dan
Masalah yang utama itu dari setiap
pedagang kaki lima di Jalur Pejalan Kaki
di Jalan Samanhudi Jember yaitu
Penggusuran Para PKL liar yang tidak
memiliki TDU(Tanda Daftar Usaha)
mereka biasanya akan di gusur dengan
peringatan yang di berikan sampai di
laksanakan penggusuran paksa padahal
Pedagang kaki lima merupakan salah satu
solusi akan masalah tingginya angka
pengangguran dan sedikitnya lapangan
kerja bagi masyarakat berpendidikan
rendah seperti mereka Pemerintah dalam
hal ini tidak dapat menyediakan lahan
pengganti bagi mereka untuk melanjutkan
usaha mereka jika pun ada pemerintah
menyediakan lahan-lahan yang letaknya
kurang strategis yang secara pasti
menurunkan dan mematikan pendapatan
yang mereka dapatkan dan akhirnya
Legalitas lokasi aktivitas
PKL yang biasanya ditempatkan
di dalam ruang publik seperti di
atas trotoar di atas saluran
drainase taman dan ruang publik
lainnya patut dipertanyakan
karena ketidakberdayaannya
peraturan tersebut dalam
menangani PKL Sebagai contoh
di sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi legalitas lokasi untuk
aktivitas PKL yang linier di
sepanjang jalan yang bertempat di
atas drainase Dalam aspek
apapun hal tersebut tidak dapat
dilegalkan terlebih tidak ada
penjelasan mengenai luasan atau
desain yang diperbolehkan PKL
untuk menggelar dasaran pada
dimensi saluran drainase yang
PKL yang menempati
ruang-ruang trotoar
menyebabkan
terganggunya aktivitas
pejalan kaki
Pemerintah tidak dapat
menyediakan lahan
pengganti
Legalitas lokasi aktivitas
PKL yang biasanya
ditempatkan di dalam
ruang publik seperti di atas
trotoar di atas saluran
drainase taman dan ruang
publik patut
dipertanyakan
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
nyaman bagi pejalan kaki ataupun bagi pengendara kendaraan bermotor karena mengganggu arus lalu lintas dan membahayakan keselamatan jiwa mereka hal seperti ini dapat kita lihat di depan dan di samping Masjid Baiturrahman di depan Citraland Mall di depan dan di samping Plasa Simpang Lima di depan dan di samping Kompleks Pertokoan Simpang Lima di depan dan di samping Ramayana Super Center di depan dan di samping SMKN 7 SemarangKantor Telkom dan di depan Gajahmada Plaza
Pemilihan lokasi PKL dipengaruhi oleh kecenderungan aktivitas PKL yang selalu menentukan lokasi mendekati pusat-pusat keramaian atau pusat-pusat perdagangan dan jasa dan lokasi-lokasi yang sering dikunjungi oleh orang banyak dalam kurun waktu tertentu secara periodik dan menerus Alasan inilah yang kemudian mendasari penentuan lokasi PKL Kawasan Bundaran Simpang Lima untuk berjualan di trotoar karena ruang-ruang jalur pedestrian inilah yang
mereka harus gulung tikar dan menjadi
pengangguran yang semakin menambah
permasalahan di Indonesia Pemerintah
harus mencari cara dan tempat yang baik
untuk mereka berdagang ditengah modal
mereka yang kecil agar di sisi lain semua
para pedagang kaki lima tidak hilang
lapangan kerjanya dan bias melanjutkan
kelangsungan hidupnya
ada Selain itu PKL juga
menempati trotoar yang
mengakibatkan bertambahnya
permasalahan yang terdapat di
lokasi tersebut Imbas secara
langsung dirasakan oleh
pengguna trotoar yaitu pedestrian
ketidaknyamanan bahkan tidak
adanya lagi ruang untuk berjalan
di atas trotoar acapkali menjadi
konsekuensi pedestrian yang
trotoarnya diserobot PKL
Aglomerasi aktivitas PKL yang
berlokasi di sekitar pintu masuk
pengunjung Rumah Sakit dr
Kariadi menyebabkan
penumpukan aktivitas seperti
aktivitas keluar masuk
pengunjung aktivitas jual beli
antara PKL dengan konsumen
lalu lintas kendaraan yang sedang
melewati Jalan dr Kariadi serta
angkutan umum yang sedang
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
dianggap sebagai lokasi yang ramai dikunjungi oleh pejalan kaki yang melakukan pergerakan dalam mencapai tempat tujuan perjalanannya Begitu juga dengan ruang Lapangan Pancasila karena selalu ramai dikunjungi pada hari-hari libur dengan rata-rata pengunjung mencapai 51 ndash 100 oranghari dikarenakan kedudukannya sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya
berhenti mencari penumpang
Sekali lagi permasalahan tersebut
disikapi oleh pemerintah dengan
penertiban dan penggusuran yang
hampir tidak pernah berakhir
manis
Mengetahui
peranan PKL
Kehadiran PKL di Kawasan
Bundaran Simpang Lima juga mampu
menciptakan kehidupan yang menerus
sehingga terhindar dari kematian
kawasan pada saat tertentu akan tetapi
di sisi lain kehadiran PKL
menyebabkan ketidakteraturan
kekumuhan dan kualitas fisik yang
buruk sehingga merusak wajah kota
Selain itu PKL yang berjualan di
Lapangan Pancasila pada malam hari
dengan kehidupan malam dan wanita-
wanita penghibur yang berdandan tebal
Tempat pedagang kaki lima bagi
Masyarakat dijalan Samanhudi Jember
sangat penting sebagai penyedia kebutuhan
yang dibutuhkan oleh Masyarakat Jember
Pedangan kaki lima sangat mempengaruhi
pola pasar dan sosial di Jember khususnya
didaerah Jalan Samanhudi Dalam bidang
perekonomian pedagang kaki lima hanya
berpengaruh sebagai produsen yang
penting bagi Masyarakat Jember
mengingat akan Meningkatnya jumlah
Penduduk Mereka cenderung lebih
memilih membeli pada pedagang kaki lima
Usaha PKL yang terus
berkembang pesat menarik PKL
untuk mempekerjakan karyawan
selain tenaga yang dibutuhkan
memang tidak bisa dikerjakan
sendiri terdapat pula pemilik
modal yang menyewa tempat
usaha namun dijadikan usaha
sampingan sehingga tidak
mengelola secara langsung
usahanya namun dengan
mempekerjakan karyawan PKL
yang statusnya sebagai karyawan
Pedangan kaki lima sangat
mempengaruhi pola pasar
dan sosial
harga yang PKL tawarkan
lebih murah dibandingkan
dengan harga di mall
grosir maupun indogrosir
sebagai salah satu
alternatif lapangan
pekerjaan bagi masyarakat
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
menciptakan kesan negatif dan
memperburuk citra kawasan
daripada membeli di supermarket yang
sudah merajalela di kota Jember pada saat
ini mall atau grosir maupun indogrosir
yang banyak tersebar di kota Jember
dikarenakan harga yang mereka tawarkan
lebih murah
sebanyak 10 dimana karyawan
tersebut memanfaatkan PKL
sebagai lapangan pekerjaan
Sehingga bekerja sebagai
karyawan PKL dapat dikatakan
sebagai salah satu alternatif
lapangan pekerjaan bagi
masyarakat
Mengetahui
pola aktivitas
PKL dijalur
pejalan kaki
Aktivitas PKL sendiri
memiliki kecenderungan untuk
menempati ruang ruang antar aktivitas
yang selalu ramai dilewatidikunjungi
oleh banyak orang dalam melakukan
pergerakan perpindahan dari aktivitas
satu ke aktivitas yang lain atau dari
bangunan perdagangan modern satu ke
bangunan perdagangan modern yang
lain secara periodik dalam rentang
waktu tertentu sehingga kemudian
pilihan ini jatuh kepada jalur-jalur
pedestrian yang notabene merupakan
ruang-ruang terbuka publik yang
PKL berdagang dengan menempati
tempat yang tetap dan tidak berpindah-
pindah
Modal dan aset sebagian besar adalah
milik sendiri
Berdagang di Samanhudi merupakan
usaha utama
Alat peraga PKL pada kawasan ini
dapat dibedakan menjadi
ndashAlat peraga semi permanen dari kayu
dan tenda yang bersifat menetap
ndashAlat peraga dengan bangku meja dan
tenda sekaligus sebagai tempat tinggal
ndashAlat peraga beroda namun menetap
Pola Aktivitas pelayanan PKL di
kawasan sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi pada umumnya melayani
pengunjung rumah sakit namun
tidak menutup kemungkinan
konsumennya adalah pengendara
atau orang yang sedang melintasi
jalan tersebut tanpa bermaksud
untuk masuk ke rumah sakit
Selain itu konsumen
yang berasal dari sekitar lokasi
PKL seperti penduduk
permukiman di sekitarnya
pekerja yang bekerja di sektor
Aktivitas PKL memiliki
kecenderungan untuk
menempati ruang ruang
antar aktivitas yang selalu
ramai dilewatidikunjungi
oleh banyak orang dalam
melakukan pergerakan
perpindahan dari aktivitas
satu ke aktivitas yang lain
atau dari bangunan
perdagangan modern satu
ke bangunan perdagangan
modern
Saat berjualan alat peraga
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
seyogyanya digunakan oleh pejalan
kaki Keberadaan ruang trotoar yang
semakin sempit oleh penggunaan ruang
PKL membuat pejalan kaki
menjatuhkan pilihan untuk melakukan
perjalanan pada ruang-ruang seperti
jalur lambat dan sebagian badan jalan
sehingga mengurangi keamanan jiwa
dan kenyamanan pejalan kaki sendiri
serta pengguna jalan yang lain
(pengendara)
Kegiatan-kegiatan yang
dilakukan oleh pejalan kaki pada
ruang-ruang jalur pedestrian atau
trotoar di Kawasan Bundaran Simpang
Lima adalah kegiatan berjalan dan
berbelanja Sebagian dari pejalan kaki
hanya berjalan melintasi trotoar untuk
menuju lokasi tujuannya akan tetapi
ada pula sebagian dari pejalan kaki
yang berjalan sambil melihat-lihat
bahkan ada yang berbelanja pada PKL
ndashAlat peraga beroda namun menetap
dengan bangku dan meja
ndashHanya berupa matras sebagai alas
dagangan yang dapat berpindah
sewaktu-waktu
Alat peraga yang dipakai untuk usaha
tidak seragam dan tidak menggunakan
desain yang baik sehingga terkesan
kumuh kurang bersih dan sangat
mengganggu wajah kota dan menutup
fasade bangunan di belakangnya
Saat berjualan alat peraga kios
sebagian besar menempati badan jalan
dan trotoar
Saat tidak berjualan alat peraga kios
sebagian besar tetap di lokasi jualan
lama berjualan di Samanhudi sebagian
besar antara 6 ndash10 tahun
Terbanyak dari pedagang belum
pernah bekerja di sektor lain dan dari
semula telah menjadi PKL di
Samanhudidi bandingkan denga harga
yang ada di mall Pedagang
lain sehingga tidak ada batasan
pasti mengenai pola pelayanan
para PKL tersebut
Waktu beraktivitas para
PKL umumnya terbagi menjadi
dua sesi PKL yang pertama
adalah pedagang yang aktivitas
berdagangnya pada pagi hingga
siang hari Pedagang yang kedua
merupakan pedagang yang
mempunyai waktu layanan pada
sore hingga malam hari Namun
tidak menutup kemungkinan
terdapat beberapa PKL yang
berdagang dari pagi hingga
malam hari bahkan buka nonstop
mengingat rumah sakit
beraktivitas selama sehari penuh
sehingga mereka mengikuti
aktivitas sektor formal yang ada
di sekitarnya
Waktu berdagang
tersebut juga disesuaikan dengan
kios sebagian besar
menempati badan jalan
dan trotoar
Waktu beraktivitas para
PKL umumnya terbagi
menjadi dua sesi PKL
yang pertama adalah
pedagang yang aktivitas
berdagangnya pada pagi
hingga siang hari
Pedagang yang kedua
merupakan pedagang yang
mempunyai waktu layanan
pada sore hingga malam
hari Namun tidak
menutup kemungkinan
terdapat beberapa PKL
yang berdagang dari pagi
hingga malam hari bahkan
buka nonstop
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
izin usaha yang diberlakukan oleh
petugas kelurahan sebagai pihak
yang berwenang menangani PKL
Untuk lokasi yang dilarang untuk
PKL oleh PKL tetap digunakan
sebagai lokasi untuk berdagang
dengan waktu berdagang setelah
jam kerja yaitu sore hingga
malam hari
Mengetahui
Pengelolaan
PKL di jalur
pejalan kaki
dalam perkembangannya
pemerintah mengeluarkan SK
Walikota Kota Semarang No 511316
tahun 2001 tentang Penetapan Lahan
yang mengatur tentang lokasi-lokasi
dan waktu aktivitas PKL yang
diperbolehkan oleh pemerintah pada
Kawasan Bundaran Simpang Lima
agar tetap terjaga kerapihan dan
estetikakeindahan wajah kawasannya
yaitu PKL yang berjualan di depan
Kompleks Pertokoan Simpang Lima
depan Ramayana SC depan Kantor
Adanya pengakuan resmi dari
pemerintah terhadap PKL Samanhudi
sebagai salah satu sector ekonomi di
kawasan studi melalui surat keputusan
resmi Surat keputusan ini sekaligus
mengatur hak kewajiban dan
tanggung jawab PKL sebagai
kompensasi perubahan status yang
telah diberikan oleh pemerintah
Pedagang kaki lima perlu untuk
mendapatkan pembinaan dari
pemerintah Kabupaten Jember untuk
meningkatkan kemampuan wirausaha
Pemerintah Kota Semarang
berwenang dalam mengatur
keberadaan PKL di ruang Kota
Semarang seperti yang terdapat di
kawasan sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi dengan bentuk
pengelolaan lokasional (stabilitas
atau pengaturan) dan struktural
(perijinan) Dalam pengaturan
tersebut Pemerintah Kota
Semarang menggunakan dasar
hukum berupa Undang-Undang
Peraturan Pemerintah Peraturan
mengatur tentang lokasi-
lokasi dan waktu aktivitas
PKL yang diperbolehkan
oleh pemerintah agar tetap
terjaga kerapihan dan
estetikakeindahan wajah
kawasannya
Pedagang kaki lima perlu
untuk mendapatkan
pembinaan
Pedestrian dirancang ulang
dengan dilebarkan hingga
area parkiran street
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
TelkomSMKN 7 Semarang depan
Gajahmada Plaza dan depan Masjid
Baiturrahman boleh berjualan dari
pukul 1600 ndash 0400 WIB (khusus pada
Hari Minggu PKL diijinkan untuk
berjualan mulai pukul 0600 ndash 0800
WIB) menempati ruang trotoar dengan
luas areal 4 x 6 meter
Sampai dengan tahun 2008
PKL di Kawasan Bundaran Simpang
Lima mencapai 1536 pedagang dan
ada kecenderungan akan terus
meningkat dari tahun ke tahun (lihat
Tabel III4) Kecenderungan lokasi
PKL pada masa-masa yang akan
datang mengikuti kecenderungan dari
perkembangan aktivitas formal
kawasan yang ada demikian juga
kecenderungan waktu berdagangnya
Melihat kecenderungan aktivitas PKL
kawasan maka SK Walikota Kota
Semarang No 511316 tahun 2001
sudah tidak relevan lagi dan perlu
dan peningkatan kualitas barang
dagang dan pelayanan terhadap
pembeli konsumen sehingga bias
meningkatkan pendapatan dan
aktivitas pedagang kaki lima dapat
member nilai tambah serta dapat
memberkan peluang kerja yang dapat
mengurangi tingkat pengangguran di
Kabupaten Jember Bentuk pembinaan
berupa penyuluhan yang diberikan
berkala secara rutin Program
pembinaan diadakan oleh pemerintah
Paguyuban Samanhudi merupakan
Kelembagaan yang memiliki
kewenangan atau keterikatan dengan
pengelolaan dan pembinaan Pedagang
Kaki Lima KoridorJalan
SamanhudiPaguyuban ini
beranggotakan wakil PKL wakil
pedagang formal wakil pemerintah
dari dinas Kebersihan dan
Pertamanan Dinas Polisi Pamong
Praja Dinas Pariwisata Dinas
Daerah dan Surat Keputusan
Walikota Adapun dasar hukum
yang mengatur secara jelas
mengenai aktivitas PKL di Kota
Semarang yang berlaku saat ini
diantaranya adalah sebagai
berikut
1048707 Peraturan Daerah No 11 Tahun
2000 tentang Pengaturan dan
Pembinaan PKL Perda ini
menjelaskan tentang pengaturan
dan pembinaan PKL di Kota
Semarang seperti pengaturan
tempat usaha hak kewajiban dan
larangan untuk PKL Dalam
kaitannya dengan karakteristik
berlokasi aktivitas PKL
dijelaskan dalam Perda ini yang
terdapat dalam pasal 3 yaitu
penempatan lokasi kegiatan PKL
diatur dengan mempertimbangkan
tempat kepentingan untuk umum
lainnya seperti kepentingan untuk
sehingga jalur aktif
kendaraan tidak
mengalami penyempitan
mengatur keberadaan PKL
di ruang Kota dengan
bentuk pengelolaan
lokasional (stabilitas atau
pengaturan) dan struktural
(perijinan)
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
ditinjau kembali sesuai dengan
kecenderungan dan kebutuhan yang
ada di lapangan
Pendapatan dan Dinas LPMK
Kabupaten Jemberserta pihak
penengah selaku penasehat dan pihak
netral yang diwakili oleh pakar PKL
dari universitas tokoh masyarakat dan
pakar PKL lainnya
Penerapan tema khusus pada penataan
PKL kawasan studi agar mempunyai
cirri khas dan dapat mengangkat citra
kawasan dan meningkatkan daya tarik
kawasan Contoh produk khas
jember yang dapat diangkat sebagai
tema adalah tembakau rookk dan
cerutu mengingat Jember sebagai
penghasil tembakau terbesar di Jawa
Kegiatan khas Jember yang dapat
diangkat sebagai tema yaitu Jember
Fashion Carnaval Penerapan tema
dapat diaplikasikan pada sarana usaha
PKL finishing pedestrian perabot
kota dan elemen pendukung lainnya
Pedestrian dirancang ulang dengan
pejalan dan untuk sirkulasi
kendaraan Untuk lebih jelas
mengenai detail isi perda tersebut
dapat dilihat pada Lampiran F
1048707 Surat Keputusan Walikota
Semarang No 51136 Tahun
2001 tentang lokasi PKL di Kota
Semarang dimana di dalamnya
diantaranya mengatur luas area
batas pemakaian area waktu
aktivitas dan tempat aktivitas
PKL Ruas kanan Jalan dr
Kariadi dari arah Jalan Veteran
merupakan lokasi yang
diperbolehkan untuk aktivitas
PKL Lokasi tersebut menempati
trotoar serta bangunan berupa
semi permanen Untuk lebih jelas
mengenai detail isi SK tersebut
dapat dilihat pada Lampiran F
1048707 Perda No 6 Tahun 2004
tentang Rencana Detail Tata
Ruang Kota Semarang Bagian
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
dilebarkan hingga area parkiran street
sehingga jalur aktif kendaraan tidak
mengalami penyempitan Diberikan
perbedaan yang tegas antara ruang
PKL dan ruang pejalan kaki dan jalur
kendaraan berupa perbedaan tinggi
lantaiSehingga dikemudian hari kios
PKL tidak melebar ke segala sisi
Wilayah Kota (BWK) I
(Kecamatan Semarang Tengah
Semarang Timur dan Semarang
Selatan Tahun 2000-2010 Perda
tersebut menjelaskan mengenai
fungsi serta peran BWK I yang
terkait dengan sektor formal di
wilayah tersebut yaitu penjelasan
mengenai fasilitas kesehatan yang
berada khususnya di Kelurahan
Randusari Selain itu dijelaskan
pula kelas Jalan dr Kariadi Jalan
dr Soetomo dan Jalan Veteran
serta jalur transportasi yang
melaluinya
41
Terdapat pula fenomena satu lokasi ditempati oleh dua PKL dengan waktu
layanan yang berbeda PKL yang beraktivitas pada pagi hingga sore mencoba
menagkap peluang dari kunjungan ke kegiatan utama seperti rumah sakit fasilitas
pendidikan perkantoran serta perdagangan informal dan tidak menutup orang yang
lalu lalang melewati jalan-jalan tersebut Lokasi yang dianggap strategis serta
berprospektif tersebut digunakan oleh PKL lain untuk berjualan di tempat yang sama
Hal tersebut dimanfaatkan PKL untuk menangkap peluang dari kegiatan rumah sakit
serta orang yang lalu lalang Selain itu juga menangkap konsumen dari penumpang
bus malam yang melewati Jalan dr Soetomo dimana di jalur tersebut terdapat halte
serta konsumen dari supir angkutan umum yang sedang istirahat sejenak Berikut
pemetaan PKL menurut waktu berdagangnya
Gambar 37Peta Sebaran Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Menurut Waktu Layanan
2 Sifat Layanan
Dari gambar di bawah ini dapat disimpulkan bahwa mayoritas PKL di sekitar
Rumah Sakit dr Kariadi memiliki sifat layanan menetap baik dari segi tempat
berdagangnya yang tetap serta waktu berdagangnya yang sama setiap harinya hal ini
nampak pada sarana fisik dagangan para PKL tersebut yang berupa kios yang
memang tidak bisa dipindah-pindah atau permanen Hanya 13 yang memiliki sifat
layanan semi menetap Berikut persentase PKL menurut sifat layanannya
41
Gambar 38Persentase Sifat Layanan Pedagang Kaki LimaDi Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Sifat layanan semi menetap biasanya PKL yang tempat usahanya yang
merupakan gabungan antara menetap dengan keliling yaitu pada awal waktu
berdagang pada lokasi yang sama tiap harinya namun jika belum habis dagangannya
mereka berkeliling serta jam berdagang yang tidak tetap tiap harinya terkadang hanya
sampai siang karena dagangannya habis Sisanya yang 2 berjualan secara
berkeliling yang diantaranya bertujuan untuk mendekati konsumen serta
memanfaatkan waktu-waktu puncak kegiatan utama rumah sakit seperti waktu
kunjungan menjenguk pasien
f Pola Penyebaran
Pola penyebaran PKL mayoritas mengikuti pola jalan yang ada yaitu linier
Mereka berjualan di bahu-bahu jalan bahkan ada yang berada di atas saluran drainase
Selain itu pola penyebaran tersebut terbentuk karena lokasi yang diperbolehkan untuk
PKL menempati trotoar trotoar sepanjang jalan yang secara otomatis membentuk
linier Alasan lainnya yang diungkapkan oleh pedagang adalah agar dagangannya
mudah dilihat oleh orang yang lalu lalang Namun terdapat beberapa PKL yang
berjualan secara aglomerasi dengan PKL yang berjualannya bergerombol di dekat
pintu masuk pengunjung Rumah Sakit dr Kariadi seperti yang dapat dijumpai di Jalan
dr Kariadi yaitu bergerombol di sekitar pintu masuk pengunjung rumah sakit serta di
Jalan dr Soetomo yang bergerombol di dekat pintu masuk UGD dan pintu masuk ke
Gedung Pavilliun Garuda Hal tersebut dimaksudkan untuk mendekati pengunjung
yang akan masuk ke rumah sakit Hanya sebagian kecil saja yang lokasinya berjauhan
dengan PKL lainnya atau menyebar untuk mengurangi persaingan dengan PKL
lainnya
41
g Kesimpulan Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar
Rumah Sakit dr Kariadi
Tempat usaha tidak terdapatnya tempat yang dikhususkan untuk PKL pemerintah
memfasilitasinya dengan memperbolehkan menempati ruang-ruang publik seperti
trotoar badan atau bahu jalan serta di atas saluran drainase melalui Perda no 11 tahun
2000 Namun hal ini dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan
serta visual kawasan dan tidak optimalnya ruang publik tersebut Mayoritas PKL di
kawasan tersebut telah mengantongi izin tempat usaha dari kelurahan selaku pihak
berwenang
Jenis barang dagangan karakteristik jenis barang dagangan PKL pada umumnya
mengikuti kebutuhan kegiatan utama yaitu aktivitas Rumah Sakit dr Kariadi dan
sekitarnya seperti fasilitas pendidikan perkantoran perdagangan informal
permukiman dan pemakaman Jenis barang dagangan yang mayoritas diperdagangkan
berupa makanan Jenis barang dagangan yang diperdagangkan adalah non makanan
buah-buahan jasa pelayanan serta kelontong Terkait dengan kegiatan utama terdapat
beberapa jeni barang dagangan yang spesifik seperti termos tikar kipas guna
memenuhi kebutuha penunggu pasien
Sarana fisik dagangan mayoritas berupa kios yang dibangun permanen serta
gerobak tenda Menggunakan kios dikarenakan lokasinya yang telah dilegalkan untuk
aktivitas PKL serta terkait pola layanan yang menetap serta pada waktu berdagang
yang tetap Sedangkan gerobak tenda banyak digunakan oleh pedagang makanan
dimana tendanya digunakan sebagai tempat untuk konsumen Untuk bangunan
permanen diantaranya digunakan sebagai tempat tinggal Ketidakketergantungan
PKL terhadap prasarana penunjang sehingga PKL tidak mempertimbangkan aspek
tersebut karena mereka dapat mengusahakan sendiri
Pola pelayanan dari segi waktunya mengikuti waktu aktivitas kegiatan utama yaitu
pagi hingga sore hari sekitar pukul 0900 ndash 1600 serta telah mendapat izin tempat
usaha dari pihak berwenang namun terdapat pula PKL yang beraktivitas sore hingga
malam hari yaitu pukul 1600 ndash 0000 serta sepanjang hari Sifat layanannya menetap
mengingat mayoritas bersarana fisik dagangan berupa kios serta waktu berdagang
yang relatif tetap
Pola penyebaran mayoritas secara linier yaitu mengikuti pola jalan karena lokasi
yang dilegalkan untuk PKL oleh pemerintah menempati ruang-ruang publik seperti
trotoar di atas saluran drainase dan bahu jalan yang notabene mengikuti pola jalan
41
Selain itu terdapat sebagian beraglomerasi di sekitar pintu masuk rumah sakit yang
bertujuan untuk mendekati konsumen dan sisanya menyebar agar mengurangi
saingan
ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun
menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan
Samanhudi dengan kawasan PKL lain
ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL
ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun
dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja
namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang
namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan
ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa
jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan
harga antara pedagang formal dan PKL
ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan
pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak
penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi
antar pihak
ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai
dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan
perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang
informal
ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan
persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL
ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan
dalih keamanan
ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan
pejalan kaki dan pengendara kendaraan
ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki
ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL
ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan
ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa
harus saling menumpuk
41
ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak
Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini menjadi
jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen
41
Pengelolaan PKL
Pengelolaan PKL di Bundaran
Simpang Lima
Lima Semarang
Pengelolaan PKL di
Kabupaten Jember
Pengelolaan PKL di Kawasan Sekitar Rumah
Sakit dr Kariadi Semarang
Mengakui keberadaan PKL dengan
menuangkannya di dalam produk-
produk tata ruang
Penegakan peraturan
perundagangan yang terkait
dengan PKL
Menjalin kerjasama dengan sektor
formal dalam menyediakan ruang
bagi PKL
Menyediakan ruang perkotaan
yang dikhususkan bagi sektor
informal
Peningkatan citra PKL
Pengakuan terhadap eksistensi PKL
Control terhadap dana bantuan
Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo
Penindakan tegas kepada oknum yang
melakukan perampasan hak pada PKL
dengan dalih keamanan
Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk
menampung aktivitas PKL dan pejalan
kaki
Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan
jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir yang tepat
Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal
Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan
jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir
Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL
dan konsumen yang aman dari gangguan
pejalan kaki dan pengendara kendaraan
41
36 Temuan Studi
Temuan studi ini dimana akan menjawab sasaran yang disesuaikan dari contoh kasus yang ada di Indonesia Berikut adalah tabel matrik temuan
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
Mengetahui
permasalahan
PKL di jalur
pejalan kaki
Keberadaan sektor PKL yang menempati ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima memakai separuh lebih lebar trotoar bahkan seringkali tidak menyisakan sedikit pun ruang untuk pejalan kaki Ruang-ruang trotoar menjadi tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya sebagai ruang pemisah antara ruang yang digunakan untuk sirkulasi pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan Ruang-ruang trotoar tersebut banyak yang beralih fungsi menjadi lokasi berdagang PKL
Peralihan fungsi trotoar ini menyebabkan terganggunya aktivitas pejalan kaki sehingga pejalan terpaksa harus menggunakan jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk berjalan guna menghindari berbagai hambatan di atas trotoar Hal ini menyebabkan pejalan kaki terpaksa harus berhati-hati jika melangkah terkadang juga harus mengalah berjalan pada ruang-ruang jalur lambat dan sebagian badan jalan Kondisi ini sangat tidak aman dan
Masalah yang utama itu dari setiap
pedagang kaki lima di Jalur Pejalan Kaki
di Jalan Samanhudi Jember yaitu
Penggusuran Para PKL liar yang tidak
memiliki TDU(Tanda Daftar Usaha)
mereka biasanya akan di gusur dengan
peringatan yang di berikan sampai di
laksanakan penggusuran paksa padahal
Pedagang kaki lima merupakan salah satu
solusi akan masalah tingginya angka
pengangguran dan sedikitnya lapangan
kerja bagi masyarakat berpendidikan
rendah seperti mereka Pemerintah dalam
hal ini tidak dapat menyediakan lahan
pengganti bagi mereka untuk melanjutkan
usaha mereka jika pun ada pemerintah
menyediakan lahan-lahan yang letaknya
kurang strategis yang secara pasti
menurunkan dan mematikan pendapatan
yang mereka dapatkan dan akhirnya
Legalitas lokasi aktivitas
PKL yang biasanya ditempatkan
di dalam ruang publik seperti di
atas trotoar di atas saluran
drainase taman dan ruang publik
lainnya patut dipertanyakan
karena ketidakberdayaannya
peraturan tersebut dalam
menangani PKL Sebagai contoh
di sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi legalitas lokasi untuk
aktivitas PKL yang linier di
sepanjang jalan yang bertempat di
atas drainase Dalam aspek
apapun hal tersebut tidak dapat
dilegalkan terlebih tidak ada
penjelasan mengenai luasan atau
desain yang diperbolehkan PKL
untuk menggelar dasaran pada
dimensi saluran drainase yang
PKL yang menempati
ruang-ruang trotoar
menyebabkan
terganggunya aktivitas
pejalan kaki
Pemerintah tidak dapat
menyediakan lahan
pengganti
Legalitas lokasi aktivitas
PKL yang biasanya
ditempatkan di dalam
ruang publik seperti di atas
trotoar di atas saluran
drainase taman dan ruang
publik patut
dipertanyakan
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
nyaman bagi pejalan kaki ataupun bagi pengendara kendaraan bermotor karena mengganggu arus lalu lintas dan membahayakan keselamatan jiwa mereka hal seperti ini dapat kita lihat di depan dan di samping Masjid Baiturrahman di depan Citraland Mall di depan dan di samping Plasa Simpang Lima di depan dan di samping Kompleks Pertokoan Simpang Lima di depan dan di samping Ramayana Super Center di depan dan di samping SMKN 7 SemarangKantor Telkom dan di depan Gajahmada Plaza
Pemilihan lokasi PKL dipengaruhi oleh kecenderungan aktivitas PKL yang selalu menentukan lokasi mendekati pusat-pusat keramaian atau pusat-pusat perdagangan dan jasa dan lokasi-lokasi yang sering dikunjungi oleh orang banyak dalam kurun waktu tertentu secara periodik dan menerus Alasan inilah yang kemudian mendasari penentuan lokasi PKL Kawasan Bundaran Simpang Lima untuk berjualan di trotoar karena ruang-ruang jalur pedestrian inilah yang
