1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, setiap manusia berhak untuk
mendapatkan sebuah pekerjaan guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal ini
dipertegas dalam ketentuan Pasal 27 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia 1945 (selanjutnya disebut UUD NRI 1945) yang menyatakan
bahwa “Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak
bagi kemanusiaan”. Oleh karena itu Negara mempunyai kewajiban untuk dapat
memfasilitasi warga negaranya agar memperoleh pekerjaan yang layak, untuk
mewujudkan kewajiban tersebut, Negara memerlukan perencanaan yang matang
dalam segala aspek.
Selain itu pekerjaanjuga merupakan kodrat dari manusia itu sendiri, karena
saat manusia tersebut mampu bekerja keras, ia dapat dikatakan sebagai manusia yang
mempunyai martabat. Pekerjaan dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis yaitu:
a. Pekerjaan dalam arti umum yaitu pekerjaan yang mengutamakan kemampuan
pisik, baik sementara atau tetap dengan tujuan memperoleh pendapatan.
b. Pekerjaan dalam arti tertentu yaitu pekerjaan yang mengutamakan
kemampuan pisik atau intelektual baik sementara maupun tetap dengan tujuan
pengabdian.
c. Pekerjaan dalam arti khusus yaitu pekerjaan yang mengutamakan kemampuan
pisik dan intelektual di bidang tertentu, sifatnya tetap dengan tujuan untuk
memperoleh pendapatan.1
1Abdulkadir Muhammad, 2006, Etika Profesi Hukum, Cetakan Ketiga, PT Citra Aditya Bakti,
Bandung, (selanjutnya disingkat Abdulkadir Muhammad I), h. 58.
1
2
Setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang
dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat
disebut tenaga kerja, hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 1 angka 2 Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (selanjutnya disebut Undang-
Undang Ketenagakerjaan). Tenaga kerja meliputi pegawai negeri, pekerja formal,
pekerja informal, dan orang yang belum bekerja atau pengangguran.2
Selain itu tenaga kerja memiliki peranan yang sangat penting dalam
pembangunan nasional,menyadari akan pentingnya pekerja bagi perusahaan,
pemerintah dan masyarakat, makaperlu dilakukan keselamatan dan kesehatan kerja
karena mengingat dalam menjalankan pekerjaan itu memiliki resiko yang sangat
berbahaya seperti kecelakaan kerja. Keselamatan dan kesehatan kerja telah diatur
dalam Undang-UndangNomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja (selanjutnya
disebut Undang-Undang Keselamatan Kerja). Setiap tenaga kerja berhakmendapat
perlindungan atas keselamatannya dalam melakukan pekerjaannya untuk
kesejahteraan hidup dan meningkatkan produktivitas.
Secaramakro berkaitan dengan JAMSOSTEK (Jaminan Sosial Tenaga Kerja).
Setiap perusahaan wajib menjamin keselamatan dan kesehatan kerja bagi para tenaga
kerjanya berupa alatproduksi yang aman, dan bagi tenaga kerja yang bersangkutan
harus menggunakan alat-alat perlindungan diri, alat pemadam kebakaran/tangga
darurat, obat-obatan dan fasilitas medis, mesin-mesin produksi harus
2Asri Wijayanti, 2014, Hukum Ketenagakerjaan Pasca Reformasi, Sinar Grafika, Jakarta, h.1.
3
sesuai.Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu kondisi dalampekerjaan yang
sehat dan aman baik itu bagi pekerjaannya, perusahaanmaupun bagi masyarakat dan
lingkungan sekitar pabrik atau tempat kerjatersebut.
Berdasarkan Pasal86 ayat (1) huruf aUndang-Undang Ketenagakerjaan, setiap
tenaga kerja mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan
kesehatan kerja oleh perusahaan yang mempekerjakannya. Perlindungan tersebut
dapat dikatakan telah terlaksana apabila keselamatan dan kesehatan kerja dari setiap
tenaga kerja telah terjamin. Perlindungan terhadap tenaga kerja dapat dibagi menjadi
tiga macam yaitu pertama adalah perlindungan ekonomis yang berupa perlindungan
dalam bentuk penghasilan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari untuk
dirinya dan keluarganya, kedua adalah perlindungan sosial yang berupa perlindungan
yang berkaitan dengan jaminan kesehatan kerja dan kebebasan berserikat dan hak
berorganisasi yang tujuannyaadalah agar memungkinkan tenaga kerja tersebut
mengenyam dan mengembangkan perikehidupannya sebagai anggota masyarakat,
dan yang ketiga adalah perlindungan teknis yaitu perlindungan tenaga kerja dalam
bentuk keamanan dan keselamatan kerja yang berkaitan dengan usaha untuk menjaga
pekerja dari kecelakaan kerja.
