185
BAB 7
DINAMIKA KRATON PASCA BERLAKUNYA
UU NO. 13 TAHUN2012
Era Baru Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat mewarnai pasca
berlakunya UU No 13 tahun 2012. Mandat Undang Undang
Keistimewaan DIY pada Lima Urusan Keistimewaan DIY yakni Urusan
Tata Cara Pengisian Jabatan, kedudukan, tugas dan wewenang
Gubernur dan Wakil Gubernur, Kelembagaan, Kebudayaan,
Pertanahan dan Tata Ruang ini bersinggungan dengan Kraton dan
berdampak pada dinamika perkembangan Kelembagaan Kraton.
Kelembagaan baru yang dibentuk pasca berlakunya UU No 13
tahun 2012 adalah, pertama Lembaga Parampara Manggala: merupakan
Lembaga komunikasi antara Sultan dengan para manggala Kraton.
Lembaga ini kesehariannya berkantor di Kepatihan, kantor Gubernur
DIY. Sembilan pakar dan atau tokoh masyarakat terkait bidang
Keistimewaan (Tata Cara Pengisian Jabatan, kedudukan, tugas dan
wewenang Gubernur dan Wakil Gubernur, Kelembagaan, Kebudayaan,
Pertanahan dan Tata Ruang). Mereka bekerja untuk Sultan, melakukan
kajian dan kemudian memerika saran profesional kepada Sultan dalam
mengawal Keistimewaan DIY.
Kedua, Lembaga Pandite Aji. Lembaga ini memiki tugas dan
wewenang melakukan penelitian dan pengembangan Kraton. Pandite
Aji terdiri dari Pakar di bidang Hukum, Agama, Adat dan Budaya,
Bidang Politik, Ekonomi dan Sosial, serta Bidang Pertanahan. Lembaga
ini berada dan berkantr di Kraton. Pada era sebelum berlakunya UU
NO 13 tahun 2012, Kraton belum memiliki lembaga ini. Pasca
berlakunya UU No 13 tahun 2012, Kraton melakukan penyesuaian dan
diharapkan keberadaan lembaga baru ini memperkuat Kraton dalam
pelaksanaan Keistimewaan DIY.
186
Ketiga, Lembaga Adhyaksa dengan dua lembaga operasionalnya
Lembaga Adhyaksa Pratyaksa: memiliki tugas melakukan pengawasan
terhadap seluruh kegiatan secara umum kraton, berkaitan dengan
kedisiplinan, hukum dan tata tertib berkaitan pengamanan personil
maupun material. Lembaga Adhyaksa Kahartakan: Melakukan
pengawasan terhadap seluruh kegiatan pengadaan barang dan jasa serta
keuangan. Kedua lembaga ini memiliki tugas melaporkan seluruh
kegiatan langsung kepada Sultan bertahta. Pada tepas ini formasi
auditor keuangan diisi oleh 3 orang yang memiliki kapasitas dan
kopetenmsi serta berpengalaman dalam bidang audit keuangan. Ini
merupakan dampak positif pasca berlakunya UU No 13 tahun 2012.
Kraton menerima Dana Keistimewaan Yogyakarta dan semua kegiatan
menyangkut keuangan harus dipertanggung jawabkan sesuai aturan
yang berlaku di Pemerintahan NKRI.
Keempat, berbenahnya Kantor Sekretariat Negara Kraton
(Kawedanan Hageng Panitrapura). Kawedanan Hageng (Departemen)
ini menambah tiga Tepas (Kantor) baru yang berada di bawah
Kawedanan Hageng Panitrapura, adalah Tepas Tandha Yekti (Pusat
Informasi Data), Tepas Purwo Aji Laksana (Tata Kelola Administrasi
Kraton) dan Tepas Witardana (Bidang Sosial).
