LAPORANCOMMUNITY HEALTH ANALYSIS
ANALISIS FAKTOR PENGETAHUAN, PERILAKU,DAN LINGKUNGAN
TERHADAP KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUEDI DESA KALISALAK KECAMATAN KEBASEN
Disusun Oleh :
Andika Pratiwi G4A014049Angkat Prasetya A.N G4A014050
Preceptor Lapangan : dr. Tri Lestari KPreceptor Fakultas : dr. Diah Krisnansari, M.Si.
KEPANITERAAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITASILMU KESEHATAN MASYARAKAT
JURUSAN KEDOKTERAN UMUMFAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMANPURWOKERTO
SEPTEMBER 2015
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN COMMUNITY HEALTH ANALYSIS
ANALISIS FAKTOR PENGETAHUAN, PERILAKU,DAN LINGKUNGAN
TERHADAP KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUEDI DESA KALISALAK KECAMATAN KEBASEN
Disusun untuk memenuhi sebagian syarat Kepaniteraan Ilmu Kedokteran Komunitas/Ilmu Kesehatan Masyarakat
Jurusan Kedokteran UmumFakultas Kedokteran
Universitas Jenderal Soedirman
Disusun OlehAndika Pratiwi G4A014049Angkat Prasetya A.N G4A014050
Telah dipresentasikan dan disetujuiTanggal ……………….
Preseptor Lapangan
dr. Tri Lestari K . NIP 19700909.200212.2.004
Preseptor Fakultas
dr. Diah Krisnansari, M. Si NIP 19740502.2001.21001
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit yang banyak
ditemukan di sebagian besar wilayah tropis dan subtropis, terutama Asia
Tenggara, Amerika tengah, Amerika dan Karibia. Host alami DBD adalah
manusia, agentnya adalah virus dengue yang termasuk ke dalam famili
Flaviridae dan genus Flavivirus, terdiri dari 4 serotipe yaitu Den-1, Den-2,
Den3 dan Den-4, ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk yang
terinfeksi, khususnya nyamuk Aedes aegypti dan Ae. albopictus yang terdapat
hampir di seluruh pelosok Indonesia (Candra, 2010).
Virus dengue dilaporkan telah menjangkiti lebih dari 100 negara,
terutama di daerah perkotaan yang berpenduduk padat dan pemukiman di
Brazil dan bagian lain Amerika Selatan, Karibia, Asia Tenggara, dan India.
Jumlah orang yang terinfeksi diperkirakan sekitar 50 sampai 100 juta orang,
setengahnya dirawat di rumah sakit dan mengakibatkan 22.000 kematian
setiap tahun, diperkirakan 2,5 miliar orang atau hampir 40 persen populasi
dunia, tinggal di daerah endemis DBD yang memungkinkan terinfeksi virus
dengue melalui gigitan nyamuk setempat (Knowlton, Solomon, Rotkin-
Ellman, Pitch, 2009).
Jumlah kasus DBD tidak pernah menurun di beberapa daerah tropik dan
subtropik bahkan cenderung terus meningkat dan banyak menimbulkan
kematian pada anak 90% di antaranya menyerang anak di bawah 15 tahun. Di
Indonesia, setiap tahunnya selalu terjadi KLB di beberapa provinsi, yang
terbesar terjadi tahun 1998 dan 2004 dengan jumlah penderita 79.480 orang
dengan kematian sebanyak 800 orang lebih. Pada tahun-tahun berikutnya
jumlah kasus terus naik tapi jumlah kematian turun secara bermakna
dibandingkan tahun 2004. Misalnya jumlah kasus tahun 2008 sebanyak
137.469 orang dengan kematian 1.187 orang atau case fatality rate (CFR)
0,86% serta kasus tahun 2009 sebanyak 154.855 orang dengan kematian 1.384
orang atau CFR 0,89% (Kusriasturi, 2010).
