IV-1
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
4.1 DASAR PERUMUSAN RENCANA POLA RUANG WILAYAH KABUPATEN
Rencana pola ruang wilayah kabupaten merupakan rencana distribusi peruntukan ruang dalam
wilayah kabupaten yang meliputi rencana peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan rencana
peruntukan ruang untuk fungsi budidaya. Rencana pola ruang wilayah kabupaten berfungsi :
1. Sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial ekonomi masyarakat dan kegiatan
pelestarian lingkungan dalam wilayah kabupaten;
2. Mengatur keseimbangan dan keserasian peruntukan ruang;
3. Sebagai dasar penyusunan indikasi program utama jangka menengah lima tahunan
untuk dua puluh tahun; dan
4. Sebagai dasar dalam pemberian izin pemanfaatan ruang pada wilayah kabupaten.
5. Rencana pola ruang wilayah kabupaten dirumuskan dengan kriteria :
Merujuk rencana pola ruang yang ditetapkan dalam RTRWN beserta rencana rincinya;
1. Merujuk rencana pola ruang yang ditetapkan dalam RTRWP beserta rencana rincinya;
2. Mengakomodasi kebijakan pengembangan kawasan andalan nasional yang berada di
wilayah kabupaten bersangkutan;
3. Memperhatikan rencana pola ruang wilayah kabupaten/kota yang berbatasan;
IV-2
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
4. Mengacu pada klasifikasi pola ruang wilayah kabupaten yang terdiri atas kawasan
lindung dan kawasan budidaya, sebagai berikut :
4.1.1 KEBIJAKAN POLA RUANG RTRW NASIONAL DAN PROVINSI SUMATERA
SELATAN
RTRW NASIONAL : Suaka margasatwa merupakan tempat hidup dan perkembangbiakan dari
suatu jenis satwa yang perlu di lakukan upaya konservasinya, memiliki keanekaragaman satwa
yang tinggi, merupakan tempat dan kehidupan bagi jenis satwa migran tertentu, memiliki luas
yang cukup sebagai habitat jenis satwa yang bersangkutan. Kawasan lindung suaka
margasatwa, yaitu Suaka Margasatwa (SM) SM Bentayan di Kabupaten Banyuasin dan Musi
Banyuasin, SM Dangku di Kabupaten Musi Banyuasin;.
RTRW PROVINSI : Hutan Lindung merupakan kawasan yang ditetapkan dengan fungsi
utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam, sumber daya
Buatan, nilai sejarah serta budaya. Penetapan kawasan lindung antara lain
1. Hutan Lindung
Kawasan Hutan Lindung yang ditetapkan di Kabupaten Musi Banyuasin seluas
19.529,74Ha berlokasi di Bayung Lencir dan Batanghari Leko
2. Kawasan Hutan Bergambut
Kawasan Bergambut adalah kawasan yang unsur pembentuk tanahnya sebagian besar
berupa sisa sisa bahan organik yang tertimbun dalam waktu lama. Berdasarkan Keppres
Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung, bahwa gambut yang
termasuk dalam kategori kawasan lindung apabila mempunyai ketebalan lebih dari 3
meter. Kawasan gambut yang memenuhi kriteria sebagai kawasan lindung terdapat di
Kabupaten Ogan Komering Ilir, Musi Banyuasin dan Muara Enim seluas 617.415,00 Ha
atau 6,73 % dari total luas wilayah.
3. Kawasan suaka alam
Rencana kawasan pelestarian alam, suaka alam dan cagar budaya di Provinsi Sumatera
Selatan direncanakan seluas 726.920,61 Ha (belum termasuk kawasan perlindungan Buaya
Senyulong) atau 7,92% dari total luas wilayah yang merupakan kawasan yang berada di
IV-3
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
daratan, 58.236,52 Ha atau 0,63% dari total luas wilayah merupakan kawasan yang berada
di perairan.
Tabel 4.1
Identifikasi Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam
dan Cagar Budaya di Provinsi Sumatera Selatan
No Nama Kawasan Kabupaten/
Kota
Luas
(Ha)
% Terhadap
Luas Wilayah
A Suaka Margasatwa
726.920,61
7,92
1 Gunung Raya OKU Selatan
2 Padang Sugihan OKI dan Banyuasin
3 Isau-isau Pasemah Muara Enim dan Lahat
4 Gumai Pasemah Lahat, Empat Lawang
5 Dangku Musi Banyuasin
6 Bentayan Musi Banyuasin, Banyuasin
B Taman Nasional
1 Taman Nasional Kerinci
Seblat
Musi Rawas dan Lubuk Linggau
2 Taman Nasional Sembilang Banyuasin
C Taman Hutan Raya Kemampo Banyuasin
D Taman Wisata Alam Punti Kayu Palembang
E Cagar Budaya
1 Bukit Siguntang dan
Taman Purbakala Sriwijaya
Palembang
2 Megalith Pagar Alam dan Lahat
3 Situs Candi Bumiayu Muara Enim
F Taman Nasional Laut/Perairan
(TN Sembilang)
Banyuasin 58.236,52 0,63
G Perlindungan Buaya Senyulong* Musi Banyuasin 13.871,94 0,15
Sumber : RTRW Sumsel
Keterangan : *), Berada pada kawasan hutan produksi sehingga luasan tidak termasuk dalam luas total.
4. Kawasan sempadan danau/waduk
Kawasan sempadan danau/waduk di Provinsi Sumatera Selatan direncanakan seluas
420,37 Ha atau 0,05 % dari total luas wilayah. Kawasan sempadan danau/waduk Provinsi
Sumatera Selatan berada di 3 (tiga) kabupaten, yaitu Kabupaten Ogan Komering Ulu
Selatan, Ogan Komering Ulu, Ogan Komering Ilir dan Musi Banyuasin.
IV-4
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
Tabel 4.2
Rencana Kawasan Sempadan Sungai
di Provinsi Sumatera Selatan
Sungai Besar Sungai Kecil Luas
(Ha)
% Terhadap
Luas Wilayah
Musi, Banyuasin, Calik,
Lalan, Rawas, Ogan,
Komering, Batanghari
Leko, Semangus,
Lematang, Lakitan,
Kelingi, Sugihan,
Sembilang, Mesuji, Upang
, Saleh
Kapas, Menanti, Lain, Rupit, Liam, Lumpang,
Kemang, Kulus,Kutu, Mengkulam, Hitam, Megang,
Malus, Pelikai, Sumuk, Makai, Belumat, Ketuha,
Naman, Meles, Alang, Saling, Keruh, Lintang,
Kungkupring, Beliti, Noman, Kati, Lingsing, Pengi,
Cawang, Gasing, Telang, Bulan,Padi, Saleh Upang,
Padang, Keruh, Keras, Sialang, Temuan, Sembuta,
Enim, Selangis, Endikat, Lengi, Kelekar, Rambang,
Lubai, Kuang, Laye, Saka, Penaku, Gilas, Lempuing,
Ro, Saleh, Muara Pulo, Sugihan, Padang, Kumbang,
Rambai, Sebubus.
203.640,55 2,22
Sumber : RTRW sumsel
5. Kawasan Rawan Bencana
Kawasan rawan bencana banjir di Provinsi Sumatera Selatan terdapat di 9 (sembilan)
kabupaten/kota dengan luas wilayah rawan bencana seluas 1.001.838,30 atau 10,91 % dari
total luas wilayah.
Tabel 4.3 Kawasan Rawan Bencana Banjir
di Provinsi Sumatera Selatan No Banjir Intensitas Bencana (Ha) Jumlah
(Ha)
% Terhadap
Luas Wilayah Sangat
Tinggi
Tinggi
1 Banyuasin 45.992,68 290.038,19 336.030,87 3,66
2 Muara Enim 49.499,15 16.777,32 66.276,46 0,72
3 Musi Banyuasin 1.489,30 127.628,27 129.117,56 1,41
4 Musi Rawas - 39.266,15 39.266,15 0,43
5 Ogan Komering Ilir 80.313,28 271.740,88 352.054,16 3,83
6 Ogan Komering Ulu - 17,28 17,28 0,00
7 Ogan Komering Ulu Selatan - 367,84 367,84 0,00
8 Ogan Komering Ulu Timur - 71.097,89 71.097,89 0,77
9 Palembang - 7.610,09 7.610,09 0,08
Total 177.294,40 824.543,89 1.001.838,30 10,91
Sumber : RTRW Sumsel, 2010.
IV-5
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
4.1.2 RENCANA POLA RUANG KAWASAN LINDUNG KABUPATEN MUSI
BANYUASIN
Pola ruang wilayah Kabupaten Musi Banyuasin dikembangkan dengan sepenuhnya
memperhatikan pola ruang wilayah yang ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional, Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Selatan dan Rencana Pola Ruang
RTRW Kabupaten Musi Banyuasin sebelumnya serta rencana-rencana lainnya yang terkait
dengan pengembangan wilayah Kabupaten Musi Banyuasin. Pola Ruang di Kabupaten Musi
Banyuasin secara garis besar diwujudkan dalam arahan pemanfaatan kawasan lindung dan
kawasan budi daya dengan tetap mengedepankan kelestarian lingkungan hidup.
A. KAWASAN HUTAN LINDUNG
Kawasan untuk fungsi lindung mempunyai status yang amat penting dalam pembangunan
berwawasan lingkungan dan pembangunan berkelanjutan. Kawasan lindung adalah
kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup
yang mencakup sumber daya alam, sumber daya buatan, nilai sejarah serta budaya. Untuk
kepentingan pembangunan berkelanjutan, penetapan kawasan lindung berpedoman kepada
Keppres No. 32/1990 yang pengidentifikasiannya dilakukan dengan mempertimbangkan
beberapa faktor antara lain ketinggian, kemiringan/sudut lereng, keadaan hidrologi serta
kawasan-kawasan yang dinyatakan sebagai kawasan bahaya alamiah maupun kawasan-
kawasan berupa cagar alam dan taman nasional.
TABEL 4.4
KRITERIA KAWASAN LINDUNG
Pemanfaatan ruang Kriteria
Kawasan Hutan lindung Kawasan hutan dengan faktor-faktor lereng lapangan, jenis
tanah, dan curah hujan yang melebihi nilai skor 175;
Kawasan hutan yang mempunyai lereng lapangan > 40%
dan pada daerah yang
tanahnya peka terhadap erosi dengan kelerengan lapangan
lebih dari 25%;
IV-6
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
Kawasan hutan yang mempunyai ketinggian 2000 meter
atau lebih di atas permukaan laut;
Kawasan resapan air Kawasan dengan curah hujan rata-rata lebih dari 1000
mm/tahun;
Struktur tanah yang mudah meresapkan air tanah;
Memiliki bentuk geomorfologi yang mampu meresapkan air
hujan secara besar;
Lapisan tanahnya berupa pasir halus berukuran minimal
1/16 mm;
Mempunyai kemampuan meluruskan air dengan kecepatan
lebih dari 1 mm/hari;
Kedalaman muka air tanah lebih dari 10 m terhadap
permukaan tanah setempat;
Kelerengan kurang dari 15%; dan atau Kedudukan muka air
tanah dangkal lebih tinggi dari kedudukan muka air tanah
dalam.
Ketinggian lebih dari 1000 m diatas permukaan laut.
Kawasan sekitar danau Kawasan sekitar danau/waduk/situ yang lebarnya proporsional
dengan bentuk dankondisi fisik danau/waduk/situ sekurang-
kurangnya 50 m dari titik pasang tertinggi kearah darat.
Kawasan sempadan sungai Sekurang-kurangnya 100 m dikanan kiri sungai besar dan
50 meter dikanan kiri sungai kecil yang tidak bertanggul di
luar kawasan perkotaan;
Sekurang-kurangnya 10 m dari tepi sungai untuk
mempunyai kedalaman tidak lebih besar dari 3 m;
Sekurang-kurangnya 15 m dari tepi sungai untuk
mempunyai kedalaman tidak lebih dari 3 m sampai dengan
20 m;
Sekurang-kurangnya 20 m dari tepi sungai untuk sungai
yang mempunyai kedalaman lebih dari 20 m;
Sekurang-kurangnya 100 m dari tepi sungai untuk sungai
IV-7
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
yang terpengaruh oleh pasang surut air laut, dan berfungsi
sebagai jalur hijau; dan atau
Untuk sungai di kawasan permukiman berupa sempadan
sungai yang diperkirakan cukup untuk dibangun jalan infeksi
antara 10-15 meter.
Kawasan sekitar mata air Kawasan di sekitar mata air dengan radius sekurang-
kurangnya 200 m, bagian hilir dapat difungsikan untuk
kawasan berfungsi lindung sepanjang tidak bertentangan
dengan fungsi konservasi.
Kawasan ruang terbuka hijau
(RTH)
Lokasi sasaran kawasan terbuka hijau kota termasuk
didalamnya hutan kota antara laindi kawasan permukiman,
industry, tepi sungai/jalan yang berada di kawasan
perkotaan;
Hutan yang terletak di dalam wilayah perkotaan atau
sekitar kota dengan luas hutan minimal 0,25 Ha;
Hutan yang terbentuk dari komunitas tumbuhan yang
berbentuk kompak pada satu hamparan, berbentuk jalur
atau merupakan kombinasi dari bentuk kompak dan bentuk
jalur;
Jenis tanaman untuk hutan kota adalah tanaman tahunan
berupa pohon-pohanan,bukan tanaman hias atau herba,
dari berbagai jenis baik jenis asing atau eksotik,maupun
jenis asli atau domestik; dan atau
Jenis tanaman untuk kawasan terbuka hijau kota adalah
berupa pohon-pohonan dan tanaman hias atau herba, dari
berbagai jenis baik jenis asing atau eksotik, maupun
jenisasli atau domestik.
Kawasan Cagar alam Mewakili formasi biota tertentu dan /atau unit-unit
penyusunannya;
Mempunyai kondisi alam, baik biota maupun fisiknya yang
masih asli dan tidak atau belum diganggu manusia;
IV-8
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
Mempunyai luas dan bentuk tertentu agar menunjang
pengelolaan yang efektif dengan daerah penyangga yang
cukup luas; dan atau
Mempunyai ciri khas yang dapat merupakan satu-satunya
contoh di suatu daerah sertakeberadaannya memerlukan
konversi
Taman Hutan rakyat Wilayah dengan ciri khas asli maupun buatan, baik pada
kawasan yang ekosistemnya masih utuh atau kawasan
yang sudah berubah.
Memiliki keindahan alam, tumbuhan, satwa, dan gejala
alam; dan atau
Mempunyai luas wilayah yang memungkinkan untuk
membangun koleksi tumbuhandan/atau tidak asli.
Taman wisata alam Mempunyai daya tarik alam berupa tumbuhan, satwa
beserta ekosistemnya yang masih asli serta formasi
geologinya yang indah, unik dan nyaman;
Mempunyai luas yang cukup untuk menjamin sumberdaya
alam hayati yang dapat dimanfaatkan bagi pariwisata dan
rekreasi alam; dan atau
Kondisi lingkungan sekitarnya mendukung upaya
pengembangan pariwisata alam.
Kawasan perairan Wilayah yang merupakan genangan air baik berupa sungai,
danau/situ, tambak dan sejenisnya.
Kawasan rawan gunung
merapi
Kawasan dengan jarak atau radius tertentu dari pusat
letusan yang terpengaruh lansung dan tidak langsung,
dengan tingkat kerawanan yang berbeda; dan atau
Kawasan berupa lembah yang akan menjadi daerah aliran
lahar dan lava.
Kawasan rawan gempa bumi Daerah yang mempunyai sejarah kegempaan yang
merusak;
Daerah yang dilalui oleh patahan aktif;
IV-9
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
Daerah yang mempunyai catatan kegempaan dengan
kekuatan (magnitudo) lebih besar dari 5 pada skala richter;
Daerah dengan batuan dasar berupa endapan lepas
seperti endapan sungai, endapan pantai dan batuan lapuk;
dan atau
Kawasan lembah bertebing curam yang disusun batuan
mudah longsor.
Kawasan rawan gerakan
tanah
Daerah dengan kerentanan tinggi untuk terkena gerakan tanah,
terutama jika kegiatan manusia menimbulkan gangguan pada
lereng di kawasan ini.
Kawasan rawan banjir Daerah dengan kerentanan tinggi terkena banjir.
Sumber : Keppres No 32 tahun 1990
B. KAWASAN BUDIDAYA
Kawasan budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi untuk dibudidayakan
atas dasar kondisi potensi sumber daya alam, manusia dan buatan. Termasuk dalam
kawasan budidaya ini adalah kawasan pertanian, kawasan permukiman dan industri. Pola
pemanfaatan ruang kawasan budidaya secara spasial mencakup wilayah yang berdasarkan
analisis daya dukung lahan tergolong sangat tinggi dan tinggi, baik untuk pengembangan
kawasan budidaya pertanian maupun perkotaan. Kriteria penetapan kawasan budidaya
dapat dilihat pada Tabel di bawah ini
TABEL 4.5 KRITERIA PENETAPAN KELAYAKAN/
KESESUAIAN LAHAN PERTANIAN DAN PERKOTAAN
No Jenis Kawasan Kriteria KEPRES No.32 / 1990
1 Kawasan Hutan Produksi
tetap/biasa
Kawasan Hutan Produksi
terbatas
Kawasan Hutan Rakyat
Ketinggian < 1000 m dpl kecuali lahan yang sudah
ditanami tanamantahunan dan tidak mengganggu
kelestarian tanah dan air;
Mempunyai sistem dan atau potensi
pengembangan perairan dan drainase;
IV-10
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
c. Kemiringan tanah < 30% kecuali jenis tanah
regosol, litosol, regina, dan organosol, dengan
kemiringan < 15%;
Kedalaman efektif tanah > 30 cm; dan
e. Bukan daerah kritis/bahaya lingkungan beraspek
geologi: daerah longsoran, patahan aktif dan
daerah erosi.
2 Kawasan tanaman
perkebunan/tahunan
Ketinggian <1000m dpl
Kedalaman efektif tanah >60%
Di luar kawasan lindung;
Berfungsi sebagai daerah resapan air; dan
Daerah kritis / bahaya lingkungan, longsoran,
patahan aktif, daerah kritis erosi permukaan.
3 Tanaman pangan lahan
basah/tanaman pangan tadah
hujan
Ketinggian <1000 m dpl kecuali lahan yang sudah
ditanami tanaman
tahunan dan tidak mengganggu kelestarian tanah
dan air
Kemiringan tanah < 40% kecuali jenis tanah
regosol, litosol, regina, dan organosol dengan
kemiringan < 15%.
4 Kawasan tanaman lahan kering Kemiringan tanah <30%
Daerah kritis/bahaya lingkungan, longsoran,
patahan aktif, daerah krisis erosi permukaan
5 Kawasan Peternakan Ketinggian > 1000 m dpl
Kemiringan lereng < 15%
Jenis tanah/iklim sesuai dengan padang rumput
6 Kawasan Perikanan Kemiringan lereng < 8%
Persediaan air permukaan cukup.
7 Kawasan Pertambangan/ESDM Mempunyai potensi bahan tambang
8 Kawasan Pariwisata Memiliki keindahan dan panorama alam
IV-11
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
Memiliki kebudayaan yang bernilai tinggi
Memiliki bangunan sejarah
9 Kawasan Permukiman Kemiringan lereng < 15%
Ketersediaan air terjamin
Aksesibilitas yang baik
Tidak berada pada daerah rawan bencana
Berada dekat dengan pusat kegiatan
10 Kawasan Peruntukan Industri Ketinggian < 1000 m dpl
Kemiringan lereng < 3%
Ketersediaan air baku yang cukup
Adanya sistem pembuangan limbah
Tidak terletak di kawasan tanaman pangan lahan
basah
11 Kawasan Perdagangan dan Jasa Kemiringan lereng < 15%
Ketersediaan air terjamin
Aksesibilitas baik
Terletak di pusat kota/kegiatan
Sumber : Keppres No 57 Tahun 1989 tentang Kawasan Budidaya
4.2 RENCANA POLA RUANG KAWASAN LINDUNG
Kawasan lindung yang akan dimantapkan diwilayah Kabupaten Musi Banyuasin yang dinyatakan
sebagai kawasan non-budidaya adalah kawasan yang memberikan perlindungan kawasan
bawahannya, yaitu daerah-daerah yang memiliki kendala fisik tertentu seperti lereng curam,
rawan banjir, rawan longsor dan erosi. Selain itu juga dimaksudkan untuk melindungi kelestarian
wilayah bawahannya berupa kawasan budidaya yang keberadaannya sangat penting bagi
pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat setempat. Kawasan tersebut adalah perkebunan rakyat
dan lahan pertanian lahan basah/sawahirigasi. Di Kabupaten Musi Banyuasin yang terdapat
3 (tiga) jenis kawasan lindung, yaitu: (1) Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan
bawahannya, (2) Kawasan perlindungan setempat, dan (3) Kawasan rawan bencana alam. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada peta rencana pola ruang Kabupaten Musi Banyuasin.