Keberadaan Tepas Tandha Yekti (Pusat Informasi Data) tidak
lepas dari peran Sultan Hamengku Buwono X dan putri keempatnya
GKR Hayu, Ide Sultan bertahta ini menurut Pengageng II Tepas
Tandha Yekti KHP Yudahadiningrat (Romo Noer) merupakan angan
angan Sultan sejak tahun 20131, yang disambut GKR Hayu lulusan
1 Romo (merupakan sebutan bagi Individu yang dituakan, dihormati karena keseniorannya dalam kepangkatan di Pemerintahan Kraton maupun kepakarannya) Noer ditimbali (diundang) Sultan Hamengku Buwono ke Kraton Kilen (Tempat Sultan Tinggal dan Bekerja di Kraton). Tradisi Kraton Ngayogyakarta selama ini Sultan selaku pucuk pimpinan Kraton bekerja dalam satu tepas(kantor) yang sama dengan para bawahannya. Sultan berada di Kraton Kilen dan manajemen kraton mengikuti model timbalan . Bukan tradisi disini Sultan masuk ke Tepas-Tepas, Sultan hanya nimbali para Pengageng Tepas untuk memonitor kinerja kami dan jika Sultan nimbali kami, disitu pula Sultan maringi dawuhnya. Wawancara dengan Pengageng II Tepas Tandha Yekti Romo Noer(KPH Yudahadiningrat), 26 Januari 2017 pukul 10.30 WIB -13.00
187
Pasca Sarjana Program Studi IT Amerika. Meski bertempat tinggal di
Washington mengikuti suaminya yang bekerja di salah satu badan
PBB, Gusti Hayu merancang dan memfasilitasi Romo Noer pada
terwujudnya Tepas Tandha Yekti. Tepas ini selain diawaki oleh Abdi
Dalem lama (berusia diatas 50 tahun dan berpendidikan SMA), juga
dikuatkan jajaran Abdi Dalem muda lulusan sarjana. Adalah Sapto
Sarjana Ekonomi lulusan UGM, dengan nama pemberian kraton
sebagai Abdi Dalem Punokawan Wedono Raharjo Guritno; Bimo
sarjana Arsitektur lulusan UGM dengan nama pemberian kraton
sebagai Abdi Dalem Wedono Punokawan Bimo Guritno. Para Abdi
Dalem muda ini membawa pada suasana modern di kraton. Tepas yang
semula tidak mengenal server, sekarang ramah server. Operasional
Tepas Tandha Yekti didukung oleh 30 para kaum muda, para sarjana
yang direkrut tepas inisesuai dengan kebutuhan masing masing
program milik tepas ini. Seperti Aya, sarjana Ilmu Komunikasi
Universitas Atmajaya, sejak April 2017 bergabung di Tepas Tandha
Yekti dengan spesifikasi tugas menyusun Artikel bagi website Kraton,
situs resmi milik kraton. Aya bukan Abdi Dalem Punokawan, ia
direkrut tepas ini untuk memperkuat Tepas Tandha Yekti.
Kelima, Tepas baru pasca berlakunya UUNo 13 tahun 2012
adalah Tepas Purwo Aji Laksana (Tata Kelola Administrasi Kraton).
Tepas ini sebagai pusat administrasi dan tata laksana yang melayani
Sultan dan Permaisuri, meliputi tugas tugas kerumah tanggaan,
protokoler, fasilitas transportasi/kendaraan dan keamanan Sultan dan
Permaisuri. Pembentukan tepas ini merupakan manifestasi Era Baru
Kraton. Semula tugas tata kelola administrasi kraton melekat pada KH
Panitrapura. Tepas ini memiliki 40 Abdi Dalem guna mendukung
kegiatan – kegiatan Tepas Purwa Aji Laksana.
Keenam, penambahan Tepas Sriwandawa. Tepas ini memiliki 8
Abdi Dalem memiliki tugas merawat dan mengelola data Trah,
merawat Pusaka-Pusaka Kraton, melayani kegiatan Kalurahan
Pangeran (pangeran/sederek dalemkakung saudara laki laki Sultan),
Kalurahan Keputren (garwa/istri pangeran, putri Sultan yang belum
menikah), Kalurahan Putri (para putri Sultan yang sudah menikah dan
188
saudara putri Sultan). Tepas ini juga memiliki tugas melayani kegiatan
kegiatan-kegiatan hajad Sultan.
Era Baru Kraton ditandai dengan penambahan kelembagaan
dalam wujud Lembaga dan Tepas/Kantor ini membawa pada perubahan
Struktur Tata Pemerintahan Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Bagan
Struktur Tata Pemerintahan Era Baru Kraton dapat dilihat pada
lampiran.
Perubahan Regulasi
Mandat Undang Undang Keistimewaan DIY pada lima urusan
keistimewaan DIY ini suka tidak suka membawa pada dinamika
perubahan regulasi menyangkut tata kelola pemerintahan kraton
maupun birokrasinya. Pertama, Urusan Tata Cara Pengisian Jabatan,
kedudukan, tugas dan wewenang Gubernur dan Wakil Gubernur.
Instrumen hukum bagi pelaksanaan urusan ini mengacu pada Perdais
(Peraturan Daerah Istimewa) yang dibuat atas persetujuan bersama
DPRD DIY dan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta. Pada urusan
Urusan Tata Cara Pengisian Jabatan, kedudukan, tugas dan wewenang
Gubernur dan Wakil Gubernur, Kawedanan Hageng Panitrapura
menjadi lembaga yang berwenang sepenuhnya melaksanakan mandat
ini.
Kedua, perubahan regulasi menyangkut urusan bidang
Kelembagaan. Guna menyikapi pemenuhan kebutuhan sesuai mandat
undang undang keistimewaan, maka perubahan tidak hanya
menyangkut aspek pembentukan lembaga baru, namun juga regulasi
sebagai kelengkapan operasinalisasi lembaga baru yang dibentuk
sebagai penyesuaiannya.
Ketiga, perubahan regulasi menyangkut Urusan Bidang
Kebudayaan, Pertanahan dan Tata Ruang. Budaya meliputi kebudayaan
katagori kasat mata (tangible) dan tidak kasat mata (intangible).