Dari beberapa cara penularan virus dengue, yang paling tinggi adalah
penularan melalui gigitan nyamuk Ae. aegypti. Masa inkubasi ekstrinsik (di
dalam tubuh nyamuk) berlangsung sekitar 8-10 hari, sedangkan inkubasi
intrinsik (dalam tubuh manusia) berkisar antara 4-6 hari dan diikuti dengan
respon imun. Munculnya kejadian DBD, dikarenakan penyebab majemuk,
artinya munculnya kesakitan karena berbagai faktor yang saling berinteraksi,
diantaranya agent (virus dengue), host yang rentan serta lingkungan yang
memungkinan tumbuh dan berkembang biaknya nyamuk Aedes spp. Selain
itu, juga dipengaruhi faktor predisposisi diantaranya kepadatan dan mobilitas
penduduk, kualitas perumahan, jarak antar rumah, pendidikan, pekerjaan,
sikap hidup, golongan umur, suku bangsa, kerentanan terhadap penyakit, dan
lainnya (Sari, 2005).
Desa Kalisalak Kecamatan Kebasen merupakan desa dengan jumlah
penduduk 10.118 jiwa. Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten
Banyumas, terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) Demam Berdarah Dengue di
Desa Kalisalak Kecamatan Kebasen yaitu sejumlah 2 orang menderita DBD,
sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang faktor-faktor
yang berhubungan dengan kejadian demam berdarah dengue di Desa Kalisalak
B. Tujuan
Tujuan Umum : Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan
kejadian demam berdarah dengue di Desa Kalisalak.
Tujuan Khusus :
1. Menganalisis hubungan antara kejadian demam berdarah dengue dengan
faktor perilaku, pengetahuan, dan lingkungan Desa Kalisalak
2. Mengetahui dan menganalisis faktor risiko yang paling dominan terhadap
kejadian demam berdarah dengue Desa Kalisalak.
3. Melakukan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi terhadap program
pemecahan masalah berkaitan dengan faktor risiko paling dominan
terhadap kejadian demam berdarah dengue Desa Kalisalak.
C. Manfaat
a. Bagi Peneliti
1. Menambah wawasan bagi peneliti mengenai demam berdarah dengue
beserta faktor-faktor risikonya.
2. Memberikan pemahaman dan pengalaman bagi peneliti dalam
menganalisis masalah kesehatan di masyarakat termasuk
pemecahannya.
b. Bagi Puskesmas
Memberikan masukan kepada puskesmas mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi kejadian demam berdarah dengue Desa Kalisalak,
khususnya bagi tenaga kesehatan dalam menyampaikan penyuluhan,
sehingga dapat dijadikan dasar pertimbangan mengenai program lanjutan
pencegahan dan untuk menekan angka kejadian demam berdarah dengue
serendah mungkin
c. Bagi Masyarakat
Memberikan tambahan pengetahuan dan pemahaman mengenai demam
berdarah dengue dan faktor-faktor risikonya.
BAB II
ANALISIS SITUASI
A. Deskripsi, Situasi, Kondisi dan Wilayah Kerja Puskesmas
1. Keadaan Geografis
Kecamatan Kebasen merupakan salah satu bagian wilayah
Kabupaten Banyumas dengan luas wilayah 5399,51 Ha (5400 km2).
Kecamatan Kebasen terdiri dari 12 desa dengan batas-batas sebagai
berikut :
a. Sebelah Utara : Kecamatan Patikraja
b. Sebelah Selatan : Kabupaten Cilacap
c. Sebelah Timur : Kecamatan Banyumas
d. Sebelah Barat : Kecamatan Rawalo
Pemanfaatan lahan di Kecamatan Kebasen dapat dirinci sebagai
berikut :
a. Tanah Sawah : 1.049,60 Ha (19,43 %)
b. Tanah Pekarangan/ Bangunan : 1.542,33 Ha (28,56 %)
c. Tanah Tegal/ Kebun : 1.041,66 Ha (19,29 %)
d. Tanah Kebasen : 10,800 Ha (0,20 %)
e. Tanah Hutan Negara : 916,000 Ha (16,96 %)
f. Tanah Perkebunan Rakyat : 565,100 Ha (10,44 %)
g. Lain-lain : 274,025 Ha (5,09 %)
2. Keadaan Demografi
a. Pertumbuhan Penduduk.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Kecamatan
Kebasen tahun 2013, jumlah penduduk Kecamatan Kebasen adalah
61.090 jiwa terdiri dari 31.097 jiwa laki-laki dan 29.993 jiwa
perempuan yang tergabung dalam 15.653 rumah tangga/KK.