Salah satu jenis pekerjaan yang mempunyai resiko kecelakaan kerja yang
tinggi bagi pekerjanya khususnya pekerja kontrak yaitu pekerjaan Pemadam
Kebakaran. Pemadam Kebakaran adalah petugas yang dilatih dan bertugas untuk
menanggulangi kebakaran. Selain itu petugas juga dilatih untuk menyelamatkan
korban dari kebakaran, menyelamatkan korban kecelakaanlalu lintas, gedung
4
runtuhdan sebagainya. Pemadam kebakaran sendiri memiliki dinas yang dapat
disebut dengan BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) sebagai unsur
pelaksana pemerintah yang diberi tanggung jawab dalam melaksanakan tugas-tugas
penanganan masalah kebakaran dan bencana yang termasuk dalam dinas gawat
darurat seperti Ambulans dan Badan SAR Nasional.3
Didalam melaksanakan tugasnya sebagai pemadam kebakaran terdapat dua
jenis pekerja yaitu pekerja kontrak (non PNS) dan pekerja tetap (PNS). Pekerja
kontrak adalah pekerja yang bekerja hanya untuk waktu tertentu berdasarkan
kesepakatan antara pekerja dengan perusahaan pemberi kerja.Hubungan kerja antara
perusahaan dan pekerja kontrak dituangkan dalam “Perjanjian kerja waktu tertentu
(PKWT)”. Sedangkan pekerja tetap adalah pekerja yang bekerja untuk waktu tidak
tertentuberdasarkan kesepakatan antara pekerja dengan perusahaan pemberi
kerja.Hubungan kerja antara perusahaan dan pekerja tetap dituangkan dalam
“Perjanjian kerja waktu tidak tertentu (PKWTT)”.
Meskipun para petugas pemadam kebakaran telah dilengkapi dengan fasilitas
berupa pakaian anti-panas atau anti-api dan juga helm serta boot/sepatu khusus dalam
melaksanakan tugas, dan biasanya pakaianya dilengkapi dengan scotlight reflektor
berwarna putih mengkilat agar dapat terlihat pada saat pelaksanaan tugas. Namun
tidak menutup kemungkinan, masih tingginya resiko yang akan didapat oleh para
petugas pemadam kebakaran dalam menjalankan tugas. Seperti dalam kasus Mobil
3Wikipedia, 2015, Pemadam Kebakaran, URL:
https://id.wikipedia.org/wiki/Pemadam_kebakaran, diakses pada tanggal 5 Desember 2015.
5
Pemadam Kebakaran yang terguling di ujung barat Jalan Bypass Soekarno sekitar
100 meter barat patung Adipura, mobil pemadam kebakaran ini terguling pada saat
akan menolong korban kebakaran di daerah Tabanan. Tidak ada korban jiwa dalam
peristiwa tersebut, namun delapan personel pemadam kebakaran termasuk sopir
mengalami luka ringan dan dilarikan ke BRSUD Tabanan.4Berkaitan dengan latar
belakang masalah tersebut di atas maka sangat menarik untuk dituangkan dalam
skripsi yang berjudul “Perlindungan Hukum Terhadap Pekerja Kontrak Atas
Dasar Kebutuhan Pada Dinas Pemadam Kebakaran Kabupaten Badung Dalam
Hal Menjamin Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Apabila Terjadi Kecelakaan
Kerja Saat Bertugas”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas, maka diangkatlah permasalahan
sebagai berikut:
1. Bagaimana bentuk perlindungan hukum terhadap pekerja kontrak atas dasar
kebutuhan dalam hal keselamatan dan kesehatan kerja apabila terjadi
kecelakaan kerja pada saat bertugas di Dinas Pemadam Kebakaran Kabupaten
Badung?