Serangkaian regulasi ditetapkan melalui Peraturan Gubernur terkait
urusan Bidang Budaya, Pertanahan dan tata Ruang akan bersinggungan
189
dan membawa dampak pada keberadaan regulasi di Kraton
Ngayogyakarta Hadiningrat. Produk-produk hukum yang terbit pasca
berlakunya Undang Undang Keistimewaan DIY seperti pada tabel 7.1
diyakini menjadi dasar munculnya regulasi regulasi baru di ranah Tata
Pemerintahan Kraton Ngayogyakarta sebagai pada tabel berikut:
Tabel: 7.1 Produk Hukum Pasca Berlakunya UU No 13 tahun 2012
No Produk Hukum Substansi
1. Perdais No 1 tahun 2015 Kewenangan Dalam Urusan Keistimewaan(Urusan Tata Cara Pengisian Jabatan, kedudukan, tugas dan wewenang Gubernur dan Wakil Gubernur, Kelembagaan, Kebudayaan, Pertanahan dan Tata Ruang
1. Pergub No 112 Tahun 2014
Pemanfaatan Tanah Desa
2. Perda DIY No 4/2012 Pelestarian Warisan Budaya dan Cagar Budaya
Sumber: Diolah dari berbagai sumber
Perdais No 1 Tahun 2015 khususnya urusan Pengisian Tata
Cara Pengisian Jabatan, kedudukan, tugas dan wewenang Gubernur
dan Wakil Gubernur, memunculkan regulasi baru di Kawedanan
Hageng Panitrapura. Pengageng I Kawedanan Hageng Panitrapura
ditetapkan sebagai pejabat berwenang mengajukan calon Gubernur dan
Wakil Gubernur DIY.
Pada urusan Kelembagaan, seperti diuraikan pada 7.1. tentang
Perubahan Kelembagaan dan Struktur Pemerintahan Kraton
terbentuknya enam lebaga dan atau tepas/ kantor pada Tata
Pemerintahan Kraton membawa pada terbentuknya berbagai regulasi
baru mengikuti kebutuhan masing masing lembaga/ tepas (kantor)
tersebut.
Penunjukan Lembaga Kraton sebagai Badan Hukum yang dapat
menjadi subyek hak milik atas tanah. Penunjukkan Kasultanan sebagai
Badan Hukum tersebut disatu sisi memberikan kepastian status
kedudukannya sebagai subyek hak atas tanah, namun disisi lain akan
menimbulkan perubahan terhadap pengelolaan tanah Kasultanan.
190
bahwa penetapan Kraton sebagai Badan Hukum yang dapat menjadi
subyek hak milik atas tanah mengakibatkan adanya perubahan status
lembaga Kraton menjadi Badan Hukum yang setara dengan Badan
Hukum privat. Konsekuensi dari perubahan tersebut mengakibatkan
adanya perubahan pengelolaan tanah Kasultanan dan timbulnya beban
kewajiban dan tanggung jawab yang harus dipenuhi oleh lembaga
Kraton dalam rangka pengelolaan tanah Kraton. Dan ini memaksa
kraton membuat regulasi baru sebagai penyesuaian atas berubahnya
Kraton dari semula Lembaga Adat semata menjadi Badan Hukum.
Perubahan Struktur Pemerintahan Kraton
Kedudukan Kraton Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat,
pasca terbentuknya Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012 sebatas
lembaga adat. Kewenangan politis Kraton sebatas pemilihan gubernur
melalui Sultan yang menjabat sebagai Gubernur Daerah Istimewa
Yogyakarta, sesuai Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang
Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta. Sebagai lembaga adat
tugas dan kewenangan Kraton adalah memelihara, menjaga,
melestarikan kebudayaan di Yogyakarta. Namun, Kratontetap memiliki
hak dan kewajiban untuk ikut dalam menyusun Perdais (Peraturan
Daerah Istimewa).
Namun secara tidak langsung Kraton mengalami gejolak
perubahan dalam tatanan struktur pemerintahan pasca berlakunya UU
13 tahun 2012. Seperti terlihat pada kedua bagan struktur
pemerintahan Kraton, sebelum dan pasca berlakunya UU no 13 tahun
2012 berikut.
191
Bagan 7.1 Struktur Pemerintahan Kraton Sebelum Berlakunya UU No. 13
Tahun 2012
SRI
PALIMBANGAN
PANDHITE AJI
Kawedanan Hageng
Punakawan
NITYA BUDAYA
Ngarsa Dalem Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun Kangjeng Sultan Hamengku
Buwono Senopati Ing Ngalaga Ngabdurrahman Sayidin Panatagama Khalifatullah
Ingkang Jumeneng Kaping X Ing Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat
Kawedanan Hageng
Punakawan
PARASRAYABUDAY
A
Kawedanan Hageng
PANITRAPURA
GBPH
PRABUKUSUMO
GKR. BENDARA
1) Kawedanan Widya
Budaya
2) Kawedanan Banjar
Wilapa
3) Kawedanan
Purayakara
4) Kawedanan
Museum
5) Kawedanan
6) Pariwisata
GBPH.
HADIWINOTO
GKR. MADURETNO
1) Kawedanan Wahana
Sarta Kriya
2) Kawedanan
Panitikisma
3) Kawedanan
Puraraksa
4) Kawedanan
Halpitapura
5) Kawedanan Prajurit
6) prajurit
GBPH.