mereka harus gulung tikar dan menjadi
pengangguran yang semakin menambah
permasalahan di Indonesia Pemerintah
harus mencari cara dan tempat yang baik
untuk mereka berdagang ditengah modal
mereka yang kecil agar di sisi lain semua
para pedagang kaki lima tidak hilang
lapangan kerjanya dan bias melanjutkan
kelangsungan hidupnya
ada Selain itu PKL juga
menempati trotoar yang
mengakibatkan bertambahnya
permasalahan yang terdapat di
lokasi tersebut Imbas secara
langsung dirasakan oleh
pengguna trotoar yaitu pedestrian
ketidaknyamanan bahkan tidak
adanya lagi ruang untuk berjalan
di atas trotoar acapkali menjadi
konsekuensi pedestrian yang
trotoarnya diserobot PKL
Aglomerasi aktivitas PKL yang
berlokasi di sekitar pintu masuk
pengunjung Rumah Sakit dr
Kariadi menyebabkan
penumpukan aktivitas seperti
aktivitas keluar masuk
pengunjung aktivitas jual beli
antara PKL dengan konsumen
lalu lintas kendaraan yang sedang
melewati Jalan dr Kariadi serta
angkutan umum yang sedang
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
dianggap sebagai lokasi yang ramai dikunjungi oleh pejalan kaki yang melakukan pergerakan dalam mencapai tempat tujuan perjalanannya Begitu juga dengan ruang Lapangan Pancasila karena selalu ramai dikunjungi pada hari-hari libur dengan rata-rata pengunjung mencapai 51 ndash 100 oranghari dikarenakan kedudukannya sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya
berhenti mencari penumpang
Sekali lagi permasalahan tersebut
disikapi oleh pemerintah dengan
penertiban dan penggusuran yang
hampir tidak pernah berakhir
manis
Mengetahui
peranan PKL
Kehadiran PKL di Kawasan
Bundaran Simpang Lima juga mampu
menciptakan kehidupan yang menerus
sehingga terhindar dari kematian
kawasan pada saat tertentu akan tetapi
di sisi lain kehadiran PKL
menyebabkan ketidakteraturan
kekumuhan dan kualitas fisik yang
buruk sehingga merusak wajah kota
Selain itu PKL yang berjualan di
Lapangan Pancasila pada malam hari
dengan kehidupan malam dan wanita-
wanita penghibur yang berdandan tebal
Tempat pedagang kaki lima bagi
Masyarakat dijalan Samanhudi Jember
sangat penting sebagai penyedia kebutuhan
yang dibutuhkan oleh Masyarakat Jember
Pedangan kaki lima sangat mempengaruhi
pola pasar dan sosial di Jember khususnya
didaerah Jalan Samanhudi Dalam bidang
perekonomian pedagang kaki lima hanya
berpengaruh sebagai produsen yang
penting bagi Masyarakat Jember
mengingat akan Meningkatnya jumlah
Penduduk Mereka cenderung lebih
memilih membeli pada pedagang kaki lima
Usaha PKL yang terus
berkembang pesat menarik PKL
untuk mempekerjakan karyawan
selain tenaga yang dibutuhkan
memang tidak bisa dikerjakan
sendiri terdapat pula pemilik
modal yang menyewa tempat
usaha namun dijadikan usaha
sampingan sehingga tidak
mengelola secara langsung
usahanya namun dengan
mempekerjakan karyawan PKL
yang statusnya sebagai karyawan
Pedangan kaki lima sangat
mempengaruhi pola pasar
dan sosial
harga yang PKL tawarkan
lebih murah dibandingkan
dengan harga di mall
grosir maupun indogrosir
sebagai salah satu
alternatif lapangan
pekerjaan bagi masyarakat
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
menciptakan kesan negatif dan
memperburuk citra kawasan
daripada membeli di supermarket yang
sudah merajalela di kota Jember pada saat
ini mall atau grosir maupun indogrosir
yang banyak tersebar di kota Jember
dikarenakan harga yang mereka tawarkan
lebih murah
sebanyak 10 dimana karyawan
tersebut memanfaatkan PKL
sebagai lapangan pekerjaan
Sehingga bekerja sebagai
karyawan PKL dapat dikatakan
sebagai salah satu alternatif
lapangan pekerjaan bagi
masyarakat
Mengetahui
pola aktivitas
PKL dijalur
pejalan kaki
Aktivitas PKL sendiri
memiliki kecenderungan untuk
menempati ruang ruang antar aktivitas
yang selalu ramai dilewatidikunjungi
oleh banyak orang dalam melakukan
pergerakan perpindahan dari aktivitas
satu ke aktivitas yang lain atau dari
bangunan perdagangan modern satu ke
bangunan perdagangan modern yang
lain secara periodik dalam rentang
waktu tertentu sehingga kemudian
pilihan ini jatuh kepada jalur-jalur
pedestrian yang notabene merupakan
ruang-ruang terbuka publik yang
PKL berdagang dengan menempati
tempat yang tetap dan tidak berpindah-
pindah
Modal dan aset sebagian besar adalah
milik sendiri
Berdagang di Samanhudi merupakan
usaha utama
Alat peraga PKL pada kawasan ini
dapat dibedakan menjadi
ndashAlat peraga semi permanen dari kayu
dan tenda yang bersifat menetap
ndashAlat peraga dengan bangku meja dan
tenda sekaligus sebagai tempat tinggal
ndashAlat peraga beroda namun menetap
Pola Aktivitas pelayanan PKL di
kawasan sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi pada umumnya melayani
pengunjung rumah sakit namun
tidak menutup kemungkinan
konsumennya adalah pengendara
atau orang yang sedang melintasi
jalan tersebut tanpa bermaksud
untuk masuk ke rumah sakit
Selain itu konsumen
yang berasal dari sekitar lokasi
PKL seperti penduduk
permukiman di sekitarnya
pekerja yang bekerja di sektor
Aktivitas PKL memiliki
kecenderungan untuk
menempati ruang ruang
antar aktivitas yang selalu
ramai dilewatidikunjungi
oleh banyak orang dalam
melakukan pergerakan
perpindahan dari aktivitas
satu ke aktivitas yang lain
atau dari bangunan
perdagangan modern satu
ke bangunan perdagangan
modern
Saat berjualan alat peraga
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
seyogyanya digunakan oleh pejalan
kaki Keberadaan ruang trotoar yang
semakin sempit oleh penggunaan ruang
PKL membuat pejalan kaki
menjatuhkan pilihan untuk melakukan
perjalanan pada ruang-ruang seperti
jalur lambat dan sebagian badan jalan
sehingga mengurangi keamanan jiwa
dan kenyamanan pejalan kaki sendiri
serta pengguna jalan yang lain
(pengendara)
Kegiatan-kegiatan yang
dilakukan oleh pejalan kaki pada
ruang-ruang jalur pedestrian atau
trotoar di Kawasan Bundaran Simpang
Lima adalah kegiatan berjalan dan
berbelanja Sebagian dari pejalan kaki
hanya berjalan melintasi trotoar untuk
menuju lokasi tujuannya akan tetapi
ada pula sebagian dari pejalan kaki
yang berjalan sambil melihat-lihat
bahkan ada yang berbelanja pada PKL
ndashAlat peraga beroda namun menetap
dengan bangku dan meja
ndashHanya berupa matras sebagai alas
dagangan yang dapat berpindah
sewaktu-waktu
Alat peraga yang dipakai untuk usaha
tidak seragam dan tidak menggunakan
desain yang baik sehingga terkesan
kumuh kurang bersih dan sangat
mengganggu wajah kota dan menutup
fasade bangunan di belakangnya
Saat berjualan alat peraga kios
sebagian besar menempati badan jalan
dan trotoar
Saat tidak berjualan alat peraga kios
sebagian besar tetap di lokasi jualan
lama berjualan di Samanhudi sebagian
besar antara 6 ndash10 tahun
Terbanyak dari pedagang belum
pernah bekerja di sektor lain dan dari
semula telah menjadi PKL di
Samanhudidi bandingkan denga harga
yang ada di mall Pedagang
lain sehingga tidak ada batasan
pasti mengenai pola pelayanan
para PKL tersebut
Waktu beraktivitas para
PKL umumnya terbagi menjadi
dua sesi PKL yang pertama
adalah pedagang yang aktivitas
berdagangnya pada pagi hingga
siang hari Pedagang yang kedua
merupakan pedagang yang
mempunyai waktu layanan pada
sore hingga malam hari Namun
tidak menutup kemungkinan
terdapat beberapa PKL yang
berdagang dari pagi hingga
malam hari bahkan buka nonstop
mengingat rumah sakit
beraktivitas selama sehari penuh
sehingga mereka mengikuti
aktivitas sektor formal yang ada
di sekitarnya
Waktu berdagang
tersebut juga disesuaikan dengan
kios sebagian besar
menempati badan jalan
dan trotoar
Waktu beraktivitas para
PKL umumnya terbagi
menjadi dua sesi PKL
yang pertama adalah
pedagang yang aktivitas
berdagangnya pada pagi
hingga siang hari
Pedagang yang kedua
merupakan pedagang yang
mempunyai waktu layanan
pada sore hingga malam
hari Namun tidak
menutup kemungkinan
terdapat beberapa PKL
yang berdagang dari pagi
hingga malam hari bahkan
buka nonstop
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
izin usaha yang diberlakukan oleh
petugas kelurahan sebagai pihak
yang berwenang menangani PKL
Untuk lokasi yang dilarang untuk
PKL oleh PKL tetap digunakan
sebagai lokasi untuk berdagang
dengan waktu berdagang setelah
jam kerja yaitu sore hingga
malam hari
Mengetahui
Pengelolaan
PKL di jalur
pejalan kaki
dalam perkembangannya
pemerintah mengeluarkan SK
Walikota Kota Semarang No 511316
tahun 2001 tentang Penetapan Lahan
yang mengatur tentang lokasi-lokasi
dan waktu aktivitas PKL yang
diperbolehkan oleh pemerintah pada
Kawasan Bundaran Simpang Lima
agar tetap terjaga kerapihan dan
estetikakeindahan wajah kawasannya
yaitu PKL yang berjualan di depan
Kompleks Pertokoan Simpang Lima
depan Ramayana SC depan Kantor
Adanya pengakuan resmi dari
pemerintah terhadap PKL Samanhudi
sebagai salah satu sector ekonomi di
kawasan studi melalui surat keputusan
resmi Surat keputusan ini sekaligus
mengatur hak kewajiban dan
tanggung jawab PKL sebagai
kompensasi perubahan status yang
telah diberikan oleh pemerintah
Pedagang kaki lima perlu untuk
mendapatkan pembinaan dari
pemerintah Kabupaten Jember untuk
meningkatkan kemampuan wirausaha
Pemerintah Kota Semarang
berwenang dalam mengatur
keberadaan PKL di ruang Kota
Semarang seperti yang terdapat di
kawasan sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi dengan bentuk
pengelolaan lokasional (stabilitas
atau pengaturan) dan struktural
(perijinan) Dalam pengaturan
tersebut Pemerintah Kota
Semarang menggunakan dasar
hukum berupa Undang-Undang
Peraturan Pemerintah Peraturan
mengatur tentang lokasi-
lokasi dan waktu aktivitas
PKL yang diperbolehkan
oleh pemerintah agar tetap
terjaga kerapihan dan
estetikakeindahan wajah
kawasannya
Pedagang kaki lima perlu
untuk mendapatkan
pembinaan
Pedestrian dirancang ulang
dengan dilebarkan hingga
area parkiran street
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
TelkomSMKN 7 Semarang depan
Gajahmada Plaza dan depan Masjid
Baiturrahman boleh berjualan dari
pukul 1600 ndash 0400 WIB (khusus pada
Hari Minggu PKL diijinkan untuk
berjualan mulai pukul 0600 ndash 0800
WIB) menempati ruang trotoar dengan
luas areal 4 x 6 meter
Sampai dengan tahun 2008
PKL di Kawasan Bundaran Simpang
Lima mencapai 1536 pedagang dan
ada kecenderungan akan terus
meningkat dari tahun ke tahun (lihat
Tabel III4) Kecenderungan lokasi
PKL pada masa-masa yang akan
datang mengikuti kecenderungan dari
perkembangan aktivitas formal
kawasan yang ada demikian juga
kecenderungan waktu berdagangnya
Melihat kecenderungan aktivitas PKL
kawasan maka SK Walikota Kota
Semarang No 511316 tahun 2001
sudah tidak relevan lagi dan perlu
dan peningkatan kualitas barang
dagang dan pelayanan terhadap
pembeli konsumen sehingga bias
meningkatkan pendapatan dan
aktivitas pedagang kaki lima dapat
member nilai tambah serta dapat
memberkan peluang kerja yang dapat
mengurangi tingkat pengangguran di
Kabupaten Jember Bentuk pembinaan
berupa penyuluhan yang diberikan
berkala secara rutin Program
pembinaan diadakan oleh pemerintah
Paguyuban Samanhudi merupakan
Kelembagaan yang memiliki
kewenangan atau keterikatan dengan
pengelolaan dan pembinaan Pedagang
Kaki Lima KoridorJalan
SamanhudiPaguyuban ini
beranggotakan wakil PKL wakil
pedagang formal wakil pemerintah
dari dinas Kebersihan dan
Pertamanan Dinas Polisi Pamong
Praja Dinas Pariwisata Dinas
Daerah dan Surat Keputusan
Walikota Adapun dasar hukum
yang mengatur secara jelas
mengenai aktivitas PKL di Kota
Semarang yang berlaku saat ini
diantaranya adalah sebagai
berikut
1048707 Peraturan Daerah No 11 Tahun
2000 tentang Pengaturan dan
Pembinaan PKL Perda ini
menjelaskan tentang pengaturan
dan pembinaan PKL di Kota
Semarang seperti pengaturan
tempat usaha hak kewajiban dan
larangan untuk PKL Dalam
kaitannya dengan karakteristik
berlokasi aktivitas PKL
dijelaskan dalam Perda ini yang
terdapat dalam pasal 3 yaitu
penempatan lokasi kegiatan PKL
diatur dengan mempertimbangkan
tempat kepentingan untuk umum
lainnya seperti kepentingan untuk
sehingga jalur aktif
kendaraan tidak
mengalami penyempitan
mengatur keberadaan PKL
di ruang Kota dengan
bentuk pengelolaan
lokasional (stabilitas atau
pengaturan) dan struktural
(perijinan)
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
ditinjau kembali sesuai dengan
kecenderungan dan kebutuhan yang
ada di lapangan
Pendapatan dan Dinas LPMK
Kabupaten Jemberserta pihak
penengah selaku penasehat dan pihak
netral yang diwakili oleh pakar PKL
dari universitas tokoh masyarakat dan
pakar PKL lainnya
Penerapan tema khusus pada penataan
PKL kawasan studi agar mempunyai
cirri khas dan dapat mengangkat citra
kawasan dan meningkatkan daya tarik
kawasan Contoh produk khas
jember yang dapat diangkat sebagai
tema adalah tembakau rookk dan
cerutu mengingat Jember sebagai
penghasil tembakau terbesar di Jawa
Kegiatan khas Jember yang dapat
diangkat sebagai tema yaitu Jember
Fashion Carnaval Penerapan tema
dapat diaplikasikan pada sarana usaha
PKL finishing pedestrian perabot
kota dan elemen pendukung lainnya
Pedestrian dirancang ulang dengan
pejalan dan untuk sirkulasi
kendaraan Untuk lebih jelas
mengenai detail isi perda tersebut
dapat dilihat pada Lampiran F
1048707 Surat Keputusan Walikota
Semarang No 51136 Tahun
2001 tentang lokasi PKL di Kota
Semarang dimana di dalamnya
diantaranya mengatur luas area
batas pemakaian area waktu
aktivitas dan tempat aktivitas
PKL Ruas kanan Jalan dr
Kariadi dari arah Jalan Veteran
merupakan lokasi yang
diperbolehkan untuk aktivitas
PKL Lokasi tersebut menempati
trotoar serta bangunan berupa
semi permanen Untuk lebih jelas
mengenai detail isi SK tersebut
dapat dilihat pada Lampiran F
1048707 Perda No 6 Tahun 2004
tentang Rencana Detail Tata
Ruang Kota Semarang Bagian
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
dilebarkan hingga area parkiran street
sehingga jalur aktif kendaraan tidak
mengalami penyempitan Diberikan
perbedaan yang tegas antara ruang
PKL dan ruang pejalan kaki dan jalur
kendaraan berupa perbedaan tinggi
lantaiSehingga dikemudian hari kios
PKL tidak melebar ke segala sisi
Wilayah Kota (BWK) I
(Kecamatan Semarang Tengah
Semarang Timur dan Semarang
Selatan Tahun 2000-2010 Perda
tersebut menjelaskan mengenai
fungsi serta peran BWK I yang
terkait dengan sektor formal di
wilayah tersebut yaitu penjelasan
mengenai fasilitas kesehatan yang
berada khususnya di Kelurahan
Randusari Selain itu dijelaskan
pula kelas Jalan dr Kariadi Jalan
dr Soetomo dan Jalan Veteran
serta jalur transportasi yang
melaluinya
41
Gambar 38Persentase Sifat Layanan Pedagang Kaki LimaDi Kawasan Sekitar Rumah Sakit dr Kariadi
Sifat layanan semi menetap biasanya PKL yang tempat usahanya yang
merupakan gabungan antara menetap dengan keliling yaitu pada awal waktu
berdagang pada lokasi yang sama tiap harinya namun jika belum habis dagangannya
mereka berkeliling serta jam berdagang yang tidak tetap tiap harinya terkadang hanya
sampai siang karena dagangannya habis Sisanya yang 2 berjualan secara
berkeliling yang diantaranya bertujuan untuk mendekati konsumen serta
memanfaatkan waktu-waktu puncak kegiatan utama rumah sakit seperti waktu
kunjungan menjenguk pasien
f Pola Penyebaran
Pola penyebaran PKL mayoritas mengikuti pola jalan yang ada yaitu linier
Mereka berjualan di bahu-bahu jalan bahkan ada yang berada di atas saluran drainase
Selain itu pola penyebaran tersebut terbentuk karena lokasi yang diperbolehkan untuk
PKL menempati trotoar trotoar sepanjang jalan yang secara otomatis membentuk
linier Alasan lainnya yang diungkapkan oleh pedagang adalah agar dagangannya
mudah dilihat oleh orang yang lalu lalang Namun terdapat beberapa PKL yang
berjualan secara aglomerasi dengan PKL yang berjualannya bergerombol di dekat
pintu masuk pengunjung Rumah Sakit dr Kariadi seperti yang dapat dijumpai di Jalan
dr Kariadi yaitu bergerombol di sekitar pintu masuk pengunjung rumah sakit serta di
Jalan dr Soetomo yang bergerombol di dekat pintu masuk UGD dan pintu masuk ke
Gedung Pavilliun Garuda Hal tersebut dimaksudkan untuk mendekati pengunjung
yang akan masuk ke rumah sakit Hanya sebagian kecil saja yang lokasinya berjauhan
dengan PKL lainnya atau menyebar untuk mengurangi persaingan dengan PKL
lainnya
41
g Kesimpulan Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar
Rumah Sakit dr Kariadi
Tempat usaha tidak terdapatnya tempat yang dikhususkan untuk PKL pemerintah
memfasilitasinya dengan memperbolehkan menempati ruang-ruang publik seperti
trotoar badan atau bahu jalan serta di atas saluran drainase melalui Perda no 11 tahun
2000 Namun hal ini dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan
serta visual kawasan dan tidak optimalnya ruang publik tersebut Mayoritas PKL di
kawasan tersebut telah mengantongi izin tempat usaha dari kelurahan selaku pihak
berwenang
Jenis barang dagangan karakteristik jenis barang dagangan PKL pada umumnya
mengikuti kebutuhan kegiatan utama yaitu aktivitas Rumah Sakit dr Kariadi dan
sekitarnya seperti fasilitas pendidikan perkantoran perdagangan informal
permukiman dan pemakaman Jenis barang dagangan yang mayoritas diperdagangkan
berupa makanan Jenis barang dagangan yang diperdagangkan adalah non makanan
buah-buahan jasa pelayanan serta kelontong Terkait dengan kegiatan utama terdapat
beberapa jeni barang dagangan yang spesifik seperti termos tikar kipas guna
memenuhi kebutuha penunggu pasien
Sarana fisik dagangan mayoritas berupa kios yang dibangun permanen serta
gerobak tenda Menggunakan kios dikarenakan lokasinya yang telah dilegalkan untuk
aktivitas PKL serta terkait pola layanan yang menetap serta pada waktu berdagang
yang tetap Sedangkan gerobak tenda banyak digunakan oleh pedagang makanan
dimana tendanya digunakan sebagai tempat untuk konsumen Untuk bangunan
permanen diantaranya digunakan sebagai tempat tinggal Ketidakketergantungan
PKL terhadap prasarana penunjang sehingga PKL tidak mempertimbangkan aspek
tersebut karena mereka dapat mengusahakan sendiri
Pola pelayanan dari segi waktunya mengikuti waktu aktivitas kegiatan utama yaitu
pagi hingga sore hari sekitar pukul 0900 ndash 1600 serta telah mendapat izin tempat
usaha dari pihak berwenang namun terdapat pula PKL yang beraktivitas sore hingga
malam hari yaitu pukul 1600 ndash 0000 serta sepanjang hari Sifat layanannya menetap
mengingat mayoritas bersarana fisik dagangan berupa kios serta waktu berdagang
yang relatif tetap
Pola penyebaran mayoritas secara linier yaitu mengikuti pola jalan karena lokasi
yang dilegalkan untuk PKL oleh pemerintah menempati ruang-ruang publik seperti
trotoar di atas saluran drainase dan bahu jalan yang notabene mengikuti pola jalan
41
Selain itu terdapat sebagian beraglomerasi di sekitar pintu masuk rumah sakit yang
bertujuan untuk mendekati konsumen dan sisanya menyebar agar mengurangi
saingan
ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun
menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan
Samanhudi dengan kawasan PKL lain
ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL
ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun
dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja
namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang
namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan
ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa
jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan
harga antara pedagang formal dan PKL
ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan
pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak
penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi
antar pihak
ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai
dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan
perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang
informal
ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan
persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL
ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan
dalih keamanan
ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan
pejalan kaki dan pengendara kendaraan
ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki
ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL
ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan
ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa
harus saling menumpuk
41
ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak
Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini menjadi
jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen
41
Pengelolaan PKL
Pengelolaan PKL di Bundaran
Simpang Lima
Lima Semarang
Pengelolaan PKL di
Kabupaten Jember
Pengelolaan PKL di Kawasan Sekitar Rumah
Sakit dr Kariadi Semarang
Mengakui keberadaan PKL dengan
menuangkannya di dalam produk-
produk tata ruang
Penegakan peraturan
perundagangan yang terkait
dengan PKL
Menjalin kerjasama dengan sektor
formal dalam menyediakan ruang
bagi PKL
Menyediakan ruang perkotaan
yang dikhususkan bagi sektor
informal
Peningkatan citra PKL
Pengakuan terhadap eksistensi PKL
Control terhadap dana bantuan
Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo
Penindakan tegas kepada oknum yang
melakukan perampasan hak pada PKL
dengan dalih keamanan
Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk
menampung aktivitas PKL dan pejalan
kaki
Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan
jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir yang tepat
Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal
Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan
jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir
Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL
dan konsumen yang aman dari gangguan
pejalan kaki dan pengendara kendaraan
41
36 Temuan Studi
Temuan studi ini dimana akan menjawab sasaran yang disesuaikan dari contoh kasus yang ada di Indonesia Berikut adalah tabel matrik temuan
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
Mengetahui
permasalahan
PKL di jalur
pejalan kaki
Keberadaan sektor PKL yang menempati ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima memakai separuh lebih lebar trotoar bahkan seringkali tidak menyisakan sedikit pun ruang untuk pejalan kaki Ruang-ruang trotoar menjadi tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya sebagai ruang pemisah antara ruang yang digunakan untuk sirkulasi pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan Ruang-ruang trotoar tersebut banyak yang beralih fungsi menjadi lokasi berdagang PKL
Peralihan fungsi trotoar ini menyebabkan terganggunya aktivitas pejalan kaki sehingga pejalan terpaksa harus menggunakan jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk berjalan guna menghindari berbagai hambatan di atas trotoar Hal ini menyebabkan pejalan kaki terpaksa harus berhati-hati jika melangkah terkadang juga harus mengalah berjalan pada ruang-ruang jalur lambat dan sebagian badan jalan Kondisi ini sangat tidak aman dan
Masalah yang utama itu dari setiap
pedagang kaki lima di Jalur Pejalan Kaki
di Jalan Samanhudi Jember yaitu
Penggusuran Para PKL liar yang tidak
memiliki TDU(Tanda Daftar Usaha)
mereka biasanya akan di gusur dengan
peringatan yang di berikan sampai di
laksanakan penggusuran paksa padahal
Pedagang kaki lima merupakan salah satu
solusi akan masalah tingginya angka
pengangguran dan sedikitnya lapangan
kerja bagi masyarakat berpendidikan
rendah seperti mereka Pemerintah dalam
hal ini tidak dapat menyediakan lahan
pengganti bagi mereka untuk melanjutkan
usaha mereka jika pun ada pemerintah
menyediakan lahan-lahan yang letaknya
kurang strategis yang secara pasti
menurunkan dan mematikan pendapatan
yang mereka dapatkan dan akhirnya
Legalitas lokasi aktivitas
PKL yang biasanya ditempatkan
di dalam ruang publik seperti di
atas trotoar di atas saluran
drainase taman dan ruang publik
lainnya patut dipertanyakan
karena ketidakberdayaannya
peraturan tersebut dalam
menangani PKL Sebagai contoh
di sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi legalitas lokasi untuk
aktivitas PKL yang linier di
sepanjang jalan yang bertempat di
atas drainase Dalam aspek
apapun hal tersebut tidak dapat
dilegalkan terlebih tidak ada
penjelasan mengenai luasan atau
desain yang diperbolehkan PKL
untuk menggelar dasaran pada
dimensi saluran drainase yang
PKL yang menempati
ruang-ruang trotoar
menyebabkan
terganggunya aktivitas
pejalan kaki
Pemerintah tidak dapat
menyediakan lahan
pengganti
Legalitas lokasi aktivitas
PKL yang biasanya
ditempatkan di dalam
ruang publik seperti di atas
trotoar di atas saluran
drainase taman dan ruang
publik patut
dipertanyakan
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
nyaman bagi pejalan kaki ataupun bagi pengendara kendaraan bermotor karena mengganggu arus lalu lintas dan membahayakan keselamatan jiwa mereka hal seperti ini dapat kita lihat di depan dan di samping Masjid Baiturrahman di depan Citraland Mall di depan dan di samping Plasa Simpang Lima di depan dan di samping Kompleks Pertokoan Simpang Lima di depan dan di samping Ramayana Super Center di depan dan di samping SMKN 7 SemarangKantor Telkom dan di depan Gajahmada Plaza
Pemilihan lokasi PKL dipengaruhi oleh kecenderungan aktivitas PKL yang selalu menentukan lokasi mendekati pusat-pusat keramaian atau pusat-pusat perdagangan dan jasa dan lokasi-lokasi yang sering dikunjungi oleh orang banyak dalam kurun waktu tertentu secara periodik dan menerus Alasan inilah yang kemudian mendasari penentuan lokasi PKL Kawasan Bundaran Simpang Lima untuk berjualan di trotoar karena ruang-ruang jalur pedestrian inilah yang
mereka harus gulung tikar dan menjadi
pengangguran yang semakin menambah
permasalahan di Indonesia Pemerintah
harus mencari cara dan tempat yang baik
untuk mereka berdagang ditengah modal
mereka yang kecil agar di sisi lain semua
para pedagang kaki lima tidak hilang
lapangan kerjanya dan bias melanjutkan
kelangsungan hidupnya
ada Selain itu PKL juga
menempati trotoar yang
mengakibatkan bertambahnya
permasalahan yang terdapat di
lokasi tersebut Imbas secara
langsung dirasakan oleh
pengguna trotoar yaitu pedestrian
ketidaknyamanan bahkan tidak
adanya lagi ruang untuk berjalan
di atas trotoar acapkali menjadi
konsekuensi pedestrian yang
trotoarnya diserobot PKL
Aglomerasi aktivitas PKL yang
berlokasi di sekitar pintu masuk
pengunjung Rumah Sakit dr
Kariadi menyebabkan
penumpukan aktivitas seperti
aktivitas keluar masuk
pengunjung aktivitas jual beli
antara PKL dengan konsumen
lalu lintas kendaraan yang sedang
melewati Jalan dr Kariadi serta
angkutan umum yang sedang
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
dianggap sebagai lokasi yang ramai dikunjungi oleh pejalan kaki yang melakukan pergerakan dalam mencapai tempat tujuan perjalanannya Begitu juga dengan ruang Lapangan Pancasila karena selalu ramai dikunjungi pada hari-hari libur dengan rata-rata pengunjung mencapai 51 ndash 100 oranghari dikarenakan kedudukannya sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya
berhenti mencari penumpang
Sekali lagi permasalahan tersebut
disikapi oleh pemerintah dengan
penertiban dan penggusuran yang
hampir tidak pernah berakhir
manis
Mengetahui
peranan PKL
Kehadiran PKL di Kawasan
Bundaran Simpang Lima juga mampu
menciptakan kehidupan yang menerus
sehingga terhindar dari kematian
kawasan pada saat tertentu akan tetapi
di sisi lain kehadiran PKL
menyebabkan ketidakteraturan
kekumuhan dan kualitas fisik yang
buruk sehingga merusak wajah kota
Selain itu PKL yang berjualan di
Lapangan Pancasila pada malam hari
dengan kehidupan malam dan wanita-
wanita penghibur yang berdandan tebal
Tempat pedagang kaki lima bagi
Masyarakat dijalan Samanhudi Jember
sangat penting sebagai penyedia kebutuhan
yang dibutuhkan oleh Masyarakat Jember
Pedangan kaki lima sangat mempengaruhi
pola pasar dan sosial di Jember khususnya
didaerah Jalan Samanhudi Dalam bidang
perekonomian pedagang kaki lima hanya
berpengaruh sebagai produsen yang
penting bagi Masyarakat Jember
mengingat akan Meningkatnya jumlah
Penduduk Mereka cenderung lebih
memilih membeli pada pedagang kaki lima
Usaha PKL yang terus
berkembang pesat menarik PKL
untuk mempekerjakan karyawan
selain tenaga yang dibutuhkan
memang tidak bisa dikerjakan
sendiri terdapat pula pemilik
modal yang menyewa tempat
usaha namun dijadikan usaha
sampingan sehingga tidak
mengelola secara langsung
usahanya namun dengan
mempekerjakan karyawan PKL
yang statusnya sebagai karyawan
Pedangan kaki lima sangat
mempengaruhi pola pasar
dan sosial
harga yang PKL tawarkan
lebih murah dibandingkan
dengan harga di mall
grosir maupun indogrosir
sebagai salah satu
alternatif lapangan
pekerjaan bagi masyarakat
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
menciptakan kesan negatif dan
memperburuk citra kawasan
daripada membeli di supermarket yang
sudah merajalela di kota Jember pada saat
ini mall atau grosir maupun indogrosir
yang banyak tersebar di kota Jember
dikarenakan harga yang mereka tawarkan
lebih murah
sebanyak 10 dimana karyawan
tersebut memanfaatkan PKL
sebagai lapangan pekerjaan
Sehingga bekerja sebagai
karyawan PKL dapat dikatakan
sebagai salah satu alternatif
lapangan pekerjaan bagi
masyarakat
Mengetahui
pola aktivitas
PKL dijalur
pejalan kaki
Aktivitas PKL sendiri
memiliki kecenderungan untuk
menempati ruang ruang antar aktivitas
yang selalu ramai dilewatidikunjungi
oleh banyak orang dalam melakukan
pergerakan perpindahan dari aktivitas
satu ke aktivitas yang lain atau dari
bangunan perdagangan modern satu ke
bangunan perdagangan modern yang
lain secara periodik dalam rentang
waktu tertentu sehingga kemudian
pilihan ini jatuh kepada jalur-jalur
pedestrian yang notabene merupakan