2. Apakah faktor kendala dalam penegakan perlindungan hukum terhadap
pekerja kontrak atas dasar kebutuhandalam hal keselamatan dan kesehatan
4NUSABALI.com-Damkar Pemkab Badung Terguling di Pesiapan, URL
:http://www.nusabali.com/berita/407/damkar-pemkab-badung-terguling-di-pesiapan. diakses pada
tanggal 5 Desember 2015.
6
kerja apabila terjadi kecelakaan kerja pada saat bertugas di Dinas Pemadam
Kebakaran Kabupaten Badung?
1.3. Ruang Lingkup Masalah
Untuk mendapatkan gambaran tentang apa yang penulis uraikan dalam skripsi
ini, maka perlu kiranya ditentukan ruang lingkup permasalahannya, yaitu:
1. Mengenai bentuk perlindungan hukum terhadap pekerja kontrak atas dasar
kebutuhan dalam hal keselamatan dan kesehatan kerja apabila terjadi
kecelakaan kerja pada saat bertugas di Dinas Pemadam Kebakaran Kabupaten
Badung.
2. Mengenai faktor kendala dalam penegakan perlindungan hukum terhadap
pekerja kontrak atas dasar kebutuhandalam hal keselamatan dan kesehatan
kerja apabila terjadi kecelakaan kerja pada saat bertugas di Dinas Pemadam
Kebakaran Kabupaten Badung
1.4 Orisinalistas Penelitian
Penelitian Hukum dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap Pekerja
Kontrak Atas Dasar Kebutuhan Pada Dinas Pemadam Kebakaran Kabupaten Badung
Dalam Hal Menjamin Keselamatan dan Kesehatan Kerja Apabila Terjadi Kecelakaan
Kerja Saat Bertugas” merupakan hasil karya asli penulis. Sejauh observasi yang
penulis lakukan baik di ruang koleksi Skripsi Fakultas Hukum Universitas Udayana
maupun di internet, tidak terdapat penelitan yang sama yang pernah diajukan untuk
memperoleh gelar kesarjanaan baik di Fakultas Hukum Universitas Udayana dan juga
di suatu perguruan tinggi manapun kecuali yang secara tertulis diacu dalam penulisan
7
penelitian ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Untuk penelitian sejenis yang
serupa dengan penelitian yang diajukan, dapat dijabarkan sebagai berikut :
NOMOR PENELITI JUDUL RUMUSAN MASALAH
1. I.B. Putu Wira
Aditya,
1103005183,
Fakultas Hukum
Universitas
Udayana,
Denpasar, 2016
Tanggung Jawab
Perusahaan Terhadap
Pekerja Dalam Hal
Terjadinya
Kecelakaan Kerja
Pada CV. Sinar
Kawi Di
Tampaksiring
Gianyar
(1)Bagaimanakah
tanggung jawab direktur
perusahaan dalam hal
terjadinya kecelakaan
kerja pada CV. Sinar
Kawi di Tampaksiring
Gianyar?
(2)Bagaimanakah
pelaksanaan tanggung
jawab direktur perusahaan
terhadap pekerja dalam
hal terjadinya kecelakaan
kerja pada CV. Sinar
Kawi di Tampaksiring
Gianyar?
2. Made Dita
Widyantari,
1103005072,
Pelaksanaan
Perlindungan Hukum
Terhadap
(1)Apa saja hak dan
kewajiban yang harus
dilakukan oleh pengusaha
8
Fakultas Hukum
Universitas
Udayana,
Denpasar, 2014
Keselamatan Dan
Kesehatan Pekerja
Caddie Di Lapangan
Golf Bali Beach
serta tenaga kerja dalam
rangka menjamin
keselamatan dan
kesehatan tenaga kerja?
(2)Bagaimanakah
pelaksanaanperlindungan
hukum terhadap
keselamatan dan
kesehatan tenaga kerja
caddie di lapangan golf
Bali Beach apabila terjadi
kecelakaan kerja?
3. Andina Yulistia
Prameswari,
0871010070,
Fakultas Hukum
Universitas
Pembangunan
Nasional “Veteran”
Jawa Timur,
Surabaya, 2012
Perlindungan Hukum
Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja
Terhadap Tenaga
Kerja Di Pt. X
Sidoarjo
(1)Bagaimanakah
pelaksanaan
perlindungan hukum
keselamatan dan
kesehatan
kerja di PT. X Sidoarjo
terhadap tenaga kerja?