IV-12
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
A. KAWASAN HUTAN LINDUNG (HUTAN BERFUNGSI LINDUNG)
Kawasan Hutan Lindung di Kabupaten Musi Banyuasin di tetapkan seluas 19.131 Ha,
Pelestarian fungsi ekologis kawasan ini sangat penting untuk dipertahankan. Untuk itu perlu
dilakukan pengendalian ketat terhadap aktivitas pembangunan. Kawasan hutan yang masih
lestari perlu dijaga dari perambahan masyarakat. Sedangkan kawasan yang sudah terbuka
agar dilakukan reboisasi dengan berbagai jenis tanaman hutan, seperti: Merbau (Intsia
biyuga), Bintangur (Calophyllum inophyllum), Mersawa (Anoisopterapolyandra),Nyatoh
(Palaquium gutta), Terentang (Campnosperma auriculata), Medang (Litsea firma), Terap
(Artocarpus spp), dan lain-lain.
Tabel 4.6 Rencana Luas Kawasan Hutan Lindung
Kabupaten Musi Banyuasin 2011
Kecamatan Luas ( Ha)
1 Kec. Batanghari Leko
Hutan Lindung 18864
2 Kec. Bayung Lencir
Hutan Lindung 136
3 Kec. Sanga Desa 131
Jumlah 19.131
Sumber : Hasil Rencana 2011
B. KAWASAN YANG MEMBERIKAN PERLINDUNGAN TERHADAP KAWASAN
BAWAHANNYA KAWASAN RESAPAN AIR
Kawasan yang mempunyai kemampuan tinggi untuk meresapkan air hujan sehingga
merupakan tempat pengisian air bumi (akuifer) yang berguna sebagai sumber air. Dengan
indicator sebagai berikut :
Kawasan ini terletak di daerah tangkapan air (chathment area) hulu sungai, yakni
disebagian kawasan ini merupakan kawasan hutan produksi dan sebagian lainnya
merupakan ladang/tegalan, dan permukiman.
Secara fisik kawasan ini memiliki karakteristik bentuk wilayah agak bergunung dan
bergunung (lereng>40%), jenis tanah umumnya podsolik litik, dengan kemampuan
meresapkan air cukup baik, dan curah hujan cukup tinggi>2000 mm/tahun.
IV-13
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
Fungsi ekologis kawasan ini perlu dilestarikan agar kemampuan untuk meresapkan air hujan
dapat dijaga dan ditingkatkan. Untuk itu pemanfaatan lahan di kawasan ini perlu
dilaksanakan dengan pengendalian ketat dengan mempertahankan tutupan lahan secara
optimal.
IV-14
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
Peta potensi hutan
IV-15
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
Tabel 4.7
Rencana Hutan Produksi
Kabupaten Musi Banyuasin Tahun 2030
KLASIFIKASI RENCANA POLA RUANG LUAS (Ha)
Budidaya Kehutanan Kec. Babat Supat
Hutan Produksi Terbatas 81
Hutan Produksi Tetap 4795 Hutan Produksi Konversi 27594
Kec. Babat Toman
Hutan Produksi Tetap 345 Kec. Batanghari Leko
Hutan Produksi Konversi 8035 Hutan Produksi Terbatas 74800
Hutan Produksi Konversi 8035 Kec. Bayung Lencir
Hutan Produksi Terbatas 19113
Hutan Produksi Tetap 304569
Hutan Produksi Konversi 7975 Kec. Lais Hutan Produksi Tetap 401
Kec Keluang
Hutan Produksi Konversi 19230 Kec. Lalan
Hutan Produksi Tetap 12366 Hutan Produksi Konversi 9910 Kec. Plakat Tinggi
Hutan Produksi Tetap 742
Kec Sekayu
Hutan Produksi Konversi 199 Kec. Sanga Desa
Hutan Produksi Tetap 1045
Hutan Produksi Konversi 8288
Kec. Sungai Keruh
Hutan Produksi Tetap 11612 Kec Sungai Lilin Hutan Produksi Konversi 29148
Kec. Tungkal Jaya Hutan Produksi Tetap 6010
Jumlah 554293
IV-16
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
Adapun arahan pemanfaatan lahan di kawasan resapan air ini antara lain:
Di kawasan hutan produksi tetap, dengan kemiringan lereng >40%, diarahkan untuk
penanaman jenis tanaman hutan yang secara endemik telah tumbuh di kawasan ini,
seperti: Merbau (Intsia biyuga), Bintangur (Calophyllum inophyllum), Mersawa
(Anoisoptera polyandra), Nyatoh (Palaquium gutta), Terentang (Campnosperma
auriculata), Medang (Litsea firma), Terap (Artocarpus spp), dan lain-lain.
Di kawasan non hutan, dengan kemiringan lahan >40% diarahkan untuk pengembangan
hutan rakyat, dengan jenis tanaman penghasil kayu bangunan, seperti mahoni dan
sungkai (tanaman jati dan akasia tidak direkomendasikan. Karena di kawasan ini curah
hujan tinggi, sehingga jati akan tumbuh subur tetapi kualitas kayunya rendah. Sedangkan
tanaman akasia tidak direkomendasikan, karena daunnya mengandung lignin, sehingga
licin dan kurang mampu mengintersep curah hujan, serta serasahnya sulit
terdekomposisi.
C. KAWASAN PERLINDUNGAN SETEMPAT
Sungai-sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer, yang mempunyai manfaat penting dalam
rangka mempertahankan kelestarian fungsi sungai tersebut. Kawasan sempadan ini
memiliki lebar sekurang-kurangnya 100 meter di kiri-kanan sungai besar dan 50 meter di
kiri-kanan anak sungai.
Tujuan pemantapan kawasan sempadan sungai adalah melindungi daerah sempadan
sungai dari kegiatan manusia yang dapat mengganggu dan merusak kualitas air, kondisi
fisik dan dasar sungai serta mengamankan aliran sungai.
Arahan kebijakan pemantapan kawasan ini antara lain:
Pengamanan daerah sepanjang kiri-kanan sungai yang harus dilindungi 100 meter untuk
sungai besar dan 50 meter untuk sungai kecil/anak sungai, atau disesuaikan dengan
kondisi fisiknya.
Mencegah kegiatan budidaya secara bertahap di kawasan tepi sungai dimana kegiatan
tersebut dapat merusak kawasan tepi sungai.
Pengendalian kegiatan yang telah ada di sekitar tepi sungai dan anak sungai yang
berada diluar permukiman.
IV-17
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
Lokasi wilayah perlindungan setempat Kabupaten Musi Banyuasin berada di sungai-sungai
besar seperti Sungai Musi, Sungai Batanghari Leko, Sungai Air Lalan, Sungai Air Calik.
Namun ada perlakuan khusus untuk di wilayah sungai Musi, karena sungai musi memiliki
wilayah yang penduduk sudah bermukim dan hidup di dekat sungai sehingga hal ini
menjadikan satu tradisi dan kebudayaan serta sebagai mata pencaharian, sehingga
diperlukan hanya arahan penataan permukiman di kawasan Sungai Musi
D. KAWASAN SUAKA ALAM
Kawasan Suaka Alam terdiri dari :
1. Kawasan Cagar Alam
2. Kawasan Suaka Margasatwa
Syarat suatu kawasan ditunjuk sebagai Kawasan Cagar Alam, apabila telah memenuhi
kriteria sebagai berikut:
mempunyai keanekragaman jenis tumbuhan dan satwa dan tipe ekosistem;
mewakili formasi biota tertentu dan atau unit-unit penyusunnya;
mempunyai kondisi alam, baik biota maupun fisiknya yang masih asli dan tidak atau
belum diganggu manusia;
mempunyai luas yang cukup dan bentuk tertentu agar menunjang pengelolaan yang
efektif dan menjamin berlangsungnya proses ekologis secara alami;
mempunyai ciri khas potensi, dan dapat merupakan contoh ekosistem yang
keberadaannya memerlukan upaya konservasi; dan atau
mempunyai komunitas tumbuhan dan atau satwa beserta ekosistemnya yang langka
atau yang keberadaannya terancam punah.
Syarat suatu kawasan ditunjuk sebagai Kawasan Suaka Margasatwa apabila telah
memenuhi kriteria sebagai berikut:
merupakan tempat hidup dan perkembangbiakan dari jenis satwa yangperlu dilakukan
upaya konservasinya;
memiliki keanekaragaman dan populasi satwa yang tinggi;
merupakan habitat dari suatu jenis satwa langka dan atau dikhawatirkan akan punah;
IV-18
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
merupakan tempat dan kehidupan bagi jenis satwa migran tertentu; dan atau
mempunyai luas yang cukup sebagai habitat jenis satwa yang bersangkutan.
Kabupaten Musi Banyuasin memiliki Kawasan Suaka Alam margasatwa, Kawasan Suaka
Marga Satwa ditetapkan 53042 Ha
Tabel 4.8
Rencana Pola Ruang Kabupaten Musi Banyuasin Tahun 2030
KLASIFIKASI RENCANA POLA RUANG LUAS (Ha)
Kawasan Lindung Kec. Batanghari Leko
Suaka Marga Satwa 17411 Kec. Bayung Lencir Suaka Alam 2 Suaka Marga Satwa 9410
Kec. Keluang
Suaka Marga Satwa 2121 Kec. Lalan Suaka Marga Satwa 3123
Kec. Tungkal Jaya Suaka Marga Satwa 20975 53042
Sumber : Hasil Rencana 2011
Arahan pengelolaan suaka alam dan suaka margasatwa antara lain:
Pelestarian ekosistem yang masih berkembang
Memperketat patroli untuk menghindari adanya penebangan pohon liar serta membatasi
merambahnya kawasan budidaya ke kawasan lindung.
Penerapan kerjasama antar wilayah dalam pengelolaan kawasan tersebut, terutama
dalam melakukan pengawasan terhadap ancaman berkurangnya lahan kawasan lindung.
IV-19
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
PETA FUNGSI KAWASAN HUTAN
IV-20
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
PETA USULAN PERUBAHAN FUNGSI KAWASAN HUTAN
IV-21
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
E. KAWASAN TAMAN NASIONAL DAN TAMAN NASIONAL LAUT
Kabupaten Musi banyuasin memiliki kawasan taman nasional dan taman nasional Laut,
dimana lokasi kawasan berada di Kecamatan Lalan dengan jumlah kawasan Taman
Nasional berjumlah 210,649,922 Ha, dan taman nasional Laut berjumlah
Tabel
Luasan Kawasan Taman Nasional dan taman nasional Laut Kabupaten Musi banyuasin 2011
No. Nama Kecamatan
Taman nasional
Taman nasional
Laut
1 Kec. Babat Supat
2 Kec. Babat Toman
3 Kec. Batanghari Leko
4 Kec. Bayung Lencir
5 Kec. Keluang
6 Kec. Lais
7 Kec. Lalan 2831 210
8 Kec. Lawang Wetan
9 Kec. Plakat Tinggi
10 Kec. Sanga Desa
11 Kec. Sekayu
12 Kec. Sungai Keruh
13 Kec. Sungai Lilin
14 Kec. Tungkal Jaya
Sumber : Hasil rencana 2011
F. KAWASAN RAWAN BENCANA
Penanggulangan bencana adalah serangkaian kegiatan baik sebelum, saat dan sesudah
terjadi bencana yang dilakukan untuk mencegah, mengurangi, menghindari dan memulihkan
diri dari dampak bencana. Secara umum kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam
penanggulangan bencana adalah sebagai berikut: pencegahan, pengurangan dampak
bahaya, kesiapsiagaan, tanggap darurat, pemulihan (rehabilitasi dan rekonstruksi), dan
pembangunan berkelanjutan yang mengurangi risiko bencana.
Pengurangan risiko bencana adalah kerangka kerja konseptual yang terdiri dari elemen-
elemen yang dipandang mempunyai kemungkinan untuk meminimalkan kerentanan dan
risiko bencana di seluruh masyarakat, untuk menghindari (pencegahan) atau membatasi
IV-22
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
(mitigasi dan kesiapsiagaan) dampak merugikan yang ditimbulkan oleh bahaya dalam
konteks luas pembangunan berkelanjutan. Kerangka kerja pengurangan risiko bencana
terdiri dari bidang aksi sebagai berikut: Kesadaran dan pengkajian risiko, termasuk analisis
bahaya dan analisis kerentanan atau kapasitas pengembangan pengetahuan, termasuk
pendidikan, pelatihan, penelitian dan informasi komitmen publik dan kerangka kerja
institusional, termasuk aksi kelembagaan, kebijakan, perundangan dan komunitas
penerapan langkah-langkah, termasuk pengelolaan lingkungan, perencanaan penggunaan
lahan dan tata kota, perlindungan fasilitas penting, penerapan sains dan teknologi,
kemitraan, jejaring dan instrumen finansial. Sistem peringatan dini termasuk peramalan,
penyebaran peringatan, tindakan-tindakan kesiapsiagaan dan kapasitas untuk memberikan
reaksi.
Pada dasarnya peristiwa bencana di Kabupaten Musi Banyuasin terdiri dari bencana banjir,
Kebakaran hutan dan kemungkinan bencana tanah longsor. Peristiwa bencana di
Kabupaten Musi Banyuasin bisa saja terjadi akibat dari dinamisasi karakteristik alam
maupun pengaruh kelalaian manusia. Oleh karena itu pengelolaan serta perencanaan
Wilayah Kabupaten Musi Banyuasin perlu memperhitungkan bencana sebagai salah satu
aspek yang mempengaruhinya. Untuk keperluan perencanaan dan pengelolaan kawasan
bencana diperlukan data dan informasi sehingga menghasilkan prediksi dan analisa secara
signifikan. Data dan Informasi tersebut dapat digali dari informasi geologi dan hidrologi atau
dari kejadian bencana yang selama ini terjadi.
Keterlibatan aktif masyarakat lokal dalam mengurangi resiko rawan bencana dengan
mengurangi kerentanan dan memperkuat ketahanan mereka adalah sangat penting.
Melalui program pengelolaan bencana berbasis masyarakat, sasaran penataan ruang dalam
penanggulangan bencana adalah untuk mendukung dan memberdayakan masyarakat yang
hidup di daerah rawan bencana di Kabupaten Musi Banyuasin untuk bersama-sama bekerja
mengurangi dampak dari bencana yang dapat berpengaruh kepada mereka. Diharapkan
melalui pengaturan penataan ruang, stakeholder akan lebih memperkuat mekanisme
mereka terhadap bahaya bencana.
Pencegahan adalah upaya yang dilakukan untuk menghilangkan sama sekali atau
mengurangi ancaman. Berikut beberapa tindakan pencegahan dalam penanggulangan
bencana:
1. Pembuatan hujan buatan untuk mencegah terjadinya kekeringan di suatu wilayah;
IV-23
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
2. Melarang atau menghentikan penebangan hutan;
3. Menanam tanaman bahan pangan pokok alternatif;
4. Menanam pepohonan di lereng gunung
Gambar 4.1 Konsep Penanganan Bencana
Mitigasi atau pengurangan adalah upaya untuk mengurangi atau meredam risiko. Kegiatan
mitigasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu fisik dan nonfisik. Tindakan mitigasi atau peredaman
dampak ancaman dapat berupa :
1. Membuat bendungan, tanggul, kanal untuk mengendalikan banjir; pembangunan
tanggul sungai dan lainnya;
2. Penetapan dan pelaksanaan peraturan, sanksi; pemberian penghargaan mengenai
penggunaan lahan, tempat membangun rumah, aturan bangunan;
3. Penyediaan informasi, penyuluhan, pelatihan, penyusunan kurikulum pendidikan
penanggulangan bencana.
IV-24
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
Tindakan Kesiagaaan dalam meminimalisir dampak bencana adalah :
1. Pembuatan sistem peringatan dini;
2. Membuat sistem pemantauan ancaman;
3. Membuat sistem penyebaran peringatan ancaman;
4. Pembuatan rencana evakuasi;
5. Membuat tempat dan sarana evakuasi;
6. Penyusunan rencana darurat, rencana siaga;
7. Pelatihan, gladi dan simulasi atau ujicoba;
8. Memasang rambu evakuasi dan peringatan dini.
Tindakan tanggap darurat dalam meminimalisir dampak bencana:
1. Evakuasi;
2. Pencarian dan penyelamatan;
3. Penanganan Penderita Gawat Darurat (PPGD);
4. Pengkajian cepat kerusakan dan kebutuhan;
5. Penyediaan kebutuhan dasar seperti air dan sanitasi, pangan, sandang, papan,
kesehatan, konseling;
6. Pemulihan segera fasilitas dasar seperti telekomunikasi, transportasi, listrik, pasokan
air;
7. untuk mendukung kelancaran kegiatan tanggap darurat.
Konsep Mitigasi bencana Kawasan Rawan Bencana pada Kabupaten Musi Banyuasin
adalah sebagai berikut :
1. Daerah Rawan Banjir
Banjir adalah ancaman
musiman yang terjadi
apabila meluapnya tubuh
air dari saluran yang ada
dan menggenangi wilayah
sekitarnya. Banjir adalah
ancaman alam yang paling
sering terjadi dan paling banyak merugikan, baik dari segi kemanusiaan maupun
IV-25
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
ekonomi. Sembilan puluh persen dari kejadian bencana alam (tidak termasuk bencana
kekeringan) berhubungan dengan banjir. Jenis banjir yang sering terjadi: bandang atau
kiriman dan pasang-surut akibat gelombang pasang.
Di Kabupaten Musi Banyuasin beberapa daerah yang dikhawatirkan akan mengalami
banjir merupakan daerah yang berada
di sekitar sepanjang Sungai Musi.
Khususnya pada daerah-daerah yang
terjadi di Wisalah Sungai Musi selain
itu Wilayah lainnya mencakup
sebagian Kec. Babat Toman,
Kecamatan Lais, kecamatan lawang
wetan , Kec. Sekayu dengan luasan
keseluruhan 30.457,750 Ha.
Pengelolaan daerah yang sering mengalami banjir adalah dengan membatasi kegiatan
pembangunan khususnya perumahan dan permukiman pada daerah tersebut. Pada
beberapa daerah tertentu perlu diarahkan menjadi Ruang Terbuka Hijau.
Untuk mengurangi dampak kerugian dari bencana banjir serta antisipasinya,
Pemerintah Daerah perlu merencanakan beberapa kegiatan antara lain :
a. Peningkatan Kualitas Lingkungan dan Peningkatan Partisipasi Masyarakat
Rusaknya daya dukung lingkungan diakibatkan kegiatan pembangunan perumahan
dan permukiman di daerah resapan air, pembabatan hutan menjadi lahan pertanian
dan bangunan serta pertambangan dapat mengakibatkan cepatnya aliran air
menuju hilir.
Kebiasaan masyarakat membuang sampah ke sungai di lain pihak menghambat
dan menyumbat aliran. Kombinasi antara kedua keadaan tersebut dapat
menimbulkan banjir serta genangan. Banjir semakin sering terutama jika terjadi
hujan lebat, hal ini disebabkan pula karena sistem drainase yang tidak memadai.
Pengelolaan daya dukung lingkungan tergantung perilaku serta kebiasaan manusia
dalam mengelola lingkungannya, diperlukan kesadaran serta inisiatif yang tinggi
dari masyarakat untuk mewujudkannya. Oleh karena itu dalam pelaksanaannya,
peningkatan kesadaran perlu ditunjang oleh kegiatan yang terprogram melalui
sosialisasi dan pelatihan masyarakat mengenai pengelolaan baik sebelum, pada
saat, maupun setelah bencana banjir.
IV-26
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
Hal yang perlu direncanakan dalam mengantisipasi bencana banjir berkaitan
dengan permasalahan lingkungan antara lain pembangunan dan peningkatan
sarana kebersihan serta sanitasi di Wilayah aliran sungai serta anak sungainya.
Hal lain yang perlu direncanakan adalah penghijauan daerah sempadan sungai dan
konservasi lahan di wilayah hulu sungai, akan dapat membantu penyerapan serta
salah satu upaya agar air tidak cepat mengalir.