CONDROKIRONO
GBPH.CONDRO-
DININGRAT
1) Tepas Parentah
Hageng
2) Tepas Sri Wandawa
3) Tepas Danartapura
4) Tepas Dwarapura
Kawedanan Hageng
Punakawan
PARWA BUDAYA
GBPH.
YUDANINGRAT
GKR. PEMBAYUN
1) Kawedanan
Pengulon
2) Kawedanan
Pularaya
3) Kawedanan
Petilasan
4) Kawedanan Keparak
5) Kawedanan
6) Kridhamardawa
192
Bagan 7.2 Struktur Pemerintahan Kraton Pasca Berlakunya UU No. 13
Tahun 2012
Ngarsa Dalem Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun Kangjeng Sultan Hamengku
Buwono Senopati Ing Ngalaga Ngabdurrahman Sayidin Panatagama Khalifatullah
Ingkang Jumeneng Kaping X Ing Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat
PARAMPARA
MANGGALA
SRI PALIMBANGAN
PANDHITE AJI
ADHYAKSA
ADHYAKSA
PRATYAKSA ADHYAKSA
KAHARTAKAN
Kawedanan
Hageng
Punakawan
PARWA BUDAYA
Kawedanan Hageng
Punakawan
NITYA BUDAYA
Kawedanan Hageng
Punakawan
PARASRAYABUD
AYA
GBPH.
YUDANINGRAT
GKR.
PEMBAYUN
1. KawedananPengu
lon 2. Kawedanan
Pularaya
3. Kawedanan Petilasan
4. Kawedanan
Keparak
5. Kawedanan
Kridhamardawa
GBPH
PRABU
KUSUMO
GKR. BENDARA
1. Kawedanan Widya Budaya
2. Kawedanan
Banjar Wilapa 3. Kawedanan
Purayakara
4. Kawedanan Museum
5. Kawedanan
Pariwisata
GBPH.
HADIWINOTO
GKR.
MADURETNO
1. Kawedanan
Wahana Sarta Kriya
2. Kawedanan
Panitikisma 3. Kawedanan
Puraraksa
4. Kawedanan
Halpitapura
5. Kawedanan
Prajurit
GBPH.CONDRO
KIRONO
GBPH.
CONDRODINING
RAT
1. Tepas Parentah Hageng
2. Tepas Sri
Wandawa
3. Tepas Purwa
Aji Laksana
4. Tepas
Danartapura
5. Tepas Dwarapura
6. Tepas Tandha
Yekti
7. Tepas
Witardana
Kawedanan
Hageng
PANITRAPURA
193
Dapat dilihat dari bagan diatas bahwa terlihat perbedaan
struktur pemerintahan lama dan baru diantaranya adanya penambahan
struktur baru yaitu Kelembagaan baru yang dibentuk pasca berlakunya
UU No 13 tahun 2012 adalah, pertama Lembaga Parampara Manggala:
merupakan Lembaga komunikasi antara Sultan dengan para manggala
Kraton. Lembaga ini kesehariannya berkantor di Kepatihan, kantor
Gubernur DIY. Sembilan pakar dan atau tokoh masyarakat terkait
bidang Keistimewaan (Tata Cara Pengisian Jabatan, kedudukan, tugas
dan wewenang Gubernur dan Wakil Gubernur, Kelembagaan,
Kebudayaan, Pertanahan dan Tata Ruang). Mereka bekerja untuk
Sultan, melakukan kajian dan kemudian memerika saran profesional
kepada Sultan dalam mengawal Keistimewaan DIY.
Kedua, Lembaga Pandite Aji. Lembaga ini memiki tugas dan
wewenang melakukan penelitian dan pengembangan Kraton. Pandite
Aji terdiri dari Pakar di bidang Hukum, Agama, Adat dan Budaya,
Bidang Politik, Ekonomi dan Sosial, serta Bidang Pertanahan. Lembaga
ini berada dan berkantr di Kraton. Pada era sebelum berlakunya UU
NO 13 tahun 2012, Kraton belum memiliki lembaga ini. Pasca
berlakunya UU No 13 tahun 2012, Kraton melakukan penyesuaian dan
diharapkan keberadaan lembaga baru ini memperkuat Kraton dalam
pelaksanaan Keistimewaan DIY.
Ketiga, Lembaga Adhyaksa dengan dua lembaga operasionalnya
Lembaga Adhyaksa Pratyaksa: memiliki tugas melakukan pengawasan
terhadap seluruh kegiatan secara umum kraton, berkaitan dengan
kedisiplinan, hukum dan tata tertib berkaitan pengamanan personil
maupun material. Lembaga Adhyaksa Kahartakan: Melakukan
pengawasan terhadap seluruh kegiatan pengadaan barang dan jasa serta
keuangan. Kedua lembaga ini memiliki tugas melaporkan seluruh
kegiatan langsung kepada Sultan bertahta.Pada tepas ini formasi
auditor keuangan diisi oleh 3 orang yang memiliki kapasitas dan
kopetenmsi serta berpengalaman dalam bidang audit keuangan. Ini
merupakan dampak positif pasca berlakunya UU No 13 tahun 2012.
Kraton menerima Dana Keistimewaan Yogyakarta dan semua kegiatan
194
menyangkut keuangan harus dipertanggung jawabkan sesuai aturan
yang berlaku di Pemerintahan NKRI.