ruang-ruang terbuka publik yang
PKL berdagang dengan menempati
tempat yang tetap dan tidak berpindah-
pindah
Modal dan aset sebagian besar adalah
milik sendiri
Berdagang di Samanhudi merupakan
usaha utama
Alat peraga PKL pada kawasan ini
dapat dibedakan menjadi
ndashAlat peraga semi permanen dari kayu
dan tenda yang bersifat menetap
ndashAlat peraga dengan bangku meja dan
tenda sekaligus sebagai tempat tinggal
ndashAlat peraga beroda namun menetap
Pola Aktivitas pelayanan PKL di
kawasan sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi pada umumnya melayani
pengunjung rumah sakit namun
tidak menutup kemungkinan
konsumennya adalah pengendara
atau orang yang sedang melintasi
jalan tersebut tanpa bermaksud
untuk masuk ke rumah sakit
Selain itu konsumen
yang berasal dari sekitar lokasi
PKL seperti penduduk
permukiman di sekitarnya
pekerja yang bekerja di sektor
Aktivitas PKL memiliki
kecenderungan untuk
menempati ruang ruang
antar aktivitas yang selalu
ramai dilewatidikunjungi
oleh banyak orang dalam
melakukan pergerakan
perpindahan dari aktivitas
satu ke aktivitas yang lain
atau dari bangunan
perdagangan modern satu
ke bangunan perdagangan
modern
Saat berjualan alat peraga
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
seyogyanya digunakan oleh pejalan
kaki Keberadaan ruang trotoar yang
semakin sempit oleh penggunaan ruang
PKL membuat pejalan kaki
menjatuhkan pilihan untuk melakukan
perjalanan pada ruang-ruang seperti
jalur lambat dan sebagian badan jalan
sehingga mengurangi keamanan jiwa
dan kenyamanan pejalan kaki sendiri
serta pengguna jalan yang lain
(pengendara)
Kegiatan-kegiatan yang
dilakukan oleh pejalan kaki pada
ruang-ruang jalur pedestrian atau
trotoar di Kawasan Bundaran Simpang
Lima adalah kegiatan berjalan dan
berbelanja Sebagian dari pejalan kaki
hanya berjalan melintasi trotoar untuk
menuju lokasi tujuannya akan tetapi
ada pula sebagian dari pejalan kaki
yang berjalan sambil melihat-lihat
bahkan ada yang berbelanja pada PKL
ndashAlat peraga beroda namun menetap
dengan bangku dan meja
ndashHanya berupa matras sebagai alas
dagangan yang dapat berpindah
sewaktu-waktu
Alat peraga yang dipakai untuk usaha
tidak seragam dan tidak menggunakan
desain yang baik sehingga terkesan
kumuh kurang bersih dan sangat
mengganggu wajah kota dan menutup
fasade bangunan di belakangnya
Saat berjualan alat peraga kios
sebagian besar menempati badan jalan
dan trotoar
Saat tidak berjualan alat peraga kios
sebagian besar tetap di lokasi jualan
lama berjualan di Samanhudi sebagian
besar antara 6 ndash10 tahun
Terbanyak dari pedagang belum
pernah bekerja di sektor lain dan dari
semula telah menjadi PKL di
Samanhudidi bandingkan denga harga
yang ada di mall Pedagang
lain sehingga tidak ada batasan
pasti mengenai pola pelayanan
para PKL tersebut
Waktu beraktivitas para
PKL umumnya terbagi menjadi
dua sesi PKL yang pertama
adalah pedagang yang aktivitas
berdagangnya pada pagi hingga
siang hari Pedagang yang kedua
merupakan pedagang yang
mempunyai waktu layanan pada
sore hingga malam hari Namun
tidak menutup kemungkinan
terdapat beberapa PKL yang
berdagang dari pagi hingga
malam hari bahkan buka nonstop
mengingat rumah sakit
beraktivitas selama sehari penuh
sehingga mereka mengikuti
aktivitas sektor formal yang ada
di sekitarnya
Waktu berdagang
tersebut juga disesuaikan dengan
kios sebagian besar
menempati badan jalan
dan trotoar
Waktu beraktivitas para
PKL umumnya terbagi
menjadi dua sesi PKL
yang pertama adalah
pedagang yang aktivitas
berdagangnya pada pagi
hingga siang hari
Pedagang yang kedua
merupakan pedagang yang
mempunyai waktu layanan
pada sore hingga malam
hari Namun tidak
menutup kemungkinan
terdapat beberapa PKL
yang berdagang dari pagi
hingga malam hari bahkan
buka nonstop
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
izin usaha yang diberlakukan oleh
petugas kelurahan sebagai pihak
yang berwenang menangani PKL
Untuk lokasi yang dilarang untuk
PKL oleh PKL tetap digunakan
sebagai lokasi untuk berdagang
dengan waktu berdagang setelah
jam kerja yaitu sore hingga
malam hari
Mengetahui
Pengelolaan
PKL di jalur
pejalan kaki
dalam perkembangannya
pemerintah mengeluarkan SK
Walikota Kota Semarang No 511316
tahun 2001 tentang Penetapan Lahan
yang mengatur tentang lokasi-lokasi
dan waktu aktivitas PKL yang
diperbolehkan oleh pemerintah pada
Kawasan Bundaran Simpang Lima
agar tetap terjaga kerapihan dan
estetikakeindahan wajah kawasannya
yaitu PKL yang berjualan di depan
Kompleks Pertokoan Simpang Lima
depan Ramayana SC depan Kantor
Adanya pengakuan resmi dari
pemerintah terhadap PKL Samanhudi
sebagai salah satu sector ekonomi di
kawasan studi melalui surat keputusan
resmi Surat keputusan ini sekaligus
mengatur hak kewajiban dan
tanggung jawab PKL sebagai
kompensasi perubahan status yang
telah diberikan oleh pemerintah
Pedagang kaki lima perlu untuk
mendapatkan pembinaan dari
pemerintah Kabupaten Jember untuk
meningkatkan kemampuan wirausaha
Pemerintah Kota Semarang
berwenang dalam mengatur
keberadaan PKL di ruang Kota
Semarang seperti yang terdapat di
kawasan sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi dengan bentuk
pengelolaan lokasional (stabilitas
atau pengaturan) dan struktural
(perijinan) Dalam pengaturan
tersebut Pemerintah Kota
Semarang menggunakan dasar
hukum berupa Undang-Undang
Peraturan Pemerintah Peraturan
mengatur tentang lokasi-
lokasi dan waktu aktivitas
PKL yang diperbolehkan
oleh pemerintah agar tetap
terjaga kerapihan dan
estetikakeindahan wajah
kawasannya
Pedagang kaki lima perlu
untuk mendapatkan
pembinaan
Pedestrian dirancang ulang
dengan dilebarkan hingga
area parkiran street
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
TelkomSMKN 7 Semarang depan
Gajahmada Plaza dan depan Masjid
Baiturrahman boleh berjualan dari
pukul 1600 ndash 0400 WIB (khusus pada
Hari Minggu PKL diijinkan untuk
berjualan mulai pukul 0600 ndash 0800
WIB) menempati ruang trotoar dengan
luas areal 4 x 6 meter
Sampai dengan tahun 2008
PKL di Kawasan Bundaran Simpang
Lima mencapai 1536 pedagang dan
ada kecenderungan akan terus
meningkat dari tahun ke tahun (lihat
Tabel III4) Kecenderungan lokasi
PKL pada masa-masa yang akan
datang mengikuti kecenderungan dari
perkembangan aktivitas formal
kawasan yang ada demikian juga
kecenderungan waktu berdagangnya
Melihat kecenderungan aktivitas PKL
kawasan maka SK Walikota Kota
Semarang No 511316 tahun 2001
sudah tidak relevan lagi dan perlu
dan peningkatan kualitas barang
dagang dan pelayanan terhadap
pembeli konsumen sehingga bias
meningkatkan pendapatan dan
aktivitas pedagang kaki lima dapat
member nilai tambah serta dapat
memberkan peluang kerja yang dapat
mengurangi tingkat pengangguran di
Kabupaten Jember Bentuk pembinaan
berupa penyuluhan yang diberikan
berkala secara rutin Program
pembinaan diadakan oleh pemerintah
Paguyuban Samanhudi merupakan
Kelembagaan yang memiliki
kewenangan atau keterikatan dengan
pengelolaan dan pembinaan Pedagang
Kaki Lima KoridorJalan
SamanhudiPaguyuban ini
beranggotakan wakil PKL wakil
pedagang formal wakil pemerintah
dari dinas Kebersihan dan
Pertamanan Dinas Polisi Pamong
Praja Dinas Pariwisata Dinas
Daerah dan Surat Keputusan
Walikota Adapun dasar hukum
yang mengatur secara jelas
mengenai aktivitas PKL di Kota
Semarang yang berlaku saat ini
diantaranya adalah sebagai
berikut
1048707 Peraturan Daerah No 11 Tahun
2000 tentang Pengaturan dan
Pembinaan PKL Perda ini
menjelaskan tentang pengaturan
dan pembinaan PKL di Kota
Semarang seperti pengaturan
tempat usaha hak kewajiban dan
larangan untuk PKL Dalam
kaitannya dengan karakteristik
berlokasi aktivitas PKL
dijelaskan dalam Perda ini yang
terdapat dalam pasal 3 yaitu
penempatan lokasi kegiatan PKL
diatur dengan mempertimbangkan
tempat kepentingan untuk umum
lainnya seperti kepentingan untuk
sehingga jalur aktif
kendaraan tidak
mengalami penyempitan
mengatur keberadaan PKL
di ruang Kota dengan
bentuk pengelolaan
lokasional (stabilitas atau
pengaturan) dan struktural
(perijinan)
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
ditinjau kembali sesuai dengan
kecenderungan dan kebutuhan yang
ada di lapangan
Pendapatan dan Dinas LPMK
Kabupaten Jemberserta pihak
penengah selaku penasehat dan pihak
netral yang diwakili oleh pakar PKL
dari universitas tokoh masyarakat dan
pakar PKL lainnya
Penerapan tema khusus pada penataan
PKL kawasan studi agar mempunyai
cirri khas dan dapat mengangkat citra
kawasan dan meningkatkan daya tarik
kawasan Contoh produk khas
jember yang dapat diangkat sebagai
tema adalah tembakau rookk dan
cerutu mengingat Jember sebagai
penghasil tembakau terbesar di Jawa
Kegiatan khas Jember yang dapat
diangkat sebagai tema yaitu Jember
Fashion Carnaval Penerapan tema
dapat diaplikasikan pada sarana usaha
PKL finishing pedestrian perabot
kota dan elemen pendukung lainnya
Pedestrian dirancang ulang dengan
pejalan dan untuk sirkulasi
kendaraan Untuk lebih jelas
mengenai detail isi perda tersebut
dapat dilihat pada Lampiran F
1048707 Surat Keputusan Walikota
Semarang No 51136 Tahun
2001 tentang lokasi PKL di Kota
Semarang dimana di dalamnya
diantaranya mengatur luas area
batas pemakaian area waktu
aktivitas dan tempat aktivitas
PKL Ruas kanan Jalan dr
Kariadi dari arah Jalan Veteran
merupakan lokasi yang
diperbolehkan untuk aktivitas
PKL Lokasi tersebut menempati
trotoar serta bangunan berupa
semi permanen Untuk lebih jelas
mengenai detail isi SK tersebut
dapat dilihat pada Lampiran F
1048707 Perda No 6 Tahun 2004
tentang Rencana Detail Tata
Ruang Kota Semarang Bagian
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
dilebarkan hingga area parkiran street
sehingga jalur aktif kendaraan tidak
mengalami penyempitan Diberikan
perbedaan yang tegas antara ruang
PKL dan ruang pejalan kaki dan jalur
kendaraan berupa perbedaan tinggi
lantaiSehingga dikemudian hari kios
PKL tidak melebar ke segala sisi
Wilayah Kota (BWK) I
(Kecamatan Semarang Tengah
Semarang Timur dan Semarang
Selatan Tahun 2000-2010 Perda
tersebut menjelaskan mengenai
fungsi serta peran BWK I yang
terkait dengan sektor formal di
wilayah tersebut yaitu penjelasan
mengenai fasilitas kesehatan yang
berada khususnya di Kelurahan
Randusari Selain itu dijelaskan
pula kelas Jalan dr Kariadi Jalan
dr Soetomo dan Jalan Veteran
serta jalur transportasi yang
melaluinya
41
g Kesimpulan Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Sekitar
Rumah Sakit dr Kariadi
Tempat usaha tidak terdapatnya tempat yang dikhususkan untuk PKL pemerintah
memfasilitasinya dengan memperbolehkan menempati ruang-ruang publik seperti
trotoar badan atau bahu jalan serta di atas saluran drainase melalui Perda no 11 tahun
2000 Namun hal ini dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan
serta visual kawasan dan tidak optimalnya ruang publik tersebut Mayoritas PKL di
kawasan tersebut telah mengantongi izin tempat usaha dari kelurahan selaku pihak
berwenang
Jenis barang dagangan karakteristik jenis barang dagangan PKL pada umumnya
mengikuti kebutuhan kegiatan utama yaitu aktivitas Rumah Sakit dr Kariadi dan
sekitarnya seperti fasilitas pendidikan perkantoran perdagangan informal
permukiman dan pemakaman Jenis barang dagangan yang mayoritas diperdagangkan
berupa makanan Jenis barang dagangan yang diperdagangkan adalah non makanan
buah-buahan jasa pelayanan serta kelontong Terkait dengan kegiatan utama terdapat
beberapa jeni barang dagangan yang spesifik seperti termos tikar kipas guna
memenuhi kebutuha penunggu pasien
Sarana fisik dagangan mayoritas berupa kios yang dibangun permanen serta
gerobak tenda Menggunakan kios dikarenakan lokasinya yang telah dilegalkan untuk
aktivitas PKL serta terkait pola layanan yang menetap serta pada waktu berdagang
yang tetap Sedangkan gerobak tenda banyak digunakan oleh pedagang makanan
dimana tendanya digunakan sebagai tempat untuk konsumen Untuk bangunan
permanen diantaranya digunakan sebagai tempat tinggal Ketidakketergantungan
PKL terhadap prasarana penunjang sehingga PKL tidak mempertimbangkan aspek
tersebut karena mereka dapat mengusahakan sendiri
Pola pelayanan dari segi waktunya mengikuti waktu aktivitas kegiatan utama yaitu
pagi hingga sore hari sekitar pukul 0900 ndash 1600 serta telah mendapat izin tempat
usaha dari pihak berwenang namun terdapat pula PKL yang beraktivitas sore hingga
malam hari yaitu pukul 1600 ndash 0000 serta sepanjang hari Sifat layanannya menetap
mengingat mayoritas bersarana fisik dagangan berupa kios serta waktu berdagang
yang relatif tetap
Pola penyebaran mayoritas secara linier yaitu mengikuti pola jalan karena lokasi
yang dilegalkan untuk PKL oleh pemerintah menempati ruang-ruang publik seperti
trotoar di atas saluran drainase dan bahu jalan yang notabene mengikuti pola jalan
41
Selain itu terdapat sebagian beraglomerasi di sekitar pintu masuk rumah sakit yang
bertujuan untuk mendekati konsumen dan sisanya menyebar agar mengurangi
saingan
ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun
menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan
Samanhudi dengan kawasan PKL lain
ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL
ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun
dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja
namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang
namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan
ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa
jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan
harga antara pedagang formal dan PKL
ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan
pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak
penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi
antar pihak
ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai
dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan
perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang
informal
ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan
persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL
ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan
dalih keamanan
ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan
pejalan kaki dan pengendara kendaraan
ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki
ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL
ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan
ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa
harus saling menumpuk
41
ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak
Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini menjadi
jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen
41
Pengelolaan PKL
Pengelolaan PKL di Bundaran
Simpang Lima
Lima Semarang
Pengelolaan PKL di
Kabupaten Jember
Pengelolaan PKL di Kawasan Sekitar Rumah
Sakit dr Kariadi Semarang
Mengakui keberadaan PKL dengan
menuangkannya di dalam produk-
produk tata ruang
Penegakan peraturan
perundagangan yang terkait
dengan PKL
Menjalin kerjasama dengan sektor
formal dalam menyediakan ruang
bagi PKL
Menyediakan ruang perkotaan
yang dikhususkan bagi sektor
informal
Peningkatan citra PKL
Pengakuan terhadap eksistensi PKL
Control terhadap dana bantuan
Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo
Penindakan tegas kepada oknum yang
melakukan perampasan hak pada PKL
dengan dalih keamanan
Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk
menampung aktivitas PKL dan pejalan
kaki
Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan
jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir yang tepat
Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal
Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan
jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir
Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL
dan konsumen yang aman dari gangguan
pejalan kaki dan pengendara kendaraan
41
36 Temuan Studi
Temuan studi ini dimana akan menjawab sasaran yang disesuaikan dari contoh kasus yang ada di Indonesia Berikut adalah tabel matrik temuan
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
Mengetahui
permasalahan
PKL di jalur
pejalan kaki
Keberadaan sektor PKL yang menempati ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima memakai separuh lebih lebar trotoar bahkan seringkali tidak menyisakan sedikit pun ruang untuk pejalan kaki Ruang-ruang trotoar menjadi tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya sebagai ruang pemisah antara ruang yang digunakan untuk sirkulasi pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan Ruang-ruang trotoar tersebut banyak yang beralih fungsi menjadi lokasi berdagang PKL
Peralihan fungsi trotoar ini menyebabkan terganggunya aktivitas pejalan kaki sehingga pejalan terpaksa harus menggunakan jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk berjalan guna menghindari berbagai hambatan di atas trotoar Hal ini menyebabkan pejalan kaki terpaksa harus berhati-hati jika melangkah terkadang juga harus mengalah berjalan pada ruang-ruang jalur lambat dan sebagian badan jalan Kondisi ini sangat tidak aman dan
Masalah yang utama itu dari setiap
pedagang kaki lima di Jalur Pejalan Kaki
di Jalan Samanhudi Jember yaitu
Penggusuran Para PKL liar yang tidak
memiliki TDU(Tanda Daftar Usaha)
mereka biasanya akan di gusur dengan
peringatan yang di berikan sampai di
laksanakan penggusuran paksa padahal
Pedagang kaki lima merupakan salah satu
solusi akan masalah tingginya angka
pengangguran dan sedikitnya lapangan
kerja bagi masyarakat berpendidikan
rendah seperti mereka Pemerintah dalam
hal ini tidak dapat menyediakan lahan
pengganti bagi mereka untuk melanjutkan
usaha mereka jika pun ada pemerintah
menyediakan lahan-lahan yang letaknya
kurang strategis yang secara pasti
menurunkan dan mematikan pendapatan
yang mereka dapatkan dan akhirnya
Legalitas lokasi aktivitas
PKL yang biasanya ditempatkan
di dalam ruang publik seperti di
atas trotoar di atas saluran
drainase taman dan ruang publik
lainnya patut dipertanyakan
karena ketidakberdayaannya
peraturan tersebut dalam
menangani PKL Sebagai contoh
di sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi legalitas lokasi untuk
aktivitas PKL yang linier di
sepanjang jalan yang bertempat di
atas drainase Dalam aspek
apapun hal tersebut tidak dapat
dilegalkan terlebih tidak ada
penjelasan mengenai luasan atau
desain yang diperbolehkan PKL
untuk menggelar dasaran pada
dimensi saluran drainase yang
PKL yang menempati
ruang-ruang trotoar
menyebabkan
terganggunya aktivitas
pejalan kaki
Pemerintah tidak dapat
menyediakan lahan
pengganti
Legalitas lokasi aktivitas
PKL yang biasanya
ditempatkan di dalam
ruang publik seperti di atas
trotoar di atas saluran
drainase taman dan ruang
publik patut
dipertanyakan
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
nyaman bagi pejalan kaki ataupun bagi pengendara kendaraan bermotor karena mengganggu arus lalu lintas dan membahayakan keselamatan jiwa mereka hal seperti ini dapat kita lihat di depan dan di samping Masjid Baiturrahman di depan Citraland Mall di depan dan di samping Plasa Simpang Lima di depan dan di samping Kompleks Pertokoan Simpang Lima di depan dan di samping Ramayana Super Center di depan dan di samping SMKN 7 SemarangKantor Telkom dan di depan Gajahmada Plaza
Pemilihan lokasi PKL dipengaruhi oleh kecenderungan aktivitas PKL yang selalu menentukan lokasi mendekati pusat-pusat keramaian atau pusat-pusat perdagangan dan jasa dan lokasi-lokasi yang sering dikunjungi oleh orang banyak dalam kurun waktu tertentu secara periodik dan menerus Alasan inilah yang kemudian mendasari penentuan lokasi PKL Kawasan Bundaran Simpang Lima untuk berjualan di trotoar karena ruang-ruang jalur pedestrian inilah yang
mereka harus gulung tikar dan menjadi
pengangguran yang semakin menambah
permasalahan di Indonesia Pemerintah
harus mencari cara dan tempat yang baik
untuk mereka berdagang ditengah modal
mereka yang kecil agar di sisi lain semua
para pedagang kaki lima tidak hilang
lapangan kerjanya dan bias melanjutkan
kelangsungan hidupnya
ada Selain itu PKL juga
menempati trotoar yang
mengakibatkan bertambahnya
permasalahan yang terdapat di
lokasi tersebut Imbas secara
langsung dirasakan oleh
pengguna trotoar yaitu pedestrian
ketidaknyamanan bahkan tidak
adanya lagi ruang untuk berjalan
di atas trotoar acapkali menjadi
konsekuensi pedestrian yang
trotoarnya diserobot PKL
Aglomerasi aktivitas PKL yang
berlokasi di sekitar pintu masuk
pengunjung Rumah Sakit dr
Kariadi menyebabkan
penumpukan aktivitas seperti
aktivitas keluar masuk
pengunjung aktivitas jual beli
antara PKL dengan konsumen
lalu lintas kendaraan yang sedang
melewati Jalan dr Kariadi serta
angkutan umum yang sedang
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
dianggap sebagai lokasi yang ramai dikunjungi oleh pejalan kaki yang melakukan pergerakan dalam mencapai tempat tujuan perjalanannya Begitu juga dengan ruang Lapangan Pancasila karena selalu ramai dikunjungi pada hari-hari libur dengan rata-rata pengunjung mencapai 51 ndash 100 oranghari dikarenakan kedudukannya sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya
berhenti mencari penumpang
Sekali lagi permasalahan tersebut
disikapi oleh pemerintah dengan
penertiban dan penggusuran yang
hampir tidak pernah berakhir
manis
Mengetahui
peranan PKL
Kehadiran PKL di Kawasan
Bundaran Simpang Lima juga mampu
menciptakan kehidupan yang menerus
sehingga terhindar dari kematian
kawasan pada saat tertentu akan tetapi
di sisi lain kehadiran PKL
menyebabkan ketidakteraturan
kekumuhan dan kualitas fisik yang
buruk sehingga merusak wajah kota
Selain itu PKL yang berjualan di
Lapangan Pancasila pada malam hari
dengan kehidupan malam dan wanita-
wanita penghibur yang berdandan tebal
Tempat pedagang kaki lima bagi
Masyarakat dijalan Samanhudi Jember
sangat penting sebagai penyedia kebutuhan
yang dibutuhkan oleh Masyarakat Jember
Pedangan kaki lima sangat mempengaruhi
pola pasar dan sosial di Jember khususnya
didaerah Jalan Samanhudi Dalam bidang
perekonomian pedagang kaki lima hanya
berpengaruh sebagai produsen yang
penting bagi Masyarakat Jember
mengingat akan Meningkatnya jumlah
Penduduk Mereka cenderung lebih
memilih membeli pada pedagang kaki lima
Usaha PKL yang terus
berkembang pesat menarik PKL
untuk mempekerjakan karyawan
selain tenaga yang dibutuhkan
memang tidak bisa dikerjakan
sendiri terdapat pula pemilik
modal yang menyewa tempat
usaha namun dijadikan usaha
sampingan sehingga tidak
mengelola secara langsung
usahanya namun dengan
mempekerjakan karyawan PKL
yang statusnya sebagai karyawan
Pedangan kaki lima sangat
mempengaruhi pola pasar
dan sosial
harga yang PKL tawarkan
lebih murah dibandingkan
dengan harga di mall
grosir maupun indogrosir
sebagai salah satu
alternatif lapangan
pekerjaan bagi masyarakat
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
menciptakan kesan negatif dan
memperburuk citra kawasan
daripada membeli di supermarket yang
sudah merajalela di kota Jember pada saat
ini mall atau grosir maupun indogrosir
yang banyak tersebar di kota Jember
dikarenakan harga yang mereka tawarkan
lebih murah
sebanyak 10 dimana karyawan
tersebut memanfaatkan PKL
sebagai lapangan pekerjaan
Sehingga bekerja sebagai
karyawan PKL dapat dikatakan
sebagai salah satu alternatif
lapangan pekerjaan bagi
masyarakat
Mengetahui
pola aktivitas
PKL dijalur
pejalan kaki
Aktivitas PKL sendiri
memiliki kecenderungan untuk
menempati ruang ruang antar aktivitas
yang selalu ramai dilewatidikunjungi
oleh banyak orang dalam melakukan
pergerakan perpindahan dari aktivitas
satu ke aktivitas yang lain atau dari
bangunan perdagangan modern satu ke
bangunan perdagangan modern yang
lain secara periodik dalam rentang
waktu tertentu sehingga kemudian
pilihan ini jatuh kepada jalur-jalur
pedestrian yang notabene merupakan
ruang-ruang terbuka publik yang
PKL berdagang dengan menempati
tempat yang tetap dan tidak berpindah-
pindah
Modal dan aset sebagian besar adalah
milik sendiri
Berdagang di Samanhudi merupakan
usaha utama
Alat peraga PKL pada kawasan ini
dapat dibedakan menjadi
ndashAlat peraga semi permanen dari kayu
dan tenda yang bersifat menetap
ndashAlat peraga dengan bangku meja dan
tenda sekaligus sebagai tempat tinggal
ndashAlat peraga beroda namun menetap
Pola Aktivitas pelayanan PKL di
kawasan sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi pada umumnya melayani
pengunjung rumah sakit namun
tidak menutup kemungkinan
konsumennya adalah pengendara
atau orang yang sedang melintasi
jalan tersebut tanpa bermaksud
untuk masuk ke rumah sakit
Selain itu konsumen
yang berasal dari sekitar lokasi
PKL seperti penduduk
permukiman di sekitarnya
pekerja yang bekerja di sektor
Aktivitas PKL memiliki
kecenderungan untuk
menempati ruang ruang
antar aktivitas yang selalu
ramai dilewatidikunjungi
oleh banyak orang dalam
melakukan pergerakan
perpindahan dari aktivitas
satu ke aktivitas yang lain
atau dari bangunan
perdagangan modern satu
ke bangunan perdagangan
modern
Saat berjualan alat peraga
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
seyogyanya digunakan oleh pejalan
kaki Keberadaan ruang trotoar yang
semakin sempit oleh penggunaan ruang
PKL membuat pejalan kaki
menjatuhkan pilihan untuk melakukan
perjalanan pada ruang-ruang seperti
jalur lambat dan sebagian badan jalan
sehingga mengurangi keamanan jiwa
dan kenyamanan pejalan kaki sendiri
serta pengguna jalan yang lain
(pengendara)
Kegiatan-kegiatan yang
dilakukan oleh pejalan kaki pada
ruang-ruang jalur pedestrian atau
trotoar di Kawasan Bundaran Simpang
Lima adalah kegiatan berjalan dan
berbelanja Sebagian dari pejalan kaki
hanya berjalan melintasi trotoar untuk
menuju lokasi tujuannya akan tetapi
ada pula sebagian dari pejalan kaki
yang berjalan sambil melihat-lihat
bahkan ada yang berbelanja pada PKL
ndashAlat peraga beroda namun menetap
dengan bangku dan meja
ndashHanya berupa matras sebagai alas
dagangan yang dapat berpindah
sewaktu-waktu
Alat peraga yang dipakai untuk usaha
tidak seragam dan tidak menggunakan
desain yang baik sehingga terkesan
kumuh kurang bersih dan sangat
mengganggu wajah kota dan menutup
fasade bangunan di belakangnya
Saat berjualan alat peraga kios
sebagian besar menempati badan jalan
dan trotoar
Saat tidak berjualan alat peraga kios
sebagian besar tetap di lokasi jualan
lama berjualan di Samanhudi sebagian
besar antara 6 ndash10 tahun
Terbanyak dari pedagang belum
pernah bekerja di sektor lain dan dari
semula telah menjadi PKL di
Samanhudidi bandingkan denga harga
yang ada di mall Pedagang
lain sehingga tidak ada batasan
pasti mengenai pola pelayanan
para PKL tersebut
Waktu beraktivitas para
PKL umumnya terbagi menjadi
dua sesi PKL yang pertama
adalah pedagang yang aktivitas
berdagangnya pada pagi hingga
siang hari Pedagang yang kedua
merupakan pedagang yang
mempunyai waktu layanan pada
sore hingga malam hari Namun
tidak menutup kemungkinan
terdapat beberapa PKL yang
berdagang dari pagi hingga
malam hari bahkan buka nonstop
mengingat rumah sakit
beraktivitas selama sehari penuh
sehingga mereka mengikuti
aktivitas sektor formal yang ada
di sekitarnya
Waktu berdagang
tersebut juga disesuaikan dengan
kios sebagian besar
menempati badan jalan
dan trotoar
Waktu beraktivitas para
PKL umumnya terbagi
menjadi dua sesi PKL
yang pertama adalah
pedagang yang aktivitas
berdagangnya pada pagi
hingga siang hari
Pedagang yang kedua
merupakan pedagang yang
mempunyai waktu layanan
pada sore hingga malam
hari Namun tidak
menutup kemungkinan
terdapat beberapa PKL
yang berdagang dari pagi
hingga malam hari bahkan
buka nonstop
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
izin usaha yang diberlakukan oleh
petugas kelurahan sebagai pihak
yang berwenang menangani PKL
Untuk lokasi yang dilarang untuk
PKL oleh PKL tetap digunakan
sebagai lokasi untuk berdagang
dengan waktu berdagang setelah
jam kerja yaitu sore hingga
malam hari
Mengetahui
Pengelolaan
PKL di jalur
pejalan kaki
dalam perkembangannya
pemerintah mengeluarkan SK
Walikota Kota Semarang No 511316
tahun 2001 tentang Penetapan Lahan
yang mengatur tentang lokasi-lokasi
dan waktu aktivitas PKL yang
diperbolehkan oleh pemerintah pada
Kawasan Bundaran Simpang Lima
agar tetap terjaga kerapihan dan
estetikakeindahan wajah kawasannya
yaitu PKL yang berjualan di depan
Kompleks Pertokoan Simpang Lima
depan Ramayana SC depan Kantor
Adanya pengakuan resmi dari
pemerintah terhadap PKL Samanhudi
sebagai salah satu sector ekonomi di
kawasan studi melalui surat keputusan
resmi Surat keputusan ini sekaligus
mengatur hak kewajiban dan
tanggung jawab PKL sebagai
kompensasi perubahan status yang
telah diberikan oleh pemerintah
Pedagang kaki lima perlu untuk
mendapatkan pembinaan dari
pemerintah Kabupaten Jember untuk
meningkatkan kemampuan wirausaha
Pemerintah Kota Semarang
berwenang dalam mengatur
keberadaan PKL di ruang Kota
Semarang seperti yang terdapat di
kawasan sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi dengan bentuk
pengelolaan lokasional (stabilitas
atau pengaturan) dan struktural
(perijinan) Dalam pengaturan
tersebut Pemerintah Kota
Semarang menggunakan dasar
hukum berupa Undang-Undang
Peraturan Pemerintah Peraturan
mengatur tentang lokasi-
lokasi dan waktu aktivitas
PKL yang diperbolehkan
oleh pemerintah agar tetap
terjaga kerapihan dan
estetikakeindahan wajah
kawasannya
Pedagang kaki lima perlu
untuk mendapatkan
pembinaan
Pedestrian dirancang ulang
dengan dilebarkan hingga
area parkiran street
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
TelkomSMKN 7 Semarang depan
Gajahmada Plaza dan depan Masjid