Dalam upaya menahan aliran air, direncanakan juga pembangunan bendung pada
tiap anak sungai yang pengaruh debit air lepasannya signifikan menyumbang
banjir. Selain itu bendung ini dapat berfungsi pula sebagai penahan sedimentasi
serta dengan menerapkan konsep eko-hidrologi sehingga diperoleh bangunan-
bangunan air yang ramah lingkungan.
b. Pembangunan Fasilitas Peringatan Dini (early warning) dan mekanisme tanggap
darurat bencana banjir.
Sistem peringatan dini ini akan sangat efektif jika disertai dengan pelaksanaan
mekanisme tanggap darurat. Mekanisme ini berkaitan dengan penyusunan petunjuk
teknis operasional dan Aturan, termasuk sistem mobilisasi, penanganan bidang
kesehatan serta sekolah darurat, yang harus dilakukan ketika dan setelah terjadi
bencana banjir. Oleh karena itu perlu direncanakan juga pusat penanganan
bencana dan pembangunan rumah singgah di daerah aman tidak jauh dari wilayah
yang sering terkena banjir. Mekanisme tanggap darurat ini perlu disosialisasikan
kepada masyarakat terutama yang tinggal di daerah langganan banjir
Dalam rangka otomatisasi serta penanganan lebih lanjut, perlu dilakukan kegiatan
inventarisasi data dan informasi dalam bentuk basis data kemudian dilakukan
analisis banjir yang dapat diakses oleh masyarakat melalui internet secara on-line
c. Normalisasi Sungai dan Anak Sungai.
Normalisasi sungai dimaksudkan agar air yang mengalir lancar dan dapat
dikendalikan.
d. Penepatan Jalur Pengungsian Yang Aman
Tiap lingkungan pemukiman yang rawan banjir harus punya rute penyelamatan
yang aman, serta penampungan sementara dilokasi yang letaknya lebih tinggi dari
IV-27
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
permukaan air banjir. Strategi-strategi pencegahan lainnya adalah Badan-badan
Pemerintah mengambil alih lahan-lahan di jalur banjir. Penghuninya diberi lahan
lain yang lebih aman. Diberikan perangsang berupa pinjaman lunak, subsidi atau
penghapusan Pajak Bumi dan Bangunan bagi rakyat dan penanam modal yang
bersedia mengalihkan rencana pembangunan lokasi rawan banjir ke tempat lain
yang lebih tahan banjir. Dilaksanakan penganekaragaman produksi pertanian,
misalnya menanam pangan yang „kedap – banjir‟ atau menambahkan pepohonan di
lahan atau menyesuaikan musim tanam dengan musim banjir. Juga dilaksanakan
upaya membangun lumbung pangan cadangan dan penyimpanan yang aman untuk
produk – produk pertanian. Penghijauan, pengelolaan ruang budi daya dan
pengaturan areal merumput ternak untuk mencegah pengguguran dan
penggundulan, agar tanah lebih mampu menyerap serta menahan air.
Pembangunan gedung-gedung atau bukit-bukit buatan yang cukup tinggi yang akan
dipakai sebagai tempat penampungan sementara para pengungsi seandainya
penyelamatan ke lokasi lain tak mungkin dilaksanakan. Bagi negara-negara
berkembang yang banyak memanfaatkan tanah seputar jalur banjir, harus
dilakukan kerjasama dengan rakyat.
Perencanaan teknis sistem pengendalian banjir (secara fisik) didasarkan pada debit
banjir tertentu tanpa mengantisipasi terjadinya debit banjir yang lebih besar dari
debit banjir rencana. Terjadinya kerusakan dan bencana banjir yang relatif besar
yang sering terjadi akhir-akhir ini antara lain disebabkan oleh masalah ini. Terdapat
berbagai upaya untuk mengatasi masalah tersebut, yang disebut upaya non
struktur. Masyarakat yang tinggal di lahan yang berupa dataran banjir harus sadar
dan memahami bahwa meskipun telah dibangun prasarana fisik pengendali banjir,
lahan tersebut sewaktu-waktu masih dapat tergenang banjir. Selalu siap dan
waspada serta ikut berupaya menekan besarnya kerugian/ bencana, antara lain
dengan membangun rumah panggung dan berbagai upaya “penyesuaian” lainnya.
Antisipasi lainnya misalnya konstruksi bangunan pengendali banjir seperti misalnya
tanggul untuk daerah permukiman / perkotaan padat harus cukup aman dan stabil
serta tidak jebol pada saat terjadi limpasan banjir di atas tanggul.
Upaya-upaya non-struktur tersebut dapat berupa :
1. Konservasi tanah dan air di DAS hulu untuk menekan besarnya aliran
permukaan dan mengendalikan besarnya debit puncak banjir serta
IV-28
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
pengendalian erosi untuk mengurangi pendangkalan / sedimentasi di dasar
sungai. Kegiatan ini merupakan gabungan antara rekayasa teknik sipil dengan
teknik agro, yang bertujuan untuk mengendalikan aliran permukaan antara lain
dengan terasering, bangunan terjunan, check dam /dam penahan sedimen, dam
pengendali sedimen, kolam retensi, penghijauan, dan reboisasi serta sumur
resapan.
2. Pengelolaan dataran banjir (flood plain management) berupa penataan ruang
dan rekayasa di dataran banjir yang diatur dan menyesuaikan sedemikian rupa
sehingga risiko / kerugian / bencana yang timbul apabila tergenang banjir sekecil
mungkin (flood risk / flood damage management). Rekayasa yang berupa
bangunan antara lain berupa: rumah tipe panggung, rumah susun, jalan layang,
jalan dengan perkerasan beton, pengaturan penggunaan rumah / gedung
bertingkat, dan sebagainya. Sedangkan rekayasa di bidang pertanian dapat
berupa pemilihan varitas tanaman yang tahan genangan. Perangkat lunak yang
diperlukan antara lain berupa flood plain zoning, flood risk map, dan rambu-
rambu atau papan peringatan yang dipasang di dataran banjir.
3. Penataan ruang dan rekayasa di DAS hulu (yang dengan pertimbangan tertentu
kemungkinan ditetapkan menjadi kawasan budidaya) sedemikian rupa sehingga
pembudidyaan / pendayagunaan lahan tidak merusak kondisi hidrologi DAS dan
tidak memperbesar debit dan masalah banjir.
4. Penanggulangan banjir (flood fighting) untuk menekan besarnya bencana dan
mengatasinya secara darurat. Kegiatan ini merupakan bagian dari kegiatan
satkorlak penanggulangan banjir, yang dilaksanakan sebelum kejadian banjir
(meliputi perondaan dan pemberian peringatan dini kepada masyarakat yang
tinggal di daerah rawan banjir / dataran banjir), pada saat kejadian banjir berupa
upaya penyelamatan, pengungsian penutupan tanggul yang bocor dan atau
limpas, maupun kegiatan pasca banjir yang berupa penanganan darurat
perbaikan kerusakan akibat banjir.
IV-29
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
5. Penerapan sistem prakiraan dan peringatan dini untuk menekan besarnya
bencana bila banjir benar-benar terjadi. Upaya ini untuk mendukung kegiatan
penanggulangan banjir.
6. Flood proofing yang dilaksanakan sendiri baik oleh perorangan, swasta maupun
oleh kelompok masyarakat untuk mengatasi masalah banjir secara lokal,
misalnya di kompleks perumahan / real estat, industri, antara lain, dengan
membangun tanggul keliling, polder dan pompa, serta rumah panggung.
7. Peran masyarakat yang didukung penegakan hukum antara lain dalam menaati
ketentuan menyangkut tata ruang dan pola pembudidayaan dataran banjir dan
DAS hulu, menghindarkan terjadinya penyempitan dan pendangkalan alur
sungai akibat sampah padat maupun bangunan / hunian dan tanaman di daerah
sempadan sungai.
8. Penetapan sempadan sungai yang didukung dengan penegakan hukum. Dasar
hukum yang dapat dipakai sebagai acuan adalah Peraturan Menteri PU No. 63
Tahun 1993 tentang Garis Sempadan Sungai, Daerah Manfaat Sungai, Daerah
Penguasaan Sungai dan Bekas Sungai. Pada setiap sungai harus ditetapkan
batas sempadannya yang diatur dengan Peraturan Daerah.
9. Penyuluhan dan pendidikan masyarakat lewat berbagai media menyangkut
berbagai aspek dalam rangka meningkatan pemahaman, kepedulian dan
perannya.
10. Penanggulangan kemiskinan (poverty alleviation). Masyarakat miskin di
perkotaan banyak yang terpaksa menghuni daerah sempadan sungai yang
seharusnya bebas hunian karena sangat membahayakan keselamatan jiwanya;
demikian pula masyarakat petani lahan kering di DAS hulu pada umumnya
miskin sehingga kesulitan untuk melaksanakan pola bercocok tanam yang
menunjang upaya konservasi tanah dan air.
IV-30
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
2. Bencana Kebakaran
Kebakaran yang terjadi dipengaruhi oleh faktor alam yang berupa cuaca yang kering
serta faktor manusia yang berupa pembakaran baik sengaja maupun tidak sengaja.
Kebakaran ini akan menimbulkan efek panas yang sangat tinggi sehingga akan meluas
dengan cepat. Kerusakan yang ditimbulkan berupa kerusakan lingkungan, jiwa dan
harta benda.
Dampak lebih lanjut adalah adanya asap yang ditimbulkan yang dapat mengakibatkan
pengaruh pada kesehatan terutama pernafasan serta gangguan aktivitas sehari-hari
seperti terganggunya jadwal penerbangan. Tebalnya asap juga dapat mengganggu
cuaca.
Wilayah bencana kebakaran ini mencakup wilayah Kecamatan Babat Toman,
Kecamatan Bayung Lalan, Kecamatan Bayung Lencir, Kecamatan Lais, Kecamatan
Plakat Tinggi, Kecamatan Sanga Desa, Kecamatan Sekayu dengan luas keseluruhan
218.608,803 Ha.
Secara lebih rinci upaya pengurangan bencananya antara lain :
a. Pembuatan dan sosialisasi kebijakan Pencegahan dan Penanganan Kebakaran;
b. Peningkatan penegakan hukum;
c. Pembentukan pasukan pemadaman kebakaran khususnya untuk penanganan
kebakaran secara dini;
d. Pembuatan waduk-waduk kecil, bak penampungan air dan hydran untuk
pemadaman api;
e. Pembuatan barrier penghalang api terutama antara lahan perkebunan dengan
hutan;
f. Hindarkan pembukaan lahan dengan cara pembakaran;
g. Pembakaran lahan bisa dilakukan jika selalu dalam pengawasan dan segera
dimatikan jika sudah terlalu besar;
h. Hindarkan pembakaran lahan secara serentak sehingga membakar wilayah yang
Iuas yang akan berpotensi menjadi kebakaran yang tak terkendali;
i. Hindarkan penanaman tanaman sejenis untuk daerah yang Iuas;
j. Melakukan pengawasan pembakaran lahan untuk pembukaan lahan secara ketat;
k. Melakukan penanaman kembali daerah yang telah terbakar dengan tanaman yang
heterogen;
l. Meningkatkan partisipasi aktif dalam pemadaman awal kebakaran di daerahnya.
IV-31
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
PETA RAWAN BENCANA
IV-32
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
4.3 RENCANA POLA RUANG KAWASAN BUDIDAYA
Dalam konteks Kabupaten Musi
Banyuasin, rencana pengembangan
kawasan budi daya ini diarahkan kepada
upaya untuk mengendalikan alih fungsi
guna lahan yang tidak sesuai dengan
peruntukannya. Prinsip penetapan
kawasan ini adalah berdasarkan
dominasi fungsi atau kegiatan utama yang ada dan yang akan dikembangkan pada kawasan
tersebut. Analisis spasial arahan pola ruang kawasan budi daya di Kabupaten Musi Banyuasin
menetapkan luas kawasan budi daya sebesar 1.326.112,732 Ha. Arahan pola ruang kawasan
budidaya di wilayah Kabupaten Musi Banyuasin lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
dibawah.
Kawasan budidaya di Kabupaten Musi
Banyuasin yang terdiri dari :
a. Kawasan Budidaya Kehutanan ;
b. Kawasan Permukiman;
c. Ka\wasan Perkebunan;
d. Kawasan Pertanian;
e. Kawasan Pertambangan;
f. Kawasan industri
g. Kawasan pariwisata
h. Kawasan lainnya
A. PERUNTUKAN HUTAN PRODUKSI
Kawasan budidaya yang berfungsi lindung adalah kawasan hutan yang memiliki sifat khas
yang mampu memberikan perlindungan kepada kawasan sekitar maupun bawahannya
sebagai pengatur tata air, pencegah banjir dan erosi serta memelihara kesuburan tanah.
Perlindungan terhadap kawasan hutan lindung dilakukan untuk memelihara dan
mempertahankan kawasan hutan lindung sebagai hutan dengan tutupan vegetasi.
Kawasan hutan diharapkan dapat menjamin ketersediaan unsur hara tanah, air tanah, dan
air permukaan.
IV-33
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
Tabel 4.9
Kriteria Peruntukan Hutan Produksi
Peruntukan Hutan Produksi
Tujuan
Meningkatkan pendapatan masyarakat di pedesaan sekaligus
meningkatkan kesejahteraan dalam upaya mengentaskan
kemiskinan;
Memenuhi kebutuhan masyarakat pengguna bahan baku kayu
untuk industri, kayu pertukangan dan kayu energi;
Terpeliharanya kondisi tata air dan lingkungan yang
baik,khususnya lahan milik rakyat;
Menciptakan lapangan kerja, meningkatkan kegiatan berusaha dan
meningkatkan pendapatan negara;
Pemberdayaan masyarakat pedesaan.
Kriteria/Penetapan
Kawasan yang dapat diusahakan sebagai hutan oleh orang pada
tanah yang dibebani hak milik;
Memberikan dampak perkembangan terhadap pusat pengolahan
hasil hutan seperti kawasan industri;
Mempunyai hubungan fungsional yang erat dengan pasar lokal,
regional, nasional, dan internasional
(pelabuhan laut, angkutan sungai, jalan raya, kereta api);
Tidak menimbulkan dampak negatif terhadap kualitas sumberdaya
lingkungan dan sumberdaya air (sungai,mata air, air tanah).
IV-34
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
Tabel 4.10
Luasan Budidaya hutan produksi
Kabupaten Musi Banyuasin 2010
KLASIFIKASI Hutan Produksi KECAMATAN LUAS (Ha)
Budidaya Kehutanan Hutan Produksi Kec. Babat Supat
4795
Kec. Babat Toman
345
Kec. Batanghari Leko
70536
Kec. Bayung Lencir
304569
Kec. Lais
401
Kec. Lalan
12366
Kec. Plakat Tinggi
742
Kec. Sanga Desa
1045
Kec. Sungai Keruh
11612
Kec. Tungkal Jaya
6010
412421
Sumber : Hasil Rencana 2011
Gambar 4.4 Rencana Luasan Budidaya hutan produksi
Kabupaten Musi Banyuasin 2011
050000
100000150000200000250000300000
Hutan produksi
Hutan produksi
IV-35
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
Dilihat dari luasan serta produksi maka ditetapkan arahan pengembangan dan intensif
pengembangan diarahkan ke Kecamatan
1. Kecamatan Bayung Lencir
2. Kecamatan Batanghari Leko
3. Kecamatan Lalan
Sedangkan Kawasan Hutan Produksi terbatas berada di Kecamatan Batanghari Leko
74800 Ha,Kecamatan Lencir 19113 Ha,
Tabel 4.11
Rencana Luasan Budidaya hutan produksi terbatas
Kabupaten Musi Banyuasin 2010
KLASIFIKASI RENCANA POLA RUANG LUAS (Ha)
Budidaya Kehutanan Kec. Babat Supat
Hutan Produksi Terbatas 81
Kec. Batanghari Leko
Hutan Produksi Terbatas 74800 Kec. Bayung Lencir
Hutan Produksi Terbatas 19113 Sumber : Hasil Rencana 2011
Dilihat dari luasan serta produksi maka ditetapkan arahan pengembangan dan intensif
pengembangan hutan produksi terbatas diarahkan ke Kecamatan
1. Kecamatan Bayung Lencir
2. Kecamatan Batanghari Leko
IV-36
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
Gambar 4.5
Luasan Budidaya hutan produksi
Kabupaten Musi Banyuasin 2011
Potensi kawasan hutan produksi dan produksi terbatas memiliki peluang besar bagi para
pelaku ekonomi dan masyarakat sekitar, namun potensi tersebut diharuskan dikelola
secara baik, berkelanjutan dan tentunya menjaga kelestarian hutan produksi dengan
mengunakan pola pemberdayaan masyarakat.
Rencana upaya arahan dalam pengembangan hutan produksi dapat di lakukan dengan
langkah langkah sebagai berikut
Pola Mandiri
Masyarakat setempat membentuk kelompok, pemerintah mengalokasikan areal untuk
setiap individu dalam kelompok dan masing masing ketua kelompok bertanggung
jawab atas pelaksanaan Hutan tanaman rakyat, pengajuan pengembalian kredit,
pasar, dan pendampingan dari Pemda
Pola Kemitraan dengan HTI BUMN/S
Masyarakat setempat membentuk kelompok diajukan oleh Bupati ke Menhut.
Pemerintah menerbitkan SK IUPJJK-HTR ke individu dan menetapkan mitra, mitra
bertanggung jawab atas pendampingan, input/modal, pelatihan dan pasar
Pola Developer
BUMN/S sebagai developer membangun hutan tanaman rakyat dan selanjutnya
diserahkan oleh pemerintah kepada masyarakat sebagai pemegang IUPHHK-HTR
0
20000
40000
60000
80000
100000
Kec. Batanghari
Leko
Kec. Bayung Lencir
Kec. Keluang
Kec. SekayuKec. Sungai Lilin
Hutan Produksi Terbatas
hutan produksi terbatas
IV-37
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
yang selanjutnya biaya pembangunannya diperhitungkan sebagai pinjaman pemgang
IUPHHK-HTR dan dikembalikan secara bertahap sesuai akad kredit
Pengembangan Hutan produksi dapat dilakukan dengan berbagai strategi antara lain :
Menginventarisir sasaran pengembangan Hutan produksi, baik lahan yang belum
menghasilkan, sudah menghasilkan, lahan kritis
Manajemen kawasan meliputi pemantapan kawasan, penataan kawasan, dan
pengamanan kawasan;
Pengelolaan hutan yang meliputi kelola produksi, kelola lingkungan dan kelola sosial;
Manajemen kelembagaan yang meliputi penataan organisasi, input pengelolaan
sumberdaya hutan lestari (al. sumberdaya manusia, keuangan, material, metode dan
waktu).
KAWASAN PERUNTUKAN PERTANIAN, MELIPUTI :
A. KAWASAN PERTANIAN LAHAN BASAH
Pertanian yang dilakukan
di lahan basah dan
memerlukan banyak air
baik sawah irigasi, sawah
lebak, sawah tadah hujan
maupun sawah pasang
surut. Kabupaten Musi
Banyuasin terdapat 3 jenis
produksi sawah yaitu
1. Sawah tadah hujan,
Yaitu Sawah tadah hujan adalah sawah yang sumber air utamanya berasal dari
curah hujan.
2. Sawah jenis pasang surut
Yaitu Sawah yang pengairannya tergantung pada air sungai yang dipengaruhi oleh
pasang surutnya air laut.
3. Sawah Lebak
IV-38
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
Sawah Lebak adalah sawah rendahan yang tergenang secara periodik sekurang-
kurangnya tiga sampai enam bulan secara kumulatif dalam setahun, dan dapat
kering atau lembab tiga bulan secara komulatif dalam setahun.
Arahan kawasan pertanian lahan basah
diperlukan pengembangan selain bertujuan
agar produksi semakin meningkat tetapi juga
menjaga agar kawasan pertanian lahan
basah tidak terjadi alih fungsi lahan menjadi
non pertanian, untuk itu diperlukan
pengendalian ketat dalam hal perijinan agar
selain itu diperlukan juga pengembangan
kawasan ini untuk di arahkan meningkatkan produktifitas lahan dengan memanfaatkan
jaringan irigasi, karena Kabupaten Musi Banyuasin memiliki potensi sumber air yang
melimpah karena wilayahnya dikelilingi oleh sungai sungai besar dan kecil.
