1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Blahbatuh merupakan bagian wilayah dari Kabupaten Gianyar. Di wilayah ini
terdapat objek wisata, tempat–tempat yang memiliki kwalitas sebagai objek wisata
seperti Goa Gajah, Museun Purbakala, Taman Safari, Yeh Pulu, dan objek religius
seperti pura – pura bersejarah. Di antaranya Pura Samuan Tiga dan Pura Durga Kutri
yang menarik untuk dikunjungi. Bukan hanya objek wisata yang menjadi daya tarik,
masyarakat juga memiliki budaya yang perlu dilihat sebagai suatu karakteristik
masyarakat mulai dari banjar–banjar memiliki ciri khas masing–masing yang berbeda
satu sama lainnya. Masyarakat di wilayah Blahbatuh yang paham benar dengan
konsep rwebhineda dan mengahayatinya dalam kehidupanya dapat dilihat dari
pengamatan dilapangan yang peneliti mengamati bahwa terjadi ketidakcocokan
pemikiran antara satu banjar dengan banjar lain. Memang berbeda namun tetap satu
dan selalu mengedepankan arti dari kebersamaan antara banjar dapat dilihat dari sikap
banjar selalu peduli terhadap anggota banjarnya yang berbeda. Juga para aparat
banjar yang selalu menjaga aturan banjar yang sudah disepakati bersama. Hal itu
menimbulkan terjadi berbagai masalah baik yang muncul dari salah satu anggota
banjar, banjar itu sendiri maupun banjar lain. Menarik untuk diamati dan juga setiap
2
banjar memiliki nilai–nilai luhur yang diwarisi dari generasi ke generasi dan di setiap
generasi merespon dengan cara masing –masing yang berbeda–beda satu sama
lainnya membuat kehidupan tidak membosankan dalam menjalaninya. Permasalahan
di wilayah Blabatuh itu muncul dan memberi warna dalam keseharian masyarakatnya
menjadikan peneliti tertarik untuk mengangkatnya dalam penulisan.
Masyarakat pada setiap banjar memiliki profesi sebagai petani jumlah
meminat tergantung kondisi yang ada di banjar, hal ini dapat dibuktikan dengan
adanya lahan pertanian yang dimiliki oleh bekas penguasa dulu yang digarap oleh
masyarakat yang meminta hal tersebut. Lahan pertanian juga dimiliki oleh anggota
banjar dan banjar sebagai pemilik sahnya memberikan hak untuk menggarap lahan
pertanian kepada anggota banjar itu sendiri. Untuk menjaga kebelangsungan profesi
pertanian tersebut, masyarakat di setiap banjar melakukan usaha–usaha untuk
mempertahankan warisan dari leluhurnya. Terkadang diantara anggota masyarakat
menginginkan terjadinya suatu perubahan dari bidang agraris menjadi bidang
ekonomi yang ingin memberikan keuntungan bagi masyarakat anggota banjar
khusunya anggota yang menginginkanya. Akan tetapi ada pihak tidak setuju dengan
terjadi suatu perubahan karena merasa bahwa kegiatan pertanian ini harus tetap ada
guna melestarikan warisan leluhur. Membantu pihak pemerintahan untuk menjaga
keadaan masyarakat wilayah Blahbatuh agar tetap stabil sehingga dapat dikontrol
perkembangannya apabila terjadi perubahan. Bagi masyarakat di setiap banjar
wilayah Blahbatuh yang memiliki potensi akademik dan kwalitas kepribadian dan
3
juga hubungan sosial dan spritual yang dapat dicontrol dengan baik akan diberikan
pekerjaan dalam pemerintahan (pegawai negeri). Dan juga diperlukan perekonomian
yang memadai untuk menunjang hal tersebut.
Sejalan dengan industri pariwisata yang berkembang pesat dan mencapai
wilayah blahbatuh, hingga memunculkan suatu dorongan bagi masyarakat untuk
terjun di bidang pariwisata. Penghasilan yang didapat dari industri pariwisata tersebut
menjanjikan maka banyak masyarakat yang meninggalkan profesi sebagai petani.
Untuk mencegah hal tersebut maka para tetua–tetua di setiap banjar melakukan
tindakan yaitu memberikan fasilitas bagi para petani guna memperlancarkan kegiatan
pertanian sekaligus mengajak untuk bergabung dalam kegiatan pertanian. Dalam
pelaksanaannya banyak mengalami kendala–kendala yang menarik untuk diamati.