Baiturrahman boleh berjualan dari
pukul 1600 ndash 0400 WIB (khusus pada
Hari Minggu PKL diijinkan untuk
berjualan mulai pukul 0600 ndash 0800
WIB) menempati ruang trotoar dengan
luas areal 4 x 6 meter
Sampai dengan tahun 2008
PKL di Kawasan Bundaran Simpang
Lima mencapai 1536 pedagang dan
ada kecenderungan akan terus
meningkat dari tahun ke tahun (lihat
Tabel III4) Kecenderungan lokasi
PKL pada masa-masa yang akan
datang mengikuti kecenderungan dari
perkembangan aktivitas formal
kawasan yang ada demikian juga
kecenderungan waktu berdagangnya
Melihat kecenderungan aktivitas PKL
kawasan maka SK Walikota Kota
Semarang No 511316 tahun 2001
sudah tidak relevan lagi dan perlu
dan peningkatan kualitas barang
dagang dan pelayanan terhadap
pembeli konsumen sehingga bias
meningkatkan pendapatan dan
aktivitas pedagang kaki lima dapat
member nilai tambah serta dapat
memberkan peluang kerja yang dapat
mengurangi tingkat pengangguran di
Kabupaten Jember Bentuk pembinaan
berupa penyuluhan yang diberikan
berkala secara rutin Program
pembinaan diadakan oleh pemerintah
Paguyuban Samanhudi merupakan
Kelembagaan yang memiliki
kewenangan atau keterikatan dengan
pengelolaan dan pembinaan Pedagang
Kaki Lima KoridorJalan
SamanhudiPaguyuban ini
beranggotakan wakil PKL wakil
pedagang formal wakil pemerintah
dari dinas Kebersihan dan
Pertamanan Dinas Polisi Pamong
Praja Dinas Pariwisata Dinas
Daerah dan Surat Keputusan
Walikota Adapun dasar hukum
yang mengatur secara jelas
mengenai aktivitas PKL di Kota
Semarang yang berlaku saat ini
diantaranya adalah sebagai
berikut
1048707 Peraturan Daerah No 11 Tahun
2000 tentang Pengaturan dan
Pembinaan PKL Perda ini
menjelaskan tentang pengaturan
dan pembinaan PKL di Kota
Semarang seperti pengaturan
tempat usaha hak kewajiban dan
larangan untuk PKL Dalam
kaitannya dengan karakteristik
berlokasi aktivitas PKL
dijelaskan dalam Perda ini yang
terdapat dalam pasal 3 yaitu
penempatan lokasi kegiatan PKL
diatur dengan mempertimbangkan
tempat kepentingan untuk umum
lainnya seperti kepentingan untuk
sehingga jalur aktif
kendaraan tidak
mengalami penyempitan
mengatur keberadaan PKL
di ruang Kota dengan
bentuk pengelolaan
lokasional (stabilitas atau
pengaturan) dan struktural
(perijinan)
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
ditinjau kembali sesuai dengan
kecenderungan dan kebutuhan yang
ada di lapangan
Pendapatan dan Dinas LPMK
Kabupaten Jemberserta pihak
penengah selaku penasehat dan pihak
netral yang diwakili oleh pakar PKL
dari universitas tokoh masyarakat dan
pakar PKL lainnya
Penerapan tema khusus pada penataan
PKL kawasan studi agar mempunyai
cirri khas dan dapat mengangkat citra
kawasan dan meningkatkan daya tarik
kawasan Contoh produk khas
jember yang dapat diangkat sebagai
tema adalah tembakau rookk dan
cerutu mengingat Jember sebagai
penghasil tembakau terbesar di Jawa
Kegiatan khas Jember yang dapat
diangkat sebagai tema yaitu Jember
Fashion Carnaval Penerapan tema
dapat diaplikasikan pada sarana usaha
PKL finishing pedestrian perabot
kota dan elemen pendukung lainnya
Pedestrian dirancang ulang dengan
pejalan dan untuk sirkulasi
kendaraan Untuk lebih jelas
mengenai detail isi perda tersebut
dapat dilihat pada Lampiran F
1048707 Surat Keputusan Walikota
Semarang No 51136 Tahun
2001 tentang lokasi PKL di Kota
Semarang dimana di dalamnya
diantaranya mengatur luas area
batas pemakaian area waktu
aktivitas dan tempat aktivitas
PKL Ruas kanan Jalan dr
Kariadi dari arah Jalan Veteran
merupakan lokasi yang
diperbolehkan untuk aktivitas
PKL Lokasi tersebut menempati
trotoar serta bangunan berupa
semi permanen Untuk lebih jelas
mengenai detail isi SK tersebut
dapat dilihat pada Lampiran F
1048707 Perda No 6 Tahun 2004
tentang Rencana Detail Tata
Ruang Kota Semarang Bagian
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
dilebarkan hingga area parkiran street
sehingga jalur aktif kendaraan tidak
mengalami penyempitan Diberikan
perbedaan yang tegas antara ruang
PKL dan ruang pejalan kaki dan jalur
kendaraan berupa perbedaan tinggi
lantaiSehingga dikemudian hari kios
PKL tidak melebar ke segala sisi
Wilayah Kota (BWK) I
(Kecamatan Semarang Tengah
Semarang Timur dan Semarang
Selatan Tahun 2000-2010 Perda
tersebut menjelaskan mengenai
fungsi serta peran BWK I yang
terkait dengan sektor formal di
wilayah tersebut yaitu penjelasan
mengenai fasilitas kesehatan yang
berada khususnya di Kelurahan
Randusari Selain itu dijelaskan
pula kelas Jalan dr Kariadi Jalan
dr Soetomo dan Jalan Veteran
serta jalur transportasi yang
melaluinya
41
Selain itu terdapat sebagian beraglomerasi di sekitar pintu masuk rumah sakit yang
bertujuan untuk mendekati konsumen dan sisanya menyebar agar mengurangi
saingan
ndash Peningkatan citra PKL sehingga PKL tidak lagi menjadi masalah perkotaan namun
menjadi daya tarik kawasan dengan cirri khas khusus yang dapat membedakan kawasan
Samanhudi dengan kawasan PKL lain
ndash Pengakuan terhadap eksistensi PKL
ndash Untuk meningkatkan citra PKL diperlukan bantuan modal baik dari pemerintah maupun
dari sector swasta (dengan konsep kemitraan) yang tidak hanya diberikan begitu saja
namun dilakukan control terhadap dana bantuan sehingga dana bantuan tidak hilang
namun dapat dimanfaatkan secar berkelanjutan
ndash Perbedaan barang dagangan antara PKL dan pedagang formal Perbedaan dapat berupa
jenis maupun kualitassehingga tidak terjadi perebutan konsumen maupun persaingan
harga antara pedagang formal dan PKL
ndash Untuk mengintegrasikan aspirasi PKL pedagang dan pemerintah diperlukan
pembentukan suatu paguyuban yang beranggotakan semua pihak ditambah dengan pihak
penengah sebagai pihak netral yang dapat membantu penyelesaian konflik yang terjadi
antar pihak
ndash Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal Pengakuan ini ditandai
dengan berbagai peraturan yang disahkan untuk mengatur kegiatan-kegiatan
perdagangan informal Hal ini berarti pemerintah telah mengakui eksistensi pedagang
informal
ndash Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo kepada PKL dengan ketentuan dan
persyaratan tertentu bukan untuk dimiliki secara penuh oleh PKL
ndash Penindakan tegas kepada oknum yang melakukan perampasan hak pada PKL dengan
dalih keamanan
ndash Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL dan konsumen yang aman dari gangguan
pejalan kaki dan pengendara kendaraan
ndash Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk menampung aktivitas PKL dan pejalan kaki
ndash Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan jalur pejalan kaki dan ruang PKL
ndash Pengaturan parker yang tepat sehingga tidak menambah kemacetan
ndash Konsep penataan ruang yang dapat mengintegrasikan pertokoan formal dan PKL tanpa
harus saling menumpuk
41
ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak
Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini menjadi
jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen
41
Pengelolaan PKL
Pengelolaan PKL di Bundaran
Simpang Lima
Lima Semarang
Pengelolaan PKL di
Kabupaten Jember
Pengelolaan PKL di Kawasan Sekitar Rumah
Sakit dr Kariadi Semarang
Mengakui keberadaan PKL dengan
menuangkannya di dalam produk-
produk tata ruang
Penegakan peraturan
perundagangan yang terkait
dengan PKL
Menjalin kerjasama dengan sektor
formal dalam menyediakan ruang
bagi PKL
Menyediakan ruang perkotaan
yang dikhususkan bagi sektor
informal
Peningkatan citra PKL
Pengakuan terhadap eksistensi PKL
Control terhadap dana bantuan
Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo
Penindakan tegas kepada oknum yang
melakukan perampasan hak pada PKL
dengan dalih keamanan
Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk
menampung aktivitas PKL dan pejalan
kaki
Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan
jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir yang tepat
Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal
Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan
jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir
Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL
dan konsumen yang aman dari gangguan
pejalan kaki dan pengendara kendaraan
41
36 Temuan Studi
Temuan studi ini dimana akan menjawab sasaran yang disesuaikan dari contoh kasus yang ada di Indonesia Berikut adalah tabel matrik temuan
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
Mengetahui
permasalahan
PKL di jalur
pejalan kaki
Keberadaan sektor PKL yang menempati ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima memakai separuh lebih lebar trotoar bahkan seringkali tidak menyisakan sedikit pun ruang untuk pejalan kaki Ruang-ruang trotoar menjadi tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya sebagai ruang pemisah antara ruang yang digunakan untuk sirkulasi pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan Ruang-ruang trotoar tersebut banyak yang beralih fungsi menjadi lokasi berdagang PKL
Peralihan fungsi trotoar ini menyebabkan terganggunya aktivitas pejalan kaki sehingga pejalan terpaksa harus menggunakan jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk berjalan guna menghindari berbagai hambatan di atas trotoar Hal ini menyebabkan pejalan kaki terpaksa harus berhati-hati jika melangkah terkadang juga harus mengalah berjalan pada ruang-ruang jalur lambat dan sebagian badan jalan Kondisi ini sangat tidak aman dan
Masalah yang utama itu dari setiap
pedagang kaki lima di Jalur Pejalan Kaki
di Jalan Samanhudi Jember yaitu
Penggusuran Para PKL liar yang tidak
memiliki TDU(Tanda Daftar Usaha)
mereka biasanya akan di gusur dengan
peringatan yang di berikan sampai di
laksanakan penggusuran paksa padahal
Pedagang kaki lima merupakan salah satu
solusi akan masalah tingginya angka
pengangguran dan sedikitnya lapangan
kerja bagi masyarakat berpendidikan
rendah seperti mereka Pemerintah dalam
hal ini tidak dapat menyediakan lahan
pengganti bagi mereka untuk melanjutkan
usaha mereka jika pun ada pemerintah
menyediakan lahan-lahan yang letaknya
kurang strategis yang secara pasti
menurunkan dan mematikan pendapatan
yang mereka dapatkan dan akhirnya
Legalitas lokasi aktivitas
PKL yang biasanya ditempatkan
di dalam ruang publik seperti di
atas trotoar di atas saluran
drainase taman dan ruang publik
lainnya patut dipertanyakan
karena ketidakberdayaannya
peraturan tersebut dalam
menangani PKL Sebagai contoh
di sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi legalitas lokasi untuk
aktivitas PKL yang linier di
sepanjang jalan yang bertempat di
atas drainase Dalam aspek
apapun hal tersebut tidak dapat
dilegalkan terlebih tidak ada
penjelasan mengenai luasan atau
desain yang diperbolehkan PKL
untuk menggelar dasaran pada
dimensi saluran drainase yang
PKL yang menempati
ruang-ruang trotoar
menyebabkan
terganggunya aktivitas
pejalan kaki
Pemerintah tidak dapat
menyediakan lahan
pengganti
Legalitas lokasi aktivitas
PKL yang biasanya
ditempatkan di dalam
ruang publik seperti di atas
trotoar di atas saluran
drainase taman dan ruang
publik patut
dipertanyakan
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
nyaman bagi pejalan kaki ataupun bagi pengendara kendaraan bermotor karena mengganggu arus lalu lintas dan membahayakan keselamatan jiwa mereka hal seperti ini dapat kita lihat di depan dan di samping Masjid Baiturrahman di depan Citraland Mall di depan dan di samping Plasa Simpang Lima di depan dan di samping Kompleks Pertokoan Simpang Lima di depan dan di samping Ramayana Super Center di depan dan di samping SMKN 7 SemarangKantor Telkom dan di depan Gajahmada Plaza
Pemilihan lokasi PKL dipengaruhi oleh kecenderungan aktivitas PKL yang selalu menentukan lokasi mendekati pusat-pusat keramaian atau pusat-pusat perdagangan dan jasa dan lokasi-lokasi yang sering dikunjungi oleh orang banyak dalam kurun waktu tertentu secara periodik dan menerus Alasan inilah yang kemudian mendasari penentuan lokasi PKL Kawasan Bundaran Simpang Lima untuk berjualan di trotoar karena ruang-ruang jalur pedestrian inilah yang
mereka harus gulung tikar dan menjadi
pengangguran yang semakin menambah
permasalahan di Indonesia Pemerintah
harus mencari cara dan tempat yang baik
untuk mereka berdagang ditengah modal
mereka yang kecil agar di sisi lain semua
para pedagang kaki lima tidak hilang
lapangan kerjanya dan bias melanjutkan
kelangsungan hidupnya
ada Selain itu PKL juga
menempati trotoar yang
mengakibatkan bertambahnya
permasalahan yang terdapat di
lokasi tersebut Imbas secara
langsung dirasakan oleh
pengguna trotoar yaitu pedestrian
ketidaknyamanan bahkan tidak
adanya lagi ruang untuk berjalan
di atas trotoar acapkali menjadi
konsekuensi pedestrian yang
trotoarnya diserobot PKL
Aglomerasi aktivitas PKL yang
berlokasi di sekitar pintu masuk
pengunjung Rumah Sakit dr
Kariadi menyebabkan
penumpukan aktivitas seperti
aktivitas keluar masuk
pengunjung aktivitas jual beli
antara PKL dengan konsumen
lalu lintas kendaraan yang sedang
melewati Jalan dr Kariadi serta
angkutan umum yang sedang
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
dianggap sebagai lokasi yang ramai dikunjungi oleh pejalan kaki yang melakukan pergerakan dalam mencapai tempat tujuan perjalanannya Begitu juga dengan ruang Lapangan Pancasila karena selalu ramai dikunjungi pada hari-hari libur dengan rata-rata pengunjung mencapai 51 ndash 100 oranghari dikarenakan kedudukannya sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya
berhenti mencari penumpang
Sekali lagi permasalahan tersebut
disikapi oleh pemerintah dengan
penertiban dan penggusuran yang
hampir tidak pernah berakhir
manis
Mengetahui
peranan PKL
Kehadiran PKL di Kawasan
Bundaran Simpang Lima juga mampu
menciptakan kehidupan yang menerus
sehingga terhindar dari kematian
kawasan pada saat tertentu akan tetapi
di sisi lain kehadiran PKL
menyebabkan ketidakteraturan
kekumuhan dan kualitas fisik yang
buruk sehingga merusak wajah kota
Selain itu PKL yang berjualan di
Lapangan Pancasila pada malam hari
dengan kehidupan malam dan wanita-
wanita penghibur yang berdandan tebal
Tempat pedagang kaki lima bagi
Masyarakat dijalan Samanhudi Jember
sangat penting sebagai penyedia kebutuhan
yang dibutuhkan oleh Masyarakat Jember
Pedangan kaki lima sangat mempengaruhi
pola pasar dan sosial di Jember khususnya
didaerah Jalan Samanhudi Dalam bidang
perekonomian pedagang kaki lima hanya
berpengaruh sebagai produsen yang
penting bagi Masyarakat Jember
mengingat akan Meningkatnya jumlah
Penduduk Mereka cenderung lebih
memilih membeli pada pedagang kaki lima
Usaha PKL yang terus
berkembang pesat menarik PKL
untuk mempekerjakan karyawan
selain tenaga yang dibutuhkan
memang tidak bisa dikerjakan
sendiri terdapat pula pemilik
modal yang menyewa tempat
usaha namun dijadikan usaha
sampingan sehingga tidak
mengelola secara langsung
usahanya namun dengan
mempekerjakan karyawan PKL
yang statusnya sebagai karyawan
Pedangan kaki lima sangat
mempengaruhi pola pasar
dan sosial
harga yang PKL tawarkan
lebih murah dibandingkan
dengan harga di mall
grosir maupun indogrosir
sebagai salah satu
alternatif lapangan
pekerjaan bagi masyarakat
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
menciptakan kesan negatif dan
memperburuk citra kawasan
daripada membeli di supermarket yang
sudah merajalela di kota Jember pada saat
ini mall atau grosir maupun indogrosir
yang banyak tersebar di kota Jember
dikarenakan harga yang mereka tawarkan
lebih murah
sebanyak 10 dimana karyawan
tersebut memanfaatkan PKL
sebagai lapangan pekerjaan
Sehingga bekerja sebagai
karyawan PKL dapat dikatakan
sebagai salah satu alternatif
lapangan pekerjaan bagi
masyarakat
Mengetahui
pola aktivitas
PKL dijalur
pejalan kaki
Aktivitas PKL sendiri
memiliki kecenderungan untuk
menempati ruang ruang antar aktivitas
yang selalu ramai dilewatidikunjungi
oleh banyak orang dalam melakukan
pergerakan perpindahan dari aktivitas
satu ke aktivitas yang lain atau dari
bangunan perdagangan modern satu ke
bangunan perdagangan modern yang
lain secara periodik dalam rentang
waktu tertentu sehingga kemudian
pilihan ini jatuh kepada jalur-jalur
pedestrian yang notabene merupakan
ruang-ruang terbuka publik yang
PKL berdagang dengan menempati
tempat yang tetap dan tidak berpindah-
pindah
Modal dan aset sebagian besar adalah
milik sendiri
Berdagang di Samanhudi merupakan
usaha utama
Alat peraga PKL pada kawasan ini
dapat dibedakan menjadi
ndashAlat peraga semi permanen dari kayu
dan tenda yang bersifat menetap
ndashAlat peraga dengan bangku meja dan
tenda sekaligus sebagai tempat tinggal
ndashAlat peraga beroda namun menetap
Pola Aktivitas pelayanan PKL di
kawasan sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi pada umumnya melayani
pengunjung rumah sakit namun
tidak menutup kemungkinan
konsumennya adalah pengendara
atau orang yang sedang melintasi
jalan tersebut tanpa bermaksud
untuk masuk ke rumah sakit
Selain itu konsumen
yang berasal dari sekitar lokasi
PKL seperti penduduk
permukiman di sekitarnya
pekerja yang bekerja di sektor
Aktivitas PKL memiliki
kecenderungan untuk
menempati ruang ruang
antar aktivitas yang selalu
ramai dilewatidikunjungi
oleh banyak orang dalam
melakukan pergerakan
perpindahan dari aktivitas
satu ke aktivitas yang lain
atau dari bangunan
perdagangan modern satu
ke bangunan perdagangan
modern
Saat berjualan alat peraga
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
seyogyanya digunakan oleh pejalan
kaki Keberadaan ruang trotoar yang
semakin sempit oleh penggunaan ruang
PKL membuat pejalan kaki
menjatuhkan pilihan untuk melakukan
perjalanan pada ruang-ruang seperti
jalur lambat dan sebagian badan jalan
sehingga mengurangi keamanan jiwa
dan kenyamanan pejalan kaki sendiri
serta pengguna jalan yang lain
(pengendara)
Kegiatan-kegiatan yang
dilakukan oleh pejalan kaki pada
ruang-ruang jalur pedestrian atau
trotoar di Kawasan Bundaran Simpang
Lima adalah kegiatan berjalan dan
berbelanja Sebagian dari pejalan kaki
hanya berjalan melintasi trotoar untuk
menuju lokasi tujuannya akan tetapi
ada pula sebagian dari pejalan kaki
yang berjalan sambil melihat-lihat
bahkan ada yang berbelanja pada PKL
ndashAlat peraga beroda namun menetap
dengan bangku dan meja
ndashHanya berupa matras sebagai alas
dagangan yang dapat berpindah
sewaktu-waktu
Alat peraga yang dipakai untuk usaha
tidak seragam dan tidak menggunakan
desain yang baik sehingga terkesan
kumuh kurang bersih dan sangat
mengganggu wajah kota dan menutup
fasade bangunan di belakangnya
Saat berjualan alat peraga kios
sebagian besar menempati badan jalan
dan trotoar
Saat tidak berjualan alat peraga kios
sebagian besar tetap di lokasi jualan
lama berjualan di Samanhudi sebagian
besar antara 6 ndash10 tahun
Terbanyak dari pedagang belum
pernah bekerja di sektor lain dan dari
semula telah menjadi PKL di
Samanhudidi bandingkan denga harga
yang ada di mall Pedagang
lain sehingga tidak ada batasan
pasti mengenai pola pelayanan
para PKL tersebut
Waktu beraktivitas para
PKL umumnya terbagi menjadi
dua sesi PKL yang pertama
adalah pedagang yang aktivitas
berdagangnya pada pagi hingga
siang hari Pedagang yang kedua
merupakan pedagang yang
mempunyai waktu layanan pada
sore hingga malam hari Namun
tidak menutup kemungkinan
terdapat beberapa PKL yang
berdagang dari pagi hingga
malam hari bahkan buka nonstop
mengingat rumah sakit
beraktivitas selama sehari penuh
sehingga mereka mengikuti
aktivitas sektor formal yang ada
di sekitarnya
Waktu berdagang
tersebut juga disesuaikan dengan
kios sebagian besar
menempati badan jalan
dan trotoar
Waktu beraktivitas para
PKL umumnya terbagi
menjadi dua sesi PKL
yang pertama adalah
pedagang yang aktivitas
berdagangnya pada pagi
hingga siang hari
Pedagang yang kedua
merupakan pedagang yang
mempunyai waktu layanan
pada sore hingga malam
hari Namun tidak
menutup kemungkinan
terdapat beberapa PKL
yang berdagang dari pagi
hingga malam hari bahkan
buka nonstop
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
izin usaha yang diberlakukan oleh
petugas kelurahan sebagai pihak
yang berwenang menangani PKL
Untuk lokasi yang dilarang untuk
PKL oleh PKL tetap digunakan
sebagai lokasi untuk berdagang
dengan waktu berdagang setelah
jam kerja yaitu sore hingga
malam hari
Mengetahui
Pengelolaan
PKL di jalur
pejalan kaki
dalam perkembangannya
pemerintah mengeluarkan SK
Walikota Kota Semarang No 511316
tahun 2001 tentang Penetapan Lahan
yang mengatur tentang lokasi-lokasi
dan waktu aktivitas PKL yang
diperbolehkan oleh pemerintah pada
Kawasan Bundaran Simpang Lima
agar tetap terjaga kerapihan dan
estetikakeindahan wajah kawasannya
yaitu PKL yang berjualan di depan
Kompleks Pertokoan Simpang Lima
depan Ramayana SC depan Kantor
Adanya pengakuan resmi dari
pemerintah terhadap PKL Samanhudi
sebagai salah satu sector ekonomi di
kawasan studi melalui surat keputusan
resmi Surat keputusan ini sekaligus
mengatur hak kewajiban dan
tanggung jawab PKL sebagai
kompensasi perubahan status yang
telah diberikan oleh pemerintah
Pedagang kaki lima perlu untuk
mendapatkan pembinaan dari
pemerintah Kabupaten Jember untuk
meningkatkan kemampuan wirausaha
Pemerintah Kota Semarang
berwenang dalam mengatur
keberadaan PKL di ruang Kota
Semarang seperti yang terdapat di
kawasan sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi dengan bentuk
pengelolaan lokasional (stabilitas
atau pengaturan) dan struktural
(perijinan) Dalam pengaturan
tersebut Pemerintah Kota
Semarang menggunakan dasar
hukum berupa Undang-Undang
Peraturan Pemerintah Peraturan
mengatur tentang lokasi-
lokasi dan waktu aktivitas
PKL yang diperbolehkan
oleh pemerintah agar tetap
terjaga kerapihan dan
estetikakeindahan wajah
kawasannya
Pedagang kaki lima perlu
untuk mendapatkan
pembinaan
Pedestrian dirancang ulang
dengan dilebarkan hingga
area parkiran street
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
TelkomSMKN 7 Semarang depan
Gajahmada Plaza dan depan Masjid
Baiturrahman boleh berjualan dari
pukul 1600 ndash 0400 WIB (khusus pada
Hari Minggu PKL diijinkan untuk
berjualan mulai pukul 0600 ndash 0800
WIB) menempati ruang trotoar dengan
luas areal 4 x 6 meter
Sampai dengan tahun 2008
PKL di Kawasan Bundaran Simpang
Lima mencapai 1536 pedagang dan
ada kecenderungan akan terus
meningkat dari tahun ke tahun (lihat
Tabel III4) Kecenderungan lokasi
PKL pada masa-masa yang akan
datang mengikuti kecenderungan dari
perkembangan aktivitas formal
kawasan yang ada demikian juga
kecenderungan waktu berdagangnya
Melihat kecenderungan aktivitas PKL
kawasan maka SK Walikota Kota
Semarang No 511316 tahun 2001
sudah tidak relevan lagi dan perlu
dan peningkatan kualitas barang
dagang dan pelayanan terhadap
pembeli konsumen sehingga bias
meningkatkan pendapatan dan
aktivitas pedagang kaki lima dapat
member nilai tambah serta dapat
memberkan peluang kerja yang dapat
mengurangi tingkat pengangguran di
Kabupaten Jember Bentuk pembinaan
berupa penyuluhan yang diberikan
berkala secara rutin Program
pembinaan diadakan oleh pemerintah
Paguyuban Samanhudi merupakan
Kelembagaan yang memiliki
kewenangan atau keterikatan dengan
pengelolaan dan pembinaan Pedagang
Kaki Lima KoridorJalan
SamanhudiPaguyuban ini
beranggotakan wakil PKL wakil
pedagang formal wakil pemerintah
dari dinas Kebersihan dan
Pertamanan Dinas Polisi Pamong
Praja Dinas Pariwisata Dinas
Daerah dan Surat Keputusan
Walikota Adapun dasar hukum
yang mengatur secara jelas
mengenai aktivitas PKL di Kota
Semarang yang berlaku saat ini
diantaranya adalah sebagai
berikut
1048707 Peraturan Daerah No 11 Tahun
2000 tentang Pengaturan dan
Pembinaan PKL Perda ini
menjelaskan tentang pengaturan
dan pembinaan PKL di Kota
Semarang seperti pengaturan
tempat usaha hak kewajiban dan
larangan untuk PKL Dalam
kaitannya dengan karakteristik
berlokasi aktivitas PKL
dijelaskan dalam Perda ini yang
terdapat dalam pasal 3 yaitu
penempatan lokasi kegiatan PKL
diatur dengan mempertimbangkan
tempat kepentingan untuk umum
lainnya seperti kepentingan untuk
sehingga jalur aktif
kendaraan tidak
mengalami penyempitan
mengatur keberadaan PKL
di ruang Kota dengan
bentuk pengelolaan
lokasional (stabilitas atau
pengaturan) dan struktural
(perijinan)
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
ditinjau kembali sesuai dengan
kecenderungan dan kebutuhan yang
ada di lapangan
Pendapatan dan Dinas LPMK
Kabupaten Jemberserta pihak
penengah selaku penasehat dan pihak
netral yang diwakili oleh pakar PKL
dari universitas tokoh masyarakat dan
pakar PKL lainnya
Penerapan tema khusus pada penataan
PKL kawasan studi agar mempunyai
cirri khas dan dapat mengangkat citra
kawasan dan meningkatkan daya tarik
kawasan Contoh produk khas
jember yang dapat diangkat sebagai
tema adalah tembakau rookk dan
cerutu mengingat Jember sebagai
penghasil tembakau terbesar di Jawa
Kegiatan khas Jember yang dapat
diangkat sebagai tema yaitu Jember
Fashion Carnaval Penerapan tema
dapat diaplikasikan pada sarana usaha
PKL finishing pedestrian perabot
kota dan elemen pendukung lainnya
Pedestrian dirancang ulang dengan
pejalan dan untuk sirkulasi
kendaraan Untuk lebih jelas
mengenai detail isi perda tersebut
dapat dilihat pada Lampiran F
1048707 Surat Keputusan Walikota
Semarang No 51136 Tahun
2001 tentang lokasi PKL di Kota
Semarang dimana di dalamnya
diantaranya mengatur luas area
batas pemakaian area waktu
aktivitas dan tempat aktivitas
PKL Ruas kanan Jalan dr
Kariadi dari arah Jalan Veteran
merupakan lokasi yang
diperbolehkan untuk aktivitas
PKL Lokasi tersebut menempati
trotoar serta bangunan berupa
semi permanen Untuk lebih jelas
mengenai detail isi SK tersebut
dapat dilihat pada Lampiran F
1048707 Perda No 6 Tahun 2004
tentang Rencana Detail Tata
Ruang Kota Semarang Bagian
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
dilebarkan hingga area parkiran street
sehingga jalur aktif kendaraan tidak
mengalami penyempitan Diberikan
perbedaan yang tegas antara ruang
PKL dan ruang pejalan kaki dan jalur
kendaraan berupa perbedaan tinggi
lantaiSehingga dikemudian hari kios
PKL tidak melebar ke segala sisi
Wilayah Kota (BWK) I
(Kecamatan Semarang Tengah
Semarang Timur dan Semarang
Selatan Tahun 2000-2010 Perda
tersebut menjelaskan mengenai
fungsi serta peran BWK I yang
terkait dengan sektor formal di
wilayah tersebut yaitu penjelasan
mengenai fasilitas kesehatan yang
berada khususnya di Kelurahan
Randusari Selain itu dijelaskan
pula kelas Jalan dr Kariadi Jalan
dr Soetomo dan Jalan Veteran
serta jalur transportasi yang
melaluinya
41
ndash Perancangan ruang public harus bisa mewadahi ruang untuk PKL bukan menolak
Lahan penampungan PKL harus mengikuti alur pergerakan manusia karena hal ini menjadi
jaminan bagi PKL untuk keberhasilannya mendapatkan konsumen
41
Pengelolaan PKL
Pengelolaan PKL di Bundaran
Simpang Lima
Lima Semarang
Pengelolaan PKL di
Kabupaten Jember
Pengelolaan PKL di Kawasan Sekitar Rumah
Sakit dr Kariadi Semarang
Mengakui keberadaan PKL dengan
menuangkannya di dalam produk-
produk tata ruang
Penegakan peraturan
perundagangan yang terkait
dengan PKL
Menjalin kerjasama dengan sektor
formal dalam menyediakan ruang
bagi PKL
Menyediakan ruang perkotaan
yang dikhususkan bagi sektor
informal
Peningkatan citra PKL
Pengakuan terhadap eksistensi PKL
Control terhadap dana bantuan
Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo
Penindakan tegas kepada oknum yang
melakukan perampasan hak pada PKL
dengan dalih keamanan
Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk
menampung aktivitas PKL dan pejalan
kaki
Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan
jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir yang tepat
Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal
Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan
jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir
Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL
dan konsumen yang aman dari gangguan
pejalan kaki dan pengendara kendaraan
41
36 Temuan Studi
Temuan studi ini dimana akan menjawab sasaran yang disesuaikan dari contoh kasus yang ada di Indonesia Berikut adalah tabel matrik temuan
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
Mengetahui
permasalahan
PKL di jalur
pejalan kaki
Keberadaan sektor PKL yang menempati ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima memakai separuh lebih lebar trotoar bahkan seringkali tidak menyisakan sedikit pun ruang untuk pejalan kaki Ruang-ruang trotoar menjadi tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya sebagai ruang pemisah antara ruang yang digunakan untuk sirkulasi pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan Ruang-ruang trotoar tersebut banyak yang beralih fungsi menjadi lokasi berdagang PKL
Peralihan fungsi trotoar ini menyebabkan terganggunya aktivitas pejalan kaki sehingga pejalan terpaksa harus menggunakan jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk berjalan guna menghindari berbagai hambatan di atas trotoar Hal ini menyebabkan pejalan kaki terpaksa harus berhati-hati jika melangkah terkadang juga harus mengalah berjalan pada ruang-ruang jalur lambat dan sebagian badan jalan Kondisi ini sangat tidak aman dan
Masalah yang utama itu dari setiap
pedagang kaki lima di Jalur Pejalan Kaki
di Jalan Samanhudi Jember yaitu
Penggusuran Para PKL liar yang tidak
memiliki TDU(Tanda Daftar Usaha)
mereka biasanya akan di gusur dengan
peringatan yang di berikan sampai di
laksanakan penggusuran paksa padahal
Pedagang kaki lima merupakan salah satu
solusi akan masalah tingginya angka
pengangguran dan sedikitnya lapangan
kerja bagi masyarakat berpendidikan