Kawasan sumber daya pertanian yang dimiliki oleh Kabupaten Musi Banyuasin adalah
pertanian lahan basah berjenis sawah pasang surut, sawah lebak dan sawah tadah hujan,
dengan rincian sebagai berikut
1. Sawah berjenis Pasang Surut
Luas lahan sawah ber jenis pasang surut terbesar berada di Kecamatan Lalan
dengan luas lahan 26.091 Ha di ikuti oleh Kecamatan Sungai Lilin dengan luas lahan
5.685 Ha dan yang terkecil di Kecamatan Keluang dengan luas lahan 146 Ha
2. Sawah Berjenis Sawah Lebak
Luas lahan sawah berjenis sawah lebak berada di 6 kecamatan, namun sawah lebak
terbesar berada di Kecamatan Sekayu dengan luas 5.789 Ha, Kecamatan Babat
Toman dengan luas 4.889 Ha, Kecamatan Lais dengan luas 4155 ha, Kecamatan
Sanga Desa dengan luas 3362 Ha, dan yang terakhir sungai Lilin dengan luas 1500
ha
3. Sawah berjenis Tadah Hujan
Luasan lahan basah untuk jenis tadah hujan di Kabupaten Musi Banyuasin tergolong
kecil karena sawah tadah hujan hanya dimiliki 3 kecamatan dengan luasan terbesar
IV-39
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
berada di Kecamatan Sungai Keruh dengan luasan hanya mencapai 355 Ha,
kemudian Kecamatan Bayung Lencir mencapai 135 ha dan Kecamatan Plakat tinggi
mencapai 18 Ha
Tabel 4.12
Pertanian Lahan basah berdasarkan Jenisnya
Kabupaten Musi Banyuasin 2011
No Kecamatan Pasang Surut
(Ha)
Lebak
(Ha)
Tadah Hujan
(Ha)
1 Babat Toman - 4.889 -
2 Plakat Tinggi - - 18
3 Batanghari Leko - - -
4 Sanga Desa - 3.362 -
5 Sungai Keruh
- - 355
6 Sekayu - 5.786 -
7 Lais - 4.155 -
8 Sungai Lilin 5.685 1.500 -
9 Keluang 146 - -
10 Bayung Lencir 3.819 135
11 Lalan 26.091 - -
Jumlah 31.922 23511 508
Sumber : Dinas pertanian Kab Musi banyuasin 2011
IV-40
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
Gambar 4.6 Pertanian Lahan basah berdasarkan Jenisnya
Kabupaten Musi Banyuasin 2011
Berdasarkan hasil dari data eksisting serta dari hasil analisis kesesuaian lahan
direncanakan pola ruang untuk kawasan pertanian lahan basah akan di intensifkan di
wilayah sebagai berikut :
1. Kecamatan Lalan
2. Kecamatan Sungai Lilin
3. Kecamatan Babat toman
4. Kecamatan Lais
5. Kecamatan bayung lencir
6. Kecamatan Sanga Desa
B. PERTANIAN LAHAN KERING
Pertanian lahan kering adalah hamparan lahan yang didayagunakan tanpa penggenangan
air, baik secara permanen maupun musiman dengan sumber air berupa hujan atau air
irigasi (Suwardji, 2003)). Definisi yang diberikan oleh soil Survey Staffs (1998) dalam
Haryati (2002), lahan kering adalah hamparan lahan yang tidak pernah tergenang atau
digenangi air selama periode sebagian besar waktu dalam setahun. Tipologi lahan ini
0
5000
10000
15000
20000
25000
30000
Bab
at T
om
an
Pla
kat
Tin
ggi
Bat
angh
ari L
eko
San
ga D
esa
Sun
gai K
eru
h
Seka
yu
Lais
Sun
gai L
ilin
Kel
uan
g
Bay
un
g Le
nci
r
Lala
n
Pasang Surut
Lebak
Tadah Hujan
IV-41
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
dapat dijumpai dari dataran rendah (0-700 m dpl) hingga dataran tinggi (> 700m dpl). Dari
pengertian diatas, maka jenis penggunaan lahan yang termasuk dalam kelompok lahan
kering mencakup: lahan tadah hujan, tegalan, lading, kebun campuran, perkebunan,
hutan, semak, padang rumput, dan padang alang-alang.
Pertanian lahan kering memiliki ciri ciri sebagai berikut :
untuk kawasan atau daerah yang memiliki jumlah evaporasi potensial melebihi jumlah
curah hujan actual atau daerah yang jumlah curah hujannya tidak mencukupi untuk
usaha pertanian tanpa irigasi disebut dengan “Daerah Kering”.
untuk lahan dengan drainase alamiah lancar dan bukan merupakan daerah dataran
banjir, rawa, lahan dengan air tanah dangkal, atau lahan basah alamiah lain istilahnya
lahan atasan atau Upland.
untuk lahan pertanian yang diusahakan tanpa penggenangan, istilahnya lahan kering.
Kabupaten Musi Banyuasin memiliki potensi lahan pertanian kering seperti palawija,
jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang kedele, kacang hijau dan kacang tanah, dimana dilihat
dari luasannya areal lahan kering di dominasi oleh palawija dan jagung yang berloksi di
Kecamatan Lalan, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table di bawah ini
IV-42
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
Tabel 4.13 Luas Areal lahan pertanian Kering (Ha)
Kabupaten Musi Banyuasin Kecamatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Total
Palawija 442 284 124 235 53 68 44 1394 503 1.602 8025 12.774
Jagung 143 30 41 13 16 152 21 709 8605 9.730
Ubi kayu 124 159 29 31 34 31 42 497 47 209 45 1.248
Ubi jalar 89 29 12 19 7 6 7 38 21 126 35 389
Kacang Kedele
61 40 19 54 39 80 59 147 519
Kacang Hijau 42 15 1 13 8 6 4 45 21 75 230
Kacang Tanah
57 54 2 16 26 12 52 24 140 383
Total 958 611 187 409 167 136 113 2.258 696 3.008 16.710 25.273
Sumber : Dinas pertanian Kab Musi Banyuasin 2011
Kecamatan Babat Toman 1 Plakat tinggi 2 Batanghari leko 3 Sanga Desa 4 Sungai Keruh 5 Sekayu 6 Lais 7 Sungai lilin 8 Keluang 9 Bayung lencir 10 lalan 11
Gambar 4.7 Luas Areal lahan pertanian Kering (Ha)
Kabupaten Musi Banyuasin
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
7000
8000
9000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Palawija
Jagung
Ubi kayu
Ubi jalar
Kacang Kedele
Kacang Hijau
Kacang Tanah
IV-43
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
Arahan penetapan untuk kawasan pertanian lahan kering di tetapkan di Wilayah
Kecamatan sebagai berikut
1. Kecamatan Lalan
2. Kecamatan Bayung Lencir
3. Kecamatan Sungai Lilin
PERTANIAN HORTIKULTURA
Pertanian Holtikultura yang tersedia di Kabupaten Musi Banyuasin terdiri dari kacang
panjang, cabai, tomat, terong, ketimun, kangkung, bayam dan buncis. Total luasan untuk
pertanian holtikultura mencapai 2.837 Ha dengan jumlah terbesar luasan pada pertanian
kacang panjang dan cabai.
Lokasi untuk luasan terbesar di kecamatan berada di Kecamatan Babat Toman, dengan
lahan 895 Ha dengan luasan terbesar untuk pertanian kacang panjang, Kecamatan
Sungai Lilin dengan luasan terbesar untuk pertanian terong dan Kecamatan Bayung
Lencir dengan luasan pertanian terbesar cabai. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
table di bawah ini :
Tabel 4.14
Luasan pertanian Hortikultura (HA)
Kabupaten Musi Banyuasin
1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Total
Kacang panjang
165 24 18 22 8 29 10 138 23 142 35 614
Cabai 132 47 31 23 4 20 23 136 20 153 23 614
Tomat 155 25 16 15 4 15 19 26 275
Terong 71 23 15 17 5 21 5 148 30 41 11 187
Ketimun 114 13 8 19 5 28 7 126 25 116 10 471
Kangkung 141 13 3 12 9 70 11 54 313
Bayam 117 8 3 14 10 55 12 47 266
Buncis 2 15 22 15 39 97
Total 895 128 105 123 22 147 49 710 155 618 79 2837
Sumber : Dinas pertanian Kab Musi Banyuasin 2010
Kecamatan Babat Toman 1 Plakat tinggi 2 Batanghari leko 3 Sanga Desa 4 Sungai Keruh 5 Sekayu 6
IV-44
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
Lais 7 Sungai lilin 8 Keluang 9 Bayung lencir 10 lalan 11
Gambar 4.8 Luasan pertanian Hortikultura (HA)
Kabupaten Musi Banyuasin
PERTANIAN TANAMAN BUAH BUAHAN
Potensi pertanian tanaman buah buahan yang di miliki oleh Kabupaten Musi Banyuasin
terdiri dari mangga, jeruk, papaya, sawo, durian, duku, rambutan, pisang, nangka, jambu
biji, nanas dan semangka dengan luasan mencapai 5.869 Ha, sedangkan untuk potensi
pertanian buah buahan yang terbesar di Kabupaten Musi Banyuasin adalah pertanian
tanaman buah rambutan, durian dan nangka
Dilihat dari identifikasi masing masing pertanian buah buahan per kecamatan, durian
terluas berada di Kecamatan Babat Toman, rambutan berada di Kecamatan Sungai Lilin
dan pertanian nangka berada di Babat Toman, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
table di bawah ini
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Kacang panjang
Cabai
Tomat
Terong
Ketimun
Kangkung
Bayam
Buncis
IV-45
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
Tabel 4.15
Luasan pertanian buah-buahan (HA)
Kabupaten Musi Banyuasin
Kecamatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Total
Mangga 53 4 8,5 17 27,5 59 27,5 25 27,5 2,5 251,5
Jeruk 21,25 2,88 10,25 38,93 9,19 7,5 118,75 38,07 21 8,75 276,57
Pepaya 4,1 1 3,33 6,15 0,28 1 2,1 6,42 6,92 0,25 25,13
Sawo 10 4 3,6 15,85 40 13,6 11,5 16,6 115,15
Durian 195,52 15,5 18,71 88 42,75 47,61 14,63 39 85,97 79,4 11,5 638,05
Duku 192 8,5 5 40 18,75 17,95 0,39 5 13,34 5,2 264,13
Rambutan 20 8,5 9,9 24 20,7 39,81 29,08 500 160 27,22 3,5 842,71
Pisang 3,5 1,2 6,02 4,5 2,48 2,5 6,15 105 20,43 14,20 1,3 167,28
Nangka 140 7 8,6 22,5 10,3 5,8 4,3 100 49,3 24 4,5 376,3
Jambu biji 0,5 8,3 1,9 3,3 3,3 1,2 0,5 10,5 18,5 9,0 8,2 65,2
Nanas 0,16 0,14 0,28 0,64 0,011 0,007 2,9 1,54 5,678
Semangka 28 4 7 22 22 53 4 47 187
Total 443 20 12 191 0 122 53 774 164 92 0 5.865
Sumber : Dinas pertanian Kab Musi Banyuasin 2011
Gambar 4.9
Luasan pertanian buah-buahan (HA)
Kabupaten Musi Banyuasin
0
100
200
300
400
500
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
IV-46
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
KAWASAN PERKEBUNAN MELIPUTI
Jenis perkebunan yang tersedia di Kabupaten Musi Banyuasin yaitu perkebunan kelapa
sawit rakyat, perkebunan Karet dan perkebunan kelapa, rincian luas lahan dan produksi
dapat dilihat pada table dibawah ini
KAWASAN LUAS AREAL DAN PRODUKSI TANAMAN KELAPA SAWIT RAKYAT
Kawasan produksi kelapa sawit di Kabupaten Musi Banyuasin tersebar merata di seluruh
kecamatan Musi Banyuasin, namun dari identifikasi luasan dan produksi tanaman kelapa
sawit rakyat terbesar berada di 3 Kecamatan yaitu Kecamatan Bayung Lencir dengan
luasan terbesar mencapai 14.4115 Ha, dengan produksi mencapai 212.529 ton,Kedua
Kecamatan Sungai Lilin dengan luasan 4.155 Ha dengan produksi mencapai 37.848 ton,
ketiga Kecamatan Keluang dengan luasan mencapai 933 Ha dan produksi mencapai
2.663 ton. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat sebaran luasan produksi tanaman kelapa
sawit di bawah ini
Tabel 4.16 Luas areal dan produksi Tanaman kelapa sawit Rakyat
Kabupaten Musi Banyuasin No Kecamatan Luas areal (Ha) Produksi (Ton)
1 Babat Toman 202 391
2 Plakat Tinggi 253 288
3 Batanghari Leko 475 2654
4 Sanga Desa 63 130
5 Sungai keruh 225 875
6 Sekayu 212 617
7 Lais 239 1616
8 Sungai Lilin 4155 37848
9 Keluang 933 2663
10 Bayung lencir 14411 212529
11 Lalan 226 114
Total 21394 259725
Sumber : Dinas pertanian Kab Musi Banyuasin 2010
IV-47
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
Gambar 4.10
Luas areal dan produksi Tanaman kelapa sawit Rakyat
Kabupaten Musi Banyuasin
KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN KELAPA SAWIT
Arahan pengembangan untuk kawasan yang di berikan intesif pengembangan
perkebunan kelapa sawit di arahkan pada Kecamatan
1. Kecamatan Bayung lencir
2. Kecamatan Sungai Lilin
3. Kecamatan Keluang
Kelapa sawit merupakan salah satu perkebunan yang memiliki nilai sangat tinggi hal ini
dikarenakan kebutuhan kelapa sawit di pasaran dunia sangat dibutuhkan sekali, dan
Kabupaten Musi Banyuasin memiliki lahan kelapa sawit yang sangat besar sekali, dengan
adanya pengembangan kelapa sawit yang dilakukan secara profesional akan memberikan
efek besar dalam pengentasan kemiskinan di wilayah Kabupaten Musi Banyuasin, dan
untuk mempersiapkan wilayah ini siap menjadi salah satu pengekspor kelapa sawit
terbesar diperlukan tahapan arahan pengembangan sebagai berikut :
1. Mempertangguh bisnis pengembangan agribisnis kegiatan hulu dengan perhatian
khusus kepada perkebunan rakyat
2. Pengembangan kemitraan antara pihak swasta dan rakyat
0
50000
100000
150000
200000
250000
Luas areal (Ha)
Produksi (Ton)
IV-48
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
3. Pengembangan jaringan infrastruktur di wilayah perkebunan kelapa sawit
4. Pengembangan industri hilir berbahan baku minyak sawit dan pemanfaatan berbagai
hasil samping dan limbah lainnya
5. Pengembangan kelapa sawit kedepannya harus bercirikan pembangunan
berkelanjutan dan menjadi bagian ingral dari pemecahan berbagai permasalahan
spesifik seperti pengurangan penduduk miskin di pedesaan di sekitar kawasan
perkebunan kelapa sawit, para perambah hutan, pemanfaatan lahan tidak produktif
LUAS AREAL DAN PRODUKSI TANAMAN PERKEBUNAN KARET
Kabupaten Musi Banyuasin memiliki perkebunan karet yang secara nilai jual memiliki nilai
ekonomi tinggi, perkebunan karet di Kabupaten Musi Banyuasin memiliki tiga jenis
kepemilikian yaitu perkebunan rakyat, proyek PRPTE dan swasta nasional
Di lihat hasil identifikasi luasan terbesar dimiliki oleh perkebunan rakyat dengan total
luasan mencapai 162.741,5 Ha dengan produksi mencapai 104.708 ton, kemudian
perkebunan karet proyek PRPTE/SRDP memiliki luasan areal mencapai 1.354,5 Ha
dengan produksi 1.349 ha dan yang terahir perkebunan karet milik swasta nasional 4.148
ha dengan produksi mencapai 4.166 ton, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table di
bawah ini
Tabel 4.17
Luas Areal dan produksi tanaman perkebunan Karet
Kabupaten Musi Banyuasin
No Perkebunan Luas areal (Ha) Produksi (Ton)
1 Perkebunan rakyat 162.741,5 104.708
2 Proyek PRPTE/SRDP 1.354,5 1.349
3 Swasta Nasional 4.148 4.166
Jumlah
Sumber : Dinas pertanian Kab Musi Banyuasin 2010
IV-49
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
Gambar 4.11 Luas Areal tanaman perkebunan Karet
Kabupaten Musi Banyuasin
Gambar 4.12 Produksi tanaman perkebunan Karet
Kabupaten Musi Banyuasin
Arahan pengembangan Perkebunan karet
Strategi pengembagan perkebunan karet di antaranya
1. Pengunaan klon unggul dengan produktifitas tinggi
2. Percematan peremajaan karet tua
0500
10001500200025003000350040004500
Perkebunan rakyat
Proyek PRPTE/SRDP
Swasta Nasional
Luas areal (Ha)
Luas areal (Ha)
0
20000
40000
60000
80000
100000
120000
Perkebunan rakyat
Proyek PRPTE/SRDP
Swasta Nasional
Produksi (Ton)
Produksi (Ton)
IV-50
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
3. Diversifikasi usaha tani karet dengan tanaman pangan sebagai tanaman sela dan
ternak
4. Peningkatan efisiensi usaha tani
5. Peningkatan kualitas bokar berdasarkan SNI
6. Peningkatan efisiesnsi pemasaran untuk meningkatan marjin harga petani
7. Penyediaan kredit untuk peremejaan, pengolahan dan pemasaran bersama
8. Pengembangan infrastruktur
9. Peningkatan pengembagan industri hilir
10. Peningkatan pendapatan petani melalui perbaikan system pemasaran
KAWASAN PETERNAKAN MELIPUTI
Kawasan peternakan yang dimiliki Kabupaten Musi Banyuasin memiliki dua jenis
peternakan yaitu peternakan kecil dan peternakan besar, untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada sub bab di bawah ini
PETERNAKAN KECIL
Potensi peternakan di Kabupaten Musi banyuasi terdiri dari 3 jenis peternakan yaitu ayam
daging ayam buras dan itik dimana peternakan terbesar berada di Kecamatan Bayung
Lencir dengan rincian ayam daging sebanyak 168.000 ekor, ayam buras 126.580 ekor dan
ituk 29.706 ekor , untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table di bawah ini
Tabel 4.18
Potensi peternakan kecil Kabupaten Musi Banyuasin
No
Kecamatan
Ayam
pedaging
Ayam Buras Itik
1 Babat Toman 18.000 41000 5700
2 Plakat Tinggi 39183 2600
3 Batanghari
Leko
2.500 37.922 210
4 Sanga Desa 7.272 36.050 5100
5 Sungai keruh 5.500 7754 1915
6 Sekayu 22.000 10650 1890
7 Lais 2.000 24000 4625
IV-51
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
8 Sungai Lilin 18.100 82709 4382
9 Keluang 24.400 25565 906
10 Bayung lencir 168.000 126580 29706
11 Lalan - 53000 2100
Total 268772 484413 59134
Sumber : Dinas peternakan Kab Musi Banyuasin 2010
Gambar 4.13
Potensi peternakan kecil
Kabupaten Musi Banyuasin
PETERNAKAN BESAR
Potensi peternakan besar di Kabupaten Musi
Banyuasin terdiri dari 4 jenis peternakan yaitu
sapi, kerbau, kambing, domba, dimana
peternakan terbesar berada di jenis
peternakan sapi dengan jumlah mencapai
34.089 ekor, kemudian yang kedua
peternakan kambing dengan jumlah 25.547
ekor. Peternakan domba mencapai 2100 ekor
0
50000
100000
150000
200000
250000
Ayam pedaging
Ayam Buras
Itik
IV-52
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
dan yang terakhir kerbau dengan 892 ekor untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table di
bawah ini
Tabel 4.19 Potensi peternakan besar
Kabupaten Musi Banyuasin
No Kecamatan Sapi Kerbau Kambing Domba
1 Babat Toman 8650 310 2150 370
2 Plakat Tinggi 4412 46 1616 20
3 Batanghari
Leko
813 58 1421 109
4 Sanga Desa 2200 71 1220 545
5 Sungai keruh 2377 61 1862 408
6 Sekayu 945 27 1730 35
7 Lais 2749 27 1790 242
8 Sungai Lilin 5700 208 4885 237
9 Keluang 2243 10 898 82
10 Bayung lencir 2550 74 5425 42
11 Lalan 1450 2550 10
Total 34089 892 25547 2100
Sumber : Dinas pertanian Kab Musi Banyuasin 2010
Gambar 4.14
Potensi peternakan besar
Kabupaten Musi Banyuasin
0100020003000400050006000700080009000
Sapi
Kerbau
Kambing
Domba
IV-53
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
Arahan pengembangan peternakan baik peternakan kecil dan besar di rencanakan
dengan lingkup rencana sebagai berikut
1. Pengembangan di sektor pembibitan
Ruang lingkup kegiatan di sektor perbibitan mulai dari hulu hingga hilir meliputi :
a. Perlindungan, pelestarian dan pengelolaan plasma nutfah secara berkelanjutan,
termasuk kedalamnya penanganan berbagai hal yang terkait dengan pembinaan
masyarakat petani peternak sehingga ada jaminan ketersediaan plasma nutfah
ternak yang sudah terdomestikasi dan atau plasma nutfah ternak baru menjadi
terdomestikasi. Hal tersebut terkait dengan implementasi program yang digulirkan
oleh lembaga internasional seperti FAO dan lain sebagainya;
b. Pengadaan dan pengembangan bibit/benih ternak termasuk kedalamnya
penanganan berbagai hal yang terkait dengan pengadaan dan pengembangan
bibit dari luar negeri atau produk domestik;
c. Pemilihan ternak untuk menghasilkan bibit yang baik. Hal tersebut terkait dengan
upaya pemerintah untuk ikut berperan serta dalam penyediaan bibit ternak untuk
masyarakat luas sehingga di masa yang akan datang dapat dihasilkan populasi
ternak yang lebih berkualitas secara berkelanjutan;
d. Pengawasan dan standarisasi mutu bibit. Hal tersebut berhubungan dengan
pelaksanaan fungsi evaluasi dan akreditasi khusus perbibitan ternak baik yang
dihasilkan oleh pemerintah maupun non-pemerintah.