Budaya masyarakat di setiap banjar wilayah Blahbatuh sangat menggemari
berternak baik itu di wilayah pertanian maupun dirumah setiap anggota banjar.
Mereka memiliki hewan peliharaan yang dipelihara antara lain : sapi, ayam, anjing
dan terkadang bebek. Masyarakat pedesaan di wilayah Blahbatuh sangat menggemari
budaya tajen (adu ayam). Hal ini merupakan budaya turun temurun yang dilakukan
masyarakat pedesaan guna memberi hiburan bagi keadaan masyarakat kurang
memiliki kemampuan dalam hal ekonomi. Oleh karena itu setiap ada adu ayam
masyarakat yang menginginkan peningkatan taraf ekonomi melakukan perdagangan
di sekitar wilayah adu ayam tersebut. Bagi masyarakat yang menyenangi adu ayam
memasang taruhan guna menghibur perasaan lelah yang dirasa. Akan tetapi,
4
disebabkan seringnya terjadi adu ayam (tajen) pemerintah menganggap bahwa adu
ayam meemberikan dampak negatif bagi perekonomian masyarakat tetapi dilain
pihak (adu ayam) memberikan suatu hiburan bagi masyarakat yang mengalami
tekanan hidup. Sehingga pentingkah tajen bagi masyarakat pedesaan ini perlu
diamati.
Masyarakat wilayah Blahbatuh sangat menjunjung kebersamaan dengan
melalui persaingan antara banjar. Guna mempererat hubungan antara banjar
dilakukan perlombaan baik didalam maupun di luar banjar dan juga demi menjaga
hubungan masyarakat wilayah Blahbatuh dari pihak luar, masyarakat membentuk
komunitas sendiri disetiap banjar yang ada. Untuk menetralisi pengaruh dari
premanisme dibentuk ‘Kodrat’ suatu organisasi pelindung desa Blahbatuh melalui
jalur premanisme, masyarakat Blahbatuh sangat menggemari cerita-cerita yang
memiliki nilai-nilai luhur seperti Kebo Iwo yang sekarang merupakan ikon
Blahbatuh, dan juga Babad Blahbatuh menceritakan perjalanan Gusti Jelantik
sebagai simbolis jiwa masyarakat Blahbatuh yang beraneka ragam yang tak ternilai
harganya hingga masyarakat Blahbatuh kukuh mempertahankannya. Dari
pengamatan di lapangan peneliti menemukan untuk mempertahankan simbolis jiwa
masyarakat itu melakukan tindakan-tindakan yang berani tetapi sebenarnya hanya
seorang petani yang menjaga sawahnya agar tetap ada, dapat dilihat dari sikap
keseharian masyarakatnya. Konsep nyama braya sudah mendarah daging bagi
wilayah Blahbatuh. Di saat deras perubahan masyarakat di sekitar wilayah Blahbatuh
5
mengalami kemajuan dengan mulai meninggalkan hal itu namun di wilayah
Blahbatuh masih menerapkan hal tersebut melalui sukarela untuk membantu (ngayah)
di pura, gotong- royong kadang-kadang untuk mempererat hubungan dan saling
pengertian. Terkadang muncul konflik namun dapat di selesaikan dengan melalui cara
masyarakat itu sendiri. Hal ini menjadi perhatian yang menarik untuk di amati.
Masyarakat di wilayah Blahbatuh memiliki pura–pura sebagai simbolis
kehidupan masyarakat di setiap banjar dengan kepercayaan dan filosofisnya yang
dijadikan akar dalam menjalani jejak leluhurnya melalui penghayatan makna dan
fungsi dari arti sesungguhnya dari kehidupan. Mulai dari Pura Dalem memiliki
makna masyarakat yang hidup didunia mempedulikan dalam menjalani kehidupannya
melalui sikap baik dan buruk dalam kehidupan harus seimbang. Pura Balai Agung
memiliki makna masyarakat dalam kehidupan memerlukan hubungan antara
masyarakat untuk membina kebelangsungannya dalam kehidupan ini maka di
perlukan hubungan sosial di masyarakat Blahbatuh. Pura Puseh memiliki makna
dalam kehidupan masyarakat merupakan pusat bagi peredaran kehidupan maka
masyarakat merupakan pelaku dalam menjaga kebelangsungannya.