rendah seperti mereka Pemerintah dalam
hal ini tidak dapat menyediakan lahan
pengganti bagi mereka untuk melanjutkan
usaha mereka jika pun ada pemerintah
menyediakan lahan-lahan yang letaknya
kurang strategis yang secara pasti
menurunkan dan mematikan pendapatan
yang mereka dapatkan dan akhirnya
Legalitas lokasi aktivitas
PKL yang biasanya ditempatkan
di dalam ruang publik seperti di
atas trotoar di atas saluran
drainase taman dan ruang publik
lainnya patut dipertanyakan
karena ketidakberdayaannya
peraturan tersebut dalam
menangani PKL Sebagai contoh
di sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi legalitas lokasi untuk
aktivitas PKL yang linier di
sepanjang jalan yang bertempat di
atas drainase Dalam aspek
apapun hal tersebut tidak dapat
dilegalkan terlebih tidak ada
penjelasan mengenai luasan atau
desain yang diperbolehkan PKL
untuk menggelar dasaran pada
dimensi saluran drainase yang
PKL yang menempati
ruang-ruang trotoar
menyebabkan
terganggunya aktivitas
pejalan kaki
Pemerintah tidak dapat
menyediakan lahan
pengganti
Legalitas lokasi aktivitas
PKL yang biasanya
ditempatkan di dalam
ruang publik seperti di atas
trotoar di atas saluran
drainase taman dan ruang
publik patut
dipertanyakan
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
nyaman bagi pejalan kaki ataupun bagi pengendara kendaraan bermotor karena mengganggu arus lalu lintas dan membahayakan keselamatan jiwa mereka hal seperti ini dapat kita lihat di depan dan di samping Masjid Baiturrahman di depan Citraland Mall di depan dan di samping Plasa Simpang Lima di depan dan di samping Kompleks Pertokoan Simpang Lima di depan dan di samping Ramayana Super Center di depan dan di samping SMKN 7 SemarangKantor Telkom dan di depan Gajahmada Plaza
Pemilihan lokasi PKL dipengaruhi oleh kecenderungan aktivitas PKL yang selalu menentukan lokasi mendekati pusat-pusat keramaian atau pusat-pusat perdagangan dan jasa dan lokasi-lokasi yang sering dikunjungi oleh orang banyak dalam kurun waktu tertentu secara periodik dan menerus Alasan inilah yang kemudian mendasari penentuan lokasi PKL Kawasan Bundaran Simpang Lima untuk berjualan di trotoar karena ruang-ruang jalur pedestrian inilah yang
mereka harus gulung tikar dan menjadi
pengangguran yang semakin menambah
permasalahan di Indonesia Pemerintah
harus mencari cara dan tempat yang baik
untuk mereka berdagang ditengah modal
mereka yang kecil agar di sisi lain semua
para pedagang kaki lima tidak hilang
lapangan kerjanya dan bias melanjutkan
kelangsungan hidupnya
ada Selain itu PKL juga
menempati trotoar yang
mengakibatkan bertambahnya
permasalahan yang terdapat di
lokasi tersebut Imbas secara
langsung dirasakan oleh
pengguna trotoar yaitu pedestrian
ketidaknyamanan bahkan tidak
adanya lagi ruang untuk berjalan
di atas trotoar acapkali menjadi
konsekuensi pedestrian yang
trotoarnya diserobot PKL
Aglomerasi aktivitas PKL yang
berlokasi di sekitar pintu masuk
pengunjung Rumah Sakit dr
Kariadi menyebabkan
penumpukan aktivitas seperti
aktivitas keluar masuk
pengunjung aktivitas jual beli
antara PKL dengan konsumen
lalu lintas kendaraan yang sedang
melewati Jalan dr Kariadi serta
angkutan umum yang sedang
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
dianggap sebagai lokasi yang ramai dikunjungi oleh pejalan kaki yang melakukan pergerakan dalam mencapai tempat tujuan perjalanannya Begitu juga dengan ruang Lapangan Pancasila karena selalu ramai dikunjungi pada hari-hari libur dengan rata-rata pengunjung mencapai 51 ndash 100 oranghari dikarenakan kedudukannya sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya
berhenti mencari penumpang
Sekali lagi permasalahan tersebut
disikapi oleh pemerintah dengan
penertiban dan penggusuran yang
hampir tidak pernah berakhir
manis
Mengetahui
peranan PKL
Kehadiran PKL di Kawasan
Bundaran Simpang Lima juga mampu
menciptakan kehidupan yang menerus
sehingga terhindar dari kematian
kawasan pada saat tertentu akan tetapi
di sisi lain kehadiran PKL
menyebabkan ketidakteraturan
kekumuhan dan kualitas fisik yang
buruk sehingga merusak wajah kota
Selain itu PKL yang berjualan di
Lapangan Pancasila pada malam hari
dengan kehidupan malam dan wanita-
wanita penghibur yang berdandan tebal
Tempat pedagang kaki lima bagi
Masyarakat dijalan Samanhudi Jember
sangat penting sebagai penyedia kebutuhan
yang dibutuhkan oleh Masyarakat Jember
Pedangan kaki lima sangat mempengaruhi
pola pasar dan sosial di Jember khususnya
didaerah Jalan Samanhudi Dalam bidang
perekonomian pedagang kaki lima hanya
berpengaruh sebagai produsen yang
penting bagi Masyarakat Jember
mengingat akan Meningkatnya jumlah
Penduduk Mereka cenderung lebih
memilih membeli pada pedagang kaki lima
Usaha PKL yang terus
berkembang pesat menarik PKL
untuk mempekerjakan karyawan
selain tenaga yang dibutuhkan
memang tidak bisa dikerjakan
sendiri terdapat pula pemilik
modal yang menyewa tempat
usaha namun dijadikan usaha
sampingan sehingga tidak
mengelola secara langsung
usahanya namun dengan
mempekerjakan karyawan PKL
yang statusnya sebagai karyawan
Pedangan kaki lima sangat
mempengaruhi pola pasar
dan sosial
harga yang PKL tawarkan
lebih murah dibandingkan
dengan harga di mall
grosir maupun indogrosir
sebagai salah satu
alternatif lapangan
pekerjaan bagi masyarakat
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
menciptakan kesan negatif dan
memperburuk citra kawasan
daripada membeli di supermarket yang
sudah merajalela di kota Jember pada saat
ini mall atau grosir maupun indogrosir
yang banyak tersebar di kota Jember
dikarenakan harga yang mereka tawarkan
lebih murah
sebanyak 10 dimana karyawan
tersebut memanfaatkan PKL
sebagai lapangan pekerjaan
Sehingga bekerja sebagai
karyawan PKL dapat dikatakan
sebagai salah satu alternatif
lapangan pekerjaan bagi
masyarakat
Mengetahui
pola aktivitas
PKL dijalur
pejalan kaki
Aktivitas PKL sendiri
memiliki kecenderungan untuk
menempati ruang ruang antar aktivitas
yang selalu ramai dilewatidikunjungi
oleh banyak orang dalam melakukan
pergerakan perpindahan dari aktivitas
satu ke aktivitas yang lain atau dari
bangunan perdagangan modern satu ke
bangunan perdagangan modern yang
lain secara periodik dalam rentang
waktu tertentu sehingga kemudian
pilihan ini jatuh kepada jalur-jalur
pedestrian yang notabene merupakan
ruang-ruang terbuka publik yang
PKL berdagang dengan menempati
tempat yang tetap dan tidak berpindah-
pindah
Modal dan aset sebagian besar adalah
milik sendiri
Berdagang di Samanhudi merupakan
usaha utama
Alat peraga PKL pada kawasan ini
dapat dibedakan menjadi
ndashAlat peraga semi permanen dari kayu
dan tenda yang bersifat menetap
ndashAlat peraga dengan bangku meja dan
tenda sekaligus sebagai tempat tinggal
ndashAlat peraga beroda namun menetap
Pola Aktivitas pelayanan PKL di
kawasan sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi pada umumnya melayani
pengunjung rumah sakit namun
tidak menutup kemungkinan
konsumennya adalah pengendara
atau orang yang sedang melintasi
jalan tersebut tanpa bermaksud
untuk masuk ke rumah sakit
Selain itu konsumen
yang berasal dari sekitar lokasi
PKL seperti penduduk
permukiman di sekitarnya
pekerja yang bekerja di sektor
Aktivitas PKL memiliki
kecenderungan untuk
menempati ruang ruang
antar aktivitas yang selalu
ramai dilewatidikunjungi
oleh banyak orang dalam
melakukan pergerakan
perpindahan dari aktivitas
satu ke aktivitas yang lain
atau dari bangunan
perdagangan modern satu
ke bangunan perdagangan
modern
Saat berjualan alat peraga
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
seyogyanya digunakan oleh pejalan
kaki Keberadaan ruang trotoar yang
semakin sempit oleh penggunaan ruang
PKL membuat pejalan kaki
menjatuhkan pilihan untuk melakukan
perjalanan pada ruang-ruang seperti
jalur lambat dan sebagian badan jalan
sehingga mengurangi keamanan jiwa
dan kenyamanan pejalan kaki sendiri
serta pengguna jalan yang lain
(pengendara)
Kegiatan-kegiatan yang
dilakukan oleh pejalan kaki pada
ruang-ruang jalur pedestrian atau
trotoar di Kawasan Bundaran Simpang
Lima adalah kegiatan berjalan dan
berbelanja Sebagian dari pejalan kaki
hanya berjalan melintasi trotoar untuk
menuju lokasi tujuannya akan tetapi
ada pula sebagian dari pejalan kaki
yang berjalan sambil melihat-lihat
bahkan ada yang berbelanja pada PKL
ndashAlat peraga beroda namun menetap
dengan bangku dan meja
ndashHanya berupa matras sebagai alas
dagangan yang dapat berpindah
sewaktu-waktu
Alat peraga yang dipakai untuk usaha
tidak seragam dan tidak menggunakan
desain yang baik sehingga terkesan
kumuh kurang bersih dan sangat
mengganggu wajah kota dan menutup
fasade bangunan di belakangnya
Saat berjualan alat peraga kios
sebagian besar menempati badan jalan
dan trotoar
Saat tidak berjualan alat peraga kios
sebagian besar tetap di lokasi jualan
lama berjualan di Samanhudi sebagian
besar antara 6 ndash10 tahun
Terbanyak dari pedagang belum
pernah bekerja di sektor lain dan dari
semula telah menjadi PKL di
Samanhudidi bandingkan denga harga
yang ada di mall Pedagang
lain sehingga tidak ada batasan
pasti mengenai pola pelayanan
para PKL tersebut
Waktu beraktivitas para
PKL umumnya terbagi menjadi
dua sesi PKL yang pertama
adalah pedagang yang aktivitas
berdagangnya pada pagi hingga
siang hari Pedagang yang kedua
merupakan pedagang yang
mempunyai waktu layanan pada
sore hingga malam hari Namun
tidak menutup kemungkinan
terdapat beberapa PKL yang
berdagang dari pagi hingga
malam hari bahkan buka nonstop
mengingat rumah sakit
beraktivitas selama sehari penuh
sehingga mereka mengikuti
aktivitas sektor formal yang ada
di sekitarnya
Waktu berdagang
tersebut juga disesuaikan dengan
kios sebagian besar
menempati badan jalan
dan trotoar
Waktu beraktivitas para
PKL umumnya terbagi
menjadi dua sesi PKL
yang pertama adalah
pedagang yang aktivitas
berdagangnya pada pagi
hingga siang hari
Pedagang yang kedua
merupakan pedagang yang
mempunyai waktu layanan
pada sore hingga malam
hari Namun tidak
menutup kemungkinan
terdapat beberapa PKL
yang berdagang dari pagi
hingga malam hari bahkan
buka nonstop
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
izin usaha yang diberlakukan oleh
petugas kelurahan sebagai pihak
yang berwenang menangani PKL
Untuk lokasi yang dilarang untuk
PKL oleh PKL tetap digunakan
sebagai lokasi untuk berdagang
dengan waktu berdagang setelah
jam kerja yaitu sore hingga
malam hari
Mengetahui
Pengelolaan
PKL di jalur
pejalan kaki
dalam perkembangannya
pemerintah mengeluarkan SK
Walikota Kota Semarang No 511316
tahun 2001 tentang Penetapan Lahan
yang mengatur tentang lokasi-lokasi
dan waktu aktivitas PKL yang
diperbolehkan oleh pemerintah pada
Kawasan Bundaran Simpang Lima
agar tetap terjaga kerapihan dan
estetikakeindahan wajah kawasannya
yaitu PKL yang berjualan di depan
Kompleks Pertokoan Simpang Lima
depan Ramayana SC depan Kantor
Adanya pengakuan resmi dari
pemerintah terhadap PKL Samanhudi
sebagai salah satu sector ekonomi di
kawasan studi melalui surat keputusan
resmi Surat keputusan ini sekaligus
mengatur hak kewajiban dan
tanggung jawab PKL sebagai
kompensasi perubahan status yang
telah diberikan oleh pemerintah
Pedagang kaki lima perlu untuk
mendapatkan pembinaan dari
pemerintah Kabupaten Jember untuk
meningkatkan kemampuan wirausaha
Pemerintah Kota Semarang
berwenang dalam mengatur
keberadaan PKL di ruang Kota
Semarang seperti yang terdapat di
kawasan sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi dengan bentuk
pengelolaan lokasional (stabilitas
atau pengaturan) dan struktural
(perijinan) Dalam pengaturan
tersebut Pemerintah Kota
Semarang menggunakan dasar
hukum berupa Undang-Undang
Peraturan Pemerintah Peraturan
mengatur tentang lokasi-
lokasi dan waktu aktivitas
PKL yang diperbolehkan
oleh pemerintah agar tetap
terjaga kerapihan dan
estetikakeindahan wajah
kawasannya
Pedagang kaki lima perlu
untuk mendapatkan
pembinaan
Pedestrian dirancang ulang
dengan dilebarkan hingga
area parkiran street
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
TelkomSMKN 7 Semarang depan
Gajahmada Plaza dan depan Masjid
Baiturrahman boleh berjualan dari
pukul 1600 ndash 0400 WIB (khusus pada
Hari Minggu PKL diijinkan untuk
berjualan mulai pukul 0600 ndash 0800
WIB) menempati ruang trotoar dengan
luas areal 4 x 6 meter
Sampai dengan tahun 2008
PKL di Kawasan Bundaran Simpang
Lima mencapai 1536 pedagang dan
ada kecenderungan akan terus
meningkat dari tahun ke tahun (lihat
Tabel III4) Kecenderungan lokasi
PKL pada masa-masa yang akan
datang mengikuti kecenderungan dari
perkembangan aktivitas formal
kawasan yang ada demikian juga
kecenderungan waktu berdagangnya
Melihat kecenderungan aktivitas PKL
kawasan maka SK Walikota Kota
Semarang No 511316 tahun 2001
sudah tidak relevan lagi dan perlu
dan peningkatan kualitas barang
dagang dan pelayanan terhadap
pembeli konsumen sehingga bias
meningkatkan pendapatan dan
aktivitas pedagang kaki lima dapat
member nilai tambah serta dapat
memberkan peluang kerja yang dapat
mengurangi tingkat pengangguran di
Kabupaten Jember Bentuk pembinaan
berupa penyuluhan yang diberikan
berkala secara rutin Program
pembinaan diadakan oleh pemerintah
Paguyuban Samanhudi merupakan
Kelembagaan yang memiliki
kewenangan atau keterikatan dengan
pengelolaan dan pembinaan Pedagang
Kaki Lima KoridorJalan
SamanhudiPaguyuban ini
beranggotakan wakil PKL wakil
pedagang formal wakil pemerintah
dari dinas Kebersihan dan
Pertamanan Dinas Polisi Pamong
Praja Dinas Pariwisata Dinas
Daerah dan Surat Keputusan
Walikota Adapun dasar hukum
yang mengatur secara jelas
mengenai aktivitas PKL di Kota
Semarang yang berlaku saat ini
diantaranya adalah sebagai
berikut
1048707 Peraturan Daerah No 11 Tahun
2000 tentang Pengaturan dan
Pembinaan PKL Perda ini
menjelaskan tentang pengaturan
dan pembinaan PKL di Kota
Semarang seperti pengaturan
tempat usaha hak kewajiban dan
larangan untuk PKL Dalam
kaitannya dengan karakteristik
berlokasi aktivitas PKL
dijelaskan dalam Perda ini yang
terdapat dalam pasal 3 yaitu
penempatan lokasi kegiatan PKL
diatur dengan mempertimbangkan
tempat kepentingan untuk umum
lainnya seperti kepentingan untuk
sehingga jalur aktif
kendaraan tidak
mengalami penyempitan
mengatur keberadaan PKL
di ruang Kota dengan
bentuk pengelolaan
lokasional (stabilitas atau
pengaturan) dan struktural
(perijinan)
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
ditinjau kembali sesuai dengan
kecenderungan dan kebutuhan yang
ada di lapangan
Pendapatan dan Dinas LPMK
Kabupaten Jemberserta pihak
penengah selaku penasehat dan pihak
netral yang diwakili oleh pakar PKL
dari universitas tokoh masyarakat dan
pakar PKL lainnya
Penerapan tema khusus pada penataan
PKL kawasan studi agar mempunyai
cirri khas dan dapat mengangkat citra
kawasan dan meningkatkan daya tarik
kawasan Contoh produk khas
jember yang dapat diangkat sebagai
tema adalah tembakau rookk dan
cerutu mengingat Jember sebagai
penghasil tembakau terbesar di Jawa
Kegiatan khas Jember yang dapat
diangkat sebagai tema yaitu Jember
Fashion Carnaval Penerapan tema
dapat diaplikasikan pada sarana usaha
PKL finishing pedestrian perabot
kota dan elemen pendukung lainnya
Pedestrian dirancang ulang dengan
pejalan dan untuk sirkulasi
kendaraan Untuk lebih jelas
mengenai detail isi perda tersebut
dapat dilihat pada Lampiran F
1048707 Surat Keputusan Walikota
Semarang No 51136 Tahun
2001 tentang lokasi PKL di Kota
Semarang dimana di dalamnya
diantaranya mengatur luas area
batas pemakaian area waktu
aktivitas dan tempat aktivitas
PKL Ruas kanan Jalan dr
Kariadi dari arah Jalan Veteran
merupakan lokasi yang
diperbolehkan untuk aktivitas
PKL Lokasi tersebut menempati
trotoar serta bangunan berupa
semi permanen Untuk lebih jelas
mengenai detail isi SK tersebut
dapat dilihat pada Lampiran F
1048707 Perda No 6 Tahun 2004
tentang Rencana Detail Tata
Ruang Kota Semarang Bagian
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
dilebarkan hingga area parkiran street
sehingga jalur aktif kendaraan tidak
mengalami penyempitan Diberikan
perbedaan yang tegas antara ruang
PKL dan ruang pejalan kaki dan jalur
kendaraan berupa perbedaan tinggi
lantaiSehingga dikemudian hari kios
PKL tidak melebar ke segala sisi
Wilayah Kota (BWK) I
(Kecamatan Semarang Tengah
Semarang Timur dan Semarang
Selatan Tahun 2000-2010 Perda
tersebut menjelaskan mengenai
fungsi serta peran BWK I yang
terkait dengan sektor formal di
wilayah tersebut yaitu penjelasan
mengenai fasilitas kesehatan yang
berada khususnya di Kelurahan
Randusari Selain itu dijelaskan
pula kelas Jalan dr Kariadi Jalan
dr Soetomo dan Jalan Veteran
serta jalur transportasi yang
melaluinya
41
Pengelolaan PKL
Pengelolaan PKL di Bundaran
Simpang Lima
Lima Semarang
Pengelolaan PKL di
Kabupaten Jember
Pengelolaan PKL di Kawasan Sekitar Rumah
Sakit dr Kariadi Semarang
Mengakui keberadaan PKL dengan
menuangkannya di dalam produk-
produk tata ruang
Penegakan peraturan
perundagangan yang terkait
dengan PKL
Menjalin kerjasama dengan sektor
formal dalam menyediakan ruang
bagi PKL
Menyediakan ruang perkotaan
yang dikhususkan bagi sektor
informal
Peningkatan citra PKL
Pengakuan terhadap eksistensi PKL
Control terhadap dana bantuan
Penegasan bahwa ruang PKL hanya rsquodipinjamkanrsquo
Penindakan tegas kepada oknum yang
melakukan perampasan hak pada PKL
dengan dalih keamanan
Penyediaan selasar yang cukup lebar untuk
menampung aktivitas PKL dan pejalan
kaki
Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan
jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir yang tepat
Perlunya Pengakuan legal eksistensi perdagangan informal
Pemisah yang jelas antara jalur kendaraan
jalur pejalan kaki dan ruang PKLPengaturan parkir
Penyediaan ruang untuk transaksi bagi PKL
dan konsumen yang aman dari gangguan
pejalan kaki dan pengendara kendaraan
41
36 Temuan Studi
Temuan studi ini dimana akan menjawab sasaran yang disesuaikan dari contoh kasus yang ada di Indonesia Berikut adalah tabel matrik temuan
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
Mengetahui
permasalahan
PKL di jalur
pejalan kaki
Keberadaan sektor PKL yang menempati ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima memakai separuh lebih lebar trotoar bahkan seringkali tidak menyisakan sedikit pun ruang untuk pejalan kaki Ruang-ruang trotoar menjadi tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya sebagai ruang pemisah antara ruang yang digunakan untuk sirkulasi pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan Ruang-ruang trotoar tersebut banyak yang beralih fungsi menjadi lokasi berdagang PKL
Peralihan fungsi trotoar ini menyebabkan terganggunya aktivitas pejalan kaki sehingga pejalan terpaksa harus menggunakan jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk berjalan guna menghindari berbagai hambatan di atas trotoar Hal ini menyebabkan pejalan kaki terpaksa harus berhati-hati jika melangkah terkadang juga harus mengalah berjalan pada ruang-ruang jalur lambat dan sebagian badan jalan Kondisi ini sangat tidak aman dan
Masalah yang utama itu dari setiap
pedagang kaki lima di Jalur Pejalan Kaki
di Jalan Samanhudi Jember yaitu
Penggusuran Para PKL liar yang tidak
memiliki TDU(Tanda Daftar Usaha)
mereka biasanya akan di gusur dengan
peringatan yang di berikan sampai di
laksanakan penggusuran paksa padahal
Pedagang kaki lima merupakan salah satu
solusi akan masalah tingginya angka
pengangguran dan sedikitnya lapangan
kerja bagi masyarakat berpendidikan
rendah seperti mereka Pemerintah dalam
hal ini tidak dapat menyediakan lahan
pengganti bagi mereka untuk melanjutkan
usaha mereka jika pun ada pemerintah
menyediakan lahan-lahan yang letaknya
kurang strategis yang secara pasti
menurunkan dan mematikan pendapatan
yang mereka dapatkan dan akhirnya
Legalitas lokasi aktivitas
PKL yang biasanya ditempatkan
di dalam ruang publik seperti di
atas trotoar di atas saluran
drainase taman dan ruang publik
lainnya patut dipertanyakan
karena ketidakberdayaannya
peraturan tersebut dalam
menangani PKL Sebagai contoh
di sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi legalitas lokasi untuk
aktivitas PKL yang linier di
sepanjang jalan yang bertempat di
atas drainase Dalam aspek
apapun hal tersebut tidak dapat
dilegalkan terlebih tidak ada
penjelasan mengenai luasan atau
desain yang diperbolehkan PKL
untuk menggelar dasaran pada
dimensi saluran drainase yang
PKL yang menempati
ruang-ruang trotoar
menyebabkan
terganggunya aktivitas
pejalan kaki
Pemerintah tidak dapat
menyediakan lahan
pengganti
Legalitas lokasi aktivitas
PKL yang biasanya
ditempatkan di dalam
ruang publik seperti di atas
trotoar di atas saluran
drainase taman dan ruang
publik patut
dipertanyakan
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
nyaman bagi pejalan kaki ataupun bagi pengendara kendaraan bermotor karena mengganggu arus lalu lintas dan membahayakan keselamatan jiwa mereka hal seperti ini dapat kita lihat di depan dan di samping Masjid Baiturrahman di depan Citraland Mall di depan dan di samping Plasa Simpang Lima di depan dan di samping Kompleks Pertokoan Simpang Lima di depan dan di samping Ramayana Super Center di depan dan di samping SMKN 7 SemarangKantor Telkom dan di depan Gajahmada Plaza
Pemilihan lokasi PKL dipengaruhi oleh kecenderungan aktivitas PKL yang selalu menentukan lokasi mendekati pusat-pusat keramaian atau pusat-pusat perdagangan dan jasa dan lokasi-lokasi yang sering dikunjungi oleh orang banyak dalam kurun waktu tertentu secara periodik dan menerus Alasan inilah yang kemudian mendasari penentuan lokasi PKL Kawasan Bundaran Simpang Lima untuk berjualan di trotoar karena ruang-ruang jalur pedestrian inilah yang
mereka harus gulung tikar dan menjadi
pengangguran yang semakin menambah
permasalahan di Indonesia Pemerintah
harus mencari cara dan tempat yang baik
untuk mereka berdagang ditengah modal
mereka yang kecil agar di sisi lain semua
para pedagang kaki lima tidak hilang
lapangan kerjanya dan bias melanjutkan
kelangsungan hidupnya
ada Selain itu PKL juga
menempati trotoar yang
mengakibatkan bertambahnya
permasalahan yang terdapat di
lokasi tersebut Imbas secara
langsung dirasakan oleh
pengguna trotoar yaitu pedestrian
ketidaknyamanan bahkan tidak
adanya lagi ruang untuk berjalan
di atas trotoar acapkali menjadi
konsekuensi pedestrian yang
trotoarnya diserobot PKL
Aglomerasi aktivitas PKL yang
berlokasi di sekitar pintu masuk
pengunjung Rumah Sakit dr
Kariadi menyebabkan
penumpukan aktivitas seperti
aktivitas keluar masuk
pengunjung aktivitas jual beli
antara PKL dengan konsumen
lalu lintas kendaraan yang sedang
melewati Jalan dr Kariadi serta
angkutan umum yang sedang
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
dianggap sebagai lokasi yang ramai dikunjungi oleh pejalan kaki yang melakukan pergerakan dalam mencapai tempat tujuan perjalanannya Begitu juga dengan ruang Lapangan Pancasila karena selalu ramai dikunjungi pada hari-hari libur dengan rata-rata pengunjung mencapai 51 ndash 100 oranghari dikarenakan kedudukannya sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya
berhenti mencari penumpang
Sekali lagi permasalahan tersebut
disikapi oleh pemerintah dengan
penertiban dan penggusuran yang
hampir tidak pernah berakhir
manis
Mengetahui
peranan PKL
Kehadiran PKL di Kawasan
Bundaran Simpang Lima juga mampu
menciptakan kehidupan yang menerus
sehingga terhindar dari kematian
kawasan pada saat tertentu akan tetapi
di sisi lain kehadiran PKL
menyebabkan ketidakteraturan
kekumuhan dan kualitas fisik yang
buruk sehingga merusak wajah kota
Selain itu PKL yang berjualan di
Lapangan Pancasila pada malam hari
dengan kehidupan malam dan wanita-
wanita penghibur yang berdandan tebal
Tempat pedagang kaki lima bagi
Masyarakat dijalan Samanhudi Jember
sangat penting sebagai penyedia kebutuhan
yang dibutuhkan oleh Masyarakat Jember
Pedangan kaki lima sangat mempengaruhi
pola pasar dan sosial di Jember khususnya
didaerah Jalan Samanhudi Dalam bidang
perekonomian pedagang kaki lima hanya
berpengaruh sebagai produsen yang
penting bagi Masyarakat Jember
mengingat akan Meningkatnya jumlah
Penduduk Mereka cenderung lebih
memilih membeli pada pedagang kaki lima
Usaha PKL yang terus
berkembang pesat menarik PKL
untuk mempekerjakan karyawan
selain tenaga yang dibutuhkan
memang tidak bisa dikerjakan
sendiri terdapat pula pemilik
modal yang menyewa tempat
usaha namun dijadikan usaha
sampingan sehingga tidak
mengelola secara langsung
usahanya namun dengan
mempekerjakan karyawan PKL
yang statusnya sebagai karyawan
Pedangan kaki lima sangat
mempengaruhi pola pasar
dan sosial
harga yang PKL tawarkan
lebih murah dibandingkan
dengan harga di mall
grosir maupun indogrosir
sebagai salah satu
alternatif lapangan
pekerjaan bagi masyarakat
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
menciptakan kesan negatif dan
memperburuk citra kawasan
daripada membeli di supermarket yang
sudah merajalela di kota Jember pada saat
ini mall atau grosir maupun indogrosir
yang banyak tersebar di kota Jember
dikarenakan harga yang mereka tawarkan
lebih murah
sebanyak 10 dimana karyawan
tersebut memanfaatkan PKL
sebagai lapangan pekerjaan
Sehingga bekerja sebagai
karyawan PKL dapat dikatakan
sebagai salah satu alternatif
lapangan pekerjaan bagi
masyarakat
Mengetahui
pola aktivitas
PKL dijalur
pejalan kaki
Aktivitas PKL sendiri
memiliki kecenderungan untuk
menempati ruang ruang antar aktivitas
yang selalu ramai dilewatidikunjungi
oleh banyak orang dalam melakukan
pergerakan perpindahan dari aktivitas
satu ke aktivitas yang lain atau dari
bangunan perdagangan modern satu ke
bangunan perdagangan modern yang
lain secara periodik dalam rentang
waktu tertentu sehingga kemudian
pilihan ini jatuh kepada jalur-jalur
pedestrian yang notabene merupakan
ruang-ruang terbuka publik yang
PKL berdagang dengan menempati
tempat yang tetap dan tidak berpindah-
pindah
Modal dan aset sebagian besar adalah
milik sendiri
Berdagang di Samanhudi merupakan
usaha utama
Alat peraga PKL pada kawasan ini
dapat dibedakan menjadi
ndashAlat peraga semi permanen dari kayu
dan tenda yang bersifat menetap
ndashAlat peraga dengan bangku meja dan
tenda sekaligus sebagai tempat tinggal
ndashAlat peraga beroda namun menetap
Pola Aktivitas pelayanan PKL di
kawasan sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi pada umumnya melayani
pengunjung rumah sakit namun
tidak menutup kemungkinan
konsumennya adalah pengendara
atau orang yang sedang melintasi
jalan tersebut tanpa bermaksud
untuk masuk ke rumah sakit
Selain itu konsumen
yang berasal dari sekitar lokasi
PKL seperti penduduk
permukiman di sekitarnya
pekerja yang bekerja di sektor
Aktivitas PKL memiliki
kecenderungan untuk
menempati ruang ruang
antar aktivitas yang selalu
ramai dilewatidikunjungi
oleh banyak orang dalam
melakukan pergerakan
perpindahan dari aktivitas
satu ke aktivitas yang lain
atau dari bangunan
perdagangan modern satu
ke bangunan perdagangan
modern
Saat berjualan alat peraga
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
seyogyanya digunakan oleh pejalan
kaki Keberadaan ruang trotoar yang
semakin sempit oleh penggunaan ruang
PKL membuat pejalan kaki
menjatuhkan pilihan untuk melakukan
perjalanan pada ruang-ruang seperti
jalur lambat dan sebagian badan jalan
sehingga mengurangi keamanan jiwa
dan kenyamanan pejalan kaki sendiri
serta pengguna jalan yang lain
(pengendara)
Kegiatan-kegiatan yang
dilakukan oleh pejalan kaki pada
ruang-ruang jalur pedestrian atau
trotoar di Kawasan Bundaran Simpang
Lima adalah kegiatan berjalan dan
berbelanja Sebagian dari pejalan kaki
hanya berjalan melintasi trotoar untuk
menuju lokasi tujuannya akan tetapi
ada pula sebagian dari pejalan kaki
yang berjalan sambil melihat-lihat
bahkan ada yang berbelanja pada PKL
ndashAlat peraga beroda namun menetap
dengan bangku dan meja
ndashHanya berupa matras sebagai alas
dagangan yang dapat berpindah
sewaktu-waktu
Alat peraga yang dipakai untuk usaha
tidak seragam dan tidak menggunakan
desain yang baik sehingga terkesan
kumuh kurang bersih dan sangat
mengganggu wajah kota dan menutup
fasade bangunan di belakangnya
Saat berjualan alat peraga kios
sebagian besar menempati badan jalan
dan trotoar
Saat tidak berjualan alat peraga kios
sebagian besar tetap di lokasi jualan
lama berjualan di Samanhudi sebagian
besar antara 6 ndash10 tahun
Terbanyak dari pedagang belum
pernah bekerja di sektor lain dan dari
semula telah menjadi PKL di
Samanhudidi bandingkan denga harga
yang ada di mall Pedagang
lain sehingga tidak ada batasan
pasti mengenai pola pelayanan
para PKL tersebut
Waktu beraktivitas para
PKL umumnya terbagi menjadi
dua sesi PKL yang pertama
adalah pedagang yang aktivitas
berdagangnya pada pagi hingga
siang hari Pedagang yang kedua
merupakan pedagang yang
mempunyai waktu layanan pada
sore hingga malam hari Namun
tidak menutup kemungkinan
terdapat beberapa PKL yang
berdagang dari pagi hingga
malam hari bahkan buka nonstop
mengingat rumah sakit
beraktivitas selama sehari penuh
sehingga mereka mengikuti
aktivitas sektor formal yang ada
di sekitarnya
Waktu berdagang
tersebut juga disesuaikan dengan
kios sebagian besar
menempati badan jalan
dan trotoar
Waktu beraktivitas para
PKL umumnya terbagi
menjadi dua sesi PKL
yang pertama adalah
pedagang yang aktivitas
berdagangnya pada pagi
hingga siang hari
Pedagang yang kedua
merupakan pedagang yang
mempunyai waktu layanan
pada sore hingga malam
hari Namun tidak
menutup kemungkinan
terdapat beberapa PKL
yang berdagang dari pagi
hingga malam hari bahkan
buka nonstop