Jumlah penduduk terbanyak tahun 2013 adalah penduduk desa
Cindaga yaitu sebanyak 10.118 jiwa, sedangkan jumlah penduduk
terendah ada di desa Tumiyang sebanyak 1.476 jiwa. Kepadatan
penduduk Kecamatan Kebasen pada tahun 2013 adalah 1.131
jiwa/km2, kepadatan tertinggi ada di desa Cindaga dengan tingkat
kepadatan sebesar 2.045/km2.
b. Tingkat Pendidikan
Tabel 2.2. Jenis Pendidikan menurut Jenis Kelamin
No Jenis PendidikanJenis Kelamin
JumlahLaki-laki Perempuan
1 Tidak/Belum Tamat
SD/MI
7.806 7.866 15.672
2 Tamat SD/MI 9.960 10.197 20.157
3 SLTP/Sederajat 3.481 2.836 6.317
4 SLTA/Sederajat 1.997 1.432 3.429
5 Diploma III 392 311 703
6 Universitas 248 158 406
Jumlah 23884 22800 46684
Tingkat pendidikan masyarakat Kebasen di dominasi dengan
tamat SD atau MI dengan jumlah 20.157 jiwa. Masyarakat yang
berpendidikan hingga jenjang universitas memiliki jumlah yang sedikit
yaitu 406 jiwa. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan
masyarakat Kebasen cukup rendah.
c. Mata Pencaharian
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Kecamatan
Kebasen tahun 2013, mata pencaharian atau jenis pekerjaan penduduk
di Kecamatan Kebasen 10 besar yaitu petani (30,68%), buruh tani
(42,67%), pengusaha (0,62%), buruh industri (4,45%), buruh
bangunan (6,08%), pedagang (4,41%), pengangkutan (1,19%), PNS
(1,80%), ABRI (0,26%), pegawai BUMN/BUMD (2,47%), pensiunan
(0,05%), penggalian (1,82%), jasa sosial (0,28%) dan lain-lain
(3,22%).
B. Pencapaian Program Kesehatan
1. Derajat Kesehatan Masyarakat
Puskesmas sebagai unit pelayanan kesehatan dasar diharapkan
dapat memberikan pelayanan secara tepat dan cepat agar masalah
kesehatan masyarakat dapat teratasi. Keberhasilan pelayanan kesehatan
dapat dilihat dari indikator derajat kesehatan masyarakat yang merupakan
salah satu indikator Indonesia Sehat 2010, meliputi kejadian kematian
(mortalitas), kesakitan (morbiditas) dan status gizi masyarakat. Berikut ini
merupakan pencapaian beberapa program Puskesmas Kebasen periode
tahun 2013 :
a. Mortalitas
1) Angka Kematian Bayi
Kelahiran hidup di Kecamatan Kebasen pada tahun 2013
menurut Profil Kesehatan Puskesmas Kebasen yaitu 1.014 dengan
jumlah bayi mati sebanyak 20 bayi. Angka Kematian Bayi (AKB)
di Kecamatan Kebasen sebesar 19,7 per 1000 lahir hidup, sehingga
AKB dilaporkan sebesar 19,7. Sedangkan AKB tahun 2012 sebesar
7,6 sehingga dapat disimpulkan bahwa terjadi kenaikan 12,1 dari
tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan sebagian besar penyebab
kematian bayi baru lahir adalah BBLR dengan bayi lahir kurang
bulan dan kelainan kongenital, dimana hal ini tidak dapat dihindari
dan bukan dari tenaga penolong. Jika dibandingkan dengan IIS
2012 AKB di Kecamatan Kebasen terhitung masih rendah ( IIS
2012 = 40 per 1000 kelahiran hidup ). Tingginya angka kematian
bayi menunjukan masih rendahnya status kesehatan ibu dan bayi
baru lahir disebabkan oleh masih rendahnya akses dan kualitas
pelayanan kesehatan masyarakat khususnya pelayanan kesehatan
ibu dan anak
2) Angka Kematian Ibu
Angka Kematian Ibu (AKI) di Kecamatan Kebasen pada
tahun 2013 berdasarkan Profil Kesehatan Puskesmas Kebasen yaitu
sebesar 0 orang. Dengan demikian kualitas pelayanan untuk
kesehatan ibu hamil dan melahirkan cukup baik didukung dengan
sarana dan prasarana yang semakin baik, dan adanya tim poned
yang siap 24 jam.