Maka timbul berbagai permasalahan karena berkembangannya kemajuan
zaman. Untuk itu peneliti mempertanyakan demi menjaga tradisi atau menerima
kemajuan yang sedang berkembang masyarakat menjadikan pura sebagai kawasan
perekonomian bagi kehidupan masyarakatnya itu sendiri dan bila masyarakat
ditempatkan antara tradisi yang pada akhirnya membawa pada penyesalan dan
6
kemajuan yang menjanjikan manakah yang dipilih. Masyarakat wilayah Blahbatuh
sangat menyukai hiburan berupa tontonan gratis didapat dibuktikan dengan
pengamatan di lapangan peneliti mengenai teknologi di setiap banjar selalu ada radio
dan televisi dibalai pertemunan (Balai Banjar) sebelum radio dan televisi menyebar
disetiap rumah per keluarga. Ini menjadi daya tarik bagi peneliti karena pengaruh
perkembangan teknologi mudah diterima oleh masyarakat di setiap banjar wilayah
Blahbatuh. Hal yang paling disukai pada tahun 1980 adalah arja mengenai pandawa
dan kurawa menceritakan bahwa jumlah kebaikan jumlah 5 orang dengan simbolis
masing–masing dengan menghadapi kejahatan berjumlah 100 orang kurawa
perwatakan simbolis jahat dengan didalam satu keluarga besar bernama Brata
memiliki nilai dan makna kehidupan. Akan tetapi perkembangan mulai dipengaruhi
dengan pengaruh luar yang datang seiring dengan perkembangan zaman mulai
muncul keinginan mendominasi jalan pikiran masyarakat melalui saluran televisi dan
radio dari bidang kepercayaan masyarakat, budaya masyarakat, dan kehidupan
masyarakatnya itu sendiri. Bila diamati akan menarik.
Perdagangan hewan ternak sangat populer di wilayah Blahbatuh khususnya
anjing, babi, ayam, dan burung dara masyarakat menggemari hal itu dikarenakan
dapat memberi keuntungan dan hiburan bagi masyarakat itu sendiri. Harga bervariasi
yang tergantung kebutuhan masyarakat sekitar di wilayah blahbatuh. Dari
pengamatan di lapangan melihat bahwa harga ayam antara 24.000 sampai dengan
30.000 per kilo, harga babi antara 55.000 sampai dengan 60.000 per kilo, dan anjing
7
sangat popular karena banyak terdapat jenis–jenis baik lokal maupun luar. Bukan
hanya itu saja, bahan kerajinan anyaman bambu, seni ukir dari kayu yang menjadi
andalan di wilayah Blahbatuh. Perdagangan di wilayah Blahbatuh bervarisi baik
tradisional maupun modern dan mengalami persaingan yang terselubung dengan
sangat baik yang menjadi daya tarik untuk diamati. Perdagangan dari masa ke masa
selalu berkembang dengan baik yang menarik diamati adalah perdagangan budaya
masyarakat. Perdagangan budaya masyarakat merupakan perdagangan yang menarik
dengan budaya yang dijual dijadikan modal untuk mengembangkan budaya baru.
Menjadi perhatian peneliti dalam penelitian dlapangan.
Aktor yang melakukan perubahan itu adalah masyarakat lokal yang ingin
merespon perkembangan zaman melalui aktifitasnya . Usaha untuk meningkatkan
taraf hidup dan pelaksanaan proyek pembanguanan menjadi “wacana besar” yang
wajib didukung oleh masyarakat. Cengkraman ideologi pembangunan membuat
sebagian orang lupa dan tidak sadar bahwa perubahan Blahbatuh yang terjadi karena
menjadi suatu kawasan yang maju tanpa mempedulikan sistem yang sudah ada.
Akibatnya, terjadi ketidakhormanisasian hubungan antara manusia dan alam, padahal
soal relasi manusia–alam dalam kebudayaan tradisional Bali memiliki relasi yang
bersifat mitologis – magis1.
1 Tjok A.A. Oka Sukawati, Ubud Bergerak. (Denpasar: CV. Bali Media
Adhikarsa, 2004), p. iii.
8
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran umum wilayah Blahbatuh dan perubahan sosial yang
terjadi?
2. Faktor – faktor apa yang menyebabkan terjadinya perubahan masyarakat
Blahbatuh?
3. Bagaimana implikasi perubahan sosial pada masyarakat Blahbatuh?
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti tidak memiliki cakupan awal tahun
dalam penulisan karena perubahan sosial selalu terjadi sering dengan perkembangan
manusia itu sendiri. Hal inilah membuat peneliti hanya memberikan tahun – tahun
tertentu yang memiliki peran terjadinya perubahan dalam penulisannya.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara mendalam hal – hal penting
tentang perubahan sosial di Blahbatuh, serta dapat menambah khasanah sejarah lokal
tentang perubahan sosial yang terjadi dalam kehidupan masyarakat.