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
izin usaha yang diberlakukan oleh
petugas kelurahan sebagai pihak
yang berwenang menangani PKL
Untuk lokasi yang dilarang untuk
PKL oleh PKL tetap digunakan
sebagai lokasi untuk berdagang
dengan waktu berdagang setelah
jam kerja yaitu sore hingga
malam hari
Mengetahui
Pengelolaan
PKL di jalur
pejalan kaki
dalam perkembangannya
pemerintah mengeluarkan SK
Walikota Kota Semarang No 511316
tahun 2001 tentang Penetapan Lahan
yang mengatur tentang lokasi-lokasi
dan waktu aktivitas PKL yang
diperbolehkan oleh pemerintah pada
Kawasan Bundaran Simpang Lima
agar tetap terjaga kerapihan dan
estetikakeindahan wajah kawasannya
yaitu PKL yang berjualan di depan
Kompleks Pertokoan Simpang Lima
depan Ramayana SC depan Kantor
Adanya pengakuan resmi dari
pemerintah terhadap PKL Samanhudi
sebagai salah satu sector ekonomi di
kawasan studi melalui surat keputusan
resmi Surat keputusan ini sekaligus
mengatur hak kewajiban dan
tanggung jawab PKL sebagai
kompensasi perubahan status yang
telah diberikan oleh pemerintah
Pedagang kaki lima perlu untuk
mendapatkan pembinaan dari
pemerintah Kabupaten Jember untuk
meningkatkan kemampuan wirausaha
Pemerintah Kota Semarang
berwenang dalam mengatur
keberadaan PKL di ruang Kota
Semarang seperti yang terdapat di
kawasan sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi dengan bentuk
pengelolaan lokasional (stabilitas
atau pengaturan) dan struktural
(perijinan) Dalam pengaturan
tersebut Pemerintah Kota
Semarang menggunakan dasar
hukum berupa Undang-Undang
Peraturan Pemerintah Peraturan
mengatur tentang lokasi-
lokasi dan waktu aktivitas
PKL yang diperbolehkan
oleh pemerintah agar tetap
terjaga kerapihan dan
estetikakeindahan wajah
kawasannya
Pedagang kaki lima perlu
untuk mendapatkan
pembinaan
Pedestrian dirancang ulang
dengan dilebarkan hingga
area parkiran street
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
TelkomSMKN 7 Semarang depan
Gajahmada Plaza dan depan Masjid
Baiturrahman boleh berjualan dari
pukul 1600 ndash 0400 WIB (khusus pada
Hari Minggu PKL diijinkan untuk
berjualan mulai pukul 0600 ndash 0800
WIB) menempati ruang trotoar dengan
luas areal 4 x 6 meter
Sampai dengan tahun 2008
PKL di Kawasan Bundaran Simpang
Lima mencapai 1536 pedagang dan
ada kecenderungan akan terus
meningkat dari tahun ke tahun (lihat
Tabel III4) Kecenderungan lokasi
PKL pada masa-masa yang akan
datang mengikuti kecenderungan dari
perkembangan aktivitas formal
kawasan yang ada demikian juga
kecenderungan waktu berdagangnya
Melihat kecenderungan aktivitas PKL
kawasan maka SK Walikota Kota
Semarang No 511316 tahun 2001
sudah tidak relevan lagi dan perlu
dan peningkatan kualitas barang
dagang dan pelayanan terhadap
pembeli konsumen sehingga bias
meningkatkan pendapatan dan
aktivitas pedagang kaki lima dapat
member nilai tambah serta dapat
memberkan peluang kerja yang dapat
mengurangi tingkat pengangguran di
Kabupaten Jember Bentuk pembinaan
berupa penyuluhan yang diberikan
berkala secara rutin Program
pembinaan diadakan oleh pemerintah
Paguyuban Samanhudi merupakan
Kelembagaan yang memiliki
kewenangan atau keterikatan dengan
pengelolaan dan pembinaan Pedagang
Kaki Lima KoridorJalan
SamanhudiPaguyuban ini
beranggotakan wakil PKL wakil
pedagang formal wakil pemerintah
dari dinas Kebersihan dan
Pertamanan Dinas Polisi Pamong
Praja Dinas Pariwisata Dinas
Daerah dan Surat Keputusan
Walikota Adapun dasar hukum
yang mengatur secara jelas
mengenai aktivitas PKL di Kota
Semarang yang berlaku saat ini
diantaranya adalah sebagai
berikut
1048707 Peraturan Daerah No 11 Tahun
2000 tentang Pengaturan dan
Pembinaan PKL Perda ini
menjelaskan tentang pengaturan
dan pembinaan PKL di Kota
Semarang seperti pengaturan
tempat usaha hak kewajiban dan
larangan untuk PKL Dalam
kaitannya dengan karakteristik
berlokasi aktivitas PKL
dijelaskan dalam Perda ini yang
terdapat dalam pasal 3 yaitu
penempatan lokasi kegiatan PKL
diatur dengan mempertimbangkan
tempat kepentingan untuk umum
lainnya seperti kepentingan untuk
sehingga jalur aktif
kendaraan tidak
mengalami penyempitan
mengatur keberadaan PKL
di ruang Kota dengan
bentuk pengelolaan
lokasional (stabilitas atau
pengaturan) dan struktural
(perijinan)
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
ditinjau kembali sesuai dengan
kecenderungan dan kebutuhan yang
ada di lapangan
Pendapatan dan Dinas LPMK
Kabupaten Jemberserta pihak
penengah selaku penasehat dan pihak
netral yang diwakili oleh pakar PKL
dari universitas tokoh masyarakat dan
pakar PKL lainnya
Penerapan tema khusus pada penataan
PKL kawasan studi agar mempunyai
cirri khas dan dapat mengangkat citra
kawasan dan meningkatkan daya tarik
kawasan Contoh produk khas
jember yang dapat diangkat sebagai
tema adalah tembakau rookk dan
cerutu mengingat Jember sebagai
penghasil tembakau terbesar di Jawa
Kegiatan khas Jember yang dapat
diangkat sebagai tema yaitu Jember
Fashion Carnaval Penerapan tema
dapat diaplikasikan pada sarana usaha
PKL finishing pedestrian perabot
kota dan elemen pendukung lainnya
Pedestrian dirancang ulang dengan
pejalan dan untuk sirkulasi
kendaraan Untuk lebih jelas
mengenai detail isi perda tersebut
dapat dilihat pada Lampiran F
1048707 Surat Keputusan Walikota
Semarang No 51136 Tahun
2001 tentang lokasi PKL di Kota
Semarang dimana di dalamnya
diantaranya mengatur luas area
batas pemakaian area waktu
aktivitas dan tempat aktivitas
PKL Ruas kanan Jalan dr
Kariadi dari arah Jalan Veteran
merupakan lokasi yang
diperbolehkan untuk aktivitas
PKL Lokasi tersebut menempati
trotoar serta bangunan berupa
semi permanen Untuk lebih jelas
mengenai detail isi SK tersebut
dapat dilihat pada Lampiran F
1048707 Perda No 6 Tahun 2004
tentang Rencana Detail Tata
Ruang Kota Semarang Bagian
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
dilebarkan hingga area parkiran street
sehingga jalur aktif kendaraan tidak
mengalami penyempitan Diberikan
perbedaan yang tegas antara ruang
PKL dan ruang pejalan kaki dan jalur
kendaraan berupa perbedaan tinggi
lantaiSehingga dikemudian hari kios
PKL tidak melebar ke segala sisi
Wilayah Kota (BWK) I
(Kecamatan Semarang Tengah
Semarang Timur dan Semarang
Selatan Tahun 2000-2010 Perda
tersebut menjelaskan mengenai
fungsi serta peran BWK I yang
terkait dengan sektor formal di
wilayah tersebut yaitu penjelasan
mengenai fasilitas kesehatan yang
berada khususnya di Kelurahan
Randusari Selain itu dijelaskan
pula kelas Jalan dr Kariadi Jalan
dr Soetomo dan Jalan Veteran
serta jalur transportasi yang
melaluinya
41
36 Temuan Studi
Temuan studi ini dimana akan menjawab sasaran yang disesuaikan dari contoh kasus yang ada di Indonesia Berikut adalah tabel matrik temuan
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
Mengetahui
permasalahan
PKL di jalur
pejalan kaki
Keberadaan sektor PKL yang menempati ruang-ruang trotoar Kawasan Bundaran Simpang Lima memakai separuh lebih lebar trotoar bahkan seringkali tidak menyisakan sedikit pun ruang untuk pejalan kaki Ruang-ruang trotoar menjadi tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya sebagai ruang pemisah antara ruang yang digunakan untuk sirkulasi pejalan dengan ruang sirkulasi kendaraan Ruang-ruang trotoar tersebut banyak yang beralih fungsi menjadi lokasi berdagang PKL
Peralihan fungsi trotoar ini menyebabkan terganggunya aktivitas pejalan kaki sehingga pejalan terpaksa harus menggunakan jalur lambat dan sebagian badan jalan untuk berjalan guna menghindari berbagai hambatan di atas trotoar Hal ini menyebabkan pejalan kaki terpaksa harus berhati-hati jika melangkah terkadang juga harus mengalah berjalan pada ruang-ruang jalur lambat dan sebagian badan jalan Kondisi ini sangat tidak aman dan
Masalah yang utama itu dari setiap
pedagang kaki lima di Jalur Pejalan Kaki
di Jalan Samanhudi Jember yaitu
Penggusuran Para PKL liar yang tidak
memiliki TDU(Tanda Daftar Usaha)
mereka biasanya akan di gusur dengan
peringatan yang di berikan sampai di
laksanakan penggusuran paksa padahal
Pedagang kaki lima merupakan salah satu
solusi akan masalah tingginya angka
pengangguran dan sedikitnya lapangan
kerja bagi masyarakat berpendidikan
rendah seperti mereka Pemerintah dalam
hal ini tidak dapat menyediakan lahan
pengganti bagi mereka untuk melanjutkan
usaha mereka jika pun ada pemerintah
menyediakan lahan-lahan yang letaknya
kurang strategis yang secara pasti
menurunkan dan mematikan pendapatan
yang mereka dapatkan dan akhirnya
Legalitas lokasi aktivitas
PKL yang biasanya ditempatkan
di dalam ruang publik seperti di
atas trotoar di atas saluran
drainase taman dan ruang publik
lainnya patut dipertanyakan
karena ketidakberdayaannya
peraturan tersebut dalam
menangani PKL Sebagai contoh
di sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi legalitas lokasi untuk
aktivitas PKL yang linier di
sepanjang jalan yang bertempat di
atas drainase Dalam aspek
apapun hal tersebut tidak dapat
dilegalkan terlebih tidak ada
penjelasan mengenai luasan atau
desain yang diperbolehkan PKL
untuk menggelar dasaran pada
dimensi saluran drainase yang
PKL yang menempati
ruang-ruang trotoar
menyebabkan
terganggunya aktivitas
pejalan kaki
Pemerintah tidak dapat
menyediakan lahan
pengganti
Legalitas lokasi aktivitas
PKL yang biasanya
ditempatkan di dalam
ruang publik seperti di atas
trotoar di atas saluran
drainase taman dan ruang
publik patut
dipertanyakan
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
nyaman bagi pejalan kaki ataupun bagi pengendara kendaraan bermotor karena mengganggu arus lalu lintas dan membahayakan keselamatan jiwa mereka hal seperti ini dapat kita lihat di depan dan di samping Masjid Baiturrahman di depan Citraland Mall di depan dan di samping Plasa Simpang Lima di depan dan di samping Kompleks Pertokoan Simpang Lima di depan dan di samping Ramayana Super Center di depan dan di samping SMKN 7 SemarangKantor Telkom dan di depan Gajahmada Plaza
Pemilihan lokasi PKL dipengaruhi oleh kecenderungan aktivitas PKL yang selalu menentukan lokasi mendekati pusat-pusat keramaian atau pusat-pusat perdagangan dan jasa dan lokasi-lokasi yang sering dikunjungi oleh orang banyak dalam kurun waktu tertentu secara periodik dan menerus Alasan inilah yang kemudian mendasari penentuan lokasi PKL Kawasan Bundaran Simpang Lima untuk berjualan di trotoar karena ruang-ruang jalur pedestrian inilah yang
mereka harus gulung tikar dan menjadi
pengangguran yang semakin menambah
permasalahan di Indonesia Pemerintah
harus mencari cara dan tempat yang baik
untuk mereka berdagang ditengah modal
mereka yang kecil agar di sisi lain semua
para pedagang kaki lima tidak hilang
lapangan kerjanya dan bias melanjutkan
kelangsungan hidupnya
ada Selain itu PKL juga
menempati trotoar yang
mengakibatkan bertambahnya
permasalahan yang terdapat di
lokasi tersebut Imbas secara
langsung dirasakan oleh
pengguna trotoar yaitu pedestrian
ketidaknyamanan bahkan tidak
adanya lagi ruang untuk berjalan
di atas trotoar acapkali menjadi
konsekuensi pedestrian yang
trotoarnya diserobot PKL
Aglomerasi aktivitas PKL yang
berlokasi di sekitar pintu masuk
pengunjung Rumah Sakit dr
Kariadi menyebabkan
penumpukan aktivitas seperti
aktivitas keluar masuk
pengunjung aktivitas jual beli
antara PKL dengan konsumen
lalu lintas kendaraan yang sedang
melewati Jalan dr Kariadi serta
angkutan umum yang sedang
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
dianggap sebagai lokasi yang ramai dikunjungi oleh pejalan kaki yang melakukan pergerakan dalam mencapai tempat tujuan perjalanannya Begitu juga dengan ruang Lapangan Pancasila karena selalu ramai dikunjungi pada hari-hari libur dengan rata-rata pengunjung mencapai 51 ndash 100 oranghari dikarenakan kedudukannya sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya
berhenti mencari penumpang
Sekali lagi permasalahan tersebut
disikapi oleh pemerintah dengan
penertiban dan penggusuran yang
hampir tidak pernah berakhir
manis
Mengetahui
peranan PKL
Kehadiran PKL di Kawasan
Bundaran Simpang Lima juga mampu
menciptakan kehidupan yang menerus
sehingga terhindar dari kematian
kawasan pada saat tertentu akan tetapi
di sisi lain kehadiran PKL
menyebabkan ketidakteraturan
kekumuhan dan kualitas fisik yang
buruk sehingga merusak wajah kota
Selain itu PKL yang berjualan di
Lapangan Pancasila pada malam hari
dengan kehidupan malam dan wanita-
wanita penghibur yang berdandan tebal
Tempat pedagang kaki lima bagi
Masyarakat dijalan Samanhudi Jember
sangat penting sebagai penyedia kebutuhan
yang dibutuhkan oleh Masyarakat Jember
Pedangan kaki lima sangat mempengaruhi
pola pasar dan sosial di Jember khususnya
didaerah Jalan Samanhudi Dalam bidang
perekonomian pedagang kaki lima hanya
berpengaruh sebagai produsen yang
penting bagi Masyarakat Jember
mengingat akan Meningkatnya jumlah
Penduduk Mereka cenderung lebih
memilih membeli pada pedagang kaki lima
Usaha PKL yang terus
berkembang pesat menarik PKL
untuk mempekerjakan karyawan
selain tenaga yang dibutuhkan
memang tidak bisa dikerjakan
sendiri terdapat pula pemilik
modal yang menyewa tempat
usaha namun dijadikan usaha
sampingan sehingga tidak
mengelola secara langsung
usahanya namun dengan
mempekerjakan karyawan PKL
yang statusnya sebagai karyawan
Pedangan kaki lima sangat
mempengaruhi pola pasar
dan sosial
harga yang PKL tawarkan
lebih murah dibandingkan
dengan harga di mall
grosir maupun indogrosir
sebagai salah satu
alternatif lapangan
pekerjaan bagi masyarakat
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
menciptakan kesan negatif dan
memperburuk citra kawasan
daripada membeli di supermarket yang
sudah merajalela di kota Jember pada saat
ini mall atau grosir maupun indogrosir
yang banyak tersebar di kota Jember
dikarenakan harga yang mereka tawarkan
lebih murah
sebanyak 10 dimana karyawan
tersebut memanfaatkan PKL
sebagai lapangan pekerjaan
Sehingga bekerja sebagai
karyawan PKL dapat dikatakan
sebagai salah satu alternatif
lapangan pekerjaan bagi
masyarakat
Mengetahui
pola aktivitas
PKL dijalur
pejalan kaki
Aktivitas PKL sendiri
memiliki kecenderungan untuk
menempati ruang ruang antar aktivitas
yang selalu ramai dilewatidikunjungi
oleh banyak orang dalam melakukan
pergerakan perpindahan dari aktivitas
satu ke aktivitas yang lain atau dari
bangunan perdagangan modern satu ke
bangunan perdagangan modern yang
lain secara periodik dalam rentang
waktu tertentu sehingga kemudian
pilihan ini jatuh kepada jalur-jalur
pedestrian yang notabene merupakan
ruang-ruang terbuka publik yang
PKL berdagang dengan menempati
tempat yang tetap dan tidak berpindah-
pindah
Modal dan aset sebagian besar adalah
milik sendiri
Berdagang di Samanhudi merupakan
usaha utama
Alat peraga PKL pada kawasan ini
dapat dibedakan menjadi
ndashAlat peraga semi permanen dari kayu
dan tenda yang bersifat menetap
ndashAlat peraga dengan bangku meja dan
tenda sekaligus sebagai tempat tinggal
ndashAlat peraga beroda namun menetap
Pola Aktivitas pelayanan PKL di
kawasan sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi pada umumnya melayani
pengunjung rumah sakit namun
tidak menutup kemungkinan
konsumennya adalah pengendara
atau orang yang sedang melintasi
jalan tersebut tanpa bermaksud
untuk masuk ke rumah sakit
Selain itu konsumen
yang berasal dari sekitar lokasi
PKL seperti penduduk
permukiman di sekitarnya
pekerja yang bekerja di sektor
Aktivitas PKL memiliki
kecenderungan untuk
menempati ruang ruang
antar aktivitas yang selalu
ramai dilewatidikunjungi
oleh banyak orang dalam
melakukan pergerakan
perpindahan dari aktivitas
satu ke aktivitas yang lain
atau dari bangunan
perdagangan modern satu
ke bangunan perdagangan
modern
Saat berjualan alat peraga
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
seyogyanya digunakan oleh pejalan
kaki Keberadaan ruang trotoar yang
semakin sempit oleh penggunaan ruang
PKL membuat pejalan kaki
menjatuhkan pilihan untuk melakukan
perjalanan pada ruang-ruang seperti
jalur lambat dan sebagian badan jalan
sehingga mengurangi keamanan jiwa
dan kenyamanan pejalan kaki sendiri
serta pengguna jalan yang lain
(pengendara)
Kegiatan-kegiatan yang
dilakukan oleh pejalan kaki pada
ruang-ruang jalur pedestrian atau
trotoar di Kawasan Bundaran Simpang
Lima adalah kegiatan berjalan dan
berbelanja Sebagian dari pejalan kaki
hanya berjalan melintasi trotoar untuk
menuju lokasi tujuannya akan tetapi
ada pula sebagian dari pejalan kaki
yang berjalan sambil melihat-lihat
bahkan ada yang berbelanja pada PKL
ndashAlat peraga beroda namun menetap
dengan bangku dan meja
ndashHanya berupa matras sebagai alas
dagangan yang dapat berpindah
sewaktu-waktu
Alat peraga yang dipakai untuk usaha
tidak seragam dan tidak menggunakan
desain yang baik sehingga terkesan
kumuh kurang bersih dan sangat
mengganggu wajah kota dan menutup
fasade bangunan di belakangnya
Saat berjualan alat peraga kios
sebagian besar menempati badan jalan
dan trotoar
Saat tidak berjualan alat peraga kios
sebagian besar tetap di lokasi jualan
lama berjualan di Samanhudi sebagian
besar antara 6 ndash10 tahun
Terbanyak dari pedagang belum
pernah bekerja di sektor lain dan dari
semula telah menjadi PKL di
Samanhudidi bandingkan denga harga
yang ada di mall Pedagang
lain sehingga tidak ada batasan
pasti mengenai pola pelayanan
para PKL tersebut
Waktu beraktivitas para
PKL umumnya terbagi menjadi
dua sesi PKL yang pertama
adalah pedagang yang aktivitas
berdagangnya pada pagi hingga
siang hari Pedagang yang kedua
merupakan pedagang yang
mempunyai waktu layanan pada
sore hingga malam hari Namun
tidak menutup kemungkinan
terdapat beberapa PKL yang
berdagang dari pagi hingga
malam hari bahkan buka nonstop
mengingat rumah sakit
beraktivitas selama sehari penuh
sehingga mereka mengikuti
aktivitas sektor formal yang ada
di sekitarnya
Waktu berdagang
tersebut juga disesuaikan dengan
kios sebagian besar
menempati badan jalan
dan trotoar
Waktu beraktivitas para
PKL umumnya terbagi
menjadi dua sesi PKL
yang pertama adalah
pedagang yang aktivitas
berdagangnya pada pagi
hingga siang hari
Pedagang yang kedua
merupakan pedagang yang
mempunyai waktu layanan
pada sore hingga malam
hari Namun tidak
menutup kemungkinan
terdapat beberapa PKL
yang berdagang dari pagi
hingga malam hari bahkan
buka nonstop
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
izin usaha yang diberlakukan oleh
petugas kelurahan sebagai pihak
yang berwenang menangani PKL
Untuk lokasi yang dilarang untuk
PKL oleh PKL tetap digunakan
sebagai lokasi untuk berdagang
dengan waktu berdagang setelah
jam kerja yaitu sore hingga
malam hari
Mengetahui
Pengelolaan
PKL di jalur
pejalan kaki
dalam perkembangannya
pemerintah mengeluarkan SK
Walikota Kota Semarang No 511316
tahun 2001 tentang Penetapan Lahan
yang mengatur tentang lokasi-lokasi
dan waktu aktivitas PKL yang
diperbolehkan oleh pemerintah pada
Kawasan Bundaran Simpang Lima
agar tetap terjaga kerapihan dan
estetikakeindahan wajah kawasannya
yaitu PKL yang berjualan di depan
Kompleks Pertokoan Simpang Lima
depan Ramayana SC depan Kantor
Adanya pengakuan resmi dari
pemerintah terhadap PKL Samanhudi
sebagai salah satu sector ekonomi di
kawasan studi melalui surat keputusan
resmi Surat keputusan ini sekaligus
mengatur hak kewajiban dan
tanggung jawab PKL sebagai
kompensasi perubahan status yang
telah diberikan oleh pemerintah
Pedagang kaki lima perlu untuk
mendapatkan pembinaan dari
pemerintah Kabupaten Jember untuk
meningkatkan kemampuan wirausaha
Pemerintah Kota Semarang
berwenang dalam mengatur
keberadaan PKL di ruang Kota
Semarang seperti yang terdapat di
kawasan sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi dengan bentuk
pengelolaan lokasional (stabilitas
atau pengaturan) dan struktural
(perijinan) Dalam pengaturan
tersebut Pemerintah Kota
Semarang menggunakan dasar
hukum berupa Undang-Undang
Peraturan Pemerintah Peraturan
mengatur tentang lokasi-
lokasi dan waktu aktivitas
PKL yang diperbolehkan
oleh pemerintah agar tetap
terjaga kerapihan dan
estetikakeindahan wajah
kawasannya
Pedagang kaki lima perlu
untuk mendapatkan
pembinaan
Pedestrian dirancang ulang
dengan dilebarkan hingga
area parkiran street
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
TelkomSMKN 7 Semarang depan
Gajahmada Plaza dan depan Masjid
Baiturrahman boleh berjualan dari
pukul 1600 ndash 0400 WIB (khusus pada
Hari Minggu PKL diijinkan untuk
berjualan mulai pukul 0600 ndash 0800
WIB) menempati ruang trotoar dengan
luas areal 4 x 6 meter
Sampai dengan tahun 2008
PKL di Kawasan Bundaran Simpang
Lima mencapai 1536 pedagang dan
ada kecenderungan akan terus
meningkat dari tahun ke tahun (lihat
Tabel III4) Kecenderungan lokasi
PKL pada masa-masa yang akan
datang mengikuti kecenderungan dari
perkembangan aktivitas formal
kawasan yang ada demikian juga
kecenderungan waktu berdagangnya
Melihat kecenderungan aktivitas PKL
kawasan maka SK Walikota Kota
Semarang No 511316 tahun 2001
sudah tidak relevan lagi dan perlu
dan peningkatan kualitas barang
dagang dan pelayanan terhadap
pembeli konsumen sehingga bias
meningkatkan pendapatan dan
aktivitas pedagang kaki lima dapat
member nilai tambah serta dapat
memberkan peluang kerja yang dapat
mengurangi tingkat pengangguran di
Kabupaten Jember Bentuk pembinaan
berupa penyuluhan yang diberikan
berkala secara rutin Program
pembinaan diadakan oleh pemerintah
Paguyuban Samanhudi merupakan
Kelembagaan yang memiliki
kewenangan atau keterikatan dengan
pengelolaan dan pembinaan Pedagang
Kaki Lima KoridorJalan
SamanhudiPaguyuban ini
beranggotakan wakil PKL wakil
pedagang formal wakil pemerintah
dari dinas Kebersihan dan
Pertamanan Dinas Polisi Pamong
Praja Dinas Pariwisata Dinas
Daerah dan Surat Keputusan
Walikota Adapun dasar hukum
yang mengatur secara jelas
mengenai aktivitas PKL di Kota
Semarang yang berlaku saat ini
diantaranya adalah sebagai
berikut
1048707 Peraturan Daerah No 11 Tahun
2000 tentang Pengaturan dan
Pembinaan PKL Perda ini
menjelaskan tentang pengaturan
dan pembinaan PKL di Kota
Semarang seperti pengaturan
tempat usaha hak kewajiban dan
larangan untuk PKL Dalam
kaitannya dengan karakteristik
berlokasi aktivitas PKL
dijelaskan dalam Perda ini yang
terdapat dalam pasal 3 yaitu
penempatan lokasi kegiatan PKL
diatur dengan mempertimbangkan
tempat kepentingan untuk umum
lainnya seperti kepentingan untuk
sehingga jalur aktif
kendaraan tidak
mengalami penyempitan
mengatur keberadaan PKL
di ruang Kota dengan
bentuk pengelolaan
lokasional (stabilitas atau
pengaturan) dan struktural
(perijinan)
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
ditinjau kembali sesuai dengan
kecenderungan dan kebutuhan yang
ada di lapangan
Pendapatan dan Dinas LPMK
Kabupaten Jemberserta pihak
penengah selaku penasehat dan pihak
netral yang diwakili oleh pakar PKL
dari universitas tokoh masyarakat dan
pakar PKL lainnya
Penerapan tema khusus pada penataan
PKL kawasan studi agar mempunyai
cirri khas dan dapat mengangkat citra
kawasan dan meningkatkan daya tarik
kawasan Contoh produk khas
jember yang dapat diangkat sebagai
tema adalah tembakau rookk dan
cerutu mengingat Jember sebagai
penghasil tembakau terbesar di Jawa
Kegiatan khas Jember yang dapat
diangkat sebagai tema yaitu Jember
Fashion Carnaval Penerapan tema
dapat diaplikasikan pada sarana usaha
PKL finishing pedestrian perabot
kota dan elemen pendukung lainnya
Pedestrian dirancang ulang dengan
pejalan dan untuk sirkulasi
kendaraan Untuk lebih jelas
mengenai detail isi perda tersebut
dapat dilihat pada Lampiran F
1048707 Surat Keputusan Walikota
Semarang No 51136 Tahun
2001 tentang lokasi PKL di Kota
Semarang dimana di dalamnya
diantaranya mengatur luas area
batas pemakaian area waktu
aktivitas dan tempat aktivitas
PKL Ruas kanan Jalan dr
Kariadi dari arah Jalan Veteran
merupakan lokasi yang
diperbolehkan untuk aktivitas
PKL Lokasi tersebut menempati
trotoar serta bangunan berupa
semi permanen Untuk lebih jelas
mengenai detail isi SK tersebut
dapat dilihat pada Lampiran F
1048707 Perda No 6 Tahun 2004
tentang Rencana Detail Tata
Ruang Kota Semarang Bagian
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
dilebarkan hingga area parkiran street
sehingga jalur aktif kendaraan tidak
mengalami penyempitan Diberikan
perbedaan yang tegas antara ruang
PKL dan ruang pejalan kaki dan jalur
kendaraan berupa perbedaan tinggi
lantaiSehingga dikemudian hari kios
PKL tidak melebar ke segala sisi
Wilayah Kota (BWK) I
(Kecamatan Semarang Tengah
Semarang Timur dan Semarang
Selatan Tahun 2000-2010 Perda
tersebut menjelaskan mengenai
fungsi serta peran BWK I yang
terkait dengan sektor formal di
wilayah tersebut yaitu penjelasan
mengenai fasilitas kesehatan yang
berada khususnya di Kelurahan
Randusari Selain itu dijelaskan
pula kelas Jalan dr Kariadi Jalan
dr Soetomo dan Jalan Veteran
serta jalur transportasi yang
melaluinya
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
nyaman bagi pejalan kaki ataupun bagi pengendara kendaraan bermotor karena mengganggu arus lalu lintas dan membahayakan keselamatan jiwa mereka hal seperti ini dapat kita lihat di depan dan di samping Masjid Baiturrahman di depan Citraland Mall di depan dan di samping Plasa Simpang Lima di depan dan di samping Kompleks Pertokoan Simpang Lima di depan dan di samping Ramayana Super Center di depan dan di samping SMKN 7 SemarangKantor Telkom dan di depan Gajahmada Plaza
Pemilihan lokasi PKL dipengaruhi oleh kecenderungan aktivitas PKL yang selalu menentukan lokasi mendekati pusat-pusat keramaian atau pusat-pusat perdagangan dan jasa dan lokasi-lokasi yang sering dikunjungi oleh orang banyak dalam kurun waktu tertentu secara periodik dan menerus Alasan inilah yang kemudian mendasari penentuan lokasi PKL Kawasan Bundaran Simpang Lima untuk berjualan di trotoar karena ruang-ruang jalur pedestrian inilah yang
mereka harus gulung tikar dan menjadi
pengangguran yang semakin menambah
permasalahan di Indonesia Pemerintah
harus mencari cara dan tempat yang baik
untuk mereka berdagang ditengah modal
mereka yang kecil agar di sisi lain semua
para pedagang kaki lima tidak hilang
lapangan kerjanya dan bias melanjutkan
kelangsungan hidupnya
ada Selain itu PKL juga
menempati trotoar yang
mengakibatkan bertambahnya
permasalahan yang terdapat di
lokasi tersebut Imbas secara
langsung dirasakan oleh
pengguna trotoar yaitu pedestrian
ketidaknyamanan bahkan tidak
adanya lagi ruang untuk berjalan
di atas trotoar acapkali menjadi
konsekuensi pedestrian yang
trotoarnya diserobot PKL
Aglomerasi aktivitas PKL yang
berlokasi di sekitar pintu masuk
pengunjung Rumah Sakit dr
Kariadi menyebabkan
penumpukan aktivitas seperti
aktivitas keluar masuk
pengunjung aktivitas jual beli
antara PKL dengan konsumen
lalu lintas kendaraan yang sedang
melewati Jalan dr Kariadi serta
angkutan umum yang sedang
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
dianggap sebagai lokasi yang ramai dikunjungi oleh pejalan kaki yang melakukan pergerakan dalam mencapai tempat tujuan perjalanannya Begitu juga dengan ruang Lapangan Pancasila karena selalu ramai dikunjungi pada hari-hari libur dengan rata-rata pengunjung mencapai 51 ndash 100 oranghari dikarenakan kedudukannya sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya
berhenti mencari penumpang
Sekali lagi permasalahan tersebut
disikapi oleh pemerintah dengan
penertiban dan penggusuran yang
hampir tidak pernah berakhir
manis
Mengetahui
peranan PKL
Kehadiran PKL di Kawasan
Bundaran Simpang Lima juga mampu
menciptakan kehidupan yang menerus
sehingga terhindar dari kematian
kawasan pada saat tertentu akan tetapi
di sisi lain kehadiran PKL
menyebabkan ketidakteraturan
kekumuhan dan kualitas fisik yang
buruk sehingga merusak wajah kota
Selain itu PKL yang berjualan di
Lapangan Pancasila pada malam hari
dengan kehidupan malam dan wanita-
wanita penghibur yang berdandan tebal
Tempat pedagang kaki lima bagi
Masyarakat dijalan Samanhudi Jember
sangat penting sebagai penyedia kebutuhan
yang dibutuhkan oleh Masyarakat Jember
Pedangan kaki lima sangat mempengaruhi
pola pasar dan sosial di Jember khususnya
didaerah Jalan Samanhudi Dalam bidang
perekonomian pedagang kaki lima hanya
berpengaruh sebagai produsen yang
penting bagi Masyarakat Jember
mengingat akan Meningkatnya jumlah
Penduduk Mereka cenderung lebih
memilih membeli pada pedagang kaki lima
Usaha PKL yang terus
berkembang pesat menarik PKL
untuk mempekerjakan karyawan
selain tenaga yang dibutuhkan
memang tidak bisa dikerjakan
sendiri terdapat pula pemilik
modal yang menyewa tempat
usaha namun dijadikan usaha
sampingan sehingga tidak
mengelola secara langsung
usahanya namun dengan
mempekerjakan karyawan PKL
yang statusnya sebagai karyawan
Pedangan kaki lima sangat
mempengaruhi pola pasar
dan sosial
harga yang PKL tawarkan
lebih murah dibandingkan
dengan harga di mall
grosir maupun indogrosir
sebagai salah satu
alternatif lapangan
pekerjaan bagi masyarakat
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
menciptakan kesan negatif dan
memperburuk citra kawasan
daripada membeli di supermarket yang
sudah merajalela di kota Jember pada saat
ini mall atau grosir maupun indogrosir
yang banyak tersebar di kota Jember
dikarenakan harga yang mereka tawarkan
lebih murah
sebanyak 10 dimana karyawan
tersebut memanfaatkan PKL
sebagai lapangan pekerjaan
Sehingga bekerja sebagai
karyawan PKL dapat dikatakan
sebagai salah satu alternatif
lapangan pekerjaan bagi
masyarakat
Mengetahui
pola aktivitas
PKL dijalur
pejalan kaki
Aktivitas PKL sendiri
memiliki kecenderungan untuk
menempati ruang ruang antar aktivitas