3) Angka Kematian Balita
Pada tahun 2013 jumlah balita 994 anak, dengan kematian
balita 17 anak. Dengan demikian angka kematian balita di tahun
2013 sebesar 17,1 per 100 kelahiran hidup. Pada tahun 2013 ada
peningkatan angka kematian balita sebesar 7,6. Hal ini dikarenakan
angka kematian bayi yang cukup tinggi dan sulit untuk dihindari,
karena sebagian kematian disebabkan karena BBLR dan kelainan
kongenital ini menunjukkan program kesehatan anak di Kecamatan
Kebasen masih kurang baik, terutama dalam hal promotif dan
preventif.
Upaya peningkatan kualitas kesehatan demi mencegah
peningkatan angka kematian balita dengan cara POSYANDU, Desa
Siaga, Dana Sehat dan berbagai usaha lainnya yang dilakukan oleh
pihak Puskesmas Kebasen
4) Angka Kecelakaan
Pada tahun 2013 di Kecamatan Kebasen terjadi kecelakaan
lalu lintas sebanyak 35 kejadian dengan jumlah korban sebanyak
37 orang luka ringan, luka berat 8 orang dan tidak ada korban
meninggal.
Angka kejadian kecelakaan lalu lintas pada tahun 2013,
dibanding tahun 2012 mengalami peningkatan. Hal ini
dimungkinkan karena semakin mudahnya orang untuk memiliki
sepeda motor dan semakin banyaknya pengendara sepeda motor
dan kurang sadarnya pengendara motor dalam disiplin lalu lintas.
b. Morbiditas
1) Penyakit Malaria
Tahun 2013 kasus Malaria di Kecamatan Kebasen, terjadi
kasus malaria positif sebanyak 4 kasus atau angka kesakitan
malaria (API) sebesar 0,085 per 1000 penduduk. Sedangkan
kejadian kasus malaria positif pada tahun 2012 sebanyak 8 kasus
atau angka kesakitan malaria (API) sebesar 0,1 per 1000 penduduk.
Dengan demikian di Kecamatan Kebasen terjadi penurunan
kejadian kasus malaria positif pada tahun 2013 dibanding tahun
2012. Hal ini dikarenakan kesadaran dari masyarakat terhadap
kesehatan lingkungan sudah cukup baik dan petugas Puskesmas
sudah lebih aktif dalam pelaksanaan promosi dan preventif
terhadap kesehatan lingkungan dan pencegahan dari penyakit
malaria. Daerah endemik di Kecamatan Kebasen adalah Desa
Kalisalak.
2) TB Paru
Ditemukan kasus baru TB paru BTA positif sebanyak 30
kasus dengan perkiraan jumlah kasus BTA positif sebanyak 65
kasus. Dengan demikian angka penemuan penderita TB paru BTA
positif sebesar 46,15%. Dibanding periode yang sama pada tahun
2012 ditemukan kassus baru BTA positif sebanyak 20 kasus
dengan perkiraan jumlah kasus BTA positif sebanyak 60 kasus
dengan CDR sebesar 33,39%. Dengan demikian ada peningkatan
CDR padatahun 2013 dibanding tahun 2012.