2. Arahan Pengembangan Produktivitas peternakan
Selanjutnya dalam pengembangan peternakan di beberapa hal yang memerlukan
perhatian dan upaya peningkatannya antara lain :
a. Inovasi teknologi dan upaya pengembangannya,
b. peningkatan kualitas SDM yang bekerja dalam bidang perbibitan/perbenihan,
c. Diseminasi dan komunikasi alih teknologi,
d. Peningkatan peluang pasar yang lebih luas
IV-54
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
KAWASAN PERUNTUKAN PERIKANAN, YANNG DIRINCI MELIPUTI
A. PERUNTUKAN PERIKANAN TANGKAP
Jenis perikanan tangkap
yang tersedia di Kabupaten
Musi Banyuasin berasal dari
sungai besar dan sungai
kecil di wilayah sepanjang
sungai Musi Banyuasin,
dengan rincian produksi dari masing masing kecamatan sebagai berikut :
Tabel 4.20 Produksi perikanan tangkap Kabupaten Musi Banyuasin
No Kecamatan Perikanan darat
1 Babat Toman 1259,83
2 Plakat Tinggi 487,14
3 Batanghari Leko 1064,68
4 Sanga Desa 1186,98
5 Sungai keruh 933,79
6 Sekayu 2132,76
7 Lais 1458,63
8 Sungai Lilin 1711,12
9 Keluang 405,97
10 Bayung lencir 1026,85
11 Lalan 797,63
Total 12465.38
Sumber : Dinas perikanan Kab Musi Banyuasin 2010
IV-55
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
Gambar 4.16 Produksi perikanan tangkap Kabupaten Musi Banyuasin
Dengan potensi sangat luas di Kabupaten Musi Banyuasin dikarenakan hampir seluruh
kecamatan dilalui oleh sungai besar dan kecil, memberikan harapan besar akan peluang
untuk meningkatkan produksi perikanan, namun hal ini diperlukan keseimbangan antara
produksi dengan ketersediaan ikan, sehingga di perlukan arahan pengembagan denga
empat grand strategi sebagai berikut :
1. memperkuat kelembagaan dan SDM secara terintegrasi,
2. mengelola sumberdaya perikanan secara berkelanjutan.
3. meningkatkan produktivitas dan daya saing berbasis pengetahuan,
4. memperluas akses pasar domestik
B. PERUNTUKAN BUDIDAYA PERIKANAN
Budidaya perikanan yang dimiliki oleh Kabupaten Musi Banyuasin adalah berupa
perikanan darat, dimana total ada 5.300,51 ton dengan produksi terbesar berada di
Sungai Keruh, Sungai Lilin dan Bayung Lencir, untuk lebuh jelasnya dapat dilihat pada
table di bawah ini
0
500
1000
1500
2000
2500
produksi perikanan tangkap
produksi perikanan tangkap
IV-56
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
Tabel 4.21 Produksi perikanan tangkap Kabupaten Musi Banyuasin
No Kecamatan Perikanan darat
1 Babat Toman 523,64
2 Plakat Tinggi 130,38
3 Batanghari Leko 406,55
4 Sanga Desa 372,19
5 Sungai keruh 1158,57
6 Sekayu 481,82
7 Lais 195,59
8 Sungai Lilin 953,02
9 Keluang 133,03
10 Bayung lencir 676,99
11 Lalan 268,73
Total 5300.51
Sumber : Dinas perikanan Kab Musi Banyuasin 2010
Gambar 4.17 Produksi perikanan tangkap Kabupaten Musi Banyuasin
C. PERUNTUKAN KAWASAN PENGOLAHAN PERIKANAN
Potensi besar pada produksi perikanan di kabupaten Musi Banyuasin di perlukan
perhatian khusus dengan memberikan sarana prasarana pendukung sehingga produksi
0
200
400
600
800
1000
1200
Bab
at T
om
an
Pla
kat
Tin
ggi
Bat
angh
ari L
eko
San
ga D
esa
Sun
gai k
eru
h
Seka
yu
Lais
Sun
gai L
ilin
Kel
uan
g
Bay
un
g le
nci
r
Lala
n
Budidaya perikanan
Budidaya perikanan
IV-57
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
dan pemasaran perikanan di kabupaten Musi Banyuasin semakin meningkat, untuk itu
diperlukan arahan pengolahan perikanan, yang direncanakan pengembangan adalah
membuat rencana pengolahan perikanan yang ditempatkan di kawasan strategis terutama
kawasan yang memiliki produksi perikanan yang tinggi, dan berdasarkan hasil analisa,
rencana pengembangan kawasan pengolahan kawasan perikanan berupa pasar ikan di
rencanakan penempatannya sebagai berikut :
1. Kecamatan Sekayu
2. Kecamatan Sungai Lilin
3. Kecamatan Lais
4. Kecamatan Bayung Lencir
Dengan adanya pasar ikan serta pendukung prasarana lainnya secara tidak langsung
akan memberikan peluang kepada nelayan untuk dapat mengelola perikanan dan
memasarkan perikanan bisa lebih baik lagi
KAWASAN PERUNTUKAN PERTAMBANGAN
Potensi sumber pertambangan yang tersedia di Kabupaten Musi Banyuasin adalah
pertambangan minyak dan gas bumi,
pertambangan batubara dan
pertambangan pasir sungai, dimana
dengan potensi kawasan pertambangan
yang sangat besar di Kabupaten Musi
Banyuasin dimana ada dua jenis status
pertambangan yaitu status operasi
produksi dan status masih eksploitasi, sehingga untuk menjaga keseimbangan ruang,
diperlukan arahan penetapan sebagai berikut :
1. Yang masuk kedalam pola ruang Kabupaten Musi Banyuasin adalah Kawasan
pertambanganyang telah berstatus operasi produksi
2. Kawasan pertambangan yang berstatus eksplorasi dalam pola ruang masih masuk
kedalam usulan kawasan pertambangan, sehingga untuk bisa eksplotasi di wajibkan
perusahaan harus melakukan perijinan mulai dari dari perijinan Pemerintah Daerah,
Gubernur hingga penetapan perijinan oleh Pemerintah Pusat yaitu DPR.
Untuk lebih jelasnya mengenai arahan arahan untuk masing masing kawasan
pertambangan dapat dilihat di bawah ini
IV-58
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
A. KAWASAN PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI
Pada dasarnya
penyelenggaraan kegiatan
usaha minyak dan gas bumi
yang diatur dalam Undang-
undang No.22 Tahun 2001
berasaskan ekonomi kerakyatan,
keterpaduan, manfaat, keadilan,
keseimbangan, pemerataan,
kemakmuran bersama dan kesejahteraan rakyat banyak, keamanan, keselamatan,
dan kepastian hukum serta berwawasan lingkungan.
Selanjutnya mengenai azas dan tujuan Penyelenggaraan kegiatan usaha minyak
dan gas bumi yang tercantum dalam Undang-undang No.22 Tahun 2001 pasal 3
bertujuan:
Menjamin efektivitas pelaksanaan dan pengendalian kegiatan usaha eksplorasi
dan Eksploitasi secara berdaya guna, berhasil guna, serta berdaya saing tinggi
dan berkelanjutan atas minyak dan gas bumi milik negara yang strategis dan
tidak terbarukan melalui mekanisme yang terbuka dan transparan;
Menjamin efektivitas pelaksanaan dan pengendalian usaha pengolahan,
pengangkutan, penyimpanan, dan niaga secara akuntabel yang
diselenggarakan melalui mekanisme persaingan usaha yang wajar, sehat, dan
transparan;
Menjamin efisiensi dan efektivitas tersedianya minyak bumi dan gas bumi, baik
sebagai sumber energi maupun sebagai bahan baku, untuk kebutuhan dalam
negeri;
Mendukung dan menumbuhkembangkan kemampuan nasional untuk lebih
mampu bersaing di tingkat nasional, regional, dan internasional;
Meningkatkan pendapatan negara untuk memberikan kontribusi yang sebesar-
besarnya bagi perekonomian nasional dan mengembangkan serta memperkuat
posisi industri dan perdagangan Indonesia;
IV-59
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
Menciptakan lapangan kerja, meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran
rakyat yang adil dan merata, serta tetap menjaga kelestarian lingkungan hidup.
Potensi minyak dan gas bumi terdapat di beberapa kecamatan dalam Kabupaten
Musi Banyuasin. Perusahaan yang pertama
kali melakukan eksploitasi adalah DUCH, jenis
minyaknya bervariasi mulai dari paraffin ringan
sampai sedang (45-540 API), parafin berat
(35-370 API) dan ada juga yang bersifat aspal
(22-250 API).
Luasan peruntukan kuasa pertambangan
migas di arahkan disesuaikan dengan yang telah tersedia di Kabupaten Musi
Banyuasin dengan status telah operasi produksi, dimana total luasan
pertambangan migas seluas 1.309.430,48 Ha. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel di bawah ini
Tabel 4.22 Daftar WKP Migas
Kabupaten Musi Banyuasin No Nama Block Operator Jenis Kontrak Luas Status
1 Pendopo & Raja Block Job Pertamina-Golden
Spike Indonesia, Ltd
Joint Operation Body 5.261,39 Production
2 Corridor Conocophillips
(Grissik) Ltd
Production Sharing
Contract
218.039,26 Production
3 Kluang Siarak Area-3 Pertamina Ep Kks 343,08 Production
4 Kluang Siarak Area-2 Pertamina Ep Kks 343,10 Production
5 Kluang Siarak Area-1 Pertamina Ep Kks 3.313,23 Production
6 Kluang Pertamina Ep Kks 642,79 Production
7 Karang Agung Pt. Odira Energy
Karang Agung
Production Sharing
Contract
116.301,22 Exploration
8 Sekayu Star Energy (Sekayu)
Ltd
Production Sharing
Contract
36.132,07 Exploration
9 Jambi-Merang Block
(South Sumatra)
Job Pertamina-
Amerada Hess Jambi
Joint Operation Body 69.039,46 Production
IV-60
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
Merang
10 South Jambi Block B Conocophillips (South
Jambi) Ltd
Production Sharing
Contract
26.811,15 Production
11 Palmerah Tately N.V (Company
No.87301)
Production Sharing
Contract
96.664,18 Exploration
12 Rimau Pt Medco E&P
Indonesia
Psc-Extension 47.997,98 Production
13 Sumbagsel Area-2 Pertamina Ep Kks 76.780,34 Production
14 Merangin-I Pt Medco E&P
Merangin
Production Sharing
Contract
13.121,77 Exploration
15 Ramba Pertamina Ep Kks 4.740,50 Production
16 Jambi-Pt Pertamina Pertamina Ep Kks 25.227,66 Production
17 Merangin-Ii Pt Sele Raya Merangin
Dua
Production Sharing
Contract
9.715,70 Exploration
18 South Sumatera Pt Medco E&P
Indonesia
Psc-Extension 94.813,80 Production
19 Sakakemang Barat Pertamina Ep Kks 109.817,44 Production
20 Sakakemang Timur Pertamina Ep Kks 148.396,31 Production
21 Suban Pertamina Ep Kks 205.928,05 Production
Total 1.309.430,48
Arahan Kawasan Pertambangan Migas Untuk Status Operasi Produksi
Dengan telah berjalanya operasi produksi untuk kawasan pertambangan maka perlu
adanya pengawasan dan pengendalian baik dalam hal sisi administrasi, pengelolaan
produksi, pengawasan terhadap lingkungan fisik sekitar kawasan pertambangan hingga
manfaat kawasan pertambangan bagi masyarkat sekitar. Maka dengan demikian
diperlukan arahan arahan sebagai berikut
1. Aspek Administrasi
Aspek administrasi yang perlu dilengkapi di antaranya sebagai berikut
perizinan: IUP Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi. Selain itu juga ada Izin
Pertambangan Rakyat (IPR) dan IUP Khusus (IUPK) dengan kelengkapan
administrasi meliputi
1. Peta wilayah dilengkapi dengan batas koordinat geografis
IV-61
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
2. Lintang dan bujur sesuai dengan ketentuan sistem
3. Informasi geografi yang berlaku secara nasional;
4. Laporan lengkap eksplorasi;
5. Laporan studi kelayakan;
6. Rencana reklamasi dan pascatambang;
7. Rencana kerja dan anggaran biaya;
8. Rencana pembangunan sarana dan prasarana penunjang
9. Kegiatan operasi produksi; dan
10. Tersedianya tenaga ahli pertambangan dan/atau geologi
Penetapan IUP melalui lelang. IUPK diberikan oleh menteri di ex WPN (WUPK)
Penambangan, pengolahan dan pemurnian oleh pemegang IUP/IUPK
Pemegang IUPK wajib untuk membagikan keuntungan bersih setelah produksi: 4%
kepada Pemerintah 6% kepada Pemda.
Kesepakatan Perjanjian/kontrak sesuai dengan ketentuan yang disepakati
2. Pengelolaan Produksi kawasan pertambangan
Perizinan (tahapan perizinan, jenis perizinan)
Teknik Pertambangan (penetapan cadangan, studi kelayakan, konstrusi,
penambangan, pengolahan/pemurnian, pengangkutan)
Perlindungan Lingkungan Pertambangan (dokumen Amdal: Andal/RKL/RPL dan
RTPKL)
K 3 (pengawasan administrasi struktural dan operasional fungsional, pembinaan
zero accident dan pemberian Safety Award)
Konservasi (optimalisasi produksi, pengolahan, kadar marjinal, mineral ikutan)
Nilai Tambah (pengembangan teknologi, peningkatan hubungan kerja, pemakaian
produk dalam negeri)
Penutupan dan Pasca Tambang (legalitas dokumen, penanggung jawab lapangan,
kriteria keberhasilan, penjamin penutupan tambang dan pengawasan)
Standarisasi Pertambangan (sistem SNI, standardisasi pertambangan,
akreditasi/sertifikasi)
IV-62
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
3. Aspek lingkungan
Lokasi penambangan sedapat mungkin tidak terletak pada daerah resapan atau
pada akuifer sehingga tidakakan mengganggu kelestarian air tanah di daerah
sekitarnya.
Lokasi penambangan sebaiknya terletak agak jauh dari pemukiman penduduk
sehingga suara bising ataupun debu yang timbul akibat kegiatan penambangan
tidak akan mengganggu penduduk.
Lokasi penambangan tidak berdekatan dengan mata air penting sehingga tidak
akan mengganggu kualitas maupun kuantitas air dari mata air tersebut, juga untuk
menghindari hilangnya mata air.
Lokasi penambangan sedapat mungkin tidak terletak pada daerah aliran sungai
bagian hulu (terutama tambang batuan) untuk menghindari terjadinya pelumpuran
sungai yang dampaknya bisa sampai ke daerahhilir yang akhirnya dapat
menyebabkan banjir akibat pendangkalan sungai. Hal ini harus lebih
diperhatikanterutama di kota-kota besar dimana banyak sungai yang mengalir dan
bermuara di wilayah kota besar tersebut.
Lokasi penambangan tidak terletak di kawasan lindung (cagar alam, taman
nasional, dsb.).
Lokasi penambangan hendaknya dekat dengan konsumen untuk menghindari biaya
transportasi yang tinggi sehingga harga jual material tidak menjadi mahal.
Lokasi penambangan tidak terletak dekat dengan bangunan infrastruktur penting,
misalnya jembatan dan menara listrik tegangan tinggi. Juga sedapat mungkin
letaknya tidak dekat dengan gedung sekolah sehingga tidak akan mengganggu
proses belajar dan mengajar.
Arahan Bagi Perusahaan pertambangan berstatus eksplorasi menuju status operasi
produksi
Besarnya potensi pertambangan di Kabupaten Musi Banyuasin, dimana potensi
pertambangan hampir menyebar di sebagaian besar lahan Kabupaten Musi Banyuasin,
maka diperlukan pengawasan dan pengendalian terhadap perijinan pertambangan, hal ini
di maksudkan agar di masa yang akan datang tata ruang Kabupaten Musi Banyuasin
memiliki keseimbangan antara peruntukan kawasan pertambangan dengan kawasan
IV-63
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
permukiman, selain itu juga tidak terjadi tumpang tindih antara kawasan pertambangan
dengan kawasan hutan lindung, maka dari itu diperlukan arahan arahan sebagai berikut :
1. Perijinaan harus sesuai dengan UU no 22 tahun 2010
2. Perijinan harus seijin Bupati, Gubernur dan pemerintah Pusat, DPR dengan
mekanisme administrasi yang harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku
3. Arahan Kegiatan eksploitasi dengan tahap tahapan sebagai berikut
B. PERUNTUKAN BATUBARA
Berdasarkan undang undang RI no 4 tahun 2009, usaha pertambagan dilaksanakan
dalam bentuk IUP (Izin usaha pertambanga),IPR (izin pertambangan Rakyat) serta
IUPK (izin usaha pertambangankhusus) sampai akhir tahun 2009 pemerintah
Kabupaten Musi Banyuasin telah mengeluarkan 70 IUP untuk bahan galian jenis
batubara, dengan 2 jenis status kegiatan yaitu kawasan pertambangan berstatus
operasi produksi dan kawasan pertambangan berstatus eksplorasi, dengan ketetapan
arahan sebagai berikut
1. Yang masuk kedalam pola ruang Kabupaten Musi Banyuasin adalah Kawasan
pertambanganyang telah berstatus operasi produksi
IV-64
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
2. Kawasan pertambangan yang berstatus eksplorasi dalam pola ruang masih
masuk kedalam usulan kawasan pertambangan, sehingga untuk bisa eksplotasi di
wajibkan perusahaan mengikuti prosedur dan ketentuan yang berlaku.