Keempat, berbenahnya Kantor Sekretariat Negara Kraton
(Kawedanan Hageng Panitrapura). Kawedanan Hageng (Departemen)
ini menambah tiga Tepas (Kantor) baru yang berada dibawah
Kawedanan Hageng Panitrapura, adalah Tepas Tandha Yekti (Pusat
Informasi Data), Tepas Purwo Aji Laksana(Tata Kelola Administrasi
Kraton) dan Tepas Witardana (Bidang Sosial).
Gambar 7.1 Romo Noer dan Abdi Dalem Tepas Tanda Yekti
Keberadaan Tepas Tandha Yekti (Pusat Informasi Data) tidak
lepas dari peran Sultan Hamengku Buwono X dan putri keempatnya
GKR Hayu, Ide Sultan bertahta ini menurut Pengageng II Tepas
Tandha Yekti KHP Yudahadiningrat (Romo Noer) merupakan angan
angan Sultan sejak tahun 20132, yang disambut GKR Hayu lulusan
Pasca Sarjana Program Studi IT Amerika. Meski bertempat tinggal di
2 Romo (merupakan sebutan bagi Individu yang dituakan, dihormati karena keseniorannya dalam kepangkatan di Pemerintahan Kraton maupun kepakarannya) Noer ditimbali (diundang) Sultan Hamengku Buwono ke Kraton Kilen (Tempat Sultan Tinggal dan Bekerja di Kraton). Tradisi Kraton Ngayogyakarta selama ini Sultan selaku pucuk pimpinan Kraton bekerja dalam satu tepas(kantor) yang sama dengan para bawahannya. Sultan berada di Kraton Kilen dan manajemen kraton mengikuti model timbalan . Bukan tradisi disini Sultan masuk ke Tepas-Tepas, Sultan hanya nimbali para Pengageng Tepas untuk memonitor kinerja kami dan jika Sultan nimbali kami, disitu pula Sultan maringi dawuhnya. Wawancara dengan Pengageng II Tepas Tandha Yekti Romo Noer(KPH Yudahadiningrat), 26 Januari 2017 pukul 10.30 WIB -13.00.
195
Washington mengikuti suaminya yang bekerja di salah satu badan
PBB, Gusti Hayu merancang dan memfasilitasi Romo Noer pada
terwujudnya Tepas Tandha Yekti. Tepas ini selain diawaki oleh Abdi
Dalem lama (berusia diatas 50 tahun dan berpendidikan SMA), juga
dikuatkan jajaran Abdi Dalem muda lulusan sarjana. Adalah Sapto
Sarjana Ekonomi lulusan UGM, dengan nama pemberian kraton
sebagai Abdi Dalem Punokawan Wedono Raharjo Guritno; Bimo
sarjana Arsitektur lulusan UGM dengan nama pemberian kraton
sebagai Abdi Dalem Wedono Punokawan Bimo Guritno. Para Abdi
Dalem muda ini membawa pada suasana modern di kraton. Tepas yang
semula tidak mengenal server, sekarang ramah server. Operasional
Tepas Tandha Yekti didukung oleh 30 para kaum muda, para sarjana
yang direkrut tepas inisesuai dengan kebutuhan masing masing
program milik tepas ini. Seperti Aya, sarjana Ilmu Komunikasi
Universitas Atmajaya, sejak April 2017 bergabung di Tepas Tandha
Yekti dengan spesifikasi tugas menyusun Artikel bagi website Kraton,
situs resmi milik kraton. Aya bukan Abdi Dalem Punokawan, ia
direkrut tepas ini untuk memperkuat Tepas Tandha Yekti.
Gambar 7.2 Abdi Dalem di Tepas Parentah Hageng
196
Kelima, Tepas baru pasca berlakunya UUNo 13 tahun 2012
adalah Tepas Purwo Aji Laksana (Tata Kelola Administrasi Kraton).
Tepas ini sebagai pusat administrasi dan tata laksana yang melayani
Sultan dan Permaisuri, meliputi tugas tugas kerumah tanggaan,
protokoler, fasilitas transportasi/kendaraan dan keamanan Sultan dan
Permaisuri. Pembentukan tepas ini merupakan manifestasi Era Baru
Kraton. Semula tugas tata kelola administrasi kraton melekat pada KH
Panitrapura. Tepas ini memiliki 40 Abdi Dalem guna mendukung
kegiatan-kegiatan Tepas Purwa Aji Laksana.
Keenam, penambahan Tepas Sriwandawa. Tepas ini memiliki 8
Abdi Dalem memiliki tugas merawat dan mengelola data Trah,
merawat Pusaka-Pusaka Kraton, melayani kegiatan Kalurahan
Pangeran (pangeran/sederek dalemkakung saudara laki laki Sultan),
Kalurahan Keputren (garwa/istri pangeran, putri Sultan yang belum
menikah), Kalurahan Putri (para putri Sultan yang sudah menikah dan
saudara putri Sultan). Tepas ini juga memiliki tugas melayani kegiatan
kegiatan-kegiatan hajad Sultan.