3) Demam Berdarah Dengue (DBD)
Jumlah kasus DBD di Kecamatan Kebasen pada tahun 2013
sebanyak 8 kasus dengan angka kesakitan DBD sebesar 13,1 per
100.000 penduduk. Sedangkan pada tahun 2012 jumlah kasus DBD
sebanyak 4 kasus dengan angka kesakitan 7,1 per 100.000
penduduk. Dengan demikian, terjadi peningkatan kasus DBD. Hal
ini dapat disebabkan oleh masih kurangnya kesadaran masyarakat
tentang kesehatan lingkungan untuyk melakukan pencegahan
dengan kegiatan PSN secara rutin dan berkesinambungan dan
diperlukan upaya lebih dari pemegang program dalam promosi dan
preventif dan meningkatkan kerjasama lintas program dan lintas
sektor dalam penggerakan PSN.
4) Diare
Berdasarkan data tahun 2013 angka kejadian penyakit diare sebesar
78. Angka kejadian diare mengalami penurunan dari tahun 2012
jumlah angka kejadian diare sebanyak 268 kasus. Dijumpai
penderita yang meninggal akibat diare di Desa Kalisalak.
5) Infeksi Saluran Pernapasan Akut
Berdasarkan data Puskesmas, angka kejadian ISPA tahun
2013 sebanyak 1451, dan tidak semua dari jumlah itu tertangani
dengan baik. Tahun 2012 ditemukan kasus 900 kasus, hal ini
menunjukkan peningkatan angka kejadian ISPA di daerah layanan
kesehatan Puskesmas Kebasen.
6) Status Gizi
Berdasarkan profil kesehatan Puskesmas Kebasen tahun
2012, jumlah bayi di Kecamatan Kebasen sebanyak 1.052 bayi dan
balita sebanyak 5.124. Bayi yang mendapat vitamin A sebanyak
1.202 bayi dan balita yang mendapat dua kali vitamin A sebanyak
3.825 balita. Jumlah tersebut telah memenuhi target standar
pelayanan minimal propinsi Jawa Tengah tahun 2011.
7) Penyakit Tidak Menular
Kasus Penyakit Tidak Menular (PTM) di Kecamatan
Kebasen tahun 2011 dan 2012 berdasarkan Profil Kesehatan
Puskesmas Kebasen 2012 disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 2.3. Data Penyakit Tidak Menular tahun 2011 dan 2012
No Nama Penyakit Tidak Menular 2011 2012
1 Diabetes mellitus(DM) 91 121
2 Penyakit jantung dan pembuluh
darah (PJP)
46 1017
3 Asma bronchial 379 170
4 Kecelakaan lalu lintas 40 19
Berdasarkan tabel 2.3., maka kasus DM dan PJP pada tahun
2012 mengalami peningkatan jika dibandingkan tahun 2011
2. Pelayanan Kesehatan Dasar
Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
1) Pelayanan K4
Masa kehamilan merupakan masa yang rawan kesehatan, baik
kesehatan ibu yang mengandung maupun janin yang dikandungnya
sehingga dalam masa kehamilan perlu dilakukan pemeriksaan secara
teratur. Hal ini dilakukan guna mencegah gangguan sedini mungkin
dari segala sesuatu yang membahayakan kesehatan ibu dan janin yang
dikandungnya.
Jumlah ibu hamil sebanyak 1135 ibu hamil, adapun ibu hamil
yang mendapat pelayanan K-4 adalah sebesar 1010 atau 88,98% ibu
hamil. Dibandingkan tahun 2012 yang mendapat pelayanan K-4
sejumlah 1072 atau 97,1%, pelayanan K4 mengalami penurunan
sebesar 8,12%.
2) Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan (Nakes)
Komplikasi dan kematian ibu maternal serta bayi baru lahir
sebagian besar terjadi pada masa prsalinan. Hal ini disebabkan oleh
pertolongan yang tidak dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
mempunyai kompetensi profesional.