(2) Apakah upaya hukum
yang dapat dilakukan PT.
9
X Sidoarjo terhadap
pelanggaran tenaga kerja
dengan peraturan
keselamatan dan
kesehatan
kerja?
1.5. Tujuan Penelitian
Agar penulisan ini memiliki suatu maksud yang jelas, maka harus memiliki tujuan
sehingga dapat mencapai target yang dikehendaki. Adapun tujuannya digolongkan menjadi
dua bagian, yaitu:
1.5.1. Tujuan umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bentuk perlindungan hukum terhadap pekerja kontrak
atas dasar kebutuhan dalam hal keselamatan dan kesehatan kerja apabila
terjadi kecelakaan kerja pada saat bertugas di Dinas Pemadam Kebakaran
Kabupaten Badung.
2. Untuk mengetahui faktor kendala dalam penegakan perlindungan hukum
terhadap pekerja kontrak atas dasar kebutuhan dalam hal keselamatan dan
kesehatan kerja apabila terjadi kecelakaan kerja pada saat bertugas di Dinas
Pemadam Kebakaran Kabupaten Badung.
10
1.5.2. Tujuan khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mendalami / memahami bentuk perlindungan hukum terhadap
pekerja kontrak atas dasar kebutuhan dalam hal keselamatan dan kesehatan
kerja apabila terjadi kecelakaan kerja pada saat bertugas di Dinas Pemadam
Kebakaran Kabupaten Badung.
2. Untuk memahami faktor kendala dalam penegakan perlindungan hukum
terhadap pekerja kontrak atas dasar kebutuhan dalam hal keselamatan dan
kesehatan kerja apabila terjadi kecelakaan kerja pada saat bertugas di Dinas
Pemadam Kebakaran Kabupaten Badung.
1.6. Manfaat Penelitian
Dalam setiap penelitian harus ada manfaat yang dapat diambil baik dari
manfaat teoritis maupun manfaat praktis karena manfaat penelitian berkaitan erat
dengan hasil penelitian yang ingin dicapai atau pihak-pihak yang akan
memanfaatkannya. Adapun manfaat teoritis dan manfaat praktis dari penelitian ini
adalah sebagai berikut :
a. Manfaat teoritis
1. Penelitian ini diharapkan dapat menyumbangkan pemikiran dibidang hukum
yang akan mengembangkan disiplin ilmu hukum, khususnya dalam disiplin
ilmu hukum ketenagakerjaan.
2. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pemahaman bagi mahasiswa
yang berkaitan dengan bentuk perlindungan hukum dan faktor kendala
11
dalam penegakan perlindungan hukumbagi pekerja kontrak atas dasar
kebutuhan dalam hal menjamin keselamatan dan kesehatan kerja apabila
terjadi kecelakaan kerja saat bertugas yang diberikan oleh Dinas Pemadam
Kebakaran Kabupaten Badung.
b. Manfaat praktis
Adapun manfaat praktis yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan atau
masukan bagi pemerintah dalam membuat peraturan dibidang
ketenagakerjaan.
2. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumbangan pemikiran
bagi pekerja kontrakatas dasar kebutuhan mengenai bentuk perlindungan
hukum dan faktor kendala dalam penegakan perlindungan hukum dalam hal
keselamatan dan kesehatan kerja apabila terjadi kecelakaan kerja saat
bertugas di Dinas Pemadam Kebakaran Kabupaten Badung.
1.7. Landasan Teoritis
Sebelum membahas permasalahan dalam penelitian ini secara lebih
mendalam, maka terlebih dahulu akan diuraikan beberapa teori atau landasan-
landasan yang dimungkinkan untuk menunjang pembahasan permasalahan yang ada.
Dengan adanya teori-teori yang menunjang, diharapkan dapat memperkuat,
memperjelas, dan mendukung untuk menyelesaikan permasalahan yang dikemukakan
dalam penelitian ini.