Era Baru Kraton ditandai dengan penambahan kelembagaan
dalam wujud Lembaga dan Tepas/Kantor ini membawa pada perubahan
Struktur Tata Pemerintahan Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat.
Sri palimbangan sebagai dewan penasehat kraton namun masa
pemerintahan kraton sultan bertahta belum berfungsi sebagaimana
mestinya sehingga tata rakit paprentahan Kraton Ngayogyakarta
Hadiningrat secara keseluruhan tidak berjalan dengan baik. Diduga
dominasi kekuasaan sultan bertahta menjadikan selama ini sri
palimbangan belum difungsikan sebagaimana telah ditetapkan dalam
tata rakite paprintahan Kraton. Saat ini dewan Sri Palimbangan sebatas
bermakna simbolis dan tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
Perubahan Perubahan Habitus/ Kebiasaan
Terkait kewenangannya seperti diuraikan pada uraian terdahulu,
maka hubungan antara Kraton dengan Pemerintahan Daerah Istimewa
197
Yogyakarta adalah koordinasi dan tidak bersifat struktural namun lebih
pada hubungan fungsional. Selain pembentukan Perdais, koordinasi
Kraton dan pemerintahan daerah juga terjalin dalam urusan pengisian
jabatan Gubernur.
Hal tersebut nampak dalam proses perekruitan Abdi dalem
seperti penjelasan dibawah ini :
Bagan 7.1. Sistem Perekruitan Abdi Dalem Pasca Berlakunya UU 12 Tahun
2012
Terjadi pergeseran kebiasaan/habitus Tata Cara Rekrutmen
Abdi Dalem. Kebiasaan yang berlaku selama ini di Kraton, calon Abdi
Dalem datang dan mendaftarkan diri ke Kraton. Proses ini diikuti
dengan serangkaian test atau uji kelayakan calon Abdi Dalem, meliputi
penguasaan bahasa Jawa, Pengetahuan tentang Sejarah Kraton dan
Perilaku (Sopan Santun/Unggah Ungguh). Saat ini Sultan
memberlakukan aturan baru, Sultan berhak merekrut Abdi Dalem bagi
Abdi dalem
Sebelum adanya UU 12
Tahun 2012 1. Abdi Dalem mendapatkan
honor dari kraton/kekucah
dalem adalah pemberian
raja/sultan. 2. Rekrutmen Abdi Dalem : calon Abdi Dalem datang dan
mendaftarkan diri ke
Kraton.Proses ini diikuti
dengan serangkaian testatau
uji kelayakan calon Abdi
Dalem
Pasca adanya UU 12
Tahun 2012 1. Abdi Dalem mendapatkan
honor dari kraton/ kekucah
dalem adalah pemberian
raja/sultan.
2. Abdi Dalem mendapatkan
honor dari pemerintah melalui
Dana Keistimewaan.
3. Rekrutmen Abdi Dalem:
Sultan berhak merekrut Abdi
Dalem bagi Individu yang
dirasa memberi manfaat pada
kepentingan Kraton.
(biasanya abdi dalem Keprajan)
198
Individu yang dirasa memberi manfaat pada kepentingan Kraton. Dan
perubahan lainnya adalah persyaratan Abdi Dalem Keprajan, yang
semula Abdi Dalem Keprajan terdiri dari aparat pemerintah(PNS),
TNI/ABRI. Namun sekarang Abdi Dalem Keprajan berasal dari
berbagai kalangan seperti BUMN, Swasta dan sebagainya.
Fenomena Patroen Client terlihat pada relasi Abdi Dalem
Keprajan (Abdi Dalem aparat pemerintah( Pegawai Negeri Sipil). Pada
Tradisi Hari Raya Idul Fitri semua Abdi Dalem melakukan Upacara
Sowan Sungkem Sultan. Para Abdi Dalem wajib berbusana Jawa
Lengkap (Beskap, Kain Jarik dan Blangkon), dengan Laku Dodok
(berjalan dalam posisi jongkok), kemudian diawali dengan menyembah (mempertautkan dua telapak tangan didepan hidung), dan kemudian
Sungkem (mencium) lutut Sultan3. Fenomena relasi antara Gubernur
dalam sisi modernitasnya dan Sultan pada Sisi Kulturalnya dengan
Bupati dan Walikota di lingkungan pemerintahan DIY unik dan
bernuansa penundukan relasi formal antara Sultan dan Abdi
Dalemnya.
Himbauan bagi PNS untuk menjadi Abdi Dalem pernah
dilakukan Abdi Dalem Kraton bernama Tri Harjun Ismaji bergelar
KPH(Kanjeng Pangeran Haryo) Kepala Dinas Prasarana Wilayah DIY
melalui Surat Edaran No 800/3945/2009. Berisi Himbauan agar para
birokrat dilingkungan Pemda DIY menjadi Abdi Dalem Keprajan
Kraton dalam Rangka Berpartisipasi Secara Aktif Mempertahankan dan
Melestarikan Kebudayaan Tradisionil Jawa. Semua pimpinan SKPD
diharuskan memberi suri tauladan dengan menjadi Abdi Dalem
Keprajan Kraton. Kedekatan Tri Harjun dengan Sultan membawanya
pada kedudukan sebagai Sekda DIY .