Dengan rincian data perusahaan yang sudah eksplorasi dapat dilihat pada table di
bawah ini
Tabel 2. 23 Data perusahaan pemegang Izin usaha pertambangan (IUP)
Yang telah dikeluarkan Pemkab Musi Banyuasin No Perusahaan Lokasi Luas (ribu hektar) Status
1 PT. SWADAYA HUTANI
ALAM
Desa pengaturan
Desa Tanjung Bali
Kecamatan Batanghari Leko
4.000 operasi produksi
2 PT. NUSA INDAH
PERMAI
Desa pandan sari
Desa Tampang baru
Kecamatan bayung lencir
4.500 Operasi produksi
3 PT. RIMBA SUBUR
LESTARI
Desa Rayun
Kecamatan Bayung lencir 4.902 Operasi produksi
4 PT. WAHANA RIMBA
LESTARI
Desa cinta karya
Desa Rimba ukur
Kecamatan plakat tinggi
Kecamatan sekayu
4.938 Operasi produksi
5 PT. MAKARYA
EKAGUNA
Desa Gajah Matt, Desa Sukalali
Desa tebing bulanDesa kertayau
Kecamatan sungai keruh
4.972 Operasi produksi
6 PI BUANA INTI (ITRA
PRIMA (BIC)
Desa pagar desa
Desa swakarya,desa bayat ilir
Desa pangkalan bayat
Kecamatan bayung lencir
4.999 Operasi produksi
7 PT. MANGGALA ALAM
LESTARI
Desa tampang baru
Kecamatan bayung lencir 4.836 Operasi produksi
8 PT. CAHAYA NUSA
PRATAMA
Desa srimulyo,desa sumber sari
Desa banjar jaya
Kecamatan bayung lencir
4.991 Operasi produksi
IV-65
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
9 PT. BUANA BABA EKA
PRATAMA
Desa telang,desa kali barau
Desa siding marga
Kecamatan bayung lencir
4.686 Operasi produksi
10 P1 BATTOMAN COAL
Desa Bandar jaya
Kecamatan Batanghari leko,
kecamatan babat toman dan
sekayu
12.670 Eksplorasi
11 PT. LAIS COAL MINE
Desa teluk kijing II dan tanjung
agung utara
Kecamatan lais
1.022 Operasi produksi
12 PT. LAIS COAL MINE Desa petaling,tj agung utara
Kecamatan Lais 14.340 Eksplorasi
13 PE MUBA COAL MINE
Desa lubuk bintalo,pangkalan
bulian,sungai Nepal,ulak
kembang,kecamatan sungai keruh
13.320 Eksplorasi
14 PT. MUBA COAL MINE Sidang margadan tebing bulang
Kecamatan sungai keruh Eksplorasi
15 PT YODA IRPAN
MAKMUR
Desa sako suban
Kecamatan Batanghari leko 5.000 Eksplorasi
16 PT. TITAN PRAWIRA
SRIWIJAYA Kecamatan bayung lencir dan lalan 7.227 Eksplorasi
17 PT. SRIWIJAYA ENERGI
PERSADA Kecamatan bayung lencir dan lalan 8.596 Eksplorasi
18 PT. BHUMI SRIWIJAYA
PERDANA COAL
Desa Beroja Timur dan Desa Beji
Kecamatan bayung lencir 8.058 Eksplorasi
19 PT. PUTRA MUBA COAL
Desa mekar jadi
Desa nusa serasan
Kecamatan sungai lilin
3.716 Operasi produksi
20 PT. PUTRA MUBA COAL Kecamatan bayung lencir 1.906 Eksplorasi
21 PT INDONESIA BATU
PRIMA ENERGI
Desa pinang banjar,Desa sumber
jaya dan desa Bandar tenggulang
Kecamatan Sungai lilin
19.870 Eksplorasi
22 PT. INTI PUTERA
KANAAN
Desa Sumber harum
Kecamatan bayung lencir 11.220 Eksplorasi
23 PT. REALITA JAYA Desa sumber harum Desa berlian 1.642 Operasi produksi
IV-66
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
MANDIRI Lencir
24 PT, SOAR HARAPAN
BANGSA
Desa tanjung dalam,ciptapraja
kecamatan keluang 4.978 Eksplorasi
25 PT. KARYA PERINTIS
SEJATI Kecamatan bayung lencir 5.531 Eksplorasi
26 PI MADHUCON
INDONESIA
Kecamatan keluang,Batanghari
leko,bayung lencir 8.663 Eksplorasi
27 PT. KAUTIM GLOBAL Desa bangun harji,desa warga
mulyo kecamatan plakat tinggi 4.547 Operasi produksi
28 PT. PACIFIC GLOBAL
RESOURCES
Desa Bandar jaya, desa sinar
harapan Kecamatan bayung lencir 3.228 Operasi produksi
29 PC PACIFIC GLOBAL
RESOURCES
Desa teluk dan desa epil
kecamatan lasi dan Kecamatan
sungai lilin
3.360 Eksplorasi
30 PT. BUKIT GLOBAL
ABADI
Desa pagar desa
Kecamatan bayung lencir 9.955 Eksplorasi
31 PT. PACIFIC GLOBAL
UTAMA
Desa suka jaya
Desa suka makmur
Kecamatan plakat tinggi
4.495 Operasi produksi
32 PT. DIKA KARYA LINTAS
NUSA
Kecamatan bayung lencir dan
keluang 1.357 Eksplorasi
33 PT. UNITED COAL
INDONESIA Kecamatan bayung lencir 5.000 Eksplorasi
34 PT MANDUO Desa sumber harum
Kecamatan bayung lencir 3984.400 Eksplorasi
35 PT. MASINDO ARTA
RESOURCES
Desa pengaturan
Desa pingap tanah abang
Kecamatan Batanghari leko
5.475 Eksplorasi
36 PT. MASINDO ARTA
RESOURCES
Desa ulak kembang
Kecamatan Batanghari leko 1.602 Eksplorasi
37 PT. ARTA INDO ENERGI Desa sidorejo
Kecamatan sungai lilin 6.283 Eksplorasi
38 PT. AN COAL
RESOURCES
Desa dawas, Desa Karya Maju
Desa mekar sari
Kecamatan keluang
5.000 Eksplorasi
IV-67
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
39 PT. ADI COAL
RESOURCES
Desa senawar jaya,desa muara
bahar
Kecamatan bayung lencir
4.9540 Eksplorasi
40 PT SAKTI GLOBAL
PERSADA
Desa epilkecamatan lais
Kecamatan sungai lilin 8.942 Eksplorasi
41 PT, MENSA BARA BUMI Desa sako suban
Kecamatan Batanghari leko 2.382 Eksplorasi
42 PT. MENSA BARA BUMI Kecamatan Batanghari leko 7.903 Eksplorasi
43 PT. ENERGI
SEJAHTERA MAKMUR Kecamatan bayung lencir 5.000 Eksplorasi
44 PT. TEMPIRAI ENERGI
RESOURCES Kecamatan bayung lencir 5.000 Eksplorasi
45 PT. PAMPANGAN PALM
RESOURCES Kecamatan bayung lencir 3.493 Eksplorasi
46 PT BUMI ANDALAS
PERKASA
Kecamatan Batanghari leko
kecamatan babat toman 2.994 Eksplorasi
47 PT ANUGRAH BARA
MUSTIKA
Desa Sanga Desa
Kecamatan babat toman
Kecamatan Batanghari leko
4.955 Eksplorasi
48 PT INDRA SAPTA
RAHAYU Kecamatan bayung lencir 1.500 Eksplorasi
49 PT, SUMI MABARA
UTAMA Kecamatan bayung lencir 11.420 Eksplorasi
50 PT. ANDALAN SATRIA
ABADI Kecamatan bayung lencir 8.685 Eksplorasi
51 PT. DUTA ALAM
EKAPRATAMA Kecamatan bayung lencir 11.100 Eksplorasi
52 PT. DUTA ALAM JAYA Kecamatan bayung lencir 10.440 Eksplorasi
53 PC CITRA ALAM
GEMILANG
Kecamatan sungai keruh dan
plakat tinggi 10.160 Eksplorasi
54 PT. SHAN MUTIARA
ABADI LESTARI Kecamatan sungai keruh 5.541 Eksplorasi
55 PT. CITRA ALAM
CAHAYA Kecamatan bayung lencir 1.0173 Eksplorasi
56 PT. CITRA ALAM Kecamatan bayung lencir 20.240 Eksplorasi
IV-68
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
CAHAYA
57 PT. HASIL TAMBANG
Desa simpang sari,ulak paceh,ulak
tebereu,tanjung
durian,kasmaran,mangunjaya
kecamatan babat toman
7.936 Eksplorasi
58 PT TALANG UBI COAL
Desa ulak paceh,ulak
teberau,kasmaran dab babat
toman kecamatan babat toman
19.860 Eksplorasi
59 PT. ENERGI INTI BARA
PRATAMA Kecamatan sungai lilin dan Lais 5.044 Eksplorasi
60 PC PRIMARAYA ENERGI Kecamatan lalan dan bayung
lencir 19.970 Eksplorasi
61 PT ARTHACO PRIMA
ENERGY
Kecamatan sungai lilin dan
keluang 5.422 Eksplorasi
62 PT, DIKA KARYA LINTAS
NUSA Kecamatan bayung lencir 2.119 Eksplorasi
63 PT SENTOSA M ULIA
BAHAGIA Kecamatan bayung lencir 2.500 Eksplorasi
64 PT
PERSADAMAKMURJAYA
Kecamatan sungai lilin dan
keluang 9.000 Eksplorasi
65 PT. SENTOSA KURNIA
ENERGI
Kecamatan Batanghari leko dan
bayung lencir 2.500 Eksplorasi
66 PT. CIPTAWANA DANA Kecamatan Batanghari leko 20.000 Eksplorasi
67 PT, LAPINDO BUMI
MINERAL Kecamatan bayung lencir 19.100 Eksplorasi
68 PT RACHMAT
KELANTAN SAKTI Kecamatan Batanghari leko 2000 Eksplorasi
69 PT CAHAYA BUMI Kecamatan bayung lencir dan
sungai lilin 1.135 Eksplorasi
Sumber ; Dinas Pertambangan kabupaten Musi Banyuasin 2011
Arahan pemanfaatan peruntukan Kawasan Pertambangan
Berdasarkan data pada tabel di atas mengenai data perusahaan pemegang ijin
pertambangan (IUP) terdapat dua jenis status kegiatan yaitu
IV-69
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
1. Status kegiatan Operasi Produksi
Potensi batubara yang sedang berjalan produksi di Kabupaten Musi Banyuasin
berjumlah 15 perusahaan dengan rincian dapat dilihat pada table di bawah ini
Tabel 2. 24 Data perusahaan pemegang Izin usaha pertambangan (IUP)
Status operasi produksi Kabupaten Musi Banyuasin
No Perusahaan Lokasi Luas (ribu hektar) Status
1 PT. SWADAYA
HUTANI ALAM
Desa pengaturan
Desa Tanjung Bali
Kecamatan Batanghari Leko
4.000 operasi produksi
2 PT. NUSA INDAH
PERMAI
Desa pandan sari
Desa Tampang baru
Kecamatan bayung lencir
4.500 Operasi produksi
3 PT. RIMBA SUBUR
LESTARI
Desa Rayun
Kecamatan Bayung lencir 4.902 Operasi produksi
4 PT. WAHANA RIMBA
LESTARI
Desa cinta karya
Desa Rimba ukur
Kecamatan plakat tinggi
Kecamatan sekayu
4.938 Operasi produksi
5 PT. MAKARYA
EKAGUNA
Desa Gajah Matt, Desa Sukalali
Desa tebing bulanDesa kertayau
Kecamatan sungai keruh
4.972 Operasi produksi
6 PI BUANA INTI (ITRA
PRIMA (BIC)
Desa pagar desa
Desa swakarya,desa bayat ilir
Desa pangkalan bayat
Kecamatan bayung lencir
4.999 Operasi produksi
7 PT. MANGGALA ALAM
LESTARI
Desa btampang baru
Kecamatan bayung lencir 4.836 Operasi produksi
8 PT. CAHAYA NUSA
PRATAMA
Desa srimulyo,desa sumber sari
Desa banjar jaya
Kecamatan bayung lencir
4.991 Operasi produksi
9 PT. BUANA BABA EKA
PRATAMA
Desa telang,desa kali barau
Desa siding marga
Kecamatan bayung lencir
4.686 Operasi produksi
10 PT. LAIS COAL MINE Desa teluk kijing II dan tanjung 1.022 Operasi produksi
IV-70
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
agung utara
Kecamatan lais
11 PT. PUTRA MUBA
COAL
Desa mekar jadi
Desa nusa serasan
Kecamatan sungai lilin
3.716 Operasi produksi
12 PT. REALITA JAYA
MANDIRI
Desa sumber harum Desa berlian
Lencir 1.642 Operasi produksi
13 PT. KAUTIM GLOBAL Desa bangun harji,desa warga
mulyo kecamatan plakat tinggi 4.547 Operasi produksi
14 PT. PACIFIC GLOBAL
RESOURCES
Desa Bandar jaya, desa sinar
harapan Kecamatan bayung lencir 3.228 Operasi produksi
15 PT. PACIFIC GLOBAL
UTAMA
Desa suka jaya
Desa suka makmur
Kecamatan plakat tinggi
4.495 Operasi produksi
Sumber ; Dinas Pertambangan kabupaten Musi Banyuasin 2011
2. Status Kegiatan Eksplorasi
Berdasarkan UU no 22 tahun 2010, kegiatan pertambangan yang berstatus eksplorasi
yang ingin merubah menjadi berstatus operasi produksi diperlukan langkah langkah
administrasi perijinan dimulai dari persetujuan Bupati, Gubernur hingga penetapan
perijinan oleh Pemerintah.
Dengan kondisi demikian kegiatan eksplorasi yang belum memiliki perijinan ke
Pemerintah Pusat statusnya masih sebatas usulan kegiatan kelayakan pertambangan,
namun belum di ijinkan untuk melakukan eksploitasi sebelum ada perijinan dari
pemerintah daerah dan di tetapkan oleh DPR. Berikut tabel di bawah ini kegiatanan
PKP2B ber status opersi produksi
Tabel 4. 25 Data Perusahaan Pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP)
Status Eksplorasi Kabupaten Musi Banyuasin 2011 No Perusahaan Lokasi Luas (ribu hektar) Status
1 PT BATTOMAN COAL
Desa Bandar jaya
Kecamatan Batanghari leko,
kecamatan babat toman dan
sekayu
12.670 Eksplorasi
2 PT. LAIS COAL MINE Desa petaling,tj agung utara 14.340 Eksplorasi
IV-71
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
Kecamatan Lais
3 PE MUBA COAL MINE
Desa lubuk bintalo,pangkalan
bulian,sungai Nepal,ulak
kembang,kecamatan sungai keruh
13.320 Eksplorasi
4 PT. MUBA COAL MINE Sidang margadan tebing bulang
Kecamatan sungai keruh Eksplorasi
5 PT YODA IRPAN
MAKMUR
Desa sako suban
Kecamatan Batanghari leko 5.000 Eksplorasi
6 PT. TITAN PRAWIRA
SRIWIJAYA Kecamatan bayung lencir dan lalan 7.227 Eksplorasi
7 PT. SRIWIJAYA
ENERGI PERSADA Kecamatan bayung lencir dan lalan 8.596 Eksplorasi
8 PT. BHUMI SRIWIJAYA
PERDANA COAL
Desa Beroja Timur dan Desa Beji
Kecamatan bayung lencir 8.058 Eksplorasi
9 PT. PUTRA MUBA
COAL Kecamatan bayung lencir 1.906 Eksplorasi
10 PT INDONESIA BATU
PRIMA ENERGI
Desa pinang banjar,Desa sumber
jaya dan desa Bandar tenggulang
Kecamatan Sungai lilin
19.870 Eksplorasi
11 PT. INTI PUTERA
KANAAN
Desa Sumber harum
Kecamatan bayung lencir 11.220 Eksplorasi
12 PT, SOAR HARAPAN
BANGSA
Desa tanjung dalam,ciptapraja
kecamatan keluang 4.978 Eksplorasi
13 PT. KARYA PERINTIS
SEJATI Kecamatan bayung lencir 5.531 Eksplorasi
14 PI MADHUCON
INDONESIA
Kecamatan keluang,Batanghari
leko,bayung lencir 8.663 Eksplorasi
15 PC PACIFIC GLOBAL
RESOURCES
Desa teluk dan desa epil
kecamatan lasi dan Kecamatan
sungai lilin
3.360 Eksplorasi
16 PT. BUKIT GLOBAL
ABADI
Desa pagar desa
Kecamatan bayung lencir 9.955 Eksplorasi
17 PT. DIKA KARYA
LINTAS NUSA
Kecamatan bayung lencir dan
keluang 1.357 Eksplorasi
18 PT. UNITED COAL Kecamatan bayung lencir 5.000 Eksplorasi
IV-72
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
INDONESIA
19 PT MANDUO Desa sumber harum
Kecamatan bayung lencir 3984.400 Eksplorasi
20 PT. MASINDO ARTA
RESOURCES
Desa pengaturan
Desa pingap tanah abang
Kecamatan Batanghari leko
5.475 Eksplorasi
21 PT. MASINDO ARTA
RESOURCES
Desa ulak kembang
Kecamatan Batanghari leko 1.602 Eksplorasi
22 PT. ARTA INDO
ENERGI
Desa sidorejo
Kecamatan sungai lilin 6.283 Eksplorasi
23 PT. AN COAL
RESOURCES
Desa dawas, Desa Karya Maju
Desa mekar sari
Kecamatan keluang
5.000 Eksplorasi
24 PT. ADI COAL
RESOURCES
Desa senawar jaya,desa muara
bahar
Kecamatan bayung lencir
4.9540 Eksplorasi
25 PT SAKTI GLOBAL
PERSADA
Desa epilkecamatan lais
Kecamatan sungai lilin 8.942 Eksplorasi
26 PT, MENSA BARA
BUMI
Desa sako suban
Kecamatan Batanghari leko 2.382 Eksplorasi
27 PT. MENSA BARA
BUMI Kecamatan Batanghari leko 7.903 Eksplorasi
28 PT. ENERGI
SEJAHTERA MAKMUR Kecamatan bayung lencir 5.000 Eksplorasi
29 PT. TEMPIRAI ENERGI
RESOURCES Kecamatan bayung lencir 5.000 Eksplorasi
30 PT. PAMPANGAN
PALM RESOURCES Kecamatan bayung lencir 3.493 Eksplorasi
31 PT BUMI ANDALAS
PERKASA
Kecamatan Batanghari leko
kecamatan babat toman 2.994 Eksplorasi
32 PT ANUGRAH BARA
MUSTIKA
Desa Sanga Desa
Kecamatan babat toman
Kecamatan Batanghari leko
4.955 Eksplorasi
33 PT INDRA SAPTA
RAHAYU Kecamatan bayung lencir 1.500 Eksplorasi
IV-73
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
34 PT, SUMI MABARA
UTAMA Kecamatan bayung lencir 11.420 Eksplorasi
35 PT. ANDALAN SATRIA
ABADI Kecamatan bayung lencir 8.685 Eksplorasi
36 PT. DUTA ALAM
EKAPRATAMA Kecamatan bayung lencir 11.100 Eksplorasi
37 PT. DUTA ALAM JAYA Kecamatan bayung lencir 10.440 Eksplorasi
38 PC CITRA ALAM
GEMILANG
Kecamatan sungai keruh dan
plakat tinggi 10.160 Eksplorasi
39 PT. SHAN MUTIARA
ABADI LESTARI Kecamatan sungai keruh 5.541 Eksplorasi
40 PT. CITRA ALAM
CAHAYA Kecamatan bayung lencir 1.0173 Eksplorasi
41 PT. CITRA ALAM
CAHAYA Kecamatan bayung lencir 20.240 Eksplorasi
42 PT. HASIL TAMBANG
Desa simpang sari,ulak paceh,ulak
tebereu,tanjung
durian,kasmaran,mangunjaya
kecamatan babat toman
7.936 Eksplorasi
43 PT TALANG UBI COAL
Desa ulak paceh,ulak
teberau,kasmaran dab babat
toman kecamatan babat toman
19.860 Eksplorasi
44 PT. ENERGI INTI
BARA PRATAMA Kecamatan sungai lilin dan Lais 5.044 Eksplorasi
45 PC PRIMARAYA
ENERGI
Kecamatan lalan dan bayung
lencir 19.970 Eksplorasi
46 PT ARTHACO PRIMA
ENERGY Kecamatan sungai lilin dan keluang 5.422 Eksplorasi
47 PT, DIKA KARYA
LINTAS NUSA Kecamatan bayung lencir 2.119 Eksplorasi
48 PT SENTOSA M ULIA
BAHAGIA Kecamatan bayung lencir 2.500 Eksplorasi
49
PT
PERSADAMAKMURJA
YA
Kecamatan sungai lilin dan keluang 9.000 Eksplorasi
IV-74
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
50 PT. SENTOSA KURNIA
ENERGI
Kecamatan Batanghari leko dan
bayung lencir 2.500 Eksplorasi
51 PT. CIPTAWANA
DANA Kecamatan Batanghari leko 20.000 Eksplorasi
52 PT, LAPINDO BUMI
MINERAL Kecamatan bayung lencir 19.100 Eksplorasi
53 PT RACHMAT
KELANTAN SAKTI Kecamatan Batanghari leko 2000 Eksplorasi
54 PT CAHAYA BUMI Kecamatan bayung lencir dan
sungai lilin 1.135 Eksplorasi
Sumber ; Dinas Pertambangan kabupaten Musi Banyuasin 2011
Arahan Bagi Perusahaan pertambangan berstatus eksplorasi menuju status operasi
produksi
Besarnya potensi pertambangan di Kabupaten Musi Banyuasin, dimana potensi
pertambangan hamper menyebar di sebagaian besar lahan Kabupaten Musi Banyuasin,
maka diperlukan pengawasan dan pengendalian terhadap perijinan pertambangan, hal ini
di maksudkan agar di masa yang akan datang tata ruang Kabupaten Musi Banyuasin
memiliki keseimbangan antara peruntukan kawasan pertambangan dengan kawasan
permukiman, selain itu juga tidak terjadi tumpang tindih antara kawasan pertambangan
dengan kawasan hutan lindung, maka dari itu diperlukan arahan arahan sebagai berikut :
1. Perusahaan pertambangan yang masih bersifat eksplorasi di tetapkan masih sebatas
usulan dan belum di tetapkan perijinannya oleh pemerintah
2. Perijinaan dari eksplorasi menuju eksploitasi harus sesuai dengan UU no 22 tahun
2010
3. Perijinan harus se ijin Bupati, Gubernur dan pemerintah Pusat, DPR dengan
mekanisme administrasi yang harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku
C. PERUNTUKAN KAWASAN PERTAMBANGAN PASIR SUNGAI
Kawasan peruntukan pertambangan
pasir sungai, tanah liat dan tanah urug
yang telah mendapatkan perijinan dari
IV-75
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
pemerintah daerah adalah sebagai berikut :
Tabel 4. 26 Surat Ijin Pertambangan Daerah (SPID)
Kabupaten Musi Banyuasin
No Perusahaan Lokasi
penambangan Status kegiatan Jenis ijin Luas (ha)
1 PT Putra
Pratama raya
Kelurahan balai
Agung Kecamatan
Pasir sungai
Operasi produksi
Perusahaan 10
2 Azwan Kelurahan Soak
baru Kecamatan
Sekayu
Pasir sungai
Operasi produksi
Perorangan 2.45
3 Senang Bin Oni Kel balai agung
kec sekayu
Pasir sungai
Operasi produksi
Perorangan 5 ha
4 CV Mutiara Musi Kel serasan jaya
kec sekayu
Pasir sungai
Operasi produksi
Perusahaan 0.62
5 Musa Kel serasan jaya
Kec sekayu
Pasir sungai
Operasi produksi
Perorangan 5
6 Rosihan Bin
Muahmmad
Kel balai agung
kec sekayu
Pasir sungai
Operasi produksi
Perorangan 2.45
7 Petrus Sumber Kel balai agung
kec sekayu
Pasir sungai
Operasi produksi
Perorangan 4.8
8 Alfian Bin Zaini
MH
Pasir sungai
Operasi produksi
Perorangan 4.65
9 Febri Effendi Pasir sungai
Operasi produksi
Perorangan 8
10 Arjuhan ST Pasir sungai
Operasi produksi
Perorangan 1.93
11 Musa Firdaus Pasir sungai
Operasi produksi
Perorangan 4.95
12 Marjuni Bin
Madani
Pasir sungai
Operasi produksi
Perorangan 4.84
13 Alex Maskur Pasir sungai
Operasi produksi
Perorangan 5
14 H syarifudin Pasir sungai
Operasi produksi
Perorangan 4.97
IV-76
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
15 Benny Hidayat Tanah urug
Operasi produksi
Perorangan 4
16 Sodikin Bin
Rohidi
Tanah urug
Operasi produksi
Perorangan 300 m
17 Ir Mikail Tanah urug
Operasi produksi
Perorangan 2.5
18 Abu bakar Tanah liat
Operasi produksi
Perorangan 1.1
19 H aswan Pasir sungai
Operasi produksi
Perorangan 5
20 Galendra Angga
saputra
Pasir sungai
Operasi produksi
Perorangan 1.67
21 Asra Pasir sungai
Operasi produksi
Perorangan 2.70
22 Alex maskur Pasir sungai
Operasi produksi
Perorangan 3.8
23 H Hasan Pasir sungai
Operasi produksi
Perorangan 1.75
24 Dendi Sumitrp Pasir sungai
Operasi produksi
Perorangan 2.22
25 Mulyadi Pasir sungai
Operasi produksi
Perorangan 8.2
26 PT Wahyu
Dyatmika utama
Tanah urug
Operasi produksi
2
Sumber ; Dinas Pertambangan kabupaten Musi Banyuasin 2011
Arahan Pengendalian dan pengawasan Kawsan Pertambangan pasir sungai, tanah
urug
Usaha Pertambangan (Peraturan Daerah Nomor 6/1994)
Usaha Pertambangan Bahan Galian Golongan C hanya dapat dilakukan dengan
surat Ijin Pertambangan Daerah (SIPD)
SIPD meliputi :
1. Ijin eksplorasi
2. Eksploitasi
IV-77
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
3. Pengolahan dan pemurnian
4. Pengangkutan
5. Penjualan
Persyaratan SIPD
Prinsip SIPD, pemberian wewenang pengusahaan sumberdaya mineral kepada
perorangan, badan usaha, koperasi, BUMD, BUMN yang berkemampuan dan dapat
dipercaya.