9
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui gambaran umum wilayah dan kehidupan sosial masyarakat
Blahbatuh sebelum terjadinya perubahan sosial.
2. Untuk mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi perubahan sosial di
masyarakat Blahbatuh.
3. Untuk mengetahui Implikasi perubahan sosial masyarakat Blahbatuh.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi masyarakat, penelitian ini memberikan informasi dalam mempelajari
perubahan sosial di masyarakat Blahbatuh.
2. Bagi peneliti sendiri, penelitian sebagai penambah wawasan pengetahuan
mengenai sebuah karya ilmiah.
3. Bagi peneliti lain, diharapkan dapat digunakan sebagai referensi guna
mengadakan penelitian selanjutnya terkait hal – hal berhubungan dengan
perubaan sosial.
10
1.5 Tinjauan Pustaka
Buku Ubud Bergerak karya Tjok A.A. Oka Sukawati membahas mengenai
perubahan Ubud menjadi kawasan pariwisata menitikberatkan pada tradisional yang
ada di Ubud sebelum masuk ideologi pariwisata dan juga memberikan gambaran
tentang pola bangunan tradisional dan perubahannya
Buku Perubahan Sosial di Yogyakarta karya Selo Soemardjan membahas
mengenai perubahan keseluruhan di Yogyakarta mulai dari gambaran umum
Yogyakarta, sejarah berdirinya Yogyakarta, masuk pendudukan Belanda, Jepang
hingga kemerdekaan Indonesia. Dalam penjelasan mengenai perubahan di
Yogyakarta dari sudut sosial politik masyarakatnya, pembangunan di bidang
ekonomi, pendidikan yang terjadi di Yogyakarta dijelaskan secara detail didalam
buku ini
Buku Transformasi Kebudayaan Bali memasuki abad XXI karya I Wayan
Geriya, membahas tentang proses transformasi kebudayaan Bali dengan implikasi isu
tentang ketahanan dan keberdayaan budaya lokal dalam menghadapi beragam
tantangan serta peluang global.Fenomena transformasi kebudayaan Bali ditanggapi
secara prosesual dan sistemik bertumpu pada pandangan holistik, impiris melalui
positifisme sebagai landasan analisis dan interpretasi terhadap bagian-bagian atau
entitas kebudayaan. Konsep kebudayaan diartikan dalam pengertian yang luas yang
mencakup integrasi dimensi dan unsur kebudayaan, merentang dari unsur tangible,
11
intangible sampai dengan abstrak, meliputi sistem symbol dan cara manusia
beradaptasi dengan perubahan lingkungan dalam kerangka sandaran disiplin ilmu
antropologi.
Buku Teori Sosiologi tentang Perubahan Sosial karya Soerjono Soekanto
membahas mengenai faktor – faktor dalam perubahan sosial, kualitas – kualitas
perubahan Sosial, Comte: pertambahan penduduk dan hokum tiga tahap, Spencer:
hokum perkembangan dan penyebabnya, Durkheim dan Merton tentang
penyimpangan dan perubahan, Weber dan Ogburn tentang perubahan – perubahan
social, suatu paradigma perubahan Evolusioner (parsons), Eisenstadt tentang
perubahan sosial, diferensiasi dan evolusi.
Buku Seluk Beluk Perubahan Sosial karya Muhammad Rusli Karim
membahas mengenai pemikiran berbagai pakar ahli di bidang perubahan sosial
dengan permasalahan yang ada di dalam perubahan sosial.
I Ketut Muryasa (1987) dalam skripsinya yang berjudul “Perubahan Sosial di
Desa Pejaten (1942 – 1985)’’. Karya Ilmiah ini menguraikan tentang perubahan
sosial yang terjadi di desa Pejaten mulai dari faktor – faktor yang menunjang
terjadinya perubahan sosial seperti sistem kepemimpinan, sistem sosial budaya,
sistem ekonomi, ikatan pelajar sekolah lanjutan pertama (IPSLP). Dan perubahan
sosial berisi mengenai masyarakat agraris ke masyarakat industri kecil, perubahan
12
dalam bidang kepemimpinan, perubahan dalam bidang sosial, perubahan dalam
bidang ekonomi.