Tren peningkatan peminat PNS menjadi Abdi Dalem Keprajan
terlihat sejak periode tahun 2010(156 orang) dan 2011 (204 orang),
angka ini turun pada tahun 2012 (75 orang) dan meningkat lagi pada
tahun 2013 (283), turun lagi pada tahun 2014 (117). Angka peminat
3 Mencium lutut Sultan sebagai simbolisasai para bawahan dan kawula mengikuti langkah langkah(aturan dan kebijakan) Sultan.
199
menjadi Abdi Dalem Keprajan terus meningkat pada tahun 2015 (141
orang), tahun 2016 (169 orang).
Pada Upacara Wisuda Abdi Dalem Keprajan tahun 2012
terdapat nama para pejabat di lingkungan DIY seperti Bupati Bantul Sri
Surya Widati bergelar Nyai KRT Suryawati. Bupati Sleman Sri
Purnomo bergelar KMT Purnomo Pradipto. Kepala Kejaksaan Tinggi
DIY M Ali Muthohar bergelar KMT Nitiwidhyaksa. Kepala Kanwil
Pajak DIY Jangkung Sujarwadi bergelar KMT Wasita Pranadipura.
Wisuda Abdi Dalem Keprajan pada periode tahun 2014 terlihat para
pejabat di lingkungan DIY seperti: Kakanwil BPN DIY Arie Yuwirin
bergelar Nyi R. Riya Kismanggalawati. Walikota Yogyakarta Haryadi
Sayuti bergelar KMT Kusumodipuro. Bupati Kulon Progo Hasto
Wardoyo bergelar Hasta Husadadipura.
Perubahan struktur dan lembaga pasca berlakunya UU 13
Tahun 2012 merupakan salah satu wujud bahwa Sultan Hamengku
Buwono X sedang menyongsong masa depan baru, melakukan
perubahan agar kompabilitas antara iklim sosiokultural yang ada di
Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat sesuai dengan kebutuhan zaman.
Mengingat NKRI telah mengakui kesederajatan antara laki-laki dan
perempuan (gender). Sama halnya yang tertuang dalam UU 13 Tahun
2012 bahwa Pemimpin Kraton juga merupakan salah satu pemimpin
dari pemerintahan Yogyakarta. Dengan demikian upaya yang
dilakukan oleh Sultan terkait pengangkatan Sultan perempuan
merupakan sebuah kebijakan yang beralasan. Karena sultan bertahta di
kraton akan menjadi gubernur dan akan menjalankan pemerintahan
Yogyakarta secara keseluruhan. Sehingga perlu dilakukan sebuah
musyawarah bersama para pihak berkepentingan agar paugeran
kompatibel dengan UU No 13 tahun 2012. Kedepan, penobatan Sultan
Perempuan merupakan fenomena pro gender yang sedang
diperjuangkan sultan bertahta. Apa yang diperjuangkan oleh Sultan,
kawula mataram dan para LSM dalam perwujudan UU 13 tahun 2012
harusnya diimplementasikan sesuai dengan apa yang terkandung
didalamnya dan tidak menjadikan satu sama lain saling berkonflik
untuk mempertahankan pendapat masing masing kelompok.
200
Diharapkan UU 13 tahun 2012 merupakan landasan hukum bagi
terciptanya peningkatan kesejahteraan masyarakat Yogyakarta berjalan
beriringan mempertahankan Kraton lestari sebagai inti budaya dan
kestabilan pemerintahan DIY.
Perubahan Kesejahteraan Abdi Dalem
Dengan disahkannya Undang-Undang Keistimewaan No.13
Tahun 2012 berdampak pada Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat.
Mekanisme pelaksanaan yang ada dalam UU No.13 Tahun 2012
kemudian dijabarkan dan diatur melalui Peraturan Daerah Istimewa
(Perdais) No.1 Tahun 2013. Pemerintah memberikan dana (hibah)
untuk membantu melestarikan kebudayaan DIY, salah satunya adalah
meningkatnya kesejahteraan Abdi Dalem Punokawan.
Abdi Dalem Punokawan yang telah memiliki serat kekancingan mendapatkan honor dari Danais. Pemberian honor
disesuaikan oleh pangkat atau kalenggahan abdi dalem. Selama ini
setiap akhir bulan tanggal 28, abdi dalem mendapatkan kekucah dalem.
Besaran kekucah dalem sangatlah kecil dan sebenarnya bukan
merupakan gaji Abdi Dalem, tradisi lama, kekucah dalem adalah
pemberian raja/sultan. Pengabdian kawula alit kepada raja/sultannya
tanpa pamrih ekonomi.
Pasca diberlakukannya UU no 13 tahun 2012, melalui Perdais
No 1 Tahun 2012, semua Abdi Dalem mendapatkan honor dari
pemerintah melalui Dana Keistimewaan. Honor dari Dana
Keistimewaan diterima oleh seluruh Abdi Dalem baik yang sowan maupun yang caos dan diterima setiap empat bulan sekali. Abdi Dalem
Kaprajan tidak mendapatkan honor dari Dana Keistimewaan karena
golongan Kaprajan tidak memiliki beban tugas di Kraton
Ngayogyakarta Hadiningrat.