Bahan galian tidak terbaharui, menyangkut kepentingan umum, sensitif berdampak
lingkungan.
Diperlukan syarat :
1. KTP, AKTE BADAN HUKUM USAHA
2. Referensi Bank
3. Memiliki NPWP
4. PETA Situasi
5. Rencana Kerja Eksporasi/Eksploitasi
6. Dokumen AMDAL, UKL-UPL
7. Tenaga Ahli/Kepala Teknik
8. Kesanggupan Reklamasi, Jaminan Eksplorasi, Jaminan Reklamasi
Penetapan SIPD
SIPD seluas 50 s/d 1000 Ha oleh GUBERNUR;
SIPD seluas sampai dengan 50 Ha oleh KEPALA DISTAMBEN
o Keduanya diterbitkan setelah mendapat rekomendasi Bupati/Walikota
setempat dan Instansi terkait.
SIPD kurang dari 1 Ha tanpa menggunakan alat berat untuk jenis bahan galian
konstruksi dan kerajinan oleh BUPATI/WALIKOTA
SIPD kurang dari 1 Ha untuk bahan galian Industri diberikan oleh Bupati/Walikota
setelah mendapat rekomendasi teknis dari Kepala DISTAMBEN
SIPD Pengolahan/Pemurnian tanpa alat berat dan SIPD Pengangkutan dan SIPD
Penjualan diberikan oleh BUPATI/WALIKOTA
IV-78
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
ARAHAN PEMANFAATAN DAN PENGENDALIAN KAWASAN PERTAMBANGAN
BERBASIS LINGKUNGAN
Pada tabel di atas dijelaskan bahwa dari 70 perusahaan pertambangan terdapat 15
perusahaan yang sudah berstatus operasi produksi, maka dari itu diperlukan arahan
dalam kegiatan pertambangan dalam bentuk pengawasan serta pengendalian dari
pemerintah daerah hal ini dikarenakan agar tidak terjadi permasalahan dampak negative
dari kegiatan pertambangan yang sudah berjalan.
Maka dari itu di arahkan Kabupaten Musi Banyuasin harus memiliki kawasan
pertambangan berbasis lingkungan, dengan arahan sebagai berikut
1. PERSYARATAN TEKNIS (ADMINISTRASI)
berdasarkan ketentuan pasal 25 UU nomor 4 tahun 2009 tentang kawasan
pertambangan yang berstatus operasi produksi di wajibkan memiliki persyaratan
teknis yang meliputi
Peta wilayah dilengkapi dengan batas koordinat geografis lintang dan bujur sesuai
dengan ketentuan sisteminformasi geografi yang berlaku secara nasional;
Laporan lengkap eksplorasi;
Laporan studi kelayakan;
Rencana reklamasi dan pasca tambang;
Rencana kerja dan anggaran biaya;
Rencana pembangunan sarana dan prasarana penunjang kegiatan operasi
produksi; dan
Tersedianya tenaga ahli pertambangan dan/atau geologi yang berpengalaman
paling sedikit 3 (tiga) tahun.
2. PEMBANGUNAN JARINGAN JALAN KHUSUS KAWASAN PERTAMBANGAN
Kawasan pertambangan memiliki potensi negative besar terhadap dampak lingkungan
terutama masih banyak perusahaan perusahaan pertambangan yang mengabaikan
faktor lingkungan terutama aktifitas pengangkutan hasil tambang, yang tidak disadari
mempercepat kerusakan jalan pemerintah daerah dikarenakan besaran pengangkutan
hasil tambang yang berlebihan sehingga memberikan kerugian besar bagi masyarakat
sekitar dan tentunya adalah pemerintah daerah, maka untuk mengantisipasi
IV-79
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
permasalahan tersebut, perusahaan yang telah mendapatkan ijin eksploitasi tambang
maupun yang masih eksplorasi harus di wajibkan membuat perencanaan jaringan jalan
khusus pengangkutan jalan hasil tambang dengan arahan sebagai berikut :
Bagi perusahaan tambang yang telah mendapatkan ijin eksploitasi tambang di
wajibkan segera untuk merencanakan dan membangun jaringan jalan khusus
pengangkutan hasil tambang dengan biaya dari perusahaan pertambangan
Bagi perusahaan tambang yang masih bersifat eksplorasi tambang dan ingin
meningkatkan ke perijinan eksploitasi di wajibkan merencanakan jaringan khusus
pengangkutan tambang dan telah membangun jaringan jalan khusus pengangkutan
hasil tambang sebelum aktifitas eksploitasi berjalan, dengan biaya dari perusahaan
pertambangan
Hasil rencana dan pembangunan jaringan jalan khusus pengangkutan hasil
tambang dari tahap awal hingga akhir di haruskan selalu berkordinasi dengan pihak
pemerintah daerah dalam ini Bappeda, dengan tujuan agar jaringan jalan yang di
usulkan sinergi dengan perencanaan pemerintah daerah
3. PENGELOLAAN PERTAMBANGAN
Kegiatan pertambangan dapat diartikan sebagai suatu tahap dan kegiatan yang diawali
dengan penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan
(termasuk bila ada pengolahan dan pemurnian),pengangkutan/penjualan dan diakhiri
dengan rehabilitasi lahan pasca tambang. Pengelolaan pertambangan adalah suatu
upaya yang dilakukan baik secara teknis maupun non teknis agar kegiatan
pertambangan tersebut tidak menimbulkan permasalahan, baik terhadap kegiatan
pertambangan itu sendiri maupun terhadap lingkungan. Pengelolaan pertambangan
sering hanya dilakukan pada saat penambangan saja. Hal ini dapat dimengerti, karena
pada tahap inilah dinilai paling banyak atau sering menimbulkan permasalahan apabila
tidak dikelola dengan baik dan benar.. Persepsi yang demikian kurang tepat.
Pengelolaan pertambangan sebaiknya dilakukan sejak awal hingga akhir tahapan
seperti tersebut di atas. Bahkan untuk mengantisipasi terjadinya permasalahan, maka
sebelum suatu deposit bahan tambang ditambang, perlu dilakukan kajian terlebih
dahulu apakah deposit tersebut layak untuk ditambang ditinjau dari berbagai aspek.
IV-80
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
Dengan demikian pengelolaan pertambangan secara garis besar perlu dilakukan pada
3 (tiga) jenis tahapan kegiatan, yaitu
1. kegiatan awal berupa penentuan kelayakan penambangan,
Aspek-aspek yang perlu dikaji adalah:
a. Aspek penggunaan lahan pada dan di suatu lokasi deposit bahan tambang:
Dalam rangka harmonisasi pemanfaatan ruang, sebelum bahan tambang
diusulkan untuk ditambang, maka perlu diperhatikan terlebih dahulu peruntukan
lahan dimana bahan tambang tersebut berada. Apabila terletak pada peruntukan
lahan yang berdasarkan peraturan perundang-undangan ataupun fungsinya
tidak boleh untuk kawasan budi daya, maka bahan tambang tersebut tidak
boleh/tidak layak untuk ditambang.
b. Aspek geologi: kajian aspek geologi dilakukan setelah selesai kegiatan
eksplorasi bahan tambang dimana jenis, sebaran, kuantitas dan kualitasnya
sudah diketahui. Kajian aspek geologi adalah:
Topografi
Kajian ini mendapatkan gambaran mengenai letak atau lokasi deposit bahan
tambang. Apakah terdapat di daerah pedataran, perbukitan bergelombang
atau landai (kemiringan lereng antara 0o dan 17o), terjal (kemiringan lereng
antara 17o dan 36o) atau sangat terjal (kemiringan lereng >36o). Lereng
yang sangat terjal dan curam akan mempersulit teknik penambangannya,
terutama untuk sistem tambang terbuka (open-pit mining).
Tanah penutup
Ketebalan tanah yang menutupi deposit bahan tambang sangat bervariasi,
tipis (beberapa cm), sedang (beberapa cm hingga 1 m), dan tebal (lebih dari
1 m).
Mengetahui ketebalan tanah penutup
ini penting karena menyangkut masalah teknik penambangannya, terutama
mengenai penempatan tanah penutup tersebut.
Sifat fisik dan keteknikan tanah/batuan
Kajian sifat fisik tanah/batuan antara lain meliputi warna, tekstur, dan kondisi
batuan apakah padat, berongga, keras atau bercelah. Sifat keteknikan
IV-81
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
meliputi kuat tekan/daya dukung batuan, ketahanan lapuk, daya kohesi, dan
besaran sudut geser tanah. Sifat keteknikan tanah/batuan dapat
dipergunakan untuk menganalisis desain tambang, terutama besaran sudut
lereng tambang dalam kaitannya dengan kestabilan lereng.
Hidrogeologi
Hal penting dari kajian hidrogeologi adalah apakah deposit bahan tambang
terletak di daerah imbuhan air tanah atau dekat dengan mata air yang
penting. Juga perlu diperhatikan kondisi air tanah di sekitarnya apakah bahan
tambang tersebut terdapat pada alur sungai yang merupakan salah satu
sumber daya alam yang berfungsi serbaguna.
Kebencanaan geologi
Kajian ini untuk mengetahui apakah lokasi bahan tambang apakah terletak
pada atau di dekat daerah rawan gerakan tanah, jalur gempa bumi, daerah
bahaya gunung api, daerah rawan banjir, daerah mudah tererosi, dan
sebagainya.
Kawasan lindung geologi
Kajian ini untuk melihat apakah lokasi bahan tambang apakah terletak pada
Kawasan Lindung Geologi atau tidak. Kawasan Lindung Geologi adalah
suatu daerah yang memiliki ciri/fenomena kegeologian yang unik, langka dan
khas sebagai akibat dari hasil proses geologi masa lalu dan atau yang
sedang berjalan yang tidak boleh dirusak dan atau diganggu, sehingga perlu
dilestarikan, terutama untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan pariwisata.
Fenomena kegeologian tersebut antara lain berupa keunikan batuan dan
fosil, keunikan bentang alam (misalnya kaldera, kawah, gumuk vulkanik,
gumuk pasir, kubah, dan bentang alam karst), dan keunikan proses geologi
(misalnya mud-volcano dan sumber api alami).
Aspek Sosekbud
kajian ini antara lain meliputi jumlah dan letak pemukiman penduduk di
sekitar lokasi penambangan, adat-istiadat dan cagar/situs budaya (termasuk
daerah yang dikeramatkan).
IV-82
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
c. Aspek Lingkungan
Selain itu, untuk menghindari atau menekan sekecil mungkin dampak negatif
terhadap lingkungan akibat kegiatan penambangan, maka hal-hal yang perlu
diperhatikan lebih lanjut adalah:
1. Untuk menghindari jaringan jalan kabupaten rusak akibat dari aktifitas
pengangkutan hasil pertambangan, maka di wajibkan kepada perusahaan
perusahaan untuk untuk membuat jalan khusus untuk pengangkutan hasil
tambangnya dengan rancangan pembangunan jaringan jalan khusus
pertambangan di wajibkan untuk di kordinasikan dengan pihak pemerintah
daerah
2. Lokasi penambangan sedapat mungkin tidak terletak pada daerah resapan
atau pada akuifer sehingga tidak akan mengganggu kelestarian air tanah di
daerah sekitarnya.
3. Lokasi penambangan sebaiknya terletak agak jauh dari pemukiman penduduk
sehingga suara bising ataupun debu yang timbul akibat kegiatan
penambangan tidak akan mengganggu penduduk.
4. Lokasi penambangan tidak berdekatan dengan mata air penting sehingga tidak
akan mengganggu kualitas maupun kuantitas air dari mata air tersebut, juga
untuk menghindari hilangnya mata air.
5. Lokasi penambangan sedapat mungkin tidak terletak pada daerah aliran
sungai bagian hulu (terutama tambang batuan) untuk menghindari terjadinya
pelumpuran sungai yang dampaknya bisa sampai ke daerah hilir yang
akhirnya dapat menyebabkan banjir akibat pendangkalan sungai. Hal ini harus
lebih diperhatikan terutama di kota-kota besar dimana banyak sungai yang
mengalir dan bermuara di wilayah kota besartersebut.
6. Lokasi penambangan tidak terletak di kawasan lindung (cagar alam, taman
nasional, dsb.).
7. Lokasi penambangan hendaknya dekat dengan konsumen untuk menghindari
biaya transportasi yang tinggi sehingga harga jual material tidak menjadi
mahal.
8. Lokasi penambangan tidak terletak dekat dengan bangunan infrastruktur
penting, misalnya jembatan dan menara listrik tegangan tinggi. Juga sedapat
IV-83
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
mungkin letaknya tidak dekat dengan gedung sekolah sehingga tidak akan
mengganggu proses belajar dan mengajar.
9. Untuk mengurangi dampak negatif pembakaran batubara, diperlukan teknologi
bersih (clean coal technology). Berbagai jenis teknologi tersebut antara lain,
Circulating Fluid Bed Combustion (CFBC), Pressurized Fluidized Bed
Combustion (PFBC), Integrated Gasification Combined Cycle (IGCC) dan
Advanced Pressurized Fluidized Bed Combustion (APFBC) cycles.
2. Kegiatan Penambangan
Setelah suatu deposit bahan tambang dinyatakan layak untuk ditambang, maka
selanjutnya bahan tambang tersebut akan ditambang (dieksploitasi). Dalam
eksploitasi ini juga diperlukan suatu pengelolaan yang berwawasan lingkungan. Hal
ini berkaitan erat dengan teknik penambangan yang akan dipergunakan, termasuk
pembuatan dan penempatan infrastruktur tambang. Dalam suatu kegiatan
penambangan biasanya terdiri dari beberapa tahapan, yaitu tahap persiapan, tahap
eksploitasi dan terakhir, yang merupakan bagian tak terpisahkan, adalah tahap
reklamasi/rehabilitasi lahan
a. Tahap Persiapan
Tahap persiapan biasanya didahului dengan kegiatan pengangkutan berbagai
jenis peralatan tambang, termasuk bahan-bahan bangunan untuk pembuatan
perkantoran, gudang, perumahan (jika ada) dan fasilitas-fasilitas tambang yang
lain, pembukaan lahan (land-clearing), dan selanjutnya adalah
pembuatan/pembukaan jalan tambang. Dalam hal pengangkutan peralatan
tambang dan bahan-bahan bangunan, yang perlu diperhatikan adalah jalan
yang akan dilalui. Perlu diperhitungkan berapa meter lebar jalan, jalan apakah
melewati jembatan (bagaimana kondisinya), apakah melewati pemukiman
penduduk, berapa frekuensi lalu-lalang dan jenis maupun tonase truk
pengangkut, dan sebagainya. Hal-hal tersebut perlu diperhitungkan secara
matang agar
tidak terjadi dampak negatif terhadap lingkungan di sepanjang jalan yang akan
dilalui, baik terhadap manusia maupun fisik alam itu sendiri. Beberapa contoh
dampak negatif yang dapat ditimbulkan oleh adanya kegiatan pengangkutan ini
apabila tidak dikelola dengan baik, antara lain adalah jalan menjadi rusak
IV-84
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
(banyak lubang, becek di musim hujan), kecelakaan lalu-lintas (karena jalan
terlalu sempit, atau kondisi jembatan kurang memenuhi syarat), debu bertebaran
yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan (karena jalan berupa tanah dan
dilalui kendaraan pada musim kemarau), dan ganggunan kebisingan. Pada
kegiatan pembukaan lahan perlu diperhatikan kemiringan dan kestabilan lereng,
bahaya erosi dan sedimentasi (karena penebangan pepohonan, terutama saat
musim hujan), serta hindari penempatan hasil pembukaan lahan terhadap
sistem drainase alam yang ada. Demikian pula pada saat pembuatan jalan
tambang. Lokasi pembuatan fasilitas tambang, seperti perkantoran, gudang, dan
perumahan perlu memperhatikan kondisi tanah/batuan dan kemiringan
lerengnya. Sedapat mungkin hindari lokasi yang berlereng terjal dan
kemungkinan rawan longsor. Jika diperlukan pembuatan kolam pengendapan,
letakkan pada lokasi yang sifat batuannya kedap air, misalnya batu lempung,
dan tidak pada batuan yang banyak kekar-kekarnya. Hal ini untuk menghindari
terjadinya kebocoran. Bila kondisi batuan tidak memungkinkan, maka kolam
pengendapan bisa dibuat dari beton.
b. Tahap Eksploitasi
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini utamanya berupa
penambangan/penggalian bahan tambang dengan jenis dan keterdapatan
bahan tambang yang berbeda-beda. Dengan demikian teknik/tata cara
penambangannya berbeda-beda pula. Bahan tambang yang terdapat di daerah
perbukitan, walaupun jenisnya sama, misalnya pasir, teknik penambangannya
akan berbeda dengan deposit pasir yang terdapat di daerah pedataran, apalagi
yang terdapat di dalam alur sungai. Tulisan ini tidak akan membahas berbagai
teknik penambangan tersebut, tetapi akan dibahas secara umum tentang hal-hal
apa saja yang perlu diperhatikan pada tahap eksploitasi dalam kaitannya
dengan pengelolaan pertambangan yang berwawasan lingkungan. Hal-hal yang
perlu diperhatikan antara lain sebagai berikut:
Jenis, sebaran dan susunan perlapisan batuan yang terdapat di sekitar
deposit bahan tambang, termasuk ketebalan lapisan tanah penutup.