I Wayan Surata (1993) dalam skripsinya yang berjudul “Dampak Pariwisata
Terhadap Perubahan Sosial Masyarakat Gianyar ( 1969 – 1991)’’. Karya Ilmiah ini
menguraikan tentang perkembangan pariwisata di gianyar meliputi gianyar sebagai
objek wisata, tumbuhnya industri jasa wisata, kendaala pengembangan industri jasa
wisata peranan pemeritah dalam pembangunan kepariwisataan di gianyar,
pembinaaan pengrajin, mempermudah pemberian kredit modal kerja, pembangunan
pasar seni, dan dampak parawisata terhadap perubahan sosial masyarakat gianyar,
perubahan status sosial, ketegangan – ketegangan dalam masyarakat, intregrasi sosial,
perubahan – perubahan dalam bidang sosial budaya, actulturasi, perubahan –
perubahan dalam bidang ekonomi, perubahan dalam mata pencaharian, mundurnya
pendidikan, dan perubahan pola pikir.
Ni Ketut Nerti (1988) dalam skripsinya yang berjudul “Industri Dan
Perubahan Sosial – Ekonomi Di Desa Kapal 1967 – 1983 (Suatu Kajian Historis) ’’.
Karya Ilmiah Karya Ilmiah ini mengurraikan tentang Industri Kerajinan Rakyat Di
Desa Kapal: pengertian dasar industri Kerajinan Rakyat Di Desa Kapal: pengertian
dasar industri kecil, munculnya industri kerajinan rakyat, jenis – jenis industri yang
berkembang di desa kapal, proses pembuatan kerajinan, motif disain kerajinan,
produktivitas dan pemasaran, peranan pemerintah dan perubahan sosial- ekonomi di
13
desa kapal : perubahan dalam bidang mata pencaharian, perubahan dalam bidang
perekonomian, perubahan dalam bidang sosial budaya dan mobilitas sosial.
1.6 Metodologi Sejarah dan Teori Yang digunakan
1.6.1. Metodologi Sejarah
Metodologi adalah kerangka pemikiran (framework) tentang konsep– konsep,
kategori–kategori, model–model, hipotesis–hipotesis, dan prosedur-prosedur umum
yang dipakai dalam penelitian.2 Masalah teori dan metodologi sebagai bagian pokok
ilmu sejarah bertujuan menjelaskan peristiwa dengan mengkaji sebab-sebab
terjadinya, kondisi lingkungan, konteks sosial kultural dan diperdalam lagi dengan
menganalisis tentang faktor–faktor kausal, kondisional, kontekstual, serta unsur –
unsur yang merupakan komponen dan eksponen dari sejarah yang dikaji.3 Oleh
karena itu, peneliti perlu dilengkapi dengan alat–alat analitis, konsep dan teori yang
ditemukan dengan metodologi yang digunakan sehingga dapat mengamati studinya
dengan prespektif teori dan mampu untuk mengungkapkan seluruh demensinya
melalui konsep. Pengkajian sejarah memakai pendekatan itu lebih mampu melakukan
sksplanasi daripada yang membatasi diri pada pengungkapan bagaimana sesuatu
2 Helius Sjamsuddin, Motodologi Sejarah, ( Yogyakarta : Ombak, 2007), p.
18. 3 Sartono Kartodirjo, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah, (
Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 1993), p.2.
14
terjadi atau menguraikan kejadian sebagai narasi.4 Metodologi dan perspektif yang
digunakan pada penelitian ini adalah perspektif dari ilmu sosial. Seperti yang dibahas
dalam metodologi sejarah oleh Kuntowijoyo, institusi sosial juga merupakan bahan
garapan bagi sejarah sosial. Sejarah sosial sendiri menjadikan masyarakat sebagai
bahan kajian. Societal History atau History of society memerlukan usaha yang
membuat kerangka menjelaskan tema penulisan mengenai “ Perubahan Sosial
Masyarakat di Blahbatuh pada tahun 1980 - 2015 ’’ ini adalah bertemakan sejarah
sosial.5
1.6.2. Teori Yang Digunakan
Dalam studi sejarah, teori sering juga disebut kerangka referensi atau skema
referensi, yakni suatu perangkat kaedah yang memandu sejarawan untuk : 1.
Mengidentifikasi masalah yang diteliti., 2. Menyusun katagori–katagori untuk
mengorganisasikan hipotesis–hipotesis melalui interprestasi data yang dapat diuji, 3.