12
a. Teori efektivitas hukum
Berdasarkan Pasal 1 ayat (3) UUD NRI 1945 menyatakan Negara Indonesia
merupakan negara hukum. Secara sederhana yang dimaksud negara hukum adalah
negara yang penyelenggaraan kekuasaan pemerintahannya didasarkan atas hukum. Di
dalamnya negara dan lembaga-lembaga lain dalam melaksanakan tindakan apapun
harus dilandasi oleh hukum dan dapat dipertanggung jawabkan secara hukum. Dalam
negara hukum, kekuasaan menjalankan pemerintahan berdasarkan kedaulatan hukum
(supremasi hukum) dan bertujuan untuk menyelenggarakan ketertiban hukum. Tetapi
tetap dalam penyelenggaraannya tersebut tidak boleh bertentangan dengan Pancasila
dan UUD NRI 1945.
Efektivitas hukum dalam tindakan atau realita hukum dapat diketahui apabila
seseorangmenyatakan bahwa suatu kaidah hukum berhasil atau gagal mencapai
tujuannya, maka hal itu biasanya diketahui apakah pengaruhnya berhasil
mengatursikap tindak atau perilaku tertentu sehingga sesuai dengan tujuannya atau
tidak. Efektivitas hukum artinya efektivitas hukum yang akan disoroti dari tujuan
yang ingin dicapainya. Salah satu upaya yang biasanya dilakukan agar masyarakat
mematuhi kaidah hukum adalah dengan mencantumkan sanksi-sanksinya. Dengan
sanksi-sanksi tersebut maka akan terlihat apakah hukum tersebut dapat diterapkan
dan ditegakan dalam masyarakat atau tidak. Penegakan hukum adalah proses
dilakukannya upaya untuk tegaknya atau berfungsinya norma-norma hukum secara
nyata sebagai pedoman perilaku dalam lalu lintas atau hubungan-hubungan hukum
dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
13
Masalah pokok penegakan hukum sebenarnya terletak pada faktor-faktor yang
mungkin mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut mempunyai arti yang netral,
sehingga dampak positif atau negatifnya terletak pada isi faktor-faktor tersebut.
Faktor-faktor tersebut antara lain:
1. Faktor hukumnya sendiri;
2. Faktor penegak hukum, yakni pihak-pihak yang membentuk maupun
menerapkan hukum;
3. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum;
4. Faktor masyarakat, yakni lingkungan di mana hukum tersebut berlaku
atau diterapkan;
5. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta, dan rasa yang
didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup.5
Faktor-faktor tersebut saling berkaitan erat, karena faktor- faktor ini merupakan
hakikat dan juga merupakan tolak ukur daripada efektivitas penegakan hukum itu
sendiriyang dalam hal ini juga jika hukum dapat berlaku efektif, maka akan
menimbulkan perubahan di dalam masyarakat yang berdampak baik seperti taat
terhadap hukum yang berlaku.6
b. Teori perlindungan hukum
Kata perlindungan merupakan upaya menempatkan seseorang untuk diberikan
kedudukan istimewa. Perlindungan hukum adalah melindungi hak setiap orang untuk
mendapatkan perlakuan dan perlindungan yang sama oleh hukum dan undang-
undang, maka oleh karena itu untuk setiap pelanggaran hukum yang dituduhkan
5Soerjono Soekanto, 2012, Faktor-Faktor yang Mempegaruhi Penegakan Hukum, PT Raja
Grafindo Persada, Jakarta, (selanjutnya disingkat Soerjono Soekanto I) h. 8.
6Ibid, h. 9.
14
padanya serta dampak yang diderita olehnya ia berhak pula untuk mendapatkan
hukuman yang diperlukan sesuai dengan asas hukum.
Menurut Philipus M. Hadjon perlindungan hukum dapat dibagi menjadi dua,
yaitu:
1. Perlindungan hukum preventif, bahwa perlindungan ini bertujuan
mencegah terjadinya sengketa.
2. Perlindungan hukum represif, bahwa perlindungan hukum ini bertujuan
menyelesaikan sengketa.7
Keselamatan dan kesehatan kerja haruslah diterapkan dan dilaksanakan di
setiap tempat kerja. Tempat kerja adalah setiap tempat yang didalamnya terdapat tiga
unsur yaitu adanya suatu usaha baik bersifat ekonomis maupun sosial, adanya sumber
bahaya dan adanya tenaga kerja yang bekerja di dalamnya baik secara terus menerus
maupun sewaktu-waktu.8Keselamatan dan kesehatan kerja juga merupakan suatu
usaha untuk mencegah setiap perbuatan atau kondisi tidak selamat yang dapat
mengakibatkan kecelakaan. Undang-Undang Keselamatan Kerja mengatur dengan
jelas tentang kewajiban perusahaan untuk menyediakan tempat kerja dan pekerja
dalam melaksanakan pekerjaan terlindungi dalam keselamatan kerjanya.