Jumlah ibu bersalin tahun 2013 sebanyak 1083 orang.
Dibanding tahun 2012 jumlah persalinan yang ditolong nakes 1035
dari ibu bersalin 1036 orang.
Target standar pelayanan minimal untuk pertolongan persalinan
oleh tenaga kesehatan tahun 2013 sebesar 90% dengan target
kebupaten tahun 2015 100%. Dengan demikian cakupan persalinan
tenaga kesehatan Kecamatan kebasen tahun 2012 sudah memenuhi
standar pelayanan minimal.
3) Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
Jumlah bayi baru lahir hidup sebanyak 994 bayi dengan berat
badan lahir rendah (BBLR) sebanyak 46 bayi atau 4,5% dari bayi yang
lahir.
4) Pelayanan Keluarga Berencana
Jumlah pasangan Usia Subur (PUS) berdasarkan data dari
Badan Pemberdayaan Masyarakat Perempuan dan KB sebanyak
13.704 pasangan. Jumlah PUS tertinggi terdapat di desa Cindega yaitu
sebanyak 2.207. Peserta KB aktif pada tahun 2013 sebesar 10534 atau
76,9%.
5) Pelayanan Imunisasi
Kegiatan imunisasi rutin meliputi pemberian imunisasi untuk
bayi umur 0-1 tahun (BCG, DPT, Polio, campak, HB) imunisasi untuk
wanita usia subur/ ibu hamil (TT) dan imunisasi untuk anak sekolah
SD (kelas 1: DT, dan kelas 2-3 TD).
Jumlah desa di kecamatan kebasen sebanyak 12 desa.
Dibandingkan tahun 2012, desa Universal Child Immunization (UCI)
sebanyak 12 desa, berarti sama. Target SPM untuk desa UCI sebesar
100%.
3. Pelayanan Kesehatan Puskesmas, Rujukan dan Penunjang
Jumlah kunjungan baru rawat jalan di Puskesmas Kebasen
berdasarkan profil kesehatan 2013 adalah 22.786 dengan cakupan
kunjungan 37,3% dari jumlah penduduk. Target kunjungan rawat jalan
berdasarkan Indonesia Sehat 2012 sebesar 15% dengan demikian
penggunaan fasilitas rawat jalan di Puskesmas Kebasen sudah mencapai
target.
Jumlah kunjungan baru pasien rawat inap sebanyak 1446 pasien
(2,4%) dari jumlah penduduk. Jumlah tersebut sudah mencapai target
Indikator Indonesia Sehat 2010 yaitu 1,5 %.
4. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
1) Pencegahan dan Pemberantasan Polio
Menurut sumber dari petugas surveilans Puskesmas kebasen
tahun 2013, kasus acute Flacid paralysiss (AFP) di kecamatan kebasen
tidak ada.
Standar pelayanan minimal untuk AFP rate per 100.000
penduduk <15 tahun. Kasus AFP adalah semua anak berusia kurang
dari 15 tahun dengan kelumpuhan yang sifatnya flasid (layuh) terjadi
mendadak dan bukan disebabkan karena ruda paksa. Tahun 2013 tidak
ditemukan kasus AFP di wilayah Puskesmas Kebasen.
2) Pencegahan dan Pemberantasan TB Paru
Kasus TB BTA positif yang diobati di Puskesmas kebasen yaitu 30
orang, dengan jumlah sembuh 21 orang atau mencapai 70,0%.
Standar pelayanan minimal untuk kesembuhan penderita TB BTA
positif (?85%). Dengan demikian kesembuhan penderita di Kecamatan
kebasen dibanding dengan SPM masih belum tercapai. Ini dikarenakan
penderita kurang disiplin dalam minum obat, dan pengobatan tidak
tuntas.
3) Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit ISPA
Berdasarkan data Puskesmas Kebasen tahun 2012, perkiraan
pneumonia balita sebanyak 490 anak sedangkan yang ditemukan dan
ditangani sebanyak 23 anak atau 4,7%. Dari jumlah kasus tersebut
semua kasus pneumonia yang ditemukan seluruhnya (100%) ditangani
dengan baik.Standar pelayanan minimal 2010 untuk balita pneumonia
yang ditangani sebesar 100%.
Berdasarkan data dari petugas ISPA Puskesmas kebasen yang
terhimpun, perkiraan kasus pneumonia balita sebanyak 99 anak
sedangkan yang ditemukan dan ditangani sebanyak 7 anak atau 7,0%.
4) Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit HIV-AIDS
Tidak ditemukan kasus HIV di Puskesmas Kebasen tahun 2013.
5) Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit DBD
Jumlah kasus DBD di Kecamatan Kebasen pada tahun 2013
sebanyak 8 kasus dengan angka kesakitan DBD sebesar 113,1%
sedangkan pada tahun 2012 sebanyak 4 kasus dengan angka kesakitan
DBD sebesar 7,1% per 100.000 penduduk. Dengan demikian terjadi
peningkatan kasus DBD pada tahun 2013 dibanding tahun 2012. Hal
ini dapat disebabkan oleh kurangnya kesadaran masyarakat untuk
melakukan pencegahan dengan kegiatan pemberantasan sarang
nyamuk (PSN) secara rutin dan berkesinambungan dan diperlukan
upaya lebih dari pemegang program dalam promotif dan preventif.
6) Pengendalian Penyakit Malaria
Tahun 2013 kasus Malaria di Kecamatan Kebasen sebanyak 4
kasus atau angka kesakitan malaria (API) sebesar 0,085 per 1000
penduduk. Sedangkan kejadian malaria positif pada tahun 2012
sebanyak 8 kasus. Dengan demikian di kecamatan kebasen tahun 2013
terjadi penurunan kejadian kasus malaria positif. Daerah endemik di
Kecamatan Kebasen adalah Desa Kalisalak.
7) Pengendalian Vektor
Kegiatan pengendalian vektor untuk nyamuk yang dilakukan
secara rutin adalah dengan gerakan PSN, abatisasi, fogging dan
penyuluhan. Namun langkah yang paling efektif adalah PSN. Jumlah
rumah atau bangunan yang ada dan diperiksa sebanyak 8682 rumah,
yang terbukti bebas jentik yaitu sebanyak 7123 rumah.
5. Pembinaan Kesehatan Lingkungan dan Sanitasi Dasar
1) Pelayanan Kesehatan Lingkungan
Jumlah institusi yang terdiri dari sarana kesehatan, sarana
pendidikan, sarana ibadah dan perkantoran di Kecamatan Kebasen
yang dibina kesehatan lingkungannya sebanyak 290 buah dan yang
dibina sebanyak 211 buah (72,8%). Standar pelayanan minimal untuk
institusi yang dibina 2012 sebesar 70% dengan demikian institusi
yang dibina sebesar 70%.
2) Pelayanan Higiene Sanitasi Tempat-Tempat Umum
Jumlah tempat-tempat umum (TTU) yang ada di Kecamatan
Kebasen sebanyak 336 buah dan yang diperiksa persyaratan
kesehatannya sebanyak 291 buah. Dari 291 buah TTU yang diperiksa
persyaratan kesehatannya, terdapat 266 buah TTU yang memenuhi
syarat kesehatan. Dari jumlah rumah yang diperiksa dan memenuhi
persyaratan kesehatan sebanyak 91,41%. Target standar pelayanan
minimal 2012 untuk pelayanan hygiene sanitasi TTU sebesar 80%.
3) Rumah Sehat
Jumlah rumah di Kecamatan Kebasen tahun 2012 sebanyak
15.670 rumah, dan yang diperiksa adalah 7.893 rumah dan 3.767
rumah (47,7%) diantaranya memenuhi syarat kesehatan. Target
standar pelayanan minimal 2012 untuk rumah sehat sebesar 65%