Memperlihatkan ukuran–ukuran atau kriteria yang dijadikan dasar untuk
membuktikan sesuatu.6 Peneliti menggunakan teori agar dapat mempermudah dalam
penelitian di lapangan, teori diambil dari ilmu yang membantu dalam penulisan
sejarah :
4 Ibid., p. 20. 5 Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah, Edisi Kedua,( Yogyakarta : Tiara
Wacana, 2003), p.23. 6 Hamid, ABD Rahman & Muhammad Saleh Madjid. Pengantar Ilmu
Sejarah,( Yogyakarta: Ombak, 2011), p.114.
15
1.6.2.1. Teori Perubahan Sosial
Teori perubahan sosial merupakan aktifitas gerak manusia atau pelaku-pelaku
yang berinteraksi (masyarakat) yang mengalami kemajuan yang dapat berlangsung
secara gradual atau cepat, secara damai atau dengan kekerasan, secara kontinu atau
sekali-kali, secara teratur atau dalam keadaan kacau yang menitikberatkan pada hal–
hal tertentu yang mengubah arah kemajuan dari waktu ke waktu didalam budaya
masyarakat agar dapat bertahan hidup. Dalam teori ini dibahas adalah dinamika sosial
dari struktur yang mengubah nmasyarakat dari masa ke masa. Dinamika sosial
adalah daya gerak dari aktifitas masyarakat dari masa ke masa tersebut, yang pada
setiap tahapan aktifitas manusia (masyarakat) mendorong kearah tercapainya
keseimbangan baru yang tinggi dari suatu masa ke masa berikutnya. Perubahan sosial
ada pada dinamika structural, yaitu perubahan atau isu perubahan sosial yang
meliputi bagaimana kecepatannya, arahnya, pelakunya, bentuknya serta hambatan –
hambatannya. Perubahan yang terjadi pada struktur sosial berarti menyangkut
perubahan yang mendasar pada jaringan–jaringan hubungan antar sesama individu
sebagai masyarakat. Oleh karena itu, struktur sosial merupakan alat yang mengatur
keseimbangan perubahan yang dilakukan masyarakat melalui penempatan
kebudayaan.7
7 Gabungan“Teori Perubahan Sosial” dari http: // sopyanasuri. Blogspot.
Com/ 2012/ 11/ Teori Perubahan Sosial – menurut –emile. Html. Download pada
tanggal 12 November 2014 dengan buku Soerjono Soekanto, Teori Sosiologi tentang
Perubahan Sosial , ( Jakarta : Ghalia Indonesia, 1982), p. 48.
16
Dalam konteks Perubahan Sosial di Blahbatuh, teori ini bermanfaat bagi
peneliti untuk mengeetahui perubahan struktur dan fungsi sosial dari implikasi atau
dampak dari perubahan sosial di masyarakat Blahbatuh. Perubahan struktur seperti
perubahan penduduk, perubahan status sosial, dan perubahan pelapisan sosial dapat
diketahui melalui teori perubahan sosial ini. Perubahan fungsi sosial seperti beralih
fungsi suatu peran masyarakat juga diketahui oleh peneliti melalui teori ini.
1.6.2.2. Teori Sejarah
Teori Sejarah adalah seperangkat proposisi yang berfungsi sebagai wahana
untuk menjelaskan peristiwa (fenomena) yang diteliti memberikan pengaruh terhadap
pondasi dasar jiwa masanya.8 Sejak muncul dan berkembangnya keindustrian modern
dan kepariwisataan di Blahbatuh telah membawa implikasi – implikasi di berbagai
segi kehidupan masyarakat antara lain: di bidang sosial menciptakan kondisi
perekonomian yang meningkat, mudah dijangkau dan kondisi terjaga bagi masyarakat
di Blahbatuh.
Perubahan – perubahan yang terjadi baik dalam pola hidup maupun tingkat
hidupnya, mendorong terjadinya proses mobilitas sosial yaitu suatu gerak
perkembangan masyarakat menuju kearah yang lebih baik. Tentang proses mobilitas
sosial dapat dilihat dari dua segi, yaitu yang bersifat vertikal adalah suatu gerak