Terdapat beberapa norma dasar dalam perlindungan tenaga kerja diantaranya
ialah sebagai berikut:
7Philipus M. Hadjon, 1987, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Di Indonesia, PT. Bina Ilmu,
Surabaya, h.2. 8Lalu Husni, 2010, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia Edisi Revisi, Cetakan ke-
10, Rajawali Pers, Jakarta, (selanjutnya disingkat Lalu Husni I) h. 148.
15
1. Norma keselamatan kerja yaitu keselamatan kerja yang berhubungan
dengan mesin, pesawat, alat-alat kerja dan proses pengerjaannya, keadaan
tempat kerja dan lingkungan serta cara-cara melakukan pekerjaan.
2. Norma kesehatan kerja yaitu berkaitan dengan pemeliharaan dan
mempertinggi derajat kesehatan pekerja, dilakukan dengan mengatur
pemberian obat-obatan, perawatan tenaga kerja yang sakit.
3. Norma kerja yang berupa perlindungan kepada tenaga kerja yang berkaitan
dengan waktu kerja, sistem pengupahan, istirahat, cuti, kerja wanita, anak,
kesusilaan ibadah menurut agama keyakinan masing-masing yang diakui
oleh pemerintah, kewajiban sosial kemasyarakatan guna memelihara gairah
dan menjaga perlakuan sesuai dengan martabat manusia dan moral.
4. Terhadap tenaga kerja yang mengalami kecelakaan dan/atau menderita
penyakit kuman akibat perkerjaan berhak atas ganti rugi perawatan dan
rehabilitasi akibat kecelakaan dan/atau penyakit akibat pekerjaan, ahli
warisnya berhak mendapatkan ganti kerugian.9
Saat ini negara telah memiliki program jaminan sosial yang diperuntukkan
kepada tenaga kerja guna memberikan perlindungan sosial ekonomi. Pengertian
Jaminan Sosial berdasarkan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004
tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (selanjutnya disebut Undang-Undang Sistem
Jaminan Sosial Nasional) ialah salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin
seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak. Hal
tersebut sejalan dengan amanat UUD NRI 1945 Pasal 34 ayat (2) yang pada
pokoknya menyebutkan bahwa negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi
seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai
dengan martabat kemanusiaan.
Dasar hukum jaminan sosial tenaga kerja saat ini masih menggunakan
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja
9Kartasapoetra, G. Dan Rience Indraningsih, 1982, Pokok-pokok Hukum Perburuhan,
Cetakan I, Armico Bandung, h. 43.
16
(selanjutnya disebut Undang-Undang Jamsostek). PT. Jamsostek merupakan badan
yang menyelenggarakan jaminan sosial tenaga kerja berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 36 Tahun 1995. PT. Jamsostek telah bertransformasi menjadi
BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) Ketenagakerjaan setelah PT. Jamsostek
berubah menjadi badan hukum publik berdasarkan amanat Undang-Undang Nomor
24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (selanjutnya disebut
Undang-Undang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial).
Berdasarkan Pasal 6 ayat (1) Undang-Undang Jamsostek, program jamsostek
meliputi jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian, jaminan hari tua dan jaminan
pemeliharaan kesehatan. Kecelakaan kerja adalah resiko yang harus dihadapi oleh
tenaga kerja dalam menjalankan pekerjaannya. Kecelakaan kerja berdasarkan Pasal 1
ayat (6) Undang-Undang Jamsostek adalah kecelakaan yang terjadi berhubungan
dengan hubungan kerja, termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja,
kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari arah menuju ke tempat kerja,
dan pulang ke rumah melalui jalan yang biasa.
1.8. Metode Penelitian
Penelitian (research) merupakan upaya pencarian yang amat benilai edukatif,
melatih untuk selalu sadar bahwa di dunia ini banyak yang tidak di ketahui.10Dalam
melakukan penelitian tentu saja harus menggunakan metode penelitian agar penelitian
menjadi sistematis. Metode penelitian merupakan suatu sarana pokok dalam
10Amiruddin dan H. Zainal Asikin, 2008, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT Raja
Grafindo Persada, Jakarta, h. 19.