Sifat fisik dan keteknikan tanah/batuan.
IV-85
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
Kondisi hidrogeologi (kedalaman muka air tanah dangkal dan/dalam, pola
aliran air tanah, sifat fisika dan kimia air tanah dan air permukaan, letak mata
air dan besaran debitnya, letak dan pola aliran sungai berikut peruntukannya,
sistem drainase alam).
Topografi/kemiringan lereng.
Kebencanaan geologi (kerawanan gerakan tanah, bahaya letusan gunung
api, banjir, kegempaan).
Kandungan unsus-unsusr mineral yang terdapat dalam batuan yang terdapat
di sekitar deposit bahan tambang,
3. Pasca Penambangan.
Kegiatan reklamasi tidak harus menunggu sampai seluruh kegiatan penambangan
berakhir, terutama pada lahan penambangan yang luas. Reklamasi sebaiknya
dilakukan secepat mungkin pada lahan bekas penambangan yang telah selesai
dieksploitasi, walaupun kegiatan penambangan tersebut secara keseluruhan belum
selesai karena masih terdapat deposit bahan tambang yang belum ditambang.
Sasaran akhir dari reklamasi adalah untuk memperbaiki lahan bekas tambang agar
kondisinya aman, stabil dan tidak mudah tererosi sehingga dapat dimanfaatkan
kembali. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan lingkungan pada tahap
reklamasi adalah sebagai berikut:
1. Rencana reklamasi sebaiknya dipersiapkan sebelum pelaksanaan
penambangan
2. Luas areal yang direklamasi sama dengan luas areal penambangan
3. Memindahkan dan menempatkan tanah pucuk pada tempat tertentu dan
mengatur sedemikian rupa Untuk keperluan revegetasi
4. Mengembalikan/memperbaiki pola drainase alam yang rusak
5. Menghilangkan/memperkecil kandungan (kadar) bahan beracun (jika ada)
sampai ke tingkat yang
6. Aman sebelum dibuang ke suatu tempat pembuangan
7. Mengembalikan lahan seperti semula atau sesuai dengan tujuan penggunaan
8. Memperkecil erosi selama dan setelah proses reklamasi
IV-86
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
9. Memindahkan seluruh peralatan yang sudah tidak digunakan lagi ke tempat
yang dianggap aman
10. Permukaan tanah yang padat harus digemburkan, atau ditanami dengan
tanaman pionir yang akarnya mampu menembus tanah yang keras
11. Jenis tanaman yang akan dipergunakan untuk revegetasi harus sesuai dengan
rencana rehabilitasi Dapat berkonsultasi dahulu dengan dinas terkait)
12. Mencegah masuknya hama dan gulma yang berbahaya
13. Memantau dan mengelola areal reklamasi sesuai dengan kondisi yang
diharapkan.
IV-87
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
Peta rencana pertambangan eksploitasi
IV-88
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
Peta rencana pertambangan ekplorasi
IV-89
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
KAWASAN PERUNTUKAN INDUSTRI
Potensi kawasan industri di Kabupaten Musi Banyuasin dapat dilihat pada tabel di bawah
ini
Tabel 4.27
Potensi Kawasan industri
Kabupaten Musi Banyuasin 2011
No Jenis Industri Sekayu Babat
Toman
Lais Sungai
lilin
Bayung
lencir
Sanga
desa
Keluang
1 Industri Pangan
Kerupuk kemplang 22 11
Ikan asin 8 18
Tempe tahu 15 9 15
Keripik Tempe 23
Ikan Salai 9
Emping melinjo 29
2 Industri sandang
Pakaian jadi,konveksi 12 11
Batik 31
3 Industri Kimia,bahan
bagunan
Meubel 20 17
Getah Gambir 88
Pertukangan kayu 8 15
4 Industri
Lokgam,aneka,jasa
Teralis,las 16 29
Pandai besi 29
5 Kerajinan umum
Anyaman 14
Kerajinan kulit telor 14
Sumber : : Dinas perindustrian kabupaten Musi Banyuasin 2011
IV-90
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
Arahan pemanfaatan ruang kawasan industri kecil
Potensi industri di Kabupaten Musi Banyuasin sebagian besar merupakan kawasan
industri kecil yang dikelola langsung oleh masyarakat lokal, dimana dari hasil analisa
terdapat jenis jenis industri yang bisa dikelompokan menjadi ciri khas produk dari masing
masing kecamatan, dimana kelompok kelompok tersebut di arahkan sebagai berikut :
a. Kawasan Industri Pangan
1. Kawasan Industri Pangan Kerupuk kemplang di arahkan di Sekayu
2. Kawasan industri tempe dan tahu di arahkan pengembangannya di Kecamatan
Babat Toman
3. Kawasan Industri Emping Melinjo berada di Kecamatan Bayung Lencir
b. Kawasan industri sandang
1. Kawasan industri pakaian jadi di arahkan pengembangannya di Kecamatan
sekayu dan Sanga Desa
2. Kawasan industri pakaian batik di arahkan di Kecamatan Keluang
c. Kawasan Industri kimia, bahan bangunan
1. Kawasan indsutri mebel di arahkan di Kecamatan Sekayu dan Lais
2. Kawasan indusri Getah Gambir di arahkan di Kecamatan Babat Toman
3. Industri logam dan aneka jasa di Kecamatan Sekayu dan Sungai Lilin
4. Industri kerajinan di Kecamatan Sekayu
Arahan pengembangan Kawasan industri menjadi Kawasan industri kecil kreatif
1. Kelompok industri barang seni untuk industri pakaian batik, kerajinan dan aneka jasa
logam
2. Kelompok industri makanan khas desain lokal
3. Kelompok industri mebel
Dengan adanya arahan pembagian kelompok industri maka akan mempermudah
bagaimana dapat menciptakan suatu produk dari bahan baku lokal yang menghasilkan
produk kreatif yang laku di pasaran namun produk tersebut memiliki cirri khas produk asli
budaya Kabupaten Musi Banyuasin, dan untuk mencapai industri kreatif arahannya
sebagai berikut :
IV-91
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
1. Meningkatkan sumber daya manusia yang kreatif dan berkualitas melalui pelatihan
yang berkesinambungan
2. Membuat lembaga khusus pelatihan untuk menciptakan pelaku usaha industry kecil
yang kreatif
3. Memberikan fasilitasi teknologi untuk menunjang proses pembuatan produk kreatif
4. Menciptakan produk bersumber bahan baku local
5. Membuat suatu brand tersendiri yang merupakan khas Kabupaten Musi Banyuasin
6. Pemasaran yang ter pusat di satu wilayah dengan membuat pembangunan Muba
Expo
7. Membuat langkah strategis pemasaran melalui berbagai media informasi
Arahan pemanfaatan ruang kawasan industri menegah adalah :
a. Pembangunan Kawasan Industri dilakukan secara terpadu dengan lingkungan
sekitarnya dengan memperhatikan radius / jarak dan tingkat pencemaran yang dapat
ditimbulkan serta upaya-upaya pencegahan pencemaran terhadap kawasan di
sekitarnya;
b. Pada pembangunan industri, perusahaan pembangunan industri wajib menyiapkan
prasarana lingkungan, utilitas umum, bangunan perumahan untuk pekerja dan fasilitas
sosial dengan proporsi 40% (empat puluh persen) dari keseluruhan luas lahan dan
selanjutnya diserahkan kepada Pemerintah Daerah;
c. Pembangunan industri harus memperhatikan kebutuhan luas lahan, jenis-jenis ruang
dan fasilitas pelayanan publik yang harus tersedia (parkir, ruang terbuka hijau, ruang
pedagang kaki lima, pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran),
kemudahan pencapaian dan kelancaran sirkulasi lalu lintas dari dan menuju lokasi;
d. Pembangunan dan pelaksanaan kegiatan industri harus disertai dengan upaya-upaya
terpadu dalam mencegah dan mengatasi terjadinya pencemaran lingkungan mulai dari
penyusunan AMDAL, Upaya Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan (UKL dan
UPL), Surat Pernyataan Pengelolaan Lingkungan (SPPL), penyediaan Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL), dan disertai dengan pengawasan oleh Pemerintah
Daerah secara intensif terhadap kegiatan industri yang dilaksanakan.
e. Dalam setiap unit kegiatan industri, pengusaha harus menyediakan lahan dikavling
industrinya untuk penghijauan sebagai filter udara dan peneduh;
IV-92
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
f. Lokasi-lokasi industri terpisah (individual) yang masih berada di luar kawasan industri
dan terindikasi atau berpotensi menyebabkan pencemaran lingkungan akan direlokasi
secara bertahap ke kawasan-kawasan yang direncanakan sebagai kawasan industri,
sedangkan lokasi Industri kecil dan Rumah tangga dapat berada di kawasan
perumahan sejauh tidak mengganggu fungsi lingkungan hunian.
KAWASAN PERUNTUKAN PARIWISATA
Kabupaten Musi Banyuasin memiliki potensi wisata yang cukup banyak dan bervariasi,
antara lain Danau di Kecamatan Sekayu, Sungai Keruh, dan Lais, Goa Jepang dan
Makam Keramat di Kecamatan Sanga Desa dan Sekayu, Candi Serekeh di Kecamatan
Babat Toman, Tambang Minyak Tradisional di Kecamatan Babat Toman, dan Wisata
Alam Agrowisata Perkebunan Gambir di Kecamatan Babat Toman. Jarak tempat-tempat
wisata tadi dari ibukota Kabupaten Musi Banyuasin antara 31 sampai 41 Km.
Tabel 4.28
Potensi Pariwisata di Kabupaten Musi Banyuasin Tahun 2010
No Objek Wisata Desa/ Kelurahan Kecamatan
1 Danau Ulak Lia/ Ulak Lia Lake Balai Agung Sekayu
2 Danau Konger / Konger Lake Sungai Dua Sungai Keruh
3 Danau Cala / Cala Lake Danau Cala Lais
4 Pulau Pandak, Pulau Panjang Sanga Desa Sanga Desa
6 Sungai Kubu / Kubu River Karang Agung Lalan
7 Agro Wisata Perkebunan Gambir/
Gambir Estate Babat Toman Babat toman
8 Tambang Minyak Tradisionil Sungai Angit Babat Toman
9 Tambang Minyak Modern Bonot, Ramba Lais, Sungai Lilin
10 Kebudayaan Suku Anak Dalam -
Sungai Lilin, Bayung
Lencir
11 Makam Keramat Sekayu Sekayu
12 Goa Jepang Kemang Sanga Desa
13 Peninggalan Sriwijaya
Sungai Asuhan, Ngulak,
Gajah Mati
Batanghari Leko, Sanga
Desa, Sungai Keruh
14 Candi Sereka Sereka Babat Toman
Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Musi Banyuasin
IV-93
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
Rencana Pengembangan
Rencana pengembangan kawasan pariwisata terpadu
Pembangunan infrastruktur penunjang wisata
Pembangunan fasilitas sarana prasarana wisata
Melakukan promosi kawasan wisata terpadu melalui media, web pemerintah daerah,
serta promosi dalam event event tertentu
Melakukan kerjasama dengan biro perjalanan untuk menginformasikan kawasan
wisata
Membuat masterplan untuk kawasan pengembangan :
1. Wisata sungai sembilang
2. Wisata Goa Jepang
3. Candi sereka
4. Wisata danau ulak lua,kinger,cala,pulau pandak
5. Agro wisata perkebunan
6. Wisata kebudayaan suku anak dalam
KAWASAN PERUNTUKAN PERMUKIMAN
Pengembangan kawasan permukiman terkait dengan sektor-sektor lain, terutama
sektor fisik prasarana. Kawasan yang dikembangkan untuk permukiman memiliki
beberapa syarat, antara lain :
Memiliki sumber air yang terjamin kontinyuitasnya.
Aksesibilitas (keterjangkauan transportasi) mudah.
Dekat dengan pusat-pusat aktivitas ekonomi-sosial.
Mudah dalam pengembangan sarana prasarana seperti penerangan, komunikasi/
telepon, air bersih dan sebagainya.
Risiko bencana alam kecil.
Sedapat mungkin menghindari alih fungsi lahan pertanian dan perkebunan sebagai
upaya ketahanan pangan dan hutan lindung.
Pola pengembangan perumahan/permukiman diselaraskan dengan pola pemanfaatan
ruang untuk sektor lain, sehingga tidak terjadi tumpang tindih dalam pemanfaatan
ruang. Hal ini terutama agar tidak terjadi alih fungsi kawasan lindung menjadi
IV-94
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
kawasan permukiman, terlebih dengan semakin banyaknya jumlah penduduk dan
semakin tingginya tingkat kesejahteraan penduduk.
Pengembangan kawasan permukiman meliputi beberapa langkah pokok, yaitu
identifikasi kesesuaian kawasan untuk permukiman, penetapan kawasan, sosialisasi
pemanfaatan ruang dan relokasi kawasan permukiman. Identifikasi kawasan dilakukan
untuk mendata kawasan-kawasan yang memenuhi syarat dan diprioritaskan untuk
pengembangan permukiman, yang selanjutnya ditetapkan sebagai kawasan untuk
pengembangan permukiman. Sosialisasi dilakukan sebagai upaya pencegahan
terhadap bentuk-bentuk pelanggaran penggunaan ruang.
Kawasan permukiman, terdiri dari:
Kawasan permukiman eksisting berlokasi tersebar diseluruh kecamatan seluas
+2.5929,49 Ha.
Kawasan pengembangan permukiman perkotaan berlokasi di Kecamatan Sekayu,
Kecamatan Bayung Lencir, Kecamatan Sungai Lilin, Kecamatan Plakat Tinggi.
Kawasan pengembangan permukiman perdesaan antara lain di Kecamatan Babat
Toman, Kecamatan Batanghari Leko, Kecamatan Lalan, Kecamatan Bayung
Lencir, Kecamatan Keluang, Kecamatan Lais, Kecamatan Plakat Tinggi,
Kecamatan Sanga Desa, Kecamatan Sekayu, Kecamatan Sungai Keruh,
Kecamatan Sungai Lilin, Kecamatan Lawang Wetan, Kecamatan Tungkal Jaya dan
Kecamatan Babat Supat
4.4 RENCANA POLA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
Dari hasil analisa kebutuhan ruang Kabupaten Musi banyuasin dilihat dari kebutuhan
berbagai aspek maka kebutuhan dan rencana luasan pola ruang Kabupaten Musi
banyuasin adalah sebagai berikut
Tabel
Rencana Pola Ruang
Kabupaten Musi banyuasin 2011- 2031
No. Kecamatan Luas (Ha)
1 Kec. Babat Supat 63707
Hutan Produksi Konversi 27594
Hutan Produksi Terbatas 81
IV-95
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
Hutan Produksi Tetap 4795
Perkebunan/Tanaman Tahunan
23443
Permukiman 765
Pertanian Lahan Basah 453
Pertanian Lahan Kering 6404
Sempadan Sungai 16
Sungai 156
2 Kec. Babat Toman 39138
Hutan Produksi Tetap 345
Perkebunan/Tanaman Tahunan
34602
Permukiman 949
Pertanian Lahan Basah 564
Pertanian Lahan Kering 1927
Sempadan Sungai 247
Sungai 504
3 Kec. Batanghari Leko 225530
Hutan Lindung 18864
Hutan Produksi Konversi 8035
Hutan Produksi Terbatas 74800
Hutan Produksi Tetap 70536
Perkebunan/Tanaman Tahunan
30800
Permukiman 485
Pertanian Lahan Kering 3747
Sempadan Sungai 544
Suaka Marga Satwa 17411
Sungai 309
4 Kec. Bayung Lencir 471068
Hutan Lindung 136
Hutan Produksi Konversi 7975
Hutan Produksi Terbatas 19113
Hutan Produksi Tetap 304569
Kawasan Lindung Gambut 518
Perkebunan/Tanaman Tahunan
123506
Permukiman 1803
Pertanian Lahan Basah 15
Sempadan Sungai 1866
Suaka Alam 2
Suaka Marga Satwa 9410
Sungai 2154
5 Kec. Keluang 42948
IV-96
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
Hutan Produksi Konversi 19230
Hutan Produksi Terbatas 0
Perkebunan/Tanaman Tahunan
15203
Permukiman 702
Pertanian Lahan Kering 5676
Sempadan Sungai 12
Suaka Marga Satwa 2121
Sungai 2
6 Kec. Lais 57687
Hutan Produksi Tetap 401
Perkebunan/Tanaman Tahunan
37364
Permukiman 524
Pertanian Lahan Kering 16675
Sempadan Sungai 1071
Sungai 1653
7 Kec. Lalan 102910
Hutan Produksi Konversi 9910
Hutan Produksi Tetap 12366
Perkebunan/Tanaman Tahunan
44080
Permukiman 5298
Pertanian Lahan Basah 22567
Sempadan Sungai 817
Suaka Marga Satwa 3123
Sungai 1707
Taman Nasional 2831
Taman Nasional Laut 210
8 Kec. Lawang Wetan 38925
Perkebunan/Tanaman Tahunan
31752
Permukiman 67
Pertanian Lahan Basah 137
Pertanian Lahan Kering 6099
Sempadan Sungai 269
Sungai 601
9 Kec. Plakat Tinggi 49904
Hutan Produksi Tetap 742
Perkebunan/Tanaman Tahunan
22740
Permukiman 2866
Pertanian Lahan Kering 23556
10 Kec. Sanga Desa 55910
IV-97
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
Hutan Lindung 131
Hutan Produksi Konversi 8288
Hutan Produksi Tetap 1045
Perkebunan/Tanaman Tahunan
44287
Permukiman 58
Pertanian Lahan Kering 1242
Sempadan Sungai 333
Sungai 526
11 Kec. Sekayu 72632
Hutan Produksi Konversi 199
Hutan Produksi Terbatas 0
Perkebunan/Tanaman Tahunan
50677
Permukiman 2420
Pertanian Lahan Kering 17454
Sempadan Sungai 722
Sungai 1159
12 Kec. Sungai Keruh 70204
Hutan Produksi Tetap 11612
Perkebunan/Tanaman Tahunan
31398
Permukiman 1274
Pertanian Lahan Kering 25921
13 Kec. Sungai Lilin 39899
Hutan Produksi Konversi 29148
Perkebunan/Tanaman Tahunan
9682
Permukiman 974
Sempadan Sungai 45
Sungai 50
14 Kec. Tungkal Jaya 96133
Hutan Produksi Konversi 5248
Hutan Produksi Tetap 6010
Perkebunan/Tanaman Tahunan
57545
Permukiman 3812
Pertanian Lahan Kering 2202
Sempadan Sungai 214
Suaka Marga Satwa 20975
Sungai 127
Total 1426596
Sumber : Hasil Rencana 2011
IV-98
LAPORAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN MUSI BANYUASIN
2011-2031
Peta pola ruang