8 ABD Rahman hamid & Muhammad Saleh Madjid,op.cit p. 114.
17
masyarakat dimana terjadi suatu pergeseran dalam pola hidup yang meningkat,
sehingga keadaan kehidupan menjadi lebih baik.9 Berdasarkan teori diatas, bila
dilihat dari keadaan di Blahbatuh perubahan sosial yang bersifat vertikal telah banyak
terjadi sebagai akibat dari berkembangnya industri pariwisata dan industri modern
seperti minimart, toko–toko yang bergaya modern. Pergeseran itu dapat dilihat dari
adanya pergeseran dari masyarakat yang dulunya sebagai petani kemudian
mengalihkan usahanya ke sektor industri, baik sebagai karyawan hotel, pengelola
usaha jasa dan pramuniaga disebuah toko. Inilah yang menyebabkan terjadinya
peningkatan taraf hidup masyarakat Blahbatuh. Dengan adanya industri pariwisata
membuka lahan bagi sector pendidikan untuk masuk kedalamnya. Adanya kemajuan
pendidikan itulah yang selanjutnya menyebabkan terjadinya perubahan sosial di
Blahbatuh. Masyarakat tidak lagi memandang suatu kasta menduduki status yang
tinggi melainkan orang – orang yang berpendidikan (khusunya berpendidikan tinggi)
yang dianggap mempunyai status yang terhormat. Selain itu status diberikan kepada
pihak yang memiliki kedudukan di mata masyarakat.
1.7 Metode Penelitian dan Sumber
Sumber Sejarah merupakan segala sesuatu yang berwujud dan tidak berwujud
yang berguna untuk menghimpun data dan mengumpulkan informasi yang berkaitan
9 Soerjono Soekanto, Sosiologi, ( Jakarta : CV Rajawali, 1982), p. 243.
18
deengan penelitian sejarah. Sumber sangatlah penting dalam penulisan sejarah
(Historiografi). Dalam karya tulis ini, peneliti menggunakan beberapa sumber yang
relevan dengan kajian peenelitian, baik sumber tulis maupun sumber lisan. Untuk
menyeleksi sumber–sumber yang peneliti gunakan dalam menunjang penulisan karya
sejarah ini, peneliti menggunakan suatu cara atau metode yang dapat membuktikann
kevalidan dan kredibilitas sumber tersebut yaitu dengan metode sejarah.
Metode sejarah meliputi empat tahap, yang pertama heuristik
yang merupakan kegiatan menghimpun jejak–jejak dimasa lampau. Kegiatan
pengumpulan data (heuristik) meliputi kegiatan mencari dan menghimpun sumber–
sumber sejarah termasuk bahan–bahan tertulis, tercetak, serta sumber lisan yang
revelan dengan masalah yang diteliti. Heuristik terbagi menjadi dua yaitu : pertama,
sumber primer yakni suatu kesaksian dari saksi dengan mata kepala sendiri atau saksi
dengan panca indra lain atau alat yang hadir pada peristiwa yang diceritakan. Teknik
pengumpulan data yang terpenting dalam penelitian ini yaitu melalui sumber lisan
(wawancara). Peneliti melakukan wawancara dengan informan kunci yang
mengetahui tentang perubahan sosial di Blahbatuh.
Kedua, sumber sukunder yakni suatu kesaksian dari siapapun yang bukan dari
saksi pandang mata, yaitu saksi dari orang yang tidak hadir pada peristiwa yang
dikisahkan. 10 Sumber sekunder yang digunakan oleh peneliti antara lain : (1) Studi
10 Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah, terj., ( Jakarta : Universty Indonesia
Pers, 1986), p. 35.
19
pustaka : buku – buku yang relevan dan skripsi, (2) Sumber tertulis atau dokumen :
tulisan catatan harian, jurnal, dan hasil liputan koran. Dalam pengumpulan data,
peneliti banyak menggunakan studi pustaka dan sumber tertulis (dokumen). Selain
itu, sumber tertulis lainnya didapatkan dari Kantor Desa dan Kecamatan Blahbatuh,
dan lain–lain. Sumber-sumber tersebut diantaranya adalah buku, koran, dan majalah
yang semuanya berkaitan dengan penulisan karya ilmiah ini. Selain itu, sumber –
sumber tertulis juga dari internet (website) yang didowload berupa berita online dan
tulisan – tulisan lainnya berkaitan pada permasalahan dalam penulisan karya tulis ini.