yang selalu ramai dilewatidikunjungi
oleh banyak orang dalam melakukan
pergerakan perpindahan dari aktivitas
satu ke aktivitas yang lain atau dari
bangunan perdagangan modern satu ke
bangunan perdagangan modern yang
lain secara periodik dalam rentang
waktu tertentu sehingga kemudian
pilihan ini jatuh kepada jalur-jalur
pedestrian yang notabene merupakan
ruang-ruang terbuka publik yang
PKL berdagang dengan menempati
tempat yang tetap dan tidak berpindah-
pindah
Modal dan aset sebagian besar adalah
milik sendiri
Berdagang di Samanhudi merupakan
usaha utama
Alat peraga PKL pada kawasan ini
dapat dibedakan menjadi
ndashAlat peraga semi permanen dari kayu
dan tenda yang bersifat menetap
ndashAlat peraga dengan bangku meja dan
tenda sekaligus sebagai tempat tinggal
ndashAlat peraga beroda namun menetap
Pola Aktivitas pelayanan PKL di
kawasan sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi pada umumnya melayani
pengunjung rumah sakit namun
tidak menutup kemungkinan
konsumennya adalah pengendara
atau orang yang sedang melintasi
jalan tersebut tanpa bermaksud
untuk masuk ke rumah sakit
Selain itu konsumen
yang berasal dari sekitar lokasi
PKL seperti penduduk
permukiman di sekitarnya
pekerja yang bekerja di sektor
Aktivitas PKL memiliki
kecenderungan untuk
menempati ruang ruang
antar aktivitas yang selalu
ramai dilewatidikunjungi
oleh banyak orang dalam
melakukan pergerakan
perpindahan dari aktivitas
satu ke aktivitas yang lain
atau dari bangunan
perdagangan modern satu
ke bangunan perdagangan
modern
Saat berjualan alat peraga
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
seyogyanya digunakan oleh pejalan
kaki Keberadaan ruang trotoar yang
semakin sempit oleh penggunaan ruang
PKL membuat pejalan kaki
menjatuhkan pilihan untuk melakukan
perjalanan pada ruang-ruang seperti
jalur lambat dan sebagian badan jalan
sehingga mengurangi keamanan jiwa
dan kenyamanan pejalan kaki sendiri
serta pengguna jalan yang lain
(pengendara)
Kegiatan-kegiatan yang
dilakukan oleh pejalan kaki pada
ruang-ruang jalur pedestrian atau
trotoar di Kawasan Bundaran Simpang
Lima adalah kegiatan berjalan dan
berbelanja Sebagian dari pejalan kaki
hanya berjalan melintasi trotoar untuk
menuju lokasi tujuannya akan tetapi
ada pula sebagian dari pejalan kaki
yang berjalan sambil melihat-lihat
bahkan ada yang berbelanja pada PKL
ndashAlat peraga beroda namun menetap
dengan bangku dan meja
ndashHanya berupa matras sebagai alas
dagangan yang dapat berpindah
sewaktu-waktu
Alat peraga yang dipakai untuk usaha
tidak seragam dan tidak menggunakan
desain yang baik sehingga terkesan
kumuh kurang bersih dan sangat
mengganggu wajah kota dan menutup
fasade bangunan di belakangnya
Saat berjualan alat peraga kios
sebagian besar menempati badan jalan
dan trotoar
Saat tidak berjualan alat peraga kios
sebagian besar tetap di lokasi jualan
lama berjualan di Samanhudi sebagian
besar antara 6 ndash10 tahun
Terbanyak dari pedagang belum
pernah bekerja di sektor lain dan dari
semula telah menjadi PKL di
Samanhudidi bandingkan denga harga
yang ada di mall Pedagang
lain sehingga tidak ada batasan
pasti mengenai pola pelayanan
para PKL tersebut
Waktu beraktivitas para
PKL umumnya terbagi menjadi
dua sesi PKL yang pertama
adalah pedagang yang aktivitas
berdagangnya pada pagi hingga
siang hari Pedagang yang kedua
merupakan pedagang yang
mempunyai waktu layanan pada
sore hingga malam hari Namun
tidak menutup kemungkinan
terdapat beberapa PKL yang
berdagang dari pagi hingga
malam hari bahkan buka nonstop
mengingat rumah sakit
beraktivitas selama sehari penuh
sehingga mereka mengikuti
aktivitas sektor formal yang ada
di sekitarnya
Waktu berdagang
tersebut juga disesuaikan dengan
kios sebagian besar
menempati badan jalan
dan trotoar
Waktu beraktivitas para
PKL umumnya terbagi
menjadi dua sesi PKL
yang pertama adalah
pedagang yang aktivitas
berdagangnya pada pagi
hingga siang hari
Pedagang yang kedua
merupakan pedagang yang
mempunyai waktu layanan
pada sore hingga malam
hari Namun tidak
menutup kemungkinan
terdapat beberapa PKL
yang berdagang dari pagi
hingga malam hari bahkan
buka nonstop
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
izin usaha yang diberlakukan oleh
petugas kelurahan sebagai pihak
yang berwenang menangani PKL
Untuk lokasi yang dilarang untuk
PKL oleh PKL tetap digunakan
sebagai lokasi untuk berdagang
dengan waktu berdagang setelah
jam kerja yaitu sore hingga
malam hari
Mengetahui
Pengelolaan
PKL di jalur
pejalan kaki
dalam perkembangannya
pemerintah mengeluarkan SK
Walikota Kota Semarang No 511316
tahun 2001 tentang Penetapan Lahan
yang mengatur tentang lokasi-lokasi
dan waktu aktivitas PKL yang
diperbolehkan oleh pemerintah pada
Kawasan Bundaran Simpang Lima
agar tetap terjaga kerapihan dan
estetikakeindahan wajah kawasannya
yaitu PKL yang berjualan di depan
Kompleks Pertokoan Simpang Lima
depan Ramayana SC depan Kantor
Adanya pengakuan resmi dari
pemerintah terhadap PKL Samanhudi
sebagai salah satu sector ekonomi di
kawasan studi melalui surat keputusan
resmi Surat keputusan ini sekaligus
mengatur hak kewajiban dan
tanggung jawab PKL sebagai
kompensasi perubahan status yang
telah diberikan oleh pemerintah
Pedagang kaki lima perlu untuk
mendapatkan pembinaan dari
pemerintah Kabupaten Jember untuk
meningkatkan kemampuan wirausaha
Pemerintah Kota Semarang
berwenang dalam mengatur
keberadaan PKL di ruang Kota
Semarang seperti yang terdapat di
kawasan sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi dengan bentuk
pengelolaan lokasional (stabilitas
atau pengaturan) dan struktural
(perijinan) Dalam pengaturan
tersebut Pemerintah Kota
Semarang menggunakan dasar
hukum berupa Undang-Undang
Peraturan Pemerintah Peraturan
mengatur tentang lokasi-
lokasi dan waktu aktivitas
PKL yang diperbolehkan
oleh pemerintah agar tetap
terjaga kerapihan dan
estetikakeindahan wajah
kawasannya
Pedagang kaki lima perlu
untuk mendapatkan
pembinaan
Pedestrian dirancang ulang
dengan dilebarkan hingga
area parkiran street
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
TelkomSMKN 7 Semarang depan
Gajahmada Plaza dan depan Masjid
Baiturrahman boleh berjualan dari
pukul 1600 ndash 0400 WIB (khusus pada
Hari Minggu PKL diijinkan untuk
berjualan mulai pukul 0600 ndash 0800
WIB) menempati ruang trotoar dengan
luas areal 4 x 6 meter
Sampai dengan tahun 2008
PKL di Kawasan Bundaran Simpang
Lima mencapai 1536 pedagang dan
ada kecenderungan akan terus
meningkat dari tahun ke tahun (lihat
Tabel III4) Kecenderungan lokasi
PKL pada masa-masa yang akan
datang mengikuti kecenderungan dari
perkembangan aktivitas formal
kawasan yang ada demikian juga
kecenderungan waktu berdagangnya
Melihat kecenderungan aktivitas PKL
kawasan maka SK Walikota Kota
Semarang No 511316 tahun 2001
sudah tidak relevan lagi dan perlu
dan peningkatan kualitas barang
dagang dan pelayanan terhadap
pembeli konsumen sehingga bias
meningkatkan pendapatan dan
aktivitas pedagang kaki lima dapat
member nilai tambah serta dapat
memberkan peluang kerja yang dapat
mengurangi tingkat pengangguran di
Kabupaten Jember Bentuk pembinaan
berupa penyuluhan yang diberikan
berkala secara rutin Program
pembinaan diadakan oleh pemerintah
Paguyuban Samanhudi merupakan
Kelembagaan yang memiliki
kewenangan atau keterikatan dengan
pengelolaan dan pembinaan Pedagang
Kaki Lima KoridorJalan
SamanhudiPaguyuban ini
beranggotakan wakil PKL wakil
pedagang formal wakil pemerintah
dari dinas Kebersihan dan
Pertamanan Dinas Polisi Pamong
Praja Dinas Pariwisata Dinas
Daerah dan Surat Keputusan
Walikota Adapun dasar hukum
yang mengatur secara jelas
mengenai aktivitas PKL di Kota
Semarang yang berlaku saat ini
diantaranya adalah sebagai
berikut
1048707 Peraturan Daerah No 11 Tahun
2000 tentang Pengaturan dan
Pembinaan PKL Perda ini
menjelaskan tentang pengaturan
dan pembinaan PKL di Kota
Semarang seperti pengaturan
tempat usaha hak kewajiban dan
larangan untuk PKL Dalam
kaitannya dengan karakteristik
berlokasi aktivitas PKL
dijelaskan dalam Perda ini yang
terdapat dalam pasal 3 yaitu
penempatan lokasi kegiatan PKL
diatur dengan mempertimbangkan
tempat kepentingan untuk umum
lainnya seperti kepentingan untuk
sehingga jalur aktif
kendaraan tidak
mengalami penyempitan
mengatur keberadaan PKL
di ruang Kota dengan
bentuk pengelolaan
lokasional (stabilitas atau
pengaturan) dan struktural
(perijinan)
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
ditinjau kembali sesuai dengan
kecenderungan dan kebutuhan yang
ada di lapangan
Pendapatan dan Dinas LPMK
Kabupaten Jemberserta pihak
penengah selaku penasehat dan pihak
netral yang diwakili oleh pakar PKL
dari universitas tokoh masyarakat dan
pakar PKL lainnya
Penerapan tema khusus pada penataan
PKL kawasan studi agar mempunyai
cirri khas dan dapat mengangkat citra
kawasan dan meningkatkan daya tarik
kawasan Contoh produk khas
jember yang dapat diangkat sebagai
tema adalah tembakau rookk dan
cerutu mengingat Jember sebagai
penghasil tembakau terbesar di Jawa
Kegiatan khas Jember yang dapat
diangkat sebagai tema yaitu Jember
Fashion Carnaval Penerapan tema
dapat diaplikasikan pada sarana usaha
PKL finishing pedestrian perabot
kota dan elemen pendukung lainnya
Pedestrian dirancang ulang dengan
pejalan dan untuk sirkulasi
kendaraan Untuk lebih jelas
mengenai detail isi perda tersebut
dapat dilihat pada Lampiran F
1048707 Surat Keputusan Walikota
Semarang No 51136 Tahun
2001 tentang lokasi PKL di Kota
Semarang dimana di dalamnya
diantaranya mengatur luas area
batas pemakaian area waktu
aktivitas dan tempat aktivitas
PKL Ruas kanan Jalan dr
Kariadi dari arah Jalan Veteran
merupakan lokasi yang
diperbolehkan untuk aktivitas
PKL Lokasi tersebut menempati
trotoar serta bangunan berupa
semi permanen Untuk lebih jelas
mengenai detail isi SK tersebut
dapat dilihat pada Lampiran F
1048707 Perda No 6 Tahun 2004
tentang Rencana Detail Tata
Ruang Kota Semarang Bagian
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
dilebarkan hingga area parkiran street
sehingga jalur aktif kendaraan tidak
mengalami penyempitan Diberikan
perbedaan yang tegas antara ruang
PKL dan ruang pejalan kaki dan jalur
kendaraan berupa perbedaan tinggi
lantaiSehingga dikemudian hari kios
PKL tidak melebar ke segala sisi
Wilayah Kota (BWK) I
(Kecamatan Semarang Tengah
Semarang Timur dan Semarang
Selatan Tahun 2000-2010 Perda
tersebut menjelaskan mengenai
fungsi serta peran BWK I yang
terkait dengan sektor formal di
wilayah tersebut yaitu penjelasan
mengenai fasilitas kesehatan yang
berada khususnya di Kelurahan
Randusari Selain itu dijelaskan
pula kelas Jalan dr Kariadi Jalan
dr Soetomo dan Jalan Veteran
serta jalur transportasi yang
melaluinya
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
dianggap sebagai lokasi yang ramai dikunjungi oleh pejalan kaki yang melakukan pergerakan dalam mencapai tempat tujuan perjalanannya Begitu juga dengan ruang Lapangan Pancasila karena selalu ramai dikunjungi pada hari-hari libur dengan rata-rata pengunjung mencapai 51 ndash 100 oranghari dikarenakan kedudukannya sebagai pusat rekreasi dan hiburan warga masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya
berhenti mencari penumpang
Sekali lagi permasalahan tersebut
disikapi oleh pemerintah dengan
penertiban dan penggusuran yang
hampir tidak pernah berakhir
manis
Mengetahui
peranan PKL
Kehadiran PKL di Kawasan
Bundaran Simpang Lima juga mampu
menciptakan kehidupan yang menerus
sehingga terhindar dari kematian
kawasan pada saat tertentu akan tetapi
di sisi lain kehadiran PKL
menyebabkan ketidakteraturan
kekumuhan dan kualitas fisik yang
buruk sehingga merusak wajah kota
Selain itu PKL yang berjualan di
Lapangan Pancasila pada malam hari
dengan kehidupan malam dan wanita-
wanita penghibur yang berdandan tebal
Tempat pedagang kaki lima bagi
Masyarakat dijalan Samanhudi Jember
sangat penting sebagai penyedia kebutuhan
yang dibutuhkan oleh Masyarakat Jember
Pedangan kaki lima sangat mempengaruhi
pola pasar dan sosial di Jember khususnya
didaerah Jalan Samanhudi Dalam bidang
perekonomian pedagang kaki lima hanya
berpengaruh sebagai produsen yang
penting bagi Masyarakat Jember
mengingat akan Meningkatnya jumlah
Penduduk Mereka cenderung lebih
memilih membeli pada pedagang kaki lima
Usaha PKL yang terus
berkembang pesat menarik PKL
untuk mempekerjakan karyawan
selain tenaga yang dibutuhkan
memang tidak bisa dikerjakan
sendiri terdapat pula pemilik
modal yang menyewa tempat
usaha namun dijadikan usaha
sampingan sehingga tidak
mengelola secara langsung
usahanya namun dengan
mempekerjakan karyawan PKL
yang statusnya sebagai karyawan
Pedangan kaki lima sangat
mempengaruhi pola pasar
dan sosial
harga yang PKL tawarkan
lebih murah dibandingkan
dengan harga di mall
grosir maupun indogrosir
sebagai salah satu
alternatif lapangan
pekerjaan bagi masyarakat
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
menciptakan kesan negatif dan
memperburuk citra kawasan
daripada membeli di supermarket yang
sudah merajalela di kota Jember pada saat
ini mall atau grosir maupun indogrosir
yang banyak tersebar di kota Jember
dikarenakan harga yang mereka tawarkan
lebih murah
sebanyak 10 dimana karyawan
tersebut memanfaatkan PKL
sebagai lapangan pekerjaan
Sehingga bekerja sebagai
karyawan PKL dapat dikatakan
sebagai salah satu alternatif
lapangan pekerjaan bagi
masyarakat
Mengetahui
pola aktivitas
PKL dijalur
pejalan kaki
Aktivitas PKL sendiri
memiliki kecenderungan untuk
menempati ruang ruang antar aktivitas
yang selalu ramai dilewatidikunjungi
oleh banyak orang dalam melakukan
pergerakan perpindahan dari aktivitas
satu ke aktivitas yang lain atau dari
bangunan perdagangan modern satu ke
bangunan perdagangan modern yang
lain secara periodik dalam rentang
waktu tertentu sehingga kemudian
pilihan ini jatuh kepada jalur-jalur
pedestrian yang notabene merupakan
ruang-ruang terbuka publik yang
PKL berdagang dengan menempati
tempat yang tetap dan tidak berpindah-
pindah
Modal dan aset sebagian besar adalah
milik sendiri
Berdagang di Samanhudi merupakan
usaha utama
Alat peraga PKL pada kawasan ini
dapat dibedakan menjadi
ndashAlat peraga semi permanen dari kayu
dan tenda yang bersifat menetap
ndashAlat peraga dengan bangku meja dan
tenda sekaligus sebagai tempat tinggal
ndashAlat peraga beroda namun menetap
Pola Aktivitas pelayanan PKL di
kawasan sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi pada umumnya melayani
pengunjung rumah sakit namun
tidak menutup kemungkinan
konsumennya adalah pengendara
atau orang yang sedang melintasi
jalan tersebut tanpa bermaksud
untuk masuk ke rumah sakit
Selain itu konsumen
yang berasal dari sekitar lokasi
PKL seperti penduduk
permukiman di sekitarnya
pekerja yang bekerja di sektor
Aktivitas PKL memiliki
kecenderungan untuk
menempati ruang ruang
antar aktivitas yang selalu
ramai dilewatidikunjungi
oleh banyak orang dalam
melakukan pergerakan
perpindahan dari aktivitas
satu ke aktivitas yang lain
atau dari bangunan
perdagangan modern satu
ke bangunan perdagangan
modern
Saat berjualan alat peraga
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
seyogyanya digunakan oleh pejalan
kaki Keberadaan ruang trotoar yang
semakin sempit oleh penggunaan ruang
PKL membuat pejalan kaki
menjatuhkan pilihan untuk melakukan
perjalanan pada ruang-ruang seperti
jalur lambat dan sebagian badan jalan
sehingga mengurangi keamanan jiwa
dan kenyamanan pejalan kaki sendiri
serta pengguna jalan yang lain
(pengendara)
Kegiatan-kegiatan yang
dilakukan oleh pejalan kaki pada
ruang-ruang jalur pedestrian atau
trotoar di Kawasan Bundaran Simpang
Lima adalah kegiatan berjalan dan
berbelanja Sebagian dari pejalan kaki
hanya berjalan melintasi trotoar untuk
menuju lokasi tujuannya akan tetapi
ada pula sebagian dari pejalan kaki
yang berjalan sambil melihat-lihat
bahkan ada yang berbelanja pada PKL
ndashAlat peraga beroda namun menetap
dengan bangku dan meja
ndashHanya berupa matras sebagai alas
dagangan yang dapat berpindah
sewaktu-waktu
Alat peraga yang dipakai untuk usaha
tidak seragam dan tidak menggunakan
desain yang baik sehingga terkesan
kumuh kurang bersih dan sangat
mengganggu wajah kota dan menutup
fasade bangunan di belakangnya
Saat berjualan alat peraga kios
sebagian besar menempati badan jalan
dan trotoar
Saat tidak berjualan alat peraga kios
sebagian besar tetap di lokasi jualan
lama berjualan di Samanhudi sebagian
besar antara 6 ndash10 tahun
Terbanyak dari pedagang belum
pernah bekerja di sektor lain dan dari
semula telah menjadi PKL di
Samanhudidi bandingkan denga harga
yang ada di mall Pedagang
lain sehingga tidak ada batasan
pasti mengenai pola pelayanan
para PKL tersebut
Waktu beraktivitas para
PKL umumnya terbagi menjadi
dua sesi PKL yang pertama
adalah pedagang yang aktivitas
berdagangnya pada pagi hingga
siang hari Pedagang yang kedua
merupakan pedagang yang
mempunyai waktu layanan pada
sore hingga malam hari Namun
tidak menutup kemungkinan
terdapat beberapa PKL yang
berdagang dari pagi hingga
malam hari bahkan buka nonstop
mengingat rumah sakit
beraktivitas selama sehari penuh
sehingga mereka mengikuti
aktivitas sektor formal yang ada
di sekitarnya
Waktu berdagang
tersebut juga disesuaikan dengan
kios sebagian besar
menempati badan jalan
dan trotoar
Waktu beraktivitas para
PKL umumnya terbagi
menjadi dua sesi PKL
yang pertama adalah
pedagang yang aktivitas
berdagangnya pada pagi
hingga siang hari
Pedagang yang kedua
merupakan pedagang yang
mempunyai waktu layanan
pada sore hingga malam
hari Namun tidak
menutup kemungkinan
terdapat beberapa PKL
yang berdagang dari pagi
hingga malam hari bahkan
buka nonstop
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
izin usaha yang diberlakukan oleh
petugas kelurahan sebagai pihak
yang berwenang menangani PKL
Untuk lokasi yang dilarang untuk
PKL oleh PKL tetap digunakan
sebagai lokasi untuk berdagang
dengan waktu berdagang setelah
jam kerja yaitu sore hingga
malam hari
Mengetahui
Pengelolaan
PKL di jalur
pejalan kaki
dalam perkembangannya
pemerintah mengeluarkan SK
Walikota Kota Semarang No 511316
tahun 2001 tentang Penetapan Lahan
yang mengatur tentang lokasi-lokasi
dan waktu aktivitas PKL yang
diperbolehkan oleh pemerintah pada
Kawasan Bundaran Simpang Lima
agar tetap terjaga kerapihan dan
estetikakeindahan wajah kawasannya
yaitu PKL yang berjualan di depan
Kompleks Pertokoan Simpang Lima
depan Ramayana SC depan Kantor
Adanya pengakuan resmi dari
pemerintah terhadap PKL Samanhudi
sebagai salah satu sector ekonomi di
kawasan studi melalui surat keputusan
resmi Surat keputusan ini sekaligus
mengatur hak kewajiban dan
tanggung jawab PKL sebagai
kompensasi perubahan status yang
telah diberikan oleh pemerintah
Pedagang kaki lima perlu untuk
mendapatkan pembinaan dari
pemerintah Kabupaten Jember untuk
meningkatkan kemampuan wirausaha
Pemerintah Kota Semarang
berwenang dalam mengatur
keberadaan PKL di ruang Kota
Semarang seperti yang terdapat di
kawasan sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi dengan bentuk
pengelolaan lokasional (stabilitas
atau pengaturan) dan struktural
(perijinan) Dalam pengaturan
tersebut Pemerintah Kota
Semarang menggunakan dasar
hukum berupa Undang-Undang
Peraturan Pemerintah Peraturan
mengatur tentang lokasi-
lokasi dan waktu aktivitas
PKL yang diperbolehkan
oleh pemerintah agar tetap
terjaga kerapihan dan
estetikakeindahan wajah
kawasannya
Pedagang kaki lima perlu
untuk mendapatkan
pembinaan
Pedestrian dirancang ulang
dengan dilebarkan hingga
area parkiran street
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
TelkomSMKN 7 Semarang depan
Gajahmada Plaza dan depan Masjid
Baiturrahman boleh berjualan dari
pukul 1600 ndash 0400 WIB (khusus pada
Hari Minggu PKL diijinkan untuk
berjualan mulai pukul 0600 ndash 0800
WIB) menempati ruang trotoar dengan
luas areal 4 x 6 meter
Sampai dengan tahun 2008
PKL di Kawasan Bundaran Simpang
Lima mencapai 1536 pedagang dan
ada kecenderungan akan terus
meningkat dari tahun ke tahun (lihat
Tabel III4) Kecenderungan lokasi
PKL pada masa-masa yang akan
datang mengikuti kecenderungan dari
perkembangan aktivitas formal
kawasan yang ada demikian juga
kecenderungan waktu berdagangnya
Melihat kecenderungan aktivitas PKL
kawasan maka SK Walikota Kota
Semarang No 511316 tahun 2001
sudah tidak relevan lagi dan perlu
dan peningkatan kualitas barang
dagang dan pelayanan terhadap
pembeli konsumen sehingga bias
meningkatkan pendapatan dan
aktivitas pedagang kaki lima dapat
member nilai tambah serta dapat
memberkan peluang kerja yang dapat
mengurangi tingkat pengangguran di
Kabupaten Jember Bentuk pembinaan
berupa penyuluhan yang diberikan
berkala secara rutin Program
pembinaan diadakan oleh pemerintah
Paguyuban Samanhudi merupakan
Kelembagaan yang memiliki
kewenangan atau keterikatan dengan
pengelolaan dan pembinaan Pedagang
Kaki Lima KoridorJalan
SamanhudiPaguyuban ini
beranggotakan wakil PKL wakil
pedagang formal wakil pemerintah
dari dinas Kebersihan dan
Pertamanan Dinas Polisi Pamong
Praja Dinas Pariwisata Dinas
Daerah dan Surat Keputusan
Walikota Adapun dasar hukum
yang mengatur secara jelas
mengenai aktivitas PKL di Kota
Semarang yang berlaku saat ini
diantaranya adalah sebagai
berikut
1048707 Peraturan Daerah No 11 Tahun
2000 tentang Pengaturan dan
Pembinaan PKL Perda ini
menjelaskan tentang pengaturan
dan pembinaan PKL di Kota
Semarang seperti pengaturan
tempat usaha hak kewajiban dan
larangan untuk PKL Dalam
kaitannya dengan karakteristik
berlokasi aktivitas PKL
dijelaskan dalam Perda ini yang
terdapat dalam pasal 3 yaitu
penempatan lokasi kegiatan PKL
diatur dengan mempertimbangkan
tempat kepentingan untuk umum
lainnya seperti kepentingan untuk
sehingga jalur aktif
kendaraan tidak
mengalami penyempitan
mengatur keberadaan PKL
di ruang Kota dengan
bentuk pengelolaan
lokasional (stabilitas atau
pengaturan) dan struktural
(perijinan)
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
ditinjau kembali sesuai dengan
kecenderungan dan kebutuhan yang
ada di lapangan
Pendapatan dan Dinas LPMK
Kabupaten Jemberserta pihak
penengah selaku penasehat dan pihak
netral yang diwakili oleh pakar PKL
dari universitas tokoh masyarakat dan
pakar PKL lainnya
Penerapan tema khusus pada penataan
PKL kawasan studi agar mempunyai
cirri khas dan dapat mengangkat citra
kawasan dan meningkatkan daya tarik
kawasan Contoh produk khas
jember yang dapat diangkat sebagai
tema adalah tembakau rookk dan
cerutu mengingat Jember sebagai
penghasil tembakau terbesar di Jawa
Kegiatan khas Jember yang dapat
diangkat sebagai tema yaitu Jember
Fashion Carnaval Penerapan tema
dapat diaplikasikan pada sarana usaha
PKL finishing pedestrian perabot
kota dan elemen pendukung lainnya
Pedestrian dirancang ulang dengan
pejalan dan untuk sirkulasi
kendaraan Untuk lebih jelas
mengenai detail isi perda tersebut
dapat dilihat pada Lampiran F
1048707 Surat Keputusan Walikota
Semarang No 51136 Tahun
2001 tentang lokasi PKL di Kota
Semarang dimana di dalamnya
diantaranya mengatur luas area
batas pemakaian area waktu
aktivitas dan tempat aktivitas
PKL Ruas kanan Jalan dr
Kariadi dari arah Jalan Veteran
merupakan lokasi yang
diperbolehkan untuk aktivitas
PKL Lokasi tersebut menempati
trotoar serta bangunan berupa
semi permanen Untuk lebih jelas
mengenai detail isi SK tersebut
dapat dilihat pada Lampiran F
1048707 Perda No 6 Tahun 2004
tentang Rencana Detail Tata
Ruang Kota Semarang Bagian
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
dilebarkan hingga area parkiran street
sehingga jalur aktif kendaraan tidak
mengalami penyempitan Diberikan
perbedaan yang tegas antara ruang
PKL dan ruang pejalan kaki dan jalur
kendaraan berupa perbedaan tinggi
lantaiSehingga dikemudian hari kios
PKL tidak melebar ke segala sisi
Wilayah Kota (BWK) I
(Kecamatan Semarang Tengah
Semarang Timur dan Semarang
Selatan Tahun 2000-2010 Perda
tersebut menjelaskan mengenai
fungsi serta peran BWK I yang
terkait dengan sektor formal di
wilayah tersebut yaitu penjelasan
mengenai fasilitas kesehatan yang
berada khususnya di Kelurahan
Randusari Selain itu dijelaskan
pula kelas Jalan dr Kariadi Jalan
dr Soetomo dan Jalan Veteran
serta jalur transportasi yang
melaluinya
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
menciptakan kesan negatif dan
memperburuk citra kawasan
daripada membeli di supermarket yang
sudah merajalela di kota Jember pada saat
ini mall atau grosir maupun indogrosir
yang banyak tersebar di kota Jember
dikarenakan harga yang mereka tawarkan
lebih murah
sebanyak 10 dimana karyawan
tersebut memanfaatkan PKL
sebagai lapangan pekerjaan
Sehingga bekerja sebagai
karyawan PKL dapat dikatakan
sebagai salah satu alternatif
lapangan pekerjaan bagi
masyarakat
Mengetahui
pola aktivitas
PKL dijalur
pejalan kaki
Aktivitas PKL sendiri
memiliki kecenderungan untuk
menempati ruang ruang antar aktivitas
yang selalu ramai dilewatidikunjungi
oleh banyak orang dalam melakukan
pergerakan perpindahan dari aktivitas
satu ke aktivitas yang lain atau dari
bangunan perdagangan modern satu ke
bangunan perdagangan modern yang
lain secara periodik dalam rentang
waktu tertentu sehingga kemudian
pilihan ini jatuh kepada jalur-jalur
pedestrian yang notabene merupakan
ruang-ruang terbuka publik yang
PKL berdagang dengan menempati
tempat yang tetap dan tidak berpindah-
pindah
Modal dan aset sebagian besar adalah
milik sendiri
Berdagang di Samanhudi merupakan
usaha utama
Alat peraga PKL pada kawasan ini
dapat dibedakan menjadi
ndashAlat peraga semi permanen dari kayu
dan tenda yang bersifat menetap
ndashAlat peraga dengan bangku meja dan
tenda sekaligus sebagai tempat tinggal
ndashAlat peraga beroda namun menetap
Pola Aktivitas pelayanan PKL di
kawasan sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi pada umumnya melayani
pengunjung rumah sakit namun
tidak menutup kemungkinan
konsumennya adalah pengendara
atau orang yang sedang melintasi
jalan tersebut tanpa bermaksud
untuk masuk ke rumah sakit
Selain itu konsumen
yang berasal dari sekitar lokasi
PKL seperti penduduk
permukiman di sekitarnya
pekerja yang bekerja di sektor
Aktivitas PKL memiliki
kecenderungan untuk
menempati ruang ruang
antar aktivitas yang selalu
ramai dilewatidikunjungi
oleh banyak orang dalam
melakukan pergerakan
perpindahan dari aktivitas
satu ke aktivitas yang lain
atau dari bangunan
perdagangan modern satu
ke bangunan perdagangan
modern
Saat berjualan alat peraga
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
seyogyanya digunakan oleh pejalan
kaki Keberadaan ruang trotoar yang
semakin sempit oleh penggunaan ruang
PKL membuat pejalan kaki
menjatuhkan pilihan untuk melakukan
perjalanan pada ruang-ruang seperti
jalur lambat dan sebagian badan jalan
sehingga mengurangi keamanan jiwa
dan kenyamanan pejalan kaki sendiri
serta pengguna jalan yang lain
(pengendara)
Kegiatan-kegiatan yang
dilakukan oleh pejalan kaki pada
ruang-ruang jalur pedestrian atau
trotoar di Kawasan Bundaran Simpang
Lima adalah kegiatan berjalan dan
berbelanja Sebagian dari pejalan kaki
hanya berjalan melintasi trotoar untuk
menuju lokasi tujuannya akan tetapi
ada pula sebagian dari pejalan kaki
yang berjalan sambil melihat-lihat
bahkan ada yang berbelanja pada PKL
ndashAlat peraga beroda namun menetap
dengan bangku dan meja
ndashHanya berupa matras sebagai alas
dagangan yang dapat berpindah
sewaktu-waktu
Alat peraga yang dipakai untuk usaha
tidak seragam dan tidak menggunakan
desain yang baik sehingga terkesan
kumuh kurang bersih dan sangat
mengganggu wajah kota dan menutup
fasade bangunan di belakangnya
Saat berjualan alat peraga kios
sebagian besar menempati badan jalan
dan trotoar
Saat tidak berjualan alat peraga kios
sebagian besar tetap di lokasi jualan
lama berjualan di Samanhudi sebagian
besar antara 6 ndash10 tahun
Terbanyak dari pedagang belum
pernah bekerja di sektor lain dan dari
semula telah menjadi PKL di
Samanhudidi bandingkan denga harga
yang ada di mall Pedagang
lain sehingga tidak ada batasan
pasti mengenai pola pelayanan
para PKL tersebut
Waktu beraktivitas para
PKL umumnya terbagi menjadi
dua sesi PKL yang pertama
adalah pedagang yang aktivitas
berdagangnya pada pagi hingga
siang hari Pedagang yang kedua
merupakan pedagang yang
mempunyai waktu layanan pada
sore hingga malam hari Namun
tidak menutup kemungkinan
terdapat beberapa PKL yang
berdagang dari pagi hingga
malam hari bahkan buka nonstop
mengingat rumah sakit
beraktivitas selama sehari penuh
sehingga mereka mengikuti
aktivitas sektor formal yang ada
di sekitarnya
Waktu berdagang
tersebut juga disesuaikan dengan
kios sebagian besar
menempati badan jalan
dan trotoar
Waktu beraktivitas para
PKL umumnya terbagi
menjadi dua sesi PKL
yang pertama adalah
pedagang yang aktivitas
berdagangnya pada pagi
hingga siang hari
Pedagang yang kedua
merupakan pedagang yang
mempunyai waktu layanan
pada sore hingga malam
hari Namun tidak
menutup kemungkinan
terdapat beberapa PKL
yang berdagang dari pagi
hingga malam hari bahkan
buka nonstop
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
izin usaha yang diberlakukan oleh
petugas kelurahan sebagai pihak
yang berwenang menangani PKL
Untuk lokasi yang dilarang untuk
PKL oleh PKL tetap digunakan
sebagai lokasi untuk berdagang
dengan waktu berdagang setelah
jam kerja yaitu sore hingga
malam hari
Mengetahui
Pengelolaan
PKL di jalur
pejalan kaki
dalam perkembangannya
pemerintah mengeluarkan SK
Walikota Kota Semarang No 511316
tahun 2001 tentang Penetapan Lahan
yang mengatur tentang lokasi-lokasi
dan waktu aktivitas PKL yang