201
Pada tahun 2013 dan 2014, Dana Keistimewaan untuk Kraton
sepenuhnya dikelola oleh Dinas Kebudayaan DIY, namun sejak tahun
2015 Dana Keistimewaan dikelola pihak Kraton Ngayogyakarta4. Pada
tahun 2016, Pemda DIY mendapatkan Danais sebesar Rp 547 miliar,
sementara pihak kraton menganggarkan dana untuk berbagai kegiatan
dan honor abdi dalem sebesar Rp 19.295.000.000. Dari dana tersebut,
sebesar Rp 12 miliar dialokasikan untuk Honor Abdi Dalem
Punokawan dan sebesar Rp 393.120.000 dialokasikan untuk jaminan
kesehatan abdi dalem.
Dana Keistimewaan DIY, membawa pada peningkatan
kesejahteraan Abdi Dalem dalam wujud Pemberian seperangkat
Busana Kerja lengkap setiap tahun untuk Abdi Dalem. Seperangkat
Busana Kerja Abdi Dalem Laki-laki berupa Blangkon (penutup kepala),
Pakaian Peranakan (Lurik Biru) dan Kain Batik (jarik). Sedangkan
Abdi Dalem Perempuan mendapatkan Kain Kebaya Hitam dan Kain
Batik (jarik).
Peningkatan Fasilitas Kerja di tepas (kantor) seperti adanya
penambahan komputer, Kipas Angin (Fan), Dispenser Air Minum, dan
penyelenggaraan Olah Raga Panahan. Peningkatan kesejahteraan juga
dalam wujud penerimaan honor berasal dari Danais (Dana
Keistimewaan).
Kesejahteraan Abdi Dalem dalam wujud penambahan
penerimaan uang berasal dari Dana Keistimewaan DIY mengikuti
kepangkatan Abdi Dalem seperti terlihat pada tabel berikut
4 Konsekuensi atas pengelolaan Dana Keistimewaan oleh Kraton, dilakukan revitalisasi managemen keuangan di Tepas Kahartakan, dengan menambah 3 tenaga profesional keuangan dengan penguasaan audit. Tiga tenaga keuangan ini direkrut dari Pensiunan Pemda DIY. Wawancara dengan Pengageng II Tepas Tandha Yekti Romo Noer(KPH Yudahadiningrat), 26 Januari 2017 pukul 10.30 WIB -13.00.
202
Tabel : 7.2. Honor Bulanan Abdi Dalem Punokawan Sebelum dan Pasca UU
No 13 Tahun 2012
No Pangkat Sebelum UU No
13/2012 (kekucah dalem)
Pasca UU No 13/2012 (kekucah dalem dan honor
dari Danais)
1 Pangeran Sentana Rp 135.000 Rp 135.000+Rp 660.000
2 Bupati Nayaka Rp 128.000 Rp 128.000+ Rp 631.000
3 Bupati Kliwon Rp 125.000 Rp 125.000+Rp 612.000
4 Bupati Rp 90.000 Rp 90.000+Rp 582.500
5 Bupati Anom Rp 80.000 Rp 80.000+Rp 552.000
6 Riyo Bupati Anom Rp 60.000 Rp 60.000+Rp 512.000
7 Wedana Rp 40.000 Rp 40.000+Rp 495.000
8 Penewu Rp 40.000 Rp 39.000+Rp 453.750
9 Lurah Rp 39.000 Rp 39.000+Rp 437.500
10 Bekel Sepuh Rp 37.500 Rp 37.500+Rp 400.000
11 Bekel Enom Rp 35.000 Rp 35.000+Rp 335.000
12 Jajar Rp 10.000 Rp 10.000+Rp 291.500
Sumber: Analisis Data Tepas Dwarapura, 2017
Perbedaan proses penerimaan uang kekucah dalem dan Honor
Abdi Dalem berasal dari Danais, Kekucah dalem diambil oleh Abdi
Dalem di Tepas Danartapura Kraton, sedangkan Honor berasal dari
Danais diambil di Bank Pembangunan Daerah DIY. Peraturan ini
berlaku pada Abdi Dalem Punokawan maupun Darah Dalem (saudara
kandung) Sultan, seperti penuturan GBRAy Murdho Kusumo.
Sejak berlakunyaUndang undang keistimewaan (UU no 13
tahun 2012) maka kami darah dalem (putra-putri keturunan Sultan
Hamengku Buwono) mendapatkan honor dari Danais. Perbedaan
mengenai proses pengambilan honor dari Danais adalah, kalau
kekuncah dalem (pemberian Sultan), langsung diambil di Tepas
Danartopuro (kantor keuangan) Kraton. Sedang honor yang berasal
dari Danais kami harus mengambil dari Bank Pembangunan
Daerah(BPD) Yogyakarta, setelah mendapatkan surat pengantar dari
Tepas Danartopuro (kantor keuangan) Kraton (Wawancara dengan
BRAy Murdho Kusumo, darah dalem, pada 10 Januari 2017 pukul
10.00 wib di rumah beliau di kompleks kraton).