Tahap kedua yaitu kritik sumber. Kritik sumber adalah menyelidikan apakah
jejak–jejak sejarah itu sejati, baik bentuk maupun isi. Kritik ini bertujuan untuk
menilai sumber – sumber yang diperlukan dalam penelitian, sehingga sumber–sumber
yang digunakan dapat dipercaya. Kritik sumber ada dua yaitu, kritik ekstrenal dan
kritik internal. Kritik ekstrenal (kritik luar), yaitu dengan melakukan kegiatan
penelitian terhadap sumber–sumber informan yang telah dikumpulkan apakah
sumber–sumber informasi tersebut benar–benar autentik dan asli sebagai sumber
sejarah. Dalam penelitian ini peneliti membandingkan dengan sumber buku yang lain
(membandingkan dengan sumbernya). Ini dillakukan sebagai data penguat dan
koreksi. Sedangkan kritik internal (kritik dalam), yaitu suatu proses yang dilakukan
untuk membuktikan dapat dipercaya atau tidaknya (kredibilitas) dan kesahan
(validitas) dari isi informasi yang telah dikumpulkan. Dalam penelitian ini, informasi
yang terkumpul wawancara, terencana maupun tidak terencana diteliti atau diuji
20
dengan membanding – bandingkan informasi antara satu dengan yang lain, sehingga
dpat ditarik kesimpulan untuk mendapatkan informasi yang valid. Jadi penelitian
melakukan cross check terhadap hasil wawancara.
Tahap ketiga, interprestasi (menafsirkan data). “Interprestasi sebagai tindakan
menyimpulkan kesaksian yang dapat dipercaya mengenai bahan-bahan yang
autentik’’.11 Berdasarkan pernyataan diatas, maksud dari interprestasi adalah
menetapkan makna dan menghubungkan yang didapatkan dari sumber–sumber yang
ada, maka penelitian ini peneliti menghubungkan secara kronoologis semua informasi
yang ditafsirkan sehingga rangkaian cerita yang logis.
Tahap keempat, yaitu penulisan sejarah (historiografi). Historiogafi atau
merekontruksi fonemena merupakan penyusunan kesaksian yang dapat dipercaya
menjadi kisah atau penyaian yang berarti.12 Tahap ini merupakan tahap terakhir dari
kerja metode penelitian sejarah yaitu penyajian dalam bentuk penulisan sejarah yang
berdasarkan fakta – fakta yang terpisah – pisah antara satu dengan yang lain. Artinya
proses heuristik, kritik dan interprestasi, tidak lengkap tanpa dibuat kesimpulan dalam
bentuk cerita yang disajikan. Data disusun secara sistematis menurut pembagian atau
seleksi data dari perubahan sosial di Blahbatuh.
Di dalam penulisan ini dasarnya adalah ilmu sejarah, yang mempunyai tata
kerja dalam mengindetifikasikan sumber sejarah secara teratur, sistematiis,
11 Ibid., p.16 12 Ibid.,p.18
21
terpercaya, dan valid. Fakta yang ditemukan dari sumber sejarah mengenai perubahan
sosial di Blahbatuh. Hsistoriografi yang dihasilkan merupakan sintesa fakta.13
1.8 Lokasi Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di pedesaan di wilayah kecamatan Blahbatuh
mengkhususkan desa Blahbatuh, desa Saba dan desa Bedulu, mengingat
penduduknya heterogen. Masyarakat Blahbatuh selalu mengalami perubahan sesuai
dengan kondisi dan keadaan dari lingkungan sekitarnya.
1.9 Sistematika Penulisan
Penulisan dalam bentuk ini di bagi menjadi 5 bab yaitu :
Bab I Pendahuluan. Pada bab ini menguraikan latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian pustaka, metodologi
sejarah, dan kerangka teori, sumber – sumber yang dipergunakan, lokasi penelitian,
dan sistematika penulisan.
Bab II Gambaran Umum Lokasi Penelitian. Pada bab ini membahas mengenai
Letak Geografi dan Demografi, Blahbatuh dalam Subjektif Kognitif, Stratifikasi
Sosial.
13 Ibid.,
22
Bab III Faktor – Faktor Perubahan Sosial di Blahbatuh. Pada bab ini
mengenai faktor Panutan masyarakat, Faktor Informasi, Faktor Teknologi, Faktor
Kepercayaan, Faktor Hubungan, Faktor Pendidikan dan Faktor Perekonomian
Masyarakat.
Bab IV Implikasi – Implikasi Perubahan Sosial di Blahbatuh. Pada bab ini
membahas Dampak Sosial Ekonomi Masyarakat di Blahbatuh, Dampak Sosial
Budaya Masyarakat di Blahbatuh
Bab IV Kesimpulan. Bab ini peneliti menyimpulkan Perubahan Sosial di
Blahbatuh dan memberikan saran.