diperbolehkan oleh pemerintah pada
Kawasan Bundaran Simpang Lima
agar tetap terjaga kerapihan dan
estetikakeindahan wajah kawasannya
yaitu PKL yang berjualan di depan
Kompleks Pertokoan Simpang Lima
depan Ramayana SC depan Kantor
Adanya pengakuan resmi dari
pemerintah terhadap PKL Samanhudi
sebagai salah satu sector ekonomi di
kawasan studi melalui surat keputusan
resmi Surat keputusan ini sekaligus
mengatur hak kewajiban dan
tanggung jawab PKL sebagai
kompensasi perubahan status yang
telah diberikan oleh pemerintah
Pedagang kaki lima perlu untuk
mendapatkan pembinaan dari
pemerintah Kabupaten Jember untuk
meningkatkan kemampuan wirausaha
Pemerintah Kota Semarang
berwenang dalam mengatur
keberadaan PKL di ruang Kota
Semarang seperti yang terdapat di
kawasan sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi dengan bentuk
pengelolaan lokasional (stabilitas
atau pengaturan) dan struktural
(perijinan) Dalam pengaturan
tersebut Pemerintah Kota
Semarang menggunakan dasar
hukum berupa Undang-Undang
Peraturan Pemerintah Peraturan
mengatur tentang lokasi-
lokasi dan waktu aktivitas
PKL yang diperbolehkan
oleh pemerintah agar tetap
terjaga kerapihan dan
estetikakeindahan wajah
kawasannya
Pedagang kaki lima perlu
untuk mendapatkan
pembinaan
Pedestrian dirancang ulang
dengan dilebarkan hingga
area parkiran street
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
TelkomSMKN 7 Semarang depan
Gajahmada Plaza dan depan Masjid
Baiturrahman boleh berjualan dari
pukul 1600 ndash 0400 WIB (khusus pada
Hari Minggu PKL diijinkan untuk
berjualan mulai pukul 0600 ndash 0800
WIB) menempati ruang trotoar dengan
luas areal 4 x 6 meter
Sampai dengan tahun 2008
PKL di Kawasan Bundaran Simpang
Lima mencapai 1536 pedagang dan
ada kecenderungan akan terus
meningkat dari tahun ke tahun (lihat
Tabel III4) Kecenderungan lokasi
PKL pada masa-masa yang akan
datang mengikuti kecenderungan dari
perkembangan aktivitas formal
kawasan yang ada demikian juga
kecenderungan waktu berdagangnya
Melihat kecenderungan aktivitas PKL
kawasan maka SK Walikota Kota
Semarang No 511316 tahun 2001
sudah tidak relevan lagi dan perlu
dan peningkatan kualitas barang
dagang dan pelayanan terhadap
pembeli konsumen sehingga bias
meningkatkan pendapatan dan
aktivitas pedagang kaki lima dapat
member nilai tambah serta dapat
memberkan peluang kerja yang dapat
mengurangi tingkat pengangguran di
Kabupaten Jember Bentuk pembinaan
berupa penyuluhan yang diberikan
berkala secara rutin Program
pembinaan diadakan oleh pemerintah
Paguyuban Samanhudi merupakan
Kelembagaan yang memiliki
kewenangan atau keterikatan dengan
pengelolaan dan pembinaan Pedagang
Kaki Lima KoridorJalan
SamanhudiPaguyuban ini
beranggotakan wakil PKL wakil
pedagang formal wakil pemerintah
dari dinas Kebersihan dan
Pertamanan Dinas Polisi Pamong
Praja Dinas Pariwisata Dinas
Daerah dan Surat Keputusan
Walikota Adapun dasar hukum
yang mengatur secara jelas
mengenai aktivitas PKL di Kota
Semarang yang berlaku saat ini
diantaranya adalah sebagai
berikut
1048707 Peraturan Daerah No 11 Tahun
2000 tentang Pengaturan dan
Pembinaan PKL Perda ini
menjelaskan tentang pengaturan
dan pembinaan PKL di Kota
Semarang seperti pengaturan
tempat usaha hak kewajiban dan
larangan untuk PKL Dalam
kaitannya dengan karakteristik
berlokasi aktivitas PKL
dijelaskan dalam Perda ini yang
terdapat dalam pasal 3 yaitu
penempatan lokasi kegiatan PKL
diatur dengan mempertimbangkan
tempat kepentingan untuk umum
lainnya seperti kepentingan untuk
sehingga jalur aktif
kendaraan tidak
mengalami penyempitan
mengatur keberadaan PKL
di ruang Kota dengan
bentuk pengelolaan
lokasional (stabilitas atau
pengaturan) dan struktural
(perijinan)
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
ditinjau kembali sesuai dengan
kecenderungan dan kebutuhan yang
ada di lapangan
Pendapatan dan Dinas LPMK
Kabupaten Jemberserta pihak
penengah selaku penasehat dan pihak
netral yang diwakili oleh pakar PKL
dari universitas tokoh masyarakat dan
pakar PKL lainnya
Penerapan tema khusus pada penataan
PKL kawasan studi agar mempunyai
cirri khas dan dapat mengangkat citra
kawasan dan meningkatkan daya tarik
kawasan Contoh produk khas
jember yang dapat diangkat sebagai
tema adalah tembakau rookk dan
cerutu mengingat Jember sebagai
penghasil tembakau terbesar di Jawa
Kegiatan khas Jember yang dapat
diangkat sebagai tema yaitu Jember
Fashion Carnaval Penerapan tema
dapat diaplikasikan pada sarana usaha
PKL finishing pedestrian perabot
kota dan elemen pendukung lainnya
Pedestrian dirancang ulang dengan
pejalan dan untuk sirkulasi
kendaraan Untuk lebih jelas
mengenai detail isi perda tersebut
dapat dilihat pada Lampiran F
1048707 Surat Keputusan Walikota
Semarang No 51136 Tahun
2001 tentang lokasi PKL di Kota
Semarang dimana di dalamnya
diantaranya mengatur luas area
batas pemakaian area waktu
aktivitas dan tempat aktivitas
PKL Ruas kanan Jalan dr
Kariadi dari arah Jalan Veteran
merupakan lokasi yang
diperbolehkan untuk aktivitas
PKL Lokasi tersebut menempati
trotoar serta bangunan berupa
semi permanen Untuk lebih jelas
mengenai detail isi SK tersebut
dapat dilihat pada Lampiran F
1048707 Perda No 6 Tahun 2004
tentang Rencana Detail Tata
Ruang Kota Semarang Bagian
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
dilebarkan hingga area parkiran street
sehingga jalur aktif kendaraan tidak
mengalami penyempitan Diberikan
perbedaan yang tegas antara ruang
PKL dan ruang pejalan kaki dan jalur
kendaraan berupa perbedaan tinggi
lantaiSehingga dikemudian hari kios
PKL tidak melebar ke segala sisi
Wilayah Kota (BWK) I
(Kecamatan Semarang Tengah
Semarang Timur dan Semarang
Selatan Tahun 2000-2010 Perda
tersebut menjelaskan mengenai
fungsi serta peran BWK I yang
terkait dengan sektor formal di
wilayah tersebut yaitu penjelasan
mengenai fasilitas kesehatan yang
berada khususnya di Kelurahan
Randusari Selain itu dijelaskan
pula kelas Jalan dr Kariadi Jalan
dr Soetomo dan Jalan Veteran
serta jalur transportasi yang
melaluinya
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
seyogyanya digunakan oleh pejalan
kaki Keberadaan ruang trotoar yang
semakin sempit oleh penggunaan ruang
PKL membuat pejalan kaki
menjatuhkan pilihan untuk melakukan
perjalanan pada ruang-ruang seperti
jalur lambat dan sebagian badan jalan
sehingga mengurangi keamanan jiwa
dan kenyamanan pejalan kaki sendiri
serta pengguna jalan yang lain
(pengendara)
Kegiatan-kegiatan yang
dilakukan oleh pejalan kaki pada
ruang-ruang jalur pedestrian atau
trotoar di Kawasan Bundaran Simpang
Lima adalah kegiatan berjalan dan
berbelanja Sebagian dari pejalan kaki
hanya berjalan melintasi trotoar untuk
menuju lokasi tujuannya akan tetapi
ada pula sebagian dari pejalan kaki
yang berjalan sambil melihat-lihat
bahkan ada yang berbelanja pada PKL
ndashAlat peraga beroda namun menetap
dengan bangku dan meja
ndashHanya berupa matras sebagai alas
dagangan yang dapat berpindah
sewaktu-waktu
Alat peraga yang dipakai untuk usaha
tidak seragam dan tidak menggunakan
desain yang baik sehingga terkesan
kumuh kurang bersih dan sangat
mengganggu wajah kota dan menutup
fasade bangunan di belakangnya
Saat berjualan alat peraga kios
sebagian besar menempati badan jalan
dan trotoar
Saat tidak berjualan alat peraga kios
sebagian besar tetap di lokasi jualan
lama berjualan di Samanhudi sebagian
besar antara 6 ndash10 tahun
Terbanyak dari pedagang belum
pernah bekerja di sektor lain dan dari
semula telah menjadi PKL di
Samanhudidi bandingkan denga harga
yang ada di mall Pedagang
lain sehingga tidak ada batasan
pasti mengenai pola pelayanan
para PKL tersebut
Waktu beraktivitas para
PKL umumnya terbagi menjadi
dua sesi PKL yang pertama
adalah pedagang yang aktivitas
berdagangnya pada pagi hingga
siang hari Pedagang yang kedua
merupakan pedagang yang
mempunyai waktu layanan pada
sore hingga malam hari Namun
tidak menutup kemungkinan
terdapat beberapa PKL yang
berdagang dari pagi hingga
malam hari bahkan buka nonstop
mengingat rumah sakit
beraktivitas selama sehari penuh
sehingga mereka mengikuti
aktivitas sektor formal yang ada
di sekitarnya
Waktu berdagang
tersebut juga disesuaikan dengan
kios sebagian besar
menempati badan jalan
dan trotoar
Waktu beraktivitas para
PKL umumnya terbagi
menjadi dua sesi PKL
yang pertama adalah
pedagang yang aktivitas
berdagangnya pada pagi
hingga siang hari
Pedagang yang kedua
merupakan pedagang yang
mempunyai waktu layanan
pada sore hingga malam
hari Namun tidak
menutup kemungkinan
terdapat beberapa PKL
yang berdagang dari pagi
hingga malam hari bahkan
buka nonstop
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
izin usaha yang diberlakukan oleh
petugas kelurahan sebagai pihak
yang berwenang menangani PKL
Untuk lokasi yang dilarang untuk
PKL oleh PKL tetap digunakan
sebagai lokasi untuk berdagang
dengan waktu berdagang setelah
jam kerja yaitu sore hingga
malam hari
Mengetahui
Pengelolaan
PKL di jalur
pejalan kaki
dalam perkembangannya
pemerintah mengeluarkan SK
Walikota Kota Semarang No 511316
tahun 2001 tentang Penetapan Lahan
yang mengatur tentang lokasi-lokasi
dan waktu aktivitas PKL yang
diperbolehkan oleh pemerintah pada
Kawasan Bundaran Simpang Lima
agar tetap terjaga kerapihan dan
estetikakeindahan wajah kawasannya
yaitu PKL yang berjualan di depan
Kompleks Pertokoan Simpang Lima
depan Ramayana SC depan Kantor
Adanya pengakuan resmi dari
pemerintah terhadap PKL Samanhudi
sebagai salah satu sector ekonomi di
kawasan studi melalui surat keputusan
resmi Surat keputusan ini sekaligus
mengatur hak kewajiban dan
tanggung jawab PKL sebagai
kompensasi perubahan status yang
telah diberikan oleh pemerintah
Pedagang kaki lima perlu untuk
mendapatkan pembinaan dari
pemerintah Kabupaten Jember untuk
meningkatkan kemampuan wirausaha
Pemerintah Kota Semarang
berwenang dalam mengatur
keberadaan PKL di ruang Kota
Semarang seperti yang terdapat di
kawasan sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi dengan bentuk
pengelolaan lokasional (stabilitas
atau pengaturan) dan struktural
(perijinan) Dalam pengaturan
tersebut Pemerintah Kota
Semarang menggunakan dasar
hukum berupa Undang-Undang
Peraturan Pemerintah Peraturan
mengatur tentang lokasi-
lokasi dan waktu aktivitas
PKL yang diperbolehkan
oleh pemerintah agar tetap
terjaga kerapihan dan
estetikakeindahan wajah
kawasannya
Pedagang kaki lima perlu
untuk mendapatkan
pembinaan
Pedestrian dirancang ulang
dengan dilebarkan hingga
area parkiran street
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
TelkomSMKN 7 Semarang depan
Gajahmada Plaza dan depan Masjid
Baiturrahman boleh berjualan dari
pukul 1600 ndash 0400 WIB (khusus pada
Hari Minggu PKL diijinkan untuk
berjualan mulai pukul 0600 ndash 0800
WIB) menempati ruang trotoar dengan
luas areal 4 x 6 meter
Sampai dengan tahun 2008
PKL di Kawasan Bundaran Simpang
Lima mencapai 1536 pedagang dan
ada kecenderungan akan terus
meningkat dari tahun ke tahun (lihat
Tabel III4) Kecenderungan lokasi
PKL pada masa-masa yang akan
datang mengikuti kecenderungan dari
perkembangan aktivitas formal
kawasan yang ada demikian juga
kecenderungan waktu berdagangnya
Melihat kecenderungan aktivitas PKL
kawasan maka SK Walikota Kota
Semarang No 511316 tahun 2001
sudah tidak relevan lagi dan perlu
dan peningkatan kualitas barang
dagang dan pelayanan terhadap
pembeli konsumen sehingga bias
meningkatkan pendapatan dan
aktivitas pedagang kaki lima dapat
member nilai tambah serta dapat
memberkan peluang kerja yang dapat
mengurangi tingkat pengangguran di
Kabupaten Jember Bentuk pembinaan
berupa penyuluhan yang diberikan
berkala secara rutin Program
pembinaan diadakan oleh pemerintah
Paguyuban Samanhudi merupakan
Kelembagaan yang memiliki
kewenangan atau keterikatan dengan
pengelolaan dan pembinaan Pedagang
Kaki Lima KoridorJalan
SamanhudiPaguyuban ini
beranggotakan wakil PKL wakil
pedagang formal wakil pemerintah
dari dinas Kebersihan dan
Pertamanan Dinas Polisi Pamong
Praja Dinas Pariwisata Dinas
Daerah dan Surat Keputusan
Walikota Adapun dasar hukum
yang mengatur secara jelas
mengenai aktivitas PKL di Kota
Semarang yang berlaku saat ini
diantaranya adalah sebagai
berikut
1048707 Peraturan Daerah No 11 Tahun
2000 tentang Pengaturan dan
Pembinaan PKL Perda ini
menjelaskan tentang pengaturan
dan pembinaan PKL di Kota
Semarang seperti pengaturan
tempat usaha hak kewajiban dan
larangan untuk PKL Dalam
kaitannya dengan karakteristik
berlokasi aktivitas PKL
dijelaskan dalam Perda ini yang
terdapat dalam pasal 3 yaitu
penempatan lokasi kegiatan PKL
diatur dengan mempertimbangkan
tempat kepentingan untuk umum
lainnya seperti kepentingan untuk
sehingga jalur aktif
kendaraan tidak
mengalami penyempitan
mengatur keberadaan PKL
di ruang Kota dengan
bentuk pengelolaan
lokasional (stabilitas atau
pengaturan) dan struktural
(perijinan)
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
ditinjau kembali sesuai dengan
kecenderungan dan kebutuhan yang
ada di lapangan
Pendapatan dan Dinas LPMK
Kabupaten Jemberserta pihak
penengah selaku penasehat dan pihak
netral yang diwakili oleh pakar PKL
dari universitas tokoh masyarakat dan
pakar PKL lainnya
Penerapan tema khusus pada penataan
PKL kawasan studi agar mempunyai
cirri khas dan dapat mengangkat citra
kawasan dan meningkatkan daya tarik
kawasan Contoh produk khas
jember yang dapat diangkat sebagai
tema adalah tembakau rookk dan
cerutu mengingat Jember sebagai
penghasil tembakau terbesar di Jawa
Kegiatan khas Jember yang dapat
diangkat sebagai tema yaitu Jember
Fashion Carnaval Penerapan tema
dapat diaplikasikan pada sarana usaha
PKL finishing pedestrian perabot
kota dan elemen pendukung lainnya
Pedestrian dirancang ulang dengan
pejalan dan untuk sirkulasi
kendaraan Untuk lebih jelas
mengenai detail isi perda tersebut
dapat dilihat pada Lampiran F
1048707 Surat Keputusan Walikota
Semarang No 51136 Tahun
2001 tentang lokasi PKL di Kota
Semarang dimana di dalamnya
diantaranya mengatur luas area
batas pemakaian area waktu
aktivitas dan tempat aktivitas
PKL Ruas kanan Jalan dr
Kariadi dari arah Jalan Veteran
merupakan lokasi yang
diperbolehkan untuk aktivitas
PKL Lokasi tersebut menempati
trotoar serta bangunan berupa
semi permanen Untuk lebih jelas
mengenai detail isi SK tersebut
dapat dilihat pada Lampiran F
1048707 Perda No 6 Tahun 2004
tentang Rencana Detail Tata
Ruang Kota Semarang Bagian
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
dilebarkan hingga area parkiran street
sehingga jalur aktif kendaraan tidak
mengalami penyempitan Diberikan
perbedaan yang tegas antara ruang
PKL dan ruang pejalan kaki dan jalur
kendaraan berupa perbedaan tinggi
lantaiSehingga dikemudian hari kios
PKL tidak melebar ke segala sisi
Wilayah Kota (BWK) I
(Kecamatan Semarang Tengah
Semarang Timur dan Semarang
Selatan Tahun 2000-2010 Perda
tersebut menjelaskan mengenai
fungsi serta peran BWK I yang
terkait dengan sektor formal di
wilayah tersebut yaitu penjelasan
mengenai fasilitas kesehatan yang
berada khususnya di Kelurahan
Randusari Selain itu dijelaskan
pula kelas Jalan dr Kariadi Jalan
dr Soetomo dan Jalan Veteran
serta jalur transportasi yang
melaluinya
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
izin usaha yang diberlakukan oleh
petugas kelurahan sebagai pihak
yang berwenang menangani PKL
Untuk lokasi yang dilarang untuk
PKL oleh PKL tetap digunakan
sebagai lokasi untuk berdagang
dengan waktu berdagang setelah
jam kerja yaitu sore hingga
malam hari
Mengetahui
Pengelolaan
PKL di jalur
pejalan kaki
dalam perkembangannya
pemerintah mengeluarkan SK
Walikota Kota Semarang No 511316
tahun 2001 tentang Penetapan Lahan
yang mengatur tentang lokasi-lokasi
dan waktu aktivitas PKL yang
diperbolehkan oleh pemerintah pada
Kawasan Bundaran Simpang Lima
agar tetap terjaga kerapihan dan
estetikakeindahan wajah kawasannya
yaitu PKL yang berjualan di depan
Kompleks Pertokoan Simpang Lima
depan Ramayana SC depan Kantor
Adanya pengakuan resmi dari
pemerintah terhadap PKL Samanhudi
sebagai salah satu sector ekonomi di
kawasan studi melalui surat keputusan
resmi Surat keputusan ini sekaligus
mengatur hak kewajiban dan
tanggung jawab PKL sebagai
kompensasi perubahan status yang
telah diberikan oleh pemerintah
Pedagang kaki lima perlu untuk
mendapatkan pembinaan dari
pemerintah Kabupaten Jember untuk
meningkatkan kemampuan wirausaha
Pemerintah Kota Semarang
berwenang dalam mengatur
keberadaan PKL di ruang Kota
Semarang seperti yang terdapat di
kawasan sekitar Rumah Sakit dr
Kariadi dengan bentuk
pengelolaan lokasional (stabilitas
atau pengaturan) dan struktural
(perijinan) Dalam pengaturan
tersebut Pemerintah Kota
Semarang menggunakan dasar
hukum berupa Undang-Undang
Peraturan Pemerintah Peraturan
mengatur tentang lokasi-
lokasi dan waktu aktivitas
PKL yang diperbolehkan
oleh pemerintah agar tetap
terjaga kerapihan dan
estetikakeindahan wajah
kawasannya
Pedagang kaki lima perlu
untuk mendapatkan
pembinaan
Pedestrian dirancang ulang
dengan dilebarkan hingga
area parkiran street
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
TelkomSMKN 7 Semarang depan
Gajahmada Plaza dan depan Masjid
Baiturrahman boleh berjualan dari
pukul 1600 ndash 0400 WIB (khusus pada
Hari Minggu PKL diijinkan untuk
berjualan mulai pukul 0600 ndash 0800
WIB) menempati ruang trotoar dengan
luas areal 4 x 6 meter
Sampai dengan tahun 2008
PKL di Kawasan Bundaran Simpang
Lima mencapai 1536 pedagang dan
ada kecenderungan akan terus
meningkat dari tahun ke tahun (lihat
Tabel III4) Kecenderungan lokasi
PKL pada masa-masa yang akan
datang mengikuti kecenderungan dari
perkembangan aktivitas formal
kawasan yang ada demikian juga
kecenderungan waktu berdagangnya
Melihat kecenderungan aktivitas PKL
kawasan maka SK Walikota Kota
Semarang No 511316 tahun 2001
sudah tidak relevan lagi dan perlu
dan peningkatan kualitas barang
dagang dan pelayanan terhadap
pembeli konsumen sehingga bias
meningkatkan pendapatan dan
aktivitas pedagang kaki lima dapat
member nilai tambah serta dapat
memberkan peluang kerja yang dapat
mengurangi tingkat pengangguran di
Kabupaten Jember Bentuk pembinaan
berupa penyuluhan yang diberikan
berkala secara rutin Program
pembinaan diadakan oleh pemerintah
Paguyuban Samanhudi merupakan
Kelembagaan yang memiliki
kewenangan atau keterikatan dengan
pengelolaan dan pembinaan Pedagang
Kaki Lima KoridorJalan
SamanhudiPaguyuban ini
beranggotakan wakil PKL wakil
pedagang formal wakil pemerintah
dari dinas Kebersihan dan
Pertamanan Dinas Polisi Pamong
Praja Dinas Pariwisata Dinas
Daerah dan Surat Keputusan
Walikota Adapun dasar hukum
yang mengatur secara jelas
mengenai aktivitas PKL di Kota
Semarang yang berlaku saat ini
diantaranya adalah sebagai
berikut
1048707 Peraturan Daerah No 11 Tahun
2000 tentang Pengaturan dan
Pembinaan PKL Perda ini
menjelaskan tentang pengaturan
dan pembinaan PKL di Kota
Semarang seperti pengaturan
tempat usaha hak kewajiban dan
larangan untuk PKL Dalam
kaitannya dengan karakteristik
berlokasi aktivitas PKL
dijelaskan dalam Perda ini yang
terdapat dalam pasal 3 yaitu
penempatan lokasi kegiatan PKL
diatur dengan mempertimbangkan
tempat kepentingan untuk umum
lainnya seperti kepentingan untuk
sehingga jalur aktif
kendaraan tidak
mengalami penyempitan
mengatur keberadaan PKL
di ruang Kota dengan
bentuk pengelolaan
lokasional (stabilitas atau
pengaturan) dan struktural
(perijinan)
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
ditinjau kembali sesuai dengan
kecenderungan dan kebutuhan yang
ada di lapangan
Pendapatan dan Dinas LPMK
Kabupaten Jemberserta pihak
penengah selaku penasehat dan pihak
netral yang diwakili oleh pakar PKL
dari universitas tokoh masyarakat dan
pakar PKL lainnya
Penerapan tema khusus pada penataan
PKL kawasan studi agar mempunyai
cirri khas dan dapat mengangkat citra
kawasan dan meningkatkan daya tarik
kawasan Contoh produk khas
jember yang dapat diangkat sebagai
tema adalah tembakau rookk dan
cerutu mengingat Jember sebagai
penghasil tembakau terbesar di Jawa
Kegiatan khas Jember yang dapat
diangkat sebagai tema yaitu Jember
Fashion Carnaval Penerapan tema
dapat diaplikasikan pada sarana usaha
PKL finishing pedestrian perabot
kota dan elemen pendukung lainnya
Pedestrian dirancang ulang dengan
pejalan dan untuk sirkulasi
kendaraan Untuk lebih jelas
mengenai detail isi perda tersebut
dapat dilihat pada Lampiran F
1048707 Surat Keputusan Walikota
Semarang No 51136 Tahun
2001 tentang lokasi PKL di Kota
Semarang dimana di dalamnya
diantaranya mengatur luas area
batas pemakaian area waktu
aktivitas dan tempat aktivitas
PKL Ruas kanan Jalan dr
Kariadi dari arah Jalan Veteran
merupakan lokasi yang
diperbolehkan untuk aktivitas
PKL Lokasi tersebut menempati
trotoar serta bangunan berupa
semi permanen Untuk lebih jelas
mengenai detail isi SK tersebut
dapat dilihat pada Lampiran F
1048707 Perda No 6 Tahun 2004
tentang Rencana Detail Tata
Ruang Kota Semarang Bagian
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
dilebarkan hingga area parkiran street
sehingga jalur aktif kendaraan tidak
mengalami penyempitan Diberikan
perbedaan yang tegas antara ruang
PKL dan ruang pejalan kaki dan jalur
kendaraan berupa perbedaan tinggi
lantaiSehingga dikemudian hari kios
PKL tidak melebar ke segala sisi
Wilayah Kota (BWK) I
(Kecamatan Semarang Tengah
Semarang Timur dan Semarang
Selatan Tahun 2000-2010 Perda
tersebut menjelaskan mengenai
fungsi serta peran BWK I yang
terkait dengan sektor formal di
wilayah tersebut yaitu penjelasan
mengenai fasilitas kesehatan yang
berada khususnya di Kelurahan
Randusari Selain itu dijelaskan
pula kelas Jalan dr Kariadi Jalan
dr Soetomo dan Jalan Veteran
serta jalur transportasi yang
melaluinya
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
TelkomSMKN 7 Semarang depan
Gajahmada Plaza dan depan Masjid
Baiturrahman boleh berjualan dari
pukul 1600 ndash 0400 WIB (khusus pada
Hari Minggu PKL diijinkan untuk
berjualan mulai pukul 0600 ndash 0800
WIB) menempati ruang trotoar dengan
luas areal 4 x 6 meter
Sampai dengan tahun 2008
PKL di Kawasan Bundaran Simpang
Lima mencapai 1536 pedagang dan
ada kecenderungan akan terus
meningkat dari tahun ke tahun (lihat
Tabel III4) Kecenderungan lokasi
PKL pada masa-masa yang akan
datang mengikuti kecenderungan dari
perkembangan aktivitas formal
kawasan yang ada demikian juga
kecenderungan waktu berdagangnya
Melihat kecenderungan aktivitas PKL
kawasan maka SK Walikota Kota
Semarang No 511316 tahun 2001
sudah tidak relevan lagi dan perlu
dan peningkatan kualitas barang
dagang dan pelayanan terhadap
pembeli konsumen sehingga bias
meningkatkan pendapatan dan
aktivitas pedagang kaki lima dapat
member nilai tambah serta dapat
memberkan peluang kerja yang dapat
mengurangi tingkat pengangguran di
Kabupaten Jember Bentuk pembinaan
berupa penyuluhan yang diberikan
berkala secara rutin Program
pembinaan diadakan oleh pemerintah
Paguyuban Samanhudi merupakan
Kelembagaan yang memiliki
kewenangan atau keterikatan dengan
pengelolaan dan pembinaan Pedagang
Kaki Lima KoridorJalan
SamanhudiPaguyuban ini
beranggotakan wakil PKL wakil
pedagang formal wakil pemerintah
dari dinas Kebersihan dan
Pertamanan Dinas Polisi Pamong
Praja Dinas Pariwisata Dinas
Daerah dan Surat Keputusan
Walikota Adapun dasar hukum
yang mengatur secara jelas
mengenai aktivitas PKL di Kota
Semarang yang berlaku saat ini
diantaranya adalah sebagai
berikut
1048707 Peraturan Daerah No 11 Tahun
2000 tentang Pengaturan dan
Pembinaan PKL Perda ini
menjelaskan tentang pengaturan
dan pembinaan PKL di Kota
Semarang seperti pengaturan
tempat usaha hak kewajiban dan
larangan untuk PKL Dalam
kaitannya dengan karakteristik
berlokasi aktivitas PKL
dijelaskan dalam Perda ini yang
terdapat dalam pasal 3 yaitu
penempatan lokasi kegiatan PKL
diatur dengan mempertimbangkan
tempat kepentingan untuk umum
lainnya seperti kepentingan untuk
sehingga jalur aktif
kendaraan tidak
mengalami penyempitan
mengatur keberadaan PKL
di ruang Kota dengan
bentuk pengelolaan
lokasional (stabilitas atau
pengaturan) dan struktural
(perijinan)
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
ditinjau kembali sesuai dengan
kecenderungan dan kebutuhan yang
ada di lapangan
Pendapatan dan Dinas LPMK
Kabupaten Jemberserta pihak
penengah selaku penasehat dan pihak
netral yang diwakili oleh pakar PKL
dari universitas tokoh masyarakat dan
pakar PKL lainnya
Penerapan tema khusus pada penataan
PKL kawasan studi agar mempunyai
cirri khas dan dapat mengangkat citra
kawasan dan meningkatkan daya tarik
kawasan Contoh produk khas
jember yang dapat diangkat sebagai
tema adalah tembakau rookk dan
cerutu mengingat Jember sebagai
penghasil tembakau terbesar di Jawa
Kegiatan khas Jember yang dapat
diangkat sebagai tema yaitu Jember
Fashion Carnaval Penerapan tema
dapat diaplikasikan pada sarana usaha
PKL finishing pedestrian perabot
kota dan elemen pendukung lainnya
Pedestrian dirancang ulang dengan
pejalan dan untuk sirkulasi
kendaraan Untuk lebih jelas
mengenai detail isi perda tersebut
dapat dilihat pada Lampiran F
1048707 Surat Keputusan Walikota
Semarang No 51136 Tahun
2001 tentang lokasi PKL di Kota
Semarang dimana di dalamnya
diantaranya mengatur luas area
batas pemakaian area waktu
aktivitas dan tempat aktivitas
PKL Ruas kanan Jalan dr
Kariadi dari arah Jalan Veteran
merupakan lokasi yang
diperbolehkan untuk aktivitas
PKL Lokasi tersebut menempati
trotoar serta bangunan berupa
semi permanen Untuk lebih jelas
mengenai detail isi SK tersebut
dapat dilihat pada Lampiran F
1048707 Perda No 6 Tahun 2004
tentang Rencana Detail Tata
Ruang Kota Semarang Bagian
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
dilebarkan hingga area parkiran street
sehingga jalur aktif kendaraan tidak
mengalami penyempitan Diberikan
perbedaan yang tegas antara ruang
PKL dan ruang pejalan kaki dan jalur
kendaraan berupa perbedaan tinggi
lantaiSehingga dikemudian hari kios
PKL tidak melebar ke segala sisi
Wilayah Kota (BWK) I
(Kecamatan Semarang Tengah
Semarang Timur dan Semarang
Selatan Tahun 2000-2010 Perda
tersebut menjelaskan mengenai
fungsi serta peran BWK I yang
terkait dengan sektor formal di
wilayah tersebut yaitu penjelasan
mengenai fasilitas kesehatan yang
berada khususnya di Kelurahan
Randusari Selain itu dijelaskan
pula kelas Jalan dr Kariadi Jalan
dr Soetomo dan Jalan Veteran
serta jalur transportasi yang
melaluinya
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
ditinjau kembali sesuai dengan
kecenderungan dan kebutuhan yang
ada di lapangan
Pendapatan dan Dinas LPMK
Kabupaten Jemberserta pihak
penengah selaku penasehat dan pihak
netral yang diwakili oleh pakar PKL
dari universitas tokoh masyarakat dan
pakar PKL lainnya
Penerapan tema khusus pada penataan
PKL kawasan studi agar mempunyai
cirri khas dan dapat mengangkat citra
kawasan dan meningkatkan daya tarik
kawasan Contoh produk khas
jember yang dapat diangkat sebagai
tema adalah tembakau rookk dan
cerutu mengingat Jember sebagai
penghasil tembakau terbesar di Jawa
Kegiatan khas Jember yang dapat
diangkat sebagai tema yaitu Jember
Fashion Carnaval Penerapan tema
dapat diaplikasikan pada sarana usaha
PKL finishing pedestrian perabot
kota dan elemen pendukung lainnya
Pedestrian dirancang ulang dengan
pejalan dan untuk sirkulasi
kendaraan Untuk lebih jelas
mengenai detail isi perda tersebut
dapat dilihat pada Lampiran F
1048707 Surat Keputusan Walikota
Semarang No 51136 Tahun
2001 tentang lokasi PKL di Kota
Semarang dimana di dalamnya
diantaranya mengatur luas area
batas pemakaian area waktu
aktivitas dan tempat aktivitas
PKL Ruas kanan Jalan dr
Kariadi dari arah Jalan Veteran
merupakan lokasi yang
diperbolehkan untuk aktivitas
PKL Lokasi tersebut menempati
trotoar serta bangunan berupa
semi permanen Untuk lebih jelas
mengenai detail isi SK tersebut
dapat dilihat pada Lampiran F
1048707 Perda No 6 Tahun 2004
tentang Rencana Detail Tata
Ruang Kota Semarang Bagian
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
dilebarkan hingga area parkiran street
sehingga jalur aktif kendaraan tidak
mengalami penyempitan Diberikan
perbedaan yang tegas antara ruang
PKL dan ruang pejalan kaki dan jalur
kendaraan berupa perbedaan tinggi
lantaiSehingga dikemudian hari kios
PKL tidak melebar ke segala sisi
Wilayah Kota (BWK) I
(Kecamatan Semarang Tengah
Semarang Timur dan Semarang
Selatan Tahun 2000-2010 Perda
tersebut menjelaskan mengenai
fungsi serta peran BWK I yang
terkait dengan sektor formal di
wilayah tersebut yaitu penjelasan
mengenai fasilitas kesehatan yang
berada khususnya di Kelurahan
Randusari Selain itu dijelaskan
pula kelas Jalan dr Kariadi Jalan
dr Soetomo dan Jalan Veteran
serta jalur transportasi yang
melaluinya
41
Sasaran Studi Kasus PKL Simpang lima Semarang
Studi kasus PKL JemberKajian PKL di sekitar kawasan fasilitas kesehatan rumah sakit
Kariyadi Semarang
Temuan
dilebarkan hingga area parkiran street
sehingga jalur aktif kendaraan tidak
mengalami penyempitan Diberikan
perbedaan yang tegas antara ruang
PKL dan ruang pejalan kaki dan jalur
kendaraan berupa perbedaan tinggi
lantaiSehingga dikemudian hari kios
PKL tidak melebar ke segala sisi
Wilayah Kota (BWK) I
(Kecamatan Semarang Tengah
Semarang Timur dan Semarang
Selatan Tahun 2000-2010 Perda
tersebut menjelaskan mengenai
fungsi serta peran BWK I yang
terkait dengan sektor formal di
wilayah tersebut yaitu penjelasan
mengenai fasilitas kesehatan yang
berada khususnya di Kelurahan
Randusari Selain itu dijelaskan
pula kelas Jalan dr Kariadi Jalan
dr Soetomo dan Jalan Veteran
serta jalur transportasi yang
melaluinya