17
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni. Oleh karena itu, penelitian
bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran secara sistematis, metodologis, dan
konsisten.11
Kemudian penelitian hukum adalah suatu proses untuk menemukan aturan
hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu
hukum yang dihadapi.12 Adapun metode penelitian yang digunakan pada penelitian
ini adalah sebagai berikut :
1.8.1. Jenis penelitian
Jenis penelitian dalam skipsi ini bersifat yuridis empiris, dengan kata lain
penelitian yuridis empiris mengkaji permasalahan berdasarkan pendekatan
perundang-undangan dan berdasarkan pendekatan fakta yaitu berdasarkan praktek/
atau kenyataan yang ada di masyarakat. Dalam bukunya, Peter Mahmud Marzuki
juga menyatakan bahwa penelitian hukum empiris merupakan data yang diperoleh
langsung dari masyarakat sebagai sumber pertama dengan melalui penelitian
lapangan, yang dilakukan baik melalui pengamatan, wawancara, ataupun penyebaran
kuisioner.13
1.8.2. Jenis Pendekatan
Penelitian ini mengunakan penelitian deskriptif yang penelitiannya secara
umum yang menggunakan pendekatan kualitatif yaitu dengan mengungkap fakta-
11H. Zainuddin Ali, 2009, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, h. 17. 12Peter Mahmud Marzuki, 2010, Penelitian Hukum, Kencana, Jakarta, (selanjutnya disingkat
Peter Mahmud Marzuki I) h. 35.
13Ibid.
18
fakta secara mendalam berdasarkan karakteristik ilmiah dari individu atau kelompok
untuk memahami dan mengugkap sesuatu di balik fenomena. Dengan demikian,
tidak hanya sebatas mempelajari ketentuan-ketentuan dalam peraturan hukum tetapi
juga melihat bagaimana fakta yang terjadi di masyarakat.
1.8.3. Sifat penelitian
Menurut Soerjono Soekanto, dalam penelitian hukum empiris dikaji dari segi
sifatnya dibedakan menjadi 3 (tiga) kategori, yaitu :
a. Penelitian hukum eksploratori (penjelajahan)
b. Penelitian hukum deskriptif; dan
c. Penelitian hukum eksplanatori.14
Adapun sifat penulisan dalam skripsi ini adalah penelitian hukum yang bersifat
deskriptif yaitu penelitian yang bersifat pemaparan dan bertujuan untuk mendapat
gambaran (deskripsi) lengkap mengenai keadaan hukum yang berlaku disuatu tempat
tertentu, ataupun mengenai gejala yuridis yang ada, atau peristiwa hukum yang terjadi
di masyarakat.15
Dengan demikian, penelitian yang telah dilakukan akan dipaparkan berdasarkan
pada hasil yang telah didapat di lapangan dan berdasarkan pada pengkajian bahan-
bahan hukum yang digunakan dalam meneliti Perlindungan Hukum Terhadap Pekerja
Kontrak Atas Dasar Kebutuhan Pada Dinas Pemadam Kebakaran Kabupaten Badung
14Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 2009, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan
Singkat, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, h. 50.
15Abdulkadir Muhammad, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung, (selanjutnya disingkat Abdulkadir Muhammad II) h. 50.
19
Dalam Hal Menjamin Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Apabila Terjadi Kecelakaan
Kerja Saat Bertugas.
1.8.4. Data dan Sumber Data
Data yang diteliti dalam penelitian hukum empiris ada dua jenis yaitu data
primer dan data sekunder, yaitu:
1. Data primer adalah data yang bersumber dari penelitian lapangan yaitu
baik dari responden maupun informan16 dari Dinas Pemadam Kebakaran
Kabupaten Badung.
2. Data sekunder atau data kepustakaan merupakan data-data yang telah
terdokumenkan dalam bentuk bahan-bahan hukum dan literatur yang di
kelompokan dalam :
a. Bahan Hukum Primer, merupakan bahan hukum yang terdiri atas
peraturan perundang-undangan, yurisprudensi atau keputusan
pengadilan dan perjanjian internasional (traktat).17Adapun bahan-
bahan hukum yang digunakan adalah :
a) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
b) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
c) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan
Sosial Nasional
16Fakultas Hukum Universitas Udayana, 2013, Pedoman Pendidikan Fakultas Hukum
Universitas Udayana, Denpasar, h. 81.
17Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, 2013, Dualisme Penelitian Hukum Normatif & Empiris,
Pustaka Pelajar, Yogyakarta, h. 157.
20
d) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial
Tenaga Kerja
e) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
f) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara
g) Undang-UndangNomor 14 Tahun 1969 tentang Ketentuan
Ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja
h) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
i) Keputusan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Nomor
KEP/100/MEN/IV/2004 tentang Ketentuan Pelaksanaan Perjanjian
Kerja Waktu Tertentu.
3. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan yang memberikan penjelasan
mengenai bahan hukum primer, seperti rancangan undang-undang,
hasil-hasil penelitian, atau pendapat pakar hukum.18 Adapun bahan
hukum sekunder yang digunakan adalah berupa literatur-literatur yang
memuat mengenai pandangan dari beberapa ahli, buku-buku yang
menunjang penelitian ini, serta bahan-bahan internet yang mendukung.
4. Bahan hukum tersier (bahan hukum yang memberikan petunjuk atau
penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder).19Adapun
bahan hukum tersier yang digunakan adalah Kamus Hukum, Kamus
18Amiruddin dan H. Zainal Asikin, op.cit, h. 32.
19Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, op.cit, h. 13.
21
Besar Bahasa Indonesia, Kamus Umum Bahasa Indonesia, dan
sumber-sumber lain yang dapat menunjang penelitian ini.
1.8.5. Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data dimaksudkan sebagai cara untuk memperoleh data
dalam penelitian yang mendukung dan berkaitan dengan masalah yang akan diteliti
dalam penulisan hukum ini. Teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis yaitu:
1. Studi Dokumen
Studi kepustakaan yaitu teknik pengumpulan data dengan mempelajari,
membaca serta mencatat buku-buku ataupun bahan-bahan hukum yang
relevan dengan permasalahan penelitian yang dibahas.
2. Teknik Wawancara
Menurut M. Mochtar, teknik wawancara adalah teknik atau metode
memperoleh informasi untuk tujuan penelitian dengan cara melakukan
tanya jawab secara langsung (tatap muka), antara pewawancara dengan
responden.20Informasi yang di peroleh dalam penulisan Skripsi ini adalah
melalui wawancara dengan Kasubag Kepegawaian Dinas Pemadam
Kebakaran Kabupaten Badung, beberapa pekerja kontrak atas dasar
kebutuhan pada Dinas Pemadam Kebakaran Kabupaten Badung.
3. Teknik observasi/pengamatan
20M Mochtar, 1998, Pengantar Metodologi Penelitian, Sinar Karya Dharma IIP, Jakarta, h.
78.
22
Teknik observasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu teknik observasi
langsung dan teknik observasi tidak langsung.Adapun teknik yang
digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi langsung dimana
dalam pengumpulan data peneliti mengadakan pengamatan secara
langsung atau tanpa alat terhadap gejala-gejala subyek yang diselidiki baik
pengamatan dilakukan dalam situasi buatan, yang khusus diadakan.21
1.7.5. Pengolahan dan Analisis Data
Teknik analisis data dalam suatu penelitian merupakan hal yang penting untuk
menguraikan dan memecahkan suatu masalah yang diteliti berdasarkan pada data-
data yang sudah dikumpulkan. Pengolahan dan analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisis kualitatif, artinya menguraikan
data secara bermutu dalam bentuk kalimat yang teratur, runtun, logis, tidak tumpang
tindih, dan efektif. Sehingga dapat mempermudah pemahaman dan interprestasi
data.22Dalam penelitian ini data primer dan data sekunder yang telah didapatkan
melalui hasil dari wawancara maupun studi dokumen akan diolah secara kualitatif.
Selanjutnya data yang telah dianalisis secara kualitatif dianalisis secara deskriptif
kualitatif, artinya menggambarkan secara jelas dan sistematis kemudian akan
diperoleh kesimpulan dari permasalahan yang akan dibahas.
21Fakultas Hukum Universitas Udayana, op.cit, h. 82.
22Abdulkadir Muhammad II, op.cit, h. 172.